ANALISIS PENERAPAN PRINSIP 5C DALAM
MEMBERIKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB
Di BRI SYARIAH KCP PONOROGO
SKRIPSI
Oleh:
DWI RETNANINGDYAH
NIM 210816040
Pembimbing:
IKA SUSILAWATI, M. M.
NIP.197906142009012005
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP 5C DALAM
MEMBERIKAN PEMBIAYAAN MIKRO iB
Di BRI SYARIAH KCP PONOROGO
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar
sarjana program strata satu (S-1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Oleh:
DWI RETNANINGDYAH
NIM 210816040
Pembimbing:
IKA SUSILAWATI, M. M.
NIP.197906142009012005
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
iii
ABSTRAK
Retnaningdyah Dwi. 2020. Analisis Penerapan Prinsip 5C Dalam Memberikan Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP Ponorogo. Skripsi, Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo (IAIN) Ponorogo, Pembimbing Ika Susilawati., M.M.
Kata Kunci : Perbankan Syariah, UMKM, Murabahah.
Dalam proses pembiayaan di perbankan syariah sering dijumpai pembiayaan bermasalah. Untuk mengurangi resiko tersebut, pihak bank syariah melakukan suatu penilaian kelayakan sebelum menyetujui permohonan. Salah satu penilain yang digunakan adalah penerapan prinsip 5C yang terdiri Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral yang kesemuanya harus diterapkan. BRI Syariah KCP Ponorogo dalam analisis pembiayaan yang dilakukan belum efektif. Terbukti dengan adanya pembiayaan bermasalah yang terjadi pada beberapa nasabah pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo. Rumusan masalah dari penelitian ini diantaranya: (1) Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme pembiayaan mikro iB di bank BRI Syariah KCP Ponorogo (2) Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip 5C dalam memberikan pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo. Obyek dalam penelitian ini adalah pimpinan BRI Syariah KCP Ponorogo dan AOM (Account Officer Mikro).
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field research), dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini bersifat deduktif.
Hasil dari penelitian ini mekanisme dalam memberikan pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo itu ada beberapa step (1) pengajuan permohonan (2) cek SID (3) analisis 5C (4) financing approval (5) reject/approv (6) financing dokumen (7) penandatanganan akad serta pencairan (8) financing monitoring, dengan tolak ukur kemudahan agar menarik calon nasabah untuk tetap mengajukan pembiayaan dan persyaratan yang dapat segera dipenuhi oleh calon nasabah, disamping itu AOM yang kejar target setiap bulannya yang penerapan prinsip 5C nya belum sepenuhnya diterapkan pada semua usaha, masih beberapa usaha yang memang sudah mempunyai teknologi modern. Seharusnya tidak memilih setiap usaha yang akan diberi pembiayaan apalagi para UMKM. Prinsip 5C yang belum sepenuhnya digunakan perlu adanya kehati-hatian dalam penilaian karena untuk menghindari resiko dimasa yang akan datang.
iv
v
vi
SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Dwi Retnaningdyah
NIM : 210816040
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo
Judul : Analisis Penerapan Prinsip 5C Dalam Memberikan
Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP Ponorogo
Menyatakan bahwa naskah skripsi / tesis telah diperriksa dan disahkan
oleh dosen pembimbing. Selanjutnya saya bersedia naskah tersebut
dipublikasikan oleh perpustakaan IAIN Ponorogo yang dapat diakses di
etheses.iainponorogo.ac.id. Adapun isi dari keseluruhan tulisan tersebut,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari penulis.
Demikian pernyataan saya untuk dipergunakan semestinya.
Ponorogo, 17 Juni 2020
Dwi Retnaningdyah
NIM 210816149
vii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Dwi Retnaningdyah
NIM : 210816040
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Ponorogo
Judul : Analisis Penerapan Prinsip 5C Dalam Memberikan
Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP Ponorogo
Dengan ini menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya
tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan
merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui
sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
Ponorogo, 05 Mei 2020
Yang membuat pernyataan
Dwi Retnaningdyah
NIM 210816149
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan perekonomian suatu negara semakin tinggi akan
meningkatkan pula kebutuhan pendanaan untuk membiayai suatu sektor
usaha, seperti sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, dan
perumahan. Salah satu lembaga keuangan yang berpengaruh besar
terhadap perekonomian masyarakat di suatu negara adalah Perbankan.
Sehingga bank telah menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi masyarakat
disuatu negara untuk mendapatkan pinjaman, pembiayaan, perkreditan,
dan berbagai jasa yang ditawarkan oleh bank. Melalui kegiatannya bank
sebagai lembaga keuangan menjadi tempat untuk menyimpan dana bagi
berbagai pihak, baik perorangan, perusahaan swasta, dan badan-badan
pemerintah.1
Menurut undang-undang perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat
banyak.
Bank yang beroperasi tanpa adanya bunga dan riba disebut Bank
Syariah. Bank Syariah adalah Lembaga keuangan yang berlandaskan Al-
Qur’an dan Hadits dalam mengoperasikan kegiatannya dan juga
1 M. Sulha dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional dan Shari’ah (Malang:
UIN Malang Press, 2008), 3.
2
produknya. Bank Syariah berbeda dengan bank konvensional secara
konsepsional, konsep secara syariah adalah berbisnis atau melakukan
tindakan ekonomi yang menjaga kesimbangan antara kehidupan dunia dan
persiapan menuju kehidupan akhirat bukan sekedar memaksimalkan
kekayaan. Bank konvensional dalam mengembalikan pinjaman harus
disertai bunga yang telah ditetapkan sesuai perjanjian diawal antara bank
dengan nasabah, sedangkan di Bank Syari’ah menggunakan sistem bagi
hasil yang sesuai dengan hukum islam dalam pengembalian pinjamannya,
sesuai kesepakan diawal antara bank dan calon nasabah yang tidak saling
memberatkan.2
Secara umum, Fungsi bank adalah lembaga financial intermediary,
yang artinya dalam aktivitas lembaganya berkaitan dengan menghimpun
dana dan menyalurkan dana kembali kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Bank juga menyalurkan dana yang disebut dengan
pembiayaan, itu merupakan salah satu kegiatan utama perbankan selain
menghimpun dana. Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat yang
merupakan aktivitas menghasilkan keuntungan, secara tidak langsung akan
memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan ekonomi masyarakat
banyak, juga untuk memanfaatkan dana yang idle (Idle Fund) karena bank
telah membayar sejumlah tertentu atas dana yang telah dihimpunnya. Pada
akhir bulan atau pada saat tertentu bank akan mengeluarkan biaya atas
dana yang telah dihimpun dari masyarakat yang menyimpan dananya di
2 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,
2008), 142.
3
bank. Dengan demikan, bank tidak boleh membiarkan dana masyarakat
tersebut mengendap, dan harus segera menyalurkannya kepada masyarakat
yang membutuhkan agar memperoleh pendapatan atas dana yang
disalurkannya. Penyaluran dana kepada masyarakat sebagian besar berupa
kredit untuk bank konvensional dan bank syariah menyebut dengan
pembiayaan.3
BRI Syariah KCP Ponorogo dalam kegiatannya memfokuskan
pembiayaan salah satunya pembiayaan dengan produknya yaitu
pembiayaan mikro. Sementara pembiayaan mikro bank syariah tetap
menggunakan prinsip syariah kepada nasabah ataupun calon nasabah baik
perorangan atau badan usaha yang khususnya pembiayaan ini pada sektor
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang biasanya digunakan untuk
menambah modal kerja, investasi, maupun multiguna.4
Di Indonesia sendiri UMKM berperan penting dalam pembangunan
ekomoni. Sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan
hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun
modern. UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil Menengah yang
di dalamnya terdapat pelaku bisnis yang bergerak diberbagai bidang
usaha.5
Salah satu cara untuk mengembangkan UMKM tersebut adalah
dengan adanya penambahan modal. Penambahan modal dapat dilakukan
3 Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 5. 4 Gatot Wijanarko, Wawancara, 05 September 2019. 5 Pandji Anoraga, Koperasi, Kewirausahaan, Dan Usaha Kecil, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), 244.
4
dengan cara melakukan pengajuan pembiyaan pada perbankan. Dalam
memberikan pembiayaan, yang sangat mempengaruhi stabilitas keuangan
bank yaitu layak atau tidaknya pembiayaan yang akan diberikan. Analisis
pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh bank
untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan oleh
calon nasabah. Dengan melakukan analisis terhadap permohonan
pembiayaan tersebut bank ingin mendapat keyakinan bahwa proyek/ usaha
yang akan dibiayai dengan pembiayaan tersebut layak. Bank melakukan
analisis pembiayaan dengan tujuan untuk mencegah secara dini
kemungkinan terjadinya Wanprestasi oleh nasabah. Analisis yang baik
akan menghasilkan keputusan yang tepat, sehingga analisis pembiayaan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam keputusan
pembiayaan.6 Prinsip 5C yang pada umumnya digunakan untuk
menganalisis proses pemberian pembiayaan dalam perbankan syariah,
apakah calon nasabah bernilai layak atau tidak untuk mendapatkan
pembiayaan yang akan diberikan dimana prinsip tersebut digunakan untuk
menilai. Adapun prinsip 5C terdiri dari Capacity (kemampuan), Collateral
(jaminan), Character (watak/sifat), Condition of Economi (kondisi
ekonomi), dan Capital (modal). Penerapan Prinsip dasar dalam pemberian
pembiayaan serta analisis yang mendalam terhadap calon nasabah, perlu
dilakukan oleh bank agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan
6 Ismail, Manajemen Perbankan, 112.
5
dananya sehingga dana yang disalurkan tersebut dapat terbayar kembali
sesui dengan jangka waktu yang diperjanjikan.7
Proses dengan penilaian 5C (Capacity, Collateral, Character,
Condition of Economi, Capital) dalam pemberian pembiayaan mikro
tersebut di BRI Syariah KCP Ponorogo akan tetap mementingkan
kemudahan dan kecepatan dalam proses pencairan pembiayaan kepada
nasabah yang mengajukan pembiayaan tersebut agar menarik para nasabah
untuk melakukan pembiayaan.
Perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan menjadi penunjang
kelangsungan hidup bank jika dikelola dengan baik. Dalam pembiayaan
yang dilakukan oleh perbankan syariah pasti banyak terjadi kendala-
kendala yang dialami, seperti kendala wanprestasi, pembiayaan
bermasalah ataupun kendala lainnya. Berikut adalah jumlah pembiayaan
mikro pelaku UMKM di BRI Syariah KCP Ponorogo yang wanprestasi/
kredit macet :
Tabel 1.1
Jumlah Nasabah UMKM di BRI Syariah KCP Ponorogo8
Tahun Jumlah nasabah Kredit macet
2017 132 Orang 4 orang
2018 173 Orang 3 orang
2019 206 Orang 3 orang
Sumber : Wawancara dengan Bapak Gatot
7 Binti Nur Asiyah, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Teras, 2014),
79. 8 Gatot Wijanarko, Wawancara, 05 September 2019.
6
Dari data diatas pembiayaan semakin naik yang dikarenakan AOM
(Account Officer Micro) dikejar target setiap bulannya. Dalam faktanya
BRI Syariah KCP Ponorogo belum sepenuhnya menggunakan prinsip 5C
(Capacity, Collateral, Character, Condition of Economi, Capital) secara
keseluruhan. Meraka hanya menggunakan sebagian saja, misal capacity
(kemampuan nasabah), character (karakter nasabah), collateral (jaminan/
agunan). Hal ini diungkapkan oleh bapak habib selaku Account Officer
Micro, “marketing di BRI Syariah KCP Ponorogo dalam memberikan
pembiayaan kepada UMKM memang benar menggunakan prinsip 5C
(Capacity, Collateral, Character, Condition of Economi, Capital) tetapi
hanya sebagian saja, soalnya marketing tidak banyak waktu dan dikejar
target setiap bulannya.”9
Diungkapkan oleh bapak kiki selaku Account Officer Micro, “ 5C
(Capacity, Collateral, Character, Condition of Economi, Capital) itu
baku, semestinya 5C diterapkan tapi dalam praktiknya tidak semua
diterapkan kita sebagai marketing hanya melihat character (karakter
nasabah), capacity (kemampuan nasabah), collateral (jaminan/ agunan).”10
Adanya analisis pembiayaan yang diterapkan menggunakan prinsip
5C belum sepenuhnya diterapkan yang akan berdampak pada
kelangsungan hidup bank dan akan bisa meningkatkan nasabah NPF( Non
Performing Financing) dari tahun ketahun yang akan menyebabkan
kerugiakan pada pihak bank jika terus-terusan terjadi, maka peneliti
9 Muhammad Habib, Wawancara, 29 November 2019. 10 Kiki Agung, Wawancara, 17 Desember 2019.
7
tertarik meneliti bagiamana BRI Syariah KCP Ponorogo dalam
memberikan pembiayaan kepada UMKM dengan judul “Analisis
Penerapan Prinsip 5C Dalam Memberikan Pembiayaan Mikro iB Di Bank
BRI Syariah KCP Ponorogo”.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana mekanisme pembiayaan Mikro iB di bank BRI Syariah
KCP Ponorogo ?
2. Bagaimana analisis penerapan prinsip 5C dalam memberikan
pembiayaan mikro iB di bank BRI Syariah KCP Ponorogo ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis mekanisme pembiayaan mikro iB
di bank BRI Syariah KCP Ponorogo
2. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip 5C dalam
memberikan pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan
manfaat untuk berbagai pihak, yaitu :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu perbankan
syariah guna memperluas pengetahuan dan memperkaya konsep
keilmuan yang berkaitan tentang pengambilan keputusan pembiayaan.
8
2. Secara Praktis
Bagi Pihak Bank BRI Syariah
Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan penerapan prinsip
5C dalam pembiayaan atau bahan acuan dalam penerapan prinsip 5C
dalam pembiayaan.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika yang dimaksud di sini adalah runtutan persoalan yang
dirangkai dalam bentuk tulisan untuk membahas rencana penyusunan
skripsi secara keseluruhan dari permulaan hingga akhir, guna menghindari
permasalahan yang tidak terarah. Untuk mempermudah penyusunan
skripsi maka penulis mengelompokkan pembahasan menjadi lima bab
yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub tersendiri. Dengan demikian
terbentuklah satu kesatuan sistem penulisan ilmiah yang linier, sehingga
nampak adanya suatu pembahasan yang utuh yang saling berkaitan antara
satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika pembahasan tersebut
adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan, berisi tentang latar
belakang masalah, untuk mendeskripsikan problem akademik
yang mendorong mengapa penelitian ini dilakukan. Kemudian
dilanjutkan dengan rumusan masalah. Rumusan masalah ini
sangat penting, karena posisinya secara tidak langsung
memandu peneliti dalam mengarahkan fokus kajian yang
9
dilakukan. Kemudian dipaparkan tujuan dan manfaat
penelitian, untuk memastikan dapat atau tidaknya penelitian ini
menghasilkan temuan, baik yang bersifat teoritis maupun
bersifat praktis. Kemudian dilanjutkan dengan sub metode
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II: KONSEP PEMBIAYAAN MIKRO, AKAD MURABAHAH,
PRINSIP 5C DI BRI SYARIAH KCP PONOROGO
Bab ini berisi Pengertian penrapan prinsip 5C yang
merupakan landasan teori, dalam bab ini penulis akan
membahas konsep penerapan prinsip 5C yang terdiri dari
beberapa sub bab yaitu: pengertian pembiayaan,pembiayaan
mikro, pembiayaan akad murabahah, dan prinsip 5c. Sub
berikutnya adalah kajian pustaka, untuk menentukan posisi
penelitian ini terhadap penelitian terdahulu.
