Download - 24 Hours Recall
-
DIETARY ASSESSMENT OF INDIVIDUAL
LEVEL (24 HOURS RECALL)
Makalah
Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah
Nutrition Assessment
Oleh
Fepy Sisiliay (A2/145070300111024)
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
dalam tubuh. Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan
umur dan jenis kelamin. Agar kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus
mengonsumsi makanan setiap hari sesuai dengan anjuran gizi. Makanan yang
dikonsumsi seseorang dapat diketahui jumlah dan kandungan zat gizinya
dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei diet.
Peran dan kedudukan penilaian status gizi (PSG) didalam ilmu gizi adalah
untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada individu dan
masyarakat. PSG adalah interprestasi dari data yang dikumpulkan dengan
menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu
yang beresiko atau dengan status gizi kurang/ buruk. Metode PSG ini
diantaranya metode antopometri, biokimia (biochemical), metode penilaian
klinis (Clinical Asessment) , dan penilaian pola makan (Dietary Asessment).
Dietary Assessment atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu
metode tidak langsung yang digunakan dalam penentuan status gizi
perorangan atau kelompok dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk
mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan
makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan
serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (I
Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 88). Sedangkan secara khusus, dimaksudkan
untuk menentukan tingkat kecukupan konsumsi pangan nasional dan
kelompok masyarakat, menentukan status gizi keluarga maupun individu,
sebagai dasar perencanaan dan program pengembangan gizi.
Berdasarkan jenis data yang diperoleh dapat dihasilkan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Metode pengukuran konsumsi makanan yang bersifat
kualitatif antara lain : metode frekuensi makanan (food frequency), metode
dietary history, metode telepon dan metode pendaftaran makanan (food list).
-
Sedangkan metode yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui jumlah
makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan
menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain
yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar
Konversi Mentah-Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode
pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain : metode recall nutrition,
perkiraan makanan (estimated food records), penimbangan makanan (food
weighing), metode food account, metode inventaris (inventory method) dan
pencatatan (household food records).
Saat ini metode recall 24 jam masih dipilih sebagai metode pengumpulan
data konsumsi pangan dengan pertimbangan tidak membutuhkan waktu dan
biaya yang besar akan tetapi mempunyai tingkat akurasi yang lebih rendah.
Secara rinci metode recall nutrition akan dibahas pada makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan metode recall 24 jam?
2. Bagaimana prosedur metode recall 24 jam?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan metode recall 24 jam?
4. Apa saja kesalahan yang sering terjadi dalam metode recall 24 jam?
5. Bagaimana caranya agar data atau hasil yang diperoleh dari metode recall
24 jam tetap valid?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi metode recall 24 jam.
2. Untuk mengetahui prosedur metode recall 24 jam.
3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan metode recall 24 jam.
4. Untuk mengetahui kesalahan yang sering terjadi dalam metode recall 24
jam.
5. Untuk mengetahui caranya agar data atau hasil yang diperoleh dari metode
recall 24 jam tetap valid.
1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan sebagai bahan kajian untuk para
pembaca khususnya ahli gizi mengerti prosedur metode recall yang benar serta
dapat meminimalisir kesalahan yang sering terjadi saat pengambilan data
-
dengan menggunakan metode recall 24 jam. Selain itu dengan adanya makalah
ini diharapkan pembaca atau ahli gizi mengetahui caranya agar data atau hasil
yang diperoleh dari metode recall 24 jam tetap valid.
-
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Recall 24 Jam
Metode 24 hours recall merupakan tehnik yang paling sering digunakan
baik secara klinis maupun penelitian. Metode ini mengharuskan pelaku
mengingat semua makanan dan jumlahnya sebaik mungkin dalam waktu
tertentu ketika tanya jawab berlangsung.
Pada dasarnya metode ini dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah
bahan makanan yang dikonsumsi pada masa lalu (Suharjo, et al, 1986).
Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat
mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari
yang lalu. Agar wawancara berlangsung sistematika yang baik, maka terlebih
dahulu perlu disiapkan kuesioner (daftar pertanyaan). Kuesioner tersebut
mengarahkan wawancara menurut urutan waktu makan dan pengelompokkan
bahan makanan (Riyadi, 2001). Kuantitas pangan di recall meliputi semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi termasuk suplemen vitamin dan
mineral (Gibson, 1990).
2.2 Prosedur Metode Recall 24 Jam
Berikut langkah-langkah metode recall 24 jam menurut Supariasa (2001) :
1. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data
yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu
ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas,
piring dan lainlain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-
hari.
2. Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (124 jam), maka data yang
diperoleh kurang representatif untuk menggambarkan kebiasaan makan
individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan
berulangulang dan harinya tidak berturut-turut. Karena hasilnya yang
diperoleh dapat menggambarkan asupan zat gizi yang lebih optimal. Dan
memberi variasi yang lebih besar tentang intake harian individu.
-
3. Menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun
waktu 24 jam yang lalu. Daftar URT digunakan dalam menaksirkan
jumlah bahan makanan, bila ingin mengkonversi dari URT kedalam
ukuran berat (gram) dan ukuran volume (liter). Pada umumnya URT untuk
setiap daerah dan rumah tangga berbeda-beda, oleh karena itu sebelum
menggunakan daftar URT perlu dilakukan koreksi sesuai dengan URT
yang digunakan. Terutama untuk ukuran-ukuran potong, buah, butir, iris,
bungkus, biji, batang, ikat dan lain-lainnya, sehingga informasi dan
pencatatan harus dilengkapi dengan besar dan kecil ukuran bahan makanan
atau makanan tersebut. Menurut Susanto (1987) untuk memudahkan dalam
mengingat kembali jumlah makanan yang dikonsumsi setiap orang maka
diperlukan bantuan contoh bahan makanan (food models) yang telah
dibakukan beratnya.
4. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
5. Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
(DKGA) atau Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar
kecukupan yang dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA)
untuk populasi yang diteliti. Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi VI tahun 1998 (Supariasa, 2001). Dasar penyajian Angka Kecukupan
Gizi (AKG) :
a. Kelompok umur
b. Jenis kelamin
c. Tinggi badan
d. Berat badan
e. Aktivitas
f. Kondisi khusus (hamil atau menyusui)
-
Berhubung AKG yang tersedia bukan menggambarkan AKG individu,
tetapi golongan umur, jenis kelamin, tinggi badan dan berat badan standar.
Untuk menentukan AKG individu dapat dilakukan dengan meletakkan koreksi
terhadap BB nyata individu/perorangan tersebut dengan BB standar yang ada
pada tabel AKG. Menurut Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004,
Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk perorangan/individu diperoleh dari
perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang.
Caranya yaitu dengan membandingkan pencapaian konsumsi zat gizi individu
tersebut terhadap AKG.
Menurut Depkes RI (1990) bahwa klasifikasi tingkat konsumsi makanan di
bagi menjadi empat dengan cut of points sebagai berikut :
Baik : 100 % AKG
Sedang : 80-99 % AKG
Kurang : 70-80 % AKG
Defisit :
-
metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun,
orang tua berusia di atas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau
orang yang pelupa.
c. The flat slope syndrom, yaitu kecenderungan bagi responden yang
kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate)
dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit
(under estimate).
d. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam
menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang
dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
e. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan
penelitian. Untuk mendapat gambaran konsumsi makanan sehari-hari
recall jangan dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari akhir pekan,
pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan, selamatan dan lain-
lain.
2.4 Kesalahan yang sering terjadi dalam Metode Recall 24 Jam
Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran
konsumsi makanan dan asupan gizi. Tingkat dari kesalahan ini bisa berubah
dengan penggunaan metode dan populasi serta studi gizi. Tipe dari kesalahan
pengukuran dapat diminimalkan oleh mutu menggabungkan prosedur control
pada waktu proses pengukuran.
Berikut sumber kesalahan yang sering terjadi dalam metode ini :
1. Sumber dari kesalahan pengukuran
Banyak penyebab dari kesalahan ini dalam rumah tangga dan
individu dengan metode survei konsumsi makanan. Kesalahan utama
akan dijelaskan pada bagian ini, yaitu :
a. Nonrespondent Bias/Bias Nonresponden dalam survey makanan
memberikan hasil, sebaliknya sampel acak dari subjek tidak
mewakili populasi studi.
b. Respondent Bias/Bias Responden diakibatkan oleh kelebihan
laporan sistematik atau kelemahan laporan dari konsumsi makanan.
