Transcript
Page 1: 02Teori Karier Holland

Teori Karier Holland

http://konselorindonesia.blogspot.com/

Teori original Holland mengalami modifikasi sebagai hasil dari penelitian ulang, hal ini terbatas pada lingkungan kerja pada masyarakat Amerika (Osipow, 1983 : 83). Pada kata pengantar dalam karya tulisnya yang terakhir yaitu “Making Vocational Choices : A Theory of Vocational Personalities and Work Environments” (1985), John Holland mengatakan bahwa buku itu merupakan perumusan teorinya yang kelima sejak karya tulisnya yang pertama pada tahun 1959 (Winkel & Hastuti, 2005 : 634). Teori Holland mengemukakan enam lingkungan okupasional dan enam tipe kepribadian. Pada tahun 1966, Holland berpendapat bahwa ling¬kungan-lingkungan okupasional itu adalah : Realistik, Intelektual, Artistik , Sosial, Pengusaha, dan Konvensional, demikian juga tipe kepribadian diberi nama yang sama (Manrihu, 1992 : 71).Tingkatan orientasi kepribadian individu menentukan lingkungan yang dipilihnya, semakin jelas tingkatannya, maka makin efektif pencarian lingkungan yang sesuai (Manrihu, 1992 : 71). Pengetahuan individu tentang diri dan lingkungannya diperlukan untuk menetapkan pilihan yang sesuai. Teori Holland direvisi pada tahun 1973, tipe-tipe kepribadian dan lingkungan okupasional tersebut adalah; Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Pengusaha, dan Konvensional (Manrihu, 1992 : 71).

Holland mengakui bahwa pandangannya berakar dalam psikologi diferensial, terutama penelitian dan pengukuran terhadap minat, dan dalam tradisi psikologi kepribadian yang mempelajari tipe-tipe kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005 : 634). Dua sumber pengaruh ini mendorong Holland untuk mengasumsikan bahwa orang yang memiliki minat yang berbeda-beda dan bekerja dalam lingkungan yang berlain-lainan, sebenarnya adalah orang yang berkepribadian lain-lain dan mempunyai sejarah hidup yang berbeda-beda pula (Winkel & Hastuti, 2005 : 634).

Konsep Dasar Kepribadian seseorang menurut John Holland merupakan hasil dari keturunan dan pengaruh lingkungan (Osipow, 1983 : 84). Winkel & Hastuti (2005 ; 634-635) menjelaskan bahwa pandangan Holland mencakup tiga ide dasar, yaitu :

1. Semua orang dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh mereka mendekati salah satu di antara enam tipe kepribadian, yaitu : Tipe Realistik (The Realistic Type), Tipe Peneliti/Pengusut (The Investigative Type), Tipe Seniman (The Artistic Type), Tipe Sosial

Page 2: 02Teori Karier Holland

(The Social Type), Tipe Pengusaha (The Enterprising Type), dan Tipe Orang Rutin (Conventional Type).  Semakin mirip seseorang dengan salah satu di antara enam tipe itu, makin tampaklah padanya ciri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan. Setiap tipe kepribadian adalah suatu tipe teoritis atau tipe ideal, yang merupakan hasil dari interaksi antara faktor-faktor internal dan eksternal. Berdasarkan interaksi itu manusia muda belajar lebih menyukai kegiatan/aktivitas tertentu, yang kemudian melahirkan suatu minat kuat yang pada gilirannya menumbuhkan kemampuan dan keterampilan tertentu. Kombinasi dari minat dan kemampuan itu menciptakan suatu disposisi yang bersifat sangat pribadi untuk menafsirkan, bersikap, berpikir, dan bertindak dengan cara-cara tertentu. Sebagai sebuah contoh : seseorang dengan tipe sosial yang lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan karena itu ia lebih cerderung memasuki lingkungan okupasi yang mengandung unsur pelayanan sosial seperti perawat, guru, pekerja sosial, dan pemuka agama. Membandingkan segala sikap dan cara bertindak seseorang dengan pola sikap dan kebiasaan bertindak yang khusus untuk setiap tipe kepribadian, dapat ditentukan tipe manakah yang cocok dengan orang itu, dalam urutan mana yang paling sesuai, mana yang sesuai dalam urutan kedua dan ketiga, dengan demikian, seseorang dapat dinyatakan paling mendekati tipe sosial, namun masih memiliki juga kemiripan dengan tipe pengusaha dan tipe seniman. Hal ini dapat dilanjutkan terus dengan mengidentifikasikan kemiripan dengan tipe-tipe yang lain dalam urutan keempat, kelima, dan keenam. Profil total dari keseluruhan kemiripan dalam urutan pertama ke bawah, menampakkan pola kepribadian seseorang (the individual’s personality pattern). Usaha untuk menentukan profil total itu dapat digunakan berbagai metode seperti testing psikologis dan analisis sejarah hidup sehubungan dengan aspirasi okupasi.

