27
BAB III. Analisis
3.1. Analisis Tapak
3.1.1. Analisis Lokasi
Lokasi berada di kompleks Taman Sriwedari Solo. Taman
Sriwedari, salah satu lahan di jantung kota yang berfungsi sebagai
paru-paru kota, dan merupakan taman yang dikelola sejak zaman
kerajaan. Taman ini terletak di tepi jalan utama kota atau arteri
sekunder, dikelilingi dengan jalan kolektor dan lokal sekunder, serta
dilewati jalan KA Bumel jurusan ke Wonogiri, sehingga tata letak
Taman Sriwedari sangat strategis.
Adapun isi inti taman sebagai pamor Sriwedari yang diketahui
oleh masyarakat sejak dahulu adalah:
• Kebun binatang ( sekarang telah dipindahkan ke Jurug )
• Stadion Sriwedari, tempat PON I diselenggarakan
• Museum Radyapustaka, tempat penyimpanan benda bersejarah
terutama yang berhubungan dengan literatur-literatur kuno
• Wayang orang Sriwedari
• Segaran, kolam tempat rekreasi terbuka
Dengan adanya eksisting yang telah menjadi karakter kuat dari
Taman Sriwedari tentu akan sangat berpengaruh dalam peletakan
massa bangunan baru. Kedudukannya harus dapat berdampingan
dengan bangunan eksisting yang telah ada, terutama dalam hal ini
bangunan museum dan pendopo.
Keramaian di Taman Sriwedari terjadi pada hari-hari libur, pada
bulan puasa yang sering disebut sebagai maleman Sriwedari, dan
puncak keramaian adalah pada hari lebaran.
28
Gambar 20. Peta kawasan Sriwedari dan sekitarnya
3.1.2. Analisis Konteks Lingkungan
Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta dengan
jangka perencanaan sampai tahun 2013, Taman Sriwedari difungsikan
sebagai tempat pariwista, budaya, dan olahraga. Lebih rinci, Taman
Sriwedari direncanakan sebagai:
• Tempat rekreasi / hiburan / paru-paru kota
• Tempat pengembangan dan pelestarian seni budaya
• Tempat promosi industri kerajinan khas Surakarta
• Monumen olahraga nasional
Sekitar tahun 1960-1970 Taman Sriwedari masih terlihat hijau dan
masih banyak dijumpai tanah-tanah terbuka, secara tidak langsung
tidak langsung merupakan area penyerap air hujan yang bermanfaat
sebagai pelestarian lingkungan hidup, khususnya dalam persediaan air
tanah kota. Secara makro Taman Sriwedari dapat dikatakan hutan kota
bagi kota Surakarta. Sekitar tahun 1970 Taman Sriwedari mewadahi
mewadahi beberapa kegiatan sebagai tempat rekreasi aktif maupun
pasif, dan kegiatan lain, yaitu:
• Tempat rekreasi aktif : Stadion Sriwedari dengan fasilitasnya
• Tempat rekreasi pasif: Kebun binatang, wayang orang, museum
Radyapustaka, biskop, segaran, taman.
Kini perkembangan Taman Sriwedari tidak bisa dipisahkan
dengan perkembangan kota secara keseluruhan. Tuntutan kebutuhan
29
fasilitas dan prasarana kota ternyata memaksa adanya pergeseran
penggunaan lahan Taman Sriwedari yang semula tempat wisata dan
budaya bagi segenap lapisan masyarakat, sekarang telah merambah
adanya kegiatan perkantoran dan kegiatan komersial yang bisa
dinikmati oleh golongan tertentu.
