Download - Askep Keluarga UI
NAMA KLIEN :
NAMA KEPALA KELUARGA : Tn. M ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
ALAMAT : Jalan Paseban Dalam No. E 71 Jakarta Pusat
NO MASALAH DIAGNOSA SASARAN TUJUAN INTERVENSI EVALUASIKESEHATAN PERAWATAN KRITERIA STANDART
1. Penyakit Rhematoid
Athritis pada ibu K.Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit Rhematoid Athritis dan perawatannya.
Setelah mela-kukan beberapa intervensi ke-luarga mampu memahami penyakit Rhematoid Athritis dan perawatannya.
Setelah kunjungan rumah I (1 minggu kemudian) keluarga mampu melakukan 3 macam upaya pencegahan penyakit Rhematoid Athritis.
1) Jelaskan tentang penyakit Rhematoid Athritis : Pengertian, penyebab, dan cara mengatasi.
2) Jelaskan pencegahan agar tidak menjadi parah : Sikap tubuh saat aktifitas. Aktifitas yang tidak boleh
dilakukan.3. Jelaskan dan dukung
pemanfaatan sumber daya / dana dalam keluarga.
4. Rujuk Ibu. K ke fasilitas kesehatan terdekat.
Tingkat keparahan penyakit (Respon fisik )
Penyakit tidak menjadi lebih parah : Tidak
mengalami kekakuan.
Rasa nyeri berkurang saat aktifitas pada pagi hari
NAMA KEPALA KELUARGA : Tn. S ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
ALAMAT : Jl. Paseban Dalam No: 712- C
NO MASALAH DIAGNOSA SASARAN TUJUAN INTERVENSI EVALUASIKESEHATAN PERAWATAN KRITERIA STANDART
1. Penyakit DM pada
bapak S.Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan penata-laksanaan pasien DM. berhubungan de-ngan tidak tahu akibat dari penyakit DM.
Setelah mela-kukan beberapa intervensi ke-luarga mampu memutuskan tin-dakan tentang pe-natalaksanaan pe-nyakit DM.
Setelah melakukan tindakan keperawatan, keluarga dapat menye-butkan akibat penyakit DM. bila tidak di -tangani.
1) Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat penyakit DM.
2) Diskusikan tentang akibat penyakit DM. bila tidak ditangani yaitu; kelainan mata, ginjal, jantung, ganggren, obesitas.
3) Beri reinforsment hasil diskusi pada jawaban yang benar dan penjelasan tambahan tentang akibat penyakit DM.
Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan 3 dari 5 akibat penyakit DM, yaitu: Kelainan mata Aktifitas Penyakit ginjal
dan jantung Ganggren.
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sehu-bungan dengan ti-dak tahu cara me-rawat pasien dengan DM.
Setelah mela-kukan in-tervensi keperawatan ke-luarga mampu merawat bapak S. yang menderita DM.
Setelah melakukan in-tervensi keluarga dapat memutuskan mengatasi penyakit DM. pada bapak S.
1) Kaji pengetahuan kelurga tentang penetalaksanaan penyakit DM.
2) Diskusikan tentang pena-talaksanaan penyakit DM dan bandingkan dengan keadaan bapak S. pada saat normal.
3) Arahkan keluarga untuk memutus- kan mengatasi DM. pada bapak S. Menjelaskan alternatif tindakan penanganan penyakit DM seperti : nutrisi, exercise, dan obat.
Respon verbal Keluarga me mu-tuskan untuk me-ngatasi DM. pada bapak S.
4) Berikan reinforsment jika keluarga memutuskan untuk mengatasi DM pada bapak S.
Ketidakmampuan keluarga dalam me-nata lingkungan ru-mah berhubungan de-ngan tidak kompak.
Setelah mela-kukan intervensi keluarga mampu menghindarkan kemungkinan ba-haya yang bisa ditimbulkan.
Keluarga mampu :menata perabotan ru-mah sesuai dengan posisinya.
1) Mendiskusikan bersama ke-luarga tata ruang yang di-inginkan keluarga.
2) Arahkan pada pilihan keluarga pada penatalaksanaan ruang yang tidak membahayakan bapak dengan DM.
3) Bersama keluarga menata ruangan
Respon verbal dan psikomotor
Keluarga mampu meneta lingkungan rumah yang aman bagi bapak S.
NO. MASALAH KESEHATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SASARAN TUJUAN INTERVENSI KRITERIA STANDART
1. Potensial timbulnya PD3I
1. Tidak sanggup menggunakan fa-silitas kesehatan yang ada sehu- bungan dengan tidak mengenal keuntungan dari pelayanan kese-hatan untuk me-ngatasi PD3I
Setelah tindakan keperawatan ke-luarga dapat me-ngambil keputu-san untuk menga-tasi adanya PD3I dan keluarga da-pat mengenal penyakit yang da-pat dicegah de-ngan immunisasi
Setelah dilakukan inter-vensi keluarga dapat :1. Menjelaskan pengertian
tentang immunisasi
2. Menyebutkan contoh-contoh nyata tentang akibat / bahaya tidak immunisasi
1. Kaji sejauh mana pengetahuan keluarga tentang immunisasi
2. Diskusikan tentang penge-tahuan yang mudah dimengerti tentang:
3. Pengertian, tujuan immunisasi, macam-macam immunisasi, reaksi imunisasi, dan akibat bila tidak diimunisasi.
Respon verbal
Keluarga menje- laskan adanya ancaman ter- hadap anak oleh PD3IKeluarga men -jelaskan pe-ngertian, tujuanreaksi imunisasi dan akibat tidak diimunisasi
2. Ketidakmampuan keluarga meng-enal potensial PD3I pada anak berhubungan de-ngan kurangnya informasi tentang jadwal imunisasi
Setelah dilakukan intervensi kelu-arga dapat me-ngambil tindakan yang tepat agar anaknya tidak terserang PD3I
Melaksanakan dan mena-ngani adanya program imunisasi
Diskusikan tentang jadwal untuk mengunjungi Yankes.
Motivasi keluarga untuk menggunakan yankes.
Perilaku / psikomotor
Keluarga mem- bawa anak un-tuk imunisasi
Ketidakmampuan keluarga untuk me-rawat anak setelah imunisasi dan anak yang mengalami PD3I berhubungan dengan kurangnya ketrampilan dalam merawat anak untuk mencegah dan pe- nanggulangan PD3I
Setelah diberikan intervensi keluarga mampu mengatasi masalah dalam mera wat anak untuk meningkatkan kese-hatan
Keluarga dapat menangani dan merawat anak setelah imunisasi
Jelaskan pada keluarga tentang pengaruh imunisasi pada anak;Reaksi pada anak dan lama reaksi.