-
c. Interviewer Bias/Kesalahan Pewawancara bisa terjadi jika ada
perbandingan pertanyaan diantara para pewawancara untuk
informasi yang merubah tingkat atau catatan jawaban dari subjek
tidak benar.
d. Respondent Memory Lapse/Terbatasnya Daya Ingat Responden
bisa mengakibatkan kesalahan yang tidak disengaja sehingga perlu
tambahan memori untuk mengingat kembali.
e. Incorrect Estimate of Protein Size/Kesalahan perkiraan ukuran
porsi dapat terjadi dari responden yang gagal mengukur dengan
akurat jumlah dari konsumsi makanan atau kurang paham rata-
rata ukuran porsi.
f. Supplement Kause/Pemakaian Suplemen bisa menghilangkan
catatan makanan atau mengingat kembali atau kesalahan dalam
kalkulasi asupan gizi.
g. Coding Error/Kesalahan Pengkodean dapat terjadi ketika
perkiraan ukuran porsi telah dikonversi dari ukuran rumah tangga
ke ukuran gram dan ketika makanan memakai kode (e.g.,2% susu
adalah kode untuk keseluruhan susu).
h. Mistakes in the Holding of Mixed Disease/Kesalahan dalam
Perlakuan Menggabungkan Hidangan mengakibatkan kesalahan
perkiraan dari kandungan gizi per gram dan juga kesalahan dalam
penilaian kelompok makanan tertentu.
2. Penilaian dan kontrol dari kesalahan pengukuran
Kesalahan pengukuran acak dan kesalahan pengukuran sistematik
dapat diminimalkan dengan menggabungkan bermacam mutu-prosedur
kontrol ke dalam setiap tingkatan dari metode penilaian makanan
karena itu bisa dilakukan pelatihan dan latihan kerja untuk
pewawancara dan pembaca kode, standardisasi dari teknik wawancara
dan kuisioner, pretest dari kuisioner, dan administrasi dari studi pilot
utama untuk survey. Setiap prosedur dalam penilaian makanan harus
sering dicek untuk menjamin pemenuhan dengan standardisasi umum.
Urusan tentang akibat dari kesalahan pengukuran sedang perkiraan
-
risiko relatif untuk penyakit telah terus meningkat untuk penggunaan
dari studi kalibrasi untuk mengukur kesalahan pengukuran sistematik.
Penilaian dari peniruan dan validitas dari penggunaan metode makanan
perlu sekali, khususnya untuk palang-perbandingan negara dan
surveilans gizi.
3. Non responden bias
Kekurangan respon tertentu, namun pemilihan subjek secara acak
menghasilkan bias nonresponden yang signifikan dan dapat terjadi
pada semua tipe dari sistem penilaian gizi. Hal ini penting karena
subjek tidak terlibat dalam survei konsumsi yang memiliki
karakteristik diluar dari karakteristik responden yang diintervensi hal
ini berbeda dari responden. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi
nilai dari nonresponden dan agar mempermudah dalam penilaian
makanan, yaitu dengan cara melakukan lewat POS atau melalui
telepon pada studi survelians dan pelatihan bagi pewawancara agar
lebih ramah, pengertian, dan bisa dipercaya. Non responden akan
diidentifikasi dan diperiksa sebagai kelompok yang tidak berbeda jauh
dari partisipan yang diakui untuk mengambil bagian dan mereka tidak
berkelompok dengan pewawancara khusus.
Selama survey atau intervensi bias responden bisa terjadi jika
responden kurang memahami apa yang ditanyakan oleh pewawancara,
atau tidak memahami isyarat nonlisan dari pewawancara yang
mungkin hanya membutuhkan jawaban-jawaban umum. Adanya
kelemahan dalam pelaporan dapat ditaksir melalui perbandingan-
perbandingan yaitu :
Perbandingan total pengeluaran energy dengan laporan asupan
energi.
Menaksir keperluan energy dengan laporan asupan energi.
Kebutuhan asupan energy untuk menjaga berat tubuh dengan
laporan asupannya.
Pengeluaran kation urin dengan laporan asupannya.
4. Laporan asupan energi yang tinggi
-
Kelemahan dalam laporan ini adalah keadaan yang biasanya
berasal dari bias responden dan dari dokumen atau pencatatan hasil
survei. Kelemahan laporan asupan energi yang biasanya terjadi adalah
kelemahan dari segi pencatatan dan kekurangan dari segi makanan.
Dalam banyak studi tidak ada perbedaan antara kekurangan catatan
dan kekurangan makanan yang telah dibuat.
Factor yang terkait dengan lemahnya laporan energy mencakup
status berat badan, jenis kelamin, umur, pengaruh social ekonomi,
kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan, tingkah laku, dan
psikologi.
Berat badan adalah salah satu factor yang paling sesuai yang
berkaitan dengan pelaporan yang rendah.
