Download - Asuransi Pendidikan Dan Tabungan Pendidikan
Asuransi Pendidikan dan Tabungan Pendidikan? No Way!!Posted by JrPlanner on Mar 27, 2010 in Biaya Pendidikan, Reksadana | 95 comments
Hari ini anak gw akan berusia tepat 1 bulan, dan menurut rencana yang udah gw bikin, harusnya
dalam beberapa hari ini gw udah harus memulai investasi untuk biaya pendidikan dia. Untuk
instrumennya, sekali lagi gw pake reksadana saham. Kenapa? Karena dari sekian banyak produk
investasi rutin di pasar saat ini, cuma reksadana saham yang bisa ngasih hasil paling maksimum
sampai nanti anak gw kuliah (18 tahun dari sekarang) tapi dengan jumlah investasi rutin yang tidak
terlalu tinggi. Dalam tulisan kali ini gw akan ngebahas secara umum mengenai kenapa gw milih
reksadana (RD) dibandingkan produk lainnya disertai ilustrasi perbandingannya.
Jika kita berbicara mengenai tabungan untuk biaya pendidikan, produk apa yang langsung muncul
di kepala temen-teman? Ga mungkin salah deh, pasti cuma asuransi pendidikan dan tabungan
pendidikan. Terbukti juga dua produk ini lumayan laku di Indonesia, khususnya untuk kalangan
orang tua muda yang baru merencanakan tabungan pendidikan. Berikut sekilas deskripsinya:
1. Asuransi Pendidikan: Produk dari perusahaan asuransi yang berupa tabungan pendidikan dan
sekaligus menyediakan proteksi jiwa dan kesehatan untuk anak. Tabungan rutin yang masuk akan
dialokasikan untuk premi asuransi dan sisanya akan diinvestasikan di instrumen-instrumen
investasi. Biasanya produk ini disertai juga dengan ilustrasi berapa jumlah uang yang bisa diambil
pada tahun-tahun tertentu sesuai dengan usia masuk sekolah anak.
2. Tabungan Pendidikan: Tabungan berjangka yang dikeluarkan bank dengan bunga diatas tabungan
biasa dimana jangka waktunya akan didesain sesuai dengan kebutuhan pembiayaan sekolah anak.
Jika pengambilan uang dilakukan tidak sesuai masa kontrak maka akan dikenakan denda.
Gw sendiri sempet tertarik pada kedua produk tersebut dan akhirnya gw melakukan survey kecil-
kecilan di beberapa bank dan perusahaan asuransi. Hasilnya? Ga jadi tertarik deh, hehehe.
Alesannya gw jelasin dengan simulasi perbandingan aja kali yah.
Simulasi ini akan membandingkan antara asuransi pendidikan, tabungan pendidikan dan
investasi langsung pada reksadana (ditambah asuransi kesehatan). Basic simulasi ini
menggunakan patokan dari ilustrasi produk asuransi pendidikan milik salah satu asuransi asing
yang berkolaborasi dengan bank terbesar di Indonesia. Ada beberapa paket yg ditawarin,
tergantung dari kemampuan pembayaran premi bulanan / tahunan. Untuk keperluan simulasi gw
cuma ngambil salah satu paket pendidikannya yang detail asumsinya sbb:
Investasi / tabungan per tahun: Rp 6 juta (Rp 500 ribu / bulan)
Asumsi ketersediaan dana yang bisa ditarik: Pada tahun ke 5 atau saat masuk SD (Rp 5 juta), saat
masuk SMP (Rp 7.5 juta), saat masuk SMA (Rp 10 juta) dan saat masuk universitas (Rp 20 juta).
Keterangan tambahan: produk ini menggunakan asumsi bunga 14% / tahun
So, dengan rencana nabung rutin per bulan sampe anak gw berumur 18 tahun, gini nih hasil
simulasinya:
Mari kita bahas detail simulasi satu persatu: (oiya, simulasi ini dilakukan di excel dengan
menggunakan rumus FV sederhana, so silakan dilakukan sendiri jika ingin ngebuktiin or ngerubah2
asumsi bunga dll).
1. Asuransi Pendidikan. Simulasi ini murni gw salin dari ilustrasi yang gw dapet dari seorang mas2
marketing asuransi di bank yang dengan semangat dan PD-nya berusaha ngeyakinin gw kalo ini
adalah produk pendidikan yg terbaik di Indonesia. Seng ada lawan deh pokoknya. Alesannya,
produk ini bisa nyediain uang pendidikan yg besar di tiap jenjang pendidikan. Bahkan dilengkapi
juga dengan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan sehingga orangtua ga perlu khawatir lagi dengan
masa depan anak. Yah, apa lo kate deh mas. Yang jelas, total duit yg gw dapet selama 18 tahun itu
(termasuk uang yg diambil di tiap jenjang pendidikan) akan sebesar Rp 252,7 juta.
2. Tabungan Pendidikan. Simulasi ini gw dapet dari CS sebuah bank Indo Malaysia. Suku bunga yg
gw ambil sebesar 7% sebenarnya adalah suku bunga untuk kontrak lebih dari 5 thn. Kalo kurang
dari itu bunganya lebih rendah. Bunga ini merupakan yang tertinggi yang bisa gw peroleh dari hasil
survey produk sejenis di beberapa bank di Jakarta. Ini masih jauh lebih tinggi dibanding bunga
tabungan rencana milik sebuah bank bumn yg sebenarnya sangat populer di Indonesia. Bayangin
aja, tu tabungan rencana cuma ngasih 5% untuk jangka waktu 15-20 tahun. Oiya, semua bunga ini
masih gross, so mesti dipotong pajak lagi 20%. Jadinya total setelah 18 tahun adalah Rp 166,9 juta.
3. Reksadana + Asuransi Kesehatan. Ini simulasi gw sendiri dengan asumsi setiap bulan gw harus
nabung or investasi sendiri di produk reksadana sejumlah maksimal Rp 500 ribu, biar sama ama
simulasi untuk 2 produk yang lain. Khusus untuk simulasi ini, gw masukin juga asuransi kesehatan
murni dibeli sendiri dengan premi Rp 76.505 per bulan. So yang akan gw masukin sebagai investasi
di reksadana tiap bulan adalah sejumlah Rp 423.425. Jadi totalnya tetap Rp 500 ribu or Rp 6 juta
per bulan. Sedikit tambahan, asuransi kesehatan yg gw ambil merupakan paket perlindungan
termurah di salah satu perusahaan asuransi lokal namun bisa ngasih perlindungan yang jauh lebih
tinggi dan lengkap (lihat tabel) plus benefit rawat inap dll. Gw ga pake asuransi jiwa karena emang
anak gw blom butuh (lihat postingan sebelumnya). Hasilnya? Rp 379,6 juta.
Kesimpulannya gimana? Ternyata dengan asumsi pengambilan dana yang sama selama periode
menabung dan tingkat suku bunga yang sama (kecuali untuk tabungan yg memang dah ditentukan
dari awal), maka simulasi no 3 (reksadana + asuransi kesehatan)adalah alternatif terbaik karena
bisa ngasih hasil paling optimal. Gampangnya liat aja total dana yang dikumpulin selama 18 tahun,
hasil skenario ini ternyata 50% lebih tinggi dibanding skenario dengan asuransi pendidikan dan
127% lebih tinggi daripada hasil skenario tabungan pendidikan. Padahal sebenarnya jumlah yg
diinvestasiin per bulannya ga full Rp 500 ribu karna dipotong ama premi asuransi kesehatan juga.
Bayangin aja gimana kalo kesehatan anak udah dicover ama kantor dan total budget Rp 500 ribu
sepenuhnya dipake untuk investasi. Bakal lebih gede lagi pastinya.
So, begitulah dasar kenapa gw akhirnya mutusin untuk pake reksadana aja untuk nyiapin dana
pendidikan anak gw yang rencananya akan gw mulai beberapa hari lagi. Asuransi kesehatan sendiri
ngga gw pake, karna kebetulan udah di cover ama asuransi kantor. Paling rencananya mo ngambil
asuransi kesehatan jenis hospital benefit aja untuk nambah-nambahin kalo ada rawat inap (tentunya
dengan premi yang lebih murah lagi). Belum lagi karna gw pakenya reksadana saham, harusnya
return yang bisa gw dapet (average) bisa jauh di atas 14% (historical returnnya bisa diliat-liat
di Infovesta or portal reksadana). Tapi cara ini emang butuh tambahan effort lagi sih, kayak mesti
nyari-nyari produk reksadana plus asuransi kesehatan (kalo perlu) yang tepat. Belom lagi kalo bayar
bulanannya ngga pake autodebet, artinya kita mesti bela-belain dateng ke bank penjual setiap
bulannya. Tapi gpp lah, hasilnya sebanding kok.
Overall, kalo mo bener-bener dibandingin, menurut gw tabungan pendidikan bukanlah pilihan untuk
ngumpulin dana pendidikan. Kenapa? Karena produk ini ga akan bisa ngasih return tinggi, paling
banter juga bunga nett nya dikisaran SBI doang. Gimana dengan asuransi pendidikan? Secara
return sih lumayan oke karena pada dasarnya asuransi pendidikan menginvestasikan sebagian
premi ke produk-produk pasar modal (sesuai pilihan kita) yang serupa dengan reksadana. Bedanya,
ada alokasi premi untuk asuransi jiwa (yang sebetulnya ngga dibutuhin) dan asuransi kesehatan
serta investment fee yg lebih besar sehingga return yang dihasilkan menjadi lebih kecil dari
reksadana namun tetap masih di atas tabungan pendidikan. Buat temen-temen yang ngga mau
repot untuk ngurusin investasi rutin bisa aja ngandelin produk ini sebagai pilihan utama. Tapi kalo
mau hasil yang maksimal tapi mesti disiplin dan sedikit capek, reksadana is the best.
Oiya, biasanya ada satu hal yang sering jadi andalan dalam penjualan asuransi pendidikan (dan
juga asuransi jenis lainnya) yaitu rider berupa premium waiver kalo terjadi apa-apa dengan kita
(kepala keluarga). Dengan waiver itu maka premi untuk pendidikan anak akan terus dilanjutkan oleh
perusahaan asuransi sampe jangka waktu yang disepakati di awal. Trus kalo pake reksadana
gimana? Well, menurut gw sih kalo temen-temen melakukan perencanaan keuangan keluarga
dengan baik maka hal ini bukanlah masalah. Investasi rutin di reksadana ini harusnya udah
termasuk dalam penghitungan family cash flow yang nantinya jadi dasar untuk ngitung nilai uang
pertanggungan asuransi jiwa sang kepala keluarga. So kalo sesuatu terjadi pada kita maka return
dari asuransi yg diperoleh bisa dipake oleh istri or ahli waris kita untuk terus ngebayarin investasi
rutin ini sampe anak kita kuliah nanti.
