`
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING
PADA PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO)
(Studi Empiris pada Perusahaan yang Go-Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun
2007-2011)
ABSTRAK
Oleh:
ALMA’WA
NPM : 0811031002
Tlpn : 085769427902
Email : [email protected]
Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt
Pembimbing II : Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah variabel reputasi
underwrite, reputasi auditor, return on assets, earning per share berpengaruh negatif
terhadap underpricing. Dan firm size sebagai variabel kontrol.
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive judgment
sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka terdapat 70 sampel yang
menjadi sampel penelitian dengan periode 2007-2011. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Sebelum dilakukan analisis regresi
linear berganda terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif
terhadap underpricing sedangkan reputasi auditor, return on assets, earning per share
dan firm size tidak berpengaruh terhadap underpricing.
Kata kunci: Underpricing, Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Return On Assets,
Earning Per Share dan Firm Size.
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING UNDERPRICING IN INITIAL PUBLIC
OFFERINGS
(Empirical Study on Companies Go Public on the Indonesia Stock Exchange Year
2007-2011)
ABSTRACT
By:
ALMA’WA
NPM : 0811031002
Tlpn : 085769427902
Email : [email protected]
Pembimbing I : Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt
Pembimbing II : Liza Alvia, S.E., M.Sc., Akt
This study aimed to test empirically whether underwriter reputation variables, auditor
reputation, return on assets, earnings per share negative effect on underpricing. And firm
size as control variables.
The samples in this study were obtained by using purposive judgment sampling. Based
on predetermined criteria, then there are 70 samples were selected as sample to the period
2007-2011. Hypothesis testing is performed using multiple linear regression analysis.
Prior to multiple linear regression analysis first tested the classical assumptions.
The results showed that the variables negatively affect the reputation of underwriters
underpricing while the auditor's reputation, return on assets, earnings per share and firm
size has no effect on underpricing.
Keywords: Underpricing, Underwriter reputation, Auditor reputation, Return On Assets,
Earning Per Share, and Firm Size.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menjalankan kegiatan operasional suatu perusahaan tidak akan terlepas dari
masalah pemenuhan kebutuhan dana untuk pembiayaan operasionalnya. Kebutuhan akan
pembiayaan dapat dipenuhi dari berbagai sumber, baik sumber pendanaan internal
maupun sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan internal dapat berasal dari laba
yang ditahan perusahaan, sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat berasal dari
hutang pada bank, pengeluaran surat hutang, atau dari emisi saham, untuk pendanaan
yang berasal dari saham, pada umumnya perusahaan akan menawarkan sahamnya kepada
publik atau masyarakat dengan melakukan penawaran saham perdana kepada publik atau
sering disebut initial public offering (IPO).
UU RI No 8 tahun 1995 tentang pasar modal mendefinisikan penawaran umum sebagai
kegiatan penawaran yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat
(Syukri;1999 dalam Ariawati; 2005). Dengan beredarnya saham perusahaan ke tangan
publik mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut telah berubah dari perusahaan pribadi
menjadi perusahaan publik atau lebih dikenal dengan Go public.
Menurut Suyatmin dan Sujadi (2006) dalam Wulandari (2011), permasalahan yang
dihadapi perusahaan ketika melakukan penawaran saham perdana di pasar modal adalah
penentuan besarnya harga penawaran perdana. Di satu pihak perusahaan ingin
menerapkan harga jual tinggi agar memperoleh penerimaan dari hasil penawaran
(proceeds) yang tinggi pula. Di sisi lain, harga saham yang mahal mempengaruhi minat
investor untuk membeli saham tersebut, harga yang tinggi menyebabkan minat investor
untuk membeli saham tersebut menjadi rendah dan besar kemungkinan saham yang
ditawarkan menjadi kurang menarik karena investor ingin mendapatkan initial return dari
selisih antara harga saham di pasar sekunder dengan pembelian saham di pasar perdana
tersebut, sehingga kondisi ini tidak menguntungkan bagi emiten, karena emiten telah
mengorbankan return yang seharusnya didapat. Adanya initial return mengindikasikan
terjadi fenomena underpricing di pasar perdana.
Underpricing terjadi ketika terdapat selisih positif antara harga saham yang ditawarkan
perusahaan pada pasar primer dengan harga yang terbentuk di pasar sekunder, sehingga
menyebabkan investor memperoleh initial return yang tinggi pada awal perdagangan.
Kondisi underpricing merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena
dana yang diperoleh dari publik tidak maksimum.
Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan
penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli
sisa efek yang tidak terjual. Dalam proses go public, pertama saham perusahaan yang
akan go public dijual di pasar perdana. Kemudian saham tersebut akan diperdagangkan di
pasar sekunder (bursa efek). Harga saham pada penawaran perdana ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara peusahaan emiten dengan underwriter, sedangkan harga
saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar. Underwriter dalam hal ini
memperoleh informasi lebih baik mengenai permintaan saham-saham emiten,
dibandingkan emiten itu sendiri. Oleh karena itu, underwriter akan memanfaatkan
informasi yang dimiliki untuk memperoleh kesepakatan optimal dengan emiten. Dapat
dikatakan reputasi underwriter yang lebih tinggi diharapkan akan memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi juga karena penyediaan pelayanan yang lebih baik dari
underwriter.
