ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, Periode 2005)
Oleh
ANUGERAH DEWI P. S.
H24080021
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
RINGKASAN
ANUGERAH DEWI P. S. H24080021. Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005). Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI. Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi perusahaan agar dapat mempertahankan eksistensinya. Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan merger dan akuisisi. Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari kinerja perusahaan tersebut, salah satunya kinerja keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi alasan perusahaan melakukan merger dan akuisisi, (2) Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan sebelum merger dan akuisisi, (3) Menganalisisi kondisi kinerja keuangan perusahaan sesudah merger dan akuisisi, (4) Menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Objek penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2005. Berdasarkan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, diperoleh tiga perusahaan yang memenuhi kriteria sampel. Analisis data dilakukan dengan membandingkan kinerja keuangan perusahaan pada periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi yang diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over. Selanjutnya digunakan uji beda paired sample t test untuk mengetahui ada tidaknya dampak akuisisi terhadap kinerja keuangan. Alasan merger dan akusisi yang dilakukan perushaan berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan keadaan perusahaan sampel. Begitu juga dengan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda-beda untuk tiap perusahaan. Dari hasil analisis deskriptif pada rasio keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi maka dapat terlihat beberapa perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan pada nilai rata-rata setiap rasio, nilai maximum, nilai minimum, serta standar deviasi dari rasio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Selanjutnya untuk melihat apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dilakukan uji paired sample t test dengan SPSS 17. Dari hasil pengujian dengan membandingkan kinerja keuangan 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn over antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada taraf signifikan 95% (α=0.05). Kata Kunci: Merger, Akuisisi, Kinerja Keuangan
ANALISIS DAMPAK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
(Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, Periode 2005)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ANUGERAH DEWI P. S.
H24080021
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Analisis Dampak Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005)
Nama : Anugerah Dewi P. S.
NIM : H24080021
Menyetujui,
Pembimbing
(Farida Ratna Dewi, SE, MM)
NIP : 19710307 200501 2 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)
NIP : 19610123 198601 1 002
Tanggal Lulus :
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Anugerah Dewi Permata Sary yang dilahirkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 1990. Penulis merupakan anak ke dua dari pasangan
Alm. Bapak Wito dan Ibu Giyanti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya di SDN Cipadu 1 Tangerang
pada tahun 2002, pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 245
Jakarta pada tahun 2005 dan pendidkan menengah atas di SMA Negeri 6 Jakarta
pada tahun 2008. Setelah itu penulis melanjutkan studi untuk jenjang stara satu di
Institut Pertanian Bogor. Penulis memulai studinya di tahun 2008 pada Mayor
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh masa studinya di IPB, penulis aktif di beberapa
organisasi dan ikut serta menjadi panitia dalam beberapa acara kepanitiaan yang
diselenggarakan oleh BEM FEM IPB dan BEM KM IPB. Penulis aktif sebagai
staff Direktorat Public Relation Center of Management (COM@) (2009-2010).
Di tahun berikutnya penulis menjabat sebagai Dewan Komisaris Center of
Management (COM@) (2010-2011). Selain aktif pada himpunan profesi, penulis
juga aktif dalam unit kegiatan mahasiswa International Association of Student in
Agricultural and Related Sciences (IAAS). Di organisasi ini penulis menjabat
sebagai Head of Human Resources Develompent Department (2010-2011).
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
(Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Periode 2005).” Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Skripsi ini membahas mengenai dampak merger dan akuisisi yang
dilakukan perusahaan terhadap kinerja keuangannya. Dampak merger dan akuisisi
yang dilakukan perusahaan dilihat dari perubahan kinerja keuangan setelah
merger dan akuisisi yang di proyeksikan ke dalam empat rasio yaitu, current
ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan total asset turn over yang masing
masing mewakili rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio
aktivitas.
Demikian skripsi ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi
penyajiannya. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan
yang terdapat dalam skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Bogor, Maret 2012
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,
masukan, motivasi, dan semangat dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan
hati penulis mengucapkan ucapan terimakasih kepada:
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi
dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM dan Ibu Dra. Siti Rahmawati M.Pd
selaku dosen penguji sidang yang telah bersedia meluangkan waktunya
menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan serta saran dalam
penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
4. Seluruh Dosen Departemen Manajemen beserta Staf Tata Usaha yang telah
banyak membantu.
5. Kedua orang tua penulis yang telah mendidik, memberi kasih sayang, doa
serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis dalam mengerjakan
skripsi ini. Serta Eko yang telah memberikan bantuan yang tak terhitung
nilainya.
6. Iqdam Nadirman yang selalu memberikan motivasi, semangat, kesabaran dan
dukungan kepada penulis.
7. Sahabat sekaligus keluargaku di Putri Bunda, Dina, Mutia, Mafia, Aysri, dan
Gita. Terimakasih atas kehangatan keluarga, pertolongan, dan keceriaan yang
selalu kalian berikan.
8. Sahabat-sahabatku di Manajemen 45, Risya, Amel, Ida, Fitri, Regi dan Oca.
Terimakasih untuk keceriaan dan kebersamaanya selama ini.
9. Sahabat-sahabat tersayangku Debby, Bunga, Riris, Duma dan Tri yang selalu
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
10. Teman-teman Center of Management dan IAAS. Terimakasih untuk
kekeluargaan dan teamwork selama berada di organisasi tersebut.
vii
11. Teman-teman satu bimbingan, Ida, Nabila, Anggara, Fuji sebagai tempat
bertukar pendapat dan ilmu serta selalu memberikan semangat untuk berjuang
bersama sampai akhir.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
skripsi ini.
viii
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................ vi
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 3 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 4 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 4 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6 2.1. Merger dan Akuisisi ............................................................ 6 2.1.1 Pengertian ................................................................... 6 2.1.2 Motif Merger dan Akuisis .......................................... 6 2.1.3 Jenis Merger ............................................................... 7 2.2. Analisis Laporan Keuangan ................................................ 8 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan ................................... 8 2.2.2 Pengertian Analisis Laporan Keuangan ..................... 9 2.2.3 Tujuan Analisis ........................................................... 9 2.2.4 Jenis laporan Keuangan .............................................. 10 2.2.5 Metode dan Teknik Analisis ....................................... 11 2.2.6 Analisis Rasio Keuangan ............................................ 12 2.2.6.1 Pengertian, Tujuan, dan Klasifikasi Rasio .... 12 2.2.6.2 Keunggulan Analisis Rasio ........................... 13 2.3. Uji Normalitas Data ............................................................ 13 2.4. Uji Paired Sample T Test ................................................... 14 2.5. Penelitian Terdahulu ............................................................ 16
III. METODE PENELITIAN ........................................................ 18 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................... 18 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 20 3.3. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ..................... 20 3.4. Metode Analisis Data .......................................................... 21 3.4.1 Variabel Penelitian ..................................................... 21 3.4.2 Teknik Analisis ........................................................... 23 3.4.2.1 Analisis Deskriptif ......................................... 23
ix
3.4.2.2 Uji Normalitas ................................................ 23 3.4.2.3 Uji Paired Sample T Test ............................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 27 4.1. Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi ............................................................ 27 4.1.1 PT Indofood Sukses Makmur ..................................... 27 4.1.2 PT Hanson International ............................................. 29 4.1.3 PT Kalbe Farma .......................................................... 31 4.2. Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi .............................................. 34 4.2.1 PT Indofood Sukses Makmur ..................................... 36 4.2.2 PT Hanson International ............................................. 44 4.2.3 PT Kalbe Farma .......................................................... 52 4.3 Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi ....................................... 60 4.3.1 PT Indofood Sukses Makmur ..................................... 60 4.3.2 PT Hanson International ............................................. 62 4.3.3 PT Kalbe Farma .......................................................... 63 4.4. Analisis Deskriptif ............................................................... 65 4.4.1 Analisis Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi ..... 66 4.4.2 Analisis Deskriptif Sesudah Merger dan Akuisisi ...... 67 4.4.3 Perbandingan Analisis Deskriptif Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi ............... 68 4.4.3.1 Analisis Rasio Likuiditas ................................. 69 4.4.3.2 Analisis Rasio Solvabilitas .............................. 71 4.4.3.3 Analisis Rasio Profitabilitas ............................. 72 4.4.3.4 Analisis Rasio Aktivitas ................................... 73 4.5. Uji Paired Sample T Test .................................................... 75 4.5.1 Analisis Rasio Likuiditas ............................................ 75 4.5.2 Analisis Rasio Solvabilitas ......................................... 76 4.5.3 Analisis Rasio Profitabilitas ....................................... 77 4.5.4 Analisis Rasio Aktivitas ............................................. 77
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 80 a. Kesimpulan .................................................................................... 80 b. Saran .................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 82
LAMPIRAN ...................................................................................... 84
x
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Daftar perusahaan sampel............................................................. 21 2. Hasil pengujian normalitas data ................................................... 21 3. Daftar rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi .................... 34 4. Daftar rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi ..................... 35 5. Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Indofood Sukses
Makmur ........................................................................................ 6. Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Hanson International 62 7. Daftar perkembangan kinerja keuangan PT Kalbe Farma ........... 63 8. Hasil analisis deskriptif sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi ........................................................................................ 65 9. Hasil analisis deskriptif rata-rata sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 63 10. Hasil paired sample t test sebelum dan sesudah merger dan Akuisisi ........................................................................................ 69
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Kurva distribusi normal ................................................................ 14 2. Kerangka pemikiran penelitian..................................................... 19 3. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... 36 4. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... 37 5. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ........................................................ 38 6. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 39 7. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ........................................................ 40 8. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 41 9. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi ........................................................ 42 10. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 43 11. Kondisi current ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi ................................................................................... 44 12. Kondisi current ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 45 13. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... 46 14. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... 47 15. Kondisi net profit margin Hanson International sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... 48 16. Kondisi net profit margin Hanson International sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... 49 17. Kondisi total asset turn over Hanson International sebelum merger dan akuisisi ....................................................................... 50 18. Kondisi total asset turn over Hanson International sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... 51 19. Kondisi current ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ........................................................................................ 52 20. Kondisi current ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ........................................................................................ 53 21. Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ................................................................................... 54 22. Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 55 23. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ................................................................................... 56
xii
24. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 57 25. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sebelum merger dan akuisisi ................................................................................... 58 26. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sesudah merger dan akuisisi ................................................................................... 59 27. Perubahan komponen current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ....................................................................... 64 28. Perubahan komponen debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 66 29. Perubahan komponen net profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 67 30. Perubahan komponen total asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi ......................................................... 68
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Daftar rasio keuangan ................................................................... 85 2. Hasil output uji normalitas .......................................................... 86 3. Hasil output uji deskriptif ............................................................. 87 4. Hasil output bloxplot .................................................................... 88 5. Hasil output uji paired sample t test ............................................. 93 6. Perhitungan manual uji beda berpasangan ................................... 95
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Adanya globalisasi dan perdagangan bebas menyebabkan persaingan
usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin tajam. Kondisi ini menuntut
perusahaan untuk selalu mengembangakan strategi perusahaan agar dapat
mempertahankan eksistensinya, baik strategi jangka pendek maupun strategi
jangka panjang. Masalah penggabungan usaha selalu menarik perhatian
karena banyak aspek dan kepentingan yang terkait. Penggabungan usaha
dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan
hukum, perpajakan atau alasan lainnya. Melalui penggabungan beberapa
usaha, diharapkan perusahaan-perusahaan itu dapat meningkatkan pangsa
pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan integrasi vertikal dari aktivitas
operasional yang ada.
Salah satu strategi yang dilakukan perusahaan adalah dengan
melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan melakukan merger dan akuisisi
bertujuan untuk membuat skala bisnis menjadi lebih besar di tengah
kompetisi. Merger dan akuisisi merupakan alternatif investasi modal
pertumbuhan secara internal. Merger terjadi ketika dua organisasi yang
berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha
sedangkan akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli suatu
perusahaan yang lebih kecil atau sebaliknya.
Merger dan akuisisi di Indonesia telah berkembang sedemikian rupa
sehingga menjadi sebuah alternatif strategi yang menarik bagi banyak
perusahaan baik domestik maupun asing untuk melakukannya. Merger di
Indonesia secara umum diatur dalam Undang-undang No.1/1995 mengenai
Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 27/1998 mengenai
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas,
Peraturan Pemerintah No. 28/1999 mengenai Merger, Konsolidasi dan
Akuisisi Bank dan peraturan-peraturan lain yang terkait. Untuk perusahaan
2
Terbuka, merger diatur dalam Peraturan Bapepam No. IX.G.1 mengenai
Penggabungan dan Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten.
Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) mencatat nilai merger
dan akuisisi atau penggabungan usaha selama tahun 2011 mencapai Rp 70,3
triliun yang terdiri atas transaksi sesama perusahaan asing Rp 39,5 triliun,
perusahaan asing dan perusahaan Indonesia Rp 26,2 triliun, serta sesama
perusahaan lokal Rp 4,6 triliun. Jumlah ini lebih banyak jika dibandingkan
dengan tahun 2010. (Sumber: http://www.kabarbisnis.com)
Pada tahun 2005, menurut Dealogic’s Invesment Banking Review,
Asia tampil di posisi teratas dalam merger dan akuisisi global pada kuartal
pertama dengan nilai kesepakatan yang diumumkan melonjak sebesar 75%
dari periode yang sama tahun lalu yang jauh lebih cepat daripada kawasan
manapun. Indonesia menjadi salah satu negara yang menunjukan
pertumbuhan terkuat dengan nilai kesepakatan merger dan akuisisi meningkat
sebesar 37% menjadi US$ 5,4 miliar. (Sumber: http://www.merdeka.com)
Contoh perusahaan yang pernah melakukan aktivitas akuisisi di tahun
2005 adalah PT Indofood Sukses Makmur. Pada 1 Juni 2005 perusahaan ini
melalui anak perusahaannya PT Salim Ivomas mengakuisisi PT Kebun
Ganda Prima dan PT Citranusa Intisawit senilai Rp. 175 miliar atau 100%
saham dari Silveron Investment Ltd Milik Reserve Cash Ltd pemegang
saham KGP dan CI. Akuisisi ini adalah akuisisi eksternal perusahaan yang
bergerak dalam perkebunan sawit di Kalimantan Barat seluas 27 ribu hektar.
(Sumber: Dokumentasi Bursa Efek Indonesia)
Contoh lain adalah merger yang dilakukan oleh PT Hanson
International Tbk yang mengakuisisi 50% saham PT Panca Amara Utama
pada 15 April 2005. Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan PT Hanson
Industri Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut. Perusahaan
ini kemudian berubah nama menjadi PT Hanson International Tbk dan
beralih menjadi perusahaan investasi. (Sumber: Dokumentasi Bursa Efek
Indonesia)
Selain dua perusahaan diatas, pada tahun 2005 tercatat 19 perusahaan
terbuka yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi di Indonesia. Enam
3
diantaranya bertindak sebagai perusahaan pengakuisisi, yaitu Indofood
Sukses Makmur, Hanson International, Kalbe Farma, Bakrie Sumatera
Plantation, Medco Energy International, dan Bat Indonesia. Sedangkan 13
perusahaan lainnya berindak sebagai perusahaan target, yaitu Bank NISP,
Bank Buana Indonesia, Bank Lippo, Bank Arta Graha, Cahaya Kalbar, Gajah
Tunggal, HM Sampoerna, Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, Lippo
Karawaci, Excelkomindo Pratama, Ring Tenders Indonesia, Summitplast,
dan Duta Semesta Mas.
Keberhasilan perusahaan dalam merger dan akuisisi dapat dilihat dari
kinerja perusahaan tersebut, salah satunya kinerja keuangan. Perubahan yang
terjadi setelah perusahaan melakukan melakukan merger dan akuisisi
biasanya akan tampak dari kinerja perusahaan dan keadaan finansialnya.
Setelah melakukan merger dan akuisisi, posisi keuangan perusahaan
mengalami perubahan dan tercermin dalam laporan keuangannya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Dampak Merger dan Akuisisi Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan (Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005).”
1.2. Perumusan Masalah
Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan publik
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menarik untuk dianalisis karena
aktivitas merger dan akuisisi mendapat banyak perhatian dari berbagai
kalangan, diantaranya investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat umum.
Pada tahun 2005 tercatat banyak aktivitas merger dan akuisisi yang
dilakukan perusahaan publik, namun penelitian ini fokus untuk menganalisis
dampak merger dan akuisisi pada perusahaan publik dari sektor manufaktur.
Dipilihnya perusahaan yang berasal dari sektor manufaktur dilatarbelakangi
oleh fakta bahwa mayoritas perusahaan yang melakukan aktivitas merger
dan akuisisi pada tahun 2005 adalah perusahaan yang bergerak di sektor
manufaktur. Perusahaan yang menjadi fokus penelitian ini diantaranya
Indofood Sukses Makmur, Hanson International, dan Kalbe Farma.
4
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan yang
akan dibahas pada penelitian ini adalah :
1. Apakah alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan akuisisi?
2. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum
merger dan akuisisi?
3. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah
merger dan akuisisi?
4. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan manufaktur
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi alasan perusahaan manufaktur melakukan merger dan
akuisisi.
2. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sebelum
merger dan akuisisi.
3. Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan manufaktur sesudah
merger dan akuisisi.
4. Menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan manufaktur perusahaan
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat mengukur perubahan kinerja keuangan
perusahaan setelah dilakukannya merger dan akuisisi serta memberikan
masukan kepada perusahaan sebagai bahan pertimbangan yang dapat
digunakan untuk menentukan langkah perusahaan selanjutnya.
2. Bagi Investor
Melalui penelitian ini diharapkan investor dapat mengetahui pengaruh aksi
perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi terhadap fundamental
perusahaan melalui kinerja keuangan yang dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan investasi.
5
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi,
pembanding, pertimbangan, dan pengembangan bagi penelitian lebih
lanjut di permasalahan yang sejenis atau bersangkutan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini berkaitan dengan analisis data
laporan keuangan periode lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah
dilakukannya merger dan akuisisi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia, dimana perusahaan tersebut melakukan aktivitas
merger dan akuisisi pada tahun 2005. Selanjutnya dilakukan uji beda dengan
paired sample t test untuk melihat adanya perbedaan kinerja keuangan
perusahaan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merger dan Akuisisi
2.1.1 Pengertian
Merger dan akuisisi merupakan dua cara yang lazim dipakai untuk
menjalankan strategi. Merger terjadi manakala dua organisasi yang
berukuran kurang lebih sama bersatu untuk membangun satu jenis usaha.
Akuisisi terjadi ketika sebuah organisasi yang besar membeli
(mengakuisisi) suatu perusahaan yang lebih kecil, atau sebaliknya. Ketika
merger atau akuisisi tidak diinginkan oleh kedua belah pihak, maka dapat
disebut pengambilalihan (takeover). Sebaliknya jika diinginkan oleh kedua
belah pihak, akuisisi diistilahkan sebagai merger yang bersahabat (friendly
merger). (David 2009)
2.1.2 Motif merger dan akuisisi
Menurut Brigham dan Houston (2001) menyebutkan terdapat
beberapa motif perusahaan dalam melakukan merger dan akuisisi,
diantaranya:
1. Sinergi
Motif utama dalam sebagian besar merger adalah untuk meningkatkan
nilai perusahaan yang bergabung. Perusahaan yang melakukan merger
berusaha untuk mencapai sinergi, yaitu kondisi dimana nilai keseluruhan
lebih besar daripada hasil penjumlahan bagian-bagiannya. Pengaruh
sinergi bisa timbul dari empat sumber: (1) Penghematan operasi, yang
dihasilkan dari skala ekonomis manajemen, pemasaran, produksi, atau
distribusi; (2) penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang
lebih rendah dan evaluasi yang lebih baik dari pada analis sekuritas; (3)
perbedaan efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan
lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif
setelah merger; dan (4) peningkatan penguasaan pasar akibat
berkurangnya persaingan.
7
2. Pertimbangan pajak
Pertimbangan pajak dapat mendorong dilakukannya sejumlah merger,
misalnya perusahaan yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok
tarif pajak tertinggi dapat mengambil alih perusahaan yang memiliki
akumulasi kerugian yang besar. Selain itu merger dan akuisisi dapat
dipilih sebagai cara untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas
berlebih.
3. Pembelian aktiva di bawah biaya penggantian
Kadang-kadang perusahaan diambil alih karena nilai penggantian
aktivanya yang lebih tinggi daripada nilai pasar perusahaan itu sendiri.
Tentu saja, nilai sebenarnya dari setiap perusahaan adalah fungsi daya
menghasilkan laba masa depannya, bukan biaya untuk mengganti
aktivanya. Jadi, akuisisi harus didasarkan nilai ekonomi aktiva yang
diakuisisi, bukan atas biaya penggantinya.
4. Diversifikasi
Diversivikasi merupakan salah satu alasan untuk melakukan merger, hal
ini karena diversifikasi membantu menstabilkan laba perusahaan sehingga
bermanfaat bagi pemiliknya.
5. Insentif pribadi manajer
Beberapa keputusan bisnis banyak didasarkan pada motivasi pribadi
daripada analisis ekonomi, begitu juga dengan keputusan merger dan
akuisisi. Terkadang ego eksekutif memegang peranan penting dalam
keputusan merger dan akuisisi.
2.1.3 Jenis merger
Para ekonom mengklasifikasikan merger dan akuisisi menjadi empat jenis
(Brigham dan Houston 2001):
1. Merger horizontal
Merger horizontal adalah penggabungan dua jenis perusahaan yang
menghasilkan jenis produk atau jasa yang sama. Merger ini terjadi apabila
perusahaan dalam jenis usaha yang sama saling bergabung, misalnya jika
suatu pabrikan komputer mengakuisisi pabrikan lain.
8
2. Merger vertikal
Merger vertikal adalah penggabungan atau merger antara satu perusahaan
dengan salah satu pemasok atau pelangganya. Contoh merger vertikal
adalah pengambilalihan pabrik baja oleh suatu pemasoknya, seperti
perusahaan minyak yang mengakuisisi sebuah perusahaan petrokimia yang
menggunakan minyak sebagai bahan baku.
3. Merger kongenerik
Merger kongenerik adalah penggabungan perusahaan yang bergerak dalam
industri umum yang sama tetapi tidak ada hubungan pelanggan dan
pemasok diantara keduanya. Merger ini melibatkan perusahaan-
perusahaan yang berkaitan satu sama lain tetapi bukan merupakan
produsen produk yang sama (horizontal) dan juga tidak mempunyai
hubungan sebagai produsen pemasok (vertikal). Contoh dari merger jenis
ini adalah pengambilalihan Lotus oleh IBM .
4. Merger konglomerat
Merger konglomerat adalah penggabungan perusahaan dari industri yang
benar-benar berbeda, seperti halnya pengambilalihan Mongtomery oleh
Mobil Oil.
Penghematan operasi sebagian bergantung pada jenis merger yang
terjadi. Pada umumnya merger horizontal dan vertikal memberikan
manfaat operasi sinergistik terbesar, untuk itu dalam setiap kejadian perlu
untuk mempertimbangkan klasifikasi ekonomi ketika menganalisis merger
yang prospektif.
2.2 Analisis Laporan keuangan
2.2.1 Pengertian
Harahap (2004) mengemukakan bahwa laporan keuangan
menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahan pada
suatu saat tertentu atau suatu jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan
keuangan yang lazim dikenal adalah: neraca atau laporan laba rugi,
laporan arus kas, dan laporan perubahan posisi keuangan.
9
Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk
menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan
keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi bagi analis dalam
proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan
posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam suatu periode,
dan arus kas perusahaan dalam periode tertentu.
2.2.2 Pengertian analisis laporan keuangan
Prastowo dan Juliaty (2008) memberi definisi analisis laporan
keuangan sebagai suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka
membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
dalam masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang.
Lebih jauh lagi Prastowo dan Juliaty (2008) menegaskan bahwa
disiplin dari suatu analisis terhadap laporan keuangan terletak pada dua
landasan pengetahuan, yaitu landasan pemahaman terhadap model-model
akuntansi seperti yang tercermin dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan dan landasan penguasaan terhadap alat-alat analisis
keuangan.
2.2.3 Tujuan analisis
Prastowo dan Juliaty (2008) mengemukakan analisis laporan
keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat
digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi
atau merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja
keuangan dimasa yang akan datang; sebagai proses diagnosis terhadap
masalah-masalah manajemen, operasi, atau masalah lainnya; dan sebagai
alat evaluasi terhadap manajemen.
Dari semua tujuan tersebut yang terpenting dari analisis laporan
keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para
pengambil keputusan pada dugaan murni, tekanan, dan intuisi; mengurangi
dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakan pada
10
setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah
berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-
pertimbangan melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan
sistematis dalam menggunakan pertimbangan tersebut.
2.2.4 Jenis laporan keuangan
Jenis laporan keuangan utama menurut Harahap (2004)
diantaranya:
1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada
suatu tanggal tertentu
2. Perhitungan laba rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan
laba rugi perusahaan pada suatu periode tertentu
3. Laporan sumber dan penggunaan dana. Pada laporan ini dimuat
sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode
4. Laporan arus kas. Laporan ini memuat sumber dan penggunaan kas
dalam suatu periode
5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur
apa yang diperhitungkan dalam menentukan harga pokok produksi
suatu barang. Dalam hal tertentu harga pokok produksi disatukan
dalam harga pokok penjualan.
HPPj = HPPd + Persediaaan awal – Persediaan akhir
Harga pokok penjualan adalah harga pokok produksi ditambah
persediaaan barang awal dikurangi persediaan barang akhir.
6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak
dibagikan kepada pemilik saham.
7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik
dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan.
8. Laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi
laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen
kas. Laporan ini jarang digunakan dan merupakan rekomendasi
Trueblood Committee tahun 1974.
11
2.2.5 Metode dan teknik analisis
Prastowo dan Juliaty (2008) menyatakan secara umum, metode
analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
metode analisis horizontal (dinamis) dan metode analisis vertikal (statis).
Metode analisis horizontal (dinamis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa
tahun (periode), sehingga dapat diketahui perkembangan dan
kecenderungannya. Metode ini disebut metode analisis horizontal karena
analisis ini membandingkan pos yang sama untuk periode yang berbeda
sedangkan disebut analisis dinamis karena metode ini bergerak dari tahun
ke tahun (periode). Teknik analisis yang temasuk pada klasifikasi metode
ini antara lain teknik perbandingan, analisis trend, analisis sumber dan
penggunaan dana, dan analisis perubahan laba kotor.
Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis yang
dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada tahun
(periode) tertentu, yaitu dengan membandingkan antara pos satu dengan
pos lainnya pada laporan keuangan yang sama untuk tahun (periode) yang
sama. Oleh karena membandingkan antara pos yang satu dengan pos
lainnya pada laporan keuangan yang sama maka disebut metode vertikal.
Sedangkan metode ini disebut metode statis karena metode ini hanya
membandingkan pos-pos laporan keuangan pada tahun (periode) yang
sama. Teknik analisis yang termasuk pada klasifikasi metode ini antara
lain teknik analisis persentase perkomponen (Common Size), analisis rasio,
dan analisis impas.
Analisis rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang
paling banyak dipakai dalam praktik. Dalam analisis rasio, hal yang perlu
ditekankan adalah arti dan kegunaan dari masing-masing angka rasio
tersebut. Ray H. Garrison misalnya mengklasifikasikan analisis rasio
menjadi tiga, yaitu rasio investor, rasio jangka pendek, dan rasio kreditor
jangka panjang.
Agar diperoleh hasil yang optimal, maka analisis terhadap laporan
keuangan harus mempunyai fokus yang jelas. Hal ini diharapkan dapat
12
memenuhi kebutuhan umum para pemakai laporan keuangan, analisis
laporan keuangan harus difokuskan pada lima area analisis, yaitu menilai
likuiditas, struktur modal, return on investment, pemanfaatan aktiva, dan
kinerja operasi.
Analisis terhadap laporan kinerja keuangan dengan berbagai
metode dan teknik analisis serta telah memfokuskan pada area analisis
yang jelas akan menghasilkan informasi penting, yaitu informasi mengenai
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan.
2.2.6 Analisis rasio keuangan
2.2.6.1 Pengertian , tujuan, dan klasifikasi rasio
Harahap (2004) menjelaskan rasio keuangan adalah angka yang
diperoleh dari hasil perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos
lain yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan. Rasio ini
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara satu
pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat
menilai secara cepat hubungan antara pos dan membandingkannya dengan
rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan
penilaian.
Rasio menyediakan profil dari suatu perusahaan, karakteristik
ekonomi dan strategi kompetitifnya, juga karakteristik operasional,
finansial dan investasinya White et al. (2003). White et. al. membagi
analisa rasio menjadi empat kategori utama, yaitu:
1. Rasio aktivitas, yaitu rasio yang menggambarkan hubungan
antara tingkat operasi perusahaan dan aset yang dibutuhkan
untuk menjaga kesinambungan kegiatan operasi tersebut. Rasio
ini dibagi menjadi dua subkategori:
a. Short-term (operating) activity, mengukur efisiensi dari
penggunaan sumber daya modal jangka pendek.
b. Long-term (investment) activity, mengukur efisiensi dari
penggunaan investasi modal jangka panjang.
13
2. Rasio likuiditas, membandingkan sumber daya jangka pendek
perusahaan terhadap kewajiban jangka pendek perusahaan.
3. Rasio utang jangka panjang dan solvency ratio, mengevaluasi
prospek risk dan return perusahaan dalam jangka panjang.
4. Rasio profitabilitas, mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan, menjaga dan meningkatkan keuntungan. Dibagi
menjadi dua subkategori yaitu:
a. Return on sales, mengukur hubungan antara biaya dan
tingkat penjualan perusahaan.
b. Return on investment, mengukur antara keuntungan dan
jumlah investasi yang diperlukan untuk menghasilkan
keuntungan tersebut.
2.2.6.2 Keunggulan analisis rasio
Menurut Harahap (2004), analisis rasio memiliki keunggulan
dibanding dengan teknik analsis lainnya. Keunggulan tersebut adalah:
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah
dibaca dan ditafsirkan
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang
disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
4. Bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score)
5. Menstandarisir size perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain
atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time
series
7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi
dimasa yang akan datang
2.3 Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian (Nugroho 2005). Prosedur
14
yang digunakan pada uji statistik dilandaskan oleh asumsi-asumsi tertentu
diantaranya bahwa data harus berdistribusi normal. Selain itu data yang
digunakan berupa data kuantitatif dengan skala pengukuran interval dan rasio.
Kisaran dari kemungkinan hasil distibusi normal adalah seluruh garis,
yaitu semua angka yang terletak diantara -∞ dan +∞. Ekor dari kurva lonceng
memiliki panjang tanpa batas kiri dan kanan. (De Fusco et al. 2001)
Gambar 1. Kurva distribusi normal
Definisi karakteristik dari distribusi normal menurut De Fusco et al.
(2001) diantaranya:
1. Distribusi normal digambarkan oleh dua parameter, yaitu mean µ dan
varians σ2.
𝑋~𝑁(µ,σ2) …………………………………………………………….(1)
2. Distribusi normal memiliki skewness 0 yang berarti simetris. Distribusi
normal mempunyai kurtosis 3 yang berarti yang mengukur puncak, dengan
kurtosis yang berlebihan (-3) dianggap 0. Sebagai konsekuensi dari
simetri, rata-rata, median, dan semua modus adalah sama untuk variabel
acak normal.
3. Kombinasi dari dua atau lebih variasi acak normal juga terdistribusi
normal.
2.4 Uji Paired Sample T Test
Menurut De Fusco et al. (2001), terdapat tiga jenis uji mengenai
hipotesis rata-rata berdasarkan masalahnya:
1. Uji mengenai single mean, digunakan untuk menguji rata-rata populasi
dari satu populasi apakah sama, lebih besar, atau lebih kecil dari beberapa
nilai hipotesis.
15
2. Uji mengenai perbedaan diantara mean, digunakan untuk menguji sampel
yang yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan sampel
saling bebas.
3. Uji mengenai perbedaan mean, digunakan untuk menguji dua rata-rata
bedasarkan sampel dependen dimana data disusun dalam pengamatan
berpasangan dan uji ini disebut dengan uji perbandingan berpasangan atau
paired sample t test. Data yang digunakan merupakan data berpasangan
dari satu sampel antara sebelum dan sesudah perlakuan tertentu yang
kemudian diuji rata-rata perbedaan.
De Fusco et al. (2001) merumuskan hipotesis sebagai berikut untuk
uji mengenai perbedaan berpasangan dengan sampel dependen.
𝐻0 = 𝜇𝑑 − 𝜇𝑑0 = 0
𝐻1 = 𝜇𝑑 − 𝜇𝑑0 ≠ 0
Untuk menghitung t-statistik atau t-hitung harus ditentukan terlebih dahulu
rata-rata perbedaan sample:
�̅� = 1𝑛∑ 𝑑𝑖𝑛𝑖=0 ………………………………………………………………..(2)
Dimana n adalah jumlah pasangan pengamatan. Kemudian hitung variasi
dengan rumus:
𝑠𝑑2 =� �𝑑𝑖−𝑑��
2𝑛
𝑖=0𝑛−1 …………………………………………………………..…(3)
Hitung standar deviasi dengan mengakarkan nilai variasi:
𝑠𝑑 = �𝑠𝑑2 …………………...………………………………………………..(4)
Hitung standar eror dari perbedaan mean dengan rumus:
𝑠𝑑− = 𝑠𝑑√𝑛
……………………………………..………………………………(5)
Statistik uji yang digunakan untuk pengujian:
𝑡ℎ𝑖𝑡 = 𝑑�− 𝜇𝑑0𝑠𝑑− …………….…………………………………………………..(6)
Wilayah kritik dari pengujian, yaitu:
𝑡 < −𝑡∝2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 > 𝑡∝
2 ………………………………………………...…(7)
16
2.5 Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian di Indonesia mengenai pengaruh merger dan
akuisisi terhadap kinerja keuangan diantaranya adalah yang dilakukan Murni
Hadingsih (2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa peningkatan
dan penurunan yang terjadi pada rasio-rasio keuangan tidak cukup kuat untuk
menunjukkan adanya pengaruh merger dan akuisisi terhadap rasio keuangan,
baik perusahaan pengakuisisi maupun perusahaan yang diakuisisi. Hal ini
dibuktikan dengan tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara satu tahun
sebelum dengan satu tahun sesudah merger dan akuisisi dan satu tahun
sebelum dengan dua tahun sesudah merger dan akuisisi.
