Transcript
Page 1: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

7

BAB II

PENDIDIKAN SPIRITUAL MODEL KHALWAT

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian

untuk mencari dasar pijakan atau informasi untuk memperoleh dan membangun

landasan teori, kerangka berfikir, dan menentukan dugaan sementara atau sering

pula disebut dengan hipotesis penelitian, sehingga dengan adanya hal itu maka para

peneliti dapat mengerti, melokasikan, mengorganisasikan dan kemudian

mengunakan variasi kepustakaan dalam bidangnya. Dengan kajian pustaka atau

studi kepustakaan peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam

terhadap masalah-masalah yang hendak di teliti.1

Penelitian ini bukanlah satu satunya penelitian yang membahas tentang

pendidikan spiritual, oleh karenanya untuk menghindari pengulangan hasil temuan

yang membahas permasalahan yang sama dari peneliti-peneliti sebelumnya maka

perlu memaparkan beberapa penelitian yang relevan yang pernah dilakukan oleh

orang lain di antaranya:

Pertama skripsi yang ditulis oleh Suyitman (3198220) yang berjudul Konsep

Spiritual Menurut Al-Ghazali. Dalam skripsi ini menuturkan bahwa konsep spiritual

menurut al-Ghazali mempunyai kesamaan dengan kecerdasan spiritual dengan

tokoh yang lain. Persamaan tersebut antara lain kecerdasan spiritual merupakan

kecerdasan tertinggi manusia yang terletak di dalam hati manusia. Namun dalam

penjelasan selanjutnya terdapat banyak perbedaan, perbedaan tersebut antara lain al-

Ghazali menjadikan hati sebagai pusat kecerdasan spiritual. Sedangkan dalam

konsep kecerdasan spiritual barat, khususnya yang ditemukan oleh Danah Zohar

menjadikan god spot sebagai pusatnya. Metode yang ditawarkan oleh al-Ghazali

bersifat sufistik sebagai upaya untuk berma’rifat kepada Allah, sedangkan Danah

1 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), hlm. 34.

Page 2: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

8

Zohar bersifat psikologis dengan penekanan pada metode untuk mengatasi problem

hidup.2

Kedua skripsi yang ditulis oleh Mukhroyi (3199140) yang berjudul Konsep

Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam. Skripsi ini

menuturkan metode penerapan SQ menurut Danah Zohar di antaranya adalah

bagaimana manusia menyadari keberadaannya, dorongan kuat untuk berubah,

mengetahui motivasi yang paling dalam, menemukan dan mengatasi rintangan,

menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju. Penetapan pada sebuah

jalan dan tetap menyadari ada banyak jalan (problem solving), sehinga bisa

dipahami bahwa implementasi SQ bersifat psikologis dengan penekanan pada

metode untuk mengatasi problem yang dihadapi. Sedangkan menurut Ary Ginanjar

Agustian dan Sukidi metode peningkatan SQ bisa melalui tiga hal yaitu melalui

tazkiyah qalb (pembersihan hati) dari sifat tercela, dilanjutkan mengisinya dengan

sifat-sifat terpuji, dengan melakukan ibadah sesuai tuntunan syariat, kemudian

mempertahankan dan meningkatkan keimanan sebagai upaya untuk bertaqwa

kepada Allah (taqwallah).3

Ketiga skripsi yang ditulis oleh Maesaroh (3104257) yang berjudul Konsep

Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut Al-Ghazali, skripsi ini menjelaskan

konsep pendidikan spiritual menurut al-Ghazali yaitu suatu proses memanusiakan

manusia dari mulai sejak lahir sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu

pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap, di mana

proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat menuju

pendekatan diri kepada Allah sehinga menjadi manusia yang sempurna. Untuk

menjadikan anak yang mempunyai spiritual tinggi, menurut al-Ghazali dalam proses

pendidikannya dapat dilakukan dengan beberapa metode, yang pada proses

2 Suyitman, Konsep Spiritual Menurut Al-Ghazali, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 61.

3 Mukhroyi, Konsep Spiritual Quotient dan Implementasinya Pada Pendidikan Islam, Skripsi,

(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), hlm. 65.

Page 3: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

9

pendidikannya tidak terlepas atas keteladanan orang tuanya, seperti pembiasaan-

pembiasaan serta latihan-latihan spiritual. Dalam perspektif pendidikan Islam, untuk

menumbuhkan spiritual pada diri anak, dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metode yakni Metode Vertikal dan Metode Horizontal. Metode Vertikal adalah

dengan mengajarkan bagaimana agar anak selalu menjalankan hubungan atau

menjalin kedekatannya dengan Allah SWT. sedangkan Metode Horizontal adalah

dengan menanamkan pada diri anak untuk menginternalisasikan nilai-nilai spiritual

dalam kehidupanya, sehinga dapat menjadikan anak sebagai manusia yang bermoral

serta mempunyai spiritual yang tinggi. Dengan demikian akan tercipta insan kamil

yang bermuara pada kebahagiaan di dunia maupun di akhirat4.

Keempat skripsi yang ditulis oleh Hadi Marsono (053111074) yang berjudul

Pendidikan Kecerdasan Spiritual di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu (MIT) Nurul

Islam Ringinwok Ngaliyan Semarang. Skripsi ini menjelaskan tentang pendidikan

kecerdasan spiritual di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu (MIT) Nurul Islam, di mana

tujuannya adalah menjadikan siswa memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi

sehingga mampu mewarnai sikap dan perilakunya dengan akhlakul karimah dan

aktifitas keberagamaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan

keluarga, madrasah dan masyarakat. Materi yang diajarkan meliputi Akidah, fikih,

dan al-Qur’an. Metode yang digunakan antara lain: Menyentuh dan mengaktifkan

potensi berfikir anak melalui cerita atau kisah yang dapat meningkatkan keimanan

dalam diri anak, mengajarkan membaca al-Qur’an dan maknanya, mengajarkan

shalat, dan mudzakarah melalui wirid dan doa. Kemudian sebagai indikator siswa

cerdas secara spiritual antara lain kesadaran merasa diawasi, ikhlas, jujur, peduli

dan sabar.5

4 Maesaroh, Konsep Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut Al-Ghazali, Skripsi, (Semarang:

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009), hlm. 67. 5 Hadi Marsono, Pendidikan Kecerdasan Spiritual di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu (MIT)

Nurul Islam, Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2010), hlm 65.

Page 4: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

10

Dari penelitian-penelitian sebelumnya dapat disimpulkan perbedaan dan

persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan dengan judul Pendidikan

Spiritual Model Khalwat di Pondok Pesantren Baiturrohmah Malang Jawa Timur.

Adapun kesimpulannya sebagaimana berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Suyitman, membahas pemikiran-pemikiran al-

Ghazali tentang spiritual. Kesamaannya terletak pada pemikiran al-Ghazali yang

menjadikan hati sebagi pusat spiritual. Sedangkan letak perbedaannya adalah pada

penelitian yang bersifat literal dalam pengambilan sumber data.

Penelitian yang dilakukan oleh Mukhroyi, menekankan pada penerapan metode

SQ menurut Danah Zohar. Dalam skripsi ini dapat dipahami bahwa implementasi

SQ bersifat psikologis dengan penekanan metode untuk mengatasi problem yang di

hadapi. Persamaannya adalah sama-sama berupaya menjelaskan tentang

implementasi metode. Letak perbedaannya adalah pada metode, bersifat literal, dan

pengambilan sumber datanya berbeda.

Penelitian yang dilakukan oleh Maesaroh, berbicara tentang konsep al-Ghazali,

skripsi ini hampir sama dengan skripsinya Suyitman, akan tetapi lebih fokus pada

pendidikan anak. Ini pula yang menjadi titik beda dengan penelitian yang akan

dilakukan. Sementara persamaanya adalah pada pandangan al-Ghazali tentang

pendidikan spiritual itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Hadi Marsono, disisni ada keterkaitan antara

kecerdasan spiritual dengan akhlak siswa-siswi, dimana itu sejalan dengan apa yang

menjadi tujuan dari lembaga pendidikan terkait. Letak persamaanya adalah

pengambilan sumber data diambil dari lembaga pendidikan yang diobservasi,

bedanya adalah nama dan tempat dari lembaga pendidikannya, yaitu di Madrasah

Ibtidaiyah Terpadu (MIT) Nurul Islam Ringinwok Ngaliyan Semarang.

Terlepas dari perbedaan maupun persamaan dengan penelitian-penelitian

sebelumnya, maka dalam penelitian ini lebih memfokuskan pembahasan tentang

pelaksanaan Pendidikan Spiritual dengan Model Khalwat di Pondok Pesantren

Baitur Rohmah Malang Jawa Timur. Model khalwat merupakan sebuah upaya

Page 5: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

11

terciptanya kemurnian batin (jiwa). Model khalwat adalah salah satu bentuk dari

latihan jiwa yang mendorong manusia untuk mengenal diri dan Tuhannya. Inilah

yang membedakan antara penelitian dahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

di Pondok Pesantren Baitur Rohmah Malang.

