Download - 98595294-Gtc
I. PENDAHULUAN
Gigi yang hilang dapat terjadi dari suatu pencabutan atau memang sejak kecil
tidak tumbuh. Gigi tiruan dipasang sebelum terjadi perubahan-perubahan pada gigi
dan jaringan sekitarnya sehingga gigi tiruan yang dipasang benar-benar dapat
menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang.
Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan karena hilangnya gigi dalam waktu
lama dan tidak dibuatkan gigi tiruan adalah migrasi dan rotasi gigi, erupsi yang
berlebihan dari gigi antagonisnya, penurunan efisiensi pengunyahan, gangguan pada
TMJ, beban yang berlebihan pada jaringan pendukung, kebersihan mulut terganggu,
kelainan bicara, jika pada rahang bawah banyak gigi yang hilang dan tidak dibuatkan
gigi tiruan maka dapat berakibat lidah membesar (macroglossia). Apabila yang hilang
adalah gigi anterior maka akan mengurangi estetis dan gangguan pada saat berbicara.
Pada gigi posterior, kehilangan dapat menyebabkan terganggunya alat pencernaan,
karena kerja gigi anterior lebih berat.
Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih
gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi
karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung
utama dari restorasi.
Tujuan pembuatan GTC antara lain untuk memperbaiki fungsi organ kunyah
yang berkurang daya kunyahnya (fungsi mastikasi), memulihkan fungsi fonetik,
memperbaiki estetika, mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan
yang kosong karena hilangnya gigi, memelihara dan mempertahankan gusi.
Keuntungan dari pembuatan GTC adalah tidak mudah terlepas atau tertelan
dikarenakan dilekatkan pada gigi asli, dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien,
dapat dipasang kembali di dalam mulut tiap kali dilepas karena tidak mempunyai
pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada permukaan email gigi, dan dapat
melindungi gigi terhadap stress karena mempunyai efek splint, serta menguntungkan
jaringan pendukungnya karena menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan dibedakan menurut banyaknya gigi yang hilang terdiri dari gigi
tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan sebagian dibedakan menjadi gigi
tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat (GTC). Tylman (1959)
mengatakan bahwa gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas
sendiri oleh pasien maupun dokter, karena dilekatkan secara permanen pada gigi asli
atau akar gigi yang merupakan pendukung utama dari alat tersebut. Gigi tiruan cekat
disebut juga fixed bridge prosthesis atau fixed partial denture.
Menurut Ewing (1959), indikasi pembuatan GTC yakni antara lain :
1. Gigi sudah erupsi penuh, usia pasien 20-55 tahun.
2. Mempunyai struktur jaringan gigi yang sehat.
3. Oral hygiene baik.
4. Mengganti hanya beberapa gigi yang hilang (1-4 gigi).
5. Kondisi ridge dalam batas normal.
6. Processus alveolaris yang mendukung baik.
7. Gigi abutment tidak malposisi dan mampu menerima tekanan pontic, sedapat
mungkin paralel dan vital.
8. Mempunyai hubungan oklusi dan jaringan periodonsium yang baik.
9. Gigi abutment posisinya sedapat mungkin sejajar dan masih vital.
10. Pasien tidak mempunyai kebiasaan jelek.
11. Kesehatan umum dan sosial indikasi pasien baik.
12. Merupakan suatu treatment dari kasus-kasus penyakit periodontal.
Sedangkan untuk kontra indikasi GTC adalah :
1. Pasien terlalu muda atau tua
2. Struktur gigi terlalu lunak
3. Hygiene mulut jelek
4. Gigi yang harus diganti banyak
5. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi.
6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi.
7. Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat.
8. Oklusi abnormal.
9. Kesehatan umum jelek.
10. Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator.
11. Mempunyai bad habit (kebiasaan buruk).
12. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi.
Pada gigi tiruan cekat (GTC), terdiri dari 4 bagian yakni gigi
abutment,retainer,pontic dan connector.
1. Penyangga (gigi abutment)
Merupakan gigi pegangan dimana suatu bridge (jembatan) dilekatkan.
Abutment harus mempunyai daerah permukaan akar yang efektif dan tulang
pendukung yang cukup. Sebagai abutment harus gigi yang sudah full erupsi
(erupsi penuh) agar retainer tidak terangkat akibatnya timbul daerah yang tidak
tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi karies.
Gigi abutment harus dipersiapkan agar benar-benar dapat memberi dukungan
yang kuat pada GTC. Untuk menentukan jumlah gigi yang akan digunakan
sebagai abutment, digunakan Hukum Ante : ”Luas permukaan jaringan
periodontal dari gigi abutment sama atau lebih besar dari jaringan periodontal gigi
yang akan diganti”.
2. Retainer
Merupakan bangunan logam tuang yang disemen atau dilekatkan pada gigi
penyangga untuk menahan atau membantu suatu pontic. Retainer ini
menghubungkan bridge dengan abutment. Fungsi retainer adalah untuk menjaga
agar GTC tetap pada tempatnya.
Tipe – tipe retainer antara lain:
a. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di dalam
mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD
b. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau diluar
badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown
c. Tipe dalam akar.
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar. Contoh
: mahkota pasak inti.
3. Pontic/dummy
Merupakan bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan
memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting dari pontic adalah
reliability, yaitu ketahanan terhadap tekanan cairan di dalam mulut (suasana
dalam mulut). Facing pontic diharapkan selalu menempel pada bangunan logam
pontic. Facing pontic dapat dibuat dari akrilik atau porselin.
4. Connector/joint
Merupakan bagian dari GTC yang menghubungkan setiap unit dari GTC.
Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic ataupun retainer
dengan retainer. Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan pelekatan
kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) seperti kunci-kunci atau stress
breaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus dipikul
abutment).
Untuk pembuatan GTC diperlukan ronsen foto yang berguna untuk
mengetahui :
a. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi.
b. Akar yang tertinggal di alveolar.
c. Perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota.
d. Ukuran, bentuk dan posisi akar.
e. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal.
f. Adanya kelainan pada apeks akar.
Pada dasarnya dikenal beberapa tipe GTC yaitu :
a. Fixed- fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid, dapat digunakan untuk
gigi posterior dan anterior.
b. Fixed movable bridge : salah satu conector bersifat rigid, dapat digunakan
untuk gigi posterior dan anterior.
c. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan lingual
bar, digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.
d. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer
sedang ujung lainnya bebas/menggantung.
e. Compound bridge : merupakan kombinasi dua atau lebih dari bridge.
Dalam preparasi GTC dikenal empat macam finish line, antara lain:
a. Shoulderless/knife edge/tanpa pundak; bentuk ini biasanya dibuat untuk
gigi pegangan yang tipis atau pada GTC dengan retainer terbuat dari bahan
yang mempunyai kekuatan tepi yang cukup kuat.
b. Shoulder/berpundak; bentuk ini dibuat pada gigi pegangan dengan retainer
tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai
ketebalan (contoh pada resin akrilik mahkota jaket).
c. Chamfer finish line; bentuk ini biasanya digunakan untuk retainer jenis
mahkota penuh (full veneer cast crown).
d. Partial shoulder/ berpundak sebagian; bentuk ini mempunyai pundak pada
bagian bukal atau labial, kemudian akan menyempit pada daerah proksimal
dan akhirnya hilang sama sekali pada daerah palatinal/lingual.
Beberapa macam bentuk pontic adalah :
a. Saddle pontic
Merupakan pontic yang paling dapat menjamin estetika, seluruh bentuk
pontic tersebut mengganti dari seluruh bentuk gigi yang hilang.
Kekurangan bentuk ini sering menyebabkan inflamasi jaringan lunak di
bawah pontic tersebut, karena menutup seluruh edentulous ridge.
b. Ridge lap pontic
Pontic ini tidak menempel edentulous ridge pada permukaan
palatinal/lingual, sedang permukaan bukal atau labialnya menempel.
Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi
makanan, tetapi tidak mengabaikan faktor estetik, biasanya digunakan
untuk gigi anterior.
c. Hygiene pontic
Pontic ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge, sehingga self
cleansing sangat terjamin. Biasanya untuk gigi posterior bawah.
d. Conical pontic
Pontic ini hampir sama dengan hygiene pontic tetapi pada jenis ini ada
bagian yang bersinggungan dengan edentulous ridge, sering juga disebut
sebagai bullet / spheroid pontic mahkota sementara.
Alat-alat yang digunakan pada preparasi GTC terdiri atas :
1. Cylindris bur terdiri atas:
a. fissure bur
b. tappered bur
c. chamfer bur
2. Wheel bur, terdiri atas:
a. Round edge wheel bur
b. Flat discs wheel bur
3. Sand paper discs
Digunakan pada akhir preparasi agar hasil preparasi halus dan
menumpulkan sudut-sudut yang tajam .
Prosedur pembuatan GTC adalah sebagai berikut :
a. Preparasi gigi abutment, bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau
molar. Menurut Johnson (1960) pada tahap preparasi GTC dilakukan :
i. pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal
ii. pengurangan sisi proksimal
iii. preparasi permukaan labial, lingual, bukal
iv. pengurangan sudut aksial
v. membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah lepas.
b. Setelah gigi abutment dipreparasi harus dilindungi dengan mahkota
sementara ( Martanto, 1981 ) yang berfungsi untuk :
i. melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu.
ii. mencegah terjadinya elongasi dan migrasi.
iii. melindungi gusi daerah servikal.
iv. memelihara estetis.
c. Membuat model kerja.
d. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC.
e. Pembuatan facing akrilik/ porselin.
f. Pemilihan jenis pontic.
III. LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama : xxx
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : xxx
Tanggal Pemeriksaan : xxx
No Kartu : xxx
B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk membuatkan gigi tiruan
pada gigi belakang kiri bawahnya.
CC : Ingin membuatkan gigi tiruan karena tidak adanya gigi membuat
tidak nyaman dan mengganggu fungsi pengunyahan.
PI : Saat ini tidak ada keluhan rasa sakit.
PDH : Pasien pernah mencabutkan gigi geraham pertama kiri bawahnya
yang berlubang tanpa komplikasi, 7 tahun yang lalu dan gigi
geraham pertama kanan bawah 1 minggu yang lalu. Pasien pernah
membuatkan mahkota jaket pada gigi anterior atas.
PMH : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik, tidak ada riwayat
alergi obat-obatan, cuaca, maupun makanan.
FH : Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
2. Pemeriksaan Obyektif
a. Umum : Jasmani : sehat.
Rohani : kooperatif dan komunikatif.
b. Lokal : EO : Wajah : simetris, tidak ada kelainan
Pipi : simetris, tidak ada kelainan
Bibir : simetris, tidak ada kelainan
Lnn : tidak teraba.
IO : Mukosa : normal, tidak ada kelainan
Gingiva : normal, tidak ada kelainan
Lidah : normal, tidak ada kelainan
Palatum : normal, tidak ada kelainan
Frenulum : normal, tidak ada kelainan
Alveolus : normal
Gigi : 30, ukuran dan bentuk normal
OH : baik
b. Formula gigi
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
J J K K
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V
Ket :
X : Telah dicabut K : Karies J : Jaket
C. Klasifikasi
RB: Applegate Kennedy Klas VI modifikasi 1P
D. Pemeriksaan Rontgen Foto
Tidak ada kelainan di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada kelainan
disekitar gigi 35 dan 37 yang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan periodontal
sehat. Luas ligamen periodontal gigi abutment lebih besar daripada gigi yang
hilang.
IV. RENCANA PERAWATAN
Kunjungan I :
1. Anamnesa serta menjelaskan kepada pasien tentang jalannya perawatan
dalam pembuatan gigi tiruan cekat.
2. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat,
meliputi perawatan periodontal yaitu scaling.
