Download - Askep SC Serotinus
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan dimulai saat terjadi konsepsi dan berlangsung selama 40
minggu pada kehamilan normal. Banyak factor yang mempengaruhi kehamilan,
diantaranya adalah factor hormonal dan factor herediter. Faktor – factor ini dapat
menyebabkan terjadinya kehamilan post matur atau lebih sring disebut sebagai
Serotinus. Angka prevalensi serotinus di Indonesia cukup tinggi, apabila diambil
batas waktu 42 minggu, frekwensi serotinus di Indonesia adalah 10,4 – 12 %,
sedangkan bila diambil batas waktu 43 minggu, frekwensinya adalah 3,4 – 4 %.
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia sehingga sering
dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri dan distosia bahu. Untuk
mencegah hal ini, dibutuhkan penanganan khusus, salah satunya adalah dengan
operasi section Caesarea. Dalam makalah ini, akan dibahas tentang serotinus dan
penangananya melalui operasi section casarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SEROTINUS
A. Definisi
Serotinus adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42
minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia
kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus
uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 ).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan post matur belum diketahui dengan
jelas, namun diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
Masalah ibu:
Cervix belum matang
Kecemasan ibu
Persalinan traumatis
Hormonal
Factor herediter
Masalah bayi:
Kelainan pertumbuhan janin
Oligohidramnion.
C. Tanda dan Gejala
Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau
secara objektif kurang dari 10x / menit.
Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:
a. Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit menjadi kering, rapuh dan mudah terkelupas.
b. Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan
mekoneum ( kehijuan di kulit.
c. Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada
kuku, kulit dan tali pusat.
Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur.
Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur
Rambut kepala lebih tebal.
D. Pathways
E. Pemeriksaan Penunjang
a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas
plasenta.
b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
g. Pemeriksaan sitologi vagina.
F. Pengaruh terhadap ibu dan bayi
Ibu:
Persalinan postmatur dapat menuebabkan distosia karena kontraksi uterus
tidak terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering
dijumpai partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan
post partum yag mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas dan
mortalitas.
Bayi :
Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar
dari kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, biantaranya berat
janin bertambah, tetap atau berkurang,
G. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah
monitoring janin sebaik – baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan
dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
c. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik,
apabila sudah matang, boleh dilakukan induksi persalinan.
d. Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat
merugikan bayi, janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan
disproporsi cephalopelvix dan distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu
janin post matur lebih peka terhadap sedative dan narkosa.
e. Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada
keadaan onsufisiensi plasenta dengan keadaan cervix belum matang,
pembukaan belum lengkap, partus lama dan terjadi gawat janin,
primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi, hipertensi
menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.
SECTIO CAESAREA
A. Definisi
Cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerotomia untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
B. Jenis- jenis sectio caesarea
a. Abdomen ( Sectio Caesarea Abdominalis )
Sectio Caesarea Transperitonealis
1. Sectio Caesarea klasik atau corporal dengan insisi m,emanjang
pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uteri
kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
- Mengeluarkan janin lebih cepat
- Tidak menyebabkan komplikasi tertariknya vesica urinaria
- Sayatan bisa diperpanjang proximal atau distal.
Kekurangan
- Mudah terjadi penyebaran infeksi intra abdominal karena tidak
ada retroperitonealisasi yang baik.
- Sering terjadi rupture uteri pada persalinan berikutnya.
2. Sectio Caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim.
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang ( konkaf ) pada segmen
bawah rahim, kira – kira 10 cm.
Kelebihan:
- Penutupan luka lebih mudah.
- Penutupan luka dengan retroperitonealisasi yang baik.
- Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum.
- Perdarahan kurang.
- Kemungkinan terjadi rupture uteri spontan kurang / lebih kecil
daripada cara klasik.
Kekurangan:
- Luka dapat melebar ke kiri , ke kanan dan ke bawah sehingga
dapat menyebabkan arteri Uterina putus sehingga terjadi
pendarahan hebat.
- Keluhan pada vesica urinaria post operatif tinggi.
