Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangDiabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme neurohy-pophyseal- renal reflek sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air.Diabetis insipidus berhubungan dengan insufisiensi ADH yang menimbulkan poliuria dan polidipsia. Ada tiga bentuk diabetes insipidus, yaitu: neurogenik, nefrogenik, dan psikogenik. Diabetes insipidus neurogenik atau sentral merupakan respons ADH yang tidak adekuat terhadap osmolaritas plasma dan terjadi ketika terdapat lesi organik pada hipotalamus, pedikulus infudibularis, atau hipofisis posterior yang secara parsial atau total menyekat sintesis, transportasi, atau pelepasan ADH.Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak, dapat mencapai 5-10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat rendah, berkisar antara 1 001- 1 005 atau 50-200 m0smol/kg berat badan.

1.2. Rumusan Masalah1.2.1Apa yang dimaksud dengan diabetes insipidus?1.2.2Bagaimana etiologi dari diabetes insipidus?1.2.3Bagaimana patofisiologi dari diabetes insipidus?1.2.4Bagaimana tanda dan gejala dari diabetes insipidus? 1.2.5Apa asuhan keperawatan keperawatan dari diabetes insipidus?

1.3. Tujuan Masalah1.3.1Untuk mengetahui apa definisi diabetes insipidus1.3.2Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pasien dengan penyakit diabetes insipidus, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensinya.1.3.3Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus asia, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan intervensinya.

BAB IIPEMBAHASAN2.1. Definisi Diabetes InsipidusDiabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini diakibatkan oleh berbagai penyebab yang dapat mengganggu mekanisme neurohypophyseal-renal reflex sehingga mengakibatkan kegagalan tubuh dalam mengkonversi air. Kebanyakan kasus-kasus yang pernah ditemui merupakan kasus yang idiopatik yang dapat bermanifestasi pada berbagai tingkatan umur dan jenis kelamin. (Khaidir Muhaj, 2009)Diabetes insipidus (DI) merupakan kelainan di mana terjadi peningkatan output urin abnormal, asupan cairan dan sering haus. Ini menyebabkan gejala seperti frekuensi kemih, nokturia (sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil) dan enuresis (buang air kecil disengaja selama tidur atau "ngompol") biasanya Urin output. ditingkatkan karena tidak terkonsentrasi,. Akibatnya bukannya warna kuning, urin yang pucat, tidak berwarna atau berair tampilan dan konsentrasi diukur (osmolalitas atau berat jenis) rendah. Diabetes Insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri). Diabetes insipidus terjadi akibat penurunan pembentukan hormon antidiuretik (vasopresin), yaitu hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyak. Hormon ini unik, karena dibuat di hipotalamus lalu disimpan dan dilepaskan ke dalam aliran darah oleh hipofisa posterior. Diabetes insipidus juga bisa terjadi jika kadar hormon antidiuretik normal tetapi ginjal tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini (keadaan ini disebut diabetes insipidus nefrogenik).Jadi, diabetes insipidus adalah suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormone antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer (poliuri).