B. Kerangka Teoritik

1. Pendidikan Spiritual

a. Pengertian Pendidikan

Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses secara

bertahap berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai

sunnatullah. Demekian halnya pendidikan sebagai usaha membina dan

mengembangkan pribadi manusia baik aspek rohaniah maupun aspek jasmaniah,

juga berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu kematangan baru dapat tercapai

bilamana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan akhir

pertumbuhannya.

Beberapa pandangan ahli filsafat pendidikan barat yang dikutip Muzayyin

Arifin mengartikan pendidikan sebagai berikut:6

1. Mortimer J. Adler mengartikan, pendidikan sebagai proses dimana semua

kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat di

pengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang

baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun

untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang

ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.

2. Herman H. Horne berpendapat, bahwa pendidikan harus dipandang sebagai

proses penyesuaian diri manusia secara timbal balik dengan alam sekitar,

dengan sesama manusia, dengan tabiat tertinggi dari kosmos.

6 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010), hlm. 13-

14.

Page 6: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

12

3. William Mc Gucken, S.J. mengartikan, pendidikan merupakan suatu

perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik

moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorganisasikan dengan atau untuk

kepentingan individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan

yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhir.

Dari pengertian yang disampaikan oleh para pakar filsafat Barat di atas, dapat

ditarik sebuah kesimpulan, bahwa pendidikan menurut ahli filsafat Barat tidak

hanya menumbuhkan, melainkan mengembangkan ke arah tujuan akhir. Juga tidak

hanya suatu proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang

berlangsung ke arah sasarannya.

Sementara pandangan tokoh pendidikan Islam yang juga dikutip oleh

Muzayyin Arifin mengartikan pendidikan sebagai berikut:7

1. Omar Muhammad al-Touny al-Syaebani mengartikan, pendidikan sebagai

usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau

kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui

proses kependidikan.

2. Hasil rumusan Seminar Pendidikan Islam Indonesia tahun 1960 mengartikan,

pendidikan sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani

menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. Istilah

membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan, atau melatih

mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses

setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan

takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehinga terbentuklah manusia

yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.

3. Hasil rumusan Kongres se-Dunia II tentang pendidikan Islam, melalui seminar

tentang Konsepsi dan Kurikulum Pendidikan Islam, tahun 1980, dinyatakan

7 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hlm. 15-17.

Page 7: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

13

bahwa, pendidikan Islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan

pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan

kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan, dan pancaindra. Oleh karena itu,

pendidikan Islam harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia,

baik spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, keilmiahannya,

bahasanya, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-

aspek itu ke arah kebaikan dan kearah pencapaian kesempurnaan hidup.

Dari kedua pandangan ahli filsafat baik Barat maupun Timur tersebut, kita

dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa, pandangan filsafat mengartikan

pendidikan tidak hanya menumbuhkan, melatih, dan mengembangkan, dengan

pengarahan atau bimbingan dari generasi yang diperoleh, melainkan

menumbuhkan, melatih, dan mengembangkan kearah tujuan akhir. Juga tidak

hanya suatu proses yang sedang berlangsung, melainkan suatu proses yang

berlangsung menuju sasarannya yaitu dunia dan akhiratnya.

Melatih dan mengembangkan, mengandung pengertian tentang usaha

meningkatkan taraf kehidupan melalui seluruh aspek-aspeknya yang tidak

mungkin dapat sampai ketujuan yang telah ditetapkan, tanpa melalui proses tahap

demi tahap. Mengingat manusia dengan kelengkapan dasar dalam dirinya baru

mencapai kematangan hidup, setelah berkembang melalui tingkat hidup kejiwaan

dan kejasmaniahan dengan pengarahan atau bimbingan dari generasi yang

diperoleh.

Dari segi bahasa Abuddin Nata menukil bukunya W.J.S. Poerwadarminta

mengartikan pendidikan sebagi perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik;

dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan

dan sebagainya) badan, batin, dan sebagainya.8

Sementara dalam bahasa arab, para pakar pendidikan pada umumnya

mengartikan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Menurut Abdurrahman an-

8 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 333.

Page 8: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

14

Nahlawy yang dikutip Abuddin Nata, jika kita merujuk Kamus Bahasa Arab, kita

akan menemukan tiga akar kata untuk istilah tarbiyah. Pertama, raba-yarbu yang

artinya bertambah dan berkembang. Kedua, rabiya-yarba yang dibandingkan

dengan khafiya-yakhfa’ yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, rabba-

yarubbu yang dibandingkan dengan madda-yamuddu yang berarti memperbaiki,

mengurusi kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan.9

Maka secara bahasa pendidikan atau tarbiyah (bahasa arab) dapat diartikan

sebagi:

1) Suatu perbuatan mendidik badan, batin, dan sebagainya.

2) Pendidikan berarti bertambah dan berkembang dari kata raba-yarbu, tumbuh

dan berkembang dari rabiya-yarba, memperbaiki, mengurusi kepentingan,

mengatur, menjaga, dan memperhatikan dari rabba-yarubbu.

Secara istilah pendidikan menurut Soegarda Poerbakawaca, yang dikutip oleh

Abuddin Nata, adalah semua perbuatan dan usaha manusia dari generasi tua untuk

memberikan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya dan

keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam

pergaulan bersama sebaik-baiknya.10 Menurut Prof. Mansur dalam pengantar

bukunya Mahfud Junaedi mengatakan, pendidikan pada dasarnya adalah sebuah

proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan

penyempurnaan semua potensi manusia.11

9 Penggunaan kata tarbiyah untuk mengartikan pendidikan ditentang oleh Muhammad al-

Naquib al-Attas dalam bukunya yang berjudul Konsep Pendidikan dalam Islam. Alasannya Pertama kata tarbiyah tidak bisa ditemukan dalam semua leksikon-leksikon bahasa arab besar. Dan juga penerapannya tidak hanya terbatas pada manusia saja dan medan-medan semantiknya meluas kepada spesies-spesies lain untuk mineral, tanaman dan hewan. Kedua bahwa makna dasar istilah tarbiyah tentunya berpuncak pada otoritas al-Qur’an sendiri, tidak secara alami menggandung unsur-unsur esensi pengetahuan, inteligensi dan kebajikan lainnya, yang pada hakikatnya merupakan unsur-unsur pendidikan yang sebenarnya. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 334-337.

10 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2004), hlm. 10. 11 Mahfud Junaedi, Ilmu Pendidikan Islam Filsafat dan Pengembangan, (Semarang: Rasail

Media Group, 2010), hlm. 1.

Page 9: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

15

Dengan demikian dapat diambil sebuah kesimpulan secara istilah pendidikan

adalah sebuah proses transformasi pengetahuan dari generasi tua kepada generasi

muda, menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi

untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama sebaik-baiknya.

b. Pengertian Spiritual

Spiritual secara bahasa berasal dari kata spirit yang berarti semangat, jiwa,

sukma, ruh. Sedangkan spiritual diartikan sebagai hal yang berhubungan atau

bersifat kejiwaan (rohani batin).12 Spiritual merupakan kegiatan yang mencakup

nilai-nilai kemanusiaan yang non material, seperti kebenaran, kebaikan,

keindahan, kesucian dan cinta, rohani, kejiwaan dan intelektual.13

Menurut Hendrawan spiritual merupakan kata sifat dari kata benda spirit yang

diambil dari kata latin spiritus yang artinya bernapas. Dalam bentuk kata sifat,

spiritual mengandung arti “yang berhubungan dengan spirit, yang berhubungan

denngan yang suci, yang berhubungan dengan fenomena atau makhluk

supernatural. Dalam bahasa Arab dan Parsi, istilah yang digunakan untuk istilah

spiritual adalah ruhaniyah (Arab) dan ma’nawiyah (Parsi). Istilah pertama diambil

dari kata ruh, sedangkan istilah kedua diambil dari kata ma’na, yang mengandung

konotasi kebatinan, (yang hakiki) sebagai lawan dari (yang kasat mata).

Hendrawan menambahkan bahwa kedua istilah tersebut berkaitan dengan tataran

realitas lebih tinggi daripada yang materi dan kejiwaan.

Dari beberapa arti literal tersebut Hendrawan menjelaskan tiga hal dari

pengetian spiritual ini. Pertama, menghidupkan, tanpa spiritual organisme mati

secara jasadiah ataupun kejiwaan. Kedua, memiliki status suci (sacred), jadi

12 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),

hlm. 1087. Baca juga Boediono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Alumni, 2005), hlm. 609.

13 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabya: Arkola, 1994),

hlm. 721.

Page 10: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

16

statusnya lebih tinggi daripada yang materil (profane). Ketiga, terkait dengan

Tuhan sebagai causa prima kehidupan.14

Dengan demikian maka secara bahasa spiritual berasal dari kata sifat spirit

diambil dari bahasa latin spiritus yang berarti semangat, sukma, roh. bersifat

kejiwaan (rohani batin). berhubungan dengan yang non material, seperti

kebenaran, kebaikan, keindahan, cinta, dan intelektual, yang berhubungan dengan

yang suci, yang berhubungan dengan fenomena atau makhluk supernatural.

