Download - 1. Apa Itu Filsafat

Transcript

APA ITU FILSAFAT?

Tidak mudah memperoleh jawaban yang pas tentang apa itu filsafat.Filsafat pada dasarnya berhubungan dengan kebijaksanaan sesuai dengan arti kata yang sebenarnya, yaitu philos + sophos =cinta akan kebijaksanaan. Karena itu filsafat pada tempat pertama seharusnya dilihat sebagai disiplin yang mendidik dan menghantar kita pada pertimbangan dan tindakan tindakan manusiawi, dan bukan hanya sekedar bertindak atau berbuat sesuatu.Filsafat adalah sesuatu yang berawal dari pertanyaan dan berakhir juga dengan pertanyaan. Setiap pertanyaan sudah merupakan jawaban. Filsafat sebagai suatu system berpikir atau cara berpikir yang terbuka , bukan seperti ilmu yang menuntut jawaban-jawaban tertentu sesuai dengan obyek studinya. Dalam keterbukaan ini filsafat berbeda dengan dogma atau ideology yang bersifat tertutup. Jelas bahwa:1. Filsafat adalah suatu proses, usaha mencari terus-menerus akan kebenaran dan kebenaran tersebut tidak bersifat tunggal dan tertentu.2. Cinta akan kebijaksanaan memberi arti bahwa kita tidak memiliki kebijaksanaan itu dalam tangan, melainkan kita senantiasa berada dalam proses mencari. Pencarian yang terus menerus ini membuat filsafat dimengerti sebagai usaha mencari yang paling dalam, yang paling benar dan paling akhir.3. Dengan demikian semua orang adalah filsuf, karena setiap orang dapat mengajukan pertanyaan, dan4. Kebijaksanaan tidak hanya dimengerti secara teoretis, tetapi juga secara praktis yang menyatu dalam tingkah laku, tindakan, pertimbangan dan pilihan-pilihan. Kebijaksanaan seperti itu perlu dilatih dan dibiasakan. Untuk itu:(a) Biasakan untuk bersikap kritis terhadap kepercayaan dan pandangan-pandangan yang selama ini diterima dan dijunjung tinggi. Semua norma hukum, dan peraturan harus juga ditanggapi secara kritis dan bukannya sekedar taken for granted, menerima begitu saja.(b) Berusaha membuat sintesa dari berbagai macam sains dan pengalaman kemanusiaan supaya diperoleh suatu pandangan yang konsisten tentang alam semesta.(c) Mencermati jalan pemikiran para filsuf dalam usaha memahami dan memecahkan berbagai soal kehidupan yang relevan dengan pemikiran itu.

A. Ciri Ciri Berpikir Filosofis Berpikir sampai ke akar-akarnya Universal: menyangkut pengalaman umum manusia Konseptual Koheren dan konsisten. Koheren berarti sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir. Konsisten berarti tidak mengandung kontradiksi. Sistematik: pandangan-pandangan yang dianalisis harus saling berhubungan secara teratur dan denganmaksud tertentu. Komprehensif: menyeluruh dan melingkupi totalitas Bebas: pemikiran filosofis adalah hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, sosial dan religius Bertanggung jawab: berpikir dan bertanggung jawab atas hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri

B. Beberapa Gaya Berfilsafat. Menurut Kees Bertens antara lain: Berfilsafat berkaitan erat dengan sastra. Sebuah karya filsafat dipandang memiliki nilai satra yang tinggi. Misalnya: Jean Paul Sartre adalah filsuf yang juga menulis novel, drama dan scenario film. Filsuf-filsuf yang meraih hadiah Nobel bagian satra: Henri Bergson (1928), Bertrand Russell (1950), J. Paul Sartre (1964), Albert Camus (1967) Filsafat juga berkaitan denga masalah sosial politik. Misalnya: Karl Marx (1818-1883) bahwa filsuf tidak hanya menafsirkan dunia, tetapi juga harus mengubah dunia. Filsafat terkait erat dengan metodologi. Berfilsafat berkaitan dengan kegiatan analisis bahasa, seperti G.E.Moore, B Russel, L.Wittgenstein, G.Ryle, J. Austin Berfilsafat juga berkaitan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat dimasa lampau. Berfilsafat berkaitan dengan etika (tingkah laku), yang sering dikenal dengan nama praksiologi.

C. Cabang-Cabang Utama Filsafat

1. Metafisika: ilmu tentang being qua being dan disebut juga dengan nama Filsafat Pertama. Metaphysics (Greek: ) is one of the principal works of Aristotle and the first major work of the branch of philosophy with the same name. The principal subject is "being qua being", or being understood as being. It examines what can be asserted about anything that exists just because of its existence and not because of any special qualities it has. Also covered are different kinds of causation, form and matter, the existence of mathematical objects, and a prime-mover God.

Berasal dari bahasa Yunani, meta ta physica,yang berarti berada di belakang benda fisik, yang bergerak dan berubah-ubah. Juga dikenal sebagai pengetahuan tentang sebab, adanya (ousia), tentang hal-hal abadi yang tidak bisa digerakkan

Ousia () is the Ancient Greek noun formed on the feminine present participle of (to be); it is analogous to the English participle being, and the modern philosophy adjectival ontic. Ousia is often translated (sometimes incorrectly) to Latin as substantia and essentia, and to English as substance and essence; and (loosely) also as (contextually) the Latin word accident [1] which conflicts with the denotation of symbebeks, given that Aristotle uses symbebeks in showing that inhuman things (objects) also are substantive.[

Metafisika adalah juga studi tentang makna, struktur dan prinsip dari segala sesuatu yang ada, sejauh ada.

Christian Wolff membagi metafisika atas: metafisika umum (ontologi), metafisika khusus yang terdiri dari psikologi (tentang hakikat manusia) dan kosmologi (hakikat dan asal usul alam semesta) teologi (hakikat dan eksistensi Tuhan)

Pertanyaannya, apakah metafisika dilihat sebagai ilmu? Pertanyaan ini muncul karena menyangsikan keilmihannya lantaran bersifat terlalu abstrak. Jawaban pertanyaan ini kira-kira sbb: Metafisika tidak dapat dikatakan sebagai ilmu kalau ilmu itu dipahami sebagai sesuatu yang bersifat pasti dan final. Metafisika dapat dikatakan sebagai ilmu kalau yang dimaksudkan dengan ilmu adalah suatu penelitian yang dikaitkan dengan sikap dan metode tertentu.Archie Bahn (1986): suatu kegiatan disebut ilmu kalau mencakup 6 karakteristik sebagai berikut:1. Problem: ia bertitik tolak dari problem-problem tertentu. Tanpa problem tidak akan ada ilmu.2. Sikap: sikap ilmiah melibatkan rasa ingin tahu. Keinginan akan keyakinan yang tertunda sampai seluruh bukti dapat diperoleh.3. Metode. cara-cara menyelesaikan persoalan yang menarik dan dapat dipertanggung jawabkan.4. Aktivitas: proses menghadapi masalah itu jelas dan terencana. Kemajuan pengetahuan ilmiah sangat tergantung pada kemampuan, ketrampilan, usaha, kesadaran moral si ilmuwan sendiri5. Pemecahan: dasar hipotesis atau teori sebagai prinsip umum atau hukum6. Pengaruh: bagian dari rangkaian ilmiah yang memperlihatkan sejauh mana pengaruh ilmu terhadap hidup masyarakat. Kalau ada perbedaan sikap, maka ini merupakan konsekuensi dari masing-masing ilmu.

