PENDALAMAAN MATERI FIKH MTs
A. Pendahuluan
Mata pelajaran Fikih merupakan bagian dari ilmu pendidikan agama islam
(PAI) yang diajarkan di seluruh lembaga pendidikan Islam (pendis), mulai dari tingkat
satuan pendidikan dasar (Madrasah Ibtidaiyah) hingga perguruan tinggi Islam (PTAI).
Sebagai mata pelajaran di madrasah, fikih merupakan salah satu dari empat materi
Pendidikan Agama Islam (Al-Quran-Hadis, Akidah–Akhlak, Fikih dan Sejarah
Kebudayaan Islam), yang keberadaannya saling terkait satu dengan yang lain.
Fikih/Syariah (ibadah dan muamalah) mengacu pada Al-Quran dan Hadis sebagai
sumber syariah. Akhlak bertolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan
konsekuensi dari akidah. Ia menjadi landasan etik dari syariah sebagai sistem norma
(aturan) hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (fikih ibadah) dan
hubungan manusia dengan sesama manusia (fikih muamalah). Sedangkan Sejarah
Kebudayaan Islam merupakan reportase historis yang mengungkap peristiwa masa lalu
yang dialami oleh umat Islam. Dengan mempelajari SKI dapat diperoleh informasi
tentang pertumbuhan dan perkembangan pemikiran fikih dengan karya-karya ulama
tentang fikih melalui kitab-kitab fikih.
Oleh sebab itu, dalam pembelajaran mata pelajaran fikih di madrasah (MTs)
harus diajarkan dalam konteks kesatuan pendidikan agama Islam (PAI), yakni
mendialogkan fikih dengan bidang Al-Quran-Hadis (sebagai sumbernya), Aqidah-
Akhlak sebagai landasan etiknya, dan SKI dengan perspektif historis-sosiologisnya.
Untuk itu, perlu disadari oleh para guru pemegang (pengampu) mata pelajaran
fikih, bahwa penguasaan ilmu fikih (aspek kompetensi akademis) diperlukan juga
pemahaman tentang keilmuan al-Quran-Hadis, Akidah-Akhlak, dan SKI dalam kaitan
integralisme ilmu-ilmu pendidikan agama Islam. Pembelajaran ilmu fikih di madrasah
perlu disampaikan dalam suasana yang tidak monolitik (ilmu fikih hanya dilihat
dengan kaca mata fikih saja), akan tetapi perlu diajarkan dengan mendialogkan aspek
normativitas (doktrin-doktrin hukum syar’i) dengan konteks historisitas (sejarah dan
sosial) umat Islam yang selalu berada dalam lingkup sejarah, dan peradaban manusia.
Fikih sebagai mata pelajaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan ilmu agama yang lain (al-Quran-Hadis, Akidah Akhlak, dan SKI). Ilmu Fikih
lebih menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang
benar dan baik sesuai dengan sumber utama Islam, yakni Al-Quran dan Hadis, dan
155
didasari oleh akhlak islamiyah. Dengan demikian pembelajaran fikih di madrasah,
khususnya di MTS perlu dipersiapkan secara matang dan menghindari pada situasi
pembelajaran yang formalis, hanya menjadikan ilmu fikih sebagai hafalan-hafalan
tentang ketentuan hukum, akan tetapi fikih harus menghadirkan sebuah nilai yang
menjadi dasar berperilaku peserta didik dan guru dalam kehidupan sehari-hari.
B. Tujuan Pembelajaran Fikih di MTs
Tujuan pembelajaran fikih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat
memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk
diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan
syariat secara kâffah (sempurna). Pembelajaran fikih di MTs bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok
hukum Islam yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah) dan hubungan
manusia dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah. (2) melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah dan ibadah sosial dengan sesama. Pengamalan tersebut diharapkan
menumbuhkan ketaatan menjalankan aturan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab
yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Dengan semangat yang demikian, maka modul materi fikih untuk tingkat MTs
ini perlu dibuat untuk pendalaman materi pembelajaran PAI pada PLPG dalam
kerangka meningkatan mutu profesionalisme guru, baik pada aspek kompetensi
akademik, profesional, personal, maupun sosial. Dengan mengacu pada kurikulum
pendidikan KTSP, maka pembelajaran fikih di MTs harus selalu dikembangkan oleh
setiap guru pengampu mata pelajaran fikih dan dikontekstualisasikan dengan realitas
kehidupan masyarakat sekarang.
