Download - aspek pajak pada perusahaan pelayaran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Perusahaan pelayaran merupakan salah satu usaha masyarakat yang tidak
terlepas dari pengenaan pajak. Indonesia sebagai negara maritim merupakan
lokasi strategis dalam perdagangan dunia dimana sebagian transaksi antarnegara
terjadi di dalamnya. Dengan menyandang negara maritim dan letak strategis ini
dibutuhkan alat transportasi yang mencukupi dan bisa menyediakan fasilitas bagi
masyarakat yang mempunyai kepentingan dan membutuhkannya. Penyedia utama
fasilitas transportasi tersebut adalah usaha pelayaran. Pelayaran pada era ini
merupakan salah satu alat transportasi yang digunakan untuk mempermudah arus
manusia ataupun barang dengan tujuan untuk menunjang kegiatan pembangunan
nasional. Jasa ini diperuntukkan bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan dari
usaha jenis tersebut untuk mempermudah berbagai kegiatan, termasuk didalamnya
kegiatan perdagangan. Dengan adanya usaha pelayaran yang telah marak di
Indonesia, tentu bisa ditemukan adanya potensi=GANTI! OBJEK PAJAK,BOY!
pajak di dalamnya.
1
TAMBAH LATAR BELAKANG LAIN TENTANG PERUSAHAAN
PELAYARAN. JANGAN LUPA TABEL TTG USAHA PELAYARAN DI
INDO
B. Permasalahan
Perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayaran pada umumnya
mengoperasikan kapalnya sendiri. Selain mengoperasikan kapal sendiri, sebuah
perusahaan pelayaran juga menyewakan kapal untuk digunakan oleh pihak lain.
Kegiatan lain yaitu menyediakan jasa keagenan bagi pihak asing yang
membutuhkan bantuan perusahaan pelayaran dalam negeri, serta beberapa jasa
lain, seperti jasa bongkar muat di pelabuhan, serta penyewaan gudang di
pelabuhan. Atas kegiatan perusahaan pelayaran ini, terdapat penghasilan yang
berasal dari imbalan pihak-pihak yang menggunakan jasa tersebut. Sehubungan
dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan pelayaran tersebut,
terdapat bermacam potensi pajak tertentu. PT DEF adalah salah satu perusahaan
yang merupakan bagian dari DEF Group yang bergerak di bidang jasa pelayaran
yang merupakan perusahaan niaga dalam negeri. Kegiatan usaha yang dilakukan
PT DEF diatas tidak luput dari pengenaan pajak. Penerimaan PT DEF umumnya
merupakan penghasilan yang dipotong PPh Final Pasal 15. Dalam ketentuannya,
pihak pemotong yaitu pengguna jasa perusahaan pelayaran PT DEF tersebut harus
membuat bukti potong dalam tiga rangkap dimana lembar pertama diserahkan
kepada Wajib Pajak terpotong. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk
melihat apa sajakah ASPEK pajak yang terdapat pada penghasilan yang diperoleh
PT DEF dari kegiatannya.
2
C. Kerangka Teori
Penulis menggunakan beberapa teori dan/atau konsep sebagai kerangka
berpikir dalam penulisan laporan akhir magang ini. Teori-teori yang digunakan
oleh penulis adalah definisi pajak, konsep pajak penghasilan, konsep Pajak
Penghasilan Final, konsep Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan Perusahaan
Pelayaran.
1. Definisi Pajak
Terdapat beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya adalah sebagai berikut:
- P.J.A. Adriani, dalam Ilyas (2009, 2) memberikan definisi bahwa pajak
adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat
prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
- Prof.Dr. Rochmat Soemitro, guru besar dalam Hukum Pajak pada
Universitas Pajajaran, Bandung, dalam Ilyas (2009, 2) menyatakan pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor
partikulir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang-undang (dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (tegen prestasi), yang
3
langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum.
Unsur pokok dari pengertian pajak, yaitu:
- Iuran atau Pungutan
Dilihat dari segi arah arus dana pajak, jika arah datangnya pajak berasal dari
wajib pajak, maka pajak disebut sebagai iuran, sedangkan jika arah
datangnya kegiatan untuk mewujudkan pajak tersebut berasal dari
pemerintah, maka pajak itu disebut sebagai pungutan.
- Pajak dipungut berdasarkan undang-undang
Salah satu karakteristik pokok dari pajak adalah bahwa pemungutannya
harus berdasarkan undang-undang. Hal ini disebabkan karena pada
hakekatnya pajak adalah beban yang harus dipikul oleh rakyat banyak,
sehingga dalam perumusan macam, jenis, dan berat ringannya tarif pajak itu,
rakyat harus ikut serta menentukkan dan menyetujuinya melalui wakil-
wakilnya di Parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat.
- Pajak dapat dipaksakan
Fiskus mendapat wewenang dari undang-undang untuk memaksa wajib
pajak supaya mematuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakannya.
- Tidak menerima atau memperoleh kontraprestasi
Ciri khas utama dari pajak adalah wajib pajak (taxpayer) yang membayar
pajak tidak menerima atau memperoleh jasa timbal atau kontraprestasi dari
pemerintah.
- Untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah
4
Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dalam
menjalankan pemerintahan. Dana yang diterima dari pemungutan pajak
dalam pengertian di atas tidak pernah ditujukkan untuk sesuatu pengeluaran
khusus.
