PERTEMUAN membahas se-
jumlah agenda penting. Salah
satunya permasalahan keta-
tanegaraan terutama soal
penegakan hukum dalam rangka
menjamin integrasi nasional. Mereka
sepakat untuk melakukan berbagai
upaya guna memperkuat integrasi na-
sional. Selain itu, juga membahas me-
ngenai permasalahan banyaknya tin-
dakan anarkis yang akhir-akhir ini ter-
jadi di beberapa wilayah di Tanah Air.
Menurut Ketua MK Mahfud MD,
tindakan anarkis sudah mencapai level
yang sangat merisaukan. Meskipun ge-
jalanya masih kecil, akan tetapi tidak
boleh dibiarkan karena dapat meng-
ganggu keutuhan bangsa. Kegelisahan
ini juga dirasakan para penyelenggara
negara. Oleh karena itu, dalam perte-
muan rutin antarpimpinan lembaga
negara di penghujung Mei nanti, isu ini
akan menjadi fokus perhatian. “Dalam
pertemuan itu kita berbicara dari
sudut pandang masing-masing insti-
tusi,” katanya.
Sepakat Untuk Memperkuat Integrasi Nasional
Selain itu, juga akan dibahas me-
ngenai kewenangan antarlembaga
negara. Para pimpinan lembaga nega-
ra sepakat bahwa antara lembaga satu
dengan yang lainnya tidak boleh saling
mencampuri.
“MPR tidak akan ikut campur uru-
san DPR atau Presiden. MK tidak akan
ikut campur ke MA atau DPD. Begitu
juga yang lain,” jelasnya.
Mahfud menambahkan perte-
muan antarpimpinan lembaga nega-
ra, lebih banyak bicara pada tataran
umum menyangkut sistem ketatane-
garaan. Tujuannya, agar masing-ma-
sing lembaga negara saling bersinergi
dari posisinya masing -masing.
“Antarlembaga negara tak boleh
mencampuri kasus kongkrit. Kita akan
bicara masalah yang lebih umum, kita
akan bicara masalah ketatanegaraan,”
tegasnya.
Pertemuan antarpimpinan lem-
baga negara rutin diadakan setiap 3
bulan sekali. Untuk pertemuan Mei
mendatang bertempat di Gedung
Mahkamah Konstitusi. Presiden SBY
juga rencananya akan hadir.
Sebelumnya, pertemuan para
pimpinan lembaga tinggi negara telah
digelar di Gedung BPK, Gedung MPR,
Istana Negara, dan Istana Bogor. bw
Para pimpinan lembaga negara menggelar silaturohim di ruang pimpinan MPR di Gedung Nusantara III DPR pada 11 April 2011. Rapat yang berlangsung selama 1 jam ini dihadiri oleh Ketua BPK Hadi Poernomo, Ketua MPR Taufiq Kiemas, Ketua DPR Marzuki Alie, Ketua DPD Irman Gusman, Ketua Mahkamah Agung Harifin A Tumpa, Ketua Komisi Yudisial Eman Suparman, dan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD.
Mahfud Md, Ketua MK
foto
: ist
imew
a
14 Warta BPKAPRIL 2011
AGENDAAGENDA
14 - 19 agenda.indd 14 5/23/2011 10:17:39 PM
DALAM pertemuan itu ha-
dir pula Anggota III BPK
Hasan Bisri, Kepala Ditama
Revbang BPK Daeng M. Na-
zier, Inspektur Utama BPK Mahendro
Sumardjo, Auditor Utama Keuangan
Negara II Syafri Adnan Baharudin, Au-
ditor Utama Keuangan Negara VII Ilya
Avianti, dan beberapa pejabat eselon
I dan II BPK. Juga hadir tim pemeriksa
Laporan Keuangan Bank Indonesia.
Sementara dari BI, selain Ardha-
yadi, hadir beberapa pimpinan bank
sentral lainnya yaitu Deputi Guber-
nur Budi Mulya, Hartadi A. Sarwono,
dan Muliaman D. Hadad. Gubernur BI
Darmin Nasution yang sedianya me-
mimpin penerimaan LHP LK, tak bisa
hadir karena satu dan lain hal. Dua
deputi BI lain, Budi Rochadi dan Halim
Alamsyah, juga tak bisa hadir karena
harus menerima tamu dari luar negeri.
��������������� �������� �����-
chman Ruki menyatakan bahwa ter-
dapat beberapa temuan dalam hasil
pemeriksaan BPK atas laporan keua-
ngan BI. Secara umum, hasil peme-
riksaan BPK atas kepatuhan terhadap
laporan dan perundang-undangan
yang berlaku dan sistem pengendalian
intern, menunjukkan terdapat dela-
pan temuan pemeriksaan BPK terkait
kepatuhan. Dan lima temuan terkait
sistem pengendalian intern BI.
Menurut dia, berbagai temuan dari
hasil pemeriksaan BPK itu anggap saja
bagaimana pihak luar memandang BI.
Hal yang sama juga dengan BPK yang
diperiksa oleh pihak luar.
“Kita mungkin menganggap kita ini
sudah benar semua. Namun, ketika pi-
hak luar melihat, ternyata ada yang ti-
dak pas. Kami pun begitu. Oleh karena
Laporan keuangan BI mendapat opini WTP
BPK menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
Tahunan (LHP LK) Bank Indonesia untuk 2010. Laporan diserahkan oleh
Anggota II BPK Taufiequrachman Ruki kepada Deputi Gubernur
Bank Indonesia (BI) Ardhayadi. Pertemuan berlangsung pada Rabu
(27/4) bertempat di Gedung Umar Wirahadikusuma Kantor Pusat BPK.
itu, agak sedikit mekanisme defensif
ketika Kantor Akuntan Publik yang
mengaudit kami ya debat juga. Namun,
kita harus menerima itu. Ya, kita juga
di-peer review oleh pihak ARK (Alge-mere Rekenkamer) Belanda. Di samp-
ing itu kita juga mengadakan kegiatan
setiap tahun yang bernama BPK Men-
dengar. Kita ingin mendengar apa kata
BI tentang BPK. Dan, di situ tidak ada
perdebatan. Bahwa di situ ngomong
apa pun, kita terima. Ini salah satu upa-
ya untuk improving kita punya kinerja,”
paparnya.
Oleh karena itu, Ruki berharap BI
dapat menyusun langkah konkrit untuk
menindaklanjuti dan menyelesaikan
temuan-temuan BPK pada 2010 dan
tahun sebelumnya yang belum selesai
ditindaklanjuti. Terkadang, tegasnya,
follow up yang dilakukan auditee tidak
pernah diterima BPK. Padahal, BPK
sangat concern terhadap tindak lanjut
atas temuan BPK.
Dia menyampaikan rasa prihatin-
nya atas masalah-masalah yang me-
nimpa BI belakangan ini. Mulai dari
Bank Century, Malinda Dee di Citibank,
pembobolan Bank Mega, pimpinan ser-
ta mantan pimpinan BI yang tersangkut
masalah pidana, dan masalah perban-
kan lainnya. Dia berharap BI dapat me-
nyelesaikan masalahnya.
Deputi Gubernur Ardhayadi mera-
sa bersyukur karena hasil pemerik-
saan BPK terhadap laporan keuangan
mendapat opini WTP, walau ada bebe-
rapa catatan, terutama yang terkait
dengan compliance. Dia mengaku se-
lama pemeriksaan BPK berlangsung,
Dewan Gubernur BI mengikuti peme-
riksaan secara seksama.
“Bahkan, dua-tiga hari terakhir,
atau sebelum berakhir, secara serius
kita merespons, beberapa hal sangat
penting pengaruhnya terhadap laporan
keuangan kita,” ucap Ardhayadi.
Menurut dia, BPK selalu memberi-
kan dukungan yang positif. Sehingga
beberapa hal dalam proses pemerik-
saan bisa didiskusikan dengan baik.
Hal ini membantu pihaknya dalam
mewujudkan good governance di bank
sentral.
Terkait dengan standar akuntansi
BI yang berpengaruh pada laporan
keuangan, Ardhayadi mengaku bahwa
standar di BI agak khusus. Artinya, ber-
beda dengan lembaga lainnya. Dia ber-
sama anggota dewan gubernur lainnya
tengah menyusun tim untuk memper-
barui hal-hal yang terkait dengan lapo-
ran keuangan BI. and
Ardhayadi menerima LHP dari Taufiqurachman Ruki
foto
: ria
nto
15Warta BPK APRIL 2011
14 - 19 agenda.indd 15 5/23/2011 10:17:42 PM
SEJUMLAH menteri juga ikut
hadir seperti Menko Polhu-
kam Djoko Suyanto, Menko
Perekonomian Hatta Rajasa,
Menko Kesejahteraan Rakyat Agung
Laksono, Menteri Perencanaan Pem-
bangunan Nasional/Kepala Bappenas
Armida S Alisjahbana, dan Menteri
Presiden Berjanji Tindaklanjuti Temuan BPK
Sekretaris Negara Sudi Silalahi.
Agenda utama pertemuan itu
untuk menyampaikan hasil peme-
riksaan keuangan negara semester
II/2010 . Dalam pertemuan terse-
but, Presiden melakukan tukar piki-
ran dengan Ketua BPK mengenai
�������� ������ ���������� �� �� �
dan optimalisasi anggaran. Selain itu
, dibahas mengenai perlunya penga-
wasan penggunaan anggaran negara
dan peningkatan kinerja.
Seusai pertemuan, Presiden di-
dampingi Wakil Presiden dan Ketua
BPK menggelar jumpa pers. Dalam
keterangan persnya, Presiden ber-
janji akan menindaklanjuti apa yang
telah diperiksa oleh BPK. Bila temuan
itu merupakan penyimpangan hukum
yang mengakibatkan terjadinya keru-
gian negara, akan diproses secara hu-
kum. Untuk pelanggaran yang lebih
bersifat administrasi, penyelesaian-
nya juga administrasi.
Selain itu, Presiden juga berjanji
akan menindaklanjuti rekomenda-
si-rekomendasi untuk meningkat-
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, didampingi Wapres
Boediono, menerima Ketua BPK Hadi Poernomo di Kantor
Presiden, pada 11 April 2011. Ketua BPK didampingi oleh
semua anggota BPK yaitu Anggota I Moermahadi Soerja
Djanegara, Anggota II Taufiequrachman Ruki, Anggota
III Hasan Bisri, Anggota IV merangkap Plt. Anggota VII Ali
Masykur Musa, Anggota V Sapto Amal Damandari, dan
Anggota VI Rizal Djalil, serta Sekretaris Jenderal BPK Hendar
Ristriawan.
foto
: ria
nto
Presiden SBY di dampingi Wapres dan Ketua BPK memberikan keterangan pers di kantor presiden.
