Download - azas or
Nov6
Azas dan Falsafah Penjaskes
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan
hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk
membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas
yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna
bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk
mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan
fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak
untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting
dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS dan IPA, dan lain-lain.
Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan
bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai
gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan proses yang menetap
misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran,
seperti kebugaran jasmani yang rendah.
Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya? Secara umum pendidikan
jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas
jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau
olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata
pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara
sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat,
agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik.
1.3 . Pengertian Falsafah
Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan kebenaran yang umum dan
asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal dari bahasa arab dan yunani
{philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah” secara umumnya, falsafah mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :
1.3.1 Merupakan suatu usaha pemikiran yang tuntas
1.3.2 Tujuanya adalah untuk mendapatkan kebenaran
Sehingga kini, ahli falsafah masih belum mencapai kata sepakat mengenai takrifan
falsafah. Malah ada yang mngatakan bahwa falsafahmerupakan sesuatu yang tidak dapat
ditakrifkan. Ini di karenakan kita dapat berfalsafah tentang pengertian falsafah. maka dengan
iitulah kita akan menemui pendapat yang berbeda-beda mengenai takrif falsafah dari para
ahli falsafah. Sebagai rujukan umum dalam hal ini kita mengambil contoh takrif dari Drs.
sidi gazalba Berfalsafah ialah mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat. Apabila
seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat erat hubungannya
dengan falsafah.
Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan sesuatu dengan
mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting dari falsafah. Ini bisa dikatakan
sebagai inti dari falsafah. Berfikir secara falsafah ini mengandung tiga ciri:
1.3.1 Radikal ini bermaksud bahwa berfalsafah merupakan corak pemikiran yang tuntas, dengan ini
dapat terfikirkan secara mendalam hingga sampai pada akar bagi suatu masalah.
1.3.2 Sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh
kesadaran yang tersusun rapi.
1.3.3 Sejagat ialah pemikiran tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi merupakan jawaban
bagi suatu persoalan.
Ketika berfalsafah, seseorang tidak dirujuk pada sumber kewibawaan dalam
menyelesaikan suatu persoalan. Sebaliknya, yakni ditujukan untuk menjawab persoalan
tersebut dengan akal sehat.
Persoalan falsafah ialah topik yang dibicarakan dalam bidang falsafah. Ini bisa
diibaratkan sebagai isi dalam falsafah. Persoalan falsafah setianya disifatkan sebagai soalan
yang sangat rumit, dan memerlukan pemikiran yang bersungguh-sungguh. Suatu persoalan
falsafah dimana apabila persoalan itu tidak dapat diselesaikan melalui kaedah pengamatan
ataupun kaedah sains. Biasanya, persoalannya akan melibatkan tentang konsep, idealogi, dan
perkara-perkara lain yang abstrak.Bidang falsafah memberikan nilai yang tinggi kepada
soalan yang baik, atau persoalan yang memiliki nilai kefalsafahannya. Ini karena persoalan
yang baik akan mendatangkan jawaban yang baik, Kategori falsafah ada lima bidang
berdasarkan persoalannya, yaitu:
1.3.1 Metafizik yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kewujudan.
1.3.2 Epistmologi yaitu bidang falsafah yang berfikir tentang ilmu pengetahuan.
1.3.3 Etika yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kemoralan manusia.
1.3.4 Logik adalah suatu bidang falsafah yang mengkaji penaakulan manusia.
1.3.5 Estetika yakni bidang falsafah yang memikirkan tentang keindahan.
Tradisi falsafah menurut socrates ialah sesuatu yang diusahakan oleh setiap bangsa.
Karena manusia secara semula jadinya mempunyai fitrah ingin tahu dan cenderung kepada
kebenaran. Maka dari itu tradisi falasafah terbina oleh kelompok manusia yang mengadakan
pendekatan yang berbeda terhadap falsafah. Dalam suatu tradisi falsafah, anggotanya akan
mempunyai minat yng sama dalam suatu persoalan falsafah dan juga mempunyai pengaruh
yang sama daripada seseorang tokoh falsafah.