BAB III: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan jenis dan pendekatan peneliatan, lokasi
atau temapat penelitian, data dan sumber data, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data
dan teknik pengecekan keabsahan data.
BAB IV: DATA DAN ANALISIS DATA
Bab keempat merupakan data dan analisis data penerapan
prinsip 5C pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP
Ponorogo.
10
BAB V: PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari pembahasan skripsi yang
merupakan jawaban atas rumusan masalah, saran-kritik yang
dilengkapi dengan lampiran-lampiran, yang mana kesemuanya
sebagai solusi untuk kemajuan dan pengembangan penerapan
prinsip 5c dalam memebrikan pembiayaan mikro iB di BRI
Syariah KCP Ponorogo.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pembiayaan
a. Definisi Pembiayaan
Dalam arti sempit pembiayaan adalah pendanaan yang
dilakukan oleh lembaga keuangan yaitu bank syariah kepada
nasabah. Pembiayaan dalam arti luas adalah financing pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi suatu usaha baik
yang dilakukan perorangan maupun usaha bersama.1
Menurut M. Syafi’i Antonio menjelaskan Pembiayaan
adalah salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit (membutuhkan dana).2
Sedangkan menurut Undang-undang perbankan No 10
tahun 1998 pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.3
1 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), 304. 2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), 160. 3 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah, (Jakarta:
Sibar Grafika, 2014), 65.
12
b. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
BRI Syariah dalam memberikan pembiayaan memiliki
fungsi untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dana
maupun untuk meningkatkan usahanya untuk memenuhi
kebutuhan. Selain itu juga memiliki tujuan yang tidak terlepas dari
visi BRI Syariah. Tujuan dan Fungsi dalam pembiayaan sebagai
berikut :
1) Tujuan pembiayaan
a) Meningkatkan keuntungan yang biasanya berupa bagi hasil
atau margin yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan
biaya administrasi dari pembiayaan yang disalurkan kepada
nasabah.
b) Membantu pemerintah, dalam hal ini pembiayaan yang
disalurkan oleh pihak bank kepada masyarakat dapat
berdampak kepada pertumbuhan diberbagai sektor.
c) Membantu usaha nasabah yang membutuhkan dana untuk
investasi modal kerja sesuai dengan prinsip-prinsip syariat
islam.4
2) Fungsi Pembiayaan
Untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, dan
meramaikan usaha para pelaku bisnis di indonesia keberadaan
bank syariah yang menjalankan prinsip syariat islam sangat
4Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah, (Cirebon:
STAIN Press, 2009), 68.
13
membantu masyarakat terutama para pelaku bisnis di
indonesia dan memberikan fungsi diantaranya :
a) Menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan
nasabah dalam memberikan pembiayaan dengan prinsip
syariat islam.
b) Sebagai alat stabilitas ekonomi karna pembiayaan yang
diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan
oleh masyarakat.
c) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan. Semakin
banyak pembiayaan yang disalurkan, akan semakin baik
dalam menigkatkan pendapatan. Jika sebuah pembiayaan
diberikan kepada UMKM untuk mengembangkan usahanya
atau membuat sebuah ruko, maka usaha tersebut
membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi
pengangguran.5
c. Prinsip- Prinsip Pembiayaan pada bank syariah
1) Prinsip Jual Beli
prinsip Jual Beli di sini menekankan bahwa dalam
perbankan syariah mengandung beberapa kebaikan, antara lain
tujuan pembiayaan selalu diberikan kepada sektor riil karena
yang menjadi dasar nilai adalah barang yang diperjual-belikan.
Begitu juga dengan harga yang disepakati tidak berubah/tetap
5Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016), 88.
14
sampai akhir akad. Jenis prinsip jual beli terdiri atas
Murābahah, Salam dan Istishnā’.
2) Prinsip Bagi Hasil
Prinsip bagi hasil adalah akad bersama kegiatan usaha yang
didalamnya diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan didapat antara kedua belah pihak atau
lebih. Jenis bagi hasil terdiri atas Mudhārabah dan
Musyarakah.6
d. Jenis- Jenis Pembiayaan
Jenis pembiayaan dikelompokkan menurut beberapa segi, yaitu :
1) Pembiayaan Menurut Tujuan Pengunaan
a) Pembiayaan investasi, untuk pengadaan barang-barang
modal (aktiva tetap) yang mempunyai nilai ekonomis
lebih dari satu tahun. Secara umum untuk pendirian
perusahaan baru atau proyek baru, maupun proyek
pengembangan, modernisasi mesin, peralatan, pembelian
kendaraan yang digunakan untuk kelancaran usaha, dan
perluasan perusahaan.
b) Pembiayaan modal kerja, untuk memenuhi kebutuhan
modal kerja yang biasanya habis dalam satu siklus usaha.
Biasanya untuk membeli bahan baku, biaya upah, untuk
menutup piutang dagang, pembelian barang dagang, dan
6Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 60.
15
kebutuhan dana lain yang bersifat hanya digunakan selama
1 tahun.7
c) Pembiayaan konsumtif, pembiayaan yang diberikan
kepada nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk
keperluan pribadi dan tidak untuk digunakan keperluan
usaha.
2) Pembiayaan Menurut Jangka Waktu
a) Jangka waktu pendek, merupakan pembiayaan yang
memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling
lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan
modal kerja.
b) Jangka waktu menengah, merupakan jangka waktu
kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,
biasanya untuk investasi.
c) Jangka waktu panjang, merupakan pembiayaan yang masa
pengembaliannya paling panjang. Pembiayaan jangka
panjang waktu pengembaliannya diatas 3 tahun atau 5
tahun. Biasanya pembiayaan ini untuk investasi jangka
panjang konsumtif.8
7 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, 100. 8 Ibid., 102
16
3) Pembiayaan Dari Segi Jaminan
a) Pembiayaan Dengan Jaminan
Pembiayaan dengan jaminan merupakan jenis
pembiayaan yang didukung dengan jaminan (agunan).
Dapat digolongkan menjadi jaminan peorangan, benda
berwujud, dan benda tidak berwujud.
b) Pembiayaan Tanpa Jaminan
Pembiayaan yang diberikan tanpa adanya barang
jaminan. Pembiayaan ini diberikan dengan melihat
prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik
calon nasabah selama ini.9
Sedangkan jenis pembiayaan di bank syariah menurut
Adiwarman Azhar Karim adalah sebagai berikut :
a) Pembiayaan Modal Kerja Syariah
Pembiayaan yang diberikan kepada perusahaan untuk
membiayai kebutuhan modal kerja usahanya berdasarkan
prinsip syariah (pembiayaan jangka pendek)
b) Pembiayaan Investasi Syariah
Penanaman dana dengan maksud untuk menperoleh
imbalan, manfaat, atau keuntungan dikemudian hari
(pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang).
9 Ibid., 107.
17
c) Pembiayaan Konsumtif Syariah
Pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan
umumnya bersifat perorangan, yang digunakan dengan
prinsip syariah.
d) Pembiayaan Berdasarkan Take Over
Pembiayaan sebagai bentuk jasa pelayanan keuangan bank
syariah yang membantu masyarakat untuk mengalihkan
transaksi yang sesuai dengan syariah islam.
e) Pembiayaan Latter Of Credit
Pembiayaan yang diberikan dalam rangka untuk
memfasilitasi nasabah dalam transaksi ekspor dan impor.10
2. Pembiayaan Mikro
Pembiayaan mikro adalah fasilitas pembiayaan yang diberikan
untuk membiayai kegitan usaha mikro. Usaha mikro berdasarkan
Undang- undang nomor 20 tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Mikro
Kecil dan Menengah) adalah usaha produktif yang dimiliki oleh
perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
usaha mikro yang diatur dalam Undang-undang. Usaha mikro, kecil
dan menengah merupakan kegiatan usaha yang berperan dalam proses
pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat yang dapat
memperluas lapangan pekerjaan, memberikan pelayanan ekonomi
10Adiwarman Azhar Karim, Bank Islam (Analisis Fikih dan Keuangan), (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004), 252.
18
kepada masyarakat, serta mendorong stabilitas pertumbuhan ekonomi
nasional.
Pelaku usaha mikrro, pelaku usaha kecil, dan pelaku usaha
menengah adalah sebagai wirausaha. Mereka memiliki sejumlah sifat
yang berbeda-beda. Mereka mempunyai kemauan dan rasa percaya
diri yang tinggi, mereka fokus pada sasaran, mereka bekerja keras,
berani mengambil resiko dan mampu beinovasi.11
a. Kriteria UMKM
Kriteria UMKM berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun
2008 tentaang Usaha Mikro Kecil dan Menengah :12
Tabel 2.1
No Uraian Asset Omset
1 Usaha Mikro Maks. 50 juta Maks 300 juta
2 Usaha Kecil >50 juta– 500 juta >300 juta- 2,5 juta
3 Usaha Menengah >500 juta- 10 M >2,5 juta- 50 M
b. UMKM yang Berhak Mendapatkan Bantuan Pembiayaan
1) Terdaftar atau memiliki izin usaha
2) Memiliki tempat kedudukan dan alamat yang jelas dibuktikan
dengan surat keterangan domisili
3) Memiliki jenis usaha
11 Mulyadi Nitisusastro, Kewirausahaan & Manajemen Usaha Kecil, (Jakarta: Alfabeta,
2010), 37. 12 Leonardus Saiman, Kewirausahaan, (Jakarta: Salemba Empat, 2014), 9.
19
4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
5) Memiliki nomor rekening bank atas nama pribadi yang masih
aktif Prioritas bagi yang belum pernah mendapat bantuan
sejenisnya.13
3. Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Ba’i Al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan yang disepkati. Dalam Bai’ Al-Murabahah,
penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.
Penjualan pada murabahah secara jelas memberi tahu kepada
pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar
keuntungan yang diperoleh pada nilai tersebut.14
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin disepakati
oleh penjual dan pembeli, dengan pembayaran atas akad
murabahah dapat dilakukan secara tangguh atau tunai. Perbedaan
murabahah dengan penjualan biasa adalah pada murabahah penjual
secara jelas memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok
pembelian produk tersebut dan besar keuntungan yang akan
diambil oleh penjual. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan
dana dari pemilik modal, baik Lembaga Keuangan Syariah Non
13 Desi Hariyawati, “Pelaksanaan Pemberian Kredit Kepada UMKM BRI Syariah,” JOM,
3 (Oktober 2016), 11. 14 M. Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teorike Praktik, 101.
20
Bank maupun Bank Syariah kepada nasabah untuk membeli barang
dengan menegaskan harga belinya barang dan pembeli (nasabah)
akan membayarnya dengan harga yang lebih, sebagai keuntungan
pemilik modal sesuai yang disepakati bersama. Harga tidak boleh
berubah sepanjang akad dan apabila terjadi kesulitan membayar,
dapat dilakukan restrukrusisasi dan kalau tidak membayar karena
lalai dapat dikenakan denda.15
b. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah
Dasar-dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan akad
Murabahah adalah:
1) Al-Qur’an QS. Al-Baqarah ayat 275
با.... م الر ...وأحل الله البیع وحر
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.16
2) Al-Hadist
أفضل الكسب عمل الرجل بیده وكل بیع مبرور
“Kerja yang paling utama adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”.17
15 D Muljono, Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah,
(Yogyakarta: Andi, 2015), 143. 16 al- Qur’an, 2: 275. 17Gustani, “Ayat dan hadits tentang murabahah,” dalam
https://www.syariahpedia.com/2016/09/dalil-murabahah.html, (diakses pada tanggal 22 Mei 2020,
jam 13.45)
21
3) Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000
Pembiayaan murabahah adalah suatu bentuk jual beli barang
pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang sudah
disepakati.18
4) Ijma’
Umat manusia telah berkosensus tentang keabsahan jual
beli, karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu
membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki orang lain.
Oleh karena jual beli ini adalah salah satu jalan untuk
mendapatkan secara sah, dengan demikian mudahlah bagi
setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.19
c. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah
Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam
transaksi ada beberapa, yaitu :20
1) Pelaku akad, yaitu penjual adalah pihak yang memiliki barang
untuk dijual, dan pembeli adalah pihak yang memerlukan dan
akan membeli barang
2) Objek akad, yaitu barang dagangan dan harga
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.
18Dewan Syari’ah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syari’ah, ( Jakarta :
Erlangga, 2014 ), 63. 19Y. Afrida, “Analisis Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah,”Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Islam, 2, (September 2016), 159. 20Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, 82.
22
Beberapa syarat yang ada dalam pembiayaan Murabahah,
antara lain :21
1) Mengetahui harga pertama (harga pembelian) yaitu pembeli
kedua hendaknya mengetahui harga pembelian karena hal itu
adalaha syarat sahnya transaksi jual beli. Syarat ini meliputi
semua transaksi yang terkait dengan murabahah, seperti
pelimpahan wewenang (tauliyah), kerja sama (isyrak), dan
kerugian (wadhi’ah), karena semua transaksi ini berdasar pada
harga pertama yang merupakan modal. Jika tidak
mengetahuinya, maka jual beli tersebut tidak sah hingga
ditempat transaksi. Jika tidak diketahui hingga keduanya
meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transaksi itu
2) Mengetahui besarnya keuntungan adalah keharusan, karena ia
merupakan bagian dari harga (tsaman), sedangkan mengetahui
harga adalah syarat sahnya jual beli
3) Modal hendaknya komoditas yang memiliki kesamaan dan
sejenis, seperti benda-benda yang ditakar, ditimbang dan
dihitung
4) Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak
menisbatkan riba tersebut terhadap harga pertama. Seperti
membeli barang yang ditakar atau ditimbang dengan barang
sejenis dengan takaran yang sama, maka tidak boleh
21Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, 2015), 17-18.
23
menjualnya dengan sistem murabahah. Hal semacam ini tidak
diperbolehkan karena tambahan, sedangkan tambahan terhadap
harta riba hukumnya adalah riba dan bukan keuntungan
5) Transaksi pertama haruslah sah secara syara’, jika transaksi
pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli secara
murabahah, karena murabahah adalah jual beli dengan harga
pertama disertai tambahan keuntungan dan hak milik jual beli
yang tidak sah ditetapkan dengan nilai barang atau dengan
barang yang semisal bukan dengan harga, karena tidak
benarnya penamaan.
d. Jenis Pembiayaan Murabahah
Jenis dalampembiayaan Murabahah dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu :22
1) Murabahah tanpa pesanan adalah ada yang pesan atau tidak,
ada yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang
daganganya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak
berpengaruh atau terikat;
2) Murabahah berdasarkan pesanan adalah bank syariah baru
akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada
nasabah yang memesan barang, sehingga penyediaan barang
baru dilakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini,
22 Ibid.,17-18.
24
pengadaan barang sangat tergantung atau terkait langsung
dengan pesanan atau pembelian barang tersebut.
e. Skema Pembiayaan Murabahah
(1) Negoisasi dan perlengkapan persyaratan
(3) akad (Murabahah)
(4) bayar ribbun dan pokok
(2) beli barang
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan Akad Murabahah pada Perbankan Syariah
Gambar diatas dapat dijelaskan:
1. Nasbah mengajukan pembiayaan dalam bentuk barang.
Dalam tahap ini antara bank dan nasabah melakukan
negoisasi (spesifikasi barang, nominal harga, jangka waktu
pembiayaan).
2. Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah kepada
supplier sesuai yang disepakati pada negoisasi
3. Bank mengirim barang kepada nasabah
4. Nasabah membayar keuntungan (ribhun)dan cicilan harga
pokok barang yang dibeli sesuai kesepakatan
BANK NASABAH
(5) akhir akad,
barang milik nasabah
supplier
25
5. Akhir akad sesuai dengan kesepatakan pada negoisasi.
Barang sudah milik nasabah sebagaimana pada jual beli.23
f. Pengertian Pembiayaan Murabahah Bil Wakalah
Dalam penyaluran dana perbankan syariah dengan akad
murabahah dapat dilaksanakan dalam satu transaksi dengan
wakalah, yaitu upaya pemberian kekuasaan pada nasabah untuk
membeli barang yang diinginkan secara mandiri. Ketika
pembiayaan telah disetujui dan melakukan pencairan, pihak bank
hanya mengawasi kedisiplinan nasabah dalam melakukan angsuran
pembiayaan. Sebagai contoh dalam perbankan, Investor
mewakilkan pengusaha untuk melakukan pembelian barang yang
akan dijadikan objek investasi dengan tambahan keuntungan
(marjin) yang disepakati bersama.24
4. Prinsip 5C
Pembiayaan yang diberikan pihak bank untuk memfasilitasi
pembiayaan kepada calon nasabah harus benar-benar merasa yakin
bahwa pinjaman yang diberikan akan kembali. Sebelum pembiayaan
diberikan keyakinan tersebut dapat dinilai dari hasil penilaian atau
analisis pembiayaan. Untuk mendapatkan suatu keyakinan tentang
nasabahnya, pihak bank dapat melakukan penilaian dengan berbagai
prinsip. Metode analisis pembiayaan dapat dilakukan sesuai dengan
23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), 107. 24
Yassar Wildanto, Akad Murabahah Bil Wakalah dalam Pembiayaan Mikro di BRI Syariah KCP Kudus, Skrpsi, (Kudus: IAIN, 2016), 13.
26
kebijakan bank. Dalam beberapa kasus bank syariah sering
menggunakan prinsip 5C, yang meliputi :
a. Capacity (Kemampuan)
Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui
kemampuan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai
jangka waktu pembiayaan. Bank perlu mengetahui dengan pasti
kemampuan calon nasabah dalam memenuhi kewajiban apabila
bank memberikan pembiayaan. Kemampuan keuangan calon
nasabah sangat penting karena merupakan sumber utama
pembayaran kembali pembiayaan yang diberikan oleh bank.
Sekain baik kemampuan keuangan calon nasabah, maka akan
semakin baik kemungkinan kualitas pembiayaan, artinya dapat
dipastikan bahwa pembiayaan yang diberikan bank dapat dibayar
sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.
Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengetahui
kemampuan keuang calon nasabah, antara lain :
1) Melihat laporan keuang calon nasabah.
2) Memeriksa slip gaji dan rekening tabungan
3) Survei ke lokasi usaha calon nasabah.25
Kemampuan nasabah untuk menghasilkan pendapatan
tergantung pada semua faktor mulai dari penjualan, biaya dan
harga pokok barang dagangan. Jika pinjamamn akan dibayar
25 Ismail, Manajemen Perbankan (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), 113.
27
dengan penghasilan, maka penting untuk pihak bank menilai
kemampuan nasabah untuk menghasilkan pendapatan yang cukup
untuk melunasi pinjaman, seperti pendidikan, umur, stabilitas
pekerjaan dan bakat.26
Dalam menilai capacity nasabah bank dapat mengunakan
pendekatan sebagai berikut :
1) Pendekatan Yuridis, seseorang yang berwenang mewakili
calon nasabah pembiayaan dalam melakukan penandatanganan
perjanjian pembiayaan dengan bank.
2) Pendekatan Historis, yaitu melalui kinerja nasabah dimasalalu
(past performance).
3) Pendekatan Manajerial, yaitu menilai kemampuan nasabah
dalam melaksanakan fungsi menejemen dalam memimpin
perusahaan.
4) Pendapatan Financial, menilai kamampuan keuangan calon
nasabah pembiayaan.
5) Pendekatan Teknis, yaitu menilai kemampuan calon nasabah
pembiayaan terkait teknis produksi, seperti tenaga kerja,
sumber bahan baku, peralatan, administrasi, keuangan, dan
lain-lain.27
Dalam memenuhi kewajibannya setelah bank syariah
memberikan pembiayaan, Bank perlu mengetahui dengan
26 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), 112. 27 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan, 97.
28
pastikemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi
kewajibannya. Sumber utama pembayaran merupakan
kemampuan keuangan calon nasabah yang sangat penting.
Kemampuan keuangan calon nasabah semakin baik, maka kualitas
pembayaran akan semakin baik, artinya pembiayaan yang
diberikan bank syariah dapat dipastikan dibayar sesuai dengan
jangka waktu yang diperjanjikan.28 Bank dapat mengetahui
sampai dimana capacity calon nasabah dengan cara, misalnya
nasabah yang sudah dikenal pihak bank, hanya perlu melihat
arsip, dokumen, berkas dan catatan yang ada tentang pengalaman
pembiayaannya yang sudah-sudah. Sekedar informasi tambahan
dari luar mungkin yang belum tersedia. Sedangkan, bank syariah
menghadapi “pendatang baru” dengan cara riwayat hidup
(biodata) termasuk pendidikan, kursus dan latihan yang pernah
diikuti serata pengalaman kerja.29
b. Collateral (Jaminan/ agunan)
Collateral merupakan jaminan/ agunan yang diberikan oleh
calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Agunan merupakan
sumber pembayaran kedua, artinya apabila nasabah tersebut tidak
dapat membayar angsurannya dan termasuk dalam pembiayaan
macet, maka bank dapat melakukan eksekusi terhadap agunan.
Hasil penjualan agunan digunakan sebagai sumber pembayaran
28 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), 121. 29 Rachmat Firdaus dan Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank umum, (Bandung:
Alfabeta, 2009), 84.
29
kedua. Bank tidak akan memberikan pembiayaan yang melebihi
dari nilai agunan.
Pertimbangan atas collateral antara lain dikenal dengan
MAST :30
1) Marketability
Agunan yang diterima oleh bank haruslah agunan yang mudah
diperjualbelikan dengan harga yang menarik dan meningkat
dari waktu ke waktu.
2) Ascertainability of value
Agunan yang diterima memiliki standar harga yang lebih pasti.
3) Stability of value
Agunan yang diserahkan bank memiliki harga yang stabil,
sehingga ketika agunan dijual, maka hasil penjualan bisa
meng-cover kewajiban nasabah.
4) Transferability
Agunan yang diserahkan bank mudah dipindahtangankan dan
mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
Collateral adalah aset yang diserahkan kepada bank untuk
menjamin pembiayaan, dalam dunia perbankan agunan/ jaminan
sangat diperlukan untuk memperkuat kelemahan kemungkinan
yang akan terjadi dalam pembiayaan. Pembiayaan diberikan
dengan perkiraan bahwa dana tersebut akan dibayar kembali
30 Ismail, Manajemen Perbankan, 115.
30
sampai lunas. Jika timbul masalah pembiayaan jaminan tersebut
akan dilelang.31
Penilaian terhadap collateral yaitu bukti kepemilikan, jenis,
lokasi dan status hukumnya. Bentuk jaminan tidak hanya
berbentuk kebendaan, bisa juga jaminan pribadi. Penilaian agunan
digunakan untuk mengetahuai apakah agunan yang dimiliki calon
nasabah sesuai dengan pemberian pembiayaan.32Jaminan biasanya
melenihi jumlah pembiayaan yang diberikan . pihak bank tidak
akan memberikan jumlah pembiayaan melebihi nilai agunan,
kecuali untuk pembiayaan tertentu yang dijamin pembayarannya
oleh pihak tertentu. Jaminan bisa bersifat fisik maupun non fisik.33
Purnajual agunan yang diserahkan kepada bank adalah faktor
penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis agunan.
Agunan mempunyai 2 fungsi yaitu :
1) Untuk pembayaran utang seandainya nasabah tidak mampu
membayar dengan jalan melelang jaminan.
2) Sebagi akibat dari fungsi pertama yang salah satu faktor
penentu jumlah pembiayaan yang dapat diberikan.34
c. Character (Karakter )35
Character menggambarkan watak dan kepribadian calon
nasabah. Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon
31 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, 113. 32 Binti Asiyah, Manajemen Pembiyaan Bank Syariah (Yogyakarta: Teras, 2014),83. 33 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2014), 92. 34 Ismail, Perbankan Syariah, 124. 35 Ismail, Manajemen Perbankan, 112.
31
nasabah dengan tujuan untuk mengetahui bahwa calon nasabah
mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar
pinjamannya sampai dengan lunas. Bank ingin menyakini
willingness to repay dari calon nasabah, yaitu keyakinan bank
terhadap calon nasabah bahwa calon nasabah mau memenuhi
kewajibannya sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan.
Bank ingin mengetahui bahwa calon nasabah mempunyai
karater yang baik, jujur, dan mempunyai komitmen terhadap
pelunasan pembiayaan yang akan diterima dari bank. Cara yang
perlu dilakukan oleh bank untuk mengetahui character calon
nasabah adalah dengan melakukan penelitian yang mendalam
tentang calon nasabah.
Cara-cara yang dilakukan oleh bank dalam analisis character
dapat dilakukan antara lain :
1) BI Cheking
Bank dapat melakukan penelitian dengan melakukan BI
checking, yaitu melakukan penelitian terhadap calon nasabah
dengan melihat data nasabah melalui komputer yang online
dengan Bank Indonesia. BI checking dapat digunakan oleh
bank untuk mengetahui dengan jelas calon nasabahnya, baik
kualitas pembiayaan calon nasabah bila telah menjadi nasabah
bank lain.
32
2) Trade Checking, pada supplier dan pelanggan nasabah
pembiayaan, untuk meneliti reputasi nasabah dilingkungan
mitra bisnisnya
3) Informasi dari pihak lain
Calon nasabah masih belum memiliki pinjaman di bank
lain, maka cara yang efektif ditempuh yaitu dengan meneliti
calon nasabah melalui pihak-pihak lain yang mengenal dengan
baik calon nasabah. Misalnya, mencari informasi tentang
karakter calon nasabah melalui tetangga, temen kerja, atasan
langsung, dan rekan usahanya. Informasi dari pihak lain
tentang calon nasabah, akan lebih menyakinkan bagi bank
untuk mengetahui character calon nasabah. Character
merupakan faktor yang sangat penting dalam evaluasi calon
nasabah.
d. Condition Of Economy (Kondisi Usaha)
Condition of economy merupakan analisis terhadap kondisi
perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon
nasabah dikaitkan dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi
ekonomi tersebut akan berpengaruh pada usaha calon nasabah
dimasa yang akan datang. Analisis yang perlu dilakukan terkait
dengan condition of economy adalah kebijakan pemerintah.
Apabila kebijakan pemerintah sering berubah, maka hal ini juga
33
akan sulit bagi bank untuk melakukan analisis condition of
economy.36
Kondisi perekonomian bisa mengubah kemapuan nasabah
untuk membayar kembali kewajiban nya. Kondisi itu diluar
kekuasaan nasabah dan pihak bank. Nasabah mempunyai karakter
yang baik, mempunyai kemampuan untuk menciptakan
pendapatan, dan aseet yang cukup, tetapi kondisi perekonomianlah
yang mungkin menyebabkan pembiayaan yang berakhir tidak baik.
Disinilah pihak bank harus benar-benar tepat menganalisis kondisi
ekonomi kedepannya. Semakin lama jatuh tempo pembiayaan,
pihak bank harus semakin teliti dalam menganalisis pembiayaan,
karna adanya kemungkinan resiko semakin besar terhadap
kemunduran perekonomian, sebelum pembiayaan lunas. Keadaan
perekonomian mengalami naik turun dalam jangka panjang yang
setiap waktu dapat mempengaruhi berbagai bidang industri.
Dalam memberikan pembiayaan pada dunia usaha, pihak bank
harus teliti dan jeli dalam menganalisi fungsi ekonomi yang
dilakukan oleh pengusaha. Apa yang sedang berlangsung dalam
industri tersebut sangat penting diketahui, seperti terjadinya
perunahan, persaingan, teknologi, permintaan atas produk tersebut.
Jika calon nasabah tidak memiliki usaha yang bernilai ekonomis
36 Maryanto Supriyono, Buku Pintar Perbankan, (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), 171.
34
atau fungsi yang penting bagi kehidupan ekonomi, bank biasanya
enggan untuk mengabulkan permohonan pembiayaan tersebut.37
Beberapa hal yang dapat digunakan untuk menganalisis
condition of economy, antara lain :
1) Regulasi pemerintah an pusat dan daerah
2) Kondisi ekonomi makro dan mikro ekonomi
3) Situasi politik dan keamanan
4) Kondisi lain yang mempengaruhi pasar
Analisis diarahkan pada kondisi sekitar yang secra langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap usaha calon
nasabah. Kondisi yang harus diperhatikan bank antara lain :
1) Kondisi usaha calon nasabah, perbandingan lokasi lingkungan
wilayah usahnya
2) Keadaan pemasaran dari hasil usaha
3) Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan
usaha calon nasabah
4) Kebijakan pemerintah yang mempengaruhi prospek industri
dimana perusahaan calon nasabah terkait didalamnya.
5) Prospek usaha dimasa yang akan datang.38
37 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan, 114. 38 Sumarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003), 146.
35
e. Capital ( Modal)39
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek
pembiayaan dan perlu analisis yang lebih mendalam. Modal
merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur atau
jumlah dana, yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai
oleh calon nasabah. Semakin besar modal yang dimiliki dan
disertakan oleh calon nasabah dalam obyek pembiayaan akan
semakin menyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah
dalam mengajukan pembiayaan.
Cara yang ditempuh oleh bank untuk mengetahui capital,
antara lain :
1) Laporan Keuangan Calon Nasabah
Dalam hal ini calon nasabah adalah perusahaan, maka
struktur modal ini penting untuk menilai tingkat debt to equity
ratio. Perusahaan dianggap kuat dalam menghadapi berbagai
macam resiko apabila jumlah modal sendiri yang dimiliki
cukup besar. Analisis rasio keuangan dapat dilakukan oleh
bank dapat mengetahui modal perusahaan. Analisis rasio
keungan ini dilakukan apabila calon nasabah merupakan
perusahaan.
39 Ismail, Manajemen Perbankan, 114.
36
2) Uang muka
Uang muka yang dibayarkan dalam memperoleh
pembiayaan. Pembiayaan dalam hal ini biasanya calon nasabah
adalah perorangan, dan tujuan penggunaanya jelas, misalnya
pembiayaan untuk pembelian rumah, maka analisis capital
dapat diartikan sebagai jumlah uang muka yang dibayarkan
oleh calon nasabah kepada pengembang atau uang muka yang
telah disiapkan. Semakin besar uang muka yang dibayarkan
oleh calon nasabah untuk membeli rumah, semakin
menyakinkan bagi bank bahwa pembiayaan yang akan
disalurkan kemungkinan lancar.
5. Analisis Kelayakan Pembiayaan
Suatu usaha pasti membutuhkan modal yang bertujuan untuk
pengembangan usahanya, investasi, maupun konsumtif, dengan ini
bank menyalurkan dana dengan memberikan pembiayaan kepada
nasabah yang membutuhkan modal.
a. Analisis Kelayakan Pembiayaan Terdiri Atas :
1) Pendekatan jaminan, yaitu kuantitas dan kualitas nasabah selalu
diperhatikan oleh pihak bank dalam memberikan pembiayaan.
2) Pendekatan karakter, yaitu dalam pengajuan pembiayaan pasti
pihak bank melakukan survey dan mencermati dengan baik
tentang karakter dari nasabah.
