Download - 1 Platform Kebijakan PPPN TATAG
-
0
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
NASKAH KEBIJAKAN
Pemantapan Tindakan Perencanaan Pembangunan
Dalam Rangka
Membangun Kehidupan rakyat, bangsa, dan Negara
Oleh: Dr. Ir. Tatag Wiranto, MURP (Pejabat Fungsional Perencana)
Unit Kerja Deputi Bidang Otonomi Daerah dan Pengembangan Wilayah
Jakarta, 7 Oktober 2011
-
1
Bab I
Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Tulisan ini merupakan bagian dari tugas kegiatan seseorang yang memegang Jabatan Fungsional Perencana (JFP) yang dibentuk untuk mewadahi tenaga PNS yang ingin bekerja sebagai perencana profesional dalam bidang pembangunan (sektor publik), dengan posisi dalam jabatan non struktural (fungsional).
Perencana adalah: (i) seseorang yang menyiapkan, melakukan, dan menyelesaikan kegiatan perencanaan, melalui proses indentifikasi permasalahan, perumusan alternatif strategi, pemilihan alternatif strategi, perumusan kebijakan (tujuan & sasaran kebijakan), penyusunan rencana tindakan/kegiatan, pencarian/pengerahan sumber pembiayaan, alokasi dana, pengaturan mekanisme & kelembagaan pelaksanaan rencana, dan penilaian hasil pelaksanaan rencana; atau (ii) seseorang yang melakukan kegiatan elaborasi, eksplorasi, formulasi, dan evaluasi terhadap suatu ide, konsep, paradigma, norma perencanaan, fenomena, kebijakan, metoda & prosedur perencanaan, dan produk perencanaan; yang dapat digunakan sebagai referensi bagi pengembangan sistem perencanaan dan kegiatan perencanaan pembangunan.
Fungsi pemegang Jabatan Fungsional Perencana adalah: (i) melakukan analisis kebijakan dalam bidang perencanaan pembangunan dan kebijakan strategis lainnya, maupun penanganan permasalahan mendesak dan berskala nasional; (ii) membantu lembaga/unit kerja di tingkat pusat dan daerah untuk melakukan kegiatan perencanaan pembangunan, pengendalian pelaksanaan rencana, dan pemantauan & evaluasi (penilaian) atas pelaksanaan rencana; (iii) membantu lembaga/unit kerja di tingkat pusat dan daerah dalam pencarian/pengerahan sumber-sumber pembiayaan pembangunan, penyusunan anggaran, dan pengalokasian dana sebagai bahan penyusunan RAPBN/RAPBD; dan (iv) melakukan prakarsa dalam penyusunan rencana investasi strategis yang dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Unsur kegiatan pemegang Jabatan Fungsional Perencana meliputi:
mengikuti pendidikan & pelatihan perencanaan, melakukan kegiatan perencanaan, mengembangkan profesi perencanaan, dan menunjang kegiatan perencanaan.
Peran pemegang Jabatan Fungsional Perencana dengan posisi tersebut
diatas diharapkan dapat memberikan sumbangan tenaga dan pemikiran secara intensif dalam mendukung kegiatan perencanaan atau tindakan
-
2
perencanaan yang dilakukan oleh unit kerja dan lembaga lain yang memerlukannya. Untuk itu pemegang JFP harus mampu mengembangkan pengetahuan dan keahlian untuk dapat mengawal kegiatan perencanaan atau tindakan perencanaan di dalam lingkungan organisasi internal dan meningkatkan interaksi antar organisasi eksternal.
Pada dasarnya pemegang JFP mempunyai peluang untuk mengembangkan tindakan perencanaan pembangunan secara inovatif dan kreatif, khususnya untuk mendukung (i) pengembangan sistem perencanaan pembangunan, (ii) peningkatan kualitas proses perencanaan dan produk perencanaan, dan (iii) peningkatan efektifitas pelaksanaan rencana pembangunan. 1.2. Tujuan Penulisan
Penulisan naskah kebijakan ini bertujuan untuk melakukan elaborasi terhadap tindakan perencanaan pembangunan, yang terkait dengan kegiatan perumusan kebijakan (dalam) perencanaan pembangunan dan (bagi) proses penyusunan rencana atau produk perencanaan pembangunan.
Untuk itu perlu disajikan kerangka pikir analisis kebijakan dalam
perencanaan pembangunan berkenaan dengan upaya pemantapan tindakan perencanaan pembangunan untuk memperkuat peran pemerintah negara dalam proses pelaksanaan pembangunan, dalam rangka pencapaian tujuan membentuk pemerintahan negara (lihat Diagram dibawah ini).
KERANGKA PIKIR ANALISIS KEBIJAKAN
DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
- PENGERAHAN SUMBER PEMBIAYAAN- ALOKASI DANA
- PENGATURAN PELAKSANAAN RENCANA
PERAN PEMERINTAH NEGARA
- PROSES PENYUSUNAN RENCANA - PROSES PELAKSANAAN RENCANA
- KOORDINASI PERENCANAAN
TINDAKAN PERENCANAAN: - PERENCANAAN MAKRO
- PERENCANAAN WILAYAH - PERENCANAAN STRATEGIK- PERENCANAAN SEKTORAL
- PERENCANAAN TEKNIS
PROSES PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
PENGATURAN MEKANISME &
KELEMBAGAAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
AKTOR PELAKSANA:
- PEMERINTAH- DUNIA USAHA- MASYARAKAT
PERENCANAAN
- PENEGAKAN - PENGATURAN- PENYEDIAAN PELAYANAN - PEMBANGUNAN
RAKYAT
BANGSA
NEGARA
KAIDAH PERENCANAANKAIDAH PELAKSANAAN
MEMBANGUNKEHIDUPAN
PELAKSANAAN
TUJUANMEMBENTUK
PEMERINTAH NEGARA
PROSES TRANSFORMASI SOSIAL-EKONOMI-LINGUNGAN FISIK
DI DALAM RUANG WILAYAH & KAWASAN
ProblematikKehidupan R-B-N
ProblematikPelaksanaan
ProblematikPerencanaan
- MASUKAN- PROSES
- KELUARAN - DAMPAK
-
3
Diagram diatas menjelaskan bahwa tindakan perencanaan pembangunan, sebagai bagian dari kebijakan publik, diperlukan untuk dapat memberikan pengarahan terhadap proses pelaksanaan pembangunan yang dipimpin oleh pemerintah negara untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, sebagai entitas sosial, teritorial, dan institutional. Dalam hal ini proses pembangunan identik dengan proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik yang terjadi di dalam ruang wilayah dan kawasan (pembangunan semesta berencana).
Tindakan perencanaan pembangunan berkaitan dengan kegiatan
proses penyusunan rencana, proses pelaksanaan rencana, koordinasi perencanaan, pengerahan sumber pembiayaan, alokasi dana, dan pengaturan pelaksanaan rencana (mekanisme & kelembangaan) (sesuai kaidah perencanaan) untuk mendukung peran pemerintah negara dalam menjalankan fungsi: penegakan, pengaturan, penyediaan pelayanan publik, dan pembangunan.
Tindakan perencanaan dapat bersifat strategik dan teknikal, yang terkait
dengan sistem perencanaan, yaitu: (i) perencanaan makro (kebijakan dan program), (ii) perencanaan pengembangan wilayah (kebijakan & program), (iii) perencanaan strategis (bidang/lintas-sektor), (iv) perencanaan sektoral (kegiatan lembaga), dan (v) perencanaan teknis (studi/desain teknis).
Tindakan perencanaan digunakan sebagai dasar bagi tindakan
pelaksanaan pembangunan (sesuai kaidah pelaksanaan), yang memuat: (i) penetapan sasaran pelaksanaan, (ii) penetapan input, proses, output, dan dampak (iii) pengaturan mekanisme dan kelembagaan pelaksanaan pembangunan, dan (iv) penetapan aktor pelaksana pembangunan.
1.3. Definisi dan Konteks Tindakan Perencanaan Pembangunan
Definisi perencanaan dapat dikenali melalui 3 konsep formal, yaitu upaya mengkaitkan keilmuan dan pengetahuan teknikal bagi :
1. tindakan di dalam domain publik (action in the public domain), yang diangkat dari konsep politik, berupa suatu tindakan baik untuk mengubah kondisi atau perilaku rutin dan mengambil inisiasi dari sesuatu matarantai konsekwensi, agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan,
2. proses pengarahan masyarakat (societal guidance), yang merupakan keterlibatan peran pemerintah baik dalam bentuk kebijakan, inovasi, solusi teknilkal, dan alokasi sumberdaya,
3. proses transformasi sosial (social transformation), yang merupakan suatu bentuk tindakan keswadayaan atau gerakan sosial-politik masyarakat akibat kekosongan peran pemerintah dan pasar (Friedmann, 1987).
-
4
Berdasarkan definisi tersebut, penulis berpendapat bahwa tindakan perencanaan pembangunan adalah tindakan di dalam domain publik yang dilakukan (dipimpin) oleh pemerintah dalam rangka: (i) pemecahan permasalahan yang dihadapi masyarakat baik pada masa kini dan masa depan melalui serangkaian langkah tindakan, atau (ii) pengubahan kondisi yang ada ke yang diinginkan masyarakat, atau (iii) pengarahan bagi masyarakat dalam proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik di dalam ruang wilayah dan kawasan (pembangunan semesta berencana).
Tindakan perencanaan, sebagai proses berpikir (thinking process),
merupakan tindakan melakukan: (i) elaborasi, eksplorasi, formulasi, dan evaluasi, terhadap ide, konsep, paradigma, norma perencanaan, kebijakan, strategi, rancangan, desain, dan rencana tindakan/aksi, dan (ii) indentifikasi permasalahan, penyusunan alternatif dan pemilihan strategi, perumusan kebijakan, penyusunan rencana tindakan/aksi, pengerahan sumber pembiayaan, alokasi dana, dan pengaturan pelaksanaan rencana (mekanisme dan kelembagaan).
Tindakan perencanaan, sebagai metoda bertindak (action method), merupakan tindakan untuk memaksimumkan upaya pencapaian tujuan dan sasaran rencana dalam rangka pemecahan permasalahan baik pada masa kini dan masa depan, atau pengubahan kondisi yang ada ke yang diinginkan, dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, termasuk sumber dana.
Tindakan perencanaan menghasilkan produk perencanaan berupa:
sistem, kebijakan, strategi, rancangan, desain, rencana kerja/kegiatan, pengerahan sumber pembiayaan, alokasi dana, dan pengaturan pelaksanaan rencana (mekanisme & kelembagaan). Produk perencanaan tersebut merupakan hasil gabungan pemikiran teknokratis dan kesepakatan politik, yang dilandasi oleh analisis kelayakan ekonomi-sosial-lingkungan, dan kelayakan teknis, yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, inovasi, solusi teknikal, koordinasi, dan tindakan pelaksanaan pembangunan.
Tindakan perencanaan yang benar dan baik (sesuai kaidah perencanaan)
harus dilandasi oleh kaidah penuntun utama (Panca Sila & UUD 1945), namun juga perlu memiliki konsep, paradigma, dan norma perencanaan yang sahih (partisipatif, transparan, akuntabel, reponsif, dan berkeadilan). Tindakan perencanaan terkait dengan tugas pemerintah negara yang meliputi: penegakan, pengaturan/regulasi, pelayanan publik, dan pembangunan.
