i
ALOKASI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI
KALANGAN KARYAWAN PABRIK TEXTIL
DAMATEX SALATIGA
Oleh:
INDAH ANNISA DEWI
NIM :212011051
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYAWACANA
2016
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri”
(QS. Ar Ra'd 13:11)
“Hidup adalah terus belajar dan revisi guna kehidupan yang
lebih indah dimasa mendatang”
-Indah Annisa Dewi-
“Tidak ada seorangpun yang dilahirkan ke dunia ini hanya
untuk menjadi manusia yang sia-sia”
-Purnomoagus-
“Orang bijaksana tidak pernah duduk meratapi
kegagalannya, tapi dengan gembira hati mencari jalan
bagaimana memulihkan kembali kerugian yang dideritanya”
-HighL4nder-
vii
ABSTRACT
Financial management is foreseen, collecting, extracting, invest and plan
for the necessary cash or individuals in order to operate smoothly. This study
focuses on the goal to find out how an employee is paid the minimum wage
factories in allocating its income and came meet the necessities of life for a
month. Such as consumtion, education, transportation, savings,mortage and
others. The sample in this study was 50 employees Damatex part Weaving
Factory AJL 1, which consists of 8 single employees and 42 employees who are
already married. Data obtained through questionnaires. The result showed that,
most of the revenue earned by employees is allocated to single installment, such
as motors and electronic payments. While the employees ware married, most of
their income allocated to consumtion.
Keywords: Allocation of income, single, household.
viii
SARIPATI
Pengelolaan keuangan adalah meramalkan, mengumpulkan,
mengeluarkan, menginvestasikan dan merencakan kas yang diperlukan individu
agar dapat beroperasi dengan lancar.Penelitian ini berfokus pada tujuan untuk
mengetahui bagaimana seorang karyawan pabrik bergaji UMR dalam
mengalokasikan pendapatannya dan dapatmencukupi semua kebutuhan hidup
selama satu bulan.Seperti konsumsi, pendidikan, transportasi, tabungan, cicilan
dan lain-lain.Sampel dalam penelitian ini adalah 50 karyawan pabrik Damatex
bagian Weaving Tenun AJL 1, yang terdiri dari 8 karyawan lajang dan 42
karyawan yang sudah berumah tangga.Data diperoleh melalui penyebaran
kuisioner.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar pendapatan yang
diterima oleh karyawan lajang dialokasikan untuk cicilan, seperti cicilan motor
dan elektronik. Sedangkan pada karyawan menikah, sebagian besar
pendapatannya dialokasikan untuk konsumsi.
Kata kunci : Alokasi pendapatan, lajang, rumah tangga.
ix
KATA PENGANTAR
Topik dalam kertas kerja ini adalah “ALOKASI PENDAPATAN
RUMAH TANGGA DI KALANGAN KARYAWAN PABRIK TEXTILE
DAMATEX SALATIGA”. Penelitian ini dilator belakangi karena adanya
ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian mengenai alokasi pendapatan.
Disamping itu, dilihat pada penelitian sebelumnya objek yang bersangkutan
adalah ibu rumah tangga, sehingga penulis hendak mengetahui alokasi pendapatan
bukan hanya pada karyawan yang sudah menikah, tetapi juga pada individu yang
masih lajang, apakah pendapatan mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan
selama satu bulan.
Dalam penelitian ini tentu tidak lepas dari kekurangan dari penulis, untuk
itu dukunganm kritik dan saran sangat dibutuhkan penulis agar penelitian ini
menjadi sempurna. Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi berfaat bagi
penulis dan pembaca pada umumnya
Salatiga, 6 Januari 2016
Penulis
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur yang sebesar-besarnya dan rasa terima kasih penulis panjatkan
kepada Allah SWT, karena dengan segala berkat, hikmat dan anugerah-Nya
penulis diizinkan menyelesaikan dengan baik skripsi ini sebagai tugas akhir dari
masa perkuliahan.Penulis menyadari bahwa selama masa penulisan tugas akhir ini
ada pihak-pihak yang turut serta memberikan bantuan dan dukungan. Maka
perkenankan penulis untuk menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Lasiyem dan Bapak Jumeri yang tidak henti-
hentinya memberikan seluruh cinta dan segenap kasih sayangnya kepada
penulis selama ini, dan terima kasih atas doa dan dukungan baik moral
meupun spiritual yang sangat penulis butuhkan.
2. Kepada kakak-kakakku tercinta : Alm. Kurniawati dan Akbar Heri
Nugroho yang selalu memberikan motivasi, semangat dan doanya selama
ini kepada penulis.
3. Ibu Linda Ariany Mahastanti, SE., M.Sc., selaku wali studi serta
pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis
selama masih kuliah dan dengan sabar memberikan bimbingan, arahan,
nasihat dan waktu kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Prof. Supramono, SE, MBA, DBA selaku dosen matakuliah konsentrasi
keuangan yang telah banyak memberikan ilmu serta pencerahan selama
penulis mengikuti pembelajaran mata kuliah.
5. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UKSW
yang sudah memberikan pengejaran dan ilmu selama masa studi kepada
penulis.
6. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kuliah, Ririn, Forlyn, Sara, Yemima,
Nila, Rahma, Yusita. Terima kasih atas semua supportdan semangat
xi
kebersamaannya selama ini. Semoga suatu hari nanti kita bisa berkumpul
bersama lagi.
7. Seluruh keluarga besar Ascarya Journalistic Club, Grace, Hans, Mariska,
Ayom, Nitikah, Yunika. Terima kasih untuk kebersamaan, pengalaman
organisasi dan kepanitiaannya yang kompak.
8. Seluruh teman-teman angkatan 2011 dan seluruh pihak yang tidak dapat
menulis uraikan satu-persatu dalam ucapan terima kasih ini.
9. Seluruh responden karyawan Pabrik Textile Damatex Salatiga Bagian
Weaving Tenun AJL 1
Salatiga, 6 Januari 2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Lembar Pernyataan Tidak Plagiat ......................................................................... ii
Lembar Pernyataan Persetujuan Akses ................................................................ iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................. iv
Lembar Keaslian Karya Tulis .............................................................................. v
Halaman Motto ..................................................................................................... vi
Abstrack ................................................................................................................ vii
Saripati ............................................................................................................... viii
Kata Pengantar ...................................................................................................... ix
Ucapan Terima Kasih ........................................................................................... x
Daftar Isi ............................................................................................................... xii
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ................................................................................................... xv
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
LANTASAN TEORI ................................................................................ 6
Alokasi Pendapatan ............................................................................. 6
Lajang .................................................................................................. 7
Rumah Tangga .................................................................................... 7
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga .............................................. 7
METODE PENELITIAN ........................................................................ 10
Jenis Penelitian ................................................................................... 10
Populasi dan Sampel ......................................................................... 10
xiii
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ................................................. 10
Teknis Analisis ................................................................................... 11
Lokasi dan Objek Penelitian .............................................................. 11
Pengukuran Konsep dan Indikator Empirik ....................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 13
PENUTUP ................................................................................................ 32
Kesimpulan ........................................................................................ 32
Keterbatasan Dan Saran Penelitian .................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 36
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Indikator Empirik ....................................................................................... 12
Tabel 1. Karakteristik Responden ........................................................................ 13
Tabel 2. Pengalokasian Pendapatan Karyawan Konsumsi .................................. 15
Tabel 3. Pengalokasian Pendapatan Karyawan Pendidikan ................................. 16
Tabel 4. Pengalokasian Pendapatan Karyawan Transportasi ............................... 17
Tabel 5. Pengalokasian Pendapatan Karyawan Cicilan Motor, Elektronik dan
ART ....................................................................................................... 17
Tabel 6. Pengalokasian Pendapatan Karyawan Tabungan Arisan, Bank dan
Koperasi ................................................................................................ 19
Tabel 7. Pengalokasian Pendapatan Karyawan Cicilan ART .............................. 22
Tabel 8. Proporsi Pendapatan Karyawan Lajang dan Menikah ........................... 23
Tabel 9. Kecukupan Penghasilan Karyawan Untuk Memenuhi Kebutuhan
Bulanan ................................................................................................. 25
Tabel 10.Sumber Hutang ..................................................................................... 26
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuisioner ......................................................................................... 36
Lampiran 2. Jawaban Alokasi Pendapatan Karyawan Lajang ............................. 39
Lampiran 3. Tabel Alokasi Pendapatan Karyawan Lajang .................................. 39
Lampiran 4. Proporsi Alokasi Pendapatan Karyawan Lajang ............................. 41
Lampiran 5. Proporsi Alokasi Pendapatan Karyawan Menikah ........................... 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Berbicara tentang buruh memang sangat menarik dan tidak ada habisnya,
sebagian besar penduduk Indonesia berprofesi sebagai buruh. Dengan mengangkat
fenomena buruh di kota Salatiga, lebih tepatnya adalah buruh pabrik, mulai dari
yang masih lajang sampai yang sudah berkeluarga atau berumah tangga.
Kurangnya modal untuk membangun usaha sendiri memang membuat mereka
mau tidak mau harus menjadi pekerja untuk atau bekerja di perusahaan orang lain,
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin tinggi demi kelangsungan hidup.
Sesuai Badan Pusat Statistik berdasarkan penduduk usia 10 tahun keatas
yang bekerja per kecamatan menurut mata pencaharian akhir tahun 2012
(salatigakota.bps.go.id), jumlah buruh pabrik di Salatiga adalah 112.717 jiwa,
yang meliputi buruh tani 4.586 jiwa, buruh industri 26.780 jiwa, buruh bangunan
9.944 jiwa, buruh transportasi 5.004 jiwa, pegawai negri 9.111 jiwa, jumlah ini
bukan termasuk petani itu sendiri, nelayan, pengusaha, wiraswasta dan pedagang.
Dapat dilihat bahwa buruh industri menempati urutan teratas diantara beberapa
jenis buruh lainnya sedangkan buruh tani menempati urutan paling rendah, hal ini
mungkin dikarenakan buruh industri mendapat berbagai tunjangan sehingga
berpengaruh terhadap penduduk yang lebih memilih menjadi buruh industri
daripada buruh tani.
