Download - 1.2. Bahan Ajar Mengorganisasikan Pekerjaan
BAHAN AJARPELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI
ASISTEN KEBUN KELAPA SAWIT
KODE PROGRAM PELATIHAN : A.0126201.01.15
Mengorganisasikan Pekerjaan(Kode: TAN. KS01.002.01)
JUDUL : Mengorganisasikan Pekerjaan
KEMENTERIAN PERTANIAN RIBADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN Jl. Harsono RM No.3 Ragunan Jakarta Selatan
2015
KOMPETENSI DASAR : Setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini, peserta
pelatihan diharapkan mampu mengorganisasikan
pekerjaan asisten kebun di perkebunan kelapa sawit.
INDIKATOR KOMPETENSI : Setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini peserta
dapat :
1. Mengidentifikasi pekerjaan asisten kebun kelapa
sawit
2. Mengelola tenaga kerja
3. Melakukan supervisi pelaksanaan pekerjaan
4. Mengkoordinasikan pekerjaan sebagai asisten kebun
kelapa sawit
LANGKAH KERJA : Langkah kerja dalam penerapan mengorganisasikan pekerjaan adalah :1. Jelaskanlah tugas pokok dan fungsi asisten kebun
kelapa sawit
2. Identifikasilah pekerjaan sebagai asisten kebun
berdasarkan SOP
3. Jelaskanlah prinsip-prinsip pengelolaan tenaga kerja,
penetapan kebutuhan tenaga kerja dan pembagian
tugas pekerjaan berdasarkan jenis pekerjaan
4. Laksanakan supervisi pekerjaan sesuai jenis
pekerjaan sebagaimana yang diuraikan pada SOP.
5. Koordinasikan tugas-tugas asisten kebun dengan
pihak terkait.
GAMBAR :1. Pengarahan dalam kerangka pengorganisasian
pekerjaan
3. Pengarahan dalam kerangka pengorganisasian
pekerjaan panen
TEORI FUNGSIONAL :
1. Prinsip Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu proses pembagian kerja atau pengaturan kerja
bersama dari para anggota suatu organisasi. Dalam suatu pengorganisasian
pada prinsipnya berguna untuk menunjukkan cara-cara tentang upaya
pemberdayaan sumber daya manusia agar dapar bekerja sama dalam suatu
sistem kerja sama dengan harapan dapat mencapai tujuan organisasi. Untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, maka pengorganisasian
dapat dimaknai sebagai berikut:
a. Cara manajemen merancang struktur formal untuk menggunakan yang
paling efektif sumberdaya-sumberdaya keuangan, fisik, bahan baku, dan
tenaga kerja organisasi
b. Pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang diikuti dengan penugasan
sesorang pimpina yang diberi wewenang untuk mengawasi angota-anggota
kelompok.
c. Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan
para karyawan.
d. Cara pimpinan dalam membagi tugas-tugas lebih lanjut yang harus
dilaksanakan pada masing-masing unit kerja dengan cara mendelegasikan
wewenangnya.
Dari uraian di atas, secara umum dapat dipahami bahwa pengorganisasian
merupakan proses pembagian kerja atau pengelompokan tugas-tugas diantara
anggota-anggota organisasi. Maksudnya adalah agar tujuan organisasi secara
menyeluruh dapat dicapai secara efisien mungkin, yaitu memudahkan dalam
upaya mencapai tujuan dengan konsekuensi pemilihan terhadap pemikiran
yang lazim tentang kemampuan memperbesar hasil kerja dengan modal biaya
yang serendah-rendahnya. Menurut Y.Warella, pengorganisasian mencakup
beberapa aspek penting yang menyangkut struktur organisasi yaitu:
a. Departementalisasi, yaitu pengelompokkan kegiatan sehingga pekerjaan
yang serupa dan saling berkaitan dapat dilakukan bersama.
b. Pembagian kerja, yaitu pemecahan tugas sehingga setiap individu hanya
bertanggung jawab dan melakukan sejumlah kegiatan-kegiatan tertentu
saja.
c. Koordinasi, yaitu proses untuk memadukan kegiatan-kegiatan dan sasaran
unit-unit organisasi yang terpisah guna mencapai tujuan bersama secara
efisien.
d. Rentang manajemen, berupa banyaknya jumlah bawahan yang dapat
dikendalikan secara efektif oleh seorang atasan.
