Download - Askep Lengkap DM
ASKEP NIDDM
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio dan spiritual yang
komprehensif serta ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Untuk mencapai hal tersebut
maka perlu adanya pengembangan tenaga keperawatan yang mampu mengikuti
perkembangan profesi keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi mempunyai otonomi dan dan keahlian serta pengawasan
terhadap pendidikan dan praktek keperawatan. Keperawatan merupakan suatu proses
yang dilaksanakan dengan tindakan terarah, berorientasi kepada masalah dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan ilmiah dengan dilandasi etika profesi. ( Dep Kes.
RI. 1991 : 4 )
Diabetes Melitus tipe II juga disebut Diabetes Melitus tidak tergantung insulin
( NIDDM ). Angka kejadiannya paling sering dibandingkan dengan Diabetes Melitus
tipe I. Hal ini dikarenakan pada Diabetes Melitus tipe II banyak disebabkan oleh
beberapa factor diantaranya yaitu adanya perubahan gaya hidup dalam mengkonsumsi
makanan sedangkan aktivitas fisik berkurang, sehingga menyebabkan kegemukan.
Diabetes mellitus tipe II dengan adanya kegemukan dapat menimbulkan komplikasi lebih
lanjut terhadap berbagai organ tubuh diantaranya ginjal, mata, jantung koroner,
pembuluh darah kaki dan pembuluh darah otak.
Bila dilihat dari permasalahannya klien dengan Diabetes Melitus memerlukan
pengobatan dan perawatan sedini mungkin dengan diet, latihan dan obat-obatan. Pada
umumnya klien dengan Diabetes Melitus menjadi rentan terhadap infeksi, dan infeksi
yang timbul terjadi karena kesulitan untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan
infeksi pada klien cenderung lebih berat. Disamping itu partisifasi klien seperti
menjalankan program diet dengan baik, olahraga dengan teratur, disertai dengan
pengetahuan yang memadai tentang penyakit Diabetes Melitus, akan sangat menunjang
dalam proses penyembuhan. Untuk itu memerlukan tindakan keperawatan, baik berupa
perawatan maupun pencegahan komplikasi. Dan ketidak epektifan kepatuhan
pengobatan memerlukan bimbingan dan penyuluhan yang epektif sehingga klien bisa
merubah gaya hidupnya dan mengikuti pengobatan dan perawatan lebih lanjut.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan NIDDM dengan
pendekatan proses keperawatan .
2. Tujuan khusus
Penulis dapat :
a. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan NIDDM + Gangren , mencakup analisa
data, menegakkan diagnosa keperawatan serta menentukan prioritas masalah.
b. Membuat rencana keperawatan guna mengatasi permasalahan yang muncul sesuai
dengan diagnosa keperawatan.
c. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
d. Mengevaluasi hasil asuhan keperwatan.
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan.
C. Metoda Penulisan
Metoda yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan dengan cara wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi, study dokumentasi dan study kepustakaan.
D. Sistematika penulisan
BAB I Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis
Meliputi konsep dasar yang terdiri dari : pengertian NIDDM, pengertian Gangren, anatomi
fisiologi pancreas dari tulang, etiologi, patofisiologi NIDDM, manajemen medik secara
umum, dampak terhadap system tubuh dan proses keperawatan yang terdiri dari :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB III Tinjauan kasus
Meliputi tinjauan kasus yang terdiri dari : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
BAB IV Penutup
Meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Konsep dasar
1. Pengertian
a. Pengertian NIDDM /DM Tipe II
Diabetes Melitus tipe II/ NIDDM adalah gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau
secara relative kekurangan insulin. ( Susan, M.T, 1998 )
NIDDM ini terjadi pada usia matur atau pertengahan meskipun pada semua tahapan
usia dapat terjadi. Disini factor lingkungan sangat berperan misalnya perubahan gaya
hidup dalam mengkonsumsi makanan sedangkan aktivitas berkurang sehingga
menyebabkan obesitas.
b. Pengertian Gangren
Gangren adalah sebagai nekrosis koagulativa, biasanya disebabkan oleh tidak adanya
suplai darah, disertai pertumbuhan bakteri-bakteri suprafit.
Dengan demikian maka gangren timbul pada jaringan nekrotik yang terbuka terhadap
bakteri yang hidup. Ini khususnya sering dijumpai pada ekstremitas. ( Sylvia A. 1993 :
23 )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gangrene NIDDM adalah kerusakan
makro vaskuler kejaringan akibat penyakit NIDDM yang tidak terkontrol.
2. Anatomi Pankreas
a. Pengertian Pankreas
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang, strukturnya mirip dengan
kelenjar ludah dan terletak retroperitoneal dalam abdomen bagian atas. Panjangnya +-15
cm mulai dari duodenum sampai limpa dan terdiri dari 3 bagian :
Kepala pancreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan didalam
lekukan duodenum yang paling praktis melingkarinya.
Badan pancreas merupakan bagian utama pada organ itu, letaknya dibelakang lambung
dan didepan vertebra lumbalis pertama.
Ekor pancreas adalah bagian yang runcing disebelah kiri yang sebenarnya menyentuh
limpa.
Pankreas mendapat darah dari arteri-arteri lien dan hepar dan dari arteri mesentrika
superior, duktus permekulafikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk kedalam
duodenum diampula vateri pancreas.
Pulau-pulau langerhans tersebar diseluruh pancreas dengan berat hanya 1-3% dari
berat total dengan jumlah semuanya diperkirakan antara 100.000 sampai 2.500.000 yang
terdiri dari 4 jenis sel yaitu :
Sel-sel A ( Alfa ) jumlahnya sekitar 20-40 % yang mensekresi glukagon.
Sel-sel B ( Beta ) jumlahnya sekitar 60-80 % yang mensekresi insulin.
Sel-sel D ( Delta ) jumlahnya sekitar 1-15 % yang mensekresi somatostatin.
Sel-sel F yang mensekresi poli peptida pancreas.
Pankreas memiliki 2 fungsi yaitu :
Fungsi Eksokrin
Pankreas berfungsi untuk mensekresi enzim-enzim pencernaan melalui saluran ke
duodenum.
Fungsi Endokrin
Pankreas berfungsi untuk mengatur system melalui mekanisme pemgaturan gula darah
antara lain hormone insulin, glukogen, somatostatin.
1) Insulin
Insulin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel beta pancreas yang berfungsi dalam
mentranspor glukosa melewati sel.
Pengaruhnya yang lain adalah mengubah permeabilitas membrane sel untuk
mempermudah pemasukan glukosa, asam lemak bebas dan asam amino.
Insulin juga berperan sebagai katalisator untuk menstimulasi enzim-enzim dan proses
kimia dalam memproduksi energi. Kekurangan ansulin akan menghambat transport
glukosa, sehingga glukosa tidak bisa melewati membrane sel akibatnya glukosa banyak
terdapat pada darah dan terjadi hiperglikemi. Akibat hiperglikemi maka osmolalitas
plasma meningkat timbul osmotic diuretic sehingga terjadi poliuri, bila hal ini terus
terjadi akan menimbulkan dehidrasi dan hipovolemi akibatnya timbul gejala polidipsi.
Akibat lain dari glukosa yang tidak bisa melewati membrane sel.
2) Glukagon
Glukagon adalah suatu hormone yang disekresi olleh sel-sel dipulau langerhans.