Dari unsur-unsur di atas dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran
atau kontribusi dari rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan, dimana dari
pembayaran iuran tersebut rakyat tidak mendapatkan imbalan secara langsung,
melainkan dalam bentuk lain seperti fasilitas-fasilitas umum yang pemungutannya
harus berdasarkan undang-undang. Adapun pajak memiliki dua fungsi utama
(Waluyo dan Ilyas, 1999, hal.2) yaitu:
Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Fungsi Pengaturan (Regulerend)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi
2. Konsep Pajak Penghasilan
Rimsky Judisseno mendefinisikan Pajak Penghasilan sebagai suatu pungutan
resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas
penghasilan yang diterima dan diperoleh dalam tahun pajak untuk kepentingan
negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan benergara sebagai suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan (Santosa, 1992, hal 62).
5
Konsep penghasilan terlalu banyak didefinisikan oleh para ahli, tetapi konsep
penghasilan yang diterima secara umum adalah konsep penghasilan yang
didefinisikan oleh tiga ahli, yaitu George Schanz, Robert Murray Haig, dan Henry
Simons. Konsep penghasilan tersebut dikenal dengan istilah the S-H-S Income
Concept.
George Schanz mengemukakan konsep penghasilan yang disebut Accretion
Theory of Income yang mengandung pengertian bahwa penghasilan untuk
keperluan perpajakan seharusnya tidak membedakan sumbernya dan tidak
menghiraukan pemakaiannya, melainkan lebih menekankan kepada
kemampuan ekonomis yang dapat dipakai untuk menguasai barang dan jasa
(Mansury, 2002, hal. 71).
Robert Murray Haig mengembangkan definisi penghasilan yang mirip
dengan konsep penghasilan yang didefinisikan oleh Schanz. Haig
berpendapat penghasilan itu sebagai “the increase or accretion in one’s
power to satisfy his wants in a given period in so far as that power consists
of (a) money itself, or, (b) anything susceptible of valuation in terms of
money”. Haig menekankan bahwa hakekat penghasilan adalah kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan tambahan
kemampuan yang dihitung sebagai penghasilan adalah hanya yang
berbentuk uang dan tidak dapat dihitung dengan memakai nilai uang.
Henry Simons mengemukakan bahwa penghasilan perseorangan secara luas
mengandung arti pemanfaatan kontrol atas penggunaan sumber daya
masyarakat yang terbatas. “It has to do not with sensations, services, or
6
goods but rather with rights which command prices or to which prices may
be imputed” (Rosdiana, 2004, hal.88)
Konsep S-H-S ini menjadi dasar penetapan objek pajak penghasilan di
Indonesia karena konsep ini menjadi satu-satunya teori yang memungkinkan
untuk menerapkan ability to pay approach, dimana pajak dikenakan kepada
mereka yang memiliki kemampuan untuk membayarnya (Mansury, 2002, hal.72).
3. Konsep Pajak Penghasilan Final (GLOBAL TAXATION VS
SCHEDULAR TAXATION)
Pajak Penghasilan Final adalah pajak penghasilan atas penghasilan tertentu
yang dikenakan pajak tersendiri bersifat final. Penghasilan tertentu yang
dikenakan pajak tersendiri bersifat final tidak digabungkan dengan penghasilan
objek pajak tarif Pasal 17 sebagai komponen Penghasilan Kena Pajak yang
dikenakan pajak tidak bersifat final. Penghasilan tertentu yang dikenakan pajak
tersendiri dan bersifat final adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, yang berasal dari transaksi, kegiatan, atau usaha tertentu (menurut
ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pajak
Penghasilan NGGAK BOLEH PAKE UU) (Waluyo,2010,hal 215).
4. Konsep Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya merupakan Pajak Penjualan yang
dipungut atas dasar nilai tambah yang timbul pada semua jalur produksi dan
distribusi.
7
Ciri-ciri atau nature (legal character) dari PPN antara lain:
a. General
PPN merupakan pajak atas konsumsi yang bersifat umum. Artinya,
dikenakan terhadap semua barang dan pengenaan PPN harus dapat diukur
sehingga beban pajaknya dapat didistribusikan, sehingga tidak menimbulkan
cascading effect.
b. Indirect
PPN merupakan pajak tidak langsung, karena itu beban pajaknya dapat
dialihkan baik dalam bentuk forward shifting maupun backward shifting.
c. On Consumption
PPN merupakan pajak atas konsumsi, tanpa membedakan apakah konsumsi
tersebut digunakan/ habis sekaligus ataupun digunakan/ habis secara
bertahap/ berangsur-angsur.
Menurut Gunadi (1997), karakteristik-karakteristik PPN yang berlaku di
Indonesia antara lain:
a. PPN merupakan Pajak Tidak Langsung
Ciri dari pajak tidak langsung yaitu konsumen akhir Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak akan menjadi objek pajak atau dengan kata lain adanya
pengalihan beban pajak ke pihak lain.
b. PPN merupakan Pajak Objektif
Pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak
tidak memperhatikan kondisi subjek pajaknya baik berupa orang atau badan,
konsumen yang berpenghasilan tinggi atau berpenghasilan rendah, tetapi
8
ditentukan oleh faktor objektif yang lebih lazim disebut dengan objek pajak.
