12
99
2.1. KONDISI GEOGRAFIS
Secara astronomis wilayah Kota Salatiga terbentang pada posisi antara
007.17’ dan 007.17’.23” Lintang Selatan, dan antara 110.27’.56,81” dan
110.32’.4,64” Bujur Timur. Dilihat dari topografi wilayahnya, Kota Salatiga
dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu daerah bergelombang (65%), daerah
miring (25%), dan daerah datar (10%). Kota Salatiga terletak 49 km sebelah
selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta, dan
berada di jalan negara yang menghubungkan Semarang-Surakarta.
Kota Salatiga terdiri atas 4 kecamatan dan 23 kelurahan, dikenal beriklim
sejuk dengan ketinggian 450 – 825 meter di atas permukaan air laut.
Sejuknya iklim Kota Salatiga juga didukung oleh posisi geomorfologisnya
yang berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan diantara
gunung-gunung kecil antara lain Gajahmungkur, Telomoyo dan Payung
Rong. Pada Tahun 2014 rata–rata curah hujan di Kota Salatiga adalah 25
mm per hari dengan curah hujan dan hari hujan tertinggi terjadi di Bulan
Maret 2014 (498 mm & 19 hari).
PROFIL EKONOMI, INVESTASI DAN SEKTOR UNGGULAN 22
13
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Salatiga per Kecamatan Tahun 2014
Kecamatan Lahan
Sawah
Lahan
Kering
Lahan
Lainnya
Jumlah
Argomulyo 29,671 1.749,38 73,644 1.852,69
Tingkir 311,367 707,95 35,535 1.054,85
Sidomukti 61,798 1.053,86 30,193 1.145,85
Sidorejo 380,391 1.187,75 56,576 1.624,72
Jumlah 783,227 4.698,935 195,948 5.678,110
Sumber : BPS, 2015
Dengan luas wilayah 5.678,110 Ha, secara administratif Kota Salatiga terbagi
menjadi 4 kecamatan dan 23 kelurahan dan dikelilingi wilayah Kabupaten
Semarang (Tabel 2.1). Menurut penggunaannya, Penggunaan lahan tahun
2014 untuk daerah terbangun seluas 2.164,37 hektar, yang terdiri dari
perumahan seluas 1.784,87 hektar, jasa seluas 224,86 hektar, perdagangan
seluas 86,54 hektar dan perindustrian seluas 68,10 hektar. Luas daerah non
urban 3.042,33 hektar terdiri dari sawah seluas 717,49 hektar, tegalan seluas
717,49 hektar, dan perkebunan seluas 180,98 hektar dan 111,17 hektar
untuk lainnya. Selanjutnya tata guna lahan Kota Lahan disajikan pada
Gambar 2.1.
14
Gambar 2.1. Tata Guna Lahan Kota Salatiga
2.2. KONDISI DEMOGRAFIS
Pada Tahun 2014 jumlah penduduk Kota Salatiga tercatat sebesar 181.193
jiwa. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa
jumlah penduduk berjenis kelamin wanita mendominasi dengan persentase
sebesar 51,10% dibandingkan pria 48, 90%. Menurut kelompok umurnya,
struktur penduduk Kota Salatiga terbanyak pada kelompok umur 20-29 tahun
yaitu sebanyak 18,03%. Persentase penduduk dengan kelompok umur
15
kurang dari 20 tahun cukup tinggi mencapai 31,39%. Pada Tahun 2014
kepadatan penduduk Kota Salatiga adalah 3.191 per kilometer persegi.
Dalam kurun waktu 2010 sampai 2014 kepadatan penduduk Kota Salatiga
relatif stagnan. Pemerataan penyebaran jumlah penduduk belum tersebar
secara merata di wilayah Kota Salatiga, mayoritas penduduk masih terpusat
di area kota.
Pada Tahun 2014 jumlah angkatan kerja Kota Salatiga mencapai bekerja
92.268 jiwa. Tingkat partiipasi angkatan kerja (TPAK) berada pada kisaran
62,87 – 68,85%. Kesempatan angkatan kerja terserap pasar tenaga kerja dari
tahun 2011 hingga 2014 terus mengalami peningkatan, pada tahun 2014
mencapai 95.54%. Indikator ketenagakerjaan Kota Salatiga yang lain juga
baik dilihat tingkat pengangguran terbuka yang semakin menurun dari tahun
ke tahun.