Berdasarkan semua cirri ini maka metafisika dilihat sebagai ilmu. Peran metafisika bagi ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:(a) Metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dalam pengembangan ilmu, tak kenal titik berhenti. Ia harus siap menjawab pelbagai persoalan sulit. Soal-soal ini menuntut alur berpikir yang serius.(b) Metafisika menuntut orisinalitas berpikir yang perlu bagi ilmu. Ia selalu berusaha menemukan hal-hal baru yang belum pernah terungkap. Sikap ini menbawa kita masuk kedalam context of discovery (penemuan), dan bukan hanya kedalam lingkup context of justification (pembenaran)(c) Metafisika member bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu. Dengan demikian soal-soal yang diajukan memiliki landasan yang kuat.(d) Ia membuka peluang adanya perbedaan visi dalam melihat realitas, sebab tidak ada kebenaran yang absolut.

2. Epistemologi (teori pengetahuan). Kata ini berasal dari bahasa Yunani episteme dan logos yang berarti ilmu atau studi tentang pengetahuan.Epistemology (from Greek (epistm), meaning "knowledge, science", and (logos), meaning "study of") is the branch of philosophy concerned with the nature and scope (limitations) of knowledge.[1] It addresses the questions: What is knowledge? How is knowledge acquired? How do we know what we know?Istilah-istilah yang setara dengan epistemologi adalah:(a) Kriteriologi: berbicara tentang benar tidaknya pengetahuan(b) Kritik Pengetahuan: pembahasan kritis tentang pengetahuan(c) Gnoseologi: teori tentang pengetahuan(d) Logika material: pembahasan logis dari segi isi, sedangkan logika formal dari segi bentuknya.

Obyek material epistemology adalah pengetahuan dan obyek formal adalah hakikat pengetahuan. Soal-soal yang dikaji dalam epistemology adalah:

(a) Asal usul pengetahuan(b) Pengalaman dan peran akal dalam pengetahuan(c) Pengetahuan dan kebenaran atau keniscayaan(d) Skeptisisme universal yang mungkin(e) Kodrat kebenaran, pengalaman dan makna(f) Pengetahuan dalam kaitan dengan pikiranCiri-ciri pengetahuan ilmiah, antara lain: Berlaku umum: jawaban atas pertanyaan apakah sesuatu itu layak atau tidak tergantung pada faktor-faktor subyektif. Mandiri: mempunyai kedudukan mandiri (otonom). Faktor-faktor diluar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi diusahakan agar tidak menghalangi pengembangan ilmu secara mandiri. Punya dasar pembenaran: untuk mencapai derajad kepastian yang sebesar-besarnya. Sistematik: harus ada system dalam susunan pengetahuan dan cara-cara memperoleh pengetahuan Intersubyektif: kepastian pengetahuan ilmiah tidak didasarkan pada intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman secara subyektif, melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri.

3. Aksiologi(teori pengetahuan). Disiplin filsafat yang membahas masalah nilai atau sering disebut teori nilai, kodrat atau kriteria dan status dari metafisik dari nilai atau meta etik. Aksiologi merupakan bidang filsafat yang sangat tua dan sudah nampak dalam gagasan Plato tentang idea atau forma kebaikanAxiology (from Greek , axi, "value, worth"; and -, -logos) is the philosophical study of value. It is either the collective term for ethics and aesthetics[1]philosophical fields that depend crucially on notions of valueor the foundation for these fields, and thus similar to value theory and meta-ethics. The term was first used in the early 20th century by Paul Lapie, in 1902, and E. von Hartmann, in 1908.[2] Axiology studies mainly two kinds of values: ethics and aesthetics. Ethics investigates the concepts of "right" and "good" in individual and social conduct. Aesthetics studies the concepts of "beauty" and "harmony." Formal axiology, the attempt to lay out principles regarding value with mathematical rigor, is exemplified by Robert S. Hartman's Science of ValPertanyaan-pertanyaan mengenai hakikat nilai ini dapat dijawab dalam 3 cara, yaitu:(a) Nilai-nilai bersifat subyektif dimana nilai-nilai merupakan reaksi yang diberikan oleh manusia sebagai pelaku.(b) Nilai-nilai merupakan kenyataan namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai dilihat sebagai esensi-esensi logis dan dapat diketahui melalui akal(c) Nilai-nilai merupakan unsur-unsur obyektif yang menyususn kenyataan.

Soal utama aksiologi berkaitan dengan 4 faktor penting:1. Apakah nilai itu berasal dari keinginan, kesenangan, kepentingan, keinginan rasio murni, berbagai pengalaman yang mendorong semangat hidup.2. Jenis-jenis nilai menyangkut nilai intrinsic, nilai-nilai instrumental yang menjasi penyebab.3. Kriteria nilai berarti ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi sekaligus oleh teori psikologi dan logika.

4. Filsafat Alam Dunia (Kosmologi). 5. Filsafat Manusia (Antropologi). Filsafat manusia berikhtiar membuat refleksi tentang hakikat manusia yang merupakan mkhluk berdimensi majemuk.Dalam kaitan dengan filsafat manusia ,dikenal juga filsafat tentang ilmu-ilmu kemanusiaan, misalnya: filsafat bahasa, filsafat sejarah, filsafat pendidikan, dan filsafat kebudayaan.6. Filsafat Ketuhanan . 7. Sejarah Filsafat. Merupakan studi kritis tentang pembantukaan dan perkembangan filsafat dari awal sampai saat kini.8. Logika; ilmu menalar atau seni berpikir tepat dan benar. Dalam logika kita belajar bagaimana mengungkapkan pikiran kita secara tepat, singkat, runtut dan teratur. Dikenal logika Aristotelian (logika tradisional) dan logika symbol (logika matematis). Penemuan Aristoteles terpenting adalah silogisme atau bagaimana kita menalar atau berargumentasi secara logis. Dalam logika symbol kita coba secara teknis mengungkapkan pelbagai pernyataan dan pemikiran kita melalui symbol-simbol, dan ini secara teknis sangat membantu dalam proses berpikir.

EPISTEMOLOGI (FILSAFAT PENGETAHUAN)Filsafat Pengetahuan berbeda dengan Filsafat Ilmu PengetahuanA. Pengertian filsafat Pengetahuan

Epistemologi adalah ilmu atau teori tentang pengetahuan yang benar. Nama-nama lain yang dikenal dalam filsafat:1.Logika Material. 2. Kriteriologi. Cabang filsafat yang berusaha menetapkan benar-tidaknya suatu pengetahuan berdasarkan ukuran tentang kebenaran.3. Kritik Pengetahuan. Usaha manusia untuk menetapkan apakah pemikiran atau pengetahuan manusia benar atau tidak benar dengan menyelidiknya sampai sedalam-dalamnya.4. Gnoseologi. Cabang filsafat yang berusaha memperoleh pengetahuan tentang hakikat pengetahuan terutama yang bersifat keilahian.5. Filsafat Pengetahuan. Mempersoalkan hakikat pengetahuan yakni permasalahan dalam pengatahuan, seperti, (a) Apa itu pengetahuan(b) Bagaimana terjadinya pengetahuan(c) Metode memperoleh pengetahuan, kebenaran, kepalsuan dan yang serupa.