16 Warta BPKAPRIL 2011
AGENDAAGENDA
14 - 19 agenda.indd 16 5/23/2011 10:17:44 PM
kan kinerja dan akuntabilitas jajaran
pemerintahan di dalam pengelolaan
keuangan negara. “Setelah saya terima
laporan ini, ada proses dalam peme-
rintahan untuk menindaklanjuti hasil
pemeriksaan,” kata Presiden.
Menyinggung mengenai hasil
temuan BPK terhadap permasala-
han tenaga kerja Indonesia (TKI) dan
pelaksanaan ibadah haji, Presiden
berterima kasih terhadap temuan
tersebut. Sebab, lanjutnya, dua per-
masalahan itu memang merupakan
agenda utama pemerintah untuk me-
ningkatkan pengelolaan yang lebih
baik. Presiden akan membentuk tim
terpadu untuk melaksanakan investi-
gasi terhadap agen-agen pengiriman
tenaga kerja di dalam negeri maupun
di luar negeri.
Sementara terhadap negara pe-
nerima TKI yang tidak peduli atas
perlindungan dan pemberian hak pe-
kerja, pemerintah akan melakukan
moratorium sampai semuanya siap
untuk menerima mereka. Sebab, lan-
jut Presiden, ada beberapa negara
dinilai cukup baik menerima TKI dan
ada yang tidak baik. Untuk itu, peme-
rintah juga akan memberikan angga-
ran bagi perwakilan negara Indonesia
yang harus mengurusi permasalahan
TKI. “Ini akan menjadi agenda yang
penting bagi pemerintah karena klop
dengan apa yang dilihat oleh BPK dan
apa yang menjadi hasil evaluasi dari
pemerintah sendiri,” kata Presiden.
Sebetulnya, lanjut Presiden, jika
upaya percepatan dan perluasan pem-
bangunan ekonomi, termasuk infra-
struktur, implementasi dari Kredit
Usaha Rakyat (KUR), itu makin besar,
TKI mempunyai pilihan apakah akan
bekerja di dalam atau luar negeri. Bila
ternyata bekerja di luar negeri kon-
disinya masih seperti itu, Presiden
menyarankan agar bekerja di dalam
negeri dengan menciptakan lapangan
kerja yang lebih luas.
Dalam pertemuan itu juga dibi-
carakan upaya untuk optimalisasi
pendapatan dan peningkatan peneri-
maan negara. Dengan adanya fokus
BPK untuk melakukan pengawasan
kepada BUMN maupun BUMD, ter-
masuk perbankan, diharapkan terjadi
optimalisasi penerimaan negara yang
benar.
Batu bara dan infrastrukturSementara menyangkut temuan
BPK di bidang batu bara, pemerintah
juga melihat dan telah dibahas dalam
beberapa sesi tentang usaha batu bara
yang tentunya di samping harus me-
menuhi standar lingkungan, dijalan-
kan dengan best practices, itu juga ha-
rus memberikan manfaat yang besar
kepada negara dan rakyat.
Oleh karena itu, temuan BPK
ataupun hasil pemeriksaan BPK akan
disatu kan untuk menetapkan policy. “Yang penting usaha batu bara itu be-
tul-betul memenuhi aturan lingkungan
dan kaidah usaha yang benar. Negara
juga mendapatkan penerimaan yang
patut dari usaha yang sedang booming
sekarang ini,” kata presiden.
Dalam hal temuan mengenai pem-
bangunan infrastruktur, terutama dari
sisi keuangan dan penggunaan angga-
ran, pemerintah akan mengoptimal-
kan dana yang disalurkan ke lembaga-
lembaga, kementerian, daerah dalam
rangka pembangunan infrastruktur.
Presiden juga berjanji akan membe-
rantas mark up pengadaan, baik be-
lanja modal maupun barang. Pasalnya,
infrastruktur itu sangat penting dan
anggaran akan makin besar. Presiden
akan meningkatkan akuntabilitas dari
pengguna anggaran , baik pemba-
ngunan infrastruktur di tingkat pusat
maupun di daerah.
Pemerintah juga akan mengop-
timalkan penggunaan dana otonomi
khusus di Papua dan Papua Barat.
Ada rasio yang tepat antara yang di-
gunakan di provinsi dan kabupaten
ataupun kota, dengan administrasi
yang tertib dan akuntabel. “Semua itu
menjadi semangat kita, saya berharap
juga menjadi semangat pemerintah,
baik di Provinsi Papua Barat maupun
Papua untuk bersama-sama memas-
tikan akuntabilitas tentang dana yang
digunakan.”
Presiden juga mengharapkan agar
persyaratan proses tender seperti ha-
rus ada bank cleareance, tax cleareance dipenuhi. Dengan begitu, dalam imple-
mentasi yang dilakukan tidak ada ma-
salah yang mengganggu. Intinya, lanjut
Presiden, pertemuan de ngan ketua
BPK ini mendiskusikan dan menyatu-
kan agenda dan kepentingan peme-
rintah untuk meningkatkan kiner ja,
melakukan koreksi, memperbaiki
kekurangan, dan kelemahan. bw
foto
: ria
nto
Ketua BPK bersama sejumlah anggota BPK saat menyerahkan IHPS di kantor presiden
17Warta BPK APRIL 2011
14 - 19 agenda.indd 17 5/23/2011 10:17:49 PM
KESEPAKATAN ini melalui
penandatanganan dua nota
kesepahaman. Pertama,
kesepakatan dengan DPRP
dan DPRD tingkat II tentang tatacara
penyerahan Laporan Hasil Peme-
riksaan (LHP) BPK tentang Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
ke DPRP dan DPRD. Kedua, kesepa-
katan dengan Pemerintah Provinsi
Papua dan Pemerintah Kota dan Ka-
bupaten tentang pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi untuk
akses data dalam rangka pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara.
Pada acara itu, dari pihak BPK ha-
dir Ketua BPK Hadi Poernomo, Ang-
gota I BPK Moermahadi Soerja Djane-
gara, Sekjen BPK Hendar Ristriawan,
Auditor Utama Keuangan Nega ra VI
Abdul Latief, Kepala BPK Perwakilan
Provinsi Papua Haedar, serta pejabat
eselon II dan III di lingku ngan BPK
Pusat dan BPK Perwakilan Provinsi
Papua.
Adapun, dari pihak stakeholder
setempat hadir Gubernur Papua Bar-
nabas Suebu, Ketua DPRP John Ibo,
Walikota dan Bupati se-Provinsi Pa-
pua, Ketua dan perwakilan dari DPRD
se-Provinsi Papua, serta unsur mus-
BPK Sinergi Berlanjut Sampai ke Papua Bertempat di Aula Sasana Karya Kantor Provinsi Papua, Jayapura, pada Kamis (14/4), BPK mengikat kesepakatan dengan stakeholder setempat yang merupakan auditee sekaligus mitra kerja BPK. Mereka adalah Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP) Provinsi Papua, DPRD Tingkat II Provinsi Papua, Pemerintah Provinsi Papua, dan Pemerintah Kota dan
Kabupaten Provinsi Papua.
pida Papua lainnya.
Kepala BPK Perwakilan Provinsi
Papua Haedar mengatakan nota ke-
sepahaman yang ditandatangani ini
merupakan tindak lanjut dari pemba-
hasan antara pihaknya dan DPRP dan
DPRD se-Provinsi Papua pada tanggal
15 Agustus 2010.
Nota kesepahaman yang pertama
terkait dengan tata cara penyera-
han LHP kepada DPRP dan DPRD se-
Provinsi Papua ini akan menjadi lan-
dasan penyerahan LHP BPK dan peng-
aturan mekanisme hubungan kerja
antara BPK dengan DPRP serta DPRD
di Papua.
Adapun nota kesepahaman yang
terkait dengan pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi untuk
akses data ini, merupakan suatu upaya
dari BPK untuk mewujudkan BPK Si-
nergi melalui pengembangan teknolo-
gi informasi dalam pelaksanaan tugas
pemeriksaan atau e-audit. Nota kese-
pahaman ini pada dasarnya memuat
kesepahaman mengenai pengemba-
ngan sistem informasi agar BPK dapat
mengakses data pengelolaan keua-
warta
bpk-
riant
o
Ketua BPK RI Hadi Poernomo didampingi Anggota I BPK Moermahadi Soerja Djanegara dan Kepala BPK RI Perwakilan Provinsi Papua Haedar bersama Gubernur Papua Barnabas Suebu, Ketua DPRP Provinsi Papua Jhon Ibo dan unsur pimpinan DPRD Papua.
18 Warta BPKAPRIL 2011
AGENDAAGENDA
14 - 19 agenda.indd 18 5/23/2011 10:17:51 PM
ngan negara pada entitas yang diperik-
sa yang dalam hal ini adalah pemerin-
tah provinsi dan pemerintah kota dan
kabupaten se-Provinsi Papua, secara
online dari kantor BPK.
Haedar berharap pemerintah
daerah Papua, melalui kesepakatan
ini, bisa memanfaatkan teknologi in-
formasi serta mempersiapkan segala
sesuatunya untuk mendukung e-audit.
Dengan begitu, diharapkan kinerja
pemerintah daerah dapat meningkat
sesuai dengan harapan masyarakat.
Sambut GembiraKetua DPRP Papua John Ibo me-
nyambut gembira dengan ditandata-
nganinya nota kesepahaman tentang
tatacara penyerahan LHP LKPD antara
pihaknya dan DPRD se-Provinsi Pa-
pua. Dia berharap dengan adanya nota
kesepahaman ini menjadi awal untuk
menciptakan pengelolaan keuangan
negara yang bersih dan berwibawa. Se-
bab, pada dasarnya hal ini merupakan
salah satu bentuk pengelolaan manaje-
men dalam sebuah organisasi.
Lebih lanjut dikatakannya, sum-
ber-sumber pendapatan daerah yang
terakumulasi dalam APBD, yang juga
melalui pembahasan antara pihaknya
dan pemerintah daerah perlu diawasi
dan diarahkan. Hal ini bertujuan agar
tidak ada penyimpangan dari tujuan
yang telah ditetapkan bersama.
Melalui kesepakatan bersama de-
ngan DPRP dan DPRD se-Papua ten-
tang tata cara penyerahan LHP LKPD
akan sangat bermanfaat. Dimana,
setiap temuan BPK yang berindikasi
penyimpangan segera ditindaklanjuti
sesuai dengan mekanisme dan prose-
dur yang diatur undang-undang dan
peraturan pemerintah.