2. Berbagai lingkungan yang di dalamnya orang hidup dan bekerja, dapat digolongkan menurut patokan sampai berapa jauh suatu lingkungan tertentu mendekati salah satu model lingkungan (a model environment), yaitu : Lingkungan Realistik (The Realistic Environment), Lingkungan Penelitian/Pengusutan (The Investigative Environment), Lingkungan Kesenian (The Artistic Environment), Lingkungan Pengusaha (The Enterprising Environment), Lingkungan Pelayanan Sosial (The Social Environment), Lingkungan Bersuasana Kegiatan Rutin (The Conventional Environment). Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di antara enam model lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan. Masing-masing model lingkungan hidup, termasuk lingkungan okupasi, didominasi oleh : orang yang bertipe kepribadian tertentu. Sebagai sebuah contoh : lingkungan kesenian didominasi oleh orang yang bertipe orang seniman, dalam arti kebanyakan orang yang hidup dan bekerja di lingkungan itu termasuk tipe kepribadian ini. Masing-masing model lingkungan hidup memberikan kesempatan tertentu dan menimbulkan tantangan tertentu pula. Mengingat keenam tipe kepribadian menunjukkan pola minat dan kompetensi tertentu, maka bilamana banyak orang dari tipe kepribadian tertentu berkumpul untuk hidup dan bekerja sama, mereka menciptakan suasana yang mencerminkan tipe kepribadian mereka dan menarik orang lain vang bertipe sama untuk menggabungkan diri dengan mereka. Salah satu metode yang digunakan untuk meneliti lingkungan tertentu ialah menghitung jumlah orang dari berbagai tipe kepribadian yang hidup dan bekerja di situ. Hasil hitungan ini ditransformasi menjadi presentase. Presentase tinggi dari tipe kepribadian tertentu menciptakan suasana yang khas

Page 3: 02Teori Karier Holland

3. Perpaduan antara tipe kepribadian tertentu dan model lingkungan yang sesuai menghasilkan keselarasan dan kecocokan okupasional (occupational homogeneity), sehingga seseorang dapat mengembangkan diri dalam lingkungan okupasi tertentu dan merasa puas. Perpaduan dan pencocokan antara tiap tipe kepribadian dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan okupasi, keberhasilan, stabilitas seseorang dalam okupasi yang dipangku. Sebagai sebuah contoh : seseorang diketahui paling mendekati tipe sosial, akan lebih cenderung memasuki okupasi dalam lingkungan pelayanan sosial karena okupasi itu diketahui paling sesuai dengan kepribadiannya sendiri dan paling memuaskan baginya, sedangkan orang lain yang diketahui paling mendekati tipe orang rutin, akan lebih cenderung memangku okupasi dalam lingkungan yang bersuasana kegiatan rutin, seperti pegawai di kantor, resepsionis, akuntan, dan pegawai perpustakaan. Sebaliknyalah, orang yang memasuki lingkungan okupasi yang jauh dari tipe kepribadian yang paling khas baginya akan mengalami konflik dan tidak akan merasa puas, sehingga cenderung untuk meninggalkan lingkungan okupasi itu dan mencari lingkungan lain yang lebih cocok baginya. Manrihu (1992 : 70) berpendapat bahwa ada empat asumsi yang merupakan jantung teori Holland, yaitu :

1. Kebanyakan orang dapat dikategorikan sebagai salah satu dari enam tipe : Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Giat (suka berusaha), dan Konvensional.