Fungsi auditor dalam proses go public adalah sebagai pihak yang ditunjuk oleh
perusahaan untuk melakukan pemeriksaan laporan keuangan perusahaan sebagai calon
emiten. Penggunaan auditor yang bereputasi tinggi dapat memberikan hasil pelaporan
yang sesuai dengan laporan keuangan perusahaan, dengan demikian penggunaan auditor
yang bereputasi tinggi dapat digunakan sebagai tanda petunjuk terhadap kualitas
perusahaan emiten. Oleh karena itu, perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih
KAP yang memiliki reputasi yang baik.
ROA merupakan suatu rasio penting yang dapat dipergunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dengan investasi yang telah ditanamkan untuk mendapat laba.
ROA yang semakin besar berarti bahwa perusahaan tersebut dapat memanfaatkan seluruh
asetnya dalam memperoleh laba sehingga tingkat underpricing yang diharapkan akan
rendah.
Menurut Wijayanto (2009) Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per saham
perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian
keuntungan yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu
saham. Pada umumnya pemegang saham dan calon investor akan tertarik pada EPS,
karena EPS menggambarkan jumlah uang yang diperoleh untuk setiap lembar saham dan
EPS yang besar menjadi indikator keberhasilan dari emiten. Dengan memperhatikan
pertumbuhan laba perlembar saham tersebut dapat dilihat prospek perusahaan di masa
yang akan datang sehingga akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang belum konsisten peneliti tertarik untuk
menguji kembali penelitian ini dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (Studi Empiris pada
Perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2011)”.
1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing?
2. Apakah reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing?
3. Apakah return on assets berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing?
4. Apakah earning per share berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing
1.2.2 Batasan Masalah
Dalam memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan
arah yang jelas. Maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menggunakan underpricing sebagai variabel dependen dan variabel
independen yaitu reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning
per share.
2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan yang melakukan
initial public offering (IPO) selama periode pengamatan yaitu 2007 sampai
dengan 2011.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah variabel reputasi
underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share berpengaruh negatif
terhadap underpricing.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan di bidang keuangan dan pasar modal serta lebih
memahami khususnya IPO dan underpricing.
2. Menjadi tambahan wacana dan literatur di bidang keuangan sehingga dapat
berguna bagi penelitian berikutnya.
3. Memberikan masukan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil
keputusan untuk melakukan penjualan saham pada pasar perdana.
4. Membantu investor dalam mengambil keputusan investasi di pasar modal.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1. Asymmetric Information Theory
Asimetri informasi adalah suatu kondisi dimana terdapat kesenjangan informasi baik
antara informasi yang dimiliki oleh perusahaan (insider) dengan pihak lain (outsider).
Asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan emiten dengan underwriter yaitu
bahwa underwriter memiliki informasi yang lebih mengenai permintaan saham-saham
perusahaan emiten dibanding perusahaan emiten itu sendiri. Maka underwriter akan
memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk membuat kesepakatan harga IPO yang
optimal bagi dirinya, yaitu dengan memperkecil risiko dalam membeli saham yang
nantinya tidak laku terjual. Emiten akan menerima harga yang murah bagi penawaran
sahamnya karena kurang memiliki informasi. Dengan demikian akan menyebabkan
tingkat underpricing yang semakin tinggi.
Investor yang memilki informasi akan membeli saham yang dianggap akan memberi
return yang tinggi untuk di masa depan. Sedangkan untuk investor yang tidak memilki
informasi akan membeli saham tanpa mengetahui saham tersebut memberikan return
yang tinggi atau tidak untuk di masa depan
2.1.2 Signaling Theory
Sumarsono (2003) dalam Puspita (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas
baik dengan sengaja akan memberikan sinyal kepada pasar, dengan demikian pasar
diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan perusahaan yang
berkualitas buruk. Oleh karena itu, issuer dan underwriter dengan sengaja akan
memberikan sinyal pada pasar. Underpricing beserta sinyal yang lain (reputasi
underwriter, reputasi auditor, return on asset, EPS) merupakan sinyal positif yang
berusaha diberikan oleh issuer guna menunjukkan kualitas perusahaan pada saat IPO.
2.2.Makna Go-Public
Go Public adalah kegiatan penawaran saham atau efek lainnya yang dilakukan oleh
Emiten untuk menjual saham atau efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang
diatur oleh UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.
2.3 Initial Public Offering (IPO)
Transaksi penawaran umum penjualan saham pertama kali terjadi di pasar perdana
(primary market). Kegiatan yang dilakukan dalam rangka penawaran umum penjualan
saham perdana disebut Initial Public Offering (IPO).
2.4. Fenomena Underpricing
Underpricing merupakan fenomena yang terjadi ketika harga saham pada saat penawaran
lebih rendah daripada harga yang terbentuk ketika saham pertama kali diperdagangkan
pada pasar sekunder. (Bodie, Kane, dan Marcus, 2003: 67).
