ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), FINANCING
TO DEPOSIT RATIO (FDR), INFLASI, DAN NILAI TUKAR
RUPIAH TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) BANK
SYARIAH DI INDONESIA PERIODE JANUARI 2006 – JUNI 2012
Oleh :
TRI MINARNI
NIM : 108084000040
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Tri Minarni
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01 Agustus 1990
3. Alamat : Jl. Aren I RT.009/RW.03 No.6
Kel.Pondok Betung - Kec.Pondok Aren
Tangerang Selatan 15221
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Email : [email protected]
7. Twitter : @niynie
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Kartika X-11 Jakarta (1995-1996)
2. SD Kartika X-4 Jakarta (1996-2002)
3. SMP Perwira Jakarta (2002-2005)
4. SMAN 108 Jakarta (2005-2008)
5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2013)
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota PMR (Palang Merah Remaja) SMP Perwira Jakarta
2. Anggota OSIS SMP Perwira Jakarta
3. Anggota OSIS SMAN 108 Jakarta
4. Anggota BEMJ IESP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
ABSTRACT
Purpose of this study was to analyze the effect of the influence of Return
On Assets (ROA), Financing To Deposit Ratio (FDR), Inflation, and Kurs of
Return On Equity (ROE). The analysis was carried using monthly data time
series published by bank Indonesia sharia from January 2006 – June 2012. A
methods of analysis using Ordinary Least Square (OLS) on the program
Eviews 6.0.
The result of the analysis indicate Return On Assets (ROA), Inflation, and
Kurs have influence of Return On Equity (ROE). While Financing To Deposit
Ratio (FDR) no have influence of Return On Equity (ROE) by bank Indonesia
sharia .
Keyword : Return On Assets (ROA), Financing To Deposit Ratio (FDR),
Inflation, Kurs, Return On Equity (ROE), Ordinary Least Square (OLS)
iii
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengaruh
Return On Assets (ROA), Financing To Deposito Ratio (FDR), Inflasi, dan
Nilai Tukar Rupiah terhadap Return On Equity (ROE) bank Syariah di
Indonesia. Variabel terikat yang digunakan adalah Return On Equity (ROE),
sedangkan variabel bebasnya adalah Return On Assets (ROA), Financing To
Deposito Ratio (FDR), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah. Data yang digunakan
adalah data time series yaitu periode Januari 2006 – Juni 2012. Sumber data
penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia (BI). Untuk menganalisis, penulis
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) pada program Eviews 6.0.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel Return On Assets (ROA),
Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Return On Equity (ROE). Sedangkan Financing To Deposito Ratio (FDR)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return On Equity (ROE)
perbankan syariah di Indonesia.
Kata kunci: Return On Assets (ROA), Financing To Deposito Ratio (FDR),
Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah, Return On Equity (ROE), Ordinary Least
Square (OLS)
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur senantiasa penulis
panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat,
rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, sang pembawa risalah islam,
pembawa syafaat bagi umatnya dihari akhir nanti.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini banyak
mengalami hambatan serta rintangan, namun berkat doa, bimbingam,
dukungan semangat dan bantuan dari berbagai pihak penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Kedua Orang Tua saya tercinta Bapak Mino Koco dan Ibu Sukatmi, terima
kasih yang tak terhingga untuk segala do’a yang tak pernah berhenti mulai
dari saya lahir sampai selamanya. Terima kasih atas segala sesuatu dari
mereka yang telah dicurahkan seluruhnya untuk hidup saya baik dukungan
moril maupun materil yang mungkin tidak akan bisa terbayar sampai
kapan pun. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi orang
yang sukses dan menjadi anak yang berbakti selamanya sampai akhir
hidup saya hanya untuk dapat membahagiakan kedua orang tua saya.
Terima kasih banyak Bapak dan Ibu yang selama ini telah merawat,
menjaga, membesarkan, membiayai pendidikan saya sampai selesai kuliah
dan terima kasih atas dukungan, do’a yang tak pernah putus sampai saat
ini, serta kesabaran kalian yang luar biasa.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN yang secara tidak langsung telah mengarahkan dan memotivasi
selama penulis menggali ilmu pengetahuan di FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
v
3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochammad Aziz, M.M selaku dosen
pembimbing I yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Terima kasih banyak atas kemudahan dan didikan
yang bapak berikan bapak kepada saya, dengan apa yang bapak ajarkan
membuat saya mengerti bahwa meskipun kita mengejar kesuksesan dalam
hidup ini, tapi ada satu hal yang tidak boleh untuk ditinggalkan, yaitu
ibadah.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.si. Selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Dr. Lukman Selaku Ketua jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Ibu Utami Baroroh, M.si. Selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta,
7. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi saya dan untuk kemajuan FEB UIN
Syahid Jakarta, serta staf karyawan yang telah memberikan pelayanan
kepada setiap mahasiswa.
8. Kakak-kakakku tersayang, Bambang Eko Suseno, Tri Widianti, Budi
Sugiharto, dan Leni Marlina yang telah memberikan dukungan dan
bantuannya baik secara moril maupun materil. Terima kasih atas segala
nasihat dari kakak untuk saya, semoga kakak selalu dalam lindungan Allah
SWT.
9. Sahabat-sahabat terbaikku Junia Savitri, Lidia Marcha, Ratna Indriatna,
Firda Rahman, Nur Farida, Rintia Eviani, Devi Pramita. Terimakasih
banyak sudah mau menjadi sahabatku walaupun mungkin selama ini saya
hanya bisa merepotkan. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin
selamanya.
vi
10. Untuk sahabat-sahabat terbaikku di kelas IESP B. Fitria Sakinah, Nur
Khalifah, Feline, Hanum Chairani, Nuning, Dyan Fitria, Adi Prabowo
kalian selalu memberikan semangat untuk terus maju dan tidak putus asa.
11. Teman-teman seperjuangan di kelas IESP B dan kelas ekonomi islam
2008. Oky, Fahri, Adha, Yanti, Venie, Amah, Iyam, Siska, Fahmi, Iqbal,
Yusuf Rendy, Anwar, Bambang Rizki, Yusuf Ramadhan, Bayu, Jom,
Husein, Aryo, Egi, Dimas, Septiawan Doyok, Hafiz, Dani, Kiky, Suci,
Irish, Atha, Riri, Ely, Hasan, dan semuanya rekan IESP dan yang tidak
bisa kusebut satu-satu. Terima kasih sudah memberi warna indah untuk
kehidupan perkuliahanku.
12. Untuk para senior di UIN ka Dea, ka Zia, ka Riska, Heri, Satria, dan
kakak kelas yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas nasihat yang telah kalian berikan untuk saya.
13. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Harapan besar penulis, agar skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak khususnya pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini. Akhir
kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 22 Mei 2013
Penulis
(Tri Minarni)
vii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ i
ABSTRACT .............................................................................................. ii
ABSTRAK ................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah .......................................................................... 13
1. Pengertian Bank Syariah .................................................... 13
B. Return On Equity (ROE) ........................................................ 15
1. Pengertian ROE .................................................................. 15
2. Rumus ROE ........................................................................ 16
C. Return On Assets (ROA) ......................................................... 18
viii
1. Pengertian ROA ................................................................. 18
2. Rumus ROA ....................................................................... 19
3. Hubungan antara ROA terhadap ROE ............................... 20
D. Financing to Deposit Ratio (FDR) .......................................... 21
1. Pengertian FDR .................................................................. 21
2. Rumus FDR ....................................................................... 22
3. Hubungan antara FDR terhadap ROE ................................ 24
E. Inflasi ....................................................................................... 24
1. Pengertian Inflasi dalam konvensional ................................ 24
2. Jenis Inflasi .......................................................................... 26
3. Teori Inflasi .......................................................................... 28
4. Efek Inflasi ........................................................................... 29
5. Penyebab Inflasi dalam Islam .............................................. 31
6. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam ....................... 33
7. Hubungan antara Inflasi terhadap ROE ............................... 34
F. Nilai Tukar (Kurs) .................................................................... 35
1. Pengertian Kurs .................................................................... 35
2. Teori Nilai Tukar dalam Islam ............................................. 37
3. Hubungan antara Kurs terhadap ROE .................................. 38
G. Penelitian Terdahulu ................................................................ 39
H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 45
I. Hipotesa .................................................................................... 47
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 49
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 49
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 50
D. Metode Analisis Data .............................................................. 50
1. Uji Stasioner ......................................................................... 52
a. Uji Akar Unit ................................................................... 53
b. Uji Derajat Integrasi ........................................................ 54
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 55
a. Uji Normalitas ................................................................. 55
b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 56
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 57
d. Uji Autokorelasi .............................................................. 58
3. Uji Statistik .......................................................................... 59
a. Uji Parsial (Uji-t) ............................................................. 59
b. Uji Fisher (Uji F) ............................................................. 60
c. Uji Koefisien Determinasi R2 .......................................... 61
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 61
1. Variabel Dependen ............................................................... 61
2. Variabel Independen ............................................................ 61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................ 64
1. Perkembangan ROE di Perbankan Syariah .......................... 64
x
2. Perkembangan ROA di Perbankan Syariah ......................... 66
3. Perkembangan FDR di Perbankan Syariah .......................... 68
4. Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia .............................. 70
5. Perkembangan Kurs ............................................................. 72
B. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 74
1. Uji Stasioneritas ................................................................... 74
a. Uji akar Unit .................................................................... 74
b. Uji Derajat Integrasi ........................................................ 76
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 77
a. Uji Normalitas ................................................................. 77
b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 78
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 79
d. Uji Autokorelasi .............................................................. 80
3. Uji Statistik .......................................................................... 81
a. Uji Parsial (Uji t) ............................................................. 83
b. Uji Fisher (Uji F) ............................................................. 85
c. Koefisien Determinasi ..................................................... 85
4. Analisis Ekonomi ................................................................. 86
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .............................................................................. 89
B. Implikasi .................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 92
LAMPIRAN ........................................................................................... 95
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan ROE, ROA, FDR, Inflasi, Kurs 2006-2011 6
2.1 Penelitian Terdahulu 42
3.1 Operasional Variabel Penelitian 62
4.1 Uji Akar Unit Variabel dalam bentuk Level 75
4.2 Uji Akar Unit Variabel dalam bentuk First Difference 76
4.3 Uji Normalitas Jarque-Bera 77
4.4 Hasil Uji Correlation Matrix 78
4.5 Hasil Uji White Heterokedastisicity Test 80
4.6 Hasil Regresi LM Test 81
4.7 Hasil Regresi dengan Metode OLS 82
4.8 Hasil Uji t-Statistik 83
xii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 46
4.1 Perkembangan Return On Equity 65
4.2 Perkembangan Return On Assets 67
4.3 Perkembangan Financing to Deposit Ratio 69
4.4 Perkembangan Inflasi 71
4.5 Perkembangan Kurs 73
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Variabel Penelitian 96
2 Uji Stasioner 99
3 Uji Normalitas 108
4 Uji Multikolinieritas 108
5 Uji Heteroskedastisitas 108
6 Uji Autokorelasi 109
7 Uji Regresi OLS 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Untuk itu, perlu dilakukan penataan langkah
pengelolaan agar perbankan dapat menjadi suatu industri yang kuat, efisien
dan mampu menopang pertumbuhan ekonomi serta mendukung kestabilan
sistem keuangan.
Bank merupakan lembaga intermediasi yang berfungsi sebagai
perantara dua pihak yang kelebihan dana dan kekurangan dana. Menurut
Sartono (2001:82) secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk
berbagai tujuan atau sebagai Financial Intermediary, sedangkan pengertian
bank umum menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998, “Bank Umum
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran“.
Sistem perbankan yang selama ini dikenal masyarakat adalah jasa
keuangan berdasarkan sistem bunga. Berbeda dengan sistem bunga, terdapat
satu alternatif sistem jasa layanan keuangan yang bisa menjadi pilihan
masyarakat, yaitu perbankan dengan sistem yang berdasarkan hukum Islam,
yang dikenal dengan bank syariah.
2
Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya
memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-
prinsip syariat islam (Muhammad, 2005:1).
Awal mula perjalanan perbankan syariah di Indonesia dimulai dengan
didirikannya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1991 dengan
Undang-undang No.7 tahun 1992 walaupun pembahasan perbankan dengan
sistem bagi hasil hanya sepintas diuraikan. Sistem bank syariah baru mulai
dilirik sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Di tengah-tengah
krisis keuangan global yang melanda dunia pada penghujung akhir tahun
2008, lembaga keuangan syariah kembali membuktikan daya tahannya dari
terpaan krisis. Lembaga-lembaga keuangan syariah tetap stabil dan
memberikan keuntungan, kenyamanan serta keamanan bagi para pemegang
sahamnya, pemegang surat berharga, peminjam dan para penyimpan dana di
bank-bank syariah.
Hal ini dapat dibuktikan dari keberhasilan bank Muamalat melewati
krisis yang terjadi pada tahun 1998 dengan menunjukkan kinerja yang
semakin meningkat dan tidak menerima sepeser pun bantuan dari pemerintah
dan pada krisis keuangan tahun 2008, bank Muamalat bahkan mampu
memperoleh laba Rp.300 miliar lebih.
Krisis ekonomi yang berawal dari tahun 1997/1998 di masa orde baru
tersebut ditandai dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia
sampai pada minus 4%. Inti penurunan pertumbuhan ini adalah merosotnya
3
produksi nasional secara rill. Artinya, secara nasional produksi yang menurun
tersebut menyebabkan penurunan penghasilan yang ditandai dengan
menurunnya daya beli masyarakat. (Siamat, 1993:64)
Secara makro ekonomi krisis ekonomi dengan pertumbuhannya minus
4%, inflasi yang amat tinggi dan suku bunga yang meningkat kesemuanya itu
menghasilkan kemerosotan yang tajam pada perusahaan-perusahaan di
Indonesia. Di samping itu nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,
khususnya terhadap dollar Amerika Serikat (AS) yang terdepresiasi hingga
350% mengakibatkan peningkatan rasio utang pada struktur modal
perusahaan yang pada saat itu banyak melakukan pendanaan modal asing.
Dampak krisis ini masih terasa hingga saat ini dimana perekonomian
Indonesia masih mengalami kegoncangan.
Perbankan syariah sebenarnya dapat menggunakan momentum ini
untuk menunjukkan bahwa perbankan syariah benar-benar tahan dan kebal
krisis dan mampu tumbuh dengan signifikan. Oleh karena itu, perlu langkah-
langkah strategis untuk merealisasikannya. Ketika itu Bank Indonesia
melakukan uji kelayakan terhadap semua bank nasional dan BMI yang baru
berumur beberapa tahun dan sebagai satu-satunya bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah. Sejak itulah banyak bank konvensional mulai
jatuh hati dengan bank syariah dan mulai memberikan dan menyelenggarakan
pelatihan dalam bidang perbankan syariah.
4
Menurut Amin Maruf (2000:3) perkembangan bank syariah di
Indonesia dipengaruhi oleh potensial market yang cukup besar, serta
ditetapkannya bunga bank haram oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Salah
satu indikator utama untuk mengukur perkembangan bank syariah di
Indonesia adalah dengan melihat besarnya jumlah pembiayaan yang
disalurkan oleh bank syariah kepada nasabahnya.
Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah
satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan
keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat
dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian
tingkat kesehatan bank (Sartono, 2001:114).
Rasio keuangan yang penting untuk di jadikan penilaian tingkat
kesehatan pada bank yaitu Return on equity (ROE). ROE sangatlah penting
bagi bank, karena modal merupakan faktor utama guna kelangsungan hidup
bank itu nantinya, yang dalam pengelolaannya selalu mengandung resiko.
Pengelolaan rasio merupakan suatu keharusan bagi dunia usaha yang mana
kemunculannya bisa setiap saat. Oleh karena itu pengelolaan rasio harus
dilakukan secara terarah dan berkaitan antara prinsip-prinsip yang
berlandaskan kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Return on equity (ROE) digunakan untuk mengukur efektivitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
ekuitas yang dimilikinya. ROE merupakan rasio antara laba sesudah pajak
5
terhadap total ekuitas yang berasal dari setoran pemilik modal, laba tak
dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan.
ROE berarti juga ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian (return) dari modal sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yang
bersangkutan. Apabila ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva/aset yang dimilikinya keduanya sama-sama dinyatakan
dalam presentase. Penanam modal lebih mengharapkan ROE yang tinggi dari
pada ROA kerena ROA sangat berkaitan dengan hutang perusahaan yang
mengandung biaya hutang.
ROE bagi bank sangat penting karena hal tersebut untuk mengukur
kinerja dari modal sendiri bank dalam menghasilkan keuntungan. Sementara
resiko bank adalah ketidakpastian akan tingkat keuntungan yang didapat,
dengan karakteristik bank yang berbeda dengan perusahaan non bank dimana
bank lebih suka untuk mendapatkan dana operasionalnya dari pihak ketiga
(tabungan dan deposito) namun hal tersebut mengandung resiko bila nasabah
mengambil dananya secara bersamaan bila bank tidak mempunyai modal
sendiri yang memadai maka likuiditas bank akan menurun. Hal inilah yang
menyebabkan ROE sangat penting bagi bank.
Semakin tinggi ROE menandakan bahwa perusahaan semakin baik
dalam mensejahterakan para pemegang saham yang bisa dihasilkan dari
setiap lembar saham ROE yang semakin meningkat memberikan tanda bahwa
6
kekuatan operasional dan keuangan perusahaan semakin baik, selanjutnya
memberikan pengaruh positif terhadap pasar ekuitas. Keberadaan ROE bagi
bank sangat penting karena hal tersebut untuk mengukur kinerja dari modal
sendiri bank dalam menghasilkan keuntungan.
Berdasarkan data Bank Indonesia dari tahun 2006 sampai 2011
menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada Return On Equity (ROE)
terus mengalami fluktuasi begitu juga dengan data Return On Assets (ROA),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah yang
nilainya juga fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1
Perkembangan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Financing
to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah pada Bank Syariah
di Indonesia Periode 2006-2011
Tahun ROE
(persen)
ROA
(persen)
FDR
(persen)
Inflasi
(persen)
Kurs
(ribuan rupiah)
2006 36,94 1,55 98,90 6,60 9,020
2007 53,98 1,78 99,76 6,59 9,333
2008 38,79 1,42 103,35 11,06 11,324
2009 26,09 1,48 89,7 2,78 9,457
2010 17,58 1,67 89,67 6,96 9,022
2011 15,73 1,79 88,94 3,79 9,068
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Dari tabel 1.1 diatas dapat dilihat dari tahun ke tahun Return On Equity
(ROE) cenderung mengalami penurunan. Dapat dilihat di tahun 2007 rasio ROE
7
sebesar 53,98 persen kemudian pada tahun 2008 rasio ROE mencapai 38,79
persen. Seiring dengan bertambahnya jumlah bank syariah baru, dan adanya
tambahan modal disetor pada beberapa bank syariah, dan juga penurunan net
margin akibat penuruan pendapatan atas pembiayaan yang dilakukan perbankan
syariah yang meningkat untuk ekspansi jaringan kantor memerlukan investasi
yang cukup besar.
Sedangkan Return On Assets (ROA) tertinggi dicapai pada tahun 2011
yaitu sebesar 1,79 persen. Pencapaian ini dikarenakan kinerja perbankan yang
semakin meningkat tiap tahunnya namun pada tahun 2009 ROA menurun menjadi
1,48 persen. Hal ini disebabkan karena krisis finansial yang disebabkan pada
tahun 2008 dan masih berdampak pada tahun 2009, dan persaingan antar lembaga
keuangan baik perbankan maupun non bank sehingga laba yang dihasilkan oleh
perbankan syariah dialokasikan untuk bagi hasil kepada nasabah guna bersaing
dengan perbankan konvensional.
Hal ini diikuti oleh perlambatan ekonomi yang ditandai dengan
menurunnya rasio FDR dari tahun 2008 sebesar 103,35 persen menjadi 88,94
persen pada tahun 2011. FDR merupakan ukuran likuiditas yang mengukur
besarnya dana yang di tempatkan dalam bentuk kredit yang berasal dari dana yang
di kumpulkan oleh bank (terutama dana masyarakat). Semakin tinggi FDR
menunjukan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya kurangnya
efektifitas bank dalam menyalurkan kredit. Semakin tinggi FDR maka semakin
tinggi dana yang disalurkan ke dana pihak ketiga. Dengan penyaluran dana pihak
ketiga yang besar maka bank akan mempengaruhi pendapatan bank (ROE) akan
8
semakin meningkat. Terlihat dari data yang ada, semakin rendah FDR maka ROE
diperbankan syariah juga menurun.
Selain itu perlu juga memperhatikan faktor eksternal yang berkaitan
dengan indikator moneter berupa Inflasi dan kurs. Tingkat inflasi yang tertinggi
terjadi pada tahun 2008 sebesar 11,06 persen. Inflasi ini terjadi akibat krisis global
di Amerika Serikat yang meluas hingga Eropa dan Asia. Rencana pemerintah
untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) dan meningkatnya harga minyak dunia
menyebabkan pemerintah harus menikkan harga BBM. (sumber : Bank Indonesia)
Kemudian indikator moneter selanjutnya yaitu nilai tukar (Kurs). Kurs
tertekan pada tahun 2008 yaitu sebesar 11,324/USD. Hal ini terutama disebabkan
oleh perkembangan faktor eksternal yang kurang kondusif, seperti pertumbuhan
ekonomi global yang turun tajam akibat krisis global, kerugian yang dialami terus
meningkat oleh lembaga keuangan internasional. Sementara dari sisi domestik
perkembangan ekonomi relatif masih stabil. (sumber : Bank Indonesia)
Pada dasarnya variabel makro setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Hal
inilah yang menjadi salah satu penyebab Return On Equity (ROE) bank syariah
cenderung mengalami penurunan. Keadaan ekonomi makro yang fluktuasi pada
sisi yang kurang menguntungkan ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah
dan tingginya nilai inflasi yang membuat dana bagi hasil bank syariah kurang
menarik. Harusnya penguatan nilai tukar rupiah yang terlalu cepat mengakibatkan
produk Indonesia sulit bersaing dengan produk luar negeri lainnya. Sehingga
dapat dikatakan variabel makro ekonomi dengan berjalannya waktu akan dapat
9
memepengaruhi kinerja perbankan syariah yang merupakan salah satu lembaga
yang mendukung dalam perekonomian di Indonesia.
Perbankan syariah merupakan fenomena yang baru pada dunia perbankan
Indonesia. Perbankan Syariah memberikan pandangan yang relatif berbeda
dengan perbankan konvensional yang sudah berjalan lebih awal di Indonesia.
Dengan melihat pentingnya profitabilitas yang dihasilkan oleh bank syariah dalam
menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan, dan juga berdasarkan
beberapa teori serta keadaan fenomena perbankan syariah.
Dengan latar belakang tersebut diatas yang mendorong minat penulis
untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memberi
pengaruh terhadap pembiayaan yang disalurkan sehingga diharapkan akan
meningaktkan laba sehingga akan meningkatkan imbal hasil untuk pemilik bank
yang diukur dengan Return On Equity (ROE) pada perbankan syariah di
Indonesia.
Dari latar belakang permasalahan yang diuraikan di atas, maka penulis
mengambil judul “ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA),
FINANCING DEPOSIT RATIO (FDR), INFLASI dan KURS TERHADAP
RETURN ON EQUITY (ROE) PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE JANUARI 2006 - JUNI 2012”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan dasar-dasar permasalahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
10
1. Apakah terdapat pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return On
Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni
2012.
2. Apakah terdapat pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap
Return On Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari
2006 - Juni 2012.
3. Apakah terdapat pengaruh Inflasi terhadap Return On Equity (ROE) pada
bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.
4. Apakah terdapat pengaruh Kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada
bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.
5. Apakah terdapat pengaruh Return On Asset (ROA), Financing Deposit
Ratio (FDR), Inflasi, dan Kurs secara simultan terhadap Return On Equity
(ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Return
On Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 -
Juni 2012.
2. Untuk menganalisis pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap
Return On Equity (ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari
2006 - Juni 2012.
3. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap Return On Equity (ROE)
pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.
11
4. Untuk menganalisis pengaruh kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada
bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.
5. Untuk menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA), Financing Deposit
Ratio (FDR), Inflasi, dan Kurs secara simultan terhadap Return On Equity
(ROE) pada bank syariah di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :
a. Bagi Mahasiswa
1. Dapat memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pola
hubungan antara return on aseets, financung to deposit ratio, inflasi
dan kurs terhadap return on equity pada perbankan syariah periode
Januari 2006 – Juni 2012.
2. Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang
diperoleh diperkuliahan dalam berbagai kasus rill di dunia kerja.
b. Bagi Pemerintah
Sebagai sumbangan pemikiran bagi para pengambil kebijakan
perakonomian, agar apabila mengambil kebijakan perekonomian terutama
mengenai return on equity lebih mempertimbangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi return on equity pada perbankan syariah.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah serta menciptakan
wawasan yang lebih besar lagi tentang return on aseets, financung to
12
deposit ratio, inflasi dan kurs terhadap return on equity serta dapat
menambah pengalaman untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Bank berdasarkan Prinsip Syariah (BPS) adalah Bank Umum Syariah
(BUS) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam, atau dengan kata lain yaitu bank yang
tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentuan Islam (Al-Qur’an
dan Hadist). Dalam tata cara tersebut dijauhi praktik-praktik yang
dikhawatirkan mengandung unsur unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dari pembiayaan perdagangan.
(Insukindro, 1993:38)
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan syariah (hukum Islam). Usaha pembentukan sistem ini didasari
oleh larangan dalam agama Islam untuk memungut maupun meminjam
dengan bunga atau yang disebut dengan riba serta larangan investasi untuk
usaha-usaha yang dikategorikan haram, dimana hal ini tidak dijamin oleh
sistem perbankan konvensional. (Tan, 2009:54).
Bank syariah menurut Antonio (2001:27) dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah Islam. Pengertian Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam, sedangkan Bank yang beroperasi
14
dengan prinsip syariah Islam memiliki pengertian sebagai bank yang tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan al-Qur’an dan as-
Sunnah. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bank
syariah merupakan salah satu bentuk perbankan nasional yang mendasarkan
operasionalnya pada syariat (hukum) Islam.
Dalam Sudarsono (2007:41) dijelaskan bahwa bank syariah adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa
lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi
disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Bank syariah memiliki peran
sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang
mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang lain yang
mengalami kekurangan dana (deficit units).
Melalui bank, kelebihan tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak
yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
Dalam bank syariah, hubungan antara bank dan nasabahnya bukan hubungan
debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan (partnership) antara
penyandang dana (shohibul maal) dengan pengelola dana (mudharib).
Pada undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
yaitu perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank
syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Dari pemaparan
tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah suatu bentuk
perbankan yang dalam melaksanakan kegiatan oprasionalnya baik dalam
15
kegiatan penghimpunan dan maupun penyaluran dan berdasarkan pada
prinsip syariah.
B. Return On Equity (ROE)
1. Pengertian Return On Equity (ROE)
Untuk mengetahui kinerja suatu bank dalam menjalankannya salah
satunya dapat dilihat dari tingkat profitabilitas bank dengan menghitung
rasio-rasio dari profitabilitas tersebut.
Profitabilias menurut Sofyan (2007:304) adalah menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
jumlah caband dan sebagainya. Rasio profitabiltas yang menggambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dapat disebut juga Operating
Ratio. Keuntungan yang akan diraih dari investasi akan ditanamkan
merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka
mengembangkan bisnisnya, disamping itu sehubungan dengan masalah dari
ketidakpastian dari kondisi yang akan dihadapi maka besarnya investasi yang
ditamkan harus diperhitungkan dalam pengembalian kebutuhan dana.
Salah satu rasio yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja bank
adalah ROE dengan mengukur seberapa efektif bank menggunakan
sumberdaya yang disediakan oleh pemegang saham (Horngren, Sundem,
Elliot, 1999:150).
16
ROE mengukur pengembalian absolute yang akan diberikan bank
kepada para pemegang saham. Kinerja perusahaan (ROE) yang bagus akan
membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya
harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana
baru (Walsh, 2004:56).
Return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh
besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang makin besar maka
rasio ini juga akan makin besar (Sartono, 2001:168). Semakin tinggi ROE
menunjukan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk
menghasilkan laba atau keutungan bersih. (Robert Ang, 2001:173)
Rasio ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang
saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.
Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang
bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan mengakibatkan kenaikan
harga saham (Dendawijaya, 2003:174).
2. Rumus Return On Equity (ROE)
Menurut Sartono (2001:169) Return On Equity (ROE) merupakan
rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan,
khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. ROE untuk mengukur
17
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri.
ROE dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROE
Dari sudut pandang pemilik suatu perusahaan, Return On Equity
(ROE) merupakan suatu ratio yang harus diperhatikan. Pemilik perusahaan
sebagai investor merupakan pihak di mana manajemen perusahaan harus
bertanggung jawab kepadanya. Oleh karena itu, sudah seharusnya pihak
manajemen memberikan perhatian pada sudut pandang pemilik perusahaan
dan harapan mereka berkaitan dengan jangka waktu dan pelaksanaan. Hal ini
merupakan dasar bagi pertambahan nilai (value creation) bagi pemegang
saham. Return On Equity (ROE) mengukur tingkat pengembalian kepada
pemegang saham perusahaan dan diperoleh setelah dikurangi pengembalian
yang dibayarkan kepada kreditur (bunga).
Keuntungan yang akan diraih dari investasi yang akan ditanamkan
merupakan pertimbangan utama bagi sebuah bank dalam rangka
pengembangan bisnisnya. Disamping itu sehubungan dengan masalah dari
ketidakpastian kondisi yang akan dihadapi maka besarnya investasi yang
ditanamkan harus diperhitungkan dalam pengembalian kebutuhan dana. Hal
itu juga akan memungkinkan perusahaan untuk berkembang, menciptakan
kondisi yang sesuai dan pada gilirannya memberikan laba yang lebih besar.
18
C. Return On Assets (ROA)
1. Pengertian Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara
keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan menunjukan kinerja perusahaan yang semakin
baik (Dendawijaya, 2003:1117).
Menurut Utomo (2007:8) return on asset (ROA) adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aset (kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah
disesuaikan dengan biaya-biaya yang menandai aset tersebut. Return on
assets (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap rata-rata
total aset. Semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank (Almilia, 2005:149).
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian besarnya ROA karena Bank Indonesia sebagai
pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas
suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal
dari dana simpanan masyarakat. Suatu bank dapat dimasukkan dalam kategori
sehat apabila memiliki rasio ROA minimal 1,5%. (Dendawijaya, 2003:119)
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva/aset yang
dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
19
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank
tersebut dari segi penggunaan aset (Veithzal Rivai, 2006:157).
2. Rumus Return On Assets (ROA)
Menurut Muhammad (2004:161) ROA ini merupakan perbandingan
antara laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva. Rumus ini
digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan
sumber ekonomi yang berupa total aktiva untuk menciptakan keuntungan.
ROA dapat dirumuskan sebagai berikut :
ROA
ROA diperoleh dengan cara membandingkan antara laba sebelum
pajak/earning before interest tax (EBIT) terhadap total assets. EBIT
merupakan pendapatan bersih sebelum bunga dan pajak. Total assets
merupakan total asset perusahaan dari awal tahun dan akhir tahun. Total
assets yang lazim digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah
jumlah dari asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat
berharga (seperti Sertifikat Bank Indonesia, Surat Berharga Pasar Uang,
penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan dalam Call Money
atau Money Market) dan penempatan dalam bentuk kredit (kredit konsumtif
maupun produktif baik kepada perorangan maupun institusi atau perusahaan)
sebagaimana yang dikutip oleh Artin Shitawati dalam Robert Ang pada tahun
1997.
20
3. Hubungan antara Return On Assets (ROA) terhadap Return On Equity
(ROE) di Perbankan Syariah
ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva/aset yang
dimilikinya. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan.
Pada dasarnya konsep teori rentabilitas atau profitabilitas ingin
mengungkap perbandingan laba dengan modal pada periode tertentu (Riyadi,
2006:155). Dengan dasar itu maka lahirlah Du Pont System yang menjelaskan
hubungan penjualan, equity, dan laba bersih terhadap tingkat rentabilitas atas
equitas yang dilakukan (ROE), sehingga ROE dianggap sebagai variabel
penting dari kinerja perusahaan dari pada ROA karena menurut metode Du
Pont, ROA masih mengandung leverange multiplier dari unsur hutang yang
terkandung dalam aset sedangkan ROE tidak mengandung leverange
multiplier sehingga sudah mencerminkan kinerja bersih perusahaan (Robert
Ang, 1997 dalam Krisna 2008:56).
ROE berarti juga ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian (return) dari modal sendiri yang ditanamkan dalam bisnis yang
bersangkutan. Apabila ROA (return on assets) digunakan untuk mengukur
efektifitas suatu bank di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva/aset yang dimilikinya keduanya sama-sama akan
mengalami peningkatan dan sama-sama dinyatakan dalam bentuk presentase.
21
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa antara ROA
terhadap ROE berpengaruh positif. Hal ini juga sesuai dengan penelitian J.P
Sitanggang dan Wangsit Supeno pada tahun 2009 bahwa ROA berpengaruh
positif terhadap ROE dengan studi kasus Bank Perkreditan Rakyat di
Jabodetabek.
D. Financing to Deposit Ratio (FDR)
1. Pengertian Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang
digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk
kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank yang berasal dari
kegiatan ini. Deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa
konsekuensi semakain besarnya resiko yang ditanggung oleh bank yang
bersangkutan. Tinggi rendahnya rasio ini menunjukan tingkat likuiditas bank
tersebut. Berdasarkan surat edaran bank Indonesia No 26/5/BPPP tanggal 29
Mei 1993, besarnya FDR telah ditentukan oleh bank Indonesia tidak boleh
melebihi 110%. Yang berarti bank boleh memberikan kredit atau
pembiayaan melebihi jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun
asalkan tidak melebihi 100% (Muhammad 2005:55).
Perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan) dalam penyaluran dana
yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas penyaluran dana yang dilakukan
bank syariah lebih mengarah kepada pembiayaan (financing). FDR adalah
suatu pengukuran tradisional yang menunjukan deposito berjangka, giro,
tabungan dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan
22
pinjaman (loan request) nasabahnya. Menurut Sutomo (2007:3) Financing to
Deposit Ratio (FDR) diartikan sebagai perbandingan antara total pembiayaan
yang diberikan dengan dana yang berhasil dihimpun oleh bank yang terdiri
dari DPK ditambah dengan ekuitas.
2. Rumus Financing to Deposit Ratio (FDR)
Secara sistematis financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dirumuskan
sebagai berikut: (Sesuai SE No.6/23/DPNP Tahun 2004)
FDR
Tujuan penting dari perhitungan FDR adalah untuk mengetahui
serta menilai sampai berapa jauh bank memliki kondisi sehat dalam
menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain FDR
digunakan sebagai suatu indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan
suatu bank. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993,
termasuk dalam dana yang diterima bank adalah sebagai berikut:
1. KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) (jika ada).
2. Giro, deposito, dan tabungan masyarakat.
3. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga
bulan, tidak termasuk pinjaman subordinasi.
4. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu
lebih dari tiga bulan.
5. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka
waktu lebih dari tiga bulan
6. Modal pinjaman.
23
7. Modal inti.
Batas aman tingkat LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah
sebesar 110%. Tolok ukur untuk tingkat LDR atau istilah perbankan
syariah FDR yang baik menurut BI tampak pada tabel :
Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali
penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini
semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Dendawijaya, 2004:
118). Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan seluruh
dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya rasio yang rendah
menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang
siap untuk dipinjamkan. Oleh karena itu, rasio ini juga dapat untuk
memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat mengalami
ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah memiliki FDR yang
terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk menutup simpanan nasabah
dengan jumlah pembiayaan yang ada. Jika bank mempunyai FDR yang
sangat tinggi, maka bank akan mempunyai risiko tidak tertagihnya
24
pinjaman yang tinggi pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian
(Susilo, 1999: 37).
3. Hubungan antara Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
Return On Equity (ROE) di Perbankan Syariah
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) digunakan untuk
mengukur kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-
hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Financing to Deposit Ratio
(FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan terhadap
dana pihak ketiga. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan
menentukan keuntungan bank, jika bank tidak mampu menyalurkan
kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan
bank tersebut rugi. (Kasmir, 2004:139). Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Rina Ani Sapariyah dan Ayu Ananta Putri pada tahun
2012 ternyata hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya yang menemukan bahwa FDR berpengaruh negatif terhadap
Return On Equity (ROE).
E. Inflasi
1. Pengertian Inflasi dalam Konvensional
Merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia
yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang
dengan berjalannya waktu mengalami erosi.
25
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat
harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu
tertentu. Dalam hal ini merupakan sebuah proses kenaikan harga umum
barang-barang secara terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga
berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Mungkin
dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang terpenting
terdapat kenaikan harga barang umum secara terus menerus selama suatu
periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun
dengan persentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi
(Samuelson dan Nordhaus, 2004: 305).
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari
satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan
tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga
barang-barang lain. (Boediono, 1985:161).
Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase
yang sama. Bahkan mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak
bersamaan yang penting kenaikan harga umum barang secara terus
menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan harga barang yang
terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar,
bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 1987:25), atau dapat dikatakan
kenaikan harga barang yang hanya sementara tidak dapat dikatakan akan
menyebabkan inflasi.
26
2. Jenis Inflasi
Inflasi dapat digolongkan menurut sifatnya, menurut sebabnya,
parah dan tidaknya inflasi tersebut dan menurut asal terjadinya (Nopirin,
1987:131).
a. Menurut Sifatnya
Inflasi menurut sifatnya digolongkan dalam tiga kategori yaitu:
1) Inflasi Merayap
Kenaikan harga terjadi secara lambat, dengan persentase
yang kecil dan dalam jangka waktu yang relatif lama (di bawah
10% per tahun).
2) Inflasi Menengah
Kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang
berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat
akselerasi.
3) Inflasi Tinggi
Kenaikan harga yang besar bisa sampai 5 atau 6 kali.
Masyarakat tidak lagi berkeinginan menyimpan uang. Nilai uang
merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar dengan barang.
Perputaran uang makin cepat, sehingga harga naik secara
akselerasi.
27
b. Menurut Sebabnya
1) Demand Pull Inflation.
Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total
(aggregate demand). Sedangkan produksi telah berada pada
keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati
kesempatan kerja penuh. Apabila kesempatan kerja penuh (full
employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya
hanyalah akan menaikkan harga saja (sering disebut dengan Inflasi
murni). Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan
keseimbangan GNP berada di atas/melebihi GNP pada kesempatan
kerja penuh maka akan terdapat adanya inflationary gap.
Inflationary gap inilah yang akan menyebabkan inflasi.
2) Cost Pust Inflation
Cost pust inflation ditandai dengan kenaikan harga serta
turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi.
Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya penurunan dalam
penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya
produksi. Kenaikan produksi akan menaikkan harga dan turunnya
produksi. Serikat buruh yang menuntut kenaikan upah, manajer
dalam pasar monopolistis yang dapat menentukan harga (yang
lebih tinggi), atau kenaikan harga bahan baku, misalnya krisis
minyak adalah faktor yang dapat menaikkan biaya produksi, atau
terjadi penawaran total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan
28
biaya produksi. Jika proses ini berlangsung terus maka timbul cost
push inflation.
c. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi Tersebut
1) Inflasi ringan (dibawah 10% setahun)
2) Inflasi sedang (antara 10%-30% setahun)
3) Inflasi berat (antara 30%-100% setahun)
4) Hiperinflasi ( diatas 100% setahun
3. Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai inflasi yang
masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu.
a. Teori Kuantitas
Teori kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena
2 hal, yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat
mengenai kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari
teori Kuantitas ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada
penambahan volume uang beredar. Kedua, laju inflasi oleh harapan
masyarakat mengenai kenaikan harga di masa yang akan datang
(Boediono, 1985:168).
b. Teori Keynes
Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan
masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang
yang tersedia. Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap.
Inflationary gap terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan
29
efektif dari semua golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku
melebihi jumlah maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh
masyarakat.
c. Teori Strukturalis.
Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari
perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut
juga teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-
faktor struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah
secara gradual dan dalam jangka yang panjang. Teori ini memberi
tekanan pada ketegaran dari struktur perekonomian negara-negara
sedang berkembang. Ada dua ketegaran yang menyebabkan inflasi,
yaitu ketegaran berupa ketidakelastisan dari penerimaan ekspor dan
ketegaran berupa ketidakelastisan dari penawaran bahan makanan
dalam negeri. Kedua proses di atas pada umumnya berkaitan dan
memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan inflasi.
4. Efek Inflasi
Efek yang ditimbulkan oleh inflasi menurut Nopirin (1987:32) yaitu :
a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan
tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh
adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaannya
dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya
30
inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan
dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan
pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau
mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana nilainya naik
dengan prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian
inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola
pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi
Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan
berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya
perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya
inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang
lebih besar dari barang lain yang kemudian mendorong terjadinya
kenaikan produksi barang tertentu.
c. Efek Terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.
Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang
mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik.
Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun
apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai
akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi
yang tinggi, nilai uang riil turun dengan drastis, masyarakat
31
cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter,
yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung
antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan
output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.
5. Penyebab Inflasi dalam Islam
Ekonom Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M ~
1441M), yang merupakan salah satu murid dari Ibn Khaldun,
menggolongkan Inflasi dalam dua golongan yaitu: (Karim 2010: 140)
1. Natural Inflation
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis oleh sebab-sebab alamiah,
manusia tidak punya kuasa untuk mencegahnya. Inflasi ini adalah
inflasi yang diakibatkan oleh turunnya penawaran agregatif (AS↓) atau
naiknya permintaan agregatif (AD↑).
MV = PT = Y
Dimana :
M = Jumlah uang beredar
V = kecepatan peredaran uang
P = tingkat harga
T = jumlah barang dan jasa (Q)
Y = tingkat pendapan nasional (GDP)
Maka natural inflation dapat diartikan sebagai berikut:
32
a. Gangguan terhadap jumlah barang dan jasa (T) yang diproduksi
dalam suatu perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan V
tetap, maka konsekuensinya P akan naik.
b. Naiknya daya beli masyarakat secara riil, misalnya nilai ekspor
lebih besar dari nilai impor sehingga secara netto terjadi impor
uang yang mengakibatkan M naik, sehingga jika V dan T tetap,
maka P akan naik.
Keseimbangan permintaan dan penawaran juga pernah terjadi
dizaman Rasulullah SAW. Dalam hal ini Rasulullah SAW tidak mau
menghentikan atau mempengaruhi pergerakan harga ini sesuai Hadist:
Anas meriwayatkan, ia berkata: Orang-orang berkata kepada Rasulullah
SAW, ”Wahai Rasululluah, harga-harga barang naik (mahal),
tetapkanlah harga untuk kami”. Rasulullah SAW lalu menjawab,”Allah-
lah Penentu harga, Penahan, Pembentang, dan Pemberi rizki. Aku
berharap tatkala bertemu Allah, tidak ada seorangpun yang meminta
padaku tentang adanya kedhaliman dalam urusan darah dan harta.”
2. Human Error Inflation
Selain dari penyebab-penyebab yang dimaksud pada Natural
Inflation, maka inflasi yang disebabkan oleh hal lain dapat digolongkan
sebagai Human Error Inflation atau False Inflation. Human Error
Inflation dikatakan sebagai inflasi yang diakibatkan oleh kesalahan
manusia itu sendiri.
33
Human Error Inflation dapat dikelompokan menurut penyebab-
penyebabnya sebagai berikut:
1. Korupsi dan administrasi yang buruk (Corruption and Bad
Administraton).
2. Pajak yang berlebihan (Excessive Tax).
3. Percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang
berlebihan (Excessive Seignorage)
6. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam
Kebijakan Moneter Islam (Perspektif Hizbut Tahrir) dalam
mengendalikan inflasi yaitu dengan (Hatta, 2008:11):
1. Dinar dan Dirham berbeda dengan sistem ekonomi Islam, inflasi yang
disebabkan kelemahan dari mata uang relatif cukup kecil kemungkinan
terjadinya (kalau tidak bisa dikatakan tidak akan terjadi). Karena dinar
dan dirham memiliki kekuatan yaitu setaranya antara nilai nominal
dengan nilai intrinsik yang terdapat pada mata uang tersebut sehingga
tidak ada perbedaan nilai mata uang dan barang.
2. Hukum perbankan, sistem ekonomi Islam dalam mendirikan perbankan
dengan sistem bagi hasil berdasarkan ketentuan-ketentuan (dhawabit)
syariah. Sehingga perbankan akan membantu dan mendukung sektor
riil.
3. Otoritas kebijakan moneter dan fiskal dalam sistem ekonomi Islam
sama-sama berada di bawah departemen baitul maal. Sehingga tidak
diperlukan lagi koordinasi atau pembahasan apakah otoritas moneter
34
dengan lembaga eksekutif perlu dipisahkan atau tidak untuk mengambil
kebijakan moneter.
7. Hubungan antara Inflasi terhadap Return On Equity (ROE) di
Perbankan Syariah
Menurut penelitian Anak Agung Putri Suardani tahun 2009, tingkat
inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Inflasi
meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. Jika peningkatan harga
yang dapat dinikmati oleh perusahaan lebih tinggi dari pada biaya produksi
yang dikeluarkan maka profitabilitas (ROE) perusahaan akan naik sehingga
tingkat inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap ROE.
Menurut penelitian Gunawan tahun 1991, inflasi adalah kenaikan
harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Inflasi yang
tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan kenaikan
tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku bunga
dan mempengaruhi instrumen-instrumen pasar modal yang memberikan
tingkat pendapatan tetap bagi pasar modal.
Dengan kenaikan inflasi maka diikuti oleh kenaikan suku bunga
dengan tingginya tingkat suku bunga maka diharapkan para calon nasabah
bersedia menempatkan dananya di bank syariah, karena bank syariah
mempunyai aset yang bertambah besar kemudian di ikuti laba perbankan
yang dihasilkan juga akan meningkat hal ini sekaligus meningkatkan nilai
ROE karena mendorong para nasabah untuk ingin menginvestasikan
dananya di bank syariah agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
35
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Anak Agung Putri Suardani pada tahun
2009 bahwa inflasi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap ROE di
Perusahaan industri manufaktur di pasar modal Indonesia.
F. Nilai Tukar (Kurs)
1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang
berbeda diperdagangkan satu sama lainnya. Pasar valuta asing adalah
pasar dimana mata uang asing diperdagangkan pada tingkat harga yang
dinyatakan dalam nilai tukar. (Richard Lipsey, 1995:86).
Exhange Rate (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal
dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang
asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik atau
resiprokalnya yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing.
Nilai tukar merepresentasikan tingkat harga dari pertukaran dari satu
mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara
lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional,
ataupun aliran uang jangka pendek antar negara yang melewati batas-
batas geografis ataupun batas-batas hukum. (Karim, 2002:159)
Kurs atau nilai tukar sering didefinisikan sebagai harga suatu mata
uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997:114). Nilai tukar
valuta asing adalah harga satu saham mata uang dalam satuan mata uang
lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu
36
pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan
(Samuelson dan Nordhaus, 2004:91).
Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing
(Sukirno, 2006:67).
Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai
transakasi ataupun jual beli valuta asing, dikenal ada empat jenis yakni :
1. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
2. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan
kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan
oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.
3. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank
untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.
4. Flat rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual
beli bank notes dan traveller chaque, di mana dalam kurs tersebut
sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainnya. (Dornbusch
dan Fisher, 1992:128).
Nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga pertukaran dari
satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai
transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara
yang melewati batas-batas geografis ataupin batas-batas hukum.
37
Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah
(otoritas moneter) seperti pada negara-negara yang memakai sistem
fixed exchange rates ataupun ditentukan oleh kombinasi antara
kekuatan-kekuatan pasar yang saling berinteraksi serta kebijakan
pemerintah seperti pada negara-negara yang memakai rezim sistem
flexible exchange rates (Adiwarman Karim, 2008:77)
2. Teori Nilai Tukar Dalam Islam
Nilai tukar suatu mata uang dalam Islam di golongkan dalam dua
kelompok, yaitu :
a. Natural
Natural disebabkan oleh dua hal berikut :
1. Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan-perubahan yang
terjadi pada Permintaaan Agregatif (AD)
2. Fluktuasi nilai tukar uang akibat dari perubahan-perubahan yang
terjadi pada Penawaaran Agregatif (AS)
b. Human Error
Human Error disebabkan tiga hal berikut :
1. Korupsi dan administrasi yang buruk (corruption and bad
administration)
2. Pajak yang berlebihan (excessive tax)
3. Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan secara
berlebih (excessive seignorage). (Adiwarman Karim, 2008:64)
38
3. Hubungan antara KURS terhadap Return On Equity (ROE) di
Perbankan Syariah
Sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan
Internasional perbankan Islam pun tidak dapat menghindarkan diri dari
pengaruh nilai tukar di dalam keterlibaatannya pada pasar valuta asing.
Perbankan islam harus menyusun pedoman kerja operasional bagi
dirinya agar juga mempunyai akses yang luas ke pasar valuta asing
tanpa harus terlibat pada mekanisme perdagangan yang tidak disetujui
atau bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. (Zainul Arifin,
2006:231)
Menurut penelitian Lasiyah pada tahun 2011, selain menjadi
fasilisator perdagangan internasional perbankan syariah juga dapat
terpengaruh oleh depresiasi nilai tukar melalui nasabah yang memiliki
dana besar dalam bentuk valuta asing seperti dollar Amerika. Nasabah
akan memperoleh keuntungan apabila terdepresiasinya rupiah sangat
dalam terhadap dollar AS dengan mengkonversi dananya ke dalam
rupiah, kewajiban bank bertambah besar akibat adanya selisih kurs
tersebut sehingga pada akhirnya akan berpengaruh pada
kinerja/profitabilitas bank.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian Anak Agung Putri Suardani pada
tahun 2009 bahwa kurs terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
ROE di Perusahaan industri manufaktur di pasar modal Indonesia.
39
G. Penelitian Terdahulu
Sebelum penulisan melakukan penelitian ini, telah ada penelitian
terdahulu yang meneliti mengenai variabel Return On Assets (ROA),
Financing To Deposit Ratio (FDR), inflasi, kurs dan Return On Equity
(ROE). Diantaranya seperti yang akan penulis dijabarkan pada pembahasan
di bawah ini.
Penelitian pertama yaitu jurnal yang dilakukan oleh Rina Ani
Sapariyah dan Ayu Ananta, Universitas Gajah Mada (2012) yang berjudul
“Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan: Pendekatan Terhadap Rasio
Keuangan Studi Kasus Pada Perusahaan di BEI”. Variabel yang digunakan
yaitu Net Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), Loans To
Deposito Ratio (LDR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Return On Equity. Teknis analisis data
menggunakan metode Analisis Regresi Berganda. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa pada periode 2008-2010 menunjukkan bahwa NPM,
DER, dan BOPO secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap ROE
perusahaan perbankan di BEI.
Penelitian kedua yaitu jurnal yang dilakukan oleh H. Mat Juri, Staf
Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda (2010) yang
berjudul “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Return On Equity
(ROE) Perusahaan Tambang Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia”.
Variabel yang terkait yaitu ROE, Total Debt to Equity, Total Assets
40
Turnover, Net Profit Margin, Inflasi, Produk Domestik Bruto dan Kurs US$.
Menggunakan alat analisis Ordinary Least Square (OLS). Hasil
penelitiannya pada tahun 2000-2007 data Equity, Total Assets Turnover,
Net Profit Margin, Inflasi, PDB, Kurs US$ secara keseluruhan variabel bebas
secara simultan (bersama-sama) dengan uji F mempunyai pengaruh
signifikan terhadap ROE yang terdapat pada perusahaan tambang yang go
publik di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ketiga yaitu tesis Anton Sugiharto, Universitas Diponegoro
(2005) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Return On Equity (ROE)”. Menggunakan alat analisis Variance Inflation
Factor (VIF). Pada tahun 2000-2002 data BOPO, NIM, GWM, dan KAP
Kredit secara Parsial signifikan terhadap ROE sedangkan LDR dan
Institutional Ownership tidak signifikan terhadap ROE. Sementara secara
bersama-sama (simultan) BOPO, NIM, GWM, LDR, KAP Kredit,dan
Institutional Ownership terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE bank
yang listed di BEJ.
Penelitian keempat yaitu jurnal Jeffrey F. Jaffe, University of
Pennsylvania Philadelphia. (1985) yang berjudul “Inflation, The Interest
Rate, and The Required Return On Equity”. Variabel yang digunakan
Inflation, The Interest Rate, dan ROE. Menggunakan alat analisis Variance
Inflation Factor (VIF). Hasil penelitian menunjukan bahwa Inflation
berpengaruh signifikan sedangkan The Interest Rate tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ROE.
41
Penelitian kelima yaitu jurnal Anak Agung Putri Suardani, (2009)
yang berjudul “Pengaruh Beberapa Variabel Ekonomi Makro Terhadap
Kinerja Keuangan dan Return Saham Perusahaan Pada Industri Manufaktur
di Pasar Modal Indonesia”. Variabel yang digunakan tingkat inflasi, suku
bunga SBI, kurs dollar, harga emas, return saham, dan ROE. Menggunakan
alat analasis jalur (path analysis). Hasilnya menunjukan tingkat Inflasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Suku bunnga SBI
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE. Kurs dolar
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Harga emas berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap ROE.
Penelitian keenam yaitu jurnal J.P. Sitanggang dan Wangsit Supeno
(2009) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Return
On Equity (ROE) Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Jabodetabek”. Variabel
yang digunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), rasio kualitas aktiva
produktif, Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR).
Menggunaklan alat analisis Ordinary Least Square (OLS). Hasilnya
menunjukan pengujian atas model analisis terhadap ROE menghasilkan
kesimpulan bahwa hanya parameter Kewajiban Penyediaan Modal Minimum,
dan Return On Assets yang memiliki pengaruh signifikan sedangkan variabel
penilaian manajemen dan Loan to Deposit Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROE.
42
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Tahun Judul Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
1. Rina Ani
Sapariyah,
Ayu Ananta
Putri
2012 ”Analisis
Kinerja
Keuangan
Perusahaan:
Pendekatan
Terhadap Rasio
Keuangan Studi
Kasus Pada
Perusahaan di
BEI”
Analisis
Regresi
Berganda
Menunjukkan
bahwa NPM,
FDR, dan
BOPO secara
bersama-sama
berpengauh
signifikan
terhadap ROE
perusahaan
perbankan di
BEI tahun
2008-2010.
2. H. Mat Juri 2010 “Analisis
Variabel-
Variabel Yang
Mempengaruhi
Return On
Equity (ROE)
Perusahaan
Tambang Yang
Go Publik Di
Bursa Efek
Indonesia”
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Pada periode
2000.I-2007
.XII data
Equity, Total
Assets
Turnover, Net
Profit Margin,
Inflasi, PDB,
Kurs US$
secara
keseluruhan
variabel bebas
sevara simultan
(bersama-sama)
dengan uji F
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap ROE
pyang terdapat
pada
perusahaan
tambang yang
go publik di
Bursa Efek
Indonesia.
3. Anton
Sugiharto
2005 “Analisis
Faktor-Faktor
Variance
Inflation
Pada periode
2000.I-2002.XII
43
Yang
Berpengaruh
Terhadap
Return On
Equity (ROE)”
Factor
(VIF)
data BOPO,
NIM, GWM,
dan KAP Kredit
secara Parsial
signifikan
terhadap ROE
sedangkan LDR
dan Institutional
Ownership
tidak signifikan
terhadap ROE.
Sementara
secara bersama-
sama (simultan)
BOPO, NIM,
GWM, LDR,
KAP Kredit,dan
Institutional
Ownership
terbukti
berpengaruh
signifikan
terhadap ROE
bank yang listed
di BEJ.
4. Jeffrey F.
Jaffe
1985 “Inflation, The
Interest Rate,
and The
Required
Return On
Equity”
Variance
Inflation
Factor
(VIF)
Menunjukan
Inflation
berpengaruh
signifikan
sedangkan The
Interest Rate
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap ROE.
5. Anak
Agung Putri
Suardani
2009 “Pengaruh
Beberapa
Variabel
Ekonomi
Makro
Terhadap
Kinerja
Keuangan dan
Return Saham
Perusahaan
Analisis
jalur (path
analysis)
Menunjukan
tingkat Inflasi
berpengsruh
positif dan
signifikan
terhadap ROE.
Suku bunnga
SBI
berpengaruh
negatif dan
44
Pada Industri
Manufaktur di
Pasar Modal
Indonesia”
tidak signifikan
terhadap ROE.
Kurs dolar
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap ROE.
Harga emas
berpengaruh
negatif dan
tidak signifikan
terhadap ROE.
6. J.P.
Sitanggang,
Wangsit
Supeno
2009 “Pengaruh
Tingkat
Kesehatan Bank
Terhadap
Return On
Equity (ROE)
Pada Bank
Perkreditan
Rakyat Di
Jabodetabek”
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Menunjukan
hasil pengujian
atas model
analisis
pengaruh
parameter
faktor CAMEL
terhadap ROE
menghasilkan
kesimpulan
bahwa hanya
parameter
Kewajiban
Penyediaan
Modal
Minimum,Rasio
Kualitas Aktifa
Produktif, dan
Return On
Assets yang
memiliki
pengaruh
signifikan
sedangkan
variabel
penilaian
manaajemen
dan Loan to
Deposit Ratio
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROE.
45
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori
yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan
gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau
alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan (Rodoni,
2010). Berikut penjelasan dari kerangka pemikiran dalam penelitian yang
dilakukan.
Melihat kondisi data ROE yang ada di Bank Indonesia pada
periode 2006-2012 menunjukan trend ROE yang menurun, sehingga
akan mempengaruhi kinerja dari modal bank itu sendiri dalam
menghasilkan keuntungan. Keberadaan ROE bagi bank sangat penting
karena hal tersebut bila semakin tinggi ROE. Hal ini menandakan bahwa
perusahaan semakin baik dalam mensejahterakan para pemegang saham
yang bisa dihasilkan dari setiap lembar saham ROE yang semakin
meningkat akan memberikan tanda kekuatan operasional dan keuangan
perusahaaan semakin baik, keuangan perusahaan semakin baik, dan
selanjutnya memberikan pengaruh positif terhadap pasar ekuitas.
Dalam prakteknya Return On Equity (ROE) dapat dipengaruhi oleh
variabel-variabel lain seperti Return On Assets (ROA), Financing Deposit
to Ratio (FDR), Inflasi dan Kurs. Oleh karena itu untuk membuktikannya
kembali dan untuk mengetahui pengaruhnya penelitian ini melakukan
pengujian Ordinary Least Square (OLS). Kerangka pemikiran ini secara
sederhana dapat digambarkan pada gambar 2.1 yaitu :
46
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Return On Assets (ROA), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Inflasi dan Kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2006 Januari – Juni 2012
ROA (X1) FDR (X2) Inflasi (X3) Kurs (X4)
Return On Equity
(Y)
Model Ekonometrika
Uji Stasioner
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokolerasi
Regresi Berganda
Uji t
Uji f
Uji Adj R²
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan dan Implikasi
47
I. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara atas suatu persoalan yang
masih perlu dibuktikan kebenarannya dan harus bersifat logis dan jelas dan
dapat di uji. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. H0 : Diduga Return On Assets (ROA) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan
syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.
H1 : Diduga Return On Assets (ROA) berpengaruh secara
signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan
syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.
2. H0 : Diduga Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan
syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.
H1 : Diduga Financing to Deposit Ratio (FDR berpengaruh secara
signifikan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan
syariah di Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.
3. H0 : Diduga Inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return
On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode
Januari 2006 – Juni 2012.
H1 : Diduga Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap Return
On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode
Januari 2006 – Juni 2012.
48
4. H0 : Diduga Kurs tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return
On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode
Januari 2006 – Juni 2012.
H1 : Diduga Kurs berpengaruh secara signifikan terhadap Return
On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia periode
Januari 2006 – Juni 2012.
5. H0 :Diduga Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Inflasi dan Kurs tidak berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan syariah
di Indonesia periode Januari 2006 - Juni 2012.
H1 : Diduga Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Inflasi dan Kurs berpengaruh signifikan secara simultan
terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan syariah di
Indonesia periode Januari 2006 – Juni 2012.
49
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan
dalam pengumpulan data atau informasi dalam memecahkan permasalahan dan
menguji kesesuaian hipotesa penelitian. Adapun metode penelitian yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen
Return On Equity (ROE). Dan variabel independennya difokuskan pada
Return On Assets (ROA), Financing Deposit Ratio (FDR), inflasi dan kurs.
Penelitian ini adalah meneliti hubungan pengaruh antara dua variabel yaitu
variabel independen (ROA, FDR, inflasi dan kurs) dengan variabel dependen
(ROE).
Tempat penelitian pada perbankan syariah di Indonesia dengan
menggunakan data operasionalnya yaitu runtun waktu (time series). Semua
data dalam bulanan yaitu periode Januari 2006 – Juni 2012 yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia serta dari sumber-sumber lainnya yang terkait.
B. Metode Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh penulis adalah
menggunakan convience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih
berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak menyusahkan
mengukurnya serta bersifat kooperatif. (Abdul Hamid, 2007:30)
50
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder, data tersebut diperoleh dari Laporan Bulanan Bank Indonesia dan
situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Library Research
Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal,
koran, internet dan hal lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai
upaya untuk memperoleh data yang valid.
2. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh pihak lain (yang berkaitan) dengan
penulisan skripsi ini.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam
diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadarluarsa, karena
ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi
yang berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh up to date.
D. Motode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data
yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dengan menggunakan alat
analisis Ordinary Least Square (OLS) digunakan untuk mencapai
51
penyimpangan atau error yang minimum dengan menggunakan analisis
regresi berganda yaitu digunakan lebih dari variabel bebas.
Menurut Ajija (2011:23) Ordinary Least Square merupakan metode
estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi
dari fungsi regresi sampel. Untuk analisis data akan dilakukan dengan
bantuan aplikasi komputer yaitu program Excel 2007 dan program Eviews 6.
Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel data yang menggunakan log
natural (ln) yaitu data kurs karena untuk penyertaan data dari variabel
tersebut satuan datanya berbeda dan juga sebagai memecahkan persamaan
yang tidak diketahuinya merupakan pangakat dari variabel lain.
Variabel-variabel tersebut dibuat dahulu dalam bentuk fungsi sebagai
berikut :
Y = f (x1, x2, x3, x4) … (3.1)
Dari fungsi pertama tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model
linear sebagai berikut:
Yi = β0 + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 et … (3.2)
atau
ROE = β0 + β1ROA + β2FDR + β3INF + β4KURS et … (3.3)
Dimana :
ROE = Return On Equity
β0 = intercept/konstanta
ROA = Return On Asset
FDR = Financing to Deposit Ratio
52
INF = Inflasi
KURS = Nilai Tukar
β1, β2, β3, β4 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel
yang mempengaruhi ROE
et = error terms (Variabel diluar model tetapi tidak
ikut berpengaruh terhadap variabel terikat
1. Uji Stasioner
Proses yang bersifat random atau stokastik merupakan
kumpulan dari variabel random dalam urutan waktu. Setiap data time
series yang kita punyai merupakan suatu data dari hasil proses statistik.
Suatu data hasil proses random dikatakan stasioner jika memenuhi
kriteria, yaitu: jika rata-rata data varian konstan sepanjang waktu dan
kovarian antara dua data runtun waktu hanya tergantung dari
kelambanan antara dua periode waktu tertentu (Widarjono, 2007:53).
Salah satu persyaratan penting untuk mengaplikasikan model
seri waktu yaitu dipenuhinya asumsi data yang normal atau stabil
(stasioner) dari variabel-variabel pembentuk persamaan regresi. Karena
penggunaan data dalam penelitian ini dimungkinkan adanya data yang
tidak stasioner, maka dalam penelitian ini perlu digunakan beberapa
uji stasioner. Dalam melakukan uji stasioneritas, penulis akan
melakukan proses analisis yang terdiri dari :
53
a. Uji Akar Unit
Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di
dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen
berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar
unit dengan menggunakan metode statistik nonperametrik dalam
menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa
memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi. (Widarjono,
2007:127)
Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal
tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya
digunakan nilai kritis. Prosedur untuk menentukan apakah data
stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik
PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik. Jika nilai absolut
statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati
menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik PP
lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner.
Langkah-langkah pengujian akar unit sebagai berikut :
Hipotesis: H0 : data tersebut tidak stasioner pada derajat Nol.
H1 : data tersebut stasioner pada derajat Nol.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
Jika Philips Perron test statistic > Test Critical Values (critical value α =
5%) maka H0 ditolak.
Jika Philips Perron test statistic < Test Critical Values (critical value α =
54
5%) maka H0 diterima.
b.Uji Derajat Integrasi
Data time series pada umumnya adalah data yang tidak
stasioner. Untuk menghindari regresi langsung maka harus
ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner.
Menurut Nachrowi (2006:340) dalam berbagai studi
ekonometrika. Data time series sangat banyak digunakan. Namun
dibalik pentingnya data tersebut. ternyata data time series menyimpan
berbagai permasalahan. Salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini
merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner.
sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang
dengan sendirinya. karena metode transformasi data untuk membuat
data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk
menghilangkan otolorelasi. Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan
kesimpulan bahwa data tidak stasioner maka diperlukan proses
diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji
derajat integrasi.
Seperti uji akar unit PP keputusan sampai pada derajat
keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat denganmembandingkan
antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai
kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP
lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama. Maka
data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya
55
lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi
yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.
Langkah-langkah pengujian derajat integrasi sebagai berikut :
Hipotesis: H0 : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1,2…dst
H1 : Data tersebut stasioner pada derajat 1,2…dst
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
Jika Philips-Perron test statistic > Philips-Perron tabel (critical value α
= 5%) maka H0 ditolak.
Jika Philips-Perron test statistic < Philips-Perron tabel (critical value α
= 5%) maka H0 diterima.
2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi memiliki beberapa asumsi dasar yang harus
dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Asumsi-asumsi dasar tersebut
mencakup normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, antara variabel dependen, variabel independen
atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal.
Uji normalitas menjadi sangat popular dan tercangkup dibeberapa
komputer statistik. (Gujarati, 2006:164)
56
Uji normalitas residual motode Ordinary Least Square secara
formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-
Bera (JB). Deteksi dengan melihat Jarque Bera yang merupakan
asimtotis (sampel besar dan didasarkan atas residual Ordinary Least
Square). Uji ini dengan melihat probabilitas Jarque Bera (JB) sebagai
berikut : (Gujarati, 2006:165)
Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut:
Hipotesis: H0: Model berdistribusi normal
H1: Model tidak berdistribusi normal
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan liniear yang
sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan (independen) dari model regresi. (Gujarati, 2006:184)
Sedangkan menurut Nachrowi (2006:95) jika tidak ada korelasi
antara kedua variabel tersebut, makakoefisien pada regresi majemuk
akan sama dengan koefisien pada regresi sederhana. Hubungan linear
antar variabel bebas inilah yang disebut dengan multikolinearitas.
Dalam penelitian ini penulis akan melihat multikolinearitas
dengan menguji koefisien korelasi (r) berpasangan yang tinggi di antara
variabel-variabel penjelas. Sebagai aturan main yang kasar (rule of
thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0.8 maka
57
diduga terjadinya multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika
koefisien korelasi rendah maka diduga model tidak mengandung
multikolinearitas.
Uji koefisien korelasinya yang mengandung unsur
kolinearitas, misalnya variabel X1 dan X2. Langkah-langkah pengujian
sebagai berikut: Bila r < 0.8 (Model tidak terdapat multikolinearitas)
Bila r > 0.8 (Terdapat multikolinearitas)
Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah adanya
multikolinearitas, antara lain: melihat informasi sejenis yang ada,
mengeluarkan variabel, mencari data tambahan. (Nachrowi, 2006:104)
c. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau
sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel
independen. (Gujarati, 2006:146)
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas
atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. (Nachrowi, 2008:109)
58
Untuk melacak keberadaan heterokedastisitas dalam penelitian
ini digunakan uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai
berikut:
Hipotesis : H0: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas
H1: Terdapat Heteroskedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs*R2
< 0.05 → Tidak signifikan, H0 ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka
model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Sebaliknya jika
probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut
dipastikan terdapat heteroskedastisitas. Jika model tersebut harus
ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural dengan cara
membagi persamaan regresi dengan variabel independen yang
mengandung heteroskedastisitas.
d. Uji Autokolerasi
Autokorelasi bisa didefinisikan sebagai “korelasi di antar
anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala)
atau ruang (seperti data lintas-sektoral)”. (Gujarati, 2006:147)
Menurut Nachrowi (2006:183) dalam berbagai studi
ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun
dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan
berbagai permasalahan, salah satunya yaitu autokorelasi. Autokorelasi
merupakan penyebab yang akibat data menjadi tidak stasioner, sehingga
59
bila data dapat distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan
sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang
tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk menghilangkan
autokorelasi.
Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga
digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji
Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared
dengan α = 0.05. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut (Gujarati
2006:147. Hipotesis : H0: Model tidak terdapat Autokorelasi
H1: Terdapat Autokorelasi
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka
model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2
lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.
3. Uji Statistik
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Excel 2007
dan Eviews 6. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi
uji-t dan uji-F.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(Independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki
60
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependent) pada
tingkat signifikansi 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas
bernilai konstan. Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t
yaitu dengan pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17)
Hipotesis : H0 : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak
ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat..
H1 : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 terima, Ha tolak).
Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat (H0 tolak, Ha terima).
b. Uji Fisher (Uji-F)
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0.05
(5%). Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama
dilakukan dengan uji-F dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:16)
Hipotesis : H0 : βi = 0 artinya secara bersama-sama tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
61
H1 : βi ≠ 0 artinya secara bersama-sama ada pengaruh
yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Bila probabilitas > α 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Bila probabilitas < α 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien R2
atau (R2 adjusted). Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan
garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang dapat
dijelaskan oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R2 atau (R
2 adjusted)
berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan. ROE mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (persen).
2. Variabel Independen (X)
a. Return on assets (ROA)
Return on assets (ROA) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aset
62
(kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan
biaya-biaya yang menandai aset tersebut (persen).
b. Financing to deposit ratio (FDR)
Financing to deposit ratio (FDR) adalah rasio kredit terhadap total
dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga
yang disalurkan dalam bentuk kredit (persen).
c. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara
umum dan terus menerus. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari
satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan
tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga
barang-barang lain (persen).
d. Kurs
Kurs atau nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata
uang lainnya (ribuan rupiah).
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Simbol Sumber Data Data Bulanan Satuan
1. Return On Equity ROE Bank Indonesia
(BI)
Januari 2006-
Juni 2012
Persen
2. Return On Assets ROA Bank Indonesia
(BI)
Januari 2006-
Juni 2012
Persen
3. Financing to Deposit
Ratio
FDR Bank Indonesia
(BI)
Januari 2006-
Juni 2012
Persen
63
4. Inflasi INF Bank Indonesia
(BI)
Januari 2006-
Juni 2012
Persen
5. Nilai tukar mata
uang
KURS Bank Indonesia
(BI)
Januari 2006-
Juni 2012
ribuan
rupiah
64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Return On Equity di Perbankan Syariah
Return On Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang
menunjukan perbandingan antara laba (setelah pajak) dengan modal
(modal inti) bank, rasio ini menunjukan tingkat % (persentase) yang
dapat dihasilkan. ROE digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
equitas yang dimilikinya. ROE merupakan salah satu indikator yang
sangat penting bagi bank karena hal tersebut untuk mengukur kinerja
dari modal sendiri bank dalam menghasilkan keuntungan.
Rasio ini merupakan indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan
laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan
tersebut akan mengakibatkan kenaikan harga saham. (Dendawijaya,
2003:174).
Keunggulan lain dari ROE adalah kondisi perekonomian yang
belum stabil seperti di Indonesia yang ditunjukan dengan nilai tukar
yang sangat fluktuatif. Perkembangan Return On Equity (ROE) di
65
Perbankan Syariah periode 2006-2012 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 4.1
Perkembangan Return On Equity di Perbankan Syariah
Periode Januari 2006-Juni 2012
Sumber :Bank Indonesia (data diolah)
Gambar 4.1 menunjukan bahwa ROE tertinggi pada
September tahun 2008 yaitu sebesar 68,85 persen dan terendah Januari
tahun 2012 sebesar 10,11 persen. Grafik ROE diatas menunjukan
fluktuasi tingkat Return On Equity (ROE) selama periode Januari 2006
– Juni 2012. Pada tahun 2008 nilai ROE menunjukan rasio yang paling
tinggi hal ini dikarenakan krisis global yang disebabkan oleh
kegagalan pembayaran kredit perumahan subprime mortage di
Amerika Serikat. Pada November 2007 pasar keuangan kembali
bergejolak karena krisis sektor perumahan yang berkembang menjadi
krisis likuiditas dan terjadinya rangkaian kerugian sejumlah lembaga
keuangan besar. Maka para investor menginvestasikan uangnya ke
perbankan konvensional dibandingkan ke perbankan syariah.
66
Pada akhir tahun 2011 sampai awal tahun 2012, rasio ROE
cenderung stabil. Hal ini karena perkembangan perbankan syariah di
Indonesia sudah mulai baik dan modal inti di perbankan juga semakin
bertambah sehingga bank syariah dapat menghasilkan keuntungan.
(sumber : Bank Indonesia)
2. Perkembangan Return On Assets di Perbankan Syariah
Return on assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur
kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Dalam rangka mengukur
tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil antara perhitungan
ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia.
Return on assets (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur
kinerja keuangan perbankan karena ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Perkembangan Return On
Assets (ROA) di Perbankan Syariah periode 2006-2012 dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
67
Gambar 4.2
Perkembangan Return On Assets di Perbankan Syariah
Periode Januari 2006-Juni 2012
Sumber Bank Indonesia: (data diolah)
Gambar 4.2 menunjukan pergerakan Return On Assets (ROA)
cukup berfluktuasi. Pencapaian tertinggi di capai pada bulan Maret
2009 yaitu sebesar 2,44 persen dan terendah bulan Januari 2009 yaitu
sebesar 1 persen. Pencapaian ROA terendah pada bulan Januari di
karenakan imbas dari krisis global yang disebabkan oleh kegagalan
pembayaran kredit perumahan subprime mortage di Amerika Serikat
pada tahun 2008 sehingga masih berdampak hingga tahun 2009. Krisis
global 2008 tersebut memiliki dampak pada perbankan Indonesia,
karena merosotnya nilai dollar Amerika yang mengakibatkan nilai
rupiah terdevaluasi dikarenakan investor yang panik dengan adanya
krisis global tersebut menarik modalnya keluar.
Namun pada bulan Maret 2009 ROA bank syariah mengalami
peningkatan menjadi 2,44 persen. Pencapaian ROA tertinggi ini
adanya kepercayaan nasabah terhadap perbankan syariah seiring
68
dengan banyaknya dibuka bank-bank swasta maupun bank negeri yang
membuka cabang bank syariah. Namun pada triwulan ketiga 2009
ROA kembali mengalami penurunan ini dikarenakan suku bunga
perbankan konvensional yang meningkat menjadi daya saing bagi bank
syariah. Oleh karena itu laba yang dihasilkan oleh perbankan syariah
di alokasikan untuk bagi hasil nasabah.
3. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) di Perbankan
Syariah
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah suatu pengukuran
tradisional yang menunjukan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-
lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan
request) nasabahnya. Pada perbankan syariah tidak mengenal kredit (loan)
dalam penyaluran dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas
penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada
pembiayaan (financing). FDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana
pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang
disalurkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
Financing to Deposit Ratio (FDR) bank syariah disini merupakan
FDR dalam arti keseluruhan tingkat likuditas atau rasio perbandingan
antara total pembiayaan dengan total dana pihak ketiga dan ekuitas yang
didapat dari bank-bank syariah di Indonesia, yang kemudian nilainya
secara keseluruhan dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Perkembangan
69
Financing to Deposit Ratio (FDR) di Perbankan Syariah periode 2006-
2012 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.3
Perkembangan Financing to Deposit Ratio di Perbankan
Syariah Periode Januari 2006-Juni 2012
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR) cenderung stabil. Rasio terendah sebesar 87,27 persen
pada Januari tahun 2012 dan rasio tertinggi pada bulan Juli tahun 2006
sebesar 112,23 persen. Pada tahun 2008 Financing to Deposit Ratio
(FDR) mengalami peningkatan terlihat pada bulan Maret 100,26
persen yang sebelumnya pada bulan Februari sebesar 97,03 persen.
Tetapi pada bulan Januari tahun 2010 Financing to Deposit Ratio
(FDR) kembali menurun menjadi 88,67 persen. Kemudian Financing
to Deposit Ratio (FDR) mengalami peningkatan lagi di awal tahun
2012.
70
Hal ini dikarenakan perekonomian di Indonesia yang makin
lama cenderung stabil. Menunjukan sesuai pergerakan Financing to
Deposit Ratio (FDR) bahwa penyaluran kredit dari bank kepada
nasabahnya cenderung stabil. Ini dikarenakan juga inflasi, tingkat suku
bunga, maupun nilai tukar rupiah itu sendiri dan tingkat kepercayaan
masyarakat kepada bank untuk pemberian kredit kepada nasabahnya
semakin baik.
4. Perkembangan laju Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu
meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi
faktor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi
pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap
alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional masing-masing
disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin,1987:32).
Perkembangan laju Inflasi di Indonesia periode 2006-2012 dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
71
Gambar 4.4
Perkembangan laju Inflasi di Indonesia Periode Januari
2006-Juni 2012
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Gambar 4.4 dapat kita lihat bahwa pergerakan inflasi cukup
berfluktuatif. Pada Februari tahun 2006 inflasi mengalami nilai
tertinggi yaitu 17,92 persen dan terendah nilai inflasi 2,41 pada
November tahun 2009. Inflasi tertinggi terjadi pada Februari tahun
2006 yang dipicu oleh lonjakan kenaikan beras dan harga BBM pada
akhir tahun 2005 dan ini berdampak di awal tahun 2006. Meskipun
sangat tinggi pada awal tahun tetapi penurunan laju inflasi juga terjadi
pada akhir tahun 2006 ini disebabkan karena ekspektasi inflasi
masyarakat yang terjaga khususnya nilai tukar uang yang stabil.
Disamping itu, daya beli masyarakat yang melemah berdampak pada
minimalnya tekanan inflasi dari permintaan agregat.
Nilai inflasi terendah 2,41 pada November tahun 2009 tidak
terlepas dari pengaruh kebijakan Bank Indonesia dalam memulihkan
kepercayaan pasar, sehingga nilai tukar rupiah yang berada dalam tren
72
menguat. Kondisi tersebut pada gilirannya dapat mendukung
membaiknya ekspektasi inflasi. Perbaikan ekspektasi inflasi juga
cukup besar dipengaruhi penurunan inflasi.
5. Perkembangan laju Kurs
Kurs dalam harga mata uang domestik atau resiprokalnya yaitu
harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar
merepresentasikan tingkat harga dari pertukaran dari satu mata uang
yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain
transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional,
Kurs atau nilai tukar sering didefinisikan sebagai harga suatu
mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore, 1997:114). Kurs
valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik
yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing
(Sukirno, 2006:67).
Nilai tukar valuta asing adalah harga satu saham mata uang
dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing adalah harga satu
satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing
ditentukan dalam pasar valuta asing yaitu pasar tempat berbagai mata
uang yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus,
2004:91). Perkembangan laju Kurs di Indonesia periode 2006-2012
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
73
Gambar 4.5
Perkembangan laju Kurs di Indonesia Periode Januari
2006-Juni 2012
Sumber : Bank Indonesia (data diolah)
Gambar 4.5 menunjukan pergerakan yang cukup fluktuatif. Pada
grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai tukar tertinggi terjadi pada
November 2008 yaitu sebesar Rp 11,711 dan nilai tukar terendah
terjadi pada Agustus 2011 Rp 8,529. Dampak krisis global juga
tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah yang ditandai oleh
tekanan depresiasi yang tinggi dan volatilitas yang meningkat,
terutama sejak Oktober 2008. Namun sejak triwulan tahun 2008, imbas
krisis pasar keuangan global semakin kuat seiring dengan jatuhnya
berbagai lembaga keuangan besar di Amerika Serikat. Perkembangan
tersebut menyebabkan rupiah tertekan hingga sempat mencapai
Rp12,.711 per dolar AS di November 2008.
Nilai tukar rupiah pada tahun 2011 secara rata-rata menguat,
sejalan dengan pergerakan mata uang negara-negara regional.
Penguatan nilai tukar tersebut terutama didukung oleh kuatnya kondisi
74
fundamental ekonomi Indonesia, indikator risiko yang relatif stabil,
serta imbal hasil aset rupiah yang tinggi sehingga mendorong minat
investor asing untuk melakukan investasi di pasar keuangan domestik.
Nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh fluktuasi aliran modal asing
dan kebijakan ekonomi global.
B. Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data
sekunder deret waktu (time series) yang berbentuk bulanan mulai tahun
2006-2012. Penelitian mengenai Return On Equity sebagai variabel
dependen (variabel terikat). Sedangkan variabel independen (variabel
bebas) terdiri dari Return On Assets, Financing to Deposit Ratio, inflasi,
kurs . Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian ini
diperoleh dari laporan bulanan di Bank Indonesia (BI).
Alat pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perangkat lunak (software) komputer Eviews 6.1 untuk mempercepat
perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti,
dengan metode analisis Ordinary Lease Square (OLS). Maka dari itu,
pembahasan dilakukan dengan analisis secara ekonometrik.
1. Uji Stasioneritas
a. Uji Akar Unit
Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji
stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian ini
data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel
75
tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam
yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya
merupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi
matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk
menyederhanakan suatu bilangan (dalam penelitian ini untuk
menyederhanakan data variabel).
Pengujian akar-akar unit dikatakan stasioner apabila nilai Phillips-
Perron test (PP test) lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%,
sebaliknya jika nilai Phillips-Perron test (Pp test) lebih kecil dari nilai
Critical Value (CV) 5% maka variabel tersebut tidak stasioner. Hasil dari
pengujian akar-akar unit ini dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1
Uji Akar Unit Phillips-Perron Test Pada Tingkat Level
No. Variabel Level
Ho = Tidak
Stasioner
Pptest CV 5% Ha = Stasioner
1 ROE -1.337872 -2.899619 Terima Ho
2 ROA -4.059942 -2.899619 Tolak Ho
3 FDR -8.891835 -2. 899619 Tolak Ho
4 INF -2.524900 -2.899619 Terima Ho
5 LNKURS -1.989332 -2.899619 Terima Ho
Sumber : Lampiran 2 (Diolah)
Tabel di atas menunjukkan hasil uji akar-akar unit dengan
menggunakan Phillips-Perron test. Dari tabel tersebut sesuai dengan data
76
yang diuji dapat diketahui dengan adanya nilai Phillips-Perron test
(Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% hanya ada 2 variabel
stasioner ROA dan FDR kemudian variabel ROE, inflasi dan kurs tidak
stasioner. Hal ini dikarenakan nilai Phillips-Perron test (Pptest) lebih
kecil dibandingkan dari nilai Critical Value (CV) 5%, dengan kata lain
variabel-variabel tersebut pada level mengalami persoalan akar-akar unit,
oleh karena itu perlu dilanjutkan dengan uji derajat integrasi pertama.
b. Uji Derajat Integrasi
Dalam Uji akar unit menghasilkan kesimpulan bahwa data belum
stasioner pada tingkat level. Oleh karena itu, harus dilakukan Uji Derajat
Integrasi. Nilai statistik Phillips-Perron untuk mengetahui pada derajat
berapa suatu data akan stasioner dapat dilihat pada nilai Phillips-Perron
test (Pp test) yang lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%, maka
variabel tersebut dikatakan stasioner pada derajat pertama. Hasil dari
pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference
No. Variabel Pertama
Ho = Tidak
Stasioner
Pptest CV 5% Ha = Stasioner
1 ROE -11.65180 -3.489228 Tolak Ho
2 ROA -12.40221 -3.489228 Tolak Ho
3 FDR -76.70456 -3.489228 Tolak Ho
4 INF -6.950883 -3.489228 Tolak Ho
5 LNKURS -6.951091 -3.489228 Tolak Ho
Sumber: Lampiran 3 (Diolah)
77
Tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Phillips-Perron test (Pptest)
dan dari nilai Critical Value (CV) 5% sudah stasioner pada integrasi
pertama (first different). Hal ini dapat dilihat bahwa nilai Phillips-Perron
test variabel ROE, ROA, FDR, Inflasi, dan Kurs lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai Critical Value (CV) 5%. Dari hasil uji
stasioneritas tersebut dapat disimpulkan bahwa semua variabel sudah
stasioner pada ordo yang sama, yaitu pada derajat integrasi pertama,
sehingga pengujian selanjutnya dapat dilanjutkan ke uji selanjutnya.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika nilai
probability lebih besar dari nilai derajat kesalahan α=0.05 maka penelitian
ini tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data
terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari nilai
derajat kesalahan α=0.05, maka dalam penelitian ini ada permasalahan
normalitas atau dengan kata lain, data tidak terdistribusi normal.
Tabel 4.3
Uji Normalitas Jarque-Bera
0
2
4
6
8
10
-30 -20 -10 0 10 20
Jarque-Bera 4.897856
Probability 0.086386
78
Berdasarkan gambar 4.3 menggambarkan bahwa data dalam penelitian
ini sudah berdistribusi normal terlihat dari nilai Jarque-Bera pada penelitian
ini sebesar 4.897856 dengan nilai probability sebesar 0.086386 yang lebih
besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan yang menyatakan Ho diterima,
sehingga model ini dapat dikatakan telah normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan di antara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel
independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel
independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau
tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen.
Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat
dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Correlation Matrix
Variabel
Independent
ROA FDR INF LNKURS
ROA 1.000000 0.017468 -0.345608 0.308328
FDR 0.017468 1.000000 0.018074 -0.054619
INF - 0.345608 0.018074 1.000000 0.102994
LNKURS 0.308328 -0.054619 0.102994 1.000000
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan tabel 4.4 hasil analisis uji multikolinearitas dengan
correlation matrix di atas terlihat bahwa korelasi antar variabel independen
antara ROA dan FDR maupun sebaliknya sebesar 0.017468, antara ROA
79
dan Inflasi maupun sebaliknya sebesar -0.345608, antara ROA dan
LNKURS maupun sebaliknya sebesar 0.308328, antara FDR dan Inflasi
maupun sebaliknya sebesar 0.018074, antara LNKURS dan FDR maupun
sebaliknya sebesar -0.054619, antara LNKURS dan Inflasi maupun
sebaliknya sebesar 0.102994.
Terlihat dari tabel 4.3 diatas nilai korelasi variabel independen
(ROA, FDR, Inflasi, Kurs) tertinggi hanya mencapai 0.345608 yaitu antara
ROA dan Inflasi maupun sebaliknya. Karena nilai 0.345608 < 0.8 sehingga
diputuskan tidak terdapat multikolinearitas. Hasil ini menginformasikan
model Ordinary Least Square (OLS) yang dilakukan dapat dikatakan
terbebas dari gejala multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi
Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2008:109). Metode yang digunakan
untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah
uji White dan diperoleh hasil regresi seperti pada tabel berikut ini:
80
Tabel 4.5
Hasil Uji White Heteroskedasticity Test
Sumber : Lampiran 5
Diatas diketahui bahwa koefisien determinasi Obs*R2 sebesar
11.39389. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.6549 yang lebih
besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-square lebih
besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
dalam model tidak ada masalah heteroskedastisitas. Setelah dilakukan uji
White Heteroskedastisitas tersebut kemudian dilanjutkan dengan uji
Autokolerasi.
d. Uji Autokolerasi
Autokorelasi merupakan suatu kejadian di mana error term pada satu
periode waktu secara sistematik tergantung pada error term pad periode-
periode waktu yang lain. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi
digunakan uji Langrange Multiplier (LM-test). Uji ini sangat berguna
untuk mengindentifikasi masalah autokorelasi tidak hanya pada derajat
pertama (first order) tetapi juga digunakan pada tingkat derajat.
Uji autokorelasi juga bisa dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square.
Jika probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5%
maka tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-
Square lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi.
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.769787 Prob. F(14,44) 0.6966
Obs*R-squared 11.39389 Prob. Chi-Square(14) 0.6549
81
Tabel 4.6
Hasil Regresi LM-Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.698408 Prob. F(4,50) 0.5957
Obs*R-squared 3.035133 Prob. Chi-Square(4) 0.5520
Sumber: Lampiran 6
Dari tabel di atas diketahui bahwa koefisien determinasi Obs*R2
sebesar 3.035133. Nilai probabilitas dari Chi-Square sebesar 0.5520
yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi-
square lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa di dalam model tidak terdapat masalah autokorelasi.
3. Uji Statistik
Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan
menggunakan program komputer Eviews dengan menggunakan metode
regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang
ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Variabel Koefisien t-Statistik Probabilitas
C -566.0014 -2.559039 0.0126
ROA 19.24505 2.603221 0.0112
FDR -0.010465 -0.623553 0.5349
INF 1.742786 3.794736 0.0003
LNKURS 60.78409 2.455947 0.0164
F-statistik 8.089.633
Probabilitas 0.000019
Adjusted R-Squared 0.669162
Sumber : Lampiran 7
82
Dari tabel 4.7 diatas maka dapat disusun persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut :
ROE = -566.0014 + 19.24505 ROA - 0.010465 FDR + 1.742786 INF +
60.78409 LNKURS
a. Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau bernilai
nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan atau penurunan
maka besarnya nilai ROE adalah sebesar -566.0014 maka terjadi
penurunan pada ROE sebesar 5%.
b. Nilai koefisien regresi ROA sebesar 19.24505 yang berarti setiap kenaikan
ROA sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROE sebesar 19,24505 .
c. Nilai koefisien regresi FDR sebesar -0.010465 yang berarti setiap
peningkatan FDR sebesar 1 persen maka akan menurunkan ROE sebesar
0.010465.
d. Nilai koefisien regresi Inflasi sebesar 1.742786 yang berarti setiap
kenaikan Inflasi sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROE sebesar
1.742786.
e. Nilai koefisien regresi Kurs sebesar 60.78409 yang berarti setiap kenaikan
Kurs sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ROE sebesar 60.78409.
83
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel-
variabel independen. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan t-
statistik < probabilita tingkat derajat kesalahan α = 5%.
Tabel 4.8
Hasil Uji t-Statistik
Variabel Probabilitas t-hitung Keterangan
ROA 0.0112 2.603.221 Signifikan
FDR 0.5349 -0.623553 Tidak Signifikan
INF 0.0003 3.794.736 Signifikan
LNKURS 0.0164 2.455.947 Signifikan
Sumber : Lampiran 8
Dari tabel 4.8 bahwa didapatkan dari uji statistik t yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh t-statistik untuk Return On Assets (ROA) terhadap
Return On Equity (ROE)
Pada variabel Return On Assets (ROA) nilai t-hitung
(2.60) > t-tabel (1.739) dan nilai probabilitasnya adalah 0.0112,
karena probabilitasnya lebih kecil dari tingkat kesalahan
sebesar 5% atau α = 0.05, H0 ditolak berarti variabel
independen secara individu berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen, dengan kata lain Return On Assets (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
84
2. Pengaruh t-statistik untuk Financing to Deposit Ratio (FDR)
terhadap Return On Equity (ROE)
Pada variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
diperoleh nilai t-hitung (0.62) < t. tabel (1.739) dan nilai
probabilitasnya adalah 0.5349, karena probabilitasnya lebih
besar dari tingkat kesalahan sebesar 5% atau α = 0.05, H0
diterima berarti variabel independen secara individu tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, dengan
kata lain FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On
Equity (ROE).
3. Pengaruh t-statistik untuk Inflasi terhadap Return On Equity
(ROE)
Pada variabel Inflasi nilai t-hitung (3.79) > t-tabel
(1.739) dan nilai probabilitasnya adalah 0.0003, karena
probabilitasnya lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 5%
atau α = 0.05, H0 ditolak berarti variabel independen secara
individu berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen,
dengan kata lain Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Return
On Equity (ROE).
85
4. Pengaruh t-statistik untuk Kurs terhadap Return On Equity
(ROE)
Pada variabel Kurs nilai t-hitung (2.45) > t-tabel (1.739)
dan nilai probabilitasnya adalah 0.0164, karena probabilitasnya
lebih kecil dari tingkat kesalahan sebesar 5% atau α = 0.05, H0
ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen, dengan kata lain Kurs
berpengaruh signifikan terhadap Return On Equity (ROE).
b. Uji Fisher (Uji-F)
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (ROA, FDR, INFLASI, LNKURS) secara simultan (bersama-
sama) terhadap variabel dependen yaitu ROE.
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil F-statistik sebesar 8.089.633
dengan nilai probabilitas (F-statistik) sebesar 0.000019. Karena hasil
probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari α = 0.05 (0.00 < 0.05) berarti
dapat disimpulkan bahwa ROA, Inflasi, Kurs secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROE. Sedangkan variabel FDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE.
c. Koefisien Determinasi (Adj R2)
Koefisien determinasi R2
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan Adjusted R-Squared pada saat mengevaluasi model
86
regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari
satu variabel independen.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa
nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.669 ini menunjukan bahwa variasi
variabel dependen (ROE) secara bersama-sama maupun dijelaskan oleh
variasi variabel independen ROA, FDR, Inflasi, dan Kurs sebesar 66.9
persen. Sedangkan sisanya sebesar 33.1 persen dijelaskan oleh variabel
lain diluar variabel yang diteliti.
4. Analisis Ekonomi
Hasil analisis regresi berganda menunjukan dari 4 variabel yaitu Return
On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Inflasi, dan Kurs
terhadap Return On Equity (ROE). Variabel-variabel yang berpengaruh
ROA, inflasi, dan kurs sedangkan variabel FDR tidak memiliki pengaruh
terhadap ROE.
Return On Assets (ROA) memiliki pengaruh secara positif dan
signifikan terhadap Return On Equity (ROE) di perbankan syariah. Apabila
para nasabah banyak menabung di bank syariah maka total aset di bank
syariah tersebut akan bertambah/meningkat, maka secara tidak langsung akan
menaikan laba yang dihasilkan di bank syariah. Dengan faktor tersebut
kemudian para investor menginginkan untuk bergabung dan
menginvestasikan sahamnya di perbanakan syariah agar mendapatkan
keuntungan yang lebih besar (ROE). Hal ini bisa dilihat dimana ROA
87
berpengaruh secara positif terhadap ROE artinya setiap kenaikan ROA akan
berpengaruh terhadap peningkatan ROE di perbankan syariah.Oleh sebab itu
jika aset diperbankan bertambah (ROA) maka akan meningkatkan ROE di
perbankan syariah.
Inflasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Return On
Equity (ROE) di perbankan syariah. Kenaikan inflasi akan menyebabkan
kenaikan pembiayaan produksi di semua sektor. Dikarenakan apabila terjadi
inflasi maka akan meningkatkan biaya produksi yang akhirnya pinjaman para
debitur bertambah besar secara nominal. Karena bank syariah mempunyai
aset yang bertambah besar kemudian di ikuti laba perbankan yang dihasilkan
juga akan meningkat hal ini sekaligus meningkatkan nilai ROE karena
mendorong para nasabah untuk ingin menginvestasikan dananya di bank
syariah agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Kurs berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Return On
Equity (ROE) di perbankan syariah. Dimana pemerintah mempunyai dua
kebijakan, salah satu diantaranya yaitu kebijakan moneter yang patut menjadi
agenda utama dalam kebijakan ekonomi di Indonesia. Menguatnya nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika yang mencerminkan stabilitas perekonomian
yang semakin meningkat dan akan menurunkan resiko dalam menjalankan
kegiatan usahanya, selanjutnya para investor akan menanamkan modalnya ke
pasar saham yang lebih menguntungkan.
Pada dasarnya didalam perbankan syariah tidak mengenal valuta
asing, tetapi pada kenyataannya lebih banyak investor asing yang
88
menanamkan modalnya di bank-bank yang berada di Indonesia. Para investor
asing tersebut lebih banyak yang menanamkan modalnya dalam bentuk mata
uang dollar Amerika, jadi pengembalian modal ke investor dalam bentuk
dollar Amerika maka diikuti oleh kenaikan ROE karena menguatnya kurs
rupiah terhadap dollar Amerika.
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan ukuran likuiditas yang
mengukur besarnya dana yang di tempatkan dalam bentuk kredit yang berasal
dari dana yang dikumpulkan oleh bank yang terutama dana dari masyarakat.
Kualitas kredit yang buruk akan meningkatkan resiko terutama bila
pemberian kredit dilakukan dengan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian
dan dalam pemberian kredit yang kurang terkendali sehingga bank akan
menanggung resiko yang lebih besar pula. Resiko tersebut berupa kesulitan
pengembalian kredit oleh debitur yang apabila jumlahnya cukup besar dapat
mempengaruhi kinerja perbankan. Pada variabel FDR berpengaruh secara
negatif dan tidak signifikan.
89
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Inflasi dan Kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada Perbankan
Syariah di Indonesia Periode 2006 Januari – Juni 2012 ” maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada variabel Return On Assets (ROA) berpengaruh secara signifikan dan
positif terhadap Return On Equity (ROE) di perbankan syariah Indonesia.
2. Pada variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh secara
signifikan dan negatif terhadap Return On Equity (ROE) di perbankan
syariah Indonesia.
3. Pada variabel Inflasi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
Return On Equity (ROE) di perbankan syariah Indonesia.
4. Pada variabel Kurs berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
Return On Equity (ROE) di perbankan syariah Indonesia.
5. Secara simultan Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio
(FDR), inflasi dan kurs secara bersama-sama berpengaruh terhadap Return
On Equity (ROE) pada perbankan syariah di Indonesia.
Nilai Adjusted R-Square sebesar sebesar 0.669 ini menunjukan
bahwa variasi variabel dependen (ROE) secara bersama-sama maupun
dijelaskan oleh variasi variabel independen ROA, FDR, Inflasi, dan Kurs
90
sebesar 66,9 persen. Sedangkan sisanya sebesar 33,1 persen dijelaskan
oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.
B. Implikasi
Berkaitan dengan implikasi pada penelitian ini, peneliti menganalisis
tentang pengaruh Return On Assets (ROA), Financing to Deposit Ratio
(FDR), inflasi dan kurs terhadap Return On Equity (ROE) pada perbankan
syariah di Indonesia periode 2006 Januari – Juni 2012, maka dapat ditarik
implikasinya yaitu :
1. Implikasi bagi Penelitian
Untuk penelitian lebih lanjut dapat mencari atau menambah variabel
yang diduga turut mempengaruhi ROE bank yang sesuai dengan
kondisi perbankan di Indonesia.
Dalam penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan periode
penelitian sehingga jumlah sampel yang diteliti akan bertambah, guna
memperoleh hasil yang lebih signifikan.
Menggunakan metode dan alat uji yang lebih lengkap, canggih dan
akurat sehingga diperoleh kesimpulan yang lebih valid.
2. Implikasi bagi Bank
Bagi perbankan di Indonesia, penelitian ini dapat digunakan dalam
pertimbangan membuat kebijakan-kebijakan guna meningkatkan ROE
bank. Bank disarankan agar dalam manajemen penggunaan dananya
dapat dilakukan secara tepat agar dapat meningkatkan ROE bank
secara signifikan.
91
3. Implikasi bagi Nasabah
Penelitian ini digunakan untuk nasabah dapat melihat ROE yang
dihasilkan perbankan syariah di Indonesia sepanjang periode penelitian
sehingga dapat tergambar dibenak nasabah tentang perbankan syariah.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”, Salemba
Empat. Jakarta. 2011.
Almilia, dkk. “Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah
Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Jakarta. 2005.
Ang, Robert “Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to Indonesian
Capital Market)”, Mediasoft Indonesia. Jakarta. 2001
Anton, H. Gunawan. “Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia”, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1991.
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”, Gema
Insani Press, Jakarta, 2001.
Arifin, Zainul. “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah”, cetakan ke 7, Azkia
Publisher, Tngerang, 2009.
Bank Indonesia. “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta,
2006
____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2007.
____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2008.
____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2009.
____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2010.
____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2011.
____________.“Laporan Perkembangan Perbankan Syariah”, BI, Jakarta, 2012.
Boediono. “Teori Pertumbuhan Ekonomi”, Penerbit Yogyakarta: BPFE,
Yogyakarta, 1985.
Dendawijaya. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia. Jakarta. 2003.
Dornbusch, Rudiger, dan Fisher Stanley. “Makro Ekonomi” Erlangga, Jakarta,
1992.
Gujarati, Damodar. “Dasar-dasar ekonometrika edisi ketiga jilid”, Erlangga,
Jakarta, 2006.
93
Hamid, Abdul. Modul Perbankan Syariah “Landasan Teori dan Praktek”,
FEIS, Jakarta. 2008.
Hamja, Yahya. “Modul I Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
____________. “Modul II Ekonometrika”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hatta, M. “Telaah Singkat Pengendalian Inflasi Dalam Perspektif Kebijakan
Moneter Islam”, Jurnal Ekonomi Ideologis, 2008.
Horngren, Charles T. Sundem, Gary L. Elliot, Jhon A. “Pengantar Akuntansi
Keuangan”. : Erlangga Edisi keenam jilid 2. Jakarta. 1999.
Insukindro. “Ekonomi Uang dan Bank”, BPFE UGM, Yogyakarta, 1993.
Iswardono. “Uang dan Bank”, BPFE, Yogyakarta, 1990.
Karim, Adiwarman A. “Ekonomi Makro Islami”. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta, 2007.
___________________. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua ”. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta, 2008.
___________________. “Ekonomi Islam: Suatu Kejadian Ekonomi Makro
Islam”. II IT Indonesia, 2002.
Kasmir. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.
______. “Manajemen Perbankan”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.
______. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005.
Krisna, Yansen, “Faktor-faktor yang mempengaruhi capital adequacy ratio”,
Universitas Diponerogo, Semarang, 2008.
94
Lasiya, Yeni. “Analisis Kinerja Return On Equity (ROE) Perbankan Syariah
Dengan Metode System Dynamics” Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2011.
Lipsey, Richard. “Pengantar Makro Ekonomi”, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995.
Maruf, Amin. “Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum”, Tazkia Institut, Jakarta,
2000.
Muhammad. “Manajemen Bank Syariah 1”, Edisi Revisi, AMP YKPN,
Yogyakarta, 2005.
_________. “Manajemen Bank Syariah 2”, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN,
Yogyakarta, 2002.
Nachrowi, D. dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis
EKONOMETRIK Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Jakarta,
2006.
Nopirin. “Ekonomi Moneter”, (buku I dan II), BPFE, Yogyakarta, 1987.
______. “Ekonomi Moneter”, Edisi 4 Buku 1, BPFE, Yogyakarta, 1992.
Rivai, Veithzal. “Manajemen Keuangan”, Ekonisia, Yogyakarta, 2008.
Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad. “Panduan Penulisan Skripsi”, Feis Uin Press, Jakarta, 2010.
Salvorte, Dominick. “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Jilid Kelima,
Terjemahan, Jakarta, 1997.
Samuelson dan Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi”, Edisi Tujuh Belas, PT. Media
Global Edukasi, Jakarta. 2004.
Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan”, BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. 2001.
Siamat, Dahlan. Manajemen Bank Umum, Intermedia, Jakarta, 1993
Sofyan. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”, PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 2007.
95
Sudarsono, Heri.“Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi” Ekonisia, Yogyakarta, 2007.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengantar Makro Ekonomi”. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta, 2004.
Susilo, Y. Sri. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 1999.
___________. Bank Lembaga Keuangan, Salemba Empat. Jakarta, 2000.
Sutomo, Dedi. Analisis Pengaruh Pembiayaan, Tabungan, Giro, Deposito dan
Ekuitas Terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) (Study Empiris Bank
Umum Syariah Indonesia Tahun 2005-2007), Fakultas Ekonomi Jurusan
Akutansi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.
Tan, Inggrid. “Bisnis & Investasi Sistem Syariah”, Universitas Atma Jaya,
Yogyakarta., 2009.
Tatik Mulyati, “Peran Financial Leverage terhadap profitabilitas dalam sektor
Perbankan” Jurnal Ekonomi dan Manajemen. 2001.
Utomo, Novianto Satrio. “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI
Terhadap Kinerja Keuangan PT bank Muamalat, Tbk Berdasarkan Rasio
Keuangan ” Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2007.
Walsh, Ciaran. “Key Management Ratio”. Erlangga. Jakarta. 2004.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”, Ekonisia FE UII. Yogyakarta. 2007.
www.bi.go.id
96
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian Periode 2006-2012
BULAN ROE ROA FDR INF KURS
2006.1 27,6 1,39 99,39 17,03 9.395,00
2006.2 28,04 1,4 103,32 17,92 9.230,00
2006.3 26,34 1,32 106,96 15,74 9.075,00
2006.4 28,09 1,41 109,22 15,4 8.775,00
2006.5 29,18 1,43 109,68 15,6 9.220,00
2006.6 31,46 1,51 110,52 15,53 9.300,00
2006.7 31,29 1,47 112,23 15,15 9.070,00
2006.8 30,03 1,38 111,29 14,9 9.100,00
2006.9 31,49 1,41 109,39 14,55 9.235,00
2006.10 31,56 1,38 106,53 6,29 9.110,00
2006.11 33,82 1,44 105,40 5,27 9.165,00
2006.12 36,94 1,55 98,90 6,6 9.020,00
2007.1 44,43 1,83 98,56 6,26 9.066,00
2007.2 48,38 1,95 97,19 6,3 9.067,00
2007.3 44,47 1,75 95,14 6,52 9.163,00
2007.4 45,59 1,75 97,03 6,29 9.097,00
2007.5 46,66 1,76 97,12 6,01 8.844,00
2007.6 49,99 1,86 101,12 5,77 8.983,00
2007.7 51,44 1,88 101,96 6,06 9.067,00
2007.8 52,8 1,9 105,7 6,51 9.366,00
2007.9 52,45 1,85 103,68 6,95 9.309,00
2007.10 55,76 1,93 102,65 6,88 9.107,00
2007.11 55,02 1,86 103,47 6,71 9.264,00
2007.12 53,98 1,78 99,76 6,59 9.333,00
2008.1 54,19 1,75 97,87 7,36 9.406,00
2008.2 58,69 1,85 97,03 7,4 9.181,00
2008.3 59,5 1,83 100,26 8,17 9.184,00
2008.4 61,03 1,83 99,86 8,96 9.208,00
2008.5 62,43 1,82 101,85 10,38 9.290,00
2008.6 63,65 1,81 103,18 11,03 9.295,00
2008.7 65,27 1,82 106,97 11,9 9.163,00
2008.8 64,67 1,76 113,02 11,85 9.149,00
2008.9 68,85 1,84 112,25 12,14 9.340,00
97
2008.10 68,77 1,81 113,43 11,77 10.048,00
2008.11 64,92 1,68 106,42 11,68 11.711,00
2008.12 38,79 1,57 103,35 11,06 11.324,00
2009.1 53,46 1 100,22 9,17 11.167,00
2009.2 54,78 2,15 100,5 8,6 11.852,00
2009.3 34,14 2,44 103,33 7,92 11.849,00
2009.4 58,25 2,29 101,36 7,31 11.025,00
2009.5 56,59 2,22 101,06 6,04 10.392,00
2009.6 29,51 2,16 100,22 3,65 10.206,00
2009.7 29,44 2,12 99,59 2,71 10.111,00
2009.8 28,63 2,08 99,71 2,75 9.977,00
2009.9 28,33 1,38 98,11 2,83 9.900,00
2009.10 27,33 1,46 97,3 2,57 9.482,00
2009.11 27,52 1,48 95,49 2,41 9.469,00
2009.12 26,09 1,48 89,7 2,78 9.457,00
2010.1 20,51 1,65 88,67 3,72 9.275,00
2010.2 23,95 1,76 90,96 3,81 9.348,00
2010.3 32,02 2,13 95,07 3,43 9.173,00
2010.4 27,97 2,06 95,57 3,91 9.027,00
2010.5 25,07 1,25 96,65 4,16 9.183,00
2010.6 21,41 1,66 96,08 5,05 9.148,00
2010.7 21,24 1,67 95,32 6,22 9.049,00
2010.8 20,13 1,63 98,86 6,44 8.971,00
2010.9 21,92 1,8 95,4 5,8 8.975,00
2010.10 24,3 1,85 94,76 5,67 8.927,00
2010.11 20,91 1,83 954,5 6,33 8.938,00
2010.12 17,58 1,67 89,67 6,96 9.022,00
2011.1 19,99 2,26 91,97 7,02 9.016,00
2011.2 15,49 1,81 95,16 6,84 8.932,00
2011.3 18,22 1,97 93,22 6,65 8.760,00
2011.4 17,6 1,9 95,17 6,16 8.636,00
2011.5 17,15 1,84 94,88 5,98 8.544,00
2011.6 17,01 1,84 94,93 5,54 8.568,00
2011.7 17,09 1,86 94,18 4,61 8.535,00
2011.8 16,98 1,81 98,39 4,79 8.529,00
2011.9 17,09 1,8 94,97 4,61 8.681,00
2011.10 17,43 1,75 95,24 4,42 8.880,00
2011.11 17,54 1,78 94,4 4,15 9.031,00
2011.12 15,73 1,79 88,94 3,79 9.068,00
98
2012.1 10,11 1,36 87,27 3,65 9.117,00
2012.2 20,08 1,79 90,49 3,56 9.023,00
2012.3 20,78 1,83 87,13 3,97 9.146,00
2012.4 18,96 1,79 95,39 4,5 9.177,00
2012.5 21,09 1,99 97,95 4,45 9.480,00
2012.6 23,59 2,05 98,59 4,53 9.433,00
99
Lampiran 2 : Uji Stasioner
1. Uji Akar Unit
Null Hypothesis: ROE has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.337872 0.6081
Test critical values: 1% level -3.517847
5% level -2.899619
10% level -2.587134 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 40.29991
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 25.74500
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(ROE)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 20:47
Sample (adjusted): 2006M02 2012M06
Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROE(-1) -0.073918 0.044132 -1.674943 0.0981
C 2.565753 1.726298 1.486275 0.1414 R-squared 0.036057 Mean dependent var -0.052078
Adjusted R-squared 0.023204 S.D. dependent var 6.508261
S.E. of regression 6.432307 Akaike info criterion 6.586174
Sum squared resid 3103.093 Schwarz criterion 6.647052
Log likelihood -251.5677 Hannan-Quinn criter. 6.610525
F-statistic 2.805434 Durbin-Watson stat 2.393902
Prob(F-statistic) 0.098110
100
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.059942 0.0019
Test critical values: 1% level -3.517847
5% level -2.899619
10% level -2.587134
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.036641
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.033985
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(ROA)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 20:52
Sample (adjusted): 2006M02 2012M06
Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROA(-1) -0.367290 0.088428 -4.153570 0.0001
C 0.656433 0.157535 4.166893 0.0001 R-squared 0.187011 Mean dependent var 0.008571
Adjusted R-squared 0.176171 S.D. dependent var 0.213688
S.E. of regression 0.193954 Akaike info criterion -0.416764
Sum squared resid 2.821351 Schwarz criterion -0.355886
Log likelihood 18.04543 Hannan-Quinn criter. -0.392414
F-statistic 17.25214 Durbin-Watson stat 2.166305
Prob(F-statistic) 0.000086
101
Null Hypothesis: INF has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -2.524900 0.1136
Test critical values: 1% level -3.517847
5% level -2.899619
10% level -2.587134 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 1.219493
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.620732
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(INF)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 21:08
Sample (adjusted): 2006M02 2012M06
Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INF(-1) -0.082414 0.032987 -2.498396 0.0147
C 0.442877 0.273753 1.617798 0.1099 R-squared 0.076832 Mean dependent var -0.162338
Adjusted R-squared 0.064523 S.D. dependent var 1.156879
S.E. of regression 1.118934 Akaike info criterion 3.088260
Sum squared resid 93.90094 Schwarz criterion 3.149138
Log likelihood -116.8980 Hannan-Quinn criter. 3.112611
F-statistic 6.241983 Durbin-Watson stat 1.558015
Prob(F-statistic) 0.014665
102
Null Hypothesis: LNKURS has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -1.989332 0.2909
Test critical values: 1% level -3.517847
5% level -2.899619
10% level -2.587134 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000750
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001001
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNKURS)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 21:09
Sample (adjusted): 2006M02 2012M06
Included observations: 77 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNKURS(-1) -0.077061 0.044476 -1.732650 0.0873
C 0.704509 0.406590 1.732726 0.0873 R-squared 0.038487 Mean dependent var 5.24E-05
Adjusted R-squared 0.025667 S.D. dependent var 0.028115
S.E. of regression 0.027751 Akaike info criterion -4.305427
Sum squared resid 0.057761 Schwarz criterion -4.244549
Log likelihood 167.7589 Hannan-Quinn criter. -4.281076
F-statistic 3.002074 Durbin-Watson stat 1.504962
Prob(F-statistic) 0.087268
103
2. Uji Derajat Integrasi
Null Hypothesis: D(ROE) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 3 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -11.65180 0.0001
Test critical values: 1% level -3.519050
5% level -2.900137
10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 39.82890
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 28.03001
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(ROE,2)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 21:15
Sample (adjusted): 2006M03 2012M06
Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ROE(-1)) -1.244421 0.112840 -11.02817 0.0000
C -0.079489 0.733704 -0.108340 0.9140 R-squared 0.621717 Mean dependent var 0.027105
Adjusted R-squared 0.616605 S.D. dependent var 10.32920
S.E. of regression 6.395730 Akaike info criterion 6.575102
Sum squared resid 3026.997 Schwarz criterion 6.636437
Log likelihood -247.8539 Hannan-Quinn criter. 6.599614
F-statistic 121.6206 Durbin-Watson stat 2.197744
Prob(F-statistic) 0.000000
104
Null Hypothesis: D(ROA) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 5 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -12.40221 0.0001
Test critical values: 1% level -3.519050
5% level -2.900137
10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.041945
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.028126
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(ROA,2)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 21:16
Sample (adjusted): 2006M03 2012M06
Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ROA(-1)) -1.285417 0.111459 -11.53265 0.0000
C 0.010806 0.023824 0.453564 0.6515 R-squared 0.642516 Mean dependent var 0.000658
Adjusted R-squared 0.637685 S.D. dependent var 0.344818
S.E. of regression 0.207555 Akaike info criterion -0.280877
Sum squared resid 3.187854 Schwarz criterion -0.219542
Log likelihood 12.67331 Hannan-Quinn criter. -0.256364
F-statistic 133.0021 Durbin-Watson stat 2.055095
Prob(F-statistic) 0.000000
105
Null Hypothesis: D(FDR) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 75 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -76.70456 0.0001
Test critical values: 1% level -3.519050
5% level -2.900137
10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 14652.24
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 314.5365
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(FDR,2)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 21:16
Sample (adjusted): 2006M03 2012M06
Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(FDR(-1)) -1.501452 0.100575 -14.92868 0.0000
C -0.071738 14.07136 -0.005098 0.9959 R-squared 0.750729 Mean dependent var -0.043289
Adjusted R-squared 0.747360 S.D. dependent var 244.0575
S.E. of regression 122.6713 Akaike info criterion 12.48286
Sum squared resid 1113570. Schwarz criterion 12.54419
Log likelihood -472.3486 Hannan-Quinn criter. 12.50737
F-statistic 222.8654 Durbin-Watson stat 2.339698
Prob(F-statistic) 0.000000
106
Null Hypothesis: D(INF) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 2 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.950883 0.0000
Test critical values: 1% level -3.519050
5% level -2.900137
10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 1.262325
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 1.247459
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(INF,2)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 21:17
Sample (adjusted): 2006M03 2012M06
Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(INF(-1)) -0.785959 0.112930 -6.959701 0.0000
C -0.140755 0.131939 -1.066817 0.2895 R-squared 0.395610 Mean dependent var -0.010658
Adjusted R-squared 0.387442 S.D. dependent var 1.454799
S.E. of regression 1.138614 Akaike info criterion 3.123464
Sum squared resid 95.93673 Schwarz criterion 3.184799
Log likelihood -116.6916 Hannan-Quinn criter. 3.147977
F-statistic 48.43743 Durbin-Watson stat 1.867979
Prob(F-statistic) 0.000000
107
Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 1 (Newey-West using Bartlett kernel) Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.951091 0.0000
Test critical values: 1% level -3.519050
5% level -2.900137
10% level -2.587409 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000749
HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000776
Phillips-Perron Test Equation
Dependent Variable: D(LNKURS,2)
Method: Least Squares
Date: 01/14/13 Time: 21:17
Sample (adjusted): 2006M03 2012M06
Included observations: 76 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LNKURS(-1)) -0.783682 0.113203 -6.922803 0.0000
C 0.000261 0.003182 0.081903 0.9349 R-squared 0.393071 Mean dependent var 0.000168
Adjusted R-squared 0.384869 S.D. dependent var 0.035369
S.E. of regression 0.027740 Akaike info criterion -4.305930
Sum squared resid 0.056943 Schwarz criterion -4.244595
Log likelihood 165.6253 Hannan-Quinn criter. -4.281418
F-statistic 47.92520 Durbin-Watson stat 1.923453
Prob(F-statistic) 0.000000
108
Lampiran 3 : Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-30 -20 -10 0 10 20
Series: Residuals
Sample 2006M01 2011M12
Observations 72
Mean -3.90e-14
Median -4.743472
Maximum 23.81909
Minimum -30.30901
Std. Dev. 14.03519
Skewness 0.227460
Kurtosis 1.805987
Jarque-Bera 4.897856
Probability 0.086386
Lampiran 4 : Uji Multikolinearitas
ROA FDR INF LNKURS
ROA 1.000000 0.017468 -0.345608 0.308328
FDR 0.017468 1.000000 0.018074 -0.054619
INF - 0.345608 0.018074 1.000000 0.102994
LNKURS 0.308328 -0.054619 0.102994 1.000000
Lampiran 5 : Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.769787 Prob. F(14,63) 0.6966
Obs*R-squared 11.39389 Prob. Chi-Square(14) 0.6549
109
Lampiran 6 : Uji Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.698408 Prob. F(4,69) 0.5957
Obs*R-squared 3.035133 Prob. Chi-Square(4) 0.5520
Lampiran 7 : Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: ROE
Method: Least Squares
Date: 01/09/13 Time: 07:49
Sample: 2006M01 2012M06
Included observations: 78 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ROA 19.24505 7.392784 2.603221 0.0112
FDR -0.010465 0.016783 -0.623553 0.5349
INF 1.742786 0.459264 3.794736 0.0003
LNKURS 60.78409 24.74976 2.455947 0.0164
C -566.0014 221.1773 -2.559039 0.0126 R-squared 0.307128 Mean dependent var 35.26385
Adjusted R-squared 0.669162 S.D. dependent var 16.66399
S.E. of regression 14.24589 Akaike info criterion 8.212770
Sum squared resid 14815.02 Schwarz criterion 8.363841
Log likelihood -315.2980 Hannan-Quinn criter. 8.273246
F-statistic 8.089633 Durbin-Watson stat 0.260995
Prob(F-statistic) 0.000019