C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih di MTs
Ruang lingkup mata pelajaran fikih di MTs meliputi ketentuan-ketentuan
hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Allah S.W.T dan hubungan manusia dengan sesama
manusia. Adapun ruang lingkupnya meliputi:
a. Aspek fikih ibadah meliputi: ketentuan dan tata cara taharah (bersuci), salat
fardu, salat sunnah, dan salat dalam keadaan darurat, sujud, azan dan iqamah,
156
berzikir dan berdoa setelah salat, puasa, zakat, haji dan umrah, kurban dan
akikah, makanan, perawatan jenazah, dan ziarah kubur.
b. Aspek fikih muamalah meliputi: ketentuan hukum jual beli, qirad, riba, pinjam-
meminjam, hutang-piutang, gadai, dan borg (jaminan) serta upah.
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fikih di MTs
Kelas VII Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Membiasakan bersuci (thaharah) dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Rasul Saw
1.1. Menjelaskan ketentuan-ketentuan bersuci
1.2. Membedakan antara hadats, najis dan kotoran
1.3. Mendemonstrasikan tata cara bersuci dari hadats, najis dan kotoran
2. Membiasakan berwudhu sesuai tuntunan Rasul Saw.
2.1. Menjelaskan ketentuan–ketentuan berwudhu.
2.2. Menghapal niat dan do’a setelah wudhu
2.3. Mendemonstrasikan cara berwudhu
3. Memahami mandi wajib setiap berhadats besar
3.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan mandi wajib
3.2 Membedakan antara mandi wajib dan mandi biasa
3.3 Mensimulasikan mandi wajib4. Membiasakan bersuci setiap selesai
haidh4.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
bersuci setelah haidh4.2 Menjelaskan siklus haidh4.3 Memperaktekkan tata cara bersuci
setelah selesai haidh5. Memperaktekkan tayammum dalam
keadaan darurat5.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
bersuci dengan tayammum5.2 Menghapal niat tayammum5.3 Mendemonstrasikan tata cara
tayammum6. Membiasakan shalat lima waktu
sesuai tuntunan Rasul Saw6.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
shalat lima waktu6.2 Menghapal bacaan-bacaan shalat
lima waktu6.3 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
waktu shalat lima waktu6.4 Mendemonstrasikan gerakan-gerakan
dan bacaan shalat.
157
7. Memperaktekkan tayammum dalam keadaan darurat
5.4 Menjelaskan ketentuan-ketentuan bersuci dengan tayammum
5.5 Menghapal niat tayammum5.6 Mendemonstrasikan tata cara
tayammum
6. Membiasakan shalat lima waktu sesuai tuntunan Rasul Saw
6.5 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat lima waktu
6.6 Menghapal bacaan-bacaan shalat lima waktu
6.7 Menjelaskan ketentuan-ketentuan waktu shalat lima waktu
6.8 Mendemonstrasikan gerakan-gerakan dan bacaan shalat.
9. Memperaktekkan tayammum dalam keadaan darurat
5.7 Menjelaskan ketentuan-ketentuan bersuci dengan tayammum
5.8 Menghapal niat tayammum5.9 Mendemonstrasikan tata cara
tayammum6. Membiasakan shalat lima waktu
sesuai tuntunan Rasul Saw6.9 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
shalat lima waktu6.10Menghapal bacaan-bacaan shalat
lima waktu6.11Menjelaskan ketentuan-ketentuan
waktu shalat lima waktu6.12Mendemonstrasikan gerakan-gerakan
dan bacaan shalat.Kelas VII Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami shalat dan khutbah sesuai tuntunan Rasul Saw