BAB II
ASAS DAN FALSAFAH PENJASKES
1.2. Makna dan kedudukan pendidikan jasmani
Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang
canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul hati
bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas bagaikan luka didalam sebagian besar
masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan
dan politik yang mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak
dapat terkendali lagi. Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang
diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang tinggi, sulitnya
hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai daerah dan kota,
serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin memuncak.
Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti terhadap
persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak hanya itu
namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah mencapai saat yang begitu
maju yang akhirnya menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya
yang semakin jauh dari semangat perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan
bersantai yang akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara
individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup sedenter { kurang
gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir semua pekerjaan dan gerakan
hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak lain hanya membuat orang menjadi
malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi
melakukan olahraga sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita
akan dapat mengetahi peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.
Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik dalam hal fisik, mental,
serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai sebuah kesatuan
utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas
fisik dan mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian
yang begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi, Lebih
utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan wilayah pendidikan
lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran serta jiwanya.
Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya
memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna jelas bahwa pendidikan
jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam kaitannya
diartikan bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan, bahkan
sampai pada penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan
moral, yang penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak
terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya
harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek
kehidupan harian seseorang.
1.3. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah
kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya
adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan
antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-
fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap
wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya
unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan
dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan
berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna
jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan
manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun
turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang
lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral,
tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran
dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan
holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan:
psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas
diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.”
Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara
jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah,
dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada
penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang
memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan
Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut
sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional:
aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.
Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang
mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan
pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata
yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik
tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam
masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas
masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri,
barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya
pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang
pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi
pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya
masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-
mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik,
karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke
mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program
penjas dipandang tidak penting sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh,
sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan
disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus
atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk
pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti
yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa
yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang
pendidikan jasmani kita.
Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan
bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak
harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani,
meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat
kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan
yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani.
Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga
melibatkan aktivitas kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan
ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-
tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan
pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. untuk
kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak
harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)? Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi
waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan
berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai
fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-
buang waktu atau membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek
fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari
kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang. Dengan demikian, penekanan dari
rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya
revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi
yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.
1.4. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan
anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan
pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas
benar belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1.4.1 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani,
perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
1.4.2 Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak
dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
1.4.3 Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk
melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
1.4.4 Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara
kelompok maupun perorangan.
1.4.5 Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
1.4.6 Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan
olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif,
dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian
anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka
setelah dewasa kelak.
Dalam bentuk bagan, secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah (domain)
sebagai satu kesatuan, sebagai berikut:
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya.
Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara
matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk
disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai
pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan.
Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain
kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan
sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam
perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran
pengembangan domain psikomotor.
Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan diri untuk
mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-
prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik
itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan
sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan
mendukung tercapainya aneka kemampuan.
1.5. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak
Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi
keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun
demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang
cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa. Tiga kata kunci di
atas: gerak, gembira, dan belajar. Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan
bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan
keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak.
Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka.
Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan.
1.6 Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak.
Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit
hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang
bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak . Pendidikan Jasmani tampil untuk
mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang
direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi
intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi
lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap
sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang
tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang
perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1.6.1 Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
1.6.2 Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
1.6.3 Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
1.6.4 Menyalurkan energi yang berlebihan
1.6.5.Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti
terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan
jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan
moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang
paling tepat untuk “membentuk manusia seutuhnya”.
1.7. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak
agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan
berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga.
Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode
pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan
yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran
Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani
dengan pendidikan olahraga.
Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga
Sosialisasi atau mendidik via
olahraga
Menekankan perkembangan
kepribadian menyeluruh
Menekankan penguasaan
keterampilan dasar.
Sosialisasi atau mendidik ke
dalam olahraga
Mengutamakan penguasaan
keterampilan berolahraga
Menekankan penguasaan teknik
dasar
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu
dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan.
Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai
keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan
pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah
ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap
anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan
hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti
dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa
selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu
mudah.
Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan
segera menyenangi permainan sepak bola. Tetapi bagaimana dengan anak-anak
lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan
sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak
menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka
melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang
lain atau bahkan oleh gurunya sendiri.
