1
PENINGKATAN KETERAMPILAN PUSTAKAWAN SEBAGAI DOSEN
DALAM PENYUSUNAN BAHAN AJAR UNTUK MENUNJANG PROSES
PEMBELAJARAN PADA JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
Oleh : Drs. Hari Santoso, S.Sos.1
Abstrak. Bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran. Penulisan bahan ajar memberikan sejumlah manfaat , yaitu (1) Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar mahasiswa, (2) tidak lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, (3) , bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, (4) Menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dosen dalam menulis bahan ajar, (5) Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara dosen dengan mahasiswa karena mahasiswa akan merasa lebih percaya kepada dosennya maupukepada dirinya; dan (6) dapat dikumpulkan menjadi buku dan dapat diterbitkan Prinsip-prinsip atau kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Prinsip relevansi, (2) Prinsip konsistensi, (3) Prinsip kecukupan, Sumber-sumber bahan ajar meliputi (1) Buku teks (2) Laporan hasil penelitian (3) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. (4) Pakar atau ahli bidang studi (5), Profesional (6) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. (7) Penerbitan berkala (8) Internet (9) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. (10). Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Komponen utama yang perlu ada dalam setiap bahan ajar adalah (1) Tinjauan mata kuliah, (2) Pendahuluan setiap bab, (3) Penyajian dalam setiap bab, (4) Penutup setiap bab, (5) Daftar pustaka dan (6) Senarai. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh dalam menyusun bahan ajar, yaitu : (1) Menulis sendiri (Starting From Scratch). (2) Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging atau Text Transformation). (3) Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text). Kata Kunci : Bahan Ajar, Pustakawan , Ilmu perpustakaan
PENDAHULUAN
Dewasa ini ilmu perpustakaaan, dokumentasi dan informasi mengalami
perkembangan yang pesat dan tuntutan kebutuhan akan pustakawan pada berbagai
institusi semakin meningkat sehingga di berbagai perguruan tinggi banyak dibuka
jurusan ilmu perpustakaan, informasi dan dokumentasi. Pembukaan jurusan ilmu
perpustakaan, dokumentasi dan informasi di berbagai perguruan tinggi (PT) telah
mendapat respons dan sambutan yang positif dari masyarakat dan hal tersebut
ditunjukkan dengan tingginya minat calon mahasiswa untuk mendaftar pada jurusan
tersebut.
1 Penulis adalah Pustakawan Madya pada Universitas Negeri Malang
2
Pada bagian lain yang menyangkut proses pembelajaran ilmu perpustakaan di
berbagai PT, banyak pustakawan yang yang dlibatkan sebagai tenaga pengajar (dosen)
karena terbatasnya tenaga fungsional akademik yang memiliki latar belakang ilmu
perpustakaan. Disamping itu keterlibatan pustakawan sebagai dosen ilmu perpustakaan
juga dilatarbelakangi suatu kenyataan bahwa proses pembelajaran di jurusan ilmu
perpustakaan tidak sekedar mengkaji ilmu perpustakaan yang bersifat teoritis namun
juga diperlukan hal-hal yang bersifat praktis dan aplikatif melalui kegiatan praktek di
lapangan dimana kehadiran seorang pustakawan sangat mutlak diperlukan.
Sesuai dengan Keputusan MENPAN Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002. dan
Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 10 Tahun 2004 Tanggal 30 Maret
2004, maka keterlibatan pustakawan sebagai tenaga pengajar (dosen) di jurusan ilmu
perpustakaan, dokumentasi dan informasi sesungguhnya merupakan kegiatan unsur
penunjang dan bukan kegiatan unsur utama yang menjadi tugas pokok
kepustakawanan yang wajib dilakukan oleh setiap pustakawan seperti
pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi;
pemasyarakatan perpusdokinfo dan pengkajian pengembangan perpusdokinfo.
Oleh sebab itu keterlibatan pustakawan sebagai dosen pada jurusan ilmu
perpustakaan dirasakan sangat penting sehingga seorang pustakawan yang menjalankan
fungsinya sebagai dosen dituntut memiliki berbagai kompetensi yang dipersyaratkan
dan salah satu kompetensi yang harus dimiliki adalah keterampilan dalam menyusun
dan mengembangkan bahan ajar.
Penyusunan dan pengembangan bahan ajar penting dilakukan dosen agar proses
pembelajaran baik yang dilakukan secara individual, kelompok maupun klasikal. lebih
efektif, efisien, dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.
Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai dosen secara baik,
namun pada kenyataannya masih banyak dosen yang belum menguasainya, sehingga
dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional.
Dampak dari pembelajaran konvensional ini antara lain aktivitas dosen lebih dominan
dan sebaliknya mahasiswa kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar.
Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang menarik karena
pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan singkat ini akan dipaparkan tentang
pentingnya peningkatan keterampilan seorang pustakawan dalam penyusunan bahan
ajar terutama pada saat menjalankan fungsinya sebagai dosen pada jurusan ilmu
perpustakaan.
3
PEMBAHASAN
A. Arti , Fungsi, Manfaat dan Peranan Bahan Ajar
Dalam Pedoman Umum Penulisan Bahan Ajar (2010) disebutkan bahwa sebelum
kegiatan pembelajaran dilaksanakan, dosen pengampu harus menyiapkan bahan
ajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Kelengkapan bahan ajar akan
membantu dosen dalam kegiatan mengajar, dan membantu mahasiswa dalam
proses belajar. Bahan ajar ikut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran.
