Transcript
Page 1: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kemitraan

2.1.1 Pengertian kemitraan

Kemitraan usahatani adalah jalinan kerjasama usaha yang saling

menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau besar

(perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha

besar dengan memperhatikan prinsip saling menguntungkan (Sutawi, dalam

Yuliani, 2004:11). Sedangkan menurut Wie (1992:3) mengatakan, kemitraan

merupakan kerjasama usaha antara perusahaan besar atau menengah yang

bergerak di sektor produksi barang-barang maupun di sektor jasa dengan industri

kecil berdasarkan atas asas saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling

menguntungkan.

Kemitraan usaha pertanian merupakan salah satu instrumen kerja sama

yang mengacu pada terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan, dan

keterampilan yang didasari saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok

melaui perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling

membutuhkan, saling menguntungkan, dan saling memperkuat (Martodireso dkk,

2001:12). Kemitraan juga diartikan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan

oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih

keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling

membesarkan. (Hafsah, 2000:43).

Konsep formal kemitraan yang tercantum dalam undang-undang No. 9

Tahun 1995 menyatakan, kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan

Page 2: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

9

usaha menengah atau dengan usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Konsep tersebut

diperkuat pada peraturan pemerintah No. 44 Tahun 1997 yang menerangkan

bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling memperkuat, saling

menguntungkan, dan saling menghidupi (Sumardjono dkk, 2004:16-17).

Menurut Pranadji (2003) dalam kemitraan agribisnis terdapat tiga pola

yaitu sebagai berikut.

a. Pola kemitraan tradisional, pola kemitraan ini terjadi antara pemilik modal

atau peralatan produksi dengan petani penggarap, peternak atau nelayan .

b. Pola kemitraan pemerintah, pola kemitraan ini cenderung pada pengembangan

kemitraan secara vertikal, model umumnya adalah hubungan bapak-anak

angkat yang pada agribisnisnya perkembangan dikenal sebagai perkebunan

inti rakyat.

c. Pola kemitraan pasar, pola ini berkembang dengan melibatkan petan sebagai

pemilik aset tenaga kerja dan peralatan produksi dengan pemilik modal besar

yang bergerak dibidang industri pengolah dan pemasar hasil.

2.1.2 Tujuan kemitraan

Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan kemitraan, kesinambungan

usaha, meningkatkan kualitas sumber daya kelompok mitra, peningkatan skala

usaha serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan kelompok usaha

mandiri (Sumardjo, 2004)

Menurut (Martodireso dan Widada, 2001 : 30) kemitraan usaha bertujuan

untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, kuantitas produksi,

kualitas produksi, meningkatkan kualitas kelompok mitra, peningkatan usaha

Page 3: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

10

dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok

mitra mandiri.

Secara rinci (Hakim dalam Eka, 2014) mengatakan tujuan dari kemitraan

yaitu:

a. Tujuan dari aspek ekonomi

Dalam kondisi yang ideal, tujuan utama yang ingin dicapai dalam

melakukan kemitraan yaitu :

- Meningkatkan meningkatkan usahatani kecil dan masyrakat

- Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan

- Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan uasaha kecil

- Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional

- Memperluas kesempatan kerja

- Meningkatkan ketahanan ekonomi nasioanal

b. Tujuan dari aspek sosial dan budaya

Sebagai wujud tanggung jawab sosial dari pengusaha besar dapat

diwujudkan melalui pemberian pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha

kecil dapat tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yang tangguh

dan mandiri. Selain itu berkembangnya kemitraan diharapkan dapat menciptakan

pemerataan pendapatan dan mencegah kesenjangan sosial. Dari segi pendekatan

kultural, tujuan kemitraan adalah agar mitra usaha dapat menerima dan

mengadaptasikan nilai-nilai baru dalam berusaha seperti perluasan wawasan,

prakarsa dan kreativitas, berani mengambil resiko, etos kerja, kemampuan aspek-

aspek manajerial, bekerja atas dasar perencanaan dan berwawasan ke depan.

c. Tujuan dari aspek teknologi

Page 4: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

11

Usaha kecil mempunyai skala usaha yang kecil baik dari sisi modal,

penggunaan tenaga kerja dan orientasi pasar. Selain itu, usaha juga bersifat pribadi

atau perorangan sehingga kemampuan untuk mengadopsi teknologi dan

menerapkan teknologi baru cenderung rendah. Dengan demikian, diharapkan

dengan adanya kemitraan, pengusaha besar dapat membina dan membimbing

petani untuk mengembangkan kemampuan teknologi produksi sehingga dapat

meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha.

d. Tujuan dari aspek manajemen

Pengusaha kecil selain memiliki tingkat teknologi yang rendah juga

memiliki pemahaman manajemen usaha yang rendah. Dengan kemitraan usaha

diharapkan pengusaha besar dapat membina pengusaha kecil untuk membenahi

manajemen, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memantapkan

organisasi usaha.

