i
AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PEMBELIAN,
HUTANG DAGANG DAN PENGELUARAN KAS PADA
PT MULTISTRADA ARAH SARANA, TBK
SKRIPSI
Oleh
Ervina Dian Monika
008201000207
Fakultas Ekonomi
President University
Untuk memenuhi
Sebagian dari Syarat-Syarat Guna Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
President University
Cikarang Baru – Bekasi
Indonesia
2013
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini, Penguji menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “AUDIT
OPERASIONAL TERHADAP PEMBELIAN, HUTANG DAGANG DAN
PENGELUARAN KAS PADA PT MULTISTRADA ARAH SARANA, TBK”
(Penulis : Ervina Dian Monika, Fakultas Ekonomi) dinilai dan terbukti telah lulus
sidang pada 5 Maret 2013.
Ketua Penguji
…………………………………..
(Drs. H. Umar Subandijo, Ak, Mba)
Penguji 1
…………………………………...
(Monika Kussetya Ciptani, SE, M. Ak)
Penguji 2
……………………………………
(Yayas M Gitosaputro CPMA)
iii
SURAT REKOMENDASI
Skripsi ini berjudul “Pemeriksaan Operasional terhadap Pembelian, Hutang dagang dan
Pengeluaran Kas pada PT Multistrada Arah Sarana, tbk” disusun dan disampaikan oleh
(Ervina Dian Monika) dalam pemenuhan sebagian dari persyaratan untuk gelar Sarjana
Ekonomi - Jurusan Akuntansi, telah ditinjau dan telah memenuhi persyaratan untuk
skripsi. Oleh karena itu, kami merekomendasikan mahasiswa tersebut untuk mengikuti
sidang.
Cikarang, Januari 2013
Menyetujui,
Kepala Program Studi Akuntansi Dosen Pembimbing,
Dr Sumarno Zain, SE, Ak, MBA Dr Sumarno Zain, SE, Ak, MBA
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ervina Dian Monika
NIM : 008201000207
Fakultas/ Jurusan : Ekonomi/ Akuntansi.
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul AUDIT OPERASIONAL TERHADAP
PEMBELIAN, HUTANG DAGANG DAN PENGELUARAN KAS PADA PT
MULTISTRADA ARAH SARANA, TBK ini adalah murni hasil karya sendiri.
Apabila saya menguntip dari karya orang lain, maka saya mencantumkan sumbernya
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan saya bersedia dikenakan sanksi pembatalan
laporan skripsi ini, apabila terbukti melakukan tindakan plagiat.
Cikarang, Januari 2013
Ervina Dian Monika
NIM. 008201000207
v
ABSTRAK
Pembelian merupakan salah satu fungsi yang penting dan berpengaruh terhadap
kegiatan operasional perusahaan karena dari sinilah kegiatan operasional perusahaan
dimulai.
Metode penelitian dalam pemeriksaan operasional ini adalah penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan
membaca literatur-literatur untuk mendapatkan teori yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas. Penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara,
observasi langsung, penelusuran dokumen yang terkait serta pembuatan checklist
mengenai pengendalian intern.
Beberapa kebaikan yang ditemukan yaitu terdapatnya struktur organisasi,
beserta tugas dan tanggung jawabnya, perusahaan memiliki fungsi penerimaan yang
bertugas memeriksa barang dari supplier, perusahaan memiliki bagian yang bertugas
melakukan pengecekan penagihan sebelum dilakukan pembayaran, sistem otorisasi
pembayaran sudah dilakukan dengan baik, perusahaan memiliki bagian quality control
yang bertugas memeriksa kualitas barang, bagian pembelian telah mengelola master
data supplier dengan baik. Penulis juga mendapatkan temuan audit yang menjadi
kelemahan yaitu kebijakan dan prosedur formal mengenai pencatatan hutang dan
pengeluaran kas belum tertera secara tertulis, adanya keterlambatan pembayaran
terhadap supplier, persediaan yang tidak terupdate pada sistem, beberapa PO baru
diterbitkan setelah dilakukan aktivitas pengiriman oleh supplier.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, dapat dilihat bahwa fungsi
pembelian, pencatatan hutang dan pengeluaran kas sudah cukup memadai. Berdasarkan
temuan audit, penulis memberikan beberapa saran untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan yaitu pembuatan SOP yang mengatur proses pencatatan hutang dan
pengeluaran kas, menyarankan kepada bagian gudang dapat mengetahui TOP dari setiap
PO dan Bagian gudang juga mempunyai SOP mengenai batas waktu dalam penerbitan
RIR, bagian gudang harus lebih teliti dalam update dalam penggunaan persediaan pada
sistem sehingga tidak ada selisih antara aktual dan data di sistem dan bagian gudang
melakukan pengecekan aktual terhadap persediaan dalam periode tertentu, proses
penerbitan PO harus sesuai dengan prosedur operasional pembelian.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Audit Operasional Terhadap Pembelian, Hutang
Dagang dan Pengeluaran Kas pada PT Multistrada Arah Sarana, tbk” dalam rangka
memenuhi sebagian dari persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi Presiden University.
Pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan moril dan materiil sehingga skripsi
dapat selesai. Ucapan terima kasih ini khususnya penulis tujukan kepada :
1. Bapak Yayas M Gitosaputro, CPMA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penulisan
skripsi ini.
2. Seluruh Dosen President University yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan selama masa perkuliahan.
3. Pimpinan Perusahaan dan karyawan PT Multistrada Arah Sarana, tbk yang telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh data dan informasi dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Orang tua, suami dan keluarga yang telah memberikan dorongan moril dan materiil.
5. Teman-teman pelayanan di Pelangi GKPB MDC Lippo Cikarang yang telah
mendukung dalam doa dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
vii
Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, karena itu
penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan skripsi
ini.
Akhirnya penulis dengan segala kerendahan hati menyajikan skripsi ini dengan
harapan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Cikarang, Januari 2013
Penulis
(Ervina Dian Monika)
viii
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii
SURAT REKOMENDASI ....................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iv
ABSTRAK ................................................................................................................. v
KATA PEGANTAR .................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi
GLOSARIUM ............................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ..................................................... 3
1.3 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
1.6 Metologi Penelitian ................................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Audit Operasional .................................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Auditing ......................................................................... 7
2.1.2 Jenis-Jenis Audit ............................................................................. 8
2.2 Audit Operasional .................................................................................. 9
2.2.1 Pengertian Audit Operasional ......................................................... 9
2.2.2 Tujuan Audit Operasional ............................................................... 10
2.2.3 Keterbatasan Audit Operasional ...................................................... 12
ix
2.2.4 Tahapan Audit Operasional ............................................................. 13
2.2.5 Laporan Audit Operasional ............................................................. 15
2.3 Struktur Pengendalian Intern ................................................................. 16
2.3.1 Pengertian Struktur Pengendalian Intern ........................................ 16
2.4 Sistem Akuntansi Pembelian ................................................................. 19
2.4.1 Fungsi Sistem Akuntansi Pembelian ............................................... 19
2.4.2 Tujuan Audit Pembelian .................................................................. 22
2.4.3 Prosedur Sistem Akuntansi Pembelian ........................................... 22
2.4.4 Dokumen Akuntansi Pembelian ...................................................... 24
2.5 Pengertian Pengeluaran Kas .................................................................. 26
2.6 Tujuan Audit Hutang ............................................................................. 27
2.7 Pengertian Efektif dan Efisiensi ............................................................ 28
BAB III DESKRIPSI PERUSAHAAN
3.1 Metodologi Penelitian yang digunakan ................................................. 30
3.2 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 31
3.3 Teknik Pengumpulan Instrumen ........................................................... 33
3.4 Sejarah Perusahaan ................................................................................ 33
3.5 Visi, Misi, Value dan Strategi Perusahaan ............................................ 34
3.6 Kegiatan Usaha ..................................................................................... 37
3.7 Uraian Tugas PT Multistrada Arah Sarana ............................................ 38
BAB IV AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PEMBELIAN, HUTANG
DAGANG DAN PENGELUARAN KAS PADA PT MULTISTRADA
ARAH SARANA, TBK
4.1 Perencanaan Audit Operasional ............................................................. 43
4.2 Pelaksanaan Audit .................................................................................. 43
4.2.1 Survei Pendahuluan ...................................................................... 43
x
4.2.2 Kebijakan Pembelian .................................................................... 45
4.2.3 Prosedur Pemesanan dan Pembelian Barang ................................ 46
4.2.4 Prosedur Penerimaan Barang ........................................................ 47
4.2.5 Prosedur Pencatatan Hutang dan Pengeluaran Kas ...................... 48
4.3 Prosedur Audit ....................................................................................... 49
4.3.1 Audit atas Prosedur Permintaan Pembelian .................................. 49
4.3.2 Audit atas Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan
Supplier ........................................................................................ 51
4.3.3 Audit atas Prosedur Pemesanan Pembelian .................................. 53
4.3.4 Audit atas Prosedur Penerimaan Barang ...................................... 55
4.3.5 Audit atas Prosedur Pencatatan Pembelian ................................... 58
4.3.6 Audit atas Prosedur Pemrosesan dan Pencatatan Pengeluaran Kas 60
4.4 Temuan Audit Operasional atas Fungsi Pembelian, Pencatatan Hutang dan
Pengeluaran Kas .................................................................................... 63
4.5 Laporan Hasil Audit Operasional ......................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 74
5.2 Saran ..................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 77
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 FLOWCHART PROSES PEMBELIAN
LAMPIRAN 2 FLOWCHART PROSES PENCATATAN HUTANG
LAMPIRAN 3 ORGANIZATION CHART
LAMPIRAN 4 SURAT KETERANGAN PENELITIAN
LAMPIRAN 5 THESIS CONSULTATION AND ADVISING SHEET
xii
GLOSARIUM
PO : Purchase Order
BSA : Bussines Support Administration
ROP : Re order point
PPC : Planning Product Control
PR : Purchase Requestition
RMAL : Raw Material Approval List
RIR : Receiving Inspection Report
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk
mencapai keuntungan yang maksimum. Hal ini menyebabkan persaingan dalam dunia
usaha dimana perusahaan berupaya untuk tetap menghasilkan produk yang berkualitas
sesuai dengan keinginan pelanggan. Persaingan yang terjadi menyebabkan perusahaan
harus menyadari perlunya manajemen yang baik dengan menerapkan pengendalian intern
yang memadai agar tercapai pengelolaan yang lebih efektif dalam kegiatan perusahaan.
Perusahaan berusaha untuk memiliki suatu strategi dan perencanaan yang baik
dalam meningkatkan laba dan menekan biaya seefesien mungkin sehingga perusahaan
dapat bertahan bahkan terus berkembang. Salah satu unsur penting dalam meningkatkan
efektivitas dan efisiensi adalah adanya bagian internal auditor yang berperan dalam
melakukan pemeriksaan internal perusahaan. Pimpinan perusahaan memerlukan audit
operasional yang menyajikan informasi mengenai efektivitas dan efisiensi pengendalian
internal terhadap aktivitas operasional perusahaan. Audit operasional ini berfungsi untuk
menemukan dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam pengendalian
internal sehingga pengendalian tersebut dapat berjalan sesuai dengan harapan manajemen.
Audit operasional merupakan evaluasi atas berbagai kegiatan operasional
perusahaan sedangkan sasarannya adalah untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan
operasional perusahaan telah sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan oleh
perusahaan. Apabila belum dilaksanakan, maka auditor akan memberikan rekomendasi atau
saran agar pada masa yang akan datang dapat berjalan dengan lebih baik.
2
Suatu perusahaan pasti memiliki beberapa fungsi yang digunakan untuk
mengoperasikan perusahaannya dimana salah satunya adalah fungsi pembelian. Pembelian
merupakan salah satu fungsi yang penting dan berpengaruh terhadap kegiatan operasional
perusahaan karena dari sinilah kegiatan operasional perusahaan dimulai. Proses pembelian
dan pengeluaran kas melibatkan setiap keputusan dan proses yang diperlukan untuk
memperoleh barang dan jasa guna menjalankan operasi perusahaan. Proses pembelian
dapat berjalan dengan baik apabila proses pencatatan dan proses pembayaran hutang juga
terselenggara dengan baik. Pencatatan atas pengeluaran kas harus dilakukan dengan baik
dan benar karena kas merupakan harta perusahaan yang paling likuid dan paling mudah
dimanipulasi. Untuk itu diperlukan adanya audit operasional dalam proses pembelian,
pencatatan hutang dan pengeluaran kasnya agar perusahaan dapat meningkatkan proses
pembelian secara efesien, efektif dan ekonomis.
Penerapan audit operasional terhadap fungsi pembelian, hutang dagang dan
pengeluaran kas akan membantu manajemen dalam mengurangi kesalahan pencatatan
transaksi, mencegah kesempatan untuk mengadakan manipulasi dan pencurian serta
mencegah terjadinya pengeluaran biaya yang tidak berhubungan dengan kepentingan
perusahaan. Dengan demikian kinerja perusahaan akan dapat ditingkatkan.