B.Arti PengetahuanAristoteles dalam mengatakan bahwa semua manusia ingin, dan memiliki kerinduan dasar, untuk mengetahui dan ini selalu nyata dalam pengalaman hidup seorang manusia. Ada 2 ciri khas dalam aktus mengetahui, yaitu:(a) Mengetahui untuk mengetahui semata. Menikmati dan memperoleh banyak pengetahuan yang dialami sebagai suatu kepuasan diri,(b) Mengetahui untuk dapat digunakan dan diterapkan, misalnya, memperbaiki tempat tinggal, beladiri, meningkatkan taraf hidup, dllSemua pengetahuan hanya dikenal dan selalu ada dalam pikiran manusia. Hubungan antara pengetahuan dan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati.Ada 8 hal penting yang berfungsi membentuk struktur pikiran manusia, antara lain:1. Observing (mengamati): pikiran memegang peran penting dalam mengamati obyek dan mengandung kesadaran. Dalam kesadarn terdapat intuisi.2. Inquiring (menyelidiki): ketertarikan pada jenis obyek yang tampil dihadapannya. Lama atau durasi minat seseorang pada obyek tersebut amat tergantung pada dayaa tarik obyek itu.3. Believing (percaya): bila suatu obyek muncul dalam kesadaran, maka obyek itu diterima sebagai obyek yang tampak. Sikap menerima sesuatu yang tampak sebagai pengertian yang memadai disebut kepercayaan (walaupun setelah diragukan).4. Desiring (keinginan, hasrat): pada dasarnya mencakup kondisi-kondisi bio-psikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa. Pikiran juga dilihat sebagai aktualisasi keinginan, dank arena itu tanpa pikiran tak mungkin juga ada hasrat.5. Intending (maksud): perasaan penting yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan.6. Organizing (mengatur): Pikiran selalu mengatur melalui:(a) Kesadaran(b) Intuisi(c) Pangilan untuk menampilkan obyek dan berperan serta dalam pembentukan obyek-obyek inidari sesuatu yang mendorong untuk diatur melalui otak.7. Adapting (menyesuaikan): menyesuaikan pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan kepada pikiran melalui kondisi keberadaan kita secara fisis-biologis, sosial dan cultural.8. Enjoying (menikmati): pikiran-pikiran mendatangkan keasyikan dan dengan demikian menikmati delam pikirannya apa yang dilihat dalam realitas.C.Sumber-Sumber PengetahuanAda 2 macam pengetahuan:1. Pengetahuan apriori: jika pengetahuan itu terjadi tanpa melalui pengalaman indrawi dan batiniah.2. Pengetahuan posteriori: pengetahuan yang terjadi melalui pengalaman.

Ada 6 hal sebagai alat untuk mengetahui terjadinya pengetahuan:1. Pengalaman indrawi (sense experience): Sebagai sarana paling vital dalam memperoleh pengetahuan. Melalui indera dapat berhubungan dan menyerap berbagai obyek diluar kita. Dikenal dengan realism, bahwa hanya kenyataan atau sesuatu yang sudah menjadi fakta dapat diketahui. Kesalahan dapat terjadi kalau ada ketidak harmonisan dalam peralatan inderawi itu.2. Penalaran (reasoning): Merupakan karya akal yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk memperoleh pengetahuan baru. Perlu mendalami asas pemikiran:(a) Asas kesamaan (principium identitatis): Bahwa sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A=A)(b) Asas pertentangan (principium contradictionis): apabila dua pendapat bertentangan, tidak mungkin keduanya benar dalam waktu bersamaan, atau, pada subyek yang sama tidak mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu.(c) Asas tidak ada kemungkinan ketiga (principium tertiiexclusi): Pada dua pendapat yang berlawanan tidak mungkin keduanya benar dan salah. Kebenaran hanya terdapat pada salah satu diantara keduanya, dan tidak perlu ada pendapat atau kemungkinan ketiga.3. Otoritas (authority): adalah kewibawaan atau kekuasaan yang sah yang dimilikiseseorang dan diakui oleh kelompoknya. Pengetahuan diperoleh dari seseorang yang mempunyai kewibawaan Pengetahuan tersebut tidak perlu diuji lagi karena kewibawaan orang itu.4. Intuisi (intuition): Merupakan kemampuan yang ada dalam diri manusia (proses kejiwaan) untuk menangkap sesuatu atau membuat pernyataan berupa pengetahuan Pengetahuan intuitif tidak dapat dibuktikan seketika karena tidak ada pengetahuan yang mendahuluinya. Lawan dari pengetahuan intuitif adalah pengetahuan diskursif yang tidak diperoleh secara sekonyong-konyong, melainkan setelah melewati sekian banyak mediasi.5. Wahyu (revelation): Adalah pengetahuan yang diperoleh dari yang ilahi lewat para nabi dan utusan-Nya demi kepentingan umat manusia. Dasar pengetahuan adalah kepercayaan akan sesuatu yang disampaikan oleh sumber wahyu itu sendiri. Dari kepercayaan ini muncullah keyakinan.6. Keyakinan (faith): kepercayaan menghasilkan iman atau keyakinan. Keyakinan mendasarkan diri pada dogma-dogma atau ajaran agama yang diungkapkan lewat norma-norma dan aturan-aturan agama. Keyakinan juga dilihat sebagai kemampuan kejiwaan yang merupakan pematangan dari kepercayaan Keyakinan pada umumnya bersifat statis, sedangkan kepercayaan pada umumnya bersifat dinamis dan mampu menyesuaikan diri dengan konteks.D.Bentuk dan Jenis Pengetahuan1.Berdasarkan Obyek (Object based)2.Berdasarkan Isi (Content-based). Berdasarkan isi atau pesan, pengetahuan dibedakan atas beberapa penjelasan: (menurut Michael Polanyi) Tahu bahwa: Tahu bagaimana: Tahu akan: Tahu mengapa:

Plato membagi pengetahuan menurut level-level sesuai dengan karakteristiknya: 1. Pengetahuan yang bersifat khayalan (eikasia): 2. Pengetahuan yang benar secara indrawi:3. Pengetahuan matematis4. Pengetahuan filosofis-epistemik (noises-episteme)Menurut Aristoteles bahwa pengetahuan merupakan kenyataan yang dapat merangsang akal budi untuk berpikir. Pengetahuan rasional ini dibagi dam 3 kategori: 1. Pengetahuan produktif: yaitu pengetahuan yang menghasilkan sesuatu yang lain, misalnya seni, puisi2. Pengetahuan teoretis: seperti metafisika, matematika, fisika3. Pengetahuan praktis: seperti etika, ekonomi, politik

