ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR-SEKTOR
PEREKONOMIAN TERHADAP PDRB
DI KABUPATEN ACEH BARAT
PROPOSAL
OLEH
MUTIYA
NIM : 07C20101176
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
DANSTUDIPEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2013
iii
ABSTRAK
Mutiya.Analisis Kontribusi Sektor-Sektor Perekonomian terhadap PDRB di
Kabupaten Aceh Barat. DibawahbimbinganJufridanMujal Hendra.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuikontribusi sektor-sektor PDRB di
Kabuapten Aceh Barat selamakurunwaktutahun 2003-2011dengan menggunakan
pendekatan analisis kontribusi.
Dari hasil analisis kontribusi terlihat bahwa sektor ekonomi yang
mengalami peningkatan tiap tahunnya pada periode tahun 2003-2011 adalah
sektor listrik, gas dan air bersih dan juga sektor jasa-jasa.Sektor listrik, gas dan air
bersih memberikan kontribusi yang kecil dalam pembentukkan PDRB Kab. Aceh
Barat. Kontribusi tertinggi yang diberikan oleh sektor listrik, gas dan air bersih
terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,35 % dan kontribusi terendahnya terjadi pada
tahun 2003 sebesar 0,21 % dengan kontribusi rata-rata sebesar 0.27 % pertahun.
Sedangkan sektor jasa-jasa memberikan kontribusi yang semakin meningkat
dalam pembentukkan PDRB Kabupaten Aceh Barat. Kontribusi paling besar
terjadi pada tahun 2010 sebesar 25,21 % dan paling kecil terjadi pada tahun 2003
sebesar 19,92 % dengan kontribusi rata-rata sebesar 23,42 % pertahun.
Dari hasil analisis kontribusi terlihat bahwasektor pertanian yang
memberikan kontribusi terbesar pertama terhadap pembentukan PDRB Kabupaten
Aceh Barat mengalami penurunan pada tahun 2003-2007 dan mengalami
peningkatan pada tahun 2008-2010 dengan kontribusi rata-rata sebesar 28,23 %
pertahun. Sedangkan sektor perdagangan, hotel ,dan restoran yang memberikan
kontribusi terbesar kedua terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat
mengalami peningkatan pada tahun 2003 - 2007, dan mengalami penurunan pada
tahun 2008 – 2010 dengan kontribusi rata-rata sebesar 25,98 % pertahun.
Kata Kunci : Kontribusi, Sektor-Sektor PDRB
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan
secaraberkesinambungan dan berencana untuk mendapatkan kondisi masyarakat
yang lebihbaik dari sebelumnya. Oleh karena itu, pembangunan tersebut harus
mampumengakomodasi berbagai aspek kehidupan manusia baik material maupun
spiritual.Pengalaman di negara-negara lain menunjukkan pembangunan ekonomi
cenderungmendapat prioritas dari pembangunan lainnya karena pembangunan di
bidang ekonomi diharapkan akan menjadi pendorong bagi pembangunan di
bidang lainnya.
Peningkatan pembangunan ekonomi dilakukan melalui upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Salah satu indikator untuk meilhat pertumbuhan ekonomi
adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dipandang sebagai
indikator yang sangat penting serta memiliki banyak manfaat karena dapat
menggambarkan tingkat kemajuan dan perkembangan ekonomi, keunggulan dan
kelemahan yang terdapat pada berbagai sektor dalam struktur perekonomian.
Tingkat kemajuan dan perkembangan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat
pada berbagai sektor ekonomi dengan membandingkan PDRB tahun terakhir atau
tahun pengamatan dengan tahun sebelumnya, apakah mengalami peningkatan atau
penurunan. Dari perkembangan pertumbuhan ekonomi pada periode tertentu dapat
pula dicermati keunggulan berbagai sektor ekonomi suatu daerah. Dengan
demikian, perkembangan dan keunggulan berbagai sektor ekonomi suatu daerah
dapat mempengaruhi perubahan struktur ekonominya.
2
Salah satu upaya untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan
ekonomi Kabupaten/Kota adalah dengan memacu sektor-sektor yang mempunyai
pertubuhan yang tinggi dan mengupayakan pergeseran sektor primer ke sektor
sekunder dan tersier. Strategi perencanaan pembangunan yang berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi yang dikuti dengan pergeseran struktur ekonomi,
memberikan penekanan pada sektor-sektor yang dianggap penting untuk
dikembangkan, dalam arti dapat menjadi pendorong sektor lainnya. Diharapkan
melalui penerapan strategi ini tercipta penekanan produksi suatu daerah yang
memungkinkan diperolehnya pendapatan masyarakat, yang kemudian
dibelanjakan untuk pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa. Hal tersebut
merupakan sumber penerimaan pada sektor produksi, atau pada gilirannya juga
dapat pada sektor tersebut yang lebih besar lagi.
Namun demikian, pada kenyataannya penerapan strategi perencanaan
tesebut di Indonesia, seperti juga pada banyak negara yang berkembang,
menciptaan ketidakmerataan atau ketimpangan pembangunan, sehingga
pemerintah berupaya untuk mengurangi ketidakmerataan yang ada meskipun
masih dalam bentuk pendekatan yang bersifat sektoral.
Menurut Hady di dalam Ridwan ( 2004 ), Pendekatan yang bersifat sektoral
merupakan suatu teknik dimana sektor-sektor yang dianggap potensial ditetapkan
sebagai sektor inti atau yang diutamakan, kemudian ditentukan titik dimana sektor
tersebut akan dikembangkan.
Latar belakang penggunaan pendekatan sektoral di Indonesia karena
pendekatan ini sejalan dengan kebijakan pembangunan yang sentralistik dimana
prioritas pembangunan didasarkan atas konsep perencanaan Nasional.Namun
3
demikian, pendekatan ini juga mempunyai kekurangan dimana dapat
menimbulkan kecenderungan terjadinya ketimpangan atau ketidak merataan
pembangunan antar sektor ekonomi dan ketidak merataan antar sektor-sektor
pembangunan itu sendiri.
Sejalan dengan kenyataan tersebut, Azis (2000) berpendapat bahwa ketidak
merataan ini lebih disebabkan karena pendekatan perencanaan pembangunan
berdasarkan pendekatan sektor yang sering kali dilakukan tidak secara serentak
dan menyeluruh, tetapi hanya dilakukan pada sektor yang dipandang memiliki
potensi strategis dalam arti ekonomi politik.
Dari pendapat dan pemikiran tersebut diatas dapat berarti pula bahwa upaya
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara regional, sekaligus di ikuti
dengan upaya untuk merubah struktur ekonomi, yaitu dari dominasi sektor primer
kearah peningkatan peran dan kontribusi sektor sekunder dan tersier, menjadi
sangat penting. Perimbangan peran antar sektor tersebut, oleh para ekonom, akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari
perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)Atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) yang disajikan secara berkala setiap tahunnya.
Berdasarkan harga konstan tahun 2000, kontribusi sektor-sektor PDRB
Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2010 mengalamidistribusi yang fluktuatif.
Kondisi ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4
Tabel 1.1
Kontribusi Sektor-Sektor PDRB Kabupaten Aceh Barat
Tahun 2011.
No Sektor
Nilai PDRB
(Jutaan Rupiah)
Kontribusi
(%)
1. Pertanian 358.856,00 27,09
2. Pertambangan dan penggalian 5.889,00 0,44
3. Industri pengolahan 23.594,00 1,78
4. Listrik dan air minum 4.651,00 0,35
5. Bangunan/kontruksi 143.908,00 10,86
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 352.062,00 26,57
7. Pengangkutan dan komunikasi 90.208,00 6,81
8. Keuangan,persewaan dan jasa
perushaan 22.358,00 1,69
9. Jasa-jasa 323.369,00 24,41
Sumber: BPS Kab. Aceh Barat (Data diolah, Juli 2012)
Dari Tabel 1.1, pada tahun 2011sektor pertanian memberikan kontribusi
terbesar pertama terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat yaitu
sebesar 27,09%. Sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan
kontribusi terbesar kedua pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat yaitu
sebesar 26,57%. Kontribusi terbesar yang ketiga dalam pembentukan PDRB
Kabupaten Aceh Barat diberikan oleh sektor jasa-jasa sebesar 24,41%. Sektor
bangunan/kontruksi memberikan kontribusi sebesar 9,45% terhadap pembentukan
PDRB Kabupaten Aceh Barat.Sedangkan sektor-sektor lain seperti sektor
pertambangan dan penggalian sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air
minum, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan kontribusi yang diberikan masih terlalu rendah terhadap
pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat yaitu masih berada dibawah 2%.
5
Dari kesembilan sektor diatas sektor pertanian menjadi sektor andalan dalam
perekonomian di Kabupaten Aceh Barat.Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
hasil produksi dari subsektor pertanian yang meliputi tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kontribusi Sektor-Sektor PDRBdi
Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan diatas, maka penulis
merumuskan permasalahan adalah berapa besar kontribusi sektor-
sektorpembentuk PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuibesarnya %tase kontribusi
masing-masing sektor dalam pembentukan PDRBdi Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis
dan praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
a) Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
penulis mengenai kontribusi sektor-sektor PDRBdi Kabupaten Aceh
6
Barat sebagai penerapan terhadap pemahaman teoritis yang telah
diperoleh selama mengikuti perkuliahan.
b) Bagi pihak yang membutuhkan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan rujukan dan referensi dalam melakukan penelitian selajutnya yang
berkaitan dengan kontribusi sektor-sektor PDRB.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintahan Kabupaten Aceh Barat dalam pengembangan
sektor-sektor PDRB yang dapat menunjang perekonomian daerah.
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan bab ini terdiri dari beberapa bab yaitu
pendahuluan, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian , hasil dan pembahasan serta
simpulan dan saran.
Bagiansatu Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penetian, manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat
teoritis dan praktis, serta sistematika pembahasan.
Bagiandua Tinjauan pustaka, pada bab ini di uraikan teori-teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang dibahas.
Bagian tiga Metodelogi penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel,
data penelitian diantaranya jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data,
model analisis data, defenisi operasional variabel.
Bagian keempat Hasil dan Pembahasan meliputi statistik deskriptif
variabel penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.
7
Bagian kelima kesimpulan dan saran menguraikan kesimpulan dan
keterbatasan dari penelitian dan saran-saran.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sektor Perekonomian
Dunia usaha menurut jenis output dan aktivitasnya dapat diklasifikasikan
kedalam berbagai sektor, pengklasifikasian sektor dilakukan dari sektor yang
paling umum sampai yang sangat rinci.
Klasifikasi sektor yang paling umum atau sangat agregat adalah
pembagian kedalam tiga sektor yaitu :
1. Sektor Primer
Sektor primer meliputi kegiatan yang outputnya masih merupakan output
proses tingkat dasar. Yang termasuk kelompok sektor primer adalah sektor
pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.
2. Sektor sekunder
Sektor sekunder merupakan sektor yang sebagian besar inputnya berasal dari
sektor primer. Sektor sekunder meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik dan
air bersih serta sektor bangunan.
3. Sektor tersier
Sektor tersier adalah sektor yang menghasilkan komoditas jasa. Sektor ini
meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan
Sedangkan klasifikasi sektor yang sangat rinci seperti yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS). BPS mengklasifikasikan sektor perekonomian
kedalam 9 sektor sebagai berikut:
9
1. Sektor Pertanian
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
3. Sektor Industri
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
5. Sektor Bangunan/ Konstruksi
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
9. Sektor Jasa-Jasa
Masing-masing penjelasan dari sektor perekonomian tersebut diuraikan
sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian
Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yangdidapatkan dari alam
dan merupakan benda atau barangbiologis (hidup). Yang termasuk dalam sektor
pertanianadalah sub sektor Tanaman Bahan Makanan, TanamanPerkebunan,
Peternakan, Perikanan dan Kehutanan:
a. Tanaman bahan makanan meliputi semua kegiatan ekonomi yang
menghasilkan komoditi bahan makananseperti padi, jagung, ketela pohon,
ketela rambat, kacang kedelai, kacang tanah, buah-buahan, sayur-sayuran
danlain sebagainya.
b. Tanaman perkebunan mencakup semua jenis kegiatan ekonomi yang
mengusahakan tanaman perkebunan baik oleh rakyat maupun perusahaan
perkebunan dengan jenis komoditi seperti cengkeh, kakao, jambu mete, kapas,
10
kapuk, kayu manis, kelapa, kemiri, kopi, vanili, tembakau, tebu dan tanaman
perkebunan lainnya.
c. Peternakan dan hasil-hasilnya meliputi semua kegiatan pembibitan dan
budidaya semua jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk
dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya baik yang
dilakukan oleh rakyat, maupun oleh perusahaan peternakan.
d. Kehutanan meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan
daun-daunan, getah-getahan, dan akar-akaran termasuk juga kegiatan
perburuan.
e. Perikanan meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya
segala jenis ikan dan biota air lainnya baik yang berada di air tawar maupun di
air asin serta payau.
2. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Kegiatan pertambangan dan penggalian adalahkegiatan yang mencakup
pemboran, penggalian, pencucian,dan pengambilan segala macam barang
tambang, mineral danbarang galian yang tersedia di alam baik berupa benda
padat,benda cair maupun gas.Penambangan dan penggalian dapatdilakukan di
bawah tanah, maupun di atas permukaan bumi.Termasuk kegiatan penggalian
disini adalah pembuatangaram kasar dengan cara menguapkan air laut.
Sektor pertambangan dan penggalian dibagi menjadisub sektor
pertambangan migas (minyak dan gas bumi),Pertambangan Non Migas (batu bara,
pasir besi, biji timah,biji nekel, tembaga, emas, perak dan lain-lain),
danPenggalian (batu kali, pasir, kerikil dan lain-lain) atau bahangalian C.
11
3. Sektor Industri
Kegiatan industri adalah kegiatan untuk mengubahbentuk baik tehnis
maupun kimiawi dari bahan organik ataunon organik menjadi bentuk baru yang
lebih tinggi nilainya.Prosesnya dapat dilakukan dengan mesin atau tangan
baikdibuat di dalam sebuah pabrik maupun dilingkunganrumahtangga.
Sektor Industri Pengolahan dikelompokkan menurutbanyaknya tenaga
kerja yaitu:
a. Industri besar adalah perusahaan industri dengan tenagakerja >= 100 orang.
b. Industri sedang adalah perusahaan industri dengantenaga kerja 20-99 orang.
c. Industri kecil adalah usaha industri dengan tenaga kerja 5-19 orang.
d. Industri kerajinan rumahtangga dengan tenaga kerja < 5orang.
4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih terdiri atas sub-sektor berikut ini:
a. Listrik yaitu kegiatan yang mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga
listrik baik yang diselenggarakan oleh PLN maupun Non PLN dengan tujuan
untuk dijual.
b. Air bersih yaitu kegiatan yang mencakup proses pembersihan, pemurnian, dan
proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih serta pendistribusian dan
penyalurannya secara langsung melalui pipa dan atau alat lain ke rumahtangga,
instalasi pemerintah maupun swasta.