Sedangkan secara istilah, spiritual adalah merupakan pola pikir secara tauhidi

(integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah.15 Adanya spiritual, maka

seseorang akan lebih memperhatikan sesuatu ke dalam dirinya yang begitu

mendalam dan sangat penting, bahkan seseorang dapat memohon semacam

koneksi dengan realita keagamaan16.

Pusat dari spiritual manusia adalah hati (al-qalb). Hati adalah sebuah kuil

yang ditempatkan oleh Tuhan dalam diri setiap manusia.17 Dalam permasalahan

ini Muhammad Sholihin mengambil penjelasan Imam Ghazali dalam kitab

ihya’nya, mengumpamakan jiwa manusia seperti cermin (al-mir’ah). Cermin yang

mengkilap bisa saja pekat jika tertutup oleh noda dosa yang diperbuat manusia.

Maka jika seseorang selalu menjaga kebersihan jiwanya, titik-titik noda itu akan

hilang, sehinga cermin (qalb) akan kembali bersinar menerima pantualan dan

pancaran nur ilahi, bahkan akan lebih kuat serta luar biasa sinar yang di pantulkan

ke sekitarnya.18

14Hendrawan, Spiritual Management, hlm. 18. 15 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiriotual,

(ESQ), (Jakarta: Arga, 2001), hlm. 57. 16 Tyler T. Roberts, Spiritualitas Pos Religius, (Yogyakarta: Qalam, 2002), hlm.27. 17 Robert Frager, Ph.D, Hati, Diri Dan Jiwa, Psikologi Sufi Untuk Transformasi, Terj.

Hasiniyah Rouf, (PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), hlm. 55. 18 Muhammad Sholikhin, Tasawuf Aktual Menuju Insan Kamil, (Semarang: Pustaka Nuun,

2004), hlm. 13.

Page 11: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

17

Maka secara langsung hati dapat bereaksi atas setiap pikiran dan tindakan,

karena hati bagaikan pemimpin yang ditaati oleh anggota tubuh lainnya, adalah

perumpamaan rakyatnya. Jadi bersumber dari aktivitas manusia yang

mencerminkan baik dan buruknya perilaku ditentukan oleh hati. Apabila hati

semakin kotor, maka akan sulit menerima cahaya kebenaran, sehinga perilaku

akan menyimpang dari ajaran-ajaran agama.

Konsep di atas dapat ditarik sebuah pandangan yang menyatakan bahwa

manusia diciptakan dari dua unsur yaitu unsur jasmani dan rohani. Unsur jasmani

terdiri atas materi, sedang unsur ruhani berasal dari Tuhan yang bersifat spiritual

dan transenden, yang berpusat pada qalb (hati) manusia. karena manusia

mempunyai sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan. Dengan penjelasan di atas

kiranya jelaslah ranah spiritual yang dimaksud di sini. Maka secara istilah spiritual

merupakan kegiatan yang berkaitan dengan tataran realitas lebih tinggi daripada

yang materi dan kejiwaan yang berpusat pada hati, yang merupakan pola pikir

secara tauhidi (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah.

Dengan merujuk pada pengertian dan juga penjelasan-penjelasan yang telah

disampaikan oleh para tokoh di atas maka dapat dirumuskan tentang pengertian

pendidikan spiritual yang dimaksud di sini adalah sebuah proses transformasi

pengetahuan secara tauhidi (integralistik) yang berpusat pada hati, dan

berhubungan dengan tataran realitas yang lebih tinggi daripada yang materi dan

kejiwaan, menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan (seorang

hamba), untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan antar sesamanya

dengan sebaik mungkin, maupun fungsi hidupnya sebagai seorang hamba kepada

khaliqnya. Sebagaimana penjelasan tersebut adalah menuju terbentuknya insan

kamil yakni manusia yang berintelektual dan juga berspiritual tinggi. Artinya

menjadikan dunia maupun akhiratnya sebagai tujuan, dengan berprinsip semata-

mata ibadah hanya karena Allah.

Page 12: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

18

2. Khalwat

a. Pengertian Khalwat

Ada saat ketika perilaku, pikiran, emosi, dan kesadarn individual terasa begitu

terserap ke dalam kesadaran kolektif, individu sering tidak bisa mengambil jarak

sehinga tidak mampu lagi melihat hakikat kennyataan secara apa adanya. Di

sinilah saat di mana seharusnya kita mulai meniadakan diri melalui aneka dzikir

dengan tahapannya serta hadirnya hati ketika melaksanakan amalan dzikir.

Sirnanya pikiran dari pengaruh kolektif duniawi ketika taqarrub kepada Allah, dan

hanya Allah sajalah yang tampak pada pikiran dan perasaan.

Dalam tradisi sufi mengasingkan diri dalam kesendirian dan kesunyian untuk

bertafakur dan taqarrub kepada Allah SWT. disebut dengan khalwat.19

Sedangkan Abdullah Asy-Syarqowiy menegaskan bahwa berkhalwat merupakan

salah satu rukun di antara empat rukun yang harus dilakukan oleh murid, tiga

rukun berikutnya adalah: Diam dan tidak banyak bicara, terus menerus dalam

keadaan lapar, selalu bangun di tengah malam.20

Sementara Abubakar Aceh mengemukakan, bahwa maksud dari khalwat pada

golongan sufi adalah belajar menetapkan hati, melatih jiwa dan hati untuk selalu

mengingat Allah, dan dengan demikian tetap berkepanjangan memperhambakan

diri kepada Allah. Artinya terus-menerus menjaga hati untuk beribadah kepada

Allah SWT.21

19 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, (Yogyakarta: Mitra

Pustaka, 2002), hlm. 89. Tafakur adalah menghayati ciptaan Allah, baca Abdullah Syarqawiy, dalam Syarah al-Hikam,

terj. Ahmad Daerobiy, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2009), hlm. 39. 20 Syaikh Abdullah Asy Syarqowiy, Syarah al-Hikam Ibnu ‘Atho, (Jakarta: Darul Ulum Press,

2009), hlm. 40. 21 Abubakar Aceh, Penngantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, (Solo: Ramadani, 1993), hlm. 332-

333.

Page 13: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

19

Dalam bukunya Sa’id bin Musfir mengutip pandangan Hasan Asy-Syarqawi

bahwa berkhalwat menurut kaum sufi adalah salah satu keharusan rohani yang

harus ditempuh oleh seorang salik untuk menjadi seorang sufi. Mereka juga

meyakini bahwa berkhalwat menjadi bukti atas kesunguh-sunguhan taubat dan

menguatkan keikhlasan. Berkhalwat dianggap merupakan masa-masa terbaik yang

dilakukan seorang manusia bersama Tuhannya.22

Secara bahasa menurut Annemarie Schimmel dalam pengantar bukunya

Michaela Ozelsel mengartikan, khalwat yang dalam bahasa turki disebut halvet

dari bahasa arab khalwat, yang berarti menyepi, menyendiri atau mengasingkan

diri. Lebih lanjut Schimmel menjelaskan, seorang sufi pada tahapan awalnya,

ketika gurunya menganggap layak dan perlu, diharuskan menyelesaikan latihan

keras selama empat puluh hari empat puluh malam, sendirian di dalam sebuah

ruangan sempit dengan sedikit mungkin cahaya, sedikit makanan, mengisi waktu

hanya dengan membaca al-Qur’an, meditasi, dan mengucapkan serangkaian doa

tertentu atau asma-asma Allah. Sang guru biasanya akan menjenguknya dipetang

hari untuk melihat kemajuannya dan menafsirkan mimpinya, atau membawanya

kembali kedunia normal jika terbukti ia terlalu lemah untuk melakukan latihan-

latihan yang diwajibkan itu.23

Sedangkan khalwat atau khalwah menurut kamus tasawuf adalah

mengasingkan diri, pengasingan rohani. Rasulullah misalnya pernah melakukan

khalwat ke gua Hira’ hinga beliau memperoleh wahyu yang pertama.24 Menurut

Sanerya Hendrawan khalwat menekankan suasana batin dalam kesendirian,

keheningan, tidak bertemu dan berkomunikasi dengan siapa pun, kecuali Allah.

22 Sa’id bin Musfir al-Qhathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, terj. Munirul

Abidin, (Jakarta: Darul Falah, 2005), hlm. 521. 23 Michaela Ozelsel, Empat Puluh Hari Khalwat “Catatan Harian Seorang Psikolog Dalam

Pengasingan Diri Sufistik”, terj, Nuruddin Hidayat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hlm. 11. 24 Sholihin M, dan Anwar Rosihon, Kamus Tasawuf, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002) hlm. 116.