PT Multistrada arah Sarana, tbk merupakan perusahaan manufaktur bidang otomotif
yang memproduksi ban luar kendaraan roda dua dan roda empat. PT Multistrada Arah
Sarana, tbk memiliki prosedur pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas juga harus
menyelenggarakan dan mengendalian fungsi ini dengan baik sehingga efesiensi dan
efektivitas perusahaan dapat tercapai.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai
pemeriksaan operasional terhadap pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas pada PT
3
Multistrada Arah Sarana, tbk dan diharapkan dapat membantu perusahaan dalam
meminimalisir resiko kerugian yang terjadi. Oleh karena itu, penulis menyusun skripsi
dengan judul “AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PEMBELIAN, HUTANG
DAGANG DAN PENGELUARAN KAS PADA PT MULTISTRADA ARAH
SARANA, TBK”.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Fungsi pembelian merupakan salah satu fungsi yang penting dalam perusahaan,
maka pengendalian yang tidak memadai dapat mengakibatkan terganggunya kelancaran
kegiatan operasional perusahaan. Dalam skripsi ini, penulis mengidentifikasi masalah di
dalam perusahaan yaitu adanya keterlambatan pembayaran dan tidak ada prosedur secara
tertulis mengenai proses pengeluaran kas. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis akan
melakukan penelitian dengan pembahasan masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut
:
a) Apakah pelaksanaan operasional atas pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas
PT Multistrada Arah Sarana, tbk telah berjalan dengan efektif dan efisensi dan sudah
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan?
b) Apakah struktur pengendalian intern atas pembelian, hutang dagang dan pengeluaran
kas PT Multistrada Arah Sarana, tbk telah dilaksanakan dengan semestinya?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Pembahasan dalam audit operasional pada PT Multistrada Arah Sarana, tbk
mencakup pemeriksaan operasional terhadap kegiatan pembelian bahan baku, non raw
material secara kredit, pencatatan hutang dagang dan pengeluaran kas atas pembayaran
4
hutang dagang. Penulis membatasi ruang lingkup audit operasional terhadap fungsi
pembelian barang terhadap supplier-supplier lokal saja. Adapun pembahasan audit
operasional atas fungsi pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas pada PT Multistrada
Arah Sarana, tbk dibatasi pada pembahasan mengenai evaluasi sistem pengendalian
manajemen dan prosedur penyusunan audit untuk tahap audit rinci dalam fungsi pembelian,
pencatatan hutang dagang dan pengeluaran kas dengan tujuan mengukur efektivitas dan
efisiensi operasi perusahaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk :
1. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan operasional atas pembelian, hutang dagang
dan pengeluaran kas PT Multistrada Arah Sarana, tbk telah berjalan dengan efektif
dan efisensi dan sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh perusahaan
2. Untuk mengetahui apakah struktur pengendalian intern atas pembelian, hutang
dagang dan pengeluaran kas PT Multistrada Arah Sarana, tbk telah dilaksanakan
dengan semestinya
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan:
a. Sebagai masukan untuk mengetahui kelemahan sistem pengendalian internal
dalam aktivitas fungsi pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas.
5
b. Audit operasional dalam rangka membantu manajemen dalam meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dari aktivitas pembelian, hutang dagang dan
pengeluaran kas.
c. Rekomendasi hasil audit yang diusulkan dapat sebagai bahan pertimbangan
dalam meningkatkan keandalan pengendalian intern atas fungsi pembelian,
hutang dagang dan pengeluaran kas serta memperbaiki sistem pengendalian
intern.
2. Bagi penulis, untuk menambah wawasan mengenai audit operasional atas fungsi
pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dalam memahami kegiatan audit
operasional atas fungsi pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas.
1.6 Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
deskripsi analitis, yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang dapat
memberi gambaran mengenai suatu objek penelitian dan menganalisis objek penelitian
tersebut.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Riset perpustakaan (library research)
Riset yang dilakukan dengan menggunakan buku-buku referensi sebagai acuan dalam
mengadakan penelitian. Riset dilakukan dengan membaca, mempelajari dan menelaah
literatur-literatur yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Jadi tujuan riset
perpustakaan adalah untuk memperoleh dasar-dasar teoritis yang akan digunakan
sebagai pedoman untuk menganalisa perusahaan.
6
2. Riset Lapangan (field research)
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data dan gambaran nyata dengan
mengunjungi dan meninjau secara langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan
informasi yang dibutuhkan, melalui :
a. Observasi
Melakukan pengamatan secara langsung mengenai cara kerja serta prosedur yang
berkaitan dengan pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas.
b. Wawancara (interview)
Melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait di perusahaan mengenai
objek permasalahan yang dibahas oleh penulis.
c. Pembuatan checklist
Menggunakan formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dengan
“Ya” atau “Tidak” yang diisi oleh pihak-pihak terkait sebagai dasar untuk menilai
adanya struktur pengendalian intern.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Audit Operasional
2.1.1 Pengertian Auditing
Dalam lingkungan ekonomi yang semakin bersaing saat ini, tingkat pencapaian
keekonomisan, efisiensi dan efektivitas dari kegiatan operasi perusahaan mempunyai
peranan yang sangat besar. Kebutuhan akan pemeriksaan operasional didasari suatu
pemikiran bahwa jika para manajer ingin menjalankan kegiatan operasi perusahaan secara
ekonomis, efisien dan efektif maka tentu diperlukan suatu alat yang dapat mendeteksi
masalah atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada kegiatan operasional
perusahaan sehingga dapat membantu para manajer menetukan tindak lanjut untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
Menurut Arens, Eider dan Beasley (2010) "Auditing is the accumulation and
evaluationof evidence about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and established criteria. Auditing should
be done by a competent, independent person."(h.4)
Menurut Amin Widjaja Tunggal dalam buku internal auditing (2011) sebagai
berikut: “Audit (auditing) adalah suatu proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi
bukti-bukti secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekonomi
untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria
serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.”
8
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa auditing memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Suatu proses yang sistematis yang terdiri dari serangkaian prosedur yang terstruktur.
2. Mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif.
3. Adanya pembandingan informasi perusahaan yang dapat diukur dengan kriteria yang
telah ditetapkan untuk menentukan kesesuaian antara keduanya.
4. Pemeriksaan dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen yaitu mempunyai
pengetahuan yang cukup sehingga dapat memahami kriteria yang ditetapkan, juga
kompeten dalam menentukan jumlah dan jenis bukti yang dibutuhkan agar dapat
menarik kesimpulan dengan tepat. Sikap independen ditunjukkan dengan memiliki
mental yang bebas dan sikap tidak memihak.
5. Adanya komunikasi yang melaporkan hasil penemuan audit dan sejauh mana
kesesuaian informasi perusahaan dengan kriteria yang telah ditetapkan kepada pihak
yang berkepentingan.
2.1.2 Jenis-Jenis Audit
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2003), “audit dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Audit Laporan Keuangan
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya kriteria itu adalah
Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum. Seringkali juga dilakukan audit laporan
keuangan yang disusun berdasarkan basis kas atau basis akuntansi lainnya yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan.
2. Audit Operasional
9
Merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi
suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas. Umumnya pada saat selesai
audit operasional, auditor akan memberikan saran kepada manajemen untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan yang menyangkut efisien, efektifitas dan
ekonomis.
3. Audit Kepatuhan
Bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti prosedur atau aturan
tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas yang lebih tinggi. Suatu
audit ketaatan dalam perusahaan, dapat termasuk penentuan apakah para pelaksana
telah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, peninjauan tingkat
upah untuk menentukan kesesuaian dengan peraturan dengan upah minimum untuk
memastikan bahwa perusahaan tersebut telah memenuhi ketentuan hukum yang
berlaku umum.” (h.18).
2.2 Audit Operasional
Audit operasional sering disebut sebagai audit manajemen, audit prestasi, audit
sistem dan audit efisiensi. Audit operasional pada dasarnya memiliki pengertian yang luas,
sehingga sampai saat ini belum ditemukan kesepakatan mengenai istilah-istilah dari audit
operasional tersebut.
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan istilah audit operasional secara luas,
sepanjang tujuannya adalah untuk menentukan efisiensi dan efektivitas organisasi maupun
bagian-bagiannya.
2.2.1 Pengertian Audit Operasional
10
Ada banyak pengertian yang didefinisikan oleh para ahli mengenai audit
operasional. Salah satunya menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan Jusuf
A.A (2003), ”Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian maupun dari prosedur
dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya,
pada saat penyelesaian audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada
manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan.”(h.4).
Menurut Tunggal, A.W. (2008) menyatakan, “Audit operasional merupakan audit
atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai ekonomi,
efisiensi dan efetifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya pada keinginan
manajemen”.(h.11).
Agoes. S (2004) mendefinisikan, “audit operasional adalah suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan
operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.” (h.9).
Dari beberapa definisi audit operasional di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
prinsipnya audit operasional dilakukan untuk menilai dan mengevaluasi efisiensi dan
efektivitas kegiatan objek yang diaudit sehingga jika ada suatu masalah yang timbul dapat
segera diidentifikasi untuk dicari pemecahannya. Pemeriksaan operasional digambarkan
sebagai review (kaji ulang) terhadap prosedur dan metode operasi perusahaan dengan
tujuan untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya. Audit operasional tidak dapat
memecahkan semua masalah tapi hanya membantu memecahkan masalah yang mempunyai
pengaruh cukup besar dalam kegiatan objek yang diaudit.
2.2.2 Tujuan Audit Operasional
11
Dalam mengadakan pemeriksaan, titik berat perhatian utama diarahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang diperkirakan dapat diperbaiki di masa yang akan datang. Tujuan
audit operasional tidak hanya ingin mendorong dilakukannya tindakan perbaikan tetapi juga
untuk menghindari kemungkinan terjadinya kekurangan atau kelemahan di masa yang akan
datang.
Tujuan umum audit operasional dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Menilai kinerja
Menilai kinerja adalah dengan membandingkan cara suatu organisasi melaksanakan
aktivitasnya dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen, seperti kebijakan
organisasional, standar, tujuan dan rencana detil. Tujuan kedua adalah perbandingan
dengan fungsi lain yang sama atau individual dalam organisasi (bench marking
external).
2. Mengidentifikasi untuk memperbaiki
Meningkatkan ekonomi, efisiensi, dan efektivitas merupakan kategori luas dengan
mana kebanyakan perbaikan diklasifikasikan. Auditor dapat mengidentifikasi
peluang-peluang khusus (praktik terbaik) dengan menganalisis wawancara dengan
individual (dalam atau di luar organisasi), mengamati operasi, menelaah data masa
lalu dan sekarang mengalisis transaksi, melakukan perbandingan internal dan
eksternal, dan melakukan pertimbangan profesional berdasarkan pengalaman
dengan organisasi tertentu atau yang lain.
3. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindak lanjut
12
Sifat dan lingkup dari rekomendasi yang dikembangkan dalam pelaksanaan audit
operasional beraneka ragam. Dalam banyak hal, auditor mungkin dapat melakukan
rekomendasi khusus. Dalam hal lain, studi lebih lanjut yang tidak dalam lingkup
audit mungkin diperlukan.
Menurut Tunggal, A. W. (2008) menyatakan, ”Beberapa tujuan dari audit
operasional
ialah :
1. Objek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan
ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk
menunjukkan perbaikan apa yang memungkinkan untuk memperoleh hasil yang
terbaik dari operasi yang bersangkutan.
2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.
3. Untuk mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai
tujuan apabila manjemen organisasi kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang
efisien.
4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi dari pengelolaan.
5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengan setiap fase
dari aktivitas usaha yang dapat merupakan dasar pelayanan kepada manajemen.
6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif
dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka.” (h.40).
2.2.3 Keterbatasan Audit Operasional
13
Audit operasional merupakan suatu alat bantu yang baik, akan tetapi audit
operasional ini tetap memiliki keterbatasan-keterbatasan, yaitu:
1. Keterbatasan waktu pemeriksaan.
2. Keterbatasan pengetahuan/keahlian pemeriksa.
3. Adanya hambatan dari pihak yang terkait didalam pemeriksaan.
4. Keterbatasan biaya pemeriksaan.
2.2.4 Tahapan Audit Operasional
Dalam melakukan audit operasional diperlukan adanya suatu kerangka tugas sebgaai
pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan. Kerangka tugas dalam suatu audit operasional
terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan (The Planning Phase)
Tujuan utama dari tahap ini adalah :
a. Mengumpulkan informasi mengenai area atau fungsi operasional.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi pada area operasional.
c. Mulai mengembangkannya menjadi audit program tahap perencanaan.
2. Tahap Penyusunan Audit Program (Audit Program Phase)
Tujuan dari audit program ini adalah untuk :
a. Sebagai rencana tindakan untuk melaksanakan audit operasional
b. Melakukan pemeriksaan pendahuluan (Preliminery review) pada tahap perencanaan.
c. Sebagai jembatan atau penghubung antara tahap perencanaan dengan tahap kerja
lapangan.
d. Melaksanakan pemeriksaan operasional secara efisien dan efektif.
14
3. Tahap Pemeriksaan Lanjutan (Field Work Phase)
Auditor menganalisa kegiatan untuk menentukan keefektifan dari manajemen dan
pengawasan yang berhubungan. Fungsi semacam ini diuji dalam operasi yang
sebenarnya dengan penekanan khusus pada daerah yang sulit dikontrol dan memiliki
titik kelemahan yang tinggi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah
suatu situasi membutuhkan peningkatan, apakah situasi tersebut menuntut perhatian
lebih dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi situasi tersebut.
4. Tahap Pengembangan Temuan Audit (Development of Audit Findings)
Tahap ini meliputi :
a. Pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang signifikan.
b. Evaluasi temuan, yang mengandung unsur :
- Kondisi : Apa yang ditemukan?
- Kriteria : Apa yang seharusnya terjadi?
- Akibat : Apa akibatnya bagi kegiatan perusahaan?
- Penyebab : Mengapa hal tersebut dapat terjadi?
- Rekomendasi : Apa yang dilakukan untuk memperbaiki situasi tersebut?
5. Tahap Pelaporan (Reporting Phase)
Tujuan dari pembuatan laporan pemeriksaan adalah untuk :
a. Menyajikan informasi yang bermanfaat dan tepat waktu atas operasi yang tidak
efisien dan masalah lainnya.
b. Merekomendasikan perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan.
Laporan pemeriksaan (audit report) merupakan kesimpulan dari seluruh hasil dari
pelaksanaan pemeriksaan operasional.
15
2.2.5 Laporan Audit Operasional
Seperti halnya audit laporan keuangan, sebagai hasil akhir audit opersional akan
dikeluarkan pula suatu laporan hasil audit oleh auditor. Bagi pimpinan organisasi
perusahaan yang tersangkut di dalam audit, laporan audit merupakan bukti nyata yang
mereka lihat mengenai audit yang telah dilakukan.
Fungsi audit report adalah :
1. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan operasional.
2. Memperngaruhi manajemen dan meminta melakukan tindakan.
3. Menanyakan manfaat pemeriksaan operasional bagi manajemen.
4. Menarik perhatian manajemen.
Bentuk laporan audit operasional dapat berupa lisan maupun dengan tertulis.
