Download - Artikel Ilmiah_Kurikulum 2013
1 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 dalam Bahan Uji Publik
Kurikulum 2013 sebagai Pendukung Penyiapan Generasi Bangsa yang Up to Date
Ady Setiawan (111714043)
Program Studi Manajemen Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
e-mail : [email protected]
Abstrak
Penulisan artikel ini bertujuan untuk menularkan keyakinan tentang keberadaan
Kurikulum 2013 sebagai upaya menjawab tantangan zaman dan menyiapkan Generasi
Bangsa yang up to date. Penyiapan tersebut dimasukkan dalam unsur komponen-
komponen kurikulum 2013 sebagaimana dijelaskan dalam bahan uji publik kurikulum
2013. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU no. 20 tahun
2003). Kurikulum berfungsi sebagai wasilah (alat) untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sehingga keberadaanya tentu terdiri dari beberapa komponen penting yang akan
mendukung pelaksanaan fungsi yang dimiliki. Keseluruhan komponen pengembang
tersebut merupakan suatu kesatuan dan saling berkaitan antar satu dengan yang lainnya.
Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum 2013 dalam bahan uji publik
kurikulum 2013 antara lain: komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan
komponen evaluasi. Komponen tujuan berfokus pada adanya peningkatan dan
keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Kemudian komponen isi terletak pada adanya penambahan jam pelajaran
dan penyederhanaan mata pelajaran di setiap satuan satuan pendidikan yang berbeda-
beda. Sementara komponen metode lebih dititikberatkan pada pendekatan tematik-
integratif dengan tanpa dicantumkamnya suatu metode pembelajaran tertentu. Serta
komponen evaluasi yang dilakukan dengan penilaian berbasis kompetensi, menggunakan
penilaian otentik (berdasarkan proses dan hasil), memperkuat PAP, serta pemanfaatan
portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.
Kata kunci: bahan uji publik kurikulum 2013, komponen tujuan, komponen isi, komponen
metode, komponen evaluasi, generasi bangsa
2 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Pendahuluan
Awal penggunaan istilah kurikulum pertama kali pada dunia olahraga di zaman
Yunani kuno, yakni berasal dari kata curir dan curere. Kata tersebut dimaknai sebagai
jarak yang harus ditempuh seorang pelari. Istilah ini kemudian bergeser penggunaannya
dalam dunia pendidikan. Memang dalam hal ini terdapat kesamaan, yakni kurikulum
sangat berhubungan erat dengan usaha pengembangan peserta didik sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai (Sanjaya, 3:2010). Kemudian, dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Sementara Romine:1954 (dalam Hamalik:2011) memaknai kurikulum sebagai suatu
interpretasi untuk mengetahui segala pelaksanaan pembelajaran, kegiatan dan pelatihan
yang dilakukan siswa di mana seluruh kegiatan tersebut di bawah tanggung jawab
sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas.
Di Indonesia, penerapan kurikulum telah mengalami berbagai perkembangan mulai
tahun 1968 hingga kurikulum tahun 2006 (KTSP) yang merupakan suatu konsekuensi
logis atas kekurangmampuan kurikulum 2004 dalam menjawab tantangan zaman
(Suharsimi Arikunto). Dari ke sekian banyak rentetan perkembangan kurikulum tersebut
memang memiliki beberapa perbedaan sistem, namun pada hakekatnya tetap memiliki
satu tujuan dan tidak ada tujuan lain selain untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan rancangan pembelajaran di sekolah sebagai salah satu usaha dalam
menyiapkan generasi yang mampu menjawab tantangan zaman, dalam bahasa
Kemdikbud disebutkan untuk menyiapkan Generasi Emas Indonesia mendatang. Lebih
dari itu guna mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan-tantangan di
masa depan melalui pengetahuan, keterampilan, sikap dan keahlian untuk beradaptasi
serta bisa bertahan hidup dalam lingkungan yang senantiasa berubah (Hidayat:2013).
Para pakar sepakat bahwa perubahan kurikulum dari masa ke masa disebabkan karena
perubahan kebutuhan masyarakat yang cenderung berubah di setiap tahunnya, karena
kurikulum dijadikan sebagai wasilah (alat) untuk mewujudkan suatu sistem pendidikan
yang baik, maka perubahan kurikulum tak mampu dielakkan lagi termasuk perubahan
dan penyempurnaan kurikulum pada tahun 2013 ini. Mendikbud, Muhammad Nuh dalam
3 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
suatu wawancara resmi menyatakan bahwa “… kalau anak sekolah sekarang, itu bukan
untuk sekarang. Agar mereka bisa hidup untuk nanti. Jaman itu nanti berubah, jadi harus
dimulai dari sekarang. Kalau kita tidak berubah kita akan menghasilkan generasi yang
usang. Generasi yang akan menjadi beban, dan juga tidak terserap di dunia kerja”.
Dalam usaha pengimplementasian kurikulum baru 2013 ini, sebagaimana dimuat
dalam situs resmi Kemdikbud RI (www.kemdiknas.go.id), bahwa pengembangan
Kurikulum 2013 akan dilakukan dalam empat tahap, yakni:
1. Penyusunan kurikulum di lingkungan internal Kemdikbud dengan melibatkan
sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu dan praktisi pendidikan.
2. Pemaparan desain Kurikulum 2013 di depan Wakil Presiden selaku Ketua Komite
Pendidikan yang telah dilaksanakan pada 13 November 2012, serta di depan Komisi
X DPR RI pada 22 November 2012.
3. Pelaksanaan uji publik guna mendapatkan tanggapan dari berbagai elemen
masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh selain melalui saluran daring (on-line)
pada laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id , juga melalui media massa cetak.
4. Dilakukan penyempurnaan untuk selanjutnya ditetapkan menjadi Kurikulum 2013.
Berfokus pada poin ketiga, Mendikbud secara pribadi mengakui tentang keberadaan
sistem uji publik kurikulum yang akan dilaksanakan selama tiga minggu ini tergolong
masih baru, karena sebelumnya belum pernah ada istilah tersebut. Hal ini bukan tanpa
alasan, namun keberadaan uji publik dimaksudkan agar publik (masyarakat luas) dapat
mengetahui dan mempelajari kurikulum baru secara detail sebelum diimplementasikan,
dan setelah mengetahui diharapkan publik dapat ikut berpartisipasi baik berupa
dukungan, pemberian kritik dan saran, dan atau pandangan yang dapat diberikan kepada
pemerintah melalui kolom yang telah disediakan. Berangkat dari kedua tujuan tersebut,
penulis merasa terpanggil untuk membuat sebuah artikel ilmiah guna menularkan
pengetahuan tentang kurikulum 2013 lebih detail, khususnya terkait komponen-
komponen kurikulum 2013 dalam bahan uji publik kurikulum 2013 yang akan
dilaksanakan pada bulan ini. Suatu komponen yang diisi dengan berbagai perubahan
dalam rangka menyiapkan generasi bangsa yang up to date. Alasan inilah yang
melatarbelakangi sehingga lahirlah sebuah karya ilmiah yang berjudul “Komponen-
4 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 dalam Bahan Uji Publik Kurikulum
2013 sebagai Pendukung Penyiapan Generasi Bangsa yang Up to Date”.
Isi
Perubahan kurikulum ini merupakan suatu langkah inovasi dalam pendidikan untuk
mencapai tujuan dan fungsi pendidikan sebagaimana termaktub dalam UU no. 20 tahun
2003 dan menjalankan amanat dalam pembukaan UUD 1945 yakni dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berlandaskan hal tersebut, serta didukung pula oleh
beberapa kekurangan yang ditemukan dalam kurikulum tahun 2006 sebagaimana telah
dipaparkan dalam draft bahan uji kurikullum 2013, yakni (1) konten kurikulum yang
masih terlalu padat; (2) belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (3) kompetensi belum menggambarkan secara
holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang
dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter,
metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan)
belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) belum peka dan tanggap terhadap
perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) standar
proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga
membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran
yang berpusat pada guru; (6) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian
berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya
remediasi secara berkala; dan (7) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang
lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir. Lebih dari itu, dukungan juga datang dari
berbagai hasil survei yang menyimpulkan masih rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia, maka pada tahun 2013 ini kurikulum nasional akan disempurnakan menjadi
suatu Kurikulum 2013. Inti dari Kurikulum ini adalah ada pada upaya penyederhanaan
dan tematik-integratif, serta arah pengembangan adalah peningkatan kompetensi yang
seimbang antara sikap (attitude), ketrampilan (skill), dan pengetahuan atau knowledge
(Kemdikbud:2013). Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dan pengembangan dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu (Hidayat:2013).
5 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Merujuk pada definisi kurikulum sebagaimana dijelaskan dalam UU. No. 20 tahun
2003, tentu dapat dimaknai bahwa keberadaan kurikulum tidak akan terlepas dari empat
komponen, yakni komponen tujuan, komponen isi, komponen proses, dan komponen
evaluasi (Muhammad Nuh). Komponen-komponen inilah yang akan menjadi penunjang
dalam mendukung pengoperasian kurikulum sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Gambar 1. Komponen-komponen pengembangan kurikulum
Komponen- komponen yang secara intergral tersebut tidak dapat dipisahkan perannya
dalam penyusunan suatu sistem kurikulum (Hasibuan:2010). Adapun komponen-
komponen kurikulum pada prinsipnya terdiri dari empat macam komponen, diantaranya:
a. Komponen tujuan
Hasibuan (2010:38) menjelaskan bahwa komponen tujuan adalah komponen
kurikulum yang menjadi target atau sasaran yang mesti dicapai dari melaksanakan
suatu kurikulum. Komponen ini sangatlah penting dengan tanpa merendahkan tingkat
urgensi komponen yang lainnya, karena melalui tujuan materi, proses, dan evaluasi
akan dapat dikendalikan untuk kepentingan mencapai tujuan kurikulum yang telah
disusun. Dalam usaha menghasilkan lulusan sebagai manusia yang seutuhnya melalui
pendidikan, serta mampu memenuhi kebutuhan kompetensi Abad 21, maka UU no.
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas telah memberikan arahan yang jelas, bahwa tujuan
pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis
kompetensi. Dalam hal ini Mendikbud menyampaikan bahwa,
Kurikulum
Tujuan
Isi
Metode
Evaluasi
6 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
“… Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi,
yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah
manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu
dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap,
pengetahuan, dan keterampilan). Di dalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang
harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa,
berilmu, dan seterusnya.”
1) Tujuan pendidikan nasional
Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Bab II pasal 3 telah dijelaskan
bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
2) Tujuan institusional
Merupakan suatu tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan
(Sanjaya, 2010:107). Dalam hal ini, lembaga pendidikan diklasifikasikan ke
dalam tingkat satuan pendidikan yang meliputi pendidikan dasar, menengah, dan
menengah kejuruan. Tujuan institusional ini merupakan cerminan dari standar
kompetensi lulusan yang terbagi menjadi domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Pada kerangka kurikulum 2013 (draft bahan uji publik kurikulum 2013), rincian
dari tujuan tingkat satuan pendidikan dapat dipaparkan sebagai berikut:
a) Domain kognitif (pengetahuan)
Sekolah Dasar (SD)
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual dalam ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan
rumah, sekolah, dan tempat bermain.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
7 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian
yang tampak mata.
Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK)
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian
b) Domain afektif (sikap)
Sekolah Dasar (SD)
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang bermain, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam di sekitar rumah, sekolah, dan
tempat bermain.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang bermain, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaanya.
Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK)
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang bermain, berakhlak
mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan
dirinya sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
c) Domain psikomotorik (keterampilan)
Sekolah Dasar (SD)
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
8 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah atau
sumber lain yang sama dengan yang diperoleh dari sekolah.
Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK)
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam
ranah abstrak dan konkret terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri
3) Tujuan kurikuler
Merupakan tujuan yang harus dicapai dalam setiap mata pelajaran atau bidang
studi sebagai turunan dari standar kompetensi lulusan. Tujuan kurikuler dapat
didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki peserta didik setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan
(Hasibuan:2010). Memang di lapangan tujuan setiap mata pelajaran akan berbeda-
beda, karena akan disesuaikan pada kondisi masing-masing pelajaran tersebut.
Gambar 2. Perubahan elemen kompetensi lulusan
Sumber: Kemdikbud (2012)
4) Tujuan pembelajaran/instruksional
Merupakan kemampuan atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh
peserta didik setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu. Sebelum
guru melakukan proses KBM, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai oleh peserta didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran
(Sanjaya, 2010:110).
9 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
b. Komponen isi
Komponen ini sering disebut dengan komponen materi, karena memang isi kurikulum
akan sangat sarat akan materi yang terkandung di dalamnya. Komponen isi (materi)
didefinisikan sebagai bahan-bahan kajian yang terdiri dari ilmu pengetahuan, nilai,
pengalaman, dan keterampilan yang dikembangkan ke dalam proses pembelajaran
guna mencapai komponen tujuan (Hasibuan, 2010:39). Kemudian, ditekankan pada
bahan uji publik bahwa komponen isi yakni segala sesuatu yang diberikan kepada
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Berikut
gambar struktur (isi) kurikulum 2013.
Gambar 3. Perubahan elemen isi
Sumber: Kemdikbud (2012)
Salah satu ciri kurikulum 2013 ialah adanya penambahan jam pelajaran dan
penyederhanaan mata pelajaran (Hidayat : 2013). Olehnya itu, berikut akan
dipaparkan komponen isi kurikulum 2013 berdasarkan bahan uji publik kurikulum
2013 sebagai berikut:
1) Sekolah Dasar (SD)
Sebagaimana terdapat dalam bahan uji publik, bahwa komponen rancangan
kurikulum SD terdiri dari: (1) berbasis tematik-integratif sampai kelas VI, (2)
pengunaan kompetensi lulusan untuk menentukan kompetensi inti, (3)
penggunaan pendekatan sains dalam proses pembelajaran, (4) penggunaan IPA
dan IPS sebagai materi pembahasan pada semua mata pelajaran, (5)
10 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
meminimalisir jumlah mata pelajaran dari 10 menjadi 6 mata pelajaran, (6)
menempatkan IPA dan IPS bukan sebagai disiplin ilmu namun cukup sewajarnya
bagi anak SD, (7) perbedaan IPA dan IPS diletakkan pada sistem buku teks
(sumbernya) saja, dan (8) menambah 4 jam pelajaran per minggu akibat
perubahan proses pembelajaran dan penilaian.
Gambar 4. Pengembangan struktur kurikulum SD
Sumber: Kemdikbud (2012)
Untuk kurikulum SD, berdasarkan gambar di atas terdapat beberapa usulan
terhadap pengelompokan mata pelajaran, yakni (1) kelompok A, meliputi mata
pelajaran agama, PPKn, bahasa Indonesia, matematika, IPA, dan IPS. Dan (2)
kelompok B, meliputi seni budaya dan prakarya, dan pendidikan olahraga dan
kesehatan. Sementara untuk muatan lokal dan pengembangan diri yang awalnya
merupakan pelajaran terpisah, kini diusulkan untuk include ke dalam kelompok B,
sehingga muatan lokal dan seni budaya dan keterampilan digabungkan menjadi
mata pelajaran seni budaya dan prakarya, sedangkan pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan, serta pengembangan diri diintegrasikan pada semua mata
pelajaran.
Sementara itu, terkait usulan alokasi waktu setiap mata pelajaran di setiap
tingkatan kelas diusulkan berbeda-beda, tergantung tujuan kurikuler yang hendak
dicapai. Usulan tersebut khususnya mengenai pelajaran IPA dan IPS yang
didasarkan pada tingkat nalar peserta didik. Namun demikian, alokasi waktu
kedua pelajaran tersebut tetaplah sama.
11 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
2) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Bertitik tolak pada bahan uji publik kurikulum 2013, maka beberapa komponen
rancangan kurikulum SMP dapat dituliskan sebagai berikut: (1) sama dengan SD,
akan disusun berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki, (2) menggunakan mata
pelajaran sebagai sumber kompetensi dan substansi pelajaran, (3) menggunakan
pendekatan sains dalam proses pembelajaran, (4) meminimumkan jumlah mata
pelajaran dari 12 menjadi 10 mata pelajaran, (5) IPA dan IPS dikembangkan
sebagai mata pelajaran integrative science dan integrative sosial studies, (6)
bahasa inggris diajarkan untuk membentuk keterampilan berbahasa, dan (7)
menambah 6 jam pelajaran per minggu sebagai akibat dari perubahan pendekatan
proses pembelajaran dan proses penilaian.
Gambar 5. Penataan struktur kurikulum SMP
Sumber: Kemdikbud (2012)
Khusus untuk kurikulum SMP, sesuai gambar di atas terdapat penambahan
alokasi waktu pembelajaran dari yang sebelumnya. Selain ada pula usulan terkait
pengelompokan beberapa mata pelajaran layaknya yang dilakukan di kurikulum
SD. Yakni kelompok A untuk mata pelajaran agama, PPKn, bahasa Indonesia,
matematika, IPA, IPS, dan bahasa inggris. Sementara kelompok B meliputi mata
pelajaran seni budaya, penjaskes, dan prakarya yang juga termasuk muatan lokal.
Dalam bahan uji publik tidak terdapat mata pelajaran keterampilan TIK (Teknik
Informasi Komunikasi), alasannya TIK diusulkan untuk diintegrasikan dalam
setiap mata pelajaran. Hal tersebut berlandaskan pada perkembangan era modern
12 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
yang berbasis IT, sehingga proses KBM akan tidak dapat terlepas dari teknologi
yang terus tumbuh dan berkembang dari masa ke masa.
3) Sekolah Menengah Atas, atau Kejuruan (SMA/SMK)
Dalam bahan uji publik kurikulum 2013, tidak ditemukan perubahan atas
pengelompokan A dan B pada kurikulum SMA. Namun perubahan terjadi pada
kelompok C yang dibagi menjadi 3 peminatan, yakni berdasarkan minat akademik
di bidang matematika dan sains, bidang sosial, dan bidang bahasa, dengan alokasi
waktu yang sama. Dalam kurikulum 2013 ini juga terdapat mata pelajaran pilihan
yang meliputi mata pelajaran literasi media, bahasa asing lain, teknologi terapan,
dan pilihan pengalaman minat (lintas minat). Berikut gambar usulan struktur
kurikulum untuk SMA.
Gambar 6. Usulan struktur kurikulum SMA
Sumber: Kemdikbud (2012)
Sementara dalam kurikulum SMK, sama halnya dengan kurikulum SMA yang
tidak adanya perubahan atas kelompok A dan B, melainkan perubahan terjadi
pada mata pelajaran kelompok C. kelompok C dibagi menjadi 5 peminatan, yang
meliputi peminatan berdasarkan minat akademik di bidang matematika, fisika,
kimia, bahasa inggris vokasi, dan keterampilan jurusan, dengan perbedaan alokasi
waktu dimana keterampilan jurusan memiliki alokasi waktu yang lebih banyak
dari empat jurusan yang lainnya.
13 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
c. Komponen metode
Komponen metode juga dapat diartikan sebagai komponen proses, karena metode
berada pada proses (Hasibuan:2010). Tentu keberadaan komponen ini tidak dapat
dipandang sebelah mata, mengingat komponen inilah yang akan menjawab
bagaimana proses kurikulum yang ditempuh dapat mentransformasikan nilai-nilai
pendidikan ke dalam peserta didik dan mencapai tujuan pendidikan itu sendiri.
Komponen ini dapat dimaknai dalam arti sempit sebagai metode pembelajaran yang
digunakan guru di dalam proses KBM, seperti metode ceramah, tanya jawab, dll. Juga
dapat dimaknai dalam arti luas sebagai “…suatu cara dalam membangun nilai,
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan pada diri anak” (Hasibuan:2010).
Mendikbud, Muhammad Nuh menjelaskan bahwa dengan adanya penerapan sistem
pembelajaran tematik-integratif dan penerapan sistem penalaran yang mulanya
menggunakan sistem hafalan tentu akan memberikan suatu konsekuensi logis
terhadap perubahan suatu metode atau proses pembelajaran guna beradaptasi terhadap
tujuan. Apalagi dalam kurikulum 2013, pembelajaran tidak lagi hanya orientasinya
berfokus pada aspek hasil saja sebagaimana diterapkan dalam KTSP, namun juga
penekanan pada aspek proses dan hasil pembelajaran guna mencapai pendidikan
manusia yang seutuhnya. Sehingga wajar bila sebelum melaksanakan KBM yang
merupakan bentuk dari proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat mengacu pada
tujuan yang hendak dicapai karena antara kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan
(Arikunto:2012).
Gambar 7. Perubahan elemen proses pembelajaran (metode)
Sumber: Kemdikbud (2012)
14 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Dalam bahan uji publik kurikulum 2013 memang tidak disebutkan secara khusus
terkait metode apa yang harus diterapkan dalam pembelajaran. Namun pemerintah
(Kemdikbud) telah memberikan rambu-rambu kepada guru untuk dapat
melaksanakan pembelajaran secara produktif, kreatif, inovatif, dan afektif (draft
kurikulum 2013). Hal ini tentu dimaksudkan agar guru secara personal dapat
mengembangan strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat
melaksanakan pembelajaran secara aktif, kreatif, menyenangkan, dan efektif serta
berorientasi pada tujuan.
Kemdikbud dalam bahan uji public kurikulum 2013 juga menjelaskan bahwa secara
bersamaan satuan pendidikan (SD, SMP, SMA/SMK) memiliki elemen proses
pembelajaran yang sama, yakni (1) standar proses yang semula berfokus pada
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, kini dilengkapi dengan mengamati, menanya,
mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta, (2) belajar tidak
hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan dan masyarakat, (3) guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar, dan (4) sikap tidak diajarkan secara verbal,
namun melalui contoh dan teladan. Sementara itu, perbedaan signifikan antar satuan
baik SD, SMP, dan SMA/SMK dapat dijelaskan bahwa, pada satuan SD pengajaran
menggunakan sistem tematik dan terpadu, kemudian satuan SMP mengajarkan IPA
dan IPS masing-masing secara terpadu, dan satuan SMA menambah mata pelajaran
pilihan sesuai bakat dan minat disamping adanya mata pelajaran wajib, serta untuk
SMK kompetensi keterampilan disesuaikan dengan standar industri.
d. Komponen Evaluasi
Komponen ini merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang sangat berperan
dalam melihat dan mengukur ketercapaian tujuan suatu kurikulum tersebut. Hasibuan
(2010) mengibaratkan komponen ini sebagai penjaga gawang, artinya kelemahan
penjaga gawang disamping akan menambah skor lawan juga akan melemahkan
semangat juang pemain dari kubu penjaga gawang sendiri. Sehingga urgensi
komponen evaluasi sebagai alat pengukur keberhasilan tujuan kurikulum tidak dapat
dielakkan lagi. Evaluasi kurikulum minimal harus berfokus pada empat bidang, yakni
evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan
15 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
sistem kurikulum (Hamalik:2011). Sementara itu, Arikunto (2012) menjelaskan
bahwa komponen penilaian (evaluasi) memiliki beberapa fungsi, yakni fungsi
selektif, diagnostik, penempatan, dan sebagai pengukur keberhasilan. Dengan
demikian, semakin difahami bahwa fungsi komponen ini tidak hanya tertuju pada
penentuan hasil belajar siswa saja, namun lebih dari itu dapat dijadikan bahan
evaluasi diri atas segala kekurangan dan senantiasa meningkatkan prestasi yang telah
dicapai sebelumnya. Sementara fungsi lain komponen evaluasi terhadap kurikulum
2013 dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Gambar 7. Prosedur penyusunan Kompetensi Dasar baru
Sumber: Kemdikbud (2012)
Melalui bagan di atas, dapat difahami bahwa tugas dari komponen evaluasi terhadap
kurikulum yakni mempertahankan SK-KD yang lama disesuaikan dengan Standar
Kompetensi Lulusan yang baru, juga merevisi SK-KD lama yang disesuaikan dengan
SKL baru, serta menyusun SK-KD yang baru.
Keberadaan rancangan kurikulum 2013 ini sebagai suatu langkah pembaharuan
terhadap kurikulum sebelumnya melalui langkah evaluasi terhadap beberapa
permasalahan yang ditemukan seperti telah dituliskan sebelumnya. Selain itu,
ditemukan pula berbagai kesenjangan di setiap aspek kompetensi, sebagamana
dipaparkan dalam bahan uji publik kurikulum 2013, yakni mulai kompetensi lulusan,
materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan pengelolaan kurikulum.
16 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Gambar 8. Perubahan elemen penilaian
Sumber: Kemdikbud (2012)
Lebih dari pada itu, dalam bahan uji publik kurikulum 2013 dijelaskan bahwa
terdapat beberapa perubahan dalam komponen evaluasi (penilaian) yang
diberlakukan di setiap satuan pendidikan, yakni (1) penilaian berbasis
kompetensi, karena sistem kurikulum 2013 ini sendiri berbasis kompetensi, (2)
pergeseran dari penilaian melalui tes (orientasi pada hasil saja) menuju penilaian
otentik (berdasarkan proses dan hasil), (3) memperkuat PAP (Penilaian Acuan
Patokan), (4) penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan
SKL, dan (5) mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai
instrumen utama penilaian. Selain itu, perubahan terhadap pemposisian
ekstrakulikuler, khususnya kepramukaan yang awalnya tidak wajib namun kini
menjadi wajib bagi seluruh satuan pendidikan sehingga pramuka masuk dalam
salah satu aspek penilaian bagi siswa.
Penutup
Simpulan
Semenjak digulirkan isu akan adanya kurikulum baru 2013, banyak muncul berbagai pro
dan kontra pendapat. Namun perlu disadari bahwa kemunculan kurikulum baru tersebut
tidaklah lain disebabkan demi memenuhi tuntutan zaman dan merupakan suatu langkah
dalam mensukseskan penyiapan generasi bangsa yang up to date. Unsur-unsur penyiapan
tersebut dimasukkan di dalam unsur komponen pengembangan kurikulum sebagai suatu
unsur penting pembentukan kurikulum tersebut. Berdasarkan uraian tentang komponen-
17 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
komponen kurikulum dalam bahan uji publik kurikulum 2013 di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kurikulum 2013 ini memiliki empat komponen penting yang saling
berkaitan satu sama lain, yakni:
1) Komponen tujuan
Penyempurnaan komponen tujuan berfokus pada adanya peningkatan dan
keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Hal ini dimaksudkan untuk menyiapkan kompetensi lulusan sebagai
manusia yang seutuhnya.
2) Komponen isi
Penyempurnaan komponen isi diwujudkan dengan adanya penambahan jam pelajaran
dan penyederhanaan mata pelajaran. Antara SD, SMP, SMA dan SMK perubahan isi
tidak sama. Untuk SD, terdapat tiga usulan mengenai penyederhanaan mata pelajaran
dan penambahan alokasi waktu pelajaran, kemudian untuk SMP terdapat usulan
pendekatan sains dan pengintegrasian mata pelajaran TIK di setiap mata pelajaran.
Sedangkan untuk SMA, adanya mata pelajaran wajib dan pilihan sesuai bakat dan
minat, serta SMK adanya pembagian kelompok C ke dalam 5 peminatan dengan
alokasi waktu yang lebih banyak untuk keterampilan jurusan, juga diberikan mata
pelajaran wajib, pilihan, dan vokasi.
3) Komponen metode
Dalam kurikulum 2013, pengajaran menggunakan pendekatan tematik-integratif
dengan tanpa dicantumkamnya suatu metode pembelajaran tertentu, namun guru
dituntut untuk melaksanakan pembelajaran secara produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif. Selain itu, pembelajaran tidak harus di kelas, dan guru bukanlah satu-satunya
sumber pengetahuan.
4) Komponen evaluasi
Dalam kurikulum 2013, komponen evaluasi dilakukan dengan penilaian berbasis
kompetensi, menggunakan penilaian otentik (berdasarkan proses dan hasil),
memperkuat PAP, serta pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrument
utama penilaian.
Saran
Bagi Pemerintah,hendaknya pemerintah bersinergi dengan sesama pemerintah mulai
tingkat pusat hingga tingkat terendah. Hal ini terkait persiapan hingga pelaksanaan dan
18 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
evaluasi kurikulum, karena sejauh ini diketahui sinergitas yang belum kuat antara pusat
dan daerah untuk mengawal pelaksanaan dan evaluasi terhadap rancangan kebijakan
kurikulum baru. Juga pemerintah sangat perlu menjalin hubungan yang baik dengan guru
dan masyarakat secara luas untuk mendukung pengimplementasian kurikulum 2013.
Bagi Guru, karena guru merupakan unsur terpenting dalam pengimplementasian
kurikulum baru ini, maka hendaknya guru bersikap terbuka dan loyal dalam
melaksanakan kurikulum serta senantiasa menambah kemampuan diri dalam penguasaan
teknologi dan pengetahuan sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman.
Bagi masyarakat, hendaknya masyarakat (dalam arti luas) terus mendukung penerapan
kurikulum 2013 yang ditunjukkan dengan kepedulian dalam memberikan masukan, kritik
dan saran (pada masa uji publik ini khususnya) dan kepedulian dalam mengawal
pengimplementasian kurikulum di lapangan.
19 | K o m p o n e n – K o m p o n e n P e n g e m b a n g a n K u r i k u l u m 2 0 1 3
Daftar Rujukan
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi kedua. Jakarta:
Bumi Aksara
Depdikbud. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdikbud
Hamalik, Oemar. 2011. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung : Remaja
Rosdakarya
- . 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Cetakan keempat. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Hasibuan, Lais. 2010. Kurikulum dan pemikiran pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Hidayat, Sholeh. 2013. Kesiapan Guru Menyongsong Kurikulum 2013. Berita
Kampus, (online). (http://www.untirta.ac.id/berita-501-artikel--kesiapan-guru-
menyonsong-kurikulum-2013.html diakses 1 Juni 2013)
Kemdikbud. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. (online),
(http://118.98.166.62/application/media/file/Laman%202012/Bahan%20Uji%20Publik%
20Kurikulum%202013.pdf diakses 2 Juni 2013)
- . 2013. Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta : Kemdikbud
Kusuma, C. Deden. 2013. Analisis Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada
Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Kabar UPI, (online),
(http://berita.upi.edu/2013/04/01/komponen-pengembangan-kurikulum-2013-pada-
bahan-uji-publik-kurikulum-2013/ diakses 1 Juni 2013)
Mulyasa, E. 2009. Kurikulum yang disempurnakan: pengembangan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung : Remaja Rosdakarya
Nuh, Muhammad. 2013. Kurikulum 2013. Kemdikbud, (online),
(http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/kurikulum-2013 diakses 27 Mei 2013)
Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan pembelajaran: teori dan praktik pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Predana Media Group
Sidiknas. 2013. Uji Kurikulum 2013: Penyederhanaan Tematik-Integratif.
Kemdikbud, (Online), http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/uji-publik-kurikulum-
2013-1 diakses 27 Mei 2013)
- . 2013. Wawancara dengan Mendikbud terkait Kurkulum 2013 (Bagian 2).
Kemdikbud, (Online), http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/wawancara-mendikbud-
kurikulum-2013-2 diakses 27 Mei 2013)