Permasalahannya adalah pemecahan problematik kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara hampir tidak bebas dari adanya problematik yang melekat pada proses perencanaan itu sendiri (embedded problem), yang dapat mengurangi efektifitas peran pemerintah negara yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
-
5
Penyusunan rencana: pengenalan yang benar terhadap issu kebijakan dan problematik masa kini dan masa depan; ketepatan penggunaan ide, konsep, paradigma, dan norma perencanaan sebagai dasar pemikiran bagi oroses penyusunan rencana; ketepatan penetapan tujuan & sasaran rencana; kesesuaian penggunaan metoda & prosedur proses perencanaan; dan ketepatan memilih prioritas rencana aksi/kegiatan dan memperkirakan rencana kebutuhan dana (permasalahan distorsi dalam penyusunan rencana).
Penyusunan pelaksanaan rencana: menjaga konsistensi antara tujuan & sasaran rencana dan pelaksanaan rencana (kebijakan perencanaan), pemilihan instrumen kebijakan/program, pengerahan sumber pembiayaan, alokasi dana, ketepatan penentuan sasaran kegiatan, dan ketepatan pengaturan pelaksanaan rencana (mekanisme & kelembagaan) (permasalahan distorsi dalam pelaksanaan rencana).
Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan rencana: mengawal proses
kesepakatan terhadap kebijakan perencanaan pembangunan, penyiapan usulan rencana, keterpaduan usulan rencana, ketersediaan dana; penyiapan pelaksanaan rencana, dan ketepatan mengatur pembagian tugas antar organisasi pemerintah dan antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha (permasalahan sinergitas kebijakan perencanaan dan pelaksanaan rencana atau sinkronisasi/integrasi usulan rencana).
Pengerahan sumber pembiayaan dan alokasi dana: mengawal proses
pengerahan sumber pembiayaan, pengenalan karakter dana, mekanisme penggunaan dana, dan ketepatan alokasi dana, pengesahan alokasi dana (anggaran), dan mekanisme penyaluran dana (permasalahan ketersediaan dana dan efektifitas penggunaan dana).
Pengaturan pelaksanaan rencana, yang meliputi: (i) mekanisme, terkait
dengan kesiapan dalam membuat aturan main, regulasi, instrumen pelaksanaan rencana, rencana kegiatan, SOP, biaya pengelolaan kegiatan, dan sasaran pelaksanaan kegiatan (permasalahan jaminan kepastian pelaksanaan kegiatan dan kewenangan bagi aktor pelaksana kegiatan) dan (ii) kelembagaan, kesiapan dalam pengaturan hubungan kerja antar organisasi, kewenangan, tanggungjawab, pembagian tugas, dan alokasi sumberdaya (permasalahan ketepatan dan kecepatan pengambilan keputusan dalam proses pelaksanaan rencana).
Lepas dari permasalahan tersebut, bahwa keberhasilan suatu tindakan
perencanaan tergantung dari bagaimana memahami issu kebijakan dan problematik yang perlu ditanggapi dan bagaimana melakukan tindakan perencanaan secara benar dan baik, karena kegagalan dalam proses pembangunan dapat diakibatkan oleh kesalahan dalam memahami issu kebijakan & problematik yang sebenarnya atau kesalahan melakukan tindakan perencanaan, atau kesalahan melakukan kedua hal tersebut.
-
6
Bab II
Pengenalan Issu Kebijakan & Problematik Dalam Perencanaan Pembangunan
2.1. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan
Pada tataran makro, peran pemerintah negara dalam proses pembangunan diwadahi oleh sistem manajemen publik dengan siklus yang urut dan berulang dalam perumusan kebijakan, perencanaan & pemrograman, pembiayaan & pengangaran, pelaksanaan, pengawasan & pengendalian, dan monitoring & evaluasi.
Didalam manajemen publik, sebenarnya terdapat 2 (dua) tugas
pemerintah dalam kegiatan perencanaan, yakni: (i) perancangan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, dan (ii) perencanaan pembangunan, yang digunakan untuk mengarahkan tugas pemerintah negara, sebagaimana terlihat pada diagram dibawah ini.
SIKLUS MANAJEMEN PUBLIK
PerumusanKebijakan
Perencanaan & Pemrograman
Pembiayaan& Penganggaran
Pelaksanaan
Pengawasan & Pengendalian
Monitoring & Evaluasi
NEGARA
BANGSA
RAKYATPEMBANGUNANJANGKA PANJANG, MENENGAH, & TAHUNAN
Perancangan A: Sistem Hukum/Tata NegaraSistem PolitikSistem PemerintahanSistem Administrasi Negara
Perancangan B:Sistem Ekonomi Sistem Sosial-Budaya Sistem Hak & Kewajiban Warga Negara Sistem Pertahanan & Keamanan Negara
Perancangan SistemPenyelenggaraan
Pemerintahan Negara
PerencanaanPembangunan
Tugas Pemerintahan Negara: -Penegakan-Pengaturan-Pelayanan Publik-Pembangunan
Panca SilaUUD 1945
Tindakan perencanaan yang dipimpin oleh pemerintah negara
sesungguhnya adalah untuk mendukung efektifitas penyelenggaraan tugas pemerintah negara dalam dalam menjalankan fungsi: penegakan, pengaturan, pelayanan publik, dan pembangunan, namun demikian substansi tugas pokok pemerintah secara minimal dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
-
7
1. Mengelola perekonomian negara untuk menciptakan peluang usaha,lapangan kerja, dan pendapatan rakyat yang layak;
2. Menyediakan pelayanan barang dan jasa publik, terutama pelayanansosial dasar dan infrastruktur, serta memproduksi barang dan jasaprivat yang belum dapat dilakukan oleh masyarakat;
3. Menyediakan akses pemenuhan hak dasar rakyat dan menjaminkepemilikan warga negara;
4. Menjamin penegakan hukum, mengatur kepentingan umum, danpenyelesaian perselisihan antar warga masyarakat;
5. Mengelola dan menjaga kekayaan negara, termasuk lingkunganhidup dan sumberdaya alam;
6. Menjaga kedaulatan negara, pertahanan negara & keamanan rakyat,dan ketertiban umum;
7. Menjalin hubungan dengan negara lain dan lembaga internasional;8. Melindungi dan menjamin kehidupan kaum fakir-miskin, terlantar,
cacat, dan yang mengalami masalah sosial.
TUGAS POKOK PEMERINTAH(MINIMAL)
Deinhardt, 1993
Secara khusus, tugas pemerintah dalam penyediaan pelayanan publik
(public service provision) dapat dikatagorikan sebagai berikut: (i) penyediaan barang dan jasa publik yang wajib (public service obligation) diberikan kepada masyarakat, (ii) pemberian subsidi bagi masyarakat dan usaha swasta untuk menyediakan barang dan jasa publik yang seharusnya disediakan pemerintah, (iii) penyediaan subsidi untuk mengurangi beban masyarakat, khususnya masyarakat yang miskin, (iv) penyediaan barang dan jasa privat yang belum layak dilakukan oleh masyarakat, (v) pembuatan peraturan (regulasi) untuk mengatur peran pasar bagi kepentingan publik atau mengatur peran pasar yang mengganggu kepentingan publik (externalities) (Denhardt, 1993).
UUD 1945 menyatakan bahwa tujuan membentuk pemerintahan
Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa dan tanah tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan meningkatkan kecerdasan bangsa, serta ikut serta dalam memelihara perdamaian dunia. Dengan demikian, sebenarnya obyek dan sasaran pembangunan (dimensi pembangunan) adalah: rakyat, bangsa, dan negara (sebagai entitas sosial, territorial, dan institusional), dengan titik sentral membangun manusianya yang berposisi sebagai rakyat (Sri Edi Swasono, 2011).
Untuk itu diperlukan peran institusi pemerintah dan birokrasi pemerintah
yang mampu merancang dan mengelola sistem-sistem penyelenggaraan pemerintahan negara untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, dengan menerapkan prinsip dan nilai-nilai dasar, antara lain:
-
8
Sistem politik, yang berasaskan pada kedaulatan rakyat dan permusyawaratan perwakilan dalam pengambilan keputusan public bagi kepentingan rakyat banyak (demokrasi politik).
Sistem ekonomi, yang berasaskan pada kekeluargaan dan kebersamaan dalam melakukan kegiatan produksi, yang mampu menjamin hak dasar rakyat untuk mendapatkan peluang usaha, kesempatan kerja dan pendapatan yang layak (demokrasi ekonomi).
Sistem sosial-budaya, yang berasaskan pada pembantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu, amal semua untuk kepentingan bersama, keringat semua untuk kebahagian bersama, kerjasama seia-sekata (gotong-royong) (Soekarno, 1945).
Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum bahwa UUD 1945
menegaskan penerapan prinsip demokrasi ekonomi, yaitu: (1) pengelolaan ekonomi harus berasaskan kekeluargaan dan kebersamaan,
dan seluruh rakyat Indonesia memiliki hak untuk ikut berproduksi dan ikut menikmati hasilnya untuk meningkatkan kesejahteraannya (pasal 33 ayat 1 dan 2);
(2) cabang-cabang produksi yang penting, maupun bumi dan air, serta kekayaan sumberdaya alam yang terkandung didalamnya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (pasal 33 ayat 3);
(3) negara berkewajiban untuk memenuhi hak dasar rakyat atas kehidupan dan pekerjaan yang layak (pasal 27);
(4) kaum fakir miskin dan anak terlantar memiliki hak mendapatkan perlindungan pemenuhan kebutuhan dasar dari negara (pasal 34);
(5) pengelolaan anggaran dan keuangan negara harus diprioritaskan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (pasal 23). Untuk mewujutkan tujuan membentuk pemerintah Indonesia dalam rangka
membangun rakyat, bangsa, dan negara Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur, berdasarkan Panca Sila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (pilar berbangsa dan bernegara), diperlukan suatu pentahapan (proses) pembangunan yang tertuang dalam sistem Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN).
Dalam dokumen RPJPN tersebut memuat penetapan visi & misi
pembangunan jangka panjang dan arah kebijakan & sasaran rencana pembangunan, yang dipecah-pecah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), yang dilengkapi dengan indikator utama dalam lima tahunan (pendapatan perkapita, pengurangan penduduk miskin, rencana kebutuhan investasi, pendapatan produk domestik, dll-nya), yang perlu direspon melalui tindakan perencanaan pembangunan yang dipimpin oleh pemerintah bersama dengan masyarakat termasuk dunia usaha.
-
9
1. Mewujutkan masyarakat berachlak mulia, bermoral, beretika,berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Panca Sila.
2. Mewujutkan bangsa yang berdaya saing.3. Mewujutkan masyarakat demokratis berdasarkan hukum4. Mewujutkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan.5. Mewujutkan negara Indonesia aman, damai, dan bersatu.6. Mewujutkan negara Indonesia yang asri dan lestari.7. Mewujutkan negara Indonesia menjadi negara kepulauan yang
mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan nasional.8. Mewujutkan negara Indonesia berperan penting dalam pergaulan
internasional.
Visi: Indonesia Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur
8 Misi: Pembangunan Nasional Jangka Panjang
RPJP, Bappenas
Pentahapan Pembangunan Dalam RPJP 2005-2025
RPJM 4(2020-2024)
RPJM 1(2005-2009)Menata kembaliNKRI, membangunIndonesia yang aman dan damai, yang adil dandemokratis, dengantingkatkesejahteraan yang lebih baik.