Pada kesempatan ini, Damatex dipilih sebagai objek penelitian karena
Pabrik Textile Damatex Salatiga sudah cukup lama berdiri dan mempunyai
karyawan yang sangat besar dan kebanyakan penduduk Salatiga bekerja sebagai
karyawan Pabrik Textile Damatex. PT. Damatex didirikan pada tanggal 17
Februari 1961, berlokasi di Jalan Argobusono No.1 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga dan perusahaan ini merupakan salah satu cabang
perusahaan yang tergabung dalam Argo Manunggal Group yang berkantor pusat
di Jakarta. Saat ini luas lahan pabrik telah mencapai 349.725 m² dan luas
2
bangunan 79.194,01 m², dengan jumlah tenaga kerja sebesar 5000 orang (Juli,
2014).
Upah dan gaji yang biasa disebut dalam istilah wages and salaries
merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan
terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam
pembentukan produk nasional (Soediyono, 1984) pendapatan adalah sama dengan
pengeluaran. Berikut daftar jumlah upah minimum regional (UMR) atau yang
sekarang lebih dikenal dengan upah minimum (UM) tahun 2015 untuk provinsi
Jawa Tengah. Kota Semarang yang memimpin UM sebesar Rp1.685.000,00 dan
kota Salatiga menempati urutan ke-5 yaitu sebesar Rp1.287.000,00 setelah
Demak, Kendal dan Temanggung. Upah atau gaji pada karyawan kontrak maupun
tetap di Pabrik Textile Damatex Salatiga bagian Weaving Tenun AJL (Air Jet
Loom) 1 tahun 2015 adalah sama yaitu sebesar Rp1.270.000,00 dan rata-rata
pendapatannya adalah Rp1.100.000,00. Dengan upah UMR yang terbatas ini,
sebuah individu maupun rumah tangga harus pintar-pintar mengelola keuangan
dalam rumah tangganya. Meskipun terdapat tingkat karyawan yaitu karyawan
kontrak dan karyawan tetap, namun tidak ada penggolongan gaji antara kedua
karyawan tersebut. Tetapi karyawan bisa tidak penuh menerima gaji tersebut
dikarenakan potongan yang dikurangi langsung dari gaji yang diterima, atau
bahkan menerima lebih karena ada beberapa tunjangan. Pada Pabrik Textile
Damatex Salatiga tentu memiliki karyawan yang masih lajang dan sudah menikah
dan pada karyawan yang sudah menikah, salah satu di antaranya bekerja di Pabrik
Textile Damatex. Pada umumnya karyawan yang sudah menikah memiliki beban
pengeluaran yang lebih besar daripada karyawan lajang, oleh karena itu cara
melakukan pengelolaan keuangan terutama dalam mengalokasikan pendapatan
kemungkinan ada perbedaan, dimana karyawan yang sudah menikah cenderung
lebih berhati-hati. Oleh sebab itu perlu diteliti lebih jauh bagaimana alokasi
pendapatan pada karyawan baik yang lajang maupun yang sudah menikah.
Pengelolaan keuangan keluarga bagi seorang karyawan pabrik yang
berpenghasilan tetap titik berat utama adalah pada sisi pengeluaran. Hal ini
3
dibenarkan oleh peneliti Mc. Kenna, dkk (2003) perihal hubungan tipe psikologi
dengan pengambilan keputusan keuangan, terutama dalam menentukan
pengeluaran anggaran, faktor psikologi sering menjadi dasar pijakan. Sedangkan
hasil penelitian Suhartini, dkk (2004) pendapatan rumah tangga dialokasikan
untuk berbagai keperluan, antara lain: konsumsi, keperluan sehari-hari, kegiatan
sosial, keperluan anak sekolah dan keperluan lain-lain. Dalam mengatur
pengeluaran harus bisa secermat mungkin sehingga walaupun pendapatan terbatas
tetapi dapat memenuhi seluruh kebutuhan, biasanya untuk memenuhi keperluan
dalam jangka waktu selama satu bulan.
Ada tiga tipe pengalokasian pengelolaan keuangan rumah tangga, menurut
Ichsan (2009) yang pertama adalah uang bersama dan sistem amplop. Yaitu
penghasilan suami istri langsung digabung bersama. Setelah itu, gabungan kedua
pendapatan langsung dialokasikan ke pos-pos pengeluaran rutin yang telah
dihitung lebih dulu. Lazimnya, setiap pos diwakili oleh satu amplop. Pos-pos
pengeluaran itu, pada beberapa keluarga, bukan saja kebutuhan rumah tangga
makan minum dan listrik saja, tapi juga termasuk membayar kredit rumah, cicilan
mobil, listrik, telepon, uang sekolah anak, asuransi dan kebutuhan kendaraan
(bensin, servis berkala, kerusakan dll). Bahkan tabungan, pengeluaran pribadi
ayah-ibu dan liburan pun jadi amplop tersendiri. Bila ada sisa, dimasukkan ke
dalam tabungan suami atau istri, atau khusus lagi account bersama si bank untuk
“menampung” sisa amplop setiap bulannya. Yang ke-2 adalah membagi berdasar
persentase. Yaitu bentuk managemen ini adalah membagi tanggung jawab dalam
bentuk jumlah atau persentase. Seluruh kebutuhan keluarga setiap bulan dihitung
termasuk pos darurat dan pos tabungan. Masing-masing sepakat menyumbang
sebesar jumlah tertentu untuk menutupi kebutuhan tersebut. Sisanya digunakan
sebagai tabungan pribadi untuk kebutuhan pribadi. Terakhir adalah membagi
tanggung jawab. Misalnya, suami mengeluarkan biaya untuk urusan “berat”,
seperti membayar kredit rumah, cicilan mobil listrik, telepon, uang sekolah anak,
kebutuhan mobil, dan asuransi. Sementara bagian istri adalah belanja logistik
bulanan, pernak-pernik rumah, dan liburan akhir pekan dan pos tabungan.
4
Dalam penelitian ini tidak dipakai pengelolaan keuangan secara
keseluruhan, dari lima aspek pengelolaan keuangan, hanya melihat pada alokasi
pendapatan kerana memang memfokuskan pada alokasi pendapatan karyawan
yang nantinya dapat dilihat apakah benar bahwa karyawan lajang dan menikah
alokasi pendapatannya akan berbeda dalam memenuhi kebutuhan mereka selama
satu bulan.
Persoalan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka adapun yang menjadi
persoalan penelitian yaitu:
1. Bagaimana pengalokasian pendapatan pada karyawan Pabrik
Textile Damatex Salatiga yang masih lajang?
2. Bagaimana pengalokasian pendapatan pada karyawan Pabrik
Textile Damatex Salatiga yang sudah berkeluarga?
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana seorang individu atau karyawan
Pabrik Textile Damatex Salatiga yang yang masih lajang
bergaji UMR dalam mengalokasikan pendapatan guna
memenuhi kebutuhan sehingga bisa tercukupi.
2. Untuk mengetahui bagaimana seorang individu atau karyawan
Pabrik Textile Damatex Salatiga yang sudah berkeluarga
bergaji UMR dalam mengalokasikan pendapatan guna
memenuhi kebutuhan sehingga bisa tercukupi.
5
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
para pembaca, pihak-pihak yang berkepentingan bagi karyawan Pabrik
Textile Damatex Salatiga dan penulis sendiri. Manfaat untuk penulis
dan pembaca terutama yang masih lajang adalah setelah mengetahui
bagaimana dan untuk apa saja alokasi pendapatan pada individu atau
yang sudah menikah, maka dapat berpengaruh untuk kita agar bisa
belajar dalam penerapan pengalokasian pendapatan di kehidupan
pribadi sehari-hari mulai dari sekarang baik untuk memenuhi
kebutuhan saat ini maupun untuk jangka panjang. Sedangkan untuk
karyawan pabrik sendiri, bisa dijadikan evaluasi dalam
mengalokasikan pendapatan agar lebih baik dan cermat.
6
LANDASAN TEORITIS
Alokasi Pendapatan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alokasi pendapatan adalah
penentuan banyaknya uang (pendapatan) yang disediakan untuk suatu keperluan
atau pembagian pengeluaran dan pendapatan baik dalam perencanaan maupun
pelaksanaannya. Besaran dana atau biaya yang disediakan atau dikeluarkan bagi
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah
ditentukan (pustaka.pu.go.id). Penelitian ini mengacu pada definisi
pustaka.pu.go.id.
Pada penelitan sebelumnya yang dilakukan oleh Suhartini, dkk (2004)
tentang “Pola Pendapatan Dan Pengeluaran Rumah Tangga Kaitannya Dengan
Ketahanan Rumah Tangga” di kabupaten Lombok Timur menyatakan bahwa
sumber pendapatannya berasal dari aktivitas-aktivitas usaha yaitu: on farm, off
farm, dan non farm, menyatakan bahwa terdapat dua struktur pengeluaran
terhadap alokasi pendapatan, yaitu untuk pangan seperti konsumsi dan untuk non
pangan antara lain: bahan bakar, air bersih, pendidikan, transportasi, kesehatan,
perbaikan rumah, kegiatan sosial dan pajak. Diantara kedua pengeluaran tersebut,
paling besar dialokasikan untuk konsumsi yaitu sebesar 50% karena kosumsi
merupakan kebutuhan prioritas utama. Sementara menurut Ichsan (2009) salah
satu dari ketiga tipe alokasi pada pengelolaan keuangan rumah tangga pada artikel
“Manager Keuangan Keluarga” yaitu: penghasilan suami dan istri digabung
bersama yang nantinya pendapatan tersebut digunakan untuk alokasi pengeluaran
rutin seperti konsumsi, beberapa cicilan yaitu: rumah, listrik, mobil, pendidikan
dan kebuituhan tidak terduga.
Sehingga dapat disimpulkan dengan penelitian ini adalah: terdapat
kesamaan hasil penelitian dan tipe alokasi pendapatan untuk pengeluaran yang
menunjukkan bahwa: alokasi pendapatan yang dikeluarkan oleh rumah tangga
antaralain untuk konsumsi, kemudian untuk pendidikan, transportasi, cicilan dan
7
sosial, dimana pengeluaran untuk konsumsi adalah lebih besar karena merupakan
prioritas utama.
Lajang
Seseorang yang masih bujangan yang belum menikah atau berumah tangga
baik laki-laki maupun perempuan (wikipedia).