37
3) Pendekatan kemampuan pelunasan, yaitu bank menganalisis
kemampuan nasabah bagaimana perkembangan usaha
kedepannya untuk melunasi jumlah pembiayaan yang diambil
nasabah,
4) Pendekatan dengan studi kelayakan, yaitu bank
memperhatikan kelayakan usahanya tersebut suadah berapa
lama berdiri dan bagaimana pesaingnya, apakah juga usaha
yang syariah yang layak diberi pembiayaan.
5) Pendekatan fungsi-fungsi bank, artinya bank memperhatikan
fungsinya yang mengatur mekanisme dana yang dikumpulkan
dengan dana yang disalurkan itu salah satu fungsi sebagai
lembaga intermediary keuangan.40
b. Penerapan Prinsip Analisis Pembiayaan
Penerapan analisis pembiayaan dengan rumus 5C + 1S yaitu :
1) Capacity, yaitu kemampuan calon nasabah dalam
mengembalikan pinjaman yang diambil dan bagaiaman
kemampuannya dalam menjalankan usahanya.
2) Collateral, yaitu jaminan yang dimiliki nasabah yang akan
diberikan kepada pihak bank.
3) Condition, yaitu keadaan usaha nasabah apakalah usahanya
tersebut prospek atau tidak.
40 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), 303.
38
4) Character, yaitu sifat karakter dari seorang calon nasabah yang
mengambil pinjaman pada pihak bank.
5) Capital, yaitu besarnya modal yang diperlukan calon nasabah.
6) Syariah, penilaian syariah perlu dilakukan agar pihak bank
dapat benar-benar memberikan pembiayaan yang tidak
melanggar syariat islam sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola
tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya
yang berhubungan dengan mudharabah.”
c. Penerapan Prodesur Analisis Pembiayaan.41
1) Pengajuan berkas- berkas
2) Penyelidikan berkas pinjaman
3) Wawancara I
4) Survay atau pemeriksaan lapangan untuk meninju objek usaha
maupun jaminan
5) Wawancara II atau kegitan perbaikan berkas jika mungkin ada
kekurangan
6) Keputusan pemberian pembiayaan
7) Penandatanganan akad / perjanjian
8) Realisasi pembiayaan
9) Pencairan dana
41Kasmir., 177
39
d. Kualitas Pembiayaan Pada Bank Syariah
Untuk menentukan berkualitas atau tidaknya suatu pembiayaan
perlu diberikan ukuran-ukuran tertentu. bank indonesia
menggolongkan kualitas pembiayaan menurut ketentuan sebagai
berikut :42
1) Lancar ( pas)
Suatu pembiayaan dapat dikatakan lancar apabila, pembayaran
angsuran pokok dan/ nisbah tepat waktu dan memiliki mutasi
rekening yang aktif
2) Dalam Perhatian Khusus (special mention)
Dikatakan dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria :
a) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran dan/ nisbah yang
belum melampaui 90 hari
b) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan
c) Mutasi rekening relatif aktif
d) Didukung dengan pinjaman baru
3) Kurang Lancar (substandard)
Dikatakan kurang lancar apabila memenuhi kriteria :
a) Terdapat tunggakan permbayaran angsuran dan/ nisbah
yang telah melampaui 90 hari
42 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah,
(Jakarta: Sibar Grafika, 2014), 69.
40
b) Sering terjadi pelanggaran terhadap kontrak yaang
diperjanjikan lebih dari 90 hari
c) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah
d) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah
e) Dokumen pinjaman yang lemah
4) Diragukan (doubtful)
Dikatakan diragukan apabila memenuhi kriteria :
a) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah
melampaui 180 hari
b) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
c) Terjadi kapitalisasi angsuran
d) Dokumen yang lemah, baik dari perjanjian pembiayaan
maupun jaminan
5) Macet (loss)
Dikatakan macet apabila memenuhi kriteria :
a) Terdapat tunggakan pembayaran angsuran yang telah
melampaui 270 hari
b) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
c) Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai yang wajar.43
43 Ibid.,70-71.
41
e. Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah pada setiap bank pasti ada, hal ini
disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut :
1) Dari Pihak Perbankan
Dalam menganalisis kurang teliti sehingga apa yang
seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya.
2) Dari Pihak Nasabah
a) Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah tidak
mau membayar kewajibannya kepada bank sehingga
pembiayaan yang diberikan macet.
b) Adanya unsur tidak sengaja. Artinya nasabah mau
membayar tetapi tidak mampu karna usaha yang diberi
pembiayaan mengalami musibah.44
Dalam hal ini pihak bank melakukan penanganan sehingga
tidak akan menimbulkan kerugian, dengan cara :
1) Rescheduling
a) Memperpanjang jangka waktu pembiayaan, misalnya
perpanjang jangka waktu dari 6 bulan menjadi 1 tahun
untuk mengembalikannya.
b) Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya
perpanjang jangka waktu 36 kali menjadi 48 kali dan ini
44 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, 267.
42
tentu saja jumlah angsuran pun manjadi mengecil seiring
penambahan jumlah angsuran
2) Reconditioning
Dalam hal ini pihak bank mengubah kapasitas margin
keuntungan/ bagi hasil diperkecil.
3) Restructuring
Pihak bank memberikan solusi misalnya perbaikan akad.
Memberikan pembiayaan ulang, mungkin dalam bentuk
pembiayaan qard al hasan, murabahah atau mudharabah.
4) Penyitaan jaminan
Penyitaan modal merupakan jalan terakhir apabila nasabah
sudah benar-benar tidak punya etika baik ataupun sudah
tidak mampu lagi untuk membayar semua angsurannya.45
B. Kajian Pustaka
Penelitian terdahulu berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti terdahulu dan
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Untuk
mendukung penelaahan yang komprehensip, seperti yang telah
dikemukakan dalam latar belakang masalah, penulis berusaha untuk
melakukan kajian terhadap pustaka atau karya-karya yang mempunyai
relevansi terhadap topik yang ini diteliti. Adapun tulisan penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut:
45Ali Suyanto Herli, Buku Pintar Pengelolaan BPR & Lembaga Keuangan Pembiayaan
Mikro, (Yogyakarta: Afndi Offset, 2013), 95-99.
43
Selvy Safitri, dalam jurnal yang berjudul “Prosedur Analisis
Kelayakan Pembiayaan Mikro: Studi kasus BRI Syariah Cabang
Prabumulih”.46 Berdasarkan hasil penelitian tersebut proses analisis
kelayakan pembiayaan yang diajukan calon nasabah memiliki prosedur
yang mengedepankan prinsip kemudahan, kecepatan, kehati-hatian dan
aman dengan lima tahapan pembiayaan, yaitu: permohonan pembiayaan,
pengumpulan berkas, analisa kelayakan pembiayaan, keputusan
pembiayaan, dan pencairan pembiayaan. Persamaanya sama-sama
membahas tentang pembiayaan mikro. Perbedaannya pada penelitian ini
adalah tidak melalui tahapan 5C. Sedangkan penelitian ini membahas
mekanisme pembiayaan mikro iB dan penerapan prinsip 5C.
Khomsatun Nafiah, skripsi yang berjudul “Penerapan Prinsip 5C
Pada Pembiayaan Mikro iB dalam meminimalisir risiko pembiayaan
bermasalah di BRI Syariah KCP Purbalingga”.47 Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penerapan prinsip 5C pada pembiayaan mikro iB di
bank BRISyariah KCP Purbalingga terdapat kesalahan dalam melakukan
analisis character dan capacity. Account officer micro dalam melakukan
analisis ini kurang teliti dan kurang hati-hati sehingga menimbulkan
pembiayaan yang diajukan mengalami bermasalah. Persamaanya sama-
sama membahas tentang prinsip 5C. Perbedannya adalah pada character
46 Selvy Safitri, “Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro: Studi kasus BRI
Syariah Cabang Prabumulih,” Jurnal Ekonomi dan Perbanakan Syariah, 03 (2015), 3. 47 Khomsatun Nafiah, “Penerapan prinsip 5C pada pembiayaan Mikro iB dalam
meminimalisir resiko pembiayaan bermasalah di BRI Syariah KCP Purbalingga” Skripsi (IAIN Purwakarta, 2018), 5.
44
dan capacity yang salah menganalisis. Sedangkan penelitian ini yang salah
condition of economi.
Habib Nur Fatahilah, skripsi yang berjudul “Implementasi Prinsip
5C Pada Pembiayaan Mikro di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pemalang”.48 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan 5C harus benar-
benar diterapkan dengan tetap memperhatikan kemudahan dan kecepatan
dalam proses pencairan pembiayaan. Persamaanya sama-sama membahas
tentang Prinsip 5C pada pembiayaan mikro. Perbedaannya adalah pada
nasabah bank mandiri syariah. Sedangkan penelitian ini membahas
mekanisme pembiayaan mikro iB dan penerapan prinsip 5C.
Refan Ardi, skripsi yang berjudul “Penerapan Prinsip 5C Terhadap
Pengambilan Keputusan Kredit Pada PT BPR Nguter”.49 Peneltian ini
menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa implementasi prinsip 5C (Character, Capacity,
Capital, Collateral, Condition) untuk proses pengambilan keputusan
kredit tidak semuanya dijadikan alasan untuk pengambilan keputusan
pembiayaan di PT. BPR Nguter Surakarta. Persamaannya sama-sama
membahas prinsip 5C. perbedaannya adalah capital dan condition
digunakan sebagai data pendukung. Sedangkan penelitian ini membahas
mekanisme pembiayaan mikro iB dan penerapan prinsip 5C.
48Habib Nur Fatahilah, “Implementasi Prinsip 5C Pada Pembiayaan Mikro di Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pemalang” Skripsi (IAIN Purwakarta, 2018), 5. 49Refan Ardi, “Penerapan Prinsip 5C Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Pada PT
BPR Nguter” Skripsi (UNS, 2010), 73.
45
Ila Karini, skripsi yang berjudul “Analisis Pembiayaan Modal Kerja
Usaha Terhadap Peningkatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
Dalam Perpektif Ekonomi Islam (Studi Pada BTM BiMU Bandar
Lampung)”.50 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Berdasarkan
hasil penelitian ini untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM,
dengan memenerikan pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan
melalui pembiayaan usaha. Persamaannya sama-sama membahas
pembiayaan mikro terutama kepada UMKM. Perbedaannya adalah usaha
yang akan diberi pembiayaan harus sudah berjalan minimal 2 tahun.
Sedangkan penelitian ini membahas mekanisme pembiayaan mikro iB dan
penerapan prinsip 5C.
Tabel 2.3
Studi Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Perbedaan
1 Selvy Safitri Prosedur analisis
kelayakan pembiayaan
mikro: studi kasus BRI
Syariah cabang
prabumulih
1. Tempat penelitian
2. lebih pada prosedur
pembiayaan yang
mempermudah
2 Khomsatun Nafiah Penerapan Prinsip 5C
Pada Pembiayaan Mikro
iB dalam meminimalisir
risiko pembiayaan
bermasalah di BRI
1. lokasi penelitian
50 Ila Karini, “Analisis Pembiayaan Modal Kerja Usaha Terhadap Peningkatan Usaha
Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Perpektif Ekonomi Islam (StudiPada BTM BiMU
Bandar Lampung),” Skripsi (UIN Raden Intan, 2017), 20.
46
Syariah KCP Purbalingga
3 Habib Nur Fatahilah Implementasi prinsip 5C
pada pembiayaan mikro
di bank syariah mandiri
cabang pemalang
1. dilakukan pada bank
syariah mandiri.
4 Refan Ardi Penerapan prinsip 5C
terhadap pengambilan
keputusan kredit pada PT
BPR Nguter
1. tempat penelitian
2. capital dan condition
digunakan sebagai data
pendukung
5 Ila Karini Analisis pembiayaan
modal kerja usaha
terhadap peningkatan
UMKM dalam perpektif
ekonomi islam (studi
pada BMT BiMU Bandar
Lampung)
1. lebih berfokus pada
peningkatan
pembiayaan.
2. Lokasi penelitian
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jurnal
dengan nama selvy safitri membahas prosedur analisis pembiayaan.
Skripsi atas nama khomsatun nafiah membahas penerapan prinsip 5C .
Skripsi atas nama habib nur fatahilah membahas implementasi prinsip 5C
pada bank syariah mandiri. Skripsi atas nama Refan ardi membahas alasan
menggunakan prinsip 5C dalam pengambilan keputusan pembiayaan.
Skripsi atas nama Ila karina membahas mengatasi permasalahan UMKM.
Sedangkan skripsi yang peneliti tulis lebih fokus membahas penerapan
prinsip 5C dalam memberikan pembiayaan mikro dan bertempat di BRI
Syariah KCP Ponorogo. Dari perbedaan dan persamaan itulah maka
penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian terhadap masalah
tersebut untuk melengkapi skripsi yang telah ada dengan judul “analisis
47
penerapan Prinsip 5C dalam memberikan pembiayaan mikro iB di BRI
Syariah KCP Ponorogo”
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat beberapa kesamaan,
namun dalam penelitian ini menggunakan konsep teori Kasmir dalam
mekanisme pembiayaan yang menyatakan bahwa ada beberapa prosedur
dalam memberikan pembiayaan yaitu (1) Pengajuan berkas-berkas (2)
Penyelidikan berkas pinjaman (3) Wawancara I (4) Survei atau
pemeriksaan lapangan untuk meninju objek usaha maupun jaminan (5)
Wawancara II atau kegitan perbaikan berkas jika mungkin ada kekurangan
(6) Keputusan pemberian pembiayaan (7) Penandatanganan akad /
perjanjian (8) Realisasi pembiayaan (9) Pencairan dana. Sedangkan, dalam
penelitian terdahulu oleh Habib Nur Fatahilah menggunakan teori dari
Sunarto Zulkifli yang menyatakan bahwa (1) permohonan pembiayaan (2)
pengumpulan data dan investigasi (3) penilaian kelayakan pembiayaan (4)
persetujuan pembiayaan (5) pengumpulan data tambahan (6) pengikatan
(7) pencairan (8) monitoring.
Penelitian ini prinsip 5C menggunakan konsep teori Ismail yaitu
untuk mendapatkan suatu keyakinan tentang nasabahnya, pihak bank dapat
melakukan penilaian dengan berbagai prinsip meliputi (1) capacity /
kemampuan (2) collateral / jaminan (3) character / karakter (4) condition
of economi / kondisi usaha (5) capital / modal. Sedangkan dalam
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Refan Ardi yaitu teori Kasmir
48
yang menggunakan prinsip 5C tetapi pada penilaian capital dan condition
hanya digunakan sebagai data pendukung.
49
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif
tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan
suatu unit sosial baik individu, kelompok, lembaga masyarakat.1
Penelitian lapangan dilakukan dengan menggali data yang bersumber
dari lokasi atau lapangan penelitian yaitu BRI Syariah KCP Ponorogo.
2. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu metode
penelitian yang berlansankan pada filsafat post-positivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti
sebagai objek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci
(instriment key) dan juga menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang
dialami.2 Dalam penelitian ini secara langsung wawancara dengan
pihak BRI Syriah KCP Ponorogo baik berupa data lisan atau tertulis.
1 Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1998), 22. 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2015), 9.
50
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini lokasi yang diteliti adalah BRI Syariah KCP
Ponorogo yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta no. 2B Kelurahan
Bangunsari Ponorogo.
