Download - 91895169 Anatomi Fisiologi Konjungtiva
ANATOMI DAN FISIOLOGI KONJUNGTIVA
PENDAHULUAN
Konjungtiva adalah membran mukosa yang tipis dan transparan, yang
membungkus permukaan anterior dari bola mata dan permukaan posterior dari
palpebra. Lapisan permukaan konjungtiva, yaitu lapisan epitel berhubungan dengan
epidermis dari palpebra dan dengan lapisan permukaan dari kornea, yaitu epitel
kornea. 1,2,3,4
Konjungtiva bertanggung jawab terhadap produksi mukus, yang penting
dalam menjaga stabilitas tear film dan transparansi kornea. Selain itu, konjungtiva
juga mampu melindungi permukaan okular dari patogen, baik sebagai barier fisik,
maupun sebagai sumber sel-sel infalamsi. 1,2,3
Selanjutnya, untuk lebih memahami konjungtiva, dalam Sari Pustaka ini
akan dibahas lebih lanjut tentang embriologi, anatomi dan fisiologi konjungtiva.
EMBRIOLOGI
Mata berkembang dari tiga lapisan embrional primitif, yaitu: ektoderm
permukaan, ektoderm neural, dan mesoderm. Pembentukan lapisan germinal
mesoderm terjadi pada masa-masa gestasi awal. 1,5
Secara anatomis, perkembangan konjungtiva dimulai pada stadium
pertumbuhan palpebra. Stadium differensisasi palpebra berlangsung pada minggu
ke 4-5 hingga bulan kedua masa gestasi. Stadium pertumbuhan palpebra dimulai
dengan proliferasi dari lapisan ektoderm membentuk lembaran palpebra sampai
1
menjadi satu. Pada akhirnya palpebra superior dan inferior terlihat jelas pada
minggu ke 6. Pada minggu ke-6, invaginasi optic cup menjadi lengkap dan lens
vesikel sudah terpisah dari ektoderm permukaan. Pada minggu ke 7-8 masa gestasi,
ektoderm permukaan membentuk konjungtiva. 6,7
Gambar 1. Embriologi Konjungtiva 1,5
ANATOMI
Konjungtiva dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Konjungtiva Palpebra
Pada sambungan mukokutaneus, lapisan epidermis dari kulit palpebra
berubah menjadi konjungtiva palpebra atau konjungtiva tarsal dan melanjut-kan
2
diri ke belakang melapisi permukaan posterior palpebra. Lapisan ini melekat
secara erat dengan lempeng tarsus. Pada batas superior dan inferior dari tarsus,
konjungtiva melanjutkan diri ke posterior dan melapisi jaringan episklera
sebagai konjungtiva bulbi. 1,2,3,4,8,9,10
2. Konjungtiva Forniks
Dari permukaan dalam palpebra, konjungtiva palpebra melanjutkan diri
ke arah bola mata membentuk dua resesus, yaitu forniks superior dan inferior.