Payamta dan Setiawan (2004) dalam Murni Hadiningsih (2007)
meneliti pengaruh merger dan akuisisi kinerja keuangan perusahaan yang
melakukan merger dan akuisisi tahun 1990-1996. Dari rasio-rasio keuangan
yang terdiri rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas hanya
rasio Total Asset Turnover, Fixed Asset Turnover, Return On Investment,
Return On Equity, Net profit margin, Operating Profit Margin, Total Asset to
Debt, Net Worth to Debt yang mengalami penurunan signifikan setelah merger
dan akuisisi. Sedangkan rasio lainnya tidak mengalami perubahan signifikan.
Annisa Meta C. W. (2009) membuktikan bahwa kinerja keuangan
yang diproksikan dengan total asset turnover (TATO), net provit margin
(NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan yang berbeda-beda
baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO mengalami
kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan
akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger
dan akuisisi.
Morck (1990) dalam Ali Riza Pahlevi (2011) melakukan penelitian
mengenai pengaruh tujuan manager pengakuisisi terhadap hasil akusisi antara
bidder dan target. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 326
akusisi di Amerika Serikat yang dilaksanakan selama periode waktu 1975
sampai 1987. Menurut peneliti (Morck), manager yang buruk akan
menghasilkan akusisi yang buruk pula. Alternatifnya manager yang buruk
memiliki insentif yang lebih untuk mengakuisisi perusahaan target dengan
17
tujuan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan atau untuk
menemukan bisnis baru yang lebih sehat dengan melakukan diversifikasi
perusahaan target yang tidak berhubungan (unrelated diversification) dan
membeli perusahaan target yang sedang tumbuh guna mengurangi tingkat
pengembalian (return) dalam akusisi. Di mana manager yang buruk juga akan
menghasilkan keputusan merger dan akuisisi yang buruk pula.
Chad Van Mallow (2000) melakukan penelitian untuk menguji
pengalaman merger dan akuisisi pada industri jasa keuangan di Amerika
Serikat pada tahun 1990-an. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah
penggabungan yang telah dilakukan mengakibatkan peningkatan efisiensi
operasi. Sebanyak 25 bank terbesar di teliti pada rasio keuangan umum untuk
industri jasa keuangan, diantaranya return on equity, return on asset, charge
off to loans dan asset growth. Penelitian ini membandingkan kinerja operasi
perusahaan selama awal dekade (1991-1993) dengan akhir dekade (1996-
1998). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bank tidak mengalami
peningkatan yang signifikan pada kinerja operasi di seluruh rasio yang umum
digunakan pada industri perbankan.
Ulku Yaylacicegi (2005) melakukan penelitian mengenai aktivitas
merger dan akuisisi pada industri telekomunikasi di Amerika Serikat.
Penelitian ini menjelaskan akibat merger dan akuisisi pada industri
telekomunikasi menggunakan statistik komunikasi yang umum digunakan
pada periode 1988 sampai 2001 dengan menggunakan teknik estimasi
analisis data dinamis panel. Penelitian ini menguji efek sinergi dan factor
yang mempengaruhi merger dari waktu ke waktu dari segi kinerja keuangan,
operasional, dan teknologi yang mengukur keuntungan, pertumbuhan,
efisiensi, produkttivitas, skala dan lingkup ekonomi, dan kemajuan teknologi.
Dari hasil uji, penelitian ini menemukan bukti bahwa merger dan akuisisi
diikuti penurunan laba, kinerja operasional, dan penurunan investasi pada
teknologi baru.
18
III. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Merger dan akuisisi adalah salah satu tindakan strategis perusahaan
untuk menjaga eksistensi dan mengembangkan usahanya. Dalam merger,
entitas baru dapat dibentuk (dari/dengan menyatakan) perusahaan yang
digabungkan, sedangkan pada akuisisi, perusahaan target menjadi tambahan
atau cabang dari perusahaan yang mengakuisisi. Perubahan-perubahan yang
biasa terjadi setelah perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah kinerja
keuangan perusahaan dan keadaan finansial perusahaan yang praktis
membesar dan meningkat.
Penilaian kinerja perusahaan yang tercermin dari laporan keuangan
perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan
hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode
tertentu dapat diketahui. Hasil penilaian tersebut juga dapat dipergunakan
sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja
perusahaan selanjutnya termasuk menilai keberhasilan keputusan merger dan
akuisisi. Dimana laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi bagi
pihak-pihak yang berkepentingan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis adanya perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada periode
lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah dilakukannya aktivitas merger dan
akuisisi. Adapun analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan yang
diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan total
asset turn over. Selanjutnya digunakan uji beda paired sample t test untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja keuangan. Adapun kerangka
pemikiran penelitian terilustrasikan dalam gambar berikut.
19
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
Rasio Keuangan : 1. Current ratio 2. Debt to equity ratio 3. Net profit margin 4. Total Assets Turn Over
Kinerja Keuangan Sebelum Akuisisi
Kinerja Keuangan Sesudah Akuisisi
Uji Asumsi:
o Distribusi Data Normal o Ada Kecukupan data
Uji Beda dengan Paired-Sample T Test
Uji Beda dengan Wilcoxon Sign Test
Memenuhi Tidak Memenuhi
Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun
2005
Investor
Analisis Deskriptif
Alasan perusahaan melakukan merger
20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pernah melakukan merger dan akusisi pada
tahun 2005. Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2012.
3.3 Sumber data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif. Data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia
dan sumber lainnya yang berasal dari sumber bacaan seperti buku-buku,
jurnal, data dari internet, serta literatur-literatur terkait yang mendukung
penelitian.
Populasi yang digunakan adalah perusahaan publik yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang pernah melakukan merger dan akusisi, dan
perusahaan tersebut mengumumkan aktivitasnya tersebut pada tahun 2005.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara non
probability sampling, yaitu dengan pendekatan purposive sampling. Adapun
perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
memenuhi beberapa kriteria, diantaranya:
1. Perusahaan publik terdaftar di BEI.
2. Melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada periode 2005.
3. Perusahaan termasuk industri manufaktur dan industri lain selain
perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya.
4. Tersedia laporan keuangan untuk 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah
aktivitas merger dan akuisisi.
5. Tanggal dilakukan merger dan akuisisi diketahui dengan jelas.
Berdasarkan sampling yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat
tiga perusahaan yang memenuhi kriteria sampel dari total enam perusahaan
pengakuisisi yang melakukan merger dan akuisisi pada tahun 2005.
Perusahaan tersebut diantaranya:
21
Tabel 1. Daftar Perusahaan Sampel
No Perusahaan
Pengakuisisi
Perusahan Target Tanggal Merger
dan Akuisisi
1 PT Indofood Sukses
Makmur
PT Kebun Ganda Prima
dan PT Citranusa Intisawit
27 Juni 2005
24 November 2005
2 PT Hanson
International tbk
PT Anca Amara Utama 5 Oktober 2005
3 PT Kalbe Farma Tbk PT Enseval dan PT
Dankos
16 Desember 2005
Sumber: Dokumentasi BEI
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Variabel penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger atau akuisisi. Kinerja
keuangan perusahaan secara eksplisit di representasikan oleh rasio-rasio
keuangan berikut ini:
1. Rasio likuiditas
Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada
kreditor jangka pendek. Untuk mengukur kemampuan ini digunakan
current ratio.
)8.......(..............................abilitiesCurrent Li
setsCurrent As tio Current Ra =
Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar mampu
menutupi kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva
lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang tinggi dapat disebabkan adanya piutang
tidak tertagih atau persediaan yang tidak terjual yang tentu saja tidak
dipakai untuk membayar hutang. Untuk menguji apakah alat bayar
tersebut benar-benar likuid, maka alat bayar yang kurang atau tidak
22
likuid harus dikeluarkan dari total aktiva lancar. Alat bayar yang
kurang likuid misalnya persediaan dan pos-pos yang analog dengan
persediaan.
2. Rasio solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaaan
dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-
kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan ini adalah debt to equity ratio, rasio ini
memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki
perusahaan dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar.
Semakin kecil rasio ini, maka semakin baik perusahaan. Rasio ini
disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar rasio terbaik
jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama.
Namun bagi pemegang saham atau manajemen resiko leverage ini
sebaiknya besar.
)9....(..................................................tiyTotal Equi Total Debt uity Debt to Eq =
3. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas atau rentabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah laba, dan sebagainya. Rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut
juga operating ratio. Jenis rasio profitabilitas yang digunakan pada
penelitian ini adalah net profit margin. NPM menunjukan berapa
besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap
penjualan. Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup
tinggi.
)10.(......................................................................Sales
Net Income NPM =
23
4. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan
penjualan, pembelian maupun kegiatan lainnya. Jenis rasio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rasio total asset turn over,
dimana rasio ini menunjukan perputaran total aktiva diukur dari
volume penjualan dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua
aktiva menciptakan penjualan.
)11......(....................tal AssetsAverage To
Sales r ts TurnoveTotal Asse =
3.4.2 Teknik analisis
3.4.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, rata-rata
(mean), standar deviasi kinerja keuangan dari rasio keuangan sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan yang terdaftar di BEI.
3.4.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan
model-model penelitian. Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui
distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian.
(Nugroho 2005). Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan
dengan uji metode kolmogorov-smirnov test. Sampel berdistribusi normal
atau terima H0 apabila Asymptotic sig > taraf signifikan yang digunakan
dalam pengujian, dalam hal ini adalah 95% atau α=0.05. Sebaliknya
dikatakan tidak normal atau tolak H0 apabila asymptotic sig < taraf
signifikan. Dengan hipotesis sebagai berikut:
Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi
H0 = Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisisi menyebar normal
H1 = Data rasio keuangan sebelum merger dan akuisis tidak menyebar
normal
24
Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi
H0 = Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi menyebar normal
H1 = Data rasio keuangan sesudah merger dan akuisisi tidak menyebar
normal
Pengujian ini mengunakan program SPSS versi 17.0. Jika hasil uji
menunjukan sampel berdistribusi normal maka uji beda yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametric (paired sampel t-test).
Tetapi jika apabila sampel tidak berdistribusi normal maka uji beda yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametric (wilcoxon
sign test).
Hasil uji normalitas data rasio keuangan dengan kolmogorov-
smirnov test secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hasil Pengujian Normalitas Data
Periode Variabel Sig Taraf
Signifikan Kesimpulan
Sebelum
Merger dan
Akuisisi
CR 0.995 0.05 Normal
DER 0.870 0.05 Normal
NPM 0.823 0.05 Normal
TATO 0.784 0.05 Normal
Sesudah
Merger dan
Akuisisi
CR 0.970 0.05 Normal
DER 0.845 0.05 Normal
NPM 0.962 0.05 Normal
TATO 1.000 0.05 Normal
Sumber: Data diolah
Dari Tabel 2 diketahui hasil uji normalitas untuk periode sebelum
dan sesudah merger dan akuisisi untuk semua variabel penelitian yaitu
current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset turn
over berdistribusi normal. Hal ini terlihat dari semua variabel memiliki
asymptotic sig > taraf signifikan (α=0.05) atau terima H0. Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari uji normalitas ini maka digunakan uji paired
sampel t test untuk uji beda untuk data yang menyebar normal.
25
3.4.2.3 Uji Paired Sample T Test
Data yang telah dikumpulkan dan dihitung kemudian akan diolah
dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan uji beda paired sample t
test. Uji beda ini digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaaan
rata-rata dua sampel. Dua sampel yang dimaksud disini adalah sampel
yang sama namun mengalami proses pengukuran maupun perlakuan yang
berbeda.
Dua perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel
pertama sebelum dilakukan akuisisi dan sampel kedua sesudah dilakukan
akuisisi, sehingga outputnya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan
rata-rata dari kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh rasio-rasio
keuangan. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
Variabel Current ratio:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current
ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Variabel Debt to equity ratio:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to
equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity
ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Variabel Net profit margin:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit
margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit
margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Variabel Total asset turn over:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total
asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn
over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
26
Dari hasil uji paired sample t test dengan menggunakan SPSS 17,
variabel dikatakan tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau terima
H0 apabila asymptotic sig > taraf signifikan yang digunakan dalam
pengujian, dalam pengujian ini menggunakan taraf signifikan 95% atau
α=0.05. Sebaliknya variabel dikatakan memiliki perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi atau tolak H0
apabila asymptotic sig < taraf signifikan.
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan dan Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi
4.1.1. PT Indofood Sukses Makmur
PT Indofood Sukses makmur Tbk didirikan pada tanggal 14
Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma. Indofood
merupakan salah satu perusahaan makanan olahan terbesar di Indonesia
dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses
produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga
menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. Dalam
menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari
ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat Kelompok Usaha
Strategis (Grup) yang saling melengkapi sebagai berikut:
• Produk Konsumen Bermerek (CBP). Kegiatan usahanya dilaksanakan
oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang sahamnya
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal 7 Oktober 2010.
ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan
terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan
dalam kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merek-
merek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam
kemasan.
• Bogasari, memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu
dan pasta. Kegiatan usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan
kemasan.
• Agribisnis. Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri
Resources Ltd. (IndoAgri), yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan
anak-anak perusahaannya termasuk PT PP London Sumatra Indonesia
Tbk (Lonsum) yang tercatat di BEI. Kegiatan usaha utama Grup ini
meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan
pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak
goreng, margarin dan shortening bermerek. Di samping itu, kegiatan
28
usaha Grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan
tebu serta tanaman lainnya.
• Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia.
Grup ini mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood
dan anak-anak perusahannya, serta berbagai produk pihak ketiga
Dalam menjalankan bisnisnya, Indofood memiliki visi sebagai
perusahaan total food solution dengan misi memberikan solusi atas
kebutuhan pangan secara berkelanjutan, senantiasa meningkatkan
kompetensi karyawan, proses produksi dan teknologi, memberikan
kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara
berkelanjutan, dan meningkatkan stakeholder’s values secara
berkesinambungan.
Sebagai salah satu perusahaan terbesar makanan di Indonesia
Indofood mencatat berbagai prestasi, diantaranya Indonesia's Most
Admired Companies Award 2010, The Best in Building and Managing
Corporate Image; Top Brand Award 2010 – Pop Mie, Outstanding
Achievement in Building the Top Brand; Indonesian Customer Satisfaction
Award 2010 – Segitiga Biru, Golden Award, The Best in Achieving Total
Customer Satisfaction for 7 Years (2004-2010); Indonesia Original
Brands 2010 – Bimoli, Its Contributions in Building Indonesia Original
Brand.
Perseroan mencatatkan penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp
38,40 triliun di tahun 2010, naik 2,7% dari Rp 37,40 triliun di tahun 2009
karena peningkatan penjualan di seluruh Kelompok Usaha Strategis
kecuali Grup Bogasari akibat penurunan harga jual rata-rata. Sepanjang
tahun 2010, Perseroan membukukan penjualan ekspor sebesar US$480
juta. Disisi lain laba bersih meningkat 42,2% menjadi Rp 2,95 triliun di
tahun 2010 dari Rp 2,08 triliun di tahun 2009, terutama disebabkan oleh
peningkatan kinerja operasional dan penurunan beban keuangan.
Indofood juga melakukan upaya peningkatan kualitas lingkungan
kerja yang ditempuh melalui berbagai cara, antara lain melalui penerapan
Good Manufacturing Practices (GMP), Sertifikasi ISO 14000, ISO 22000,
29
ISO 9001 dan penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (SMK3). Upaya-upaya tersebut merupakan salah satu sarana untuk
mencapai tingkat “zero accident” yang bertujuan untuk memperbaiki
lingkungan dan iklim kerja sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja
karyawan dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas.
Pada tanggal 29 Desember 2004, Indofood melalui anak
perusahaannya PT Salim Ivomas menandatangani perjanjian jual beli
bersyarat dengan Reserve Cash Limited Hongkong (RCL) untuk membeli
100% kepemilikan saham RCL pada Silveron Investment Limited (SIL).
Transaksi jual beli tersebut di finansialkan dan diselesaikan pada 27 Juni
2005 dengan nilai pembelian sebesar Rp 175 miliar. SIL memiliki
kepemilikan langsung dan tidak langsung masing-masing Kebun Ganda
Prima dan Citranusa Intisawit.
Di tahun yang sama, pada 24 November 2005 Indofood melalui
anak perusahaannya PT Salim Ivomas kembali mengambil alih
kepemilikan saham Kebun Mandiri Sejahtera sebesar 93.44% dari PT
Arka Kirana Sawita dengan jumlah nilai pengambilan sebesar Rp 75
miliar. Kebun sawit berlokasi di Kabupaten pasir Kalimantan Timur
dengan luas 8350 Ha kebun karet dan 3000 Ha kebun kelapa sawit.
Kedua aktivitas akuisisi yang dilakukan Indofood tergolong jenis
akuisisi kongenerik, dimana penggabungan usaha melibatkan perusahaan
yang bisnisnya masih berkaitan tetapi tidak termasuk dalam ketegori
akuisisi vertikal dan horizontal. Perusahaan yang bergabung tidak
memproduksi produk yang sama (horizontal) dan tidak juga mempunyai
hubungan sebagai pemasok (vertikal). Adapun tujuan yang ingin dicapai
Indofood dari akuisisi ini adalah untuk memenuhi sasaran perseroan
memiliki lahan seluas 250 ribu hektar perkebunan kelapa sawit di tahun
2015.
4.1.2. PT Hanson International
PT Hanson International Tbk yang dahulu bernama PT Hanson
Industri Utama Tbk didirikan pada tanggal 7 Juli 1971 berdasarkan Akta
Notaris Henk Limanow, S.H. No. 13. Akta pendirian ini telah disahkan
30
oleh Menteri kehakiman Republik Indonesia dalam Surat keputusan No.
J.A.5/212/11 tanggal 12 Desember 1971, serta diumumkan dalam berita
negara Republik Indonesia No. 103 tanggal 26 Desember 1975.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan ini terutama meliputi bidang
industri kimia dan serat sintesis, permintalan, pertenuan, industri tekstil
laninnya, perdagangan ekspor impor, lokal, leveransir, grosir dan
distributor, serta agen. Perusahaan mulai melakukan kegiatan komersial
pada tahun 1973 dan hasil produksinya dipasarkan terutama ke Eropa,
Amerika Serikat, Asia, dan timur Tengah.
Visi yang ingin dicapai Hanson adalah menjadi perusahaan yang
berdaya saing global dan memberikan nilai optimal bagi stakeholder.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Hanson menetapkan empat misi yang
harus dilaksanakan, yaitu memberikan nilai optimal bagi pemangku
kepentingan, menerapkan teknologi informasi yang tepat guna,
meningkatkan nilai ekonomis, dan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Pada tahun 2010, Hanson memperoleh laba bersih sebesar Rp
33,63 miliar dengan peningkatan sebesar 41,2% dari tahun 2009 sebesar
Rp 13,95 miliar. Laba ini diperoleh dari hasil penjualan bersih sebesar Rp
109 miliar ditahun 2010 setelah sebelumnya di tahun 2009 perusahaan
tidak membukukan penjualannya karena pada tahun tersebut penjualan
hanya dilakukan oleh anak perusahaan.
Pada 5 Oktober 2005, Hanson masuk sebagai pemegang saham PT
Panca Amara Utama sebesar 50%. Perusahaan ini bergerak dalam bidang
perindustrian, perdagangan, pertambangan dan jasa, khususnya amoniak
dan pupuk. Akuisisi ini merupakan upaya penyelamatan Hanson Industri
Utama Tbk setelah core bisnisnya yakni tekstil bangkrut dan berubah
nama menjadi PT Hanson International tbk.
Akuisisi yang dilakukan oleh Hanson dapat digolongkan sebagai
jenis akuisisi horizontal, yaitu penggabungan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam jenis usaha yang sama. Akuisisi jenis ini bertujuan
untuk mengurangi persaingan, meningkatkan aset, menekan biaya,
31
meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi,
pemasaran, distribusi, riset dan pengambangan dan fasilitas sesuai dengan
kebutuhan Hanson yang pada saat itu sedang mengalami kebangkrutan
pada core bisnisnya.
4.1.3. PT Kalbe Farma
PT Kalbe Farma Tbk (“Perseroan” atau “Kalbe”) berdiri sejak
tahun 1966 dan pada tahun 1991 terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai
perusahaan publik. Kalbe merupakan perusahaan produk kesehatan publik
terbesar di Asia Tenggara yang memiliki nilai kapitalisasi pasar sebesar
USD 3,6 miliar dan omset penjualan Rp 10,2 triliun pada akhir tahun
2010.
Kalbe memiliki fokus bisnis pada 4 divisi yang masing-masing
memberikan kontribusi yang relatif seimbang, yaitu divisi obat resep
(kontribusi 25%), divisi produk kesehatan (kontribusi 17%), divisi nutrisi
(kontribusi 22%) serta divisi distribusi dan kemasan (kontribusi 36%).
Dengan didukung lebih dari 15.000 karyawan termasuk 4.000 tenaga
pemasaran dan penjualan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia,
Kalbe mampu menjangkau 70% dokter umum, 90% dokter spesialis,
100% rumah sakit, 100% apotek untuk pasar obat-obat resep serta 80%
untuk pasar produk kesehatan dan nutrisi.
Dalam menjalankan bisnisnya, Kalbe Farma memiliki visi menjadi
perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung oleh
inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima dengan misi
meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik. Untuk
mewujudkan visi dan misi tersebut Kalbe menjunjung beberapa nilai,
diantaranya saling percaya diantara sesama karyawan, kesadaran penuh
dalam setiap tindakan, inovasi yang merupakan kunci keberhasilan, tekad
untuk menjadi yang terbaik, dan saling keterkaitan yang dijadikan
panduan.
Semangat inovasi yang telah menjadi bagian integral pertumbuhan
Perseroan sejak awal pendiriannya secara berkesinambungan diterapkan di
lingkungan Grup Kalbe untuk pengembangan produk baru yang berdaya
32
jual dan berbasis teknologi yang memberikan kemudahan bagi konsumen.
Melalui kegiatan riset dan pengembangan di bidang medis, Kalbe
mendorong pertumbuhan Perseroan di masa mendatang dan berperan serta
dalam memajukan dunia kesehatan demi meningkatkan kualitas hidup
yang lebih baik.
Melalui peningkatan produktivitas, inovasi di bidang kesehatan,
pengelolaan arus kas yang baik didukung upaya perbaikan
berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan kualitas sumber daya
manusia, Kalbe memiliki landasan yang kuat untuk terus bertumbuh
sebagai perusahaan kesehatan yang unggul di Indonesia. Dengan didukung
upaya perbaikan berkesinambungan dalam berbagai proses bisnis dan
kualitas sumber daya manusia, Kalbe terus mengembangkan diri untuk
menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik yang didukung
oleh inovasi, merek yang kuat dan manajemen yang prima.
Kalbe juga berhasil meraih beberapa penghargaan diantaranya
peringkat 2 Annual Report Award 2009 untuk kategori perusahaan swasta
terbuka non keuangan dari Bapepam-LK, BEI, BI, Ditjen Pajak,
Kementrian BUMN, IAI, dan KNKG; Indonesia Best Brand Award 2010
dari Swa dan MARS untuk Promag, Cerebrovit, Cerebrofot, Milna dan
Prenagen; Emiten Terbaik 2010 untuk sektor rokok, farmasi, keperluan
rumah tangga dari majalah investor dan masih banyak lagi.
Di tahun 2010 Kalbe mencapai total penjualan bersih Rp 10.227
miliar atau pertumbuhan 12,5%, sementara laba usaha tercatat Rp 1.791
miliar atau meningkat 14.4% dibanding tahun sebelumnya, serta laba
bersih mencapai Rp 1.286 miliar atau meningkat 38,5% dibandingkan
tahun 2009. Pencapaian penjualan diatas Rp 10 triliun di tahun 2010 ini
adalah tonggak istimewa bagi Kalbe mengingat bisnis farmasi memiliki
persaingan yang sangat ketat dengan pasar yang terfragmentasi, terlebih
pula di sektor nutrisi Kalbe bersaing dengan banyak perusahaan
multinasional. Kalbe juga mampu mempertahankan dominasinya di pasar
obat di Indonesia dengan menguasai 14% pangsa pasar.
33
Pada segi infrastruktur fasilitas produksi, Kalbe beserta anak
perusahaannya telah mengimplementasikan ISO 14001:2004 yang
merupakan standar internasional dalam sistem manajemen lingkungan
pada hampir semua fasilitas produksinya. Selain itu, perbaikan
berkesinambungan (continuous improvement) juga senantiasa dilakukan di
bidang lingkungan, untuk terus meningkatkan kinerja dalam menjaga
lingkungan dan mencegah pencemaran.
Pada tanggal 16 Desember 2005, Kalbe melakukan penggabungan
usaha dengan Dankos dan Enseval menjadi satu perusahaan dalam rangka
menciptakan suatu perusahaan farmasi terbesar di kawasan Asia Tenggara.
Merger yang dilakukan Kalbe ini tergolong jenis merger horizontal,
dimana penggabungan dilakukan oleh perusahaan dalam jenis usaha yang
sama. Merger horizontal diharapkan dapat menimbulkan sinergi yang
disebabkan oleh peningkatan kinerja perusahaan yang baru, karena
kelemahan perusahaan relatif mudah diperbaiki dan terbukanya
penyesuaian kedua perusahaan yang berada dalam bisnis yang sama.
Dalam lingkup persaingan bisnis yang semakin ketat,
penggabungan usaha memungkinkan Kalbe membangun dasar yang kuat
serta mengembangkan bisnisnya untuk mempertahankan posisi terdepan
dalam industri ini. Melalui penggabungan usaha ini Kalbe mengharapkan
adaya peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja mengingat biaya
operasional yang meningkat, jaringan distribusi yang semakin lebar,
perbaikan manajemen rantai apsokan, serta posisi tawar menawar yang
kuat kepada para pemasok. Penggabungan juga sangat berpotensi menarik
minat partisipasi investor untuk membeli saham Kalbe.
Selain itu, penggabungan usaha yang dilakukan Kalbe juga
menyatukan kekuatan pemasaran, mendorong sentralisasi serta konsolidasi
dibidang penelitian dan pengembangan yang menjadi dasar utama yang
lebih efisien dan efektif untuk perluasan usaha. Pada akhirnya,
peggabungan bertujuan untuk menghasilkan posisi kas yang lebih baik
bagi perseroan.
34
4.2. Kondisi Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
Tabel 2. Daftar Rasio Keuangan Sebelum Merger dan Akuisisi
Sumber: Data diolah
Sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rasio
keuangan perusahaan bervariasi dari tahun ke tahun dan berbeda-beda
untuk tiap perusahaan. Namun jika dibandingkan dengan perusahaan
lainnya Kalbe memperoleh nilai rata-rata tertinggi untuk current ratio, net
profit margin dan total asset turn over dengan perolehan nilai sebesar
1.995, 0.064, dan 1.121. Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to
equity ratio dicapai oleh Indofood dengan nilai sebesar 2.678. Daftar rasio
keuangan perusahaan sebelum merger dan akuisisi secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 2.
CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO2000 2.108 7.704 -0.018 0.888 0.248 21.866 -0.681 0.411 1.304 2.897 0.051 1.0122001 2.113 6.936 0.016 1.090 0.218 -10.594 -0.327 0.466 0.867 2.431 0.051 1.1282002 1.177 2.784 0.101 1.316 0.559 0.885 -0.315 0.376 1.646 2.925 0.049 1.0802003 1.568 1.719 0.112 1.180 0.574 0.964 -0.060 0.439 1.939 2.578 0.034 1.1672004 3.010 1.261 0.109 1.131 0.713 1.142 0.008 0.512 1.479 2.560 0.022 1.143
Rata-rata 1.995 4.081 0.064 1.121 0.462 2.852 -0.275 0.441 1.447 2.678 0.041 1.106
Kalbe Hanson IndofoodTahun
35
Tabel 3. Daftar Rasio Keuangan Sesudah Merger dan Akuisisi
Sumber: Data diolah
Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, secara umum
rasio keuangan perusahaan menunjukan perbaikan. Sama halnya dengan
kondisi sebelum dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, Kalbe juga
memperoleh nilai rata-rata rasio tertinggi diantara perusahaan lainnya
sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi. Nilai untuk current
ratio, net profit margin dan total asset turn over sebesar 4.148, 0.106, dan
1.383. Sedangkan nilai rata-rata terbaik untuk debt to equity ratio sebesar
0.339 juga diraih oleh Kalbe. Daftar rasio keuangan perusahaan sesudah
merger dan akuisisi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.
CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO CR DER NPM TATO2006 5.042 0.361 0.111 1.313 0.272 1.955 -0.235 0.585 1.168 2.115 0.030 1.3412007 4.983 0.331 0.101 1.363 0.145 4.877 -0.474 0.549 0.916 2.613 0.035 0.9382008 3.333 0.375 0.090 1.381 0.012 -1.014 0.000 0.898 3.110 0.027 0.9802009 2.987 0.393 0.102 1.402 0.004 -1.006 0.000 1.163 2.451 0.056 0.9262010 4.394 0.235 0.126 1.454 0.317 -2.177 0.308 0.819 2.036 1.339 0.077 0.813
Rata-rata 4.148 0.339 0.106 1.383 0.150 0.527 -0.134 0.651 1.236 2.326 0.045 0.999
Kalbe Hanson IndofoodTahun
36
4.2.1. PT Indofood Sukses Makmur
Gambar 3. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sebelum merger dan akuisisi
Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami
fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai
0.867 kemudian di tahun berikutnya current ratio membaik dengan
peningkatan di tahun 2002 dan 2003 namun kembali menurun pada tahun
2004. Current ratio yang berfluktuasi ini disebabkan oleh aktiva lancar
dan hutang lancar yang dimiliki Indofood berfluktuasi jumlahnya dari
tahun ke tahun. Menurunnya current ratio pada tahun tertentu menunjukan
melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang
dimilikinya terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan peralatan
yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.
CR
0,000
0,500
1,000
1,500
2,000
2000 2001 2002 2003 2004
1,304
0,867
1,646 1,939
1,479
Nila
i
Tahun
CR
CR
37
Gambar 4. Kondisi current ratio Indofood Sukses Makmur sesudah
merger dan akuisisi
Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami
fluktuasi, rasio ini menurun berangsur-angsur sampai dengan tahun 2008
kemudian mengalami peningkatan sampai tahun 2010. Walaupun aktiva
lancar secara berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar
mengalami fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai
current ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan
akuisisi.
Rata-rata current ratio pada periode sesudah dilakukannya
aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan
akuisisi rata-rata current ratio sebesar 1.447 sedangkan sesudah merger
dan akuisisi sebesar 1.236. Menurunnya current ratio menunjukan
melemahnya kemampuan Indofood untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Kondisi ini didukung dengan sebagian besar aktiva yang
dimiliki Indofood terdiri dari aktiva tetap seperti bangunan, mesin dan
peralatan yang tidak memberikan kontibusi terhadap aktiva lancarnya.
CR
0,000
1,000
2,000
3,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1,467 1,168
0,916 0,898 1,163 2,036
Nila
i
Tahun
CR
CR
38
Gambar 5. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sebelum
merger dan akuisisi
Sama halnya dengan yang terjadi pada current ratio, rasio
solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio mengalami
fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2001 dengan nilai
2.431 kemudian di tahun berikutnya debt to equity ratio membaik dan
menempati nilai tertinggi sebesar 2.952 setelah itu debt to equity ratio
kembali mengalami penurunan sampai dengan tahun 2004. Penurunan
pada debt to equity ratio mengindikasikan semakin baiknya kemampuan
perusahaan untuk membiayai kewajiban jangka panjangnya.
DER
0,000
1,000
2,000
3,000
2000 2001 2002 2003 2004
2,897 2,431
2,925 2,578 2,560
Nila
i
Tahun
DER
DER
39
Gambar 6. Kondisi debt to equity ratio Indofood Sukses Makmur sesudah
merger dan akuisisi
Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio
mengalami fluktuasi. Rasio ini mengalami penurunan di tahun 2006
setelah itu secara berangsur meningkat sampai dengan tahun 2008 dan
kembali mengalami penurunan sampai tahun 2010. Walaupun jumlah
ekuitas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun namun jumlah
kewajiban perusahaan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan
fluktuasi pada rasio ini.
Rata-rata debt to equity ratio pada periode sesudah dilakukannya
aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan
akuisisi rata-rata debt to equity ratio sebesar 2.678 sedangkan sesudah
merger dan akuisisi sebesar 2.326. Penurunan pada debt to equity ratio
mengindikasikan investasi yang dilakukan perusahaan lebih banyak
didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada oleh hutang dimana total
ekuitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai 2010
sedangkan total hutang mengalami fluktuasi. Perubahan rasio antara
periode sebelum dan sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood
untuk menarik perhatian para investor.
DER
0,000
2,000
4,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
2,331 2,115 2,613 3,110 2,451
1,339
Nila
i
Tahun
DER
DER
40
Gambar 7. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sebelum
merger dan akuisisi
Rasio profitabilitas yang dapat di wakili oleh net profit margin
terus mengalami penurunan secara berangsur-angsur dari tahun 2000
sampai dengan 2004. Penurunan net profit margin ini disebabkan oleh
peningkatan penjualan yang tidak diiringi dengan peningkatan laba bersih.
Penjualan terus menunjukan perkembangan baik dari tahun 2000 sampai
dengan 2004 namun laba bersih yang diperoleh perusahaan mengalami
fluktuasi. Laba menunjukan peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2002 namun mengalami penurunan setelah itu sampai dengan tahun
2004. Fluktuasi laba ini disebabkan besarnya biaya operasional yang harus
dikeluarkan perusahaan berbeda tiap tahunnya.
NPM
0,000
0,020
0,040
0,060
2000 2001 2002 2003 2004
0,051 0,051 0,049
0,034
0,022
Nila
i
Tahun
NPM
NPM
41
Gambar 8. Kondisi net profit margin Indofood Sukses Makmur sesudah
merger dan akuisisi
Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin juga
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 dan 2007 terlihat peningkatan
namun setelah itu menurun di tahun 2008 dan kembali meningkat sampai
dengan tahun 2010. Meskipun laba menunjukan trend pertumbuhan yang
baik tetapi penjualan mengalami fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan
nilai net profit margin mengalami fluktuasi pada periode sesudah
dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi.
Rata-rata net profit margin pada periode sesudah dilakukannya
aktivitas merger dan akuisisi mengalami peningkatan. Sebelum merger
dan akuisisi rata-rata net profit margin sebesar 0.041 sedangkan sesudah
merger dan akuisisi sebesar 0.045. Peningkatan net profit margin ini
mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood dalam menghasilkan
net income dari kegiatan operasi.
NPM
0,000
0,050
0,100
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0,007 0,030 0,035
0,027 0,056
0,077 N
ilai
Tahun
NPM
NPM
42
Gambar 9. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur sebelum
merger dan akuisisi
Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga
mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun sebelum dilakukan aktivitas
merger dan akuisisi. Meskipun penjualan menunjukan pertumbuhan yang
baik dari tahun ke tahun dan diiringi total asset yang juga menunjukan
peningkatan tetapi perolehan rasio total asset turn over bervariasi. Hal ini
disebabkan pada tahun tertentu peningkatan pada penjualan tidak sebesar
peningkatan pada total aktiva yang menyebabkan nilai total asset turn over
mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Penurunan pada rasio
total asset turn over mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam
menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan dan
sebaliknya.
TATO
0,900
1,000
1,100
1,200
2000 2001 2002 2003 2004
1,012
1,128 1,080
1,167 1,143
Nila
i
Tahun
TATO
TATO
43
Gambar 10. Kondisi total asset turn over Indofood Sukses Makmur
sesudah merger dan akuisisi
Sama halnya dengan ketiga rasio sebelumnya, rasio aktivitas yang
dapat diwakili oleh rasio total asset turn over juga mengalami fluktuasi. Di
tahun 2006 terjadi peningkatan rasio total asset turn over sesudah itu rasio
ini mengalami peningkatan dan penurunan yang cukup sering. Meskipun
total aktiva terus mengalami peningkatan pada periode setelah
dilakukannya merger dan akuisisi tetapi penjualan mengalami fluktuasi,
hal inilah yang menyebabkan nilai total asset turn over mengami fluktuasi.
Rata-rata total asset turn over pada periode setelah dilakukannya
aktivitas merger dan akuisisi mengalami penurunan. Sebelum merger dan
akuisisi rata-rata current ratio sebesar 1.106 sedangkan sesudah merger
dan akuisisi sebesar 0.999. Penurunan pada rasio total asset turn over
mengindikasikan kurang efektifnya Indofood dalam menggunakan aktiva
dalam menghasilkan penjualan.
TATO
0,000
0,500
1,000
1,500
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1,269 1,341
0,938 0,980 0,926 0,813 N
ilai
Tahun
TATO
TATO
44
4.2.2. PT Hanson International
Gambar 11. Kondisi current ratio Hanson International sebelum merger
dan akuisisi
Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami
fluktuasi, rasio ini menurun di tahun 2001 dan terus mengalami
peningkatan berangsur-angsur sampai tahun 2004. Current ratio yang
berfluktuasi ini disebabkan oleh fluktuatifnya jumlah aktiva lancar dan
utang lancar yang dimiliki Hanson selama tahun 2000 sampai dengan
tahun 2004. Menurunnya current ratio menunjukan melemahnya
kemampuan Hanson untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek juga disebabkan
oleh sebagian besar aktiva lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan
dan bukan aktiva yang lebih likuid seperti kas.
CR
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
2000 2001 2002 2003 2004
0,248 0,218
0,559 0,574 0,713
Nila
i
Tahun
CR
CR
45
Gambar 12. Kondisi current ratio Hanson International sesudah merger
dan akuisisi
Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio menunjukan
perkembangan yang cukup buruk pada awal tahun sesudah dilakukannya
merger dan akuisisi. Rasio ini mengalami penurunan sampai dengan tahun
2009 dan menempati posisi terendah dengan nilai 0.004 kemudian
meningkat pada tahun 2010 dengan perolehan nilai sebesar 0.317.
Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan
akuisisi, rasio ini mengalami penurunan pada periode sesudah
dilakukannya merger dan akuisisi dari 0.462 menjadi 0.150. Menurunnya
current ratio menunjukan melemahnya kemampuan Hanson untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kesulitan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek juga disebabkan oleh sebagian besar aktiva
lancar yang dimilikinya terdiri dari persediaan dan bukan aktiva yang lebih
likuid seperti kas.
CR
0,000
0,200
0,400
0,600
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0,575
0,272 0,145
0,012 0,004
0,317 Nila
i
Tahun
CR
CR
46
Gambar 13. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sebelum
merger dan akuisisi
Sama halnya dengan current ratio, debt to equity ratio yang
merupakan perwakilan dari rasio solvabilitas juga mengalami fluktuasi. Di
tahun 2001 debt to equity ratio mencapai -10.594 menurun drastis dari
tahun sebelumnya. Penurunan yang sangat tajam ini disebabkan
menurunnya ekuitas yang dimiliki oleh Hanson. Ditahun berikutnya
Hanson memperlihatkan nilai ekuitas yang semakin meningkat. Sejak
tahun 2002 Hanson memiliki nilai debt to equity ratio yang berangsur
meningkat yang mengindikasikan perusahaan lebih banyak didanai oleh
hutang daripada ekuitas pemegang saham.
DER
-20,000-10,000
0,000
10,000
20,000
30,000
2000 2001 2002 2003 2004
21,866
-10,594 0,885 0,964 1,142 N
ilai
Tahun
DER
DER
47
Gambar 14. Kondisi debt to equity ratio Hanson International sesudah
merger dan akuisisi
Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio
mengalami penurunan pada awal tahun sesudah dilakukannya aktivitas
merger dan akuisisi kemudian mengalami fluktuasi di tahun berikutnya
hingga bernilai negatif mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2010.
Perolehan nilai negatif pada debt equity ratio disebabkan oleh defisit
ekuitas yang dialami perusahaan. Walaupun jumlah ekuitas mengalami
peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas
merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami
fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini.
Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan
akuisisi, rasio ini mengalami penurunan pada periode sesudah
dilakukannya merger dan akuisisi dari 2.852 menjadi 0.527. Penurunan
pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang dilakukan
perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada
oleh hutang.
DER
-5,000
0,000
5,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
2,193 1,955
4,877
-1,014 -1,006 -2,177 N
ilai
Tahun
DER
DER
48
Gambar 15. Kondisi net profit margin Hanson International sebelum
merger dan akuisisi
Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin,
menunjukan trend yang terus membaik dari tahun 2000 sampai tahun
2004. Berangsur-angsur net profit margin yang pada tahun 2000 bernilai
negatif meningkat sampai bernilai positif pada tahun 2004 sebesar 0.008.
Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh meningkatnya laba
bersih perusahaan. Di tahun 2000 perusahaan mengalami kerugian namun
keadaan ini terus menunjukan perbaikan sampai pada tahun 2004 dimana
perusahaan berhasil mendapatkan keuntungan kembali dan memperoleh
laba bersih sekitar 2 miliar.
NPM
-0,800-0,600-0,400
-0,200
0,000
0,200
2000 2001 2002 2003 2004
-0,681 -0,327 -0,315 -0,060
0,008
Tahun
NPM
NPM
49
Gambar 16. Kondisi net profit margin Hanson International sesudah
merger dan akuisisi
Rasio profitabilitas yang dapat diwakili oleh net profit margin
mengalami penurunan sampai dengan tahun 2007 dengan perolehan nilai
negatif. Net profit margin yang bernilai negatif disebabkan oleh
perusahaan yang mengalami kerugian pada tiga tahun pertama setelah
dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi kemudian di tahun 2009 dan
2010 perusahaan kembali memperoleh laba dari aktivitas bisnisnya. Pada
tahun 2008 dan 2009 Hanson tidak membukukan penjualannya karena
penjualan yang terjadi adalah hasil dari usaha anak perusahaan yaitu PT
Primayudha Mandirijaya oleh karena itu tidak ada nilai net profit margin
pada tahun ini. Pada tahun 2010 Hanson kembali melakukan penjualan
dan memperoleh laba bersih yang pada akhirnya mencatatkan nilai rasio
net profit margin sebesar 0.308.
Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan
akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah
dilakukannya merger dan akuisisi dari -0.275 menjadi -0.134. Peningkatan
net profit margin ini mengindikasikan membaiknya kemampuan Indofood
dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi.
NPM
-0,500
0,000
0,500
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0,036 -0,235 -0,474 0,308 N
ilai
Tahun
NPM
NPM
50
Gambar 17. Kondisi total asset turn over Hanson International sebelum
merger dan akuisisi
Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over
mengalami fluktuasi. Rasio ini meningkat sampai tahun 2001 dan
mengalami penurunan ditahun 2002 dan meningkat kembali sampai tahun
2004. Fluktuasi pada nilai total asset turn over ini disebabkan oleh
penurunan dan peningkatan pada penjualan dan total aktiva yang dimiliki
Hanson. Peningkatan pada rasio total asset turn over mengindikasikan
membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Hanson karena semakin
banyak volume bisnis yang dilakukan begitupun sebaliknya penurunan
pada rasio total asset turn over mengindikasikan menurunnya kegiatan
bisnis yang dijalankan karena semakin menurun volume bisnis yang
dilakukan.
TATO
0,000
0,200
0,400
0,600
2000 2001 2002 2003 2004
0,411 0,466 0,376 0,439 0,512
Nila
i
Tahun
TATO
TATO
51
Gambar 18. Kondisi total asset turn over Hanson International sesudah
merger dan akuisisi
Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga
mengalami fluktuasi setelah dilakukan aktivitas merger dan akuisisi. Pada
tahun 2006 total asset turn over mengalami peningkatan yang kemudian
diikuti dengan penurunan di tahun setelahnya. Pada tahun 2008 dan 2009
tidak terjadi perputaran penjualan terhadap aktiva, hal ini disebabkan pada
tahun tersebut Hanson tidak membukukan penjualannya. Pada tahun 2010
Hanson kembali memperoleh nilai rasio total asset turn over sebesar 0.819
setelah perusahaan kembali membukukan hasil penjualannya.
Dibandingkan dengan rata-rata sebelum periode merger dan
akuisisi, rasio ini mengalami peningkatan pada periode sesudah
dilakukannya merger dan akuisisi dari 0.441 menjadi 0.651. Peningkatan
rasio total asset turn over ini mengindikasikan efektifnya penggunaan
aktiva dalam menghasilkan penjualan.
TATO
0,000
0,500
1,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0,527 0,585 0,549
0,000 0,000
0,819 N
ilai
Tahun
TATO
TATO
52
4.2.3. PT Kalbe Farma
Gambar 19. Kondisi current ratio Kalbe Farma sebelum merger dan
akuisisi
Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami
fluktuasi dan menempati posisi terendah pada tahun 2002 dengan nilai
1.177 dan posisi tertinggi pada tahun 2004 dengan nilai 3.010. Current
ratio yang berfluktuasi disebabkan oleh aktiva lancar yang terus
mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan 2004 sedangkan
hutang lancar yang berfluktuasi jumlahnya dari tahun ke tahun.
Menurunnya current ratio pada tahun 2002 menunjukan melemahnya
kemampuan Kalbe untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, namun
demikian di tahun berikutnya Kalbe kembali terus menunjukan perbaikan
pada rasio ini.
CR
0,000
1,000
2,000
3,000
4,000
2000 2001 2002 2003 2004
2,108 2,113
1,177 1,568
3,010
Nila
i
Tahun
CR
CR
53
Gambar 20. Kondisi current ratio Kalbe Farma sesudah merger dan
akuisisi
Rasio likuiditas yang dapat diwakili oleh current ratio mengalami
peningkatan di tahun 2006 setelah itu rasio ini berangsur menurun sampai
tahun 2009 hingga mencapai nilai terendah 2.987 kemudian current ratio
kembali meningkat pada tahun 2010. Walaupun aktiva lancar secara
berangsur menunjukan pertumbuhan tetapi hutang lancar mengalami
fluktuasi, hal inilah yang melatarbelakangi naik turunnya nilai current
ratio pada periode sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi.
Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata
current ratio menunjukan peningkatan dari 1.995 menjadi 4.148.
Meningkatnya rata-rata current ratio pada periode setelah dilakukannya
merger dan akuisisi ini menunjukan membaiknya kemampuan Kalbe untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
CR
0,000
2,000
4,000
6,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
4,045 5,042 4,983
3,333 2,987
4,394 N
ilai
Tahun
CR
CR
54
Gambar 21. Kondisi debt to equity ratio Kalbe Farma sebelum merger
dan akuisisi
Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio
menunjukan trend yang terus membaik selama lima tahun sebelum
melakukan aktivitas merger dan akuisisi. Jika pada tahun 2000 debt to
equity ratio yang dicapai Kalbe sebesar 7.704 maka pada tahun 2004 telah
mencapai 1.261 kali. Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan
membaiknya kemampuan perusahaan dalam membiayai kewajiban jangka
panjangnya.
DER
0,000
2,000
4,000
6,000
8,000
2000 2001 2002 2003 2004
7,704 6,936
2,784 1,719
1,261
Nila
i
Tahun
DER
DER
55
Gambar 22. Kondisi debt to equity Kalbe Farma sesudah merger dan
akuisisi
Rasio solvabilitas yang dapat diwakili oleh debt to equity ratio
mengalami fluktuasi. Di tahun 2006 debt to equity ratio mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya kemudian di tahun berikutnya current
ratio berangsur membaik dan menempati nilai tertinggi pada tahun 2009
sebesar 0.393 setelah itu debt to equity ratio kembali mengalami
penurunan di tahun 2010. Walaupun jumlah ekuitas mengalami
peningkatan secara berangsur pada periode sesudah dilakukannya aktivitas
merger dan akuisisi namun jumlah kewajiban perusahaan mengalami
fluktuasi, hal inilah yang menyebabkan fluktuasi pada rasio ini.
Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata debt
to equity rasio menunjukan penurunan dari 4.081 menjadi 0.339.
Penurunan pada debt to equity ratio mengindikasikan investasi yang
dilakukan perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham
dari pada oleh hutang dimana total ekuitas terus mengalami peningkatan
dari tahun 2006 sampai 2010. Perubahan rasio antara periode sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi memudahkan Indofood untuk menarik
perhatian para investor.
DER
0,000
0,500
1,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0,762
0,361 0,331 0,375 0,393 0,235
Nila
i
Tahun
DER
DER
56
Gambar 23. Kondisi kinerja keuangan Kalbe Farma sebelum merger dan
akuisisi
Begitu juga dengan net profit margin yang mewakili rasio
profitabilitas, rasio ini menunjukan trend yang terus membaik dari tahun
2000 yang pada awalnya net profit margin bernilai negatif -0.018
meningkat sampai dengan tahun 2003 menjadi 0.112 dan pada tahun 2004
kembali sedikit mengalami penurunan. Peningkatan net profit margin ini
disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan
baik selama periode 2000 sampai 2004. Setelah rugi bersih tahun 2000
sebesar Rp 28 miliar, laba bersih terus meningkat sehingga pada tahun
2004 mencapai Rp 372 miliar. Peningkatan laba bersih ini disebabkan oleh
kinerja operasional perusahaan yang terus membaik yang dibuktikan
dengan pertumbuhan penjualan secara konsisten dari tahun 2000 sampai
dengan tahun 2004 dengan rata-rata pertumbuhan 25,3% per tahun.
NPM-0,050
0,000
0,050
0,100
0,150
2000 2001 2002 2003 2004
-0,018 0,016
0,101 0,112 0,109 N
ilai
Tahun
NPM
NPM
57
Gambar 24. Kondisi net profit margin Kalbe Farma sesudah merger dan
akuisisi
Net profit margin yang mewakili rasio profitabilitas menunjukan
penurunan pada tiga tahun pertama sesudah dilakukannya aktivitas merger
dan akuisisi kemudian rasio ini kembali meningkat dari tahun 2009 sampai
tahun 2010. Peningkatan net profit margin ini disebabkan oleh
peningkatan laba bersih yang menunjukan perkembangan baik diiringi
pertumbuhan penjualan yang terus meningkat dari tahun 2006 sampai
dengan 2010 yang membuktikan kinerja operasional Kalbe yang terus
membaik.
Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata net
profit margin menunjukan peningkatan dari 0.064 menjadi 0.106.
Peningkatan net profit margin ini mengindikasikan membaiknya
kemampuan Kalbe dalam menghasilkan net income dari kegiatan
operasionalnya.
NPM
0,000
0,050
0,100
0,150
2005 2006 2007 2008 2009 2010
0,111 0,111 0,101
0,090 0,102 0,126
Nila
i
Tahun
NPM
NPM
58
Gambar 25. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sebelum merger
dan akuisisi
Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over
cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai dengan tahun
2002 dan mengalami penurunan sampai tahun 2004. Fluktuasi pada nilai
total asset turn over ini disebabkan oleh pertumbuhan penjualan Kalbe
yang tumbuh secara konsisten diiringi dengan peningkatan total aktiva.
Namun pada tahun tetentu peningkatan penjualan tidak sebesar
peningkatan total aktiva, hal inilah yang menyebabkan nilai total asset
turn over mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan
pada rasio total asset turn over ini mengindikasikan membaiknya kegiatan
bisnis yang dijalankan Kalbe karena semakin banyak volume bisnis yang
dilakukan serta mengindikasikan efektifnya penggunaan aktiva dalam
menghasilkan penjualan.
TATO
0,000
0,500
1,000
1,500
2000 2001 2002 2003 2004
0,888 1,090 1,316
1,180 1,131 N
ilai
Tahun
TATO
TATO
59
Gambar 26. Kondisi total asset turn over Kalbe Farma sesudah merger
dan akuisisi
Rasio aktivitas yang dapat diwakili oleh total asset turn over juga
mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
Peningkatan total asset turn over ini disebabkan oleh pertumbuhan
penjualan Kalbe yang tumbuh secara konsisten diiringi dengan
peningkatan total aktiva yang dimiliki Kalbe.
Sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisisi, rata-rata total
asset turn over menunjukan peningkatan dari 1.121 menjadi 1.383.
Peningkatan pada rasio total asset turn over ini mengindikasikan
membaiknya kegiatan bisnis yang dijalankan Kalbe karena semakin
banyak volume bisnis yang dilakukan serta menunjukan efektivitas
penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
TATO
1,000
1,200
1,400
1,600
2005 2006 2007 2008 2009 2010
1,242 1,313 1,363 1,381 1,402 1,454 N
ilai
Tahun
TATO
TATO
60
4.3. Perkembangan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
4.3.1. PT Indofood Sukses Makmur
Tabel 5. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Indofood Sukses Makmur
Sumber: Data diolah
Pada periode sebelum merger dan akuisisi, terjadi penurunan
current ratio sebesar 33.554% pada tahun 2001 yang disebabkan
menurunnya aktiva lancar dan meningkatnya hutang lancar perusahaan.
Selanjutnya rasio ini tumbuh sebesar 89.991% dan 17.807% pada tahun
2002 dan 2003 karena menurunnya jumlah hutang lancar yang dimiliki
perusahaan. Pada tahun 2004 hutang lancar meningkat, hal ini
menyebabkan penurunan current ratio sebesar 23.742%. Pada tiga tahun
pertama sesudah merger dan akuisisi, current ratio mengalami penurunan
sebesar 20.353%, 21.564% dan 2.042% yang disebabkan oleh peningkatan
hutang lancar. Current ratio menunjukan pertumbuhan yang cukup baik
pada tahun 2009 dan 2010 dengan pertumbuhan sebesar 29.598% dan
75.086% yang disebabkan oleh menurunnya hutang lancar dan
meningkatnya aktiva lancar perusahaan.
Debt to equity ratio mengalami penurunan sebesar 16.091% pada
tahun 2001 disebabkan peningkatan pada total ekuitas dan penurunan pada
kewajiban perusahaan. Pada tahun berikutnya rasio ini tumbuh sebesar
20.331% yang disebabkan meningkatnya kewajiban. Pada tahun 2003 dan
2004 total ekuitas meningkat, hal ini menyebabkan debt to equity ratio
mengalami penurunan sebesar 11.875% dan 0,669%. Pada tahun pertama
sesudah merger dan akuisisi debt to equity ratio mengalami penurunan
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010CR 1.304 0.867 1.646 1.939 1.479 1.467 1.168 0.916 0.898 1.163 2.036
Pertumbuhan (%) -33.554 89.991 17.807 -23.742 -0.834 -20.353 -21.564 -2.024 29.569 75.086DER 2.897 2.431 2.925 2.578 2.560 2.331 2.115 2.613 3.110 2.451 1.339
Pertumbuhan (%) -16.091 20.311 -11.875 -0.669 -8.961 -9.257 23.555 19.010 -21.207 -45.368NPM 0.051 0.051 0.049 0.034 0.022 0.007 0.030 0.035 0.027 0.056 0.077
Pertumbuhan (%) 0.181 -4.354 -30.724 -36.054 -69.393 355.961 16.777 -24.242 108.208 38.521TATO 1.012 1.128 1.080 1.167 1.143 1.269 1.341 0.938 0.980 0.926 0.813
Pertumbuhan (%) 11.521 -4.314 8.127 -2.068 11.006 5.651 -30.058 4.495 -5.496 -12.249
Rasio Tahun
61
sebesar 9.257% yang disebabkan menurunnya ekuitas. Selanjutnya rasio ini
tumbuh sebesar 23.555% dan 19.010% di tahun 2007 dan 2008 yang
disebabkan oleh peningkatan pada kewajiban. Namun pertumbuhan ini
tidak berlangsung lama karena di tahun 2009 dan 2010 rasio ini kembali
menurun sebesar 21.207% dan 45.368% yang disebabkan oleh
meningkatnya ekuitas dan menurunnya kewajiban perusahaan.
Net profit margin menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001
sebesar 0.181% yang disebabkan oleh peningkatan laba. Namun rasio ini
terus menurun sampai dengan tahun 2004 dengan perubahan sebesar
4.354%, 30.724% dan 36.054% yang disebabkan oleh peningkatan
penjualan yang tidak diiringi oleh peningkatan labanya. Sesudah merger
dan akuisisi laba bersih mengalami peningkatan yang menyebabkan net
profit margin tumbuh signifikan sebesar 355.961% dan 16.777% di tahun
2006 dan 2007. Kemudian rasio ini sedikit mengalami penurunan sebesar
24.242% di tahun 2008 karena peningkatan penjualan yang belum
sebanding dengan peningkatan laba bersih tahun sebelumnya. Net profit
margin kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan sebesar
108.208% dan 38.521% di tahun 2009 dan 2010 karena peningkatan laba
yang diperolehnya.
Total asset turn over tumbuh sebesar 11.521% pada tahun 2000
yang disebabkan oleh meningkatnya penjualan. Selanjutnya rasio ini
mengalami fluktuasi, total asset turn over menurun di tahun 2002, tumbuh
di tahun 2003 dan kembali menurun di tahun 2004 dengan perubahan
sebesar 4.314%, 8.127% dan 2.068% yang disebabkan oleh peningkatan
total aktiva yang tidak sebanding dengan peningkatan penjualan. Sesudah
merger dan akuisisi rasio ini tumbuh sebesar 5.651% di tahun 2006 karena
meningkatnya penjualan yang dilakukan perusahaan dan mengalami
penurunan sebesar 30.058% di tahun 2007 karena meningkatnya aktiva
perusahaan. Pada tahun 2008 rasio ini mengalami pertumbuhan yang
disebabkan meningkatnya penjualan kemudian diikuti penurunan di tahun
2009 dan 2010 dengan perubahan sebesar 4.495%, 5.496% dan 12.249%
62
yang disebabkan oleh menurunnya penjualan dan meningkatnya aktiva
perusahaan.
4.3.2. PT Hanson International
Tabel 6. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Hanson International
Sumber: Data diolah
Current ratio mengalami penurunan sebesar 21.054% pada tahun
2001 disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar dan menurunnya aktiva
lancar. Pada tahun 2002 sampai dengan 2004 aktiva lancar mengalami
peningkatan, hal ini menyebabkan current ratio mengalami pertumbuhan
sebesar 156.534%, 2.062%, dan 24.255%. Pada empat tahun pertama
sesudah merger dan akuisisi, current ratio mengalami penurunan dengan
besar perubahan yang fluktuatif yaitu 52.659%, 46.616%, 91.914% dan
66.263% yang disebabkan oleh menurunnya aktiva lancar perusahaan.
Pada tahun 2010 current ratio tumbuh signifikan sebesar 7890.578% yang
disebabkan meningkatnya aktiva lancar perusahaaan.
Debt to equity ratio menurun sebesar 148.450% pada tahun 2001
yang disebabkan oleh defisit ekuitas yang dialami perusahaan. Pada tahun
2002 kewajiban perusahaan menurun dan ekuitas meningkat hal inilah
yang menyebabkan pertumbuhan debt to equity ratio sebesar 108.352%
dibandingkan tahun sebelumnya yang bernilai negatif. Di tahun berikutnya
rasio ini menunjukan pertumbuhan sebesar 8.903% dan 18.540% pada
tahun 2003 dan 2004 yang disebabkan oleh peningkatan pada kewajiban
perusahaan. Sesudah merger dan akuisisi debt to equity ratio menurun
sebesar 10.824% pada tahun 2006 karena menurunnya kewajiban dan
ekuitas perusahaan. Selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan di tahun 2007
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010CR 0.248 0.218 0.559 0.574 0.713 0.575 0.272 0.145 0.012 0.004 0.317
Pertumbuhan (%) -12.054 156.534 2.602 24.255 -19.370 -52.659 -46.616 -91.914 -66.263 7,890.578DER 21.866 -10.594 0.885 0.964 1.142 2.193 1.955 4.877 -1.014 -1.006 -2.177
Pertumbuhan (%) -148.450 -108.352 8.903 18.540 91.976 -10.824 149.419 -120.790 -0.767 116.368NPM -0.681 -0.327 -0.315 -0.060 0.008 0.036 -0.235 -0.474 0.308
Pertumbuhan (%) -51.915 -3.740 -80.969 -112.626 380.217 -746.412 101.861 -100.000TATO 0.411 0.466 0.376 0.439 0.512 0.527 0.585 0.549 0.000 0.000 0.819
Pertumbuhan (%) 13.361 -19.174 16.730 16.535 2.904 11.140 -6.203 -100.000
Rasio Tahun
63
sebesar 149.419% yang disebabkan penurunan ekuitas perusahaan. Pada
tahun 2008 sampai dengan atahun 2009 perusahaan mengalami defisit
ekuitas. Pada tahun 2008 debt to equity ratio menurun sebesar 120.790%,
di tahun berikutnya ekuitas sedikit meningkat senhingga menyebabkan
kenaikan pada rasio ini sebesar 0.767%. Namun pada tahun 2010 ekuitas
kembali menurun yang mengakibatkan menurunnya current ratio sebesar
116.368%.
Pada periode sebelum merger dan akuisisi, perusahaaan mengalami
kerugian. Namun kerugian ini berkurang secara berangsur-angsur sehingga
net profit margin terus menunjukan pertumbuhan sebesar 51.915%,
3.740%, 80.969% dan 112.626%. Sesudah merger dan akuisisi current
ratio mengalami penurunan sampai dengan tahun 2008 sebesar 746.412%,
101.861% dan 100% karena perusahaan kembali mengalami kerugian.
Total asset turn over menunjukan pertumbuhan sebesar 13.361%
pada tahun 2001 yang disebabkan oleh meningkatnya penjualan dan
menurunnya aktiva perusahaan. Namun rasio ini menurun di tahun
berikutnya sebesar 19.174% karena penjualan yang mengalami penurunan.
Pada tahun 2003 dan 2004 penjualan meningkat sehingga total asset turn
over tumbuh sebesar 16.730% dan 16.535%. Sesudah merger dan akuisisi
total asset turn over menunjukan pertumbuhan sebesar 11.140% pada
tahun 2006 yang disebabkan menurunnya aktiva perusahaan. Pada tahun
2007 dan 2008 total asset turn over menurun sebesar 6.203% dan 100%
karena penurunan penjualan yang juga diikuti oleh penurunan aktiva.
4.3.3. PT Kalbe Farma
Tabel 7. Perkembangan Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma
Sumber: Data diolah
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010CR 2.108 2.113 1.177 1.568 3.010 4.045 5.042 4.983 3.333 2.987 4.394
Pertumbuhan (%) 0.247 -44.328 33.268 91.950 34.397 24.638 -1.173 -33.098 -10.394 47.094DER 7.704 6.936 2.784 1.719 1.261 0.762 0.361 0.331 0.375 0.393 0.235
Pertumbuhan (%) -9.962 -59.857 -38.267 -26.640 -39.532 -52.697 -8.218 13.328 4.819 -40.357NPM -0.018 0.016 0.101 0.112 0.109 0.111 0.111 0.101 0.090 0.102 0.126
Pertumbuhan (%) -187.908 530.630 11.021 -2.385 2.009 0.137 -9.595 -10.933 13.933 23.036TATO 0.888 1.090 1.316 1.180 1.131 1.242 1.313 1.363 1.381 1.402 1.454
Pertumbuhan (%) 22.689 20.694 -10.309 -4.127 9.750 5.737 3.841 1.303 1.504 3.736
TahunRasio
64
Current ratio menunjukan pertumbuhan sebesar 0.247% pada
tahun 2001 yang disebabkan oleh peningkatan aktiva lancar perusahaan
kemudian ditahun berikutnya terjadi penurunan sebesar 44.328% pada
tahun 2002 yang disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar. Selanjutnya
pada tahun 2003 dan 2004 aktiva lancar meningkat, hal ini menyebabkan
current ratio tumbuh sebesar 33.268% dan 91.950%. Pada tahun pertama
sesudah merger dan akuisisi current ratio menunjukan pertumbuhan
sebesar 24.638% yang disebabkan oleh nenurunnya hutang lancar yang
juga diikuti oleh menurunnya aktiva lancar. Pada tahun 2007 sampai
dengan tahun 2009 current ratio mengalami penurunan sebesar 1.173%,
33.098% dan 10.394%, penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya
hutang lancar perusahaan. Namun hutang lancar berkurang pada tahun
2010 yang menyebabkan pertumbuhan current ratio sebesar 47.094%.
Debt to equity ratio mengalami penurunan pada periode sebelum
merger dan akuisisi dengan perubahan sebesar 9.962%, 59.857%,
38.267%, dan 26.640% yang disebabkan oleh peningkatan ekuitas
perusahaan secara berangsur-angsur. Sesudah merger dan akuisisi rasio ini
juga masih mengalami penurunan pada dua tahun pertamanya sebesar
52.697% dan 8.128% yang juga disebabkan oleh faktor yang sama yaitu
peningkatan ekuitas pada tahun 2006 dan 2007. Pada tahun 2008 dan 2009
rasio ini tumbuh sebesar 13.328% dan 4.819% yang disebabkan oleh
meningkatnya kewajiban yang juga diiringi oleh meningkatnya ekuitas.
Pada tahun 2010 kewajiban menurun dan ekuitas meningkat yang
mengakibatkan menurunnya debt to equity ratio di tahun ini sebesar
40.357%.
Net profit margin menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001
sebesar 187.908% yang disebabkan oleh peningkatan laba dan penjualan
perusahaan. Pada tahun 2002 dan 2003 laba bersih dan penjualan
meningkat, hal ini menyebabkan net profit margin tumbuh sebesar
530.630% dan 11.021%. Rasio ini kembali menurun pada tahun 2004
sebesar 2.385% karena peningkatan laba belum sebanding dengan
peningkatan penjualan perusahaan jika dibanding dengan tahun
65
sebelumnya. Sesudah merger dan akuisisi net profit margin menunjukan
pertumbuhan sebesar 0.137% pada tahun 2006 yang disebabkan
peningkatan laba perusahaan. Rasio ini kemudian sedikit menurun sebesar
9.595% dan 10.933% pada tahun 2007 dan 2008 karena peningkatan laba
belum sebanding dengan peningkatan penjualan perusahaan. Pada tahun
2009 dan 2010 laba bersih meningkat dan diiringki peningkatan penjualan
yang menyebabkan pertumbuhan net profit margin sebesar 13.933% dan
23.036%.
Total asset turn over menunjukan pertumbuhan pada tahun 2001
dan 2002 sebesar 22.689% dan 20.694% yang disebabkan peningkatan
penjualan yang juga diiringi oleh peningkatan aktiva perusahaan. Namun
rasio ini menurun pada tahun 2003 dan 2004 sebesar 10.309% dan 4.127%
karena peningkatan pada penjualan belum sebanding dengan peningkatan
aktivanya. Sesudah merger dan akuisisi, penjualan dan aktiva meningkat
secara berangsur-angsur, hal ini menyebabkan total asset turn over terus
mengalami pertumbuhan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
dengan perubahan sebesar 5.737%, 3.841%, 1.303%, 1.504% dan 3.736%.
4.4. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berguna untuk memberikan gambaran mengenai
data yang dijadikan variabel penelitian. Berdasarkan data mentah berupa
laporan keuangan yang kemudian diolah, diperoleh data rasio keuangan
yang disajikan pada Tabel 8.
Dari Tabel 8 dapat dilihat nilai rata-rata, nilai minimum, nilai
maksimum dan standar deviasi untuk periode sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi. Nilai minimum menunjukan nilai terkecil pada data, nilai
maksimum menunjukan nilai terbesar pada data, mean menunjukan rataan
dari data, dan standar deviation menunjukan besarnya variasi pada data.
Jika standar deviasi lebih besar dari nilai rata-rata berarti data memiliki
variasi yang besar, dan sebaliknya.
66
Tabel 8. Hasil Analisis Deskriptif Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
Periode Variabel Min Maks Mean
Std.
Deviation
Sebelum
Merger
dan
Akuisisi
CR 0.218 3.01 1.302 0.791
DER -10.594 21.866 3.204 6.520
NPM -0.681 0.112 -0.057 0.219
TATO 0.376 1.316 0.889 0.341
Sesudah
Merger
dan
Akuisisi
CR 0.004 5.042 1.845 1.837
DER -2.177 4.877 1.063 1.827
NPM -0.474 0.308 0.027 0.190
TATO 0.549 1.454 1.066 0.323
Sumber: Data diolah
4.4.1. Analisis Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi
Nilai minimum dan maksimum current ratio sebelum merger dan
akuisisi adalah 0.218 dan 3.01. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.302
dengan standar deviasi 0.791. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari
rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup rendah pada data atau
adanya perbedaan yang cukup kecil antara nilai maksimum dengan
minimum. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.302 berarti bahwa rata-
rata kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk menutup hutang
lancarnya sebesar 1.302 kali atau untuk setiap satu rupiah kewajiban
dijamin dengan 1.302 rupiah aktiva lancar.
Nilai minimum dan maksimum debt to equity ratio sebelum
merger dan akuisisi adalah -10.594 dan 21.866. Nilai rata-rata debt to
equity ratio sebesar 3.204 dengan standar deviasi 6.520. Nilai standar
deviasi yang lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang
cukup besar pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara
nilai maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata debt to equity ratio
sebesar 3.204 berarti bahwa tingkat rata-rata hutang terhadap ekuiti
perusahaan sebesar 3.204 kali.
67
Nilai minimum dan maksimum net profit margin sebelum merger
dan akuisisi adalah -0.681dan 0.112 . Nilai rata-rata net profit margin
sebesar -0.057 dengan standar deviasi 0.219. Nilai standar deviasi yang
lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup besar
pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara nilai maksimum
dengan minimum. Nilai rata-rata net profit margin sebesar -0.057 berarti
bahwa rata-rata tingkat pegembalian keuntungan bersih perusahaan
sebesar -0.057 kali dimana pada periode sebelum merger dan akuisisi
mengalami kerugian. Dengan kata lain setiap seribu rupiah penjualan
perusahaan menutup kerugian bersih sebesar 57 rupiah.
Nilai minimum dan maksimum total asset turn over sebelum
merger dan akuisisi adalah 0.376 dan 1.316. Nilai rata-rata total asset turn
over sebesar 0.889 dengan standar deviasi 0.341. Nilai standar deviasi
yang lebih kecil dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup
rendah pada data atau adanya perbedaan yang cukup rendah antara nilai
maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata total asset turn over sebesar
0.889 berarti bahwa kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan
sebesar 0.889 kali atau setiap satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan
0.889 rupiah penjualan.
4.4.2. Analisis Deskriptif Sesudah Merger dan Akuisisi
Nilai minimum dan maksimum current ratio sesudah merger dan
akuisisi adalah 0.004 dan 5.042. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.845
dengan standar deviasi 1.837. Nilai standar deviasi yang lebih kecil dari
rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup rendah pada data atau
adanya perbedaan yang cukup kecil antara nilai maksimum dengan
minimum. Nilai rata-rata current ratio sebesar 1.845 berarti bahwa rata-
rata kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk menutup hutang
lancarnya sebesar 1.845 kali atau untuk setiap satu rupiah kewajiban
dijamin dengan 1.845 rupiah aktiva lancar.
Nilai minimum dan maksimum debt to equity ratio sesudah merger
dan akuisisi adalah -2.177 dan 4.877. Nilai rata-rata debt to equity ratio
sebesar 1.063 dengan standar deviasi 1.827. Nilai standar deviasi yang
68
lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup besar
pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara nilai maksimum
dengan minimum. Nilai rata-rata debt to equity ratio sebesar 1.063 berarti
bahwa tingkat rata-rata hutang terhadap ekuiti perusahaan sebesar 1.063
kali.
Nilai minimum dan maksimum net profit margin sesudah merger
dan akuisisi adalah -0.474 dan 0.308. Nilai rata-rata net profit margin
sebesar 0.027 dengan standar deviasi 0.190. Nilai standar deviasi yang
lebih besar dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup besar
pada data atau adanya perbedaan yang cukup besar antara nilai maksimum
dengan minimum. Nilai rata-rata net profit margin sebesar 0.027 berarti
bahwa rata-rata tingkat pegembalian keuntungan bersih perusahaan
sebesar 0.027 kali atau setiap seribu rupiah penjualan perusahaan
mendapatkan keuntungan bersih sebesar 27 rupiah.
Nilai minimum dan maksimum total asset turn over sesudah
merger dan akuisisi adalah 0.549 dan 1.44. Nilai rata-rata total asset turn
over sebesar 1.066 dengan standar deviasi 0.323. Nilai standar deviasi
yang lebih kecil dari rata-rata menunjukan adanya variasi yang cukup
rendah pada data atau adanya perbedaan yang cukup rendah antara nilai
maksimum dengan minimum. Nilai rata-rata total asset turn over sebesar
1.066 berarti bahwa kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan
sebesar 1.066 kali atau setiap satu rupiah aktiva, perusahaan menghasilkan
1.066 rupiah penjualan.
4.4.3. Perbandingan Analisis Deskriptif Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
Setelah dilakukan perbandingan pada rata-rata variabel antara
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, maka dapat terlihat perubahan.
Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan atau penurunan pada nilai
rata-rata setiap variabel, nilai maximum, nilai minimum, serta standar
deviasi dari variabel sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Perubahan
tersebut ditunjukan pada Tabel 9.
69
Tabel 9. Hasil Analisis Deskriptif Rata-Rata Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Variabel
Sebelum Sesudah Naik/Turun
CR
Mean 1.301 1.845 Naik
Minimum 0.462 0.150 Turun
Maksimum 1.995 4.148 Naik
Std. Deviation 0.777 2.067 Naik
DER
Mean 3.204 1.064 Turun
Minimum 2.678 0.339 Turun
Maksimum 4.081 2.326 Turun
Std. Deviation 0.765 1.097 Naik
NPM
Mean -0.057 0.006 Naik
Minimum -0.275 -0.134 Naik
Maksimum 0.064 0.106 Naik
Std. Deviation 0.189 0.125 Turun
TATO
Mean 0.889 1.011 Naik
Minimum 0.441 0.651 Naik
Maksimum 1.121 1.383 Naik
Std. Deviation 0.388 0.366 Turun
Sumber: Data Diolah
Dari ke empat variabel yang diuji, tiga variabel diantaranya yaitu
current ratio, net profit margin dan total asset turn over mengalami
peningkatan rata-rata sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan untuk
variabel debt to equity ratio mengalami penurunan nilai rata-rata sesudah
merger dan akuisisi. Perubahan ini menunjukan adanya perbaikan pada
kinerja keuangan perusahaan yang diproyeksikan kedalam empat rasio
tersebut.
4.4.3.1. Analisis Rasio Likuiditas
Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9
terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata current ratio antara
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari 1.301 menjadi 1.845.
Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan nilai maksimum dari 1.995
70
meningkat menjadi 4.148 dan nilai standar deviasi meningkat dari 0.777
menjadi 2.067. Sedangkan nilai minimum mengalami penurunan dari
0.462 menjadi 0.150. Perubahan pada komponen variabel current ratio
antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot
berikut.
Gambar 27. Perubahan komponen current ratio sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan
mengakibatkan peningkatan nilai rata-rata current ratio. Peningkatan pada
rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
mengindikasikan membaiknya kemampuan aktiva lancar perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang
dimilikinya.
Kinerja current ratio sangat bergantung pada komposisi aktiva.
Semakin banyak aktiva lancar yang dimiliki perusahaan maka semakin
baik kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Selain itu, perusahaan yang sebagian besar aktiva lancarnya
71
terdiri dari kas lebih baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dibanding perusahaan yang sebagian besar aktiva lancarnya terdiri dari
piutang dan persediaan.
4.4.3.2. Analisis Rasio Solvabilitas
Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9
terlihat bahwa terdapat penurunan nilai rata-rata debt to equity ratio antara
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari 3.204 menjadi 1.064.
Penurunan ini sejalan dengan penurunan nilai minimum dari 2.678
menjadi 0.339, nilai maksimum menurun dari 4.081 menjadi 2.326.
Namun standar deviasi meningkat dari 0.765 menjadi 1.097. Perubahan
pada komponen variabel debt to equity ratio antara sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot berikut.
Gambar 28. Perubahan komponen debt to equity ratio sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan
mengakibatkan penurunan nilai rata-rata debt to equity ratio. Penurunan
72
pada rata-rata debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi ini mengindikasikan posisi pemegang saham semakin besar dalam
menjamin investasi kreditor atau sebagian besar investasi yang dilakukan
perusahaan lebih banyak didanai dari ekuitas pemegang saham dari pada
oleh hutang.
Kinerja debt to equity ratio memiliki perspektif yang berbeda jika
dilihat dari segi kreditor dan pemegang saham. Kreditor lebih menyukai
debt to equity ratio yang relatif rendah karena semakin rendah rasio ini
semakin besar aktiva yang disediakan perusahaan untuk kreditor dan
semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditor dalam peristiwa
likuidasi. Disisi lain, pemegang saham mengharapkan debt to equity ratio
yang relatif tinggi karena melalui leverage, pemegang saham biasa dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar dari aktiva. Dilihat dari
perspektif ini, debt to equity ratio setelah merger dan akuisisi lebih
menguntungkan pihak kreditor.
4.4.3.3. Analisis Rasio Profitabilitas
Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9
terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata net profit margin antara
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari -0.057 menjadi 0.006.
Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan nilai minimum dari -0.275
menjadi -0.134, nilai maksimum meningkat dari 0.064 menjadi 0.106.
Namun standar deviasi menurun dari 0.189 menjadi 0.125. Perubahan
pada komponen variabel net profit margin antara sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot berikut.
73
Gambar 29. Perubahan komponen net profit margin sebelum dan
sesudah merger dan akuisisi
Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan
mengakibatkan peningkatan nilai rata-rata net profit margin.Peningkatan
pada rata-rata net profit margin antara sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi ini mengindikasikan semakin baiknya kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba bersih dari aktivitas penjualan yang dilakukannya.
Sebelum merger dan akuisisi untuk setiap seribu rupiah penjualan
perusahaan menutup kerugian bersih sebesar 57 rupiah sedangkan setelah
merger dan akuisis untuk setiap seribu rupiah penjualan perusahaan
mendapatkan keuntungan bersih sebesar enam rupiah.
4.4.3.4. Analisis Rasio Aktivitas
Berdasarkan statistik deskriptif yang diringkas pada Tabel 9
terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai rata-rata total asset turn over
antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dari 0.889 menjadi 1.011.
Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan nilai minimum dari 0.441
74
menjadi 0.651, nilai maksimum meningkat dari 1.121 menjadi 1.383.
Namun standar deviasi menurun dari 0.388 menjadi 0.366. Perubahan
pada komponen variabel total asset turn over antara sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi diringkas dalam boxplot berikut.
Gambar 30. Perubahan komponen total asset turn over sebelum
dan sesudah merger dan akuisisi
Aktivitas merger dan akuisisi yang dilakukan oleh perusahaan
mengakibatkan peningkatan nilai rata-rata total asset turn over.
Peningkatan pada rata-rata total asset turn over sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi ini mengindikasikan semakin membaiknya
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya
untuk menghasilkan penjualan atau perusahaan lebih efektif dalam
menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan setelah dilakukannya
aktivitas merger dan akuisisi. Selain itu peningkatan ini juga
mengindikasikan bahwa semakin banyak volume bisnis yang dilakukan
perusahaan setelah aktivitas merger dan akuisisi akibat keputusannya
menggabungkan atau melepaskan beberapa aktivanya. Semakin tinggi
75
nilai total asset turn over perusahaan berarti semakin efektif perusahaan
tersebut menggunakan aktivanya dalam menghasilkan penjualan.
4.5. Uji Paired Sample T Test
Uji paired sample t test digunakan untuk melihat apakah terdapat
perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi yang diproyeksikan kedalam empat rasio keuangan yang mewakili
rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio provitabilitas, dan rasio aktivitas.
Untuk membuktikan hipotesis data duiji dengan paired sample t test yang
hasilnya disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil Paired Sample T Test Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi
Variabel Mean Sig
Taraf
Signifikan Kesimpulan
CR -0.54333 0.569 0.05 Tidak Berbeda
DER 2.139667 0.161 0.05 Tidak Berbeda
NPM -0.06233 0.266 0.05 Tidak Berbeda
TATO -0.12167 0.402 0.05 Tidak Berbeda
Sumber: Data diolah
Dari hasil analisis pada variabel-variabel diatas dengan
membandingkan kinerja keuangan lima tahun sebelum dan lima tahun
sesudah dilakukannya aktivitas merger dan akuisis diperoleh hasil bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan current ratio, debt to equity ratio,
net profit margin, dan total asset turn over antara sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi pada taraf signifikan 95%.
4.5.1. Analisis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang bertujuan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya.
Kewajiban jangka pendek itu sendiri adalah kewajiban perusahaan
terhadap pihak kreditor yang dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun,
meliputi hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, dan hutang bank yang
76
memiliki masa jatuh tempo satu tahun. Pada penelitian ini, digunakan
current ratio untuk mengukur likuiditas perusahaan.
Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata current
ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan pengujian
dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf signifikan 95%
(α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current
ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata current ratio
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil paired sample t test pada variabel current ratio diperoleh
nilai sig sebesar 0.569. Karena nilai sig lebih besar dari α=0.05
(0.569>0.05) maka H0 diterima. H0 diterima sehingga dari pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata current ratio sebelum dan sesudah merger dan
akuisisi.
4.5.2. Analisis Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya jika
perusahaan tersebut dilikuidasi. Adapun yang dimaksud dengan kewajiban
jangka panjang adalah kewajiban yang dibayarkan lebih dari satu tahun
atau satu periode akuntansi, meliputi hutang bank, obligasi, wesel dan
surat berharga. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengukur kemampuan tersebut adalah debt to equity.
Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata debt to
equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan pengujian
dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf signifikan 95%
(α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to
equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata debt to equity
77
ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil paired sample t test pada variabel debt to equity ratio
diperoleh nilai sig sebesar 0.2. Karena nilai sig lebih besar dari α=0.05
(0.2>0.05) maka H0 diterima. H0 diterima sehingga dari pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata debt to equity ratio sebelum dan setelah merger
dan akuisisi.
4.5.3. Analisis Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan
sumber daya yang dimilikinya. Pada penelitian ini, digunakan net profit
margin untuk mengukur profitabilitas perusahaan.
Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata net
profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan
pengujian dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf
signifikan 95% (α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit
margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata net profit
margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil paired sample t test pada variabel net profit margin diperoleh
nilai sig sebesar 0.266. Karena nilai sig lebih besar dari α=0.05
(0.266>0.05) maka H0 diterima. H0 diterima sehingga dari pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata net profit margin sebelum dan setelah merger
dan akuisisi.
4.5.4. Analisis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan aktivitas yang
dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan
penjualan, pembelian, maupun kegiatan lainnya. Jenis rasio yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total asset turn over.
78
Untuk membuktikan ada atau tidaknya perbedaan rata-rata total
asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, dilakukan
pengujian dengan menggunakan uji paired sample t test dengan taraf
signifikan 95% (α=0,05). Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:
H0 = Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total
asset turn over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
H1 = Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata total asset turn
over sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
Hasil paired sample t test pada variabel total asset turn over
diperoleh nilai sig sebesar 0.402. Karena nilai sig lebih dari α=0.05
(0.402>0.05) maka H0 diterima. H0 diterima sehingga dari pengujian
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara rata-rata total asset turn over sebelum dan setelah merger
dan akuisisi.
Berdasarkan hasil uji hipotesis paired sample t test terhadap
kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kinerja keuangan
sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada semua rasio likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas yang masing masing diwakili oleh
current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, dan total asset total
asset turn over.