2.1.3 Pelaku kemitraan

Pelaku kemitraan usaha dapat dikelompokan menjadi lima komponen,

Yaitu penyedia dana (bank), kelompok (perusahaan) investor saprodi, koperasi

primer, kelompok tani dan kelompok usaha penjamin pasar (Martodireso dan

Widada, 2001:20-23).

Untuk mencapai model kemitraan yang menguntungakan, yang perlu

diperhatikan adalah pihak-pihak yang terlibat dengan peran masing-masing

sebagai berikut.

1. Perusahaan penjamin pasar dan penyedia saprodi (benih, pupuk,organik, dan

pestisida)

2. Investor alsintan seperti traktor, pompa air, drayer, dan pemipil.

Page 5: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

12

3. Koperasi atau kelompok tani merupakan penyedia lahan pertanian dan tenaga

kerja

4. Petani sebagai pemilik lahan sekaligus tenaga kerja.

2.1.4 Syarat-syarat dan jenis-jenis kemitraan

Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain,

khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-

pihak yang bermitra. Kemitraan usaha yang kita inginkan bukanlah kemitraan

yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab

moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi.

Adapun syarat-syarat kemitraan (Direktorat Pengembangan Usaha, 2002:20-21)

adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan mitra harus memenuhi syarat:

- Mempunyai itikad baik dalam membantu usaha kelompok mitra

- Memiliki teknologi dan manajemen yang baik

- Menyusun rencana kemitraan dan

- Berbadan hukum.

b. Kelompok mitra yang akan menjadi mitra usaha diutamakan telah dibina oleh

pemerintah daerah.

c. Perusahaan mitra dan kelompok mitra terlebih dahulu menandatangani

perjanjian kemitraan.

d. Isi perjanjian kerjasama menyangkut jangka waktu, hak dan kewajiban

termasuk kewajiban melapor kemitraan kepada instansi pembina teknis di

daerah, pembagian resiko penyelesaian bila terjadi perselisihan dan kepastian

hukum bagi kedua belah pihak.

Page 6: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

13

e. Kelompok mitra dapat memanfaatkan fasilitas kredit program dari pemerintah,

sedangkan perusahaan mitra bertindak sebagai penjamin kredit bagi kelompok

mitra.

f. Perusahaan mitra dapat memanfaatkan kredit perbankan sesuai perundang-

undangan yang berlaku.

g. Pembinaan oleh instansi Pembina teknis baik di pusat maupun daerah bersama

perusahaan mitra untuk menyiapkan kelompok mitra agar siap dan mampu

melakukan kemitraan.

h. Pembinaan dilakukan dalam bentuk penelitian, pemecahan masalah sesuai

dengan kebutuhan para pihak, pemberi konsultasi bisnis dan temu usaha.

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun

1997, pola kemitraan dibagi kedalam lima jenis kelompok yaitu, inti plasma,

subkontrak, dagang umum, keagenan, dan waralaba (Hafsah, 2000).

1. Kemitraan inti-plasma, merupakan pola hubungan kemitraan antara

petani/kelompok tani atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan

inti yang bermitra usaha. Pola inti plasma adalah hubungan kemitraan antara

usaha kecil dengan menengah atau besar sebagai inti membina dan

mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam :

- Memberi bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi.

- Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan.

- Menyediakan sarana produksi.

- Pemberian bantuan lainnya yang dperlukan bagi peningkatan efisiensi dan

Produktivitas usaha.

Page 7: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

14

2. Kemitraan sub-kontrak, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok

mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai

bagian dari produksinya.

3. Kemitraan dagang umum, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok

mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan

mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra.

4. Kemitraan keagenan, merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra

diberi hak khusus untuk memasarkan produk usaha perusahaan mitra.

5. Kemitraan waralaba, merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok

mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan lisensi, merek

dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha

sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan

manajemen.

2.1.5 Tahap-tahap kemitraan

Mewujudkan kemitraan usaha diperlukan tahapan-tahapan agar

pelaksanaannya berjalan lancar. Tahap-tahap kemitraan usaha melibatkan

berbagai pihak, mulai dari petani, perusahaan mitra, lembaga keuangan, dan

instansi terkait atau pembina (Angsriawan, 2002: 3).

Tahap-tahap kemitraan usaha yaitu :

1. Tahap persiapan, merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta

atau petani, organisasi petani, pola kemitraan, calon perusahaan atau lembaga

mitra, serta tata cara pelaksanaan mitra.

2. Tahap sosialisasi, merupakan tahap pemahaman tentang cara kemitraan serta

saran dan tanggapan untuk penyempurnaan.

Page 8: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

15

3. Tahap pelaksanaan, merupakan tahap untuk mengetahui hak dan kewajiban

masing-masing pihak yang bermitra dan evaluasi keragaan usaha kemitraan.

2.1.6 Kelebihan dan kelemahan kemitraan

Strategi kemitraan pada dasarnya memeiliki beberapa keuntungan yaitu :

(1) Sinergi terjadi berbagai penggabungan kekuatan-kekuatan dimasing-

masing perusahaan, (2) mempercepat sistem operasi, (3) resiko yang ditanggung

secara bersama, (4) transfer teknologi di antara perusahaan, (5) memasuki pasar

perusahaan lain tanpa perlu mengeluarkan banyak biaya untuk bersaing, (6)

memperluas jangkauan pasar dengan saluran distribusi yang baru, dan (7)

memudahkan penyesuaian terhadap perubahan teknologi baru karena adanya

akses pasar yang semakin luas.

Kelemahan dalam strategi kemitraan pada umumnya terjadi karena

kesalahan manajemen. Adapun kelemahan dan kesulitan dalam kemitraan sering

terjadi apabila perusahaan yang bersangkutan tidak memiliki perjanjian yang tegas

dalam kerjasama ini, maka plasma akan mempergunakan apa yang akan dimiliki

oleh perusahaan initi dengan seenaknya ( Baga, dalam Gutama, 2000:9).

2.2 Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu proses dalam mengatur dan memberikan arahan

pekerjaan kepada orang-orang dalam suatu organisasi guna mencapai tujuan (John

D. Millet, dalam Gowa, 2013).

Adapun unsur-unsur dari manajemen yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan, adalah proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk

mengantisipasi kecendrungan dimasa yang akan datang dan penentuan

Page 9: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

16

strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan

organisai.

2. Pengorganisasian, adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan

taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan yang tepat dan tangguh

dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja

secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.

3. Pelaksanaan, adalah proses penerapan rencana-rencana kegiatan oleh

masing-masing fungsi satu unsur dalam organisasi. Aspek yang terpenting

dalam pada tahap pelaksanaan ini adalah aspek koordinasi dan monitoring.

4. Pengendalian, adalah proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh

rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan

dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan .

5. Efektivitas kerja sama, adalah sejauh mana output yang dihasilkan dapat

memenuhi sasaran dan tujuan manajemen, dimana ukuran efektivitas

hamper selalu digunakan untuk menggambarkan kesesuaian rencana

dengan realisasi.

2.3 Teori Usahatani

2.3.1 Pengertian usahatani

Rivai (dalam Hermanto, 1989 : 7) mendefinisikan usahatani sebgai

organisasi dari alam, tenaga kerja, dan modal yang ditunjukan kepada produksi di

lapangan pertanian dengan ketatalaksanaan yang berdiri sendiri dan sengaja

diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial baik yang

terikat genologis, politis maupun teritorial sebagai pengelolanya. Organisasi

usahatani dimaksudkan usahatani sebagai organisasi harus ada yang diorganisir

Page 10: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

17

dan ada yang mengorganisir, ada yang memimpin dan ada yang dipimpin.

Sedangkan menurut Mosher (dalam Mubyarto, 1991 : 66) usahatani adalah

himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat disuatu tempat yang diperlukan

untuk produsi pertanian.

2.3.2 Faktor-faktor produksi dalam usahatani

Pada dasarnya faktor-faktor produksi diklasifikasikan menjadi empat unsur

(Rivai, dalam Hermanto, 1989: 44) yaitu:

a. Tanah (land)

Tanah dipandang sebagai penyedia ruang untuk produksi seperti letak pabrik

dan letak proses produksi pertanian. Sebagai faktor produksi, tanah mendapat

bagian dari hasil produksi karena jasanya dalam produksi tersebut, yang

disebut dengan sewa tanah (rent).

b. Tenaga kerja (labour)

Tenaga kerja merupakan usaha fisik dan mental yang digunakan dalam

mengahsilkan barang dan jasa. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja manusia,

tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Kegiatan usahatani

memerlukan tenaga kerja pada seluruh proses produksi mulai dari persiapan

tanam sampai pasca panen.

a. Modal (capital)

Modal yaitu barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi lain

mengahsilkan produk pertanian, seperti tanah, bangunan pertanian, alat-alat

pertanian, sarana produksi, tanaman, ternak, piutang di bank, dan uang tunai.

b. Pengeloalaan atau manajemen (management)

Page 11: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

18

Manajemen yaitu kemampuan petani menetukan, mengorganisir dan

mengkordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai dan mampu

memberikan produksi pertanian seperti yang diharapkan. Produktivitas

menjadi ukuran keberhasilan dari manjemen.

2.3.3 Manajemen Usahatani

Manajemen usahatani adalah penggunaan secara efisien sumber-sumber

yang terdapat dalam keadaan terbatas meliputi ternak, tenaga kerja dan modal.

Tujuan akhir pengembangan manajemen usahatani meningkatkan taraf hidup yang

lebih tinggi. Kenaikan pendapatan merupakan tujuan jangka pendek dan ini

merupakan jalan atau cara untuk mencapai tujuan akhir. Manajemen usahatani

meliputi: perencanaan, pengaturan,pelaksanaan dan pengawasan (Herman

Sufrianata, 2012).

Widyantara (2012) dalam modul kuliahnya menyatakan kuiahnya

menyatakan bahwa manajemen merupakan kemampuan petani untuk mengelola

usahataninya sehingga tercapai prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas, mulai dari

perencanaan sampai penjualan hasil. Sedangkan usahatani adalah usaha budidaya

tanaman dan ternak pada sebidang tanah untuk menghasilkan bahan makanan.

Jadi manajemen usahatani dapat dipahami sebagai untaian kegiatan mulai dari

merencanakan, mengorganisir, mengimplementasikan, menganalisis atau

mengevaluasi, memutuskan semua faktor produksi agar proses produksi berjalan

efektif, efisien, dan menjual produk pada waktu, dan di pasar untuk memperoleh

penerimaan usahatani sesuai dengan rencana.

Prinsip-prinsip manajemen usahatani yang harus diketahui oleh petani

sebagai manajer dalam mengelola usahataninya (Widyantara, 20012) yaitu :

Page 12: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

19

1. Penentuan atau perkembangan harga input dan output

2. Kombinasi cabang usaha (tanaman dan ternak atau ikan)

3. Pemilihan cabang usaha (tanaman dan ternak atau ikan)

4. Penentuan teknik berproduksi

5. Penggunaan sarana produksi yang diperlukan

6. Penentuan penjualan hasil (pasar)

7. Menentukan kredit atau pemodalan atau pembiayaan

8. Mengetahui jumlah penerimaan dan pendapatan.

2.3.4 Biaya produksi dalam usahatani

Dalam berusahatani tentu saja kita akan mengenal yang namanya biaya

produksi, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses

produksi, baik itu biaya tenaga kerja mauppun biaya sarana produksi serta

membawanya menjadi produk (Hermanto, dalam Wulantini, 2005). Biaya

usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap

(Soekartawi, 1995) :

1. Biaya tetap (fixed cost), adalah biaya yang penggunaanya tidak habis dalam

satu masa produksi. Besarnya biaya tetap tergantung pada jumlah output yang

diproduksi dan tetap harus dikeluarkan walaupun tidak ada produksi.

Komponen biaya tetap antara lain : pajak tanah, pajak air,bangunan pertanian,

penyusutan, dan lain sebagainya.

Rumus :

FC = Px . X

Keterangan :

FC : Biaya tetap (Fixed cost)

Px : Harga Input

Page 13: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

20

X : Jumlah Input

2. Biaya tidak tetap atau biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang

besarnya sangat tergantung kepada biaya skala produksi. Komponen biaya

variabel antara lain : biaya untuk pupuk, bibit, pestisida, tenaga kerja, biaya

panen dan sebagainya.

Rumus :

VC = TC – FC

Keterangan :

VC : Biaya variabel (variabel cost)

TC : Total biaya (total cost)

FC : Biaya tetap (fixed cost)

2.3.5 Penerimaan dan pendapatan usahatani

Soekartawi (1995 : 54) menyatakan bahwa penerimaan usahatani

merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Besarnya

keuntungan petani dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

TR = Y . Py

Keterangan :

TR = Total penerimaan

Y = Jumlah output

Py = Harga output

Sedangkan pendapatan usahatani merupakan selisisih antara penerimaan

dengan semua biaya (Soekartawi (1995 : 57). Pendapatan usahatani dapat

dihitung dengan rumus :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = pendapatan petani

TR = Total revenue (total penerimaan)

Page 14: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

21

TC = Total cost (total biaya)

2.3.6 Perbandingan penerimaan dengan biaya

Analisis usahatani sering kali dipilih menjadi analisis parsial dan analisis

keseluruhan usahatani. Analisis parsial digunakan pada satu cabang usahatani,

sedangkan analisis keseluruhan usahatani dilakukan pada semua cabang usahatani.

Dalam melakukan analisis usahatani, yang sering digunakan adalah analisis R/C.

Analisis R/C merupakan analisis perbandingan antara penerimaan dengan biaya

usaha yang dikeluarkan.

Rumus :

a = R/C

R = Py . Y

C = FC + VC

Sehingga : a = {( Py . Y) / (FC +VC)}

Keterangan :

R = Penerimaan

C = Biaya

Py = Harga output

Y = Jumlah output

FC = Biaya tetap

VC = Biaya variabel

R/C = 1, artinya usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi serta kurang

efektif untuk dilaksankan. Apabila R/C > 1, maka usaha tersebut menguntungkan

dan efektif untuk dilaksankan, dan sebaliknya jika R/C < 1, maka usaha tersebut

rugi dan tidak efektif dilaksanakan.

Page 15: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

22

2.4 Tanaman Padi

Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun, tanaman

pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan afrika barat tropis dan

subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang

(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Selain Cina dan India beberapa

wilayah asal padi adalah Bangladesh Utara, Thailand, Laos, dan Vietnam.

Klasifikasi botani tanaman padi termasuk dalam divisi spermatophuta, sub

divisi angiospermae, kelas monotyledonae, keluarga gramineae (poaceae), genus

Oryza, spesies Oryza spp. Terdapat 25 spesies Oryza, yang dikenal adalah O.

sativa dengan dua subspecies yaitu Indica (padi bulu) yang ditanam di Indonesia

dan Sinica (padi cere). Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi kering (padi

gogo) yang ditanam di dataran tinggi dan padi sawah di dataran rendah yang

memerlukan penggenangan ( Arsyad S, 2010).

Pada mulanya tanaman padi di Indonesia diusahakan didaerah tanah kering

dengan sistem ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan hasil usahanya

dengan cara menagiri daerah yang curah hujannya kurang. Padi dapat tumbuh

pada ktinggian 0-1500 mdpl dengan temperatur 19-270 C, memerlukan

penyinaran matahari penuh tanpa naungan. Anginnya berpengaruh pada

penyerbukan dan pembuahan. Padi menghendaki tanah lumpur yang subur dengan

ketebalan 18-22 cm dan ph tanah 4-7.

Pola pertumbuhan tanaman padi ada tiga fase yaitu fase vegetatif, fase

generatif, dan fase pematanga gabah. Fase vegetatif dimulai dari saat

berkecambah sampai denga inisiasi primordial malai, fase generative dimuai dari

inisiasi primodial malai sampai pembugaan, dan fase pematangan gabah dimulai

Page 16: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

23

dari pembungaan sampai gabah matang. Lama fase vegetatif tidak sama untuk

setiap varietes sehingga menyebabkan terjadinya peredaran umur panen,

sedangkan fase generatif dan pematangan gabah umumnya sama untuk setiap

varieties (BPTP Bengkulu, 2007).

Menurut Manurung dan Ismunadji, (1988) Fase vegetatif ditandai dengan

pembentukan anakan yang aktif, bertambah tingginya tanaman dan daun tumbuh

secara teratur. Sedang lama fase reproduktif dan pematangan gabah dpengaruhi

oleh faktor genetik yaitu masing-masing 30 hari (De Data, 1981). Fase

pertumbuhan generatif adalah pembentukan malai sampai pembungaan dan

pematangan biji. Pada fase generatif pertumbuhan dan perkembangan malai muda

meningkat dan berkembang ke atas di dalam pelepah daun bendera menyebabkan

pelepah daun bendera menggelembung (bulge). Pengembungan pelepah daun

bendera ini disebut dengan istilah bunting (BPTP Bengkulu, 2007).

Menurut Suprihatno, dkk (2003) Upaya peningkatan produksi padi

dihadapkan kepada berbagai masalah, antara lain adalah konversi lahan subur

untuk keperluan nonpertanian dan terbatasnya sumberdaya lahan dan air untuk

perluasan areal sawah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan produksi padi guna menunjang ketahanan pangan nasional adalah

meningkatkan luas panen melalui indeks pertanaman. Ditinjau dari dari segi

peningkatan produksi, perluasan areal panen meliputi peningkatan intensitas

pertanaman lebih rasional dan dapat memberikan dampak yang lebih cepat.

Namun demikian, keberhasilan peningkatan intensitas pertanaman padi tidak

hanya ditentukan oleh luas lahan sawah yang akan dikembangkan tetapi juga

terkait dengan ketersediaan air irigasi.

Page 17: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

24

2.5 Subak

Subak yang selama ini dikenal di Bali pada dasarnya adalah suatu wadah

atau organisasi tempat berhimpunnya para petani dengan tekad dan semangat

yang tinggi untuk bekerjasama secara bergotong-royong dalam upaya

mendapatkan air dengan tujuan memproduksi tanaman pangan khususnya padi

dan palawija. Seperti yang kita ketahui, irigasi adalah usaha penyediaan air dan

pengaturan air untuk menunjang pertanian. Subak dapat didefinisikan sebagai

suatu masyarakat hukum adat di Bali yang bersifat sosio-agraris-religius yang

secara historis tumbuh dan sebagai suatu dibidang tata guna air ditingkat usahatani

(menurut PP No. 23 tahun 1982 tentang irigasi).

Menurut Sutha (1978:1) Subak adalah suatu kesatuan sosial yang teratur

dimana para anggotanya merasa terikat satu sama lain karena adanya kepentingan

yang sama dalam hubunganya dengan pengairan untuk persawahan, mempunyai

pimpinan (pengurus) yang dapat bertindak kedalam maupun keluar serta

mempunyai harta baik material maupun immaterial. Kaler (1985:3) subak adalah

suatu organisasi petani sawah secara tradisional di Bali, dengan satu kesatuan

areal sawah, serta umumnya satu sumber air selaku kelengkapan pokoknya

Sutawan (2008) melakukan kajian lebih lanjtut tentang gatra religius

dalam sistem irigasi Subak. Kajian gatra religius tersebut ditunjukan dengan

adanya satu atau lebih pura bedugul (untuk memuja Dewi Sri sebagai

manifestasinya tuhan selaku Dewi kesuburan), disamping adanya sanggah pecatu

(bangunan suci) yang ditempatkan sekitar bangunan sadap (intake) pada setiap

blok atau komplek persawahaan milik petani anggota Subak. Gatra religius pada

sistem irigasi Subak merupakan cerminan konsep Tri Hita Karana yang ada

Page 18: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

25

hakekatnya terdiri dari parahyangan, palemahan, dan pawongan. Organisasi

Subak terdiri dari pengurus Subak yaitu pemimpin Subak yang disebut pekaseh

atau kelian Subak dan pangliman yaitu pemimpin setiap munduk. Pekaseh dan

pangliman harus berkonsentrasi mengurus anggotanya serta menyelesaikan

permasalahan yang terjadi di Subak.

