Download - Abdul Thalib_
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
1/20
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam wilayah pesisir Indonesia adalah padang
lamun. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang
memepunyai peranan penting dalam kehidupan berbagai biota laut serta
merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif. Padang lamun di
Indonesia secara umum merupakan tempat mencari makan, berpijah,
pembesaran dan tempat perlindungan bagi berbagai jenis biota laut diantaranya
adalah ikan, udang dan moluska.
Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang sangat
penting dekat dengan daratan setelah ekositem mangrove. Di Indonesia, padang
lamun sering dijumpai berdekatan dengan ekosistem mangrove dan terumbu
karang sehingga interaksi ketiga ekosistem ini sanagat erat. Struktur komunitas
dan sifat fisik ketiga ekosistem ini saliang mendukung, sehingga bila salah satu
ekosistem terganggu, ekosistem lain akan terpengaruh (Tomascik et al., 1997).
Akhir-akhir ini akibat bertambahnya penduduk dan meningkatnya
prekonomian utamanya di daerah pesisir menyebabkan terjadinya kerusakan
ekosistem padang lamun. Aktivitas manusia seperti menambatkan jangkar kapal
di daerah padang lamun adalah salah satu contoh kegiatan yang dapat merusak
ekosistem padang lamun. Selain itu, degradasi lingkungan yang disebabkan oleh
erosi pantai, sedimentasi, dan lain-lain juga merupakan pemicu alami yang
menyebabkan kerusakan ekosistem padang lamun. Alhasil kerusakan tersebut
akan berdampak pada menurunya fungsi ekologi dari padang lamuun itu sendiri
yakni menurunya keanekaragaman biota laut (biodiversitas) yang ada di area
padang lamun.
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
2/20
Hal ini merupakan masalah yang cukup serius dalam memeperthankan
padang lamun dalam fungsinya sebagai suatu ekositem yang produktif. Salah
satu usaha yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah di atas adalah
dengan peranan lamun buatan (artifial seagrass) pada wwilayah yang mengalami
kerusakan atau pada wilayah yang tandus (Yaqin, 22004). Lamun buatan ini
kemudian diharapkan mengembalikan fungsi ekologi padang lamun dalam
meningkatkan keanekaragaman biota laut (biodiversitas) yang sudah mulai
bekurang serta dapat berfungsi sebagai habitat baru bagi beberapa organisme
khususnya komunitas makrozoobentos.
Suatu penelitian pendahuluan mengenai penciptaan habitat baru (lamun
buatan) dengan meniru Enhalus acroides telah dilakukan oleh Rani dan
Budimawan (2007) di perairan Pulau barrang Lompo dan menemukan bahwa
meskipun lamun alami masih lebih baikdari lamun buatan, namun lamun buatan
juga memberikan respon tersendiri bagi kelimpahan komunitas makrozoobentos.
Hasil penelitian ini kemudian mengilhami untuk melakukan kajian mendalam
terhadap penggunaan model beberapa lamun buatan dan mengkaji keberhasilan
ekologi terhadap komuniatas mkrozoobentos.
B. Tujuan dan Keguanaan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Menganalisis efek implantasi beberapa model lamuin buatan terhadap
komposisi jenis dan kepadatan makrozoobentos.
b. Menganalisis keberhasilan fungsi ekologi dari padang lamun buatan
dalam hal penimgkatan biodivesitas biota laut dengan cara
membandingkan komposisi jenis dan kepadatan makrozoobentos antara
lamun buatan dan lamun alami.
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
3/20
c. Mengetahui terkait dengan distribusi dari komposisi jenis dan kepadatan
makrozoobentos dengan gradian lingkungan.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai data base sekaligus sebagai bahan informasi bagi mahasiswa.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah mencangkup komposisi jenis
kepadatan, indeks keanekaragaman, dan indeks keseragaman makrozoobentos
pada areal penaman lamun buatan di perairan pulau Barrang Lompo, kota
Makassar.
Alapun, parameter lingkungan sebagai parameter pendukung yakni : suhu,
sanilitas, oksigen terlarut (DO), Bahan Organik Total (BOT), nitrat, kekeruhan
dan derajat keasaman (pH).
