Download - Asuhan keperawatan pada n1 AKPER PEMKAB MUNA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN ENDOKRIN : DIABETES MELLITUS
DI BANGSAL MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktek KMB V
Oleh :
1. Wahyu Pradono (2005.930)
2. Wariyani Ningsih (2005.932)
3. Win Andriyani (2005.933)
4. Wiwik Yuliatin (2005.935)
5. Wiyani (2005.936)
AKADEMI KEPERAWATAN PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
2008
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Diabetes mellitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai
insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah ke
dlaam sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen (Tambayong, Jan, 2000 : 157).
Pendapat darp Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1220) Diabetes Mellitus adalah
gangguan metabolisme dengan karakteristik intoleransi glukoda atau penyakit yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara persediaan insulin dengan kebutuhan- klasifikasi
diabetes yang utama adalah :
1. Diabetes Mellitus tipe I : DM tergantung insulin.
2. Diabetes Mellitus tipe II : DM tidak tergantung insulin.
3. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
4. Diabetes Mellitus gestasional.
B. Etiologi
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1224) penyebab diabetes mellitus dikelompokkan
menjadi 2 :
1. DM tipe I disebabkan oleh
a. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe itu sendiri tapi mewarisi suatu kecenderungan
genetik ke arah terjadinya diabetes ini ditemukan pada penderita HLA (Human
Leucocyto Antigen).
b. Faktor lingkungan
Karena destruksi sel beta, contoh : hasil penyelidikan yang mengatakan bahwa virus atau
toksin tertentu dapat memicu proses auto imun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh usia (retensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan hisponik serta
penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya
DM)
Terjadinya DM tipe II dibandingkan dengan golongan non Amerika.
C. Manifestasi Klinik
Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000 : 1220) manifestasi klinik dari Diabetes Mellitus antara
lain :
1. Glukosuria : adanya kadar glukosa dalam urin.
2. Poliuri : sering kencing dan diuresis osmotik.
3. Polidipsi : banyak minum akibat dari pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebih.
4. Polifagi : banyak makan akibat menurunnya simpanan kalori.
5. Penurunan berat badan secara drastis karena defisiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak.
Berdasarkan Tjokroprawiro (1998 : 1) menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus antara
lain :
1. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan.
2. Kadar glukosa darah pada > 120 mg/dl.
3. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl.
4. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin)
5. Mudah lelalh, kesemutan, kulit terasa panas.
6. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk.
7. Mata kabur, gigi mudah goyah, dan mudah lepas.
8. Kemampuan sexual menurun, impoten.
D. Anatomi Fisiologi
Pankreas panjangnya kira-kira lima belas sentimeter, mulai dari duodenum sampai
limpa, dan terdiri atas 3 bagian : kepala pankreas, badan pankreas, ekor pankreas. Jaringan
pankreas terdiri atas labula dari pada sel sekretori yang tersusun mengitari saluran-saluran
halus. Saluran-saluran ini mulai dari persambungan saluran-saluran kecil dari labula yang
terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan menlalui labula yang terletak di dalam ekor
pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan. Saluran-saluran kecil itu
menerima saluran dari labula lain dan kemudian bersatu untuk membentuk saluran utama
yaitu ductus wirsungi.
Kepulauan langerhans pada pankreas membentuk organ endokrin yang menyekresi
insulin, yaitu sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan diabetes.
Insulin adalah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-enzim pencerna
protein. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobaan dalam
hal kekurangan, seperti pada diabetes, ia memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk
mengabsorbsi dan menggunakan glukoda dan lemak (Pearce, E., 1995 : 207 dan 237).
Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas, kelenjar pankreas terletak di lekukan
usus dua belas jari, sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu
waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan dalam dua jam sesudah makan di bawah 140 mg/dl.
Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik secara kuantitas maupun kualitas
keseimbangan tersebut akan terganggu dan kadar glukoda cenderung naik (Tjokroprawiro,
1998 : 1).
E. Patofisiologi
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta langerhans, defisiensi
insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan pembentukan glikogen sehingga glikogen
akan mengalami suatu penurunan yang mengakibatkan hiperglikemi, peningkaan kadar
glukosa hepar dan peningkatan lipolisis.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang
menyebabkan osmotik diuresis.
Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat
meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan
mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang
akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (poliuri).
Poliuri akan menyebabkan banyak kehilangan elektrolit dan dalam tubuh dan
akibatnya akan menimbulkan masalah kurang volume cairan, dehidrasi akan membuat
seseorang banyak minum (polidipsi).