Anak-anak dalam ‘kelompok gagal’ ini biasanya mengalami perasaan
negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung
menjadi anak yang rendah diri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang
efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara
agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh
pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus
dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula.
1.8 Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di
sekolah akan pincang.Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik
dari pendidikan jasmani, yaitu:
1.8.1 meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,
1.8.2 meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
1.8.3 meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktek.
Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti
berikut perlu dipertimbangkan:
1.8.1 Kebugaran dan kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan
jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja
yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur,
kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi
organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan
pernapasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja
penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan,
kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan
kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti
kecepatan, kelincahan dan koordinasi.
1.8.2 Keterampilan fisik
Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan
lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk
menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk
keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus
seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada
keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1.8 .3 Terkuasainya prinsip-prinsip gerak
Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan
anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak
mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga
tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih
bermakna.
1. 8.4 Kemampuan berpikir
Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh
anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.
Namun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang
efektif mampu merangsang kemampuan berpikir dan daya analisis anak ketika
terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Pola-pola permainan yang
memerlukan tugas-tugas tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan
nalar anak dalam hal membuat keputusan..
1.8 .5 Kepekaan rasa
Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh
unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun
besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam
lingkup sosial. Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk
bertanggung jawab melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Di
dalam masyarakat banyak norma yang harus ditaati dan aturan main yang
melandasinya. Melalui penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan
diamalkan.
1.8 .6 Keterampilan sosial
Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat
mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini
seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin.
Anak-anak yang rendah kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin
memecahkan masalah dengan kekerasan dan tidak merasa ragu untuk melanggar
berbagai ketentuan.
1.8 .7 Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)
Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)
anak akan berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita
menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan
kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan
berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil
resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu
menanggulangi stress.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak
untuk mempelajari berbagai kegiatan yang dapat membina sekaligus
mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional
dan moral. selain itu, kedudukan pendidikan jasmani sangat begitu penting
dikalangan masyarakat kita sekarang ini dimana dengan adanya tekhnologi
cenderung membuat masyarakat malas akan melakukan kegiatan karena mereka
lebih suka duduk asyik dengan alat elektroniknya, dan akibatnya muncul
penyakit yang tidak semestinya ia derita. Adapun manfaat yang kita dapatkan
dari pendidikan penjaskes diantaranya:
1. dapat membentuk otot sehingga badan terlihat bagus.
2. Tubuh akan terasa lebih fresh dalam melakukan kegiatan setiap harinya serta
pikiran yang lebih tenang.
3. Dengan fisik yang kuat tubuh kita tidak akan mudah terserang penyakit.
4. Tulang dalam tubuh akan lebih kokoh / kuat.
5. Dengan adanya penjaskes maka berarti kita telah mencegah penyakit dalam
tubuh kita karena pepatah mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada
mengobati’.
1.2. saran-saran
Demi kemajuan pemahaman di bidang pendidikan jasmani dan cara
pengajarannya, kami merasa sangat perlu memberikan saran kepada pembaca
tentang anak didik yang akan diajar / dibina. Bahwa seorang guru penjaskes
sudah semestinya harus banyak menguasai / mengetahui tentang keterampilan-
keterampilan yang akan diajarkan kepada anak didik / muridnya. sehingga apa
yang ia ajarkan akan lebih bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh
muridnya.
Diposkan 6th November 2012 oleh penjaskesrek olahraga 0
Tambahkan komentar
materi olahraga
Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis
1.
Nov
11
Rangkuman sistem pendidikan di INDONESIA
1. Pendahuluan
Dalam hubungan tujuan pendidikan Nasional, tampaknya kita harus memperkuat
argumentasi akademik tentang peran, fungsi dan kontribusi pendidikan jasmani
terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional. Terminologi pendidikan jasmani
seringkali menjadi sempit, ketika dihubungkan dengan bahwa pendidikan jasmani
adalah bentuk pendidikan yang menggunakan aktifitas fisik sebagai media yang
diarahkanpada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kebugaran
jasmani (physical fitness), dan pengembangan keterampilan (skill developments).