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
4/20
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Padang Lamun dan Fungsinya
Lamun (seagrass) adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat
perairan pantai yang diangkat. Seperti halnya rumput didarat lamun mempunyai
tunas berdaun tegak dan tangkai-tangkai yang merayap yang efektif untuk
berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan laut lainnya (alga dan
rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan mengahasilkan biji, mempunyai akar
dan system internal untuk mengankut gas dan zat-zat hara (Romimotharto dan
Juwana 2001).
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
5/20
Menurut Nonji (1993), lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah
sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan
ini terdiri dari rhizome, akar dan daun. Rhizome merupakan batang yang
terbenam dan merayap secara mendatar serta berbuku-buku. Pada buku-buku
tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga serta
tumbuh pula akar. Dengan rhizome dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat
menancapakn diri dengan kokoh di dasar laut. Sebagaian besar lamun berumah
dua artinya dalam satu tumbuhan ada bunga jantan saja atau betina saja.
System pembiasan bersifat khas karena mampu melakukan penyerbukan di
dalam air serta buahnya pun terendam dalam air.
Lamun hidup di perairan dangkal yang agak berpasir. Kadang-kadang lamun
memebentuk komunitas yang lebat hingga merupakan padang lamun (seagrass
bed) yang cukup luas. Padang lamun (seagrass bed) merupakan salah satu
ekosistem yang terletak di daerah pesisir atau perairan laut dangkal dan
memepunyai produktifitas yang tinggi. Di daerah ini hidup bermacam-macam
biota laut lainnya misalnya crustacean, molusca, cacing serta berbagai jenis ikan.
Di daerah lamun, organismee melimpah, kKarena lamun digunakan
sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus
yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan yang baik daunnya
maupun epifit atau detritus. Jjenis-jenis Polychaeta dan hewan-hewan nekton
juga banyak didapatkan pada padanglamun. Llamun juga merupakan komunitas
yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrate melimpah
di perairan ini. Llamun juga memproduksi sejumlah bahan organik sebagai
substrat untuk algae, epifit, mikroflora, serta fauna (Fahruddin, 2007).
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
6/20
Rani (2008) menyatakan bahwa padang lamun memiliki berbagai fungsi
ekologi yang vital dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang serta
mempertahankan biodeversiti pesisir dan yang lebih utama yaitu sebagai
pendukung produktivitas perikanan pantai. Berikut beberapa fungsi padang
lamun:
a. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut.
b. Komunitas lamun memberikan habitat penting dan perlindungan untuk
sejumlah spesies biota laut
c. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi system perakarannya
sebagai perangkap dan penstabil sedimen dasar sehingga perairan
menjadi jernih.
d. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemen-
elemen langka di lingkungan.
e. Lamun sebagai produser primer di lautan.
a. Lamun buatan
Lamun buatan merupakan suatu alat yang digunakan unutuk
merehabilitasi lamun yang rusak. Selebihnya, lamun buatan juga dapat menjadi
alat penelitian padang lamun, misalnya untuk mengetahui pengaruh arsitektural
daun lamun terhadap gerakan arus, sedimentasi, dan keterkaitan biota laut
terhadap padang lamun (Yaqin, 2004).
Dalam penciptaan habitat baru dengan lamun buatan, diharapkan
memberikan habitat baru bagi biota laut dan dapat menciptakan suatu proses
ekologi terutama proses food chain dan food web (Rani, 2008).
Penelitian tentang lamun buatan juga pernah dilakukan oleh Ambo
Rappe,di mana dalam penelitiannya tersebut memperlihatkan bahwa
penggunaan lamun buatan yang menyebar di sekitar padang lamun alami tidak
ditemukan perbedaan penting ada kelimpahan amphipoda. Pengamatan pada
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
7/20
lamun alamai (faktor utama) hasilnya juga nampak cukup kuat menentukan
kelimpahan jenis ini (Ambo Rappe, 2008).