1.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat Jum’at dan khutbahnya
1.2 Mendemonstrasikan tata cara shalat Jum’at dan khutbahnya
2. Membiasakan shalat berjamaah dalam setiap shalat lima waktu
2.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat berjamaah
2.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan makmum masbuk
2.3 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa
2.4 Memperaktekkan shalat berjamaah dalam setiap waktu
3. Memahami shalat qashar, jama dan qashar jama.
3.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat qashar, jama dan qashar jama
3.2 Menghapal niat shalat qashar, jama dan qashar jama
3.3 Mendemonstrasikan tata cara shalat
158
qashar, jama dan qashar jama4. Memahami tata cara shalat dalam
keadaan darurat4.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
shalat dalam keadaan darurat4.2 Membedakan shalat dalam keadaan
darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan
4.3 Mendemonstrasikan shalat darurat dalam keadaan sakit dan sedang di kendaraan
5. Memahami tata cara shalat Jenazah 5.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat Jenazah
5.2 Menghapal bacaan-bacaan shalat Jenazah
5.3 Mendemonstrasikan tata cara shalat jenazah
6. Membiasakan shalat sunah malam (lail)
6.1 Menjelaskan macam-macam shalat malam
6.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan macam-macam shalat malam
6.3 Mempraktekkan macam-macam shalat malam
7. Memahami tata cara shalat ‘Ied 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat ‘Ied
7.2 Menghapal bacaan niat dan bacaan tasbih ketika shalat ‘Ied
7.3 Mendemonstrasikan shalat ‘Ied8. Membiasakan shalat Dhuha 8.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
shalat Dhuha8.2 Menghapal do’a setelah shalat Dhuha8.3 Memperaktekkan shalat Dhuha
9. Membiasakan shalat sunah Tahiyatul masjid
.
9.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat Tahiyatul masjid
9.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan I’tikaf
9.3 Memperaktekkan shalat Tahiyatul masjid dan I’tikaf
10. Memahami shalat dan khutbah sesuai tuntunan Rasul Saw
1.3 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat Jum’at dan khutbahnya
1.4 Mendemonstrasikan tata cara shalat Jum’at dan khutbahnya
11. Membiasakan shalat berjamaah dalam setiap shalat lima waktu
2.5 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat berjamaah
2.6 Menjelaskan ketentuan-ketentuan makmum masbuk
2.7 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa
2.8 Memperaktekkan shalat berjamaah dalam setiap waktu
12. Memahami shalat qashar, jama dan 3.4 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
159
qashar jama. shalat qashar, jama dan qashar jama3.5 Menghapal niat shalat qashar, jama
dan qashar jama3.6 Mendemonstrasikan tata cara shalat
qashar, jama dan qashar jama13. Memahami tata cara shalat dalam
keadaan darurat4.4 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
shalat dalam keadaan darurat4.5 Membedakan shalat dalam keadaan
darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan
4.6 Mendemonstrasikan shalat darurat dalam keadaan sakit dan sedang di kendaraan
Kelas VIII Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami tata cara sujud syukur dan tilawah
1.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan sujud syukur dan tilawah
1.2 Menghapal bacaan sujud syukur dan tilawah
1.3 Mendemonstrasikan sujud syukur dan tilawah
2. Membiasakan berdzikir dan berdo’a setelah shalat
2.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan berdzikir dan berdo’a
2.2 Menghapal bacaan dzikir dan do’a setelah shalat
2.3 Mempraktekkan berdo’a dan berdzikir setelah shalat
3. Memahami tata cara berpuasa 3.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan puasa
3.2 Menjelaskan macam-macam puasa3.3 Mempraktekkan puasa Ramadhan,
nadzar dan sunah4. Memahami tata cara zakat fitrah 4.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
zakat fitrah4.2 Menjelaskan akibat-akibat bagi orang
yang tidak mengeluarkan zakat fitrah4.3 Mempraktekkan zakat fitrah
5. Membiasakan menginfaqkan harta di luar zakat
5.1 Menjelaskan macam-macam cara membelanjakan harta di luar zakat
5.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah.