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan dosen dalam
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Beberapa pakar dalam
bidang pendidikan memberikan batasan yang beragam tentang bahan ajar dan
keberagaman pandangan tersebut sesungguhnya dilatarbelakangi oleh perbedaan
pendekatan dalam memberikan makna bahan ajar. Berikut ini beberapa definisi tentang
bahan ajar.
Pannen (2001) mendefinisikan bahan ajar sebagai bahan-bahan atau materi
perkuliahan yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen dan mahasiswa
dalam proses perkuliahan. Bahan ajar mempunyai struktur dan urutan yang sistematis,
menjelaskan tujuan instruksional yang akan dicapai, memotivasi mahasiswa untuk
belajar, mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa dalam bentuk penyediaan
bimbingan bagi mahasiswa untuk mempelajari bahan tersebut, memberikan latihan
yang banyak bagi mahasiswa, menyediakan rangkuman dan secara umum berorientasi
pada mahasiswa secara individual (learner oriented). Biasanya bahan ajar bersifat “
mandiri “, artinya dapat dipelajari mahasiswa secara mandiri karena sistematis dan
lengkap. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/ instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. (National Center for
Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training).
Merujuk pada pandangan Ismanita (2010) yang dimaksud bahan ajar adalah
seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar. Bahan ajar
atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari mahasiswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
4
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
dosen dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di tempat pembelajaran,
misalnya di dalam kelas. Bahan yang dimaksud dapat berupa bahan tertulis maupun
bahan tidak tertulis. Bahan ajar juga dapat dimaknai sebagai seperangkat materi
yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga
tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar dengan
baik. Dengan mengadopsi pandangan Sungkono (2009) , bahan ajar dapat dijabarkan
sebagai sebagai bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan
sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan dosen dan
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun
secara urut sehingga memudahkan mahasiswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga
bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran
tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar
dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran
tertentu.
Bahan ajar yang lengkap, yang disusun secara sistematis dapat
menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran yang efektif
dan efisien diharapkan dapat menjadi wahana untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang merupakan penjabaran dari kompetensi. Bahan ajar merupakan komponen
sangat penting yang harus dipersiapkan dosen sebelum melakukan proses
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, selain komponen-komponen lain yang
dapat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran. Bahan ajar merupakan hal
penting dalam menentukan keberhasilan pada suatu sistem pendidikan, sehingga
dosen sebagai pelaksana pendidikan dituntut untuk membuat bahan ajar yang
berkualitas. Selama ini dosen hanya menggunakan buku-buku teks yang banyak
dijual oleh para penerbit yang materinya belum tentu cocok dengan kondisi
lingkungan dan kebutuhan mahasiswa, sehingga mahasiswa kurang dapat memahami
bahan ajar tersebut.
Bahan ajar yang berkualitas adalah bahan ajar yang materinya dapat menjawab
permasalahan mahasiswa untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran, artinya
dapat memberikan pengetahuan keterampilan dan sikap yang harus dipelajari
mahasiswa untuk mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar
dapat dipandang sebagai suatu pendekatan yang digunakan oleh seorang dosen
dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui tahapan-tahapan tertentu
sehingga mahasiswa dap
garis besar mengandung
dipelajari mahasiswa da
tentukan.
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sang
mahasiswa. Dosen akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas
pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi
mahasiswa, tanpa adanya bahan ajar mahasiswa akan mengalami kesulitan d
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika dosen dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal
yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran. Bahan ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi dosen,
mahasiswa, dan pada kegiatan pembelajaran.
Dengan merujuk pada Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas (2007)
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen ya
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi
mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3)
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan dosen
dalam membuat keputusan yang terkait de
aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (
(assessing).
Dalam proses pembelaja
bagi dosen, mahasiswa, dalam pembelajaran k
Dengan mengadopsi pandangan Belawati (2003) bahan ajar memiliki manfaat, yaitu :
(1) Bagi dosen ; bahan ajar bagi dosen memberikan manfaat yaitu (a) Menghemat
waktu dosen dalam mengajar. Adanya bahan ajar, mahasisw
mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga dosen
tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi, (b) Mengubah peran dosen dari seorang
pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan
maka dosen lebih bersifat memfasilitasi
perkuliahan, (c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
5
pat mengikuti proses belajar mengajar. Ba
pengetahuan, keterampilan dan sikap
alam rangka mencapai standar kompetensi
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya bagi dosen dan
mahasiswa. Dosen akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas
pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi
mahasiswa, tanpa adanya bahan ajar mahasiswa akan mengalami kesulitan d
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika dosen dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal
yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
an ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi dosen,
mahasiswa, dan pada kegiatan pembelajaran.
Dengan merujuk pada Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas (2007)
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen ya
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi
mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3)
Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan dosen
dalam membuat keputusan yang terkait dengan perencanaan (planning
aktivitas pembelajaran dan pengimplementasian (implementing), dan penilaian
Dalam proses pembelajaran , bahan ajar memberikan manfaat yang penting baik
bagi dosen, mahasiswa, dalam pembelajaran klasikal, individual maupun kelompok.
