ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA
INDONESIA
SITI RISKA ULFAH HIDAYANTI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-faktor
yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Indonesia adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Siti Riska Ulfah Hidayanti
NIM H14120053
ABSTRAK
SITI RISKA ULFAH HIDAYANTI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Indonesia. Dibimbing oleh
LUKYTAWATI ANGGRAENI.
Potensi pariwisata Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai penggerak utama
perekonomian Indonesia. Faktor pertimbangan dalam menentukan tujuan destinasi
wisata diantaranya adalah keadaan ekonomi, sosial dan politik negara yang
bersangkutam. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis sejauh mana kinerja
sektor pariwisata Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Perkembangan dan
pertumbuhan kinerja sektor pariwisata Indonesia meningkat dalam kurun waktu
tahun 2010 sampai tahun 2014. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke
Indonesia dipengaruhi oleh variabel GDP per kapita negara asal, jarak ekonomi,
harga relatif, dan dummy keamanan berpengaruh signifikan terhadap jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, sedangkan variabel exchange
rate dan dummy travel warning tidak berpengaruh signifikan. Oleh karena itu,
pemerintah perlu menjaga stabilitas exchange rate dan tingkat inflasi serta adanya
koordinasi pihak dan lembaga terkait dalam menjaga kestabilan politik, ekonomi,
sosial dan meningkatkan promosi kepariwisataan Indonesia ke mancanegara.
Kata kunci: sektor pariwisata, model data panel statis
ABSTRACT
SITI RISKA ULFAH HIDAYANTI. Analysis of Factors Affecting The Number
of Foreign Tourist Flows to Indonesia. Supervised by LUKYTAWATI
ANGGRAENI.
Indonesia's tourism potential can be utilized as the prime mover of the
Indonesian economy. Factors considered in determining the destination of tourist
destinations including the economic, social, and political of the country concerned.
This study was conducted to analyze the extent to which the performance of
Indonesia's tourism sector and analyzes the factors that influence the number of
foreign tourists visiting to Indonesia. Development and growth of Indonesia's
tourism sector performance improved in the period 2010 to 2014. The number of
foreign tourist arrivals to Indonesia affected by variables GDP per capita of the
origin country, economic distance, relative prices, and dummy security have a
significant effect on the number of foreign tourists visiting to Indonesia, while the
exchange rate and a dummy travel warning no significant effect. Therefore, the
government needs to maintain the stability of the exchange rate and inflation, as
well as the coordination of all the parties and relevant institutions in safeguarding
the stability of the political, economic, social and increasing the promotion of
tourism in Indonesia to foreign countries.
Keyword: tourism sector, panel data static
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA
INDONESIA
SITI RISKA ULFAH HIDAYANTI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsidengan judul Analisis Faktor-faktor yang
Memengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Indonesia ini berhasil
diselesaikan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada keluarga penulis atas kasih sayang, dukungan, dan doa yang
senantiasa diberikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.A.Ec selaku dosen penguji utama dan Deni
Lubis, S.Ag, M.A yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan
dan kesempurnaan skripsi ini. 3. Dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB
yang telah memberikan ilmu dan bantuanya kepada penulis.
4. Teman-teman sebimbingan dan seperjuangan yaitu Ayu, Natia, Ica, Alex
dan Darman. 5. Sahabat terbaik Dea dan Dewi atas segala dukungan dan doa selama ini.
6. Teman-teman semasa SMA yaitu Ririn, Nurul, Afril dan Ica yang telah
memberikan dukungan dan doa.
7. Teman-teman semasa kuliah yaitu Wita, Budiono, Annisa, Selva, Mira, dan
Ayuatas dukungan, doa, kerja sama, dan pembelajaran selama ini.
8. Keluarga ESP 49 dan keluarga Distro HIPOTESA 2015 atas segala dukungan
dan doanya.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Siti Riska Ulfah Hidayanti
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
Landasan Teori 7
Penelitian Terdahulu 13
Kerangka Pemikiran 17
Hipotesis 19
METODE 19
Jenis dan Sumber Data 19
Variabel dan Definisi Operasional 20
Perumusan Model Penelitian 21
Metode dan Pengolahan Data 22
Metode Evaluasi Model 25
HASIL DAN PEMBAHASAN 27
Gambaran Umum 27
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian 32
Kinerja Sektor Pariwisata Indonesia 33
Variabel yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Indonesia 41
SIMPULAN DAN SARAN 44
Simpulan 44
Saran 44
DAFTAR PUSTAKA 45
LAMPIRAN 48
RIWAYAT HIDUP 49
DAFTAR TABEL
1 Jumlah wisatawan dari 10 negara pengunjung utama sektor pariwisata
Indonesia tahun 2012 sampai tahun 2014 (wisman) ........................................ 3 2 Rangkuman penelitian terdahulu .................................................................... 15
3 Data dan sumber data yang digunakan ........................................................... 20 4 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari 10 negara pengunjung
utama dari tahun 2010 sampai tahun 2014 ..................................................... 28 5 GDP per kapita negara asal wisatawan mancanegara tahun 2010 sampai
tahun 2014 (USD) .......................................................................................... 29
6 Statistik deskriptif variabel penelitian ............................................................ 33 7 Peringkat devisa pariwisata terhadap sebelas ekspor barang terbesar,
tahun 2010 sampai 2014 ................................................................................. 36
8 Hasil estimasi model jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ................. 40
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2004
sampai tahun 2014 ............................................................................................ 2
2 Nilai tukar mata uang rupiah terhadap nilai tukar mata uang negara
pasar utama sektor pariwisata Indonesia .......................................................... 4 3 Pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
tahun 2008 sampai tahun 2014 ........................................................................ 5 4 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 18
5 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2010
sampai tahun 2014 .......................................................................................... 27
6 Nilai tukar antara mata uang rupiah dengan mata uang sembilan negara
pengunjung utama pariwisata Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2014 ...... 30 7 Persentase political stability Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2014 ........ 31
8 Jumlah kali kejadian terorisme per tahun dari 2010 sampai 2014 ................. 31 9 Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia ...................................................... 34 10 Penerimaan pajak dari sektor pariwisata Indonesia dari tahun 2010
hingga tahun 2013 .......................................................................................... 37
11 Penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata dari tahun 2010 hingga
tahun 2013 ...................................................................................................... 37 12 Jumlah anggaran promosi pariwisata Indonesia dari tahun 2010 sampai
tahun 2013 ...................................................................................................... 39
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Pooled Least Square
terhadap Model Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Indonesia
2010-2014 ...................................................................................................... 48
2 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Fixed Effect Model
dengan Pembobotan (Cross-section Weight) pada Model Jumlah
Kunjungan Wisatawan Mancanegara Indonesia 2010-2014 .......................... 49 3 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Random Effect Model
pada Model Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara Indonesia
2010-2014 ...................................................................................................... 50 4 Hasil Uji-F (Chow Test) terhadap Model Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara Indonesia 2010-2014 ............................................................... 51
5 Hasil Uji Hausman terhadap Model Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara Indonesia 2010-2014 ............................................................... 51 6 Hasil Uji Normalitas pada Model Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara Indonesia 2010-2014 ............................................................... 52
7 Hasil Uji Multikolinearitas dalam Model Jumlah Kunjungan Wisatawan
Mancanegara Indonesia 2010-2014 ............................................................... 52
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi
terbesar terhadap perekonomian dunia secara global. Sektor pariwisata
menyumbang sebesar sembilan persen terhadap pertumbuhan ekonomi dunia
(UNWTO 2014). Pada abad ke-21 ini sektor pariwisata pertumbuhannya semakin
pesat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan internasional secara signifikan dari 1087 juta orang di tahun
2013 meningkat menjadi 1133 juta orang di tahun 2014 (UNWTO 2014). Selain
itu sektor pariwisata juga pada umumnya mendominasi ekspor barang dan jasa,
yaitu sebesar enam persen dari total ekspor dunia (UNWTO 2014).
Sektor pariwisata menjadi salah satu sektor terpenting terhadap
pertumbuhan perekonomian serta pembangunan suatu negara. Aktivitas dari
sektor pariwisata sangat berpengaruh terhadap pendapatan negara, terutama
pengaruhnya terhadap devisa negara dan pendapatan pajak bagi negara. Selain itu,
aktivitas sektor pariwisata juga membuka peluang lapangan pekerjaan yang cukup
luas.
Perkembangan sektor pariwisata dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Setidaknya ada dua faktor yang sangat berpengaruh yaitu teknologi dan
transportasi. Kemudahan mengakses internet sebagai salah satu bukti kemajuan
teknologi mempermudah para wisatawan untuk mendapatkan informasi tentang
deskripsi dan informasi tujuan destinasi wisata. Dengan kemajuan teknologi juga
para wisatawan dapat melakukan transaksi online untuk kebutuhan pariwisata
mereka, seperti pemesanan tiket pesawat, pemesanan hotel, biro jasa pemandu,
agen wisata, dan lain-lain. Selain teknologi, berkembangnya transportasi terutama
moda transportasi udara juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan sektor
pariwisata. Saat ini banyak sekali maskapai-maskapai penerbangan domestik
maupun mancanegara yang menawarkan harga tiket yang murah serta harga tiket
promo liburan. Tingkat stres yang meningkat di era globalisasi ini juga
menjadikan berwisata di dalam negeri maupun ke luar negeri menjadi sebuah
kebutuhan, terutama bagi masyarakat perkotaan.
Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam adat dan budaya serta
keindahan alam dan sumber daya alam yang melimpah. Selain itu Indonesia juga
memiliki beragam tempat destinasi wisata serta berbagai macam acara tahunan
yang dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung
dan memilih Indonesia sebagai tujuan destinasi wisata utama bagi para wisatawan.
Maka dari itu, sektor pariwisata menjadi salah satu sektor andalan yang
memiliki peran besar serta berpotensi sebagai penggerak utama pertumbuhan
perekonomian Indonesia. Sektor pariwisata memiliki kontribusi yang positif
terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan fakta
bahwa sektor pariwisata merupakan sektor peringkat keempat penghasil devisa
tertinggi diantara sebelas komoditas lainnya yang berkaitan (Kemenpar 2015).
Selain itu, sektor pariwisata juga mengalami peningkatan kontribusi terhadap
PDB nasional, yaitu sebesar 9.6 persen pada tahun 2015 dan memiliki kontribusi
sebesar 6.4 persen terhadap total ekspor nasional (World Travel and Tourism
2
Council 2016). Peningkatan pertumbuhan sektor pariwisata dapat dilihat dari
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia setiap
tahunnya yang ditampilkan pada Gambar 1.
Sumber: Kemenpar (2015)
Gambar 1 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2004
sampai tahun 2014
Gambar 1 memperlihatkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia memiliki tren yang positif dan selalu meningkat
hampir setiap tahunnya. Pada tahun 2006 terlihat grafik yang menurun. Hal
tersebut dikarenakan dampak dari tragedi Bom Bali II yang terjadi pada tahun
2005. Lalu pada tahun 2009 grafik juga terlihat menurun, hal tersebut
diindikasikan karena dampak krisis global yang terjadi pada tahun 2008.
Penjabaran tentang kontribusi sektor pariwisata Indonesia terhadap PDB nasional,
devisa negara dan total ekspor nasional yang memiliki kontribusi positif serta
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang memiliki tren
positif selama tahun 2004 sampai tahun 2014 menunjukkan bahwa Indonesia
menjadi salah satu destinasi wisata yang patut dikunjungi oleh wisatawan
domestik maupun mancanegara. Dalam lingkup Asia Tenggara, Indonesia berada
di posisi keempat setelah negara Singapura, Thailand, dan Malaysia.
Berdasarkan Laporan Statistik Kementerian Pariwisata Indonesia tahun
2012-2014 ada sepuluh negara yang menjadi pengunjung utama pariwisata
Indonesia menurut jumlah kunjungan wisatawan masing-masing negara. Negara-
negara tersebut antara lain adalah Singapura, Malaysia, Australia, Tiongkok,
Jepang, Korea Selatan, Filiphina, Taiwan, Inggris, dan Amerika Serikat. Jumlah
kunjungan wisatawan dari sepuluh negara tersebut ditampilkan pada Tabel 1.
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Wis
man
(o
ran
g)
TAHUN
Jumlah Wisman
3
Tabel 1 Jumlah wisatawan dari 10 negara pengunjung utama sektor pariwisata
Indonesia tahun 2012 sampai tahun 2014 (wisman)
Negara Tahun
2012 2013 2014
Singapura 1565478 1634149 1739825
Malaysia 1335531 1430989 1485643
Australia 961595 997984 1128533
Tiongkok 686779 807429 926750
Jepang 450687 491574 525419
Korea Selatan 311618 343627 370142
Filiphina 229806 246497 253237
Amerika 212851 234134 251380
Inggris 212087 228679 249218
Taiwan 216535 245288 244003
Sumber: Kemenpar (2015)
Tabel 1 menunjukkan bahwa sepuluh negara yang menjadi pengunjung
utama pariwisata Indonesia. Selama kurun waktu tiga tahun dari tahun 2010
sampai tahun 2014 dapat diketahui bahwa negara Singapura dan Malaysia masih
mendominasi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia. Jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara kesepuluh negara tersebut selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Terdapat beberapa faktor dan pertimbangan dalam
menentukan destinasi wisata, terutama bagi para wisatawan mancanegara yang
hendak memutuskan negara mana yang akan dijadikan destinasi wisata. Beberapa
faktor dan pertimbangan tersebut adalah antara lain jarak, kemudahan akses
transportasi, biaya, pilihan objek wisata, stabilitas keamanan negara, dan keadaan
sosial negara tujuan.
Faktor jarak dan kemudahan akses transportasi dapat dikatakan menjadi
faktor yang paling umum dipertimbangkan oleh para wisatawan. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan data di Tabel 1 bahwa Singapura dan Malaysia berada di
urutan pertama dan kedua yang menjadi pengunjung utama pariwisata Indonesia.
Jarak antara Indonesia-Singapura dan Indonesia-Malaysia yang dekat menjadi
pertimbangan bagi para wisatawan asal Singapura dan Malaysia untuk berkunjung
ke Indonesia. Selain itu, faktor kemudahan akses transportasi antar negara yang
mudah dengan dua pilihan moda transportasi, yaitu transportasi udara dan
transportasi laut.
Faktor pertimbangan lainnya adalah biaya, keamanan negara dan keadaan
sosial negara tujuan wisata. Biaya perjalanan wisata terutama wisata ke luar
negeri dapat digambarkan dengan nilai tukar mata uang antar negara asal
wisatawan dengan nilai tukar mata uang negara tujuan destinasi wisata. Nilai
tukar mata uang Indonesia yang tergolong murah dibandingkan dengan nilai tukar
mata uang negara asal wisatawan menjadi salah satu faktor pertimbangan bagi
para wisatawan memilih Indonesia sebagai tujuan destinasi wisata. Gambar 2
menggambarkan pergerakan nilai tukar antara mata uang rupiah (IDR) dengan
mata uang sembilan negara yang menjadi pengunjung utama sektor pariwisata
Indonesia.
4
Sumber: BI (2016), (diolah)
Gambar 2 Nilai tukar mata uang rupiah terhadap nilai tukar mata uang negara
pasar utama sektor pariwisata Indonesia
Depresiasi yang terjadi antara nilai mata uang rupiah (IDR) dengan mata
uang negara asal wisatawan akan meningkatkan jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Indonesia dari negara tersebut dan begitu pun sebaliknya. Di satu
sisi keadaan apresiasi atau depresiasi nilai mata uang rupiah (IDR) terhadap nilai
mata uang negara asal wisatawan dapat menguntungkan dan merugikan
perekonomian nasional. Depresiasi nilai tukar mata uang rupiah mengindikasikan
bahwa mata uang rupiah sedang melemah tetapi di sisi lain dapat menguntungkan
ekspor nasional, tak terkecuali sektor pariwisata yang berkontribusi terhadap
ekspor jasa.
