Transcript

1 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

1. PENDAHULUAN

Dalam berbagai data dan informasi dalam dan luar negeri sering disebutkan bahwa

wilayah perairan Indonesia pada masa lalu memiliki peran yang penting dalam arus lalu-

lintas perdagangan baik lokal maupun antar negara. Dengan adanya bukti sejarah tersebut dan

ditambah dengan kenyataan kurang lebih 75% dari luas wilayah Indonesia adalah laut,

memiliki ribuan pulau dan pulau-pulau kecil, kemudian dianggap sebagai benua ke enam

dunia dengan sebutan benua maritim Indonesia (BAPPENAS, 2002).

Pulau-pulau kecil yang secara fisik memiliki sumberdaya alam daratan (terestrial) sangat

terbatas, tetapi sebaliknya memiliki sumberdaya kelautan yang melimpah, merupakan aset

yang strategis untuk dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi pada pemanfaatan

sumberdaya alam dan jasa lingkungan (environmental services) kelautan. Dalam

perkembangan selanjutnya akibat dari pertambahan jumlah penduduk, perluasan permukiman

dan kegiatan industri, pariwisata dan transportasi laut, maka pulau-pulau kecil merupakan

potensi yang perlu dikembangkan secara hati-hati.

Pendekatan secara terpadu antara potensi darat, pantai dan laut serta aktivitas yang sesuai

mutlak diperlukan untuk menghindarkan kerusakan lingkungan akibat mendapat tekanan

berat karena eksploitasi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan aspek pelestarian

lingkungan. Atas dasar itu, maka pendekatan secara ekologi-ekonomi dalam pembangunan

pulau-pulau kecil yang berkelanjutan mutlak diperlukan.

1.1. Gambaran Umum

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2002, dinyatakan bahwa wilayah

Indonesia berbatasan yang secara geografis

terletak antara 6oLU – 11

oLS dan 95

oBT –

141oBT. Indonesia berbatasan baik dengan

sebelah Utara dengan negara Malaysia,

Singapura, Filipina, Laut Cina Selatan; sebelah

Selatan dengan negara Australia, Samudera

Hindia, sebelah Barat dengan Samudera Hindia;

dan sebelah Timur dengan negara Papua

Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik atau bila

dikelompokkan berdasarkan wilayah darat dan laut, maka perbatasan darat yang berbatasan

langsung dengan Malaysia di pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau papua dan

2 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

dengan Timor Leste di pulau Timor, sedangkan perbatasan laut berbatasan dengan 10 (

Sepuluh ) Negara yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Philipina, Palau,

Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Wilayah Indonesia membentang dari barat ke timur

sepanjang 5.110 km dan membujur dari utara ke selatan sepanjang 1.888 km, dengan luas

wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km2, terdiri atas 1.890.754 km2 luas daratan dan

3.302.498 km2 (70%) luas lautan dengan panjang garis pantai sekitar 108.000 km.

A. Pulau Weh

Sejarah Singkat Kota Sabang

Sabang telah dikenal luas sebagai pelabuhan alam bernama Kolen Station oleh

pemerintah kolonial Belanda sejak tahun 1881. Pada tahun 1887, Firma Delange dibantu

Sabang Haven memperoleh kewenangan menambah, membangun fasilitas dan sarana

penunjang pelabuhan.

Era pelabuhan bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah vrij

haven dan dikelola Maatschaappij Zeehaven en Kolen Station yang selanjutnya dikenal

dengan nama Sabang Maatschaappij. Perang Dunia IIikut mempengaruhi kondisi Sabang

dimana pada tahun 1942 Sabang diduduki pasukan Jepang, kemudian dibombardir pesawat

Sekutu dan mengalami kerusakan fisik hingga kemudian terpaksa ditutup.

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, Sabang menjadi pusat Pertahanan Angkatan

Laut Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan wewenang penuh dari pemerintah melalui

Keputusan Menteri Pertahanan RIS Nomor 9/MP/50. Semua aset Pelabuhan Sabang

Maatschaappij dibeli Pemerintah Indonesia. Kemudian pada tahun 1965 dibentuk

pemerintahan Kotapraja Sabang berdasarkan UU No 10/1965 dan dirintisnya gagasan awal

untuk membuka kembali sebagai Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas.

Gagasan itu kemudian diwujudkan dan diperkuat dengan terbitnya UU No 3/1970

tentang Perdagangan Bebas Sabang dan UU No 4/1970 tentang ditetapkannya Sabang

sebagai Daerah Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan atas alasan pembukaan Pulau

Batam sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Sabang terpaksa

dimatikan berdasarkan UU No 10/1985. Kemudian pada tahun 1993 dibentuk Kerja Sama

Ekonomi Regional Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang membuat

Sabang sangat strategis dalam pengembangan ekonomi di kawasan Asia Selatan.

Pada tahun 1997 di Pantai Gapang, Sabang, berlangsung Jambore Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi (Iptek) yang diprakarsai BPPT dengan focus kajian ingin mengembangkan

kembali Sabang. Disusul kemudian pada tahun 1998 Kota Sabang dan Kecamatan Pulo Aceh

3 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

dijadikan sebagai Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) yang bersama-sama

KAPET lainnya.diresmikan oleh Presiden BJ Habibie dengan Keppes No. 171 tanggal 28

September 1998.

Era baru untuk Sabang, ketika pada tahun 2000 terjadi Pencanangan Sabang sebagai

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas oleh Presiden KH. Abdurrahman Wahid

di Sabang dengan diterbitkannya Inpres No. 2 tahun 2000 pada tanggal 22 Januari2000. Dan

kemudian diterbitkannya Peraturan Pemerintah pengganti Undang- Undang No. 2 tahun 2000

tanggal 1 September 2000 selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 37 Tahun

2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang.

Aktifitas Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Sabang pada tahun 2002 mulai

berdenyut dengan masuknya barang-barang dari luar negeri ke Kawasan Sabang. Tetapi pada

tahun 2004 aktifitas ini terhenti karena Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer.

Sabang juga mengalami Gempa dan Tsunami pada tanggal 26 Desember 2004, namun

karena palung-palung di Teluk Sabang yang sangat dalam mengakibatkan Sabang selamat

dari tsunami. Sehingga kemudian Sabang dijadikan sebagai tempat transit Udara dan Laut

yang membawa bantuan untuk korban tsunami di daratan Aceh. Badan Rekontruksi dan

Rehabilitasi (BRR) Aceh-Nias menetapkan Sabang sebagai tempat transit untuk pengiriman

material kontruksi dan lainnya yang akan dipergunakan di daratan Aceh.

PETA SABANG

4 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

I. GEOGRAFI

Kota Sabang terletak antara 5°46‘28‖ hingga 5°54‘28‖ Lintang Utara dan 95°13‘12‖

hingga 95°22‘36‖ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 28 meter diatas permukaan laut.

Wilayahnya terdiri dari lima pulau, yaitu pulau Weh (Sabang), Pulau Rondo, Pulau Rubiah,

Pulau Ceulako dan Pulau Klah. Adapun batas-batas wilayahnya, sebelah utara dan timur

berbatasan dengan selat Malaka, sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Laut Andaman.

Wilayah Kota Sabang merupakan daerah kepulauan, maka secara geologis hampir seluruh

daratannya (yaitu 98,57 persen) berupa batuan, baik berupa batuan vulkanis dan batuan

alluvial.

Lahan di Kota Sabang didominasi oleh hutan yang luasnya mencapai 6.814,78 hektar,

dengan luas secara keseluruhan 122,14 Km2, Kota Sabang dibagi dalam 2 kecamatan dengan

18 Gampong secara keseluruhan, dan 7 mukim ,karena wilayahnya merupakan pulau kecil,

pada tahun 2013, tekanan udara di Kota Sabang mencapai 1011,4 mb pada bulan September

dan suhu udara 27,8ºC pada bulan Juni dan Juli. Selama TAHUN 2013 terjadi 54 kejadian

bencana alam di Sabang dengan rincian 3 kejadian kebakaran, 51 kali angin kencang.

II. PEMERINTAHAN

Saat ini Kota Sabang dipimpin oleh seorang walikota yang dipilih secara langsung

oleh masyarakatnya pada tahun 2013. Dewan Perwakilan Rakyat Kota Sabang (DPRK

Sabang) terdiri dari 3 fraksi, yaitu fraksi partai Aceh (9 orang), Golongan Karya (4 orang)

dan sisanya adalah Aliansi Rakyat dengan jumlah keterwakilan anggota dewan 7 orang.

Secara komisioner, DPRK Sabang terdiri dari 4 komisi, yaitu komisi A, B, C,dan D yang

masing-masing membidangi pemerintahan (3 orang), perekonomian (4 orang), keuangan (4

orang) serta pembangunan dan kesejahteraan rakyat (4 orang)

Kota Sabang memiliki jumlahPegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 2.688 dengan

komposisi sebanyak 1.264 berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebnayak 1.424 berjenis

kelamin perempuan.

III. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Sabang tahun 2013 sebesar 1,29 persen yaitu

dari 31.782 jiwa pada tahun 2012 menjadi 32.191 jiwa pada 2013 dengan kepadatan

penduduk sekitar 264 jiwa/km².

Penduduk Kota Sabang pada tahun 2013 terdiri dari 16.444 lakilaki dan 15.747

perempuan, sehingga rasio jenis kelaminnya adalah sebesar 104. Jika dirinci menurut

5 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

kecamatan, sebanyak 16.288 jiwa tinggal di kecamatan Sukajaya dan sisanya (15.903 jiwa)

tinggal dikecamatan Sukakarya.

Persebaran penduduk ini tidak merata setiap kecamatannya. Terjadi pergeseran

pertumbuhan penduduk dari kecamatan Sukakarya ke kecamatan Sukajaya beberapa tahun

terakhir.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan jumlah penduduk adalah kelahiran,

kematian dan migrasi/perpindahan penduduk itu sendiri. Tahun 2013 di Kota Sabang terdapat

359 kelahiran yang tercatat pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)

Kota Sabang. Sedangkan jumlah kematian yang tercatat sebanyak 249 jiwa. Bukan hanya

pribumi, di Sabang banyak terdapat warga asing yang menetap atau tinggal sementara.

Terbukti sebanyak 80 warga asing memperpanjang visanya.

IV. SOSIAL

Berhasil tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan penduduknya. Semakin maju pendidikan berarti akan membawa berbagai

pengaruh positif bagi masa depan berbagai bidang pendidikan. Pada tahun 2013, di Kota

Sabang terdapat 25 sekolah dasar(SD)/sederajat termasuk 1 sekolah dasar biasa(SDLB) yang

menampung 4.593 murid dengan guru sebanyak 469 orang. Sekolah menengah pertama

(SMP)/sederajat terdapat 9 sekolah yang menampung 1.554 murid dengan guru sebanyak

240, dan 4 sekolah menengah atas (SMA)/sederajat yang menampung 1.326 murid dengan

178 guru. Sedangkan untuk taman kanakkanak (TK) ada sebanyak 16 sekolah dengan 1.050

murid.

Kemajuan bidang pendidikan yang dicapai suatu daerah juga dapat dilihat melalui

minta baca penduduknya. Kota Sabang terdapat sebuah perpustakaan umum yang

diperuntukkan bagi penduduknya dengan berbagai fasilitas yang sudah disediakan. Tercatat,

pada tahun 2013 ada sebanyak 3.296 orang mengunjungi perpustakaan umum dan sebanyak

1.381 orang diantaranya melakukan peminjaman buku. Perpustakaan ini sendiri memiliki

koleksi 27.054 judul buku, 269 majalah, 702 CD, 40 Foto, 60 peta dan berlangganan 1.095

surat kabar

Penduduk Sabang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan budaya yang hidup

berdampingan dengan rukun. Mayoritas penduduk Sabang beragama islam, oleh karena itu

dapat ditemui 93 masjid dan meunasah yang digunakan untuk beribadah ummat islam.

Sedangkan gereja untuk umat katolik ada 1 buah, begitu juga gereja protestan dan klenteng,

masing-masing ada 1 buah.

6 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Ada 5 buah pesantren di Kota Sabang yang dihuni oleh sekitar 426 santri dan pengajar

84 orang. Salah satu kewajiban umat Islam adalah menunaikan haji bagi yang mampu, di

Kota Sabang sendiri pada tahun 2013 ada sebanyak 21 orang yang menunaikannya, 8

diantaranya lakilaki dan sisanya sebanyak 13 orang perempuan. Sedangkan jumlah pasangan

menikah, yang juga anjuran Islam berjalan baik di Sabang, terlihat pada tahun 2013 sebanyak

156 pasangan yang melangsungkan pernikahan.

Menurut Dinas Sosial, tenaga kerja dan mobilitas penduduk Kota Sabang, pada tahun

2013 terdapat fakir miskin sebanyak 3.568 jiwa, sebanyak 652 penderita cacat dan jumlah

penduduk lanjut usia sebanyak 1054 di kota Sabang.

Pada tahun 2013 di Kota Sabang, terdapat 2 buah rumah sakit (RS), 6 puskesmas dan

12 puskesmas pembantu, selain juga beberapa tempat dokter praktek. Sedangkan fasilitas

posyandu ada sebanyak 36 tempat. Sarana dan prasarana yang dimiliki masingmasing RS di

Kota Sabang dapat dilihat di Tabel IV.31. Selain sarana dan prasarana, tenaga medis juga

sangat mempengaruhi tingkat pembangunan kesehatan. Jika dilihat pada tabel IV.32,

diketahui ada sebanyak 22 dokter umum, 4 dokter spesialis dan 5 dokter gigi yang melayani

pasien di Kota Sabang. Sedangkan bidan ada sebanyak 69 orang dan perawat sebanyak 125

orang. Sedangkan untuk angka kunjungan ke rumah sakit dan puskesmas, selama 2013

terdapat 3.489 kunjungan pasien ke rumah sakit angkatan laut (RSAL), 15.805 kunjungan ke

RSU dan 5.885 kunjungan ke puskesmas-puskesmas yang ada di Kota Sabang.

Kota Sabang selain terkenal dengan julukan Nol Kilometer Indonesia juga dikenal

memiliki pemandangan yang indah dan taman laut yang mengundang decak kagum. Oleh

karena itu tidak mengherankan jika pada tahun 2013 tak kurang dari 4.648 wisatawan asing

dan 401.224 wisatawan domestik berkunjung ke Sabang.

V. PENDAPATAN REGIONAL

Secara umum PDRB Kota Sabang Atas Dasar Harga Berlaku dari tahun 2011 sampai

dengan 2013 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 PDRB Kota Sabang sebesar

567,61 milyar rupiah dan nilai ini terus meningkat hingga mencapai 663,13 milyar rupiah

pada tahun 2013.

Perkembangan PDRB apabila ditinjau berdasarkan harga konstan tahun 2000, untuk

periode 2011 sampai dengan 2013 juga menunjukan perkembangan yang positif, dimana

pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan yaitu sebesar 256,81 milyar rupiah

dengan pertumbuhan 4,48 persen pada tahun 2013.

Sumber: Sabang Dalam Angka 2014

7 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

B. Mentawai

GAMBARAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI

Geografis, Administratif dan Kondisi fisik

Kondisi Geografis

1. Letak Geografis

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera

Barat dengan posisi geografis yang terletak diantara 0°55‘00‘‘ – 3°21‘00‘‘ Lintang Selatan

dan 98°35‘00‘‘ – 100°32‘00‘‘ Bujur Timur dengan luas wilayah sebesar 6.011,35

km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis, daratan Kabupaten

Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Propinsi Sumatera Barat oleh laut, yaitu dengan

batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera

Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai, serta sebelah barat berbatasan

dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulau-pulau kecil

sebanyak (93 buah). Keempat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau

Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Sesuai dengan peraturan Bupati no 14 tahun 2013 (19

Februari 2013) Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10 kecamatan, 43 desa dan 341

dusun. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah sebagai berikut :

Secara Administratif Wilayah, Kabupaten Kepulauan Mentawai sesuai dengan Peraturan

Daerah Nomor 15 Tahun 2003, telah menetapkan Pemekaran Kecamatan, dari 4 (empat)

kecamatan sebelumnya menjadi 10 (sepuluh) kecamatan yaitu:

Di Pulau Siberut meliputi 5 (lima) kecamatan terdiri dari:

- Kecamatan Siberut Barat

- Kecamatan Siberut Utara

- Kecamatan Siberut Tengah

- Kecamatan Siberut Selatan

- Kecamatan Siberut Barat Daya.

8 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Di Pulau Sipora meliputi 2 (dua) kecamatan terdiri dari

- Kecamatan Sipora Utara

- Kecamatan Sipora Selatan.

Di Pulau Pagai Utara meliputi 2 (dua) kecamatan terdiri dari

- Kecamatan Pagai Utara

- Kecamatan Sikakap.

Di Pulau Pagai Selatan meliputi 1 (Satu) kecamatan terdiri dari

- Kecamatan Pagai Selatan

Kondisi geografis dan alam Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini sebagian besar

merupakan kawasan hutan. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai secara

keseluruhan adalah 6.011,35 Km² atau 601.135 Ha. Total kawasan hutan (terdiri dari

hutan lebat, hutan sejenis, semak belukar) memiliki persentase terbesar yaitu

mencapai 80,45 % dari luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai atau sebesar

498.980 hektar dan sebagian berpotensi sebagai lahan tidur, meliputi 456.300 hektar

berupa hutan lebat (72,63%),42.680 hektar berupa semak belukar (7,82%).

Sementara itu komposisi luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya sektor pertanian

adalah sebesar 86.501 hektar atau 16,36 persen dari total luas wilayah, meliputi 740

hektar luas lahan untuk sawah ( 0,18% ), 133 hektar luas lahan untuk tegalan (0,03%),

68.506 hektar luas lahan untuk kebun (12.57%), dan 17.124 hektar luas lahan untuk

perkebunan (3.58%). Luas lahan untuk pemukiman atau rumah hanya sebesar 3.096 hektar

atau 0,72 % dari total luas wilayah.

2. Topografis

Secara topografi, keadaan geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi

antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh

ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter. Kabupaten Kepulauan

Mentawai beribukota di Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak

tempuh ke kota Padang sepanjang 153 km.

Untuk mencapai ibukota Propinsi Sumatera Barat ini harus ditempuh melalui jalan

laut. Begitu pula halnya transportasi dari masing-masing ibukota kecamatan ke kota

Padang ataupun ke ibukota Kabupaten juga harus ditempuh melalui jalur laut.

Batas daerah kabupaten kepulauan Mentawai berbatasan dengan :

9 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Nias Sumatera Utara

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Pesisir Selatan

Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Padang Pariaman

Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

Kondisi Fisik

10 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Peta: Peta DAS Kabupaten Kepulauan Mentawai

11 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Administratif.

Sejak tahun 2013 kabupaten kepulauan mentawai memiliki 10 kecamatan dan 43 desa serta

341 dusun, kesepuluh kecamatan tersebut merupakan hasil pemekaran dari empat kecamatan

lama, dengan penjelasan sebagai berikut kecamatan pagai utara selatan mengalami

pemekaran menjadi tiga kecamatan yaitu kecamatan Pagai Selatan, Kecamatan Pagai Utara

dan kecamatan Sikakap, Kecamatan Sipora menjadi dua kecamatan yaitu sipora selatan dan

sipora utara, Kecamatan Siberut selatan menjadi tiga kecamatan yaitu Siberut selatan, Siberut

barat daya, dan Siberut tengah untuk Kecamatan Siberut Utara menjadi dua kecamatan yaitu

siberut utara dan siberut barat.

total Jumlah penduduk di daerah perkotaan adalah sebesar 6.980 jiwa (9% dari total

penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai), daerahnya adalah Tuapejat dan Muara Siberut.

Tabel Nama Kecamatan, luas wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa

N

o Kecamatan

Jumla

h Desa

Luas

(km2)

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) % thd

total (Ha)

% thd

total

1 Pagai selatan 4 901,08

90.108

15

304

0,34

2 Sikakap 3 278,45

27.845

5

453

1,63

3 Pagai Utara 3 342,02

34.202

6

171

0,50

4 Sipora

Selatan 7 268,47

26.847

4

478

1,78

5 Sipora Utara 6 383,08

38.308

6

424

1,11

6 Siberut

Selatan 5 508,33

50.833

8

326

0,64

7 Siberut Barat

Daya 3 649,08

64.908

11

240

0,37

8 Siberut

Tengah 3 739,87

73.987

12

142

0,19

9 Siberut Utara 6 816,11

81.611

14

414

0,51

1

0 Siberut Barat 3

1124,8

6

112.486

19

144

0,13

Jumlah 43 6.011,3

5 601.135 100 3.096 7,19

Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, tahun 2014

12 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

1. Kondisi Klimatologi

Kepulauan Mentawai yang dikelilingi oleh Samudera Indonesia dan terletak di daerah

khatulistiwa mempunyai iklim dengan udara yang panas dan lembab dengan curah hujan

yang tinggi. Iklimnya dipengaruhi oleh sirkulasi musim mansoon dan pergerakan

konvergensi inter tropis. Musim penghujan terjadi antara bulan Nopember hingga maret,

musim kemarau mulai bulan Mei hingga Oktober.

Curah hujan berkisar antara 2500 – 4700 mm/tahun dengan jumlah hari hujan antara 132 –

267 hari hujan per tahun. Perbedaan pada saat bulan-bulan basah dan kering yang terjadi

tidak begitu jelas, karena hujan lebat dengan durasi pendek dapat terjadi pada musim

kemarau atau selama musim peralihan. Hal ini disebabkan oleh cuaca yang sering terganggu

dengan terjadinya angin taufan dari Samudera Indonesia yang bertiup menuju daratan

Sumatera.

13 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Peta Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Mentawai

14 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Demografis

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai m e n u r u t K a b u p a t e n

D a l a m a n g k a 2 0 1 4 y a i t u p a d a tahun 2013 s e b a n y a k 81.848 jiwa,

yang terdiri dari 42.503 laki – laki dan 39,337 perempuan, Tingkat kepadatan

penduduk pada tahun 2013 ini terhitung sebanyak 18 jiwa/Km2

. Jumlah penduduk

terbanyak berada di Kecamatan Sikakap yakni 10.312 jiwa yg distribusinya

sebesar 12,36% dari total penduduk Kepulauan Mentawai sedangkan jumlah

penduduk terendah berada di Kecamatan Pagai Utara yakni 5.530 jiwa hanya

menyumbang 6.67% dari total Penduduk kepulauan Mentawai (lihat tabel 2,3)

15 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1 Pagai Selatan 8.782 8.888 9101 9.320 9.503 2.196 2.222 2.275 2.330 2.376 6,5% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 10 10 10 10 11

2 Sikakap 9.531 9.644 9875 10.112 10.312 2.383 2.411 2.469 2.528 2.578 9,4% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 34 35 35 36 37

3 Pagai Utara 5.514 5.274 5401 5.530 5.639 1.379 1.319 1.350 1.383 1.410 17,6% -4,4% 2,4% 2,4% 2,0% 16 15 16 16 16

4 Sipora Selatan 9.092 9.070 9288 9.511 9.698 2.273 2.268 2.322 2.378 2.425 -1,2% -0,2% 2,4% 2,4% 2,0% 34 34 35 35 36

5 Sipora Utara 9.092 9.511 9739 9.973 10.170 2.273 2.378 2.435 2.493 2.542 -1,2% 4,6% 2,4% 2,4% 2,0% 24 25 25 26 27

6 Siberut Selatan 8.446 8.546 8751 8.961 9.138 2.112 2.137 2.188 2.240 2.284 9,1% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 17 17 17 18 18

7 Siberut Barat Daya 6.069 6.141 6288 6.439 6.566 1.517 1.535 1.572 1.610 1.642 9,3% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 9 9 10 10 10

8 Siberut Tengah 6.069 6.144 6291 6.442 6.569 1.517 1.536 1.573 1.611 1.642 8,6% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 8 8 9 9 9

9 Siberut Utara 7.343 8.025 8218 8.415 8.581 1.836 2.006 2.054 2.104 2.145 -8,5% 9,3% 2,4% 2,4% 2,0% 9 10 10 10 11

10 Siberut Barat 6.733 6.813 6977 7.144 7.285 1.683 1.703 1.744 1.786 1.821 -13,9% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 6 6 6 6 6

76.671 78.056 79.929 81.848 83.461 19.168 19.514 19.982 20.462 20.865 36% 16% 24% 24% 20% 17 17 17 18 18

Kepadatan (jiwa/Km2)

Tahun

Jumlah

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan

Tahun Tahun Tahun

Tabel

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai

Sumber : Kecamatan dalam Angka Kab. Kepulauan Mentawai 2014

Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2010 sd 2014 mengalami penurunan yang

mana angkanya dari 0,36% pada tahun 2010 menjadi 0,25% pada tahun 2014.

Adapun rumus untuk laju pertumbuhan penduduk adalah : (n-n-1)/n)*100% ‗= r.

yang mana n= jumlah penduduk saat ini, n-1= Jumlah penduduk tahun sebelumnya,

Jadi untuk Jumlah Penduduk tahun n+1 dan seterusnya = jlh penduduk n-1 x (1+r)^1,

untuk tahun berikutnya atau n+2 tinggal dirubah pangkat saja dan begitu

seterusnya.(lihat tabel 2.4)

Tabel

Jumlah dan kepadatan penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

1 Pagai Selatan 9691 10077 10478 10895 11328 2.423 2.519 2.619 2.724 2.832 1,97% 1,97% 3,98% 3,98% 3,98% 11 11 12 12 13

2 Sikakap 10515 10934 11230 11540 11865 2.629 2.733 2.807 2.885 2.966 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 38 39 40 41 43

3 Pagai Utara 5750 5979 6141 6311 6489 1.438 1.495 1.535 1.578 1.622 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 17 17 18 18 19

4 Sipora Selatan 9889 10283 10561 10853 11159 2.472 2.571 2.640 2.713 2.790 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 37 38 39 40 42

5 Sipora Utara 10370 10783 11075 11381 11702 2.593 2.696 2.769 2.845 2.925 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 27 28 29 30 31

6 Siberut Selatan 9318 9689 9951 10226 10515 2.329 2.422 2.488 2.556 2.629 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 18 19 20 20 21

7 Siberut Barat Daya 6696 6962 7151 7348 7556 1.674 1.741 1.788 1.837 1.889 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 10 11 11 11 12

8 Siberut Tengah 6699 6966 7154 7352 7559 1.675 1.741 1.789 1.838 1.890 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 9 9 10 10 10

9 Siberut Utara 8750 9098 9344 9602 9873 2.187 2.275 2.336 2.401 2.468 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 11 11 11 12 12

10 Siberut Barat 7428 7724 7933 8152 8382 1.857 1.931 1.983 2.038 2.096 1,97% 1,97% 3% 3% 3% 7 7 7 7 7

85.106 88.494 91.018 93.659 96.429 21.276 22.123 22.754 23.415 24.107 19,7% 20% 28% 29% 29% 184 192 197 203 208

Jumlah Penduduk

TahunNo Kecamatan

Tingkat Pertumbuhan

Jumlah

Kepadatan (jiwa/Km2)

TahunTahun

Jumlah KK

Tahun

Sumber : Analisa POKJA Kepulauan Mentawai 2014

16 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

C. Pulau Karimun Jawa

INFORMASI UMUM

Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan 27 buah pulau yang memiliki tipe

ekosistem hutan hujan dataran rendah, padang lamun, algae, hutan pantai, hutan mangrove,

dan terumbu karang. Lokasi kepualauan Karimunjawa sekitar 45 mil laut atau sekitar 83

kilometer dari kotaJepara.

Keanekaragaman satwa darat di taman nasional ini tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan

satwa perairan. Satwa darat yang umum dijumpai antara lain rusa , kera ekor panjang ; 40

jenis burung seperti pergam hijau (Duculaaenea), elang laut perut putih ,

trocokan/merbahcerukcuk (Pycnonotusgoiavier), betet (Psittaculaalexandri), penyu sisik

(Eretmochelysimbricata), penyu hijau (Cheloniamydas), danu laredhor. Burung elang laut

perut putih merupakan satwa yang terancam punah di dunia.

Nama Karimunjawa berasal dari zaman Sunan Muria yaitu salah satu tokoh penyebar Agama

Islam. Sunan Muria melihat pulau-pulau di Karimunjawa sangat samar dari PulauJawa

(kremun-kremunsokoJowo). Peninggalan-peninggalan Sunan Nyamplungan/Amir Hasan

(anak dari Sunan Muria) seperti ikan lele (Clariasmeladerma) tanpa patil, makam

Nyamplungan, kayu dewodaru, sentigi, kalimosodo, danularedhor, dikeramatkan oleh

penduduk Karimunjawa.

AKSESIBILTAS

Laut : Pelabuhan Kartini (Jepara) menuju Kep. Karimunjawa dengan lama perjalanan ± 6

jam, berikut jadwal pelayaran kapal fery kekepulauan Karimunjawa, KMP Muria

keberangkatan Jepara-Karimunjawa tersedia di hari Senin, Rabu, danSabtu.

Keberangkatan Karimunjawa-Jepara di hari Selasa, Kamis, dan Minggu.Sedangkan

untuk Kapal Motor Cepat tersedia KMC Kartini dengan kapasitas 168 penumpang

dengan jarak tempuh 2,5 jam perjalanan sedangkan dari kota Semarang selama 3,5

jam perjalanan. KMC Cantika memakan waktu perjalanan 1,5 jam dengan jadwal

keberangkatan senin,selasa, jumat, dan sabtu.

17 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

KEGIATAN DI KARIMUNJAWA

Perairan disini sangat bagus untuk mereka yang memiliki hobi snorkeling atau diving

walaupun tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang hobi swimming dan fishing.Tidak

perlu repot-repot untuk membawa peralatan snorkeling and diving, karena di karimunjawa

kita bisa menyewa alat-alat tersebut. Alat senorkeling disewakan mulai Rp. 35.000,00 per

hari. Jika menginginkan tempat yang sangat bagus untuk snorkeling, saya menyarankan

untuk menyewa kapal nelayan (+ Rp. 350.000,00 per kapal per hari, kapasitas maksimal 15

penumpang termasuk abk) untuk menuju pulau menjangan kecil, kurang lebih 30 menit

perjalanan dari Pulau Karimun.

Untuk snorkeling, Anda tidak harus bisa berenang. Tidak perlu takut tidak bisa menikmati

keindahan terumbukarang. Guide di karimunjawa sangat terlatih dalam menemani wisatawan

baik yang bisa berenang atau pun tidak. Bagi yang tidak bisa berenang diwajibkan untuk

menggunakan life fest, bagi yang bisa berenang, disarankan menggunakannya juga, agar

lebih safe. Atau jika anda dan keluarga tidak berani mengambil resiko, bisa menyewa perahu

kaca (Glass Bottom Boat), yaitu sebuah perahu yang memiliki lantai/dasar dari bahan kaca

tembus pandang, sehingga anda bisa menikmati keindahan terumbu karang dari dalam kapal.

Harga bervariasi mulai Rp. 350.000. Harga biasanya disesuaikan dengan jarak tempuh lokasi.

untuk diving, Karimun jawa memiliki spot-spot diving asli (bukanbuatan) yang sangat bagus

untuk diving. Bagi pemula, bisa memanfaatkan jasa pemandu untuk melihat-lihat

pemandangan di dalam air dengan fee antara Rp. 150.000 – 200.000 per hari untuk maksimal

2 orang per pemandu selam. Satu set alat selam disewakan dengan hargaRp. 280.000,00

dengan satu tabung oksigen. Sedangka nuntuk tabungnya saja, disewakan dengan hargaRp.

75.000,00 per tabung. Diwajibkan bisa berenang.

D. Saumlaki

Sesuai Surat Keputusan Gubernur No. 1475 Tahun 2004 tentang Penetapan Jumlah,

Nama dan Nomor Kode Wilayah Administrasi Pemerintahan Provinsi Maluku tahun 2004,

secara administratif, Provinsi Maluku terdiri dari 7 (tujuh) kabupaten dan 1 (satu) kotamadya,

yaitu Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Maluku

Tengah, Kabupaten Buru, Kabupaten Kepulauan Aru, Kabupaten Seram Bagian Barat,

Kabupaten Seram Bagian Timur, dan Kotamadya Ambon. Dan terdiri dari 64 Kecamatan,

886 Desa/Kelurahan.

18 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Luas wilayah Provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 581.376 km persegi, terdiri dari

luas lautan 527.191 km persegi dan luas daratan 54.185 km persegi. Dengan kata lain sekitar

90% wilayah Provinsi Maluku adalah lautan.

Provinsi Maluku terletak antara 2 derajat dan 30 menit sampai 9 derajat Lintang Selatan dan

124 - 136 derajat Bujur Timur Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri

dari 559 pulau, dan dari jumlah pulau tersebut terdapat beberapa pulau yang tergolong pulau

besar. Saumlaki, terletak di Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang mencakup seluruh

kepulauan Tanimbar merupakan benteng di sebelah Tenggara NKRI yang langsung

berbatasan dengan Australia.

E. Alor

Alor adalah sebuah pulau yang terletak di ujung timur Kepulauan Nusa Tenggara.

Luas wilayahnya 2.119 km², dan titik tertingginya 1.839 m. Pulau ini dibatasi oleh Laut

Flores dan Laut Banda di sebelah utara, Selat Ombai di selatan (memisahkan dengan Pulau

Timor), serta Selat Pantar di barat (memisahkan dengan Pulau Pantar. Pulau Alor adalah satu

dari 92 pulau terluar Indonesia karena berbatasan langsung dengan Timor Leste di sebelah

selatan.

Pulau Alor merupakan salah satu dari dua pulau utama di Kabupaten Alor, Provinsi

Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Di pulau ini terdapat Kota Kalabahi, ibukota Kabupaten

Alor. Letak Pulau Alor berada di sebelah selatan Khatulistiwa. Hal ini menyebabkan Alor

beriklim Semiarid (Kering). Suhu di Alor dapat mencapai 22,2 C sampai 32,2 C.

Pulau Alor memiliki potensi wisata khususnya bahari yang sangat bagus. Pulau Alor

selain memiliki keindahan Alam yang dapat dilihat secara langsung di daratan dan di pantai,

juga memiliki keindahan Alam di bawah laut berupa ikan-ikan langka nan indah serta karang

dan tumbuhan-tumbuhan laut yang begitu mempesona.

Beberapa titik selam yang memiliki keindahan alam Memiliki 18 titik selam yang

disebut ―Baruna‘s Dive Sites at Alor‖ : 1. Baruna‘s Point 2. Never – Never wall 3. Cave Point

4. Barrel Sponge Wall 5. Mola – mola Point 6. Night Snacks 7. Alor Expree / Alor Dreaming

8. Rocky Point 9. Three Coconuts 10. Moving Pictures 11. Eagle Ray Point 12. Rahim‘s

Point 13. Tuna Channel 14. Anemone Country 15. Sharks Reeway 16. Octopus Garden 17.

Captain‘s Choice 18. The Refrigerator.

Selain wisata bahari, Alor juga menyimpan sejumlah objek wisata yang memiliki

daya tarik secara kultural dan historis yang jarang dijamah dan dikunjungi baik oleh

penduduk setempat maupun oleh wisatawan. Meski memiliki aksebilitas amat terbatas, tapi

19 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

bagi para pencinta petualangan alam justru menjadi tantangan dan keunikan. Salah satunya,

Al-Quran tua dari kulit kayu yang ditulis dengan tinta ramuan tradisional yang diperkirakan

berusia lebih dari 800 tahun, sebuah bukti sejarah tentang keberadaan Islam di Alor. Daya

pemikat lainnya yaitu kampung Takpala, sebuah desa tradisional yang dihuni oleh suku Abui

dengan pola perkampungan linear dengan deretan rumah adat.

Masyarakatnya yang masih memegang teguh adat dan tradisi akan mempertontonkan

atraksi budayanya yang khas dalam menyambut para pelancong, membuat nama desa ini

melambung sampai ke mancanegara. Bagi pendaki gunung yang menggilai tantangan di

tempat yang masih perawan, Gunung Delaki Sirung di Pulau Pantar dan Gunung Koya-Koya

di Pulau Alor, adalah tempatnya. Kepenatan yang melelahkan itu segera sirna membawa

kesejukan dan kesegaran jiwa setelah menyaksikan fenomena geologi vulkanik di Desa Air

Panas dan Air Terjun di Pulau Pantar, taman wisata alam Tuti Adagae di Pulau Alor.

Di Alor juga terdapat ranch mini peternakan rusa (terbaik di Kawasan Timur

Indonesia) dan Hutan Nostalgia. Sebelum beranjak kembali pulang, jangan lupa menanam

pohon di Hutan Nostalgia sebagai tanda Anda pernah mengunjungi Pulau Alor. Nama dan

alamat Anda akan diabadikan pada pohon yang ditanam dan dikenang sepanjang masa.