Taman Sriwedari yang dikembangkan menjadi Taman Wisata
Budaya Sriwedari merupakan mempunyai fungsi sebagai:
• Tempat untuk mengembangkan seni budaya daerah
• Tempat promosi seni kerajinan daerah
• Tempat rekreasi dan hiburan
Saat sekarang ada beberapa bangunan di dalam Taman
Sriwedari, antara lain:
• Pintu gerbang dari fasilitas Taman Sriwedari
• Pendopo Joglo sebagai tempat serba guna pentas seni
tradisional terbuka ataupun tempat pameran
• Gedung wayang orang dan ketoprak
• Komplek tempat bermain anak-anak
• Gedung bioskop
• Segaran dengan pulau yang dimanfaatkan sebagai rumah
makan
• Komplek Pujasari (Pusat Jajan Sarwo Asri)
• Gedung museum Radyapustaka
• Gedung kantor Dinas Pariwisata
• Gedung perkantoran Bank Pasar
• Gedung pertemuan Graha Wisata Niaga
• Gedung ajang promosi kerajinan
• Beberapa kios dan taman yang tersebar di dalam
• Stadion olahraga
• Gedung fasilitas olahraga
Taman Sriwedari sebagai taman kebun raja, identik dengan
rimbunnya pepohonan. Namun karena kepadatan bangunan di dalam
taman semakin tinggi, khususnya kepadatan bangunan untuk kegiatan
komersial, maka satu demi satu pohon tersebut hilang. Dengan
30
demikian hutan kota atau paru-paru kota yang telah dibentuk oleh
Taman Sriwedari kini mulai pudar.
Berdasarkan pengamatan lapangan yang diadakan pada bulan
Mei 1994 oleh Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta,
dapat dicatat bahwa komposisi penggunaan lahan di Taman Sriwedari.
Area merah merupakan daerah perancangan, yang pada saat
sekarang terdapat bangunan eksisting berupa gedung pameran pada
bagian depan dan gedung bioskop pada bagian belakang. Gedung
pameran yang ada sekarang kurang merespon konteks lingkungan
tenpat bangunan tersebut berdiri, dan gedung bioskop yang berada di
delakang sudah tidak beroperasi.
No. Penggunaan lahan Luas (Ha) Presentase (%)
Gambar 21. Peta eksisting Taman Sriwedari Area merah: area perancangan Sumber: Pemerintah Kota Surakarta
Bangunan eksisting yang
signifikan di area Taman
Sriwedari:
A: Pendopo
B: Museum Radyapustaka
C: Gedung wayang orang
D: Segaran, kolam buatan
E: Stadion R. Maladi
( tempat diselenggarakan
PON I ) Gambar 22. Peta area perancangan
31
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa presentase taman dan
lahan kosong cukup signifikan, tetapi tidak disertai dengan
perencanaan dan pemanfaatan yang baik. Lahan-lahan teersebut
dibiarkan kosong. Dan bahkan ada kecenderungan untuk mengisinya
dengan bangunan-bangunan baru yang sifatnya komersial.
Situasi Sekitar Taman Sriwedari Keberadaan Sriwedari adalah tidak lepas dari situasi sekitar,
khususnya jalan-jalan yang membatasi serta jalan rel KA yang melintas
di tepi utara. Jalan Slamet Riyadi sebagaijalan protokol / jalan utama
dan berfungsi sebagai arteri sekunder, akan merupakan orientasi dari
Taman Sriwedari. Sedangkan jalan Museum dan Kebangkitan
Nasional sebagai jalan lokal sekunder merupakan fasilitas transportasi
pembantu bagi Taman Sriwedari. Jalan Bayangkara sepenuhnya
menjadi fasilitas transportasi bagi kegiatan olahraga, yaitu untuk
kegiatan olahraga, yaitu untuk kegiatan di stadion dan fasilitas
pendukungnya.
Keberadaan kereta api yang melintas empat kali sehari adalah
kegiatan transportasi yang dikelola oleh PT. KAI dan diperkirakan akan
tetap berlangsung. Maka kemungkinan dengan keterpaduan antar
instansi kegiatan perkeretaapian bisa dikembangkan sebagai
prasarana kepariwisataan di kemudian hari.