Timbulnya kewajiban untuk membayar PPN adalah pada saat diketahui
adanya objek pajak tersebut.
c. PPN merupakan Multi Stage Tax
PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur
distribusi. Setiap penyerahan barang yang menjadi objek PPN dari tingkat
pabrikan (manufacturer) sampai dengan pedagang besar dan pedagang
eceran (retailer) dikenakan PPN. Namun PPN tidak menimbulkan
pengenaan pajak berganda (non kumulatif).
d. Pemungutan PPN Menggunakan Faktur Pajak
Untuk menghitung PPN yang terhutang maka pada setiap penyerahan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak
mempunyai kewajiban untuk membuat Faktur Pajak pada setiap penyerahan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebagai bukti telah dilaksanakan
pemungutan pajak. Berdasarkan faktur ini, akan dihitung jumlah pajak yang
terutang dalam suatu masa pajak yang wajib disetor ke kas negara.
Sedangkan bagi pembeli atau penerima barang atau jasa, Faktur Pajak
merupakan bukti pembayaran pajak.
e. PPN merupakan pajak atas konsumsi Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena
Pajak
PPN hanya dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena
Pajak yang dilakukan di dalam negeri. Apabila barang atau jasa dikonsumsi
di luar negeri, maka barang atau jasa tersebut tidak dikenakan PPN. Dengan
9
demikian atas Barang Kena Pajak yang diekspor ke luar negeri tidak akan
terkena PPN.
5. Perusahaan Pelayaran
Dalam ketentuan umum UU Pelayaran disebutkan bahwa pelayaran adalah
satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan,
keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan Maritim. Kegiatan
pelayaran pada umumnya adalah mengangkut barang atau penumpang dari satu
lokasi ke lokasi lain atau dari pelabuhan ke pelabuhan lain, keselamatan pelayaran
dan perlindungan lingkungan maritim dari pencemaran bahan-bahan pencemar
yang berasal dari kapal.
Dalam skripsi yang ditulis oleh Singgih Dwi Raharjo pada tahun 2011, pengertian
perusahaan pelayaran adalah badan hukum atau badan usaha yang mengusahakan
jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal. Dalam kegiatan usahanya
perusahaan pelayaran dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Usaha Pelayaran Dalam Negeri yaitu kegiatan usaha pelayaran untuk
melakukan usaha pengangkutan antar pelabuhan di Indonesia
b. Usaha Pelayaran Luar Negeri yaitu kegiatan usaha pelayaran untuk
melakukan usaha pengangkutan ke dan dari pelabuhan luar negeri.
Sedangkan menurut sifat usahanya perusahaan pelayaran dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Pelayaran Tetap (Pelayaran Line Service) yaitu pelayaran yang dijalankan
secara tetap dan teratur, yaitu teratur dalam hal keberangkatan dan
10
kedatangan kapal di pelabuhan, dalam hal trayek atau wiilayah ooperasi,
dalam hal tarif angkutan serta dalam hal syarat-syarat dan perjanjian
pengangkutan. Tegasnya, sebuah perusahaan pelayaran yang menjalankan
usaha pelayaran Line Service harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Mempunyai trayek pelayaran dan jadwal perjalanan kapal yang teratur
dan tertentu.trayek pelayaran tertentu dan tetap artinya bahwa kapal-
kapal yang menjalankan dinas pelayaran tidak akan berpindah-pindah
wilayah operasi yang sudah ditentukan.
2. Mempunyai daftar tarif angkutan bagi berbagai macam komoditi yang
biasa diangkut, tarif angkutan yang tercantum berlaku untuk waktu
yang tidak terbatas sampai dinyatakan tidak berlaku lagi.
3. Mempunyai syarat-syarat dan perjanjian pengangkutan yang bersifat
tetap dan berlaku umum.
Maksud bahwa perusahaan pelayaran mempunyai peraturan atau
syarat-syarat pengangkutan yang tertentu, syarat-syarat mana berlaku
bagi siapa saja yang melakukan pengapalan dengan kapalnya.
Biasanya syarat pengapalan tersebut dicetak pada lembar Bill of
Landing yang dikeluarkannya.
b. Pelayaran Tidak Tetap (Tramper Service)
Bentuk usaha pelayaran tramper merupakan pelayaran bebas, yang tidak
11
terikat oleh ketentuan-ketentuan formal appaun. Bebas berlayar ke mana
saja dan juga bebas menentukan besarnya tarif pengangkutan sepanjang
tidak dilarang oleh kekuasaan negara. Kapal-kapal tramper biasanya akan
beroperasi atau berlayar menuju ke pelabuhan-pelabuhan dimana disitu
banyak muatan.
Ditinjau dari segi niaga kita dapat membagi jenis-jenis kapal berdasarkan
konstruksi bangunan kapalnya dan sifat muatan yang diangkut oleh kapal
yang bersangkutan, sebagai berikut:
a. Kapal Barang (Cargo Vessel)
Yaitu kapal yang dibangun khusus untuk tujuan mengangkat barang-
barang menurut jenis barang masing-msing. Kapal barang ini dapat
dibagi menjadi:
1. General Cargo Vessel
Yaitu kapal yang dibangun untuk tujuan mengangkat muatan
umum yang terdiri dari bermacam barang yang dibungkus dalam
peti atau keranjang dan lainnya.
2. Bulk Cargo Carrier
Yaitu kapal yang dibangun khusus untuk pengangkutan muatan
curah yang dikapalkan dalam jumlah banyak sekaligus.
3. Tanker
Yaitu kapal yang digunakan untuk mengangkut muatan cair seperti
minyak bumi, minyak nabati, LNG.
4. Special Designed Ship
12
Yaitu kapal yang dibangun khusus bagi pengangkutan barang
tertentu seperti daging segar yang harus diangkut dalam keadaan
beku.