Simulasikan cara mengompres anak bila panas.
Simulasikan cara pemberian obat oral sesuai program/resep.
Respon verbal
Psikomotor
Psikomotor
Keluarga dapat menjelaskan pentinnya perawatan anak setelah imunisasi
Keluarga me- ngompres anak
Keluarga me- laksanakan pemberian obat oral
NAMA KLIEN :
OBAT YANG DIBERIKAN PADA TN. NELDI
GOLONGAN NAMA DAGANG INDIKASI REAKSI DOSIS EFEK SAMPING TINDAKAN KEPERAWATANDiuretik Furosemid (lasix) Edem, Hipertensi Menghambat
reaksi sodium dan klorida dala limb asendens anshenle, mem bentuk hipertonik pada medulla ginjal dan menurunkan konsentrasi urin.
Pemberian secara IV biasanya diberikan 20-40 mg diulang 2 jam kemudian bila perlu. Oral diberikan 40-80 mg, dapat diulang 6 jam kemudian, maksimal 200 mg/hari
Hipovolemi, gangguan elektrolit, guot, gangguan pendengaran, dermatitis, kehilangan cairan.
Pengkajian : Pada wanita hamil, pasien yang hipersensitif, DM, hasil laboratorium dengan Azotemia, pe nurunan elektrolit, menetapkan batas intake/output volume cairan, menetap kan batas tekanan darah dan BB.Pemberian : Untuk yang resisten dosis tunggal tiap hari (pag/siang), pemberial peroral jika mungkin.Evaluasi : Kehilangan BB, rsio intake/output, keadaan elektrolit, gangguan pendengaran, glukosauria, gout, dehidrasi yang berlanjut.Penyuluhan : Penyebabnya dihubungakan dengan perubahan posisi terlentang ke posisi berdiri, makanan yang mengandung potasium tinggi, pengeluaran urine, tanda-tanda gout, penyakit yang diderita sebelum diberikan obat penawar berbentuk aspirin.
VITAMIN Vitamin B12 Anemia perniosa Pembentukan kembali sintesa DNA pada sum-sum tulang dan pemecahan sel.
Perparenteral/IM 30 mg untuk 5-10 hari. Dosis pemeliharaan 100mg tiap bulan.Oral: 1-25 mg, hanya ketika Vit B12 berkurang dapat menilai kesimbangan dalam diet. Vit.B12 tidak harus diberikan secara oral untuk mengobatai
Diare sedang, trombosis vena perifer, edem paru, CHF, gatal-gatal, perasaan badan besar.
Pengkajian : Menetapkan dasar indikasi status fisiologi dan integritas neurologik.Pemberian : Secara parenteral biasanya untuk mengobati anemia penicasiosa. Secara oral biasanya digunakan untuk memasukan Vitamin B 12 yang kurang dalam makanan. Peroral dapat diganti dengan sari buah.Evaluasi : Tanda-tanda vital, edem paru, status psikologi/neurologi.Penyuluhan : Hati-hati untuk pengobatan pasien dengan anemia pernicasiosa seumur hidup. Kegagalan yang serius dapat terjadi serta informasi dokter sangat
anemia pernicousa.
dibutuhkan mengenai penyakit-penyakit/infeksi yang terjadi dalam menggunakan kembali vitamin B 12 dengan dosis tunggal.
Adrenergik Reseptor dan Alpa Bloker
Minipres (Prazosin) Hipertensi Vasodilatasi Peroral :Dimulai dengan 0,5 mg dosisi 2x1
Reflekstakikardi, hipotensi, hipermotilitas G.I.,menghambat ejakulasi.
Pengkajian : Untuk pasien dengan riwayat CHF , wanita hamil, menyusui, penurunan tekanan darah dan BB.Pemberian : Bersama makanan atau susu.Evaluasi : Obat yang efektif untuk menurunkan tekanan darah, efek samping, mengikuti dosis awal, peningkatan dosis atau mengganti obat antihipertensi yang lainnya, amati sincop dengan perubahan kesadaran/kebingungan. Penggunaan selama 4-5 minggu merupakan terapi efektif yang memerlukan pengamatan ketat.Penyuluhan : Bergerak dari posisi rekumbent ke poisisi berdiri secara perlahan-lahan dengan berhenti saat posisi duduk sebelum berdiri; cepat duduk bila pusing, pingsan atau lemah.Jangan mengendarai kendaraan, mengoperasikan alat berat, dan kontrol dokter bila timbul reaksi dingin, batuk, atau alergi.
Catapress (Clonidine) Hipertensi, sakit kepala, dan dismenore
Merangsang alfa menurunkan sekresi sentral simpatis, penurunan tekanan darah.
Per oral:Biasanya 50-100 mg dan dipertahankan.Sering pula 0,2-1,2 mg/hari.
Refleks hipertensi jika pemberhentian secara mendadak, mulut panas, sedasi atau pengaruh resepine lainnya.
Pengkajian : Riwayat keluarga dengan kanker payudara, riwayat depressi, peptik ulser, ulceratif colitis, epilepsi, COPD, penyakit ginjal, CVA, aritmia, kehamilan / menyusui. Membuat batas penurunan tekanan darah, nadi, pola tidur, kebiasaan makan, dan BB.Pemberian : Bersama makanan dan susu untuk pasien yang juga menderita iritasi lambung ringan. Jika mual diberikan 2-3 jam sebelum makan.Evaluasi : Saat terlentang dan berdiri observasi tekanan darah,
nadi, setelah pemberian obat, status mental, intake/output cairan, edem, BB setiap hari.Penyuluhan : Anjurkan keluarga atau pasien untuk mengevaluasi tanda-tanda / gejala efek samping.
NAMA KLIEN :Tn. Moh. Hatta ASUHAN KEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT: Irna B Lt. 4 Kiri. RSCM MATA AJARAN : TKK I NAMA MAHASISWA : Sulastri
No. DIAGNOSA PERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI 1. Volome cairan kurang
berhubungan dengan : Plasma protein menurun Intake cairan kurang.
Ditanda dengan : edem, BB menurun, oliguri, tekanan darah berubah, hepatojugularisreflek positif, perubahan status mental.