2.2. Etilogi Diabetes InsipidusDiabetes insipidus bisa merupakan penyakit keturunan. Gen yang menyebabkan penyakit ini bersifat resesif dan dibawa oleh kromosom X, karena itu hanya pria yang terserang penyakit ini. Wanita yang membawa gen ini bisa mewariskan penyakit ini kepada anak laki-lakinya. Diabetes insipidus secara umum dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : Hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan terlalu sedikit hormon antidiuretik Kelenjar hipofisa gagal melepaskan hormon antidiuretik ke dalam aliran darah Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofisa akibat pembedahan Cedera otak (terutama patah tulang di dasar tengkorak) Tumor Sarkoidosis atau tuberkulosis Aneurisma atau penyumbatan arteri yang menuju ke otak Beberapa bentuk ensefalitis atau meningitis Berdasarkan etiologinya, Diabetes Insipidus dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:1. Diabetes Insipidus Central atau Neurogenik.Adanya masalah di bagian hipotalamus (nucleus supraoptik, paraventikular, dan filiformis hipotalamus) yang mana sebagai tempat pembuatan ADH/ vasopresin, menyebabkan terjadi penurunan dari produksi hormon ADH. Kelainan hipotalamus dan kelenjar pituitari posterior karena familial atau idiopatik, disebut Diabetes Insipidus Primer. Kerusakan kelenjar karena tumor pada area hipotalamus pituitary, trauma, proses infeksi, gangguan aliran darah, tumor metastase dari mamae atau paru disebut Diabetes Insipidus Sekunder. Pengaruh obat yang dapat mempengaruhi sintesis dan sekresi ADH seperti phenitoin, alkohol, lithium carbonat.2. Diabetes insipidus NephrogenikGinjal tidak memberikan respon terhadap hormon antidiuretik sehingga ginjal terus-menerus mengeluarkan sejumlah besar air kemih yang encer. Pada diabetes insipidus lainnya, kelenjar hipofisa gagal menghasilkan hormon antidiuretik. Diabetes Insipidus Nefrogenik dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu : Penyakit ginjal kronik : ginjal polikistik, medullary cystic disease, pielonefretis, obstruksi ureteral, gagal ginjal lanjut. Gangguang elektrolit : Hipokalemia, hiperkalsemia. Obat-obatan : litium, demoksiklin, asetoheksamid, tolazamid, glikurid, propoksifen. Penyakit sickle cell Gangguan diet

2.3. Manifestasi KlinisKeluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah : Poliuria merupakan simtoma medis berupa kelainan frekuensi buang air kecil akibat kelebihan produksi air seni, Poliuria pada DI 5-15 liter / hari Polidipsi adalah rasa haus yang berlebihan sehingga akan menyebabkan frekuensi minum lebih sering. Berat jenis urine sangat rendah 1001-1005 Peningkatan osmolaritas serum > 300 m. Osm/kg Penurunan osmolaritas urine < 50-200m. Osm/kgKeluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah produksi urin maupun cairan yang diminum per 24 jam sangat banyak. Selain poliuria dan polidipsia, biasanya tidak terdapat gejala-gejala lain, kecuali bahaya baru yang timbul akibat dehidrasi yang dan peningkatan konsentrasi zat-zat terlarut yang timbul akibat gangguan rangsang haus. Diabetes insipidus dapat timbul secara perlahan maupun secara tiba-tiba pada segala usia. Seringkali satu-satunya gejala adalah rasa haus dan pengeluaran air kemih yang berlebihan. Sebagai kompensasi hilangnya cairan melalui air kemih, penderita bisa minum sejumlah besar cairan (3,8-38 L/hari). Jika kompensasi ini tidak terpenuhi, maka dengan segera akan terjadi dehidrasi yang menyebabkan tekanan darah rendah dan syok.

