Download - 5.4. Epidemiologi Dan Vektor Filariasis
-
dr. Rika Ferlianti M.Biomed Bagian Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
-
Filariasis
Filariasis
Limfatik
Filariasis
Non-limfatik
W. bancrofti
B. malayi
B. timori
O. volvulus
Loa loa
-
peluang kontak
Sistem imun
Sehat
Asimtomatik
Simtomatik
Parasit
Bionomik Vektor
Kebiasaan Hospes
Lingkungan
Epidemiologi
-
FILARIASIS LIMFATIK
-
Filariasis limfatik disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori merupakan masalah kesehatan masyarakat dan penyebab utama kecacatan di daerah tropis dan subtropis
Endemik di 83 negara 1,2 milyar penduduk berisiko 120 juta penduduk terinfeksi
Indonesia (2009): 125 juta orang di 337 kabupaten/kota endemis filariasis
dengan 11.914 kasus kronis
Dampak: penurunan produktivitas kerja penderita,
beban keluarga, kerugian ekonomi bagi negara
Program Global Eliminasi Filariasis tahun 2020
Filariasis Limfatik
WHA (1997)
WHO (2000)
PerPres RI (No.7/2005)
-
Cacing filaria dewasa Mf Wuchereria bancrofti
Mf Brugia malayi Mf Brugia timori
-
Distribusi Geografik
WHO : 1,3 miliar penduduk dari 83 negara berisiko tertular filariasis, (> 60% negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara)
> 120 juta orang sudah terinfeksi, kira-kira 107 juta (W. bancrofti) dan 13 juta disebabkan oleh B. malayi atau B. timori
-
Brugia malayi mempunyai penyebaran paling luas di Indonesia. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia Timur yaitu di Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara Timur Wuchereria bancrofti terdapat di Pulau Jawa, Bali, NTB dan Papua
Distribusi spesies cacing filaria di Indonesia
-
Siklus Hidup
Cara infeksi : tertusuk nyamuk yang mengandung L3 (bentuk infektif) Beda siklus hidup W. bancrofti dan Brugia sp: waktu perkembangan di nyamuk dan manusia. Brugia sp lebih singkat dari W.bancrofti
-
Daerah Endemisitas/Tidak
Menghitung Mikrofilaria rate (melalui survei darah jari) :
Mf rate = sediaan darah positif mf x 100 %
sediaan darah yang diperiksa
Mf rate 1% = daerah endemis filariasis (warna merah)
Mf rate < 1% = daerah endemis rendah (warna kuning)
Mf rate : 0% = daerah non endemis (warna hijau)
-
Indikator kabupaten/kota endemis filariasis jika hasil survei mf (survei darah jari) pada desa dengan kasus klinis filariasis didapatkan microfilaria rate 1%.
-
HOSPES
Hospes Definitif : Manusia
Manusia terinfeksi filariasis digigit nyamuk infektif (L3)
Hospes Reservoar : Kucing dan Kera (Presbytis) hanya B. malayi
Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan.
Pendatang baru ke daerah endemis, lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita daripada penduduk asli.
-
o Laki-laki > terinfeksi dan memberikan gejala penyakit daripada perempuan.
o Di daerah endemik, laki-laki yang terinfeksi sekitar 10-50% dan perempuan 10%
-
VEKTOR
BIONOMIK Pengendalian Vektor
Di Indonesia telah teridentifikasi ada 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu : Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan Armigeres yang menjadi vektor filariasis.
Vektor : Nyamuk anophelini
Nyamuk non-anophelini
-
W. bancrofti
Aedes kochi
Culex quinguefasciatus
Anopheles sp
Armigeres obsturbans
Etiologi penyakit & jenis vektornya
-
Mansonia uniformis
B. malayi
An. barbirostris An. nigerrimus
Etiologi penyakit & jenis vektornya
B. timori
Anopheles barbirostris
-
W. bancrofti
Perkotaan Culex quinquefasciatus
Pedesaan
Anopheles sp
Aedes
B. malayi Pedesaan
Anopheles sp
Mansonia
B. timori Pedesaan Anopheles sp
Jakarta, Bekasi, Semarang, Tangerang, Pekalongan dan Lebak
Papua, NTT/NTB
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, beberapa pulau di Maluku
Pulau Timor, Flores, Rote, Alor dan NTT
-
Tempat Perindukan
Non-anophelini : air jernih, air keruh, permukaan air yang dapat ditumbuhi berbagai macam tumbuhan air.
