Transcript
Page 1: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

PENGERTIAN STRUKTURALKELUARGA GERILYA

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOERBAB SATU SAMPAI DENGAN EMPAT

MakalahDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratLulus Mata Kuliah Sejarah Sastra Indonesia II

Oleh:Christopher Allen Woodrich

NIM: 084114001

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIAJURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA

Page 2: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, ..........................................

Penulis

Christopher Allen Woodrich

ii

Page 3: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

KATA PENGANTAR

Atas bantuan mereka dalam penyelesaian makalah ini saya ingin ucapkan

terima kasih kepada orang-orang berikut:

Trifosa Sie Yulyani Retno Nugroho, atas dukungannya dalam semua tugas

akademik.

S. E. Peni Adji, untuk segala ajarannya dan untuk peminjaman buku ini.

Alm. Pramoedya Ananta Toer untuk menulis karya yang amat menarik ini.

Makalah ini tidak sempurna dan apabila terjadi kekurangan saya mohon maaf

lebih dahulu. Terima kasih.

Yogyakarta, ………………….. 2010

Christopher Allen Woodrich

NIM: 084114001

iii

Page 4: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Tujuan dan Metode Analisis .............................................................. 1

C. Sistematik Penyajian ......................................................................... 1

BAB II: PENGERTIAN TEORI STRUKTURAL ............................................ 2

BAB III: KAJIAN STRUKTURAL .................................................................. 3

A. Sinopsis ............................................................................................ 3

B. Alur .................................................................................................. 5

C. Latar ................................................................................................. 6

1) Latar Tempat .......................................................................... 6

2) Latar Waktu ........................................................................... 6

3) Latar Sosio-Budaya ............................................................... 7

D. Penokohan ........................................................................................ 7

1) Amilah ................................................................................... 7

2) Paijan ..................................................................................... 8

3) Saäman ................................................................................... 8

4) Canimin .................................................................................. 9

5) Kartiman ................................................................................ 9

6) Salamah .................................................................................. 10

7) Patimah .................................................................................. 10

8) Salami .................................................................................... 11

9) Hasan ..................................................................................... 11

10) Sarsan Kasdan ...................................................................... 11

iv

Page 5: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

11) Tukang Loak ........................................................................ 12

BAB IV: KESIMPULAN .................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

BAB I: PENDAHULUAN

v

Page 6: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

A. Latar Belakang Masalah

Karya Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer ditulis pada tahun

1950. Sejak itu, Keluarga Gerilya diakui sebagai salah satu karangan Angkatan ’45

yang terbaik.

B. Tujuan dan Metode Analisis

Analisis dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami karya Keluarga

Gerilya bab satu sampai bab empat. Untuk mencapai tujuan itu, masalah akan

dipecahkan dengan analisis struktural.

C. Sistematika Penyajian

Makalah ini dibagi menjadi empat bab dan sepuluh subbab. Bab satu adalah

bab pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab ini dibagi menjadi tiga

subbab dan menjelaskan latar belakang masalah, tujuan dan metode analisis, dan

sistem penyajian.

Bab dua berfungsi sebagai informasi latar belakang yang menjelaskan apa itu

teori struktural. Terdapat dalam bab ini adalah penjelasan alur, latar, dan penokohan.

Bab tiga adalah analisis struktural bab satu sampai empat. Ini dibagi dalam

empat subbab. Subbab satu meringkas cerita, subbab dua menganalisis alur, subbab

tiga menganalisis latar, dan subbab empat menganalisis penokohan.

Bab empat adalah penutup. Penutup ini merupakan kesimpulan dan saran dari

makalah ini.

BAB II: PENGERTIAN TEORI STRUKTURAL

vi

Page 7: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

Teori struktural adalah pengertian suatu karya, baik prosa, puisi maupun

drama, berdasarkan strukturnya; dalam prosa ini termasuk alur cerita, latar, dan

penokohan.

Alur cerita (plot) adalah apa yang terjadi dalam cerita. Alur ini dibagi dalam

lima bagian, yakni perkenalan, penimbulan konflik, perkembangan konflik, klimaks

dan penyelesaian. Walau secara klasik kelima bagian itu terurut sama seperti di atas,

ada pula karya non-konvensional yang menggunakan urutan yang beda melalui

flashback untuk mengembangkan cerita.

Latar ada tiga jenis, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosio-budaya.

Latar tempat adalah ruang lingkup di mana cerita terjadi, baik secara sempit

(misalnya kamar mandi) maupun luas (misalnya Indonesia). Latar waktu adalah

kapan cerita terjadi, baik secara sempit (misalnya jam enam sore) maupun luas

(misalnya tahun 1950). Latar sosio-budaya adalah keseluruhan adat dan kebudayaan

di tempat dan waktu di mana cerita terjadi.

Penokohan adalah perkembangan tokoh-tokoh dalam cerita. Ada tiga jenis

tokoh, yaitu protagonis (pelaku / pendorong cerita), antagonis (penghambat

protagonis), dan tritagonis (pembantu protagonis dan atau antagonis). Hubungan di

antara para tokoh dapat menyebabkan dan menyelesaikan konflik1.

Dari azas-azas ini karya Keluarga Gerilya oleh Pramoedya Ananta Toer akan

kami teliti.

BAB III: KAJIAN STRUKTURAL

A. Sinopsis

1 S. B. Peni Adji, Perkuliahan, 2009.

vii

Page 8: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

Amilah, seorang wanita tua, duduk di ruang tamu di rumahnya di Jakarta

menanti anak tersayangnya, Saäman. Dia dihampiri oleh anak keempatnya, Salamah.

Salamah minta izin untuk bekerja bersama adiknya, Patimah, agar bisa menghidupi

keluarga karena Saäman sudah tiga bulan tidak pulang setelah ditangkap polisi

militer. Dengan kasar Amilah menolak, lalu Salamah pergi termenung, memberi tahu

Patimah perkataan ibu mereka 2.

Salamah termenung, teringat pada waktu kakaknya diambil. Dalam flashback

Saäman pulang dari kerja, kecapaian. Setelah tidur dan mandi, Saäman membantu

adik-adiknya dengan pekerjaan sekolah dan nasihat sampai ada ketuk pintu. Ketika

pintu terbuka, sekelompok polisi militer masuk, menangkap Saäman dan menanyakan

saudara gerilya lain, Canimin dan Kartiman. Setelah teringat pada kejadian yang

malang ini, Salamah pun tertidur.3

Di waktu yang sama, empat puluh kilometer dari Jakarta Canimin dan

Kartiman duduk, terjaga di baris depan. Kartiman curhat dengan kakaknya, mengakui

bahwa dia merasa tidak akan melihat satu pun fajar merah lagi; dia terhantui oleh

ayahnya, yang telah dia tembak karena bekerja untuk Belanda. Canimin berusaha

untuk menenangkan adiknya, tetapi Kartiman tetap khawatir. Menjelang fajar,

Canimin dapat kabar bahwa akan ada konvoi NICA yang melewat.4

Canimin membuat rencana untuk menyerang konvoi ini, dan menyiapkan

prajurit-prajuritnya. Ambush ini berhasil, tetapi Kartiman kena peluru. Sebelum

Kartiman meninggal, dia mohon kakaknya untuk menjaga istrinya dan adik-adik

mereka. Akhirnya, perasaan Kartiman terbukti benar dan dia meninggal sebelum

matahari mendaki.5

Di Jakarta, Amilah masih terjaga menanti Saäman sambil membayangkan

kekasih pertamanya, Benni, seorang Manado. Tiba-tiba dia teringat akan realitas

ketika ada ketukan di pintu. Amilah mendekati pintu dan bertanya siapa ada di sana.

2 Toer, Pramoedya Ananta. 1994. Keluarga Gerilya: Hastra Mitra, Hal. 1 - 183 Ibid. Hal 18 – 27.4 Ibid. Hal 28 – 52 5 Ibid. Hal 52 – 56

viii

Page 9: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

Tamu di pagi buta itu tidak mau menjawab sampai masuk ke rumah, ketika akhirnya

mengakui “Sarsan Kasdan.”6

Sarsan Kasdan pertama-tama bercerita yang besar-besar tentang dirinya

sendiri dan kepentingannya dalam pemerintah Belanda, lalu menyatakan bahwa dia

membawa pesan dari Saäman. Menurut dia, Saäman akan dibebaskan pada siang hari

jam dua. Amilah tidak mau memercaya dia, tetapi setelah diancam oleh Sarsan

Kasdan akhirnya diam. Amilah disuruh mengirimkan Salamah atau Patimah untuk

menjemput Saäman di tangsi pada pukul dua siang.7

Curiga, Amilah mengusir Sarsan Kasdan tetapi segera menyesal dan berlari ke

jalan, memanggil “Sarsan Kasdan” bagai orang gila. Namun, itu tidak membawa

hasil. Amilah kembali ke dalam rumah di mana anak-anak sudah mulai bangun tidur.

Walaupun disuruh tidur oleh Salamah, Amilah mengambil baju untuk dijual dan

keluar untuk mengejar Sarsan Kasdan.8

Salamah bingung atas perbuatan ibunya dan merasa bahwa ibunya sudah

mulai sakit ingatan. Namun, dia tidak ada kesempatan untuk memikirkan itu karena

didatangi temannya, Hadijah, yang mau mengantar dia dan Patimah bekerja. Namun,

karena Salamah merasa bertanggung jawab atas adik-adik lain, hanya Patimah yang

diizinkan bekerja.9

Setelah Hadijah dan Patimah berangkat, Salamah berusaha untuk membantu

adik perempuan lainnya, Salami, dengan perhitungan. Namun, pelajaran itu terpotong

karena ada tukang loak membawa adik terakhir, Hasan. Ternyata Hasan merusak

sebuah wekker dan disuruh oleh tukang loak menggantikannya dengan harga lima

belas rupiah. Namun, setelah melihat keadaan keluarga dan mengetahui bahwa

kakak-kakak mereka pada berjuang untuk kemerdekaan, tukang loak itu tidak

sanggup dan memberikan mereka sepuluh rupiah untuk membeli beras10.

6 Ibid. Hal. 57 – 61 7 Ibid. Hal. 62 – 73 8 Ibid. Hal. 73 – 76 9 Ibid. Hal. 77 – 8310 Ibid. Hal. 84 – 103

ix

Page 10: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

B. Alur

Dalam bagian yang dikaji ini hanya termuat perkenalan, penimbulan konflik,

dan peningkatan konflik. Perkenalan ditemui dalam bab satu dan dua. Di sini kita

diperkenalkan dengan tokoh-tokoh utama, yaitu sebuah keluarga dengan tiga anak

berjuang merdeka, dan juga dengan latar tempat dan waktu.11

Pada bab satu juga terjadi penimbulan konflik. Dalam bab satu dikemukakan

konflik yang ada di Jakarta, yaitu sekeluarga sulit mencari makan karena Saäman

ditangkap Belanda dan tidak bisa memberikan uang makan lagi. Juga dikemukakan

bahwa ada dua anak, Canimin dan Kartiman, yang mengikuti gerilya.12

Sepanjang bab dua sampai empat terjadilah peningkatan konflik. Pada bab dua

keluarga mengalami bencana besar (walau hanya Canimin yang tahu) ketika

Kartiman terbunuh saat menyerang konvoi Belanda. Pada bab dua, harapan Amilah

dipermainkan oleh Sarsan Kasdan sehingga dia menjadi semakin sakit ingatan.

Kemudian, pada bab empat Salamah ternyata tidak sanggup bekerja karena harus

menjaga adik-adik. Keadaan semakin lama menjadi semakin sulit.13

Perlu juga diketahui bahwa alur cerita tidak bersifat kronologis dalam

Keluarga Gerilya. Saat perkenalan dalam bab satu dan dua terjadi beberapa

flashback, di antara lain penangkapan Saäman oleh Belanda14 dan pembunuhan Paijan

oleh Kartiman.15 Oleh karena itu, cerita kadang-kadang sempat membingungkan

kalau tidak benar-benar memperhatikan.

C. Latar

1) Latar Tempat

11 Ibid. Hal. 1 – 56 12 Ibid. Hal 1 – 27 13 Ibid. Hal 28 – 103 14 Ibid. Hal. 19 – 27 15 Ibid. Hal. 49 – 52

x

Page 11: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

Ada dua latar tempat luas dalam keempat bab ini, yaitu Daerah Merdeka,

Gang Tengah, Jakarta,16 dan suatu hutan empat puluh kilometer di luar Jakarta.17

Selain itu, ada beberapa tempat sempit. Namun, pada umumnya latar tempat tidak

dijelaskan secara mendalam.

Rumah keluarga Amilah adalah latar tempat pertama yang diperkenalkan.

Rumah ini adalah rumah yang sangat sederhana, bahkan disebut gubuk hina oleh

Amilah.18 Isi rumah sangat sederhana; tidak ada tempat tidur19 dan alat masak pun

sangat terbatas.20 Namun, rumah ini masih terasa nyaman karena ada kasih sayang di

antara saudara-saudara yang tinggal di sana.

Sementara, pos penjagaan depan di luar Jakarta, walaupun sunyi dan indah21

tidak bisa dianggap nyaman. Ada senjata mesin besar di mana-mana,22 dan untuk

mengambil air pun harus pergi jauh-jauh.23 Bahkan untuk bersembayang harus di

bawah pohon; tidak ada musholla ataupun ruangan yang dapat digunakan.24 Ini

menggambarkan kesulitan yang dihadapi oleh gerilya yang berjuang untuk

kemerdekaan.

2) Latar Waktu

Latar waktu dalam cerita ini adalah tahun 1949, menjelang akhir perang

kemerdekaan25. Selain itu, tidak diberi tahu latar waktu yang lebih spesifis selain

malam dan pagi hari.

3) Latar Sosio-Budaya

Latar sosio-budaya dalam Keluarga Gerilya adalah Indonesia pada perang

kemerdekaan, khususnya di wilayah dekat Jakarta. Oleh karena itu, ada beberapa hal

16 Ibid. Hal. 1 – 2 17 Ibid. Hal. 2818 Ibid. Hal. 6119 Ibid. Hal. 26 20 Ibid. Hal. 9521 Ibid. Hal. 2922 Ibid. Hal. 28 – 29 23 Ibid. Hal. 4624 Ibid. Hal. 4225 Ibid. Hal. 2

xi

Page 12: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

yang mempengaruhi teks dan penokohan. Ada pula hal-hal yang, bagai pembaca

kontemporer, sangat terkenal, misalnya NICA atau KNIL26.

Contohnya, dalam bab satu ketika Amilah menuduh Salamah sudah main-

main dengan laki-laki, Salamah langsung merasa terhina dan berusaha untuk

membela diri tetapi akhirnya diam dan membiarkan ibunya bicara sesukanya.27 Di

Jakarta masa kini hal seperti itu sudah tidak wajar; banyak anak berusia sembilan

belas tahun bersikap keras dengan ibu mereka apabila hal seperti itu terjadi.

Sedangkan, di tempat lain pada waktu yang sama (misalnya Kanada), penghinaannya

tidak sangat terasa.

Selain itu, keadaan di dunia luar, yaitu perang kemerdekaan, sangat

mempengaruhi semua tokoh. Banyak, seperti Kartiman28 dan si Tukang Loak,29 hidup

dalam ketakutan dan derita akibat perang. Ada lagi yang berubah dari orang

terhormat dan berbudi menjadi kejam seperti Saäman, Canimin dan Kartiman.30

D. Penokohan

1) Amilah

Amilah adalah seorang wanita yang pernah bekerja di tangsi.31 Walaupun dia

menikah dengan Paijan, anak-anaknya punya ayah beda-beda.32 Dari semua anaknya,

dia paling menyayangi Saäman yang dianggap sempurna olehnya.33

Secara fisik, Amilah tinggi dengan “buah dada yang jatuh lengket pada kulit

dada seperti juga halnya dengan Pegunungan Kendeng lengket pada bumi

Bojonegoro. Namun, dulu dia sangat cantik dengan payudara yang halus lembut34 dan

26 Ibid. Hal. 22 dan 3327 Ibid. Hal. 5 – 11 28 Ibid. Hal. 28 – 42 29 Ibid. Hal. 95 – 100 30 Ibid. Hal. 43 – 45 31 Ibid. Hal. 732 Ibid. Hal. 1033 Ibid. Hal. 10 dan 8934 Ibid. Hal. 3 – 4

xii

Page 13: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

pujaan lelaki.35 Secara batin, dia sangat keras kepala, galak, kasar dan terkenal suka

berkelahi, baik dengan tetangga maupun anaknya sendiri.36

Perilakunya sering merugikan orang lain, bahkan anaknya sendiri. Semenjak

Saäman ditangkap oleh polisi militer dia tidak mau tidur, hanya termenung menatap

pada pelita di meja.37 Untuk mencari uang, Amilah diam-diam mengambil pakaian

anaknya dan menjualnya. Namun, dengan uang itu dia hanya membeli barang untuk

Saäman dan bukan untuk anak lainnya. 38

2) Paijan

Paijan adalah suami Amilah dan ayah dari beberapa anak Amilah. Dia pernah

bekerja untuk Belanda selama tiga puluh tahun sehingga menduduki jabatan kopral.

Oleh karena dia bekerja untuk NICA, dia dimabukkan lalu dibunuh oleh Saäman,

Canimin dan Kartiman sebelum cerita mulai.39 Namun, nasibnya tidak diketahui oleh

anggota keluarga lain.40

3) Saäman

Saäman adalah anak tertua dari Amilah dan Paijan. Saäman mempunyai kulit

yang kuning langsat dan mata yang sipit.41 Saäman sangat disayangi dan dihormati

oleh keluarganya karena dia bisa menghargai semua anggota keluarganya dan bersifat

sopan.42

Walau menyatakan bekerja sebagai tukang becak,43 Saäman sebenarnya

berperang secara aktif bersama adik-adiknya.44 Oleh karena keterkaitannya dengan

35 Ibid. Hal. 5836 Ibid. Hal. 337 Ibid. Hal. 3 dan 7938 Ibid. Hal. 7639 Ibid. Hal. 50 – 52 40 Ibid. Hal. 9641 Ibid. Hal. 3342 Ibid. Hal. 943 Ibid. Hal. 2444 Ibid. Hal. 44 – 45

xiii

Page 14: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

gerilya, Saäman menjadi lebih kejam dan sinis45 dan akhirnya ditangkap polisi

militer.46

4) Canimin

Canimin adalah anak kedua dari Amilah dan Paijan. Baru berusia dua puluh,47

dia menduduki jabatan sebagai kopral dalam tentara gerilya Indonesia dan dianggap

salah satu orang yang sangat dipercaya.48 Namun, perang membawa penderitaan yang

besar; wajahnya sudah cacat sehingga tidak ada wanita yang mau mendekati.49

Walaupun sebenarnya hatinya lembut, ketika dengan Kartiman harus bersifat

kejam agar tidak dituduh bernepotisme.50 Ketika Kartiman terbunuh dalam razia,

Canimin merasa menyesal atas segala keburukan yang telah dia melakukan kepada

adiknya.51

5) Kartiman

Kartiman adalah anak ketiga dari Amilah. Oleh karena dia berkulit hitam

seperti dandang dan berambut keriting seperti orang Ambon, Canimin curiga apakah

Paijan benar-benar ayahnya.52 Kartiman juga sudah beristri dengan seorang yatim-

piatu dari Madiun bernama Ratni. Kartiman bersifat kasar, baik dengan prajurit lain

maupun dengan istrinya sendiri.53

Dia bekerja sebagai prajurit di bawah kakaknya. Walaupun dia sangat setia

dan pintar berperang,54 akhirnya dia terbunuh. Dia tertembak saat merazia konvoi di

luar Jakarta.55

45 Ibid. Hal. 3646 Ibid. Hal. 25 – 27 47 Ibid. Hal. 2348 Ibid. Hal. 3949 Ibid. Hal. 3150 Ibid. Hal. 3951 Ibid. Hal. 7552 Ibid. Hal. 3353 Ibid. Hal. 3754 Ibid. Hal. 3955 Ibid. Hal. 53 – 55

xiv

Page 15: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

6) Salamah

Salamah adalah anak Amilah dan Letnan Gedergeder.56 Oleh karena ayahnya

orang Belanda, Salamah mempunyai hidung mancung, mata biru, rambut perang

berombak dan kulit putih.57 Dia berusia sembilan belas tahun58 dan suka menangis.59

Walaupun dia belum menikah, dia sudah punya seorang tunangan, yaitu Darsono.60

Perilaku Salamah sudah seperti seorang ibu. Selama tiga bulan ini dia

menjaga adik-adiknya, memastikan mereka mendapatkan pendidikan dan makanan

serta tinggal sejahtera.61 Namun, ketika dia tidak dihormati oleh ibunya dan dituduh

menghabiskan hari-harinya bermain dengan laki-laki, dia merasa tertusuk.62

7) Patimah

Patimah adalah anak kelima dari Amilah dan Paijan. Berusia enam belas

tahun,63 dia sangat pintar dalam bahasa asing64 dan hampir lulus SM sore. Secara

batin dia masih polos dan belum mengerti keadaan dalam dunia besar. Namun, oleh

karena keadaan finansial sangat berat, Patimah terpaksa bekerja di pabrik dan

berwaspada dengan orang-orang di sana.65

8) Salami

Salami adalah putri terkecil dari Amilah dan Paijan. Berusia sepuluh tahun,66

dia pintar67 tetapi sering dapat nilai kecil karena pengelihatannya kurang baik.68

56 Ibid. Hal. 1057 Ibid. Hal. 3358 Ibid. Hal. 4 – 7 59 Ibid. Hal. 3660 Ibid. Hal. 16 dan 9761 Ibid. Hal. 84 – 88 62 Ibid. Hal. 5 – 8 63 Ibid. Hal. 8164 Ibid. Hal. 19 65 Ibid. Hal. 82 – 8766 Ibid. Hal. 8467 Ibid. Hal. 9368 Ibid. Hal. 20

xv

Page 16: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

9) Hasan

Hasan adalah anak terakhir dari Amilah dan Paijan. Berusia delapan tahun, dia

mempunyai banyak sekali enerji dan sering berkelahi dengan orang lain69 atau

memecahkan barang-barang.70 Namun, dia sangat jujur dan mengaku bersalah,

bahkan berani bersumpah.71

Oleh karena dia dibesarkan oleh kakak-kakaknya, Hasan sangat mendukung

kemerdekaan Indonesia dan membenci NICA. Memang impian terbesarnya adalah

menjadi jenderal gerilya, lengkap dengan kuda berwarna coklat muda dan dua

pistol.72

10) Sarsan Kasdan

“Sarsan Kasdan” adalah orang yang mengakui teman Saäman dari tangsi di

Palembang. Oleh karena dia membesar-besarkan diri saat berbicara dengan Amilah,

pernyataannya (di antara lain bahwa dia pernah menjadi pemimpin orang Australia

dan Inggris dan dilatih menjadi mata-mata) tidak dapat dipercaya. Namun, yang pasti

ialah dia bekerja untuk Belanda.

Secara batin dia tampaknya suka memanfaatkan orang lain demi

kepentingannya sendiri. Setiap kali dia digusur oleh Amilah, dia mengancam bahwa

Saäman akan digantung apabila Amilah tidak mendengarkannya.73 Namun, tujuannya

tidak tercapai ataupun diketahui dalam bab yang diteliti.

11) Tukang Loak

Si Tukang Loak adalah seorang bapak setengah tua yang datang ke rumah

Amilah untuk minta ganti rugi karena Hasan memecah wekker-nya. Namun, setelah

69 Ibid. Hal. 21 – 23 70 Ibid. Hal. 94 – 95 71 Ibid. Hal. 2172 Ibid. Hal. 21 – 23 73 Ibid. Hal. 59 – 74

xvi

Page 17: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

dia mengetahui nasib keluarga itu dia tidak sanggup minta sepuluh rupiah; dia malah

merasa kagum karena keluarga itu, walaupun sudah sangat menderita, masih saling

menyayangi dan mendukung.

Ternyata si Tukang Loak dahulu orang kaya di dusun di Cirebon. Namun,

setelah zaman siap kekayaan dan keluarganya hancur. Istrinya terbunuh di rumah,

salah satu putranya gugur di Madiun dan tiga lainnya gugur dikhianati di dekat

Cirebon. Oleh karena itu, dia sudah putus asa dan merasa sendiri, bahkan mau

mengakhiri semua.74

BAB IV: KESIMPULAN

Dilihat dari bab satu sampai dengan empat, karya Pramoedya Ananta Toer

Keluarga Gerilya mempunyai cerita yang sangat menarik dan mendalam. Walaupun

alurnya kadang-kadang membingungkan, semua tokoh (betapa kecilnya) diberi latar

belakang yang cukup menarik.

Peperangan juga digambarkan dengan jelas dan cukup menarik; bukan hanya

pengorbanan pejuang digambarkan, tetapi juga pengorbanan keluarga mereka yang

74 Ibid. Hal. 94 – 103

xvii

Page 18: Analisis Struktural Keluarga Gerilya Bab I - IV

ditinggal, baik secara lahir maupun batin. Oleh karena tema-temanya bersifat abadi,

sampai kapanpun Keluarga Gerilya akan berpengaruh dalam pikiran pembacanya.

DAFTAR PUSTAKA

S. E. Peni Adji. 2009. “Hakikat Teori Struktural.” Perkuliahan

Toer, Pramoedya Ananta. 1994. Keluarga Gerilya. Jakarta: Hasta Mitra.

xviii


Top Related