Download - Askep STROKE Jadi
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Menurut WHO stroke adalah adanya defisit neurologis yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskuler. (Hendro Susilo, 2000)
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi penyebab yang tiba-tiba defisit
neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu bagian dari otak. Insufisiensi suplai
darah disebabkan oleh trombus, biasanya sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap
embolisme berasal dari tempat lain dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur
arteri (aneurisma) (Lynda Juall Carpenito, 1995).
B. Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain:
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi
melalui mekanisme berikut:
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, dan kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
Dinding arteri menjadi lemah, terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
2
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematokrit meningkat
dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis (radang pada arteri)
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli :
1) Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
2) Myokard infark
3) Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena
atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan
perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,
pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry, biasanya defek congenital
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan
dan degenerasi pembuluh darah.
3
C. Faktor – faktor resiko stroke
1) Hipertensi: faktor resiko utama
2) Penyakit kardiovaskuler, emboli serebral berasal dari jantung: gagal jantung, penyakit
jantung kongestif
3) Kolesterol tinggi, obesitas
4) Peningkatan hemolitik meningkatkan resiko infark serebral
5) Diabetes: dikaitkan dengan aterogenesise terakseberasi
6) Kontrasepsi oral (khusus dengan disertai hypertensi, merokok dan kadar estrogen
tinggi
7) Merokok, menyalahgunakan obat (khusus kokain) konsumsi alkohol.
D. Klasifikasi
1) Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:
Stroke Haemorhagi,
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa
juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
Stroke Non Haemorhagi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umummnya baik.
2) Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama
beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang
dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan
24 jam atau beberapa hari.
Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau
permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh
serangan TIA berulang.
E. Pemeriksaan Penunjang
4
1. Pemeriksaan radiologi
a) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
b) MRI untuk menunjukkan area yang mengalami infark,hemoragik.
c) Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
d) Pemeriksaan foto thorax dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a) Pungsi lumbal: Menunjukan adanya tekanan Normal dan cairan tidak
mengandung darah atau jernih.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
d) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
F. Penatalaksanaan Stroke
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi
maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
5
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
G. Pengkajian keperawatan
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien (Marilynn E.
Doenges et al, 1998).
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Sakit kepala hebat pada saat bangun pagi atau pada saat istirahat disertai
mual muntah, kesadaran menurun,otot terasa melemah atau kaku.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
melitus.
6
6. Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga
sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.
7. Ekstremitas
Mekanisme Udem
Reaksi Ag-Ab
Peradangan glomelorus
Permebealitas membrane basalis meningkat
Proteinuria
Hipoalbuminemia
Tekanan osmotic kapiler ↓
Transudasi kedalam interstisium Hipovolemia
Edema ADH ↑ GFR ↓& RPF↓
Aldosteron ↑ Retensi Na+& H2O
8. Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat
kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolism
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah
pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya
terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus.
d) Pola aktivitas dan latihan
7
Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang
otot/nyeri otot
f) Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan
pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit.
Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak
kooperatif.
h) Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara.
i) Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa
pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak
stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
H. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.
2. Pemeriksaan integument
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan
maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus
terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke non hemoragik harus
bed rest 2-3 minggu
Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
8
Rambut: umumnya tidak ada kelainan.
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik
Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi
Leher: kaku kuduk jarang terjadi.
4. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan.
5. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
6. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.
7. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8. Pemeriksaan neurologi:
Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
Pemeriksaan motorik
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Pemeriksaan sensorik
Dapat terjadi hemihipestesi.
Pemeriksaan reflex
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.
9. Prioritas Keperawatan:
1) Meningkatkan perfusi serebri dan oksigenasi yang adekuat.
2) Mencegah dan meminimalkan komplikasi dan kelumpuhan permanen.
3) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
4) Memberikan dukungan terhadap proses mekanisme koping dan
mengintegrasikan perubahan konsep diri.
5) Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, pengobatan dan
kebutuhan rehabilitasi.
10. Tujuan Akhir keperawatan:
9
1) Meningkatnya fungsi serebral dan menurunnya defisit neurologis.
2) Mencegah/meminimalkan komplikasi.
3) Kebutuhan sehari-hari terpenuhi baik oleh dirinya maupun orang lain.
4) Mekanisme koping positip dan mampu merencanakan keadaan setelah sakit
5) Mengerti terhadap proses penyakit dan prognosis.
I. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH1 2 3 41 DS :
Klien mengatakan tubuhnya lemah.
Klien mengeluh tangan dan kaki kanannya masih agak kaku dan paresthesi (baal).
DO : Keadaan tubuh klien lemah. Kekuatan otot berkurang Terjadi kelemahan pada
extremitas.
Gangguan aliran darah otak
menyebabkan kerusakan neuromotorik
sehingga transmisi impuls
dari LMN tertanggu
Hal ini menyebabkan kelemahan otot secara
progresif
ketidakmampuan pergerakan sendi
kelamahan
mobilitas terganggu
Gangguan mobilitas fisik
2 DS : Klien mengeluh tidak bisa
tidur karena kepalanya terasa nyeri
DO : Klien tampak sering terjaga
dan memegang kepala. Klien tampak lesu, wajah
pucat Tampak lingkaran hitam
pada palpebra tensi, 160/100mmHg
Waktu kurang dari 6 jam/hari.
Nyeri kepala yang sangat
merangsang susunan saraf otot ROM mengaktifkan
norepinefrin
Sehingga saraf sintesis terangsang untuk memicu
RAS maktifkan kerja organ tubuh
REM menurun
klien terjaga
Gangguan pola tidur
Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
3 DS : Klien mengeluh kurang
nafsu makan Klien makannya lambat
DO : Klien tampak lambat
mengunyah dan menelan Porsi makan tidak habis Kehilangan sensasi kecap Klien lemah
Adanya kelemahan jaringan yang menekan area saraf di
korteks serebri
akan menyebabkan pada nervus kranilasi yang
mengenai nervus trigeminus, glasofaringeus, vagus.
sehingga kelemahan pada otot-otot yang digunakan
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
10
untuk menelan dan mengunyah serta penurunan
sesasi kecap
Intake nutrisi kurang4 DS :
Klien menanyakan tentang keadaan klien dan harapan untuk sembuh.
DO : Keluarga klien bertanya-
tanya kepada dokter dan perawat yang merawatnya.
Kurangnya informasi dan pengetahuan keluarga, klien
tentang penyakit stroke
merupakan stressor psikologis bagi keluarga dan klien
menimbulkan perasaan cemas
Gangguan rasa aman cemas
5 DS : Klien mengatakan mandi
dengan bantuan istri dan anaknya.
DO : Selama di rawat klien di
bantu bahkan kadang diseka oleh keluarganya.
Klien tampak kusam Kulit klien agak lengket Aktivitas klien dibantu oleh
keluarga
Kekurang mampuan klien untuk bergerak
adanya kelamahan otot
aktifitas klien terganggu
Defisit kebersihan diri
Defisit perawatan diri, resiko kerusakan integritas kulit.
6 DS : Klien mengatakan slit untuk
digerakan badan bagian kanan
DO : Klien bedrest Pungung teraba panas Punggung terlihat merah Klien selalu terlentang
Kelamahan pada sebagian badan
klien bedrest
imobilitas
Penekanan yang lama pada
daerah punggung dan bokong
suplai nutrisi dan O2 ke daerah tertekan berkurang
menimbulkan luka pada
daerah tertekan
Potensial gangguan integritas kulit pada bagian bokong dan area tertekan lainnya
J. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan jaringan otak
2. Gannguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
6. Potensial gangguan integritas kulit pada bagian bokong dan area tertekan lainnya
berhubungan dengan tirah baring lama
11
7. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral.
8. Gangguan persepsi sensori : perabaan yang berhubungan dengan penekanan pada
saraf sensori, penurunan penglihatan
9. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake cairan
yang tidak adekuat
10. Resiko tinggi terjadinya cedera berhubungan dengan penurunan luas lapang pandng,
penurunan sensasi rasa.
11. Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan penurunan
refleks batuk dan menelan.
12. Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi
13. Gangguan eliminasi urin (inkontinensia urin) yang berhubungan dengan penurunan
sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk berkomunikasi
14. Ketidakpatuhan terhadap regimen teurapeutik berhubungan dengan kurangnya
informasi, perubahan status kognitif.
15. Gannguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan sensori, penurunan
penglihatan.