RPJM 2(2010-2014)Memantapkanpenataan kembaliNKRI, peningkatkanualitas SDM & membangunankemampuan iptek, serta memperkuatdaya saingperekonomiannegara.
RPJM 3(2015-2019)Memantapkanpembangunansecara menyeluruhdenganmenekankan padapembangunankeunggulankompetitifperekonomianberbasis SDA yang berkualitas, sertakemampuan IPTEK.
Mewujudkan rakyat, bangsa & negaraIndonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur, melalui percepatanpembangunan disegala bidang, dengan strukturperekonomian yang kokoh berlandaskankeunggualankompetitif.
Panca Sila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI (Negara Demokratis)
PENDAPATAN PERKAPITAUSD 3,000 > PENDUDUK MISKIN 14 %
PENDAPATAN PERKAPITAUSD 6,000 >PENDUDUK MISKIN 10-11 % PENDAPATAN PERKAPITA
USD 10,000 >PENDUDUK MISKIN 7-8 %
PENDAPATAN PERKAPITAUSD 16,000 >PENDUDUK MISKIN 4-5 %
DIPERLUKAN INVESTASIUSD 1,000 BILLION
DIPERLUKAN INVESTASIUSD 1,300 BILLION DIPERLUKAN INVESTASI
USD 1,700 BILLION
Pada dasarnya pernyataan arah kebijakan dan sasaran rencana pembangunan jangka panjang yang terbagi dalam tahanpan per lima tahunan tersebut digunakan untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Pembangunan Jangka Tahunan (RPJT), sebagai dasar penyusunan rencana kerja pemerintah (RKP).
-
10
1. Percepatan pembangunan ekonomi & peningkatan kesejahteraan rakyat
2. Perkuatan pembangunan demokrasi3. Penegakan hukum
Sasaran Rencana Pembangunan(2010-2014)
Prioritas: 1. Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola2. Pendidikan3. Kesehatan4. Penanggulangan Kemiskinan5. Ketahanan Pangan6. Infrastruktur7. Ikilm Investasi dan Usaha8. Energi9. Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Bencana10. Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik11. Kebudayaan, Kreatifitas, dan Inovasi Teknologi
Upaya Percepatan Pembangunan Infrastruktur Fisik,Perbaikan Infrastruktur Lunak, Penguatan Infrastruktur Sosial, danPembangunan Kreatifitas
RPJM
Terlepas dari adanya penetapan kebijakan pembangunan oleh suatu
rezim pemerintah dari waktu ke waktu, namun secara normatif tugas pokok pemerintah negara untuk membangun rakyat, bangsa, dan negara dilakukan melalui bidang-bidang pembangunan, antara lain:
Bidang ekonomi, yang meliputi: (1) pengelolaan institusi ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penguatan struktur ekonomi, daya saing perekonomian, pemanfaatan potensi sumberdaya alam, dan pengembangan kegiatan produksi dan distribusi; (2) peningkatan kegiatan investasi untuk mendukung pengembangan kegiatan produksi, pemenuhan kebutuhan barang dan jasa (publik dan privat), dan sekaligus penciptaan peluang usaha, kesempatan kerja & pendapatan masyarakat yang layak, dan (3) penyediaan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pengembangan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat, dan pemgembangan wilayah dan kawasan.
Bidang politik, yang meliputi: (1) pembangunan sistem hukum & politik
untuk menjamin hak-hak warga negara, penegakan hukum, dan penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, (2) pembangunan sistem pemerintahan untuk memperkuat peran & fungsi lembaga negara, mengelola penyediaan pelayanan publik, dan mengembangkan kegiatan sosial-ekonomi masyarakat, dan, dan (3) pembangunan sistem pertahanan dan keamanan untuk meningkatkan ketahanan, keamanan, dan ketertiban umum, maupun menjaga kedaulatan negara.
-
11
Bidang sosial-budaya, yang meliputi: (1) pemenuhan hak dasar rakyat untuk meningkatkan taraf hidup (martabat) masyarakat, (2) penyediaan pelayanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan, jaminan sosial) untuk meningkatkan kecerdasan, derajat kesehatan, ketenangan hidup, dan kualitas kehidupan masyarakat, dan (3) pembangunan budaya & karakter bangsa untuk meningkatkan peradapan bangsa, memperkuat citra bangsa, dan kemajuan bangsa & negara.
Bidang lingkungan hidup & sumberdaya alam, yang meliputi: (1)
pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam untuk meningkatkan kegiatan produksi bagi pemenuhan kebutuhan pangan, bahan baku industri, dan bahan baku energi, serta sekaligus peningkatan pendapatan masyarakat dan pendapatan negara, (2) pengelolaan kelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya alam untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dan menjaga fungsi eko-sistem, dan (3) pengelolaan pengendalian dampak lingkungan, pengurangan polusi lingkungan, dan pengurangan pemanasan global.
Bidang pembangunan regional/daerah, yang meliputi: (1) pengelolaan
pemerintahan di daerah, untuk menyediakan pelayanan publik, menjaga ketertiban umum, memberdayakan masyarakat, memanfaatkan potensi sumberdaya wilayah, dan mengembangkan ekonomi daerah, (2) pengelolaan tata ruang dan pertanahan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan hidup, keseimbangan perkembangan wilayah, dan keserasian fungsi kawasan permukiman, dan (3) pengelolaan pengembangan wilayah dan kawasan permukiman, lolaan kawasan permukiman perkotaan & perdesaan, untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, keserasian lingkungan hidup, dan keteraturan struktur dan fungsi kawasan permukiman. 2.2. Issu Pokok Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan
Dalam proses pembangunan yang berlangsung sejak terbentuknya pemerintahan negara Republik Indonesia, berbagai problematik kehidupan rakyat, bangsa, dan negara telah diatasi dan diselesaikan melalui berbagai kebijakan publik yang dilakukan oleh pemerintah negara, dengan mengikuti konsep & paradigma tertentu, dinamika politik & ekonomi, dan kehendak dan kepentingan masyarakat pada jamannya.
Namun demikian, problematik yang dihadapi rakyat, bangsa, dan negara
pada saat ini dan muncul di dalam arena politik tidaklah lepas dari efektifitas peran pemerintah negara untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan menjaga kepentingan bangsa & negara, yang berkembang secara dinamis mengikuti dinamika sistem politik & pemerintahan, perkembangan ekonomi, pandangan hidup & faham masyarakat, dan kesadaran kolektif masyarakat.
. Berbagai issu kebijakan yang paling krusial dan yang perlu ditanggapi
oleh pemerintah negara, antara lain adalah:
-
12
Issu Kebijakan 1: Pada saat ini banyak pihak yang mempertanyakan tentang kehadiran negara untuk menerapkan falsafah Panca Sila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen, melindungi warga negara dan meningkatkan kesejahteraan rakyat, membangun infrastruktur, menyelesaikan konflik, menegakkan hukum, mengelola kekayaan negara, membangun etika-moral masyarakat, membangun karakter dan budaya bangsa, menjaga wilayah teritorial, dan mempertahankan kedaulatan negara, dll-nya.
Issu Kebijakan 2: Pada saat ini terdapat banyak pendapat bahwa
lingkup tugas pemerintah negara sebaiknya hanya sebagai regulator, katalisator dan fasilitator pembangunan (yang sebenarnya melemahkan tugas pemerintah). Padahal negara yang kuat adalah negara yang pemerintahnya mampu menjalankan kekuasaan atas mandat rakyat (fungsi menegakkan, mengatur, menyediakan, dan membangun) dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat.
Issu Kebijakan 3: Pada saat ini terdapat kecenderungan bahwa sistem
politik kurang berfungsi secara efektif untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat. Artinya, meskipun terdapat kemajuan dalam proses demokrasi, namun mekanisme politik belum mampu menghasilkan kebijakan yang menjamin peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama kebijakan yang menjamin pemenuhan hak dasar rakyat sebagai warga negara.
Issu Kebijakan 4: Meskipun terjadi pertumbuhan ekonomi, namun
sistem ekonomi cenderung menciptakan hasil pertumbuhan ekonomi yang menumpuk atau terakumulasi pada kelompok masyarakat yang mapan. Artinya, sistem ekonomi masih cenderung menciptakan kesenjangan kehidupan ekonomi antar golongan masyarakat dan mengabaikan kedaulatan ekonomi rakyat.
Issu Kebijakan 5: Pada saat ini terdapat kecenderungan bahwa kegiatan
sosial & budaya kurang diarahkan untuk menghidupkan budaya gotong-royong, toleransi antar agama, perilaku yang saling membangun, saling menghormat, maupun menghidupkan jiwa kebangsaan, antara lain: menjunjung martabat bangsa, menjaga kesatuan & persatuan bangsa, cinta tanah air, kesadaran bela negara, dll-nya.
Issu Kebijakan 6: Meskipun pasal 33 UUD 1945 telah mengamanatkan
bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak, maupun bumi, air, serta kekayaan sumberdaya alam (aset SDA) yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara, namun pada prakteknya pemerintah kurang tegas membuat kebijakan dan instrumen pelaksanaan kebijakan yang sesuai dengan amanat pasal 33 UUD 1945 tersebut secara konsekwen.
Issu Kebijakan 7: Meskipun pemerintah telah melakukan proses
pembangunan di berbagai bidang, namun pemerintah kurang mampu
-
13
mengarahkan proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik secara terpadu dan berkelanjutan. Seharusnya proses transformasi tersebut harus dapat menciptakan pemerataan pertumbuhan ekonomi & kesejahteraan rakyat antar wilayah, kelestarian LH dan pemanfatan SDA, kesimbangan perkembangan antar wilayah, dan keserasian perkembangan permukiman perkotaan & perdesaan.
2.3. Problematik Kehidupan Rakyat, Bangsa, dan Negara
Akibat dari adanya fenomena ketidakhadiran negara, ketidaktegasan
lingkup tugas pemerintah, kurangnya sinergitas sistem politik dan ekonomi, kelemahan dalam pengembangan kegiatan sosial-budaya, kelalaian penerapan pasal 33 UUD 1945, dan tidak terarahnya proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik di dalam ruang wilayah & kawasan, kesemuanya itu menyebabkan munculnya berbagai problematik dalam kehidupan rakyat, bangsa, dan negara sebagai berikut.
Problematik politik dan pemerintahan: adanya kelambanan birokrasi
dalam pengambilan keputusan, menurunnya kualitas pelayanan umum, melemahnya keadilan hukum, manipulasi per-undang-2an & peraturan, maraknya korupsi, penggelapan pajak, distorsi proses demokratisasi, dominasi partai politik, maraknya transaksi politik dan sandera politik, distorsi pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, lemahnya sistem pertahanan & keamanan negara, dll-nya. Di sisi lain, adanya peningkatan kesadaran kolektif untuk menegakkan kembali nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI sebagai pilar berbangsa dan bernegara.
Problematik ekonomi: adanya kemiskinan, pengangguran,
ketidakmerataan pendapatan antar golongan masyarakat, keterbatasan akses kapital ke kelompok bawah, merebaknya praktek liberalisasi ekonomi, masuknya barang impor, ketidakmampuan mengelola ketahanan pangan dan kegiatan pertanian, kefatalan pengelolaan potensi sumberdaya alam, dll-nya. Di sisi lain, semakin banyak orang Indonesia yang menikmati pola konsumsi modern dan yang memiliki kekayaan diatas USD 1.0 billion.