Akses Menuju Lokasi Wisatawan bisa datang dari Kupang dengan naik kapal feri

dengan waktu tempuh 18 jam menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan

naik kapal kayu menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di

depan pelabuhan Kalabahi yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat

Pantar. Selain itu, dari Kupang ada penerbangan lanjutan selama kurang lebih 4 jam.

Akomodasi Di Kepulauan Alor tersedia rumah makan, penginapan, pemandu wisata, dan

perdagangan souvenir khas Pulau Pantar.

Sebagai negara yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau dan kenyataan kurang lebih

75% dari luas wilayah Indonesia adalah laut, dan Indonesia dianggap sebagai benua ke enam

dunia dengan sebutan benua maritim Indonesia. Dengan potensi sekitar 17.508 pulau, sebagai

negara kepulauan terbesar di dunia, serta memiliki garis pantainya yang terpanjang kedua di

dunia, Indonesia memiliki prospek untuk dikenal sebagai negara utama yang memiliki

potensi sumber daya kelautan. Indonesia dilihat dari kondisi wilayahnya merupakan negara

maritim yang memiliki ciri khas keaneka ragaman alam, flora dan fauna serta tanaman laut

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Indroyono, 2000).Dari jumlah pulau tersebut,

lebih dari 10.000 pulau yang merupakan pulau-pulau kecil tidak berpenghuni, belum bernama

dan 67 pulau dari kurang lebih 100 pulau terluar berbatasan langsung dengan 10 negara

tetangga (Bapenas, 2002).

20 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Sebagai bagian yang letaknya terpencil, pemanfaatan dan pengelolaan pulau-pulau

kecil memerlukan perlakuan yang berbeda dengan wilayah lain terutama karena sifat pulau

yang sensitif terhadap karakteristik khusus baik dari segi sumberdaya alam, aspek

lingkungan, dan budaya masyarakatnya.

1.2. Maksud dan Tujuan

Pembuatan Naskah Akademik (NA) ini dimaksudkan untuk memberikan justifikasi

logis bagi arah pengelolaan pulau-pulau kecil yang dilandasi kerangka berpikir yang bersifat

kontekstual, konseptual dan yuridis formal bagi pusat maupun daerah dalam memanfaatkan

pulau-pulau kecil secara bijak. Disamping itu juga untuk menyatukan persepsi/kesatuan

pandang acuan dan arah pengelolaan pulau-pulau kecil dari segi pengertian,definisi, sampai

dengan kewajiban dan larangan terhadap pemanfaatan pulau-pulau kecil.Sedangkan tujuan

strategis dari penyusunan NA ini akan fokus pada nilai-nilai penting yang mencakup yaitu:

1. Konservasi

a. Melestarikan biodiversitas pesisir dan pulau pulau kecil sebagai kawasan yang

dilindungi.

b. Menjaga proses ekologis yang menunjang sistem kehidupan disekitarnya.

2. Edukasi dan Ilmu Pengetahuan

a. Meningkatkan pengetahuan ekologi, biologi, geologi di pesisir dan pulau pulau kecil

sebagai kawasan yang dilindungi

b. Memperkuat apresiasi dan kepedulian terhadap nilai nilai lingkungan ekologi dan

budaya di kawasan pesisir dan pulau pulau kecil

3. Rekreasi

a. Memanfaatkan pesisir dan pulau pulau kecil sebagai daerah tujuan wisata yang

memiliki daya tarik keanekaragaman sumberdaya alam dan budaya yang ada di

kawasan pesisir dan pulau pulau kecil

b. Mengembangkan konsep pariwisata berbasis pelestarian sebagai alat dalam

memanfatakan daya tarik sumberdaya alam dan budaya secara terpadu dan

berkelanjutan

4. Wawasan Nusantara

a. Mengembangkan pengelolaan pesisir dan pulau pulau kecil sebagai bagian dari

ekosistem bahari secara nasional

b. Memperkuat pengelolaan pesisir dan pulau pulau kecil khususnya yang terluar

sebagai bagian dari kedaulatan negara Indonesia.

21 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Masalah

Salah satu ciri dari kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil (P3K) adalah lokasi yang

pada umumnya terpencil dan terisolir. Kondisi inilah yang sering menimbulkan masalah

terhadap pengelolaan dan pemanfaatan P3K. Berbagai krisis sumberdaya dan konflik

pemanfaatan kerap terjadi di wilayah P3K yang berakar dari ketidakjelasan aturan sampai

penegakan hukum (Solihin, 2008). Namun kebanyakan di antaranya disebabkan oleh

ketiadaan informasi tentang karakteristik fisik dan sosial di tingkat perencana baik regional

maupun nasional, serta ketidakjelasan aturan daerah yang biasanya karena adanya persoalan

yang tidak terpecahkan karena kebijakan yang ada tidak memiliki kejelasan.

Dari adanya permasalahan yang komplek tersebut, dibutuhkan adanya kajian atau

penelitian yang dapat memberikan masukan bagi penyusunan pedoman bagi semua pihak

yang berkepentingan terhadap upaya pengelolaan dan pemanfaatan pulau-pulau kecil secara

terpadu dan berkelanjutan. Dari penjelasan tersebut dapat dirangkum permasalahan Kawasan

Pesisir dan pulau-pulau Kecil meliputi antara lain:

1. Kurangnya dukungan prasarana dan sarana (kelautan dan perikanan) serta keberadaan

pusat-pusat kegiatan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi pesisir.

2. Definisi operasional pulau-pulau kecil yang belum jelas. Definisi yang digunakan

mengacu pada definisi internasional dengan pendekatannya negara benua, sehingga pilihan

kegiatan di kawasan pulau-pulau kecil menjadi terbatas.

3. Minimnya data dan informasi tentang pulau-pulau Kecil. Data dan Informasi tentang

pulau-pulau kecil di Indonesia masih sangat terbatas, terlihat dari masih banyaknya pulau-

pulau kecil di Indonesia yang belum terinventarisir dan belum memiliki nama.

4. Konflik pemanfaatan dan kewenangan. Tidak adanya aturan yang jelas tentang penataan

ruang kawasan P3K, menyebabkan terjadinya perbedaan tujuan, target dan rencana untuk

mengeksploitasi sumberdaya pesisir (Briguglio, 1995).

5. Kerusakan dan pencemaran lingkungan pesisir. Umumnya degradasi disebabkan oleh

kegiatan perikanan yang bersifat destruktif, penambatan jangkar, pelayaran/perkapalan,

dan tumpahan minyak.

6. Kerusakan akibat pemanfaatan berlebih (over exploitation) pada sebagian jenis

sumberdaya pesisir (khususnya sumberdaya perikanan tangkap). Beberapa stok

sumberdaya ikan telah mengalami kondisi tangkap lebih (over fishing).

7. Rendahnya sumberdaya manusia (SDM) masyarakat dan aparat dalam merealisasikan

proses (perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian) kerjasama antar kawasan dalam

pemanfaatan sumberdaya pesisir laut dan pulau-pulau kecil.

22 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

8. Pencurian ikan oleh nelayan asing yang banyak terjadi pada perairan pada wilayah

perbatasan.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat dari naskah akademis ini dapat menjadi arah:

1. penyusunan pedoman ini pada akhirnya menjadi kerangka acuan bagi pihak terkait dalam

konteks melembagakan strategi dan kebijakan pengelolaan pemanfatan potensi pulau-

pulau kecil secara terpadu dan berkelanjutan.

2. Perumusan pedoman dan bahan awal yang memuat gagasan tentang urgensi, pendekatan,

ruang lingkup dan materi muatan rancangan peraturan pemerintah tentang pengelolaan

pulau-pulau kecil.

2.1. Keluaran

Keluaran naskah akademik ini berupa dokumen Naskah Akademik yang berisi tentang

pengembangan dan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil.

23 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

I. LANDASAN TEORI

Agar diperoleh kesamaan pandang terkait dengan hubungan kelembagaan dalam

penyelenggaraan pariwisata berkelanjutan, maka perlu dijabarkan beberapa aspek penting

sebagai landasan teori yang diharapkan dapat mempermudah penggambaran selanjutnya

meliputi:

2.1. Terminologi dan Konsep

Dalam upaya pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau kecil (P3K) sebagai salah satu

inovasi produk pariwisata, maka perlu adanya pemahaman terlebih dahulu terkait dengan

pengertian dan konsep tentang P3K dan kepariwisataan (pariwisata berkelanjutan).

2.1.1. Pulau-pulau kecil

Kita ketahui bahwa berbicara masalah pulau maka akan berhubungan dengan masalah

teritori, kedaulatan, batas wilayah atau koloni dan lain sebagainya, terkait suatu negara.

Menurut Gjetnes (2001), dijelaskan bahwa pengertian pulau sudah di wacanakan sejak tahun

1930 oleh League of Nations Conference for the Codification of International law. Gjetnes

menjelaskan pulau adalah ‖an area of land, which is permanently above high water mark”.

Selanjutnya dalam konvensi UNCLOS pertama di Geneva tahun 1958, pengertian tersebut

dimodifikasi melalui pro kontra menjadi ‖a naturally formed area of land, surrounded by

water, which is above water at high tide”.

Terlepas dari pro dan kontra, berikut salah satu acuan yang umum digunakan adalah

pengertian pulau yang dikeluarkan Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 1982, pasal 121

yang menyebutkan ‖an island is a naturally formed area of land surrounded by water, which

is above water at high tide”. Artinya pulau adalah daratan yang terbentuk secara alami,

dikelilingi air, dan ada di atas permukaan air saat pasang.

Beberapa ahli menyatakan bahwa pulau kecil adalah pulau yang berukuran kecil, yang

secara ekologis terpisah dari pulau induknya dan memiliki batas yang pasti, terisolasi dari

habitat lain, sehingga mempunyai sifat insular. Daratan yang pada saat pasang tertinggi

permukaannya ditutupi air tidak termasuk kategori pulau kecil (Dahuri, 1998, dan Bengen,

2001). Stratford, (2003) menambahkan bahwa pulau (kecil atau sangat kecil) peka terhadap

perubahan budaya dan lingkungan eksternal. Beberapa batasan lain menyebutkan bahwa

pulau kecil adalah pulau dengan luas kurang atau sama dengan 10 000 km2 (UNESCO, 1994

dalam Sugandhy, 1999), atau dengan luas 5 000 km2 dan 2 000 km2 (Falkland, 1995).

UNESCO (1991) dalam Bengen (2006) juga menjelaskan bahwa pulau sangat kecil luasnya

tidak lebih besar dari 100 km 2 dan lebarnya tidak lebih besar dari 3 km. Sedangkan UU

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil mendefinisikan bahwa pulau kecil adalah

24 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2 000 km2 beserta kesatuan ekosistemnya.

Pulau kecil merupakan habitat yang terisolasi dari habitat lain sehingga membentuk

kehidupan yang unik di pulau tersebut. Selain itu pulau kecil mempunyai lingkungan yang

khusus dengan proporsi spesies endemik bila dibandingkan dengan pulau kontinen (Dahuri,

1998).

Demikian juga halnya dengan pengertian pulau-pulau kecil yang cukup banyak.

Sebagai kata jamak, P3K adalah sekelompok pulau dengan luas kurang dari 2.000 km2 atau

pulau yang memiliki lebar kurang dari 10 km (UNESCO, 1993). Pulau Kecil adalah pulau

dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta

kesatuan ekosistemnya. Ada juga yang menyebutkan bahwa pengertian pulau kecil adalah

pulau yang berukuran kecil, yang secara ekologis terpisah dari pulau induknya dan memiliki

batas yang pasti, terisolasi dari habitat lain, sehingga mempunyai sifat insular (Dahuri, 1998,

dan Bengen, 2001). Dalam hal batasan cukup bervariatif yaitu ukuran pulau kecil dengan luas

2 000 km2 atau luas 5 000 km2 atau tidak lebih luas dari 10 000 km2, dan lebar kurang dari 3

km. Pengertian tersebut kemudian dimodifikasi oleh beberapa ahli yang menjelaskan bahwa

bahwa pulau (kecil atau sangat kecil) peka terhadap perubahan budaya dan lingkungan

eksternal (Stratford, 2003).

Sedangkan menurut UU No 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau Pulau Kecil pada pasal 1 angka 3 mendefinisikan bahwa pulau kecil adalah pulau

dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2 000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta

kesatuan ekosistemnya. Daratan yang pada saat pasang tertinggi permukaannya ditutupi air

tidak termasuk kategori pulau kecil. Sementara definisi pulau-pulau kecil adalah: ―Kumpulan

pulau dengan luas kurang dari 2.000 Km2 atau lebar kurang dari 10 Km beserta kesatuan

ekosistem di sekitarnya yang terpisah dari pulau induk‖

Terkait dengan P3K, juga perlu dijelaskan pengertian mengenai P3K terluar, yang

tentunya juga akan berhubungan erat dengan aturan tentang batas wilayah laut. Menurut

Peraturan Presiden No 78 tahun 2005 tentang pengelolaan P3K terluar, menjelaskan bahwa

definisi pulau kecil terluar adalah : ―Pulau dengan luas kurang atau sama dengan 2000 km2

yang memiliki titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut

kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional‖.

Pada hakekatnya yang dimaksud dengan pulau kecil adalah pulau yang berukuran

kecil yang secara ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland) dan memiliki batas yang

pasti, terisolasi dari habitat lain, sehingga mempunyai sifat insuler. Keterisolasian suatu pulau

akan menambah keanekaragaman organisme yang hidup dan dapat membentuk kehidupan

25 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

yang unik di pulau tersebut (Dahuri, 1998). Profil pulau-pulau kecil pada dasarnya dapat

dilihat dari beberapa ciri:

1. Dilihat dari jaraknya yang terpencil baik yang berpenghuni maupun yang tidak

berpenghuni.

2. Dilihat dari potensi. Antara lain batasan fisik yang memperhatikan luas pulau, batasan

ekologis; serta batasan keunikan budaya;

3. Dilihat dari pembentukannya. Menurut Retraubun (2002), jenis pulau dapat

dikelompokkan menjadi Pulau Benua (Continental Islands) yang merupakan pulau bagian

dari benua misalnya pulau Sumatra, Jawa, Pulau Papua dan Kalimantan. Pulau vulkanik

(Volcanic Islands), merupakan pulau yang terbentuk dari kegiatan gunung api di dasar

laut dan timbul secara perlahan seperti pulau Bali, Lombok, Sumba, Sumbawa, dan pulau

Flores. Pulau Karang Timbul (Raised Coral Islands), merupakan pulau yang terbentuk

karena terangkatnya terumbu karang ke atas permukaan laut, dan banyak ditemukan di

perairan timur Indonesia, seperti di Laut Banda. Kemudian pulau daratan rendah (Low

Islands) seperti di Kepulauan Seribu Jakarta, dan Pulau Atol (Atols), seperti pulau atol di

Pulau-pulau Tukang Besi.

2.1.2. Pesisir

Pengertian wilayah pesisir masih belum ada yang dapat diterima secara universal,

mengingat sudut pandang yang berbeda dari pihak-pihak yang berkepentingan. Robert Kay

(1999) mengelompokkan pengertian wilayah pesisir dari dua sudut pandang yaitu dari sudut

akademik keilmuan dan dari sudut kebijakan pengelolaan. Lebih lanjut disebutkan bahwa

wilayah pesisir adalah sabuk daratan yang berbatasan dengan lautan dimana proses dan

penggunaan lahan di darat secara langsung dipengaruhi oleh proses lautan dan sebaliknya.

Definisi wilayah pesisir dari sudut pandang kebijakan pengelolaan meliputi jarak tertentu dari

garis pantai ke arah daratan dan jarak tertentu ke arah lautan. Definisi ini tergantung dari isu

yang diangkat dan faktor geografis yang relevan dengan karakteristik bentang alam pantai

(Hildebrand and Norrena, 1992 dalam Kay,1999).

Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.10/Men/2003

tentang Pedoman Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, wilayah pesisir didefinisikan

sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimana ke

arah laut 12 mil dari garis pantai dan sepertiga dari wilayah laut untuk Kabupaten/Kota dan

ke arah darat hingga batas administrasi Kabupaten/Kota. Wilayah pesisir merupakan

interface antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama

26 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

lainnya, baik secara biogeofisik maupun sosial ekonomi, wilayah pesisir mempunyai

karakteristik yang khusus sebagai akibat interaksi antara proses-proses yang terjadi di daratan

dan di lautan. Ke arah darat, wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun

terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan

perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang

masih dipengaruhi oleh prosesproses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran

air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan

hutan dan pencemaran (Hartanto, 2003). Dengan memperhatikan aspek kewenangan daerah

di wilayah laut, dapat disimpulkan bahwa pesisir masuk ke dalam wilayah administrasi

daerah provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Hal tersebut di atas sama dengan apa yang dinyatakan oleh Bengen (2002), wilayah

pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi

bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat

laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh

vegetasinya yang khas. Sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagian atau

batas terluar daripada daerah paparan benua (continental shelf), dimana ciri-ciri perairan ini

masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti penggundulan hutan dan

pencemaran. Beberapa rujukan dalam pembentukan Perda pengelolaan wilayah pesisir dalam

penataan kembali pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir tidak mudah, bahkan sangat

kompleks, antara lain:

1. Banyaknya inisiatif untuk melakukan pencabutan atau perubahan peraturan perundang-

undangan,

2. Sumberdaya pesisir, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak memerlukan

pengkajian yang mendalam.

3. Minimnya pemahaman sumberdaya pesisir sebagai salah satu faktor pendukung

penguatan otonomi daerah dalam rangka meningkatkan kesejehateraan masyarakat

khususnya di kawasan pesisir.

Dengan kata lain wilayah pesisir adalah wilayah peralihan (interface) antara daratan

dan laut. Oleh karena itu, wilayah pesisir merupakan ekosisitem khas yang kaya akan

sumberdaya alam baik sumberdaya alam dapat pulih (renewable resources) seperti ikan,

terumbu karang, hutan mangrove, dan sumberdaya tak dapat pulih (non-renewable resources)

seperti minyak dan gas bumi, bahan tambang dan mineral lainnya (Dahuri, 1998).

27 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2.1.3. Pembangunan berkelanjutan

Sejak tahun 1990-an isu pembangunan berkelanjutan (sustainable development)

diartikan sebagai proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam,

budaya dan manusia. Dari UUD 1945, UU No. 10 tahun 2008 tentang penyelenggaraan

kepariwisataan, UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistem (SDHE), serta deklarasi pembangunan berkelanjutan disebutkan bahwa dalam

pemanfaatan sumberdaya alam dan budaya dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian

dan memperhatikan prinsip keberlanjutan yang didasarkan azas manfaat dan lestari,

kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan, dan keterpaduan.

Menurut Emil Salim

(1992:4-5), untuk mewujudkan

pola pembangunan

berkelanjutan diperlukan tiga

langkah kebijakan yaitu

pengelolaan sumberdaya alam (resources management) dengan menekankan pada

pengelolaan hutan, tanah, dan air. Kemudian pengelolaan dampak pembangunan terhadap

lingkungan, yang mencakup penerapan analisis dampak pembangunan terhadap lingkungan,

pengendalian pencemaran, khususnya bahan berbahaya dan beracun; maupun pengelolaan

lingkungan budaya dan binaan manusia (man made environment), seperti kota, waduk, dan

lain sebagainya. Terakhir adalah berkenaan dengan pembangunan sumberdaya manusia,

human resources development, yang mencakup pengendalian jumlah penduduk atau kuantitas

(tingkat kelahiran, tingkat kematian, dan tingkat kesakitan); pengelolaan mobilitas

perpindahan penduduk ke daerah dan ke kota; pengembangan kualitas penduduk, serta

ketahanan akar budaya penduduk.

Dari kesepakatan antar negara yang tertuang dalam KTT Bumi di Rio de Jainero,

menunjukkan kesungguhan bahwa pemanfaatan sumberdaya lingkungan alam dan budaya

yang bijak hanya dapat diwujudkan melalui program pembangunan yang berkelanjutan.

Kesepakatan tersebut menjadi satu acuan pokok setiap negara dalam merumuskan kebijakan

makro nasional dan regional di berbagai sektor, termasuk pariwisata. Di dalam kebijakan

makro pengembangan pariwisata nasional tertuang beberapa hal antara lain:

1. Pembangunan yang memperhatikan konservasi lingkungan alam dan pelestarian nilai

budaya dan adat istiadat setempat,

2. Pembangunan kesejahteraan masyarakat sebagai upaya penegakan kebhinekaan dan

sekaligus sebagai alat pemersatu kekuatan ekonomi dan jati diri budaya bangsa.

sustainable development is defined as ”a dynamic process which enables all people to realize their

potential and improve their quality of life in ways that simultaneously protect and enhance the Earth’s life support systems” (Forum For the

Future).

28 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

3. Pembangunan berbasis pelibatan masyarakat secara nyata, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan dan monitoring melalui LSM, dan masyarakat.

2.1.4. Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata dalam penyelenggaraannya tergantug pada pemanfaatan dua sumberdaya

utama yaitu sumber daya alam dan sumber daya budaya.

1. Sumber daya alam (SDA). Adalah sesuatu yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita

yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar

hidup lebih sejahtera. Pada dasarnya sumber daya alam (SDA) dapat dipilah berdasarkan

sifatnya menjadi dua jenis.

a. Pertama SDA yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) dan SDA yang dapat

diperbaharui (renewable). SDA yang dapat diperbaharui yaitu sumber daya alam yang

dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan, seperti air, keanekaragaman

hayati mencakup tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain.

b. Sedangkan SDA yang tidak dapat diperbaharui (non renewable) ialah sumber daya alam

yang tidak dapat didaur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak

dapat dilestarikan serta dapat punah. SDA jenis ini jumlahnya sangat terbatas dan

umumnya terdapat di dalam bumi sehingga disebut dengan barang tambang atau bahan

galian.

Di dalam pelaksanaannya terutama pada pulau-pulau kecil, banyak pihak dalam

memanfaatkan sumberdayanya tidak bersungguh sungguh menerapkan konsep

keberlanjutan. Dalam banyak kasus, eksploitasi dan eksplorasi sumberdaya yang ada

malah menunjukkan bentuk-bentuk aktivitas perusakan dan tidak berorientasi jangka

panjang.

2. Sumber daya budaya (SDB). Kebudayaan merupakan hasil karya manusia dalam

mempertahankan dan meningkatkan taraf hidup dan sebagai proses adaptasi dengan

lingkungan. Sebagai sebuah sistem, kebudayaan perlu dilihat dari perwujudan kehidupan

manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan material.

Budaya manusia pada dasarnya memiliki ciri-ciri bawaan yang dapat dikelompokkan

secara terstruktur, meliputi komponen living culture (sosial, ekonomi, politik, bahasa,

religi, estetika dan mata pencaharian), wisdom and technology (mata pencaharian,

kedamaian, kesenangan, bahasa, pendidikan, pengetahuan,dan teknologi), serta culture

heritage (artifak, monumen, manuskrip, tradisi, dan seni). SDB pada dasarnya mengacu

pada beberapa ciri khas suatu masyarakat dan ini mengarah pada bentuk-bentuk:

29 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

“Sustainable tourism development to provide for

intergenerational equity. Equitable distribution of costs and

benefits of tourism development must take place among

present and future generation. To be fair to future

generations of tourists and travel industry, sodety shoulds

strive to leave a resource base no less than on we have

inherited. Sustainable tourism must therefore avoid resource

allocation actions that are irreversible” (WTO, 1997: 34).

a. Pola hidup (peradaban/civilization). SDB bentuk ini akan menyangkut lingkungan alam,

sosial dan binaan, yang terintegrasi secara menyeluruh sebagai satuan pola hidup beserta

isinya. Gambaran ini akan diperoleh pada pola hidup masyarakat pesisir, pedalaman

(Kubu, Mentawai, Sakai, Dani, Memberamo), atau bentuk masyarakat yang spesifik

(Badui, Naga, Samin, Tengger, Toraja).

b. Benda-benda budaya (artifact). Pada SDB bentuk ini, adalah peninggalan sejarah

(bangunan kuno, kompleks bangunan kuno, kota tua, candi yang sudah tidak

dimanfaatkan untuk ibadah, kereta api, museum dsb.) yang ada pada masyarakat.

Termasuk juga obyek yang masih menjadi tertentu pada kompleks keyakinan (makam

yang dikeramatkan, candi, gereja, mesjid, wihara, klenteng dsb.), serta barang kerajinan

pada art shop (pasar seni, pusat kerajinan, miniatur kompleks bangunan budaya, pasar

tradisional, industri tradisional, dan sebagainya)

c. Kesukubangsaan dan tradisi (custom and ethnic group). Pada bentuk SDB ini, adalah

kebudayaan masyarakat yang pada dasarnya sudah menjadi bagian dari pranata seni.

Seperti Upacara berkaitan dengan keagamaan tertentu (patrol, rangda, penguburan,

melabuh, khitanan, tabut, perkawinan, peresean, dsb). Pementasan (tari-tarian, pantun,

rebana, didong, rebana ketimpring, sambrah, sandiwara dsb.). Dan adanya atraksi

permainan anak

Sementara itu dalam rumusan UNESCO, termasuk dalam warisan budaya adalah

merupakan warisan budaya intangible seperti tradisi oral, bahasa proses kreasi kemampuan

dan pengetahuan, Seni pertunjukkan, festival religi dan kepercayaan, kosmologi, sistem

pembelajaran dan kepercayaan serta praktek-praktek kepercayaan yang terkait dengan alam.

Perkembangan pemahaman akan obyek ini perlu diikuti dengan pengembangan pengelolaan

aset ―alam-budaya‖. Apalagi Indonesia dengan keanekaragaman yang sangat kaya yang bisa

jadi, klasifikasinya melebihi apa yang tercantum dalam rumusan UNESCO. Bagaimanapun

bentuk aset bernilai yang beranekaragam tersebut merupakan modal budaya yang masing-

masing perlu dikelola sesuai

dengan kondisi masing-

masing.

Salah satu langkah

implementasi kebijakan

pembangunan pariwisata

berkelanjutan, yaitu program

30 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

pengembangan produk pariwisata diprioritaskan pada konsep pengembangan ekowisata dan

wisata budaya dengan harapan dapat berperan dalam upaya pemerintah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Lebih jauh lagi dapat berperan dalam upaya konservasi

lingkungan dan meningkatkan appresiasi masyarakat terhadap warisan budaya yang mereka

miliki.

Salah satu kritik atas konsep pariwisata konvensional telah diajukan Cherem (1988)

dengan mengajukan konsep ―pariwisata yang tepat‖. Menurutnya ―pariwisata yang tepat

adalah pariwisata yang secara aktif membantu dalam menjaga keberlangsungan suatu daerah

kebudayaan, sejarah dan alam.

1. Tourism’s contribution to mutual understanding and respect between peoples and societies 2. Tourism as a vehicle for individual and collective fulfilment 3. Tourism, a factor of sustainable development 4. Tourism, a user of the cultural heritage of mankind and a contributor to its enhancement 5. Tourism, a beneficial activity for host countries and communities 6. Obligations of stakeholders in tourism development 7. Right to tourism 8. Liberty of tourist movements 9. Rights of the workers and entrepreneurs in the tourism industry 10. Implementation of the principles of the Global Code of Ethics for Tourism

Paradigma pariwisata sekarang ini lebih mementingkan fleksibilitas, segmentasi, dan

integrasi diagonal sebagai bentuk inovasi dari kecenderungan special interest dan ecotourism

yang menghendaki pengendalian motif ekonomi ke arah konservasi sumberdaya alam dan

pelestarian social budaya. Dengan kelemahan konsep sebelumnya, dirumuskan pendekatan

new tourism yaitu melalui deklarasi Piagam Pariwisata berkelanjutan yang berbunyi :

―Pengembangan pariwisata didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang secara ekologis harus

dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, etika dan sosial

masyarakat.‖ (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995).Definisi dari Asia-Pasific Ministers‟

Conference on Tourism and Environment di Maldives kemudian dipertajam oleh keputusan

bersama anggota WTO yang menetapkan bahwa pariwisata berkelanjutan:

"meets the needs of the present tourists and host regions while protecting and enhancing the

opportunity for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a

way that economic, social and aesthetic needs can be fulfilled, while maintaining cultural

integrity, essential ecological processes, biological diversity and life support systems"

(WTO).

Pemahaman yang menempatkan pariwisata sebagai alat eksploitasi harus berubah

pada tindakan yang didasarkan pada nilai-nilai keberlanjutan. Pemahaman nilai keberlanjutan

31 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

merupakan langkah pertama yang menentukan konsistensi pelaksanaan. Dengan sifatnya

yang multisektoral dan multi disiplin, pariwisata berkelanjutan merupakan wadah yang

memberikan kesempatan besar untuk mendorong usaha-usaha peletarian ke tingkat global.

Hal ini menyebabkan peluang pariwisata menjadi terbuka lebar, sebagai jembatan untuk

menciptakan bisnis, peluang kerja bagi masyarakat dan sekaligus upaya pelestarian sumber

daya alam (Roby, 2005). Menurut Frans Mardi Hartanto (2003), beberapa pemahaman yang

perlu diinternalisasikan kepada semua stakeholder antara lain:

1. pariwisata berkelanjutan mengandung semangat konservatif, bukan eksploitatif

(mencegah komersialisasi alam dan budaya);

2. kegiatan pariwisata adalah suatu proses ekonomisasi pengalaman, dimana terkait dengan

pemuasan kebutuhan manusia yang mampu memberi melebihi ekspektasi;

3. pariwisata berkelanjutan diarahkan agar berkembang dengan adil bersama masyarakat,

dimana mereka diperankan sebagai pelaku utama dalam kegiatan kepariwisataan;

4. Pariwisata berkelanjutan tumbuh secara alamiah yang berbasis masyarakat, lingkungan

alam dan sosial-budaya; masyarakat harus menjadi bagian integral dari kegiatan

pariwisata, karena inti kegiatan pariwisata adalah masyarakat itu sendiri;

UU No. 10 Tahun 2008 tentang Kepariwisataan menyebutkan kawasan pariwisata adalah

kawasan dengan luas tertentu yang dibangun

atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan

pariwisata.Demikian juga dengan organisasi

pariwisata dunia yang mendefinisikan

kawasan adalah “a physical space in which a

visitor spends at least one overnight. It

includes tourism products such as support

services and attractions, and tourism

resources within one day‟s return travel time.

It has physical and administrative boundaries

defining its management and images and

perceptions defining its market

competitiveness.”(WTO, 2008)

To enable the Destination achieve a long-term sustainable and competitive development, eight main goals (Ramm, 200) have been identified are as below; 1. Ensure Local organisation and co-

operation and common strategy 2. Capacity building towards sustainable

development 3. Promotion of Destination 21 philosophy

and practice 4. Management and accessibility of natura

and cultural heritage assets 5. Strengthen and increase local culture and

authenticity visibility 6. Reduction of resource use and pollution 7. Create employment and enhance

employment within the local economy 8. Promote the development of new

sustainable tourism products

32 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2.2. Telaah Teoritis

Salah satu unsur penting yang perlu dijabarkan dalam menyusun sebuah naskah

akademis terkait tentang kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil adalah

argumentasi, alasan, rasionalitas, atau relevansi dari kebijakan pemanfaatan dan

pengembangan itu sendiri mencakup:

2.1.1. Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (P3K)

a. Aspek Filosofis. Landasan yang termuat dalam kajian filosofis mencerminkan hakikat

yang terdalam dari nilai-nilai moralitas di dalam pembentukan peraturan perundang-

undangan di mana dalam hal ini terdapat suatu paradigma bahwa pembangunan pulau-

pulau kecil yang disandarkan pada tiga aktor yakni pemerintah, swasta dan masyarakat

tidak dapat terlepas dari nilai falsafah ―keberlanjutan‖ antara pemanfaatan alam dan

konservasinya untuk mencapai hakikat tujuan bernegara paling mendasar yakni

terciptanya masyarakat sejahtera adil dan makmur, baik lahiriah maupun batiniah.

Kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil beserta kawasan pesisirnya

harus didasari landasan filosofis Pancasila dan mengacu pada prinsip-prinsip kebenaran

dan keadilan, termasuk pengakuan dan jaminan perlindungan atas hak-hak hukum adat

serta jaminan atas kesejahteraan masyarakat dan kelestarian ekosistemmya.Dalam

refleksi filosofis, maka terpenuhinya kesejahteraan melalui pengelolaan plau-pulau kecil

dengan penyeimbangan keterjaminan kelestarian lingkunagan hidup merupakan

cerminan pemuliaan kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan ideologi, falsafah dan cita

hukum Pancasila khususnya sila kemanusiaan yang adil dan beradab dan sila keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berkaitan dengan penyelenggaraan pulau-pulau

kecil maka ideologi, falsafah dan cita hukum Pancasila di atas harus meresepsi dan dapat

dioperasionalisasikan di dalam peraturan perundang-undangan. Peresepsian dimaksud

harus mencerminkan bahwa di dalam penyelenggaraan dan penanganan pulau-pulau

kecil harus dilandasi semangat keadilan, pelibatan masyarakat dan akses yang merata

bagi semua pihak untuk turut berupaya menciptakan kesejahteraan baik lahir maupun

batin dengan dilandasi keterjaminan kelestarian lingkungan hidup.

2. Aspek sosiologis. kebudayaan Masyarakat Indonesia sejak awal terbentuk dengan ciri

kebudayaan yang sangat beragam yang muncul karena pengaruh ruang hidup berupa

kepulauan ciri alamiah tiap-tiap pulau berbeda-beda. Jika dilihat dari segi budaya,

masyarakat pulau kecil mempunyai budaya yang umumnya berbeda dari masyarakat

pulau kontinen dan daratan (Dahuri, 1998). Sebagian besar masyarakat di wilayah pesisir

dan pulau-pulau kecil adalah nelayan yang pada saat-saat tertentu juga berkerja sebagai

33 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

petani di persawahan pasang surut yang menggantung kehidupan pada sumberdaya

wilayah P3K khususnya perikanan sebagai sumber pendapatan lainnya. Kesulitan

menangkap ikan diperairan dekat pantai akhir-kahir ini menjadikan masyarakat tersebut

harus mencari ikan lebih jauh, dengan dibuatnya sistem pengelolaan sumber daya

wilayah P3K terpadu yang diharapkan memberikan kemudahan bagi masyarakat,

pemerintah dan pihak lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat umumnya di

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (Yudhohusodo, 1998).

Oleh karena itu kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil beserta

kawasan pesisirnya harus disesuaikan dengan aspirasi tuntutan dan harapan masyarakat yang

telah terkrisitalisasi dalam akar budaya yang berbasis pada kebersamaan, karakteristik,

kebutuhan, dan kemampuan masyarakat setempat (pesisir) dalam mengelola pemanfaatan dan

pengembangan potensi sumberdaya yang ada, guna meningkatkan ekonomi masyarakat

secara berkelanjutan. Disamping itu, kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau

kecil beserta kawasan pesisirnya harus mampu menghindari tumpang tindih aturan,

memperkuat sinergi peran antar sektor, serta memperhatikan daya dukung lingkungan yang

berorientasi dari eksploitasi menjadi rehabilitasi yang berkelanjutan (Catton, 1986).

3. Aspek ekologis. Kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang

cukup besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, maupun

pertahanan dan keamanan serta adanya beberapa ekosistem yang saling berinteraksi

khas tropis dengan produktivitas hayati tinggi yaitu terumbu karang (coral reef),

padang lamun (seagrass), dan hutan bakau (mangrove). Oleh karenanya pembangunan

pulau-pulau kecil harus memprioritaskan pada keseimbangan antara aspek ekonomi

dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (Briguglio, 1995). Prinsip keseimbangan

ini terelaborasi di dalam kebijakan pembangunan pulau-pulau kecil yang bertumpu

pada tiga stake holders mendasar yakni pemerintah, swasta dan masyarakat. Dengan

demikian, terdapat pola yang senantiasa sinergis antara pemanfaatan potensi-potensi

ekonomi dengan aspek lingkungan hidup. Dalam menjaga fungsi ekologi pesisir dan

pulau-pulau kecil, perlu dipahami beberapa aspek mendasar terkait pengelolaan pesisir

dan pulau-pulau kecil yaitu:

a. Setiap aktor yang terlibat tersebut, dalam pengelolaan pulau-pulau kecil yang bersifat

rentan harus berbasis pada kepedulian atau kesadaran terhadap lingkungan.

b. Sistem pengelolaan pulau-pulau kecil terpadudan berkelanjutan.

c. Indikator keberhasilan pengelolaan pulau-pulau kecil salah satunya dari faktor kualitas

lingkungan yang berkelanjutan.

34 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Prinsip konservasi dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil mengandung implikasi

bahwa keberadaan berbagai pihak turut mendukung terbentuknya sistem yang menjamin

perlindungan terhadap kesinambungan kualitas lingkungan hidup dan memastikan kegiatan

usaha dan jasa di pesisir dan pulau-pulau kecil yang ramah lingkungan (Yudhohusodo, 1998).

Hal ini dilakukan antara lain melalui kegiatan pengelolaan dengan memperhatikan kaidah

ekologi dan peka terhadap nilai sosial budaya masyarakat. Selain itu, menentukan ambang

batas (carrying capacity), baik secara sosial maupun ekologis dalam rangka meminimalisasi

akibat negatif yang ditimbulkan kegiatan pembangunan.

Mengingat P3K berfungsi salah satunya sebagai pengatur iklim global,habitat dan ekosistem

lingkungan yang bermanfaat bagi masyarakat, maka dapat dikatakan P3K sebenarnya

merupakan kawasan yang sangat sensitiv terhadap perubahan. Oleh karenanya, pemanfaatan

potensi sumberdaya keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta nilai kekhasan dan

keaslianya yang ada di P3K harus dilakukan secara berkelanjutan dan terpadu yang berbasis

pada perlindungan, pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan terhadap (Adrianto, Luky.

2004). Dengan pendekatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan apresiasi, pemahaman

dan kesadaran akan ekosistem yang menjadi tatanan unsur keseimbangan lingkungan hidup

kawasan P3K. Dengan pendekatan ekologis, pengelolaan lingkungan di pulau-pulau kecil

menjadi penting sebagai upaya terpadu untuk melestarikan (perlindungan, pengembangan dan

pemanfaatan) fungsi lingkungan hidup, dan sekaligus menjadi rambu pembangunan

berkelanjutan yang menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa

kini dan generasi masa depan.

4. Aspek politis. Tersebarnya ribuan pulau-pulau kecil yang terbentang dari Sabang

sampai Merauke, di satu sisi merupakan cerminan kekayaan sumber daya yang dimiliki

bangsa Indonesia. Namun di sisi lain dengan kurang tersedianya prasarana dan sarana

yang memadai antara lain di bidang sosial, ekonomi, budaya, hukum, pendidikan, dan

kesehatan, menimbulkan kendala pertahanan dan keamanan bagi keutuhan negara

kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terutama pulau-pulau kecil yang berada di

wilayah perbatasan. Hal ini berkaitan dengan batas wilayah antar negara. Dari sudut

politis pertahanan dan keamanan, pulau-pulau kecil terutama di perbatasan memiliki

arti penting sebagai pintu gerbang keluar masuknya aliran orang dan barang misalnya

di Sabang, Sebatik dan Batam yang juga rawan terhadap penyelundupan barang-barang

ilegal, narkotika, senjata, dan obat-obatan terlarang. Indonesia memiliki 92 buah pulau

kecil yang terletak di perbatasan dengan negara lain, berarti bahwa pulau-pulau kecil

35 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

tersebut memiliki arti penting sebagai garda depan dalam menjaga dan melindungi

keutuhan NKRI dari intervensi negara lain.

Dilihat dari sudut pertahanan dan keamanan, pada dasarnya pulau-pulau kecil terutama di

perbatasan memiliki arti penting sebagai pintu gerbang keluar masuknya aliran orang dan

barang, yang juga rawan terhadap kegiatan kriminal seperti penyelundupan, penjualan

narkotikadan obat-obatan terlarang, serta senjata ilegal. Kekhawatiran terhadap keberadaan

pulau kecil terluar tidak terbatas pada lepasnya pulau ke negara lain yang letaknya

berhadapan langsung dengan 10 negara tetangga (Singapura, Malaysia, Thailand, India,

Vietnam, Palau, Papua Nugini, Australia, Philipina, dan Timor Leste), tetapi juga potensi

rawan intervensi negara lain terhadap ideologi, ekonomi, politik, sosial-budaya, dan

pertahanan keamanan. Dengan adanya Perpres No. 78 Tahun 2005 tentang adanya upaya

pengelolaan pulau-pulau kecil, termasuk pulau terluar, paling tidak menjadi upaya perhatian

dan sinergi antar berbagai departemen dan lembaga non departemen dalam mengelola

terutama pulau-pulau kecil khususnya yang letaknya terluar (Tribunnews, 2010).

5. Aspek yuridis. Di dalam pengelolaan dan pemanfaatan P3K, perlu ditelaah perspektif

kebijakan yuridis secara nasional bagaimana komitmen dan politik hukum berkenaan

dengan arah kebijakan P3K nasional.Kebijakan pemanfaatan dan pengembangan pulau-

pulau kecil beserta kawasan pesisirnya harus mampu menghindari tumpang tindih

aturan, memperkuat sinergi peran antar sektor, serta memperhatikan daya dukung

lingkungan yang berorientasi dari eksploitasi menjadi rehabilitasi yang berkelanjutan (

Teridoyo, 2004). Prinsip konservasi meletakkan arti penting terhadap kualitas

lingkungan hidup yang terpelihara dari ancaman perusakan dan pencemaran

lingkungan.

Wilayah Indonesia pada saat proklamasi kemerdekaan RI 17 agustus 1945 masih

mengikuti territoriale Zee En Maritieme Kringe Ordonantie 1939, dimana lebar laut wilayah

Indonesia adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pantai pulau

Indonesia. Penetapan lebar wilayah laut 3 mil tersebut tidak menjamin kesatuan wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (Etty R, 2003). Deklarasi ini menyatakan bahwa bentuk

geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan kecil

dengan sifat dan corak tersendiri. Untuk mengukuhkan asas Negara kepulauan ini,

ditetapkanlah Undang-undang Nomor : 4/Prp tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Maka

sejak itu Negara Indonesia dikenal sebagai Negara kepulauan (Negara maritim). Sedangkan

yang 35% lagi adalah daratan yang terdiri dari 17.508 buah kepulauan yang antara lain

36 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

berupa 5 (buah) pulau besar, yakni Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Irian Jaya

(Papua) dan + 11.808 pulau-pulau kecil yang belum diberi nama.

Sebagai negara kepulauan, tidak terlepas dari berbagai aturan dari batas suatu negara.

Berdasarkan Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982, Indonesia telah meratifikasi UNCLOS

1982 tersebut melalui undang-undang nomor 17 tahun 1985 pada tanggal 31 Desember 1985.

Indonesia memiliki kedaulatan atas wilayah perairan seluas 3,2 juta km2 yang terdiri dari

perairan kepulauan seluas 2,9 juta km2 dan laut teritorial seluas 0,3 juta km2. Selain itu

Indonesia juga mempunyai hak eksklusif untuk memanfaatkan sumber daya kelautan dan

berbagai kepentingan terkait seluas 2,7 km2 pada perairan ZEE (sampai dengan 200 mil dari

garis pangkal). Lebih jauh dijelaskan bahwa negara Kepulauan berhak menarik garis pangkal

kepulauan (archipelagic baseline), sebagai dasar pengukuran wilayah perairannya dari titik-

titik terluar dari pulau-pulau terluarnya. Hal ini menunjukkan nilai strategis pulau-pulau kecil

pada kawasan perbatasan negara sebagai „gatekeeper‟ wilayah kedaulatan RI. Sejak tahun

1993, UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara dan menjadi hukum positif sejak 16

November 1994.

Disamping itu dengan pemberlakuan UU 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004, maka

sistem dan mekanisme pemerintahan menegaskan bahwa salah satu urusan wajib dari 16

kewenangan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk kabupaten/kota adalah

perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang. Hal ini sejalan juga dengan UU 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUTR) yang merincikan kewenangan pemerintah

daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi meliputi ruang darat,

ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.

Sementara itu ruang laut dan ruang udara, pengelolaannya diatur dengan undang -undang

tersendiri. Penataan ruang laut disusun dengan mengacu dari UU No 27 tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU PWP-P3K) terkait rencana zonasi,

yang selanjutnya secara teknis di atur dalamPermen DKP No. 16/Men/2008 tentang

perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, serta SK Dirjen KP3K No.

31/KP3K/IX/2008 tentang strategi penataan ruang dan rencana zonasi pulau -pulau kecil.

Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas -

batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses

ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam Ekosistem P3K (Sjafii, 2000). Dalam

UU tersebut dijelaskan bahwa penyusunan perencanaan zonasi menghasilkan pengalokasian

ruang dalam kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional

tertentu, dan dan alur laut.

37 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2.1.2. Pariwisata Berkelanjutan

1. Apek Filosofis. Secara teoritik, pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan yang

didalamnya terjaminnya kesinambungan kelestarian lingkungan hidup harus berbasis

manusia (people-centered development), pemenuhan hak-hak dasar yang berkeadilan

serta berkelanjutan. Secara historis, dari konferensi PBB tahun 1972 dan KTT tahun

1992, masyarakat dunia digugah untuk melakukan komitmen politik yakni membangun

tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan hidup, sebagai refleksi komitmen terhadap

berbagai prinsip yang menunjang konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable

development). Berdasarkan konteks tersebut, pariwisata berkelanjutan merupakan

pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan

kelestarian dan memberi peluang-peluang generasi di masa depan, melalui prinsip-

prinsip keberlanjutan yang diimplementasikan dalam mekanisme pemanfaatan dan

pengembangan lingkungan P3K sebagai destinasi pariwisata yang berbasis pada

lingkungan (Budpar, 2003). Semangat kebijakan pembangunan berkelanjutan tersebut

ditemukan sebagai bagian dari produk hukum UU No. 10/2008. Terakhir, dengan

terbitnya Peraturan Presiden No.7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2004-2009, mendapat penegasan bahwa seluruh

penyelenggaraan pembangunan, termasuk pariwisata nasional, dituntut untuk

memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

Walaupun paradigma pembangunan berkelanjutan belum menjadi wacana publik,

namun nilai-nilainya dalam UU No.10/2008 sudah ditemukan di beberapa pasal tentang nilai-

nilai keberlanjutan yang tersirat dari pernyataan keseimbangan dan keterpaduan ekologi,

pendidikan, kesetaraan dalam ekonomi, dan keberlanjutan. Nilai keberlanjutan terlihat pula

dalam penjelasan bahwa pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan

memperhatikan kelestarian dan mutu lingkungan. Demikian juga dengan partisipasi

masyarakat untuk berperan serta dalam penyelenggaraan dan pengambilan keputusan.

Kebijakan ini diletakkan pada tiga gagasan kunci : kepariwisataan berpijak pada kebudayaan

tradisional dan kepariwisataan sebagai wahana persahabatan antar bangsa (Wiyasa Putra,

dkk, 2003), serta juga mendorong ekonomi kerakyatan.

Berdasarkan konteks pembangunan berkelanjutan tersebut, Cooper dan kawan-kawan (1996)

menjelaskan bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan pembangunan yang sesuai dengan

kebutuhan wisatawan dengan tetap memperhatikan kelestarian dan memberi peluang-peluang

generasi di masa depan, memanfaatkan dan mengembangkan prinsip-prinsip keberlanjutan

yang harus diimplementasikan dalam mekanisme pemanfaatan dan pengembangan

38 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

lingkungan termasuk pesisir dan P3K sebagai destinasi pariwisata yang berbasis pada

lingkungan pulau.

2. Aspek Sosiologis. Kegiatan pariwisata merupakan satu rangkaian-rangkaian kegiatan

yang saling mengkait, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta maupun

masyarakan, serta tidak terlepas dari konsep-konsep yang cenderung berlaku dalam

konteks ekonomi. Suatu aktivitas perekonomian akan berkesinambungan bila

terpelihara antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) secara berimbang. Di

dalam konteks pariwisata, karakteristik dari perekonomian di sektor pariwisata harus

pula dikenali sehingga dapat merespon perkembangan (Inskeep, 1998). Karakteristik

utama adalah sifat aktivitas wisata yang musiman (seasonal) dan fluktuatif, sehingga

aktivitas di ranah pariwisata tidak dapat dijadikan sebagai kegiatan utama. Sebab, pada

saat jumlah wisatawan mengalami penurunan, praktis sektor perekonomian pariwisata

juga menurun.

Selain berdampak ekonomi, aktivitas pariwisata juga membawa implikasi budaya (culture)

dan lingkungan hidup (Gun, 1996). Hal ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Interaksi antara wisatawan dan penduduk lokal akan membawa pemahaman antar

budaya, pertukaran nilai-nilai budaya dan saling mencoba memahami sikap dan

kebiasaan baik yang dibawa oleh wisatawan maupun yang dilakukan penduduk lokal.

b. pergeseran nilai-nilai budaya setempat. Meningkatnya pengaruh budaya wisatawan dan

pendapatan ekonomi masyarakat setempat, bukan mustahil mendorong budaya

konsumerisme yang turut terpengaruh dari perilaku wisatawan hanya untuk memenuhi

keinginan wisatawan tanpa mencerminkan nilai-nilai budaya masyarakat sesungguhnya.

c. Gangguan pada lingkungan akibat aktivitas pariwisata, dapat berupa transportasi yang

bila tidak tertata mengalami kemacetan, gangguan kebisingan, meningkatnya potensi

pencemaran limbah dan sebagainya.

Serrano Sianturi (2008) kemudian merekomendasikan perlunya pendekatan melalui

pengkajian terhadap faktor keuntungan (benefit) dan kerugian (cost) dalam melakukan

kebijakan di sektor pariwisata sehingga tepat sasaran. Pada dasarnya pariwisata dapat

menjadi wahana dalam meningkatkan kontribusi menyeimbangkan implikasi budaya

(culture) dan lingkungan hidup akibat aktivitas pariwisata. Disamping itu pariwisata juga

dapat menjadi alat strategis (strategic weapon) dalam memperkuat pemahaman dan apresiasi

terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya beserta nilai-nilainya. Untuk itu diperlukan

kebijakan pariwisata yang tepat sebagai bentuk intervensi pemerintah untuk memberikan

arahan, pedoman, kontrol dan pengaruh agar aktivitas terkait yang dilakukan tidak

39 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

berdampak negatif terhadap upaya pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau kecil beserta

kawasan pesisirnya.

3. Aspek Yuridis. Di dalam pengembangan pemanfaatan dan pengembangan pulau-pulau

kecil beserta kawasan pesisirnya sebagai destinasi pariwisata, kebijakan nasional

pariwisata di Indonesia telah termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Kepariwisataan. Implikasi yang diharapkan dari

pariwisata sebenarnya adalah kegiatan tersebut lebih berorientasi pada pelestarian dan

pengelolaan lingkungan alam, sosial dan budaya P3K.

Di dalam perspektif yuridis, ketentuan paling primer berkaitan dengan kegiatan

kepariwisataan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang

Kepariwisataan. Di dalam konsiderans dinyatakan adanya dua hal mendasar yang harus

diperhatikan. Pertama, keadaan alam, flora dan fauna, seni budaya, peninggalan sejarah dan

purbakala merupakan modal besar bagi usaha pengembangan dan peningkatan pariwisata.

Kedua, adanya kebutuhan untuk pengaturan dalam konteks keterpaduan kegiatan

penyelenggaraan kepariwisataan sekaligus memelihara kelestarian dan mendorong upaya

mutu lingkungan hidup serta objek dan daya tarik wisata. Dengan kedua hal di atas maka

paradigma pengembangan dan peningkatan pariwisata ditempatkan di dalam konteks

kesadaran berkenaan dengan kekayaan yang dimiliki bangsa dan strategi pemanfaatan

kekayaan dimaksud dengan komitmen keterpaduan dari aspek kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

tentang Pembagian Urusan, maka berkenaan dengan pengelolaan kepariwisataan adalah

termasuk kewenangan pilihan yang dapat dikelola oleh pemerintahan daerah berdasarkan

potensi yang dimilikinya. Namun demikian, di dalam ketentuan di atas juga dirumuskan

bahwa Menteri dalam hal kepariwisataan dibawah wewenang Menteri Pariwisata dapat

menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria untuk pelaksanaan urusan pilihan

dimaksud. Untuk itu, maka Menteri Pariwisata dimungkinkan membuat norma, standar,

prosedur dan kriteria berkaitan dengan pengembangan destinasi pariwisata berwawasan

lingkungan.

2.3. Isu Strategis

Wilayah P3K beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi

pembangunan nasional, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional.

Disamping itu, fakta-fakta yang telah dikemukakan beberapa ahli, juga mengindikasikan

40 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

bahwa wilayah P3K di Indonesia memiliki keanekaragaman potensi, mulai dari potensi

perikanan, pariwisata, transportasi, dan energi. Potensi tersebut tersebar di kawasan P3K

dengan keanekaragaman ekosistem dan produktivitas hayatinya yang cukup tinggi seperti

terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove. Namun pemanfaatan potensi

sumberdaya pulau-pulau kecil tersebut belum dikelola secara optimal dan berkelanjutan,

sehingga selain tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir dan P3Kyang sebagian besar adalah

nelayan masih hidup dibawah garis kemiskinan, juga terjadi peningkatan degradasi

lingkungan akibat over exploitasi. Hal ini tentu saja menyebabkan wilayah pesisir yang juga

menyimpan potensi bencana, baik yang disebabkan oleh alam maupun oleh ulah manusia,

menjadi semakin rentan (Arifin, 2001).

Dari kondisi keunikan dan kerentanan yang dimilikinya, terdapat berbagai isu utama

terkait dengan pesisir dan pulau-pulau kecil yang meliputi antara lain:

1. Degradasi sumber daya P3K; disebabkan cara memanfaatkan sumber daya P3K tanpa

menerapkan kaidah-kaidah kelestarian lingkungan.

2. Kemiskinan masyarakat pesisir; Pembangunan ekonomi melalui eksploitasi sumberdaya

secara berlebihan dilakukan tanpa mempedulikan peran dan keterlibatan masyarakat

hingga menyebabkan pemiskinan masyarakat setempat.

3. konflik pemanfaatan dan kewenangan. Masalah konflik pemanfaatan ruang (zonasi dan

tata ruang wilayah) merupakan masalah yang sering mengemuka (Dahyar, 1999).

Konflik disebabkan perbedaan rencana peruntukkan dan pemanfaatan kawasan P3K

untuk konservasi dan pembangunan yang belum mempertimbangkan kesesuaian dan

daya dukung ruang.

4. rawan bencana alam dan/atau bencana akibat tindakan manusia; Potensi tersebut dapat

berupa tsunami, gempa bumi, abrasi, rob, banjir, pencemaran dan salah satu isu yang

terjadi diseluruh dunia adalah pemanasan global (Global Warming) yang mengakibatkan

kenaikan paras muka air laut (Sea Level Rise). Kemudian gempa tektonik, tsunami,

pemanasan global (global warming), dan sebagainya.

5. ketidakpastian hukum; Banyak wilayah pesisir dihuni penduduk yang bermigrasi dari

wilayah lain tanpa memproses kepemilikan tanah dan bangunan pemukimannya. Ketika

pembangunan ekonomi berkembang, mereka sering tersingkir atau tidak memiliki hak

akses (access rights) terhadap sumber daya secara baik.

6. Kedaulatan dan wawasan nusantara. Indonesia memiliki 92 buah pulau kecil yang

terletak di perbatasan dengan negara lain, berarti bahwa pulau-pulau kecil tersebut

41 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

memiliki arti penting sebagai garda depan dalam menjaga dan melindungi keutuhan

NKRI dari intervensi negara lain.

7. Sosial, ekonomi, dan budaya. pembangunan yang dilakukan lebih sering jauh dari apa

yang di butuhkan oleh masyarakat, tidak sesuai dengan budaya setempat, dan bahkan

diskriminatif lebih mendahulukan pihak luar atau bahkan asing untuk berperan. Disisi

lain, masyarakat masih perlu pemahaman dan kepedulian terhadap lingkungan di

kawasan P3K dalam menjalankan kehidupannya di kawasan sensitif.

42 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

III. STUDI KEPUSTAKAAN

Kata ‗archipelago‘ dan ‗archipelagic‘ berasal dari kata Italia yakni ‗archipelagos‘.

Akar katanya adalah ‗archi‘ yang berarti terpenting, terutama dan ‗pelagos‘ berarti laut atau

wilayah lautan. Lahirnya archipelago mengandung pengertian bahwa pulau–pulau tersebut

dalam kesatuan utuh dalam wilayah perairan atau lautan antara pulau tersebut berfungsi

sebagai unsur penghubung. Jadi negara Kepulauan adalah negara yang seluruhnya terdiri

darisatu atau lebih kepulauan dan dapat mencakup pulau- pulau yang lain (Teridoyo, 2004).

Kepulauan adalah suatu gugusan pulau, termasuk bagian pulau, perairan diantaranya. Dalam

perkembangan hukum laut internasional dikenal beberapa konsep mengenai kepemilikan dan

penggunaan wilayah laut antara lain yang menyatakan bahwa laut itu tidak ada yang

memilikinya, bahwa laut itu adalah milik masyarakat dunia karena tidak dapat dimiliki oleh

masing–masing negara, bahwa wilayah laut adalah bebas untuk semua bangsa, bahwa hanya

laut sepanjang pantai saja yang dapat dimiliki oleh suatu negara, serta asas negara kepulauan

(Archipelagic State Principles) menjadi dasar dalam konvensi PBB tentang hukum laut.

3.1. Landasan

Terkait dengan pembangunan pulau-pulau kecil, perlu diperhatikan beberapa

kebijakan yang menjadi landasan dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan P3K yang

memiliki nilai strategis antara lain mencakup:

3.2. Potensi

Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km

merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang

sangat besar dan beragam. Berbagai sumberdaya hayati tersebut merupakan potensi

INTERNASIONAL NASIONAL DAERAH

1. UNESCO:

• Safeguarding Traditional and Popular Culture of 1989 dan 2003

• UNWTO 1999, kesepakatanmempromosikan pelestarianwarisan budaya melaluipariwisata berkelanjutan.

• Universal Declaration on Cultural Diversity of 2001,

• UNESCO Convention on Culture Tourism

2. World Summit 1992 dan 2002 tentang Pembangunan berkelanjutan

3. Charter For Parwisata berkelanjutan1995

4. The Hue Declaration on Cultural Tourism and Poverty Alleviation 2004;

5. ICOMOS 1999 International Cultural Tourism Charter

6. WTO Tourism Code Of Conduct

7. Konvensi Hukum Laut (UNCLOS) 1982

• Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32

• UU No 10 Th. 2008 tentangKepariwisataan

• UU No. 5 Th. 1992 tentang Benda CagarBuda

• Undang-undang No. 6 Tahun 1996 tentangPerairan Indonesia

• UU No. 23 Th. 1997 tentang PengelolaanLingkungan Hidup

• UU No 32 Th. 2004 tentang PemerintahanDaerah

• UU 26 Tahun 2007 tentang PenataanRuang (UUTR)

• UU No 27 tahun 2007 tentang PengelolaanWilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

• Instruksi Presiden RI No. 16 Th. 2005 Tentang Kebijakan Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata

• Keputusan Menteri Negara LingkunganHidup No. Kep-45/MENLH/11/1996 tertanggal 19 Nopember 1996 tentangProgram Pantai Lestari.

1. PERDA

• PengusahaanPariwisata

• Investasi

• Lembaga Pengelola

2. RIPPDA

3. Hukum adat (local Lisence) dari adatIstiadat dan KearifanLokal

43 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

pembangunan yang sangat penting sebagai sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru

(Dahuri 2000). Potensi sumberdaya pesisir dan lautan tersebut tersebar di 18.110 pulau, dan

beberapa diantaranya merupakan pulau-pulau besar seperti Pulau Sumatera, Jawa,

Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Papua (LIPI, 2007). Sedangkan lainnya sebagian besar

merupakan pulau pulau yang kecil yang sangat rentan terhadap pengaruh pemanasan

global,sehingga naiknya permukaan laut dapat menenggelamkan pulau-pulau kecil tersebut

(DKP, 2007).

Namun pemanfaatan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil belum dikelola secara

optimal sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir dan P3K masih banyak tergolong

miskin, dimana sebagian besar nelayan (khususnya penduduk di wilayah pesisir pulau-pulau

kecil) di Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan. Pengembangan pulau-pulau kecil

melalui eksplorasi sumber daya alam dengan kepemilikan oleh suatu pengusaha atau

perorangan saat ini banyak dilakukan, terutama oleh warga negara asing (WNA), bersifat

parsial karena memanfaatkan keunikannya, dan kurang melibatkan masyarakat setempat.

Akibatnya ketidakterpaduan pengelolaan diantara pulau-pulau tersebut berpengaruh pada

ketidakseimbangan ekosistem antar pulau. Di samping itu pembangunan pesisir dan pulau-

pulau kecil masih terabaikan dibandingkan pulau besar, mengingat kendala infrastrukturnya

dan aksesibilitas yang kurang lengkap (Manafi, 2010).

3.3. Karakteristik

Pengembangan dan pengelolaan pulau-pulau kecil pada dasarnya terkait dengan

masalah tata ruang antar pulau, sementara itu, pembangunan pulau-pulau kecil dihadapkan

pada permasalahan akibat karakteristik pulau tersebut (Ministry of Tourism and Civil

Aviation, 2005). Oleh karenanya pengaturan tata ruang pulau-pulau kecil perlu mendapat

perhatian serius, termasuk pengadaan data dasar berupa data sosial, ekonomi, kependudukan,

dan juga data fisik lahan. Beberapa permasalahan pembangunan pulau-pulau kecil

(Kusumastanto, 2004), yaitu:

1. Ukuran yang kecil dan terisolasi (keterasingan) menyebabkan penyediaan prasarana dan

sarana menjadi sangat mahal.

2. Kesukaran atau ketidakmampuan untuk mencapai skala ekonomi yang optimal dan

menguntungkan dalam hal administrasi, usaha produksi, dan transportasi. Hal ini turut

menghambat pembangunan hampir semua pulau kecil di dunia.

44 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

3. Ketersediaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan, seperti air tawar, vegetasi,

tanah, ekosistem pesisir, dan satwa liar yang pada gilirannya menentukan daya dukung

(carrying capacity) sistem pulau kecil dalamn menopang kehidupan manusia.

4. Produktivitas sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (seperti pengendalian erosi)

yang terdapat di setiap unit ruang (lokasi) di dalam pulau dan yang terdapat di sekitar

pulau (seperti ekosistem terumbu karang dan perairan pesisir) saling terkait satu sama

lain secara erat.

5. Pembangunan P3K sering bertentangan dengan budaya dan kebutuhan masyarakat lokal,

hal ini disebabkan pendekatan budaya dalam pembangunan diabaikan. Contohnya, di

beberapa pulau kecil budaya yang dibawa oleh wisatawan (asing) dianggap tidak sesuai

dengan adat atau agama setempat. Ini menjadi kendala tersendiri.

3.4. Pengembangan

Isu pengembangan wilayah pesisir sangat banyak dan saling terkait, sehingga sulit

ditangani sekaligus secara serentak. Isu kendala pengelolaan P3Kdihadapkan antara lain,

pada keterpencilan; kepekaan terhadap bencana alam; keterbatasan kapasitas kelembagaan

sektor publik; keterbatasan diversifikasi produksi dan ekspor; rentan dari guncangan ekonomi

dan lingkungan eksternal; keterbatasan akses terhadap modal eksternal; dan kemiskinan.

Upaya pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil bertujuan untuk

mengatasi isu-isu tersebut. Namun dengan sifatnyayang sangat sensitiv terhadap perubahan,

rawan bencana dan terisolir,menyebabkan biaya penyediaan sarana dan prasarana di kawasan

P3K menjadi sangat besar, dan kompetensi sumber daya manusia yang andal menjadi langka.

Walaupun Luas pulau yang kecil itu sendiri bukanlah suatu kelemahan jika barang dan jasa

yang diproduksi dan dikonsumsi oleh penghuninya hanya terdapat dipulau tersebut. Namun

manakala populasi jumlah penduduk meningkat secara drastis, maka akan menjadi kesulitan

dalam memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Kondisi tersebut umumnya terjadi pada pulau-

pulau kecil diperbatasan yang memiliki sumber daya alam yang banyak, perkebunan, dan laut

yang cukup luas, dan memiliki kearifan lokal. Misalanya produk setempat seperti hasil kebun

dan tangkapan ikan dijual kenegara tetangga Malaysia, dan begitu juga kebutuhan sehari-hari

banyak didatangkan dari negara tetangga Malaysia.

Dalam upaya pemecahan masalah-masalah tersebut, maka salah satu pendekatan yang

digunakan, adalah melalui pendekatan pengembangan dan pengelolaan wilayah P3K secara

terpadu. Dengan keterpaduan, diharapkan Indonesia memiliki kemampuan tidak saja

45 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

memanfaatkan keanekaragaman potensi sumberdaya secara berkelanjutan, tetapi sekaligus

juga mampu menjaga teritorial batas wilayah kedaulatan Republik Indonesia.

IV. KONDISI LAPANGAN

Wilayah laut Indonesia diketahui memiliki sumber daya yang sangat menjanjikan untuk

mendukung kepentingan pembangunan nasional. Potensi ini adalah kekayaan yang

terkandung di dalamnya, antara lain meliputi kehidupan sekitar 28.000 spesies flora, 350

spesies fauna, serta 110.000 spesies mikroba dan 600 spesies terumbu karang (BRKP, 2001).

Disamping itu, sejarah membuktikan bahwa posisi geografis Kepulauan Indonesia merupakan

―perempatan‖ jalur peláyaran internasional memberikan lagi satu potensi kelautan yang

diperkirakan banyak tersebar di wilayah perairan Indonesia, yaitu benda tinggalan budaya

bawah air atau biasa disebut benda berharga asal temuan kapal tenggelam (Indroyono, 2000).

4.1. Perlindungan

Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan merupakan satu-satunya opsi

yang harus dilakukan untuk mempertahankan status keberadaan kawasan P3K sebagai aset

bangsa di wilayah perairan Indonesia. Namun hingga saat ini upaya perlindungan terhadap

aset yang berupa kawasan P3K belum banyak disentuh oleh pemerintah serta belum optimal

dikembangkan, sehingga peran strategis dari P3K itupun belum dapat berfungsi dengan baik,

antara lain mencakup:

4.1.1. Fungsi Pertahanan dan Keamanan P3K. Masalah perbatasan di wilayah perairan

Indonesia semakin berkembang, dan bahkan menyebabkan hubungan bilateral

dengan negara tetangga terganggu. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki

kurang lebih 70 pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan dengan negara lain. Pada

dasarnya kawasan P3K terluar memiliki peran sebagai garda depan yang berfungsi

menjaga pertahanan dan keamanan kedaulatan negara. Namun perhatian dan

prioritas pembangunan belum menyentuh dengan baik terhadap P3K terluar.

Terbukti fakta lapangan memperlihatkan upaya untuk mengelola P3K terluar masih

sangat jauh dari memadai akibat keterbatasan kemampuan yang dimiliki pemerintah.

Akibatnya tidak saja beberapa pulau beralih status kepemilikan, tetapi juga

masyarakat di beberapa pulau terluar, lebih mudah dan sering berhubungan untuk

memenuhi kebutuhannya dengan negara-negara tetangga, dan bahkan hingga

prasaranapun disediakan oleh negara tetangga tersebut.

4.1.2. Fungsi Ekosistem P3K . Semakin meningkatnya kesadaran dan pengetahuan tentang

arti penting sumberdaya yang ada di wilayah pesisir dan lautan sebagai alternatif

46 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

sumberdaya semakin menambah tekanan terhadap sumberdaya P3K itu sendiri.

Pemanfaatan secara Langsung seperti penangkapan ikan, ekspLoitasi ekosistem

mangrove, maupun pengambilan karang, sering dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Akibatnya, banyak terjadi kerusakan sumberdaya yang diakibatkan

oleh tingkat pemanfaatan berlebihan (over eksploitasi) yang bersifat sektoral

dilakukan melebihi daya dukung kawasan P3K itu sendiri (Rustam, 2005).Artinya

pemanfaatan sumberdaya yang berlebih dan tidak ramah lingkungan tersebut,akar

permasalahannya antara lain karena lemahnya penegakan hukum, tidak jelasnya

kebijakan terintegrasi antar sektor sektor, disamping rendahnya kesejahteraan

masyarakat setempat.

4.1.3. Fungsi Ekonomi P3K . Bila dilihat dari sisi potensi sumberdaya alamnya, kawasan

P3K memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan sebagai wilayah bisnis

potensial seperti industri perikanan, pariwisata, jasa transportasi, industri olahan dan

industri-industri lainnya yang ramah lingkungan. Akan tetapi bila dilihat dari

sifatnya yang sensitiv terhadap perubahan dan rawan bencana, kawasan P3K

menjadi penting untuk dilindungi dn dikelola secara terpadu dan berkelanjutan.

Hingga saat ini perlindungan fungsi ekonomi kawasan P3K belum dikembangkan.

Konsep yang jelas dan lengkap dalam memanfaatkan kawasan P3K sebagai daerah

pertumbuhan ekonomi yang berbasis lingkungan belum ada. Akibatnya masih

banyak kawasan P3K tidak memiliki sarana dan prasara dasar yang diperlukan

dalam mempermudah aktivitas ekonomi berjalan. Kalaupun ada, aktivitas dan

pertumbuhan ekonomi yang dilakukan masih berdampak tidak saja pada ekosistem

lingkungan alamnya, tetapi juga pada lingkungan budayanya di masyarakat pesisir.

4.2. Pengembangan

Pembangunan nasional selama ini masih terkonsentrasi pada daratan di pulau besar

dengan infrastruktur yang lebih lengkap dan mudah dicapai, sedangkan pesisir dan pulau-

pulau kecil masih terabaikan. Padahal kawasan pulau-pulau kecil memiliki potensi

pembangunan yang cukup besar dan memiliki arti penting secara ekonomi dapat menjadi

sumber pertumbuhan ekonomi baru, secara sosial dapat mengurangi kesenjangan

pembangunan antar wilayah, secara geopolitik dapat menjamin keamanan dan ketahanan

wilayah NKRI, sedangkan secara ekologis dapat menjaga ancaman terhadap kerusakan

ekosistem, baik yang disebabkan oleh faktor alam maupun manusia (Ditjen Kelautan Pesisir

dan Pulau-pulau Kecil, 2006).

47 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Namun dengan tingginya tingkat degradasi lingkungan, menunjukkan bahwa

pengembangan kawasan P3K hingga saat ini belum berjalan dengan baik. Eksploitasi yang

dilakukan ternyata telah menjadikan defisit sumberdaya yang serius dan berdampak pada

rusaknya lingkungan di kawasan P3K. Hal ini antara lain disebabkan karena tidak jelasnya

sistem pengembangan wilayah, pesatnya pertumbuhan penduduk, tidak sinkronnya

pengembangan antar sektor, serta implementasi otonomi daerah yang kurang serasi. Oleh

karena itu sudah sepatutnya kalau pemerintah dan semua pihak berkepentingan mulai

memperhatikan pengelolaan dan pengembangan pulau-pulau kecil secara terpadu dan

berkelanjutan.

4.3. Pemanfaatan

Pada dasarnya kawasan P3K dengan potensi sumberdaya seperti mangrove, padang

lamun dan terumbu karang di satu sisi memiliki keanekaragaman nilai ekosistem, namun

disisi lain potensi tersebut juga memiliki nilai ekonomi sebagai komoditas yang dibutuhkan.

Artinya pulau kecil dengan kekhasan dan keterbatasannya sesungguhnya harus dilihat sebagai

satu areal dengan potensi komiditasnya yang berada dalam ke khasan ekosistem tersendiri.

Dalam memanfaatkan potensi kawasan P3K sering timbul konflik pemanfaatan dan

kewenangan berbagai pihak berkepentingan yang mempunyai perbedaan tujuan

mengeksploitasi sumberdaya di kawasan P3K. Misalanya pemanfatan dan pengelolaan

kawasan P3K yang dilakukan oleh berbagai pihak lintas sektor saat ini, sebagian belum

memenuhi ketentuan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan.

Tentunya kondisi ini akan berpengaruh terhadap kelestarian kawasan P3K dan

lingkungannya. Selain itu kebijakan reklamasi yang tidak berdasarkan kepada analisa dampak

lingkungan pada beberapa daerah juga berpengaruh terhadap ekosistem di kawasan P3K.

Kondisi pemanfaatan saat ini adalah bahwa pemanfaatan P3K masih belum mengikuti

prinsip-prinsip berkelanjutan yang mencakup antara lain aspek daya dukung, aspek

pemilahan zonasi, pelestarian lingkungan, aspek pemberdayaan masyarakat, dan aspek

keterpaduan.

Dari berbagai permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan dan pengelolaan

kawasan P3K, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan dan pengelolaan yang cendrung

bersifat sektoral belum diatur dengan peraturan perundang-ungan yang jelas, seingga daerah

mengalami kesulitan dalam menetapkan sesuatu kebijakan (OSR. 1998). Bahkan sering

terdapat kebijakan yang tumpang tindih satu sama lain serta konflik kepentingan antar daerah

dalam memanfatkan dan mengelola kawasan P3K, yang pada dasarnya belum melihat bahwa

48 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

kawasan P3K adalah sebagai suatu kesatuan ekosistem yang tidak dibatasi oleh wilayah

administratif pemerintahan,

Hal lain yang menyebabkan upaya pemanfaatan kawasan P3K belum berjalan adalah konsep

otonomi daerah yang belum dipahami secara komprehensif oleh para stakeholders, sehingga

pada setiap daerah dan setiap sektor timbul berbagai pemahaman dan penafsiran yang

berbeda dalam pemanfaatan dan pengelolaan daerah pesisir.

49 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. SAUMLAKI

Saumlaki adalah nama Ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat (Matengba) yang

merupakan sebuah kepulauan di Provinsi Maluku, Indonesia. Kabupaten ini baru berdiri

setelah berpisah dengan Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2002. Wilayah tersebut

mempunyai pemerintahan sesuai surat keputusan Gubernur No. 1475 Tahun 2004 tentang

penetapan jumlah, nama dan nomor kode wilayah Administrasi Pemerintahan Provinsi

Maluku tahun 2004.

Secara administratif, Provinsi Maluku terdiri dari sembilan kabupaten, yaitu

Kabupaten Buru (pusat penerintahan/ibu kota Namlea), kabupaten Buru Selatan (pusat

pemerintahan/ibu kota Namrole), kabupaten Kepulauan Aru (pusat pemerintahan/ibu kota

Dobo), kabupaten Maluku Barat Daya (pusat pemerintahan/ibu kota Tiakur), kabupaten

Maluku Tengah (pusat pemerintahan/ibu kota Masohi), Kabupaten Maluku Tenggara (pusat

pemerintahan/ibu kota Langgur), Kabupaten Maluku Tenggara Barat (pusat pemerintahan/ibu

kota Saumlaki), Kabupaten Seram Bagian Barat (pusat pemerintahan/ibu kota Piru, dan

Kabupaten Seram Bagian Timur (pusat pemerintahan/ibu kota Bula). Terdiri dari 64

Kecamatan, 886 Desa/Kelurahan.

Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini yang dikenal dengan gugusan pulau-

pulau kecil, Saumlaki mempunyai potensi alam laut yang melimpah, namun kota ini relatif

tidak mempunyai industri barang apapun untuk kehidupan sehari-hari, sehingga semua

barang didatangkan dari luar kota, pada umumnya didatangkan dari Surabaya. Geliat

perekonomian belum terlihat adanya perkembangan yang signifikan. Ada beberapa toko,

hotel, penginapan, restoran di dekat pelabuhan. Kota Saumlaki disandari oleh kapal-kapal

dari Australia, terutama ketika ada kegiatan Sail Darwin-Saumlaki dilakukan sekali dalam

setiap tahun. Pada kegiatan tersebut para peserta mengunjungi pantai dan desa-desa di sekitar

Saumlaki.

50 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Geografis Kabupaten Maluku Tenggara Barat

Sumber: Peta 367.TNI Angkatan Laut. Dinas Hidro-Oseanografi. 2004

Bentuk lahan makro di wilayah tersebut adalah dataran, berbukit, dan bergunung.

Kepulauan ini terdiri dari pulau-pulau lime-stone dan karang yang umumnya tidak lebih dari

150-250 meter di atas permukaan laut, walaupun Pulau Labobar memiliki gunung setinggi

400 meter (Bezemer in McKinnon. 1983). Pulau-pulau kecil terhampar di bagian Barat dan

Utara, dengan ketinggian kurang dari 100 meter. Pulau-pulau ini terpisah oleh selat dengan

kedalaman tidak lebih dari 20 meter. Yamdena Utara umumnya datar dengan ketinggian

kurang dari 50 meter, sedangkan daerah perbukitan di bagian Selatan dengan ketinggian

melebihi 200 meter (BPS Kabupaten MTB. 2010).

Pada pesisir Timur Pulau Yamdena yang berhadapan langsung dengan Laut Arafura, tekanan

gelombang dan angin musim timur sangat dominan, sehingga deposisi pasir terjadi dan

tingkat abrasi cukup signifikan pada beberapa tempat. Wilayah pasang surut cukup luas di

beberapa wilayah, nampak pada musim Barat, terutama bulan Oktober, terjadi ―meti kei‖

yang besar. Hutan bakau sebagai salah satu habitat dari ekosistem pesisir dan laut Kepulauan

Tanimbar tersebar di pesisir Barat dan Timur. Seperti umumnya Kepulauan Maluku,

Kepulauan Tanimbar mengalami musim Timur dan musim Barat yang diselingi oleh musim

pancaroba. Musim Timur berlangsung dari bulan April sampai September, dan merupakan

51 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

musim kemarau. Musim Barat berlangsung pada bulan Oktober sampai Maret, dan memiliki

banyak hari hujan. Curah hujan cukup tinggi terjadi pada bulan Desember-Maret. Musim

pancaroba terjadi pada bulan Maret/April dan Oktober/November. Suhu rata-rata di MTB

adalah 27,6 0 Celcius, dengan suhu minimum 22,40 C dan maximum 33,10 C (BPS Kabupaten

MTB. 2010).

Infrastruktur

Terbukanya akses wilayah kepulauan sangat tergantung pada dukungan infrastruktur

perhubungan dan komunikasi, dan yang menjadi permasalahan di wilayah kepulauan Maluku,

termasuk MTB, adalah permasalahan ketersediaan infrastruktur dan pelayanannya.

Keterbatasan infrastuktur bidang tersebut diperlemah dengan keterbatasan distribusi

infrastruktur ekonomi dan sosial (misalnya pasar, sarana kesehatan dan pendidikan), terutama

di wilayah-wilayah desa yang jauh dari pusat-pusat ekonomi dan

pemerintahan. Hal tersebut sangat mempengaruhi pembangunan dan perkembangan ekonomi

dan sosial di wilayah-wilayah MTB. Pemekaran kabupaten-kabupaten dan kecamatan-

kecamatan di wilayah Maluku salah satu tujuan utamanya untuk mengatasi masalah ini.

Transportasi publik yang difasilitasi Pemerintah ke luar Kabupaten MTB dilayani dari

Saumlaki (di bagian Selatan) dan Larat (di bagian Utara), baik melalui udara maupun laut

transportasi udara dari dan ke Saumlaki -melalui bandara Saumlaki yang memiliki fasilitas

runway sepanjang 900 meter dan lebar 30 meter- dilayani oleh tiga maskapai penerbangan,

untuk menuju Saumlaki dapat ditempuh dengan pesawat dari Jakarta dalam waktu tempuh

kurang lebih 3 jam, selanjutnya via Ambon menuju Saumlaki dalam waktu tempuh kurang

lebih 1,5 jam.

Luas wilayah Provinsi Maluku secara keseluruhan adalah 581.376 km persegi, terdiri

dari luas lautan 527.191 km persegi dan luas daratan 54.185 km persegi, dan sekitar 90%

wilayah Provinsi Maluku adalah lautan. Provinsi Maluku terletak antara 2 derajat sampai 9

derajat Lintang Selatan dan 124 - 136 derajat Bujur Timur. Provinsi Maluku merupakan

daerah kepulauan yang terdiri dari 559 pulau, dan dari jumlah pulau tersebut terdapat

beberapa pulau yang tergolong pulau besar.

Luas wilayah Kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah 52.995,20 km persegi yang terdiri

dari wilayah daratan seluas 10.102.92 km persegi (19,06%) dan wilayah perairan seluas

52 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

42.892.28 km persegi (80,94%). Secara geografis, Kabupaten Maluku Tenggara Barat

memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

Utara : Laut Banda

Selatan : Laut Timor dan Laut Arafura

Barat : Gugus Pulau Babar Sermata

Timur : Laut Arafura

Saumlaki merupakan kota terbesar yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Maluku

Tenggara Barat Sedangkan luas Saumlaki adalah 124,1 km persegi dan letak Saumlaki

tepatnya berada di Pulau Yamdena yang merupakan bagian dari Kepulauan Tanimbar.

Terdapat dua lapangan terbang di sekitar Saumlaki, yaitu Olilit (lapangan terbang lama) dan

Bandara Mathilda Batlayeri (lapangan terbang baru). Saumlaki memiliki posisi yang strategis

karena merupakan kawasan perbatasan antara Negara, yaitu dengan Australia. Oleh karena

itu akan menjadi peluang investasi yang dapat dikembangkan terlebih dengan terdapatnya

beragam potensi yang ada di kabupaten tersebut. Potensi seperti di sektor perikanan,

kehutanan dan perkebunan juga peternakan tanaman pangan, serta adanya pemandangan

alam yang menyimpan keindahan alam yang dapat dikembangkan menjadi salahsatu daerah

tujuan wisata yang menjadi unggulan di Indonesia.

Iklim

Keadaan iklim di Kabupaten Maluku Tengan Barat sangatlah dipengaruhi oleh adanya

sirkulasi angin musim yang perjalanannya bergerak dari dan menuju equator, sehingga pola

iklim di Maluku Tenggara Barat adalah pola ekuatorial yang berciri dari bentuk pola hujan

yang mempunyai sifat bimodial yaitu pada bulan Desember/Januari dan April/Mei.

Berdarakan peta zona Agroklimat bahwa di Provinsi Maluku (LTA-72, 1986) dan klasifikasi

iklim Oldeman (1980) bahwa iklim di sekitar Kabupaten Maluku Tenggara Barat masuk

kepada zona II3 bahwa curah hujan tahun 1.500—1.800 mm tercakup di dalam zona D3

menurut Oldeman, dengan bulan basah 3-4 bulan dan bulan kering 4-6 bulan. Curah hujan di

suatu tempat dapat dipengaruhi oleh keadaan perputaran arus dan iklim. Jumlah curah hujan

beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamatan.

53 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Iklim dan curah hujan di Maluku tidak merata. Besarnya curah hujan tahunan rata-

rata sekitar 1500 mm/tahun, sehingga secara umum iklim bertipe tropik kering. Curah hujan

tertinggi terdapat di pegunungan yang mempunyai ketinggian di atas 1000 meter di atas

permukaan laut, sedangkan curah hujan pada daerah-daerah lain relatif rendah. Secara umum

curah hujan di Maluku relatif rendah, musim kemarau panjang dan tidak merata sepanjang

tahun, sehingga mengakibatkan produktivitas lahan rendah, penutupan vegetasi kurang, tanah

mudah erosi dan bahan organik untuk menyuburkan tanah masih kurang.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Saumlaki merupakan kegiatan pengumpulan data untuk

menunjang penelitian wisata bahari yang bertujuan untuk:

Penilaian potensi sumber daya pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan

pesisir dan pulau-pulau kecil (P3K) sebagai daya tarik wisata;

Menemukenali isu-isu strategis yang terkait dengan permasalahan dan peluang

pengembangan P3K sebagai salah satu produk wisata bahari;

Dapat merumuskan strategi langkah-langkah tindak lanjut pengembngan P3K

yang berbasiskan pada pemanfaatan potensi bahari yang terpadu dan

berkelanjutan.

3. Lingkup Kajian

Sebagai kerangka atau arahan mendasar pada pelaksanaan operasionalnya, maka ruang lingkup

penelitian strategi pengembangan wisata bahari dikaksanakan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Menemukenali isu-isu strategis yang terkait dengan permasalahan dan peluang percepatan

pembangunan khususnya Kabupaten Maluku Tenggara Barat melalui assessment potensi

sumberdaya kepariwisataan yang dimiliki Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Langkah-langkah tindak lanjut pemanfaatan sumber daya alam, meliputi flora-fauna,

gejala alam baik di darat maupun laut, serta sumber daya budaya, meliputi tinggalan

budaya di darat maupun laut, secara terpadu dan berkelanjutan.

54 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

4. Lingkup Kegiatan

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dimaksud, maka dengan menyesuaikan pada

dana, waktu dan luas wilayah pengamatan, kegiatan mencakup:

identifikasi potensi sumber kepariwisataan di Kecamatan Selaru, Kecamatan

Wertamariam, Kecamatan Tanimbar Selatan di Kabupaten Maluku Tenggara

Barat. Tahap ini mencakup:

Tahapan mencakup pengumpulan data primer dan sekunder, analisis data

potensi sumber daya kepariwisataan di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Penyusunan kerangka konsep pengembangan wisata bahari sebagai arahan ke

depan dalam perumusan rencana aksi percepatan pembangunan sektor

pariwisata di Kabupaten Maluku Tenggara Barat.

Wilayah Kajian

Penelitian dilakukan di Saumlaki Kabupaten Maluku Tenggara Barat terletak di

antara Pulau Aru dan Kepulauan Kei yang menjadi batas Timur. Kepulauan Tanimbar

memiliki 65 pulau ukuran kecil juga merupakan bagian Pulau Maluku. Terdapat beberapa

pulau yang dikenal di kepulauan tersebut termasuk Pulau Yamdena yang merupakan pulau

terbesar, dengan beberapa daerah yang menjadi lokasi pengamatan yang memiliki

keanekaragaman potensi sumberdaya pariwisata antara lain :

Desa Olilit Timur, desa Tumbur Kecamatan Wertamrian, desa Sangliat Dol dan Atubul Da.

Kecamatan Wertamrian, desa Sangliat Dol dan Arui Bab, desa Amdasa Kecamatan

Wertamrian, dan di Saumlaki. Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang dibentuk

berdasarkan UU No. 46 tahun 1999 memiliki atas gugusan pulau-pulau. Daerah tersebut

memilik i wilayah seluas 125.442,4 Km2 yang terdiri dari lautan seluas 110.838, 4 Km2

(88,37%) dan daratan seluas 14.584 Km2 (11,63 %). Oleh karena itu pembangunan di

Maluku Tenggara Barat (Matengba) diarahkan/dibangun dari laut ke darat dan bertumpu

55 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

didarat, yang berbatasan langsung dengan Laut Banda, Laut Timor dan Lautan Arafura.

Topografi wilayahnya sangat bervariasi mulai dataran rendah, berbukit dan bergunung.

Di utara Pulau Yamdena terdapat sederet pulau-pulau kecil. Deretan pulau-pulau

tersebut terpisah oleh selat yang cukup dangkal dengan kedalaman kurang lebih 20 meter,

Apabila terjadi pasang surut dapat terbentuk daratan kering yang luasnya bisa mencapai

setengah kilometer dari tepi pantai Yamdena. Sedangkan di Yamdena Utara pada umumnya

datar dengan ketinggian kurang dari 50 meter, untuk daerah perbukitan di bagian Selatan

tinggi melebihi 200 meter. Secara morphologi daerah tersebut yaitu daerah perbukitan, dan

dataran rendah.

Kenyataan bahwa yang menjadikan kabupaten Maluku Tenggara Barat ini menjadi

potensial, khususnya untuk Maluku dan Indonesia di masa yang akan datang, karena

kabupaten Maluku Tenggara Barat berbatasan langsung dengan 3 negara yaitu Australia,

Timor Leste di sebelah selatan dan Papua New Guinea sebelah Timur. Profil Pariwisata

Kabupaten Maluku Tenggara Barat merupakan kenyataan yang sangat menjanjikan terutama

bagi para wisatawan karena dapat mengunjungi obyek wisata dengan keindahan alamnya.

Adanya ketersediaan daya tarik yang sesuai dengan kataristik wilayah Maluku sebagai

daerah kepulauan yang bukan saja memiliki banyak obyek wisata tapi memiliki

keramahtamahan masyarakat yang tentunya sudah dikenal sejak dahulu kala, sehingga

dikenal pula dengan tradisi masyarakat yang selalu menganggap bahwa wisatawan itu adalah

Raja.

Masyarakat Maluku Tenggara Barat dikenal dengan masyarakat yang heterogen karena

ditempati dengan bermacam-macam suku : suku wesleta, latdala, jebory sebagai suku asli

serta suku-suku lainnya seperti Bali, Jawa dan lain-lain. Kekayaan alam yang melimpah

membuat pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menempatkan sektor pariwisata ini

sebagai sektor unggulan.

Dengan kekayaan sumber daya alam yang terdapat di Saumlaki dapat mendukung

keberhasilan pengelolaan kepariwisataan sehingga dapat dapat menopang Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dengan melibatkan Sumber Daya Manusia dapat menuju ke pertumbuhan

perekonomian rakyat dan tentunya tercapainya kesejahteraan masyarakat.

56 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Maluku Tenggara Barat yang memiliki keindahan alam dan juga memiliki kesuburan serta

kekayaan seni budaya. Sementara Obyek wisata saumlaki dengan bentangan pantai di warnai

pasir putih dan air laut serta dilengkapi dengan biota laut.

Keamanan

Keamanan di daerah perbatasan merupakan hal yang sangat penting, di desa Eliasa

memiliki sejumlah unit pengamanan seperti Polisi dengan satuan Polisi Perairan, dan TNI AL

memiliki armada laut untuk mengamankan Kepulauan di wilayah Maluku Tenggara Barat.

5. Hasil Yang Dicapai

Secara umum, Kadisparekraf Kabupaten MTB menjelaskan bahwa pariwisata MTB

bukan merupakan mata pencaharian utama masyarakat meskipun terdapat beberapa potensi

wisata yang dapat dikembangkan termasuk di Saumlaki. Dari sisi aksesibilitas, maskapai

penerbangan nasional dan lokal dapat terbang ke Saumlaki melalui bandara International

Pattimura Ambon, namun belum ada direct flight ke Saumlaki. Selain itu juga terdapat akses

angkutan laut (kapal ferry) namun perjalanan kapal ditempuh dalam satu hari. Pengembangan

pariwisata MTB mengalami sejumlah kendala antara lain infrastruktur, SDM, sarana

prasarana pariwisata, dan sinkronisasi antar instansi yang kurang berjalan dengan baik.

Kadisparekraf menyambut baik dan mendukung penelitian tersebut dilaksanakan, diharapkan

hasilnya dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak terkait. (Batlolona. 2015)

Obyek Wisata

a. Obyek Wisata Bahari

Pantai Weluan dengan pesisir pantai sepanjang 2

km yang letaknya kurang lebih 4 km sebelah

Tenggara Saumlaki, dengan pemandangan air

yang jernih dan berada di desa Olilit terdapat

bangunan gazebo, shelter, toilet dan ruang

57 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

meeting room yang dibuat oleh Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif sebagai tempat

istirahat. Saat ini keadaan bangunan tersebut sudah rusak kiranya perlu adanya perbaikan,

pemanfaatan tempat oleh penduduk dengan terdapatnya warung-warung yang berjualan

makanan dan minuman serta penyewaan tikar, ban untuk berenang di pantai. Pantai Weluan

di Desa Olilit ini terdapat beberapa pulau kecil yang berdekatan dengan pantai. Perjalanan

menuju pantai Weluan sudah dengan mudah dapat dicapai karena sudah menggunakan aspal.

Dengan menggunakan kendaraan dapat ditempuh dari kota Saumlaki berjarak kurang lebih

30 Km, keadaan pantai cukup bersih untuk dapat digunakan kegiatan wisata bahari. Lokasi

pantai Weluan yaitu di desa Olilit Timur Kecamatan Tanimbar Selatan. (Mayabubun. 2015)

Pulau Yamdena terdapat pantai untuk kegiatan wisata bahari, terdapat

penghasil kerajinan masyarakat setempat, pencapaian menggunakan speed

boat.

Taman Laut Pulau Nustabun Terletak di Kisaran Matakus Kecamatan

Tanimbar Selatan dekat desa Larmatan, pencapaian menggunakan speed boat.

Pulau Matakus dengan gapura bertuliskan ‗Selamat

Datang‘ untuk menyambut wisatawan yang

berkunjung ke pulau tersebut, keadaan pantai landai

sehingga speed boat yang akan berlabuh harus

mempertimbangkan air laut pada saat surut, pulau

Matakus dengan pasir halus berwarna putih,

disekitar pantai ditumbuhi pohon-pohon bakau dan

pohon kelapa. Pembangunan gedung pertemuan dan

resort sedang dilakukan, dalam perencanaan kedepan pulau Matakus akan dipergunakan

untuk kegiatan tahun 2016 even pesta teluk Saumlaki dan sebagai titik labuh untuk pelabuhan

wisata terdapat resort binaan Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif Maluku Tenggara

Barat saat ini kondisi resort masih dalam tahap penyelesaian. Pulau Matakus merupakan

wisata tanaman laut yang terletak di sebelah selatan Pulau Tambur, perjalanan sekitar kurang

lebih 20 menit dari pelabuhan Saumlaki, dapat dicapai dengan menggunakan spreed boad.

Pulau yang berpasir dengan tanaman yang dapat tumbuh dan hidup di dalam pasir seperti

58 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

tanaman kacang-kacangan. Pulau ini memiliki keindahan alam, wisatawan yang berkunjung

akan disambut oleh penduduk setempat.

Pulau Selaru keadaan pantai terjal sehingga memudahlan speed boat untuk

berlabuh mempunyai dermaga yang cukup baik, terdapat perkebunan Nyafar

sebagai tempat kearifan lokal dan Gereja peninggalan Belanda yaitu GPM

Imanuel di desa Adaut sehingga menjadikan tempat kegiatan religi yang

dilakukan oleh penduduk pulau-pulau disekitar pulau Matakus atau penduduk

dari kota Saumlaki.

Pulau Tanimbar dengan pemandangan pantai dan alam setiap tahun

menyelenggarakan atraksi wisata Talikor dengan tema ―festival Bahari‖ serta

menyenggarakan serangkaian upacara adat.

menangkap ikan hiu dengan menggunakan janur kelapa keadaan pantai landai

terdapat tanaman pohon kelapa dan tanaman perdu lainnya, pencapaian ke

pulau tanimbar dengan menggunakan speed boat dengan waktu tempuh dua

jam dari kota Saumlaki.

Obyek wisata bahari terdapat Pulau Dua dan

pulau Nusmese keadaan pantai landai dengan

pasir halus berwarna putih disekitar pulau

terdapat tanaman bakau dan pohon kelapa,

sedangkan pulau Nusmese merupakan daratan

yang ditumbuhi tanaman laut dan kerang laut

sehingga kedua pulau tersebut dapat digunakan

untuk kegiatan wisata bahari. Atraksi wisata

dilakukan oleh penduduk mencari ikan dengan menggunakan tombak, perjalanan dapat

dicapai dengan menggunakan perahu Ketinting dengan waktu tempuh 30 menit berangkat

dari desa Lorulun. Obyek wisata religi terdapat Gereja Tua dan Rumah Adat kuno di desa

tersebut. Sedangkan obyek wisata sejarah terdapat Meriam di desa Lauran merupakan

meriam kuno pada monument meriam tertulis Aleb Sianaman Limdityar nir Matoran ain,

perjalanan dapat menggunakan kendaraan.

59 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Pulau Selaru terdapat desa Eliasa merupakan

pulau terdepan dari wilayah Republik Indonesia,

terdapat 145 KK dengan jumlah penduduk 645

orang, terdapat Gereja Tua ‗Eben Heiser‘

sehingga menjadikan tempat kegiatan religi yang

dilakukan oleh penduduk setempat dan dari pulau-

pulau disekitar pulau Eliasa ataupun penduduk

dari luar pulau. Penduduk bekerja sebagai nelayan

dan bertani padi ladang, adat istiadat masih dilakukan di pulau tersebut seperti pengunjung

menemui ketua adat. Menurut ketua adat Bapak. Silfianus Matalagit pengunjung melakukan

senobak / adat menerima tamu. Ketua adat desa akan membacakan Doa agar kegiatan dapat

berjalan lancar dengan menyediakan sebotol Sopi (minuman tradisional beralkohol)

masyarakat desa percaya apabila ritual dilaksanakan, maka tidak akan terjadi sesuatu bagi

para pengunjung.

Selain Gereja tua terdapat bunker tempat

persembunyian tentara Jepang gua ini dinamakan

―Gua Jepang‘ berjarak 500 meter terdapat

peninggalan senjata tentara Jepang. Menurut

Kepala Desa Bapak Rudi Amarduan desa Eliasa

belum mempergunakan listrik untuk saat ini

mempergunakan jenset. Di desa Eliasa terdapat

menara mercusuar untuk pengamanan daerah

perbatasan desa dengan kota Darwin, patroli dilakukan oleh petugas dari TNI-AL.

Pulau MAN merupakan Pulau segitiga yang terdiri dari Pulau Matakus, Pulau

Angswarmase, Pulau Nustabun. Ketiga pulau ini merupakan taman laut yang

terletak di sebelah Selatan Pulau Tambur sekitar 3 km dari Saumlaki. Dapat

dicapai menggunakan speed boad. Dari ke tiga pulau tersebut mempunyai

keindahan dan keunikan masing-masing.

60 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

b. Obyek Wisata Rohani

Terdapat obyek wisata rohani yaitu patung

Kristus Raja ―finduar matan dan kompleks

finduar― di desa Olilit Timur yang diresmikan

oleh duta besar Vatikan untuk Republik Indonesia

Mgr. A. M Ranjith Patabindige, jarak dari kota

Saumlaki +/- 30 km dapat dicapai dengan

angkutan darat. Monumen ini mempunyai

ketinggian setinggi +/- 6 meter yang terletak di Desa Olilit, dapat dicapai dengan

transportasi umum dari terminal Saumlaki ditempuh kurang lebih 25 menit.

Salahsatu tradisi gereja Katolik yaitu umat Katolik mengadakan perayaan iman yaitu

perayaan Kristus Raja Semesta Alam yang dirayakan pada saat setiap hari Raya Kristus Raja

Semesta Alam. Ribuan umat Katolik berkumpul di lokasi wisata rohani tersebut untuk

mengikuti kegiatan wisata rohani.

c. Obyek Wisata Budaya

Desa Sangliat Dol erdapat peninggalan situs

sejak zaman dahulu kala berupa bangunan atau

benda prasejarah seperti batu berbentuk perahu

terletak di tengah Desa Sangliat Dol, Kecamatan

Wertamrian. Benda berbentuk Perahu batu

tersebut sudah sejak purbakala dijadikan sebagai

cagar budaya Kabupaten Maluku Tenggara Barat

yang menjadi obyek wisata daerah dalam bentuk

situs budaya. Dalam bahasa Yamdena nama perahu tersebut adalah ―Fampompar‖ yang

dianggap sakral karena peninggalan dari leluhur. Dari Saumlaki ke obyek wisata dapat

tempuh sekitar 60 menit dengan kendaraan. Perahu batu Fampompar yang letaknya sekitar

25 km sebelah timur Saumlaki di Desa Sangliat Dol ini merupakan tempat pertemuan para

tua-tua adat desa setempat untuk membicarakan masalah yang terjadi di Desa Sangliat Dol.

61 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Tempat ini dijadikan obyek wisata budaya yang diperkirakan ada pada zaman Megalitikum

(abad ke-14). Lokasi berada di Desa Sangliat Dol Kecamatan Wertamrian, dengan

ketinggian sekitar 50 meter dari permukaan laut. Lebar perahu sekitar 9,8 meter dan panjang

perahu 18 meter.(Dinasparekraf, 2015).

Perahu batu sudah ada sebelum penduduk pertama desa ini datang. Ketika menempati desa

mereka membangun rumah menurut arah dari setiap elemen yang ada di bangunan perahu

batu. Setiap warga di desa mewakili setiap tiang yang ada di sekeliling bangunan. Benda batu

berbentuk perahu di Desa Sangliat Dol tersebut dijadikan tempat sebagai pusat dari pola

pembangunan desa yang dijadikan cagar budaya.

Hasil wawancara dengan kepala urusan pemeliharaan benda perahu batu tersebut, Bapak.

Thomas Lamere situs ini dianggap sangat penting bagi masyarakat desa, karena tidak semua

orang dapat menaiki bangunan ini. Setiap pengunjung yang datang melapor kepada Ketua

Adat desa untuk dibacakan doa terlebih dahulu, supaya kunjungan dapat berjalan lancar,

masyarakat desa percaya apabila ritual tidak dilaksanakan, maka tidak akan terjadi sesuatu

bagi para pengunjung.

Goa Maria

Goa Maria merupakan tempat obyek wisata ziarah khususnya bagi penganut beragama

Katolik. Pada umumnya pengunjung datang dari Saumlaki dan berada di sebelah desa Olilit

lama. Pada obyek wisata ziarah ini terdapat patung Bunda Maria yang tingginya sekitar dua

meter. Dibangun diatas tebing yang tingginya sekitar 19 meter. Perjalanan ke Goa Maria

dapat dicapai menggunakan kendaraan atau menggunakan tranportasi umum.

Tari-tarian Adat

Terdapatnya berbagai macam tari-tarian adat seperti tarian Cakalele, dan tarian lainnya yang

dilakukan ketika menyambut adanya kehadiran tamu asing atau pejabat daerah dengan

iringan lagu-lagu adat dengan menggunakan alat musik Tifa. Hal ini dilakukan sebagai

penghormatan kepada tamu-tamu yang berkunjung ke desa-desa di Kabupaten Maluku

Tenggara Barat

62 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Upacara Adat

Untuk sambut tamu dengan cara menandai tanah pada dahi seorang tamu atau pejabat yang

menandakan tanda selamat datang Lolat dan Duan: Lolat adalah perkawinan kedudukan adat

yang bertanggung jawab atas anak perempuan. Bukan orang tua tapi saudara laki kandung

dari pihak Ibu atau paman. Yang berhak menerima emas kawin adalah Paman. Saudara

kandung dari pihak Ibu dapat kedudukan menjadi lebih tinggi secara adat dinamakan Duan.

Patung Batardity

Patung Batardity merupkaan penghargaan yang ditujukan bagi wanita Tanimbar. Patung ini

mengenakan pakaian tradisional lengkap dengan asesories sambil memegang alat musik Tifa.

Patung Batardity dibangun di atas batu karang yang memiliki ukuran kurang lebih. 3 x 4

meter dengan ketinggian kurang lebih 2,5 meter, perjalanan menggunakan kendaraan

dengan waktu tempuh kurang lebih lima belas menit dari pelabuhan Larat.

d. Kerajinan

Kerajinan gerabah dan anyaman bambu ―Sanggar

Budaya Terun‖ di desa Lauran Kote Kecamatan

Tanimbar Selatan Kabupaten Maluku Tenggara

Barat. Sanggar yang dikelola oleh penduduk

setempat saat ini menghasilkan berbagai macam

bentuk gerabah seperti periuk, vas bunga, tempat

air dan tempat perhiasan. Hasil wawancara dengan

pengrajin Bapak. Hedi Masela, kendala yang

dihadapi pengrajin adalah untuk memasarkan produk dari hasil sanggar tersebut, kiranya

pengrajin memerlukan binaan dari unsur-unsur terkait.

Pusat pelatihan PKBM (Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat) ‗Fajar‘ terdapat di Jalan Oryoin RT

002/ RW 001 desa Alusi Krawain pasar Omele

Saumlaki, merupakan pusat kegiatan bagi

masyarakat pengrajin pembuatan souvenir seperti

kain tenun, pengrajin patung kayu, gerabah, dan

anyaman bambu. Di galery fajar juga menjual

hasil souvenir tersebut. (Aormudi. 2015)

63 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Tenun ikat sudah dikenal di kalangan masyarakat

Maluku Tenggara Barat ratusan tahun tahun lalu

di saat orang mulai beralih dari menggunakan

kulit kayu dan binatang sebagai pembungkus

badan. Kegiatan menenun berkembang di seluruh

wilayah Kecamatan, motif masing-masing

kecamatan berbeda satu dengan yang lain, dan

mempunyai ciri khas tersendiri. Tenun ikat

digunakan sebagai busana dalam acara perkawinan, upacara adat dan kini menjadi

cinderamata bagi tamu resmi yang datang ke daerah, bahkan sudah dipromosikan sampai ke

mancanegara. Pada masa lampau, untuk menenun mereka memintal benang dari kapas dan

memberi warna dari tumbuh-tumbuhan. Kini pengrajin lebih cenderung menggunakan

benang untuk menenun.

Motif dan ciri kain Tenun antara lain:

- Swan/Cabang: Biasanya dipakai untuk tenun;

- Sair/Bendera: Motif yang menggambarkan kemenangan biasanya dipakai pada waktu

berperang;

- Snienar: Daun kelapa/janur yang biasanya diikat pada kaki dan tangan orang laki-laki yang

akan

berperang;

- Ul/Ular/Ulat: Motif ular/ulat;

- Lolohisi: Motif lipan;

- Engke: Motif Kura-kura menggambarkan kura-kura besar yang pernah hidup di desa

Kandar pulau

Selaru ratusan tahun lalu.

Unit Usaha, kelompok sanggar tenun dengan pengrajin berkisar antara 10 s.d 15 orang

perkelompok yang berlokasi hampir di seluruh wilayah Kecamatan/sampai pedesaan.

Terbuat dari bahan baku, serat selulosa, serat protein, serat synthetic, dan pewarna.

64 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Sedangkan peralatan yang dipergunakan, yaitu alat tradisional (gedogan). Untuk tahapan

proses produksi yaitu: mulai dengan pencucian benang, pemintalan, pembuatan motif,

pewarnaan, pengeringan, menenun, dan siap dipasarkan.

Hasil produksi, produksi utama berupa kain tenun berbagai ukuran dan aneka motif khas

Maluku Tenggara Barat dengan aneka produk yang diolah menjadi berupa: pakaian pria,

pakaian wanita, syal, taplak meja, dasi, dompet, kopiah, tas, sepatu dan lain-lain.

Untuk pemasarannya, dipasarkan baik berskala lokal, regional sampai ke mancanegara

dalam bentuk pesanan. (Dinasparekraf MTB. 2015)

Kerajinan Kain Tenun ‗Ebshia‖ pengunjung dapat menyaksikan pembuatan

kain tenun dengan mengunakan alat tenun tradisional dan dapat mencoba alat

tenun tersebut, lokasi kerajinan kain tenun mudah dijangkau karena berada di

jalan utama yaitu jalan Bhineka Saumlaki

Pengrajin kain tenun dengan variasi motif-motif modern dibuat oleh kaum Ibu

dan gadis remaja salah satu pengrajin terdapat di desa Kandar Saumlaki lokasi

dapat dijangkau dengan kendaraan.

Desa Tumbur dengan pesisir pantai landai

penduduk setempat mempunyai usaha kerajinan

ukir kayu dari kayu jati. Di desa Tumbur ini pun

terdapat sanggar ukir patung kayu ‗Nata Sere‘ dan

pengrajin tenun ikat modern ‗Kapas Mele‘ yang

memiliki nilai-nilai adat istiadat yang sangat

sakral. Sanggar tersebut dibina oleh bapak Elias

Malindar. Tenun ikat dan patung Tumbur tersebar

sampai hampir di seluruh wilayah Maluku Tengara Barat.

Kelompok pengrajin patung kayu ‗Faduk Dekut‘ memahat dengan beberapa motif ukiran

kayu yang dipahat menyerupai sebuah kapal ataupun miniatur kapal layar, patung miniatur

manusia dipergunakan untuk upacara adat. perjalanan ke desa Tumbur Kecamatan

Wertamrian dapat mempergunakan kendaraan dengan jarak tempuh kurang lebih 12 Km dari

kota Saumlaki saat ini dibeberpa ruas jalan dalam keadaan rusak.

65 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

KSU (Koperasi Serba Usaha) Pengrajin kain

tenun, menurut ketua pengrajin kain tenun Ibu

Ana di Sangliat Dol pembuatan kain tenun

dilakukan oleh Ibu-ibu lanjut usia karena

pekerjaan memerlukan ketelitian, sedangkan

untuk penjualan kain agak sulit karena minimnya

pengunjung ke daerah tersebut. Lokasi pengrajin

KSU ‗Cinta Damai‘ terdapat di desa Sangliat

Dol.

Kelompok Anyam-anyaman ‗Tamon‘ di desa Eliasa, penjualan anyaman sulit

dipasarkan kecuali menunggu pengunjung yang datang pada saat tertentu,

lokasi dapat dicapai dengan menggunakan speed boat, perjalanan dari kota

Saumlaki kurang lebih dua jam

POTENSI SEKTOR PARIWISATA

No Jenis Wisata Obyek Wisata

1 Wisata Pantai Kawasan pantai Weluan, Tanjung delapan, Tutu, serta

segitiga MAN (Pulau Matakus, Angwarmas dan Nustabun)

2 Wisata Agro Desa Bomaki, Kisar, Seira, Fordata, dan Otimmer

3 Wisata Sejarah

Finduar, Tumbur, Sangliat Dol, Arui Bad, Lingat,

Lermatan, Lamdesar Timur, Otimmer, Rumean, Adaut,

dan Lat-Dalam

4 Wisata Buru Hutan Yamdena dam Hutan Moa

5 Wisata Budaya

Berbagai jenis tari-tarian adat Tanimbar, taman wisata

patung Kristus Raja, serta berbagai cerita dan peninggalan

budayawan dan rokhaniawan

66 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

6. Sarana dan Prasarana

Saumlaki adalah ibukota Kabupaten MTB (Maluku Tenggara Barat) mencakup

seluruh kepulauan Tanimbar. Kabupaten ini tergolong baru berdiri, setelah berpisah dengan

Kabupaten Maluku Geliat perekonomian sudah nampak terlihat. Di Saumlaki terdapat Hotel

Beringin Dua, Hotel Harapan Indah, Hotel Incla,

Hotel Galaxy, Hotel Pantai Indah, Restoran,

pusat pembelanjaan ‗Satos‘, pertokoan, Bank,

Rumah sakit, Kantor Polisi, Pom bensin dan

pasar-pasar tradisional.

Untuk mencapai Saumlaki dapat menggunakan

dua alternatif, yaitu menggunakan kapal laut dan

menggunakan pesawat udara, dapat dicapai

dengan melalui kota Ambon ataupun kota

Kupang, NTT.

Pelabuhan Saumlaki pada waktu-waktu tertentu disandari oleh kapal-kapal dari Australia.

Terutama pada kegiatan sail Darwin-Ambon yang diadakan setiap setahun sekali. Saat ini

pihak pengelola berkeinginan agar dikembalikan ke kegiatan awal yaitu Sail Darwin-

Saumlaki seiring dengan perkembangan kota Saumlaki, para peserta acara tersebut turun dan

berkunjung ke pantai dan desa-desa di sekitar Saumlaki. Salah satu desa yang menjadi tujuan

utama adalah desa Tumbur, desa ini terkenal kerajinan patung kayu.

Dengan jarak 18 km dari pusat kota Saumlaki ke arah Utara terdapat desa Tumbur

yang berada dipesisir Timur. Kerajinan patung di desa tersebut merupakan industri rumah

tangga. Di beberapa rumah terlihat kegiatan penduduk membuat patung, yang dilakukan baik

oleh orang-orang tua maupun para pemuda. Bahan yang mereka gunakan untuk pembuatan

patung ini adalah kayu hitam yang mereka ambil di hutan. Hasil kerajinan patung dari desa

Tumbur menemui kesulitan dalam menjual dan mendistribusikan karya mereka ke daerah

lain. Mereka menjual kepada wisatawan yang datang ke desa. desa Tumbur, juga desa ini

yang terkenal dengan peninggalan budaya.

Pusat perekonomian Saumlaki berpusat di pasar Saumlaki yang terletak di wilayah

Pengeringan Pelabuhan Saumlaki, namun dengan perkembangan daerah, sudah ada

pembangunan pasar di desa Sifnana dengan nama pasar Omele. Ada juga kompleks

pertokoan yaitu Satos dan Pertokoan lama. Sebagian para pengusaha di Saumlaki adalah

keturunan Tionghoa yang sudah sejak dahulu tinggal menetap di Saumlaki.

67 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Adanya ketersediaan beberapa Bank yang beroperasi untuk melayani masyarakat

dan pendatang di Kabupaten Maluku Tenggara Barat seperti : BRI, Bank Pembangunan

Daerah Maluku, Bank Simpan Pinjam Danamon telah mendukung kegiatan masyarakat

setempat dan pendatang bertransaksi. Demikian juga dengan telah adanya ketersediaan

fasilitas akomodasi berupa hotel/penginapan.

Kebutuhan listrik di Kabupaten Maluku Tenggara Barat telah dipenuhi oleh PT PLN

(Persero) Wilayah IX Cabang Tual yang mempunyai satu ranting dan tiga sub ranting yang

juga sangat mendukung keberadaan Saumlaki.

Untuk pengelolaan air bersih di Kabupaten Maluku Tenggara Barat telah dilakukan

oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Diperkirakan persediaan air masih mencukupi

hingga puluhan tahun mendatang, mengingat masih ada sumber-sumber air yang belum

dikelola oleh PDAM.

Jaringan telekomunikasi di Saumlaki telah dilayani oleh Telkom, Telkomsel dan

Indosat, sedangkan untuk jaringan 3G belum tersedia.

7. Sosial Ekonomi dan Budaya

Masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam kehidupan sehari-hari

hidupnya dalam naungan adat istiadat Duan Lolat yang merupakan suatu hukum adat

tertinggi. Lahir dan hidup berdasarkan hak dan tanggung jawab timbal balik antara keluarga

pemberi dan keluarga penerima dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat warga Maluku

Tenggara Barat. Terdapat budaya SASI pada masyarakat warga Maluku Tenggara Barat

yang telah menjadi norma pada potensi alam yang ada di desa mereka. Budaya SASI adalah

adanya pengaturan masa ketika panen dari sumber daya alamnya pada hak-hak dari masing-

masing desa. Dengan adanya norma yang merupakan kearifan masyarakat setempat. Hal ini

dapat mendukung adanya kelestarian alam.

Di beberapa desa kecamatan lain memiliki keunikan dalam kebiasaan menangkap ikan di laut

yang dinamakan Tarik Talia tau Talikoor. Tarik

tali hanya dilakukan pada bulan-bulan tertentu

dan di lokasi tertentu juga yang diawali dengan

upacara adat. Proses Talikoor dilakukan dengan

menggunakan janur kelapa untuk menjerat ikan

dengan digiring ke tepian laut untuk kemudian

dapat mudah ditangkap.

68 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Suku bangsa Maluku didominasi oleh ras suku bangsa Melanesia Pasifik yang masih berkerabat

dengan Fiji, Tonga dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudra Pasifik.

Terdapat bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa bangsa

kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga

dan alat musik khas, contoh: Ukulele (yang terdapat pula dalam tradisi budaya Hawai).

Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat serta profil tubuh

yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku

kepulauan dengan aktivitas laut seperti berlayar dan mencari ikan merupakan kegiatan utama bagi

kaum pria.

Sejak zaman dahulu, banyak diantara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain,

perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatera, Jawa, Madura, bahkan kebanyakan dengan bangsa

Eropa (umumnya Belanda dan Portugal) kemudian bangsa Arab, India sudah sangat lazim mengingat

daerah tersebut telah dikuasai bangsa asing selama 2300 tahun dan melahirkan keturunan keturunan

baru, yang sudah bukan ras Melanesia murni lagi. Karena adanya percampuran kebudayaan dan ras

dengan orang Eropa maka Maluku merupakan satu-satunya wilayah Indonesia yang digolongkan

sebagai daerah Mestizo. Lapangan pekerjaan masyarakat Saumlaki pada umumnya PNS,buruh

pelabuhan, buruh toko, nelayan dan petani. Saumlaki merupakan tempat yang pernah dikunjungi

mantan Presiden RI pertama, Bung Karno.

Ditinjau dari sudut bahasa yang digunakan di Provinsi Maluku adalah bahasa melayu Ambon,

yang merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Sebelum bangsa Portugis datang di Ternate (1512),

bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Indonesia,

seperti di wilayah Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi

seperti di sekolah-sekolah dan di kantor-kantor pemerintah. Bahasa sehari-hari telah bercampur juga

dengan menggunakan bahasa Belanda pada beberapa kata tertentu. Maluku merupakan wilayah

kepulauan terbesar di seluruh Indonesia. Banyaknya pulau yang saling terpisah satu dengan yang

lainnya, juga mengakibatkan semakin beragamnya bahasa yang dipergunakan di Provinsi tersebut.

Jika diakumulasikan, secara keseluruhan, terdapat 132 bahasa di kepulauan Maluku. Sebelum

bangsa-bangsa asing (Arab, Cina, Portugis, Belanda dan Inggris) datang di Maluku (termasuk Maluku

Utara), bahasa-bahasa tersebut sudah hidup ribuan tahun. Bahasa Indonesia, seperti di wilayah

Republik Indonesia lainnya, digunakan dalam kegiatan-kegiatan publik yang resmi seperti di sekolah-

sekolah dan di kantor-kantor pemerintah, sejak 1980-an berdatangan 5000 KK transmigran dari Pulau

Jawa. Dengan banyaknya penduduk dari pulau lain tersebut, maka khazanah bahasa di Pulau Seram

(dan Maluku) juga bertambah, yaitu kini terdapat pemakai bahasa-bahasa Jawa, Bali dan sebagainya.

69 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Mayoritas penduduk di Maluku memeluk agama Kristen dan Islam. Hal ini disebabkan

adanya pengaruh penjajahan Portugis dan Spanyol sebelum Belanda yang telah menyebarkan

kekristenan dan pengaruh Kesultanan Ternate dan Tidore yang menyebarkan Islam di wilayah

Maluku serta pedagang Arab di pesisir Pulau Ambon dan sekitarnya. Sektor pariwisata di Maluku

Tenggara Barat menjadi salah satu lokomotif penggerak ekonomi lokal untuk membuka lapangan

kerja bagi masyarakat di daerah tersebut. Potensi obyek wisata yang terdapat di Maluku Tenggara

Barat menjadi komoditas yang dapat menjadi tumpuan masyarakat.

KUNJUNGAN WISATAWAN NUSANTARA KE KABUPATEN MTB TAHUN 2010-

2015

NO TAHUN TARGET

REALISASI % (RENSTRA)

1 2010 2025 918 45,33

2 2011 2000 2860 143

3 2012 2000 2053 102,65

4 2013 2000 1551 77,55

5 2014 5000 2546 50,92

6 2015 5000 485 9,7

Sumber : Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi Kreatif Kabupaten. Maluku Tenggara Barat

2015

Kunjungan wisatawan nusantara ke MTB tahun 2015 dibanding tahun 2010 selama

kurun waktu 5 tahun terakhir ada penurunan dan jumlah yang ditargetkan sesuai Renstra

2000 orang pada tahun 2010 kenyataan yang berkunjung hanya 918 orang, sedangkan pada

tahun 2015 ditargetkan 5000 orang yang berkunjung hanya 485 orang. Pada tahun 2011,

wisatawan yang berkunjung melebihi target dari 2000 menjadi 2860 orang. Sedangkan pada

tahun 2012 terjadi penurunan kunjungan wisatawan sekalipun masih melebihi target dari

2000 orang menjadi 2053 orang. Pada tahun 2013 kembali terjadi penurunan dari 2000

orang yang ditargetkan yang berkunjung hanya 1551 orang. Pada tahun 2014 adanya

70 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

kenaikan target menjadi 5000 orang yang diharapkan akan berkunjung, sementara yang

berkunjung hanya 2546 orang. Pada tahun 2015 merupakan tahun yang paling terendah

selama kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu dari target 5000 orang sedangkan yang

berkunjung hanya 485 orang.

Sedangkan Kunjungan wisatawan mancanegara ke MTB pada tahun di tahun 2015

dibanding tahun 2014 selama kurun waktu dua tahun terakhir ada penurunan yang sangat

signifikan dari jumlah yang ditargetkan Pada tahun 2014 adanya kenaikan target menjadi

5000 orang yang diharapkan akan berkunjung, sementara yang berkunjung hanya 372 orang.

Pada tahun 2015 merupakan tahun yang paling terendah selama kurun waktu dua tahun

terakhir yaitu dari target 5000 orang yang berkunjung hanya 100 orang.

Kelompok Kerja Penelitian Wisata Bahari Saumlaki

Nama Unit Kerja Tugas

Drs. Robby Binarwan, MM Puslitbang pariwisata Penanggung Jawab

Drs. Roby Ardiwidjaja, MBIT Puslitbang Pariwisata Pariwisata dan Informasi

Teknologi

Drs. Harwan Ekoncahyo, MM Puslitbang Pariwisata Destinasi Pariwisata

Danang Rahadian Puslitbang Pariwisata Destinasi Pariwisata

Drs. Renalmon Hutahaean, MM Puslitbang Pariwisata Pariwisata

Rekomendasi

Saumlaki, sebagai ibukota dari Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang letaknya berbatasan

dengan Negara Australia dan Timor Leste memiliki peluang industri yang dapat

dikembangkan. Adanya perhatian dari beberapa pihak, baik swasta maupun pemerintah

ataupun dinas-dinas terkait sangat berpengaruh terhadap berkembangnya kepariwisataan di

Saumlaki. Perlunya keseriusan dalam mendukung berkembangnya obyek-obyek wisata di

setiap Kecamatan agar dapat menjadikan Saumlaki menjadi kota tujuan wisata unggulan.

Oleh sebab itu, Saumlaki masih perlu dikembangkan antara lain dengan membuat paket-paket

wisata ke daerah Maluku, karena masing-masing tempat wisata di daerah Maluku memiliki

potensi yang amat beragam dan saling melengkapi. Terdapatnya tempat yang dapat dijadikan

obyek wisata unggulan karena daerahnya memiliki keindahan alam, budaya dan sejarah.

71 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Perlunya membuat langkah-langkah strategis yang terencana dan terukur agar dapat

menambah daya tarik obyek wisata dengan melakukan penambahan fasilitas-fasilitas yang

dibutuhkan para wisatawan, agar pihak-pihak yang kompeten dapat memaksimalkan jumlah

kunjungan wisatawan, karena pada tahun 2015 terjadi penurunan yang yang sangat drastis

wisatawan yang berkunjung ke MTB baik wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Perlunya diadakan pelatihan-pelatihan ataupun pembinaan bagi para pegawai hotel atau

penginapan ataupun bagi masyarakat setempat agar dapat berkompetisi dan memiliki

pengetahuan sekurangnya mengetahui standar pelayanan bagi wisatawan sehingga dapat

memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan. Pelatihan untuk peningkatan sumberdaya

manusia perlu diberikan termasuk pelatihan untuk dapat bercakap dengan menggunakan

bahasa asing umumnya bahsa Inggris, terutama untuk masyarakat yang berhadapan

langsung dengan para wisatawan.

Kurang tersedianya investor untuk pengembangan kepariwisataan sehingga kurangnya

peminat untuk melakukan usaha travel agent ataupun untuk mengatur perjalanan wisatawan.

Kendala dalam bidang transportasi yaitu penyewaan speed boat dan kendaraan menjadi sulit

karena masih minimnya usaha yang bergerak dalam bidang tersebut kiranya kedepan agar

dapat dikelola lebih optimal lagi.

Selain adanya situs budaya, masih diperlukan informasi-informasi tentang berwisata ke

Saumlaki. Agar dibuka dan ditambah jalur transportasi menuju Saumlaki. Oleh karena itu

perlunya perhatian pemerintah untuk meningkatkan atau membina para pengrajin dalam hal

membuat cinderamata agar dapat membuat cinderamata dengan baik dan berkualitas.

Dihimbau juga agar masyarakat setempat dapat melestarikan warisan kebudayaan para

leluhur mereka.

Perlu perhatian dinas-dinas terkait/pemerintah dalam hal kunjungan-kunjungan ke para

pengrajin agar mereka diberi pelatihan/dukungan bahkan diberi bantuan dana untuk

pengembangan usahanya. Misalnya diadakan lomba-lomba berkreasi untuk melakukan

kerajinan tangan dan diberikan apresiasi bagi yang menghasilkan kerajinan terbaik, karena

kegiatan yang dilakukan pengrajin merupakan kegiatan yang mendukung pengembangan

daerah Saumlaki.

72 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Pemerintah telah mencanangkan bahwa di wilayah-wilayah tertinggal akan mendorong

pengembangan pariwisata untuk mengejar target wisatawan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah, dengan demikian diharapkan pengembangan pariwisata di Saumlaki -

Kabupaten Maluku Tenggara Barat dapat terwujud sehingga pemerintah daerah mampu

mengatasi masalah-masalah dengan adanya penambahan devisa atau pendapatan daerah

setempat. Maluku sebagai kota yang masih dianggap daerah tertinggal justru mempunyai

potensi untuk menarik wisatawan nusantara ataupun wisatawan mancanegara. Diharapkan

pemerintah melalui Badan-badan Promosi Pariwisata atau lembaga-lembaga yang kompeten

harus mempunyai program-program seperti untuk sektor pariwisata dengan eco tourism, yang

pada akhirnya selain Saumlaki menjadi pilihan destinasi wisata juga dapat memberikan

pendapatan daerah Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Destinasi wisata laut atau pun pantai

banyak diminati wisatawan nusantara ataupun mancanegara, dan di daerah Indonesia bagian

Timur ini justru mempunyai potensi untuk menyediakan kebutuhan tersebut, karena di

daerah ini terdapat beberapa beberapa obyek wisata bahari yang tentunya potensi yang ada

dapat ditawarkan. Melihat potensi-potensi di Saumlaki dan sekitarnya itu dapat dijadikan

ikon wisata nasional.

Pengelolaan pada sektor pariwisata hendaknya bekerjasama dengan berbagai pihak. Sumber

Daya Manusia yang diperlukan untuk mengelola pariwisata, oleh karena itu Sumber Daya

Alam yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk dikelola secara baik dan tentunya harus

dibekali dengan ketrampilan, pendidikan SDM yang tersedia di bidang kepariwisataan.

Kawasan obyek wisata di Saumlaki memiliki potensi yang luar biasa yang dapat

mendongkrak perekonomian setempat. Keterbatasan fasilitas di Saumlaki agar dapat

ditindaklanjuti dengan baik agar target pemerintah untuk mendatangkan wisatawan

nusantara maupun wisatawan mancanegara dapat terealisasi.

73 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2. SABANG

AMENITAS

1. Prasarana Umum

1.1. Listrik

Dalam kegiatan FGD terungkap bahwa listrik masih merupakan masalah klasik yang

dikeluhkan oleh pengelola destinasi wisata dan pelaku usaha wisata. Dalam sehari

terkadang mereka mengalami 2 bahkan hingga 3 kali pemadaman listrik dan tentu saja

sangat menggangu aktivitas mereka baik dalam hal operasional maupun dalam

memenuhi kebutuhan wisatawan. Berdasarkan infomrasi yang tim peroleh langsung

dari General manager PLN Sabang menjelaskan bahwa secara umum kebutuhan

listrik di Sabang cukup bahkan surplus, hal yang menyebabkan terjadinya pemadaman

di wilayah Sabang adalah faktor alam tepatnya angin.

Posisi pulau Weh yang terletak ditengah laut mengakibatkan angin laut yang

berhembus ke arah pulau Weh cukup kencang apalagi bila disertai dengan hujan.

Selain itu letak tiang-tiang listrik sangat berdekatan dengan kawasan hutan lindung

sehingga terkadang terjadi gesekan antara kabel listrik dengan ranting pohon yang

mengakibatkan korsletingsehingga secara otomatis listrik akan padam. Pihak PLN

mencoba mengatasi hal tersebut yaitu dengan cara menebang pohon atau ranting yang

dekat dengan kabel listrik namun hal ini ternyata mendapat teguran keras dari pihak

pengelola Hutan lindung dikarenakan pohon atau ranting tersebut berada dalam

kawasan konservasi sehingga tindakan seperti menebang atau memotong ranting tidak

diperbolehkan.

Ke depan pihak PLN akan

mengupayakan untuk

mengganti seluruh kabel

listrik di pulau Weh

dengan kabel bawah tanah

sehingga diharapkan

masalah pemadaman

akibat factor ala mini dapat

teratasi namun ditegaskan

kembali hal ini tergantung dengan alokasi dana yang diperoleh PLN Sabang.

Foto 1

Wawancara tim dengan GM PLN cabang Sabang

74 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

1.2. Air

Secara umum kebutuhan air masyarakat di pulau Weh terpenuhi namun di beberapa

daerah yaitu di dataran tinggi dan sekitar kawasan Ibboh masih ditemui kekurangan

debit air. Pihak pengusaha destinasi sering mendapat keluhan dari wisatawan yang

membutuhkan air bersih

khususnya di kawasan Ibboh

dikarenakan Ibboh

merupakan destinasi favorit

liburan untuk kegiatan wisata

bahari, kebutuhan seperti

memasak atau membersihkan

badan setelah melakukan

aktifitas wisata seperti

snorkeling, berenang dan

diving. Hal ini karena di

daerah tersebut sumber mata air masih kurang sehingga pihak PDAM Kota Sabang

menempuh jalur alternative yaitu dengan mengirim mobil tanki air ke daerah-daerah

tersebut. Menurut selaku direktur

PDAM kota Sabang, idealnya 3 truk

tanki air cukup untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat serta

wisatawan di daerah tersebut namun

hanya 2 unit mobil tanki air yang

dapat dioperasikan sedangkan 1 unit

sudah rusak sehingga tidak dapat

dioperasionalkan.

1.3. Telekomunikasi

Unsur penting dalam pembangunan sebuah kawasan adalah adanya sarana

telekomunikasi. Selain TELKOM yang memberikan layanan akses internet dan

telepon rumah/kantor, beberapa provider komunikasi selular telah hadir seperti

telkomsel, indosat, dan xl. Kendala yang dikeluhkan oleh pengusaha wisata adalah

akses internet yang dirasakan lambat dan hal ini merugikan pihak pengusaha wisata

Foto 2 Wawancara dengan Direktur Umum PDAM Kota Sabang

Foto 3

Unit Kendaraan PDAM yang rusak

75 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

dikarenakan mereka dalam memasarkan produk wisata menggunakan media social

yang membutuhkan kecepatan akses kemudian beberapa tamu asing yang ingin

berkomunikasi dengan kerabat atau berbagi informasi kegiatan melalui media sosial

pun mengeluhkan hal yang sama.

Pihak TELKOM sendiri ketika

kami wawancarai, di tahun 2015

telah melakukan revitalisasi

kabel optik dengan fiber optik

sehingga masalah seperti angin

serta hujan tidak menjadi

masalah kedepannya.

1.4. Pengelolaan Limbah

Pengelolaan sampah di pulau Weh secara garis besar dapat dikatakan cukup baik hal

ini dikarenakan dibeberapa daerah khususnya di kawasan wisata Ibboh ini masih

menjadi kendala. Beberapa tong sampah memang sudah disediakan di kawasan ini

hanya saja untuk mengangkut

sampah dari TPA yang tidak

konsisten menyebabkan

penumpukan dan baunya sangat

menggangu aktifitas wisatawan

dan pengelola destinasi wisata.

Dari hasil penelusuran tim maka

ditemui bahwa faktor ketersediaan

truk pengangkut sampah yang kurang mengakibatkan pengangkutan sampah di daerah

ini tidak maksimal. Idealnya dalam dua hari 1 unit truk mengangkut sampah dan

khusus di liburan 1 unit truk sampah siaga di kawasan wisata namun di lapangan

terkdang dalam 5 hari sampah masih belum diangkut dan di akhir pecan atau liburan

tidak ada truk sampah yang datang atau menggantikan truk sampah yang sudah siaga

sebelumnya. Selain itu kesadaran wisatawan yang berkunjung pun masih membuang

sampah tidak pada tempatnya. Penempatan tempat sampah pun tidak ditata dengan

rapih dan banyak yang membuat wisatawan susah untuk membuang sampah

dikarenakan tempat sampah tersebut sangat sulit diakses dikarenakan terttutup

kendaraan atau kios jualan masyarakat lokal.

Foto 4

Wawancara dengan Manager TELKOM Kota

Sabang

Foto 6

Tempat Sampah yang tertutupi oleh parkiran

kendaraan

76 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2. Fasilitas Umum

Kota Sabang sebagai ibukota pemerintahan dari pulau Weh telah memiliki fasilitas

umum yang mendukung kegiatan masyarakat lokal maupun wisatawan yang datang ke

pulau Weh namun beberapa fasilitas masih belum ditemui sarana bagi penyandang cacat

dan manula.

2.1. Keamanan

Masalah keamanan dari pantauan tim selama mengadakan penelitian telah dinilai

cukup, beberapa pos kepolisian tersebar di beberapa sektor termasuk di weh

kepulauan. Keberadaan markas TNI turut memberikan rasa aman baik bagi

masyrakat pulau Weh serta wisatawan yang datang. Tim menggaris bawahi bahwa

satuan polisi pariwisata belum ada di pulau Weh sehingga untuk keluhan keamanan

oleh wisatawan asing ditangani langsung oleh polisi setempat.

2.2. Keuangan perbankan

Fasilitas perbankan seperti ATM dapat ditemui di kota Sabang, beberapa bank

BUMN telah hadir seperti

Bank Mandiri, BNI, dan BRI

sedangkan bank swasta Bank

BCA. Selain di pusat kota

beberapa ATM dapat

ditemukan di dermaga

penyeberangan dan di destinasi

wisata Ibboh seperti Bank

BNI, BRI dan Mandiri.

2.3. Bisnis

Kota Sabang merupakan pusat bisnis dari pulau Weh, kantor kantor pemerintahan

tersebar di kota Sabang ini baik kantor Walikota maupun Gedung DPRD. Beberapa

instansi seperti PDAM, TELKOM berada di pusat kota Sabang ini.

2.4. Kesehatan

Terdapat 2 buah rumah sakit di pulau Weh yaitu rumah sakit umum daerah (RSUD)

serta rumah sakit yang dikelola oleh

TNI AL. Namun untuk beberapa

Foto 7

Anjungan Tunai Mandiri beberapa Bank di

dermaga

Foto 8

Rumah Sakit TNI AL

77 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

penyakit kronis, pasien biasanya akan dirujuk ke Aceh daratan.

2.5. Ruang Publik

Taman Kuliner merupakan salah satu area ruang publik yang berada di kota Sabang.

Beragam aktivitas dapat

ditemui disini mulai dari

jajanan kaki lima, warung

makan atau tenda makan,

playground untuk anak-

anak atau tempat

berkumpulnya beragam

komunitas seperti

komunitas sepeda,

fotografi.

2.6. Tempat Ibadah

Mayoritas penduduk di pulau Weh ini adalah beragama islam sehingga bagi muslim

yang mengadakan perjalanan wisata disini tidak menemui kendala berarti. Terdapat 1

buah

mesjid agung yang merupakan pusat kegiatan keagamaan khususnya agama islam di

kota Sabang dan puau Weh secara umum.

Foto 9

Taman Kuliner sebagai ruang publik kota Sabang

Foto 10

Mesjid Raya di kota Sabang

78 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

3. Fasilitas Pariwisata

3.1. Akomodasi

Beberapa jenis akomodasi telah hadir di pulau Weh, mulai dari tipe guest house

hingga standar hotel berbintang. Untuk jenis guest house banyak tersebar di kawasan

tengah kota sedangkan untuk di sekitar pesisi pantai banyak terdapat syandar hotel

atau resort. Beberapa fasilitas tambahan yang disediakan hotel adalah shower, air

panas serta akses internet.

3.2. Rumah Makan / Restoran

Rumah makan dan restoran di pulau Weh umumnya menyajikan masakan dengan

menu seafood seperti udang, ikan, kepiting dan cumi cumi. Salah satu masakan khas

dari pulau weh adalah sate Gurita. Untuk wisatawan yang menyukai ayam dapat

menemui menu ayam bakar dan ayam goring namun khusus sate ayam tidak ditemui

di daerah ini.

3.3. TIC

Kebutuhan wisatawan

akan informasi wisata

dapat ditemukan di

kantor dinas

kebudayaan dan

pariwisata kota

Sabang karena

Tourist Information

Center (TIC) berada

disana dan pelayanan

dimulai dari hari senin

hingga jumat dengan jam operasional pukul 08.00 – 14.00 wib.

3.4. Toko Cinderamata

Bagi wisatawan yang ingin membeli kenang-kenangan dari pulau Weh, telah

tersedia berbagai macam cinderamata khas seperti gantungan kunci, baju (batik dan

kaos), miniatur tugu kilometer 0, gelang serta beragam aksesoris lainnya.

Foto 11

TIC di kantor Disbudpar Kota Sabang

79 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

3.5. Papan informasi wisata-Rambu lalu lintas wisata

Untuk membantu wisatawan yang berkunjung ke sebuah destinasi, papan informasi

sangat penting hal ini selain sebagai penunjuk jalan juga memberikan kemudahan

bagi wisatawan untuk

mengatur

perjalanannya.

Informasi yang tertera

seperti waktu

keberangkatan sebuah

transportasi, kebiasaan

yang boleh atau tidak

boleh dilakukan selama

di destinasi

memberikan

kemudahan untuk beradaptasi.

Sama seperti di Aceh

daratan yang menganut

system syariah dalam

pola kehidupan

masyarakatnya, rambu

untuk berpakaian

tertutup dan sopan akan

kita temui di beberapa

titik seperti tempat

ibadah dan pusat bisnis

di Sabang. Untuk di

kawasan Ibboh (taman laut) tanda atau seruan untuk tidak menginjak terumbu

karang akan selalu kita lihat begitu pula dengan seruan agar wisatawan tidak

membuang sampah sembarangan.

Foto 12

Himbauan di kawasan Iboih

Foto 13

Himbauan menutup Aurat bagi warga Sabang

80 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

4. Standardisasi dan Sertifikasi Usaha Pariwisata

Standardisasi serta sertifikasi usaha pariwisata menjadi hal mutlak agar adanya

keseragaman baik dari sisi pelayanan maupun kualitas. Dari hasil wawancara tim dengan

pengelola usaha pariwisata di Iboih menuturkan bahwa saat ini para diver lokal belum

memiliki sertifikat, hal ini menjadi polemic

dikarenakan para diver lokal ini hanya

menjadi penonton. Para wisatawan yang

datang ketika mereka melakukan aktifitas

wisata seperti snorkeling dan diving lebih

menyukai menyewa instruktur yang telah

memiliki license. Untuk itu diharapkan

kementerian pariwisata atau lembaga terkait

dapat memfasilitasi agar para diver lokal

bisa memperoleh license.

Aksesibilitas di Pulau Sabang

1. Sarana (moda transportasi angkutan jalan, sungai, danau dan penyeberangan, angkutan

laut dan kereta api)

Sarana transportasi dari Banda Aceh menuju Sabang adalah dengan kapal cepat dan

dengan kapal lambat.

Kapal Cepat yang beroperasi pada tahun 2013 adalah sebanyak 4 unit, dengan kapasitas

penumpang sebanyak 250 orang/kapal, dan diasumsikan 30% atau (73 Orang) dari

penumpang adalah warga Sabang, maka 250 – 73 = 167 orang setiap kapal adalah

wisatawan, untuk 4 kapal cepat adalah 4 unit x 167 orang/ hari = 668 orang/hari.

Gbr. Suasana di kapal lambat dari Sabang menuju ke Aceh, 19 September 2015

Foto 14 Wawancara dengan Pengelola Iboih Dive Resort

81 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Kapal Lambat yang beroperasi setiap hari adalah KM.BRR mengangkut penumpang 300

orang dan 30 % atau (90 Orang) adalah penduduk Sabang, bearti dari BRR menyumbang

210 orang setiap hari.

Gbr. Suasana Loket Pembelian tiket di Pelabuhan Feri Ulee Lheue, Banda Aceh.

Tarif untuk kapal lambat adalah Rp. 25.000 per orang, sedangkan tarif untuk kapal cepat

untuk tiket eksekutif adalah Rp 85.000 per orang, sedangkan untuk tiket VIP Rp 105.000

per orang.

Kapal Pesiar juga menyumbang angka yang signifikan untuk jumlah kunjungan

Wisatawan Luar Negeri Sabang, sebenarnya potensi Kapal Pesiar cukup besar untuk

masuk ke Sabang, setiap tahun tercatat 200 cruise melintasi selat Malaka

Dari pusat kota Sabang, akses transportasi menuju tempat-tempat wisata tergolong sulit

dan mahal. Hal tersebut dikarenakan angkutan umum yang biasa dinamakan labi-labi

tidak memiliki rute khusus. Angkutan tersebut hanya mengangkut dan mengantarkan

penumpang ke tempat tujuan. Selain itu, angkutan jenis itu hanya ada sampai pukul 19.00

WIB. Untuk melayani rute dari Sabang ke Balohan tersedia angkutan kota jenis L300 dan

taksi Kijang yang melayani rute Sabang Balohan hingga kota Sabang maupun ke

sejumlah tempat tujuan wisata seperti Iboih dan tugu nol kilometer. Untuk wisatawan

yang ingin berkeliling dan menjelajahi Pulau Weh, umumnya tempat penginapan/ hotel

dan penduduk menyediakan mobil sewaan dengan harga yang bisa dinegoisasi lengkap

dengan pengemudinya.

2. Prasarana (pelabuhan laut, bandara,)

Pelabuhan Laut

Pelabuhan Sabang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 70 dan dikukuhkan

oleh Undang-Undang Nomor 4 tahun 1970 ditetapkan sebagai Pelabuhan bebas,

82 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

masyarakat Sabang merupakan masyarakat yang makmur, dan pemerintahan Kotamadya

Sabang merupakan pemerintahan yang maju, karena dengan dibukanya pelabuhan Sabang

sebagai pelabuhan bebas, hilir mudik pelayaran yang keluar masuk Pelabuhan Sabang,

membawa dampak positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang

cukup besar bagi pemerintah Kota Sabang, disamping itu barang-barang dari Singapura,

Thailand dan Malaysia dapat masuk dengan bebas, aktifitas perdagangan bebas di

Sabang, telah membuka pasar-pasar baru di kota-kota seperti Banda Aceh dan Medan

yang banyak memasok barang-barang kebutuhannya dari Sabang.

Pada tahun 1985 Pelabuhan Sabang ditutup, sehingga Sabang menjadi kota yang mati dan

tanpa lalu lintas perdagangan yang masuk ke Pelabuhan Sabang, keadaan tersebut

memaksa masyarakat merubah kembali pola hidup menjadi petani dan nelayan tradisonal,

disamping itu ada beberapa orang mulai menemani pendatang yang masih datang ke

Sabang sebagai guide.

Dukungan Pemerintah Pusat dengan mengeluarkan Undang-Undang No 37 Tahun 2000

tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang mengamanahkan

pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan, seiring dengan itu Pemerintah membentuk

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sabang dengan Peraturan Daerah Nomor XX

Tahun 2000.

Pertumbuhan jumlah wisatawan yang datang ke Sabang terus meningkat dari tahun ke

tahun, namun pada tahun 2004 Pemerintah Pusat memberlakukan Darurat Militer di

provinsi Aceh sehingga semua orang asing tidak boleh masuk ke Sabang mengakibatkan

pariwisata Sabang terpuruk, namun pada tahun yang sama 26 Desember 2004 terjadi

musibah maha dasyat yang telah memporak-porandakan Aceh, dari semua itu datang

berbagai bantuan dunia untuk membangun Aceh bukan hanya bantuan finansial namun

juga personal, sebagian besar pekerja kemanusiaan yang datang untuk membantu

recovery Aceh akan datang ke Sabang untuk berlibur, informasi Sabang sebagai daerah

tempat berlibur telah menarik minat orang untuk berwisata ke Sabang.

Perjanjian damai RI-GAM di Helsinki juga salah satu dorongan untuk kemajuan

Pariwisata Sabang, dimana orang-orang Aceh yang telah menetap di Luar Negeri

(Diaspora) Seperti Denmark, Swedia dan Norwegia pulang ke Aceh untuk menikmati

83 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

perdamaian dan berwisata ke Sabang, seiring dengan itu Diaspora Aceh ini akan

mempromosikan Sabang ke rekan-rekan mereka.

Bandara

Bandar Udara Maimun Saleh adalah bandar udara yang terletak di Kota Sabang,

provinsi Aceh. Sama seperti Lapangan Udara Angkatan Laut Juanda Surabaya dan

Lapangan Udara Angkatan Laut Eltari Kupang, lapangan terbang ini merupakan fasilitas

militer TNI Angkatan Laut TNI-AL.

Gbr. Bandara Maimun Saleh Sabang

Data Bandar Udara Maimun Saleh

Panjang : 1.850 m

Lebar : 30 m

Kapasitas apron mampu menampung 4 pesawat foker 27 sekaligus, dan kondisi landasan

mulus dengan aspal hotmix. Gedung terminal cukup luas dengan 3 blok gedung yang

masing-masing berfumgsi sebagai terminal kedatangan, terminal keberangkatan dan

ruang check in. Fasilitas terminal dilengkapi dengan musholla, toilet dan sarana

pendukung lainnya.

Garuda Indonesia telah membuka penerbangan dari Medan ke daerah tujuan wisata

Sabang, Aceh. Penerbangan perdana telah dilakukan pada Jumat, 6 Februari 2015.

Dengan menggunakan pesawat jenis ATR 72 600 kapasitas 70 penumpang, Garuda

84 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

melayani rute pulang pergi Medan-Sabang tiga kali sepekan: hari Rabu, Jumat, dan

Minggu.

Dari bandara Kuala Namu-Medan, pesawat berangkat pukul 08.50 WIB dan tiba di

Sabang pukul 10.10 WIB, dengan waktu tempuh 1 jam 20 menit. Sementara dari Sabang

ke Medan, pesawat berangkat pukul 10.40 WIB dan tiba di Medan pukul 12.10.

Garuda Indonesia juga membuka rute baru ke Kualanamu – Meulaboh – Lhokseumawe –

Sabang. Garuda Indonesia adalah pesawat komersil pertama yang terbang ke Sabang.

Sebelumnya, pemerintah setempat sempat menjajakinya dengan Grup Lion, Wings Air.

Namun tidak tercapai kesepakatan mengenai subsidi seat apabila jumlah penumpang

minim.

3. Sistem transportasi (informasi rute dan jadwal, ICT)

Pada saat tim peneliti berkunjung ke Sabang dari Aceh kami menaiki kapal cepat dengan

waktu tempuh hanya 45 menit, akan tetapi ketika hendak kembali ke Banda Aceh, kapal

cepat yang dari Sabang mengalami gangguan sehingga kami mencoba naik kapal lambat

dengan jarak tempuh selama 2 jam.

Gbr. Pengumuman jadwal di loket Pelabuhan

Berikut adalah jadwal kapal cepat dan kapal lambat dari Sabang ke Aceh dan sebaliknya.

85 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Sumber BPKS, 2015

Untuk jadwal penerbangan Garuda dari Bandara Kualanamu, Medan menuju Bandara

Maimun Saleh, Sabang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

JADWAL PENERBANGAN GARUDA KE SABANG

RUTE JADWAL HARI

Medan- Sabang 08.50-10.10 WIB Rabu-Jumat-Minggu

Sabang - Medan 10.40-12.10 WIB

Sumber: Garuda Indonesia

86 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Gbr. Spanduk Jadwal Penerbangan Garuda di Pantai Iboih

Information and Communication Technologies/ ICT di Sabang

Untuk jaringan internet di Sabang masih mengandalkan Telkom sebagai pemasok, sayangnya

kondisi daerah Sabang yang berada di kawasan hutan lindung mengakibatkan jaringan intenet

sangat rentan mengalami gangguan apabila ada gangguan alam seperti angin, hujan deras

dan petir. Gangguan jaringan Telkom ini apabila terjadi terus menerus dapat berimbas kepada

pelaku sektor pariwisata.

Gbr. Kantor Telkom di Sabang

Ke depannya diharapkan janji Presiden untuk membangun jaringan serat optic di dua Pulau di

Aceh yakni Sabang dan Simeulue dapat terealisasi sehingga permasalahan jaringan yang

masih menggunakan kabel dapat diminimalisir. Hal itu disampaikan Presiden saat

meresmikan proyek pembangunan infrastruktur jaringan tulang punggung pitalebar serat

optik Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) di Manokwari, Papua Barat, pada 10

Mei 2015 yang lalu. Beliau berjanji maksimal dalam waktu satu tahun ke depan pengerjaan

pembangunan jaringan internet ini akan selesai dikerjakan oleh PT Telkom Indonesia

87 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

ATRAKSI KOTA SABANG

1. DIVERSIFIKASI WISATA

Kota sabang merupakan salah satu kota yang berada di provinsi Aceh, Indonesia. Kota

yang terletak di paling utara pulau sumatera ini terdiri dari 5 pulau yaitu

1. Pulau Weh, pulau terbesar yang juga merupakan tempat bermukim mayoritas 32,191

penduduk kota sabang (http://aceh.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/36) dan pusat

pemerintahan kota Sabang, Pulau Rubiah yang sudah terkenal sebagai spot snorkeling

dan diving terumbu karang,

2. Pulau Seulako, digunakan juga sebagai spot diving,

3. Pulau Klah,terdapat mercusuar untuk memandu kapal yang berlabuh saat malam hari

dan juga salah satu spot snorkeling dan diving,

4. Pulau Rondo, merupakan pulau terluar dari kota Sabang yang biasa digunakan sebagai

spot memancing/ mancing mania area.

Kota Sabang memang terkenal sebagai daerah kawasan wisata bahari. Penawaran paket

wisata bahkan sudah ada di Pelabuhan Feri Ulee Lheue Aceh, yaitu tempat penyeberangan ke

Pelabuhan Balohan Pulau Weh, seperti pada gambar dibawah :

Di Pulau Weh terdapat daerah bernama Iboih, Gapang dan Anoi Itam yang biasa digunakan

wisatawan untuk berenang atau hanya menikmati keindahan pantai. Jika ingin mencoba

snorkeling dan diving sudah tersedia dive center di Teupin Layeuh, Iboih. Dive center ini

menawarkan paket-paket diving baik untuk penyelam bersertifikat maupun pemula. Pilihan

88 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

lainnya wisatawan juga bisa menyewa kapal dengan kaca agar bisa melihat ikan dan terumbu

karang langsung diatas kapal.

Selain wisata bahari sebenarnya masih banyak wisata lain yang bisa dijelajahi di Kota

Sabang. Potensi wisata alam cukup besar seperti Gunung Berapi Jaboi, gunung berapi aktif

dan dijadikan geothermal spot, selain itu ada Air Terjun Pria Laot. Kedua destinasi ini bisa

dijadikan tujuan tracking untuk wisata alam.

Di Sabang terdapat benteng-benteng peninggalan Jepang, tujuh meriam peninggalan Portugis,

makam 44 Aulia dan bangunan-bangunan tua seperti rumah sakit, kafe maupun rumah Ulee

Balang/ pemimpin masyarakat. Beberapa peninggalan tersebut sudah diberikan sejarah

singkat menjelaskan kegunaan bangunan atau benda tersebut. Namun sayangnya perawatan

makam 44 Aulia baru sebatas membuat pagar pembatas dan belum tersedia penunjuk jalan

maupun keterangan nama dan sejarah singkatnya.

2. MANAJEMEN PENGUNJUNG

Pada saat weekend dan libur nasional, daerah wisata Iboih dan Gapang sangat padat

pengunjung sehingga menyebabkan jalan masuk macet oleh kendaraan bermotor. Belum ada

managemen wisata seperti memberlakukan sistem booking sebelum berkunjung atau

membatasi kuota pengunjung sehingga tidak membludak. Pembatasan ini tidak hanya

89 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

membuat wisatawan nyaman tetapi juga menjaga kelestarian terumbu karang dan lingkungan

pantai.

Keberadaan tiket masuk juga belum tersedia disebagian besar objek wisata. Seperti contoh,

saat mengunjungi Iboih akan diminta tiket parkir kemudian saat akan menaiki perahu baru

akan ada karcis perahu per orang. Belum ada sistem ticketing menyebabkan tidak ada

pendataan mengenai banyak pengunjung yang datang per harinya.

Pengumpulan data pengunjung bisa juga dikumpulkan melalui dive center seperti Rubiah

Tirta, dive center tertua yang sudah menjalankan usahanya 45 tahun, memberikan gambaran

jumlah wisatawan yang menggunakan jasa diving-nya yang menunjukkan tidak ada musim

khusus untuk melakukan diving di Sabang.

Pengumpulan data kunjungan yang sistematis bisa memberikan gambaran bagaimana profil

dari wisatawan yang datang seperti asal negara bisa memudahkan pemilihan negara tujuan

promosi.Selain itu bisa menunjukkan adanya kenaikan atau penurunan jumlah wisatawan

yang datang ke objek wisata tertentu.

SADAR WISATA

Keramahan masyarakat dan keamanan berwisata menjadi salah satu nilai tambah kota

Sabang. Masyarakat sudah memiliki kesadaran wisata, yang berarti mereka sudah menerima

kedatangan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang berkunjung. Walaupun

masyarakat sudah memiliki sadar wisata, mereka tetap memberikan himbauan di tempat

90 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

wisata seperti tidak diperbolehkan menggunakan bikini, berjudi, minum minuman keras dan

berbuat mesum untuk menjaga nilai religi yang melekat kuat di Sabang Aceh.

3. ALOR

1. Gambaran Umum Lokasi

Pulau Alor merupakan salah satu dari dua pulau utama di Kabupaten Alor, NTT.

Kabupaten Alor memiliki luas wilayah 13.638,26 km², terdiri dari luas daratan mencapai

2.928,88 km², dan perairan seluas 10.773,62 km² dengan panjang garis pantai sepanjang

287,10 km.

Secara administratif, Kabupaten Alor dibatasi oleh Laut Flores (Utara), Selat Ombai

(Selatan), Selat Wetar dan Perairan Republik Demokrat Timor Leste (Timur) dan Selat Alor

(Barat). Sedangkan secara astronomis, Kabupaten Alor terletak pada bagian Utara dan

sebelah Timur dari Wilayah Propinsi NTT yaitu pada 806‘-8036‘ LS dan 123048‘-125048‘

BT.

Pulau Alor terletak di sebelah selatan Katulistiwa yang menyebabkan Alor beriklim

Semiarid (kering), suhu di Alor dapat mencapai 22,20C hingga 32,2

0C. Iklim yang tidak

menentu di Kabupaten Alor merupakan masalah yang cukup klasik. Dalam setahun musim

penghujan relatif lebih pendek dari pada musim kemarau.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional, Kabupaten Alor merupakan salah satu dari 112 Kabupaten/Kota

perbatasan, salah satu dari 183 Kabupaten Tertinggal, salah satu dari 92 Pulau-pulau kecil,

terpencil, terluar, terdepan, salah satu dari Kabupaten yang rawan gempa tektonik kategori

bahaya 2 dan salah satu dari 26 Pusat Kegiatan Strategis Nasional.

Sedangkan menurut Pasal-2 Perda Kabupaten Alor No.2 tahun 2013 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Alor tahun 2013-2033, Wilayah perencanaan

RTRW Daerah Alor terdiri dari 15 (lima belas) pulau, 9 (sembilan) pulau berpenduduk yakni

Pulau Alor, Pantar, Pura, Ternate, Buaya, Tereweng, Kangge, Kura dan Pulau Kepa; dan 6

(enam) pulau belum berpenduduk yakni Pulau Sika, Kapas, Batang, Lapang, Rusa dan Pulau

Kambing dengan luas wilayah daratan seluas kurang lebih 2.928,87 (dua ribu sembilan ratus

dua puluh delapan koma delapan puluh tujuh) Km2 dan Luas Wilayah Laut seluas kurang

lebih 10.773,62 (sepuluh ribu tujuh ratus tujuh puluh tiga koma enam puluh dua) Km2

dengan panjang garis pantai 287,1 (dua ratus delapan puluh tujuh dari wilayah administrasi

sebanyak 17 (tujuh belas) Kecamatan (hlm 11).

91 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Berdasarkan data BPS Kabupaten Alor, pada tahun 2014, penduduk berjumlah

198.200 orang dengan angka kepadatan penduduk 68 orang/km2. Teluk Mutiara merupakan

daerah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak (50.490 orang).1 Di daerah ini juga

terdapat Kota Kalabahi yang merupakan ibu kota Kabupaten Alor. Seluruh aktivitas

komersial dan administratif utama berlangsung di kota ini.

Sebagian besar penduduk Alor bermata pencaharian sebagai petani, selain itu ada juga

yang berprofesi sebagai PNS, bidang pertambangan, industri, konstruksi dan bangunan,

angkutan dan komunikasi, jasa, TNI, listrik, air dan gas.2

Pulau Alor selain memiliki keindahan alam yang dapat dilihat secara langsung di

daratan dan pantai, juga memiliki keindahan taman laut berupa ikan-ikan langka, terumbu

karang dan tumbuhan-tumbuhan laut yang begitu mempesona. Selain wisata bahari,

Kepulauan Alor memiliki daya tarik wisata wisata alam, budaya, dan kerajinan.

Dari Kupang, wisatawan dapat menggunakan kapal feri menuju Larantuka dengan

waktu tempuh 12-13 jam. Kemudian melanjutkan perjalanan naik kapal kayu menuju

Pelabuhan Laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan Pelabuhan Laut

Kalabahi yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat Pantar. Sedangkan

Perusahaan penerbangan yang melayani rute Kupang (Bandar Udara El-Tari)-Kabupaten

Alor (Bandar Udara Mali) adalah Wings Air dan Trans Nusa dengan jarak tempuh 55 menit.

Di Kabupaten Alor terdapat rumah makan, hotel, pemandu wisata, dan toko souvenir.

Menurut data BPS, dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2011-2014) hotel di Alor masih

berjumlah 6.

2. Tujuan Penelitian

Kegiatan yang dilaksanakan di Pulau Alor ini merupakan kegiatan pengumpulan data

untuk menunjang penelitian Wisata Bahari yang bertujuan untuk:

a. Pemetaan dan penilaian potensi sumber daya Pemeliharaan, Pemanfaatan dan

Pengembangan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (P3K) sebagai daya tarik wisata;

b. Menemukenali isu-isu strategis yang terkait dengan permasalahan dan peluang percepatan

pengembangan daya tarik P3K sebagai salah satu produk wisata berbasis bahari;

c. Dapat merumuskan konsep dan strategi langkah-langkah tindak lanjut pengembangan

P3K yang berbasiskan pada pemanfaatan potensi bahari yang terpadu dan berkelanjutan.

1 http://alorkab.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/7 diunduh tanggal 14 Oktober 2015

2 http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/327 diakses 14 Oktober 2015

92 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

3. Ruang Lingkup

a. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Alor dan sekitarnya, antara lain Pulau Kepa, Pantai

Sebanjar, Pantai Mali, Air Mancur Panas, dan Perkampungan Tradisional Takpala.

b. Pengumpulan data dan informasi berdasarkan aspek Atraksi wisata, Aksesibilitas,

Amenitas, lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan carrying capacity dilakukan

melalui metode wawancara mendalam, observasi lapangan dan FGD.

c. Selain itu digali lebih mendalam mengenai potensi, kelemahan, hambatan dan ancaman

dalam pengembangan wisata bahari di Alor, yang semuanya dikemas dalam laporan ini.

B. MATERI LAPORAN

Penelitian ―Strategi Pengembangan Wisata Bahari: Daya Tarik Daerah Pulau Kecil

sebagai Destinasi Wisata Bahari‖ merupakan salah satu kegiatan penelitian yang

dilaksanakan di Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Tahun

Anggaran 2015. Kegiatan dilaksanakan di lima lokasi yakni Pulau Weh, Pulau Mentawai,

Pulau Karimun Jawa, Pulau Alor dan Pulau Saumlaki.

Laporan ini terdiri dari Pendahuluan yang menyajikan gambaran umum lokasi, tujuan,

dan ruang lingkup, dilanjutkan Hasil-Hasil yang dicapai dari rangkaian kegiatan yang

dilakukan di Alor yakni koordinasi dengan Dinas Parekraf Propinsi NTT di Kupang dan

Dinas Parekraf Kabupaten Alor di Kota Kalabahi; wawancara dengan informan dari instansi

Dinas Parekraf Propinsi NTT, Bappeda Kabupaten Alor, Kepala BPS Kabupaten Alor, Dinas

Perikanan dan Kelautan Kabupaten Alor, dan WWF Kabupaten Alor; Focus Group

Discussion (FGD) yang dilaksanakan tanggal 8 Oktober 2015 di Hotel Nusa Kenari, Kota

Kalabahi; dan observasi lapangan dilaksanakan di Pulau Alor dan sekitarnya.

C. HASIL YANG DICAPAI

Secara umum, Kadisparekraf Propinsi NTT menjelaskan bahwa pariwisata NTT

bukan merupakan mata pencarian utama masyarakat meskipun banyak potensi wisata yang

dapat dikembangkan termasuk di Alor. Dari sisi aksesibilitas, sejumlah maskapai

penerbangan nasional dan lokal dapat terbang ke NTT melalui Bandar Udara El-Tari, namun

belum ada direct flight ke NTT. Selain itu juga ada akses angkutan laut (Kapal Feri). Namun

pengembangan pariwisata di NTT mengalami sejumlah kendala antara lain infrastruktur,

sarana dan prasarana pariwisata, SDM, sinkronisasi antar instansi yang belum berjalan

dengan baik, dan mahalnya jaringan pemasaran produk. Kadisparekraf Propinsi NTT

93 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

menyambut baik dan mendukung penelitian dilaksanakan di Pulau Alor. Diharapkan hasilnya

dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak terkait.

1. Atraksi Wisata

Kabupaten Alor memiliki banyak obyek wisata namun perkembangan sektor

pariwisata tidak terlalu mencolok. Berdasarkan statistik kunjungan wisatawan dari Dinas

Parekraf Kabupaten Alor, pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan Nusantara ke Alor

sebanyak 8.899 orang dan wisatawan manca negara sebanyak 2.102 orang. Perkembangan

sektor pariwisata berkaitan dengan infrastruktur utama jalan dan transportasi serta

ketersediaan fasilitas hotel yang memadai. Hal ini dapat menjadi acuan untuk terus

melakukan perbaikan dalam bidang pariwisata.

Alam Alor yang indah merupakan potensi yang sangat besar dikembangkan namun

perlu didukung oleh kesiapan masyarakat lokal menerima wisatawan dan peran Pemerintah

untuk memfasilitasi pengembangan pariwisata di Alor. Berdasarkan wawancara dengan

WWF, Pulau Alor memiliki potensi di bidang pariwisata karena termasuk Kabupaten yang

berdiri sendiri, KSPN, Pulau-pulau kecil terluar, namun masih merupakan daerah tertinggal.

Beberapa event pariwisata telah dilaksanakan antara lain Festival Adventure Indonesia (FAI)

dan Festival Bahari Indonesia, namun belum memberi makna yang signifikan bagi

perkembangan pariwisata dan masyarakat.

Pengelolaan kepariwisataan yang belum baik juga terlihat saat observasi ke Pantai

Sebanjar dan Air Mancur Panas. Obyek wisata Pantai Sebanjar yang dilengkapi dengan

homestay bukan merupakan sarana dari Dinas Parekraf melainkan dari Dinas Kelautan dan

Perikanan untuk keperluan penelitian. Pada obyek wisata Air Mancur Panas pun ditemui

bangunan rusak peninggalan Dinas Kehutanan dan masyarakat lokal masih mengelola

kawasan ini secara sederhana dan belum menerapkan visitor management dengan baik.

Masyarakat pada umumnya juga tidak memiliki kemampuan berbahasa asing dan

belum memiliki Sadar Wisata.

94 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Gambar-1

Obyek wisata di Alor

Sumber: Dokumentasi Pribadi

2. Aksesibilitas

Menurut data BPS, Transportasi merupakan kebutuhan vital dalam mobilisasi dan

aktivitas manusia. Jalan merupakan salah satu penunjang transportasi. Pembangunan sarana

infrastruktur dalam menunjang transportasi darat dilakukan Pemerintah pada tahun 2014

untuk pemeliharaan jalan Kabupaten. Untuk panjang jalan selain jalan negara (143,45 km),

propinsi (62,13 km), dan kabupaten (1.174,79 km) secara umum tidak ada perubahan, masih

tercatat sepanjang 456.00 km sama seperti tahun 2010.

Kendaraan roda dua mendominasi angkutan darat di Kabupaten Alor pada tahun 2014

dengan jumlah 13.611 unit, kendaraan roda empat 224 unit, bus 22 unit, speedboat 6 dan

perahu motor 997. Jumlah yang terbatas dan jam operasi yang singkat menambah

keterbatasan angkutan umum di Alor. Sarana transportasi ke luar pulau Alor ada dua

alternatif yaitu melalui laut atau udara.

95 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Gambar-2

Suasana Pelabuhan Kalabahi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar-3

Bandar Udara Mali

Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Amenitas

Amenitas Wisata merupakan segala sesuatu yang memberikan kemudahan bagi

wisatawan untuk memenuhi kebutuhannya selama berwisata, antara lain mencakup:

a. Listrik

Masyarakat Kabupaten Alor sebagian besar masih menggunakan pelita sebagai

sumber penerangannya. Kecilnya persentase rumah tangga yang memakai PLN dapat

dijadikan acuan pemerintah untuk melakukan perluasan jangkauan atau penambahan meteran

agar dapat menjangkau daerah-daerah yang masih sedikit akses listriknya sehingga jumlah

pengguna listrik bertambah. Listrik Non PLN dapat dijadikan sebagai alternatif sumber

penerangan, hal ini juga sangat membantu, mengingat masih seringnya diberlakukan

pemadaman bergilir oleh PLN setempat (BPS Kabupaten Alor)

96 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Pada saat di Alor tidak ditemui pemadaman listrik ini sehingga kenyamanan

wisatawan masih terjaga.

b. Air Minum

Sebanyak 44,54% rumah tangga di Alor menggunakan mata air terlindung, 20,68%

menggunakan sumur terlindung, dan 9,41 persen menggunakan ledeng meteran. Masih ada

2,73% rumah tangga yang menggunakan air sungai sebagai sumber air minum di Kabupaten

Alor pada tahun 2014 (BPS Kabupaten Alor).

c. Hotel

Jumlah hotel dalam kurun 4 tahun (2011-2014) terakhir tidak mengalami perubahan

yakni 6 hotel dengan pengelolaan sederhana yakni: Adi Dharma, Melati, Marlina, Nur Fitrah,

Nusa Kenari, dan Pelangi Indah.

Menurut Sekdis Parekraf, Pemerintah belum menetapkan standar pengelolaan hotel

dan restoran karena di Alor tidak ada kantor perwakilan PHRI dan ASITA yang melakukan

pembinaan. Selain itu, dengan kondisi perekonomian masyarakat, penetapan standar ini dapat

menimbulkan kesan ‗memaksa‘ yang justru dapat memberi image negatif pada Pemerintah.

Pihak Pengelola hotel pun belum memahami arti penting hospitality dalam

memberikan pelayanan yang baik kepada tamu. Hal ini terlihat saat tamu datang dan

menginap di hotel. Namun pihak Hotel berupaya memenuhi kebutuhan tamu sesuai dengan

kemampuan mereka. Hotel di Pulau Kepa memiliki kultur yang berbeda dengan Hotel di

Kabupaten Alor karena dikelola oleh suami istri asal Perancis, Mr. Cedrik dan Mrs. Anne.

Pengelolaannya pun sangat memperhatikan aspek lingkungan.

Gambar-4

Hotel Nusa Kenari Indah di Kabupaten

Alor

Gambar-5

Hotel di Pulau Kepa

Sumber: Dokumentasi Pribadi

97 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

d. Komunikasi

Jaringan telekomunikasi yang tersedia hanya dari provider Telkomsel dan provider

lainnya, tidak dapat digunakan. Selain itu jaringan internet pun terbatas.

e. Fasilitas Kesehatan

Kualitas kesehatan masyarakat kabupaten Alor ditentukan oleh ketersediaan fasilitas

kesehatan publik yang dapat dijangkau dan dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Hingga

tahun 2011 di Kabupaten Alor terdapat 2 buah rumah sakit yang berada di kecamatan Teluk

Mutiara. Terdapat 70 Puskesmas dan Puskesmas pembantu. Berikut rincian fasilitas

kesehatan: Tenaga medis yang ada di Kabupaten Alor sangatlah terbatas, khususnya tenaga

Dokter. Ada 4 Kecamatan yang belum memiliki dokter (BPS Kabupaten Alor).

Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap proses pelayanan kesehatan bagi

masyarakat setempat. Untuk meningkatkan mutu pelayanan maka keberadaan bidan dan

perawat perlu dimaksimalkan mengingat keberadaannya yang tersebar hampir di seluruh

kecamatan.

Gambar-6

Rumah Sakit Umum Daerah Kalabahi

Sumber: Dokumentasi Pribadi

f. Bank dan ATM

Di Alor, terdapat 3 (tiga) perusahaan perbankan yakni Bank BRI, Bank NTT dan

Bank BNI dengan fasilitas Bank dan ATM.

g. Keamanan

Keamanan di daerah perbatasan merupakan hal yang sangat penting. Alor memiliki

sejumlah satuan unit pengamanan yang cukup beragam. Polisi dengan satuan Polisi Perairan,

98 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

dan TNI AL yang memiliki beberapa armada laut untuk mengamankan daerah Kepulauan

Alor baik dari ancaman di dalam maupun luar.

h. Souvenir

Di Alor terdapat Dekranasda yang mengakomodir kreativitas masyarakat lokal

membuat suvenir khas daerah antara lain tenun dan gelang. Meskipun tidak banyak, namun

Alor tetap menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya. Usaha suvenir ini

juga dilakukan oleh masyarakat di Kampung Tradisional Takpala.

Gambar-7

Usaha Tenun dan Suvenir di Kampung Tradisional Takpala

Sumber: Dokumentasi Pribadi

i. Restauran dan Rumah Makan

Sejumlah rumah makan dan restoran tersedia di Kota Kalabahi dan sekitarnya yang

menyediakan menu halal dengan harga relatif terjangkau.

Gambar-8

Restoran Mama

Sumber: Dokumentasi Pribadi

99 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

4. Focus Group Discussion (FGD)

FGD yang dilaksanakan tanggal 8 Oktober 2015 di Hotel Nusa Kenari Indah

merupakan inti kegiatan pengumpulan data di Alor. Baik narasumber maupun peserta sangat

antusias mengikuti acara dan menyampaikan pemikiran mereka. Berikut rangkuman pokok-

pokok hasil FGD :

a. FGD dibuka oleh Bapak Ahmad Maro, Asisten I Sekda Kabupaten Alor. Dalam

sambutannya beliau menyampaikan potensi pariwisata di Alor yang belum tereksplor dan

membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak untuk menyukseskannya. Selain itu, beliau

juga menghimbau agar peserta dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

b. FGD dihadiri oleh perwakilan dari Disparekraf, BPS, Dinas Perikanan dan Kelautan,

Bappeda, Polisi Perairan, PDAM, LSM Katulistiwa, Hotel Nur Fitria, Pers, Dekranasda,

Tour Guide dan Divers.

c. Hadir sebagai Narasumber, Ibu Euis Arnesah, Sekretaris Dinas Parekraf Kabupaten Alor

yang menyampaikan paparan mengenai Pengembangan Pariwisata Kabupaten Alor.

Sebelumnya, kami menyampaikan paparan pendahuluan terkait penelitian ini.

d. Diskusi:

1) Isu kedaulatan NKRI:

Menurut perwakilan dari Polisi Perairan, Alor sangat berpotensi di wisata bahari.

Sinergi dan tanggung jawab bersama untuk menjaga perairan dari ancaman pihak

luar sangat diperlukan. Namun hal ini terkendala oleh kurangnya armada patroli.

Masalah yang sering dihadapi adalah sistem penyuntikan dan pemboman ikan

sehingga terumbu karang hancur. Belum ada sosialisasi penanganan masalah ini.

2) Pengelolaan wisata bahari di Kabupaten Alor:

a) Menurut perwakilan dari LSM Kathulistiwa, belum ada baseline data dan

icon wisata Alor termasuk wisata bahari dan minat khusus lainnya. Spot

diving juga belum tereksplore dengan baik. Namun aktivitas pariwisata

yang dilakukan dapat juga merusak terumbu karang, oleh karena itu

sebelum mengembangkan suatu kawasan perlu dilakukan kajian. Selain

itu, koordinasi antar pemerintah wajib dilakukan.

100 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

b) Menurut perwakilan PDAM, kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten

Alor sudah tercukupi namun karena kekurangan pipa untuk distribusi air

maka pelayanan PDAM belum dapat menjangkau wilayah sekitar.

Infrastruktur di Alor juga kurang memadai. Dari sisi Kebijakan, perlu ada

pemetaan sehingga tidak ada miskomunikasi dengan instansi lain dan

koordinasi dapat berjalan dengan baik.

c) Di Alor belum ada perwakilan PHRI dan ASITA sehingga pengelolaan

hotel dan restoran belum terstandar dan mengandalkan fasilitas seadanya.

Perijinan hotel sangat sulit karena dari pusat (Jakarta). Selain itu ada

permintaan pembatasan ijin usaha asing di Alor.

d) Belum ada Tourism Information Centre dan tourist signs di obyek-obyek

wisata di Alor.

3) Carrying Capacity

Isu ini terkait dengan arah pariwisata Alor kedepannya apakah akan menjadi mass

tourism atau special interest tourism. Menjawab pertanyaan ini, semua peserta

secara implisit menginginkan Alor sebagai tujuan wisata minat khusus sehingga

kearifan lokal, budaya dan alam Alor dapat terjaga dan dimanfaatkan dengan baik.

Namun hal ini perlu dukungan pemerintah dan stakeholder terkait untuk

memberikan pelatihan wisata, bahasa Inggris, dll.

4) Pemberdayaan Masyarakat

a) Masyarakat Alor dapat berbahasa Indonesia dengan baik namun kesadaran

masyarakat mengenai pariwisata masih rendah dan masyarakat masih

fokus pada pemenuhan hidup sehari-hari. Masyarakat masih menjadi

penonton dalam event-event pariwisata di Alor dan belum banyak terlibat

langsung.

b) Masyarakat membuat tenun dengan menggunakan biota laut untuk

pewarnaannya. Masing-masing daerah memiliki kekhasan dalam motif

tenunnya. Selain tenun, masyarakat juga membuat anyaman.

c) Belum ada sosialisasi dan pelatihan untuk masyarakat karena alokasi dana

terbatas. Hal ini sangat disayangkan karena kreativitas masyarakat tidak

diakomodir.

101 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Gambar-8

Suasana FGD

Sumber: Dokumentasi Pribadi

D. SIMPULAN DAN SARAN

1. SIMPULAN:

Alor mempunyai potensi dikembangkan sebagai wisata bahari, namun mengalami

sejumlah kendala dalam pengelolaan pariwisata antara lain dari atraksi, aksesibilitas, dan

amenitas.

2. SARAN:

a) Amenitas untuk wisatawan yang berkunjung ke Alor seperti penginapan yang terstandar,

transportasi yang memadai, jaringan internet yang mudah didapat, pelayanan yang

berkualitas dan penataan kawasan wisata yang ada di Alor merupakan elemen-elemen

yang menjadi fokus pertama dalam pengembangan kepariwisataan di Alor.

b) Setelah amenitas terpenuhi selanjutnya dapat diarahkan pada promosi dan penguatan

jaringan pemasaran produk wisata Alor. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah visitor

management agar keberadaaan mereka tidak merusak lingkungan bahkan dapat

membantu kelestarian alam dan budaya Alor.

c) Masyarakat perlu diberikan pelatihan sadar wisata. Selain itu, personil hotel dan restoran

perlu dibekali pelatihan bagaimana standar pelayanan yang baik. Hal ini dapat dilakukan

oleh Pemkab Alor sendiri maupun bekerjasama dengan pemerintah pusat dengan

mendatangkan praktisi yang berpengalaman di bidangnya.

102 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

d) Pelatihan Bahasa Inggris juga harus diberikan terutama untuk masyarakat yang

berinteraksi langsung dengan wisatawan. Sosialisasi logo ―Pesona Indonesia‖ dan

―Wonderful Indonesia‖ juga dapat dilakukan untuk menarik minat pengunjung dan

wisatawan ke Alor. Logo-logo ini dapat dipasang di tempat-tempat yang mudah terlihat di

Alor dan sekitarnya.

Mentawai

Gambaran Umum Mentawai

1. Kondisi Geografis

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Propinsi

Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak diantara 0°55‘00‘‘ – 3°21‘00‘‘

Lintang Selatan dan 98°35‘00‘‘ – 100°32‘00‘‘ Bujur Timur dengan luas wilayah

sebesar 6.011,35 km2 dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis,

daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Propinsi Sumatera Barat

oleh laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan

berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat

Mentawai, serta sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulau-

pulau kecil sebanyak (93 buah). Keempat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau

Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Sesuai dengan peraturan Bupati

no 14 tahun 2013 (19 Februari 2013) Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10

kecamatan, 43 desa dan 341 dusun. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah sebagai

berikut :

Secara Administratif Wilayah, Kabupaten Kepulauan Mentawai sesuai dengan

Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2003, telah menetapkan Pemekaran Kecamatan,

dari 4 (empat) kecamatan sebelumnya menjadi 10 (sepuluh) kecamatan yaitu:

Di Pulau Siberut meliputi 5 (lima) kecamatan terdiri dari:

Kecamatan Siberut Barat

Kecamatan Siberut Utara

Kecamatan Siberut Tengah

Kecamatan Siberut Selatan

Kecamatan Siberut Barat Daya.

Di Pulau Sipora meliputi 2 (dua) kecamatan terdiri dari

Kecamatan Sipora Utara

103 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Kecamatan Sipora Selatan.

Di Pulau Pagai Utara meliputi 2 (dua) kecamatan terdiri dari

Kecamatan Pagai Utara

Kecamatan Sikakap.

Di Pulau Pagai Selatan meliputi 1 (Satu) kecamatan terdiri dari

Kecamatan Pagai Selatan

Kondisi geografis dan alam Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini sebagian

besar merupakan kawasan hutan. Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai

secara keseluruhan adalah 6.011,35 Km² atau 601.135 Ha. Total kawasan hutan

(terdiri dari hutan lebat, hutan sejenis, semak belukar) memiliki persentase

terbesar yaitu mencapai 80,45 % dari luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai

atau sebesar 498.980 hektar dan sebagian berpotensi sebagai lahan tidur, meliputi

456.300 hektar berupa hutan lebat (72,63%),42.680 hektar berupa semak belukar

(7,82%). Sementara itu komposisi luas lahan yang dimanfaatkan untuk

budidaya sektor pertanian adalah sebesar 86.501 hektar atau 16,36 persen dari total

luas wilayah, meliputi 740 hektar luas lahan untuk sawah ( 0,18% ), 133 hektar luas

lahan untuk tegalan (0,03%), 68.506 hektar luas lahan untuk kebun (12.57%), dan

17.124 hektar luas lahan untuk perkebunan (3.58%). Luas lahan untuk pemukiman

atau rumah hanya sebesar 3.096 hektar atau 0,72 % dari total luas wilayah.

Secara topografi, keadaan geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai

bervariasi antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, dimana rata-rata ketinggian

daerah seluruh ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter.

Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota di Tuapejat yang terletak di Kecamatan

Sipora Utara dengan jarak tempuh ke kota Padang sepanjang 153 km.Untuk mencapai

ibukota Propinsi Sumatera Barat ini harus ditempuh melalui jalan laut. Begitu pula

halnya transportasi dari masing-masing ibukota kecamatan ke kota Padang ataupun

ke ibukota Kabupaten juga harus ditempuh melalui jalur laut. Batas daerah

kabupaten kepulauan Mentawai berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kab. Nias Sumatera Utara

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kab. Pesisir Selatan

Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Padang Pariaman

Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

104 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2. Kondisi Administratif

Sejak tahun 2013 kabupaten kepulauan mentawai memiliki 10 kecamatan dan

43 desa serta 341 dusun, kesepuluh kecamatan tersebut merupakan hasil pemekaran

dari empat kecamatan lama, dengan penjelasan sebagai berikut kecamatan pagai utara

selatan mengalami pemekaran menjadi tiga kecamatan yaitu kecamatan Pagai Selatan,

Kecamatan Pagai Utara dan kecamatan Sikakap, Kecamatan Sipora menjadi dua

kecamatan yaitu sipora selatan dan sipora utara, Kecamatan Siberut selatan menjadi

tiga kecamatan yaitu Siberut selatan, Siberut barat daya, dan Siberut tengah untuk

Kecamatan Siberut Utara menjadi dua kecamatan yaitu siberut utara dan siberut barat.

total Jumlah penduduk di daerah perkotaan adalah sebesar 6.980 jiwa (9% dari

total penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai), daerahnya adalah Tuapejat dan

Muara Siberut.

Nama Kecamatan, luas wilayah per Kecamatan dan Jumlah Desa

No Kecamatan Jumlah

Desa

Luas

(km2)

Luas Wilayah

Administrasi Terbangun

(Ha) % thd total (Ha) % thd total

1 Pagai selatan 4 901,08 90.108 15 304 0,34

2 Sikakap 3 278,45 27.845 5 453 1,63

3 Pagai Utara 3 342,02 34.202 6 171 0,50

4 Sipora Selatan 7 268,47 26.847 4 478 1,78

5 Sipora Utara 6 383,08 38.308 6 424 1,11

6 Siberut Selatan 5 508,33 50.833 8 326 0,64

7 Siberut Barat Daya 3 649,08 64.908 11 240 0,37

8 Siberut Tengah 3 739,87 73.987 12 142 0,19

9 Siberut Utara 6 816,11 81.611 14 414 0,51

10 Siberut Barat 3 1124,86 112.486 19 144 0,13

Jumlah 43 6.011,35 601.135 100 3.096 7,19

Sumber: Kabupaten Kepulauan Mentawai Dalam Angka, tahun 2014

105 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Mentawai

3. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawai menurut Kabupaten Dalam

angka 2014 yaitu pada tahun 2013 sebanyak 81.848 jiwa, yang terdiri dari 42.503

laki – laki dan 39,337 perempuan, Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2013 ini

terhitung sebanyak 18 jiwa/Km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan

Sikakap yakni 10.312 jiwa yg distribusinya sebesar 12,36% dari total penduduk

Kepulauan Mentawai sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan

Pagai Utara yakni 5.530 jiwa hanya menyumbang 6.67% dari total Penduduk

kepulauan Mentawai.

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Kepulauan Mentawa

2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2010 2011 2012 2013 2014

1 Pagai Selatan 8.782 8.888 9101 9.320 9.503 2.196 2.222 2.275 2.330 2.376 6,5% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 10 10 10 10 11

2 Sikakap 9.531 9.644 9875 10.112 10.312 2.383 2.411 2.469 2.528 2.578 9,4% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 34 35 35 36 37

3 Pagai Utara 5.514 5.274 5401 5.530 5.639 1.379 1.319 1.350 1.383 1.410 17,6% -4,4% 2,4% 2,4% 2,0% 16 15 16 16 16

4 Sipora Selatan 9.092 9.070 9288 9.511 9.698 2.273 2.268 2.322 2.378 2.425 -1,2% -0,2% 2,4% 2,4% 2,0% 34 34 35 35 36

5 Sipora Utara 9.092 9.511 9739 9.973 10.170 2.273 2.378 2.435 2.493 2.542 -1,2% 4,6% 2,4% 2,4% 2,0% 24 25 25 26 27

6 Siberut Selatan 8.446 8.546 8751 8.961 9.138 2.112 2.137 2.188 2.240 2.284 9,1% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 17 17 17 18 18

7 Siberut Barat Daya 6.069 6.141 6288 6.439 6.566 1.517 1.535 1.572 1.610 1.642 9,3% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 9 9 10 10 10

8 Siberut Tengah 6.069 6.144 6291 6.442 6.569 1.517 1.536 1.573 1.611 1.642 8,6% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 8 8 9 9 9

9 Siberut Utara 7.343 8.025 8218 8.415 8.581 1.836 2.006 2.054 2.104 2.145 -8,5% 9,3% 2,4% 2,4% 2,0% 9 10 10 10 11

10 Siberut Barat 6.733 6.813 6977 7.144 7.285 1.683 1.703 1.744 1.786 1.821 -13,9% 1,2% 2,4% 2,4% 2,0% 6 6 6 6 6

76.671 78.056 79.929 81.848 83.461 19.168 19.514 19.982 20.462 20.865 36% 16% 24% 24% 20% 17 17 17 18 18

Kepadatan (jiwa/Km2)

Tahun

Jumlah

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan

Tahun Tahun Tahun

Sumber : Kecamatan dalam Angka Kab. Kepulauan Mentawai 2014

106 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

4. Kondisi Perekonomian

Berdasarkan pengelompokan lapangan usaha, Sektor Tersier (meliputi sektor

perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real

estate dan jasa perusahaan serta jasa-jasa) memiliki rata-rata laju pertumbuhan tahun

2009-2013 paling tinggi yakni sebesar 6,07% per tahun, Trend laju pertumbuhan

sektor tersier berfluktuasi. Sementara sektor sekunder (meliputi industri pengolahan,

listrik, air dan gas serta bangunan) dan primer (meliputi pertanian dan penggalian)

mengalami laju pertumbuhan masing-masing sebesar 3,73% dan 4,48% per tahun.

Laju pertumbuhan sektor sekunder memperlihatkan kecenderungan penurunaan,

sebaliknya trend laju pertumbuhan sektor primer mengalami peningkatan.

LajuPertumbuhanEkonomiPer kelompok Lapangan Usaha(%),Tahun 2009-2013

Sumber : Diolah dari data Kabupaten dalam angka tahun 2013

PDRB Kabupaten Kepulauan Mentawai Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Jutaan

Rupiah)

Sumber : Diolah dari data Kabupaten dalam angka tahun 2013

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pertanian 274.694,39 287.603,69 301.590,45 315.622,47 331.758,03 302.253,81

2 Pertambangan & Penggalian 1.978,98 2.080,08 2.189,22 2.313,06 2.444,94 2.201,26

3 Industri Pengolahan 44.201,05 45.313,30 46.491,44 47.664,60 48.880,05 46.510,09

4 Listrik dan Air Bersih 626,36 656,40 695,75 748,59 831,62 711,74

5 Bangunan 13.360,38 14.398,62 15.478,51 16.560,29 17.643,97 15.488,35

6 Perdag, Hotel dan Restoran 112.928,88 117.773,60 122.938,73 131.529,71 140.746,01 125.183,39

7 Pengangkutan dan Komunikasi 30.996,71 33.537,33 36.193,59 38.569,36 41.105,18 36.080,43

8 Keuangan Jasa Bangunan dan Jasa Perusahaan 5.561,07 5.925,21 6.359,30 6.837,34 7.214,66 6.379,52

9 Jasa-jasa 25.048,51 26.944,11 28.599,50 30.126,15 31.854,62 28.514,58

Jumlah 509.396,33 534.232,34 560.536,49 589.971,57 622.479,08 563.323,16

107 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Tabel Peta Perekonomian Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2014

No D e s k r i p s i Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 509.396 560.536 589.971 - -

2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 19,060.000 20,900.000 23,370.000 - -

-- 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) - 4,94 5,25 - -

Sumber : Profil Daerah Kabupaten Mentawai Tahun 2012 – 2013

Secara nyata, pertumbuhan ekonomi per kapita penduduk yang tertinggi di

tahun 2012 yaitu sebesar 4,53% atau terjadi peningkatan dari Rp. 7,19 juta di tahun

2011 menjadi Rp. 7,51 juta di tahun 2012. Cukup tingginya peningkatan PDRB per

kapita atas dasar harga konstan ini tidak terlepas dari meningkatnya rata-rata

pendapatan masyarakat pasca gempa tahun 2010. Berbagai bantuan baik secara

langsung maupun tidak langsung diterima oleh masyarakat dalam hal bantuan

pembangunan rumah. Bantuan tersebut berupa bantuan bagi korban gempa yang

mengalami kerusakan rumah parah atau menengah.

Berdasarkan tabel diatas dapat dikemukakan juga bahwa pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai tahun 2011 dan 2012 telah relatif lebih

baik dan mengalami masa ―recovery‖ pasca Tsunami tahun 2010. Kondisi ini tidak

terlepas dari kerjasama pemerintah, bersama masyarakat dan dunia usaha sehingga

pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kepulauan Mentawai tumbuh sebesar 4,94 persen dan ditahun 2012

kembali tumbuh hingga dapat mencapai 5,25 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun

terakhir ini merupakan pertumbuhan ekonomi tertinggi selama satu dasawarsa

terakhir.

5. Pola Ruang

Dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola

ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif

wilayah, dan kebutuhan ruang untuk masa mendatang, maka dapat dirumuskan

rencana pola ruang untuk Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagaimana dipaparkan

di bawah ini :

Kawasan Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan

108 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

sumberdaya buatan. Pengelolaan kawasan lindung secara baik dan benar, dapat

megurangi tingkat bahaya bencana alam yang ditimbulkan seperti banjir, longsor,

pendangkalan waduk, kekeringan, dan sebagainya. Selain bencana alam kerusakan

kawasan lindung juga menimbulkan bencana sosial akibat hilangnya aset hidup yang

seharusnya diperoleh masyarakat. Untuk pola ruang kawasan lindung dibedakan

antara kawasan lindung berdasarkan status dan karena faktor kelerengan, ketinggian,

sempadan dan kerawanan terhadap berbagai bencana alam maupun geologi.

kawasan lindung di Kabupaten Kepulauan Mentawai ditetapkan seluas 21.529

ha atau 3.58% dari keseluruhan kawasan di Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Keseluruhan kawasan lindung yang ditetapkan di Kabupaten Kepulauan Mentawai di

atas, dibagi menjadi beberapa bentuk perlindungan, yaitu :

Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap kawasan Bawahannya

Yang termasuk dalam kawasan ini adalah sebagai berikut :

Kawasan Hutan Lindung

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Kepulauan Mentawai ditetapkan seluas

5.784 ha, yang tersebar antara lain di Kecamatan Siberut Utara (1.171 ha), Siberut

Barat (775 ha), Siberut Selatan (1.152 ha), Siberut Tengah (1.488 ha) dan Siberut

Barat Daya 1.199 Ha.

Kawasan Resapan Air

Rencana untuk kawasan resapan air di Kabupaten Kepulauan Mentawai

diarahkan pada kawasan-kawasan yang berfungsi sebagai penyangga kawasan

bawahannya sehingga dapat menjaga fungsi hidrologis, melindungi bahaya erosi,

longsor dan untuk fungsi kelestarian lingkungan. Alokasi lahan yang difungsikan

sebagai kawasan resapan air diarahkan di sekitar Taman Nasional yaitu di Kecamatan

Siberut Tengah yang membatasi kawasan lindung dan budidaya.

Kawasan perlindungan setempat

Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang memberikan

perlindungan terhadap kawasan-kawasan khusus setempat seperti sungai, danau dan

pantai. Kawasan ini ditetapkan seluas 3.657 ha. Pengelolaan kawasan perlindungan

setempat diuraikan di bawah:

Garis Sempadan Sungai

Garis sempadan sungai, berdasarkan pengertian sebagaimana diuraikan dalam

PP No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai,

ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan.

109 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdapat 17 sungai, yaitu Sungai Taikako,

Silabu, Makalo, Saumanganyak, Talopulai, Saureinuk, Pogari, Berimanua,

Betumonga, Sikabaluan, Simalegi, Simatalu, Beresigep, Siberut, Saibi, Taileleu dan

Sagulubbek. Di areal sepanjang sempadan sungai ini harus ditetapkan sebagai

kawasan lindung, sehingga kelestarian sungai sebagai sebuah DAS dapat terjaga.

Tujuan pengelolaan kawasan sempadan sungai adalah untuk mencegah

timbulnya kerusakan lingkungan hidup dan melestarikan fungsi kawasan lindung serta

mencegah terjadinya pendangkalan sungai. Langkah yang harus ditempuh adalah

menjaga sempadan sungai dari kegiatan manusia yang dapat merusak kualitas air dan

kondisi fisik sekitar pinggiran sungai.

Sempadan Pantai

Kriteria kawasan sempadan pantai adalah sebagai berikut; Kriteria kawasan

lindung untuk sempadan pantai yaitu daratan sepanjang tepian yang lebarnya

proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik

pasang tertinggi ke arah darat.

Di seluruh Kabupaten Kepulauan Mentawai terdapat pantai sepanjang 1.402,7

km, yang tersebar dalam 256 pulau. Seluruh kawasan sepanjang ini harus ditetapkan

sebagai kawasan lindung, baik kawasan yang berupa hutan bakau maupun kawasan

pantai berpasir. Tujuan penetapan kawasan sempadan pantai sebagai kawasan lindung

adalah untuk meminimalisir terjadinya abrasi pantai serta untuk melindungi kawasan

pantai dari bahaya tsunami. Langkah yang harus ditempuh adalah dengan menjaga

eksitensi seluruh hutan mangrove yang ada serta membangun tanggul-tanggul

pemecah gelombang pada kawasan pantai berpasir yang rawan abrasi.

Kawasan Sekitar Mata Air

Jenis kawasan lindung (mata air) di Kabupaten Kepulauan Mentawai

umumnya terdapat di pulau-pulau kecil, pada saat ini yang dapat dikenali adalah

sumber mata air terdapat di Pulau Pitojat yaitu di perairan Barat Kecamatan Sipora

Utara serta di Pulau Nyang Nyang Kecamatan Siberut Barat Daya.

Keberadaan sumber mata air tersebut saat ini merupakan salah satu objek

wisata di Kabupaten Kepulauan Mentawai. Untuk menjaga kelestariannya maka

disekitar mata air tersebut direncanakan untuk diberi perlindungan (preservasi) dari

berbagai kegiatan penduduk yang dapat mengganggu kerusakan lingkungan di

sekitarnya, kawasan perlindungan di sekitar mata air sekurang-kurangnya berdiameter

400 meter di sekitar mata air.

110 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Kawasan Terbuka Hijau dan Taman Kota

Jenis kawasan lindung setempat berupa kawasan terbuka hijau dan taman kota

di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada saat ini masih memanfaatkan kawasan

terbuka hijau alami. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang subur dengan pola

vegetasi dan beraneka ragam jenis tanaman mulai dari jenis rumput-rumputan hingga

jenis tanaman keras, sudah melebihi kebutuhan untuk ruang terbuka hijau, namun

demikian untuk taman kota masih belum memiliki taman yang tertata. Sehingga

kebutuhannya perlu dialokasikan keberadaannya.

Kawasan Pelestarian Alam

Taman Nasional

Yang termasuk dalam kawasan pelestarian alam di Kabupaten Kepulauan

Mentawai adalah Taman Nasional Siberut dengan luas 168.986 ha dan Suaka

Margasatwa Pagai Selatan dengan luas 5.627 ha.

Sasaran yang ditetapkan dalam pengembangan kawasan pelestarian alam

adalah meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air dan iklim serta menjaga

keanekaragaman hayati, biota, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam bagi

kepentingan plasma nutfah. Secara keseluruhan luas kawasan suaka alam di

Kabupaten Kepulauan Mentawai ditetapkan seluas 109.500 ha.

Taman Wisata Alam

Rencana pengembangan wisata alam di Kabupaten Kepulauan Mentawai

ditujukan pada kawasan Taman Nasional. Taman Nasional selain difungsikan sebagai

perlindungan terhadap plasma nutfah, juga berpotensi guna utuk pengembangan

wisata alam. Keindahan alam yang terkandung di dalam Taman Nasional Siberut

dapat dikembangkan untuk pengembangan ekowisata sekaligus sebagai hutan

penelitian.

Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana merupakan kawasan-kawasan yang diindikasikan

menyimpan potensi bahaya, khususnya bersumber dari fenomena alam. Pada

kawasan ini perlu dilindungi dengan membuat buffer zone, sehingga bahaya yang ada

tidak langsung bersinggungan dengan masyarakat. Kawasan bencana alam yang ada

di Kabupaten Kepulauan Mentawai antara lain :

111 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Rawan Longsor, dijumpai pada daerah dengan kemiringan lereng 25 % keatas,

lokasi tersebut terdapat di sekitar Pulau Sipora, Tuapejat dan sekitar Pulau

Siberut.

Rawan banjir dan Genangan terdapat di seluruh kecamatan, pada umumnya

mempunyai drainase kurang baik dan daerah dengan ketinggian rendah diatas

permukaan laut

Rawan Gempa, beberapa jenis rawan gempa yang berpeluang terjadi.

Gempa Bumi, untuk posisi Pulau Sipora berada pada mintakat gempa

tektonik yang memanjang ke barat laut- tenggara di bagian Barat

Sumatera.

Abrasi dan Tsunami berpeluang di seluruh Kabupaten Kepulauan

Mentawai.

Hadirnya lumpur gunung berapi di Pulau Siruamata di Bagian Selatan Pulau

Sipora, merupakan bukti bahwa tektonik/dinamika bumi di daerah ini masih

berlangsung.

Kawasan Lindung Lainnya

Kawasan lindung lainnya adalah jenis kawasan yang diindikasikan perlu untuk

dilindungi karena berbagai kepentingan, jenis kawasan lindung ini meliputi antara

lain; taman buru, cagar biosfer, perlindungan plasma nutfah, pengungsian satwa,

pantai berhutan bakau dan sebagainya.

Jenis-jenis kawasan seperti di atas di Kabupaten Kepulauan Mentawai

umumnya tersedia, keberadaan Taman Nasional dapat berfungsi dan berperan dari

sebagian kriteria kawasan di atas, seperti cagar biosfer, sebagai perlindungan plasma

nutfah dan pengungsian satwa. Sementara taman buru direncanakan tersebar di tiap

kecamatan dengan tanpa mengganggu fungsi-fungsi yang dilindungi baik flora

maupun paunanya. Termasuk perlindungan terhadap hutan bakau yang hampir

tersebar di perairan Kabupaten Kepulauan Mentawai, pelestarian hutan bakau

ditujukan untuk kepentingan penelitian dan berfungsi sebagai buffer zone penahan

angin laut.

Secara keseluruhan luas kawasan lindung, baik kawasan yang memberikan

perlindungan bawahannya, perlindungan setempat , suaka alam, pelestarian

lingkungan, kawasan rawan bencana serta fungsi lindung lainnya dialokasikan sekitar

205.078 Ha yang tersebar di seluruh kecamatan,

112 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya adalah kawasan yang diperuntukan bagi penduduk untuk

melakukan kegiatan baik permukiman, usaha dan sebagainya. Jenis kawasan budidaya

secara garis besar terbagi 2 (dua) bagian yaitu; Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK)

dan Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK).

Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK)

Kawasan budidaya kehutanan terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu hutan

produksi dan hutan produksi konversi. Berdasarkan RTRW tahun 2005-2015 luas

yang dialokasikan untuk hutan produksi di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi

areal seluas 266.251,00 Ha, lokasi kawasan ini tersebar di seluruh Kabupaten

Kepulauan Mentawai, diantaranya di Kepulauan Pagai Utara Selatan seluas

110.345,14 Ha, Kepulauan Sipora 3.915,71 Ha dan Kepulauan Siberut seluas

151.990,15 Ha.

Sedangkan hutan produksi konversi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, saat

ini memiliki luas areal 35.540 Ha, sebagian besar tersebar di Pulau Siberut. Selain

difungsikan sebagai kawasan perlindungan setempat juga sebagian dikonversi

menjadi lahan perkebunan, guna mengganti/mengantisipasi kegiatan penduduk yang

ada di kawasan lindung seperti di kawasan taman nasional.

Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK)

Kawasan budidaya non kehutanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri

dari kawasan pertanian, kawasan perkebunan, kawasan perikanan, kawasan

pariwisata, kawasan permukiman dan kawasan industri.

Berdasarkan fakta sejarah bahwa sejak ratusan tahun yang lalu, Kepulauan

Mentawai terpisah dari pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Benua Asia yang

sebelumnya merupakan satu daratan, dan mengakibatkan Kepulauan Mentawai

membentuk pulau-pulau yang hingga saat ini masih asli, baik flora dan faunanya yang

khas, dimana keadzaman. tersebut masih terpelihara dari perubahan-perubahan

evolusiPenduduk asli Kepulauan Mentawai telah menetap beberapa ratus tahun yang

lalu, yang merupakan suku bangsa yang kuno dengan adat istiadat yang pernah ada

dan umum terdapat di Indonesia, adat istiadat tersebut tetap dipertahankan sampai saat

ini. Adat istiadat masih bertahan sampai saat ini dan disisi lain masyarakat masih

sangat konsisten dengan adat istiadat tersebut. Adat istiadat tersebut merupakan

potensi wisata yang dapat dijadikan sebagai objek wisata budaya. Untuk mewujudkan

113 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

hal tersebut beberapa upaya yang harus dilakukan untuk menjadikan adat istiadat

tersebut menjadi komoditi pariwisata.

Objek Wisata, Lokasi dan Potensi di Kabupaten Kepulauan Mentawai

No Objek Wisata Desa Kecamatan Potensial

1 Lobajau Labuan Bajau Siberut Utara Bahari, Panorama,

Flora&Fauna

2 Teluk Pokai Pokai Siberut Utara Flora, Bahari

3 Simatalu

Lubaga Simatalu Siberut Barat Budaya

4 Teluk Sarabua Saliguma Siberut Tengah Flora & Fauna,

Bahari

5 Muntei Muntei Siberut Selatan Budaya

6 Mas ilok Katurei Siberut Barat

Daya

Panorama Alam,

Bahari

7 Tanjung

Malilimok Katurei

Siberut Barat

Daya

Panorama Alam,

Bahari, Budaya

8 Pulau Botik Katurei Siberut Barat

Daya Bahari

9 Pulau Karang

Bajat Katurei

Siberut Barat

Daya

Bahari, Panorama

A lam

10

Pulau Nyang-

Nyang

Katurei

Siberut Barat

Daya

Bahari, Sumber

Mata Air

11 Pulau Mainuk Katurei Siberut Barat

Daya Bahari

12 Pulau Roniki Katurei Siberut Barat

Daya

Panorama Alam,

Bahari

13 Madobag Madobag Siberut Barat

Daya Bahari

14 Mapadegat Mapadegat Sipora Utara Bahari

15 Pulau Awera Tuapejat Sipora Utara Bahari

16 Pulau Pitojat Berimanua Sipora Utara Sumber Mata Air,

Panorama Alam

17 Pulau

Siruamata Berimanua Sipora Utara Bahari

18 Katiet Katiet Sipora Selatan Bahari

19 Ombak Silabu Silabu Pagai Utara Bahari

20 Ombak Sibigau Sibigau Pagai Selatan Bahari

21 Tanjung Sinaka Sinaka Pagai Selatan Bahari, Panorama

Alam

Sumber : Dinas Pariwis ata Kabupaten Kepulauan Mentawai

114 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Kawasan Permukiman

kawasan permukiman dibedakan menjadi kawasan permukiman berciri urban

(Perkotaan) dan yang berciri rural (Perdesaan). Pada umumnya kawasan permukiman

berciri urban adalah ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan, dan diluar pusat

kegiatan tersebut umumnya merupakan kawasan perdesaan. Baik kawasan

permukiman perkotaan maupun perdesaan pada umumnya bertumbuh dengan pola

yang relatif sama, yaitu mengikuti perkembangan pembangunan jalan. Polalinier

seperti tersebut pada masa mendatang akan menimbulkan persoalan, setidak-tidaknya

menyebabkan kemacetan dan kekumuhan. Oleh karena itu untuk pusat-pusat kegiatan

dikembangkan pola permukiman yang tidak linier, namun sudah mengarah pada pola

grid (papan catur), yang menjamin mengalirnya pergerakan lalu lintas serta

terbangunnya pola ruang perkotaan yang lebih berimbang.

Berdasarkan rencana pola ruang sektoral di atas, maka rencana pola ruang

Kabupaten Kepulauan Mentawai secara keseluruhan dapat dilihat pada Peta 2.4 di

bawah ini.

115 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai

Pariwisata Pesisir Mentawai

1. Daya Tarik Utama Pariwisata Mentawai

Sebagai daerah kepulauan, Mentawai terdiri dari 4 kelompok pulau besar

yaitu Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara dan Pulau Pagai Selatan.

Karakter geografis Mentawai tersebut yang menjadikannya mempunyai potensi

sangat besar dalam bidang wisata bahari. Surfing atau selancar merupakan potensi

wisata bahari terbesar di Mentawai. Pada keseluruhan daerah Kepulauan

Mentawai terdapat 73 spot (lokasi) surfing yang selalu dikunjungi wisatawan

terutama mancanegara.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai

Beberapa titik ombak yang mendunia di Mentawai

Sumber: seabournsurf.com

Wisata lainnya yang dapat ditemukan di Mentawai selain Surfing adalah

snorkling dan diving, juga wisata budaya yang masih kental dengan nuansa

masyarakat sederhana. Untuk masyarakat sederhana hanya dapat ditemui di

beberapa pulau saja, terutama di pulau terbesar, yakni Pulau Siberut. Beberapa

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

titik snorkiling dan diving dapat di temui di sekitar peraiiran mentawai, namun

alam laut yang ditemui di mentawai tidak menjadi daya tarik utama wisatawan

yang datang berkunjung ke Mentawai.

2. Amenitas dan Aksesibilitas

Sebagai daerah kepualauan transportasi dan infrakstruktur menjadi salah

satu hal yang harus dibenahi di Mentawai. Kondisi infrastruktur seperti jalan

penghubung antar daerah (kecamatan) menjadi hal yang paling banyak dikeluhkan

oleh masyarakat Mentawai. Kondisi jalan yang belum semuanya layak dan baik

membuat pergerakan sosial masyarakat membutuhkan biaya yang lebih mahal.

Misalnya untuk mencapai daerah lain yang masih dalam satu pulau (contoh dari

Tuapejat menuju Katiet) harus ditempuh dengan speedboat melaui jalur laut

karena jalan darat sangat sulit untuk dilalui. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya

yang lebih mahal karena harus menyewa speedboat. Kesulitan pengembangan

jalur darat diantaranya daratan wilayah Mentawai yang masih banyak berupa

hutan lindung sehingga tidak dapat dibuka dengan alasan pelestarian. Hal tersebut

sebenarnya membawa keuntungan tersendiri untuk membatasi pembukaan lahan

untuk bangunan sehingga keaslian alam wialayah Mentawai masih terjaga.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Fastboat yang menyediakan penyebrangan Padang-Tuapejat

Dari aspek amenitas, karena aksesibilitas yang masih belum baik

menyebabkan belum banyak amenitas untuk mendukung aktivitas pariwisata

seperti hotel. Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan peran

masyarakat yang menjadikan tempat tinggak mereka sebagai ―homestay‖ bagi

para wisatawan yang membutuhkan jasa akomodasi.

3. Sumbangan Terhadap PAD Pariwisata

Sektor pariwisata diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Kepulauan

Mentawai. permasalahan selama ini, pendapatan daerah dari sektor pariwisata

hanya diperoleh dari pajak restoran dan jasa akomodasi (resort). Surfing atau

selancar diharapkan menjadi ―tambang emas‖ bagi pariwisata Mentawai.

Pengelolaan daya tarik surfing di Mentawai selama ini belum terlaksana dengan

baik. Mentawai belum mendapat manfaat ekonomi langsung secara maksimal dari

aktivitas surfing yang dilakukan para wisatawan. Sebagaian besar wisatawan yang

melakukan aktivitas surfing di Mentawai menyewa kapal pesiar dari Kota Padang.

Kemudian melakukan aktivitas surfing tanpa perlu bersandar ke pulau-pulau yang

berdekatan dengan spot untuk surfing. Hal ini tentu merugikan karena manfaat

ekonominya hanya dirasakan oleh penyedia jasa kapal pesiar, sedangkan

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

pemerintah daerah sebagai pemilik spot-spot tersebut tidak merasakan

manfaatnya. Untuk mengantisipasi hal terebut, pemerintah Kabupaten Kepulauan

Mentawai melalui Dinas Pariwisata sedang menyusun Peraturan Daerah (Perda)

tentang kepariwisataan. Dalam perda terebut akan diatur bagaimana aktivitas

surfing tersebut dapat memberikan manfaat ekonomi bagi PAD Mentawai melalui

mekanisme retribusi.

Surfing Sebagai Identitas Mentawai

1. Spot Surfing

Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat yang memiliki laut

seluas 30.018,43 kilometer persegi menawarkan 72 titik selancar. Olahraga ini

disebut sebagai andalan destinasi wisata daerah tersebut. Tiga di antaranya masuk

dalam 10 besar ombak terbaik di dunia. 72 titik selancar itu tersebar di perairan

Pagai Selatan, Pagai Utara, Siberut, dan Sipora. Sementara yang terbaik adalah

ombak Lance's Righ di Katiet (Sipora Selatan), Makaronis (Pagai utara) dan

Siberut.

Meski di daerah yang memiliki garis pantai sepanjang 1.402,7 kilometer itu rawan

bencana, namun para wisatawan asing yang memiliki minat khusus berselancar

tidak terpengaruh. Dari kunjungan wisatawan asing, 80 persen di antaranya adalah

tamu untuk berselancar.

Selain selancar, Kepulauan Mentawai juga menawarkan 40 spot

penyelaman dan 43 titik wisata memancing. Lokasi andalan untuk para penyelam

terdapat di Pulau Setan (Pulau Batutongga) di Sipora Utara.

2. Pengelolaan Surfing

Permasalahan lain adalah aktivitas wisata yang harus memperhatikan

kelestarian lingkungan (sustainable tourism). Sebagai salah satu surga wisata

bahari di Indonesia, Mentawai menyajikan keindahan pesona laut yang luar biasa.

Selain spot surfing, daya tarik lain adalah keindahan terumbu karang yang bisa

dinikmati dengan aktivitas diving atau snorkling. Banyaknya kapal pesiar yang

bersandar di lokasi surfing dikhawatirkan dapat merusak terumbu karang karena

peletakan jangkar yang tidak memperhatikan yang dapat merusak terumbu karang.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Untuk setiap spot harus dipasang mooring buoy supaya dapat miminimalisir

kerusakan ekosistem terumbu karang.

Mooring buoy menjadi salah satu alternatif mengurangi dampak terumbu

karang selain transplantasi terumbu karang. Mooring buoy merupakan pelampung

(buoy) yang ditambatkan pada dasar perairan. Pelampung dihubungkan pada

pemberat (konkrit) dengan menggunakan tali tambang. Tujuannya, sebagai

penanda titik tertentu di perairan dan menambatkan kapal, boat, dan perahu agar

tidak merusak terumbu karang karena penggunaan jangkar. Pemasangan mooring

buoy tentunya memerlukan biaya yang besar, mengingat banyaknya spot surfing

di kepulauan mentawai, sehingga pelaksanaannya memerlukan koordinasi yang

baik antar dinas yang berkepentingan.

Sebagai tuan rumah yang baik seharusnya Pemerintah Daerah Mentawai

dapat menjamin keamanan wisatawan yang melakukan aktivitas surfing. Kendala

terbesar adalah terbatasnya jumlah personel pengamanan yang terdiri dari unsur

Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan, POLAIR dan POSAL. Selain

minimnya jumlah personel, kurangnya sarana patrol juga menjadi salah satu

kendala dalam pelaksanaan pengamanan daerah perairan Kep. Mentawai. Sebagai

contoh, POSAL Tuapejat sebagai salah satu elemen dalam menjaga keamanan

perariran Mentawai tidak dilengkapi dengan sarana patroli seperti speedboat.

Padahal idealnya untuk patroli di wilayah Tuapejat saja POSAL membutuhkan 2

unit speedboat dengan kapasitas 40 PK.

3. Carrying Capacity

Sebagai sebuah aktivitas wisata minat khusus, surfing membutuhkan

kenyamanan tersendiri dibanding aktivitas wisata yang lebih bersifat mass

tourism. Untuk itu perlu diatur mengenai kuota wisman yang melakukan aktivitas

surfing pada suatu spot. Hal tersebut untuk mengantisipasi waktu menunggu yang

terlalu lama sehingga dapat menimbulkan konflik antar wisatawan. Jumlah antrian

yang terlalu banyak pada satu spot juga berpotensi merusak ekosistem bawah laut

di spot tersebut karena akan lebih banyaknya kapal yang bersandar. Tidak hanya

berkaitan dengan aktivitas surfing, substansi dari carrying capacity dalam

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

pengelolaan kepariwisataan Mentawai berkaitan dengan pengelolaan secara umum

dan proyeksi ke depan pengeolaan pariwisata di Mentawai.

Strategi yang harus dikembangkan adalah bagaimana Mentawai

mendapatkan manfaat ekonomi yang besar dari pariwisata, tetapi kelestarian alam

dan budaya lokal tetap terjaga. Pengembangan pariwisata Mentawai lebih

mengedepankan eksklusif tourism ketimbang mass tourism (wisata massal).

Eksklusif tourism tidak semata mendatangkan banyak orang ke Mentawai tetapi

lebih menekankan pada sedikit orang dengan kualitas pengeluaran yang besar.

Pembangunan amenitas seperti hotel dan restoran juga harus dibatasi, karena

semakin banyak bangunan maka tanah akan semakin sempit. Mass tourism juga

dapat membawa dampak negatif dari sisi sosial budaya.

4. Analisis SWOT

Ada beberapa isu utama yang melingkupi permasalahan pengembangan

pariwisata di Mentawai, di antaranya Pemerintah Daerah yang mengharapkan

pengembangan wisata minat khusus, bukan mass tourism seperti yang

dikembangan di daerah lainnya. Kedua, kekhawatiran rusaknya ekosistem hutan

dan laut akibat pembangunan pariwisata yang tidak terkendali. Ketiga, minimnya

pilihan dan ketersediaan transportasi penyeberangan dari Padang ke Mentawai.

Dengan melihat isu yang ada, melalui metode SWOT penggalian masalah

dan pengidentifikasi kelemahan diuraikan, tidak luput pula penjabaran kelebihan

dan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh stakeholder, berikut analisisnya:

Strengths Weaknesses

• Ombak level Internasional

• Spot Surfing yang tersebar hampir di

seluruh wilayah

• Pantai perawan yang alami

• Kearifan lokal yang tetap terjaga

• Pembentukan Perda yang menangani

khusus tentang Surfing

• Keterbatasan Transportasi

• Rendahnya kesadaran wisata pada

mayoritas masyarakat

• Minimnya keterlibatan masyarakat

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Oportunities Threats

• Belum ada penanganan surfing di

Indonesia yang lebih serius daripada

Mentawai

• Ombak yang mendapat pengakuan

Internasional

• Kurangnya kontrol administrasi

wisman

• Pengelola jasa & penginapan milik

asing

• Mass tourim merusak ekosistem laut

Analisis SWOT yang dihasilkan adalah:

Perlu adanya regulasi yang mengatur kegiatan Surfing di Mentawai

Segala bentuk perusakan alam akan menghancurkan kegiatan kepariwisataan di

Mentawai (carrying capacity)

Mentawai sebagai leading wisata minat khusus (surfing) di Indonesia

Kurangnya keterlibatan masyrakat akan menimbulkan kecemburuan sosial

Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a) Sebagai salah satu daerah kepulauan di Indonesia, Kep. Mentawai mempunyai

potensi untuk dikembangkan menjadi daerah tujuan wisata. Daya tarik wisata

utama Mentawai sebagai daerah pesisir dan pulau-pulau kecil (P3K) adalah

aktivitas selancar atau surfing.

b) Berbeda dengan beberapa daerah di Indonesia seperti Bali, pengelolaan

aktivitas surfing di Mentawai dikelola oleh pemerintah daerah setempat. Hal

ini disebabkan karena surfing diproyeksikan memberikan sumbangan besar

terhadap PAD Mentawai sehingga pengelolaannya harus dilaksanakan oleh

pemerintah daerah.

c) Pengembangan kepariwisataan di Mentawai harus di dorong untuk menjadi

responsible tourism atau quality tourism. Mass tourism cenderung

mementingkan jumlah wisman yang berkunjung tanpa memperhitungkan

kualitasnya spending dan kelestarian lingkungan. Mentawai tidak harus

menjadikan destinasi lain di Indonesia seperti Bali sebagai best practice, tetapi

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

dapat mengembangkan pariwisata Mentawai sesuai dengan karakteristik dan

kebutuhan daerahnya.

d) Untuk mengembangkan kepariwisataan Mentawai dengan pendekatan quality

tourism, perlu dilakukan kajian akademis yang komprhensif. Kajian tersebut

dapat melibatkan pemerintah daerah mentawai dan kalangan akademisi. Kajian

akademis yang komprehensif bisa menjadi dasar yang bagi penyusunan

kebijakan yang berkaitan dengan kepariwisataan Mentawai.

e) Sebagai langkah awal pengembangan pariwisata Mentawai, Pemerintah

Kabupaten Mentawai telah menyusun peraturan daerah tentang kepariwisataan

Mentawai. beberapa hal yang diatur dalam perda berkaitan dengan pengelolaan

aktivitas surfing.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Lampiran Foto:

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

GAMBARAN UMUM KEPULAUAN KARIMUNJAWA

INFORMASI UMUM

Taman Nasional Karimunjawa merupakan gugusan 27 buah pulau yang memiliki tipe

ekosistem hutan hujan dataran rendah, padang lamun, algae, hutan pantai, hutan

mangrove, dan terumbu karang. Lokasi kepualauan Karimunjawa sekitar 45 mil laut atau

sekitar 83 kilometer dari kota Jepara.

Keanekaragaman satwa darat di taman nasional ini tidak terlalu tinggi dibandingkan

dengan satwa perairan. Satwa darat yang umum dijumpai antara lain rusa , kera ekor

panjang , 40 jenis burung seperti pergam hijau (Duculaaenea), elang laut perut putih

(satwa yang terancam punah) , trocokan/merbah cerukcuk (Pycnonotusgoiavier), betet

(Psittaculaalexandri), penyu sisik (Eretmochelysimbricata), penyu hijau (Cheloniamydas),

danu laredhor.

Nama Karimunjawa berasal dari zaman Sunan Muria yaitu salah satu tokoh penyebar

Agama Islam. Sunan Muria melihat pulau-pulau di Karimunjawa sangat samar dari

PulauJawa (kremun-kremun soko jowo). Peninggalan-peninggalan Sunan Nyamplungan

/Amir Hasan (anak dari Sunan Muria) seperti ikan lele (Clariasmeladerma) tanpa patil,

makam Nyamplungan, kayu dewodaru, kayu sentigi, kayu kalimosodo, kayu

danularedhor, dikeramatkan oleh penduduk Karimunjawa bahkan ada mitos setempat

yang mengatakan apabila salah satu dari kayu-kayu tersebut dibawa keluar dari

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Karimunjawa maka kapal yang mengangkutnya akan rusak dikarenakan kayu-kayu

tersebut tidak bisa dipisahkan dan harus dibawa lengkap unsure dari kayu-kayu yang

dikeramatkan itu.