Dengan adanya pengorganisasian, berarti menunjukkan adanya
pengelompokan tugas atau pekerjaan yang didasarkan atas berbagai hal,
yaitu:
a. Pengelompokan atas dasar fungsi, yaitu penyesuaian pekerjaan dengan
fungsi tugasnya.
b. Pengelompokan atas dasar proses, yaitu proses pengelompokan
pekerjaan menjadi kesatuan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Pengelompokan atas dasar pelanggan,
d. Pengelompokkan atas dasar produk,
e. Pengelompokkan atas dasar daerah (area, territorial)
Berdasarkan perincian ciri pengorganisasian di atas, maka dapat disipulkan
bahwa prinsip pengorganisasian dalam manajemen meliputi eksistensi tujuan,
skala hirarkis, kesatuan perintah, pelimpahan wewenang, pertanggung-
jawaban, pembagian kerja, rentang pengawasan, fungsional, pengelompokan
tugas, keseimbangan/kesesuaian, fleksibelitas, dan kepemimpinan.
2. Tujuan Pengorganisasian
Terdapat beberapa tujuan pengorganisasian, yaitu:
Membantu koordinasi, yaitu memberi tugas pekerjaan kepada unit kerja
secara koordinatif agar tujuan organisasi dapat melaksanakan dengan
mudah dan efektif. Koordinasai dibutuhkan tatkala harus membagi unitkerja
yang terpisah dan tidak sejenis, tetapi berada dalam satu organisasi.
Memperlancar pengawasan, yaitu dapat membantu pengawasan
dengan menempatkan seorang anggota manajer yang berkompetensi
dalam setiap unit organisasi. Dengan demikian sebuah unit dapat
ditempatkan di dalam organisasi secara keseluruhan sedemikian rupa agar
dapat mencapai sasaran kerjanya walaupun dengan lokasi yang tidak
sama. Unit-unit operasional yang identik dapat disatukan dengan sistem
pengawasan yang identik pula secara terpadu.
Maksimalisasi manfaat spesialisasi, yaitu dengan konsentrasi kegiatan,
maka dapat membantu seorang menjadi lebih ahli dalam pekerjaan-
pekerjaan tertentu. Spesialisasi pekerjaan dengan dasar keahlian dapat
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, sehingga kemanfaatan
produk dapat memberikan kepuasan dan memperoleh kepercayaan
masyarakat pengguna.
Penghematan biaya, artinya dengan pengorganisasian, maka akan
tumbuh pertimbangan yang berkaitan dengan efisiensi. Dengan demikian
pelaku organisasi akan selalu berhati-hati dalam setiap akan menambah
unit kerja baru yang notabene menyangkut penambahan tenaga kerja yang
relatif banyak membutuhkan biaya tambahan berupa gaji/upah.
Penambahan unit kerja sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan nilai
sumbangan pekerja baru dengan tujuan untuk menekan upah buruh yang
berlebihan.
Meningkatkan kerukunan hubungan antar manusia, dengan
pengorganisasian, maka masing-masing pekerja antar unit kerja dapat
bekerja saling melengkapi, mengurangi kejenuhan, menumbuhkan rasa
saling membutuhkan, mengurangi pendekatan materialistis. Untuk ini pihak
manajer harus mampu mengadakan pendekatan sosial dengan penanaman
rasa solidaritas dan berusaha menampung serta menyelesaikan berbagai
perbedaan yang bersifat individual.