1. Taman dan lahan kosong 2.556 23.18
2. Prasarana jalan 0.339 3.07
3. Budaya 1.241 11.26
4. Kantor 0.059 0.53
5. Komersial 2.882 26.14
6. Olahraga 3.500 31.75
7. Fasilitas penunjang 0.448 4.06
Jumlah 11.025 100
Gambar 23. Tabel peruntukan lahan Taman Sriwedari (data tahun 1994) Sumber: Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
32
Kedudukan Taman Sriwedari dalam Rencana Kota Lahan Taman Sriwedari dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota
ditetapkan sebgai tempat pariwisata, budaya, dan olahraga. Strategi
pengembangan pariwisata dan budaya di Surakarta telah ditetapkan
yaitu:
• Memanfaatkan unsur buatan manusia baik yang kuno maupun
yang baru untuk pengembangan industri pariwisata budaya dan
penelitian/pendidikan serta jati diri kota Surakarta.
• Memanfaatkan sisa-sisa unsur alam untuk pengembangan
rekreasi dan pariwisata.
• Memanfaatkan unsur-unsur buatan manusia, unsur alam dan
kegiatan tradisional rakyat untuk pengembangan industri,
rekreasi, dan pariwisata.
• Pengembangan wisata terpadu antara wisata dunia usaha,
budaya, pendidikan, penelitian, olahraga, dan konferensi.
Keadaan sekitar lahan
33
Gambar 24. Suasana di sekitar tapak Sumber: foto pribadi
34
3.1.3. Analisis Sirkulasi dan Pencapaian
Kawasan Taman Sriwedari telah mempunyai gerbang utama
tersendiri yang kehadirannya cukup signifikan. Oleh karena itu, untuk
pencapaian ke dalam tapak daerah perancangan, tetap memanfaatkan
gerbang yang telah ada.
Antara gerbang utama Sriwedari dengan pendopo tercipta sumbu
yang sangat kuat dan sangat simetris. Pada kondisi eksisting sumbu ini
tidak begitu kentara, sehingga hal ini dapat menjadi pertimbangan
dalam menentukan sirkulasi dalam perancangan.
Dari segi pencapaian, untuk jalur masuk utama melewati gerbang
utama Sriwedari dan museum, sedangkan jalur sekunder melalui arah
belakang dan dari arah kolam.
Gambar 25. Pintu Gerbang Sriwedari
Gambar 26. Pola Sirkulasi dan Pencapaian
: jalur utama : jalur sekunder
35
3.1.4. Analisis Bangunan di Sekitar Tapak (pola arsitektural)
Kebanyakan dari bangunan eksisting di sekitar tapak masih
menggunakan langgam-langgam arsitektural lokal yang terlihat jelas
dalam pengolahan bentuk atap yang menggunakan bentuk atap limas.
Dan secara umum pula, di kota Surakarta, bangunan-bangunan publik
yang berskala besar juga menggunakan pola-pola seperti ini. Untuk itu,
agar dapat menjadi ikon baru kota, secara arsitektural harus
menggunakan pola-pola yang berbeda, menggunakan bentuk yang
lebih dielaborasi lebih lanjut, dengan tetap mencerminkan elemen-
elemen arsitektur tradisional.
Yang paling dekat secara ruang adalah bangunan eksisting
berupa pendopo dan museum, yang sangat kental dengan
penggunaan elemen arsitektur tradisional berupa bangunan joglo untuk
pendopo dan bangunan arsitektur kolonial dengan atap limas yang
dominan untuk bangunan museum. Kedua bangunan yang mengapit
Hotel Sahid Raya Solo
Pasar Gede Solo
Balai Kota Solo Rumah Dinas Walikota Solo
Gambar 27. Bangunan-bangunan publik di kota Solo
36
Entrance
Main lobby
Food & beverage outlet
Retail area
Business center
Library room
tapak ini harus direspon sedemikian rupa agar kehadiran bangunan
baru tidak merusak tampilan bangunan eksisiting yang terlebih dahulu
menjadi ikon dari kawasan Taman Sriwedari.