Umur dan jenis kelamin : keduanya terkait dengan pelaporan
asupan energi yang rendah sebagai contoh perempuan dan orang
tua cenderung lebih berisiko meskipun telah diamati ketidak-
sesuaiannya.
Sosial Ekonomi : tidak memiliki kesesuaian terhadap pelaporan
asupan energy yang rendah. Dalam beberapa kasus, perbedaan
budaya termasuk ke dalam ketidak-sesuaian tersebut. Contohnya
orang Amerika kulit hitam sering memiliki sikap yang lebih santai
terhadapa bentuk tubuh dan berat badan daripada yang dilakukan
oleh orang Amerika kulit putih.
Kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan : termasuk
merokok dan diet, selama ini sering dikaitkan dengan pelaporan
energy yang rendah, biasanya asupan energy pada orang yang diet
dilaporkan lebih rendah terhadap penambahan berat badannya
daripada orang yang tidak melakukan diet.
Sikap/Perilaku : menuntut perhatian yang lebih, termasuk sejauh
mana batas pencatatan asupan makanan dapat bertanggung jawab
terhadap pelaporan energy yang rendah yang dihubungkan dengan
kurangnya asupan makanan. Selain itu penelitian mengenai cara
bagaimana perilaku penyidik dan sifat dari pengujian lingkungan
-
itu sendiri tanpa disadari dapat berkontribusi untuk pelaporan yang
rendah yang juga sangat diperlukan. Dalam beberapa hasil
penelitian, difokuskan pada interview kelopmok, subjek telah
diizinkan untuk mengubah pola makan selama penelitian
dikarenakan alasan ketidaknyamanan, malu dan bersalah.
Efek-efek Psikologis : termasuk yang terkait dengan gangguan
makan, telah dinilai dengan berbagai instrument untuk mengukur
dampak mereka pada pelaporan energy yang rendah.
Makanan atau minuman yang spesifik : mungkin merupakan salah
satu pelaporan yang sudah dengan cara yang masih tidak dapat
dipahami dengan baik. Peneliti telah mengemukakan bahwa
perbedaan pelaporan yang rendah daoat muncul dari beberapa
makanan atau minuman yang dianggap buruk, seperti alcohol,
kue, cookies, gula, permen, dan lemak. Seabaliknya, daging, ikan,
sayuran, salad, dan buah-buahan yang dianggap makanan baik.
5. Pelaporan yang lebih dari asupan energy
Meskipun umumnya tidak lazim seperti pelaporan yang rendah,
pelaporan yang lebih dari asupan energi juga terjadi. Di Inggris, tahun
1990 penelitian pada orang dewasa, persentase dari orang yang
memiliki laporan asupan yang lebih adalah kecil. Jenis laporan yang
tidak akurat itu harus dipertimbangkan ketika mengidentifikasi laporan
asupan energi yang tidak akurat. Saat ini, penekanan lebih ditujukan
untuk mengidentifikasi pelaoporan yang kurang kemudian pelaporan
yang lebih dari asupan energi.
6. Keinginan masyarakat dan penyimpangan persetujuan
Keinginan sosial (kecenderungan untuk merespon sebaik mungkin
untuk menghindari kritikan) dan persetujuan sosial (kecenderungan
untuk dipuji) adalah dua sumber utama dari penyimpangan yang
mungkin terjadi dalam metode penilaian diet. Penyimpangan sifat
sosial mungkin disengaja atau sebuah bentuk penipuan diri sendiri
telah merekomendasikan penggunaan dari sifat sosial dalam skala
survei diet untuk mengidentifikasi dan mungkin untuk mengontrol
-
variabel sifat masyarakat. Mereka menyarankan agar asupan makanan
tertentu yang dilaporkan seperti buah-buahan dan sayuran segar dan
makanan manis adalah hal-hal yang rentan terhadap kebutuhan
persetujuan sosial dan sebab itu merupakan sumber potensial dari
penyimpangan/bias sistematis.
7. Kesalahan pewawancara
Dalam semua studi diet, desain percobaan harus memberi penilaian
pada setiap penyimpangan pewawancara yang potensial sehingga
metode statistik dapat diterapkan untuk memperbaiki sumber
kesalahan pengukuran diet. Kesalahan pewawancara mungkin
termasuk kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan memeriksa
pertanyaan, mencatatat jawaban, kelalaian yang disengaja, kesalahan
yang terkait dengan pengaturan wawancara, gangguan, kerahasiaan
dan anonimitas dari responden, dan tingkat hubungan antara
pewawancara dan responden. Kesalahan pewawancara terdapat pada
hari peng-acak-an dan pewawancara, dan atau teratur pada
pewawancara tertentu dan responden tertentu. Penyimpangan dapat
dikurangi dengan standarisasi recall 24 jam dengan mikro-komputer
berbasis wawancara diet.