Volume cairan seimbang antara input dan uoput
BB atabil Tanda vital dalam
batas normal Edem tidak ada
INDEPENDENT1. Ukur input da ouput dan
catatlah kelebihan setiap hari
2. Monitot tekanan darah dan CVP. Dan catat JVD distensia Venoabdomen.
3. Lakukan pencatatan RR dan adanya dypsne.
Auskulatsi paru, catat kelemahan serta kelainan.
4. Monitor denyaut jantunAuskultasi bunyi jantung. Catat
S3/S4 gallop.
5. Catat Ukuran abdomen
6. Anjurkan bedrest bila ada asites
7. Lakukan perawatan mulut
Keseimbangan tercapai apabila BB naik setelah terjadi reflek retensi cairan.Catatan: Penurunan sirkulasi volume cairan mungkin langsung dari fungsi ginjal berupa output urine.
Tekanan darah selalu meningkat bersamaan dengan meningkatnya volume cairan, tetapi tidak terjadi karena keluanya melalui ruang vaskuler.
Tekanan eksternal dalam jugularis dasn veba abdomen bersamaan dengan kongesti vaskuler.
Indikasi edem paru kongesti
Meningkatnya kongesti pulmonalis mungkin hasil pertukaran, gangguan pertukaran gas dan komplikasi edem paru.
Mungkin disebabkan oleh CHF. Penurunan fungsi koroner dan ketidakseimbangan cairan.
Penumpukan cairan atau asites merupakan keluarnya plasma protein ke ruang peritoneal.Catatan : Tertahannya kelebihan cairan dapat meningkatkan /memperberat kurangnya sirkulasi cairan (tanda dehidrasi).
Dengan posisi recumbent dapat meningkatkan pengeluaran.
Dapat menurunkan rasa haus
Mengukur urin tampung selama 24 jam.
Memberikan minum 500 cc/hari
Menimbang BB tiap pagi
Mengukur tekanan darah tiap 8 jam.
CVP/ JVD tidak dilakukan karena tidak diindikasikan
Melakukan pencatatan RR setiap 8 jam.
Melakukan auskultasi paru.
Mendengarkan bunyi jantung.
Mengukur lingkar abdomen.
Mengatur posisi pasien dengan recumbent
Memberikan penyluhan dan demonstrasi tentang pentingnya kebersihan mulut.
Tanggal 18 April 1996Jam : l6.00 WIB.
S : Pasien merasa haus.O : BB menurun 11 kg, turgor sembab/edema, Asites +, Cairan input dibatasi, output urin 1400 cc/hari, Tanda vital dalam batas normal.
A : Masalah belum teratasi
P : Melanjutkan intervensi yang sama.
sesering mungkin.
KOLABORASI:8. Monitor serum albumin dan
elektrolit
9. Monitor gambar pada X’ Ray
10. Batasi pemberian garam dan cairan.
11. Catat garam bebas albumin dan plasma yang meningkat.
12. Catat terapiyang diberikan 13. seperti: Diuretika
( aldactone/Spironolactoen) Lasix (Furosemid)
Penurunan serum albumin mengakibatkan tekanan osmotik koloid kembali turun dan terjadi udem. Mengurangi aliran darah renal dengan disertai peningkatan ADH dan aldesteron dan pemakaian diuretika mungkin dapat mengakibatkan pertukaran elektrolit tidak seimbang.
Vaskuler kongesti, edema paru, pleura effusi sering terjadi.
Menbatasi garam untuk mengurangi cairan dapat dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya hiponatremi.
Albumin mungkin dapat digunakan untuk meningkatkan tekanan koloid osmotik dalam pembuluh darah.
Digunakan sesuai dengan penyebab yang timbul untuk mengontrol asites, memblok efek aldosteron, dan meningkatnya cairan pada saat pertukaran potasium selama bedrest dan terapi.
Pemeriksaan albumin tidak dilakukan karena belumdiindikasikan.
Tak diindikasikan.
Memberikan penjelasan tentang pembatasan pemberian garam dan cairan.
Tidak dilakukan karena tidan diindikasikan.
Melakukan injeksi diuretik, yaitu lasix 2 amp/IV/hari, Obat tablet seperti : Aldakton 3x1, Rantin 3x1, Lesikol 3x1.
NAMA KLIEN : Tn. Moh. Hatta ASUHAN KEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT: Irna B Lt. 4 Kiri MATA AJARAN : TKK I NAMA MAHASISWA : Sulastri
No. DIAGNOSA PERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
2. Kekurangan gizi : penurunan BB berhubungan dengan : Diit inadekuat Ketidakmampuan proses
masuknya nutrisi. Anoreksia : mual/muntah,
ketidakmampuan mencerna, asites.
Abnormal fungsi perut.
Ditandai dengan : BB menurun, Perubahan peristaltik dan fungsinya, ketidakseimbangan nutrisi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi : BB sesuai
dengan tujuan nilai laboratorium normal.
Tanda-tanda lebih lanjut tidak memperlihatkan malnutrisi.
INDEPENDENTUkur jumlah kalori yang masuk.
Bandingkan BB dengan perubahan dalam status cairan, riwayat BB sekarang, ukuran kulit triseps.
Bantu dan dorong pasien untuk makan :Terangkan sebab dan bentuk diit makanan pasien jika mudah lelah atau beri bantuan pasien.Pertimbangkan pilihan pasien.
Bimbing/anjurkan pasien untuk makan bubur/makanan lunak.
Hidangkan makanan bubur dan sering
Sediakan garam pengganti jika mengijinkan, hindari tekanan isi ammonium.
Menyiapkan informasi tentang kebutuhan intake.
Dengan mengkaji status BB secara langsung sukar dilakukan karena adanya edem/asites.
Pengukuran otot triseps berguna untuk melihat perubahan dalam massa otot dan cadangan lemak subkutan.
Diit yang sesuai adalah untuk menunjukkan adanya kesembuhan.
Pasien makan lebih banyak jika keluarga dilibatkan dalam memberiakan makanan.
Pasien hanya memilih beberapa makanan sehingga tidak tertarik pada makanan karena nausea, lemah/malaise.
Kurangnya toleransi makanan yang lebih kasar akan meningkatkan tekanan intra abdomen/asites
Garam pengganti meningkatkan selera makan /nafsu makan.Ammonia resiko untuk terjadinya
Melakukan pengukuran jumlah kalori bersama-sama bagian gizi
Melakukan pengukuran BB, lingkaran otot triseps, dan pemberian cairan.
Memberikan motivasi bersama keluarga agar pasien dapat memakan makanan yang telah disiapkan.Mempetimbangkan atau membahas permintaan pasien bertsama bagian gizi.