Tabel 2.2 Penduduk Kota Salatiga Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan
Selama Seminggu yang Lalu, 2011-2014
Kegiatan 2011 2012 2013 2014
1. Penduduk 15+ 133.696 136.138 138.911 141.356
2. Angkatan Kerja 90.689 93.736 94.405 92.268
Bekerja 82.506 87.321 88.542 88.149
Penganggur 8.183 6.415 5.863 4.119
3. Bukan Angkatan Kerja 43.007 42.402 44.506 49.088
Sekolah 12.967 14.868 11.956 17.344
Mengurus Rumahtangga 24.935 19.482 23.535 25.957
Lainnya 5.105 8.052 9.015 5.787
4. Tingkat Partipasi Angkat Kerja (%) 67,83 68,85 67,96 65,27
5. Tingkat Kesempatan Kerja (%) 90,98 93,16 93,79 95,54
6. Tingkat Penganggguran Terbuka (%) 9,02 6,84 6,21 4,4
Sumber; BPS Salatiga, 2015
16
2.3. PROFIL EKONOMI
Pertumbuhan kegiatan perekonomian Kota Salatiga dapat diukur dengan
mengacu pada pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Selama tahun 2012-2014 pertumbuhan ekonomi di Kota Salatiga senantiasa
mengalami pertumbuhan yang positif dan mengalami pertumbuhan rata-rata
5,7% pertahun. Laju pertumbuhan ekonomi ini dipicu oleh tiga sektor
dominan sebagai penggerak roda perekonomian Kota Salatiga yang memiliki
PDRB tertinggi yakni sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran, serta sektor Jasa-jasa.
Tabel 2.3. Laju Pertumbuhan PDRB Persektor terhadap PDRB Menurut
Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan 2000 Rahun 2012-
2014, Kota Salatiga
Sektor Tahun
2012 2013 2014 Rerata
Pertanian 3,13 1,44 1,48 2,02
Pertambangan & Penggalian -2,94 -8,79 0,06 -3,89
Industri Pengolahan 4,76 6,37 2,75 4,63
Listrik, Gas & Air Bersih 6,10 6,58 10,44 7,71
Bangunan 6,92 6,34 10,09 7,78
Perdagangan, Hotel & Restoran 6,27 8,03 6,45 6,92
Pengangkutan & Komunikasi 7,01 5,29 4,67 5,66
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perush
6,74 7,68 5,42 6,61
Jasa-Jasa 5,99 4,74 4,73 5,15
PDRB 5,94 6,09 5,23 5,75
Sumber: BPS, 2015
17
Pembentuk PDRB Kota Salatiga selama tahun 2012-2014 terbesar berasal
dari sektor jasa-jasa dengan kontribusi rata-rata pertahun tidak banyak
berbeda mencapai 25,17%. Kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan
restoran dengan rata-rata kontribusinya 19,12%. Sektor perdagangan, hotel
dan restoran pada tahun 2012 memiliki kontribusi terhadap total PDRB Kota
Salatiga sebesar 18,63%, 19,34% pada tahun 2013 dan 19,40% pada tahun
2014. Kontribusi tertinggi berikutnya adalah sektor industri pengolahan yang
memiliki kontribusi PDRB mencapai 16,88% pertahun selama tahun 2012-
2014.
Tabel 2.4. Kontribusi PDRB Persektor terhadap PDRB Berdasarkan Harga
Berlaku Kota Salatiga Tahun 2012-2014
Sektor Tahun Rerata
2012-2014 2012 2013 2014
Pertanian 5.21 4,98 4,97 5,05
Pertambangan & Penggalian 0,05 0,04 0,04 0,04
Industri Pengolahan 16,88 17,04 16,73 16,88
Listrik, Gas & Air Bersih 5,86 6,02 6,00 5,96
Bangunan 6,09 6,06 6,10 6,08
Perdagangan, Hotel & Restoran 18,63 19,34 19,40 19,12
Pengangkutan & Komunikasi 11,44 11,38 11,52 11,45
Keuangan, Persewaan & Jasa Perush 10,12 10,29 10,30 10,24
Jasa-Jasa 25,72 24,85 24,95 25,17
PDRB 100 100 100 100
Sumber: BPS, 2015
18
2.4. PERKEMBANGAN INVESTASI DI KOTA SALATIGA
Keberhasilan Kota Salatiga dalam kegiatan penanaman modal dapat
dicermati jumlah pengajuan perizinan dan realisasi investasi baik
dibandingkan dari kota/kabupaten lainnya maupun pertumbuhannya dari
tahun ke tahun. Tabel 2.4 memberikan gambaran bahwa realisasi investasi
di Kota Salatiga pada tahun 2012 mencapai Rp 103.529.393.996, kemudian
meningkat pada tahun 2013 mencapai Rp 135.847.496.760,- , namun pada
dua tahun terakhir terus mengalami penurunan pada tahun 2014 menjadi
Rp 99.780.275.366 , dan tahun 2015 turun lagi menjadi Rp 98.630.696.031,-.
Tabel 2.5. Realisasi Investasi di Kota SalatigaTahun 2012-2015
NO BULAN Investasi (dalam Ribuan Rp)
2012 2013 2014 2015
1 JANUARI 2.340.000 4.082.300 4.145.000 4.022.200
2 FEBRUARI 22.149.940 2.917.000 2.952.000 2.900.000
3 MARET 11.759.920 8.894.620 2.785.000 31.330.600
4 APRIL 7.485.000 4.308.804 6.208.000 2.755.286
5 MEI 8.543.117 2.455.000 5.317.500 4.740.000
6 JUNI 15.442.379 1.775.000 9.202.800 16.504.044
7 JULI 16.617.695 33.229.350 1.040.000 5.658.124
8 AGUSTUS 2.065.000 6.105.000 2.326.206 13.336.608
9 SEPTEMBER 3.018.220 56.244.146 54.697.000 6.620.000
10 OKTOBER 1.142.000 3.245.000 2.325.000 3.050.000
11 NOVEMBER 8.120.000 8.777.274 2.957.106 5.853.832
12 DESEMBER 4.846.120 3.814.000 5.824.661 1.860.000
JUMLAH 103.529.393 135.847.496 99.780.275 98.630.696
Sumber : BPPT & PM, 2016
19
Gambaran realisasi investasi tersebut menunjukan bahwa Kota Salatiga
semakin memerlukan strategi pengembangan penanaman modal yang tepat
agar Kota Salatiga dapat menjadi tujuan investasi yang pada gilirannya akan
memacu pertumbuhan ekonomi
2.5. DUKUNGAN KEGIATAN PENANAMAN MODAL
a. Peningkatan kualitas Layanan
Layanan berupa proses perizinan penanaman modal di Kota Salatiga
ditangani oleh lembaga terpadu berbentuk badan dengan nomenklatur Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penaman Modal (BPPT & PM) Kota
Salatiga yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 9 Tahun
2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah, Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Salatiga
dan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaran penanaman Modal. Berdasarkan hasil indeks kepuasan
masyarakat (SKM) dan mutu pelayanan perizinan Kota Salatiga Tahun
2012, dari 53 perizinan 18 diantaranya (33.96%) masuk dalam kategori baik.
BPPTPM Kota Salatiga berkomitmen untuk mewujudkan pelayanan yang
cepat, mudah, dan efisien proses permohonan perizinan usaha. Hal
dibuktikan dengan terpilihnya BPPTPM Kota Salatiga sebagai nomine
Investment Award 2016 yang merupakan ajang penghargaan yang diberikan
oleh BKPM RI yang melibatkan enam kriteria meliputi aspek kelembagaan
dengan melalui keputusan Kepala Daerah layanan online, memiliki SOP yang
diverifikasi dan telah dipenuhi yang berikutnya transparansi menyangkut
besaran biaya yang ditetapkan secara terbuka, inovasi layanan, adanya
inisiatif dari Pemerintah Kota untuk memberikan insentif ke perusahaan yang
mematuhi aturan.
20
Dikeluarkan Peraturan Walikota No 5 Tahun 2015 Tentang Road Map dan
Rencana Aksi Reformasi Birokrasi Pemerintah Kota Salatiga Tahun 2015-
2019 juga merupakan bentuk komitmen Pemerintah kota Salatiga yang terus
berusaha meningkatkan kualitas layanan publik berupa deregulasi perizinan
dan penguatan budaya pelayanan prima. Selain itu juga sebelumnya
terdapat Surat Keputusan Walikota Salatiga Nomor 503/2373/206 Tahun
2014 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Perizinan.
b. Peraturan & Kepastian Hukum
Selain regulasi yang berkaitan dengan perizinan, untuk mengakomodasikan
kepentingan berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan penanaman modal,
baik kepentingan pelaku usaha/investor, kepentingan masyarakat, dan
kepentingan pemerintah serta untuk menjaga keseimbangan berbagai
kepentingan yang ada, pemerintah Kota Salatiga telah memiliki peraturan
yang dapat dikatakan sebagai “induk” yang mengatur aktivitas usaha,
khususnya berkaitan tentang pengaturan ruang yaitu Perda Tata Ruang Kota
Salatiga No. Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Salatiga Tahun 2010 – 2030.
c. Infrastruktur Jalan
Jalan sebagai infrastruktur masih memiliki peran yang sangat penting dalam
kegiatan usaha, terutama untuk pergerakan barang. Kota Salatiga terletak di
jalur jalan darat yang berada di jalan negara yang Semarang-Surakarta.
Oleh sebab itulah Kota Salatiga dapat dipandang sebagai wilayah strategis
untuk kegiatan usaha. Posisi inilah yang menuntut tersedianya sarana jalan
yang memadai. Panjang jalan di Kota Salatiga pada tahun 2014 mencapai
355.171 meter menunjukkan 77.59% dalam kondisi baik, 12.77 dalam kondisi
sedang dan hanya 9,64% yang rusak. Selain itu juga cenderung yang
21
semakin membaik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (sumber : Kota
Salatiga Dalam Angka 2015, diolah).
Adanya pembangunan jalan Tol Semarang-Solo dengan total lintasan
sepanjang 72,64 kilometer yang diperkirakan akan selesai akhir 2017 atau
awal 2018 membuat Kota Salatiga memiliki keunggulan lokasi (location
advantage) karena akses ke Kota Semarang dan Surakarta semakin cepat.
d. Infrastruktur Penunjang
Selain fasilitas jalan, fasilitas yang lain seperti aluran drainase kota dan
pemukiman, jembatan-jembatan yang ada di setiap jalan, lampu penerangan
jalan umum, penyediaan air bersih, prasarana telekomunikasi, jaringan listrik,
taman-taman Kota Salatiga, pendestrian di berbagai ruas jalan Kota Salatiga,
hotel, lapangan olah raga, kolam renang, gedung olah raga, serta sarana
olah raga lainnya, sarana kesehatan pemerintah maupun swasta, seperti
puskesmas, rumah sakit, dan poliklinik, sarana ibadah dan sarana pendidikan
berada dalam kondisi yang memadai.
Infrastruktur penunjang lainnya adalah tercukupinya sarana angkutan umum.
Sarana angkutan umum di Kota Salatiga terdiri dari sarana angkutan umum
dalam trayek dan sarana angkutan umum tidak dalam trayek yaitu adanya
armada taxi yang berjumlah 20 unit.
e. Dukungan Ketenagakerjaan
Daya tarik investasi suatu daerah tidak bisa dilepaskan dari kondisi
ketenagakerjaan. Pada tahun 2014 jumlah penduduk 181.193 jiwa dengan
angkatan kerja mencapai 92.268 jiwa. Tingkat pengangguran terbuka
semakin menurun dari tahun 2012 sebesar 6,84%, pada tahun 2014 menjadi
4,4%. Dengan demikian angkatan kerja terserap pasar tenaga terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 jumlah pencari kerja sebanyak
22
1.379 orang, sebagian besar berpendikan SLTA (57,58%) dan diploma &
sarjana (25,60%). Kebutuhan tenaga terdidik oleh pihak perusahaan di Kota
Salatiga akan relatif mudah dipenuhi mengingat terdapat perguruan tinggi
yang cukup besar di Kota Salatiga dan banyak perguruan tinggi berkualitas di
daerah sekitaran Kota Salatiga.
UMK Salatiga yang berlaku 1 Januari 2016 sebesar Rp 1.450.953 sedikit
mengalami kenaikan pada tahun sebelum sebesar Rp 1.287.000. Jika
dibandingkan dengan daerah sekitaran Kabupaten dan Kota Semarang
masing-masing sebesar Rp 1.610.000 dan Rp 1.919.000,-, UMK Kota
Salatiga tersebut sedikit lebih rendah. Dengan mencermati struktur pencari
tenaga kerja dan dukungan keberadaan perguruan tinggi serta besaran UMK
tersebut sebenarnya Kota Salatiga relatif kompetitif dari segi
ketenagakerjaan.