Rumah Tangga
Rumah tangga menurut Badan Pusat Statistik (2014) adalah seseorang atau
sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan tempat tinggal
dan biasa tinggal bersama serta pengelolaan kebutuhan sehari-hari menjadi satu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah tangga adalah sesuatu
yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa rumah tangga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang tinggal dalam satu rumah dan menjalankan semua aktifitas rumah
tangga secara bersama-sama.
Disatu sisi rumah tangga adalah harapan bagi masa depan, tetapi disisi lain
keluarga menuntut tanggung jawab. Kunci keberhasilannya adalah bagaimana
kemampuan menyelaraskan antara tanggung jawab dengan harapan masa depan.
Hanya dengan cara itulah akan dinikmati kebahagiaanyang lengkap dan
sempurrna, yang hanya dapat dinikmati oleh mereka menciptakan keluarga sukses
(Wibawa, 2003:6). Untuk mewujudkan rumah tangga yang sukses dan sejahtera,
selain memiliki hubungan yang baik antar anggota keluarga, diperlukan
pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien. Penelitian ini akan mengacu pada
definisi menurut Badan Pusat Statistik untuk melihat yang dimaksud dengan
rumah tangga.
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Menurut Damayanti (2010) pengelolaan keuangan rumah tangga adalah
proses mencapai tujuan melalui pengelolaan keuangan yang terstruktur dan tepat.
8
Sejauh ini masih banyak rumah tangga yang belum mempunyai perencanaan
keuangan untuk mencapai tujuan keuangannya, padahal mereka selalu berharap
agar masa depan selalu baik. Walaupun tidak semua bisa direncanakan,
setidaknya setiap keluarga mempunyai kesempatan membuat keputusan yang
lebih tepat agar hasilnya lebih baik. Dalam hal ini sangatlah dibutuhkan sebuah
pola pengelolaan dimana masing-masing individu dalam rumah tangga (suami dan
istri) memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Pentingnya diskusi serta
pembagian tanggung jawab tentu dapat meringankan persoalan yang mungkin
akan timbul di masa depan.
Menurut Kusumawati (2014) kebangkrutan tidak hanya dapat melanda
perusahaan besar tetapi juga dapat terjadi pada perusahaan kecil bahkan terkecil
sekalipun, misalnya seperti rumah tangga. Oleh sebab itu sudah sewajarnya bila
dalam pengelolaan keuangan keluarga diperlukan suatu kesepakatan dan
komitmen bersama antara suami dan istri. Pengelolaan keuangan di negara ini
pada umumnya menganut dua tipe yaitu Mama Bos atau Papa Bos. Menurut
konsultan keuangan dari Quantum Magna Finansial, Eka Agustina, pengertian di
atas adalah: (a) Mama Bos, yaitu ketika suami menyerahkan seluruh
penghasilannya kepada istri. Istri yang mengatur dan mengelola semua keuangan
rumah tangga karena istri dianggap mempunyai kemampuan untuk mengelola
keuangan daripada si suami. (b) Papa Bos, yaitu ketika suami selain sebagai
pencari nafkah juga sebagai pengelola keuangan keluarga karena si istri sadar
punya kebiasaan boros. Pada tipe ini jangan lupa memperlihatkan daftar
pengeluaran rutin bulanan kepada si suami agar dia tahu seberapa besar uang yang
harus dia berikan kepada istri.
Dalam membuat anggaran bukanlah hal yang sulit. Yang harus dilakukan
adalah menyisihkan waktu untuk melakukan pengaturan dalam perencanaan. Jika
sudah dibuat, sebuah anggaran dapat dengan mudah dikelola. Menurut Ligwina
(2009) ada beberapa cara dalam mengelola keuangan dalam rumah tangga: (1).
Memahami portofolio keuangan keluarga. Jangan sampai kita tidak tahu isi
tabungan, jumlah tagihan listrik, telepon, servis mobil, belanja, biaya periksa
dokter dan lainnya. Kita harus tahu berapa hutang kartu kredit, pinjaman bank
9
atau cicilan rumah dan mobil. (2). Susun rencana keuangan atau
anggaran. Rencana keuangan yang realistis membantu kita bersikap obyektif soal
pengeluaran yang berlebihan. Tidak perlu terlalu ideal, sehingga lupa kebutuhan
diri sendiri. Tak ada salahnya memasukkan kebutuhan untuk pribadi dan
sebagainya, yang penting anggarkan jumlah yang realistis dan kita pun harus
patuh dengan anggaran tersebut. (3). Pikirkan lebih seksama pengertian antara
“butuh” dan “ingin”. Tak jarang kita membelanjakan uang untuk hal yang tak
terlalu penting atau hanya didorong keinginan, bukan kebutuhan. Membuat daftar
berupa tabel yang terdiri dari kolom untuk item belanja, kebutuhan dan keinginan.
Setelah mengisi kolom item belanja, isilah kolom “kebutuhan” dan “keinginan”
dengan tanda cek (V). Pertimbangkan dengan lebih matang, benda atau hal yang
perlu kita beli/penuhi atau tidak. (4). Hindari hutang untuk konsumtif. Godaan
untuk hidup konsumtif semakin besar. Tapi bukan berarti dengan mudah kita
membeli berbagai benda secara kredit. Tumbuhkan kebiasaan keuangan yang
sehat dimulai dari yang sederhana, seperti tak memiliki hutang konsumtif. (5).
Meminimalkan belanja konsumtif. Kita bisa gunakan pengeluaran ini untuk
menabung atau memenuhi kebutuhan lain. (6). Tetapkan tujuan atau cita-cita
finansial. Susun target keuangan yang ingin kita raih secara berkala, bersama
pasangan. Tetapkan tujuan spesifik, realistis, terukur dan dalam kurun waktu
tertentu.Tujuan ini membantu kita lebih fokus merancang keuangan. Misalnya,
bercita-cita punya dana pendidikan prasekolah berstandar internasional dan
sebagainya. (7). Menabung. Ubah kebiasaan dan pola pikir.Segera setelah
menerima gaji, sisihkan untuk tabungan dalam jumlah yang telah direncanakan
sesuai tujuan atau cita-cita finansial keluarga. Sebaiknya memiliki rekening
terpisah untuk tabungan dan kebutuhan sehari-hari. (8). Berinvestasi.Tentu kita
tak akan puas dengan hanya menunggu tabungan membumbung padahal cita-cita
untuk keluarga “selangit”. Inilah saat yang tepat untuk memikirkan investasi.
10
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Metode penelitian menunjuk pada prosedur dan cara yang digunakan
untuk mengumpulkan serta menganalisis data (Supramono & Haryanto, 2005).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain
penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok (Singarimbun &
Effendi, 1995).
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2009), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Pabrik
Tekstil Damatex Salatiga, sedangkan sampelnya yang digunakan adalah karyawan
departemen Weaving Tenun AJL(Air Jet Loom) 1, dengan pengambilan sampel
sebanyak 50 responden. Metode sampling yang digunakan adalah nonprobability
sampling dengan teknik sampling purposive yaitu taknik pengambilan sampel dari
populasi berdasarkan suatu kriteria berupa suatu pertimbangan tertentu (
Jogiyanto, 2008). Dalam hal ini peneliti mencari responden yang masih lajang dan
sudah menikah yang bekerja pada Pabrik Textile Damatex Salatiga minimal 2
tahun, agar peneliti lebih spesifik dalam mengajukan pertanyaan.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data primer yaitu
sumber data yang diperoleh langsung dari seluruh responden sebagai sampel.
Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menyebarkan kuisioner kepada
seluruh 50 karyawan Pabrik Textile Damatex Salatiga secara langsung.
Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner akan tediri dari 2 bagian, yaitu: data
diri responden dan pengukuran pengelolaan keuangan dalam rumah tangga yang
terdiri dari 9 pertanyaan.
11
Teknik Analisis
Teknik analisis merupakan alat bantu yang digunakan untuk menyajikan
data dalam bentuk yang lebih ringkas (Supramono & Utami, 2003). Teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
statistik adalah jenis statistik yang menganalisis data populasi dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul, tanpa membuat
kesimpulan yang berlaku umum (generalisasi).
Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Daya Manunggal Tekstil atau yang lebih
dikenal dengan Pabrik Textile Damatex yang berlokasi di Jalan Argo Busono,
Salatiga. Karena pendapatan mereka yang terbatas yaitu sebatas UMR, sehingga
perlu dilihat bagaimana mereka mengelola keuangan mereka. Selain itu
perusahaan ini sudah cukup lama berdiri dan mempunyai karyawan yang sangat
besar, seharusnya tingkat kesejahteraan karyawan semakin meningkat, tetapi pada
kenyataannya upah yang diterima karyawan masih sama yaitu sebesar UMR,
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada PT. Daya Manunggal
Tekstil.
Pengukuran Konsep dan Indikator Empirik
Pengukuran konsep merupakan suatu upaya mengkaji atau melihat konsep
yang abstrak secara empirik. Pengukuran konsep diperlukan untuk mempermudah
analisis data dan pemecahan masalah penelitian. Untuk dapat melihat konsep
secara empirik, maka konsep dahulu perlu diukur dengan menggunakan indikator
empirik. Indikator empirik adalah pertanyaan-pertanyaan beserta kategori-kategori
jawabannya (Ihalauw 2000 : 50). Berdasarkan konsepnya indikator-indikator yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Alokasi pendapatan
b. Lajang
c. Rumah tangga
12
Indikator Empirik
Variabel
Definisi
Indikator
Alokasi pendapatan
Besaran dana atau biaya yang
disediakan atau dikeluarkan
bagi suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai
sasaran dan tujuan yang telah
ditentukan
(pustaka.gu.go.id).
Mengeluarkan atau
mengalokasikan
pendapatan untuk
kebutuhan yang berkaitan
dengan kebutuhan rumah
tangga yaitu: konsumsi,
pendidikan, transportasi,
cicilan, dan tabungan.
Lajang
Seseorang yang masih
bujangan yang belum
menikah atau berumah
tangga baik laki-laki maupun
perempuan (wikipedia).
Seseorang yang masih
hidup sendiri tanpa ikatan
perkawinan.