Mudah-mudahan sharing gw tentang perbandingan alternatif menyiapkan dana pendidikan
anak bisa jadi bahan pertimbangan juga untuk temen-temen yang saat ini sedang mulai nyari-nyari
produk yang tepat untuk mulai ngumpulin dana pendidikan anak. Saran gw, teliti dulu kesesuaian
dengan kebutuhan sebelum membeli. Selalu lakukan perbandingan dan jangan gampang terbujuk
cerita sang penjual produk.
Selamat berinvestasi…
95 COMMENTS
1.
Aris Sunaryo / March 30, 2010
Mas Planner apakah sudah diperhitungkan juga meninggal di tahun pertama untuk yang pilihan
Reksadana + kesehatan?
Kalau di pilihan Asuransi kan dapat santunan 80 jt plus tahapan buat anak tetap terjamin.
Reply
2.
Junior Planner / March 30, 2010
Halo Pak Aris.
Asuransi sebesar 80 juta itu kan hanya berupa asuransi jiwa utk anak, bukan utk orangtua sebagai
penanggung. Anak yg belum dewasa tentu belum butuh asuransi jenis ini. Untuk mengantisipasi
risiko seperti yg Pak Aris bilang maka para orangtua sudah seharusnya menggunakan asuransi jiwa
pribadi.
Reply
3.
Aris Sunaryo / March 31, 2010
Mas Planner, kalau Asuransi Pendidikan kan ada jaminan dana pendidikan anak tetap keluar meski
ortunya meninggal di tahun pertama.
Artinya, angka premi untuk Reksadana + AsKes harus ditambah juga premi Asuransi Jiwa dengan
UP sebesar Total Dana yang dibutuhkan anak sampai usia 18 atau 20 thn. Benar nggak Mas
Planner? Mohon Pencerahan.
Reply
4.
Crey / March 31, 2010
halo JP (atau boleh dipanggil jupe? :p), postingan ini menarik bgt… kebetulan gw baru abis
ngelahirin dan lagi mikir2 mau taro dimana dana pendidikan buat anak… Kemarin sempet ikut
tabungan pendidikan, tp returnnya asli kecil bgt ya, ga sesuai dg inflasi nantinya.. so, kayanya RD is
the best option ya tinggal dicombine dengan Askes buat si baby…
Reply
5.
Junior Planner / March 31, 2010
Betul skali pak. Tentu setiap orangtua udah sewajarnya melindungi diri dgn asuransi jiwa pribadi.
Karna itu nilai UP yg diambil harus dihitung dgn cermat, dgn memasukkan juga investasi rutin untuk
dana pendidikan anak ke dlm komponen penghitungan UP. Jadi jika orangtua meninggal bulan
depan pun, UP tsb bisa ditabung dgn imbal hasil bulanan yg bisa mencukupi kebutuhan hidup anak,
ternasuk kebutuhan investasi rutin dana pendidikan. Dgn demikian maka tahapan pendidikan anak
sampai lulus kuliah nanti akan tetap terjamin.
Singkatnya sih saya memisahkan komponen asuransi jiwa utk saya pribadi dgn kebutuhan dana
pendidikan utk anak. Alat proteksi utk dana tersebut saya masukkan ke dalam perhitungan UP.
Itulah kenapa saya tidak begitu setuju dgn konsep asuransi pendidikan yg ditawarkan ke saya.
Mungkin akan lain ceritanya kalau ada asuransi pendidikan yg mengcover jiwa saya sbg orangtua
dan bukannya mongcover jiwa si anak. Atau ada tapi saya ngga tau yah? Kalau ada sih kayanya
menarik tuh, hehehe.
Demikian penjelasan saya pak, mudah-mudahan bisa menjawab pertanyaan bapak.
Reply
o
neng / August 7, 2015
ini postingan lama ya JP, sekarang asuransi pendidikan itu yg dicovernya jiwa orang tuanya qo. Jd
kalo sesuatu terjadi sama ortunya, dana jd di UP
Reply
JrPlanner / August 18, 2015
Yes, postingan tahun 2010. Jadi maksudnya sama saja dengan asuransi biasa ya mbak? Jika terjadi
sesuatu dengan ortu makan UP keluar menjadi milik ahli waris?
Reply
6.
Dhanika / April 5, 2010
Hi JP. Salam kenal, saya Dhanika punya baby usia 12 bulan,dan sudah merencanakan dana
pendidikan utk anak saya. Planning saya bagi menjadi dua, pertama untuk short term (TK – SMA)
saya pilih untuk menabung sendiri dan saya putar sendiri dana-nya ke berbagai instrumen investasi,
saat ini sih baru obligasi.
untuk long term (biaya kuliah) saya berencana untuk menggunakan asuransi pendidikan, yaitu
tabungan yang diproteksi, jadi kalau ada apa2apa dengan saya maka tabungan akan diteruskan
oleh perusahaan asuransi. Saat ini saya sedang nego dengan agen Pru. Kendala yang saya hadapi
adalah sang agen ini menawarkan produk yang melebihi kebutuhan saya, yaitu ditambah asuransi
jiwa, asuransi kecelakaan, dan asuransi kesehatan.
walaupun sang agen mengatakan bahwa asuransi jiwa + kecelakaan + kesehatan ini gratis dan
sudah satu paket, saya tetap tidak percaya karena, come on, tidak ada yang gratis. Premi yang saya
bayarkan pasti dipotong untuk asuransi tambahan ini.
Pertanyaan saya kepada anda pak JP, apakah asuransi pendidikan yang ditawarkan begini semua
(menawarkan paket yg tdk perlu) atau saya bisa nego untuk mendapatkan produk asuransi yg saya
butuhkan ?
terima kasih sarannya.
Reply
o
neng / August 7, 2015
mungkin komen saya telat ya,, haha,, tapi ga apa deh dari pada ga sama sekali.
Dhanika, setau saya ada produk asuransi yg udah sepaket, jadi kita ga bisa milih2 sesuai kebutuhan
kita, tapi ada juga produk yang fleksibel tergantung kebutuhan. Misal butuh nya jiwa saja, ya dibikin
yg jiwa saja. Butuhnya jiwa sama investasi, ya cuma jiwa n investasi aja. Ketauan banget ya bahasa
marketingnya? haha,,
Tapi tenang, saya bukan agen qo, cuma menyampaikan aja
Reply
o
Dana / September 2, 2015
Bu memang setiap asuransi itu ada biaya asuransinya tapi memang tidak mahal, kesehatan,
kecelakaan dan up itu di peruntukan bagi pemegang polis yaitu ibu, karena anak umur satu tahun
kan belum bisa membiayai premi bulanan, dan manfaat itu memang sudah di berikan secara
otomatis, dg tetap mengamankan nilai investasi untuk pendidikan si anak
Reply
JrPlanner / September 11, 2015
Saya setuju bahwa biaya asuransi itu ada dan memang wajar karena ada jasa yang ditawarkan
disana. Untuk kebutuhan ibu Dhanika disini harus diliat lagi dengan detail. Jika memang niatnya
adalah investasi untuk anak, maka akan lebih baik menggunakan instrumen investasi yang sesuai.
Asuransi jiwa pribadi ditambahkan didalamnya untuk mengamankan inventasi tsb. Tidak perlu ada
penambahan asuransi jika saat ini ibu Dhanika sudah memiliki asuransi dengan uang
pertanggungan yang sesuai dengan kebutuhan.
Reply
7.
Dhanika / April 5, 2010
Hi JP. Salam kenal, saya Dhanika punya baby usia 12 bulan,dan sudah merencanakan dana
pendidikan utk anak saya. Planning saya bagi menjadi dua, pertama untuk short term (TK – SMA)
saya pilih untuk menabung sendiri dan saya putar sendiri dana-nya ke berbagai instrumen investasi,
saat ini sih baru obligasi.
untuk long term (biaya kuliah) saya berencana untuk menggunakan asuransi pendidikan, yaitu
tabungan yang diproteksi, jadi kalau ada apa2apa dengan saya maka tabungan akan diteruskan
oleh perusahaan asuransi. Saat ini saya sedang nego dengan agen Pru. Kendala yang saya hadapi
adalah sang agen ini menawarkan produk yang melebihi kebutuhan saya, yaitu ditambah asuransi
jiwa, asuransi kecelakaan, dan asuransi kesehatan.
walaupun sang agen mengatakan bahwa asuransi jiwa + kecelakaan + kesehatan ini gratis dan
sudah satu paket, saya tetap tidak percaya karena, come on, tidak ada yang gratis. Premi yang saya
bayarkan pasti dipotong untuk asuransi tambahan ini.
Pertanyaan saya kepada anda pak JP, apakah asuransi pendidikan yang ditawarkan begini semua
(menawarkan paket yg tdk perlu) atau saya bisa nego untuk mendapatkan produk asuransi yg saya
butuhkan ?
terima kasih sarannya.
Reply
8.
Junior Planner / April 6, 2010
Salam kenal juga mbak dhanika.
Saya setuju dgn pendapat mbak, krn sepanjang (sependek kali yah ;p) yg saya tau, semua asuransi
pendidikan pd dasarnya adalah asuransi jiwa yg dimodiv dgn instrumen investasi sehingga menjadi
semacam tabungan dgn menggunakan proteksi. Nah, namanya jg asuransi, produk utamanya tentu
saja adalah proteksi, bukan investasi, sehingga return yg diperoleh jg tidak akan maksimal.
Saran saya, jika mbak ingin agar tabungan pendidikan anak terproteksi dgn baik maka ambilah
asuransi jiwa murni (untuk diri mbak sendiri) dgn uang pertanggungan yg cukup bagi ahli waris utk
terus melanjutkan tabungan pendidikan tsb sampai masa kuliah nanti. Strategi inilah yg saya
terapkan di keluarga kecil saya saat ini.
Kalaupun produk asuransinya mau dinego sesuai kebutuhan, mintalah proteksi yg seminimal
mungkin (mungkin cukup asuransi jiwa dgn UP kecil plus premium waiver saja), maksimalkan di
porsi investasinya. Cara ini lumayan oke jika tidak ada alternatif lain walau pun return yg diperoleh
akan lebih rendah dari investasi di produk khusus investasi. Jika memang alternatif ini yg dipilih,
coba mbak lakukan simulasi sederhana utk membandingkan return dari asuransi tsb (berdasarkan
ilustrasi asuransi) dgn hasil investasi jika porsi premi rutinnya diinvestasikan di tempat lain dgn
tingkat return yg sama dgn ilustrasi asuransi. Pakai simulasi ini sbg benchmark utk mengatur
komposisi max dari asuransi yg ditawarkan.