Problematik sosial: kurang memadainya pelayanan pendidikan,
kesehatan, jaminan sosial, dan penyediaan perumahan. Disamping itu terjadi penurunan rasa adil, etika-moral masyarakat, kedisiplinan, budaya gotong royong, saling menghargai, kesadaran berwarganegara, dll-nya. Di sisi lain, kehidupan masyarakat, khususnya di perkotaan, semakin berkualitas dan memiliki daya inovasi dan kreatifitas yang tinggi.
Problematik lingkungan fisik: adanya kesremawutan pemanfataan
ruang dan pengelolaan pertanahan, perambahan hutan alam, penurunan kualitas lingkungan hidup, peningkatan polusi lingkungan dan kadar CO2, keterbatasan pelayanan infrastruktur, kemacetan lalu lintas di kota metro dan besar,
-
14
kebanjiran dan kekeringan, ketidakteraturan perkembangan kawasan permukiman, kekumuhan kawasan perumahan, terutama di perkotaan. Di sisi lain, berkembang bangunan perumahan bertingkat, kawasan bisnis, kawasan permukiman terpadu, dan kawasan perkebunaan skala besar.
2.4. Problematik Peran Pemerintah Negara
Meskipun negara telah memiliki institusi penyelenggara pemerintahan, namun masih banyak distorsi yang menyebabkan peran pemerintah negara menjadi kurang efektif untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara yang ditunjukkan oleh:
1. Pengelolaan sistem hukum yang kurang menjamin ketertiban sosial & perilaku masyarakat, hak asasi manusia, jaminan kepemilikan pribadi, sangsi hukum yang adil, kepastian berusaha & berinvestasi, ketertiban hukum tata negara & pemerintahan untuk kepentingan publik, dll-nya.
2. Pengelolaan sistem politik yang cenderung menghilangkan prinsip kedaulatan rakyat, musyawarah mufakat untuk kepentingan rakyat; menciptakan konflik elit politik, transaksi dan sandera politik, ego kekuasaan & kepentingan partai, dll-nya.
3. Pengelolaan sistem ekonomi yang kurang menjamin kegiatan ekonomi yang bersifat sosialis-humanistik, kebersamaan dalam asas kekeluargaan, nasionalisme ekonomi, kedaulatan ekonomi rakyat, kesempatan kerja dan pendapatan yang layak, dll-nya.
4. Pengelolaan sistem sosial-budaya yang kurang mampu menghidupkan perilaku gotong-royong, toleransi antar agama, memanusiakan sesama; perilaku yang saling menghormat, menjunjung martabat bangsa, menjaga kesatuan bangsa, cinta negara, kesadaran bela negara, dll-nya.
5. Pengelolaan sistem penyediaan pelayanan publik (infrastruktur) yang kurang menjamin kebutuhan dasar masyarakat, pengembangan kegiatan ekonomi & sosial masyarakat, dan mendorong pemerataan pembangunan di berbagai wilayah, dll-nya.
6. Pengelolaan otonomi daerah & desentralisasi yang kurang efektif untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan kualitas pelayanan publik , menciptakan kemudahan perijinan, dll-nya.
7. Pengelolaan sistem pertahanan & keamanan kurang menjamin rasa aman masyarakat (perampokan, perompakan, penganiayaan, pertikaian masa, terorisme), pengawasan wilayah perbatasan, kedaulatan negara, kesiagaan sistem & peralatan pertahanan-keamanan, dll-nya. Kenyataan lain menunjukkan bahwa pemerintah negara kurang mampu
mengarahkan proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik, secara terpadu dan berkelanjutan, dengan indikasi:
1. Pertumbuhan penduduk yang kurang diakomodasi oleh
penyediaan ruang yang berkualitas untuk mengembangkan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.
-
15
2. Pertumbuhan ekonomi yang kurang mampu mengurangi tingkat kesenjangan pendapatan antar golongan masyarakat antar wilayah dan antara masyarakat yang tinggal di perkotaan dan perdesaan, maupun pemerataan perkembangan ekonomi antar wilayah;
3. Pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah yang kurang mampu menciptakan pemerataan kesejahteraan rakyat antar wilayah, keseimbangan perkembangan antar wilayah, dan kelestarian lingkungan hidup di berbagai wilayah.
4. Pengelolaan tata ruang dan pertanahan yang kurang mampu mendukung keadilan atas hak pemilikan tanah, pengembangan kehidupan sosialekonomi masyarakat, penyediaan tanah untuk kepentingan umum, dan perwujutan lingkungan fisik yang berkualitas.
5. Pengelolaan penyediaan pelayanan infrastruktur yang kurang mampu mendukung pemerataan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, dan pola perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan yang teratur dan fungsional.
6. Pengelolaan pengembangan kawasan untuk menampung pertumbuhan penduduk yang kurang didukung oleh kegiatan penataan ruang dan pertanahan, penyediaan pelayanan infrastruktur, pengendalian daya dukung lingkungan dan daya tampung kawasan, yang menyebabkan lingkungan fisik kawasan kurang teratur dan fungsional untuk meningkatan kualitas kehidupan masyarakat, daya saing ekonomi/produktivitas ekonomi, dan kenyamanan tinggal.
-
16
Bab III
Premis dan Arah Kebijakan Yang Dipertimbangkan Dalam
Tindakan Perencanaan Pembangunan
Untuk mewujutkan tujuan membentuk pemerintah Indonesia dalam rangka membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur diperlukan suatu premis (dasar pemikiran) untuk dapat merumuskan arah kebijakan pembangunan secara benar dan baik. 3.1. Premis Kebijakan Pembangunan Premis 1: Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang mampu menciptakan pemerataan kesejahteraan rakyat, melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan akumulasi kapital yang merata di masyarakat bawah, yang diperoleh dari siklus investasi, produksi, pendapatan, konsumsi, tabungan, re-investasi yang membumbung (cyclonic), sehingga menghasilkan peningkatan daya beli masyarakat (purchasing power) dan kemakmuran (wealth).
Pertumbuhan Ekonomi& Akumulasi Kapital
REINVESTASI
TABUNGAN
KONSUMSI
PENDAPATAN
PEKERJAAN
PRODUKSI
INVESTASI
OUTPUT /DEMAND
INPUT /SUPPLY
MIKRO
ECONOMIC GROWTH
- Tingkat inflasi- Tingkat harga- Nilai tukar - Suku bunga- Investasi
- Dana- Material- Tenaga - Manajemen - Teknologi- Kreasi- Inovasi
DAYA BELI
- GDP/capita- Economic structure
- Employment distribution
- Purchasing power
- Wealth
Resources
MAKRO
Y=C+I+G+NX
PAJAK
PERMINTAANBARANG & JASA
Pasar LN
EksporImpor
Penyediaanuang
PenyediaanBarang & Jasa
Pasar DN
Pasar LN/Ekspor
-
17
Premis 2: Peningkatan pertumbuhan ekonomi membutuhkan pengembangan kegiatan produksi yang menghasilkan produk yang cepat dapat diperdagangkan (tradeable product) dan menciptakan nilai tambah (value added). Pengembangan kegiatan produksi harus diarahkan untuk meningkatkan perluasan peluang usaha, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan masyarakat, sekaligus untuk menciptakan pemerataan kesejahteraan rakyat. Premis 3: Penanggulangan kemiskinan tidak cukup hanya dilakukan dengan cara penyediaan bantuan sosial dan pemberdayaan masyarakat, akan tetapi memerlukan juga pengembangan pelayanan sosial dasar, sistem jaminan sosial, dan kegiatan usaha ekonomi produktif yang langsung melibatkan masyarakat miskin (hak dasar rakyat). Pengembangan kegiatan usaha ekonomi produktif memerlukan penyediaan akses kapital, input produksi, pengembangan teknologi produksi, pengolahan, dan pemasaran, dan disertai dengan pengembangan dan pemanfaatan tenaga kerja secara terencana.
Intervensi Penanggulangan Kemiskinan
Tidak punya akses ke sarana kesehatan
Tidak punya akses ke sarana air bersih & sanitasi
Tidak dapat berpendapat
Tidak memiliki aset atau kapital
Pendidikan rendahTidak bekerja
Tidak sekolahJarang sekolah
Kematian bayi Kurang nutrisi Keluar sekolah
Pendapatan tidak cukup untukmembeli kebutuhan paling dasar
Tidak punya rumahRentan guncangan ekonomi
Intervensi:Pemenuhan hak dasar,pelayanan sosial dasar,
kegiatan ekonomiproduktif, dan didukungoleh pengembangan &
pemanfaatan tenaga kerjasecara terencana di
tingkat lokal.
Premis 4: Pengembangan kegiatan sosial-budaya secara terencana sangat diperlukan untuk: (i) membangun karakter bangsa, kecerdasan bangsa, dan budaya bangsa, (ii) menghidupkan harmonisasi & kapital sosial, antara lain: prinsip gotong-royong, toleransi antar agama, perilaku yang saling membangun, saling menghormat, dan (iii) menghidupkan jiwa kebangsaan, antara lain: menjunjung
-
18
martabat bangsa, menjaga kesatuan bangsa, cinta negara, kesadaran bela negara, dll-nya. Membangun karakter bangsa adalah membangun manusia yang berkarakter kuat sebagai agen transformasi, berakhlak mulia, percaya diri, ketrampilan yang mumpuni, santun kepada lingkungan, berpikir dan berperadapan maju, dan memiliki khasanah intelektual yang tinggi. Premis 5: Peningkatan penyediaan infrastruktur sangat penting dan diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, mobilitas orang & barang (logistik), pertukaran arus informasi & komunikasi, peningkatan kualitas kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, dan pengembangan wilayah & kawasan permukiman. Pembangunan infrastruktur dengan standar yang layak memerlukan pengerahan sumber pembiayaan pertahunnya sebesar 8-10 % dari PDB. Premis 6: Proses pemerataan perkembangan antar wilayah dapat dilihat dari dimensi geografi ekonomi, yaitu: (i) dimensi kepadatan ruang (density), (ii) jarak ruang (distance), dan (iii) pembagian fungsi ruang (division). Ketiga dimensi ini dapat menciptakan ketidakmerataan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, namun juga perkembangan wilayah yang inklusif yang dapat dianalisis dari fenomena: (i) agglomerasi, (ii) migrasi, dan (iii) spesialisasi. Secara empiris, pemerataan kesejahteraan rakyat antar wilayah akan mulai membaik, jika pendapatan perkapita di suatu negara mencapai USD 3,500. Selanjutnya pemerataan kesejahteraan akan lebih mantap, jika pendapatan perkapita di suatu negara mencapai USD 10,000. Titik kemapanan pemerataan kesejahteraan masyarakat antar daerah, jika pendapatan perkapita di suatu negara mencapai USD 25,000 (World Development Report, Bank Dunia, 2008). Premis 7: Proses pembangunan identik dengan proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik di dalam ruang wilayah dan kawasan, yang harus dapat diarahkan untuk menciptakan: (i) pemerataan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat antar wilayah, (ii) pelestarian lingkungan, (iii) keseimbangan perkembangan antar wilayah, dan (iv) keserasian perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan. Elemen penting dari pemerataan perkembangan antar wilayah adalah: (i) kebijakan pemerataan pertumbuhan ekonomi (urbanisasi), (ii) pengembangan kawasan, (iii) integrasi infrastruktur & ekonomi antar wilayah, (iv) pemanfaatan potensi sumberdaya wilayah, dan (v) penataan ruang & pertanahan.
