Download - AGREGAT LANSIA

Transcript

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT

LANSIA DI KOMUNITAS

1. Konsep lansia

1.1 Pengertian lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65

dan 75 tahun. Jumlah kelompok usia ini meningkat drastic dan ahli demografi

memperhitungkan peningkatan populasi lansia sehat terus menigkat sampai abad

selanjutnya (Potter & Perry, 2005).

Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam

mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek

biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk lanjut usia

adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang

ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap

serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan

terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.

Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada

sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak

lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa

kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban

keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004).

Menurut Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses

menghilangnya secara perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi formalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut

organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage) adalah

kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74

tahun, Usia lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua

(very old) adalah kelompok usia diatas 90 tahun.

Asuhan keperawatan lansia mengahadapi tantangan khusus karena

perbedaan fisiologis, kognitif, dan kesehatan psikososial. Lansia bervariasi  pada

tingkat kemampuan fungsional. Mayoritas merupakan anggota komunitas yang

aktif, terlibat, dan produktif. Hanya sedikit yang telah kehilangan kemampuan

untuk merawat diri sendiri, bingung atau merusak diri, dan tidak mampu mebuat

keputusan yang berkaitan dengan kebutuhan mereka.

1.2 Batasan Usia Lansia

Menurut Nugroho (2008), tidak ada batasan yang pasti tentang pembagian

usia pada lansia. Menurut pendapat beberapa ahli batasan usia dapat dibedakan

sebagai berikut.

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada empat tahap, antara lain:

1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)

2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)

3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)

4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun)

b. Menurut Masdani (Tanpa Tahun), lanjut usia merupakan kelanjutan usia

dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun

2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun

3) Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun

4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia

c. Menurut Setyonegoro (Tanpa Tahun), lanjut usia dikelompokkan sebagai

berikut:

1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun)

2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun)

3) Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi:

- Usia 70-75 tahun (young old)

- Usia 75-80 tahun (old)

- Usia lebih dari 80 tahun (very old)

d. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut:

1) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)

2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)

3) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)

4) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)

5) Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)

e. Menurut Hurlock (1979), perbedaan usia lansia terbagi dalam dua tahap,

antara lain:

1) Early old age (usia 60-70)

2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

f. Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lansia, antara lain:

1) Young old (usia 60-69 tahun)

2) Middle age old (usia 70-79 tahun)

3) Old-old (usia 80-89 tahun)

4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

1.3 Teori-Teori Proses Penuaan

Menurut Nugroho (2008), proses menua bersifat individual, yaitu tahap

proses menua terjadi pada seseorang dengan usia yang berbeda, setiap lansia

memiliki kebiasaan yang berbeda dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan

dapat mencegah proses menua. Menurut Potter dan Perry (2005), teori-teori yang

menjelaskan tentang proses menua biasanya dikelompokkan menjadi dua

kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.

a. Teori Biologis

1) Teori Genetik

a) Teori Genetic Clock

Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan

bahwa di dalam tubuh terdapat waktu biologis yang mengatur gen

dan menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa

menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.

Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu waktu genetik

atau jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia

yang berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu

sehingga bila jenis ini berhenti berputar, ia akan mati (Nugroho,

2008).

b) Teori Mutasi Somatik

Penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat

pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses

transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA

protein/enzim. Kesalahan ini terjadi terus-menerus sehingga

akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan sel

menjadi kanker atau penyakit. Setiap sel pada saatnya akan

mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel

kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.

Menurut Azizah (2011), terjadinya mutasi yang progresif pada

DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya penurunan

kemampuan fungsional sel tersebut.