5.3 Mendemonstrasikan shadaqah, hibah dan hadiah
Kelas VIII Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami tata cara Haji 1.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
160
ibadah haji1.2 Membedakan macam-macam haji1.3 Membacakan bacaan-bacaan manasik
haji1.4 Mempraktekkan manasik haji
2. Memahami tata cara Umrah 2.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan Umrah
2.2 Mendemonstrasikan Umrah3. Mengetahui jenis-jenis binatang yang
halal dan haram dimakan3.1 Menjelaskan ciri-ciri binatang yang
halal dan haram dimakan3.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
menyembelih binatang3.3 Mempraktekkan tata cara menyembelih
binatang4. Memahami tata cara berqurban dan
aqiqah4.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
berqurban4.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
beraqiqah4.3 Mempraktekkan berqurban dan
mendemonstrasikan aqiqah
Kelas IX Semester I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami jual beli sesuai syariat Islam
1.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan jual beli
1.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan khiyar dalam jual beli
1.3 Menjelaskan ketentuan-ketentuan qiradh dalam jual beli
1.4 Mensimulasikan tata cara jual beli2. Memahami hukum Islam tentang
pinjam-meminjam dan sewa menyewa2.1 Menjelaskan hukum pinjam meminjam 2.2 Menjelaskan hukum sewa menyewa,
gadai dan borg2.3 Mensimulasikan pinjam meminjam,
sewa menyewa gadai dan borg3. Memahami tata cara pelaksanaan
upah, hiwalah dan luqatah3.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan upah3.2 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
hiwalah3.3 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
luqhathah3.4 Mendemonstrasikan pelaksanaan upah,
hiwalah dan luqathah4. Menjauhi perbuatan riba 4.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan riba
4.2 Menjelaskan bunga bank4.3 Menjelaskan pendapat ulama tentang
bunga bank4.4 Mendemonstrasikan perbuatan riba
5. Memahami kewajiban-kewajiban 5.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan yang
161
terhadap orang sakit harus dilaksanakan terhadap orang sakit
5.2 Mempraktekkan menjenguk orang sakit
6. Memahami hukum Islam tentang jenazah
6.1 Menjelaskan tata cara mengurus jenazah
6.2 Menjelaskan tata cara ta’ziyah dan ziarah kubur
6.3 Mempraktekkan, tata cara mengurus jenazah, berta'ziyah dan ziarah kubur
7. Memahami tata cara bergaul di kalangan remaja sesuai ajaran Islam
7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan akhlak pergaulan di kalangan remaja
7.2 Membiasakan bergaul di kalangan remaja sesuai dengan ajaran Islam
Kelas IX Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami hukum Islam tentang jinayat, hudud dan diyat
1.1 Menjelaskan tentang jinayat dan hudud1.2 Menjelaskan tentang tata cara diyat1.3 Mendemonstrasikan tata cara jinayat,
hudud dan diyat.2. Menjauhi meminum minumam keras 2.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan yang