5. Container Vessel
Yaitu kapal yang dibangun untuk mengangkut muatan yang sudah
dimasukkan ke dalam container atau peti kemas terlebih dahulu.
b. Kapal Penumpang
Yaitu kapal yang dibangun khusus untuk mengangkut penumpang.
c. Kapal Barang Penumpang (Cargo-Passenger Vessel)
Yaitu kapal yang dibangun untuk mengangkut penumpang dan muatan
secara bersama-sama. Dimana kapal ini mempunyai banyak geladak
dan cabin penumpang.
d. Kapal barang dengan akomodasi penumpang terbatas
Yaitu kapal barang biasa, baik yang berupa general cargo carrier
maupun bulk carrier, yag diberi cabin untuk mengakomodasikan
penumpang umum sampai sebanyak 12 orang.
Selain melaksanakan kegiatan diatas, perusahaan pelayaran pada umumnya
juga menyediakan jasa keagenan. Yang dimaksud dengan keagenan adalah suatu
kegiatan untuk mengurusi kapal yang berada di dalam atau diluar negeri karena di
pelabuhan dimana kapal tersebut berada tidak adanya suatu kantor
cabang/perwakilan/owner representative, maka ditunjukkan suatu agen dari
perusahaan pelayaran setempat.
Secara umum untuk menangani kapal-kapalnya suatu perusahaan pelayaran dapat
13
menunjuk salah satu kemungkinan berikut ini:
a. Owner Representative
Adalah orang yang mewakili pengusaha yang dapat merupakan
perusahaan atau perorangan yang tugasnya merintis semua persiapan
sehubungan dengan kebutuhan kapal yang akan singgah di pelabuhan.
b. Kantor Cabang Perusahaan Pelayaran
Mengingat jumlah kapal dan frekuensi keluar masuk kapal yang demikian
tinggi serta kegiatan yang cukup besar, maka pengusaha dapat
memutuskan untuk membuka kantor cabang di pelabuhan tersebut, dimana
organisai kantor tersebut diatur dan dibawah kendali kantor pusat.
c. Agen Perusahaan Pelayaran
Agen adalah salah satu kapal perusahaan pelayaran nasional yang ditunjuk
oleh principal untuk melayani kapal-kapalnya, serta muatan kapal selama
berada di pelabuhan-pelabuhan.
Akan tetapi orang sering menyebut bahwa agen adalah seorang atau badan
usaha yang bertindak untuk dan atas nama badan atau orang lain untuk
pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh perusahaan yang
mengoperasikan kapal tersebut.
Sedangkan menurut Inpres No. 4 tahun 1985 yang dimaksud agen adalah
usaha khusus dalam pekerjaan bidang jasa nagkutan laut seperti pekrjaan
melayani kapal datang, kapal pergi yang mana secara langsung memenuhi
alat transfer barang serta kelancaran arus barang.
14
Sesuai dengan KM 17 Tahun 2008, fasilitas pelabuhan dalam bentuk
pelayanan meliputi:
1. Pelayanan kapal, yang meliputi informasi navigai, pelayanan radio dan
telepon, pemanduan makanan, bahan bakar, reparasi, serta galangan kapal.
2. Pelayanan untuk barang terdiri dari jasa bongkar muat (cargo handling),
dan angkutan tongkang dalam pelabuhan.
3. Fasilitas umum berupa penerangan listrik, pemadaman kebakaran, sanitasi,
fasilitas untuk buruh, kebersihan lingkungan, dan keamanan lingkungan.
D. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
tujuan dari pembuatan laporan akhir magang ini adalah:
1. Mendesripsikan? aspek pajak yang terdapat pada penghasilan yang dimiliki
oleh PT DEF
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan akhir magang ini terdiri dari empat bab yang
masing-masing terbagi menjadi beberapa sub-bab. Keempat bab tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bagian ini penulis membahas mengenai latar belakang penulisan
laporan akhir magang disertai dengan fakta-fakta terkait, kerangka teori,
15
tujuan dari penulisan laporan, dan sistematika penulisan laporan akhir
magang.
BAB II : GAMBARAN UMUM TARGET CONSULTING GROUP
Pada bab ini penulis menggambarkan dan menjelaskan keadaan instansi
dimana penulis mengangkat topik atas instansi tersebut. Bab ini
berisikan sejarah, visi dan misi instansi, struktur organisasi, produk
yang ditawarkan, serta organisasi dan manajemen instansi tersebut.
BAB III : ASPEK PAJAK PADA PERUSAHAAN PELAYARAN NIAGA
NASIONAL (STUDI KASUS PT DEF)
Bab ini merupakan inti dari pembuatan laporan ini. Dalam bab ini
penulis menganalisis dan menilai kesesuaian antara konsep dengan
praktik dari tema yang diangkat untuk dianalisis.
BAB IV : PENUTUP
Bab ini berisikan simpulan dari hasil analisis yang dijabarkan pada bab
sebelumnya beserta saran atau rekomendasi yang diberikan oleh penulis
kepada pihak-pihak terkait.