3.2. Analisis Hubungan Fungsional
3.2.1. Analisis Organisasi Ruang
1) Fasilitas Publik
• Lobby utama
• Information • Reception area • Registration area • Front desk • Seating area • Public toilet • Public telephone • Cloakroom • Luggage room
• Food and beverage outlet
• Coffee shop • Restoran
• Perpustakaan
• Mushola
• Retail area
• Travel agency • Bank & ATM • Gift shop • Drugstore
Gambar 28. Museum Radyapustaka
Gambar 29. Pendopo Sriwedari
Gambar 30. Skema hubungan ruang fasilitas publik
37
• Speciality shop • Business center
• Kantor wakil Kadin daerah • Kantor wakil Departemen Perdagangan • Kantor wakil pajak • Kantor wakil asosiasi dagang / pengusaha • Kantor jasa pengepakan dan pengangkutan • Kantor asuransi • Kantor biro hukum
2) Fasilitas pameran
• Lobby • Pre function room • Hall pameran (A dan B) • Loading dock • Toilet • Gudang
3) Fasilitas konvensi
Fasilitas konvensi meliputi ruang-ruang sebagai berikut:
• Ballroom / banquet hall • Conference room
• Large conference room (kapasitas 200 orang) • Medium conference room (kapasitas 100-150 rang) • Small conference room (kapasitas 30 orang) • Board room (kapasitas 10 orang)
• Auditorium • Breakout room • Press room (ruang untuk konferensi pers) • Syndicate room (ruang bagi panitia penyelenggara) • Ruang Penunjang Konvensi, terdiri dari:
Lobby Pre-
function
Toilet
Gudang
Hall pameran A
Hall pameran B
Loading
Gambar 31. Skema hubungan ruang fasilitas pameran
Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung
38
• Pre function area • Conference dining room • Assembly break area • Interpreter booth • Stage facilities • Conference office • Conference services
• Audio visual control room • Audio visual work room • Audio visual office • Graphic room • Photographic darkroom
• Projection room • Conference storage • Coffee pantry
Foyer Pre
function
Conference office
Banquet hall
Conference room
Auditorium
Breakout room
Syndicate room
Press room
Assembly break area
Conference dining room
Conference service Conference storage
Projection room Coffee pantry
Stage facilities
Interpreter’s booth
Gambar 32. Skema hubungan ruang fasilitas konvensi
Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung : Fungsi penunjang
39
4) Fasilitas Administrasi dan Servis
• Administration office
• Front office
• Executive office
• Sales & marketing
• Accounting
• Service area
• Main kitchen
• Laundry & housekeeping
• General storage
• Employee area
• Maintenance & engineering
• Loading dock
Front desk
Reception
Front office Executive office
Accounting office
Sales & marketing
office
Maintenance & engineering
Loading dock
Receiving area
Laundry housekeeping
General storage
Main kitchen Food &
beverage sotage
Gambar 33. Skema hubungan ruang fasilitas administrasi
Gambar 34. Skema hubungan ruang service area
Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung
40
3.2.2. Hubungan Antar Fungsi
Plaza
Entrance
Service entrance
Service facilities (back of the
house) Conference
service
Convention facilities
Exhibition service
Public service
Exhibition facilities
Retail & coffee
shop
Pre-function
Adminictration office
Gambar 35. Skema Hubungan Antar Fungsi
Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung
41
3.2.3. Program Ruang
No. Nama Ruang Kapasitas Standar Sumber Jumlah Luas (m2)
A. Fasilitas Konvensi
1 Lobby 200 2m2/orang FL 2 800 - Information - Reception Area
- Registration Area - Front desk - Seating area - Luggage room
2 Auditorium hall 600 1.5m2/orang FL 990
3 Ruang penunjang Konvensi FL - Panggung FL 100 - Backstage FL 56 - Ruang penerjemah 2 6 24 - Ruang proyektor 6 16 - Gudang 82 - Toilet 24m2/ruang 4 140 - Pantry 2 42
4 Ruang petemuan sedang 50 2.3m2/orang FL 2 200
5 Ruang kelas 65 2m2/orang FL 132
6 Ruang rapat kecil 2m2/orang FL 50
7 Ruang pengelola 2m2/orang FL 50
8 Ruang M.E. Asumsi - Ruang panel listrik Asumsi 76 - Ruang pompa Asumsi 35 - Ruang genset Asumsi 30 - Ruang AHU Asumsi 180
- Ruang kontrol cahaya dan suara Asumsi 75
3078
B. Fasilitas Pameran
1 Pre-function FL 120
2 Hall pameran 700 1m2/orang FL 2 1440
3 Toilet 24m2/ruang FL 96
4 Gudang FL - Gudang utama 100 - Gudang sekunder 38
5 Loading dock Asumsi 144 1938
C. Fasilitas Penunjang
1 ATM 2.4m2 Asumsi 5 120
2 Retail 25m2 Asumsi 4 100
3 Coffee shop (+dapur) 40 2m2/orang N 1 80
4 Gift shop 20m2 Asumsi 2 40
42
3.2.4. Persyaratan Teknis
1) Ruang Pameran
a. Penghawaan dan pencahayaan cukup, tetapi bukan cahaya
langsung matahari. Penchayaan terhadap obyek dan ruang
harus memperhatikan jenis barang yang ditampung di
dalamnya.