Laporan harus ditulis dari konsep ke rincian serta temuan harus diuraikan secara spesifik
dan manfaat yang akan diperoleh jika rekomendasi dilaksanakan. Pada umumnya suatu
laporan audit operasional akan meliputi unsur-unsur :
1. Tujuan dan ruang lingkup
2. Prosedur-prosedur yang digunakan oleh auditor
3. Temuan-temuan khusus
4. Rekomendasi-rekomendasi bila diperlukan
Ringkasan laporan hasil audit itu hendaknya :
1. Menjelaskan ruang lingkup dan tujuan audit
2. Menyajikan hal-hal aktual dengan akurat, lengkap dan wajar.
3. Menjelaskan temuan dan rekomendasi.
4. Mencantumkan informasi, temuan dengan didukung oleh bukti-bukti yang cukup untuk
menunjukan dasar permasalahanyang dilaporkan serta kebenaran dan kelayakannya.
16
5. Membuat identifikasi dan penjelasan mengenai masalah dan peryataan yang memerlukan
penelaahan dan pertimbangan lebih lanjut dari auditor.
6. Menyertakan tindakan manajemen yang patut diperhatikan terutama dalam perbaikan
manajemen yang memerlukan perluasan lebih lanjut.
7. Menempatkan prioritas pada perbaikan di masa depan dan bukannya pada kritik di masa
lalu.
2.3 Stuktur Pengendalian Intern
2.3.1 Pengertian Struktur Pengendalian Intern
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007) "Pengendalian internal adalah sistem
yang meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang terorganiasi yang
dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mencek kecermatan
dan keandalan data akuntansi serta meningkatkan efisiensi usaha.”(h.39)
Struktur pengendalian intern menurut COSO (Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission) mencakup lima kategori dasar kebijakan
dan prosedur yang dirancang dan digunakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan
memadai bahwa tujuan pengendalian dapat dipenuhi. Pengendalian intern terdiri dari lima
komponen yaitu:
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur yang
mencerminkan sikap menyeluruh manajemen puncak, direktur dan komisaris dan
pemilik suatu satuan terhadap pengendalian dan pentingnyaterhadap satuan usaha
tersebut.
17
Berikut ini merupakan komponen yang sangat penting dalam lingkungan pengendalian
yang harus menjadi bahan pertimbangan bagi para auditor:
a. Nilai integritas dan etika
Hal ini meliputi tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi intensif
dan godaan yang dapat menyebabkan pegawai bertindak tidak jujur, melanggar
hukum.
b. Komitmen terhadap kompetensi
Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas. Komitmen terhadap kompetensi meliputi pertimbangan
manajemen atas pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dan paduan antara
kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan
kompetensi.
c. Dewan komisaris atau komite audit
Dewan komisaris yang efektif adalah yang independen dari manajemen dan anggota-
anggotanya aktif serta menilai aktivitas manajemen. Tanggung jawab komite audit
adalah mengawasi proses pelaporan keuangan, mencakup struktur pengendalian
intern dan ketaatan kepada undang-undang dan peraturan.
d. Falsafah manajemen dan gaya operasi
Falsafah adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi
perusahaan dan karyawannya. Sedangkan gaya operasi mencerminkan ide manajer
tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan. Pemahaman mengenai
falsafah manajemen an gaya operasi ini membuat auditor dapat merasakan sikap
mereka terhadap pengendalian.
e. Struktur organisasi
18
Struktur organisasi suatu satuan usaha membatasi garis tanggung jawab dan
wewenang yang ada. Dengan memahami struktur organisasi, auditor dapat
mempelajari manajemen dan elemen fungsional usaha dan menaksir bagaimana
kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan pengendalian dilaksanakan.
f. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
Hal ini mencakup cara-cara seperti memo dari manajemen tentang pentingnya
pengendalian dan masalah yang berkaitan dengan pengendalian, organisasi formal
dan rencana operasi, deskripsi tugas pegawai dan kebijakan terkait dan dokumen
kebijakan yang menggambarkan perilaku pegawai.
g. Kebijakan dan prosedur kepegawaian
Aspek yang paling penting dalam pengendalian adalah pegawai. Oleh karena itu,
metode bagaimana pegawai direkrut, dievaluasi dan digaji harus diperhatikan dan
dikendalikan dengan baik.
2. Penetapan Resiko oleh Manajemen
Penetapan resiko dilakukan sebagai bagian dari perancangan dan pengoperasian struktur
pengendalian intern untuk meminimalkan salah saji dan ketidakberesan. Jika manajemen
secara efektif menilai dan bereaksi terhadap resiko, auditor biasanya mengumpulkan
lebih sedikit bahan bukti dibandingkan jika manajemen tidak dapat mengidentifikasi
atau bereaksi terhadap resiko yang signifikan.
3. Sistem Akuntansi
Kegunaan sistem akuntansi satu satuan usaha untuk mengidentifikasikan,
menggabungkan, mengklasifikasikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi
satu satuan usaha serta mengelola akuntanbilitas atas aktiva terkait. Untuk perusahaan
kecil dengan keterlibatan aktif pemilik, sistem akuntansi sederhana dengan suatu mikro
19
komputer yang mencakup seorang akuntan yang jujur dan kompetem akan memberikan
sistem akuntansi yang memadai. Perusahaan yang lebih besar memerlukan sistem yang
makin kompleks.
4. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh pihak manajemen telah dilaksanakan.
Aktivitas pengendalian dibagi menjadi lima kategori yaitu pemisahan tugas yang cukup,
otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas, dokumen dan catatan yang memadai,
pengendalian fisik atas aktiva dan catatan dan pengecekan independen atas pelaksanaan.
5. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian intern
sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang seharusnya melakukan
pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian.
Pemantauan dilakukan pada saat yang tepat untuk menetukan apakah struktur
pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan
apakah struktur pengendalian intern tersebut telah memerlukan perubahan karena
terjadinya perubahan keadaan.
2.4 Sistem Akuntansi Pembelian
2.4.1 Fungsi Sistem Akuntansi Pembelian
Pembelian merupakan titik awal dimana produksi dilakukan, tanpa ada pembelian
maka produksi tidak bisa dijalankan yang bisa membuat perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan. Menurut Arens dan Loebbecke (2003) mendefinisikan “Permintaan
pembelian adalah permintaan akan barang dan jasa oleh pegawai yang berwenang.
20
Bentuknya dapat berupa permintaan perolehan untuk bahan-bahan oleh mandor atau
pengawas gudang, reparasi di luar oleh pegawai kantor atau pabrik, atau asuransi
oleh direktur perusahaan yang bertanggung jawab atas property dan peralatan.” (p.558).
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Mulyadi (2001), “Sistem akuntansi
pembelian digunakan untuk melaksanakan pengadaan barang kebutuhan perusahaan.
Jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi pembelian adalah : prosedur
permintaan pembelian, prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan pemasok,
prosedur order pembelian, prosedur penerimaan barang, prosedur pencatatan utang, dan
prosedur distribusi pembelian.”(h.326). Sedangkan menurut Tata Sutarbi (2004) dalam
bukunya Sistem Informasi Akuntansi, menjelaskan bahwa sistem akuntansi pembelian
memiliki lima fungsi dasar, yaitu:
“1. Seseorang yang bukan karyawan departemen pembelian menentukan bahan-bahan
yang dibutuhkan, permintaan disajikan, dan disahkan.
2. Tender dikeluarkan, pemasok dipilih, dan order pembelian diterbitkan oleh
departemen pembelian.
3. Pada saat bahan diterima, laporan penerimaan dibuat oleh departemen penerimaan.
Dalam banyak kasus, hanya orang yang punya kemampuan teknis yang dapat
melakukan pemeriksaan bahan dan memberikan jaminan kepada departemen yang
akan menggunakan bahan. Dalam kasus lain, mungkin saja dilakukan pengujian
terhadap bahan yang dibeli sebelum pembayaran dilakukan. untuk itu, fungsi
pengujian dapat dibentuk sebagai bagian departemen penerimaan dan departemen
tersendiri.
21
4. Rincian faktur yang diberikan kepada pemasok dibandingkan dengan order pembelian
dan dengan laporan penerimaan. Faktur diteliti akurasi matematisnya. Jika semuanya
sudah tercakup dalam order, maka faktur disahkan untuk pembayaran.
5. Cek disiapkan dan dikirim ke pemasok, dan semua dokumen sebelumnya dibatalkan
untuk menghindari pembayaran ganda.” (h.129).
Transaksi pembelian dapat digolongkan menjadi dua yaitu pembelian lokal dan
pembelian ekspor. Pembelian lokal adalah pembelian dari pemasok dalam negeri,
sedangkan impor adalah pembelian dari pemasok luar negeri.
Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pembelian adalah:
1. Fungsi Gudang
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi gudang bertanggung jawab untuk
mengajukan permintaan pembelian sesuai dengan posisi persediaan yang ada di gudang
dan untuk menyimpan barang yang telah diterima oleh fungsi penerimaan. Untuk
barang-barang yang langsung dipakai (tidak diselenggarakan persediaan barang di
gudang), permintaan pembelian diajukan oleh pemakai barang.
2. Fungsi Pembelian
Fungsi pembelian bertanggung jawab untuk memperoleh informasi mengenai harga
barang, menentukan pemasok yang dipilih dalam pengadaan barang, dan mengeluarkan
order pembelian kepada pemasok yang dipilih.
3. Fungsi Penerimaan
Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi ini bertanggung jawab untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jenis, mutu, dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok
guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima oleh perusahaan. Fungsi
22
ini juga bertanggung jawab untuk menerima barang dari pembeli yang berasal dari
transaksi retur penjualan.
4. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi yang terkait dalam transaksi pembelian adalah fungsi pencatatan
utang dan fungsi pencatatan persediaan. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi
pencatatan utang bertanggung jawab untuk mencatat transaksi pembelian ke dalam
register bukti kas keluar dan untuk menyelenggarakan arsip dokumen sumber (bukti
kas keluar) yang berfungsi sebagai catatan utang atau menyelenggarakan kartu utang
sebagai buku pembantu utang. Dalam sistem akuntansi pembelian, fungsi pencatatan
persediaan bertanggung jawab untuk mencatat harga pokok persediaan barang yang
dibeli ke dalam kartu persediaan.
2.4.2 Tujuan Audit Pembelian
Menurut Agoes, S (2004) “Tujuan audit pembelian antara lain :
1. Menilai ketaatan kegiatan pembelian terhadap prosedur dan kebijakan
perusahaan yang berlaku.
2. Menilai efekifitas kegiatan pembelian dalam penyediaan bahan baku dan
bahan pembantu yang dibutuhkan.
3. Menilai efisiensi kegiatan pembelian yang dapat dilihat dari biaya yang
dikeluarkan untuk mendapatkan dan memelihara bahan baku dan bahan pembantu
yang dibeli.
4. Memberikan saran-saran dan rekomendasi yang diperlukan.” (p.117).
2.4.3 Prosedur Sistem Akuntansi Pembelian
Kegiatan pembelian berhubungan dengan pengadaan persediaan barang, baik
barang dagang maupun barang yang dibutuhkan selama kegiatan perusahaan. Fungsi
23
pembelian harus selalu mengetahui informasi mengenai ketersediaan barang yang
dibutuhkan dan mencari informasi dari para supplier terkait. Untuk itu, penting bagi fungsi
pembelian untuk mengetahui dan mematuhi prosedur pembelian yang telah dirancang dan
ditetapkan oleh perusahaan, agar kegiatan pembelian dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.
Beberapa jaringan prosedur yang membentuk sistem akuntansi pembelian sebagai
berikut :
1. Prosedur Permintaan Pembelian
Dalam prosedur ini fungsi gudang mengajukan permintaan pembelian dalam formulir
surat pembelian kepada fungsi pembelian. Jika barang tidak disimpan di gudang,
misalnya untuk barang-barang yang langsung dipakai, fungsi yang memakai barang
mengajukan permintaan pembelian langsung ke fungsi pembelian dengan
menggunakan surat permintaan pembelian.
2. Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan Pemasok
Dalam prosedur ini, fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga
kepada pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai
syarat pembelian yang lain, untuk memungkinkan pemilihan pemasok yang akan
ditunjuk sebagai pemasok barang yang diperlukan oleh perusahaan. Perusahaan
seringkali menetukan jenjang wewenang dalam pemilihan pemasok sehingga sistem
akuntansi pembelian dibagi menjadi sistem akuntansi pembelian dengan pengadaan
langsung, sistem akuntansi pembelian dengan penunjukan langsung, sistem akuntansi
pembelian dengan lelang.
3. Prosedur Order Pembelian
24
Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirim surat order pembelian kepada pemasok
yang dipilih dan memberitahukan kepada unit-unit organisasi lain dalam perusahaan
(misalnya fungsi penerimaan, fungsi yang meminta barang, dan fungsi pencatat utang)
mengenai order pembelian yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan.
4. Prosedur Penerimaan Barang
Dalam prosedur ini fungsi penerimaan melakukan pemeriksaan mengenai jenis,
kuantitas, dan mutu barang yang diterima dari pemasok, dan kemudian membuat
laporan penerimaan barang untuk menyatakan pernerimaan barang dari pemasok
tersebut.
5. Prosedur Pencacatan Utang
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi memeriksa dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan pembelian (surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari
pemasok) dan menyelenggarakan pencatatan utang atau mengarsip dokumen sumber
sebagai catatan utang.
6. Prosedur Distribusi Pembelian
Prosedur ini melipurti distribusi rekening yang didebit dari transaksi pembelian untuk
kepentingan pembuatan laporan manajemen.
Informasi yang diperlukan oleh manajemen dari sistem akuntansi pembelian adalah :
a. Jenis persediaan yang telah mencapai titik pemesanan kembali (reorder point).
b. Order pembelian yang telah dikirim kepada pemasok.
c. Total saldo utang dagang pada tanggal tertentu.
d. Saldo utang dagang kepada pemasok tertentu.
e. Tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan dari pembelian.