Page 14: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

20

Berzikir, berdoa dan beribadah, merenung, serta praktek-praktek asketis lainnya

menjadi kegiatan terpenting selama berlangsungnya proses khalwat.25

Lebih lanjut Hendrawan menjelaskan, dari perspektif psikologi transpersonal,

khlawat bisa dipahami sebagai teknik untuk mengubah, memfokuskan,

memecahkan, atau memperluas kesadaran normal. Hendrawan mengambil

pandangan Campbell bahwa, di dalam khalwat berlangsung tiga tahap proses

kejiwaan yang oleh Campbell disebut separation, initiation, and return. Proses

yang berlangsung adalah memisahkan diri dari keramaian, menciptakan

kesendirian dan kesunyian, berkonsentrasi dan menukik jauh ke dalam diri, lalu

menemukan pencerahan, dan kembali kekancah pergaulan masyarakat dengan visi

baru. Di dalam proses itu berlangsung refleksi, visualisasi dan dialog batin, yang

kemudian menghasilkan sebuah pengalaman transpersonal, yang menurut Maslow

di luar individualitas (lebih inklusif, lebih besar daripada individual). Ini dicapai

dengan cara mengakses petunjuk batin (inner guide) yang di sebut Higher Self.

Wilber memahami Higher Self ini sebagi kesadaran murni yang merupakan cahaya

ketuhanan. Di bawah petunjuk batin inilah terjadi pertumbuhan jiwa yang bersifat

progresif, yang semakin meluas sehinga memungkinkan kehidupan yang lebih

autentik, kreatif, dan menghadapi tantangan hidup dengan berhasil (suatu

kehidupan yang memungkinkan tercapainya integrasi dan ekspresi yang harmonis

dari totalitas alam manusia yang mencakup fisik, emosional, mental, dan

spiritual.26

Sementara Imam Qusyairi dalam Risalahnya mengatakan, khalwat merupakan

sifat ahli sufi. Sedangkan ‘uzlah merupakan bagian dari tanda bahwa seseorang

bersambung dengan Allah SWT. Seharusnya bagi murid pemula agar ‘uzlah

(mengasingkan diri) dari bentuk-bentuk eksistensial kemudian di akhir

perjalanannya melakukan khalwat (menyepi) sehinga sikap lemah lembut dapat

25 Sanerya Hendrawan, Spiritual Menegement, (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), hlm. 52. 26 Sanerya Hendrawan, Spiritual Menegement, hlm. 53.

Page 15: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

21

tercapai. Lebih lanjut Imam Qusyairi mengatakan, hakikat khalwat adalah

pemutusan hubungan dengan makhluk menuju penyambungan hubungan dengan

Al-Haq. Hal itu dikarenakan khalwat merupakan perjalanan rohani dari nafsu

menuju hati, dari hati menuju ruh, dari ruh menuju alam rahasia, dan dari alam

rahasia menuju dzat Maha Pemberi segala.27

Dengan demikian pengertian khalwat secara bahasa adalah menyepi,

menyendiri atau mengasingkan diri, pengasingan rohani. Sementara secara istilah

khalwat diambil dari tradisi sufi yang berarti mengasingkan diri dalam kesendirian

dan kesunyian untuk bertafakur dan taqarrub kepada Allah SWT. Atau

menekankan suasana batin dalam kesendirian, keheningan, tidak bertemu dan

berkomunikasi dengan siapa pun, kecuali Allah. Berzikir, berdoa dan beribadah,

merenung, serta praktek-praktek asketis lainnya menjadi kegiatan terpenting dalam

taqarrub kepada Allah.

b. Dasar Khalwat

Dalam wasiat atau pesannya Syekh Abdul Qadir al-Jilani, mengatakan,

kesunyian dan kesendirian pasti akan dialami oleh setiap manusia setelah mati.

Oleh karena itu, Allah mengajarkanmu untuk menyendiri dan mengasingkan hati

dari ghayrullah (selain Allah). Lenyapkan dirimu sebelum dirimu mati, niscaya

kubur itu akan menjadi jalan menuju Allah. Apabila hatimu telah mati dari

ghayrullah, engkau akan hidup di sisi Allah. Engkau akan dekat dengan Allah, dan

akan dilimpahi magfiratullah (pengampunan dari Allah), karena engkau telah

mengenal Allah. Hukum-hukum utama dalam syari’at Allah hendaknya dijaga dan

dipelihara.28 Pesan tersebut sekaligus menjadi dasar bagi kita untuk meniadakan

selain Allah dan selalu mendekatkan diri kepada Allah.

27 Abul Qosim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah Qusyairiyah, terj.

Umar Faruq, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hlm. 134. 28 Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, Rahasia Sufi, Sirr al-Asrar fi ,ma Yahtaju Ilaihi al Abrar. Terj.

Abdul Majid Hj. Khatib, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2002). hlm. 129-130.

Page 16: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

22

Sementara Abdurrahman al-Jauzi mengisahkan, dari Abu Haul al-Maghribi

ketika berada di Masjid Baitul Maqdis, ia meminta nasehat dari seorang arif yang

dianggap gila oleh orang-orang di situ. Kemudian sang arif yang dianggap gila

tersebut memberi nasehat lewat untaian syairnya:

“Jadilah engkau menyepi sendiri, dari pergaulan semua makhluk, pergi dari mereka, mencari al-Haq. Dan sabarlah, karena dengan kesabaran itu, engkau dapat meraih matahari cita-cita…”.29

Sesungguhnya khalwat itu sudah tidak asing lagi bagi kita serta telah

diperintahkan oleh Allah. Syaikh Ahmad al-Kamsakhanawi mengambil dalil dari

hikayat dari Nabi Ibrahim AS. sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an:30

���������� �� ����� ������

��� ����� ���� ��!�� ��

"#$%�& �'()� *+� ����,�

����.��#/ "#$%�& �(012⌧4 5��

�7☺$9�: ��;<=>����� �����

�����;?!@�A ��� ����� ����

�BC�?E�� FG �� �HI�K#2

LM�N2!@�A�� ⌧�,�� ��O:9@P

�+�#>�Q 5�R�

Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdo’a kepada tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdo’a kepada tuhanku. Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya’qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi. .(Q.S. Maryam/19: 48-49).31

29 Abdurrahman al-Jauzi, Anekdot-Anekdot Sufi, terj. Nabhani Idris, (Bandung: Al-Bayan,

1996), hlm. 26. 30 Syaikh Ahmad al-Kamsakhanawy an-Naqsyabandy, Jami’ul Usul fil Auliya’ wa Anwa’ihim

wa Aushofihim, (Darul Kitab al-‘arabiyah al-kubra, t.t,), hlm. 123. 31 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul Ali, hlm. 308.

Page 17: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

23

Djamaluddin Ahmad mengatakan, bukan hanya persiapan dan pematangan

jiwa dengan khalwat di gua Hira’ yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

selama 40 hari (dalam sebagian riwayat) sebelum dan sampai turunnya wahyu

pertama, karena beliau akan menghadapi kekuatan kaum Quraisy yang tidak

mudah ditaklukan. Nabi Musa pernah melakukan hal yang serupa yaitu melakukan

khalwat di bukit Tursina dengan berpuasa selama empat puluh hari empat puluh

malam. Selama itu pula Nabi Musa mempersiapkan diri karena beban yang akan

dipikulnya dari Allah sangat berat. Ia akan berhadapan dengan kekuatan Fir’aun

yang mengangkat dirinya sebagai tuhan, dan umatnya sendiri (Bani Israil) yang

sering bertindak tidak etis terhadap Nabi mereka sendiri.32

Firman Allah:

��Q��S���� T'U�� �VW�XI$9�Y

Z[��\0�� �]I�O☺☺\�� ��

�^_@#/ `��a�: NbI�20�� Fc�=#$/�&

�d��@�/�&� Z[��\0�� T �e����

T'U�� �=�fLgh ���iIE

'�P\F@9!L�� "#j "�a���

⌧#9k� �� l+�� m#noa�� lp0#nK

�jq��fr\F�☺\��� 5s�t�

Dan telah kami janjikan kepada Musa memberikan Taurat, sesudah berlaku waktu 30 malam, dan kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi, maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan tuhannaya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun, gantikanlah Aku dalam memimpin Kaumku, dan perbaikilah dan janganlah kamu

32 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm. 90-91. Terjadi

perbedaan pandangan dalam masalah pengambilan dasar dalil khalwat yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW dan pada Nabi Musa AS, Dr. Sa’id bin Musfir al-Qahthani dalam bukunya mengatakan, apa yang dilakukan oleh Musa AS, adalah khusus untuknya dan tidak boleh seorang pun manusia menirunya, termasuk saudaranya sendiri Nabi Harun AS. Tidak disyariatkan untuk umatnya dan tidak pula disyariatkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian Dr. Sa’id mengutip perkataan Ibnu Taimiyah bahwa, melakukan khalwat dengan mengambil dalil dari khalwatnya Nabi Musa ini berarti berpegangan dengan syariat yang telah dihapus, sedangkan berdalil dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad berarti berpegang pada sesuatu yang dilakukan Rasulullah sebelum kenabiannya. adapun jika mereka berdalil dengan dasar I’tikaf Nabi SAW, sesunguhnya beliau mensyari’atkannya, agar mereka menjaga ibadah, menyempatkan diri untuk-Nya, menghentikan kesibukan dan urusan-urusan lain. Baca Buku Putih Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, hlm. 523-525.