“DPRP maupun DPRD diharapkan
dapat berperan positif sesuai de ngan
tugas dan fungsinya, yang telah dia-
manatkan undang-undang, untuk ber-
sama-sama dengan pemerintah daerah
mengelola dan memanfaatkan sumber
pembiayaan yang dialokasikan untuk
tujuan yang positif agar kesejahteraan
masyarakat segera terwujud,” ucap
John Ibo.
Dia berharap melalui kerja sama ini,
BPK dapat memprakarsai peningkatan
kapasitas lembaga DPRP dan DPRD
Papua. Terutama untuk lebih mendala-
mi masalah perencanaan, penggunaan,
maupun laporan pertanggungjawaban
pengelolaan keua ngan negara.
Di samping itu, mengenai kerja
sama BPK dengan pemerintah daerah
di Papua tentang pengembangan dan
pengelolaan sistem informasi untuk
akses data dalam rangka pemerik-
saan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara dapat membawa
perspektif baru dalam suasana keter-
bukaan.
“Semoga melalui peristiwa yang
monumental ini akan terwujud suatu
kerja sama yang simbiosis mutualisme
dari semua pemangku kepentingan di
Provinsi Papua demi terwujudnya Pap-
ua baru, Papua yang maju dan mandiri,
yang kita harapkan bersama,” ucap
John Ibo lagi.
Gubernur Papua Barnabas Suebu
juga menyambut baik dengan ditan-
datanganinya nota kesepahaman an-
tara pihaknya dan pemerintah daerah
tingkat II di Provinsi Papua dengan
BPK. Dengan nota kesepahaman ini
diharapkan audit yang dilakukan pada
masa mendatang bisa lebih cepat, le bih
�� ������� ���������������� ����
Sistem informasi ini juga, lanjutnya,
merupakan bagian yang tidak terpisah-
kan dari mekanisme peri ngatan dini.
Mekanisme ini sendiri telah dikem-
bangkan pemerintah provinsi Papua
melalui Sistem Pengendalian Internal
(SPI). Dengan adanya sistem informasi
���������� �������� ������ ������ �
penyimpangan dapat dicegah secara
dini. Dan, setiap aparatur pemerintah
daerah yang terlibat di dalamnya dapat
diingatkan untuk tidak melakukan
pelanggaran.
“Secara khusus kita semua ber-
harap, bahwa pengelolaan sistem in-
formasi ini akan memungkinkan se-
luruh jajaran pemerintah di Provinsi
Papua dapat mencapai target untuk
memperoleh opini WTP dari BPK
dalam waktu-waktu yang akan datang,”
ucap Barnabas Suebu.
Ketua BPK Hadi Poernomo
menjelaskan penandatanganan nota
kesepahaman ini merupakan langkah
BPK untuk membangun sebuah sistem
monitoring yang kuat dan lengkap. Ini
tak lain sebagai perwujudan dari apa
yang diamanatkan UU terhadap tugas
dan fungsi BPK.
“Langkah-langkah BPK ini meru-
pakan kebijakan BPK yang disebut
sebagai BPK Sinergi. Dengan langkah
itu diharapkan pengelolaan keuangan
negara dapat dimanfaatkan sebesar-
besarnya untuk kesejahteraan ma-
syarakat Papua.” and
warta
bpk-
riant
o
Ketua BPK RI Hadi Poernomo didampingi Anggota I BPK Moermahadi Djanegara dan Kepala BPK RI Perwakilan Provinsi Papua Haedar bersama Gubernur Papua Barnabas Suebu, dan para Kepala Daerah se-Provinsi Papua
19Warta BPK APRIL 2011
14 - 19 agenda.indd 19 5/23/2011 10:17:54 PM
LAPORAN KHUSUS
20 Warta BPKAPRIL 2011
DALAM penyelenggaraan
haji harus mengakomo-
dasi lima komponen dalam
melakukan pelayanan.
Pertama, memiliki prosedur
baku yang memperhatikan pelaya-
nan pendaftaran, pelunasan dan
pembatalan haji, kemudahan calon
jemaah haji dalam pengurusan haji,
memperoleh kepastian porsi dan
pemberangkatan. Kedua, memiliki
standar pelayanan minimal (SPM)
embarkasi atau debarkasi kepada je-
maah haji. Ketiga, memiliki standar
pelayanan transportasi untuk jemaah
haji. Keempat, memiliki pedoman pe-
nyewaan pemondokan jemaah haji di
Arab Saudi. Kelima, memiliki pedo-
man pelayanan katering dan akomo-
dasi di Arafah, Musdalifah, dan Mina.
Kelima komponen inilah yang di-
jadikan obyek pemeriksaan kinerja
BPK. Tujuannya, untuk mengetahui
seberapa efektif penyelenggara haji
Penyelenggaraan Haji Belum Optimal
Penyelenggaraan haji pada
2009 dinilai BPK belum
sepenuhnya efektif. Hal ini
didasarkan atas kesimpulan
hasil pemeriksaan kinerja
BPK semester II/ 2010 yang
disampaikan kepada DPR
pada April 2011.
oleh pemerintah dalam memberikan
pembinaan, pelayanan, dan perlin-
dungan terhadap calon haji.
Nah, dari hasil pemeriksaan kiner-
ja BPK ternyata kelima komponen
pelayanan itu belum memadai. Ham-
pir semua komponen kurang mem-
perhatikan standar pelayanan publik
yang menjunjung pelayanan prima.
Bisa dikatakan kurang optimalnya
penyelenggaraan haji disebabkan be-
lum menomorsatukan pelayanan bagi
jemaah haji.
Pelayanan jemaah haji memang
butuh waktu lama, mulai dari pendaf-
taran, saat berhaji, sampai kembali.
Untuk pembatalan dan pengembalian
dana naik haji pun butuh waktu lama.
Bahkan, untuk pelayanan makan sela-
ma ibadah terkadang harus mengan-
tri. Masalah pelayanan yang lambat
inilah, inti dari kurang efektifnya pe-
nyelenggaraan haji oleh pemerintah.
Selain itu, pada tahap pendaf-
taran dan pelunasan, calon haji belum
mendapatkan perhatian yang sama
dalam pembagian sisa kuota haji
karena penetapannya belum mem-
perhatikan perbedaan waktu waiting
list calon haji antarprovinsi.
Pada tahap ini juga, standar pela-
yanan minimal belum ditetapkan dan
disosialisasikan oleh kementerian
agama. Kementerian Agama juga
be lum memiliki sistem yang dapat
memberitahukan informasi kepastian
tahun keberangkatan calon haji. Ter-
dapat juga kekurangan sumber daya
manusia dan pembagian tugas yang
jelas dalam melayani proses pendaf-
taran, pelunasan, dan pembatalan
haji.
Dalam hal pelayanan, terutama
terkait dengan pendaftaran, peluna-
san, dan pembatalan haji yang dise-
lenggarakan pemerintah, ada keran-
cuan antara dua aturan yang seharus-
nya selaras. Dalam hal proses pendaf-
taran, pelunasan, dan pembatalan haji
yang diselenggarakan pemerintah,
berpedoman pada Peraturan Menteri
Agama No. 15/ 2006 dan Peraturan
Menteri Agama No. 1/ 2008. Namun,
peraturan menteri agama tersebut
belum sesuai dengan standar pela-
yanan publik untuk pelayanan prima
yang ditetapkan Menteri Pendayagu-
naan Aparatur Negara.
Suasana keberangkatan Jama’ah Haji Indonesia
foto-foto: istimewa
20- 27 laporan khusus.indd 20 5/23/2011 10:35:39 PM
21Warta BPK APRIL 2011
1. Menetapkan dan mensosialisasikan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang
pendaftaran, pelunasan, dan pembatalan haji.
2. Menteri Agama memerintahkan secara berjenjang
Kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, Kakanwil Provinsi, dan Kepala Kantor
Kementerian Agama Kabupaten dan Kota untuk
memberikan informasi secara tertulis tentang
perkiraan tahun keberangkatan calon haji pada saat
melakukan pendaftaran dan memberikan informasi
secara tertulis kepada calon haji yang sudah
dipastikan berangkat sesuai daerahnya masing-
masing.
3. Menteri Agama memerintahkan kepada Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk memenuhi
kekurangan sumberdaya manusia dan
membuat pembagian tugas yang jelas untuk
tiap bagian pelayanan pendaftaran, pelunasan,
dan pembatalan haji, serta menetapkan sisa kuota
haji provinsi harus dengan memperhatikan
perbedaan daftar waiting list calon haji antar
� ��� � ������ �� � ����
4. Terhadap pelayanan di embarkasi, agar Menteri
Agama menetapkan dan mensosialisasikan SPM
yang berlaku di seluruh embarkasi
serta meningkatkan koordinasi dengan
Kementerian Kesehatan, khususnya
terkait kebijakan pelayanan kesehatan di embarkasi.
5. Terkait dengan pelayanan transportasi udara dan
darat di Arab Saudi, Menteri Agama segera
menetapkan SPM dan pedoman pelayanan,
Dalam soal prosedur, waktu, dan
sarana prasarana di setiap embar-
kasi berbeda-beda. Hal ini membuat
kekurangnyamanan atas beberapa
pelayanan yang diterima oleh jemaah
haji.
Belum efektifnya pelayanan sebe-
lum keberangkatan juga terjadi ketika
calon haji sudah berada di Arab Saudi.
Pelayanan transportasi tidak mem-
berikan kepastian beberapa infor-
masi yang sebenarnya sangat penting
bagi mereka yaitu perubahan tempat
penjemputan, jadwal, keterlambatan
penerbangan, dan jumlah bus yang
beroperasi. Hal ini kemudian terjadi
penumpukan jemaah, terutama pada
hari-hari awal operasional.
Permasalahan ini diperburuk
de ngan kurang memadainya pena-
nganan. Penyelenggara haji kurang
mampu mengatasi kelelahan jemaah.
Dan, dalam memberikan informasi ke-
berangkatan pesawat, serta menjamin
hak-hak jemaah atas kompensasi yang
seharusnya diterima dari perusahaan
penerbangan.
Pelayanan pemondokan haji di
Mekkah juga kurang memadai. Masih
ada pemondokan yang kurang layak
untuk ditempati. Belum lagi, masih
banyak terdapat penempatan jemaah
haji yang melebihi kapasitas rumah.
Sebanyak 105 dari 424 rumah yang
melebihi kapasitas.
Pada saat jemaah haji berada di
Arafah dan Mina, banyak jemaah haji
nonkuota yang tidak terdaftar sebagai
jemaah haji reguler. Hal ini menyebab-
kan munculnya beberapa permasala-
han. Pertama, jemaah haji nonkuota
terlantar. Kedua, de ngan terlantarnya
jemaah haji nonkuota, ternyata me-
ngurangi kenyamanan dan kekhusyu-
an jemaah haji reguler dalam men-
jalankan ibadah karena ada nya peng-
gunaan fasilitas oleh jemaah haji non-
kuota.