Walaupun menggunakan aktifitas fisik sebagai media, terminologi pendidikan
jasmani sebagai bentuk pendidikan, seharusnya terminologi konseptual dan
operasional pendidikan jasmani tetap dihubungkan dengan konsep pendidikan secara
keseluruhan. Namun demikian, dengan menggunakan istilah olahraga pendidikan,
Undang-undang Nomor 3 tahun 2005 mendefinisikannya sebagai bagian proses
pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan,
kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani. Meskipun terminologi
ini membuat sebagian orang ” bertanya-tanya”, menurut saya terminologi tersebut
tidak dimaksudkan untu menyempitkan arti, peran, fungsi dan kedudukan pendidikan
jasmani dalam sistem pendidikan nasional kita. Sebaiknya kita harus menempatkan
terminologi tersebut dalam pengayaan khasanah pengetahuan tentang pendidikan
jasmani dan olahraga
2. Standarisasi kurikulum dan standarisasi kompetensi guru pendidikan jasmani
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah melakukan pengembangan strategis
untuk segera membangu parameter standar kurikulum dan standar komptensi guru,
termasuk didalamnya adalah pendidikan jasmani. Langkah-langkah tersebut dilakukan
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan denga pendekatan insklusi.
Dalam kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pendidikan jasmani, standarisasi
dapat dimulai dari penyusunan parameter terhadap peta perkembangan pengetahuan
dasar siswa yang menjadi dasar dari peta kompetemsi dasar yang harus dicapai oleh
siswa dalam setiap proses pembelajaran, satian waktu pembelajaran dan tingkat
pendidikan tertentu. Secara teoritik pemetaan kompetensii dasar sepertiyang terurai
dalam KBK berorientasi pada referensi barat. Walaupun teori berlaku secara general,
analisis terhadap substansi pemetaan yang dihubungkan dengan karakteristik
indonesian tetap diperlukan. Memang bangunan dan substansi kompetensi dasar dari
kurikulum harus diasumsikan merupakan profil ideal yang harus dicapai oleh suatu
proses pembelajaran, namun demikian kita harus menghubungkannya dengan
kemungkinan minimal yang dapat dicapai oleh anak didik. Dengan demikian, proses
pembelajaran tidak semata-mata ditujukan pada upaya pencapaian kompetensi dasar
melainkan denga seksama juga mempertimbangkan kemampuan dasar yang dimiliki
subyek didik.
Langkah yang dilakukan dalam memberikan standarisasi kompetensi guru pendidikan
jamani untuk proram jangka pemndek pemerintah, yaitu : pertama adalah membangun
instrumen pengukur kompetensi guru pendidikan jasmani. Instrumen ini tidak hanya
memuat dan mengukur kompetensi umum guru, melainkan juga harus mamuat dan
mengukur variabel-variabel yang berhubungan dengan kompetensi profesional
sebagai guru penjas. Terdapat ciri spesifik dari proofesi guru penjas yang
membedakannya dengan profesi guru bidang studi lainnya. Kespesifikasian tersebut
harus menjadi karakteristik dari instrumen yang dikembangkan untuk mengukur
kompetensi guru penjas.
Kedua, LPTK sebagai agen pembaharuan harus membrikan kepedulian yang memadai
terhadap upaya pengembangan konsep dan implementasi standarisasi kompetensi
guru. Paradigma lama yang selalu menunggu bola harus diubah menjadi menjemput
bola. Para ahli harus melakukan gerakan proaktif untuk mengambil bagian dan
kedudukan yang jelas dalam pengembangan konsep dan implementasi standarisasi
kompetensi guru.
3. Organisasi profesi dan pembinaan kompetensi
Dalam tugas profesi mestinya melekat kewenagan, kewajiban dan tanggung jawab
profesi yang diatur melalui peraturan dan etika profesi. Untuk melakukan tugas
profesinya seseorang harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang sesuai dengan tuntutan profsinya. Bila pasal 39 ayat 2 UU Nomor 20
menegaskan bahwa pendidik atau guru adalah tenaga profesional, maka seharusnya
profesi guru pendidikan jasmani disertai dengan perangkat kewenagan, kewajiban,
tanggung jawab dan etika profesi.