BAB II
GAMBARAN UMUM
TARGET CONSULTING GROUP
A. SEJARAH PERUSAHAAN
16
Target Consulting Group (TCG) pertama kali didirikan pada tanggal 9
September 2009 beralamat di Tanjung Mas Raya Blok B1 Nomor 4, Tanjung
Barat, Jakarta Selatan oleh Bapak Wildan Permana, Ak., CPA, BKP dan Bapak
Tugiman bin Sarjono. Pada awalnya pendirian TCG bermula dari afiliasi
perusahaan-perusahaan antara lain:
1. Suluh Prima Target, bergerak di bidang jasa training perpajakan
2. Kawa Law Office, bergerak di bidang jasa konsultan hukum
3. Target Digital Solusindo, bergerak dibidang training dan konsultan IT
4. Target Indo Filing, bergerak di bidang jasa kearsipan dan payroll system
5. Prakarsa Target Maxima, bergerak di bidang jasa training perpajakan dan
penyelenggara brevet di Surabaya
6. PT Visi Andalan Target, bergerak di bidang jasa training perpajakan dan
penyelenggara brevet di Medan
7. PT Bina Target Batam bergerak di bidang jasa training perpajakan dan
penyelenggara brevet di Batam
Saat ini Target Consulting Group sebagai perusahaan holder yang
menaungi perusahaan-perusahaan afiliasi di atas serta asosiasi dan divisi
lainnya.
B. VISI DAN MISI PERUSAHAAN
Visi
Visi Target Consulting Group yakni menjadi perusahaan konsultasi yang
dikenal dan dipercaya dalam skala internasional.
Misi
17
Target Consulting Group berdedikasi untuk melayani klien sehingga sukses
dengan menyediakan solusi profesional yang terintegrasi.
Disamping itu Target Consulting juga berdedikasi untuk menciptakan
atmosfer kerja yang dapat meningkatkan kerja-tim, tanggung jawab, dan
peningkatan kinerja.
C. STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
Berikut adalah bagan struktur organisasi Target Consulting Group.
Bagan II. 1.
Struktur Organisasi Target Consulting Group
18
Sumber: Data internal perusahaan, 2012
Keterangan:
Komisaris Utama : Bapak Tugiman bin Sarjono
Direktur Utama : Bapak Wildan Permana, Ak., CPA, BKP
Sekretaris Direktur Utama : Ibu Julie
Audit Manager : Arfandi Rifai
Supervisor : Nina Ismadi
Staf : Siska, Asti
Tax Manager : Anang Rosdjidi
Supervisor : Winni
Staf : Amal Firdaus, Khusnul
Operational Manager : Deri Saeful R.
19
Komisaris Utama
Sekretaris
Audit Manager
Supervisor
Staf
Direktur Utama Tax Manager
Supervisor
Staf
Operational Manager
Penangung jawab dari perusahaan afiliasi:
Suluh Prima Target : Bapak Tugiman bin Sarjono
Kawa Law Office : Ismu Harkamil dan Ari Hadi Basuki
Target Digital Solusindo : Robby F. Wildan
Prakarsa Target Maxima : Harsiwi Pudyaningtyas
PT Visi Andalan Target : Leonard Tarigan
PT Bina Target Batam : Ayub
KAP Basyiruddin dan Wildan : Basyiruddin dan Wildan
D. PRODUK PERUSAHAAN
Target Consulting Group menyediakan berbagai jenis produk antara lain:
1. Pajak
Produk di bidang perpajakan meliputi Manajemen Risiko
Perpajakan (Tax Risk Management), Desain Pedoman Standar
Pelaksanaan Pajak (Tax SOP Design), Ulasan Perpajakan (Tax
Review), Konsultasi Perpajakan (Tax Consulting), dan Pelatihan Pajak
(Tax Training).
Berkaitan dengan kegiatan magang yang dilakukan Penulis,
Penulis melaksanakan kegiatan magang khususnya pada bidang ini.
Deskripsi pekerjaan yang dilakukan selama magang mencakup ulasan
perpajakan (tax review) yang meliputi ulasan peraturan-peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan. Salah satu peraturan yang
20
diulas adalah Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 sebagaimana
yang dibahas dalam laporan akhir ini.
2. Akuntansi
Produk di bidang akuntansi meliputi Audit Keuangan (Financial
Audit), Operational Audit, Due Diligence Review, Accounting and
Financial Reporting, Seconded/Resident Service, Financial &
Accounting SOP Design, dan Payroll Outsourcing.
3. Hukum
Produk di bidang hukum/legal meliputi Corporate Business and
Transaction Solution, Establishment and Institution of Business Entity,
dan Personal and Domestic Resolution.
4. Teknologi Informatika
Produk di bidang teknologi informatika meliputi Management
Information System, Software Design and Development, Tax
Regulation Software “Tax-Link”, Tax SOP Software, dan Payroll
Software
.
E. ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN
Target Consulting Group menaungi asosiasi, afiliasi, dan divisi. Berkaitan
dengan kegiatan magang yang dilakukan Penulis, Penulis ditempatkan pada
asosiasi yang dinaungi oleh Target Consulting Group yakni KAP Basyiruddin
& Wildan. KAP Basyiruddin & Wildan memiliki dua divisi yakni yang
21
khusus menangani akuntansi (Kantor Akuntan Publik) dan yang khusus
menangani perpajakan. Masing-masing divisi dipegang oleh seorang manajer
dengan dibantu seorang supervisor dan terdiri dari staf-staf. Penulis
ditempatkan khususnya pada divisi perpajakan, namun dalam pelaksanaannya
juga dibantu dari divisi akuntansi.