Ketiga, hal ini membuat tergang-
gunya konsentrasi dan kinerja petu-
gas haji dalam memberikan pelayanan
pada jemaah haji reguler. Keempat,
ada nya potensi penambahan biaya
yang harus dibayarkan panitia penye-
lenggara haji, di luar dari anggaran
pe ngeluaran biaya penyelenggara iba-
dah haji reguler yang telah ditentukan. and
Rekomendasi BPK Kepada Kementerian Agama Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Haji 2009:
Suasana keberangkatan Jama’ah Haji Indonesia
istim
ewa
20- 27 laporan khusus.indd 21 5/23/2011 10:35:39 PM
LAPORAN KHUSUS
22 Warta BPKAPRIL 2011
khususnya, transportasi shuttle bus di Arab Saudi
serta menyusun perencanaan dan
kontrak transportasi shuttle bus secara matang
dengan melakukan koordinasi antar pihak-pihak
terkait.
6. Meningkatkan koordinasi dengan Kementerian
Perhubungan, serta memperjelas rumusan tugas
dan wewenang masing-masing kementerian,
khususnya terkait kebijakan penerbangan haji.
7. Menteri Agama memerintahkan Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk konsisten
dalam melaksanakan perencanaan transportasi
shuttle bus yang telah disusun dan membuat
alternatif perencanaan pelayanan transportasi
shuttle bus.
8. Menteri Agama menginstruksikan Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi agar
meningkatkan pengawasan pelayanan transportasi
ibadah haji.
9. Menteri Agama menginstruksikan kepada
Direktur Pelayanan Haji agar mengoptimalkan
pengawasan dan koordinasi dengan pihak
penerbangan untuk memberikan kompensasi yang
memadai kepada jemaah atas keterlambatan
pesawat dan memberikan kepastian informasi
apabila terjadi keterlambatan pesawat.
10. Menambah klausul sanksi dalam kontrak perusahaan
penerbangan terkait kewajiban penyampaian
informasi penerbangan dan informasi pemberian
kompensasi keterlambatan.
11. Terkait dengan pelayanan pemondokan di Arab
Saudi, Menteri Agama agar mendorong
Pemerintah Arab Saudi untuk membuat
standarisasi pemondokan haji di Mekkah.
12. Menteri Agama memerintahkan
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah untuk
mengoptimalkan penyewaan rumah di Mekkah
yang berada di ring I dan mengurangi jumlah
penyewaan rumah di ring II. Selain itu, membuat
standar baku penentuan calon haji dalam suatu
kloter yang berlaku untuk seluruh provinsi.
13. Terkait pelayanan pelayanan jemaah haji selama
di Armina, Menteri Agama agar mengkaji kembali
pola pelayanan katering makanan.
14. Meningkatkan pengawasan dan koordinasi
dengan Menteri Hukum dan HAM
serta Kedutaan Besar Indonesia di Arab
Saudi untuk meminimalisir jumlah dan
mencegah jemaah haji nonkuota supaya tidak
mengganggu kenyamanan ibadah jemaah haji
reguler.
15. Menteri Agama memerintahkan Dirjen
Penyelenggaraan Haji dan Umrah supaya
memberikan sanksi kepada Penyelenggara Ibadah
Haji Khusus (PIHK) yang melakukan pelanggaran.
and
20- 27 laporan khusus.indd 22 5/23/2011 10:35:40 PM
23Warta BPK APRIL 2011
Permasalahan haji memang cukup kompleks dan bukan perkara mudah. Calon jamaah haji yang berjumlah 200.000 lebih harus diurus mulai se-belum keberangkatan, selama di Arab Saudi, sampai balik ke Tanah Air. Kekurangan dalam pelayanan tentu masih dirasakan. Namun, dengan sistem yang tepat tentu permasalahan bisa diminimalisir. Untuk mendala-mi masalah ini, berikut wawancara dengan Anggota V BPK Sapto Amal Daman dari di ruang kerjanya belum lama ini.
Apa latar belakang pemeriksaan BPK atas penyelenggaraan haji?
BPK itu mempunyai kewajiban ber-
dasarkan UU, yaitu melakukan peme-
riksaan keuangan, pemeriksaan kiner-
ja, dan pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Kalau kementerian agamanya
itu sendiri, laporan keuangannya rutin.
Kita gabung dengan laporan keuangan
pemerintah pusat yang disebut Lapo-
ran Keuangan Kementerian dan Lem-
baga (LKKL).
Kalau untuk laporan keuangan ke-
menterian agama, terakhir mendapat
opini WDP (Wajar Dengan Pengecua-
lian). Dari disclaimer, disclaimer, dis-claimer, kemudian WDP. Kenapa begi-
tu? Karena memang sudah ada perbai-
kan. Kenapa mereka sudah melakukan
perbaikan? Karena hasil pemeriksaan
kita. BPK ada beberapa rekomendasi,
saran, dan temuan. Secara bertahap
mereka perbaiki.
Khusus untuk ibadah haji, itu ada
UU tersendiri yaitu tentang Penyeleng-
garaan Ibadah Haji yang juga meng-
amanatkan untuk diperiksa oleh BPK,
termasuk laporan keuangan, laporan
kinerja, dan yang lainnya.
Nah, laporan keuangan tahun ke-
marin kita periksa, opininya masih
disclaimer. Secara umum ada masalah
aset, kas, dana, piutang, dan sebagai-
nya. Yang tahun sekarang, baru dalam
proses. Rekan-rekan ada di lapangan
untuk melakukan pemeriksaan keua-
ngan 1431 H/2010. Menurut UU, se-
lesai dalam 3 bulan kemudian diserah-
kan kepada Presiden dan DPR. Salah
satunya nanti adalah penentuan biaya
penyelenggaraan ibadah haji.
Jadi, kita punya waktu memeriksa
selama 2 bulan. Kita targetkan selesai
kira-kira sekitar pertengahan sampai
akhir Mei. Nah, ini berbarengan de-
ngan pemeriksaan kinerja. Jadi, ada
dua tim yang kita buat, kemarin yang
saya tanda tangani, sekitar 61 peme-
riksa yang melakukan tugas itu.
Target kita, yang pemeriksaan ki-
nerja bisa lebih cepat, karena data
sudah ada pada waktu melakukan
pemeriksaan pendahuluan.
BPK akan mendukung kalau me-
mang pemerintah akan menyeleng-
garakan haji dengan baik, transparan,
dan akuntabel. Dukungannya dengan
cara melakukan pemeriksaan dan
memberikan rekomendasi, saran, bah-
wa ada temuan mau kita apakan. Be-
gitu juga DPR. DPR itu sangat percaya
kepada kita. Intinya itu.
Pihak Kementerian Agama akan membentuk Kantor Misi Haji Indo-nesia menggantikan Kantor Teknis Urusan Haji dan membentuk Komi-
si Pengawas Haji Indonesia, tangga-pan Anda?
Jadi begini, pada hasil pemeriksaan
kita yang dulu, memang penyeleng-
garaan haji pada level birokrasi di Je-
ddah, Mekkah, dan Madinah itu paling
tinggi dulu masih eselon IV. Rekomen-
dasi kita minimal eselon II, supaya bisa
mengimbangi. Untuk Komisi Penye-
lenggaraan Haji, itu memang amanat
UU yang harus dibentuk, dan itu baru
kemarin diproses Kementerian Agama.
Namun, kalau Kantor Komisi Haji me-
mang itu benar, salah satu rekomen-
dasi kita. Dan, menurut pengamatan
rekan-rekan yang sudah berapa kali
memeriksa, memang lebih bagus.
Bagaimana Anda melihat kon-disi penyelenggaraan haji di sana?
Kalau kita melihat lokasi di sana,
terutama di Armina, lokasi untuk orang
Indonesia, ya segitu-gitu saja. Nggak
tambah-tambah. Sementara kuota kita
tambah terus. Bisa dibayangkan, fasili-
tasnya tetap, kemudian jumlah haji
bertambah, pasti masalah semakin
banyak. Oleh pihak pengelola haji su-
dah diusahakan, akan tetapi tetap ada
kekurangan.
Jumlah haji yang mencapai 221.000
orang datang ke sana dengan ikh-
las menjalankan perintah Allah SWT.
Kalau ada kesulitan, mereka tenang-
tenang saja, karena niatnya ibadah
haji. Hanya saja, kemarin itu ada demo
mengenai uang selisih pemondokan.
Itu yang salah satu harus diselesaikan.
Untuk pemeriksaan kinerja, prosedur dan mekanismenya seper-ti apa?
Pada prinsipnya, pasti, performance indicator kita sepakati dengan kemen-
terian agama. Kemudian kita test, apa-
kah performance indicator ini tercapai
Anggota V BPK, Sapto Amal Damandari
“Minimalisasi Masalah
Haji dengan Sistem”
warta
bpk-
riant
o
20- 27 laporan khusus.indd 23 5/23/2011 10:35:42 PM
LAPORAN KHUSUS
24 Warta BPKAPRIL 2011
atau tidak. Nah, dari situ akan muncul
kesimpulan kita. Kemudian rekomen-
dasi kita tentang yang kita lihat.
Performance indicator seperti apa?
Balik lagi, hukum ekonomi, supply and demand. Yang namanya supply-
nya, masalah pemondokan, terutama
di Mekkah, kalau yang di Madinah saya
kira teratasi dengan baik. Di Mekkah,
pasokannya berupa rumah-rumah
untuk pemondokan di Mekkah, itu-itu
�������������������� ���� �� � �����
Paling hotel-hotel, yang pasti untuk
ONH plus. Namun, di rumah-rumah
yang disewa, bebe rapa hotel yang ti-
dak mewah, bertambahnya hanya se-
dikit. Padahal, seluruh negara masuk
dan pasti berebut. Sementara per-
syaratan rumah yang boleh disewakan
itu diatur oleh kementerian di Arab
Saudi dan kontraknya pakai bahasa
Arab.
Ini barangkali kita harus cermat
betul, kita harus ukur di situ. Kita ukur
performance-nya. Saya concern betul
masalah pemondokan itu, karena me-
mang di situ jamaah bisa khusyu beri-
badah. Untuk pemondokan di Mina,
menurut rekan-rekan yang memer-
iksa, sudah lebih bagus sekarang.
Bagaimana dengan masalah kuota?
Kita jangan emosional. Kuota kita
diperbanyak karena daftar tunggu.
Malaysia itu daftar tunggunya lebih
dari 20 tahun.
Malaysia itu kuotanya tidak seba-
nyak kita. Jadi, masalahnya beda de-
ngan kita. Jangan saling menyalahkan,
tetapi coba bangun bersama. Walau-
pun BPK pemeriksa, tetapi kita harus
bersinergi dengan pemerintah, bah-
kan juga dengan LSM.