Rumah Tangga
Seseorang atau sekelompok
orang yang mendiami
sebagian atau seluruh
bangunan tempat tinggal dan
biasa tinggal bersama serta
pengelolaan kebutuhan
sehari-hari menjadi satu
(BPS, 2014).
Melakukan seluruh
aktivitas yang berkaitan
dengan rumah tangga.
Menjalani kehidupan
bersama (suami, istri dan
anak).
13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini menampilkan jumlah responden sebanyak 50 orang
dan karakteristik responden diambil berdasarkan atas gender, usia, lama bekerja,
status, penghasilan belum menikah dan penghasilan menikah. Berikut merupakan
data diri karyawan Pabrik Textile Damatex Salatiga.
Tabel 1. Karakteristik Responden
NO KATEGORI SUB KATEGORI %
1 Gender Pria 16
Wanita 84
Total 100
2 Usia 20 – 30 tahun 30
31 – 40 tahun 6
41 – 50 tahun 64
Total 100
3 Lama bekerja < 5 tahun 24
5 - 10 tahun 6
10 - 15 tahun 20
15 tahun > 50
Total 100
4 Status Lajang 16
Menikah Suami bekerja 66
Suami tidak bekerja 8
Istri bekerja 10
Istri tidak bekerja -
Total 100
5 Penghasilan belum menikah Pribadi 1 - 2 juta 100
6 Penghasilan menikah Pribadi 1 - 2 juta 100
Pasangan 1 - 2 juta 73,8
14
NO KATEGORI SUB KATEGORI %
2 - 3 juta 14,3
4 – 5 juta 2,4
Pasangan tidak
bekerja 9,5
Total 100
7 Tanggungan anak Sekolah 76
Belum sekolah 18
Belum punya anak 2
Anak sudah bekerja 4
Total 100
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Dari 50 responden karyawan Pabrik Textile Damatex Salatiga terdapat
84% terbanyak adalah responden wanita dikarenakan penelitian ini dilakukan di
bagian Weaving Tenun AJL (Air Jet Loom) 1, dimana pada bagian kerja ini adalah
proses dan teknik pembuatan kain yaitu dengan menggabungkan benang secara
memanjang dan melintang, sehingga membutuhkan ketelatenan dan kesabaran
dari karyawan, itulah alasan mengapa karyawan wanita lebih banyak dari pada
laki-laki.
Dari segi usia dapat dilihat bahwa responden terbesar berusia 40-50 tahun
dengan jumlah 64% dari total 50 responden. Jika dicocokkan dengan waktu
lamanya bekerja para karyawan, maka hal ini mendukung fakta tersebut bahwa
sebanyak 50% responden telah bekerja selama lebih dari 15 tahun.
Kemudian berdasarkan status yang disandang para karyawan, 84%
terbanyak adalah sudah menikah dengan pasangan suami yang bekerja terbanyak
sebesar 66%. Hal itu senada dari segi penghasilan karyawan yang sudah menikah
bahwa 100% karyawan memiliki penghasilan sebesar 1-2 juta dengan 73,8% gaji
pasangan terbesar juga 1-2 juta, 14,3% gaji pasangan sebesar 2-3 juta dan 2,4%
gaji pasangan 4-5 juta.
Bagi karyawan yang masih lajang, sebanyak 16% karyawan memiliki
penghasilan terbanyak yaitu sebesar 1-2 juta. Dan terakhir, dilihat dari faktor
tanggungan anak yang dimiliki maka mendukung data penghasilan karyawan
15
sebanyak 76% karyawan masih memilik tanggungan anak yang masih bersekolah.
Hal ini tentu saja mempengaruhi pengalokasian pendapatan tiap karyawan.
Tabel 2. Pengalokasian Pendapatan Karyawan
Lajang % Menikah %
Konsumsi - 25 Konsumsi 400.000 2,4
200.000 12,5 500.000 14,3
300.000 37,5 600.000 14,3
400.000 12,5 700.000 19
500.000 12,5 800.000 30,9
900.000 7,1
1.000.000 12
Rata-rata 250.000 Rata-rata 728.500
Min - Min 400.000
Max 500.000 Max 1.000.000
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Pertama adalah segi konsumsi. Berdasarkan tabel di atas,dapat dilihat
perbedaaan pengalokasian pendapatan karyawan lajang dan menikah untuk segi
konsumsi. Sudarsono (2005) mendefinisikan konsumsi sebagai semua biaya yang
dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya yang
terdiri atas konsumsi untuk makanan sehari-hari seperti beras, lauk pauk, sayur-
sayuran dan lain-lain, serta konsumsi untuk non makanan seperti pakaian,
perumahan, pendidikan, kesehatan, hiburan, rekreasi, sosial dan pajak. Dapat
dilihat pada karyawan lajang, bahwa 37,5% karyawan terbanyak mengalokasikan
sebesar Rp300.000,00 untuk konsumsi, sedangkan 30,9% karyawan menikah
mengalokasikan sebesar Rp800.000,00.
Rata-rata pengalokasian pendapatan karyawan menikah untuk segi
konsumsi adalah sebesar Rp728.500,00 dengan nilai terendah sebesar
Rp400.000,00 dan nilai tertinggi adalah Rp1.000.000,00. Sedangkan rata-rata
pengalokasian pendapatan karyawan lajang untuk segi konsumsi adalah sebesar
Rp250.000,00 dengan nilai tertinggi adalah Rp500.000,00. Dapat dilihat untuk
16
segi konsumsi tentu lebih besar nominalnya bagi karyawan menikah, selain
konsumsi merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi, dikarenakan pula
lebih banyaknya anggota keluarga yang harus dicukupi kebutuhan konsumsinya
oleh karyawan yang sudah menikah, dibandingkan dengan karyawan yang masih
lajang bahwa konsumsi masih ikut dengan orangtua.
Tabel 3 . Pengalokasian Pendapatan Karyawan
Lajang % Menikah %
Pendidikan Pendidikan - 21,4
- - 100.000 2,4
200.000 14,3
300.000 21,4
400.000 7,1
500.000 21,4
600.000 2,4
800.000 2,4
1.000.000 7,1
Rata-rata - Rata-rata 319.000
Min - Min -
Max - Max 1.000.000
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Selanjutnya segi pendidikan. Berdasarkan faktor pendidikan, seluruh
karyawan lajang tidak memiliki pengalokasian dan dikarenakan mereka tidak
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, didapat nilai rata-rata, terendah dan
tertinggi adalah Rp0 dikarenakan karyawan lajang yang belum berkeluarga dan
memiliki anak.
Sedangkan 21,4% karyawan menikah mengalokasikan pendapatan sebesar
Rp300.000,00 dan Rp500.000,00 untuk biaya pendidikan anak-anak mereka.Rata-
rata karyawan mengalokasikan sebesar Rp319.000,00 dengan nilai terendah
sebesar Rp0 dikarenakan terdapat karyawan menikah yang belum memiliki anak
dan beberapa ada yang sudah bekerja dan nilai maksimum mencapai nominal
17
Rp1.000.000,00 mengingat pendidikan anak merupakan kebutuhan yang sangat
penting.
Tabel 4 . Pengalokasian Pendapatan Karyawan
Lajang % Menikah %
Transportasi - 12,5 Transportasi - 69,0
200.000 12,5 200.000 16,7
300.000 62,5 250.000 2,4
400.000 12,5 300.000 57,1
400.000 11,9
500.000 9,5
800.000 2,4
Rata-rata 262.000 Rata-rata 308.300
Min - Min -
Max 400.000 Max 500.000
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Kemudian sebanyak 62,5% karyawan lajang mengalokasikan pendapatan
sebesar Rp300.000,00 untuk biaya transportasi, senada dengan 57,1% karyawan
menikah yang mengalokasikan pendapatan untuk biaya transportasi yaitu
Rp300.000,00.
Pada karyawan menikah didapat rata-rata sebesar Rp308.300,00 dengan
nilai terendah Rp0 dikarenakan dana transportasi karyawan menikah didukung
oleh pasangan suaminya yang bekerja, dan nilai tertinggi Rp500.000,00.
Sedangkan karyawan lajang rata-rata biaya transportasi sebesar Rp262.000,00
dengan nilai tertinggi Rp400.000,00.
Tabel 5 . Pengalokasian Pendapatan Karyawan
Lajang % Menikah %
Cicilan Motor - 50 Cicilan Motor 450.000 2,4
430.000 12,5 500.000 9,5
18
Lajang % Menikah %
500.000 12,5 550.000 2,4
550.000 25 570.500 2,4
700.000 4,8
800.000 4,8
1.000.000 4,7
Rata-rata 260.000 Rata-rata 204.000
Min - Min -
Max 550.000 Max 1.000.000
Elektronik - 62,5 Elektronik - 81
50.000 12,5 45.000 2,4
100.000 12,5 50.000 4,7
150.000 12,5 100.000 9,5
200.000 2,4
Rata-rata 37.500 Rata-rata 22.600
Min - Min -
Max 150.000 Max 200.000
ART - 90,5
70.000 2,4
100.000 2,4
150.000 4,7
Rata-rata - Rata-rata 76.200
Min - Min -
Max - Max 150.000
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Dapat dilihat bahwa 25% karyawan lajang mengalokasikan pendapatan
untuk biaya cicilan motor sebesar Rp550.000,00 hampir sama dengan 9,5%
karyawan menikah yang mengalokasikan pendapatannya sebesar Rp500.000,00.
Lalu 12,5% karyawan lajang mengalokasikan untuk cicilan elektronik mulai dari
Rp50.000,00 Rp100.000,00 dan Rp150.000,00. Sama halnya dengan 9,5%
karyawan menikah yang mengalokasikan Rp100.000 ,00 untuk
19
elektronik.Kemudian sebanyak 4,7% karyawan menikah mengalokasikan
pendapatan sebesar Rp150.000,00 untuk cicilan alat rumah tangga.