Demikian sumbang saran saya, mudah2an cukup menjawab. Jika ada yg masih kurang jelas, dgn
senang hati saya akan berusaha membantu berbagi ide dan pengalaman. Financial planning bagi
keluarga muda merupakan hal yg sangat menarik utk didiskusikan
Reply
o
Dana / September 2, 2015
Mas jp maaf saya sangkal, skrg jamannya unit link bukan asuransi tradisional yg hanya
mengutamakan asuransi jiwanya, skrg juga ada yg memang khusus untuk pendidikan, kita memang
gk minta tapi jika terjadi resiko pada pemegang gk mungkin kan si anak yg melanjutkan
tabungannya, jadi manfaat itu walau terjadi masalah pada pemegang polis tabungan pendidikan
anak tetap lanjut sampai usia anak 25thn, saat dia sd smp sma sampai kuliah dananya itu tetap ada,
itu ilmu yg saya dapat
Reply
JrPlanner / September 11, 2015
Siang Dana, thanks untuk komennya. Saya lurusin ya, asuransi jiwa sendiri saat ini ada beberapa
macam yang ditawarkan di pasaran, termasuk unitlink dan termlife. Pemilihannya bukan tergantung
jaman, tapi tergantung kebutuhan
Mengenai risiko yang terjadi pada orang tua, telah saya bahas juga ditulisan yang lain. Risiko
pemegang polis sudah harus diperhitungkan dan merupakan komponen terpenting dari skema ini.
Intinya, penting sekali bagi orang tua untuk menghitung besaran uang pertanggungan dalam
membeli polis asuransi jiwa pribadi. Uang pertanggungan ini harus bisa mengcover biaya hidup
keluarga, termasuk juga semua investasi rutin utk keluarga. Jika hitungan uang pertanggungan ini
sudah tepat, tidak akan ada lagi isu mengenai kelangsungan investasi pendidikan ini. Demikian
penjelasannya ya…
Reply
9.
Anonymous / April 11, 2010
selalu ternganga-nganga setiap baca postingan soale kayak begini… mas mau tau juga dong mas
ikut reksadana nya dmn???
Reply
10.
Junior Planner / April 11, 2010
Selama ini saya selalu beli di mandiri krn kbetulan udah punya rekening dan lokasi kantor
cabangnya ada yang dekat dgn kantor saya
Reply
11.
Night Elf / April 20, 2010
hi, postingannya menarik, boleh saya link?
kebetulan saya juga pernah buat excelnya antara RD dan asuransi pendidikan (tapi tabungan
pendidikan tidak ikut dihitung, karena tidak masuk dalam pertimbangan saya).
memang RD lebih baik retur-nya. hanya bedanya soal kedisiplinan masing2 pribadi..
Reply
12.
Erast2002 at yahoo jp / April 30, 2010
Great posting! Alurnya persis dengan pemikiran saya waktu mengambil keputusan. Tapi hasilnya
agak beda.
Waktu itu hasil pilihan saya adalah ke tabungan pendidikan di bank yang mas sebutkan di atas.
Kenapa bukan asuransi pendidikan? karna dari simulasi hasil ternyata masih lebih kecil, dan kita
gak megang uangnya (masih hanya berupa janji).
Kenapa bukan reksadana? Bagaimanapun juga reksadana adalah investasi, dan setiap investasi
ada resiko naik turun. Memang bisa diredam dengan memperpanjang waktu investasi, tapi resiko
tetap ada.
Kenapa tabungan pendidikan?
Dari segi resiko, tidak ada resiko turun. Dari pendapatan dari bunga. Karna saya ngambil 5 tahun,
bunga yang dijamin adalah 12% (saat itu loh, 4 tahun lalu. Sekarang sih udah 7%).
Jadi, berdasarkan resiko, kemungkinan pendapatan akan hasil saat itu, saya memilih tabungan
pendidikan.
Karna bukan reksadana, saya gak perlu khawatir naik turun dan gak perlu ngecek fundfact tiap
bulan.
Karena bukan asuransi, saya bisa menikmati hasil yang lebih besar.
Dan, tahun depan uangnya cair deh… Tinggal lihat lagi pilihan2 apa yang ada.
Sekali lagi, great posting!
Reply
13.
Junior Planner / May 6, 2010
Thanx erast utk komennya. Saya setuju dgn pendapat anda ttg asuransi pendidikan. Sedikit
menambahkan, jika yg kita bahas adalah RD secara umum maka sebenarnya risiko investasi bisa
dimininalisir dgn pemilihan jenis RD itu sendiri. Tp yg paling dasar, semua berpulang pd faktor
tingkat toleransi risiko masing2 orang, yg tentu akan berpengaruh pada jumlah investasi rutin.
Kenapa saya pake RD saham? Pertama, krn investasi saya adlh utk jangka panjang dimana scara
historis produk RD ini mampu memberikan rata2 return pertahun di atas 25% sejak tahun 1997, pdhl
terdapat 2 periode krisis yg parah dlm rentang wkt tsb. Kedua, krn keterbatasan kemampuan dana
dlm investasi bulanan, maka hanya RD saham yg bisa memberikan return sesuai dgn proyeksi
kebutuhan dana saya di masa depan dengan investasi rutin yg terjangkau buat saya (akan saya
bahas lebih lanjut di sharing berikutnya).
Namun utk kebutuhan jk pendek (kurang dari 5thn, utk dana masuk playgroup dan TK), saya setuju
dgn anda utk tidak menggunakan RD saham. Namun sedikit beda, saya memilih utk berinvestasi di
RD pasar uang dibanding tabungan. Kenapa? Krn RD ini sangat rendah risiko dan selalu
memberikan return diatas bunga deposito. Jelas ini lebih menguntungkan dibanding tabungan
rencana yg memberikan bunga hanya 1% di atas bunga tabungan biasa, ditambah lagi dgn
potongan pajak.
Reply
14.
Junior Planner / May 9, 2010
Mas ihwan, mohon maaf kalo komen anda saya hapus krn blog ini bukan utk beriklan. Terima kasih.
Reply
15.
hime / May 14, 2010
mas..bisa kasi info asuransi kesehatannya yg dipake di simulasi itu..
sy baru nemu dgn premi murah di sinarmas, tp sistemnya reimburs..
nah yg mas pake di simulasi apa y?
thx
Reply
16.
Junior Planner / May 14, 2010
dear hime,
kebetulan saya memang menggunakan asuransi sinar mas utk simulasi ini (Simas Sehat Executive:
Plan D – no coverage in Japan, USA & Canada). Memang sistem asuransi ini adalah reimburse dan
saya gunakan utk simulasi ini agar sebanding dengan produk asuransi pendidikan yg juga
menggunakan sistem reimburse utk raiders kesehatan.
Reply
17.
hime / May 17, 2010
ok..tq mas JP
Reply
18.
Anonymous / May 22, 2010
wah thanks atas info nya.. jadi smakin yakin dengan my current move. btw, kalo saya pake
tabungan pendidikan krn fleksibel bisa diambil sewaktu2 stelah 1 thn jalan asal balance gak kurang
dari sekian persen (lupa) dan bila ortu passed away akan diteruskan cicilan bulanannya (asuransi).
maksud saya, dengan uang tabungan tsb, bila ortu passed away, tetep masih bisa transfer ke reksa
dana setiap sekian bulan stelah dana di tabungan pendidikan terkumpul untuk bisa diambil…
begitu… btw, skrg juga ada reksadana pendidikan juga bukan yg ada cicilan bulanannya…tapi spt
nya tdk ada asuransi bila ortu passed away ya…
Reply
19.
Anonymous / May 22, 2010
Saya pernah pake Tabungan Pendidikan dari bank N***. Saat itu ikut yg 5 thn dengan perbulan 500
rb. Saat tahun ke 4 butuh dana beberapa juta dan ingin menarik sebagian dana yg ada. Ternyata
nggak bisa sehingga harus di tutup di tahun ke 4 itu dengan kena penalti 2 jutaan. Artinya tidak
bebas mengambil saat butuh dana (ada penalti yg lumayan).
Dana yg terkumpul akhirnya saya masukkan ke sebuah BPRS yang bisa memberikan imbal hasil
diatas 10% bahkan pernah 14%. Ternyata lebih untung dibanding suku buku tabungan pendidikan di
Bank N tadi yg cuma bisa ngasih 10%.
Sekarang strategi saya untuk dana pendidikan anak adalah, pertama menghitung total perkiraan
dana pendidikan sampai kuliah dan untuk proteksinya membuat Asuransi Jiwa murni sebesar
perkiraan dana tersebut. Kedua, untuk biaya SD saya masukkan dana di Deposito Syariah di BPRS
tsb dimana return rata-rata 11 s/d 14%. Untuk biaya SMP sampai S1 saya ambil reksadana
Campuran di scroeder dan Reksadana Saham di Manulife.
Untuk catatan, Deposito Syariah di BPRS ternyata bisa diambil kapan saja tanpa kena penalti dan
bagi hasilnya saya minta transfer otomatis ke rek khusus dimana dana di rek khusus tsb untuk biaya
membayar premi asuransi term life syariah. Insya Allah, premi asuransi sudah tercover dari bagi
hasil yg didapat.
Reply
20.
Junior Planner / May 22, 2010
@anonymous1: thanx for sharing. Jgn lupa benar2 dipastiin bahwa return yg di dapat memang
sesuai dgn kbutuhan di masa depan.
@anonymous2: thanx for sharing. Info yg menarik nih ttg fleksibilitas tabungan pendidikan
(anonymous1 mungkin perlu konfirm nih ke bank, jgn sampe terulang kejadian yg sama). Menurut
saya langkah anda skrg udah bagus banget. Nice planning!! Kalo boleh bisa tolong sharing ttg
produk termlife syariah yg digunakan? Banyak temen2 yg ksulitan atau dipaksa percaya bahwa
ngga ada lagi produk termlife yg dijual. Info2 ttg produk ini tentu akan sangat membantu kita semua.
Reply
21.
Anonymous / May 23, 2010
Pencarian saya dulu menemukan produk term-life dijual oleh agen Manulife, Sunlife dan Takaful.
Kalau dari segi harga, waktu itu Manulife paling murah, tapi karena alasan tertentu saya memilih
yang syariah (takaful).