Prinsip kerja glukagon bersifat glukogenolitik, gliko genolisis dan lipolisis meningkatkan
gula darah dengan merangsang saluran sekresi dalam sel-sel hati. Adenilar sukorase
cenderung mengaktifkan pemecahan fasfalirase, oleh karena itu dapat mengakibatkan
pemecahan glikogen, glukagon juga merangsang sekresi growth hormone, dan
somatostatin pancreas.
3) Pengertian metabolisme
Metabolisme adalah merupakan bagian akhir dari penggunaan zat makanan dalam
tubuh. Proses metabolisme meliputi semua perubahan secara kimia yang dialami nutrisi
mulai dari absorbsi sampai dieksresikan oleh tubuh. ( Barbara KOzier, Fundamental of
Nursing Consept and prosedur )
Reaksi insulin terhadap metabolisme dalam tubuh manusia terhadap karbohidrat,
lipid dan protein adalah :
a. Metabolisme karbohidrat
Efek insulin atas metabolisme karbohidrat segera setelah banyak karbohidrat,
glukosa yang diabsorbsi kedalam darah menyebabkan sekresi insulin yang cepat.
Sebaliknya insulin menyebabkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang
cepat oleh hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama oleh liper, otot dan jaringan
lemak.
Mekanisme insulin menyebabkan ambilan dan penyimpanan glukosa didalam
hati, meliputi beberapa langkah :
Insulin yang menghambat fasforilase enzim yang menyebabkan glukogen hati dipecah
menjadi glukosa.
Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah sel-sel hati, ini terjadi dengan
meningkatkan aktivitas enzim glukokinase, yaitu enzim yang menywebabkan fasfarilase
awal glukosa setelah berdifusi kedalam sel-sel hati, karena glukosa yang telah
terfasforilase tidak dapat berdifusi kembali melalui membrane sel.
Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan sintesa glikagon.
b. Metabolisme lemak
Dalam metabolisme lemak insulin meningkatkan sintesa asam lemak, ini terjadi
didalam sel hati dan kemudian asam lemak di transper keadifosa dan disimpan,
sedangkan sebagian kecil disintesa didalam sel lemak itu sendiri, sedangkan factor yang
menyebabkan peningkatan sintesa asam lemak didalam hati meliputi :
Insulin menghambat kerja lipase yang sensitive hormone, karena ia merupakan enzim
yang menyebabkan hidrolisis trigliserida didalam sel lemak sehingga pelepasan sel
lemak kedalam yang bersinkronisasi terhambat.
Insulin meningkatkan transper kedalam sel-sel lemak dan jalan yang sama seperti ia
meningkatkan transport glukosa kedalam sel-sel otot. Sehingga bila insulin tak tersedia
untuk meninggalkan masukan glukosa kedalam sel-sel lemak, maka penyimpanan sangat
terhambat.
c. Metabolisme protein
Selama beberapa jam setelah makan bila tersedia zat-zat gizi dalam jumlah
berlebihan didalam darah yang bersirkulasi, tak hanya karbohidrat dan lemak, tetapi
protein juga disimpan didalam jaringan. Beberapa fakta yang diketahui adalah :
Insulin menyebabkan transport aktif banyak asam amino kedalam sel-sel, jadi insulin
bersama hormone pertumbuhan mempunyai kesanggupan meningkatkan ambilan asam
amino kedalam sel-sel.
Insulin langsung mempengaruhi ribosom untuk meningkatkan translasi messenger RNA.
Jadi pembentukan protein baru.
Dalam jangka lebih lama insulin juga meningkatkan kecepatan transkipsi DNA didalam
nucleolus sel, jadi meningkatkan jumlah RNA.
Insulin juga menghambat katabolisme protein, jadi menurunkan kecepayan pelepasan
asam anino dari sel-sel terutama sel otot.
Didalam sel hati, jumlah besar insulin menekan kecepatan glukoneogenesis dengan
menurunkan aktivitas enzim yang meningkatkan glukoneogenesis. Karena zat yang
terbanyak digunakan untuk sintesis glukosa dengan proses glukoneogenesis adalah asam
amino plasma, maka supresi glukoneogenesis itu menghemat asam amino.
3. Anatomi Tulang Tibia
a. Tulang Tibia
Tulang adalah suatu jaringan yang membentuk yang menghasilakn sel-sel darah merah
dan menyediakan mineral, partikel kalsium dan posfor. ( Tompson 1993 : 349 )
Sedangkan tulang tibia atau tulang kering merupakan kerangka utama dari tungkai
bawah dan terletak medial dari fibula, tulang tibia terdiri dari :
Ujung atas
Ujung atas akan memperlihatkan adanya kondil medial dan kondil lateral. Kondil-
kondil ini merupakan bagian yang paling atas dan paling pinggir dari tulang. Permukaan
superiornya memperlihatkan dua dataran permukaan persendian untuk femur dalam
formasi sendi lutut. Permukaan permukaan tersebut halus dan diatas permukaannya yang
datar terdapat tulang rawan semilunar ( setengah bulan ) yang membuat persendian lebih
dalam untuk penerimaan kondil femur. KOndil lateral memperlihatkan posterior sebuah
faset untuk persendian dengan kepala fibula pada sendi tibi fibular superior tuberkel dan
tibia ada disebelah depan tepat dibawah kondil-kondil ini, bagian depan memberi kaitan
kepada tendon patella yaitu tendon dari insersi otot ekstensor kwardisep. Bagian bawah
dari tuberkel itu adalah subkutanus dan sewaktu berlutut menyangga berat badan.
4. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus belum ditemukan secara pasti karena disebabkan oleh
berbagai factor.
Diabetes Melitus dapat dibagi kedalam 2 golongan besar, yaitu :
a. Faktor genetic
1. Kembar identik
2. Faktor genetic
b. Faktor non genetic
Infeksi
Nutrisi
Stress
Obat-obatan
Penyakit endokrin ( hormone )
Penyakit-penyakit pankreas
Selain hal tersebut diatas, penyebab Diabetes Melitus dapat digabungkan dari
kedua kelompok yang keduanya memperkuat Diabetes mellitus.
5. Patofisiologi
Kelainan metabolic yang terjadi pada obesitas tampaknya berhubungan dengan
besarnya lapisan lemak dan semua gangguan metabolic yaitu penambahan lapisan lemak
yang dapat menjadi normal dengan pengurangan berat badan.
Obesitas lebih banyak menyebabkan NIDDM daripada IDDM sebagian penderita
berusia 45 tahun dan sekitar 15 % pada awal diagnosa ditemukan dalam keadaan gemuk,
tetapi kemudian akan mengalami penurunan berat badan.
Kegemukan merupakan keadaan dimana intake kalori berlebih dan sebagian
besar membentuk lemak, sehingga terjadi defisiensi karbohidrat karena terjadi gangguan
konvensi lemak pada membrane sel sehingga mengganggu transport glukosa dan
menimbulkan kerusakan atau efek selular, yang kemudian menghambat metabolisme
glukosa intrasel, gangguan tersebut terjadi pula pada membrane sel dimana terletak
reseptor insulin bekerja, jika gangguan ini terjadi pada sel-sel pancreas maka akan terjadi
hambatan atau penurunan kemampuan menghasilkan insulin sehingga terjadi defisiensi
insulin.
Jika metabolisme terganggu maka daya tahan tubuh terhadap factor luar seperti
infeksi, terutama adanya odeme gesekan dan tekanan menurun sehingga mudah terjadi
luka atau gangguan integritas kulit bisa disebabkan oleh penumpukan sorbital,
penumpukan sorbital mengakibatkan kerusakan dan perubahan fungsi syaraf sehingga
terjadi penurunan sensasi seperti baal-baal atau kesemutan. Hal tersebut menyebabkan
trauma, tidak terasa nyeri baik mekanis, termis atau kimiawi.