2) Teori Non-Genetik

a) Teori Radikal Bebas (Free Radical Theory)

Menurut Nugroho (2008), teori ini dapat terbentuk di alam

bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme atau

proses pernapasan di dalam mitokondria. Radikal bebas

merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena

mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat

reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan

berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas

ini menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi. Radikal bebas

dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi

sel. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap

kendaraan bermotor, asap rokok, zat pengawet makanan, radiasi

dan sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya perubahan

pigmen dan kolagen pada proses menua.

b) Teori Rantai Silang (Cross Link Theory)

Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh

lemak, protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen)

bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, mengubah fungsi jaringan

yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang

mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis dan

hilangnya fungsi pada proses menua (Nugroho, 2008).

c) Teori Imunologis (Auto-Immune Theory)

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya

kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya (self

recognition). Jika mutasi yang merusak membran sel, akan

menyebabkan sistem imun tidak mengenalinya sehingga akan

dirusak.

d) Teori Fisiologis

Terdiri atas teori dipakai-aus (wear and tear) dan teori

oksidasi stress. Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress

menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak

dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal) (Nugroho,

2008).

Menurut Stanley (2006), teori ini mengutarakan bahwa

akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi yang dapat merusak

sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan

akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya

bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu

jadwal.

e) Teori Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan

seperti karsinogen dari industri, sinar matahari, trauma dan infeksi

dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun

faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak

dari lingkungan lebih merupakan dampak sekunder (Stanley &

Beare, 2006).

f) Teori Metabolisme

Telah dibuktikan dalam berbagai percobaan hewan, bahwa

pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat

pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan

asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat

memperpendek umur (Nugroho, 2008). Perpanjangan umur

karena jumlah kalori tersebut disebabkan karena menurunnya

salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan

pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya

insulin dan hormon pertumbuhan. Modifikasi cara hidup yang

kurang aktif menjadi lebih aktif mungkin dapat juga

meningkatkan umur panjang (Azizah, 2011).

g) Teori Keracunan Oksigen

Teori ini menjelaskan tentang adanya sejumlah penurunan

kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari

oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi,

tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan

mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur

membran sel mengalami perubahan dari rigid, serta terjadi

kesalahan genetik (Azizah, 2011).

h) Teori Stres

Teori ini mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya

sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak

dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh tidak dapat

melakukan regenarasi (Maryam et al, 2008).

b. Teori Psikososial

a) Teori Pembebasan/Penarikan Diri (Disengagement Theory)

Menurut Nugroho (2008), teori ini membahas putusnya

pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran

individu dengan individu lainnya. Teori ini pertama kali diajukan oleh

Cumming dan Henry (1961), menyatakan bahwa dengan bertambah

lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lansia

berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan

interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas,

sehingga sering para lansia mengalami kehilangan peran, hambatan

kontak sosial dan berkurangnya komitmen. Menurut teori ini, seorang

lanjut usia dinyatakan mengalami proses menua yang berhasil apabila

ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri

pada persoalan pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi

kematiannya.

b) Teori Aktivitas

Menurut Nugroho (2008), teori ini mengemukakan ketentuan

tentang semakin menurunnya jumlah kegiatan lansia secara langsung.

Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang

aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial, lansia akan

merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan

mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin dan

mempertahankan hubungan antara sistem sosial-individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan sampai lanjut usia. Stanley dan Beare

(2006), berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah

dengan cara tetap aktif.

c) Teori Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory)

Nugroho (2008) menyatakan, dasar kepribadian atau tingkah

laku tidak berubah pada lansia. Teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada seorang lansia sangat dipengaruhi oleh

tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya

kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan demikian,

pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya

kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup,

perilaku dan harapan seseorang ternyata tidak berubah, walaupun ia

telah berusia lanjut.

d) Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory)

Menurut Nugroho (2008), teori ini mencoba menjelaskan

mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar

hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus

menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status

sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. Pokok-pokok

teori ini yaitu masyarakat terdiri atas pelaku sosial yang berupaya

mencapai tujuannya masing-masing dan untuk mencapai tujuan akan

terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.