5. Sektor Bangunan/ Konstruksi
Sektor bangunan/konstruksi mencakup semuakegiatan yang hasil akhirnya
berupa bangunan/konstruksiyang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya,
baikyang digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya.Kegiatan di sektor
12
bangunan dapat dilakukan olehperusahaan konstruksi (kontraktor) ataupun oleh
perorangan.
6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.
a. sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik
barang baru maupun barang bekas dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan melalui kegiatan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah sifat
barangtersebut.
b. Restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada
umumnya dikonsum di tempat penjualan seperti rumah makan, warung nasi,
warung sate, warung kopi, catering dan kantin.
c. Hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian
atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan seperti hotel berbintang,
hotel non bintang, losmen, motel dan sebagainya.
7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Sektor pengangkutan dan komunikasi meliputi sub sektor:
a. Angkutan jalan raya meliputi kegiatan angkutan barang dan penumpang,
dengan menggunakan alat angkut kendaraan bermotor maupun tidak bermotor,
termasuk kegiatan carter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi.
b. Angkutan laut meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kapal laut yang beroperasi didalam dan diluar daerah domestik
berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan.
c. Angkutan sungai, danau dan penyeberangan adalah kegiatan pengangkutan
barang dan penumpang dengan menggunakan kapal/angkutan sungai dan danau
baik bermotor maupun tidak bermotor, serta penyeberangan dengan alat
13
angkutan Ferry, termasuk kegiatan carter/penyewaan kapal dengan atau tanpa
pengemudi.
d. Angkutan udara meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang
dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan
penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut. e. Jasa penunjang angkutan
seperti pelabuhan udara, pelabuhan laut, terminal, perparkiran, bongkar muat,
keagenan, ekspedisi, jalan tol dan lain-lain.
e. Komunikasi mencakup Pos dan Giro, serta usaha telekomunikasi telepon dan
lain sebagainya.
8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan meliputi subsektor:
a. Bank adalah kegiatan pemberian jasa keuangan padapihak lain seperti
menerima simpanan, memberikankredit, mengirim uang, membeli dan menjual
surat-suratberharga dan lain-lain.
b. Lembaga keuangan Bukan Bank mencakup kegiatanAsuransi dana pensiun,
pegadaian, money changer,koperasi simpan pinjam dan sebagainya.
c. Persewaan mencakup usaha persewaan bangunan dantanah seperti perkantoran,
pertokoan dan lain-lain.
d. Jasa perusahaan mencakup kegiatan pemberian jasa hukum, jasa akuntansi,
jasa pengolahan data, jasa teknik, jasa periklanan, jasa riset pemasaran, jasa
persewaan mesin dan peralatan dan sebagainya.
14
9. Sektor Jasa-Jasa
Sektor Jasa-jasa meliputi subsektor:
a. Pemerintahan Umum dan Pertahanan mencakup semua departemen dan non
departemen, badan/ lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan-badan
yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan.
b. Jasa Sosial Kemasyarakatan meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/ penelitian,
palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC),
rumah ibadah dan lain-lain.
c. Jasa hiburan dan rekreasi meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial,
dokumenter untuk kepentingan pemerintah, serta film video, jasa bioskop dan
panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, musium, gedung olah raga, kolam
renang, lapangan tenis, klub malam dan lain sebagainya.
d. Jasa perseorangan dan rumah tangga mencakup segala jenis kegiatan jasa yang pada
umumnya melayani perorangan dan rumah tangga seperti jasa reparasi kendaraan
bermotor, reparasi jam, radio, televisi, mesin jahit, sepeda dan sebagainya. Yang
termasuk sub sektor ini juga adalah jasa pembantu rumahtangga, tukang binatu,
tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu dan lain-lain.
e. Jasa hiburan dan rekreasi meliputi kegiatan produksi dan distribusi film
komersial, dokumenter untuk kepentingan pemerintah, serta film video, jasa
bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, musium, gedung
olah raga, kolam renang, lapangan tenis, klub malam dan lain sebagainya.
2.2. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dariNegara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi
15
kepadapenduduknya.Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan
oleh adanyakemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional dan
ideologis terhadapberbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro 2004, h. 126).
Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang
dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis
barangbarangekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai
dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang
diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama,
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-
menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam
pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam
penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi
secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan
dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat
manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan 2000, h. 57).
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output
perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai
pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya
apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita
bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam
perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang
tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Boediono
2001, h. 1-2).
16
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah suatu proses pertumbuhan output perkapita jangka panjang dalam
kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-
barang ekonomi kepada penduduknya sesuai dengan kemajuan teknologi dan
penyesuaian kelembagakan dari ideologis yang diperlukan.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor (Sukirno 2004,h.429)
adalah sebagai berikut :
a. Faktor-Faktor Ekonomi
1. Tanah dan kekayaan alam lainnya
Sumber daya alam merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Dinegara berkembang, sumber daya alam sering kali kita
lihat terbengkalai karena kurang atau salah pemanfaatan. Apabila sumber daya
alam tidak dimanfaatkan dengan baik, maka suatu Negara tidak akan mungkin
mengalami kemajuan.
2. Akumulasi modal
Modal dapat diartikan sebagai persediaan faktor produksi secara fisik
dapat diproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu maka dapat
disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Proses pembentukan modal
akan menaikkan output nasional. Investasi dibidang modal tidak hanya menaikkan
produksi tetapi juga menaikkan kesempatan kerja.
17
3. Organisasi
Organisasi berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan
ekonomi yang bersifat komplemen bagi modal dan menaikan produktivitas.
4. Teknologi
Teknologi sangat penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Karena
dengan adanya teknologi dapat menciptakan metode produksi yang baru.
Pertumbuhan teknologi yang baik dapat meningkatkan produktivitas kerja, modal
dan faktor produksi lainnya, sehinggga dapat menciptakan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
5. Pembagian kerja dan skala produksi
Spesialisasi dan pembagian kerja akan meningkatkan produktivitas,
artinya hal ini akan dapat menggiring perekonomian kearah ekonomi yang
produksinya berskala besar, sehingga dapat membantu perkembangan industri.
Hal ini dapaat dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat permintaan, banyak atau
tidaknya tingkat produksi serta tersedianya sarana transportasi. Apabila skala
produksi besar maka pembagian kerja dan spesialisasi juga akan luas. Dengan
demikian output akan dapat meningkat dengan sendirinya dan pertumbuhan
ekonomi juga akan mengalami peningkatan.
b. Faktor Non Ekonomi
Faktor non ekonomi merupakan faktor yang terdiri dari faktor sosial,
manusia dan politik. Faktor sosial dapat mempengaruhi perekonomian, budaya
yang sudah mengalami kemajuan akan termotivasi untuk mencari tambahan
pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat sehingga akan
mendorong manusia untuk mencari tambahan pendapatan. Seperti yang
18
dikemukakan oleh Nurkse bahwa pembangunan ekonomi berkaitan dengan peran
manusia, pandangan masyarakat, kodisi politik dan latar belakang historis suatu
Negara. Kondisi politik disuatu Negara sangat mempengaruhi perekonomian
dinegara itu sendiri, jika suatu Negara mengalami kondisi krisis politik, maka
secara otomatis pertumbuhan ekonomi akan terganggu dan pertumbuhan ekonomi
tidak akan meningkat serta mengalami penurunan.
2.4Pengertian Produk DomestikRegional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu
wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan.
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah tertentu. PDRB atas
dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
dengan menggunakan harga pada setiap tahun yang bersangkutan, sedang PDRB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung dengan menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan
struktur ekonomi, sedangkan harga konstan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi riil dari tahun ke tahun.