Defisiensi insulin menyebabkan terjadinya pemecahan lemak bebas dalam
peredaran darah dan bila hati tidak bisa mengabsorbsi lemak bebas maka akan
membentuk benda-benda keton. Selain itu dari pemecahan lemak dapat terjadi
peningkatan BUN dan formasi glukosa baru. Formasi glukosa baru menyebabkan
terjadinya hiperglikemi.
Defisiensi insulin menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa, sehingga
terjadi hiperglikemi terjadi peningkatan viskositas darah keperifer kekurangan oksigen
dan nutrisi, hal tersebut menyebabkan metabolisme terganggu. Hiperglikemi
menyebabkan diuresis osmosis sehingga terjadi insufisiensi ginjal menimbulkan
hiperosmolalitas berat dan terjadi dehidrasi intra selular. Selain itu diuresis osmotic
dapat menyebabkan hipoksia jaringan tersebut dan bisa menimbulkan terjadinya koma.
Kalau hiperglikeminya parah dan melebihi ambang ginjal bagi zat tersebut, maka terjadi
glukosuria, glukosuria ini dapat mengakibatkan diuresis osmotic yang meningkatkan
pengeluaran urine ( poliuria ) dan timbul rasa haus ( polidipsi ) karena glukosa hilang
bersama urine. Maka pasien memderita keseimbangan kalori negative dan berat badan
berkurang, rasa lapar yang semakin besar ( poliphagia ) mungkin akan timbul sebagai
akibat kehilangan kalori. Klien lemah dan mengantuk. Infeksi saluran kemih paling
sering penyebabnya adalah E. Coli dan streptokokus sedangkan jamur pathogen adalah
kandida. Infeksi denagn jamur mungkin disebabkan oleh konsentrasi glukosa urine
yang pekat. Neurogenik blader akibat neuropati menyebabkan sisa urine dalam kandung
kemih yang merupakan penyebab infeksi, diperlukan kateterisasi dan menyebabkan
gangguan pola eliminasi BAK.
Berkurangnya ambilan asam amino oleh sel meningkatkan glukoneogenesis sehingga
terjadi hiperglikemi, therapy insulin yang tidak adekuat terhadap intake nutrisi
menyebabkan peningkatan kerja insulin dengan mengikatkan dirinya pada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu terjadi reaksi interseluler yang meningkatkan transport
glukosa menembus membrane sel, hal ini menyebbakan terjadinya hipoglikemi.
Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan penumpukan sorbitol dan lemak
pada tunika intima, sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan. Jika hal ini
terjadi maka suplai O2 dan nutrisi akan berkurang kejaringan dan terjadilah infark pada
jaringan yang dituju, apabila mengenai pembuluh darah periper akan menimbulkan efek
penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma.
6. Dampak Defisiensi Insulin terhadap system tubuh
Defisiensi insulin mempengaruhi metabolisme tubuh yang berdampak terhadap
system tubuh yaitu :
a. Dampak terhadap fisik
1) Sistem endokrin
Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan nutrisi kejaringan
sehingga swell-sel kekurangan glukosa yang menimbulkan :
a. Sel kekurangan glukosa untuk proses metabolisme dan penurunan penggunaan dan
aktivitas gluosa dalam sel akan merangsang pusat lapar
b. Penurunan penggunaan protein dan glukosa oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan
c. Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
proses ini menghasilkan benda-benda keton yang disebabkan hati yang tidak mampu
menetralisir lemak. Penumpukan asam lemak ini akan mengiritasi memperoleh
peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan gangguan system ini
berdampak terhadap gangguan kebutuhan nutrisi
2 ) Sistem Kardiovaskuler
Peningkatan kadar glukosa darah akan mengakibatkan penumpukan sorbitol dan
lemak pada tunika intima sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan. Jika hal
ini terjadi maka suplai O2 dan nutrisi akan berkurang kejaringan dan terjadilah infark
pada jaringan yang dituju, apabila mengenai pembuluh darah perifer akan menimbulkan
efek penurunan sensasi sehingga akan terjadi gangrene ekstremitas bila terjadi trauma.
Dan jika terjadi pada arteri jantung akan menyebabkan angina pectoris dan akut miokard
imfark.
3 ) Sistem pencernaan
Defisiensi insulin menyebabkan kegagalan dalam pemasukan glukosa kejaringan
sehingga sel-sel kekurangan glukosa. Proses kekurangan glukosa intra sel
menimbulkan :
Peningkatan penggunan protein dan glukogen oleh jaringan sehingga menyebabkan
penurunan berat badan.
Pembongkaran lemak dan cadangan protein untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Hal ini akan diperberat oleh peningkatan sekresi asam lambung sehingga menimbulkan
perasaan mual, muntah.
Peningkatan transport glukosa untuk proses metabolisme. Penurunan penggunaan dan
aktivitas glukosa dalam sel akan merangsang pusat makan dibagian lateral
hypothalamus, sehingga timbul peningkatan perasaan lapar ( poliphagi )
4 ) Sistem perkemihan
Kekurangan pemasukan glukosa kedalam sel menyebabkan peningkatan volume
extra sel sehingga terjadi peningkatan osmolalitas sel yang akan merangsang
hypothalamus untuk mengsekresikan ADH dan merangsang pusat haus di bagian lateral.
Pada fase ini klien akan merasakan haus dan penurunan produksi urine sehingga volume
cairan extra sel bertambah. Peningkatan volume cairan akan menyebabkan konsentrasi
extra sel menurun sehingga cairan intra sel menurun. Penurunan volume intra sel
merangsang volume reseptor diHipothalamus untuk menekan sekresi ADH sehingga
terjadi peningkatan kadar gula darah melebihi ambang ginjal. Diuresis osmotic akan
mempercepat pengisian vesika urinaria sehingga merangsang keinginan berkemih
( poliuri ) dan kondisi ini bertambah pada mlam hari karena terjadi vasokonstriksi akibat
penurunan suhu sehingga timbul nokturi. Selain itu gangguan system perkemihan juga
terjadi akibat adanya kerusakan ginjal ( netropati ) hal ini disebabkan adanya penurunan
perfusi kedaerah ginjal.
Gangguan ini dapat berdampak :
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan pola eliminasi BAK
Perubahan pola istirahat tidur
5 ) Sistem Muskuloskeletal
Defisiensi insulin menghambat transportasi glukosa kesel-sel dalam jaringan
tubuh yang menyebabkan sel kelaparan dan terjadi peningkatan glukosa dalam darah
menyebabkan hambatan dalam perfusi ke jaringan yang mengakibatkan jaringan kurang
mendapat O2 dan nutrisi.
Penurunan transport glukosa kesel dan penurunan O2 dan nutrisi kesel menyebabkan sel
kekurangan bahan untuk metabolisme sehingga energi yang dihasilkan berkurang yang
berdampak timbulnya kelemahan. Selain itu defisiensi insulin menyebabkan penurunan
jumlah sintesa glikogen dalam otot serta peningkatan metabolisme protein yang berguna
untuk pertumbuhan sel-sel tubuh.
