Transcript

ASKEP HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)PengertianDiskus Intervertebralisadalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)Hernia Nukleus Pulposusbisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)PatofisiologiProtrusi atau ruptur nukleus pulposus biasanya didahului dengan perubahan degeneratif yang terjadi pada proses penuaan. Kehilangan protein polisakarida dalam diskus menurunkan kandungan air nukleus pulposus. Perkembangan pecahan yang menyebar di anulus melemahkan pertahanan pada herniasi nukleus. Setela trauma *jatuh, kecelakaan, dan stress minor berulang seperti mengangkat) kartilago dapat cedera.Pada kebanyakan pasien, gejala trauma segera bersifat khas dan singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cedera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan maupun tahun. Kemudian pada degenerasi pada diskus, kapsulnya mendorong ke arah medula spinalis atau mungkin ruptur dan memungkinkan nukleus pulposus terdorong terhadap sakus dural atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal.

Hernia nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteria radikularis berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi kalau tempat herniasi di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya ditengah-tengah tidak ada radiks yang terkena. Lagipula,oleh karena pada tingkat L2 dan terus kebawah sudah tidak terdapat medula spinalis lagi, maka herniasi di garis tengah tidak akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior.Setelah terjadi hernia nukleus pulposus sisa duktus intervertebralis mengalami lisis sehingga dua korpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.

Manifestasi KlinisNyeri dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal (jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh).Pemeriksaan Diagnostik1. RO Spinal : Memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang2. MRI : untuk melokalisasi protrusi diskus kecil sekalipun terutama untuk penyakit spinal lumbal.3. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada MRI4. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena.Penatalaksanaan1. PembedahanTujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.Macam : Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan radiks Laminotomi : Pembagian lamina vertebra. Disektomi dengan peleburan.2. ImmobilisasiImmobilisasi dengan mengeluarkan kolor servikal, traksi, atau brace.3. TraksiTraksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang dikaitkan pada katrol dan beban.4. Meredakan NyeriKompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.

Pengkajian1. AnamnesaKeluhan utama, riwayat perawatan sekarang, Riwayat kesehatan dahulu, Riwayat kesehatan keluarga2. Pemeriksaan FisikPengkajian terhadap masalah pasien terdiri dari awitan, lokasi dan penyebaran nyeri, parestesia, keterbatasan gerak dan keterbatasan fungsi leher, bahu dan ekstremitas atas. Pengkajian pada daerah spinal servikal meliputi palpasi yang bertujuan untuk mengkaji tonus otot dan kekakuannya.3. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa Keperawatan yang Muncul1. Nyeri b.d Kompresi saraf, spasme otot2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.Intervensi1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot

Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 10 Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi Bantu pemasangan brace / korset Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan Ajarkan teknik relaksasi Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus

Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu. Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat. Kolaborasi : analgetik3. Ansietas b.d tidak efektifnya koping individual

Kaji tingkat ansietas pasien Berikan informasi yang akurat Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya. Libatkan keluarga4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis

Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan Berikan informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong Diskusikan mengenai pengobatan dan efek sampingnya. Anjurkan untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 20022. Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.3. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998.4. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996.5. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996.6. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993

ASKEP HNP (Hernia Nukleolus Pulposus)

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Hernia Nukleolus Pulposus adalah suatu keadaan damana tulang anulus dan nukleus berkurang keelastisannya hingga mengakibatkan herniasi dari nukleus hingga anulus yang menekan serabut saraf spinal dan menimbulkan rasa sakit ( Long, 1996)Hernia Nukleolus Pulposus adalah hernia yang terjadi pada sumsum tulang belakang. Hernia ini terjadai karena nukleus pulposus yang berada diantara dua tulang belakang menonjol keluar ( Oswari, 2000 )Hernia Nukleolus Pulposus adalah herniasi yang banyak terjadi pada L4 L5 atau tulang antara L5 S1 yang menimbulkan nyeri punggungbawah disertai derajat gangguan sensorik dan motorik ( Brunner & Suddarth, 2001 )

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Hernia Nukleolus Pulposus adalah suatu keadaan dimana terganggunya saraf-saraf tulang belakang khususnya daerah lumbal sehingga menyebabkan perasaan nyeri daerah punggung yang dapat menjalar ke daerah ekstremitas.