Kedepan, organisasi profesi guru pendidikan jasmani mutlak dibutuhkan. Disamping
keberadaannya dibutuhkan oleh LPTK sebagai mitra dalam pengembangan konsep
dan struktur kurikulum pendidikan prajabatan, juga diperlukan dalam upaya
pembinaan dan peningkatan kualitas kompetensi guru pendidikan jasmani.
Selain itu perlu adanya pemberian perhatian kita secara bersama, yaitu :
Pertama, berkaitan dengan pengembangan kualitas LPTK. Antara kualitas pendidikan
jasmani dengan kualitas LPTK memiliki hubungan yang strategis. Kualitas
pendidikan jasmani disekolah secara langsung akan menjadi cerminan terhadap
kualitas LPTK. Dalam hal ini, LPTK harus segera melakukan intropeksi lebih dalam
terhadap seluruh perangkat sistem LPTK. Keinginan membuka diri dengan fakta-fakta
yang ada akan menjadi lebih baik untuk segera mendapatkan data empirik dalam
rangka memperbaiki kualitas internal LPTK. Perbaikan yang dibangun dengan data
empirik yang dihubungkan dengan keinginan masa depan akan lebih baik.
Kedua, adalah keterbukaan tersebut harus dalam bentuk rencana aksi nasional yang
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh LPTK yang membina fakultas/jurusan
Ilmu keolahragaan dalam semua aspek sistem pendidikannya. LPTK harus segera
melakukan pengembangan kurikulum dengan mempertimbangkan secara sungguh-
sungguh kebutuhan pasar saat ini dan yang akan datang, dengan tetap
mempertimbangkan keunggulanya masing-masing.
Ketiga, saat ini sebagian LPTK masih melihat ilmu keolahragaan secara eksklusif,
sehingga seolah-olah ilmu keolahragaan adalah ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu
lainnya. Sehubungan dengan hal ini, LPTK harus merubah diri dan cara pandangnya
ditengah-tengah perkembangan ilmu lainnya, ia merupakan bagian integral dari ilmu-
ilmu lainnya yang harus tumbuh berkembang secara bersama-sama dengan ilmu
lainnya.
Diposkan 11th November 2012 oleh penjaskesrek olahraga
0
Tambahkan komentar
2.
Nov
6
Azas dan Falsafah Penjaskes
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Pengertian Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya,
penjas bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah
sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari
pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan
mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat
dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang
secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan
bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas
tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa,
IPS dan IPA, dan lain-lain.
Namun demikian tidak semua guru penjas menyadari hal tersebut, sehingga banyak
anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin
dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran penjas, mulai dari kelemahan
proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya
mutu hasil pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah.
Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya? Secara umum pendidikan
jasmani dapat didefinisikan sebagai berikut:
Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas
jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau
olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan
mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang
bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan
dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan
anak didik.
1.3 . Pengertian Falsafah
Falsafah ialah suatu disiplin ilmiahh yang mengusahakan kebenaran yang
umum dan asas. Perkataan falsafah dalam bahasa melayu berasal dari bahasa arab
dan yunani {philosopia}, yang bermaksud “cinta kepada hikmah” secara
umumnya, falsafah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.3.1 Merupakan suatu usaha pemikiran yang tuntas
1.3.2 Tujuanya adalah untuk mendapatkan kebenaran
Sehingga kini, ahli falsafah masih belum mencapai kata sepakat mengenai
takrifan falsafah. Malah ada yang mngatakan bahwa falsafahmerupakan sesuatu
yang tidak dapat ditakrifkan. Ini di karenakan kita dapat berfalsafah tentang
pengertian falsafah. maka dengan iitulah kita akan menemui pendapat yang
berbeda-beda mengenai takrif falsafah dari para ahli falsafah. Sebagai rujukan
umum dalam hal ini kita mengambil contoh takrif dari Drs. sidi gazalba
Berfalsafah ialah mencari kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipermasalahkan, baik pemikiran secara radikal sistematik maupun sejagat.
Apabila seseorang berpikir demikian dalam menghadapi masalah maka sangat
erat hubungannya dengan falsafah.
Berfalsafah secara mudah dapat dimaksudkan sebagai memikirkan sesuatu
dengan mendalam. Dimana berfalsafah merupakan bagian penting dari falsafah.