2.4. Patofisiologi Diabetes InsipidusVasopresin arginin merupakan suatu hormon antidiuretik yang dibuat di nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus, bersama dengan pengikatnya yaitu neurofisin II. Vasopresin kemudian diangkut dari badan sel neuron (tempat pembuatannya), melalui akson menuju ke ujung saraf yang berada di kelenjar hipofisis posterior, yang merupakan tempat penyimpanannya. Secara fisiologis, vasopressin dan neurofisin yang tidak aktif akan disekresikan bila ada rangsang tertentu. Sekresi vasopresin diatur oleh rangsang yang meningkat pada reseptor volume dan osmotic. Peningkatan osmolalitas cairan ekstraseluler atau penurunan volume intravaskuler akan merangsang sekresi vasopresin. Vasopressin kemudian meningkatkan permeabilitas epitel duktus pengumpul ginjal terhadap air melalui suatu mekanisme yang melibatkan pengaktifan adenolisin dan peningkatan AMP siklik. Akibatnya, konsentrasi kemih meningkat dan osmolalitas serum menurun. Osmolalitas serum biasanya dipertahankan konstan dengan batas yang sempit antara 290 dan 296 mOsm/kg H2O. Gangguan dari fisiologi vasopressin ini dapat menyebabkan pengumpulan air pada duktus pengumpul ginjal karena berkurang permeabilitasnya, yang akan menyebabkan poliuria atau banyak kencing.Selain itu, peningkatan osmolalitas plasma akan merangsang pusat haus, dan sebaliknya penurunan osmolalitas plasma akan menekan pusat haus. Ambang rangsang osmotic pusat haus lebih tinggi dibandingkan ambang rangsang sekresi vasopresin. Sehingga apabila osmolalitas plasma meningkat, maka tubuh terlebih dahulu akan mengatasinya dengan mensekresi vasopresin yang apabila masih meningkat akan merangsang pusat haus, yang akan berimplikasi orang tersebut minum banyak (polidipsia).Secara patogenesis, diabetes insipidus dibagi menjadi 2 yaitu diabetes insipidus sentral, dimana gangguannya pada vasopresin itu sendiri dan diabetes insipidus nefrogenik, dimana gangguannya adalah karena tidak responsifnya tubulus ginjal terhadap vasopresin.Diabetes insipidus sentral dapat disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormone antidiuretik ADH yang merupakan kegagalan sintesis atau penyimpanan. Hal ini bisa disebabkan oleh kerusakan nucleus supraoptik, paraventrikular, dan filiformis hipotalamus yang mensistesis ADH. Selain itu, DIS juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat kerusakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan aksin hipofisis posterior di mana ADH disimpan untuk sewaktu-waktu dilepaskan ke dalam sirkulasi jika dibutuhkan.DIS dapat juga terjadi karena tidak adanya sintesis ADH, atau sintesis ADH yang kuantitatif tidak mencukupi kebutuhan, atau kuantitatif cukup tetapi tidak berfungsi normal. Terakhir, ditemukan bahwa DIS dapat juga terjadi karena terbentuknya antibody terhadap ADH.

