MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
74 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
ANALISIS PROFIL PENGOBATAN, BIAYA MEDIS DAN KUALITAS
HIDUP PADA PASIEN HEMODIALISIS POLI RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT DR H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
Andi Ahriansyah1, Prih Sarnianto
2, Yusi Anggriani
3
1Program Magister Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
2,3Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Email : [email protected]
ABSTRACT
Hemodialysis is a method of blood washing by removing excess fluid and substance
that are harmfulto the body through dialysis to replace demage kidney function..
Hemodyalisis is a therapy that takes a long time, have complication and requires expensive
cost. This condition will provide physiological and physchological stressors of patients
which can an affects the quality of life of patients. The Object is Knowing the treatment
profile, medical cost and quality of life of outpatients hemodialysis patients in RS DR
Marzoeki Mahdi Bogor. Methods is Cross – sectional Analysis with a hospital perspective
on volving 100 respondens with chronic kidney disease patients who undergoing
hemodialysis. Data collections was done retrospectively. This study uses primary data in
the form of questionnaires and secondary data form medical record and financial
sections.There were 100 patients with 93% compatibility of HD therapy, 83 % epo
therapy and 86 % of comorbidities. The results of Mann whitney test analysis, obtained p
value (sig) of real cost and INA – CBGs of 21.10%. p value (sig) real costs and ideal costs
of 0,37 % the results of multiple linear regression obtained p value self – care 0,034, p
value daily activities 0,000, p value pain / insecurity 0,005, sex p value long amounting to
0,019. The level of suitability of therapy in RS DR Marzoeki Mahdi Bogor is according to
the standart of therapy. There is no significant difference beetween quality of life with long
hemodialysis and real costs and ideal cost for INA – CBGs.
Keywords: Hemodialysis, treatment profile, quality of life
ABSTRAK
Hemodialisis adalah metode pencucian darah dengan membuang cairan berlebih
dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh melalui alat dialisis untuk menggantikan fungsi
ginjal yang rusak. Terapi hemodialisis membutuhkan waktu yang lama, memiliki
komplikasi dan membutuhkan biaya yang mahal. Hal ini akan memberikan stressor
fisiologis dan psikologis pasien yang kemudian akan mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Tujuan Penelitian ini untuk Mengetahui profil pengobatan, biaya medis dan kualitas hidup
pada pasien hemodialisis poli rawat jalan di RS DR H.Marzoeki Mahdi Bogor. Metode
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
75 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
yang digunakan adalah Analitik Cross – Sectional dengan perspektif rumah sakit.
Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif. Penelitian ini menggunakan data primer
berupa kueisoner dan data sekunder dari rekam medik dan bagian keuangan.Terdapat 100
pasien dengan kesesuaian terapi HD 93%, terapi Epo 83% dan terapi penyakit penyerta
86%. Hasil analisis uji Mann Whitney, diperoleh p Value (sig) biaya rill dan INA- CBGs
sebesar 21.10%, p value (sig) biaya rill dan biaya ideal sebesar 0,37 %, hasil regresi linear
berganda diperoleh p value mengurus diri 0,034, p value aktivitas sehari - hari sebesar
0,000, p value rasa nyeri / tidak aman 0,005, p value jenis kelamin sebesar 0,019.Tingkat
kesesuaian terapi di RS DR Marzoeki Mahdi Bogor sesuai standar terapi. Tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kualitas hidup dengan lama HD serta biaya rill maupun
biaya medis terhadap INA – CBGs.
Kata kunci: Hemodialisis, Profil Pengobatan, Kualitas Hidup
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak setiap
orang yang diamanatkan UUD 1945.
Untuk mewujudkan masyarakat sehat baik
secara fisik, mental, sosial dan ekonomi,
sistem kesehatan suatu negara harus
dibangun dengan baik. Dalam rangka
menjamin pemerataan dan mempermudah
akses kesehatan gratis bagi seluruh
kalangan masyarakat, pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang No. 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (SJKN)[1].
Berdasarkan laporan Indonesian
Renal Registry (IRR), jumlah pasien baru
hemodialisis pada 2007 sebanyak 4.977
pasien, sedangkan pasien aktif
hemodialisis pada 2007 sebanyak 1.885
pasien. Pada 2015 jumlah pasien baru
meningkat tajam menjadi 21.050 pasien,
sedangkan pasien aktif meningkat
sebanyak 30.554 pasien. Terjadi
peningkatan 4 kali lipat pada pasien baru,
dan peningkatan 16 kali lipat pada pasien
aktif tahun 2007 sampai dengan 2015.
Secara global penyebab GGK terbesar
adalah diabetes mellitus, sementara di
Indonesia penyebab terbanyak sampai
dengan tahun 2000 adalah
glomerulonefritis, dan dalam beberapa
tahun terakhir penyebab GGK terbanyak
adalah hipertensi. [2]
Hemodialisis adalah salah satu terapi
pengganti ginjal bagi pasien GGK[3]
.
Terapi ini memerlukan biaya yang besar
serta waktu yang panjang. Pada terapi
pasien GGK dengan hemodialisis
seringkali terdapat perbedaan perhitungan
tarif rumah sakit dimana tarif rumah sakit
lebih besar daripada tarif INA-CBGs.
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
76 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
Apabila hal ini terjadi secara terus
menerus, maka akan menyebabkan
kerugian pada pihak rumah sakit. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelitian
analisis biaya pengobatan pasien GGK
dengan hemodialisis.
Rumah Sakit DR H. Marzoeki
Mahdi Bogor Bogor merupakan Rumah
Sakit Pemerintah tipe B pendidikan. RS
DR. H. Marzoeki Mahdi memiliki 20
buah mesin hemodialisis dengan jumlah
pasien rutin lebih dari 100 orang. Jumlah
mesin yang tersedia tidak cukup untuk
melayani pasien yang harus menjalani
hemodialisis, sehingga banyak pasien
yang terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain.
Euro Quality of Life (EQ-5D)
merupakan instrument general yang
digunakan secara luas untuk mengukur
status kesehatan pada suatu populasi.
Kualitas hidup pasien setelah
mendapatkan pengobatan dapat diukur
berdasarkan 5 domain yang terdiri dari 1)
mobility 2) self-care 3) usual activity 4)
pain/discomfort 5) anxiety/depression. [4]
Hemodialisis tidak dapat
menyembuhkan atau memulihkan fungsi
ginjal selain itu pasien harus menjalani
terapi dialisis sepanjang hidupnya, oleh
karena itu diperlukan evaluasi profil
pengobatan dan besaran pembiayaan
kesehatan medis agar dapat membantu
meringankan beban sumber daya dengan
meningkatkan efisiensi alokasi
pembiayaan kesehatan dalam pelayananan
JKN.
METODE
Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian analitik cross –
sectional dengan perspektif rumah sakit.
Pengumpulan data ini menggunakan
metode retrospektif dengan
mengumpulkan data dari penelusuran
dokumen pasien yang berupa catatatn
medis pasien gagal ginjal kronik rawat
jalan dengan hemodialisis, data biaya
pengobatan pasien dari Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dan dokumen / kuitansi dari
bagian keuangan periode Januari –
Desember 2017 untuk pasien yang
memenuhi kriteria inklusi. Kemudian
dilakukan analisa data secara deskriptif
dan analitik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sosio Demografi Pasien Hemodialisis
Pengumpulan data dilakukan secara
prospektif dan retrospektif dengan total
responden yang memenuhi kriteria
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
77 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
inklusi sebanyak 100 pasien. Berikut hasil
analisis sosio-demografi pasien :
Tabel V.1 Sosiodemografi Pasien
Hemodialisis
Karakteristik sosio-demografi Hasil
N %
Jenis kelamin
Laki-laki 54 54
Perempuan 46 46
Status perkawinan
Kawin 96 96
Cerai (janda/duda) 4 4
Usia
<= 30 tahun 7 7
31-40 tahun 6 6
41-50 tahun 14 14
51-60 tahun 58 58
61-70 tahun 12 12
> 70 tahun 3 3
Pekerjaan
Pensiunan & IRT 34 34
Pekerjaan fisik 38 38
Pekerjaan intelektual 28 28
Pendidikan
Tidak sekolah/SD 2 2
SMP 13 13
SMA 69 69
Akademi atau universitas 16 16
Pendapatan per bulan
< Rp 2.000.000 1 1
Rp 2.000.000 – 4.000.000 73 73
Rp 4.000.000 – 6.000.000 26
26
Karakteristik sosio-demografi Hasil
N %
Ekonomi keluarga
Sangat miskin 1 1
Miskin 13 13
Pas-pasan 52 52
Cukup nyaman 34 34
Perbandingan laki-laki dan
perempuan untuk kelompok kasus yaitu
54:46 . Sebagian besar responden pada
penelitian ini berstatus kawin, yaitu 96%,
sementara 4% sisanya adalah janda/duda.
Sebaran jumlah pasien berdasarkan
kelompok pekerjaan pada penelitian ini
cukup merata. Terdapat 38 pasien pada
pekerjaan fisik, 28 pasien pada pekerjaan
intelektual, dan 34 pasien adalah
pensiunan dan/atau IRT. Kemudian,
kelompok pendapatan terbanyak pada
penelitian adalah kelompok dengan
pendapatan berkisar antara 2-4 juta (73%).
Akan tetapi tidak ada pasien yang merasa
kehidupannya sejahtera, melainkan 52%
merasa pas-pasan, 34% merasa cukup
nyaman, 13% merasa miskin dan 1%
merasa sangat miskin. Kelompok pasien
dengan pekerjaan fisik cenderung
memiliki risiko lebih besar dari pada yang
lainnya. Kelompok pendidikan terbanyak
adalah SMA (69%), diikuti
Akademi/unversitas (16%), SMP (13%)
dan Tidak sekolah/SD (2%).
B. Profil Pengobatan
Data profil pengobatan pasien
diperoleh dari penelusuran data rekam
medik pasien. Analisis dilakukan untuk
melihat kesesuaian terapi dengan yang
terjadi di lapangan. Berikut hasil analisis
data pengobatan pasien :
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
78 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
Tabel V.2 Data Profil Pengobatan
Pasien Hemodialisis
Karakteristik profil pengobatan Hasil
N %
Kesesuaian terapi hemodialisis
Tidak sesuai
7 7
Sesuai (obat hemodialisis)
9
3
9
3
Kesesuaian terapi epo
Tidak sesuai
1
7
1
7
Sesuai
8
3
8
3
Kesesuaian terapi obat penyerta
(antihipertensi)
Tidak sesuai
1
4
1
4
Sesuai
8
6
8
6
Frekuensi hemodialisis
Minimum 96
Maximum 110
Mean 99,94
Median 96
Lama hemodialisis
1-3 tahun
4
5
4
5
> 3-6 tahun
5
2
5
2
> 6-9 tahun 3 3
Komorbiditas
1 penyakit penyerta
6
9
6
9
2 penyakit penyerta
3
0
3
0
Lebih dari 2 penyakit penyerta 1 1
Berdasarkan data profil pengobatan
pasien berdasarkan komorbiditas,
diperoleh gambaran bahwa dari 100
pasien di RS DR Mazoeki Mahdi bogor,
69 orang (69%) komorbiditasnya 1
penyakit, 30 orang (30%)
komorbiditasnya 2 penyakit, dan 1 orang
(1) komorbiditasnya lebih dari 2 penyakit.
Dari hasil tersebut sebagian besar pasien
komorbiditasnya 1 penyakit. Profil
pengobatan pasien berdasarkan lama
hemodialisis, diperoleh gambaran bahwa
dari 100 pasien di RS DR H. Marzoeki
Mahdi Bogor, 45 orang (45%) lama
hemodialisis 1-3 tahun, 52 orang (52%)
lama hemodialisis 3-6 tahun, 3 orang (3%)
lama hemodialisis 6-9 tahun, dan tidak
ada pasien yang menjalani hemodialisis
lebih dari 10 tahun.
Tabel V.3 Jenis Obat yang Digunakan
100 Pasien
Nama Obat Frekuensi
peresepan % Golongan
Obat Ginjal
Asam Folat 95 95 Suplemen
Calcium
Carbonat 100 100 Vitamin
Ferro Sulfat 80 80 Vitamin
Natrium
Bikarbonat 100 100
Urine
Alkalinization
Anti
hipertensi
Amlodipin
tab 78 78
Calcium Chanel
Blocker (CCB)
Bisoprolol
tab 16 16
Beta Blocker
(BB)
Candesartan 9 9
Angiotensin
Reseptor
Blocker (ARB)
Captopril 1 1
Angiotensin
Converting
Enzym Inhibitor
(ACEI)
Ramipril Tab 10 10
Angiotensin
Converting
Enzym Inhibitor
(ACEI)
Valsartan 34 34
Angiotensin
Reseptor
Blocker (ARB)
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
79 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
Nama Obat Frekuensi
peresepan % Golongan
Micardis 20 20
Angiotensin
Reseptor
Blocker (ARB)
Anti Ulcus
Peptik
Omeprazole pompa proton
Inhibitor (PPI
Anti
Diabetik
Novorapid
flexpen 2 2
Acarbose 3 3 Anti diabetik
Metformin 4 4 Biguanida
Gliquidone 14 14 Sulfonilurea
Novomix
flexpen 3 3
Lantus
Solostar 8 8
Glimepiride 1 1 Sulfonilurea
Diamicron
MR 1 1 Sulfonilurea
Berdasarkan profil pengobatan, obat
dengan frekuensi peresepan 100% adalah
Calcium Carbonat dan Natrium
Bikarbonat, yang berarti semua pasien
hemodialisis memperoleh kedua obat
tersebut. Kedua obat tersebut merupakan
obat-obat terapi utama pada hemodialisis,
disertai dengan asam folat dan ferro sulfat.
Obat penyerta yang paling banyak
digunakan adalah antihipertensi;
amlodipin [5]
, Valsartan [6]
, Micardis [7]
,
dan Bisoprolol[8]
. Obat lain yang
digunakan adalah golongan anti diabetik,
dan anti ulkus peptik. Hal ini terjadi
karena penyakit tersebut merupakan
penyakit-penyakit yang berhubungan
dengan GGK.
C. Biaya Medis
Berdasarkan hasil test normalitas
dengan uji kolmologrov-smirnov,
diperoleh nilai sig biaya medis riil 0.000
dan nilai sig biaya medis ideal 0.000,
artinya data tidak menyebar normal
karena nilai sig lebih kecil dari 0.05. Data
yang tersebar tidak normal ini selanjutnya
di uji menggunakan mann whitney.
Berdasarkan penelusuran informasi, maka
diperolah data biaya sebagai berikut :
Tabel V.4 Deskripsi Tarif INA-CBGs
dan Biaya Riil
Hasil statistik diperoleh biaya riil
rata-rata hemodialisis di RS Dr H.
Mazoeki Mahdi Bogor sebesar Rp
693,593.76 dengan kelebihan rata-rata
sebesar 21.10%. Biaya rill minimum
sebesar Rp. 659,523.20 dan maksimum
Rp.750,903.20. Berdasarkan uji mann
Deskripsi Tarif
Ina-cbgs
Biaya
Medis riil Selisih %
Uji
Mann Whitney
Mean
879,100.00
693,593.76 185,506.24 21.10
0.000
Median 879,100.00
687,279.63
191,820.37 21.82
Modus
879,100.00
659,523.20 219,576.80 24.98
Minimum 879,100.00
659,523.20
219,576.80 24.98
Maksimum
879,100.00
750,903.20 128,196.80 14.58
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
80 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
whitney deskripsi biaya medis tarif INA-
CBGs dan biaya medis riil, diketahui
bahwa rata-rata tarif INA-CBGs sebesar
879,100.00 dan rata-rata biaya medis riil
sebesar 693,593.76. Hasil analisis uji
mann whitney, p value (sig.) sebesar
0.000 (sig. < 0.05) artinya Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara tarif
INA-CBGs dengan biaya medis riil.
Selisih rata-rata antara tarif INA-CBGs
dan biaya riil adalah Rp 185,506.24 nilai
yang relatif besar sehingga ada perbedaan
yang bermakna.
Perbedaan tarif pada penelitian ini
terjadi karena pemberian epo yang belum
sesuai. Berdasarkan PERNEFRI, standar
pemberian epo adalah untuk nilai Hb 8-
10g/dL, dan apabila di bawah 8 g/dL
pasien harus mendapatkan transfusi darah.
Akan tetapi pada penelusuran di lapangan,
epo baru diberikan kepada pasien
hemodialisis apabila kadar Hb di bawah 8-
10g/dL. Oleh karena itu, terjadi selisih
tarif yang cukup besar antara pasien yang
mendapatkan epo dan yang tidak
mendapatkan epo/transfusi darah sebagai
mana seharusnya. Harga epo berkisar
antara Rp.95.000-100.000, dan apabila
kesesuain terapi epo dapat dijalankan
hingga 100%, kemungkinan selisih akan
menjadi berkurang dan tidak menutup
kemungkinan bahwa biaya akan melebihi
tarif INA-CBGs.
Tabel V.5 Deskripsi Tarif INA-CBGs
dan Biaya Ideal
Berdasarkan hasil statistik diperoleh
biaya ideal rata-rata hemodialisis di RS
Dr. H. Mazoeki Mahdi Bogor sebesar Rp
696,152.49 dengan keuntungan rata-rata
sebesara 20.81%. Biaya ideal minimum
sebesar Rp.662,898.20 dan maksimum
Rp. 784,192.12. Berdasarkan uji Mann
whitney deskripsi biaya medis tarif INA-
CBGs dan biaya medis ideal, diketahui
bahwa rata-rata tarif ina cbgs sebesar
Rp.879,100.00 dan rata-rata biaya medis
ideal sebesar 693,593.76. Hasil analisis uji
Mann whitney, p value (sig.) Sebesar
0.000 (sig.< 0.05) artinya Ho ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara tarif
INA-CBGs dengan biaya medis ideal.
Deskripsi Tarif
Ina-cbgs
Biaya
Medis ideal
Selisih %
Uji
Mann Whitney
Mean
879,100.00
696,152.49 182,947.51 20.81
0.000
Median 879,100.00
688,531.44
190,568.56 21.68
Modus
879,100.00
662,898.20 216,201.80 24.59
Minimum 879,100.00
662,898.20
216,201.80 24.59
Maksimum
879,100.00
784,194.12 94,905.88 10.80
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
81 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
Selisih rata-rata antara tarif INA-CBGs
dan biaya ideal adalah Rp 182,847.51 nilai
yang relatif besar sehingga ada perbedaan
yang bermakna.
Tabel V.6 Deskripsi Biaya Ideal dan
Biaya Riil
Deskripsi
Biaya
Medis
ideal
Biaya Medis riil
Selisih %
Uji
Mann
Whitney
Mean
696,152.49
693,593.76 2,558.73 0.37
Median
688,531.44
687,279.63 1,251.81 0.18
Modus
662,898.20
659,523.20 3,375.00 0.51 0.017
Minimum
662,898.20
659,523.20 3,375.00 0.51
Maksimum
784,194.12
750,903.20 33,290.92 4.25
Dari uji statistik diperoleh biaya
ideal rata-rata Rp 696,152.49 dan biaya
riil rata-rata hemodialisis di RS DR
Mazoeki Mahdi Bogor sebesar Rp
693,593.76. Selisih biaya medis ideal dan
biaya medis riil sebesar Rp.2,558.73.
Meskipun demikian, hemodialisis tetap
dilakukan dengan kesesuain terapi yang
tinggi di RS Mazoeki Mahdi Bogor.
Berdasarkan analisis antara biaya rill
, biaya ideal, dan biaya INA-CBGs yang
ditampilkan, RS DR Mazoeki Mahdi
Bogor memperoleh keuntungan dari
menjalankan hemodialisis. Akan tetapi,
karena ketidaksesuaian pemberian
epo/transfusi darah seperti yang
ditetapkan PERNEFRI, maka keuntungan
tersebut dapat berubah mmenjadi kerugian
ketika rumah sakit mau memenuhi standar
terapi epo tersebut.
D. Kualitas Hidup
1. HRQoL 5D5L
Data terkait HRQoL diperoleh dari
wawancara langsung dengan pasien,
dengan sebaran data sebagai berikut :
Tabel V.7 Data Distribusi HRQoL
5D-5L
HRQoL 5D-5L N %
Mobilitas
Saya tidak memiliki masalah dalam berjalan-
jalan 53 53.0
Saya memiliki sedikit masalah dalam
berjalan-jalan 45 45.0
Saya memiliki masalah moderat dalam
berjalan-jalan 2 2.0
Saya memiliki masalah parah dalam berjalan-
jalan 0 0.0
Saya tidak dapat berjalan-jalan 0 0.0
Mengurus diri
Saya tidak memiliki masalah mencuci atau berpakaian sendiri
63 63.0
Saya memiliki sedikit masalah mencuci atau
berpakaian sendiri 35 35.0
Saya memiliki masalah sedang mencuci atau membiasakan diri
2 2.0
Saya mengalami masalah mencuci atau
berpakaian sendiri 0 0.0
Saya tidak bisa mencuci atau berpakaian sendiri
0 0.0
Aktifitas sehari-hari
Saya tidak memiliki masalah dalam melakukan aktivitas saya yang biasa
41 41.0
Saya memiliki sedikit masalah dalam
melakukan aktivitas saya yang biasa 55 55.0
Saya memiliki masalah moderat dalam
melakukan aktivitas saya yang biasa 4 4.0
Saya mengalami masalah parah dalam
melakukan aktivitas saya yang biasa 0 0.0
Saya tidak dapat melakukan aktivitas saya
yang biasa 0 0.0
Rasa nyeri/tidak nyaman
Saya tidak memiliki rasa sakit atau
ketidaknyamanan 37 37.0
Saya memiliki sedikit rasa sakit atau
ketidaknyamanan 58 58.0
Saya memiliki rasa sakit atau
ketidaknyamanan sedang 5 5.0
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
82 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
HRQoL 5D-5L N %
Saya mengalami sakit parah atau ketidaknyamanan
0 0.0
Saya memiliki rasa sakit atau
ketidaknyamanan yang ekstrem 0 0.0
Rasa khawatir/depresi
Saya tidak cemas atau depresi 42 42.0
Saya sedikit cemas atau tertekan 54 54.0
Saya cukup cemas atau depresi 4 4.0
Saya cemas atau depresi 0 0.0
Saya sangat cemas atau depresi 0 0.0
Dari hasil tersebut sebagian besar
pasien tidak mempunyai masalah
mobilitas sepeti melakukan jalan-jalan.
Untuk kriteria mengurus diri, Dari
Dari hasil tersebut sebagian besar tidak
mengalami rasa nyeri atau tidak nyaman
dengan kondisi yang dialaminya. Serta
untuk pasien dengan rasa khawatir/depresi
ditemukan sebagian besar pasien
menagalami sedikit rasa khawatir/ depresi
akan keadaan yang dialaminya. Perasaan
yang muncul setelah beberapa kali
menjalani hemodialisis tetapi tingkat
kesehatan yang diharapkan belum sesuai
harapan.
2. Value analog scale (VAS)
Tabel V.8 VAS dan Kualiats
Hidup (Value Set) VAS dan kualitas hidup (value
set) Jumlah %
Visual analog scale
Rendah 6 6.0
Cukup 29 29.0
Baik 20 20.0
Sangat baik 41 41.0
Sangat baik sekali 4 4.0
Minimum 50.00
Maximum 100.00
Mean 73.35
Median 70.00
Kualitas hidup (value set)
Rendah 4 4.0
Cukup 31 31.0
Baik 20 20.0
Sangat baik 16 16.0
Sangat baik sekali 29 29.0
Minimum 0.347
Maximum 1.000
Mean 0.746
Median 0.745
Pada tabel V.8 kategori VAS,
diperoleh gambaran bahwa dari 100
pasien di RS DR H. Marzoeki Mahdi
Bogor, 6 orang (6%) VASnya jelek, 29
orang (29%) VASnya cukup, 20 orang
(20%) VASnya baik, dan 41 orang (41%)
VASnya sangat baik, 4 orang (4%)
VASnya baik sekali. Dari hasil tersebut
sebagian besar pasien VASnya sangat
baik. Pada tabel V.8 distribusi pasien
berdasarkan kualitas hidup, diperoleh
gambaran bahwa dari 100 pasien di RS
DR H. Marzoeki Mahdi Bogor, 4 orang
(4%) kualitas hidupnya jelek, 31 orang
(31%) kualitas hidupnya cukup, 20 orang
(20%) kualitas hidupnya baik, 16 orang
(16%) kualitas hidupnya sangat baik, dan
29 orang (29%) kualitas hidupnya sangat
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
83 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
baik sekali. Dari hasil tersebut sebagian
besar pasien kualitas hidupnya cukup.
Tabel V.9 VAS dan Tingkat
Ekonomi VAS dan tingkat ekonomi N %
Rendah
Pendapatan
per bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 – 4.000.000 5 5.0
Rp 4.000.000 – 6.000.000 1 1.0
Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 0 0.0
Pas-pasan 5 5.0
Cukup nyaman 1 1.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Cukup
Pendapatan
per bulan
< Rp 2.000.000 1 1.0
Rp 2.000.000 – 4.000.000 22 22.0
Rp 4.000.000 – 6.000.000 6 6.0
Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 4 4.0
Pas-pasan 18 18.0
Cukup nyaman 7 7.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
VAS dan tingkat ekonomi N %
Baik
Pendapatan
per bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 – 4.000.000 14 14.0
Rp 4.000.000 – 6.000.000 6 6.0
Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 2 2.0
Pas-pasan 13 13.0
Cukup nyaman 5 5.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Sangat
baik
Pendapatan
per bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 – 4.000.000 29 29.0
Rp 4.000.000 – 6.000.000 12 12.0
Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 1 1.0
Miskin 6 6.0
Pas-pasan 16 16.0
Cukup nyaman 18 18.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Sangat
baik
sekali
Pendapatan
per bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 – 4.000.000 3 3.0
Rp 4.000.000 – 6.000.000 1 1.0
Rp 6.000.000 – 8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 – 10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 1 1.0
Pas-pasan 0 0.0
Cukup nyaman 3 3.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Berdasarkan tabel V.9 distribusi
VAS, pasien dengan VAS jelek, sekitar
51% memiliki pendapatan antara 2 – 4
juta per bulan, dengan pendapatan sebesar
itu mereka menganggap kehidupan
ekonominya pas-pasan. Pasien dengan
VAS cukup, sekitar 22% memiliki
pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan
sekitar 18% menganggap kehidupan
ekonominya pas-pasan. Pasien dengan
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
84 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
VAS baik, sekitar 14% memiliki
pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan
sekitar 13% menganggap kehidupan
ekonominya pas -pasan. Pasien dengan
VAS sangat baik, sekitar 29% memiliki
pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan
menganggap kehidupan ekonominya
cukup nyaman . Pendapatan bukanlah
satu-satunya faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup. Banyak faktor lain selain
ekonomi seperti keadaan psikologis pasien
yang menerima dan menjalaninya dengan
ikhlas. Pasien dengan VAS yang sangat
baik tidak ditentukan oleh pendapatan
yang tinggi. Pendapatan yang
diperolehnya belum bisa mencukupi
kehidupannya yang tinggi sehingga
menganggapnya miskin. Nilai VAS yang
diperolehnya bisa disebabkan oleh sikap
penerimaan dan kepatuhan dalam
menjalani terapi.
Tabel V.10 Kualitas Hidup (Value Set)
dan Tingkat Ekonomi Kualitas hidup (value set) dan tingkat ekonomi N %
Rendah
Pendapata
n per bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 –
4.000.000 3 3.0
Rp 4.000.000 –
6.000.000 1 1.0
Rp 6.000.000 –
8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 –
10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 1 1.0
Kualitas hidup (value set) dan tingkat ekonomi N %
Pas-pasan 3 3.0
Cukup nyaman 0 0.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Cukup
Pendapata
n per bulan
< Rp 2.000.000 1 1.0
Rp 2.000.000 –
4.000.000 20
20.
0
Rp 4.000.000 –
6.000.000 10
10.
0
Rp 6.000.000 –
8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 –
10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 1 1.0
Miskin 3 3.0
Pas-pasan 15 15.
0
Cukup nyaman 12 12.
0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Baik
Pendapata
n per
bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 –
4.000.000 14
14.
0
Rp 4.000.000 –
6.000.000 6 6.0
Rp 6.000.000 –
8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 –
10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 3 3.0
Pas-pasan 12 12.
0
Cukup nyaman 5 5.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu
0
0.0
Sangat baik
Pendapata
n per bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 –
4.000.000 11
11.
0
Rp 4.000.000 –
6.000.000 5 5.0
Rp 6.000.000 –
8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 –
10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 3 3.0
Pas-pasan 9 9.0
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
85 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
Kualitas hidup (value set) dan tingkat ekonomi N %
Cukup nyaman 4 4.0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Sangat baik
sekali
Pendapata
n per
bulan
< Rp 2.000.000 0 0.0
Rp 2.000.000 –
4.000.000 25
25.
0
Rp 4.000.000 –
6.000.000 4 4.0
Rp 6.000.000 –
8.000.000 0 0.0
Rp 8.000.000 –
10.000.000 0 0.0
> Rp 10.000.000 0 0.0
Ekonomi
keluarga
Sangat miskin 0 0.0
Miskin 3 3.0
Pas-pasan 13 13.
0
Cukup nyaman 13 13.
0
Sejahtera 0 0.0
Tidak tahu 0 0.0
Berdasarkan tabel kategori distribusi
VAS, pasien dengan VAS jelek, sekitar
3% memiliki pendapatan antara 2 – 4 juta
per bulan, dengan pendapatan sebesar itu
mereka menganggap kehidupan
ekonominya pas-pasan. Pasien dengan
VAS cukup, sekitar 20% memiliki
pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan
sekitar 15% menganggap kehidupan
ekonominya pas-pasan. Pasien dengan
VAS baik, sekitar 14% memiliki
pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan
sekitar 12% menganggap kehidupan
ekonominya pas - pasan. Pasien dengan
VAS sangat baik, sekitar 11% memiliki
pendapatan antara 2 – 4 juta/bulan dan
sekitar (9%) menganggap kehidupan
ekonominya pas – pasan .
E. Regresi
Analisis data yang digunakan adalah
regresi linier berganda. Model ini dipilih
untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat baik secara parsial maupun
bersama-sama. Sebelum model regresi
digunakan untuk menguji hipotesis, maka
terlebih dahulu dilakukan diantaranya
pengujian hipotesis. Apabila syarat untuk
ditelitinya suatu model regresi telah
terpenuhi semua, maka langkah
selanjutnya untuk mengetahui diterima
atau tidaknya hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, dilakukan analisis
data dengan uji T.
Dari hasil pengolahan regresi
berganda pada model VAS diketahui
bahwa koefisien determinasi r2 = 0.541.
Artinya seluruh variabel independen (jenis
kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, pendapatan per bulan,
ekonomi keluarga, nilai hb, kesesuaian
terapi epo,kesesuaian terapi obat HD,
kesesuaian terapi obat penyerta, frekuensi
hemodialisis, lama hemodialisis,
komorbiditas, mobilitas, mengurus diri,
aktifitas sehari-hari, rasa nyeri, rasa
khawatir) mampu menjelaskan variasi dari
variabel dependen (VAS) sebesar 54.1%
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
86 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
sedangkan sisanya (45.9%) dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak
diikutsertakan dalam model, semakin
banyak variabel maka r2 akan semakin
tinggi.
F. Uji T. Test
Uji t (Uji Individu) adalah pengujian
koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen
untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Dengan hipotesis
sebagai berikut:
H0 : βn = 0 Tidak ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : βn ≠ 0 Ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Jika p-value < 0.05 atau t-hit > t-tabel
maka H0 ditolak, berarti variabel yang
diuji berpengaruh pada VAS.
Tabel V.11 Hasil Uji Parsial (T-Test)
Model VAS
Model VAS Koefisien T-hit Sig. Ket
(constant) 100.875 3.385
0.00
1
Jenis kelamin 3.797 1.191
0.23
7
Tidak
signifikan
Usia (tahun) -0.035
-
0.332
0.74
1
Tidak
signifikan
Pekerjaan 3.974 1.669
0.09
9
Tidak
signifikan
Pendidikan -3.767
-
1.690
0.09
5
Tidak
signifikan
Status perkawinan 2.715 0.473
0.63
7
Tidak
signifikan
Pendapatan per
bulan 5.703 1.483
0.14
2
Tidak
signifikan
Ekonomi keluarga -1.007
-
0.579
0.56
4
Tidak
signifikan
Nilai hb (g/dl) -0.461
-0.646
0.520
Tidak signifikan
Kesesuaian Terapi
Epo 2.888 0.944
0.34
8
Tidak
signifikan
Kesesuaian Terapi Obat HD
-7.540 -
1.797 0.07
6 Tidak signifikan
Kesesuaian Terapi
Obat Penyerta 0.931 0.285
0.77
6
Tidak
signifikan
Frekuensi hemodialisis
-0.060 -
0.257 0.79
8 Tidak signifikan
Lama hemodialisis -1.484
-
0.656
0.51
4
Tidak
signifikan
Komorbiditas 1.773 0.743
0.460
Tidak signifikan
Mobilitas -1.338
-
0.489
0.62
6
Tidak
signifikan
Mengurus diri 6.731 2.155
0.034
Signifikan
Aktifitas sehari-hari -10.914
-
4.058
0.00
0
Signifika
n
Rasa nyeri / tidak nyaman
-7.980 -
2.891 0.00
5 Signifikan
Rasa khawatir /
depresi -3.476
-
1.238
0.21
9
Tidak
signifikan
Dari hasil analisis regresi didapatkan
ada 3 variabel yang signifikan yaitu,
mengurus diri, aktifitas sehari-hari dan
dan rasa nyeri/tidak nyaman. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyebutkan kedua faktor tersebut adalah
faktor yang berkaitan erat dengan
penurunan kualitas hidup pasien
hemodialisis. Kondisi tersebut
berhubungan dengan kondisi fisik pasien
yang menurun, diikuti dengan kondisi
psikologis. Oleh karena itu, memberikan
dukungan kenyamanan berupa moril bagi
pasien hemodialisis sangat penting guna
membantu peningkatan kualitas hidup
pasien[10,11]
.
G. Utility
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
87 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
Dari hasil pengolahan Regresi
Berganda pada model kualitas hidup
diketahui bahwa koefisien determinasi R2
= 0.714. Artinya seluruh variabel
independen (Jenis Kelamin, Usia,
Pekerjaan, Pendidikan,Status Perkawinan,
Pendapatan per Bulan, Ekonomi Keluarga,
Nilai HB, Kesesuaian Terapi Epo,
Kesesuaian Terapi Obat HD, Kesesuaian
Terapi Obat Penyerta, Frekuensi HD,
Lama HD, Komorbiditas) mampu
menjelaskan variasi dari variabel
dependen (kualitas hidup) sebesar 17.4%
sedangkan sisanya (82.6%) dijelaskan
oleh faktor-faktor lain yang tidak
diikutsertakan dalam model, semakin
banyak variabel maka R2 akan semakin
tinggi.
Uji t (Uji Individu) adalah pengujian
koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen
untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 : βn = 0 Tidak ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Ha : βn ≠ 0 Ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Jika p-value < 0.05 atau t-hit > t-tabel
maka H0 ditolak, berarti variabel yang
diuji berpengaruh pada Kualitas Hidup.
Tabel V.12 Hasil Uji Parsial (T-Test)
Model Utility
Model kualitas
hidup (value set)
Koefisie
n
T-
hit Sig. Ket
(constant) 0.842 1.53
2 0.12
9
Jenis kelamin -0.132
-
2.382
0.019 Signifikan
Usia (tahun) 0.002
1.00
6
0.31
7
Tidak
signifikan
Pekerjaan -0.036
-0.83
8
0.40
4
Tidak
signifikan
Pendidikan 0.049
1.28
1
0.20
4
Tidak
signifikan
Status perkawinan 0.106
1.00
0
0.32
0
Tidak
signifikan
Pendapatan per
bulan -0.052
-0.77
2
0.44
2
Tidak
signifikan
Ekonomi keluarga 0.047
1.48
9
0.14
0
Tidak
signifikan
Nilai hb (g/dl) 0.000
0.02
5
0.98
0
Tidak
signifikan
Kesesuaian Terapi
Epo 0.080
1.43
2
0.15
6
Tidak
signifikan
Kesesuaian Terapi
Obat HD 0.031
0.39
7
0.69
2
Tidak
signifikan
Kesesuaian Terapi Obat Penyerta -0.089
-
1.501
0.137
Tidak signifikan
Frekuensi hemodialisis -0.003
-
0.670
0.504
Tidak signifikan
Lama hemodialisis -0.034
-
0.83
7
0.40
5
Tidak
signifikan
Komorbiditas 0.001
0.03
3
0.97
4
Tidak
signifikan
Dari hasil analisis regresi didapatkan
ada 1 variabel yang signifikan yaitu, jenis
kelamin. Pengujian ini dilakukan untuk
melihat faktor yang berhubungan secara
signifikan dengan kualitas hidup pasien
hemodialisis. Jenis kelamin
mempengaruhi kualitas hidup seseorang
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
88 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
melalui psikologis pasien. Laki-laki
dengan usia lebih rendah, pendidikan
lebih tinggi, dan pendapatan tinggi
cenderung memiliki kesehatan mental
lebih baik sehingga memiliki kualitas
hidup yang lebih baik[11]
.
KESIMPULAN
1. Profil Pengobatan
Profil pengobatan di RS Marzoeki
Mahdi belum sesuai dengan terapi
obat yang diberikan dengan tingkat
kesesuaian terapi hemoodialisis 93%,
kesesuaian terapi Epo 83%, dan
kesesuaian terapi obat penyerta 86%.
2. Biaya Medis
a. Selisih rata-rata antara tarif INA-
CBGs dan biaya riil adalah Rp
185,506.24 dengan keuntungan
rata-rata sebesara 21.10%
b. Selisih rata-rata antara tarif INA-
CBGs dan biaya ideal sebesar
Rp.182,847.51 dengan keuntungan
rata-rata sebesar 20.81%
c. Selisih biaya medis ideal dan biaya
medis real sebesar Rp.2,558.73
3. Kualitas Hidup
a. Berdasarkan HRQoL : 9.3% tidak
mengalami rasa khawatir
sementara yang lainnya ; 6.5%
mengalami rasa khawatir sedang,
dan 0.9% mengalami rasa khawatir
yang ekstrim. Sisanya sebanyak
83.3% mengalami sedikit rasa
khawatir.
b. Berdasarkan VAS : 6% rendah,
29% cukup, 20% baik, dan 41%
sangat baik, dan 4% baik sekali,
dengan faktor yang secara
signifikan mempengaruhi :
Mengurus diri, Aktifitas sehari-
hari dan Rasa nyeri/tidak nyaman.
c. Value Set : 4% rendah, 31%
cukup, 20% baik, 16% sangat baik,
dan 29% sangat baik sekali dengan
faktor yang secara signifikan
mempengaruhi : Jenis kelamin.
4. Korelasi Profil Pengobatan dan Biaya
Medis.
Profil pengobatan mempengaruhi
besaran biaya medis dimana
keuntungan yang diperoleh rumah
sakit dari tarif INA-CBGs didapat
karena angka kesesuaian terapi tidak
mencapai 100%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Undang – Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem
MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1 Januari 2019
89 Andi Ahriansyah, Prih Sarnianto, Yusi Anggriani, Analisis Profil Pengobatan ...
Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Jakarta. 2004
2. 10th Report of Indonesan renal
registry, Indonesia; 2017.
https://www.indonesianrenalregistry.o
rg/data/IRR%202017%20.pdf. (diakes
tanggal 30 januari 2018)
3. Infodatin, Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, Situasi
Penyakit Ginjal Kronis. 2017 : ISSN
2442 – 7659
4. Mandy Van Reynen Mark OPPC, EQ-
5D3L User Guide Basic Information
On How To Use The EQ – 5D3L
Instrumen , 2015
5. Emily Zimmeman, Steven H.Woolf.
Understanding the Relationship
Between Education and Health;
Virginia Commonwealth University;
2014.
6. Aidillah Mayuda, Shofa Chasani,
Fanti Saktini. Hubungan antara lama
hemodialisis dengan kualitas hidup
pasien penyakit ginjal kronik (Studi di
RSUPP DR.Kariadi Semarang). Jurnal
Kedokteran Diponegoro. Vol: 6, No.2,
2017. ISSN Online : 2540-8844.
7. Switra K, I. Setiadi Alwi, I, Sudoyo
AW, Silmadibrata, M.SB, 2014
Penyakit Ginjal Kronik. Dalam :
Jakarta . Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam : FK UI
8. Andayani TM. Farmakoekonomi
Prinsip dan Metodologi, Yogyakarta :
Bursa Ilmu., 2013
9. Hayani, Nora, 2014. Hubungan
Dukungan Sosial dengan Tingkat
Depresi Pasien Gagal Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialis di RSUD
Kota Medan, Sumatera Utara,
http://www.hbgndukungansosialdgntin
gkatdepresiggk.mdn, Diakses Tanggal
30 Januari 2018.
10. Dwi Putri Safnurbaiti,dkk. Analisis
Biaya dan Nilai Utilitas Pasien
Hemodialisa yang diberikan Terapi
Selevamer Karbonat. Research Study
Oceana Biomedicina Journal; Vol. 1
No.2 Jul-Dec 2018;, dikutip dari
Sakhtong, P. dan Kasemsup. Health
Utility Measured with EQ-5D in Thai
Patients Undergoing Peritonial
Dialysis. Value in Health, 15:S79-S84.
2012
11. Maria Carolina Cruz, dkk. Quality of
life in patients with chronic kidney
disease. Clinics 2011;66(6);991-995.
DOI : 10.1590/51807-593220
11000600012.