Yaqin (2004) menyatakan bahwa lamun buatan dapat memberikan
dampak bagi beberapa faktor lingkungan, yaitu:
1. Faktor fisik
Kemampuan lamun buatan dalam menahan arus, menghambat sedimen,
dan mengikat sedimen, tergantung pada densitas lamun. Maka semakin efektif
kemampuannya dalam menahan arus, menambat, dan mengikat sedimen. di
samping itu, lamun buatan yang mempunyai tegakan yang lebih tinggi dalam
mempertahankan infauna di dalamnya.
2. Faktor biologi
Kemampuan lamun buatan dalam mereduksi, menambat gelombang, dan
menstabilkan sedimen, menciptakan habitat yang cocok bagi beberapa biota laut
yang menggunakan padal lamun alami sebagai tempat huniannya. Bbiota laut
yang menggunakan lamun buatan sebagai tempat huniannya mempunyai
kemiripan dengan biota laut yang menggunakan lamun alami sebagai tempat
huniannya.
3. Faktor kimiawi
Kanopi pada daun lamun buatan berfungsi menangkap zat pencemar
dengan menciptrakan daerah yang tenang yang memungkinkan partikel-partikel
pencemar terakumulasi di sekitar batang dan daun lamun.
Hal terpenting dari lamun alami secara kimiawi yang tidak dapat ditiru
oleh lamun buatan karena ada zat kimia alami tertentu yang mengontrol
pertumbuhan epifit dan sebagainya untuk memikat beberpa biota laut agar
mendekat ke daerah padang lamun.
b. Makrozoobentos
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
8/20
Bentos merupakan organisme yang hidup di dasar laut, termasuk seluruh
hewan dan tumbuhan yang hidup pada daerah daerah yang masi dipengaruhi
oleh air pasang (litoral), daerah continental shelf (sublitoral) dan yang tinggal di
laut yang sangat dalam (bathyal dan abyssal) (Hutabarat dan Evans, 1986).
Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau seluruh siklus
hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap, maupun menggali
lubang (Kendeigh, 1980; Odum, 1993; Rosenberg dan Resh, 1993).
Makrozoobentos dapat mencapai ukuran minimal berkisar 35 mm pada
saat pertumbuhan maksimum.Lalu Slack et all. (1973) dalam Rosenberg dan
Resh (1993) menyatakan bahwa makrozoobentos merupakan organisme yang
tertahan pada saringanyang berukuran besar dan sama dengan 200500 m.
Menurut Hutabarat dan Evans (1986), berdasarkan ukurannya, ada
beberapa jenis ukuran bentos, antara lain:
a. Mikrofauna merupakan hewan-hewan yang memiliki ukuran 1,0 mm. termasuk Echinodermata, Crustacea, Annelida, Mollusca,
dan filum-filum lainnya
Organismee bentos memiliki peran yang sangat penting di perairan.
peranan tersebut antara lain dibutuhkan dalam proses mineralisasi dan
pendaurulangan organik (Bengen et all, 1995).
Kelompok organisme dominan yang menyusun makrofauna di dasar
lunak sublitoral terbagi dalam empat kelompok taksonomi yakni kelas
Polychaeta, klas Crustacea, filum Echinodermata, dan fiolum Mollusca. Cacing
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
9/20
polychaeta banyak terdapat sebagai spesies pembentuk tabung dan penggali,
krustase yang dominan adalah ostrakoda, ampioda, isopoda, tanaid, misid
berukuran besar, serta beberpa dekapoda yang lebih kecil. umumnya mereka
menghuni permukaan pasir dan. lumpur moluska biasanya terdiri dari berbagai
jenis bivalvia penggali dengan beberapa Gastropoda di permukaan.
Ekhinodermata, biasanya sebagai bentos subtidal, terutama bintang menguilar
dan ekinoid (sand dollar) (Nybakken, 1992).
B. Faktor-Faktor penyebaran makrozoobentos
Komunitas makrozoobentos pada suatu wilayah perairan dipengaruhi oleh
beberapa faktor lingkungan yang dibedakan menjadi parameter fisika dan
parameter kimia.
a. Parameter fisika
1. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang langsung mempengaruhi secara
langsung proses laju dan respirasi makrozoobentos. di samping itu, suhu juga
mempengaruhi distribusi dan kepadatan, pemijahan dan penetasan, serta
aktivitas dan pertumbuahn beberapa jenis makrozoobentos (Adriman, 1995;
Nybakken, 1992; Odum. 1998).