berhubungan dengan minuman keras2.2 Mendemonstrasikan akibat-akibat
orang yang meminum minuman keras3. Menjauhi perbuatan mencopet,
menjambret, mencuri, menyamun, merampok dan merompak
3.1 Menjelaskan perbedaan antara perbuatan mencopet, menjambret, mencuri, menyamun, merampok dan merompak
3.2 Menjelaskan akibat orang yang melakukan perbuatan mencopet, menjambret, mencuri, menyamun, merampok dan merompak
3.3 Mendemonstrasikan perbuatan perbuatan mencopet, menjambret, mencuri, menyamun, merampok dan merompak
4. Menjauhi perbuatan zina 4.1 Menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan zina
4.2 Menjelaskan akibat orang yang berzina5. Memahami undang-undang Negara 5.1 Menjelaskan undang-undang negara
5.2 Menjelaskan hokum membela tanah air5.3 Menjelaskan upaya-upaya membela
tanah air5.4 Menghormati undang-undang negara
162
6. Memahami hukum Islam tentang kewajiban-kewajiban warga negara dan kewajiban dalam memilih pemimpin
6.1 Menjelaskan kewajiban-kewajiban sebagai hamba Allah baik yang berhubungan dengan hak Allah atau dengan hak adami
6.2 Menjelaskan hukum mematuhi syariat Islami
6.3 Menjelaskan pola kepemimpinan dalam Islam
6.4 Mempraktekkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari
7. Membiasakan memelihara lingkungan dan berperilaku yang mencerminkan kepedulian social
7.1 Menjelaskan tata cara memelihara lingkungan
7.2 Menjelaskan tata cara meningkatkan kesejahteraan sosial dan berperilaku yang mencerminkan kepedulian sosial.
7.3 Mempraktekkan tata cara memelihara lingkungan dan berperilaku yang mencerminkan kepedulian sosial.
E. Contoh Pendalaman Materi Fikih
Materi Kelas VIII Semester II
BERQURBAN DAN AQIQAH
KOMPETENSI DASAR : Memahami tata cara berqurban dan aqiqah
INDIKATOR : 1. Menjelaskan pengertian qurban
2. Menjelaskan hukum qurban
3. Menyebutkan syarat dan jenis hewan qurban
4. Menyebutkan waktu cara pemotongan hewan qurban
5. Menjelaskan hikmah qurban
6. Menjelaskan pengertian aqiqah
7. Menjelaskan hukum aqiqah
8. Menjelaskan pemotongan hewan aqiqah
9. Menjelaskan hikmah aqiqah
10. Menyebutkan perbedaan qurban dan aqiqah
-QURBAN
1. Pengertian qurban
Qurban secara bahasa adalah dekat. Sedangkan secara terminologi qurban
adalah ibadah dengan cara memotong binatang untuk mendekatkan diri kepada Allah
163
SWT pada hari raya idul Adha dan tiga hari di hari tasyrik (tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah).
Ajaran berqurban yang berlaku saat sekarang adalah mengikuti syariat yang
diajarkan Nabi Ibrahim a.s. ketika beliau diperintah Allah SWT dalam mimpinya untuk
menyembelih putranya, Ismail. Hal ini diceritakan dalam S. As Saffat ayat 102-107:
قال ترى ماذا فانطر اذبحك اني المنام في ارى اني يبني قال السعي معه بلغ فلما للجبين وتله اسلمنا فلما) ۱۰۲ (النصرين من الله شاء ان ستجدني تؤمر ما افعل يابت
ان) ۱۰٥ (المحسنين نجزى كذلك انا الرأيا ضدقت قد) ۱۰٤ (يابراهيم ان ونادينه) ۱۰۳( )١٠٧ (عظيم بذبح وفدينه) ۱۰٦ (المبين البلؤ لهو هذا
Artinya: 102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama
Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
103. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ).
104. Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah
Kami memberi Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.106. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.107. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
2. Hukum qurban
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum qurban, yaitu ada yang
brpendapat bahwa hukum qurban adalah wajib dan ada yang berpendapat bahwa
hukum qurban adalah sunah muakad. Alasan Ulama yang mengatakan bahwa hukum
qurban adalah wajb adalah:
a. Firman Allah SWT dalam S. Al Kautsar ayat 1-2:
وانح لربك فصل) ١ (الكوثر اعطينك انا
Artinya:
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah
b. Sabda Rasulullah SAW
)عليه متفق (فليعد الصالة قبل ذبح كان من
Artinya: “Barangsiapa yang menyembelih qurban sebelum shalat, hendaknya berqurban lagi”.(Muttafaqun Alaih)
164
فال يضح ولم سعة له كان من قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن هريرة أبي عنمصالنا يقربن
Artinya: Dari Abu Huraira bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang berkecukupan berqurban dan dia tidak berqurban maka janganlah mendekati tempat shalatku.
Adapun ulama yang mengatakan bahwa hukum qurban itu sunah, seperti
dalam madzhab Syafi’i demikian Sufyan ats-Tsauri dan Ibnu Mubarok.
Sabda Nabi:
الله رسول ضحى قال هي؟ أواجبة الضحايا عن عمر ابن سألت قال سرين بن محمد عن)ماجه ابن رواه (السنة به وجرت بعده من والمسلمون وسلم عليه الله صلى
Artinya: Dari Muhammad bin Sirrin berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Umar, apakah dia wajib. Dia menjawab: Rasulullah saw telah berqurban dan kaum muslim setelah beliau berlaku hukum sunnah.
Para ulama sepakat bahwa qurban nadzhar hukumnya wajib dan Imam Syafi’i
mengatakan bahwa apabila qurban itu wajib, maka yang berqorban tidak boleh
memakan dagingnya, namun apabila ia sunnah ia boleh memakan dagingnya.