1.4 Perubahan pada Lansia

Semakin bertambahnya usia manusia, pasti akan mengalami proses

penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan pada diri

manusia. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fisiologis, kognitif,

psikososial dan spiritual (Azizah, 2011).

a. Perubahan Fisiologis

Perubahan fisiologis setiap lansia bervariasi, baik secara umum

atau khusus. Perubahan fisiologis ini bukan bersifat patologis. Perubahan

ini terjadi pada semua orang tetapi kecepatan yang berbeda dan bergantung

pada keadaan dalam kehidupan sebelumnya (Potter dan Perry, 2005).

Perubahan keadaan sel-sel pada lansia sangat berpengaruh terhadap

fungsi-fungsi dari sistem tubuh lansia. Perubahan-perubahan yang terjadi

terkait sel yaitu, jumlah sel menurun, sel mengalami hipertrofi, jumlah

cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang, jumlah sel otak menurun,

mekanisme perbaikan sel terganggu, otak menjadi atrofi (berkurang 5-

10%) dan lekukan otak akan menjadi lebih dangkal (Nugroho, 2008).

Perubahan pada sistem indra berpengaruh besar pada keadaan

lansia. Pada sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan

presbiopi, lensa kehilangan elastisitas dan kaku, otot penyangga lensa

lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau

dekat berkurang. Sistem pendengaran lansia mengalami hilangnya

kemampuan pendengaran pada telinga dalam (presbiakusis), suara tidak

jelas, kata-kata sulit dimengerti, hal tersebut 50% terjadi pada usia di atas

60 tahun. Sistem integumen, lansia mengalami atrofi, kendur, tidak elastis,

kering, berkerut, kulit mengalami kekurangan cairan sehingga menjadi

tipis (Azizah, 2011).

Sistem muskuloskeletal pada lansia biasanya kehilangan tonus otot,

serat otot berkurang ukurannya dan kekuatan otot berkurang. Wanita pasca

menopause memiliki laju demineralisasi tulang yang lebih besar daripada

pria lansia. Wanita yang mempertahankan masukan kalsium selama hidup

dan kemudian masuk pada tahap menopause mengalami demineralisasi

tulang kurang dari wanita yang tidak pernah melakukannya (Potter dan

Perry, 2005).

Perubahan pada sistem kardiovaskuler lansia mengalami penurunan

kekuatan kontraktil miokardium yang menyebabkan penurunan curah

jantung, massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan

penumpukan lipofusin. Konsumsi oksigen pada tingkat maksimal

berkurang sehingga kapasitas paru menurun. Latihan berguna untuk

meningkatkan tekanan oksigen agar lebih maksimum, mengurangi

tekanan darah dan berat badan (Azizah, 2011).

Pada sistem pernafasan, perubahan yang terjadi yaitu otot-otot

pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya aktivitas

dari silia, paru-paru kehilangan ealstisitas, kapasitas residu meningkat,

ukuran alveoli melebar dan jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri

menurun, kemampuan batuk berkurang (Bandiyah, 2009). Umur tidak

berhubungan dengan perubahan otot diafragma, apabila terjadi perubahan

otot diafragma, maka otot toraks menjadi tidak seimbang dan

menyebabakan distorsi toraks selama respirasi berlangsung (Azizah,

2011).

Sistem pencernaan pada lansia yang mengalami perubahan, yaitu

kehilangan gigi, indera pengecap menurun (80%), adanya iritasi selaput

lendir, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, esofagus melebar,

rasa lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik melemah dan

biasanya timbul konstipasi, fungsi absorpsi dan organ hati semakin

mengecil (Nugroho, 2008). Penuaan menyebabkan peningkatan jumlah

jaringan lemak pada tubuh dan abdomen, akibatnya terjadi peningkatan

ukuran abdomen. Karena tonus dan elastisitas menurun, hal ini

menyebabkan abdomen lebih membuncit (Potter dan Perry, 2005).

Berbeda dengan sistem perkemihan, sistem ini mengalami

perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,

misalnya laju filtrasi, ekskresi dan reabsorpsi oleh ginjal. Hal ini

memberikan efek dalam pemberian obat pada lansia, karena lansia

kehilangan kemampuan untuk mengekskresi obat atau produk

metabolisme obat. Pola berkemih yang tidak normal, biasanya sering

berkemih pada malam hari, hal ini menunjukkan bahwa inkontinensia urin

meningkat (Azizah, 2011).