2.4.4 Dokumen Sistem Akuntansi Pembelian
25
Dokumen-dokumen yang digunakan oleh sistem akuntansi pembelian adalah
1. Surat Permintaan Pembelian
Dokumen ini merupakan formulir yang diisi oleh fungsi gudang atau fungsi pemakai
barang untuk meminta fungsi pembelian melakukan pembelian barang dengan jenis,
jumlah dan mutu seperti yang tersebut dalam surat tersebut.
2. Surat Permintaan Penawaran Harga
Dokumen ini digunakan untuk meminta penawaran harga bagi barang yang
pengadaannya tidak bersifat berulang kali terjadi (tidak repetitif), yang menyangkut
nilai atau jumlah rupiah pembelian yang besar.
3. Surat Order Pembelian
Dokumen ini digunakan untuk memesan barang kepada pemasok yang telah dipilih.
4. Laporan Penerimaan Barang
Dokumen ini dibuat oleh fungsi penerimaan untuk menunjukkan bahwa barang yang
diterima dari pemasok telah memenuhi jenis, spesifikasi, mutu dan kuantitas seperti
yang tercantumdalam surat order pembelian.
5. Surat Perubahan Order Pembelian
Kadangkala diperlukan perubahan terhadap isi surat order pembelian yang sebelumnya
telah diterbitkan. Perubahan tersebut diberitahukan kepada pemasok secara resmi
dengan menggunakan surat perubahan order pembelian.
6. Bukti Kas Keluar
Dokumen ini dibuat oleh fungsi akuntansi untuk dasar pencatatan transaksi pembelian.
Dokumen ini juga berfungsi sebagai perintah pengeluaran kas untuk pembayaran utang
kepada pemasok dan yang sekaligus berfungsi sebagai surat pembeitahuan kepada
kreditur mengenai maksud pembayaran (berfungsi sebagai remittance advice)
26
2.5 Pengertian Pengeluran Kas
Proses bisnis account payable menurut Bodnar dan Hopwood berkaitan dengan
pengeluaran kas dimana bagian account payable mengakses dokumen yang diperlukan
untuk mendukung pengeluaran kas, dokumen tersebut telah di telaah, lalu disertakan juga
dokumen kelengkapannya, dan diproses untuk menyaipkan sebuah voucher.
Account payable memulai pemrosesan pembayaran, yang meliputi perhitungan
jumlah yang jatuh tempo. Voucher diposting ke buku besar account payable, lalu voucher
yang disetujui diteruskan kebagian pengeluaran kas. Bagian pengeluaran kas mengontrol
pengeluaran cek tersebut seperti halnya pengeluaran tunai. Biasanya, cek digunakan untuk
mayoritas pengeluaran yang besar. Konsep dana pembayaran untuk uang muka tidak
dibatasi untuk control kas kecil. Dana pembayaran di muka adalah dana yang dipelihara
pada jumlah tertentu yang telah ditentukan sebelumnya oleh perusahaan.
Dalam sistem account payable diperlukan pengendalian dalam hal pengeluaran
kasnya. Menurut Marshal dan Paul “Sistem Informasi Akuntansi” (2005) mengatakan
bahwa :“Siklus pengeluaran adalah suatu rangkaian kegiatan bisnis dan operasional
pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan pembelian serta pembayaran barang dan
jasa.” (h.187)
Menurut Krismiaji “Sistem Informasi Akuntansi” (2005) mengatakan bahwa “hal-
hal yang harus diperhatikan dalam pengendalian pengeluaran kas adalah :
1) Otorisasi transkasi
Dimana bagian account payable harus mengotorisasi pengeluaran kas, dan bagian
keuangan menyetujuinya.
27
2) Pengamanan terhadap cek
Cek harus dibuat atas dasar paket voucher, cek harus mempunyai nomor urut
tercetak, hanya ditandatangani jika dibuat dengan benar, dan ditandatangani
stidaknya oleh dua pejabat bila nilainya melebihi angka tertentu, selain itu cek yang
masih beredar harus dicatat.
3) Pemisahan tugas
Diperlukan pemisahan tugas antara bagian account payable dan bagian pengeluaran
kas, lalu bagian pengeluaran kas dengan bagian buku besar, selain itu bagian buku
besar juga harus terpisah dari bagian account payable.
4) Dokumen dan catatan yang memadai
Harus dilakukan pengecekan terhadap paket voucher, khususnya faktur asli.
Dibatalkan segera cek ditandatangani, lalu account payable harus diposting setiap
hari, dan jurnal pengeluaran kas juga harus dibuat setiap hari.” (h.67).
2.6 Tujuan Audit Hutang
Tujuan audit terhadap hutang adalah:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan
dengan hutang usaha.
Dalam memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan keandalan catatan akuntansi
yang mendukung informasi hutang usaha, auditor harus melakukan rekonsiliasi
antara saldo hutang usaha yang dicantumkan dalam neraca dengan akun Hutang
usaha dalam buku besar.
28
2. Membuktikan keberadaan hutang dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
hutang yang dicantumkan di neraca. Untuk membuktikan asersi keberadaan aktiva
dan keterjadian transaksi yang bersangkutan dengan hutang lancar, auditor
melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini :
a. Pengujian analitik
b. Pemeriksaaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan hutang
dagang.
c. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan hutang dagang.
d. Konfirmasi hutang dagang.
3. Membuktikan asersi kelengkapan hutang dagang yang dicantumkan di neraca.
Hutang dagang harus disajikan di neraca pada fakta pada tanggal neraca atau
dengan kata lain sebesar jumlah yang menjadi kewajiban klien kepada kreditur
pada tanggal neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca hutang dagang yang
ada pada tanggal neraca merupakan kewajiban klien kepada kreditur pada tanggal
tersebut.
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang dagang di neraca.
Pengujian dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan harus didasarkan pada
prinsip akuntansi berterima umum (PABU).
2.7 Pengertian Efisiensi dan Efektivitas
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan operasional perusahaan merupakan
salah satu tujuan audit operasional yang dilaksanakan, dan berikut ini adalah gambaran
29
mengenai efektifitas dan efisiensi menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh
Jusuf, A.A (2003) :
1. Efektifitas mengacu kepada pencapaian suatu tujuan yang hendak dicapai dengan
memenuhi setiap standar atau kondisi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Efisiensi adalah suatu tindakan dengan cara yang dapat meminimalisir kerugian atau
pemborosan sumber daya dalam melaksanakan atau menghasilkan sesuatu.
Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa efektivitas lebih menitikberatkan pada
tingkat keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain, penilaian efektivitas didasarkan atas tujuan suatu organisasi yang dapat dicapai.
Sedangkan efisiensi lebih menitikberatkan pada kemampuan dan kehematan organisasi
dalam menggunakan sumber-sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Dalam mengevaluasi keekonomisan dan efisiensi, auditor menganalisa daya guna
dari sumber daya manusia, fasilitas, peralatan, persediaan, dan uang. Sedangkan efektivitas
merupakan pencapaian organisasi suatu hasil atau manfaat berdasarkan tujuan yang
ditetapkan. Efisiensi dan efektivitas operasi suatu organisasi jauh lebih sulit
pengevaluasiannya secara obyektif dibandingkan penerapan dan penyajian laporan
keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
30
BAB III
DESKRIPSI PERUSAHAAN
3.1 Metodologi Penelitian yang Digunakan
Metodologi penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah:
1. Metode Historis
Metode berdasarkan data historis yang ada pada perusahaan dilaksanakan dengan
mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini
yang ada dalam perusahaan yang diteliti.
2. Metode Deskriptif Analisis
Suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan yang sebenarnya berdasarkan
apa yang terlihat, biasanya dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menyajikan
data yang digunakan, dianalisis yang dapat memberikan gambaran yang lebih jelas
mengenai objek yang diteliti. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam
pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti adalah dimulai dari
metode pengumpulan data, operasionalisasi variabel, pengembangan instrumen,
analisis data dan pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.
3. Metode Kepustakaan
Penelitian dengan membaca, mempelajari buku-buku referensi dan sumber-sumber
lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
31
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah pertama penulis dalam melakukan
penelitian. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian dan pengumpulan data
penelitian ini adalah :
1. Studi Lapangan (Field Research)
Yaitu peninjauan yang dilaksanakan mengadakan peninjauan langsung ke tempat
terdapatnya masalah, hal ini dengan dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat
dan relevan. Studi ini meliputi pengumpulan data langsung dengan mengadakan
penelitian terhadap objek-objek yang diteliti untuk memperoleh data primer, dengan
melakukan:
a. Pengamatan Langsung (Observasi)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara langsung objek
penelitian dengan melihat kegiatan yang ada hubungannya dengan objek yang
diteliti.
b. Wawancara (Interview)
Yaitu tanya jawab secara langsung dengan bagian yang terkait yang berhubungan
dengan objek yang diteliti yang ada dalam perusahaan. Dalam wawancara
tersebut penulis melakukan konsultasi dan tanya jawab langsung dengan orang
yang berwenang dalam instansi yang bersangkutan. Dari wawancara tersebut
akan diperoleh data mengenai sturktur organisasi, uraian tugas dan proses
pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas. Data yang telah diperoleh akan
dianalisis untuk kemudian dibuat simpulan.
32
c. Check List
Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara membuat pertanyaan-
pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti kemudian
diajukan penulis kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Check list berisi pertanyaan yang dijawab “Ya” atau “tidak” mengenai
proses pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas. Data yang diperoleh dari
check list ini berupa data primer dan akan dianalisi.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan yaitu teknik berdasarkan literatur guna memperoleh dasar teoritis
dalam pemecahan masalah yang diteliti. Data dari literatur berguna sebagai bahan
pertimbangan atas data yang diperoleh dari penelitian. Dilakukan untuk
memperoleh data sekunder yang diperoleh dengan penelaahan buku-buku referensi
dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk
dijadikan dasar melakukan analisis terhadap operasi perusahaan. Dengan studi
kepustakaan, akan diperoleh gambaran dalam menganalisis temuan-temuan audit
terhadap pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas.
Data yang diperoleh akan diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar-
dasar teori yang telah dipelajari, sehingga akhirnya dapat disimpulkan yang akan menjawab
permasalahan. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan analisis agar lebih mudah
dipahami dan ditindaklanjuti.
33
3.3 Teknik Pengumpulan Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk menghimpun data.
Data yang diharapkan oleh penelitian ini adalah bersumber dari kepustakaan dan lapangan.
Data kepustakaan merupakan data sekunder dan lebih dimanfaatkan untuk mengidentifikasi
indikator penerapan internal control terhadap pembelian, hutang dagang dan pengeluaran
kas. Data primer diperoleh melalui penelitian lapangan yaitu dengan mengadakan
wawancara dan check list yang berasal dari responden yang termasuk dalam sampel
penelitian.
3.4 Sejarah Perusahaan
PT Multistrada Arah Sarana Tbk, atau ‘MASA’ (Perseroan), merupakan produsen
ban di Indonesia yang beralamat di Jl. Raya Lemahabang Km 58,3 Desa Karangsari
Cikarang Timur – Bekasi Jawa Barat 17550.
MASA memproduksi ban luar kendaraan bermotor roda dua dan roda empat baik
merek sendiri (Achilles, Corsa & Strada), dengan area pemasaran di pasar domestik dan
internasional. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1988 dengan nama PT. Oroban Perkasa.
Pada masa awal berdiri, perusahaan di desain dan mendapatkan teknologi dari Pirelli-Itali
juga teknis dan distribusi dari Continental GMbh-Jerman. Selama krisis di Asia tahun 1999,
seluruh kewajiban perusahaan dialihkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Sukses bisnis perusahaan saat ini dimulai sejak perusahaan yang sekarang diambil
alih oleh manajemen baru (PVP XVIII Pte Ltd dan PT. Indokemika Jayatama) pada tahun
2004 dan melakukan proses restrukturisasi, termasuk konversi dari pinjaman menjadi
ekuitas dan melakukan penawaran umum saham perdana/IPO pada tahun 2005. Dari masa
34
tersebut sampai dengan sekarang perusahaan ini terus meningkatkan kapasitas dan kualitas
produksi yang dibiayai dengan penambahan modal saham dan pinjaman sindikasi. Sukses
berkelanjutan dengan dukungan dari jaringan dealer yang makin luas dan tumbuhnya
reputasi menandai berkembangnya produk-produk perusahaan dari tahun ke tahun. Dari
tahun 2004 sampai dengan 2011 penjualan bersih perusahaan tumbuh sebesar CAGR 38%.
Hal ini dapat dicapai karena perusahaan telah mencapai reputasi yang baik dari produk di
pasaran domestik maupun internasional.
Meningkatnya penjualan dan pengakuan atas produk perusahaan oleh pasar otomotif
di seluruh Indonesia dan lima benua di dunia memberikan keyakinan untuk terus berusaha
meningkatkan kinerja yang sesuai dengan status sebagai produsen ban kelas dunia. Produk-
produknya pun telah mendapatkan sertifikasi pemenuhan standar kualitas baik secara
domestik maupun internasional.
Permintaan saat ini cukup baik dan melebihi kapasitas produksi, dan perusahaan ini
berusaha keras untuk memenuhinya dengan terus meningkatkan kapasitas produksi dan
terus mengembangkan jaringan distribusi baik di pasar domestik maupun internasional
sebagai upaya mempertahankan bahkan meningkatkan pangsa pasar yang sudah ada.
Dengan menggabungkan kemampuan teknis dan bisnis serta keunggulan pada fasilitas yang
dimiliki, serta sinergi dari seluruh karyawan yang bekerja bersama, perusahaan ini terus
memfokuskan diri pada perubahan dan inovasi untuk peningkatan penjualan dan
peningkatan image di pasar dunia
3.5 Visi, Misi, Value dan Strategi Perusahaan
Semua pemain tim kerja MASA bertujuan untuk mencapai tujuan yaitu keunggulan
dalam pembuatan ban di Indonesia, hingga standar kelas dunia. Dalam menjalankan hal ini
35
kami melaksanakan bisnis kami untuk manfaat distributor yang bernilai, dealer dan
konsumen, melalui hubungan kerja pribadi dan etika kerja standar internasional.