Diluar masih banyak sebenarnya agen yg jual produk murni, baik jiwa, kesehatan , dll.
Reply
22.
Junior Planner / May 24, 2010
Okay. Thanx skali lagi untuk sharingnya…
Reply
23.
Anonymous / May 24, 2010
Bagaimana bila pada saat kita memerlukan biaya untuk membayar uang masuk universitas terjadi
krisis ekonomi dan harga unit jatuh ke nilai terendah ?
Terima kasih
Reply
24.
Junior Planner / May 25, 2010
18 thn lagi (saat anak saya msk kuliah) adlh waktu yg sangat panjang dan perekonomian akan terus
bertumbuh shg kinerja pasar modal akan terus berkembang. Selain itu, berdasarkan data historis
dan beberapa hasil riset yg saya baca, ihsg telah melalui 2x krisis besar namun titik terendahnya
selalu tetap berada di atas titik terendah dari krisis sebelumnya.
Memang benar kalo titik terendah mungkin bisa tercapai jika terjadi krisis yg parah, namun jika
kondisi itu terjadi maka saya yakin saat itu perekonomian juga akan berada di level terendah dan
tidak ada satu pun instrumen keuangan atau investasi yg dapat memberikan hasil positif.
Satu hal yg perlu ditambahkan yaitu pentingnya regular review thd investasi kita, apalagi di saat2
menjelang masa realisasi target (misal: saat anak akan masuk kuliah).
Reply
25.
Anonymous / May 29, 2010
Lo kenape pake bahasa gaul gitu seh? Gak enak bacanya. Beneran, jadi kayak dagelan. Biasakan
‘saya’ begitu, untuk menghormati pembaca. Dewasa sedikitlah, jangan egois.
Reply
26.
ivan / May 30, 2010
Bung JP, kayaknya ada agent yg marah tuh, hahaha. Nyantai aja bung, pasti si agent udah ga
punya bahan defense lagi, makanya malah nyerang ke gaya nulis. Tetep pertahanain gaya nulisnya,
sangat informatif tp disajikan dgn gaya yg sangat santai. Nice blog!!
Reply
27.
Anonymous / May 30, 2010
Gaya nulisnya bang aidil akbar juga gitu di blognya, pake bahasa gaul. Yg penting kan isinya, malah
lebih asik dibacanya. Dewasa atau tidak harusnya udah jelas terlihat dari isi tulisannya
Reply
28.
Junior Planner / May 30, 2010
>Anonym1: Thanx utk kritiknya. Tp kalo anda mau sedikit merhatiin, saya selalu menjwab setiap
komen dgn “saya” kok, krn saya menghargai siapa pun yg memberikan komen disini. Mengenai
knapa saya pake bahasa gaul, ya krn ini sbenarnya adlh blog pribadi saya yg berisi semua
pemikiran dan pengalaman saya, tanpa ada maksud utk dipublikasikan ke umum. Tentunya bahasa
yg saya gunakan adlh gaya bahasa yg nyaman utk saya. Selain itu jg tadinya blog ini cuma
diketahui oleh temen2 saya saja, yg sering nyari2 info ttg family planner. Akhirnya berkembang jg ke
temen2 mereka yg notabene msh seumuran dan bergaya bahasa sehari2 yg sama. So, gaya
bahasa saya di blog ini saya bikin persis sama seperti gaya saya kalo sedang ngejelasin ataupun
menjawab pertanyaan mereka secara langsung.
Tapi skali lagi, terima kasih utk masukannya. Mungkin kalo saya udah makin pinter dan brani
mengklaim diri sbg “senior planner”, dan berniat utk lebih dikenal lagi di kalangan umum, saya akan
merubah semua gaya bahasa saya menjadi resmi. Utk ide “saya” kayanya bisa saya terapin lebih
awal…
>Ivan: thank you for your support.
>Anonym2: Mungkin begitulah gaya2 nulis orang2 dewasa berjiwa muda, hehehe…
Reply
29.
mama naunau / May 31, 2010
senangnya ketemu blog ini…
saya ibu 2 anak, lagi cari2 cara “mengakali” biaya sekolah yang makin melambung
Mas, boleh tahun danareksa itu yg kek gmn sih? tanya2 ke bank malah seringnya ditawari produk2
mis : A*A, dll. Apakah yg seperti itu?
terima kasih
Reply
30.
Junior Planner / May 31, 2010
Hai mama naunau, salam kenal n thanx utk komennya. Kalo ingin tau ttg RD, mungkin akan lebih
jelas jika dibaca di aidilakbar.com. Itu blog dari bang aidil akbar, salah satu financial planner top
indo. Disitu ada tulisan beliau ttg RD yg dibagi dlm 4 artikel yg diuraikan dgn jelas dan gampang
dipahami.
Mengenai yg ditawarkan oleh bank, sbenernya banyak kok bank yg menjual RD ini. Misalnya
mandiri dan commonwealth yg menjual RD scara ritel dan sangat terjangkau (dapat diliat di
postingan saya sblmnya ttg RD). Kalo anda ditawarin AIA (yg jelas2 perusahaan asuransi) maka
pasti produknya adlh unitlink atau sama dgn asuransi pendidikan dlm tulisan saya ini.
Mudah2an jawaban saya cukup bisa menjelaskan pertanyaan anda.
Reply
31.
sedikit / June 22, 2010
Halo Mas JP, mau nanya nih, saya baru dlm hal ini. Tlg tunjukin ke arah mana dana yang musti
dialirin untuk pendidikan anak kelak (saat ini baru 6 bln)? yang:
1. Halal (syariah),
2. Anak dijamin sekolah, biarpun ditengah jalan Bapaknya ‘mati’,
3. Kalo Bapaknya masih hidup, tapi berhenti di tengah jalan tetapi duitnya masih ada (ga angus),
4. Gampang ngambilnya.
Ada ga ? tlg kirimin jawabannya ke [email protected] thanks ya…..
Reply
32.
sedikit / June 22, 2010
Salam mas JP, saya mo nanya, produk yang;
1. Halal (syariah),
2. Pendidikan anak di jamin sampai PT,
3. Jika kita ‘mati’ keluarga dapat santunan dan pendidikan anak tetap dijamin ditambah beasiswa
karena bapanya udah ‘mati’,
4. kalo bapanya masih hidup tapi ga sanggup nerusin/berhenti bayar/nabung duitnya bisa di ambil
lagi dan gampang ngambilnya.
Itu aja mas, menurut mas ada ga ? referensi dari mas apa ? pastinya terbaik dari yang baik2.
bukan promo ato apa, saya benar2 perlu ni produk, jawabannya kirim ke email saya juga
khan? [email protected]
Thanks banyak2 yah…. ditunggu….
Reply
33.
Junior Planner / June 23, 2010
Dear Pak Arif,
Salam kenal juga. Terus terang kalo anda bertanya ttg produk apa yg bisa all in, maka mungkin
bapak bisa mencoba asuransi pendidikan syariah, salah satunya punya pak aris sunaryo (takaful) yg
berkomentar di awal tulisan ini. Harusnya itu mencakup semua kebutuhan Bapak namun ada
kekurangannya seperti yg sudah dibahas ditulisan saya.
Sedangkan yg saya bahas dalam tulisan saya adalah bagaimana kita mengkombinasikan
Reksadana dan asuransi kesehatan untuk melindungi buah hati kita, disamping juga kita harus
sudah memiliki asuransi jiwa individual (term life) untuk menjamin kelangsungan investasi
reksadana kita. Hasilnya akan lebih maksimal drpd asuransi pendidikan, namun tentu akan sedikit
repot krn setiap instrumen harus dibeli tersendiri. Namun kalo pun Bapak ingin mengikuticara
kombinasi, maka saran saya Bapak bisa mencoba reksadana syariah dikombinasikan dgn asuransi
kesehatan dan asuransi jiwa berjangka syariah.
Semoga bisa membantu.
Reply
34.
ira kusuma / February 9, 2011
tfs. sy emg mau ambil reksadana. tp kok disini itungannya mayan kcl ya untungnya. kmrn tmn sy
nanemin cuma 2jt ke reksadana, dlm dua taun preturnnya 180%. tp sy br tau loh reksadana yg ada
kesehatannya. ini kesehatan mksdnya rawat jalan atau rawat inap ya?
Reply
35.
Junior Planner / February 9, 2011
Hai bu Ira. mengenai pertanyaan Ibu, seperti saya jelaskan setelah tabel simulasi, return RD yg
saya gunakan di simulasi tsb adlh sebesar return dari asuransi pendidikan yg saya pakai sbg
benchmark. Saya tuliskan juga bahwa return RD saham sebenarnya jauh lebih besar dari angka tsb.
Maksud saya menggunakan angka return yg sama adlh agar kelihatan bahwa dgn asumsi return yg
sama ternyata RD lebih menguntungkan, apalagi dengan real return.
Mengenai RD + kesehatan, seperti saya jelaskan di tulisan saya, kedua produk tsb diambil secara
terpisah, jadi bukan merupakan satu kesatuan produk.
Terima kasih.
Reply
36.
Shinta / March 10, 2011
Mas JP,
Saya juga sangat berminat dengan reksadana tapi masih awam.
Sekarang ini kan kayaknya ihsg lg turun terus.
Gimana menurut mas JP? Sebaiknya beli apa jual? Dan, gimana prediksinya kedepan?
Makasih ya
Reply
37.
Junior Planner / March 10, 2011
Waduh, kalo disuruh prediksi mah saya nyerah mbak, hehehe. Tapi cara saya selama ini adalah
saya disiplin utk invest setiap bulan tanpa melihat naik turunnya ihsg. Fluktuasi itu biasa dlm jangka
pendek, namun secara historis, dlm jangka panjang selalu naik. So saran saya, masuk aja sedikit2
namun disiplin dan teratur.
Mengenai ihsg turun, justru jd pemacu saya utk masukin tambahan investasi, hehehe. Tentu jg dgn
meliat keadaan global juga
Reply
38.
ra_tiar / June 12, 2011
Senangnya bisa ketemu Blog ini…
saya single parent dari baby 10 bln,ayahnya ga bertanggungjawab n baby punya kelainan sisem
pencernaan dari lahir bolak balik rs mengeluarkan biaya yg besar banget,Alhamdulillahnya kantor
meng-cover 95% dr rawat inap,cuman sekarang2 masalahnya pimpinan baru rese dan mempersulit
klaim pengobatan, baby dah coba didaftarin asuransi kes cuman sampe sekarang ga da kabar
lanjutan (kayanya si..ga diacc)so sy lg cari investasi u/ pendidikannya kelak plus ada ass kesehatan
yg ga perlu medical record-nya…ada ga ya Mr.JP?oia budjet saya per bln Rp.500.000..sy sangat
membutuhkan saran n rekomondasinya…..makasi sebelumnya
Reply
39.