Ini bisa dikatakan sebagai inti dari falsafah. Berfikir secara falsafah ini
mengandung tiga ciri:
1.3.1 Radikal ini bermaksud bahwa berfalsafah merupakan corak pemikiran yang
tuntas, dengan ini dapat terfikirkan secara mendalam hingga sampai pada
akar bagi suatu masalah.
1.3.2 Sistematik ialah berfikir logik, yang bergerak selangkah demi selangkah
dengan penuh kesadaran yang tersusun rapi.
1.3.3 Sejagat ialah pemikiran tidak terbatas pada bagian-bagian tertentu, tapi
merupakan jawaban bagi suatu persoalan.
Ketika berfalsafah, seseorang tidak dirujuk pada sumber kewibawaan
dalam menyelesaikan suatu persoalan. Sebaliknya, yakni ditujukan untuk
menjawab persoalan tersebut dengan akal sehat.
Persoalan falsafah ialah topik yang dibicarakan dalam bidang falsafah. Ini
bisa diibaratkan sebagai isi dalam falsafah. Persoalan falsafah setianya disifatkan
sebagai soalan yang sangat rumit, dan memerlukan pemikiran yang bersungguh-
sungguh. Suatu persoalan falsafah dimana apabila persoalan itu tidak dapat
diselesaikan melalui kaedah pengamatan ataupun kaedah sains. Biasanya,
persoalannya akan melibatkan tentang konsep, idealogi, dan perkara-perkara lain
yang abstrak.Bidang falsafah memberikan nilai yang tinggi kepada soalan yang
baik, atau persoalan yang memiliki nilai kefalsafahannya. Ini karena persoalan
yang baik akan mendatangkan jawaban yang baik, Kategori falsafah ada lima
bidang berdasarkan persoalannya, yaitu:
1.3.1 Metafizik yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kewujudan.
1.3.2 Epistmologi yaitu bidang falsafah yang berfikir tentang ilmu pengetahuan.
1.3.3 Etika yaitu bidang falsafah yang memikirkan tentang kemoralan manusia.
1.3.4 Logik adalah suatu bidang falsafah yang mengkaji penaakulan manusia.
1.3.5 Estetika yakni bidang falsafah yang memikirkan tentang keindahan.
Tradisi falsafah menurut socrates ialah sesuatu yang diusahakan oleh
setiap bangsa. Karena manusia secara semula jadinya mempunyai fitrah ingin
tahu dan cenderung kepada kebenaran. Maka dari itu tradisi falasafah terbina oleh
kelompok manusia yang mengadakan pendekatan yang berbeda terhadap
falsafah. Dalam suatu tradisi falsafah, anggotanya akan mempunyai minat yng
sama dalam suatu persoalan falsafah dan juga mempunyai pengaruh yang sama
daripada seseorang tokoh falsafah.
BAB II
ASAS DAN FALSAFAH PENJASKES
1.2. Makna dan kedudukan pendidikan jasmani
Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi
yang canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat
memukul hati bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas bagaikan
luka didalam sebagian besar masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini
yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan dan politik yang mengakibatkan
ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak dapat terkendali lagi.
Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang diantaranya harga
barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang tinggi, sulitnya hidup
bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai daerah dan
kota, serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin
memuncak.
Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti
terhadap persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah,
tidak hanya itu namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah
mencapai saat yang begitu maju yang akhirnya menghadapkan kepada para
remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya yang semakin jauh dari semangat
perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan bersantai yang
akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara
individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup
sedenter { kurang gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir
semua pekerjaan dan gerakan hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak
lain hanya membuat orang menjadi malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah
efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi melakukan olahraga sebagaimana
mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita akan dapat mengetahi
peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.
Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan
aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik
dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan
seseorang sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya
pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian yang
begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi,
Lebih utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan
wilayah pendidikan lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran
serta jiwanya.
Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada
akhirnya memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna
jelas bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan
kebutuhan manusia. Dalam kaitannya diartikan bahwa melalui fisik aspek mental
dan emosional turut terkembangkan, bahkan sampai pada penekanan yang cukup
dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan moral, yang
penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak
terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini
karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang
mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.