Sistem susunan saraf mengalami atrofi yang progresif pada serabut

saraf. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Penuaan menyebabkan penurunan

persepsi sensori dan respon motorik pada susunan saraf pusat dan

penurunan reseptor proprioseptif, hal ini terjadi karena susunan saraf pusat

pada lansia mengalami perubahan morfologis dan biokimia, perubahan

tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif (Azizah, 2011).

Menurut Nugroho (2008), perubahan yang terjadi pada sistem persarafan

yaitu menurunnya berat otak sekitar 10-20%, respon dan waktu untuk

bereaksi lambat khususnya terhadap stress, saraf yang berhubungan

dengan panca indera mengecil, kurang sensitif terhadap sentuhan dan

defisit memori.

Perubahan pada struktur dan fungsi sistem reproduksi terjadi

sebagai akibat hormonal. Menopause pada wanita berkaitan dengan

penurunan respon ovarium terhadap hipofisis dan mengakibatkan

penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada pria, tidak ada

penghentian fertilitas tertentu dikaitkan dengan penuaan. Spermatogenesis

mulai menurun selama dekade keempat, tetapi kontinu sampai dekade

kesembilan. Kurangnya frekuensi aktivitas seksual dapat diakibatkan oleh

penyakit, kematian pasangan seksual, penurunan sosialisasi dan

kehilangan minat seksualnya (Potter & Perry, 2005).

Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang

memproduksi hormon. Perubahan-perubahan pada sistem endokrin ini

yaitu sekeresi hormon kelamin (progesteron, estrogen, testosteron)

menurun, produksi aldosteron menurun, fungsi paratiroid dan sekeresinya

tidak berubah, kelenjar pankreas mengalami penurunan dalam

memproduksi insulin dan hormon-hormon lain di dalam tubuh manusia

mengalami penurunan fungsi (Nugroho, 2008).

Pada pengaturan suhu, hipotalamus bekerja sebagai termostat.

Kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu

temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ± 35oC akibat

metabolisme menurun, sehingga lansia akan menggigil, pucat dan gelisah.

Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot (Nugroho, 2008).

2. Konsep Hipertensi

1.1. Pengertian hippertensi

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam

waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh

tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui Hipertensi adalah

dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat

melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan

usia. Berbagai faktor dapat memicu terjadinya Hipertensi, walaupun sebagian

besar (90%) penyebab Hipertensi tidak diketahui (Hipertensi essential).

Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut

jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan

peningkatan volume aliran darah.

Secara umum seseorang dikatakan menderita Hipertensi jika tekanan

darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80

mmHg).

1.2. Penyebab hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari Hipertensi esensial sampai saat ini masih belum

dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai

penyebab Hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis,

dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita Hipertensi

tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong Hipertensi

sekunder.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah Hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar

tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan

lain lain.

Karena golongan terbesar dari penderita Hipertensi adalah Hipertensi

esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke

penderita Hipertensi esensial.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah

di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

pada setiap detiknya

2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut.

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga

mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung

dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan.

3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya

tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal

sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam

tubuh.Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah

juga meningkat.

Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat

dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus

Hipertensi primer, didapatkan riwayat Hipertensi di dalam keluarga. Apabila

riwayat Hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi

primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar

monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan

ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya

Hipertensi.

Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,

kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor

lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya Hipertensi esensial.

Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf

simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas.

Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah

secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum

terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.

Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari

populasi Hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang

erat dengan terjadinya Hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat

dijelaskan hubungan antara obesitas dan Hipertensi esensial, tetapi

penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah penderita obesitas dengan Hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan

penderita yang mempunyai berat badan normal.

1.3 Tanda dan Gejala

Gejala-gejala Hipertensi antara lain pusing, muka merah, sakit kepala,

keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain.