C. Data dan Sumber Data
1. Data
Data3 dalam penelitian ini menggunakan catatan hasil observasi
dan wawancara, setelah semua data tersebut terkumpul, peneliti
menyusun data untuk dianalisis. Penulis berupaya menggali data dari
lapangan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan agar
mempermudah, yaitu: data tentang bagaimana mekanisme pembiayaan
mikro ib di BRI Syariah KCP Ponorogo, dan bagaimana analisis
penerapan prinsip 5C dalam memberikan pembiayaan mikro iB di BRI
Syariah KCP Ponorogo.
2. Sumber data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua sumber data, yaitu
sumber data primer dan data sekunder.
1) Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan Bapak Yuli Wijayanto sebagai
Account Officer Micro di Bank BRI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Ponorogo.
3 Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan,
(Malang: UM Press, 2008), 41.
51
2) Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi
kepustakaan antara lain mencakup dokumen-dokumen, buku-buku,
hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagiannya.4
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini5
tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan data dan instrument
penelitian yang mengumpulkan fakta-fakta sosial dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai instrument penelitian.6
1. Interview (Wawancara)
Interview (wawancara) dengan pihak Bank BRI Syariah Kantor
Cabang Pembantu Ponorogo. Peneliti mengadakan wawancara
dengan karyawan khususnya pihak yang dianggap berkompeten atau
mempunyai kapasitas dalam pelaksanaan pembiayaan mikro kepada
UMKM. Adapun model wawancaranya dengan cara mengajukan
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada karyawan Bank BRI
Syariah Kantor Cabang Pembantu Ponorogo. Wawancara yang
peneliti lakukan adalah:
a. Dalam bentuk percakapan informal, yang mengandung unsur
spontanitas, kesantaian, tanpa pola atau arah yang ditentukan
sebelumnya.
4 Amiridin, Pengantar Metodelogi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2003), 30. 5 Sarwono dan Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 193.
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 224.
52
b. Dalam bentuk wawancara terstruktur menggunakan lembaran
berisi garis besar pokok-pokok topik, atau masalah yang dijadikan
pegangan dalam pembicaraan, yaitu tentang penerapan prinsip 5C,
dan mekanisme pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP
Ponorogo.
2. Dokumentasi
Data dalam penelitian naturalistik kebanyakan diperoleh dari
sumber manusia melalui observasi dan wawancara, berbeda dengan
wawancara dokumentasi diperoleh dari dokumen dokumen
selayaknya.7
E. Teknik Pengelolaan Data
Dalam penelitian kualitatif pengelolaan data tidak harus semua data
terkumpul. Data yang sudah ada dapat diolah dan dianalisis data secara
bersamaan sesuai tema pada penelitiannya. Pada pengelolaan data
penelitian ini terdiri dari :8
1. Reduksi data
Reduksi data proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan lapangan. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah menajamkan analisis, menggolongkan atau pengkategorisasian
ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sehingga
7 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 326. 8 Miles, B. Mathew dan Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru (Jakarta: UIP, 1992), 16.
53
dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang di reduksi antara lain seluruh
data mengenai permasalahan penelitian. Data yang di reduksi akan
memberikan gambaran yang lebih spesifik dan mempermudah
peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data
tambahan jika diperlukan.
2. Penyajian data
Setelah data di reduksi, selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data diarahkan agar data hasil
reduksi terorganisaikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga
makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk
uraian naratif, bagan, dan hubungan antar kategori. Penyajian data
dalam bentuk tersebut mempermudah peneliti dalam memahami apa
yan terjadi. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang
relevan sehingga informasi yang didapat disimpulkan dan memiliki
makna tertentu untuk menjawab masalah penelitian.
Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju
tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal.9 Dalam
melakukan penyajian data tidak semata-mata mendeskripsikan secara
naratif, akan tetapi disertai proses analisis yang terus menerus sampai
proses penarikan kesimpulan. Langkah berikutnya dalam proses
9 Ibid., 18.
54
analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan
temuan dan melakukan verifikasi data.
3. Menarik kesimpulan
Tahap ini merupakan tahap penarikan kesimpulan dari semua data
yang telah diperoleh sebagai hasil dari penelitian. Penarikan
kesimpulan atau verifikasi adalah usaha untuk mencari atau
memahami makna/arti, keteraturan, pola-pola, penjelasan, alur sebab
akibat atau proposisi. Sebelum melakukan penarikan kesimpulan
terlebih dahulu dilakukan reduksi data, penyajian data serta penarikan
kesimpulan atau verifikasi dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Sesuai
dengan pendapat Miles dan Huberman, proses analisis tidak sekali
jadi, melainkan interaktif, secara bolak-balik diantara kegiatan
reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan atau verifikasi selama
waktu penelitian. Setelah melakukan verifikasi maka dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk
narasi. Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap akhir dari
pengolahan data. 10
F. Teknik Analisis Data
Dalam penyusunan skripsi ini, cara yang digunakan penulis untuk
menganalisa data adalah menggunakan metode deduktif. Metode Deduktif
yaitu cara berfikir untuk menarik kesimpulan dari suatu kaidah atau
10 Ibid., 20.
55
pendapat yang umum menuju ke suatu pendapat yang bersifat khusus.11
Dalam hal ini penulis berusaha untuk mengumpulkan data sebagaimana
tersebut di atas lalu menganalisanya sesuai yang diterapkan di Bank BRI
Syariah Kantor Cabang Pembantu Ponorogo, untuk kemudian ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus yaitu apakah BRI Syariah KCP
Ponorogo sudah benar-benar melaksanakan sesuai SOP atau belum.
1. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, keterbacaan, kejelasan makna,
keselarasan antara yang satu dengan yang lain, relevansi dan
keseragaman satuan/ kelompok kata.12
2. Organizing, yaitu menyusun dan mensistematisasikan data-data yang
diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan
sebelumnya, kerangka tersebut dibuat berdasarkan dan relevan
dengan sistematika pertanyaan- pertanyaan dalam perumusan
masalah.13
3. Analiting, yaitu proses penyusunan data agar dapat di tafsirkan.19 Data
yang dianalisa tersebut kemudian diolah dengan menggunakan teori
yang sesuai, sehingga bisa ditarik kesimpulan terkait dengan Prinsip
5C tersebut.
11 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), 47.
12 Aji Damanuri, Metodologi penelitian mu’amalah (Ponorogo: Stain Po Press, 2010), 153.
13 Ibid.,
56
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini merupakan konsep yang penting
yang diperbaharui dari konsep keshahihan (validitas) dan keandalan
(reliabilitas),14 Derajat kepercayaan keabsahan data (kredebilitas data)
dapat diadakan pengecekan dengan teknik (1) pengamatan yang tekun,
dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Ketekunan pengamatan ini
dilaksanakan peneliti dengan cara: (a) mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang
menonjol yang ada hubungannya dengan pelaksanaan prinsip 5C Kantor
Cabang Pembantu Ponorogo, kemudian (b) menelaahnya secara rinci
sampai pada suatu titik, sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak
salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara
biasa.
Teknik Triangulasi adalah mengecek kebenaran data tertentu dengan
membandingkanya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada
berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering
dengan menggunakan metode berlainan15. Ada empat macam triangulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber,
14Lexy Meleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), 324. 15 Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif (Bandung: Tarsito,
1988), 115.
57
metode, penyidik, dan teori. 16 Dalam penelitian ini, dalam hal ini
digunakan teknik triangulasi dengan sumber, berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu
dapat dicapai peneliti dengan: (a) membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara
pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang
situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d)
membandingkan keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah dan
tinggi, orang berada, orang pemerintahan (e) membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
16 Meleong, Metodologi Penelitian, 345.
57
BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA
A. Data
1. Gambaran Umum BRI Syariah KCP Ponorogo
a. Sejarah BRI Syariah KCP Ponorogo
Bermula dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008
melalui suratnya 10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT Bank BRI Syariah Tbk secara resmi
beroperasi. Kemudian PT Bank BRI Syariah Tbk merubah
kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip
syariah Islam.1
Dua tahun lebih PT Bank BRI Syariah hadir
mempersembahkan bank ritel modern terkemuka dengan layanan
financial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah
untuk kehidupan leb ih bermakna. Melayani nasabah dengan
pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan berbagai
produk dengan prinsip syariah. Kehadiran PT Bank BRI Syariah
Tbk di tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh
makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini
1BRI Syariah, “Tentang BRI Syariah”, dalam http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah,
(Diakses Pada Tanggal 15 September 2019, jam 10.00)
58
menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap
sebuah bank modern sekelas PT Bank BRI Syariah Tbk., yang
mampu melayani masyarakat dalam kehidupan modern. Kombinasi
warna yang digunakan merupakan turunan dari warna biru dan
putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk.,
BRI Syariah KCP Ponorogo merupakan BRI Syariah Cabang
pembantu dari Bank BRI Syariah yang ada di Madiun. Bank ini
didirikan sejak bulan Juli tahun 2013. Namun masih belum
berfungsi secara operasional. Pada bulan September 2013,
akhirnya BRI syariah berfungsi secara operasional dan resmi
berdiri sebagai lembaga keuangan syariah cabang pembantu di
Ponorogo. Kantor Cabang Pembantu ini beralamatkan di Jl.
Soekarno Hatta No. 2B, Bangunsari, Kecamatan Ponorogo
Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Kantor cabang ini memiliki
karyawan berjumlah 13 orang termasuk pimpinan cabang
pembantu. Pimpinan cabang adalah Bapak Gatot Wijanarko.
b. Visi dan Misi Bank BRI Syari’ah KCP Ponorogo2
1) Visi
Menjadikan Bank ritel modern terkemuka dengan ragam
layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan
termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
2 BRI Syariah, “Tentang BRI Syariah”, dalam http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah,
(Diakses Pada Tanggal 15 September 2019, jam 10.00)
59
2) Misi
a) Memahami Keragaman Individu dan Mengakomodasi
beragam kebutuhan Finansial nasabah.
b) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan
etika sesuai dengan prinsip syariah
c) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana
kapanpun dan dimanapun
d) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan
kualitas prima dan menghadirkan ketentraman pikiran.
c. Struktur Organisasi PT. BRI Syariah KCP Ponorogo3
Berikut merupakan struktur organisasi di BRI Syariah KCP
Ponorogo
Gambar 4.1
Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Ponorogo
3 BRI Syariah, “Tentang BRI Syariah”, dalam http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah,
(Diakses Pada Tanggal 15 September 2019, jam 10.55)
Unit Head Account Officer Moh Anshori
Branch Ops. Spv. Noviana Putri N
Account Officer Mikro Tunggul
Yuli Wahyudi Kiki Agung W
Muhammad Habib
Teller Kiki Narunita
Sugianti
Customer Services Devy Radevgar
Pimpinan Cabang Pe Gatot Wijanarko
60
d. Produk- produk BRI Syariah KCP Ponorogo4
Untuk melayani nasabah yang berada di wilayah ponorogo,
maka pihak bank menyediakan pelayanan yang meliputi produk
simpanan dan pembiayaan kepada para nasabah.
1) Produk Simpanan (Funding)
a) Tabungan faedah syariah iB
b) Tabungan haji syariah iB
c) Tabunganku BRI Syariah iB
d) Tabungan impian syariah iB
e) Deposito syariah iB
2) Produk pembiayaan (Financing)
a) Unit Mikro BRI Syariah iB
Untuk mendapatkan pembiayaan mikro iB di BRI
Syariah harus memenuhi syarat yaitu Warga negara
indonesia dan berdomisili di Indonesia, usia minimal 21
tahun/telah menikah untuk usia > 18 tahun, wiraswasta
yang usahanya sesuai prinsip syariah, lama usaha calon
nasabah untuk (mikro 75iB dan mikro 500 iB lama usaha
minimal 2 tahun untuk mikro 25ib, lama usaha minimal 3
tahun), tujuan pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja
atau investasi, memiliki usaha tetap, jaminan atas nama
milik sendiri atau pasangan atau orang tua atau anak
4 Bapak. Gatot Wijanarko, wawancara, 5 September 2019.
61
kandung, biaya administrasi mengikuti syarat dan
ketentuan yang berlaku.
b) KPR BRI Syariah iB
KPR BRI Syariah iB kini hadir membantu mewujudkan
memiliki rumah idaman dengan prinsip jual beli
(murabahah) dan IMBT. Berbagai keperluan seperti
pembelian ruko, rumah, tanah kavling, pembangunan serta
renovasi.
c) KMG BRI Syariah Ib
Kepemilikan Multi Guna (KMG) merupakan salah satu
produk yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
karyawan khususnya karyawan dari perusahaan yang
bekerjasama dengan PT. Bank BRI Syariah dalam Program
Kesejahteraan Karyawan (EmBP), dimana produk ini
dipergunakan untuk berbagai keperluan karyawan dan
bertujuan untuk meningkatkan loyalitas karyawan Program
Kesejahteraan Karyawan (EmBP).
d) Pembiayaan Umrah BRI Syariah Ib
Setiap muslim pasti merindukan baitullah,
sempurnakan kerinduan anda pada Baitullah dengan ibadah
umrah. Pembiayaan Umrah BRI Syariah iB kini hadir
membantu nasabah untuk menyempurnakan niat beribadah
dan berziarah ke Baitullah. Produk Pembiayaan Umrah
62
BRISyariah iB mengunakan prinsip akad jual beli
manfaat/jasa (ijarah Multijasa).
2. Mekanisme Pembiayaan Mikro iB di BRI Syraiah KCP Ponorogo
Setelah melakukan penelitian di BRI Syariah KCP Ponorogo
mengenai mekanisme pembiayaan, dapat dipaparkan sebagai berikut :
Wawancara dengan pimpinan BRI Syariah KCP Ponorogo bapak
Gatot Wijanarko,
“Sebelum mengajukan pembiayaan itu seseorang harus
menjadi nasabah BRI Syariah KCP Ponorogo terlebih dahulu,
kemudian nasabah mengajukan permohonan pembiayaan
dengan menghubungi bagian marketing atau langsung datang
ke Kantor. Nah selanjutnya calon nasabah membuat DRP
atau Daftar Rencana Pembiayaan yang dituliskan apa saja
yang dibutuhkan. Kemudian kami mengumpulkan data-data
atau collect data yang digunakan sebagai syarat pengajuan
pembiayaan murabahah, sampai semuanya terkumpul
lengkap. Baru kemudian melakukan analisis prinsip 5C yang
berkaitan dengan charater, capital, capacity, collateral, dan
condition. Jika analisis prinsip 5C sudah dilaksanakan, maka
pihak BRI Syariah KCP Ponorogo mengkonfirmasi kepada
nasabah berkaitan dengan keputusan pengajuan pembiayaan,
apakah disetujui atau tidak. Jika pembiayaan disetujui bank
segera menyiapkan administrasi yang akan dipergunakan
untuk akad kedua belah pihak, tetapi jika tidak disetujui maka
proses tidak dilanjutkan. Setelah pengajuan disetujui maka
melakukan akad antara BRI Syariah KCP Ponorogo dan
nasabah dengan menandatangani akad yang sudah disepakati
63
bersama. Dan kemudian melakukan pencairan dana yang
diajukan oleh nasabah kepada BRI Syariah KCP Ponorogo”.5
Wawancara dengan salah satu Account Officer Micro, dapat
dipaparkan sebagai berikut :
“Mekanisme dalam mengajukan pembiayaan ya seperti
pada umumnya, pertama calon nasabah tersebut harus
menjadi nasabah secara sah di BRI Syariah KCP
Ponorogo, baru kemudian bisa mengajukan permohonan
pembiayaan. Selanjutnya membuat daftar rencana
pembiayaan, yang berisi barang apa saja yang sedang
dibutuhkan nasabah. Kemudian dilakukan pengumpulan
data yang digunakan sebagai syarat pengajuan pembiayaan
murabahah. Selanjutnya dilakukan analisis prinsip 5C.
Jika analisis 5C sudah terlaksana maka konfirmasi dengan
nasabah apakah pembiayaan tersebut disetujui atau tidak.
Jika disetujui maka selajutnya dilakukan akad antara
kedua belah pihak. Kemudian melakukan pencairan
dana”.6
Mengenai mekanisme pembiayaan mikro iB BRI Syariah
menggunakan akad murabahah bil wakalah, dapat dipaparkan sebagai
berikut :
“Akad yang digunakan di BRI Syariah memang
menggunakan murabahah tetapi karena pihak bank tidak
dapat melakukan pembelian secara langsung, maka kita
menggunakan murabahah bil wakalah kepada nasabah”.7
5 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 September 2019.
6 Kiki Agung, wawancara, 17 Desember 2019. 7 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 september 2019.
64
Berikut adalah prosedur pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP
Ponorogo :
Sumber: Dokumen BRI Syariah KCP Ponorogo
Gambar 4.2
Prosedur Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP Ponorogo8
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam
proses pembiayaan unit mikro iB pada BRI Syariah KCP Ponorogo
menggunakan akad murabahah bil wakalah yang pertama mengajukan
pembiayaan ke marketing kemudian pihak bank melakukan analisis
menggunakan prinsip 5C kemudian setelah disetujui calon nasabah
membuat daftar rencana pembiayaan apa saja yang dibutuhkan. Lalu
pihak bank segera menyiapkan administrasi yang akan digunakan
untuk akad kedua belah pihak. Kemudian setelah dari pihak bank
mengumpulkan data-data yang digunakan sebagai syarat pengajuan
pembiayaan murabahah bil wakalah.
8 Ibid.,
Permohonan
pembiayaan
Verifikasi
dan
investigasi
Analisis
kelayakan
pembiayaan
Financing
approval
Reject /
Approval
Financing
dokumentation
Pembuatan dan
penandatanganan
akad serta proses
pencairan
Financing
monitoring
65
3. Penerapan Prinsip 5C Dalam Memberikan Pembiayaan Mikro iB
di BRI Syariah KCP Ponorogo
Setelah melakukan penelitian tentang penerapan prinsip 5C dalam
memberikan pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo,
dapat dipaparkan sebagai berikut :
Wawancara dengan pimpinan BRI Syariah KCP Ponorogo bapak
Gatot Wijanarko :
“Dalam memberikan pembiayaan kami menerapkan prinsip
5C guna untuk menganalisis kelayakan pembiayaan tersebut
yang terdiri dari character, capacity, collateral, condition of
economi, dan capital. Prinsip 5C bagi saya itu penting dan
saya pribadi selalu menghimbau rekan-rekan marketing
untuk sebisa mungkin juga menganalisis calon nasabah
dengan prinsip 5C. Karena dengan prinsip 5C kita dapat
mengetahui kondisi usaha yang dilakukan, kesanggupan
dalam melunasi pembiayaan, dan lain-lain. Selain itu juga
untuk menggali informasi dari masyarakat sekitar dan
melihat sejarah pembayaran yang dilakukan oleh calon
nasabah jika sudah pernah melakukan pembiayaan.”9
Wawancara dengan bapak Muhammad Habib selaku AOM (
Account Officer Micro) BRI Syariah KCP Ponorogo :
“Marketing di BRI Syariah KCP Ponorogo dalam
memberikan pembiayaan mikro khususnya UMKM
memang benar menggunakan prinsip 5C (capacity,
collateral, character, condition of ekonomi, capital) tetapi
hanya sebagian saja, soalnya marketing tidak banyak waktu
dan dikejar target setiap bulannya. Tetapi pastinya kita
9 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 september 2019.
66
punya tim khusus dalam pembiayaan yang nantinya akan
diputuskan apakah layak atau tidak.”10
Wawancara dengan bapak Kiki Agung selaku AOM (Account
Officer Micro) BRI Syariah KCP Ponorogo :
“5C (capacity, collateral, character, condition of ekonomi,
capital) itu baku, semestinya 5C diterapkan tapi dalam
praktiknya tidak semua diterapkan kita sebagai marketing
hanya melihat character (karakter nasabah), capacity
(kemampuan nasabah), collateral (jaminan/agunan).”11
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa BRI
Syariah KCP Ponorogo memang menerapkan prinsip 5C dalam
memberikan pembiayaan mikro iB, dalam praktiknya para AOM yang
banyak mengejar tarjet setiap bulannya mereka menabrak 5C yang
seharusnya diterapkan semuanya pada nasabah tetapi pada
kenyataannya hanya melihat dari sisi character si calon nasabah,
capacity, dan collateral si calon nasabah. Bagi AOM yang 3C
(character, capacity, collateral) tersebut sudah bisa mewakili pribadi
si calon nasabah yang akan diberikan pembiayaan. 5C baku tetapi
dilihat dulu usahanya. Kalau usaha tempe yang sederhana 1 hari tidak
habis 10kw tidak mungkin mempunyai neraca/ laporan keuangan.
Tetapi jika nasabah tersebut memiliki karakter baik, kemampuan
membayar tanggungannya setiap bulannya mampu kerana memiliki
jaminan yang sesuai dengan pinjaman yang akan diajukan ke pihak
bank itu sudah cukup mewakili dan bisa diberikan pembiayaan.
10 Muhammad Habib, wawancara, 29 November 2019. 11 Kiki Agung, wawancara, 17 Desember 2019.
67
Selanjutnya mengenai analisis prinsip 5C yang pertama :
a. Character (karakter)
Wawancara mengenai 5C yang pertama yaitu character
(karakter) kepada pimpinan BRI Syariah KCP Ponorogo :
“Kalau untuk penilaian character yang pertama kali
dilakukan yaitu pengecekan SID atau Sistem Informasi
Debitur terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui
profil nasabah dan untuk mengetahui hubungannya dengan
bank. Apabila di SID tercatat tidak pernah mengalami
pembiayaan bermasalah dan masuk dalam kolektabilitas 1
dalam kategori lancar maka dapat dipastikan calon
nasabah tersebut juga akan lancar pembayarannya. Setelah
SID memiliki indikator yang bagus maka selanjutnya
dilakukan survei secara langsung dengan mencari
informasi dari tanggapan masyarakat di sekitar tempat
tinggal calon nasabah”12
Kemudian dengan bapak Tunggul selaku UH BRI Syariah KCP
Ponorogo mengenai 5C yang pertama yaitu character (karakter) :
“karakter sangat penting, jika calon nasabah mampu
mengembalikan pinjaman tetapi ia memiliki karakter
yang tidak baik, maka kemungkinan nasabah tersebut
tidak mengembalikan pinjamannya tepat waktu. Kami
juga melihat karakter calon nasabah dari informasi yang
diberikan tetangga saat kami survei dan wawancara
secara langsung dan melihat gerak mimik wajah saat
dikunjungi pihak dari kami. Patokan utama kita tetap
SID.”13
12 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 september 2019.
13 Tunggul, wawancara, 20 Desember 2019.
68
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa BRI
Syariah KCP Ponorogo melihat karakter calon nasabah yaitu
dengan :
1) SID, jika tergolong kolektabilitas 1 dapat dikatakan lancar.
Maka dipastikan akan lancar pembayarannya.
2) Pengamatan sekilas
3) Wawancara, dilakukan ketika survei.
b. Capacity (kemampuan nasabah)
Wawancara mengenai 5C yang kedua yaitu Capacity
(kemampuan nasabah) kepada pimpinan BRI Syariah KCP
Ponorogo :
“Dalam penilaian capacity kami melakukan survei ke
lokasi usaha calon nasabah. Kemudian melakukan
penilaian terhadap capacity. Jika calon nasabah tidak
membuat catatan penjualan dan pembelian barang
dagangan, maka penilaian dilakukan dengan melihat
jumlah barang dagangan maupun asset yang ada di
lokasi usaha. Kemudian memperhitungkan pendapatan
calon nasabah dikurangi dengan biaya-biaya yang
dikeluarkannya, maka akan terlihat kemampuan calon
nasabah dalam memenuhi kewajibannya. Capacity ini
sebagai first way out atau jalan keluar utama dalam
pembiayaan, dilihat dari cash flow nya. Jika cash flow
nya bagus pasti calon nasabah tersebut mampu
membayar angsuran pembiayaan. Tetapi jika cash flow
69
nya buruk maka calon nasabah tersebut tidak akan
mampu untuk membayar pembiayaan.”14
Kemudian dengan bapak Habib selaku AOM BRI Syariah KCP
Ponorogo mengenai 5C yang kedua yaitu Capacity (kemampuan
nasabah) :
“saat wawancara saya melihat usaha calon nasabah itu
apa, sebagai contoh nasabah saya mbak toko klontong.
Toko tersebut bisa dibilang masih kecil dan tidak
mempunyai laporan keuangan yang jelas untuk saya tau.
Akhirnya saya melihat barang dagangannya calon
nasabah saya itu banyak dan tokonya pun juga ramai.
Dan satu lagi mbak saya juga bertanya apakah ada
pendapatan lain selain dari toko klontong ini. Jika ada
sudah pasti kemapuan membayarnya baik, jikapun tidak
ada pendapatan lain selain dari toko masih ada stok
barang dagangan yang digudang.”15
Begitu juga wawancara dengan bapak Yuli selaku AOM BRI
Syariah KCP Ponorogo mengenai 5C yang kedua yaitu Capacity
(kemampuan nasabah) : “saya melihat kemampuan nasabah saat
wawancara. Pandangan pertama bertemu dan mengetahui usaha
calon nasabah secara langsung.”16
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa BRI
Syariah KCP Ponorogo dalam penerapan capacity melihat dari
pendapatan setiap hari calon nasabah yang akan dibiayai. Melihat
barang dagangan yang bisa disebut aset yang dimiliki calon
nasabah, dan juga pandangan pertama mengenai usaha calon
14 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 september 2019. 15 Muhammad Habib, wawancara, 29 november 2019. 16 Yuli Wahyudi, wawancara, 29 November 2019.
70
nasabah apakah layak atau tidak kemampuannya membayar
angsuran pembiayaan dari pihak bank.
c. Collateral (jaminan)
Wawancara mengenai 5C yang ketiga yaitu Collateral (jaminan)
kepada pimpinan BRI Syariah KCP Ponorogo,
“Kami melakukan penilaian collateral dengan cara survei
langsung ke lokasi jaminan untuk melihat kondisinya.
Survey ini dilakukan untuk verifikasi. Selain itu juga
melakukan wawancara terkait kondisi jaminan tersebut.
Jika perhitungan jaminan yang diberikan memenuhi
syarat maka kami menerima dan menyetujui jaminan
yang diberikan oleh calon nasabah tersebut. Disini
collateral sebagai second way out yaitu jalan keluar
kedua. Apabila seorang nasabah tidak bisa menyelesaikan
pembiayaannya maka jaminan akan dilikuidasi atau
dijual untuk menutupi hutangnya. Namun, kami tidak
langsung mengeksekusi collateral yang ada, akan tetapi
dilakukan dengan cara kekeluargaan terlebih dahulu jika
dari pihak nasabah beritikat baik untuk melunasi
kewajibanya maka tidak mengeksekusi collateral, akan
tetapi mencari solusi bersama yang dapat menguntungkan
kedua belah pihak. Namun jika tidak ada itikad baik
maka jaminan akan kami likuidasi atau dijual.”17
Kemudian dengan bapak Aan selaku AO (Account Officer) BRI
Syariah KCP Ponorogo mengenai 5C yang ketiga yaitu Collateral
(jaminan) :
17 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 september 2019.
71
“Dalam hal pembiayaan pasti menggunakan jaminan mbak
karena dengan jaminan resiko menyeleweng pasti kecil. Maka
dari itu jaminan harus benar-benar sesuai dengan pembiayaan
yang diajukan dan wajib menggunakan jaminan. Jaminan bisa
berupa fix aset ataupun deposito juga bisa mbak.”18
Kemudian dengan bapak Kiki selaku AOM (Account Officer
Micro) BRI Syariah KCP Ponorogo mengenai 5C yang ketiga yaitu
Collateral (jaminan) :
“Collateral/ jaminan sangat penting juga ini mbak karena
ya memang harus dan yang namanya lembaga keuangan,
kegiatannya tidak lain berkaitan dengan uang masyarakat
ya sangat berresiko ya mbak. Kalau jaminan yang sering
digunakan BPKB kendaraan bermotor, sertifikat tanah,
sertifikat rumah, dan harus atas nama si calon
nasabah.”19
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
penerapan collateral/ jaminan di BRI Syariah benar-benar
digunakan dan memang cara yang tepat untuk menghindari resiko
dikemudian hari yang tidak dinginkan, jika suatu hari si nasabah
beretikat tidak baik/ bermasalah, jaminan tersebut digunakan untuk
jalan keluarnya dan pihak bank juga tidak langsung melelang/
menjual jaminan tetapi tetap mencari solusi bersama agar tidak
merugikan kedua belah pihak. Melakukan survei langsung terhadap
barang jaminan yang dimiliki calon nasabah apakah sesuai dengan
plafon pengajuan nasabah yang akan dicairkan. Jaminan yang
18 Moh Anshori, wawancara, 07 Januari 2020. 19 Kiki Agung, wawancara, 17 Desember 2019.
72
sering digunakan BPKB kendaraan bermotor, sertifikat tanah,
sertifikat rumah, dan harus atas nama si calon nasabah.
d. Condition of Economi (kondisi ekonomi)
Wawancara mengenai 5C yang keempat yaitu Condition of
Economi (kondisi ekonomi) kepada pimpinan BRI Syariah KCP
Ponorogo,
“Untuk penilaian condition kami melihat dampak kondisi
ekonomi sekarang atau saat ini yang tidak menentu dan
bagaimana dampaknya terhadap usaha calon nasabah.
Apakah usaha calon nasabah tersebut dapat berjalan
apabila kondisi ekonomi sedang tidak baik, dan kami
akan mempertimbangkan dan memperkirakanya. Untuk
melihat condition yaitu dilihat jenis usahanya pada saat
ini kondisinya seperti apa dan apakah masih bisa
diprospek kedepannya.”20
Kemudian dengan bapak Habib selaku AOM BRI Syariah KCP
Ponorogo mengenai 5C yang keempat yaitu Condition of Economi
(kondisi ekonomi) :
“dalam hal kondisi usaha ini mbak yang tidak bisa
menentu dan tidak dapat diprediksi kedepanya, terkadang
ekonomi naik turun. Jadi dalam penerapan condition of
economi tidak terlalu mendetail saya melihatnya, jika
nasabah tadi sudah memberikan jaminan menurut saya
nasabah mampu, dan harus bisa meningkatkan
usahanya.”21
20 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 september 2019. 21 Muhammad Habib, wawancara, 29 november 2019.