Apabila tubuh kehilangan kalori, akan menyebabkan seseorang dalam keadaan lemah,
sehingga akan muncul permasalahan intoleransi aktifitas sedangkan keadaan polifagia akan
mengakibatkan munculnya masalah perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan (Price, S.A. dan
Wilson, L.M., 1995 : 112).
F. Pathway dan Masalah Keperawatan
Kerusakan sel beta langerhans
Defisiensi insulin
Peningkatan kalori
Peningkatan pembentukan glikogen
P
Polifagia Lemah
enurunan glukagon
H
Intoleransi aktivitas
iperglikemia
Cidera
Luka
Perubahan mikrovaskuler retina
Gangguan sensori perseptual
Ketajaman pandangan menurun
Resiko tinggi infeksi
Resiko injuri
Ginjal tidak mengikat kembali glukosa yang difiltrasi
Gluksa mengikat cairan
Cairan yang berlebih
Poliuri
Perubahan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi
Peningkatan lipolisis
Peningkatan oksidasi asam lemak bebas
Pembentukan keton
PH turun
Asidosis metabolik
Tekanan parsial O2 menurun
Hipotensi
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Glukosauria
Osmotik diuresisSumber :
Price, S.A dan Wilson (1995 : 112) Long, B.C (1996 : 70) Smeltzer, S.C (2002 : 1223) Doenges (2000 : 729)
G. Komplikasi
Menurut Price, S.A dan Wilson, L.M (1995 : 1117) komplikasi diabetes mellitus dapat dibagi
menjadi 2 kategori yaitu :
1. Komplikasi metabolik akut
1. Komplikasi metabolik yang serius adalah ketoasidosis diabetes yang akan mengakibatkan
kerosis terjadi pada jangka pendek.
2. Peningkatan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
3. Hipolikemi
2. Komplikasi metabolik kronik
1. Makro angiopati yang mengenai pembuluh darah besar seperti pada jantung pada otak.
2. Mikro angiopati yang mengenai pembuluh darah kecil seperti retinopati diabetik,
nefropati diabetik.
3. Neuropati diabetik rentang infeksi seperti TBC, infeksi saluran kemih, ulkus pada kaki.
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada DM menurut Donges dkk (2001 : 728) antara lain :
1. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt
5. Elektrolit
1. Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
2. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler selanjutnya akan
menurut).
6. Haemoglobin glikosilat : kadarnya melipat 2-4 dari dari normal.
7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat atau (dehidrasi / leukositosis, hema
konsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi).
9. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau penurunan fungsi
ginjal).
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya pankreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA (Diabetik Keto Asidosis).
11. Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai
tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan infusiensi insulin atau gangguan dalam
penggunaannya (endogen atau eksogen).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
I. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001 : 1226) ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM
yaitu :
1. Diit
2. Latihan jasmani
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
Berdasarkan Engram, B (1998 : 535) penatalaksanaan DM yaitu :
1. Untuk DM tipe I
Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan).
2. Untuk DM tipe II
Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia.
Menurut Long B.C (1996 : 81) pencegahan DM yaitu :
1. Pencegahan primer
a. Menghindari obesitas (jika perlu)
b. Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama dalam pencegahan
DM tidak tergantung insulin.
2. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.
J. Fokus Pengkajian
Fokus pengkajian pada penyakit DM menurut Doenges, dkk (2000 : 726)
1. Aktifitas dan istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan atau cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri atau kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
10. Sexualitas
11. Penyuluhan
K. Diagnosa Fokus Intervensi Keperawatan
Menurut Doenges, dkk (2000 : 729) diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan pada
penyakit DM adalah :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik
berlebihan : diare, muntah, masukan dibatasi, mual, kacau mental.
Kriteria hasil : Pasien dapat mendemonstrasikan hidrasi adekuat.
Intervensi :
1. Pantau tanda-tanda vital.
2. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
3. Pantau masukan dan pengeluaran catat berat jenis urin.
4. Ukur berat badan tiap hari.
5. Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral, status hiper metabolisme.
Kriteria hasil : a. Pasien akan mencerna jumlah kalori yang tepat.
b. Pasien menunjukkan tingkat energi biasanya.
c. Pasien akan mendemonstrasikan BB stabil.