-
19
PROSES TRANSFORMASI SPASIAL
TRANSFORMASI EKONOMI
TRANSFORMASI LINGKUNGAN
FISIK
TRANSFORMASI SOSIAL
DayaDukung
Lingkungan
SumberdayaManusia,
Pengetahuan, &Teknologi
SumberdayaManajemen &Kelembagaan Daya
TampungKawasan
PEMERATAAN PERTUMBUHAN EKONOMI &KESEJAHTERAAN RAKYAT ANTAR WILAYAH
KESERASIAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN & PERDESAAN
KELESTARIAN LH & PEMANFAATAN SDAKESEIMBANGAN PERKEMBANGAN ANTAR WILAYAH
SumberdayaAlam &
LingkunganHidup
Penyediaan Prasarana dan
Sarana
Penataan Ruangdan
Pertanahan
- Tradisional- Informal- Rural
- Modern- Formal- Urban
Transformasi Spasial
Urbanization Premis 8: Negara yang maju adalah negara yang mampu menciptakan masyarakat yang maju & produktif dan daya saing ekonomi yang tinggi dengan ciri: (1) proporsi pertumbuhan sektor sekunder dan tersier semakin besar, disertai dengan modernisasi sektor primer (pertanian); (2) kualitas kehidupan dan pendapatan masyarakat perkotaan dan perdesaan tidak berbeda, (3) kualitas pelayanan prasarana dan sarana tidak berbeda antara perkotaan dan perdesaan; (4) proporsi penduduk (lebih dari 70 %) bertempat tinggal di kawasan permukiman yang berkarakter kota, dan (5) kapasitas birokrasi dan tata kelola yang mampu menjamin keadilan & kepastian hukum dan menyediakan regulasi & perijinan yang memudahkan bagi kegiatan usaha dan investasi. Premis 9: Negara yang maju adalah negara yang mampu membangun ekonomi perdesaan, melalui pengembangan industri pertanian yang mampu memproduksi bahan pangan, bahan baku industri, dan bahan bio-energi, disertai dengan diversifikasi produk pertanian, penguasaan teknologi pertanian, dan penyediaan lembaga pemasaran yang handal. Pembangunan perdesaan sangat penting dan perlu untuk memperkuat daya saing perekonomian, mengentaskan kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan perkembangan antar wilayah dan kawasan.
-
20
Proses transformasi sosial-ekonomi dan lingkungan fisik di kawasan perdesaan harus mampu menciptakan masyarakat desa yang kehidupannya maju dan produktif (urbanized society). Untuk itu diperlukan penerapan paradigma dalam pembangunan perdesaan melalui model Rural Urbanization, yang memperlakukan: (1) pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan sebagai kesatuan ekonomi dan kawasan, (2) modernisasi perdesaan, melalui mekanisasi dan industrialisasi kegiatan pertanian, dan (3) menerapkan standar pelayanan minimum (SPM) yang tidak dibedakan antara perkotaan dan perdesaan.
Model Rural Urbanization
2.000 KK, sebagai pemilik, pengelola, dan pekerja
(pada areal 6.000 ha)
Proses TransformasiMasyarakatPerdesaan
Urbanisasi
Lahan Hutan/Konservasi
Proses Industrialisasi
Modernisasi
Lahan UsahaPertanian
Proses Mekanisasi
Perumahan Prasarana & Sarana DesaPusat Pelayanan
Desa
Sasaran:- Mengubah usaha pertanian tradisional menjadi modern.- Mengubah pendapatan yang tidak terjamin menjadi terjamin.- Mengubah kawasan perdesaan berkarakter perkotaan.
500 KK, pada areal 1.500 ha
Premis 10: Pemerintah negara yang kuat adalah: (i) pemerintah yang mampu menjalankan mandat kekuasaan dari rakyat dengan fungsi menegakkan, mengatur, menyediakan, dan membangun, dan (ii) sekaligus pemerintah yang mampu melakukan tindakan perencanaan pembangunan untuk dapat mengarahkan proses pembangunan secara baik dan benar, disertai dengan pengaturan mekanisme dan kelembagaan yang handal, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai warga negara (suatu bentuk kehadiran negara). 3.2. Arah Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan
Kebijakan (dalam) perencanaan pembangunan merupakan bagian dari kebijakan publik yang dapat memberikan arahan bagi tindakan perencanaan untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, berdasarkan pada: (i) falsafah dan doktrin negara (Panca Sila dan UUD 1945), (ii) cita-cita dan pandangan hidup masyarakat, (iii) penyelenggaraan pemerintahan negara berbasis doktrin kerakyatan dan kebangsaan, (iv) prinsip pembangunan yang merata dan berkelanjutan (pro rakyat, pertumbuhan, kesempatan kerja, dan
-
21
keselamatan lingkungan), dan (v) pemanfaatan sumberdaya pembangunan secara bijaksana. Tindakan perencanaan pembangunan diperlukan untuk mendukung penguatan: (1) peran pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dan penyediaan pelayanan publik (mekanisme politik), (2) peran dunia usaha (corporate) dan rumah tangga (household) dalam peningkatan kegiatan investasi dan produksi, peluang usaha, kesempatan kerja, dan distribusi pendapatan (mekanisme pasar), (3) peran masyarakat dalam pengembangan kehidupan sosial-ekonomi, nilai-nilai budaya, dan kohesi sosial, serta membangun kesatuan & persatuan bangsa (mekanisme keswadayaan).
Dengan memperhatikan premis yang diajukan diatas (10 premis), dapat
dirumuskan arah kebijakan yang dapat digunakan sebagai dasar bagi tindakan perencanaan pembangunan untuk mencapai tujuan membentuk pemerintahan negara dalam membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara (sebagai entitas sosial, territorial, dan institusional) dengan titik sentral membangun manusianya yang berposisi sebagai rakyat, seperti terlihat pada gambar berikut.
Arah KebijakanPembangunan
PenataanSistem Hukum/Tata Negara
& Sistem Pemerintahan
PenataanSistem Politik,
& Sistem Hankam
PenataanSistem Ekonomi/
Peningkatan PemerataanPertumbuhan Ekonomi
Pengembangan &PemanfaatanTenaga Kerja
PeningkatanKualitas Kehidupan
Rakyat-Bangsa-Negara
PemerataanPertumbuhan Ekonomi & Kesejahteraan Rakyat Antar Wilayah,
Kelestarian LH & Pemanfaatan SDA, Keseimbangan Perkembangan Antar Wilayah,
Keserasian Perkembangan Kawasan Permukiman
Pengembangan Kegiatan
Sosial-Budaya
Pengembangan Kegiatan Produksi
Pengarahan Proses Transformasi Sosial-Ekonomi-Lingkungan Fisik
Di Dalam Ruang Wilayah & KawasanPemanfaatan Potensi
Sumberdaya AlamPenyediaan
Pelayanan Publik
PembangunanManusia
PenyediaanInfrastruktur
Penataan Ruang& Pertanahan
Arah kebijakan 1: Pembangunan manusia yang diarahkan untuk (a) meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan bermasyarakat, (b) kemampuan intelektual dan budi pekerti, derajat kesehatan mental dan rohani, produktifitas dan kreatifitas SDM, dan sekaligus untuk (c) menjamin pemenuhan hak dasar rakyat sebagai kewajiban negara agar rakyat, sebagai warga negara, memiliki kemampuan
-
22
dasar untuk meningkatkan taraf kehidupan sosial-ekonominya (meningkatkan kejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa). Arah Kebijakan 2: Penegakan/penataan sistem hukum/tata negara dan sistem pemerintahan untuk (a) menjamin ketertiban sosial & perilaku disiplin masyarakat, hak asasi manusia, jaminan kepemilikan pribadi, sangsi hukum yang adil; (b) memperkuat tugas pemerintah negara, kapasitas birokrasi, dan (c) hubungan kerja atau pembagian tugas antar lembaga yudikatif, legislatif, dan eksekutif dalam rangka membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara. Arah Kebijakan 3: Penegakan/penataan sistem politik dan pertahanan keamanan yang diarahkan untuk: (a) mengawal proses demokratisasi, membangun sistem & fungsi kepartaian, (b) membangun kesadaran berbangsa dan bernegara, mengatur hak dan kewajiban warganegara, serta (c) memelihara rasa aman, menjamin ketertiban umum, menjaga wilayah negara & keamanan perbatasan, dan mempertahankan kedaulatan negara. Arah Kebijakan 4: Pengembangan kegiatan sosial-budaya yang diarahkan untuk (a) menghidupkan harmonisasi sosial dan kapital sosial, yang meliputi: toleransi beragama, budaya gotong-royong, memanusiakan sesama, perilaku yang saling menghormati, maupun (b) menjunjung martabat bangsa dan memperkuat karakter bangsa dan budaya bangsa (peradapan bangsa). Arah Kebijakan 5: Pengelolaan sistem ekonomi yang mampu meningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan merata yang diarahkan untuk: (a) memperkuat kedaulatan ekonomi rakyat, struktur ekonomi, daya saing ekonomi, kegiatan produksi, dan sekaligus untuk (b) meningkatkan peluang usaha, kesempatan kerja, dan pendapatan masyarakat yang layak.
Arah Kebijakan 6: Peningkatan pengembangan dan pemanfaatan tenaga kerja yang diarahkan untuk (a) menyiapkan tenaga trampil dan meningkatkan produktivitas, (b) mengurangi pengangguran dan penanggulangan kemiskinan, dan (c) mendukung pengembangan tenaga kerja kreatif . Arah Kebijakan 7: Peningkatan kegiatan produksi, termasuk pengolahan, dan pemasaran diarahkan untuk (a) mengembangkan produk komoditas unggulan, (b) pemenuhan permintaan pasar domestik dan ekspor, dan (c) sekaligus meningkatkan peluang usaha, kesempatan kerja, dan pendapatan masyarakat.
-
23
Arah Kebijakan 8: Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya alam (SDA) diarahkan untuk (a) memperkuat struktur ekonomi dan daya saing, serta kemandirian ekonomi negara, (b) meningkatkan kegiatan produksi dan pendapatan rakyat, serta pendapatan negara, dan (c) pemenuhan kebutuhan bahan pangan, bahan baku industri, dan bahan baku energi.
Arah Kebijakan 9: Pengelolaan sistem penyediaan pelayanan publik yang diarahkan untuk (a) meningkatkan pelayanan sosial-dasar, (b) kualitas kehidupan sosial-ekonomi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, (c) kegiatan ekonomi produktif, dan (d) pemerataan penyediaan pelayanan infrastruktur antar wilayah dan kawasan.
pelayanan infrastruktur antar wilayah: jaringan jalan raya, transportasi
darat, transportasi laut, transportasi udara, jalan kereta api, telekomunikasi, tenaga listrik& jaringan distribusi, dll.
pelayanan infrastruktur kawasan: jaringan jalan kawasan, transportasi umum, terminal, dermaga, pasar, sarana umum, waduk & irigasi, pengendalian banjir, drainase, air bersih, sanitasi, pengolahan sampah, dll.