2.5. Penatalaksanaan Diabetes Insipidus1. TerapiTujuan terapi adalah Untuk menjamin penggantian cairan yang adekuat Mengganti vasopresin (yang biasanya merupakan program terapeutik jangka panjang) Untuk meneliti dan mengoreksi kondisi patologis intrakranial yang mendasari.2. Penyebab nefrogenik memerlukan penatalaksanaan yang berbedaPenggantian dengan vasopresin. Desmopresi (DDAVP), yaitu suatu preparat sintetik vasopresin yang tidak memiliki efek vaskuler ADH alami, merupakan preparat yang sangat berguna karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan preparat lain yang pernah digunakan untuk mengobati penyakit ini. Preparat ini diberikan intranasal dengan menyemprotkan larutan obat ke dalam hidung melalui pipa plastik fleksibel yang sudah dikalibrasi. Dua hingga empat kali pemberian perhari telah dapat mengendalikan gejala diabetes insipidus. Preparat lypressin (Diapid) merupakan preparat yang kerjanya singkat dan diabsorsi lewat mukosa nasal ke dalam darah ; namun, kerja preparat ini mungkin terlampau singkat bagi penderita diabetes insi pidus yang berat. Jika kita akan menggunakan jalur intranasal dalam pemberian suatu obat, observasi kondisi pasien untuk mengetahui adanya rinofaringitis kronis.Bentuk terapi yang lain adalah penyuntikan intramuskuler ADH, yaitu vasopresin tannat dalam minyak yang dilakukan bila pemberian intranasal tidak dimungkinkan. Preparat suntikan ini diberikan tiap 24-96 jam. Botol obat suntik harus dihangatkan dahulu atau diguncang dengan kuat sebelum obat disuntikkan. Penyuntikkan dilakukan pada malam hari agar hasil yang optimal dicapai pada saat tidur. Kram abdomen merupakan efek samping obat tersebut. Rotasi lokasi penyuntikkan harus dilakukan untuk menghindari lipodistrofi.3. Mempertahankan cairan. Klofibrat, merupakan preparat hipolipidemik, ternyata memiliki efek antidiuretik pada penderita diabetes insipidus yamg masih sedikit mengalami vasopresin hipotalamik. Klorpropamin (Diabinese) dan preparat tiazida juga digunakan untuk penyakit yang ringan karena kedua preparat tersebut menguatkan kerja vasopresin. Pasien yang menerima klorpropamid harus diingatkan tentang kemungkinan reaksi hipoglikemik.4. Penyebab nefrogenik. Jika diabetes insipidus tersebut disebabkan oleh gangguan ginjal, tetapi terapi ini tidak akan efektif. Preparat tiazida, penurunan garam yang ringan dan penyekatan prostaglandin (ibuprefen, indomestasin serta aspirin) digunakan untuk mengobati bentuk nefrogenik diabetes insipidus. Pengobatan yang lazim di pakai untuk pasien dengan dibetes insifidus nefrogenik adalah diet rendah natriun, rendah protein, dan obat diuretik (thiaside). Diet yang rendah garam dengan obat diuretik diharapkan dapat menyebabkan sedikit pengurangan volume cairan. Sedikit pengurangan volume cairan dapat meningkatkan reabsorpsi natrium klorida dan air pada tubula renal sehingga sedikit air yang diekskresikan. Diuretik dapat meningkatkan osmolalitas pada ruang intertisialmedular sehingga lebih banyak air yang diabsorpsi dalam tubulus koligentes. Terapi yang lain untuk menangani diabetes insipidus nefrogenik adalah pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid.obat ini mencegah produksi prostagladin oleh ginjal dan bisa menambah kemampauan ginjal untuk mengonsentrasi urin. Apabila pasien menunjukan tanda-tanda hipertermia disertai dengan tanda-tanda gangguan SSP, misalnyanletargi, disorientasi, hiperteri, pasien dapat di berikan dekstros dalam air atau minum air biasa kaalau ia bisa minum. Pengganti air yang hilang dilakukan dalam 48 jam dengan hati-hati karena bisa mengakibatkan edema. Pemeriksaan penunjangJika kita mencurigai penyebab poliuria ini adalah Diabetes Insipidus, maka harus melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan apakah jenis Diabetes Insipidus yang dialami, karena penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus ini berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain:1. Fluid deprivation menurut martin Goldberg: Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kencingnya kemudian ditimbang berat badannya, diperiksa volum dan jenis atau osmolalitas urin oertama. Pada saat ini pasien diambil sampel plasma untuk diukur osmolallitasnya. Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam. Pasien ditimbang setiap jam bila dieresis lebih dari 300ml/jam atau setiap 3 jam bila dieresis kurang dari 300ml/jam. Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan segar atau kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus disimpan dalam botol yang tertutup rapat serta disipan dalam lemari es. Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4% tergantung mana yang terjadi lebih dahulu.2. Uji Vasopresin: Pemeriksaan ini untuk membuktikan bahwa ginjal dapat memberikan respons terhadap ADH. Obat yang dipakai adalah pitresin.a. Untuk intravena diberikan pitresin dalam akua 5 ml unit/menit dalam infus lambat selama 1 jam.b. Untuk pemberian intramuscular diberikan vasopressin tanat dalam minyak.Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan memberikan vasopresin sintetis, pada Diabetes Insipidus Sentral akan terjadi penurunan jumlah urin, dan pada Diabetes Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.2.6. Pemeriksaan DiagnostikJika dicurigai penyebab poliuria adalah Diabetes Insipidus, maka harus dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan apakah jenis Diabetes Insipidus yang dialami karena penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus ini berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain:1. Hickey Hare atau Carter-RobbinsHickey-Hare tes adalah uji endokrin untuk menyelidiki osmoregulasi. Cairan NaCl hipertonis diberikan IV dan akan menunjukkan bagaimana respon osmoreseptor dan daya pembuatan ADH.a. Infus dengan dexrose dan air sampai terjadi dieresis 5 ml/menit (biasanya 8-10 ml/menit).b. Infuse di ganti dengan NaCl 2,5% dengan jumlah 0,25 ml/menit/kg BB di pertahankan selama 45 menitc. Urin ditampung selama 15 menit.Penilaian: kalau normal dieresis akan menurun secara mencolokPerhatian : pemeriksaaan ini cukup berbahaya2. Fluid deprivationPemeriksaan yang paling sederhana dan paling dapat dipercaya untuk diabetes insipidus adalah water deprivation test. Selama menjalani pemeriksaan ini penderita tidak boleh minum dan bisa terjadi dehidrasi berat. Oleh karena itu pemeriksaan ini harus dilakukan di rumah sakit atau tempat praktek dokter. Pembentukan air kemih, kadar elektrolit darah (natrium) dan berat badan diukur secara rutin selama beberapa jam. Segera setelah tekanan darah turun atau denyut jantung meningkat atau terjadi penurunan berat badan lebih dari 5%, maka tes ini dihentikan dan diberikan suntikan hormon antidiuretik.3. Uji nikotinProduksi vasopressin oleh sel hipotalamus langsung dirangsang oleh nikotin. Obat yang di pakai adalah nikotin salisilat secara IV. Akibat sampingnya adalah mual, muntah.Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolokPerhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya

4. Pemeriksaan laboratorium Menunjukkan kadar natrium yang tinggi dalam darah dan air kemih yang sangat encer. Fungsi ginjal lainnya tampak normal. Apapun pemeriksaannya, prinsipnya adalah untuk mengetahui volume, berat jenis, atau konsentrasi urin. Sedangkan untuk mengetahui jenisnya, dapat dengan memberikan vasopresin sintetis, pada Diabetes Insipidus Sentral akan terjadi penurunan jumlah urin, dan pada Diabetes Insipidus Nefrogenik tidak terjadi apa-apa.Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan diabetes insipidus adalah :a. Pertama, apakah yang menyebabkan poliuria tersebut adalah pemasukan bahan tersebut (dalam hal ini air) yang berlebihan ke ginjal atau pengeluaran yang berlebihan. Bila pada anamnesa ditemukan bahwa pasien memang minum banyak, maka wajar apabila poliuria itu terjadi. b. Kedua, apakah penyebab poliuria ini adalah faktor renal atau bukan. Poliuria bisa terjadi pada penyakit gagal ginjal akut pada periode diuresis ketika penyembuhan. Namun, apabila poliuria ini terjadi karena penyakit gagal ginjal akut, maka akan ada riwayat oligouria (sedikit kencing). c. Ketiga, apakah bahan utama yang membentuk urin pada poliuria tersebut adalah air tanpa atau dengan zat-zat yang terlarut. Pada umumnya, poliuria akibat Diabetes Insipidus mengeluarkan air murni, namun tidak menutup kemungkinan ditemukan adanya zat-zat terlarut. Apabila ditemukan zat-zat terlarut berupa kadar glukosa yang tinggi (abnormal) maka dapat dicurigai bahwa poliuria tersebut akibat DM yang merupakan salah satu Differential Diagnosis dari Diabetes Insipidus.Diagnosis diabetes insipidus semakin kuat jika sebagai respon terhadap hormon antidiuretik: pembuangan air kemih yang berlebihan berhenti tekanan darah naik denyut jantung kembali normal.

2.7. Komplikasia. Dehidrasi berat dapat terjadi apabila jumlah air yang diminum tidak adekuat. Dehidrasi dapat menyebabkan: Mulut menjadi kering, kelemahan otot, tekanan darah rendah (hipotensi), natrium darah ditinggikan (hipernatremia), sunken penampilan untuk mata anda, demam, sakit kepala, tingkat jantung cepat, kehilangan BBb. Ketidakseimbangan elektrolit, yaitu hipernatremia dan hipokalemia.Keadaan ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi tidak teratur dan dapat terjadi gagal jantung congestive. Diabetes insipidus juga dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit. Elektrolit mineral dalam darah anda seperti natrium, kalium dan kalsium yang menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh anda. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan gejala seperti: Sakit kepala, kelelahan, lekas marah, dan otot sakit.c. Intoksikasi airAsupan cairan yang berlebihan di dipsogenic diabetes insipidus dapat menyebabkan keracunan air, suatu kondisi yang menurunkan konsentrasi natrium dalam darah, yang dapat merusak otak.