Dengan mengadopsi pandangan Belawati (2003) bahan ajar memiliki manfaat, yaitu :
bahan ajar bagi dosen memberikan manfaat yaitu (a) Menghemat
waktu dosen dalam mengajar. Adanya bahan ajar, mahasiswa dapat ditugasi
mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga dosen
tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi, (b) Mengubah peran dosen dari seorang
pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan
maka dosen lebih bersifat memfasilitasi mahasiswa dari pada penyampai
perkuliahan, (c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
Bahan ajar secara
yang harus
nsi yang telah di
at penting artinya bagi dosen dan
mahasiswa. Dosen akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas
pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi
mahasiswa, tanpa adanya bahan ajar mahasiswa akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika dosen dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal
yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas
an ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran baik bagi dosen,
Dengan merujuk pada Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas (2007)
disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai: (1) Pedoman bagi dosen yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus merupakan
substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada mahasiswa, (2) Pedoman bagi
mahasiswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran,
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/ dikuasainya, (3)
Dengan demikian, fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan kemampuan dosen
planning), aktivitas-
), dan penilaian
, bahan ajar memberikan manfaat yang penting baik
lasikal, individual maupun kelompok.
Dengan mengadopsi pandangan Belawati (2003) bahan ajar memiliki manfaat, yaitu :
bahan ajar bagi dosen memberikan manfaat yaitu (a) Menghemat
a dapat ditugasi
mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga dosen
tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi, (b) Mengubah peran dosen dari seorang
pengajar menjadi seorang fasilitator. Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran
mahasiswa dari pada penyampai materi
perkuliahan, (c) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
6
Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena dosen memiliki banyak
waktu untuk membimbing mahasiswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran,
dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena dosen tidak
cenderung berceramah, (2) Bagi mahasiswa; bahan ajar bagi mahasiswa memberikan
manfaat yaitu : (a) Mahasiswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada dosen, (b)
Mahasiswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki, (c) Mahasiswa dapat
belajar sesuai dengan kecepatan sendiri, (d) Mahasiswa dapat belajar menurut urutan
yang dipilihnya sendiri, (e) Membantu potensi untuk menjadi mahasiswa mandiri. (3)
Dalam pembelajaran klasikal; bahan ajar memberikan manfaat yaitu : (a) Dapat
dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama, (b) Dapat dijadikan
pelengkap/suplemen buku utama, (c). Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajar mahasiswa, (d) Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan
tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik
dengan topik lainnya. (4) Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memberikan
manfaat yaitu : (a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran, (b) Alat yang
digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses mahasiswa memperoleh informasi,
(c) Penunjang media pembelajaran individual lainnya. (5) Dalam Pembelajaran
Kelompok; bahan ajar memberikan manfaat, yaitu : (a) Sebagai bahan terintegrasi
dengan proses belajar kelompok, (b) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama.
Dengan demikian penulisan bahan ajar memberikan sejumlah manfaat yang dapat
diperoleh apabila seorang dosen mengembangkan bahan ajar sendiri, antara lain; (1)
Diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan
belajar mahasiswa, (2) tidak lagi bergantung kepada buku teks yang terkadang sulit
untuk diperoleh, (3) , bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan
menggunakan berbagai referensi, (4) Menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman dosen dalam menulis bahan ajar, (5) Bahan ajar akan mampu membangun
komunikasi pembelajaran yang efektif antara dosen dengan mahasiswa karena
mahasiswa akan merasa lebih percaya kepada dosennya maupukepada dirinya; dan (6)
dapat dikumpulkan menjadi buku dan dapat diterbitkan
Dengan mengadopsi pandangan Sunendar (2008) bahan ajar memiliki peranan,
yaitu : (1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai
pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan, (2)
Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan bervariasi,
sesuai dengan minat dan kebutuhan para mahasiswa, (3) Menyediakan suatu sumber
7
yang tersusun rapi dan bertahap, (4) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana
pengajaran untuk memotivasi peserta didik, (5) Menjadi penunjang bagi latihan- latihan
dan tugas- tugas praktis, (6) Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang
serasi dan tepat guna.
Adapun perbedaan bahan ajar dengan buku teks, yaitu bahan ajar merupakan
bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan dosen
dan mahasiswa dalam proses kegiatan belajar-mengajar (KBM), sementara buku teks
adalah sumber informasi yang disusun dengan urutan atau struktur berdasar bidang ilmu
tertentu.
Menurut Panenn (2001) bahan ajar berbeda dengan buku teks. Perbedaan antara
bahan ajar dengan buku teks tidak hanya terletak pada format, tata letak dan
perwajahannya, tetapi juga pada orientasi dan pendekatan yang digunakan dalam
penyusunannya. Buku teks biasanya ditulis dengan orientasi pada struktur dan urutan
berdasarkan bidang ilmu (content oriented) untuk dipergunakan oleh dosen atau guru
dalam mengajar (teaching oriented). Sangat jarang buku teks dipergunakan untuk
belajar mandiri, karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demkian,
penggunaan buku teks memerlukan dosen yang berfungsi sebagai penterjemah yang
menyampaikan isi buku tersebut bagi mahasiswa.