Junior Planner / June 14, 2011
Dear Mbak Tiar, turut prihatin yah atas kondisi keluarganya. Mengenai asuransi, sepanjang yg saya
tau, semua perusahaan asuransi mempunyai klausula bahwa perlindungan asuransi tdk berlaku utk
kondisi yg telah ada. Jd walaupun tidak dilakukan cek kesehatan, prlindungan berpotensi diputus
apabila ternyata dipakai utk pengobatan diluar kesepakatan.
Mengenai investasi, saya sarankan utk dipisahkan antara investasi dan asuransi kesehatan. Dana 6
jt per tahun harusnya bisa mencukupi. Dgn asumsi mbak memakai asuransi kesehatan hospital
benefit (seperti dari cigna) masoh tersisa dana ug cukup itk inestasi. Premi asuransi utk anak di atas
1 thn dgn pertanggungan 1 juta perhari (rawat inap) berkisar antara 1jt – 1.2jt per thn. Masih ada
tersisa dana 5 juta per tahun utk diinvestasikan.
Reply
40.
mel@ / July 4, 2011
mau tanya dong…
tetangga saya yang seorang pengusaha… tiba-tiba bangkrut… serta hartanya ludes untuk bayar
hutang… dannn akhirnya anak-anaknya jadi ga bisa sekolah dan hidup luntang-lantung…
saya juga jadi mikir… musibah bisa datang kapan saja… seandainya kita wiraswasta dan bangkrut
dan kita harus bayar hutang… ato kita pegawai tapi kita kena PHK…
ada ga siy… asuransi pendidikan /reksadana/investasi yang bisa mengcover/melindungi bahwa
uang yang kita tabung untuk pendidikan anak-anak itu tidak bisa digunakan untuk bayar hutang
sehingga anak-anak kita bisa tetap sekolah… truss… masalah premi yang dibayarkannya gimana?
… berarti kan harus berhenti ya?… karena kita pasti ga ada uang untuk bayar premi bulanannya…
setahu saya… untuk premi bulanan yang dicover… bukannya kalo cacat total / meninggal… ga ada
yang PHK ato bangkrut kan?
soalnya sampe saat ini saya searching-searching belum ada jawaban yang memuaskan…
saya baca dari blog ini… disini untuk mengamankan investasinya justru dari asuransi jiwa… padahal
kan sebagai tertanggung… kita kan masih hidup… jadi tidak mungkin dong mengandalkan UP…
kalau dari dana darurat yang sebesar 6 x dana pengeluaran tiap bulan… itu lumayan masuk akal…
cumaaaa… di masa mendatang… jika kita kena PHK… belum tau kan apakah dalam waktu 6 bln
sudah bisa dapat kerja lagi ato belum… dan untuk yang bangkrut n bayar hutang… jangan-jangan
dana daruratny buat bayar hutang…
makanya… saya bener-bener lagi nyari asuransi pendidikan dan asuransi kesehatan… yang proses
pembayarannya bisa diprediksi misal 5-10 tahun saja… dan hanya bisa mengeluarkan uangnya
untuk keperluan pendidikan (misal hanya dalam waktu umur penanggung masuk
SD/SMP/SMA/Kuliah) atau untuk keperluan kesehatan
waduh jadi panjang yaaa…
thanks jawabannya yaa…
Reply
41.
Junior Planner / July 6, 2011
Gpp mbak mela, biar panjang tapi menarik kok. Mulai darimana yah?
Jadi gini mbak, preferensi orang terhadap risiko itu berbeda, dan ini akhirnya tercermin dlm pilihan
investasinya. Ngga perlu jauh, dlm rekasadana aja ada banyak jenis dgn tingkat risiko dan return yg
berbeda. Bahkan di unitlink pun nasabah ditawarkan utk berinvestasi di beberapa jenis instrumen
sesuai dgn karakter masing2, terutama toleransi thd risiko. Hal ini mirip jg dgn pilihan antara
asuransi pendidikan dan kombinasi RD+asuransi kesehatan. Bagi yg bertipe penghindar risiko maka
instrumen yg kecil risiko adalah pilihan yg tepat. Dan jika risiko bangkrut dan phk yg jadi fokus
utama, maka tabungan or asuransi pendidikan bisa jd pilihan. Hanya saja konsekuensinya ada pada
return yg terbatas dan investasi rutin yg lebih mahal.
Untuk saya sendiri, knapa saya cuma memasukkan risiko kematian dlm penghitungan ini adlh krn
saya berpandangan bahwa selama saya masih hidup maka apapun bencana yg menimpa saya
tidak akan menahan saya utk menjadi lebih baik lagi di masa depan. Dana darurat selama 6 bulan
harusnya udah cukup utk mengcover proses pencarian kerja baru or keinginan utk berwirausaha.
Selama proses tsb, kalopun kekurangan uang utk investasi rutin, rutinitas tsb bisa diliburkan
sementara dan dilanjutkan stlh incomenya normal lagi. Konsekuensinya tinggal readjust planning
kita aja. Itulah enaknya jika kita mengelola investasi kita sendiri. Utk para pengusaha, seperti
beberapa temen saya, jatuh bangun mah udah biasa utk mereka. Dan itu yg bikin mereka makin
kuat. Lagian kalo udah sampe bisa memikirkan planning utk dana pendidikan anak sendiri, harusnya
mereka pun secara ngga sadar udah sangat fasih dgn mitigasi risiko. Yakin aja kalo segala sesuatu
yg dikelola dgn bener pst akan bener juga hasilnya.
Emang sih phk dan bangkrut itu tetap aja bisa terjadi pada setiap orang. Tapi percayalah mbak, kalo
seseorang salah mengelola usaha dan bangkrut total ataupun ngga berhasil memperoleh pekerjaan
lagi dan nganggur dlm waktu lama, ngga akan ada harta yg tersisa. Okelah dana di asuransi
pendidikan msh ada, tp kan baru keluarnya nanti di jangka waktu tertentu. Lah sampai waktu itu
nanti, gimana nasib keluarga kita? Gimana dengan kebutuhan sehati-hari si anak? Darimana
dapetnya? Semua itu pasti akan berdampak sangat besar pada hidup anak kita sehari-hari. Blom
lagi kemungkinan jumlah UP pendidikannya yg jauh dibawah kebutuhan, sisanya dapet darimana?
Trus pada umumnya pencairan polis jatuh pd ultah polis, gimana kalo baru bisa cair bulan
september sedangkan butuhnya juni?
Poinnya adalah, risiko dlm memilih suatu strategi itu selalu ada. Dan pada tingkat ekstrim, apapun
pilihan kita tetap akan terkena dampak yg sama. So, kembali ke preferensi risiko kita masing-masing
dan kemampuan pembayaran premi utk tujuan dana tertentu. Jika mbak lebih merasa aman dgn
asuransi pendidikan dan ngga keberatan dgn jumlah premi serta hasilnya, bisa aja utk jadi pilihan.
Kalo utk saya yg dananya terbatas, saya lebih memilih cara ini krn murah tp maksimal dan terukur
hasilnya. Tinggal disiplin aja dan tetap memelihara pandangan positif mengenai pekerjaan, usaha
dan kemampuan kita selama masih hidup.
Semoga bisa sedikit membantu keputusannya yah. Maaf banget jadi panjang juga, hehehe.
Reply
42.
Yoyon's BLOG.. / August 5, 2011
saya numpang nanya lagi yah..
saya juga mau pisahkan asuransi dengan biaya pendidikan anak nantinya dan setelah saya tanya
ke banker tempat saya buka rekening rd (kebetulan bank tersebut berjualan asuransi jg atau
bancassurance) untuk kesehatan anak baru bisa diambil kalo usia 18 tahun? apakah begitu pak?
saya juga kepikiran taroh terus tiap bulan tanpa liat kinerjanya tapi ya ada yg menyarankan tetep
dimaintain rd sahamnya.
Reply
43.
Junior Planner / August 5, 2011
Mas Yoyon nabung di bank apa sih? Jadi penasaran ama personal bankernya, hehehe. Jadi gini
mas, umumnya asuransi kesehatan bisa digunakan utk mengcover anak-anak sejak usia 6 bulan.
Mas bisa coba survey ke beberapa asuransi seperti CIGNA (kebetulan saya pernah pake produk
askes mereka, walaupun mesti hati2 juga dlm pemilihan produk). Ngga bener banget tuh info ttg
usia masuk harus 18 tahun. Saran saya Mas mendingan pindah bank deh, atau at least pindah
cabang aja. Banyak kok personal banker yg pinter, baik dan ngga cuma berorientasi mengejar
keuntungan dari jualan produk sebanyak2nya.
Reply
44.
Yoyon's BLOG.. / August 8, 2011
saya nabung di bank Co******th yg jual reksadana..maaf trnyata miskom soal yg 18 tahun..kmrin
komunikasi ama bankernya via bbm soalnya, tau sndiri kalo lagi bengong koneksinya. btw cigna
bisa dobel klaim? saya tertarik dgn produk bank ini krn dia bisa dobel klaim kalo tertanggung sakit
hanya perlu dilegalisir dari rumah sakit..cuman sayangnya ya bentuknya UL lagi UL lagi.. saya sih
minta dia itungin kalo anak saya 17 tahun lagi dapet minim duid 1,2 M , 100% agresive harus bayar
brp dan dia bilang 1,1 juta per bulan selama 14 tahun dgn asumsi persentase investasi tertinggi 22%
bisa dapet 1,6 M.
Reply
45.
Junior Planner / August 8, 2011
Saya coba tanggapin satu persatu ya Mas.
1. Ttg asuransi kesehatan, umumnya yg bertipe reimburse seperti ini selalu bisa kok utk double
claim, dan justru harus bisa karena bisa-bisa nanti ngga laku. Ini juga yg selalu jadi alat jualan
utama para agen asuransi. Untuk buktinya memang cukup dgn fotokopi dokumen rawat inap yg
sudah dilegalisir. Pengalaman saya dlm mengajukan askes seperti ini di 2 perusahaan asuransi,
prosedurnya gampang kok, tinggal mengisi formulir yg umumnya disediakan di website mereka. Dan
gampangnya lagi, pihak rumah sakit pun sudah terbiasa dengan proses penyiapan dokumen2 plus
legalisirnya. So masalah klaim ini berlaku umum kok Mas, ngga cuma di bank itu aja. Btw saya ngga
berarti merekomendasikan Cigna lho mas. Itu cuma menurut pengalaman saya aja dan mungkin
bisa digunakan sebagai benchmark untuk pengajuan ke asuransi lain.