Dampak terhadap kebutuhan dasar manusia :
Gangguan pemenuhan aktivitas
Resiko terjadi kecelakaan
6 ) Sistem Integumen
Defisiensi insulin dapat berdampak pada integritas kulit yang bisa disebabkan
oleh neuropati diabetes dan angiopati diabetes , angiopati diabetes akan menyebabkan
peurunan sensasi sehingga pengontrolan terhadap trauma mekanis, termis dan kimia
menurun, hal ini akan memudahkan terkena luka yang mengancam keutuhan kulit
sedangkan teori yang lain mendasari kerusakan kulit adanya kerusakan membrane basalis
yang terjadi akibat adanya penumpukan endapan lipoprotein sehingga menyebabkan
kebocoran protein dan butir-butir darah.
Pertahanan dan perfusi jaringan menurun dengan akibat kulit mudah infeksi, luka sukar
sembuh, mudah selulit gangrene. Dampaknya :
Gangguan rasa nyaman nyeri dan gatal
Gangguan integritas kulit
Gangguan konsep diri
7 ) Sistem Persyarafan
Defisiensi insulin menumbulkan hambatan, pemasukan glukosa kedalam sel
termasuk sel-sel syaraf, sehingga mengganggu proses metabolisme sel syaraf. Akibat
kekurangan glukosa sebagai bahan metabolisme maka sel akan menggunakan cadangan
protein. Hal ini mengakibatkan sel kekurangan protein, akan mempengaruhi
pembentukan myelin yang berfungsi untuk menghantarkan impuls pada akson, selain itu
akan menyebabkan kerusakan akson tidak dapat mengantarkan impuls dengan sempurna
selain kekurangan protein, kegagalan metabolisme sel saraf dapat menyebabkan
hambatan dalam konduksi saraf dan polarisasi membrane akibat penurunan ATP.
Perubahan-perubahan diatas menyebabkan gangguan polineropatik perifer yang ditandai
kurangnya sensasi apda ujung-ujung ekstremitas bawah.
Dampaknya :
Potensial terjadi kecelakaan
Resiko terjadi infeksi
8 ) Sistem Reproduksi
Defisiensi insulin dapat menyebabkan terjadinya impotensi pada laki-laki dan
penurunan libido pada wanita. Hal ini disebabkan oleh adanya hambatan pengikatan
ekstra diar pada gugus protein akibat kegagalan metabolisme protein. Pada wanita sering
juga terdapat keluhan keputihan disebabkan infeksi kandida.
Dampaknya :
Gangguan pemenuhan kebutuhan seksual
9 ) Sistem Pancaindra
Hiperglikemi akan mengakibatkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu yang dapat mentranspor glikosa tanpa memerlukan insulin, glukosa
yang berlebihan ini tidak bermetabolisme habis secara normal melalui glukolisis tetapi
sebagian dengan pertolongan enzim aldose reduktase atau diubah menjadi sorbitol.
Sorbitol akan bertumpuk dalam jaringan / sel tersebut, sehingga menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi. Teori ini mendasari kelainan diabetes mellitus pada mata dengan
adanya retinopati, selain itu pada penderita DM bisa ditemukan adanya katarak, hal ini
disebabkan pengendapan lipoprotein pada lensa mata, kelainan ini berdampak :
Gangguan penurunan sensori ; penglihatan
Resiko terhadap cedera
b. Dampak terhadap psikologis
Klien yang mengalami defisiensi yang kronik akan mempengaruhi psikologisnya,
respon psikologis bervariasi tergantung koping yang dimiliki klien. Umumnya klien
merasa bosan denagn program pengobatan yang lama serta harus menyesuaikan denagn
pembatasan- pembatasan makanan yang diberikan.
c. Dampak terhadap social
Dari keterbatasan makanan, kelemahan tubuhnya dalam melaksanakan aktivitas dan
penampilan keadaan tubuhnya pada klien dengan gangguan defisiensi ini akan
mengakibatkan klien untuk menarik diri dan mengurangi interaksi social.
d. Dampak terhadap Spiritual
Pada klien yang mengalami DM akan merasa bosan pada program pengobatan dan
pembatasan makanan yang diberikan serta ketidak berdayaan akibat kelemahan tubuhnya
maka dapat mengakibatkan klien menjadi putus asa tidak semangat untuk hidup.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik,
mental, social dan lingkungan ( Nasrul Efendi 1995 : 19 )
Langkah- langkah pengkajian meliputi :
a. Pengumpulan data
1 ) Identitas
a) Identitas klien yaitu :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status marital,
nomor medrek, tanggal masuk RS dan alamat.
b) Identitas penanggung jawab
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama yang sering dirasakan pada klien dengan gangguan kebutuhan
metabolisme akan didapatkan keluhan sering kencing, banyak minum, berat badan
menurun, badan terasa lemah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Kaji tentang proses perjalanan penyakit sampai timbulnya keluhan, factor apa yang
memperberat dan memperingan keluhan, kwalitas dari keluhan dan bagaimana cara klien
menggambarkan apa yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semuanya digambarkan
dengan PQRST.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya dengan penyakit
keturunan serta kebiasaan gaya hidup, misalnya pola makan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
3) Pemeriksaan fisik
a. Sistem pencernaan
Pada umumnya respirasi normal kecuali bila terjadi ketoasidosis dan akan didapat irama
nafas dalam, cepat dan berbau acetone
b. Sistem kardiovaskular
Pada kondisi tertentu dapat ditemukan riwayat hipertensi, terdapat luka pada kaki,
penyembuhan lambat, perubahan tekanan darah, tachikardi, tekanan vena jugularis
meningkat, terjadi atherosclerosis yang dapat terbentuk baik pembuluh darah besar
maupun kecil.
c. Sistem pencernaan
Biasanya ditemukan perasaan mual, konstipasi, atau banyak makan karena merasa lapar,
banyak minum karena penurunan berat badan.
d. Sistem perkemihan
Pada kondisi tertentu adanya perubahan pola BAK, perut tegang / adanya diare, urine
pekat, urine keruh dan berbau aseton.
e. Sistem endokrin
Pada umumnya akan didapatkan perubahan pada bentuk muka ( moon face ) kelenjar
tyroid membesar, cepat lelah, hasil laboratorium gula darah meningkat.
f. Sistem muskuloskeletal
Pada kondisi tertentu dapat ditemukan adanya rasa lemas, letih, kesulitan dalam
pergerakan, kram otot, penurunan tonus otot yang mengakibatkan sulit melakukan
aktivitas dan adanya luka pada kaki.
g. Sistem integumen
Akan didapatkan keluhan gatal-gatal, turgor menurun, lecet atau luka, warna kulit
menjadi hitam, adanya penurunan suhu tubuh, kulit kering.
4 ) Data psikososial
Pengkajian perlu diarahkan pada tanggapan klien terhadap penyakitnya, apakah ada
perasaan khawatir, cemas, takut juga konsep diri atau body image serta bagaimana
sosialisasi dengan lingkungannya.
5 ) Data spiritual
Bagaimana pandangan klien atau keyakinan klien terhadap sakit / penyakit yang
dideritanya diakitkan dengan kepercayaan agama yang dianut dan bagaiman a ketaatan
klien untuk menjalankan kewajibannya pada agama selama sakit.
6 ) Pemeriksaan diagnostic
Pada penemuan data laboratorium akan didapatkan adanya :
Gula darah meningkat 100-200 mg /dl
Aseton plasma ( keton ) 1 : positif secara mencolok
Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol mengalami peningkatan
Elektrolit :
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan
Trombosit : hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi )
Ureum / kreatinin : meningkat / normal
2. Diagnosa keperawatan dan Rencana keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah hasil kesimpulan berdasarkan data yang telah
disimpulkan dengan respon klien terhadap masalah yang dihadapi.