Perbedaan secara lebih rinci antara buku teks dan bahan ajar dikemukakan oleh
Lewis & Paine (1985) sebagaimana dikutip oleh Panenn (2001) dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
8
PERBEDAAN BUKU TEKS DAN BAHAN AJAR
No. Buku Teks No. Bahan Ajar
1 Mengasumsikan minat dari pembaca
1 Menimbulkan minat dari baca
2 Ditulis terutama untuk digunakan dosen
2 Ditulis dan dirancang untuk mahasiswa
3 Dirancang untuk dipasarkan secara luas
3 Menjelaskan tujuan instruksional
4 Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional
4 Disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel
5 Disusun secara linear 5 Struktur berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai.
6 Stuktur berdasarkan logika bidang ilmu (content)
6 Berfokus poada apemberian kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih
7 Belum tentu memberikan latihan 7 Mengakomodasi kesukaran belajar mahasiswa
8 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa
8 Selalu memberikan rangkuman
9 Belum tentu memberikan rangkuman
9 Gaya penulisan (bahasanya) komunikatif dan semi formal
10 Gaya penulisan (bahasanya) naratif tetapi tidak komunikatif
10 Kepadatan berdasarkan kebutuhan mahasiswa
11 Sangat padat 11 Dikemas untuk digunakan dalam proses instruksional
12 Dikemas untuk dijual secara umum 12 Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa
13 Tidak memilki mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pemakai
13 Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar
14 Tidak memberiukan saran-saran cara amemepelajari buku tersebut
14
Sumber : Panenn, Paulina. Dkk. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar
Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Ditjen Dikti Depdikbud
B. Penyusunan Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar, seorang pustakawan yang menjalankan fungsinya
sebagai seorang dosen harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran. Dengan mengadopsi pandangan Gafur (1994), maka
prinsip-prinsip atau kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran adalah sebagai berikut : (1) Prinsip relevansi, artinya
9
keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada
hubungannya dengan pencapaian Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) . Cara termudah ialah dengan mengajukan pertanyaan tentang kompetensi dasar
yang harus dikuasai mahasiswa. Dengan prinsip dasar ini, dosen akan mengetahui
apakah materi yang hendak diajarkan tersebut materi fakta, konsep, prinsip, prosedur,
aspek sikap atau aspek psikomotorik sehingga pada gilirannya dosen terhindar dari
kesalahan pemilihan jenis materi yang tidak relevan dengan pencapaian SK dan KD, (2)
Prinsip konsistensi, artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
mahasiswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam, (3) Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu mahasiswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
akan kurang membantu mencapai SK dan KD. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan
membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
Depdiknas (2007) merinci prosedur pengembangan bahan ajar, yaitu diantaranya
sebagai berikut : (1) Menentukan kriteria pokok pemilihan bahan ajar dengan
mengidentifikasi Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini
dikarenakan setiap aspek dalam SK dan KD jenis materi yang berbeda-beda dalam
kegiatan pembelajaran. (2) Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Materi
pembelajaran dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip dan
prosedur), aspek afektif (pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian)
serta aspek psikomotorik (gerakan awal, semi rutin, dan rutin). (3) Mengembangkan
bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan SK-KD yang telah teridentifikasi tadi, (4)
Mengembangkan sumber bahan ajar.
Adapun proses penyusunan bahan ajar menurut Panenn (2001) dapat digambarkan
sebagai berikut :
10
Sumber : Adaptasi dari Suparman, Atwi. 1990. Pokok-pokok Panduan Penulisan
Modul Universitas Terbuka. Edisi Kedua. Jakarta : Universitas Terbuka
Dengan merujuk pada pandangan Ismanita (2010), maka langkah-langkah dalam
penyusunan bahan ajar adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi aspek-aspek yang
terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau
rujukan pemilihan bahan ajar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih
dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
Merumuskan Tujuan Instruksional Umum
Melakukan Analisis Instruksional
Menentukan Perilaku Awal Mahasiswa
Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus
Menyusun Rencana Kegiatan Belajar Mengajar
Menyusun Kontrak Perkuliahan
Menyusun/Menulis Bahan Ajar
Review/Uji Lapangan
Digunakan
11
harus dipelajari atau dikuasai mahasiswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap
aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-
beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar
kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur.
Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang,
lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain
sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis
prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis
prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-
langkah dalam menentukan nomor klasifikasi bahan pustaka atau langkah-langkah
dalam pengadaan koleksi di perpustakaan PT. Materi pembelajaran aspek afektif
meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi
pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin, (2)
Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk
jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis
materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka dosen
akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi
pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut
yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai
mahasiswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan
mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi
pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda, (3)
Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., (4) Memilih sumber bahan ajar.
Setelah jenis materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan
ajar.
Sumber bahan ajar menurut Ismanita (2010) merupakan tempat di mana bahan ajar
dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, berbagai sumber dapat digunakan
untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat adalah sebagai berikut : (1) Buku teks yang
diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat
12
diperoleh wawasan yang luas, (2) Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh
lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber
bahan ajar yang aktual atau mutakhir, (3) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan
pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan
pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya, (4)
Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat
dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup,
kedalaman, urutan, dan sebagainya, (5), Profesional yaitu orang-orang yang bekerja
pada bidang tertentu. (6) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber
bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan
materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum
hanya berisikan pokok-pokok materi (7) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan,
dan bulanan yang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu
mata pelajaran, (8) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan
ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai mata pelajaran dapat diperoleh
melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (9) Berbagai jenis media
audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. (10).
Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu diingat, dalam
menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut
hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan
pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan
mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-
buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan
sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan.
Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai
kompetensi. Karena itu, hendaknya dosen menggunakan banyak sumber materi. Bagi
dosen, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan
buku penunjang yang lain.