Coba bayangkan, mungkin ada
orang yang sudah berumur 70 tahun
ke atas, baru dapat jatah untuk naik
haji. Tentu beda kalau yang berangkat
anak muda. Tentu tidak bisa melarang
yang tua naik haji, karena ini perintah
agama. Bahkan, mereka bilang saya
meninggal di sana adalah hal yang sa-
ngat mulia. Kita hadapi betul yang se-
��� � ����������� ���� ���� �!���������
Yang meninggal di ba’dalkan, dan se-
terusnya.
Dan, jangan salah, kementerian
kesehatan itu, mati-matian kerjanya.
Dokter dan paramedisnya betul-betul
luar biasa. Saya salut. Bahkan, pada
waktu itu, kita periksa klinik baru,
saya tanya satu per satu. Ternyata
kompensasi atau honor para dokter ini
ada yang lebih rendah dari ketentuan
kementerian agama. Maka, itu jadi
temuan kita, terus akhirnya saya cek
ke kementerian kesehatan, membayar
sisanya. Jadi, akhirnya sama. Mereka
mengucapkan terima kasih kepada
BPK.
Apakah ada perubahan dalam hal perbaikan kinerja penyelengga-raan haji?
Perubahan itu pasti ada, cuma dulu
parah, sekarang agak parah. Namun,
tidak mungkin nggak ada kekurangan
dalam penyelenggaraan haji. Misalnya,
melayani makan untuk 221.000 orang
bareng-bareng, ada masalah tidak?
Pasti ada. Hanya kalau bisa diminima-
lisasi masalah itu dengan sistem. Tidak
mungkin tanpa sistem.
Jadi, kita ke kementerian agama,
baik untuk keuangan maupun per-formance, minta sistemnya yang ba-
gus. Masalah keuangan itu, kebijakan
akuntansinya baru ditetapkan 2010.
Itu juga persoalan. Itu juga atas reko-
mendasi kita juga. Walaupun, kita
juga mempertanyakan kenapa hanya
dengan itu. Hubungannya dengan IAI
bagaimana.
Untuk meningkatkan pelaya-nan, Kementerian Agama dalam penye lenggaraan haji ini harusnya seperti apa?
Untuk meningkatkan pelayanan,
kementerian harus melakukan sesuai
dengan UU No.13/ 2008 tentang pe-
nyelenggaraan haji. Itulah yang harus
dilakukan. Semuanya diatur di sana.
Itulah tolak ukurnya. Kalau itu sudah
bisa dilaksanakan, semua pasti bisa.
Ujung-ujungnya di undang-undang.
Ka lau itu dilaksanakan saya yakin
pelayanan, penyelenggaraannya, dan
lain sebagainya akan sesuai dengan
harapan bersama.
Apa akar permasalahan sehing-ga penyelenggaraan haji belum op-timal?
Masalah supply and demand. Kemu-
dian menyelenggarakan sesuatu yang
sifatnya rutin tetapi banyak orang, itu
pasti akan ada masalah. Ini bisa dise-
lesaikan dengan sistem, transparansi,
dan akuntabilitas di dalam keuangan-
nya. Kalau transparansi dan akuntabi-
litasnya tinggi, saya kira pelayanannya
pasti bagus.
Bagaimana masalah pelayanan calon haji di dalam negeri sebelum keberangkatan?
Masih belum optimal. Contohnya,
mereka sudah melakukan manasik
dan sebagainya, akan tetapi calon ja-
maah itu beragam. Ada yang dari desa,
ada juga yang orang kota. Masih ada
jamaah yang bingung ke toilet. Kalau
ibadah, tidak ada masalah. Namun,
yang nonibadah itu masih ada.
Bagaimana dengan masalah haji nonkuota?
Salah satu temuan kita juga. Teru-
tama di Armina. Mereka tidak mempu-
nyai makan akhirnya ikut nimbrung,
ikut tidur dan sebagainya. Padahal,
sudah disediakan tenda khusus untuk
nonkuota. Namun, mereka tetap harus
dilayani. Meski begitu, itu bukan do-main-nya pemerintah Indonesia, teta-
pi Arab Saudi. Kemarin, sekitar 3.000
lebih yang diketemukan kementerian
agama. Biaya untuk general service
juga harus dibayar oleh Indonesia. Ini
kembali ke masalah lobi antara Indo-
nesia dan Arab Saudi. and
warta
bpk-
riant
o
20- 27 laporan khusus.indd 24 5/23/2011 10:35:43 PM
25Warta BPK APRIL 2011
Apa yang masih kurang dalam penyelenggaraan haji sampai saat ini?
Masih banyak. Kekurangan ini
tentunya menjadi bahan bagi kita.
Misalnya, kita ingin para jemaah haji
ini terlayani dari segi transportasi,
lancar, aman, nyaman. Harus dijamin
betul. Namun, Anda tahu ini berkaitan
dengan berbagai pihak. Kita sudah
minta, misalnya kepada pihak airlines
supaya betul-betul diperhatikan, mi-
salnya usia pesawat. Sebab, ini sangat
mempengaruhi. Kalau pesawatnya
tua dan rata-rata sering rusak. Supa-
ya ini tidak terjadi, bagaimana? Kita
����� � � �� � � �� ����� "�����
usia pesawat itu dimudakan. Ya, back up-nya juga harus selalu siap 24 jam.
Namun, yang namanya delay, kita
tidak bisa menduga. Wong itu mesin
“Dibilang Tidak Ada Persoalan kok Kelihatannya Mustahil”
Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama merasa sudah memenuhi tolok ukur keberhasilan operasional penyelanggaraan haji. Buktinya, mereka �������������� � �����dalam hal sistem manajemen mutu terkait dengan pelayanan pelayanan haji. Kalaupun ada kekurangan, tentu saja ada. Mengingat banyaknya jumlah jemaah haji ������� ����������� ����� �
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pelayanan penyelenggaraan haji, sekaligus sorotan berbagai kalangan mengenai potensi korupsi dan kenaikan biaya pelaksanaan ibadah haji, Warta BPK mewawancarai Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Slamet Riyanto. Berikut hasil wawancaranya.
kok. Pesawat baru juga kalau mesin-
nya ada trouble, tidak mungkin kita
berani menerbangkan. Risikonya be-
sar. Terbang 9 jam kalau di tengah
perjalanan terjadi masalah, apa yang
akan terjadi?
Soal penyediaan makanan, kita
sudah mencoba ya. Dalam jumlah
jemaah haji yang besar, sekarang ini
bagaimana mereka (jemaah haji) ti-
dak terganggu bahwa penyedia dan
pasokan makanan bisa tepat waktu.
Ada kekurangan dan kelebihan-
nya, dengan sistem prasmanan, yang
sekarang kita berlakukan di Armina,
itu orang antri. Bagaimana caranya?
Mau boks (nasi kotak) saja. Boks itu
juga kadang-kadang kita tidak bisa
menjamin. Memasaknya kita tidak
tahu. Mungkin masaknya tadi malam,
didistribusikan sekarang. Nah, po-
tensi untuk basi dan sebagainya. Kita
lagi mencoba bagaimana sistem yang
terbaik.
Slamet Riyanto
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama,
Slamet Riyanto :
20- 27 laporan khusus.indd 25 5/23/2011 10:35:48 PM
LAPORAN KHUSUS
26 Warta BPKAPRIL 2011
Masalah pemondokan juga se-
benarnya tidak pernah bisa tersele-
saikan. Ini menyangkut selera. Sama
dengan katering itu. Inginnya semua
orang itu dekat. Namun, Anda tahu
semua negara juga ingin di situ (Ring
I), bukan hanya Indonesia. Nah, inilah
keterbatasan areal ini, sehingga men-
jadi rebutan semua negara. Akhirnya
terjadi kompetisi, baik harga, kualitas,
segala macam. Di situlah kita berta-
rung.
Malaysia, yang sering dibanding-
kan dengan kita, kuota jemaah hajinya
hanya 26.000. Sementara Indonesia
sampai 221.000. Padahal, tahun 2010,
kita sudah di Ring 1 sekitar 62%.
Itu sudah seratusan ribu lebih
jemaah haji kita atau berapa
kali lipat jemaah haji Malaysia.
Jumlah jemaah haji di luar
Ring 1 juga masih banyak. Me-
reka yang sering mengeluhkan
kenapa tidak dapat pemondo-
kan di situ (Ring 1). Makanya,
dilakukanlah sistem undian.
Semua kepala kantor wilayah,
semua gubernur, kita hadirkan
di sini, untuk mengikuti undian
itu.
Nah, kita sosialisasikan hal
ini. Sepakat. Siapa saja dapat
hasilnya harus taat. Tidak mungkin
kalau seluruhnya kita tampung dalam
Ring 1. Pemerintah Arab Saudi juga
tidak ada lahan. Apalagi, ada pem-
bongkaran di wilayah Masjidil Haram,
rumah-rumah semakin jauh. Orang
Malaysia, India berani dengan harga
tinggi, pasti orang Arab akan jual ke-
pada mereka.
Apa saja perbaikan yang sudah dilakukan dalam penyelenggaraan haji ini?
Alhamdulillah, kita sudah men-
�������� ��� � ���� #"$�� &�� �� �����
mempunyai sistem manajemen mutu.
Sudah jauh lebih jelas urut-urutan-
nya penyelenggaraan haji. Jadi, kami
membuat tolok ukur keberhasilan
operasional penyelenggaraan haji. Itu
ada empat.
Pertama, seluruh jemaah haji yang
terdaftar dalam kuota tahun berjalan
ini, misalnya masuk 2010 atau 2011,
seluruhnya bisa diberangkatkan ke
Arab Saudi. Sebab ini tidak mudah.
Karena banyak perusahaan penye-
lenggaraan haji swasta yang jemaah-
nya hanya ratusan, atau kurang dari
seratus, itu kadang-kadang tidak bisa
diberangkatkan. Ada yang sampai Ja-
karta saja. Ada yang tertahan di Kuala
Lumpur. Padahal, itu jumlahnya bisa
dihitung dengan jari.
Namun, yang dilaksanakan oleh
pemerintah, tidak ada yang keting-
galan satu pun di sini. Kecuali karena
wafat, sakit [tidak diperbolehkan dok-
ter], atau pengunduran diri karena
alasan sendiri. Itulah termasuk salah
satu keberhasilan.
Kedua, setelah sampai di Arab
Saudi, mereka memperoleh pelaya-
nan transportasi, akomodasi, dan
konsumsi. Semuanya. Tidak ada satu
pun yang tertinggal. Perkara, itu ada
kekurangannya, namanya juga orang
banyak.