Forniks superior terletak kira-kira 8-10 mm dari limbus, dan forniks inferior
terletak kira-kira 8 mm dari limbus. Pada bagian medial, struktur ini menjadi
karunkula dan plika semilunaris. Di sisi lateral, forniks terletak kira-kira 14 mm
dari limbus. Saluran keluar dari glandula lakrimal bermuara pada bagian lateral
forniks superior. 1,2,3,11
Konjungtiva forniks superior dan inferior melekat longgar dengan
pembungkus otot rekti dan levator yang terletak di bawahnya. Kontraksi otot-
otot ini akan menarik konjungtiva sehingga ia akan ikut bergerak saat palpebra
maupun bola mata bergerak. Perlekatan yang longgar tersebut juga akan
memudahkan terjadinya akumulasi cairan. 11
3. Konjungtiva Bulbi
Konjungtiva bulbi meluas dari daerah limbus ke daerah forniks. Lapisan
ini sangat tipis dan transparan sehingga sklera yang terletak di bawahnya dapat
terlihat. Konjungtiva bulbi melekat secara longgar dengan sklera sehingga
memungkinkan bola mata bergerak bebas ke segala arah. Selain itu, konjungtiva
bulbi juga melekat secara longgar dengan septum orbita pada forniks dan
3
melipat hingga beberapa kali. Selain memberikan kebebasan bola mata untuk
bergerak, hal ini juga akan memperluas permukaan sekresi konjungtiva. 1,2,3,9,10,11
Ket. Gambar : (1) Limbus, (2) Konjungtiva Bulbi, (3) Konjungtiva Forniks,(4) Konjungtiva Palpebra, (5) Pungtum Lakrimalis, (6) Konjungtiva Marginalis
Gambar 2. Anatomi Konjungtiva 12
Kurang lebih 3 mm dari limbus, perlekatan antara konjungtiva bulbi,
kapsula tenon, dan sklera menjadi erat, sehingga konjungtiva tidak dapat
diangkat dengan mudah. Garis yang terbentuk pada pertemuan antara
konjungtiva dan kornea disebut limbus konjungtiva. Ia terletak kira-kira 1 mm
anterior ke tepi kornea (limbus kornea), yang merupakan pertemuan antara
kornea dan sklera. 1,2,3,9,10,11
4
Gambar 3. Batas-batas limbus 11
Plika Semilunaris dan Karunkula
Plika Semilunaris merupakan bagian dari konjungtiva bulbi pada daerah kantus
medial yang merupakan lipatan tebal berbentuk bulan sabit yang lunak dan mudah
bergerak. Batas lateral berbentuk konkaf dan merupakan daerah yang bebas. Di
bawah lipatan tersebut terdapat ruangan kecil sedalam kira-kira 2 mm saat mata
melirik ke medial. Saat mata melirik ke lateral, ruangan tersebut akan menghilang.
Karunkula merupakan struktur epidermoid kecil semacam daging yang menempel
superfisial di sebelah medial dari plika semilunaris. Karena merupakan jaringan
peralihan antara konjungtiva dan kulit, ia mengandung elemen pigmen dan
membran mukosa. 1,4,8,11
5
Ket. Gambar : (10) Plika Semilunaris, (11) Karunkula
Gambar 4. Plika Semilunaris dan Karunkula 12
HISTOLOGI
Konjungtiva seperti halnya membran mukosa lainnya, terdiri atas dua
lapisan, yaitu :
1. Lapisan epitel bertingkat
Ketebalan lapisan epitel konjungtiva bervariasi mulai dari 2-4 lapisan
pada daerah tarsal, 6-8 lapisan pada daerah pertemuan korneoskleral, hingga 8-
10 lapisan pada daerah tepi konjungtiva. Di daerah forniks, epitel konjungtiva
berbentuk kolumnar dan berubah menjadi epitel kuboid di daerah bulbar dan
tarsal. Di limbus, epitel berubah menjadi epitel skuamous bertingkat tak
bertanduk yang akan melanjutkan diri menjadi epitel kornea 1,3,9,11
2. Lapisan Stroma (Substansia Propria)
Stroma konjungtiva dipisahkan dengan lapisan epitel konjungtiva oleh
membrana basalis. Lapisan ini dibagi atas lapisan adenoid yang terletak di
permukaan dan lapisan fibrosa yang terletak lebih dalam. Lapisan adenoid
mengandung jaringan limfoid dan pada beberapa area juga mengandung
6
struktur mirip folikel. Lapisan ini tidak berkembang hingga mencapai usia 2–3
bulan setelah kelahiran. Lapisan fibrosa tersusun atas jaringan ikat yang
mengandung pembuluh darah dan serabut saraf dan melekat pada lempeng
tarsus. 1,3,9
Substansia propria mengandung sel mast (6000/mm3), sel plasma,
limfosit, dan netrofil yang memegang peranan dalam respon imun seluler. Jenis
limfosit yang paling banyak ditemukan adalah sel T, yaitu kira-kira 20 kali lebih
banyak dibanding sel B. Selain itu, ditemukan pula IgG, IgA, dan IgM yang
terletak ekstraseluler. 3,7,13
Permukaan epitel konjungtiva ditutupi oleh mikrovili. Mikrovili
dibentuk oleh penonjolan sitoplasma yang menonjol ke permukaan sel epitel.
Ukuran diameter dan tinggi mikrovilli kira-kira 0,5 um dan 1 um. Fungsi
mikrovilli selain untuk memperluas daerah absorbsi juga untuk menjaga
stabilitas dan integritas tear film. 3
Gambar 5. Histologi Konjungtiva 12
Stem Cells Konjungtiva
Epitel konjungtiva memiliki kemampuan untuk memperbarui diri secara
konstan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya stem cells yang merupakan sumber dari
7
aktivitas miosis. Stem cells pada konjungtva bulbi dimulai dari limbus, sedangkan
stem cels pada konjungtiva palpebra dimulai dari mucocutaneus junction dan
berjalan ke arah forniks. Masing-masing memiliki dua bagian, yaitu progenitor
dimana sel-sel berproliferasi dan bagian di mana sel-sel tidak berproliferasi. Siklus
sel yang lambat membentuk sel antara yang kemudian akan berkembang menjadi
sel epitel konjungtiva yang matur. 7
Sel Goblet Konjungtiva
Sel goblet adalah sel yang relatif besar dengan ukuran kurang lebih 25 µm.
Sel ini dibentuk oleh membran yang berisi musin. Daerah basal sel goblet
mengandung nukleus, retikulum endoplasma, dan apparatus golgi. Daerah apeks
mengandung sejumlah besar granula sekretoris yang memberi bentuk yang unik
pada sel tersebut. Organel dan nukleus pada sel goblet yang telah berkembang akan
terdorong ke tepi oleh kandungan mukus di dalamnya. Lisosom, mikrosom, dan
mitokondria juga ditemukan dalam sitoplasma. 7,13
Sel goblet diketahui berperan dalam sekresi musin sejak 140 tahun yang
lalu. Sekarang kita tahu bahwa sel goblet memproduksi hingga 2,2 µL mukus dalam
sehari. Mukus ini penting dalam menjaga integritas permukaan okular, karena ia
dapat melicinkan dan melindungi sel epitel. 13
8
Gambar 6. Sel Goblet Konjungtiva 12
Sel goblet ditemukan pada lapisan tengah dan superfisial epitel dan
merupakan 15 % dari sel epitel permukaan manusia. Sel ini dapat ditemukan di
forniks inferior bagian nasal, tengah dan sedikit di daerah palpebral. Jarang
ditemukan di konjungtiva bulbi dan tidak ada di kornea. Total populasi sel goblet
berkisar antara 1000 hingga 56.000 per mm2 permukaan konjungtiva, tergantung
pada ada atau tidaknya proses inflamasi pada daerah tersebut. Sebagian besar sel
goblet melekat pada membrana basalis oleh suatu tangkai sitoplasmik yang tipis.
Sel goblet melekat dengan sel epitel tetangganya oleh desmosom. 3,13
Gambar 7. Distribusi sel goblet 13
9
Tabel 1Densitas rata-rata Sel Goblet per mm2 dengan standar deviasi 14
AREA NASAL CENTRAL TEMPORALUpper palpebral
Upper fornical
Upper bulbar
Upper limbal
Interpalpebral
Horizontal limbal
Lower limbal
Lower bulbar
Lower fornical
Lower palpebral
648±173
584±83
520±159
-
241±82
0
-
683±208
1677±326
1511±325
512±164
510±86
451±122
0
-
-
0
493±42
830±303
719±211
347±201
365±99
331±14
-
165±100
0
-
427±112
672 ±227
632 ±122
KELENJAR
Epitel konjungtiva mengandung sejumlah kelenjar yang penting untuk
mempertahankan kelembaban dan menghasilkan lapisan air mata. Kelenjar lakrimal
asesorius ditemukan pada konjungtiva forniks dan sepanjang tepi superior lempeng
tarsus. Kelenjar Krause ditemukan pada forniks superior sebanyak kira-kira 20-40
buah, sedangkan pada forniks inferior hanya 6-8 kelenjar. Kelenjar-kelejar ini
ditemukan pada jaringan ikat subkonjungtiva. Kelenjar Krause memiliki struktur
yang sama dengan kelenjar lakrimal utama yang terletak pada rongga orbita.
Kelenjar lakrimal asesorius lainnya adalah kelenjar wolfring. Kelenjar ini
ditemukan pada sepanjang tepi superior lempeng tarsus sebanyak 2 hingga 5 buah.
3,7
10
Gambar 8. Kelenjar Konjungtiva 15
VASKULARISASI
Pembuluh darah okular berasal dari arteri oftalmika, yang merupakan
cabang dari arteri karotis interna. Arteri oftalmika bercabang menjadi arteri retina
sentralis, arteri siliaris posterior, dan beberapa arteri silaris anterior. 7
Vaskularisasi konjungtiva berasal dari 2 sumber, yaitu :
1. Arteri Palpebralis
Pleksus post tarsal dari palpebra, yang diperdarahi oleh arkade marginal dan
perifer dari palpebra superior akan memperdarahi konjungtiva palpebralis.
Arteri yang berasal dari arkade marginal palpebra akan melewati tarsus,
mencapai ruang subkonjungtiva pada daerah sulkus subtarsal membentuk
pembuluh darah marginal dan tarsal. Pembuluh darah dari arkade perifer
palpebra akan menembus otot Muller dan memperdarahi sebagian besar
konjungtiva forniks. Arkade ini akan memberikan cabang desenden untuk
menyuplai konjungtiva tarsal dan juga akan mengadakan anastomose dengan
pembuluh darah dari arkade marginal serta cabang asenden yang melalui forniks
11
superior dan inferior untuk kemudian melanjutkan diri ke konjungtiva bulbi
sebagai arteri konjungtiva posterior. 3,11,14
2. Arteri Siliaris Anterior
Arteri siliaris anterior berjalan sepanjang tendon otot rektus dan memperca-
bangkan diri sebagai arteri konjungtiva anterior tepat sebelum menembus bola
mata. Arteri ini mengirim cabangnya ke pleksus perikorneal dan ke daerah
konjungtiva bulbi sekitar limbus. Pada daerah ini, terjadi anastomose antara
pembuluh darah konjungtiva anterior dengan cabang terminal dari pembuluh
darah konjungtiva posterior, menghasilkan daerah yang disebut Palisades of
Busacca. 3,11
Gambar 9. Arteri-arteri Konjungtiva 16
12
Vena-vena konjungtiva lebih banyak dibandingkan arteri konjungtiva.
Diameter vena-vena ini bervariasi dari 0,01 hingga 0,1 mm dan dapat diidentifikasi
dengan mudah. Drainase utama dari konjungtiva talsalis dan konjungtiva bulbi
langsung mengarah ke vena-vena palpebralis. Beberapa vena tarsalis mengarah ke
vena-vena oftalmikus superior dan inferior, yang akan berakhir pada sinus
kaverosus. 3,11
Gambar 10. Sistem vena Konjungtiva 17
SISTEM LIMFATIK
Konjungtiva memiliki sistem limfatik yang kaya anastomose. Sistem
limfatik pada konjungtiva berperan dalam reaksi imunologis yang terjadi pada
penyakit okular dan pasca pembedahan. Aliran limfatik yang berasal dari lateral
akan mengarah ke kelenjar limfe preaurikuler, sementara aliran limfatik yang
berasal dari medial akan mengarah ke kelenjar limfe submandibular. Pembuluh
limfe konjungtiva dibentuk oleh 2 pleksus, yaitu:
13
1. Pleksus Superfisial
Pleksus ini terdiri atas pembuluh-pembuluh kecil yang terletak di bawah kapiler
pembuluh darah. Ia menerima aliran limfatik dari area limbus.
2. Pleksus Profunda
Pleksus ini terdiri dari pembuluh-pembuluh yang lebih besar yang terletak di
substansia propria. 3,11
Gambar 11. Sistem Limfatik Konjungtiva 18
INERVASI
Inervasi sensoris konjungtiva bulbi berasal dari nervus siliaris longus, yang
merupakan cabang dari nervus nasosiliaris, cabang dari divisi oftalmikus nervus
trigeminus. Inervasi dari konjungtiva palpebral superior dan konjungtiva forniks
superior berasal dari cabang frontal dan lakrimal divisi oftalmikus nervus
trigeminus. Inervasi dari konjungtiva palpebra inferior dan konjungtiva forniks
inferior berasal dari cabang lakrimal divisi oftamikus nervus trigeminus pada dae-
rah lateral, dan dari nervus infraorbital dari divisi maksilla nervus trigeminus. 11
14
Gambar 12. Inervasi Konjungtiva 19
FLORA NORMAL KONJUNGTIVA
Pada permukaan konjungtiva terdapat sejumlah populasi bakteri dan jamur.
Walaupun memiliki jumlah yang konstan, populasi ini mengalami siklus berkelan-
jutan dengan spesies yang berulang. Pada saat kelahiran, konjungtiva dalam
keadaan steril. Namun setelah 5 hari, ia akan mendapatkan flora bakteri seperti
yang ditemukan pada orang dewasa. Flora bakteri pada kedua mata biasanya sama,
dan perubahan yang terjadi pada salah satu mata, biasanya juga akan terjadi pada
mata sebelahnya. 13
Organisme-organisme yang menghuni konjungtiva bersifat fakultatif
patogen. Mereka tidak akan menimbulkan gejala inflamasi bila hubungan parasit
dan penjamu (host) berada dalam keadaan seimbang. Bila keseimbangan ini
terganggu, maka akan timbul proses inflamasi. 13
15
Tabel 2. Flora Bakteri pada Konjungtiva 13
Frequency of Culture from Normal
Organism Conjunctiva (%)
Staphylococcus albus 91*
Diphtheroids 55
Staphylococcus aureus 25*
Streptococcus viridans 8
Bacillus group 2
Mimeae 1
Pneumococci 1
Proteus 1
Pseudomonas and miscellaneous 2
Tabel 3. Flora Jamur pada Konjungtiva 13
Frequency of Culture from Normal
Organism Conjunctiva (%)
Aspergillus 26
Candida 16
Harmodendem 11
White yeasts 10
Paecilomyces 6
Penicillium 5
Mycelia sterile 5
FISIOLOGI
Sel epitel konjungtiva sebagai sumber sekresi elektrolit dan air
Sebagaimana halnya kornea, konjungtiva juga mensekresi Na+, Cl-, dan air.
Oleh karena konjungtiva lebih banyak menempati permukaan okular dibandingkan
kornea, ia merupakan sumber potensial elektrolit dan air dalam lapisan akuous tear
16
film. Saat ini, sekresi elektrolit dan air konjungtiva sudah mulai diteliti. Informasi
terakhir menyebutkan bahwa saraf simpatis dapat memicu sekresi tersebut. 7
Mekanisme sekresi elektrolit dan air pada konjungtiva serupa dengan yang
terjadi pada glandula lakrimal dan epitel kornea. Sekresi Cl- ke dalam air mata
melalui mekanisme transport aktif konjungtiva mencapai 60%-70%. Sisanya berasal
dari absorbsi Na--glukosa dari air mata. Hal ini menunjukkan bahwa konjungtiva
juga mengabsorbsi elektrolit dan air. 7
Sel goblet konjungtiva sebagai sumber sekresi musin
Salah satu sumber utama lapisan musin pada tear film adalah sel goblet
konjungtiva. Sel goblet yang terdistribusi ke seluruh konjungtiva akan mensekresi
musin. Musin merupakan glikoprotein dengan berat molekul besar. Musin dibentuk
oleh protein yang didukung oleh rantai yang terikat dengan sejumlah karbohidrat.
Oleh karena rantai karbohidrat tersebut bersifat heterogen, maka gen-gen yang
mensintesis protein dapat digunakan untuk menentukan jenis-jenis musin yang
dihasilkan. Ada 9 jenis gen musin, mulai dari MUC1 hingga MUC8. Sel goblet
konjungtiva mensekresi MUC5AC, sedangkan sel lain di permukaan okular tidak
mensekresi jenis musin ini. 7
Musin diproduksi oleh permukaan kasar dari retikulum endoplasma dan
tertahan pada ikatan membran-granula dalam bentuk filamen. Granula-granula
tersebut akan bersatu menjadi satu bentuk droplet yang besar untuk kemudian
dikeluarkan ke permukaan melalui membran sel yang ruptur. Membran sel tersebut
akan menyusun kembali dirinya, menutup muara yang terbentuk. Sel yang telah
terpakai tadi akan beristirahat dalam jangka waktu yang bervariasi untuk kemudian
17
kembali memulai siklus sekretorisnya atau berdeskuamasi dan digantikan oleh sel
yang lain. 13
Fungsi musin :
1. Musin berperan penting dalam menjaga integritas permukaan okular oleh
karena ia melapisi dan melindungi sel epitel. Musin bekerja dengan jalan
mengurangi tegangan permukaan tear film untuk menjaga stabilitasnya.
2. Musin berperan dalam mempertahankan imunitas lokal dengan menjadi
medium tempat immunoglobulin (IgA) dan lisosim mikrobisidal melekat.
3. Musin juga berperan dalam mekanisme pembersihan mata dengan jalan
mengikat debris sel, benda asing, dan bakteri. Saat mata berkedip, ikatan ini
akan bergerak ke arah kantus medial, untuk kemudian dikeluarkan ke kulit.
4. Musin juga berperan saat terjadi respon inflamasi oleh karena ia memiliki
sistem produksi superoksida. 3
Sistem pertahanan konjungtiva terhadap infeksi
Selain bertanggung jawab terhadap produksi musin, konjungtiva juga
memiliki kemampuan yang besar dalam melawan infeksi . Hal ini dapat dipahami
oleh karena :
1. Epitel konjungtiva yang intak mencegah invasi dari mikroba
2. Konjungtiva mengandung banyak imunoglobulin
3. Adanya flora bakteri normal di konjungtiva
4. Sekresi musin oleh sel goblet konjungtiva dapat mengikat mikroba untuk
kemudian dikeluarkan melalui sistem ekskresi lakrimal
18
5. Aktivitas enzimatik konjungtiva memungkinkan jaringan ini dalam
melokalisir dan menetralisir partikel-partikel asing
6. Conjunctiva-Associated Lymphoid Tissue (CALT). 13
Penyembuhan luka konjungtiva
Insisi bedah maupun laserasi traumatik konjungtiva dengan cepat akan
memicu terjadinya respon penyembuhan luka. Epitel konjungtiva akan mengalami
penyembuhan oleh adanya migrasi sel dan proliferasi miotik. Mula-mula, sel-sel
epitel dari lapisan suprabasal bermigrasi dan saling mendekat untuk menutupi defek
yang ada. Selanjutnya, sel-sel basal melepaskan ikatannya lalu saling mendekat.
Proliferasi lapisan basal tersebut akan mengembalikan ketebalan normal dari epitel.
Dengan proses tersebut, luka seluas 1 cm2 yang terjadi pada konjungtiva akan
menyembuh dalam waktu 48 hingga 72 jam. 3
Respon penyembuhan luka pada stroma konjuntiva mirip dengan yang
terjadi pada jaringan berpembuluh darah di daerah tubuh yang lain. Penyembuhan
luka pada lapisan stroma terjadi dalam 4 tahapan, yaitu:
1. Fase Bekuan
Fase ini terjadi dengan cepat, segera setelah terbentuknya luka pada
konjungtiva. Ia ditandai dengan terjadi konstriksi pembuluh darah dan
keluarnya sel-sel darah dan protein plasma (fibrinogen, fibronektin, dan
plasminogen). Matriks fibrin-fibronektin akan terbentuk saat darah atau plasma
ekstraseluler bertemu dengan faktor-faktor jaringan tersebut.
2. Fase Proliferasi
19
Pada fase ini, fibroblas, kapiler-kapiler baru, serta sejumlah sel-sel inflamasi
seperti monosit dan makrofag akan bermigrasi ke arah bekuan yang terbentuk
dan bereplikasi. Fibroblas berasal dari tepi luka, jaringan subkonjungtiva, dan
episklera.