Menyiapkan makanan lunak/bubur sesuai didit yang ditentukan.
Menyiapkan makanan lunak/bubur sesuai didit yang ditentukan.
Tidak dilakukan karena tidak diindikasikan
Tanggal 18 April 1996Jam : 16.00 WIB.
S : Pasien mengungkapkan bahwa nafsu makannya baik cuma makananan yang kurang.
O : nafsu makan baik, porsi yang disiapkan habis, turgor kulit edem, asites, BB tetap (63 kg)., lingkar otot triseps : cm. Pemerikasaan laboratorium tak dilakukan sebab tidak di indikasi kan.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Semua intervensi dilanjutkan.
Batasi intake yang mengandung cyferin, gas, atau pedas yang terlalu panas atau dingin.
Sediakan makanan halus jika ada indikasi.
Sediakan makanan secara rutin yang disetujui sebelumnya.
Hindarkan gangguan istirahat pasien
Anjurkan pasien untuk tidak merokok
KOLABORASI
Monitor keadaan laboratorium seperti serum glukosa, albumin, total protein, ammonia.
Pelihara status indikasi NPD.
encepalopati.
Bantuan untuk mengurangi iritasi gastrik / diare dan kegelisahan yang abnormal yang dapat merusak intake oral.
Perdarahan dari esfangeal varises mungkin dapat terjadi.
Pasien mudah untuk makan walaupun sakit atau kesukaran makan dan anoreksia.
Menghemat energi sisa metabolisme untuk memenuhi metabolisme liver dan meningkatkan pemulihan sel.
Mengembalikan aktivitas gastrik dan menjaga resiko iritasi.
Glukosa mungkin menurun sebab kerusakakan da;lam glykogenesis, glykogen habis, atau intake yang tidak adekuat.
Protein rendah sebab rusaknya metabolisme, penurunan fungsi hati dan asites.
Tingginya tekanan amonia mungkin memerlukan batasan protein yang masuk untuk mencegah komplikasiyang erius.
Pada kedaan istirahat GI memerlukan sisa metabolisme untuk memenuhi liver memproduksi amonia/urea
Memberikan makanan/minuman sesuai diit yang ditentukan.
Mernyediakan makanan sesuai diitnya.
Menyiapkan makanan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Menciptakan suasana yang nyaman dan aman serta mengatur posisi tidur pasien yang menyenangkan.
Memberikan penjelasan tentang bahaya rokok bagi kesehatannya.
Tidak dilakukan karena tidak/beluam diindikasikan.
Menganjurkan agar pasien bedrest dan bergerak bila perlu.
Konsul diit unruk mempersiapkan diit tinggi kalori dan karbohidrat yang cukup, rendah lemak, protein cukup, sodium, dan cairan yang cukup.Sediakan cairan tambahan bila ada indikasi.
Tinggi kalori dalam makanan dapat meningkatkan pasien menggunakan otot-ototnya.
Karbohidrat dapat meningkatkan energi, lemak sedikit mempermudah asorbsi sehingga liver tidak berfungsi dan untuk meningkatkan gairah makan.
Protein yang seimbang dapat meningkatkan regenerasi sel dan terjadi edem.
Melakukan kolaborasi dengan bagian gizi untuk memperhatikan keadaan gizi pasien.
NAMA KLIEN : Tn. Moh. Hatta ASUHANKEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT: Irna B Lt. 4 Kiri MATA AJARAN : TKK I NAMA MAHASISWA : Sulastri
No. DIAGNOSA PERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosa, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan : Interpretasi yang keliru Tidak mengenal sumber
informasi.Ditandai dengan : Bertanya untuk
mendapatkan informasi Menyatakan konsep yang
salah Tidak mengikuti intruksi
secara akurat.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi : Dapat
mengungkapkan proses penyakit/prognosa penyakit.
Melakukan perubahan pola hidup secara hati-hati dan partisipasi dalam perawatan.
INDEPENDENTKaji kembali proses dan prognosa serta harapan masa depan.
Batasi ketergantungan pada alkohol. Berikan informasi tentang lembaga rehabilitasi kecanduan alkohol bagi masyarakat.
Berikan alternatif bagi pasien mengenai akibat dari pengobatan dan pentingnyapengunaan obat yang jelas sesuai dengan riwayat sakit.
Kaji kembali prosedur untuk pemeliharaan fungsi peritovenous shunt yang ada saat itu.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi dukungan orang lain.
Menekankan pentingnya nutrisi yang baik, hindari makanan yang mengandung lemak dan menulis instruksi diitnya.
Berikan dasar-dasar pengetahuan dimana pasien dapat melakukan pemilihan informasi.
Alkohol adalah penyebab yang paling umum dalam terjadinya cirosis hati/hepatoma.
Beberapa obat bersifat hepatoxic (khususnya narkotik, sedativa, dan hypnotic) dalam hal ini kebutuhan liver menurun tidak sesuai dengan metabolisma berbagai obat, kemungnkinan banyaknya pengaruh, dan kecebdrungan terjadinya perdarahan.
Pemasangan Denven shunt diperlukan untuk pemompaan ruang abdomen secara teratur. Pasien dengan pemasangan shunt Le Veen pasien memakainya pada abdomen.
Sebab selama penyembuhan atau pemulihan sistem pendukung yang tinggi penting dalam mempertahankan pengaturan lingkungan.
Pemeliharaan diit yang pantas dan menghindari makanan yang mengandung asam amino dalam memperbaiki gejala dan
Tidak dilakukan sebab hanya dokter yang berwenang menjelaskannya
Memberikan penjelasan tentang sebab timbulnya penyakit dan cara-cara penularannya.
Memberikan penjelasan tentang cara-cara menggunakan obat-obat yang dianjurkan oleh dokter dan selalu melaporkan bila terjadi hal-hal yang nimbulkan gangguan.
Tidak dilakukan karena tidak diindikasikan.
Memberikan penjelasan kepada keluarga supaya selalu memberikan bantuan dan dukungan sepenuhnya kepada pasien dalam pemeliharaan kesehatannya.
Memberikan dan mendemonstrasikan pentingnya nutrisi bagi kesehatan pasien.
Tanggal 18 April 1996Jam 16.00 WIB.
S : Pasien dapat menjelaskan kembali pentingnya nutrisi sesuai diit yang ditetapkan dan tentang penyakitnya, serta cara-cara mencegah penularannya.
O : Pasien dapat mengikuti instruksi yang diberikan secara adekuat.
A : Masalah dapat teratasi
P : Semua intervensi dilanjutkan.
Tekankan pentingnya perawatan lanjutan dan mengikuti terapi yang teratur.
Bahas pembatasan garam dan garam pengganti dalam menu makanan atau obat-obatan.
membantu mencegah keruskan liver lebih lanjut. Dan menulis instruksi dapat membantu pasien bila pulang.
Bentuk kronik dari penyakit memiliki kecendrungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam hidup. Selalu meyediakan kesempatan untuk mengevaluasai kesehatanya dan dapat mengeluarkan asites/edem secara teratur melalui shunt jika diperlukan.
Mengurangi asites dan edem. Pengguanaan yang berlebihan dapat dinilai dengan keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan, zat-zat yang digunakan untuk pembersih mulut yang mengandung garam dan alkohol.
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien untuk selalu kontrol secara teratur tentang kesehatannya.
Memberikan penjelasan tentang pentingnya pembatasan garam dalam makanan atau bahan /cairan lain untuk menghindari edem dan asites.
asuhan keperawatan pasien Ca Buli-buliNo. DIAGNOSA PERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI 1. Nyeri berhubungan dgn penya-
kitnya,penekanan/obstruksijaringan saraf, inpenetrasi pada saraf atau pada pusat N. partway. yang dinaifestasikan dengan :D.S. : Pasien mengeluh nyeri pada sympisis pubis dan menjalar ke seluruh bagian pinggang belakang. Nyeri tidak hilang walaupun di masase.D.O: Sensitifitas (+), Nyeri terbatas, muka tampak tegang, tingkah laku bingung, minta dimasase terus, intensitas nyeri antara 7 - 8 skala nyeri.
Pasien tampak relak-sasi dan memper-lihatkan aktivitas yang menyenangkan dalam keadaan apapun.Tupen : Pasien tahu asal nyerinya sehingga bisa menyadarinya.Bisa relaksasi pada saat nyeri berlangsungTupan:Nyeri hilang/berkurang sete-lah dilakukan tin-dakan pengobatan-/operasi.Tidak ada nyeri sama sekali.
INDEPENDENTTentukan nyeri menge-nai lokasi, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10)
Evaluasi pemberian obat , pembedahan, bio-terapi. Tanyakan hara-pan yang diinginkan.
Beritahukan tentang ada-nya / perlunya hiburan/ musik.
Dorong untuk penanga-nan stres seperti tehnik relaksasi, visualisasi, imaginasi, tertawa dan terapi sentuhan.Evaluasi tingkat ke-ringanan nyeri. Atur cara pengobatan
KOLABORASI
Rencanakan penata-laksa-naan nyeri bersama dokter, pasien dan keluarga.
Berikan analgesik se-suai indikasi
Bantu dokter melakukan tindakan sesuai prose-dur seperti; blok saraf, cordo-tomy
Informasi merupakan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan intervensi.Catatan : Penempilan rasa nyeri sangat individual yang bersifat fisik maupun mental.
Suatu sebab kegelisahan yang umum seperti: nyeri luka operasi, luka bakar, nyeri pinggang, sakit kepala. ter-gantung dari prosedur yang diberikan.
Meningkatkan relaksasi dan membantu mengalihkan per-hatian terhadap nyeri.
Keberhasilan untuk mengu-rangi adalah dengan me-ngontrol nyeri tersebut.
Kerja sama yang baik antara dokter, perawat, pasien serta keluarga dapat mengurangi nyeri.
Nyeri adalah suatu komplikasi kanker walaupun respon individu berbeda. Perubahan akibat penyakit/pengobatan dapat terjadi, mengatur pemberian obat sangat dibutuhkan.Mungkin dapat digunakan dalam beberapa jenis nyeri yang tak responsif untuk tindakan yang diberikan
Tanggal 8-5-1996Melakukan observasi nyeri mengenai lokasi, intensitas dan durasi. Pasien merasa seluruh pinggang nyeri, nyeri lokasi terbatas, berlangsung terus-menerus, kekuatan pada skala 7-8 Melakukan observasi tanda-tanda radang pada pemasangan kateter dengan mengganti balutan, tidak ada tanda-tanda infeksi pada pemasangan kateter, urine lancar, hematuria berkurang.Membantu pasien untuk mengatur posisi tidur yang relaksasi.
Melakukan observasi tingkat nyeri
Memberikan penjelasan tentang cara mengurangi rasa nyeri dengan cara relaksasi dan latihan/pengaturan napas.
Memberikan obat injeksi kedacillin 1 gr/iv/12 jam
Perawat,
Yan M. Asyerem
Tanggal 8-5-1996Melakukan observasi kebu-tuhan
Tanggal 8-5-1996/jam 15.00
S:Pasien mengatakan ma-sih nyeri.O:Pasien minta di masase oleh istrinya.Pasien tampak kesakitan, dan gelisah.
A: Gangguan nyeri belum teratasi.
P: Melanjutkan intervensi yang sama.
Perawat,
Yan M. Asyerem
2.
Gangguan kebutuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pening-katanmetabolisme. Dimani-festasikan dengan :D.S: Pasien mengeluh tidak ada nafsu makan, bila dipaksa makan muntah., berat badan menurun, merasa badan lemah, kurang bertenaga, perut terasa penuh dan perih(sakit), sudah 20 hari tak mau makan nasi dan ikanD.O: Badan kurus, banyak tulang yang menonjol, turgor kulit menurun, masa/tonus otot kurang kuat, lingkar lengan atas 20 cm, BB:45 kg, TB: 165 cm, makanan yang disiapkan R.S habis 1/2 porsai. Tidak ada makanan yang dibawa oleh keluarga, 3 hari konstipasi, Hasil laboratorium :protein total : 6,1 gr/dlalbumin : 3,3 gr/dlglobulin : 2,8 gr/dl
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.Tupen:Nafssu makan adaMual berkurangPorsi makan yang disiapkan habisPerut perih berkurangKonstipasi (-)
Tupan :Turgor kulit membaikKekuatan oto kuatLingkar lengan atas lebih 20 cmBB naik 1 kg/bulanProtein total normal
INDEPENDENT Monitor intake mkanan. Berikan makanan sesuai indikasi.
Lakukan pemeriksaan BB, lingkat otot trisep, ketahui BB dengan pasti
Kontrol lingkungan , misal-nya kegaduhan, keributan, dan menghindari makanan manis/pedas/lemak.
Identifikasi sampai sejauh mana pasien dapat meng-antisipasi mual/muntah.
Ciptakan komunikasi secara terbuka untuk mengatasi anoreksia
KOLABORASI
Lihat kembali hasil labo-ratorium , misalnya lympatik total, konsentrasi albumin , serum.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi misalnya: comparine, Tareeam, Anti-kolenergik, antihistamin., Antasida.
Pasang magslang untuk memasukkan makanan atau pemberian secara parenteral jika diindikasikan.
Identifikasikan nutrisi yang berlebihan/kekurangan
Jika ini dilakukan maka perawat dapat mengetahui berapa energi yang dibu-tuhkan.
Dapat merangsang mual / muntah
Psykogenik mual / muntah terjadi sebelum pemberian kemoterapi. Jangan diberikan antiemetik. Rubah pengobatan dengan kegiatan, nutrisi /pengobatan lain yang lebih efektif.
Salah satu penyebab ano-reksia adalah distres, emosi, khususnya pasien merasa frustasi kalau makan.
Bantu identifikasi derajat keseimbangan biokimia / malnutrisi dengan pemeli-haraan diet yang tepat.
Banyak reaksi anti enzym untuk merangsang pusat muntah dan daerah kemo-reseptor yang menghambat penyakit peristaltik. Dan menekan iritasi gastrik dan memperbaiki ulserasi mukosa.
Dalam hal terjadi malnutrisi , misalnya BB menurun 25-30 % dalam 2 bulan atau pasien dengan NPO yang selama 5 hari dan tidak ada intake makanan selama 1 minggu
nutrisi. Memberikan motivasi untuk makan serta membantu pasien untuk makan roti, habis 1/3 porsi.Tidak mengukur BB karena kondisi pasien yang lemah. Melakukan pengukuran lingkar lengan atas 15 cm.
Menanyakan tentang kegaduhan ruangan bagi pasien, pasien merasa terganggu.
Mengkaji apakah pasien masih merasa mual /tidak. Mual (+) tetapi masih bisa ditahan . Serta mengkaji penyebab mual dan anoreksia yaitu peurt yang nyeri.
Mengidentifikasi hasil labora-torium dan merencanakan pemeriksaan ulang labora-torium.
Perawat,
Tanggal 8-5-1996/jam 16.00S : Pasien mengatakan akan berusaha makan untuk memenuhi kebu-tuhan tubuh.Nafsu makan ada
O : Pasien mau makan habis 1/3 porsi yang disiapkan.Mual berkurang, muntah (-), nyeri perut berku-rang,
A : Gangguan kebutuhan nutrisi belum teratasi
P : Mempertahankan rencana tiondakan / Me-modifikasi sesuai kebu-tuhan pasien.
Perawat,
Yan M. Asyerem
3.
Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang kurang dimanifestasikan dengan :D.S: Pasien mengeluh haus, tetapi kalau minum banyak terasa sesak pada dada, minum tidak habis 500 cc selama sehari semalam (dengan menunjukkan gelas yang dipakai ukuran)
D.O: Pasien kurang minum, intake 600cc/hari, integritas kulit kering, turgor menurun, output urine 700 cc/hari, akral dingin, sianosis, kapiler refill lambat,
Gangguankeseimban gan cairan tak terjadi ditandai dengan : tanda vital baik, mukosa membran basah, turgor kulit baik, kepiler refill baik, output urin sama dengan intake cairan
INDEPENDENTMonitor intake dan output dengan spesifik gravity, penyebab output seperti diare, cairan drain, selama 24 jam
BB ditimbang setiap hari
Kaji turgor kulit, kelem-babab mukosa membran,
Usahakan peningkatan intake cairan 300 cc/hari sesuai indikasi
Observasi perdarahan seper-ti lesi pada mukosa mem-bran, hematuria, sisa bekas infeksi, ekimosis, petekia,
Batasi penggunaan /penu-sukan dengan jarum.
KOLABORASISiapkan IV / infus bila diindikasikan.
Vitamin-vitamin seperti : Vitamin A,D,E, dan B6
Keseimbangan cairan secara kontinue selalu diobservasi menurunkan renal output, konsentrasi urin pekat. Seperti gejala dehidrasi dan membutuhkan rehidrasi cai-ran.Merupakan indikasi kedua dalam keseimbangan cairan
Merupakan indikasi tak langsung dalam menunjukkan derajat dehidrasi
Membantu dalam memulihkan keseimbangan caiarn dan elektrolit untuk mengurangi faktor resiko seperti perdarahan, cistitis
Identifikasi dengan cepat dpt dilakukan intervensi yang tepat pula
Hindari terjadinya perdarahan dan infeksi
Mencegah gangguan absorbsi vitamin . Kekurangan vitamin B6 dapat menekan konstribusi dan irritability.
Tanggal 8-5-1996Melakukan observasi tanda vital : TD: 120/70 mmhg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 37,2 der Cel.
Melakukan observasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.mata cekung, turgor kulit menurun, integritas kulit kurang, intake 600 cc/24 jam, output : 700 cc/24 jam, Hb: 10,7 gr/dl, Ht: 31 %
Tidak melakukan sebab kondisi pasien sangat lemah.
Mengkaji turgor kulit menurun
Memberikan motivasi untuk minum banyak yaitu 3 liter/24 jam dibagi dalam 100 cc/jam.
Melakukan observasi perda-rahan yang terjadi tiap 2-3 jam. Hematuria (-), bekas injeksi (-) petekia (-), ekimosisi (-), infeksi (-).
Berusaha seminimal mungkin penggunaan jarum dalam pemeriksaan dan pemberian obat.Tidak diindikasikan
Perawat,
Tanggal 8-5-1996/jam 16.00S: Pasien tidak ada nafsu untuk minum sebab bila minum terasa sakit di dada dan perut
O: Input 600 cc/24 jam sedangkan output 1300 cc/24 jam, turgor kulir menurun,
A: Gangguan keseim-bangan cairan dan elek-trolit belum teratasi
P: Melanjutkan inter-vensi yang telah diten-tukan.
Perawat,
Yan M. Asyerem
NAMA KLIEN : Tn. Moh. Hatta ASUHAN KEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT: Irna B Lt. 4 Kiri MATA AJARAN : TKK I NAMA MAHASISWA : Sulastri
No. DIAGNOSA PERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
2. Kekurangan gizi : penurunan BB berhubungan dengan : Diit inadekuat Ketidakmampuan proses
masuknya nutrisi. Anoreksia : mual/muntah,
ketidakmampuan mencerna, asites.
Abnormal fungsi perut.
Ditandai dengan : BB menurun, Perubahan peristaltik dan fungsinya, ketidakseimbangan nutrisi.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi : BB sesuai
dengan tujuan nilai laboratorium normal.
Tanda-tanda lebih lanjut tidak memperlihatkan malnutrisi.
INDEPENDENTUkur jumlah kalori yang masuk.
Bandingkan BB dengan perubahan dalam status cairan, riwayat BB sekarang, ukuran kulit triseps.
Bantu dan dorong pasien untuk makan :Terangkan sebab dan bentuk diit makanan pasien jika mudah lelah atau beri bantuan pasien.Pertimbangkan pilihan pasien.
Bimbing/anjurkan pasien untuk makan bubur/makanan lunak.
Hidangkan makanan bubur dan sering
Sediakan garam pengganti jika mengijinkan, hindari tekanan isi ammonium.
Menyiapkan informasi tentang kebutuhan intake.
Dengan mengkaji status BB secara langsung sukar dilakukan karena adanya edem/asites.
Pengukuran otot triseps berguna untuk melihat perubahan dalam massa otot dan cadangan lemak subkutan.
Diit yang sesuai adalah untuk menunjukkan adanya kesembuhan.
Pasien makan lebih banyak jika keluarga dilibatkan dalam memberiakan makanan.
Pasien hanya memilih beberapa makanan sehingga tidak tertarik pada makanan karena nausea, lemah/malaise.
Kurangnya toleransi makanan yang lebih kasar akan meningkatkan tekanan intra abdomen/asites
Garam pengganti meningkatkan selera makan /nafsu makan.Ammonia resiko untuk terjadinya
Melakukan pengukuran jumlah kalori bersama-sama bagian gizi
Melakukan pengukuran BB, lingkaran otot triseps, dan pemberian cairan.
Memberikan motivasi bersama keluarga agar pasien dapat memakan makanan yang telah disiapkan.Mempetimbangkan atau membahas permintaan pasien bertsama bagian gizi.
Menyiapkan makanan lunak/bubur sesuai didit yang ditentukan.
Menyiapkan makanan lunak/bubur sesuai didit yang ditentukan.
Tidak dilakukan karena tidak diindikasikan
Tanggal 18 April 1996Jam : 16.00 WIB.
S : Pasien mengungkapkan bahwa nafsu makannya baik cuma makananan yang kurang.
O : nafsu makan baik, porsi yang disiapkan habis, turgor kulit edem, asites, BB tetap (63 kg)., lingkar otot triseps : cm. Pemerikasaan laboratorium tak dilakukan sebab tidak di indikasi kan.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Semua intervensi dilanjutkan.
Batasi intake yang mengandung cyferin, gas, atau pedas yang terlalu panas atau dingin.
Sediakan makanan halus jika ada indikasi.
Sediakan makanan secara rutin yang disetujui sebelumnya.
Hindarkan gangguan istirahat pasien
Anjurkan pasien untuk tidak merokok
KOLABORASI
Monitor keadaan laboratorium seperti serum glukosa, albumin, total protein, ammonia.
Pelihara status indikasi NPD.
encepalopati.
Bantuan untuk mengurangi iritasi gastrik / diare dan kegelisahan yang abnormal yang dapat merusak intake oral.
Perdarahan dari esfangeal varises mungkin dapat terjadi.
Pasien mudah untuk makan walaupun sakit atau kesukaran makan dan anoreksia.
Menghemat energi sisa metabolisme untuk memenuhi metabolisme liver dan meningkatkan pemulihan sel.
Mengembalikan aktivitas gastrik dan menjaga resiko iritasi.
Glukosa mungkin menurun sebab kerusakakan da;lam glykogenesis, glykogen habis, atau intake yang tidak adekuat.
Protein rendah sebab rusaknya metabolisme, penurunan fungsi hati dan asites.
Tingginya tekanan amonia mungkin memerlukan batasan protein yang masuk untuk mencegah komplikasiyang erius.
Pada kedaan istirahat GI memerlukan sisa metabolisme untuk memenuhi liver memproduksi amonia/urea
Memberikan makanan/minuman sesuai diit yang ditentukan.
Mernyediakan makanan sesuai diitnya.
Menyiapkan makanan sesuai waktu yang telah ditentukan.
Menciptakan suasana yang nyaman dan aman serta mengatur posisi tidur pasien yang menyenangkan.
Memberikan penjelasan tentang bahaya rokok bagi kesehatannya.
Tidak dilakukan karena tidak/beluam diindikasikan.
Menganjurkan agar pasien bedrest dan bergerak bila perlu.
Konsul diit unruk mempersiapkan diit tinggi kalori dan karbohidrat yang cukup, rendah lemak, protein cukup, sodium, dan cairan yang cukup.Sediakan cairan tambahan bila ada indikasi.
Tinggi kalori dalam makanan dapat meningkatkan pasien menggunakan otot-ototnya.
Karbohidrat dapat meningkatkan energi, lemak sedikit mempermudah asorbsi sehingga liver tidak berfungsi dan untuk meningkatkan gairah makan.
Protein yang seimbang dapat meningkatkan regenerasi sel dan terjadi edem.
Melakukan kolaborasi dengan bagian gizi untuk memperhatikan keadaan gizi pasien.
NAMA KLIEN : Tn. Moh. Hatta ASUHANKEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT: Irna B Lt. 4 Kiri MATA AJARAN : TKK I NAMA MAHASISWA : Sulastri
No. DIAGNOSA PERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosa, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan : Interpretasi yang keliru Tidak mengenal sumber
informasi.Ditandai dengan : Bertanya untuk
mendapatkan informasi Menyatakan konsep yang
salah Tidak mengikuti intruksi
secara akurat.
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi : Dapat
mengungkapkan proses penyakit/prognosa penyakit.
Melakukan perubahan pola hidup secara hati-hati dan partisipasi dalam perawatan.
INDEPENDENTKaji kembali proses dan prognosa serta harapan masa depan.
Batasi ketergantungan pada alkohol. Berikan informasi tentang lembaga rehabilitasi kecanduan alkohol bagi masyarakat.
Berikan alternatif bagi pasien mengenai akibat dari pengobatan dan pentingnyapengunaan obat yang jelas sesuai dengan riwayat sakit.
Kaji kembali prosedur untuk pemeliharaan fungsi peritovenous shunt yang ada saat itu.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi dukungan orang lain.
Menekankan pentingnya nutrisi yang baik, hindari makanan yang mengandung lemak dan menulis instruksi diitnya.