Menurut Windia (2012) sesuai dengan prinsip-prinsip THK maka

pembangunan dan pemanfaatan artefak pada sistem Subak di Bali diarahkan

sedemikian rupa agar dapat memunculkan kebersamaan dan harmoni di kalangan

anggota Subak. Adapun artefak yang dimanfaatkan oleh sistem Subak di Bali

antara lain :

1. Bendungan (empelan)

Lokasi bangunan bendung pada dasarnya ditempatkan pada kawasan

sungai yang lokasinya paling dekat dengan hamparan sawah petani yang

bersangkutan. Pada setiap lokasi bangunan bendung di bangun sebuah pura yang

disebut pura empelan, yang dimanfaatkan sebagai tempat pelaksanaan upacara

magpag toya.

2. Saluran irigasi (telabah)

Pada dasarnya telabah merupakan saluran terbuka yang dimanfaatkan oleh

Subak yang bersangkutan untuk mengalirkan air irigasi hingga ke petak-petak

sawah petani anggota Subak.

3. Terowongan (aungan)

Terowongan akan diusahakan oleh petani bila mereka gagal

memanfaatkan secara optimal keberadaan saluran irigasi yang terbuka. Dalam

proses pembangunan terowongan, para ahli pembuat terowongan akan berusaha

Page 19: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

26

memilih lintasan terowongan pada lahan yang terdiri dari batu padas atau tanah

yang diyakini cukup keras dan kuat untuk menyangga tanah yang ada di atas

bangunan terowongan tersebut.

2. Bangunan bagi (temuku)

Bangunan bagi atau temuku pada sistem Subak pada dasarnya dibangun

dengan konsep proporsional, yaitu sejak pada bangunan bagiyang ada di hulu

hingga pada bangunan bagi irigasi menuju pada petak sawah petani (temuku

pangalapan). Unit ukuran yang digunakan adalah tektek. Tektek adalah satuan unit

air pada suatu Subak yang merupakan sistem bagi habis antara jumlah air yang

masuk ke Subak yang bersangkutan dengan jumlah luas areal sawah yang ada di

Subak yang bersangkutan. Bangunan dengan sistem numbak diterapkan pada

sistem Subak di Bali karena topografi pulau Bali yang umumnya bergelombang

(Windia, 2012).

Menurut Sutawan (2008) Subak sebagai sistem irigasi tradisional,

memiliki beberapa ciri penting antara lain sebagai berikut.

1) Mempunyai batas-batas yang jelas dan pasti menurut wilayah hidrologis

bukan wilayah administrasi desa.

2) Lembaga irigasi yang bersifat formal dan ritual keagamaan merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari manajemen irigasi Subak dan Tiap anggota Subak

memiliki one intlet dan one outlet-nya masing-masing.

3) Subak mempunyai hak otonomi dalam mengurus rumah tangganya sendiri dan

Subak memiliki satu atau lebih sumber air bersama dan satu atau lebih pura

bedugul bersama.

Page 20: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

27

4) Aktivitas-aktivitas Subak dilandasi semangat gotong royong atau tolong

menolong, saling mempercayai dan menghargai berazaskan kebersamaan dan

kekeluargaan.

5) Pengambilan keputusan dalam pengelolaan sistem irigasi Subak berlandaskan

prinsip demokrasi, keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.

2.6 Penelitian-penelitian Sebelumnya

Putra (2014) dalam penelitian yang berjudul “Kemitraan antara Peternak

Ayam Pedaging (broiler) dengan UD. Ungas Sari Utama di Desa Demulih

Kecamatan Susut Kabupaten Bangli”, dalam esensinya penelitian ini peneliti

mengkaji mekanisme pola kemitraan, hak dan kewajiban peternak dan UD.

Unggas Sari Utama, efisiensi peternak ayam dalam melakukan kemitraan dengan

UD. Unggas Sari Utama, dan kendala yang dihadapi kedua belah pihak.

Tegar (2014) dalam penelitian yang berjudul “Pola Kemitraan Agribisnis

Kopi Luwak di Desa Demulih Kecamatan Susut Kabupaten Bangli”, bertujuan

mengkaji pola kemitraan yang dilakukan oleh peternak luwak dengan CV. Sari

Alam Pegunungan, hak dan kewajiban peternak dan CV. Sari Alam Pegunungan,

dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi kedua belah pihak dalam bermitra.