Faktor lainnya adalah faktor keamanan negara yang menjadi salah satu
pertimbangan penting bagi para wisatawan mancanegara. Negara yang rentan
terjadinya perang dan terorisme mengindikasikan bahwa keadaan keamanan
negara tersebut tidak stabil. Menurut Global Terrorism Index Report 2015,
Indonesia berada di urutan 33 diantara 124 negara dengan terrorism index sebesar
4.755 (Vision of Humanity 2016). Beberapa tahun silam, Indonesia tepatnya di
Provinsi Bali terjadi bencana bom sebagai bentuk terorisme. Hal tersebut sangat
berdampak pada pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia. Gambar 1
memperlihatkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2006
menurun dikarenakan tragedi Bom Bali II. Selain faktor keamanan negara, faktor
keadaan sosial suatu negara juga menjadi pertimbangan bagi para wisatawan
mancanegara. Keadaan sosial suatu negara diproksikan dengan melihat besarnya
persentase political stability. Pada rentan waktu antara tahun 2010-2014
persentase political stability Indonesia berfluktuatif antara 20 persen hingga 30
persen.
Sektor pariwisata Indonesia sangat berpotensi untuk dapat dikembangkan
dan menjadi sektor penggerak utama perekonomian nasional. Namun keadaan
stabilitas sosial, ekonomi, dan politik Indonesia sebagai pertimbangan bagi para
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia perlu dikaji untuk terus
meningkatkan kualitas dan pelayanan sektor pariwisata Indonesia. Maka dari itu,
0
5000
10000
15000
20000
25000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
IDR - AUD
IDR - GBP
IDR - JPY
IDR - SGD
IDR - USD
IDR - CNY
IDR - KRW
IDR - MYR
IDR - PHP
5
kajian penelitian tentang pengaruh beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia perlu dilakukan untuk
pengembangan sektor pariwisata Indonesia.
Perumusan Masalah
Sektor pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi (Setyanto 2002).
Sektor pariwisata berpotensi menjadi penggerak utama perekonomian nasional.
Pengembangan dan evaluasi terhadap sektor pariwisata harus terus dilaksanakan
agar terus menjadi lebih baik dan lebih prospektif. Berbagai kebijakan, regulasi,
dan promosi telah dicanangkan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah
Kementerian Pariwisata untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata.
Berkembangnya sektor pariwisata Indonesia ditandai dengan meningkatnya
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari tahun 2013-2014 yaitu dari
jumlah sebesar 8802129 orang menjadi 9435411 orang dengan persentase
perubahan sebesar 7.19 persen (Kementerian Pariwisata 2015). Negara-negara
ASEAN tetap memberi kontribusi terbesar pada jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara Indonesia dengan persentase 39.76 persen dari jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara total.
Sumber: Kemenpar (2015)
Gambar 3 Pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
tahun 2008 sampai tahun 2014
Berbeda dengan data jumlah kunjungan pariwisata yang memiliki tren
positif, pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
memiliki tren yang berfluktuatif. Gambar 4 menggambarkan adanya penurunan
pertumbuhan yang drastis dari tahun 2008 ke tahun 2009. Sejak tahun 2008
hingga tahun 2014 terlihat bahwa nilai pertumbuhan tertinggi jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 13.24
persen.
13,24
1,43
10,74
9,24
5,16
9,42
7,19
0
2
4
6
8
10
12
14
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Per
sen
TAHUN
Pertumbuhan Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
6
Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan perkembangan dan
pertumbuhan sektor pariwisata yang dilakukan di beberapa negara maupun di
Indonesia dapat memberikan gambaran untuk penelitian selanjutnya. Munoz dan
Amaral (2010) menggunakan variabel GDP per kapita dan nilai tukar sebagai
variabel yang menjelaskan keadaan ekonomi. Penelitian tersebut menghasilkan
bahwa kedua variabel berpengaruh positif signifikan terhadap lama tinggal
kunjungan wisatawan. Saha dan Yap (2013) menggunakan variabel GDP riil per
kapita, nilai tukar, political instability, dan terorisme. Keempat variabel tersebut
dapat menggambarkan dan menjelaskan keadaan ekonomi, sosial dan politik
negara yang berkaitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GDP riil dan nilai
tukar berpengaruh positif, sedangkan political instability dan terorisme
berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Sejauh ini, penelitian
yang dilakukan di Indonesia hanya terfokus pada variabel ekonomi saja seperti
penelitian yang dilakukan oleh Hakim et al. (2013) dan Dewi (2014). Maka dari
itu, penelitian kali ini difokuskan pada analisis pengaruh variabel ekonomi dan
non ekonomi terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia.
Objek penelitian ini adalah negara-negara yang menjadi pengunjung utama
sektor pariwisata Indonesia. Hal tersebut juga menjadi salah satu perbedaan
dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini juga menggunakan beberapa variabel
yang berbeda dari sebelumnya diantaranya adalah variabel dummy travel warning
dan dummy keamanan yang menggambarkan keadaan sosial dan politik negara
tujuan wisata.
Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas, perumusan masalah yang
akan dianalisis dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja sektor pariwisata Indonesia?
2. Variabel apa saja yang memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara Indonesia?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjabaran pada bagian latar belakang dan rumusan masalah di
atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kinerja sektor pariwisata Indonesia.
2. Menganalisis variabel yang memengaruhi jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara Indonesia.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai
pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan
masukan untuk perumusan kebijakan maupun program dalam rangka
mengembangkan sektor pariwisata Indonesia.
2. Bagi pelaku di sektor pariwisata, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi referensi untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata.
7
3. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian dapat menambah wawasan
serta informasi mengenai pariwisata Indonesia, dan dapat dijadikan sumber
acuan untuk penelitian lebih lanjut.
4. Bagi penulis, diharapkan penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan
pemahaman sehingga mampu mengusulkan masukan maupun solusi untuk
permasalahan sektor pariwisata yang dihadapi Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini menganalisis tentang pengaruh faktor
kestabilan keadaan sosial, ekonomi dan politik suatu negara yaitu faktor GDP per
kapita negara asal, exchange rate, jarak ekonomi, harga relatif, dummy travel
warning, dan dummy keamanan setiap tahun terhadap jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara Indonesia. Penelitian ini mengkaji sembilan negara yang
merupakan pangsa pasar utama sektor pariwisata Indonesia yaitu Singapura,
Malaysia, Australia, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Filiphina, Inggris, dan
Amerika Serikat. Periode waktu yang digunakan adalah lima tahun terakhir yaitu
2010-2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
Pengertian Pariwisata
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomer 10 tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah pusat, dan pemerintah daerah. Sedangkan menurut salah satu lembaga
pariwisata internasional, yaitu World Tourism Organization (WTO), pariwisata
adalah kegiatan seseorang yang bepergian ke atau tinggal di suatu tempat di luar
lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu tahun secara terus
menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan lainnya.
Sutrisno (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa pariwisata adalah
istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu
sendiri atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang
pengunjung melakukan perjalanan. Sedangkan menurut Koen Meyers (2009)
pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh sementara waktu dari
tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap atau
mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan
waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pariwisata, menurut lembaga dan
para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah kegiatan atau aktivitas
yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok sementara waktu di luar area
lingkungannya untuk berbagai tujuan yang didukung dengan berbagai fasilitas dan
layanan yang dapat menghasilkan kepuasan dan kesenangan setelah mencapai
tujuan kegiatan pariwisatanya.
8
Faktor Pendorong Pertumbuhan Pariwisata
Saat ini kegiatan pariwisata secara global di seluruh dunia sedang menjadi
tren tersendiri serta menjadi bagian dari gaya hidup berbagai lapisan masyarakat.
Kegiatan pariwisata baik berwisata di dalam negeri ataupun ke luar negeri
menjadi pilihan masing-masing sesuai kemampuan dan kebutuhan wisatawan.
Kebutuhan wisatawan dalam melakukan kegiatan wisatanya pun beragam seperti
murni liburan untuk mengisi waktu senggang, keperluan bisnis yang dapat
diselingi liburan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.
Berbagai faktor menjadi alasan dan penyebab pariwisata menjadi kegiatan
viral saat ini. Salah satunya adalah tingkat stres yang tinggi di kota-kota besar
yang kemudia menjadikan kegiatan pariwisata sebagai kebutuhan untuk
penghilang stres yang akan memberikan efek kepuasan dan kesenangan. Dan pada
akhirnya akan berdampak pada produktivitas kegiatan sehari-hari setelah
melakukan kegiatan pariwisata. Selain itu keterbukan informasi melalui akses
internet juga menjadi salah satu faktor berkembangnya kegiatan pariwisata secara
global. Berikut ini adalah faktor-faktor pendorong pertumbuhan pariwisata (Yoeti
2008):
1. Transportation technology
Kemajuan teknologi transportasi terutama untuk moda transportasi
udara perkembangannya semakin pesat. Saat ini tersedia berbagai macam
maskapai penerbangan untuk domestik dan mancanegara. Kemajuan dan
perkembangan moda transportasi udara tersebut semakin mempermudah
para wisatawan untuk mencapai tujuan wisatanya. Beberapa maskapai
penerbangan juga melakukan promosi harga yang semakin menarik bagi
para wisatawan.
2. Telecomunication
Pada era digital saat ini perkembangan dunia telekomunikasi
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemudahan akses internet serta
produk-produk digital dapat mempermudah wisatawan untuk mengakses
segala macam informasi tentang tempat destinasi wisatanya serta
mempermudah hal-hal yang berkaitan dengan keperluan wisata para
wisatawan seperti tiket pesawat, tiket hotel, tiket tempat wisata, travel agent,
dan lain-lain.
3. Tourism and travel
Kemajuan transportasi, teknologi serta telekomunikasi menciptakan
mass tourism yang mampu menggerakkan para wisatawan untuk melakukan
perjalanan wisata.
4. Hybrid
Adanya pola baru dalam berwisata, seperti tujuan keperluan bisnis
dapat dimanfaatkan sekaligus sebagai bentuk kegiatan berwisata dengan
mengajak anggota keluarganya. Lalu memperpanjang masa kunjungannya
untuk berlibur juga.
5. Leisure time
Semakin panjang waktu senggang yang tersedia dapat digunakan
untuk berlibur. Contohnya pada masa cuti kerja atau tanggal merah yang
dapat dimanfaatkan untuk berlibur dan berwisata.
9
6. Discretionary income
Meningkatnya tabungan keluarga sebagai akibat meningkatnya
pendapatan yang dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata yang tentunya
tidak akan mengganggu kebutuhan pokok sehari-hari keluarga.
7. Paid vacations
Adanya beberapa perusahaan yang memberikan ‘bonus cuti’ berupa
uang yang dapat digunakan untuk kegiatan pariwisata. Jadi alokasi dana
untuk kegiatan pariwisata dapat memanfaatkan bonus cuti tersebut.
8. Status and prestige motivations
Motivasi ini bersifat sangat emosional, karena mendorong seorang
untuk menjaga prestisenya. Karena berwisata menjadi salah satu gaya hidup,
maka tak aneh jika hal tersebut menjadi penentu status di masyarakat serta
menjadi pemicu bagi yang lainnya agar setara.
Dampak Pengembangan dan Pertumbuhan Pariwisata
Berkembangnya sektor pariwisata menjadikan sektor ini sebagai industri
yang dapat diandalkan untuk kemajuan pertumbuhan ekonomi suatu negara, yang
pada akhirnya berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan seperti sosial-
budaya, ekonomi, dan lingkungan hidup. Berikut ini adalah dampak positif dan
dampak negatif dari berkembang dan tumbuhnya pariwisata (Yoeti 2008):
Dampak Positif
1. Menciptakan lapangan usaha.
2. Meningkatkan kesempatan kerja.
3. Meningkatkan pendapatan serta mempercepat pemerataan pendapatan
masyarakat.
4. Meningkatkan pendapatan pajak pemerintah serta retribusi daerah.
5. Meningkatkan produk domestik bruto suatu negara.
6. Mendorong peningkatan investasi.
7. Memperkuat neraca perdagangan.
Dampak negatif
1. Harga tanah menjadi mahal, pantai-pantai dikavling, sehingga sering terjadi
spekulasi harga yang pada akhirnya akan meningkatkan harga tanah di
sekitar kawasan pariwisata.
2. Harga bahan makanan di pusat kegiatan pariwisata menjadi mahal yang
dapat meningkatkan inflasi setiap tahunnya.
3. Sumber hayati menjadi rusak yang menyebabkan Indonesia kehilangan daya
tariknya untuk jangka panjang.
4. Terjadi urbanisasi, pencari kerja mengalir dari desa ke kota-kota besar.
5. Penyelundupan barang-barang terlarang seperti narkoba.
6. Komersialisasi seni-budaya serta pemalsuan benda-benda budaya.
7. Pembuangan limbah dan sampah secara sembarangan akibat kegiatan
pariwisata, seperti dari hotel, restoran, dan rumah sakit yang dapat merusak
air sungai, danau, dan laut.
10
Peran Penting Sektor Pariwisata Sebagai Agen Pembangunan dan bagi
Perekonomian Negara
Pariwisata dapat dikatakan sebagai katalisator dan fasilitator dalam
pembangunan karena dampaknya terhadap perekonomian di negara yang
dikunjungi wisatawan (Yoeti 2008). Kunjungan wisatawan baik mancanegara
maupun domestik telah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi
penduduk sekitar tempat daerah tujuan wisata. Sebagai contoh adanya
pembangunan hotel dan restoran akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja
untuk masyarakat sekitar. Selain itu, masyarakat juga dapat membuka usaha
sendiri yang berkaitan dengan pariwisata, seperti rumah makan dan agen wisata.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penggerak bagi
perekonomian suatu negara. Manfaat dan dampak dari majunya perkembangan
pariwisata dapat dirasakan para masayarakat sekitar yang wilayahnya menjadi
bagian daerah tujuan wisata. Sektor pariwisata juga memiliki efek pengganda
(multiplier effect) terhadap perekonomian. Sektor pariwisata dapat dikatakan
sebagai salah satu penggerak utama perekonomian dan pembangunan suatu negara
karena dapat mendorong beberapa sektor perekonomian nasional lainnya, seperti:
1. Peningkatan kegiatan ekonomi sebagai akibat adanya pembangunan sarana
dan prasarana untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata.
2. Tumbuhnya industri-industri baru yang menyokong berkembangnya sektor
pariwisata, seperti industri transportasi, perhotelan, dan restoran.
3. Meningkatkan aktivitas pertanian dan peternakan sebagai faktor produksi
untuk kebutuhan industri hotel dan restoran.
4. Meningkatkan kegiatan ekonomi kreatif, seperti berkembanganya industri
handicrafts, souvenir goods, art painting, dan lain-lain.
5. Meningkatkan produksi barang-barang lokal yang dapat memperkenalkan
kebudayaan dan kesenian lokal di dunia internasional.
6. Meningkatkan perolehan devisa negara sehingga dapat mengurangi beban
defisit neraca pembayaran.
7. Meningkatkan lapangan usaha dan kesempatan kerja serta meningkatkan
pendapatan pajak bagi pemerintah dan peningkatan pendapatan nasional.
8. Membantu pembangunan daerah-daerah terpencil dengan menggali potensi
pariwisatanya.
9. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara terkait.
10. Dampak pengganda yang ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan, sehingga
memberikan dampak positif bagi pertumbuhan daerah yang menjadi tujuan
destinasi wisata.
Dari penjabaran di atas mengenai peran sektor pariwisata yang dapat
mengembangkan serta meningkatkan aktivitas perekonomian lainnya maka dapat
dikatakan bahwa sektor pariwisata memang memiliki peranan yang penting untuk
pembangunan dan pertumbuhan perekonomian suatu negara.
