Transcript
Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia. Terdapat

sejumlah 0,40 % penderita glaucoma di Indonesia yang mengakibatkan kebutaan pada

0,16 % penduduk. Prevalensi penyakit mata utama di Indonesia adalah kelainan

refraksi 24,72 %, pterigium 8,79 %, katarak 7,40 %, konjungtivitis 1,74 %, parut

kornea 0,34 %, glaucoma 0,40 %, retinopati 0,17 %, strabismus 0,12 %. Prevalensi

dan penyebab buta kedua mata adalah lensa 1,02 %, glaucoma dan saraf kedua 0,16

%, kelainan refraksi 0,11 %, retina 0,09 %, kornea 0,06 %, lain-lain 0,03 %,

prevalensi total 1,47 % (Sidharta Ilyas, 2004). Diperkirakan di Amerika serikat ada 2

juta orang yang menderita glaucoma. Di antara mereka, hampir setengahnya

mengalami gangguan penglihatan, dan hamper 70.000 benar-benar buta, bertambah

sebanyak 5500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada

pencegahan dan penatalaksanaan Glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).

B. Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud penyakit Glaukoma ?

2. Bagaimana managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma ?

3. bagaimana proses asuhan keperawatan dari penyakit Glaukoma?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami penyakit Glaukoma.

2. Memahami managemen penatalaksanaan penyakit Glaukoma.

3. memahami proses asuhan keperawatan dari penyakit Glaukoma

1

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Glaukoma

1. Pengertian

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal atau

lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf penglihatan

dan kebutaan (Sidarta Ilyas, 2004). Galukoma adalah adanya kesamaan kenaika

tekanan intra okuler yang berakhir dengan kebutaan (Fritz Hollwich, 1993).

Menurut Martinelli (1991) dalam Sunaryo Joko Waluyo (2009), bahwa Glaukoma

merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra

okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil

syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan

penurunan tajam pengelihatan. Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos”

yang berarti hijau kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil

penderita glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya

tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat,

sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan

fungsi penglihatan (Mayenru Dwindra, 2009).

Glaukoma adalah suatu kondisi akibat dari tak adekuatnya drainase akueus humor

dari balik anterior mata. Peningkatan tekanan intraokuler menyebabkan atrofi

saraf optik dan kebutaan bila tak teratasi (Marilynn E. Doenges).

2. Klasifikasi

Klasifikasi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas, 2003)

a. Glaukoma primer

1) Glaukoma sudut terbuka

Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi

kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara

lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu

2

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan

degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yg

berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal

biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan

sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan

dengan nyeri mata yang timbul.

2) Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)

Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit

sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan

menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan

iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan

cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.

Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya

TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan

terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak

segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.

b. Glaukoma sekunder

Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma.

Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab :

1) Perubahan lensa

2) Kelainan uvea

3) Trauma

4) Bedah

c. Glaukoma kongenital

1) Primer atau infantil

2) Menyertai kelainan kongenital lainnya

d. Glaukoma absolut

Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi

kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.

Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi

dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa

3

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh

darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris,

keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma

hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar

beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan

bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

3. Penyebab

Penyebab dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidharta Ilyas, 2004)

a. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary.

b. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau

dicelah pupil

Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah (Bahtiar Latif, 2009)

a. Umur

Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2 %

daripopulasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan

bertambah dengan bertambahnya usia.

b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma

mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko

terbesar adalah kakak adik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.

c. Tekanan bola mata

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg beresiko tinggi terkena glaukoma.

Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah

sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat

dilakukan dirumah sakit mata atau pada dokter spesialis mata.

d. Obat-obatan

Pemakai steroid secara rutin misalnya pemakai obat tetes mata

yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler

untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi, dan pemakai obat

secara rutin lainnya.

4

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

4. Patofisiologi

Aqueus humor secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus

ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor

mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler

mesh work dan kanal schlem. Tekana intra okuler (TIO) dipertahankan dalam

batas 10-21 mmhg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran

(aliran) AqH di bilik mata depan. Peningaktan TIO akan menekan aliran darah ke

syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi

iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kesrusakan jaringan yang dimula

dari perifir menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang

pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal

(Sunaryo Joko Waluyo, 2009).