3. Fase Granulasi
4. Fase Kolagen
Fase kolagen ditandai dengan terjadinya agregasi molekul tropokolagen untuk
membentuk fibril kolagen imatur (kolagen tipe III) yang akan berkembang
menjadi kolagen matur (kolagen tipe I). Pada akhirnya kapiler-kapiler dan
fibroblas akan menghilang meninggalkan jaringan parut yang tebal dan padat.
3,13
PENUTUP
Konjungtiva adalah membran mukosa tipis dan transparan yang melapisi
permukaan anterior bola mata (konjungtiva bulbi), forniks superior dan inferior
(konjungtiva forniks), dan permukaan posterior palpebra (konjungtiva palpebra).
Konjungtiva mengandung sel goblet yang berfungsi dalam produksi mukus yang
merupakan salah satu lapisan tear film. Selain itu, konjungtiva juga memiliki fungsi
dalam melindungi mata dari patogen melalui mekanisme pertahanan fisik, biokimia,
dan imunologis.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asburg T, Paul Riodan-Eva. Anatomi and Embriologi of The Eye
in : General Ophthalmology. 16th Edition. Mc. Graw Hill Companies. USA.
2004: 5-6, 25-27.
2. Liesegang. TJ, Skuta GL, Contor LB. Anatomy and Embriology of the Eye in:
Fundamental and Principles of Ophthalmology. Section 2. American Academy
of Ophthalmology. San Franscisco. 2008-2009: 36.
3. Pepperl JE, et al. Conjungtiva in : Duane’s Clinical Ophalmologi (CD-ROM).
Philadelphia Lippincot William and Wilkins Publisher. 2003.
4. Lang GK. Conjuctiva in : Ophthalmology A Pocket Textbook Atlas. 2nd
Edition. Thieme. New York. 2006: 67-69.
5. Cook CS. Prenatal Development of the Eye and Its Adnexa in : Duane’s
Clinical Ophalmologi (CD-ROM). Philadelphia Lippincot William and Wilkins
Publisher. 2003.
6. Newell FW. Ophthalmology Principle and Concept. 6th Edition. The C>V>
Mosby Company. St Louis. Toronto. 1986.
7. Moses RA. Ophthalmic Facial Anatomy ang Physiology in: Adler’s Physiology
of the Eye. 8th Edition. The C.V. Mosby Co. St. Louis Toronto. 1987 : 23-4.
8. Friedman NJ, Kaiser PK, Trattler WB. Cornea/External Disease in : Review of
Ophthalmology. Elsevier Saunders. Philadelphia. Pennsylvania. 2005: 197.
9. Kanski JJ, Menon J. Conjunctiva in: Atlas of Clinical Ophthalmology. 3th
Edition. Mosby Elsevier. 2006: 4-6.
10. Stewart WB. Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery. American
Academy of Ophthalmolgy. San Fransisco. 1984: 75.
11.Snell RS, Lemp MA. The Ocular Appendages in: Clinical Anatomy of The Eye.
2nd Edition. Blackwell Science. 1998 : 108-114
12.http://www.missionforvisionusa.org : Anatomy of the Human Eye. 2005.
13.Records RE. The Conjungtiva and Lacrimal System in : Duane’s Clinical
Opthalmology (CD-Rom), Philadelphia Lippincot William and Wilkins
Publisher. 2003.
21
14.Rivas L, Oroza M.A, Esteban A.P, Castillo J.M. Topographical Distribution of
Ocular Surface Cells by The Use of Impression Cytology. Servicio of
Oftalmologia. Madrid. Spain. 1990. Available on :
http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/fulltext/122402204/PDFSTART
15.http://images.google.co.id/images?hl=id&um=1&sa
16.www.dartmouth.edu/.../chapter 46/46-10.HTM
17.http://en.wikipedia.org/wiki/File:Gray572.png : Ophthalmic Veins.
18.Eyelid Anatomy in : Duane’s Clinical Opthalmology (CD-Rom), Philadelphia
Lippincot William and Wilkins Publisher. 2003.
19.http://en.wikipedia.org/wiki/File:Gray777.png : Ophthalmic Nerve
22