3. Evaluasi rontgen foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan
pendukungnya.
4. Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan :
- Sendok cetak : perforated stock tray no. 2
- Bahan cetak : alginat (irreversible hydrocolloid)
- Metode : mukostatik
Pasien kehilangan gigi 36 karena pencabutan sehingga akan dibuatkan GTC
fixed-fixed bridge yang terbuat dari porcelain fused to metal dan terdiri dari
3 unit, yaitu pontic gigi 36 dengan menggunakan gigi 35 dan 37 sebagai
gigi abutment. Retainer pada gigi 35 dan 37 menggunakan tipe full crown
yang dipreparasi dengan menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed
bur). Bentuk pontic yang digunakan adalah hygiene pontic, yaitu pontic
yang bagian lingual dan fasialnya tidak menempel pada edentulous ridge.
Hal ini dimaksudkan supaya self cleansing tetap terjaga baik, biasanya tipe
pontic ini digunakan pada gigi bagian posterior bawah.
Kondisi gigi sebelum dipreparasi:
Jarak mesiodistal 35 : 7,28 mm
Jarak mesiodistal 37 : 10,6 mm
Ruang pada gigi 36 : 8,56 mm
7,28 mm 8,56 mm 10,6 mm
Rencana preparasi gigi:
Pengurangan 35
Oklusal : 1,4 mm
Bukal : 1,4 mm
Lingual : 1,4 mm
Distal : 1,8 mm
Mesial : 1,4 mm
Pengurangan 37
Oklusal : 1,4 mm
Bukal : 1,4 mm
Lingual : 1,4 mm
Mesial : 1,8 mm (mesiobukal), 1,4 mm (mesiolingual)
Distal : 1,4 mm (distobukal), 1,8 mm (distolingual)
Desain Gigi Tiruan Cekat
C C
P
A A
6,88mm 9,36 mm 10,20 mm
Keterangan :
A = Gigi abutment dengan retainer full veneer cast crown
P = Pontic ( hygiene pontic)
C = Rigid Connector
5. Membuat simulasi preparasi gigi tiruan cekat 3 unit
Study model dicetak kembali kemudian diisi dengan gips stone. Setelah
cetakan jadi, dilakukan simulasi preparasi dengan crownmess sesuai desain
yang telah dibuat. Model kerja juga disiapkan untuk pembuatan mahkota
sementara gigi tiruan cekat 3 unit dari self curing acrylic yang sewarna
dengan gigi.
Kunjungan II :
Preparasi gigi dan pontic pada gigi atau GTC 3 unit memakai bur kecepatan
tinggi. Retainer yang digunakan adalah full crown. Prinsip preparasi mengikuti
kesejajaran/paralelisme dinding-dinding aksial gigi abutment yang akan dipreparasi.
1. Langkah-langkah preparasi gigi 35 adalah sebagai berikut:
a. Pengurangan bagian oklusal
1) Menggunakan round edge wheel bur atau fissure bur pendek. Bagian
oklusal dikurangi 1,4 mm menurut bentuk permukaan oklusal dan
morfologi gigi.
2) Periksa jarak gigi dengan gigi antagonisnya menggunakan sonde.
b. Pengurangan bagian mesial
1) Pengurangan bagian mesial sebanyak 1,4 mm pada sisi bukal dan lingual
menggunakan flat disc wheel bur makan sebelah untuk menghilangkan
contact point. Setelah contact point terbuka kemudian pengurangan gigi
dilanjutkan dengan menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan
panjang atau tapered bur.
2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal
sebesar 5º.
c. Pengurangan bagian distal
1) Pengurangan bagian distal sebanyak 1,8 mm pada sisi bukal dan lingual
menggunakan flat disc wheel bur makan sebelah untuk menghilangkan
contact point. Setelah contact point terbuka kemudian pengurangan gigi
dilanjutkan dengan menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan
panjang atau tapered fissure bur.
2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal
sebesar 5º.
d. Pengurangan bagian bukal
1) Pengurangan bagian bukal sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindris
fissure bur.
2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan
proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya
3) Pemotongan pada bagian bukal dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar
5º.
e. Pengurangan bagian lingual
1) Pengurangan bagian lingual sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindris
fissure bur.
2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan
proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya
3) Pemotongan pada bagian lingual dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar
5º.
f. Pembuatan akhiran servikal :
1) Gigi diisolasi menggunakan cotton roll kemudian gingiva dikeringkan.
2) Gingival margin diretraksi menggunakan benang yang dibasahi adrenalin
kemudian dilingkarkan pada gigi pegangan, kemudian ditekan ke arah
apikal. Benang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva (dekat gingival
margin) dengan bantuan instrumen seperti sonde selama 10 menit.
Kemudian benang diangkat dari sulkus gingiva.
3) Akhiran servikal yang dibuat adalah bentuk chamfer dengan menggunakan
chamfer bur terletak di subgingiva.
g. Penghalusan hasil preparasi
Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan
undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus. Sisi-
sisi yang tajam dihaluskan menggunakan sand paper disc yang dipegang
dengan mandrel.
Langkah-langkah preparasi gigi 37 adalah sebagai berikut :
a. Pengurangan bagian oklusal :
1) pengurangan dengan menggunakan round edge wheel bur, dikurangi 1,4
mm pada sisi distal dan 1,4 mm pada sisi mesial menurut bentuk
permukaan oklusal, tidak dikurangi secara rata disesuaikan dengan bentuk
morfologi gigi, dengan terlebih dahulu membuat saluran-saluran melalui
fisur oklusal dengan bur fisur sedalam 1,4 mm.
2) periksa jarak gigi dengan antagonisnya.
b. Pengurangan bagian mesial
1) Pengurangan bagian mesial dilakukan sebanyak 1,8 mm pada sisi bukal
dan 1,4 mm pada sisi lingual. Pertama-tama menggunakan flat disc wheel
bur makan sebelah untuk menghilangkan contact point dengan gigi
tetangga. Setelah contact point terbuka kemudian pengurangan gigi
dilanjutkan dengan menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan
panjang (tapered fissure bur).
2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal
sebesar 5º.
c. Pengurangan bagian distal
1) Pengurangan bagian distal sebanyak 1,4 mm pada sisi bukal dan 1,8 mm
pada sisi lingual. Pertama-tama menggunakan flat disc wheel bur makan
sebelah untuk menghilangkan contact point dengan gigi tetangga. Setelah
contact point terbuka kemudian pengurangan gigi dilanjutkan dengan
menggunakan bur fissur kerucut yang kecil dan panjang (tapered fissure
bur).
2) Pemotongan pada bagian proksimal dibuat konvergen ke arah oklusal
sebesar 5º.
d. Pengurangan bagian bukal
1) Pengurangan bagian bukal sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindric
fissure bur.
2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan
proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya
3) Pemotongan pada bagian bukal dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar
5º.
e. Pengurangan bagian lingual
1) Pengurangan bagian lingual sebanyak 1,4 mm menggunakan cylindric
fissure bur.
2) Pengurangan meluas sampai pada garis pertemuan dengan permukaan
proksimal, jangan sampai mengenai gigi tetangganya
3) Pemotongan pada bagian lingual dibuat konvergen ke arah oklusal sebesar
5º.
f. Pembuatan akhiran servikal :
1) Gigi diisolasi menggunakan cotton roll kemudian gingiva dikeringkan.
2) Gingival margin diretraksi menggunakan benang yang dibasahi adrenalin
kemudian dilingkarkan pada gigi pegangan, kemudian ditekan ke arah
apikal. Benang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva (dekat gingival
margin) dengan bantuan instrumen seperti sonde selama 10 menit.
Kemudian benang diangkat dari sulkus gingiva.
3) Akhiran servikal yang dibuat adalah bentuk chamfer pada bagian bukal
dan lingual dengan menggunakan chamfer bur. Letak finish line ialah di
subgingiva.
g. Penghalusan hasil preparasi
Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut-
undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus. Sisi-sisi yang
tajam dihaluskan menggunakan sand paper disc dipegang dengan mandrel.
2. Setelah dipreparasi dibuat cetakan model kerja :
Sendok cetak : perforated stock tray no. 2.
Bahan cetak :elastomer
Metode :double impression.
Cara mencetak:
Cara yang dilakukan yaitu terdiri dari bahan cetak putty yang terdiri dari base
(kuning) dan katalis (biru) dengan perbandingan 1:1 diaduk dengan tangan kemudian
setelah mencapai konsistensi tertentu, bahan cetak diletakkan dalam sendok cetak.
Bahan cetak exaflex injection yang terdiri dari base (kuning) dan katalis (merah)
dengan perbandingan 1:1 diaduk diatas glass plate. Setelah mencapai konsistensi
tertentu, bahan cetak exaflex diletakkan dalam sendok cetak yang telah diberi bahan
cetak putty sebelumnya serta dipaskan dalam mulut pasien kemudian ditekan pada
daerah gigi yang dipreparasi. Setelah bahan cetak setting sendok cetak dikeluarkan
dari mulut pasien. Hasil cetakan diisi dua kali dengan glass stone. Selanjutnya model
kerja dikirim ke laboratorium untuk pemrosesan gigi tiruan cekat. Cetakan model
kerja yang satunya digunakan untuk membuat mahkota sementara.
Sebelum pasien pulang, mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit dari self
curing acrylic yang telah jadi dipasang pada pasien.
Pembuatan mahkota sementara dibuat dari self curing acrylic dengan metode indirek
sebagai berikut :
a. Gigi sebelum dipreparasi dicetak menggunakan bahan cetak elastomer (I).
b. Gigi sesudah dipreparasi dicetak menggunakan bahan cetak alginat kemudian
diisi dengan gips stone. Setelah gips stone mengeras dan dilepas dari cetakan
didapatlah model gigi setelah preparasi (II).
c. Cetakan (I) diisi dengan self curing acrylic
d. Model gigi setelah preparasi (II) dimasukkan ke hasil cetakan (I) yang telah di-
isi self curing acrylic.
e. Fiksasi sampai self curing acrylic mengeras
f. Lakukan pengurangan pada mahkota sementara tersebut dan cobakan pada
pasien
Mahkota sementara yang tidak pas dikurangi sampai benar-benar pas beroklusi
dengan gigi antagonisnya. Mahkota sementara disemen dengan semen sementara
fletcher dan larutan eugenol. Penyemenan dilakukan dengan cara:
a. Mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan, lalu
dikeringkan. Gigi yang akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan.
b. Semen diaduk sesuai konsistensinya, kemudian dioleskan pada gigi yang
dipreparasi dan bagian dalam mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit.
c. Mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan
maksimal, kemudian pasien disuruh menggigit beberapa menit.
d. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi.
e. Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada keluhan rasa
sakit segera kembali untuk dikontrol.
Kunjungan III (Try In) :
Try in atau pengepasan GTC dengan sementasi menggunakan campuran
serbuk fletcher dan larutan eugenol selama 1 minggu. Yang harus diperhatikan adalah
kontak proksimal antara GTC dengan gigi sebelahnya, pemeriksaan pada tepi GTC
tidak boleh menekan gingiva, dan pemeriksaan kontak oklusal. Dilihat retensi dan
stabilisasinya. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika try-in adalah: retensi, stabilisasi,
oklusi, dan kenyamanan pasien.
1. Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung memindahkan
gigi tiruan kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan adalah dengan cara
memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika tidak mempunyai
retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah dipasang, namun jika tidak
terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah mempunyai retensi.
2. Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang menyebabkan
perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan
berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi tiruan dengan cara
menekan bagian gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan tidak boleh
menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
3. Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.
Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas dan
bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah itu
kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada keadaan
normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan gigi. Bila
terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi traumatik oklusi
oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang bersangkutan dengan
metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini dilakukan sampai tidak terjadi
traumatik oklusi.