Visi:
"Sebagai pemimpin dan trendsetter dalam industri ban"
Misi:
"Untuk membuat dunia lebih baik dan sejahtera"
Value Perusahaan sebagai berikut :
1. Spiritual
Karyawan dibimbing oleh komitmen spiritual terhadap yang Maha Tinggi, dan cara
spiritual berhubungan dengan orang lain, sepanjang hari kerja.
2. Jujur dan Bertanggungjawab
Hal ini berarti bertindak dengan cara yang jujur dan bertanggungjawab dalam
semua urusan apakah itu dengan perusahaan, pemasok, distributor, pelanggan atau
pejabat.
3. Sinergi
Perusahaan menyadari bahwa semua aspek usaha dari sumber ke pabrikan hingga
waktu ban sampai ke pintu, terhubung dan terkait satu sama lain, perusahaan
mempraktekkan sinergi dalam pengambilan keputusan, yang menggunaakan secara
bersama-sama setiap elemen perusahaan untuk melihat apa yang "paling tepat" akan
meningkatkan tujuan korporasinya.
4. Proaktif
36
Dalam setiap kegiatan sehari-hari, karyawan mengambil posisi belajar proaktif yang
bergerak ke depan secara yakin dengan konsep-konsep baru, rencana asli, skema
pemotongan biaya dalam jumlah besar dan perampingan organisasi yang lebih
efisien.
5. Loyal
Pada setiap saat pandangan ditujukan kepada perusahaan sebagai sumber inspirasi
dan kemajuan karirnya, sebuah alasan untuk makmur dan kaya. Dengan demikian,
karyawan benar-benar loyal kepada majikan, membela kepentingannya dan
mendukung tujuan-tujuannya pada setiap momen selama hari kerja.
Strategi PT. Multistrada Arah Sarana, Tbk antara lain:
1. Menjadikan perusahaan ban yang dapat bersaing dengan perusahaan ban-ban lain
di Indonesia dengan mengedepankan kualitas ban terbaik yang sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
2. Mengedepankan Customer Satisfaction dalam segala aspek kebutuhan baik
kebutuhan pasar, harga, servis, dsb.
3. Selalu berinovasi dan mengembangkan produk-produk ban baik ban passenger,
motorcycle, maupun yang terakhir sekarang dalam pengembangan adalah ban
untuk truk. Sehingga akan semakin dikenal oleh masyarakat luas baik Indonesia
maupun di luar negeri.
4. Melakukan promosi terus-menerus dengan kemasan yang menarik dalam setiap
event-event yang dilaksankan baik di Indonesia maupun di luar negeri guna
memperkenalkan produk-produk dari PT. Multistrada Arah Saran, Tbk dengan
tujuan Brand Awareness.
37
3.6 Kegiatan Usaha
Proses produksi pembuatan ban terbagi dalam 4 tahapan yaitu :
1. Persiapan komponen
Tahapan ini dimulai dengan penimbangan karet alam, karet sintetis, bahan kimia,
carbon black dan polimer serta minyak sebagai bahan baku. Bahan baku tersebut
dicampur dalam banburry mixer. Bahan yang telah tercampur itu terdiri dari
beberapa variasi campuran yang disesuaikan dengan kegunaannya dalam konstruksi
ban, secara umum campuran tersebut disebut compound. Komponen ban antara lain
komponen untuk telapak ban, dinding ban, kerangka (carcass), sabuk ban, kawat
bead, inner liner dan sebagainya. Masing-masing komponen ini akan menggunakan
compound yang berbeda-beda dan dibuat pada mesin yang berbeda, misalnya
telapak ban dan dinding ban dibuat pada mesin yang disebut extruder. Komponen
kerangka (carcass) dibuat pada mesin calender dan mesin cutter. Komponen kawat
bead dibuat pada mesin bead grommet.
2. Perakitan komponen
Setelah selesai dibuat, komponen material tersebut dirakit dengan menggunakan
mesin tire building didalam ruang khusus untuk menghasilkan green tire. Green tire
ini dibuat berdasarkan ukuran ban yang telah direncanakan sesuai permintaan
bagian penjualan.
3. Pemasakan Green Tire
Setelah jadi, green tire dikirim ke ruang pemasakan atau curing. Di dalam ruang
pemasakan terdapat mesin curing press. Green tire akan dimasak di dalam cetakan
38
menurut pola telapak dan ukuran tertentu. Proses pemasakan ini menggunakan
pemanasan dengan steam atau gas dengan tekanan, waktu, dan suhu tertentu.
4. Seleksi ban jadi dan pemeriksaan kualitas
Dari ruang press curing, ban yang telah jadi dikirim ke ruangan seleksi untuk
diperiksa oleh inspektor. Pemeriksaan dilakukan mulai dari pemeriksaan secara
visual untuk mensortir ban yang terlihat cacat sampai dengan pemeriksaan dengan
mesin yang disebut uniformity machine yakni mesin untuk memeriksa apakah ban
telah memenuhi standar yang ditetapkan untuk digunakan pada kendaraan. Dan
dengan mesin ini, pemeriksaan visual dilakukan untuk seluruh produk sebelum
dikirim ke gudang penyimpanan.
3.7 Uraian Tugas PT Multistrada Arah Sarana
Melalui wawancara dengan pihak perusahaan, diperoleh informasi mengenai tugas
dan tanggung jawab setiap bagian yang terdapat pada struktur organisasi PT Multistrada
Arah Sarna, tbk. Seacara garis besar tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian
diuraikan sebagai berikut:
a. Presiden Direktur
1. Bertanggung jawab penuh terhadap keseluruhan kinerja dan operasional
perusahaan.
2. Menetapkan kebijakan, sasaran dan strategi perusahaan untuk dapat mencapai
keunggulan bersaing dan keuntungan jangka panjang.
3. Mengarahkan perusahaan agar lebih maju dalam industri ban.
39
4 Meningkatkan perencanaan strategis dan mereaslisasikan misi perusahaan agar
sesuai dengan falsafah perusahaan yang sudah ditentukan.
5 Mengarahkan operasi perusahaan, menkoordinasikan kebijakan dan pengambilan
keputusan dengan direktur-direktur lainnya.
6 Melaporkan kegiatan operasi perusahaan kepada RUPS.
b. Komite Audit
1. Bertugas membantu Dewan Komisaris dalam menjalankan pengawasan atas kinerja
perusahaan.
2. Memberikan pendapat atas laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi
kepada Dewan Komisaris.
3. Mengidentifikasikan hal-hal yang memerlukan perhatian khusus Dewan Komisaris,
dan tugas-tugas lain seperti melakukan penelaahan atas informsi keungan, ketaatan
perseroan terhadap perundang-undangan, pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
internal.
4. Memeriksa dan melaporkan setiap temuan hasil dari penyelidikan internal apabila
ditemukan adanya kemungkinan kecurangan, atau kegagalan sistem kendali
internal, atau pelanggaran hukum dan peraturan.
c. Finance and Accounting Division Head
1. Memastikan perencanaan, kebijakan dan strategi bidang keuangan agar terlaksana
sesuai dengan sasaran perusahaan, termasuk memantau seluruh aspek keuangan
perusahaan.
2. Memimpin serta mengkoordinasikan pekerjaan administratif.
3. Menentukan kebijakan keuangan perusahaan.
40
4. Perencanaan usaha dan anggaran serta terus memperbaharui sistem pengawasan
internal.
5. Menandatangani faktur penjualan.
Terdiri dari :
1) Finance Departement Head
a. Menyediakan dana dengan cara mengatur arus dana masuk dan keluar
dengan lancar, sehingga dana digunakan secara optimal.
b. Memeriksa pembayaran dengan giro atau cek sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
c. Menyetujui dokumen pengiriman yang telah disiapkan oleh bagian
penjualan.
d. Bertanggungjawab terhadap penagihan piutang A/R
2) Accounting Department Head
a. Menyediakan dan mengevaluasi laporan keuangan yang akurat, tepat
waktu dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Melakukan pengawasan terhadap pembuatan dan penyampaian laporan-
laporan yang berhubungan dengan pajak.
c. Mencatat dan memeriksa transaksi keuangan secara menyeluruh .
d. Direktur Sales Marketing International
1. Menentukan strategi pemasaran pasar ekspor
2. Mencapai target penjualan
3. Analisa dan evaluasi produk-produk baru
e. IT Departtement Head
1. Pengembangan terhadap teknologi informasi, sistem informasi dan sistem jaringan.
41
2. Bertanggung jawab terhadap pengadaan, penggantian, dan pengembangan peralatan
dan fasilitas teknologi informasi.
e. HRD Divison Head
1. Melakukan perencanaan kebutuhan karyawan.
2. Melakukan seleksi dan mengidentifikasi tingkat kemampuan sesuai dengan yang
dibutuhkan.
3. Bertanggung jawab terhadap pembayaran gaji karyawan.
4. Bertanggung jawab terhadap penyelesaian perselisihan antar karyawan, karyawan
dengan perusahaan.
5. Bertanggung jawab terhadap pengendalian kedisiplinan karyawan.
f. Warehouse Division Head
1. Bertanggung jawab terhadap keamanan persediaan barang.
2. Memastikan pengiriman barang kepada pelanggan tepat waktu.
3. Menyediakan barang dalam jumlah dan kondisi yang memadai.
4. Menyelenggarakan suatu sistem informasi dan administrasi pergudangan yang
efektif dan efisien.
g. Bagian Purchasing
1. Melakukan pemesanan pembelian barang.
2. Melakukan penawaran harga dengan supplier.
3. Membuat dokumen-dokumen yang berhubungan dengan aktivitas pembelian.
4. Follow up kedatangan barang yang dipesan
h. Bagian Bussines Support Administration
1. Membuat dokumen PO dari PR yang sudah disetujui oleh bagian pembelian.
2. Menerima tagihan dari supplier.
42
3. Melengkapi dokumen penagihan yang akan diberikan ke bagian keuangan.
4. Mengurus dokumen bea cukai
43
BAB IV
AUDIT OPERASIONAL TERHADAP PEMBELIAN, HUTANG DAGANG DAN
PENGELUARAN KAS PADA PT MULTISTRADA ARAH SARANA, TBK
4.1 Perencanaan Audit Operasional
Tahap ini digunakan penulis untuk memperoleh informasi umum mengenai
perusahaan secara garis besar seperti informasi bidang usaha yang dikelola, tujuan dan
sasaran perusahaan serta bagaimana organisasi dan aktivitas perusahaan dikelola untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan.
Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efesiensi, efektifitas dan
keekonomisan kegiatan operasi sebuah perusahaan. Untuk memulai audit, seorang auditor
harus terlebih dahulu mengadakan perencanaan pemeriksaan. Perencanaan audit merupakan
penyusunan strategis menyeluruh mengenai tindakan yang akan dilakukan dan ruang
lingkup audit. Luas sempitnya ruang lingkup audit operasional akan tergantung pada
pengendalian intern. Semakin baik pengendalian intern di suatu perusahaan maka semakin
sempit pula ruang lingkup audit operasional yang perlu diteliti oleh auditor. Begitu pula
sebaliknya, semakin buruk pengendalian intern di suatu perusahaan akan semakin luas
ruang lingkup audit operasional yang perlu diteliti oleh auditor.
4.2 Pelaksanaan Audit
4.2.1 Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan untuk memperoleh informasi latar belakang perusahaan dan
mengumpulkan informasi mengenai gambaran aktifitas pembelian, pencatatan hutang
44
dagang, dan pengeluaran kas pada PT Multistrada Arah Sarana, tbk yang dilakukan sebagai
berikut:
1. Melakukan wawancara dengan kepala bagian keuangan dan beberapa karyawan
yang dapat memberikan informasi yang diperlukan serta menjelaskan tujuan dan
sasaran pemeriksaan ini.
2. Mengumpulkan data-data tertulis mengenai sejarah perusahaan, operasi perusahaan,
struktur organisasi dan uraian tugasnya, serta prosedur operasional yang
berhubungan dengan fungsi pembelian, pencatatan hutang dagang dan pengeluaran
kas yang telah ditetapkan perusahaan.
3. Melakukan tanya jawab berupa wawancara langsung dengan bagian pembelian,
bagian gudang, bagian BSA (Bussines Support Administration), bagian keuangan
dan bagian akuntansi PT Multistrada Arah Sarana, tbk untuk mengetahui kebijakan
dan prosedur baik secara umum maupun khusus yang diterapkan oleh perusahaan.
4. Mempelajari prosedur pemesanan pembelian, penerimaan barang, pencatatan
hutang dan pengeluaran kas.
5. Memberikan check list yang berkaitan dengan pemesanan pembelian, penerimaan
barang, pencatatan hutang dan pengeluaran kas kepada bagian pembelian, bagian
gudang, bagian BSA (Bussines Support Administration), bagian keuangan dan
bagian akuntansi.
6. Melakukan pengamatan langsung terhadap cara kerja karyawan yang terkait dalam
proses pembelian, pencatatan hutang dagang dan pengeluaran kas.
7. Mengevaluasi hasil dari wawancara, check list dan pengamatan langsung.
45
8. Membuat ikhtisar atas temuan-temuan penting.
4.2.2 Kebijakan Pembelian
Penulis mendapat informasi mengenai kebijakan pembelian dan penilaian mutu
terhadap produk sebagai berikut:
1. Pembelian dibagi menjadi dua yaitu pembelian non raw material dan pembelian
raw material.
2. Ketentuan untuk kebutuhan pembelian raw material berdasarkan perhitungan re
order point (ROP).
3. Ketentuan untuk kebutuhan pembelian non raw material berdasarkan job order
departemen yang membutuhkan.
• Ketentuan Penilaian mutu produk untuk calon vendor baru :
1. Calon vendor baru diminta contoh barang menurut spesifikasi atau klasifikasi yang
diinginkan.
2. Untuk vendor baru, contoh barang harus dilengkapi dengan certificate atau identitas
yang jelas (certificate of analisys), kemudian bagian laboratorium melakukan
pengujian physical dan chemical test yang disahkan oleh manajer R&D.