Dalam Pedoman Umum Penulisan Bahan Ajar (2010) disebutkan bahwa susunan
bahan ajar lazimnya mengandung komponen-komponen sebagai berikut : (1)
Komponen kebahasaan mencakup: keterbacaan; kejelasan informasi; kesesuaian
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar; dan pemanfaatan bahasa
secara efektif dan efisien (2) Komponen penyajian mencakup: kejelasan tujuan
(indicator) yang ingin dicapai; urutan sajian; pemberian motivasi, daya tarik; dan
13
interaksi (pemberian stimulus dan respons), (3) Komponen kegrafikan mencakup:
penggunaan font, jenis, dan ukuran; lay out atau tata letak; ilustrasi, gambar, foto, dan
desain tampilan. Sedangkan Pannen (2001) mengemukakan bahwa komponen utama
yang perlu ada dalam setiap bahan ajar adalah : (1) Tinjauan mata kuliah, (2)
Pendahuluan setiap bab, (3) Penyajian dalam setiap bab, (4) Penutup setiap bab, (5)
Daftar pustaka dan (6) Senarai. Setiap komponen mempunyai sub-sub sendiri yang
saling berintegrasi satu sama lain. Susunan komponen-komponen dan sub-sub
komponen bahan ajar sama dengan susunan strategi perkulihan yang lazim digunakan
dosen dalam perkuliahannnya.
Legowo (2011) mengemukakan bahwa berkait fungsinya dalam proses
pembelajaran, proses penyusunan buku ajar hendaknya diawali dengan telaah
kurikulum dan penyusunan silabus matakuliah. Landasan filosofis pengembangan
kurikulum yang meliputi pendekatan pembelajaran, tujuan, isi prosedur dan pengalaman
belajar harus memperhatikan kompetensi dan kebutuhan pengguna lulusan. Unsur-unsur
yang hendaknya dipenuhi dalam bahan ajar cetak adalah, 1) Judul, 2) Kata Pengantar,
3) Daftar Isi, 4) Tinjauan matakuliah, 5) Isi/Bab, 6) Daftar pustaka, 7) Glossary,
Jawaban pertanyaan kunci dan 9) Indeks. Masing-masing unsur dapat dijelaskan
sebagai berikut : Tinjauan mata kuliah berisi deskripsi singkat dan kegunaan
matakuliah, standar kompetensi, susunan bahan ajar serta petunjuk menggunakan bahan
ajar bagi pembelajar. Isi tiap bab memuat kompetensi dasar dan indikator, deskripsi
singkat dari bab, materi, daftar bacaan tambahan, pertanyaan kunci, soal serta tugas.
Daftar pustaka berisi semua materi yang dijadikan referensi dalam penyusunan materi
bahan ajar. Glosary merupakan definisi-definis istilah penting. Ini merupakan bagian
opsional, tapi lebih baik disertakan untuk memudahkan pembelajar memahami istilah
asing/baru yang digunakan secara khusus. Jawaban pertanyaan kunci adalah semacam
kunci jawaban untuk pertanyaan kunci dalam setiap bab. Indeks merupakan daftar kata
rujukan yang diserta nomor halaman untuk memudahkan pembelajaar materi berdasar
kata yang dimaksudkan.
Berdasarkan paparan di atas, sebuah bahan ajar yang dibuat haruslah
metodologis dan sistematis. Artinya, bahan ajar itu harus bisa dibaca dan
dipahami mahasiswa dan tersusun secara bertahap dan berjenjang. Sehingga
ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat dikuasai dengan
maksimal. Oleh karena itu, tujuan bahan ajar harus dirumuskan secara jelas dan
terukur mencakup mahasiswa , dosen, dan sasarannya.
14
Bahan ajar yang diberikan kepada mahasiswa haruslah bahan ajar yang
berkualitas. Bahan ajar yang berkualitas dapat menghasilkan mahasiswa
yang berkualitas, karena mahasiswa mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas.
Kriteria bahan ajar yang berkualitas adalah : (1) Menimbulkan minat baca; (2) ditulis
dan dirancang untuk mahasiswa; (3) Menjelaskan tujuan instruksional; (4) Disusun
berdasarkan pola belajar yang fleksibel; (5) Struktur berdasarkan kebutuhan
mahasiswa; (6) Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk berlatih; (7
Mengakomodasi kesulitan mahasiswa; (8) Memberikan rangkuman; (9) Gaya
penulisan komutatif dan semi formal ;(10) Kepadatan berdasarkan kebutuhan
mahasiswa ; (11) Dikemas untuk proses instruksional; (12) Mempunyai mekanisme
untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa; (13) Menjelaskan cara
mempelajari bahan ajar.
Dengan berpedoman kepada butir-butir di atas, diharapkan kualitas
penyusunan bahan ajar dipertanggungjawabkan. Bahan ajar yang dihasilkan harus
benar-benar berguna bagi mahasiswa sehingga kemampuan berbahasa khususnya
menulis karangan deskripsi meningkat.
Berdasarkan teknologi yang digunakannya, bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu ; (1) Bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, model/maket. (2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset,
radio, piringan hitam, dan compact disk audio. (3) Bahan ajar pandang dengar
(audio visual) seperti video compact disk, film. (4 ) Bahan ajar multimedia
interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted
Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar
berbasis web (web based learning materials).
Bahan Ajar Cetak (Printed) dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika
bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan
beberapa keuntungan, yaitu : (1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi,
sehingga memudahkan bagi seorang dosen untuk menunjukkan kepada mahasiswa
bagian mana yang sedang dipelajari, (2) Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
(3)Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah, (4)
Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu,
(5) Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja, ( 6) Bahan ajar yang
baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti
menandai, mencatat, membuat
sebuah dokumen yang bernilai
mandiri .