3. Syarat dan jenis hewan qurban
Tidak semua binatang binatang dapat dijadikan hewan qurban. Ulama
bersepakat bahwa qurban itu dari hewan ternak seperti unta, sapi, kerbau, kambing, dan
biri-biri (domba). Binatang yang akan dijadikan qurban harus memenuhi syarat
tertentu:
a. Binatang itu sehat dan tidak cacat
b. Binatang itu telah cukup umur
1) Biri-biri yang telah berumur satu tahun lebih atau telah tanggal giginya
2) Kambing yang telah berumur dua tahun lebih
3) Kerbau dan sapi yang telah berumur dua tahun lebih
4) Unta yang telah berumur lima tahun lebih
4. Waktu dan cara pemotongan hewan
qurban
Pemotongan hewan qurban dilakukan setelah shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah)
dan berakhir hingga akhir hari tasyrik (13 Dzulhijjah). Waktu memotong hewan qurban
disunnahkan sebagai berikut:
a. Membaca “Bismillahi Wallahu akbar”
165
أكبر والله الله بسم
b. Membaca shalawat Nabi
)محمد سيدنا على وسلم صل اللهم(
c. Membaca doa
) محمد أمة ومن محمد وعلى محمد من تقبل اللهم الله بسم(
d. Hewan qurban dihadapkan ke arah qiblat
e. Menggunakan alat potong yang tajam
Orang yang berqurban dengan seorang kambing atau domba hanya berlaku
untuk satu orang sedang bila berqorban dengan unta, sapi atau kerbau dapat berlaku
untuk tujuh orang. Sabda Rasulullah:
سبعة عن البدنة الحديبية عام وسلم عليه الله صلى الله رسول مع نحرنا: جابر عن)مسلم رواه (سبعة عن والبقرة
Artinya: Dari Jabir bin Abdillah bahwasanya dia berkata kami bersama Rasulullah saw waktu perjanjian Hudaibiyah berqurban seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang.
Untuk qurban dengan unta sebagian ulama menyatakan dapat digunakan untuk
10 orang. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Ibnu Abbas
النحر فحضر سفر في وسلم عليه الله صلى الله رسول مع كنا قال عباس ابن عن)النسائي رواه (سبعة عن والبقرة عشرة عن البعير في فاشتركن
Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata kami bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan dan mendapati hari Nahr (qurban), maka kami bersama-sama menyembelih seekor unta untuk 10 orang dan seekor sapi untuk 7 orang.
5. Hikmah qurban
Di antara hikmah qurban adalah sebagai berikut:
a. Mendekatkan diri kepada Allah
b. Sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan oleh Allah
c. Memupuk rasa solidaritas terhadap sesama manusia sehingga meningkatkan
ukhuwah Islamiyyah
d. Salah satu solusi dalam menanggulangi kemiskinan
-AQIQAH
1. Pengertian Aqiqah
166
Aqiqah adalah memotong hewan ternak pada hari ketujuh dari kelahiran anak
dengan ketentuan syara.
2. Hukum Aqiqah
Aqiqah hukumnya sunnah muakkad yaitu sunnah yang sangat dianjurkan karena
anak yang belum dilakukan aqiqah seolah-olah masih berada dalam gadaian dan
penebusnya adalah berupa aqiqah. Sabda Nabi:
وأبو النسائي رواه (رأسه ويخلق ويسمى سابعه يوم عنه تذبح بحقيقته رهينة غالم كل)داود
Artinya: “Setiap anak yang lahir itu tergadaikan sampai disembelihkan baginya binatang aqiqah yang disembelih untuknya pada hari ketujuh, (juga ketika itu) hendaknya diberi nama dan dicukur rambutnya” (HR Abu Daud dan Nasai)
Apabila sampai belum dewasa, belum dilaksanakan aqiqah karena belum mampu
maka dapat dilaksanakan setelah dewasa pada saat dia mampu melaksanakan
aqiqah.