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing
1. Reputasi Underwriter
Dalam proses IPO, underwriter bertanggung jawab atas terjualnya saham. Apabila ada
saham yang masih tersisa, maka underwriter berkewajiban untuk membelinya. Bagi
underwriter yang belum mempunyai reputasi, akan sangat hati-hati untuk menghindari
risiko tersebut. Untuk menghindari risiko, maka underwriter menginginkan harga yang
rendah. Bagi underwriter yang memiliki reputasi tinggi, mereka berani memberikan
harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya. (Yasa, 2008)
2. Reputasi Auditor
Auditor yaitu sebagai pihak yang ditunjuk oleh perusahaan, yang melakukan pemeriksaan
laporan keuangan perusahaan sebagai calon emiten. Menurut Daljono ( 2000) dalam
Setianingrum (2005) reputasi auditor menunjukkan kualitas dan profesionalisme auditor
yang mengaudit laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang menggunakan auditor
yang berkualitas tinggi dapat diartikan sebagai sinyal kualitas emiten.
3. Return On Assets
Return on asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan
beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan atau laba bagi perusahaan dengan cara
memanfaatkan asset yang dimilikinya. Profitabilitas perusahaan yang tinggi akan
mengurangi ketidakpastian IPO sehingga mengurangi tingkat underpricing (Yasa, 2008)
4. Earning Per Share
Variabel earning per share merupakan proxy laba per lembar saham perusahaan yang
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang
dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Hasil
penelitian Ardiansyah (2004) EPS berpengaruh signifikan negatif terhadap initial return.
2.6. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dikemukakan oleh
peneliti pada tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu
No Penelitian
(Tahun)
Judul Penelitian Variabel Penelitian Alat
Analisis
Hasil Temuan
1. Sri Retno
Handayani
(2008)
Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi
Underpricing pada
Penawaran Umum
Perdana (Studi Kasus
Pada Perusahaan
Keuangan yang Go
Publik di Bursa Efek
Jakarta Tahun 2000-
2006)
Dependen:
Underpricing
Independen:
Debt to equity rasio,
return on asset,.
earning per
Share, umur
perusahaan,
ukuran perusahaan, dan
prosentase penawaran
saham
Regresi
Linear
Berganda
EPS berpengaruh negatif
terhadap underpricing.
sedangkan debt to equity rasio,
return on asset,. umur
perusahaan, ukuran perusahaan,
dan prosentase penawaran
saham tidak berpengaruh
terhadap tingkat underpricing.
2. Siti
Ariawati
(2005)
Analisis Faktor-Faktor
yang Menpengaruhi
Tingkat Underpricing
pada Penawaran
Saham Perdana (IPO)
Dependen:
underpricing
Independen:
SIZE, waktu listing,
reputasi underwriter,
kondisi pasar, ROI,
financial leverage
Regresi
Linear
Berganda
SIZE dan reputasi underwriter
berpengaruh signifikan negatif
terhadap underpricing,
leverage berpengaruh
signifikan positif terhadap
underpricing. waktu
listing,kondisi pasar dan ROI
tidak terhadap underpricing
3. Bram
Nugroho
Sandhiaji.
(2004)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing
pada Penawaran
Umum Perdana (IPO)
periode 1996-2002
reputasi underwriter,
reputasi auditor, jumlah
saham yang ditahan
investor lama, return on
asset, umur perusahaan,
ukuran perusahaan.
Regresi
Linear
Berganda
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa reputasi
underwriter. jumlah saham
yang ditahan investor lama,
return on asset, umur
perusahaan, ukuran perusahaan
memiliki pengaruh yang
signifikan. namun reputasi
auditor tidak memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap underpricing.
4. Ardiansyah
(2004)
Initial Return
dan return 15
hari setelah IPO
ROA, DER, EPS,
Proceeds, pertumbuhan
laba, CR, besaran
perusahaan, reputasi
penjamin emisi,
reputasi auditor, umur
perusahaan jenis
industri dan kondisi
perekonomian
Regresi
linear
berganda
EPS dan kondisi perekonomian
berpengaruh signifikan
terhadap initial return dan
return 15 hari setelah IPO;
financial leverage berpengaruh
signifikan terhadap return 15
hari setelah IPO; besaran
perusahaan tidak berhasil
ditunjukkan sebagai variabel
moderat terhadap hubungan
antar variabel keuangan dengan
initial returndan return 15 hari
setelahIPO
5. Harum
Indinah
Diananingsi
h (2003)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing
pada Penawaran
Umum Perdana (IPO)
Dependen:
Underpricing
Independen:
Reputasi underwriter,
besarnya saham yang
ditawarkan ke
masyarakat,besarnya
saham yang ditahan
oleh pemilik lama,
waktu listing.