Intervensi :
1. Timbang BB setiap hari sesuai dengan indikasi.
2. Tentukan program diet akan pola makan pasien.
3. Berikan makanan cair yang mengandung zak makanan dan elektrolit.
4. Identifikasi maknan yang disukai termasuk kebutuhan etnik / kultur
5. Observasi tanda-tanda hiperglikemi.
6. Lakukan pemeriksaan gula darah yang menggunakan “fingerstick”
7. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode insulin intermitten.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit,
perubahan pada sirkulask, infeksi pernafasan yang ada sebelumnya, atau infeksi saluran
kemih.
Kriteria hasil : a. Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau
menurunkan resiko infeksi.
b. Pasien akan mendemonstrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
infeksi.
Intervensi :
1. Observasi tanda-tanda infeksi.
2. Tingkatkan upaya pencegahan infeksi.
3. Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invansif
4. Pasang kateter atau lakukan perawatan genetalias.
5. Auskultasi bunyi nafas.
6. Bantu pasien untuk melakukan oral hygiene.
7. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas sesuai dengan indikasi.
8. Berikan antibiotik yang sesuai.
4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia
darah : insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolis atau
infensi.
Kriteria hasil : a. Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
b. Pasien menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitaas.
2. Berikan aktivitas alternatif periode istirahat.
3. Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelumnya dan sesudah aktivitas.
4. Diskusikan cara menghemat kalori.
5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN ENDOKRIN :
DIABETES MELLITUS DI BANGSAL MELATI I
RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
A. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 21 Mei 2008
Jam pengkajian : 08.00 Wib
1. Identitas
a. Identitas pasien
1. Nama : Ny. S
2. Tempat/tanggal lahir : Klaten, 1947
3. Umur : 61 tahun
4. Jenis kelamin : Perempuan
5. Alamat : Petoran, Jebres, Surakarta
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Bangsa : Indonesia
9. Pendidikan : -
10. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
11. Dokter yg merawat :
b. Identitas penanggung jawab
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
8. Alamat : Petoran, Jebres, Surakarta
9. Hubungan dg pasien : Anak kandung
3. Keluhan utama
Pasien mengatakan badannya lemas.
4. Riwayat keperawawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
± 2 hari yang lalu pasien merasa pusing, mual muntah, badannya lemes dan nggliyer di
rumah pasien sudah diberi obat pusing dan mual muntah, tapi belum ada
perkembangan.
Tanggal 20 Mei 2008 pukul 03.00 pagi dibawa ke RS. Dr. Moewardi Surakarta, masuk
IGD diberi terapi infus RL 20 tpm, injeksi cefriaxonelx 2 gr, piralen 1 x 1 mg,
ulceranin 1 gr/12 jam, kemudian pukul 05.00 WIB dipindah bangsal Melati I untuk di
rawat inap.
b. Riwayat keperawatan dahulu
± 1 tahun yang lalu pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama dan
diperbolehkan pulang karena sudah mengalami perbaikan dalam kesehatan selama
perawatan.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular, tetapi ada yang menderita penyakit
hipertensi yaitu ibunya.
d. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Menikah
: Garis keturunan
: Pasien
: Penderita penyakit hipertensi
5. Konseptual Model Gordon
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter untuk
diperiksakan dan mendapatkan pengobatan.
b. Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 3 x/hari, porsi makan cukup, nasi, lauk dan sayur.
Selama sakit : Pasien makan diit yang diberikan RS, pasien makan hanya habis ½ porsi
yang diberikan RS, nafsu makan menurun.
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, konsistensi padat, BAK 6-7 x/hari.
Selama sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x/hari, BAK dalam urine back ± 1500 cc/hari,
warna kunig agak keruh, bau khas.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Pasien dapat beraktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain.
Selama sakit : Pasien total care, semua aktivitas dibantu oleh perawat dan keluarga.
e. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : Pasien mengatakan biasanya tidur ± 6-7 jam /hari.
Pasien jarang tidur siang.
Selama sakit : Pasien mengatakan tidur 5-6 jam pada malam hari.
Pasien hanya dapat sebentar-bentar tidur siang.
f. Pola persepsi kognitif
Pasien mengatakan sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya.
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Body image : Pasien mengatakan menerima keadaannya saat ini.
2) Self ideal : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarga.
3) Self esteem : Pasien mengatakan tidak minder dengan penyakitnya.
4) Identity : Pasien menyadari bahwa dia adalah seorang perempuan
h. Pola peran dan hubungan
Pasien mengatakan sebagai seorang ibu dari 8 anak dan nenek dari 12 cucu, hubungan
dengan keluarga tampak harmonis.
i. Pola reproduksi dan sexual
Pasien mempunyai 8 anak dengan suaminya, pasien menikah 1 kali dan sudah masa
menopause.
j. Pola koping terhadap stres
Pasien mengatakan setiap ada masalah dibicarakan dengan keluarga.
k. Pola nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Islam, dan rajin beribadah 5 kali sehari, tapi saat ini pasien
hanya mampu berdoa.