Dampak yang dapat ditimbulkan oleh Hipertensi adalah kerusakan ginjal,

pendarahan pada selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di

otak, serta kelumpuhan.

Pengkajian berdasarkan Anderson Mc.Farlen:

Inti Komunitas

a. Sejarah

Desa Pondokrejo merupakan salah satu desa yang terdapat di

Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember. Desa Pondokrejo merupakan

wilayah yang terdiri dari pemukiman, persawahan, perkebunan, kuburan,

pekarangan, taman, perkantoran dan prasarana umum lainnya. Desa

Pondokrejo dibagi menjadi empat dusun yaitu Dusun Sumberjo, Dusun

Pondokmiri, Dusun Glantangan dan Dusun Kombongan. dan Terdapat 227

warga usia lansia yang berusia > 56 tahun tahun di Desa Pondokrejo. Dari

Hasil distribusi lansia berdasarkan kebiasaan merokok didapatkan bahwa

sebagian besar orang dewasa memiliki kebiasaan merokok, yaitu sebanyak

64 orang (38,1%) dan lansia sebanyak104 orang(61,9%) tidak memiliki

kebiasaan merokok. Hasil distribusi lansia berdasarkan alasan lansia tidak

merokok didapatkan bahwa untuk menjaga kesehatan, yaitu sebanyak 76

orang (45,2%), karena pemborosan sebanyak 3 orang (1,80%) dan karena

lain-lain 24 orang (14,3%).

Hasil distribusi lansia berdasarkan diagnosa media didapatkan

bahwa sebagian besar lansia diagnosa medisnya pusing, yaitu sebanyak 18

orang (10,7%)

b. Demografi

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, terdapat 504 KK

yang dikaji yang terdiri dari1697 penduduk. Perbandingan sex ratiodari

jumlah penduduk yang dilakukan pengkajian. Sebagian besar penduduk

berjenis kelamin perempuan sebanyak 825 orang (48.62%) dan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 872 orang (51.38%). Hal ini menggambarkan

pertumbuhan penduduk perempuan lebih tinggi. komposisi jumlah

penduduk berdasar rentang usia dari 1697 penduduk yang dilakukan

pengkajian. Sebagian besar penduduk yang dikaji terdiri dari kelompok

usia dewasa sebanyak 931 penduduk (54.9%) dan sebagian kecil terdiri

dari kelompok bayi, batita, balita sejumlah 164 penduduk (9.7%). Data

tersebut menjelaskan kelompok usia produktif menempati urutan jumlah

tertinggi sehingga angka ketergantungan semakin kecil.

c. Etnisitas

Suku di Desa Pondokrejo mayoritas adalah suku Madura. Beberapa

tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat

mengkonsumsi makanan yang asin-asin karena faktor budaya

d. Nilai dan Keyakinan

Penduduk di desa Pondokrejo mayoritas beragama Islam. Banyak

berdiri masjid dan musholla di sekitar perumahan warga. Para kader

posyandu mengatakan bahwa diadakan posyandu lansia tapi tidak

semuanya posyandu diselenggarakan.dan pada umum nya lansi laki di

desa tempurejo memiliki kebiasaan merokok .dan banyak lansia yang

mengalami hipertensi .

Subsistem Komunitas

a. Lingkungan

Desa Pondokrejo memiliki luas wilayah 1.601.053,62 ha

merupakan wilayah yang terdiri dari pemukiman 43.835 ha, persawahan

12,50 ha, perkebunan 1.600.017 ha, kuburan 3,50 ha, pekarangan 42,835

ha, taman 20 ha, perkantoran 2,70 ha dan prasarana umum lainnya 10,25

ha. Desa Pondokrejo merupakan wilayah dengan dataran rendah dengan

sebagian besar wilayahnya digunakan untuk pemukiman dan perkebunan

.

b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial

Distribusi kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke

Puskesmas sebanyak 261warga (42,86%). Kebiasaan keluarga untuk

minta tolong bila sakit ke dokter praktik sebanyak 64warga (12,70%).

Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke perawat sebanyak

101warga (20,01%). Kebiasaan keluarga untuk minta tolong bila sakit ke

bidan sebanyak 107 warga (21,23%). Kebiasaan keluarga untuk minta

tolong bila sakit ke ke fasilitas lain sebanyak 9 warga (1,79%).Beberapa

tokoh masyarakat mengatakan bahwa sebagian besar lansia terutama laki-

laki memiliki kebiasaan merokok.dan juga tokoh masyarakat mengatakan

bahwa sebagian besar masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin-asin

karena faktor budaya.di desa pondok rejo sudah memiliki posyandu

namun tdak semua posyandu terdapat posyadu lansia .dan para lansia di

pondok rejo mengatakn tidak ada kegiatan rutin untuk kesehatan lansia di

masyarakat .

c. Ekonomi

Sebagian besar mata pencaharian penduduk yaitu buruh tani

sebanyak 807 orang dan karyawan sebesar 654 orang.

.

d. Transportasi dan Keamanan

Transportasi di Kecamatan tempurejo desa pondok rejo mayoritas

menggunakan kendaraan roda dua. Sebagian penduduk juga ada yang

menggunakan kendaraan roda empat dalam melakukan mobilisasi, dan

ada juga yang hanya berjalan kaki dalam mengakses pelayanan kesehatan.

e. Politik dan Pemerintahan

Untuk meminimalisir terjadinya hipertensi pada lansia,pemeritahan

desa tempurojo mengadakan posyandu lansia .walaupun tidak semua

posyandu terdapat posyandu lansia namun hal tersebut dapat membantu

mengendalikan hipertensi pada lansia. Dan juga banyak dilaksanakan

program pendidikan kesehatan mengenai hipiertensi,dan juga kerja sama

dengan dinas pendidikan sehingga desa tempurejo di jadikan tempat untuk

mahasiswa PSIK untuk melakukan praktik profesi ners,yang di harapkan

mampu menambah pengetahuan warga tentang kesehatan .sehingga

derajat kesehatan desa pempurojo menjadi lebih baik.khususnya pada

masalah hipertensi yang di alami oleh lansia .

f. Komunikasi

Kecamatan tempurojo desa pondok rejo tidak memiliki telepon

umum, karena masyarakat sebagian besar menggunakan ponsel untuk

saling berkomunikasi antar masyarkat.

g. Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pondokrejo sebagian besar

adalah yang sedang sekolah yaitu sejumlah 530 orang (76,3 %).

Sedangkan penduduk yang belum TK sebesar 26 orang, penduduk TK 96

orang dan tamat S-1 43 orang

h. Rekreasi

Desa Pondokrejo tidak memiliki tempat rekreasi atau fasilitas

rekreasi. Masyarakat Sukowono biasanya pergi ke pantai, atau ke taman

hiburan lain yang letaknya berada di Kecamatan lain.

3.1. Diagnosa

Ketidakefektifan koping komunitas pada kelompok lansia di Desa

Pondokrejo Kecamatan Tempurejo terkait dengan adanya masalah

kesehatan seperti pusing, hipertensi, dengan kurangnya informasi

tentang kesehatan lansia di masyarakat.

3.2. Intervensi

No Diagnosa

Keperawatan

Tgl

Pemb

uatan

Tujuan

dan

Kriteria

Hasil

Intervensi

Keperawatan

Nam

a dan

tanda

tanga

n

1 Ketidakefektifan

koping komunitas

pada kelompok

lansia di Desa

Pondokrejo

Kecamatan

Tempurejo terkait

dengan adanya

masalah

kesehatan seperti

pusing, hipertensi,

dengan

kurangnya

informasi tentang

kesehatan lansia

di masyarakat.