3. Untuk calon vendor baru harus dilakukan audit atas sistem proses produksi.
• Ketentuan Penilaian mutu produk untuk vendor yang sudah berjalan :
46
1. Untuk vendor yang sudah berjalan tetapi belum memiliki sertifikat dari badan
sertifikasi tidak perlu dilakukan survei/audit ke pabrik, tetapi dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Adanya surat pernyataan dari vendor bahwa akan segera mendapatkan sertifikat
atas manajemen mutu dari salah satu badan sertifikasi.
b. Harus dilakukan audit atas sistem mutu dan proses produksi.
2. Untuk vendor yang sudah berjalan, audit dilakukan berdasarkan prioritas vendor
yang bermasalah dan area domisili (pabrik).
4.2.3 Prosedur Pemesanan dan Pembelian Barang
Pemesanan barang untuk bahan baku dilakukan oleh Departemen Planning Product
Control (PPC) dengan membuat formulir permintaan barang/jasa atau dinamakan purchase
requestition (PR) pada sistem bila barang sudah dalam persediaan minimum. PR di print
out untuk disetujui oleh pimpinan departemen dan GM divisi. Sedangkan untuk pembelian
non raw material, departemen yang membutuhkan membuat PR. Untuk permintaan
pembelian fixed asset, harus menggunakan form Fixed asset yang disetujui oleh GM dan
BOD. Permintaan pembelian yang ditolak akan dikembalikan ke departemen yang
membutuhkan (user). PR yang sudah disetujui kemudian diserahkan kepada bagian
pembelian. Bagian pembelian akan melakukan seleksi vendor dari RMAL (Raw Material
Approval List) dengan mencari minimal 2 vendor. RMAL adalah dokumen yang berisi
tentang daftar material dan vendor yang sudah mendapatkan pengesahan untuk digunakan
secara reguler. Persetujuan material ini diberikan secara spesifik untuk tiap jenis material,
brand name, dan manufacturer (plant maker).
47
Bagian pembelian meminta penawaran kepada kandidat vendor. Permintaan
penawaran kepada vendor hanya boleh dilakukan kepada perusahaan yang telah disetujui.
Bagian pembelian memberitahukan kepada user untuk menyiapkan persetujuan pembelian
jika pembelian per itemnya diatas 100 juta yang harus disetujui oleh GM division dan
BOD. Bagian pembelian membuat evaluation sheet dengan memilih vendor berdasarkan
kriteria harga, kualitas dan performance delivery. PR beserta evaluation sheet akan
diserahkan ke bagian BSA (Bussines Support Administration) untuk dibuatkan PO
(Purchase Order) pada sistem. BSA akan melakukan circulation approval PO yang harus
ditandatangani oleh BOD, GM pembelian, manajer pembelian dan bagian pembelian. BSA
akan memberitahukan PO melalui fax atau email kepada vendor dan menunggu konfirmasi
penerimaan PO. PO yang sudah mendapat konfirmasi dari vendor akan diposting pada
sistem oleh BSA. Pada saat posting PO dilakukan jurnal pembelian sudah terbentuk pada
sistem.
Setelah PO diterima oleh vendor, bagian pembelian melakukan konfirmasi atas
kesanggupan untuk memenuhi PO dalam hal jadwal dan jumlah yang tercantum pada PO.
Bagian pembelian akan mengontrol kedatangan barang yang telah dipesan dari vendor. Jika
barang belum datang sesuai dengan tanggal yang diminta, maka bagian pembelian akan
melakukan follow up kepada vendor mengenai jadwal kedatangan barang.
4.2.4 Prosedur Penerimaan Barang
Barang dari vendor akan dicek kesesuaian barang dengan surat jalan oleh bagian
gudang. Jika jumlah surat jalan tidak sesuai, maka dilakukan koreksi terhadap surat jalan.
Jika barang sesuai, maka surat jalan ditandatangani dan dicap oleh bagian gudang. Surat
48
jalan copy diserahkan ke bagian gudang dan surat jalan asli digunakan oleh vendor sebagai
penagihan.
Setelah menerima barang, bagian gudang akan menempatkan barang pada area yang
telah ditentukan dan membuat RIR (Receiving Inspection Report) berdasarkan surat jalan
dan pengujian terhadap barang yang diterima (terhadap barang tertentu dibutuhkan uji lab).
Jika hasil uji atas barang tersebut menyatakan kualitas tidak OK maka beri tanda “NG” dan
buat surat klaim dan didistribusikan ke departemen yang terkait. Jika hasilnya menyatakan
barang OK, maka RIR akan ditandatangani oleh user (departemen yang memesan
barang/jasa) dan bagian gudang. Bagian gudang akan melakukan posting RIR pada sistem,
pada saat posting akan terbentuk jurnal persediaan. RIR asli akan didistribusikan ke bagian
BSA (Bussines Support Administration) dan copy diserahkan ke bagian accounting.
4.2.5 Prosedur Pencatatan Hutang dan Pengeluaran Kas
Vendor menyerahkan invoice, faktur pajak, surat jalan/berita cara asli dan copy PO
ke bagian BSA (Bussines Support Administration). Bagian BSA akan mengecek kesesuaian
PO dengan faktur, surat jalan/berita acara dan faktur pajak, jika sudah sesuai maka bagian
BSA akan melakukan input pada sistem dan mencetak bukti penerimaan invoice. Bukti
penerimaan faktur asli akan diserahkan kepada vendor. Bagiaan BSA menerima RIR
(Receiving Inspection Report) dari bagian gudang raw material dan gudang non raw
material. Jika hasil RIR menyatakan ok, maka RIR dilampirkan pada dokumen penagihan
beserta dengan PO asli. BSA akan menyerahkan dokumen penagihan yang sudah lengkap
(PO asli, faktur, faktur pajak, surat jalan/berita acara, RIR asli) ke bagian keuangan. Bagian
keuangan akan melakukan posting faktur pada sistem dengan mengecek kesesuaian faktur
dengan sistem. Posting faktur pada sistem sebagai jurnal pengakuan hutang dagang. Bagian
49
keuangan kemudian menyiapkan voucher pengeluaran kas dengan menginput jurnal
pengeluaran kas pada sistem. Voucher akan diotorisasi oleh head supporting dan head cash
management. Bagian keuangan akan membuat slip transfer dan ditandatangani oleh BOD
yang berwenang. Setelah pembayaran ditransfer kepada vendor, maka voucher pembayaran
akan diposting pada sistem. Voucher yang sudah diposting jurnal pengeluaran kasnya akan
diserahkan ke bagian accounting. Bagian accounting akan mengecek dokumen pembayaran
dan transaksi pembayaran pada sistem sebelum diarsip.
4.3 Prosedur Audit
4.3.1 Audit atas Prosedur Permintaan Pembelian
Tujuan audit terhadap prosedur permintaan pembelian adalah untuk menilai apakah
prosedur permintaan pembelian dilakukan secara benar agar barang yang tersedia saat
dibutuhkan dengan jumlah tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak. Dengan pemeriksaan ini
diharapkan proses permintaan pembelian dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Prosedur Audit :
1. Melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dalam permintaan pembelian
untuk mengetahui mekanisme prosedur di lapangan.
2. Mempelajari dan mengevaluasi kebijakan, pengendalian internal dan prosedur
permintaan pembelian.
3. Telusuri yang menjadi dasar dalam permintaan pembelian.
4. Menilai kelayakan prosedur otorisasi permintaan pembelian.
50
5. Analisis kemungkinan adanya kelemahan yang terdapat dalam prosedur permintaan
pembelian yang menyebabkan pelaksanaan prosedur tersebut menjadi tidak efektif
dan efisien.
6. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan
Berikut program audit terhadap prosedur permintaan pembelian :
NO PERTANYAAN Y T KOMENTAR
1. Periksa dan pastikan, apakah hanya
satu bagian saja yang dapat melakukan
permintaan pembelian? √
2. Apakah dalam melakukan permintaan
pembelian, bagian yang bersangkutan
menggunakan formulir permintaan
barang?
√
3. Apakah permintaan pembelian
berdasarkan batas minimum
persediaan? √
Pembelian raw material dan non raw material
dikoordinasi dengan Standard Stock Level
4. Apakah bagian yang melakukan
permintaan pembelian menyimpan
formulir permintaan barang sebagai
dokumen atau arsip?
√
5.
Apakah permintaan pembelian √
51
prenumbered dan telah memenuhi
penentuan identifikasi dan spesifikasi
produk?
6. Apakah permintaan pembelian
ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang? √
4.3.2 Audit atas Prosedur Permintaan Penawaran Harga dan Pemilihan Supplier
Tujuan audit terhadap prosedur permintaan penawaran harga dan pemilihan supplier
adalah untuk menilai apakah bagian pembelian melakukan prosedur penawaran harga dan
pemilihan supplier dengan baik sehingga dapat mencapai barang yang berkualitas tinggi
dengan harga yang kompetitif.
Prosedur Audit
1. Melakukan wawancara dengan bagian pembelian untuk mengetahui mekanisme
prosedur penawaran harga dan pemilihan supplier.
2. Memastikan ditaatinya kebijakan dan prosedur pelaksanaan penawaran harga dan
pemilihan pemasok.
3. Periksa dan pastikan apakah dalam melakukan penawaran harga, bagian pembelian
menggunakan formulir permintaan penawaran harga.
4. Periksa apakah penawaran harga selalu dilakukan dalam setiap perencanaan
pembelian atau hanya pada saat pembelian tertentu saja.
52
5. Periksa apakah bagian pembelian melakukan perbandingan harga antara supplier
yang lama dengan supplier yang baru.
6. Analisis kemungkinan adanya kelemahan yang terdapat dalam prosedur penawaran
harga dan pemilihan supplier yang menyebabkan pelaksanaan prosedur tersebut
menjadi tidak efektif dan efisien.
7. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan
Berikut program audit terhadap prosedur permintaan penawaran harga :
NO PERTANYAAN Y T KOMENTAR
1. Apakah bagian pembelian melakukan
penawaran harga kepada beberapa
supplier kemudian membandingkan
harga-harga yang telah didapatkan dari
supplier-supplier tersebut?
√
2. Apakah penawaran pembelian selalu
dilakukan dalam setiap perencanaan
pembelian atau hanya pada saat
pembelian tertentu saja?
√
Tapi terkadang tidak dilakukan,
apabila pembelian dilakukan dengan
supplier
langganan
3. Apakah bagian pembelian melakukan
perbandingan harga antara supplier
yang lama dengan supplier yang baru? √
4.
Apakah harga penawaran pemasok √
53
yang terdaftar ditinjau secara berkala
untuk memastikan bahwa selalu
merupakan harga yang bersaing?
5. Apakah hasil negoisasi dengan para
supplier dilaporkan secara formal
dengan mencantumkan tanggal, serta
ditandatangani oleh seluruh partisipan?
√
Dilaporkan dalam dokumen
evaluation sheet
dengan membandingkan minimal 2 vendor
4.3.3 Audit atas Prosedur Pemesanan Pembelian
Tujuan audit atas prosedur pemesanan pembelian adalah untuk menilai efektifitas
pelaksanaan proses pemesanan pembelian raw material dan non raw material.
Prosedur Audit
1. Melakukan wawancara dengan bagian pembelian untuk mengetahui mekanisme
prosedur pemesanan pembelian ke supplier.
2. Periksa dan pastikan apakah kegiatan pembelian dilakukan berdasarkan permintaan
dari bagian yang membutuhkan dengan mencocokkan formulir permintaan
pembelian dengan Purchase order.
3. Telusuri apakah ada surat atau memo yang dapat membuktikan telah dilakukannya
kegiatan permintaan pembelian dari bagian yang membutuhkan.
4. Pastikan terdapat otorisasi atas pesanan pembelian oleh pejabat yang berwenang,
untuk memeriksa keabsahan Purchase order.
54
5. Analisis kemungkinan adanya kelemahan yang terdapat dalam prosedur pemesanan
pembelian yang menyebabkan pelaksanaan prosedur tersebut menjadi tidak efektif
dan efisien.
6. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan
Berikut Program Audit terhadap prosedur pemesanan pembelian :
NO PERTANYAAN Y T KOMENTAR
1. Apakah sebelum dipersiapkan pesanan
pembelian, disyaratkan harus ada
permintaan pembelian dari bagian yang
membutuhkan?
√
2. Apakah kegiatan pembelian dilakukan
berdasarkan permintaan dari bagian
yang membutuhkan dengan
mencocokan formulir permintaan
pembelian dengan PO?
√
3. Apakah terdapat ruang yang cukup
pada setiap formulir (khususnya untuk
PO) untuk menuliskan semua
informasi yang dibutuhkan?
√
4. Apakah semua syarat pembelian ditulis
pada PO? √
55
5. Pastikan, apakah terdapat otorisasi atas
pesanan pembelian oleh pejabat yang
berwenang, untuk memeriksa
keabsahan PO?
√
6. Apakah bagian pembelian membuat
laporan pembelian secara periodik? √
7. Apakah bagian pembelian memantau
kegiatan Supplier untuk memenuhi
tanggal pengiriman barang yang telah
disetujui bersama?
√
Beberapa supplier
sering terjadi
keterlambatan
dalam pengiriman
bahan baku
4.3.4 Audit atas Prosedur Penerimaan Barang
Tujuan audit terhadap atas prosedur penerimaan barang adalah untuk menilai
keefektifan prosedur penerimaan barang yang dilakukan perusahaan dalam upaya
meningkatkan pengendalian intern perusahaan agar memperoleh barang dan jasa dengan
kuantitas yang tepat dan kualitas yang baik.
Prosedur Audit
1. Periksa dan pastikan apakah hanya bagian gudang yang dapat melakukan
penerimaan barang dari supplier.
56
2. Periksa dan pastikan apakah bagian gudang benar-benar melakukan
pemeriksaan terhadap kuantitas barang yang diterima dengan mencocokan
barang yang diterima dengan Surat Jalan yang diterima dari supplier.
3. Periksa dan pastikan apakah bagian gudang melakukan crosscheck antara
Purchase order dengan Surat Jalan untuk memastikan kesesuaian antara barang
yang diterima dengan barang yang dipesan.