Regresi
Linear
Berganda
Reputasi underwriter, besarnya
saham yang ditawarkan ke
masyarakat. waktu listing
berpengaruh terhadap
underpricing sedangkan
besarnya saham yang ditahan
oleh pemilik lama tidak
berpengaruh terhadap
underpricing
6. Tia
Setianingru
m (2005)
Pengaruh Informasi
ProspektusPerusahaan
terhadap Initial return
pada Penawaran
Saham Perdana
Dependen: Initial return
Independen: ROA, total
debt to equity, total debt
to total asset, presentasi
penawaran saham, umur
perusahaan, reputasi
auditor, reputasi
underwriter
Regresi
Linier
Berganda
ROA. total debt to equity. umur
perusahaan, reputasi auditor,
reputasi underwriter
berpengaruh terhadap Initial
return sedangkan total debt to
total asset presentasi
penawaran saham tidak
berpengaruh terhadap Initial
return
Sumber: Data diolah penulis (2012)
2.7 Model Penelitian
Informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam prospektus merupakan
ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public. Dengan adanya informasi dalam
prospektus tesebut diharapkan akan dapat mempengaruhi keputusan investor dalam
menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan go public, sehingga perusahaan
sebagai emiten di bursa akan mendaptkan return yang maksimal untuk meningkatkan
kinerja perusahaan. Informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu reputasi
underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share. Informasi tersebut
diperkirakan memiliki pengaruh tehadap underpricing. Berdasarkan hal tersebut dapat
digambarkan bentuk model penelitian pada gambar 1 sebagai berikut:
Gambar 1. Model Penelitian
2.6 Hipotesis
2.6.1 Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing
Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak degan emiten untuk melakukan
penawaran umum perdana. Dalam proses IPO, underwriter bertanggung jawab atas
terjualnya saham. Apabila ada saham yang masih tersisa, maka underwriter
berkewajiban untuk membelinya. Bagi underwriter yang belum mempunyai reputasi,
akan sangat hati-hati untuk menghindari risiko tersebut. Untuk menghindari risiko, maka
underwriter menginginkan harga yang rendah. Bagi underwriter yang memiliki reputasi
tinggi, mereka berani memberikan harga yang tinggi pula sebagai konsekuensi dari
kualitas penjaminannya (Yasa, 2008). Reputasi underwriter yang tinggi merupakan
sinyal yang baik untuk investor. Ariawati (2005) menyatakan reputasi underwriter
berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing, sedangkan menurut penelitian
Yolana dan Martani, 2005 dalam Puspita, 2011 reputasi underwriter tidak berpengaruh
terhadap underpricing. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H1: Reputasi underwriter berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
Underpricing
Reputasi Underwriter
Reputasi Auditor
Earning Per Share
Return on Assets
Size Firm
2.6.2 Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing
Menurut Daljono ( 2000) dalam Setianingrum (2005) reputasi auditor menunjukkan
kualitas dan profesionalisme auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan.
Reputasi auditor didasarkan pada frekuensi penugasan yang dilakukan oleh emiten.
Perusahaan yang menggunakan auditor yang berkualitas tinggi dapat diartikan sebagai
sinyal kualitas emiten. Hal ini berarti bahwa penggunaan auditor yang memiliki reputasi
tinggi akan mengurangi ketidakpastianpada masa yang akan datang (Yasa, 2008).
Setianingrum (2005) menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh yang signifikan
terhadap underpricing. Sedangkan menurut penelitian Sandhiaji (2004) reputasi auditor
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap underpricing. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
H2: Reputasi auditor berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
2.6.3 Pengaruh Return on Asset terhadap Underpricing
Tingkat profitabilitas merupakan informasi tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan.
Informasi ini akan memberikan informasi kepada pihak luar mengenai efektivitas
operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA perusahaan akan semakin rendah tingkat
underpricing karena investor akan menilai kinerja perusahaan lebih baik dan bersedia
membeli saham perdananya dengan harga yang lebih tinggi. Calon investor akan
mempertimbangkan prosentase profitabilitas perusahaan sebelum menentukan keputusan
investasinya sehingga nilai ketidakpastiaannya semakin rendah yang juga akan
menurunkan nilai underpricing perusahaan tersebut (Yasa, 2008). Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
H3: Return on asset berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
2.6.4 Pengaruh Earning Per Share terhadap Underpricing
Earning per share merupakan proxy bagi laba per saham perusahaan yang diharapkan
dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat
diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham (Ardiansyah, 2004).
Salah satu alasan investor menanamkan modalnya di perusahaan adalah karena investor
tersebut yakin akan pendapatan yang dihasilkan dari tiap lembar saham yang dibelinya.
Hal ini yang menandakan bahwa semakin tinggi nilai EPS, maka investor akan semakin
tertarik. Sehingga mengakibatkan harga saham tinggi (Kurniawan, 2007). Penelitian
Ardiansyah (2004) menyatakan EPS berpengaruh signifikan positif terhadap initial
return. Sedangkan menurut Handayani (2008) EPS berpengaruh negatif terhadap
underpricing. Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
H4 : Earning per share berpengaruh signifikan negatif terhadap underpricing.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Penulis menggunakan populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penulis menggunakan data periode pengamatan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
selama 5 tahun, yaitu dari periode tahun 2007-2011. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2011 untuk keperluan analisis data.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari website Indonesian Stock Exchange dan Indonesian Capital Market
Directory. Selain itu penulis juga mengumpulkan data sebagai landasan teori dan
penelitian terdahulu dari buku, internet serta sumber data tertulis lainnya yang
berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.
Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang melakukan IPO pada periode 2007-2011.
2. Perusahaan memiliki laporan keuangan pada saat IPO.
3. Data perusahaan tidak memiliki nilai negatif.
4. Perusahaan tersebut tidak mengalami overpricing.
5. Data perusahaan tidak outlier
6. Tersedia data harga saham saat IPO dan data harga saham saat penutupan.
7. Memiliki informasi tentang auditor dan underwriter.
3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian
3.3.1 Variabel Dependen (Y)
1. Underpricing (Y1)
Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat penawaran perdana
lebih rendah dibandingkan ketika diperdagangkan di pasar sekunder. Penentuan harga
saham pada saat penawaran umum ke publik, dilakukan berdasarkan kesepakatan antara
perusahaan emiten dan underwriter. Sedangkan harga saham yang terjadi di pasar
sekunder merupakan hasil mekanisme pasar yaitu hasil dari mekanisme penawaran dan
permintaan (Handayani, 2008)
Menurut Kunz dan Aggarwal (1994) dalam Handayani (2008) rumus underpricing adalah
sebagai berikut:
Up = (P1 – P0) x 100%
P0
Keterangan:
Up = initial return saham masing-masing perusahaan
P0 = harga penawaran perdana (offering price) saham
P1 = harga penutupan saham hari pertama di pasar sekunder
3.3.2 Variabel Independen (X1) (X2) (X3) (X4)
1. Reputasi Underwriter (X1)
Variabel ini merupakan variabel dummy dimana pengklasifikasiaannya berdasarkan
peringkat penjaminan emisi obligasi maupun saham (data Bloomberg) yang dimuat
dalam situs Bataviase.co.id. Pemeringkatan ini didasarkan nilai penjaminan IPO saham
dari total emisi saham perdana yang menempati peringkat 1 sampai 5 pada underwriting
IPO saham yaitu Credit Suisse, Deuttsche Bank AG, PT Danatama Makmur, PT Mandiri
Sekuritas, dan PT Bahana Securities. Hasil publikasi peringkat ini diindikasikan memberi
nilai prestigious pada kredibilitas kinerja underwriter tersebut sehingga diberi nilai 1 dan
yang tidak termasuk dalam peringkat diberi nilai 0.
2. Reputasi Auditor (X2)
Variabel ini juga merupakan variabel dummy. Nilai 1 untuk partner dari auditor yang
berafiliasi dengan The Big Four (Delloitte Touche Tohmatsu, PwC, Ernst & Young, dan
KPMG) dan kantor akuntan lainnya diberi nilai 0 (Sutedja dan Violita, 2010 dalam
Yunati, 2011).
3. Return on Assets (X3)
Return on assets (ROA) adalah salah satu rasio probabilitas, yaitu menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa yang akan datang dengan
menggunakan asset yang d milikinya. Rumus ROA menurut Ang (2007) dalam Ariawati
(2005) adalah sebagai berikut:
4. Earning Per Share (X4)
Variabel EPS merupakan proxy bagi laba per lembar saham perusahaan yang diharapkan
dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai bagian keuntungan yang dapat
diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan memiliki suatu saham (Ardiansyah, 2004).
EPS dihitung dengan rumus:
3.4 Variabel Kontrol
Size Firm
Menurut Yasa (2008) ukuran perusahaan menunjukkan jumlah total aset yang dimiliki
perusahaan. Semakin besar aset perusahaan akan mengindikasikan semakin besar ukuran
perusahaan tersebut. Aset perusahaan yang besar akan memberikan sinyal bahwa
perusahaan tersebut mempunyai prospek.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana selama periode 2007-
2011 berjumlah 102 perusahaan. Namun hanya terdapat 70 perusahaan yang memenuhi
kriteria. Hasil seleksi sampel perusahaan pada penelitian ini disajikan pada tabel 2
sebagai berikut:
Keterangan Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang melakukan IPO periode 2007- 2011 102
Sampel dikeluarkan karena mengalami overpricing (19)
Sampel dikeluarkan karena memiliki nilai negatif (12)
Sampel dikeluarkan karena data outlier (6)
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 70
4.2 Statistik Deskriptif
Deskripsi dari masing-masing variabel penelitian disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 3. Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Underpricing 70 1.40 70.00 33.7429 24.52130
ROA 70 .02 49.27 6.3287 8.01038
EPS 70 .47 473.00 53.4067 84.38965
Firm_Size 70 7.41E8 324E13 33726E12 570239E12
Valid N (listwise) 70
Tabel 4. Hasil Uji Statistik frequencies Reputasi_Underwriter
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 48 68.6 68.6 68.6
1 22 31.4 31.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Tabel 5. Hasil Uji Statistik frequencies Reputasi_Auditor
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 0 48 68.6 68.6 68.6
1 22 31.4 31.4 100.0
Total 70 100.0 100.0
Isi teratas di dalam tabel statistik deskriptif menunjukkan nilai maksimum dan minimum
underpricing pada 70 sampel perusahaan yang ada. Variabel dependen yaitu
underpricing ini memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 1.4% yaitu pada perusahaan
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar 70% yaitu pada
perusahaan PT Bekasi Asri Pemula Tbk, PT Bisi International Tbk, PT Bukit Darmo
Property Tbk, Bank Sinarmas Tbk, PT Cowell Development Tbk, Multifiling M itra
Indonesia, PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk, PT Perdana Karya Perkasa Tbk, PT Triwira
Insanlestari Tbk. Besarnya rata-rata (mean) dari selisih harga saham pada pasar sekunder
dengan harga saham pada penawaran saham perdana dalam sampel penelitian yaitu
sebesar 33.7429%. Sedangkan standar deviasi sebesar 24.521390 yang artinya besarnya
peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel underpricing adalah
sebesar +24.521390 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -24.521390.
Return On Asset (ROA) memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 0.2% yaitu pada
perusahaan PT Bukit Darmo Property Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar
49.26812%. yaitu pada perusahaan PT Midi Utama Indonesia Tbk. Nilai rata-rata (mean)
sebesar 6.3287% yang menggambarkan rata-rata ROA sampel perusahaan. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa besarnya kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau
keuntungan melalui sumber asetnya pada sampel penelitian yaitu sebesar 6.3287%.
Sedangkan standar deviasi sebesar 8.01038 yang artinya besarnya peningkatan
maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel ROA adalah sebesar +8.01038
sedangkan penurunan yang mungkin adalah -8.01038.
Earning Per Share memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 0.47% yaitu pada
perusahaan PT Bukit Darmo Property Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar 473%
yaitu pada perusahaan PT Indo Tambangraya Megah Tbk. Nilai rata-rata (mean) sebesar
53.4067% yang menggambarkan rata-rata earning per share sampel perusahaan.
Sedangkan standar deviasi sebesar 84.38965 yang artinya besarnya peningkatan
maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel earning per share adalah sebesar
+84.38965 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -84.38965.
Firm Size memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar Rp 741000000.00 yaitu pada
perusahaan Tifa Finance Tbk. Nilai terbesar (maksimum) sebesar Rp
32.410.329.000.000 yaitu pada Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
Nilai rata-rata (mean) sebesar 3.3726% yang menggambarkan rata-rata firm size sampel
perusahaan. Sedangkan standar deviasi sebesar 5.70239 yang artinya besarnya
peningkatan maksimum yang mungkin dari nilai rata-rata variabel firm size adalah
sebesar +5.70239 sedangkan penurunan yang mungkin adalah -5.70239.
Pada data reputasi underwriter menunjukan bahwa untuk underwriter yang tidak
memiliki peringkat 1 sampai 5 adalah sebanyak 48 underwriter (48%) sedangkan untuk
underwriter yang memiliki peringkat 1 sampai 5 adalah sebanyak 22 underwriter (22%).
Dengan demikian mayoritas underwriter adalah underwriter yang tidak memiliki
peringkat 1 sampai 5.
Pada data reputasi auditor menunjukan bahwa untuk auditor yang tidak berafiliasi dengan
The Big Four adalah sebanyak 48 auditor (48%) sedangkan untuk auditor yang berafiliasi
dengan The Big Four adalah sebanyak 22 auditor (22%). Dengan demikian mayoritas
auditor adalah auditor yang tidak berafiliasi dengan The Big Four.
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Tabel 6. Hasil Uji Non Parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardize
d Residual
N 70
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 21.77550315
Most Extreme
Differences
Absolute .097
Positive .097
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .815
Asymp. Sig. (2-tailed) .520
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan pengujian non parametrik Kolmogorov –Smirnov (K-S) menunjukkan
bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0.815 dan signifikan pada 0.520 ( nilai
signifikan lebih besar dari 0.05 dengan tingkat keyakinan 95%). Hal ini memperjelas
bahwa data residual terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 7. Hasil Uji Multikolinearitas
No Variabel Penelitian Tolerance VIF Kesimpulan
1 Reputasi underwriter 0.763 1.311 Tidak ada multikolinearitas
2 Reputasi auditor 0.724 1.381 Tidak ada multikolinearitas
3 Return on asset 0.888 1.126 Tidak ada multikolinearitas
4 Earning per share 0.765 1.308 Tidak ada multikolinearitas
5 Firm size 0.758 1.319 Tidak ada multikolinearitas
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semua variabel independen
bebas dari asumsi multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .460a .211 .150 22.61011 2.103
a. Predictors: (Constant), Firm_Size, ROA, Reputasi_Underwriter,
EPS,Reputasi_Auditor
b. DependenVariable: Underpricing
Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson. Jika nilai
DW berada diantara du dan 4 – du maka menunjukkan tidak adanya masalah
autokotrelasi dalam model regresi.. Sedangkan penelitian ini memperoleh nilai DW
sebesar 2.103. Nilai tersebut berada diantara 1.7683 dan (4 – 1.7683).
Dari hasil pengujian Autokorelasi diatas, maka dapat dinyatakan hasil uji autokorelasi
dengan nilai Durbin-Watson sebesar 2.103 dimana nilai d lebih dari 1.7683 dan kurang
dari 2.2317. Hal ini berarti hasil pengujian tidak terjadi autokorelasi.
d. Uji Heterokedastisitas
Gambar 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan scatter plot dalam penelitian ini. dari grafik scatter plot terlihat bahwa
diagram pencar tidak membentuk pola tertentu tetapi menyebar secara acak serta tersebar
baik dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan regresi dalam penelitian
ini tidak terjadi heterokedastisitas.
Setelah pengujian asumsi klasik dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa
variabel reputasi underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share dan
firm size bebas dari uji asumsi klasik. Hal ini berarti uji regresi dapat dilanjutkan.
4.4. Goodness of Fit Test
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness
of fit-nya. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji
statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Koefisien determinasi
(R2) mengukur seberapa jauhnya kemampuan model dalam menerangkan variabel
dependen. Nilai R2
(koefisien determinasi) adalah antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati 1
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan
koefisien adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam
model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2
pasti meningkat tidak peduli
apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh
karena itu, banyak peneliti menganjurkan menggunakan Adjusted R Square, hal ini
dikarenakan nilai adjusted R square dapat naik dan turun apabila satu variabel
independent ditambahkan ke dalam model.