Tidak adanya perbedaan yang signifikan ini mengindikasikan
kegagalan perusahaan mencapai tujuan merger dan akuisisi untuk
mencapai sinergi, yaitu menghemat operasi yang dihasilkan dari skala
ekonomis manajemen, pemasaran, produksi, atau distribusi yang lebih
efektif dan efisien; menghasilkan beban finansial yg lebih rendah;
menghasilkan perbedaan efisiensi yang berarti bahwa manajemen salah
satu perusahaan lebih efisien dan aktiva perusahaan yang lemah akan lebih
produktif setelah merger dan akuisisi; dan meningkatkan penguasaan pasar
dan mengurangi persaingan.
Selain itu, dari segi ekonomi tujuan yang diinginkan perusahaan
untuk memperbaiki profitabilitas perusahaan pasca merger dan akuisisi
79
juga belum sepenuhnya tercapai. Salah satu penyebabnya adalah meskipun
perusahaan mampu meningkatkan penjualan dan laba bersih setelah
merger dan akuisisi tetapi kenaikannya masih belum sebanding dengan
peningkatan biaya.
80
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Alasan yang mendorong Indofood melakukan akuisisi adalah untuk
memenuhi sasaran perseroan untuk memiliki lahan seluas 250 ribu hektar
perkebunan kelapa sawit di tahun 2015 yang menunjang bisnisnya.
Sedangkan akuisisi yang dilakukan PT Hanson International dilakukan
dalam upaya penyelamatan Hanson Industri Utama setelah core bisnisnya
mengalami kebangktutan. Disisi lain, Kalbe Farma melakukan merger
dalam rangka menciptakan suatu perusahaan farmasi terbesar di kawasan
Asia Tenggara.
2. Sebelum dilakukan aktivitas merger dan akuisisi, kondisi kinerja keuangan
perusahaan yang diwakili oleh current ratio, debt to equity ratio, net profit
margin, dan total asset turn over bervariasi dan berfluktuasi. Terjadi
peningkatan dan penurunan pada masing-masing rasio keuangan di tiap
perusahaan yang menjadi sampel. Peningkatan dan penurunan ini
disebabkan oleh alasan yang berbeda-beda untuk tiap berusahaan dan
tahun tertentu.
3. Sesudah dilakukan aktivitas merger dan akuisisi terjadi perubahan pada
masing-masing rasio keuangan yang secara umum menunjukan perbaikan.
Pada perusahaan pengakuisisi current ratio, net profit margin dan total
asset turn over mengalami peningkatan rata-rata pada lima tahun sesudah
aktivitas merger dan akuisisi. Sementara debt to equity ratio mengalami
penurunan pada lima tahun sesudah aktivitas merger dan akuisisi.
Peningkatan dan penurunan rata-rata rasio ini juga diikuti oleh
peningkatan atau penurunan nilai minimum, nilai maksimum, dan standar
deviasi dari masing-masing rasio.
4. Uji statistik dengan paired sample t test menunjukan tidak terdapat
perbedaan signifikan pada kinerja keuangan perusahaan antara periode
81
lima tahun sebelum dan lima tahun sesudah merger dan akuisisi dengan
taraf signifikan 95% (α=0.05).
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dijelaskan diatas, diajukan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan merger dan akuisisi, sebaiknya perusahaan
melakukan persiapan yang matang terlebih dahulu. Persiapan ini
diantaranya dengan melihat kondisi perusahaan, baik dari segi manajemen
perusahaan maupun dari financial perusahan. Selain itu perlu dilihat juga
kondisi ekonomi nasional dan internasional apakah dalam keadaan yang
baik atau buruk bagi perusahaan.
2. Bagi investor yang ingin berinvestasi pada perusahaan terbuka, sebaiknya
lebih berhati-hati dalam menyikapi aktivitas merger dan akuisisi yang
dilakukan perusahaan. Investor harus jeli melihat masa depan perusahaan
yang akan melakukan merger dan akuisisi, hal ini perlu dilakukan karena
tidak semua merger dan akuisisi yang dilakukan memberikan dampak
yang baik pada perusahaan tersebut.
3. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya menambah jumlah sampel
perusahaan publik yang terdaftar di BEI dan variabel penelitian seperti
rasio keuangan yang mewakili rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas dan rasio aktivitas sehingga dapat meningkatkan generalisasi
dan kondisi nyata.
82
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, E.F dan Joel F Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 2. Edisi 8. Suharto, Dodo. Wibowo, Herman, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Fundamental of Financial Management.
David, F.R.1998. Strategic Management. Sixth Edition. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.
De Fusco, R.A., et al. 2001. Quantitative Methods for Investment Analysis, Association for Investment Management and Research, Baltimore.
Hadiwinata T. dan Wahyu Dyatmika. 2005. Berakhir di Dorchester. (online) ( http:// majalah.tempointeraktif.com diakses 17 Desember 2011)
Harahap, S.S. 2004. Analisis kritis laporan keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hardiningsih, M. 2007. Analisis Dampak Jangka Panjang Merger dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi dan Perusahaan Diakuisisi Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi: Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Keown AJ et al. 2008. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Widodo PM, penerjemah. Jakarta: PT Index. Terjemahan dari: Financial Management: Principles and Applications.
Mallow, V.C. 2000. Bank Mergers and Acquisitions: A Financial and Human Resources Perspective. Thesis: Faculty of Business Administration. Simon Fraser University. Canada.
Meta C.W.A. 2010. Analisis Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi yang terdaftar si Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2009. Jurnal Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.
Prastowo D.D. dan Rifka Juliaty. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Riza, F.A. 2011. Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Merger dan Akuisisi (Studi Perusahaan Publik Pada BEI 2000-2009). Skripsi: Fakultas Ekonomi. Universitas Diponegoro. Semarang.
Sugiarto D.S. 2006. Metode Statistika Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wahana Komputer. 2009. Panduan Praktis: SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Yogyakarta: Andi; Semarang: Wahana Komputer.
Walpole, R.E. 1993. Pengantar Statistika. Sumantri Bambang, penerjemah. Jakarta: PT Gramedia. Terjemahan dari: Introduction To Statistiks Third Edition.
83
White, G.I., A.C. Sondhi and D. Fried. 2003. The Analysis and Use of Financial Statements, 3rd Edition, John Wiley & Sons Inc., New York.
Yaylacicegi, U. 2005. The Perfomance Consequences of Mergers and Acquisitions in the U.S. Telecommunications Industry. Dissertation: The University of Texas Dallas. Texas.
http://www.netmba.com/statistiks/distribution/normal/ [8 Februari 2012] http://www.merdeka.com [3 April 2012] http://www.kabarbisnis.com [4 April 2012]
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1. Daftar Rasio Keuangan
Periode Tahun CR DER NPM TATO
Kalbe Hanson Indofood Kalbe Hanson Indofood Kalbe Hanson Indofood Kalbe Hanson Indofood
Sebe
lum
2000 2.108 0.248 1.304 7.704 21.866 2.897 -0.018 -0.681 0.051 0.888 0.411 1.012 2001 2.113 0.218 0.867 6.936 -10.594 2.431 0.016 -0.327 0.051 1.090 0.466 1.128 2002 1.177 0.559 1.646 2.784 0.885 2.925 0.101 -0.315 0.049 1.316 0.376 1.080 2003 1.568 0.574 1.939 1.719 0.964 2.578 0.112 -0.060 0.034 1.180 0.439 1.167 2004 3.010 0.713 1.479 1.261 1.142 2.560 0.109 0.008 0.022 1.131 0.512 1.143 Rata-rata 1.995 0.462 1.447 4.081 2.852 2.678 0.064 -0.275 0.041 1.121 0.441 1.106
Sesu
dah
2006 5.042 0.272 1.168 0.361 1.955 2.115 0.111 -0.235 0.030 1.313 0.585 1.341 2007 4.983 0.145 0.916 0.331 4.877 2.613 0.101 -0.474 0.035 1.363 0.549 0.938 2008 3.333 0.012 0.898 0.375 -1.014 3.110 0.090 0.027 1.381 0.980 2009 2.987 0.004 1.163 0.393 -1.006 2.451 0.102 0.056 1.402 0.926 2010 4.394 0.317 2.036 0.235 -2.177 1.339 0.126 0.308 0.077 1.454 0.819 0.813 Rata-rata 4.148 0.150 1.236 0.339 0.527 2.326 0.106 -0.134 0.045 1.383 0.651 0.999
86
Lampiran 2. Hasil Output Uji Normalitas
Sebelum Merger dan Akuisisi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CRsebelum DERsebelum NPMsebelum TATOsebe
N 3 3 3
Normal Parametersa,,b Mean 1.30133 3.20367 -.05667 .
Std. Deviation .776812 .764758 .189432 .3
Most Extreme Differences Absolute .241 .344 .364
Positive .193 .344 .262
Negative -.241 -.246 -.364
Kolmogorov-Smirnov Z .417 .596 .630
Asymp. Sig. (2-tailed) .995 .870 .823
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sesudah Merger dan Akuisisi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CRsesudah DERsesudah NPMsesudah TATOsesu
N 3 3 3
Normal Parametersa,,b Mean 1.84467 1.06400 .00567 1.
Std. Deviation 2.067331 1.096959 .124741 .3
Most Extreme Differences Absolute .282 .354 .290
Positive .282 .354 .211
Negative -.206 -.254 -.290
Kolmogorov-Smirnov Z .489 .614 .503
Asymp. Sig. (2-tailed) .970 .845 .962
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
87
Lampiran 3. Hasil Output Uji Deskriptif Sebelum Merger dan Akuisisi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 15 .218 3.010 1.30153 .791499
DER 15 -10.594 21.866 3.20387 6.520370
NPM 15 -.681 .112 -.05653 .218777
TATO 15 .376 1.316 .88927 .341396
Valid N (listwise) 15 Sesudah Merger dan Akuisisi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CR 15 .004 5.042 1.84467 1.837149
DER 15 -2.177 4.877 1.06387 1.827823
NPM 13 -.474 .308 .02723 .190164
TATO 13 .549 1.454 1.06646 .323336
Valid N (listwise) 13
88
Lampiran 4. Hasil Output Boxplot
Current Ratio
Case Processing Summary
Periode
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
CR Sebelum 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Sesudah 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Descriptives
Periode Statistic Std. Error
CR Sebelum Mean 1.3013 .44849
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -.6284
Upper Bound 3.2310
5% Trimmed Mean .
Median 1.4470
Variance .603
Std. Deviation .77681
Minimum .46
Maximum 2.00
Range 1.53
Interquartile Range .
Skewness -.814 1.225
Kurtosis . .
Sesudah Mean 1.8447 1.19357
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -3.2909
Upper Bound 6.9802
5% Trimmed Mean .
Median 1.2360
Variance 4.274
89
Std. Deviation 2.06733
Minimum .15
Maximum 4.15
Range 4.00
Interquartile Range .
Skewness 1.210 1.225
Kurtosis . .
Debt to equity Ratio
Case Processing Summary
Periode
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DER Sebelum 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Sesudah 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Descriptives
Periode Statistic Std. Error
DER Sebelum Mean 3.2037 .44153
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.3039
Upper Bound 5.1034
5% Trimmed Mean .
Median 2.8520
Variance .585
Std. Deviation .76476
Minimum 2.68
Maximum 4.08
Range 1.40
Interquartile Range .
Skewness 1.632 1.225
90
Kurtosis . .
Sesudah Mean 1.0640 .63333
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -1.6610
Upper Bound 3.7890
5% Trimmed Mean .
Median .5270
Variance 1.203
Std. Deviation 1.09696
Minimum .34
Maximum 2.33
Range 1.99
Interquartile Range .
Skewness 1.675 1.225
Kurtosis . .
Net Profit Margin
Case Processing Summary
Periode
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
NPM Sebelum 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Sesudah 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Descriptives
Periode Statistic Std. Error
NPM Sebelum Mean -.0567 .10937
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -.5272
Upper Bound .4139
5% Trimmed Mean .
Median .0410
91
Variance .036
Std. Deviation .18943
Minimum -.28
Maximum .06
Range .34
Interquartile Range .
Skewness -1.703 1.225
Kurtosis . .
Sesudah Mean .0057 .07202
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -.3042
Upper Bound .3155
5% Trimmed Mean .
Median .0450
Variance .016
Std. Deviation .12474
Minimum -.13
Maximum .11
Range .24
Interquartile Range .
Skewness -1.278 1.225
Kurtosis . .
Total Asset Turn Over
Case Processing Summary
Periode
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
TATO Sebelum 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
Sesudah 3 100.0% 0 .0% 3 100.0%
92
Descriptives
Periode Statistic Std. Error
TATO Sebelum Mean .8893 .22421
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound -.0754
Upper Bound 1.8540
5% Trimmed Mean .
Median 1.1060
Variance .151
Std. Deviation .38834
Minimum .44
Maximum 1.12
Range .68
Interquartile Range .
Skewness -1.729 1.225
Kurtosis . .
Sesudah Mean 1.0110 .21140
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .1014
Upper Bound 1.9206
5% Trimmed Mean .
Median .9990
Variance .134
Std. Deviation .36615
Minimum .65
Maximum 1.38
Range .73
Interquartile Range .
Skewness .147 1.225
Kurtosis . .
93
Lampiran 4. Hasil Output Uji Paired Sample T Test
T Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 CRsebelum 1.30133 3 .776812 .448492
Crsesudah 1.84467 3 2.067331 1.193574
Pair 2 DERsebelum 3.20367 3 .764758 .441533
DERsesudah 1.06400 3 1.096959 .633330
Pair 3 NPMsebelum -.05667 3 .189432 .109368
NPMsesudah .00567 3 .124741 .072019
Pair 4 TATOsebelum .88933 3 .388340 .224208
TATOsesudah 1.01100 3 .366148 .211395
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Crsebelum & Crsesudah 3 .913 .268
Pair 2 DERsebelum & DERsesudah 3 -.662 .539
Pair 3 NPMsebelum & NPMsesudah 3 .983 .119
Pair 4 TATOsebelum &
TATOsesudah
3 .861 .339
94
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of the
Difference
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean Lower Upper
Pair 1 Crsebelum – Crsesudah
-.543333 1.394927 .805361 -4.008523 2.921857 -.675 2 .569
Pair 2 DERsebelum – DERsesudah
2.139667 1.702582 .982986 -2.089782 6.369115 2.177 2 .161
Pair 3 NPMsebelum – NPMsesudah
-.062333 .070727 .040834 -.238029 .113363 -1.526
2 .266
Pair 4 TATOsebelum – TATOsesudah
-.121667 .199731 .115315 -.617825 .374492 -1.055
2 .402
95
Lampiran 6. Perhitungan Manual Uji Beda Berpasangan
Current ratio
�̅� =1𝑛�𝑑𝑖
𝑛
𝑖=0
=13
�2.152 + (−0.312) + (−0.211)� = 0.543
𝑠𝑑2 =� �𝑑𝑖 − 𝑑��2
𝑛
𝑖=0𝑛 − 1 =
(2.590 + 0.732 + 0.568)3− 1 = 1.945
𝑠𝑑 = �𝑠𝑑2 = √1.945 = 1.395
𝑠𝑑− =𝑠𝑑√𝑛
= 1.395√3
= 0.805
𝑡ℎ𝑖𝑡 = �̅� − 𝑑0𝑠𝑑− =
0.543 − 00.805
= 0.674
Debt to equity ratio
�̅� =1𝑛�𝑑𝑖
𝑛
𝑖=0
=13
�(−3.742) + (−0.1522) + (−0.353)� = −1.872
𝑠𝑑2 =� �𝑑𝑖 − 𝑑��2
𝑛
𝑖=0𝑛 − 1 =
(3.496 + 0.123 + 2.309)3− 1 = 2.964
𝑠𝑑 = �𝑠𝑑2 = √2.964 = 1.721
𝑠𝑑− =𝑠𝑑√𝑛
= 1.721√3
= 0.994
𝑡ℎ𝑖𝑡 = �̅� − 𝑑0𝑠𝑑− =
(−1.872) − 00.994
= −1.884
96
Net profit margin
�̅� =1𝑛�𝑑𝑖
𝑛
𝑖=0
=13
(0.042 + 0.142 + 0.004) = 0.062
𝑠𝑑2 =� �𝑑𝑖 − 𝑑��2
𝑛
𝑖=0𝑛 − 1 =
(0.0004 + 0.0063 + 0.0035)3− 1 = 0.005
𝑠𝑑 = �𝑠𝑑2 = √0.005 = 0.071
𝑠𝑑− =𝑠𝑑√𝑛
= 0.071√3
= 0.041
𝑡ℎ𝑖𝑡 = �̅� − 𝑑0𝑠𝑑− =
0.062 − 00.041
= 1.521
Total asset turn over
�̅� =1𝑛�𝑑𝑖
𝑛
𝑖=0
=13
(0.262 + 0.210 + (−0.107)) = 0.122
𝑠𝑑2 =� �𝑑𝑖 − 𝑑��2
𝑛
𝑖=0𝑛 − 1 =
(0.020 + 0.008 + 0.052)3− 1 = 0.040
𝑠𝑑 = �𝑠𝑑2 = √0.040 = 0.199
𝑠𝑑− =𝑠𝑑√𝑛
= 0.199√3
= 0.115
𝑡ℎ𝑖𝑡 = �̅� − 𝑑0𝑠𝑑− =
0.122 − 00.115
= 1.057