Page 18: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

24

mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”. (Q.S Al-A’raf/ 7:142).33

Dalam hadis Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan tentang kesunahan

khalwat. seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Aisyah ‘Umul

Mu’minin, yang menjelaskan tentang wahyu pertama kali turun kepada Nabi

Muhammad SAW dan kesenangan beliau melakukan khalwat di gua Hira’ yaitu:

لصالحة فى النوم فكان اليرى رؤيا إال قالت أول ما بدئ به رسول اهللا من الوحى الرؤيا ا

اء فيتحنث فيه وهو ر ثم حبب عليه الخالء وكان يخلو بغار خ ءت مثل فلق الصبحجا

34(رواه البخارى)التعبد الليالى ذوات العدد.

Aisyah berkata: Pertama kali wahyu Rasulullah SAW diawalai mimpi yang shahih (benar) pada waktu tidur, Rasullullah SAW tidak mengetahuinya kecuali datang menyerupai terangnya waktu subuh. Kemudian diberi kesenangan kepada Rasulullah SAW, untuk melakukan khalwat di gua Hira, maka beliau mengasingkan diri di dalamnya, yaitu beribadah beberapa malam yang berbilang-bilang.

Dalam hadis Nabi yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu

Sa’id al-Khudri menerangkan tentang manusia yang utama yaitu:

بنفسه جاهد فى سبيل اهللاي: مؤمن رسول اهللا قالفأي الناس افضل ؟ يارسول اهللا

عاب يتقى اهللا ويدع الناس من شره. فى شعب من الش مؤمن : ثم من ؟ قال:وا. قالوماله

35)رواه البخارى(

33 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya Al-Jumanatul Ali, hlm. 167. 34 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Isma’il al-Bukhari, Matan al-Bukhari, (Berut: Darul Kitab al-

Islami, t.t.), jil. I, hlm. 6. 35 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Isma’il al-Bukhari, Matan al-Bukhari, jil. II, hlm. 135.

Diriwayatkan dari hadis tersebut ketika datang seorang a’rabi (orang desa) kepada Rasullullah yang menanyakan masalah manusia yang paling utama. Hadis ini ditulis pada dua bab yaitu bab jihad jil. II, hlm. 135 dan bab ‘Uzlah jil. IV, hlm. 128. Dengan redaksi yang sedikit berbeda tapi maksudnya sama.

Page 19: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

25

Wahai Rasulullah, siapakah manuisa yang paling utama?. Beliau menjawab: Orang mukmin yang berjuang di jalan Allah dengan jiwa raga dan harta bendanya. Ia bertanya lagi: kemudian siapa? Beliau menjawab: Orang mukmin yang menyendiri pada sebuah desa dengan tujuan untuk bertakwa kepada Allah dan menjauhi manusia karena kejahatannya. (H.R. Bukhari).36

Hadis ini juga digunakan oleh Syaikh Ahmad al-Kamsakhanawy sebagai dalil

melakukan khalwat.37

Imam Qusyairi dalam kitab Risalah-nya mengambil sebuah hadis yang

diriwayatkan oleh Imam Muslim yaitu:

، إن سمع فزعة أو فرسه فى سبيل اهللا هم رجال أخذا بعنانل كاس ش الن يمن خير معاإن

فى رأس له فى غنيمة فى مظانه, أو رجالالقتل الموت أو يبتغى تن فرسهعلى مهيعة كان

ويعبد ،الة ويؤتى الزكاةاو بطن واد من هذه األودية يقيم الص ،فاعشعفه من هذه الش

فى خير. (رواه مسلم).اس فى شئ اال ليس من الن ،اليقين حتى يأتيه ،هرب

Sebaik-baik kehidupan manusia adalah orang yang mampu memegang kerasnya (kendali) kuda di jalan Allah. Jika mendengar hal yang mengejutkan dan menakutkan, Ia tetap di atas pungung kuda dengan pilihan mati atau terbunuh, atau orang yang mendapatkan harta rampasan perang yang bertempat tinggal di atas gunung atau di dasar jurang yang senantiasa mengerjakan shalat, member zakat, dan beribadah kepada Tuhan sampai kematian menjemputnya, yang tidak dimiliki oleh orang lain kecuali tetap dalam kebaikan. (H.R. Muslim).38

Kemudian beliau Imam Qusyairi juga berkata, saya telah mendengar Ustadz

Abu Ali ad-Daqaq berkata, berpakaianlah sebagaimana orang berpakaian,

makanlah sebagaimana orang makan, dan menyendirilah dengan bersembunyi.39

36 Achmad Sunarto, Terjemah Riyadhus Shalihin Imam Nawawi, (Jakarta: Pustaka Amani,

1999), Jil. I, hlm. 564-565. 37 Syaikh Ahmad al-Kamsakhanawy an-Naqsyabandy, Jami’ul Usul fil Auliya’, hlm. 123. 38 al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah Qusyairiyah, hlm. 133-134. 39 al-Qusyairi an-Naisaburi, Risalah Qusyairiyah, hlm. 135.

Page 20: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

26

Dalam permasalahan dasar khalwat ini Sa’id Hawa menerangkan, pada masa

dulu para sahabat Nabi Saw di luar waktu jihad, bekerja dan memenuhi kewajiban

mereka, selalu berkhalwat dengan membaca al-Qur’an, atau dengan berdzikir atau

dengan menjauhi hal-hal yang tidak berguna. I’tikaf mereka di bulan Ramadhan,

khalwatnya Rasulullah di gua Hira’ sebelum kenabian dan sesudahnya merupakan

dalil terkuat untuk membuktikan kebolehan masalah khalwat. Lebih lanjud Sa’id

menjelaskan, bahwa sesunguhnya para pemikir dunia mengakui bahwa di dalam

kegiatan khalwat yang lama ada pengaruh yang luar biasa terhadap kejernihan

pikiran, jiwa dan adanya keteguhan hati, sehinga mereka mempraktikkan khalwat

ini. Bahkan Sa’id berharap agar setiap muslim membiasakan diri untuk berkhalwat

dalam rangka menghidupkan kembali kesunahan I’tikaf .40

Abubakar Aceh mengungkapkan, bahwa menurut ahli tarikh (sejarah) sesudah

menjadi Rasul, Nabi pernah berkhalwat ke jabal Nur (gua Hira’), pada waktu

beliau keputusan wahyu. Peristiwa tersebut terjadi ketika pada suatu hari konon

datang seorang kepada Nabi menanyakan tentang hakikat ruh. Nabi menanguhkan

beberapa hari untuk menerangkan. Tetapi beberapi hari lamanya belum juga

datang wahyu untuk menjelaskan kepada oranng musyrik itu. Lalu Nabi pergi ke

Jabal Nur berkhalwat beberapa hari lamanya. Sesudah itu turunlah wahyu dari

Allah yang mengajarkan kepada Nabi, agar sesuatu apapun yang akan dikerjakan

hendaklah dikatakan insya Allah. Sebab waktu Nabi ditanya, Nabi tidak menjawab

dengan kata insya Allah, maka karena itulah konon Allah menahan wahyu

beberapa hari lamanya.41

Menurut Imam Sahal yang dikutip oleh Imam Qusyairi, beliau menjelaskan

bahwa khalwat tidak dapat dibenarkan kecuali dengan meningalkan barang yang

haram dan menigalkan barang yang halal, juga tidak dibenarkan kecuali dengan

. 40 Sa’id Hawa, Pendidikan Spiritual, hlm. 486. 41 Abubakar Aceh, Penngantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, hlm. 334.

Page 21: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

27

melaksanakan hak Allah SWT. Imam Qusyairi menambahkan perkataan Dzun

Nun al-Misri bahwa, saya tidak pernah melihat sesuatu yang dapat menimbulkan

sikap ikhlas kecuali kekasihmu itu adalah khalwat, makananmu adalah lapar, dan

pembicaraanmu adalah lapar. Apabila engkau meninggal dunia, engkau selalu

bersambung dengan Allah SWT. Dzun Nun al-Misri juga pernah berkata, orang

tidak akan terhalang dari makhluk karena berkhalwat sebagaimana orang yang

tidak akan terhalang dari mereka karena mendekatkan diri kepada Allah SWT.42

Merujuk dari dasar dan penjelasan para tokoh sufi di atas maka dasar khalwat

adalah al-Qur’an seperti dalam Q.S. Maryam/19: 48-49, Q.S Al-A’raf ayat 142.

Kemudian sunah Rasulullah, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari

dari Abu Sa’id al-Khudry tentang ‘uzlah dan jihad, dari Aisyah yang menjelaskan

tentang wahyu pertama kali turun dan kesenangan Nabi melakukan khalwat.

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan juga perilaku para sahabat dan

tabi’in yang menjadi landasan dasar ajaran-ajaran sufi. Kemudian perilaku atau

jalan yang ditempuh oleh para tokoh sufi terdahulu menjadi titik terang bagi

penganut perjalanan spiritual pada dekade-dekade sesudahnya samapi sekarang.

c. Tujuan Khalwat

Khalwat ibarat sebuah tungku tukang besi, di mana besi dimasukkan ke dalam

tungku pembakaran agar karat dan kotoran yang ada pada besi itu hangus terbakar.