E. Asal Usul atau Metode-Metode Memperoleh Pengetahuan

1.Rasionalisme: aliran berpikiryang berpendapat bahwa pengetahuan yang benar mengandalkan akal dan ini menjadi dasar pengetahuan ilmiah.2.Empirisme: satu-satunya sumber pengetahuan adalah pengalaman dan pengamatan indrawi.3.Kritisisme: 4.Positivisme: berpangkal pada apa yang telah diketahui, yang factual dan positif. Karena itu faham ini menolak metafisika. Menurut August Comte, perkembangan pemikiran manusia dibagi dalam 3 tahap: Tahap teologis: manusia mengarahkan rohnya kepada hakikat batiniah, segala sesuatu sebagai sebab pertama dan tujuan terakhir. Manusia maengakui adanya Yang Mutlak yang ada dibalik segala sesuatu. Pada taraf pemikiran ini masih ditemukan 3 tahap, antara lain:(a) Tahap primitive(animisme): manusia percaya kepada paham bahwa segala sesuatu memiliki jiwa dan kekuatan (animisme)(b) Tahap politeisme: manusia mereduksi bahwa setiap gejala memperlihatkan dewa-dewinya tersendiri(c) Tahap tertinggi (monoteisme): dewa-dewi yang banyak digganti dengan satu kekuatan tertinggi yang bersifat mutlak. Tahap metafisis: kosmos atau alam dilihat sebagai asal dari segala sesuatu yang ada. Tahap ilmiah (positif): hukum-hukum kosmis diperoleh dari pengamatan indrawi dan akal.

D.

LANDASAN ILMU: ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI, AKSIOLOGI [M. Adib,bab 4 pp67)

Landasan Ontologi: Objek apa yang ditelaah ilmu. Bagaimana wujud hakiki objek tersebut, Bagaimana hubungan objek dengan daya tangkap manusia (misalnya berpikir, merasa dan mengindra).Landasan Epistemologi: Bagaimana memperoleh ilmu. Bagaimana prosedur menimba ilmu? Hal-hal apa yang harus diperhatikan untuk mendapatkan ilmu? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri dan apa kriterianya? Cara, teknik atau sarana apa yang membantu dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?Landasan Aksiologi: Untuk apa ilmu digunakan. Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasar pilihan-pilihan moral? Bagimana hubungan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral/profesional?

Ontologi.Ontos = sesuatu yang berwujud, Logos = ilmu.Ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan logika semata. Objek ilmu itu adalah dunia empirik, yang dapat dijangkau panca indera. Ontologi membicarakan hakikat benda untuk memberi jawaban atas pertanyaan: Apakah sebenarnya realitas benda itu, apakah sesuai dengan wujud penampakannya? Apakah kedudukan ilmu dalam ruang itu ada? Benarkah ilmu itu ada? Apakah konsep ilmu sebagai kajian tentang kasualitas itu bermakna di tengah ruang yang tidak terbatas itu? dst

Epistemologi.Episteme = pengetahuan, Logos = ilmu.Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumber pengetahuan.Teknik, tatacara atau prosedur mendapatkan ilmu adalah dengan metode: Metode non ilmiah: dengan cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error), akal sehat (common sense), prasangka, otoritas (kewibawaan), dan pengalaman biasa. Metode ilmiah: dengan melalui pendekatan deduktif dan induktif Metode problem solving: memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, mengorganisir dan menganalisa data, menyimpulkan, melakukan verifikasi yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengantisipasi atau meramalkan suatu kejadian secara lebih tepat.

Aksiologi..Adalah ilmu yang membahas tentang masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Sebagai contoh: pada ilmu mekanika tanah dikatakan bahwa kadar air tanah mempengaruhi kepadatan tanah tersebut. Setelah dilakukan pengujian laboratorium dengan simulasi berbagai kadar air ternyata terbukti bahwa teori tersebut benar. Ilmu ini bermanfaat meningkatkan kesejahteraan dalam bidang pertanian.Ilmu pengetahuan bukan menjadi tujuan tetapi hanya merupakan alat, dan substansi ilmu itu bebas nilai (value free) yang tergantung kepada pemakaiannya. Karena itu sangat dikhawatirkan atau berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat muatan negatif dikendalikan atau jatuh ke orang yang, misalnya, picik, jahat, bertangan besi, dst.

Ringkasan.

Landasan ilmu adalah:Pertama, landasan ontologi adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversifikasi ilmu terjadi atas dasar objek telaahnya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan ontology yang berbeda.

Kedua, landasan epistemology adalah cara yang digunakan untuk menkaji atau menelaah sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verifikasi.

Ketiga, landasan aksiologi berhubungan dengan penggunaan ilmu dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta dalam meningkatkan kualitas hidup manusia.

Keempat, landasan logika ilmu, bahwa ilmu pengetahuan diciptakan dan diperuntukkan untuk dapat diterima oleh penalaran manusia (logis), rasional atau masuk akal. Prinsip-prinsip umum logika dipilahkan dalam logika deduksi dan logika induksi.

STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN [M. Adib,bab 5 pp91)

Pengetahuan merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan kita.

Metode Penyelidikan Ilmiah. Teori.Ilmu diawali dengan fakta dan diakhiri dengan fakta. Apapun juga teori yang menjembatani antara keduanya (Einstein). Sebenarnya tujuan akhir dari setiap disiplin ilmu adalah mengembangkan sebuah teori yang bersifat utuh dan konsisten. Namun, hal ini baru dicapai oleh beberapa disiplin keilmuan, misalnya, Fisika. Ilmu sosial, pada kenyataannya terdiri dari berbagai teori yang tergabung dalam suatu disiplin keilmuan yang satu sama lain belum membentuk suatu perspektif teoritis yang bersifat umum. Teori-teori ini sering mempergunakan postulat dan asumsi yang berbeda satu sama lain.

Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Pernyataan yang mencakup hubungan kasualitas ini memungkinkan untuk meramalkan apa yang akan terjadi sebagai akibat dari sebuah sebab. Jadi, teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang mengapa suatu gejala terjadi. Sedangkan hukum memberikan kemampuan untuk meramalkan tentang apa yang mungkin terjadi. Pengetahuan ilmiah yang berbentuk teori dan hukum ini harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau idealnya, harus bersifat universal.

Secara sederhana semua teori ilmiah harus memenuhi dua (2) syarat utama:1. Harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadi kontrakdisi dengan teori keseluruhan.2. Harus cocok dengan fakta-fakta empiris. Teori yang bagaimanapun konsistennya tetapi tidak didukung oleh pengujian empiris maka tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.

Hipotesis.Hipotesis adalah pernyataan sementara tentang hubungan antar variabel. Hubungan ini diajukan dalam bentuk dugaan, atau teori, yang merupakan dasar dalam menjelaskan kemungkinan hubungan tersebut, diajukan dengan dasar coba-coba (trial and error). Sebuah hipotesis biasanya diajukan dalam bentuk penyataan jika X maka Y. Jika kulit manusia kekurangan kekurangan pigmen, maka kulit itu mudah terbakar saat disinari matahari. Hipotesis ini memberikan penjelasan sementara, paling tidak tentang hubungan antara pigmentasi dengan sinar matahari. Hipotesis juga mengungkapkan syarat mana yang harus dipenuhi jika ingin menguji kebenaran dari dugaan tersebut.