Ketiga, seluruh jemaah haji yang
sudah berada di Arab Saudi ini, bisa
melaksanakan ibadah wukuf. Sebab,
haji itu ada di Arafah. Kalau tidak wu-
kuf, dia tidak sah. Nah, itu seluruhnya
kita layani. Jemaah haji yang sakit,
kita bawa semua, pakai ambulan. Na-
������� ���� �!���������'�� �����-
ka dalam proses ini wafat, belum haji,
kita ba’dal hajikan. Artinya, ada yang
menggantikan, melempar jumrahnya,
dan tahapan-tahapan ibadah haji lain-
nya.
Keempat, seluruh jemaah haji yang
telah selesai menjalankan ibadah haji,
ini bisa dikembalikan. Pulang ke Ta-
nah Air. Tidak ada yang ketinggalan.
Semuanya bisa pulang, dan sesuai
dengan jadwal yang telah kita tentu-
kan. Kecuali bagi mereka yang dalam
keadaan sakit, tidak bisa dipulangkan.
Itu kita rawat sampai selesai. Nah, be-
gitu selesai perawatan, masih tinggal
di sana, kita pulangkan kemudian.
Jadi, perlindungan dan pelayanan
kepada jemaah haji, menurut saya, itu
����������������������� �� � ����
Apa yang Anda lakukan agar penyelenggaraan haji ini transpa-
ran dan akuntabel?Kami sudah membuat
aturan agar ditaati supaya
berjalan sesuai dengan ke-
tentuan itu. Misalnya, ten-
tang keuangan. Kita sudah
pakai sistem akuntansi. Se-
tiap selesai operasional haji,
neraca keuangan segera kita
laporkan. Sesuai aturan yang
berlaku, 2 bulan, bahkan se-
bulan setelah selesai opera-
sional haji, kita umumkan di
media massa. Supaya ma-
syarakat tahu neraca keua-
ngan penyelenggaraan haji.
Itu akuntabilitasnya.
Kemudian sistem pendaftaran
juga sudah kita benahi. Supaya tidak
ada lagi calon haji yang saling menya-
lip. Ini juga menghindari adanya per-
caloan.
Rekruitmen petugas juga saat ini
begitu ketat dan berlapis-lapis. Dari
tingkat II sampai embarkasi kemu-
dian sampai tingkat nasional untuk
���������� ���� � �� � ����� ����-
dai sebagai seorang petugas. Semua-
nya ini diarahkan demi kenyamanan
dan peningkatan pelayanan kepada
jemaah haji.
Ada keluhan soal kenaikan bi-aya pelaksanaan ibadah haji, tang-gapan Anda?
Soal biaya ini memang menarik
karena memang menyangkut soal
kepentingan masyarakat, terutama
jamaah haji. Inginnya biaya murah
20- 27 laporan khusus.indd 26 5/23/2011 10:35:49 PM
27Warta BPK APRIL 2011
tetapi pelayanan bagus. Namun, apa
hukum ekonomi seperti itu? Kan ti-
dak. Makin bagus pelayanan itu, ma-
kin tinggi biaya.
Nah, pemerintah sudah berusaha
sedemikian rupa untuk mencoba
memberikan yang terbaik. Tentunya,
tidak sebatas yang kita mampu kare-
na supaya Anda tahu, bahwa haji ini,
untuk dibilang tidak ada persoalan
kok kelihatannya mustahil. Karena
mengurusi sekian banyak orang.
Mengurus 221.000 manusia di nega-
ra orang. Kita mengurus sedikit saja
di dalam negeri, selalu ada masalah.
Apalagi ini. Jadi, ya tidak mungkin ka-
lau tidak ada masalah.
Apa kaitannya dengan biaya tadi?
Besaran biaya ini yang menen-
tukan bukan hanya Kementerian
Agama. Mekanismenya sudah dibuat
oleh UU. Jadi, dibahas bersama de-
ngan Komisi VIII DPR. Komponen per
komponen kita bahas. Nah, setelah
mendapatkan kesepakatan, baru
Men teri Agama bersama-sama de-
ngan komisi VIII DPR mengadakan
rapat kerja untuk mengesahkan. Lalu,
disahkanlah biaya haji itu. Selanjut-
nya, diusulkan kepada Presiden un-
tuk ditetapkan.
Jadi, saya kira sudah sangat terbu-
ka membahas biaya haji itu. Karena
melibatkan wakil-wakil rakyat. Kecu-
ali kalau Kementerian Agama sendiri
yang menyusun. Ini dibahas bersama.
Menyangkut biaya penerbangan
yang dianggap mahal, perusahaan
penerbangannya juga dipanggil di
DPR. Itu dibahas bersama-sama.
Perkara hitung-menghitung orang
masing-masing, itu bisa saja berbeda.
Sebagai salah satu contoh, KPK
ikut melakukan pendampingan ke-
pada kami. Melakukan kajian terha-
dap manajemen haji ini. Jadi, waktu
unsur KPK ini mau berangkat ke Arab
Saudi, kita sudah bicara dengan KPK,
silakan dengan haji saja.
Artinya, melalui tiket pesawat
haji. Supaya, biayanya lebih murah,
mestinya begitu. Karena itu sudah
ditetapkan bersama-sama dengan
Komisi VIII. KPK ingin mencari lebih
murah, ternyata harga tiketnya lebih
mahal daripada harga tiket jamaah
haji. Itu salah satu contoh. Jadi, soal
harga ini, bisa bandingkan.
Jadi, saya kira, kita tidak usah
memperdebatkan yang seperti itu.
Asal, ini dipertanggungjawabkan dan
transparan penyusunannya.
Apa saja komponen yang mem-buat biaya pelaksanaan ibadah haji naik dari tahun ke tahun?
Yang jelas komponen penerban-
gan. Biaya tiket. Itu sudah 54% dari
total biaya haji. Sekarang harga fuel, harga BBM terombang-ambing ti-
dak karuan. Apalagi kalau maskapai
pener bangan mau menaikkan tiket?
Ya bagaimana kita tidak mau menaik-
kan harga tiket, wong jelas-jelas naik.
Biaya lainnya yang paling besar,
sekitar 40% lebih, ada di Arab Saudi.
Di sini, hanya sekitar 3% atau 2,9%.
Biaya dalam negeri, tidak ada pe ng a-
ruhnya itu. Biaya dalam negeri itu,
makan di embarkasi, bikin paspor,
dan segala macam itu.
Dalam penyelenggaraan haji ini rawan korupsi, seperti penge-lolaan Dana Abadi Umat (DAU). Tanggapan Anda?
����� ������ kami istiqomah pada
aturan. Jadi, kalau dikatakan rawan
korupsi, hampir semua, dimana-
mana rawan korupsi, bukan hanya
di situ saja. Tergantung orang dan
aturannya.
Sampai sekarang, kita belum bera-
ni menggunakan DAU. Sejak Menteri
Agama Maftuh Basuni sampai seka-
rang, DAU belum digunakan sama
sekali. Pasalnya, Peraturan Pemerin-
tah (PP) atau Keputusan Presiden
����� ��������� ����� � � ������ � �����
Jadi, belum bisa digunakan. DAU dila-
porkan tiap bulan, tahun, bunganya
ada, semuanya ada. Tidak ada yang
dikorupsi. and
20- 27 laporan khusus.indd 27 5/23/2011 10:35:50 PM
28 Warta BPKAPRIL 2011
ANTAR LEMBAGA
PRESIDEN Susilo Bambang
Yudhoyono didampingi Wakil
Presiden Budiono mengge-
lar rapat terbatas di Kantor
Kepresidenan pada 7 April mengenai
�� ��� � � ���� �� �� � �����-
naan anggaran. Presiden senantiasa
mengintruksikan untuk melakukan
�������� �� ��� � � ���� �� �� �
penggunaan anggaran negara, baik
yang berlaku di jajaran pemerintahan
pusat maupun daerah. Ini dilakukan
presiden karena masih terjadi peng-
gunaan anggaran negara yang tidak
�� ������ ������ ��������� ���������
“Kondisi ini tentu tidak boleh kita
biarkan. Oleh karena itu, kita bertekad
untuk melakukan optimalisasi dan
�� �� � ���������� ��������� ����-
ra ,” kata Presiden ketika menggelar
jumpa pers seusai rapat.
*������������������� �� ������-
ran negara diterbitkan Instruksi Pres-
iden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2011.
Presiden menginstruksikan kepada
Berhemat Demi Optimalkan AnggaranInstruksi presiden mengenai penghematan anggaran minimal 10% kepada kementerian dan lembaga tertentu dikeluarkan. Bukti masih terjadi penggunaan anggaran negara yang tidak optimal, tidak efisien, dan tidak tepat.
kementerian dan lembaga tertentu
untuk melaksanakan penghematan
anggaran minimal 10% pada tahun
berjalan.
“Penghematan itu, terutama kita
lakukan dengan mengurangi overhead cost atau biaya administrasi,” katanya.
Dalam inpres ini, jelasnya, juga
termuat langkah penghematan seperti
pembatasan perjalanan dinas, penye-
lenggaraan workshop atau seminar.
“Sebab saya mendapatkan informasi,
ada perjalanan dinas sebuah lem-
baga yang memakan waktu lebih dari
50% dari hari kerja. Persoalannya,
apakah harus sesering itu dan bera-
pa besar biayanya. Tentu informasi
� � ����� � ���� � �� � ���� � ��������
Presiden SBY mengintruksikan efisiensi anggaran
warta
bpk-
riant
o
28- 29 antar lembaga.indd 28 5/23/2011 10:38:58 PM
29Warta BPK APRIL 2011
pengecekan atas akurasinya,” kata
Presiden.
Langkah penghematan yang lain,
melakukan pembatasan pengadaan
kendaraan dinas, membatasi pem-
bangunan gedung, kantor, dan rumah-
rumah dinas, baik di pusat maupun di
daerah. “Kalau tidak memiliki urgensi
dan sungguh diperlukan dan fasilitas
yang lama masih memadai dan masih
cukup, tentu tidak diperlukan penam-
bahan ataupun pembangunan.”
Presiden menjelaskan melalui
inpres tersebut pemerintah telah
melakukan sejumlah penghematan
dalam APBN 2011 tahun berjalan ini.
Tercatat bisa dihemat dana sebesar
Rp16,8 triliun. Rencananya angga-
ran Rp16,8 triliun itu akan dialirkan
untuk keperluan pembangunan in-
frastruktur atau untuk pos-pos yang
lebih produktif atau untuk menam-
bah anggaran program pengurangan
kemiskinan. Selain itu, tuturnya, juga
akan dijadikan sebagai dana cada-
ngan.