Perencanaan adalah kegiatan yang direncanakan perawat dalam membantu klien
memecahkan masalah yang dihadapinya. Dimana perencanaan terdiri dari tujuan,
intervensi dan rasional.
Berikut ini beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
dengan gangguan system endokrin berhubungan dengan defisiensi insulin.
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan :
Diuresis osmotik ( dari hiperglikemi )
Kehilangan gastric berlebihan : diare, muntah
Tujuan
1 ) Jangka panjang : diharapkan hidrasi klien adekuat
2 ) Jangka pendek : diharapkan intake dan output seimbang
Kriteria evaluasi : hidrasi adekuat, dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dappat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluan urine tepat secara individu dan
kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Dapatkan riwayat klien orang terdekat
sehubungan dengan lamanya /
intensitas dari gejala seperti muntah,
pengeluaran urine yang sangat
berlebihan
Pantau tanda-tanda vital, catat ada
Membantu dalam memperkirakan
kekurangan volume total. Tanda dan
gejala mungkin sudah ada pada
beberapa waktu sebelumnya
Hipovolemi dapat dimanifestasikan oleh
perubahan ortostatik
Pantau pola nafas seperti adanya
pernafasan kusmaul atau pernafasan
yang berbau keton
Frekwensi dan kwalitas pernafasan
penggunaan otot Bantu pernafasan
dan adanya periode apnoe dan
munculnya sianosis
Observasi suhu, warna kulit atau
kelembabannya
Kolaborasi therapy cairan sesuai
dengan indikasi
Pantau pemasukan dan catat berat jenis
urine
Catat hal-hal seperti mual, nyeri
abdomen, muntah dan distensi
lambung
hiotensi dan tachikardi
Paru-paru mengeluarkan asam karbonat
melalui pernafasan yang menghasilkan
kompensasi alkalosis
Koreksi hiperglikemi dan asidois akan
menyebabkan pola dan frekwensi
pernafasan mendekati normal
Meskipun demam, menggigil dan
diaporesis merupakan hal umum
terjadinya infeksi, demam dengan kulit
kemerahan, kering mungkin sebagai
cerminan dari dehidrasi
Tipe dan jumlah cairan tergantung pada
derajat kekurangan caran dan respon
pasien secara individual
Memberikan perkiraan kebutuhan akan
cairan pengganti fungsi ginjal dan
keefektivan dan therapy yang
diberikan
Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah motilitas lambung yang
seringkali akan menimbulkan muntah
dan secara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan atau
elektrolit
b. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :
Ketidak cukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan
mengakibatkan peningakatan metabolisme protein / lemak.
Penurunan masukan oral, anoreksia, mual munatah, lambung penuh, nyeri abdomen,
perubahan kesadaran.
Tujuan :
1 ) Jangka panjang : kebutuhan nutrisi terpenuhi
2 ) Jangka pendek : Asupan nutrisi adekuat
Kriteria evaluasi : - mencerna jumlah kalori nutrisi yang tepat
- Nilai pemeriksaan laboratorium normal
- Menunjukkan tingkat energi biasanya
Intervensi Rasional
Timbang BB setiap hari atau sesuai
indikasi
Tentkan program diet dan pola makan
pasien dan bandingkan dengan yang
dapat dihabiskan pasien
Libatkan keluarga klien pada
perencanaaan makan sesuai indikasi
Observasi tanda-tanda hipoglikemi
seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab atau dingin, denyut nadi
cepat, lapar, peka rangsang
Berikan therapy insulin secara teratur
Pantau pemeriksaan laboratorium
seperti : glukosa darah, aseton, pH
dan HCO3
Lakukan konsultasi dengan ahli gizi
Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat
Mengidentifikasi kekurangan dan
penyimpanan dari kebutuhan
therapeutic
Memberikan informasi pada keluarga
untuk memahami kebutuhan nutrisi
klien
Karena metabolisme karbohidrat mulai
terjadi, gula darah akan berkurang
Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sementara insulin
tetap diberikan sehingga hipoglikemi
dapat terjadi
Insulin regular memiliki awitan cepat
dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memisahkan glukosa
kedalam sel.
Gula darah akan menurun perlahan
dengan penggantian cairan dan therapy
insulin terkontrol
Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuian diet untuk memenuhi
kebutuhsn nutrisi
c. Kelelahan berhubungan dengan
Penurunana produksi energi metabulik
Perubahan kimia darah, insupisiensi insulin
Peningkanan kebutuhan energi ; status hipermetabolik infeksi
Tujuan
1) Jangka panjang : Klien lebih segar
2) Jangka pendek : Klien mampu memperlihatkan kemampuan untuk ikut serta
dalam aktifitas
Kriteria evaluasi
Mengungkapkan peningkatan energi
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas yang
diinginkan
INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan dengan klien kebutuhan
akan aktivitas buat jadwal
perencanaan dengan klien dan
identifikasikan aktivitas yang
menimbulkan kelelahan
Berikan aktivitras alternatif dengan
periode istirahat yang cukup tanpa
gangguan
Pantau nadi, frekuensi peernapasan dan
tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktifitas
Diskusikan dengan cara menghemat
kalori selama mandi, berpindah
tampat dan sebagainya
Tingkatkan partisipasi klien dalam
melukan aktivitas sehari-hari sesuai
dengan yang dapat ditoleransi
Pendidikan dapat memberikan motivasi
untuk meningkatkan tingkat aktifitas
meskipun pasien mungkin sangat
lemah
Mencegah kelelahan yang berlebihan
Mengidentifikasi tingkat aktivitas yang
dapat ditoleransi secara fisiologis
Klien akan lebih banyak melakukan
kegiatan dengan penurunana
kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan
Meningkatkan kepercayaaan diri yang
positif sesauai dengan tingkat aktivitas
yang dapat ditoleransi
d. Perubahan sensasi-perseptual (uraian) resiko tinggio terhadap
Perubahan kimia endogen ; ketidak seimbangan glukosa/insulin dan atau
elektrolit
Tujuan
1) Jangka panjang : Kecelakaan pada klien dapat dihindari
2) Jangka pendek : Klien mampu mencapai tingkat/status mental biasa atau normal
Kriteria evaluasi ;
Mempertahankan tingkat mental biasanya
Mengenal dan mengkompensasika adanya kerusakan sensori
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda-tanda vital dan status
mental
Pelihara aktivitas nutrisi klien
sekonsisten mungkin dorong unutkj
melakukan sehari-hari sesuai
kemampuannya
Selidiki adanya keluhan parestesia
nyeri atau kehilangan sensorik pada
paha/kaki
Lihat adanya ulkus, tempat-tempat
tertekan denyut nadiperiter
Berikan tempat tidur yang lembut,
pelihara kehangatan kaki, tangan,
hindari terpajan terhadap air panas
atau dingin atau penggunaan
Sebagai dasar untuk membandingkan
temuan abnormal, seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi fungsi
mental
Membantu memelihara klien tetap
berhubungan dengan realitas dan
mempertahankan orientasi pada
lingkungan
Neuropati perifer dapat mengakibatkan
rasa tidak nyaman yang berat,
kelihangan sensasi sentuhan distorsi
mempunyai resiko tinggi terhadap
kerusakan kulit dan gangguan
keseimbangan
Meningklatkan rasa nyaman dan
kemungkiana kulit karena panas