Dalam menetapkan tujuan-tujuan itu perlu adanya pertimbangan, yaitu:
a. Membatasi idealisme tujuan, yaitu menghindari penetapan tujuan yang
terlalu muluk, sebaiknya dilakukan penyesuaian kapasitas kemampuan teknis
dan pengetahuan dengan besarnya harapan yang hendak dicapai.
b. Pertimbangan waktu, artinya penggunaan waktu yang sebaik-baiknya,
sehingga efektivitas kerja dapat terjamin.
c. Pertimbangan sumber daya, yaitu melihat dan penggalian potensi organisasi
dan kualitas anggota organisasi untuk kepentingan kemudahan mencapai
tujuan.
d. Keseimbangan tujuan-tujuan, artinya perlu memperhatikan
keseimbangan kepentingan antara berbagai pihak. Tidak hanya terbatas pada
kepentingan pribadi atau kepentingan organisasi saja, melainkan juga
memperhatikan kepentingan pemerintah dan publik.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tujuan-tujuan yang ditetapkan relatif
dapat diseimbangkan. Oleh karena itu dalam proses penetapan tujuan
organisasi, seorang manajer harus dapat menentukan dan menciptakan suatu
keseimbangan dari tujuantujuan ganda, di samping mampu memadukan
berbagai kepentingan, agar tujuan akhir dapat memberikan keseimbangan pula
antara kepentingan pribadi, organisasi,pemerintah dan masyarakat pada
umumnya.
3. Syarat-syarat Pengorganisasian
Dalam pengaturan pembagian kerja yang baik, tentu memerlukan seorang
manajer yang cukup berkemampuan dan berpengalaman di bidangnya.
Fungsinya adalah agar jika pada suatu waktu ditemui hambatan, maka seorang
manajer yang bertanggungjawab dalam pengaturan pembagian tugas tidak
mengalami kesulitan dalam mencari jalan keluar. Hal ini dimaksudkan sebagai
upaya dalam rangka meningkatkan produktivitas dan kepuasan para anggota
organisasi. Semakin banyak pengetahuan dan pemahaman terhadap implikasi
pribadi dan sosial tentang pengorganisasian, maka akan semakin besar pula
terciptanya team work yang baik, sehingga upaya pencapaian
tujuan organisasi benar-benar dapat memberikan kepuasan anggota organisasi
secara menyeluruh dan merata. Ada beberapa syarat utama pengorganisasian,
yaitu:
a. Adanya sekelompok orang yang bekerja bersama;
b. Adanya tujuan-tujuan berganda yang hendak dicapai;
c. Adanya pekerjaan yang akan dikerjakan;
d. Adanya penetapan dan pengelompokan pekerjaan;
e. Adanya wewenang dan tanggungjawab
f. Adanya pendelegasian wewenang;
g. Adanya hubungan (relationship) antara satu sama lain anggota;
h. Adanya penempatan orang-orang yang akan melakukan pekerjaan;
i. Adanya tatatertib yang harus ditaat.
4. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi perngorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber
daya manusia dan sumberdaya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk
menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan
perusahaan.
5. Pengorganisasian Pekerjaan Asisten Kebun Kelapa Sawit
Setelah melakukan pencermatan terhadap uraian di atas menyangkut prinsip,
tujuan, syarat dan fungsi perngorganisasian maka pengorganisasian pekerjaan
asisten kebun kelapa sawit dapat didekati dengan hal-hal yang telah diuraikan
tersebut. Secara lebih rinci, pengorganisasian pekerjaan asisten kebun kelapa
sawit haruslah menyuratkan apa saja lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan
oleh asisten kebun kelapa sawit, siapa saja – juga menyangkut jumlah, yang
terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, bagaimana supervisi
pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan oleh asisten kebun, serta kapan
saatnya asisten kebun perlu melakukan koordinasi dengan pihak lain demi
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi kebun.
Seorang asisten kebun adalah pemimpin afdeling. Afdeling merupakan bagian
atau unit dari kebun kelapa sawit. Sebuah perkebunan terdiri dari beberapa
afdeling. Luas afdeling berkisar antara 600 – 800 ha tergantung kondisi
lapangan dan kegiatan yang dikerjakan. Tiap afdeling dibagi lagi menjadi blok
tanaman yang luasnya antara 25 – 40 Ha sehingga satu afdeling akan terdiri
atas 15 – 25 blok. Blok merupakan unit kerja terkecil untuk
pengadministrasian. Afdeling dengan luas 600 ha akan membutuhkan tenaga
kerja tetap sekitar 90 orang ditambah dengan tenaga lepas sebanyak 60 orang
setiap hari kerja. Tiap 15-20 orang akan dipimpin oleh seorang mandor dan
beberapa mandor akan dipimpin 1 orang mandor besar. Tiap mandoran
mempunyai tugas tertentu sehingga untuk afdeling dengan tanaman yang
sudah menghasilkan akan ada mandor panen, mandor perawatan, mandor
hama dan lain-lain menurut kepentingannya. Disamping mandor tersebut,
Asisten kebun dibantu oleh krani afdeling, krani produksi dan krani perawatan
tanaman. Juga masih diperlukan beberapa orang penjaga malam, pesuruh,
penjaga pompa air/listrik dan lain-lain. Jadi, untuk asisten kebun yang
memimpin suatu afdeling seluas 600 ha dengan tanaman yang sudah
menghasilkan (TM) setiap harinya harus mampu mengorganisir sekitar 150
orang dan biasanya harus melaporkan hasil kerjanya ke asisten kepala yang
seringkali harus berkoordinasi dengan pihak PKS (Pabrik Kelapa Sawit).
Berikut diuraikan sekilas pekerjaan yang dilaksanakan di lingkup asisten kebun
kelapa sawit.
1. Pekerjaan di Areal Pembibitan
Pekerjaan di areal Pre nursery meliputi: penyiapan lahan pembibitan,
persiapan media tanam, pembuatan naungan dan pagar, penanaman
kecambah, pemasangan klerat, penyiraman, pengendalian gulma, pemupukan,
pembukaan naungan, penyemprotan pestisida dan sensus atau sortir bibit.
Kegiatan di areal main nursery meliputi: persiapan lahan¸ pengisian polybag,
penanaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian gulma, pemangkasan,
pengikatan pelepah dan sortir bibit.
2. Pekerjaan di Areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan yang dilakukan di areal TBM diantaranya konsolidasi, penyisipan,
garuk piringan, pembuatan tapak kuda, penanaman kacangan (Leguminosa
cover crop), pemupukan, pengendalian hama penyakit serta pemeliharaan
jalan, parit dan drainase.
a. Konsolidasi
Konsolidasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk merehabilitasi tanaman yang
baru ditanam. Kesalahan tanam biasanya disebabkan oleh penanaman yang
terburu-buru dan kurangnya pengawasan sehingga mengakibatkan kerusakan
tanaman, kelambatan atau kelainan pertumbuhan bibit yang ditanam.
Kegiatan konsolidasi antara lain adalah menginventarisasi tanaman yang mati,
abnormal, tumbang dan terserang hama penyakit serta menegakkan pohon
yang tumbang dengan cara menimbun tanah disekitar pangkal batang dan
dipadatkan sehingga tanaman tegak kembali. Konsolidasi pokok ini dilakukan
pada umur TBM I dan TBM III jika terlambat sulit untuk diperbaiki karena
batang tanaman sudah besar.
b. Penyisipan
Penyisipan dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati, sakit atau kerdil
sehingga diperoleh tanaman yang tumbuh sehat dan seragam. Kegiatan ini
dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi pada areal TBM tanaman yang perlu
disisip pada masa TBM I sampai III setiap satu bulan sekali, dan setelah TBM
III penyisipan cukup dilakukan setiap satu tahun sekali.
c. Garuk Piringan
Kegiatan ini dilakukan dengan membersihkan gulma yang terdapat disekitar
tanaman kelapa sawit, gulma digaruk dengan menggunakan cangkul, dengan
radius 1 meter dari pangkal batang. piringan harus bebas dari gulma untuk
menghindari persaingan dalam penyerapan unsur hara antara gulma dengan
tanaman kelapa sawit. Rotasi garuk piringan ini dilakukan setiap satu bulan
sekali.
d. Teras Individu atau Tapak Kuda
Pembuatan teras tapak kuda tepat pada pancang tanaman mula-mula tanah
dibebeskan dari humus, tunggul dan kayu-kayuan. Tanah galian disusun untuk
tanah bagian yang ditimbun, sedangkan tanah yang agak miring dicangkul dan
diratakan dengan sudut kemiringan 10°-15° kemudian dibuat benteng kecil
dipinggir tanah timbunan tersebut.
Teras tapak kuda dibuat pada bagian permukaan tanah yang memiliki
kecuraman atau kemiringan yang tinggi. Adapun tujuan dibuatnya tapak kuda
adalah apabila pada saat pemupukan unsur hara tidak langsung tercuci tetapi
tetap berada dalam piringan atau tapak kuda tersebut. Tapak kuda dibuat pada
areal TBM I ( tanaman ulang). Pemeliharaan pada tahap awal diperlukan
pemeriksaan yang teratur untuk memperbaiki tapak kuda yang rusak, dan
rehabilitasi selanjutnya dilakukan setiap satu tahun sekali.
e. Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman tanaman penutup tanah (Leguminosa cover crop), sangat baik
untuk mengurangi erosi permukaan tanah, memperbaiki aerasi, menjaga
kelembaban tanah dan menambah bahan organik serta cadangan unsur hara.
Akar tanaman kacangan dapat memfiksasi nitrogen dan juga dapat mencegah
pertumbuhan gulma. Jika tanaman telah menutupi areal dengan sempurna
maka akan menghemat biaya penyiangan gulma dan tanaman kelapa sawit
dapat terhindar dari serangan hama kumbang Oryctes.
f. Kastrasi
Kastrasi mulai dilakukan untuk tanah kelas 1 umur 14 bulan, dan kelas 2 atau
seterusnya umur 18 bulan, kegiatan kastrasi meliputi :
1) Membuang bunga betina dan jantan menggunakan dodos ukuran maksimal
8 cm dan disusun di gawangan mati.
2) Pada saat dimulai kastrasi dibulan ke 14 dan 18, maka kegiatan kastrasi
bunga betina yang ada dipohon non produktif tidak dibuang.
3) Kastrasi rotasi terakhir bunga jantan jangan dibuang karena akan
digunakan sebagai media pengembangan Elaidobius kamerunikus.
4) Pada tanah kelas 1 rotasi dimulai pada umur 14 dan diakhiri pada umur 20
bulan dan tidak ada pemotongan pelepah segar pada kastrasi.
g. Sanitasi
Sanitasi dilakukan untuk mempermudah proses panen dan mendapatkan
kondisi buah yang baik pada saat mulai memanen yang dilakukan 3 atau 4
bulan sebelum panen pertama dimulai.
Kegiatan sanitasi mencakup :
1) Membuang tandan partenocarpy dan tandan busuk terutama yang
diserang tirathaba,tandan tersebut harus diletakan digawangan mati.
2) Membuang semua pelepah kering pada pangkal pohon dan dilarang
memotong pelepah segar.
3) Membersihkan semua sampah disekitar pohon untuk memudahkan
pengutipan brondol
h. Pemupukan.
Kegiatan pemupukan pada areal TBM sangatlah penting untuk meningkatkan
pertumbuhan vegetatif sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan
kokoh serta persiapan aktivitas pertumbuhan. Pengaruh pemupukan terhadap
produksi bersifat jangka panjang dan baru akan terlihat setelah 2 sampai 3
tahun kedepan. Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK,
yang diberikan dengan sistem tabur.
Jenis pemupukan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Urea diaplikasikan 1 bulan setelah penanaman dengan dosis 250 gram /
pokok.
2. KCL diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan dosis 400 gram /
pokok.
3. Kieserit diaplikasikan 3 bulan setelah penanaman dengan dosis 300 gram /
pokok.
4. Urea diaplikasikan 4 bulan setelah penanaman dengan dosis 300 gram /
pokok.
5. TSP diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan dosis 500 gram /
pokok.
6. HGF-B diaplikasikan 6 bulan setelah penanaman dengan dosis 10 gram /
pokok.
7. Urea diaplikasikan 8 bulan setelah penanaman dengan dosis 450 gram /
pokok.
i. Pemberantasan Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara Blanket, dan
pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan pertumbuhan
gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida yaitu : masker,
sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muata bobot 15 liter air, dan
kacamata.
Jenis herbisida yang diaplikasikan di kebun PT. KPC adalah sebagai berikut :
1) Roll up digunakan untuk lalang
2) Starane merupakan racun kontak
3) Rolixone digunakan untuk semprot semak
4) Erkafuron
5) Garlon digunakan untuk membunuh anak kayu.
j. Pengendalian Hama
Hama yang mengganggu adalah hama tikus, upaya pengamatan melalui tahap
sensus. Sensus dilakukan dengan sampel 10 % dari populasi tanaman,
dilakukan secara regular dengan periode tiga bulan sekali, apabila hama
ditemukan lebih dari 10% maka perlu dilakukan pengendalian dengan aplikasi
klerat.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan rodentisida klerat
dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara konservasi
dilakukan dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu ( Tito alba ),
pemeliharaan Tito alba dilakukan dengan memasang sarang per 15 hektar
lahan.
k. Pembuatan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
Pada perkebunan kelapa sawit TPH diperlukan sebagai tempat penumpukan
hasil panen agar tersusun rapi di tepi jalan pengangkut sehingga
mempermudah proses pengangkutan buah untuk ditransportasikan.
Standar TPH melputi :
1) TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan areal
bergelombang dan berbukit disesuaikan dengan kondisi areal.
2) Ukuran TPH
- TM I dan II 2 x 3 meter
- TM III dan seterusnya ukuran 3 x 4 meter
3) permukaan tanah pada TPH harus rata sehingga memudahkan
menempatkan TBS (tandan buah segar).
3. Pekerjaan di Areal Tanaman Menghasilkan (TM)
Pekerjaan yang dilakukan di areal TM di antaranya babat anak kayu, garuk
piringan, pemangkasan, pemupukan, pemotongan pelepah, pemberantasan
gulma, pemberantasan tikus dan panen.
a. Babat Anak Kayu
Kegiatan Babat anak kayu / gulma di sekitar tanaman kelapa sawit, pasar pikul
dan TPH, tujuan dari kegiatan ini untuk mencegah terjadinya persaingan dalam
mengambil unsur hara di dalam tanah.
b. Garuk Piringan
Kegiatan membuang gulma atau sisa brondolan yang tertinggal di piringan,
dengan menggunakan alat cangkul yang berbentuk seperti tangan manusia,
piringan berfungsi sebagai tempat penyebaran pupuk, serta tempat jatuhnya
brondolan, dan mempermudah pengangkutan buah ke TPH.
c. Pemangkasan (Pruning)
Alat yang digunakan untuk memangkas adalah dodos, pemangkasan dilakukan
pada pelepah pokok yang tingginya telah mencapai satu meter selain itu
pemangkasan juga dilakukan untuk membuang pelepah yang kering, pelepah
yang telah dipangkas tidak diperbolehkan dibuang disembarang tempat, tetapi
harus disusun pada rumpukan. pemangkasan tidak diperbolehkan membuang
pelepah pokok yang masih muda karena pelepah tersebut masih aktif dan
dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses fotosintesis.
d. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang cukup
besar yaitu sekitar 40% – 60% dari total pemeliharaan. Oleh karena itu, agar
tercapai hasil pemupukan yang optimal maka pupuk yang digunakan harus
sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan.