Logika. Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau proses penarikan kesimpulan dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan itu disebut logika. Secara luas logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.

Logika dapat digolongkan menjadi 5 macam:1. Logika dalam pengertian luas dan sempit. Sempit: logika deduktif atau logika formal. Luas: mencakup kesimpulan2 dari berbagai bukti dan pembahasan mengenai logika itu sendiri.2. Logika deduktif dan logika induktif. 3. Logika murni dan logika terapan4. Logika filsafati dan logika matematis.

TEORI KEBENARAN ILMU PENGETAHUAN. [ M. Adib,bab 6 pp117)RINGKASAN:(a) 3 bentuk eksistensi dalam mencari kebenaran, yaitu Agama, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat.(b) Agama mengantarkan kepada kebenaran(c) Filsafat membuka jalan untuk mencari kebenaran(d) Ilmu Pengetahuan adalah kebenaran itu sendiri karena manusia menuntut ilmu dengan tujuan mencari tahu rahasia alam agar gejala alamiah tidak lagi menjadi misteri.(e) Tidak ada kebenaran yang absolute(f) Kebenaran dan kesesatan IP tergantung kepada kita yang berusaha mencari tahu dengan menggunakan metoda yang terdiri dari: koherensi, korespondensi, positivisme, pragmatisme, esensialisme, konstruktivisme, dan religiusisme.Dalam mencari kebenaran akan menemukan 3 bentuk eksistensi: yaitu Agama, Ilmu Pengetahuan dan Filsafat. Agama mengantarkan kepada kebenaran, dan Filsafat membuka jalan untuk mencari kebenaran.

Pertanyaan2 tentang kebenaran:1. Apakah kebenaran itu ada?2. Apakah kebenaran itu ada atau tidak ada?3. Kebenaran itu kecil atau besar?4. Bagaimana kebenaran yang terdapat didalam Filsafat, Agama, Ilmu, dan Seni?5. Bagaimana pandangan kaum skeptis, relative, subjektif dan kaum nihilis?6. Bagaimana paham diterminis dan indeterminis (konseptual atau konseptual yang kacau)?7. Bagaimana teori ontology tentang kebenaran?

Teori-teori kebenaran yang ada:1. Plato: Teori idealisme yang berpusat pada idea.2. R. Decartes: Teori rasionalisme yang berpusat pada rasio dan kesadaran3. Immanuel Kant : yang berpusat pada akal dan rasio murni4. Teori wahyu/revalasi : Kebenaran diciptakan oleh Tuhan5. Teori koheren: kebenaran itu suatu nilai inter subjektif, ada nilai yang disepakati bersama antara subjek dengan subjek yang lain.6. Teori korespondensi: Kebenaran adalah sesuatu sesuai dengan hukum alam. Oleh sebab itu ilmu harus mencari atau menemukan hukum alam.7. Teori pragmatism: kebenaran adalah sesuatu yang bermanfaat bagi manusia di dunia8. Teori esensialisme: Kebenaran itu sesuatu yang abstrak dan yang bermakna sebagai hal yang esensial atau yang terdalam dari pikiran manusia. 9. Teori eksistensialisme: Kebenaran itu suatu yang sangat kontekstual, sesuai dengan ruang dan waktu. Karena itu kebenaran yang absolute tidak pernah ada.10. Teori metafisisontologi: Kebenaran itu suatu hal yang ontologis; diketahui atau tidak, kebenaran itu ada dalam ruang yang ada.11. Teori ilmu pengetahuan/ilmiah: Kebenaran itu sesuai dengan asas-asas yang ada dalam ilmu pengetahuan (merupakan kebenaran dari pembuktian terhadap hipotesis12. Teori perenialisme: Kebenaran merupakan sesuatu yang muncul dari hati nurani manusia yang sifatnya abstrak.13. Teori penomenologi: Kebenaran itu adalah sesuatu yang tetap dan abstrak bernama neumenon, jauh dibalik fenomenon (gejala).14. Teori konstruktivisme: Kebenaran itu suatu hasil konstruksi pikiran manusia yang bebas, dan selalu berubah, dan sangat subjektif.15. Teori post-modernisme: kebenaran itu bukan suatu yang tetap, selalu berubah. Akal manusia menciptakan secara bebas dan tidak pernah sama dengan yang lalu dan kebenaran tidak dapat diungkapkan dalam bahasa.16. Teori progresivisme: Kebenarantidak pernah statis, selalu berubah ke masa yang akan dating sesuai dengan perkembangan zaman.17. Teori kritis (Critical theory of truth): Kebenaran itu suatu hasil pemikiran manusia yang terbuka dan kritis sepanjang zaman. Kebenaran lahir dari dialog, diskusi yang kontinu.18. Teori nihilisme oleh F. Nietzsche: Sesungguhnya tidak pernah ada kebenaran didunia ini. Yang ada hanya power. Who holds the power, he is able to create the truth and justice

Koherensi. Teori ini menegaskan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan, pendapat, kejadian, atau informasi) akan diakui sahih / dianggap benar apabila memiliki hubungan dengan gagasan-gagasan dari proposisi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan kebutuhan logika.Teori ini mendasarkan diri kepada kriteria konsistensi suatu argumentasi. Makin konsisten kesan-kesan / ide-ide yang ditangkap beberapa subjek lainnya tentang sesuatu objek yang sama, makin benarlah kesan / ide itu.Korespondensi. Teori mengatakan bahwa suatu pengetahuan sahih apabila sesuai dengan realitas dari objek pengetahuan tersebut.Sesuatu dianggap benar apabila yang diungkapkan (pendapat, kejadian, informasi) sesuai dengan fakta di lapangan.Positivisme. August Comte (1798-1857). Teori ini memandang segala sesuatu berdasarkan sains; yang dapat diselidiki hanyalah data-data yang empirik / nyata atau yan dinamakan positif. Nilai-nilai politik dan sosial juga dapat dijelaskan secara ilmiah.Pragmatisme. Merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri pada kriteria tentang berfungsi / tidak berfungsinya suatu pernyataan dalam lingkup ruang dan waktu tertentu. Pragmatisme berusaha menguji kebenaran ide-ide melalui konsekuensi dari praktek atau pelaksanaannya. Ide-idebelum dikatakan benar atau salah sebelum diuji.Esensialisme. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tatanan yang jelas. Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tatanan yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula.Konstruktivisme. Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generative, yaitu tindakan yang menciptakan sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme dianggap berusaha menghilangkan aspek power dalam memahami nilai. Nilai dianggap sebagai sesuatu yang netral dan tidak punya bias ataupun basis kekuasaan. Jadi, dalam pengertian ini, konstruktivisme kehilangan tujuan utama pemikiran yang kritis, yaitu emansipasi. Sekalipun memahami realitas bukan sebagai sesuatu yang beku, alamiah dan abadi melainkan sebagai produk dari interaksi, konstruktivisme tidak memaknai interaksi antar nilai ini sebagai sebuah proses politik yang sangat berpengaruh pada aspek keadilan, kesederajatan dan kebebasan.Religiusisme. Manusia bukanlah semata-mata makhluk jasmaniah, tetapi juga makhluk rohaniah. Kebenaran, secara ontologism dan aksiologis bersumber dari sabda Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.Secara pasti kebenaran mutlak tidak akan didapatkan. Untuk mengukur kebenaran dalam filsafat sesungguhnya tergantung kepada metode-2 untuk memperoleh pengetahuan itu.Kebenaran dan kesesatan tidak dapat dipisahkan. Suatu kebenaran muncul saat asumsi kesesatan mengiringinya. Keyakinan2 yang keliru sering kali dipegang teguh sebagaimana keyakinan yang benar, sehingga menjadi suatu pertanyaab yang sulit bagaimana keyakinan itu dibedakan dengan keyakinan yang benar.Relevansi dengan Antropologi.Filsafat dikatakan sebagai induk semua ilmu pengetahuan (mater scientiarum). Setiap orang yang ingin belajar pengertian hidup dan kehidupan harus mengetahui ilmu filsafat. Berfilsafat tidak lain adalah hidup berfikir dan pemikiran sedalam-dalamnya tentang hidup dan kehidupan itu. (living thought and thought full living).

