Transcript
Page 1: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK

DAN MERISTIK KEPITING BAKAU (Scylla spp.)

DI PERAIRAN INDONESIA

PUPUT FITRI RACHMAWATI

SKRIPSI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 2: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik Kepiting Bakau (Scylla

spp.) di Perairan Indonesia

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2009

Puput Fitri Rachmawati

C24053089

Page 3: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

RINGKASAN

Puput Fitri Rachmawati. C24053089. Analisa Variasi Karakter Morfometrik

dan Meristik Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Perairan Indonesia. Dibawah

bimbingan Yusli Wardiatno dan M. Mukhlis Kamal.

Indonesia memiliki sebuah garis hipotesis yang memisahkan wilayah geografi

hewan Asia dan Australasia yang ditemukan oleh Alfred Russel Wallace yang

bernama garis Wallace. Garis Wallace ditarik melalui kepulauan Melayu (di antara

Kalimantan dan Sulawesi) serta di antara Bali dan Lombok. Keanekaragaman jenis

hewan di bagian barat dari garis Wallace berhubungan dengan spesies Asia

sedangkan di bagian timur berhubungan dengan spesies Australia. Oleh karena itu

terdapat perbedaan karakteristik jenis hewan yang berada di wilayah barat dan timur

Indonesia. Perbedaan karakteristik tersebut lebih terfokus pada fauna terestrial

sedangkan perbedaan karakteristik pada fauna air belum banyak diketahui, salah

satunya adalah kepiting bakau.

Kepiting bakau (Scylla spp.) merupakan hewan yang berasosiasi kuat dengan

hutan mangrove dan memiliki daerah penyebaran yang meluas di seluruh Indonesia.

Hutan bakau (mangrove) merupakan ekosistem perairan pesisir yang khas dengan

variasi biofisik yang besar. Hal ini menyebabkan biota di daerah tersebut

beradaptasi dengan cara memiliki toleransi yang luas terhadap variasi biofisik

terutama suhu dan salinitas.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan karakteristik

morfometrik dan meristik kepiting bakau (Scylla spp.) yang ada di perairan

Indonesia berdasarkan perbedaan lokasi penelitian. Hasil penelitian diharapkan

dapat memberikan informasi dasar mengenai jenis dan penyebaran kepiting bakau di

perairan Indonesia, informasi mengenai variasi karakter morfometrik dan meristik

berdasarkan spesies kepiting bakau, serta sebagai bahan acuan dalam pengelolaan

kepiting bakau di perairan Indonesia.

Penelitian dilaksanakan selama 11 bulan yaitu mulai dari bulan Juli 2008

hingga bulan Mei 2009. Kepiting bakau yang diteliti merupakan hasil tangkapan

nelayan di 14 lokasi pengambilan sampel, mencakup Pidie (Nangroe Aceh

Darussalam), Tanjung Jabung Timur (Jambi), Bintan (Kep. Riau), Cilamaya

(Karawang), Blanakan (Subang), Gebang dan Ambulu (Cirebon), Mataram (Nusa

Tenggara Barat), Pontianak dan Samarinda (Kalimantan), Maros dan Teluk Bone

(Sulawesi), Jayapura dan Teluk Bintuni (Irian Jaya).

Data yang diukur ialah data karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau,

yang meliputi panjang karapas (P), lebar karapas (L), tinggi tubuh (T), panjang duri

orbital pada frontal margin (P.orb), panjang cheliped sebelah kiri dan kanan (PCL

dan PCR), panjang profundus sebelah kiri dan kanan (PPL dan PPR), tinggi cheliped

sebelah kiri dan kanan (TCL dan TCR), berat tubuh (B), jumlah duri frontal margin

(SO), serta jumlah duri anterolateral sebelah kiri dan kanan (SCL dan SCR).

Pengukuran karakter morfometrik dan meristik dilakukan secara in situ dan di

laboratorium yang bertempat di Laboratorium Biologi Makro I (BIMA I),

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis data meliputi distribusi frekuensi

panjang dan lebar karapas, hubungan lebar karapas-berat, analisis komponen utama

Page 4: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

(principal component analysis), dan analisis biplot. Analisis data dibantu dengan

menggunakan software SPSS 15.0 for Windows Evaluation, MINITAB 14.0 dan

SAS 9.1.

Kepiting bakau yang diteliti berasal dari genus Scylla berjumlah 625 ekor,

keseluruhan kepiting ini berasal dari 14 daerah penelitian yang telah ditentukan.

Persentase spesies yang paling banyak dikumpulkan selama penelitian ialah Scylla

serrata, yaitu 36,64% dari jumlah total sampel, sedangkan persentase spesies yang

paling sedikit dikumpulkan ialah Scylla tranquebarica, yaitu sebanyak 28,32% dari

jumlah total sampel. Selanjutnya, persentase sampel Scylla oceanica yang diperoleh

selama penelitian adalah 35,04% dari jumlah total sampel.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh identifikasi karakter morfologis untuk

membedakan ketiga jenis kepiting bakau, yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica,

dan Scylla oceanica berdasarkan warna karapas, bentuk alur “H”, bentuk duri frontal

margin, duri pada cheliped carpus (inner carpal), serta corak pada pleopod masing-

masing spesies. Selanjutnya diketahui bahwa sebagian besar kepiting bakau di

seluruh lokasi penelitian lebih banyak dipengaruhi oleh pola pertumbuhan isometrik

sedangkan sebagian kecilnya dipengaruhi oleh pola pertumbuhan allometrik negatif.

Kemudian masing-masing spesies kepiting bakau memiliki puncak pemijahan dan

rekruitmen yang berbeda-beda berdasarkan distribusi frekuensi panjang dan lebar

karapas, tetapi seluruhnya berlangsung sepanjang tahun.

Berdasarkan analisis komponen utama, diketahui bahwa masing-masing

spesies (Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanica) memiliki

perbedaan karakter morfometrik dan meristik di setiap lokasi penelitian. Hal ini

dikarenakan terdapat pengelompokkan masing-masing spesies di beberapa lokasi

penelitian. Karakter morfometrik dan meristik pada ketiga spesies saling berkorelasi

positif dan memiliki nilai keragaman yang bervariasi. Setiap spesies kepiting bakau

memiliki ukuran yang bervariasi.

Kesimpulan yang diperoleh ialah terdapat perbedaan karakter morfometrik dan

meristik ketiga spesies kepiting bakau di setiap lokasi penelitian. Hal ini

dikarenakan terdapat pengelompokkan masing-masing spesies di beberapa lokasi

penelitian berdasarkan analisis komponen utama. Selain itu, ketiga spesies tersebut

menyebar luas di perairan Indonesia, meliputi perairan di Pulau Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi, dan Papua dan penyebaran tersebut tidak dipengaruhi oleh

adanya garis Wallace.

Page 5: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK

DAN MERISTIK KEPITING BAKAU (Scylla spp.)

DI PERAIRAN INDONESIA

PUPUT FITRI RACHMAWATI

C24053089

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

Page 6: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik

Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Perairan Indonesia

Nama : Puput Fitri Rachmawati

N I M : C24053089

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M. Sc

NIP. 19660728 199103 1 002 NIP. 19680914 199402 1 001

Mengetahui:

Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,

Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc

NIP 19660728 199103 1 002

Tanggal Ujian: 15 September 2009

Page 7: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul

“Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Meristik Kepiting Bakau di

Perairan Indonesia”. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada bulan

Juni 2008 hingga Mei 2009 dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor.

Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam skripsi ini dikarenakan

keterbatasan pengetahuan penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangsih bagi ilmu pengetahuan serta bermanfaat untuk berbagai pihak.

Bogor, September 2009

Penulis

Page 8: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M. Sc. selaku pembimbing I atas kesabaran,

bimbingan, masukan, dan wawasan yang berarti bagi penulis, serta atas izin

beliau, penulis dapat bergabung dengan proyek penelitian ini.

2. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M. Sc. selaku pembimbing II sekaligus pembimbing

akademik atas kesabaran, masukan, arahan, dan wawasan kepada penulis

hingga penulisan skripsi ini selesai, serta atas izin beliau, penulis dapat

bergabung dengan proyek penelitian ini.

3. Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M. Sc. selaku dosen penguji tamu dan Dr. Ir.

Yunizar Ernawati, M.S. selaku dosen penguji Departemen yang telah

memberikan saran dan masukan yang sangat berarti bagi penulis.

4. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Suwandi Sardiyanto dan Ibu Wasi’ah, atas semua

do’a, dukungan, dan kasih sayang yang tidak pernah terputus kepada penulis,

serta adik-adikku, Diwa dan Helmi atas keceriaan, dukungan, dan kasih sayang.

6. Bapak Ruslan selaku staf Laboratorium Bio Makro I (BIMA I), Supriyadi, S.

Pi., serta staf Tata Usaha MSP yang telah banyak membantu penulis selama

penelitian.

7. Naila Faiqotul Muna, teman seperjuanganku selama penelitian yang telah

banyak membantu. Teman-teman MSP 41, MSP 43, dan MSP 42 (Pungky,

Endah, Ebith, Avie, Silfi, Lenggo, Erys, Eka, Guse, Awan, Moro, Didi, Mecin,

Puni, Shiro, Pipit, Irma, Lenny, Wati, “Trio Kutai”, dan semua yang tidak bisa

disebutkan satu persatu) atas bantuan dan kebersamaan yang tak terlupakan.

8. Keluarga besar Darmaga Regency B19 & B24 (Ka Hage, Ayu, Laras, Eno,

Zeni, Tyas) atas keceriaan dan canda tawa, serta Reri, Icha, dan Ayu yang telah

banyak memberikan semangat dan nasehat selama penulisan skripsi ini.

Page 9: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang, pada tanggal 12 Mei 1987 dari

pasangan Bapak Suwandi Sardiyanto dan Ibu Wasi’ah. Penulis

merupakan putri pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal

ditempuh di SDN Adiarsa 3 Karawang (1999), SLTPN 2

Karawang (2002) dan SMAN 1 Karawang (2005).

Pada tahun 2005, Penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian

Bogor melalui jalur USMI dan diterima di Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi Asisten luar

biasa mata kuliah Avertebrata Air (2007/2008 dan 2008/2009), Biologi Perikanan

(2007/2008 dan 2008/2009), dan Sumberdaya Perikanan (2008/2009). Selain itu,

penulis juga aktif di berbagai organisasi, diantaranya sebagai Sekretaris II

(2007/2008) dan Sekretaris I (2008/2009) Himpunan Mahasiswa Manajemen

Sumberdaya Perairan (HIMASPER), serta anggota Organisasi Mahasiswa Daerah

Karawang (PANATAYUDA) pada tahun 2006-2007. Penulis pernah mengikuti

Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Penelitian dan berhasil didanai DIKTI

pada tahun 2006 yang berjudul “Penggunaan lendir ikan lele (Clarias batrachus)

sebagai obat alternatif Hipertensi”

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi

yang berjudul “Analisa Variasi Karakter Morfometrik dan Mersitik Kepiting

Bakau (Scylla spp.) di Perairan Indonesia“.

Page 10: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

x

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xv

1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 2

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3

2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4

2.1. Kepiting Bakau Genus Scylla ....................................................... 4

2.1.1. Klasifikasi dan identifikasi kepiting bakau ......................... 4

2.1.2. Morfologi kepiting bakau ................................................... 6

2.1.3. Distribusi dan habitat kepiting bakau ................................. 10

2.1.4. Daur hidup kepiting bakau ................................................. 13

2.1.5. Karakteristik lingkungan dan substrat terhadap

kepiting bakau .................................................................... 14

2.2. Hutan Mangrove ........................................................................... 15

2.2.1. Pengertian hutan mangrove ................................................ 15

2.2.2. Komposisi, fungsi, dan manfaat hutan mangrove ............... 16

2.2.3. Sebaran hutan mangrove di Indonesia ................................ 18

2.2.4. Ketergantungan kepiting bakau pada ekosistem

mangrove ........................................................................... 21

2.3. Garis Wallace ............................................................................... 21

2.4. Karakter Morfometrik dan Meristik serta Hubungan

Kekerabatan ................................................................................. 22

3. METODOLOGI ................................................................................. 24

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................ 24

3.2. Metode Kerja ................................................................................ 24

3.3. Identifikasi Morfologi Kepiting Bakau ......................................... 29

3.4. Analisis Data ................................................................................ 30

3.4.1. Distribusi frekuensi panjang dan lebar karapas .................. 30

3.4.2. Hubungan lebar karapas-berat ........................................... 30

3.4.3. Analisis komponen utama (principal component analysis) . 31

3.4.4. Analisis biplot.................................................................... 32

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 33

4.1. Komposisi Jumlah Kepiting Bakau Selama Penelitian .................. 33

4.2. Distribusi Frekuensi Panjang Karapas Setiap Spesies Kepiting

Bakau ........................................................................................... 35

4.3. Identifikasi Karakter Morfologi Sederhana ................................... 41

Page 11: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

xi

4.3.1. Scylla serrata ...................................................................... 43

4.3.2. Scylla tranquebarica ........................................................... 44

4.3.3. Scylla oceanica ................................................................... 46

4.4. Pola Pertumbuhan Kepiting Bakau ............................................... 47

4.5. Analisis Komponen Utama (AKU) dan Hubungan Kekerabatan

Genus Scylla ................................................................................. 52

4.5.1. Scylla serrata ...................................................................... 52

4.5.2. Scylla tranquebarica ........................................................... 56

4.5.3. Scylla oceanica ................................................................... 58

4.6. Analisis Biplot Karakter Meristik dan Morfometrik Kepiting

Bakau ........................................................................................... 61

4.7. Pengelolaan Kepiting Bakau .......................................................... 64

5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 66

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 66

5.2. Saran ............................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 67

LAMPIRAN ............................................................................................. 70

Page 12: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Karakteristik jenis kepiting bakau (Scylla spp.) menurut Estampador ..... 10

2. Daerah penyebaran spesies Scylla di dunia ............................................. 11

3. Luas hutan mangrove di Indonesia ......................................................... 19

4. Karakter morfometrik kepiting bakau yang diukur ................................. 26

5. Karakter meristik yang kepiting bakau diukur ........................................ 26

6. Jumlah kepiting bakau yang dikumpulkan selama penelitian .................. 34

7. Hasil regresi hubungan lebar karapas-berat Scylla serrata ...................... 48

8. Hasil regresi hubungan lebar karapas-berat Scylla tranquebarica ........... 49

9. Hasil regresi hubungan lebar karapas-berat Scylla oceanica ................... 51

Page 13: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Perbandingan bentuk karapas (tampak dorsal dan ventral) serta

cheliped carpus pada ketiga spesies Scylla (jantan) (Fushimi &

Watanabe 2001) .................................................................................. 5

2. Bagian-bagian tubuh kepiting tampak dorsal (FAO 1998) ................... 8

3. Bagian-bagian tubuh kepiting tampak ventral (FAO 1998) .................. 9

4. Daerah penyebaran kepiting bakau menurut Keenan (FAO 1998)........ 12

5. Siklus hidup kepiting bakau (Scylla spp.) (Smith et al. 2004 in

Butar-Butar 2006) ............................................................................... 14

6. Peta penyebaran mangrove di Indonesia (warna hijau kehitaman)

(Reef at risk 1999 in Fisheries Businnes Center 2009) ........................ 20

7. Garis Wallace (Southchinasea 2009) ................................................... 22

8. Lokasi pengambilan sampel kepiting bakau di Perairan Indonesia

(peta dimodifikasi dari www.hino.co.id/peta-indonesia-simplfy.gif).... 25

9. Karakter morfometrik dan meristik tampak dorsal .............................. 27

10. Karakter morfometrik pada chela ........................................................ 27

11. Abdomen kepiting jantan (kiri) dan abdomen kepiting betina (kanan) 27

12. Identifikasi kepiting bakau menurut Estampador (dimodifikasi)

(FAO 1998)......................................................................................... 30

13. Distribusi frekuensi panjang karapas Scylla serrata berdasarkan

lokasi pengambilan sampel.................................................................. 36

14. Distribusi frekuensi panjang karapas Scylla tranquebarica berdasarkan

lokasi pengambilan sampel .................................................................. 36

15. Distribusi frekuensi panjang karapas Scylla oceanica berdasarkan

lokasi pengambilan sampel.................................................................. 37

16. Scylla serrata (jantan) ......................................................................... 44

17. Scylla tranquebarica (jantan) .............................................................. 45

18. Scylla oceanica (jantan) ...................................................................... 46

19. Grafik sebaran nilai b Scylla serrata.................................................... 49

20. Grafik sebaran nilai b Scylla tranquebarica ......................................... 50

21. Grafik sebaran nilai b Scylla oceanica ................................................. 51

22. Grafik score plot Scylla serrata ........................................................... 54

23. Peta distribusi Scylla serrata di dunia.................................................. 55

Page 14: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

xiv

24. Grafik score plot Scylla tranquebarica ................................................ 57

25. Peta distribusi Scylla tranquebarica di dunia ....................................... 58

26. Grafik score plot Scylla oceanica ....................................................... 59

27. Peta distribusi Scylla oceanica di dunia ............................................... 60

28. Grafik biplot Scylla serrata ................................................................. 61

29. Grafik biplot Scylla tranquebarica ...................................................... 62

30. Grafik biplot Scylla oceanica .............................................................. 63

Page 15: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Contoh sampel kepiting bakau yang telah dinomori.............................. 71

2. Alat yang digunakan selama penelitian................................................. 71

3. Proses pengukuran kepiting bakau saat di lapangan.............................. 72

4. Data sheet parameter karakter morfometrik dan meristik kepiting

bakau ................................................................................................... 73

5. Data mentah karakter morfometrik dan meristik selama penelitian ....... 94

6. Distribusi frekuensi panjang karapas tiap spesies kepiting bakau.......... 96

Page 16: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang beriklim tropik. Iklim tropik

tersebut menyebabkan Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang

tinggi. Tingginya keanekaragaman hayati tersebut bukan hanya disebabkan oleh

letak geografis yang sangat strategis, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor variasi

iklim musiman, arus atau massa air laut yang dipengaruhi oleh massa air dari dua

samudera, serta keragaman tipe habitat dan ekosistem yang terdapat di dalamnya,

salah satunya adalah ekosistem mangrove (Dahuri 2003). Selain itu, Indonesia

memiliki sebuah garis hipotesis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan

Australasia yang ditemukan oleh Alfred Russel Wallace yang bernama garis

Wallace. Garis Wallace ditarik melalui kepulauan Melayu (di antara Kalimantan

dan Sulawesi) serta di antara Bali dan Lombok. Keanekaragaman jenis hewan di

bagian barat dari garis Wallace berhubungan dengan spesies Asia sedangkan di

bagian timur berhubungan dengan spesies Australia (Wikipedia 2008). Oleh karena

itu terdapat perbedaan karakteristik jenis hewan yang berada di wilayah barat dan

timur Indonesia. Perbedaan karakteristik tersebut lebih terfokus pada fauna terestrial

sedangkan perbedaan karakteristik pada fauna air belum banyak diketahui, termasuk

kepiting bakau.

Kepiting bakau (Scylla spp.) merupakan hewan yang berasosiasi kuat dengan

hutan mangrove dan memiliki daerah penyebaran yang meluas di seluruh Indonesia.

Hutan bakau (mangrove) merupakan ekosistem perairan pesisir yang khas dengan

variasi biofisik yang besar. Hal ini menyebabkan biota di daerah tersebut

beradaptasi dengan cara memiliki toleransi yang luas terhadap faktor abiotik

terutama suhu dan salinitas.

Kepiting bakau merupakan hewan pemakan segala dan pemakan bangkai

(omnivorous-scavenger), sehingga merupakan salah satu komoditas sumberdaya

perikanan yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia karena

pembudidayaannya tidak sulit. Selain itu, Indonesia memiliki sekitar 3,5 juta Ha

hutan mangrove (pada tahun 1996) yang merupakan habitat dari kepiting bakau

(Dahuri 2003). Kepiting bakau biasanya ditangkap dengan menggunakan perangkap

Page 17: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

2

bambu (wadong) dan jaring angkat (lift net atau disebut juga pintur) (Sulistiono et

al. 1994). Kepiting bakau tidak hanya diminati oleh konsumen dalam negeri tetapi

juga diminati konsumen luar negeri. Menurut Kasry (1996) kepiting bakau banyak

dikonsumsi masyarakat terutama kepiting yang sedang bertelur karena rasa

dagingnya yang enak. Kepiting bakau juga mengandung protein yang sangat tinggi

dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi (Kordi 1997).

Studi mengenai kepiting bakau hingga saat ini sudah meliputi aspek

reproduksi, makanan dan kebiasaan makan, serta aspek lainnya yang berkaitan

dengan hutan mangrove yang merupakan habitat kepiting bakau. Penelitian

mengenai sumberdaya hayati kepiting bakau masih minim, terutama studi mengenai

aspek morfometrik-meristik kepiting bakau sebagai dasar identifikasi spesies.

Penelitian yang telah dilakukan baik di Indonesia maupun luar negeri, diantaranya

adalah bioekologi kepiting bakau (Scylla spp.) di ekosistem mangrove Kabupaten

Subang, Jawa Barat (Siahainenia 2008); kualitas habitat kepiting bakau Scylla

serrata, S. oceanica, S. tranquebarica di hutan mangrove RPH Cibuaya, Karawang

(Sirait 1997); permasalahan identifikasi spesies kepiting bakau genus Scylla

(Brachyura: Portunidae) (Fushimi & Watanabe 2001); pengelolaan dan ekologi

kepiting bakau Scylla spp. (Le Vay 2001); penangkapan kepiting bakau berbasis

akuakultur (Shelley 2008); dan analisa multifaktor kepiting bakau Scylla serrata

(Brachyura: Portunidae) yang berasal dari empat lokasi di Asia Tenggara (Overton

et al. 1997).

Minimnya informasi mengenai sumberdaya hayati kepiting bakau dapat

menjadi faktor penghambat dalam usaha pemanfaatan dan pengelolaannya. Oleh

karena itu, diperlukan penelitian mengenai sumberdaya kepiting bakau terutama

mengenai aspek yang terkait dengan informasi dasar biologi perikanan seperti

karakteristik morfometrik-meristik yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar

identifikasi spesies.

1.2. Rumusan Masalah

Indonesia memiliki sebuah garis hipotesis, yang bernama garis Wallace, yang

membentang di antara Kalimantan dan Sulawesi serta di antara Bali dan Lombok.

Garis Wallace memisahkan distribusi flora dan fauna terestrial di Indonesia, dimana

Page 18: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

3

pada bagian barat garis Wallace berhubungan dengan spesies di Asia, sedangkan

pada bagian timur garis Wallace berhubungan dengan spesies Australia (Wikipedia

2008). Hingga saat ini, belum diketahui apakah hal tersebut berpengaruh pada fauna

air, salah satunya adalah kepiting bakau. Kepiting bakau merupakan salah satu

hewan yang berasosiasi dengan hutan bakau (mangrove) dan memiliki distribusi

yang luas di perairan Indonesia.

Namun, berdasarkan data hasil tangkapan yang berasal dari Dinas Perikanan

dan Kelautan (DKP 2006), hasil tangkapan kepiting bakau di daerah Jawa bagian

utara selama kurun waktu 3 tahun (2003 sampai 2005) menurun dari 41 ton/tahun

menjadi 24 ton/tahun. Selain peningkatan eksploitasi kepiting bakau, eksploitasi

habitat dan perubahan lingkungan menjadi faktor-faktor penyebab menurunnya

populasi kepiting bakau. Jika hal ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan terjadi

perubahan variasi morfometrik sehingga akan berdampak pada penurunan

keanekaragaman kepiting bakau di perairan Indonesia.

Berdasarkan kenyataan ini, diperlukan suatu kajian mengenai keanekaragaman

populasi kepiting bakau. Kajian tersebut diteliti melalui analisa variasi morfometrik

dan meristik. Analisa karakter morfometrik-meristik kepiting bakau dapat

digunakan sebagai acuan dasar bagi pengelolaan sumberdaya hayati kepiting di

Indonesia sehingga diperoleh pemanfaatan kepiting bakau yang optimal dengan

tetap memperhatikan kelestariannya.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik

morfometrik dan meristik kepiting bakau (Scylla spp.) yang ada di perairan

Indonesia berdasarkan perbedaan lokasi penelitian.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dasar mengenai

jenis dan penyebaran kepiting bakau di perairan Indonesia, informasi mengenai

variasi karakter morfometrik dan meristik berdasarkan spesies kepiting bakau, serta

sebagai bahan acuan dalam pengelolaan kepiting bakau di perairan Indonesia.

Page 19: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepiting Bakau Genus Scylla

2.1.1. Klasifikasi dan identifikasi kepiting bakau

Kepiting bakau tergolong dalam famili Portunidae yang terdiri atas 6

subfamili, yaitu: Carcininae, Polybiinae, Caphrynae, Catoptrinae, Podopthalminae,

dan Portuninae. Moosa et al. (1985) memperkirakan bahwa terdapat sekitar 234

jenis kepiting yang tergolong ke dalam subfamili Portuninae di wilayah Indopasifik

Barat dan 124 jenis di wilayah Indonesia. Portunidae tergolong ke dalam kelompok

kepiting perenang (swimming crab) karena memiliki pasangan kaki terakhir yang

memipih dan digunakan untuk berenang. Famili Portunidae mencakup rajungan

(Portunus, Charybdis, dan Thalamita) dan kepiting bakau (Scylla spp). Kepiting

bakau memiliki nama lokal yang beragam, yaitu kepiting (Jawa), katang nene

(Maluku Tengah), dan ketam batu (Sumatera). Di mancanegara, kepiting bakau pun

memiliki nama yang beragam yaitu kepiting batu (Malaysia) (Oong 1966 in

Siahainenia 2008), kepiting lumpur atau mud crab (Australia), kepiting samoa

(Hawaii), alimango (Philipina), tsai jim (Taiwan), serta nokoro gozami (Jepang)

(Cowan 1984 in Siahainenia 2008).

Aiyun & Siliang (1991) dan Sukarya (1991) in Sulistiono et al. (1994),

mengklasifikasikan kepiting bakau sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Sub ordo : Pleocyemata

Infra ordo : Brachyura

Famili : Portunidae

Sub famili : Portuninae

Genus : Scylla (de Haan)

Spesies : Scylla serrata (Forskal)

Scylla tranquebarica (Dana)

Scylla oceanica (Fabricious)

Hingga saat ini, pengidentifikasian spesies kepiting bakau masih kontroversi.

Beberapa tahun yang lalu, hanya terdapat satu spesies yang dikenal sebagai genus

Scylla (Fuseya 1998 in Fushimi & Watanabe 2001). Akan tetapi, saat ini para

Page 20: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

5

peneliti telah melaporkan bahwa genus Scylla memiliki beberapa spesies

(Estampador 1949 in Fushimi & Watanabe 2001). Estampador (1949) in Fushimi &

Watanabe (2001), mengklasifikasikan kepiting bakau menjadi tiga spesies dan satu

varietas, yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica, Scylla oceanica, dan Scylla

serrata var. paramamosain. Karaketristik morfologi yang telah ditemukan dari

ketiga spesies tersebut sesuai dengan deskripsi yang dijabarkan oleh Estampador

pada tahun 1949. Karakteristik morfologi dari rostrum dan gigi anterolateral serta

cheliped pada kepiting bakau dapat dilihat sebagai berikut: Scylla serrata: duri

frontal margin tumpul berukuran sama dan duri anterolateral berjumlah 9 dengan

gigi yang bergerigi tajam dan berukuran sama; Scylla tranquebarica: duri frontal

margin tajam dengan duri berukuran sama dan duri anterolateral berjumlah 9 dengan

gigi yang bergerigi tajam dan berduri; Scylla oceanica: duri frontal margin tajam

berukuran sama dan duri anterolateral berjumlah 9 dengan gigi yang bergerigi tajam.

Selain itu terdapat pembeda lainnya, yaitu jumlah duri pada cheliped carpus dan

corak pada pleopod pertama yang terdapat pada ketiga spesies kepiting bakau.

Perbedaan dari ketiga spesies kepiting bakau di atas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perbandingan bentuk karapas (tampak dorsal dan ventral) serta cheliped

carpus pada ketiga spesies Scylla (jantan) (Fushimi & Watanabe 2001).

Page 21: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

6

Fuseya & Watanabe (1996) in Fushimi & Watanabe (2001) juga

mengklasifikasikan kepiting bakau menjadi 3 spesies, yaitu Scylla serrata, Scylla

tranquebarica, dan Scylla oceanica berdasarkan klasifikasi Estampador. Perbedaan

nyata tersebut ditemukan pada 3 dari 17 loci sampel dan jarak genetik relatifnya pun

telah dihitung antara ketiga spesies kepiting bakau dari genus Scylla. Ketiga spesies

kepiting bakau yang diklasifikasikan oleh Estampador berdasarkan ciri morfologis

memiliki kesamaan dengan hasil percobaan di atas. Akan tetapi, analisis genetik

memperlihatkan bahwa Scylla serrata dan Scylla tranquebarica berkorelasi lebih

dekat dibandingkan dengan Scylla oceanica. Informasi tersebut diperoleh dari

investigasi mutakhir yang menyatakan bahwa ketiga spesies kepiting bakau benar-

benar berbeda dan dapat dibedakan. Selanjutnya Klinbunga et al. (2001) in

Watanabe et al. (2002) melakukan studi dengan menggunakan sampel dari Thailand

dan menyatakan bahwa telah ditemukan tiga spesies kepiting bakau dengan

menggunakan analisa RAPD dari DNA genom, ketiga spesies kepiting bakau (S.

serrata, S. tranquebarica, S. oceanica) tersebut sesuai dengan kriteria yang telah

dijabarkan oleh Estampador. Berdasarkan perbedaan tersebut, penulis menggunakan

identifikasi kepiting genus Scylla berdasarkan deskripsi morfologi dari Estampador

yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanica karena telah diuji

oleh berbagai ahli di bidangnya.