6. Pemeriksaan fisik
Pada tanggal 20 Mei 2008
a. Keadaan umum : Lemah
b. Tingkat Kesadaran : Composmentis
GCS Evektor : 4
Motorik : 6
Verbal : 5
c. Tanda-tanda vital : TD : 180/90 mmHg BB : 50 kg
N : 80 x/menit TB : 153 cm
S : 36,9°C
Rr : 20 x/menit
d. Kepala : Messocepal, rambut sebahu beruban, tidak ada lesi.
e. Mata : Konjungtiva anemis, sklera un ikterik, tampak sayu, pasien masih cukup tajam
dalam penglihatan.
f. Hidung : Bersih, tidak ada serumen, terpasang O2 2 lt/menit
g. Telinga : Bersih, simetris, pendengaran normal
h. Mulut : Gigi masih utuh, mukosa bibir kering, tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis.
i. Wajah : Pucat
j. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
k. Dada
Paru : I : Pengembangan dada kanan = kiri
P : Fremitus, raba kanan = kiri
P : Sonor
A : Tidak ada wheezing
Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak
P : Ictus cordis kuat angkat
P : Pekak
A : BJ I – II reguler
. Abdomen : I : Permukaan dada dan perut sama, tidak ada lesi
A : Peristaltik
P : Tidak teraba massa
P : Tympani
l. Ektremitas
Atas : Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan, tangan kiri bebas bergerak, tidak
ada oedem.
Bawah : Bebas bergerak tidak ada oedem
m. Genitalia urinaria : Pasien terpasang DC, genetalia bersih.
n. Kulit : Terdapat luka bekas pengambilan sampel darah yang berwarna biru namun
tidak nyeri, kapiler reffil > 2 detik.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium pada tanggal 20 Mei 2008 pukul 08.30 WIB
Pemeriksaan Hasil Normal
Kimia darah
SGOT
SGPT
GDS
73 U/L*
71 U/L*
302,1 mg/dl *
Lk : < 35 ; Pr : < 31 u/L
< 31 u/L
70-115 mg/dl
Analisa Urine
Urinalisa
Warna
Kekeruhan
Reduksi
Bilirubin
Keton
BJ
pH
Protein
Urobilinogen
Nitrit
Kuning
Keruh*
Tertentu*
-
-
< = 1005
6,5
-
3,2 E.v/dl
-
Kuning
Jernih
-
-
-
-
-
Pemeriksaan Hasil Normal
Sedimen
Leukosit
Eritrosit
Epitel squamos
Silinder
Kristal
Amorf fosfat
Sel rage/jamur
Bakteri
-
10-15 plp
25. 30 plp
5-7 plp
-
+
+
+
-
-
-
-
( - )
8. Program terapi (20 Mei 2008)
1. Infus RL 20 tpm
2. Obat oral
o Captopril 2,5 gr 3 x 1
o Amiodipine 10 mg 1x 1 (siang)
o He pro 3 x 1
3. Injeksi
o Cefriaxon 2 gr/hari
o Piralen 1mg/12 jam
o Ulceranin 1 gr/12 jam
o Lancolin 1 gr/12 jam
o Actropid 10 – 10 – 4 unit
4. Pemeriksaan tambahan
Pemeriksaan gula darah sewaktu
B. Data Fokus
1. Data subyektif :
1. Pasien mengatakan badannya lemes.
2. Pasien mengatakan nafsu makan menurun.
3. Pasien mengatakan pusing, nggliyer
2. Data obyektif :
1. Keadaan umum lemah
2. Warna kulit pucat, teraba dingin
3. TD : 180/90 mmHg, N : 80 x/menit, Rr : 20 x/menit, S : 26,58C
4. BB : 50 kg
5. Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan
6. Terpasang O2 2 lt/menit
7. Terpasang DC hari -2
8. Mukosa bibir kering
9. Kapileri reffil 72 dtk
10. Pada tangan kiri ada luka kebiruan bekas pengambilan sampel darah.
11. Hasil laboratorium saat pengkajian
GDS : 302,1 mg/dl
SGOT : 73 u/l
SGPT : 71 u/l
Amorf pospat : (+)
Sel rage (+)
Bakteri : (+)
12. ADL dibantu keluarga dan perawat.
C. Analisa Data
No Tgl/jam Data Fokus Etiologi Problem
1. 21/5/08
09.00
DS : - Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan nafsu makan menurun
- Pasien mengatakan pusing, nggliyer.