2. Ada enam jenis lingkungan : Realistik, Investigatif, Artistik, Sosial, Giat (suka berusaha), dan Konvensional.

3. Orang menyelidiki lingkungan-lingkungan yang akan membiar¬kan atau memungkinkannya melatih keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuannya, mengekspresikan sikap-sikap dan nilai-nilainya, dan menerima masalah-masalah serta peranan-peranan yang sesuai.

4. Perilaku seseorang ditentukan oleh interaksi antara kepribadiannya dan ciri-ciri lingkungannya.

Holland berpegang pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan okupasi adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan, bidang studi akademik, hobi inti, berbagai kegiatan rekreatif dan banyak kesukaan yang lain (Winkel & Hastuti, 2005 : 636-637).

Page 4: 02Teori Karier Holland

Pada halaman tiga buku “Making Vocational Choices : A Theory of Vocational Personalities and Work Environments” , Holland menuliskan : "In short, what we have called vocational interests are an important aspect of personality”, karena itu alat tes yang dikenal dengan nama interest inventory dipandang sebagai tes kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005 : 637). Salah satu indikasi dari minat ialah kesukaan seseorang untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, sedangkan ketidaksukaan menjadi kontraindikasi.

Holland sendiri mengembangkan beberapa tes yang dapat membantu orang untuk mengenal diri sendiri, seperti : The Vocational Preference Inventory di tahun 1977 dan Self-directed Search di tahun 1979 (Winkel & Hastuti, 2005 : 637).  Holland juga berefleksi tentang jaringan hubungan antara tipe-tipe kepribadian dan antara model-model lingkungan, yang dituangkan dalam bagan yang disebut Hexagonal Model dan model ini menggambarkan aneka jarak psikologis antara tipe-tipe kepribadian dan model-model lingkungan, makin pendek jarak (menurut garis-garis dalam model) antara dua tipe kepribadian maka makin dekat kedua tipe itu dalam makna psikologisnya dan makin panjang jarak (menurut garis-garis dalam model) maka makin jauh kedua tipe itu dalam makna psikologisnya (Winkel & Hastuti, 2005 : 637).

Menurut Holland suatu tipe memiliki korelasi dengan tipe-tipe lainnya, misalnya tipe realistik dekat dengan tipe investigatif di satu sisi dan dengan tipe konvensional di sisi lainnya (korelasinya 0,46 dan 0,36), sedangkan dengan tipe sosial korelasinya 0,21 (Osipow, 1983 : 83). Tipe artistik dekat hubungannya dengan tipe investigatif dan sosial (korelasinya 0,34 dan 0,42), tetapi jauh sekali dari tipe konvensional sehingga korelasinya 0,11 (Osipow, 1983 : 83). Keadaan tersebut tidak dapat disesuaikan secara tepat pada hexagon jika dimasukkan dalam ukuran skala, hal ini lebih merupakan sekedar suatu percobaan dari Holland untuk mempertalikan antara yang satu dengan yang lain (Osipow, 1983 : 90). Perkembangan tipe-tipe kepribadian adalah hasil dari interaksi-¬interaksi faktor-faktor bawaan dan lingkungan dan interaksi-interaksi ini membawa kepada preferensi-preferensi untuk jenis-jenis aktivitas-aktivitas khusus, yang pada gilirannya mengarahkan individu kepada tipe-tipe perilaku-perilaku tertentu yang rangkumannya adalah sebagai berikut (Manrihu, 1992: 71-73) : 

Page 5: 02Teori Karier Holland

1.    Tipe Realistik yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap obyek-obyek, alat-alat, mesin-mesin, dan binatang-binatang. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas pemberian bantuan atau pendidikan. Preferensi-preferensi membawa kepada pengembangan kompe¬tensi-kompetensi dalam bekerja dengan benda-benda, binatang¬-binatang, alat-alat dan perlengkapan teknik, dan mengabaikan kompetensi-kompetensi sosial dan pendidikan. Menganggap diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam keterampilan-keterampilan sosial hubungan-hubungan insani. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti : uang dan kekuasa¬an. Ciri-ciri khususnya adalah praktikalitas, stabilitas, konformitas. Mungkin lebih menyukai keterampilan-keterampilan dan okupasi¬-okupasi teknik.

2.    Tipe Investigatif memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang memerlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistema¬tik, dan kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh-contoh dari okupasi-okupasi yang memenuhi kebutuhan-¬kebutuhan tipe-tipe investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.