Faktor Penentu dan PertimbanganKunjungan Wisatawan Mancanegara
Para wisatawan dalam menentukan destinasi wisatanya akan
mempertimbangkan beberapa faktor, seperti faktor sosial-budaya dan
perekonomian daerah atau negara yang menjadi tujuan destinasi wisatanya. Bagi
para wisatawan mancanegara, faktor keadaan keamanan dan stabilitas negara
terkait akan menjadi pertimbangan utama. Menurut Yoeti (2008) berikut adalah
11
faktor-faktor yang menentukanwisatawan berkunjung ke tempat wisata sebagai
berikut:
1. Harga
Harga menjadi salah satu faktor penentu bagi wisatawan berkujung
kesuatu tempat wisata. Namun, seringkali faktor harga
menjadipertimbangan kedua dalam penentuan permintaan pariwisata.
Kebanyakanwisatawan mementingkan kualitas yang sesuai dengan
kebutuhan denganwaktu yang diinginkannya.
2. Daya tarik wisata
Kunjungan wisatawan juga ditentukan oleh pemilihan tujuan destinasi
wisata yang akandikunjungi. Bagi wisatawan kesesuaian keinginan dan daya
tarik yangdisediakan oleh daerah tujuan wisata menjadi faktor penentu
wisatawan untukberkunjung. Daya tarik ini biasanya berkaitan dengan
karakteristik ataumacam-macam tempat dan fasilitas pariwisata yang
ditawarkan.
3. Kemudahan berkunjung
Aksesibilitas wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata
mempengaruhi pilihankunjungan wisatawan. Aksesibilitas ini berkaitan
dengan ketersediaantransportasi dan prasarana yang memadai (seperti
bandara yang nyaman,infrastruktur jalan, air bersih, listrik, dan jumlah
hotel).
4. Infomasi dan layanan sebelum kunjungan
Kunjungan wisatawan ke daerah tujuan wisatanya juga ditentukan
oleh kemudahan mendapatkan informasi serta layanan dari sarana dan
prasarana yang disajikan daerah tujuan wisata tersebut. Sarana ini terkait
dengantempat penukaran valuta asing, perpanjangan visa, dan pemesanan
tiketkepulangan wisatawan.
5. Citra
Anggapan atau penilaian dari masing-masing wisatawan terhadap
daerah tujuan wisatanya menjadi faktor penentu kunjungan wisatawan.
Seperti penilaian terhadap keadaan keamanan daerah tujuan wisata terkait
yang dapat dilihat dari stabilitas politik dan tingkat terorisme yang terjadi di
daerah tujuan wisata tersebut. Selanjutnya penilaian tersebut akan menjadi
suatupertimbangan wisatawan untuk berkunjung.
Sektor Pariwisata dan Keterkaitannya dengan Teori Keynesian
Sektor pariwisata sebagaimana diketahui bahwa memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara yang dapat digambarkan
dengan pendapatan domestik bruto (PDB). Pendapatan domestik bruto adalah
pendapatan yang diterima oleh suatu negara dalam jangka waktu tertentu dari
seluruh produksi barang dan jasa. Pendapatan domestik bruto didapatkan dari
beberapa jenis lapangan usaha, salah satunya adalah sektor pariwisata yang
tergolong dalam lapangan usaha berbentuk jasa.
Sektor pariwisata berkontribusi pada PDB setiap negara secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa bentuk kontribusi sektor pariwisata pada PDB
adalah pengeluaran wisatawan saat berwisata yang dikategorikan sebagai
konsumsi wisatawan, besaran investasi pada sektor pariwisata dari pihak swasta
maupun pemerintah, pengeluaran pemerintah untuk pembangunan infrastruktur
12
sebagai penunjang sarana dan prasarana pariwisata, ekspor pariwisata yang sering
disebut sebagai invisible export, serta pendapatan devisa negara dari sektor
pariwisata.
Teori Keynesian menggambarkan pendapatan suatu negara yang dihitung
berdasarkan pendekatan pengeluaran, yaitu pengeluaran sektor rumah tangga yang
dicerminkan oleh konsumsi masyarakat (C), pengeluaran sektor badan usaha yang
dicerminkan oleh investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan (I),
pengeluaran sektor pemerintah yang dicerminkan oleh pengeluaran pemerintahan
(G), dan pengeluaran perdagangan internasionalyang tercermin dari selisih antara
ekspor dan impor negara yang bersangkutan (X-M). Berikut adalah persamaan
Teori Keynesian:
Keterangan :
Y : pendapatan (PDB)
C : konsumsi
I : investasi
G : pengeluaran pemerintah
Nx : net ekspor (ekspor-impor)
Keterkaitan antara sektor pariwisata dengan Teori Keynesian adalah bahwa
sektor pariwisata memiliki kontribusi penting terhadap pendapatan suatu negara
melalui kebijakan fiskal yaitu pajak serta adanya kontribusi dari investasi di sektor
pariwisata dan ekspor jasa sektor pariwisata yang akan berpengaruh terhadap
pendapatan nasional (Mankiw 2007).
Multiplier Effect Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian
Para wisatawan saat berkunjung ke daerah tujuan wisatanya pasti
mengeluarkan uang sebagai alat bayar untuk konsumsi dan pengeluaran lainnya.
Uang tersebut akan dibelanjakan ke industri-industri yang berkaitan dengan sektor
pariwisata, seperti industri perhotelan, restoran, transportasi, agen wisata, tempat
rekreasi, souvenir, laundry dan lain-lain.
Uang tersebut yang dikeluarkan oleh para wisatawan tidak akan beredar
melainkan terus berputar dan berpindah dari satu industri ke industri lainnya.
Sebagai contoh uang yang dikeluarkan wisatawan untuk membayar hotel, lalu
hotel tersebut memakai uang tersebut untuk membayar gaji para karyawan lalu
para karyawan hotel membeli keperluan sehari-hari menggunakan uang gajinya
dan begitu seterusnya. Maka uang tersebut akan terus bepindah dan berputar
sampai beberapa kali transaksi.
Pada dasarnya prinsip multiplier effect pada sektor pariwisata adalah sebagai
berikut:
1. Uang yang dibelanjakan wisatawan tidak pernah berhenti beredar dalam
kegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan.
2. Uang tersebut selalu berpindah tangan, dari satu orang ke orang yang lain,
dari satu perusahaan ke perusahaan yang lain.
3. Semakin cepat uang tersebut berpindah tangan semakin besar pengaruh
uang tersebut dalam perekonomian setempat dan semakin besar nilai
koefisien multiplier.
13
4. Uang tersebut akan hilang dari peredaran bila uang tersebut sudah tidak lagi
berpindah tangan akan tetapi berhenti dari peredaran karena tidak ada lagi
pengaruhnya terhadap perekonomian setempat.
5. Pengukuran terhadap besar kecilnya pengaruh mata uang yang dibelanjakan
wisatawan dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode
satu tahun.
Penelitian Terdahulu
Naude dan Saayman (2005) melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah kunjungan pariwisata di Afrika dengan menggunakan
pendekatan metode analisis data panel. Penelitian ini menggunakan 43 negara di
Afrika selama enam tahun dari tahun 1996-2000. Variabel independen yang
digunakan penelitian ini antara lain adalah pendapatan, harga relatif, biaya
transportasi udara, pemasaran dan infrastruktur, stabilitas politik, keadaan
geografi, dan faktor kesehatan. Hasil penelitian dari studi ini menunjukkan hasil
yang berbeda-beda pada masing-masing pangsa pasar pariwisata Afrika. Faktor
stabilitas politik lebih berpengaruh terhadap wisatawan mancanegara terutama
wisatawan dari Amerika dan Eropa. Faktor pemasaran dan infrastruktur
komunikasi berpengaruh positif pada seluruh negara. Faktor tingkat pembangunan
negara berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan pariwisata. Para wisatawan
yang berkunjung ke Afrika lebih tertarik pada budaya dan keberagaman Afrika
dibandingkan dengan tempat rekreasi alam seperti pantainya, maka dari itu faktor
harga relatif tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah keatangan pariwisata di
Afrika. Afrika terkenal dengan penyakit malaria, maka faktor kesehatan menjadi
faktor yang berpengaruh terhadap jumlah kunjungan pariwisata di Afrika. Faktor
pendapatan berpengaruh positif terhadap pariwisata dari Afrika dan berpengaruh
negatif terhadap wisatawan yang berasal dari Eropa.
Leea dan Chang (2007) Melakukan penelitian tentang perkembangan
pariwisata dan pertumbuhan ekonomi untuk negara anggota OECD dan negara
non OECD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian heterogeuneus panel
cointegration untuk menginvestigasi komponen jangka panjang dan hubungan
kausalitas antara perkembangan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi.
Perkembangan pariwisata yang diukur dengan jumlah pendapatan pariwisata
memiliki dampak yang positif serta lebih besar pada GDP negara non OECD
dibanding GDP negara OECD. Nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap
GDP negara OECD maupun negara non OECD. Dalam jangka panjang,
perkembangan pariwisata memiliki hubungan searah terhadap GDP negara OECD
dan perkembangan pariwisata memiliki hubungan dua arah terhadap GDP negara
non OECD.
Penelitian yang dilakukan oleh Aslan et al. (2008) mengkaji tentang model
aliran pariwisata di Turki dengan menggunakan data panel dinamik. Penelitian ini
menganalisis sembilan klien utama sektor pariwisata Turki selama sepuluh tahun
(1995-2004) dengan menggunakan data jumlah kunjungan pariwisata sebagai
variabel dependen serta pendapatan negara asal, harga relatif, investasi,
infrastruktur, dan dummy variable berupa Gempa Marmara dan 9-11
Eventssebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
14
pendapatan negara asal dan dummy variable berupa Gempa Marmara berpengaruh
positif sedangkan harga relatif, investasi, infrastruktur, dummy variable, berupa 9-
11 Eventsberpengaruh negatif terhadap terhadap jumlah kunjungan pariwisata di
Turki.
Penelitian yang dilakukan oleh Munoz dan Amaral (2010) mengenai
dampak faktor-faktor ekonomi terhadap permintaan internasional jasa pariwisata
di Negara Spanyol. Permintaan internasional jasa pariwisata negara Spanyol
diproyeksikan dengan data lama tinggal wisatawan mancanegara yang berkunjung
ke negara Spanyol sebagai variabel dependennya. Variabel independennya adalah
GDP riil per kapita, exchange rate, dan harga riil. Penelitian ini menggunakan
data cross section sebanyak 17 negara selama sebelas tahun dari tahun 1985-1995,
serta menggunakan dummy variable, yaitu Gulf War. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa GDP riil per kapita dan exchange rate signifikan positif,
sedangkan harga riil dan Gulf War (dummy variable) signifikan negatif terhadap
variabel depenedennya yaitu lama tinggal wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Spanyol sebagai proyeksi dari permintaan internasional jasa
pariwisata di Negara Spanyol.
Penelitian yang dilakukan oleh Surugiu et al. (2011) menganalisis tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pariwisata internasional di Romania.
Penelitian tersebut menggunakan dua metode yaitu metode data panel (FEM) dan
Tobit Model dengan menggunakan data dari 23 negara Eropa dalam kurun waktu
1997-2008. Hasil analisis kedua metode tersebut menunjukkan bahwa GDP riil
per kapita, bilateral perdagangan, dan populasi berpengaruh positif terhadap
permintaan pariwisata Romania sedangkan harga relatif dan jarak geografis tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan pariwisata Romania.
Saha dan Yap (2013) melakukan penelitian tentang efek antara interaksi
ketidakstabilan politik dengan terorisme terhadap perkembangan pariwisata.
Penelitian ini menggunakan metode data panel 139 negara pada kurun waktu
1999-2009. Penelitian ini juga menggunakan data GDP riil per kapita dan
exchange rate sebagai gambaran keadaan ekonomi dan menggunakan data
political instability dan terrorism sebagai gambaran keadaan sosialnya. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa GDP riil per kapita dan exchange rate
berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata, terorisme di negara yang
stabilitas politiknya tinggi berpengaruh positif terhadap permintaan pariwisata dan
terorisme di negara yang stabilitas politiknya rendah berpengaruh negatif terhadap
permintaan pariwisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Hakim et al. (2013) menganalisis tentang
aliran investasi dan perdagangan pariwisata di Indonesia. Salah satu dari kelima
model yang dianalisis adalah menganalisis tentang aliran permintaan pariwisata di
Indonesia. Model analisis tersebut menggunakan data jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara sebagai variabel dependennya dan GDP Indonesia, GDP
negara asal, harga pariwisata Indonesia, harga pariwisata negara lain, populasi,
exchange rate sebagai variabel independen serta faktor krisis ekonomi sebagai
dummy variable. Hasil analisis menunjukkan bahwa GDP Indonesia, GDP negara
asal, konsumsi pariwisata, harga pariwisata negara lain berpengaruh positif
terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, akan tetapi
harga pariwisata Indonesia berpengaruh negatif terhadap jumlah
15
kunjunganwisman ke Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis data panel
fixed effect model (FEM).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) tentang analisis daya saing dan
permintaan pariwisata Indonesia di Pasar ASEAN. Penelitian ini menggunakan
data panel statis dari lima negara ASEAN yaitu Singapura, Malaysia, Thailand,
Philipina, dan Brunei Darussalam dalam kurun waktu tahun 2000-2011. Penelitian
ini menggunakan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebagai variabel
dependen memproyeksikan permintaan pariwisata dan GDP riil per kapita negara
asal, infrastruktur, permintaan pariwisata tahun sebelumnya, dan harga relatif
sebagai variabel independennya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
permintaan pariwisata tahun sebelumnya dan infrastruktur berpengaruh positif
terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Namun
demikian GDP per kapita negara asal dan harga relatif berpengaruh negatif
terhadap terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Kiang et al. (2015) melakukan penelitian tentang analisis hubungan antara
exhange rate dengan jumlah kunjungan wisatawan di Thailand. Penelitian tersebut
menggunakan pendekatan metode multivariate regression dan metode data panel.
Berdasarkan metode multivariate regression, penelitian ini menunjukkan bahwa
nilai tukar Baht Thailand terhadap mata uang Indonesia berpengaruh positif
terhadap jumlah wisatawan. Variabel nilai tukar mata uang Jepang
(JPY)berpengaruh positif untuk negara China, Indonesia, Laos, Malaysia dan
Myanmar. Sedangkan untuk negara Brunei, Hong Kong, South Korea, Taiwan
dan Vietnam berpengaruh positif. Variabel dummy berupa Abenomics Event
menunjukkan bahwa sangat signifikan untuk negara China, Indonesia, Laos,
Malaysia dan Myanmar. Sedangkan berdasarkan metode data panel menunjukkan
bahwa exchange rate antara mata uang Thailand dengan mata uang negara terkait
dan dummy variable berupa Abenomics Events berpengaruh signifikan terhadap
jumlah kunjungan pariwisata di Indonesia.