Logika Ilmu dan Metode Berpikir Ilmiah. [ M. Adib,bab 7 pp129)Hakikat Berpikir.Unsur unsur dalam proses berpikir: Otak yang sehat Pancaindera Informasi sebelumnya Adanya fakta

Dari keempat unsur tersebut dapat didefinisikan sbb: berpikir adalah pemindahan pengindraan terhadap fakta melalui pancaindra ke dalam otak yang disertai adanya informasi yang terdahulu yang digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut.Secara umum setiap proses dalam idea, konsep dan sebagainya dapat disebut berpikir.Umpamanya, bila seseorang bertanya kepada saya, apakah yang sedang kamu pikirkan? mungkin saya menjawab, saya sedang memikirkan keluarga saya. Hal ini berarti bayangan, kenangan dan sebagainya hadir dan ikut-mengikuti dalam kesadaran saya.

Pengertian Metode Berpikir Ilmiah.Pemikiran ilmiah bukanlah pemikiran biasa, melainkan pemikiran yang sungguh-sungguh. Artinya, dengan disiplin, tidak akan membiarkan idea atau konsep yang sedang dipikirkan berkelana tanpa arah, namun semuanya diarahkan pada satu tujuan tertentu, dan tujuan tertentu tersebut adalah pengetahuan.

Bahasa Keilmuan.Sarana yang digunakan dalam komunikasi keilmuan. Unsur-unsur komunikasi keilmuan: Lambang, termasuk kata-kata dan tanda-tanda Definisi Pernyataan dan logikaCiri bahasa keilmuan: Cendekia: mampu membentuk pernyataan yang tepat dan saksama, sehingga gagasanyang disampaikan penulis dapat diterima pembaca. Lugas: Paparan bahasa yang lugas dapat menghindari kesalah pahaman dan salah tafsir isi kalimat dapat dihindari. Penulisan bernada sastra perlu dihindari. Jelas: Gagasan akan mudah dipahami jika bahasa dituangkan secara jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan gagasan yang lain juga jelas. Formal: Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata dan kalimatnya. Objektif: Sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata. Konsisten: Unsur bahasa, tanda baca, dan istilah, sekali digunakan maka untuk selanjutnya digunakan secara konsisten. Bertolak dari gagasan: Bahasa keilmuan digunakan dengan orientasi gagasan. Pilihan kalimat yang lebih cocok adalah kalimat pasif sehingga kalimat pasif perlu dihindarkan. Ringkas dan padat: Ciri padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan jelas. Jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsure bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.Model dan Kriteria Metode Berpikir IlmiahDua pola berpikir ilmiah Berpikir secara rasional: berdasar paham bahwa ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Pikiran manusia dapat mengetahui ide tersebut, tidak menciptakan dan tidak pula mempelajarinya lewat pengalaman. Ide tentang kebenaran, yang menjadi dasar bagi pengetahuan, diperoleh lewat berpikir rasional, terlepas dari pengalaman. Berpikir secara empiris: bahwa pengetahuan itu tidak ada secara apriori dibenak melainkan harus diperoleh lewat pengalaman.

Kriteria berpikir ilmiah antara lain Berdasar fakta Bebas dari prasangka Menggunakan prinsip-prinsip analisis Menggunakan hipotesis Menggunakan ukuran objektif Menggunakan teknik kuantifikasiHal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode berpikir rasionalRingkasan Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan), atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan secara efektif, efisien dan hasil yang optimal.Metode berpikir ilmiah dapat diterapkan pada objek2 material yang dapat diindra, dan kesimpulan yang dihasilkan tidaklah bersifat pasti. Dengan kata lain metode ilmiah hanya diterapkan pada ilmu yang sifatnya eksperimentil atau non humaniora.Kriteria metode perpikir ilmiah antara lain: Berdasarkan fakta Bebas dari prasangka Menggunakan prinsip analisis Menggunakan hipotesis Menggunakan ukuran objektif Menggunakan teknik kuantisasi

Bahasa keilmuan adalah bahasa yang digunakan dalam penulisan-2 ilmiah. Ciri bahsa keilmuan adalah Cendekia Lugas Jelas Formal Objektif Konsisten Bertolak dari gagasan Ringkas dan padat.

Logika: Pola Penalaran Langsung dan Tidak Langsung [ M. Adib,bab 8 pp145)

Logika dapat diartikan sebagai pengetahuan yang membahas tentang simpul-menyimpulkan penalaran yang diperoleh dari sejumlah premis atau pangkal pikir secara tepat dan valid. Unsur-unsur utama dalam simpul-menyimpulkan suatu penalaran adalah konsep, proposisi (kalimat pernyataan) dan penyimpulan Simpul-menyimpulkan suatu penalaran dapat dilakukan secara langsung dari proposisi sebagai pangkal pikirnya, namun dapat juga dilakukan secara tidak langsung yang harus melalui premis-premis dalam proposisi yang tersedia.

Logika. Logika (Yunani, logos) berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bentuk bahasa. Sebagai ilmu, logika mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat dan teratur. Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang objek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran), dan objek formalnya adalah ketepatannya. Logika, sebagai cabang filsafat yang praktis, yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Logika dipakai untuk menarik kesimpulan untuk menghasilkan suatu pengetahuan.

Secara garis besar dapat dipilahkan menjadi dua bagian, yaitu induksi dan deduksi. Induksi merupakan cara berpikir dimana suatu kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari berbagai kasus yang bersifat individual. Sebaliknya deduksi adalah cara berpikir dimana kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan yang bersifat umum.

Contoh pemikiran induksi: dari fakta menunjukkan bahwa kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, singa mempunyai mata, begitu pula anjing, kucing dan binatang-binatang lainnya mempunyai mata Kesimpulan: Secara induksi dapat disimpulkan secara umum bahwa semua binatang mempunyai mata.