3.    Tipe Artistik lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang ambi¬guous, bebas, dan tidak tersistematisasi untuk menciptakan produk¬-produk artistik, seperti lukisan, drama, karangan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, teratur, dan rutin. Kompetensi-¬kompetensi dalam upaya-upaya artistik dikembangkan dan keterampilan-keterampilan yang rutin, sistematik, klerikal diabaikan. Memandang diri sebagai ekspresif, murni, independen, dan memiliki kemampuan-kemampuan artistik. Beberapa ciri khu¬susnya adalah emosional, imaginatif, impulsif, dan murni. Okupasi¬-okupasi artistik biasanya adalah lukisan, karangan, akting, dan seni pahat.

4.    Tipe Sosial lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibat¬kan orang-orang lain dengan penekanan pada membantu, mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan materi-¬materi. Kompetensi-kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat manual & teknik diabaikan. Mengang¬gap diri kompeten dalam mcmbantu dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas-attivitas hubungan-hubungan sosial. Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama, bersahabat, persuasif, dan bijaksana. Okupasi-okupasi sosial mencakup pekerjaan¬-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan pekerjaan kesejahte¬raan sosial.

5.    Tipe Enterprising  lebih menyukai aktivitas-¬aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah. Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan. Me¬mandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan

Page 6: 02Teori Karier Holland

memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.

6.    Tipe Konvensional  lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi data yang eksplisit, teratur, dan sistema-tik guna memberikan kontribusi kepada tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang tidak pasti, bebas dan tidak sistematik. Kompetensi-kompetensi dikembangkan dalam bidang-bidang klerikal, komputasional, dan sistem usaha. Akti¬vitas-aktivitas artistik dan semacamnya diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan-keterampilan klerikal dan numerikal. Beberapa ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri. Okupasi-okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan pemegang buku.

Holland (Manrihu, 1992 : 77-78) juga menambah tiga asumsi tentang orang-orang dan lingkungan-lingkungan, asumsi-asumsi ini adalah:

1.    Konsistensi, pada diri seseorang atau lingkungan, beberapa pasangan tipe lebih dekat hubungannya daripada yang lainnya. Misalnya, tipe-tipe realistik dan investigatif lebih banyak persamaannya daripada tipe-tipe konvensional dan artistik. Konsistensi adalah tingkat hubungan antara tipe-tipe kepribadian atau antara model-model lingkungan. Taraf-taraf konsistensi atau keterhubungan diasumsikan mempengaruhi preferensi vokasional. Misalnya, orang yang paling menyerupai tipe realistik dan paling menyerupai berikutnya dengan tipe investigatif (orang yang realistik-investigatif) seharusnya lebih dapat diramalkan daripada orang yang realistik-sosial.

2.    Diferensiasi, beberapa orang atau lingkungan lebih dibatasi secara jelas daripada yang lainnya. Misalnya, seseorang mungkin sangat menyerupai suatu tipe dan menunjukkan sedikit kesamaan dengan tipe- tipe lainnya, atau suatu lingkungan mungkin sebagian besar didomi¬nasi oleh suatu tipe tunggal. Sebaliknya, orang yang menyerupai banyak tipe atau suatu lingkungan yang bercirikan kira-kira sama dengan keenam tipe tersebut tidak terdiferensiasi atau kurang terdefinisikan. Taraf di mana seseorang atau suatu lingkungan terdefinisikan dengan baik adalah taraf diferensiasinya.

3.    Kongruensi, berbagai tipe memerlukan berbagai lingkungan. Misalnya, tipe-tipe realistik tumbuh dengan subur dalam lingkungan¬lingkungan realistik karena lingkungan seperti itu memberikan kesempatan-kesempatan dan menghargai kebutuhan-kebutuhan tipe realistik. Ketidakharmonisan (incongruence) terjadi bila suatu tipe hidup dalam suatu lingkungan yang menyediakan kesempatan-kesempatan dan penghargaan-penghargaan yang asing bagi preferensi-preferensi atau kemampuan-kemampuan orang itu - misalnya, tipe realistik dalam suatu lingkungan sosial.