Rangkuman mengenai metode dan variabel yang digunakan dalambeberapa
literatur penelitian terdahulu tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Rangkuman penelitian terdahulu
No. Judul Penelitian, Nama
Penulis, Tahun
Penelitian
Metode
Analisis
Variabel yang digunakan dan
Tanda Koefisien Hasil Estimasi
1 Determinants of Tourist
Arrivals in Africa: A
Panel Data Regression
Analysis Oleh : Willem
A. Naude dan Andrea
Saayman (2005)
Data Panel Political stability (+),
infrastruktur pariwisata (+),
pemasaran dan informasi (+),
pembangunan (+), pendapatan
negara asal, harga relatif, travel
cost tidak signifikan terhadap
kunjungan pariwisata
16
Tabel 2 Rangkuman penelitian terdahulu (lanjutan)
No. Judul Penelitian, Nama
Penulis, Tahun
Penelitian
Metode
Analisis
Variabel yang digunakan dan
Tanda Koefisien Hasil Estimasi
2 Tourism Development
and Economic Growth:
A Closer Look at
Panels Oleh : Chien-
Chiang Leea dan Chun-
Ping Chang (2007)
1) Panel
Cointegrati
on
Perkembangan pariwisata yang
diukur dengan jumlah
pendapatan pariwisata memiliki
dampak yang positif serta lebih
besar pada GDP negara non
OECD dibanding GDP negara
OECD. Nilai tukar berpengaruh
secara signifikan terhadap GDP
negara OECD maupun negara
non OECD.
2) Panel
Causality
Dalam jangka panjang,
perkembangan pariwisata
memiliki hubungan searah
terhadap GDP negara OECD
dan perkembangan pariwisata
memiliki hubungan dua arah
terhadap GDP negara non
OECD.
3 International Tourism
Demand for Turkey: A
Dynamic Panel Data
Approach Oleh : Alper
Aslan, Muhittin Kaplan
dan Ferit Kula (2008)
GMM / panel
dinamik
Pendapatan negara asal (+),
harga relatif (-), investasi (-),
infrastruktur (-), Gempa
Marmara (+), 9-11 Events (-)
terhadap jumlah kunjungan
pariwisata.
4 An Econometric Model
for International
Tourism Flows to Spain
Oleh : Teresa Garin-
Munoz dan Teodosio
Perez Amaral (2010)
Data Panel GDP riil per kapita (+), nilai
tukar (+), harga riil (tourism
price index yang dibagi dengan
IHK negara asal) (-), dan
variabel dummy berupa Perang
Gulf (-) terhadap lama tinggal
kunjungan wisatawan manca
negara ke Spanyol
5 A Panel Data
Modelling of
International Tourism
Demand: Evidences for
Romania Oleh :
Camelia Surugiu, Nuno
Carlos Leitão, dan
Marius Răzvan Surugiu
(2011)
Data Panel GDP per kapita negara asal (+),
perdagangan bilateral (+),
populasi (+), harga (-), jarak
geografis (-) terhadap
permintaan pariwisata.
17
Tabel 2 Rangkuman penelitian terdahulu (lanjutan)
No. Judul Penelitian, Nama
Penulis, Tahun
Penelitian
Metode
Analisis
Variabel yang digunakan dan
Tanda Koefisien Hasil Estimasi
6 The Moderation Effects
of Political Instability
and Terrorism on
Tourism Development:
A Cross-Country Panel
Analysis Oleh :
Shrabani Saha dan
Ghialy Yap (2013)
Data Panel
dan
Moderation
Effect
Analysis
GDP riil per kapita (+), nilai
tukar (+), political instability (-),
terorisme (+) di negara yang
stabilitas politiknya tinggi,
terorisme (-) di negara yang
stabilitas politiknya rendah
terhadap permintaan pariwisata
7 Analisis Aliran
Investasi dan
Perdagangan Pariwisata
Indonesia Oleh :
Faurani I Santi
Singagerda, Rina
Oktaviani, Dedi
Budiman Hakim,
dan Reni Kustiari
(2013)
Data Panel GDP Indonesia (+), GDP negara
asal (+), konsumsi pariwisata
(+), harga pariwisata negara lain
(+), harga pariwisata Indonesia
(-) terhadap jumlah kunjungan
wisman ke Indonesia
8 Analisis Daya Saing
dan Permintaan
Pariwisata Indonesia di
Pasar ASEAN Oleh :
Anindita Sita Dewi
(2013)
Data Panel Permintaan pariwisata tahun
sebelumnya (+), infrastruktur
(+), GDP per kapita negara asal
(-), harga relatif (-) terhadap
jumlah kunjungan wisman ke
Indonesia
9 Relationship between
exchange rates and
tourist number in
Thailand: Empirical
Analysis of Panel Data
Oleh : Yen Jo Kiang,
Orrapa Sarochananjeen,
Fu-Ju Yang, dan Yi-
Hsien Wang (2015)
1) Multivariate
Regression
Analysis
Nilai tukar Baht Thailand
terhadap mata uang Indonesia
(+) terhadap jumlah wisatawan.
Variabel nilai tukar mata uang
JPY (+) untuk negara China,
Indonesia, Laos, Malaysia dan
Myanmar. Sedangkan untuk
negara Brunei, Hong Kong,
South Korea, Taiwan dan
Vietnam (-). Variabel dummy
berupa Abenomics Event
menunjukkan bahwa sangat
signifikan untuk negara China,
Indonesia, Laos, Malaysia dan
Myanmar.
2) Data Panel Berdasarkan hasil analisis panel
data menunujukkan bahwa
exchange rate, variabel dummy
signifikan terhadap jumlah
wisatawan.
18
Kerangka Pemikiran
Perkembangan dan pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia berpotensi
sebagai salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka dari itu,
optimalisasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
sektor pariwista Indonesia sangat diperlukan, diantaranya adalah optimalisasi
stabilitas keadaan serta faktor sosial, ekonomi, dan politik Indonesia yang akan
menjadi pertimbangan bagi para wisatawan mancanegara serta menjadikan
Indonesia sebagai negara tujuan wisatanya.
Mengacu pada perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
dijabarkan sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan analisis metode
deskriptif untuk tujuan analisis kinerja sektor pariwisata Indonesia serta
menggunakan metode data panel statis untuk tujuan menganalisis variabel
ekonomi dan variabel non ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan sektor
pariwisata di Indonesia.
Berdasarkan pada landasan teori dan penelitian terdahulu serta
permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijabarkan, maka sebagai dasar
perumusan hipotesis berikut disajikan kerangka pemikiran pada gambar berikut:
Gambar 4 Kerangka Pemikiran
Potensi sektor pariwisata sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi Indonesia
Ketidakstabilan keadaan sosial, ekonomi dan politik Indonesia sebagai
faktor pertimbangan kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
Analisis kinerja sektor
pariwisata Indonesia
Variabel dan pengaruhnya
terhadapjumlah kunjungan
wisatawan mancanegara
Indonesia
Metode deskriptif Metode data panel statis
Rekomendasi dan implikasi kebijakan bagi pihak
terkait untuk peningkatan pertumbuhan sektor pariwisata
Indonesia
19
Hipotesis
Pengaruh variabel ekonomi dan variabel non ekonomi terhadap
pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia:
1. GDP per kapita negara asal signifikan positif terhadap jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia.
2. Exchange rate signifikan positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia.
3. Jarak ekonomi signifikan negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia.
4. Harga relatif signifikan negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia.
5. Dummy travel warning signifikan negatif terhadap jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia.
6. Dummy keamanan signifikan negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia.
METODE
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
yang digunakan merupakan data time series dan cross section. Data time series
meliputi data tahunan selama lima tahun, yaitu dari tahun 2010 hingga tahun 2014.
Sedangkan data cross section meliputi sembilan negara yang menjadi pengunjung
utama sektor pariwisata Indonesia yaitu Singapura, Malaysia, Australia, Tiongkok,
Jepang, Korea Selatan, Filiphina, Inggris, dan Amerika Serikat.
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai lembaga, internet
serta studi kepustakaan melalui pengumpulan data yang bersumber dari buku-
buku dan literatur. Data jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), data GDP per kapita negara asal
wisatawan diperoleh dari World Development Indicators (WDI), data nilai tukar
antara mata uang negara tujuan (Indonesia) dengan mata uang negara asal
wisatawan diperoleh dari Bank Indonesia (BI), data untuk jarak ekonomi yaitu
jarak geografis dari CEPII, data untuk harga relatif yaitu Consumer Price
Index(CPI)diperoleh dari World Development Indicators (WDI) dan data kualitatif
untuk variabel dummy travel warning dan dummy keamanan dari berbagai artikel
dan berita.
20
Tabel 3 Data dan sumber data yang digunakan
Data Sumber Data Literatur Keterangan
Kunjungan wisman BPS Surugiu et al.
(2011)
-
Nilai tukar mata uang
negara asal dengan
negara tujuan
BI Kiang et al.
(2015)
-
Harga Relatif WDI Aslan et al.
(2008)
Data IHK
GDP per kapita
negara asal wisman
WDI Surugiu et al.
(2011)
-
Jarak ekonomi CEPII dan
WDI
Surugiu et al.
(2011)
Data jarak ekonomi
dan GDP per kapita
negara asal wisaman
Variabel dan Definisi Operasional
1. Kunjungan wisatawan (TOUR)
Kunjungan wisatawan adalah jumlah orang yang mengunjungi suatu
negara di luar tempat tinggalnya, didorong oleh satu atau beberapa keperluan
tanpa bermaksud memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi dan
lamanya kunjungan tersebut tidak lebih dari 12 bulan. Pada penelitian ini
variabel kunjungan wisatawan dinyatakan dalam satuan wisman (orang) yang
diubah dalam bentuk logaritma (ln).
2. GDP per kapita (GDP)
GDP per kapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu
negara. Pendapatan per kapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan
nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Dalam
penelitian ini variabel GDP per kapita negara asal wisman yang dinyatakan
dalam satuan USD dan diubah dalam bentuk logaritma (ln).
3. Nilai tukar (ER)
Nilai tukar adalah jumlah dari suatu mata uang yang diserahkan untuk
mendapatkan mata uang yang lain. Pada penelitian ini digunakan data nilai
tukar antara mata uang negara asal dengan mata uang negara tujuan. Pada
penelitian ini variabel nilai tukar dinyatakan dalam satuan IDR yang diubah
dalam bentuk logaritma (ln) dengan tujuan untuk kemudahan interpretasi.
4. Jarak ekonomi (JE)
Jarak ekonomi merupakan pendekatan yang mewakili biaya transportasi,
dinyatakan dalam bentuk kilometer. Data jarak ekonomi diubah dalam
logaritma (ln). Variabel dibentuk dari persamaan berikut:
∑
5. Harga relatif (PR)
Harga relatif adalah rasio tingkat harga negara tujuan terhadap negara
asal dikali dengan nilai tukar antara kedua negara (Aslan et al. 2008). Harga
relatif menunjukkan harga barang dan jasa yang dikonsumsi para wisatawan
mancanegara selama berada di negara tujuan wisata.
21
Variabel dibentuk dari persamaan berikut:
6. Dummy travel warning (D1)
Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk
mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif. Travel warning adalah
pernyataan yang dikeluarkan suatu negara kepada para warga negaranya
untuk tidak bepergian ataupun melakukan perjalanan ke sebuah negara atau
wilatah tertentu. Pada penelitian ini digunakan variabel dummy travel
warning dengan hipotesis sebagai berikut:
1 = ada travel warning
0 = tidak ada travel warning
7. Dummy keamanan (D2)
Faktor kemanan dipengaruhi oleh stabilitas ekonomi, stabilitas politik,
dan stabilitas soasial, seperti adanya aksi terorisme, krisis ekonomi, pemilihan
umum, dan lain-lain. Pada penelitian ini digunakan variabel dummy
keamanan dengan hipotesis sebagai berikut:
1 = kondisi keamanan tidak stabil/tidak aman
0 = kondisi keamanan stabil/aman
Perumusan Model Penelitian
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diaplikasikan dari
penelitian Surugiu et al. (2011) yang berjudul “A Panel Data Modelling of
International Tourism Demand: Evidences for Romania”. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukakan oleh Surugiu et al. (2011)
adalah adanya penambahan variabel harga relatif, dummy travel warning, dan
dummy keamanan yang diaplikasikan dari penelitian Aslan et al. (2008), dan
penambahan variabel exchange rate yang diaplikasikan dari penelitian Kiang et al.
(2015).
Keterangan :
= Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari negara i ke
Indonesia pada tahun ke t(orang)
= GDP per kapita negara asal wisatawan mancangera i pada tahun
ke t (USD)
= Nilai tukar antara mata uang negara asal idengan mata uang
negara Indonesia pada tahun ke t (IDR)
= Harga relatif bagi wisatawan mancanegara asal negara i pada
tahun ke t (IDR)
= Dummy travel warning(1=ada travel warning; 0=tidak ada travel
warning)
= Dummy keamanan (1=tidak aman; 0=aman)
= intercept
= koefisien regresi
= error
22
Metode dan Pengolahan Data
Metode yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis deskriptif
kualitatif dan analisis modeling. Metode analisis deskriptif kualitatif digunakan
untuk menganalisis kinerja sektor pariwisata Indonesia dengan menggunakan data
sekunder dari berbagai lembaga, internet, serta studi kepustakaan melalui
pengumpulan data yang bersumber dari buku-buku dan literatur. Sedangkan
metode analisis modeling digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel
ekonomi dan variabel non ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan sektor
pariwisata di Indonesia dengan menggunakan metode data panel statis.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2007
untuk input data, pembuatan tabel dan gambar serta menggunakan Eviews 6.0
untuk menguji signifikansi analisis regresi data panel.
Analisis Data Panel Statis
Kelemahan dalam penggunaan pendekatan cross section dan time series
menjadi latar belakang munculnya penggunaan pendekatan data panel. Data panel
merupakan penggabungan antara data time series dengan data cross section
sehingga objek penelitian menjadi lebih luas (Firdaus 2011). Terdapat beberapa
keuntungan dalam penggunaan metode data panel, diantaranya adalah sebagai
berikut (Baltagi 2005):
1. Marginal effect dari peubah penjelas dilihat dari dua dimensi (individu dan
waktu) sehingga parameter yang diestimasi lebih akurat dibandingkan
dengan model lain.
2. Data panel dapat mengurangi kolinearitas antar peubah.
3. Meningkatkan derajat kebebasan yang artinya meningkatkan efisiensi.
4. Data panel dapat mengurangi masalah identifikasi, lebih baik dalam
mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat
diatasi dalam data cross section maupun data time series.
5. Data panel mampu mengontrol heterogenitas individu.
6. Data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis.
Pemilihan Metode Estimasi
Terdapat tiga pendekatan dalam pemilihan model estimasi regresi data
panel,yaitu pooled least square (PLS), fixed effect atau least square dependent
variable (LSDV), dan random effect (Gujarati 2007). Adapun penjelasan
darimasing-masing pendekatan sebagai berikut:
1. Pendekatan pooled least square (PLS)
Pada prinsipnya, pendekatan PLS merupakan pendekatan yang paling
sederhana dalam pengelolahan data panel. Pendekatan ini menggunakan
gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga terdapat N x T observasi,
dimana N merupakan jumlah cross section dan T menunjukkan jumlah time
series yang digunakan dalam analisis. Model yang digunakan dalam
pendekatan ini yaitu:
23
Keterangan :
= variabel dependen
= variabel independen
= intersep
= slope
= error
Terbatasnya asumsi yang digunakan dalam metode ini karena model
mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel individu
dianggap sama. Oleh karena itu, model ini kurang sesuai untuk data panel.
Selain itu penggunaan parameter akan bias karena metode ini tidak dapat
membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama ataupun tidak
dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda
(Firdaus 2011).
2. Pendekatan fixed effect
Pendekatan fixed effect merupakan metode yang digunakan ketika
antaraefek individu dan variabel penjelas memiliki hubungan dengan
variabel atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi tersebut
membuat komponen eror dari efek individu dan waktu dimasukkan sebagai
bagian dari intersep (Firdaus 2011). Dalam model ini dimungkinkan untuk
memasukan variabel dummy (D) untuk memudahkan adanya peubah
intersep. Model yang digunakandalam pendekatan ini yaitu:
∑
Pada pendekatan fixed effect dapat dilakukan pembobotan (no
weighted) atau dengan pembobotan (cross section weight) atau yang sering
disebut general least square (GLS). Pembobotan yang dilakukan pada
model ini bertujuan untuk mengurangi heterogenitas antara unit cross
section.