DO: - GDS 302,1 mg/dl
- Mukosa bibir kering
- Makan habis ½ porsi RS
Input yang tidak adekuat dan ketidak cukupan insulin
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2 10.00 DS : - Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan pusing
DO: - TD : 180/90 mmHg, S : 36,9° C
N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit
- Kapileri reffil 32 detik
- Terpasang O2, 2 lt/menit, kulit pucat, teraba dingin
- SGOT : 73 u/l
- SGPT : 71 u/l
Penurunan aliran darah sekunder akibat vasokonstriksi pembentukan tromboembolik
Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan
3. 11.30 DS : - Pasien mengatakan lemas
DO: - ADL dibantu oleh keluarga dan perawat
- Terpasang O2 nasal 2 lt./menit
- Terpasang DC
- Pasien lemah
Kelemahan fisik Gangguan pemenuhan ADL
D. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan yang
tidak adekuat dan ketidakcukupan insulin.
2. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan aliran darah
sekunder akibat vasokonstriksi, pembentukan tromboli.
E. Intervensi
1. Dx. I
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi
pasien dapat terpenuhi dengan baik.
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat menghabiskan porsi diit yang diberikan.
2. Pasien dapat menunjukkan BB dalam batas normal.
3. GDS menunjukkan angka normal 70-115 mg/dl
4. Mukosa bibir lembab
Intervensi :
1. Berikan makanan sesuai diet DM.
2. Identifikasi makanan yang disukai pasien.
3. Observasi GDS sesuai kolaborasi dokter dengan “finger stick”
4. Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan metode insulin intermitten sesuai advis
dokter.
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Observasi tanda-tanda hipoglikemia dan hiperglikemia
7. Berikan penyuluhan tentang diit khusus DM yang benar dan menghindari makanan yang
banyak mengandung gula.
8. Timbang BB tiap hari.
2. Dx. II
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
melakukan aktivitas sesuai toleransi.
Kriteria hasil :
1. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai toleransi.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam ADL.
2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
3. Ajarkan pasien untuk melakukan aktivitas ringan yang tidak mengganggu
4. Observasi kebutuhan aktivitas yang dibutuhkan
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
3. Dx. III
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam tidak terjadi
gangguan jaringan perifer.
Kriteria hasil :
2. Kulit hangat, tidak pucat.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Kapileri reffil < 2 detik, turgor kulit baik
5. Tidak ada sesak nafas
Intervensi :
6. Observasi pucat, sianosis, kulit dingin
7. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
F. Implementasi
No.Tgl/ jam
Implementasi Respon Paraf
I,III 21/5/08
08.00
Melakukan pengkajian pasien
Mengkaji TTV
DS : Pasien mau menyebutkan nama, alamat dan keluhan
DO : Pasien tampak lemah
TD : 180/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,9°C
Rr : 20 x/menit
I 09.00 Mengambil sampel darah guna pemeriksaan GDS
DS : Pasien mengatakan mau diambil darahnya
DO: Hasil GDS 302,1 mg/dl
I 09.45 Membagikan ekstra siang dengan die DMTKTP 1500 kal
DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun
DO : Ekstra siang hanya habis ½ porsi RS
II,I 09.45 Menambahkan aqua dest steril pada oksigen
DS : Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
DO : O2 terpasang 2 lt/menit
I, II, III
10.00 Monitor balance cairan
DS : -
DO : Terpasang infus RL 20 tpm, urin 2/3 jam : 470 cc BL/23 jam : ± 1261 cc
I, III 11.00 Melakukan tindakan injeksi lewat selang infus :
* Ceftriaxone 2 gr
DS : -
DO : Ceftriaxone masuk 2 gr
I 11.30 Membagikan makan siang diet DMTKTP 1500 kal
DS : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang
DO : Makan siang habis ½ porsi
No.Tgl/ jam
Implementasi Respon Paraf
I,III 12.00 Memberikan obat Amlodipine 10 mg Captopril 25 mg
DS : -
DO : Obat masuk lewat oral