Berbagai jenis bahan
adalah bahan tertulis y
pengetahuan mahasiswa.
statement given. Handout
Handout biasanya diamb
dengan materi yang diaj
dikuasai oleh mahasiswa
cara, antara lain denga
sebuah buku, (2) Buku.
pengetahuan buah pikiran
didapat dari berbagai c
aktualisasi pengalaman,
disebut sebagai fiksi. Buk
suatu ilmu pengetahuan
Buku yang baik adalah
baik dan mudah dim
gambar dan keterangan-
yang sesuai dengan ide
pengetahuan yang dapa
akan berisi tentang pikira
adalah sebuah buku yang
secara mandiri tanpa ata
tidak tentang: (a) Petunjuk
akan dicapai, (c) Content atau
(f) Petunjuk kerja, dapat berupa
hasil evaluasi. Sebuah m
mudah menggunakannya.
mahasiswa yang memil
menyelesaikan satu atau l
lainnya. Dengan demiki
yang akan dicapai oleh mahasiswa
15
membuat sketsa, (7) Bahan tertulis dapat dini
ng bernilai besar, (8) Pembaca dapat mengatur
ajar cetak telah populer, antara lain (1) Handout
yang disiapkan oleh seorang dosen untuk
Menurut kamus Oxford hal 389, handout
t adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh
bilkan dari beberapa literatur yang mem
ajarkan/ kompetensi dasar dan materi pokok
mahasiswa Saat ini handout dapat diperoleh d
an cara down-load dari internet, atau
. Buku adalah bahan tertulis yang me
dari pengarangnya. Oleh pengarang
cara misalnya: hasil penelitian, hasi
otobiografi, atau hasil imajinasi se
ku sebagai bahan ajar merupakan buku
hasil analisis terhadap kurikulum dalam
buku yang ditulis dengan menggunaka
mengerti, disajikan secara menarik dile
-keterangannya, isi buku juga menggamb
penulisannya. Buku pelajaran berisi
at digunakan oleh mahasiswa untuk bela
an-pikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.(3)
ng ditulis dengan tujuan agar mahasiswa
au dengan bimbingan dosen, sehingga modul
Petunjuk belajar (Petunjuk mahasiswa/dosen) (b) Kompetensi
atau isi materi, (d) Informasi pendukung, (e)
berupa Lembar Kerja (LK), (f) Evaluasi, (g) Balikan
modul akan bermakna kalau mahasiswa
. Pembelajaran dengan modul memungki
liki kecepatan tinggi dalam belajar ak
lebihkompetensi dasar dibandingkan deng
kian maka modul harus menggambarkan
mahasiswa, disajikan dengan menggunakan bahasa
inikmati sebagai
mengatur tempo secara
Handout. Handout
untuk memperkaya
handout is prepared
oleh pembicara.
miliki relevansi
kok yang harus
dengan berbagai
u menyadur dari
enyajikan ilmu
ngnya isi buku
sil pengamatan,
eseorang yang
buku yang berisi
dalam bentuk tertulis.
kan bahasa yang
engkapi dengan
barkan sesuatu
tentang ilmu
ajar, buku fiksi
seterusnya.(3) Modul. Modul
dapat belajar
modul berisi paling
Kompetensi yang
pendukung, (e) Latihan-latihan,
Balikan terhadap
dapat dengan
ngkinkan seorang
kan lebih cepat
ngan mahasiswa
kompetensi dasar
bahasa yang baik,
16
menarik, dilengkapi dengan ilustrasi, (4) Lembar kegiatan mahasiswa. Lembar
kegiatan mahasiswa adalah lembaran- lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh mahasiswa. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan
dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar
kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh mahasiswa secara baik apabila
tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi
tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada mahasiswa dapat berupa teoritis
dan atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah
artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan
tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei
tentang minat dan kebutuhan pemakai dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.
Keuntungan adanya lembar kegiatan bagi dosen adalah memudahkan dosen dalam
melaksanakan pembelajaran. Bagi mahasiswa akan memudahkan belajar secara
mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam
menyiapkannya dosen harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak
kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah kompetensi dasar yang
harus dikuasai oleh mahasiswa, (5) Brosur. Brosur adalah bahan informasi tertulis
mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya
terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan
yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau
organisasi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, BalaiPustaka,1996). Dengan
demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian
brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh mahasiswa.
Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya
yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka
brosur didesain hanya memuat satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah
brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya,
(6) Leaflet. A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched
(Webster s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa
lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya
leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan
bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan
ajar juga harus memuat m
satu atau lebih kompetensi dasar, (7)
biasanya berupa bagan si
posisi tertentu. Agar wallchart
dosen, maka wallchart
pengaturan proporsi ya
alat bantu melaksanak
didesain sebagai bahan
harus memenuhi kriteria
tentang kompetensi dasar
didik, diajarkan untuk be
Sebagai contoh wallchart
perpustakaan perguruan tinggi.
yang lebih baik dibanding
tentu saja diperlukan
sebuah atau serangkaian
pada akhirnya menguasai satu
bermakna paling tidak
mengandung sesuatu ya
Sehingga gambar tidak
atau tidak ada yang
dimengerti. Sehingga,
pengertian, (3) Lengkap,
bahannya diambil dari sum
informasi yang berakibat p
Pengembangan bahan ajar memerlukan keahlian tersendiri. Bahan ajar biasanya
disusun oleh tiga komponen utama, yaitu ahli materi, ahli instruksional dan ahli
pengembangan media. Dosen yang memiliki pengalaman mengajar cukup lama
seringkali dapat bertindak s
pengembangan media. Ini yang sering menyebabkan kesulitan dalam perancangan dan
pengemasan bahan ajar.