19
2.5PDRB atas Dasar Harga Berlaku
PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai PDRB dimana
penghitungan nilai seluruh item berdasarkan harga yang berlaku pada saat itu.
Dalam hal ini perubahan harga terakomodasi.PDRB atas dasar harga berlaku
dapat dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung.
1. Metote langsung
Metote langsung adalah metode perhitungan dengan menggunakan data
yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan
karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Disamping itu manfaat pemakaian data
daerah adalah dapat digunakan untuk menyempurnakan data statistik daerah yang
lemah. Metode langsung dapat dilakukan dengan mempergunakan tiga maca cara
yaitu, pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.
a. Pendekatan produksi
Pendekatan produksi adalah perhiungan nilai tambah yaitu output
dikurangi biaya antara, dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi di wilayah suatu negara atau daerah tertentu dalam jangka waktu
tertentu pula yang biasanya satu tahun.
b. Pendekatan pendapatan
Pendekatan pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara atau
daerah dalam jangka waktu tertentu yang biasanya satu tahun. Balas jasa faktor
produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
20
keuntungan yang semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak
langsung lainnya.
c. Pendekatan pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan semua komponen
permintaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri, yang
terdiri dari:
1. Pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta nirlaba,
2. Konsumsi pemerintah,
3. Pembentukan modal tetap bruto,
4. Perubahan stok, dan
5. Ekspor neto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Ekspor neto
merupakan ekspor dikurangi impor.
2. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik
bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing wilayah, misalnya
mengalokasikan ProdukDomestik Bruto (PDB) Indonesia ke setiap provinsi
dengan menggunakan alokator tertentu, alokator yang dapat digunakan, yaitu :
1. Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor, pada wilayah yang
dialokasikan.
2. Jumlah produksi fisik .
3. Tenaga kerja.
4. Penduduk.
5. Alokator tidak langsung lainnya.
21
Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa alokator
dapat diperhitungkan %tase bagian masing-masing provinsi terhadap nilai tamba
setiap sektor dan subsektor. Metode ini terkadang terpaksa digunakan karena
adanya kegiatan usaha yang alokasinya ada di beberapa wilayah, sedangkan
pencatatan yang lengkap hanya dilakukan di kantor pusat. Misalnya, laba
perusahaan tidak tercatat pada masing-masing wilayah melainkan hanya tercatat
di kantor pusat (Tarigan 2007, h. 25).
2.6 PDRB atas Dasar Harga Konstan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
merupakan nilai PDRB riil karena kuantum barang dan jasa dinilai berdasarkan
harga yang berlaku pada tahun dasar (tidak termasuk pengaruh perkembangan
harga). Perhitungan PDRB atas dasar harga konstan secara berkelanjutan dan
berkala sangat berguna untuk mengetahui perkembangan sektor ekonomi riil.
Karna perhitungan ini tidak terkandung perubahan harga barang, melainkan hanya
perubahan indikator produksi saja. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tahun
dasar secara nasional sebagai acuan perbandingannya. Badan Pusat Stastisrik
(BPS) telah menetapkan tahun 2000 sebagai tahun dasarnya.
Metode penghitungan PDRB atas dasar harga konstan antara lain
dilakukan dengan cara:
a. Revaluasi yaitu mengalikan kuantum tahun berjalan dengan harga tahun
dasar. Menyangkut biaya antara karena komponennya sangat banyak maka
penghitungannya dilakukan dengan cara perkalian output pada masing-
masing tahun dengan ratio tetap biaya antara.
22
b. Ekstrapolasi yaitu mengalikan nilai tambah pada tahun dasar dengan indeks
produksi sebagai ekstrapolator.
c. Deflasi yaitu membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku masing-masing
tahun dengan indeks harga sebagai deflator.
d. Deflasi berganda,yang dideflasi adalah output dan biaya antara, sedangkan
nilai tambahnya diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil
deflasi tersebut.
23
III. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah seluruh kompenen sektoral
yang termasuk dalam perhitungan PDRBdi Kabupaten Aceh Barat dari tahun
2003-2011yang diambil berdasarkan harga konstan.
3.2 Data Penelitan.
3.3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Aceh Barat dari tahun
2003-2011.Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)Kabupaten
Aceh Barat.
3.2.2 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teori yang
kemudian digunakan sebagai literature penunjang guna mendukung penelitian
yang dilakukan. Data ini dapat diperoleh dari buku-buku sumber yang dapat
dijadikan acuan ataupun dari artikel-artikel yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan diteliti.
24
2. Studi Lapangan (Field Research)
Dalam penelitian lapangan penulis melakukan pengutipan data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian dengan mendatangi langsung instansi-instansi yang
terkait dalam penelitian ini, misalnya Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat
3.3 Metode Analisis Data
Motede analisa data yang digunakan untuk mengetahui kontribusi masing-
masing sektor PDRBdi Kabupaten Aceh Barat adalah metode deskriptid dengan
pendekatan kontribusi.
Analisis kontribusi yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kontribusi yang dapat disumbangkan dari sektor-sektor PDRB
terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat.Rumus yang digunakan
untuk menghitung kontribusi(Budiyuwono 2000, h.160) sebagai berikut:
Pn =𝑄𝑋𝑛
𝑄𝑌𝑛 𝑋 100 %...........................................................................................(1)
Keterangan :
Pn= Kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB (%)
QYn = PDRB total (Jutaan rupiah)
QXn = Sektor-sektor PDRB (Jutaan rupiah)
n = Tahun (periode) tertentu.
Dengan analisis ini kita akan mendapatkan seberapa besar kontribusi dari
masing-masing sektor PDRBterhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat.
25
3.4 Defenisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
Sektor-sektor PDRB adalah sektor perekonomian yang dikelompokkan oleh BPS
kedalam 9 sektor yang terdiri dari, sektor pertanian, sektor pertambangan dan
penggalian, sektor lndustri, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan/
konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Wilayah Administrasi Pemerintahan Kabupaten Aceh Barat
Kabupaten Aceh Barat adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Aceh,
yang secara yuridis formal dibentuk dengan Undang-Undang Darurat RI Nomor 7
Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam
lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan undang-undang
tersebut Kabupaten Aceh Barat dengan ibu kota Meulaboh terdiri dari tiga
wilayah yaitu Meulaboh, Calang, dan Simeulu dengan jumlah Kecamatan
sebanyak 19 ( sembilan belas) kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Kaway
XVI, JohanPahlawan, Seunagan, Kuala, Beutong, Darul Makmur, Samatiga,
Woyla, Sungai Mas, Teunom, Krueng Sabee, Setia Bakti, Sampoi Niet, Jaya,
Simeulu Timur, Simeulu Tengah, Simeulu Barat,Teupah Selatan dan Salang.
Namun pada tahun 1996 terjadi perubahan status administrasi
Pemerintahan Kabupaten Aceh Barat berdasarkan Peraturan Pemerintah RI
Nomor 53 Tahun 1996 tentang Pembentukan Kabupaten Simeulu di Wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Akibat dari pembentukan tersebut wilayah
Kabupaten Aceh Barat hanya meliputi Kecamatan Kaway XVI, Johan Pahlawan,
Seunagan, Kuala, Beutong, Darul Makmur, Samatiga, Woyla, Sungai Mas,
Teunom, Krung Sabee, Setia Bakti, Sampoi Niet, dan Jaya.
Seiring dengan berlakunya otonomi daerah Kabupaten Aceh Barat
dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Nagan Raya, dan Kabupaten Aceh Jaya
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan
27
Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Jaya,
Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh.