B. PatofisiologiHerniasi Discus Intervertebralis ke segala arah dapat terjadi akibat trauma atau stres fisik. Herniasi ke arah superior atau inferior melalui lempeng kartilago masuk ke dalam korpus vertebra dinamakan sebagai Nodul Schmorl ( biasanya dijumpai secara insidentil pada gambaran radiologi atau otopsi ). Kebanyakan herniasi terjadi pada arah posterolateral sehubungan dengan faktor-faktor : nukleus pulposus yang cenderung terletak lebih jauh di posterior dan adanya ligamentum longitudinalis posterior yang cenderung memperkuat anulus fibrosus di posterior tengah. Peristiwa ini dikenal juga dengan berbagai sebutan lain seperti ; ruptur anulus fibrosus, hernia nulleus pulposus, ruptur discus, hernia discuc dan saraf terjepit.Mula-mula nukleus pulposus mengalami herniasi melalui cincin konsentrik anulus fibrosus yang robek, dan menyebabkan cincin lain di bagian luar yang masih intak menonjol setempat ( Fokal ). Keadaan seperti ini dinamakan sebagai Protusio Discus. Bila proses tersebut berlanjut, sebagai materi nukleus kemudian akan menyusup keluar dari discus ( discus Ekresi ) ke anterior ligamen longitudinalis posterior ( herniasi discus fragmen bebas ).Biasanya protusio ekstraksi discus posterolateral akan menekan akar saraf ipsilateral pada tempat keluarnya saraf dari kantong deva ( masalnya herniasi discus L4 L5 kiri akan menjepit akar saraf L5 kiri ). Jepitan saraf akan menampilkan gejala dan tanda redikuler sesuai dengan distribusi persarafannya. Herniasi discus sentral yang signifikan dapat melibatkan beberapa elemen Kauda Equina pada kedua sisi, sehimgga menampilkan rRadiokulopatia bilateral atau bahkan juga gangguan sfingter seperti retensio urine.Klasifikasi Hernia Discus tergantung pada lokasi yang terkena adalah L5, nyeri yang terjadi di atas sendi sakroiliaka, panggul, lateral paha dan betis, medial kaki ( nyeri yang menjalar turun dari panggul dan tungkai disebutIshalgia)Kelemahannya dapat mengakibatkan Foot drop dan kerusakan melakukan dorsofleksi kaki dan atau ibu jari kaki kesukaran berjalan pada tumit, parastenia terjadi di lateral tungkai bagian distal kaki dan antara ibu jari tengah kaki. Atropi tidak jelas, refleks biasanya tidak nyata, refleks lutut atau pergelangan kaki dapat hilang.

C. Penatalaksanaan Penatalaksanaan pada Hernia Nukleolus Pulposus terdiri dari penatalasanaan medis ( penatalaksanaan pembedahan ) dan penatalaksanaan keperawatan pre dan post oporasi.a.Penatalaksanaan Medis ( pembedahan ) pada region lumbal meliputi eksisi discus lumbal melalui Laminectomy posterolateral dan tehnik Mikrodisektomy baru dan Disektomy perkutaneus. Mikrodisektomy menggabungkan operasi dengan Mikroskop untuk melihat potongan yang terganggu dan menekan akar saraf. Ini dilakukan dengan sayatan kecil ( 2,5 cm )dan kehilangan darah sedikit dan dilakukan sekitar 30 menit. Umumnya menbutuhkan waktu perawatan di rumah sakit dalam waktu yang pendek dan pasien lebih cepat pulih.Disektomy perkutaneus merupakan pengobatan alternatif pada herniasi potongan Intervertebral pada spinal lumbal tingkat L4 L5. Salah satu pendekatan dalam pelaksanaannya denagn menyayat 2,5 cm daerah di atas kepala Iliaka. Sebuah selang, trokar atau kanul dimasukkan dengan bantuan sinar X melalui ruang Retroperitoneal untuk masuk ke dalam ruang diskus. Panjang instrumen harus digunakan untuk mengangkat diskus. Operasi menggunakan waktu sekitar 15 menit. Kehilangan darah dan nyeri minimal dan pasien umumnya keluar dalam dua hari setelah pembedahan. Kerugian prosedur ini meliputi kemungkinan kerusakan pada lokasi struktur yang dilalui dalam pembedahan.