Benda sangat sensitif dengan cahaya 50 lux
Benda senditif dengan cahaya 150 lux
Benda tidak sensitif dengan cahaya 300 lux
b. Luasan ruang mencukupi untuk barang yang akan ditampung
dalam bangunan dan cukup pula bagi sirkulasi pengunjung.
340
D. Fasilitas Administrasi dan Servis
1 Kantor Pengelola - Ruang direksi 2.5m2/orang FL 1 24 - Ruang sekretaris 2.5m2/orang FL 1 30 - Ruang administrasi 2.5m2/orang FL 1 40 - Ruang pemasaran 2.5m2/orang FL 1 25 - Ruang arsip dan dokumentasi asumsi 1 30 - Ruang rapat bersama 25 2m2/orang FL 2 112 - Ruang tunggu / baca 20 2m2/orang FL 1 40 - Mushola 20 1.5m2/orang asumsi 26 - Toilet 24m2/ruang N 2 48
2 Servis area - Dapur asumsi 2 33 - Gudang asumsi 1 25 - Toilet 24m2/ruang N 1 - Ruang makan karyawan asumsi 1 56 - Ruang penyimpanan barang asumsi 1 56 - Ruang keamanan asumsi 2 10 - Maintenance & Engineering asumsi - Ruang genset 1 24 - Ruang pompa 1 - Ruang panel listrik 1 25 - Gardu listrik 2 48 708
E. Fasilitas Parkir
1 Mobil 12.5m2/mobil N 250 3125 2 Sepeda motor 2m2/motor asumsi 125 250
3375
43
c. Ruangan harus dekat dengan tempat loading / unloading dock,
untuk kemudahan mobilisasi barang. Ruangan yang jauh harus
dapat dicapai dengan melengkapi jalur sirkulasi dengan ramp.
d. Kelembaban udara dalam ruangan berkisar antara 50-55%.
Temperatur udara berkisar 200-240C.
e. Toleransi kebisingan yang disyaratkan tidak melebihi 60dB,
debu dan polusi maksimal 5% dari udara yang ada di dalam
ruangan.
f. Karakter pameran ditentukan baik dari pengunjung maupun
benda yang dipamerkan. Benda pamer yang ditujukan untuk
publik dengan atau untuk kalangan ahli akan mempunyai
suasana ruang yang berbeda.
Karakter ini diwujudkan pada rancangan dengan cara
penggunaan bahan dan warna, sistem pencahayaan, skala dan
sistem pergerakan.
g. Konfigurasi ruang pamer:
- pembagian ruang
Ruang pameran dapat dibagi menjadi dua ruangan yag lebih
kecil, menggunakan partisi gypsum yang dapat ditarik untuk
menjadi sekat.
Jenis ruang yang fleksibel memiliki kemungkinan:
Fleksibel dalam ekspansibilitas, yaitu fleksibilitas terhadap
pertukaran fungsi ruang.
Fleksibel dalam versatilitas, yaitu fleksibel terhadap
keanekaragaman besaran ruang dan lainnya.
h. Materi pameran terbagi menjadi dua:
Produk yang dipamerkan dengan ketentuan / batasan.
Bukan produk yang dapat mengundang bahaya kebakaran
dan besar produk pameran tidak melebihi beban lantai yang
ditetapkan (14-17 KN/m2)
i. Peralatan pameran
Stand pameran
Secara garis besar terbagi atas dua jenis:
a. Stand standar (Shell Sheme Booth)
44
Stand yang disediakan oleh organizer dilengkapi dengan
partisi dinding (dari kayu dilapis vinil, kerangka
aluminium), karpet, meja, kursi, lampu, dan fascia (nama
perusahaan). Ukuran yang umum adalah 3x3m2, 3x4m2,
4x4m2.
Untuk mengadakan peralatan pameran (stand fitting)
pihak organizer dapat menunjuk salah satu kontraktor
yang memiliki reputasi kerja yang baik.
b. Special design stand
Stand yang dibangun sendiri oleh peserta atau
menggunakan jasa kontraktor. Untuk stand jenis ini pihak
organizer hanya menyewakan kavling / lantai saja serta
memberi petunjuk agar tetap memperhatikan keserasian
dan keamanan.
• Stand fitting
Adalah peralatan yang biasa dibutuhkan dalam suatu stand
pameran, misal partisi, karpet, instalasi listrik, kursi, meja,
dan lain-lain.
2) Ruang auditorium
a. Pengunaan sistem akustik agar suara dapat ditangkap dengan
jelas.
b. Volume ruang tiap pengunjung 5,1 – 7,1 m2 / orang.
c. Sudut pandang horisontal yang dibentuk oleh panggung / layar
dengan titik pengamat <60o diukur dari titimpanggung terjauh.
d. Sudut pandang horisontal antara garis yang dibentuk objek di
panggung dengan tempat duduk penonton dengan garis tengah
auditorium <60o.
e. Ketinggian maksimal bangku paling belakang diukur dari
panggung adalah 3,66m.
f. Kenaikan level antar tempat duduk depan-belakang untuk
pandangan yang baik minimal 13cm.
g. Jarak antar tempat duduk 90-125cm.
45
h. Jarak tempat duduk dari sandaran kursi ke tempat duduk
belakangnya (row space) minimal 30,5cm.
i. Jumlah garis bangku yang di antara dua gang tidak boleh dari
16 kursi. Jika hanya dapat diakses dari satu sisi, jumlah bangku
tidak boleh lebih dari 8 kursi.
j. Gang yang mengakses 60 kursi atau kurang minimal harus
selebar 76cm, dan 91cm untuk 60 kursi atau lebih.
k. Lebar gang (cross isle) yang menghubungkan antar gang
minimal selebar gang yang terbesar ditambah dengan 50% dari
total lebar sisa seluruh gang yang lain.
l. Konstruksi kursi dan arena panggung untuk fleksibilitas:
- Penggunaan writing table
- Kedalaman temapt duduk dengan sandaran belakang
adalah 640-660mm dikurangi 230mm jika kursi dapat dilipat.
- Lebar kursi dengan lengan 530-560mm.
m. Panggung
Tinggi panggung rata-rata 800-1100mm.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengoperasian panggung:
1) House curtains sebagai tirai penutup pandangan ke
panggung utama jika acara belum / sudah berlangsung.
2) On-stage curtains sebagai latar belakangutama panggung,
terbuat dari bahan yang reflektif, jika terkena cahaya seperti
satin.
3) Backdrops / cycloramas, lembaran plat yang digunakan
sebagai latar belakang yang netral seperti untuk
menciptakan ilusi awan, laut, dan lain-lain. backdrops dapat
berupa kanvas.
4) Edge masking, biasanya berupa tirai-tirai yang paralel untuk
fungsi serbaguna penutup panggung dapat diatur lebarnya
atau dibuat retractable.
n. Lighting
Pencahayaan untuk penerangan tingkat sedang (15
footcandles), warna cahaya putih, distribusi merata, lampu
tanda keluar tiap pintu, lampu gang.