Kesalahan pewawancara harus selalu dianggap sebagai sumber
potensial kesalahan dalam penyelidikan diet. Suatu kecermatan dan
acuan standar wawancara, sebaiknya dijalankan melalui komputer,
dapat membantu meminimalkan efek. Ketika beberapa pencacah
bekerja, tugas dari pencacah-responden-hari harus diacak, dan
pencacah harus dilatih untuk mengenali dan mengantisipasi sumber
potensi dari penyimpangan dan kesalahan. Menghargai pertimbangan
oleh pewawancara harus selalu dihindari. Secara umum, pewawancara
perempuan lebih baik karena mereka umumnya memiliki pengetahuan
yang lebih baik mengenai makanan, bahan-bahan, persiapan dan
pengolahan, dan ukuran porsi.
8. Penyimpangan memori responden
-
Kegagalan memori dapat mempengaruhi metode recall dalam dua
cara: responden mungkin lupa untuk mengambil makanan yang
seharusnya dikonsumsi (kesalahan dari kelalaian) atau laporan
makanan yang tidak dikonsumsi selama hari di recall. Kedua sumber
kesalahan telah dilaporkan dalam beberapa studi yang di-recall 24 jam
yang dibandingkan dengan pengukuran yang dicatat pada hari yang
sama. Karakteristik tertentu dari subjek seperti jenis kelamin dan
tingkat pendidikan atau kelompok etnis, serta pengaturan umum dari
wawancara juga dapat mengganggu proses kognitif dan mengingat
informasi.
Meminimalkan jangka waktu antara asupan makanan dan recall
responden, akan mengurangi kehilangan memori dalam metode recall.
24 jam adalah jangka waktu yang sering dipilih untuk memori
berdasarkan prosedur recall. Pemeriksaan recall pada kemampuan
responden, penggandaan recall, pengumpulan secara mandiri oleh dua
terlatih untuk wawancara yang periodenya 24 jam, dapat diperoleh.
Prosedur tersebut menunjukkan kesalahan pada anak-anak mulai dari
9% menjadi 21%. Warren et al (2003) menyimpulkan bahwa anak-
anak usia 5-7 tahun tidak dapat memberikan recall yang akurat pada
diet mereka saat makan siang di sekolah, terutama ketika mereka
mengkonsumsi makan malam yang disediakan oleh sekolah
dibandingkan dengan makan siang mereka sendiri.
9. Salah estimasi ukuran dari porsi yang dikonsumsi
Kesalahan yang berkaitan dengan proses kuantifikasi porsi
makanan yang dikonsumsi mungkin kesalahan terbesar dalam
pengukuran diet metode assesment. Kesalahan itu dapat timbul dari
responden yang gagal untuk mengukur secara akurat jumlah makanan
yang dikonsumsi, atau lebih dari salah satu rata-rata porsi ukuran.
Sayangnya, sangat sedikit siswa yang telah berusaha untuk mengukur
sumber dari kesalahan ini.
Guthrie (1984) menilai keakuratan dengan orang dewasa muda
dapat menjelaskan porsi makanan yang dikonsumsi, dalam hal ukuran
-
rumah tangga. Tidak ada model makanan yang digunakan dalam kajian
ini. Kemamupan responden untuk menjelaskan jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh kaum miskin. Untuk makanan 13 item,dari 6% hingga
75% dari responden diperkirakan porsi ukuran yang bervariasi oleh
lebih dari 50% dari berat mereka. Dari responden, lebih dari 26%
secara konsisten atau jelas semua makanan dimakan. Dilaporkan dari
asupan air jeruk dan susu yang dekat dengan asupan yang sebenarnya
seperti yang dilaporkan pada makanan seperti sereal sarapan dan
mentega.
10. Pengukuran bantu untuk mengukur porsi ukuran
Efek dari porsi ukuran bantuan pada ketetapan perkiraan jumlah
kadang-kadang sulit untuk menafsirkannya. Beberapa studi belum
memberikan keterangan jelas dari porsi ukuran bantuan. Belum
meneliti kesalahan, khususnya yang berkaitan dengan porsi bantuan,
tapi bukan dinilai memiliki kesalahan yang terkait dengan kombinasi
prosedur yang digunakan dalam metode diet.
11. Hasil contoh makanan dan ukuran rumah tangga
Godwin dkk (2001) memiliki penyelidikan/penelitian penggunaan
dari variasi penentuan estimasi ukuran porsi (seperti kantong, papan
taraf, penggaris, diagram dan ukuran jaringan). Sumber besar dari
kesalahan mencatat untuk estimasi dari ketebalan dari pada panjang
atau lebar, perlengkapan untuk perceptual factor. Penelitian
membandingkan ketelitian dari bantuan pengukuran porsi dalam
mengontrol test lingkungan yang sangat wajib. Nelson dan
Haraldsdottir (1998a, b) memberikan detail dalam bentuk dari banyak
study, dengan referensi particular untuk penggunaan gambar untuk
mengukur ukuran porsi.
Dalam kondisi untuk melatih pewawancara, beberapa study
memiliki penelitian apakah itu berguna untuk deretan responden untuk
penggunaan penentuan pengukuran porsi sepersi pada hasil model
makanan atau ukuran rumah tangga. Pada umumnya, pembahasan
penggunaan pelatihan kelompok pendek untuk responden
-
menggunakan contoh makanan atau ukuran rumah tangga harus
dianjurkan. Pembahasan pelatihan mempertinggi kecakapan dari kedua
anak dan dewasa untuk estimasi ukuran porsi makanan yang akurat,
walaupun untuk anak-anak, mungkin diperlukan menggunakan sebuah
kombinasi dari contoh makanan dan gambar ukuran makanan mungkin
adalah baik (Howat dkk., 1994).
12. Mengukur referensi standar ukuran porsi
Questionari Frekuensi semikuantitatif makanan, digunakan
menurut tingkatan individu untuk makanan atau asupan makanan,
seringkali menentukan sebuah referensi standar ukuran porsi untuk
penetapan makanan lainnya. Khusus ini adalah akan mewakili median
jumlah konsumen selama sebuah makanan sendiri. Nilainya mungkin
generasi dari negara ditetapkan survey nasional gizi (Block dkk., 1986)
atau survey besar (Willet dkk., 1985).
Banyak efek factor langsung ukuran porsi makanan, mencakup
umur, gender, tingkat aktivitas, selera makan individu, penggunaan
alat-alat rumah tangga, dan dimana dan kapan makanan didapatkan
dan dimakan. Membandingkan langsung dari porsi dari makanan pasti
(seperti, irisan dari roti, mentega, keju dari bermacam alat rumah
tangga (seperti cangkir the, dan gelas minum) digunakan dalam 30
rumah tangga dengan referensi standart ukuran porsi digunakan di
Netherlands pada waktu itu (Van Staveren dan Hulsof, 1980). Hasilnya
ditekankan pada antara perbedaan dalam ukuran porsi untuk keadaan
rumah tangga ini.
13. Penghilangan informasi tentang penggunaan suplemen gizi
Pencatatan yang benar dari penggunaan suplemen makanan dalam
sebuah survey yang dilakukan di negara-negara industry sekarang telah
menjadi sangat penting. Perbedaan-perbedaan muncul dalam
terminology dan metode-metode yang digunakan untuk mengukur
suplemen makanan dan kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan
pengguna suplemen makanan, sehingga membatasi perbandingan lintas
penelitian-penelitian (Brownie dan Myers, 2004). Kesimpulan serupa
-
dicapai oleh Patterson dkk., (1998). peneliti-peneliti ini juga
menekankan bahwa kesalahan-kesalahan pengukuran yang berkaitan
dengan asupan vitamin dan mineral suplemen jangka panjang mungkin
bertanggung jawab untuk ketiadaan hubungan teramati antara
suplemen-suplemen vitamin dan resiko kanker.
14. Kesalahan pengkodean
Pengunaan sebuah sestem pengodean yang terstandarisasi adalah
penting untuk surveilans nutrisi, dan untuk penelitian-penelitian lintas-
budaya yang melibatkan perbandingan internasional (Arab, 1985).
Pada kasus-kasus demikian, perbedaan-perbedaan dalam pengkodean,
baik sepanjang waktu atau antara Negara-negara, bias mengaburkan
perbedaan-perbedaan potensial atau perbedaan-perbedaan antara
Negara dalam asupan makanan (Buzzard dan Sievert, 1994; Slimani
dkk., 2000).