5

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

5. Pathway

Usia > 40 thDM

Kortikosteroid jangka panjangMiopia

Trauma mata

Obstruksi jaringan peningkatan tekanan Trabekuler Vitreus

Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepanCairan humor aqueous

TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Pandangan kabur, pasien terlihat bingung,gangguan visus, bertanya tentang

penyakitnya dan tindakan operasi

Perubahan penglihatan Perifer

Kebutaan berjalan dg alat bantu risiko cedera

6

Gangguan persepsi sensori penglihatan

Anxietas Kurang pengetahuan

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

6. Manifestasi Klinis

Umumnya dari riwayat keluarga ditemukan anggota keluarga dalam garis vertical

atau horizontal memiliki penyakit serupa, penyakit ini berkembang secara

perlahan namun pasti, penampilan bola mata seperti normal dan sebagian besar

tidak menampakan kelainan selama stadium dini. Pada stadium lanjut keluhan

klien yang mincul adalah sering menabrak akibat pandangan yang menjadi jelek

atau lebih kabur, lapangan pandang menjdi lebih sempit hingga kebutaan secara

permanen. Gejala yang lain adalah : (Harnawartiaj, 2008)

a. Mata merasa dan sakit tanpa kotoran.

b. Kornea suram.

c. Disertai sakit kepala hebat terkadang sampai muntah.

d. Kemunduran penglihatan yang berkurang cepat.

e. Nyeri di mata dan sekitarnya.

f. Udema kornea.

g. Pupil lebar dan refleks berkurang sampai hilang.

h. Lensa keruh.

Selain itu glaucoma akan memperlihatkan gejala sebagai berikut : (Sidharta Ilyas,

2004)

a. Tekanan bola mata yang tidak normal

b. Rusaknya selaput jala

c. Menciutnya lapang penglihatan akibat rusaknya selaput jala yang dapat

berakhir dengan kebutaan.

7. Komplikasi

a. Glaukoma kronis Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebakan

perjalan progesif dari glaucoma yang lebih parah.

b. Sinekia anterior Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan

trabekular (sinekia anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel

sudut kamera anterior dan menghambat aliran aqueous humor keluar.

c. Katarak Glaukoma, pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi,

maka akan terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi

kekeruhan lensa.

7

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

d. Kerusakan saraf optikus Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi

karena terjadi peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola mata normal

memiliki kisaran tekanan antara 10 – 20 mmHg sedangkan penderita

glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang

dapat mencapai 50 – 60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi

akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan

semakin berat kerusakan saraf yang terjadi.

e. Kebutaan Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin

rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi

kebutaan.

8. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut

(Harnawartiaj, 2008) :

a. Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus

optikus macula dan pembuluh darah retina.

b. Tonometri : Adalah alat untuk mengukurt ekanan intra okuler, nilai

mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi

bila melebihi 25 mmhg. Tonometri dibedakan menjadi dua antara lain

(Sidharta Ilyas, 2004) :

1) Tonometri Schiotz

Pemakaian Tonometri Schiotz untuk mengukur tekanan bola mata

dengan cara sebagai berikut :

a) Penderita di minta telentang

b) Mata di teteskan tetrakain

c) Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas

d) Kelopak mata penderita di buka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan

menekan bola mata penderita)

e) Telapak tonometer akan menunjukkan angka pada skala tonometer

Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui bola mata

dalam milimeter air raksa.

a) Pada tekanan lebih tinggi 20 mmHg di curigai adanya glaukoma.

8

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

b) Bila tekanan lebih dari pada 25 mmHg pasien menderita glaukoma.

2) Tonometri Aplanasi

Dengan tonometer aplanasi diabaikan tekanan bola mata yang

dipengaruhi kekakuan sklera (selaput putih mata). Teknik melakukan

tonometri aplanasi adalah

a) Diberi anestesi lokal tetrakain pada mata yang akan diperiksa

b) Kertas fluorosein diletakkan pada selaput lendir

c) Di dekatkan alat tonometer pada selaput bening maka tekanan

dinaikkan sehingga ingkaran tersebut mendekat sehingga bagian

dalam terimpit

d) Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang

memberi gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut

merupakan tekanan bola mata.

e) Dengan tonometer aplanasi bila tekanan bola mata lebih dari 20

mmHg dianggap sudah menderita glaukoma.

c. Pemeriksaan lampu-slit.

Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi oftalmik yaitu memperbesar

kornea, sclera dan kornea inferior sehingga memberikan pandangan oblik

kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.

d. Perimetri

Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang pandangan yang

khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan dapat diperiksa

dengan tes konfrontasi.

e. Pemeriksaan Ultrasonografi

Ultrasonografi dalai gelombang suara yang dapat digunakan untuk mengukur

dimensi dan struktur okuler. Ada dua tipe ultrasonografi yaitu :

1) A-Scan-Ultrasan.

Berguna untuk membedakan tumor maligna dan benigna, mengukur

mata untuk pemasangan implant lensa okuler dan memantau adanya

glaucoma congenital.

9

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

2) B-Scan-Ultrasan.

Berguana untuk mendeteksi dan mencari bagian struktur dalam mata

yang kurang jelas akibat adanya katarak dan abnormalitas lain.

9. Penatalaksanaan

Glaukoma bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, glaukoma dapat dicegah

untuk menghambat kerusakan lanjut dari lapang pandangan dan rusaknya saraf

penglihat. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten

dengan mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung

klasifikasi penyakit dan respons terhadap terapi (Harnawartiaj, 2008) :

a. Terapi obat.

1) Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral.

2) Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts / jam.

b. Bedah lazer.

Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan menurunkan TIO.

c. Bedah konfensional.

d. Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat sebagian iris

unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior.

Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu

melalui sclera.

10

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan

gangguan penglihatan.

b. Makanan/cairan

Gejala : Mual/muntah (glaucoma akut).

c. Neurosensori

Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang

menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak).

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,

kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut). Perubahan

kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.

Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil

(katarak). Pupil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan

(glaukoma darurat). Peningkatan air mata.

d. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis).

Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit

kepala (glaukoma akut).

e. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan

sistem vaskuler. Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh

peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin, diabetes

(glaukoma). Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

11

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

Pertimbangan rencana pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama

dirawat : 4,2 hari (biasanya dilakukan sebagai prosedur pasien rawat jalan).

Memerlukan bantuan dengan transportasi, penyediaan makanan, perawatan

diri, perawatan/pemeliharaan rumah.

f. Pemeriksaan diagnostik

Kartu mata Snellen/mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan

sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,

akueus atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit sistem saraf atau

penglihatan ke retina atau jalan optik.

Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan oleh CSV, massa

tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau

glaukoma.

Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO)(normal 12-25 mm Hg).

Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut

tertutup glaukoma.

Tes provokatif : digunakan dalam menentukan adanya/tipe glaukoma bila

TIO normal atau hanya meningkat ringan.

Pemeriksaan oftalmoskopi : Mengkaji struktur internal okuler, mencatat

atrofi lempeng optik, papiledema, pendarahan retina, dan mikroaneurisme.

Dilatasi dan pemeriksaan belahan-lampu memastikan diagnosa katarak.

Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : Menunjukkan anemia

sistemik/infeksi.

EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : Dilakukan untuk memastikan

aterosklerosis, PAK.

Tes toleransi glukosa/FBS : Menentukan adanya/control diabetes.

12

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

g. Prioritas keperawatan

1) Mencegah penyimpangan penglihatan lanjut.

2) Meningkatkan adaptasi terhadap perubahan/penurunan ketajaman

penglihatan.

3) Mencegah komplikasi.

4) Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan kebutuhan

pengobatan.

h. Tujuan pemulangan

1) Penglihatan dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.

2) Pasien mengatasi situasi dengan tindakan positif.

3) Komplikasi dicegah/minimal.

4) Proses penyakit/prognosis dan program terapi dipahami.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan sensori-perseptual: penglihatan berhubungan dengan gangguan

penerimaan sensori: gangguan status organ indera ditandai dengan

kehilangan lapang pandang progresif.

b. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan;

adanya nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan, kebutuhan

tak terpenuhi, bicara negatif tentang diri sendiri ditandai dengan katakutan,

ragu – ragu, serta menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.

c. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan

pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tak mengenal sumber,

kurang mengingat, salah interpretasi informasi ditandai dengan pertanyaan:

pernyataan salah konsepsi, tak akurat mengikuti instruksi dan terjadi

komplikasi yang dapat dicegah

13

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

3. Intervensi Keperawatan

(sumber: Doenges, E Marlynn dkk. 2000)

Hari

/ tgl

No.

dx

Rencana Tindakan Ttd

Tujuan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

1. Tujuan :

berpartisipasi

dalam program

pengobatan.