Hasilnya adalah besi yang putih bersih. Sama halnya dengan hati yang telah

dibakar di tungku khalwat, maka hati akan menjadi putih bersinar dan mudah

mendapatkan sinar Ilahi, serta terungkap pula rahasia ilmu yang tersembunyi di

alam raya ini, sebagai anugrah besar dari Allah SWT.

Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Tujuan dari khalwat adalah untuk

mengembleng diri dalam penyucian jiwa serta mengikis daki-daki dosa dengan

42 Al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyah, hlm. 136.

Page 22: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

28

berzikir dan bertaubat.43 Menurut Hendrawan bahwa khalwat diperlukan untuk

memperoleh pencerahan jiwa, kesucian, dan hikmah atau apa yang sekarang sering

disebut imajinasi, iluminasi, kreativitas, dan intuisi.44 Sedangkan Michaela Ozelsel

menjelaskan tentang tujuan dari pelatihan-pelatihan spiritual dari berbagai macam

tradisi sama sekali tidak berlangsung atas dasar kepentingan pribadi dengan tujuan

untuk mencapai pencerahan pribadi, tapi ia memiliki tujuan yang jelas untuk dapat

mengabdi kepada masyarakat dengan lebih baik sesudah pelatihan itu. 45

Syaikh atau guru thariqat Michaela Ozelsel mengingatkan padanya, sebelum

dia mulai melakukan khalwat, engkau jangan melakukan khalwat untuk

kepentingan dirimu sendiri, Islam tidak mengenal kerahiban dan kependetaan,

pengasingan diri hanya bersifat sementara, karena mengabdi kepada masyarakat,

umat, lebih berguna setelah engkau keluar.46

Sebagaimana penjelasan Djamaluddin Ahmad bahwa, berkhalwat memang

bertujuan untuk membersihkan diri. Ketika berada dalam kesendirian dan

kesunyian itulah proses pembersihan dilakukan. Di dalam kesenyapan, seorang

sufi merasa berada di depan Allah dan menjauhkan dirinya dari pengaruh

keduniaan, hawa nafsu dan syahwat badani. Pikirannya dikosongkan dari hal-hal

yang bersifat materi, bahkan meniadakan dirinya sendiri. Ia menyatukan dirinya

dalam ke Baqo’an, karena telah sirna semua yang bersifat materi dalam dirinya.

Dalam kefanaan khalwatnya, tiada lagi sesuatu dalam pandangannya selain Allah.

Ia bermuwajjahah (bertatap muka) sepenuhnya di dalam keheningan jiwa dan

keteduhan qalbu, bercengkrama dengan Allah yang Maha Indah (Al-Jamal).

43 Syekh Abdul Qadir Al-jilani, Rahasia Sufi, hlm.219. 44 Sanerya Hendrawan, Spiritual Menegement, hlm. 52. 45 Michaela Ozelsel, Empat Puluh Hari Khalwat “Catatan Harian Seorang Psikolog Dalam

Pengasingan Diri Sufistik”, terj, Nuruddin Hidayat, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002), hlm. 308. 46 Michaela Ozelsel, Empat Puluh Hari Khalwat, hlm. 27.

Page 23: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

29

Lebih lanjut Djamaluddin menambahkan, ketika dalam khalwat hanya ada

satu maksud yaitu tujuan tertingi dari maqam sufiyah, yakni muraqabah dan

musyahadah, lalu masuk ke maqam ma’rifat sebagai tujuan yang paling tinggi.

Seperti bunyi ungkapan para sufi dalam munajah mereka kepada Allah.

الهى أنت مقصودى ورضاك مطلوبى أعطنى محبتك وبقربك.

Ya Ilahi, hanya Engkaulah yang aku tuju, ridha-Mu yang aku cari, aku sangat mengharap kecintaan-Mu dan mengenal keagungan-Mu.47

Abdurrahman al-Jauzi menceritakan dalam sebuah syair yang didengar oleh

Dzun Nun al-Misri, ketika Dzun Nun al-Misri mendatangi seorang ahli ma’rifat

yang mengasingkan diri disebuah bukit, ia mendengar pekik suara yang menyayat

hati, yakni untaian syair:

“Wahai zat yang dengan berdzikir kepada-Mu, jinakanlah hati, hanya Engkaulah satu-satunya zat yang kuharap, malam dan zaman telah lenyap, namun cinta kasih-Mu tetap lembut segar, sejuk terasa dalam qalbu”.48

Dari berbagai pandangan tentang tujuan yang ingin dicapai dari khalwat di

atas maka jelaslah bahwa tujuan khalwat dapat dirumuskan kurang lebih

sebagaimana berikut:

1. Untuk melatih diri dalam penyucian jiwa atau pencerahan jiwa serta mengikis

daki-daki dosa dengan berzikir dan bertaubat.

2. Untuk mencapai maqam tertingi dari maqam sufiyah, yakni muraqabah dan

musyahadah, lalu masuk ke maqam ma’rifat sebagai tujuan yang paling

tinggi.

3. Untuk dapat mengabdi kepada masyarakat dengan lebih baik sesudah

pelatihan khalwat.

47 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm. 94. 48 Abdurrahman al-Jauzi, Anekdot-Anekdot Sufi, hlm.27-28.

Page 24: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

30

d. Manfaat Khalwat

Menurut Djamaluddin, buah yang dapat dipetik dari khalwat seorang sufi

adalah pada setiap pagi selama empat puluh hari itu, satu hijab (penutup) akan

tersingkap dan menjelmalah kedekatan abid (hamba) dengan ma’bud. Selama

empat pulu hari, akan tersingkaplah empat puluh hijab. Setelah masa itu di

lampaui akan tergambar suatu keagungan suci yang sangat indah dan terangkatlah

martabat manusianya ke tingkat hakikat, hikmah dan ilmu. Artinya ia telah masuk

ke wilayah ma’rifat.49

Sementara A. Hamid menjelaskan, seorang salik (penempuh jalan sufi) yang

tekun dan sunguh-sunguh akan mencapai tingkat ketingian ilmu yang manfaat

dunia maupun akhirat, yakni tingkat ma’rifat hakikat. Artinya ialah pengetahuan

hakekat yang sempurna, imannya disebut iman hakikat sempurna. Lebih lanjut A.

Hamid menjelaskan, pada tingkat ilmu dan iman ini, alam ruhani seseorang sudah

sampai di alam hikmah, yakni alam malakut tempat Tuhan menyampaikan

kehendak. Alam ini bernama surga, yakni alam tempat segala nikmat lahir maupun

batin. Tingkatan ini, diperoleh melalui proses peningkatan ilmu dan iman, secara

tahap demi tahap tersingkaplah berbagai rahasia alam lahir dan alam ghoib,

terutama kandungan-kandungan hakiki ajaran agama. Maka terbukalah rahasia

kerajaan alam malakut (alam akhirat). Dengan terbukanya rahasia-rahasia tersebut

terbaliklah keadaan alam ini dalam pandangan si salik: apa yang sebelumnya

dikenal sebagai hal-hal ghaib, berubah menjadi masalah nyata. Sebaliknya apa

yang tadinya dikenal sebagai hal-hal yang nyata (oleh indra lahir) ternyata

49 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm, 92-93. Imam Qusyairi dalam kitabnya mengatakan: Ma’rifat menurut bahasa ulama adalah ilmu, setiap

orang yang ber ma’rifat kepada Allah adalah ‘arif (orang bijak yang banyak pengetahuannya). Setiap orang ‘arif adalah ‘alim. Dan menurut sebagian ulama, ma’rifat adalah sifat orang-orang yang mengenal Allah dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya, kemudian dia membenarkan Allah dengan melaksanakan ajaran-Nya dalam semua perbuatan. Ia membersihkan dirinya dari akhlak yang rendah dan dosa-dosa, kemudian lama berdiri mengetuk pintu Allah, dengan hati yang konsis dan istiqomah, dia ber i’tikaf untuk menjauhi dosa-dosa, sehingga dia memperoleh sambutan Allah yang indah. Risalah Qusyairiyah, hlm. 464.

Page 25: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

31

merupakan hal-hal yang sebenarnya masih semu, belum benar, setengah benar

dalam artian sekarang benar besok bisa disalahkan dan batal. Hal itu disebabkan

karena alamnya masih semu, yakni alam fana, sewaktu-waktu bisa rusak.50

Untuk itu seorang salik harus bersunguh-sunguh menjalankan khalwat,

meningalkan semua yang berbau duniawi, dan semata-mata mengharap wajah

Allah dan ingin liqa’ (menjumpai) Allah Azza Wajalla. Kalau sudah demikian

terbukalah cermin hati dari menerima sinar ilahi (nurullah) yang akan dipantulkan

masuk ke dalam jiwanya. Maka tidak heranlah jika seorang Waliyullah dapat

melihat dan menyingkap takbir-takbir yang semestinya dianggap shir (rahasia)

oleh orang awam dan baginya adalah tampak nyata. Karena ia telah menyatu

dengan Allah Azza wa Jalla, baik pendengaran, penglihatan, tangan dan kaki akan

menjadi pendengaran, penglihatan, tangan dan kaki Allah Azza wa Jalla. Bahkan

ia akan selalu dipenuhi dan dijaga ketika meminta sesuatu dan minta perlindungan.

