1
ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP,
DAN PRAKTIK GIZI IBU RUMAH TANGGA DENGAN
PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH
KABUPATEN BOGOR
WIDYA ASTUTI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Ibu Rumah Tangga dengan Penggunaan
Garam Beriodium di Wilayah Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Widya Astuti
NIM I14120130
3
ABSTRAK
WIDYA ASTUTI. Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Paktik Gizi Ibu
Rumah Tangga dengan Penggunaan Garam Beriodium di Wilayah Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH dan KARINA RAHMADIA E.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisi hubungan pengetahuan, sikap,
dan praktik ibu rumah tangga dengan penggunaan garam beriodium di wilayah
Kabupaten Bogor. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.
Subjek berasal dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Jumlah subjek
yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 168 ibu rumah tangga. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Februari- Mei 2016. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara dengan subjek dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan
uji korelasi Pearson tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan
penggunaan garam (p>0.05). Begitupun dengan uji korelasi antara sikap gizi
dengan penggunaan garam tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05).
Hasil uji korelasi antara praktik gizi dengan penggunaan garam menunjukan
adanya hubungan yang signifikan (p<0.05).
Kata kunci: iodium, pengetahuan, penggunaan, praktik, sikap.
ABSTRACT
WIDYA ASTUTI. Analysis of Correlation Between Knowledge, Attitudes, and
Practices of Nutrition among Housewives with Use of Iodize Salt in Bogor
Distric. Supervised by SITI MADANIJAH and KARINA RAHMADIA E.
The research was aimed to analyze the correlation between the knowledge,
attitudes and practises of nutrition amoung housewives with the use of iodized
salt.. Research design was cross-sectional. Subject come from 7 sub district in
Bogor District. Number of subjects were 168 housewives. The research was
conducted from February to May 2016. The data which is used in this research is
primer data. The data was taken by spreading questionnaire. The Pearson
correlation test showed no significant correlation between nutrition knowledge
with the use of salt (p>0.05). Furthermore, the Pearson correlation test showed no
significant correlation between nutrition attitude with the use of salt (p>0.05).
There was significant correlation between nutrition practice with the use of salt
(p<0.05).
Keyword : attitude, iodine, knowledge, practice, use.
4
ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP,
DAN PRAKTIK GIZI IBU RUMAH TANGGA DENGAN
PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH
KABUPATEN BOGOR
WIDYA ASTUTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
6
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
shingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan bulan Februari-Mei 2016 ini adalah penggunaan garam beriodium,
dengan judul Analisis Pengetahuan, Sikap, dan Paktik Gizi Ibu Rumah Tangga
dengan Penggunaan Garam Beriodium di Kabupaten Bogor. Penulis
mengucapkan terimaksih kepada:
1. Prof. Dr.Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pembimbing skripsi, yang
telah memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan sejak awal
penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. dr. Karina Rahmadia E, M.Sc selaku dosen pembimbing akadamemik
dan pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, bimbingan,
dan arahan sejak awal perkuliahan di Departemen Gizi Masyarakat
hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu seminar dan
penguji atas saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi.
4. Ibu Leily Amalia Furkon, S.TP., M.Si selalu ketua penelitian Promosi
Gizi Untuk Meningkatkan Status Iodium Anak di Daerah Endemik
GAKI di Wilayah Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan
untuk bergabung dengan tim penelitian.
5. Mamah (Siti Aisyah, SH), Ayah (Aan Nugraha, SH, M.M), Adik
(Windy Maudy Atiyah) atas motivasi, dukungan, doa dan kasih sayang
yang diberikan untuk peneliti.
6. Wiwit, Nuzul, Lucky, Puspitasari, Delita, Putri, dan Hardiansyah, teman
seperjuangan selama penelitian yang selalu memberikan dukungan, dan
semangat kepada penulis.
7. Dinda, Pinon, dan Ica sahabat yang selalu menghibur, memberikan
saran dan motivasi untuk penulis.
8. Diva, Rafika, Dipto, Adit dan Astari sahabat sedari TPB selalu
memberikan semangat dan saran untuk penulis.
9. Andi, Agus, Dwikani, Yolandina, Anis dan semua teman-teman
Program Studi Ilmu Gizi Angkatan 49 yang selalu mendukung penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Widya Astuti
7
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 3
Manfaat 3
KERANGKA PEMIKIRAN 3
METODE 5
Desain, Tempat, dan Waktu 5
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengolahan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 6
Definisi Operasional 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Karakteristik Subjek 8
Penggunaan dan Penyimpanan Garam 9
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi 12
Hubungan Antar Variabel 16
SIMPULAN DAN SARAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LAMPIRAN 21
DAFTAR TABEL
1. Jenis dan cara pengumpulan data primer 6
2. Sebaran subjek berdasarkan karakteristik 8
3. Sebaran subjek berdasarkan jenis wadah penyimpanan garam 9
4. Sebaran subjek berdasarkan cara penyimpanan garam 10
5. Sebaran subjek berdasarkan lokasi penyimpanan garam 10
6. Sebaran subjek berdasarkan waktu penyimpanan garam 11
7. Sebaran subjek berdasarkan penambahan garam 11
8. Sebaran subjek berdasarkan ketersediaan garam di meja 12
9. Sebaran subjek berdasarkan penggunaan dan penyimpanan garam 12
10. Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 12
11. Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang
pengetahuan gizi
13
12. Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi 13
13. Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang
sikap gizi
14
14. Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi 15
15. Sebaran Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang
praktik gizi
15
16. Sebaran subjek berdasarkan pengetahuan gizi dan penggunaan
garam
16
17. Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi dan penggunaan garam 17
18. Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi dan penggunaan garam 17
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pemikiran analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan
praktik gizi
4
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner penelitian 22
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Iodium merupakan zat gizi mikro yang harus tersedia didalam tubuh yang
berfungsi sebagai pembentuk hormon tiroid dan berguna untuk proses
metabolisme di dalam tubuh. Menurut Djarot dan Setiowati (2010) dalam
penelitiannya menyatakan konsumsi iodium pada garam mempengaruhi status
iodium dan kejadian GAKI di masyarakat. Jika kadar KIO3 dalam garam yang
dikonsumsi memenuhi standar SNI yaitu 30-80 ppm, maka status iodium individu
akan tergolong cukup.
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu
masalah gizi di Indonesia. Diketahui GAKI mempunyai ikatan erat dengan
gangguan perkembangan mental dan kecerdasan. Menurut WHO dan UNICEF,
sekitar satu juta penduduk di negara berkembang berisiko kekurangan iodium.
Skala global GAKI merupakan masalah di 118 negara yang diderita oleh 1,5
juta orang. Sebanyak 12% diantaranya menderita gondok, 11,2 juta mengalami
kretin dan lebih dari 43 juta jiwa menderita gangguan mental dengan berbagai
tingkatan. Hasil survei prevalensi dan pemetaan GAKI tahun 2003 menunjukkan
bahwa secara nasional prevalensi TGR (total goiter rate) ialah sebesar 11.1%
(RAN GAKY 2004). Prevalensi GAKI di provinsi Jawa Barat tahun 2009 ialah
sebesar 7% dari seluruh jumlah penduduk. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat sekitar 2.9 juta orang di Provinsi Jawa Barat menderita GAKI. Secara
umum GAKI masih dianggap sebagai masalah kesehatan karena prevalensinya
masih lebih dari 5% (Depkes 2005). Defisiensi iodium merupakan salah satu masalah gizi kurang yang masih
dihadapi oleh Pemerintah Indonesia. Defisiensi gizi ini dapat diderita orang pada
setiap tahap kehidupan, mulai dari masa prenatal sampai dengan lansia. Akibat
dari defisiensi iodium saat ini tidak hanya pembesaran kelenjar tiroid atau yang
dikenal dengan gondok. Akan tetapi berpengaruh terhadap kualitas dari
sumberdaya manusia mulai dari keguguran, lahir mati, cacat bawaan,kretinisme,
hipotiroid hingga tumbuh kembang termasuk perkembangan otak sehingga terjadi
penurunan potensi tingkat kecerdasan (Intelligence Quotien = IQ). Akibat luasnya
defisiensi iodium, kemudian dikenal dengan Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI) (Djokomoeljanto 2009).
Penduduk yang tinggal di daerah rawan GAKI berisiko kehilangan IQ
sebesar 13,5 point. Jika jumlah penduduk Indonesia 200 juta, berarti akan terjadi
defisit tingkat kecerdasan sebesar 2 milyar IQ point pada penduduk Indonesia. Hal
ini sangat mempengarui upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia
(Almatsier 2004). Kekurangan iodium pada ibu hamil dapat menyebabkan
abortus, bayi lahir mati, kelainan bawaan pada bayi yang akan dilahirkan,
meningkatkan angka kematian parental, serta akan melahirkan bayi kretin dengan
retardasi mental, pendek, muka dan tngan sembab serta terkadi kelianan otot.