2. Untuk UL nya, maksud Mas tabungan per bulan 1.1 juta itu akan dibayar selama 14 tahun dan
hasilnya akan diterima setelah 17 tahun? Kalo memang iya, itu lumayan gede lho Mas. Saya malah
jadi ragu ama itungan banker Mas, hehehe. Mungkin utk pastinya coba mas minta dibuatin simulasi
aja dulu. Trus pertanggungan apa aja yg diperoleh dan berapa UP nya? Anyway, kalo kita
simulasikan sendiri, dgn skenario seperti yg saya sebutkan diatas dan tingkat bunga yang sama di
22%, maka di tahun ke 17 seharusnya mas akan menerima hasil sekitar 2.01 miliar. Coba aja mas
simulasikan sendiri di excel, bisa dihitung dengan bunga bulanan (1.83%) ataupun dgn bunga
tahunan (dikali 1.1 juta x 12). Hasilnya ngga jauh beda. So, secara hitungan harusnya return yg
diterima lebih besar kan Mas?!
Reply
46.
Yoyon's BLOG.. / August 9, 2011
Selamat pagi,
wah terima kasih utk responnya yg cepat
Tentang reimburse ato dobel klaim saya sih baru tau yg ini bisa dobel krn di ul saya yg skrg ngga
bisa..wah klo gitu ada alternatif lain yah slain di bank saya..baiklah nanti saya coba compare dgn
asuransi kesehatan lainnya…
Lalu untuk pertanyaan anda yg “Untuk UL nya, maksud Mas tabungan per bulan 1.1 juta itu akan
dibayar selama 14 tahun dan hasilnya akan diterima setelah 17 tahun? Kalo memang iya, itu
lumayan gede lho Mas. Saya malah jadi ragu ama itungan banker Mas, hehehe. Mungkin utk
pastinya coba mas minta dibuatin simulasi aja dulu. Trus pertanggungan apa aja yg diperoleh dan
berapa UP nya?”
Iya pak, dia sudah buatkan ilustrasi seperti biasa kalo kita mau apply UL dan dengan 1,1 jt atau 13,2
jt setaon selama 14 taon di taon ke 17, estimasi hasil investasi dgn 22% adalah 1.643 milyar. UP
saya kecilkan jadi 30 juta saja krn ini sbnrnya utk pendidikan dan anak saya belum perlu jiwa jg.
terus ridernya ada payor jika pembayar premi mengalami meninggal,cacat tetap,kritis, maka
tertanggung ditabungin s/d 25 thn. Lalu rider utk kesehatan yg dikasih santunan harian rawat inap
300 rb/hari, icu 650 rb/hari,santunan bedah maks 7,5 jt, santunan biaya sebelum dan atau sesudah
rawat inap di Rumah Sakit sebesar Rp. 150.000,- dan santunan penggantian biaya medis sebesar
Rp 300.000,-. Begitu ilustrasinya.
saya setuju memang kalo kita sndiri yg kelola fund kita dan pisahkan dari asuransi pasti maksimal
dapetnya pasti lebih besar cuman saya ini blm pengalaman dlm memilih rd saham yg ok dan di UL
ini fund kita akan dikelola oleh MI dari schroder dengan rd dana prestasi plus,bnp paribas infra plus,
paribas ekuitas dan bank, jadi jelas yg kelola adalah MI yg berpengalaman dan kinerjanya baik.
Kalo saya sih pny pemikiran ya udh yg utk kuliah saya ambil UL ini smntara utk biaya SMP dan SMA
baru saya kelola sndiri…tentu saja dengan rd, emas dll…
trims
Reply
47.
Junior Planner / August 11, 2011
Sorry baru sempet bales mas. Kalo masalah pilihan sbenernya balik ke kemampuan investasi mas
aja sih, kalo memang udah oke dgn itu ya gpp juga. Saran saya, mungkin mas bisa coba dulu cari
pembanding ke asuransi termlife dgn UP serupa, sehingga selisih premi dan alokasi investasi mas
bisa disimulasikan ke investasi langsung ke reksadana. Toh produk2 yg mas sebutin juga adalah
produk2 RD yg dijual juga oleh agen penjual tanpa perlu melalui perusahaan asuransi. Btw kalo
boleh tau, nama produk mas namanya apa yah?
Reply
48.
Yoyon's BLOG.. / August 12, 2011
iya saya jg belum decide sih apa bener saya mau ambil UL itu ato saya tetep pisahkan invest dan
asuransi dgn term life. yg jelas banker saya udah bujuk2 biar masuk haha…terutama dia bilang kalo
term life nanti premi tambah mahal dll.
Reply
49.
Yoyon's BLOG.. / August 12, 2011
oh iya ketinggalan, nama produknya commlink premier dan saya minta tolong email ke saya
di [email protected] supaya kita mudah berkorespondensi. Terus terang hal yg sangat
mengkhawatirkan adalah saya belum baca secara lengkap klausul polis saya dan di bank saya beli
RD ternyata untuk minta statement resmi pengurusan pencairan dana RD atau pemindahan dana
RD ke ahli waris jika sewaktu-waktu kejadian maka ahli waris saya bisa dapet dana saya dengan
mudah dan sesuai. trims.
Reply
50.
Yoyon's BLOG.. / August 30, 2011
emailnya kok blm masuk ya
Reply
51.
Junior Planner / September 12, 2011
Waduh, saya lupa bales comment yang disini. Oke Mas, simulasi perbandingannya udah saya kirim
ke email ya. Semoga bisa membantu.
Reply
52.
Widya Aphro / October 17, 2011
To JP, saya sepakat sekali soal pembahasan asuransi n tabungan pendidikannya… tapi yang bikin
bingung, anda kan memilih RD saham sebagai alat investasinya, kalau dibandingin dengan investasi
emas gimana? kalo investasi emas kan niainya terus naik.. kenapa ga jadi pertimbangan untuk
nyiapin dana pendidikan anak? mohon masukannya karena yang sedang saya pertimbangkan
sekarang adalah pilih RD saham atau emas.. terima kasih
Reply
53.
Junior Planner / October 17, 2011
Nilainya emas terus naik? Menurut data sih ngga begitu yah, hehehe. Mengenai topik ini bisa dibaca
dlm tulisan Mbak Dini (dulunya salah satu Fin Plannernya Aidil Akbar) yg disajikan dgn
menarik: http://www.fin-chick-up.com/2011/09/fenomena-emas/.
Kenapa saya ngga pake emas utk tujuan2 jangka panjang? karena kesulitan bikin proyeksi, scara
harga emas baru naik sejak 2006 doang krn adanya krisis subprime dan disambung dgn krisis yg
sekarang. Kalo dilihat grafiknya, emas di thn 1980 pernah mencapai harga USD 800/toz, namun
abis itu langsung nyungsep dan baru kembali ke harga tsb di tahun 2006. Utk lebih jelasnya bisa
dilihat di grafik Kitco, tinggal pilih periodenya aja:http://www.kitco.com/charts/historicalgold.html.
Jika awal Sep11 kmrn mbak sempet beli emas waktu lagi tinggi2nya, skrg pasti blom balik modal
kan? ;p That’s why saya menganggap emas hanya sbg instrumen pelindung nilai, bukan sebagai
sarana investasi agresif utk mencapai tujuan keuangan saya. Emas sangat bagus utk dijadikan
bagian dari portfolio kita, namun jgn dijadikan aset yg dominan.
Reply
54.
Eric Abimanyu / January 14, 2012
Halo bung JP, it’s nice to read your articel. Saya mau tanya nih
1. Bisa saya minta dikrmkan file excel simulasinya? Tlg dikrmkan [email protected]
2. Lebih cepat mana perkembangan investasinya antara kita nyetornya per bulan dibanding lgsg
taruh dlm jumlah akumulasinya selama setahun? Jadi mksdnya gini, disimulasi diatas kan bung JP
nyetor 423,495/bln (500,000 – 76,505) selama 18 th. Anggaplah mulai bln Januari terus s/d bln
Desember. Trus dilanjut lg 423,495/bln di Januari s/d Desember thn dpn dst s/d thn ke 18. Lebih
cepat mana perkembangan investasinya dgn setor per bln spt diatas dibandingkan dgn jika
seandainya kita nyetor lgsg sebesar 5,081,940 (423,495 x 12) tiap bln Januari dari thn pertama s/d
bln Januari dithn ke 18? Bisa dibikinkan simulasinya?
3. Brp sih rata2 real return RD saham per tahunnya (sori pertanyaan standar bgt)
Thx a lot
Reply
55.
Junior Planner / January 15, 2012
Hallo bung Erick, saya coba jawab yah.
1. Mohon maaf krn komputer lama saya rusak, jadi saya juga kesulitan menemukan file-file lama yg
saya buat sebelum 2011. Soalnya saat itu saya masih menghitung hanya untuk keperluan pribadi
sehingga pengelolaan filenya masih berantakan. Tapi sebenarnya saya sajikan seperti ini karena
fungsi yang saya gunakan adalah excel biasa (future value dan present value) sehingga bisa
diprektekan sendiri oleh temen-temen yang membaca. Saya berencana utk mengupdate tulisan
saya mengenai hal ini, dan anti akan saya siapkan juga excle filenya untuk yang membutuhkan.
2.Di simulasi ini saya menggunakan sistem bunga berbunga secara bulanan (monthly compounded
interest), sehingga hasil tahunannya akan sedikit lebih tinggi dari setoran sekaligus setiap tahun
(dengan asumsi total return sama). Kenapa saya memilih yg bulanan seperti ini? Karena selain lebih
terjangkau dan pas dgn pendapatan saya yg juga bulanan, juga lebih rendah risikonya dibanding
dengan setoran secara tahunan. Contoh, sepanjang 2011 bursa saham (IHSG) cuma tumbuh
kurang dari 4% (Per Dec10: 3.703 dan per Dec11: 3.822). Namun sepanjang 2011 terjadi fluktuasi
IHSG yang bergerak dalam rentang 3.200 s/d 4.100. Jika investasi dilakukan secara bulanan, maka
kemungkinan mendapatkan average return lebih tinggi dari 4% menjadi lebih besar.