2. Arus
Arus merupakan pergerakan massa air yang ditimbulkan oleh aktiofitas
angin yang bertiup di atas permukaan air laut dan atau karena adanya
perbedaan densitas air laut. pergerakan tersebut mampu membawa organisme
bentos dari satu ke titik lainnya (Supriharyono, 2000).
Berdasarkan kecepatan, arus perairan dikelompokkan menjadi arus
sangat cepat (>1 m/s), arus cepat (0,5 - 1 m/s), arus sedang (0,25 0,5 m/s),
arus lambat (0,0125 0,25 m/s), dan sangat lambat (0,001 m/s) (Mason, 1981).
3. Substrat dasar
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
10/20
Faktor utama yang menentukan penyebaran makrozoobentos adalah
substrat perairan. Mmasing-masing tipe substrat dasar menentukan komposisi
jenis makrozoobentos, seperti substrat yang terdiri dari lumpur, dan pasir dengan
sedikit liat merupakan substrat yan disenangi oleh gastropoda (Odum, 1998).
b. Parameter kimia
Menurut APHA (1989) parameter kimia perairan ynag berpengaruh bagi
kehidupan makrozoobentos antara lain salinitas, oksigen terlarut (DO), derajat
keasaman (pH), nitrat, fosfat, dan bahan organik total (BOT).
1. Salinitas
Salinitas berperan penting dalam kehidupan organisme, termasuk dalam
hal distribusi biota laut. beberapa organisme tahan terhadap perubahan salinitas
yang besar, ada pula yang tahan terhadap salinitas yang kecil (Nybakken, 1992).
Penurunan salinitas peraioran dapat menyebabkan perubahankomposisi
dan dinamika populasi makrozoobentos. demikian (Levinton. 1982)
2. Oksigen terlarut (DO)
DO merupakan jumlah mg/gas oksigen yang terlarut dalam air di mana
oksigen yang terlarut dalam air dapat berasal dari hasil fotosintesis oleh
fitoplankton atau tanaman air lainnya serta difusi dari udara (Negolescu, 1985)
DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk bernapas, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan untuk
pertumbuhan dan pembiakan. di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobic (Salmin,
2000).
Pengaruh dari oksigen terlarut dalam perairan yaitu dapat mendukung
kehidupan organismee di dalamnya di mana kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun (toksik). KaAndungan oksigen terlarut ini sudah cukup mendukung
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
11/20
kehidupan organismee. Iidealnya, kandungan DO tidak boleh kurang dari 1,7
ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar
70% (Huet, 1970).
3. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan hasil pengukuran konsentrasi ion
hidrokarbon dalam lautan dan menunjukkan keseimbangan antara asam dan air
dalam reaksinya. Adanya karbonat, hidroksida, dan bikarbonat akan
meningkatkan kebasaan air, sementara adanya material bebas dan asam
bikarbonat meningkatkan keasamannya (Saeni, 1989).
Derajat keasaman di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain, seperti fotosintesis, suhu, dan salinitas. pada dasarnya pH perairan yang
ideal untuk kehidupan organismee yaitu berkisar 6,58,5 (Sastrawijaya, 1991).
4. NItrat (NO3)
Nitrogen merupakan unsur penting dalam pertumbuhahn organisme dan
salah satu unsure utama pembentuk protein. pada perairan laut, nitrogen berupa
anorganik dan organik. Nitrogen anorganik terdiri atas ammonia (NH3), ammoniu
(NH4), nitrit (NO2), nitrat (NO3), dan molekul nitrogen (N2) dalam bentuk gas.
Nitrogen organik berupa protein, asam amino, dan urea (Effendi, 2000).
