a-
STU DI PEM BE RIAN OBAT N O N ST E RO I DAL ANTh I N F IA M MATO RY D RU G S
PADA KASUS OSTEOARTRITIS DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE
SAMARINDA
Shafira Tamarat, Lukas D. Leatemiab, David H. Masjhoerc
'Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarindahlaboratorium
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, Samarinda
"Laboratorium llmu Bedah Fakultas Kedokteran Universltas Mulawarman, Samarinda
Korespondensi: [email protected]
Abstrak
Osteoartritis (OA) merupakan gangguan sendi kronik yang disebabkan ketidakseimbangan antara degradasi dan
sintesis rawan sendi. Keluhan pasien OA sangat beragam, tetapi gejala yang dominan adalah nyeri yang
biasanya timbul ketika bergerak dan berkurang ketlka beristirahat. Penatalaksanaan OA umumnya bersifatsimptomatik untuk menghilangkan nyeri dan memperbaiki fungsi sendi. Pasien biasanya diberikan
farmakoterapi berupa analgesik, salah satunya adalah nonsteroidol onti-inflommatory drugs (NSAID). Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) karakteristik pasien OA dan; 2) ketepatan pemberian NSAID pada
kasus OA di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda berdasarkan jenis obat dosis obaL dan diagnosis pasien.
Penelitian campuran kuantitatif dan kualitatif ini mengambil sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 150 kasus OA. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik pasien OA yang
berobat di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode 2016. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pasien OA yang diterapi NSAID terbanyak berada pada kelompok usia lebih dari
56 tahun {51,3%), lebih banyak ditemukan pada kelompok lidak overweight 166,7%t, memiliki pekerjaan yang
berisiko menyebabkan aAl7L,3%1, dan tidak memiliki penyakit penyerta .75,3%1. Ketepatan pemberian NSAID
pada 150 kasus OA didapatkan hasil tepatjenis obat 100%, tepat dosis obat 93,3%, dan tepat diagnosis pasien
95,3%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien OA yang diterapi NSAID terbanyak berada pada kelompokusia lebih dari 55 tahun, lebih banyak ditemukan pada kelompok tidak oven*eight, memiliki pekerjaan yang
berisiko menyebabkan O& dan tidak memiliki penyakit penyerta. Semua Jenis obat NSAID yang diberikan pada
kasus OA sudah tepat namun masih ada sebagian kecil pemberian NSAID yang belum tepat berdasarkan dosis
obat dan diagnosis pasien.
Kata kunci: OA, karakteristik kasus OA, ketepatan pemberian NSAID.
Abstract
Osteoarthritis (OA) is a chronic joint disorder caused by the imbalance between degradation and synthesis ofthe cartilage. The symptoms of OA vary fdrom person to person, but the most common is pain during jointmovements and less pain when at rest. The treatment is symptomatic, resulting in pain relief and improvedjoint function. Patients will be given an analgesic as the first-line pharmacotherapy, one of them is nonsteroidalanti-inflammatory drugs {NSAID}. The objectives of this study were: 1} to provide information on thecharacteristics of OA patients; 2) to evaluate NSAID drug utilization in OA patients at the Abdul Wahab
Sjahranie Hospital Samarinda based on the drug type, dosage, and medical diagnosis. This quantitative-qualitative study was done in 150 eligible OA patients as the research samples. Data were obtained frompatients' medical records who were diagnosed with OA in Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda in 2016.
The results showed that most patients were in the age range of 55 and above (51,3%), mostly found in thegroup of non-ovenreight patients 166,7%1, workers with high risk jobs for OA 171,,3%1, and patients withoutcomorbidities (79,3%). The evaluations of the drug utilization study were 100% patients received proper type ofNSAID, 93,3% patients received proper drug dosage, and 95,3% patients received proper therapy for their
Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 4(11 29
-
medical diagnosis. The conclusion of this study showed that most patients were in the age range of 55 and
above, in the group of non-overweight patients, worked at high risk jobs for OA, and had no comorbidities. The
drug utilization study showed that all patients received the proper types of NSAID, although there were stillminority of patients who received inappropriate therapy based on drug dosage and medical diagnosis.
Keywords: OA, characteristics of OA patients, drug utilization study of NSAID in OA patient
PENDAHUIUAN
Keluhan muskuloskeletal merupakan salah satu
geJala klinis yang cukup sering dikeluhkan oleh
pasien. Salah satu masalah muskuloskeletal yang
cukup sering ditemui adalah osteoartritis (OA).1 OA
adalah gangguan sendi kronik yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara degradasi dan sintesis
rawan sendi serta matrik ekstraseluler, kondrosit
dan tulang subkondral pada usia tua.2 OA paling
sering mengenai lutut, panggul, tulang belakang dan
pergelangan kaki.1
Prevalensi penyakit ini meningkat tajam seiring
dengan bertambahnya usia,2 oA diketahui dialami
sepertiga populasi di atas usia 65 tahun dan
merupakan satu dari lima penyebab disabilitas
utama pada populasi usla lanjut di Amerika Serikat
OA. Ite Nstional Arthritls Doto Work 6roup dengan
menggunakan The First Notlonol Health and
Nutritional Exominotion Survey (HANES l)
meramalkan bahwa pada tahun 2020 diperkirakan
18,2% masyarakat Amerika akan menderita OA.3
Pasien OA di lndonesia yang menderita cacat
karena OA diperkirakan mencapai 1 sampai 2 juta
orang lanjut usia. Prevalensi OA lutut secara
radiologis di lndonesia cukup tinggi, yaitu mencapai
15.5% pada pria dan 1,2.7% pada wanita yang
berumur antara 4&60 tahun.a Data di lndonesia,
diketahui sekitar 55,7yo pasien di Poliklinik
Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo,
Jakarta didiagnosis menderita salah satu jenis OA.3
OA merupakan penyakit dengan progresifitas
lambat dengan etiologi yang tidak diketahui.l Namun
3O : Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2AL8; a$|
terdapat beberapa faktor risiko yang diketahui
berperan pada OA, baik faktor risiko yang tidak dapat
diubah maupun yang dapat diubah. Faktor risiko OA
yang tidak dapat diubah antara lain riwayat keluarga,
jenis kelamin, suku, dan usia. Sedangkan faktor risiko
yang dapat diubah antara lain obesitas, aktivitas fisik
berlebihan, hiperurisemia, dan diet. Selain itu,
penyakit metabolik, trauma sendi, dan kelainan
kongenital juga memegang peran sebagai faktor-
faktor risiko terjadinya OA.2's
Keluhan penderita OA sangat beragam, tetapi
umumnya gejala yang dominan adalah nyeri. Nyeri
sendi tersebut biasanya tlmbul ketika bergerak dan
berkurang ketika beristirahat.2 Nyeri pada OA juga
dapat berupa penjalaran, misalnya pada kasus OA
servikal dan lumbal.a Selain nyeri, dapat timbul pula
kekakuan sendi, keterbatasan gerak, serta
instabilitas sendi.2 Kekakuan sendi sering timbul
ketika bangun di pagi hari atau beberapa saat
setelah periode inaktif yang dapat berlangsung
secara prominen, namun seringkali hilang dalam
waktu 20 menit.s
Sampai saat ini belum ada terapi spesifik yang
dapat menyembuhkan OA. Penatalakanaan
umumnya bersifut simptomatik terutama
menghilangkan nyeri, memperbaiki gerak dan fungsi
sendi serta meningkatkan kualitas hidup. Untuk
mengurangi keluhan nyeri pada OA, pasien biasanya
diberikan nonsteroidol onti-inflammotory drugs
(NSAtD).1
NSAID merupakan analgesik yang efektif dalam
menangani geJala nyeri pada OA, baik yang diberikan
iSSN 2443-0439
secara oral maupun topikal.6 Hal tersebut didukung
oleh rekomendasi dari Perhimpunan Reumatologi
lndonesia yang menyatakan bahwa NSAID menjadi
salah satu pilihan terapi farmakologi lini pertama.l
Pemberian terapi NSAID harus dimulai dalam
dosis rendah dan dapat dinalkkan jika dosis awal
kurang efektif. Terapi NSAID dapat berisiko
menimbulkan gejala pada saluran cerna apabila
diberikan pada kelompok tertentu, seperti pasien
lanjut usia atau pasien dengan riwayat komorbid
kelainan pada saluran cerna.'
Data pasien yang terdiagnosis OA saat berobat
jalan di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda mencapai angka
238 pasien selama periode Januari hingga Desember
2016. Namun hingga saat ini masih belum ada
prosedur tetap mengenai penatalakanaan pasien
OA, baik secara farmakologi atau nonfarmakologi.
Terapi farmakotogi sering diberikan untuk
mengurangi keluhan utama pasien yang
menyebabkan pasien datang berobat yaitu nyeri
sendi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ketepatan pemberian terapi farmakologi
pada kasus OA, khususnya obat analgesik gotongan
NSAID serta rnengetahui karakteristik pasien OA
yang menerima terapi NSAID di Poliklinik Ortopedi
dan Traurnatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
campuran kuantitatif dan kualitatif, yaitu penelitian
kuantitatif untuk mengetahui karakterlstik pasien OA
dan penelitian kualitatif berupa studi literatur untuk
mengetahui ketepatan pemberian NSAID pada kasus
oA.
Data penelitian berupa data sekunder yang
diambil dari rekam medik pasien OA yang menerima
terapi NSAID di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda selama
periode 2016. Kriteria penelitian ini adalah pasien OA
dengan data rekam medis penunjang yang lengkap,
seperti data dosis pemberian obat, cara pemberian
obat, penyakit penyerta, usia pasien, berat badan
pasien, tinggi badan pasien, dan pekerJaan pasien.
Data rekam medik yang lengkap namun tidak bisa
terbaca tidak dimasukkan dalam penelitian.
Variabel penelitian ini adalah usia, lndek
Massa Tubuh (lMT), pekerjaan, penyakit penyerta,
jenis obat NSAID, dan dosis obat NSAID. Pengolahan
data menggunakan program Microsoft Word 2073
dan Microsoft Excel 2073,
HASIL DAT'I PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, pasien OA yang datang
berobat ke Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda pada
periode 2016 sebanyak 238 pasien. Namun, jumlah
pasien OA yang diterapi dengan NSAID dan sesuai
dengan kriteria penelitian adalah sebesar X50 pasien.
Tabel 1. Karakteristik Demografi Pasien OA yang
Menerima Terapi di RSUD Abdul Wahab SjahranieSamarinda Periode 2016
Ka“腱n翻k Ptten 置誂Pl鶴
庁Usia
く45 tahun
46‐55 tahun
>56 tahun
24 16
49 32,7
77 51,3
:MT
Oven″eight
Tidak Overweight
50
100
33,3
66′ 7
Pekerjaan
Berisiko OA
Tidak berisiko OA
107
43
71,3
28,7
Tabel 1 menunjukkan gambaran karakteristik
demografi pasien OA yang menerima terapi NSAID
iurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; 4(1) 31
「
a-
berdasarkan usia, lMT, dan pekerjaan. Kasus OA
terbanyak ditemukan pada kelompok usia lebih dari
56 tahun (51,3%) dan yang paling sedikit (16%)
adalah kelompok usia 45 tahun. Apabila ditinjau
berdasarkan lMT, pasien OA lebih banyak ditemukan
pada kelompok tidak overweight {66,7%}. Jenis
pekerjaan pasien OA sebagian besar termasuk ke
dalam golongan pekerjaan yang berisiko
menyebabkan O A (7 1,3%1.
Tabel 2. Jenis Pekerjaan Pasien OA yang MenerimaTerapi NSAID di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Periode 2016
Jenis PekerjaanJumlah Persentase
{n=150} (100%)
berpengaruh terhadap terapi NSAID. Sedangkan,
jenis penyakit penyerta yang lebih banyak ditemukan
adalah gastritis (15,3%).
Tabel 4. Ketepatan Terapi NSAID pada Pasien OA diRSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Periode2016
KetepatanTerapi Jumlah PersentaseNSAID {n=150} {100%)
Berdasarkan Jenis ObatTepatTidak Tepat
Berdasarkan Dosis ObatTepatTidak Tepat
Berdasarkan Diagnosis Pasien
Tepat 143
88,6
t34
0,7
0,7
o,7
100
0
150
0
・4。
10
93,36,7
95,3
Berisiko 0A
IRT
PNS
Pensiunan
Guru
Tidak berisiko OA
Swasta
Mahasiswi
Tabel 2 menunjukkan jenis pekerjaan berisiko
OA yang paling banyak ditemukan adalah ibu rumah
tangga (62%) dan yang paling sedikit adalah guru
{0,9%). Sedangkan, ienis pekerjaan yang tidak
berisiko lebih banyak ditemukan pada pekerja
swasta (26,7%).
Tabel 3. Jenis Penyakit Penyerta pada Pasien OAyang Menerima Terapi NSAID di RSUD Abdul WahabSjahranle Samarinda Periode 2016
Penyakit PenyertaJumlah Persentase
{n=150} {100%}
Tidak Tepat 7 4,7
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis obat NSAID
yang diberikan pada kasus OA di RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda sudah 100% tepat. Apabila
dilihat berdasarkan dosis obat, masih ada 6,7% kasus
OA yang belum tepat dalam pemberian dosis obat.
Data tersebut juga memperlihatkan masih ada 47%
kasus OA yang tidak tepat dalam pemberian terapi
NSAID berdasarkan diagnosis pasien.
Tabel 5. Jenis Obat NSAID yang Diberikan pada
Pasien OA di RSUD Abdul Wahab SjahranieSamarinda Periode 2016
Jenis Obat NSAIDJumlah Persentase
(a=150| tloO%l
Natrium diklofenak
Meloksikam
Asam mefenamat
Ketoprofen
Dexketoprofen
Celecoxib
Tabel 5 menunjukkan beberapa jenis obat NSAID
yang diberikan kepada pasien OA selama periode
2015. Jenis obat yang paling banyak diberikan adalah
natrium diklofenak {88,6%}, sedangkan terdapat 3
“
20
2。
1
4413,3
13,3
or7
26,7
2
4。
3
3
8
6
1
1
1Gastritis
Hipertensi
Tidak ada penyakit
penyerta
23
8
・19
15,3
5,4
79,3
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebesar 79,3%
kasus tidak memiliki penyakit penyerta yang
32 Jurnal Kedokteran Mulawarman, TALS; 4(1-| ISSN 2443-0439
「
jenis obat yang paling sedikit diberikan, yaitu
ketoprofen, dexketoprofen, dan celecoxib dengan
masing-masing persentase sebesar 0,7%.
Tabel 6. Dosis Obat NSAID yang Diberikan pada
Pasien OA di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda Periode 2015
Dosis Obat NSA:Djumlah %
〔n3150) 〔100%)
Natrium
diklofenak
Melokikam
Asam me-
fenamat
Ketoprofen
Dexketoprofen
Celecoxib
2x25 mg
2x50 mg
3x50 mg
lx15 mg
2x15 mg
3x250 mg
3x500 mg
2x100 mg
3x25 mg
lx200 mg
2′6
62
24
1,3
4
0,7
3,3
0,7
0,7
0′7
Tabel 6 menunjukkan dosis masing-masing jenis
obat NSAID yang diberikan kepada pasien OA. Pasien
OA sebagian besar diterapi dengan obat jenis
natrium diklofenak dengan dosis 2x50 mg 162%1.
Sebagian kecil pasien OA dengan masing-masing
persentase 0,7% diberikan beberapa jenis obat lain,
yaitu asam mefenamat dosis 3x250 mg, ketoprofen
dosis 2x100 mg, dexketoprofen dosis 3x25 mg, dan
celecoxib dosis 1x200 mg.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa selama
periode 2016, sebagian besar pasien oA yang
menerima terapi NSAID dl Poliklinik Ortopedi dan
Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda berada pada kelompok usia lebih dari 56
tahun, berada pada kelompok tidak overweight, dan
memiliki pekerjaan yang berisiko menyebabkan OA.
Usia merupakan salah satu faktor risiko yang
dapat menyebabkan OA. Proses penuaan menjadi
penyebab meningkatnya kelemahan sendi,
menurunnya kelenturan sendi dan menurunnya
fungsi kondrosit. Kartilago menJadl kurang sensitif
terhadap beban pada sendi, di mana pada keadaan
normal beban tersebut akan menstimulasi
pembentukan matriks sebagai respon protektif.T
Kartilago pada pasien lanjut usia memiliki
kemampuan terbatas dalam mengaktivasi faktor
pertumbuhan saat terjadi proses mekanik. Atrofi
ototjuga sering ditemukan yang akan menyebabkan
hilangnya perlindungan pada sendi saat berialan.s
Selain usia, berat badan berlebih menjadi fakor
risiko OA lain karena dapat menginduksi
penghancuran kartilago akibat cara berjalan yang
tidak tepat.e
Pada penelitian ini masih ditemukan pasien OA
yang berada pada kelompok usia 4&55 tahun dan di
bawah 45 tahun. Selain itu, sebagian besar pasien OA
juga termasuk dalam kelompok tidak overutetght.Hal
tersebut terjadi karena adanya faKor-faktor risiko
OA lain yang kemungkinan dimiliki oleh pasien,
seperti kelainan kongenital, trauma sendi, atau
pekerjaan yang menggunakan sendi secara repetitif
dalam jangka waktu lama.lo
Pada kasus OA sendi panggul, terdapat tiga
kelainan kongenital yang menjadi faktor risiko OA,
yaitu displasia kongenital, penyakit Legg-Perthes,
dan pergeseran epifisis femoral. Trauma sendi juga
dapat menyebabkan abnormalitas anatomi sehingga
berisiko menyebabkan OA, seperti robekan pada
ligamen dan struktur fibrokartilago yang melindungi
sendi.lo Penggunaan sendi secara repetitif juga
meningkatkan risiko OA. Sebagai contoh, pekerja
yang sering mengangkat alat berat berisiko
menderita OA sendi ekstremitas atas.ll Atlet lari
profesional berisiko tinggi mengalami OA sendi lutut
dan panggul.lo
Sendi sinovial normal dapat menahan beban
repetitif aktivitas seharFhari tanpa menyebabkan
OA. Namun, beban yang melebihi batas toleransi
sendi akan berisiko dalam progresifitas degenerasi
.lurnaI KedoKeran Mulawarman, 2018;4(1] 33
4
93
36
2
6
1
5
1
1
1
a-
sendi. Kontak antara beban mekanik dengan
permukaan sendi yang berlebihan dapat merusak
kartilago artikular dan tulang subkondral, sehingga
kemudlan akan mempengaruhi fungsi kondrosit.
Beberapa kondisi kinis yang dapat menyebabkan
overlooding pada kartilago, yaitu: berat badan
berlebih, olahraga yang berdampak tinggi, post-
trauma, dan hllangnya jaringan meniskus.r
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
sebagian besar terapi NSAID pada pasien OA sudah
tepat jika ditlnjau berdasarkan jenis obat, dosis obat,
dan diagnosis pasien. Semua jenis obat NSAID yang
diberikan sudah tepat, namun masih ada sebagian
kecil terapi NSAID yang belum tepat berdasarkan
dosis obat dan diagnosis pasien.
Ketepatan terapi NSAID pada kasus OA apabila
ditinjau dari jenis obat dinyatakan sudah tepat.
Semua kasus OA diberikan beberapa jenis NSAID,
baik golongan nonselektif, preferensial selekif,
maupun selektif COX-2.
Secara umum, NSAID mempunyai tiga kerja
terapeutik utama yaitu anti-inflamasi, analgesia, dan
antipiretik. Sebagai anti-infamasi, NSAID
menghambat aktivitas enzim siklooksigenase (COX)
dan menurunkan pembentukan prostaglandin (PG)
sehingga memodulasi aspek-aspek inflamasi ketika
PG bekerja sebagai mediator. Walaupun dapat
menghambat inflamasi pada OA, NSAID tidak
menghentikan perjalanan penyakit ataupun
menginduksi remisinya.r3
Sebagai analgesia, NSAID bekerja dengan cara
menurunkan sintesis PGEz sehingga dapat menekan
sensasi nyeri. PGE2 menyebabkan sensitisasi ujung
saraf terhadap kerja mediator kimiawi yang
dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi.f
Sebagai antipiretik, NSAID bekeria dengan
menggang8u sintesis dan pelepasan PGE2 serta
mengatur ulang "termostat tubuh" dengan
34 Jurnal Kedokteran Mulawarman, 2A18; a$\
meningkatkan penghilangan panas. Demam dapat
terjadi akibat sintesis PGE2 yang dirangsang ketika
agen penghasil demam endogen (pirogen); seperti
sitokin, dilepaskan dari sel darah putih yang
diaktifkan oleh infeksi, hipersensitivhas, keganasan,
atau inflamasi.B
Pemberian terapi NSAID jenis natrium
diklofenak menjadi sebagian besar pilihan dalam
penelitian ini. Hal ini disebabkan karena natrium
diklofenak akan diakumulasi di dalam cairan sinovial
sendi sehingga memiliki efek terapi yang lebih lama
dari waktu paruhnya.la Selain itu, natrium diklofenak
juga cukup aman apabila diberikan pada pasien
lanjut usia.ls Hal tersebut didukung oleh penelitian
yang menyatakan bahwa natrium diklofenak tidak
hanya efektif sebagai terapi OA pada pasien lanJut
usia, tetapi juga dapat ditoleransi oleh pasien yang
berisiko terhadap efek samping NSAID.15
Pilihan terapi asam mefenamat lebih digunakan
sebagai analgesik, karena efek anti-inflamasinya
kurang efekif apabila dibandingkan dengan NSAID
jenis lain.ra Asam mefenamat secara cepat diabsorpsi
setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma
dicapai dalam waktu 2-4 jam dan waktu paruh
eliminasi asam mefenamat sekitar 2 jam.rl
Ketoprofen yang juga menjadi salah satu pilihan
terapi pada penelitian ini sudah tepat karena dapat
mengendalikan tanda dan gejala OA. Ketoprofen
mengurangi terjadinya nyeri, pembengkakan sendi,
dan kekakuan pada pagi hari.s Derivat asam
propionat ini memiliki efektivitas seperti ibuprofen
dengan sifat anti-inflamasi sedang.la
Pilihan terapi meloksikam pada kasus OA sudah
tepat karena memlliki waktu paruh yang panjang
sehingga dapat diberikan hanya satu kali sehari. Efek
samping berupa iritasi saluran cerna lebih sedikit
ditemukan dibanding golongan okikam lainnya
karena pemberian dosis tunggal yang lebih rendah.13
iSSN 2443-0439
a-
Meloksikam termasuk dalam golongan preferensial
selektif yang lebih cenderung menghambat COX-2
dari COX-1.14 Konsentrasi melokikam yang
ditemukan pada cairan sinovial berkisar antara 40-
50% dari plasma.l'
Sebagian besar pasien OA sudah diberikan dosis
obat NSAID dengan tepat. Mayoritas pasien diterapi
dengan NSAID jenis natrium diklofenak dosis 2x50
mg dan dosis 3x50 mg. Hal ini sesuai dengan anjuran
dosis obat natrium diklofenak, yaitu 1fi)-150 mg/hari
terbagi dalam dua atau tiga dosis.il Anjuran lain juga
menyatakan hal serupa bahwa penggunaan dosis
natrium diklofunak oral yaitu 100-200 mglhari dalam
beberapa dosis terbagi.lt Namun pada penelitian inl
juga ditemukan sebagian kecil kasus OA dengan
terapi natrium diklofenak yang tidak tepat, yaitu
dosis 2x25 mg.
Selain itu, terdapat pasien OA yang diterapi
NSAID jenis asam mefenamat dengan dosis 3x250
mg dan dosis 3x500 mg. Pemberian dosis ini sudah
tepat sesuai dengan referensi yaitu konsumsi asam
mefenamat 2-3 kali dosis 25G.500 mg/hari.tl Hal ini
juga didukung anjuran lainnya yaitu konsumsi
dengan dosis 500 mg 3 kali sehari, selama tidak lebih
dari 7 hari.le
Ketoprofen menJadi pilihan terapi lain pada
penelitian ini, yaitu diberikan dalam dosis 2x100 mg.
Terapi ini sudah sesuai dengan anjuran konsumsi
ketoprofen dosis 2 kali 100 mg/hari,ta Hal serupa
didukung dengan anjuran lain yaitu penggunaan
ketoprofen dosis 50-75 mB, tiga sampai empat kali
sehari.s Selain ketoprofen, jenis dexketoprofen juga
menjadi pilihan dalam penelitian ini. Dexketoprofen
yang diberikan dalam dosis 3x25 mg ini sudah tepat
menurut anjuran, yaitu dosis dexketoprofen sebesar
50 mg setiap 8-L2 jam, tidak boleh melebihi 150
mlhari.0
Salah satu NSAID golongan COX-Z selective
yaitu celecoxib juga menjadi pilihan terapi. Dosis
yang diberikan sebesar 1x2OO mg sudah tepat
menurut anjuran yaitu dosis tunggal 200 mg/hari
atau 100 mg dua kali sehari.le Sebagian kecil kasus
OA lainnya yang sudah tepat dalam pemberian
dosisnya adalah terapi dengan meloksikam dosis
1x15 mg. Dosis ini sudah sesuai dengan anjuran
pemberian meloksikam yaitu dengan dosis 7,5-15 mg
sekati sehari.il Namun, masih ada sebagian kecil
pasien OA dengan terapi melokikam yang belum
tepat, yaitu diberikan dalam dosis 2x15 mg.
Ketidaktepatan dalam pemberian dosis NSAID
kemungkinan terjadi karena kondisi klinis pasien OA
yang memerlukan penyesuaian dosis terapi, seperti
pasien dengan berat badan berlebih, pasien lanjut
usia, atau pasien dengan gangguan organ tubuh
lainnya. Beberapa kondisi yang menyebabkan dosis
obat diberikan tidak sesuai standar yaitu keadaan
klinis pasien, pertimbangan interaksi obat, pasien
lanjut usia karena terjadi penurunan fungsi organ
seperti organ hati atau ginjal, dan adanya terapi
kombinasi obat.2o
Ketepatan pemberian terapi NSAID pada kasus
OA di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda apabila ditinjau
dari diagnosis pasien sudah sebagian besar tepat.
Namun masih ada sebagian kecil kasus pada
penelitian ini yang belum tepat pada pasien OA
dengan komorbid berupa gastritis dan hipertensi.
Pemberian NSAID bagi pasien dengan risiko
komorbid gastritis disarankan untuk diberikan juga
obat penghambat sekresi asam lambung untuk
menurunkan risiko iritasi saluran cerna. Obat
tersebut dapat berupa obat golongan proton pump
inhibitor (PPl), misoprostol, atau antagonis reseptor
H2.21 Namun pada penelitian ini masih ditemukan
.lurnal Kedokteran Mulawarman, 2018; a{1) 35
pasien oメ ヽdengan komorbid gastritis yang tidak
d:berikan obat penghambat sekresi asam!ambung.
Sebagian besar pasien OA dengan risiko
komorbid gastritis te:ah diterapi dengan kombinasi
obat yang sudah tepat′ yaitu kombinasi NSA!D
dengan antagonis reseptor H2 berupa ranitidin.Ha:
tersebut sudah tepat karena ranitidin akan
menghambat sekresi asam iambung dengan
mempengaruhi volume dan kadar pepsin cairan
lambung.Ranttidin iuga tidak menghambat absorpsi
dari NSA:D.22 selain dikombinasi dengan ranitidin′
terdapat pula pasien OA dengan risiko komorbid
gastritis yang diberikan kombinasi NSAID dan PPI
berupa omeprazoie. PP: menghambat sekresi asam
!ambung lebih kuat dari anta80nis reseptor H2
dengan cara berikatan dengan enzirn H+′ K+′ ATPase
yang dikena:sebagai pompa proton.ikatan ini akan
menghambat enzim tersebut dan prOduksi asam
!ambung akan terhenti 80‐95%.23
Selain ris:ko komorbid gastritis, terdapat puia
sebagian keci: pasien OA dengan risiko komorbid
hipertensi vang diberikan NSA:D gO10ngan
nonseiektif. Hal tersebut sudah tepat mengingat
pemberian NSA:D g。 !Ongan COX‐ 2 seiektif akan
meningkatkan risiko konnplikasi pada kardiovasku:ar.
Ketika COX‐ 2 dihambat′ asam arakidonat akan:ebih
sedikit mensintesis PG!2 dan !ebih banyak
mensintesis!eukotnen 34 dan tromboksan A2(TXA2)・
Supresi PG!2 akan meningkatkan risiko teriadinva
trombosis′ hipertensi′ aterosklerosis′ dan infark
miokard.24
VVa:aupun sebagian besar pasien oA vang
diberikan NSAI〔)sudah tepat sesuai diagnosis pasien,
namun masih ada terapl yang be:unn tepat.Sebagian
keci:kasus tersebut adalah pasien OA dengan risiko
komorbid gastritis yang hanva diberikan NSAID
g。 :Ongan nonseiektif tanpa pemberian obat‐ obatan
vang menurunkan sekresi asam !ambung. Hal
36 Jurn31 Kedokteran Muiawarn13■ ,2028:4(1)
tersebut tidak tepat karena seperti yang sudah
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, NSAID
nonselektif dapat berpotensi menyebabkan ulkus
dan merusak membran mukosa lambung.2a
SIMPUTAN
1. Usia pasien OA di Poliklinik Ortopedi dan
Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID
terbanyak berada pada kelompok usia lebih dari
56 tahun.
2. IMT pasien OA di Poliklinik Ortopedi dan
Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID
terbanyak berada pada kelompok tidak
ovenueight.
3. Pekerjaan pasien OA di Poliklinik Ortopedi dan
Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID
terbanyak adalah pekerjaan yang berisiko
menyebabkan OA.
4. Sebagian besar pasien OA di Poliklinik Ortopedi
dan Traumatologi RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda periode 2016 yang diterapi NSAID
tidak memiliki penyakit penyerta.
5. Semua jenis obat NSAID yang diberikan pada
kasus OA di Poliklinik Ortopedi dan Traumatologi
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
periode 2015 sudah tepat, namun masih ada
sebagian kecil pemberian NSAID yang belum
tepat berdasarkan dosis obat dan diagnosis
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Reumatologi lndonesia.Rekomendasi Perhimpunan Reumatologilndonesia. Diagnosis dan PenatalaksanaanOsteoartritis. 2014.
iSSN 2443-0439
ア
「
Sjamsuhidayat R., & de Jong, W. Buku Ajar llmuBedah. Jakarta: EGC;2010.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.Pharmaceutical Care untuk Pasien PenyakitArthritis Rematik. Buku Saku Penyakit ArthritisRematik.2005.
Soerosq J., lsbagio, H., Kalim, H., Broto, R., &Pramudiyo, R. Osteoartritis. Buku Ajar llmuPenyakit Dalam Edisi ke-6. Jakarta: lnternaPublishing;2014.
D. L. Kasper, A. Fauci, S. L. Hauser, D. L. Longo, J.
L. Jameson, & J. Loscalzo. Osteoarthritis.Harrison's Principles of lnternal Medicine 19thEdition. McGraw-Hill Publishing;2015.
Kidd, B. L., Langford, R, M., & Wodehouse, T.
Current Approaches in the Treatment of ArthriticPain. Arthritis Research & Therapy. 2007;9(3).
Zhang, Y., & Jordan, J. M. Epidemiology ofosteoarthritis. clin Geriatr Med. 2010;25(3):355-359.
Sacitharan, P., & Vincent, T. Cellular AgeingMechanisms in Osteoarthritis. Mamm Genome.20t6127l.:421429.
Brion, P. H., & Kalunian, K. C. Osteoarthritis.Oxford Textbook of Medicine 5th ed. OxfordPress;2010.
Felson, D. T. (2013). Osteoarthritis. ln A. S. Fauci,
& C. A. Langford, Horrison's Rheumotology, 3rd
edition [p.232). USA: McGraw-Hill Education.
Solomon, D. Warwiclq & S. Nayagam.Osteoarthritis. Apley's System of Onhopaedicsand Fractures, 9th edition. Hodder Arnold;2010.
HeUink, A., Gomoll, A., Madry, H,, Drobnic, M.,Filardo, G., Espregueira-Mendes, J., & Van Dijk, N.
Biomechanical Considerations in thePathogenesis of Osteoarthritis of the Knee. Knee
Surgery Sports Traumatology Arthroscopy.2012(20): 423-435.
13. Harvey, R. A., & Champe, P. C. Farmakologi:Ulasan Bergambar (4th ed.). E6C;2013.
14. Wilmana, P. F., & Gunawan, S. G. Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-lnflamasi Nonsteroid,dan Obat Gangguan Sendi Lainnya. Farmakologidan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologidan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitaslndonesia;2012.
15. Roberts, L. J., & Morrow, J. D. Senyawa Analgesik-Antipiretik dan Antiradang serta Obat-obat yangDigunakan dalam Penanganan Pirai. Dasar
Farmakologi Terapi Goodman & Gilman. Jakarta:EGC;2012;10(2).
15. Bakhi, R., Darekar, 8., Langdon, C., & Rotman, H.
Efficacy and Tolerability of Diclofenac Dispersiblein Elderly Patients with Osteoarthritis. US
National Library of Medicine.2008.
17. U.S. Food and Drug Administration. PONSTEL
(Mefenamic Acid Capsules, USP). 2008.
18. Boehringer lngelheim Pharmaceuticals,lnc.Meloxicam Oral Suspension: BPCA Summary.Clinical Pharmacology and Biopharmaceutics.2011.
19. Badan Pengawas Obat dan Makanan Bepubliklndonesia. Antiinflamasi Nonsteroid. Buku
Formularium Obat Nasional lndonesia. 2014.
20. Octaviana, R., Setiawan, D., & Susanti.Perbandingan lnteraksi Obat dan PermasalahanDosis pada Pasien Osteoarthritis di Dua Rumah
Sakit. Pharmacy. 2013;10(1): 99-108.
21. McAlindon, T. E., Bannuru, R. R., Sullivan, M. C.,
Arden, N. K., Berenbaum, F,, Bierma-Zeinstra, S.
M., et al. OARSI Guidelines for the Non-SurgicalManagement of Osteoarthritis. Osteoarthritis andCartllage. 2014;22:353-388.
22. Dewoto, Hedi R, Histamin dan Antialergi. Buku
Farmakologi dan Terapi FKUI Edisi 5. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2012.
9.
Jurnal KedOkteran Mulawarman′ 2018:4(1)137
23. Estuningtyas, A.′ & Arit A. Obat Lokal. BukuFarmakologi dan Terapi FKU: Edisi 5.
Jakarta,2012:281‐ 283.
24. Cronstein′ B. N.′ & Sunkureddi′ P, MechanisticAspects of :nf:ammation and Clinical
Management of in■ ammation in Acute GoutyArthritis.J Clin Rheumato:.2013,19{1):19-29.
38 Jurnal Kedokeran Mulawarman, 2O78; a{fi ISSN 2443‐ 0439