Contoh pemikiran deduksi: Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor) Siemen adalah seorang makhluk (premis minor) Kesimpulan: Jadi Siemen mempunyai mata.Penarikan kesimpulan secara deduksi harus memenuhi syarat: Premis mayor harus benar. Premis minor harus benar. Kesimpulan harus sahih (absah).

Selain logika induksi dan deduksi, masih terdapat jenis-jenis logika lainnya, yaitu: Logika diontik Logika dialektis Logika formal Logika informal Logika tradisional Logika kombinatorial Logika matematis Logika probabilitas Logika simbolikLogika alamiah dan logika ilmiah. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subjektif. Kemampuan logika alamiah manusia sudah ada sejak lahir.Logika ilmiah memperhalus dan mempertajam pikiran serta akal budi, yang menjadi ilmu khusus yang merumuskan asas-asas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan logika ilmiah maka akal budi dapat bekerja lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan, atau paling tidak mengurangi kesesatan.Kegunaan logika. Membantu setiap orang untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis dan koheren Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat dan objektif. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajaam dan mandiri Mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindarkan kesalahan-2 berpikir, kekeliruan dan kesesatan Mampu melakukan analisis suatu kejadian.

Penalaran LangsungMerupakan penalaran yang premisnya hanya sebuah proposisi dan langsung disusul proposisi lain sebagai kesimpulannya. Penarikan konklusi secara langsung dapat memberikan keterangan yang lengkap tentang proposisi yang diberikan, yaitu dengan menyatakan secara eksplisit apa-apa yang telah dinyatakan secara implicit didalam premis.Contoh: Semua bintang film pemakai sabun LuxKesimpulan: sebagian pemakai sabun Lux adalah bintang film.

Penalaran Tidak LangsungDidalam penalaran tidak langsung, konklusi ditarik dari proposisi yang jumlahnya lebih dari satu. Apabila konklusinya ditarik dari dua proposisi yang diletakkan sekaligus, maka bentuknya disebut silogisme.Contoh: Semua mahasiswa adalah anak pintar Dina adalah mahasiswaKesimpulan: Dina adalah anak pintar.Implisit dan Eksplisit suatu term dalam proposisi. Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua term. Suatu proposisi mempunyai 3 bagian, yaitu subjek, predikat dan kopula. Kopula adalah bagian proposisi yang menyatakan hubungan antara subjek dan predikat.Contoh: Kerbau itu binatang Kerbau -----subjek Itu -----kopula Binatang ---predikatDalam proposisi standar, kopula dilambangkan dalam bahasa berupa kata-kata: itu, ialah, sama dengan, adalah, dan sebagainya. Ada kalimat-kalimat yang tidak memakai kopula, akan tetapi menggunakan term yang menunjuk aktivitas.

Misalnya: Tidak semua burung berkicau Ia sedang makan

Untuk mengembalikan proposisi tersebut kedalam bentuk standar, subjek yang melakukan aktivitas tersebut harus dinyatakan secara eksplisit. Proposisinya yang standar menjadi:

Tidak semua burung adalah burung yang berkicau Ia adalah orang yang sedang makan

POLA PENALARAN INDUKSI [ M. Adib,bab 9 pp165]

Pada ontology ilmu telah dijelaskan bahwa objek bahasannya yang empiris terdapat dalam kegiatan keseharian, dapat diukur dan dapat diamati. Melalui metode penelaahan yang cermat, maka dapat disusun teori yang tingkat kebenarannya mempunyai probabilitas yang tinggi, sejauh tidak terdapat bukti yang baru yang membantahnya.Menurut Aristoteles, proses peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal disebut sebagai penalaran induksi.Contoh: Premis umum : Matakuliah Filsafat Ilmu adalah mata kuliah wajib mahasiswa program doktor UGPremis khusus : Yulisdin, Erma dan Wiwik adalah mahasiswa program doktor UGKesimpulan : Yulisdin, Erma dan Wiwik harus mengambil matakuliah Filsafat Ilmu.

KESESATAN DALAM BERPIKIR ILMIAH [ M. Adib,bab 10 pp177]

Upaya-upaya untuk menemukan kesimpulan yang tepat atau yang benar dilakukan dengan menyusun pola penalaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip penalaran yang tepat. Disisi lain terdapat pula cara untuk menemukan kesimpulan yang tepat itu dengan cara menghindari pola penalaran yang sesat.

Kesesatan adalah kesalahan yang terjadi dalam aktivitas berpikir dikarenakan penyalahgunaan bahasa dan atau penyalahan relevansi. Kesalahan merupakan bagian dari logika, yang dikenal juga sebagai fallacia / fallacy, dimana beberapa jenis kesesatan penalaran dipelajari sebagai lawan dari argumentasi logis. Kesesatan terjadi karena 2 hal:(a) Ketidak tepatan bahasa: pemilihan terminology yang salah(b) Ketidak-tepatan relevansi: pemilihan premis yang tidak tepat, yaitu membuat premis dari proposisi yang salah.

Identifikasi beberapa kesesatan berpikir:

Kesesatan terjadi karena subjek sesungguhnya jarang berpikir sendiri atau bertindak sesuai dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan orang lain. Hal ini dilakukan terutama untuk mencari aman bagi diri sendiri. Subjek yang terbiasa dengan kultur ini tumbuh menjadi manusia bermoral heteronom, layaknya sebuah robot berjalan.

Kesesatan dimana subjek bertindak seakan sangat menghargai rasio, tetapi kenyataannya tidak menggunakan rasionya sendiri dengan baik. Rasionalitas hanya muncul sebagai retorika tanpa pernah menjadi nyata secara substansial dalam cara berpikir dan bertindak. Subjek semacam ini juga tidak mendengarkan secara sungguh-sungguh alasan orang lain, kecuali hanya mengikuti kepentingan sendiri atau kelompoknya sendiri.

Kesesatan yang terjadi akibat subjek tidak terbuka untuk melihat persoalan secara komprehensif. Subjek terpaku hanya pada pendapat atau pendekatan tertentu, orang tertentu atau sumber tertentu. Kelompok orang seperti ini menggunakan rasionya dengan baik, tetapi karena perspektifnya sempit maka cara menjawab persoalan pun tidak tepat. Sikap mengejar tujuan dengan bertumpu pada pola tunggal mengindikasikan betapa subjek terpasung oleh keyakinan-keyakinan sesat akibat ketidakmampuan membuka diri dan melihat berbagai perspektif dan kemungkinan-kemungkinan yang berbeda. Dalam bahasa Francis Bacon, kesesatan berpikir yang pada gilirannya berimbas pada perilaku yang sesat sesungguhnya merupakan buah dari keterperangkapan subjek pada idols pengetahuan dan kebenaran yang sejatinya semu tetapi digunakan begitu saja sebagai stand point karena luput dari sikap kritis subjek. Kecenderungan menegakkan disiplin dengan cara-cara kekerasan dan bukan lewat persuasi rasional mengindikasikan mereka yang mempraktekkannya terkolonisasi oleh keyakinan-keyakinan semu seperti itu.