Pada karyawan menikah, nilai terendah masing-masing cicilan motor,
elektronik, dan alat rumah tangga adalah Rp0. Kemudian, lebih rincinya untuk
cicilan motor dapat dilihat bahwa rata-ratanya Rp204.000,00 dengan nilai
tertinggi Rp1.000.000,00. Hal ini mendukung fakta bahwa 9,5% karyawan
mengalokasikan Rp500.000,00 untuk cicilan motor. Untuk cicilan elektronik,
didapat rata-rata Rp22.600,00 dengan nilai tertinggi Rp200.000,00. Hal ini
mendukung fakta bahwa 9,5% karyawan mengalokasikan Rp100.000,00 untuk
cicilan elektronik. Untuk cicilan alat rumah tangga, didapat rata-rata Rp76.200,00
dengan nilai tertinggi Rp150.000,00. Hal ini senada dengan 4,7% karyawan
mengalokasikan Rp150.000,00 untuk alat rumah tangga.
Untuk karyawan lajang, didapat nilai terendah masing-masing cicilan
motor dan elektronik adalah Rp0 dikarenakan karyawan lajang tidak memiliki
cicilan tersebut. Kemudian, bisa dilihat bahwa rata-ratanya Rp260.000,00 dengan
nilai tertinggi Rp550.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa 25% karyawan lajang
terbanyak mengalokasikan Rp550.000,00 untuk cicilan motor. Untuk cicilan
elektronik, didapat rata-rata Rp37.500,00 dengan nilai tertinggi Rp150.000,00.
Hal ini mendukung fakta bahwa 12,5% karyawan lajang terbanyak
mengalokasikan cicilan elektronik mulai dari Rp50.000,00, Rp100.000,00 dan
Rp150.000,00. Untuk cicilan alat rumah tangga, dapat dilihat bahwa rata-rata,
nilai terendah, dan nilai tertingginya adalah Rp0 dikarenakan karyawan lajang
tidak memiliki cicilan tersebut.
Tabel 6 . Pengalokasian Pendapatan Karyawan
Lajang % Menikah %
Tabungan Arisan 30.000 25 Tabungan Arisan - 2,4
50.000 62,5 30.000 11,9
70.000 12,5 50.000 45,2
70.000 16,7
20
Lajang % Menikah %
100.000 19
150.000 2,4
200.000 2,4
Rata-
rata
47.500 Rata-rata 65.200
Min 30.000 Min -
Max 70.000 Max 200.000
Bank 50.000 37,5 Bank 0 64,3
150.000 12,5 100.000 11,9
200.000 37,5 200.000 14,3
250.000 12,5 250.000 2,4
300.000 4,7
500.000 2,4
Rata-
rata
14.750 Rata-rata 72.600
Min 50.000 Min
Lajang % Menikah %
Max 250.000 Max 500.000
Koperas
i
- 62,5 Koperasi - 31
50.000 37,5 50.000 11,9
70.000 21,4
100.000 28,6
150.000 4,7
250.000 2,4
Rata-
rata
18.750 Rata-rata 62.600
Min - Min -
Max 50.000 Max 250.000
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Selanjutnya adalah alokasi untuk tabungan. Tabungan (saving) adalah
bagian pendapatan masyarakat yang tidak digunakan untuk konsumsi. Pada
dasarnya setiap individu memiliki ketidakpastian yaitu ketakutan akan masa depan
21
kehidupan financial dan tidak ada seorangpun yang mampu untuk mencegah
kecelakaan, penderitaan dan kesukaran dalam mengejar kebetuntungan dan nasib
baik (Wibawa, 2003). Maka dari itu perlu diterapkannya menabung, selain untuk
mengantisipasi atau berjaga-jaga pentingnya menabung juga membawa manfaat
yang positif bagi kehidupan mendatang. Dapat dilihat pada tabel diatas terdapat
62,5% karyawan lajang mengalokasikan Rp50.000,00 untuk arisan, sama dengan
45,2% karyawan menikah. Untuk tabungan bank, 37,5% karyawan lajang
mengalokasikan sebesar Rp50.000,00 dan Rp200.000,00 sedangkan 14,3%
karyawan menikah mengalokasikan lebih banyak yaitu sebesar Rp200.000,00.
Kemudian 37,5% karyawan lajang mengalokasikan tabungan di koperasi sebesar
Rp50.000,00sama dengan karyawan menikah yaitu sebesar 31%.
Pada karyawan menikah, yaitu tabungan pada arisan, bank, koperasi,
masing-masing memiliki nilai terendah Rp0 dikarenakan karyawan tidak memiliki
tabungan tersebut. Untuk tabungan arisan, didapat nilai rata-ratanya Rp65.200,00
dengan nilai tertinggi Rp200.000,00. Hal ini mendukung fakta bahwa 45,2%
karyawan mengalokasikan untuk tabungan arisan sebesar Rp50.000,00. Untuk
tabungan bank, didapat nilai rata-ratanya Rp72.600,00 dengan nilai tertinggi
Rp500.000,00. Sama halnya dengan 14,3% karyawan terbanyak mengalokasikan
sebesar Rp200.000,00 untuk tabungan bank. Untuk tabungan koperasi, didapat
nilai rata-rata Rp62.600,00 dengan nilai tertinggi Rp200.000,00. Hal ini senada
dengan 31% karyawan terbanyak yang mengalokasikan pendapatannya sebesar
Rp50.000,00 untuk tabungan koperasi.
Bagi karyawan lajang, begitu juga dari segi tabungan, untuk tabungan
arisan, didapat nilai rata-ratanya Rp47.500,00 dengan nilai tertinggi Rp70.000,00
dan nilai terendah Rp30.000,00. Hal ini mendukung fakta bahwa 62,5% karyawan
lajang terbanyak mengalokasikan untuk tabungan arisan sebesar Rp50.000,00.
Untuk tabungan bank, didapat nilai rata-ratanya Rp143.750,00 dengan nilai
tertinggi Rp250.000,00 dan nilai terendahnya Rp50.000,00. Sama halnya bahwa
37,5% karyawan lajang terbanyak mengalokasikan sebesar Rp50.000,00 untuk
tabungan bank. Untuk tabungan koperasi, didapat nilai rata-rata Rp18.750,00
dengan nilai terendah Rp0 dikarenakan karyawan lajang tidak memiliki tabungan
22
di koperasi dan nilai tertinggi Rp50.000,00. Hal ini senada dengan 37,5%
karyawan lajang terbanyak mengalokasikan pendapatannya sebesar Rp50.000,00
untuk tabungan koperasi.
Tabel 7 . Pengalokasian Pendapatan Karyawan
Lajang % Menikah %
Lain-lain Sosial - 75 Lain-lain Sosial - 78,6
20.000 25 20.000 19
30.000 2,4
Rata-rata 5.000 Rata-rata 4.500
Min - Min -
Max 20.000 Max 30.000
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Terakhir adalah pengalokasian pendapatan karyawan dari segi kebutuhan
lain-lain yaitu sosial, hanya 25% karyawan lajang dan 19% karyawan menikah
yang mengalokasikannya sebesar Rp20.000,00. Pada karyawan menikah didapat
rata-rata Rp4.500,00 dengan nilai tertinggi Rp30.000,00 sedangkan untuk
karyawan lajang didapat rata-rata Rp5.000,00 dengan nilai tertinggi Rp20.000,00
dan nilai terendah untuk keduanya adalah Rp0 dikarenakan ada karyawan yang
tidak mengalokasikannya. Hal ini mendukung fakta 19% karyawan menikah dan
25% karyawan lajang terbanyak mengalokasikan Rp20.000,00 untuk dana lain-
lain yaitu sosial.
Adanya perbedaan nominal sosial ini ditentukan oleh karyawan
berdasarkan shift atau jam kerja yang terbagi menjadi 3 yaitu pagi, siang, dan
malam. Biaya sosial ini nantinya akan digunakan untuk menjenguk karyawan
yang sakit sebesar Rp7.000,00 dan lelayu Rp5.000,00 per orang dan sisanya bisa
digunakan untuk acara halal bihalal, jikapun adanya sisa dari uang sosial tersebut
nantinya akan disimpan untuk digunakan pada keperluan berikutnya.
23
Tabel 8. Proporsi Pendapatan Karyawan Lajang dan Menikah
Lajang % dari
income
Menikah % dari
income
Min Max Mean Min Max Mean
Konsumsi - 39,37 19,68 Konsumsi 11,53 55,12 29,24
Pendidikan - - - Pendidikan - 39,37 12,14
Transportasi - 31,50 20,66 Transportasi - 23,62 12,14
Cicilan Motor - 43,31 20,47 Cicilan Motor - 39,37 6,98
Elektronik - 11,81 2,95 Elektronik - 5,91 0,66
ART (Alat
Rumah
Tangga)
- 5,91 0,30
Total Cicilan - 55,12 23,42 Total Cicilan - 51,19 7,94
Tabungan Arisan 2,36 5,51 3,74 Tabungan Arisan - 7,87 2,55
Bank 3,94 19,69 11,31 Bank - 11,81 2,62
Koperasi - 3 1,47 Koperasi - 1,18 2,55
Total
Tabungan
6,3 28,2 16,52 Total
Tabungan
- 20,86 7,72
Lain-lain Sosial - 1,57 0,39 Lain-lain Sosial - 1 0,16
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Untuk proporsi pendapatan karyawan menikah, dapat kita lihat pada
kewajiban-kewajiban yang harus dikeluarkan dalam satu bulan. Masassya (2004 :
9-10) mengatakan bahwa pengeluaran pendapatan rumah tangga tersebut
termasuk pengeluaran biaya tetap yang tidak bisa ditunda lagi, yaitu angsuran
rumah, biaya listrik dan air, telepon, biaya makan, minum dan rekreasi. Biasanya
konsumsi ini beragam, akan tetapi dipatok atau ditentukan lazimnya biaya
berkisar 40%-50%. Dapat dilihat pada tabel diatas, bahwa proporsi untuk
konsumsi pada karyawan lajang adalah sebesar 19,68% bahkan tidak ada setengan
dari 40%, dikarenakan karyawan lajang hanyalah memenuhi kebutuhan
konsumsinya sendiri dan ada beberapa yang ikut dengan orangtua sehingga wajar
jika pengeluaran untuk konsumsinya sedikit. Berbeda dengan karyawan menikah,
karyawan menikah dengan pasangan bekerja rata-rata proporsi untuk konsumsi
sebesar 29,24% ini masih terkendali. Memang, wajar jika biaya konsumsi adalah
biaya yang lebih besar yang dikeluarkan daripada hal-hal lain, dan mengingat ini
adalah prioritas utama.