1.3. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan
jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total,
daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik
dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas
berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan
lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.
Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan
perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak
ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan
dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan
dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika
disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik
untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa
melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan
dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya
pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral,
tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak
langsung.
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam
‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian
seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada
ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan
meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses
menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam
tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan
pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah
pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan
bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi
tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa,
dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu
kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak
pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik
di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai
pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik
mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit.
Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas
fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu
terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani.
Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah
kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah
konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara
pengemban tugas penjas sendiri?
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan
dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar
guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah
akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun
karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang
sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di
sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih
banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-
mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang
labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan
tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah,
yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh
menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita.
Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di
lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat
atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak
seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka
lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita
praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang
pendidikan jasmani kita.
Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita
mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif,
meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti
olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat
ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan
bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu
bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada
istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat
menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk
gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika
digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan
menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis
tanpa ada tujuan kependidikan. untuk kepentingan pendidikan, atau untuk
kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara
eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.
Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)? Rekreasi adalah aktivitas
untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah
satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu,
aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi
fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau
membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik,
mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap
dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang. Dengan demikian,
penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation)
orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’
dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.
1.4. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam
berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf
kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang
mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka., sebab yang paling
penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada
siswa untuk:
1.4.1 Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
1.4.2 Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka
aktivitas jasmani.
1.4.3 Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal
untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
1.4.4 Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
1.4.5 Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif
dalam hubungan antar orang.
1.4.6 Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga. Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka
tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam
domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam
domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan
sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan
mereka setelah dewasa kelak.
Dalam bentuk bagan, secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah
(domain) sebagai satu kesatuan, sebagai berikut:
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan
tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang
direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan
demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus
menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau
pengatur kegiatan.
Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi
domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-
sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak.
Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran.
Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain
psikomotor.
Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan
diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan
pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Pergaulan yang terjadi di
dalam adegan yang bersifat mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk
menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian
anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya
aneka kemampuan.
1.5. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak
Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah,
dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah
ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi
kebanyakan kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan
hilang sebelum kita dewasa. Tiga kata kunci di atas: gerak, gembira, dan belajar.
Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak
bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan keterlibatan
yang total dan dipenuhi kegembiraan. Belajar tidak lagi menarik bagi anak.
Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak
mereka. Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak
menyenangkan.
1.6 Pentingnya Pendidikan Jasmani
Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk
bergerak. Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula
gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi,
kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang
gerak . Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga
kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara
baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya.
Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi
lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga
kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-
anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali
keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut:
1.6.1 Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
1.6.2 Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya
1.6.3 Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
1.6.4 Menyalurkan energi yang berlebihan
1.6.5.Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun
emosional.
Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat
berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh
dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek
fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa
pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat untuk “membentuk
manusia seutuhnya”.
1.7. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Adapun pendidikan olahraga adalah pendidikan yang membina anak
agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan
berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga.
Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode
pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya didikte oleh tujuan
yang ingin dicapai. Ciri-ciri pelatihan olahraga menyusup ke dalam proses
pembelajaran
Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani
dengan pendidikan olahraga.
Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Pendidikan Jasmani Pendidikan Olahraga
Sosialisasi atau mendidik via
olahraga
Menekankan perkembangan
kepribadian menyeluruh
Menekankan penguasaan
keterampilan dasar.
Sosialisasi atau mendidik ke
dalam olahraga
Mengutamakan penguasaan
keterampilan berolahraga
Menekankan penguasaan teknik
dasar
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu
dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan.
Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai
keterampilan berolahraga, misalnya sepak bola, guru akan lebih menekankan
pada pembelajaran teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah
ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap
anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan
hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti
dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa
selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu
mudah.
Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan
segera menyenangi permainan sepak bola. Tetapi bagaimana dengan anak-anak
lain yang kurang berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan
sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak
menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka
melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang
lain atau bahkan oleh gurunya sendiri.