Pada beberapa perairan laut, nitrat digambarkan sebagai senyawa
mikronutrien pengontrol produktivitas di lapisan permukaan eufotik. kadar nitrat di
daerah eufotik sangat dipengaruhi oleh transportasi nitrat ke daerah tersebut,
oksidasi ammoniak oleh mikroorganismee dan pengambilan nitrat untuk proses
produktivitas primer. Bila intensitas cahaya yang masuk ke kolom air cukup,
maka kecepatan pengambilan nitrat (uptake) lebih cepat daripada proses
transportasi nitrat ke permukaan (Syahruni, 2009 dalam Grasshoff, 1976).
Nitrat dapat digunakan sebagai pengklasifikasi tingkat kesuburan.
Perairan oligotrofik yang kadar nitratnya 0 1 mg/l, perairan mesotrofik kadar
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
12/20
nitratnya 1- 5 mg/l, dan perairan eutrofik kadar nitratnya 5 -50 mg/l (Effendi,
2000).
5. Fosfat (PO44)
Fosfat merupakan salah satu unsure esensial bagi metabolisme dan
pembentuk protein. Fospsat yang diserap oleh jasad hidup nabati perairan
(makro maupun mikrofita) adalah fosfat dalam bentuk ortofosfat yang larut dalam
air. Ortofosfat dalam perairan terdapat dalam jumlah yang kecil, yang merupakan
faktor pembatas bagi produktifitas perairan (Syahruni, 2009 dalam Hatchinson,
1967).
Suatu perairan dikatakan subur bila kadar fosfatnya 0,06 10 mg/l (Boyd,
1989).
Wardoyo (1975) dalam Liaw (1969) mengemukakan pembagian tipe
perairan sebagai berikut:
N0.Kandungan Fosfat
(ppm)
Tingkat kesuburan
1 0.000 0.020 Rendah
2 0.021 0.050 Cukup
3 0.051 0.100 Baik
4 0.101 0.200 Baik sekali
5 0.201 Sangat Tinggi
6. Bahan Organik Total (BOT)
Bengen (2004) menyatakan bahwa bahan organik total di perairan
berasal dari hewan atau tumbuhan laut yang membusuk lalu tenggelam ke dasar
perairan dan bercampur dengan lumpur. Bahan organik yang mengendap di
dasar perairan merupakan salah satu sumber bahan makanan bagi
makrozoobentos. Jjumlah dan laju penambahan bahan organik dalam sedimen
mempunyai pengaruh yang besar terhadap populasi organisme dasar. Ssedimen
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
13/20
yang kaya akan bahan organik sering diikuti oleh melimpahnya organisme
bentos.
Bahan organik total di perairan terdapat sebagai partikel tersuspensi,
bahan organik yang mengalami perubahan dan bahan organik yang berasal dari
daratan dan terbawa oleh aliran sungai (Bengen, 2004).
C. Komposisi Jenis, Kepadatan, dan Indeks Ekologi
Bengen (2004) menyatakan bahwa ekosistem perairan pesisir yang masih
alami dicirikan oleh keanekaragaman jenis yang tinggi, tidak ada dominasi oleh
jenis tertentu, dan pembagian jenis yang hampier merata dalam suatu perairan.
sebaiknaya pada lingkungan yang sudah terganggu, komunitas cenderung
memperlihatkan keanekaragaman jenis yang rendah, adanya dominasi jenis
tertentu, dan perubahan struktur komunitas dari labil menjadi stabil.
a. Komposisi Jenis dan Kepadatan
Kelimpahan dan komposisi jenis makrozoobentos bergantung pada
toleransi masing-masing individu terhadap perubahan lingkungan. Setiap
komunitas memberikan respon terhadapperubahan kualitas lingkungan dengan
cara penyesuaian diri terhadap struktur komunitas. Pada lingkungan yang
relative stabil, komposisi jenis, dan kepadatan makrozoobentos bersifat statis
(APHA, 1989).
b. Indeks Ekologi
1. Indeks keanekaragaman
Besarnya nilai indeks keanekaragaman memperlihatkan kekayaan jenis
dalam komunitas dan keseimbangan jumlah individu setiap spesies (Brower et
al., 1990).