Anophelini : terbagi 3 kawasan (pantai, pedalaman, hutan dan gunung)
-
Perilaku Menghisap Darah (Feeding)
Eksofagik > Endofagik
Non-anophelini
Aedes Siang hari
Culex Malam hari
Mansonia Siang & Malam hari
Anophelini
Malam hari (Senja dini hari)
-
Pilihan Hospes
Mansonia Antropofilik < Zoofilik
Culex Antropofilik = Zoofilik
Aedes Antropofilik > Zoofilik
Non-anophelini
Anophelini
antrophofilik > zoofilik
-
Tempat Istirahat (resting place)
Culex Eksofilik & Endofilik
Mansonia Eksofilik
Aedes Eksofilik
Non-anophelini
Anophelini
Eksofilik > Endofilik
-
Umur Nyamuk Culicini
Di Alam Kurang lebih 2 minggu
Di Laboratorium = Anopheles
Di alam > 10 hari Di Laboratorium 3 5 minggu
Umur Nyamuk Anophelini
-
Antropofilik > Zoofilik
Densitas spesies tinggi
Longevity
Infeksi percobaan di lab. positif
Infeksi nyamuk alami dpt mengembangkan mf
Syarat-syarat vektor
-
Faktor Lingkungan
Lingkungan yang menunjang kelangsungan hidup hospes, hospes reservoar dan vektor.
Area yang memungkinkan terjadinya interaksi Vektor Manusia / Hospes
Dibutuhkan gigitan vektor nyamuk >>> filariasis
Hyma dkk (2005): dibutuhkan sekitar 15.500 L3 untuk ditransmisikan ke polulasi endemik yang menghasilkan 1 pasien mikrofilaremik.
gigitan nyamuk
-
Habitat An. subpictus di daerah pantai Vektor filariasis bankrofti rural
-
Habitat Anopheles barbirostris Pedalaman (sawah)
Vektor filariasis bankrofti , filariasis brugia (rural)
-
Habitat Anopheles farauti Hutan (bekas jejak kaki binatang)
Vektor filariasis bankrofti rural
-
Habitat Culex quinquefasciatus Vektor filariasis bankrofti urban
Tempat perindukan : air kotor dan tercemar
-
Habitat Aedes kochi Vektor filariasis bankrofti rural
Tempat perindukan : air bersih
-
Habitat Mansonia uniformis Vektor filariasis malayi
Tempat perindukan : daerah rawa
-
Sistem imun
EDUKASI
Pengobatan
Kontrol vektor
Strategi penanggulangan
Lingkungan
Parasit
Bionomik Vektor
Kebiasaan Hospes
peluang kontak
Sehat
Asimtomatik
Simtomatik
-
Strategi kunci Program Global Eliminasi Filariasis
tahun 2020
Pengobatan selektif microfilaria rate < 1%
DEC (6mg/kg/hari) selama 10-12 hari
Pemberian obat massal microfilaria rate 1%
DEC (6 mg/kg) + albendazole (400 mg) setiap tahun selama 5 tahun
berturut-turut
Pengobatan Filariasis limfatik
Tujuan umum :
Filariasis tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia tahun 2020.
Tujuan khusus :
(a) menurunkan angka mikrofilaria (microfilaria rate)
menjadi kurang dari 1% di setiap kabupaten/kota
(b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.
-
FILARIASIS NON LIMFATIK
-
Onchocerca volvulus
Penyakit : onkoserkosis, river blindness, blinding filariasis.
Distribusi geografik : Afrika , Amerika selatan dan Amerika Tengah . Indonesia tidak ada.
-
Vektor Simulium damnosum
S. metallicum
S. ochraceum
S. callidum
Simulium damnosum
-
larva pupa
dewasa
telur
Lingkaran hidup Simulium
-
Hanya lalat betina menghisap darah
Aktif pagi dan sore hari
Ukuran 2-3 mm
Warna hitam
Punggung bongkok
Tipe mulut tusuk isap
Sifat & Morfologi lalat
-
Habitat Simulium vektor onkoserkosis
Dataran tinggi sepanjang air sungai yang deras
-
mikrofilaria
Klinis onkoserkosis
-
Loa-loa
Penyakit : loaiasis , calabar swelling (fugitive swelling)
Distribusi geografik : Afrika (daerah katulistiwa di hutan yang berhujan = rain forest dengan kelembaban tinggi)
-
Vektor
Chrysops silacea
C. dimidiata
C. centurionis
C. longicornis
C. distinctipennis
Chrysops silaceae
-
Sifat & Morfologi Chrysops
Lalat betina menghisap darah
Aktif pagi & sore hari
Warna coklat muda
Ukuran = lalat rumah
Gambaran khas pada venasi sayap
Tipe mulut piercing & sucking
-
Klinis loaiasis
-
Pemberantasan
Pengobatan terhadap penderita
Mencegah kontak vektor hospes
Penyuluhan/Edukasi