Anak-anak dalam ‘kelompok gagal’ ini biasanya mengalami perasaan
negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung
menjadi anak yang rendah diri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang
efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara
agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh
pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus
dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula.
1.8 Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan
untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di
sekolah akan pincang.Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik
dari pendidikan jasmani, yaitu:
1.8.1 meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa,
1.8.2 meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta
1.8.3 meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana
menerapkannya dalam praktek.
Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti
berikut perlu dipertimbangkan:
1.8.1 Kebugaran dan kesehatan
Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan
jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja
yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur,
kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap perubahan kemampuan fungsi
organ-organ tubuh seperti jantung dan paru-paru. Sistem peredaran darah dan
pernapasan akan bertambah baik dan efisien, didukung oleh sistem kerja
penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan,
kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan
kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti
kecepatan, kelincahan dan koordinasi.
1.8.2 Keterampilan fisik
Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan
lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk
menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk
keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus
seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada
keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
1.8 .3 Terkuasainya prinsip-prinsip gerak
Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan
anak tentang prinsip-prinsip gerak. Pengetahuan tersebut akan membuat anak
mampu memahami bagaimana suatu keterampilan dipelajari hingga
tingkatannya yang lebih tinggi. Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih
bermakna.
1. 8.4 Kemampuan berpikir
Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh
anak dalam pendidikan jasmani dapat meningkatkan kemampuan berpikir anak.
Namun demikian dapat ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang
efektif mampu merangsang kemampuan berpikir dan daya analisis anak ketika
terlibat dalam kegiatan-kegiatan fisiknya. Pola-pola permainan yang
memerlukan tugas-tugas tertentu akan menekankan pentingnya kemampuan
nalar anak dalam hal membuat keputusan..
1.8 .5 Kepekaan rasa
Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh
unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun
besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam
lingkup sosial. Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk
bertanggung jawab melaksanakan peranannya sebagai anggota masyarakat. Di
dalam masyarakat banyak norma yang harus ditaati dan aturan main yang
melandasinya. Melalui penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan
diamalkan.
1.8 .6 Keterampilan sosial
Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat
mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini
seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin.
Anak-anak yang rendah kemampuan pengendalian dirinya biasanya ingin
memecahkan masalah dengan kekerasan dan tidak merasa ragu untuk melanggar
berbagai ketentuan.
1.8 .7 Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)
Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem)
anak akan berkembang. Secara umum citra diri diartikan sebagai cara kita
menilai diri kita sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan
kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan
berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil
resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu
menanggulangi stress.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Tujuan pendidikan jasmani adalah memberikan kesempatan kepada anak
untuk mempelajari berbagai kegiatan yang dapat membina sekaligus
mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional
dan moral. selain itu, kedudukan pendidikan jasmani sangat begitu penting
dikalangan masyarakat kita sekarang ini dimana dengan adanya tekhnologi
cenderung membuat masyarakat malas akan melakukan kegiatan karena mereka
lebih suka duduk asyik dengan alat elektroniknya, dan akibatnya muncul
penyakit yang tidak semestinya ia derita. Adapun manfaat yang kita dapatkan
dari pendidikan penjaskes diantaranya:
1. dapat membentuk otot sehingga badan terlihat bagus.
2. Tubuh akan terasa lebih fresh dalam melakukan kegiatan setiap harinya serta
pikiran yang lebih tenang.
3. Dengan fisik yang kuat tubuh kita tidak akan mudah terserang penyakit.
4. Tulang dalam tubuh akan lebih kokoh / kuat.
5. Dengan adanya penjaskes maka berarti kita telah mencegah penyakit dalam
tubuh kita karena pepatah mengatakan ‘lebih baik mencegah daripada
mengobati’.
1.2. saran-saran
Demi kemajuan pemahaman di bidang pendidikan jasmani dan cara
pengajarannya, kami merasa sangat perlu memberikan saran kepada pembaca
tentang anak didik yang akan diajar / dibina. Bahwa seorang guru penjaskes
sudah semestinya harus banyak menguasai / mengetahui tentang keterampilan-
keterampilan yang akan diajarkan kepada anak didik / muridnya. sehingga apa
yang ia ajarkan akan lebih bermanfaat dan dapat diterima dengan baik oleh
muridnya.