2.1.2. Morfologi kepiting bakau

Menurut Moosa (1981) in Siahainenia (2008) untuk mengenal dan

memberikan diagnosa dari tiga jenis krustasea, terlebih dahulu diperlukan

pengetahuan tentang istilah bagian-bagian tubuh yang biasanya digunakan dalam

taksonomi kepiting bakau. Dijelaskan pula bahwa bagian-bagian tubuh penting

yang digunakan dalam pengenalan jenis famili Portunidae adalah sebagai berikut

dan dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3:

a. Karapas (carapace), yaitu selubung kepala-dada serta bagian-bagian yang ada di

atasnya.

b. Jumlah, bentuk dan sifat duri pada bagian dahi karapaks (rostrum).

c. Jumlah, bentuk dan sifat duri pada tepi antero-lateral karapaks.

d. Bentuk sudut postero-lateral tubuh.

Page 22: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

7

e. Bagian-bagian yang terdapat pada ruas-ruas kaki jalan (periopod), terutama dari

pasangan kaki pertama yang berbentuk capit (cheliped) dan pasangan kaki

terakhir yang berbentuk dayung (pleopod).

f. Bentuk tutup abdomen dan bentuk pleopod.

g. Bentuk mulut terutama maxiliped III.

h. Bentuk bagian ruas dasar antena (basal antennal joint).

Secara umum, ciri dari jenis-jenis organisme yang tergolong ke dalam famili

Portunidae adalah: karapas pipih atau agak cembung, berbentuk heksagonal atau

agak persegi, bentuk umum adalah bulat telur memanjang atau berbentuk kebulat-

bulatan, karapas umumnya berukuran lebih lebar daripada panjangnya dengan

permukaan yang tidak selalu jelas pembagiannya, dan memiliki tepi antero-lateral

karapaks dengan jumlah duri lima (jarang kurang dari lima kecuali pada subfamili

Podopthalminae) sampai sembilan buah. Kemudian memiliki dahi lebar serta

terpisah dengan jelas dari sudut supraorbital dan memiliki jumlah duri dua sampai

enam buah, antena (antennulae) kecil terletak menyerong atau melintang, pasangan

kaki terakhir berbentuk pipih menyerupai dayung, terurtama pada dua ruas terakhir

(terdapat beberapa genus yang tidak berbentuk demikian) (Moosa et al. 1985).

Menurut Kasry (1996) kepiting bakau memiliki karapaks berwarna seperti

lumpur atau sedikit kehijauan, pada bagian kiri dan kanan karapas terdapat sembilan

buah duri tajam, dan pada bagian depan karapas di antara kedua tangkai matanya

terdapat enam buah duri. Dalam keadaan normal sapit kanan lebih besar daripada

sapit kiri dengan warna kemerah-merahan pada masing-masing ujung sapit.

Kepiting bakau memiliki tiga kaki pejalan dan satu kaki perenang, di mana kaki

perenang tersebut terdapat pada bagian ujung perut dan ujung kaki perenang ini

dilengkapi dengan alat pendayung. Selanjutnya Sulistiono et al. (1992) in Mulya

(2000) menyatakan bahwa secara umum karapas berbentuk cembung dan halus,

lebar karapas satu setengah dari panjangnya, bentuk alur H antara gastric

(pencernaan) dan cardiac (jantung) jelas, empat gigi triangular pada lengan bagian

depan mempunyai ukuran yang sama, orbit lebar dan memiliki dua celah, ruas-ruas

abdomen pada kepiting bakau jantan berbentuk segitiga sedangkan pada kepiting

bakau betina berbentuk sedikit membulat. Akan tetapi ketiga spesies kepiting bakau

Page 23: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

8

S. serrata, S. tranquebarica, dan S. oceanica memiliki morfologi yang berbeda-

beda, perbedaan morfologi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 2. Bagian-bagian tubuh kepiting tampak dorsal (FAO 1998).

Page 24: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

9

Gambar 3. Bagian-bagian tubuh kepiting tampak ventral (FAO 1998).

Page 25: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

10

Tabel 1. Karakteristik jenis kepiting bakau (Scylla spp) menurut Estampador.

Warna dan ciri

morfologis Scylla serrata Scylla oceanica

Scylla

tranquebarica

Scylla serrata var.

paramamosain

Warna

karapaks

Coklat merah

seperti karat

Hijau keabu-

abuan

Hijau buah zaitun Coklat kehijauan

Sumber

pigmen

polygonal

Tidak ada Pada capit dan

semua kaki

jalan

Hanya pada

bagian terakir

kaki jalan

Pigmen putih pada

bagian terakhir

dari kaki

Bentuk alur

”H” pada

karapaks

Tidak dalam Dalam Dalam Relatif tidak

begitu dalam

Bentuk duri

depan

Tumpul Tajam Tajam Sedang

Bentuk duri

pada

fingerjoint

Duri tidak ada

dan berubah

menjadi vestigial

Kedua duri jelas

dan runcing

Kedua duri jelas

dan satu agak

tumpul

-

Bentuk

rambut/setae

Hanya pada

hepatic area

Melimpah pada

karapaks

- -

Sumber: Estampador (1949) in Siahainenia (2008).

Menurut Moosa et al. (1985) kepiting bakau genus Scylla di Indonesia

memiliki dua warna dasar berbeda, yaitu yang termasuk warna kehijauan atau hijau

keabuan (S. oceanica dan S. tranquebarica) serta kelompok yang berwarna dasar

hijau-merah-kecoklatan (S. serrata dan S. serrata var. paramamosain). Jenis S.

oceanica dan S. tranquebarica biasanya ditemukan pada perairan terbuka sedangkan

jenis S. serrata dan S. serrata var. paramamosain ditemukan meliang di daerah

mangrove. Selanjutnya, Kathirvel & Srinivasagam (1992) menyatakan bahwa

morfologi dari Scylla oceanica dan Scylla tranquebarica memiliki kesamaan, yaitu

kedua spesies Scylla ini dapat tumbuh dengan ukuran yang sangat besar, keduanya

tidak hidup meliang, dan memiliki dua duri tajam pada sisi terluar cheliped carpus.

Variasi warna yang terdapat pada karapas dari kedua spesies ini disebabkan oleh

perbedaan letak geografis. Sedangkan spesies Scylla serrata memiliki ukuran tubuh

yang lebih kecil dibandingkan S. oceanica dan S. tranquebarica, hidupnya meliang,

serta hanya memiliki satu duri yang tumpul pada sisi terluar cheliped carpus.

2.1.3. Distribusi dan habitat kepiting bakau

Kepiting bakau hanya tersebar di perairan tropik atau pada perairan berkondisi

tropik. Daerah sebarannya meliputi wilayah Indopasifik, mulai dari pantai selatan

dan timur Afrika Selatan, Mozambik, Iran, Pakistan, India, Srilangka, Bangladesh,

pulau-pulau di lautan Hindia, Kamboja, Vietnam, negara-negara ASEAN, Jepang,

Page 26: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

11

Taiwan, serta Filipina. Kemudian kepiting bakau pun ditemukan di pulau-pulau

Lautan Pasifik mulai dari Kepulauan Hawaii sampai ke Selandia Baru dan Australia

(Kasry 1996). Menurut Sulistiono et al. (1994) kepiting bakau ditemukan di

perairan payau dan sebagian besar tertangkap di wilayah pesisir perairan Indonesia

(Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Irian

Jaya). Pemusatan daerah pengusahaan kepiting bakau berkaitan dengan habitat yang

masih baik, antara lain terdapat di selatan Jawa (Cilacap), utara Jawa (Tanjung Pasir,

Pamanukan), barat Sumatera (Bengkulu, Riau), timur Kalimantan (Kota Baru, Pasir,

Balikpapan), Sulawesi (Teluk Bone, Teluk Kolono, Kendari), Nusa Tenggara Barat

(Teluk Waworada, Teluk Bima), dan Irian Jaya (Teluk Bintuni, Biak Nimfor)

(Asmara 2004).

Secara representatif, kepiting bakau genus Scylla memiliki daerah sebaran

yang luas yaitu di sepanjang Indo-Pasifik Barat, dimana daerah penyebaran dari

maisng-masing spesies dapat dipisahkan secara jelas menurut Keenan (Tabel 2 dan

Gambar 4). Scylla serrata (S. oceanica Estampador) memiliki daerah penyebaran

paling luas, yang meliputi Samudera Hindia bagian Barat hingga ke Kepulauan

Pasifik Selatan. S. tranquebarica (S. serrata var. paramamosain Estampador) dan S.

olivacea (S. serrata Estampador) memiliki daerah penyebaran yang terfokus di Laut

Cina Selatan yang memanjang sampai Samudera Hindia dan Samudera Pasifik

bagian Barat. Sementara itu, S. paramamosain (S. tranquebarica Estampador)

memiliki daerah penyebaran yang terbatas, kebanyakan berada di Laut Cina Selatan

dan Laut Jawa (Le Vay 2001 dan Keenan et al. 1998 in Watanabe et al. 2002).

Tabel 2. Daerah penyebaran spesies Scylla di dunia.

Spesies Daerah Penyebaran

S. serrata Indo-Pasifik Barat: Afrika Selatan, Laut Merah, Australia, Filiphina,

Kepulauan Pasifik (Fiji, P. Solomon, Caledonia Baru, Samoa Barat), Taiwan,

Jepang.

S. paramamosain Laut Cina Selatan: Kamboja, Vietnam, Singapura, Cina, Taiwan, Hong Kong;

Laut Jawa: Kalimantan, Jawa Tengah.

S. olivacea Samudera Hindia: Pakistan hingga Australia Barat;

Laut Cina Selatan: Thailand, Singapura, Vietnam, Sarawak hingga Cina

Selatan;

Samudera Pasifik: Filipina, Timor-Timur, Teluk Carpentaria.

S. tranquebarica Samudera Hindia: Pakistan hingga Malaysia;

Laut Cina Selatan: Sarawak, Singapura;

Samudera Pasifik: Filiphina.

Sumber: Keenan et al. (1998) in Le Vay (2001).

Page 27: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

12

Gambar 4. Daerah penyebaran kepiting bakau di dunia menurut Keenan

(FAO 1998).

Kepiting bakau dapat ditemukan di daerah estuari dan daerah pesisir yang

tertutup, secara umum kepiting bakau biasanya berasosiasi kuat dengan hutan

mangrove, terutama daerah estuari. Selanjutnya, terdapat kondisi yang membedakan

distribusi lokal dan kelimpahan keempat spesies kepiting bakau secara kompleks,

Hill (1975;1978); Hill et al. (1982) in Le Vay (2001) menyatakan bahwa distribusi

dan kelimpahan kepiting bakau bergantung pada stadia perkembangan kepiting

bakau. Kepiting bakau juvenil hingga ukuran karapaks 8 cm biasanya melimpah

pada daerah intertidal, sedangkan kepiting bakau subadult dan dewasa berada di

daerah subtidal. Chandrasekaran & Natarajan (1994) in Le Vay (2001) menyatakan

bahwa juvenil baru kepiting bakau akan lebih memilih berada di lingkungan perairan

yang tertutupi oleh lamun, alga, dan akar mangrove.

Menurut Kasry (1996) kepiting bakau akan beruaya dari perairan pantai ke

perairan laut, kemudian induk dan anak-anaknya akan berusaha kembali ke perairan

pantai, muara sungai atau perairan hutan bakau untuk berlindung, mencari makan,

atau membesarkan diri. Kepiting bakau yang telah siap melakukan perkawinan akan

beruaya dari perairan bakau ke tepi pantai dan selanjutnya ke tengah laut untuk

Page 28: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

13

melakukan pemijahan. Kepiting jantan yang telah melakukan perkawinan akan

kembali ke perairan hutan bakau atau paling jauh di sekitar perairan pantai yaitu

pada bagian-bagian yang berlumpur dengan organisme makanan yang berlimpah.

Telur kepiting yang telah dibuahi akan menetas menjadi zoea (Z I, II, III, IV, V),

megalopa, kepiting muda, dan akhirnya menjadi kepiting dewasa. Kepiting muda

akan kembali ke pantai atau kawasan bakau untuk mencari makan dan tempat

berlindung yang aman.

2.1.4. Daur hidup kepiting bakau

Potensi reproduksi kepiting bakau sangat tinggi, menurut Arriola (1940) in

Moosa et al. (1996) satu induk kepiting bakau dapat memijahkan telur dua juta telur.

Daur hidup kepiting bakau dimulai dari telur hingga mencapai kepiting dewasa

melalui beberapa tingkat perkembangan, antara lain tingkat zoea, tingkat megalopa,

tingkat kepiting muda, dan tingkat kepiting dewasa (Gambar 5) (Ong Kah Sin 1964;

Motoh et al. 1977 in Moosa et al. 1985). Sedangkan menurut Estampador (1949) in

Moosa et al. (1985) perkembangan kepiting bakau terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu

tahap embrionik, tahap larva, dan tahap postlarvae.

Menurut Ong Kah Sin (1964); Motoh et al. (1977) in Moosa et al. (1985)

dalam perkembangan dari tingkat zoea ke tingkat zoea selanjutnya memerlukan

waktu 3-4 hari, dan untuk perkembangan tingkat zoea seluruhnya memerlukan

waktu minimal 18 hari. Dalam perkembangan tingkat zoea menuju tingkat

megalopa, terdapat lima kali pergantian kulit (moulting). Ukuran panjang tubuh dari

setiap tingkatan dari setiap pergantian kulit (moulting) zoea ialah 1,15 mm (zoea

tingkat 1); 1,51 mm (zoea tingkat 2); 1,93 mm (zoea tingkat 3); 2,40 mm (zoea

tingkat 4), dan 3,45 mm (zoea tingkat 5). Selanjutnya dari tingkat megalopa ke

tingkat kepiting muda (instar 1) memerlukan waktu 11-12 hari dengan salinitas 31 ±

2 ppt, sedangkan jika dilakukan pada salinitas 21-27 ppt akan diperlukan waktu 7-8

hari. Kepiting bakau hanya memiliki satu tingkat perkembangan megalopa dan

kuran panjang karapas dan lebar karapas pada tingkat megalopa ialah 2,18 mm dan

1,52 mm.

Menurut Smit et al. (2004) in Butar-Butar (2006) waktu yang diperlukan

kepiting dewasa yang siap memijah adalah antara 18 hingga 24 bulan, dimana

Page 29: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

14

kepiting dewasa akan memijah pada bulan-bulan yang memiliki suhu perairan lebih

hangat.

Gambar 5. Siklus hidup kepiting bakau (Scylla spp) (Smit et al. 2004 in Butar-

Butar 2006).

2.1.5. Karakteristik lingkungan dan substrat terhadap kepiting bakau

Parameter fisika dan kimia adalah faktor lingkungan yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan kepiting bakau, diantaranya adalah salinitas, suhu, pH,

kedalaman air saat pasang surut, serta substrat dasar. Kepiting bakau di alam

menempati habitat yang berbeda-beda bergantung pada stadia daur hidupnya. Untuk

mengetahui kekhususan habitat kepiting bakau diperlukan pengetahuan mengenai

parameter fisika dan kimia di mana organisme ini berada (Mulya 2000).

Kasry (1996) menyatakan kisaran salinitas yang dapat ditolerir kepiting bakau

cukup luas. Kepiting bakau dapat hidup pada kisaran salinitas yang lebih kecil dari

15‰ dan lebih besar dari 30‰. Hill (1978) in Mulya (2000) menyatakan bahwa S.

serrata mampu mentolerir perairan dengan salinitas hingga 60‰. Keenan et al.

(1998) in Le Vay (2001) menyatakan bahwa keempat spesies Scylla pada stadia

larva atau juvenil memiliki toleransi yang berbeda-beda terhadap salinitas. Scylla

serrata lebih dominan berada di perairan dengan salinitas 34‰ dan berada di daerah

mangrove yang tergenang oleh air laut selama hampir sepanjang tahun sedangkan

Page 30: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

15

spesies lainnya lebih banyak berada di perairan dengan salinitas 33‰ di daerah

estuari yang tergenang air laut secara periodik.

Selanjutnya, suhu air mempengaruhi pertumbuhan (moulting), aktivitas dan

nafsu makan kepiting bakau (Hill 1982 in Mulya 2000). Fieder dan Haesman (1978)

in Siahainenia (2008) menyatakan bahwa perairan yang bersuhu tinggi cenderung

akan meningkatkan pertumbuhan kepiting bakau sehingga waktu untuk mencapai

dewasa menjadi singkat. Menurut Baliao (1983) in Siahainenia (2008) disamping

kepadatan makanan, suhu perairan diduga berperan terhadap efisiensi pemanfaatan

makanan dan peningkatan kelulushidupan larva kepiting bakau. Dinyatakan pula

bahwa kepiting bakau akan tumbuh lebih cepat pada perairan dengan kisara suhu 23

oC – 32

oC.

Wahyudi dan Ismail (1987) in Mulya (2000) menyatakan bahwa kepiting

bakau dapat hidup pada kondisi perairan asam, yaitu pada daerah bersubstrat lumpur

dengan pH rata-rata 6,5. Pendapat ini didukung oleh La Sara (1994) in Mulya

(2000) yang menyatakan bahwa kepiting bakau dapat hidup pada kisaran pH 6,5-7,0.

Kedalaman air berpengaruh bagi kehidupan kepiting bakau pada saat terjadi

perkawinan. Kepiting bakau dapat hidup pada perairan yang dangkal. Wahyuni dan

Ismail (1987) in Mulya (2000) berpendapat bahwa kepiting bakau dapat hidup pada

kedalaman 30 cm – 79 cm di perairan dekat hutan mangrove dan pada kedalaman 30

cm – 125 cm di muara sungai. Kepiting bakau menuju perairan dangkal pada waktu

siang hari (Hill 1980 in Mulya 2000).

Menurut Snedaker dan Getter (1985) in Siahainenia (2008) habitat kepiting

bakau adalah perairan intertidal (dekat hutan mangrove) yang bersubstrat lumpur.

Substrat di sekitar hutan mangrove sangat mendukung kehidupan kepiting bakau

terutama dalam melangsungkan perkawinan.

2.2. Hutan Mangrove

2.2.1. Pengertian hutan mangrove

Kata mangrove merupakan perpaduan antara bahasa Portugis ”mangue” dan

bahasa Inggris ”grove”. Dalam bahasa Inggris, kata mangrove dipergunakan baik

untuk komunitas pohon-pohonan, rumput-rumputan, maupun semak belukar yang

tumbuh di laut. Sedangkan dalam bahasa Portugis, kata mangrove dipergunakan

Page 31: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

16

untuk individu-individu jenis mangrove tersebut (Macnae 1969 in Pramudji 2004).

Hutan mangrove adalah suatu formasi hutan yang mampu tumbuh dan berkembang

di daerah tropik dan subtropik pada lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat

ekstrim, jenuh air, serta kondisi tanah yang tidak stabil dan anaerob yang selalu

dipengaruhi oleh pasang surut. Umumnya hutan mangrove tumbuh dan berkembang

dengan baik pada kawasan pesisir di daerah yang terlindung dari hempasan ombak

dan ditopang oleh adanya aliran sungai yang selalu membawa material, misalnya di

daerah pesisir teluk, muara sungai, delta, dan estuari (Pramudji 2004).

2.2.2. Komposisi, fungsi, dan manfaat hutan mangrove

Komposisi flora yang terdapat pada ekosistem mangrove ditentukan oleh

beberapa faktor penting, seperti kondisi jenis tanah dan genangan pasang-surut.

Komunitas mangrove di Indonesia memiliki keragaman hayati tertinggi di dunia,

dengan jumlah total kurang lebih 89 spesies yang terdiri atas 35 spesies tanaman, 9

spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasit. Beberapa jenis

yang umum dijumpai di wilayah pesisir Indonesia adalah: bakau (Rhizophora), api-

api (Avicennia), pedada (Sonneratia), tanjang (Bruguiera), nyirih (Xyclocarpus),

tengar (Ceriops), dan buta-buta (Exoecaria). Dikarenakan sifat lingkungan hutan

mangrove yang keras, misalnya karena genangan pasang-surut air laut, perubahan

salinitas yang besar, perairan berlumpur tebal dan anaerobik, maka pohon-pohon

mangrove telah beradaptasi baik secara morfologi maupun fisiologi (Nontji 2007).

Mangrove umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang selalu

dipengaruhi oleh air tawar serta terlindung dari hempasan ombak. Oleh karena itu,

magrove banyak tumbuh di kawasan pesisir yang terlindung. Sehubungan dengan

hal tersebut, untuk mempertahankan eksistensinya mangrove memiliki daya adaptasi

yang tinggi terhadap lingkungan pesisir yang sangat ekstrim (Smith 1987 in

Pramudji 2004). Kemampuan mangrove untuk beradaptasi terhadap lingkungan

tersebut adalah adaptasi terhadap salinitas dan suhu udara yang tinggi dengan cara

memiliki daun yang tebal, kuat, serta sel khusus untuk menyimpan garam; adaptasi

terhadap kadar oksigen yang rendah dengan cara memiliki bentuk perakaran yang

khas; serta adaptasi terhadap substrat (sedimen) dengan cara memiliki struktur

Page 32: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

17

perakaran yang mampu menahan dan mengendapkan bahan organik (Pramudji

2004).

Besarnya daya adaptasi jenis tumbuhan mangrove terhadap kisaran salinitas

mempengaruhi terjadinya pemintakatan atau zonasi pada kawasan hutan mangrove.

Pembagian zonasi hutan mangrove berdasarkan perbedaan salinitas tersebut adalah

sebagai berikut (Pramudji 2004):

a. Zona garis pantai, yaitu kawasan hutan mangrove yang berhadapan langsung

dengan laut. Zona ini umumnya memiliki lebar sekitar 10-75 meter dari garis

pantai. Jenis mangrove yang biasa ditemukan pada zonasi ini adalah Rhizophora

stylosa, R. mucronata, Avicennia marina, dan Soneratia alba.

b. Zona tengah, yaitu kawasan hutan mangrove yang terletak di belakang zona

garis pantai dan memiliki substrat berupa lumpur liat. Pada zona ini umumnya

ditemukan jenis Rhizopora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera

cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal,

Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris, dan Lumnitzera littorea.

c. Zona belakang, yaitu kawasan hutan mangrove yang berbatasan dengan hutan

darat. Jenis mangrove yang tumbuh pada pada zona ini adalah Xylocarpus

granatum, Excoecaria agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea

octodonta, dan Heritiera littoralis.

Sedangkan pembagian zonasi hutan mangrove berdasarkan jenis vegetasi yang

dominan mulai dari arah laut ke darat berturut-turut adalah zona Avicennia, zona

Rhizophora, zona Bruguiera, dan zona Nypa (Arief 2003 in Pramudji 2004).

Menurut Pramudji (2004), hutan mangrove memiliki beberapa fungsi penting

berdasarkan aspek ekologinya, yaitu:

a. Sebagai sumber nutrisi (nursery ground), karena didalamnya terjadi proses

biologi yang dimanfaatkan oleh berbagai biota laut.

b. Sebagai tempat penghasil oksigen.

c. Sebagai tempat memijah (spawning ground), pembesaran, mencari makan

(feeding ground) serta habitat dari berbagai biota laut, yaitu ikan, udang,

kepiting, dan kerang-kerangan.

d. Sebagai tempat berlindung dan berkembangnya hewan-hewan darat, seperti

burung, kelelawar, kera, buaya, biawak, dan ular.

Page 33: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

18

e. Sebagai sumber plasma nutfah dan genetika.

f. Sebagai pelindung pantai dari abrasi, banjir, serta bencana gelombang pasang

tsunami.

g. Membantu dalam perluasan tanah dengan membentuk teras-teras pantai di

kawasan pesisir, karena akar mangrove mampu menahan sedimen yang terbawa

aliran sungai.

h. Sebagai kawasan penyangga proses intrusi air laut ke daratan, serta mampu

berperan sebagai filter untuk menyerap air limbah industri maupun air limbah

rumah tangga.

Selain itu hutan mangrove juga memiliki manfaat yang sangat besar bagi

masyarakat pesisir, manfaat tersebut antara lain adalah sebagai penyedia keperluan

rumah tangga, misalnya: kayu bangunan, kayu, dan arang; sebagai area tambak

udang dan ikan; sebagai bahan baku kertas, penyamak kulit, dan kayu lapis untuk

industri; sebagai tempat penghasil benih ikan, udang, kepiting, dan kerang; serta

sebagai kawasan ekowisata bagi masyarakat maupun sebagai tempat penelitan dan

pendidikan (Pramudji 2004).

2.2.3. Sebaran hutan mangrove di Indonesia

Luas hutan mangrove di seluruh Indonesia diperkirakan sekitar 4,25 juta

hektar atau 3,98% dari seluruh luas hutan Indonesia (Nontji 2007). Luas hutan

mangrove di Indonesia pada tahun 1982 diperkirakan sekitar 4,25 juta hektar namun

pada tahun 1993 atau dalam kurun waktu 11 tahun, luas hutan mangrove tersebut

turun menjadi 2,49 juta hektar (Pramudji 2004). Area hutan mangrove yang luas

antara lain terdapat di pesisir Sumatera sebesar 19,7% , pesisir Kalimantan sebesar

26,2%, dan pesisir selatan Papua sebesar 30% (Pramudji 2004; Nontji 2007). Pulau-

pulau tersebut memiliki banyak aliran sungai besar dan panjang dengan tipe delta

beragam sebagai akibat dari arus sungai yang membawa materi ke muara (Pramudji

2004). Sebaran dan luas hutan mangrove di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 34: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

19

Tabel 3. Luas hutan mangrove di Indonesia.

Provinsi Luas (ha)

Sumatera:

Aceh 20.000

Sumatera Utara 30.750

Sumatera Barat 1.800

Riau 184.400

Jambi 4.050

Sumatera Selatan 231.025

Bengkulu <2.000

Lampung 11.000

Jawa dan Bali: DKI Jakarta dan Jawa Barat <5.000

Jawa Tengah 13.577

Jawa Timur 500 Bali <500

Kalimantan: Kalimantan Barat 40.000

Kalimantan Tengah 20.000

Kalimantan Selatan 66.650

Kalimantan Timur 266.800

Nusa Tenggara:

NTB 4.500

NTT 20.700

Sulawesi:

Sulawesi Utara 4.833

Sulawesi Tengah 17.000 Sulawesi Tenggara 29.000

Sulawesi Selatan 34.000

Maluku: 100.000

Irian Jaya: 1.382.000

Indonesia: 2.490.085 Sumber: Parry (1996) in Pramudji (2004).

Akan tetapi, saat ini luas hutan mangrove di Indonesia telah mengalami

penambahan, hal ini dikarenakan adanya penanaman kembali lahan mangrove di

bekas tambak. FAO (2007) menyatakan luas hutan mangrove di Indonesia pada

tahun 2005 mencapai 2.900.000 ha.

Page 35: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

20

Gam

bar

6.

Pet

a penyeb

aran m

angro

ve

di

Indones

ia (

warn

a hij

au k

ehit

aman

) (R

eef

at R

isk 1

999 in F

isheri

es B

usi

nnes

Cen

ter

2009).

20

Page 36: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

21

2.2.4. Ketergantungan kepiting bakau pada ekosistem mangrove

Kepiting bakau menjalani sebagian besar daur hidupnya di ekosistem

mangrove dan memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai habitat alami utamanya,

yakni sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan pembesaran. Kepiting bakau

melangsungkan perkawinan di perairan hutan mangrove dan secara berangsur-

angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting betina akan beruaya dari

perairan hutan mangrove ke laut untuk memijah. Sedangkan kepiting bakau jantan

akan tetap berada di perairan hutan mangrove untuk melanjutkan aktifitas hidupnya.

Setelah memijah, kepiting bakau betina akan kembali ke hutan mangrove, demikian

pula dengan dengan juvenil kepiting bakau yang akan bermigrasi ke hulu estuaria

untuk kemudian berangsur-angsur memasuki hutan mangrove (Siahainenia 2008).

Ekosistem mangrove merupakan tempat ideal bagi kepiting bakau untuk

berlindung. Kepiting muda yang berasal dari laut, banyak dijumpai di sekitar estuari

dan hutan mangrove karena terbawa arus laut dan pasang sehingga akan menempel

pada akar-akar mangrove untuk berlindung (Hutching & Saenger 1987 in

Siahainenia 2008). Sedangkan kepiting bakau dewasa merupakan penghuni tetap

hutan mangrove dan sering dijumpai membenamkan diri dalam substrat lumpur atau

menggali lubang pada substrat lunak sebagai tempat persembunyian (Queensland

Departement of Industries 1989 in Siahainenia 2008). Lebih lanjut dikemukakan

oleh Pagcatipunan (1972) in Siahainenia (2008) yang menyatakan bahwa setelah

berganti kulit (moulting), kepiting bakau akan melindungi dirinya dengan cara

membenamkan diri atau bersembunyi di lubang hingga karapaksnya mengeras.

Hutching & Saenger (1987) in Siahainenia (2008) menyatakan bahwa kepiting

bakau hidup di perairan sekitar hutan mangrove dan memakan akar-akarnya

(pneumatophore). Sementara Hill (1982) in Siahainenia (2008) menyatakan bahwa

perairan di sekitar hutan mangrove sangat cocok untuk kehidupan kepiting bakau

karena sumber makanannya seperti bentos dan serasah cukup tersedia.