16. Resiko penurunan pelaksanaan ibadah spiritual berhubungan dengan kelemahan
neuromuscular pada ekstremitas
17. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan perubahan status sosial, ekonomi,
dan harapan hidup.
18. Takut berhubungan dengan parahnya kondisi.
12
K. Intervensi
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUANPERENCANAAN
INTERVENSI RASIONAL1 2 3 4 51 Gangguan mobilisasi fisik
sehubungan dengan penurunan fungsi neuromotorik akibat kematian jaringan di otak (gangguan suplai darah otak) menyebabkan kematian jaringan DS : Klien mengatakan tubuhnya
lemah. Klien mengeluh tangan dan kaki
kanannya masih agak kaku dan paresthesi (baal).
DS Keadaan tubuh klien lemah. Klien mengatakan tangan dan
kaki kanan masih kaku dan parasthesi
DO : Keadaan tubuh lemah terdapat
keterbatasan gerak pada extremitas.
Kebutuhan mobilisasi fisik klien terpenuhi dengan kriteria :Jangka Panjang Tonus otot baik Kekuatan otot
meningkat.
Jangka Pendek Kelemahan pada
persendiaan yang lain tidak terjadi
Tidak terjadi atropi otot Posisi persendan letak
anatomis Extremitas tidak kaku
dan paras thesi
1. Bantu klien melakukan gerakan sendi secara pasif.
2. Lakukan latihan extremitas atas dan bawah
3. Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dengan memberi penyangga pada lekukan sendi.
4. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas dan beri pujian bila klien dapat melakukannya dengan baik dan anti spasmodik sesuai dengan program pengobatan.
1. Dengan melakukan gerakan sendi secara pasif dan latihan extremitas atas dan bawah, sirkulasi darah akan lancar dan melancarkan O2 di otak.
2. Dengan memotivasi klien agar pujian klien akan terus berlatih melakukan gerakan dan sendi-sendi tidak kaku.
3. Dengan kolaborasi dengan dokter diharapkan dapat mendapat obat-obatan untuk kesembuhannya selain latihan gerakan sendi.
2 Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur sehubungan dengan adanya nyeri kepala yang
Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi dengan kriteria :
1. Batasi aktifitas klien yang berat di luar latihan pergerakan (ROM)
1. Dengan membatasi latihan klien diharapkan tidak terjadi kontraktur
13
sangat.DS: Klien mengeluh tidak bisa tidur
karena kepalanya terasa nyeri
DO: Klien tampak sering terjaga dan
memegang kepala. Klien tampak lesu, wajah pucat Tampak lingkaran hitam pada
palpebra tensi, 160/100mmHg Waktu kurang dari 6 jam/hari.
Jangka Pendek Sakit kepala berkurang Klien dapat tidur
nyenyak (7-8jam/hari)
Jangka Panjang Kebutuhan istirahat dan
tidur terpenuhi Tidur siang 2-3 jam Tidur malam 7-8 jam
2. Latih dan anjutkan klien untuk melakukan teknik relaxasi
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang menjelang dan selama klin tidur
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain(dokter) untuk pemberian terapi analgetik.
otot dan sendi2. Dengan melakukan teknik
relaxasi diharapkan klien tenang dan dapat melancarkan sirkulasi O2
dan darah ke otak.3. Dengan menciptakan
lingkungan yang tenang misalnya teknik distraksi, mendengarkan musik sehingga klien dapat tidur dan merasa tenang.
3 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan melemahnya otot-otot yang digunakan untuk mengunyah dan menelan.
DS: Klien mengeluh kurang nafsu
makan Klien makannya lambat
DO: Klien tampak lambat
mengunyah dan menelan Porsi makan tidak habis Kehilangan sensasi kecap Klien lemah
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :Jangka Pendek Tanda-tanda mal nutrisi
tidak ada BB normal
Jangka Panjang Porsi makan bertambah
atau bisa habis 1 porsi Klien tidak lemah
1. Berikan makan sesuai diet sedikit secara perlahan.
2. Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi untuk pengaturan diet.
3. Timbang berat badan setiap satu minggu sekali untuk mengontrol asupan
1. Dengan memberikan makan sesuai diet rendah natrium dan colestrol membantu proses penyembuhan.
2. Kolaborasi dengan dokter dan ahli gizi membantu dan meringankan kerja otot-otot pengunyah dan menelan.
3. Dengan melakukan penimbangan, BB diketahui status nutrisi dan perkembangan kondisi tubuhnya.
4. Gangguan rasa aman cemas Gangguan rasa aman 1. Kaji pengetahuan 1. Dengan pengkajian
14
berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengetahuan keluarga tentang keadaan klien :
DS : Keluarga dan klien menanyakan
tentang keadaan penyakit dan kondisinya.