24
Berikutnya adalah tabungan. Tidak semua rumah tangga memiliki
pandapatan yang lebih untuk dialokasikan ke tabungan, akan tetapi Rini (2006 :
14) menyarankan jumlah tabungan rumah tangga sebesar 20% hingga 30% dari
pendapatan keseluruhan. Dapat dilihat dari proporsi total tabungan karyawan
lajang adalah 16,52% bahkan tidak mencapai 20% ini menandakan bahwa kurang
optimalnya karyawan lajang dalam menyimpan uang pendapatan atau lebih
senang apabila uang tersebut disimpan dalam bentuk cash. Pada karyawan
menikah jumlah proporsi untuk tabungan adalah 7,72% sama dengan karyawan
lajang, jumlah ini tidak pula mencapai batas yang seharusnya. Ini dikarenakan
banyaknya alokasi yang harus dikeluarkan dan yang terpenting adalah sebuah
rumah tangga harus tetap bisa menabung.
Dalam kondisi tertentu sumber pembelanjaan utang justru sangat
menguntungkan, dan tidak selamanya berhutang berdampak negative terhadap
posisi keuangan keluarga, asal nilainya tidak berlebihan, dalam arti tidak
melampaui batas kewajaran (Rasyid, 2012). Besarnya angsuran utang, terutama
untuk pemenuhan kebutuhan barang dan jasa konsumsi harus disesuaikan dengan
besarnya pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Para ahli menyarankan
bahwa proporsi untuk pengeluaran angsuran kredit maksimum sebesar 20% dari
pendapat bersih setelah pajak setiaap bulannya (Kapoor, et al., 2001:176). Jadi
bisa dilihat untuk total angsuran pada karyawan lajang sebesar 23,42% itu berarti
masih tergolong kecil, sehubungan dengan tidak adanya aktivitas hutang diluar
angsuran pada karyawan lajang, jadi kondisi ini masih dianggap aman. Dan bisa
dilihat pada karyawan menikah memiliki rata-rata total hutang sebanyak 7,94%,
hutang ini meliputi cicilan motor, eletronik dan alat rumah tangga. Namun
walaupun mereka mempunyai hutang atau cicilan tersebut mereka masih cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dalam satu bulan sehingga mereka
tidak mempunyai hutang yang lain kepada pihak manapun. Sedangkan untuk lima
karyawan menikah yang memiliki hutang diluar cicilan tersebut adalah sebesar
21,06% dan telah dijumlahkan dengan cicilan motor, alat elektronik dan alat
rumah tangga menjadi sebesar 29% jumlah ini lebih besar daripada kekayaan
25
bersihnya yang tersisa yaitu hanya sebesar 9,6%, ini berarti mereka tidak
dianjurkan untuk berhutang pada pihak bank, dikarenakan tidak adanya asset
sebagai jaminan apabila pinjaman dari bank tersebut tidak bisa dibayarkan, dan
dianjurkan apabila jika ingin berhutang lebih baik kepada keluarga atau teman
yang mudah dan tidak berbunga tentunya.
Tabel 9. Kecukupan Penghasilan Karyawan Untuk Memenuhi
Kebutuhan Bulanan
Lajang % Menikah %
Cukup 100 Cukup 80,48
Tidak cukup - Tidak cukup 9,52
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa dari 50 responden, baik karyawan
lajang maupun menikah, 100% karyawan lajang atau seluruhnya menyatakan
bahwa pendapatan mereka cukup untuk pemenuhan kebutuhan tiap bulannya. Hal
ini dikarenakan karyawan lajang yang belum berkeluarga sehingga ada beberapa
dana yang masih didukung oleh orang tua masing-masing sehingga cukup bahkan
mungkin lebih untuk tabungan bagi karyawan lajang. Namum berbeda pada
karyawan menikah, 80,48% karyawan menikah menyatakan bahwa
pendapatannya cukup untuk pemenuhan kebutuhan tiap bulannya, sedangkan
9,52% sisanya menyatakan tidak cukup untuk pemenuhan kebutuhan tiap
bulannya. Tidak cukupnya kebutuhan tersebut karena beberapa faktor yaitu karena
pasangan (suami) yang tidak bekerja, tentu hal ini sangat berpengaruh mengingat
suami adalah kepala keluarga yang seharusnya bekerja.
Untuk mengatasi hal tersebut maka alternanif yang digunakan adalah
dengan melakukan pinjaman atau hutang. Hutang adalah memberikan sesuatu
yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam sesuai dengan
pengembalian di kemudian hari sesuai penjanjian dengan jumlah yang sama.
26
Berdasarkan harga dananya, hutang atau pinjaman dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam (Kapoor, et al., 2001: 200), yaitu: 1. Kredit tidak mahal (dapat
diperoleh dari orangtua atau anggota keluarga), 2. Kredit-kredit berharga
menengah (dapat diperoleh dari bank-bank komersial dan koperasi simpan
pinjam), 3. Kredit-kredit mahal (diperoleh dari perusahaan-perusahaan
pembiayaan, para pengecer, dan bank-bank melalui kartu kredit).
Berikut adalah responden menikah yang melakukan pinjaman atau hutang
demi memenuhi kebutuhannya.
Tabel 10.Sumber Hutang
No Kreditur Alasan
Orangtua Saudara Teman LK (BPR) Lain-lain
(PKK)
1 Bisa
dikembalikan
sewaktu-waktu
Tidak ada rasa
canggung
Tidak berbunga
2 Tidak berbunga
Lebih mudah
3 Mudah dan bisa
bisa meminjam
dalam jumlah
yang besar
Bisa
dikembalikan
kapan saja
Sumber : Data Primer Diolah 2015
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang menyatakan
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan
27
melakukan pinjaman atau hutang kepada saudara dan teman dengan alasan bahwa
meminjam dengan saudara dan teman dalah lebih mudah, bisa meminjam dalam
jumlah besar dan bisa dikembalikan kapan saja dan yang pasti tidak berbunga.
28
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diatas pada karyawan lajang rata-rata pengeluaran
untuk konsumsi mereka adalah Rp250.000,00 sedangkan untuk karyawan
menikah rata-rata untuk pengeluaran konsumsi sebesar Rp728.500,00
perbandingan rata-rata konsumsi menikah adalah 3 kali dari yang lajang yang
menikah adalah karena karyawan lajang masih tinggal dengan orangtua adapun
pengeluaran tersebut untuk konsumsi di luar. Sedangkan bagi karyawan menikah,
karena harus menghidupi beberapa anggota keluarga sehingga otomatis
pengeluaran untuk konsumsi jauh lebih besar.
Hal berbeda terlihat pada alokasi pendapatan untuk pendidikan, pada
karyawan lajang sama sekali tidak mengeluarkan biaya untuk pendidikan, hal ini
dikarenakan semua karyawan dari mereka tidak ada yang melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggai. Berbeda dengan karyawan menikah, karena sudah mempunyai
anak yang sudah menginjak usia sekolah mulai dari Rp100.000,00 sampai sampai
angka maksimal yaitu sebesar Rp1.000.000,00 dan rata-rata biaya pendidikan
sebesar Rp319.000,00 karena dari setiap keluarga memiliki jumlah anak yang
berbeda dan yang bersekolah lebih dari satu.
Pada pengeluaran untuk biaya transportasi, angka yang sering muncul
pada karyawan lajang maupun menikah adalah sama sebesar Rp300.000,00
namun rata-rata pengeluaran pada karyawan menikah yaitu Rp308.300,00 lebih
besar daripada karyawan lajang yaitu Rp262.000,00. Hal ini dikarenakan pada
karyawan menikah baik suami maupun istri sama-sama menggunakan kendaraan
antara lain untuk berangkat kerja, menjemput anak sekolah, danperjalanan untuk
keperluan lain sehingga biaya yang dikeluarkan untuk transportasi adalah ganda,
walaupun sebagian karyawan menikah menumpang pada bus antar jemput yang
sudah disediakan oleh perusahaan saat berangkat dan pulang kerja. Sedangkan
pada karyawan lajang, mereka hanya menggunakan kendaraan untuk dirinya
sendiri bahkan saat bekerja menumpang dengan kendaraan serekan kerjanya
sehingga pengeluaran untuk biaya transportasinya lebih kecil.
29
Selanjutnya, angka yang sering muncul pada alokasi cicilan motor untuk
karyawan lajang adalah Rp500.000,00 dan dapat dilihat pada tabel 5 rata-rata
biaya cicilan pada kedua jenis karyawan tidak jauh beda, namun maksimal biaya
cicilan pada karyawan menikah adalah Rp1000.000,00 dan ini terjadi pada
karyawan yang memiliki gaji 3-4 dan 4-5 juta rupiah, sehingga mampu membayar
cicilan dengan nominal yang besar. Untuk cicilan elektronik pada karyawan lajang
cenderung lebih besar tiga kali lipat yaitu Rp37.500,00 walaupun alokasi
maksimal sebesar Rp200.000,00 dikeluarkan oleh karyawan menikah, dan salah
satu cicilan elektronik ini berupa barang sekunder seperti televisi. Pada cicilan
alat rumah tangga, karyawan lajang sama sekali tidak ada, karena masih tinggal
dengan orangtua maka semua fasilitas sudah tersedia. Sedangkan untuk karyawan
menikah, cicilan alat rumah tangga tersebut bisa dikatakan wajib karena
merupakan barang kebutuhan primer penunjang dapur yang berkaitan untuk
mengolah kebutuhan konsumsi keluarga.