Sectio Caesarea Extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum
parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdomen.
b. Vagina (( Sectio Caesarea Vaginalis )
Menurut arah sayatan rahim, section caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
Sayatan memanjang ( longitudinal menurut Kronig.
Sayatan melintang ( transversal ) menurut Kerr.
Sayatan huruf T ( T incision )
C. Komplikasi
a. Infeksi puerperal ( nifas )
Ringan ditandai dengan adanya kenaikan suhu beberapa hari saja.
Sedang, ditandai dengan kenaikan suhu lebih tinggi, dehidrasi dan perut
kembung.
Berat, dengan peritonitis, sepsis atau ileus paralitik.
b. Pendarahan, disebabkan oleh:
Banyak pembuluh darah terputus.
Atonia uteri
Perdarahan pada plasental bed.
d. Luka Vesica Urinaria, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
retroperitonealisasi terlalu tinggi.
e. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
D. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian data utama klien
Identitas Klien
Status kehamilan
Riwayat kehamilan
Riwayat kesehatan
b. Pengkajian fungsional
Tinjauan ulang catatan prenatal dan intra operatif serta indikasi section
caesarea.
Sirkulasi : pucat, riwayat hipertensi, pendarahan ( 600 – 800 mL )
Integritas ego : gembira, marah, takut, pengalaman kelahiran.
Eliminasi: urine, bising usus.
Makanan / cairan : abdomen lunak, tidak ada distensi, nafsu makan, berat
badan, mual, muntah.
Neurosensori : kerusakan gerakan, tingkat anastesi
Nyeri : trauma bedah, nyeri penyerta, distensi vu, mulut kering.
Pernafasan : bunyi nafas
Keamanan : balutan abdomen, eritema, bengkak.
Seksualitas : Kontraksi fundus, letak, lochea
Aktivitras : kelelahan, kelemahan, malas.
c. Pengkajian lanjutan
Observasi tanda – tanda vital.
Pengkajian head to toe
d. Diagnosa keperawatan
Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan.
Resiko tinggi infeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi
Kerusakan integritas kulit b.d luka section caesarea.
Perubahan eliminasi urine b.d trauma mekanis, efek anastesi.
e. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d trauma pembedahan
Kriteria hasil:
Klien mampu mengidentifikasi dan mengatasi nyeri/ ketidaknyamanan dengan
tepat.
Klien mengungkapkan nyeri berkurang.
Klien relaks, mampu istirahat.
Intervensi
Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaknyamanan, perhatikan isyarat verbal
dan non verbal.
Monitor tanda – tanda vital
Ubah posisi klien, berikan tindakan kenyamanan dan posisi nyaman.
Ajarkan latihan nafas dalam.
Anjurkan ambullasi dini.
Kolaborasi pemberian analgesic.
2. Resiko tinggi infeeksi b.d penyembuhan jaringan belum terjadi.
Kriteria hasil :
Klien bebas dati tanda – tanda infeksi.
Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Pantau tanda – tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
Observasi proses penyembuhgan luka.
Pertahankan teknik aseptic pada perawatan luka.
Observasi terhadap adanya drainase.
Kolaborasi pemberian antibiotika sesuai indikasi.
Daftar Pustaka:
1. Cunningham. Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC,
1995.
2. Hamilton PM, Dasar – dasar keperawatan maternitas Ed 6, Jakarta : EGD.
1995.
3. Mansjoer, Arif, Kapita selekta kedokteran jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media
Aesculapius. 1999
4. Mochtar R. Sinopsis obstetric jilidf 1. Ed 2. Jakarta: EGC.1998
5. Dongoes, Moorhouse, Rencana perawatan maternal/ bayi Ed 1, Jakarta :
EGC 2001.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI
SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI SEROTINUS
DI IRNA B3 RUANG INTENSIF RSDK SEMARANG
A. PENGKAJIAN
Nama mahasiswa : Deasy Arisanti
Ruang : Intensif RSDK Semarang
Hari / Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2005 jam 08.30 WIB.