BAB III
22
ASPEK PAJAK PADA PERUSAHAAN PELAYARAN NIAGA NASIONAL
(STUDI KASUS PT DEF)
PT DEF merupakan salah satu perusahaan pelayaran niaga nasional yang
berlokasi di daerah Sulawesi. Menurut KMK Nomor 10/KMK.04/2001 jo KMK
Nomor 370/KMK.03/2003, yang dimaksud dengan Perusahaan Pelayaran Niaga
Nasional adalah badan hukum Indonesia atau badan usaha Indonesia yang
menyelenggarakan usaha jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal
berbendera Indonesia atau kapal asing atas dasar sewa untuk jangka waktu atau
perjalanan tertentu ataupun berdasarkan perjanjian dan telah memiliki Surat Izin
Usaha Perusahaan Pelayaran (SIUPP) dari Departemen Perhubungan.
PT DEF telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sebagai Wajib
Pajak Badan dalam negeri sehingga memiliki kewajiban dalam hal perpajakan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. PT DEF menyediakan
berbagai jasa dan melakukan kegiatan serta mendapatkan penghasilan dari sumber
berikut:
Tabel III.1 PT DEF
SPT PPH BADAN TAHUN 2011CORPORATE INCOME TAX RETURN
TAHUN 2011 - FOR THE TAX YEAR 2011
No.
Account Account Descriptions WP audited Balance
23
No. Reff (Commersial)
IDR
420020100
1 Pendapatan KM. BSW I - -
420020100
2 Pendapatan KM. BSW II (2.408.837.400) 2.408.837.400
420020100
3 Pendapatan KM. BSW III (2.611.076.900) 2.611.076.900
420020100
4 Pendapatan KM. BSW VI (2.289.868.200) 2.289.868.200
420020100
5 Pendapatan Linco Marine (1.895.042.250) 1.895.042.250
420020100
6 Pendapatan KM. BSW XII - -
420020100
7 Pendapatan KM. CWD Jaya - -
420020100
8 Pendapatan KM. BSW XIA (2.801.166.650) 2.801.166.650
420020200
1 Pendapatan KM. Sewa (16.561.645.487) 16.561.645.487
Pendapatan Jasa Bongkar Muat (PBM) - -
TOTAL Income
(99.562.190.836) 99.562.190.836
- Other Income
[AF001] Agency Fees Revenue
(140.262.600) 140.262.600
[MGR03] Bosowa Lloyd Management Fees Revenue (403.587.000)
403.587.000
[EXDF] Difference of Exchange Rates (73.408.759)
73.408.759
[OR001] Other Revenue
(3.096.511) 3.096.511
710010000
1 Pendapatan Jasa Giro (2.675.758) 2.675.758
710990000
5 Laba Selisih Persediaan (12.802.977) 12.802.977
710990000
6 Laba Selisih Kurs (Realization) (11.372.085) 11.372.085
710990000
7 Laba Selisih Kurs (Un-realization) - -
710990000
8 Goods Receipt Others - -
710990000
9 Laba Selisih Kas dan Setara Kas - -
420020300
1 Pendapatan Agency (182.020.000) 182.020.000
710999999
9 Pendapatan Lainya (302.164.861) 302.164.861
Pendapatan Sewa Gudang - - Pendapatan Agency - -
TOTAL Other Income
(1.511.384.862) 1.511.384.862
Sumber:diolah oleh penulis
24
ITU ARTI TABELNYA APA???? YANG DALAM KURUNG MAKSUDNYA
APA? APAKAH DENGAN PPH FINAL, SERTA BEBERAPA PENGHASILAN
YANG MENJADI OBJEK PPH 23 DAN JADI KREDIT PAJAK, PT DEF JADI
LEBIH BAYAR??? GIMANA SEBENARNYA??? YANG JELAS DONG SA!
JANGAN ASAL COMOT SUMBER!!!
Berikut ini adalah penjelasan tentang aspek pajak pada sebagian besar penghasilan
PT DEF:
A. ASPEK PPH
B. ASPEK PPN
1. Jasa Pengangkutan dengan Pengoperasian Kapal Sendiri
Dalam PT DEF terdapat beberapa kapal yang beroperasi untuk mengangkut
barang dan manusia. Pengangkutan tersebut menggunakan beberapa kapal motor
atau KM. Mekanisme pemotongan pajak atas penghasilan yang didapatkan PT
DEF dari pengoperasian kapal sendiri memakai prinsip mekanisme pemotongan
PPh Pasal 15. Dalam ketentuannya, pihak pemotong yaitu pengguna jasa angkutan
pelayaran tersebut harus membuat bukti potong dalam tiga rangkap;lembar
pertama diserahkan kepada Wajib Pajak terpotong, lembar kedua untuk dilapor ke
kantor pajak (dilampirkan di SPT Masa) dan lembar ketiga sebagai arsip
pemotong pajak. Penyetoran Pajak yang telah dipotong dilakukan dengan cara
yang sama dengan penyetoran pajak lainnya, yaitu menggunakan SSP ke bank
atau kantor pos dan giro. PPh terutang harus disetor paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
Pelaporan ini dilakukan dengan menggunakan formulir SPT Masa Pasal 15
25
(Faisal, 2009 hal 153). LEBIH DALAM LAGI! SIAPA YANG DIPOTONG,
SIAPA YANG MOTONG! MEKANISME NYA GIMANA??
Dalam hal perlakuan Pajak Pertambahan Nilai, pemerintah memberikan
insentif perpajakan terhadap perusahaan pelayaran yang dituangkan dalam KMK
No.370/KMK.03/2003 Tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai Yang
Dibebaskan atas Impor dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu. Kebijakan ini mengatur fasilitas yang
diberikan oleh pemerintah mengenai pengadaan kapal laut bagi perusahaan
pelayaran nasional. Kebijakan yang penetapannya diberikan berupa fasilitas
pembebasan PPN ini tak sepenuhnya dapat digunakan oleh pelayaran. Hal ini
disebabkan adanya syarat yang harus terpenuhi agar memperoleh fasilitas
tersebut. Yang dapat menikmati fasilitas ini adalah perusahaan pelayaran yang
berstatus kelompok pelayaran niaga nasional (Agung Firmansyah, 2008, FISIP
UI). Menurut sumber yang didapatkan penulis dari instansi magang, PT DEF
merupakan perusahaan pelayaran niaga nasional. Atas dasar inilah, kegiatan PT
DEF memberikan jasa pengangkutan dengan pengoperasian kapal sendiri
dibebaskan dari PPN. JELASKAN LAGI! PEMBEBASAN PPN ITU GIMANA
MAKSUDNYA? MEKANISME PAJAK MASUKAN DAN KELUARANNYA
GIMANA?
2. Jasa Penyewaan Kapal
Selain pengangkutan barang dan jasa, PT DEF juga menyewakan kapal untuk
digunakan oleh pihak lain. Untuk PT DEF sebagai Wajib Pajak perusahaan
26
pelayaran dalam negeri dikenakan Pajak Penghasilan Badan bersifat final
berdasarkan Pasal 15 UU Nomor 36 Tahun 2008 jo. KMK No. 416/KMK.04/1996
yakni sebesar 1,2% atas peredaran bruto dan Penghasilan neto sebesar 4% dari
peredaran bruto. PEREDAEAN BRUTO, BERARTI HUBUNGANNYA SAMA
BIAYA2 PT DEF GIMANA??? Peredaran bruto menurut pasal 1 KMK No.
416/KMK.04/1996 adalah semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau
nilai uang yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak perusahaan pelayaran dalam
negeri dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan
ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan
luar negeri dan/atau sebaliknya.
Prosedur pemotongan menurut SE-29/PJ.4/1996 apabila penghasilan diperoleh
berdasarkan perjanjian persewaan atau charter, maka pihak yang membayar atau
terutang hasil tersebut wajib:
a. Memotong PPh yang terutang pada saat pembayaran atau terutangnya
imbalan/nilai pengganti;
b. Memberikan Bukti Pemotongan PPh final;
c. Menyetor PPh yang terutang selambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah
bulan pembayaran atau terutangnya imbalan; Melaporkan selambatnya tanggal
20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau terutang imbalan.
3. Jasa Bongkar Muat di Pelabuhan
Jasa bongkar muat merupakan salah satu fasilitas yang dapat ditemui di
pelabuhan dimana suatu perusahaan menyediakan jasa pembongkaran barang dari
27
satu tempat dan memuatnya di tempat lain. Kegiatan ini biasa berlangsung di
pelabuhan laut dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, dari pelabuhan ke dalam
truk, atau dari truk ke gudang.
Menurut Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-1013/PJ.313/2005 tentang
Jasa Bongkar Muat di Pelabuhan, penghasilan atau imbalan yang diterima atau
diperoleh atas Jasa Bongkar Muat di Pelabuhan tidak termasuk jasa yang terutang
PPh Pasal 23 sepanjang dilakukan di lini 1 (satu) dan lini 2 (dua). Dalam
SE-37/PJ.43/1998 tanggal 19 Nopember 1998 tentang Pajak Penghasilan atas Jasa
Pemakaian Gudang/Lapangan Penumpukan di Lingkungan Pelabuhan, yang
dimaksud dengan lini 1 (satu) adalah area dermaga di lingkungan pelabuhan
tempat penumpukan barang yang diturunkan langsung dari kapal, sedangkan lini 2
(dim) adalah area atau dermaga di lingkungan tempat penumpukan barang yang
dipindahkan dari lini 1 (satu). Lini l(satu) dan lini 2 (dua) berada di bawah
pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Dalam hal atas Jasa Bongkar
Muat di Pelabuhan tersebut diberikan pula:1) jasa di luar lini 1 (satu) dan lini 2
(dua) dimana jasa tersebut termasuk jasa sebagaimana dimaksud dalam KEP-
170/PP/2002 tanggal 28 Maret 2002 tentang Jenis Jasa Lain dan Perkiraan
Penghasilan Neto sebagaimana dimaksud Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008, maka atas jasa tersebut terutang dan wajib dilakukan
pemotongan PPh Pasal 23 sesuai dengan tarif yang telah ditentukan.
MEKANISME PENGENAAN PPH 23 NYA GIMANA? JADI PPH 23NYA
JADI KREDIT PAJAK KAN? APAKAH MEMPENGARUHI SPT HINGGA
JADI LEBIH BAYAR TERUS ATO GIMANA???