DO : Keluarga tampak bertanya-
tanya.
nyaman cemas teratasi dengan kriteria :Jangka Pendek Pengtahuan keluarga
dan klien tentang penyakitnya bertambah atau baik.
Kondisi klien membaik.
Jangka Panjang Keluarga mengetahui
kondisi klien
Keluarga menyadari dan menerima kondisi penyakit klien.
keluarga tentang penyakit klien dan beri rasa empati dan beri kesempatan kepada keluarga untuk mengekspresikan perasaannya
2. Beri penjelasan kepada keluarga tentang kondisi klien.
3. Libatkan keluarga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan program yang dilaksanakan.
4. Berikan support kepada klien dan keluarga dalam proses penyembuhan klien.
pengetahuan keluarga tentang penyakit klien tidak diharapkan kesalah pahaman tentang penyakit yang diderita, klien dan keluarga sedikitnya tahu apa yang terjadi dengan klien.
2. Dengan melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan di harapkan terwujudnya penatalaksaannya kekuatan yang baik antar perawat, keluarga dan klien.
3. Dengan memberikan support terhadap klien diharapkan klien mempunyai motivasi dan semangat untuk kesembuhaanya dan tabah dalam menghadapi kenyataan yang dialaminya.
5 Defisit perawatan diri sehubungan ketidakmampuan klien untuk bergerakDS : Klien mengatakan mandi
dengan bantuan istri dan anaknya.
Defisit perawatan diri teratasi dengan kriteria :Jangka Pendek Klien bisa mandi
dengan mandiri. Kulit klien tidak lengket Klien tampak segar
1. Observasi kebersihan klien
2. Menjelaskan manfaat pentingnya menjaga kebersihan diri klien
3. Anjurkan pada klien dan keluarga untuk mandi minimal 2xsehari.
1. Untuk mengetahui klien tentang kebersihan diri
2. Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang kebersihan diri.
3. Untuk menjaga kebersihan diri dan mengikutsertakan peran
15
DO : Selama di rawat klien di bantu
bahkan kadang diseka oleh keluarganya.
Klien tampak kusam Kulit klien agak lengket
Jangka Panjang Kulit klien tampak segar
dan berseri Keluarga dan klien dapat
menjaga kebersihan.
keluarga dalam merawat klien tentang kebersihan diri.
4. untuk membantu keluarga dan klien menjaga kebersihan diri.
6 Potensial gangguan integritas kulit sehubungan dengan penekanan area punggung dan bokong terus-menerus akibat tirah baring yang lama.DS : Klien mengatakan slit untuk
digerakan badan bagian kanan
DO : Klien bedrest Pungung teraba panas Punggung terlihat merah Klien selalu terlentang
Potensial ganggua integritas kulit teratasi dengan kriteria:Jangka Pendek Klien setelah
melakukan tindakan diharapkan
Area punggung dan bokong tidak teraba panas
Area punggung dan bokong tidak merah
Jangka Panjang Tidak terdapat tanda-
tanda dekubitus
1. Atur posisi klien tiap 2 jam sekali.
2. Massage daerah punggung dan bokong
3. Pertahankan alat tenun dan pakaian agar tetap kering, berih dan teratur.
4. Dorong klien untuk berlatih sendiri
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
1. Mengatur posisi akan mengurangi tekanan pada suatu daerah tertentu.
2. Untuk mengurangi rasa sakit.
3. Untuk memberikan rasa nyaman dan mencegah dekubitus.
4. Membantu memenuhi pemulihan kakunya dan meningkatkan kekuatan otot.
16
L. PENANGANAN STROKE
- Terapi modalitas
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan
apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat
penghancur bekuan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa
dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3
jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi
dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan
menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk
memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan
(misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu
biasanya tidak dilakukan pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan
atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa
yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita
stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang
sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk
mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus
kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya
luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan
darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan
suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin 2008, asuhan keperawatan dengan ganguan system persarafan,
Jakarta: salemba medika.