Arah Kebijakan 10: Proses tranformasi sosial-ekonomi-lingkungan fisik yang diarahkan untuk menciptakan: (a) pemerataan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat antar wilayah, (b) kelestarian lingkungan hidup dan pemanfaatan SDA, (c) keseimbangan perkembangan antar wilayah, dan (d) keserasian perkembangan kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan, yang didukung oleh pengelolaan tata ruang & pertanahan, penyediaan sarana & prasarana, pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan & daya tampung kawasan.
3.3. Implikasi Terhadap Tindakan Perencanaan Pembangunan
Pada dasarnya tindakan perencanaan pembangunan merupakan tindakan publik dalam proses pembangunan yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat masa kini dan masa depan, atau mengubah kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan masyarakat, melalui pengelolaan penerapan sistem perencanaan pembangunan dan proses perencanaan yang benar dan baik.
Tindakan perencanaan pembangunan diarahkan untuk mendukung
penguatan: (1) peran pemerintah negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik (mekanisme politik), (2) peran dunia usaha (corporate) dan rumah tangga (household) dalam melakukan investasi, kegiatan produksi, penciptaan peluang usaha, kesempatan kerja, dan pendapatan (mekanisme pasar), dan (3) peran masyarakat dalam pengembangan kegiatan ekonomi-sosial, kohesi sosial, kemajuan masyarakat (mekanisme keswadayaan).
-
24
Dengan melihat premis kebijakan pembangunan, dan arah kebijakan dalam perencanaan pembangunan seperti telah dijelaskan diatas, terdapat beberapa prinsip dasar untuk memantapkan tindakan perencanaan pembangunan, sebagai berikut:
Pertama, tindakan perencanaan pembangunan harus dilakukan
berdasarkan falsafah dan doktrin negara (Panca Sila dan UUD 1945), yang mampu memperkuat peran pemerintah negara untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara.
Kedua, tindakan perencanaan pembangunan harus dapat (i)
memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat baik pada masa kini dan masa depan melalui serangkaian langkah tindakan, atau (ii) mengubah kondisi yang ada ke yang diinginkan masyarakat, atau (iii) mengarahkan proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik di dalam ruang wilayah dan kawasan secara terpadu dan berkelanjutan (pembangunan semesta berencana).
Ketiga, tindakan perencanaan pembangunan harus dapat dijalankan
secara sistemik melalui pemanfaatan sistem perencanaan, yaitu: (i) perencanaan makro (kebijakan dan program), (ii) perencanaan pengembangan wilayah (kebijakan & program), (iii) perencanaan strategis (bidang/lintas sektor), (iv) perencanaan sektoral (kegiatan lembaga), dan (v) perencanaan teknis (studi/desain teknis).
Keempat, tindakan perencanaan pembangunan harus dapat dilakukan secara konsisten melalui: proses penyusunan rencana, proses pelaksanaan rencana, koordinasi perencanaan, pengerahan sumber pembiayaan, aloksai dana, dan pengaturan pelaksanaan rencana (mekanisme & kelembagaan).
Kelima, tindakan perencanaan pembangunan harus mewadahi proses
penyusunan rencana yang menghasilkan produk perencanaan berupa: sistem, kebijakan, strategi, rancangan, desain, rencana kerja/aksi, pengerahan sumber pembiayaan, alokasi dana, dan pengaturan pelaksanaan rencana (mekanisme & kelembagaan), yang digunakan bagi tindakan pelaksanaan pembangunan.
Keenam, tindakan perencanaan pembangunan harus didukung secara
mutlak oleh pengerahan sumber pembiayaan pembangunan untuk mendukung kegiatan investasi sektor pemerintah dan sektor swasta yang diperoleh dari: (i) belanja APBN, (ii) belanja & investasi BUMN/D, (iii) kredit perbankan, (iv) dana perusahaan swasta dalam negeri, (v) dana perusahaan swasta luar negeri, dan (vi) dana masyarakat.
-
25
Bab IV
Rekomendasi Pemantapan Tindakan Perencanaan Pembangunan
4.1. Rasionalitas Pemantapan Tindakan Perencanaan
UU No.25/Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional menjelaskan 5 (lima) amanat tujuan pelaksanaan (pembuatan dan penggunaan) sistem perencanaan pembangunan, yaitu untuk: (i) mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, (ii) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah, dan pusat dan daerah, (iii) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara kegiatan perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan/pengendalian, (iv) mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan (v) menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Dari sisi ekonomi, pembangunan yang berhasil adalah pembangunan
yang mampu menciptakan pemerataan kesejahteraan rakyat, melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan akumulasi kapital yang merata di masyarakat bawah, yang diperoleh dari siklus investasi, produksi, pendapatan, konsumsi, tabungan, re-investasi yang membumbung (cyclonic), sehingga menghasilkan peningkatan daya beli masyarakat (purchasing power) dan kemakmuran (wealth).
Dari sisi politik, negara yang berhasil membangun kehidupan rakyat,
bangsa dan negara adalah negara yang berhasil atau mampu melakukan (secara minimal) dalam hal: (1) menekan tingkat konflik di masyarakat, (2) menjaga wilayah perbatasan, (3) menekan tingkat kriminalitas & kekerasan di dalam masyarakat, (4) eksekutif yang tidak otoriter/demokratis, (5) distribusi ekonomi yang merata, dan (6) menjaga legitimasi pemerintah (Rottberg, 2001).
Tindakan perencanaan pembangunan merupakan tindakan publik dalam
proses pembangunan yang digunakan untuk mengubah kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan atau memecahkan permasalahan masa kini dan masa depan, atau mengarahkan bagi masyarakat dalam proses transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan fisik di dalam ruang wilayah dan kawasan (pembangunan semesta berencana).
Dampak penting yang diharapkan dari tindakan perencanaan yang benar
dan baik adalah adanya produk perencanaan yang tepat dan legitimat yang bermanfaat untuk: (1) meningkatkan kemampuan masyarakat sebagai individu, keluarga, dan masyarakat, sebagai pelaku dan pemanfaatan hasil pembangunan, (2) menciptakan tatanan ekonomi, sosial, lingkungan fisik yang lebih akomodatif terhadap kebutuhan dan perkembangan masyarakat, (3) membangun kapasitas
-
26
kelembagaan pembangunan, (4) menyediakan informasi tentang kebijakan, inovasi, solusi teknikal, dan alokasi sumberdaya yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, koordinasi, dan tindakan pelaksanaan pembangunan oleh para pelaku yang berkepentingan (stakeholders).
4.2. Pemantapan Tindakan Perencanaan Pembangunan
Kembali kepada pertanyaan awal, sejauhmana dan bagaimana pemerintah negara mampu melakukan tindakan perencanaan pembangunan secara benar dan baik, serta dijalankan secara konsisten.
Pada kenyataannya terdapat fenomena yang melekat (embedded
problem) pada tindakan perencanaan pembangunan yang meliputi: 1. adanya keraguan dari berbagai kalangan terhadap ketanggapan dan
kehandalan tindakan perencanaan untuk dapat memecahkan problematik atau merubah kondisi pada masa kini dan masa depan (permasalahan ketepatan perumusan tujuan & sasaran rencana, proses penyusunan rencana, dan pengerahan sumber pembiayaan pembangunan),
2. kurangnya konsistensi antara kebijakan, proses perencanaan, pembiayaan, penganggaran, dan pelaksanaan rencana (permasalahan proses pelaksanaan rencana, koordinasi perencanaan & pelaksanaan rencana, dan pengaturan mekanisme & kelembagaan ),
3. kurang tanggapnya proses perencanaan terhadap kebutuhan klien atau kurang memadainya produk perencanaan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, inovasi, solusi teknikal, koordinasi, dan tindakan pelaksanaan pembangunan (permasalahan proses penyusunan rencana dan pelaksanaan rencana),
4. kurangnya sikronisasi antara produk perencanaan pengembangan wilayah dan perencanaan sektoral (permasalahan koordinasi perencanaan & pelaksanaan rencana).
5. kurangnya keterkaitan antara rencana kerja/kegiatan sektor publik dan kebutuhan masyarakat termasuk dunia usaha (permasalahan ketepatan pemilihan prioritas rencana kerja/kegiatan). Mengingat tahap penyusunan rencana merupakan tahap yang paling
penting yang mempengaruhi keberhasilan tindakan perencanaan, maka perlu diamati dan dikenali secara seksama faktor penyebab kegagalan proses penyusunan rencana, antara lain adalah: (i) kesalahan mengadopsi konsep dan paradigma pembangunan, (ii) kesalahan memahami dimensi pembangunan atau penetapan objek dan sasaran pembangunan, (iii) kesalahan penetapan tujuan dan sasaran rencana, (iv) kesalahan dalam penetapan pilihan strategi, prioritas kebijakan, rencana tindakan/kegiatan, dan sasaran pelaksanaan rencana, (v) ketidaksiapan dalam pengerahan sumber pembiayaan, dan (vi) kesalahan penyusunan rencana alokasi dana.
-
27
Atas dasar analisis kebijakan tersebut diatas, penulis mengajukan rekomendasi bagi pemantapan tindakan perencanaan pembangunan dengan tujuan untuk memperkuat peran pemerintah negara dalam rangka membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara (percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa).
Rekomendasi 1: Inovasi pengembangan sistem perencanaan dan proses perencanaan pembangunan, yang dilakukan melalui kebijakan:
pemantapan penerapan sistem perencanaan pembangunan: (i) perencanaan makro (kebijakan dan program), (ii) perencanaan pengembangan wilayah, (iii) perencanaan strategis (bidang/lintas sektor), dan (iv) perencanaan sektoral (kegiatan lembaga), dan perencanan teknis (studi/desain teknis).
penguatan kapasitas sumberdaya manusia & pengelolaan dalam proses penyusunan rencana, proses pelaksanaan rencana, dan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan rencana antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat secara berjenjang di pusat dan daerah.
penguatan mekanisme penyusunan rencana anggaran dan alokasi dana pembangunan, serta penyusunan rencana investasi pemerintah dan sektor swasta yang terpadu dan menyeluruh.
penguatan keterpaduan mekanisme pengelolaan keuangan negara dan pelaksanaan rencana (APBN).
peningkatan pengerahan sumber pembiayaan pembangunan (APBN/non APBN) untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik, serta kegiatan investasi pemerintah dan sektor swasta.
Landasan KebijakanPenyelenggaraan
Pemerintahan Negara
RencanaPembangunan
Jangka Menengah(5 Tahun)
Sistem & ProdukPerencanaan Pembangunan
TujuanMembentuk
Pemerintahan NegaraRepublik Indonesia
Visi & MisiPembangunan
Jangka Panjang
SistemPenyelenggaraan
Pemerintahan Negara
PengelolaanSistem & KegiatanPenyelenggaraan
Pemerintahan Negara
ArahKebijakan
Pembangunan
RencanaPembangunan
Jangka Panjang(25 Tahun)
PengerahanSumber Pembiayaan
Pembangunan
RencanaKerja Pemerintah
Tahunan
PerencanaanPengembangan
Wilayah
ArahKebijakan
Pembangunan
PerencanaanMakro
RencanaPembangunan
Jangka Tahunan(1 Tahun)
Rencana InvestasiPemerintah & Sektor Swasta
PerencanaanStrategis
Bidang/Lintas Sektor
PengelolaanKekayaan Negara
Rencana AnggaranPendapataan & Belanja Negara
Perencanaan SektoralK/L /SKPD
& Sektor Swasta
Rencana KegiatanPemerintah &Sektor Swasta
PengelolaanKeuangan Negara
PerencanaanTata Ruang
Wilayah
-
28
Rekomendasi 2: Inovasi penyusunan Paket Rencana Strategis (bidang/lintas sektor):
Penyusunan paket rencana strategis pengembangan koridor ekonomi, dalam bidang pengembangan komoditas unggulan (pertanian, kelautan, peternakan, industri, pertambangan), penyediaan infrastruktur & energi, dan pengembangan kawasan khusus.