73
Kemudian dengan bapak Kiki selaku AOM BRI Syariah KCP
Ponorogo mengenai 5C yang keempat yaitu Condition of Economi
(kondisi ekonomi) :
“kondisi usaha penerapannya kalau saya melihat dari saat
survei ketempat lokasi usaha nasabah, prosepek atau
tidak untuk kedepannya, dan bagaimana laporan keluar
masuknya barang/ keuangnnya. Tetapi saya melihat dulu
apa usahanya tersebut. Kalau usaha tempe sedehana kira-
kira sehari tidak habis 10kw tidak mungkin mempunyai
neraca yang jelas, bedalagi dengan usaha yang sudah
berteknologi canggih/ lebih besar usahanya pasti punya
neraca yang jelas. Dan yang jelas usahanya sudah
berjalan minimal 2 tahun.”22
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
penerapan prinsip 5C pada kondisi usaha BRI Syariah melihat
usaha tersebut harus prospek ada kemajuan dari tahun ketahun dan
usaha tersebut sudah berjalan 2 tahun minimal untuk bisa diberi
pembiayaan. Dan apabila nasabah tersebut sudah memberikan
jaminan dan karakter baik, kondisi usaha tidak terlalu mendetail
dalam penerapannya.
e. Capital (modal)
Wawancara mengenai 5C yang kelima yaitu Capital (modal)
kepada pimpinan BRI Syariah KCP Ponorogo:
22 Kiki Agung, wawancara, 05 September 2019.
74
“Penilaian capital di BRI Syariah KCP Ponorogo yaitu
dengan cara melihat usaha calon nasabah terkait dengan
modal yang dimilikinya. Yaitu dengan menanyakan
modal, hak kepemilikan tempat usaha atau sewa dan
sudah berapa lama usaha tersebut. Tujuan lain dari
penilaian capital yaitu untuk melihat modal yang dimiliki
calon nasabah, apakah sudah sesuai dengan jumlah
pembiayaan yang telah diajukan. Apabila modal yang
dimiliki tidak sesuai dengan jumlah yang diajukan, maka
pihak kami akan mempertimbangkan kembali jumlah
pembiayaan tersebut, dan akan mengkaji ulang. Jika tidak
sesuai maka kami akan menurunkan plafon pembiayaan
tersebut yang disesuaikan dengan jumlah modal yang
dimiliki oleh calon nasabah.”23
Kemudian dengan bapak Habib dan bapak Kiki selaku AOM
BRI Syariah KCP Ponorogo mengenai 5C yang kelima yaitu
Capital (modal) :
“penilaian pada modal yang dimiliki calon nasabah
penerapannya saya melihat dari sisi usaha nasabah, dan
tidak mendalam dalam menganalisisnya hanya sekilas
saja. Karena apabila calon nasabah seorang pegawai atau
karyawan saya sebagai AOM biasanya melihat slip. Kami
pihak bank mempertimbangkan berapa gaji calon
nasabah dan berapa jumlah pembiayaan yang akan
diambil, selanjutnya akan dianalisis.”24
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa BRI
Syariah KCP Ponorogo tidak terlalu mendalam dalam penilaian
23 Gatot Wijanarko, wawancara, 05 september 2019. 24 Yuli Wahyudi, wawancara, 29 November 2019.
75
modal hanya sekilas saja. Apabila modal yang dimiliki tidak sesuai
dengan jumlah yang diajukan, maka akan mempertimbangkan
kembali jumlah pembiayaan tersebut, dan akan mengkaji ulang
sesuai pendapatan calon nasabah.
B. Analisis
1. Analisis Mekanisme Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP
Ponorogo
Mekanisme pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo
menggunakan akad murabahah bil wakalah. Pembiayaan mikro iB
dengan akad murabahah adalah salah satu usaha lembaga keuangan
dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat yang membutuhkan
pengadaan suatu barang yang digunakan untuk usaha maupun
kebutuhan konsumtif. Bai’ Al-Murabahah, penjual harus memberitahu
harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannya. Penjualan pada murabahah secara jelas
memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan
berapa besar keuntungan yang diperoleh pada nilai tersebut.
Sedangkan pembiayaan mikro iB dengan akad murabahah bil wakalah
adalah upaya pemberian kekuasaan pada nasabah untuk membeli
barang yang diinginkan secara mandiri. Ketika pembiayaan telah
disetujui dan melakukan pencairan, pihak bank hanya mengawasi
kedisiplinan nasabah dalam melakukan angsuran pembiayaan.
76
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa dalam
proses pembiayaan unit mikro iB pada BRI Syariah KCP Ponorogo
menggunakan akad murabahah bil wakalah yang pertama mengajukan
pembiayaan ke marketing kemudian pihak bank melakukan analisis
menggunakan prinsip 5C kemudian setelah disetujui calon nasabah
membuat daftar rencana pembiayaan apa saja yang dibutuhkan. Lalu
pihak bank segera menyiapkan administrasi yang akan digunakan
untuk akad kedua belah pihak. Kemudian setelah dari pihak bank
mengumpulkan data-data yang digunakan sebagai syarat pengajuan
pembiayaan murabahah bil wakalah.
Kesimpulan hasil wawancara tentang mekanisme pembiayaan
mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo adalah (1) pengajuan
pembiayaan (2) investigasi SID/ BI Cheking (3) analisis kelayakan 5C
(4) nasabah membuat daftar rencana pembiayaan yg dibutuhkan
kemudian pihak bank memberi persetujuan atau tidak (5) financing
dokumen menyiapkan dan melengkapi administrasi persyaratan (6)
pembuatan akad (7) jika pembiayaan disetujui akan dipantau oleh
marketing di BRI Syariah.
Menurut analisis peneliti, sudah sesuai teori penerapan prosedur
analisis pembiayaan menurut kasmir yaitu (1) Pengajuan berkas-
berkas (2) Penyelidikan berkas pinjaman (3) Wawancara I (4) Survei
atau pemeriksaan lapangan untuk meninju objek usaha maupun
jaminan (5) Wawancara II atau kegitan perbaikan berkas jika mungkin
77
ada kekurangan (6) Keputusan pemberian pembiayaan (7)
Penandatanganan akad / perjanjian (8) Realisasi pembiayaan (9)
Pencairan dana. Pembiayaan dengan akad murabahah bil wakalah
merupakan pembiayaan yang paling mudah dan persyaratan-
persyaratan yang mudah untuk dipenuhi. Nasabah yang memilih
produk murabahah sudah pasti menggunakan akad murabahah bil
wakalah karena terdapat keutamaan didalamnya. Pembiayaan
murabahah dilaksanakan dalam satu transaksi dengan wakalah, yaitu
upaya pemberian kekuasaan pada nasabah untuk membeli barang yang
diinginkan secara mandiri. Ketika pembiayaan telah disetujui dan
melakukan pencairan, pihak bank hanya mengawasi kedisiplinan
nasabah dalam melakukan angsuran pembiayaan. Dalam hal ini
dengan persyaratan pembiayaan yang mudah maka nasabah tertarik
untuk menjadi nasabah di BRI Syariah ini adalah salah satu startegi
agar mendapatkan nasabah dan juga dapat mencapai target yang
diinginkan.
78
Berdasarkan penjelasan diatas berikut adalah prosedur
pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo:
Sumber: Dokumen BRI Syariah KCP Ponorogo
Gambar 4.3
Prosedur Pembiayaan Mikro iB Di BRI Syariah KCP Ponorogo
2. Analisis Penerapan Prinsip 5C Dalam Memberikan Pembiayaan
Mikro iB Di BRI Syariah KCP Ponorogo
Sebelum pembiayaan diberikan keyakinan tersebut dapat dinilai
dari hasil penilaian atau analisis pembiayaan. Untuk mendapatkan
suatu keyakinan tentang nasabahnya, pihak bank dapat melakukan
penilaian dengan berbagai prinsip. Dalam hal ini analisis pembiayaan
dapat dilakukan sesuai dengan kebijakan bank dan harus dilakukan.
Agar pembiayaan ini berjalan dengan lancar sesuai yang direncanakan
maka harus memperhatikan pembiayaan tersebut layak atau tidak layak
untuk disetujui, dan untuk mengetahui hal tersebut, BRI Syariah KCP
Ponorogo ini menggunakan prinsip 5C yaitu meliputi :
Permohonan
pembiayaan
Verifikasi
dan
investigasi
Analisis
kelayakan
pembiayaan
menggunakan
prinsip 5C
Financing
approval
Reject /
Approval
Financing
dokumentation
Pembuatan dan
penandatanganan
akad serta proses
pencairan
Financing
monitoring
79
a. Character (karakter)
Character menggambarkan watak dan kepribadian calon
nasabah. Bank perlu melakukan analisis terhadap karakter calon
nasabah dengan tujuan untuk mengetahui bahwa calon nasabah
mempunyai keinginan untuk memenuhi kewajiban membayar
pinjamannya sampai dengan lunas.
Berdasarkan hasil wawancara BRI Syariah KCP Ponorogo
melihat karakter calon nasabah yaitu dengan :
4) SID, jika tergolong kolektabilitas 1 dapat dikatakan lancar.
Maka dipastikan akan lancar pembayarannya.
5) Pengamatan sekilas
6) Wawancara, dilakukan ketika survei.
Kesimpulan hasil wawancara tentang penilaian Character
(karakter) di BRI Syariah KCP Ponorogo adalah dilihat dari SID,
pengamatan saat wawancara dan ini sangat penting diterapkan.
Menurut analsisi peneliti, Character berkaitan dengan
keyakinan. Penilaian character calon nasabah harus dilakukan
dengan cara melakukan kunjungan dan bertemu langsung dengan
calon nasabah di tempat usaha yang akan dibiayai, untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendetail mengenai character
calon nasabah. Dalam hal ini memang penilaian character sangat
penting dan harus dilakukan dengan benar agar tidak salah
penilaian yang mengakibatkan kerugian dimasa yang akan datang.
80
Pada tahap ini, pihak BRI Syariah Ponorogo yang pertama
kali dilakukan yaitu pengecekan SID (Sistem Informasi Debitur)
terlebih dahulu. Tujuan dilakukannya SID adalah untuk
mengetahui profil calon nasabah dan untuk mengetahui bagaimana
hubungannya dengan bank. Apabila di SID (Sistem Informasi
Debitur) calon nasabah tercatat tidak pernah mengalami
pembiayaan bermasalah dan masuk dalam (kol 1) atau
kolektabilitas 1 yaitu masuk dalam kategori lancar maka dapat
dipastikan calon nasabah tersebut juga akan lancar pembayarannya
pada pembiayaan berikutnya. Setelah SID tercatat ke dalam kol 1
atau memiliki indikator yang bagus maka selanjutnya dilakukan
survei secara langsung dengan mencari informasi dari tanggapan
masyarakat di sekitar tempat tinggal calon nasabah. Hal ini bisa
disebut juga cek lingkungan.
b. Capacity (kemampuan nasabah)
Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam memenuhi
kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Bank perlu
mengetahui dengan pasti kemampuan calon nasabah dalam
memenuhi kewajiban apabila bank memberikan pembiayaan.
Kemampuan keuangan calon nasabah sangat penting karena
merupakan sumber utama pembayaran kembali pembiayaan yang
diberikan oleh bank.
81
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
BRI Syariah KCP Ponorogo dalam penerapan capacity melihat dari
pendapatan setiap hari calon nasabah yang akan dibiayai. Melihat
barang dagangan yang bisa disebut aset yang dimiliki calon
nasabah, dan juga pandangan pertama mengenai usaha calon
nasabah apakah layak atau tidak kemampuannya membayar
angsuran pembiayaan dari pihak bank. Kesimpulan hasil
wawancara tentang penilaian Capacity (kemampuan nasabah)
adalah kemapuan nasabah sangat penting dlam memberikan
pembiayaan karena dari pendapatan usaha calon nasabah bank
dapat menentukan layak atau tidaknya pembiayaan tersebut.
Menurut analisis peneliti, Pada tahap ini, pihak BRI Syariah
Ponorogo melakukan survei ke lokasi usaha calon nasabah.
Kemudian melakukan penilaian terhadap capacity calon nasabah.
Dalam hal ini menurut peneliti capacity dari calon nasabah harus
benar diketahui oleh pihak bank. Jika calon nasabah tersebut tidak
membuat catatan penjualan dan pembelian barang dagangan, maka
penilaian dilakukan dari melihat jumlah barang dagangan maupun
asset yang ada di lokasi usahanya tersebut. Selanjutnya pihak bank
akan mempertimbangkan berapa pendapatan calon nasabah dan
berapa jumlah pembiayaan yang akan diambil. Dengan cara
memperhitungkan pendapatan calon nasabah dikurangi dengan
biaya-biaya yang dikeluarkannya, dengan ini akan terlihat
82
kemampuan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya.
Capacity ini sebagai first way out atau jalan keluar utama dalam
pembiayaan. Jalan keluar utamanya yaitu dilihat dari cash flow nya.
Jika cash flow nya bagus pasti calon nasabah tersebut mampu
membayar pembiayaan. Tetapi jika cash flow nya buruk maka
calon nasabah tersebut tidak akan mampu untuk membayar
pembiayaan.
c. Collateral (jaminan)
Collateral merupakan jaminan/ agunan yang diberikan oleh
calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Agunan merupakan
sumber pembayaran kedua, artinya apabila nasabah tersebut tidak
dapat membayar angsurannya dan termasuk dalam pembiayaan
macet, maka bank dapat melakukan eksekusi terhadap agunan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
penerapan collateral/ jaminan di BRI Syariah benar-benar
digunakan dan memang cara yang tepat untuk menghindari resiko
dikemudian hari yang tidak dinginkan, jika suatu hari si nasabah
beretikat tidak baik/ bermasalah, jaminan tersebut digunakan untuk
jalan keluarnya dan pihak bank juga tidak langsung melelang/
menjual jaminan tetapi tetap mencari solusi bersama agar tidak
merugikan kedua belah pihak. Melakukan survei langsung terhadap
barang jaminan yang dimiliki calon nasabah apakah sesuai dengan
plafon pengajuan nasabah yang akan dicairkan. Jaminan yang
83
sering digunakan BPKB kendaraan bermotor, sertifikat tanah,
sertifikat rumah, dan harus atas nama si calon nasabah. Kesimpulan
dari hasil wawancara mengenai collateral (jaminan) dalam
penilaiannya menggunakan jaminan tersebut harus atas nama si
calon nasabah atau milik sendiri dan nilaiannya setara dengan
pengajuan pembiayaan karena ini akan menjadi pertimbangan
dalam mengambil keputusan pembiayaan.
Menurut analisis peneliti, BRI Syariah KCP Ponorogo
melakukan penilaian collateral dengan survei langsung ke lokasi
jaminan untuk melihat kondisi jaminan dalam hal ini memang
harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan oleh pihak bank.
Survey atau pengecekan jaminan ini harus dilakukan guna untuk
verifikasi. Selain itu melakukan wawancara terkait kondisi
jaminan, perkiraan nilai pasar jaminan, pengecekan keaslian
sertifikat dengan maksud mengecek ada tidaknya sengketa. Jika
setelah dilakukan survei kelokasi, dan dilakukan perhitungan
jaminan yang diberikan oleh calon nasabah dinyatakan memenuhi
syarat maka pihak BRI Syariah KCP Ponorogo menerima dan
menyetujui jaminan yang diberikan oleh calon nasabah tersebut.
Disini collateral sebagai second way out yaitu jalan keluar
kedua. Apabila seorang nasabah tidak bisa menyelesaikan
pembiayaannya maka jaminan akan dilikuidasi atau dijual untuk
menutupi hutangnya. Jika hasil penjualan collateral masih ada
84
kelebihan ketika digunakan untuk menutup hutang maka pihak BRI
Syariah KCP Ponorogo mengembalikan sisanya kepada nasabah,
dan sebaliknya jika collateral masih kurang dalam melunasi
pembiayaan maka nasabah wajib membayar kekurangan yang
masih ada.
d. Condition of Economi (kondisi ekonomi)
Condition of economy merupakan analisis terhadap kondisi
perekonomian. Bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon
nasabah dikaitkan dengan kondisi ekonomi, apakah kondisi
ekonomi tersebut akan berpengaruh pada usaha calon nasabah
dimasa yang akan datang. Analisis yang perlu dilakukan terkait
dengan condition of economy adalah kebijakan pemerintah. Apabila
kebijakan pemerintah sering berubah, maka hal ini juga akan sulit
bagi bank untuk melakukan analisis condition of economy.
Kondisi perekonomian bisa mengubah kemapuan nasabah
untuk membayar kembali kewajiban nya. Kondisi itu diluar
kekuasaan nasabah dan pihak bank. Nasabah mempunyai karakter
yang baik, mempunyai kemampuan untuk menciptakan
pendapatan, dan aseet yang cukup, tetapi kondisi perekonomianlah
yang mungkin menyebabkan pembiayaan yang berakhir tidak baik.
Disinilah pihak bank harus benar-benar tepat menganalisis kondisi
ekonomi kedepannya. Semakin lama jatuh tempo pembiayaan,
pihak bank harus semakin teliti dalam menganalisis pembiayaan,
85
karna adanya kemungkinan resiko semakin besar terhadap
kemunduran perekonomian, sebelum pembiayaan lunas. Keadaan
perekonomian mengalami naik turun dalam jangka panjang yang
setiap waktu dapat mempengaruhi berbagai bidang industri.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
penerapan prinsip 5C pada kondisi usaha BRI Syariah melihat
usaha tersebut harus prospek ada kemajuan dari tahun ketahun dan
usaha tersebut sudah berjalan 2 tahun minimal untuk bisa diberi
pembiayaan. Dan apabila nasabah tersebut sudah memberikan
jaminan dan karakter baik, kondisi usaha tidak terlalu mendetail
dalam penerapannya. Kesimpulanya adalah kondisi usaha tidak
terlalu dilihat begitu mendalam.
Menurut analisis peneliti, BRI Syariah KCP Ponorogo
memandang terkait kondisi ekonomi, memprediksi kondisi dimasa
yang akan datang dan dikaitkan dengan prospek usaha calon
nasabah. BRI Syariah KCP Ponorogo melihat dampak kondisi
ekonomi sekarang yang tidak menentu dan bagaimana dampaknya
terhadap usaha calon nasabah. Apakah usaha calon nasabah
tersebut dapat berjalan apabila kondisi ekonomi sedang tidak baik,
dan pihak BRI Syariah KCP Ponorogo akan
mempertimbangkannya dan memperkirakanya sesuai jaminan yang
diberikan, karena jika calon nasabah memilki karakter baik dan
jaminannya oke pihak bank langsung memberikan pembiayaan,
86
seharusnya pihak bank harus benar-benar teliti dalam hal kondisi
usaha karena berkaitan dengan kondisi usaha dimasa yang akan
datang. BRI Syariah KCP Ponorogo melihat condition dengan cara
yaitu dilihat jenis usahanya, jika usaha tersebut tidak terlalu besar
cukup dengan karakter dan jaminan sudah diberikan dan
mengabaikan analisis kondisi usaha, jika kondisi usaha pada saat
ini baik dan sudah berjalan 2 tahun sudah bisa diberi pembiayaan
karena AOM kejar target.
e. Capital (modal)
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek
pembiayaan dan perlu analisis yang lebih mendalam. Modal
merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon debitur atau
jumlah dana, yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai
oleh calon nasabah. Semakin besar modal yang dimiliki dan
disertakan oleh calon nasabah dalam obyek pembiayaan akan
semakin menyakinkan bagi bank akan keseriusan calon nasabah
dalam mengajukan pembiayaan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa
BRI Syariah KCP Ponorogo tidak terlalu mendalam dalam
penilaian modal hanya sekilas saja. Apabila modal yang dimiliki
tidak sesuai dengan jumlah yang diajukan, maka akan
mempertimbangkan kembali jumlah pembiayaan tersebut, dan akan
87
mengkaji ulang sesuai pendapatan calon nasabah. Kesimpulan pada
penilain modal tidak terlalu mendalam.
Menurut analisis peneliti, Penilian capital adalah terkait
besarnya modal yang diperlukan calon nasabah, dengan cara
melihat usaha calon nasabah terkait dengan modal yang
dimilikinya. Menanyakan modal, hak kepemilikan tempat usaha
atau sewa dan berapa lama usaha. Sebagai contoh penilaian
terhadap persediaan barang dagangan. Pihak BRI Syariah KCP
Ponorogo langsung datang ke tempat usaha calon nasabah,
kemudian disana pihak BRI Syariah KCP Ponorogo akan melihat
persediaan barang secara langsung. Dalam persediaan barang
dagangan ini, akan dilihat jumlah persediaan barang yang ada di
tempat usahanya. Dalam analisis capital pada BRI Syariah kurang
mendalam hanya melihat dari seberapa banyak persediaan barang
dagangan yang dimiliki calon nasabah apakah sebanding atau tidak
dengan pembiayaan yang diajukan. Modal juga perlu dianalisis
mendalam dari laporan keuangan calon nasabah, agar bisa
mengetahui sebenarnya seberapa besar plafon yang akan diberikan
kepada calon nasabah agar pihak bank tidak salah sasaran pada
penggunaan modal untuk calon nasabahnya.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis
dapat menyimpulkan bahwa:
1. Mekanisme pembiayaan mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo
yaitu:
a. Pengajuan permohonan pembiayaan
b. Verifikasi persyaratan dan investigasi SID
c. Analisis kelayakan pembiayaan dengan Prinsip 5C
d. Financing approval, persetujuan dari pembiayaan yang diajukan
calon nasabah
e. Reject / approv, tolak/ disetuji permohanan tersebut
f. Financing dokumen, ketika permohonan disetujui melengkapi
dokumen jika ada yang kurang dari calon nasabah
g. Pembuatan dan penandatangan akad serta proses pencairan
h. Financing monitoring, pemantauan pembiayaan pada nasabah.
Mekanisme tersebut sesuai teori prosedur analisis dalam
memberikan pembiayaan yang diungkapkan oleh Kasmir yaitu (1)
Pengajuan berkas-berkas (2) Penyelidikan berkas pinjaman (3)
Wawancara I (4) Survei atau pemeriksaan lapangan untuk meninju
objek usaha maupun jaminan (5) Wawancara II atau kegitan perbaikan
berkas jika mungkin ada kekurangan (6) Keputusan pemberian
89
pembiayaan (7) Penandatanganan akad / perjanjian (8) Realisasi
pembiayaan (9) Pencairan dana.
Di BRI Syariah KCP Ponorogo dalam proses pembiayaan mikro
iB menggunakan akad murabahah bil wakalah dengan tujuan
memberikan kekuasaan pada calon nasabah untuk membeli barang
yang diinginkan secara mandiri.
2. Penerapan prinsip 5C dalam memberikan pembiayaan mikro iB di BRI
Syariah KCP Ponorogo, belum sepenuhnya diterapkan pada calon
nasabah pihak AOM masih melihat dan memilih calon usaha apa saja
yang perlu diterapkan semua prinsip 5C nya, dan disisi lain AOM di
BRI Syariah KCP Ponorogo juga kejar target setiap bulannya. Prinsip
5C yaitu meliputi :
a. Character (karakter) di BRI Syariah KCP Ponorogo dalam
melihat Character calon nasabah disana menggunakan SID dan
disana penilaian karakternya benar-benar teliti. Sesuai teori dari
Ismail bank perlu melakukan analisis character dari SID, trade
checking, dan informasi pihak lain.
b. Capacity (kemampuan nasabah) di BRI Syariah sangat penting
untuk melakukan penilian ini karena untuk mengetahui kewajiban
nasabah dalam pembayaran angsuran. Sesuai teori dari Ismail
kemampuan keungan sangat penting karena sumber utama dalam
memenuhi kewajibannya kepada pihak bank.
90
c. Collateral (jaminan) penilaian collateral dengan survei langsung
ke lokasi jaminan untuk melihat kondisi jaminan dalam hal ini
memang harus dilakukan dan tidak boleh ditinggalkan oleh pihak
BRI Syariah KCP Ponorogo. Sesuai teori dari Ismail bahwa
jaminan sangat penting dan sumber pembayaran kedua.
d. Condition of Economi (kondisi ekonomi) penerapan prinsip 5C
pada kondisi usaha BRI Syariah melihat usaha tersebut sudah
berjalan 2 tahun minimal untuk bisa diberi pembiayaan. Kondisi
usaha tidak terlalu mendetail dalam penerapannya. Sesuai teori dari
Ismail bahwa bank perlu mempertimbangkan sektor usaha calon
nasabah dikaitkan dengan kondisi ekonomi dimasa yang akan
datang.
e. Capital (modal) dalam penilaian pihak BRI Syariah KCP Ponorogo
langsung melihat persediaan barang dagang. Dan penilaiannya
kurang mendalam hanya sekilas saja. Sesuai teori dari Ismail
semakin besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh calon
nasabah dalam obyek pembiayaan akan semakin meyakinkan bank
akan keseriusan calon nasbah falam mengajukan pembiayaan.
Analisis penerapan prinsip 5C dalam memberikan pembiayaan
mikro iB di BRI Syariah KCP Ponorogo ini belum sepenuhnya
diterapkan karena pada mekanisme pembiayaan yang memudahkan
persyaratan pada calon nasabah agar berminat menjadi nasabah
pembiayaan mikro ini dikarenakan pihak AOM (Account Officer
91
Micro) kejar target jadi pada proses pembiyaan mudah dan cepat
dicairkan.
B. Saran
Dengan selesainya penelitian yang dilakukan di BRI Syariah KCP
Ponorogo, maka peneliti memberikan saran sebagai bahan pertimbangan
antara lain :
1. Bagi pihak BRI Syariah KCP Ponorogo, mekanisme pembiayaan
mikro iB yang memberikan kemudahan bagi calon nasabahnya agar
tetap pada standar operasinalnya agar tidak ada hal yang tidak
diinginkan dikemudian hari. Mempermudah tetapi harus berhati-hati
dalam pemberian pembiayaan.
2. Dalam pembiayaan mikro yang mempermudah dalam persyaratan,
perlu adanya strategi penawaran atau promo margin yang lebih kreatif
dan inovatif dalam pembiayaan mikro, dengan demikian calon nasabah
tertarik untuk melakukan pembiayaan mikro di BRI Syariah KCP
Ponorogo, tentunya akan ada peningkatan jumlah pembiayaan mikro
itu sendiri.
3. Dalam analisis penerapan prinsip 5C di BRI Syariah KCP Ponorogo
seharusnya tetap prinsip 5C diterapkan pada semua usaha dan berhati-
hati dalam penliananya, karena kita tidak tau kondisi dimasa yang akan
datang seperti apa. Dan rekan-rekan AOM bisa lebih selektif lagi
memilih calon nasabah tidak karna kejar target. Perlu adanya
peningkatan pada penerapan prinsip 5C, mengingat bahwa pembiayaan
92
yang dicairkan tidak sedikit. Selain itu dengan memperketat penilaian
prinsip 5C dapat meminimalisir resiko yang tidak diinginkan BRI
Syariah KCP Ponorogo.
4. Semoga dengan adanya penelitian ini dapat membantu memberikan
solusi dalam kehati-hatian untuk memberikan pembiayaan kepada
calon nasabah.
5. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literature bagi peneliti yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ahmad, Yusuf Ayus dan Abdul Aziz. Manajemen Operasional Bank Syariah.
Cirebon: STAIN Press, 2009.
Amiridin. Pengantar Metodelogi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2003.
Anoraga, Pandji. Koperasi, Kewirausahaan, Dan Usaha Kecil. Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema
Insani Press, 2001.
Arikunto, Suharsini. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Asiyah, Binti Nur. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Teras,
2014.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2013.
Damanuri, Aji. Metodologi penelitian mu’amalah. Ponorogo: Stain Po Press,
2010.
Darmawi, Herman. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012.
Dewan Syari’ah Nasional MUI. Himpunan Fatwa Keuangan Syari’ah. Jakarta :
Erlangga, 2014.
Djamil, Faturrahman. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di Bank Syariah.
Jakarta: Sibar Grafika, 2014.
Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti. Manajemen Perkreditan Bank umum.
Bandung:Alfabeta, 2009.
Herli, Ali Suyanto. Buku Pintar Pengelolaan BPR & Lembaga Keuangan
Pembiayaan Mikro. Yogyakarta: Afndi Offset, 2013.
Ismail. Manajemen Perbankan. Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.
Karim, Adiwarman Azhar. Bank Islam (Analisis Fikih dan Keuangan). Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2016.
Mathew, Miles B dan Michael Huberman. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP, 1992.
Meleong, Lexy. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
1995.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005.
Muljono, D. Buku Pintar Akuntansi Perbankan dan Lembaga Keuangan Syariah.
Yogyakarta: Andi, 2015.
Nasution. Metodologi Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988.
Nitisusastro, Mulyadi. Kewirausahaan & Manajemen Usaha Kecil. Jakarta:
Alfabeta, 2010.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2008.
Saiman, Leonardus. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat, 2014.
Sarwono, dan Jonathan. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2015.
Sulha, M dan Ely Siswanto. Manajemen Bank Konvensional dan Shari’ah.
Malang: UIN Malang Press, 2008.
Supriyono, Maryanto. Buku Pintar Perbankan. Yogyakarta: Andi Offset, 2011.
Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo persada, 1998.
Wahidmurni. Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan.
Malang: UM Press, 2008.
Wiroso. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta: UII Press, 2015.
Zulkifli, Sumarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta: Zikrul
Hakim, 2003.
Jurnal dan skripsi
Afrida, Y. “Analisis Pembiayaan Murabahah di Perbankan Syariah,”. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam, 2, (September 2016).
Ardi, Refan. “Penerapan Prinsip 5C Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit
Pada PT BPR Nguter”. Skripsi. UNS, 2010.
Fatahilah, Habib Nur. “Implementasi Prinsip 5C Pada Pembiayaan Mikro di Bank
Syariah Mandiri Kantor Cabang Pemalang”. Skripsi. IAIN Purwakarta:
2018.
Hariyawati, Desi. “Pelaksanaan Pemberian Kredit Kepada UMKM BRI Syariah,”.
Jurnal. JOM, 3 (Oktober 2016).
Karini, Ila. “Analisis Pembiayaan Modal Kerja Usaha Terhadap Peningkatan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Perpektif Ekonomi Islam
(Studi pada BTM BiMU Bandar Lampung)”. Skripsi. UIN Raden Intan,
2017.
Nafiah, Khomsatun. “Penerapan prinsip 5C pada pembiayaan Mikro iB dalam
meminimalisir resiko pembiayaan bermasalah di BRI Syariah KCP
Purbalingga” Skripsi. IAIN Purwakarta, 2018.
Safitri, Selvy. “Prosedur Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro: Studi kasus BRI
Syariah Cabang Prabumulih,”. Jurnal. Ekonomi dan Perbanakan Syariah,
03, (2015).
Wildanto, Yassar. “Akad Murabahah Bil Wakalah dalam Pembiayaan Mikro di
BRI Syariah KCP Kudus” Skrpsi. IAIN Kudus, 2016.
Internet :
BRI Syariah, http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah. diakses Pada Tanggal 15
September 2019, jam 10.00.
Gustani, “Ayat dan hadits tentang murabahah,” dalam
https://www.syariahpedia.com/2016/09/dalil-murabahah.html. diakses pada
tanggal 22 Mei 2020, jam 13.45.
Wawancara :
Gatot Wijanarko, Wawancara, 05 September 2019.
Kiki Agung, Wawancara, 17 Desember 2019.
Moh Anshori, wawancara, 07 Januari 2020.
Muhammad Habib, Wawancara, 29 November 2019.
Tunggul, wawancara, 20 Desember 2019.
Yuli Wahyudi, wawancara, 29 November 2019