Pada tahun 1978, Holland juga mengembangkan suatu Sistem Klasifikasi Okupasi (The Classification System) yang menggolongkan 500 okupasi dalam enam kategori okupasi, yaitu: Realistic Occupations, Investigative Occupations, Artistic Occupation, Social Occupations, Entreprising Occupations, dan Conventional Occupations (Winkel & Hastuti, 2005: 637).

Klasifikasi ini terdapat dalam The Occupations Finder yang juga mencantumkan nomor-nomor kode dari Dictionary of Occupational Titles dan tingkat pendidikan sekolah yang umumnya dituntut supaya mampu

Page 7: 02Teori Karier Holland

memegang okupasi tertentu (Winkel & Hastuti, 2005: 637).  Sistem Klasifikasi Okupasi diterapkan dalam The Self-directed Search yang dirancang untuk membantu orang agar lebih mengenal diri dan menemukan bidang okupasi yang dianggap cocok baginya atau paling sedikit untuk dipertimbangkan (Winkel & Hastuti, 2005: 637).

Keunggulan & Kelemahan Teori Holland oleh banyak pakar psikologi vokasional dinilai sebagai teori yang komprehensif  karena meninjau pilihan okupasi sebagai bagian dari keseluruhan pola hidup seseorang dan sebagai teori yang mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian sejauh menyangkut model-model lingkungan serta tipe-tipe kepribadian (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

Kelemahan dalam teori ini adalah kurang ditinjau proses perkembangan yang melandasi keenam tipe kepribadian dan tidak menunjukan fase-fase tertentu dalam proses perkembangan itu serta akumulasi rentang umur (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Mengenai tahap atau tingkat yang dapat dicapai oleh seseorang dalam bidang okupasi tertentu (occupational level), Holland menunjuk pada taraf inteligensi yang memungkinkan tingkat pendidikan sekolah tertentu, namun dipertanyakan apakah masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam hal ini, seperti taraf aspirasi seseorang (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

Aplikasi Teori Holland di Sekolah Pandangan Holland sangat relevan bagi bimbingan karier dan konseling karier di institusi pendidikan untuk jenjang pendidikan menengah dan masa awal pendidikan tinggi (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Tekanan yang diberikan pada pemahaman diri sehubungan dengan beberapa kualitas vokasional yang dimiliki seseorang dan pada informasi yang akurat mengenai berbagai lingkungan okupasi, menyadarkan lembaga bim¬bingan akan tugasnya untuk membantu orang muda mengenal diri sendiri dan mengenal ciri-ciri lingkungan, kedua hal ini sangat diperlukan sebagai masukan dalam memikirkan pilihan okupasi secara matang (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

 Alat-alat yang dikembangkan oleh Holland, yaitu The Occupations Finder dan The Self-directed Search, yang menanyakan kegiatan/aktivitas yang disukai, berbagai kompetensi yang dimiliki, bidang-bidang pekerjaan yang diminati, dan evaluasi diri dalam beberapa keterampilan, harus dicocokkan dengan sistem klasifikasi okupasi yang berlandaskan pada teori yang sama, dengan demikian. orang muda dapat menemukan sejumlah alternatif pilihan okupasi untuk dipertimbangkan lebih lanjut (Winkel & Hastuti, 2005: 639). Cara bekerja ini pada dasarnya menerapkan suatu pendekatan yang mirip dengan pendekatan Trait and Factor, namun maju lebih jauh dari pada teori Trait and Factor tradisional (Winkel & Hastuti, 2005: 639).

Penutup Pada prinsipnya kebenaran suatu ilmu buatan manusia berada pada tataran relatif. Kebenaran ilmu buatan manusia tidaklah diarahkan pada benar yang sebenar-benarnya, tetapi lebih diarahkan sebagai benar yang bermanfaat. Semakin bermanfaat suatu ilmu bagi kepentingan umat manusia, maka semakin tinggilah nilai kebenarannya.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Manrihu, Muhammad Thayeb . 1992 . Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier . Jakarta . Bumi Aksara Osipow Samuel H . 1983 . Theories of Career Development . New Jersey . Prentice Hall, Inc . Englewood Cliffs Winkel, W.S & Sri Hastuti . 2005. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta: PT. Grasindo