4. Periksa apakah dalam Surat Jalan yang dipilih secara sampling (penulis
memilih Surat Jalan dengan kuantitas yang besar dan jenis barang yang banyak)
terdapat tanda terima dan diotorisasi oleh pihak gudang.
5. Periksa dan pastikan apakah bagian quality control melakukan pemeriksaan
terhadap jenis dan kualitas barang yang diterima.
6. Analisis kemungkinan adanya kelemahan yang terdapat dalam prosedur
penerimaan barang yang menyebabkan pelaksanaan prosedur tersebut menjadi
tidak efektif dan efisien.
7. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan
Berikut program audit terhadap prosedur penerimaan barang :
NO PERTANYAAN Y T KOMENTAR
1. Apakah hanya bagian gudang yang
dapat melakukan penerimaan barang
dari supplier? √
57
2. Apakah bagian quality control benar-
benar melakukan pemeriksaan
terhadap jenis dan kualitas barang yang
diterima?
√
3. Apakah bagian gudang melakukan
pengecekan kuantitas dengan
mencocokan barang yang diterima
dengan surat jalan yang diterima dari
supplier?
√
4. Apakah bagian gudang melakukan
pengecekan antara PO dengan surat
jalan untuk memastikan kesesuaian
antara barang yang diterima dengan
barang yang dipesan?
√
5. Apakah bagian penerimaan hanya
menerima dan memeriksa barang jika
telah menerima tembusan PO dari
bagian pembelian?
√
6. Apakah dalam surat jalan yang dipilih
secara sampling (penulis memilih surat
jalan dengan kuantitas yang besar dan
jenis barang yang banyak) terdapat
√
58
tanda terima yang sah dari pihak
gudang?
7. Bila terdapat ketidaksesuaian antara
barang yang dipesan dengan barang
yang dikirim oleh pemasok, apakah
dibuat catatan atas penolakan barang
pada surat jalan?
√
4.3.5 Audit atas Prosedur Pencatatan pembelian
Tujuan audit atas prosedur pencatatan pembelian adalah untuk mengetahui apakah
telah dilakukan langkah-langkah pengendalian yang memadai sebelum pembayaran
dilakukan pembayaran.
Prosedur Audit
1. Melakukan wawancara dengan bagian keuangan dan akunting untuk mengetahui
mekanisme prosedur pencatatan utang.
2. Periksa apakah seluruh transaksi pembelian sudah dicatat ke jurnal yang tepat.
3. Periksa dan pastikan apakah pencatatan penambahan utang dagang dilakukan
berdasarkan faktur dari supplier.
4. Periksa apakah bagian akuntansi melakukan crosscheck antara PO, Surat Jalan dan
Faktur sebelum melakukan pencatatan untuk memastikan bahwa ada kesesuaian
59
dalam ketiga formulir tersebut yang dapat dijadikan bukti dan dasar dari pencatatan
pembelian.
5. Analisis kemungkinan adanya kelemahan yang terdapat dalam prosedur penerimaan
barang yang menyebabkan pelaksanaan prosedur tersebut menjadi tidak efektif dan
efisien.
6. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan
Berikut program audit terhadap prosedur pencatatan pembelian :
NO PERTANYAAN Y T KOMENTAR
1. Periksa apakah seluruh transaksi
pembelian sudah dicatat ke jurnal yang
tepat? √
2. Apakah pencatatan penambahan utang
dagang dilakukan berdasarkan faktur
dari supplier? √
3. Apakah bagian akuntansi melakukan
cross check antara PO, surat jalan dan
faktur sebelum melakukan pencatatan
untuk memastikan bahwa ada
kesesuaian dalam ketiga dokumen
tersebut yang dapat dijadikan bukti dan
dasar dari pencatatan utang?
√
60
4. Apakah bagian akuntansi
mendokumentasikan bukti pembelian
sebagai dasar pencatatan pembelian? √
4.3.6 Audit atas Prosedur Pemrosesan dan Pencatatan Pengeluaran Kas
Tujuan audit ini adalah untuk mengetahui apakah pencatatan pengeluaran kas
perusahaan telah berjalan secara efisien dan efektif. Pengeluaran kas yang dicatat untuk
barang/jasa secara aktual telah diterima, transaksi pengeluaran kas yang ada telah dicatat
dengan benar serta diklasifikasikan dengan semestinya. Pengeluaran kas juga harus dicatat
tepat waktu dan dimasukkan dengan semestinya dalam berkas induk hutang.
Prosedur Audit
1. Melakukan wawancara dengan bagian keuangan dan akunting untuk mengetahui
mekanisme prosedur pemrosesan dan pencatatan pengeluaran kas.
2. Periksa apakah kebijakan pemrosesan dan pencatatan pengeluaran kas tersebut telah
berjalan secara efisien, efektif dan ekonomis.
3. Periksa apakah pengeluaran kas dari hasil pembelian kredit telah dicatat dan
dipostingkan ke akun yang benar.
4. Periksa apakah bukti pengeluaran kas telah sesuai dengan faktur yang diterima dari
supplier.
5. Periksa apakah ada review dokumentasi seperti ikhtisar kas harian, duplikasi slip
pembayaran, serta laporan bank (rekonsiliasi).
61
6. Pastikan bahwa pembayaran selalu dilakukan tepat waktu sesuai dengan tanggal
jatuh tempo.
7. Analisis kemungkinan adanya kelemahan yang terdapat dalam prosedur penerimaan
barang yang menyebabkan pelaksanaan prosedur tersebut menjadi tidak efektif dan
efisien.
8. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan
Berikut program audit terhadap prosedur pemrosesan dan pencatatan pengeluaran kas
adalah :
NO PERTANYAAN Y T KOMENTAR
1. Apakah terdapat pemisahan fungsi
antara bagian pencatatan hutang
dengan pelaksana pembayaran? √
2. Apakah kebijakan pemrosesan dan
pencatatan pengeluaran kas tersebut
telah berjalan secara efisien, efektif
dan ekonomis?
Sering terjadi keterlambatan pembayaran
karena pembayaran berdasarkan invoice yang
masuk ke bagian keuangan
3. Apakah terdapat pengecekan yang
cermat terhadap kelengkapan dokumen
termasuk harga, syarat pembelian dan
ketelitian perkalian dalam faktur
tersebut sebelum diproses untuk
√
62
otorisasi pembayaran?
4. Apakah pengeluaran kas dari hasil
pembelian kredit telah dicatat dan
dipostingkan ke akun yang benar? √
5. Apakah bukti pengeluaran kas telah
sesuai dengan faktur yang diterima dari
supplier? √
6. Apakah orang yang menyiapkan cek
terpisah dari:
a. Orang yang menandatangani
cek?
b. Orang yang membayarkan uang
kas?
√ √
7. Apakah ada review dokumentasi
seperti ikhtisar kas harian, duplikasi
slip pembayaran, serta laporan bank
(rekonsiliasi)?
√
8. Periksa, apakah bagian akuntansi
melakukan crosscheck antara Purchase
Order, surat jalan dan faktur sebelum
melakukan pencatatan untuk
memastikan bahwa ada kesesuaian
√
63
dalam ketiga formulir tersebut yang
dapat dijadikan bukti dan dasar dari
pencatatan pembelian?
9. Apakah laporan atas pengeluaran kas
dibuat setiap periode, yang diatur oleh
bagian keuangan? √
10. Apakah formulir-formulir yang
berhubungan dengan pengeluaran kas
telah bernomor urut tercetak?
√
11. Apakah setiap cek yang dikeluarkan
diotorisasi oleh Dirut atau pejabat yang
berwenang?
√
12. Apakah pembayaran hutang dagang
dilakukan sesuai dengan Term of
payment pada PO?
Sering terjadi
pembayaran
dilakukan tidak
tepat waktu
4.4 Temuan Audit Operasional atas Fungsi Pembelian, Pencatatan Hutang dan
Pengeluaran Kas
Berdasarkan hasil audit yang dilakukan sesuai dengan prosedur audit terhadap
pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas ditemukan beberapa kebaikan dan
kelemahan.
64
Kebaikan-kebaikan yang ditemukan dalam fungsi pembelian dan pencatatan hutang
pada PT Multistrada Arah Sarana, tbk adalah sebagai berikut:
1. Terdapat struktur organisasi dengan tugas-tugas dan tanggung jawab yang jelas
antar masing-masing yang menunjang perusahaan dalam menjalankan operasional
perusahaan, khususnya bagian pembelian, pencatatan hutang dagang dan
pengeluaran kas.
2. Perusahaan memiliki fungsi gudang yang bertugas memeriksa apakah jumlah
barang yang diterima sesuai dengan jumlah barang yang dikirim. Apabila jenis,
kuantitas dan kualitas barang yang diterima telah sesuai dengan yang dipesan, maka
bagian gudang akan memberi cap tanda terima dari raw material warehouse atau
non raw mateial warehouse pada surat jalan dari supplier.
3. Perusahaan memiliki bagian yang bertugas melakukan pengecekan terhadap
dokumen penagihan sebelum dilakukan pembayaran oleh bagian keuangan sehingga
akurasi terhadap dokumen tersebut dapat dipercaya. Pengecekan tersebut terhadap
harga, syarat pembelian dan ketelitian perkalian dalam faktur.
4. Sistem otorisasi perusahaan telah dilakukan dengan baik. Hal ini dibuktikan dalam
pembuatan Purchase order oleh bagian BSA (Bussines Support Administration)
sebagai bukti pendukung transaksi pembelian harus diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang.
5. Perusahaan memiliki bagian quality control yang bertugas memeriksa kualitas
barang apakah sesuai dengan barang yang dipesan. Hasil pemeriksaan ini dibuat
dalam dokumen yaitu RIR (Receiving Inspection Report) yang diotorisasi oleh
65
pihak quality control dan user sebagai pemesan barang. Laporan penerimaan ini
memuat nama produk, jumlah barang yang diterima dan jumlah barang yang rusak
bila hasil pemeriksaan tidak sesuai. Dokumen ini juga digunakan sebagai
pendukung pembayaran yang akan dilakukan oleh bagian keuangan.
6. Bagian pembelian telah mengelola master data supplier dengan baik dengan
melakukan pengklasifikasian terhadap jenis-jenis supplier dan filing mengenai
dokumentasi supplier yang memadai. Hal ini terbukti dengan adanya persyaratan
terhadap supplier untuk mengisi formulir baik data operasional maupun data
keuangan yang berguna untuk kelancaran proses pembelian dengan pihak supplier.
Setiap penambahan, perubahan dan penghapusan master data supplier harus
diketahui oleh bagian akuntansi dan keuangan.
7. Adanya pemisahan antara bagian pencatatan utang dengan bagian pembayaran.
Bagian akuntansi melakukan crosscheck antara Purchase Order, surat jalan dan
faktur sebelum melakukan pencatatan dan dipostingkan ke dalam akun yang benar.
Dari beberapa poin diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengendalian intern pada PT
Multistrada Arah Sarana,tbk sudah memadai, akan tetapi masih memiliki beberapa
kelemahan.
Berdasarkan penelitian, penulis mendapatkan temuan-temuan audit (audit findings)
dan menentukan tindakan-tindakan apa saja yang dilakukan oleh manajemen dan pegawai
khususnya pada bagian pembelian yang dijabarkan sebagai “Kondisi” yang merupakan
penyimpangan-penyimpangan terhadap “Kriteria” yang telah ditentukan. Penulis akan
mengidentifikasikan apa saja “Sebab” yang mendasari terjadinya penyimpangan-
penyimpangan tersebut dan bagaimana “Akibat” yang ditimbulkan atas penyimpangan-
66
penyimpangan tersebut yang dapat menimbulkan dampak inefektivitas dan inefisiensi bagi
kinerja operasional pembelian, pencatatan hutang dan pengeluaran kas.
Dari temuan-temuan audit tersebut, penulis dapat memberikan “Rekomendasi” yang
berupa saran atau masukan yang ditujukan bagi setiap bagian yang terkait agar inefektivitas
dan inefisiensi yang ditimbulkan dari penyimpangan-penyimpangan tersebut dapat diatasi.
Temuan-temuan audit (audit findings) yang dijabarkan secara rinci ini merupakan pedoman
dasar yang diperlukan untuk penyusunan laporan audit operasional. Beberapa temuan audit
terhadap pembelian, pencatatan utang dan pengeluaran kas pada PT Multistrada Arah
Sarana, tbk adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan dan Prosedur Formal mengenai pencatatan hutang dan
pengeluaran kas
Kondisi
Perusahaan belum memiliki SOP (standard operating prosedure) yang mengatur
kegiatan pencatatan hutang dan pengeluaran kas.
Kriteria
Perusahaan memiliki SOP pencatatan hutang dan pengeluaran kas yang sudah
disetujui oleh bagian yang berwenang dan didistribusikan ke bagian lain yang
menjalankan SOP tersebut. Apabila terdapat perubahan SOP sewaktu-waktu, SOP
yang lama harus segera diperbaharui sesuai dengan SOP yang baru yang diinginkan
dan harus diotorisasi oleh bagian yang berwenang. Perubahan SOP tidak boleh
dilakukan apabila tidak ada persetujuan dari bagian yang berwenang.
Sebab
67
a. Perusahaan masih melakukan kegiatan tersebut berdasarkan rutinitas kerja
secara lisan dan ingatan, tidak tertulis secara baku sebagai paduan kerja
perusahaan.
b. SOP dan instruksi kerja untuk pencatatan hutang dan pengeluaran kas belum
tersosialisasi dengan baik dan benar
Akibat
SOP memberikan petunjuk bagi manajer departemen dan karyawan dalam
melakukan aktivitas dan tugas terkait dengan pencatatan hutang dan pengeluaran
kas. Dengan tidak adanya SOP akan berakibat sebagai berikut:
a. Tidak adanya petunjuk mengenai bagaimana suatu aktivitas harus dilakukan
mengakibatkan kemungkinan aktivitas yang dilakukan menjadi tidak relevan
atau tidak konsisten, sehingga kebutuhan user dan manajemen menjadi tidak
terpenuhi.
b. Kemungkinan terjadinya double pembayaran
Rekomendasi
Berdasarkan kelemahan diatas, maka penulis menyarankan perusahaan agar:
a. Membuat SOP yang mengatur proses pencatatan hutang dan pengeluaran kas.