3. Hikmah Aqiqah
Adapun hikmah aqiqah adalah sebagai berikut:
a. Sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan ibu dan anak
b. Sebagai bentuk rasa kasih sayang orang tua terhadap anak yang dilahirkan
c. Sebagai media memberitahukan kepada masyarakat bahwa orang tua sudah
memikul amanat Allah berupa anak
d. Sebagai pelajaran bagi orang tua bahwa nanti harus bertanggung jawab dalam
membesarkan anak
4. Perbedaan Qurban dan Aqiqah
Perbedaan qurban dan aqiqah adalah sebagai berikut:
No Qurban Aqiqah
1 Dilaksanakan pada hari raya
qurban dan hari tasyrik
Dilaksanakan karena ada kelahiran
anak
2 Bisa setiap tahun Sekali seumur hidup
3 Daging qurban dibagi dalam
keadaan mentah
Dibagi dalam keadaan sudah dimasak
167
EVALUASI
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan qurban dan aqiqah?
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan qurban dan aqiqah!
3. Bagaimana hukumnya orang yang melakukan aqiqah setelah
dia dewasa?
4. Mengapa Rasulullah membenci orang yang telah mampu
berqurban namun enggan melaksanakannya?
5. Salah satu hikmah qurban adalah mempererat ukhuwah
Islamiyah. Mengapa demikian?
Materi Kelas VIII Semester 1
PENGELUARAN HARTA DI LUAR ZAKAT
STANDAR KOMPETENSI
Memahami ketentuan pengeluaran harta di luar zakat
KOMPETENSI DASAR
1. Menjelaskan ketentuan sedekah, hibah, dan hadiah.
2. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara sedekah, hibah dan hadiah.
3. Menjelaskan manfaat dan keutamaan orang yang sedekah, hibah dan hadiah.
4. Mempraktekkan sedekah, hibah dan hadiah dalam kehidupan nyata.
SEDEKAH, HIBAH, DAN HADIAH
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai sedekah, hibah, dan hadiah, perlu
kiranya kita mengetahui sekelumit tentang mentasarufkan harta atau mendayagunakan
harta milik dalam konteks fikih muamalah. Dalam ilmu fikih dikenal dengan istilah
infak, yang berasal kata dari anfaqa yang berarti menafkahkan dan menbelanjakan
harta. Dalam konteks ilmu fikih, infak membelanjakan harta sesuai dengan tuntunan
agama Islam. Dilihat dari motif (niat) dan sasaran infak, maka infak dapat dibedakan
dari bentuk dan tujuannya, yakni sedekah, hibah, dan hadiah.
A. Sedekah
168
Sedekah yang berasal dari kata shadaqah adalah memberikan sesuatu yang baik
dan halal kepada orang yang membutuhkan dengan ikhlas karena Allah semata, tanpa
mengharapkan imbalan apa pun dari orang lain. Sedekah tidak terikat oleh ruang dan
waktu, artinya, di mana saja dan tidak harus menunggu kadar tertentu (nishab) dari apa
yang disedekahkan.
Hukum sedekah adalah sunnah, artinya, orang yang memberi sedekah akan
mendapat pahala dari Allah, dan tidak berdosa apabila tidak melakukannya. Islam
sangat menganjurkan sedekah, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, Q.S. Al-
Baqarah (2): 161.
كل في سنابل سبع أنبتت ة حب كمثل ه الل سبيل في أموالهم ينفقون ذين ال مثل
ه والل ة حب مئة عليم سنبلة واسع ه والل يشاء لمن يضاعف
Artinya: “Perumpamaan orang yang bersedekah (menginfakkan) hartanya di jalan allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki. Dan Allah Mahaluas (lagi) Maha Mengetahui.”
Pada ayat lain disebutkan:
وال اس الن رئاء ماله ينفق ذي كال واألذى بالمن صدقاتكم تبطلوا ال آمنوا ذين ال ها أي يا
صلدا فتركه وابل فأصابه تراب عليه صفوان كمثل فمثله اآلخر واليوم ه بالل يؤمن
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan pemerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya’ (pamer) kepada manusia dan tidak beriman kepada allah dan hari akhir, maka yang demikian itu ibarat debu yang di atas batu yang ditiup angina, sehingga lenyap tanpa bekas sedikit pun.”