3. Pendekatan random effect
Pendekatan random effect digunakan ketika tidak adanya korelasi
antaraefek individu dan error. Hal tersebut menunjukkan bahwa komponen
eror dariefek individu dan waktu dimasukan ke dalam eror (Firdaus 2011).
Model yang digunakan dalam pendekatan ini yaitu:
Keterangan:
= komponen cross section error
= komponen time series error
= komponen combinations error
Pengujian Model Data Panel Statis
Tahap pemilihan metode estimasi dilakukan untuk menentukan model
pendekatan yang terbaik, yakni menggunakan Uji Chow, Uji Hausman, dan Uji
LM. Ketiga uji tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Chow
Uji Chow atau Uji F-statistic merupakan pengujian statistik untuk
dasar pemilihan menggunakan model pooled least square atau model fixed
effect. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesis berikut:
24
Ho: Pooled Least Square Model
H1: Fixed Effect Model
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah dengan menggunakan
nilai F-statistik. Jika nilai F-stat hasil pengujian lebih besar dari F-Tabel,
maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap H0, sehingga model
yang digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. Nilai F-stat
didapat dari persamaan berikut:
Keterangan :
= residual sum square hasil pendugaan model PLS
= residual sum square hasil pendugaan model fixed effect
= jumlah data cross section
= jumlah data time series
= jumlah variabel penjelas
2. Uji Hausmann
Uji Hausmann merupakan pengujian statistik untuk dasar pemilihan
menggunakan model fixed effect atau model random effect. Pengujian ini
dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0: Random Effect Model
H1: Fixed Effect Model
Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan menggunakan nilai
statistik Hausmann dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai
statistik-H lebih besar dari X2 (k), maka cukup bukti untuk melakukan
penolakan terhadap H0, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect,
begitu pula sebaliknya. Nilai statistik-H didapat dari persamaan berikut:
Keterangan :
= vektor statistik variabel random effect
= vektor statistik variabel fixed effect
= matriks kovarians untuk dugaan model fixed effect
= matriks kovarians untuk dugaan model random effect
= derajat bebas
3. Uji LM (Breush-Pagan)
Uji LM merupakan pengujian statistik untuk dasar pemilihan
menggunakan model random effect atau model pooled least square.
Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis berikut:
H0: Pooled Least Square Model
H1: Random Effect Model
Dasar penolakan hipotesis nol adalah dengan menggunakan nilai
statistik LM dan membandingkannya dengan Chi-Square. Jika nilai statistik
LM lebih besar dari X2 tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan
terhadap H0, sehingga model yang digunakan adalah random effect, begitu
pula sebaliknya.
25
Metode Evaluasi Model
Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk menganalisis apakah variabel-variabel
yangdigunakan pada model regresi signifikan atau tidak. Terdapat tiga jenis
ujihipotesis yang dapat dilakukan pada model regresi. Uji tersebut adalah uji-F,
uji-T, dan koefisien determinasi.
1. Uji-F
Uji-F merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabelbebas yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh
terhadapvariabel terikat.Hipotesis pengujian yang digunakan adalah:
Jika atau Prob( ) < taraf nyata (a),
makatolakH0, yang berarti dengan tingkat kepercayaan 1-a dapat
disimpulkan bahwav ariabel bebas yang digunakan di dalam model secara
bersama-sama signifikan mempengaruhi variabel terikat, begitu pula
sebaliknya.
2. Uji-t
Uji-t merupakan pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah
variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah:
Jika diperoleh nilai t-statistic lebih besar dari t a/2(NT-K-1), maka
keputusan yang diambil adalah tolak H0 dan dapat disimpulkan bahwa
variabelbebas ke-k secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan
tingkatkepercayaan 1- , begitu pula sebaliknya.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien diterminasi digunakan untuk mengetahui seberapa baik
modelyang diperoleh sesuai dengan data yang digunakan, mengukur
besarnya persentase variasi dalam peubah terikat yang mampu dijelaskan
oleh peubahbebas. Nilai koefisien determinasi yaitu . Model
dikatakan baik apabila nilai koefisien ini mendekati semakin mendekati satu.
Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk mendapatkan hasil model yang efisien dan
konsisten. Sehingga uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknyapelanggaran asumsi klasik seperti normalitas, heteroskedastisitas,
multikolinearitas, dan autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji asumsi normalitas dilakukan untuk melihat apakah residual
(errorterm) terdistribusi normal atau tidak. Adapun hipotesis yang
digunakan dalam uji ini sebagai berikut:
(residual terdistribusi nomal)
(residual tidak terdistribusi nomal)
Jika nilai Jarque Bera Test lebih besar dari taraf nyata ( )
menandakan atau dengan kata lain residual terdistribusi normal.
26
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan variasi residual yang tidak sama untuk
semua pengamatan. Sedangkan homokedastisitas merupakan variasi residual
yang sama untuk semua pengamatan. Pengujian dapat dilakukan untuk
melihat hasil estimasi yang terbebas dari masalah heterokedastisitas.
Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat sum square resid
pada weighted statistics yang mana hasilnya lebih kecil dari sum square
resid pada unweighted statistics.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan linier antara variabel bebas. Indikasi terdapatnya multikolinearitas
pada hasil estimasi adalah jika koefisien parameter dari t-statistik banyak
yang tidak signifikan sementara f-statistiknya signifikan. Permasalahan
multikolieraritas dapat diatasi dengan beberapa cara, diantaranya
menghilangkan variabel yang tidak signifikan, menambah variabel, dan
pembobotan (cross section weight) atau GLS.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
korelasi antar error pada periode waktu yang berbeda. Pengujian ini
dilakukan dengancara membandingkan nilai durbin watson (DW) hasil
estimasi model dengan DW-tabel. Gujarati (2007) Permasalahan
autokorelasi ini dapat diatasi dengan penggunaan model general least
square. Perhitungan selang nilai statistik DW dan keputusan keberadaan
autokorelasi adalah sebagai beikut:
Nilai DW Hasil 0 < DW < dl Tolak H0, ada autokorelasi negatif dl ≤ DW ≤ du Tidak tentu, coba uji lain
du ≤ DW < 4-du Terima H0, tidak ada autokorelasi 4-du ≤ DW ≤ 4-dl Tidak tentu, coba uji lain
4-dl < DW < 4 Tolak H0, ada autokorelasi negatif
Uji Ekonomi
Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat kesesuaian tanda dan
besarandari hasil analisis model dengan teori ekonomi yang ada. Model yang
memiliki variabel-variabel hasil estimasi yang sesuai dengan teori, dapat
dikatakan sebagai model yang baik karena model tersebut sudah dapat
menjelaskan kejadian yang terjadi berdasarkan teori yang ada.
27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara
Sektor pariwisata saat ini salah satu sektor yang menjadi perhatian utama
bagi pemerintah untuk terus dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata yang
semakin pesat menjadi alasan penting bagi pemerintah untuk terus
mengembangkan sektor ini. Kemajuan sektor pariwisata Indonesia tidak hanya
dipengaruhi oleh wisatawan domestik saja, melainkan dipengaruhi juga oleh
wisatawan mancanegara yang berasal dari berbagai negara. Pertumbuhan dan
kemajuan sektor pariwisata Indonesia salah satunya dapat dilihat dari jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara setiap tahunnya.
Sumber: Kemenpar dan BPS (2015)
Gambar 5 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2010
sampai tahun 2014
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
ke Indonesia dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun
2014 selalu meningkat. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia mencapai tujuh juta orang, lalu pada tahun 2014
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mencapai sembilan juta
orang. Persentase peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke
Indonesia dari tahun 2010 sampai tahun 2014 mencapai 25 persen. Kementerian
Pariwisata pada tahun 2014 menargetkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara sebanyak sepuluh juta orang, namun pada faktanya target tersebut
tidak tercapai yaitu hanya mencapai 9.5 persen, tetapi setidaknya hampir
mendekati jumlah yang ditargetkan.
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Wisman 7.002.944 7.649.731 8.044.462 8.802.129 9.435.411
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
7.000.000
8.000.000
9.000.000
10.000.000
ora
ng
28
Tabel 4 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dari 10 negara pengunjung
utama dari tahun 2010 sampai tahun 2014
Negara Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Singapura 1373126 1505588 1565478 1634149 1739825
Malaysia 1171737 1173351 1335531 1430989 1485643
Australia 771 792 931 109 961595 997984 1128533
Tiongkok 469 365 574 179 686779 807429 926750
Jepang 418 971 412 623 450687 491574 525419
Korea Selatan 274 999 306 061 311618 343627 370142
Filiphina 189 486 223 779 229806 246497 253237
Amerika 180 361 204 275 212851 234134 251380
Inggris 192 259 192 685 212087 228679 249218
Taiwan 213442 221 877 216535 245288 244003
Sumber: Kemenpar dan BPS (2015)
Berdasarkan Statistic Arrivals tahun 2012-2014 yang dipublikasikan oleh
Kementerian Pariwisata, ada sepuluh negara yang menjadi pengunjung utama
sektor pariwisata Indonesia. Kesepuluh negara tersebut antara lain adalah
Singapura, Malaysia, Australia, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Filipina,
Amerika Serikat, Inggris, dan Taiwan. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
ke Indonesia masih didominasi oleh wisatawan mancanegara asal ASEAN dengan
kontribusi persentase sebesar 39.76 persen. Selain negara-negara ASEAN jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia juga didominasi dari Australia.
Faktor jarak menjadi salah satu alasan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
masih didominasi oleh ASEAN dan Australia. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat
bahwa negara Singapura, Malaysia dan Australia berada di posisi tiga teratas
dengan jumlah kunjungan selalu melebihi jumlah satu juta orang pada tahun 2014.
GDP per kapita
GDP per kapita didapatkan dari hasil pembagian GDP total nasional yang
dibagi dengan jumlah penduduk yang berada di negara tersebut, sehingga GDP
per kapita menggambarkan jumlah rata-rata pendapatan setiap penduduk dari
suatu negara. GDP per kapita dapat dijadikan acuan untuk mengukur
kesejahteraan dan kemakmuran keadaan perekonomian suatu negara. Semakin
tinggi GDP per kapita suatu negara maka menggambarkan semakin tinngi pula
tingkat kesejahteraan dan kemakmuran perekonomian negara tersebut. Pada
penelitian ini digunakan variabel GDP per kapita negara asal wisatawan
mancanegara sehingga dapat menggambarkan keadaan kesejahteraan dari masing-
masing wisatawan mancanegara.
29
Tabel 5 GDP per kapita negara asal wisatawan mancanegara tahun 2010 sampai
tahun 2014 (USD)
Negara Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Singapura 72055.450 74949.241 75629.836 77721.436 78957.747
Malaysia 21101.880 21866.340 22706.397 23418.835 24459.779
Australia 41363.215 41763.118 42540.969 42845.491 43256.481
Tiongkok 9429.5011 10274.494 11016.989 11805.086 12599.181
Jepang 34403.837 34315.798 34987.608 35614.311 35634.970
Korea Selatan 30440.401 31327.126 31901.072 32684.319 33629.418
Filiphina 5638.2076 5754.1124 6041.7777 6365.0032 6648.5505
Amerika 49372.800 49781.357 50549.187 51281.582 52117.745
Inggris 36163.998 36590.159 36765.053 37308.512 38149.134
Sumber: WDI (2015)
Tabel 5 menunjukkan bahwa yang memiliki GDP per kapita tertinggi
diantara sepuluh negara yang menjadi pengunjung utama pariwisata Indonesia
adalah Negara Singapura dengan nilai GDP per kapita dari tahun 2010 sampai
tahun 2014 adalah selalu diatas USD 70000. Hal tersebut dapat menggambarkan
bahwa Singapura merupakan negara yang paling makmur dan sejahtera
dibandingkan negara lainnya jika dilihat dari sisi GDP per kapita saja (cateris
paribus). Tingginya tingkat GDP per kapita Singapura juga sejalan dengan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang berasal dari Singapura,
bahwa Singapura berada di peringkat pertama sebagai pengunjung pariwisata
Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tingginya pendapatan tiap
penduduk akan mendorong tiap penduduk negara terkait untuk melakukan
perjalanan wisata ke luar negeri.
Exchange Rate
Exchange rate atau nilai tukar adalah perbandingan nilai mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lainnya. Exchange ratejuga menunjukkan
keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri
maupun mata uang asing. Merosotnya nilai tukar rupiah menggambarkan
menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena
menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan
mata uang asing sebagai alat pembayaran internasional.
Exchange rate juga berperan penting dalam sektor pariwisata, terutama bagi
para wisatawan mancanegara. Para wisatawan mancanegara yang akan berwisata
ke suatu negara akan menukarkan uang negara asalnya dengan uang negara tujuan
wisata untuk tujuan kemudahan transaksi. Tak terkecuali bagi para wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Indonesia akan menukarkan mata uang negara
asalnya dengan mata uang rupiah. Terlebih lagi saat ini adanya peraturan dari
Bank Indonesia mengenai kewajiban transaksi menggunakan rupiah di dalam
negeri, yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015. Nilai tukar mata
uang rupiah yang tergolong murah jika dibandingkan dengan mata uang negara
lainnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan mancanegara untuk
menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan wisata.
30
Sumber: BI (2016)
Gambar 6 Nilai tukar antara mata uang rupiah dengan mata uang sembilan negara
pengunjung utama pariwisata Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2014
Gambar 6 dapat menunjukkan bahwa nilai tukar antara mata uang rupiah
dengan mata uang GBP, USD, dan AUD merupakan yang tertinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa mata uang rupiah sangat murah bagi para wisatawan asal
negara Inggris, Amerika Serikat dan Australia. Para wisatawan asal ketiga negara
tersebut berwisata ke Indonesia maka akan sangat merasa sangat kaya karena
tingginya nilai tukar antar mata uang negara terkait. Hal ini juga akan mendorong
tingginya konsumsi barang dan jasa para wisatawan mancanegara dari Inggris,
Amerika Serikat, dan Australia ketika berwisata ke Indonesia.
Kestabilan Keamanan Indonesia
Faktor keamanan suatu negara yang menjadi daerah tujuan wisata
merupakan salah satu faktor terpenting bagi para wisatawan mancanegara.
Kestabilan keamanan suatu negara dapat dilihat dari kestabilan politik, tingkat
kriminalitas, serta kejadian terorisme. Pergantian pemimpin atau adanya
pemilihan kepala daerah dan kepala negara dapat memengaruhi kestabilan
keamanan yang dilihat dari sisi aspek politik. Lalu adanya penyerangan
bersenjata, bentrok antar masyarakat, kejadian terorisme, serta kriminalitas juga
dapat memngaruhi kestabilan keamanan suatu negara.
Wisatawan mancanegara pasti akan memilih negara tujuan wisata yang
keadaan keamanannya stabil. Kestabilan keamanan tersebut juga dapat dilihat dari
persentase political stability dan jumlah kejadian terorisme yang terjadi di negara
terkait.
0
5000
10000
15000
20000
25000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
IDR - AUD
IDR - GBP
IDR - JPY
IDR - SGD
IDR - USD
IDR - CNY
IDR - KRW
IDR - MYR
IDR - PHP
31
Sumber: WDI (2016)
Gambar 7 Persentase political stability Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2014
Political stability dalam istilah ekonomi menunujukkan kemantapan politis
suatu negara. Political stability dinyatakan dalam satuan persen, semakin tinggi
persentasenya maka akan menunjukan keadaan politis yang semakin baik dan
stabil. Keadaan politis suatu negara yang tidak stabil akan berdampak pada
penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Lalu penurunan jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara tersebut akan berdampak juga pada penurunan
pendapatan devisa dari sektor pariwisata dan pada akhirnya secara langsung
maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian
negara terkait.Gambar 7 menunjukkan bahwa keadaan politis Indonesia masih
tergolong rendah yaitu sekitar 20 persen hingga 30 persen pada tahun 2010
sampai tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukannya upaya-
upaya untuk menjaga kestabilan politis di Indonesia agar berdampak positif juga
terhadap pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia.
Sumber: Vision of Humanity (2016)
Gambar 8 Jumlah kali kejadian terorisme per tahun dari 2010 sampai 2014
Hampir setiap negara pasti mengalami kejadian terorisme, seperti bom,
penyerangan oleh oknum tertentu, dan lain-lain. Kejadian-kejadian terorisme
tersebut akan berpengaruh terhadap keadaan stabilitas keamanan suatu negara.
Gambar 8 menunjukkan bahwa jumlah kejadian terorisme di Indonesia setiap
tahunnya berfluktuatif dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Selama kurun waktu
2010 2011 2012 2013 2014
Presentase PoliticalStability
20,75 22,17 27,96 28,91 31,07
0
5
10
15
20
25
30
35
per
sen
2010 2011 2012 2013 2014
Kejadian Terorisme 4 21 39 32 33
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
kali
keja
dia
n
32
lima tahun, pada tahun 2010 kejadian terorisme di Indonesia paling rendah yaitu
hanya empat kali kejadian, sedangkan kejadian terorisme paling tinggi terjadi
pada tahun 2012 yaitu pada sebanyak 39 kejadian. Hal ini menunjukkan bahwa
keadaan stabilitas dan keamanan Indonesia dari kejadian terorisme masih rendah.
Tercatat menurut Vision of Humanity Indonesia berada di peringkat 33 dari 124
negara.
Berdasarkan penjabaran tentang data dan fakta persentase political stability
dan jumlah kejadian terorisme di Indonesia selama tahun 2010 sampai tahun 2014,
maka dapat disimpulkan bahwa keadaan keamanan di Indonesia tergolong masih
rendah. Selain itu, kestabilan keamanan Indonesia menjadi salah satu faktor dan
pertimbangan utama bagi wisatawan mancanegara.
Travel Warning
Travel warning adalah himbauan untuk tidak pergi ke suatu negara yang
dianggap tidak aman. Biasanya dikeluarkan pemerintah suatu negara untuk
melindungi warganya dari ancaman yang mungkin terjadi di negara tersebut.
Kebijakan travel warning dari suatu negara ke negara lain dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah kejadian terorisme, bencana alam, bentrok
dan ancaman kekerasan, kesehatan, dan lain-lain. Travel warning ke Indonesia
diawali sejak adanya krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-
1998. Akibat krisis moneter tersebut negara Amerika, Australia dan beberapa
negara Eropa mengeluarkan kebijakan travel warning bagi warganya yang hendak
berkunjung ke Indonesia. Hal ini diperparah dengan adanya serentetan kejadian
terorisme, seperti kejadian Bom Bali I, Bom Bali II, Bom di Hotel JW Marriot
Jakarta, bom di Surabaya, dan kejadian terorisme lainnya. Selain kejadian
terorisme, bencana alam Tsunami Aceh tahun 2004 dan wabah virus flu burung
juga menjadi penyebab beberapa negara mengeluarkan kebijakan travel warning
ke Indonesia. Bahkan Negara Amerika menerapkan kebijakan travel warning ke
Indonesia sangat lama yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2008. Hal tersebut
tentunya dapat merugikan pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia, jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara menurun akibat adanya kebijakan travel
warning dari negara asal wisatawan. Selain itu travel warning menyebabkan
devisa negara Indonesia dari sektor pariwisata menurun serta citra Indonesia
menurun di dunia pariwisata internasional.
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif adalah statistik yang mempelajari segi-segi yang penting
dari suatu data. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta, antara
lain dengan cara menghitung ukuran parameter dan fungsi distribusi statistika
berdasarkan data empiris. Parameter-parameter tersebut adalah antara lain rata-
rata (mean), median, varian, standar deviasi, skewness, kurtosis, Jarque-bera,
covarian, dan korelasi.
33
Tabel 6 Statistik deskriptif variabel penelitian
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev.
LNTOUR 13.1179 13.0465 14.25958 12.05048 0.74155
LNGDP 10.5026 10.5123 11.82141 8.637322 0.79694
LNER 7.18546 8.01888 9.880789 2.061787 2.43866
LNJE 5.73391 7.30001 8.361349 1.884307 2.51840
PR 0.95310 0.96344 1.001415 0.826390 0.04673
D1 0.13333 0 1 0 0.34378
D2 0.4 0 1 0 0.49543
Tabel 6 menunjukkan statistik deskriptif seluruh variabel yang menjadi
gambaran umum kondisi faktor internal dan eksternal yang memengaruhi jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia. Selama kurun waktu lima tahun
dari 2010 hingga 2014, rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia yang
dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara adalah 13.11 persen
dengan nilai minimum 12.05 persen dan nilai maksimum 14.25 persen. Rata-rata
GDP per kapita negara asal per jumlah kunjungan wisatawan mancanegara 10.5
persen, rata-rata exchange rate per jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
7.18 persen, rata-rata harga relatif per jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
0.95 persen, rata-rata jarak ekonomi per jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara 5.73 persen, dan rata-rata variabel dummy satu dan dua per jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara adalah masing-masing 0.13 persen dan 0.4
persen.
Kinerja Sektor Pariwisata Indonesia
Sektor pariwisata merupakan sektor yang dapat berpotensi menjadi
penggerak utama untuk pertumbuhan perkonomian. Potensi sektor pariwisata
tersebut dapat dilihat dari dampak ekonomi dan dampak sosialnya. Potensi sektor
pariwisata yang dilihat dari dampak ekonomi dapat dilihat dari angka
pertumbuhan sektor pariwisata setiap tahunnya dan pendapatan devisa dari sektor
pariwisata. Sedangkan potensi sektor pariwisata yang dilihat dari dampak sosial
dapat dilihat dari berkembangnya sektor-sektor lain sebagai pendukung sektor
pariwisata. Kemajuan dan perkembangan sektor pariwisata di Indonesia setiap
tahunnya memberikan dampak yang positif terhadap pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
34
Sumber: WTTC dan WDI (2016), (diolah)
Gambar 9 Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia
Gambar 9 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia
selama periode tahun 2010 sampai 2014 menggambarkan tren yang positif dengan
nilai persentase pertumbuhan selalu di atas 8.5 persen. Pada rentan waktu antara
2010 sampai 2014 angka pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia mengalami
peningkatan yang signifikan yaitu dari 8.8 persen menjadi 9.43 persen. Angka
persentase pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia selalu melebihi angka
persentase pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Hal tersebut dapat
memperkuat pernyataan bahwa sektor pariwisata Indonesia dapat diandalkan dan
berpotensi menjadi penggerak utama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara.
Sebagai negara yang tergolong sebagai middle income country, pendapatan devisa
dari sektor pariwisata sangat menguntungkan untuk perekonomian Indonesia.
Terlebih lagi cara sektor pariwisata mendapatkan devisa berbeda dengan kegiatan
ekonomi lainnya. Devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata diperoleh tanpa
harus mengirimkan barang-barang ke luar negeri seperti kegiatan ekpor pada
umumnya, namun devisa tersebut dihasilkan dari pengeluaran atau belanja para
wisatawan. Maka dari itu sektor pariwisata disebut juga sebagai invisible export
(Karyono 1997).
2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan EkonomiIndonesia
6,22 6,17 6,03 5,58 5,02
Pertumbuhan SektorPariwisata Indonesia
8,80 8,67 8,90 8,90 9,43
0,001,002,003,004,005,006,007,008,009,00
10,00P
erse
n
35
Tabel 7 Pendapatan devisa dari sepuluh negara asal utama sektor pariwisata
Indonesia dan pendapatan devisa total sektor pariwisata dari seluruh
negara
NEGARA Pendapatan Devisa (juta USD)
2010 2011 2012 2013 2014
Singapura 927.97 1054.21 1000.36 1049.41 1145.83
Malaysia 864.34 930.85 972.16 1002.53 1053.89
Filiphina 161.97 175.90 195.50 206.31 212.90
Taiwan 184.76 188.15 204.52 231.09 254.66
Tiongkok 433.38 520.61 714.51 810.79 981.46
Korea Selatan 251.05 295.82 290.37 381.83 420.89
Australia 1171.87 1502.10 1452.31 1470.89 1802.85
Jepang 409.87 419.80 477.80 558.85 597.71
Inggris 277.14 269.61 321.92 349.20 401.48
Amerika 252.23 317.28 312.55 363.91 406.57
TOTAL 7603.45 8554.39 9120.85 10054.15 11166.13
Pertumbuhan
(persen) 20.73 12.51 6.62 10.23 11.06
Sumber: Kemenpar (2016)
Tabel 7 menunjukkan pendapatan devisa dari sektor pariwisata selama
periode 2010 sampai 2014. Pendapatan devisa total dari seluruh negara yang
berkunjung ke Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan,
peningkatannya bahkan mencapai 50 persen. Singapura dan Australia berada di
urutan teratas dari sepuluh negara pengunjung utama sektor pariwisata Indonesia
yang menyumbang devisa terbesar. Tabel 7 juga menunjukkan bahwa Negara
Australia berada di urutan pertama yang menyumbang devisa negara dari sektor
pariwisata. Data tersebut tidak sejalan dengan data jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara yang menunjukkan bahwa Singapura berada di urutan pertama. Hal
ini menunjukkan bahwa wisatawan yang berasal dari Asutralia lebih tinggi tingkat
konsumsinya sewaktu berwisata ke Indonesia dan lebih lama untuk tinggal di
Indonesia sehingga dapat menghasilkan devisa yang lebih tinggi dari Singapura.
Peningkatan kinerja sektor pariwisata Indonesia juga dapat dilihat dari
meningkatnya peringkat pendapatan devisa sektor pariwisata Indonesia
dibandingkan dengan komoditi lain yang berkaitan. Pada tahun 2010 sampai 2012,
sektor pariwisata berada di peringkat lima. Lalu tahun 2013 sampai 2014 naik ke
peringkat empat mengalahkan komoditi karet olahan dan pakaian jadi. Walaupun
belum bisa mengalahkan komoditi minyak & gas bumi, batu bara dan minnyak
kelapa sawit sebagai pendapatan devisa utama, setidaknya peningkatan peringkat
pendapatan devisa sektor pariwisata Indonesia dapat menjadi pertanda baik untuk
kemajuan dan perkembangan kinerja sektor pariwisata Indonesia kedepannya.
36
Tabel 8 Peringkat devisa pariwisata terhadap sebelas ekspor barang terbesar,
tahun 2010 sampai 2014
Rank Jenis Komoditas
2010 2011 2012 2013 2014
1 Minyak & gas
bumi
Minyak & gas
bumi
Minyak & gas
bumi
Minyak & gas
bumi
Minyak & gas
bumi
2 Batu bara Batu bara Batu bara Batu bara Batu bara
3 Minyak kelapa
sawit
Minyak kelapa
sawit
Minyak kelapa
sawit
Minyak kelapa
sawit
Minyak kelapa
sawit
4 Karet olahan Karet olahan Karet olahan Pariwisata Pariwisata
5 Pariwisata Pariwisata Pariwisata Karet olahan Pakaian jadi
6 Pakaian jadi Pakaian jadi Pakaian jadi Pakaian jadi Karet olahan
7 Alat listrik Alat listrik Alat listrik Alat listrik Makanan
olahan
8 Tekstil Tekstil Tekstil Makanan
olahan
Alat listrik
9 Kertas & barang
dr kertas
Makanan
olahan
Makanan
olahan
Tekstil Tekstil
10 Makanan olahan Bahan kimia Kertas &
barang dr
kertas
Kertas &
barang dr
kertas
Kayu olahan
11 Bahan kimia Kertas &
barang dr
kertas
Bahan kimia Kayu olahan Bahan kimia
12 Kayu olahan Kayu olahan Kayu olahan Bahan kimia Kertas &
barang dr
kertas
Sumber: Kemenpar dan BPS (2015)
Kinerja sektor pariwisata Indonesia juga dapat dilihat dari naiknya peringkat
pendapatan devisa sektor pariwisata Indonesia dibandingkan dengan komoditi lain
yang berkaitan. Pada tahun 2010 sampai 2012, sektor pariwisata berada di
peringkat empat. Lalu tahun 2013 sampai 2014 naik ke peringkat tiga
mengalahkan komoditi karet olahan dan pakaian jadi. Walaupun belum bisa
mengalahkan komoditi minyak dan gas bumi, batu bara dan minnyak kelapa sawit
sebagai pendapatan devisa utama, setidaknya peningkatan peringkat pendapatan
devisa sektor pariwisata Indonesia dapat menjadi pertanda baik untuk kemajuan
dan perkembangan kinerja sektor pariwisata Indonesia kedepannya.
Aktivitas pariwisata sangat berpengaruh terhadap pendapatan suatu negara,
tidak hanya terhadap devisa negara melainkan berpengaruh juga terhadap
pendapatan pajak. Pajak sektor pariwisata didapatkan dari sektor-sektor yang
berkaitan dengan sektor pariwisata, seperti pajak dari restoran, hotel, karaoke, dan
lain-lain. Pengaruh sektor pariwisata terhadap penerimaan pajak tentunya akan
berpengaruh positif terhadap penadapatan negara karena dapat membantu
meningkatkan penerimaan negara yang dapat dialokasikan kembali untuk sektor
pariwisata dan sektor lainnya.
37
Sumber: Kemenpar (2015)
Gambar 10 Penerimaan pajak dari sektor pariwisata Indonesia dari tahun 2010
hingga tahun 2013
Gambar 10 menunjukkan bahwa penerimaan pajak dari sektor pariwisata
(hotel, restoran, karaoke, dan lain-lain) selama kurun waktu empat tahun dari
tahun 2010 hingga tahun 2013 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan pajak
sektor pariwisata dari tahun 2010 hingga tahun 2013 mencapai 30 persen.
Kontribusi positif dari sektor pariwisata terhadap penerimaan pajak dapat
memperkuat bahwa sektor pariwisata berpotensi menjadi sektor penggerak utama
untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Selain berkontribusi terhadap penerimaan devisa negara dan pendapatan
pajak, sektor pariwisata juga berkontribusi terhadap penciptaan lapangan
pekerjaan. Sektor-sektor yang berkaitan dengan sektor pariwisata, seperti hotel,
restoran, biro perjalanan, transportasi, dan lain-lain dapat menciptakan lapangan
pekerjaan dan menyerap tenaga kerja di sekitar wilayah tujuan wisata. Penyerapan
tenaga kerja di sektor pariwisata diharapkan dapat mengurangi jumlah
penggangguran dan meningkatkan perekonomian Indonesia.
Sumber: Kemenpar (2015)
Gambar 11 Penyerapan tenaga kerja di sektor pariwisata dari tahun 2010 hingga
tahun 2013
2010 2011 2012 2013
Penerimaan Pajak 9,35 10,72 11,77 13,26
0
2
4
6
8
10
12
14
trili
un
ru
pia
h
2010 2011 2012 2013
Tenaga Kerja 7,44 8,53 9,35 9,61
0
2
4
6
8
10
12
juta
ora
ng
38
Gambar 11 memperlihatkan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor
pariwisata dari tahun 2010 hingga tahun 2013 selalu mengalami peningkatan,
yaitu mencapai dua juta orang peningkatannya. Kontribusi positif sektor
pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja harus terus ditingkatkan karena pada
akhirnya akan berkontribusi positif juga terhadap pertumbuhan perekonomian
Indonesia. Pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus mendukung hal ini,
salah satunya dengan adanya kebijakan kemudahan bagi para pelaku usaha di
sektor pariwisata.