Penyusunan paket rencana strategis pengembangan sosial-budaya, dalam bidang pemenuhan hak dasar rakyat, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan karakter & budaya bangsa.
Penyusunan paket rencana strategis pemberdayaan UMK/Koperasi, dalam bidang penyediaan investasi/kapital dan pengembangan usaha yang tertarget pada kelompok masyarakat bawah, serta penyediaan tenaga pelayanan pengembangan bisnis (Business Development Services).
Penyusunan paket rencana strategis pembangunan perdesaan, dalam bidang peningkatan ketahanan pangan, produksi bahan baku industri & bahan bio-energi, pengembangan industri pengolahan hasil pertanian, pengembangan lahan pertanian, dan pembangunan infrastruktur dan kawasan, serta penyediaan tenaga pengelola pembangunan perdesaan.
Skenario Alokasi Investasi TertargetPada Kelompok Masyarakat Bawah
KEGIATAN USAHASEKUNDER/TERTIAIR
KEGIATAN USAHAPRIMER
10 % MASYARAKAT BERPENGHASILAN TINGGI
(6 JUTA KK)
30 % MASYARAKAT BERPENGHASILAN SEDANG
(18 JUTA KK)
60 % MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH
(36 JUTA KK)
INVESTASI LANGSUNG MASYARAKATRP. 100 JUTA/KK
(Rp. 3.600 T)
DISTRIBUSI INVESTASI(60 JUTA KK)
MASYARAKAT DESA MASYARAKAT KOTA
Rekomendasi 3: Inovasi dalam penyusunan pelaksanaan rencana, dengan menetapkan prioritas rencana pembangunan dan alokasi dana pembangunan (kegiatan investasi) pada:
penguatan sektor keuangan & perbankan, pengembangan sektor industri (industri manufaktur, industri kreatif, industri energi & sumberdaya
-
29
mineral), dan penguatan pengelolaan keuangan negara, termasuk penyediaan pelayanan publik.
peningkatan penyediaan pelayanan sosial dasar, penanggulangan kemiskinan, pembangunan daerah tertinggal, dan pemberdayaan usaha mikro-kecil.
peningkatan pengelolaan pengembangan wilayah, meliputi: penataan ruang, pertanahan, pengelolaan lingkungan hidup, pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam, dan pengembangan kegiatan produksi berbasis SDA.
peningkatan penyediaan infrastruktur dan energi, pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan.
No. Komponen Investasi Alokasi1. Penguatan sektor keuangan/perbankan; sektor industri
manufaktur dan kreatif, sektor industri energi & pertambangan; dan reformasi pemerintahan dan birokrasi
Rp. 1.080 T
2. Penanggulangan kemiskinan, pembangunan daerahtertinggal, pengembangan SDM, pelayanan sosial dasar, dan pengembangan usaha mikro-kecil
Rp. 2.380 T
3. Pengelolaan pengembangan wilayah: penataan ruang, pertanahan, pengelolaan lingkungan hidup, pemanfaatansumberdaya alam, dan pengembangan kegiatan produksiberbasis SDA
Rp. 2.090 T
4. Peningkatan penyediaan infrastruktur dan energi Rp. 3.170 T
5. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan
Rp. 1.210 T
Total Rp. 9.930 T(Rp. 10.000 T)
Prioritas Alokasi Dana Investasi(2010-2014)
Rekomendasi 4: Inovasi peningkatan pengerahan sumber pembiayaan pembangunan, yang dilakukan melalui kebijakan:
penguatan kapasitas sistem pengelolaan keuangan negara (fiskal) yang mampu meningkatkan keseimbangan yang dinamis antara penerimaan negara (government recieving) dan pengeluaran negara (government spending).
peningkatan pengerahan sumber pembiayaan pembangunan APBN untuk peningkatan efektifitas penyelengaraan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik.
peningkatan pengerahan sumber pembiayaan pembangunan non APBN, melalui skema public private partnership dan fresh capital injection, untuk meningkatkan kegiatan investasi pemerintah dan sektor swasta.
-
30
Usaha SwastaPemerintah
Masyarakat
PENGERAHAN SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN (KEGIATAN INVESTASI)
(2010-2014)
Rp. 10.000 triliunKEGIATAN INVESTASI
Sasaran: kelompok masyarakat, sektor, dan wilayahTarget Ekonomi 2014:
- Pertumbuhan ekonomi : 7-8 %- Tingkat penganguran : 5-6 %- Tingkat kemiskinan : 8-10 %- Pendapatan per kapita : USD 6,000- Rasio hutang thd PDB : 24 %- Rasio pajak thd PDB : 14,2 %
PengeluaranAPBN
Rp.1.000 T
KreditPerbankan
Rp. 3.500 T
PengeluaranBUMN/D
Rp.2.000 T
Swasta
Luar Negeri
Rp. 2.000 T
SwastaDalam Negeri
Rp. 1.000 T
Dana Masyarakat
Rp. 500 T
Trend Kredit Akhir 2010: Rp. 1.790 T- Modal Kerja Rp. 800 T- Investasi Rp. 400 T- Konsumsi Rp. 590 T
4.3. Kesimpulan
Kebijakan perencanaan pembangunan adalah bagian dari kebijakan
publik yang memberikan arah bagi tindakan perencanaan untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, berdasarkan pada: (i) falsafah negara dan pilar bangsa (Panca Sila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, & NKRI), (ii) cita-cita dan pandangan hidup masyarakat, (iii) penyelenggaraan pemerintahan negara berbasis doktrin kerakyatan dan kebangsaan, (iv) prinsip pembangunan yang merata dan berkelanjutan (pro rakyat, pertumbuhan, kesempatan kerja, dan keselamatan lingkungan), dan (v) pemanfaatan sumberdaya pembangunan secara bijaksana.
Substansi rencana atau produk perencanaan merupakan hasil gabungan
pemikiran teknokratis dan kesepakatan politik, disertai dengan dukungan analisis kelayakan ekonomi-sosial-lingkungan, dan kelayakan teknis, yang dapat digunakan oleh para pelaku pembangunan dalam pengambilan keputusan, inovasi, solusi teknikal, koordinasi, dan tindakan pelaksanaan pembangunan.
Tindakan perencanaan pembangunan harus dapat memberikan arahan
bagi pelaksanaan pembangunan yang benar dan baik untuk membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia yang mandiri, maju, sejahtera dan adil-makmur.
-
31
Sebagai lembaga perencanaan di tingkat nasional, peran Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas adalah dalam hal: pengambilan keputusan (decision making), gudang pemikiran (think tank), koordinator perencanaan (coordinator), dan administrator perencanaan (administrator).
Peran Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dalam perumusan kebijakan perencanaan pembangunan sangat diperlukan untuk menguatkan peran pemerintah negara dalam rangka membangun kehidupan rakyat, bangsa, dan negara dengan titik sentral membangun manusianya yang berposisi sebagai rakyat.
Penguatan peran Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dapat dilakukan melalui pemantapan tindakan perencanaan pembangunan yang meliputi: (i) pengembangan sistem perencanaan, (ii) peningkatan kualitas proses penyusunan rencana, (iii) peningkatan kualitas produk perencanaan, dan (iv) pengerahan sumber pembiayaan pembangunan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pemerintah dan masyarakat, termasuk dunia usaha.
Pemegang Jabatan Fungsional Perencana (JFP) di berbagai instasi
pemerintah mempunyai peluang mengembangkan tindakan perencanaan pembangunan yang inovatif dan kreatif dan bekerja secara professional, untuk mendukung (i) kegiatan analisis kebijakan dalam bidang perencanaan pembangunan, (ii) pengembangan sistem perencanaan pembangunan, (iii) peningkatan kualitas proses dan produk perencanaan, dan (iv) peningkatan efektifitas pelaksanaan rencana, termasuk pengerahan sumber pembiayaan pembangunan, alokasi dana, dan pengaturan pelaksanaan rencana (mekanisme dan kelembagaan).
-
32
Lampiran-Lampiran
-
33
Data Dasar (2010) Jumlah provinsi Jumlah kabupaten Jumlah kota madya Jumlah kecamatan Jumlah desa dan kelurahan
33 provinsi 376 kabupaten 98 kotamadya 6.131 kecamatan 73.405 > 5,897 kelurahan 67,508 desa
Jumlah penduduk 235 juta (100 %) Jumlah penduduk perkotaan 110,5 juta (47 %) Jumlah penduduk perdesaan 125,5 juta (53 %) Produk Domestik Bruto Rp. 6.300 triliun > $ 700 billion Pendapatan per kapita Rp. 26.800.000 > $ 2,978.0 Jumlah kabupaten tertinggal 183 kabupaten Jumlah kecamatan miskin 2,400 kecamatan Jumlah desa miskin 32,000 desa Garis kemiskinan Rp. 212,000,- /kapita/bulan Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan 31,5 juta (20,6 juta di desa & 10,9 juta di kota) Jumlah keluarga miskin 15 juta KK Jumlah keluarga yang sangat miskin 3 juta KK Jumlah penduduk yang menganggur: - Terbuka - Setengah menganggur
8,3 juta 19,8 juta
Jumlah total penduduk yang berkerja 110,5 juta (100 %) Jumlah penduduk yang berkerja di usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan
43,3 juta (39,2 %)
Jumlah penduduk yang berkerja di usaha dagang eceran, dagang grosir, restoran, dan hotel
23,4 juta (21,2 %)
Jumlah penduduk yang berkerja di usaha industri 12,3 juta (12 %) Jumlah penduduk yang bekerja di usaha kemasyarakatan 12,4 juta (11,1 %) Jumlah penduduk yang berkerja di usaha angkutan, pergudangan, & komunikasi
7,8 juta (7 %)
Jumlah penduduk yang bekerja di usaha konstruksi 5,9 juta (5,3 %) Jumlah penduduk yang bekerja di usaha keuangan, asuransi, sewa tanah & bangunan, dan jasa perusahaan
2,8 juta (2,5 %)
Jumlah penduduk yang bekerja di pertambangan dan galian 1,9 juta (1,7%) Jumlah penduduk yang bekerja di usaha listrik, air, & gas 0,7 juta (0,6 %) Jumlah Usaha Non Pertanian - Mikro & Kecil - Menengah & Besar
23,7 juta unit >51,9 juta tenaga kerja 23,2 juta unit >44,5 juta tenaga kerja 0,5 juta unit > 7,4 juta tenaga kerja
Jumlah total rumah tangga 58,7 juta (100 %) Jumlah rumah tangga pertanian 28,1 juta (47,9 %) Jumlah rumah tangga non pertanian 30,6 juta (52,1 %) Luas lahan daratan 188,0 juta ha (100%) Luas lahan berstatus hutan +hutan lindung (45 juta ha) 133,0 juta ha Luas lahan permukiman 11,0 juta ha Luas lahan tanaman padi sawah dan padi kering 12,1 juta ha Luas lahan tanaman non padi (jagung, kedelai, kacang, dll) 6,4 juta ha Luas lahan perkebunan rakyat (kelapa sawit, karet, kopi, dll) 12,5 juta ha Luas lahan perkebunan negara 3,0 juta ha Luas lahan terlantar/marginal 10,0 juta ha
-
34
-
35
Daftar Pustaka Barry Herman, Federica Pietracci, and Krishnan Sharma, 2001, Financing for
Development: Proposal from Business and Civil Society, The United Nations University, 55-86.