KH : dapat

mempertahankan

lapang ketajaman

pengelihatan

tanpa kehilangan

lebih lanjut.

1. pastikan drajat/ tipe

kehilangan pengelihatan.

1. Mempengaruhi

harapan masa depan

pasien.

2.dorong mengekspresikan

perasaan tentang

kehilangan/kemungkinan

kehilangan pengelihatan

2. Sementara intervensi

dinimencegah

kebutaan, pasien

menghadapi

kemungkinan atau

mengalami pengalaman

kehilangan penglihatan

sebagian atau lokal.

Meskipun kehilangan

penglihatan telah

terjadi tak dapat

diperbaiki (meskipun

dengan pengobatan),

kehilangan lanjut dapat

dicegah.

3. tunjukkan pemberian

tetes mata, contoh

menghitung tetesan,

mengikuti jadwal dan tidak

3. Mengontrol TIO,

mencegah kehilangan

penglihatan lanjut.

14

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

salah dosis.

4. lakukan tindakan untuk

membantu pasien

menangani keterbatasan

pengelihatan, contoh

kurangi kekacauan, atur

perabot; ingatkan memutar

kepala ke subjek yang

terlihat; perbaiki sinar

suram dan masalh

pengelihatan malam.

4. Menurunkan bahaya

keamanan sehubungan

dengan perubahan

lapang pandang

/kehilangan

penglihatan dan

akomodasi pupil

terhadap sinar

lingkungan.

5. kolaborasi : pilokarpin

hidroklorida

(isoptoCarpine, ocusertPilo,

Pilophine HS gel)

5. Obat miotik topikal

ini menyebabkan

kontruksi pupil,

memudahkan

keluarnya akueus

humor.

6. kolaborasi: timolol

maleat (timoptic);

betaksalol (betopic)

6. Menurunkan

pembentukan akueus

humor tanpa mengubah

ukuran pupil,

penglihatan, atau

akomodasi.

Catatan : Timotic

kontraindikasi pada

adanya bradikardia atau

asma.

7. kolaborasi: asetazolamid

(Diamox)

7. Menurunkan laju

produksi akueus

humor.

8. kolaborasi: miotik

(sampai pupil

dikonstriksikan)

8. Membuat kontraksi

otot sfingter iris,

mendalamkan bilik

anterior, dan

15

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

mendilatasi pembuluh

keluar traktus selama

serangan akut/sebelum

pembedahan.

9. kolaborasi: inhibitor

karbonik anhydrase, contoh

asetazomalid (diamix)

9. Menurunkan sekresi

akueus humor dan

menurunkan TIO.

10. kolaborasi: Dipivefrin

hidroklorida (propine)

10. Mungkin

menguntungkan bila

pasien tidak berespons

terhadap obat lain.

Bebas efek samping

seperti miosis,

penglihatan kabur dan

kebutaan malam.

11. kolaborasi: agen

hiperosmotik contoh

mannitol (osmitrol);

gliserin

11. Digunakan untuk

menurunkan sirkulasi

volume cairan, dimana

akan menurunkan

produksi akueus homur

bila pengobatan lain

belum berhasil.

12. kolaborasi: berikan

sedasi, analgesic sesuai

kebutuhan

12. Serangan akut

glaukoma berhubungan

dengan nyeri tiba-tiba,

yang dapat

mencetuskan

ansietas/agitasi,

selanjutnya

meningkatkan TIO.

Catatan : Manajemen

medic memerlukan 4-6

jam sebelum TIO

menurunkan dan nyeri

16

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

berkurang.

13. kolaborasi: angon laser

trabekuloplasti (ALT) atau

trabekulektomi;

trabekulektomi/trefinasi

13. Operasi

penyaringan yang

dibuat lubang antara

bilik anterior dan area

subkonjungtiva

sehingga akueus humor

dapat mengalir ke

lubang trabekuler

tertutup.

Catatan : aprasklonidin

(Iopidine) tetes mata

dapat digunakan pada

gabungan terapi laser

untuk

menurunkan/mencegah

peninggian TIO

pascaprosedur

14. kolaborasi: iridektomi 14. Bedah

pengangkatan bagian

iris untuk memudahkan

drainase akueus humor.