Kunjungan IV (Insersi) :
Satu minggu setelah pengepasan kemudian dilakukan insersi GTC dengan
sementasi menggunakan SIK tipe I. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan subjektif,
ditanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang dan dipakai.
Pemeriksaan objektif dilihat dari keadaan jaringan lunak di sekitar daerah GTC
apakah ada peradangan atau tidak, periksa retensi dan oklusi pasien. Jika tidak ada
peradangan, retensi dan oklusi pasien baik maka dilakukan penyemenan GTC.
Penyemenan GTC:
1. GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi abutment yang akan
dipasang GTC juga dikeringkan.
2. Semen diaduk untuk mendapatkan konsistensi yang baik untuk penyemenan,
kemudian dioleskan pada bagian dalam dari GTC.
3. GTC dipasang dan pasien diinstruksikan untuk dalam posisi oklusi sentrik
beberapa menit.
4. Kelebihan semen yang mengalir ke gingival diambil kemudian dibersihkan.
5. Instruksikan pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut dan diminta untuk tidak
makan atau menggigit makanan yang keras dulu.
6. Bila ada keluhan rasa sakit segera kontrol.
Setelah dilakukan penyemenan, dicek kembali retensi, stabilisasi dan oklusi
(dengan articulating paper).
Kunjungan V (Kontrol) :
Kontrol :
- Pemeriksaan subyektif : menanyakan apakah ada keluhan dari pasien setelah
GTC dipasang dan dipakai.
- Pemeriksaan obyektif : melihat keadaan jaringan lunak disekitar daerah GTC,
apakah ada peradangan atau tidak. Memeriksa retensi,
stabilisasi, dan oklusi pasien.
V. DISKUSI
Pada kasus ini pasien mengeluhkan fungsi mastikasi yang terganggu karena
hilangnya gigi 36 akibat pencabutan. Berdasarkan hasil pemeriksaan subyektif dan
obyektif, rencana perawatan untuk kasus ini yaitu pembuatan gigi tiruan cekat. Hal ini
didukung oleh pemeriksaan penunjang yaitu untuk mengetahui keadaan gigi abutment
dan jaringan pendukungnya.
Menurut hasil rontgen, pasien ini dapat dibuatkan GTC karena keadaan
jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi abutment
tidak menunjukkan suatu kelainan. Ruang pulpa gigi abutment tidak terlalu besar
sehingga preparasi tidak akan menyebabkan perforasi pulpa. Demikian pula pada
ujung akar tidak ada kelainan. Dipilih gigi 35 dan 37 sebagai abutment karena sesuai
dengan Hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi abutment hendaknya
sama atau lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi yang akan diganti.
Pada kasus ini dipilih pembuatan full crown dengan porcelein fused to metal
untuk gigi 35 dan 37 dikarenakan dapat mengatasi daya kunyah yang besar,
mempunyai respon yang baik terhadap gingiva (margin gingiva dan subgingiva) dan
pertimbangan faktor estetis (terlihat seperti struktur gigi asli). Bentuk preparasi
disesuaikan dengan arah pemasangan.
Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah hygiene pontic, yaitu
pontic yang tidak menempel pada permukaan lingual maupun pada permukaan bukal.
Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, dan
tercapainya self cleansing yang baik, tipe hygiene pontic terutama digunakan untuk
gigi tiruan cekat bagian posterior bawah.
Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik yang
dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga termasuk bridge tipe fixed-fixed
bridge. Bahan yang digunakan dalam pembuatan GTC ini adalah porcelein fused to
metal. Metal yang digunakan di sini biasanya adalah alloy nickel-chromium.
VI. PROGNOSIS
Prognosis pembuatan gigi tiruan cekat ini adalah baik, karena gigi abutment
kuat untuk mendukung GTC, jaringan pendukung sehat, kesehatan umum dan
kebersihan mulut pasien baik, serta pasien komunikatif dan kooperatif.