2.3. Garis Wallace

Garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan wilayah

geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan

dengan spesies Asia sedangkan pada bagian timur berhubungan dengan spesies

Page 37: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

22

Australia. Garis ini dinamakan atas nama Alfred Russel Wallace, yang menyadari

perbedaan tersebut pada saat melakukan kunjungan ke Hindia Timur pada abad ke-

19. Garis Wallace membentang melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo

(Kalimantan) dan Sulawesi serta antara Bali (sebelah barat) dan Lombok (sebelah

timur). Keberadaan garis Wallace pun tercatat oleh Antonio Pigafetta dalam

catatannya mengenai perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku dan

tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada tahun 1521. Kemudian garis

Wallace diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Weber dan

diberi nama garis Wallace-Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia ini

ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna (Wikipedia

2008).

Gambar 7. Garis Wallace (Southchinasea 2009).

2.4. Karakter Morfometrik dan Meristik serta Hubungan Kekerabatan

Afrianto et al. (1996) menyatakan bahwa morfometrik ialah ukuran dalam

satuan panjang atau perbandingan ukuran bagian-bagian luar tubuh organisme,

sedangkan meristik adalah sifat-sifat yang menunjukkan jumlah-jumlah bagian-

bagian tubuh luar, seperti jumlah jari-jari sirip (pada ikan), yang digunakan untuk

penentuan klasifikasi. Ukuran dalam morfometrik adalah jarak antara satu bagian ke

Page 38: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

23

bagian tubuh lainnya dan biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau

centimeter.

Karakter morfometrik dapat memberikan informasi mengenai perbedaan antar

spesies, termasuk variasi spesies Crustacea. Contohnya variasi interspesifik pada

dua spesies Procambarus spp. (crayfish di Meksiko), yang kemudian diketahui

merupakan dua spesies simpatrik (Allegrucci et al. 1992 in Overton et al. 1997);

analisa multivariat kepiting bakau Scylla serrata yang berasal dari empat lokasi

negara di Asia Tenggara, yang kemudian diketahui merupakan tiga grup yang

berbeda berdasarkan karakter morfometrik dan meristiknya (Overton et al. 1997);

pengklasifikasian tiga spesies kepiting bakau genus Scylla di Thailand dan Laut

Andaman menggunakan analisis morfometrik, yang kemudian diketahui memiliki

tiga spesies yang berbeda (Sangthong & Jondeung 2006).

Selain itu, analisis karakter morfometrik dan meristik pun dapat digunakan

untuk mengetahui hubungan kekerabatan pada organisme lain, contohnya ikan dan

udang Penaeus monodon (Imron 1998). Studi morfometrik secara kuantitatif

memiliki tiga manfaat yaitu membedakan jenis kelamin dan spesies,

mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar spesies, dan

mengklasifikasikan serta menduga hubungan filogenik. Perbedaan morfologis antar

populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh

secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomi tertentu. Hal yang sama dapat dilakukan

pada ciri-ciri meristik. Terdapat perbedaan yang mendasar antara ciri morfometrik

dan meristik, yaitu ciri meristik memiliki jumlah yang lebih stabil selama masa

pertumbuhan, sedangkan ciri morfometrik berubah secara kontinu sejalan dengan

ukuran dan umur (Strauss and Bond 1990 in Imron 1998).

Page 39: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 11 bulan yaitu mulai dari bulan Juli

2008 hingga bulan Mei 2009. Kepiting bakau yang diteliti merupakan kepiting

bakau yang telah ditangkap oleh nelayan di masing-masing lokasi pengambilan

sampel dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak sederhana (PCAS),

dimana jumlah sampel yang diambil sesuai dengan yang ada pada saat itu tanpa

melihat spesiesnya. Menurut Boer (2001), teknik pengacakan dapat mengurangi

faktor subjektivitas pelaksana percobaan dalam memilih dan mengatur perlakuan

atau ulangan pada satuan percobaan.

Lokasi pengambilan sampel yang dicakup berjumlah 14 lokasi, yaitu Pidie

(Nangroe Aceh Darussalam), Tanjung Jabung Timur (Jambi), Bintan (Kep. Riau),

Cilamaya (Karawang), Blanakan (Subang), Gebang dan Ambulu (Cirebon),

Mataram (Nusa Tenggara Barat), Pontianak dan Samarinda (Kalimantan), Maros

dan Teluk Bone (Sulawesi), Jayapura dan Teluk Bintuni (Irian Jaya). Lokasi

pengambilan sampel tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

Pengukuran karakter morfometrik dan meristik dilakukan secara in situ dan di

laboratorium. Sampel kepiting bakau dimasukkan ke dalam ice box dan selanjutnya

di bawa ke Laboratorium Biologi Makro I (BIMA I), Departemen Manajemen

Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Bogor. Data yang digunakan merupakan data primer.

3.2. Metode Kerja

Sampel kepiting bakau diambil dengan cara membeli langsung dari nelayan

yang menangkap kepiting bakau di sekitar perairan mangrove pada masing-masing

lokasi penelitian. Alat yang digunakan pada saat menangkap kepiting bakau ialah

pancing, bubu, dan jaring. Kepiting bakau yang diambil mewakili berbagai ukuran

kepiting bakau jantan dan betina dan dianalisis di Laboratorium Biologi Makro 1,

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Sampel kepiting bakau yang

terkumpul akan diukur secara mofometrik, yang meliputi 10 karakter utama seperti

yang dilakukan Clark et al. (2001) terhadap genus Carcinus (Portunidae). Karakter

Page 40: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

25

Gam

bar

8. L

okas

i pen

gam

bil

an s

ampel

kep

itin

g b

akau

di

Per

air

an I

ndones

ia (

pet

a dim

odif

ikas

i dar

i w

ww

.hin

o.c

o.i

d/

peta

-indones

ia-s

implf

y.g

if).

25

Page 41: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

26

morfometrik dan meristik yang diukur tertera pada Tabel 4, Tabel 5, Gambar 9,

Gambar 10, dan Gambar 11.

Tabel 4. Karakter morfometrik kepiting bakau yang diukur.

No. Karakter Morfometrik Keterangan

1. Lebar karapas (L) Jarak antara ujung duri marginal terakhir di sebelah

kanan dengan duri marginal terakhir di sebelah kiri

(horizontal)

2. Panjang karapas (P) Jarak antara tepi duri frontal margin dengan tepi

bawah karapas

3. Tinggi karapas (T) Panjang garis tegak antara karapas dengan

abdomen

4. Optical groove widths Jarak duri frontal margin di antara mata

5. Panjang chela sebelah kanan (PCR)

Panjang capit (hand) sebelah kanan mulai dari ujung palm hingga ujung dactylus

6. Tinggi chela sebelah

kanan (TCR)

Jarak lurus terbesar secara vertikal antara tepi atas

dan bawah chela sebelah kanan 7. Panjang profundus chela

sebelah kanan (PCR)

Jarak antara ujung palm dengan tepi dactylus

sebelah kanan

8. Panjang chela sebelah kiri

(PCL)

Panjang capit (hand) sebelah kiri mulai dari ujung

palm hingga ujung dactylus

9. Tinggi chela sebelah kiri

(TCL)

Jarak lurus terbesar secara vertikal antara tepi atas

dan bawah chela sebelah kiri

10. Panjang profundus chela

sebelah kiri (PCL)

Jarak antara ujung palm dengan tepi dactylus

sebelah kiri

Tabel 5. Karakter meristik kepiting bakau yang diukur.

No. Karakter Meristik Keterangan

1. Jumlah duri frontal margin Jumlah duri frontal margin yang berada di antara

kedua mata kepiting 2. Jumlah duri anterolateral

margin sebelah kanan

Jumlah seluruh duri anterolateral margin yang

berada di sebelah kanan karapas

3. Jumlah duri anterolateral

sebelah kiri

Jumlah seluruh duri anterolateral margin yang

berada di sebelah kiri karapas

Berikut ini merupakan langkah kerja saat melakukan pengukuran. Pertama-

tama, dilakukan penomoran kepiting menggunakan kertas label dimana sebelumnya

telah dibersihkan dari lumpur dan air menggunakan tissue (Lampiran 1). Lalu

dilakukan pengamatan terhadap jenis kelamin dengan cara melihat bentuk abdomen

kepiting tersebut, dimana jantan memiliki bentuk abdomen yang mengerucut

sedangkan betina memiliki bentuk abdomen yang melebar.

Page 42: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

27

Gambar 9. Karakter morfometrik dan meristik tampak dorsal (Keterangan: 1

(lebar karapas); 2 (panjang karapas); 3 (Optical groove widths ); 4 (

tinggi karapas); 5 (Duri anterolateral kiri); 6 (Duri anterolateral

kanan); 7 (duri frontal margin)).

Gambar 10. Karakter morfometrik pada chela (Keterangan: 8 (PPR); 9 (PCR); 10

(TCR); 11 (PPL); 12 (PCL); 13 (TCL)).

Gambar 11. Abdomen kepiting jantan (kiri) dan abdomen kepiting betina (kanan).

Page 43: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

28

Kemudian, bobot tubuh ditimbang menggunakan timbangan dengan ketelitian

10 gram dan pengukuran tinggi karapas dengan menggunakan jangka sorong dengan

ketelitian 1 mm. Selanjutnya dilakukan pengukuran aspek morfometrik dengan

menggunakan penggaris dengan ketelitian 1 mm serta pengukuran aspek meristik

secara visual (Lampiran 2 dan 3). Seluruh data tersebut dicatat pada data sheet yang

telah dipersiapkan sebelumnya (Lampiran 4 dan 5). Setelah proses pengukuran

selesai, dilakukan proses identifikasi dan klasifikasi spesies, dengan cara dilakukan

pengamatan terhadap dua duri tajam yang berada pada bagian cheliped carpus,

warna karapas, bentuk alur “H”, corak pada pleopod, serta bentuk duri pada frontal

margin.

Penulis menggunakan klasifikasi dan identifikasi kepiting bakau berdasarkan

Estampador karena hingga saat ini masih terdapat perdebatan antara para ahli

mengenai jenis-jenis kepiting bakau. Estampador (1949) in Fushimi & Watanabe

(2001) mengklasifikasikan kepiting bakau menjadi tiga spesies dan satu varietas,

yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica, Scylla oceanica, dan Scylla serrata var.

paramamosain dengan menggunakan spesimen yang dikumpulkan dari Filiphina

berdasarkan perbedaan morfologi eksternal (warna karapas dan kaki, gigi

anterolateral pada karapas, dan duri luar pada cheliped carpus). Serene (1952) in

Fushimi & Watanabe (2001) menyatakan bahwa eksistensi keempat spesies kepiting

bakau yang ditemukan di Vietnam sesuai dengan penemuan Estampador. Akan

tetapi, Stephenson dan Campbell (1960) in Fushimi & Watanabe (2001) menyatakan

bahwa keempat spesies tersebut merupakan satu spesies kepiting bakau berdasarkan

kesimpulan yang diambil dari sampel yang berasal dari Queensland dan New South

Wales (Australia). Stephenson dan Campbell menduga bahwa perbedaan karakter

morfologis tersebut diperoleh dari perbedaan lingkungan habitat kepiting bakau.

Selanjutnya Fuseya & Watanabe (1996) in Fushimi & Watanabe (2001)

melakukan studi mengenai variasi genetik di 3 loci pada kepiting bakau dan

menyatakan bahwa ketiga spesies tersebut benar-benar berbeda dan dapat dibedakan

sesuai dengan klasifikasi Estampador. Keenan et al. (1998) in Fushimi & Watanabe

(2001), membuat sebuah revisi mengenai genus Scylla dengan menggunakan

spesimen yang berasal dari Laut Merah dan beberapa lokasi di Indo-Pasifik,

menggunakan 2 metode genetik yang independen, allozyme elektrophoresis, dan

Page 44: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

29

sequencing of two mitochondrial DNA genes (Sitokrom oksidase I dan 16s RNA)

yang bekerja pada masing-masing spesies. Keenan et al. (1998) in Fushimi &

Watanabe (2001), menyatakan bahwa terdapat 4 spesies dengan menggunakan

kriteria morfologi tetapi keempatnya berbeda secara istilah.

Fuseya (1998) in Fushimi & Watanabe (2001) melakukan analisis

morfometrik antar spesies pada genus Scylla yang berasal dari daerah sebaran

geografis kepiting bakau yang luas. Fuseya pun melakukan uji karakteristik

morfologi pada pleopod pertama dan kedua dari kepiting bakau jantan. Berdasarkan

analisisnya, spesies Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanica benar-

benar dapat dibedakan. Karaketristik morfologi yang telah ditemukan dari ketiga

spesies tersebut sesuai dengan deskripsi yang dijabarkan oleh Estampador pada

tahun 1949.

3.3. Identifikasi Morfologi Kepiting Bakau

Proses pengidentifikasian kepiting bakau menggunakan klasifikasi yang

digunakan Estampador, di mana kepiting bakau dibedakan menjadi 3 spesies

berdasarkan perbedaan karakter morfologisnya, yaitu Scylla serrata, Scylla

tranquebarica, dan Scylla oceanica. Klasifikasi dan identifikasi kepiting bakau

(FAO 1998) adalah sebagai berikut:

a. Cheliped carpus hanya memiliki setidaknya 1 duri

yang tidak pernah tajam; warna tubuh biasanya

agak keorangean atau kekuningan ...........................

c – d

b. Cheliped carpus memiliki 2 duri tajam; warna

tubuh biasanya hijau hingga ungu ...........................

e

c. Frontal margin bergigi tajam; duri pada ujung

carpus tajam ............................................................

Scylla tranquebarica

d. Frontal margin bergigi tumpul membundar; duri

pada ujung carpus hampir tereduksi ......................

Scylla serrata

e. Frontal margin bergigi tajam; duri pada cheliped

carpus kebanyakan tajam; warna karapas hijau

atau hijau-olive; pleopod biasanya bercorak (jantan

dan betina) ...............................................................

Scylla oceanica

Page 45: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

30

Gambar 12. Identifikasi kepiting bakau menurut Estampador (dimodifikasi)

(FAO 1998).

3.4. Analisis Data

3.4.1. Distribusi frekuensi panjang dan lebar karapas

Analisis data dilakukan terhadap sebaran frekuensi panjang dan lebar karapas

kepiting bakau untuk mendapatkan selang kelas, nilai tengah, dan frekuensi dengan

menggunakan program Microsoft Excel dalam hal perhitungannya. Langkah-

langkah dalam penentuan distribusi frekuensi panjang adalah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai maksimum dan minimum dari keseluruhan data panjang dan

lebar karapas dari jumlah total kepiting bakau.

b. Menentukan jumlah kelas.

c. Menentukan wilayah data (c); c = nilai maksimum – nilai minimum.

d. Menentukan lebar kelas; lebar kelas = c/jumlah kelas.

e. Menetukan batas atas kelas dan batas bawah kelas setiap selang kelas.

f. Mendaftarkan seluruh batas kelas untuk setiap selang kelas.

g. Menentukan nilai tengah setiap selang kelas.

h. Menjumlahkan frekuensi panjang dan lebar karapas yang telah ditentukan

berdasarkan masing-masing selang kelas.

i. Memplotkan distribusi frekuensi panjang dan lebar karapas dalam sebuah

grafik untuk melihat jumlah distribusi normalnya.

Page 46: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

31

3.4.2. Hubungan lebar karapas-berat

Data yang digunakan pada analisis pada hubungan lebar karapas-berat ialah

data gabungan kepiting jantan dan betina pada masing-masing lokasi penelitian.

Analisis hubungan lebar karapas-berat menggunakan rumus hubungan panjang-berat

pada kepiting (Hartnoll 1982):

W = a Lb

Keterangan: W = berat

L = lebar karapas

a = intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-

berat dengan sumbu y)

b = penduga pola pertumbuhan panjang-berat

Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan:

Log W = Log a + b Log L

Y = a + b x

Untuk menguji nilai b digunakan uji t, dengan hipotesis:

H0 : b = 1, hubungan lebar karapas-berat adalah isometrik

H1 : b ≠ 1, hubungan lebar karapas-berat adalah allometrik, yaitu:

• Allometrik positif (b > 1), pertumbuhan berat lebih dominan dibandingkan

dengan pertumbuhan panjang.

• Allometrik negatif (b < 1), pertumbuhan panjang lebih dominan dibandingkan

dengan pertumbuhan berat.

t hitung = 1

01

Sb

bb −

Keterangan: b1 = nilai b (dari hubungan panjang-berat)

b0 = 1

Sb1 = simpangan koefisien b

Kemudian, bandingkan antara nilai thitung dengan nilai ttabel dengan selang

kepercayaan 95% (α = 0.05). Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhannya,

kaidah keputusan yang diambil adalah sebagai berikut:

thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0)

thitung < ttabel : gagal tolak hipotesis nol (H0)

Penulis menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version

dan Microsoft Excel dalam hal perhitungannya.

Page 47: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

32

3.4.3. Analisis komponen utama (principal component analysis)

Sepuluh karakter morfometrik dianalisis dengan menggunakan program

Principal Components Analysis (PCA). Berdasarkan hasil analisis dari program

PCA, didapatkan suatu komponen utama yang mampu mempertahankan sebagian

besar informasi yang diukur menggunakan keragaman total dengan menggunakan

sedikit komponen utama saja. Penggunaan komponen utama sering disarankan

untuk digunakan dalam proses mereduksi banyaknya peubah (Sartono et al. 2003).

Selain itu, hasil plot antar komponen utama (grafik score plot) dapat digunakan

untuk untuk menentukan banyaknya penggerombolan secara sederhana. Penulis

menggunakan bantuan software MINITAB 15.0 dalam hal perhitungan PCA.

3.4.4. Analisis biplot

Analisis perbandingan karakter morfometrik yang telah ditentukan bertujuan

untuk melihat karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan dengan karakter

lainnya. Biplot merupakan teknik statistik deskriptif dimensi ganda yang dapat

disajikan secara visual dengan menyajikannya secara simultan segugus objek

pengamatan dan peubah dalam suatu grafik pada suatu bidang datar sehingga ciri-

ciri peubah dan objek pengamatan serta posisi relatif antara objek pengamatan dan

peubah dapat dianalisis. Biplot dapat menunjukkan hubungan antar peubah

kemiripan relatif antar objek pengamatan, serta posisi relatif antara objek

pengamatan dengan peubah (Jolllife 1986 & Rawling 1988 in Sartono et al. 2003).

Perhitungan dalam analisis biplot, Penulis dibantu dengan menggunakan software

SAS 9.1.

Salah satu informasi yang didapat melalui analisis bilpot adalah untuk

mengetahui korelasi antar peubah, dimana dua peubah yang memiliki korelasi

positif tinggi digambarkan dengan dua buah garis dengan arah yang sama

(membentuk sudut sempit). Sementara itu, dua peubah yang memiliki korelasi

negarif tinggi akan digambarkan dalam bentuk dua garis dengan arah yang

berlawanan (membentuk sudut tumpul). Sedangkan dua peubah yang tidak

berkorelasi akan digambarkan dalam bentuk dua garis yang membentuk sudut

mendekati 90o (Sartono et al. 2003).

Page 48: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Komposisi Jumlah Kepiting Bakau Selama Penelitian

Kepiting bakau (genus Scylla) yang diteliti selama bulan Juni 2008 hingga Mei

2009 berasal dari 14 daerah yang mencakup Pidie (Nangroe Aceh Darussalam),

Bintan (Kep. Riau), Tanjung Jabung Timur (Jambi), Cilamaya (Karawang),

Blanakan (Subang), Gebang dan Ambulu (Cirebon), Samarinda dan Pontianak

(Kalimantan), Mataram (Nusa Tenggara Barat), Maros dan Bone (Sulawesi), Teluk

Bintuni dan Jayapura (Papua). Kepiting bakau yang diperoleh selama penelitian

berasal dari para nelayan setempat yang menangkap kepiting bakau dengan

menggunakan alat tangkap pancing dan bubu. Lokasi penangkapan kepiting bakau

berada di perairan hutan mangrove maupun di perairan pesisir yang berlokasi di

sekitar perairan pada setiap lokasi penelitian.

Pemilihan daerah penelitian berdasarkan lokasi sebaran hutan mangrove di

Indonesia, dimana kepiting bakau menjalani sebagian besar daur hidupnya di

ekosistem mangrove dan memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai habitat alami

utamanya, yakni sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan pembesaran

(Siahainenia 2008). Area hutan mangrove yang luas antara lain terdapat di pesisir

Sumatera sebesar 19,7%, pesisir Kalimantan sebesar 26,2%, dan pesisir selatan

Papua sebesar 30% (Pramudji 2004; Nontji 2007).

Menurut Pramudji (2004) sebaran hutan mangrove mencakup hampir di

seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung), Jawa (DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur), Bali, Kalimantan (Kalimantan Barat,

Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur), Nusa Tenggara (Nusa

Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur), Sulawesi (Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan), Maluku, serta Irian Jaya (Papua).

Kepiting bakau yang diteliti berasal dari genus Scylla berjumlah 625 ekor,

keseluruhan kepiting ini berasal dari 14 daerah penelitian yang telah ditentukan dan

dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 49: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

34

Tabel 6. Jumlah kepiting bakau yang dikumpulkan selama penelitian.

Jumlah data (ekor)

No.

Daerah Scylla spp.

(gabungan ketiga spesies)

Scylla

serrata

Scylla

tranquebarica

Scylla

oceanica

1 Pidie 83 11 64 8

2 Jambi 12 9 - 3

3 Bintan 5 - - 5

4 Cilamaya 36 36 - -

5 Blanakan 49 20 21 8

6 Gebang 54 24 24 6

7 Ambulu 23 23 - -

8 Mataram 30 10 14 6

9 Samarinda 98 2 29 67

10 Pontianak 30 - 1 29

11 Maros 61 29 12 20

12 Bone 75 55 5 15

13 Teluk Bintuni 55 4 6 45

14 Jayapura 14 6 1 7

Total 625 229 177 219

Berdasarkan Tabel 6, jumlah sampel kepting bakau (Scylla spp.) tertinggi

berasal dari Samarinda yaitu 98 ekor atau 15,68% dari jumlah total sampel,

sedangkan jumah sampel terendahnya berasal dari Bintan yaitu 5 ekor atau 0,8%

dari jumlah seluruh sampel. Persentase spesies yang paling banyak dikumpulkan

selama penelitian ialah Scylla serrata, yaitu 36,64% dari jumlah total sampel,

sedangkan persentase spesies yang paling sedikit dikumpulkan ialah Scylla

tranquebarica, yaitu sebanyak 28,32% dari jumlah total sampel. Selanjutnya,

persentase sampel Scylla oceanica yang diperoleh selama penelitian adalah 35,04%

dari jumlah total sampel.

Berdasarkan jumlah sampel yang paling banyak ditemukan di setiap lokasi

penelitian, spesies Scylla serrata mendominasi di 5 lokasi, yaitu Jambi, Cilamaya,

Ambulu, Maros, dan Bone. Sedangkan spesies Scylla tranquebarica mendominasi

di 3 lokasi, yaitu Pidie, Blanakan, dan Mataram. Kemudian spesies Scylla oceanica

mendominasi di 6 lokasi, yaitu Bintan, Samarinda, Pontianak, Teluk Bintuni, dan

Jayapura.

Jumlah sampel Scylla serrata terbanyak berasal dari Bone, yaitu sebanyak 55

ekor atau 24,02% dari jumlah total sampel S. serrata, sedangkan jumlah sampel

terendah berasal dari Bintan dan Pontianak, dimana pada kedua lokasi tidak

Page 50: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

35

ditemukan S. serrata pada saat pengambilan sampel. Selanjutnya, jumlah sampel S.

tranquebarica terbanyak berasal dari Pidie, yaitu sebanyak 64 ekor atau 36,16% dari

jumlah total sampel S. tranquebarica. Jumlah sampel S. tranquebarica terendah

berasal dari Jambi, Bintan, Cilamaya, dan Ambulu, dimana pada keempat lokasi

tersebut tidak ditemukan S. tranquebarica pada saat pengambilan sampel.

Kemudian, jumlah sampel S.oceanica terbanyak berasal dari Samarinda yaitu 67

ekor atau 30,59% dari jumlah total sampel S. oceanica, sedangkan jumlah sampel

terendahnya berasal dari Ambulu dan Cilamaya, dimana pada kedua lokasi tidak

ditemukan S. oceanica pada saat pengambilan sampel.

Tidak ditemukannya kepiting bakau dari setiap spesies di beberapa daerah

penelitian bukan berarti kepiting tersebut tidak menempati habitat di daerah tersebut,

karena distribusi sebaran kepiting bakau ketiga spesies tersebut mencakup hampir

seluruh wilayah perairan Indonesia. Menurut Sulistiono et al. (1994) kepiting bakau

ditemukan di perairan payau dan sebagian besar tertangkap di wilayah pesisir

perairan Indonesia (Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi,

Maluku, dan Irian Jaya). Akan tetapi, tidak adanya beberapa spesies kepiting bakau

di beberapa lokasi penelitian diduga oleh lokasi penangkapan kepiting bakau, karena

para nelayan biasanya melakukan penangkapan di dua tempat, yaitu di perairan

hutan mangrove dan di perairan pesisir yang berlokasi di sekitar perairan pada setiap

lokasi penelitian. Hal tersebut berkaitan dengan habitat ketiga spesies kepiting

bakau, di mana S. serrata biasanya berada di perairan hutan mangrove dengan cara

meliang (burrow), sedangkan S. tranquebarica dan S. oceanica biasanya berada di

perairan pesisir di sekitar area hutan mangrove. Menurut Moosa et al. (1985) jenis

S. oceanica dan S. tranquebarica biasanya ditemukan pada perairan terbuka

sedangkan jenis S. serrata ditemukan meliang di daerah mangrove.

4.2. Distribusi Frekuensi Panjang Karapas Setiap Spesies Kepiting Bakau

Distribusi frekuensi panjang karapas dapat digunakan untuk mengetahui

modus, ukuran karapas tertinggi dan terendah dari spesies kepiting bakau pada

masing-masing daerah. Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanica

yang diperoleh selama penelitian pada setiap daerah memiliki frekuensi yang

berbeda-beda, dan dapat dilihat pada Gambar 13, 14, 15, dan Lampiran 6.

Page 51: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

36

Pidi Jambi Cilamaya Blanakan Gebang Ambulu Mataram Samarinda Jayapura Teluk

BintuniMarosBone

Daerah penelitian

Sel

an

g k

ela

s p

an

jan

g k

ara

pa

s (m

m)

34-4

44

5-5

55

6-6

667

-77

78

-88

89

-99

10

0-1

10

Gambar 13. Distribusi frekuensi panjang karapas Scylla serrata berdasarkan lokasi

pengambilan sampel.

Sel

an

g k

ela

s p

an

jan

g k

ara

pas

(mm

)

41

-53

54

-66

67

-79

80

-92

93

-10

51

06

-11

8

Blanakan Gebang Mataram Kalimantan

Barat

Samarinda Bone Maros Jayapura TelukBintuni

Pidi

Daerah penelitian Gambar 14. Distribusi frekuensi panjang karapas Scylla tranquebarica berdasarkan

lokasi pengambilan sampel.

Page 52: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

37

Daerah penelitian

TelukBintuni

KalimantanBarat

Samarinda Pidi Bintan Jambi Blanakan Gebang Mataram Bone Maros Jayapura

Sel

an

g k

ela

s p

an

jan

g k

ara

pa

s (m

m)

41

-53

54

-66

67

-79

80

-92

93

-10

51

06

-11

8

Gambar 15. Distribusi frekuensi panjang karapas Scylla oceanica berdasarkan

lokasi pengambilan sampel.

Berdasarkan Gambar 13, terdapat 7 selang kelas panjang karapas Scylla

serrata. Modus ukuran panjang karapas berada pada selang kelas 67-77 mm,

dengan frekuensi S. serrata tertinggi berasal dari daerah Bone yaitu 31 ekor.

Ukuran panjang karapas terendah S. serrata adalah 34 mm yang berasal dari daerah

Bone, sedangkan ukuran panjang karapas tertingginya adalah 107 mm yang berasal

dari Teluk Bintuni.

Kisaran ukuran panjang dan lebar karapas S. serrata di daerah Bone, Maros,

Pidie, Jambi, dan Cilamaya berturut-turut ialah 34-77 mm dan 67-140 mm, 46-86

mm dan 64-105 mm, 43-70 mm dan 33-98 mm, 69-86 mm dan 82-118 mm, serta

46-92 mm dan 67-163 mm. Kemudian kisaran ukuran panjang dan lebar karapas S.

serrata di daerah Blanakan, Gebang, Ambulu, dan Mataram berturut-turut adalah

52-96 mm dan 76-134 mm, 61-106 mm dan 69-164 mm, 54-100 mm dan 76-150

mm, serta 64-90 mm dan 90-129 mm. Selanjutnya S. serrata di daerah Samarinda,

Jayapura, dan Teluk Bintuni berturut-turut memiliki kisaran ukuran panjang dan

lebar karapas sebesar 73-87 mm dan 95-118 mm, 80-87 mm dan 110-124 mm, serta

90-107 mm dan 127-146 mm.

Page 53: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

38

Berdasarkan kisaran ukuran panjang karapas di setiap daerah, dapat diketahui

bahwa Scylla serrata yang berasal dari Teluk Bintuni memiliki ukuran lebar karapas

tertinggi, sedangkan ukuran lebar karapas terendah berasal dari daerah Bone.

Ukuran lebar karapas yang bervariasi ini diduga dipengaruhi oleh waktu

penangkapan yang berhubungan dengan proses reproduksi, dimana proses

reproduksi kepiting bakau di daerah tropik berlangsung sepanjang tahun dan

puncaknya pada musim hujan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas perairan

pesisir yang tinggi terjadi pada saat musim hujan (Heasman et al. 1985 in Le Vay

2001). Waktu penangkapan S. serrata di wilayah Cilamaya, Blanakan, Gebang,

Ambulu, Jambi, Teluk Bintuni, dan Jayapura berkisar pada bulan Juli-November

2008. Selanjutnya waktu penangkapan S. serrata di wilayah Pidie, Maros, Bone,

dan Mataram berkisar pada bulan Februari hingga Maret 2009.