Berdasar teknik pengemasannya, model bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu : (1) Bahan ajar yang ditulis sendiri. Dosen dengan keahlian dalam bidang ilmu
tertentu, memiliki kemampuan menulis yang baik dan dapat memahami karakteristik
17
materi yang dapat menggiring peserta didik untuk
kompetensi dasar, (7) Wallchart. Wallchart adalah
siklus/proses atau grafik yang bermakna
wallchart terlihat lebih menarik bagi maha
didesain dengan menggunakan tata
ang baik. Wallchart biasanya masuk d
kan pembelajaran, namun dalam hal
n ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar,
sebagai bahan ajar antara lain bahwa mem
kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasa
erapa lama, dan bagaimana cara me
wallchart tentang siklus pengadaan bahan pustaka di
perpustakaan perguruan tinggi.(8) Foto/Gambar. Foto/gambar m
ndingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebaga
satu rancangan yang baik agar setelah
n foto/gambar mahasiswa dapat melakuka
i satu atau lebih kompetensi dasar Sebuah
k memiliki kriteria sebagai berikut: (1)
ang dapat dilihat dan penuh dengan
k hanya sekedar gambar yang tidak m
dapat dipelajari, (2) Gambar bermakn
si pembaca gambar benar-benar mengerti,
rasional untuk digunakan dalam proses
mber yang benar. Sehingga jangan sampai g
penggunanya tidak belajar apa-apa.
an bahan ajar memerlukan keahlian tersendiri. Bahan ajar biasanya
disusun oleh tiga komponen utama, yaitu ahli materi, ahli instruksional dan ahli
pengembangan media. Dosen yang memiliki pengalaman mengajar cukup lama
seringkali dapat bertindak sebagai ahli materi dan instruksional, tapi kurang menguasai
pengembangan media. Ini yang sering menyebabkan kesulitan dalam perancangan dan
Berdasar teknik pengemasannya, model bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat,
han ajar yang ditulis sendiri. Dosen dengan keahlian dalam bidang ilmu
tertentu, memiliki kemampuan menulis yang baik dan dapat memahami karakteristik
untuk menguasai
h bahan cetak,
a menunjukkan
mahasiswa maupun
warna dan
dalam kategori
ini wallchart
maka wallchart
miliki kejelasan
ai oleh peserta
enggunakannya.
pengadaan bahan pustaka di
memiliki makna
ai bahan ajar
selesai melihat
an sesuatu yang
gambar yang
(1) Gambar harus
informasi/data.
mengandung arti
na dan dapat
mengerti, tidak salah
s pembelajaran,
i gambar miskin
an bahan ajar memerlukan keahlian tersendiri. Bahan ajar biasanya
disusun oleh tiga komponen utama, yaitu ahli materi, ahli instruksional dan ahli
pengembangan media. Dosen yang memiliki pengalaman mengajar cukup lama
ebagai ahli materi dan instruksional, tapi kurang menguasai
pengembangan media. Ini yang sering menyebabkan kesulitan dalam perancangan dan
Berdasar teknik pengemasannya, model bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat,
han ajar yang ditulis sendiri. Dosen dengan keahlian dalam bidang ilmu
tertentu, memiliki kemampuan menulis yang baik dan dapat memahami karakteristik
18
pembelajar akan mudah membuat bahan ajar dengan menulis sendiri. Seperti halnya
gaya belajar seseorang, kemampuan menyusun bahan ajar juga dipengaruhi oleh
kemampuan auditori, visual dan kinestetik seseorang. (2) Hasil pengemasan informasi.
Bahan ajar model kedua merupakan hasil pengemasan kembali informasi. Model ini
paling banyak dijumpai pada pengembangan bahan ajar. Langkah penyusunannya
adalah dengan mengumpulkan informasi yang sudah ada “dipasaran” untuk selanjutnya
dipilah sesuai dengan kebutuhan pemenuhan standar kompetensi matakuliah. Informasi
yang terkumpul, selanjutnya ditulis kembali sesuai kaedah penyusunan bahan ajar
dengan menambahkan instrument kompetensi, panaduan belajar dan evaluasi. (3)
Kompilasi. Model bahan ajar selanjutnya adalah kompilasi. Metode pengembangannya
mirip seperti model pengemasan kembali informasi, bedanya adalah materi yang
dikumpulkan digunakan langsung sesuai degan bentuk asli “sumbernya”. Selanjutnya
materi disusun berdasar silabus matakuliah dengan menambahkan halaman penyekat
yang berisi komptensi dasar dan indikator dan panduan penggunaan bagi pembelajar.
(4) Panduan penggunaan buku teks.Model yang terakhir berbentuk panduan belajar
untuk buku teks. Bahan ajar ini berisi over view dan rangkuman dari topik yang harus
dipelajari. Buku teks seringkali berisi satu cakupan materi dalam satu bidang ilmu,
sehingga perlu dibuatkan peta atau diagram kaitan antar topik yang perlu dipelajari
untuk memandu ketercapaian kompetensi. Juga perlu dibuat daftar bacaan tambahan
sebagai bahan pengayaan dan penjelasan tambahan baik dalam bentuk tertulis atau
lisan/direkam untuk memberikan koreksi bagian dari topik yang salah, bias, kadaluarsa,
dan membingungkan pengguna.