Dampak lain GAKI lainnya yaitu hipertiroid, jika pada ibu hamil akan
mengakibatkan bayi yang dikandung akan lahir hipertiroidisme neonatal, berat
lahir rendah dan kemungkinan mengalami cacat bawaan.
2
Solusi dari masalah GAKI ini adalah dengan diadakannya fortifikasi
iodium pada garam dan terigu. Gagasan awal dilakukannya fortifikasi pada garam
sudah menjadi wacana sejak tahun 1970-an. Dengan advokasi dari UNICEF,
perhatian pertama diarahkan untuk mengatasi kekurangan iodium dengan
fortifikasi garam yang dikenal dengan yodisasi garam. Tahun 2003 diadakan
evaluasi pelaksanaan wajib yodisasi garam. Hasil menunjukkan kemajuan yang
nyata. Ditahun 1980-an hanya 30% rumah tangga menggunakan garam
beriodium, pada tahun 2003 meningkat menjadi 64%. Data terakhir menujukan
pada tahun 2006 meningkat kembali menjadi 78% dengan catatan masih ada 30%
kabupaten dengan konsumsi garam beriodium dibawah 50% (Soekiman 2011).
Presentase rumah tangga menggunakan garam beriodium di Provinsi Jawa
Barat baru 68,6%. Pencapaian ini masih jauh dari target nasional yaitu minimal
90% rumah tangga menggunakan garam cukup iodium. Hal tersebut juga terjadi
di Kabupaten Bogor, baru 62,1% rumah tangga mempunyai garam cukup iodium
(Riskesdas 2013). Rendahnya pencapaian konsumsi garam beriodium di
Kabupaten Bogor dapat disebabkan ibu rumah tangga yang tidak menggunakan
garam beriodium. Berdasarkan penelitan Wariyanto 2013 dalam Prawini (2013)
ada kaitannya antara ibu rumah tangga dengan konsumsi garam beriodium, hasil
penelitian menyatakan intervensi yang terbaik dilaksanakan untuk meningkatkan
konsumsi garam beriodium adalah dengan cara peningkatan peran ibu rumah
tangga dalam pendekatan keluarga.
Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam Prawini (2013), perilaku
seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pendukung, faktor
predisposisi, dan faktor pendorong. Faktor predisposisi yang dimaksud adalah
faktor yang mempermudah terjadinya perilaku seseorang seperti pengetahuan,
sikap, keyakinan, kepercayaan, tradisi, nilai-nilai dan unsur-unsur lain. Menurut
Setiani (2010) ada hubungan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang GAKI
dengan cara menyimpan dan menggunakan garam. Penggunaan garam beriodium
merupakan salah satu altenatif bagi pencegahan dan penaggulangan GAKI.
Kualitas garam beriodium dipengaruhi oleh cara penyimpanan dan cara
penggunaan selama proses pemasakan. Penyimpanan dan penggunaan garam
beriodium yang tidak benar akan mengurangi dan merusak kadar iodium
(Arisman 2009).
Pengetahuan tentang gizi dapat menentukan pemilihan makan, apabila
pengetahuan seseorang rendah maka akan menyebabkan pemilihan makanan yang
salah. Bertambahnya pengetahuan mengenai gizi, maka seseorang akan
berkemampuan untuk menerapkan informasi yang didapatkan dalam kehidupan
sehari-hari (Wardani 2009). Pengetahuan merupakan tahapan awal untuk
mengetahui suatu keputusan, dimana pada akhirnya seseorang akan melakukan
atau tidak seperti pengetahuan yang telah dimilikinya. Semakin bertambah
pengetahuan seseorang maka diharapkan status gizinya juga akan menjadi lebih
baik. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terkait hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek ibu rumah tangga dengan
penggunaan garam beriodium di wilayah Kabupaten Bogor.
3
Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan,
sikap, dan praktik gizi dengan penggunaan garam beriodium di Kabupaten Bogor.
Tujuan Khusus
Tujuan Khusus penelitian ini sebagai berikut :
1. Menganalisis pengetahuan ibu rumah tangga.
2. Menganalisis sikap ibu rumah tangga.
3. Menganalisis praktik ibu rumah tangga.
4. Menganalisis status pendidikan dan status ekonomi keluarga.
5. Menganalisis cara penggunaan dan penyimpanan garam beriodium.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tingkat pengetahuan, sikap,
dan praktik gizi masyarakat mengenai penggunaan garam beriodium. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat untuk lebih
memahami pentingnya penggunaan garam beriodium. Bagi pembaca, penelitian
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai garam beriodium serta
berguna bagi literartur penelitian.
KERANGKA PEMIKIRAN
Pengertian tentang defisiensi iodium saat ini tidak terbatas pada gondok
dan kreatinisme, tetapi defisiensi iodium saat ini berpengaruh terhadap kualitas
sumberdaya manusia secara luas, meliputi tumbuh kembang, termasuk
perkembangan otak. Defisiensi iodium dinyatakan sebagai gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKI) yang menunjukkan luasnya pengaruh defisiensi
iodium tersebut. Hingga saat ini gangguan akibat kekurangan iodium terdapat luas
diseluruh dunia termasuk di Indonesia, dan penanggulangannya merupakan
prioritas dari WHO (Almatsier 2004).
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan keadaan
dimana tubuh kekurangan iodium dalam jangka waktu yang lama dan
memilikidampak negatif pada manusia dari masa dalam kandungan hingga
dewasa. Masalah defisiensi iodium paling besar terjadi pada daerah dataran tinggi
karena umumnya kadar iodium dalam tanah pada area tersebut rendah, sedangkan
masyarakat di daerah pegunungan sangat bergantung pada bahan makanan yang
tumbuh di daerah tersebut (Trioyono dan Gunanti 2004). Ketersediaan iodium
dalam suatu wilayah dapat berpengaruh terhadap konsumsi iodium dan status
4
iodium individu di suatu wilayah tersebut. Terdapat beberapa faktor resiko
terjadinya GAKI yaitu daerah tempat tinggal yang mengandung rendah iodium,
pengetahuan ibu mengenai jenis garam beriodium, sumber makanan kaya iodium,
kadar iodium dalam garam, penanganan dan perlakuan garam, dan konsumsi
makanan zat goitrogenik.
Pengetahuan ibu yang rendah mengenai garam beriodium dan makanan
sumber iodium dapat mempengaruhi perilaku pemilihan garam yang dikonsumsi
sehingga dapat mempengaruhi status iodium. Menurut Standar Nasional Indonesia
(SNI), standar dari kadar iodium yang terkandung didalam garam adalah 30-80
ppm. Garam yang tidak mengandung standar iodium sesuai dengan SNI akan
meningkatkan prevalensi GAKI. Hal lain yang dapat menyebabkan kekurangan
iodium adalah perilaku penggunaan dan penyimpanan garam. Menurut Soetrisno
et al (1985) menyatakan garam beriodium yang disimpan lebih dari 9 bulan akan
mengalami kehilangan iodium sebesar 21%.
Kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar 1 :
Keterangan
: variabel yang diteliti
: hubungan yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik
gizi
Faktor yang berhubungan
penggunaan garam
beriodium :
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Praktik
Penggunaan dan penyimpanan
garam:
1. Cara pencampuran
garam pada saat
memasak
2. Cara penyimpanan
garam
Karakteristik contoh :
1. Identitas 4. Pekerjaan
2. Umur 5. Pendapatan
3. Pendidikan
Kebiasaan
Makan
Status Iodium
5
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Data yang dikumpulkan adalah data primer. Data ini diperoleh melalui
wawancara terstuktur menggunakan kuesioner. Penelitian ini bersifat kuantitatif
dengan menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan di 7 kecamatan
di wilayah barat Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat yaitu Kecamatan Parung
Panjang, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Parung, Kecamatan Cigudek,
Kecamatan Tenjo, Kecamatan Nanggung dan Kecamatan Jasinga. Lokasi
penelitian dipilih berdasarkan data cakupan penggunaan garam beriodium di 7
wilayah tersebut tergolong ke dalam kategori rendah dari rata-rata Kabupaten
Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2016-Mei 2016.
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Subjek pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga. Penentuan jumlah
subjek yang dibutuhkan dalam penelitian dilakukan menggunakan rumus
perhitungan subjek minimal menurut Lemeshow et al (1997). Berikut adalah
rumus perhitungan jumlah sampel minimal:
( ) ( )
Keterangan :
n = jumlah subjek minimal yang dibutuhkan dalam penelitian
∝ = tingkat signifikansi pada 95% ( α=0.05) = 1.96
p = prevalensi konsumsi garam beriodium daerah Kabupaten Bogor
= 62.1%
d = simpangan mutlak (10%)
Berdasarkan hasil perhitungan dari rumus tersebut, dengan signifikansi
95% (α=0.05), prevalensi konsumsi garam beriodium di Kabupaten Bogor 62.1%
dan presisi 10% maka didapatkan jumlah minimal subjek yaitu sebanyak 90 ibu
rumah tangga. Dengan mempertimbangkan adanya kemungkinan drop out
sebanyak 5%, maka jumlah subjek minimal dalam peleitian ini ditetapkan
sebanyak 95 ibu rumah tangga. Jumlah subjek dari penelitian ini sebanyak 168
ibu rumah tangga. Masing-masing kecamatan diwakili oleh 24 ibu rumahtangga
sebagai subjek.