Berbagai upaya, usaha, dan cara telah dilakukan oleh pemerintah khususnya
Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan pertumbuhan pariwisata Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Pariwisata adalah promosi
keberagaman sumber daya serta adat budaya yang dimiliki Indonesia. Hal tersebut
diwujudkan dengan rutinnya Kementerian Pariwisata mengikuti berbagai macam
pameran dan festival di luar negeri. Bentuk promosi lainnya yang dilakukakan
Kementerian Pariwisata adalah kampanye slogan kepariwisataan Indonesia yaitu
Wonderful Indonesia sejak tahun 2011 sebagai salah satu strategi pemasaran
internasional. Pada sebelum 2011 slogan kepariwisataan Indonesia adalah Visit
Indonesia yang diberlakukan sejak tahun 1991 hingga tahun 2010.
Penggunaan slogan baru sejak tahun 2011 memiliki visi dan misi yang
berbeda dengan slogan sebelumnya. Slogan Wonderful Indonesia dipilih karena
lebih atraktif menggambarkan Indonesia dengan menyoroti keindahan alam,
keragaman adat budaya, kulinari, serta keramahtamahan masyarakat Indonesia.
Slogan Wonderful Indonesia yang mengusung tujuh tema akan memfokuskan
pengembangan di 16 destinasi wisata utama yaitu: Danau Toba (Sumut),
Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kota Tua (DKI Jakarta), Borobudur (Jateng),
Bromo-Tengger-Sumeru (Jatim), Kintamani-Danau Batur (Bali), Menjongan-
Pemuteran (Bali), Kuta-Sanur-Nusa Dua (Bali), Gunung Rinjani (NTB), Komodo
(NTT), Ende-Danau Kelimutu (NTT), Tanjung Puting (Kalteng), Toraja (Sulsel),
Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sulteng), dan Raja Ampat (Papua Barat). Lalu
pemerintah juga akan fokus menggarap 16 pasar internasional yaitu main markets
(Singapura, Malaysia, Australia), prime markets (China, Jepang, Korea Selatan,
Filipina, Taiwan, Amerika, Inggris, Perancis) dan potential markets (India ,
Netherlands, Timur Tengah, Jerman, Russia).
Kementerian Pariwisata sangat gencar melakukan promosi dan kampanye
slogan Wonderful Indonesia. Salah satunya adalah dengan cara memasang iklan
Wonderful Indonesia di berbagai negara untuk menarik minat wisatawan negara
terkait berwisata ke Indonesia, mengikuti berbagai festival kepariwisataan di
berbagai negara, dan bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi. Upaya-
upaya tersebut berkontribusi positif terhadap perkembangan pariwisata Indonesia.
Berbagai pernghargaan dari berbagai acara dan festival di negara lain diraih oleh
Indonesia, yang terbaru adalah penghargaan dari festival di Australia dan India.
Posisi branding slogan Wonderful Indonesia di Asia juga meningkat ke urutan 47,
mengalahkan Amazing Thailand di urutan 83 dan Truly Asia Malaysia di urutan
96 (Kementerian Pariwisata 2015). Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia dari tahun 2011 hingga tahun 2014 juga menjadi salah
satu bukti keberhasilan pemasaran dan kampanye sloga Wonderful Indonesia.
39
Sumber: Kemenpar (2015)
Gambar 12 Jumlah anggaran promosi pariwisata Indonesia dari tahun 2010
sampai tahun 2013
Promosi dan kampanye pariwisata Indonesia dengan slogan Wonderful
Indonesia didukung oleh adanya anggaran khusus untuk promosi. Gambar 12
menunjukkan besarnya jumlah anggaran untuk promosi pariwisata Indonesia dari
tahun 2010 hingga tahun 2013 memiliki tren yang positif. Anggaran promosi
pariwisata Indonesia terbilang cukup besar, selalu diatas enam triliun rupiah setiap
tahunnya selama 2010-2013. Keberhasilan perkembangan pariwisata Indonesia,
selain didukung oleh besarnya anggaran promosi dan berbagai pemasaran yang
dilakukan harus didukung juga dengan komponen dasar pariwisata lainnya seperti
kenyamanan, akses informasi, atraksi, dan akses transportasi.
Upaya lain yang dilakukan pemerintah Indonesia dan Kementerian
Pariwisata untuk mendukung perkembangan kemajuan pariwisata Indonesia
adalah dengan cara memberikan kebijakan bebas visa kunjungan untuk wisatawan
dari beberapa negara. Menurut Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2016 tentang
Bebas Visa Kunjungan terdapat 169 negara yang mendapatkan kebijakan bebas
visa kunjungan ke Indonesia. Kebijakan ini diharapkan dapat berpengaruh positif
terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia dan penerimaan
dari sektor pariwisata yaitu pajak dan devisa.
Pemilihan Model Terbaik
Estimasi pemilihan model terbaik dilakukan dengan uji hausman dan uji
chow untuk memilih random effect model, fixed effect model, atau pooled least
square. Pada hasil uji hausman menunjukkan cross section test variance
yangtidak valid. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara komponen
errordengan peubah bebas sehingga tidak cukup bukti untuk menerima H0. Hasil
Uji Chow menunjukkan hal yang sama untuk menolak H0 (probabilitias 0.0000)
sehingga model yang dipakai adalah fixed effect.
Berdasarkan hasil estimasi pemilihan model terbaik menunjukan bahwa
variabel GDP per kapita negara asal, jarak ekonomi, harga relatif, dan dummy
keamanan secara nyata berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara. Sedangkan variabel exchange rate dan dummy travel warning
secara nyata tidak berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisman Indonesia.
2010 2011 2012 2013
Anggaran Promosi 6,44 6,89 6,81 7,12
6
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
trili
un
ru
pia
h
40
Tabel 9 Hasil estimasi model jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNGDP 1.400397 0.322978 4.335883 0.0002*
LNER 0.155089 0.104900 1.478451 0.1497***
LNJE -0.033894 0.011403 2.972360 0.0058**
PR -0.648819 0.251655 -2.578210 0.0151*
D1 -0.002250 0.024051 -0.093560 0.9261***
D2 -0.007088 0.010142 0.698837 0.0490**
C -2.282871 3.009150 -0.758640 0.4540
R-squared 0.999045
Adjusted R-squared 0.998599
F-statistic 2241.781
Prob(F-statistic) 0.000000
Keterangan:
* Signifikan pada taraf nyata 5 persen
** Signifikan pada taraf nyata 10 persen
*** Tidak signifikan
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Uji normalitas dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque Bera. Hasil uji
normalitas pada model ini menunjukan nilai probabilitas jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara sebesar 0.390799 yang artinya error term sudah
terdistribusi secara normal dalam model karena nilai probabilitas Jarque Bera
lebih besar dari taraf nyata lima persen.
Multikolineritas disebabkan oleh nilai R2 tinggi namun variabel
independennya hanya sedikit yang signifikan. Model dikatakan terbebas dari
masalah multikolinearitas dengan melihat nilai Prob (F-Statistik) yang signifikan
pada taraf nyata lima persen. Pada model jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara nilai R2
yaitu 0.999045 dan empat dari enam variabel independen
signifikan terhadap variabel dependen. Maka dari itu, model penelitian ini dapat
dikatakan terbebas dari masalah multikolinearitas.
Heteroskedastisitas dapat dilihat dengan membandingkan sum square resid
pada weight statistic dengan sum squared resid unweight statistic. Jika sum
square resid pada weight statistic lebih kecil dari sum squared resid unweight
statistic, maka terjadi heteroskedastisitas. Uji asumsi lainnya adalah uji
autokorelasi menggunakan nilai durbin watson (DW) untuk melihat ada atau
tidaknya masalah autokorelasi. Karena pada model jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara menggunakan model fixed effect yang diboboti dengan cross-section
weights, maka masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi dapat diabaikan.
Pengujian Kriteria Statistik
Hasil estimasi model jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
menunjukkan bahwa nilai R2 sebesar 0.999045. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa 99.9045 persen keragaman dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variabel-variabel independen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di
luar model. Hasil tersebut menunjukkan bahwa model yang digunakan cukup baik
41
karena memiliki nilai R2 yang tinggi. Nilai F-statistic pada model jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara memiliki nilai 0.000000 yang lebih kecil dari
taraf nyata lima persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam model tersebut
setidaknya ada satu variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
Hasil estimasi model jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
menunjukkan variabel independen yang memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari
nilai taraf nyata lima persen adalah GDP per kapita dan harga relatif. Variabel
independen yang memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari nilai taraf nyata
sepuluh persen adalah jarak ekonomi dan dummy keamanan. Sedangkan variabel
yang tidak signifikan adalah exchange rate dan dummy travel warning.
Variabel yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Wisatawan
MancanegaraIndonesia
GDP per kapita negara asal (GDP)
Pada hasil uji estimasi variabel GDP per kapita negara asal wisatawan
(GDP) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel jumlah kunjungan
wisatawan dengan nilai koefisien sebesar 1.400397. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ketika GDP per kapita negara asal wisatawan naik sebesar satu persen
maka akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar
1.400397persen (cateris paribus). Hasil estimasi tersebut sesuai dengan hipotesis
awal dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surugiu et al. (2011).
GDP per kapita negara asal dapat menggambarkan keadaan ekonomi dan
kesejahteraan negara asal. Berdasarkan hasil estimasi GDP per kapita signifikan
positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. GDP
per kapita negara asal menggambarkan besarnya pendapatan setiap individu di
negara asal. Peningkatan pendapatan akan mendorong peningkatan konsumsi dari
masing-masing individu, tak terkecuali peningkatan konsumsi untuk berwisata
dengan berlibur ke negara lain. Maka ketika terjadinya peningkatan GDP per
kapita negara asal akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
ke Indonesia. Pengaruh positif antara GDP per kapita negara asal dengan jumlah
kunjungan wisatawan mancangera dapat dibuktikan, salah satunya adalah
peningkatan GDP per kapita Negara Singapura yang berbanding lurus terhadap
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dari
Singapura setiap tahunnya dalam kuruan waktu 2010 sampai 2014.
Exchange rate (ER)
Berdasarkan hasil estimasi exchange rate memiliki hubungan tidak
signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh exchange rate terhadap jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara adalah nol. Namun tanda koefisien variabel exchange
rate dari hasil penelitian ini menunjukkan tanda koefisien (+) yang sesuai dengan
hipotesis dan uji ekonomi dengan nilai koefisien sebesar 0.155089.Hasil estimasi
tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal dan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Munoz dan Amaral (2010).
42
Exchange rate yang digunakan pada penelitian ini adalah exchange rate
antara mata uang negara asal wisatawan dengan mata uang negara Indonesia
sebagai negara tujuan wisata. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap nilai tukar
mata uang negara lainnya akan berdampak positif pada sektor pariwisata
Indonesia. Ketika mata uang rupiah terdepresiasi maka hal tersebut menunjukkan
bahwa mata uang rupiah menjadi murah sehingga wisata di Indonesia bagi para
wisatawan mancanegara relatif menjadi lebih murah dibandingkan dengan wisata
di negara lainnya.Mata uang rupiah yang murah akibat adanya depresiasi
mendorong para wisatawan untuk memilih Indonesia dibandingkan negara lain
sebagai tujuan destinasi wisata. Hal tersebut juga dapat menjadi daya tarik dan
kelebihan tersendiri bagi para wisatawan untuk memilih berwisata ke Indonesia.
Jadi depresiasi nilai tukar mata uang rupiah akan meningkatkan jumlah kunjungan
pariwisata Indonesia.
Jarak ekonomi (JE)
Pada hasil uji estimasi variabel jarak ekonomi berpengaruh signifikan
negatif terhadap variabel jumlah kunjungan wisatawan dengan nilai koefisien
sebesar 0.033894.Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika jarak ekonomi naik
sebesar satu persen maka akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara sebesar 0.033894 persen (cateris paribus). Hasil estimasi
tersebutsesuai dengan hipotesis awal dan sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Surugiu et al. (2011).
Jarak ekonomi dapat menggambarkan biaya transportasi dari negara asal
wisatawan ke negara tujuan wisata. Semakin jauh jarak antar negara asal dengan
negara tujuan maka akan semakin meningkatkan biaya transportasi. Peningkatan
jarak ekonomi mengindikasikan biaya transportasi semakin meningkat karena
semakin jauh jarak yang harus ditempuh sehingga akan berdampak pada
penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia.
Harga relatif (PR)
Harga relatif memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara dengan koefisien sebsar 0.648819. Kenaikan
harga relatif sebesar satu persen akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara sebesar 0.648819 persen (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan
hipotesis awal dan sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Munoz dan Amaral (2010) dan Surugiu et al. (2011).
Harga relatif yang menggunakan indeks harga konsumen (IHK) negara asal
dan tujuan wisatawan menunjukkan bahwa IHK negara asal dan tujuan wisatawan
berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Harga relatif
menggambarkan perbedaan tingkat harga barang dan jasa antar negara tujuan dan
negara asal wisatawan. Harga barang dan jasa di negara tujuan wisata menjadi
pertimbangan yang paling umum bagi para wisatawan mancanegara menentukan
negara tujuan wisatanya. Para wisatawan cenderung akan memilih negara yang
harga barang dan jasanya rendah atau murah. Maka semakin rendah tingkat harga
atau harga relatif barang dan jasa akan semakin meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara. Harga barang dan jasa di Indonesia tergolong rendah dan
murah untuk para wisatawan mancanegara dari pasar utama pariwisata Indonesia.
43
Hal tersebut menjadi salah satu daya tarik dan kelebihan tersendiri bagi para
wisatawan mancanegara untuk melakukan perjalanan wisata ke Indonesia.
Variabel dummy travel warning
Pada hasil uji estimasi variabel dummy travel warning tidak berpengaruh
signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal
tersebut menunjukkan bahwa pengaruh variabel dummy travel warningterhadap
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara adalah nol. Tanda negatif pada
koefisien regresi meneunjukkan bahwa pengaruh adanya travel warning pada saat
nilai dummy = 1 (ada travel warning) adalah negatif dengan nilai koefisien
sebesar 0.002250. Hal ini menunjukkan bahwa ketika ada travel warning yang
dikeluarkan dari negara asal wisatawan terhadap negara tujuan wisata (Indonesia)
maka akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Pernyataan travel warning yang dikeluarkan negara asal wisatawan terhadap
negara tujuan wisata dapat dipicu oleh beberapa kejadian, seperti aksi terorisme,
krisis, wabah penyakit, bencana alam, dan lain-lain. Selama kurun waktu lima
tahun dari tahun 2010 sampai tahun 2014, Australia merupakan negara yang
paling sering mengeluarkan pernyataan travel warning untuk warganya yang akan
berkunjung ke Indonesia. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh bagi wisatawan
mancanegara asal Australia. Terbukti bahwa Australia masih tetap menjadi main
market pariwisata Indonesia dari tahun 2010 hingga tahun 2014 dengan jumlah
kunjungan wisatawan dan jumlah devisa dari Australia yang selalu meningkat
setiap tahunnya.
Variabel Dummy Keamanan
Pada hasil uji estimasi variabel dummy keamanan berpengaruh signifikan
terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh variabel dummy keamanan terhadap
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Tanda negatif pada koefisien regresi
meneunjukkan bahwa pengaruh faktor keamanan pada saat nilai dummy = 1
(kondisi tidak aman) adalah negatif dengan nilai koefisien sebesar 0.007088. Hal
ini menunjukkan bahwa ketika kondisi negara tujuan wisata tidak aman maka
akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.