III 14.30 Mengobservasi capilary refill
Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan SGOT, SGPT
Mengambil sampel urin pemeriksaan ureum kreatinin
DS : -
DO : Capilary Refill > 2 dtk
Hasil pemeriksaan darah SGOT : 70, SGPT : 71
II 15.00 Mengkaji kemampuan pasien dalam ADL
Motivasi pasien untuk latihan duduk
Ajarkan pasien untuk duduk bersandar di tempat tidur
Mendekatkan alat-alat yang dibutuhkan pasien
Membantu dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene pasien
DS : Pasien mengatakan dibantu keluarga dalam ADL
DO : Pasien tampak dibantu keluarga saat pemenuhan ADL
Pasien latihan duduk dibantu keluarga
II 16.05 Monitor TTV pasien DS : -
DO : TD : 170/90 mmHg
N : 80 x/menit
S : 37,5°C
Rr : 20 x/menit
16.40 Mengganti infus RL 20 tpm
DO : Infus terpasang RL 20 tpm
17.30 Menyajikan makan sore dengan diet DMTKTP 1500 kal
DS : Pasien mengatakan nafsu makan menurun
DO : Makan habis ½ porsi
I, III 22/05/08 Mengambil sampel darah guna
DS : -
No.Tgl/ jam
Implementasi Respon Paraf
09.00pemeriksaan GDS rutin DO : Hasil GDS 237 mg/dl
09.00 Injeksi : Ceptriasone 2 gr
DO : Ceftriaxone masuk 2 gr
I 10.00
12.00
Membagikan extra siang
Membagikan makan siang diet DMTKTP 1500 kal
DO : Extra siang habis
DS : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
DO : Makan siang habis ¾ porsi
I, III 12.00 Memberikan obat oral
Hp Pro
Amlodipine 10 mg
Captopril 25 mg
DO : Obat masuk lewat oral
III 15.00 Mengobservasi capilary refill
DS : -
DO : Capilary Refill < 2 dtk Infus RL 20 tpm
II 16.00 Membantu dalam persiapan mandi pasien
DS : Pasien mengatakan mandi dibantu keluarga
DO : Pasien tampak lebih nyaman
III 16.40 Monitor TTV pasien DO : TD : 150/60 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,8°C
Rr : 22 x/menit
I 17.30 Menyajikan makan sore dengan diet DMTKTP 1500 kal
Memberikan 10 ui
DS : Pasien mengatakan nafsu makan bertambah
DO : Actrapit masuk 10 ui
Makan habis ¾ porsi
No.Tgl/ jam
Implementasi Respon Paraf
I,III 23/5/08
07.00
Monitor KU pasien Mengukur TTV
pasien Memberikan actrapit
10 ui
DS : -
DO : TD : 140/90 mmHg
N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 36°C
I 08.00 Mengantarkan makan pagi pasien diet DM TKTP 1500 kal
DS : Pasien mengatakan nafsu maka bertambah
III 09.00 Mengambil sampel darah guna pemeriksaan GDS
DO : - Actrapit masuk
Makan pagi habis 1 porsi
- Hasil GDS 282 kal
I 12.00 Membagikan extra siang dengan diet DMTKTP 1500 kal
Memberikan actrapit 10 ui
DS : Pasien mengatakan nafsu makan habis ¾ porsi
DO : Actrapit masuk
Makan siang habis ¾ porsi
G. Evaluasi
No. Dx
Tanggal/jam Evaluasi Ttd
I 23-05-2008
13.00
S : Pasien mengatakan sudah ada peningkatan nafsu makan.
O : - KU pasien sedang
- Pasien makan habis ¾ porsi diit RS
A : Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan terata si.
P : Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi pemberian actrapid 10-10-4 Berikan diit khusus DM
II 13.10 S : Pasien mengatakan badannya masih nggliyer dan pusing
No. Dx
Tanggal/jam Evaluasi Ttd
O : - KU pasien sedang
- TD : 140/90 mmHg
S : 20 x/menit
N : 80 x/menit
Rr : 36°C
- Kapileri reffil < 2 detik
A : Resiko tinggi terhadap perfusi jaringan tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
Berikan O2 2 lt/menit Observasi TTV
13.30 S : Pasien mengatakan sudah bisa beraktivitas sendiri, tapi kadang masih dibantu
O : Pasien bisa makan sendiri, aktivitas mandi masih dibantu oleh keluarga.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Bantu pasien dalam aktivitas Anjurkan pasien untuk beraktivitas
sesuai toleransi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (terjemahan), Alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
Price, A. Sylvia, Lorraine Mc. Carty Wilson, 1994, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, (terjemahan), Peter Anugrah, EGC, Jakarta.
Smeltzer, S.C. Bare, B.G., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Tambayong, 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.