Iris atas biasanya

tertutup dengan

kelopak mata atas, dan

aliran air mata mencuci

bakteri ke bawah.

Catatan : Iridektomi

bilateral dilakukan

karena glaukoma

biasanya terjadi di

dalam mata lain.

17

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

15. kolaborasi: penanaman

katup Malteno

15. Alat percobaan

digunakan untuk

memperbaiki atau

mencegah jaringan

parut/penutupan

kantung drainase yang

dibuat dengan

trabekulektomi.

16. kolaborasi: siklodialisis 16. Memisahkan badan

seliar dari sklera untuk

memudahkan aliran

keluar akueus humor.

17. kolaborasi:

penghubungan akuseus-

vena

17. Digunakan pada

glaukoma keras.

18. kolaborasi:

diatermi/bedah beku

18. Bila pengobatan

lain gagal, kerusakan

badan siliar akan

menurunkan

pembentukan akueus

humor.

2. Tujuan : dapat

tampak rileksdan

melaporkan

ansietas menurun

sampai tingkat

dapat di atasi.

KH : dapat

menunjukkan

keterampilan

pemecahan

masalah dan

menggunakan

sumber secara

1. kaji tingkat ansietas,

derajat pengalaman

nyeri/timbulnya gejala tiba-

tiba dan pengetahuan

kondisi saat ini.

1.Faktor ini

mempengaruhi persepsi

pasien terhadap

ancaman diri, potensial

siklus ansietas, dan

dapat mempengaruhi

upaya medik untuk

mengontrol TIO.

18

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

efektif.

2. berikan informasi yang

akurat dan jujur.

Diskusikan kemungkinan

bahwa pengawasan dan

pengobatan dapat

mencegah kehilangan

pengelihatan tambahan.

2. Menurunkan ansietas

sehubungan dengan

ketidaktahuan/harapan

yang akan datang dan

memberikan dasar

fakta untuk membuat

pilihan informasi

tentang pengobatan.

3. dorong pasien untuk

mengakui masalah dan

mengekspresikan masalah.

3. Memberikan

kesempatan untuk

pasien menerima

situasi nyata,

mengklarifikasi salah

konsepsi dan

pemecahan masalah.

4. identifikasi sumber/

orang yang menolong.

4. Memberikan

keyakinan bahwa

pasien tidak sendiri

dalam menghadapi

masalah.

3. Tujuan :

menyatakan

pemahan

kondisi,

prognosis dan

pengobatan

KH : dapat

mengidentifikasi

hubungan

tanda/gejala

dengan proses

penyakit dengan

melakukan

1. diskusikan perlunya

menggunakan identifikasi,

contoh gelang Waspada-

Medik

1.Vital untuk

memberikan informasi

pada perawat pada

kasus darurat untuk

menurunkan resiko

menerima obat yang

dikontradiksikan,

contoh : atropin.

19

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

prosedur dengan

benar dan

menjelaskan

alasan tindakan.

2. tunjukkan teknik yang

benar untuk pemberian

tetes mata. Izinkan pasien

mengulang tindakan.

2. Meningkatkan

keefektifan

pengobatan.

Memberikan

kesempatan untuk

pasien menunjukkan

kompetensi dan

menanyakan

pertanyaan.

3. kaji pentingnya

mempertahankan jadwal

obat, contoh tetes mata.

Diskusikan obat yang harus

dihindari, contoh tetes

midriatik

(atropine/propantelin

bromin), kelebihan

pemakaian steroid topical.

3. Penyakit ini dapat

dikontrol, bukan

diobati, dan

mempertahankan

konsistensi program

obat adalah kontrol

vital. Beberapa obat

menyebabkan dilatasi

pupil, peningkatan TIO

dan potensial

kehilangan penglihatan

tambahan.

4. indifikasi efek

samping/reaksi merugikan

dari pengobatan, contoh

penurunan selera makan,

mual-muntah, diare,

kelemahan, perasaan

mabuk, penurunan libido,

impoten,jantung tak

teratur,pingsan, GJK.