Faktor keamanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
stabilitas ekonomi, stabilitas politik, stabilitas sosial, dan isu-isu nasional lainnya
yang dapat menarik perhatian dunia internasional. Faktor keamanan menjadi
faktor yang sangat dipertimbangkan dan berpengaruh terhadap keputusan
menentukan tujuan wisata bagi para wisatawan. Berbagai berita dan isu mengenai
kondisi keamanan yang tidak stabil, misalnya terjadinya aksi terorisme dan krisis
ekonomi akan menimbulkan persepsi negatif dan kesan bahwa Indonesia tidak
aman untuk dikunjungi sehingga akan menurunkan motivasi dan tingkat
kepercayaan wisatawan. Akibatnya akan adanya kecenderungan penundaan dan
pembatalan kunjungan yang akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara Indonesia.
44
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan hal-
hal sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menggunankan analisis deskriptif menunjukkan bahwa
kinerja sektor pariwisata Indonesia dalam kurun waktu 2010 sampai 2014
mengalami peningkatan yang signifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan
nilai pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia yang selalu melampaui nilai
pertumbuhan ekonomi Indonesia, pendapatan devisa dari sektor pariwisata
meningkat hingga 50 persen,meningkatnya peringkat pendapatan devisa
sektor pariwisata dibandingkan dengan pendapatan devisa komoditi ekspor
yang berkaitan lainnya, meningkatnya jumlah penerimaan pajak dari sektor
pariwisata, dan meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor
pariwisata.
2. Hasil penelitian dengan analisis model panel statis menunjukkan bahwa
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia dipengaruhi oleh
variabel GDP per kapita negara asal, jarak ekonomi, harga relatif, dan
dummy keamanan, sedangkan variabel exchange rate dan dummy travel
warning tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara Indonesia.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa implikasi
kebijakan dan saran yang dapat dilakukan diantaranya:
1. Berdasarkan hasil penelitian implikasi kebijakan yang dapat diterapkan
pemerintah teruatama Bank Indonesia sebagai pemegang kebijakan moneter
adalah dengan menjaga stabilitas perekonomian Indonesia terutama menjaga
stabilitasexchange rate dan tingkat inflasi yang berpengaruh terhadap
jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
2. Diperlukan adanya koordinasi antara pihak terkait dalam mengurangi
tingkat kejahatan, kriminalitas dan terorisme untuk meningkatkan
kepercayaan wisatawan mancanegara terhadap keadaan stabilitas keamanan,
stabilitas sosial, stabilitas politik, dan stabilitas ekonomi Indonesia sehingga
dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara.
3. Bagi pemerintah terutama Kementerian Pariwisata harus terus melakukan
promosi-promosi tentang kepariwisataan Indonesia dengan mengikuti
berbagai pameran dan festival di luar negeri untuk menarik minat para
wisatawan mancanegara. Bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi
sehingga dapat memanfaatkan teknologi dan digital untuk meningkatkan
promosi pariwisata Indonesia.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abedtalas, Musallam. Toprak, Lokman. 2015. The Determinants of Tourism
Demand in Turkey. Journal of Economics and Behavioral Studies.Vol. 7. No.
4. pp. 90-105.
Andriansyah D. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah
Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): IPB
Aslan A. Kaplan M. Kula F. 2008. International Tourism Demand for Turkey: A
Dynamic Panel Data Approach. MPRA. No.10601. doi:10.1016/10601
Baltagi B. 2005. Econometric Analysis of Panel Data 3rd Edition. Englan: John
Wiley&Sons.Ltd.
[BI]. 2016. Bank Indonesia. Data. [internet]. Diakses melalui
http://www.bi.go.id/en/moneter/kalkulator-kurs/Default.aspx
[BPS]. 2014. Badan Pusat Statistik. Data. [internet]. Diakses melalui
https://www.bps.go.id/
Chadeeand D. Mieczkowski Z. 1987. An Empirical Analysis of the Effects of the
Exchange Rate on Canadian Tourism. Journal of Travel Research. 26: 13.
DOI: 10.1177/004728758702600103
Dewi AS. 2013. Analisis Daya Saing dan Permintaan Pariwisata Indonesia di
Pasar ASEAN [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[EIA]. 2016. U.S. Energy Information and Administration. Data. [internet].
Diakses melalui http://www.eia.gov/
Eugenio-Martín, Juan L. Morales, Noelia M. Scarpa Riccardo. 2004. Tourism and
Economic Growth in Latin American Countries: A Panel Data Approach.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.
Bogor (ID): IPB Press.
Floyd, Myron F. Gibson, Heather. Pennington-Gray, Lori. Thapa, Brijesh. 2014.
The Effect of Risk Perceptions on Intentions to Travel in the Aftermath of
September 11, 2001. Journal of Travel & Tourism Marketing. 15:2-3. 19-38.
DOI: 10.1300/J073v15n02_02
Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika Jilid 2, Edisi 3. Julius AM, Yelvi
A, penerjemah Jakarta (ID). Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Essentials of
Econometrics.
Hakim DB. Kustiari R. Oktaviani R. Singagerda FIS. 2013. Analisis Aliran
Investasi dan Perdagangan Pariwisata Indonesia. Bina Ekonomi Majalah
Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar. 17(2).
Kadir, Norsiah. 2010. The Cointegration and Causality Tests for Tourism and
Trade in Malaysia. International Journal of Economics and Finance. Vol. 2.
No. 1.
[Kemenpar]. 2015. Statistic Arrivals 2014. [internet]. [diunduh 2016 Maret 24].
Tersedia pada http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=142&id=3068
Kiang YJ. Sarochananjeen O. Yang F. Wang Y. 2015. Relationship Between
Exchange Rates and Tourist Number in Thailand: Empirical Analysis of Panel
Data. Journal of Accounting, Finance & Management Strategy. Vol 10. No.
2.107-124.
Kılıç, Cüneyt. Bayar, Yılmaz. 2014. Effects of Real Exchange Rate Volatility on
Tourism Receipts and Expenditures in Turkey. Advances in Management
46
&Applied Economics.Vol. 4, no.1 89-101. ISSN: 1792-7544 (print version),
1792-7552 (online).
Kutan, Ali M. 2003. Regional Effects of Terrorism on Tourism in Three
Mediterranean Countries. Journal of Conflict Resolution. 47: 621. DOI:
10.1177/0022002703258198.
Leea, Chien-Chiang. Chang, Chun-Ping. 2007. Tourism development and
economic growth: A closer look at panels. Tourism Management 29. 180–192.
Mankiw NG. 2007. Makroekonomi, Edisi 6. Fitria L, Imam N, penerjemah
Jakarata(ID). Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Macroeconomics 6th
Edition.
Massidda,Carla. Etzo, Ivan. 2012. The determinants of Italian domestic tourism:
A panel data analysis. Tourism Management 33. 603-610.
doi:10.1016/j.tourman.2011.06.017
Munoz GT. Amaral T. 2010. An Econometric Model for International Tourism
Flows to Spain. Applied Economics Letters. 7:8. 525-529. DOI:
10.1080/13504850050033319Naude W. Saayman A. 2005. Determinants of
Tourist Arrivals in Africa: A Panel Data Regression Analysis. Tourism
Economics. 11 (3), 365–391.
Nurjaya P. 2014. Analisis Pengaruh Pariwisata terhadap Perekonomian Negara-
negara ASEAN+4 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Quadri, Donna L. Zheng, Tianshu. 2014. A Revisit to the Impact of Exchange
Rates onTourism Demand: The Case Of Italy. The Journal of Hospitality
Financial Management, 18:2, 47-60, DOI: 10.1080/10913211.2010.10653894
Saha S. Yap G. 2013. The Moderation Effects of Political Instability and
Terrorism on Tourism Development: A Cross-Country Panel Analysis. Journal
of Travel Research. XX(X) 1–13. DOI: 10.1177/0047287513496472
Sandler, Todd. Enders, Walter. 2004. An economic perspective on transnational
terrorism. European Journal of Political Economy. Vol. 20. 301–316.
doi:10.1016/j.ejpoleco.2003.12.007
Sonmez, Sevil F. Graefe, Alan R. 1998. Influence of Terrorism Risk on Foreign
Tourism Decisions. Annals of Tourism Research. Vol. 25, No. 1, pp. 112-144.
Surugiu C. Leitão N. Surugiu M. 2011. A Panel Data Modelling of International
Tourism Demand: Evidences for Romania. Ekonomska istraživanja. 24(1):134-
145. ISSN 1331-677X
[Vision of Humanity]. 2016. Global Terrorism Index. Data. [Internet]. Diakses
melalui http://www.visionofhumanity.org/#/page/indexes/terrorism-index
[Vision of Humanity]. 2015. Global Terrorism Index Report 2015. [internet].
[diunduh 2016 April]. Tersedia padahttp://static.visionofhumanity.org/sites
/default/files/ 2015%20Global%20Terrorism%20Index%20Report_2.pdf
Vita, Glauco D. Kyaw, Khine S. 2013. Role Of The Exchange Rate In Tourism
Demand. Annals of Tourism Research. Vol. 43. pp. 624–627.
[World Bank]. 2014. World Development Indicators. [internet]. Diakses melalui
http://data.worldbank.org/indicator/
[World Bank]. 2014. World Governance Indicators. [internet]. Diakses melalui
http://info.worldbank.org/governance/wgi/
[World Tourism Organization]. 2015. Tourism Highlights 2015. [internet].
[diunduh 2016 April 22]. Tersedia pada www.e-unwto.org/doi/pdf/
10.18111/9789284416899
47
[WTTC]. 2014. World Travel and Tourism Council. Data. [internet]. Diakses
melalui http://www.wttc.org/datagateway/
Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.
Jakarta (ID): Kompas.
48
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil estimasi panel data dengan menggunakan pooled least square
terhadap model jumlah kunjungan wisatawan mancanegara indonesia
2010-2014
Dependent Variable: LNTOUR
Method: Panel Least Squares
Date: 07/18/16 Time: 07:24
Sample: 2010 2014
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNGDP 0.715463 0.118365 6.044574 0.0000
LNER -0.029061 0.036689 -0.792080 0.4332
LNJE -0.232326 0.036776 -6.317330 0.0000
PR -5.191025 1.732617 -2.996060 0.0048
D1 0.453083 0.240171 1.886501 0.0669
D2 0.099041 0.153360 0.645810 0.5223
C 11.99209 1.894317 6.330559 0.0000 R-squared 0.605432 Mean dependent var 13.11785
Adjusted R-squared 0.543131 S.D. dependent var 0.741554
S.E. of regression 0.501232 Akaike info criterion 1.598538
Sum squared resid 9.546864 Schwarz criterion 1.879575
Log likelihood -28.96711 Hannan-Quinn criter. 1.703306
F-statistic 9.717957 Durbin-Watson stat 0.418320
Prob(F-statistic) 0.000002
Sumber: Output regesi data panel Eviews 6.0
49
Lampiran 2 Hasil estimasi panel data dengan menggunakan fixed effect model dengan
pembobotan (cross-section weight) pada model jumlah kunjungan
wisatawan mancanegara indonesia2010-2014
Dependent Variable: LNTOUR
Method: Panel EGLS (Cross-section weights)
Date: 07/18/16 Time: 07:25
Sample: 2010 2014
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNGDP 1.400397 0.322978 4.335883 0.0002
LNER 0.155089 0.104900 1.478451 0.1497
LNJE -0.033894 0.011403 2.972360 0.0058
PR -0.648819 0.251655 -2.578211 0.0151
D1 -0.002250 0.024051 -0.093555 0.9261
D2 -0.007088 0.010142 0.698837 0.0490
C -2.282871 3.009150 -0.758643 0.4540 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.999045 Mean dependent var 22.13108
Adjusted R-squared 0.998599 S.D. dependent var 17.76774
S.E. of regression 0.061716 Sum squared resid 0.114266
F-statistic 2241.781 Durbin-Watson stat 1.937928
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.995104 Mean dependent var 13.11785
Sum squared resid 0.118463 Durbin-Watson stat 1.602796
Sumber: Output regesi data panel Eviews 6.0
50
Lampiran 3 Hasil estimasi panel data dengan menggunakan random effect model
pada model jumlah kunjungan wisatawan mancanegara indonesia
2010-2014
Dependent Variable: LNTOUR
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 07/18/16 Time: 07:28
Sample: 2010 2014
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNGDP 0.837128 0.176696 4.737671 0.0000
LNER 0.052364 0.071327 0.734145 0.4674
LNJE 0.004821 0.018481 0.260859 0.7956
PR -1.553684 0.332234 -4.676470 0.0000
D1 -0.019868 0.036759 -0.540495 0.5920
D2 0.012576 0.019869 0.632969 0.5305
C 5.400339 1.883942 2.866510 0.0067 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.520027 0.9857
Idiosyncratic random 0.062614 0.0143 Weighted Statistics R-squared 0.709148 Mean dependent var 0.705329
Adjusted R-squared 0.663223 S.D. dependent var 0.135446
S.E. of regression 0.078603 Sum squared resid 0.234778
F-statistic 15.44174 Durbin-Watson stat 0.813271
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared -0.148304 Mean dependent var 13.11785
Sum squared resid 27.78402 Durbin-Watson stat 0.006872
Sumber: Output regesi data panel Eviews 6.0
51
Lampiran 4 Hasil uji-f (chow test) terhadap model jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara indonesia 2010-2014
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 539.239734 (8,30) 0.0000
Sumber: Output regesi data panel Eviews 6.0
Lampiran 5 Hasil uji hausman terhadap model jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara indonesia 2010-2014
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 0.000000 6 1.0000
* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.
Sumber: Output regesi data panel Eviews 6.0
52
Lampiran 6 Hasil uji normalitas pada model jumlah kunjunganwisatawan
mancanegara indonesia 2010-2014
Sumber: Output regesi data panel Eviews 6.0
Lampiran 7 Hasil uji multikolinearitas dalam model jumlah kunjunganwisatawan
mancanegara indonesia 2010-2014
LNTOUR LNGDP LNER LNJE PR D1 D2
LNTOUR 1 0.40680230 0.251547767 -0.3413206 -0.08918596 0.08386556 0.00893622
LNGDP 0.4068023 1 0.351984372 0.42523332 -0.02491177 -0.0064951 0.00411418
LNER 0.2515477 0.35198437 1 -0.0528292 0.094812924 0.31511230 -0.0057447
LNJE -0.341320 0.42523332 -0.05282920 1 -0.30347107 0.06289580 0.04837492
PR -0.089185 -0.0249117 0.094812924 -0.3034710 1 0.11590590 0.03536078
D1 0.0838655 -0.0064951 0.315112300 0.06289580 0.115905902 1 -0.0533760
D2 0.0089362 0.00411418 -0.00574474 0.04837492 0.035360788 -0.0533760 1
Sumber: Output regesi data panel Eviews 6.0
0
2
4
6
8
10
12
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2014
Observations 45
Mean -2.78e-15
Median -0.008435
Maximum 1.384994
Minimum -1.310107
Std. Dev. 0.794641
Skewness -0.041386
Kurtosis 2.002329
Jarque-Bera 1.879123
Probability 0.390799
53
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 24 Juli 1994 dari ayah Hidayat
dan ibu Yanti Hendayani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 19 Bogor dan lulus pada tahun 2009.
Penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Bogor dan lulus pada tahun 2012.
Setelah lulus SMA, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN Undangan dan diterima di Departemen Ilmu Ekonomi Program Studi
Ekonomi Studi Pembangunan.
Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Himpunan Profesi dan
Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan FEM IPB (HIPOTESA) sebagai
anggota DISTRO tahun 2015. Penulis juga aktif berpartisipasi dalam berbagai
kepanitian yang diselenggarakan oleh fakultas ataupun departemen, diantaranya
adalah The 10th Hipotex-R, The 4th JUST, The 4th Bogor Art Festival, The 11th
Hipotex-R, IPB Art Contest 2015, dan Agrisymphony 2015.