Tabel 10 . Hasil Uji Goodness of Fit Test
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .460a .211 .150 22.61011
b. Dependent Variable: Underpricing
Berdasarkan pengujian regresi yang dilakukan, diperoleh nilai adjusted R2
sebesar 15%
yang menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri dari reputasi underwriter,
reputasi auditor, return on assets, earning per share dan firm size, mampu menjelaskan
atau mempengaruhi variabel dependen yaitu underpricing sebesar 15% sedangkan
sisanya sebesar 85 % dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk
dalam model regresi ini. Standar Error of Estimates (SEE ) sebesar 22.64165. Makin
kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel
dependen.
4.5. Signifikansi Model Regresi (F-test)
Signifikansi model regresi ini diuji dengan melihat antara F-tabel dan F-hitung.
Hasil analisis regresi disajikan dalam table berikut ini:
Tabel 11. Hasil F-test
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 8771.401 5 1754.280 3.432 .008a
Residual 32717.905 64 511.217
Total 41489.306 69
a. Predictors: (Constant), Firm_Size, ROA, Reputasi_Underwriter,
EPS, Reputasi_Auditor
b. Dependent Variable: Underpricing
Dari hasil analisis regresi ini. didapat F-hitung sebesar 3.432 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0.008. Karena probabilitas 0.008 yang artinya lebih kecil daripada 0.05 maka
model regresi penelitian ini dapat dipakai untuk memprediksi underpricing. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa reputasi underwriter, reputasi auditor, return on
assets, earning per share dan firm size, secara bersama-sama mempengaruhi
underpricing. Atau dengan kata lain model regresi penelitian ini adalah signifikan.
4.6. Uji Hipotesis
Tabel 12. Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig
B Std. Error Beta
(Constant) 42.787 4.232 10.111 .000
Reputasi_Underwriter -15.235 6.664 -.291 -2.286 .026
Reputasi_Auditor -10.730 6.841 -.205 -1.568 .122
ROA -.257 .361 -.084 -.712 .479
EPS -.042 .037 -.146 -1.147 .256
Firm_Size 8.896E-13 .000 .207 1.623 .110
a. Dependent Variable: Underpricing
Dari tabel 12 kelima variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi, hanya
terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan pada tingkat underpricing yaitu reputasi
underwriter. Hal ini dapat dilihat dari tingkat signifikansi untuk reputasi underwriter sebesar
0,026 dimana lebih kecil dari 0,05. Sedangkan variabel-variabel lainnya yaitu reputasi
auditor,return on asset, earning per share, firm size dengan tingkat signifikansi diatas 0,05,
tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada tingkat underpricing. Hasil uji pengaruh
masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pengaruh reputasi underwriter terhadap underpricing pada perusahaan yang
melakukan IPO.
Pada hipotesis alternatif pertama, variabel reputasi underwriter memiliki nilai sinifikansi
0.026 lebih kecil dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel
reputasi underwriter terhadap tingkat underpricing signifikan. Hal ini berarti hipotesis
(Ha1) yang menyatakan bahwa reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap tingkat
underpricing terdukung.
Hal ini menunjukkan bahwa underwriter yang bereputasi tinggi lebih berani memberikan
harga yang tinggi sebagai konsekuensi dari kualitas penjaminannya, sehingga tingkat
underpricing rendah. Dalam menghadapi IPO calon investor cenderung melihat terlebih
dahulu pihak yang menjadi underwriter, karena menurut investor, underwriter dianggap
memiliki informasi yang lebih lengkap tentang kondisi emiten. Begitu pula jika
dibandingkan dengan emiten, underwriter dianggap memiliki informasi yang lebih
lengkap tentang pasar (Kristiantari, 2012). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ariawati (2005) bahwa reputasi underwriter berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing.
2. Pengaruh reputasi auditor terhadap underpricing pada perusahaan yang
melakukan IPO.
Pada hipotesis kedua, variabel reputasi auditor memiliki nilai sinifikansi 0.122 lebih
besar dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel reputasi auditor
terhadap tingkat underpricing tidak signifikan. Hal ini berarti hipotesis (Ha2) yang
menyatakan bahwa reputasi auditor berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing
tidak terdukung.
Hasil yang tidak signifikan ini dapat disebabkan karena runtuhnya citra akuntan publik
akibat kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen tampaknya membuat
kepercayaan publik (dalam hal ini adalah investor) atas objektifitas dan independensi
akuntan publik, bahkan yang memiliki reputasi tinggi (KAP big 4) berkurang, banyak
emiten yang menggunakan jasa KAP non Big 4. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Sandhiaji (2004) bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap underpricing
3. Pengaruh ROA terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO.
Pada hipotesis ketiga, variabel ROA memiliki nilai sinifikansi 0.479 lebih besar dari
derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel ROA terhadap tingkat
underpricing tidak signifikan. Hal ini berarti hipotesis (Ha3) yang menyatakan bahwa
ROA berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing tidak terdukung.
Hasil yang tidak signifikan ini dapat disebabkan para investor tidak hanya
memperhatikan ROA dalam prospectus, tetapi mungkin investor juga memperhatikan
ROA untuk beberapa tahun sebelum perusahaan melakukan IPO, dengan demikian
investor mengetahui apakah laporan keuangan tersebut dimark-up atau tidak. Hasil ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) bahwa ROA tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.