Meningtkatkan rasa nyaman dan
menurunkan kemungkinan kerusakan
kulit karena panas
bantalan/pemanas
Bantu klien dalam ambulasi atau
perubahan posisi
Pantau nilai laboratorium seperti ;
glukosa darah, osmolalitas darah,
hemoglobin, ureum, kreatinin
Meningkatkan keamanan klien terutama
kekika kesimbangan dipengaruhi
Kesimbangan nilai laboratorium dapat
menilai fungsi mental
e. Ketidak berdayaan berhubungan dengan
Penyakit jangka panjang
Ketergantungan pada orang lain
Tujuan
1) Jangka panjang : Klien mendemontrasikan kemajuan kearah penerimaan diri
dalam situasi yang ada
2) Jangka pendek : Klien mampu mengungkapkan pernyataan positif tentang
dirinya
Kriteria eavaluasi
Mengalami putus asa
Mengidentifikasikan cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan
Membantu dalam merencanakan perawatan sendiri dan secara mandiri mengambil
tanggung jawab untuk aktivasi perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
Anjurkan klien/keluarga untuk
mengekpresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan
penyakitnya secara keseluruhan
Akui normalitas dari perasaan
Berikan kesempatan keluarga untuk
mengekpresikan perhatiannya dan
diskusikan cara meraka membantu
sepenuhnya terhadap klien
Mengidentifikasi area perhatiannya cara
memudahakan memecehkan masalah
Pengenalan bahwa reaksi normal dapat
membentu klien untuk memecahkan
masalah dan mencari bantuan sesuai
kebutuhan
Menentukan perasaan terlibat dan
memberikan kesempatan keluarga
untuk membantu mencegah (kambuh
penyakit) pada klien
Harapan yang tidak realitis atau adanya
Tentukan tujuan/harapan dari klien
atau keluarga
Berikan dukungan kepada klien untuk
berperan diri sendiri dan berikan
umpan balik aktif dengan usaha yang
dilakukan
dari orang lain atau diri sendiri dapat
mengakibatkan perasaaan frustasi
Meningakatkan perasaan kontrol
terhadap situasi
f. Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan pemeliharaan di rumah berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan tantang kondisi dan penetalaksanaan terapeutik
Sistem pendukung kurang adekuat
Tujuan
1) Jangka panjang
Klien memperlihatkan keinginan untuk mematuhi rencana pemeliharaan di rumah sakit
sesuai dengan yang ditentukan
2) Jangka pendek
Klien mengetahui tentang kondisi pelaksanaan terapeutik
Kriteria evaluasi
Pengertian tentang keadaan klien dan rencana perawatannya yang disampaikan dengan
lisan
Melaksanakan keterampilan pemeliharaan kesehatan secara benar
Mengerti tentang hubungan antara keadaan skit dan pengobatan yang disampaikan
secara lisan
Mengungkapkan kepuasan dengan rencana pemeliharaan dirumah
INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan klien mendapat informasi
tentang hasil glukosa darah, jelaskan
makna hasil dalam hubunan dengan
terapi
Ajarkan perawatan kaki yang tepat
Untuk mendorong klien terlibat dalam
melaksanakan tanggung jawab untuk
perawatan diri
Untuk mempertahankan integritas kulit
dan menurunkan resiko amputasi
Bantu dalam perencanaan program
latihan reguler yang dapat dengan
mudah dikerjakan dalam rutinitas
harian, jelaskan keuntungan dari
latihan
Tentukan tujuan harapan dari klien atau
keluarga
Jelaskan dasar gejala-gejala
hipoglikemi akibat dari stimulasi
sistem syaraf simpatis dalam respon
terhadap penurunana glukosa adalah
sumber energi utama untuk otak
Ajarkan klien tentang faktor-faktor
yang diketahui menyebabkan
hipoglikemi masukan makana tak
adekuat, kelebihan insulin,
menekankan pentingnya makan tiga
kali sehari
Untuk alasan yang tidak jelas latihan
memudahakan ambilan seluler dan
glukosa sehingga menurunkan kadar
glukosa darah, juga memudahkan
penurunan berat badan dan
menurunkan resiko arterosklerosis
Hipoglikemi adalah masalah umum
yang dapat diatasi berkenaan dengan
terapi insulin dan hipoglikemi oral,
dibiarkan tak teratasi dapat
menyebabkan kejang, koma dan
kematian
Makin banyak klien memahami kondisi
mereka dan dapat mengantisipasi
potensial masalah, makin mungkin
mereka memahami program terapeutik
Untuk meminimalkan resiko episodr
hipoglikemi
g. Infeksi, resiko tinggi terhadap (sepsis) berhubunga dengan
Kadar gluko tinggi penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
Infeksi pernafasan yang ada sebelumnya atau ISK
Tujuan
1) Jangka panjang : Integritas kulit dapat dipertahankan
2) Jangka pendek
Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan dengan kriteria ;
o Kulit yang mengalami lesi tetap bersih dan memperlihatkan tanda-tanda penyembuhan
o Pasien/orang terdekat mempertahankan perawatan kulit yang tepat
o Sirkulasi ke integumen adekuat
Kriteria evaluasi
Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi
Mendemontrasikan tehnik, perubahan gaya hidup untukmmencegah terjadinya infeksi
INTERVENSI RASIONAL
Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan seperti demam,
kemerahan, adanya pus pada luka,
sputum purulen, urine warna keruh
atau berkabut
Tingkatkan upaya pencegah dengan
melakukan cuci tangan yang baik
pada semua orang yang berhubungan
dengan klien termasuk klien sendiri
Pertahankan tehnik aseptik pada
prosedur invasif, pemberian abat
intravenadan memberikan perawatan
pemeliharaan lakukan pengobatan
melalui IV sesuai indikasi
Berikan perawatan kulit dengan teratur
dan sungguh-sungguh masase daerah
tulang tetap kering, linen dan tetap
kencang
Anjurkan untuk makan dan minum
adekuat (pemasukan makanan dan
cairan yang adekuat) kira-kira
3000ml/hari jika tidak ada kontra
indikasi
Berikan obat antibiotik yang sesuai
Klien mungkin masuk dengan infeksi
yang biasanya telah mencetuskan
keadaan ketoasidosis atau dapat
mengalami infeksi nosokomial
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman
Kadar glukosa yang tinggi dalam darah
akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman
Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
menempatkan klien pada peningkatkan
resiko terjadinya kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan infeksi
Menurunkan kemungkian terjadinya
infeksi, meningkatkan aliran urin
untuk mencegah urine statis dan
membantu dalam mempertahankan
pH/keasaman urine yang menurunkan
pertumbuhan bakteri dan
mengeluarkan organisme dari sistem
organ tersebut
Penangan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis
3. Pelaksanaan (implementasi)
Implementasi merupakan kegiatan yang dilakukan perawatan atau klien dalam
mencegah penyakit atau komplikasi, meningkatkan, mempertahankan atau memperbaiki
kesehatannya. Kegiatan pelaksanaan meliputi ;
a. Melakukan aktivitas langsung klien
b. Membantu klien untuk melakukan aktivitas
c. Mensupervisi klien / keluarga ketika melakukan aktivitas sendiri
d. Memberikan konseling pada klien/ keluarga dalam menentukan pilihannya mencari,
menggunakan sumber-sumber yang tersedia
e. Mengajarkan klien atau mengkaji keluarga tentang perawatan kesehatan
f. Membantu atau mengkaji adanya komplikasi dari penyakit
4. Evaluasi
Selam tahap ini akan ditentukan perencanaan yang telah ditetapka berhasil baik.