AKSESIBILTAS

Laut : Pelabuhan Kartini (Jepara) menuju Kep. Karimunjawa dengan lama perjalanan ±

6 jam, berikut jadwal pelayaran kapal fery kekepulauan Karimunjawa, KMP

Muria keberangkatan Jepara-Karimunjawa tersedia di hari Senin, Rabu,

danSabtu. Keberangkatan Karimunjawa-Jepara di hari Selasa, Kamis, dan

Minggu.Sedangkan untuk Kapal Motor Cepat tersedia KMC Kartini dengan

kapasitas 168 penumpang dengan jarak tempuh 2,5 jam perjalanan sedangkan

dari kota Semarang selama 3,5 jam perjalanan. KMC Cantika memakan waktu

perjalanan 1,5 jam dengan jadwal keberangkatan senin,selasa, jumat, dan sabtu.

KEGIATAN DI KARIMUNJAWA

Perairan Karimunjawa disini sangat bagus untuk wisatawan yang memiliki hobi

snorkeling atau diving walaupun tidak menutup kemungkinan bagi wisatawan yang

memiliki hobi berenang dan memancing. Bagi wisatawan yang datang ke Karimunjawa

tidak perlu repot-repot untuk membawa peralatan snorkeling and diving, karena di

Karimunjawa kita bisa menyewa alat-alat tersebut. Alat untuk kegiatan snorkeling

disewakan mulai Rp. 35.000,00 per hari. Jika menginginkan tempat yang sangat bagus

untuk snorkeling, kita bisa menyewa kapal nelayan dengan harga Rp. 350.000,00 per

kapal per hari, kapasitas maksimal 15 penumpang termasuk sudah termasuk ABK. Untuk

menuju pulau menjangan kecil, kurang lebih 30 menit perjalanan dari Pulau Karimun. Di

pulau Menjangan kecil ini terkenal dengan penangkaran ikan Hiu dan wisatawan dapat

berfoto ditengah kerumunan hiu-hiu tersebut.

Untuk kegiatan snorkeling, Anda tidak harus bisa berenang. Tidak perlu takut tidak bisa

menikmati keindahan Terumbu karang. Pemandu wisata di Karimunjawa sangat terlatih

dalam menemani wisatawan baik yang bisa berenang atau pun tidak. Bagi yang tidak bisa

berenang diwajibkan untuk menggunakan life fest atau pelampung.

Untuk diving, Karimunjawa memiliki spot-spot diving alami yang sangat bagus untuk

diving. Bagi pemula, bisa memanfaatkan jasa pemandu untuk melihat-lihat pemandangan

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

di dalam air dengan fee antara Rp. 150.000 – 200.000 per hari untuk maksimal 2 orang

per pemandu selam. Satu set alat selam disewakan dengan hargaRp. 280.000,00 dengan

satu tabung oksigen. Sedangka nuntuk tabungnya saja, disewakan dengan hargaRp.

75.000,00 per tabung. Diwajibkan bisa berenang.

1. Diversifikasi Wisata

Karimunjawa kaya akan sumberdaya laut berupa karang laut dan beragam ikan hias.

Hamparan pasir putih disepanjang gugusan pulau memikat siapa saja yang

berkunjung. Pemda setempat berusaha memberikan wisata alternatif agar wisatawan

tidak merasakan bosan. Salah satu yang ditempuh yaitu dengan mendirikan taman

hutan bakau. Di kawasan hutan bakau ini wisatawan akan diajak berkeliling untuk

melihat dan mendapat informasi pengetahuan seputar hutan bakau. Kedepan pemda

setempat akan mencoba untuk menarik investor untuk mengembangkan taman hiburan

sederhana yang terletak di tengah pulau Karimunjawa. Pemda Pariwisata sadar bahwa

dengan adanya hiburan akan membuat wisatawan merasa betah atau setidaknya

memperpanjang waktu tinggalnya.

2. Aksesibilitas Wisata

2.1 Sarana

Moda transportasi di kepulauan Karimunjawa sama dengan di daratan, akses

menuju kepulauan Karimunjawa bisa ditempuh melalui laut dan udara. Dengan

menggunakan ferry dari pelabuhan Kartini di kota Jepara, kita akan menempuh

lama perjalanan sekitar 3 jam sedangkan apabila menggunakan fastboat jarak

tempuh lebih cepat sekitar 1,5 jam. Selain dari kota Jepara akses laut untuk

menuju Karimunjawa dapat ditempuh dari kota Semarang. Baik ferry maupun

fastboat beroperasi setiap hari, namun apabila ombak sedang tinggi apalagi di

musim hujan otoritas setempat biasanya melarang adanya penyeberangan ke

kepulauan Karimunjawa.

Akses lain ke kepulauan Karimunjawa adalah melalui udara, lama terbang dari

kota Semarang menuju Karimunjawa sekitar 1,5 jam dengan menggunakan

pesawat dari maskapai Susi Air.

Di Karimunjawa daratan, moda transportasi yang digunakan kendaraan roda 2

(dua) dan roda 4 (empat) namun dikarenakan kondisi jalan yang masih banyak

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

yang belum beraspal kebanyakan penduduk lebih memilih kendaraan roda 2 (dua).

Untuk menuju ke pulau-pulau sekitar masyarakat menggunakan perahu kecil dan

perahu besar bermesin diesel.

2.2 Prasarana

Pelabuhan laut di Karimunjawa sudah baik, hanya perlu penataan khususnya para

pedagang kaki lima. Disaat jam kedatangan dan keberangkatan pelabuhan akan

ramai baik dari penumpang maupun kendaraan yang dating. Kios-kios kaki lima

yang tidak tertata rapih memperparah kemacetan baik kendaraan yang akan keluar

dari kapal ferry maupun yang akan masuk ke pelabuhan. Selain pedagang kaki

lima, kebersihan pelabuhan menjadi catatan tersendiri bagi tim ketika melakukan

kunjungan kesana. Aula tempat penumpang menunggu kapal tiba sangat kotor,

masih ditemui sampah yang berserakan yang tentu saja akan mengganggu

kenyamanan tamu yang berada di ruang keberangkatan. Selain itu toilet yang jauh

dari nilai higienis dan sanitasi yang buruk turut memberikan kesan pelabuhan yang

kumuh.

Letak dari pelabuhan ke jantung kota Karimunjawa sangat dekat kurang lebih

sekitar 5-10 menit sehingga para wisatawan yang dating dapat langsung

beristirahat di penginapan setempat.

Banda udara Karimunjawa terletak sekitar

2.3 Sistem Transportasi

Untuk informasi rute dan jadwal dari kedua moda tranportasi missal seperti

tersebut diatas yaitu kapal ferry dan fastboat sebenarnya sudah bagus hanya saja

belum terintegrasi dengan layanan online. Untuk melihatnya meskipun ada di

internet namun wisatawan harus memastikan kembali yaitu dengan menghubungi

pihak otoritas setempat apakah ada keberangkatan kapal atau tidak. Hal ini tentu

saja akan menyulitkan dan akan menjadi masalah tersendiri ketika wisatawan akan

menentukan atau membuat rencana perjalanannya. Ketika wisatawan tiba di Jepara

ternyata kapal tidak berangkat dikarenakan beberapa faktor seperti angin kencang

disertai ombak tinggi atau kapal saat itu sedang rusak maka wisatawan harus

bermalam di kota Jepara.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2. Prasarana Umum

2.1. Air

Kebutuhan air sangat tinggi, hal ini diakui oleh Bapak Muchlis, salah satu

pengelola penginapan. Selain digunakan oleh masyarakat Karimunjawa untuk

memasak air, mencuci pakaian juga bagi wisatawan yang berkunjung air digunakan

untuk membilas sehabis mereka melakukan aktivitas wisata seperti berenang dan

menyelam. Berdasarkan kunjungan tim ke lapangan, ketersediaan air di Karimunjawa

pada umumnya cukup namun beberapa tempat masih sulit ditemui air sehingga

masyarakat sekitar membangun pipa-pipa pembantu yang akan mengantarkan air dari

sumber mata air ke rumah-rumah mereka.

2.2. Telekomunikasi

Telekomunikasi di kepulauan Karimunjawa sama seperti di wilayah kepulauan

lainnya memiliki kendala yang sama, hanya beberapa operator telepon yang bisa

terkoneksi disini yaitu telkomsel dan xl. Untuk sambungan internet khusus di

Karimunjawa telah terkoneksi dengan internet. Sesuai hasil observasi tim selama di

Karimunjawa, layanan fiber optic dari Telkom sudah dapat kita nikmati. Beberapa

penginapan memanfaatkan layanan internet dalam bisnis mereka, selain cepat juga

karena kestabilan dan beberapa wisatawan biasanya akan menanyakan kepada pemilik

hotel apakah hotel tersebut memiliki koneksifitas layanan wifi maka ketika kita akan

mengadakan perjalanan ke Karimunjawa semua informasi akan ditemukan di internet.

2.3. Pengelolaan Limbah

Isu global yaitu pengelolaan sampah juga dialami oleh masyarakat di kepulauan

Karimunjawa, belum adanya tempat pembuangan akhir sampah (TPA) yang

representatif membuat pengelolaan limbah disana tidak berjalan maksimal. Sistem

tradisional digunakan oleh masyarakat yaitu dengan membakar sampah-sampah.

Himbauan untuk menggugah kesadaran masyarakat serta wisatawan yang datang ke

Karimunjawa selain dengan menyediakan beberapa kotak sampah di jalanan utama

juga dengan menggalakkan program kelompok sadar wisata. Pokdarwis ini terbukti

mampu menekan angka pembuangan limbah, masyarakat paham akan pentingnya

kebersihan sekitar baik dirumah maupun di laut atau sekitar area destinasi menyelam.

Di pulau-pulau masyarakat menyediakan kantong sampah dimana setelah aktifitas

wisatawan seperti memasak di pulau mereka dapat membuang sisa memasak dan

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

makanannya di kantong tersebut dan mereka secara sukarela apabila kantong tersebut

sudah penuh mereka akan menggantikannya dengan yang baru seperti ketika observasi

tim selesai menyelam dan singgah di salah satu pulau dan memasak disana, sehabis

memasak guide local (pemandu wisata) telah membawa kantong sampah di kapalnya

sehingga ketika kita selesai memasak dan makan sisa limbah mereka kumpulkan dan

dibawa ke daratan untuk dibuang di tempat sampah besar pelabuhan.

3. Fasilitas Umum

3.1. Keamanan

Pada umumnya keamanan di Karimunjawa dirasa cukup aman, pos kepolisian

dapat ditemui disana. Selain itu polisis air pun selalu siaga berpatroli mengelilingi

kepualauan Karimunjawa. Sistem siskamling masih mereka pertahankan.

3.2. Keuangan dan Perbankan

Untuk kegiatan transaksi bisnis hamper semua penginapan sudah memiliki

pembayaran dengan menggunakan kartu debit yaitu Mandiri dan Bank Rakyat

Indonesia (BRI) sehingga wisatawan asing tidak harus membawa uang tunai dalam

jumlah besar selain itu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) telah tersedia meskipun untuk

saat ini hanya BRI yang tersedia kemudian BRI pun membawa kantor cabang di

Karimunjawa untuk melayani kebutuhan masyarakat yang ingin membuka tabungan

atau transaksi lainnya.

3.3. Kesehatan

Bagi wisatawan yang mengalami masalah kesehatan, keberadaan rumah sakit

sangat dibutuhkan atau setidaknya klinik, saat ini hanya ada puskesmas itupun dengan

fasilitas yang masih sangat kurang untuk melayani kebutuhan masyarakat dan

wisatawan. Beberapa tenaga medis masih belum fasih berbahasa asing khususnya

inggris.

3.4. Sanitasi

Sanitasi pun menjadi perhatian tim ketika melakukan observasi lapangan, di

beberapa pulau yang memiliki penginapan dan kamar mandi umum, sanitasi masih

kurang diperhatikan seperti pintu kamar mandi yang telah rusak, sampah yang tidak

terurus dan dekat dengan tempat wisatawan menginap.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

3.5. Fasilitas Khusus Difable dan Lansia.

Karimunjawa merupakan destinasi khusus karena hanya menjual bahari sebagai

asset pariwisata dan hanya wisatawan dengan minat tertentu pula yang berkunjung

kesini. Khusus untuk fasilitas difable dan lansia belum menjadi prioritas saat ini. Di

angkutan penyeberangan pun fasilitas seperti jalan khusus kursi roda tidak ada. Begitu

pula di beberapa penginapan yang tim kunjungi.

4. Fasilitas Pariwisata

4.1. Akomodasi

Akomodasi di Karimunjawa umumnya berupa cottage belum ada hotel berbintang.

Fasilitas yang disediakan adalah akses internet. Bagi wisatawan akses internet sudah

merupakan ―kebutuhan‖ karena di era digital gaya hidup masyarakat selalu ingin

menyampaikan informasi kegiatan yang telah mereka lakukan. Selain akses internet

kebutuhan lain adalah air seperti yang telah diuraikan diatas.

4.2. Restoran

Restoran di Karimunjawa menjual hasil laut sebagai bahan baku dan saat tim

mengadakan wawancara singkat umumnya wisatawan asing tidak menemui kendala,

mereka bisa menerima sajian rasa masakan tersebut.

4.3. Toko Cinderamata

Tidak adanya kawasan cinderamata di Karimunjawa sehingga sulit bagi wisatawan

yang ingin mencari souvenir khas Karimunjawa. Pasar malam biasanya dihelat pada

malam hari namun dagangan yang ditawarkan berupa kaos bertuliskan Karimunjawa.

2. Isu-Isu Strategis

Kepulauan Karimunjawa, selain memiliki potensi alam yang dapat dikembangkan

menjadi destinasi yang potensial, ternyata memiliki permasalahanan yang cukup

kompleks. Permasalahan tersebut merupakan isu faktual strategis yang memerlukan solusi

secara bersama.

Isu Strategis tersebut antara lain pada :

- Masalah Atraksi

- Masalah Aksesibilitas

- Masalah Amenitis

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

2.1. Masalah Atraksi

Keanekaragaman Atraksi Wisata di Karimunjawa, merupakan daya tarik bagi

wisatawan. Baik atraksi yang terkaitan dengan alam, maupun atraksi yang terkait dengan

budaya. Secara umum atraksi yang berhubungan dengan alam diKarimunjawa pada

masalah-masalah pemeliharaan dan konservasi.

Menurut keterangan dari informan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten jepara ,

bahwa untuk pengembangan Pariwisata berbasis pada kearifan lokal, antara lain kearipan

lokal yang terkait lingkungan alam, sosial serta budaya.

Lebih lanjut lagi dikatakan, bahwa kearifan lokal terkait dengan alam yaitu yang

berhubungan dengan kebaharian. Seperti gugusan pulau 2 kecil, panorama pantai/air laut

serta biata laut. ini Pemanfaatan kearipan lokal merupakan atraksi wisata yang menjadi

daya tarik bagi wisatawan, informan dari Bappeda Kabupaten Jepara menambahkan,

untuk isu strategis terkait dengan atraksi wisata alam, lebih memfokus kan pada

pengembangan berbasis ekowisata, namun menurutnya hingga sekarang belum ada master

plan, untuk pengembangan daera ini.

Konsekuensinya pengembangan di Karimunjawa terkesan apa adanya, tanpa target

pasar,belum dikemas secara menarik. Fakta ini mengundang keprihatinan berbabagai

pihak baik dari pihak instansi pemerintah, institusi swasta, LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) serta masyarakat. Menanggapi masalah ini informan dari dinas Kebudayaan

dan Pariwisata memberikan pemikiran bahwa pengembangan pariwisata diKarimunjawa

harus melakukan secara bersama. Baik dari proses perencanaanya, hingga tahap

pelaksanaannya.

Terkait dengan atraksi Budaya, selama kami melakukan observasi tidak menjumpai

kegiatan-kegiatan seperti tari2an kesenian atau budaya.

Telah dikonfirmasikan kepada selaku pelaku usaha wisata diKarimunjawa Bapak Muklis

memang benar, karena kecendrungan masyarakat disini untuk menampilkan atraksi wisata

tidak memiliki jadwal atau agenda yang pasti. Mereka cenderung akan menunjukan

ketrampilan dibidang seni ketika banyak wisatawan yang datang ke Karimunjawa.

Menurutnya terkait dengan budaya di Karimunjawa cukup unik antara lain terkait dengan

souvenir yang terbuat daru kayu lokal, seperti kayu kalimasodo (kewibawaan), kayu sigi

dipercaya oleh masyarakat setempat untuk penangkal racun, kayu dewa daru berhasiat

sebagai penangkal racun, dan bisa ular.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Keunikan dalam sosial budaya di Karimunjawa terdapat suku dari jawa, madura serta

suku bugis demikian pembuatan rumah berorentansi pada bangunan bangunan rumah adat

daerah masing masing suku tersebut.

Terkait dengan jumlah adat menurut bapak Muklis sekarang ini banyak yang bergeser

menjadi bangunan bangunan rumah modern. Pasalnya untuk membangun rumah adat

memerlukan biaya yang lebih mahal,utamanya material kayu yang harus mendatangkan

dari kalimantan. Sekarang masyarakat tidak bisa mengambil kayu di areal hutan di pulau

Karimunjawa, karena kawasan hutan tersebut telah ditetapkan menjadi kawasan hutan

lindung oleh BTN.

Konsekwensinya masyarakat tidak bisa membangun rumah adat lagi karena kesulitan

bahan dasar seperti material kayu dan fenomena sekarang berlanjut hingga sekarang

sehingga nampak bangunan bangunan semi modern.

Sisi lain keunikan budaya belum banyak terungkap utamanya belum menjadi informasi

yang berharga yang harus diketahui oleh wisatawan. Terbukti informasi ini tidak terdapat

pada liflet liflet, brosur serta bentuk bentuk promosi lain yang dilakukan oleh Pemda

setempat. Demikian juga para gaet kita mengaktualisasikan keunikan keunikan budaya

kepada wisatawan.

III. Konsep Pengembangan Wisata Bahari

Secara Faktual untuk pengembangan wisata bahari banyak memiliki permasahan-

permasahan. Baik yang menyangkut tata ruang, aspek alam, aspek budaya serta aspek dari

masyarakat, yang mayoritas berbpropesi sebagai nelayan.

Oleh sebab itu kedepan membutuhkan langkah kehati-hatian dalam pengertian dengan

proses pengembangannya harus melibatkan propesi, harus melibatkan berbagai pihak

sehingga memanfaatkan Karimunjawa sebagai Destinasi Priwisata.

Hubungan ekonomi, juga harus memperhatikan aspek-aspek pelestarian pemeliharaan

serta memperhatikan lingkungan sosial budaya.

Kecendrungan Karimunjawa dari informasi Balai Taman Nasional mengarah pada

hubungan dengan pariwisata, sedangkan yang diinginkan dari Dinas Pariwisata lebih

sepesipik lagi yaitu pada arah pengembangan yg berbasis kearipan lokal.

Sarana pengundang Pariwisata, antara lain dilakukannya kajian-kajian seperti listrik, Air

bersih, penyediaan kesehatan, serta kajian yg berkaitan dengan penambahan jadwal

keberangkatan kapal, penambahan jadwal pesawat terbang dan penambahan kapasitas seat

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

pesawat, rangka ini masih dalam proses, memerlukan kordinasi dengan pihak-pihak yang

terkait.

Langkah-langkah lain direncanakan area pablik di kabupaten jepara, pembangunan

dipelabuhan pantai Kartini dikarenakan daerah lain seperti Rembang dan kendal tidak

memungkinkan untuk dibangunnya pelabuhan tersbut. Hal ini sangat menguntungkan

utamannya pada sektor pariwisata Karena dengan memiliki pelabuhan besar secara

otomatis menjadi sentral.

Berlabuhnya kapal-kapal besar setelah pelabuhan Sumenep dan pelabuhan Semarang.

Yang menjadi kekawatiran dari pihak Bappeda apabila kepariwisataan Karimunjawa

berkembang pesat, maka akan memiliki dampak perusakan lingkungan, serta dampak

sosial budaya. Oleh sebab itu perlu dipikirkan pengembangan dengan pendekatan

coonersip. Artinya pendekatan ini oleh semua pihak harus bisa menjaga /mencegah

terhadap dampak-dampak negatif. Pendekatan ini semua pihak harus merasa memiliki,

memelihara serta

Melestarikan kawasan Karimunjawa.

Statement ini mendapat tanggapan yang lebih serius pada kegiata FGD Penelitian Strategi

wisata Bahari : Daya Tarik daerah pulau kecil sebagai Destinasi Wisata Bahari pada

tanggal 9 Oktober 2015 di Hotel Kalingga Jepara Jawa Tengah terbukti nelayan menjaga

kebersihan lingkungan laut, melarang membuang sampah.

Berkait dengan berpatisipasi dengan masyarakat menurut Haji Ipong selaku nelayan di

Karimunjawa pihaknya telah ikut serta .memajukan potensi wisata yang ada. Kegiatan

partisipasi yang dilakukan antar lain dengan tidak melakukan pengeboman untuk

menangkap ikan.

Menurut tokoh nelayan ini pendekatan pemilikan untuk pengembangan wisata bahari di

Karimunjawa sangat relevan, namun pada kenyataannya ditemui pelaksanaan

pengembangan yang berjalan tdk terorganisir contohnya pada masalah retrebusi yang

dilakukan oleh pihak BTN (balai taman nasional) cukup memberatkan bagi nelayan.

Untuk saat ini ketersediaan area republik menjadi organ untuk menunjang kepariwisataan

di karimun. Haji ipong telah memperjuangkan penyedian area publik ini pada tingkat

bupati , bahkan sampai ke gubernur namun hingga saat ini belum ada kejelasan atau

kepastian yang diusulkannya.perasaan memiliki masyarakat terhadap masa depan

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

pariwisata Karimunjawa para nelayan juga kritis dan tidak menghendaki fasilitas

pariwisata yang tidak sesuai dengan arah pengembangan yang berbasis ekowisata.

Saat ini para nelayan memerlukan bantuan seperti pelatihan pelatihan menyelam

,snorkeling.

Menarik juga pada FGD ini diinformasikan dari ASITA ,bahwa ternyata para tamu yang

menggunakan jasa angkutan laut disukai oleh wisatawan mancanegara asal Cina,

kecenderungan wisatawan mancanegara Cina usia remaja lebih senang berpetualang oleh

sebab itu Karimunjawa memiliki peluang yang akurat bagi wisatawan mancanegara

cinayang menyenangi pariwisata minat khusus.namun informasi yang diketemukan oleh

wisatawan mancanegara asal cina melalui asita bahwa terumbuh karang sebagian besar

telah mati seperti yang ada dipulau nyamplungan .dijumpai juga kecurangan –kecurangan

sdm di Karimunjawa, khususnya para pemilik kapal yang menjual paket-paket wisata

dengan harga dibawah standar asita.masalah ini sudah lama berjalan dan belum

menemukan kesamaan harga antara asita dengan pemilik kapal kedepannya diperlukan

pihak ke 3 untuk memberikan solusi, sehingga bias meminiminalkan kecurigaan,

prasangka serta betrok secara pisik.

Dari dinas kelautan pada acara Focus Group Discussion (FGD) ini juga peduli dan merasa

memiliki terhadap pengembangan pariwisata di Karimunjawa, dikatakan masterplan harus

terintergrasi dengan masyarakat, sehingga tidak ada pesan jor-joran atau melakukan

berbagai cara hanya untuk menarik keuntungan sepihak tetapi tidak perduli terhadap

masalah-masalah kultur, lingkungan sera kearifan lokal.

Sementara masalah pendekatan pemilikan sudah ditetapkan oleh btn khususnya yang

terkait dengan aspek pelestarian taman nasional Karimunjawa, dengan menetapkan zonasi

–zonasi . antara lain zonasi pemukiman , zona yang diperuntukan pemukiman selas

2,571,546 hektar.zona rehabilitasi seluas 122,514 hektar yaitu perairan sebelah timur

pulau parang, sebelah timur pulau nyamuk sebelah barat pulau Karimunjawa dan sebelah

barat pulau kemujen.zona budi daya seluas 788,213 hektar yaitu peralihan pulau

Karimunjawa, pulau kemojan, pulau menjangan besar, pulau parang, dan pulau nyamuk.

Zona pemanfaatan perikanan tradisional seluas 103,883,862 hektar yaitu seluruh perairan

diluar zona yang telah ditetapkan yang berada didalam kawasan taman nasional. Zona inti

seluas 444,629 hektar yaitu sebagian perairan pulau kumbang, taka menyawakan , taka

malam dan tanjung bomang.zona perlindungan seluas 2,587,771 hektar yaitu hutan hujan

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

tropis dataran rendah di pulau Karimunjawa dan hutan mangroveh di pulau

kemujan,perairan pulau gellean, pulau burung, tanjung gelam, pulau sintok, pulau cemara

kecil, pulau katan, gosong selikur, gosong tengah .zona pemanfatan pariwisata seluas

1,226,525 hektar yaitu perairan pulau menjangan besar, menjangan kecil, pulau

menyawakan , pulau kembar, pulau tengah,sebelah timur pulau kumbang, pulau

bangkauang, indonor dan karang kapal.

penentuan zona si tersebut sangat diperlukan agar tidak terjadi benturan kepentingan

antara zona pertumbuhan pemukiman dengan zonasi kawasan pariwisata bahari.

saat ini zona yang dikembangkan untuk kepentingan wisata alam bahari di Karimunjawa ramah

lingkungan .pada kawasan tersebut dapat dikembangkan segala asfek yang berkaiatan dengan

pariwisata melalui izin khusus dari btn.

Menarik juga pada FGD ini muncul permasalahan terkait dengan promosi dan segmegtansi pasar

informasi dari dinas kebudayaan dan pariwisata kab. Jepara dalam melakukan promosi secara

maksimal, yaitu dengan promosi melalui internet , brosurserta melalui pameran . langkah ini

dilakukan untuk mengenakan potensi dan keunikan kepariwisataan di Karimunjawa serta

bertujuan agar kunjungan wisatawan meningkat. Terkait dengan segmen pasar, memang

kepulauan Karimunjawa memiliki posionil sebagai kawasan konsetrasi . oleh sebab itu pangsa

pasar yang akurat yaitu jenis wisatawan yang senang berpetualangan.

Akurasi promosi yang ada memang sulit dicari tolak ukurnya untuk keberhasilan , hal ini karena

sifat promosi tidak memiliki dampak jangka pendek secara langsung, melainkan untuk

mengetahui keberhasilan promosi harus diukur ( waktu ) yang cukup panjang.

Dari aspek wisatawan, melalui pendekatan kepemilikan juga menarik dalam pembahasan kegiatan

fgd ini, informasi yang diperoleh bahwa wisatawan dapat berpatisipasi dengan kegiatan

rehabilitasiterumbuh karang, baik secara langsung maupun tidak secara langsung.partisipasi

secara langsung yaitu ikut melakukan penyelaman dan penyimpanan karang yang diapdopsi ,

secara tidak langsung yaitu dengan member bantuan dana untuk pengadaan negia rehabilitasi

terubukan .

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

4. Kesimpulan dan Rekomendasi

4.1 Kesimpulan

Pengembangan wusata bahari di Karimunjawa, memiliki lokal spesifik pengembangan pariwisata

berbasis ekowisata.

Penelitian ini berhasil mengindentifikasi antara lain :

- Isu-isu strategis dikepulauan Karimunjawa terkait dengan atraksi aksesibilitas serta

aminitas

- Isu-isu strategis yang terkait dengan arah pengembangan berbasis kearifan local .

- Isu-isu strategis yang terkait dengan langkah-langkah alternative yang dilakukan oleh

pemda setempat, untuk kemajuan pengembangan wisata bahari di Karimunjawa.

- Konsep-konsep pengembangan ke pemilikan bersama .

- Konsep keterlibatan masyarakat.

- Konsep partisipasi wisarawan untuk pemulihan biota laut.

4.2. Saran / rekomendasi

- Pelibatan masyarakat untuk pengembangan wisata bahari, harus lebih sering dilakukan

dan harus menjadi oerhatian pemda setempat. Baik dari mulai proses perencanaanya

hingga pada tahap pelaksanaannya.

- Penetapan peruntukan zonasi kawasan, harus selalu dievaluasi agar tidak terjadi benturan

kepentingan pemanfaatan masing-masing zonatis tersebut.

- Adanya regolasi yang jelas , terkait pemilikan pulau.

- Perlu ditindak lanjuti program-program sarana pariwisata seperti penyedian air

bersih,sumber daya lisyrik, public area, pembangunan pelabuhan, penambahan jadwal

pemberangkatan kapal laut, penambahan jalut penerbangan dan penambahan seate

pesawat, seta program-program yang terkait dengan peralatan bawah air nyang bias untuk

melihat biodata laut.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

KEPUSTAKAAN

Agenda 21 Sektoral. 2000. ‖Agenda Pariwisata Untuk Pengembangan Kualitas

Hidup

Secara Berkelanjutan‖ Jakarta: Kantor Menteri Negara LH dan UNDP.

Profil Pariwisata Maluku Tenggara Barat. 2015. Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi

Kreatif

Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Saumlaki:

Binarwan Robby. Dkk. 2013. Hubungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pariwisata

Berkelanjutan.

Kepel. Yogyakarta:

Survei Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Pariwisata. 2010. Pusat Penelitian

dan

Pengembangan Usaha Mandiri (P3UM) Universitas Mataram.

Studi Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan. 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan.

Jakarta:

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1990 Pasal 3.Tentang Penyelengaraan Kepariwisataan

Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

www.malukutenggarakab.go.id/index.php/pariwisata/49-pariwisatataart (diakses 31

maret)

2015).

http://marketplus.co.id/2015/01/wisata-saumlaki-yang-penuh-potensi-investasi/

http://u.msn.com/id-id/travel/berita/pesimis-capai-target-turis-asing-2015-bencana-alam-

jadi-

http://www.tourismmaluku.org/maincontent/?page_id=448(diakses November.2015)

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

http://www.atsea-program.org/publication-1/masyarakat-pesisir-di-kabupaten-maluku-

tenggara-barat

http://infopublik.id/read/126124/kembangkan-saumlaki-dalam-paket-wisata.html

http://monicaroline.blogspot.co.id/2010/04/daya-tarik-wisata-kabupaten-maluku.html

http://www.dharapos.com/2014/12/ribuan-umat-katolik-hadiri-perayaan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Saumlaki,_Tanimbar_Selatan,_Maluku_Tenggara_Barat

https://konsen.wordpress.com/2013/09/04/mengenal-lebih-dekat-saumlaki-maluku-

tenggara-barat/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Saumlaki,_Tanimbar_Selatan,_Maluku_Tenggara_Barat

http://www.tourismmaluku.org/maincontent/?page_id=448(diakses Novemper. 2015)

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

KEPUSTAKAAN

Adrianto, Luky. 2004. Pembangunan dan Pengelolaan Pulau-pulau Kecil yang

Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada Pelatihan Perencanaan dan Pengelolaan

Wilayah Pesisir secara Terpadu, Bogor, 23 Agustus – 25 September 2004.

BAPPENAS, 2002. Pengelolaan Sumberdaya Alam Dengan Strategi Kemitraan, Naskah

Bengen DG, Retraubun ASW. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan Berbasis

Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Bogor: Pusat Pembelajaran dan Pengembangan

Pesisir dan Laut (P4L).

Cabrini Luigi, 2004. Trend of International Tourism, 13th Central European Trade Fair,

WTO,

Clare A. Gunn, 1998. Tourism Planning, Basic Concepts Cases.

Dahuri R. 1998. Pendekatan Ekonomi-Ekologis Pembangunan Pulau-Pulau Kecil

Berkelanjutan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil di

Indonesia. Jakarta: Dit. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan, TPSA BPPT,

CRMP USAID.

Dahuri R. 2002. The Of carrying Capacity Concept for Sustainable Coastal Resources

Development in Indonesia. Jurnal Pesisir Edisi September 2002. Bogor: Center for

Coastal and Marine Resources Studies (CCMRS) IPB.

Etty R. Agoes, 2003. ―Eksplorasi, Pengelolaanserta Pemanfaatan Tinggalan Arkeologis

Kapal Karam dan Muatannya di Indonesia: dikaitkan dengan hokum laut‖, Lokakarya:

Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam. Museum Nasional, Jakarta,

Hartanto, Frans Mardi, 2003. ―Pariwisata Berkelanjutan: Paradigma dan Prakteknya‖,

Makalah pada Diskusi Panel Riset Pariwisata Berkelanjutan, Gedung Sapta Pesona 23-28

Agustus

http://www.google.co.id/webhp sourceid=chrome instantion (diakses 2 september 2015)

http://www.unep.ch/islands/siem.htm (24 Agustus 2008) .

Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning. An Integrated and Sustainable Development

Approach,

Ongkosongo OSR. 1998. Permasalahan dalam Pengelolaan Pulau -Pulau Kecil. Didalam:

Edyanto CBH, Ridlo R, Putro CJ, Naryanto HS, Setiadi B, editor. Prosiding Seminar dan

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Lokakarya Pengelolaan Pulau -pulau di Indonesia. Jakarta: Kerjasama Depdagri, Dir.

Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Kawasan, TPSA, BPPT dan Coastal Resources

Management Project, USAID.

Peraturan Menteri DKP No. 16/Men/2008 tentang Perencanaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil.

Peraturan Pemerintah No.18/1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona

Pemanfaatan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam.

Retraubun ASW. 2001. Pengembangan dan Pengelolaan Lingkungan P3K Yang

Berkelanjutan. Jakarta: Departemen Perikanan dan Kelautan.

Robert Kay and Jackie Alder, 1999. Coastal Planning and Management, E & FN SPON,

An Inprint of Routhledge, New York

Roby Ardiwidjaja, 2005, Pariwisata Berkelanjutan ―dari Derawan dan Sekitarnya untuk‖

Ekowisata

Roby Ardiwidjaja, 2006. Pengembangan Pariwisata Budaya: ―Satu Upaya Menggapai-

Indonesia Ultimate Diversity‖. Jurnal Ilmiah Kebudayaan dan Pariwisata

Sabang Dalam Angka 2014

Soemarwoto, O. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djembatan.

Jakarta.

TRIBUNNEWS.COM, TALAUD, 2010. Pulau Terluar Harus jadi Daerah Terdepan

UNESCO, 2005. FIRST MEETING OF THE UNESCO/UNITWIN NETWORK, “Culture,

tourism, development”, Paris, , 18 Mart

Agenda 21 Sektoral. 2000. ‖Agenda Pariwisata Untuk Pengembangan Kualitas

Hidup

Secara Berkelanjutan‖ Jakarta: Kantor Menteri Negara LH dan UNDP.

Profil Pariwisata Maluku Tenggara Barat. 2015. Dinas Pariwisata dan Usaha Ekonomi

Kreatif

Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Saumlaki:

Binarwan Robby. Dkk. 2013. Hubungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pariwisata

Berkelanjutan. Kepel. Yogyakarta:

Survei Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Pariwisata. 2010. Pusat

Penelitian dan

Pengembangan Usaha Mandiri (P3UM) Universitas Mataram.

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i

Studi Kebijakan Pariwisata Berkelanjutan. 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan.

Jakarta:

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1990 Pasal 3.Tentang Penyelengaraan Kepariwisataan

Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.

www.malukutenggarakab.go.id/index.php/pariwisata/49-pariwisatataart (diakses 31

maret)

2015).

http://marketplus.co.id/2015/01/wisata-saumlaki-yang-penuh-potensi-investasi/

http://u.msn.com/id-id/travel/berita/pesimis-capai-target-turis-asing-2015-bencana-alam-

jadi-

http://www.tourismmaluku.org/maincontent/?page_id=448(diakses November.2015)

http://www.atsea-program.org/publication-1/masyarakat-pesisir-di-kabupaten-maluku-

tenggara-barat

http://infopublik.id/read/126124/kembangkan-saumlaki-dalam-paket-wisata.html

http://monicaroline.blogspot.co.id/2010/04/daya-tarik-wisata-kabupaten-maluku.html

http://www.dharapos.com/2014/12/ribuan-umat-katolik-hadiri-perayaan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Saumlaki,_Tanimbar_Selatan,_Maluku_Tenggara_Barat

https://konsen.wordpress.com/2013/09/04/mengenal-lebih-dekat-saumlaki-maluku-

tenggara-barat/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Saumlaki,_Tanimbar_Selatan,_Maluku_Tenggara_Barat

http://www.tourismmaluku.org/maincontent/?page_id=448(diakses Novemper. 2015)

147 | S t r a t e g i P e n g e m b a n g a n W i s a t a B a h a r i


Top Related