Semenjak pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat berkurang lebih dari
separuh wilayahnya, sehingga wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten
Aceh Barat terdiri dari 12 kecamatan, dan 340 desa/kelurahan.
4.2 Geografi dan Topografi Kabupaten Aceh Barat
Sebelum pemekaran wilayah, Kabupaten Aceh Barat mempunyai luas
wilayah 10.0974,04 Km² dan secara astronomi terletak pada 2⁰00’ - 5⁰16’ Lintang
Utara dan 95⁰10’ Bujur Timur, dan merupakan bagian wilayah pantai barat dan
selatan kepulauan Sumatera yang membentang dari barat ke timur mulai dari kaki
gunung Geurutee (perbatasan dengan Aceh Besar sampai kesisi Krueng
Seumayam (perbatasan dengan Aceh Selatan) dengan garis pantai sejauh 250 Km.
Setelah pemekaran wilayah letak geografis Kabupaten Aceh Barat secara
astronomi terletak pada 04⁰06’ - 04⁰47’ Lintang Utara dan 95⁰52’ - 96⁰30’ Bujur
Timur dengan luas wilayah 2.927,95 Km² dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan
Kabupaten Pidie.
b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kabupaten
Nagan Raya.
c. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan
Kabupaten Nagan Raya.
d. Sebelah Barat : berbatasan dengan Samudra Indonesia.
28
Secara topografis, sebagian besar desa-desa yang ada di Kabupaten Aceh Barat
merupakan wilayah dataran yaitu 233 desa (72,59%). Sisanya merupakan wilayah
pantai, lembah dan lereng.
4.3 Perekonomian Kabupaten Aceh Barat
Perekonomian Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2002-2010 relatif tidak
mengalami perubahan. Sektor pertanian tetap menjadi sektor utama yang
mendorong pertumbuhan perekonomian Kabupaten Aceh Barat. Disamping sektor
pertanian, sektor lainnya yang memberikan sumbangan terbesar bagi pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Aceh Barat adalah sektor perdagangan, hotel dan
restoran, dan sektor jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian di
Kabupaten Aceh Barat didukung oleh 3 (tiga) sektor utama yaitu sektor pertanian
sebagai sektor terbesar pertama, kemudian di ikuti oleh sektor perdagangan, hotel,
dan restoran sebagai sektor terbesar kedua, dan sektor jasa-jasa sebagai sektor
terbesar yang ketiga dalam menopong perekonomian Kabupaten Aceh Barat.
Perkembangan perekonomian Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat dari
perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB dipandang
sebagai indikator yang sangat penting serta memiliki banyak menfaat karena dapat
mengambarkan tingkat kemajuan dan perkembangan ekonomi, keunggulan, dan
kelemahan yang terdapat pada berbagai sektor dalam struktur perekonomian.
Kondisi ini dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 1 dibawah ini.
29
Tabel 2
Perkembangan PDRB Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2011
Atas Dasar Harga Konstan (Rp. 000,-)
N
o Sektor
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstri
busi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
PDRB
(Rp)
Konstr
ibusi
(%)
1 Pertanian 308.644,37 33,26 346.153,09 34,21 247.927,24 28,21 265.107,87 27,76 267.896,62 24,77 282.966,56 24,80 312.295,53 25,96 354.491,87 28,01 358.856,00 27,09
2 Pertambangan dan
penggalian 4.825,51 0,52 5.177,12 0,51 3.463,96 0,39 5.157,86 0,54 5.371,43 0,50 5.465,41 0,48 5.453,03 0,45 5.469,60 0,43 5.889,00 0,44
3 Industri pengolahan 18.652,68 2,01 18.652,68 1,84 14.614,16 1,66 16.107,99 1,69 16.808,50 1,55 17.651,57 1,55 19.601,04 1,63 23.104,97 1,83 23.594,00 1,78
4 Listrik dan air
minum 1.984,13 0,21 2.086,81 0,21 2.065,82 0,24 2.313,34 0,24 2.712,92 0,25 3.158,22 0,28 3.738,41 0,31 3.994,92 0,32 4.651,00 0,35
5 Bangunan/kontruksi 119.147,22 12,84 124.561,89 12,31 73.890,29 8,41 101.678,32 10,65 126.815,20 11,72 133.037,02 11,66 128.918,12 10,72 119.518,62 9,45 143.908,00 10,86
6 Perdagangan, Hotel
dan Restoran 205.838,52 22,18 215.428,31 21,29 234.424,04 26,67 259.249,96 27,15 306.492,86 28,33 322.512,64 28,27 326.739,15 27,17 331.217,04 26,18 352.062,00 26,57
7 Pengangkutan dan
komunikasi 69.767,67 7,52 71.200,56 7,04 73.276,25 8,34 76.477,94 8,01 79.165,69 7,32 81.709,17 7,16 84.423,15 7,02 88.221,82 6,97 90.208,00 6,81
8 Keuangan,persewaan dan jasa perushaan
14.372,46 1,55 15.028,58 1,49 15.265,73 1,74 12.896,89 1,35 18.261,47 1,69 18.917,33 1,66 19.595,14 1,63 20.297,33 1,60 22.358,00 1,69
9 Jasa-jasa 184.712,99 19,91 213.691,58 21,12 213.973,20 24,35 216.004,07 22,62 258.224,94 23,87 275.399,43 24,14 302.005,87 25,11 319.060,58 25,21 323.369,00 24,41
PDRB Konstan 927.945,55
1.011.980,61
878.891,70
954.906,27
1.081.722,63
1.140.817,36
1.202.769,24
1.265.376,75
1.324.895,00
30
Gambar 1
Konstribusi PDRB Kabupaten Aceh Barat Tahun 2003-2011
Atas Dasar Harga Konstan
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pertanian
Pertambangan dan penggalian
Industri pengolahan
Listrik dan air minum
Bangunan/kontruksi
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan komunikasi
Keuangan,persewaan dan jasa perushaan
Jasa-jasa
31
Pada tahun 2003 PDRB Kabupaten Aceh Barat sebesar 927.945,55 jutaan
rupiah, mengalami peningkatan pada tahun 2004 mencapai 1.011.980,61 jutaan
rupiah. Peningkatan ini terjadi karena peningkatan kontribusi sektor pertanian,
sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Pada tahun 2004
sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar pertama dalam pembentukan
PDRB di Kabupaten Aceh Barat sebesar 34,21%, sedangkan sektor perdagangan
memberikan kontribusi sebesar21,29%, dan untuk sektor jasa-jasa memberikan
kontribusi sebesar 21,12%.
Pada tahun 2005 PDRB Kabupaten Aceh Barat mengalami penurunan
pada tahun 2005 menjadi 878.891,70 jutaan rupiahjika dibandingkan pada tahun
2004. Penurunan PDRB di Aceh Barat pada tahun 2005 tidak terlepas dari
bencana gempa dan tsunami yang menimpa Kabupaten Aceh Barat pada tanggal
26 Desember 2004. Akibat bencana tersebut sektor pertanian sebagai sektor
terbesar pertama kontribusinya mengalami penurunan menjadi28,21% jika
disbanding pada tahun-tahun sebelumnya.
Selama periode tahun 2006-2011 seperti yang diperlihatkan pada tabel
diatas, perekonomian Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Pada tahun 2006 PDRB Kabupaten Aceh Barat sebesar 954.906,27
jutaan rupiah, dan terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2011
mencapai 1.324.895 jutaan rupiah. Peningkatan PDRB Kabupaten Aceh Barat
selama periode tahun2006-2011 ditentukan oleh tiga sektor utama yaitu : sektor
pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Pada tahun
2011, kontibusi sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar27,09%
dibanding pada tahun 2007 hanya sebesar 24,77%. Sedangkan sektor
32
perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa-jasa pada tahun
2011kontribusinya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 26,57%, dan
24,41%.