Kesalahan kode makanan dapat dihindari oleh standarisasi kode
terdahulu untuk pembelajaran, dan melekat pada tugas mereka. Frank
dkk (1984) mencatat bahwa penggunaan kuantitas dari komsumsi
makanan sebagai dasar untuk melukiskan kode makanan,
dibandingkan dengan waktu mengkomsumsi, mendorong kearah
beberapa ketidaksesuaian dalam tugas kode makanan oleh
pewawancara yang berbeda.
15. Kesalahan melakukan pencampuran makanan
Ada dua sumber utama dari kesalahan selama pencampuran
makanan. Pertama mungkin kesalahan yang terjadi selama kerusakan
tercampurnya masakan kedalam wadah mentah dan perubahannya
menjadi sebuah bentuk yang dapat dimakan. Sumber yang kedua
dari kesalahan yang mungkin berasal dari selama pemindahan
tercampurnya masakan ke kelompok masakan yang tepat. Biasanya, ini
terjadi pada bahan utama disetiap makanan yang bercampur.
Untuk menghindari sumber kesalahan ini, semua makanan yang
tercampur akan rusak dalam bahan-bahan dasar, seperti membuat
sarapan yang mana dapat diklasifikasikan kedalam kelompok
-
makanan-makanan mereka. tidak menutup kemungkinan, ketika
pendekatan ini digunakan, itu masih mudah di defenisikan secara
sestem yang mana kebutuhan itu digolongkan sebagai makanan siap
(roti, biscuit, sup, dan minuman) dan ini tidak merusak pada bahan-
bahan, sebuah prosedur yang diikuti selama belajar EPIC (Slimani
dkk., 2000).
Maksud Dari Kesalahan Pengukuran Dalam Penepatan Diet
Dengan adanya random dan keasalahan pengukuran secara
sistematismerupakan pengukuran untuk pola segala tipe dari system
pengukuran gizi. Adanya seperti kesalahan penilaian diet dapat berakibat
yang serius ketika mengartikan data susunan makanan :
Laporan rendahnya asupan energi akan mengakibatkan estimasi
yang terlalu tinggi kekurangan bahan gizi dan karena itu kelaziman
kebutuhan bahan gizi tidak cukup di dalam populasi.
Pemilihan dari beberapa makanan akan menghalangi kegunaan data
susunan makanan yang sebagai pengembangan makanan-dasar garis
pedoman diet.
Melemahnya kesalahan pengukuran aturan makanan berkenan dengan
kebutuhan nutrisi dan hasi parameter , sehingga pentingnya gabungan
antara diet dan penyakit yang mungkin tidak jelas. Gejala ini
diistilahkan penipisan penyimpangan.
2.5 Cara agar Data atau Hasil Tetap Valid
Keberhasilan metode recall ini sangat ditentukan oleh daya ingat
responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka untuk
dapat mengingatkan mutu data recall dilakukan selama beberapa kali pada
hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi menu keluarga
dari hari ke hari.
Validasi data hasil pengukuran konsumsi makanan, yaitu :
1. Validasi dan Akurasi
Kesalahan dari hasil pengukuran konsumsi makanan dapat
bersumber dari validitas atau akurasi dari metode yang digunakan.
-
Validitas atau akurasi adalah derajat kemampuan suatu metode dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Untuk menentukan tingkat validitas dari suatu metode pengukuran
konsumsi makanan, masih sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh
karena tidak adanya suatu metode baku (gold standard) yang dapat
mengukur konsumsi yang sebenarnya dari responden.
Oleh karena itu, pengujian validitas suatu metode dilakukan
dengan membandingkan hasil pengukuran suatu metode dengan hasil
metode lain yang diketahui lebih baik. Contohnya menggunakan alat
bantu gambar dan food model. Dalam memilih metode pembanding,
presisi dan akurasi metode tersebut harus lebih tinggi dari metode yang
diuji. Selain itu kedua metode yang sedang diuji tersebut (yang diuji
dan pembanding) haruslah menguji parameter yang sama dalam
kerangka waktu yang sama pula.
2. Presisi atau Reabilitas
Presisi (tingkat kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu
metode dapat memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada
waktu yang berbeda. Presisi ditentukan oleh kesalahan dalam pengukuran
dan perbedaan konsumsi dari individu di antara kedua pengukuran (true
daily variation).
Kalau kesalahan pengukuran dapat ditekan semaksimal mungkin,
maka tingkat presisi terutama ditentukan oleh perbedaan konsumsi
sesungguhnya pada kedua pengukuran, jadi hasil pengukuran yang
berbeda tersebut bukanlah disebabkan oleh metodenya yang tidak
dipercaya. Dalam pengukuran konsumsi makanan untuk sekelompok
masyarakat, perbedaan antara dua pengukuran dapat disebabkan oleh dua
faktor, yaitu :
Berbedanya konsusmsi antara anggota kelompok (variasi antara
individu/responden).
Berbedanya konsumsi dari hari kehari pada setiap anggota
kelompok (variasi intra individu/responden).
-
Jadi perbedaan antara individu dan intra individu ini dalam survei diet
harus dibedakan dan dihitung. Tingkat presisi suatu metode dalam survey
konsumsi ditentukan oleh beberapa hal, antara lain :
Lama waktu pengamatan yang digunakan.
Macam populasi yang diteliti.
Zat gizi yang ingin diketahui.
Alat yang dipakai untuk mengukur harus sesuai tingkat
ketelitiannya.
Varians antara dan intra responden.
-
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Metode 24 hours recall merupakan tehnik yang paling sering digunakan
baik secara klinis maupun penelitian. Pada dasarnya metode ini dilakukan
dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada
masa lalu. Wawancara dilakukan sedalam mungkin agar responden dapat
mengungkapkan jenis bahan makanan yang dikonsumsinya beberapa hari
yang lalu.
2. Untuk menilai tingkat konsumsi makanan diperoleh suatu standar
kecukupan yang dianjurkan atau Recomended Dietary Allowance (RDA)
untuk populasi yang diteliti. Untuk Indonesia, Angka Kecukupan Gizi
(AKG) yang digunakan saat ini secara nasional adalah Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998.
3. Terdapat kelebihan dan kekurangan dari metode recall 24 jam menurut
Supariasa (2001).
4. Kesalahan sistematik dan kesalahan acak bisa terjadi selama pengukuran
konsumsi makanan dan asupan gizi. Tingkat dari kesalahan ini bisa
berubah dengan penggunaan metode dan populasi serta studi gizi. Tipe
dari kesalahan pengukuran dapat diminimalkan oleh mutu menggabungkan
prosedur control pada waktu proses pengukuran. Dengan adanya random
dan keasalahan pengukuran secara sistematismerupakan pengukuran untuk
pola segala tipe dari system pengukuran gizi.
5. Keberhasilan metode recall ini sangat ditentukan oleh daya ingat
responden dan kesungguhan serta kesabaran dari pewawancara, maka
untuk dapat mengingatkan mutu data recall dilakukan selama beberapa
kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut), tergantung dari variasi
menu keluarga dari hari ke hari. Kesalahan dari hasil pengukuran
konsumsi makanan dapat bersumber dari validitas atau akurasi dari metode
yang digunakan. Validitas atau akurasi adalah derajat kemampuan suatu
metode dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Presisi (tingkat
-
kepercayaan/reabilitas) adalah kemampuan suatu metode dapat
memberikan hasil yang relatif sama bila digunakan pada waktu yang
berbeda.
3.2 Saran
Kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada saat pengambilan data
dengan menggunakan metode ini tidak dapat dihilangkan, namun dapat
diminimalisir oleh petugas atau ahli gizi yang melakukan survey dengan
metode ini. Sehingga di dapat data dan hasil yang valid. Selain itu, masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, sehingga diharapkan akan
ada makalah yang dapat melengkapi makalah ini.
-
DAFTAR PUSTAKA
Gibson, R. S. 1990. Principles of Nutritional Assesment. New York : Oxford
University Press.
Megawangi, R & D, K, Pranadji. 1984. Penyederhanaan Metode Recall pada
Survei Konsumsi Pangan Mahasiswa. Media Gizi dan Keluarga VII(2) dan
VIII, 35-40.
Riyadi, Hadi. 2001. Buku Ajar : Metode Penelitian Status Gizi Secara
Antropometri. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Siagian, Albiner. 2010. Epidemiologi Gizi. Erlangga, Jakarta.
Suharjo, Harper LJ, Deaton BJ, Driskel JA., 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Supariasa, I, Dewa, Nyoman., Bakri, Bachtyar., Fajar, Ibnu., 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supariasa, I Dewa Nyoman., B. Bakri dan I. Fajar. 2012. Penilaian Status Gizi.
EGC, Jakarta.
Thompson, Frances E & Amy F Subar. 2001. Dietary Assesment Methodology.
National Cancer Institute, Bethesda, Maryland.