Dinilai berhasil apabila tujuan dan perancanaan telah tercapai, disamping itu juga
membantu untuk memperbaiki perencanaan tujuan dan mengkaji faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi perencanaan, tujuan dan kriteria.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Identitas klien
Nama : Ny I
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Sunda / Indonesia
Tanggal masuk : 5 Desember 2003
Tanggal pengkajian : 10 Desember 2003
No. medrek : 0321088
Dioagnosa medis : NIDDM dengan gangren pedis sinestra
Alamat : Kp Ibun no 35 Paseh Majalaya
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Anak
Alamat : sda
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengeluh badan lemes disertai mual,muntah dan pusing
b. Riwayat kesehatan sekarang
Sejak ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien merasa timbul luka pada kaki
kiri yang telah di amputasi, kulit berwarna kemerahan dan nyeri dari luka keluar nanah.
Kemudian klien berobat ke rumah sakit Hasan Sadikin lalu diberi obat cepril 2 x 500 mg
dan BC 2x 1 tab. Tapi luka tidak ada perubahan dan berbau, nanah bertambah sehingga
klien berobat lagi ke rumah sakit Hasan sadikin dan dianjurkan untuk di rawat.
Pada saat di kaji klien mengeluh luka tidak sembuh di daerah bekas operasi amputasi
pada kaki kiri. Luka bernanah dan bau berkurang setelah dilakukan perawatan ganti
balutan, luka terlokalisasi di daerah ujung belakang daerah amputasi kaki kiri. Adanya
luka membuat aktivitas klien terganggu
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan dirinya menderi kencing manis sejak tahun 1978 dan dinyatakan
menderitarhematik sejak tahun 1995, klien menjalani operasi amputasi kaki kiri pada
tahun 1999. Klien sudah tiga kali dirawat dirumah sakit, terakhirbulan februari 2002
dengan penyakit yang sama. Klien mengatakan selama menderiata kencing manis
makanannya tidak teratur, diet di lakukan bila gula darahnya tinggi. Klien juga
mengatakan tidak melakukan pengobatan secara tidak teratur, hanya bila ada yang terasa
saja kllien mengkonsumsi obat-obatan tradisional/jamu. Jamu hasil racikan sendiri
seperti mengkudu, klien juga suka menunda makan setelah di suntik insulin, tidak
langsung makan..
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pengakuan klien di dalam keluargannya yang menderita kencing manis
adalah klien dan ibunya yang sudah meninggal. Penyakit lainnya tidak ada.
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
Hidung tamapk bersih, tidak terdapat secret, septum nasi berada di tengah, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, bentuk dada tidak ada kelainan, tidak terdapat nyeri
takan, tidak terdapat benjolan, frekuensi nafas 25 x/menit, vokal premitus kiri dan kanan
sama, terdengar resonsn saat perkusi irama napas reguler, suara napas vesikuler tidar
terdapat suara tambahan seperti ronchi dan wheezing, tidak terdapat retraksi tambahan
otot-otot pernapasan
b. Sistem kardiovaskuler
Konjunctiva berwarna merah muda, tidak terdapat pemebesaran kelenjar getah
bening tidak sianosis, tidak terdapat distensi vena jugularis, palpasi nadi 80 x/menit,
tekanan darah 160/90 mmhg. Bunyi jantung S1-S2 murni reguler tidak ada refil time
dalam 3 detik, klien mengeluh baal-baal pada ekstremitas, akral di kaki dingin.
c. Sistem pencernaan
Sklera tidak iktetik, mulut bersih tidak berbau, bibir lembab, stomatis idak ada
lagiada, gigi sudah tidak utuh, keadaan bersih agak kekuningan, gusi tidak ada
perdarahan, tonsilk tidak meradang kemampuan mengunyah baik, kemampuan menelan
baik, napsu makan baik, bentuk abdomen datar lembut. Bising usus 10 x/menit, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak teraba masa pada abdomen hepar tidak membesar, porsi
makan habis diat 1500 kalori, berat badan sebelum sakit 65 kg, sesudah sakit 47 kg,
lingkar lengan atas 26 cm, klien terpasang infus martos 20 gtt/m perhasri, minum ± 1200
cc/hari
d. Sistem Persyarafan
Kesadaran composmentis, klien mampu berorientasi terhadap tempat, waktu dan
orang. Klien dapat menjelaskan kejadian nmasa lalu sebelum dibawa ke RS. Klien
dapat merasakan panas dan dingin pada ekstremitas bawah, sensasi sulit dirasakan, klien
mengatakan merasa baal – baal dan kesemutan.
Nervus Kranial
Nervus I ( Olfaktorius )
Fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan baun kopi
Nervus II ( Optikus )
Klien dapat membaca koran yang berhurup besar pada jarak ± 30 cm tanpa bantuan
kacamata
Nervus III, IV, VI ( Okulomotorius, Troklearis, Abdusen )
Pupil mengecil ketika terkena cahaya, ukuran pupil isokor 4 mm, bola mata dapat
digerakkan kekiri dan kekanan keatas dan kebawah, mata dapat memutar, lapang
pandang terbatas hanya pada sudut 120 0 ( kiri 30 0, kanan 30 0 )
Nervus V ( Trigeminus )
Kemampuan untuk mengunyah baik
Nervus VII ( fasialis )
Klien dapat tersenyum, mengerutkan kening, mengngkat alis dan merasakan rasa asin,
manis dan pahit
Nervus VIII ( Auditorius )
Pendengaran klien baik terbukti klien dapat mendengarkan pertanyaan perawat dalam
jarak 15 cm
Nervus IX dan X ( Glassofaringeus dan Vagus )
Ovula ada ditengah, reflek menelan dan mengecap baik
Nervus XI ( Assesorius )
Klien dapat mengangkat kepala dan bahu
Nervus XII ( Hipoglosus )
Posisi lidah simetris, lidah dapat digerakkan dengan bebas
e. Sistem Perkemihan
Keadaan bersih, tidak terpasang kateter, BAK lancar, warna urine kuning jernih,
jumlah urine ± 1600 cc / hari, ginjal tidak teraba, tidak terdapat distensi kandung kemih,
genitalia tampak bersih dan tidak ada sekret
f. Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas kanan dan kiri simetris, rentang gerak terganggu pada tangan kiri
terpasang infus, odema tidak ada, terdapat kontraktur pada jari-jari tangan sejak ± 5
tahun yang lalu, kekuatan otot 5 5
Ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kiri post operasi amputasi tahun 1999 dan
terdapat ulkus dengan ukuran 2x3x1 cm dan 2x2x1 cm, pus masih ada dan berbau, luka
tertutup kain kasa steril, klien mengeluh aktivitasnya terganggu dan klien merasa cepat
lelah, kuku kaki jari kanan panjang tapi bersih.
g. Sistem Endokrin
Klien dinyatakan menderita NIDDM, klien mengatakan merasa haus dan lapar
meskipun sudah banyak makan dan minum. Klien juga sering buang air kecil dan
merasa berat badannya berkurang. Sebelumnya BB 65 kgdan sekarang 47 kg, sering
kesemutan pada daerah ekstremitas. Gual darah turun naik mencapai 207 mg dan turun
mencapai 58 mg, obat yang dipakai sekarang Humulin R 10- u 10 u- 10 u , klien juga
mengatakan bila telah disuntik insulin tidak langsung makan sehingga terasa gemetar,
berkeringat dan le,mas. Pada saat dikaji insulin distop karena gula darh turun dari 211
mg menjadi 58 mg, klien lemas, berkeringat dan merasa lapar.
h. Sistem integumen
Keadaan kulit kepala bersih, tidak berketombe, tidak ada lesi benjolan dan nyeri,
kulit kepala kotor dan lembab, berkeringat, turgor kulit baikditandai kulit cepat kembali
saat dicubit, akral pada ekstremitas bawah dingin dan kering, tekstur kulit kenyal, warna
kulit sawo matang, suhu 36, 8 0C, sensifitas baik klien dapat merasakan tumpul dan
tajam.
4. Data Psikologis
Penampilan
Klien tampak tenang, bicara cukup jelas
Emosi
Klien dapat mengendaliakn emosi dengan stabil
Koping
Bila klien mengalami kesulitan selalu dibicarakan dengan suami dan anak- anaknya,
permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah.
Penerimaan terhadap penyakitnya
Pada saat ditanya tentang penyakitnuya klien mengatakan bahwa dirinya menderita
penyakit DM dan gangren pada kaki kirinya. Klien mengatakan sudah berobat tapi tidak
sembuh –sembuh. Menurut pengakuan klien saat ini sudah menerima keadaan
penyakitnya, apabila penyakit ini tidak bisa disembuhkan klien hanya berserah diri pada
tuhan.
Gambaran diri
Klien mengatakan kehilangan kakinya tidak membuat merasa malu, karena klien sudah
tua.
Identitas diri
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang ibu dari 8 orang anak, 5 orang sudah
menikah, 3 orang belum menikah. Klien merasa puas sebagai seorang ibu atau wanita.
Peran diri
Peran diri klien sebagai seorang istri dan ibu dari 8 orang anaknya, 3 orang yang masih
tinggal bersama klien dan belum berkeluarga selama dirumah sakit klien tidak bisa
mengurus anak-anaknya dan membantu mencari nafkah. Selama di RS kebutuhan klien
dibantu oleh perawat dan keluarga. Klien mengatakan perannya sebagai istri untuk
sementara tidak bisa dilakukannya, karena klien di rawat
5. Data Sosial
Hubungan klien denagn keluarganya cukup akrab terlihat klien ditunggui
anaknya secara bergantian, hubungan klien dengan petugas baik, klien kooperatif dalam
segala tindakan, orang yang berarti adalah suaminya yang selalu memberi semangat.
Klien tidak aktif dalam organisasi kemasyarakatan, waktu luangnya dihabiskan dengan
membantu berjualan ditokonya.
6. Data Spiritual
Klien seorang muslim yang atat menjalankan ibadah dan mempunyai keyakinan
bahwa poenyakitnya yang sedang dialaminya ini akan sembuh walaupun perjalanannya
lambat dan memerlukan kesabaran dan klien mengatakan bahwa ini merupakan cobaan
dari Allah SWT. Dan yakin Allah memberikan kekuatan untuk menghadapinya.
7. Data Penunjang
Laboratorium(5/12/03) Hasil Normal Satuan
Hb 9,4 14 -18 gr/dl
Leukosit 6900 5000-10000 /mm3
Ureum 17 15 – 40 mg/dl
Kreatinin 0,6 0,8 – 1,5 mg/dl
Glukosa Puasa 211 70 – 110 mg/dl
Glucosa 2jam pp 111 ≤ 150 mg/dl
Glucosa (siang) 66
Glucosa (sore) 58
Tanggal 6 – 12 – 2003
Glucosa puasa 207 mg/dl
Glucosa 2 jam pp 263 mg/dl
Radiologi (5-12-03)
Foto pedis kiri
Kesan : Struktur tulang-tulang tibia dan fibula kiri bagian distal masih normal, tidak
tampak destruksi
Tanggal 6 -12 – 2003
Foto pedis L
Kesan : Struktur tulang normal tidak tampak fraktur, sendi-sendi normal
Therapi :
Infus martas 20 Gtt/m/hari
Ceftacid 2 x 1 gr IV
BC 2 x 1 tab
Diet 1500 kalori
Ganti verban 2x sehari
Kompres NaCl 0,9 % + garamicin
Humulin 5 unit -5 unit – 5unit Stop
(gula darah turun 58 mg/dl)
Analisa data
No Data Etiologi Masalah1 DS :
Klien mengeluh luka di kaki kirinya sukah sembuh
DO ; Terdapat luka di kaki kiri Adanya jaringan
nekrotik pada luka Luka tercium bau Terdapat pus Kulit kering Akral dingin
Defisiensi insulin⇩
Hiperglikemi⇩
Penumpukanm sorbital dalam pembuluh darah
⇩Aliran darah perifer
berkurang⇩
Jaringan kurang zat makanan
-----------------------Terjadi Kulitmetabolisme mudahanaerob lecet ⇩ ⇩Terasa Perawatanpegal luka takdibadan adekuat ⇩ ⇩Terjadi baal Lukadiektremitas susah sembuh
⇩keutuham kulit dan jaringan terganggu
Gangguan integritas kulit dan jaringan
2 DS Klien mengeluh
badannya lemas Klien mengatkan sudah
± 20 tahun menderita kencing manis
Klien mengatakan kakinya baal-baal kesemutan
DO ; Terdapat bercak
kehitaman padsa kaki Klien nampak lemas Sensori sulit dirasakan
pada ekstremitas bawah
Klien dengan DM dan gangren pada kaki kiri
⇩Defisiensi insulin
⇩Viskositas darah
meningkat⇩
Vaskuler periter tersumbat
⇩Nutrisi dan O2 ke
jaringan tidak adekuat
Resiko injuri
3 DS ; Klien mengatakan
menderita penyakit ± 20 tahun
Klien mengatakan setelah disuntik insulin tidak langsung makan
Klien mengatkan suka minum obat-obatan tradisional racikan sendiri
DO ; Akral dingin dan
berkeringat BB sebelum sakit 65 kg,
sesudah sakit 47 kg TB : 152 kg Diet 1500 kalori Hasil laboratorium (5-
12-03)Glucosa 58 mg/dl
Menderita DM ± 20 thn⇩
Kurang informasi tentang penyakit yang
diderita⇩
Berobat, diet dan pencegahan infeksi
kulit tidak teratur, ada luka gangren pada
pedis sinistra⇩
Ketidak efektifan dalam perawatan dan
pengobatan⇩
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya
Kurang pengetahuan tentang NIDDM
4 DS ; Klien mengatakan lemas Klien mengatakan
setelah di suntik insulin tidak langsung makan
Klien mengatakan suka minum obat-obatan tradional racikan sendiri
DO ; Akral dingin dan
berkeringat BB sebelum sakit 65 kg,
sesudah sakit 47 kg TB : 152 kg Diet 1500 kalori Hasil laboratorium
glucosa 58 mg/dl
Therapi ; humulin di stop
NIDDM⇩
Defisiensi insulin⇩
Ambilan asam amino oleh sel menurun
⇩Glukoneogenesis
⇩Hiperglikemi
⇩Insulin in adekuat
intake nutrisi⇩
Peningkatan kerja insulin dengan
mengikat dirinya pada pada receptor sel
tertentu⇩
Terjadi reaksi interseluler yang
meningkatkan transpor glucosa menebus
membran sel⇩
Hipoglikemi⇩
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Gangguan pemenuhan nutrisi
C. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah
a) Ganggunan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhab berdasarkan dengan metabolisme karbohidrat tidak efektif akibat defisiensi insulin
b) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan proses penyembuhan luka yang lama akibat DM
c) Resiko terjadi injuri berhubungan dengan perfusi ke jaringan tidak adekuat akibat hiperglikemi
d) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi