Transcript

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY

BASED COSTING (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-

Jawa Barat)

Mega Friyanti

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 / 1431 H

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PENGOLAHAN JUS BUAH DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING

(Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat)

Mega Friyanti NIM: 105092002956

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2010 / 1431 H

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul ” Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat), yang ditulis oleh Mega Friyanti NIM 105092002956. Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Jum’at Tanggal 30 Juli 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I Penguji II Dr. Ir. Edmon Daris, MS Ir. Siti Rochaeni, M.S Pembimbing I Pembimbing II Drs. Acep Muhib, MM Masrul Huda, SE, M.Si

Mengetahui,

Dekan Ketua Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis

Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si NIP. 19680117 2001121 1 001 NIP. 19620617 198903 2 003

SURAT PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, 30 Juli 2010

MEGA FRIYANTI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mega Friyanti

Alamat : Kp. Parung Bingung RT 02/10 no.75 Kel.

Rangkapan Jaya Baru Kec. Pancoran Mas Depok

16434

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 11 Februari 1986

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum Menikah

e-mail : [email protected]

PENDIDIKAN

1992-1998 : MI Sirajul Athfal YKS

1998-2001 : MTs. Al-Ittihad

2001-2004 : SMA Muhammadiyah I Depok

2005-2010 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Skripsi

SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini selaku pimpinan dan pemilik CV.Winner

Perkasa Indonesia Unggul, yang beralamatkan di Sawangan-Depok menyatakan bahwa

mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berikut,

Nama Mahasiswa : Mega Friyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 105092002956

Judul Penelitian Skripsi : Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi

Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity

Based Costing (Studi Kasus CV.Winner Perkasa

Indonesia Unggul Depok-Jawa Barat).

Adalah BENAR telah melaksanakan penelitian skripsi di perusahaan yang saya pimpin,

dengan waktu pelaksanaan mulai bulan Maret sampai April 2010 .

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Terima kasih.

Depok, 25 April 2010

Maria Gigih Sandy

RINGKASAN

MEGA FRIYANTI, Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus: CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok – Jawa Barat). (Di bawah bimbingan ACEP MUHIB dan MASRUL HUDA).

Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya ini harus dicatat, diklasifikasikan dan diolah secara cermat sesuai dengan jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat menentukan harga pokok produksi. Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang sangat membutuhkan perhatian. Harga pokok produksi biasanya merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan ketidak tepatan dalam penyajian informasi akuntansi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang menggunakan informasi akuntansi tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini. 2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien.

Penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat, karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi perkembangan yang baik pada masa yang akan datang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis harga pokok produksi menggunakan metode yang dipakai oleh perusahaan selama ini yaitu metode konvensional (full costing) yang kemudian dibandingkan dengan metode yang diteliti yaitu dengan menggunakan metode activity based costing (ABC).

Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional dan metode yang diteliti yaitu ABC, dapat diketahui total biaya produksi dari masing-masing jenis jus yang diproduksi oleh perusahaan, total biaya produksi dengan menggunakan metode konvensional adalah sebesar Rp.271.452.300 untuk jenis jus belimbing, Rp.180.969.245 untuk jenis jus jambu dan Rp.91.410.464 untuk jenis jus wornas. Sedangkan total biaya produksi dengan menggunakan metode ABC adalah sebesar Rp.198.595.673 untuk jenis produk jus belimbing, Rp.144.873.324 untuk jenis produk jus jambu dan Rp.92.876.133 untuk jenis produk jus wornas. Berdasarkan total biaya produksi dapat diketahui perbandingan total biaya produksi antara metode konvensional dengan metode ABC, untuk jenis produk jus belimbing dan jus jambu mengalami penurunan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC masing-masing sebesar 14 % dan 24 %, sedangkan untuk jenis produk jus wornas mengalami kanaikan total biaya produksi apabila menggunakan metode ABC sebasar 15 %.

Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode konvensional (full costing) dan metode ABC yang diteliti, dapat diketahui bahwa perbandingan HPP pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu dengan metode ABC lebih rendah dibandingkan dengan metode full costing, namun selisihnya tidak telalu besar. Harga pokok produksi dengan metode ABC pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu masing-masing sebesar Rp.1.262/botol dan Rp.1.381/botol, atau menjadi lebih rendah masing-masing sebesar 36 % dan 24 % , jika dibandingkan dengan metode full costing, dikarenakan penggunaan sumberdaya pada kadua jenis jus tersebut telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang dihasilkan. Sedangkan untuk jenis jus wornas mengalami kenaikan sebesar Rp.1.771, atau naik 15 % apabila menggunakan metode ABC

Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan oleh perusahaan dengan metode full costing dan metode ABC yang diteliti, diketahui perbandingan selisih laba harga jual terhadap HPP masing-masing pada ketiga jenis jus buah tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC. Laba produk jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas apabila menggunsksn metode ABC masing-masing adalah sebesar Rp.1.488/botol, Rp.1.369/botol dan Rp.1.039/botol, atau menjadi lebih tinggi masing-masing sebesar 29%, 25%, dan 3%, dibandingkan mengunakan metode full costing.

Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya, aktivitas dan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan efisiensi di dalam produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang efisien.

Cara pertama adalah dengan menghilangkan aktivitas yang bukan penambah nilai seperti pada aktivitas blansir dan penirisan, karena tanpa aktivitas tersebut buah sudah dapat dihancurkan dengan mesin blender, dan juga meniadakan salah satu aktivitas penyaringan karena dengan salah satu penyaringan saja sudah cukup. Cara yang ke dua adalah dengan memilih aktivitas yang berbiaya rendah, pada CV.WPIU aktivitas ini sudah dilakukan pada aktivitas penyaringan yang menggunakan peralatan penyarinagn yang masih sederhana. Biasanya hal seperti di atas dapat terjadi kerena dalam metode konvensional sering terjadi kesalahan dalam pembebanan overhead pabrik di mana produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya overhead yang tinggi pula, demikian sebaliknya produk dengan jumlah volume produksi yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah pula. Jika perusahaan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang diinginkan, maka perusahaan harus meningkatkan harga jual secara berangsung-angsur untuk jenis produk jus wornas, dengan memperhatikan HPP menurut ABC dan biaya-biaya pemasaran yang belum di masukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan lain yang sejenis. Sebaiknya perusahaan melakukan spesialisasi dalam memproduksi jus buah belimbing dan jambu yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar, dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh jus wornas. Jika perusahaan ingin menguasai pasar sebaiknya perusahaan menurunkan harga jual pada jenis jus buah belimbing dan jus buah jambu dengan harga yang baru yaitu Rp 2.300,00/botol, sedangkan untuk jenis jus wornas yang telah diketahui bahwa mengalami kenaikan total biaya produksi dan HPP tetapi perusahaan masih ingin memproduksinya maka bisa menggunakan harga yang lama yaitu Rp 2.750,00/botol. Dengan memperhatikan biaya pemasaran yang belum

dimasukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual dari perusahaan yang sejenis, atau perusahan dapat maningkatkan jumlah volume produksi seperti kedua jenis produk jus yang lain, sehingga efektif dan efisien terhadap sumberdaya yang dipakai terhadap keluaran yang dihasilkan sehingga menghasilkan total biaya produksi dan HPP yang lebih rendah pula.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-

Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Penetapan Harga Pokok Produksi pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan

Activity Based Costing Studi Kasus Pada CV.Winner Perkasa Indonesia

Unggul Depok-Jawa Barat ”. Selawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi

Muhammnad SAW, keluarga, sahabat dan semoga sampai kepada kita yang

mengikuti jejak langkahnya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih,

karena penulis tidak akan bisa menyelasaikan skripsi ini tanpa dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak, baik dukungan moril maupun materil.

Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Papa dan mama tersayang, terimakasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran

dan dukungan baik moril maupun materil, yang diberikan sampai saat ini.

semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala karunianya kapeda papa

dan mama.

2. Drs. Acep Muhib, MM dan Masrul Huda, SE, M.Si selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah membantu mengarahkan dan membimbing

dengan baik hingga selesainya skripsi ini.

3. Dr.Ir. Edmon Daris, MS dan Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai dosen penguji

yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini mendapat banyak

masukan untuk lebih baik.

4. Ir. Lilis Imamah Ichadayati, M.Si dan Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis.

5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Maria

7. Ade2 tercinta ( uchi, fajar, endum) yang selalu ada memberikan semangat

kepada penulis untuk terus maju dan mendengar keluh kesahku, walaupun

i

kadang2 membuat jengkel dan marah tetapi kalian tetep ade2 ku yang

manis n imut.

8. Seluruh dosen Agribisnis fakultas sain dan teknologi yang telah

memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis.

9. Bu Warti n ka Dewi yang slalu membantu penulis dalam surat menyurat

10. Teman2 seperjuangan Agribisnis angkatan 05 yang selalu memberi

semangat agar laporan ini cepat selesai, walaupun jumlah kita sedikit

mudah2an kita tetap menjadi satu keluarga besar di dalam jurusan yang

kita cintai ini.

11. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu persatu namun penulis

berarharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada kalian semua.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka

berikan, apabila penulis mempunyai kesalahan, kekhilafan yang disengaja ataupun

tidak disengaja mohon dibukakan pintu maaf yang seluas-luasnya.

Penulis menyadari dalam laporan PKL ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu setiap saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca

sangat penulis harapkan. Semoga laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi penulis

dan kita semua. Amin ya Allah ya Rabbal Allamin.

Depok Juli 2009

Penulis

ii

iii

iv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3

1.4 Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 5

2.1 Pengertian Jus.................................................................................... 5

2.2 Cara Pengolahan Jus ........................................................................ 5

2.3 Harga ................................................................................................. 11

2.4 Harga Pokok Produksi ...................................................................... 11

2.5 Metode Penetapan Harga Pokok Produksi ....................................... 12

2.6 Biaya dan Klasifikasinya................................................................... 15

2.7 Definisi Activity Based Costing (ABC) ............................................ 19

2.7.1 Kelebihan Sistem ABC ......................................................... 20 2.7.2 Kelemahan Sistem ABC ......................................................... 20 2.7.3 Perbedaan ABC Dengan Sistem Akuntansi tradisional

(Full Costing) ......................................................................... 21

2.8 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 22

2.9 Kerangaka Pemikiran ........................................................................ 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 26

iii

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 26

3.2 Sumber Data...................................................................................... 26

3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 26

3.4 Analisis Data ..................................................................................... 27

3.4.1 Analisis Kualitatif .................................................................... 27 3.4.2 Anilisis Kuantitatif .................................................................. 28

3.4.1.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul ..................... 28

3.4.1.2 Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode ABC ................................................................. 28

3.4.3 Aktivitas Proses Produksi ....................................................... 30

3.5 Definisi Oprasional ............................................................................ 31

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN............................................. 33

4.1. Sejarah Umum Perusahaan .............................................................. 33

4.2 Peralatan Produksi Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ................................................................ 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 39

5.1 Proses Produksi Jus Buah Pada CV. Winner Perkasa indonesia Unggul (WPIU)............................................................................... 39

5.2 Biaya Produksi .................................................................................. 46

5.2.1 Penggunaan Biaya Langsung ................................................... 46 5.2.2 Penggunaan Biaya Tidak Langsung......................................... 48

5.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) .......................................... 53

5.3.1 Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Biasa Digunakan Oleh Perusahaan Dengan Metode full Costing ......................... 54

5.3.2 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Pendekatan Metode Acivity Based Costing (ABC)....................................... 54

5.4 Peruhitungan Harga pokok Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) ............................... 55

5.5 Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC) ........................................................ 57

5.5.1 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Belimbing......................................................................... 58

5.5.2 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Jambu ................................................................................ 64

iv

5.3.3 Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Wornas .............................................................................. 70

5.6 Analisis Perbandingan HPP Antara Metode Konvensional ............. 76 Dengan Metode ABC Untuk Jenis-Jenis Produk Jus Belimbing, Jus Jambu, jus Wornas ...................................................................... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 82

6.1 Kesimpulan ...................................................................................... 82

6.2 Saran.................................................................................................. 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Biaya Bahan Baku untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Pada CV.WPIU

tahun 2009 ....................................................................................................... 47

2. Biaya Bahan Tambahan untuk Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 ....................................................................................... 49

3. Biaya Penggunaan Tenaga Listrik dan Gas Pada CV.WPIU tahun 2009......... 52

4. Biaya Overhead Bersama Produk Jus Buah Pada CV.WPIU tahun 2009 ........ 53

5. Jumlah Produksi dan Persentase Untuk Masing-Masing Produk Jus Buah pada CV.WPIU Tahun 2009.............................................................. 45

6. Total Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing dan Metode ABC Pada Perhitungan HPP Dari Masing-Masing Jenis Jus yang Diproduksi Oleh CV.WPIU Tahun 2009.......................................................... 76

7. Persentase Selisih HPP Antara Metode Konvensional dengan Metode ABC .. 77

8. Laba Terhadap Harga Penjualan Pada Masing-Masing Jenis Jus Dengan HPP Antara Metode Full Costing dan Metode ABC .......................... 79

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Diagram Alir Pengolahan Sari Buah ................................................................ 10

2. Bagan Kerangka Pemikiran .............................................................................. 25

3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU ......................................................................................................... 31

4. Struktur Organisasi CV.WPIU.......................................................................... 34

5. Saluran Tataniaga Jus Buah Pada CV.WPIU.................................................... 35

6. Diagram Alir Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU ....................................... 45

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Dasar Alokasi Penggunaan Listrik Air Tiap-Tiap Jenis Jus Pada

CV.WPIU tahun 2009 ...................................................................................... 87

2. Total Biaya Kemasan Botol dan Karton Pada CV.WPIU Untuk Masing- Masing Jenis Jus Buah Tahun 2009.................................................................. 88

3. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009 ....................................................................................................... 89

4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Belimbing, Jus Jambu dan Jus wornas

dengan Metode Konvensional Pada CV.WPIU Tahun 2009............................ 90 5 Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Belimbing

Tahun 2009 ....................................................................................................... 91

6. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Belimbing ........... 92

7. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Belimbing Metode ABC Tahun 2009 ........ 93

8. Perhitungan HPP Jenis Jus Belimbing Dengan Metode ABC .......................... 94

9. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Jambu Tahun 2009 ....................................................................................................... 95

10. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Jambu................ 96

11. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Jambu Metode ABC Tahun 2009………. 97

12. Perhitungan HPP Jenis Jus Jambu Dengan Metode ABC............................... 98

13. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Wornas Tahun 2009 .................................................................................................... 99

14. Dasar Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Wornas.............. 100

15. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Wornas Metode ABC Tahun 2009........... 101

16. Perhitungan HPP Jenis Jus Wornas Dengan Metode ABC…………………. 102

17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian Skripsi........................................ 103

viii

ix

55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelancaran operasional suatu perusahaan tergantung pada kemampuan

manajemen dalam mengambil keputusan. Operasional perusahaan dapat berjalan

dengan baik, apabila informasi yang tersedia dapat dipercaya sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan. Sejalan dengan semakin berkembangnya volume

perusahaan, menuntut manajemen semakin efektif dalam mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi.

Perkembangan suatu perusahaan akan diiringi kompleksnya aktivitas yang

dijalankan, hal itu menuntut adanya pelaksanaan aktivitas yang efektif dan efisien.

Dilain pihak manajer tidak dapat lagi memonitor secara langsung aktivitas yang

dijalankan oleh para bawahannya, namun perusahaan harus tetap mampu

menghasilkan produk yang berkualitas baik dengan harga yang wajar.

Agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dipasaran, maka perusahaan

harus membuat suatu perencanaan yang matang dan sumber daya yang

dimilikinya dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai

tujuan perusahaan, yaitu mendapatkan laba atau meminimalkan kerugian.

Proses produksi suatu produk, memerlukan pengorbanan sumber ekonomi

yang disebut biaya. Dalam suatu proses produksi, biaya-biaya tersebut meliputi

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya-

biaya ini harus dicatat, diklasifikasikan dan diolah secara cermat sesuai dengan

jenis dan sifat biaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah

1

perusahaan mengetahui jumlah biaya yang sebenarnya, agar perusahaan dapat

menentukan harga pokok produksi.

Harga pokok produksi dalam perusahaan merupakan masalah intern yang

sangat membutuhkan perhatian. Harga pokok produksi biasanya

merupakan bagian yang paling besar dari seluruh biaya yang dikeluarkan.

Kesalahan dalam perhitungan harga pokok produksi akan mengakibatkan

ketidaktepatan dalam penyajian informasi akuntansi, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang

menggunakan informasi akuntansi tersebut.

CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah salah satu CV atau

perusahaan yang berada di kota Depok yang bergerak dibidang pengolahan jus

buah. Untuk menghasilkan harga jual yang bersaing dengan perusahaan

pengolahan sejenis, diperlukan adanya manajemen biaya yang bertujuan untuk

membuat biaya menjadi lebih efisien agar diperoleh harga jual yang bersaing dan

tidak memberatkan konsumen namun perusahaan tetap memperoleh keuntungan

tertentu dengan sewajarnya.

Dalam pengamatan peneliti selama ini, CV. WPIU menggunakan metode

konvensional (Full Costing), seiring dengan diversifikasi produk yang diproduksi

diperlukan perhitungan harga pokok produksi yang lebih akurat. Untuk itu peneliti

melakukan penelitian dengan judul ”Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi

Pengolahan Jus Buah Dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi

Kasus CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul Depok –Jawa Barat)”.

2

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah:

1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah yang

dilakukan oleh CV. WPIU selama ini?

2. Apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus buah pada

CV.WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing dapat dijadikan

dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana perhitungan harga pokok produksi

pengolahan jus buah yang dilakukan CV. WPIU selama ini.

2. Menganalisa apakah penghitungan harga pokok produksi pengolahan jus

buah pada CV. WPIU dengan menggunakan Activity Based Costing

dapat dijadikan dasar bagi penetapan harga pokok produksi yang efisien.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya mengamati dan mendeskripsikan pelaksanaan proses

peroduksi dan menganalisis Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) pada

beberapa jenis produk jus, yaitu jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas (wortel

dan nanas). Hal ini dikarenakan ketiga jus tersebut yang produktif diproduksi

setiap hari. Dianalisis secara kuntitatif dan kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan

pada perhitungan HPP dengan cara yang dilakukan oleh perusahaan dan dengan

metode ABC, sedangkan analisis kualitatif dilakukan dalam membandingkan hasil

3

kedua jenis perhitungan HPP. Batasan ini dilakukan karena keterbatasan yang

dimiliki oleh peneliti dalam hal waktu, biaya, dan tenaga.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini

dapat diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam menentukan kebijakan material harga pokok produksi

2. Bagi penulis, dapat dijadikan pengalaman berharga dalam menerapkan ilmu

yang didapat di bangku kuliah dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk

memperoleh pengetahuan tentang harga pokok produksi.

3. Bagi pihak lain, yang berminat dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain

yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Jus

Dalam buku Pujimulyani (2009:117), sari buah dapat diartikan sebagai

cairan yang diambil atau diperas dari bagian buah yang dapat dimakan (edible

portion) dengan pengepresan atau cara mekanis yang lain. Sari buah keruh

mengandung komponen sel dalam suspensi koloid dengan sejumlah hancuran

jaringan.

2.2. Cara Pengolahan Jus atau Sari Buah

Pengolahan sari buah pada dasarnya merupakan suatu proses yang

sederhana. Menurut Pujimulyani (2009:117), terdapat dua jenis pengolahan sari

buah, yaitu sari buah jernih (clarified juice) dan sari buah keruh (unclarified

juice). Proses pengolahan sari buah yang harus dilakukan adalah:

1. Sortasi, pengupasan dan pencucian

Buah disortasi dan dipilih yang matang dan bebas dari kerusakan

(biologis maupun mekanis). Setelah disortasi buah dikupas dan dicuci untuk

menghilangkan kulit dan kotoran-kotoran, noda, debu serta kotoran lain yang

tidak dikehendaki.

2. Pemotongan dan penghilangan biji

Setelah bahan bersih, pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih

kecil dengan ukuran lima sentimeter, tujuannya adalah untuk meningkatkan

efisiensi blanching.

5

3. Blanching

Buah yang telah dibelah diberi perlakukan blanching (perendaman

pada air panas) pada suhu kurang lebih 85o C selama kurang lebih 10 menit.

Pengukuran suhu dilakukan dengan mengukur suhu uap (steam) menggunakan

thermometer.

4. Ekstraksi

Ekstraksi buah dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah

tersebut. Buah dihancurkan sampai menjadi bubur kemudian disaring. Untuk

mendapatkan ekstrak lebih banyak, biasanya dilakukan dengan alat press.

5. Penyaringan

Bubur buah hasil ekstraksi dilakukan penyaringan dengan kain saring

yang menghasilkan sari buah segar.

6. Penjernihan

Sari buah yang baru dipress mengandung hancuran sel dan bahan

koloid, senyawa pektat, gum, protein serta komponen lain. Sistem tersebut

distabilkan dengan hidrasi pertikel dan muatan listrik atau ion-ion yang

terserap oleh adanya pektin yang larut. Penjernihan spontan terjadi akibat

pembentukan kompleks protein-protein, pektat tidak larut atau perubahan-

perubahan berganda yang menghasilkan endapan yang mengandung bahan

tersuspensi dan komponen sari buah lainnya.

Penjernihan spontan atau alami biasanya berjalan lambat sehingga jika

diinginkan sari buah yang jernih maka proses penjernihan harus dipercepat.

Cara penjernihan bisa dengan sentrifugasi atau filtrasi tetapi kurang efektif

6

karena adanya pektin maka sari buah viscous (pengendapan) dan penyaringan

lambat. Proses penjernihan dapat dipercepat dengan menambah suatu senyawa

yang dapat bereaksi dengan komponen sari buah. Penambahan senyawa

tersebut merangsang pembentukan endapan dengan membawa bahan-bahan

lain dalam suspensi. Bahan yang biasa ditambahkan yaitu gelatin yang akan

dikombinasi dengan fenolat membentuk kompleks yang tidak larut, tetapi

apabila jumlah berlebihan maka akan menstabilkan sistem koloidnya.

Efektivitas penambahan bahan tersebut tergantung pada faktor suhu, pH dan

konsentrasi ion-ion lain, misal oin ferri.

7. Stabilisasi

Sari buah merupakan sistem dispersi, yaitu suatu sistem yang terdiri

dari dua fase, fase satu sebagai pertikel yang harus tersebar merata dalam fase

yang lain, jika fase terdispersi merupakan bahan padat dan medium

pendispersinya cair maka disebut fase emulsi. Penampakan keruh pada sari

buah keruh dipengaruhi oleh kestabilan suspensinya. Kestabilan suspensi

merupakan suatu keadaan padatan terdispersi merata dalam medium

pendispersinya dan tidak terjadi penggabungan pertikel manjadi berukuran

besar yang mengakibatkan terjadinya pengendapan. Upaya untuk

mempertahankan sistem dispersi tersebut dengan menambah zat penstabil

yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kecenderungan

penggabungan pertikel dan pengendapan. Zat penstabil yang dapat

ditambahkan yaitu hidrokoloid misalnya Carboxy Methyl Cellulose (CMC).

7

Semakin tinggi konsentrasi CMC yang ditambahkan, maka stabilitas

suspensi sari buah yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini karena gugus CMC

yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan membentuk jaringan tiga

dimensi, sehingga air yang sebelumnya berada di luar granula bergerak bebas,

tidak dapat lagi bergerak bebas. Penambahan hidrokoloid bersifat melindungi

koloid yang dapat melapisi seluruh pertikel padatan sehingga mencegah

terjadinya penggabungan pertikel-partikel yang terdispersi, sehingga

suspensinya stabil. Pada sari buah keruh perlu dilakukan pencegahan proses

penjernihan secara spontan.

Penyaringan pada sari buah keruh dilakukan apabila bahan-bahan

tersuspensi dihilangkan dengan proses finning. Pada beberapa jenis sari buah

penghilangan protein dengan penambahan bentonit lebih efektif.

8. Pasteurisasi

Pamanasan sebagai tahap pengawetan dimaksudkan untuk mencegah

terjadinya kerusakan pada sari buah. Seperti diketahui sari buah cukup baik

untuk pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki terutama yeast

dan masih memungkinkan adanya bau dan aroma khas dari buah. Pasteurisasi

dilakukan pada suhu 80o C selama 20 menit.

9. Pembotolan dan penghilangan udara (exhausting)

Sari buah yang telah dipasteurisasi dimasukkan ke dalam botol yang

telah disterilkan dengan kapasitas 250 ml. Air buah yang dimasukkan masih

dalam keadaan panas, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminan

yang terikut. Sebelum dilakukan penutupan botol, sisa udara yang terdapat

8

dalam botol dihilangkan dengan jalan pemanasan dalam air mendidih selama

kurang lebih lima menit.

10. Penutupan

Setelah exhausting maka tahap selanjutnya adalah penutupan yang

merupakan proses finishing dari pembuatan sari buah. Diagram alir alir

pengolahan sari buah menurut Pujimulyani dapat dilihat pada Gambar 1.

9

Buah matang

Sortasi, pengupasan, pencucian

keterangan:

= bahan baku

= hasil olahan sementara/

bahan penolong

= proses

= produk

Pencampuran dengan stabilizer (CMC, gum arab, bahan hirrokoloid)

Penjernihan (sentrifugasi/ filtrasi/ gelatine)

Sari buah

dalam botol

Penutupan

Exhausting

Pembotolan

Sari buah

pasteurisasi

Penyaringan

Ekstraksi

Blanching

Pemotongan dan penghilangan biji

Gambar 1.Diagram alir pengolahan sari buah Sumber: (Pujimulyani, 2009:123).

10

2.3. Harga

Harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan atau

aspek (non moneter) yang mengandung utilitas atau kegunaan tertentu yang

diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Tjiptono dkk, 2008: 465).

Sedangkan menutur Kotler dan Armstrong (2003: 430), harga adalah sejumlah

uang yang harus dibayarkan atas barang atau jasa.

Menurut Swastha (1998: 241), harga adalah jumlah uang (ditambah

beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah

kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dari beberapa pengertian harga di

atas, maka harga dapat diartikan sebagai nilai pertukaran yang ditetapkan oleh

penjual dan pembeli untuk memperoleh suatu produk atau jasa yang diukur

dengan sejumlah uang yang dikeluarkan oleh pembeli untuk mendapatkan

sejumlah kombinasi dari barang atau jasa berikut pelayanannya.

2.4. Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2005: 17) harga pokok produksi merupakan biaya-

biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan

menurut Hansen dan Mowen (2009: 60), harga pokok produksi adalah total biaya

barang yang diselesaikan selama periode berjalan.

Menurut Krismiadji (2002: 41), harga pokok produksi adalah proses

pembebanan biaya manufaktur (produksi) kepada produk yang dibuat. Mulyadi

(2005: 65) menambahkan bahwa informasi harga pokok mempunyai manfaat

sebagai berikut:

11

1. Menentukan harga jual produk

2. Memantau realisasi biaya produksi

3. Menghitung laba atau rugi periodik

4. menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses

yang disajikan dalam neraca.

2.5. Metode Penetapan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2005: 17), dalam memperhitungkan biaya-biaya ke

dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan yaitu: full costing dan

variable costing. Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat

variabel maupun tetap. Harga pokok produksi yang dihitung dengan

menggunakan metode full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan biaya

overhead pabrik tetap), kemudian ditambah dengan biaya non produksi ( biaya

pemasaran, dan biaya administrasi dan umum).

Sedangkan metode varibel costing merupakan metode penentuan harga

pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat

variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan menggunakan metode

variable costing dari harga pokok variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik variabel). Kemudian ditambah dengan biaya

non produksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administarasi dan umum

variabel), dan biaya periode (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,

biaya administrasi dan umum tetap).

12

Metode full costing baik digunakan karena dapat membantu manajemen

dalam mambuat keputusan jangka panjang. Selain itu metode full costing

mempunyai keunggulan dibandingkan dengan metode variabel costing karena

dapat mengidentifikasi dengan lebih cermat setiap jenis biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan. Sedangkan metode variabel costing baik digunakan hanya untuk

mengambil keputusan jangka pendek. Metode ini kurang tepat digunakan utnuk

mengidentifikasi setiap biaya yang dikeluarkan secara cermat karena hanya

memperhitungkan biaya variabel saja. Dari pengertian di atas dapat dikatakan

bahwa keduanya merupakan metode konvensional yang berdasarkan metode

volume based costing, dan yang sering dugunakan oleh perusahaan adalah metode

full costing.

Kelebihan dari metode konvensional adalah mudah diterapkan, mudah

diaudit dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sistem ini

tidak banyak menggunakan cost drivers (pemicu biaya) dalam mengalokasikan

biaya overhead, sehingga hal ini memudahkan bagi manajemen perusahaan dan

auditor untuk malakukan perhitungan dan proses audit. Selain itu sistem ini telah

lama diterapkan sehingga tidak terlalu sulit untuk mengadakan penyesuaian

terhadap sistem ini.

Kelemahan dari metode konvensional adalah secara potensial mendistorsi

biaya produk. Hal ini terjadi karena biaya dialokasikan secara tidak langsung

kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak sempurna dengan

konsumsi sumberdaya sesungguhnya. Total komponen biaya overhead dalam

13

suatu biaya produk senantiasa terus meningkat, dimana pada saat persentase biaya

overhead semakin besar maka distorsi biaya juga semakin besar.

Menurut Horngren dan Carles (1994: 56), metode perhitungan harga

pokok terdiri dari dua metode, yaitu:

1. Volume Based Costing System

Volume based costing system dikenal dengan sistem akuntansi biaya

tradisional, dalam metode ini pola konsumsi input, jumlah overhead serta

overhead per unit produk dialokasikan pada masing-masing produk

berdasarkan volume dan unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya

aktivitas penanganan produk sesungguhnya. Hal ini mengakibatkan produk

dengan volume produksi besar mendapatkan alokasi biaya yang besar dan

produksi dengan volume produksi kecil dibebani biaya produksi yang relatif

kecil pula.

2. Activity Based Costing System

Activity based costing system merupakan suatu metode penentuan harga

pokok yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produk.

Alokasi ini berhubungan dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk

sesungguhnya. Konsep seperti ini mendorong adanya penggolongan aktivitas

penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan

untuk mengurangi aktivitas bukan penambah nilai bahkan menghilangkannya

sama sekali. Data yang dibutuhkan dalam menggunakan metode ini lebih

akurat.

14

2.6. Biaya dan Klasifikasinya

Menurut Hansen dan Mowen (2006: 40), biaya adalah kas atau nilai

ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa yang akan datang bagi

perusahaan. Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang

dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter, 2009:30). Sedangkan

menurut Krismiadji (2002: 18), biaya atau cost adalah kas atau ekuivalen kas yang

dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan

manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode mendatang.

Menurut Bustami dan Nurlela (2009:5), biaya adalah pengorbanan sumber

ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan

terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Prawironegoro dan

Durwanti (2009: 19) biaya adalah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk

memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan

memperoleh manfaat atau keuntungan dimasa mendatang.

Menurut Mulyadi (2005: 8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi

yang diukur dalam satuan uang, yang telah tejadi atau yang mungkin akan terjadi

untuk tujuan tertentu. Sehingga dapat disimpulkan menjadi empat pokok dalam

definisi biaya tersebut:

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

2. Diukur dalam satuan uang

3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

15

Menurut Mulyadi (2005: 14-17), biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan:

1. Objek Pengeluaran

Dalam objek ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar

penggolongan biaya, misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar,

maka pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan

bakar.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam fungsi pokok biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu:

a. Biaya produksi

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku

menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, menurut obyek pengeluarannya

secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku,

biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya pemasaran

Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

pemasaran produk, contohnya adalah: iklan, promosi, biaya angkutan dari

gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian pemasaran.

c. Biaya administrasi dan umum

Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi

dan pemasaran produk, contohnya adalah: gaji karyawan bagian keuangan,

akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan

16

akuntan dan biaya foto kopi. Jumlah biaya pemasaran dan biaya

administrasi dan umum sering pula disebut dengan istilah biaya komersial.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayainya

Biaya ini dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu:

a. Biaya langsung

Adalah biaya yang terjadi, di mana penyebab satu-satunya adalah

karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut

tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi

langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya tidak langsung

Adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu

yang dibiayai, biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk

disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead

pabrik, contohnya adalah gaji mandor dan biaya listrik.

4. Perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan biaya dapat

digolongkan menjadi:

a. Biaya variabel

Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan, contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung.

17

b. Biaya semi variabel

Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan

volume kegiatan, biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan

unsur biaya variabel.

c. Biaya semi fixed

Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan

berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume

kegiatan tertentu, contohnya adalah gaji direktur produksi.

5. Jangka Waktu Manfaatnya

Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pengeluaran modal

Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode

akuntansi (biasanya satu periode akuntansi adalah satu tahun). Contohnya

adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk promosi besar-

besaran dan pengeluaran-pengeluaran riset dan pengembangan suatu

produk.

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)

Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode

akuntasi terjadinya pengeluaran tersebut, contohnya adalah biaya iklan dan

biaya tenaga kerja.

18

2.7. Definisi Activity Based Costing (ABC)

Para ahli manajemen dan akuntansi mendefinisikan ABC sebagai berikut:

Carter (2009: 528), ABC didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya

dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu di

alokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak

barkaitan dengan volume (non-volume related factor).

Witjaksono (2006: 208), mendefinisikan ABC adalah suatu metode

akuntansi biaya di mana pembebanan harga pokok produksi merupakan

penjumlahan seluruh biaya aktivitas yang menghasilkan (produksi) barang atau

jasa. Aktivitas atau transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produk barang

atau jasa disebut sebagai cost driver. Menurut Garrison dan Brewer (2006: 440),

mendefinisikan ABC sebagai metode costing yang dirancang untuk menyediakan

informasi biaya bagi manajer untuk keputusan stratejik dan keputusan lainnya

yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.

ABC adalah suatu pendekatan penentuan biaya produksi yang

membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang

disebabkan karena aktivitas (Komarudin, 2005: 15). Sedangkan menurut Mulyadi

(2003: 53), ABC adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain

untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka

panjang melalui pengolahan aktivitas. ABC didesain dengan keyakinan dasar

bahwa biaya hanya dapat dikurangi secara signifikan melalui pengelolaan

terhadap penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Pengelolaan aktivitas

19

ditujukan untuk mengarahkan seluruh aktivitas organisasi kepenyediaan produk

atau jasa bagi kepentingan pemuasan kebutuhan konsumen.

2.7.1. Kelebihan Sistem ABC

Menurut Maher dan Deakin (1997:48) kelebihan sistem ABC adalah:

1. Kalkulasi biaya berdasarkan aktivitas memberikan ukuran biaya yang lebih

rinci daripada metode alokasi menyeluruh atau departemen.

2. Kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan dapat membantu pihak pemasaran

dengan memberikan angka biaya produk yang lebih akurat untuk digunakan

dalam pengambilan keputusan tentang penetapan harga.

3. Bagian produksi juga mendapat manfaat karena kalkulasi biaya berdasarkan

kegiatan memberikan informasi yang lebih baik tentang berapa biaya setiap

kagiatan. Dengan metode kalkulasi biaya berdasarkan kegiatan pula dapat

mengidentifikasi penggerak biaya (cost driver) yaitu kegiatan yang

menimbulkan biaya yang sebelumnya tidak diketahui.

2.7.2. Kelemahan Sistem ABC

Kelemahan sistem ABC menurut Garrison dan Brewer(2006: 472) adalah:

1. ABC adalah proyek besar yang membutuhkan sumber daya yang besar dan

mahal.

2. ABC menghasilkan angka yang berbeda dengan angka yang dihasilkan oleh

sistem tradisional, tetapi manajer terbiasa menggunakan sistem perhitungan

biaya tradisional untuk menjalankan operasinya, intinya ABC mengubah aturan

20

main perusahaan, perubahan dalam organisasi khususnya yang mengubah aturan

main cenderung mendapat perlawanan dari karyawan.

3. Data ABC dapat dengan mudah disalah artikan dan harus digunakan dengan

hati-hati ketika mengambil keputusan. Biaya yang dibebankan kepada produk,

pelanggan dan obyek biaya lainnya hanya dilakukan bila secara potensial

relevan. Sebelum membuat keputusan yang signifikan dengan menggunakan

data ABC, manajer harus mengidentifikasi biaya mana yang betul-betul relevan

dengan keputusan saat itu.

2.7.3. Perbedaan ABC Dengan Sistem Akuntasi Tradisional

Menurut Mulyadi (1993: 187), perbedaan ABC dengan sistem Full

Costing adalah sebgai berikut:

1. ABC menitikberatkan pertanggungjawaban aktivitas bukan

pertanggungjawaban biaya. Biaya terjadi sebagai akibat adanya aktivitas, oleh

karena itu fokus pengendalian biaya diubah dari yang semula dipusatkan

terhadap biaya, sekarang di pusatkan terhadap penyebab terjadinya biaya yaitu

aktivitas. Karena aktivitas tidak dibatasi oleh pusat pertanggungjawaban

seperti departemen, maka ABC bersifat menyeluruh dan merupakan

pendekatan menyeluruh dalam pengendalian biaya.

2. Sistem akuntansi pertanggung jawaban full costing memfokuskan

pengendalian terhadap biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan

manajer yang memiliki wewenang atas terjadinya biaya. Sedangkan dalam

sistem ABC memfokuskan pengendaliannya terhadap aktivitas yang

menyebabkan terjadinya biaya dengan cara menghubungkan biaya dengan

21

aktivitas penambah dan bukan penambah nilai, sehingga dapat merencanakan

program pengelolaan aktivitas dan memantau dampak program tersebut

terhadap pengurangan biaya.

2.8. Penelitian Terdahulu

Rahany (2003) yang meneliti tentang penetapan harga pokok produksi

dengan metode Activity Based Costing pada PT. Surabraja Food Industry Cirebon,

Jawa Barat, menyimpulkan bahwa dari hasil perhitungan dengan menggunakan

metode ABC dapat dilihat bahwa harga pokok produksi untuk kelompok produk

yang bervolume besar akan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan

perhitungan menggunakan metode konvensional yang digunakan oleh perusahaan.

Hal ini disebabkan kerena dalam ABC, aktivitas yang diperhitungkan adalah

aktivitas penambah nilai dan menghilangkan aktivitas yang tidak perlu, sehingga

penelitian ini merekomendasikan metode ABC untuk digunakan dalam

perhitungan harga pokok produksi bagi perusahaan.

2.9. Kerangka Pemikiran

Tujuan dari didirikannya suatu usaha adalah untuk mendapatkan

keuntungan guna menjaga kelangsungan hidup perusahaannya, disamping tujuan

lain yang bersifat sosial seperti memberikan kesempatan kerja atau memenuhi

suatu kebutuhan tertentu. Perencanaan keuntungan tersebut bukanlah suatu hal

yang mudah karena penetapannya harus didasarkan pertimbangan baik dari intern

maupun dari ekstern yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi

penetapan keuntungan itu sendiri.

22

Persaingan yang semakin ketat dalam industri minuman jus buah, terutama

dalam persaingan harga jual membuat perusahaan harus jeli dalam menetapkan

harga jualnya. Penetapan suatu harga jual tidak lepas dari penetapan harga pokok

produksi, kerena dalam menentukan harga jual perlu dipertimbangkan harga

pokok produksi disamping biaya pemasaran, administrasi dan umum.

Dalam penetapan keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu

tertentu, maka perusahaan perlu mengetahui berapa hasil yang diperoleh dari

penjualan produksi dan biaya-biaya yang harus diperhitungkan dalam rangka

penjualan produksi yang dimaksud. Perusahaan perlu menetapkan suatu harga

pokok yang tepat dalam memasarkan produknya agar mampu bersaing di pasaran.

Terdapat beberapa metode dalam penetapan harga pokok produksi,

umumnya perusahaan menggunakan metode konvensional (full costing) dalam

penetapan harga pokok produksinya. Metode ini mudah diaplikasikan namun

kurang mencerminkan biaya-biaya aktivitas penanganan produk yang

sesungguhnya, sehingga penentuan harga pokok produksi kurang tepat. Untuk itu

dilakukan suatu alternatif perhitungan harga pokok produksi dengan

menggunakan metode ABC yang mendistribusikan biaya-biaya yang berkaitan

dengan aktivitas pembentukan produk secara terkoordinasi. Dengan metode ABC

yang berbasis aktivitas, perusahaan lebih mudah mengendalikan kegiatan produksi

dengan penekanan hanya pada aktivitas yang berhubungan dengan penciptaan

nilai tambah.

Kedua metode yang digunakan dalam penetapan harga pokok produksi ini

akan dihitung kemudian dibandingkan guna mengetahui metode mana yang akan

23

menguntungkan dua pihak, baik perusahaan ataupun konsumen, sehingga

perusahaan mampu bersaing di pasaran dengan harga yang terjangkau oleh

konsumen. Untuk lebih jelasnya bagan kerangka pemikiran disajikan pada

Gambar 2 sebagai berikut.

24

CV. Winner Perkasa Indonesia

Unggul

Proses produksi perusahaan

Biaya Produksi 1.biaya langsung, 2. biaya tidak langsung

Metode penetapan harga

pokok produksi

Penetapan harga pokok produksi perusahaan (konvensional)

Hasil analisis

Penetapan harga pokok produksi dengan metode ABC

Metode Penetapan harga pokok produksi yang direkomendasikan bagi perusahaan

Metode ABC Kelebihan: mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya pada setiap aktivitas dalam pembuatan suatu produk. Kalemahan: rumit dalam perhitungan HPP

Metode Full Costing Kelebihan: mudah diterapkan Kelemahan: tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya yang sesungguhnya dalam pembuatan produk

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran

25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan tempat penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu

pada CV. Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) yang beralamatkan di

Sawangan, Depok 16511, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan

Maret sampai April 2010. Perusahaan ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa

perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan perseorangan yang berskala kecil

namun melakukan diversifikasi dalam produknya dan memiliki potensi

perkembangan yang baik pada masa yang akan datang, selain itu adanya

transparansi data-data yang dapat memudahkan peneliti untuk melakukan

penelitiannya di perusahaan tersebut.

3.2. Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan langsung dan wawancara

langsung dengan pihak perusahaan, serta data-data atau dokumen-dokumen

perusahaan. Data sekunder melangkapi data primer dan diperoleh dari literatur-

literatur berupa buku teks, skripsi, maupun literatur lainnya yang dianggap relevan

dengan penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

26

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi mengenai jenis jus apa saja yang diproduksi oleh

CV.WPIU, biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan untuk memproduksi jus

buah, bahan-bahan apa saja yang dibutuhakan dalam memproduksi jus

buah, peralatan apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi jus buah,

dan gambaran umum tentang perusahaan. Wawancara dilakukan dengan

pemilik sekaligus manajer CV.WPIU.

2. Observasi

Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap

kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan proses produksi serta

informasi-informasi lain yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Variabel-

variabel yang akan diamati adalah kegiatan atau aktivitas yang

berlangsung pada saat proses produksi.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan mengacu pada literatur-literatur yang

dianggap relevan dengan penelitain ini.

3.4. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif dan analisis

data kualitatif.

3.4.1. Analisis Kualitatif

Data kualitatif dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan hasil

yang didapat dari wawancara dan observasi.

27

3.4.2. Analisis Kuantitatif

Metode analisis data yang digunakan untuk data kuantitatif harga pokok

produksi adalah melalui pendekatan perhitungan yang dilakukan oleh CV.WPUI

yaitu dengan metode full costing dan dengan metode yang akan diteliti yaitu

dengan metode activty based costing (ABC). Pengolahan data kuantitatif ini

menggunakan alat bantu kalkulator.

3.3.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul

Sebelum dilakukan perhitungan harga pokok produksi dengan metode

ABC, terlebih dahulu dilakukan perhitungan harga pokok produksi yang sudah

biasa dilakukan oleh perusahaan, kemudian kedua metode ini dibandingkan.

Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan adalah perhitungan

harga pokok produksi dengan metode full costing.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing diperoleh

dengan menjumlahkan biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik (BOP). Metode ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Harga Pokok Produksi (HPP) = Biaya Bahan Baku (BBB) + Biaya Tenaga Kerja

Langsung (BTKL) + Biaya Overhead Pabrik

(BOP)

3.3.2.2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC).

Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses

pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus.

Keseluruhan biaya yang akan dikalkulasikan dapat dikelompokkan ke dalam:

28

1. Biaya utama: mencakup biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

2. Biaya overhead bersama: mencakup biaya listrik, biaya depresiasi mesin dan

peralatan, biaya depresiasi bangunan, biaya bahan penolong, biaya bahan

bakar, dan biaya kemasan.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Menentukan aktivitas produksi, pada tahap ini yang dilakukan adalah

menentukan aktivitas-aktivitas sesungguhnya yang dilakukan pada saat proses

produksi berlangsung.

2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas, pada tahap ini yang dilakukan

adalah menggolongkan biaya-biaya produksi yang terjadi berdasarkan

aktivitas produksi yang sudah ditentukan.

3. Menentukan cost drivers dan nilainya, dimana perhitungannya terdiri atas:

1. Biaya listrik dengan cost drivers lama pemakaian.

2. Depresiasi mesin dan peralatan dengan cost drivers jam

mesin dan jam peralatan.

3. Depresiasi bangunan dengan cost drivers alokasi luas

lantai.

4. Biaya gas dengan cost drivers jam mesin.

Nilai cost drivers atas aktivitas dihitung dengan cara membagi masing-

masing biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers-nya

29

4. Menghitung nilai tarif/aktivitas, nilai tarif/aktivitas dihitung dengan cara

membagi jumlah total biaya atas aktivitas dengan nilai cost drivers atas

aktivitasnya.

5. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk, produksi jus memiliki nilai aktivitas

yang didasarkan pada besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai

pemicu biayanya (cost drivers). Nilai biaya/aktivitas/produk dihitung dengan

mengalikan nilai tarif/aktivitas dengan nilai aktivitas yang membentuk

produk.

6. Perhitungan harga pokok produksi, tahap terakhir adalah menghitung harga

pokok produksi yang dihitung dengan cara membagi total biaya produksi

dengan jumlah produk yang dihasilkan. Biaya produksi yang dihitung terdiri

dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead

pabrik.

3.4.3. Aktivitas Proses Produksi

Dalam metode ABC, aktivitas yang akan diidentifikasi dari proses

pengolahan adalah pada kegiatan awal produksi hingga pengemasan jus. Adapun

aktivitas tersebut akan disajikan pada Gambar 3.

30

Penimbangan

Pengupasan dan Pencucian

Blancing dan Penirisan

Penghancuran atau Penghalusan

Filtrasi Pertama

Pemasakan

Filtrasi ke dua

pengemasan

Gambar 3. Bagan Aktivitas Proses Produksi Pengolahan Jus Buah Pada CV.WPIU

3.4. Definisi Oprasional

1. Bahan baku yang dimaksud adalah bahan baku dalam membuat produk

jus, biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang dipakai selama

periode 2009.

2. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk mengupah tenaga kerja langsung, di mana jasa yang diberikan

dapat dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini meliputi

upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan.

31

3. BOP sesungguhnya yang terjadi pada saat proses produksi yang terdiri

atas biaya listrik mesin, biaya depresiasi peralatan, biaya depresiasi

bangunan, biaya bahan pembantu, biaya bahan bakar, dan biaya

kemasan.

4. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan

perusahaan untuk mengupah tenaga kerja tidak langsung atau tenaga

kerja yang bekerja bukan pada proses produksi, di mana jasa yang

diberikan dapat dihitung langsung dalam pembuatan produk, biaya ini

meliputi upah, bonus, tunjangan dan kesejahteraan.

5. Depresiasi bangunan yang digunakan adalah besarnya luas lantai yang

digunakan dan biaya depresiasi mesin dialokasikan berdasarkan

penggunaan jam mesin.

32

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1. Sejarah Umum Perusahaan

Awal berdirinya CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) adalah

kelompok kerja yang bergerak pada bidang pengolahan buah menjadi aneka

macam produk olahan seperti jus, sirup, selai dan instan. Seiring berjalannya

waktu, maka kelompok kerja tersebut masing-masing membuat usaha sendiri.

Salah satu kelompok yang memisahkan diri tersebut adalah CV.WPIU

Ada komitmen dari masing-masing kelompok untuk mengatur jenis

produksi olahan buah menjadi jus, sirup, selai dan instan sebagai produk

utamanya. Namun bukan berarti tidak boleh memproduksi jenis olahan yang lain,

maka CV.WPIU yang sebenarnya memproduksi jus tetapi juga produk olahan

lainnya seperti sirup dan selai, meskipun belum diproduksi secara kontinu setiap

hari dan hanya diproduksi bila ada pesanan saja atau untuk pameran. Pada bulan

september 2005 berdirilah CV.Winner Perkasa Indnesia Unggul dengan Ibu Maria

Gigih Sandy sebagai pemiliknya.

Merek dagang Winner Perkasa Indonesia Unggul, digunakan oleh

pemiliknya agar CV ini menjadi pemenang di dalam industri pengolahan buah,

baik di dalam negri maupun di manca negara. Penggunaan kata Indonesia agar

Indonesia tidak selalu dilecehkan oleh bangsa lain dan mereka mengetahui bahwa

Indonesia memiliki sumberdaya alam dan sumber daya manusia yang unggul.

Dari ketersediaan bahan baku yang berlimpah di sekitar lokasi perusahaan,

CV.WPIU berupaya menguasai pasar lokal dan mendorong masyarakat lokal

33

mencintai produk Indonesia. Target ini dijadikan sebagai misi yang harus dicapai

oleh CV.WPIU ke depannya. Adapun visi CV.WPIU adalah mensejahterakan

masyarakat sekitar melalui pemberdayaan lingkungan guna menciptakan lapangan

kerja bagi warga terutama ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak yang putus

sekolah yang telah menginjak usia kerja.

Sebenarnya CV.WPIU belum memiliki struktur organisasi yang

seharusnya diterapkan didalam suatu perusahaan. Kekuasaan tertinggi dimiliki

oleh Ibu Maria selaku pemilik, yang juga merangkap sebagai pengawas pada

setiap proses produksi dan pemasaran. Apabila Ibu Maria berhalangan, maka

tugas tersebut dialihkan kepada anaknya yang juga mempunyai saham dalam CV

tersebut. Tanaga kerja yang bertugas pada masing-masing bagian langsung di

bawah pemilik. Adapun struktur organisasi perusahaan CV.WPIU dijelaskan pada

gambar di bawah ini.

----------------

Manajer

Staf memasak Staf pengemasan

Staf administrasi

komanditer

Gambar 4. Struktur Organisasi CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul

Jumlah tenaga kerja tetap CV.WPIU saat ini berjumlah enam orang,

perusahaan belum dapat menambah jumlah tenaga kerja dikarenakan alasan

tertentu pemiliknya. Namun demikian, untuk mencapai visi perusahaan pemilik

berkomitmen menambah jumlah tenaga kerja dari lingkungan sekitar. Contohnya

34

pada bulan Ramadhan, perusahaan dapat merekrut 18 tenaga kerja tambahan

mengantisipasi permintaan produk yang meningkat.

Bahan baku buah belimbing diperoleh dari pusat koprasi belimbing dewa

atau petani belimbing yang berada di sekitar perusahaan, sedangkan bahan baku

buah jambu diperoleh dari petani jambu yang berada di sekitar perusahaan. Dan

untuk bahan baku nanas serta wortel diperoleh dari pasar tradisonal.

Bahan tambahan makanan diperoleh dari toko yang menjual perlengkapan

bahan-bahan pembuatan kue sehingga aman untuk dikonsumsi, untuk kemasan

CV.WPIU mambelinya pada toko khusus yang menyediakan kemasan plastik

untuk makanan. Karton kemasan dipesan secara khusus pada percetakan karton.

Untuk saluran distribusi CV.WPIU memasarkan produknya melalui agen-

agen yang menjual kepada konsumen akhir. Namun tidak jarang pihak CV.WPIU

memasarkannya secara langsung ke koperasi-koperasi di sekolah atau dinas

pemerintahaan yang berada di kota Depok. Pasar yang dituju begitu beragam

mulai dari ibu-ibu PKK, pekerja kantoran atau dinas pemerintahan termasuk

kepada anak-anak sekolah, bahkan tidak jarang ada permintaan dari luar kota

seperti dari Riau. Alur pemasaran produk CV.WPIU dapat digambarkan sebagai

berikut:

CV. WPIU Agen

Koperasi Konsumen akhir

Koprasi

CV.WPIU

Konsumen Akhir

Gambar 5. Saluran Tata Niaga Jus Buah Pada CV.WPIU.

35

4.2. Peralatan Produksi Pada CV.WPIU

Peralatan yang dibutuhkan dan digunakan selama pembuatan jus buah

belimbing cukup sederhana, dan bisa kita temukan sehari-hari di rumah sebagai

peralatan dapur. Adapun peralalatan-peralatan tersebut adalah:

1. Keranjang plastik

Keranjang plastik digunakan sebagai wadah atau tempat untuk

meletakkan buah yang diterima dari suplier atau buah yang telah dibeli di pasar.

2. Timbangan

Timbangan adalah salah satu alat penting yang digunakan dalam proses

penerimaan bahan baku. Timbangan yang digunakan adalah timbangan manual.

Timbangan manual digunakan untuk menimbang buah yang akan digunakan

sebelum dilakukan proses selanjutnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa banyak bahan baku buah yang akan diolah selanjutnya.

3. Pisau tahan karat (stainless steel)

Pisau berfungsi untuk membersihkan dan mengupas buah. Trimming

(pemangkasan) yaitu proses pembuangan bagian buah yang tidak berguna (tidak

dapat dimakan).

4. Blender

Blender berfungsi untuk menghancurkan buah setelah dilakukan

penimbangan dan pencucian.

36

5. Bak plastik

Bak plastik digunakan untuk menempatkan buah yang telah selesai

dibersihan. Bak plastik juga digunakan dalam melakukan pencelupan buah ke

dalam air panas sebelum buah dihancurkan.

6. Penyaring atau saringan

Penyaring atau saringan adalah alat yang digunakan untuk menyaring hasil

penghancuran buah. Alat ini juga digunakan untuk menyaring hasil akhir

pengolahan jus agar dihasilkan jus buah yang jernih.

7. Kompor

Kompor adalah alat yang digunakan sebagai pemanas selama proses

pemasakan dan pencampuran bahan baku utama dan bahan baku tambahan.

8. Panci stainless steel

Panci stainless steel digunakan sebagai wadah atau tempat pemasakan dan

pencampuran semua bahan baku yang dibutuhkan dalam pengolahan jus buah.

9. Pengaduk

Pengaduk adalah alat yang digunakan untuk mengaduk semua bahan baku

yang telah dicampur dalam panci stainless steel selama proses pemasakan diatas

kompor.

10. Pengemas Water Dispenser

Pengemas water dispenser adalah suatu alat yang berupa wadah tertutup

yang digunakan sebagai alat untuk mengemas hasil olahan jus buah ke dalam

botol plastik kemasan.

37

11. Krat Botol

Krat botol digunakan untuk menempatkan kemasan jus buah yang telah

selesai dikemas dalam botol plastik kemasan. Jus buah tersebut disusun dalam

krat botol untuk didinginkan dengan menggunakan air dingin.

12. Lemari Pendingin

Lemari pendingin adalah salah satu perlengkapan yang dibutuhkan untuk

menyimpan produk akhir jus buah yang telah selesai dikemas. Biasanya lemari

pendingin hanya digunakan untuk menyimpan jus buah yang tidak lolos uji visual

yaitu kemasan botol plastik berkerut yang disebabkan karena jus buah yang masih

terlalu panas sudah dikemas.

13. Botol Plastik dan Label

Kemasan botol plastik yang digunakan adalah dengan ukuran berat bersih

(netto) 250 ml. Kemudian penutup botol yang digunakan sebagai penutup

kemasan botol plastik adalah dari jenis plastik. Adapun bahan label yang

digunakan adalah berupa kertas label yang berfungsi sebagai identitas produk

(brand image) dan selain itu juga untuk memperindah penampakan atau daya

tarik.

14. Karton

Karton yang digunakan sebagai wadah pengepak adalah berbentuk persegi

panjang dengan ukuran 30cm x 25cm dengan kapasitas 24 buah botol jus buah.

38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Proses Produksi Jus Buah Pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa CV.Winner Perkasa Indonesia

Unggul (WPIU) memproduksi jus buah belimbing, jus buah jambu biji merah dan

jus buah wortel dan nanas (Wornas), selain tiga produk tersebut CV.WPIU juga

memproduksi jus buah seperti jus mangga dan jus buah yang lain sesuai

musimnya. Selain memproduksi jenis jus buah CV.WPIU juga memproduksi

sirup buah, dan selai buah.

Untuk produksi jus buah musiman, sirup buah, dan selai buah, tidak

dibahas dalam penelitian ini dikarenakan produk-produk tersebut merupakan

produk pesanan yang hanya diproduksi apabila ada pesanan saja atau sedang ada

pameran, sehingga tidak secara kontinu diproduksi setiap hari dan pada penelitian

ini tidak dibahas tentang penentuan harga pokok pesanan.

Pada dasarnya proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV,WPIU

adalah sama, baik itu dari alat yang digunakan maupun bahan pembantu yang

dipakai. Perbedaannya terletak pada bahan baku (buah), banyaknya bahan

pembantu yang dipakai serta beberapa jenis bahan pembantu yang dipakai

menurut jenis jusnya. Khusus untuk produk jus wornas menggunakan dua macam

bahan baku yang kemudian dicampur menjadi satu.

Adapun tahapan proses produksi jus buah yang dilakukan oleh CV.WPIU

adalah sebagai berikut:

39

1. Penimbangan

Kegiatan pertama yang dilakukan oleh CV. WPIU adalah penimbangan,

yaitu kegiatan untuk menimbang bahan baku utama yaitu buah belimbing, buah

jambu dan buah nanas serta wortel. Penimbangan ini dilakukan dengan

menggunakan timbangan manual. Tujuan dari penimbangan buah adalah untuk

mengetahui seberapa banyak bahan baku utama, yaitu buah segar yang dibutuhkan

sehingga takaran buah yang akan digunakan akan dapat disesuaikan dengan

penambahan bahan tambahan lainnya seperti takaran air dan bahan tambahan

makanan. Penimbangan juga dilakukan untuk menimbang seberapa banyak

jumlah bahan tambahan yang diperlukan, yaitu penggunaan natrium benzoate dan

gula.

2. Pengupasan dan Pencucian

Pengupasan dan Pencucian adalah suatu kegiatan yang dilakukan

CV.WPIU untuk membersihkan buah-buahan yang akan digunakan untuk

membuat jus dari segala kotoran atau debu yang menempel. Selain itu dilakukan

juga pembuangan bagian buah yang tidak diperlukan, dan dilanjutkan dengan

pengupasan dan pencucian. Buah-buahan yang akan digunakan kemudian

ditiriskan dan diletakkan dalam bak plastik.

3. Blancing

Blancing atau yang biasa disebut dengan perendaman dengan

menggunakan air panas adalah kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh CV.

WPIU. Blancing adalah kegiatan mencelupkan dan merendam buah kedalam air

panas pada suhu 100 oC dengan tujuan untuk menginaktifkan atau mematikan

40

mikroorganisme yang patogen, sehingga buah-buahan yang akan dugunakan

dalam proses pengolahan tidak tercemar, higienis, dan aman dikonsumsi. Tujuan

lain dilakukannya blancing adalah untuk memudahkan penghancuran.

4. Penirisan

Penirisan adalah mengeringkan buah-buahan setelah dilakukan blancing

memakai alat bak plastik selama 15 menit, dengan cara diangkat, ditiriskan, dan

dikeringkan di tempat yang telah disediakan sebelum dilakukan proses

penghancuran.

5. Penghancuran atau Penghalusan

Penghancuran atau penghalusan adalah kegiatan menghancurkan atau

menghaluskan buah yang telah selesai direndam dalam air panas. Penghancuran

buah dilakukan dengan menggunakan blender sampai menyerupai bubur. Tujuan

dari dilakukannya proses penghancuran untuk mendapatkan cairan sari buah dan

mempermudah dalam proses pemasakan jus buah.

6. Filtrasi Pertama

Proses filtrasi atau penyaringan dilakukan dengan menggunakan alat

penyaring yang disebut filter. Filter ini berfungsi untuk menyaring ampas kasar

atau memisahkan ampas kasar dari cairan sari buah hasil penghancuran buah

tersebut. Filter yang digunakan oleh CV. WPIU adalah filter sederhana, yaitu

saringan. Hasil penghancuran buah menghasilkan cairan sari buah yang

bercampur dengan ampas atau serat kasar dari buah. Hasil penghancuran yang

dihasilkan tersebut langsung difiltrasi dengan menggunakan saringan yang

ditempatkan dalam bak plastik.

41

7. Pemanasan Larutan Penstabil / pengental

Proses berikutnya adalah menyiapkan larutan penstabil yang terdiri dari

bahan penstabil Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan air matang. Cara penyiapan

larutan penstabil yaitu bahan penstabil CMC dilarutkan di dalam air panas

kemudian dipanaskan dalam panci stainless steel di atas kompor sambil terus

diaduk. Pengadukan ini bertujuan agar bahan penstabil CMC yang belum terlarut

dalam air tidak menempel pada dinding bagian dalam panci stainless steel, karena

ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan akibat bahan penstabil CMC

mudah hangus.

8. Homogenisasi

Homogenisasi adalah proses pengenceran dan pencampuran cairan sari

buah yang telah diperoleh dari hasil filtrasi yang kemudian dilakukan pengenceran

dan pencampuran dengan air dan bahan pembantu yaitu CMC sebagai pengental

yang sudah dipanaskan dalam panci stainless steel.

9. Pemasakan

Proses selanjutnya adalah pemasakan, yaitu pencampuran sari buah yang

telah dihomogenisasi ke dalam larutan penstabil yang berada dalam panci

stainless steel di atas kompor dengan api sedang dengan suhu + 75o-90oC selama

30 menit. selama proses pemasakan dilakukan pengadukan agar semua bahan

yang dimasak tercampur dengan rata dan menghasilkan kualitas akhir pemasakan

yang baik dan bermutu. Jeda pengadukan tidak boleh terlalu lama agar jus buah

cepat masak dan mendidih.

42

10. Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahan pemanis, bahan pengawet makanan, bahan pengatur keasaman, pewarna makanan).

Proses yang dilakukan selanjutnya adalah penambahan bahan pemanis

yaitu gula pasir, setelah jus mencapai setengah matang yang ditandai dengan

munculnya bintik-bintik air di sisi-sisi panci stainless steel namun belum

mendidih, kemudian ditambahkan gula pasir sebagai pemanis, natrium benzoat

sebagai bahan pengawet, citrun sebagai pengatur keasaman, pewarna makanan

yang sesuai dengan jus yang sedang diproduksi.

11. Filtrasi Kedua

Setelah proses pemasakan selesai maka proses selanjutnya yang harus

dilakukan adalah penyaringan atau filtrasi yang kedua, yaitu menyaring kembali

hasil olahan jus buah yang telah matang dengan alat penyaring yang diletakkan di

atas alat pengemas water dispenser. Proses ini bertujuan untuk mendapatkan hasil

akhir olahan jus buah yang jernih tanpa ampas sehingga akan didapatkan tampilan

yang menarik ketika sudah dilakukan pengemasan.

12. Persiapan Pengemasan dan Pengemasan

Kegiatan yang selanjutnya dilakukan adalah mempersiapkan proses

pengemasan yaitu menyiapkan kemasan botol plastik sebagai pengemas dan

menyiapkan krat-krat botol yang sudah diisi air dingin untuk proses pendinginan,

maka proses selanjutnya adalah mengemas hasil olahan jus buah ke dalam

kemasan botol plastik berkapasitas 250 ml. Proses pengemasan dilakukan setelah

hasil olahan jus buah tersebut ditambahkan essense (penguat rasa buah), kemudian

didiamkan selama 60 menit untuk mendapatkan jus buah yang hangat dan belum

terbentuk endapan dari ampas halus buah .

43

Pengemasan dilakukan dengan cara mengeluarkan jus buah melalui kran

dispenser dan ditampung dalam kemasan botol plastik yang berada di bawahnya,

kemudian langsung ditutup dengan penutup botol plastik untuk menghindari

kontak langsung dengan udara. Jus buah yang telah selesai dikemas dalam botol-

botol plastik dan langsung ditempatkan ke dalam krat-krat botol yang telah diisi

dengan air dingin. Proses ini dinamakan dengan proses pendinginan. Proses

pendinginan ini dimaksudkan agar jus buah yang masih dalam keadaan hangat

tersebut cepat dingin agar secepatnya dapat dilakukan proses pelabelan. Untuk

lebih jelasnya diagram alir pengolahan sari buah pada CV.WPIU dapat dilihat

pada Gambar 6.

44

keterangan:

= bahan baku

= hasil olahan sementara/

bahan pelolong

= proses

= produk

penimbangan

Blacing

Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahna pemanis, bahan pengawet makanan, banhan pengtur keasaman, pewarna makanan)

Homogenisasi

Pemanasan Larutan Penstabil

Buah matang

Sari buah

dalam botol

Sari buah

Pembotolan dan penutupan

Filtrasi ke dua

Pemasakan

Filtrasi Pertama

Penghancuran atau Penghalusan

Pengupasan dan Pencucian

Gambar 6. Diagram alir pengolahan sari buah pada CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul

45

5.2. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Secara garis besar biaya

produksi dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan

biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

dikelompokkan ke dalam biaya langsung, dan biaya overhead pabrik

dikelompokkan ke dalam biaya tidak langsung.

5.2.1. Penggunaan Biaya Langsung

Pada proses produksi jus buah sumber daya langsung terdiri dari biaya

bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang dapat dengan mudah ditelusuri

secara langsung kesatuan produk jus.

a. Biaya Bahan Baku

Selama periode tahun 2009, kebutuhan dan biaya bahan baku untuk setiap

jenis jus buah perhari bersifat konstan, yaitu sebanyak 15kg buah belimbing,

10kg buah jambu biji merah, 1,5kg wortel dan 3,5kg buah nanas. Dengan harga

Rp.4.000/kg untuk buah belimbing, jambu biji merah dan wortel,

Rp.4.300/kg untuk buah nanas, dengan asumsi pemakaian 5 buah nanas untuk

takaran 3,5kg sehingga harganya menjadi Rp.15.000/3.5kg.

Semua jenis jus buah yang diproduksi oleh CV.WPIU dikerjakan dalam

26 hari kerja per bulan selama satu tahun, sehingga dalam periode analisis tahun

2009 total bahan baku yang digunakan oleh setiap jenis jus buah adalah

sebanyak 4680kg buah belimbing, 3120kg buah jambu biji merah, 468kg wortel

46

dan 1092kg buah nanas. Data biaya bahan baku produksi CV.WPIU dijabarkan

pada Tabel 1 di bawah ini:

Tebel 1. Biaya Bahan Baku Untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009

Bahan Baku Biaya Bahan

Baku (Rp/kg) Banyaknya

Bahan Baku (kg)Biaya Bahan Baku (Rp)

Belimbing 4.000 4.680 18.720.000Jambu Biji Merah 4.000 3.120 12.480.000Wortel 4.000 4.68 1.872.000Nanas 4.300 1.092 4.695.000Total 9.360 37.767.600

b. Biaya Tenaga Karja Langsung

Tenaga kerja langsung bekerja selama delapan jam per hari dalam 26 hari

kerja per bulan, untuk empat orang tenaga kerja selama satu tahun, dengan upah

sebesar Rp.650.000/bulan/orang dengan total biaya Rp.31.200.000. Biaya tenaga

karja langsung untuk masing-masing produk jus dialokasikan berdasarkan

persentase jumlah produksinya terhadap total biaya tenaga kerja langsung untuk

masing-masing jenis jus.

Untuk jenis jus belimbing dibebankan biaya tenaga kerja langsung

sebesar Rp.15.600.000 dari 50 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja

langsung, untuk jenis jus jambu dibebankan biaya tenaga kerja langsung sebesar

Rp.10.400.500 dari 33.33 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja

langsung, sedangkan untuk jenis jus wornas dibebankan biaya tenaga kerja

langsung sebesar Rp.5.199.900 dari 16,66 % konsumsi terhadap total biaya

tenaga kerja langsung.

47

5.2.2. Penggunaan Biaya Tidak Langsung

Pengguanaan biaya tidak langsung akan menimbulkan biaya tidak

langsung di luar biaya langsung. Biaya tidak langsung sering disebut biaya

overhead pabrik (BOP), jenis biaya overhead pabrik yang dimasukkan dalam

perhitungan harga pokok produksi pada CV.WPIU adalah biaya bahan tambahan,

biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya listrik, biaya gas dan biaya overhead

bersama.

a. Biaya Bahan Tambahan

Bahan tambahan (additive) adalah bahan yang dipergunakan untuk

menambah nilai gizi atau cita rasa dari produk olahan (Ditjen PPHP, 2006: 7).

Tujuan penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki

tekstur, rasa, penampakan, kekentalan dan pengawetan, bahan pembantu yang

digunakan dalam memproduksi jus buah belimbing, jus buah jambu dan jus

buah wornas (wortel dan nanas) pada dasarnya sama, yaitu: bahan pemanis

(gula), bahan penstabil CMC (Carboxy Methyl Cellulose), bahan pengawet

makanan (Natruim Benzoat), bahan pengatur keasaman (Citrun), bahan

pewarna makanan dan essense (bahan untuk citarasa atau aroma buah agar

lebih kuat).

Perbedaan penggunaan bahan tambahan hanya pada jumlah atau

takaran, pewarna makanan dan essense pada setiap kali memproduksi masing-

masing jenis jus buah, bahan tambahan seperti Natrium Benzoat, Citrun,

Pewarna Makanan dan essense akan disebut sebagai bahan tambahan lain-lain,

adapun perhitungannya disajikan pada Tabel 2.

48

Tabel 2: Biaya Bahan Tambahan Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV. WPIU Tahun 2009

Jenis Bahan Tambahan

Harga Satuan (Rp)

Produk

Belimbing Jambu Wornas Q Rp Q Rp Q Rp Gula (kg) 10.000. 4680 46.800.000. 312

0 31.200.000. 1560 15.600.000.

CMC (kg) 50.000. 19,5 975.000. 13 650.000 6,5 325.000. Bahan Tambahan Lain-Lain

10.000. 19,5 195.000. 13 130.000. 6,5 65.000.

Total (Rp) 47.970.000. 31.980.000. 15.990.000 Keterangan: Q = Quantity

b. Biaya Pengemasan

Bahan kemasan yang digunakan pada setiap jenis produk jus buah yang

diproduksi oleh CV.WPIU adalah kemasan botol dan karton. Botol yang

digunakan adalah botol plastik dengan label merek dagang CV.WPIU dan nama

jenis dari jus buah yang terkandung di dalamnya serta keterangan-keterangan

lain yang berhubungan dengan isi dari jus tersebut. Botol yang digunakan

berukuran berat bersih 250ml. Karton digunakan sebagai tempat untuk

mengepak jus yang sudah dikemas dalam botol, karton yang digunakan

berukuran 30cmx25cm dengan kapasitas 24 botol jus per karton dengan merek

dagang CV.WPIU. Total biaya kemasan dari masing-masing jenis jus tersebut

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Total biaya kemasan botol pada tahun 2009 untuk produk jus belimbing

adalah sebesar Rp.157.248.000, untuk jenis produk jus jambu sebasar

Rp.104.832.000, dan untuk jenis produk jus wornas sebesar Rp.52.416.000, atau

49

Rp.1.000/botol untuk setiap jenis jus dan dialokasikan berdasarkan jumlah

volume yang dihasilkan pada setiap masing-masing jenis jus.

Biaya karton per satuan buah adalah sebesar Rp.1.500, sehingga total

biaya karton yang dikeluarkan pada tahun 2009 untuk masing-masing jenis

produk jus buah adalah Rp.9.828.000 untuk jus belimbing, Rp.6.552.000 untuk

jus jambu, Rp.3.726.000 untuk jus wornas. Pemakaian karton untuk jenis jus

belimbing, jus jambu, jus wornas masing-masing adalah sebanyak 6.552 karton,

4.368 karton, 2.184 karton.

c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang bekerja tidak

secara langsung menangani proses produksi atau bekerja di luar proses produksi

sebagai bagian tenaga administrasi dan lain-lain. Tenaga kerja tidak langsung

bekerja selama delapan jam per hari selama 26 hari kerja per bulan, untuk dua

orang tenaga kerja selama satu tahun, dengan upah sebesar Rp.650.000.00/

bulan/orang dengan total biaya Rp.15.600.000. Biaya tenaga kerja tidak

langsung untuk masing-masing produk jus dialokasikan berdasarkan persentase

jumlah produksinya terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung untuk

masing-masing jenis jus.

Untuk jenis jus belimbing dibebankan biaya tenaga kerja tidak langsung

sebesar Rp.7.800.000 dari 50 % konsumsi terhadap total biaya tenaga kerja

tidak langsung. Untuk jenis jus jambu dibebankan biaya tenaga kerja tidak

langsung sebesar Rp.5.200.000 dari 33.33 % konsumsi terhadap total biaya

tenaga kerja tidak langsung. Sedangkan untuk jenis jus wornas dibebankan

50

biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.2.600.000 dari 16,66 % konsumsi

terhadap total biaya tenaga kerja tidak langsung.

d. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi

Fasilitas (bangunan) serta peralatan produksi dikenakan biaya penyusutan

yang disajikan pada Lampiran 3, perhitungan nilai penyusutan diperoleh dengan

menggunakan metode garis lurus (Straigh- Line methode) (Simamora, 1999:

307). Metode garis lurus mengalokasikan beban penyusutan yang sama besarnya

selama masa manfaat aktiva. Rumus metode garis lurus adalah biaya perolehan

dikurangi nilai sisa kemudian dibagi taksiran masa manfaat aktiva atau umur

ekonomis (dalam tahun).

Umur ekonomis untuk penggunaan bangunan diasumsikan selama 20

tahun, untuk mesin dan peralatan selama 5 tahun dan 3 tahun. Nilai sisa

bangunan, mesin dan peralatan diasumsikan sebesar 10 % dari harga

pembeliannya. Total biaya penyusutan pada tahun 2009 adalah sebesar

Rp.5.892.600 yang akan dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksi

jenis jus belimbing, jus jambu, jus wornas, yaitu masing-masing sebesar

Rp.2.946.300.00, Rp.1.964.183.00 dan Rp.982.107.00 terhadap total biaya

penyusutan ketiga jenis jus tersebut.

Penyusutan peralatan mesin blender, pengaduk, pisau dan gayung tidak

disertakan dalam penyusutan peralatan karena umur ekonomisnya telah habis

masa pakai, namun masih dapat digunakan dan tidak mengganggu produktivitas

perusahaan, sedangkan untuk saringan dikarenakan setiap bulan diganti sehingga

51

dihitung berdasarkan jumlah pemakaiannya dalam satu tahun atau dalam periode

analisis.

e. Biaya Listrik dan Gas

Sumber daya yang digunakan dalam memproduksi jenis jus buah pada

CV.WPIU adalah tenaga listrik dan gas, biaya-biaya akibat penggunaan tenaga

listrik dan pemakaian gas terdapat pada Tebel 3.

Tabel 3. Biaya Penggunaan Tenaga Listrik dan Gas Pada CV.WPIU Tahun 2009

Jenis Biaya Nilai (Rp) Pemakain Listrik 2.160.000 Pemakain Gas 4.680.000 Jumlah 6.840.000

Biaya penggunaan listrik dan gas untuk jenis jus belimbing, jambu, dan

wornas, didasarkan pada persentase jumlah produksinya. Pada jus belimbing, jus

jambu dan jus wornas masing-masing biaya penggunaan listriknya adalah

sebesar, Rp.1.080.000, Rp.720.000 dan Rp.360.000, sedangkan untuk

penggunaan gas pada masing-masing jenis jus adalah sebesar Rp.2.340.000,

Rp.1.560.000 dan Rp.780.000.

Biaya penggunaan listrik dan gas untuk masing-masing jenis jus

dialokasikan berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya

listrik dan gas pada masing-masing jenis jus.

f. Biaya Overhead Bersama

Biaya operasional overhead bersama dalam satu tahun tahun mencapai

Rp.15.840.000, kebutuhan biaya tersebut digunakan untuk telepon, bensin, sewa

motor dan bongkar muat. Biaya operasional overhead barsama disajikan pada

Tabel 4 berikut ini.

52

Tabel 4. Biaya Overhead Bersama Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009

Jenis Overhead Biaya (Rp/tahun) Telepon 1.200.000 Bensin 6.240.000 Sewa Motor 7.200.000 Bongkar Muat 1.200.000 Jumlah 15.840.000

Biaya penggunaan bensin masing-masing jenis jus dialokasikan

berdasarkan persentase jumlah produksinya terhadap total biaya bensin,

misalnya untuk produk jus belimbing dengan persentese 50% dibebankan biaya

bensin sebesar Rp.3.120.000. Untuk produk jus jambu dengan persentase

33,33% dibebankan biaya bensin sebesar Rp.2.080.116, sedangkan untuk jus

wornas dengan persentase 16,66% dibebankan biaya bensin sebesar

Rp.1.039.884 dari total biaya bensin ketiga produk jus tersebut. Dengan

perhitungan yang sama maka akan diperoleh biaya-biaya overhead bersama

lainnya untuk masing-masing jenis produk jus tersebut.

5.3. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP)

Metode penetapan harga pokok produksi (HPP) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode yang digunakan oleh

perusahaan atau metode konvensional (full costing) dan metode activity based

costing (ABC), metode ABC digunakan sebagai pembanding, yang kemudian

dianalisis untuk mengetahui metode mana yang dapat direkomendasikan kepada

perusahaan.

53

54

5.3.1. Penetapan Harga Pokok Produksi Yang Biasa Digunakan Oleh Perusahaan Dengan Metode full costing

Alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan,

didasarkan pada persentase jumlah produksi yang diperoleh dengan cara membagi

jumlah biaya produksi masing-masing jenis jus dengan total produksi yang

dihasilkan oleh semua jenis jus dalam periode analisis. Persentase jumlah produk

jenis jus belimbing adalah sebesar 50 % dengan jumlah produksi sebanyak

157.248 botol/tahun, persentase jus jambu adalah sebesar 33,33 % dengan jumlah

produksi sebanyak 104.832 botol/tahun, dan persentase jus wornas adalah sebesar

16,66 % dengan jumlah produksi sebanyak 52.416 botol/tahun. Total produksi

dari ke tiga jenis jus selama periode analisis adalah sebesar 314.496 botol. Data

produksi CV.WPIU dijabarkan pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Jumlah Produksi dan Persentase Untuk Masing-Masing Produk Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009

Jenis Produk Jus Jumlah Produksi (Botol) Persentase Total

Produksi dari Masing-Masing Jenis Jus (%)

Jus Belimbing 157.248 50 % Jus Jambu 104.833 33,33 % Jus Wornas 52.416 16,66 % Total 314.496

5.3.2. Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Pandekatan Metode ABC

Alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk yang dihasilkan,

didasarkan aktivitas yang dilakukan pada setiap proses produksi, perhitungannya

diperoleh dengan cara mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam setiap

produksi masing-masing jenis jus buah. Proses perhitungan harga pokok produksi

dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Menentukan aktivitas produksi.

2. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas.

3. Menentukan cost drivers dan nilainya.

4. Menghitung nilai tarif/aktivitas.

5. menghitung nilai biaya/aktivitas/produk.

6. Perhitungan harga pokok produksi.

Tahap terakhir penghitungan adalah mencari harga pokok produksi,

dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan.

Biaya produksi yang dihitung terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung dan biaya overhead pabrik (yang telah diketahui berdasarkan aktivitas

pada saat proses produksi).

5.4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU

Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan oleh CV.WPIU

selama ini adalah metode konvensional dengan pendekatan full costing dalam

periode akuntansi satu tahun. Harga pokok produksi memperhitungkan semua

unsur biaya produksi baik yang bersifat variabel maupun tetap. Pada laporan

keuangan perusahaan tidak memisahkan biaya overhead pabrik untuk masing-

masing jenis produk jus, akan tetapi biaya tersebut digabungkan pada ketiga jenis

produk jus tersebut. Dalam mengalokasikan biaya overhead pabrik, perusahaan

menggunakan dasar pembebanan berdasarkan kuantitas produk yang dihasilkan

bukan berdasarkan aktivitas, alokasi pembebanan biaya kesetiap jenis produk

yang dihasilkan didasarkan pada persentase jumlah produksi dari masing-masing

jenis produk jus.

55

Dari perhitungan biaya sumberdaya langsung dan biaya sumberdaya tidak

langsung, maka dilakukan perhitungan harga pokok produksi untuk ke tiga jenis

produk jus buah pada periode tahun 2009 seperti yang tertera pada Lampiran 4.

Total biaya produksi diperoleh dari penjumlahan antara biaya sumberdaya

langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung) dengan biaya

sumberdaya tidak langsung (BOP dan BOP bersama). Sedangkan perhitungan

harga pokok produksi per botol diperoleh dengan membagi antara total biaya

produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan oleh masing-masing jenis jus

pada periode analisis tersebut.

Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan full

costing dapat diketahui bahwa biaya produksi untuk jenis produk jus belimbing

adalah sebesar Rp.271.452.300, jumlah tersebut diperoleh dengan mengakumulasi

biaya bahan baku sebesar Rp.18.720.000, dengan biaya tenaga kerja langsung

sebesar Rp.15.600.000, dan BOP sebesar Rp.237.132.300, serta BOP bersama

sebesar Rp.7.920.000. Harga pokok produksi per botol produk jus belimbing

adalah sebesar Rp.1.726, jumlah tersebut diperoleh dengan membagi total biaya

produksi untuk jenis jus belimbing sebesar Rp.271.452.300 dengan jumlah

produksi yang dihasilkan oleh jenis jus belimbing sebanyak 157.248 botol.

Dengan perhitungan yang sama akan diperoleh harga pokok produksi per botol

untuk jenis produk jus jambu dan jus wornas, yaitu masing-masing sebesar

Rp.1.726, Rp.1.743 (Lampiran 4).

Hasil perhitungan harga pokok produksi ke tiga jenis jus dapat diketahui

selisihnya dengan harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar

56

Rp.2.750/botol untuk semua jenis produk jus buah. Selisih dari jenis produk jus

belimbing, jus jambu dan jus wornas masing-masing adalah Rp.1.024/botol,

Rp.1.024/botol, dan Rp.1.018/botol.

Perhitungan harga pokok produksi untuk semua jenis produk jus buah

tersebut menggunakan rasio berdasarkan volume produksi, penggunaan volume

produksi sebagai pemacu biaya (cost drivers) kurang relevan karena pada

kenyataannya terdapat beberapa aktivitas dan biaya overhead yang tidak

berhubungan langsung dengan jumlah produk yang dihasilkan. Dalam metode

konvensional, biaya overhead pabrik dianggap proporsional dengan persentase

produk yang diproduksi. Biaya dialokasikan secara tidak langsung kepada satuan

produk dengan menggunakan suatu dasar yang tidak proporsional dengan

konsumsi sumberdaya sesungguhnya.

Penentuan harga pokok produksi seperti ini mudah diaplikasikan, akan

tetapi mengakibatkan kesalahan dalam pembebanan biaya overhead, untuk produk

yang diproduksi dalam jumlah besar akan menerima pembebanan BOP yang lebih

besar, sebaliknya untuk produk yang diproduksi dalam jumlah kecil akan

menerima pembebanan BOP yang kecil pula.

5.5. Penetapan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Activity Based Costing (ABC)

Metode activity based costing (ABC) mencoba untuk memperbaiki akurasi

perhitungan biaya produk terutama pembebanan pada biaya overhead pabrik,

biaya overhead akan dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi aktivitas

secara nyata yang terjadi dalam proses produksi.

57

58

5.5.1. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Belimbing

Perhitungan HPP untuk jenis produk jus belimbing dengan metode ABC

dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan perhitungan sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi aktivitas.

b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas.

c. Menentukan cost drivers dan nilainya.

d. Menghitung nilai tarif/aktivitas.

e. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk .

f. Perhitungan HPP.

Adapun perincian tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Aktivitas

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan metode HPP

dengan ABC adalah proses mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam

produksi jus belimbing, ketelitian dalam menentukan konsumsi aktivitas akan

sangat berpengaruh terhadap perhitungan harga pokok produksi. Adapun aktivitas

produksi jus belimbing terdiri dari aktivitas penimbangan, pencucian dan

pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi,

pemasakan, filtrasi kedua, dan pengemasan.

b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya

Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya

atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya

atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi,

penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian

sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran

secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan

persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi.

Selain itu perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah

nilai dan mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan

tidak sia-sia.

Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik mesin, gas,

bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan penyusutan bangunan,

biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis produk jus

belimbing tahun 2009, seperti yang tertera pada Lampiran 5.

Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus belimbing sebesar

0.90 % yang diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,5jam/hari dari

total penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari, yang terdiri dari penggunaan

listrik untuk dua buah kulkas selama 48 jam/hari, listrik penerangan kantor selama

3 jam/hari, listrik untuk blender jus belimbing dan jus jambu masing selama 0,5

jam/hari, sedangkan listrik untuk blender jus wornas selama 0,33 jam/hari, listrik

air selama 3 jam/hari.

Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan

0,90 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus belimbing

yaitu sebesar Rp.19.512/tahun untuk biaya listrik blender. Penggunaan listrik

untuk kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan

penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk

59

produk jadi dan pada pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan

dengan lampu listrik.

Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik,

yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air

sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air

untuk jenis produk jus belimbing adalah 41,89 %, yang diperoleh dari penggunaan

air jenis produk jus belimbing sebanyak 104.832 liter/tahun, dibagi total

penggunaan air pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan

biaya sebesar Rp.49.080/tahun.

Persentase biaya air pada jenis produk jus belimbing, air untuk pemasakan,

air pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 28,57 %

(29.952 lt/tahun), 44,64 % (46.800 lt/tahun), 17,85 % (18.720 lt/tahun), 8,92 %

(9.360 lt/tahun), masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi

jenis jus belimbing diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air

dengan total biaya air pada jenis produk jus belimbing seperti yang tercantum

pada Lampiran 1.

Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing,

persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-

masing adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total pemakaian gas selama

3,75 jam/hari, yang digunakan masing-masing pada saat pemasakan yaitu

3 jam/hari dan blancing selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus

tersebut. Biaya yang digunakan pada proses pemasakan jus belimbing adalah

Rp.1.872.000 atas persentase sebesar 50 % yang diperoleh dari lamanya

60

pamasakan pada produksi jus belimbing yaitu 468 jam/tahun dari total lamanya

proses pemasakan ketiga jenis jus tersebut yaitu selama 936 jam/tahun.

Sedangkan biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus

tersebut masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentese yang

sama yaitu 33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78

jam/tahun atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut

selama 234 jam/tahun.

Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan

menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing

peralatan pada periode analisis. Biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis

jus belimbing terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1

timbangan digital, 4 bak plastik, 1 panci, 1 kompor, 20 saringan, 6 krat, dan 7

taperware, biaya bahan pembantu serta biaya kemasan dihitung berdasarkan

jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung, pengaduk

dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa

pakainya telah melebihi umur ekonomisnya.

c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya

Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang

disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam

menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik

mesin, volume air dan luas lantai. Dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas

aktivitas jenis produk jus belimbing disajikan pada Lampiran 6.

61

Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas,

biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya

peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan penolong, biaya bahan

pembantu dan biaya kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian

tertentu untuk satu unit produk yang dihasilkan selama masa analisis.

Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas

aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai

cost drivers atas aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas pemasakan adalah

Rp.4.000 per jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya gas sebesar

Rp.1.872.000 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 468 jam peralatan.

Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers atas

aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus belimbing, yang

akan ditampilkan pada Lampiran 6.

d. Menghitung Nilai Tarif/Aktivitas

Tarif/aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas

dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya,

sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya listrik mesin blender adalah sebesar

Rp.3.120, artinya setiap 0,5jam kerja mesin blender tarif yang ditetapkan sebesar

Rp.3.120. tarif/aktivitas untuk biaya masin blender diperoleh dari total biaya

aktivitas penghancuran sebesar Rp.19.512, yang hanya terdiri dari biaya listrik

blender saja, dibagi dengan nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya listrik

mesin blender sebesar 6253 jam mesin. Dengan perhitungan yang sama, maka

62

akan diperoleh tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam tiap jenis aktivitas

yang akan di tampilkan pada Lampiran 7.

e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk

Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada

besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya

atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun

persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal. Berdasarkan

jumlah atau volume produksi, nilai cost drivers langsung dikalikan dengan

tarif/aktivitas.

Contoh biaya bahan tambahan gula pada proses pemasakan cost

driversnya sebesar 312, langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya tambahan

gula sebesar Rp.3.335, maka alokasi biaya bahan tambahan gula sebesar

Rp.1.040.520. Dengan perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai

biaya/aktivitas/produk jenis jus belimbing tahun 2009 sebagaimana disajikan pada

Lampiran 7.

f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Belimbing Dengan Metode ABC

Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus belimbing dengan

metode ABC disajikan pada Lampiran 8. Total harga pokok produksi diperoleh

dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total

biaya overhead pabrik. Total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas

penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan,

penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua dan pengemasan, perhitungan

63

HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah

produk jadi.

Berdasarkan Lampiran 8, diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis

produk jus belimbing dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih rendah sebesar

Rp.1.262, dibandingkan dengan metode full costing sebesar Rp.1.726. Dari hasil

perhitungan HPP jenis produk jus belimbing dengan metode ABC dapat diketahui

selisihnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.1.488.

5.5.2. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Jambu

Perhitungan HPP untuk Jenis produk jus jambu dengan metode ABC sama

dengan tahapan-tahapan perhitungan pada jenis jus belimbing yaitu, sebagai

berikut:

a. Mengidentifikasi aktivitas.

b. Menggolongkan jenis biaya atas aktivitas.

c. Menentukan cost drivers dan nilainya.

d. Menghitung nilai tarif/aktivitas.

e. Menghitung nilai biaya/aktivitas/produk.

f. Perhitungan HPP.

Adapun rincian tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Aktivitas

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah proses identifikasi aktivitas

yang dilakukan dalam produksi jus jambu, ketelitian dalam menentukan konsumsi

aktivitas akan sangat berpengaruh terhadap perhitungan HPP. Adapun aktivitas

64

produksi jus jambu terdiri dari aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan

atau pemotongan, blancing, penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi

ke dua, dan pengemasan.

b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya

Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya

atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya

atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi,

penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian

sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran

secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan

persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi,

perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan

mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan tidak

sia-sia.

Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung dalam perhitungan HPP pada jus

jambu sama dengan perhitungan HPP pada jus belimbing, yaitu biaya listrik

mesin, gas, bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan

penyusutan bangunan. Biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi

jenis produk jus jambu tahun 2009 yang terdapat pada Lampiran 9.

Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus jambu sama dengan

persentese penggunaan listrik untuk jus belimbing yaitu sebesar 0.90 % yang

diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,5jam/hari dari total

penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari.

65

Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan

0,90 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus jambu yaitu

sebesar Rp.19.512/tahun untuk biaya listrik blender, penggunaan listrik untuk

kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan

penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk

produk jadi dan pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan lampu.

Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik,

yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air

sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air

untuk jenis produk jus jambu adalah 31,67 %, yang diperoleh dari penggunaan air

jenis produk jus jambu sebanyak 79.248 liter/tahun, dibagi total penggunaan air

pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan biaya sebesar

Rp.49.080/tahun.

Persentase biaya air pada jenis produk jus jambu untuk bahan penolong, air

pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 25,20 %

(19.968 lt/tahun), 39,37 % (31.200 lt/tahun), 23,62 % (18.720 lt/tahun),11,81%

(9.360 lt/tahun). Masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi

jenis jus jambu diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air dengan

total biaya air pada jenis produk jus jambu seperti yang tercantum pada Lampiran 1.

Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing,

persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-masing

adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total pemakaian gas selama

3,75jam/hari, yang digunakan masing-masing pada saat pemasakan yaitu 3 jam/hari

66

dan blancing selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus tersebut. Biaya

yang digunakan pada proses pemasakan jus jambu adalah Rp.1.248.000 atas

persentase sebesar 33,33% % yang diperoleh dari lamanya pamasakan pada

produksi jus jambu yaitu 312 jam/tahun dari total lamanya proses pemasakan ketiga

jenis jus tersebut yaitu selama 936 jam/tahun.

Sedangkan biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus

tersebut masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentase yang sama

yaitu 33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78

jam/tahun atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut

selama 234 jam/tahun.

Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan

menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing

peralatan pada periode analisis. Biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis jus

jambu terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1 timbangan

digital, 4 bak plastik, 1 panci, kompor, 16 saringan, 6 krat, dan 5 taperware, biaya

bahan penolong dan biaya bahan pembantu serta baiaya kemasan dihitung

berdasarkan jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung,

pengaduk dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna

masa pakainya telah melebihi umur ekonomisnya.

c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya

Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang

disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam

menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik

67

mesin, volume air dan luas lantai, dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas

aktivitas jenis produk jus jambu disajikan pada Lampiran 10.

Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas,

biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya

peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan penolong, biaya bahan

pembantu dan biaya kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian

tertentu untuk satu unit produk yang dihasilkan selama masa analisis.

Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas

aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai

cost drivers atas aktivitas untuk biaya panci pada aktivitas pemasakan adalah

Rp.3.461/jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya gas sebesar

Rp.108.000 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 312 jam peralatan.

Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers atas

aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus jambu.

d. Menghitung Nilai Tarif/Aktivitas

Tarif/Aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas

dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya,

sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas blancing adalah

sebesar Rp.5.40, artinya setiap 0,25 jam kerja gas tarif yang ditetapkan sebesar

Rp.5.40 tarif/aktivitas untuk biaya gas pada aktivitas blancing dan penirisan,

diperoleh dari total biaya aktivitas blancing dan penirisan sebesar Rp.540.360,

yang terdiri dari biaya panci, biaya gas, biaya kompor, biaya air blancing, biaya

bak blancing dan biaya bak penirisan, dibagi dengan nilai cost drivers atas

68

aktivitas untuk biaya gas blancing sebesar 1000 jam mesin. Dengan perhitungan

yang sama, maka akan diperoleh tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam

tiap jenis aktivitas yang akan disajikan pada Lampiran 11.

e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk

Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada

besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya

atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun

persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal berdasarkan jumlah

atau volume produksi yang berbeda sehingga membutuhkan semberdaya yang

berbeda pula, nilai cost drivers langsung dikalikan dengan tarif/aktivitas.

Contoh biaya bahan tambahan gula pada proses pemasakan cost drivers

sebesar 195 jumlah unit langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya tambahan

CMC sebesar Rp.10.025, maka alokasi biaya bahan tambahan gula sebesar

Rp.1.954.875. Dengan perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai

biaya/aktivitas/produk jenis jus jambu tahun 2009 yang disajikan pada

Lampiran 11.

f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Jambu Dengan Metode ABC

Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus jambu dengan

metode ABC disajikan pada Lampiran 12, total harga pokok produksi diperoleh

dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total

biaya overhead pabrik. Total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas

penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing, penirisan,

penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke II dan pengemasan, perhitungan

69

HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah

produk jadi.

Berdasarkan Lampiran 12 diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis

produk jus jambu dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih rendah sebesar

Rp.1.381 dibandingkan dengan metode full costing sebasar Rp.1.726. Dari hasil

perhitungan HPP jenis produk jus jambu dengan metode ABC dapat diketaui

selisishnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.1.369.

5.5.3. Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) Jenis Produk Jus Wornas

Perhitungan HPP untuk Jenis produk jus wornas dengan metode ABC

sama dengan tahapan-tahapan perhitungan pada ke dua jenis jus sebelumnya,

yaitu sebagai berikut:

a. mengidentifikasi aktivitas.

b. menggolongkan jenis biaya atas aktivitas

c. menentukan cost drivers dan nilainya.

d. menghitung nilai tarif/aktivitas.

e. menghitung nilai biaya/aktivitas/produk.

f. perhitungan HPP.

Adapun perimcian tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Aktivitas

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan metode HPP

dengan ABC adalah proses mengidentifikasi aktivitas yang dilakukan dalam

produksi jus wornas, ketelitian dalam menentukan konsumsi aktivitas akan sangat

berpengaruh terhadap perhitungan HPP. Adapun tahapan aktivitas produksi jus

70

wornas adalah sama dengan dua jenis produk jus sebelumnya yang terdiri dari

aktivitas penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing,

penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua, dan pengemasan.

b. Menggolongkan Jenis Biaya atas Aktivitasnya

Langkah ke dua adalah menggolongkan jenis biaya atas aktivitasnya, biaya

atas aktivitas adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya produksi. Biaya

atas aktivitas diperoleh dengan cara penelusuran secara langsung atau estimasi,

penelusuran secara langsung mensyaratkan untuk mengukur pemakaian

sumberdaya yang sesungguhnya digunakan dalam aktivitas. Jika pengukuran

secara langsung tidak dapat dilakukan maka langkah estimasi berdasarkan

persentase penggunaan untuk jenis biaya pada setiap aktivitas yang diidentifikasi,

perusahaan harus secara jeli memperhatikan mana aktivitas penambah nilai dan

mana aktivitas yang bukan penambah nilai agar biaya yang dikeluarkan

tidak sia-sia.

Jenis biaya atas aktivitas yang dihitung adalah biaya listrik mesin, gas,

bahan tambahan, penyusutan peralatan, penggunaan air dan penyusutan bangunan.

Biaya atas aktivitas dihitung menggunakan data produksi jenis produk jus wornas

tahun 2009 yang terdapat pada Lampiran 13.

Persentase pemakaian listrik pada produksi jenis jus wornas sebesar

0.59 % yang diperoleh dari persentase pemakaian listrik selama 0,33 jam/hari dari

total penggunaan listrik selama 55,33 jam/hari, yang terdiri dari penggunaan

listrik kulkas selama 48 jam/hari, listrik penerangan kantor selama 3 jam/hari,

71

listrik untuk blender jus belimbing dan jus jambu masing selama 0,5 jam/hari,

listrik air selama 3 jam/hari.

Total biaya listrik ketiga jenis produk jus sebesar Rp.1.160.000/tahun, dan

0,59 % dari total biaya listrik akan dialokasikan pada jenis produk jus wornas

yaitu sebesar Rp.12.876/tahun untuk biaya listrik blender. Penggunaan listrik

untuk kulkas dan penerangan tidak dibebani dalam perhitungan HPP, disebabkan

penggunaannya di luar proses produksi karna fungsinya sebagai pendingin untuk

produk jadi dan pada saat proses produksi tidak menggunakan penerangan.

Total biaya air ketiga jenis produk jus termasuk dalam rekening listrik,

yaitu sebesar Rp.117.120/tahun, yang diperoleh dari persentase penggunaan air

sebesar 5,42 % terhadap total biaya listrik per tahun. Persentase penggunaan air

untuk jenis produk jus woras adalah 26,43 %, yang diperoleh dari penggunaan air

jenis produk jus wornas sebanyak 66.144 liter/tahun, dibagi total penggunaan air

pada ketiga jenis produk jus sebanyak 250.224 liter/tahun, dengan biaya sebesar

Rp.30.960/tahun.

Persentase biaya air pada jenis produk jus wornas untuk bahan penolong, air

pencucian, air blancing dan air pengemasan masing-masing adalah 15,9 % (9.984

lt/tahun), 47,16 % (31.200 lt/tahun), 28,31 % (18.720 lt/tahun), 9,44 % (6.240

lt/tahun), masing-masing biaya air yang digunakan pada proses produksi jenis jus

wornas diperoleh dari perkalian antara persentase penggunaan air dengan total

biaya air pada jenis produk jus wornas seperti ntum yang terc pada Lampiran 1.

Penggunaan gas terjadi pada saat proses pemasakan jus dan blancing,

persentase pemakaian gas pada proses pemasakan jus dan blancing masing-

72

masing adalah 80 % dan 20 %, yang diperoleh dari total lamanya pemakaian gas

3,75jam/hari yang digunakan pada saat pemasakan yaitu 3 jam/hari dan blancing

selama 0,75 jam/hari, untuk ketiga jenis produk jus tersebut. Biaya yang

digunakan pada proses pemasakan jus wornas adalah Rp.624.000 atas persentase

sebesar 16,66 % yang diperoleh dari lamanya pamasakan pada produksi jus

wornas yaitu 156 jam/tahun dari total lamanya proses pemasakan ketiga jenis jus

tersebut yaitu selama 936 jam/tahun.

Biaya yang digunakan pada proses blancing ketiga jenis jus tersebut

masing-masing mendapatkan Rp.312.000/tahun atas persentese yang sama yaitu

33,33 % dari pemakaian masing-masing gas untuk blancing selama 78 jam/tahun

atas total pemakaian gas untuk blancing pada ketiga jenis jus tersebut selama 234

jam/tahun.

Biaya mesin dan peralatan untuk aktivitas yang menjalankan mesin dan

menggunakan peralatan dihitung berdasarkan nilai penyusutan masing-masing

peralatan pada periode analisis, biaya penyusutan dalam aktivitas produksi jenis

jus wornas terdapat pada bangunan tempat produksi, 1 timbangan manual, 1

timbangan digital, 4 bak plastik, 1 panci, 1 kompor, 12 saringan, 4 krat, dan 3

taperware, biaya bahan pembantu serta biaya kemasan dihitung berdasarkan

jumlah penggunaan dan nilai harganya, adapun mesin blender, gayung, pengduk

dan pisau tidak dimasukkan dalam biaya penyusutan peralatan karna masa

pakainya telah melebihi umur ekonomisnya.

73

c. Menentukan Cost Drivers dan Nilainya

Cost drivers adalah aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya yang

disebut juga sebagai pemicu biaya, cost drivers yang digunakan dalam

menghitung alokasi biaya overhead adalah jam peralatan, jumlah unit, jam listrik

mesin, volume air dan luas lantai. Dasar alokasi cost drivers tiap biaya atas

aktivitas jenis produk jus wornas disajikan pada Lampiran 14.

Berdasarkan data produksi tahun 2009 untuk biaya peralatan, biaya gas,

biaya listrik, cost drivers-nya adalah jam peralatan yang dihitung dari banyaknya

peralatan dan lamanya mesin dipakai, untuk biaya bahan pembantu dan biaya

kemasan cost drivers-nya didasarkan pada jumlah pemakaian tertentu untuk satu

unit produk yang dihasilkan selama masa analisis.

Cost drivers atas aktivitas adalah pembagian antara besarnya biaya atas

aktivitas dengan cost drivers dari masing-masing aktivitas tersebut, misalnya nilai

cost drivers atas aktivitas untuk biaya taperware pada aktivitas pengemasan

adalah Rp.1.245/jam mesin, yang diperoleh dari pembagian antara biaya

taperware sebesar Rp.64.800 dengan cost drivers yang digunakan sebesar 52 jam

peralatan. Dengan perhitungan yang sama maka akan diperoleh nilai cost drivers

atas aktivitas untuk tiap-tiap biaya atas aktivitas pada jenis produk jus wornas.

d. Menghitung Nilai Tarif /Aktivitas

Tarif/aktivitas merupakan pembagian antara total biaya dari tiap aktivitas

dengan nilai cost drivers atas aktivitas dari masing-masing biaya tiap aktivitasnya,

sebagai contoh tarif/aktivitas untuk biaya timbangan manual pada aktivitas

penimbangan adalah sebesar Rp.2.600, artinya setiap 0,25jam kerja timbangan

74

manual tarif yang ditetapkan sebesar Rp.2.600. tarif/aktivitas untuk biaya

timbangan manual diperoleh dari total biaya aktivitas penimbangan manual dan

digital sebesar Rp.225.000, yang hanya terdiri dari biaya timbangan manual saja,

dibagi dengan nilai cost drivers atas aktivitas untuk biaya timbangan manual

sebesar 8653 jam mesin. Dengan perhitungan yang sama, maka akan diperoleh

tarif/aktivitas dari masing-masing biaya dalam tiap jenis aktivitas yang akan

disajikan pada Lampiran 15.

e. Menghitung Nilai Biaya/Aktivitas/Produk

Aktivitas yang membentuk tiap-tiap jenis produk jus buah didasarkan pada

besarnya persentase konsumsi aktivitas terhadap nilai cost drivers tiap-tiap biaya

atas aktivitas, walaupun CV.WPIU memproduksi tiga jenis jus buah namun

persentase penggunaan sumberdaya telah diketahui sejak awal berdasarkan jumlah

atau volume produksi yang berbeda sehingga membutuhkan semberdaya yang

berbeda pula. Nilai cost drivers langsung dikalikan dengan tarif/aktivitas.

Contoh biaya botol pada aktivitas pengemasan cost drivers-nya sebesar

312 jumlah unit langsung dikalikan dengan nilai/aktivitas biaya botol sebesar

Rp.34.296, maka alokasi biaya kemasan botol sebesar Rp.10.700.352. Dengan

perhitungan yang sama maka akan diketahui nilai biaya/aktivitas/produk jenis jus

wornas tahun 2009 sebagaimana disajikan pada Lampiran 15.

f. Perhitungan HPP Untuk Jenis Produk Jus Wornas Dengan Metode ABC

Perhitungan harga pokok produksi jenis produk jus belimbing dengan

metode ABC disajikan pada Lampiran 16. Total harga pokok produksi diperoleh

dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan total

75

biaya overhead pabrik, total BOP terdiri dari biaya-biaya atas aktivitas

penimbangan, pencucian dan pengupasan atau pemotongan, blancing dan

penirisan, penghancuran, filtrasi, pemasakan, filtrasi ke dua dan pengemasan,

perhitungan HPP per botol didapat dengan membagi total biaya produksi dengan

jumlah produk jadi.

Berdasarkan Lampiran 16, diperoleh hasil perhitungan HPP untuk jenis

produk jus wornas dengan metode ABC pada tahun 2009 lebih tinggi sebesar

Rp.1.771 dibandingkan dengan metode full costing sebesar Rp.1.743. Dari hasil

perhitungan HPP jenis produk jus wornas dengan metode ABC dapat diketahui

selisihnya terhadap harga jual (Rp.2.750) adalah sebesar Rp.979.

5.6. Analisis Perbandingan HPP Antara Metode Full Costing Dengan Metode ABC Untuk Jenis-Jenis Produk Jus Belimbing, Jus Jambu, Jus Wornas.

Berdasarkan perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode

konvensional dan metode yang diteliti yaitu ABC, dapat diketahui total biaya

produksi dari masing-masing jenis jus yang diproduksi oleh perusahaan.

Perbandingan total HPP kedua metode tersebut dapat dilihat pada tebel di

bawah ini.

Tebel 6: Total Biaya Produksi Dengan Menggunakan Metode Full Costing dan Metode ABC Pada Perhitungan HPP Dari Masing-Masing Jenis Jus yang Diproduksi Oleh CV.WPIU Tahun 2009.

Jenis

Produk Jus

Total Biaya Produksi (Rp) Selisih Total Produk

Full C osting ABC Nilai (Rp) % Belimbing 271.452.300 198.595.673 27.856.627 14 157.248Jambu 180.969.245 144.873.324 36.095.921 24 104.832Wornas 91.410.464 92.876.133 -1.465.669 -15 52.416Total 543.832.009 436.345.130 314.496

76

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui perbandingan total biaya produksi

antara metode konvensional dengan metode ABC, di mana untuk jenis produk jus

belimbing dan jus jambu mengalami penurunan total biaya produksi apabila

menggunakan metode ABC masing-masing sebesar 14 % dan 24 %, sedangkan

untuk jenis produk jus wornas mengalami kanaikan total biaya produksi apabila

menggunakan metode ABC sebasar 15 %.

Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan perusahaan dengan metode

konvensional dan metode ABC yang diteliti, dapat dilihat perbandingan antara

kedua metode tersebut seperti pada Tebel di bawah ini.

Tabel 7. Persentase Selisih HPP Masing-Masing Jenis Jus Antara Metode Full Costing Dengan Metode ABC

Jenis Produksi Harga Pokok Produksi (botol)

Selisih

Full Costing ABC Nilai % Jus Belimbing 1.726 1.262 464 36Jus Jambu 1.726 1.381 345 24Jus Wornas 1.743 1.771* 28 15

Keterangan: * = harga pokok produksi lebih tinggi bila menggunakan metode ABC

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan HPP pada

jenis produk jus belimbing dan jus jambu dengan metode ABC lebih rendah

dibandingkan dengan metode full costing, namun selisihnya tidak telalu besar.

Harga pokok produksi dengan metode ABC pada jenis produk jus belimbing dan

jus jambu masing-masing sebesar Rp.1.262/botol dan Rp.1.381/botol, atau

menjadi lebih rendah masing-masing sebesar 36 % dan 24 % , jika dibandingkan

dengan metode konvensional, dikarenakan penggunaan sumberdaya pada kadua

jenis jus tersebut telah efisien terhadap aktivitas produksi dan jumlah produk yang

dihasilkan.

77

Jika dilihat pada tebel di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis produk jus

wornas yang memiliki volume kecil akan menghasilkan HPP yang lebih rendah

apabila menggunakan metode full costing, walaupun pada jenis produk yang

bervolume kecil menghasilkan HPP yang lebih tinggi jika dihitung dengan metode

ABC, akan tetapi metode ABC mencatat biaya produksi yang benar-benar terjadi

pada setiap proses produksi, sedangkan untuk jenis produk jus belimbing dan

jambu yang bervolume besar, bila dihitung dengan menggunakan metode ABC

harga pokok produksi menjadi lebih rendah, dibandingkan apabila dihitung

dengan menggunakan metode full costing. Dikarenakan pada metode Full Costing

tidak dapat diketahui biaya dan aktivitas mana yang menyebabkan biaya tersebut

manjadi rendah atau tinggi, selain itu HPP yang lebih rendahpun dikarenakan

penggunaan sumberdaya pada jenis produk jus belimbing dan jus jambu sudah

cukup efisien dan efektif dalam malakukan aktivitas produksi dengan jumlah

produksi yang dihasilkan, dikatakan efektif bila produsen dapat mengalokasikan

sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) dengan sebaik-baiknya, dan

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran

yang melebihi masukan.

Dari hasil perhitungan HPP yang dilakukan oleh perusahaan dengan

metode full costing dan metode ABC yang diteliti, diketahui perbandingan selisih

laba harga jual terhadap HPP pada masing-masing metode tersebut, seperti yang

tertera pada Tabel 8 berikut ini.

78

Tabel 8. Laba Terhadap Harga Penjualan Pada Masing-Masing Jenis Jus Dengan HPP Antara Metode Full Costing dan metode ABC.

Jenis

Produksi Harga Jual (Rp/botol)

HPP/botol Laba /botol Selisih

Full Costing

ABC Full Costing

ABC Nilai %

Belimbing 2.750 1.726 1.262 1.024 1.488 446 29Jambu 2.750 1.726 1.381 1.024 1.369 345 25Wornas 2.750 1.743 1.711 1.007 1.039 32 3

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa perbandingan laba pada

ketiga jenis jus buah tersebut, lebih tinggi apabila menggunakan metode ABC.

Laba produk jus belimbing, jus jambu, dan jus wornas apabila menggunakan

metode ABC masing-masing adalah sebesar Rp.1.488/botol, Rp.1.369/botol dan

Rp.1.039/botol, atau menjadi lebih tinggi masing-masing sebesar 29%, 25%, dan

3%, dibandingkan mengunakan metode full costing.

Metode ABC sangat baik diterapkan, mengingat metode ABC malakukan

usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian sumberdaya, biaya,

aktivitas dan produk. Beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk

mengurangi biaya melalui pengolahan aktivitas untuk meningkatkan evisiensi di

dalam produksinya sehingga menghasilkan keluaran atau produk yang afisien.

Cara pertama adalah dengan mengeliminasi aktivitas yang bukan

penambah nilai seperti pada aktivitas blancing dan penirisan, karena tanpa

aktivitas tersebut buah sudah dapat dihancurkan dengan mesin blender, dan juga

meniadakan salah satu aktivitas penyaringan karena dengan salah satu

penyaringan saja sudah cukup. Cara yang ke dua adalah dengan memilih aktivitas

yang berbiaya rendah, pada CV.WPIU aktivitas ini sudah dilakukan pada aktivitas

penyaringan yang menggunakan peralatan penyarinagn yang masih sederhana.

79

Biasanya hal seperti di atas dapat terjadi kerena dalam metode

konvensional sering terjadi kesalahan dalam pembebanan overhead pabrik di

mana produk dengan jumlah volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya

overhead yang tinggi pula, demikian sebaliknya di mana produk dengan jumlah

volume produksi yang rendah akan dibebani biaya overhead yang rendah pula.

Jika perusahaan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang

diinginkan, maka perusahaan harus meningkatkan harga jual secara berangsung-

angsur untuk jenis produk jus wornas, dengan memperhatikan HPP menurut ABC

dan biaya-biaya pemasaran yang belum di masukkan dalam perhitungan HPP,

serta harga jual dari perusahaan lain yang sejenis.

Apabila ternyata harga jual perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan

perusahaan yang sejenis, maka perusahaan harus dapat membuat strategi lain yang

dapat membuat perusahaan unggul dalam persaingan yang ketat, namun jika

perusahaan ingin tetap mempertahankan harga jual, setelah menggunakan metode

ABC dalam perhitungan HPP hal ini dapat saja dilakukan, atau perusahaan

meningkatkan jumlah volume produksi seperti pada jenis jus belimbing dan jus

jambu.

Untuk jenis jus yang dalam perhitungan dengan metode ABC

menghasilkan HPP yang lebih rendah akan menyebabkan keuntungan yang

diperoleh bertambah, sedangkan untuk jenis jus yang mengalami peningkatan

harga pokok produksi setelah dihitung dengan metode ABC, perusahaan harus

menanggung resiko mendapatkan keuntungan yang lebih kecil dibandingkan

apabila perusahaan menggunakan metode konvensional, hal ini dapat

80

diilustrasikan sebagai berikut, dalam penentuan harga jual, selain harga pokok

produksi perlu dipertimbangankan pula biaya komersial yang terdiri dari biaya

pemasaran serta biaya administrasi dan umum, penjumlahan dari ketiga

komponen biaya tersebut akan menghasilkan total biaya produk. Total biaya

produk ditambah dengan laba yang diharapkan akan menghasilakan harga jual.

Apabila perusahaan tetap mempertahankan harga jual, dengan asumsi harga

pokok produksinya berubah dan biaya komersialnya tetap, maka yang akan

berubah adalah laba yang diharapkan perusahaan.

Untuk jenis produk jus yang dalam perhitungan dengan metode ABC

memiliki HPP yang rendah sebaiknya meningkatkan volume produksinya dengan

pertimbangan bahwa pada saat ini pun permintaan terhadap produk jus belimbing

dan jus jambu tergolong banyak atau apabila perusahaan ingin meningkatkan

jumlah penjualan yang lebih signifikan dapat menurunkan harga jual yang releven

terhadap HPP dengan metode ABC dan biaya-biaya pemasaran yang belum

dimasukkan dalam perhitungan HPP. Sedangakan untuk jenis jus wornas yang

dalam perhitungan dengan metode ABC mamiliki HPP yang lebih tinggi, dalam

jangka pendek masih dapat diproduksi selama masih bisa menutupi biaya

produksinya. Atau perusahaan dapat meningkatkan harga jual atau menambah

jumlah volume produksi sehingga menjadi efektif dan efisien terhadap

sumberdaya yang dimiliki terhadap jumlah volume produksi, dengan asumsi

perusahaan melakukan promosi yang lebih gencar agar produk dapat diserap oleh

pasar secara optimal.

81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. CV.Winner Perkasa Indonesia Unggul (WPIU) mamproduksi tiga jenis jus

buah, yaitu: jus belimbing, jus jambu dan jus wornas (wortel dan nanas).

Proses produksi yang dilakukan tidak berbeda dari ketiga jenis jus. Adapun

tahapan proses produksi yang dilakukan pada saat memproduksi ketiga jenis

jus tersebut adalah: 1).Penimbangan, 2).Pengupasan dan Pencucian,

3).Blansir dan Penirisan, 4).Penghancuran atau Penghalusan, 5).Filtrasi

Pertama, 6).Pemanasan Larutan Penstabil, 7).Homogenisasi, 8.)Pemasakan,

9).Penambahan Bahan-Bahan Pembantu Lainnya (bahan pemanis, bahan

pengawet makanan, bahan pengatur keasaman, pewarna makanan),

10).Filtrasi Kedua, 11).Persiapan Pengemasan dan Pengemasan

2. CV.WPIU menggunakan metode full costing (konvensional) dalam

perhitungan harga pokok produksi (HPP), di mana produk dengan jumlah

volume produksi yang tinggi akan dibebani biaya overhead yang tinggi,

femikian sebaliknya produk dengan jumlah volume yang rendah akan

dibebani biaya overhead yang rendah pula.

3. Dengan menggunakan metode ABC diketahui total biaya produksi untuk

jenis produk jus belimbing dan jus jambu akan mengalami penurunan biaya

produksi hingga masing-masing sebesar 14 % dan 24 % bila dibandingkan

dengan metode Full Costing, adapun total biaya produksi pada jenis produk

jus wornas diketahui lebih tinggi 15 %, dibandingkan perhitungan harga

82

pokok produksi dengan metode full costing. Dasar kalkulasi harga pokok

produksi ABC dapat menghasilkan harga pokok produksi yang paling

rasional dari ketiga jenis produk jus tersebut.

4. Dari hasil perhitungan HPP dengan menggunakan metode Full Costing,

didapat bahwa HPP per botol untuk jenis produk jus belimbing adalah

sebesar Rp.1.726, untuk jenis jus jambu adalah sebesar Rp.1.726 dan untuk

jus wornas adalah sebesar Rp. 1.743. Metode ini mudah diaplikasikan tetapi

tidak mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam pembuatan produk yang

sesungguhnya, sehingga kurang tepat untuk menghitung HPP.

5. Dari hasil perhitungan HPP dengan metode ABC, biaya oprasional pabrik

(BOP) dialokasikan berdasarkan cost drivers (pemicu biaya) ke setiap

satuan produk, dengan menggunakan metode ABC didapati bahwa HPP per

botol untuk jenis produk jus belimbing adalah sebesar Rp.1.262, untuk jus

jambu adalah sebesar Rp.1.381, dan untuk jus wornas adalah sebesar

Rp.1.771.

6. Perhitungan dengan metode ABC dapat melihat biaya produksi yang benar-

benar terjadi pada setiap proses produksi, sedangkan perhitungan dengan

metode full costing tidak dapat mengetahui biaya dari aktivitas produksi

yang menyebabkan biaya tersebut menjadi rendah atau tinggi.

6.2. Saran

1. Perhitungan ABC sebaiknya digunakan sebagai alat untuk menghitung

harga pokok produksi karna lebih mencerminkan pemakaian biaya terhadap

aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi.

83

84

2. Sebaiknya perusahaan melakukan spesialisasi dalam memproduksi jus buah

belimbing dan jambu yang lebih menghasilkan keuntungan yang lebih besar,

dibandingkan keuntungan yang diperoleh oleh jus wornas.

3. Jika perusahaan ingin menguasai pasar sebaiknya perusahaan menurunkan

harga jual pada jenis jus buah belimbing dan jus buah jambu dengan harga

yang baru yaitu Rp 2.300,00/botol, sedangkan untuk jenis jus wornas yang

telah diketahui bahwa mengalami kenaikan total biaya produksi dan HPP

tetapi perusahaan masih ingin memproduksinya maka bisa menggunakan

harga yang lama yaitu Rp 2.750,00/botol. Dengan memperhatikan biaya

pemasaran yang belum dimasukkan dalam perhitungan HPP, serta harga jual

dari perusahaan yang sejenis, atau perusahan dapat maningkatkan jumlah

volume produksi seperti kedua jenis produk jus yang lain, sehingga efektif

dan efisien terhadap sumberdaya yang dipakai terhadap keluaran yang

dihasilkan sehingga menghasilkan total biaya produksi dan HPP yang lebih

rendah pula.

DAFTAR PUSTAKA

Abas, Kartadinata. Akuntasi dan Analisis Biaya, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2000).

Bustami, Bastian dan Nurlela. Akuntasi Biaya. Edisi Pertama. (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media: 2002).

Carter, K.William. Akuntansi Biaya, buku ke1 Edisi ke14, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009).

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP, Deptan. Pedoman Penyusunan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengolahan Hasil Hortikultura. 26 Juni 2006. 32 hal. http://agribisnis.deptan.go.id. Pukul 13.36 WIB.

Garrison,. Noreen dan Brewer. Akuntansi Manajerial, Buku ke1 Edisi ke11, (Jakarta: penerbit Salemba Empat, 2006).

Gayle, Rayburn l. Akuntansi Biaya, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999).

Hansen dan Mowen. Manajerial Accounting, Buku ke1 Edisi ka3, (Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009).

________________. Management Accounting edisi ke7, Buku ke1 ( Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2006).

Horngren dan Carles.T. Akuntasi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Edisi Indonesia. (Jakarta: Penerbit Salemba empat, 1994).

Komarudin, Ahmad. Akuntansi Manajemen: Dasar-Dasar Konsep Biaya dan Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Penerbit PT.Raja Garafindo Persada, 2005).

Kotler dan Eary Armstrong. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi ke9. (Jakarta: Penerbit Indeks, 2003).

Krismiadji. Dasar-Dasar Akuntansi Manaejmen, (Yogyakarta: Penerbit AMP YKPN, 2002).

Maher dan Deakin. Akuntansi Biaya, Edisi ke4 Jilid ke1, ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997).

Mulyadi. Akuntansi Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit YKPN, 1993).

_______. Activity Based Costing Sistem (system Biaya Untuk Pengurangan Biaya), Edisi 6 (Yogyakarta: Penerbit UPP AMP YKPM, 2003).

_______. Akuntasi Biaya. Ediasi ke5, Cetakan ke7 (Yogyakarta: Penerbit UGM,2005).

85

86

Prawironegoro, Darsono dan Ari Durwanti. Akuntasi Manajerial, Edisi ke3, (Jakarta: Penerbit Mitra Wicana Media, 2009).

Pujimulyani, Dwiyanti. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan, (Yogyakarta: Penerbit Garaha Ilmu, 2009).

Rahany, kanny Anggina. Penetapan Harga Pokok Produksi Kecap Dengan Pendekatan Activity Based Costing, [Skripsi]. Bogor, IPB, Fakultas Pertanian, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. 2003.

Simamora, Akuntansi Manajemen.(Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 1999).

Swasta, Basu. Manajemen Pemasaran Modern, edisi ke3, (Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1998).

Tjiptono. Fandy,. Gregoriua Chandra dan Dadi Adriana, Pemasaran Strategik, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2008).

Witjaksono, Armanto. Akuntansi Biaya, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2006).

Lampiran 1. Alokasi Penggunaan Listrik Air Tiap-Tiap Jenis Jus Pada CV.WPIU Tahun 2009

Jenis Penggunaan air

Jus Belimbing Jus Jambu Jus Wornas

Liter % Rp Liter % Rp Liter % Rp Air Pemasakan

29.952 28,57 14.016 19.968 25,20 9.348 9.984 15,9 4.668

Air Pencucian

46.800 44,64 21.912 31.200 39,37 14.616 31.200 47,16 14.592

Air Blansir 18.720 17,85 8.772 18.720 23,62 8.760 18.720 28,31 8.772 Air Pengemasan

9.360 8,92 4.380 9.360 11,81 4.380 6.240 9,44 2.928

87

88

Lampiran 2. Total Biaya Kemasan Botol dan Karton Pada CV.WPIU Untuk Masing-Masing Jenis Jus Buah Tahun 2009.

Jenis

KemasanHarga

(Rp/Unit) Jenis Produk

Jus Belimbing Jus Jambu Jus Wornas Q Rp Q Rp Q Rp Botol 1.000 157248 157.248.000 104832 104.832.000 52416 52.416.000Karton 1.500 6552 9.828.000 4368 6.552.000 2184 3.726.000Total 161.834.400 107.889.600 55.6142.000

Keterangan: Q = quantity

89

lampiran 3. Biaya Penyusutan Fasilitas dan Peralatan Produksi Jus Buah Pada CV.WPIU Tahun 2009

No Jenis Penyusutan

Banyaknya Harga Perolehan

Total Biaya (Rp)

Umur Ekonomis

Nilai Sisa Biaya Penyusutan (Rp/Tahun)

1 Bangunan 1 80.000.000 80.000.000 20 8.000.000 3.600.000 2 Mesin Blender 1 540.000 540.000 3 - 3 Kulkas 2 2.700.000 5.400.000 5 540.000 972.000 4 Taperware 8 120.000 9.600.000 5 96.000 172.800 5 Kompor 1 380.000 380.000 5 38.000 68.400 6 Saringan 48 7.000 336.000 - 336.000 336.000 7 Pengaduk 2 15.000 30.000 3 - - 8 Panci 3 600.000 1.800.000 5 180.000 324.000 9 Bak plastik 3 120.000 360.000 5 36.000 64.800 10 Gentong air 2 120.000 240.000 5 24.000 43.200 11 Timbangan

digital 1 1.100.000 1.100.000 5 110.000 198.000

12 Timbangan manual

1 150.000 150.000 5 15.000 27.000

13 Krat 6 80.000 480.000 5 48.000 86.400 14 Pisau 4 10.000 40.000 3 - - 15 Gayung 3 5.000 15.000 3 - - Jumlah 5.892.600

90

Lampiran 4. Perhitungan Harga Pokok Produksi Jus Belimbing, Jus Jambu dan Jus Wornas Dengan Metode Konvensional Pada CV.WPIU Tahun 2009

Biaya Produksi Jus

Belimbing Jus Jambu Jus Wornas Total

Biaya Langsung Wortel Nanas Bahan baku (kg) 4.680 3.120 468 1.092 Biaya bahan baku (Rp/kg) 4.000 4.000 4.000 4.300 Total 1.872.000 4.695.600 Total biaya bahan baku 18.720.000 12.480.000 6.567.600 Biaya Tenaga Kerja Langsung

15.600.000 10.400.500 5.199.500

Total Biaya Langsung 34.320.000 22.880.500 11.767.100 Biaya Tidak Langsung

Biaya bahan tambahan 47.970.000 31.980.000 15.990.000 Biaya pengemasan botol 157.248.000 104.832.000 52.416.000 Biaya pengemasan karton 9.828.000 6.552.000 3.276.000 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

7.800.000 5.200.000 2.600.000

Penyusutan alat-alat 2.946.300 1.964.183 982.107 Biaya Listrik 1.065.984 710.584 355.185 Biaya Gas 2.340.000 1.559.844 779.688 Telepon 600.000 400.000 200.000 Bensin 3.120.000 2.080.116 1.039.886 Bongkar muat 600.000 400.000 200.000 Sewa Motor 3.600.000 2.400.170 1.199.830

Total Biaya Tidak Langsung (BOP)

237.118.284 158.078.897 79.038.696

Total Biaya Produksi 271.452.300 180.969.245 90.805.796 Jumlah Produk (botol) 157.248 104.832 52.416 Harga Pokok Produk (Rp/Botol)

1.726 1.726 1.743

Harga Jual (Rp/Botol) 2.750 2.750 2.750 Selisih harga 1.024 1.024 1.018

91

Lampiran 5. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Belimbing Tahun 2009

Jenis aktivitas Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 Biaya timbangan digital 198.000 Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian 21.912 Biaya bak pencucian 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 Biaya gas 312.000 Biaya kompor 68.400 Biaya air blansir 8.772 Biaya bak blansir 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 Jumlah V Filtrasi Biaya saringan 140.000 Jumlah VI Pemasakan Biaya panci 108.000 Biaya gas 1.872.000 Biaya kompor 68.400 Biaya bahan penolong (air) 14.016 Biaya bahan tambahan Gula 46.800.000 Biaya bahan tambahan CMC 975.000 Biaya bahan tambahan lain-lain 195.000 Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan 140.000 Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 157.248.000 Biaya pengemasan karton 9.828.000 Biaya krat 86.400 Biaya air pengemasan 4.380 Biaya taperware 151.200 Biaya bangunan 1.800.000 Jumlah

Lampiran 6. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Belimbing

92

No Jenis aktivitas Cost Drivers Nilai Cost

Drivers

Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun

I Penimbangan Biaya timbangan manual Jam peralatan 312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari Biaya timbangan digital Jam peralatan 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari Jumlah II Pencucian dan

pemotongan / pengupasan

Biaya air pencucian Volume air 3120 15kg=150lt/hari Biaya bak pencucian Jam peralatan 312 1 buah bak@0,41jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak @0,16 jam/hari Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,25 jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya air blansir Volume air 1248 15kg=60lt/hari Biaya bak blansir Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jam mesin 312 1 mesin blender@0,5jam/hari Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jam peralatan 39 20 saringan @0,25jam/hari Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Jam peralatan 468 1 buah panci@1,5jam/hari Biaya gas Jam peralatan 468 1 buah kompor@1,5jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 468 1 buah kompor@1,5jam/hari Biaya bahan penolong (air) Volume air 1996 15kg=96lt/hari Biaya bahan tambahan Gula Jumlah unit 312 15kg=15kg gula/hari Biaya bahan tambahan

CMC Jumlah unit 13 15kg=0,6kgCMC/hari

Biaya bahan tambahan lain-lain

Jumlah unit 13 15kg=0,6kg/hari

Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jam peralatan 39 20 saringan @0,25jam/hari Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Jumlah unit 312 504 botol=504 botol/hari Biaya pengemasan karton Jumlah unit 13 504 botol=21 karton/hari Biaya krat Jam peralatan 13 6 krat@0,25jam/hari Biaya air pengemasan Volume air 1857S 504botol=30lt/hari Biaya taperware Jam peralatan 6685 7 taperware@1,5jam/hari Biaya bangunan Luas lantai 100 Luas lantai 100m@18000/meter Jumlah

Lampiaran 7. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Belimbing Metode ABC Tahun 2009

93

No Jenis Aktivitas Biaya Atas

Aktivitas Nilai Cost

Drivers Cost Drivers

Atas Aktivitas Tarif

/Aktivitas Biaya/

Aktivitas/ Produk

I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 312 8.653 2.600 811.200 Biaya timbangan digital 198.000 312 6.346 3.545 1.106.040 Jumlah 225.000 1.917.240 II Pencucian dan

pemotongan / pengupasan

Biaya air pencucian 21.912 3120 7.023 927 2.892.240 Biaya bak pencucian 21.600 312 6.923 940 293.280 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 940 293.280 Jumlah 65.112 3.478.800 III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 312 3.461 1.560 486.720 Biaya gas 312.000 312 1.000 5.399 1.684.488 Biaya kompor 68.400 312 2.179 2.464 773.136 Biaya air blansir 8.772 1248 702 7.691 9.598.368 Biaya bak blansir 21.600 312 6.923 7.799 2.433.288 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 7.799 2.433.288 Jumlah 539.972 17.409.288 IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 312 6.253 3.120 973.440 Jumlah 19.512 973.440 V Filtrasi Biaya saringan 140.000 39 3.589 3.900 152.100 Jumlah 140.000 152.100 VI Pemasakan Biaya panci 108.000 468 2.307 21.687 10.149.516 Biaya gas 1.872.000 468 4.000 12.508 5.853.744 Biaya kompor 68400 468 1.461 34.245 16.026.660 Biaya bahan penolong (air) 14.016 1996 702 7.127 14.225.492 Biaya bahan tambahan

Gula 46.800.000 312 150.000 3.335 1.040.520

Biaya bahan tambahan CMC

975.000 13 75.000 66.709 867.217

Biaya bahan tambahan lain-lain

195.000 13 15.000 33.354 433.602

Jumlah 50.032.416 48.596.751 VII Filtrasi Biaya saringan 140.000 39 3.589 3.900 152.100 Jumlah 140.000 152.100 VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 157.248.000 312 504 33.555 10.469.160 Biaya pengemasan karton 9.828.000 13 756 223.701 2.908.113 Biaya krat 86.400 13 6.646 254.695 3.311.035 Biaya air pengemasan 4.380 1857 235 71.965 1.336.390 Biaya taperware 151.200 6685 229 738.506 48.859.556 Biaya bangunan 1.800.000 100 18.000 169.117 16.911.700 Jumlah 169.117.980 83.795.954

94

Lampiran 8. Perhitungan HPP Jenis Jus Belimbing Dengan Metode ABC

Biaya Produksi Banyaknya Harga Satuan

(Rp)

Total Biaya Total

Bahan Baku Belimbing (kg) 4680 4.000 18.720.000 18.720.000Biaya Tenaga Kerja Langsung

15.600.000 15.600.000

Biaya Overhead Pabrik Penimbangan 1.917.240 Pencucian dan pemotongan/ pengupasan

3.478.800

Blansir dan penirisan 17.409.288 Penghancuran 973.440 Filtrasi 152.100 Pemasakan 48.596.751 Filtrasi ke II 152.100 Pengemasan 83.795.954 Total Biaya Overhead 156.475.673Total biaya Produksi th 2009

198.595.673

Jumlah produk (botol) 157.248 HPP produk (Rp/Botol) 1.262Harga Jual 2.750Selisih 1.484

95

Lampiran 9. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Jambu Tahun 2009

Jenis Aktivitas Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 Biaya timbangan digital 198.000 Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian 14.616 Biaya bak pencucian 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 Biaya gas 312.000 Biaya kompor 68.400 Biaya air blansir 8.760 Biaya bak blansir 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 Jumlah V Filtrasi Biaya saringan 112.000 Jumlah VI Pemasakan Biaya panci 108.000 Biaya gas 1.148.000 Biaya kompor 68.400 Biaya bahan penolong (air) 9.348 Biaya bahan tambahan Gula 31.200.000 Biaya bahan tambahan CMC 650.000 Biaya bahan tambahan lain-lain 130.000 Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan 112.000 Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 104.832.000 Biaya pengemasan karton 6.552.000 Biaya krat 86.400 Biaya air pengemasan 4.380 Biaya taperware 108.000 Biaya bangunan 1.800.000 Jumlah

96

Lampiran 10. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Jambu

No Jenis Aktivitas Cost Drivers Nilai Cost

Drivers

Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun

I Penimbangan Biaya timbangan manual Jam peralatan 312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari Biaya timbangan digital Jam peralatan 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari Jumlah II Pencucian dan

pemotongan / pengupasan

Biaya air pencucian Volume air 3120 10kg=100lt/hari Biaya bak pencucian Jam peralatan 312 1 buah bak@0,41jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak @0,16 jam/hari Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,25 jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya air blansir Volume air 1872 10kg=60lt/hari Biaya bak blansir Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak@0,33jam/hari Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jam mesin 312 1 mesin blender@0,5jam/hari Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jam peralatan 48 16 buah saringan @0,25jam/hari Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@1jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@1jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@1jam/hari Biaya bahan penolong (air) Volume air 1996 10kg=64lt/hari Biaya bahan tambahan Gula Jumlah unit 312 10kg=10kg gula/hari Biaya bahan tambahan

CMC Jumlah unit 195 10kg=0,4kgCMC/hari

Biaya bahan tambahan lain-lain

Jumlah unit 195 10kg=0,4kg/hari

Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jam peralatan 48 16 buah saringan @0,25jam/hari Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Jumlah unit 336 336 botol=336 botol/hari Biaya pengemasan karton Jumlah unit 13 336 botol=14 karton/hari Biaya krat Jam peralatan 13 6 krat@0,25jam/hari Biaya air pengemasan Volume air 2785 3364botol=30lt/hari Biaya taperware Jam peralatan 624 5 buah taperware@1jam/hari Biaya bangunan Luas lantai 100 Luas lantai 100m@18000/meter Jumlah

97

Lampiaran 11. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Jambu Metode ABC Tahun 2009

No Jenis Aktivitas Biaya Atas

Aktivitas Nilai Cost

Drivers Cost Drivers

Atas Aktivitas Tarif

/Aktivitas Biaya/ Aktivitas/

Produk I Penimbangan

Biaya timbangan manual 27.000 312 8.653 2.600 1106040 Biaya timbangan digital 198.000 312 6.346 3.545 811.200 Jumlah 225.000 1.917.240 II Pencucian dan

pemotongan / pengupasan

Biaya air pencucian 14.616 3120 4.681 1.235 3.853.200 Biaya bak pencucian 21.600 312 6.923 8.351 2.605.512 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 8.351 2.605.512 Jumlah 67.816 9.064.224 III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 312 3.461 1.561 487.032 Biaya gas 312.000 312 1.000 540 168.480 Biaya kompor 68.400 312 2.192 2.464 769.080 Biaya air blansir 8.760 1872 467 1.157 2.165.904 Biaya bak blansir 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Jumlah 540.360 8.460.816 IV Penghancuran Biaya listrik belender 19.512 312 6.253 3.120 973.440 Jumlah 19.512 973.440 V Filtrasi Biaya saringan 112.000 48 2.333 480 23.040 Jumlah 112.000 23.040 VI Pemasakan Biaya panci 108.000 312 3.461 9.654 3.012.048 Biaya gas 1.248.000 312 4.000 8.353 2.606.136 Biaya kompor 68.400 312 2.192 15.257 4.760.184 Biaya bahan penolong (air) 9.348 1996 468 7.179 14.249.444 Biaya bahan tambahan

Gula 31.200.000 312 100.000 3.341 1.042.392

Biaya bahan tambahan CMC

650.000 195 333 10.025 1.954.875

Biaya bahan tambahan lain-lain

130.000 195 666 50.170 9.783.150

Jumlah 33.413.748 37.408.229 VII Filtrasi Biaya saringan 112.000 48 2.333 480 23.040 Jumlah 112.000 23.040 VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 104.832.000 336 312.000 36.340 12.210.240 Biaya pengemasan karton 6.552.000 13 23.481 48.287 627.731 Biaya krat 86.400 13 6.646 17.060 221.780 Biaya air pengemasan 4.380 2785 1.572 72.218 2.011.271 Biaya taperware 108.000 624 1.730 65.539 40.896.336 Biaya bangunan 1.800.000 100 18.000 6.299 629.900 Jumlah 113.382.780 56.597.258

98

Lampiran 12. Perhitungan HPP Jenis Jus Jambu Dengan Metode ABC

Biaya Produksi Banyaknya Harga Satuan (Rp)

Total Biaya Total

Bahan baku Jambu (kg) 3120 4.000 12.480.000 12.480.000Biaya Tenaga Kerja Langsung

10.400.500 10.400.500

Biaya Overhead Pabrik Penimbangan 1.917.240 Pencucian dan pemotongan/ pengupasan

9.064.224

Blansir dan penirisan 8.460.816 Penghancuran 973.440 Filtrasi 2.372.117 Pemasakan 37.408.229 Filtrasi ke II 2.372.117 Pengemasan 56.597.258 Total Biaya Overhead 116.793.324Total biaya Produksi th 2009

144.873.324

Jumlah produk (botol) 104.832 HPP produk (Rp/Botol) 1.381Harga Jual 2.750Selisih 1.369

99

Lampiran 13. Ikhtisar Aktivitas dan Biaya atas Aktivita Produksi Jenis Jus Wornas Tahun 2009

Jenis aktivitas Biaya Atas Aktivitas Jus Belimbing I Penimbangan Biaya timbangan manual 27.000 Biaya timbangan digital 198.000 Jumlah II Pencucian dan pemotongan / pengupasan Biaya air pencucian 14.592 Biaya bak pencucian 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 Biaya gas 312.000 Biaya kompor 68.400 Biaya air blansir 8.772 Biaya bak blansir 21.600 Biaya bak penirisan 21.600 Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender 12.876 Jumlah V Filtrasi Biaya saringan 84.000 Jumlah VI Pemasakan Biaya panci 108.000 Biaya gas 624.000 Biaya kompor 68.400 Biaya bahan penolong (air) 4.668 Biaya bahan tambahan Gula 15.600.000 Biaya bahan tambahan CMC 325.000 Biaya bahan tambahan lain-lain 65.000 Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan 84.000 Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 52.416.000 Biaya pengemasan karton 3.276.000 Biaya krat 57.600 Biaya air pengemasan 2.929 Biaya taperware 64.800 Biaya bangunan 1.800.000 Jumlah

100

Lampiran 14. Alokasi Cost Drivers Menurut Aktivitas Produk Jus Wornas

No Jenis Aktivitas Cost Drivers Nilai Cost

Drivers

Dasar Alokasi Untuk Periode Akuntansi 1 Tahun

I Penimbangan Biaya timbangan manual Jam peralatan 312 1 buah timbangan manual@0,25 jam/hari Biaya timbangan digital Jam peralatan 312 1 buah timbangan digital@0,25 jam/hari Jumlah II Pencucian dan

pemotongan / pengupasan

Biaya air pencucian Volume air 6240 5kg=100lt/hari Biaya bak pencucian Jam peralatan 312 1 buah bak@0,41jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak @0,16 jam/hari Jumlah III Blansir dan penirisan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,25 jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,25jam/hari Biaya air blansir Volume air 3744 5kg=60lt/hari Biaya bak blansir Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Biaya bak penirisan Jam peralatan 312 1 buah bak@0,16jam/hari Jumlah IV Penghancuran Biaya listrik belender Jam mesin 312 1 buah mesin blender@0,33jam/hari Jumlah V Filtrasi Biaya saringan Jam peralatan 416 12 buah saringan @0,16jam/hari Jumlah VI Pemasakan Biaya panci Jam peralatan 312 1 buah panci@0,5jam/hari Biaya gas Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,5jam/hari Biaya kompor Jam peralatan 312 1 buah kompor@0,5jam/hari Biaya bahan penolong (air) Volume air 1996 5kg=32lt/hari Biaya bahan tambahan Gula Jumlah unit 312 5kg=5kg gula/hari Biaya bahan tambahan

CMC Jumlah unit 1248 5kg=0,2kgCMC/hari

Biaya bahan tambahan lain-lain

Jumlah unit 1248 5kg=0,2kg/hari

Jumlah VII Filtrasi ke II Biaya saringan Jam peralatan 416 12 buah saringan @0,16jam/hari Jumlah VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol Jumlah unit 312 168 botol=168 botol/hari Biaya pengemasan karton Jumlah unit 13 168 botol=7 karton/hari Biaya krat Jam peralatan 195 4 buah krat@0,25jam/hari Biaya air pengemasan Volume air 3714 168 botol=20lt/hari Biaya taperware Jam peralatan 52 3 buah taperware@0,5jam/hari Biaya bangunan Luas lantai 100 Luas lantai 100m@18000/meter Jumlah

101

Lampiran 15. Ringkasan Aktivitas Produksi Jus Wornas Metode ABC Tahun 2009

No Jenis Aktivitas Biaya Atas

Aktivitas Nilai Cost

Drivers Cost Drivers

Atas Aktivitas Tarif

/Aktivitas Biaya/ Aktivitas/

Produk I Penimbangan

Biaya timbangan manual 27.000 312 8.653 2.600 811.200 Biaya timbangan digital 198.000 312 6.346 3.545 1.106.040 Jumlah 225.000 1.917.240 II Pencucian dan

pemotongan / pengupasan

Biaya air pencucian 14.592 6240 2.338 2.471 1.541.280 Biaya bak pencucian 21.600 312 6.923 834 260.208 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 834 260.208 Jumlah 57.792 2.061.696 III Blansir dan penirisan Biaya panci 108.000 312 346 1.561 487.032 Biaya gas 312.000 312 1.000 5.403 1.685.736 Biaya kompor 68.400 312 2.192 2.465 769.080 Biaya air blansir 8.772 3744 234 2.309 8.644.896 Biaya bak blansir 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Biaya bak penirisan 21.600 312 6.923 7.805 2.435.160 Jumlah 540.372 16.457.064 IV Penghancuran Biaya listrik belender 12.876 312 4.126 3.120 973.440 Jumlah 12.876 973.440 V Filtrasi Biaya saringan 84000 416 201 417 173.472 Jumlah 84000 173.472 VI Pemasakan Biaya panci 108.000 312 3.461 4.852 1.513.824 Biaya gas 624000 312 2.000 8.397 2.619.864 Biaya kompor 68400 312 2.192 7.661 2.390.232 Biaya bahan penolong (air) 4668 1996 338 7.183 14.337.268 Biaya bahan tambahan Gula 15.600.000 312 50.000 33.590 1.048.008 Biaya bahan tambahan

CMC 325000 1248 260 6.459 860.832

Biaya bahan tambahan lain-lain

65000 1248 520 3.229 4.029.792

Jumlah 16.795.068 33.055.820 VII Filtrasi Biaya saringan 84000 416 201 417 173.472 Jumlah 84000 173.472 VIII Pengemasan Biaya pengemasan botol 52.416.000 312 168.000 34.296 10.700.352 Biaya pengemasan karton 3.276.000 13 1.176 48.994 636.922 Biaya krat 57.600 195 2.953 19.511 3.804.645 Biaya air pengemasan 2.929 3714 788 7.318 2.715.602 Biaya taperware 64.800 52 1.246 46.241 2.404.532 Biaya bangunan 1.800.000 100 18.000 3.200 320.000 Jumlah 57.617.329 20.582.153

102

Lampiran 16. Perhitungan HPP Jenis Jus Wornas Dengan Metode ABC

Biaya Produksi Banyaknya Harga Satuan

(Rp)

Total Biaya Total

Bahan Baku Wornas (kg) 1.560 8.300 6.567.600 6.567.600Biaya Tenaga Kerja Langsung

7.800.000 7.800.000

Biaya Overhead Pabrik Penimbangan 1.917.240 Pencucian dan pemotongan/ pengupasan

2.061.696

Blansir dan penirisan 16.457.064 Penghancuran 973.440 Filtrasi 1.730.560 Pemasakan 33.055.820 Filtrasi ke II 1.730.560 Pengemasan 78.508.533Total Biaya Overhead 92.876.133Total biaya Produksi th 2009

Jumlah produk (botol) 52.416 1.771Harga Jual 2.750Selisih 979

103


Top Related