4. Pengaruh EPS terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO.
Pada hipotesisalternatif keempat. variabel EPS memiliki nilai sinifikansi 0.256 lebih
besar dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel EPS terhadap
tingkat underpricing signifikan. Hal ini berarti hipotesis (Ha4) yang menyatakan bahwa
EPS berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing tidak terdukung.
Hasil yang tidak signifikan ini disebabkan karena investor berpendapat dunia pasar
modal tidak memiliki kepastian untuk mendapatkan bagian keuntungan dalam suatu
periode tertentu dengan memiliki suatu saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Trisnawati (1999) bahwa EPS tidak berpengaruh signifikan terhadap
underpricing.
5. Pengaruh Firm Size terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan
IPO.
Pada variabel control, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai sinifikansi 0.110 lebih
besar dari derajat kepercayaan 0.05 yang berarti bahwa pengaruh variabel ukuran
perusahaan terhadap tingkat underpricing tidak signifikan. Hal ini berarti variabel kontrol
yang menyatakan bahwa firm size berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing
tidak terdukung.
Hasil yang tidak signifikan ini dapat disebabkan karena ukuran perusahaan yang diukur
dengan total aset yang besar tidak dapat mencerminkan apakah aset yang dimiliki oleh
perusahaan dapat memberikan keuntungan atau malah menimbulkan biaya. Sebuah
perusahaan belum tentu sepenuhnya mengoperasikan aset dengan efektif dan
efisien.Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008)
yang menemukan hubungan tidak signifikan antara ukuran perusahaan dengan tingkat
underpricing.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris apakah variabel reputasi
underwriter, reputasi auditor, return on assets, earning per share berpengaruh negatif
terhadap underpricing saat perusahaan melakukan penawaran perdana (IPO) di Bursa
Efek Indonesia pada tahun 2007-2011. Berdasarkan hasil dan analisis data yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel
reputasi underwriter berpengaruh negatif terhadap underpricing, sedangkan reputasi
auditor, return on assets, earning per share dan firm size tidak berpengaruh terhadap
underpricing.
5.2.Saran
Dari hasil penelitian ini. penulis menyampaikan saran agar penelitian selanjutnya
diharapkan dapat menambah rentan periode tahun penelitian, memperluas penelitian
dengan cara menggunakan data beberapa tahun sebelum IPO dan menambah atau
mengganti variabel independen lainnya yang lebih spesifik dan memiliki kombinasi yang
lebih tepat yag diduga berpengaruh terhaap variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Misnen. 2004. Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan
Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan terhadap
Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return Awal dan Return 15 Hari
Setelah IPO di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, No.
2, Mei, 125-153.
Ariawati, Siti. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Tingkat Underpricing
pada Penawaran Saham Perdana (IPO). Tesis. Program Pascasarjana Magister
Manajemen. Universitas Diponegoro.
Bodie, Kane, dan Marcus. 2006. Investments. Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Diananingsih, Harum Indinah. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO). Tesis. Program
Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.
Handayani, Sri Retno. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
pada Penawaran Umum Perdana . Tesis. Program Pascasarjana Magister
Manajemen. Universitas Diponegoro.
Isfaatun, Eliya. Hatta. dan Atika, Jauharia. 2010. Analisis Informasi Penentuan Harga
Saham saat Initial public offering. Jurnal Ekonomi Bisnis No. 1, Volume 15.
Jurusan Akuntansi . Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nusa Megarkencana
Kurniawan, Benny. 2007. Analisis Variabel keuangan dan Non Keuangan terhadap
Initial Return dan Return 7 Hari Setelah Initial Public. Tesis. Program
Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.
Kustiarina, Risa. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode
tahun 2001-2005. Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kusuma, Hadri. 2001. Prospektus Perusahaan dan Keputusan Investasi: Studi Empiris
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. JSB No. 6 Vol. Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Murtaqiyah, Siti. 2010. Faktor-Faktor yang Menpengaruhi Underpricing pada Penawaran
Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Puspita, Tifani. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing
saham pada Saat Initial Public Oferring (IPO) di Bursa Efek Indonesia Periode
2005-2010. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Sandhiaji, Bram Nugroho. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO) periode 1996-2002. Tesis.
Program Pascasarjana Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.
Sari, Ardhini Yuma. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Underpricing
pada Penawaran Umum Perdana. Skripsi. Program Sarjana Fakultas
Ekonomi.Universitas Diponegoro.
Setianingrum, Tia. 2005. Pengaruh Informasi ProspektusPerusahaan terhadap Initial
return pada Penawaran Saham Perdana. Tesis. Magister Manajemen, Universita
Widyatama.
Wijayanto, Andhi. 2009. Analisis Pengaruh ROA, EPS, Financial Leverage,
ProceedTerhadap Initial return. Dinamika Manajemen, Vol. 1, No. 1, Nopember
2009. Universitas Negeri Semarang.
Wulandari, Afifah. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Underpricing pada Penawaran Umum Perdana (IPO). Skripsi. Program Sarjana
Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Yasa , Gerianta wirawan. 2008. Penyebab Underpricing pada Penawaran Saham Perdana
di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas
Udayana.