Kathirvel dan Srinivasagam (1992) in Le Vay (2001) menyatakan bahwa

kepiting bakau di India memijah sepanjang tahun, dengan puncak musim matang

gonad pada bulan April-Juni dan September-Februari serta memiliki ukuran lebar

karapas yang berkisar di antara 85-129 mm. Selain itu, proses rekruitmennya pun

berlangsung sepanjang tahun, dengan puncak pada bulan Desember-Oktober.

Berdasarkan hal di atas, S. serrata yang berasal dari Teluk Bintuni dan

Jayapura yang ditangkap pada bulan September dan November, dimana pada bulan-

bulan tersebut sedang musim hujan, diduga sedang mengalami proses matang gonad

atau akan memijah sehingga memiliki ukuran panjang dan lebar karapas yang besar.

Sedangkan S. serrata yang berada di daerah Cilamaya, Blanakan, Gebang, Ambulu,

dan Jambi yang ditangkap pada bulan Juli-Agustus 2008 dan S. serrata yang berasal

dari Pidie, Maros, Bone, dan Mataram, yang ditangkap pada bulan Februari-Maret

2009, diduga sedang mengalami proses rekruitmen sehingga ukuran panjang dan

lebar karapasnya tergolong kecil.

Berdasarkan Gambar 14, terdapat 6 selang kelas panjang karapas Scylla

tranquebarica. Modus ukuran panjang karapas berada pada selang kelas 67-79 mm,

dengan frekuensi S. tranquebarica tertinggi berasal dari daerah Samarinda yaitu 21

ekor. Ukuran panjang karapas terendah S. tranquebarica adalah 41 mm yang

berasal dari daerah Pidie, sedangkan ukuran panjang karapas tertingginya adalah 115

mm yang berasal dari Teluk Bintuni.

Page 54: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

39

Kisaran ukuran panjang dan lebar karapas S. tranquebarica di daerah Pidie,

Blanakan, Gebang, Mataram, dan Pontianak berturut-turut ialah 41-69 mm dan 58-

103 mm, 64-100 mm dan 90-142 mm, 64-97 mm dan 90-135 mm, 62-104 mm dan

87-150 mm, serta 99 mm dan 144 mm. Kemudian kisaran ukuran panjang dan lebar

karapas S. tranquebarica di daerah Samarinda, Bone, dan Maros berturut-turut

adalah 57-76 mm dan 80-106 mm, 45-75 mm dan 62-110 mm, serta 45-69 mm dan

62-102 mm. Selanjutnya S. tranquebarica di daerah Jayapura dan Teluk Bintuni

memiliki ukuran panjang dan lebar karapas sebesar 90 mm dan 132 mm serta 91-

115 mm dan 126-164 mm.

Berdasarkan kisaran ukuran panjang karapas di setiap daerah, dapat diketahui

bahwa Scylla tranquebarica yang berasal dari Teluk Bintuni memiliki ukuran lebar

karapas tertinggi, sedangkan ukuran lebar karapas terendah berasal dari daerah

Pidie. Ukuran lebar karapas yang bervariasi ini diduga dipengaruhi oleh waktu

penangkapan yang berhubungan dengan proses reproduksi. Waktu penangkapan S.

tranquebarica di daerah Jayapura dan Teluk Bintuni berkisar pada bulan September-

November 2008. Kemudian waktu penangkapan di daerah Pidie, Maros, Bone,

Pontianak, Samarinda, Mataram, Blanakan, dan Gebang berkisar pada bulan

Februari-Mei 2009. Waktu penangkapan tersebut berhubungan dengan proses

reproduksi kepiting bakau, dimana reproduksi kepiting bakau di daerah tropik

berlangsung sepanjang tahun dan puncaknya pada musim hujan. Hal ini disebabkan

oleh produktivitas perairan pesisir yang tinggi terjadi pada saat musim hujan

(Heasman et al. 1985 in Le Vay 2001). Selanjutnya Le Vay et al. (pers. obs.) in Le

Vay (2001) menyatakan bahwa kepiting bakau S. tranquebarica di Vietnam

memijah sepanjang tahun, dengan puncak musim matang gonad pada bulan

September-Oktober. Selain itu S. tranquebarica di Jawa bagian Utara memiliki

ukuran lebar karapas yang berkisar di antara 80-90 mm pada saat matang gonad dan

proses rekruitmennya pun berlangsung sepanjang tahun.

Berdasarkan hal di atas, S. tranquebarica yang berasal dari Teluk Bintuni dan

Jayapura yang ditangkap pada bulan September dan November, dimana pada bulan-

bulan tersebut sedang musim hujan, diduga sedang mengalami proses matang gonad

atau akan memijah sehingga memiliki ukuran panjang dan lebar karapas yang besar.

Kemudian S. tranquebarica yang berada di daerah Pidie, Maros, Bone, Kalimantan

Page 55: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

40

Barat, Samarinda, Mataram, Blanakan, dan Gebang yang ditangkap pada bulan

Februari-Mei 2009, diduga sedang mengalami proses rekruitmen sehingga ukuran

panjang dan lebar karapasnya tergolong kecil.

Berdasarkan Gambar 15, terdapat 6 selang kelas panjang karapas Scylla

oceanica. Modus ukuran panjang karapas berada pada selang kelas 80-92 mm,

dengan frekuensi S. oceanica tertinggi berasal dari daerah Samarinda yaitu 45 ekor.

Ukuran panjang karapas terendah S. oceanica adalah 41 mm yang berasal dari

daerah Pidie, sedangkan ukuran panjang karapas tertingginya adalah 115 mm yang

berasal dari Jayapura.

Kisaran ukuran panjang dan lebar karapas S. oceanica di daerah Samarinda,

Pontianak, Pidie, Bintan, dan Blanakan berturut-turut ialah 62-102 mm dan 83-150

mm, 74-95 mm dan 111-144 mm, 41-61 mm dan 59-89 mm, 79-99 mm dan 123-136

mm, serta 61-93 mm dan 86-130 mm. Kemudian kisaran ukuran panjang karapas

dan lebar karapas S. oceanica di daerah Gebang, Mataram, Bone, dan Maros

berturut-turut adalah 65-88 mm dan 91-127 mm, 70-91 mm dan 97-134 mm, 41-67

mm dan 62-90 mm, serta 44-87 mm dan 65-118 mm. Selanjutnya S. oceanica di

daerah Jayapura dan Teluk Bintuni memiliki kisaran ukuran panjang dan lebar

karapas sebesar 79-115mm dan 115-159 mm serta 60-110 mm dan 110-158 mm.

Berdasarkan kisaran ukuran panjang karapas di setiap daerah, dapat diketahui

bahwa Scylla oceanica yang berasal dari Jayapura memiliki ukuran lebar karapas

tertinggi, sedangkan ukuran lebar karapas terendah berasal dari daerah Pidie.

Ukuran lebar karapas yang bervariasi ini diduga dipengaruhi oleh waktu

penangkapan yang berhubungan dengan proses reproduksi. Waktu penangkapan S.

oceanica di daerah Jambi, Samarinda, Jayapura dan Teluk Bintuni berkisar pada

bulan Agustus-Desember 2008, serta Maret dan Mei 2009 untuk daerah Samarinda

dan Teluk Bintuni (pengambilan sampel kedua kali di kedua lokasi tersebut).

Kemudian waktu penangkapan di daerah Bintan, Pidie, Maros, Bone, Pontianak,

Mataram, Blanakan, dan Gebang berkisar pada bulan Januari-Mei 2009. Waktu

penangkapan tersebut berhubungan dengan proses reproduksi kepiting bakau,

dimana reproduksi kepiting bakau di daerah tropik berlangsung sepanjang tahun dan

puncaknya pada musim hujan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas perairan

Page 56: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

41

pesisir yang tinggi terjadi pada saat musim hujan (Heasman et al. 1985 in Le Vay

2001).

Berdasarkan hal di atas, S. oceanica yang berasal dari Jambi yang ditangkap

pada tanggal 31 Agustus 2008 , Jayapura yang ditangkap pada bulan September ,

Samarinda yang ditangkap pada bulan November 2008, serta Teluk Bintuni yang

ditangkap pada bulan November-Desember 2008, dimana pada bulan-bulan tersebut

sedang musim hujan, diduga sedang mengalami proses matang gonad atau akan

memijah sehingga memiliki ukuran panjang dan lebar karapas yang besar.

Kemudian S. oceanica yang berada di daerah Bintan, Pidie, Maros, Bone, Pontianak,

Samarinda, Teluk Bintuni, Mataram, Blanakan, dan Gebang yang ditangkap pada

bulan Januari-Mei 2009, diduga sedang mengalami proses rekruitmen sehingga

ukuran panjang dan lebar karapasnya tergolong kecil.

Selanjutnya berdasarkan distribusi frekuensi panjang dan lebar karapas dari

ketiga spesies kepiting bakau pada masing-masing daerah, dapat diketahui bahwa

ukuran panjang dan lebar karapas tertinggi berasal dari spesies Scylla oceanica

dengan selang kelas panjang karapas 41-118 mm, sedangkan ukuran terendah

berasal dari spesies Scylla serrata dengan selang kelas panjang karapas 34-110 mm.

Kemudian, berdasarkan perbandingan ukuran panjang dan lebar karapas pada

masing-masing daerah, dapat diketahui bahwa Teluk Bintuni memiliki ukuran

panjang dan lebar karapas kepiting bakau yang tertinggi. Hal tersebut erat kaitannya

dengan kondisi habitat dan kelimpahan makanan yang akan mempengaruhi

pertumbuhan kepiting bakau, di mana kondisi hutan mangrove di Teluk Bintuni

masih lebat dan bagus, serta belum banyak campur tangan manusia. Sehingga

keadaan tersebut mempengaruhi kelimpahan makanannya. Menurut Pramudji

(2004) Pulau Papua memiliki banyak aliran sungai besar dan panjang dengan tipe

delta beragam sebagai akibat dari arus sungai yang membawa materi ke muara.

Keadaan tersebut mengakibatkan tingginya kelimpahan makanan di muara sungai

yang merupakan area hutan mangrove dan habitat kepiting bakau.

4.3. Identifikasi Karakter Morfologi

Hingga saat ini, pada pelaksanaan proses identifikasi dan klasifikasi kepiting

bakau masih terdapat perdebatan di antara para ahli mengenai pembagian jumlah

Page 57: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

42

spesies kepiting bakau. Menurut Stephenson & Campbell (1960) in Fushimi &

Watanabe (2001) keempat spesies kepiting bakau tersebut merupakan satu spesies

kepiting bakau berdasarkan kesimpulan yang diambil dari sampel yang berasal dari

Queensland dan New South Wales (Australia). Stephenson dan Campbell menduga

bahwa perbedaan karakter morfologis tersebut diperoleh dari perbedaan lingkungan

habitat kepiting bakau. Akan tetapi Stephenson dan Campbell tidak secara spesifik

menyebutkan kondisi lingkungan yang dapat membuat perbedaan morfologi dari

ketiga spesies kepiting bakau tersebut. Sedangkan menurut Estampador (1949) in

Fushimi & Watanabe (2001) kepiting bakau diklasifikasikan menjadi tiga spesies

dan satu varietas, yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica, Scylla oceanica, dan

Scylla serrata var. paramamosain dengan menggunakan spesimen yang

dikumpulkan dari Filipina berdasarkan perbedaan morfologi eksternal (warna

karapas dan pleopod, gigi anterolateral pada karapas, dan duri luar pada cheliped

carpus).

Selanjutnya terdapat ahli lainnya, yaitu Fuseya (1998) in Fushimi & Watanabe

(2001) yang melakukan analisis morfometrik antar spesies pada genus Scylla yang

berasal dari daerah sebaran geografis kepiting bakau yang luas. Fuseya pun

melakukan uji karakteristik morfologi pada pleopod pertama dan kedua dari kepiting

bakau jantan. Berdasarkan analisisnya, spesies Scylla serrata, Scylla tranquebarica,

dan Scylla oceanica benar-benar dapat dibedakan dan karaketristik morfologi yang

telah ditemukan dari ketiga spesies tersebut sesuai dengan deskripsi yang dijabarkan

oleh Estampador. Kemudian dilakukan penelitian genetika kepiting bakau di mana

informasi genetik merupakan hal penting dalam mengindentifikasi ketiga spesies

kepiting bakau dari genus Scylla. Pada bulan Juni 1994 hingga Mei 1995, Fuseya

dan Watanabe (1996) in Fushimi & Watanabe (2001) telah mengumpulkan dan

mengindentifikasi 342 kepiting bakau yang berasal dari 7 lokasi (Danau Hamana

dan Okinawa (Jepang), Bali dan Cilacap (Indonesia), Chantaburi dan Surat Thani

(Thailand), dan Madagaskar). Fuseya dan Watanabe mengklasifikasi kepiting bakau

menjadi 3 spesies, yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanica,

berdasarkan klasifikasi Estampador.

Keenan et al. (1998) in Watanabe et al. (2002) melakukan revisi spesies

kepiting bakau menjadi empat spesies. Hal ini berdasarkan analisis mt-DNA

Page 58: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

43

kepiting bakau yang menyatakan bahwa terdapat empat spesies dalam genus Scylla,

yaitu S. serrata (S. oceanica Estampador), S. olivacea (S. serrata Estampador), S.

tranquebarica (S. serrata var. paramamosain Estampador), serta S. paramamosain

(S. tranquebarica Estampador). Akan tetapi Klinbunga et al. (2000) in Watanabe et

al. (2002) melakukan riset genetika terhadap kepiting bakau yang berasal dari

Thailand dan menyatakan bahwa terdapat tiga spesies kepiting bakau dengan

menggunakan analisis RAPD dari genomik DNA kepiting bakau. Ketiga spesies

tersebut adalah Scylla serrata, Scylla tranquebarica, dan Scylla oceanica

berdasarkan kriteria Estampador.

Berdasarkan riset para ahli di atas, Penulis menggunakan identifikasi dan

klasifikasi berdasarkan Estampador pada tahun 1949, yaitu Scylla serrata: duri

frontal margin tumpul berukuran sama dan duri anterolateral berjumlah 9 dengan

gigi yang bergerigi tajam dan berukuran sama. Scylla tranquebarica: duri frontal

margin tajam dengan duri berukuran sama dan duri anterolateral berjumlah 9 dengan

gigi yang bergerigi tajam dan berduri. Scylla oceanica: duri frontal margin tajam

berukuran sama dan duri anterolateral berjumlah 9 dengan gigi yang bergerigi tajam.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh identifikasi karakter morfologis untuk

membedakan ketiga jenis kepiting bakau, yaitu Scylla serrata, Scylla tranquebarica,

dan Scylla oceanica berdasarkan warna karapas, bentuk alur “H”, bentuk duri frontal

margin, duri pada cheliped carpus (inner carpal), serta corak pada pleopod masing-

masing spesies.

4.3.1. Scylla serrata

Menurut Estampador (1949) in Kathirvel & Srinivasagam (1992) Scylla

serrata termasuk ke dalam kelompok “Mamosain”, di mana spesies tersebut hidup

meliang di area hutan mangrove, berwarna coklat kehitaman, dan tidak memiliki

corak pada pleopodnya. Sedangkan menurut Kathirvel & Srinivasagam (1992)

Scylla serrata memiliki warna karapas coklat kemerahan dengan bentuk alur “H”

tidak dalam dan tidak memiliki corak pada pleopodnya.

Berdasarkan hasil penelitian pada Gambar 16, diketahui bahwa Scylla serrata

memiliki warna karapas coklat kehitam-hitaman dengan bentuk alur H pada karapas

tidak dalam. Menurut Moosa et al. (1985) S. serrata termasuk kelompok yang

Page 59: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

44

berwarna dasar hijau-merah-kecoklatan. Warna karapas pada S. serrata

berhubungan dengan habitatnya, yaitu hidupnya meliang di daerah mangrove

(Moosa et al. (1985); Kathirvel & Srinivasagam (1992)). Bentuk duri frontal

margin tumpul dan duri inner carpal (duri pada cheliped carpus) berjumlah satu dan

tidak tumpul serta pleopod pada S. serrata tidak bercorak. Estampador (1949) in

Siahainenia (2008) menyatakan bahwa Scylla serrata memiliki warna karapas coklat

merah seperti karat dengan bentuk alur H pada karapas tidak dalam, memiliki bentuk

duri depan (frontal margin) tumpul, serta tidak memiliki duri pada fingerjoint (duri

pada cheliped carpus) yang berubah menjadi vestigial.

Gambar 16. Scylla serrata (jantan).

4.3.2. Scylla tranquebarica

Menurut Estampador (1949) in Kathirvel & Srinivasagam (1992) Scylla

tranquebarica termasuk ke dalam kelompok “Banhawin”, di mana spesies tersebut

Page 60: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

45

berenang bebas di sekitar perairan pesisir, berwarna hijau, dan memiliki corak pada

pleopodnya. Begitu pula dengan Scylla oceanica, kedua spesies ini memiliki ciri-

ciri yang hampir mirip, kecuali pada bagian alur “H” dan duri pada cheliped carpus,

dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Scylla tranquebarica (jantan).

Berdasarkan hasil penelitian, pada Gambar 17, terlihat bahwa Scylla

tranquebarica memiliki warna karapas coklat kehijau-hijauan dengan bentuk alur H

pada karapas dalam. Bentuk duri frontal margin tajam dan duri inner carpal (duri

pada cheliped carpus) berjumlah dua dengan salah satu duri berduri tajam,

sedangkan duri lainnya agak tumpul serta pleopod pada S. tranquebarica bercorak.

Estampador (1949) in Siahainenia (2008) menyatakan bahwa Scylla

tranquebarica memiliki warna karapas hijau buah zaitun dengan bentuk alur H pada

karapas dalam, memiliki bentuk duri depan (frontal margin) tajam, serta bentuk

kedua duri pada fingerjoint (duri pada cheliped carpus) jelas, dimana salah satunya

agak tumpul. Moosa et al. (1985) menyatakan bahwa kepiting bakau genus Scylla

Page 61: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

46

di Indonesia memiliki dua warna dasar berbeda, yaitu yang termasuk warna

kehijauan atau hijau keabuan (S. oceanica dan S. tranquebarica) serta kelompok

yang berwarna dasar hijau-merah-kecoklatan (S. serrata dan S. serrata var.

paramamosain). Jenis S. oceanica dan S. tranquebarica biasanya ditemukan pada

perairan terbuka.

4.3.3. Scylla oceanica

Menurut Estampador (1949) in Kathirvel & Srinivasagam (1992) Scylla

oceanica termasuk ke dalam kelompok “Banhawin”, sama halnya dengan Scylla

tranquebarica, di mana spesies tersebut berenang bebas di sekitar perairan pesisir,

berwarna hijau, dan memiliki corak pada pleopodnya. Sedangkan menurut

Kathirvel & Srinivasagam (1992) Scylla oceanica memiliki warna karapas hijau

keabu-abuan, dengan bentuk alur “H” yang dalam, serta memiliki corak pada kaki

jalan dan pleopodnya, dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Scylla oceanica (jantan)

Page 62: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

47

Berdasarkan hasil penelitian, pada Gambar 18, terlihat bahwa Scylla oceanica

memiliki warna karapas coklat kehijau-hijauan dengan bentuk alur H pada karapas

dalam. Bentuk duri frontal margin tajam dan duri inner carpal (duri pada cheliped

carpus) berjumlah dua dan berduri tajam serta pleopod pada Scylla oceanica

bercorak. Hal di atas sesuai dengan deksripsi yang dijelaskan oleh Moosa et al.

(1985). Estampador (1949) in Siahainenia (2008) menyatakan bahwa Scylla

oceanica memiliki warna karapas hijau keabu-abuan dengan bentuk alur H pada

karapas dalam, memiliki bentuk duri depan (frontal margin) tajam, serta memiliki

bentuk duri pada fingerjoint (duri pada cheliped carpus) keduanya tajam.

4.4. Pola Pertumbuhan Kepiting Bakau

Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan panjang, volume, dan bobot

terhadap perubahan waktu (Hartnoll 1982 in Anggraini 1991). Di dalam manajemen

sumberdaya perikanan, analisis pertumbuhan digunakan untuk meramalkan ukuran

rata-rata biota di suatu populasi pada waktu tertentu dan untuk membandingkan

kondisi biota di daerah perikanan yang berbeda atau pada daerah yang sama dengan

strategi manejemen yang berbeda.

Organisme yang tidak mempunyai kerangka luar (eksoskeleton), ukuran

panjang berubah secara kontinu. Akan tetapi pada Crustacea yang memiliki

kerangka luar, terutama kepiting bakau, pertumbuhan menjadi suatu proses yang

diskontinu. Di dalam fase pertumbuhan kepiting bakau, terdapat suatu rangkaian

lepas cangkang (molt atau ecdysis) yang dipisahkan oleh suatu rangkaian antar ganti

cangkang (intermolt). Pada saat fase antar ganti cangkang, karapas tubuh menjadi

keras dan pertumbuhan terbatas sedangkan pada saat fase lepas cangkang, karapas

yang lama dilepaskan sehingga penambahan pertumbuhan terjadi sangat cepat

dengan periode waktu yang relatif pendek sebelum karapas yang baru menjadi keras.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada crustacea meliputi dua faktor,

yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi ukuran, jenis kelamin,

tingkat kedewasaan, dan cacat tubuh. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor

ekstrinsik adalah ketersediaan makanan, suhu lingkungan, dan parasit (Hartnoll

1982 in Anggraini 1991).

Page 63: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

48

Kajian pertumbuhan masing-masing spesies kepiting bakau di beberapa daerah

yang meliputi hubungan lebar karapas-berat dan hubungan lebar karapas-panjang

karapas dapat dilihat pada Tabel 7, 8, 9 serta Gambar 19, 20, dan 21. Di bawah ini

merupakan hasil regresi hubungan hubungan lebar karapas-berat dan hubungan lebar

karapas-panjang karapas dari Scylla serrata yang berasal dari 11 daerah penelitian

yang ditunjukkan oleh Tabel 7 dan Gambar 19.

Tabel 7. Hasil regresi hubungan lebar karapas-berat Scylla serrata.

Regresi

Lebar karapas-berat Lebar karapas-panjang

karapas Lokasi

Jumlah

(ekor)

Ukuran lebar karapas

(mm) R2 r b R2 r b

Pidie 11 33-98 0.469 0.685 0.976 0.646 0.804 0.335

Jambi 9 82-118 0.821 0.906 2.300 0.836 0.914 0.465

Cilamaya 36 67-163 0.693 0.833 1.772* 0.608 0.78 0.473

Blanakan 20 76-134 0.467 0.683 3.530* 0.93 0.964 0.667

Gebang 17 69-164 0.680 0.825 2.115* 0.763 0.874 0.526

Ambulu 23 76-150 0.904 0.951 2.870* 0.961 0.981 0.651

Mataram 5 90-129 0.315 0.561 3.167 0.955 0.977 0.62

Bone 55 67-140 0.560 0.748 1.640* 0.628 0.792 0.548

Maros 29 64-105 0.913 0.955 3.097* 0.895 0.946 0.747

Teluk Bintuni 4 127-146 0.558 0.747 3.209 0.762 0.873 0.737

Jayapura 6 110-124 0.021 0.145 -0.335 0.828 0.91 0.431

Keterangan: * setelah dilakukan uji-t, tolak H0

Berdasarkan Tabel 7, pada hubungan lebar karapas-berat, terlihat bahwa

sebagian besar pola pertumbuhan Scylla serrata di beberapa daerah ialah pola

pertumbuhan allometrik positif, artinya pertambahan berat tubuh lebih dominan

dibandingkan pertambahan lebar karapas. Sama halnya dengan pola pertumbuhan

kepiting bakau menurut Hartnoll (1982) di mana pola pertumbuhannya ialah

allometrik. Akan tetapi terdapat beberapa S. serrata yang memiliki pola

pertumbuhan isometrik, di mana pertambahan lebar karapas sama dengan

dibandingkan pertambahan berat. Selanjutnya berdasarkan hasil regresi lebar

karapas dan berat, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) yang bervariasi pada

setiap lokasi penelitian, di mana nilai R2

tertinggi berasal dari Maros, yaitu sebesar

0,913 artinya model regresi tersebut dapat menjelaskan model yang sebenarnya di

alam sebesar 91,3%.

Page 64: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

49

Nilai b

4.00003.00002.00001.00000.0000-1.0000

Frequency

4

3

2

1

0

Mean =2.2128�Std. Dev. =1.1581�

N =11

Gambar 19. Grafik sebaran nilai b Scylla serrata.

Berdasarkan pada Gambar 19, diketahui bahwa nilai b yang berasal dari

hubungan lebar karapas-berat memiliki distribusi yang normal dengan nilai rata-rata

b sebesar 2,2128. Selanjutnya di bawah ini merupakan hasil regresi hubungan lebar

karapas-berat dan hubungan lebar karapas-panjang karapas dari Scylla

tranquebarica yang berasal dari 8 daerah penelitian yang ditunjukkan oleh Tabel 8

dan Gambar 20.

Tabel 8. Hasil regresi hubungan lebar karapas-berat Scylla tranquebarica.

Regresi

Lebar karapas-berat Lebar karapas-Panjang

karapas Lokasi

Jumlah

(ekor)

Ukuran

lebar karapas

(mm) R2 r b R2 r b

Pidi 64 58-103 0.827 0.909 2.703* 0.810 0.900 0.609

Blanakan 21 90-142 0.752 0.867 1.097 0.590 0.768 0.309

Gebang 24 90-135 0.746 0.864 3.190* 0.915 0.957 0.623

Mataram 12 87-150 0.829 0.910 3.197* 0.777 0.882 0.592

Samarinda 29 80-106 0.725 0.852 2.706* 0.913 0.955 0.692

Maros 12 62-102 0.772 0.879 2.990* 0.706 0.840 0.590

Bone 5 62-110 0.983 0.992 2.163* 0.997 0.999 0.631

Teluk Bintuni 4 126-164 0.960 0.980 3.721* 0.978 0.989 0.664

Keterangan: * setelah dilakukan uji-t, tolak H0

Page 65: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

50

Berdasarkan Tabel 8, pada hubungan lebar karapas-berat, terlihat bahwa

sebagian besar pola pertumbuhan Scylla tranquebarica di beberapa daerah memiliki

pola pertumbuhan allometrik positif, akan tetapi S. tranquebarica di Blanakan

memiliki pola pertumbuhan isometrik. Menurut Hartnoll (1982) hubungan lebar

karapas-berat pada kepiting dipengaruhi oleh pertumbuhan allometrik. Selanjutnya

berdasarkan hasil regresi lebar karapas dan berat, diperoleh nilai koefisien

determinasi (R2) yang bervariasi pada setiap lokasi penelitian, di mana nilai R

2

tertinggi berasal dari Bone, yaitu sebesar 0,983 artinya model regresi tersebut dapat

menjelaskan model yang sebenarnya di alam sebesar 98,3%.

Nilai b

4.00003.50003.00002.50002.00001.50001.0000

Frequency

3

2

1

0

Mean =2.7209�Std. Dev. =0.7989�

N =8

Gambar 20. Grafik sebaran nilai b Scylla tranquebarica.

Kemudian berdasarkan pada Gambar 20, terlihat bahwa nilai b yang berasal

dari hubungan lebar karapas-berat memiliki distribusi yang normal dengan nilai rata-

rata b sebesar 2,7209. Selanjutnya di bawah ini merupakan hasil regresi hubungan

hubungan lebar karapas-berat dan hubungan lebar karapas-panjang karapas dari

Scylla oceanica yang berasal dari 11 daerah penelitian yang ditunjukkan oleh Tabel

9 dan Gambar 21.

Page 66: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

51

Tabel 9. Hasil regresi hubungan lebar karapas-berat Scylla oceanica.

Regresi

Lebar karapas-berat Lebar karapas-panjang

karapas Lokasi

Jumlah

(ekor)

Ukuran lebar karapas

(mm) R2 r b R2 r b

Pidie 8 59-89 0.786 0.887 2.526 0.941 0.970 0.640

Jambi 3 83-110 0.999 1.000 2.866 0.955 0.997 0.563

Blanakan 8 86-130 0.963 0.981 2.667* 0.987 0.993 0.655

Gebang 6 91-127 0.967 0.984 3.696* 0.987 0.993 0.655

Mataram 4 97-134 0.942 0.971 2.534 0.977 0.988 0.555

Samarinda 66 83-150 0.482 0.694 1.984* 0.870 0.933 0.604

Pontianak 29 111-144 0.488 0.699 2.794* 0.927 0.963 0.614

Maros 20 65-118 0.671 0.819 2.162* 0.532 0.729 0.846

Bone 15 62-90 0.898 0.948 2.827* 0.872 0.934 1.025

Teluk Bintuni 45 110-158 0.764 0.874 3.461* 0.672 0.820 0.671

Jayapura 7 115-159 0.779 0.882 3.640* 0.897 0.947 0.835

Keterangan: * setelah dilakukan uji-t, tolak H0

Nilai b

4.00003.50003.00002.50002.00001.5000

Frequency

3

2

1

0

Mean =2.8325�Std. Dev. =0.5635�

N =11

Gambar 21. Grafik sebaran nilai b Scylla oceanica.

Berdasarkan Tabel 9, pada hubungan lebar karapas-berat, sebagian besar

Scylla oceanica memiliki pola pertumbuhan allometrik positif, artinya pertambahan

berat tubuh lebih dominan dibandingkan pertambahan lebar karapas. Akan tetapi, S.

oceanica yang berasal dari Pidie, Jambi, dan Mataram memiliki pola pertumbuhan

isometrik, artinya pertambahan lebar karapas sama dengan pertambahan berat.

Page 67: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

52

Menurut Hartnoll (1982) hubungan lebar karapas-berat pada kepiting dipengaruhi

oleh pertumbuhan allometrik. Kemudian berdasarkan hasil regresi lebar karapas dan

berat, diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) yang bervariasi pada setiap lokasi

penelitian, di mana nilai R2

tertinggi berasal dari Gebang, yaitu sebesar 0,967 artinya

model regresi tersebut dapat menjelaskan model yang sebenarnya di alam sebesar

96,7%. Selanjutnya pada Gambar 21 terlihat bahwa nilai b yang berasal dari

hubungan lebar karapas-berat S. oceanica memiliki distribusi yang normal dengan

nilai rata-rata b kurang dari 3, yaitu 2,8325.

4.5. Analisis Komponen Utama (AKU) dan Hubungan Kekerabatan Genus

Scylla

Analisis Komponen Utama (AKU) atau Principal Component Analysis (PCA)

digunakan untuk mereduksi banyaknya peubah (variabel) yang digunakan dalam

sejumlah data hingga mendapatkan suatu komponen utama yang dapat

menggambarkan sebagian besar informasi yang diukur menggunakan keragaman

total yang terkandung di dalam sejumlah variabel. Variabel yang digunakan dalam

AKU hanya 10 karakter morfometrik kepiting bakau Scylla spp. yang meliputi

panjang karapas (P), lebar karapas (L), berat tubuh (B), tinggi tubuh (T), panjang

duri orbital pada frontal margin (P.orb), panjang cheliped sebelah kanan dan kiri

(PCR dan PCL), panjang profundus sebelah kanan dan kiri (PPR dan PPL), serta

tinggi cheliped sebelah kanan dan kiri (TCR dan TCL). Karakter meristik yang

meliputi jumlah duri frontal margin (SO), jumlah duri anterolateral sebelah kiri dan

kanan (SCL dan SCR) tidak digunakan dalam AKU, hal tersebut dikarenakan

jumlah duri dari ketiga karakter meristik hampir sama pada setiap sampel kepiting

sehingga memiliki keragaman yang mendekati nol.

4.5.1. Scylla serrata

Berdasarkan hasil perhitungan Principal Component Analysis (PCA) atau

Analisis Komponen Utama (AKU), diperoleh satu komponen utama pertama (first

component) yang dapat menggambarkan 91,3% terhadap total keragaman semua

variabel karakter morfometrik. Komponen utama tersebut diperoleh berdasarkan

Page 68: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

53

eigen value (akar ciri pertama) sebesar 10,041 yang juga merupakan ragam

komponen utama. Selain itu diperoleh nilai vektor ciri yang merupakan koefisien

komponen utama dari seluruh karakter morfometrik S. serrata yang dapat

menggambarkan secara umum karakter morfometriknya. Nilai dari vektor ciri

tersebut adalah PC1 = 0,295P + 0,289L + 0,294T + 0,302B + 0,290P.orb + 0,311Pcr

+ 0,302Ppr + 0,306Tcr + 0,311Pcl + 0,302Ppl + 0,314Tcl. Berdasarkan nilai vektor

ciri komponen utama pertama, terlihat bahwa nilai setiap karakter morfometrik S.

serrata bernilai positif artinya keseluruhan karakter morfometrik di atas dapat

digambarkan oleh komponen utama pertama. Akan tetapi terdapat satu karakter

yang paling berpengaruh pada AKU, yaitu tinggi chela sebelah kiri (TCL), hal ini

dikarenakan karakter tersebut memiliki hubungan korelasi paling dekat dengan

komponen utama pertama.

Kemudian, terdapat komponen utama kedua (second component) yang dapat

menggambarkan 5,1% terhadap total keragaman seluruh karakter morfometrik S.

serrata dan memiliki eigen value (nilai akar ciri atau ragam) sebesar 0,563.

Berdasarkan besaran persentase total keragaman dari dua komponen utama

diperoleh satu komponen utama, yaitu komponen utama pertama yang dapat

menggambarkan hampir secara keseluruhan informasi dari karakter morfometrik S.

serrata yang bernilai 91,3% dibandingkan dengan komponen utama kedua yang

bernilai 5,1%.

Selanjutnya berdasarkan analisis komponen utama, diperoleh grafik score plot

yang dapat menggambarkan penggerombolan S. serrata menurut lokasi penelitian.

Penggerombolan tersebut dapat dilihat pada Gambar 22, yang menampilkan

kemiripan Scylla serrata di setiap daerah, dimana garis berwarna merah

menggambarkan kemiripan S. serrata antar lokasi yang memiliki jarak yang lebih

dekat dan garis berwarna biru menggambarkan suatu kelompok yang lebih besar

Scylla serrata di beberapa lokasi penelitian memiliki perbedaan pada karakter

morfometriknya. Hal ini terlihat dari kelompok-kelompok kecil (garis berwarna

merah) pada Gambar 22, misalnya S. serrata yang berasal dari Blanakan memiliki

kemiripan dengan yang berasal dari Samarinda dan Mataram tetapi berbeda dengan

S. serrata yang berasal dari Jambi dan Ambulu. Menurut Overton et al. (1997)

terjadinya perbedaan karakter morfometrik pada kepiting bakau disebabkan oleh

Page 69: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

54

adanya pengaruh lingkungan perairan di sekitar hutan mangrove yang dapat

mempengaruhi sifat fenotip dari kepiting bakau. Selain itu, faktor suhu pun dapat

menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi karakteristik morfometrik kepiting

bakau walaupun terpisah oleh jarak geografi yang jauh karena suhu dapat

mempengaruhi iklim pada suatu daerah. Hal ini pun berlaku pada kepiting bakau

jenis S. tranquebarica dan S. oceanica.

Gambar 22. Grafik score plot Scylla serrata.

Overton et al. (1997) menyatakan terdapat perbedaan kepiting bakau yang

berasal dari empat lokasi di Asia Tenggara, yaitu Klong Ngao, Ranong, Thailand;

Teluk Ban Don, Surat Thani, Thailand; Can Gio, Vietnam Selatan; serta Sematan,

Sarawak, Malaysia Timur. Kepiting bakau yang diteliti memiliki dua sifat fenotif,

yaitu kepiting bakau tipe “black” dan “white” berdasarkan nama lokalnya. Khusus

kepiting bakau yang berasal dari Teluk Ban Don terdapat kedua jenis kepiting

(“black” dan “white) yang simpatrik, artinya kedua jenis kepiting tersebut hidup

dalam habitat yang sama tetapi tidak melakukan perkawinan antar spesies.

Berdasarkan keempat lokasi tersebut, diketahui terdapat tiga kelompok berbeda

berdasarkan kemiripan karakter pada masing-masing lokasi. Kepiting bakau yang

berasal dari Klong Ngao (Thailand) memiliki kemiripan dengan kepiting bakau dari

Page 70: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

55

Sematan (Malaysia) dengan sifat fenotif “black”. Kemudian, kepiting bakau yang

berasal dari Teluk Ban Don (Thailand) dengan sifat fenotif “black’ memiliki

kemiripan dengan kepiting bakau yang berasal dari Can Giao (Vietnam) dengan sifat

fenotif “white”. Sedangkan kepiting bakau yang berasal dari Klong Ngao

(Thailand) yang memiliki sifat fenotif “white’ dan “black” membentuk kelompok

tersendiri.

Berdasarkan Gambar 22 terdapat dua kelompok besar yang memiliki

kemiripan satu sama lainnya, yaitu kelompok 1 (Pidie, Maros, Jambi, Cilamaya,

Bone, Blanakan, Jayapura, Gebang, Ambulu, Mataram, dan Samarinda) serta

kelompok 2 (Teluk Bintuni). Berdasarkan kelompok tersebut, dapat diketahui

bahwa penyebaran Scylla serrata di wilayah bagian barat dan timur Indonesia tidak

dipengaruhi oleh adanya garis Wallace. Hal tersebut dapat dilihat pada kelompok 1

di mana wilayah barat Indonesia (Mataram, Maros, Bone, dan Jayapura) bergabung

dengan wilayah timur Indonesia (Pidie, Jambi, Cilamaya, Blanakan, Gebang,

Ambulu, dan Samarinda).

Distribusi S. serrata yang tidak dipengaruhi oleh garis Wallace dapat

disebabkan oleh penyebaran spesies Scylla serrata di dunia, yang menyebar mulai

dari Samudera Hindia (Pakistan hingga Australia Barat), Laut Cina Selatan

(Thailand, Singapura, Vietnam, Sarawak, hingga Cina Selatan), hingga ke Samudera

Pasifik (Filipina, Timor-Timur, Teluk Carpentaria) (Keenan et al. 1998 in Le Vay

2001), di mana perairan Indonesia berada di dalam kawasan tersebut seperti tampak

pada Gambar 24.

Gambar 23. Peta distribusi Scylla serrata di dunia (FAO 1998).

Page 71: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

56

4.5.2. Scylla tranquebarica

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Komponen Utama (AKU), diperoleh

satu komponen utama pertama (first component) yang dapat menggambarkan 92,6%

terhadap total keragaman semua variabel karakter morfometrik. Komponen utama

tersebut diperoleh berdasarkan eigen value (nilai akar ciri pertama) sebesar 10,181

yang merupakan ragam komponen utama. Kemudian, diperoleh nilai vektor ciri

yang merupakan koefisien komponen utama dari seluruh karakter morfometrik yang

dapat menggambarkan secara umum keseluruhan karakter morfometrik S.

tranquebarica. Nilai dari vektor ciri tersebut adalah PC1 = 0,311P + 0,310L +

0,307T + 0,304B + 0,303P.orb + 0,3Pcr + 0,299Ppr + 0,286Tcr + 0,298Pcl +

0,293Ppl + 0,306Tcl. Berdasarkan vektor ciri yang bernilai positif pada setiap

karakter morfometriknya, keseluruhan karakter morfometrik di atas dapat

digambarkan oleh komponen utama pertama. Akan tetapi terdapat satu karakter

morfometrik yang paling berpengaruh pada AKU, yaitu panjang orbital (P.orb atau

optical groove width) berdasarkan hubungan korelasi terdekat dengan komponen

utama pertama.

Kemudian terdapat komponen utama kedua (second component) yang dapat

menggambarkan 5,9% terhadap total keragaman seluruh karakter morfometrik S.

tranquebarica dan memiliki nilai akar ciri atau ragam sebesar 0,647. Berdasarkan

besaran persentase nilai keragaman kedua komponen utama, diperoleh satu

komponen utama saja yaitu komponen utama pertama yang dapat menggambarkan

hampir secara keseluruhan informasi dari karakter morfometrik S. tranquebarica

dengan persentase sebesar 92.6% dibanding komponen utama kedua yang bernilai

5.9%. Selanjutnya berdasarkan analisis komponen utama, diperoleh grafik score

plot yang dapat menggambarkan secara sederhana penggerombolan S. tranquebarica

menurut lokasi penelitian. Penggerombolan tersebut dapat dilihat pada Gambar 24,

yang menampilkan kemiripan Scylla tranquebarica di setiap daerah secara

sederhana, dimana garis berwarna merah menggambarkan kemiripan S.

tranquebarica antar lokasi yang memiliki jarak yang lebih dekat dan garis berwarna

biru menggambarkan suatu kelompok yang lebih besar.

Page 72: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

57

Gambar 24. Grafik score plot Scylla tranquebarica.

Kepiting bakau Scylla tranquebarica di beberapa lokasi penelitian memiliki

pada karakter morfometriknya. Hal ini terlihat dari kelompok-kelompok kecil pada

Gambar 24, misalnya S. tranquebarica yang berasal dari Pidi dan Maros memiliki

kemiripan tetapi berbeda dengan S. tranquebarica yang berasal dari Samarinda dan

Bone. Hal ini sama dengan dengan hasil penelitian Overton et al. (1997).

Selanjutnya, berdasarkan Gambar 24 terdapat dua kelompok besar yang

memiliki kemiripan antar daerahnya, yaitu kelompok 1 (Pidie, Maros, Samarinda,

Bone, Blanakan, Gebang, Mataram, Pontianak, dan Jayapura) serta kelompok 2

(Teluk Bintuni). Berdasarkan kelompok tersebut, dapat diketahui bahwa penyebaran

Scylla tranquebarica di wilayah bagian barat dan timur Indonesia tidak dipisahkan

oleh garis Wallace. Hal tersebut dapat dilihat pada kelompok 1 di mana wilayah

barat Indonesia (Mataram, Maros, Bone, dan Jayapura) bergabung dengan wilayah

timur Indonesia (Pidi, Blanakan, Gebang, Samarinda, dan Kalimantan Barat)

menjadi satu kelompok.

Distribusi S. tranquebarica yang tidak terpengaruh oleh garis Wallace dapat

disebabkan oleh penyebaran spesies Scylla tranquebarica di dunia, yang menyebar

mulai dari Samudera Hindia (Pakistan hingga Malaysia), Laut Cina Selatan

(Singapura dan Sarawak), hingga ke Samudera Pasifik (Filipina) (Keenan et al. 1998

Page 73: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

58

in Le Vay 2001), di mana perairan Indonesia berada di dalam kawasan tersebut,

seperti pada Gambar 25.

Gambar 25. Peta distribusi Scylla tranquebarica di dunia (FAO 1998).

4.5.3 Scylla oceanica

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Komponen Utama (AKU), diperoleh

satu komponen utama pertama (first component) yang dapat menggambarkan 94,6%

terhadap total keragaman semua variabel karakter morfometrik. Komponen utama

tersebut diperoleh berdasarkan eigen value (nilai akar ciri pertama) sebesar 10,408

yang merupakan ragam komponen utama. Kemudian diperoleh nilai vektor ciri

yang merupakan koefisien komponen utama dari S. oceanica yang dapat

menggambarkan secara umum karakter morfometrik S. oceanica. Nilai dari vektor

ciri tersebut adalah PC1 = 0,296P + 0,305L + 0,303T + 0,295B + 0,298P.orb +

0,302Pcr + 0,295Ppr + 0,303Tcr + 0,309Pcl + 0,306Ppl + 0,304Tcl. Berdasarkan

nilai vektor ciri dari setiap karakter morfometrik S. oceanica yang bernilai positif,

keseluruhan karakter morfometrik tersebut dapat digambarkan oleh komponen

utama pertama. Akan tetapi, terdapat satu karakter morfometrik yang paling

berpengaruh, yaitu panjang chela sebelah kiri (Pcl), hal ini berdasarkan hubungan

korelasi terdekat dengan komponen utama pertama.

Kemudian terdapat komponen utama kedua (second component) yang dapat

menggambarkan 3,2% terhadap total keragaman seluruh karakter morfometrik S.

oceanic serta memiliki nilai akar ciri atau ragam sebesar 0,348. Berdasarkan besaran

persentase nilai keragaman dari kedua komponen utama, diperoleh satu komponen

Page 74: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

59

utama saja, yaitu komponen utama pertama yang dapat menggambarkan hampir

secara keseluruhan informasi dari karakter morfometrik S. oceanica sebesar 94,6%

dibanding komponen utama kedua yang bernilai 3,2%. Selanjutnya berdasarkan

analisis komponen utama, diperoleh grafik score plot yang dapat menggambarkan

secara sederhana penggerombolan S. oceanica menurut lokasi penelitian.

Penggerombolan tersebut dapat dilihat pada Gambar 26, yang menampilkan

kemiripan Scylla oceanica di setiap daerah secara sederhana, dimana garis berwarna

merah menggambarkan kemiripan S. oceanica antar lokasi yang memiliki jarak yang

lebih dekat dan garis berwarna biru menggambarkan suatu kelompok yang lebih

besar

Gambar 26. Grafik score plot Scylla oceanica.

. Berdasarkan Gambar 26, dikeahui bahwa terdapat perbedaan pada karakter

morfometrik Scylla oceanica di beberapa lokasi penelitian. Hal ini terlihat dari

kelompok-kelompok kecil pada Gambar 26, misalnya S. oceanica yang berasal dari

Maros memiliki kemiripan dengan yang berasal dari Samarinda tetapi berbeda

dengan S. oceanica yang berasal dari Blanakan dan Gebang.

Selanjutnya berdasarkan Gambar 26, terdapat dua kelompok besar berdasarkan

kemiripan antar daerahnya, yaitu kelompok 1 (Pidi, Bone, Maros, Jambi, Samarinda,

Blanakan, Gebang, dan Mataram) serta kelompok 2 (Bintan, Kalimantan Barat,

Page 75: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

60

Jayapura, dan Teluk Bintuni). Selanjutnya dapat diperoleh suatu gambaran

mengenai penyebaran kepiting bakau S. oceanica yang tidak dipengaruhi oleh garis

Wallace. Hal tersebut dapat dilihat pada kedua kelompok besar di mana wilayah

barat Indonesia (Mataram, Maros, Bone, Jayapura, dan Teluk Bintuni) bergabung

dengan wilayah timur Indonesia (Pidi, Jambi, Bintan, Blanakan, Gebang,

Samarinda, dan Kalimantan Barat). Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya

penyebaran spesies S. oceanica di dunia (Gambar 27).

Gambar 27. Peta distribusi Scylla oceanica di dunia (FAO 1998).

Berdasarkan Gambar 27, distribusi S. oceanica yang tidak terpengaruh oleh

garis Wallace disebabkan oleh penyebaran spesies Scylla oceanica di dunia, yang

menyebar mulai dari Indo-Pasifik Barat (Afrika Selatan, Laut Merah, Australia,

Filiphina), Taiwan, Jepang, hingga ke Kepulauan Pasifik (Fiji, P. Solomon,

Caledonia Baru, Samoa Barat) (Keenan et al. 1998 in Le Vay 2001), di mana

perairan Indonesia berada di dalam kawasan tersebut.

4.6. Analisis Biplot Karakter Meristik dan Morfometrik Kepiting Bakau

Analisis biplot digunakan untuk mengetahui keeratan antara karakter meristik

dan morfometrik kepiting bakau, yang meliputi panjang karapas (P), lebar karapas

(L), berat tubuh (B), tinggi tubuh (T), jumlah duri frontal margin (SO), jumlah duri

anterolateral sebelah kiri dan kanan (SCL dan SCR), panjang duri orbital pada

frontal margin (P.orb) panjang cheliped sebelah kiri dan kanan (PCL dan PCR),

Page 76: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

61

panjang profundus sebelah kiri dan kanan (PPL dan PPR), serta tinggi cheliped

sebelah kanan dan kiri (TCL dan TCR) pada kepiting bakau. Selain itu, analisis

biplot digunakan pula untuk mengetahui keragaman setiap karakter dan nilai peubah

karakter untuk mengetahui keunggulan karakter tersebut. Analisis biplot dari Scylla

serrata, S. tranquebarica, dan S. oceanica berturut-turut dapat dilihat pada Gambar

28, Gambar 29, dan Gambar 30.

Pi diJambi

Ci l amaya

Bl anakan

Gebang

Ambul u

Mat aram

Samari nd

Maros

Bone

Jayapura

Tel . Bi nt

PL

T

B

PorbSO

SCR

Pcr

PprTcr

SCL

Pcl

Ppl

Tcl

-2

-1

0

1

2

3

4

5

Di mensi on 1 (99. 1%)

-10 0 10 20 30

Gambar 28. Grafik biplot Scylla serrata.

Berdasarkan Gambar 28, dapat dilihat bahwa karakter P, L, T, B, PCR, PPR,

TCR, PCL, PPL, dan TCL saling berkorelasi positif berdasarkan sudut-sudut yang

dibuat antar karakter kurang dari 90o, artinya jika salah satu karakter mengalami

peningkatan maka karakter lainnya pun akan mengalami peningkatan. Nilai

keragaman ditunjukkan oleh garis berwarna merah dimana semakin panjang garis

tersebut, keragamannya semakin besar. Karakter meristik SO, SCR, dan SCL

memiliki keragaman yang sangat kecil mendekati nol, hal ini menggambarkan nilai

dari karakter tersebut hampir sama di setiap daerah. Sedangkan keragaman karakter

morfometrik lainnya memiliki keragaman yang tinggi.

Scylla serrata yang berasal dari Pidie, Jambi, Maros, Cilamaya, Ambulu dan

Bone memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan spesies S.

serrata dari daerah lainnya. S. serrata yang berasal dari Samarinda, Mataram,

Page 77: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

62

Blanakan, dan Subang memiliki ukuran yang hampir sama. Kemudian, S. serrata

dari Teluk Bintuni dan Jayapura memiliki ukuran yang relatif lebih besar dan dapat

digambarkan oleh berat badannya yang besar. Ketiga hal di atas berkenaan dengan

sudut yang dibentuk antara suatu lokasi dengan karakter morfometrik atau

meristiknya, jika sudut yang dibentuk lebih dari 90o maka ukuran kepiting di daerah

tersebut di atas ukuran rata-rata karakter morfometrik atau meristiknya begitu pula

jika sebaliknya.

Pi di

Bl anakan

Gebang

Mat aram

Samar i nd

Kal bar

Maros

Bone

Jayapura

Tel . Bi nt

P

L

T

B

PorbSOSCR

PcrPpr

Tcr

SCL

Pcl

Ppl

Tcl

- 4

- 3

- 2

- 1

0

1

2

3

4

5

Di mensi on 1 ( 99. 4%)

-10 0 10 20 30

Gambar 29. Grafik biplot Scylla tranquebarica.

Berdasarkan Gambar 29, di atas dapat dilihat bahwa karakter P, L, T, B, PCL,

PPL, dan TCL saling berkorelasi positif berdasarkan sudut-sudut yang dibuat antar

variabel kurang dari 90o, artinya jika salah satu karakter mengalami peningkatan

maka karakter lainnya pun akan mengalami peningkatan. Sedangkan karakter PPR,

PCR, dan TCR saling berkorelasi negatif dengan karakter P, L, T, B, PCL, PPL, dan

TCL berdasarkan sudut antar variabel lebih dari 90o, artinya jika salah satu karakter

mengalami peningkatan maka karakter lainnya akan mengalami penurunan. Akan

tetapi, hubungan di antara karakter PPR, PCR, dan TCR saling berkorelasi positif.

Nilai keragaman ditunjukkan oleh garis berwarna merah di mana semakin panjang

garis tersebut, keragamannya semakin besar. Karakter meristik SO, SCR, dan SCL

memiliki keragaman yang sangat kecil mendekati nol, hal ini menggambarkan nilai

Page 78: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

63

dari karakter tersebut hampir sama di setiap daerah. Sedangkan keragaman karakter

morfometrik lainnya memiliki keragaman yang tinggi, terutama keragaman berat

tubuh.

Scylla tranquebarica yang berasal dari Pidie, Maros, dan Bone memiliki

ukuran yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan spesies S. tranquebarica dari

daerah lainnya yang memiliki ukuran yang hampir sama, kecuali S. tranquebarica

yang berasal dari Teluk Bintuni. S. tranquebarica yang berasal dari Teluk Bintuni

memiliki ukuran yang relatif lebih besar yang dapat digambarkan oleh berat

badannya yang besar.

Pi di

Jambi

Bi nt an

Bl anakan

Gebang

Mat aramSamar i nd

Kal bar

Maros

Bone

Jayapura

Tel . Bi nt

P

L

T

B

Porb

SOSCR

Pcr

Ppr

Tcr

SCL

Pcl

Ppl

Tcl

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

Di mensi on 1 (98. 9%)

-10 0 10 20 30

Gambar 30. Grafik biplot Scylla oceanica.

Berdasarkan Gambar 30, dapat dilihat bahwa karakter P, L, T, B, PCR, PPR,

TCR, PCL, PPL, dan TCL saling berkorelasi positif berdasarkan sudut-sudut yang

dibuat antar variabel kurang dari 90o

atau saling berhimpitan, artinya jika salah satu

karakter mengalami peningkatan maka karakter lainnya pun akan mengalami

peningkatan. Nilai keragaman ditunjukkan oleh garis berwarna merah dimana

semakin panjang garis tersebut, keragamannya semakin besar. Karakter meristik

SO, SCR, dan SCL memiliki keragaman yang sangat kecil mendekati nol, hal ini

menggambarkan nilai dari karakter tersebut hampir sama di setiap daerah.

Page 79: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

64

Sedangkan keragaman karakter morfometrik lainnya memiliki keragaman yang

tinggi, terutama keragaman berat tubuh. Hal ini berkaitan dengan nilai berat tubuh

pada setiap sampel yang bervariasi.

Scylla oceanica yang berasal dari Pidie, Jambi, dan Maros memiliki ukuran

yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan spesies S. oceanica dari daerah lainnya

yang memiliki ukuran yang hampir sama, kecuali S. oceanica yang berasal dari

Gebang, Jayapura, dan Teluk Bintuni yang memiliki ukuran yang relatif lebih besar

dan dapat digambarkan oleh berat badannya yang besar. Hal di atas berkaitan

dengan sudut yang dibentuk antara suatu daerah dengan karakter morfometrik atau

meristiknya, jika sudut yang dibentuk lebih dari 90o maka ukuran kepiting di daerah

tesebut di atas ukuran rata-rata karakter morfometrik atau meristiknya begitu pula

jika sebaliknya.

4.7. Pengelolaan Kepiting Bakau

Berdasarkan distribusi ketiga spesies kepiting bakau yang menyebar di

seluruh perairan Indonesia dan penyebarannya tidak dipengaruhi oleh garis Wallace,

dapat dijadikan alternatif penambahan stok kepiting bakau jika populasi kepiting

bakau di suatu daerah mengalami penurunan. Introduksi kepiting bakau dapat

dilakukan, karena adanya kemiripan kepiting bakau dibeberapa lokasi penelitian

berdasarkan karakter morfometriknya. Selanjutnya setiap spesies kepiting bakau

memiliki habitat, distribusi, musim puncak pemijahan, musim puncak rekruitmen,

dan ukuran lebar karapas saat matang gonad pertama kali yang berbeda-beda,

sehingga diperlukan pengelolaan kepiting bakau yang berkelanjutan, yang

didasarkan pada jenis kepiting bakau yang berbeda-beda.

Pengelolaan tersebut harus sesuai dengan pengelolaan berdasarkan ekologi, di

mana perlu adanya interaksi antara lingkungan (baik biotik maupun abiotiknya),

kegiatan penangkapan, kebijakan pemerintah, serta sumberdaya perikanannya, yaitu

kepiting bakau, agar lingkungan yang merupakan habitat kepiting bakau tetap

lestari. Perlunya peraturan yang efektif dan selektif di setiap daerah dapat menjadi

cara yang tepat untuk pengelolaan kepiting bakau yang berkelanjutan di masa yang

akan datang. Selain itu, perlunya dukungan dan peran serta masyarakat dan

pemerintah setempat dalam membuat peraturan, seperti terdapat closed season

Page 80: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

65

ketika puncak pemijahan dan puncak rekruitmen dan open season ketika puncak

pemijahan dan rekruitmen selesai, hal ini berkaitan dengan pertambahan populasi

kepiting bakau yang berkelanjutan. Menurut Ewel (2007) yang melakukan

penelitian kepiting bakau di Kep. Hawaii, pengelolaan yang tepat untuk kepiting

bakau agar tetap lestari ialah dengan cara membentuk marine protected area,

pelarangan penangkapan kepiting bakau betina, serta pembatasan penangkapan

kepiting bakau selama beberapa bulan. Adanya regulasi penangkapan yang sesuai

di setiap daerah dapat menjadi cara yang terbaik untuk menjaga kelestarian kepiting

bakau.

Sementara itu teknologi untuk budidaya benih kepiting bakau sangat

diperlukan, karena selama ini benih yang digunakan untuk budidaya kepiting masih

berasal dari alam dengan tingkat eksploitasi yang semakin meningkat setiap

tahunnya, sehingga mengancam populasi kepiting bakau di samping menurunnya

luasan hutan mangrove. Terakhir, diperlukan suatu pemantauan yang berkala

terhadap setiap peraturan yang berlaku sehingga dapat meningkatkan proses

pengelolaan kepiting bakau yang berkelanjutan.

Page 81: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

66

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau di

14 lokasi penelitian, terdapat tiga spesies kepiting bakau, yaitu Scylla serrata, Scylla

tranquebarica, dan Scylla oceanica yang dapat dibedakan berdasarkan warna

karapas, bentuk alur “H”, bentuk duri frontal margin, bentuk dan jumlah duri pada

cheliped carpus, serta corak pada pleopod. Ketiga spesies ini menyebar luas di

perairan Indonesia, meliputi perairan di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,

Sulawesi, dan Papua dan penyebarannya tidak dipengaruhi oleh adanya garis

Wallace. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan karakter

morfometrik dan meristik ketiga spesies kepiting bakau di setiap lokasi penelitian.

Hal ini dikarenakan terdapat pengelompokkan masing-masing spesies di beberapa

lokasi penelitian berdasarkan analisis komponen utama. Kemudian untuk sarana

pengelolaannya, dapat dilakukan introduksi masing-masing spesies kepiting bakau

yang memiliki kemiripan karakter morfometrik dan meristik jika di suatu daerah

mengalami penurunan stok kepiting bakau. Serta diperlukan suatu pengelolaan

kepiting bakau yang berkelanjutan di setiap daerah agar populasi kepiting bakau

tidak punah dan variasi keanekaragamannya pun terjaga.

5.2 Saran

Perlu dilakukan suatu kajian yang lebih mendalam pada aspek genetik, seperti

pengujian DNA kepiting bakau dari setiap lokasi penelitian atau lokasi lainnya di

perairan Indonesia, sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan hasil analisis

karakter morfometrik dan meristik agar hasilnya dapat lebih akurat.

Page 82: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

67

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto E, Rivai SA, Liviawaty E, Hamdhani E. 1996. Kamus istilah perikanan.

Kanisius. Yogyakarta. 148 p.

Anggraini E. 1991. Regenerasi alat gerak, pertambahan bobot tubuh pasca lepas

cangkang, dan kajian morfometrik kepiting bakau (Scylla serrata, Forskal) di

Rawa Payau Muara Sungai Cikaso, Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 111 hlm.

Asmara H. 2004. Analisis beberapa aspek reproduksi kepiting bakau (Scylla serrata)

di perairan Segara Anakan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah [skripsi].

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 47 hlm.

Boer M. 2001. Perancangan percobaan. Laboratorium Model dan Simulasi,

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perairan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. vi + 46 p.

Butar-Butar H. 2006. Keterkaitan kelimpahan kepiting bakau (Scylla spp.) dengan

ketersediaan makanan alami di kawasan hutan mangrove (studi kasus di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi) [skripsi]. Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor. Bogor. 65 hlm.

Clark FP, M Neale, PS Rainbow. 2001. A morphometric analysis of regional

variation in Carcinus Leach, 1814 (Brachiura: Portunidae: Carcininae) with

particular reference to the status of the two species C. Maenas (Linnaeus, 1785)

and C. Estuarii Nardo, 1847. Journal of Crustacean Biology 21(1): 288-303.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman hayati laut: aset pembangunan berkelanjutan

Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. xxxiii + 412 p.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2006. Data produksi berdasarkan jenis

ikan di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2003 hingga tahun 2005. [terhubung

berkala]. http://dkp.go.id/SIMPATIK [16 Juni 2006].

Effendie MI. 1979. Metode Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. vii + 112

p.

Ewel K. 2007. Mangrove crab (Scylla serrata) populations may sometimes be best

managed locally. Journal of Sea Research 59(2008): 114-120.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 1998. p. 1046-

1128. In: Carpenter KE, Niem VH (eds). FAO species identification guide for

Page 83: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

68

fishery purposes, the living marine resource of the Western Central Pasific, vol

2: cephalopods, crustaceans, holothurians, and sharks. Rome: Food and

Agriculture Organization of the United Nations.

[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2007. The world’s

mangroves 1980-2005. [terhubung berkala]. http://fao.org. [6 November 2009].

Fisheries Bussines Center. 2009. Peta Indonesia (batimetri, elevasi, sebaran

mangrove dan terumbu karang). [terhubung berkala]. http://perikanan-

diy.info/pustaka/img_1.gif. [30 Maret 2009].

Fushimi H dan Watanabe S. 2001. Problems in spesies identification of the mud

crab Genus Scylla (Brachyura: Portunidae). Fisheries Science: 9-13.

Hartnoll RG. 1982. Growth. p. 111-195. In: Bliss DE, Abele LG (eds). The biology

of crustacean vol. II: embryology, morphology, and genetic. Academis Press,

New York.

Hino. 2009. Peta Indonesia. [terhubung berkala]. http://hino.co.id/peta-indonesia-

simplfy.gif [27 Agustus 2009].

Imron. 1998. Keragaman morfologis dan biokimiawi beberapa stok keturunan udang

windu (Penaeus monodon) asal laut yang dibudidayakan di tambak [tesis].

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 69 hlm.

Kasry A. 1996. Budidaya kepiting dan biologi ringkas. Bhratara Niaga Media.

Jakarta. x + 93 p.

Kathirvel M, Srinivasagam S. 1992. Taxonomy of the Mud Crab, Scylla serrata

(Forskal), from India. p. 127-132. In: Angell CA, editor. The mud crab, a report

on the seminar convened in Surat Thani, Thailand, 5-8 November 1991. Bay of

Bengal Programme. Madras.

Kordi M. 1997. Budidaya Kepiting dan Bandeng di Tambak Sistem Polikultur.

Semarang: Dahara Prize. vii + 272 p.

Le Vay. 2001. Ecology and management of mud crab Scylla spp. p. 101-111. Asian

Fisheries Science. Proceedings of the International Forum on the Culture of

Portunid Crabs: Manila, Philiphines 2001Asian Fisheries Society. Manila.

Moosa MK, Aswandy I, Kasry A. 1985. Kepiting bakau Scylla serrata (Forskal,

1775) dari Perairan Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

v + 16 p.

Mulya MB. 2000. Kelimpahan dan distribusi kepiting bakau (Scylla spp.) serta

keterkaitannya dengan karakteristik biofisik hutan mangrove di Suaka

Margasatwa Karang Gading dan Langkat Timur, Propinsi Sumatera Utara

[tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 66 hlm.

Page 84: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

69

Nontji A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. viii + 372 p.

Overton JL, Macintosh DJ, Thorpe RS. 1997. Multivariate analysis of the mud crab

Scylla serrata (Brachyura: Portunidae) from four locations in Southeast Asia.

Marine Biology, 128: 55-62.

Pramudji. 2004. Mangrove di pesisir Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Lembaga

Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta.

Sangthong P, Jondeung A. 2006. Classification of three mud crab morphs in the

genus Scylla using morphometric analysis. Nat. Sci, 40: 958-970.

Sartono B, Affendi FM, Syafitri UD, Sumertajaya IM, Angraeni Y. 2003. Modul

teori, analisis peubah ganda. Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Bogor. vi + 317 p.

Shelley C. 2008. Capture-based aquaculture of mud crabs (Scylla spp.). p. 255-269.

In: A. Lovatelli, P.F. Holthus (eds). Capture-based aquaculture. Global

overview. FAO Fisheries Technical Paper No. 508. Food and Agriculture

Organization of the United Nations. Rome.

Siahainenia L. 2008. Bioekologi kepiting bakau (Scylla spp.) di ekosistem mangrove

Kabupaten Subang, Jawa Barat [disertasi]. Program Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor. Bogor. 289 hlm.

Sirait JM. 1997. Kualitas habitat kepiting bakau Scylla serrata, S. oceanica, S.

tranquebarica di Hutan Mangrove RPH Cibuaya, Karawang [skripsi]. Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian

Bogor. Bogor. 92 hlm.

Southchinasea. 2009. Wallace Line. [terhubung berkala]. http://southchinasea.org/

miranda2/wallacebig.jpg. [6 April 2009].

Sulistiono, Watanabe S, Tsuchida S. 1994. Biology and Fisheries of Crabs in Segara

Anakan Lagoon. p. 65-76. In: Takashima F, Soewardi K (eds). Ecological

Assesment for Management Planning of Segara Anakan Lagoon, Cilacap,

Central Java, Maret 1994. NODAI Center for International Program, Tokyo

University of Agriculture, JSPS-DGHE Program. Tokyo.

Watanabe S, Fuseya R, Sulistiono. 2002. Crab Resources and Fisheries Management

in Japan. p. 31-38. In: Sulistiono, Rahardjo MF, Zairion, Brodjo M, Watanabe

S, Yokota M (eds). Procceding of the JSPS-DGHE International Seminar

Science in Tropical Area – towards the Integrated Sustainable Fisheries in Asia,

Bogor, 20-21 August 2001. Bogor Agricultural University. Bogor.

Wikipedia. 2008. Garis Wallace. [terhubung berkala]. http://id.wikipedia.org/

wiki/Garis_Wallace [14 Maret 2008].

Page 85: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

70

Page 86: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

71

Lampiran 1. Contoh sampel kepiting bakau yang telah dinomori.

Lampiran 2. Alat yang digunakan selama penelitian.

Keterangan (dari kiri ke kanan): penggaris, kertas

label, spidol, timbangan, tissue, jangka sorong.

Page 87: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

72

Lampiran 2. Proses pengukuran kepiting bakau saat di lapangan.

.

Page 88: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

73

Lam

pir

an

4. Data sheet

para

mete

r k

arak

ter

morf

om

etrik

-mer

isti

k k

epit

ing b

ak

au

.

PA

RA

ME

TE

R M

OR

FO

ME

TR

IK D

AN

ME

RIS

TIK

Loca

tion:

Spec

ies:

Dat

e

:

S

ex

:

No.

P (

mm

) L

(m

m)

T (

mm

) B

(gr)

P

orb

(m

m)

∑S

O

∑S

CR

P

cr

(mm

)

Pp

r

(mm

)

Tcr

(mm

) ∑

SC

L

Pcl

(mm

)

Pp

l

(mm

)

Tcl

(mm

) K

et.

Ket

eran

gan

:

P :

pan

jang b

adan

P

cr

: pan

jang c

hel

a se

bel

ah k

anan

L :

leb

ar b

adan

P

pr

: pan

jang p

rofu

ndus

seb

elah

kan

an

T :

teb

al b

adan

T

cr

: ti

nggi

chel

a se

bel

ah k

anan

B

: b

erat

Pcl

:

pan

jang c

hle

seb

elah

kir

i

Porb

:

pan

jang/j

arak

2 m

ata

Ppr

: pan

jang p

rofu

ndus

seb

elah

kir

i

∑S

O

: ju

mla

h d

uri

anta

ra 2

mat

a

T

cl

: ti

nggi

chel

a se

bel

ah k

iri

∑S

CR

:

jum

lah d

uri

pad

a kar

apas

seb

elah

kan

an m

ata

∑S

CL

:

jum

lah d

uri

pad

a kar

apas

seb

elah

kir

i m

ata

73

Page 89: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

74

Lam

pir

an

5. D

ata

men

tah

kara

kte

r m

orf

om

etr

ik d

an

meri

stik

sela

ma p

enel

itia

n.

Pen

jela

san t

ambah

an:

Kar

akte

r m

eris

tik

yan

g m

elip

uti

∑ S

O, ∑

SC

R, dan

∑ S

CL

seh

aru

snya

mem

ilik

i ju

mla

h y

ang s

tabil

, ak

an t

etap

i te

rindik

asi

men

gal

ami

per

ubah

an j

um

lah a

kib

at f

akto

r la

in (

jum

lahnya

tidak

sta

bil

pad

a se

tiap

kep

itin

g b

akau

).

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(m

m)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

1

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

1

F

72

1

04

3

8

200

2

6

6

9

64

3

9

34

9

6

2

37

2

2

2

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

2

M

61

9

0

33

1

40

2

2

6

9

61

3

5

24

9

5

5

33

2

1

3

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

3

F

56

7

9

29

1

00

2

4

6

9

46

2

7

17

9

5

0

29

1

7

4

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

4

F

67

1

01

3

7

180

2

2

6

9

59

3

4

22

9

5

6

33

2

1

5

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

5

F

53

8

0

27

8

0

22

6

9

4

7

30

1

8

9

44

2

6

17

6

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

6

F

52

7

1

26

8

0

21

6

9

4

4

26

1

9

9

43

2

4

12

7

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

7

F

54

8

0

29

1

00

2

0

6

9

47

2

7

17

9

4

4

26

1

6

8

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

8

F

52

7

4

27

9

0

19

6

9

4

3

25

1

8

9

40

2

5

16

9

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

9

M

46

7

0

24

8

0

17

6

9

3

8

23

1

6

9

38

2

4

15

10

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

10

M

6

1

83

3

1

140

2

4

6

9

58

3

4

25

9

5

7

33

2

3

11

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

11

F

7

3

163

4

0

180

2

6

6

9

45

2

5

13

9

5

7

34

2

1

12

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

12

M

6

2

87

3

0

110

2

3

6

9

56

3

3

22

9

5

2

29

1

9

13

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

13

F

6

1

89

3

2

90

2

2

6

9

53

3

1

19

9

5

3

32

1

9

14

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

14

F

7

5

92

3

3

140

2

6

6

9

57

3

4

23

9

5

2

29

1

9

15

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

15

F

5

2

67

2

1

90

1

8

6

9

38

2

0

13

9

3

8

23

1

2

16

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

16

M

7

4

98

3

3

150

2

9

6

9

65

3

9

31

9

6

3

38

2

8

17

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

17

F

5

2

77

2

8

110

1

9

6

9

44

2

5

16

9

4

3

25

1

5

18

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

18

M

7

3

96

3

3

130

2

6

6

9

58

3

4

25

9

5

3

30

2

2

19

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

19

M

6

5

90

3

5

130

2

2

6

9

56

3

2

21

9

5

7

32

2

5

20

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

20

M

7

9

97

3

9

150

3

0

6

9

70

4

1

34

9

6

9

38

2

8

21

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

21

M

7

8

110

4

1

270

2

8

6

9

79

4

7

35

9

7

5

45

3

1

22

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

22

M

9

0

122

4

5

370

4

3

6

9

97

5

1

35

9

9

4

49

3

8

23

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

23

F

8

1

116

4

1

220

2

6

6

9

70

3

6

26

9

6

0

35

2

4

74

Page 90: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

75

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

) P

pl

(mm

)

T c

l

(mm

)

24

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

24

F

8

7

120

4

3

230

3

6

6

9

72

4

1

28

9

7

3

39

2

2

25

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

25

M

6

8

98

3

7

170

2

1

6

9

60

3

8

24

9

6

4

40

2

8

26

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

26

F

7

9

94

3

5

140

2

8

6

9

59

3

2

24

9

5

6

31

2

1

27

S. se

rrata

1

2/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

27

M

7

3

99

4

0

180

3

0

6

9

59

3

1

20

9

7

0

36

2

8

28

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

29

F

6

3

95

3

5

120

2

4

6

9

57

3

4

19

9

5

6

32

1

8

29

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

30

M

5

8

85

3

2

100

2

2

6

9

55

3

2

21

9

5

5

33

2

0

30

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

31

F

6

5

95

3

5

130

2

3

6

9

58

3

4

21

9

5

4

31

1

9

31

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

32

F

6

6

97

3

4

120

2

5

6

9

61

3

4

20

8

5

3

30

1

9

32

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

33

F

6

9

88

3

1

90

2

2

6

9

52

3

0

17

9

5

0

29

1

6

33

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

34

F

5

4

83

3

0

90

2

2

6

9

50

3

0

18

9

4

8

29

1

6

34

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

35

F

7

1

106

3

7

190

2

6

6

9

64

3

7

24

9

6

3

37

2

3

35

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

36

F

8

0

115

4

3

210

2

8

6

9

66

4

1

26

9

6

2

40

2

3

36

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Cil

amay

a, K

araw

ang

37

F

8

5

126

4

5

280

3

0

6

9

70

4

0

26

9

7

0

40

2

5

37

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

1

M

65

9

4

32

1

7

18

6

9

6

9

43

2

5

9

62

3

9

25

38

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

2

M

77

1

04

3

8

210

3

3

6

9

74

4

2

33

9

7

1

38

2

9

39

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

3

M

68

1

00

3

4

190

2

5

6

9

72

4

5

31

9

7

2

46

3

1

40

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

4

M

66

9

2

34

1

60

2

4

6

9

64

3

8

26

9

6

1

36

2

3

41

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

5

F

52

7

6

29

9

0

20

6

9

4

5

28

1

7

9

44

2

7

15

42

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

6

M

75

1

07

4

1

280

2

6

6

9

78

4

8

32

9

7

6

48

3

0

43

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

7

M

69

9

9

37

2

10

2

5

6

9

77

4

7

32

9

7

7

48

2

9

44

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

8

M

79

1

15

4

1

250

2

9

6

9

69

4

0

29

9

6

9

40

2

9

45

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

9

M

72

1

06

4

0

250

2

5

6

9

78

4

7

31

8

7

7

47

2

9

46

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

10

M

8

6

124

4

5

380

2

9

6

9

91

5

5

40

9

9

0

55

3

7

47

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

11

M

9

5

131

4

9

500

3

8

6

9

110

6

3

42

9

1

00

6

2

40

48

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

12

M

7

8

109

4

2

280

2

8

6

9

80

4

8

33

9

7

7

47

3

1

49

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

13

M

7

1

95

3

7

240

2

4

5

9

74

4

2

29

9

7

1

42

3

1

50

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

14

M

7

3

106

4

0

250

2

5

6

9

79

4

8

32

9

7

8

47

3

0

51

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

15

M

7

8

113

4

3

260

2

7

6

9

82

4

9

35

9

7

0

39

2

9

75

Page 91: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

76

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

) P

pl

(mm

)

T c

l

(mm

)

52

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

16

M

7

7

114

4

4

330

2

7

6

9

81

4

8

37

9

7

6

48

3

5

53

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

17

M

8

2

116

4

4

290

2

9

6

9

76

4

5

34

9

8

1

47

3

4

54

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

18

M

8

1

117

4

4

290

2

8

6

9

80

4

7

33

9

7

9

47

3

1

55

S. se

rrata

1

3/0

7/2

00

8

Bla

nak

an,

Suban

g

19

F

8

6

134

4

7

320

3

1

6

9

74

4

5

30

9

7

2

44

2

5

56

S. se

rrata

1

8/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

F

9

2

135

5

4

350

3

4

6

9

100

5

0

39

9

8

1

50

3

4

57

S. se

rrata

1

8/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

2

F

9

5

136

5

2

360

3

2

6

9

94

4

7

37

9

7

6

47

3

2

58

S. se

rrata

1

8/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

3

F

9

6

137

4

2

300

3

1

6

9

100

5

0

38

9

8

2

48

3

2

59

S. se

rrata

1

8/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

4

F

7

5

110

4

0

170

2

7

6

9

90

4

5

29

9

6

8

39

2

6

60

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

6

F

6

7

96

3

5

120

3

2

6

9

64

3

4

23

9

5

8

30

2

1

61

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

7

F

6

3

89

3

2

100

2

8

6

9

62

3

4

23

9

5

7

30

2

0

62

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

8

F

6

5

95

3

5

120

2

9

6

9

62

3

5

26

9

5

8

31

2

1

63

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

9

M

9

5

135

4

7

500

4

0

6

9

108

6

3

50

9

1

07

6

0

45

64

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

0

F

90

1

30

5

3

350

4

1

6

9

80

4

5

33

9

7

8

43

2

9

65

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

1

F

82

1

20

5

1

300

3

5

6

9

72

3

9

32

9

6

6

34

2

9

66

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

2

F

90

1

34

5

0

340

3

8

6

9

79

4

5

32

9

7

4

38

2

9

67

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

3

F

84

1

20

4

7

260

3

6

6

9

68

3

8

28

9

6

9

38

2

6

69

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

5

F

64

8

9

35

1

40

2

8

6

9

57

3

3

22

9

5

4

29

2

0

70

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

6

M

67

9

1

37

1

80

3

0

6

9

66

3

8

27

9

6

4

35

2

5

71

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

7

F

64

9

0

33

1

70

2

8

6

9

66

3

5

30

9

6

0

31

2

8

72

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

8

M

87

1

20

4

5

400

2

9

6

9

86

5

3

40

9

8

5

52

4

0

73

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

1

9

M

61

9

3

36

1

60

2

4

6

9

59

3

1

23

9

5

6

30

2

1

74

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

2

0

M

71

1

00

3

7

150

2

5

6

9

61

3

8

24

9

6

2

38

2

2

75

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

2

1

F

66

9

4

36

1

50

2

5

6

9

53

3

1

17

9

5

3

31

2

1

76

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

2

2

F

79

1

04

3

6

150

2

4

6

9

58

3

3

23

9

5

4

32

2

2

77

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

2

3

M

78

1

15

4

2

280

2

8

6

9

76

4

8

32

9

7

6

48

3

2

78

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

2

4

F

81

1

10

4

4

280

2

8

6

9

70

4

0

25

9

6

8

39

2

3

79

S. se

rrata

2

1/0

7/2

00

8

Geb

ang, C

ireb

on

2

5

M

10

6

164

5

4

480

3

5

6

9

92

5

8

40

9

8

4

53

3

9

80

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

M

8

9

130

4

8

410

3

0

6

9

99

5

9

40

9

9

4

55

3

9

76

Page 92: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

77

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

81

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

2

M

9

6

132

5

0

440

2

5

6

9

93

5

5

38

9

9

8

59

1

8

82

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

3

M

6

0

82

3

4

110

2

0

6

9

51

2

8

21

9

5

0

29

4

3

83

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

4

M

8

6

125

5

1

400

3

0

6

9

81

4

9

41

9

8

3

49

2

5

84

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

5

M

5

4

76

3

6

80

2

7

6

9

61

3

4

27

9

6

0

33

2

2

85

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

6

M

6

1

82

3

6

120

2

7

6

9

61

3

5

23

9

5

7

33

2

2

86

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

7

F

6

5

94

3

9

110

2

8

6

9

58

3

2

25

9

5

4

29

1

9

87

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

8

M

6

1

90

3

9

90

2

1

6

9

48

2

9

19

9

4

4

25

2

1

88

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

9

M

5

8

82

3

4

90

2

1

6

9

60

3

7

23

9

5

1

27

89

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

0

F

60

8

7

39

1

00

2

0

6

9

49

2

9

20

9

4

4

22

1

6

90

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

1

M

58

8

0

34

1

00

2

0

6

9

52

2

9

23

9

5

1

28

1

9

91

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

2

F

69

9

3

44

1

80

2

5

6

9

60

3

4

26

9

5

7

33

2

0

92

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

3

M

60

8

6

32

9

0

27

6

9

4

6

26

2

0

9

45

2

6

19

93

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

4

M

60

9

4

36

1

00

2

6

6

9

61

3

5

26

9

4

5

23

1

4

94

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

5

F

71

1

05

3

7

180

2

4

6

9

43

2

3

20

9

3

7

19

1

7

95

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

6

M

62

9

1

37

1

10

2

2

6

9

55

3

0

25

9

5

4

32

2

2

96

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

7

F

89

1

24

4

6

280

3

0

6

9

79

4

0

39

9

6

1

34

2

2

98

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

1

9

M

64

8

3

39

1

20

2

3

6

9

52

3

0

22

9

5

3

30

2

1

99

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

2

0

F

72

1

04

4

1

160

2

4

6

9

55

3

1

24

9

6

2

33

2

2

100

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

2

1

F

10

0

150

5

5

500

3

2

6

9

79

4

8

31

9

8

2

51

3

2

101

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

2

2

F

84

1

20

4

5

260

2

8

6

9

68

3

8

30

9

6

7

39

2

8

102

S. se

rrata

2

2/0

7/2

00

8

Am

bu

lu, C

ireb

on

2

4

F

81

1

20

4

3

270

3

0

6

9

75

4

5

30

9

6

4

37

2

4

103

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

3

M

78

1

05

4

0

160

2

9

6

9

61

3

2

22

9

6

0

31

2

1

104

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

4

M

78

1

10

3

6

170

2

5

6

9

67

4

0

28

9

6

6

40

2

8

105

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

5

M

79

1

10

3

6

160

2

5

6

9

62

3

8

25

9

6

2

37

2

4

106

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

6

M

86

1

18

4

1

190

2

7

6

9

62

4

0

27

9

6

5

38

2

6

107

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

8

M

70

9

8

31

1

00

2

0

6

9

50

3

0

20

9

5

0

30

1

9

108

S. oce

anic

a

31/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

9

F

66

8

3

30

8

0

21

6

9

4

0

24

1

2

9

49

2

9

19

109

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

10

M

7

4

100

3

3

120

2

3

6

9

54

3

2

21

9

5

2

31

2

2

77

Page 93: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

78

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

110

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

11

M

7

8

105

3

6

170

2

5

6

9

63

3

8

25

9

6

1

37

2

1

111

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

12

M

7

6

103

3

4

140

2

4

6

9

58

3

4

22

9

5

6

33

2

2

112

S. se

rrata

3

1/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

13

M

6

9

82

3

1

90

2

2

6

9

49

3

0

20

9

4

7

28

1

8

113

S. oce

anic

a

31/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

14

M

7

0

92

3

2

110

2

2

6

9

49

3

0

18

9

5

2

32

2

2

114

S. oce

anic

a

31/0

8/2

00

8

Jam

bi,

Su

mS

el

15

M

8

1

110

3

8

180

2

6

6

9

59

3

4

22

9

6

1

35

2

6

115

S. se

rrata

1

5/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

1

F

84

1

15

4

3

250

3

0

6

9

64

3

8

22

9

6

7

38

2

6

116

S. se

rrata

1

5/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

2

F

85

1

21

4

3

270

3

2

6

9

68

3

8

26

9

6

5

36

2

5

117

S. se

rrata

1

5/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

3

M

83

1

11

4

4

350

3

2

6

9

73

4

7

38

9

7

6

45

3

7

118

S. tr

anqueb

ari

ca

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

4

M

90

1

32

4

7

400

3

2

6

8

82

4

8

28

8

7

6

48

3

4

119

S. se

rrata

1

5/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

5

F

87

1

24

4

5

290

3

0

6

9

74

4

2

26

9

6

9

38

2

4

120

S. se

rrata

1

5/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

6

M

80

1

10

4

2

270

3

0

6

9

70

3

8

32

9

6

8

38

2

8

121

S. oce

anic

a

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

7

F

79

1

15

3

8

180

2

8

6

9

63

3

8

23

9

6

4

39

2

5

122

S. oce

anic

a

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

9

F

97

1

39

4

8

350

3

3

6

9

69

4

0

28

9

6

7

38

2

7

123

S. oce

anic

a

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

10

M

11

5

150

5

0

690

3

6

6

9

110

6

5

46

9

1

06

6

0

46

124

S. se

rrata

1

5/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

11

M

8

0

111

4

2

270

3

0

6

9

70

4

0

30

9

6

8

38

2

8

125

S. oce

anic

a

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

13

M

9

6

133

4

7

450

3

2

6

9

75

4

5

31

9

8

2

47

3

7

126

S. oce

anic

a

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

15

F

8

3

125

4

0

280

2

8

6

9

69

3

8

27

9

6

7

38

2

5

127

S. oce

anic

a

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

17

F

11

0

159

5

2

540

3

6

6

9

78

4

3

30

9

8

4

49

3

5

128

S. oce

anic

a

15/0

9/2

00

8

Jayap

ura

, P

apua

18

M

9

5

134

4

6

460

3

2

6

9

71

4

5

37

9

7

3

48

3

2

129

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

1

M

11

0

158

5

8

940

4

0

6

9

127

8

0

65

9

1

35

8

0

63

130

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

4

M

95

1

38

5

0

610

3

5

6

9

105

6

5

54

8

1

09

6

2

52

131

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

5

M

60

1

33

4

8

420

3

2

6

9

101

5

6

44

9

9

5

55

3

8

132

S. tr

anqueb

ari

ca

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

7

M

91

1

26

4

5

370

3

5

6

9

100

6

3

50

9

0

0

0

133

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

8

F

85

1

25

4

1

280

3

0

6

9

85

5

5

25

9

7

0

42

2

2

134

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

9

M

11

0

153

5

3

750

4

0

6

9

120

7

0

50

9

1

18

7

0

54

135

S. tr

anqueb

ari

ca

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

10

M

11

4

164

5

6

780

3

5

6

9

135

8

0

62

9

0

0

0

136

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

11

F

8

8

123

4

5

310

3

2

6

9

73

4

3

25

9

7

1

41

2

9

137

S. se

rrata

0

1/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

13

F

10

0

130

5

1

400

3

5

6

9

83

4

6

30

9

8

8

50

3

0

78

Page 94: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

79

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

138

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

14

M

9

0

130

4

6

360

3

3

6

9

80

4

5

35

9

7

3

45

2

9

139

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

15

F

9

0

126

4

5

310

3

3

6

9

70

4

0

25

9

7

4

40

2

9

140

S. tr

anqueb

ari

ca

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

17

M

9

6

136

4

7

560

3

5

6

9

110

6

5

55

9

9

3

50

4

5

141

S. oce

anic

a

01/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

18

M

10

0

151

4

9

640

3

8

6

9

122

7

0

50

9

1

00

6

0

45

142

S. se

rrata

0

1/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

21

M

9

0

127

4

5

540

3

4

6

9

96

5

6

42

9

1

10

6

5

50

143

S. se

rrata

1

0/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

1

M

97

1

35

5

2

650

3

5

6

9

114

7

0

55

9

1

05

6

5

45

144

S. oce

anic

a

10/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

4

F

97

1

27

4

3

280

3

2

6

9

71

4

2

25

9

6

5

40

2

4

145

S. tr

anqueb

ari

ca

10/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

5

M

11

5

160

5

6

1020

4

0

6

9

140

8

5

70

9

1

28

8

2

62

146

S. oce

anic

a

10/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

6

M

10

0

140

4

2

490

3

5

6

9

100

6

0

43

9

8

8

55

4

0

147

S. oce

anic

a

10/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

7

F

87

1

32

4

5

310

3

3

6

9

75

4

5

27

9

7

5

43

3

0

148

S. oce

anic

a

10/1

1/2

00

8

Bab

o,

Pap

ua

8

F

10

0

146

5

0

410

3

5

6

9

88

5

1

32

9

8

5

50

3

4

149

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

M

10

0

144

5

0

440

3

5

6

9

113

6

5

50

9

1

03

6

0

43

150

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

F

7

0

83

3

7

140

2

7

6

9

63

3

8

24

9

6

0

37

2

1

151

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

M

10

2

145

4

9

420

3

6

6

9

106

6

4

49

9

1

01

6

2

45

152

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

M

7

8

102

3

5

170

3

5

6

9

71

4

4

29

9

7

8

48

3

3

153

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

M

8

0

114

4

1

230

2

4

6

9

83

5

3

37

9

8

6

55

3

8

154

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

7

F

7

2

107

3

7

130

2

7

6

9

55

3

5

25

9

5

2

30

2

1

155

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

8

F

7

9

117

4

0

280

2

7

6

9

70

4

3

27

9

6

7

40

2

3

156

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

9

F

7

3

110

3

9

170

2

6

6

9

70

4

0

25

9

6

4

38

2

6

157

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

0

F

70

1

01

3

6

130

2

5

6

9

66

3

8

25

9

6

2

37

2

3

158

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

1

M

83

1

19

4

3

250

3

0

6

9

94

5

5

45

9

8

8

55

3

8

159

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

2

M

78

1

12

4

0

210

2

8

6

9

86

5

0

42

9

8

4

50

3

5

160

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

3

F

72

1

17

3

9

100

2

6

6

9

67

3

8

24

9

6

1

36

2

2

161

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

4

F

90

1

30

4

5

220

3

0

6

9

80

4

8

32

9

7

2

42

2

5

162

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

5

F

79

1

16

3

6

140

2

8

6

9

61

3

5

24

9

6

9

40

2

8

163

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

6

F

80

1

19

3

9

160

2

8

6

9

67

3

8

26

9

6

5

37

2

4

164

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

7

M

82

1

15

4

2

250

3

0

6

9

100

5

9

50

9

9

2

55

4

4

165

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

8

F

82

1

22

4

0

180

3

0

6

9

72

4

3

31

8

6

7

41

2

4

79

Page 95: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

80

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

166

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

9

F

76

1

13

3

9

150

2

6

6

9

62

3

7

28

9

5

7

33

2

2

167

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

0

F

80

1

16

4

0

170

2

8

6

9

70

4

0

28

9

6

5

40

2

4

168

S. se

rrata

2

0/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

1

M

73

9

5

38

1

20

2

7

6

9

70

4

2

32

9

6

7

40

2

7

169

S. se

rrata

2

0/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

2

M

87

1

19

4

3

280

3

2

6

9

87

5

0

42

9

8

7

50

3

6

170

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

3

M

84

1

23

4

5

290

3

0

6

9

91

5

5

43

9

8

2

55

3

9

171

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

5

F

86

1

28

4

4

230

3

0

6

9

75

4

7

31

9

6

5

37

2

6

172

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

6

F

80

1

12

4

0

200

2

7

6

9

68

3

9

25

9

6

6

38

2

3

173

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

7

M

70

9

9

33

1

10

2

8

6

9

65

4

0

29

9

6

2

38

2

3

174

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

8

M

71

1

00

3

7

190

2

7

6

9

64

3

9

27

9

6

2

35

2

4

175

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

9

M

68

9

3

34

1

50

2

5

6

9

63

3

8

26

9

5

7

34

2

2

176

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

0

F

83

1

21

4

3

220

2

8

6

9

73

4

3

33

9

6

8

40

2

5

177

S. oce

anic

a

20/1

1/2

00

8

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

1

M

69

9

2

36

1

60

2

5

6

9

65

3

7

28

9

5

9

35

2

5

178

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

1

F

93

1

39

4

8

370

3

4

6

9

90

5

5

35

9

8

5

51

3

1

179

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

2

M

88

1

22

4

4

370

3

3

6

9

79

4

2

35

9

8

4

40

4

0

180

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

3

M

98

1

36

4

9

450

2

9

6

9

105

6

3

45

9

1

04

6

0

40

181

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

4

F

86

1

26

4

3

280

3

0

5

9

75

4

5

29

9

7

3

44

2

7

182

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

5

M

80

1

13

4

1

270

3

1

6

9

81

4

6

34

8

7

9

47

3

0

183

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

6

M

97

1

37

4

9

460

3

5

6

9

102

6

3

42

9

1

00

6

3

46

184

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

8

F

91

1

33

4

6

300

3

2

6

9

78

4

5

31

9

7

3

43

2

8

185

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

9

M

80

1

17

4

2

280

3

0

6

9

87

5

5

34

9

8

1

49

3

3

186

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

10

F

7

6

110

3

9

230

3

0

6

9

73

4

4

22

9

7

0

41

2

6

187

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

11

M

8

1

117

4

1

260

2

9

6

9

74

4

5

26

9

8

6

54

3

3

188

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

12

M

8

7

127

4

4

350

1

9

4

9

80

5

0

37

9

8

7

52

3

5

189

S. oce

anic

a

21/1

2/2

00

8

Bin

tuni,

Pap

ua

13

M

8

3

119

4

2

280

3

0

6

9

83

5

0

33

9

8

0

51

3

0

190

S. oce

anic

a

07/0

1/2

00

9

Bin

tan,

Ria

u

1

M

99

1

36

4

8

420

3

5

6

8

95

5

3

41

9

9

0

57

3

1

191

S. oce

anic

a

07/0

1/2

00

9

Bin

tan,

Ria

u

3

F

86

1

25

4

5

340

3

0

6

9

80

4

4

30

9

7

3

47

2

8

192

S. oce

anic

a

07/0

1/2

00

9

Bin

tan,

Ria

u

4

F

79

1

23

4

1

250

2

9

6

9

77

4

3

30

9

7

0

44

2

1

193

S. oce

anic

a

07/0

1/2

00

9

Bin

tan,

Ria

u

5

M

81

1

24

4

5

390

3

0

6

9

95

5

3

42

9

1

04

6

3

47

80

Page 96: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

81

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

194

S. oce

anic

a

07/0

1/2

00

9

Bin

tan,

Ria

u

6

F

86

1

31

4

5

310

3

2

6

9

80

4

6

31

9

8

0

48

3

2

195

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

1

M

57

8

0

31

1

00

2

6

6

9

57

3

3

15

9

6

0

37

2

3

196

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

3

M

68

9

8

38

1

80

2

8

6

9

70

4

8

29

9

6

7

41

2

7

197

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

4

M

47

6

5

29

5

0

21

6

9

4

3

25

1

5

9

44

2

7

16

198

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

5

M

43

5

8

21

4

0

20

6

9

4

1

25

1

4

9

38

2

3

12

199

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

6

M

48

7

2

27

7

0

21

6

9

4

8

30

1

8

9

46

2

7

15

200

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

7

M

49

7

3

27

7

0

22

6

9

5

3

33

1

9

9

49

3

0

16

201

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

8

M

49

7

2

27

7

0

22

6

9

5

0

31

1

9

9

48

2

9

16

202

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

9

M

50

7

0

21

6

0

22

6

9

4

7

29

1

8

9

45

2

7

16

203

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

10

M

5

7

82

3

1

100

2

5

6

9

57

3

6

29

9

5

3

32

1

9

204

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

11

M

4

5

60

2

3

50

2

0

6

9

43

2

5

15

9

4

1

24

1

3

205

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

12

M

5

1

71

2

7

70

2

3

6

9

54

3

4

19

9

4

9

29

1

6

206

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

13

M

6

6

97

3

6

110

2

9

6

9

75

5

2

30

9

7

2

45

2

8

207

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

14

M

4

6

76

2

4

60

2

1

6

9

44

2

8

16

9

4

2

22

1

9

208

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

15

M

5

1

70

2

7

70

2

2

6

9

48

2

8

18

9

4

2

23

1

5

209

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

16

M

6

5

90

3

3

120

2

8

6

9

67

3

8

26

9

6

3

39

2

3

210

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

17

F

5

1

74

2

7

70

2

3

6

9

50

3

1

14

9

5

1

31

1

7

211

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

18

M

5

1

71

2

7

70

2

2

6

9

48

2

8

16

9

4

9

31

1

7

212

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

19

M

6

2

94

3

4

140

2

6

6

9

59

3

5

25

9

6

0

38

2

1

213

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

20

M

5

2

71

2

6

70

2

2

6

9

43

2

4

18

9

4

6

35

1

6

214

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

21

M

4

9

68

2

4

40

2

0

6

9

48

3

3

15

9

4

1

23

1

9

215

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

22

M

6

7

93

3

5

120

2

7

6

8

67

4

2

27

8

6

4

39

2

4

216

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

23

M

6

4

90

3

4

120

2

9

6

9

63

3

8

23

9

6

0

37

2

0

217

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

25

M

6

1

80

3

1

100

2

7

6

9

63

3

9

25

9

5

8

36

2

0

218

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

28

M

5

1

75

2

6

60

2

2

6

9

47

2

9

16

9

5

3

32

2

0

219

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

30

M

4

7

65

2

5

50

2

0

6

9

45

2

8

16

9

4

3

26

1

4

220

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

31

M

4

8

73

2

9

50

2

0

6

9

48

3

0

18

9

4

6

29

1

5

221

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

32

M

4

1

59

2

0

30

1

8

6

9

40

2

5

16

9

3

5

22

1

1

81

Page 97: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

82

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

222

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

33

M

5

2

73

2

7

70

2

2

6

9

53

3

3

19

9

4

9

30

1

6

223

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

34

M

5

6

82

3

1

100

2

5

6

9

57

3

6

21

9

5

3

33

1

9

224

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

35

M

7

0

98

3

7

200

3

0

6

9

77

4

8

31

9

7

3

43

2

8

225

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

36

F

6

9

103

3

8

190

3

2

6

9

62

3

4

25

9

6

4

37

2

1

226

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

37

M

5

8

82

3

0

90

2

7

6

9

55

2

6

21

9

5

0

29

1

6

227

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

38

M

4

8

68

2

9

40

2

2

6

9

40

2

5

12

9

3

8

23

1

8

228

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

39

M

5

2

33

2

7

70

2

3

6

9

48

3

2

17

9

4

6

30

1

5

229

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

40

M

6

1

89

3

1

110

2

5

6

8

61

3

2

22

8

5

6

35

1

8

230

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

42

M

6

0

85

3

2

120

2

7

6

9

61

3

7

22

9

5

9

36

2

0

231

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

43

M

5

8

86

3

1

110

2

4

6

9

57

3

5

21

9

5

3

33

1

9

232

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

44

M

6

0

84

3

2

100

2

8

6

9

57

3

5

20

9

5

3

32

1

7

233

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

45

M

6

1

85

3

4

120

2

6

6

9

59

3

7

21

9

5

4

32

1

8

234

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

46

M

5

1

73

2

6

60

2

3

6

9

50

3

1

17

9

4

7

29

1

6

235

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

47

F

6

7

95

3

6

150

2

9

6

9

60

3

5

23

9

5

9

34

2

1

236

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

48

M

4

6

67

2

5

60

2

2

6

9

45

2

7

16

9

4

3

25

1

4

237

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

49

M

4

7

67

2

5

60

2

2

6

9

45

2

7

16

9

4

3

25

1

4

238

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

50

M

5

7

84

3

1

100

2

5

6

9

45

2

7

15

9

5

2

32

1

9

239

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

51

M

5

1

74

2

8

80

2

3

6

9

45

2

6

14

9

4

9

30

1

8

240

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

52

M

4

7

64

2

4

60

2

0

6

5

43

2

7

14

9

4

6

29

1

6

241

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

53

M

5

5

81

3

2

100

2

4

6

9

53

3

2

19

9

5

0

31

1

6

242

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

54

M

6

5

90

3

4

130

3

0

6

9

59

3

6

20

9

6

4

40

2

4

243

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

55

M

5

9

70

2

7

70

2

0

6

9

45

2

8

17

9

4

4

27

1

4

244

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

56

M

4

6

66

2

5

60

2

2

6

9

45

2

7

16

9

4

2

25

1

3

245

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

57

M

4

8

69

2

6

60

2

1

6

9

45

2

8

16

9

4

3

26

1

4

246

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

58

M

5

7

83

3

0

90

2

4

6

9

54

3

4

19

9

5

0

30

1

6

247

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

59

M

6

3

89

3

3

110

2

6

6

9

59

3

6

21

9

5

5

33

1

7

248

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

60

M

5

0

69

2

6

60

2

2

6

9

47

2

8

14

9

5

0

32

1

7

249

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

61

M

5

0

79

3

0

60

2

3

6

9

45

2

7

15

9

4

9

31

1

8

82

Page 98: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

83

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

250

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

62

M

5

1

70

2

4

40

2

4

6

9

44

2

6

14

9

4

6

30

1

8

251

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

63

M

5

6

63

2

3

40

2

1

6

9

40

2

3

13

9

3

1

17

9

252

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

64

M

4

1

58

2

1

30

1

9

6

9

39

2

3

12

9

4

1

25

1

4

253

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

65

M

5

2

73

2

8

80

2

4

6

9

46

2

7

15

9

4

9

30

1

6

254

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

66

M

4

1

62

2

2

40

1

9

6

9

40

2

5

14

9

3

9

24

1

3

255

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

67

M

4

7

66

2

4

50

2

2

6

9

43

2

6

15

9

4

1

25

1

3

256

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

69

M

5

6

80

3

0

90

2

4

6

9

50

2

9

16

9

5

3

32

1

9

257

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

70

M

5

6

78

2

9

90

2

6

6

9

55

3

4

19

9

5

0

30

1

6

258

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

71

M

5

1

71

2

8

70

2

2

6

9

45

2

5

14

9

4

7

28

1

6

259

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

72

M

4

3

59

2

1

40

2

0

6

9

37

2

2

12

9

4

0

25

1

3

260

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

73

M

4

6

66

1

9

50

2

0

6

9

41

2

6

16

9

3

7

23

1

3

261

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

74

M

5

0

72

2

6

50

2

1

6

9

47

3

0

19

9

4

3

27

1

4

262

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

75

M

6

1

80

2

9

80

2

4

6

9

52

3

2

18

9

5

0

32

1

7

263

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

76

M

6

0

84

3

1

80

2

5

6

9

58

3

7

21

9

5

4

31

1

7

264

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

77

M

5

3

79

3

0

60

2

3

6

9

51

3

2

19

9

5

0

31

1

6

265

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

78

M

4

7

63

2

7

50

2

0

6

7

42

2

6

14

9

4

1

23

1

2

266

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

79

M

4

6

63

2

4

40

2

1

6

9

45

2

8

16

9

4

1

23

1

3

267

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

82

M

6

0

86

3

1

90

2

2

6

9

52

3

2

20

9

5

1

30

1

7

268

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

83

M

5

0

76

2

6

50

2

0

6

9

48

3

1

19

9

4

5

29

1

9

269

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

84

M

5

1

75

2

8

70

2

0

6

9

43

2

6

15

9

4

6

29

1

8

270

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

85

M

5

5

77

3

0

90

2

4

6

9

52

3

4

19

9

5

0

31

1

6

271

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

86

M

5

7

83

3

6

90

2

4

6

9

55

3

5

20

9

4

6

28

1

4

272

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

87

M

6

1

91

3

4

110

2

5

6

9

58

3

6

22

9

5

3

31

1

7

273

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

88

M

5

3

72

2

8

60

2

2

6

9

50

3

0

18

9

3

8

23

1

1

274

S. oce

anic

a

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

89

M

5

3

80

2

8

70

2

2

6

9

40

2

5

13

9

4

0

24

1

3

275

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

90

M

4

5

66

2

4

50

2

0

6

9

44

2

8

16

9

4

1

25

1

4

276

S. tr

anqueb

ari

ca

13/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

91

M

4

6

79

2

6

50

2

0

6

9

45

2

6

14

9

4

7

29

1

5

277

S. se

rrata

1

3/0

2/2

00

9

Pid

i, A

ceh

Tim

ur

93

M

6

5

90

3

4

140

2

8

6

9

68

4

3

28

9

6

4

39

2

1

83

Page 99: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

84

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

278

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

1

M

63

9

1

30

8

0

26

6

9

5

4

34

2

0

9

59

3

9

22

279

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

2

F

60

8

2

30

1

00

2

6

6

9

54

3

1

18

9

5

8

37

2

0

280

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

3

M

53

8

0

27

7

0

24

6

9

5

2

31

1

9

9

46

2

7

15

281

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

4

F

69

1

01

3

7

150

2

9

6

9

61

3

8

22

9

6

1

38

1

9

282

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

5

M

59

8

7

30

9

0

25

6

9

5

4

34

1

7

9

56

3

5

20

283

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

6

M

62

8

5

32

1

20

2

6

6

9

67

4

5

26

9

6

4

41

2

4

284

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

7

M

56

7

8

28

8

0

25

6

9

5

6

34

2

2

9

52

3

2

18

285

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

8

M

59

6

7

25

6

0

22

6

9

4

4

24

1

6

9

43

2

6

13

286

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

9

M

65

8

9

32

1

00

2

6

6

9

60

3

9

24

9

5

8

36

2

0

287

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

10

F

6

0

84

3

2

90

2

6

6

9

53

2

7

18

9

5

0

30

1

6

288

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

11

M

6

3

86

3

2

100

2

8

6

9

62

3

8

22

9

5

8

36

1

9

289

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

12

M

6

5

94

3

1

90

2

8

6

9

66

4

2

24

9

6

2

39

2

1

290

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

13

M

6

3

83

2

8

90

2

6

6

9

59

3

8

22

8

5

8

36

1

9

291

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

14

M

7

3

104

3

9

180

3

1

6

9

74

4

7

27

9

7

0

43

2

9

292

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

15

F

6

1

85

3

1

90

2

7

6

9

57

3

6

21

9

5

5

35

1

8

293

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

16

M

6

1

89

3

1

90

2

5

6

9

58

3

7

20

9

5

2

33

1

8

294

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

17

M

5

1

71

2

5

60

2

4

6

9

47

2

9

15

9

5

1

31

1

9

295

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

18

M

4

6

64

2

3

40

2

2

6

9

46

3

0

15

9

4

3

27

1

3

296

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

20

M

5

0

72

2

6

40

2

3

6

9

46

2

8

19

9

4

3

26

1

3

297

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

21

M

4

9

69

2

5

40

2

0

6

9

46

3

0

15

9

4

3

26

1

3

298

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

22

M

4

5

64

2

3

40

1

9

6

9

43

2

8

13

9

4

4

25

1

4

299

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

23

F

5

9

82

3

1

90

2

5

6

9

52

3

2

18

9

5

0

30

1

5

300

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

24

F

6

5

92

3

2

90

2

5

6

9

63

4

2

23

9

5

5

34

1

9

301

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

25

F

5

7

79

3

0

70

2

5

6

9

53

3

3

17

9

5

3

33

1

7

302

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

26

M

4

6

67

2

4

40

2

1

6

9

44

2

7

15

9

4

3

26

1

3

303

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

27

M

4

6

64

2

3

30

2

0

6

9

43

2

5

15

9

4

2

25

1

8

304

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

28

F

5

3

75

2

7

60

2

3

6

9

50

3

0

17

9

4

6

28

1

5

305

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

29

M

4

7

79

2

4

40

2

1

6

9

45

2

8

15

9

4

3

26

1

3

84

Page 100: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

85

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

306

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

30

M

4

7

62

2

4

40

2

1

6

9

42

2

5

12

9

4

3

27

1

5

307

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

31

M

7

0

100

3

7

140

2

9

6

9

66

4

1

21

9

6

8

41

2

6

308

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

32

M

5

9

85

3

1

90

2

5

6

9

53

3

3

18

9

4

7

26

1

6

309

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

33

M

6

0

80

3

0

80

2

5

6

9

56

3

4

20

9

5

5

33

1

7

310

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

34

F

8

7

81

2

9

80

2

4

6

9

53

3

6

16

9

5

2

31

1

9

311

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

35

M

4

6

66

2

4

40

2

1

6

9

40

2

5

13

9

3

9

24

1

2

312

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

36

F

6

8

95

3

5

120

2

9

6

9

62

4

1

22

9

6

2

38

2

0

313

S. tr

anqueb

ari

ca

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

37

M

5

9

72

2

4

50

2

2

6

9

47

3

0

16

9

4

5

28

1

3

314

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

38

M

5

3

78

2

7

60

2

3

6

9

49

3

0

17

9

4

8

30

1

6

315

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

40

M

4

4

65

2

1

30

2

0

6

9

45

2

8

15

9

4

2

26

1

3

316

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

41

M

5

2

74

2

6

50

2

3

6

9

51

3

2

18

9

4

7

34

1

6

317

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

42

M

5

0

70

2

5

50

2

2

6

9

49

3

1

17

9

4

5

28

1

6

318

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

43

M

5

0

72

2

1

50

2

4

6

9

48

3

1

18

9

4

6

30

1

5

319

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

44

M

5

9

81

3

0

90

2

4

6

9

50

3

0

16

9

5

1

31

1

8

320

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

45

M

5

0

70

2

6

40

2

2

6

9

48

2

8

19

9

4

8

28

1

6

321

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

46

M

6

4

88

3

3

100

2

8

6

9

57

3

3

23

9

5

9

33

2

0

322

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

47

M

4

8

67

2

4

40

2

2

6

9

45

2

7

17

9

4

4

25

1

4

323

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

48

M

8

0

104

3

2

110

3

1

6

9

83

5

3

35

9

7

6

48

3

1

324

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

49

M

5

0

68

2

5

50

2

3

6

9

47

2

9

15

9

4

2

26

1

4

325

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

50

F

5

3

73

2

6

50

2

2

6

9

46

2

9

17

9

4

5

28

1

9

326

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

51

M

5

3

75

2

7

70

2

4

6

9

51

3

2

18

9

4

7

28

1

5

327

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

53

F

4

8

70

2

5

50

2

2

6

9

44

2

6

13

9

4

5

28

1

5

328

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

54

F

5

1

72

2

6

50

2

3

6

9

48

2

9

18

9

4

6

27

1

5

329

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

55

M

5

8

84

2

7

60

2

4

6

9

53

3

3

18

9

5

5

34

2

1

330

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

56

F

6

2

95

3

0

90

2

7

6

9

57

3

6

21

9

5

4

28

1

9

331

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

57

M

8

6

105

3

8

160

3

2

6

9

77

4

7

30

9

7

1

41

2

5

332

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

58

M

6

0

84

2

9

70

2

6

6

9

59

3

7

21

9

5

3

33

1

8

333

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

59

M

8

1

118

4

1

180

3

1

6

9

75

4

5

27

9

7

0

44

2

6

85

Page 101: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

86

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

334

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

60

F

6

1

88

2

9

70

2

7

6

9

58

3

6

21

9

5

5

35

1

8

335

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

61

M

4

8

75

2

5

40

2

5

6

9

47

2

8

14

9

4

9

30

1

6

336

S. oce

anic

a

02/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

62

M

6

0

68

3

0

90

2

5

6

9

63

3

8

24

9

5

7

36

1

9

337

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

63

M

7

0

97

3

6

140

2

8

6

9

76

4

6

32

9

7

2

44

2

7

338

S. se

rrata

0

2/0

3/2

00

9

Mar

os,

Su

law

esi

64

M

5

6

80

2

9

60

2

4

6

9

53

3

2

20

9

5

2

31

1

6

339

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

1

M

67

9

6

36

1

70

2

9

6

9

70

4

2

27

9

6

7

40

2

2

340

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

2

M

70

9

5

35

1

90

3

0

6

9

78

4

7

34

9

7

3

45

2

8

341

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

3

M

67

9

3

35

1

90

2

9

6

9

76

5

1

33

9

6

9

42

2

6

342

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

4

F

69

9

7

35

1

40

2

9

6

9

60

3

4

20

9

5

6

34

1

8

343

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

5

M

65

8

7

33

1

30

2

5

5

9

61

3

5

22

9

5

7

34

2

0

344

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

6

M

65

9

2

32

1

40

2

8

6

9

65

3

9

24

9

6

0

36

2

0

345

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

7

M

43

6

6

21

4

0

19

6

9

4

0

25

1

8

9

26

1

2

11

346

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

9

M

68

9

3

37

1

60

2

9

6

9

67

4

2

24

9

6

4

39

2

1

347

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

10

M

6

2

98

3

2

130

2

7

6

9

55

3

1

19

9

5

7

31

2

3

348

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

11

F

7

3

105

3

7

160

3

1

6

9

63

3

6

21

9

5

8

34

1

8

349

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

12

M

4

2

65

2

0

40

1

8

6

9

38

2

3

13

9

3

6

22

1

2

350

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

13

M

4

3

63

2

0

40

1

9

6

9

41

2

6

14

9

3

8

23

1

3

351

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

14

M

5

0

70

2

4

60

2

0

6

9

47

2

9

18

9

4

5

28

1

5

352

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

15

M

6

6

91

3

4

160

2

9

6

9

60

3

5

21

9

6

7

42

2

4

353

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

17

M

4

5

67

2

2

50

1

9

6

9

43

2

4

15

9

4

2

25

1

4

354

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

18

M

5

3

75

2

5

70

2

3

6

9

40

1

7

18

9

5

0

31

1

8

355

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

19

F

7

4

108

3

9

210

3

1

6

9

66

3

6

26

9

6

0

33

2

0

356

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

20

M

6

0

88

3

2

120

2

6

6

9

60

3

8

25

9

5

7

35

2

0

357

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

21

M

7

5

103

3

6

130

3

1

6

9

82

5

2

31

9

7

7

47

2

8

358

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

23

M

4

9

71

2

4

50

1

9

6

9

46

2

9

14

9

4

5

28

1

5

359

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

24

M

4

7

69

2

2

60

1

9

6

9

45

2

8

15

9

4

5

28

1

7

360

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

25

M

6

5

94

3

4

140

2

7

6

9

67

4

4

25

9

6

3

38

2

1

361

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

26

F

6

7

97

3

5

130

2

8

6

9

66

3

9

21

9

5

9

34

1

8

86

Page 102: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

87

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

362

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

28

M

6

4

86

3

2

120

2

6

6

9

60

3

8

23

9

5

8

36

2

0

363

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

29

M

7

3

100

3

7

170

3

0

6

9

69

4

0

28

9

5

7

31

2

4

364

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

30

M

5

2

70

2

6

70

2

2

6

9

49

3

0

16

9

4

7

28

1

4

365

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

31

M

5

2

76

2

5

60

2

2

6

9

51

3

1

19

9

4

7

28

1

6

366

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

32

M

6

8

95

3

4

150

2

7

6

9

69

4

1

26

9

6

5

38

2

1

367

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

33

M

6

3

90

3

3

150

2

8

6

9

65

4

0

23

9

6

4

38

2

7

368

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

34

F

6

0

90

3

2

120

2

5

6

9

59

3

4

23

9

5

5

34

1

9

369

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

35

M

6

8

92

3

5

150

2

8

6

9

65

3

9

24

9

6

4

39

2

1

370

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

37

M

6

6

92

3

6

150

2

9

6

9

62

3

6

22

9

5

6

30

2

6

371

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

38

M

6

2

98

3

4

130

2

7

6

9

60

3

7

23

9

5

9

37

2

0

372

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

39

F

6

1

88

3

2

120

2

8

6

9

53

3

0

20

9

5

1

30

1

7

373

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

40

F

7

4

103

3

8

170

3

0

6

9

61

3

5

20

9

6

3

36

2

2

374

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

41

F

7

2

102

3

7

160

2

9

6

9

65

3

8

24

9

6

0

35

1

9

375

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

42

M

7

1

99

3

6

190

2

8

6

9

75

4

6

30

9

7

2

42

2

6

376

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

43

M

3

4

67

3

5

90

2

7

6

9

63

3

8

22

9

6

3

39

2

5

377

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

44

F

6

8

94

3

5

130

3

0

6

9

59

3

4

19

9

5

8

33

2

0

378

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

45

F

6

1

84

3

0

120

2

6

6

9

55

3

5

22

9

5

2

31

1

7

379

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

47

F

6

0

83

2

9

100

2

6

6

9

54

3

2

18

9

5

3

31

1

6

380

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

48

F

7

2

105

3

6

170

3

0

6

9

62

3

6

20

9

6

3

35

2

2

381

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

49

M

6

3

98

3

2

130

2

7

6

9

61

4

0

24

9

5

8

35

2

0

382

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

50

F

6

7

95

3

4

140

2

9

6

9

60

3

5

23

9

5

6

33

1

8

383

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

51

M

4

2

63

2

0

40

1

8

6

9

38

2

3

14

9

3

9

24

1

4

384

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

52

F

6

8

91

3

5

140

3

0

6

9

61

3

8

21

9

5

8

35

1

9

385

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

53

F

5

7

82

3

1

110

2

6

6

9

52

3

2

17

9

5

8

34

2

1

386

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

54

M

4

1

62

2

1

40

1

9

6

9

38

2

3

15

9

3

7

23

1

3

387

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

55

M

5

5

78

2

8

80

2

3

6

9

53

3

3

21

9

4

8

30

1

6

388

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

56

M

6

7

84

2

9

80

2

2

6

9

56

3

6

20

9

5

1

30

1

7

389

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

57

F

5

9

83

3

0

100

2

5

6

9

54

3

2

19

9

5

3

31

1

7

87

Page 103: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

88

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

390

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

58

M

4

5

64

2

3

50

2

0

6

9

38

2

3

12

9

3

7

21

1

4

391

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

59

F

7

7

105

3

7

170

3

1

6

9

60

3

8

21

9

6

0

34

2

0

392

S. tr

anqueb

ari

ca

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

60

F

7

5

110

3

9

180

3

2

6

9

66

4

0

21

9

6

5

40

2

3

393

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

61

F

7

0

100

3

5

150

2

9

6

9

65

3

7

24

9

5

5

30

1

8

394

S. tr

anqueb

ari

ca

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

62

F

7

0

100

3

6

130

2

9

6

9

62

3

6

21

9

6

0

35

1

9

395

S. tr

anqueb

ari

ca

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

63

F

6

5

94

3

3

130

3

0

6

9

58

3

2

20

9

5

6

32

1

8

396

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

64

F

5

5

76

2

8

80

2

4

6

9

49

2

8

17

9

4

8

28

1

6

397

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

65

F

6

0

88

3

2

100

2

5

6

9

55

3

2

21

9

5

1

29

1

7

398

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

66

F

7

2

103

3

7

150

3

0

6

9

64

3

7

23

9

6

2

36

2

0

399

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

67

F

7

3

102

3

8

160

2

1

6

9

60

3

5

20

9

5

9

33

2

1

400

S. oce

anic

a

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

68

M

4

6

71

2

4

50

2

1

6

9

41

2

5

13

9

4

6

28

1

6

401

S. tr

anqueb

ari

ca

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

69

M

4

5

62

2

3

50

2

0

6

9

40

2

5

14

9

3

9

23

1

2

402

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

70

F

6

1

85

3

2

150

2

5

6

9

54

3

2

21

9

5

1

29

1

8

403

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

71

M

7

2

96

3

6

190

3

0

6

9

71

4

1

31

9

6

5

39

2

5

404

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

72

F

7

5

140

3

7

170

3

2

6

9

69

4

1

22

9

5

7

28

2

3

405

S. tr

anqueb

ari

ca

04/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

73

F

6

1

86

3

0

110

2

6

6

9

55

3

2

19

9

5

2

31

1

8

406

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

74

M

7

0

97

3

5

160

2

8

6

9

65

3

6

26

9

6

6

39

2

4

407

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

75

F

7

0

94

3

6

160

2

8

6

9

65

4

0

22

9

6

1

36

2

0

408

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

76

M

7

2

94

3

5

170

3

0

7

9

69

4

2

26

9

7

1

42

3

0

409

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

77

F

6

7

92

3

4

120

2

7

6

9

58

3

5

18

9

5

8

33

2

0

410

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

78

M

6

5

94

3

4

140

2

9

6

9

63

3

8

25

9

6

3

39

2

2

411

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

79

M

7

1

97

3

4

140

3

0

6

9

61

3

7

21

9

6

0

34

1

8

412

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

80

M

7

7

92

3

5

160

2

7

6

9

61

3

7

25

9

5

9

36

2

1

413

S. se

rrata

0

4/0

3/2

00

9

Bon

e, S

uls

el

81

M

6

0

82

3

1

110

2

7

6

9

52

3

0

21

9

5

4

32

1

8

414

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

F

8

4

124

4

3

260

3

6

6

9

78

4

7

26

9

7

7

48

2

8

415

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

F

9

4

144

4

8

420

3

4

6

9

87

5

5

28

9

9

2

56

3

3

416

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

3

F

9

0

134

4

6

330

3

7

6

9

84

5

0

31

9

7

9

48

2

6

417

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

4

F

8

1

122

4

1

150

3

3

6

9

77

4

6

25

9

7

3

44

3

3

88

Page 104: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

89

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

418

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

5

F

9

2

137

4

7

360

3

6

6

9

84

5

2

33

9

7

8

48

2

9

419

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

6

F

9

1

133

4

7

340

3

6

6

9

83

5

1

30

9

7

8

47

2

6

420

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

7

F

9

1

135

4

5

320

3

6

6

9

76

4

6

27

9

8

2

49

3

1

421

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

8

M

8

7

127

4

7

430

3

7

6

9

113

7

0

48

9

9

8

59

4

3

422

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

9

M

8

1

116

4

1

260

3

5

6

9

86

5

5

34

9

7

7

45

2

9

423

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

0

M

81

1

21

4

1

270

3

4

6

9

82

5

0

27

9

8

3

50

3

0

424

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

1

M

81

1

16

4

1

270

3

5

6

9

89

5

3

34

9

8

2

48

3

1

425

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

2

M

81

1

16

4

2

260

3

6

6

9

82

5

1

33

9

7

5

45

3

1

426

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

3

M

92

1

34

4

7

360

3

7

6

9

92

5

6

38

9

8

8

54

3

3

427

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

4

M

95

1

39

4

8

440

3

8

6

9

105

6

4

37

9

9

8

60

3

5

428

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

5

M

85

1

24

4

3

340

3

5

6

9

102

6

2

42

9

9

6

58

4

0

429

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

6

F

87

1

29

4

5

310

3

4

6

9

81

4

9

30

9

7

6

47

2

5

430

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

7

M

80

1

16

4

0

260

3

4

6

9

83

4

9

30

9

7

7

46

2

7

431

S. tr

anqueb

ari

ca

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

8

F

99

1

44

5

4

440

3

9

6

9

88

5

3

36

9

8

2

51

3

2

432

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

1

9

F

94

1

35

5

0

360

3

7

6

9

86

5

2

31

9

7

3

41

2

8

433

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

0

M

84

1

22

4

5

360

3

6

6

9

106

6

5

41

9

9

2

55

3

7

434

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

1

F

88

1

32

4

6

300

3

8

6

9

81

4

8

32

9

7

5

45

2

7

435

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

2

F

80

1

21

4

1

240

3

2

6

9

75

4

5

25

9

7

0

42

2

3

436

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

3

M

86

1

24

4

4

320

3

7

6

9

77

4

8

26

9

9

0

55

3

8

437

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

4

F

90

1

35

4

6

310

3

8

6

9

81

5

0

31

9

7

6

45

2

8

438

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

5

F

94

1

37

4

7

390

3

9

6

9

82

4

7

30

9

8

6

48

3

1

439

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

6

M

92

1

35

4

8

420

4

0

6

9

99

5

8

40

9

9

1

54

3

5

440

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

7

M

90

1

32

4

5

300

3

8

6

9

95

5

9

39

9

8

6

51

3

5

441

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

8

M

74

1

11

3

9

240

3

3

6

9

92

5

6

37

9

8

4

50

3

2

442

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

2

9

F

87

1

30

4

5

290

3

5

6

9

76

4

7

26

9

8

0

45

2

9

443

S. oce

anic

a

05/0

3/2

00

9

Kal

bar

3

0

M

81

1

16

4

1

120

3

5

6

9

80

4

7

31

9

7

5

45

2

9

444

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

F

6

8

99

3

7

140

3

0

6

9

63

3

9

22

9

6

2

37

1

9

445

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

F

7

0

97

3

6

140

3

1

6

9

64

3

7

21

9

6

6

39

2

4

89

Page 105: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

90

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

446

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

F

6

6

98

3

4

130

3

0

6

9

60

3

5

21

9

6

3

37

2

3

447

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

M

6

6

93

3

4

150

3

1

6

9

73

4

5

27

9

7

6

46

3

1

448

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

F

6

8

101

3

6

120

3

1

6

9

66

3

9

23

9

6

1

36

2

0

449

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

7

M

6

8

95

3

3

100

3

1

6

9

56

3

4

21

9

6

9

40

2

5

450

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

9

M

6

8

98

3

4

130

3

0

6

9

71

4

3

26

9

6

5

39

2

4

451

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

1

F

71

1

01

4

1

160

3

1

6

9

65

4

0

24

9

6

2

37

2

0

452

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

2

F

66

9

5

35

1

10

2

9

6

9

63

3

8

23

9

5

9

35

1

8

453

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

3

F

68

9

8

35

1

20

2

9

6

9

62

3

5

19

9

5

8

33

1

7

454

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

4

M

68

9

7

35

1

60

3

2

6

9

80

4

8

35

9

7

3

44

3

0

455

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

6

M

70

1

03

3

4

140

3

0

6

9

74

4

4

29

9

6

8

41

2

5

456

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

7

M

70

9

6

32

1

00

2

9

6

9

66

3

8

23

9

6

0

34

1

9

457

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

8

M

64

9

1

33

1

10

3

0

6

9

63

3

8

22

9

6

8

42

2

6

458

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

1

9

F

71

9

9

35

1

30

3

1

6

9

55

3

2

16

9

6

3

38

2

2

459

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

0

F

67

1

01

3

4

120

2

9

6

9

65

3

8

23

9

6

2

37

2

1

460

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

1

M

70

1

03

3

7

160

3

2

6

9

70

4

1

26

9

6

9

41

2

2

461

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

2

F

72

1

02

3

7

160

3

1

6

9

64

3

9

23

9

6

3

37

2

0

462

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

3

F

68

1

03

3

1

110

3

2

5

9

51

3

2

16

9

5

7

35

2

1

463

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

4

F

66

9

0

33

1

10

2

9

6

9

59

3

5

17

9

6

1

35

2

0

464

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

5

M

57

8

0

30

8

0

26

6

9

5

3

35

1

8

9

50

3

0

16

465

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

6

F

77

1

12

3

7

140

3

2

6

9

67

3

9

25

9

6

4

40

2

1

466

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

7

M

72

1

05

3

7

180

3

0

6

9

83

5

1

36

9

7

5

46

3

0

467

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

8

M

97

1

50

3

5

160

3

4

6

9

65

4

0

22

9

6

6

39

2

5

468

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

2

9

F

66

9

6

35

1

20

2

9

6

9

60

3

5

21

9

5

9

35

2

8

469

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

0

F

73

1

02

3

7

150

3

1

6

9

68

4

3

24

9

6

5

37

1

9

470

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

1

F

74

1

04

3

5

140

3

1

6

9

67

3

8

21

9

6

2

33

2

2

471

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

2

F

76

9

9

34

1

40

2

8

6

9

61

3

6

22

9

5

9

35

1

9

472

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

3

F

73

1

03

3

9

140

3

1

6

9

64

3

7

23

9

6

1

35

2

0

473

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

4

F

66

9

9

35

1

10

2

9

6

9

62

3

8

21

9

5

8

34

1

9

90

Page 106: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

91

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

474

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

5

F

63

9

0

32

9

0

27

6

9

5

7

35

1

9

9

55

3

2

17

475

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

6

M

59

8

3

30

8

0

26

6

9

5

6

33

1

9

9

54

3

1

16

476

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

7

F

73

1

04

3

8

170

3

1

6

9

68

4

1

25

9

6

3

38

1

9

477

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

8

F

69

1

02

3

5

150

2

8

6

9

65

3

9

23

9

6

1

36

2

0

478

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

3

9

F

72

1

03

3

7

150

3

1

6

9

56

3

3

17

9

6

7

40

2

2

479

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

0

F

75

1

15

3

7

130

3

2

6

9

67

4

0

22

9

6

3

37

2

1

480

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

1

F

73

1

09

3

1

120

3

1

6

9

65

3

9

21

9

6

6

40

2

3

481

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

2

M

72

1

06

3

7

160

3

0

6

9

69

4

2

25

9

6

6

41

2

2

482

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

3

M

70

1

01

3

5

100

3

0

6

9

69

4

3

26

9

6

5

39

2

3

483

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

4

F

70

1

03

3

6

120

3

1

6

8

68

4

0

25

9

6

2

37

2

0

484

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

5

F

76

1

04

3

9

150

3

2

6

9

65

3

8

23

9

6

3

37

2

2

485

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

6

F

64

9

3

28

1

00

2

8

6

9

58

3

3

21

9

5

7

34

1

9

486

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

7

M

68

1

00

3

4

110

2

9

6

9

69

4

1

26

9

6

7

41

2

3

487

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

8

M

63

9

4

32

9

0

28

6

9

6

8

43

2

6

9

68

4

3

27

488

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

4

9

F

71

1

01

3

7

140

3

1

6

9

64

3

8

21

9

6

1

35

2

0

489

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

0

F

69

1

01

3

6

140

2

9

6

9

60

3

5

21

9

5

7

32

1

8

490

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

1

M

71

1

03

3

7

150

3

1

6

9

72

4

3

28

9

6

7

41

2

4

491

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

2

F

73

1

08

3

8

150

3

1

6

9

73

4

4

25

9

6

9

41

2

2

492

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

3

F

68

9

6

35

1

10

3

1

6

9

58

3

4

19

9

5

6

33

1

8

493

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

4

F

67

9

6

35

1

20

2

9

6

9

63

3

8

23

9

5

7

33

1

9

494

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

5

M

68

1

02

3

4

100

2

9

6

9

66

4

1

23

9

6

0

35

2

1

495

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

6

F

68

1

05

3

6

120

3

0

6

9

61

3

6

23

9

5

9

35

2

0

496

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

7

F

72

1

01

3

7

120

3

1

6

9

54

2

9

23

9

6

1

35

1

9

497

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

8

F

71

1

08

3

6

140

3

2

6

7

64

3

9

21

9

6

9

40

2

5

498

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

5

9

M

70

1

00

3

5

130

3

0

6

9

72

4

3

26

9

6

7

40

2

2

499

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

0

F

68

1

00

3

5

120

2

9

6

9

66

3

9

24

9

6

3

37

2

1

500

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

1

M

68

9

8

34

1

30

3

1

6

9

67

3

8

25

9

5

5

29

2

2

501

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

2

F

65

9

8

34

1

40

3

0

6

9

63

3

7

22

9

5

9

35

1

8

91

Page 107: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

92

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

502

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

3

M

67

9

7

35

1

30

2

9

6

9

67

4

0

23

9

6

9

42

2

6

503

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

4

F

72

1

03

3

7

130

3

1

6

9

63

3

5

22

9

6

2

37

1

9

504

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

5

F

70

1

08

3

5

120

3

1

6

9

62

3

6

21

9

5

5

33

1

8

505

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

6

F

71

1

09

3

6

130

3

0

6

9

68

4

0

24

9

5

9

34

2

0

506

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

7

M

65

9

3

33

9

0

28

6

9

6

0

35

2

0

9

47

2

7

19

507

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

8

F

63

9

4

32

1

10

2

6

6

9

55

3

4

19

9

5

5

33

1

7

508

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

6

9

F

75

1

06

3

8

160

3

1

6

9

70

4

2

23

9

6

3

36

1

9

509

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

7

1

F

73

1

02

3

8

110

3

0

6

9

64

3

7

21

9

6

4

37

2

2

510

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

7

2

F

74

1

04

3

8

120

3

1

6

9

62

3

5

20

9

6

4

37

2

1

511

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

7

3

F

69

1

02

3

7

160

3

1

6

9

66

4

0

21

9

6

3

36

1

9

512

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Sam

ari

nda,

Kal

Tim

7

4

M

62

9

0

31

1

00

2

7

6

9

65

3

9

25

9

5

9

35

2

0

513

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

M

10

4

150

5

2

740

4

2

6

9

126

7

8

53

9

1

25

7

8

50

514

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

F

6

2

87

3

3

110

2

8

6

9

58

3

5

21

9

5

4

31

1

7

515

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

M

7

2

97

3

8

210

3

1

6

9

74

4

4

30

9

7

0

43

2

3

516

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

4

M

7

2

104

3

8

240

3

2

6

9

72

4

6

28

9

8

0

49

3

3

517

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

5

M

7

0

99

3

6

120

3

1

6

9

67

4

0

26

9

6

6

40

2

3

518

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

6

?

63

9

5

31

1

10

2

7

6

9

59

3

4

21

9

5

5

33

1

9

519

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

7

F

8

6

109

3

8

160

2

5

6

9

61

3

6

17

9

6

5

38

2

1

520

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

8

M

6

9

94

3

6

150

3

0

6

9

65

4

1

28

9

6

3

39

2

4

521

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

9

F

6

9

98

3

5

110

2

8

6

9

60

3

5

22

9

5

8

33

2

0

522

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

0

M

70

9

8

41

2

20

2

9

6

9

80

4

7

33

9

7

6

40

2

8

523

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

1

M

90

1

25

4

8

360

3

5

6

9

100

6

3

43

9

9

8

60

3

9

524

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

2

F

71

1

04

4

1

160

3

0

6

9

67

4

3

27

9

6

2

36

2

2

525

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

3

M

91

1

34

4

5

320

3

6

6

9

100

5

9

39

9

9

4

59

3

5

526

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

4

M

69

9

6

36

1

90

3

4

6

9

74

4

5

32

9

7

0

45

2

7

527

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

6

F

87

1

29

4

5

240

3

6

6

9

80

4

5

27

9

8

0

48

2

9

528

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

1

9

M

68

9

5

36

1

80

2

9

6

9

63

3

7

26

9

7

1

46

3

0

529

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

1

F

81

1

20

4

4

260

3

4

6

9

74

4

3

27

9

7

4

44

2

4

92

Page 108: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

93

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

530

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

2

F

86

1

31

4

5

270

3

6

6

9

82

5

2

29

9

8

0

47

3

2

531

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

3

M

70

9

7

34

1

40

2

7

6

9

65

4

1

25

9

6

0

40

2

1

532

S. se

rrata

1

2/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

4

M

64

9

0

34

1

30

2

7

6

9

59

3

6

23

9

5

8

34

2

1

533

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

5

F

81

1

16

4

2

170

3

4

6

9

68

3

9

26

9

6

7

39

2

3

534

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

6

F

77

1

13

4

0

160

3

2

6

9

67

4

2

26

9

6

7

39

2

2

535

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

8

F

73

1

03

3

8

170

2

9

6

9

60

3

4

19

9

6

4

38

2

2

536

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

2

9

F

71

1

00

3

8

170

2

9

6

9

63

3

9

24

9

6

1

37

2

0

537

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

1

M

70

1

00

3

4

150

3

0

6

9

64

3

9

22

9

6

9

43

2

3

538

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

2

F

86

1

08

3

9

170

3

0

6

9

67

3

7

24

9

6

5

38

2

1

539

S. oce

anic

a

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

3

F

84

1

26

4

2

310

3

3

6

9

80

4

9

31

9

7

8

48

2

8

540

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

4

F

70

9

9

37

1

40

2

9

6

9

60

3

5

23

9

5

8

33

2

0

541

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

5

F

84

1

19

4

4

250

3

5

6

9

73

4

4

28

9

7

1

41

2

5

542

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

6

F

74

1

18

3

9

180

3

1

6

9

65

3

7

20

9

6

5

38

2

4

543

S. tr

anqueb

ari

ca

12/0

3/2

00

9

Mat

aram

, N

TB

3

7

F

76

9

7

35

1

30

2

7

6

9

58

3

3

20

9

5

6

34

1

7

544

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

1

F

10

2

152

5

2

430

4

6

6

9

84

5

2

32

9

8

9

55

3

5

545

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

2

M

86

1

25

4

3

300

4

0

6

9

85

5

0

32

9

7

3

40

2

6

546

S. tr

anqueb

ari

ca

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

3

M

10

1

143

5

3

660

4

6

6

9

127

7

2

56

9

1

20

7

2

50

547

S. se

rrata

1

5/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

4

M

10

7

146

5

3

730

4

6

6

9

105

6

0

49

9

1

16

7

3

51

548

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

5

M

10

7

154

5

4

870

4

6

6

9

80

1

38

6

3

9

126

7

7

55

549

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

6

F

97

1

45

5

0

430

4

4

6

9

87

5

0

34

9

8

4

49

2

9

550

S. tr

anqueb

ari

ca

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

7

M

10

5

146

5

3

800

4

5

6

9

123

7

2

54

9

1

27

7

8

62

551

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

8

M

94

1

33

4

6

430

4

1

6

9

92

5

2

39

9

8

7

56

3

5

552

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

9

M

90

1

31

4

5

420

4

0

6

9

88

5

0

29

9

9

0

59

3

9

553

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

10

F

9

1

137

4

8

390

3

9

6

9

85

4

9

31

9

8

1

50

2

9

554

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

11

M

9

2

134

4

6

420

4

4

6

9

94

5

3

35

9

9

6

58

3

7

555

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

12

M

11

0

157

5

3

830

5

0

6

9

123

7

1

57

9

1

31

8

2

60

556

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

13

M

9

3

136

4

8

470

4

3

6

9

106

6

2

45

9

9

2

60

3

8

557

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

14

M

9

5

140

4

8

450

4

3

6

9

79

4

7

34

9

8

2

55

3

6

93

Page 109: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

94

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

) T

cl

(mm

)

558

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

15

M

9

3

139

4

5

420

4

3

6

9

89

5

5

39

9

8

3

53

3

5

559

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

16

M

9

7

135

5

0

470

4

5

6

9

86

4

7

37

9

8

0

50

3

0

560

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

17

M

8

4

120

4

2

290

4

0

6

9

81

4

2

35

9

8

0

49

3

0

561

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

18

F

9

3

136

4

9

370

4

1

6

9

82

4

8

32

9

7

4

46

2

8

562

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

19

M

10

9

153

5

2

810

5

0

6

9

133

8

0

62

9

1

22

8

2

56

563

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

20

F

9

5

140

5

1

360

4

3

6

9

73

4

0

25

9

8

3

50

3

0

564

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

21

M

8

5

128

4

0

280

3

8

6

9

83

4

5

31

9

8

2

47

3

0

565

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

22

M

8

9

130

4

4

385

3

8

6

9

92

5

4

33

9

8

0

49

2

8

566

S. oce

anic

a

15/0

5/2

00

9

Bin

tuni,

Pap

ua

23

M

9

4

132

4

6

450

4

2

6

9

100

6

0

41

9

9

6

61

3

7

567

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

1

M

99

1

38

5

3

600

4

0

6

10

1

15

6

5

45

9

1

06

6

8

45

568

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

2

F

87

1

29

4

5

270

3

4

6

9

70

4

1

27

9

6

5

41

2

4

569

S. se

rrata

3

0/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

3

M

96

1

34

5

1

540

3

9

6

9

105

6

2

44

9

1

05

6

1

42

570

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

4

M

80

1

15

4

1

250

3

1

6

9

71

4

6

31

8

8

0

45

2

7

571

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

5

F

84

1

25

4

5

240

3

3

6

9

50

2

7

19

9

6

8

42

2

7

572

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

6

F

79

1

18

4

2

210

3

0

6

9

69

4

0

27

9

6

3

40

2

3

573

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

7

M

80

1

14

4

0

260

3

2

6

9

71

4

7

29

8

7

1

46

2

6

574

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

8

M

76

1

10

4

2

250

3

2

6

9

80

4

7

33

9

7

8

47

3

0

575

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

9

F

64

9

0

33

1

20

2

6

6

9

58

3

4

23

9

5

2

32

1

8

576

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

10

F

7

4

111

4

0

190

3

1

6

9

62

3

7

23

9

6

0

37

2

0

577

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

11

M

8

6

123

4

4

350

3

4

6

9

89

5

5

38

9

8

6

53

3

4

578

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

12

F

8

8

129

4

6

280

3

5

6

9

67

3

8

24

9

6

7

40

2

7

579

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

13

F

9

0

132

4

8

330

3

6

6

9

70

4

3

31

9

7

5

45

2

7

580

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

14

F

9

3

130

4

9

310

3

5

6

9

68

4

0

26

9

7

1

44

3

0

581

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

15

M

8

8

125

4

5

340

3

5

6

9

86

4

9

36

9

8

9

55

3

4

582

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

16

F

10

0

142

5

2

400

3

8

6

9

82

4

7

34

9

7

9

48

2

9

583

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

17

F

9

4

138

5

0

350

3

7

6

10

8

0

46

3

2

9

77

4

6

28

584

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

18

F

7

1

101

3

8

170

2

8

6

9

59

3

2

23

9

6

0

38

2

1

585

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

19

M

7

1

101

3

7

180

3

0

6

9

72

4

2

29

9

7

0

43

2

7

94

Page 110: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

95

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

586

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

20

M

7

1

100

3

7

200

2

8

6

9

75

4

4

36

9

7

4

47

2

8

587

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

21

M

8

1

114

4

2

250

3

3

6

9

90

5

3

38

9

8

2

49

3

2

588

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

22

M

7

5

105

4

0

210

3

1

6

9

79

4

4

31

9

7

2

43

2

7

589

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

23

F

7

6

111

4

2

180

3

1

6

9

66

4

0

25

9

6

5

39

2

1

590

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

24

M

6

1

86

3

2

100

2

6

6

9

54

3

1

19

9

5

4

33

2

0

591

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

25

M

6

2

92

3

3

110

2

6

6

9

59

3

5

21

9

5

7

35

2

2

592

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

26

F

6

6

97

3

5

130

2

7

6

9

57

3

3

20

9

5

6

35

1

9

593

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

27

M

6

9

20

4

8

50

2

5

6

9

43

2

6

16

9

4

3

27

1

4

594

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

28

F

8

8

130

4

7

280

3

6

6

9

66

3

7

24

9

6

9

42

2

8

595

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

29

F

9

2

132

4

8

340

3

6

6

9

73

4

4

30

9

7

9

47

2

7

596

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Bla

nak

an,

Suban

g

30

F

9

5

140

5

0

380

3

7

6

9

80

4

9

33

9

7

8

48

2

8

597

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

F

8

9

135

4

8

400

3

7

6

9

77

4

5

34

9

7

5

49

2

6

598

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

M

8

3

115

4

1

340

3

6

6

9

95

5

5

36

9

8

5

56

3

5

599

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

3

F

9

0

131

4

8

360

3

8

5

9

77

4

4

26

9

7

0

46

2

8

600

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

4

F

7

2

106

3

7

190

3

1

6

9

55

3

1

24

9

6

1

39

2

2

601

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

5

F

8

1

122

4

2

270

3

3

6

9

66

3

8

27

9

6

6

41

2

2

602

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

6

M

8

9

123

5

1

420

3

8

6

9

98

5

7

45

9

9

3

61

3

8

603

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

7

M

9

0

125

4

6

430

3

1

6

9

91

5

3

38

9

9

3

58

3

9

604

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

8

M

7

3

105

4

3

220

3

0

6

9

63

3

8

26

9

6

1

39

2

3

605

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

9

M

6

6

91

3

6

110

2

7

6

9

60

3

7

25

9

4

9

31

1

8

606

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

0

M

79

1

11

4

1

250

3

1

6

9

79

4

8

31

9

8

1

51

3

3

607

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

1

M

97

1

34

5

2

670

3

9

6

9

103

6

0

49

9

9

9

63

4

4

608

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

2

M

83

1

16

4

3

350

3

2

6

9

86

5

0

38

9

8

2

50

3

4

609

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

3

F

91

1

32

4

8

370

3

5

6

9

74

4

3

32

9

7

3

45

2

9

610

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

4

F

84

1

21

4

6

340

3

3

6

9

73

4

2

32

9

6

2

40

2

3

611

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

5

M

69

9

5

36

1

90

2

8

6

9

61

3

7

24

9

6

1

38

2

1

612

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

6

M

84

1

18

4

5

360

3

1

6

9

87

5

1

42

9

8

8

56

3

6

613

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

7

F

72

1

03

3

8

190

2

8

6

9

60

3

5

21

9

6

3

40

2

3

95

Page 111: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

96

No.

Jen

is

Ta

ng

gal

Asa

l d

aer

ah

N

o.

Sex

P

(mm

)

L

(mm

)

T

(mm

)

B

(gra

m)

P

orb

(mm

)

SO

SC

R

P c

r

(mm

)

P p

r

(mm

)

T c

r

(mm

)

SC

L

P c

l

(mm

)

P p

l

(mm

)

T c

l

(mm

)

614

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

8

F

81

1

18

4

3

290

3

0

6

9

65

3

9

22

9

6

6

42

2

6

615

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

1

9

F

80

1

17

4

3

260

3

1

6

9

71

4

3

28

9

6

7

43

2

3

616

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

0

M

69

1

00

3

6

200

2

7

6

9

63

4

0

24

9

6

1

39

2

3

617

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

1

M

71

9

8

38

2

20

3

0

6

9

67

4

2

27

9

7

0

43

2

8

618

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

2

M

85

1

20

4

6

360

3

4

6

9

71

4

2

26

7

9

0

57

4

1

619

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

3

F

64

9

0

34

1

20

2

5

6

9

57

3

5

23

9

5

5

34

1

9

620

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

4

M

65

9

1

33

1

20

2

6

6

9

51

2

8

18

9

6

2

33

3

2

621

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

5

F

69

1

00

3

7

100

2

7

6

9

56

3

3

15

9

5

6

35

2

0

622

S. oce

anic

a

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

6

M

88

1

27

4

6

380

3

5

6

9

80

4

3

40

1

0

80

5

1

33

623

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

7

F

87

1

30

4

7

370

3

3

6

9

68

4

0

27

9

6

6

41

2

5

624

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

8

F

83

1

22

4

4

330

3

2

6

9

71

4

2

27

9

6

4

40

2

5

625

S. tr

anqueb

ari

ca

30/0

5/2

00

9

Geb

ang, C

ireb

on

2

9

M

84

1

18

4

5

370

3

2

6

9

92

5

7

37

9

8

5

55

3

4

Lam

pir

an

6.

Dis

trib

usi

fre

ku

ensi

pan

jan

g k

arap

as

tiap

sp

esi

es.

1. Scylla serrata

Fre

ku

ensi

(ek

or)

S

elan

g

kel

as

(mm

)

Nil

ai

tengah

(mm

) P

idi

Jam

bi

Cil

amay

a B

lanak

an

Geb

ang

Am

bulu

M

atar

am

Sam

arin

da

Jayap

ura

T

eluk B

intu

ni

Mar

os

Bon

e

34-4

4

39

1

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

1

45-5

5

50

2

0

8

1

0

1

0

0

0

0

12

3

56-6

6

61

6

0

10

2

6

11

1

0

0

0

8

20

67-7

7

72

2

4

10

8

5

3

7

1

0

0

4

31

78-8

8

83

0

5

7

7

6

4

1

1

6

0

1

0

89-9

9

94

0

0

1

2

6

3

1

0

0

2

0

0

100-1

10

105

0

0

0

0

1

1

0

0

0

2

0

0

96

Page 112: ANALISA VARIASI KARAKTER MORFOMETRIK DAN … · analisa variasi karakter morfometrik dan meristik kepiting bakau (scylla spp.) di perairan indonesia puput fitri rachmawati skripsi

97

2.

Scylla tranquebarica

Fre

ku

ensi

(ek

or)

S

elan

g

kel

as

(mm

)

Nil

ai

tengah

(mm

) B

lan

akan

G

eban

g

Mat

aram

K

alim

anta

n B

arat

S

amar

ind

a B

on

e M

aros

Jayap

ura

T

eluk B

intu

ni

Pid

i

41-5

3

47

0

0

0

0

0

1

7

0

0

39

54-6

6

60

1

1

1

0

8

2

4

0

0

22

67-7

9

73

9

6

7

0

21

2

1

0

0

3

80-9

2

86

7

16

5

0

0

0

0

1

1

0

93

-105

9

9

4

1

1

1

0

0

0

0

3

0

106-1

18

112

0

0

0

0

0

0

0

0

2

0

3.

Scylla oceanica

Fre

ku

ensi

(ek

or)

S

elan

g

kel

as

(mm

)

Nil

ai

tengah

(mm

) P

idi

Bin

tan

Jam

bi

Bla

nak

an

Geb

ang

Mat

aram

B

one

Mar

os

Jayap

ura

T

eluk B

intu

ni

Kal

iman

tan

Bar

at

Sam

arin

da

41-5

3

47

6

0

0

0

0

0

12

6

0

0

0

0

54-6

6

60

2

0

1

3

2

0

2

11

0

1

0

8

67-7

9

73

0

1

1

0

2

3

1

0

1

1

1

45

80-9

2

86

0

3

1

4

2

3

0

3

1

20

24

11

93

-105

9

9

0

1

0

1

0

0

0

0

3

18

4

3

106-1

18

112

0

0

0

0

0

0

0

0

2

5

0

0

97


Top Related