Merujuk pada pandangan Panenn (2001), penyusunan bahan ajar dapat dilakukan
melalui beragam cara, dari yang termurah sampai yang termahal, dari yang paling
sederhana sampai yang tercanggih. Secara umum ada tiga cara yang dapat ditempuh
dalam menyusun bahan ajar, yaitu : (1) Menulis sendiri (Starting From Scratch). Bahan
ajar dapat ditulis sendiri oleh dosen sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Selain ditulis
sendiri dosen dapat berkolaborasi dengan dosen lain untuk menulis bahan ajar secara
kelompok, dengan dosen-dosen bidang studi sejenis.. Penulisan juga dapat dilakukan
bersama pakar, yang memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan
bidang ilmu, untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis
sesuai dengn prinsip-prinsip instruksional. Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan
pada kebutuhan mahasiswa, meliputi kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan,
latihan, dan umpan balik. Untuk itu dalam menulis bahan ajar didasarkan: (a) analisis
19
materi pada kurikulum, (b) rencana atau program pengajaran, dan (c) silabus yang telah
disusun. (2) Pengemasan kembali informasi (Information Repackaging atau Text
Transformation). Dalam pengemasan kembali informasi, dosen tidak menulis bahan
ajar sendiri dari awal (from scratch), tetapi dosen memanfaatkan buku-buku teks dan
informasi yang sudah ada untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang
memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh dosen dan
mahasiswa dalam proses instruksional. Bahan atau informasi yang sudah ada di pasaran
dikumpulkan berdasarkan kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Kemudian ditulis
kembali/ulang dengan dengn gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar
(digubah), juga diberi tambahan kompetensi atau keterampilan yang akan dicapai,
bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik agar mereka dapat mengukur sendiri
kompetensinya yang telah dicapai. Keuntunganya, cara ini lebih cepat diselesaikan
dibanding menulis sendiri. Sebaiknya memperoleh ijin dari pengarang buku aslinya, (3)
Penataan informasi (Compilation atau Wrap Around Text). Selain menulis sendiri bahan
ajar juga dapat dilakukan melalui kompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks,
jurnal, majalah, artikel, koran, dan lain-lain. Proses ini disebut pengembangan bahan
ajar melalui penataan informasi (kompilasi). Proses penataan informasi hampir mirip
dengan proses pengemasan kembali informasi. Namun, dalam proses penataan
informasi tidak ada perubahan yang dilakukan terhadap buku teks, materi audiovisual,
dan informasi lain yang sudah ada di pasaran. Jadi buku teks, materi audiovisual dan
informasi lain tersebut digunakan secara langsung, hanya ditambahkan dengan
pedoman belajar untukmahasiswa tentang cara menggunakan materi tersebut, latihan-
latihan dan tugas yang perlu dilakukan, umpan balik untuk mahasiswa dan dari
mahasiswa.
PENUTUP
Melalui peningkatan keterampilan dalam menulis bahan ajar, diharapkan
pustakawan dapat semakin memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang
perpustakaan , dokumentasi dan informasi serta termotivasi dalam menjalankan tugas
kepustakawannya terutama dalam menuangkan ide dan gagasannya dalam bentuk
karya ilmiah sehingga akan mempercepat pencapaian jenjang karier yang diharapkan.
Oleh sebab itu seorang pustakawan dituntut terus mengembangkan keterampilannya
dalam menulis bahan ajar yang menyangkut sekurang-kurangnya tiga komponen
penting yang saling bertalian, yaitu: (1) penguasaan bahasa tulis, yang akan
20
berfungsi sebagai media tulisan, meliputi kosakata, struktur kalimat, paragraf,
ejaan, pragmatik, dan sebagainya; (2) penguasaan isi karangan sesuai dengan
topik yang akan ditulis; dan (3) penguasaan tentang jenis-jenis tulisan, yaitu
bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga
membentuk sebuah komposisi yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Belawati, Tian 2003. Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Gafur, Abdul. 1994 Disain Instruksional: Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar
Kegiatan Belajar Mengajar. Solo: Tiga Serangkai
Ismanita. 2010. Makalah Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Desain Instruksional
Palembang : Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya
Langkah-langkah-mengembangkan-bahan-ajar. Error! Hyperlink reference not
valid.Diakses19 April 2011
Legowo, Budi . Bahan Ajar: Satu Ukuran Profesionalisme Dosen dalam Proses
Pembelajaran.http://legowo.staff.uns.ac.id/2011/04/27/bahan-ajar-satu-ukuran-
profesionalisme-dosen-dalam-proses-pembelajaran/
Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung,: PT. Remaja Rosdakarya
Panenn, Paulina. Dkk. 2001. Penulisan Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas
untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional. Ditjen Dikti
Depdikbud
Pangarsa, Abd. Azis Tata . Pengembangan Bahan Ajar. http://blog.uin-
malang.ac.id/azistatapangarsa /2011/06/05/pengembangan-bahan-ajar/Diakses
20 April 2012
Pedoman Umum Penulisan Bahan Ajar. 2010. Malang : Program Pascasarjana
Universitas Brawijaya
Sunendar, Dadang (dkk). 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa . Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya,
Sungkono,. 2003. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.
Sungkono. Pengembangan dan Pemanfaatan Bahan Ajar Modul dalam Proses
Pembelajaran. Majalah Ilmiah Pembelajaran No.1 Vol.5 Mei 2009
Suparman, Atwi. 1990. Pokok-pokok Panduan Penulisan Modul Universitas Terbuka.
Edisi Kedua. Jakarta : Universitas Terbuka
Universitas Terbuka (1997). Panduan Operasional Penulisan Modul. Jakarta: UT
21
.