Pada segi tabungan, angka yang lebih banyak muncul adalah Rp50.000,00
baik pada karyawan lajang maupun menikah, tetapi meskipun karyawan menikah
banyak sekali pengeluaran untuk kebutuhan ternyata alokasi untuk tabungan lebih
besar yaitu Rp65.200,00 dibandingkan dengan karyawan lajang sebesar
Rp30.000,00 dan minimal karyawan menikah adalah adalah 0, tetapi maksimal
pada karyawan menikah tiga kali lebih besar daripada karyawan lajang. Tidak
hanya pada tabungan arisan,ternyata berlaku pula pada tabungan bank yaitu rata-
rata Rp76.200,00 pada karyawan menikah dan Rp143.750,00. Kemudian pada
tabungan koperasi rata-ratanya adalah Rp70.950,00 lebih besar empat kali lipat
daripada karyawan lajang yaitu hanya sebesar Rp18.750,00.Hal ini disebabkan
karena karyawan lajang tidak mempunyai banyak tanggungan dan kurangnya
mengatur atau mengendalikan diri dalam mengalokasikan pendapatannya
sehingga tanpa disadari justru pendapatan tersebut sebagian besar digunakan
untuk bersenang-senang daripada lebih banyak untuk ditabung dalam jangka
panjang. Hal ini tidak sesuai dengan hasil yang dikemukakan oleh Hartopo (2003)
yang menyatakan bahwa pengelolaan keuangan memberikan kendali individu atas
hal-hal yang menyangkut kebutuhan dan penggunaan uang. Karena karyawan
30
lajang menurut Nggili (2012) memiliki sikap konsumtif yang tinggi dan tidak
dapat mengendalikan penggunaan uang, misalnya tidak konsisten dengan
perencanaan keuangan yang dibuat sehingga melakukan pengeluaran keuangan di
luar rencana seperti pengeluaran kebutuhan tidak terduga dan pengeluaran yang
bukan menjadi hal-hal kebutuhan utamanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
meskipun karyawan menikah lebih banyak pengeluaran daripada karyawan lajang,
namun karyawan menikah lebih tertib dalam menabung yang bertujuan untuk
masa depan anak-anak mereka.
Terakhir pada tabel 9 yaitu kecukupan penghasilan karyawan,
perbandingan yang tidak terlalu signifikan antara karyawan lajang dengan
karyawan menikah menyatakan bahwa pendapatan mereka cukup untuk
memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Namun hanya beberapa diantara
karyawan menikah yang pendapatannya tidak bisa mencukupi kebutuhan
perbulannya dengan alasan karena selain suami mereka yang tidak bekerja, alih-
alih yang menjadi tulang punggung keluarga adalah sang istri yang hanya bekerja
sebagai karyawan pabrik saja. Sehingga pendapatan istri seorang diri yang bisa
dikatakan pas-pasan dan walaupun penetapan UMR kota Salatiga sudah dikatakan
cukup yaitu sebesar Rp1.287.000,00 namun masih tidak bisa menutup kebutuhan
keluarga untuk satu bulan karena harus menghidupi beberapa anggota keluarga
dan terlebih tidak mempunyai usaha sampingan lain. Selain itu tidak adanya
perbedaan gaji antara karyawan lajang maupun menikah karena sama-sama
berstatus sebagai karyawan, dan faktor lainnya adalah karena banyaknya
kebutuhan yang tidak terduga walaupun pasangan suami istri tersebut semuanya
bekerja. Terdapat lima karyawan atau 9,52% yang menyatakan bahwa pendapatan
mereka tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhan mereka selama sebulan,
maka dari itu mereka memutuskan untuk berhutang atau mencari pinjaman.
Alternative sumber hutangpun dari berbagai kalangan yaitu sebanyak 20%
meminjam uang dari orang tua dan 40% masing-masing karyawan meminjam
kepada saudara dan teman rata-rata dengan alasan bahwa selain lebih mudah
adalah tidak ada jatuh tempo tanggal pengembalian dan terpenting tidak adanya
bunga yang diberikan dari pihak piutang. Keputusan ini sangat tepat karena dilihat
31
dari tabel 9 bahwa besarnya hutang yang dimiliki khususnya untuk karyawan yang
pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga selama satu
bulan adalah 29% sedangkan kekayaan bersih hanya 9,6%itu artinya rasio hutang
yang dimiliki oleh karyawan menikah adalah tiga kali lebih besar daripada
kekayaan bersih dan jelas kondisi ini sangat mengkhawatirkan, sehingga apabila
karyawan memutuskan untuk meminjam dari lembaga keuangan dengan alasan
bisa meminjam dengan nominal yang lebih besar, pihak bank pun tidak bisa
memberikan pinjaman karena tidak adanya jaminan aset yang lebih cukup dari
karyawan tersebut, terlebih apabila meminjam dari bank selain adanya jatuh
tempo pelunasan, akan dikenakan bunga pula nantinya.
32
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Seorang individu atau karyawan Pabrik Textile Damatex Salatiga yang
masih lajang bergaji UMR, sebagian besar pendapatannya dialokasikan
untuk segi cicilan, kemudian untuk transportasi, konsumsi, tabungan,
dan yang terakhir adalah untuk sosial.
2. Seorang individu atau karyawan Pabrik Textile Damatex Salatiga yang
sudah menikah bergaji UMR, sebagian besar pendapatannya
dialokasikan untuk segi konsumsi, kemudian untuk pendidikan,
transportasi, cicilan, tabungan, dan yang terakhir adalah untuk sosial.
Keterbatasan Dan Saran Penelitian
Kurangnya tanggapan para responden untuk lebih detail dalam mengisi
kuisioner yang telah diberikan karena responden kurang memahami pertanyaan
yang diajukan, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya, hendaknya
memberikan rincian pertanyaan pada kuisioner dengan kalimat yang mudah
dimengerti serta mendampingi responden jika mengalami kesulitan pengisian
kuisioner, peneliti akan membantu menjelaskan maksud dari pertanyaan yang ada
dalam kuisioner.
33
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Eka. 2011.Yuk, Cek Kondisi Keuangan Keluarga(Artikel Dalam
MajalahUmmiNo.12/ XXII/April2011/ 1432 H), Jakarta: PT. Gramedia.
Badan Pusat Statsitik. 2014. Karakteristik Rumah
Tangga.http://www.kemenpppa.go.id/index.php/data-summary/profile-
perempuan-indonesia/629-karakteristik-rumah-tangga, diakses4 Januari
2015.
Badan Pusat Statistik. 2012. Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Yang Bekerja
perKecamatan Menurut Mata Pencaharian Akhir Tahun 2012.
Salatigakota.bps.go.id, diakses 4 januari 2015.
Damayanti. 2010. Analisis Strategi Pengelolaan Keuangan Tumah Tangga Pasca
Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak. Jurnal, Jurusan Administrasi
Bisnis FISIP Universitas Lampung.
Hartopo, H. 2003. Save or Sorry ! Menabung atau Menyesal. Jakarta : PT. Elek
Media Komputindo.
Http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.artidefinisi.com?Alokasi%&520
Anggaran&ei=WUWrjrsk&lc=idID&geid=1o&s=1&m=25&ts=14542559
04&si9=ALL1Aj5FN9GYmEs4wlT_jsnIJfo231Z7mQ, diakses 31 Januari
2016.
Ichsan, Muhamad. 2009. Manager Keuangan
Keluarga.Www.Pembelajara.Com/Wmview.Php?Artid=229&Page2
Ihalauw, John J.O.I., 2000,Bangunan Teory. Fakultas Ekonomi Universitas
Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2015. Definisi Alokasi.
http://kbbi.web.id/alokasi, diakses 31 Januari 2016.
34
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2012. Definisi Rumah Tangga.
http://kbbi.web.id/rumahtangga, diakses 4 Januari 2016.
Kapoor, J. R, L. R. Dlabay, dan R. J. Hughes. 2001. Personal Finance.Edisi
Keenam McGrawHill Book, Co., Singapore.
Kusumawati, Diah. 2014. Pengelolaan Keuangan Dalam Keluarga Menurut
Sudut Pandang Islam.Jurnal.
Ligwina. 2009. Cara Sederhana Mengelola Keuangan Rumah Tangga,
Http://Wehade.Wordpress.Com/2009/08/12/Cara-Sederhana-Mengelola-
Keuangan-Keluarga.Html, diakses 12 Agustus 2009.
Masassya, Evelyn G. 2004. Cara Cerdas Mengelola Investasi Keluarga.
Gramedia, Jakarta.
McKenna, J., Karen, H & Ray, L. 2003.Linking Psikological Type to Financial
Decision Making.Journal of Financial Counseling and Planning.14 (1).
Nggili, Ricky Arnold. 2012. Managemen Keuangan Pribadi. Makalah
Disampaikan Pada Pelatihan PDSPK Level 1 GMKI CabangSalatiga
Tanggal8 Agustus 2012 di Menonite Training Center.
Rasyid, Rosyeni. 2012. Analisis Literasi Keuangan Mahasiswa Program Studi
Managemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri 1 Padang. Skripsi.
Rini, Mike. 2006. Solusi Mengelola Keuangan Pribadi. PT Elek Media
Komputindo Jakarta.
Singarimbun, M & Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey.Jakarta: LP3ES.
Soediyono.1984.Pengantar Analisa Pendapatan Nasional. Liberty. Yogyakarta.
Sudarsono. 1995.Pengantar Ekonomi Mikro. LP3ES. Jakarta.
Sugiono. 2009.Metode Penelitian Bisnis. Alfabet. Bandung.
35
Suhartini, S.Hastuti., Wahyu, Kukuh &Puspadi, Ketut.2004.Pola Pendapatan Dan
Pengeluaran Rumah Tangga Kaitannya Dengan Ketahanan Pangan Rumah
Tangga. Jurnal, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB.
Supramono,& Haryanto J.O. 2005. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran,
Edisi Pertama, ANDI, Yogyakarta.
Supramono, & Utami, I. 2003.Desain Proposal Penelitian Studi Akuntansi dan
Keuangan.Salatiga: Fakultas Ekonomi.
Wibawa, Heru Kustriyadi. 2003. Perencanaan Keuangan Keluarga (Sebuah
Langkah Menuju Keluarga Sejahtera). Salemba Empat. Jakarta.
Wikipedia. 2011. Definisi Lajang.
http://googleweblight.com/?lite_url=http://id.m.wikipedia.org/wiki/lajang
&ei=JMKLVSdj&lc=id-
ID&geid=10&s=1&m=25&ts=1454246098&si9=ALL1j5lkkDwwNS1Fw
ydoCHvCK85ZyNsfw, diakses 31 Jnuari 2016.
36
LAMPIRAN 1
KUESIONER
“Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga di Kalangan Karyawan Pabrik
Textile Damatex Salatiga Bergaji UMR“
Tujuan Penelitian :
Untuk mengetahui bagaimana seorang individu atau karyawan pabrik
Damatex Salatiga yang yang masih lajang dan yang sudah berkeluarga
bergaji UMR dapat mengelola pendapatan dalam memenuhi kebutuhan
sehingga bisa tercukupi.