Hardiansyah (2011) dalam penelitian yang berjudul “Pola Kemitraan

antara Petani Tebu dengan PT Pabrik Gula Candi Baru di Kecamatan Candi

Kabupaten Sidoarjo”, bertujuan mengkaji alasan-alasan petani tebu mengikuti

kemitraan dalam usahatani tebu, mekanisme kemitraan yang dilakukan oleh petani

tebu dengan PT pabrik gula Candi Baru, manfaat apa yang diperoleh petani tebu

dan PT Pabrik Gula Candi Baru dalam melakukan kemitraan, dan kendala-kendala

Page 21: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

28

apa yang diperoleh oleh petani tebu dan PT Pabrik Gula Candi Baru dalam

melaksanakan kemitraan.

Andriani (2009) dalam penelitian yang berjudul “Pola Kemitraan antara

PT Mitra Sinar Jaya dengan Peternak Ayam Pedaging (broiler) di Desa Siangan,

Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar”, bertujuan mengkaji mekanisme pola

kemitraan yang dikembangkan dalam kegiatan budidaya ayam pedaging pada

perusahaan PT Mitra Sinar Jaya dengan peternak di Desa Siangan, Kecamatan

Gianyra, Kabupaten Tabanan, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas bagi

peternak ayam pedaging dalam melakukan pola kemitraan dengan PT Mitra Sinar

Jaya, dan kendala yang dihadapi peternak ayam pedaging dan PT Mitra Sinar

Jaya.

Dari beberapa penelitian pola kemitraan yang ditinjau sebelumnya,

penelitian yang di lakukan saat ini adalah berbeda dengan penelitian tersebut, baik

berbeda komoditi, tempat, perusahaan atau lembaga yang di ajak bermitra.

Penelitian tentang “Pola Kemitraan Padi Sawah antara P4S Sri Wijaya dengan

Subak Batusangian, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan”,

mengkaji mengenai proses manajemen kemitraan komoditi padi sawah yang

dilakukan Petani Subak Batusangian, Desa Gubug, Kabupaten Tabanan dengan

P4S Sri Wijaya, Manfaat yang diperoleh Petani Subak Batusangian dalam

melakukan kemitraan dengan P4S Sri Wijaya, dan kendala-kendala yang dihadapi

P4S Sri Wijaya dan petani Subak Batusangian dalam melakukan kemitraan.

Page 22: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

29

2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai

masalah. Kabupaten Tabanan selama ini salah satu daerah penghasil padi terbesar

di Bali, salah satu Subak yang menjadi sentral petani padi sawah di Tabanan

berada di Desa Gubug yaitu Subak Batusangian. Berkembangnya pertanian padi

sawah di Subak Batusangian di karenakan telah menjalankan kemitraan antara

petani padi sawah di Subak Batusangian dengan suatu lembaga yaitu P4S Sri

Wijaya.

Dalam pola kemitraan ini ada beberapa hal yang akan dibahas yaitu

proses manajemen kemitraan, dimana proses manajemen ini adalah segala bentuk

dan tata cara kemitraan yang dilaksanakan oleh petani di Subak Batusangian

dengan P4S Sri Wijaya yang meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, dan efektivitas kerjasama. Manfaat merupakan segala hal yang

berguna yang diterima oleh petani Subak Batusangian dengan P4S Sri Wijaya

selama bermitra, dilihat dari aspek ekonomi dan teknis. Serta mengetahui kendala-

kendala yang dihadapi oleh masing-masing pihak dalam menjalankan kegiatan

kemitraan.

Setelah diketahui proses manajemen, manfaat, dan kendala dalam

menjalankan kegiatan kemitraan dapat diambil simpulan yang selanjutnya dapat

memberikan suatu saran atau rekomendasi untuk P4S Sri Wijaya dan petani padi

sawah Subak Batusangian. Secara skematis, alur kerangka pemikiran dapat dilihat

pada Gambar 2.1

Page 23: a. II.pdf · sebagai penerima waralaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen ... merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani,

30

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pola kemitraan P4S Sri Wijaya dengan Subak Batusangian, Desa Gubug, Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan

Usahatani Padi di Kabupaten

Tabanan

Subak Batusangian P4S Sri Wijaya

Kemitraan Petani Padi

Sawah

di Subak Batusangian

Teori dan Konsep

1. Pengertian Kemitraan

2. Konsep Usahatani

Metode Analisis

1. Metode Deskriptif

2. Metode Kuantitatif

Proses

Manajemen

Kemitraan

Manfaat

Kemitraan

Kendala

Kemitraan

Simpulan

Rekomendasi


Top Related