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer. Data primer diperoleh
melalui pengamatan langsung dan wawancara langsung dengan alat bantu
kuesioner. Data primer meliputi karakteristik subjek (umur,lama pendidikan,
tingkat pendidikan, perkerjaan, dan pendapatan keluarga), faktor resiko
(pengetahuan, sikap, dan praktik gizi), dan cara penggunaan dan penyimpanan
garam.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data primer
No. Variabel Cara pengumpulan
1. Karakteristik Subjek
- Identitas
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pendapatan
Kuesioner
2. Faktor yang beruhubungan dengan
penggunaan garam
- Pengetahuan
- Sikap
- Praktik
Kuesioner
3. Penggunaan dan penyimpanan garam
- Cara penggunaan garam pada
masakan
- Cara penyimpanan garam
- Lokasi penyimpanan garam
- Wadah yang digunaka untuk
menyimpan garam
- Lama penyimpanan garam
Kuesioner dengan check list
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry,cleaning dan
analisis. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik deskriptif yang selanjutnya
dilakukan pengolahan data dengan sistem komputerisasi menggunakan microsoft
excel. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan program SPSS 22.0
for Windows. Uji hubungan dilakukan pada variabel pengetahuan, sikap, dan
praktik gizi dengan penggunaan garam beriodium. Sebelumnya dilakukan uji
normalisasi terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi Pearson.
Karakteristik subjek meliputi umur, lama pendidikan, tingkat pendidikan,
pekerjaan, besar keluarga, dan pendapatan keluarga. Data faktor yang
berhubungan dengan penggunaan garam (pengetahuan, sikap, dan praktik)
dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000), dengan skor yaitu kurang (<60%),
sedang (60-80%), dan baik (>80%). Data penggunaan dan penyimpanan garam
diberi skor bernilai 1 apabila menjawab benar dan skor bernilai 0 apabila
menjawab salah. Data ini dikategorikan menjadi rendah (1-3) dan tinggi (4-6).
7
Definisi Operasional
Contoh adalah ibu rumah tangga di wilayah lokasi penelitian, Kabupaten Bogor.
Karakteristik contoh adalah kondisi contoh yang digambarkan melalui beberapa
komponen yaitu identitas, umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan
keluarga.
Garam Beriodium adalah garam yang telah ditambahkan iodium dalam bentuk
kalium iodat (KIO3) sebanyak 30-80 ppm.
Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gejala yang timbul
karena tubuh seseorang kekurangan unsur iodium secara terus menurus
dalam jangka waktu cukup lama.
Faktor berhubungan dengan penggunaan garam adalah faktor yang
mempengaruhi penggunaan garam yang digambarkan dalam beberapa
komponen yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik.
Pengetahuan adalah kemampuan yang dimiliki ibu rumah tangga terkait dengan
zat gizi, perilaku hidup bersih dan sehat, dan penggunaan garam
beriodium.
Sikap adalah perasaan yang biasa dirasakan ibu rumah tangga dalam menaggapi
hal terkait pengetahuan mengenai gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,
dan penggunaan garam beriodium.
Praktik adalah tindakan yang biasa dilakukan ibu rumah tangga dalam
menerapakan pengetahuan mengenai gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,
dan penggunaan garam beriodium.
Lama Penyimpanan adalah kurun waktu yang digunakan untuk menyimpan
sampel.
Lokasi Penyimpanan adalah tempat dimana biasa sampel disimpan, seperti di
dekat kompor,di dalam lemari, atau di atas meja.
Penggunaan garam adalah kondisi saat contoh melakukan penambahan garam
pada masakan.
Penyimpanan garam adalah perlakuan yang digunakan dalam menyimpan garam
dalam kondisi terbuka atau tertutup.
Wadah Penyimpanan adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan garam
meliputi plastik bening, plastik gelap, kaca bening, kaca gelap.
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek dari penelitian ini terdiri dari umur, status
perkawinan, besar keluarga ,lama pendidikan, pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan dari subjek. Subjek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di
Kabupaten Bogor yang berasal dari 7 kecamatan. Setiap kecamatan diambil 24
subjek sehingga total jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 168 subjek.
Tabel 2 dibawah ini menunjukkan sebaran dari karakteristik subjek.
Tabel 2 Sebaran subjek berdasarkan karakteristik
Karakteristik Subjek n %
Status perkawinan
Menikah 159 94.6
Janda 9 5.4
Pendidikan
Tidak tamat sekolah 36 21.4
SD 89 53
SMP 27 16.1
SMA 15 8.9
Diploma 1 0.6
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 137 81.5
Pedagang 19 11.3
Petani 4 2.4
Buruh Cuci 3 1.8
Guru 2 1.2
Wiraswasta 1 0.6
Besaran keluarga
Keluarga kecil 61 36.3
Keluarga sedang 89 53.0
Keluarga besar 18 10.7
Pendapatan Keluarga (rupiah/bulan)
Rendah (< 2 960 325) 120 71.4
Tinggi (≥ 2 960 325) 48 28.6
Rentang umur dari subjek berkisar dari 20 tahun hingga 61 tahun dengan
rata-rata umur ± 38 tahun dan subjek berstatus menikah (94.6%). Tingkat
pendidikan dari subjek tergolong rendah. Hal ini ditunjukan dengan subjek yang
mempunyai ijazah SD yaitu sebesar 53%. Hal ini terjadi karena kurangnya
kesadaran subjek akan pentingnya pendidikan, dan faktor lingkungan yang tidak
mendukung salah satunya adalah faktor ekonomi.
Mata pencarian atau pekerjaan merupakan salah satu hal penting didalam
kehidupan. Pekerjaan akan menentukan pendapatan dari suatu rumah tangga.
Sebanyak 137 subjek (81.5%) responden merupakan ibu rumah tangga yang tidak
bekerja sehingga pendapatan keluarga hanya berasal dari suami subjek. Subjek
9
yang berprofesi sebagai guru sangat rendah hal ini disebabkan pendidikan subjek
yang rendah dan hanya 1 subjek yang menempuh pendidikan hingga mendapatkan
ijazah diploma.
Besar keluarga ini ditentukan oleh jumlah anggota keluarga yang masih
tinggal bersama dalam satu keluarga atau masih dalam satu atap rumah. Besar
keluarga dapat dikelompokan menjadi tiga berdasarkan Hurlock (1998) yaitu
keluarga kecil jika jumlah anggota keluarga ≤4 orang, keluarga sedang jika
jumlah anggota keluarga 5-7 orang, dan keluarga besar jika jumlah anggota
keluarga ≥8 orang. Sebagian besar keluarga subjek dalam penelitian ini termasuk
kedalam kategori keluarga sedang, yaitu sebanyak 53%.
Rata-rata pendapatan dari subjek yaitu sebesar Rp 2 571 507. Pendapatan
maksimal dari subjek sebesar 33 juta dan pendapatan minimum dari subjek yaitu
sebesar 1 juta Hasil analisis (Tabel 1) menunjukkan 71.4% subjek mempunyai
pendapatan rendah atau masih dibawah UMR Kabupaten Bogor. Hal tersebut
disebabkan sumber pendapatan dari subjek hanya berasal dari suami.
Penggunaan dan Penyimpanan Garam
Kerusakan atau turunnya kadar iodat dalam garam beriodium selama
penyimpanan dan proses pengolahan maupun pemasakan masih menjadi
perdebatan. Beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium
di Indonesia tidak efektif karena kadar iodium sebagai iodat dalam garam akan
berkurang apabila tercampur dengan bumbu masak. Hal lain menyatakan
beberapa bumbu masak seperti cabe, terasi, ketumbar, merica dan cuka yang
ditambahkan dengan garam beriodium saat memasak akan menurunkan kadar
iodat bahkan menghilangkan iodium dalam garam (Cahyadi 2009).
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan subjek menggunakan 5 jenis
wadah dalam menyimpan garam. Kelima jenis wadah tersebut adalah kaca bening,
kaca gelap, plastik bening, plastik gelap, dan lainnya adalah bungkus dari garam
iu sendiri. Tabel 3 menunjukkan jenis wadah penyimpanan garam yang digunakan
subjek. Sebagian besar subjek (63.7%) yang menggunakan plastik bening dalam
menyimpan garam. Sebanyak 2.4% subjek menyimpan garam dalam bungkusnya
dan dalam keresek berwarna gelap bagi subjek yang membeli garam bata.