3. Rule of thumb yang biasa dipakai oleh para financial planner adalah 20-25%, yang merupakan
average return dari pasar saham selama lebih dari 10 tahun terakhir. So, kalo untuk investasi jangka
panjang, bisa menggunakan angka ini atau sedikit lebih rendah (konservatif). Tapi untuk jangka
pendek (kurang dari 5 tahun), sebaiknya menggunakan angka dibawah 10%. Terbukti kan tahun
2011 ini saham hanya tumbuh kurang dari 4%.
Reply
56.
Eric Abimanyu / January 16, 2012
Siang bung JP. Saya bikin sebuah rencana utk investasi saya. Simulasinya saya bikin diformat
excel. Saya ingin kirimkan ke bung JP. Saya mau bung JP bisa mengkoreksi dan memberikan
advice utk rencana saya tsb. Bisa nggak saya minta alamat emailnya?
Semoga berkenan
Thx
Reply
57.
Junior Planner / January 16, 2012
Boleh aja mas, kirim ke [email protected].
Reply
58.
Wedding - Pernikahan / March 8, 2012
Ulasan yang menarik.
Hanya sebagai perbandingan.
anak saya diikutkan dalam asuransi pendidikan + Poteksi kesehatannya. premi per bln 500 rb &
jangka waktu membayar premi hanya 10 thn,
HASILNYA :
1. Dana untuk pendidikan di usia 18 thn : 243 jt (bunga 15%)
2. Rawat Inap : 440 rb per hari
3. ICU : 880 rb per hari
4. pembedahan sampai 4,4 jt
5. Pertanggungan meninggal : 150 jt
Jadi total benefitnya malah lebih besar dari Reksadana.
dan yg lebih penting, ketika terjadi resiko pada orang tua maka perusahaan asuransi yang akan
melakukan pembayaran premi sampai anak berusia 25 thn.
Reply
59.
Junior Planner / March 8, 2012
Hai mas/mbak Wedding, thanx untuk komen dan perbandingannya. Namun ijinkan saya untuk bikin
perbandingan lagi yah.
Sebenarnya produk yg diambil sama seperti contoh di tulisan saya, namun saya coba simulasikan
sesuai skema mas/mbak. Biar sama dgn asuransi, kita pake asumsi return sama di 15%.
Dengan itungan bunga berbunga sederhana (bisa dilakukan sendiri di excel), dgn investasi
500rb/bulan selama 10 tahun dan setelah itu tidak perlu dilakukan pembayaran lagi, maka
seharusnya dgn asumsi return 15%/thn (terserah mo pake produk apa yg returnnya sesuai), pd thn
ke 18 total return yg harus diterima adlh sebesar 426 juta (sekali lagi, silakan dicoba perhitungannya
dgn excel utk pembuktian).
Jika dengan total 500rb/bulan saya sisihkan 100rb utk membeli asuransi kesehatan (400rb investasi,
100rb askes), maka hasil investasi (msh dgn asumsi 15%) di thn 18 adlh sebesar 341 juta. Masih
100 juta lebih besar dari janji asuransi. Pdhl dgn 100rb per bln utk askes, benefit yg diperoleh jauh
lebih bagus (utk produk tertentu). Sbg contoh, 2 thn lalu saya ambil askes C***a (tanpa premi
kembali) utk anak saya, premi pertahun cuma 850rb, namun rawat inapnya 1 juta / hari dan 2 juta
utk ICU.
Asuransi jiwa? sesuai konsep asuransi dimana fungsinya adlh menggantikan income yg hilang,
maka kurang tepat jika jiwa anak kita juga diasuransikan. Mendingan buat investasi utk masa
depannya.
Terakhir, mengenai risiko orang tua meninggal, bisa dibaca di tulisan lain ttg asuransi di blog saya.
Intinya, dgn perencanaan asuransi jiwa orang tua yg tepat maka hal ini bukan hal yg perlu
ditakutkan.
Reply
60.
Junior Planner / March 8, 2012
Tambahan dikit, intinya dlm perencanaan biaya pendidikan anak, yg terpenting adlh kita hrs yakin
bahwa hasil investasinya sesuai dgn kebutuhan. Dan utk mencapai nilai yg sesuai, pastikan kita
menggunakan produk yg sesuai dgn kemampuan dan profil risiko kita.
Oiya, lupa nambahin utk asuransi tadi. Skemanya, penyelenggara asuransi pendidikan harus
menginvestasikan premi nasabah di instrumen pasar modal utk menghasilkan retun sesuai simulasi.
Karena perusahaan asuransi tidak diperkenankan megelola uang nasabah (namanya jg perusahaan
asuransi), maka uang tsb dikembangkan lagi melalui bantuan manajer investasi dgn produk
reksadana atau mirroring produk reksadana. Nah logikanya, kalo ada jalan utk bisa langsung
berinvestasi melalui manajer investasi, kenapa harus lewat pihak ketiga? Fee nya akan lebih
ekonomis dan bisa diatur dengan fleksibel sesuai kebutuhan kita
Reply
61.
denny permana / March 11, 2012
selamat malam mas JP.trims infonya.
saya denny.saya bulan kemarin buka asuransi pendidikan AIA 500/bulan.setelah saya baca blog
saya berniat meunutup asuransi itu dan pilih investasi RD.tetapi dalam hal ini saya masih awam
bgt.saya juga gak seberapa ngerti hitunganya.
karena saya pegawai swata gajian saya melalui BCA
saya mau tanya….
1.RD yg cocok buat saya apa ya mas,saya sempat mbaca ada jenis RD agresif dll,mohon
penjelasanya mas
2.kalo askes untuk saya sendiri menurut mas yg bagus skr apa mas..
trims
maaf mas comen malem2
Reply
62.
Junior Planner / March 18, 2012
Salam kenal bung denny. Mohon maaf kalo pertanyaannya RD apa yg cocok, terus terang saya
ngga bisa jawab. Karna itu balik ke profil bung sendiri dalam hal toleransi risiko. RD saham pun
belum tentu cocok utk semua orang. Saran saya, coba bung ke bank penjual RD, trus coba minta
aplikasi utk buka RD. Nanti mereka akan ngasih formulir utk mengetahui profil risiko bung, dan
cocoknya beli produk RD apa. Kalo ngga salah form ini bisa digoogling juga sih.
Kalo utk asuransi kesehatan sama juga, tergantung kebutuhan bung sendiri. Kalo hanya butuh rawat
inap dgn premi murah, bisa coba produk dari Cigna.
Reply
63.
colagecko / July 25, 2012
saya baru dapet simulasi asuransi pendidikan dari T****ul, dengan premi 500rb/mnth, tapi koq jauh
bgt ya dapetnya,kalo pake yang UL dapetnya cm 247 juta,kalo yang konvensional malah cm dapet
122 juta, suku bunga 7%, saya liat koq ga worthed ya, jadi malah saya bingung..
kemarin temen buka reksadana jg dan ktanya bunganya cm 8% bukan 14% seperti blog JP..
Reply
64.
Junior Planner / July 25, 2012
Halo mas/mbak colagecko. Inti dari tulisan saya diatas adalah perbandingan antara ilustrasi yg
disediakan oleh penjual produk dgn simulasi sendiri dgn menggunakan asumsi return yg sama
persis dgn simulasi. Seperti dalam contoh aspend anda, bisa dicoba perbandingannya dgn simulasi
investasi dgn tingkat return yg sama jika kita invest langsung ke pasar modal / uang (mohon
dipahami jika asuransi pendidikan seperti ini juga menggunakan instrumen pasar modall/uang utk
mengembangkan uang nasabah). Dengan demikian maka tingkat return actual akan sejalan dgn
kondisi pasar modal secara umum.
Mengenai Reksadana, sebenarnya sangat tidak tepat jika digeneralisir seperi itu mengingat produk
RD sendiri terdiri dari beberapa jenis, dgn tingkat return dan risiko yg berbeda (bisa dicek di
infovesta), sehingga harus disesuaikan dgn jangka waktu tujuan keuangan kita. Return RD saham
misalnya, bisa sangat berfluktuasi dalam jangka pendek. Sebaliknya, RD pasar uang bisa langsung
ditebak tingkat returnnya berdasarkan suku bunga patokan (misalnya BI rate).
Reply
65.
johart / January 24, 2013
Salam kenal mas,
Saya lagi bingung untuk mencari asuransi, niatnya ingin memisahkan asuransi dan investasi. Tapi
ada kelemahan ya sepertinya, kalo seandainya pencari nafkah tidak meninggal, melainkan sakit
kritis, bagaimana dengan perencanaan dana pendidikan anak ya, sedangkan kalo di asuransi khan
otomatis dibayarkan oleh pihak asuransi (unitlink)? Mohon jawabannya ya, terima kasih.
Reply
o
JrPlanner / January 27, 2013
Penyakit kritis itu adalah asuransi tambahan yg bisa dilekatkan pada asuransi tradisional maupun
unitlink. Namun utk kebutuhan penyakit kritis ini di Indonesia msh terkendala oleh keterbatasan
produk, krn itu kebutuhan tsb perlu dipertimbangkan dgn sebaik2nya.
Reply
66.
dessiw / February 24, 2013
Pagi mas jp, mau tanya, saya dtawarin untuk investasi oleh perusahaan asuransi dengan setoran
bulanannya 500rb.ktnya full investasi+ada up 100jt jika meninggal dunia. Apakah sebenarnya dari
setoran bulanan tsb ada yg d ambil untuk bayar premi? Hasilnya lbh besar mana investasi lwt
asuransi dbandingkan RD lgsg. Trims
Reply
o
JrPlanner / February 28, 2013
Hai mbak. Sebaiknya liat dulu detail produknya dan skema yg ditawarkan. Namanya jg perusahaan
asuransi, harusnya kan spesialisasinya menjual asuransi, bukan investasi Kalo memang
tujuan mbak adalah berinvestasi, tentu akan lebih optimal jika menggunakan produk2 yg dikeluarkan
oleh lembaga2 pengelola investasi.
Reply
67.
hotifah / August 27, 2013
SIANG MAS…
MOHON INFO NYA UNTUK RD YG MAS AMBIL DARI BANK APA N PRODUK APA?
MAAF SAYA AWAM SEKALI UNTUK RD,BIASANYA SAYA PAKE NYA ASURANSI AJA,
MOHON DIBALA KE EMAIL SAYA. [email protected]
SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI UCAPAKN TERIMA KASIH.