Kemalasan berpikir. Kesesatan yang pada akhirnya berbuah kekerasan, entah fisik atau psikis, pada dasarnya bertumpu pada akar yang sama, yakni kemalasan berpikir. Perilaku dogmatis, kecenderungan memutlakkan sebuah pendekatan, ketidakmampuan membuka diri pada kemungkinan kebenaran lain serta meremehkan atau bahkan mengabaikan keberagaman perspektif dalam mencari dan menemukan kebenaran adalah anak-anak kandung yang baik dari kemalasan berpikir. Pemaksaan kehendak dan cara berpikir yang dapat berbuntut pada kekerasan adalah akibat ketidakmampuan subjek untuk bersikap kritis terhadap keyakinannya sendiri.Klasifikasi Kesesatan Berpikir Kesesatan formal. Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk (forma) penalaran yang tidak tepat atau sahih. Kesesatan ini terjadi karena pelanggaran terhadap prinsip-prinsip logika mengenai term dan proposisi dalam suatu argumen. Keseatan material. Kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut materi penalaran. Kesesatan dapat terjadi karena factor bahasa (kesesatan bahasa) yang menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan. Hal ini dapat terjadi karena memang tidak adanya hubungan logis atau relevansi antara premis dan kesimpulannya (kesesatan relevansi). Setiap kata dalam bahasa memiliki arti tersendiri, dan masing-masing kata dalam sebuah kalimat mempunyai arti yang sesuai dengan arti kalimat yang bersangkutan. Karena itu, meskipun kata yang digunakan itu sama, tetapi dalam kalimat yang berbeda, kata tersebut bervariasi artinya. Ketidak cermatan dalam menentukan arti kata atau arti kalimat dapat menimbulkan kesesatan penalaran.Kesesatan Bahasa.Kata yang sama bila digunakan dalam kalimat yang berbeda dapat mempunyai arti yang berbeda pula. Berikut ini adalah beberapa bentuk kesesatan karena penggunaan bahasa. Kesesatan aksentuasi. Pengucapan terhadap kata-kata tertentu perlu diwaspadai karena ada suku kata yang harus diberi tekanan. Pengubahan tekanan terhadap suku kata dapat menyebabkan perubahan arti. Karena itu, kurangnya perhatian terhadap tekananucapan dapat menimbulkan perbedaan arti sehingga penalaran mengalami kesesatan.

Kesesatan aksentuasi verbal. Contoh: Serang (kota) dan serang (tindakan menyerang dalam pertempuran) Apel (buah) dan apel (menghadapi apel bendera) Mental (kejiwaan) dan mental (terpelanting) Tahu (makanan) dan tahu (mengetahui sesuatu)

Kesesatan aksentuasi non-verbal.Contoh sebuah iklan: Dengan 500 ribu rupiah dapat membawa motor. Mengapa bahasa dalam iklan tersebut termasuk kesesatan aksentuasi non-verbal? Karena, ternyata motor baru dibawa pulang tidak hanya dengan uang 500 ribu rupiah saja, tetapi dengan menyertakan syarat-syarat lainnya seperti slip gaji, KTP, rekening listrik terakhir, dsb.Contoh ungkapan: Apa dan Ha memiliki arti yang berbeda-beda bila: Diucapkan dalam keadaan marah Diucapkan dalam keadaan bertanya Diucapkan untuk menjawab panggilan.

Kesesatan ekuivokasi verbal. Adalah kesesatan ekuivokasi (satu kata mempunyai lebih dari satu arti) yang terjadi pada pembicaraan dimana bunyi yang sama disalah artikan menjadi dua maksud yang berbeda.Contoh: bisa (berarti dapat) dan bisa (racun ular)

Seorang pasien berkebangsaan Malaysia berjumpa dengan seorang dokter Indonesia. Setelah diperiksa, dokter member nasehat agar pasien tersebut menjaga makanannya.Pasien bertanya: Boleh saya makan ikan?Dokter menjawab: BisaPasien: Boleh saya makan ayam?Dokter: BisaPasien: Boleh saya makan sayur?Dokter: BisaPasien marah: Kalau semua bisa (beracun), apa yang saya hendak makan.? Kesesatan ekuivokasi non-verbal. Kesesatan ekuivokasi non-verbal melalui contoh berikut:a) Memakai kain atau pakaian putih-putih berarti orang suci. Di India wanita yang menggunakan kain sari putih-putih umumnya adalah janda.b) Mneggelengkan kepala (berarti tidak setuju), namun di India menggelangkan kepala dari satu sisi ke sisi lain menunjukkan kejujuran.c) Kesesatan amfiboli.Kesesatan amfiboli (gramatikal) adalah kesesatan yang dikarenakan konstruksi kalimat sedemikian rupa sehingga artinya menjadi bercabang. Hal ini disebabkan letak sebuah kata atau term tertentu dalam konteks kalimatnya. Akibatnya timbul lebih dari satu penafsiran mengenai maknanya, padahal hanya satu makna saja yang benar, sementara makna yang lain salah.

Contoh: Dijual kursi bayi tanpa lengan.Arti 1: Dijual sebuah kursi untuk seorang bayi tanpa lengan.Arti 2. Dijual sebuah kursi tanpa dudukan lengan khusus untuk bayi.Penulisan yang benar adalah: Dijual kursi bayi, tanpa lengan kursi.

Contoh lain: Kucing makan tikus mati.Arti 1: Kucing makan, lalu tikus mati.Arti 2: Kucing makan tikus lalu kucing tersebut mati.Arti 3: Kucing sedang memakan tikus yang sudah mati.

Contoh lain: Panda eats shoots and leaves.Arti 1: Panda makan, lalu menembak, kemudian pergi.Arti 2: Panda memakan pucuk bambau dan daun-daunan.

Contoh lain: Ali mencintai kekasihnya, demikan pula saya.Arti 1: Ali mencintai kekasihnya, dan saya mencintai kekasih Ali.Arti 2: Ali mencintai kekasihnya dan saya juga mencintai kekasih saya.

Kesesatan metaforis. Adalah kesesatan yang terjadi karena pencampuradukan arti kiasan dan arti sebenarnya. Artinya terdapat unsur persamaan dan sekaligus perbedaan antara kedua arti tersebut. Tetapi bila dalam penalaran arti kiasan disamakan dengan arti sebenarnya maka terjadilah kesesatan metaforis, yang dikenal juga kesesatan karena analogi palsu.

Contoh: Pemuda adalah tulang punggung negara.Penjelasan kesesatan: Pemuda disini adalah arti sebenarnya dari orang-orang berusia muda, sedangkan tulang punggung adalah arti kiasan karena negara tidak memiliki tubuh biologis dan tidak mempunyai tulang punggung layaknya makhluk vertebrata.

Pencampuradukan arti sebenarnya dan arti kiasan dari suatu kata atau ungkapan sering kali disengaja seperti yang terjadi di dunia lawak. Kesesatan metaforis ini dikenal dengan nama kesesatan karena analogi palsu.Contoh lawakan:Pelawak 1: Binatang apa yang haram?Pelawak 2: BabiPelawak 1: Binatang apa yang lebih haram dari binatang yang haram?Pelawak 2: Babi hamil, karena mengandung babi.Pelawak 1: Binatang apa yang lebih haram dari babi hamil?Pelawak 2: Babi hamil diluar nikah, karena anak babinya anak haram.


Top Related