Seperti hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari

Abi Hurairah berikut:

من عادى لي وليا فقد اذنته بلحرب وماتقرب الي عبدي بشئ احب الي مما إن اهللا قل

افترضته عليه واليزال عبدي يتقرب الي بالنوافل حتى احبه فاذا احببته كنت سمعه الذي

يسمع به وبصره الذي يبصر به ويده الذي يبطش بها ورجله الذي يمشي بها، ولئن

51، ولئن استعاذني ألعيذنه. (رواه البخاري).سألني ألعطينه

Sesungguhnya Allah telah berfirman: Siapa saja yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku benar-benar mengijinkan dia untuk diperangi, dan tidak ada sesuatu yang dilakukan oleh hamba-Ku untuk mendekati Aku yang lebih Aku cintai dari pada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekati Aku dengan amalan sunah hinga Aku mencintainya, maka ketika Aku telah mencintainya maka Aku adalah pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,

50 A. Hamid, Pengantar Ilmu Agama, Jalan Seni Hidup, (Malang: PP. Baiturrohmah, 1982),

hlm. 75. 51 Abi Abdillah Muhammad Ibnu Isma’il al-Bukhari, Matan al-Bukhari, jil. IV, hlm. 129.

Page 26: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

32

tangannya yang ia gunakan untuk memukul, kakinya yang ia gunakan untuk berjalan dan sekiranya ia meminta pada-Ku pasti akan Aku beri dan sekiranya ia minta perlindungan pasti akan Aku lindungi. (H.R. Bukhari).52

Dari hadis Qudsi tersebut Nasirudin menjelaskan tentang sebuah proses

mahabah (cinta) kepada Allah, kedudukan orang mencintai dan dicintai Allah.

Orang yang dicintai oleh Allah adalah orang-orang yang mendekat kepada-Nya.

Mereka mendapat pembelaan yang luar biasa dari Allah SWT.

Sementara Imam Qusyairi memaparkan manfa’at yang diperoleh dari khalwat

menurut pandangan para ulama ahli tasawuf antara lain:53

1. Agar orang lain terhindar dari sikap buruknya.

2. Terhindar dari perilaku yang tercela.

3. Mampu mengantikan sifat-sifat yang tercela dengan sifat-sifat yang baik.

4. Mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat.

5. Mendapatkan kemulyaan.

6. Memberikan keselamatan.

7. Menentramkan tubuh (jiwa) dan hati.

8. Menjadi obatnya hati.

Dengan demikian manfa’at yang didapatkan setelah seorang salik melakukan

khalwat sangatlah banyak, di mana pada setiap pagi, satu hijab (penutup) akan

tersingkap, akan terbuka rahasia kerajaan alam malakut (alam akhirat), akan

terbuka cermin hati dari menerima sinar ilahi (nurullah) yang akan dipantulkan

masuk ke dalam jiwanya, orang lain terhindar dari sikap buruknya, terhindar dari

perilaku yang tercela, mampu mengantikan sifat-sifat yang tercela dengan sifat-

sifat yang baik, mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat, mendapatkan

kemulyaan, memberikan keselamatan, menentramkan tubuh (jiwa) dan hati, serta

menjadi obatnya hati.

52 Nasirudin, Pendidikan Tasawuf, (Semarang: Rasail, 2010), hlm. 7-8. 53 Al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyah, hlm. 135-138.

Page 27: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

33

e. Macam dan Waktu Lamanya Khalwat

Dalam kitab Risalahnya Imam Qusyairi membagi khalwat menjadi dua

macam yaitu54:

1. Khalwat secara lahir yaitu mengasingkan diri di dalam rumah dan dari

pergaulan sesama manusia.

2. Khalwat secara batin yaitu batinnya tetep dalam musyahadah kepada asrorul

Hak, namun lahirnya tetep bergaul dengan sesama manusia.

Sedangkan dalam menentukan lamanya khalwat para syaikh berbeda

pendapat. Hal ini tergantung kepada thariqat dan ajarannya. Sa’id mengatakan,

khalwat itu sangat tergantung kepada keadaan murid itu sendiri, waktu luangnya,

kebutuhan hatinya, dan tujuan yang akan dicapai melalui khalwat itu sendiri.55

Sebagaimana penjelasan di atas yang harus diperhatikan terlebih dahulu

adalah ketulusan dan kemantapan niat. Karena ini adalah cara yang terbaik di

waktu khalwat sedang dilaksanakan. Demikian juga kehati-hatian dan selalu

mengadakan pengawasan atas perjalanan khalwat sangat diperlukan. Dengan

demikian waktu lamanya tidaklah menjadi ukuran keberhasilan laku seorang

murid. Tapi yang terpenting adalah kemantapan dan ketulusan niat dalam

menjalaninya.

Sebelum Michaela Ozelsel mulai melakukan khalwat, Guru Mursyidnya

mengingatkan, engkau jangan melakukan khalwat untuk kepentingan dirimu

sendiri, Islam tidak mengenal kerahiban dan kependetaan, pengasingan diri hanya

bersifat sementara, karena mengabdi kepada masyarakat, umat, lebih berguna

setelah engkau keluar.56

54 Al-Qusyairi, Risalah Qusyairiyah, hlm. 464-465. 55 Sa’id Hawa, Pendidikan Spiritual, hlm. 485. 56 Michaela Ozelsel, Empat Puluh Hari Khalwat, hlm. 27.

Page 28: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

34

Dari pernyataan tersebut jelaslah kehidupan Islam yang benar justru perlu

adanya pergaulan yang baik, berkumpul secra sehat, dan beramah tamah, serta

bersahabat dengan mereka yang suka pada kebaikan. Dapat dipahami pula dalam

khalwat di sini terkandung makna pemeliharaan jiwa. Selama jiwa bisa terpelihara

dengan baik dalam musyahadah kepada asrarul Hak, maka bercampur dan bergaul

dengan sesama manusia adalah lebih baik.

Dari uraian-uraian sebelumnya dikatakana bahwa Nabi Muhammad

melakukan khalwat selama 40 hari di gua Hira’ disusul khalwatnya selama

beberapa hari ketika keputusan wahyu, kemudian Nabi Musa pun melakukan

khalwat di bukit Tursina selama 30 hari dan disempurnakan lagi menjadi 40 hari.

Sementara Imam Ghazali pun melakukan khalwat 40 hari, tiga kali banyaknya

sampai 120 hari.57 Dalam bukunya Ozelsel menceritakan pengalaman khlawatnya

selama 40 hari dan banyak kita jumpai wacana khalwat yang dilakukan selama 40

hari. Melihat itu semua maka 40 hari adalah khalwat yang umum dilakukan. Akan

tetapi semua itu tergantung dari thariqat dan juga sang guru Mursyid yang

tentunya mendasari dengan melihat keadaan sang murid sendiri. Artinya tidak ada

paksaan yang mengharuskan bagi sang murid selama dia tidak mampu.

Kalau kita melihat penjelasan Sa’id Hawa tentang daurah (latihan-latihan

spiritual) maka akan tampak jelas kebebasannya. Sebagaimana penjelasannya, jika

memang mampu untuk melakukan daurah selama 40 hari, maka lakukanlah. Jika

mampunya hanya 3 hari, 7 hari, 8 hari, sebulan atau lebih maka lakukanlah. Sa’id

menganjurkan sebisa mungkin dalam melakukan daurah tidak mengangu

pekerjaan dan kewajiban. Jika tidak bisa maka lakukanlah sebisa mungkin asal

tidak menyia-nyiakan keluarga, pekerjaan, dan kewajiban sehari-hari.58

Tentang lamanya khalwat di sini yang perlu diketahui adalah sejauh mana

kemampuan kita untuk melakukannya, jika hanya bisanya 3 hari, 7 hari, atau 40

57 Abubakar Aceh, Penngantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, hlm. 333. 58 Sa’id Hawa, Pendidikan Spiritual, hlm. 175-176.

Page 29: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

35

hari bahkan lebih, maka lakukanlah tentunya dengan mempertimbangkan segala

yang ada baik pekerjaan, keluarga, dan kewajiban-kewajiban lainya.

f. Tata Cara dalam Khalwat

Bagaimanakah caranya khalwat, hal ini tergantung kepada thariqat dan

ajarannya. Cuma yang harus diperhatikan terlebih dahulu menurut Djamaluddin

adalah ketulusan dan kemantapan niat adalah cara yang terbaik di waktu khalwat

sedang dilaksanakan. Demikian juga kehati-hatian dan selalu mengadakan

pengawasan atas perjalanan khalwat sangat di perlukan. Setan tidak hanya berbisik

ketika keadaan khalwat hampir mencapai tujuan, namun menuangkan pula kepada

pikiran manusia melalui gelombang-gelombang elektrik yang mengalir melalui

urat nadi dan syaraf kepala, masuk melalui ubun-ubun manusia.59

Akibatnya setelah lewat masa khalwat, buah yang tampak adalah merasa lebih

dari manusia lainnya. Lahir perasaan ujub, lalu menciptakan keajaiban yang

sebenarnya bertentangan dengan maksudnya. artinya perjalanan khalwat seperti ini

tidak lagi bersegera mencapai tujuannya, bahkan telah berjalan mundur.

Djamaluddin menjelaskan tentang tatacara khalwat, bahwa ketika akan

memasuki tempat khalwat, maka berwudhu’lah dulu sebelum memasuki khalwat,

berpakaian bersih, dan memakai sedikit wewangian untuk menyejukan suasana.

Bebaskan diri dari aneka macam urusan, hilangkan semua keterkaitan dengan

pikiran yang dapat merusak suasana khalwat. Bentangkan sajadah yang bersih

dengan suasana yang membawa kekhusyu’an. (suci, bersih, jauh dari pengaruh

duniawi). Pilihlah tempat yang sepi, tetapi bukan berarti yang angker. Karena

pengertian angker adalah sebuah pertapan kependetaan yang gelap, kumuh, di

bawah pohon rindang, diantara semak blukar, dipenuhi sarang laba-laba, dan

dihuni oleh kelelawar yang bergantungan dan mengerikan. Tempat seperti ini

bukanlah tempat yang ideal untuk berkhalwat.60

59 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm, 96. 60 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm, 97.

Page 30: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

36

Masih menurut Djamaluddin, berkhalwat boleh juga di Mushala atau Masjid

yang terpencil di desa yang sepi, atau pada pungung-pungung bukit yang hijau dan

teduh, yang dari situ tampak pemandangan yang indah ciptaan Allah yang hebat.

Karena berkhalwat adalah kehadiran orang beriman di depan Allah yang Maha

Suci dan Maha Indah, maka keindahan juga diperlukan agar lebih meresap

kebesaran Allah di hadapan dirinya.

Berdoalah terlebih dahulu ketika akan memasuki tempat khalwat, seperti

tercantum dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 80. yaitu:61

p@�� 1�M`& '�P:9fL!�� lpL��

uv��k '�PPwi!L� �� <�i\A@x

uv��k p@P���� "�yz ���

?QN�4� �COI�{:9�K �O^if|}Q 51�

Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. (Q.S. al-Israa’/ 17:80).62

Kemudian dirikanlah shalat sunah dengan khusu’ dan tawadhu’, penuh

keikhlasan dan penuh harapan. Mohonlah maghfiroh dan ampunan dari Allah,

seperti orang yang baru pulang dari perantauan kembali kerumahnya, sangat ingin

menjumpai keluarganya dengan penuh rasa cinta. Mahabah kepada Allah melebihi

segala-galanya.

Duduklah dalam keadaan tasyahud akhir atau bersila, menunjukan kerendahan

hati seorang hamba yang hina dan lemah. Dan ketika berdzikir ia harus merasakan

kehadiran dirinya berada di hadapan Allah, yang Maha Halus, Terpuji, yang Maha

Penyantun. Ia menghadap Allah dengan segala kefanaan dirinya. Untuk itu ia

harus memenuhi syarat-syarat berikut:63

. 61 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm, 98. 62 Departemen Agama, Al-Jumanatul Ali Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 290. 63 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm, 99-101.

Page 31: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

37

1. Selalu dalam keadaan suci lahir maupun batin (mandi, berwudhu’,

mengikhlaskan niat)

2. Dalam keadaan berpuasa. Yakni puasa sunnah agar seluruh waktunya

mendapat rahmat dan barokah Allah

3. Mengurangi makan dan minum. Kebiasaan makan satu porsi, dikurangi

menjadi setengah porsi, minumlah air putih yang segar 64

4. Mengurangi waktu tidur malam dengan memperbanyak membaca al-Qur’an.

Apabila mengantuk segera berwudhu’. Apabila merasa jenuh gantilah dengan

berdzikir dengan wiridan lainnya yang singkat dan ringan. Tidur sesaat hanya

untuk menghilangkan kelelahan jiwa agar ibadah dalam keadaan segar. Siang

hari boleh berqailulah (tidur siang menjelang zhuhur), agar waktu berkhalwat

di waktu malam, tubuh dan jiwa dalam keadaan segar

5. Batasilah pembicaraan, kecuali yang sangat diperlukan. Jagalah keselamatan

lisan, karena setiap pembicaraan tidak pernah luput dari bencana

6. Menghindari dan mengosongkan otak dari aneka macam pikiran dan

memenuhinya dengan sifat-sifat Allah yang suci melalui dzikir bilqalb dan

tafakur billah

7. Berusaha untuk menghidupkan amal dengan ibadah mu’amalah di waktu

tertentu untuk alam dan makhluk sekitar. Seperti menjaga kebersihan

lingkungan, keserasian dan keamanan lingkungan. Memberi bantuan bagi

mausia lahiriyah maupun batiniyah, menurut kemampuan yang di miliki.

Maka tidak mustahilah apabila dalam khalwat seorang sufi mendapat kasyaf

melalui mimpi atau ilham, ketika sadar atau tidak sadar. Baik penglihatan jarak

dekat maupun jauh, atau perasaan tabi’i yang dapat dijangkau dengan pikiran

denggan hujjah batinnya sendiri atau manifestasi dari taqarrubnya. Keadaan

64 Dalam pengajian rutinya KH. Dimyati menjelaskan tentang pengurangan kebiasan makan dari satu porsi menjadi setengah porsi dan seterusnya hinga satu butir biji nasi, hinga wajar kalu orang-orang dahulu digdaya, bisa terbang dan lain sebagainya karena berkat riyadoh atau tirakat yang dilakukannya secara bertahap demi setahap. (di samapikan dalam pengajian rutin Riyadhus Shalihin di PP. Al-Faddlu wal Faddillah, Djagalan Kaliwungu Kendal).

Page 32: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

38

semacam ini sering di alami di dalam khalwat, ketika pendekatan mencapai

puncak kefanaan. Pintu langit terbuka dan nur tajalli menampakan wajahnya

melalui kasyaf sang sufi.65

Sedangkan Abubakar Aceh menuturkan tentang tata cara berkhalwat menurut

thariqat Naksyabandiyah ada dua belas cara, namun pada dasarnya khalwat yang

dipaparkan oleh Djamaluddin di atas hampir sama dengan cara yang dipaparkan

oleh Abubakar Aceh, Cuma yang membedakan disini Abubakar Aceh mengawali

laku khalwat dengan beri’tikaf dalam masjid, kemudian dalam melakukan dzikir

disini telah ditentukan menurut thariqat Naksyabandiyah seperti dzikir Darajat

dan dzikir Hasanat, selain juga dzikir-dzikir yang lain seperti dzikir Ismu Zat,

Lathaif, Navi Isbat, Wuquf dan lainnya. Kemudian juga melakukan shalat

berjamaah karena memang dilakukan dalam masjid, dalam berkhalwat dianjurkan

untuk memakai pakian yang berwarna putih, karena ketika ada najis akan lekas

kelihatan. Dengan demikian akan selalu terjaga dari kesucian batin maupun lahir.

Kemudian dianjurkan pula untuk mengurangi makan daging, karena sifat daging

membikin sifat manusia menjadi buas. Sedapat mungkin dalam khalwat memakai

klambu, di samping tidak hanya mencegah nyamuk atau lainya yang dapat

mengangu fikiran dalam dzikir, tetapi juga ahli thariqat memandang seakan-akan

berada dalam liang lahat atau kuburan. Selalu menghadapkan muka dan dadanya

kearah kiblat. Dan dalam khalwat itu belajar sabar dan qanaah. 66

Para syaikh berbeda pendapat tentang jenis-jenis amalan yang utama dalam

khalwat, akan tetapi dalam bentuknya yang umum, pada dasarnya materi kegiatan

khalwat adalah dzikir dan mudzakarah setelah melakukan kewajiban waqtiyah.67

Melihat uraian yang telah dipaparkan di atas dapat diambil kesepahaman, bahwa

tata cara khalwat itu tergantung dari thariqat atau ajarannya masing-masing,

65 Djamaluddin Ahmad al-Buny, Menelusuri Taman-Taman Mahabah Sufi, hlm, 101. 66 Abubakar Aceh, Penngantar Sejarah Sufi dan Tasawuf, hlm. 334-336. 67 Sa’id Hawa, Pendidikan Spiritual, hlm. 485.

Page 33: 3. BAB II - Welcome to Walisongo Repository - …eprints.walisongo.ac.id/764/3/083111149_Bab2.pdf · konsep kecerdasan spiritual barat, ... Pendidikan Spiritual Bagi Anak Menurut

39

tempatnya pun tidak harus tersembunyi sekali artinya bisa dilakukan di Mushala

maupun Masjid, dan relatif amalan-amalannya adalah sama yaitu dengan dzikir,

shalat dan lain kegiatan yang dapat membersihkan jiwa serta mampu untuk

mengahantarkan kepada Allah dengan sepenuh jiwa.


Top Related