Reply
o
JrPlanner / August 28, 2013
Wah, kalo untuk produk RD saya ada banyak Mbak, dan saya sesuaikan dengan kebutuhan serta
profile risiko saya. Pilihan ini bisa beda dengan Mbak atau orang lain. Untuk pembelian, ada yg saya
lewat bank penjual (commbank dan mandiri), ada juga yg langsung ke manajer investasinya. Saran
saya, coba deh baca-baca beberapa artikel di blog saya dan web lain tentang reksadana biar tau
kebutuhan Mbak. Jika maksudnya untuk investasi, memang sudah selayaknya beli produk investasi,
bukan produk asuransi
Reply
68.
firda / November 26, 2013
selamat malam, saya ingin mengetahui apakah ada salah satu perusahaan yang ada di indonesia,
diantara ketiga (asuransi pendidikan,tabungan pendidikan dan reksadana? terimakasih
Reply
69.
firda / November 27, 2013
perusahaanya, secara syariah bukan konvensional? kalo memang tolong kasih tau saya, tentang
perusahaan mana yang ada diindonesia, karena saya ingin mengetahuinya, terimakasih
Reply
o
JrPlanner / November 28, 2013
Salam kenal. Mohon maaf, saya kurang paham dengan pertanyaannya. Ketiga produk ini adalah
produk yg ada di lembaga keuangan di Indonesia, so maksudnya perusahaan seperti apa yah?
Reply
70.
Amrih Gunawan / November 30, 2013
Selamat malam Bung JP.
saya sgt tertarik dgn tulisan anda, termasuk diskusi di forum/ komentar. Kebetulan saya jg
berencana menambah investasi untuk pendidikan anak sy yg baru berumur 2 thn. Bolehkan saya
dapatkan contact number Anda ?(prefer email saja). Terimakasih dan kalau berkenan tolong direply
di email saya.
Reply
o
JrPlanner / December 17, 2013
Salam kenal mas. Mohon maaf saya baru sempat membalas komennya. Boleh kontak saya
[email protected] atau [email protected]. Silakan email aja, saya usahakan balas
secepatnya. Pasti dibales kok, hanya kadang kalo sibuk suka lupa. Maap
Reply
71.
krist / December 13, 2013
sore pak jp, pak mohon masukanya, saat ini saya belum ada rumah, anak 4 dgn gaji 10jt,saya baru
terlintas untuk ikut asuransipendidikan tapi saya jadi bingung setelah membaca pencerahan dari
bapak, enaknya ambil asuransi ato investasi, bgmn menurut bapak, apa yg musti saya ambil…ank
pertama smp, kedua sd dan ketiga 3.6y dan terakhir 1.6y…trimakasih atas masukanya…ditunggu ya
pak
Reply
o
JrPlanner / December 17, 2013
Kalo niatnya untuk pendidikan anak, jelas cara terbaik adlh melalui investasi. Asuransi pendidikan
pun menginventasikan uang kita dlm produk2 keuangan, dgn tambahan premi utk jiwa anak yg
belum tentu dibutuhkan. Semoga menjawab yah…
Reply
72.
Sha / February 26, 2014
Pak ulasan anda benar2 membuka mata saya. Namun saya bingung cara mengintak anda krn byk
yg ingin sy tanyakan. Sy harap anda bersedia membalas pertanyaan saya … Saya orang kampung
awam dunia perbankan. Sy sdng hamil 9 bulan dan ingin mulai reksadana dan asuransi spt bpk.
Masalahnya reksadana itu apa dan saya harus kemana untuk memulainya? Dan sy ingin memakai
asuransi yg sama dgn bpk. Asuransi apa yg bpk pakai?
Terimakasih mohon balasannya
Reply
o
JrPlanner / March 28, 2014
Salam kenal Mbak, mohon maaf baru sempat menanggapi. Utk memulai reksadana, yg gampang
Mbak bisa menghubungi bank yg berperan sbg agen penjual reksadana. Yg umum dipakai untuk
membeli reksadana secara ritel di Indonesia adlh Bank Mandiri dan Bank Commonweath. Mbak
tinggal datang ke CSO nya, dan nanti akan diterangkan mengenai reksadana dan prosedur2
pembeliannya. Utk asuransi, saya menggunakan termlife dari AIA, namun sayangnya saat ini sudah
difreeze. Namun ada kok beberapa perusahaan asuransi lain yg mengeluarkan produk sejenis.
Semoga menjawab yah…
Reply
73.
Ahmad Fahmi / April 17, 2014
Salam kenal om JP, bisa dihare file kalkulator excelnya?
mau nanya, klo alur saya bukan target yang pgn saya dapet, tp kemampuan cicilan saya gmn ? sy
udh nentuin RD yang kita pengen , udah nentuin cicilan yang kita mampu. tu salah g? karena
takutnya target kita terlalu tinggi, sedangkan cicilan & investasi RD (mis : RD saham)g bisa
ngimbangin
mohon penverahanya
Thk
Reply
o
JrPlanner / April 19, 2014
Salam kenal juga. Sorry banget, kalo excel yg ini udah ngga tau kemana, tulisan lama
soalnya
Mengenai alur, yang paling awal kita tentuin dulu berapa besaran target dana yg menjadi tujuan
finansial kita dan jangka waktu pencapaiannya. Setelah itu baru kita hitung besaran investasi
rutinnya. Tentu besaran investasi hasil hitungan ini kemudian kita bandingkan dgn keadaan cash
flow kita. Bagaimana jika ternyata kemampuan cash flow kita lebih kecil dari hitungan besaran
investasi rutin yg harus kita lakukan? Ada beberapa cara mengatasinya:
1. Menyisihkan penghasilan lebih besar utk investasi (dgn kata lain mengorbankan porsi dari biaya
hidup lainnya)
2. Memanjangkan periode pencapaian tujuan
3. Menurunkan besaran target yg ingin dicapai
4. Menggabungkan cicilan investasi rutin dan tahunan (dgn memanfaatkan bonus, thr atau
pendapatan non rutin lainnya).
Semoga menjawab ya.
Reply
74.
Satrio / May 26, 2015
Saya PNS 31 tahun dengan 1 isteri dan 1 orang putra umur 10 bln, kami peserta BPJS, setelah
baca2 berbagai blog tentang keuangan baru sadar ternyata saya ‘wajib’ memiliki asuransi Jiwa.
pernah minta proposal term life M*** ***e..ternyata Preminya (untuk UP sekitar 1,2M) Rp.380rb an
yg ‘menurut saya besar sekali mas, rider asuransi kesehatan buat 3 orang sehingga total 1.800rb an
perbulan. sangat jauh dari perkiraan persiapan dana saya yg hanya 1 jutaan.
Saya ingin sekali menambahkan Asuransi kesehatan Swasta selain BPJS untuk keluarga saya,
mengingat saya ingin keluarga saya mendapatkan pelayanan kesehatan yg memadai, ada saran
mas asuransi apa yg kiranya sesuai?
Hal lain yg menjadi pikiran saya juga adalah Dana Pendidikan Anak..sudah baca2 produk Asuransi
pendidikan Bank dan Non bank..tapi sampai sekarang belom memutuskan yg mana..malah ketemu
blog ini yg katanya justru Asuransi pendidikan nggk efektif..wahh makin galau deh saya..heheh
Ohya..saya juga jadi tertarik untuk invest Reksadana buat keinginan jangka pendek (Mobil, Liburan)
dan kebutuhan jangka Panjang (Uang Kuliah anak sekiranya Dana pendidikan tak mencukupi dan
dana Pensiun kelak) karena penghasilan perbulan saya di BNI saya coba tanya2 di BNI ternyata
minimum paymentnya 10jutaan.. ada rekomendasi tempat saya ‘menanam’ reksada yg pas mas?
Mohon bgt pencerahannya Mas ..semoga makin berkah hidupnya
(kalau berkenan bisa juga bales ke email saya [email protected])
.
Reply
o
JrPlanner / August 18, 2015
Hi Mas Satrio. Maaf ya baru sempat bales. Saya coba kasih masukan ya. Utk jiwa, mas bisa tanya2
produk termlife yang hanya mengcover jiwa Mas Satrio saja (asumsi saya istrinya adalah ibu rumah
tangga). Di M******e tadi ada kok produknya. Secara premi akan jauh lebih ringan. Untuk kesehatan,
saya tidak punya banyak referensi produk. Tapi utk keluarga saya, saya menggunakan produk
M***plus dari grup Lippo. Untuk bertiga per tahunnnya 6jutaan atau 500ribuan per bulan. Masih
sesuai budget kan? Lumayan Mas, walopun tidak mengcover banyak utk penyakit kritis
(terpaksa mengandalkan BPJS), produk ini mengcover biaya rawat jalan dan rawat inap (di RS
rekanan). Eh ini bukan iklan lho, cuma sharing aja
Untuk masalah investasi jangka panjang dan pendek, sebaiknya memang menggunakan produk
investasi, baik produk perbankan (deposito) maupun non perbankan seperti reksadana. Utk
pembelian reksadana secara ritel, saya merekomendasikan pembelian via Bank Mandiri atau Bank
Commonwealth. Minimum pembeliannya mayoritas dibawah 1juta. Untuk produknya nanti akan
dijelaskan secara lebih detail oleh para customer service di lokasi. Sekian mas, semoga bermanfaat
ya.
Reply
75.
Tiwie / July 2, 2015
Jadi tertarik mau ambil RDS di Mandiri juga…jangan2 kita tetanggaan hehe, tanya donk di bank
Mandiri ambil jenis reksadana apa saja? nama produknya ya bukan tipe pasar uang, pendapatan
tetap , campuran dan saham. Makasih sebelumnya
Reply
o
JrPlanner / August 18, 2015
Halo Mbak Tiwie. Dulu sih saya ngambilnya produk RDPU punya Batavia, trus RDC dan RDS
punyanya Schroder
Reply
76.
Ade Non Juwita / July 7, 2015
Saya mah malah gak bisa pilih apa2……lha wong kerjaan gak netep….penghasilan gak
jelas…..tabungan gak punya……Ada gak ya reksadana hibah khusus untukorang yg kayak saya?
hihihi….
Reply
77.
ana / September 10, 2015
Saya sangat tertarik dgn pembahasan reksadana cuma msh awam dan bingung bagusnya yg mana
ya.?
Reply
o
JrPlanner / September 11, 2015
Wajar kok kalo bingung Coba baca2 dulu beberapa literatur ttg reksadana ini, atau bisa
coba datang ke beberapa bank seperti Mandiri dan COmmonwealth yang menjual reksadana ritel
(biasanya orang agak jiper kalo disuruh langsung nanya ke manajer investasi, hehehe). Customer
service mereka umumnya fasih menjelaskan masalah reksadana dengan detail sambil menunjukkan
prospektus dan cara membaca kinerja reksadana