17

Juli

2013

Tujuan:

Setelah

diberikan

pendidika

n

kesehatan

tentang

hipertensi,

para lansia

dapat

mengetahu

i tentang

penyakit

hipertensi

Kriteria

hasil:

Minimal

85%

peserta

penyuluha

n hadir

dan

1. Anjurkan

tenaga

kesehatan

untuk

mengadakan

posyandu

lansia di

setiap

posyandu di

desa pondok

rejo

2. Berikan

pendidikan

kesehatan

tentang

bahaya

hipertensi

3. Berikan

pendidikan

kesehatan

tentang

makanan

makanan

mampu

menjelask

an tentang

hipertensi

yang dapat

membuat

hipertensi

karena warga

pondok rejo

sangat suka

makanan

asin

4. Lakukan

pemantauan

kesehatan

lansia yang

mengalami

hipertensi

5. Anjurkan

pemeriksan

tekanan

darah untuk

mencegah

hipertensi

3.3. Implementasi

Komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup

penerapan keterampilan yang diperlukan untuk mengimplementasikan

intervensi keperawatan yang telah dibuat. Implementasi dilakukan sesuai

intervensi yang telah dibuat.

3.4. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan

dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak.dengan kriteria Minimal 85% peserta

penyuluhan hadir dan mampu menjelaskan tentang hipertensi.dan standart yg di

gunakan adalah :

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Pedoman

Pembentukan Komisi Daerah Lanjut Usia Dan Pemberdayaan Masyarakat

Dalam  Penanganan Lanjut Usia Di Daerah

2. Klasifikasi Hipertensi: Hipertensi ringan (sistolik 140-159 mmHg) dan

(distolik 90-99 mmHg), Hipertensi sedang (sistolik 160-179 mmHg) dan

(distolik 100-109 mmHg).

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T. & Mc. Farlane, J.M. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas :

Teori dan Praktek. Jakarta: EGC..

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4.Volume 2.

Jakarta: EGC.

Friedman, M. Marliyin. 2010. Family Nursing Research. Theory and Practice. (5th

Ed). CT : Appleton-Century-Cropts.

Sri Rahayu dkk. 2000. Nutrisi untuk klien Hipertensi. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

EGC

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara,

Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC].

Kushariyadi. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :

Salemba Medika

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik Edisi kedua. Jakarta:

EGC

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

   NAMA KK : ____________________________________

  ALAMAT : _______________________No___________

RT____________RW______KEL__________

PETUNJUK PENGISIAN

1. Isilah label komposisi keluarga dengan benar

2. pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda ( √ )

3. Jawaban dapat lebih dari satu untuk pertanyaan menulis.

4. mengisi titik-titik sesuai pertanyaan.

A. Komposisi Keluarga

No

.

Nama Hubungan

dengan KK

Umur L/P Tingkat

pendidikan

Pekerjaan Agama Ket.

1. Anggota keluarga yang meninggal 5 bulan terakhir ________________

2. Penyebab kematian _________________________________________

3. Umur ____________________________________________________

B. Bila dalam Keluarga Terdapat Lansia/ Lanjut Usia (> 55 Tahun)

1. Berapa jumlah lansia dalam rumah saat ini :

(   ) 1                (   ) 2                (    )

2. Adakah penyakit keturunan dalam keluarga :

(   ) jantung       (   ) Hipertensi              (   ) Asma           (   ) Diabetes

3. Pernahkah melakukan pemeriksaan gula darah dalam 3 bulan terakhir :

(   ) pernah       (   ) tidak

4. Bila pernah sebutkan /berapa hasil pemeriksaannya__________________

5. Bagaimana kondisi lansia saat ini :

(   ) Sehat                     (   ) Sakit

6. Bila sakit, apa yang dikeluhkan lansia/diagnosis medisnya _____________

7. Apa yang telah dilakukan untuk mengatasi penyakit lansia ____________

(   ) Ke pelayanan kesehatan                 (   ) didiamkan saja

(   ) Minum obat warung                       (   ) Alternatif

8. Apakah kegiatan lansia sehari-hari _______________________________

9. Apakah perlu dibentuk lansia (atau posyandunya sudah ada, jelaskan

________

(    ) ya, alasannya ____________________________________________

(    ) Tidak, alasannya _________________________________________


Top Related