b. Penatalaksanaan keperawatan1. Pre operasiKebanyakan pasien takut dilakukan pembedahan pada bagian spinal. Dan dengan demikian membutuhkan keyakinan ( bahwa pembedahan tidak melemahkan bagian belakang tubuh ) dan menjelaskan seluruh proses. Bila data dikumpulkan berupa riwayat kesehatan beberapa keluhan nyeri, parastersia, dan spasme otot perlu dicatat untuk memberikan dasar sebagai perbandingan setelah pembedahan. Pengkajian pra operasi harus juga meliputi evaluasi pada gerakan eksstremitas. Demikian pula fungsi kandung kemih dan usus besar. Untuk memfasilitasi prosedur membalik pra operasi pasien diajarkan berbalik dengan cara serempak satu kesatuan ( digelinding ) sebagai bagian persiapan pra operasi. Bentuk-bentuk lain cara yang dilakukan pasca operasi yang harus dilatih sebelum pembedahan adalah nafas dalam, batuk, dan latihan otot-otot yang akan membantu mempertahankan tonus otot.

2.Pasca operasiSetelah eksisi lumbal discus, maka perlu dilakukan pengecekan dengan sering terhadap tanda-tanda vital dan luka terhadap adanya perdarahan karena cidera vaskular adalah komplikasi pembedahan diskus perlu juga dievaluasi sensasi dan kekuatan motorik pada ekstremitas bawah secara teratur dan spesifik deemikian pula dengan warna dan temperatur kaki dan sensasi jari-jari kaki. Selain itu penting juga untuk mengkaji kemungkinan retensi urine. Tanda-tanda yang mungkin , terjadi kerusakan neurologik. Dapat diajarkan kepada klien tentang bagaimana membalikkan tubuh di atas tempat tidur dan dijelaskan agar melkukan latihan secara rutin. Hindarkan duduk kecuali untuk defekasi. Posisi lutut yang fleksi sedikit dapat memberikan relaksasi otot bagian belakang tubuh. Klien dibantu untuk bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain yang bertujuan untuk mengurangi tekanan. Tetapi lebih dahuklu diyakinkan bahwa tidak ada cidera yang diakibatkan oleh perpindahan posisi. Membalikkan klien dilakukan dengan tubuh sebagai kesatuan unit ( digelindingkan ) tanpa adanya lekukan pada bagian punggung.D. PengkajianPengkajian pada klien dengan Hernia Nukleolus Pulposus menurut Marillyn E. Doenges, 2001 adalah :1. Aktivitas/ istirahatKlien mempunyai riwayat pekerjaa yang perlu mengangkat benda berat, dudukmengemudi dalam waktu lama. Membutuhkan papan atau metras keras saat tidur, penurunan rentang gerak dari ektremitas pada salah satu bagian tubuh. Tidak mampu mekukan aktivitas yang biasanya dilakukan. Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena dan gangguan dalam berjalan.2. EleminasiKonstipasi, mengalami kasakitan dalam defekasi, adanya inkontinensia/ retensi urine.3. NeurosensoriKesemutan, kekakuan, kelemahan tangan dan kaki, penurunan refleks tendon dalam, kkelemahan otot, hipotonia, nyeri tekan,/ spasme otot paravertebralis dan penurunan persepsi nyeri.4. Nyeri/ ketidaknyamananNyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin, membungkukkan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher. Nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermitten, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong ( lumbal ) atau bahu/ lengan, kaku pada leher ( servical ).Terdengar adanya suara krek saat nyeri bahu timbul/ saat trauma atau merasa punggung patah, keterbatasan untuk mobilisasi/ membungkuk ke depan. Sikap : dengan cara bersandar pada bagian tubuh yang terkena. Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang. Pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena.5. KeamananAdanya riwayat masalah punggung yang barusaja terjadi.6. PembelajaranGaya hidup monoton atau hiperaktif.Rencana pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam transportasi, perawatan diri dan menyelesaikan tugas-tugas rumah.

E. Pemeriksaan penunjang1. Foto Ronsen spinal : memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulangbelakang/ ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan petologis lain seperti tumor, osteomielitis.2.Elektromielografi : dapat melokalisasi lesi pada yingkat akar saraf spinal utama yang terkena3.Venogram epidural : dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari Miografi terbatas.4.Fungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah.5.Tanda Le Seque (tes dengan mengangkat klaki lurus ke depan ) mendukung diagnosa awal dari herniasi Diskus Intervertebralis ketika muncul nyeri pada kaki posterior.6.CT Scan : dapat menunjukkan kanal spinal yamg mengecil, adanya potensi Discus Intervertebralis.7.MRI : pemeriksaan non inpasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan dan dapat memperkuat bukti adanya Herniasi Discus.8.Mielogram : mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang discus menentukan lokasi dan ukuran Herniasi secara spesifik.

F. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang muncul pada Hernia Nukleolus Pulposus adalah :1.Nyeri akut/ kronis yang dapat dihubungkan dengan agen pencedera fisik, kompresi saraf, cedera otot.2.Kerusakan mobilitas fisik yang dapat dihubungkan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot, terapi restriktif misalnya : tirah baring, traksi, kerusakan neurovaskuler.3.Anxietas/ koping, individual, takefektif yang dapat dihubungkan dengan situasi krisis, ststus sosioekonomik, peran fungsi gangguan berulang dengan nyeri terus menerus , ketidak adekuatan relaksasi, latihan sedikit atau tidak sama sekali, ketidak adekuatan metode koping.4.Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan yang dapat dihubungkan dengan keselahan informasi, keselahan interpretasi, informasi kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber informasi.

G. PerencanaanSetelah diagnosa keperawatan ditemukan dilanjutkan dengan penyusunan rencana untuk masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas dagnosa keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :1.Nyeri akut/ kronis yang dapat dihubungkan dengan agen pencedera fisik, kompresi saraf, spasme ototTujuan : Nyeri akut/ kronis hilang/ berkurangKriteria hasil: a). Klien tampak rileks dan melaporkan nyeri hilang/ berkurangb). Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan.c). Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik ( mis : keterampilan relaksasi modifikasi prilaku ) untuk menghilankan nyeri.

Intervensi keperawatan :a). Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lama serangan, faktor pencetus/ yang memperberat. Minta pasien untuk menetapkan pada skala 0 10b). Mempertahan tirah baring selama fase akut. Letakkan pasien pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggan dan lutut dalam keadaan fleksi; posisi terlentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10 - 30 atau pada posisi lateral.c). Gunakan logroll ( papan ) selama melakukan perubahan posisi.d). Bantu pemasangan brace/ Korset.e). Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.f). Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau oleh pasien.g). Instruksikan pasien untuk melakukan tehnik relaksasi/ visualisasih). Instruksikan untuk melkukan mekanika tubuh/ gerakan yang tepat.i). Berikan kesempatan untuk berbicara/ mendengarkan masalah pasien.

Intervensi kolaborasi :a). Berikan tempat tidurortopedik/ letakkan papan di bawah kasur/ matras.b). Berikan obat sesuai dengan kebutuhan.c). Pasang penyokong fisik seperti Brace lumbal, Kolar servikal.d). Pertahankan traksi jika diperlukan.e). Konsultasikan dengan ahli terapi fisik.f). Berikan instruksi tertentu pada pasca prosedur Mielografi jika perlu seperti : jaga jangan sampai aliran terlalu cepat, posisi tidur datar atau ditinggikan 30 sesuai indikasi selama beberapa jam.g). Bantu untuk persiapan pemasangan TENS.h). Rujuk ke klinik nyeri

2. Kerusakan mobilitas fisik yang dapat dihubungkan dengan nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot terapi restriktif misalnya : tirah baring, trajsi, kerusakan neurovaskuler.Tujuan : Tidak terjadi kerusakan mobilitas fisik.

Kriteria evaluasi :a). Klien mengungkapkan pemahaman tentang situasi/ faktor risiko dan aturan pengobatan individual.b). Mendemonstrasikan tehnik prilaku yang mungkinc). Mempetahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan atau kompensasi.

Intervensi mandiri :a). Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.b). Catat respon emosi/ prilaku pada imobilisasi. Berikan aktivitas yang sesuai dengan pasien.c). Ikuti aktivitas/ prosedur dengan metode istirahat. Anjurkan pasien untuk tetap ikutberperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu.d). Bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak aktif atau pasif.e). Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah/ lutut. Nilai adanya edema, erytema pada ekstremitas bawah.f). Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.g). Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti alat bantu jalan, tongkat.h). Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelahsetiap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit di bawah Brace, dengan periode waktu tertentu.