Krebs (1989) menyatakan bahwa keanekaragaman merupakan sifat
komunitas yang memperlihatkan tingkakt keanekaragaman jenis organisme yang
ada. Iindeks keanekaragaman jenis yang sering diguanakan untuk mengukur
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
14/20
keanekaragaman suatu spesies dalam komunitas adalah indeks
keanekaragaman.
Kkeanekaragaman (H) mempunyai nilai terbesar jika semua individu
berasal dari genus atau spesies yang berbeda-beda. Sedangkan nilai terkecil
didapatkan jika semua individu berasal dari satu genus atau satu spesies saja.
Adapun kategori indeks keanekaragaman menurut Odum (1998) dapat dilihat
pada table berikut:
Indeks keanekaragaman
(H)
Kategori
H 2,0 Rendah
2,0 H 3,0 Sedang
H 3,0 Tinggi
2. Indeks keseragaman
Keseragaman menunjukkan komposisi individu dari spesies yang terdapat
dalam suatu komunitas. Nilai indeks keseragaman berbanding terbalik dengan
indeks dominasi dalam suatu komunitas bila ada keanekaragaman dalam
komunitas tersebut (Dahuri et al., 2001).
Untuk menggambarkan jumlah spesies atau genus yang mendominasi
atau bervariasi maka digunakan indeks keseragaman (E). Nilai indeks
keseragaman berkisar 01. Ssemakin besar nilai E, maka populasi menunjang
keseragaman, artinya jumlah individu setiap genus atau spesies sama atau
hampier sama. Berikut kategori indeks keseragaman:
Indeks keseragaman (E) Kategori
0,00 < E 0,50 Tertekan
0,50 < E 0,75 Tidak stabil
0,75 < E 1,00 Stabil
3. Indeks dominansi
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
15/20
Indeks dominansi makrozoobentos digunakan untuk menghitung adanya
spesies tertentu yang mendominasi suatu komunitas makrozoobentos. Nilai
indeks dominansi (C) berkisar antara 0 1, berarti tingkat dominan spesies
tertentu barada dalam kategori tinggi. Sebaliknya jika nilai indeks dominansi
mendekati nol berarti tidak ada spesies tertentu yang mendominasi. Berikut ini
kategori indeks dominasi menurut Odum (1998):
Indeks Dominansi (C) Kategori
0,00 - 0,50 Rendah
0,50 - 0,75 Sedang
0,75 - 1,00 Tinggi
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakani pada. Jangka waktu ini digunakan untuk
studi pendahuluan dan pengandaan referensi yang sesuai dengan topikc
penelitian, pengambilan data lapang, pengolahan data serta penyusunan laporan
akhir dalam bentuk skripsi.
Pengambilan data lapangan dilakukan di perairan pulau Barrang Lompo,
Kecamatan Ujung tanah, Kota makassar .
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : GPS (Global Posision
System) untuk menentukan posisi/titik stasiun penelitian; alat dasar selaian untuk
kegiatan penanaman dan pengamatan; alat tulis menullis untuk pencatatan data;
kamera digigtal untuk dokumentasi; Van Veen garab dengan luas 20x10cm 2 dan
saringan 1mm untuk pengambilan sampel infauna; sieve net dan timbangan
digital untuk mengetahui komposisi dan berat substrat; botol/kantong sampel dan
cool box untuk wadah penyimpan sampel; meteran dan transek kuadrat 1x1m
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
16/20
untuk mengukur jarak transek kuadrat pada pengambilan sampel infauna di luar
kuadran lamun buatan; laying-layang arus, tali 5meter, kompas, stopwatch untuk
mengukur arah dan kecepatan arus; makroskop untuk mengidentifikasi sampel;
WQC (Waterquality Cheker) untuk mengukur suhu perairan, kandungan oksigen
terlarut, kekeruhan dan pH; Hand-Hekd refraktometer untuk mengukur sanilitas;
Erlenmeyer, Bunsen, pipet tetes,tabung rekasi, gelas ukur, dan statif untuk
mengukur kadar nitrat dan fosfat pada sampel air, cawang porselen, oven, tanur,
dan untuk mnegukur BOT pada sampel sedimen.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : alcohol 70% untuk pengawett
sampel, aquades untuk mensterilkan alat di laboratorium, bahan kimia (KMnO 4,
H2SO4, dan NaO3) untuk mengukur kadar BOT; sampel iar laut sebagai bahan
untuk pengukur nitrat dan fosfat perairan; sedimen untuk pengukuran BOT; dan
kertas label untuk pemberian informasi pada sampel.
Alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan lamun buatan yaitu
palstik tali kalas (lebar 1,6cm; panjang 50cm) dan bunga hiasan dan plastic untuk
rupa daun lamun; besi bulat (diameter 10mm dan 8mm) untuk rangka kuadrat
rumpun lamun dengan ukuran 2x2m2, pipa paralon (diameter2/4 inci, tinggi 4cm)
untuk penegak rumpun daun lamun buatan; dan kawat pengikat untuk mengikat
rumpun lamun buatan ke rangka besi.
3.3. C. Prosedur Penelitian
3.3.1. 1. Tahap Persiapan
Lamun buatan yang menyerupai morfologi lamun Enhalus acoroides
(paerlakuan A) dibuat dari bahan tali kalas dengan lebar 1,6cm dan panjang
50cm/helai (gambar 1). Bagian pangkal lamun diberi pipa paralon diameter 2/4
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
17/20
inci dengan panjang 4cm yang berfungsi untuk menegakkan rumpun daun
lamun.
Untuk perlakuan B terbuat dari bunga hias dari bahan plastik yang
berbentuk semak dengan ukuran diameter 20cm dan tinggi 20cm (Gambar 2) di
bagaian dasar rumpun nantinya di ikatkan pada rangka plot dengan
menggunakan klem palstik.
Gambar 1.Rancangan (atas) dan rumpun lamun buatan (bawah) dari bahan tali
kelas (Perlakuan A)
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
18/20
Gamabar 2. Rancanagan (atas) dan rumpun lamun buatan (bawah) dari bunga
hias dengan bahan plastic yang berbentuk semak (Perlakuan B)
Sedangkang perlakuan C sebagai kontrol) berupa lamun alami dari
jenis Enhalus Acroides dengan ukuran dan jumlah helaian yang sama dengan
perlakuan A (Gamabar 3)
Gamabar 3. Rumpun lamun alami (Enhalus Acroides) yang ditransplantasi
(Perlakuan C).
Rangka rumpun lamun buatan dan alami sebagai kontrol terbuat dari besi
bulat (diameter 1cm) dengan ukuran 22x2m2 dan dilengkapi dengan patok bergigi
agar tidak terbawa arus (Gamabar 4). Rumpun lamun kemudian diikatkan ke
rangka rumpun lamun (buatan dan kotrol) dengan menggunakan klem plastic.
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
19/20
3.3.2. 2. Penentuan Lokasi Penanaman
Stasiunm penelitian berada di daerah subtidal yang tidak ditumbuhi oleh
lamun alami, namun disekitarnya terdapat habitat lamun Enhalus Acroides.
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di bagian sebelah Tenggara Pulau
Barranglompo, Makassar memenuhi syarat tersebut diatas pada kedalaman 1
meter pada saat pasang surut terendah.
3.3.3. 3. Pemasangan Lamun Buatan
Lamun buatan dari lamun alami (sebagai kontrol) diletakkan pada titik stasiun
yang telah ditentukan. Kuadrat lamun buatan dan lamun alami yang berjumlah
maisng-masing 3 unit diletakkan satu per satu sejajar garis pantai secara acak.
Ketiga perlakuan pada masing-masing tiga uni perlakuan di beri symbol dengan
A1, A2, A3, (Perlakuan A); B1, B2, B3 (Perlakuan B); C1, C2, C3 (Perlakuan 3).
Adapun jarak antar plot yaitu 30 meter. Adapun layout pengacakan dalam
penempatan lamun buatan.
A1
C3
B1 C2
A3 B2
C1 B3
A2
-
7/29/2019 Abdul Thalib_
20/20
Gamabar 5. Pengacakan Lamun
komentar