SOP tersebut harus secara formal disetujui oleh manajemen, selalu diperbaharui
sesuai kondisi terkini dan dikomunikasikan ke seluruh personil yang
berkepentingan secara berkala.
68
b. Eksekusi dari prosedur yang dilakukan harus dipantau untuk memastikan
kesesuaian implementasi prosedur.
2. Pembayaran hutang bukan berdasarkan dari hutang jatuh tempo
Kondisi
Berdasarkan wawancara dengan bagian keuangan dan yang didukung oleh observasi
dengan membandingkan antara bukti pengeluaran kas dengan term of payment
dalam faktur, penulis menemukan masalah keterlambatan pembayaran dari pihak
perusahaan terhadap supplier.
Kriteria
Pembayaran seharusnya dilakukan tepat waktu oleh pihak perusahaan sesuai
kesepakatan dengan supplier yang sesuai tertera pada Purchase Order.
Sebab
Penerimaan Receiving Inspection Report (RIR) yang terlambat diberikan kepada
BSA sebagai dokumen pendukung pembayaran.
Akibat
Perusahaan akan kehilangan kepercayaan oleh pihak supplier. Keterlambatan
pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan dapat menimbulkan keragu-raguan
dari pihak supplier untuk memberikan kredit terhadap perusahaan di masa yang
akan datang. Apabila hal ini terjadi pada supplier-supplier yang direkomendasikan
akan berakibat pada kontinuitas penyediaan barang oleh supplier menjadi
terganggu.
69
Rekomendasi
Untuk mencegah terjadinya keterlambatan pembayaran kepada vendor, penulis
menyarankan kepada bagian gudang untuk mempunyai SOP mengenai batas waktu
dalam penerbitan RIR sehingga tidak mengganggu proses pembayaran.
3. Kehabisan persediaan dan/atau kelebihan persediaan
Kondisi
Berdasarkan informasi dari bagian pembelian non raw material, aktual persediaan
yang ada di gudang tidak sesuai dengan data persediaan yang ada pada sistem.
Bagian administrasi gudang yang mengambil persediaan tidak melakukan update di
sistem sehingga ada perbedaan antara aktual dengan data persediaan. Jika aktual
persediaan tidak mencukupi, bagian gudang belum dilakukan permintaan pembelian
mengakibatkan terhambatnya proses produksi perusahaan. Permintaan pembeliaan
yang terlalu cepat terjadi apabila aktual persediaan lebih besar dari data persediaan
dikarenakan bagian gudang yang mengembalikan persediaan ke gudang tidak
melakukan update pada sistem.
Kriteria
Dasar permintaan pembelian dilakukan harus sesuai dengan minimum persediaan
yang tercatat pada sistem. Pengecekan terhadap data persediaan yang ada pada
sistem dan aktual sebaiknya dilakukan agar tidak terjadi kelebihan dan atau
kehabisan persediaan.
Sebab
70
Bagian gudang yang mengambil persediaan non raw material dan kelebihan
penggunaan persediaan yang dikembalikan ke gudang tidak melakukan update pada
sistem.
Akibat
Data persediaan yang tidak sesuai akan mempengaruhi dalam permintaan
pembeliaan. Ketidaksesuaian ini akan mengakibatkan terhambatnya proses produksi
karena persediaan aktual yang tidak mencukupi. Ketidaksesuaian persediaan juga
mengakibatkan kelebihan persediaan karena adanya permintaan pembelian yang
terlalu cepat.
Rekomendasi
Bagian gudang harus lebih teliti mengupdate data persediaan pada sistem sehingga
tidak ada selisih antara aktual dan data di sistem. Untuk mencegah terjadinya
kelebihan dan atau kehabisan persediaan sebaiknya bagian gudang melakukan
pengecekan aktual terhadap persediaan dalam periode tertentu, sehingga data untuk
melakukan permintaan pembelian merupakan data yang valid. Pengecekan ini akan
mencegah terjadinya selisih persediaan dan menghindari kehabisan persediaan yang
menghambat proses produksi.
4. Beberapa Purchase Order baru diterbitkan setelah dilakukannya aktivitas
pengiriman oleh Supplier.
Kondisi
Evaluasi terhadap penerbitan PO, terdapat fakta bahwa beberapa PO non raw
marterial yang bernilai besar baru dikeluarkan perusahaan ketika barang sudah
71
dikirim oleh supplier atau jasa telah dikerjakan oleh supplier. Oleh sebab itu,
terkadang terdapat beberapa invoice yang diterima sebelum dikeluarkannya PO.
Kriteria
Penerbitan PO dimulai dari permintaan pembelian barang/jasa dari departemen yang
membutuhkan. PO yang sudah diterima oleh supplier akan diproses dengan
pengiriman barang.
Sebab
Kebutuhan barang/jasa yang mendesak memaksa kepada pihak supplier untuk
melakukan pengiriman barang/pengerjaan terlebih dahulu sebelum penerbitan PO.
Akibat
Pengiriman barang terlebih dahulu sebelum penerbitan PO akan berdampak pada
tanggal faktur pajak yang tidak sesuai dengan tanggal surat jalan. Dimana ada
ketentuan dari perpajakan bahwa tanggal pada surat jalan harus sesuai dengan
tanggal pada faktur pajak. Selain itu juga terdapat beberapa invoice yang diterima
sebelum dikeluarkannya PO.
Rekomendasi
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, disarankan agar proses penerbitan PO harus
sesuai dengan prosedur operasional pembelian dan harus diberikan kepada supplier
terpilih sebelum adanya pengiriman barang atau pengerjaaan yang dilakukan oleh
supplier.
72
4.5 Laporan Hasil Audit Operasional
Laporan audit dibuat oleh tim auditor untuk mengkomunikasikan hasil audit
operasional kepada manajemen terkait dan stafnya. Selain itu, laporan audit menyajikan
hasil audit yang berguna pula bagi auditor sendiri. Bagi tim audit, laporan audit merupakan
sumber informasi untuk kegiatan yang telah dilakukan dan untuk audit yang akan datang.
Berikut ini penulis akan menyajikan laporan hasil audit atas pembelian, pencatatan
hutang dan pengeluaran kas sebagai berikut:
1 Oktober 2012
Kepada Yth.
Direktur Utama
PT Multistrada Arah Sarana, tbk
Lemah Abang-Bekasi
Audit operasional atas fungsi pembelian, pencatatan utang, dan pengeluaran kas pada PT Multistrada Arah Sarana, tbk telah selesai pada akhir bulan Agustus 2012..
Ruang Lingkup Audit
Ruang lingkup audit operasional yang telah dilakukan, dibatasi hanya aktivitas, prosedur, dan kebijakan yang berhubungan dengan fungsi pembelian, pencatatan utang dan pengeluaran kas untuk pembayaran utang dagang.
Audit operasional dilaksanakan melalui wawancara dengan pihak manajemen dan personil yang terkait dengan fungsi pembelian. Selain itu juga dilakukan evaluasi terhadap dokumen-dokumen, laporan-laporan, sistem dan prosedur serta berbagai kebijakan manajemen dari fungsi yang bersangkutan.
Setelah menganalisa data-data yang diperoleh, maka berikut ini telah disusun hasil temuan beserta rekomendasi yang mungkin dapat membantu meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keekonomisan pada fungsi pembelian PT Multistrada Arah Sarana, tbk.
Ringkasan dan Temuan-Temuan
1. Perusahaan belum memiliki SOP (standard operating prosedure) yang mengatur kegiatan pencatatan utang dan pengeluaran kas.
73
Perusahaan masih melakukan kegiatan tersebut berdasarkan rutinitas kerja secara lisan dan ingatan, tidak tertulis secara baku sebagai paduan kerja perusahaan. Perusahaan sebaiknya membuat SOP yang mengatur proses pencatatan utang dan pengeluaran kas. SOP tersebut harus secara formal disetujui oleh manajemen, selalu diperbaharui sesuai kondisi terkini dan dikomunikasikan ke seluruh personil yang berkepentingan secara berkala.
2. Keterlambatan pembayaran dari pihak perusahaan terhadap supplier.
Untuk mencegah terjadinya keterlambatan pembayaran kepada supplier, penulis menyarankan kepada bagian gudang untuk mempunyai SOP mengenai batas waktu dalam penerbitan RIR sehingga tidak mengganggu proses pembayaran.
3. Data persediaan yang ada pada sistem di gudang tidak sesuai dengan aktual persediaan.
Bagian gudang harus lebih teliti dalam update penggunaan persediaan pada sistem sehingga tidak ada selisih antara aktual dan data di sistem. Untuk mencegah terjadinya kelebihan dan atau kehabisan persediaan sebaiknya bagian gudang melakukan pengecekan aktual terhadap persediaan dalam periode tertentu, sehingga data untuk melakukan permintaan pembelian merupakan data yang valid. Pengecekan ini akan mencegah terjadinya selisih persediaan dan menghindari kehabisan persediaan yang akan menghambat proses produksi.
4. Beberapa Purchase Order baru dikeluarkan setelah dilakukannya aktivitas pengiriman oleh Supplier.
Proses penerbitan PO diharapkan sesuai dengan prosedur operasional pembelian dan harus diberikan kepada supplier terpilih sebelum adanya pengiriman barang atau pengerjaaan yang dilakukan oleh supplier.
Demikianlah laporan internal audit yang kami buat. Terima kasih atas kerja sama dan bantuan kepada kami selama pemeriksaan.
Hormat kami,
(Tim Auditor)
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Audit operasional merupakan suatu alat pengendalian yang penting untuk
mengevaluasi efisiensi dan efektivitas kegiatan obyek yang diaudit sehingga jika ada suatu
masalah yang timbul dapat segera diidentifikasi dan diharapkan untuk tidak terulang lagi di
masa yang akan datang.
Berdasarkan hasil dari pelaksanaan audit operasional terhadap pembelian, hutang
dagang dan pengeluaran kas PT Multistrada Arah Sarana, tbk, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan operasional terhadap fungsi pembelian, hutang dagang dan
pengeluaran kas PT Multistrada Arah Sarana, tbk sudah terselenggara dengan baik
sehingga efisiensi dan efektivitas perusahaan dapat tercapai. Berikut temuan-temuan
audit yang kemudian dilaporkan perusahaan melalui tahap pelaporan:
a. Kebijakan dan prosedur formal mengenai pencatatan hutang dan pengeluaran
kas belum tertera secara tertulis.
b. Adanya pembayaran yang terlambat kepada supplier.
c. Adanya selisih persediaan antara aktual dan data pada sistemdikarenakan adanya
data yang tidak terupdate pada sistem.
d. Beberapa PO baru diterbitkan setelah dilakukan aktivitas pengiriman oleh
supplier.
2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian terhadap fungsi pembelian, hutang dagang dan pengeluaran kas sudah
75
memadai. Berikut beberapa pengendalian intern yang telah dilakukan oleh PT
Multistrada Arah Sarana, tbk :
a. Terdapatnya struktur organisasi, beserta tugas dan tanggung jawabnya.
b. Perusahaan memiliki fungsi penerimaan yang bertugas memeriksa barang dari
supplier.
c. Perusahaan memiliki bagian yang bertugas melakukan pengecekan penagihan
sebelum dilakukan pembayaran.
d. Sistem otorisasi pembayaran sudah dilakukan dengan baik.
e. Perusahaan memiliki bagian quality control yang bertugas memeriksa kualitas
barang.
f. Bagian pembelian telah mengelola master data supplier dengan baik.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan-temuan audit tersebut di atas, maka penulis memberikan
beberapa saran untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1. Perusahaan diharapkan dapat mempunyai SOP yang mengatur proses pencatatan
hutang dan pengeluaran kas. SOP tersebut harus secara formal disetujui oleh
manajemen, selalu diperbaharui sesuai kondisi terkini dan dikomunikasikan ke
seluruh personil yang berkepentingan secara berkala.
2. Penulis menyarankan kepada bagian gudang mempunyai SOP mengenai batas
waktu dalam penerbitan RIR sehingga tidak mengganggu proses pembayaran.
3. Bagian gudang harus lebih teliti mengupdate data persediaan pada sistem sehingga
tidak ada selisih antara aktual dan data di sistem. Untuk mencegah terjadinya
kelebihan dan atau kehabisan persediaan sebaiknya bagian gudang melakukan
76
pengecekan aktual terhadap persediaan dalam periode tertentu, sehingga data untuk
melakukan permintaan pembelian merupakan data yang valid.
4. Untuk memproses penerbitan PO harus sesuai dengan prosedur operasional
pembelian dan harus diberikan kepada supplier terpilih sebelum adanya pengiriman
barang atau pengerjaaan yang dilakukan oleh supplier.
77
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. (2004). Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Arens, A. Loebbecke, J.K. (2003). Auditing Pendekatan Terpadu buku satu. Edisi
Indonesia. Terjemahan Jusuf, Amir A. Salemba Empat, Jakarta. Arens, Alvin A., Elder, Randal J., & Beasly, Mark.S. (2010). Auditing and assurance
services: An Integrated Approach, 13th Edition, New Jersey: Prentice Hall International,Inc
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley.(2003).Auditing and Assurance
Services an Integrated Approach. Pearson Education.New Jersey: Upple Saddle River
Bodnar, George H. dan Hopwood, William S. (2001). Accounting Information Systems. Eight Edition. New Jersey: Prentice Hall International,Inc.
Ikatan Akuntansi Indonesia.(2007).Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Krismiaji.(2005). Sistem Informasi Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Marshall, Paul Jhon. (2005). Sistem Informasi Akuntansi. Edisi Sembilan, Jakarta: Salemba Empat
Tata Sutabri. 2004. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Andi Offset
Tunggal, Amin Widjaja.(2008). Dasar-dasar Audit Operasional. Jakarta : Harvarindo
Tunggal, Amin Widjaja. (2011). Pengantar Internal Auditing. Jakarta: Harvarindo