Intervensi Kolaborasi :a). Berikan obat menghilangkan nyeri kira-kira 30 menit sebelum memindahkan/ melukukan ambulasi pasien.b). Pakaikan stokoing anti emboli

3. Anxietas/ koping, individual, takefektif yang dapat dihubungkan dengan krisis situasi, status sosioekonomi, peran fungsi. Gangguan berulang dengan situasi nyeri terus menerus, ketidak adekuatan relaksasi, latihan sedikit atau tidak sama sekali, ketidak adekuatan metode koping.Tujuan : Cemas/ anxietas hilang/ berkurang.Kriteria evaluasi :a). Klien tampak rileks dan melaporkan anxietas berkurang pada tingkat dapat diatasi.b). Mengidentifikasi ketidak efektifan prilaku koping dan konsekuensinya.c). Mengkaji situasi terbaru dengan akurat.d). Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah.e). Mengembangkan remcana untuk perubahan gaya hidup yang perlu.

Intevensi mandiri :a). Kaji tingkat anxietas pasien.b). Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.c). Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan dalam pekerjaan/ finansial, perubahan peran dan tanggung jawab.d). Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.e). Catat prilaku dari orang terdekat/ keluarga yang meningkatkan peran sakit pasien.

Intervensi Kolaborasi :Rujuk pada kelompok penyokong yang ada, pelayanan sosial, konselor pinansial/ konselor kerja, psikoterapi dan sebagainya.4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan tindakan yang dapat dihubungkan dengan kesalahan informasi, kesalahan interpretasi, informasi kurang mengingat, tidak mengenal sumber-sumber informasi.Tujuan : Klien mengetahui, mengerti, tentang kondisi, prognosis dan tindakan yang akan dilakukan.Kriteria evaluasi :a). Klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan.b). Melakukan kembali perubahan gaya hidup.c). Berpartisipasi dalam aturan tindakan.

Intervensi mandiri :a). Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan seperti hindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu yang lama.b). Berikan informasi tentang berbagai hal serta instruksikan pasien untuk melakukan perubahan dinamika tubuih tanpa bantuan dan juga melakukan latihan termasuk informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong.c). Diskusikan mengenai pengobatan dan beberapa efek sampingnya.d). Anjurkan untuk menggunakan papan/ matras yang keras. Bantal kecil yang agak datar di bawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan hindari posisi terlungkup.e). Diskusikan mengenai kebutuhan diet.f). Hindari pemakaian pemanas dalm waktu yang lama.g). Lihat kembali pemakaian kolar leher yang lunak.h). Anjurkan untuk melakukan evaluasi medis secara teratur.i). Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu untuk dilaporkan pada evaluasi berikutnya seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi/ kemampuan untuk berjalan.j). Kaji kemungkina untuk melakukan penanganan alternatif seperti Kemonukleolisis, intevensi pembedahan.

H. Impelentasi KeperawatanImplementasi merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah., masuk akal dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang bermanfat bagi klien, berhubungan dengan dignosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan.. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dfapat berupa tindakan mandiri maupun kolaborasi.Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang akan dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan yang dilakukan pada pasien dan persepsi pasien harus didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

I. EvaluasiEvaluasi merupan tahap akhir dari proses keperawatan yang berguna untuk mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai berdasarkan standar/kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting dalam proses keperawatan karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali dan dimodifikasi.Evaluasi harus memahami objektifitas, reliabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.Evaluasi keperawatan ada dua macam yaitu evaluasi formatif ( proses ) yaitu evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif ( hasil ) adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengikur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir pemberian asuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart.( 2002). Text Book of medical Surgical Nursing( Agung, Penerjemah ).Philadelphia: Raven ( sumber asli diterbitkan 1997 )

Carpenito Lynda Juall. ( 2000 ).Hand Book of Nursing Diagnosis.( Monica Ester, Penerjemah)Philadelphia. PA 19106.USA ( sumber asli diterbitkan 1999 )

Doengoes, m ( 2000 ).Nursing Care Planns( I made, Penerjemah ).Philadelphia. F.A Davis Company. ( sumber asli diterbitkan 2002 )

E. Osuwari ( 2000 ).Bedah dan Perawatannya.Balai Penerbit FKUIJakarta

ASKEP HERNIA NUCLEUS PULSOSUS (HNP)BAB 1PENDAHULUAN1.1LATAR BELAKANG Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat. Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di sluruh kasus nyeri ditangani. Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.1.2TUJUAN1.2.1 Tujuan UmumUntuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Muskuloskletal (HNP).1.2.2 Tujuan Khusus2. Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi, etiologi, klasifikasi, tanda & gejala, penatalaksanaan, dan pemeriksaan penunjang dari HNP.3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem muskulokletal (HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.1.2.3 Manfaat1. Bagi perawatMenambah wawasan kesehatan dan agar lebih mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP).2. Bagi masyarakatMemberikan Penjelasan, pengetahuan, dan penyuluhan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskletal (HNP) dan intervensi apa saja yang diberikan.BAB 2LANDASAN TEORI2.1 PENGERTIANHernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penonjolan diskus inter vertabralis dengan piotusi dan nukleus kedalam kanalis spinalis pumbalis mengakibatkan penekanan pada radiks atau cauda equina.HNP adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau lateral (Barbara C.Long, 1996).2.2 ANATOMI FISIOLOGIMedula spinalis merupakan jaringan saraf berbentuk kolum vertical tang terbenteng dari dasar otak, keluar dari rongga kranium melalui foramen occipital magnum, masuk kekanalis sampai setinggi segmen lumbal-2. medulla spinalis terdiri dari 31 pasang saraf spinalis (kiri dan kanan) yang terdiri atas : 1. 8 pasang saraf cervical. 2. 15 pasang saraf thorakal. 3. 5 pasang saraf lumbal 4. 5 pasang saraf sacral 5. 1 pasang saraf cogsigeal.Penampang melintang medulla spinalis memperlihatkan bagian bagian yaitu substansia grisea (badan kelabu) dan substansia alba. Substansia grisea mengelilingi kanalis centralis sehingga membentuk kolumna dorsalis, kolumna lateralis dan kolumna ventralis. Kolumna ini menyerupai tanduk yang disebut conv. Substansia alba mengandung saraf myelin (akson).Kolumna vertebralis tersusun atas seperangkat sendi antar korpus vertebra yang berdekatan, sendi antar arkus vertebra, sendi kortovertebralis, dan sendi sakroiliaka. Ligamentum longitudinal dan discus intervertebralis menghubungkan korpus vertebra yang berdekatanDiantara korpus vertebra mulai dari cervikalis kedua sampai vertebra sakralis terdapat discus intervertebralis. Discus discus ini membentuk sendi fobrokartilago yang lentur antara dua vertebra. Discus intervertebralis terdiri dari dua bagian pokok : nucleus pulposus di tengah dan annulus fibrosus disekelilingnya. Discus dipisahkan dari tulang yang diatas dan dibawanya oleh lempengan tulang rawan yang tipis.Nucleus pulposus adalah bagian tengah discus yang bersifat semigetalin, nucleus ini mengandung berkas-berkas kolagen, sel jaringan penyambung dan sel-sel tulang rawan. Juga berperan penting dalam pertukaran cairan antar discus dan pembuluh-pembuluh kapiler.2.3 ETIOLOGI 1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra. 2. Spinal stenosis. 3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll. 4. Pembentukan osteophyte. 5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.2.4 TANDA DAN GEJALA 1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas. 2. Nyeri tulang belakang 3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas 4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang berupa pengobatan nyeri kedaerah tersebut, matu rasa, kelayuan, maupun tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk, bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.2.5 PATOFISIOLOGIDaerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus dengan menekan akar akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara VL 4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum longitudinal terjadilah herniasi.2.6 WOC

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. LaboraturiumA. Daerah rutinB. Cairan cerebrospimal 2. Foto polos lumbosakral dapat memperlihatkan penyempitan pada keeping sendi 3. CT scan lumbosakral : dapat memperlihatkan letak disk protusion. 4. MRI ; dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta herniasi. 5. Myelogram : dapat menunjukkan lokasi lesi untuk menegaska pemeriksaan fisik sebelum pembedahan 6. Elektromyografi : dapat menunjukkan lokasi lesi meliputi bagian akar saraf spinal. 7. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi 8. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebro spinal.2. KOMPLIKASI 1. RU 2. Infeksi luka 3. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.2.9 PENATALAKSANAAN 1. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :A. Tidur selama 1 2 mg diatas kasur yang kerasB. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.C. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.D. Terapi panas dingin.E. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau korsetF. Terapi diet untuk mengurangi BB.G. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya residesH. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS). 2. PembedahanA. Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.B. Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pengeluaran atau pemotongan lamina tulang belakang dan biasanya dilakukan untuk memperbaiki luka pada spinal.C. Laminectomy adalah pengangkaan sebagian dari discus lamina (Barbara C. Long, 1996).D. Laminectomy adalah memperbaiki satu atau lebih lamina vertebra, osteophytis, dan herniated nucleus pulposus.2.10 PENGKAJIAN1. IdentitasHNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat).2. Keluhan UtamaNyeri pada punggung bawah :P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat).Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri .R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.S, Pengaruh posisi tubuh atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan.T.Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.3. Riwayat Keperawatana. Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis).b. Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa menimbulkan nyeri punggung bawah.4. PemeriksaanFisika. Pemeriksaan Umum1. Keadaan umumPemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru, perut.1) InspeksiA. Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenikB. Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal.C. Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak.D. Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidakE. Kemungkinan adanya atropi, faskulasi, pembengkakan, perubahan warna kulit.2) palpasi dan perkusiA. Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klienB. Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasanyeri.C. Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posteriorD. Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung kencing penuh dll.3) NeuorologikA. Pemeriksaan motoric1. Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan.2. Atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan membandingkan kanan-kiri.3. Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otot-otot tertentu.B. Pemeriksan sensorikA. Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan dermatom mana yang terganggu sehingga dapat ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.6) Pemeriksaan reflexA. Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif.B. Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.7) Pemeriksaan range of movement (ROM)A. Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.B.Pemeriksaan penunjang\ A. Foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan.hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP. B. Elektroneuromiografi (ENMG) Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati. C. Sken tomografi Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.2.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN1) Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis2) Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi.3) Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia4) Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama2.12 PERENCANAANDX.1.Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis

Tujuan:Kriteria hasil :Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.- Lokasi nyeri minimal- Keparahan nyeri berskala 0- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)

INTERVENSIRASIONAL

1) Identifikasi klien dalam membantu menghilangkan rasa nyerinya.2) Berikan informasi tentang penyebab dan cara mengatasinya.3) Tindakan penghilangan rasa nyeri noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, balutan (24-48 jam), distraksi dan relaksasi.4) Terapi analgetik.1) Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri dan keefektifan tindakan penghilangan nyeri.2) Informasi mengurangi ansietas yang berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan3) Tindakan ini memungkinkan klien untuk mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.4) Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.

DX.2.Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi

Tujuan:Kriteria hasil:Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.- Respon klien tampak tersenyum.

INTERVENSIRASIONAL

1) Diskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari fungsi gerak untuk mempertahankan harapan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.2) Berikan informasi mengenai klien yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien danmenjalani operasi3) Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-lat yang tersedia yang dapat membantu klien.4) Berikan support sistem (perawat, keluarga atau teman dekat dan pendekatan spiritual)5) Reinforcement terhadap potensi dan sumber yang dimiliki berhubungan dengan penyakit, perawatan dan tindakan1) Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomunikasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, sehingga dapat mengurangi rasa cemasnya.2) Harapan-harapan yang tidak realistik tiak dapat mengurangi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidak percayaan klien terhadap perawat.3) Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dnegan tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.4) Dukungan dari bebarapa orang yang memiliki pengalaman yang sama akan sangat membantu klien.5) Agar klien menyadari sumber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat mendukung dia untuk berkomunikasi.

DX.3. Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia

Tujuan :Kriteria hasil :Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya- Tidak terjadi kontraktur sendi- Bertabahnya kekuatan otot- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

INTERVENSIRASIONAL

1) Ubah posisi klien tiap 2 jam.2) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit.3) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit4) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang jelek pada daerah yang tertekan.2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan.3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan

DX.4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

Tujuan:Kriteria hasil :Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

INTERVENSIRASIONAL

1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jika mungkin2) Rubah posisi tiap 2 jam.3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol4) Lakukan massage pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi.6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit.1) Meningkatkan aliran darah ke semua daerah2) Menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah3) Menghindari tekanan yang berlebih pada daerah yang menonjol.4) Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler.5) Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan.6) Mempertahankan keutuhan kulit.

BAB 3PENUTUP3.1KESIMPULANDiskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis. (Priguna Sidharta, 1990)1.1SARAN 1) . Mahasiswa1. Gunakanlah waktu sebaik-baiknya untuk mencari ilmu untuk masa depan yang cemerlang.2. Gunakanlah makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal (HNP). 2) . Akademik1. Bimbinglah mahasiswa-mahasiswa keperawatan dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.DAFTAR PUSTAKACarpenito, Lynda Juall, 2000,Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000,Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC,Jakarta.Engram, Barbara, 1998,Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC,Jakarta.Gallo B.M.,1996,Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, VolumeII, EGC, Jakarta.


Top Related