Denhardt, Robert B., 1993, Theories of Public Organization, Brooks/Cole Publishing Company, California, USA, 79-83, 118-141.
Esman, Milton J., 1991, Management Dimension of Development: Perspectives and Strategies, Kumarian Press, Connecticut, USA, 40-73.
Goggin, Malcom L., et al, 1990, Implementation Theory and Practice: Toward a Third Generation, Scoot, Foresman and Company, USA, 29-39, 43-70, 117-131.
Hall, P., 2002, Urban and Regional Planning (Fourth Edition), Routledge-Taylor & Francis Group, London and New York, 79-99, 211-212.
Hershkoff H. & Loffredo S., 1997, The Rights of the Poor, Southern Illionis University Press, 1-113.
James E. Nickum and Kenji Oya (ed), 2001, New Regional Development Paradigm, Greenwood Press, London, 1-28, 51-71.
Keban, Yeremias K., 2007, Pembangunan Birokrasi di Indonesia: Agenda Kenegaraan Yang Terabaikan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 16-21.
Parsons, Wayne, 1995, Public Policy: An Introduction to the Theory and Practice of Policy Analysis, Edward Elgar, Cheltenham, UK, 1-81, 461-490.
Shah, S.M, 1985, Growth Centers for Rural and Urban Development, Abhinav Publication, New Dehli, 37-60.
Sri Edi Swasono, 2011, Pembangunan Berwawasan Panca Sila, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Jakarta.
Sumodiningrat, G., 2005, Pemberdayaan Sosial: Kajian Ringkas Tentang Pembangunan Manusia, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Susilo B. Yudhoyono dan Harniati, 2004, Pengurangan Kemiskinan di Indonesia: Mengapa Tidak Cukup Dengan Memacu Pertumbuhan?, Brigthen Press, Jakarta.
Wiranto,Tatag, 2007, Penataan Ruang: Teori dan Praktek Perencanaan Tata Ruang, Ikatan Ahli Perencanaan (IAP), Jakarta.
Wiranto, Tatag, 2010, Kebijakan Pembangunan Wilayah di Indonesia, Urban and Regional Development Institute (URDI), Jakarta.
-
36
Daftar Isi Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Penulisan 2 1.3 Definisi dan Konteks Tindakan Perencanaan Pembangunan 4
Bab II. Pengenalan Issu Kebijakan & Problematik Dalam Perencanaan Pembangunan 2.1 Peran Pemerintah Dalam Pembangunan 6 2.2 Isu Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan 11 2.3 Problematik Kehidupan Rakyat, Bangsa, dan Negara 13 2.4 Problematik Peran Pemerintah Negara 14 Bab III. Premis dan Arah Kebijakan Yang Dipertimbangkan Dalam Tindakan Perencanaan Pembangunan 3.1 Premis Kebijakan Perencanaan Pembangunan 16 3.2 Arah Kebijakan Dalam Perencanaan Pembangunan 20 3.3 Implikasi Terhadap Tindakan Perencanaan Pembangunan 23 Bab IV. Rekomendasi Pemantapan Tindakan Perencanaan Pembangunan 4.1 Rasionalitas Pemantapan Tindakan Perencanaan 25 4.2 Pemantapan Tindakan Perencanaan Pembangunan 26 4.3 Kesimpulan 30
Lampiran-Lampiran Daftar Pustaka
-
37
Lampiran Opini Publik
Negara Panca Sila (Yonky Karman, Kompas, Sabtu 1 Oktober 2011) Seperti apa negara Panca Sila? Indonesia bukan negara agama dan bukan negara sekuler, artinya saat ini Panca Sila hanya dilihat dari relasi agama dan negara yang digunakan untuk berkilah untuk kepentingan yang bersifat kondisional (tergantung untuk kepentingan dan menyelamatkan siapa). Negara tanpa identitas atau identitas yang tidak jelas, berayun dalam dua ideologi, akan menghambat gerak maju untuk membawa bangsa ini keluar dari jerat kemiskinan dan kebodohan. Kelalaian bangsa ini adalah melihat Panca Sila hanya sebagai dasar negara, dimana negara dilihat sebagai bangunan statis, dengan tersedianya fondasi negara, seolah-olah selesailah pula bangunan bernama Indonesia. Padahal negara itu sebagai entitas politik yang dinamis, bagian dari aktifitas manusia/masyarakat dalam menegara. Dalam konteks kokohnya bangunan negara Indonesia harus menegara bersama Panca Sila. Artinya, seberapa jauh Panca Sila sebagai ideologi yang hidup, terinternalisasi dalam perilaku penyelenggara negara dan warga negara. Problematik menegara adalah mati surinya berideologi. Panca Sila diabaikan dalam penyusunan kebijakan dan perilaku politik. Ketika negara tidak Pancasilais, rakyatlah yang pertama-tama menderita, yang ditujukkan dari:
1. Rakyat menjadi korban ajaran agama yang sempit dan menyesatkan karena pemerintah tidak cerdas membina kualitas kehidupan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Rakyat menjadi korban kekerasan - karena pemerintah tidak tegas memihak kemanusiaan yang adil dan beradap, terutama kepada pihak yang lemah.
3. Rakyat menjadi korban konflik sosial-politik karena pemerintah tidak cerdas membangun persatuan Indonesia dan keadilan sosial.
4. Rakyat menjadi korban kebijakan dan kepentingan sekelompok orang karena pemerintah tidak mampu merumuskan kebijakan dan menata mekanisme membangun kehidupan rakyat (kerakyatan) yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam perwakilan dan permusyawaratan.
5. Rakyat menjadi miskin karena pemerintah tidak tegas memihak keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Disisi lain, masyarakat tidak melihat relevansi langsung antara ideologi dan kenyataan hidup sehari-hari. Seolah-olah Panca Sila hanya sakti menghadapi komunisme pada masa lampau, tapi juga sakti menghadapi fundamentalis pasar (pasar bebas) dan fundamentalis agama (negara milik satu agama).
-
38
Patut diketahui bahwa Indonesia termasuk negara yang mudah dicengkeram oleh kapitalis global atau faham keagamaan transnasional. Disi lain, bangsa Indonesia termasuk bangsa yang belum mampu menentukan nasib sendiri & jati dirinya, belum mampu percaya pada diri sendiri, belum mampu memuliakan diri sendiri, belum mampu menjaga kohesi sosial (budaya persatuan, budaya saling menghormati, dan perilaku saling membantu, bukan perilaku saling menghancurkan) (fakta peradapan, kebudayaan, dan sejati kemanusiaan). Panca Sila sebagai ideologi bangsa bukan tanpa dasar, sebagai hasil penghayatan yang mendalam oleh Ir. Soekarno, penggali Panca Sila, sebab nilai-nilainya diangkat dari kultur dan sejarah bangsa. Bangsa Indonesia yang maju bukan karena agamanya, banyak negara juga beragama, tetapi lebih karena insan manusianya hidup dengan Panca Sila, sebagai cita-cita perjuangan rakyat, pembentuk moralitas bangsa, dan perilaku bangsa & negara. Karakter Bangsa dan Akhlak Insani (Said Aqil Siroj, Kompas, 31 Juli 2011) Membangun karakter bangsa adalah membangun manusia yang berkarakter kuat sebagai agen transformasi, berakhlak mulia, percaya diri, ketrampilan yang mumpuni, santun kepada lingkungan, berpikir dan berperadapan maju, dan memiliki khasanah intelektual yang tinggi. Bangsa adalah kumpulan dari tata nilai, karakter dan mentalitas rakyat adalah fondasi yang kuat dari tata nilai tersebut, bangsa yang memiliki peradapan tinggi adalah bangsa yang memiliki karakter unggul (nilai tambah sosial-budaya). Karakter atau kepribadian bangsa merupakan hasil interaksi totalitas kita dengan berbagai perangkat dasar kemanusiaan yang kita miliki, seperti pengetahuan, sistem keimanan, ideologi, pengalaman sejarah, dan penilaian terhadap sejumlah pengalaman tersebut. Karakter bukanlah sekedar konstruksi nalar bersama, melainkan titik akumulasi dimana nalar, kesadaran moral, dan kesucian jiwa yang memancarkan cahaya kehidupan dan menghadirkan pencerahan bagi alam semesta. Parasit Demokrasi (Yasraf Amir Piliang, Kompas, Kamis 6 Oktober 2011) Proses demokratisasi yang berlangsung lebih dari satu dekade membawa banyak kemajuan dengan terciptanya iklim kebebasan dalam aneka ruang kehidupan berbangsa. Namun perkembangan demokrasi ini diancam oleh tindakan, perilaku, dan gerakan kontra demokrasi, yang menggerogoti bangunan demokrasi dari dalam, yakni: korupsi, politik uang, kekerasan, penyanderaan, terorisme, dan aneka konflik horisontal.
-
39
Ada semacam parasit yang tumbuh diatas pohon demokrasi, merusak sistem metabolisme, mengacaukan arus sirkulasi, dan menghancurkan jejaring akarnya. Inilah politikus parasit yang menggerogoti tempat hidup mereka (partai, parlemen, departemen, dan negara). Mereka saling menghisap sesama di ruang komunitas publik, namun juga membuat jaringan permainan politik untuk membangun citra diatas citra orang lain, membunuh karakter orang lain untuk memperoleh kursi kekuasaan, membangun mesin cuci politik (menggunakan hukum) yang mengamankan kejahatan di mata publik bersama dengan aparat hukum, dll-nya. Hukum Kita Bermasalah (Bagir Manan, Kompas, 6 Oktober 2011) Hukum kita bermasalah besar sekali, yang sumbernya pada 3 hal, yaitu: (1) sistem politik sangat berpengaruh pada hukum kita, baik pembuatannya dan penegakannya, (2) tingkah laku politik kita terlalu berorientasi pada kekuasaan (bukan untuk kesejahteraan rakyat), dan (3) rakyat kita dihinggapi perilaku menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan, padahal taat pada tatanan atau taat hukum adalah bagian dari peradapan. Salah satu masalah yang lebih besar lagi adalah publik tidak percaya pada struktur kekuasaan, dan publik tidak percaya kepada pengadilan, DPR, dan partai politik. Politik Hanya Kelola Kekuasaan (Bagir Manan, Kompas, 28 Oktober 2011) Pada masa orde lama dan orde baru, kekuasaan eksekutif melakukan kooptasi, sehingga dewan perwakilan tidak berfungsi seperti adanya. Pada masa reformasi, sistem politik dikembangkan tanpa mengkaitkan dengan usaha mencapai cita-cita berbangsa dan bernegara. Politik hanya diartikan system mengelola kekuasaan demi kepuasan pelaku politik.