Data umum kesehatan:
1. Nama klien : Ny. A Umur : 24 tahun
2. Status Obstetri
No Tipe
persalinan
Berat badan
Lahir
Keadaan bayi
waktu lahir
Komplikasi
nifas
Umur
sekarang
1
2
Abortus
2,5 bulan
Sectio
Caesarea
3200 gram Sehat, Apgar
score 9-10-10
- 1 hari
3. Masalah kehamilan sekarang:
Kehamilan serotinus 42 minggu, oligohidramnion berat, obesitas
4. Riwayat persalinan sekarang
Klien rujukan dari SpOg dengan serotinus dan oligihidramnion.
Hari jumat, tanggal 19 Agustus 2005, klien merasa kenceng- kenceng
jarang, keluar lender darah, air ketuban belum keluar, gerak anak masih
dirasakan. Tanggal 21 Agustus 2005, klien dirujuk ke RSDK, dilakukan
pemeriksaan oleh dokter.Pemeriksaan luar, TFU 32 cm, TBJ 3100 gram,
DJJ 12-12-12. Letak janin intra uterin, anak 1, presentasi kepala puki, his
jarang. Permeriksaan dalam: VT : pembukaan 1 jari longgar, efisscemunt
25 %, bagian bawah kepala turun, H1, UUK belum jelas. Tanggal 22
Agustus 2005 jam 12.45
Dilakukan SCTP. Lahir bayi laki- laki, berat 3200 gram, APGAR Score 9-
10-10, keadaan bayi sehat.
5. Riwayat KB
Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
6. Rencana KB
Klien ingin menggunakan jenis kontrasepsi suntik.
Data post natal:
I. Tinjauan per sistem
A. Sistem Integumen
Turgor kulit baik, lembab, tidak terdapat luka. Bekas operasi kering.
B. Sistem Muskuloskeletal
Tonus otot baik, tidak tetrdapat kelemahan anggota gerak, oedema tidak
ada, reflek patologis tidak ada, reflek fisiologis normal, terpasang infuse
D5% 20 tts/ menit di tangan kiri.
C. Kepala dan leher
Kulit kepala bersih, rambut hitam lurus, tidak ada ketombe, tidak rontok.
Mata : konjungtiva palpebra tidak anemis, sklrea tidak ikterik.
Leher : Tidak terdapat poembesaran kelenjar lymfe dan thyroid.
D. Sistem Endokrin
Tidak terdapat riwayat penyakit Diabetes Mellitus dan penyakit endokrin lain.
E. Sistem Persyarafan
Visus mata baik, reflek cahaya positif, tidak terdapat gannguan pendengaran
dan gangguan menelan, dapat mengangkat bahu dan menggerakkan kepala.
F. Sistem Kardiovaskuler
I : Ictus Cordis tidak terlihat
Pa : Ictus Cordis teraba di 2 cm LMCS
Pe : Pekak
Au : tidak ada gallop
G. Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, suara nafas
vesikuler. Tidak ada wheezing.
H. Sistem Pencernaan
Bising usus 16cx/ menit, lemah, nyeri tekan perut bagian bawah, perut
membuncit, mual, tidak muntah, diet lunak, flatus ( + ).
I. Sistem Perkemihan
Klien terpasang DC kateter, warna kuning pekat, volume 24 Jam 500 cc
J. Sistem Reproduksi
Kebersihan vulva baik, lochea warna merah, jumlah moderat.
II. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum
Klien tampak sangat kesakitan sampai menangis, kesadaran
composmentis, klien berbaring lemah diatas tempat tidur, nyeri tekan
pada perut bagian bawah, terdapat luka operasi section caesarea
sepanjang 15 cm dengan 14 jahitan, keadaan luka kering, tertutup kain
kassa. Terpasang infuse D5% 20 tetes/ menit di trangan kiri, terpasang
kateter, urine kuning pekat, volume…….., klien belum bisa mobilisasi.
b. Tanda- tanda vital :
TD : 110/70 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37 0 C RR : 20 x/menit
c. Payudara
Kesan umum : Payudara membesar, simetris, areola hiperpigmentasi,
engorgement tidak ada, ASI belum keluar.
Putting susu : Besar, menonjol, ASI belum keluar, bersih.
d. Abdomen
Keadaan : lembek
Diastasis recti abdominalis : tidak ada
Fundus uteri
Tinggi : 2 jari dibawah pusat
Posisi : medial
Kontraksi : keras
e. Lochea
Jumlah : moderat ( ¼ pembalut tiap 2 jam )
Warna : merah
Konsistensi : Cair
Bau : normal, seperti darah menstruasi
f. Perineum
Keadaan : utuh, tidak terjadi rupture
Tanda REEDA : tidak ada
Kebersihan : bersih
Hemorrhoid : tidak ada
g. Ekstrimitas
Varises : tidak ada
Tanda Homan : tidak ada
III. Psikososial
a. Perubahan psikososial ibu
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya, sudah menyadari telah
menjadi ibu dan merasa bahagia walau harus melalui operasi.
b. Bonding Atachment
Klien belum bisa memberikan kasih saying secara langsung karena
keadaanya masih belum memungkinkan untuk turun dari tempat tidur
dan menyusui bayinya. Bayi tidak dapat dibawa menemui ibunya karena
masih dalam perawatan di ruang PBRT dengan indikasi atresia
membrane hidung.
c. Adaptasi perubahan peran ibu
Ibu belum bisa menggendong, menyusui dan mencium bayinya karena
keadaan klien dan bayinya belum memungkinkan.
IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium darah tanggal 22 Agustus 2005
Analyzer Hematologi:
Hemoglobin : 12,6 g% ( 13 – 16 )
Hematokrit : 36,3 % ( 35 – 45 )
Eritrosit : 4,19 jt/mmk ( 3,9 – 5,6 )
MCH : 36,20 pg ( 27 -32 )
MCV : 86,8 fl ( 76 – 96 )
MCHC : 34,8 g/dL ( 29 – 36 )
Leukosit : 11.20 rb / mmk ( 4,0 – 11,0 )
Trombosit : 286 rb/mmk ( 150 -400 )
Kimia Klinik
Urea : 22 mg / dL ( 15 – 39 )
Creatinin : 0,83 mg/ dL ( 0.6 – 1,3 )
Elektrolit
Natrium : 136 mmol/ L ( 136 – 145 )
Kalium : 3,7 mmol / L ( 3,5 – 5,1 )
Clorida : 112 mmol / L ( 98 – 107 )
Terapi obat:
Fardion 2x1 amp
Tradosik 1x sehari
Phospargin 1x sehari
Kesimpulan :
Klien Ny. A post partum hari I dengan tindakan sectio caesarea atas indikasi
serotinus, oligohidramnion. Sectio caesarea dengan tindakan SCTP (sectio
caesarea transperitoneal profunda) dengan jahitan subkutikular, panjang 15 cm, 14
jahitan, luka sudah kering. Klien masih lemah, ASI belum keluar, TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus kuar/keras, tidak ada komplikasi pada nifas.
K. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Problem
Selasa, 23 Agustus 2005 Terputusnya Gangguan rasa
1.
2.
3.
Data Subyektif :
- Klien mengatakan nyeri
pada luka operasi (skala nyeri
9).
- Klien mengatakan luka
operasi terasa perih.
Data Obyektif :
- Klien post operasi sectio
caesarea tanggal 22 Agustus
2005
- Terdapat luka bekas
operasi sectio caesarea.
- Luka tertutup kasa dalam
keadaan kering.
- Ekspresi wajah tegang.
- Klien menangis.
- Kotraksi kuat/keras.
Data subyektif : -
Data Obyektif :
- Terdapat luka insisi
pembedahan di perut dengan
jahutan subkutikular sepanjang
15 cm.
- Keadaan luka tertutup
kasa dan kering.
- Lekosit : 11,20 rb/mmk.
Data Subyektif :
- Klien mengatakan takut
bergerak karena sakit.
Data Obyektif :
kontinuitas
jaringan sekunder
terhadap luka post
operasi, kontraksi
uterus.
Trauna jaringan,
prosedur
pembedahan (luka
insisi).
Pembatasan gerak
terhadap tindakan
sectio caesarea
nyaman : nyeri.
Risiko tinggi
infeksi.
Intoleransi
aktivitas.
- Klien tiduran di tempat
tidur.
- Tampak perilaku berhati-
hati.
- Terpasang infuse D5 di
tangan kanan, terpasang kateter
L. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder terhadap luka post operasi, kontraksi uterus.
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauna jaringan, prosedur
pembedahan (luka insisi).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak terhadap
tindakan sectio caesarea.
M. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
Umur : 24 tahun
No. Tujuan Dan Kriteia Hasil Intervensi
1. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, nyeri
berkurang sampai dengan hilang,
dengan kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri
berkurang dengan skala 0-3 ( nyeri
ringan ).
- Klien tampak rileks, ekspresi
wajah tidak tegang.
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal (suhu : 36-37 o c, nadi : 80-
100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, TD
: 120/80 mmHg).
- Kaji skala nyeri, intensitas,
lokasi dan karakteristik nyeri.
- Ajarkan teknik relaksasi
(tarik napas panjang).
- Berikan penjelasan pada
klien tentang proses terjadinya
nyeri.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Beri posisi yang nyaman
bagi klien.
- Motivasi klien untuk
melakukan mobilisasi aktif.
- Monitor kontraksi uterus.
2.
3.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, tidak
terdapat tanda-tanda infeksi, dengan
kriteria hasil :
- Tidak timbul tanda-tanda
infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor,
functiolesa).
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal (suhu : 36-37 o c, nadi : 80-
100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, TD
: 120/80 mmHg).
- Lekosit dalam batas normal
(4,0-11,0 ribu/mmk).
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam, klien
bisa mentoleransi aktivitas, dengan
kriteria hasil :
- Klien mampu melakukan ADL
dengan sedikit bantuan.
- Klien dapat beraktivitas.
- Tanda-tanda vital dalam batas
normal (suhu : 36-37 o c, nadi : 80-
100 x/menit, RR : 16-24 x/menit, TD
: 120/80 mmHg).
- Kolaborasi pemberian
analgetik.
- Observasi luka terhadap
tanda-tanda infeksi.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Monitor hasil laboratorium.
- Lakukan perawatan dengan
teknih steril.
- Monitor TFU, lhochea.
- Kolaborasi pemberian
antibiotik.
- Anjurkan klien untuk
makan makanan yang bergizi
(TKTP).
- Kaji kemampuan klien
dalam beraktivitas.
- Ajarkan klien tentang
perlunya mobilisasi.
- Rencanakan kegiatan yang
akan dilakukan untuk memulai
latihan mobilisasi.
- Bantu klien dan libatkan
keluarga dalam memenuhi ADL.
- Monitor tanda-tanda vital.
N. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. A
Umur : 24 tahun
No. DP Waktu Implementasi Evaluasi
1. Selasa,
23
Agustus
2005.
08.30
- Mengkaji skala nyeri,
intensitas, lokasi dan
karakteristik nyeri.
R : Klien mengatakan perut
sakit sekali (skala 9).
- Mengajarkan teknik
relaksasi (tarik napas
panjang).
R : Klien tidak melakukan
napas panjang karena
masih terfokus pada
nyeri.
- Memberikan
penjelasan pada klien
tentang proses terjadinya
nyeri.
R : Klien tidak mendengarkan
- Memonitor tanda-
tanda vital.
R : suhu : 38,3 o c, nadi :88
x/menit, RR : 24 x/menit,
TD : 130/80 mmHg.
- Memberi posisi yang
nyaman bagi klien.
R : Klien tidur dalam posisi
supine.
- Memotivasi klien
untuk melakukan mobilisasi
aktif.
Pukul 13.30
S :
- Klien mengatakan
perut bagian bawah masih
terasa nyeri (skala 7).
- Nyeri seperti pedih.
O :
- Klien tampak tegang,
menangis.
- Suhu : 37 o c, nadi :88
x/menit, RR : 24 x/menit,
TD : 120/80 mmHg.
- Masuk injeksi
Tramadol 1 amp, Pospargin
1 amp.
- Klien tidur dalam
posisi supine.
- Kontraksi uterus
keras.
A :
- Masalah belum
teratasi. Nyeri masih ada
(skala 7).
P :
- Lanjutkan intervensi.
- Kaji skala nyeri,
intensitas, lokasi dan
karakteristik nyeri.
- Ajarkan teknik
2.
10.00
12.00
09.00
R : Klien tidak mendengarkan
- Memonitor kontraksi
uterus.
R : Kontraksi uterus keras.
- Kolaborasi pemberian
analgetik.
R : Klien mendapat injeksi
tramadol ekstra 1 amp.
-Memberikan injeksi
pospargin 1 amp.
- Mengkaji tanda-tanda
vital.
R : suhu : 37 o c, nadi :88
x/menit, RR : 24
x/menit, TD : 120/80
mmHg
- Mengobservasi luka
terhadap tanda-tanda
infeksi.
R : Luka tertutup kasa. Tidak
terdapat rembesan
darah/pus.
- Memonitor tanda-
tanda vital.
R : suhu : 37 o c, nadi :88
x/menit, RR : 24
x/menit, TD : 120/80
mmHg
- Memonitor hasil
relaksasi (tarik napas
panjang).
- Berikan penjelasan
pada klien tentang proses
terjadinya nyeri.
- Monitor tanda-tanda
vital.
- Beri posisi yang
nyaman bagi klien.
- Motivasi klien untuk
melakukan mobilisasi aktif.
- Monitor kontraksi
uterus.
- Kolaborasi pemberian
analgetik.
S : -
O :
- Luka kering, masih tertutup
kasa, tidak terdapat
rembesan darah/pus.
- Lhochea rubra, TFU 2 jari
di bawah pusat.
- Suhu : 37 o c, nadi :88
x/menit, RR : 24 x/menit,
TD : 120/80 mmHg.
- Klien mendapat diet
3. 12.00
laboratorium.
R : Tidak ada hasil
laboratorium terbaru.
- Memonitor TFU,
lhochea.
R : Lhochea rubra, TFU 2 jari
di bawah pusat.
- Menganjurkan klien
untuk makan makanan yang
bergizi (TKTP).
R : Klien mendapat diet cair.
Susu tidak diminum,
hanya minum air putih.
- Mengkaji kemampuan
klien dalam beraktivitas.
R : Klien belum dapat
beraktivitas (tiduran).
- Mengajarkan klien
tentang perlunya mobilisasi.
R : Klien tidak
memperhatikan.
- Membantu klien dan
libatkan keluarga dalam
cair. Klien hanya minum air
putih.
- Klien terpasang infus
D5% 20 tetes/menit.
A :
- Masalah belum teratasi.
Klien masih berisiko tinggi
terjadi infeksi.
P :
- Lanjutkan intervensi.
- Observasi luka
terhadap tanda-tanda
infeksi.
- Monitor tanda-tanda
vital.
- Monitor hasil
laboratorium.
- Lakukan perawatan
dengan teknih steril.
- Monitor TFU,
lhochea.
- Kolaborasi pemberian
antibiotik.
- Anjurkan klien untuk
makan makanan yang
bergizi (TKTP).
S :
- Klien mrngatakan
perut bagian bawah masih
terasa sakit sehingga takut
untuk bergerak.
memenuhi ADL.
R : Klien terpasang kateter.
Volume urine 150 cc.
- Memonitor tanda-
tanda vital.
R : suhu : 37 o c, nadi :88
x/menit, RR : 24
x/menit, TD : 120/80
mmHg.
O :
- Klien terus berbaring
supine.
- Suhu : 37 o c, nadi :88
x/menit, RR : 24 x/menit,
TD : 120/80 mmHg.
- Klien terpasang
kateter. Volume urine 200
cc.
A :
- Masalah belum
teratasi. Klien belum
mentoleransi aktivitas.
P :
- Lajutkan intervensi.
- Kaji kemampuan
klien dalam beraktivitas.
- Ajarkan klien tentang
perlunya mobilisasi.
- Rencanakan kegiatan
yang akan dilakukan untuk
memulai latihan mobilisasi.
- Bantu klien dan
libatkan keluarga dalam
memenuhi ADL.
- Monitor tanda-tanda
vital.