2. Hibah
Hibah adalah memberikan (melimpahkan) dengan suka rela sesuatu yang kita
miliki kepada orang lain, baik dalam bentuk benda maupun jasa, dengan tidak ada
sebab apa pun yang mengharuskan adanya pemberian tersebut. Hibah dilakukan atas
dasar keinginan sendiri tanpa karena pengaruh orang lain. Oleh sebab itu, hibah harus
dilakukan dengan ikhlas, tanpa paksaan dari siapa pun.
Hibah dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Ibra’, yaitu hibah berupa pembebasan seseorang dari hutang.
169
b. Sedekah, yaitu memberikan sesuatu yang kita miliki kepada orang lain dengan
suka rela dengan tidak ada sebab apa pun yang mengharuskan adanya
pemberian tersebut.
c. Hadiah, yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan
kepada yang diberi hadiah atau sebagai bentuk penghormatan kepadanya.
Hukun hibah adalah sunnah, apabila hibah itu berupa sedekah, dan mubah
hukumnya apabila hibahnya berupa ibra’ atau hadiah.
Syarat hibah
1) Benda dan jasa yang dihibahkan nyata
2) Dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebiasaan yang berlaku.
3) Dapat dimiliki oleh penerimanya.
4) Si penerima hibah tidak terikat lagi dengan pemberi hibah, walaupun sebagian.
5) Barang atau jasa yang dihibahkan harus berada dalam kekuasaannya (milk
sempurna), tidak tergadaikan (tidak menjadi jaminan) dengan orang lain.
Rukun Hibah
1) Pemberi
2) Penerima
3) Ijab dan qabul (serah terima)
4) Tidak ada syarat mengikat yang ditentukan oleh pemberi hibah mengenai waktu
maupun pemanfaatannya.
3. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan
kepada orang yang diberi hadiah atau sebagai bentuk penghormatan kepadanya.
Sabda Rasulullah s.a.w., yang artinya: :
“Dari Khalid bin Adiy, sesungguhnya Nabi s.a.w. bersabda, siapa yang diberi kebaikan oleh saudaranya dengan tidak berlebihan dan tidak diminta, maka hendaklah diterima jangan ditolak, karena yang demikian itu merupakan rezeki yang diberikan oleh Allah kepadanya” (Hadis Riwayat Ahmad).”
Syarat dan Rukun Hadiah
Syarat hadiah:
170
1) Orang yang memberi hadiah berakal sehat dan merdeka.
2) Penerima hadiah harus orang yang betul-betul membutuhkan atau yang berhak.
3) Barang atau jasa yang dihadiahkan harus bermanfaat.
Rukun hadiah:
1) Pemberi
2) Penerima
3) Ijab dan qabul atau serah terima
4) Benda atau jasa yang dihadiahkan
Perbedaan Sedekah, Hibah, dan Hadiah
Perbedaan antara ketiganya adalah sebagai berikut:
1. Sedekah diperuntukkan bagi orang-orang lemah yang membutuhkan, sedangkan
hadiah diperuntukkan bagi orang-orang yang berprstasi, biasanya diberikan
sebagai penghargaan atau penghormatan atas prestasinya. Adapun hibah dapat
diperuntukkan bagi siapa saja, baik lemah atau tidak.
2. Sedekah digunakan iuntuk membantu, sedangkan hadiah digunakan untuk
menghormati, dan hibah bisa untuk keduanya.
3. Sedekah hukumnya sunnah, sedangkan hadiah dan hibah hukumnya mubah.
Manfaat Sedekah, Hibah, dan Hadiah
Baik sedekah, hibah, maupun hadiah dapat memberikan manfaat, baik kepada
yang memberikan sedekah, hibah, dan hadiah maupun kepada yang menerimanya. Di
antara manfaat tersebut adalah:
1. Dapat meringankan beban dan penderitaan orang lain yang
membutuhkan
2. Mempererat tali persaudaraan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Menghilangkan sifat tercela, seperti kikir dan bakhil.
4. Membersihkan diri dari sifat-sifat tercela.
5. Meningkatkan kepekaan sosial dan meratakan kesejahteraan
masyarakat.
EVALUASI
171
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan sedekah, hibah dan hadiah?
2. Jelaskan persamaan dan perbedaan sedekah, hibah dan
hadiah!
3. Salah satu manfaat sedekah adalah mempererat ukhuwah
Islamiyah. Mengapa demikian?
172