Presiden mengharapkan mulai
APBN 2012 dapat memangkas biaya
administrasi atau overhead cost. Se-
bagai gantinya akan memperbesar
pos untuk belanja modal yang dapat
menyumbang pertumbuhan sehingga
bisa mengurangi pengangguran, dan
kemiskinan.
Dengan demikian, APBN 2012
����� � ��� �� �� ��� ���� ��� �� �� ����
dalam penggunaan anggaran negara.
“Saat ini untuk APBN 2012, sedang
kita rancang yang nantinya akan kita
bahas bersama DPR,” kata Presiden.
Melalui forum ini, Presiden juga
menghimbau kepada semua peng-
guna dan pengelola anggaran negara
untuk melakukan penertiban optima-
� ���� �� �� � ������ �����������
gedung-gedung. Artinya pembangu-
nan gedung atau perkantoran bisa di-
laksanakan bila sangat diperlukan dan
memiliki urgensi yang tinggi.
Selama ini, tuturnya, dirinya ma-
sih melihat gedung dan bangunan
yang dibangun, baik di pusat maupun
daerah termasuk rumah jabatan yang
menyolok di beberapa daerah. Bah-
kan, presiden masih melihat ada yang
berlebihan dan mewah. Sementara di
sekelilingnya, prasarana publik seper-
ti air bersih, jalan, puskesmas, dan
prasarana pendidikan masih kurang.
“Ironisnya lagi di tengah gedung-
gedung megah itu berdiri, angka ke-
miskinan masyarakat di sekitarnya
masih relatif tinggi. Ini yang mesti
kita koreksi dan tidak boleh terjadi di
masa depan,” kata Presiden.
Pemerintah telah memiliki sejum-
lah peraturan mengenai standar ba-
ngunan dan gedung yang dikeluarkan
oleh Kementerian Pekerjaan Umum
dan Kementerian Dalam Negeri. Stan-
dar ini dikeluarkan agar bangunan
tidak melebihi kepatutannya, dan
se suai dengan biaya yang bisa dise-
diakan oleh negara.
Presiden juga mengajak para
pimpinan lembaga negara nonpeme-
rintah, para menteri, pimpinan lem-
baga pemerintah nonkementerian,
serta para gubernur sebagai pengelola
keuangan di daerah, dalam me ngelola
keuangan melakukan langkah op-
� ��� � � ���� �� �� � ����������
anggaran negara.
“Maka besar harapan saya, dalam
tahun berjalan ini benar-benar dilak-
��������� �� ������� ��� � � ����
Kalau kita merasa ada yang belum
�� ��������������� ������� ��� ��
kita lakukan perubahan,” tegas Pre-
siden. bw
28- 29 antar lembaga.indd 29 5/23/2011 10:38:58 PM
30 Warta BPKMARET 2011
PROFESI
SEBAGAI Ketua Umum IAPI Tia
Adityasih patut bersyukur. Pa-
salnya, setelah menanti cukup
lama, akhirnya profesi akuntan
publik memiliki payung hukum beru-
pa UU Akuntan Publik. Peraturan yang
disahkan DPR pada 5 April itu kini te-
ngah menanti diteken Presiden.
“Kami merasa bersyukur profesi
akuntan publik kini memiliki payung
hukum yang kuat,” kata Tia ketika dite-
mui Warta BPK di ruang kerjanya, be-
lum lama ini.
Bagi profesi ini, paparnya, keha-
diran UU memang sudah lama dinanti.
Bahkan, rancangan UU Akuntan Publik
sudah mulai dibahas sejak 2002. Na-
mun, Tia tidak tahu persis mengapa
baru sekarang ini UU itu disahkan.
“Dengan adanya undang-undang ini
kita dapat menata kembali profesi
akuntan publik dengan baik,” katanya.
Sekalipun Tia mengaku bahwa
substansi UU ini sebenarnya juga tidak
jauh berbeda dengan, payung hukum
profesi akuntan publik sebelumnya,
yakni Keputusan Menteri Keuangan
No. 17/ 2008. Bedanya, dalam UU
ini ada beberapa klausul tambahan.
Seperti adanya ketentuan pidana dan
aturan mengenai akuntan publik asing
yang akan berpraktik di Indonesia.
Selain itu, beleid yang mengatur
profesi akuntan publik sekarang ini
sudah lebih tinggi kedudukan hukum-
nya karena diatur dalam UU. “Selama
ini kami menjalani profesi ini hanya
berdasarkan Keputusan Menteri Keua-
ngan,” jelasnya.
Tia menyayangkan jika selama
pembahasan rancangan UU akuntan
publik, asosiasi tidak pernah dilibat-
kan. Kalaupun dilibatkan, tegasnya,
hanya sebatas dimintai keterangan
saja. Sementara yang memutuskan
pihak Pemerintah. Pihaknya tidak per-
nah diajak duduk bersama untuk me-
mutuskan substansi dari UU Akuntan
Publik. Sehingga timbul kekhawatiran
isi UU ini tidak sesuai dengan keingi-
nan anggota.
Dia sempat menanyakan hal itu,
tetapi alasannya panitia yang mem-
buat rancangan UU adalah antarde-
partemen, sehinga tidak mungkin
meli batkan profesi. “Saya hanya
merasa heran membuat sebuah aturan
mengenai profesi akuntan publik, teta-
pi tidak melibatkan pelaku profesi itu
sendiri.”
Begitu disahkan, Tia melihat ada
beberapa klausul yang belum me-
menuhi aspirasi profesi. Salah satu-
nya mengenai ketentuan pidana bagi
profesi ini. Sebelumnya disebutkan,
akuntan publik yang tidak menjalan-
kan standar yang ditetapkan dian-
cam pidana. Tia mengaku keberatan
dengan ketentuan tersebut. Sebab
kesalahan akuntan publik yang tidak
menjalankan standar itu sifatnya per-
data. Sementara standar akuntan pu-
blik yang digunakan auditor itu bukan
produk hukum. “Jadi rasanya tidak pas
jika seorang akuntan publik yang tidak
sengaja melakukan pelanggaran stan-
dar dikenai pasal pidana.”
Dengan keberatan IAPI, ketentuan
pasal itu akhirnya diganti. Kini, sebagai
gantinya akuntan publik yang melaku-
kan kesengajaaan melanggar standar
diancam hukuman 5 tahun. Hanya saja,
persoalannya masih ada yang meragu-
kan atas kemampuan penyidik untuk
memeriksa profesi akuntan publik.
Menurut Tia, seharusnya akuntan
publik yang melakukan pelanggaran
terlebih dahulu diperiksa di komite
Ketua Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Tia Adityasih
Menata Ulang Profesi Akuntan Publik
Lahirnya UU Akuntan Publik menuntut Ketua Umum
IAPI untuk membenahi organisasi. Salah satunya, melakukan restrukturisasi
kepengurusan dan melakukan perubahan
Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (ADRT).
Tia Adityasih, Ketua Umum IAPI
warta
bpk-
bamb
ang w
.
30 - 31 profesi.indd 30 5/23/2011 10:42:15 PM
31Warta BPK MARET 2011
independen. Di komite inilah akuntan
publik yang melakukan pelanggaran
diperiksa terlebih dahulu. Bila nanti
terbutki melakukan kesalahan yang
disengaja, baru dilimpahkan ke proses
hukum.
Tia berharap sanksi pidana bisa
diatur dengan peraturan pemerin-
tah yang lebih jelas. Artinya, bila ada
akuntan publik yang melanggar stan-
dar profesi harus diperiksa terlebih
dahulu oleh komite yang memahami
profesi. Bila ada tindak pidana, baru
kemudian dilimpahkan ke penegak
hukum.
Akuntan asingMengenai adanya ketentuan akun-
tan publik asing, selama ini tidak per-
nah ada kantor akuntan publik asing
yang berpraktik di Indonesia. Namun,
yang ada adalah kantor akuntan pu blik
+:;�<������������ � � ��������:;���-
ing.
Meski begitu, dirinya tidak ke-
beratan jika dalam UU Akuntan Pu-
blik membuka peluang pihak asing
membuka praktik di Tanah Air. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi era
perdagangan bebas pada 2015 dan
masuknya akuntan publik asing ke In-
donesia. Oleh karena itu, UU ini meng-
atur mengenai ketentuan yang harus
dipenuhi akuntan publik asing yang
berniat beroperasi di Indoensia.
Dengan adanya UU, IAPI juga akan
membenahi organisasi. Salah satunya
melakukan restrukturisasi kepengu-
rusan dan mengubah AD/RT.
Selama ini banyak kendala yang di-
hadapi dalam membina para akuntan
publik di antaranya kasus maraknya
praktik akuntan palsu. Bahkan, IAPI
juga sudah beberapa kali melaporkan
akuntan publik palsu ke polisi. Namun,
hingga kini tak kunjung ada tinda-
kan. Hal ini disebabkan adanya kerja
sama antara akuntan palsu dan pihak
klien nya. Dengan adanya UU Akuntan
Pu blik diharap dapat memberantas
akuntan publik palsu karena dapat di-
jerat hukuman penjara 6 tahun.
Dalam UU itu juga diatur mengenai
kewenangan IAPI untuk menyusun
standar, menyelenggarakan pendidi-
kan, dan melakukan kajian. IAPI juga
memiliki peran untuk meningkatkan
kompetensi anggotanya. Pasalnya, da-
lam UU disebutkan mengenai keharu-
san akuntan publik untuk meningkat-
kan kompetensinya melalui pendidi-
kan dan pelatihan.
Untuk menjaga kode etik profesi,
IAPI kini juga sudah mengeluarkan
kode etik akuntan publik yang sudah
mengadopsi standar international.
Bila melanggar sejumlah sanksi harus
ditanggung di antaranya pembekuan
anggota.
IAPI juga memiliki badan peng-
kaji mutu yang tugasnya melakukan
review atas kertas kerja. Tujuannya,
untuk mengetahui apakah akuntan pu-
blik tersebut dalam memberikan opini
sudah sesuai dengan standar yang diu-
ji melalui kertas kerja.
“Jika, dalam pengujian, terbukti
melakukan pelanggaran standar maka
akuntan publik tersebut akan diberi-
kan sanksi berupa peringatan sampai
pembekuan anggota. Review mutu
ini dilakukan dalam rangka membina
anggota,” kata Tia.
Untuk menindaklanjuti pengaduan
masyarakat terhadap kenakalan akun-
tan publik, dalam IAPI juga ada De-
wan Kehormatan Profesi dan Dewan
Pengawas. Tugasnya yaitu melakukan
pengawasan tehadap pengurus dalam
melaksanakan jalannya IAPI. Adapun,
Dewan Kehormatan diberi mandat
menindaklanjuti pengaduan masyara-
kat.
Selama ini profesi akuntan publik
dianggap kurang menarik, padahal
pasar akuntan publik itu besar sekali.
Dengan adanya payung hukum yang
kuat dan regulasi yang jelas, diharap-
kan profesi akuntan publik di masa
yang akan datang akan menjadi profesi
yang menarik bagi masyarakat. bw
Akuntansi dan kepribadian yang menyukai tantangan
KIPRAH wanita kelahiran Jakarta pada 1954 dalam organisasi akuntan publik
bermula ketika dia menjadi anggota Ikatan Akuntan Publik – Seksi Akuntan Pu blik
(IAI-SAP). Keterlibatannya dalam organisasi akuntan membuat dirinya terlibat
dalam seluk beluk perubahan IAI-SAP menjadi Ikatan Akuntan Indonesia – Kom-
partemen Akuntan Publik Indonesia (IAI - KAP) pada 1994.
Selanjutnya melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI – KAP pada 24 Mei
2007 dibentuklah Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dengan maksud sebagai
organisasi yang independen dan mandiri.
Boleh jadi memilih profesi sebagai akuntan publik bagi Tia memang tak lepas
dari kepribadiannya yang menyukai tantangan. Apalagi anak bungsu dari empat
bersaudara itu sejak kecil, menyukai permainan anggar. Bahkan, hobi ini mengan-
tarkannya dalam kejuaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) Ke-7 pada 1967, di
Surabaya. Hobi ini pun masih dibawa ketika dia melanjutkan pendidikan tinggi di
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Indonesia.
Keinginannya untuk menjadi wanita yang mandiri selalu ada dalam setiap
langkahnya. Hal ini ditunjukkan ketika melakoni sebagai mahasiswi pada pergu-
ruan tinggi terkemuka di Indonesia dengan cara meminta orangtuanya tidak terli-
bat dalam pembiayaan kuliah. Bahkan, menginjak semester IV, dia sudah ditawari
bekerja di perusahaan swasta. “Saat itu saya kuliah sambil bekerja karena ingin
mandiri,” kenangnya.
Setelah lulus dari perguruan tinggi pada 1980-an, Tia bekerja di kantor akun-
tan. Tak lama kemudian dia kembali bekerja di perusahaan swasta di bagian akun-
tansi. Namun, akhirnya dia kembali bekerja di kantor akuntan.
Karirnya di dunia akuntansi semakin cemerlang. Berbekal pengalaman beker-
ja di kantor akuntan, pada 1990 Tia mendirikan sendiri kantor akuntan publik
bernama Kantor Akuntan Publik Tia Adityasih & Rekan. Kini dia juga menjadi
tenaga ahli di BPK Bidang Pengembangan Profesi Akuntan dan Peningkatan Kua-
litas Pemeriksaan. (bw)
30 - 31 profesi.indd 31 5/23/2011 10:42:15 PM
AKSENTUASI
32 Warta BPKMARET 2011
PROFESI akuntan publik
mendapat kado istimewa.
DPR mengesahkan ranca-
ngan undang-undang ten-
tang Akuntan Publik menjadi UU
pada 5 April 2011. Persetujuan itu
diperoleh secara aklamasi melalui
rapat paripurna DPR yang dipimpin
Wakil Ketua DPR Pramono Anung.
Dengan demikian profesi ini memiliki
landasan hukum setingkat dengan
UU. Sebelumnya, hanya diatur me-
lalui peraturan Menteri Keuangan.
Salah satu yang diatur dalam UU
ini yakni mengenai pembagian ke-
wenangan yang jelas antara Menteri
Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan
Publik, dan Komite Profesi Akuntan
Publik. Menteri Keuangan berwenang
melaksanakan fungsi perizinan, pem-
binaan dan pengawasan terhadap
akuntan publik dan kantor akuntan
publik.
Adapun, Asosiasi Profesi Akuntan
Publik berwenang menyusun standar
profesi akuntan publik, menyeleng-
�������� �� ��� ��� � �� � ���� � ����
pendidikan profesional berkelanju-
tan serta melakukan review mutu
bagi anggotanya.
Komite Profesi Akuntan Publik
berwenang memberikan pertimba-
ngan kepada Menteri Keuangan.
Selain itu, berfungsi sebagai lem-
baga ban ding atas pengenaan sanksi
adminis trasi terhadap akuntan pub-
lik dan kantor akuntan publik.
Untuk menghambat pertumbu-
han akuntan publik asing yang bere-
dar di Indonesia, UU AP mengatur
mengenai keberadaan kantor akun-
tan publik asing yang berpraktik di
Indonesia. Ada sejumlah syarat yang
mesti dipenuhi di antaranya diharus-
kan untuk bekerja sama dengan be-
berapa kantor akuntan publik lokal
Indonesia. Tujuannya, kantor akun-
tan publik asing yang akan beroper-
asi di Indonesia harus menggunakan
nama kantor akuntan publik yang di-
ajak bekerja sama. Selain itu, akuntan
pu blik asing juga harus menjadi ang-
gota Asosiasi Profesi Akuntan Publik.
Selain itu, kantor akuntan publik
Profesi Akuntan Publik Dilindungi UUDPR telah mengesahkan Undang-Undang Akuntan
Publik (UU AP). Upaya untuk melindungi akuntan publik
dalam menjalankan profesinya dan langkah awal untuk
pembenahan profesi.
asing juga harus mengikuti prosedur
dan lingkungan serta mampu berba-
hasa Indonesia. Akuntan publik asing
dapat beroperasi di Indonesia setelah
ada perjanjian saling pengakuan
atau mutual recognition agreement
antara menteri keuangan Indonesia
dengan menteri keuangan negara
asal akuntan publik tersebut. Oleh
karena itu, pemerintah memberi ba-
tas waktu maksimal 1 tahun kepada
kantor akuntan publik asing untuk
mendapatkan mitra terhitung sejak
UU AP disahkan pada 5 April 2011.
Auditor Utama Keuangan Negara
VII BPK Ilya Avianti menyambut baik
disahkannya UU ini. Dengan adanya
UU AP, kedudukan profesi akutan pu-
blik kedepan menjadi lebih jelas.
“Selama ini profesi akuntan pu-
blik memang belum memiliki UU.
Kalaupun pernah ada tetapi belum
menyentuh profesi akuntan pubik.
Ambil contoh UU No. 34/1954 hanya
mengatur mengenai gelar akuntan.
Begitu juga ketentuan mengenai ujian
nasional akuntan. Sudah selayaknya
profesi ini didukung dengan per-
Ilya Avianti
warta
bpk-
riant
o
32 - 33 akentuasi.indd 32 5/23/2011 10:45:50 PM
33Warta BPK MARET 2011
aturan setingkat UU,” katanya.
Menurut dia, UU AP merupakan
kemajuan bagi profesi akuntan. De-
ngan begitu dalam melakukan prak-
tek ada ketentuan hukum yang me-
lindungi dan mengayomi. Di sisi lain,
UU itu bisa menjadi bekal bagi pro-
fesi akuntan publik untuk melakukan
pembenahan. “Juga akan mendorong
terwujudnya profesi akuntan publik
yang berkualitas dan dapat bersaing
di tingkat glo bal.”
Secara substansi, tambahnya,
UU baru ini sudah mengatur secara
kese luruhan seluk beluk profesi ini.
“De ngan adanya UU AP organisasi
profesi memiliki peran yang pent-
ing dalam meningkatkan kemampuan
dan melindungi anggota,” tegas Ilya.
Menyinggung mengenai adanya
ketentuan pidana dalam UU terse-
but, Ilya membenarkan ada seba-
gian kalangan akuntan publik yang
keberatan. “Bukan berarti profesi ini
tidak mau diatur, akan tetapi mereka
melihat ada nya ketidaksetaraan de-
ngan profesi lainnya karena profesi
lain tidak diatur pidana.”
Dia menilai pemerintah memiliki
maksud tertentu dengan ketentuan
pidana tersebut. Apalagi, profesi ini
selalu berkaitan dengan uang sehing-
ga pemerintah melihat riskan dengan
kriminalitas.
“Kita lihat sisi positifnya. Paling ti-
dak dengan adanya ketentuan pidana
tersebut, para akuntan publik akan
lebih berhati-hati dan tak main-main
karena ada sanksi pidana,” kata Ilya.
Akuntan PalsuMenurut dia, persoalan di profesi
akuntan publik ini perlu mendapat
perhatian yakni menyangkut adanya
akuntan palsu. “Ini sudah sering ter-
jadi. Hanya saja, akuntan palsu itu
memang belum ter-cover dalam UU
AP karena ini mengatur anggota. Se-
harusnya polisi yang harus menang-
kap karena itu pidana. Pasalnya, di
mana saja yang palsu itu tidak bisa di
undangkan.”
Saat ini, sudah banyak dilaporkan
ke polisi tetapi tidak bisa ditindak
karena tidak ada dasar hukumnya.
Untuk itu, pemerintah perlu mencari
formula untuk memangkas akuntan
publik palsu dan perlu adanya sanksi
tegas bagi pelaku.
Selain itu, pengguna jasa akuntan
publik juga bisa kenai sanksi. Sering-
kali antara pengguna dengan akun-
tan palsu saling bekerja sama. Akibat-
nya polisi juga tak bisa menangkap
akuntan palsu.
“Adanya sanksi pidana dalam UU
AP hanya untuk anggota saja. Sekali-
pun begitu yang bukan akuntan pub-
lik mengaku jadi akuntan publik itu
harus ada perlakuan,” kata Ilya.
Mengenai adanya ketentuan me-
ngenai akuntan publik asing, selama
ini belum ada yang berpraktek di In-
donesia. Kalaupun ada hanya sebatas
mereknya. Semen-
tara yang berprak-
tek tetap akuntan
publik lokal.
Meski begitu,
di era pasar bebas
nanti, masuknya
akuntan publik
a sing tidak bisa
dihindari. Oleh
karena itu, dalam
UU AP diatur me-
ngenai akuntan
publik asing de-
ngan memberikan
sejumlah batasan
seperti harus bisa
berbahasa Indo-
nesia atau me-
nguasai hukum di
Indonesia
Selama ini,
BPK juga melaku-
kan evaluasi ter-
hadap akuntan pu-
blik yang mengaudit BUMN. Hasilnya
masih ba nyak akuntan publik yang
berlum memenuhi kriteria. Artinya,
kualitas belum seperti yang diharap-
kan. Dengan kata lain, profesi ini ma-
sih perlu terus dibina.
Ilya berharap dengan adanya UU
AP ini para praktisi bisa menata diri.
Seperti meningkatkan pendidikan
para akuntan publik dan melakukan
pengawasan juga harus lebih baik.
Sebab profesi ini juga menjanjikan.
bw
Demo memberantas akuntan palsu
istim
ewa
32 - 33 akentuasi.indd 33 5/23/2011 10:45:50 PM