2.8. Asuhan Keperawatan Diabetes InsipidusKasusNY. N datang ke rumah sakit dengan keluhan Banyak kencing terutama di malam hari, Klien mengeluh banyak minum, sehari sampai 4 kali sampai 5 liter, saat dikaji klien tampak sadarkan diri (compos mathis) dengan TD: 70/40 mmHG, N: 80 x/menit, RR: 24 x/menit, T: 38,50 C, Klien mengeluh pusing dan pusing hilang ketika minum obat warung, dan pasien mengatakan 2 jam sebelum masuk RS klien merasa lemas, akral dingin. Pasien mengatakan sulit tidur di malam hari karena harus bangun pada malam hari, dan mengatakan BB menurun.A. Pengkajian1. AnamnesaNama : NY. NJenis Kelamin : PerempuanUmur : 50 tahunPendidikan : SMAPekerjaan : WiraswastaAgama : Islam2. Riwayat Kesehatana. Keluhan UtamaPasien mengeluh sering buang air kecil pada malam hari dan selalu merasa haus yang berlebihan terutama air dingin.b. Riwayat Penyakit Saat iniPasien mengalami poliuria, polidipsia, penurunan berat badan, dehidrasi dan konstipasi.3. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik pada klien dengan diabetes insipidus meliputi pemeriksaan fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).TTV : TD: 70/40 mmHGN: 80 x/menitRR: 24 x/menitT: 38,50 CKeadaan Umum : Klien tampak lemah dan mata cekung.1. Pernafasan B1 (breath)Tidak ada sesak nafas, tidak ada batuk pilek, tidak memiliki riwayat asma dan suara nafas normal.2. Kardiovaskular B2 (blood)Suara jantung vesikuler, bradikardi, dan Perfusi perifer baik.3. Persyarafan B3 (brain)Kadang pasien merasa pusing, reflek motorik bagus, pupil normal, reflek bicara baik, pendengaran baik, penglihatan baik, penghidu baik.4. Perkemihan B4 (bladder)Poliuria sangat encer ( 4- 30 liter ) dengan berat jenis 1.010 osmolalitas urin 50-150 mosmol/L, intake= 6 x/hari) terutama pada malam hari, IWL (Insensible Water Loss)= 500 cc/hr, klien tampak gelisah.5. Pencernaan B5 (bowel)Nafsu makan kurang baik, BB menurun. tidak ada mual/muntah, BAB 2 x/hr pagi dan sore. Klien tidak ada sakit maag.6. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)Turgor kulit buruk (pucat), kulit kering, dan mukosa bibir kering.

B. Pengkajian DataData SubjektifData Objektif

Klien mengeluh banyak kencing terutama di malam hari. Klien mengeluh banyak minum, sehari sampai 4 kali sampai 5 liter. Klien mengeluh pusing dan pusing hilang ketika minum obat warung. 2 jam sebelum masuk RS Klien merasa lemas Pasien mengatakan sulit tidur di malam hari karena harus bangun pada malam hari. Klien mengatakan BB menurun

TTV : TD : 70/40 mmHG N : 80 x/menit RR : 24 x/menit T : 38,50 C Akral dingin Klien tampak sadarkan diri (compos mathis)

C. Analisa DataNoDataEtiologiProblem

1DS : Klien mengeluh banyak kencing terutama di malam hari. Klien mengeluh banyak minum, sehari sampai 4 kali sampai 5 liter.DO: TTV : TD : 70/40 mmHG N : 80 x/menit RR : 24 x/menit T : 38,50 C Sebelum masuk RS Klien merasa lemas

Diabetes Insipidus

Hiperosmolaritas serum

Merangsang hausPergantian air tidak adekuat

polidipsiaDefisit cairan kurang dari kebutuhan tubuh

2.DS: Klien mengeluh banyak kencing terutama di malam hari.DO : TTV : TD : 70/40 mmHG N : 80 x/menit RR : 24 x/menit T : 38,50 C

Diabetes Insipidus

Penurunan osmolaritas urin

Hilangnya banyak cairan (urin)

Poliuria

Gangguan Eliminasi Urin

3.DS : Pasien mengatakan sulit tidur di malam hari karena harus bangun pada malam hari. Sebelum masuk RS Klien merasa lemas.DO : TTV : TD : 70/40 mmHG N : 80 x/menit RR : 24 x/menit T : 38,50 C

Reabsorbsi air menurun

Produksi urin

Poliuria

Nokturia

Gangguan Pola Tidur

D. Intervensi NoDiagnosa KeperawatanPerencanaanRasional

Tujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1.Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmoticSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah defisit volume cairan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, Berat Jenis urin normal TTV dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kuit baik, membrane mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat Monitor status dehidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekuat, TD ortostatik) Monitor tanda-tanda vital

Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian

Kolaborasi Kolaborasikan pemberian cairan IV Untuk mengetahui tingkat dehidrasi untuk mengetahui tingkat pengeluaran cairan atau evaporasi

Memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi keperawatan. untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran agar seimbang

untuk menambah cairan tubuh

2.Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan permeabilitas tubulus ginjal, ditandai dengan poliuri dan nokturia.Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan gangguan eliminasi urin teratasi, dengan kriteria hasil: Karakteristik urine meliputi warna, berat jenis, jumlah, dan bau normal. Tidak terjadi nocturia Pola eliminasi normal Monitor dan kaji karakteristik urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna.

Batasi pemberian cairan sesuai kebutuhan.

Catat waktu terakhir klien eliminasi urin. Mengetahui sejauh mana perkembangan fungsi ginjal dan untuk mengetahui normal atau tidaknya urine klien. Mengurangi pengeluaran cairan berupa urine terutama saat malam hari. Mengidentifikasikan fungsi kandung kemih, fungsi ginjal, dan keseimbangan cairan.

3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nocturiaSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah gangguan pola tidur dapat teratasi dengan kriteria hasil : Pola jam tidur pasien tercukupi ( 7-8 jam) Pola tidur baik/ tidak terbangun pada malam hari Kualitas tidur baik Pola tidur pasien tidak terganggu Kebiasaan tidur pasien normal Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit. Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor yang menyebabkan kurang tidur.

Dekatkan pispot agar pasien lebih mudah saat BAK pada malam hari.

Anjurkan pasien untuk tidur siang.

Ciptakan lingkungan yang nyaman. tidur yang adekuat dapat mengurangi frasa sakit. tidur yang efektif dapat membantu metabolism yang baik.

pispot yang didekatkan pasien, dapat meminimalkan pasien dalam aktifitas

tidur siang dapat memulihkan kondisi pasien seperti semula.

lingkungan yang nyaman dapat mempercepat proses pemulihan pasien.

BAB IIIPENUTUP3.1. KesimpulanDari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa diabetes insipidus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopis. (Kapita Selekta Kedoteran : 2000)Diabetes Insipidus adalah sindroma yang ditandai dengan poliuria dan polidipsi akibat terganggunya sekresi vasopressin oleh system saraf pusat yang dapat disebut dengan diabetes insipidus sentral dan akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan AVP dan ketidakmampuan responsive tubulus ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut dengan diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat (akibat lanjut) trauma kepala, tumor otak atau operasi ablasi, atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula terjadi bersama dengan infeksi system saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor (misalnya, kelainan metastatic, limfoma dari payudara dan paru). 3.2. SaranDengan adanya makalah ini mudah-mudahan kita mampu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan pada sistem Endokrin mulai dari pengkajian, diagnosa, dan intevensi. Tentunya kita sebagai seorang perawat harus mampu dan menguasai asuhan keperawatan pada gangguan sistem Endokrin yang nantinya sebagai bekal pada saat terjun langsung ke rumah sakit dan berhadap langsung dengan seorang klien.

DAFTAR PUSTAKAMayer, dkk. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit EGChttps://melysaniki.wordpress.com/2012/04/19/askep-diabetes-insipidus/Corwin, Eizabeth J. 2003. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-92524-Keperawatan%20Endokrin-Diabetes%20Insipidus.htmlhttp://rinikamal23.blogspot.com/2013/10/sistem-endokrin-asuhan keperawatan.html?m=1

20Sistem Endokrin| Diabetes Insipidus


Top Related