DATA IDENTITAS RESPONDEN
1) Nama : ……
2) Umur : ……
3) Jenis Kelamin : L/P
4) Bagian tempat kerja : ……
5) Lama Bekerja :
o < 5 tahun
o 5 – 10 tahun
o 10 – 15 tahun
o 15 tahun>
6) Status : ……
o Lajang ( lanjut pertanyaan no.7)
o Menikah ( lanjut pertanyaan no.8)
o Suami bekerja
o Suami tidak bekerja
o Istri bekerja
o Istri tidak bekerja
7) Nilai gaji ( sendiri) :
o 1 - 2 juta
37
o 2 - 3 juta
o 3 - 4 juta
o 4 – 5 juta
8) Menikah :
o Gaji sendiri
o 1 - 2 juta
o 2 - 3 juta
o 3 - 4 juta
o 4 – 5 juta
o Gaji pasangan
o 1 - 2 juta
o 2 - 3 juta
o 3 - 4 juta
o 4 – 5 juta
9) Tanggungan anak : ……
o Sekolah
Jumlah : ……
o Belum sekolah
Jumlah : ……
ASPEK ALOKASI PENDAPATAN( % ) DARI TOTAL GAJI
1) Konsumsi : ……
2) Pendidikan : ……
3) Transportasi : ……
4) Cicilan : ……
o Rumah : ……
o Kendaraan
o Mobil : ……
o Motor : ……
o Asuransi
o Jiwa : ……
38
o Jumlah jiwa : ……
o Lainnya : ……
o Perlengkapan elektronik : ……
Sebutkan : ……
……
……
……
5) Tabungan : ……
o Arisan : ……
o Sisihan : ……
o Di bank : ……
o Koperasi : ……
Apakah pendapatan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk satu bulan?
o Ya. Alasan : ……
o Tidak. Alasan : ……
Jika pendapatan tersebut tidak mencukupi, bagaimana cara menutupi kebutuhan
selama satu bulan?
Pinjaman
o Saudara. Alasan : ……
o Orang tua. Alasan : ……
o Teman. Alasan : ……
o Lembaga Keuangan Bank. Sebutkan : ……
Alasan : ……
Lain-lain : ……
39
LAMPIRAN 2
Jawaban Alokasi Pendapatan Karyawan Lajang
Konsumsi
Pendidikan
Transportasi
Cicilan
Tabungan
Lain-lain
Motor Elektronik Arisan Bank Koperasi
Rp400.000,00 - Rp300.000,00 - Rp150.000,00 Rp50.000,00 Rp250.000,00 - Rp20.000,00
- - Rp300.000,00 - - Rp30.000,00 Rp200.000,00 - Rp20.000,00
Rp500.000,00 - Rp400.000,00 - - Rp30.000,00 Rp150.000,00 - -
Rp300.000,00 - Rp300.000,00 Rp100.000,00 Rp100.000,00 Rp50.000,00 Rp 50.000,00 Rp50.000,00 -
Rp300.000,00 - Rp300.000,00 Rp500.000,00 - Rp50.000,00 Rp 50.000,00 Rp50.000,00 -
- - - Rp550.000,00 - Rp50.000,00 Rp200.000,00 Rp50.000,00 -
Rp300.000,00 - Rp200.000,00 Rp430.000,00 - Rp50.000,00 Rp 50.000,00 - -
Rp200.000,00 - Rp300.000,00 Rp500.000,00 Rp50.000,00 Rp70.000,00 Rp200.000,00 - -
Sumber : Olah Data Primer 2015
LAMPIRAN 3
Tabel Alokasi Pendapatan Karyawan Lajang
Konsumsi
Pendidikan
Transportasi
Cicilan
Tabungan
Lain-lain
Motor Elektronik Rumah Tangga Arisan Bank Koperasi
Rp70.0000,00 Rp200.000,00 Rp300.000,00 - Rp100.000,00 - Rp50.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp600.000,00 Rp300.000,00 Rp250.000,00 Rp500.000,00 - - Rp100.000,00 Rp300.000,00 - -
Rp500.000,00 - Rp300.000,00 - - - Rp50.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp500.000,00 - Rp300.000,00 Rp550.000,00 Rp50.000,00 - Rp50.000,00 Rp100.000,00 Rp50.000,00 -
Rp600.000,00 - Rp300.000,00 - - - Rp50.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp700.000,00 - Rp300.000,00 Rp1.000.000,00 Rp20.0000,00 - Rp70.000,00 Rp500.000,00 Rp70.000,00 Rp20.000,00
Rp800.000,00 - Rp400.000,00 - - - Rp30.000,00 - Rp70.000,00 Rp20.000,00
Rp1.000.000,00 Rp600.000,00 Rp400.000,00 - - - Rp50.000,00 - - Rp20.000,00
Rp800.000,00 Rp300.000,00 Rp200.000,00 - - - Rp70.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp800.000,00 - Rp400.000,00 - - Rp100.000,00 Rp50.000,00 Rp200.000,00 Rp50.000,00 Rp20.000,00
40
Rp800.000,00 Rp400.000,00 Rp300.000,00 Rp570.500,00 - Rp150.000,00 Rp50.000,00 Rp100.000,00 Rp70.000,00 -
Rp800.000,00 - Rp300.000,00 - - - Rp100.000,00 - - -
Rp600.000,00 Rp300.000,00 Rp300.000,00 Rp450.000,00 - - Rp50.000,00 Rp200.000,00 Rp100.000,00 -
Rp700.000,00 Rp500.000,00 Rp400.000,00 - - - Rp100.000,00 - Rp150.000,00 -
Rp700.000,00 Rp300.000,00 Rp200.000,00 - - - Rp70.000,00 Rp200.000,00 - -
Rp700.000,00 Rp400.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp50.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp800.000,00 Rp1.000.000,00 Rp500.000,00 - - - Rp50.000,00 - Rp50.000,00 -
Rp600.000,00 Rp200.000,00 Rp200.000,00 Rp500.000,00 - - Rp100.000,00 Rp200.000,00 Rp150.000,00 -
Rp800.000,00 Rp300.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp70.000,00 Rp200.000,00 Rp50.000,00 -
Rp500.000,00 Rp300.000,00 Rp300.000,00 Rp700.000,00 - - Rp100.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp500.000,00 Rp200.000,00 Rp200.000,00 - Rp150.000,00 - Rp100.000,00 - Rp70.000,00 -
Rp800.000,00 Rp500.000,00 Rp300.000,00 Rp1.000.000,00 - - Rp100.000,00 Rp300.000,00 Rp250.000,00 -
Rp700.000,00 Rp200.000,00 Rp300.000,00 - Rp100.000,00 - Rp50.000,00 -- - -
Rp500.000,00 - Rp200.000,00 - - - Rp70.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp500.000,00 Rp100.000,00 Rp200.000,00 - - - Rp30.000,00 - - -
Rp800.000,00 Rp300.000,00 Rp300.000,00 Rp800.000,00 Rp100.000,00 - Rp70.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp800.000,00 Rp1.000.000,00 Rp300.000,00 Rp800.000,00 - - Rp100.000,00 - Rp50.000,00 -
Rp900.000,00 Rp1.000.000,00 Rp500.000,00 Rp500.000,00 - - Rp50.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp1.000.000,00 Rp500.000,00 Rp300.000,00 - Rp100.000,00 - Rp50.000,00 - Rp70.000,00 -
Rp400.000,00 Rp500.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp150.000,00 Rp250.000,00 - -
Rp1.000.000,00 Rp500.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp50.000,00 - - -
Rp800.000,00 Rp400.000,00 Rp300.000,00 Rp500.000,00 - - Rp70.000,00 Rp100.000,00 - -
Rp900.000,00 Rp300.000,00 Rp400.000,00 - - - Rp30.000,00 - Rp70.000,00 Rp20.000,00
Rp1.000.000,00 Rp500.000,00 Rp500.000,00 - - Rp70.000,00 Rp50.000,00 Rp200.000,00 Rp70.000,00 Rp30.000,00
Rp600.000,00 Rp200.000,00 Rp300.000,00 Rp700.000,00 Rp50.000,00 - Rp50.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp700.000,00 Rp200.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp200.000,00 - - -
Rp700.000,00 Rp300.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp50.000,00 - Rp100.000,00 -
Rp600.000,00 Rp300.000,00 - - - - - Rp100.000,00 - -
Rp800.000,00 - Rp500.000,00 - - - Rp50.000,00 - Rp70.000,00 Rp20.000,00
Rp800.000,00 Rp500.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp30.000,00 Rp100.000,00 - -
Rp900.000,00 Rp500.000,00 Rp300.000,00 - - - Rp50.000,00 - Rp70.000,00 Rp20.000,00
Rp900.000,00 Rp300.000,00 Rp300.000,00 - Rp100.000,00 - Rp30.000,00 - - Rp20.000,00
Sumber : Olah Data Primer 2015
41
LAMPIRAN 4
Proporsi Alokasi Pendapatan Karyawan Lajang
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Konsumsi 8 .00 39.37 19.6850
Pendidikan 8 .00 .00 .0000
Transportasi 8 .00 31.50 20.6693
Cicilan_motor 8 .00 43.31 20.4724
Cicilan_elektronik 8 .00 11.81 2.9528
Tabungan_arisan 8 2.36 5.51 3.7402
Tabungan_bank 8 3.94 19.69 11.3189
Tabungan_koperasi 8 .00 3.94 1.4764
Sosial 8 .00 1.57 .3937
Valid N (listwise) 8
Sumber : Data Olah Primr 2015
42
LAMPIRAN 5
Proporsi Alokasi Pendapatan Karyawan Menikah
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Konsumsi 42 11.53 55.12 29.2416
Pendidikan 42 .00 39.37 12.1436
Transportasi 42 .00 23.62 12.1103
Cicilan_motor 42 .00 39.37 6.9815
Cicilan_elektronik 42 .00 5.91 .6686
Cicilan_alatrumahtangga 42 .00 5.91 .3000
Tabungan_arisan 42 .00 7.87 2.5542
Tabungan_bank 42 .00 11.81 2.6276
Tabungan_koperasi 42 .00 9.84 2.5533
Sosial 42 .00 1.18 .1626
Valid N (listwise) 42
Sumber : Olah Data Primer 2015