f. Kondisi Sosial Politik dan Keamanan
Kegiatan investasi membutuhkan dukungan kondisi sosial politik dan
keamanan yang baik. Meskipun masyarakat yang tinggal Kota Salatiga
bersifat heterogen baik dari etnis maupun agama selama ini selama ini
senantiasa menjaga toleransi yang tinggi. Kondisi perpolitikan Kota Salatiga
menunjukan kondisi yang kondusif. Demikian juga dengan gangguan
keamanan dan unjuk rasa yang dilakukan oleh buruh relatif kecil
Kota Salatiga terus menjaga kondisi yang ramah investasi hal ini dibuktikan
Kota Salatiga menjadi tujuan investasi perusahaan besar, selain yang sudah
lama dan dikenal luas seperti PT Damatex dan Timatex, PT Tripilar, PT
Formulatrix, PT Keivit, PT Charoen Phophand, PT Unza Vitalis juga menyusul
perusahan besar lainnya. Pada tahun 2016 terdapat tiga perusahaan skala
besar berinvestasi di Salatiga yaitu PT Selalu Cinta Indonesia yang
memproduksi sepatu merek terkenal seperti Converse, kemudian PT
23
Metinka Cor Logam perusahaan skala ekspor, dan PT Indo Sakura yang
merupakan pabrik plastik.
2.6. SEKTOR UNGGULAN
Sektor ekonomi unggulan suatu dareah dapat dilihat kinerjanya terhadap
perekonomian daerah yang bersangkutan selama ini. Sektor-sektor yang
memiliki kontribusi yang tinggi dan mengalami pertumbuhan yang tinggi
mengindikasikan pertumbuhan investasinya juga tinggi. Dengan mencermati
perpaduan antara kontribusi dan pertumbuhan (Tabel 2.6 dan Gambar 2.2 )
dari 9 sektor ekonomi di Kota Salatiga hanya sektor perdagangan yang
masuk kategori prima sehingga sektor perdagangan , hotel dan restoran
dapat dijadikan prioritas sektor unggulan. Selanjutnya yang dapat dijadikan
prioritas berikutnya adalah sektor jasa masuk kategori gemuk dan
kontribusinya terhadap perekomian daerah adalah tertinggi, rata-rata selama
tahun 2012-2014 mencapai 25,17% pertahun. Sesuai dengan karakteristik
daerah perkotaan, tenaga kerja di Kota Salatiga sebagian besar berada di
sektor perdagangan yaitu sebesar 21.50% dan 16.00% di sektor industri. Hal
ini yang menyebabkan tingginya kontribusi kedua sektor tersebut dalam
PDRB.
24
Tabel 2.6. Kategori Persektor PDRB Kota Salatiga Tahun 2012-2014
Sektor Pertumbuhan Kontribusi Ketegori
Pertanian 0.35 0.45 Tertinggal
Pertambangan & Penggalian -0.68 0.00 Tertinggal
Industri Pengolahan 0.80 1.52 Gemuk
Listrik, Gas & Air Bersih 1.34 0.54 Berkembang
Bangunan 1.35 0.55 Berkembang
Perdagangan, Hotel & Restoran 1.20 1.72 Prima
Pengangkutan & Komunikasi 0.98 1.03 Gemuk
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perush
1.15 0.92 Berkembang
Jasa-Jasa 0.90 2.27 Gemuk
Sumber : Hasil olahan Data BPS 2015
PERTUMBUHAN (Δ Xi/X)
Tinggi Rendah
KO
NTR
IBU
SI (
xi/
Xi)
/Xi) Ti
ngg
i R
end
ah
Perdagangan, Hotel & Restoran
Jasa
Pengangkutan & Komunikasi
Industri
Bangunan
Listrik, Gas & Air
Keuangan
Pertambangan
Pertanian
Gambar 2.2 Matrik Pertumbuhan dan Kontribusi
25
Hasil pemilihan sektor perdagangan, hotel dan restoran diatas nampaknya
juga sejalan dengan yang tertuang dokumen Rancangan Perwali tentang
Rencana Umum Penanaman Modal yang menyebutkan bahwa salah arah
Kebijakan Penanaman Modal di Kota Salatiga adalah fokus pada sektor
Perdagangan, Jasa dan Pariwisata. Selain itu dalam Perda Kota Salatiga
No. 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Salatiga
Tahun 2010-2030 juga disebutkan bahwa kawasan strategis kota salatiga
adalah berfungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa.