- 2 -
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Pengelolaan
Perlengkapan Pemungutan Suara dan Dukungan
Perlengkapan Lainnya Pasca Penyelenggaraan Pemilihan
Umum dan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan/atau Wali
Kota;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5071);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009
tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5286);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5533);
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Wali Kota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
- 3 -
Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5898);
6. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6109);
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 217) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
106/PMK.06/2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 976);
8. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun
2014 tentang Pengelolaan Arsip Dinamis Komisi
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 426);
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 04/PMK.06/2015
tentang Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung Jawab
Tertentu dari Pengelola Barang kepada Pengguna Barang
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
20);
10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 271/PMK.06/2015
tentang Tata Cara Penggunaan, Pemindahtanganan,
Pemusnahan, dan Penghapusan Barang Milik Negara
pada Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
2069);
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan dan
Penghapusan Barang Milik Negara (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 757);
- 4 -
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan
Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1018);
13. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 17 Tahun
2016 tentang Jadwal Retensi Arsip Substantif dan
Fasilitatif Nonkepegawaian dan Nonkeuangan Komisi
Pemilihan Umum (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 1773);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PENGELOLAAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA DAN
DUKUNGAN PERLENGKAPAN LAINNYA PASCA
PENYELENGGARAN PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN
GUBERNUR, BUPATI, DAN/ATAU WALI KOTA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan:
1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu
adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, anggota Dewan Perwakilan
Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden yang
selanjutnya disebut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
adalah Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.
- 5 -
3. Pemilihan Umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Daerah
Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut Pemilu
Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota adalah Pemilu untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
4. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota
yang selanjutnya disebut Pemilihan adalah pelaksanaan
kedaulatan rakyat di wilayah provinsi dan
kabupaten/kota untuk memilih Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota
dan Wakil Wali Kota secara langsung dan demokratis.
5. Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat KPU
adalah lembaga Penyelenggara Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur
mengenai Penyelenggara Pemilu yang diberikan tugas
dan wewenang dalam penyelenggaraan Pemilihan
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang mengenai Pemilihan.
6. Komisi Pemilihan Umum Provinsi/Komisi Independen
Pemilihan Aceh yang selanjutnya disebut KPU
Provinsi/KIP Aceh adalah Penyelenggara Pemilu di
provinsi.
7. Komisi Independen Pemilihan Aceh yang selanjutnya
disebut KIP Aceh adalah lembaga Penyelenggara Pemilu
di Provinsi Aceh yang merupakan bagian dari KPU yang
diberi wewenang oleh Undang-Undang tentang
Pemerintahan Aceh untuk menyelenggarakan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, anggota DPD,
- 6 -
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh, dan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur.
8. Komisi Pemilihan Umum/Komisi Independen Pemilihan
Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut KPU/KIP
Kabupaten/Kota adalah Penyelenggara Pemilu di
kabupaten/kota.
9. Komisi Independen Pemilihan Kabupaten/Kota
selanjutnya disebut KIP Kabupaten/Kota adalah lembaga
Penyelenggara Pemilu yang merupakan bagian dari KPU
yang diberi wewenang oleh Undang-Undang tentang
Pemerintahan Aceh untuk menyelenggarakan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR, anggota DPD,
anggota DPRD Kabupaten/Kota dan pemilihan Bupati
dan Wakil Bupati dan Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
10. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disingkat
TPS adalah tempat dilaksanakannya pemungutan suara.
11. Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri yang selanjutnya
disingkat TPSLN adalah tempat dilaksanakannya
pemungutan suara di luar negeri.
12. Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat BMN
adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
berasal dari perolehan lainnya yang sah.
13. Pengelola Barang adalah Menteri Keuangan selaku
pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
menetapkan kebijakan, pedoman dan melakukan
pengelolaan BMN.
14. Pengguna Barang adalah Ketua KPU yang secara kolektif
kolegial berdasarkan rapat pleno berwenang menetapkan
kebijakan standarisasi dan penggunaan BMN, dan
pelaksanaannya dipertanggungjawabkan oleh Ketua
KPU.
15. Kuasa Pengguna Barang adalah Sekretaris Jenderal KPU,
Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh dan Sekretaris
KPU/KIP Kabupaten/Kota selaku pejabat yang ditunjuk
oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang
berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya.
- 7 -
16. Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada
pihak lain dengan menerima penggantian dalam bentuk
uang.
17. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik
dan/atau kegunaan BMN.
18. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk
umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau
lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk
mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan
pengumuman Lelang.
19. Nilai Limit adalah harga minimal barang yang akan
dilelang dan ditetapkan oleh Pengguna Barang.
20. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam
berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
dibuat dan diterima oleh lembaga negara, pemerintah
daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi
politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan
dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
21. Pemusnahan Arsip adalah kegiatan pengurangan arsip
yang tidak bernilai guna dan pengamanan informasi
yang dilakukan dengan cara penghancuran fisik arsip
sampai tidak dapat dikenali lagi.
22. Arsip Nasional Republik Indonesia yang selanjutnya
disingkat ANRI adalah lembaga pemerintah non
kementerian yang melaksanakan tugas negara di bidang
kearsipan yang berkedudukan di ibu kota negara.
23. Jadwal Retensi Arsip adalah daftar yang berisi paling
kurang jangka penyimpanannya atau retensi, jenis arsip,
dan keterangan yang berisi rekomendasi tentang
penetapan suatu jenis arsip yang akan dimusnahkan,
dinilai kembali atau dipermanenkan yang dipergunakan
sebagai pedoman penyusutan dan penyelamatan arsip.
24. Penghapusan adalah tindakan menghapus BMN dari
daftar barang dengan menerbitkan keputusan dari
pejabat yang berwenang untuk membebaskan Pengelola
- 8 -
Barang, Pengguna Barang dan atau Kuasa Pengguna
Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas
barang yang ada dalam penguasaannya.
25. Pemindahtanganan adalah Pengalihan kepemilikan BMN.
Pasal 2
Pengelolaan BMN dilaksanakan berdasarkan asas:
a. fungsional;
b. kepastian hukum;
c. transparansi;
d. efisiensi;
e. akuntabilitas; dan
f. kepastian nilai.
Pasal 3
(1) Ruang lingkup Peraturan Komisi ini mencakup
Pengelolaan BMN pasca penyelenggaraan:
a. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden;
b. Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota; dan
c. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil
Wali Kota.
(2) BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. perlengkapan pemungutan suara; dan
b. dukungan perlengkapan lainnya.
(3) Pengelolaan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi proses:
a. Pemindahtanganan BMN melalui penjualan secara
Lelang;
b. Hibah, dan/atau
c. Pemusnahan BMN.
- 9 -
Bagian Kesatu
Perlengkapan Pemungutan Suara dan Dukungan
Perlengkapan Lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilu
Pasal 4
(1) Perlengkapan pemungutan suara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dalam
penyelenggaraan Pemilu, meliputi:
a. kotak suara;
b. surat suara;
c. tinta;
d. bilik pemungutan suara;
e. segel; dan
f. alat untuk mencoblos pilihan.
(2) Dukungan perlengkapan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dalam penyelenggaraan
Pemilu, meliputi:
a. sampul kertas;
b. tanda pengenal Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS)/Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN), petugas
ketertiban, dan saksi;
c. karet pengikat surat suara;
d. lem/perekat;
e. kantong plastik;
f. pena bolpoin (ballpoint);
g. gembok atau alat pengaman lainnya;
h. spidol;
i. formulir untuk berita acara dan sertifikat serta
formulir lainnya;
j. stiker kotak suara;
k. tali pengikat alat pemberi tanda pilihan;
l. alat bantu tunanetra;
m. daftar pasangan calon dan daftar calon tetap; dan
n. salinan daftar pemilih tetap.
- 10 -
Pasal 5
(1) BMN berupa perlengkapan pemungutan suara dan
dukungan perlengkapan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 yang termasuk Arsip, meliputi:
a. surat suara;
b. formulir yang telah digunakan dalam penghitungan
perolehan suara di TPS/TPSLN;
c. formulir yang telah digunakan dalam rekapitulasi
penghitungan perolehan suara di Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK), KPU/KIP Kabupaten/Kota, KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU; dan
d. daftar pasangan calon dan daftar calon tetap.
(2) BMN berupa dukungan perlengkapan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 yang habis pakai,
meliputi:
a. sampul kertas;
b. kotak suara;
c. bilik pemungutan suara; dan
d. dukungan perlengkapan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) kecuali formulir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf
i.
Bagian Kedua
Perlengkapan Pemungutan Suara dan Dukungan
Perlengkapan Lainnya dalam Penyelenggaraan Pemilihan
Pasal 6
(1) Perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a dalam penyelenggaraan
Pemilihan, meliputi:
a. kotak suara;
b. surat suara;
c. tinta;
d. bilik pemungutan suara;
e. segel; dan
f. alat untuk memberi tanda pilihan.
- 11 -
(2) Dukungan perlengkapan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b dalam penyelenggaraan
Pemilihan, meliputi:
a. sampul kertas;
b. tanda pengenal Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS), petugas ketertiban, dan
saksi;
c. karet pengikat surat suara;
d. lem/perekat;
e. kantong plastik;
f. ballpoint;
g. gembok;
h. spidol;
i. formulir;
j. stiker nomor kotak suara;
k. tali pengikat alat pemberi tanda pilihan;
l. alat bantu tunanetra;
m. daftar pasangan calon; dan
n. salinan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan Daftar
Pemilih Tambahan (DPTb).
Pasal 7
(1) BMN berupa perlengkapan pemungutan suara dan
dukungan perlengkapan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 yang termasuk Arsip, meliputi:
a. surat suara;
b. formulir yang telah digunakan dalam penghitungan
perolehan suara di TPS;
c. formulir yang telah digunakan dalam rekapitulasi
penghitungan perolehan suara di Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK), KPU/KIP Kabupaten/Kota, KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU; dan
d. daftar pasangan calon.
(2) BMN berupa dukungan perlengkapan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 yang habis pakai,
meliputi:
- 12 -
a. sampul kertas;
b. kotak suara;
c. bilik pemungutan suara; dan
d. dukungan perlengkapan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) kecuali formulir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf
i.
Bagian Ketiga
Pengelolaan BMN
Pasal 8
(1) Pengelolaan BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) yang terdapat pada KPU/KIP Kabupaten/Kota
dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota membentuk
tim yang bertindak sebagai panitia penilai Arsip
sekaligus sebagai tim internal
Pemusnahan/Penjualan;
b. tim internal sebagaimana dimaksud dalam huruf a
melakukan penilaian/penaksiran harga terhadap
BMN yang termasuk Arsip sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1), dan
terhadap BMN yang merupakan barang habis pakai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan
Pasal 7 ayat (2);
c. Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota mengajukan
izin Pemusnahan Arsip kepada ANRI, dengan
menyampaikan tembusan kepada KPU Provinsi/KIP
Aceh dan KPU;
d. setelah mendapatkan persetujuan dari ANRI
sebagaimana dimaksud dalam huruf c, Sekretaris
KPU/KIP Kabupaten/Kota mengajukan permohonan
Penghapusan BMN kepada Sekretaris Jenderal KPU
melalui KPU Provinsi/KIP Aceh, dengan
melampirkan persetujuan Pemusnahan Arsip dari
ANRI;
- 13 -
e. dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud
dalam huruf d disetujui oleh Sekretaris Jenderal
KPU, Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota sebagai
Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan
Penjualan BMN kepada instansi pemerintah yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang;
f. Pemusnahan Arsip dilakukan melalui
Pemindahtanganan BMN dengan cara Penjualan
secara Lelang setelah mendapatkan persetujuan
Pemusnahan Arsip sebagaimana dimaksud dalam
huruf d, dan persetujuan dari instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang sebagaimana dimaksud dalam
huruf e;
g. setelah pelaksanaan mekanisme sebagaimana
dimaksud dalam huruf f, Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang;
h. dalam hal terdapat Penghapusan BMN dari daftar
barang Kuasa Pengguna Barang, Kuasa Pengguna
Barang melakukan Penghapusan BMN dari daftar
barang Kuasa Pengguna Barang setelah
mendapatkan persetujuan dari Pengguna Barang
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Penghapusan BMN;
i. dalam hal tidak terdapat Penghapusan BMN dari
daftar barang Pengguna Barang, Kuasa Pengguna
Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
pemindahtanganan kepada Pengguna Barang.
(2) Pengelolaan BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) yang terdapat pada KPU Provinsi/KIP Aceh
dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh membentuk tim
internal Pemusnahan/Penghapusan;
b. tim internal sebagaimana dimaksud dalam huruf a
melakukan penilaian BMN yang merupakan barang
- 14 -
habis pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2) dan Pasal 7 ayat (2);
c. Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh mengajukan
permohonan persetujuan Penjualan BMN kepada
Sekretaris Jenderal KPU, berdasarkan hasil
penilaian sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
d. dalam hal permohonan Penjualan BMN
sebagaimana dimaksud dalam huruf c disetujui oleh
Sekretaris Jenderal KPU, Sekretaris KPU
Provinsi/KIP Aceh sebagai Kuasa Pengguna Barang
mengajukan permohonan Penjualan BMN kepada
instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang;
e. pemindahtanganan BMN dengan cara Penjualan
secara Lelang dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan dari instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan
Lelang sebagaimana dimaksud dalam huruf d;
f. setelah pelaksanaan mekanisme sebagaimana
dimaksud dalam huruf e, Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang;
g. dalam hal terdapat Penghapusan BMN dari daftar
barang Kuasa Pengguna Barang, Kuasa Pengguna
Barang melakukan Penghapusan BMN dari daftar
barang Kuasa Pengguna Barang setelah
mendapatkan persetujuan dari Pengguna Barang
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Penghapusan BMN;
dan
h. dalam hal tidak terdapat Penghapusan BMN dari
daftar barang Pengguna Barang, Kuasa Pengguna
Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
pemindahtanganan kepada Pengguna Barang.
(3) Pengelolaan BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3) yang terdapat pada KPU dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
- 15 -
a. Sekretaris Jenderal KPU membentuk tim yang
bertindak sebagai panitia penilai Arsip sekaligus
sebagai tim internal Pemusnahan/Penjualan;
b. tim internal sebagaimana dimaksud dalam huruf a
melakukan penilaian/penaksiran harga terhadap
BMN yang termasuk Arsip sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1), dan
terhadap BMN yang merupakan barang habis pakai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan
Pasal 7 ayat (2);
c. biro pada Sekretariat Jenderal KPU yang menangani
urusan BMN mengajukan permohonan persetujuan
Penjualan BMN dan Pemusnahan Arsip kepada
Sekretaris Jenderal KPU, berdasarkan hasil
penilaian sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
d. Sekretaris Jenderal KPU mengajukan izin
Pemusnahan Arsip kepada ANRI berdasarkan
permohonan sebagaimana dimaksud dalam huruf c;
e. dalam hal permohonan Penjualan BMN
sebagaimana dimaksud dalam huruf c disetujui oleh
Sekretaris Jenderal KPU, Sekretaris Jenderal KPU
sebagai Kuasa Pengguna Barang mengajukan
permohonan Penjualan BMN kepada instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang;
f. Pemusnahan Arsip dilakukan melalui
pemindahtanganan BMN dengan cara Penjualan
secara Lelang setelah mendapatkan persetujuan
Pemusnahan Arsip sebagaimana dimaksud dalam
huruf d, dan persetujuan dari instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang sebagaimana dimaksud dalam
huruf e;
g. setelah pelaksanaan mekanisme sebagaimana
dimaksud dalam huruf e, Kuasa Pengguna Barang
menyampaikan laporan kepada Pengguna Barang;
- 16 -
h. dalam hal terdapat Penghapusan BMN dari daftar
barang Kuasa Pengguna Barang, Kuasa Pengguna
Barang melakukan Penghapusan BMN dari daftar
barang Kuasa Pengguna Barang setelah
mendapatkan persetujuan dari Pengguna Barang
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Penghapusan BMN;
dan
i. dalam hal tidak terdapat Penghapusan BMN dari
daftar barang Pengguna Barang, Kuasa Pengguna
Barang menyampaikan laporan pelaksanaan
pemindahtanganan kepada Pengguna Barang.
BAB II
PENILAIAN ARSIP DAN BMN HABIS PAKAI
Pasal 9
(1) Sebelum melakukan penilaian terhadap BMN pasca
Pemilu dan Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf a dan huruf b, KPU/KIP
Kabupaten/Kota membuka kotak suara untuk
mengeluarkan isi kotak suara dengan berpedoman pada
Jadwal Retensi Arsip surat suara yang diatur dalam
Peraturan KPU yang mengatur tentang Jadwal Retensi
Arsip.
(2) Pembukaan kotak suara sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disaksikan oleh Badan Pengawas Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota.
(3) KPU/KIP Kabupaten/Kota memilah isi kotak suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum
dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk setiap TPS
dan diberi tanda atau label sesuai dengan lokasi TPS.
(4) KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib memisahkan Arsip
dengan keterangan musnah dan Arsip dengan
keterangan permanen sesuai dengan Peraturan KPU
yang mengatur tentang Jadwal Retensi Arsip.
- 17 -
(5) Arsip dengan keterangan permanen sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), wajib disimpan dan dikelola
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai kearsipan.
Bagian Kesatu
Penilaian Arsip
Pasal 10
(1) Penilaian terhadap Arsip dilakukan untuk dapat
menentukan Arsip laik musnah.
(2) Pemusnahan dilakukan terhadap Arsip yang memenuhi
kriteria:
a. tidak memiliki nilai guna primer dan nilai guna
sekunder;
b. telah habis masa retensinya dan berketerangan
musnah berdasarkan Jadwal Retensi Arsip;
c. tidak ada peraturan perundang-undangan yang
melarang; dan
d. tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu
perkara.
Pasal 11
(1) Untuk melaksanakan penilaian Arsip sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, KPU/KIP Kabupaten/Kota
membentuk dan menetapkan panitia penilai Arsip
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a
dengan Keputusan Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota,
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai kearsipan.
(2) Panitia penilai Arsip sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling kurang memenuhi unsur:
a. pimpinan unit kearsipan sebagai ketua merangkap
anggota;
b. pimpinan unit pengolah yang arsipnya akan
dimusnahkan, sebagai anggota; dan
c. arsiparis sebagai anggota.
- 18 -
Pasal 12
(1) Panitia penilai Arsip bertugas untuk melakukan
penilaian Arsip dengan berpedoman pada Peraturan KPU
mengenai pengelolaan arsip dinamis, Peraturan KPU
yang mengatur tentang Jadwal Retensi Arsip, Peraturan
Kepala ANRI dan peraturan perundang-undangan
mengenai kearsipan.
(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan tahapan:
a. mencermati daftar Arsip usul musnah; dan
b. memverifikasi daftar Arsip usul musnah dengan
Jadwal Retensi Arsip, yaitu terhadap masa inaktif
dan kolom keterangan musnah.
Pasal 13
(1) Hasil penilaian Arsip yang telah dilakukan oleh panitia
penilai Arsip dituangkan dalam pertimbangan tertulis
panitia penilai Arsip.
(2) Pertimbangan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) digunakan oleh KPU/KIP Kabupaten/Kota sebagai
dasar permohonan Pemusnahan Arsip kepada KPU.
(3) Permohonan Pemusnahan Arsip sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilampiri:
a. surat pertimbangan dari panitia penilai Arsip; dan
b. daftar Arsip usul musnah.
Bagian Kedua
Penilaian BMN Habis Pakai
Pasal 14
(1) Sebelum melakukan Penjualan perlengkapan
pemungutan suara dan dukungan perlengkapan lainnya,
dilakukan kajian berdasarkan aspek teknis, aspek
ekonomis, dan aspek yuridis.
(2) Aspek teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
sebagai berikut:
- 19 -
a. Penjualan perlengkapan pemungutan suara dan
dukungan perlengkapan lainnya tidak dapat
digunakan karena rusak berat, dan tidak ekonomis
apabila diperbaiki;
b. Penjualan perlengkapan pemungutan suara dan
dukungan perlengkapan lainnya secara teknis
tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi;
c. Penjualan perlengkapan pemungutan suara dan
dukungan perlengkapan lainnya tidak dapat
digunakan dan dimanfaatkan karena mengalami
perubahan dalam spesifikasi akibat penggunaan,
seperti terkikis, aus, dan akibat lain yang
sejenisnya; atau
d. Penjualan perlengkapan pemungutan suara dan
dukungan perlengkapan lainnya tidak dapat
digunakan dan dimanfaatkan karena mengalami
pengurangan dalam timbangan/ukuran disebabkan
penggunaan atau susut dalam penyimpanan atau
pengangkutan.
(3) Aspek ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
yaitu secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara
apabila Penjualan perlengkapan pemungutan suara dan
dukungan perlengkapan lainnya dijual, karena biaya
operasional dan pemeliharaan barang lebih besar
daripada manfaat yang diperoleh.
(4) Aspek yuridis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 15
(1) Biro pada Sekretariat Jenderal KPU yang menangani
urusan BMN, KPU Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP
Kabupaten/Kota melakukan persiapan permohonan
Pemindahtanganan BMN dengan Penjualan secara
Lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
huruf a, meliputi:
- 20 -
a. melakukan penelitian data administratif yang paling
kurang mencakup tahun perolehan, identitas
barang, dan nilai perolehan; dan
b. melakukan penelitian fisik untuk mencocokkan
kesesuaian fisik BMN yang akan dijual dengan data
administratif, yang dituangkan dalam berita acara
penelitian.
(2) Penentuan Nilai Limit Penjualan dalam rangka Penjualan
BMN secara Lelang dilakukan dengan memperhitungkan
faktor penyesuaian yang merupakan batasan terendah
sebagai dasar penetapan Nilai Limit Penjualan.
(3) Penaksiran Nilai Limit Penjualan BMN dilakukan oleh
tim yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal KPU,
Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh, atau Sekretaris
KPU/KIP Kabupaten/Kota, dan dapat melibatkan Penilai
Pemerintah atau Penilai Publik.
(4) Tata cara pelaksanaan penilaian dilakukan dengan
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai Penilaian BMN.
Pasal 16
(1) Tim internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat
(3) ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Jenderal
KPU, Keputusan Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh atau
Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota.
(2) Tim internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berjumlah ganjil, paling sedikit 3 (tiga) orang, dan dapat
ditambah sesuai dengan kompleksitas barang yang akan
dijual.
(3) Anggota tim internal sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) terdiri atas:
a. pejabat atau personel yang membidangi keuangan,
umum, dan logistik; dan
b. personel yang kompeten atau penilai dari instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang setempat.
- 21 -
(4) Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
merupakan pihak yang melakukan penilaian secara
independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
Pasal 17
Tugas tim internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,
terdiri atas:
a. meneliti dan memeriksa BMN yang akan dijual, meliputi:
1. menginventarisasi dan meneliti administrasi barang;
2. menginventarisasi dan meneliti kondisi fisik barang;
3. menetapkan jumlah dan jenis barang; dan
4. menetapkan perkiraan Nilai Limit Penjualan sebagai
dasar usulan penjualan barang;
b. menyelesaikan kelengkapan administrasi usulan
persetujuan Penjualan;
c. melaporkan pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b kepada Kuasa Pengguna
Barang;
d. berkoordinasi dengan instansi pemerintah yang lingkup
tugas dan tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang
setempat, terkait dengan proses Penjualan; dan
e. menyusun laporan hasil pelaksanaan Penjualan kepada
Kuasa Pengguna Barang.
Pasal 18
(1) Tim internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
melaksanakan penaksiran nilai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15.
(2) Hasil penaksiran nilai sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diajukan sebagai dasar penetapan Nilai Limit
Penjualan BMN.
(3) Tim internal menyampaikan hasil penaksiran nilai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kuasa
Pengguna Barang, dilampiri dengan berita acara
penelitian dan laporan penilaian.
(4) Berdasarkan laporan tim internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), biro pada Sekretariat Jenderal
- 22 -
KPU yang menangani urusan BMN, Sekretaris KPU
Provinsi/KIP Aceh dan Sekretaris KPU/KIP
Kabupaten/Kota mengajukan permohonan persetujuan
Pemindahtanganan BMN dengan Penjualan secara
Lelang kepada Sekretaris Jenderal KPU.
(5) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilampiri dengan dokumen:
a. penjelasan dan pertimbangan Penjualan BMN;
b. data administratif BMN yang paling kurang memuat
tahun perolehan, identitas barang, dan nilai
perolehan;
c. surat pernyataan taksiran Nilai Limit Penjualan;
d. surat pernyataan atas kebenaran formil dan materiil
objek dan besaran nilai yang diusulkan; dan
e. salinan Keputusan pembentukan tim internal.
BAB III
PEMUSNAHAN ARSIP DAN PEMINDAHTANGANAN BMN
DENGAN PENJUALAN SECARA LELANG
Bagian Kesatu
Pengajuan Persetujuan
Paragraf 1
Persetujuan Permohonan Pemusnahan Arsip dan
Pemindahtanganan BMN dengan Penjualan secara Lelang
Pasal 19
(1) Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota mengajukan
permohonan persetujuan Pemusnahan Arsip kepada
ANRI dengan menyampaikan tembusan kepada KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU.
(2) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilengkapi dengan dokumen berupa data
permohonan persetujuan Pemusnahan Arsip
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3).
- 23 -
(3) Setelah mendapatkan persetujuan dari ANRI
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris
KPU/KIP Kabupaten/Kota mengajukan permohonan
persetujuan Pemindahtanganan BMN dengan Penjualan
secara Lelang kepada Sekretaris Jenderal KPU melalui
KPU Provinsi/KIP Aceh.
(4) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), dilengkapi dengan dokumen berupa data
permohonan persetujuan Pemindahtanganan BMN
dengan Penjualan secara Lelang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (5).
(5) Setelah menerima permohonan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Sekretaris Jenderal KPU meneliti dan
memberikan surat persetujuan atas permohonan
Pemindahtanganan BMN dengan Penjualan secara
Lelang kepada Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota.
(6) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
digunakan oleh KPU/KIP Kabupaten sebagai dasar
dalam melaksanakan Pemindahtanganan BMN dengan
Penjualan secara Lelang.
Paragraf 2
Persetujuan Penjualan secara Lelang
Pasal 20
(1) Permohonan Penjualan BMN yang berada pada Pengguna
Barang atau Kuasa Pengguna Barang, dilakukan oleh
Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang kepada
instansi pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan lelang paling lama 6 (enam)
bulan sejak tanggal persetujuan Penjualan dari
Pengguna Barang.
(2) Apabila permohonan Penjualan BMN sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disetujui, Sekretaris KPU
Provinsi/KIP Aceh dan KPU/KIP Kabupaten/Kota
mengajukan permohonan Penjualan BMN secara Lelang
kepada instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
- 24 -
tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang setempat
setelah mendapatkan persetujuan dari Sekretaris
Jenderal KPU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (5).
(3) Dalam hal permohonan Penjualan BMN secara Lelang
diajukan melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), wajib dilakukan penilaian ulang sebelum
Penjualan BMN secara Lelang dilaksanakan.
Pasal 21
Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2)
disertai dengan dokumen sebagai berikut:
a. penjelasan dan pertimbangan Penjualan BMN;
b. data administratif berupa tahun perolehan, spesifikasi
teknis, jenis, jumlah dan lokasi BMN yang akan
dilakukan Penjualan;
c. surat pernyataan taksiran harga Limit dari Kuasa
Pengguna Barang;
d. surat pernyataan atas kebenaran formil dan materiil
objek dan besaran nilai yang diusulkan;
e. berita acara penelitian dan penilaian oleh tim internal;
f. keputusan tentang pembentukan tim internal untuk
melakukan Penjualan yang dikeluarkan oleh Kuasa
Pengguna Barang; dan
g. surat persetujuan dari Kepala ANRI yang menyatakan
surat suara pasca penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan
dapat dimusnahkan untuk BMN yang termasuk Arsip.
Bagian Kedua
Pemusnahan Arsip
Pasal 22
KPU/KIP Kabupaten/Kota wajib mengelola perlengkapan
pemungutan suara dan dukungan perlengkapan lainnya yang
dikategorikan Arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai kearsipan.
- 25 -
Pasal 23
(1) Pemusnahan Arsip dilakukan terhadap BMN yang
termasuk Arsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) yang telah habis masa
retensinya dan memiliki keterangan musnah
berdasarkan Peraturan KPU yang mengatur tentang
Jadwal Retensi Arsip, dan dilakukan dengan
berpedoman pada Peraturan KPU yang mengatur tentang
pengelolaan Arsip dinamis KPU.
(2) KPU/KIP Kabupaten/Kota melakukan Pemusnahan
Arsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah
mendapat persetujuan Pemusnahan Arsip dari Kepala
ANRI.
(3) Pemusnahan Arsip dilakukan setelah melalui mekanisme
Pemindahtanganan BMN dengan Penjualan secara
Lelang.
(4) Pemusnahan Arsip dilaksanakan dengan prinsip:
a. dilakukan secara total sehingga fisik dan informasi
Arsip musnah tidak dapat dikenali; dan
b. disertai penandatanganan berita acara yang
memuat daftar arsip yang dimusnahkan.
Bagian Ketiga
Pemindahtanganan BMN dengan Penjualan
Secara Lelang
Pasal 24
(1) Penjualan BMN secara Lelang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 ayat (3) dilaksanakan dengan prinsip:
a. optimalisasi BMN yang berlebih atau tidak
digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga atau tidak
dimanfaatkan oleh pihak lain;
b. efisiensi biaya perawatan BMN yang sudah tidak
bernilai guna; dan/atau
c. pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
- 26 -
(2) Kuasa Pengguna Barang melakukan Penjualan BMN
secara Lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
setelah mendapat persetujuan Penjualan BMN dari
Kepala instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang setempat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (5).
Pasal 25
(1) Dalam melaksanakan proses Penjualan secara Lelang,
tim internal berkoordinasi dengan instansi pemerintah
yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang setempat.
(2) Penjualan secara Lelang dilakukan dengan berdasar pada
Nilai Limit Penjualan yang didapatkan dari proses
penaksiran nilai tim internal sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15.
Pasal 26
(1) Dalam hal BMN pasca penyelenggaraan
Pemilu/Pemilihan yang dijual secara Lelang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 tidak laku terjual, panitia atau
tim internal melakukan Lelang ulang sebanyak 1 (satu)
kali.
(2) Dalam pelaksanaan Lelang ulang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan penaksiran Nilai Limit Penjualan
ulang untuk mendapatkan Nilai Limit Penjualan yang
baru.
(3) Pelaksanaan Penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai keuangan
negara.
Pasal 27
(1) Dalam hal BMN pasca penyelenggaraan
Pemilu/Pemilihan berhasil dilelang, perusahaan
pemenang wajib melebur atau memusnahkan BMN pasca
- 27 -
penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan sampai informasi
yang terkandung di dalamnya tidak dapat dikenali lagi.
(2) Hasil Penjualan BMN pasca penyelenggaraan
Pemilu/Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
26 disetor seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara
sebagai penerimaan negara bukan pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
keuangan negara.
Pasal 28
(1) Panitia atau tim internal melaporkan pelaksanaan
Penjualan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 kepada
Kuasa Pengguna Barang.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri
dengan risalah Lelang, Bukti Setor dan Berita Acara
Serah Terima.
(3) Kuasa Pengguna Barang menerima laporan atas
pelaksanaan Penjualan dari panitia atau tim internal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
disampaikan kepada:
a. Kepala instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi pelayanan Lelang oleh
Sekretaris Jenderal KPU;
b. Sekretaris Jenderal KPU dan Kepala instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang oleh Sekretaris
KPU Provinsi/KIP Aceh; dan
c. Sekretaris Jenderal KPU dan Kepala instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya meliputi pelayanan Lelang oleh Sekretaris
KPU/KIP Kabupaten/Kota melalui KPU Provinsi/KIP
Aceh.
- 28 -
BAB IV
PEMUSNAHAN BMN SETELAH GAGAL LELANG ULANG
Bagian Kesatu
Pengajuan Usul Pemusnahan
Pasal 29
(1) Dalam hal BMN pasca penyelenggaraan
Pemilu/Pemilihan tidak laku dijual dalam Lelang ulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1),
KPU/KIP Kabupaten/Kota melakukan Pemusnahan
BMN.
(2) Pemusnahan BMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan cara:
a. dibakar;
b. dihancurkan; atau
c. ditimbun.
(3) Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah mendapat persetujuan Sekretaris
Jenderal KPU.
(4) Pelaksanaan Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
keuangan negara.
Pasal 30
Pemusnahan BMN pasca penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dilakukan setelah
mendapat persetujuan Sekretaris Jenderal KPU.
Pasal 31
(1) Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota mengajukan usul
Pemusnahan BMN pasca penyelenggaraan
Pemilu/Pemilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 kepada Sekretaris Jenderal KPU melalui KPU
Provinsi/KIP Aceh, disertai pertimbangan aspek teknis,
ekonomis, dan yuridis.
- 29 -
(2) Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh atau Sekretaris
KPU/KIP Kabupaten/Kota menugaskan panitia atau tim
internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan
Pasal 17 untuk melaksanakan Pemusnahan setelah
mendapat persetujuan Pemusnahan dari Sekretaris
Jenderal KPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 32
Usulan Pemusnahan surat suara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 wajib dilampiri dokumen pendukung yang
meliputi:
a. surat persetujuan dari Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia yang menyatakan surat suara pasca
penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan dapat dimusnahkan;
b. keputusan pembentukan panitia atau tim internal untuk
melakukan Pemusnahan yang dikeluarkan oleh
Sekretaris Jenderal KPU, Sekretaris KPU Provinsi/KIP
Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota;
c. berita acara penelitian dan penilaian terhadap surat
suara pasca penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan yang
akan dimusnahkan;
d. jenis, jumlah, atau volume, dan lokasi barang yang akan
dimusnahkan; dan
e. laporan hasil pelaksanaan Lelang dan Lelang ulang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Pemusnahan
Pasal 33
(1) Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
dilakukan di lokasi tempat barang tersebut berada atau
di tempat lain yang telah ditentukan oleh Kuasa
Pengguna Barang.
(2) Pemusnahan di lokasi atau tempat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dengan disaksikan
oleh:
- 30 -
a. Kuasa Pengguna Barang;
b. instansi pemerintah yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi pelayanan
Lelang/pejabat Lelang setempat; dan
c. Kepolisian Resort setempat.
(3) Pelaksanaan Pemusnahan surat suara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam berita acara
Pemusnahan yang ditandatangani oleh pihak-pihak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Biaya Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
(5) Pelaksanaan Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 34
(1) Panitia atau tim internal melaporkan pelaksanaan
Pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
kepada Sekretaris KPU Provinsi/KIP Aceh atau Sekretaris
KPU/KIP Kabupaten/Kota selaku Kuasa Pengguna
Barang.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampiri
dengan risalah Lelang, Bukti Setor dan Berita Acara
Serah Terima.
(3) Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota selaku Kuasa
Pengguna Barang menerima laporan atas pelaksanaan
Pemusnahan dari panitia atau tim internal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(4) Sekretaris KPU/KIP Kabupaten/Kota menyampaikan
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada
Sekretaris Jenderal KPU melalui Sekretaris KPU
Provinsi/KIP Aceh dan Kepala instansi pemerintah yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi
pelayanan Lelang setempat.
- 31 -
BAB V
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 35
Pengelolaan BMN berupa Pemusnahan perlengkapan
pemungutan suara dan dukungan perlengkapan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (2)
yang berada di luar negeri dilakukan dengan berpedoman
pada peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
keuangan negara.
Pasal 36
KPU/KIP Kabupaten/Kota dapat mengosongkan isi kotak
suara yang digunakan dalam Pemilu/Pemilihan, 1 (satu)
bulan setelah pengucapan sumpah/janji Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
Pasal 37
(1) KPU/KIP Kabupaten/Kota dapat mengosongkan isi kotak
suara yang digunakan dalam Pemilu/Pemilihan apabila
tidak terdapat sengketa dan/atau apabila terdapat
sengketa yang telah memperoleh putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap.
(2) KPU/KIP Kabupaten/Kota memilah isi kotak suara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum
dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk setiap TPS
dan diberi tanda atau label sesuai dengan lokasi TPS.
Pasal 38
(1) KPU/KIP Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi/KIP Aceh
melakukan Penjualan dan Penghapusan kotak suara
aluminium dan bilik suara aluminium dalam kondisi
rusak yang telah digunakan pada Pemilu dan Pemilihan
terakhir.
- 32 -
(2) Pelaksanaan Penjualan dan Penghapusan kotak suara
aluminium dan bilik suara aluminium dalam kondisi
rusak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. KPU/KIP Kabupaten/Kota menyampaikan laporan
data kotak suara aluminium dan bilik suara
aluminium dalam kondisi rusak yang akan
dilakukan Penjualan dan Penghapusan kepada KPU
Provinsi/KIP Aceh;
b. KPU Provinsi/KIP Aceh melakukan rekapitulasi
terhadap laporan KPU/KIP Kabupaten/Kota
sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c. berdasarkan rekapitulasi sebagaimana dimaksud
dalam huruf b, KPU Provinsi/KIP Aceh mengajukan
usul persetujuan pelaksanaan Penjualan dan
Penghapusan kotak suara aluminium dan bilik
suara aluminium dalam kondisi rusak kepada
Sekretaris Jenderal KPU; dan
d. KPU/KIP Kabupaten/Kota melaksanakan Penjualan
dan Penghapusan kotak suara aluminium dan bilik
suara aluminium dalam kondisi rusak, berdasarkan
persetujuan dari Sekretaris Jenderal KPU
sebagaimana dimaksud dalam huruf c.
(3) Tata cara pelaksanaan Penjualan dan Penghapusan
kotak suara aluminium dan bilik suara aluminium
dalam kondisi rusak dilaksanakan dengan berpedoman
pada peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan
keuangan negara yang mengatur tentang
Pemindahtanganan dan Penghapusan BMN.
(4) Apabila setelah dilakukan lelang ulang kotak suara
aluminium tidak laku terjual, dapat dilakukan alternatif
lain Pengelolaan BMN dalam bentuk hibah yang
dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan
menteri yang menyelenggarakan urusan keuangan
negara yang mengatur tentang Pemindahtanganan dan
Penghapusan BMN
.
- 33 -
Pasal 39
KPU/KIP Kabupaten/Kota membongkar dan melipat dengan
rapi kotak suara setelah perlengkapan pemungutan suara
dan dukungan perlengkapan lainnya dijual atau
dimusnahkan.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 40
Pada saat Peraturan Komisi ini mulai berlaku, Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2015 tentang
Pengelolaan Perlengkapan Pemungutan Suara dan Dukungan
Perlengkapan Lainnya Pasca Penyelenggaraan Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden, dan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan
Wakil Wali Kota (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1062), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 41
Peraturan Komisi ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.