Penggunaan wadah bening dan berbahan plastik akan menyebabkan kehilangan
kadar iodium lebih tinggi, karena sifat iodium yang peka terhadap cahaya
(Cahyadi 2006).
Tabel 3 Sebaran subjek berdasarkan jenis wadah penyimpanan garam
Jenis Wadah n %
Kaca bening 13 7.7
Plastik bening 107 63.7
Plastik gelap 44 26.7
Lainnya 4 2.4
Menurut Buckle et al dalam Irawati (1993) plastik bening mempunyai
daya tembus uap air yang tinggi. Selain itu warna plastik yang terang dapat
mempercepat oksidasi iodium. Plastik ini tidak tahan terhadap oksigen,
permeabilitas oksigen dapat terjadi melalui pori-pori plastik, hal tesebut
10
menyebabkan kalium iodat yang ada pada garam akan membebaskan I2 berupa
gas ke udara. Kehilangan kadar iodium pada garam yang dikemas dengan gelas
bening dapat disebabkan terjadinya oksidasi cahaya, mengingat iodium peka
terhadap sinar ultra violet (Syarief et al dalam Irawati 1993). Berbeda halnya
dengan gelas yang berwarna gelap, unsur tembaga oksida dan kadmium sulfida
yang memberi warna gelap mampu menahan oksidasi cahaya, sehingga
kehilangan kadar iodium lebih sedikit. Disamping itu gelas bersifat kedap
terhadap cahaya dibandingkan dengan plastik, oleh karena itu wadah berbahan
gelas dapat menahan kehilangan kadar iodium lebih baik daripada kemasan
plastik (Syarief et al dalam Irawati 1993).
Setiap subjek mempunyai cara masing-masing dalam menyimpan garam.
Penyimpanan yang dilakukan subjek dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu
disimpan dengan wadah terbuka dan dengan wadah tertutup. Cara menyimpan
garam dengan wadah tertutup merupakan cara terbanyak yang dilakukan oleh
subjek (89.3%). Penyimpanan garam yang baik adalah dengan cara menutup
wadah tempat menyimpan garam. Hal tersebut dikarenakan kadar iodium yang
terkandung dalam garam lebih cepat hilang. Wadah yang baik untuk menyimpan
garam agar iodium dalam garam tidak hilang adalah wadah yang tidak menyerap
cahaya dan tidak mudah ditembus cahaya (Depkes RI 2005). Tabel 4
menunjukkan cara penyimpanan garam.
Tabel 4 Sebaran subjek berdasarkan cara penyimpanan garam
Kategori n %
Wadah tertutup 150 89.3
Wadah terbuka 18 10.7
Lokasi penyimpanan garam juga mempengaruhi kadar iodium yang
terkandung dalam garam. Semakin dekat lokasi penyimpanan dengan panas maka
akan semakin tinggi kehilangan kadar iodium dalam garam (Saputri & Soekarti
2006). Cahaya dan sinar matahari akan mengurangi kandungan iodium dalam
garam karena sifat iodium yang mudah menguap jika teroksidasi oleh cahaya atau
sinar matahari. Hasil analisis menunjukkan kebanyakan subjek menyimpan garam
di lemari yang tidak terpapar matahari (44.4%). Lemari yang digunakan subjek
untuk menyimpan garam adalah kitchen set yang biasa digunakan untuk
menyimpan bumbu di dapur. Tabel 5 menujukan presentase lokasi penyimpanan
garam subjek
Tabel 5 Sebaran subjek berdasarkan lokasi penyimpanan garam
Lokasi n %
Dekat kompor, terpapar matahari 31 18.5
Dekat kompor, tidak terpapar matahari 54 32.1
Di lemari, terpapar matahari 9 5.4
Di lemari, tidak terpapar matahari 74 44.4
Menurut Saputri dan Soekarti (2006), lama penyimpanan garam yang baik
adalah kurang dari 15 hari. Garam yang disimpan lebih atau sama dengan 15 hari
setelah dilakukan tes dengan iodine test ternyata tidak mengandung iodium.
Sebagian besar subjek (57.7%) menyimpan garam selama <2 minggu. Hal
11
tersebut memungkinkan kadar iodium dalam garam yang digunakan oleh
responden tidak berkurang akibat durasi penyimpanan yang tidak terlalu lama.
Tabel 6 menunjukkan lama penyimpanan garam yang dilakukan subjek
Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan waktu penyimpanan garam
Lama penyimpanan n %
< 2 minggu 97 57.7
2-4 minggu 36 21.4
1-3 bulan 33 19.6
Missing cases 2 1.2
Proses pengolahan makanan yang lama cenderung akan menyebabkan
banyak kehilangan iodium. Masakan tipe berlemak dan dimasak sampai kering
kerusakan iodiumnya hingga 60-70%, hal ini dipengaruhi oleh santan yang sudah
kering seperti minyak yang menyebabkan suhu pengolahan menjadi lebih tinggi.
Kadar iodium setelah proses pengolahan masakan tergatung pada faktor iodium
dalam garam yang digunakan. Jenis dan jumlah bumbu serta durasi pengolahan
akan berpengaruh terhadap hilangnya kandungan iodium (Cahyadi 2009).Garam
merupakan bumbu yang pasti ditambahkan kedalam masakan. Garam akan
memberikan rasa asin pada masakan. Kebiasan dalam menambahkan garam pada
masakan berbeda-beda setiap individu. Tabel 7 yang menunjukkan kebiasan
penambahan garam pada subjek.
Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan penambahan garam
Kategori n %
Saat memasak 153 80.5
Setelah memasak 15 19.5
Kondisi saat memasak adalah kondisi saat api pada kompor menyala,
sementara kondisi setelah memasak adalah kondisi saat api kompor sudah tidak
menyala. Sebanyak 153 atau sebesar 80.5% melakukan penambahan garam pada
saat memasak. Menurut Adrian et.al (2010), cara menggunakan garam yang benar
saat pemasakan adalah tidak membubuhkan saat masakan masih mendidih tetapi
setelah masakan matang dan siap disajikan. Hal tersebut disebabkan oleh
kandungan iodium dalam sayur akan berkurang dalam waktu 10 menit.
Penggunaan garam beriodium yang salah dapat mengurangi dan merusak kadar
iodium (Arisman 2009). Menurut Wang et al dalam Cahyadi (2006) dalam kadar
iodium akan hilang pada suhu 37⁰ C dan kelembaban di bawah 76%.
Hal lain yang mempengaruhi kadar iodium dalam garam adalah
bercampurnya garam dengan bumbu lain menyebabkan kadar idoium sebagai
iodat dalam garam berkurang dan berubah menjadi spesi iodium lain. Sementara
itu bumbu masak seperti cabai, merica, terasi, ketumbar dan cuka yang
ditambahkan pada garam beriodium pada saat pemasakan akan menurunkan kadar
iodat bahkan dapat menghilangkan 100% kadar iodium (Cahyadi 2009 dalam
Yanti 2015)
Selain garam yang ditambahkan dalam proses pemasakan, ada juga garam
yang ditambahkan saat masakan akan dimakan. Garam yang ditambahakan adalah
yang disimpan di meja makan. Garam ini ditambahakan bila masakan terasa
12
hambar. Subjek yang menyediakan garam di meja sebesar 12.1% dari 168 subjek.
Hal tersebut menunjukkan ketersedian garam di meja masih rendah. Berikut ini
adalah tabel 8 yang menunjukkan ketersedian garam di meja.
Tabel 8 Sebaran subjek berdasarkan ketersediaan garam di meja
Kategori n %
Ya 23 12.1
Tidak 145 76.3
Hasil perhitungan dari seluruh aspek penggunaan dan penyimpanan garam
menunjukan rata-rata subjek mendapatkan skor 3. Berdasarkan skor tersebut
subjek dikategorikan menjadi kategori kurang (1-3 skor) dan baik (4-6). Tabel 9
menunjukkan sebaran subjek terhadap penggunaan dan penyimpanan garam.
Hasil analisis menujukan subjek tergolong kurang (72%).
Tabel 9 Sebaran subjek berdasarkan penggunaan dan penyimpanan garam
Kategori n %
Kurang (1-3) 121 72
Baik (4-6) 47 28
Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi
Pengetahuan merupakan hasil pengindraan seseorang terhadap suatu objek
tertentu. Pengetahuan tentang gizi dipengaruhi oleh berbagai informasi yang
dilihat dan didengar dari berbagai media yang ada (Notoatmojo 2010).
Pengetahuan menjadi sebuah landasan penting yang menentukan konsumsi
pangan suatu rumah tangga. Individu yang mempunyai pengetahuan gizi baik
akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizi dalam
pemilihan pengolahan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi bisa
lebih terjamin (Khomsan 2000). Tabel 10 menunjukkan sebaran subjek
berdasarkan tingkat pengetahuan gizi.
Tabel 10 Sebaran subjek berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
Kategori n %
Kurang (<60 %) 135 80.4
Sedang (60-80%) 32 19.0
Baik (>80%) 1 0.6
Tingkat pengetahuan subjek masih rendah yaitu sebesar 80.4% (Tabel 9)
memiliki pengetahuan gizi yang kurang. Pengetahuan gizi yang kurang dari
subjek dapat disebabkan karena tingkat pendidikan subjek yang masih rendah.
Rata-rata pendidikan subjek yaitu hanya memiliki ijazah SD.
Topik pernyataan yang paling banyak dijawab benar oleh subjek adalah
topik nomor 15 mengenai cara menjaga berat badan. Sebanyak 155 subjek
menjawab dengan benar topik pertanyaan tersebut (Tabel 11). Hal tersebut dapat
diartikan subjek sudah mengetahui cara yang benar untuk menjaga berat badan
agar tetap normal. Selain itu topik nomor 14 (86.9%) subjek dapat menjawab
13
dengan benar, hal tersebut menunjukkan subjek sudah mengetahui akibat dari
tidak sarapan. Sebanyak 83.3% subjek dapat menjawab dengan benar topik
pertanyaan mengenai susunan menu beragam dan seimbang. Artinya subjek sudah
mengetahui mengenai Pedoman Gizi Seimbang (PGS).
Akan tetapi hanya 8.9% subjek yang dapat menjawab pertanyaan dengan
benar mengenai cara mengetahui kandungan garam berodium (nomor 20). Tingkat
pendidikan subjek yang tergolong rendah merupakan salah satu penyebabnya.
Sebanyak 10.1% subjek yang menjawab benar pertanyaan nomor 7, hal ini
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan subjek mengenai fungsi dari zat gizi
untuk tubuh. Subjek yang menjawab topik pertanyaan pengetahuan gizi nomor 9
tergolong rendah (12.5%), disebabkan oleh subjek masih beranggapan bahwa
sumber zat besi hanya berasal dari bayam.
Tabel 11 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang
pengetahuan gizi No Topik Pertanyaan n %
1. Salah satu jenis zat gizi makro adalah karbohidrat 52 31
2. Fungsi protein adalah untuk kekebalan tubuh 56 33.3
3. Jenis makanan sumber lemak yaitu ikan dan telur 58 34.5
4. Akibat kelebihan karbohidrat pada anak mengakibatkan kelebihan
berat badan
107 63.7
5. Kekurangan protein pada anak mengakibatkan gangguan
pertumbuhan badan
68 40.5
6. Vitamin merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit oleh tubuh
62 36.9
7. Fungsi dari vitamin dan mineral sebagai zat pengatur 17 10.1
8. Jambu merupakan salah satu buah yang mengandung vitamin C 57 33.9
9. Hati merupakan salah satu sumber zat besi yang dapat diserap
tubuh 21 12.5
10. Akibat dari kekurangan vitamin D menyebabkan gangguan pada
tulang
93 55.4
11. Nasi, telur dadar, sayur bayam, dan pisang merupakan salah satu
contoh menu beragam, bergizi, dan seimbang 140 83.3
12. Membuang sampah ditempat sampah merupakan contoh perilaku
hidup bersih dan sehat
112 66.7
13. Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat adalah mencegah
penyakit diare
107 63.7
14. Kurangnya konsentrasi merupakan salah satu akibat tidak sarapan 145 86.3
15. Cara menjaga berat badan agar tetap normal dengan melakukan
olahraga secara teratur 155 92.3
16. Iodium merupakan kelompok zat gizi mineral 39 23.2
17. Akibat kekurangan iodium akan menyebabkan gondok 90 53.6
18. Mudah kedinginan merupakan salah satu akibat kekurangan
iodium pada orang dewasa
40 23.8
19. Salah satu pangan sumber iodium adalah ikan laut 82 48.8
20. Cara mengetahui kandungan garam beriodium yaitu dengan
menggunakan tes parut singkong 15 8.9
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Badri 2011). Tabel
14
12 menunjukkan sebaran sikap gizi subjek berada dalam kategori sedang, yaitu
sebesar 61.3%. Hal tersebut menununjukan sikap gizi subjek dalam keseharian
cukup memahami tentang sikap gizi.
Tabel 12 Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi
Kategori n %
Kurang (<60 %) 62 36.9
Sedang (60-80%) 103 61.3
Baik (>80%) 3 1.8
Topik dari pertanyaan nomor 13 dan 15 (Tabel 13) adalah topik yang
paling banyak dijawab benar oleh subjek. Sebanyak 160 subjek (95.2%) dapat
menjawab dengan benar pertanyaan kuesioner mengenai sikap gizi. Karena subjek
merupakan ibu rumah tangga yang mengalami kenaikan berat badan maka subjek
merasa setuju dengan pertanyaan tersebut. Subjek juga sependapat akan tidak
diperbolehkannya anak-anak jajan sembarangan, karena hal tersebut dapat
menimbulkan penyakit. Selain itu topik nomor 4 menjadi topik yang dapat
dijawab dengan benar oleh subjek (86.3%). Hal ini menunjukkan sikap subjek
yang setuju bahwa pangan sumber protein dapat mencegah sakit atau dapat
meningkatkan imunitas tubuh. Hal tersebeut sejalan dengan sikap dari subjek
yang setuju bahwa protein berfungsi sebagai pencegah penyakit.
Subjek yang dapat menjawab benar pertanyaan nomor 3 yaitu sebesar
17.3%. Subjek beranggapan sumber energi untuk sarapan tidak cukup dari nasi
uduk dan telur saja. Subjek (18.5%) yang beranggapan bahwa mengkonsumsi
vitamin dan mineral itu dalam jumlah banyak (nomor 6), padahal seharusnya
cukup mengkonsumsi dalam jumlah sedikit. Pangan sumber zat besi yang baik
adalah pangan hewani, akan tetapi hanya 19% subjek yang beranggapan pangan
hewani lebih baik daripada pangan nabati sebagai sumber zat besi.
Tabel 13 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang sikap
gizi No Topik Pernyataan n %
1. Konsumsi beranekaragam pangan sumber kabohidrat 117 69.6
2. Sumber lemak esensial 61 36.3
3. Sumber energi untuk sarapan 29 17.3
4. Pencegahan sakit dengan mengkonsumsi sumber protein 145 86.3
5. Konsumsi gorengan untuk memenuhi kebutuhan kemak 97 57.7
6. Kebutuhan karbohidrat dan protein, vitamin, dan mineral 31 18.5
7. Fungsi asupan vitamin dan mineral 119 70.8
8. Fungsi sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan
mineral
119 70.8
9. Sumber zat besi terbaik bagi tubuh 32 19.0
10. Akibat dari kekurangan vitamin dan mineral 119 70.8
11. Konsumsi pangan pokok sumber karbohidrat selain nasi 95 56.5
12. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air bersih 116 69
13. Anak-anak diperbolehkan membeli jajan dimana saja 160 95.2
14. Membiasakan anak-anak untuk sarapan pagi 121 72
15. Membiasakan diri untuk berolahraga 160 95.2
15
Tabel 13 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang sikap
gizi (lanjutan) No Topik Pernyataan n %
16. Pentingnya iodium untuk perkembangan otak 121 72
17. Garam yang baik untuk dikonsumsi adalah yang dibuat secara
murni oleh petani garam
42 25
18. Semua garam yang ada di pasaran adalah baik 90 53.6
19. Menyediakan ikan laut minimal seminggu sekali 125 74.4
20. Pemerintah telah menetapkan aturan mengenai garam yang beredar
dipasaran
92 54.8
Berdasarkan Notoatmodjo (2003) dalam Dhewi, suatu sikap belum dapat
terwujud dalam suatu tindakan (cover behavior). Untuk mewujudkan sikap
menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan. Di antara sikap dan tindakan terdapat variabel antara yaitu
praktik. Tabel 14 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan praktik gizi tergolong
kedalam kategori sedang. Jumlah subjek yang termasuk kedalam kategori tesebut
sebesar 84 subjek (50%).
Tabel 14 Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi
Kategori n %
Kurang (<60 %) 77 45.8
Sedang (60-80%) 84 50.0
Baik (>80%) 7 4.2
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 14) topik pertanyaan mengenai pangan
sumber protein untuk imunitas tubuh (nomor 4) adalah yang paling banyak
dijawab secara benar. Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah terbiasa
mengonsumsi pangan sumber protein dan mengetahui manfaat protein untuk
imunitas tubuh. Sebanyak 89.3% subjek menjawab topik nomor 19 secara benar,
artinya subjek sudah mempraktikan cara penyimpanan garam yang benar.
Sementara itu hanya 15.5% subjek yang menimbang berat badan secara teratur
Tabel 15 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang
praktik gizi No Topik Pertanyaan n %
1. Menyiapkan beranekaragam pangan sumber karbohidrat untuk
keluarga
124 73.8
2. Menyediakan menu hewani untuk kebutuhan lemak esensial 58 35.1
3. Menyediakan menu srapan lengkap untuk memenuhi kebutuhan energi. 59 35.1
4. Menyediakan pangan sumber ptotein untuk imunitas tubuh. 162 96.4
5. Memperbolehkan anak untuk jajan gorengan sebagai sumber lemak. 120 71.4
6. Mengkonsumsi sayur & buah sebagai sumber vitamin dan mineral. 64 38.1
7. Mengkonsumsi suplemen untuk mencegah sakit. 98 58.3
8. Mengkonsumsi susu sebagai sumber kalsium 50 29.8
9. Mengkonsumsi aneka pangan hewani untuk memenuhi kebutuhan zat
besi.
115 68.5
10. Beraktivitas di luar ruangan untuk memenuhi kebutuhan vitamin D 105 62.5
16
Tabel 15 Sebaran subjek yang menjawab benar terhadap pertanyaan tentang
praktik gizi (lanjutan) No Topik Pertanyaan n %
11. Mengonsumsi buah setiap hari 48 28.6
12. Mencuci tangan menggunakan sabun 129 76.8
13. Memperbolehkan anak untuk membeli 105 62.5
14. Melakukan sarapan setiap pagi 146 86.9
15. Rutin melakukan olahraga 53 31.5
16. Rutin menimbang berat badan 26 15.5
17. Memeriksa label pada kemasan garam 64 38.1
18. Mengatur dan menyediakan makanan laut 134 79.8
19. Menyimpan garam dapur di tempat yang tertutup dan tidak
terkena sinar matahari 150 89.3
20. Menyajikan singkong dan kol dalam kondisi matang 131 78
Hubungan Antar Variabel
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Penggunaan Garam
Tabel 16 menunjukkan subjek yang tergolong pengetahuan gizi kurang,
terdapat kecenderungan penggunaan garam rendah (72.6%). Sementara subjek
yang tergolong kedalam pengetahuan gizi baik, rendah dalam penggunaan garam.
Tabel 16 Sebaran subjek berdasarkan pengetahuan gizi dan penggunaan garam
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak adanya hubungan yang
signifikan (p>0.05) antara penggunaan garam dengan pendidikan subjek.Hal ini
sejalan dengan penelitian Dhewi (2009), tidak ada hubungan anatara pengetahuan
gizi dengan penggunaan garam. Sehingga dapat diartikan pengetahuan bukan
merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan garam oleh ibu rumah tangga
di Kabupaten Bogor. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hartati
(2013), yang menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga
dengan perilaku ibu rumah tangga terhadap penggunaan garam beriodium. Hasil
penelitin Setriani et al (2010) yang menyatakan adanya hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan cara menyimpan garam dan penggunaan garam beriodium.
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Dhewi, dalam praktik kehidupan
sehari-hari proses perubahan atau terbentuknya perilaku tidak selalu diperoleh
melalui tahap pengetahuan, sikap, dan praktik. Terkadang fakta menunjukkan
Pengetahuan Gizi
Penggunaan Garam Total
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 98 72.6 37 27.4 135 100
Sedang 22 68.7 10 31.3 32 100
Baik 1 100 0 0 1 100
Total 121 341.3 47 58.7 168 100
r 0.160
p 0.841
17
seseorang berperilaku positif, tidak selalu didukung oleh pengetahuan yang positif
pula, bahkan pengetahuan yang dimilikinya masih bersifat negatif.
Hubungan Sikap Gizi dengan Penggunaan Garam
Tabel 17 menunjukkan subjek yang tergolong kedalam kategori sikap
gizi sedang, memiliki kecenderungan penggunaan garam yang kurang (73.8%).
Sementara itu subjek yang termasuk kedalam kategori sikap gizi baik, tinggi
dalam penggunaan garam (66.7%). Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak
adanya hubungan yang signifikan (p>0.5) antara penggunaan garam denga sikap
subjek. Hal ini sejalan dengan penelitian Dhewi (2009), tidak ada hubungan
antara sikap dengan penggunaan garam pada ibu rumah tangga. Sehingga dapat
diartikan sikap bukan merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan garam
oleh ibu rumah tangga di Kabupaten Bogor.
Tabel 17 Sebaran subjek berdasarkan sikap gizi dan penggunaan garam
Penggunaan garam beriodium dipengaruhi oleh adanya pengalaman
pribadi yang menentukan sikap dari subjek. Sikap merupakan hal yang dapat
berubah-ubah yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kebiasaan (Azwar
2009), menunjukkan sikap bukan merupakan faktor yang mempengaruhi
penggunaan garam. Menurut Amalia (2015), pada umumnya masyarakat yang
memiliki pengetahuan, sikap, dan praktik gizi terkait iodium tergolong sedang dan
cenderung rendah tidak menetahui pangan sumber iodium dan manfaat iodium
bagi kesehatan, termasuk iodium yang terkandung dalam garam.
Hubungan Praktik Gizi dengan Penggunaan Garam
Tabel 18 menunjukkan subjek yang tergolong kedalam kategori praktik
gizi kurang, memiliki kecenderungan penggunaan garam kurang (84.4%).
Sementara subjek yang termasuk kedalam kategori pengetahuan gizi baik, baik
juga dalam penggunaan garam (42.8%).
Hasil uji korelasi Pearson menujukan adanya hubungan yang signifikan
(p<0.5) antara praktik gizi dengan penggunaan garam. Hal ini sejalan dengan
penlitian Agustini (1999), menyatakan adanya hubungan positif yang nyata pada
praktik ibu hamil dengan penggunaan garam beriodium.
Sikap Gizi
Penggunaan Garam Total
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 44 70.9 18 29.1 62 100
Sedang 76 73.8 27 26.2 103 100
Baik 1 33.3 2 66.7 3 100
Total 121 72.0 47 27.9 168 100
r 0.130
p 0.866
18
Tabel 18 Sebaran subjek berdasarkan praktik gizi dan penggunaan garam
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Subjek pada penelitian ini adalah ibu rumahtangga dengan rata-rata usia ±
38 tahun dan tingkat pendidikan subjek rata-rata tamatan sekolah dasar
menyebabkan jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh subjek tidak bervariasi
sehingga pendapatan subjek tergolong rendah. Pengetahuan gizi subjek tergolong
kategori kurang (80.4%), sikap gizi subjek tergolong kategori sedang (61.3%),
dan praktik gizi subjek tergolong kategori sedang (50%).
Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan antara
pengetahuan dan sikap gizi dengan penggunaan garam (p>0.05). Terdapat
hubungan antara praktik gizi dengan penggunaan garam (p<0.05). Hal tersebut
dapat diartikan jika pengetahuan dan sikap bukan faktor utama yang
mempengaruhi penggunaan garam pada ibu rumah tangga. Sementara itu praktik
dapat mempengaruhi penggunaan garam ibu rumah tangga.
Saran
Pengetahuan, sikap, dan praktik yang masih rendah menunjukkan masih
kurangnya informasi yang didapat oleh subjek mengenai penggunaan garam.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan pengetahuan melalui
penyuluhan. Penyuluhan dapat menggunakan media informasi berupa video,
leaflet, ataupun buku yang berisikan informasi mengenai garam beriodium dan
cara penggunaan yang baik dan benar.
Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu menjadikan perusahaan garam
sebagai subjek penelitian dan menguji kandungan iodium pada masakan dengan
perbedaan proses memasak. Hal ini bertujuan untuk mengetahuai kesesuaian
kadar iodium pada garam yang di produksi dan mengetahui proses pemasakan
yang baik untuk menjaga kadar iodium dalam garam.
Praktik Gizi
Penggunaan Garam Total
Kurang Baik
n % n % n %
Kurang 65 84.4 12 15.5 77 100
Sedang 52 61.9 32 38.0 84 100
Baik 4 57.1 3 42.8 7 100
Total 121 72.0 47 27.9 168 100
r 0.246
p 0.001
19
DAFTAR PUSTAKA
[Depkes RI] Departemen Kesehatan RI. 2005. Media Advokasi Penanggulangan
GAKI. Jakarta (ID): Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI.
[Dinkes] Dinas Kesehatan Provinsi Jabar. 2015. Pedoman Penanggulangan
GAKY Bagi Petugas Kesehatan.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Adrian,Estu S, Jazila dan Waryana.2010. Tingkat Pengetahuan GAKY Dengan
Penanganan Garam Beriodium Oleh Ibu Rumah Tangga di Desa
Belah,Kecamatan Donorejo Kabupaten Pacitan. MGMI. Vol. 2 No.1.
Agustini H. 1999. Praktek Penggunaan Garam Beriodium Pada Rumah Tangga
Ibu Hamil Di Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor. [Skripsi] Bogor
(ID). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Almatsier S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka
Utama.
Amalia L, Permatasari I I, Khomsan A, Riyadi H, Herawati T, dan Nurdiani R.
Pengetahuan, Sikap, dan raktek Gizi Ibu Terkait Iodium Dan Pemilihan
Jenis Garam Rumah Tangga Di Wilayah Pegunungan Cianjur. J. Gizi
Pangan 10(2): 133-140.
Arisman . 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): EGC.
Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang(ID): FKM.
Cahyadi. 2006. Penentuan kadar spesi iodium dalam garam beriodium yang
beredar di pasar dan sediaan makanan. [Artikel]. Media Gizi dan Keluarga.
30(1):65-71.
Dhewi E C.2009. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Penggunaan
Garam Beryodium Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Agungmulyo Juwana
Pati.[Skripsi] Semarang (ID). Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
Djokomoeljanto R. 2009. Kelenjar Tiroid, Hipertiriodisme, dan Hipertiroidisme.
Dalam Arief Luqman H. Kesesuaian Kadar Iodium Garam Dapur, Air, dan
Urin Iodium Excretion (UIE) Di Daerah GAKI. Semarang (ID): UNDIP.
20
Handayanti dkk. 2013. Perbedaan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil
Tentang Penggunaan Garam Beriodium Di Wilayah Puskesmas Borobudur
Kabupaten Magelang Tahun 2013. J.Kebidanan. Vol.2. 5(13). 2089-7669.
Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Ed-5. Istiwidayati dan Soedjarwo, penerjemah:Sijabat
RM. Jakarta (ID): Erlangga, terjemahan dari: Developmental psychology: A
life Span-Approach.
Irawati A. 1993. Kadar zat iodium dari garam beriodium selama proses
pengemasan, penyimpanan, dan penanganan di rumah tangga di wilayah
Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Gizi Bogor.
Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor. Jurusan Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Rumah Tangga. Fakultas Pertanian, IPB.
Lemeshow S. 1997. Besa Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Cetakan
Pertama.Yogyakarta (ID). UGM.
Notoatmojo. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta(ID): PT.
Rineka Cipta.
Pramestari I I. 2013. Hububungan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik Gizi Ibu
dengan Konsumsi Sumber Yodium dan Penggunaan Jenis Garam Rumah
Tangga di Wiliyaha Pegunungan Kabupaten Cianjur. [Skripsi] Bogor (ID):
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Prawini. 2013. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Rumah Tangga
Terhadap Garam Beryodium di Desa Lodtunduh Wilayah Kerja UPT
Keshatan Masyarakat Ubud 2013. Community HealthII. Vol 1 No.2: 122-
130.
Saputri dan Soekarti. 2006. Gambaran Karakteristik Garam Beriodium,
Penyimpanan, Tempat Membeli garam dan Jumlah Konsumsi pada
Keluarga Miskin di Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Gizi Indon 2006
vol. 1
Setriani dkk. 2010. Tingkat Pengetahuan GAKY dengan Penanganan Garam
Beriodium oleh Ibu Rumah Tangga di Desa Belah, Kecamatan Donorojo,
Kabupaten Pacitan. MGMI Vol. 2 No. 1: 39-45.
Soekiman. 2011. Perkembangan Fortifikasi di Indonesia: Program Gizi Utama
Masa Depan. Koalisi Fortifikasi Indonesia [Internet]. [diunduh 2016 Maret
22]Tersedia pada:
http://kfindonesia.org/beta/index.php?pgid=11&contentid=12&lang=ind.
21
Triyono, dan Gunnti RI. 2004. Identifikasi faktor kejadian gondok pada anak
sekolah dasar. Jurnal GAKY Indonesia. 3(1).UNDIP.
Uken S S, Soetrisno, Almasjhuri, dan Hermana. 1985. Beberapa Faktor Yang
Dapat Menurunkan Kadar Kadar Yodium Dalam Garam Beriodium.
Penelitian Guzu dan Makanan, 8:20-28.
Yanti dan Prameswari. 2015. Gambaran Perilaku Dan Persepsi Ibu Rumah
Tangga Terhadap Konsumsi Garam Beriodium di Wilayah Kerja Puskesmas
Toroh 1 Kabupaten Grobongan Pada Tahun 2014.Unne Juournal of Public
Health.Vol.4 No 2.
22
ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
PRAKTIK GIZI IBU RUMAH TANGGA DENGAN
PENGGUNAAN GARAM BERIODIUM DI WILAYAH
KABUPATEN BOGOR
1. Kode : ____________________
2. Tanggal Wawancara : ___________________
3. Nama Responden : ____________________
4. Enumerator : ____________________
5. No. Hp : ____________________
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
23
A. DATA KARAKTERISTIK SOSIO-EKONOMI-DEMOGRAFI
1. Umur ....... tahun
2. Status Pernikahan 1. Menikah
2. Janda
3. Lama Pendidikan ........ tahun
4. Pendidikan 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. DIPLOMA
5. PERGURUAN TINGGI
5. Pekerjaan
6. Jumlah Anggota keluarga yang tingga
dirumah
...... orang
7. Ra-rata pendapatan keluarga per bulan
B. PENGGUNAAN GARAM OLEH IBU RUMAH TANGGA
1. Wadah apa yang biasa ibu gunakan dalam penggunaan garam?
1. Kaca bening 3. Kaca gelap 5. Lainnya:......
2. Plastik bening 4. Kaca bening
2. Bagaimana cara ibu menyimpan garam?
1. Menggunakan wadah tertutup 2. Menggunakan wadah terbuka
3. Dimana lokasi ibu menyimpan garam?
1. Dekat perapian/kompor dan terpapar sinar matahari
2. Dekat perapian/kompor dan tidak terpapar sinar matahari
3. Di lemari/ di atas meja dan terpapar sinar matahari
4. Di lemari/ di satas meja dan tidak terpapar sinar matahari
4. Berapa lama ibu menyimpan garam?
1. <2 minggu 3. 1-3 bulan 5. >6 bulan
2. 2-4 minggu 4. 3-6 bulan
5. Kapan ibu melakukan penambahan garam kepada masakan ?
1. Pada saat memasak 2. Setelah memasak
6. Apakah ibu menyediakan garam meja (garam yang ditambahkan pada
saat akan makan) ?
1. Ya 2. Tidak
24
C. PENGETAHUAN GIZI
No. Pertanyaan Jawaban SKOR*
1. Manakah yang termasuk
kelompok zat gizi makro .....
a. Vitamin
b. Karbohidrat
c. Mineral
d. Air
2. Fungsi protein pada anak sekolah
adalah .......
a. Pertumbuna tulang
b. Melarutkan vitamin
A,D,E, K
c. Sumber tenaga
d. Kekebalan tubuh
3. Jenis makanan yang merupakan
sumber lemak ....
a. Ikan, telur
b. Nasi, roti
c. Sayur, buah
d. Mie, bakwan
4. Kelebihan karbohidrat pada anak
sekolah dapat menyebabkan....
a. Diare
b. Gatal-gatal
c. Kelebihan berat badan
d. Gondok
5. Kekurangan protein pada anak
sekolah dapat menyebabkan....
a.Gangguan
pertumbuhan badan
b. Berat badan kurang
c. Penglihatan berkurang
d. Sariawan (gusi
berdarah)
6. Zat gizi yang penting tetapi hanya
dibutuhkan dalam jumlah sedikit
oleh tubuh adalah....
a. Karbohidrat
b. Vitamin
c. Lemak
d. Vitamin
7. Fungsi dari vitamin dan mineral
adalah ....
a. Sumber tenaga
b. Pembangun
c. Pengatur
d. Pelarut
8. Vitamin C paling banyak terdapat
pada buah....
a. Jeruk
b. Jambu
c. Semangka
d. Strawberry
9. Zat besi yang dapar diserap oleh
tubuh banyak terdapat pada....
a. Hati
b. Bayam
c. Tahu
d. Tempe
10. Kekurangan vitamin D dan kalsim
dapat menyebabkan kelainan
pada....
a. Ginjal
b. Tulang
c. Paru
d. Kulit
25
No. Pertanyaan Jawaban SKOR*
11. Manakah yang
merupakan susunan
menu yang beragam,
bergisi, dan seimbang?
a. Nasi, telur dadar, sayur bayam,
pisang.
b. Nasi, jagung, ubi jalar, singkong.
c. Nasi goreng, ceplok telur
d. Lontong, bakwan, tempe
12. Berikut adalah perilaku
hidup bersih dan sehat?
a. Tidak menutup mulut dan hidung
bila bersin.
b. Mengkonsumsi sayuran mentah.
c. Membuang sampah di tempat
sampah.
d. Mencuci tangan menggunakan
air (tanpa sabun).
13. Manfaat peilaku hidup
bersih dan sehat
adalah....
a. Mencegah darah tinggi
b. Mencegah penyakit diare
c. Mencegah penyakit jantung
d. Mencegah kanker
14. Akibat tidak sarapan
pagi adalah....
a. Gula darah meningkat
b. Kurang konsentrasi
c. Produktifitas meningkat
d. Bisa bekerja lebih giat
15. Untuk menjaga berat
badan normal dapat
dilakukan dengan cara...
a. Melakukan olahraga teratur dan
mengatur konsumsi
b. Memperbanyak konsumsi
makanan berlemak
c. Sering mengkonsumsi makanan
dan minuman manis.
d. Memperbanyak tidur.
16. Iodium meupakan
kelompok zat gizi....
a. Karohidrat
b. Protein
c. Vitamin
d. Mineral
17. Kekurangan iodium
akan menyebabkan
a. Kebutaan
b. Sariawan
c. Gondok
d. Tulang rapuh
18. Tidak hanya pada anak,
dampak kekurangan
iodium pada orang
dewasa juga berbahaya,
menyebabkan.....
a. Gangguan pertumbuhan fisik/
mental
b. Mudah kedinginan
c. Gemuk
d. Anemia
26
No. Pertanyaan Jawaban SKOR*
19. Berikut adalah jenis pangan yang
banyak mengandung iodium...
a. Bayam
b. Daging sapi
c. Ikan laut
d. Pepaya
20. Untuk mengetahui garam
mengandung iodium dapat
dilakukan dengan.....
a. Tes parutan singkong
b. Tes parutan kelapa
c. Tes parutan warna urin
d. Tes warna garam
*diisi oleh petugas
D. SIKAP GIZI
No. Pertanyaan Jawaban SKOR*
1. Saya harus makan beragam pangan
sumber karbohidrat lain seperti
singkong, ubi jalar, dan jagung tidak
cukup makan nasi saja.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
2. Untuk mendapatkan lemak esensila,
saya perlu mengkonsumsi daging dan
ayam, tetapi tidak perlu mengkonsumsi
ikan laut.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
3. Untuk mendapatkan sumber energi di
pagi hari, saya cukup sarapan pagi
dengan nasi uduk saja.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
4. Agar tidak mudah sakit sebaiknya
makan pangan sumber protein seperti
telur, ikan, dan tempe.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
5. Saya sebaiknya mengkonsumsi jajanan
gorengan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan lemak tubuh.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
6. Seperti karbohidrat dam protein,
vitamin dan mineral diperlukan tubuh
dalam jumlah banyak.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
7. Asupan vitamin dan mineral yang
cukup dapat menjaga daya tahan tubuh.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
8. Sayur dan buah berwarna penting
dimakan setiap hari sebagai sumber
vitamin dan mineral
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
9. Pangan nabati seperti bayam
merupakan sumber zat besi yang lebih
baik dibandingkan dengan pangan
hewani seperti daging.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
10. Kekurangan vitamin dan mineral akan
menyebabkan tubuh lemas dan tidak
bertenaga.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
27
No. Pertanyaan Jawaban SKOR*
11. Nasi adalah pangan pokok, namu
sebenarnya kita perlu
menganekaragamkan konsumsi pangan
pokok dengan cara makan singkong,
ubi jalar, dan talas.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
12. Mencuci tangan tidak harus selalu
memakai sabun, yang penting gunakan
air bersih.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
13. Anak-anak boleh membeli jajanan
dimana saja asalkan murah dan enak.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
14. Saya harus membiasakan anak sarapan
pagi agar aktivitas belajar/bekerja bisa
optimal dan tidak terganggu.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
15. Saya harus membiasakan diri untuk
berolahrga agar tidak kegemukan.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
16. Iodium sangat penting untuk
perkembangan otak anak.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
17. Garam yang baik untuk dikonsumsi
adalah garam yang dibuat secara murni
oleh petani garam tanpa ada zat
tambahan lainnya.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
18. Semua garam yang beredar dipasaran
adalah baik untuk kesehatan selama
dikonsumsi scara tepat dan tidak
berlebihan.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
19. Saya harus menyediakan ikan laut
minimal seminggu sekali dalam menu
makan keluarga.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
20. Saya percaya pemerintah telah
menetapkan aturan sehingga garam
yang beredar dipasaran adalah garam
yang baik untuk dikonsumsi
masyarakat.
1= Setuju
2= Ragu-ragu
3=Tidak setuju
*diisi oleh petugas
28
E. PRAKTIK GIZI
No. Pertanyaan Jawaban SKOR*
1. Selain nasi, saya biasa menyiapkan makan
keluarga dengan beranekaragam pangan
sumber karbohidrat lain seperti singkong, ubi
jalar, dan jagung.
1= Ya
2= Tidak
2. Saya biasa menyediakan menu daging dan
ayam untuk mendapatkan manfaat lemak
esensial bagi tubuh anggota keluarga
1= Ya
2= Tidak
3. Untuk memenuhi kebutuhan energi, saya
selalu menyiapkan sarapan dengan menu
lengkap yang terdiri dari nasi, lauk hewani,
sayur, dan buah untuk keluarga saya.
1= Ya
2= Tidak
4. Saya menyiapkan makanan sumber protein
seperti telur, ikan, dan tempe agar anggota
keluarga tidak mudah sakit.
1= Ya
2= Tidak
5. Saya memperbolehkan anak saya untuk jajan
gorengan setiap hari agar kebutuhan lemak
terpenuhi.
1= Ya
2= Tidak
6. Saya selalu makan sayur dan buah setiap
waktu makan agar kebutuhan vitamin dan
mineral terpenuhi.
1= Ya
2= Tidak
7. Saya mengkonsumsi suplemen vitamin dan
mineral, terutama saat sedang sakit.
1= Ya
2= Tidak
8. Saya selalu minum susu setiap hari agar
kebutuhan kalsium saya terpenuhi
1= Ya
2= Tidak
9. Saya mengkonsumsi anekaragam pangan
hewani (daging, telur, ayam, dan hati) untuk
memenuhi kebutuhan zat besi.
1= Ya
2= Tidak
10. Saya sering beraktivitas di luar ruangan pada
pagi hari untuk memenuhi kebutuhan vitamin
D.
1= Ya
2= Tidak
11. Saya setiap hari mengkonsumsi buah 1= Ya
2= Tidak
12. Sebelum makan maka saya selalu mencuci
tangan pakai sabun.
1= Ya
2= Tidak
13. Saya memperbolehkan anak saya untuk
membeli jajanan dimana saja asalkan murah
dan enak
1= Ya
2= Tidak
14. Saya selalu sarapan pagi sebelum memulai
aktivitas sehari-hari
1= Ya
2= Tidak
15. Saya rutin berolahraga setiap minggu untuk
mencegah kegemukan
1= Ya
2= Tidak
16. Saya rutin menimbang berat badan sekali
seminggu
1= Ya
2= Tidak
29
No. Pertanyaan Jawaban SKOR*
17. Saya selalu memeriksa keberadaan iodium
pada label/bungkus garam yang saya beli
1= Ya
2= Tidak
18. Saya selalu mengatur dan menyediakan
makanan laut dalam menu makan keluarga,
minimal satu kali dalam seminggu
1= Ya
2= Tidak
19. Saya selalu menyimpan garam dapur di
tempat yang tertutup dan tidak terkena
matahari.
1= Ya
2= Tidak
20. Saya selalu menyajikan singkong/daun
singkong/kol dalam kondisi matang, yang
berarti zat berbahaya (goitrogen) dalam
makanan tersebut sudah tidak aktif lagi
1= Ya
2= Tidak
*diisi oleh petugas
30
RIWAYAT HIDUP
Widya Astuti merupakan anak pertama dari Aan Nugraha S.H, M.M dan
Siti Aisyah S.H yang dilahirkan di Bandung, 2 Januari 1993. Penulis mempunyai
seorang adik perempuan bernama Windy Maudy Atiyah. Tahun 2011 penulis
lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) 2 Bandung dan pada tahun 2012
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Ujian Talenta
Mandiri (UTM).
Selama masa perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Pendidikan Gizi pada tahun ajaran 2015/2016. Penulis juga aktif mengikuti
organisasi tingkat kampus seperti Bina Desa BEM-KM IPB tahun 2013/2014
sebagai anggota divisi Info dan Komunikasi. Penulis juga aktif dalam mengikuti
bergbagai kepanitiaan seperti ESPENT tahun 2014 sebagai kepala divisi dana
usaha, Nutrittion Fair 2014 sebagai anggota divisi sponsorship dan Nutrition Fair
2015 sebagai kepala divisi sponsorship.
Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) didanai
DIKTI pada tahun 2014 yaitu PKM bidang Masyarakat dengan Judul My Dora
(Diari Konsumsi Sayuran dan Buah) Sebagai Media Edukasi Dalam Melatih
Kejujuran Dan Meningkatkan Konsumsi Sayur Dan Buah Pada Anak Sekolah
Dasar. Penulis penah menjalani Kuliah Kerja Nyata berbasis Profesi (KKN-P)
pada tahun 2015 di Desa Tajursindang, Kecamatan Sukatani, Kabupaten
Purwakata, Jawa Barat. Selain itu, penulis juga pernah menjalani Internship
Dietetic (ID) di Rumah Sakit Umum Daesrah Cibinong, Bogor
.