Jenis pupuk yang diaplikasikan diperkebunan sawit yaitu Urea yang berfungsi
untuk membantu proses penyuburan pada daun, MOP berfungsi untuk
mempercepat proses pembuahan, dan TSP berfungsi untuk pertumbuhan akar
dan pembentukan biji, serta Kaptan pada tanah gambut berfungsi untuk
menetralisir keasaman tanah.
Pupuk yang diaplikasikan pada areal TM di divisi III adalah pupuk TSP dengan
dosis 500 gram pada tanaman berusia 3 tahun dan Urea dengan dosis 1.250
gram pada tanaman berusia 3 tahun.
e. Kegiatan Pemotongan Pelepah Kelapa Sawit
Kegiatan ini adalah memangkas pelepah tanaman kelapa sawit yang menaungi
daerah jalan. Tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh cabang-cabang
kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke bagian
badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi.
f. Pemberantasan Gulma
Sistem atau cara penyemprotan yaitu dengan cara Blanket, dan
pengaplikasiannya dilakukan setiap 3 bulan sekali sesuai dengan pertumbuhan
gulma, serta alat-alat yang digunakan dalam aplikasi herbisida yaitu : masker,
sarung tangan, alat semprot (kep) dengan muatan bobot 15 liter air, dan
kacamata.
Jenis herbisida yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Roll up digunakan untuk lalang
2) Starane merupakan racun kontak
3) Rolixone digunakan untuk semprot semak
4) Erkafuron
5) Garlon digunakan untuk membunuh anak kayu.
g. Aplikasi Pengendalian Hama Tikus dengan Klerat
Pengaplikasian tikus dengan klerat bertujuan untuk meminimalkan serangan
hama tikus diperkebunan bukan membasmi hama tikus, cara yang digunakan
dengan menggunakan rodentisida yang bermerek dagang Klerat (campuran
lilin, beras busuk, dan warfarin/racun). Teknis pemasangan Klerat memasang
Klerat harus perjaringan agar memudahkan pengontrolan pekerjaan karyawan,
tiap tiap satu pohon diletakkan dipangkal batang pohon.
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan penggunaan rodentisida Klerat
dengan jumlah 1 biji pertanaman dan pengendalian secara konservasi
dilakukan dengan pemanfatan musuh alami yaitu burung hantu (Tito alba),
pemeliharaan Tito albadilakukan dengan memasang sarang per 15 hektar
lahan.
h. Panen
Jumlah dan mutu minyak tergantung pada tingkat kematangannya buah saat
dipanen. Panen harus menghasilkan tandan buah segar ( TBS) pada
kematangan optimum. pemotongan TBS yang kurang matang akan
mengakibatkan berkurangnya minyak, sedangkan TBS yang terlalu matang
atau busuk akan menghasilkan minyak dengan FFA yang tinggi.
1) Organisasi panen
Pemanen bertugas memotong TBS dari pohon dan mengumpulkan ke TPH
sekaligus menyusun pelepah yang dipotong sedangkan Pembrondol bertugas
mengutip semua brondolan dari dalam blok dan mengumpulkannya ke TPH.
Pembrondol mengikuti tugasnya mengikuti pemanen. Kedua tugas ini harus
dilakukan pada hari yang sama.
2) Kebutuhan pemanen dan pembrondol
Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1 : 1 pada
periode produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih sedikit dari
jumlah pemanen. Pemanen dan pembrondol agar diupayakan sebagai
karyawan tetap (SKU).
3) Pengaturan ancak dan rotasi panen
Pembagian ancak panen harus diatur agar mudah dalam pengawasan
pekerjaan panen dan pengangkutan hasil. Areal panen setiap divisi harus
dibagi menjadi 6 bagian ancak yang disesuaikan dengan konsep rotasi 6 hari
dalam satu minggu (7 hari).
Areal TM harus terpanen secara keseluruhan hari senin sampai sabtu dengan
rotasi 4 kali perbulan termasuk pada priode panen puncak. Apabila rotasi
panen tidak dapat tercapai sesuai dengan standar, maka asisten kebun harus
melaporkan ke Manager Kebun melalui Asisten Kepala agar mengambil
kebijakan untuk menambah tenaga panen dan pembrondol.
4) Sistem panen
a. Sistem Ancak Tetap
Sistem ancak tetap yaitu setiap pemanen menanen pada areal yang sama
dikerjakan secara rutin, dan pemanen harus bertanggung jawab
menyelesaikan sesuai dengan luas yang ditentukan setiap hari tanpa ada yang
tertinggal. Apabila pemanen tidak bekerja, maka mandor panen harus mencari
penggantinya.
b. Sistem Ancak Giring
Sistem ancak giring yaitu setiap pemanen memanen pada
ancak panen yang telah ditetapkan setiap harinya oleh mandor panen.
Pembagian areal selalu berubah disesuaikan dengan kerapatan panen dalam
kehadiran pemanen.
c. Sistem Ancak D6
Sistem ancak D6 yaitu ancak panen diatur dengan pusingan
panen 6 hari mulai dari senin sampai sabtu (D1-D6). Pemanen dan
pembrondol diawasi sesuai dengan jumlah mandoran yang ada bekerja secara
serempak dalam satu blok dan seterusnya pindah ke blok berikutnya sampai
selesai panen pada hari tersebut.
Gambar 2. Denah atau jadwal waktu panen menggunakan sistem ancak.
5) Pengumpulan TBS di TPH (tempat penumpukan hasil)
Buah yang telah dipanen diletakkan dipinggir piringan arah jalan pikul dan
gagang panjang harus dipotong mepet dalam bentuk “ V ” sebelum diangkut ke
TPH. Buah disusun rapi di TPH dan brondolan ditumpuk sesuai dengan
takaran beralaskan goni eks pupuk dipisah dengan tandan. pengawasan panen
dilapangan dilakukan dan pemeriksaan yang cukup untuk pencatatan janjang
yang terletak di TPH.
6) Pengecekan buah di TPH
Setelah TBS keluar ke TPH, krani panen segera mengecek kuantitas dan
kualitas TBS, kemudian krani transport kembali mengecek ulang sambil
memuat TBS.
7) Pengawasan penen di lapangan
Pengawasan panen diperlukan agar panen lebih efektif, 1 orang mandor
mengawasi 20 – 30 pemanen termasuk pengutip brondol. Mandor produksi
harus memastikan bahwa semua ancak yang ada dibawah pengawasannya
telah dipanen dan semua brondolnya telah dikutip.
ALAT DAN BAHAN :
1. Alat
a Alat tulis
b Alat komunikasi
2. Bahan
a. Bahan referensi
KEAMANAN KERJA :1. Harus cermat dan tepat dalam menjelaskan
tugas pokok dan fungsi asisten kebun kelapa
sawit dengan benar;
2. Harus cermat, teliti dan taat asas dalam
mengidentifikasi pekerjaan sebagai asisten
kebun berdasarkan SOP;
EVALUASI : Untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif
dan efisien, jelaskan makna dari pengorganisasian.
KUNCI JAWABAN :
Untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, maka
pengorganisasian dapat dimaknai sebagai berikut:
a. Cara manajemen merancang struktur formal untuk menggunakan yang
paling efektif sumberdaya-sumberdaya keuangan, fisik, bahan baku, dan
tenaga kerja organisasi
b. Pengelompokkan kegiatan-kegiatan yang diikuti dengan penugasan
sesorang pimpinan yang diberi wewenang untuk mengawasi angota-
anggota kelompok.
c. Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan
para karyawan.
d. Cara pimpinan dalam membagi tugas-tugas lebih lanjut yang harus
dilaksanakan pada masing-masing unit kerja dengan cara mendelegasikan
wewenangnya.