4.4 Hasil Analisis Kontribusi
Berdasarkan perhitungan analisis kontribusi dari setiap sektor PDRB
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Kontribusi sektor pertanian
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat seperti
yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3
kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kab Aceh Barat Tahun
2003 – 2011
Tahun
Sektor Pertanian
(QXn)
(jutaan rupiah)
PDRB total
(Qyn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x
100%
2003 308.644,37 927.463,73 0,3328 33,28
2004 346.153,09 1.011.980,61 0,3421 34,21
2005 247.927,24 878.891,70 0,2821 28,21
2006 265.107,87 954.906,27 0,2776 27,76
2007 267.896,62 1.081.722,63 0,2477 24,77
2008 282.966,56 1.140.817,36 0,2480 24,80
2009 312.295,53 1.202.769,24 0,2596 25,96
2010 354.491,87 1.265.376,75 0,2801 28,01
2011 358.856,00 1.324.895,00 0,2709 27,09
Jumlah 254,09
Rata-rata 28,23 Sumber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
33
Dari tabel 3 diatas, terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat terus mengalami penurunan dari
tahun 2003-2007. Pada tahun 2003 kontribusi yang diberikan oleh sektor
pertanian terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat hanya sebesar
33,28%, dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2007 menjadi 24,77%.
Penurunan ini terjadi karena sebagian besar dari hasil perkebunan dan pertanian
di Kabupaten Aceh Barat setelah pemekaran wilayah mengalami penurunan
karena daerah-daerah yang memproduksi tananaman tersebut telah terpecah
menjadi wilayah kabupaten baru, sehingga hasil dari sektor pertanian di Aceh
Barat terpecah kedalam skala yang lebih kecil.
Namun sejak tahun 2008-2011, kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan jika
dibanding dengan tahun 2007. Pada tahun 2008 kontribusi yang diberikan sektor
pertanian meningkat sebesar 24,80% dan terus mengalami peningkatan sampai
tahun 2011 mencapai 27,09%. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah Kabupaten
Aceh Barat terus berupaya untuk meningkat penerimaan daerah dengan
mengembangkan sektor pertanian dan juga kelautan. Pengembangan tersebut
ditempuh dengan cara membuka lahan-lahan baru dan memberikan bantuan bibit
kepada masyarakat.
2. Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor pertambangan dan penggalian terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten
Aceh Barat seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
34
Tabel 4
Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap pembentukan PDRBKab
Aceh BaratTahun 2003 – 2011
Tahun
Sektor
Pertambangan dan
penggalian (QXn)
(jutaan rupiah)
PDRB total
(Qyn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 4.825,51 927.463,73 0,0052 0,52
2004 5.177,12 1.011.980,61 0,0051 0,51
2005 3.463,96 878.891,70 0,0039 0,39
2006 5.157,86 954.906,27 0,0054 0,54
2007 5.371,43 1.081.722,63 0,0050 0,50
2008 5.465,41 1.140.817,36 0,0048 0,48
2009 5.453,03 1.202.769,24 0,0045 0,45
2010 5.469,60 1.265.376,75 0,0043 0,43
2011 5.889,00 1.324.895,00 0,0044 0,44
Jumlah 4,27
Rata-rata 0,47 Sumber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
Dari tabel 4 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor pertambangan dan
penggalian pada tahun 2003-2011 terhadap pembentukan PDRB masih sangat
kecil. Kontribusi terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 0,39%. Hal ini terjadi
karena banyak bangunan yang hancur akibat bencana gempa dan tsunami. Pada
saat kegiatan rehabilatasi dan rekontruksi dilakukan di Kabupaten Aceh Barat,
kontribusi sektor pertambangan dan penggalian mengalami peningkatan. Pada
tahun 2006, kontribusi sektor pertambangan dan penggalian meningkat menjadi
0,54%. Namun setelah berakhir rehabilitasi dan rekrontruksi, kontribusi yang
diberikan sektor pertambangan dan penggalian terhadap pembentukan PDRB
mengalami penurunan. Pada tahun 2009 kontribusinya sebesar 0,45%, menurun
menjadi 0,44% pada tahun 2011. Penurunan ini terjadi karena melambatnya sektor
35
kontruksi seiring makin berkurannya pembangunan rehabilitasi dan rekontruksi
pasca gempa dan tsunami.
3. Kontribui sektor industri pengolahan
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor industri pengolahan terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh
Barat . Hasil perhitungan kontribusi sektor industri pengolahan diperlihatkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 5
Kontribusi Sektor Industri Pengolahan terhadap Pembentukan PDRB Kab Aceh
Barat Tahun 2003 – 2011
Tahun
Sektor industri
pengolahan(QXn
) (jutaan rupiah)
PDRB total
(QYn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 18.652,68 927.463,73 0,0201 2,01
2004 18.652,68 1.011.980,61 0,0184 1,84
2005 14.614,16 878.891,70 0,0166 1,66
2006 16.107,99 954.906,27 0,0169 1,69
2007 16.808,50 1.081.722,63 0,0155 1,55
2008 17.651,57 1.140.817,36 0,0155 1,55
2009 19.601,04 1.202.769,24 0,0163 1,63
2010 23.104,97 1.265.376,75 0,0183 1,83
2011 23.594,00 1.324.895,00 0,0178 1,78
Jumlah 15,54
Rata-rata 1,73 Sumber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
Dari tabel 5 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor industri pengolahan
terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2003-2008
memperlihatkan kecenderungan yang menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2003,
kontribusi sektor ini sebesar 2,01%, menurun menjadi 1,55% pada tahun 2008.
36
Hal ini terjadi karena pemekaran wilayah dan pembentukan kabupaten baru
menyebabkan pengelolaan sektor industri pengolahan terpecah kedalam skala
yang lebih kecil, sehingga sektor ini mengalami penurunan. Namun pada tahun
2009-2010, kontribusi sektor industri pengolahan mengalami peningkatan. Pada
tahun 2009 kontribusinya sebesar 1,63%, dan meningkat menjadi 1,78% pada
tahun 2011. Peningkatan ini terjadi karena semakin membaiknya pengelolaan
sektor industri pengolahan yang dilakukan oleh pemerintah.
4. Kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor listrik, gas dan air bersih terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh
Barat seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 6
Kontribusi Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih terhadap Pembentukan PDRB
Kab Aceh Barat Tahun 2003 – 2011
Tahun
Sektor listrik, gas
dan air bersih
(QXn) (jutaan
rupiah)
PDRB total
(QYn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 1.984,13 927.463,73 0,0021 0,21
2004 2.086,81 1.011.980,61 0,0021 0,21
2005 2.065,82 878.891,70 0,0024 0,24
2006 2.313,34 954.906,27 0,0024 0,24
2007 2.712,92 1.081.722,63 0,0025 0,25
2008 3.158,22 1.140.817,36 0,0028 0,28
2009 3.738,41 1.202.769,24 0,0031 0,31
2010 3.994,92 1.265.376,75 0,0032 0,32
2011 4.651,00 1.324.895,00 0,0035 0,35
Jumlah 2,40
Rata-rata 0,27 Sumber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
37
Dari tabel 6 terlihat, kontribusi yang diberikan oleh sektor listrik, gas dan
air bersih terhadap pemebntukan PDRB Kabupaten Aceh Barat pada tahun
2003-2011 semakin meningkat tiap tahunnya. Peningkatan ini terjadi karena
semakin banyak pemasangan listrik baru untuk rumah bantuan bagi para korban
gempa dan tsunami, dan juga penambahan daya yang dilakukan oleh masyarakat.
5. Kontribusi sektor bangunan
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor bangunan terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten Aceh Barat seperti
yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 7
Kontribusi Sektor Bangunan terhadap Pembentukan PDRB Kab Aceh Barat
Tahun 2003 – 2011
Tahun
Sektor
bangunan(QXn)
(jutaan rupiah)
PDRB total
(QYn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 119.147,22 927.463,73 0,1285 12,85
2004 124.561,89 1.011.980,61 0,1231 12,31
2005 73.890,29 878.891,70 0,0841 8,41
2006 101.678,32 954.906,27 0,1065 10,65
2007 126.815,20 1.081.722,63 0,1172 11,72
2008 133.037,02 1.140.817,36 0,1166 11,66
2009 128.918,12 1.202.769,24 0,1072 10,72
2010 119.518,62 1.265.376,75 0,0945 9,45
2011 143.908,00 1.324.895,00 0,1086 10,86
Jumlah 98,62
Rata-rata 10,96 Surmber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
Dari tabel 7 terlihat bahwa kontribusi yang diberikan sektor bangunan
terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat memperlihat kecenderungan
38
yang menurun. Pada tahun 2008 kontribusi sektor ini sebesar 11,72%, menurun
menjadi 910,86% di tahun 2011. Penurunan ini terjadi karena berakhirnya masa
rehabilitasi dan rekontruksi di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2009 yang lalu.
6. Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap pembentukan PDRB di
Kabupaten Aceh Barat seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 8
Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap pembentukan
PDRB Kab Aceh Barat tahun 2003 – 2011
Tahun
Sektor
perdangangan,
hotel, & rest
(QXn) (jutaan
rupiah)
PDRB total
(QYn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 205.838,52 927.463,73 0,2219 22,19
2004 215.428,31 1.011.980,61 0,2129 21,29
2005 234.424,04 878.891,70 0,2667 26,67
2006 259.249,96 954.906,27 0,2715 27,15
2007 306.492,86 1.081.722,63 0,2833 28,33
2008 322.512,64 1.140.817,36 0,2827 28,27
2009 326.739,15 1.202.769,24 0,2717 27,17
2010 331.217,04 1.265.376,75 0,2618 26,18
2011 352.062,00 1.324.895,00 0,2657 26,57
Jumlah 233,82
Rata-rata 25,98 Surmber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
Dari tabel 8 terlihat,kontribusi yang diberikan sektor industri
perdangangan, hotel dan restoran terhadap pembentukan PDRB pada tahun
2003-2007 memperlihatkan kecenderungan yang meningkat setiap tahunnya. Pada
39
tahun 2003, kontribusi sektor ini sebesar 22,19%, meningkat menjadi 28,33%
pada tahun 2007. Hal ini terjadi karena peningkatan pada subsektor perdangangan,
dan hotel. Namun pada tahun 2008 s/d 2010, kontribusi sektor perdagangan, hotel
dan restoran mengalami penurunan. Pata tahun 2008 kontribusinya sebesar
28,27%, dan menurun menjadi 26,18% pada tahun 2010. Penurunan ini terjadi
karena menurunnya subsektor hotel yang disebabkan semakin berkurang julah
tamu yag menginap di hotel. Pada tahun 2011, kontribusi yang diberikan oleh
sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan sebesar 26,57%.
Hal ini terjadi karena peningkatan pada subsektor perdagangan, hotel dan
restoran.
7. Kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap pembentukan PDRB di Kabupaten
Aceh Barat seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
40
Tabel 9
Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terhadap pembentukan PDRB
Kab Aceh Barat Tahun 2003 – 2011
Tahun
Sektor
pengangkutan &
komunikasi (QXn)
(jutaan rupiah)
PDRB total
(QYn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 69.767,67 927.463,73 0,0752 7,52
2004 71.200,56 1.011.980,61 0,0704 7,04
2005 73.276,25 878.891,70 0,0834 8,34
2006 76.477,94 954.906,27 0,0801 8,01
2007 79.165,69 1.081.722,63 0,0732 7,32
2008 81.709,17 1.140.817,36 0,0716 7,16
2009 84.423,15 1.202.769,24 0,0702 7,02
2010 88.221,82 1.265.376,75 0,0697 6,97
2011 90.208,00 1.324.895,00 0,0681 6,81
Jumlah 66,19
Rata-rata 7,35 Surmber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
Dari tabel9 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor pengangkutan dan
komunikasi terhadap pembentukan PDRB memperlihatkan kecenderungan yang
menurun setiap tahunnya. Pada tahun 2009, kontribusi sektor ini sebesar 7,02%,
menurun menjadi 6,81% pada tahun 2011. Hal ini terjadi karena semakin
berkurangnya masyarakat yang menggunakan sarana transpotasi seperti mobil
pengangkutan dikarena semakin membaiknya kondisi jalan sehingga masyarakat
lebih banyak menggunakan kenderaan pribadi.
8. Kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap pembentukan PDRB di
Kabupaten Aceh Barat seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
41
Tabel 10
Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan terhadap
Pembentukan PDRB KabAceh BaratTahun 2003 – 2011
Tahun
Sektor keuangan,
persewaan, &js
prsh (QXn)
(jutaan rupiah)
PDRB total
(QYn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 14.372,46 927.463,73 0,0155 1,55
2004 15.028,58 1.011.980,61 0,0149 1,49
2005 15.265,73 878.891,70 0,0174 1,74
2006 12.896,89 954.906,27 0,0135 1,35
2007 18.261,47 1.081.722,63 0,0169 1,69
2008 18.917,33 1.140.817,36 0,0166 1,66
2009 19.595,14 1.202.769,24 0,0163 1,63
2010 20.297,33 1.265.376,75 0,0160 1,60
2011 22.369,00 1.324.895,00 0,0169 1,69
Jumlah 14,39
Rata-rata 1,60 Surmber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
Dari tabel 10 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor keuangan dan jasa-
jasa perusahaan memperlihatkan kecenderungan yang berfluktuasi tiap tahun.
Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 1,74%. Penurunan terendah
terjadi pada tahun 2006 sebesar 1,35%. Penurunan ini terjadi karena banyak
bangunan kantor, rumah penduduk, dan tempat peribadatan belum semua
dibangun kembali pasca bencana gempa dan tsunami. Namun pada tahun 2011
kontribusinya mengalami peningkatan menjadi 1,69%. Hal ini terjadi karena
meningkatnya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.
42
9. Kontribusi sektor jasa-jasa
Dengan menggunakan rumus kontribusi diperoleh besarnya kontribusi dari
sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap pembentukan PDRB di
Kabupaten Aceh Barat seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 11
Kontribusi sektor jasa-jasa terhadap pembentukan PDRB Kab Aceh Barat Tahun
2003 – 2011
Tahun
Sektor Jasa-jasa
(QXn) (jutaan
rupiah)
PDRB total
(QYn)
(jutaan rupiah)
QXn : Qyn Kontribusi
(%)
1 2 3 4 = (2) : (3) 5 = (4) x 100%
2003 184.712,99 927.463,73 0,1992 19,92
2004 213.691,58 1.011.980,61 0,2112 21,12
2005 213.973,20 878.891,70 0,2435 24,35
2006 216.004,07 954.906,27 0,2262 22,62
2007 258.224,94 1.081.722,63 0,2387 23,87
2008 275.399,43 1.140.817,36 0,2414 24,14
2009 302.005,87 1.202.769,24 0,2511 25,11
2010 319.060,58 1.265.376,75 0,2521 25,21
2011 323.369,00 1.324.895,00 0,2441 24,41
Jumlah 210,74
Rata-rata 23,42 Surmber: BPS Kab Aceh Barat (data diolah, Juli 2012)
Dari tabel 11 terlihat, kontribusi yang diberikan sektor keuangan dan jasa-
jasa perusahaan mengalami peningkatan tiap tahunnya.Pada tahun 2008,
kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat sebesar
24,14%. Sedangkan pada tahun 2011 sektor jasa-jasa mengalami peningkatan
mencapai 24,41%. Hal ini ini terjadi karena peningkatan subsektor pemerintahan
umum yang berasal dari semakin meningkatnya pelayanan pendidikan dan
kesehatan.
43
4.5 Pembahasan
Dari hasil analisis kontribusiperiode penelitian tahun 2003-2011 terlihat
bahwa kontribusi dari sektor-sektor Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)mengalami perkembangan yang berfluktuatif terhadap pembentukan
PDRB Kabupaten Aceh Barat.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor pertanian menunjukkan bahwa
kontribusi yang diberikansektor pertanian terhadap pembentukkan PDRB total
Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi. Kontribusi paling rendah terjadi pada
tahun 2008sebesar 24,77%, dan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2004
sebesar 34,21%.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian
menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan sektor pertambangan dan
penggalian terhadap pembentukkan PDRB total Kabupaten Aceh Barat
mengalami fluktuasi. Kontribusi paling rendah terjadi pada tahun 2005 sebesar
0,39%, dan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 0,54%.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektorindustry pengolahan menunjukkan
bahwa kontribusi yang diberikan sektorindustry pengolahan terhadap
pembentukkan PDRB total Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi.
Kontribusi paling rendah terjadi pada tahun 2007 sebesar 1,55%, dan kontribusi
tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar 2,01%.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor listrik, gas dan air bersih
menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan sektor listrik, gas dan air bersih
terhadap pembentukkan PDRB total Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi.
44
Kontribusi paling rendah terjadi pada tahun 2003 sebesar 0,21%, dan kontribusi
tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 0,35%.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor bangunan menunjukkan bahwa
kontribusi yang diberikan sektor bangunan terhadap pembentukkan PDRB total
Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi. Kontribusi paling rendah terjadi pada
tahun 2005 sebesar 8,41%, dan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2003
sebesar 12,85%.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran
menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan sektor perdagangan, hotel dan
restoran terhadap pembentukkan PDRB total Kabupaten Aceh Barat mengalami
fluktuasi. Kontribusi paling rendah terjadi pada tahun 2004 sebesar 21,29%, dan
kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 28,33%.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi
menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan sektor pengangkutan dan
komunikasi terhadap pembentukkan PDRB total Kabupaten Aceh Barat
mengalami fluktuasi. Kontribusi paling rendah terjadi pada tahun 2011 sebesar
6,81%, dan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 8,34%.
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan terhadap pembentukkan PDRB total Kabupaten
Aceh Barat mengalami fluktuasi. Kontribusi paling rendah terjadi pada tahun
2006 sebesar 1,35%, dan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar
1,74%.
45
Dari hasil perhitungan kontribusi sektor jasa-jasa menunjukkan bahwa
kontribusi yang diberikan sektor jasa-jasa terhadap pembentukkan PDRB total
Kabupaten Aceh Barat mengalami fluktuasi. Kontribusi paling rendah terjadi pada
tahun 2003 sebesar 19,92%, dan kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2010
sebesar 25,21%.
46
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat, akan tetapi kontribusinya
mengalami penurunan yang berfluktuasi setiap tahun. Kontribusi paling besar
terjadi pada tahun 2004 sebesar 34,21% dan kontribusi paling kecilterjadi pada
tahun 2007 sebesar 24,77% dengan kontribusi rata-rata sebesar 28,23%
pertahun.
2. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi yang kecil dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat dan berfluktuasi dari tahun ke
tahun dengan kontribusi rata-rata sebesar 0,47% pertahun.
3. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi yang semakin menurun
dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat dengan kontribusi rata-rata
sebesar 1,73% pertahun.
4. Sektor listrik, gas dan air minum memberikan kontribusi yang paling kecil
dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat dan semakin meningkat dari
tahun ke tahun, dengan kontribusi rata-rata sebesar 0,27% pertahun.
5. Sektor bangunan memberikan kontribusi yang semakin menurun dalam
pembentukan PDRB dengan kontribusi rata-rata sebesar 10,96% pertahun.
47
6. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor terbesar yang kedua
dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat dan berfluktuasi dari tahun
ke tahun dengan kontribusi rata-rata sebesar 25,98% pertahun.
7. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan kontribusi yang semakin
menurun dalam pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat dengan kontribusi
rata-rata sebesar 7,35% pertahun.
8. Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang kecil dalam
pembentukan PDRB kabupaten Aceh Barat dan berfluktusi dari tahun ke tahun
dengan kontribusi rata-rata sebesar 1,60% pertahun.
9. Sektor jasa-jasa memberikan kontribusi yang semakin meningkat dalam
pembentukkan PDRB Kabupaten Aceh Barat. Kontribusi paling besar terjadi
pada tahun 2010 sebesar 25,21% dan paling kecil terjadi pada tahun 2003
sebesar 19,92% dengan kontribusi rata-rata sebesar 23,42% pertahun.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran-
saran sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan perkonomian daerah Kabupaten Aceh Barat, maka
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebaiknya perlu melakukan pengembangan
terhadap sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pembentukan PDRB Kabupaten Aceh Barat yang dilakukan dengan cara
menarik investor untuk melakukan investasi di Kabupaten Aceh Barat.
2. untuk peningkatan perekonomian daerah Kabupaten Aceh Barat sebaiknya
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat memperbaiki dan meningkatkan
48
fasilitas pelayanan publik yang masih kurang. Peningkatan fasilitas pelayanan
publik ini diharapkan dapat menunjang peningkatan sektor-sektor ekonomi
yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Aceh
Barat.
3. Untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pertanian yang memberikan
kontribusi terbesar pertama dalam pembentukan PDRB, maka sebaiknya
pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat dapat membagikan lahan dan bibit
tanaman kepada masyarakat. Disamping itu pemerintah juga harus mencari
daerah-daerah pemasaran yang dapat menampung hasil pertanian.
49
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Iwan Jaya. 2000. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di
Indonesia. LPFE-UI. Jakarta.
BPS.2006. Produk Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat 2000-2006, BPS
Kabupaten Aceh Barat.
BPS, 2010.Produk Regional Bruto Kabupaten Aceh Barat 2006-2010,
BPSKabupaten Aceh Barat.
BPS, 2011. Aceh Barat Dalam Angka 2011, BPS. Kabupaten Aceh Barat.
Boediono. 2001. Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta.
Budiyuwono, Nugroho. 2000. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan.
UPP-AMP YKPN. Yogyakarta.
Jhingan, M.L. 2004. EkonomiPembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Rahardja, Manurung, 2006. Teoeri Ekonomi Makro, Fakultas ekonomi universitas
Indonesia, Jakarta.
Ridwan. 2004. Analisis Sektor-Sektor Ekonomi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Kota Makasar. STIE Nobel Indonesia. Makasar.
Sukirno, Sardono. Makroe Ekonomi Teori Pengantar.Edisi 3. PT Grafindo
Persada. Jakarta.
Tadoro, M. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara,
Jakarta.
Tarigan, Robinson. 2009. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi
Aksara,Jakarta.
Wilkipedia.diakses tanggal 1/1/2012
http;// staff.ui.ac.id; diakses tanggal 5/5/2011.