Berikan dasar-dasar pengetahuan dimana pasien dapat melakukan pemilihan informasi.
Alkohol adalah penyebab yang paling umum dalam terjadinya cirosis hati/hepatoma.
Beberapa obat bersifat hepatoxic (khususnya narkotik, sedativa, dan hypnotic) dalam hal ini kebutuhan liver menurun tidak sesuai dengan metabolisma berbagai obat, kemungnkinan banyaknya pengaruh, dan kecebdrungan terjadinya perdarahan.
Pemasangan Denven shunt diperlukan untuk pemompaan ruang abdomen secara teratur. Pasien dengan pemasangan shunt Le Veen pasien memakainya pada abdomen.
Sebab selama penyembuhan atau pemulihan sistem pendukung yang tinggi penting dalam mempertahankan pengaturan lingkungan.
Pemeliharaan diit yang pantas dan menghindari makanan yang mengandung asam amino dalam memperbaiki gejala dan
Tidak dilakukan sebab hanya dokter yang berwenang menjelaskannya
Memberikan penjelasan tentang sebab timbulnya penyakit dan cara-cara penularannya.
Memberikan penjelasan tentang cara-cara menggunakan obat-obat yang dianjurkan oleh dokter dan selalu melaporkan bila terjadi hal-hal yang nimbulkan gangguan.
Tidak dilakukan karena tidak diindikasikan.
Memberikan penjelasan kepada keluarga supaya selalu memberikan bantuan dan dukungan sepenuhnya kepada pasien dalam pemeliharaan kesehatannya.
Memberikan dan mendemonstrasikan pentingnya nutrisi bagi kesehatan pasien.
Tanggal 18 April 1996Jam 16.00 WIB.
S : Pasien dapat menjelaskan kembali pentingnya nutrisi sesuai diit yang ditetapkan dan tentang penyakitnya, serta cara-cara mencegah penularannya.
O : Pasien dapat mengikuti instruksi yang diberikan secara adekuat.
A : Masalah dapat teratasi
P : Semua intervensi dilanjutkan.
Tekankan pentingnya perawatan lanjutan dan mengikuti terapi yang teratur.
Bahas pembatasan garam dan garam pengganti dalam menu makanan atau obat-obatan.
membantu mencegah keruskan liver lebih lanjut. Dan menulis instruksi dapat membantu pasien bila pulang.
Bentuk kronik dari penyakit memiliki kecendrungan untuk terjadi komplikasi yang mengancam hidup. Selalu meyediakan kesempatan untuk mengevaluasai kesehatanya dan dapat mengeluarkan asites/edem secara teratur melalui shunt jika diperlukan.
Mengurangi asites dan edem. Pengguanaan yang berlebihan dapat dinilai dengan keseimbangan cairan dan elektrolit, makanan, zat-zat yang digunakan untuk pembersih mulut yang mengandung garam dan alkohol.
Memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien untuk selalu kontrol secara teratur tentang kesehatannya.
Memberikan penjelasan tentang pentingnya pembatasan garam dalam makanan atau bahan /cairan lain untuk menghindari edem dan asites.
CATATAN PERKEMBANGAN
RUANG :KLAS :
NAMA LENGKAP : UMUR : KELAMIN : NO. D.M :
NO/TGL DX. KEPERAWATAN PERKEMBANGAN ( PARAF )
LANJUTAN ASUHAN KEPERAWATAN Tn : AbdullahBangsal : Irna A Lt. IV Kanan RSCM Nama Mahasiswa : Yan M. Asyerem
DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI
Nyeri berhubungan dengan proses penyakitnya
Tanggal 9-5-1996
Melakukan observasi nyeri :Nyeri terasa terus menerus, lokasi tetapi (pubis -pinggang) dan kekuatan pada skala 7-8Pasien merasa semua badan sakit dan minta dimasaseMinta obat untuk menghilangkan nyeri
Mengobservasi pemesangan kateter dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Mengkaji kembali tentang cara mengurangi nyeri yang dilakukan pasien dan motivasi keluarga .Kolaborasi dengan dokter untuk memberitahukan tentang penyakitnya. Karena pasien/keluarga selalu menanyakan penyakitnya Dokter menunggu bila keluarganya datang sendiri ke dokter.
Perawat
Yan M Asyerem
Tanggal 9-5-1996/Jam 16.00 Wib.
S: Nyeri masih terasa, tidak berkurangPasien merasa seluruh badan nyeri
O: Di masase isterinya, gelisah
A: Gangguan rasa nyeri belum teratasi
P: Memberitahukan keluarganya untuk bertanya pada dokter sehingga keluarga tahu asalnya nyeri tersebuit. Intervensi tetap dilanjutkan.
Perawat,
Yan M. Asyerem
Gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan intake yang kurang
Tanggal 9-5-1996
Mengkaji kembali sampai sejauhman pasien bisa makan. Pasien bisa makan 1/2 porsi + makanan yang dibawa dari rumah
Mengkaji apakah pasien masih merasa mual/muntah. Pasien merasa masih mual
Menjelaskan bahwa mual disebabkan oleh proses penyakitnya,
Perawat,
Yan M. Asyerem
Tanggal 9-5-1996/Jam 16.00 Wib.
S: Nafsu makan masih berkurang
O: Makan habis 1/2 porsi (bubur), badan tetap kurus, Albumin : 3,3 gr/dl
A: Gangguan nutrisi belum teratasi
P: Melanjutkan intervensi serta modifikasi lainnya.
Perawat,
Yan M. Asyerem
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Tanggal 9-5-1996
Melakukan observasi tanda vital : TD: 120/70 mmhg, Nadi : 88 x/menit, Suhu : 37 Derj. Cel, RR: 24 x/menit.
Mengobservasi adanya radang pada genitalia; mengganti balutan, radang tidak terjadi, urin lancar, jernih, hematuria (-), Output : 500 cc/24 jam
Mengambil darah untuk mengecek
Tanggal 9-5-1996/Jam 16.00 Wib.
S: Pasien merasa haus, nafsu minum tidak adaO: Sering menunda minum yang diberikan. Minum sedikit-sedikit dan tidang sering. Kalau tidak dipaksa pasien tidak akan minum.
A: Gangguan cairan belum teratasi
P: Melanjutkan intervensi
ulang hasil laboratorium:DPL : Hb, Ht, Eritrosit, Hasil belum ada
Memberikan minum : intake 1000 cc/perhariBibir tampak keringTurgor menuru
Perawat,
Yan M. Asyerem
Perawat,
Yan M. Asyerem