28
Sedangkan perlakuan Pajak Pertambahan Nilai menurut Surat Dirjen Pajak :
S-1558/PJ.53/1994 tentang PPN Atas Jasa Bongkar Muat, Atas penyerahan jasa
bongkar muat beras atau barang tertentu lainnya dari kapal ke atas truck oleh
Perusahaan, terutang PPN, dengan syarat jasa bongkar muat tersebut di atas
merupakan jasa pelabuhan laut (danny darussalam.com). Menurut Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor 16/PJ.32/1990 tentang DPP PPN Atas Jasa
Bongkar Muat, atas penyerahan jasa bongkar muat oleh Perusahaan Bongkar
Muat terutang PPN sebesar 10% dari seluruh penggantian yang dibayar oleh
penerima jasa bongkar muat. PPN yang dikenakan atas penyerahan jasa bongkar
muat oleh Perusahaan Bongkar Muat merupakan Pajak Keluaran dari Perusahaan
tersebut, sedangkan PPN yang dibayar atas pembelian BKP/JKP yang berkaitan
langsung dengan usaha bongkar muat merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran. Karena PT DEF merupakan perusahaan
pelayaran yang juga bergerak di bidang jasa bongkar muat barang, perlakuan PPN
ini dikenakan atas kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan yang dilakukan
oleh PT DEF.
4. Jasa Keagenan
Yang dimaksud dengan keagenan adalah suatu kegiatan untuk mengurusi
kapal yang berada di dalam atau diluar negeri karena di pelabuhan dimana kapal
tersebut berada tidak adanya suatu kantor cabang/perwakilan/owner
representative, maka ditunjukkan suatu agen dari perusahaan pelayaran setempat
(Raharjo, 2011).
29
Penghasilan dari Jasa Keagenan yang diantaranya yakni Agency fee, call fee,
husbander fee, dan technical handling fee, dari tagihan-tagihan tersebut dikenakan
Pajak Penghasilan Pasal 23 ayat (1) huruf c UU Nomor 36 Tahun 2008 sebesar
2% dari jumlah bruto. Misalnya, Penghasilan dari jasa handling (technical
handling fee), maka Pajak Penghasilan 2% X jumlah yang dibayarkan atas jasa
handling tersebut. Pajak Penghasilan tersebut dapat menjadi kredit pajak PT DEF
dengan pemotongan secara withholding tax. JELASKAN LAGI
MEKANISMENYA BAGAIMANA!!!!
30
BAB IV
PENUTUP
F. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan di atas, maka penulis dapat
menarik simpulan adalah sebagai berikut: SIMPULAN ADALAH JAWABAN
DARI PERMASALAHAN PENELITIAN!!!! YANG BISA MENJAWAB
PERMASALAHAN PENELITIAN!!!
SARAN JUGA BIKIN! LIHAR SKRIPSI LAIN, BAGAIMANA IA MEMBUAT
PERTANYAAN PENELITIAN DAN PERMASALAHAN!!!!!
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
31
Daliyo. (2001). Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prenhallindo.
Faisal, Gatot SM. (2009). How To Be A Smarter Taxpayer. Jakarta:Grasindo
Gunadi. (1997). Perpajakan Buku 2. Jakarta: Yayasan Pendidikan dan Pengkajian
Perpajakan.
Mansury, R. (1996). Pajak Penghasilan Lanjutan.Jakarta:Ind Hill Co.
Markus, Muda. (2005). Perpajakan Indonesia:Suatu pengantar. Gramedia.
Muljono, Djoko. (2010).Panduan Brevet Pajak:Panduan Akuntansi dan
Ketentuan Umum Perpajakan.Yogyakarta:Penerbit Andi.
Nurmantu, Safri. (2003). Pengantar Perpajakan. Jakarta: Granit.
Rosdiana, Haula. (2004). Pajak: Teori dan Kebijakan. Divisi Administrasi Fiskal
Pusat Kajian Ilmu Administrasi FISIP UI. Tidak diterbitkan.
Soemarso. (2007). Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta:PenerbitSalemba Empat.
Soemitro, Rachmat. (1990). Pajak Pertambahan Nilai,Edisi Revisi,cetakan
ketiga.Bandung:PT Eresco.
Waluyo. (2010). Akuntansi Pajak. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Peraturan Perundang-Undangan
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran.
32
____________, Keputusan Menteri Keuangan No.370/KMK.03/2003 Tentang Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai Yang Dibebaskan atasImpordan/ataupenyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau penyerahan Jasa Kena PajakTertentu.
____________, Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-1013/PJ.313/2005 tentang Jasa Bongkar Muat di Pelabuhan
____________, SE-37/PJ.43/1998 tanggal 19 Nopember 1998 tentang Pajak Penghasilan atas Jasa Pemakaian Gudang/Lapangan Penumpukan di Lingkungan Pelabuhan.
____________, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor 16/PJ.32/1990 tentang DPP PPN Atas Jasa Bongkar Muat, atas penyerahan jasa bongkar muat oleh Perusahaan Bongkar Muat.
____________, Peraturan Pemerintah Nomor 94 tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak PenghasilanDalam Tahun Berjalan
Lain-Lain
Dwi Raharjo, Singgih. (2011). Analisis Perlakuan Pajak atas Jasa Kepelabuhan.Skripsi Fakultas Teknik UNBJ. Tidak Diterbitkan.
Firmansyah, Agung. (2008). Analisis Perlakuan PPN atas Pengadaan Kapal Laut (Vessel).Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI. Tidak Diterbitkan.
Realisasi Penerimaan Negara 2007-2012, http:// www.bps.go.id , diunduh pada tanggal 17 Juli 2012
Surat Dirjen Pajak : S-1558/PJ.53/1994 tentang PPN Atas Jasa Bongkar Muat,www.dannydarussalam.com , diakses pada 18 Juli 2012
“Konsultasi Pajak Penghasilan atas Jasa Giro”, www.pbtaxand.com,Diakses pada 19 Juli 2012
33
“Pajak Penghasilan Final”, www.belajarpajak.com, diakses 17 Juli 2012
34