Download - 3.Terapi Aktivitas Kelompok Rpk
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya
orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi
dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan
hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin
terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan
orang lain.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan
yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang
harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian,
kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri.
Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin,
diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan
sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu
agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang
lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal
yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga
pasien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan
dengan orang lain.
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan
kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan
tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul
sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi
marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan.
Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
TAK Kelompok B RPK Page 1
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan
fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien
dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien
yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK
pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan
2. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik
c. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal
(Pernyataan Asertif) dan Kegiatan Spiritual
d. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum
obat
TAK Kelompok B RPK Page 2
BAB II
ISI
RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. DEFINISI
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan
definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku
kekerasan secara verbal dan fisik. Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan
khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu
dengan perasaan marah.
B. PENYEBAB PERILAKU KEKERASAN
kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas,
tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status,
dan prestise yang tidak terpenuhi.
Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia
merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya
misalnya dengan kekerasan.
Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, gampang
tersinggung, gampang marah, dan sebagainya.
Kebutuhan akan status dan pretise : manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
TAK Kelompok B RPK Page 3
C. RENTANG RESPON MARAH
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.
Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:
Respon Adaptif Respons Maladaptif
Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan
Gambar. Rentang Respons Perilaku Kekerasan
Sumber: Keliat (1999)
Keterangan:
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan ketenangan.
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan
tidak dapat menemukan alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah
5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya
kontrol
Tabel. Perbandingan antara perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan
Pasif Asertif Agresif
Isi Pembicaraan Negatif dan
merendahkan diri,
contohnya
perkataan:
“Dapatkah saya?”
“Dapatkah kamu?”
Positif dan
menawarkan diri,
contohnya
perkataan:
“Saya dapat…”
“Saya akan…”
Menyombongkan
diri, merendahkan
orang lain, contoh
perkataan:
“Kamu selalu…”
“Kamu tidak
pernah…”
Tekanan suara Cepat lambat,
mengeluh
Sedang Keras dan ngotot
Posisi badan Menundukkan
kepala
Tegap dan santai Kaku, condong ke
depan
TAK Kelompok B RPK Page 4
Jarak Menjaga jarak
dengan sikap
acuh/mengabaikan
Mempertahankan
jarak yang aman
Siap dengan jarak
akan menyerang
orang lain
Penampilan Loyo, tidak dapat
tenang
Sikap tenang Mengancam, posisi
menyerang
Kontak mata Sedikit/sama sekali
tidak
Mempertahankan
kontak mata
sesuai dengan
hubungan
Mata melotot dan
dipertahankan
Sumber: Keliat (1999)
D. GEJALA MARAH
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau
perubahan-perubahan yang timbul pada pasien dalam keadaan marah diantaranya
sebagai berikut :
a. Fisik
Mata melotot,/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
b. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada
keras, kasar dan ketus.
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
amuk/agresif.
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel,
tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan
menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
f. Spiritual
TAK Kelompok B RPK Page 5
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan
kreativitas terhambat.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.
h. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
E. PERILAKU MARAH
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi
b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
mengembangkan diri pasien.
c. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan.
F. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan
merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
TAK Kelompok B RPK Page 6
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk melindungi
diri antara lain :
a. Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada
obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
c. Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang
diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak
baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan,
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada
teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan,
pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia
baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
TAK Kelompok B RPK Page 7
BAB III
RENCANA KEGIATAN
A. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan resiko
perilaku kekerasan, yaitu
a. Hari/Tanggal : Kamis, 20 Maret 2014
b. Waktu : Pkl. 09.30 – 10.20 WITA
c. Alokasi waktu : Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
Terapi kelompok (40 menit)
Penutup (5 menit)
d. Tempat : Ruang Agathis
B. SESI YANG DIGUNAKAN
Dalam terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi 4 sesi, yaitu :
a. SESI I : Mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b. SESI II : Mencegah Perilaku Kekerasan melalui kegiatan fisik
c. SESI III : Mencegah perilaku kekerasan dengan cara verbal (pernyataan
Asertif) dan
d. SESI IV : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan spiritual
e.
C. PESERTA TAK
a. Kriteria pasien
1) Pasien yang kooperatif
2) Kondisi fisik dalam keadaan baik
3) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
4) Pasien dengan diagnosa yang sama
b. Proses seleksi
1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
TAK Kelompok B RPK Page 8
4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.
D. ANTISIPASI MASALAH
a. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas
1) Memanggil pasien
2) Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau
pasien lain
b. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1) Panggil nama pasien
2) Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan
c. Bila pasien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang
telah dipilih
2) Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh pasien tersebut
E. URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANAAN
a. Leader
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
b. Co-leader
Uraian tugas:
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan
4) Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Observer
Uraian tugas:
TAK Kelompok B RPK Page 9
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok denga evaluasi kelompok
d. Fasilitator
Uraian tugas:
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
Nama-Nama Tim Terapis
a. SESI I
Leader : Yoga Triono
Co Leader : Ayu Septiana
Observer : Desy Ratna Sari
Fasilitator : Atik Cimi
b. SESI II
Leader : Desy Ratna Sari
Co Leader : Atik Cimi
Observer : Yoga Triono
Fasilitator : Ayu Septiana
c. SESI III
Leader : Atik Cimi
Co Leader : Desy Ratna Sari
Observer : Ayu Septiana
Fasilitator : Yoga Triono
TAK Kelompok B RPK Page 10
d. SESI IV
Leader : Ayu Septiana
Co Leader : Yoga Triono
Observer : Atik Cimi
Fasilitator : Desy Ratna Sari
F. RENCANA KEGIATAN
a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan di Ruangan Pinus RSJD Sambang Lihum
b. Peserta TAK 8 orang
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAKNo. Kegiatan Alokasi
waktuKeterangan
1. Tahap orientasi: Memberi salam terapeutik :
salam dari terapis Evaluasi/validasi :
menanyakan perasaan pasien saat ini
Kontrak
5 menit Di pimpin oleh Leader
2. Tahap kerja: Sesi I Sesi II
10 menit10 menit
Di pimpin oleh LeaderDi pimpin oleh Leader
3. Tahap terminasi: Evaluasi Rencana tindak lanjut Kontrak yang akan datang
5 menit Di pimpin oleh Leader
TAK Kelompok B RPK Page 11
d. Setting Tempat
: Leader : Fasilitator
: Co-leader : Observer
: Pasien
Jumlah Perawat
Mahasiswa Ners : 4 Orang
CI : 1 Orang
G. PROSES PELAKSANAAN
(Terlampir)
TAK Kelompok B RPK Page 12
H. PROSES EVALUASI
1. Evaluasi input
• Tim berjumlah 4 orang dengan 1 Leader, 1 Co Leader, 1 Fasilitator, 1
Observer.
• Lingkungan nyaman
2. Evaluasi Proses
• Leader & Co Leader berada di samping pasien dan menjelaskan
peraturan permainan dengan jelas.
• Fasilitator menempatkan diri di samping pasien
• Observer menempatkan diri di samping barisan pasien untuk
mengawasi jalannya kegiatan.
• Minimal 6 orang pasien yang mengikuti permainan dapat mengikuti
kegiatan dari awal sampai selesai.
• Minimal 6 orang pasien aktif mengikuti kegiatan, maksimal 2 orang
yang keluar.
TAK Kelompok B RPK Page 13
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DENGAN RPK
1. Hari/ tanggal pelaksanaan : Kamis, 24 April 2014
Waktu : 09.30- 10.00 WITA
2. Peserta TAK
Peserta TAK yaitu pasien dengan RPK di ruang Pinus, pasien dipilih
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan, dan dipilih sebanyak 8 orang
pasien yang mengikuti TAK. Nama yang berpartisipasi dalam TAK:
1) Tn. HF
2) Tn. E
3) Tn. F
4) Tn. P
5) Tn. H
6) Tn. I
7) Tn. A
8) Tn. M
B. SETTING
1. Pasien dan terapis/leader duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang
C. ALAT
1. Karton dan Spidol Besar
2. Jadwal kegiatan pasien
3. Papan nama
4. Kertas bernomor
TAK Kelompok B RPK Page 14
D. METODE
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Role play dan simulasi
E. TIM PELAKSANA
a. SESI I
Leader : Yoga Triono
Co Leader : Ayu Septiana
Observer : Desy Ratna Sari
Fasilitator : Atik Cimi
b. SESI II
Leader : Desy Ratna Sari
Co Leader : Atik Cimi
Observer : Yoga Triono
Fasilitator : Ayu Septiana
c. SESI III
Leader : Atik Cimi
Co Leader : Desy Ratna Sari
Observer : Ayu Septiana
Fasilitator : Yoga Triono
d. SESI IV
Leader : Ayu Septiana
Co Leader : Yoga Triono
Observer : Atik Cimi
Fasilitator : Desy Ratna Sari
Sesuai proposal yang diajukan, tim pelaksana dibagi menjadi 4 sesi dalam
dua kali TAK. Dimana sesi pertama yang menjadi terapis (leader) adalah Yoga
Triono. Yoga Triono membuka acara terapi aktivitas kelompok dengan waktu
yang disediakan 5 menit, berisi salam terapis kepada pasien, menanyakan
perasaan pasien dan masalah yang dirasakan, kemudian memperkenalkan nama
TAK Kelompok B RPK Page 15
dan panggilan terapis (pakai) papan nama dan menanyakan nama dan panggilan
semua pasien (pasien diberi papan nama), kemudian terapis melakukan kontrak
dengan menjelaskan tujuan kegiatan yaitu, mengenal perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan dan mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik, verbal,
dan melalui minum obat, terapis juga menjelaskan aturan main sebagai berikut,
jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis, lama
kegiatan 50 menit dan setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
Kemudian kegiatan berjalan sampai akhir sesuai dengan proposal pada
lampiran 1 dimana pada sesi 1 yang menjadi leader adalah Noorhidayah, Co
Leader adalah Valentino Benny K, Observer adalah Devi Magdalena Siagian, dan
Fasilitator adalah M. Syarwani.
Pada sesi 2 yang menjadi leader adalah Devi Magdalena Siagian, Co
Leader adalah M. Syarwani, Obeserver adalah Noorhidayah, dan Fasilitator
adalah Valentino Benny K.
Pada sesi 3 yang menjadi leader adalah M. Syarwani, Co Leader adalah
Devi Magdalena Siagian, Observer adalah Valentino Benny K, dan Fasilitator
adalah Noorhidayah.
Pada sesi 4 yang menjadi Leader adalah Valentino Benny K, Co Leader
adalah Noorhidayah, Observer adalah M. Syarwani dan Fasilitator adalah Devi
Magdalena Siagian. Tahap terminasi (evaluasi, tindak lanjut, dan kontrak)
kemudian dilanjutkan oleh Noorhidayah.
Sedangkan untuk penilaian evaluasi dan dokumentasi dapat dilihat pada
lampiran 1 dan 2.
TAK Kelompok B RPK Page 16