4. Efek samping

obat/merugikan

mempengaruhi rentang

dari tak nyaman sampai

ancaman kesehatan

berat. Kurang lebih

50% pasien akan

mengalami

sensitifitas/alergi

20

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

terhadap obat

parasimpatis atau obat

antikolinesterase.

Masalah ini

memerlukan evaluasi

medik dan

kemungkinan

perubahan program

terapi.

5. dorong pasien membuat

perubahan yang perlu untuk

pola hidup.

5. Pola hidup tenang

menurunkan respons

emosi terhadap stress,

mencegah perubahan

okuler yang mendorong

iris kedepan, yang

dapat mencetuskan

serangan akut.

6. dorong menghindari

aktivitas seperti

mengangkat

berat/mendorong,menyeko

p salju,menggunakan baju

ketat/sempit.

6. Dapat meningkatkan

TIO mencetuskan

serangan akut.

Catatan : Bila pasien

tidak mengalami nyeri,

kerja sama dengan

program pengobatan

dan penerimaan

perubahan pola hidup

sering sulit dilanjutkan.

7. diskusikan pertimbangan

diet, contoh cairan adekuat,

makanan berserat.

7. Tindakan untuk

mempertahankan

konsistensi feses untuk

menghindari

konstipasi/mengejan

selama defekasi.

21

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

8. tekankan pentingnya

periksa rutin.

8. Penting untuk

mengawasi

kemajuan/pemeliharaan

penyakit untuk

memungkinkan

intervensi dini dan

mencegah kehilangan

penglihatan lanjut.

9. nasehatkan pasien untuk

melaporkan dengan cepat

nyeri mata hebat, inflamasi,

peningkatan fotofobia,

peningkatan

lakrimasi,perubahan lapang

pandang,pengelihatan

kabur, kilatan sinar/partikel

ditengah lapang pandang

9. Upaya tindakan

perlu untuk mencegah

kehilangan penglihatan

lanjut/komplikasi lain,

contoh : robek retina.

10. anjurkan anggota

keluarga memeriksa secara

teratur tanda glaucoma.

10. Kecenderungan

herediter dangkalnya

bilik anterior,

menempatkan anggota

keluarga beresiko pada

kondisi ini.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Glaukoma adalah suatu keadaan dimana di tandai dengan peningkatan tekanan intra

okuler yang dapat merusak saraf mata sehingga mengakibatkan kebutaan. Glaukoma

22

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

diklasifikasikan antara lain glaukoma primer, glaukoma sekunder, glaukoma

kongenital dan glaukoma absolut. Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma

itu sendiri tetapi pada umumnya disebabkan karena aliran aquos humor terhambat

yang bisa meningkatkan TIO. Tanda dan gejalanya kornea suram, sakit kepala, nyeri,

lapang pandang menurun, dll. Komplikasi dari glaukoma adalah kebutaan.

Penatalaksanaannya dapat dilakukan pembedahan dan obat-obatan.

B. Saran-saran

Hendaknya jika mengalami tanda gejala glaukoma secara cepat melakukan

pemeriksaan dini agar glaukoma dapat ditangani, dan kalau bisa mencegah lebih baik

daripada mengobati.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E Marlynn dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Ilyas, Sidharta. 2003. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

23

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

Ilyas, Sidharta. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah : Brunner & Suddart Ed. 8 Vol 1. Jakarta : EGC

Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. 2009. Lensa, Glaukoma. In: Vaughan DG,

Asbury T,Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 17 ed. Jakarta. Widya Medika. Page

224

Dwindra, Mayenru. 2009. Glaukoma. Dalam http://www.perdami.or.id/?

page=news.detail&id=7. Diperoleh tanggal 22 April 2010

Harnawatiaj. 2008. Konjungtivitis. Dalam

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/konjugtivitis/. Diperoleh tanggal 12

April 2010

Internet. 2009. Glaukoma. Dalam http://www.jec-online.com. Diperoleh tanggal 22

April 2010

Latif, Bahtiar. 2009. Askep Glaukoma. Dalam

http://ilmukeperawatan.net/index.php/artikel/8-mata/7-askep-glaukoma.html.

Diperoleh tanggal 22 April 2010

Waluyo, Sunaryo joko. 2009. Askep Glaukoma. Dalam http://askepakper.

blogspot.com/2009/08/askep-glaukoma.html. Diperoleh tanggal 22

April 2010

24


Top Related