Page 8: 02Teori Karier Holland

Teori Karir John L. Holand

Page 9: 02Teori Karier Holland

                                                                 John L Holland. 1942Berdasarkan teori John Holland, umumnya manusia dibedakan dalam 6 tipe kepribadian yaitu Realistic, Investigative, Artistic, Sosial, Enterprising, dan Conventional.1. Tipe Realistik

Tipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan

kerja yang berorientasi kepada penerapan. Ciri-cirinya yaitu;

mengutamakan kejantanan, kekuatan otot, ketrampilan fisik, mempunyai

kecakapan, dan koordinasi motorik yang kuat, kurang memiliki kecakapan

verbal, konkrit, bekerja praktis, kurang memiliki ketrampilan social, serta

kurang peka dalam hubungan dengan orang lain.

Orang model orientasi realistis dalam lingkungan nyatanya selalu

ditandai dengan tugas-tugas yang konkrit, fisik, eksplisit yang

memberikan tantangan bagi penghuni lingkungan ini. Untuk dapat

memecahkan masalah yang lebih efektif seringkali memerlukan bentuk-

bentuk kecakapan, gerakan, dan ketahanan tertentu. Diantaranya

kecakapan mekanik, ketahanan dan gerakan fisikuntuk berpindah-pindah

dan seringkali berada diluar gedung.Sifat-sifat yang nampak dengan jelas

dari tuntutan-tuntutan lingkungan menciptakan kegagalan dan

keberhasilan. digambarkan sebagai orang yang memiliki skill bekerja

dengan mesin, alat atau binatang. umumnya menghindari aktivitas sosial

seperti pengajar, penyenbuh dan penyuluh. orang dengan tipe

kepribadian seperti ini biasanya melihat diri mereka sebagai pribadi yang

praktis, mekanis dan realistis. 

contoh pekerjaan dalam lungkup ini adalah engineer, pilot atau

petugas polisi.

2. Tipe investigativeTipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih pekerjaan

yang bersifat akademik. Ciri-cirinya adalah memiliki kecenderungan

untuk merenungkan daripada mengatasinya dalam memecahkan suatu

masalah, berorientasi pada tugas, tidak sosial. Membutuhkan

Page 10: 02Teori Karier Holland

pemahaman, menyenangi tugas-tugas yang bersifat kabur, memiliki nilai-

nilai dan sikap yang tidak konvensional dan kegiatan-kegiatanya bersifat

intraseptif.

Orang model orientasi intelektual dalam lingkungan nyatanya selalu

ditandai dengan tugas yang memerlukan berbagai kemampuan abstark,

dan kreatif. Bukan tergantung kepada pengamatan pribadinya. Untuk

dapat memecahkan masalah yang efektif dan efisien diperlukan

intelejensi, imajinasi, serta kepekaan terhadap berbagai masalah yang

bersifat intelektual dan fisik. Kriteria keberhasilan dalam melaksanakan

tugas bersifat objektif dan bisa diukur, tetapi memerlukan waktu yang

cukup lama dan secara bertahap. Bahan dan alat serta perlengkapan

memerlukan kecakapan intelektual daripada kecakapan manual.

Kecakapan menulis mutlak dipelihara dalam oreientasi ini.

contohnya pekerjaan dalam tipe ini ialah ahli kimia, dokter gigi,

physician, ahli matematik.

3. Tipe ArtistikTipe model orientasi ini memiliki kecenderungan berhubungan

dengan orang lain secara tidak langsung, bersifat sosial dan sukar

menyesuaikan diri.

Orang model orientasi artistic ini ditandai dengan berbagai macam

tugas dan masalah yang memerlukan interpretasi atau kreasi bentuk-

bentuk artistic melalui cita rasa, perasaan dan imajinai.Dengan kata lain,

orientasi artistic lebih menitikberatkan menghadapi keadaan sekitar

dilakukan dengan melalui ekspresi diri dan menghindari keadaan yang

bersifat intrapersonal,  keteraturan, atau keadaan yang menuntut

keterampilan fisik. suka melakukan aktivitas seni, drama, keteampilan

tangan, menulis sastra. Tipe ini melihat dirinya sebagai pribadi yang

ekspresif, orisinil dan independen.

contoh pekerjaan yang cocok ialah desainer pakaian, penari,

komposer, editor buku dan graphic designer.

4. Tipe SosialTipe model ini memiliki kecenderungan untuk memilih lapangan

pekerjaan yang bersifat membantu orang lain. Ciri-ciri dari tipe model ini

adalah pandai bergaul dan berbicara, bersifat responsive, bertanggung

jawab, kemanusiaan, bersifat religiusm membutuhkan perhatian, memiliki

kecakapan verbal, hubungan antarpribadi, kegiatan-kegiatan rapid an

teratur, menjauhkan bentuk pemecahan masalah secara intelektual, lebih

berorientasi pada perasaan.

Page 11: 02Teori Karier Holland

Orang model orientasi sosial memiliki ciri-ciri kebutuhan akan

kemampuan untuk menginterpretasi dan mengubah perilaku manusia,

serta minat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Secara umum

orientasi kerja dapat menimbulkan rasa harga diri dan status. Suka

menolong sesama serta pandai melkukan kegiatan seperti mengajar,

konseling, merawat atau memberi informasi. Tipe ini melihat dirinya

sebagai pribadi yang suka menolong, bersahabat dan bisa dipercaya.

contohnya, guru, konselor, perawat pekerja sosial.

5. Tipe EnterprisingTipe model ini memiliki cirri khas diantaranya menggunakan

ketrampilan-ketrampilan berbcara dalam situasi dimana ada kesempatan

untuk menguasai orang lain atau mempengaruhi orang lain, menganggap

dirinya paling kuat, jantan, mudah untuk mengadakan adaptasi dengan

orang lain, menyenangi tugas-tugas sosial yang kabur, perhatian yang

besar pada kekuasaan, status dan kepemimpinan, agresif dalam kegiatan

lisan.

Orang model orientasi usaha ditandai dengan berbagai macam

tugas yang menitikberatkan kepada kemampuan verbal yang digunakan

untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain. Umumnya

menghindari aktivitas yang membutuhkan observasi mendalam dan

pemikiran analistis. Tipe ini melihat dirinya sebagai pribadi yang enerjik,

ambisius dan bisa bersosialisasi. Contohnya, sales, agen real estate,

pengacara, hakim, manajer hotel.

6. Tipe ConventionalTipe model ini pada umumnya  memiliki kecenderungan untuk

terhadap kegiatan verbal, ia menyenangi bahasa yang tersusun baik,

numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi yang kabur, senang

mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan, memberi nilai

yang tinggi terhadap status dan kenyataan materi, mencapai tujuan

dengan mengadaptasikan dirinya ketergantungan pada atasan.

Orang model orientasi konvensional pada lingkungan nyatanya

ditandai  dengan berbagai macam tugas dan pemecahan masalah

memerlukan suatu proses informasi verbal dan  dan matematis secara

kontinu, rutin, konkrit, dan sistematis. Berhasilnya dalam pemecahan

masalah akan nampak dengan jelas dan memerlukan waktu yang relative

singkat. Suka bekerja dengan angka-angka, berkas-berkas dan segala

yang serba teratur. menghindari aktivitas yang tidak terstruktur dan tidak

jelas. Tipe ini melihati dirinya sebagai pribadi yang teratur dan mengikuti

sistem yang sudah baku. Contohnya, sekretaris, teller bank.

Page 12: 02Teori Karier Holland

KESIMPULAN

1.      Individu dalam memilih jabatannnya sangat tergantung dari corak

hidupnya, yaitu yang terlihat dari hasil pengukuran penilaian diri dan

intelejensi yang kemudian akan hasil tersebut didapatkan hierarkis

pilihan pekerjaannnya yang di urutkan berdasar enam golongan orientasi

John L. Holland.

2.      Individu dalam memilih pekerjaannya karena dipengaruhi oleh sejarah

hidupnya dam juga karena tekanan sosial yang terjadi pada dirinya.

3.      Penggolongan model-model orientasi ditujukan agar bisa diketahui

urutan kecenderungan seseorang dalam bekerja.

http://ridwansyahran.blogspot.com/2011/04/teori-karir-john-l-holand.html

MAKNA DAN MATRA STRATEGI BIMBINGAN KARIR

Ditulis Oleh : Wahid Suharmawan

1. Makna Strategi Bimbingan KarierStrategi bimbingan karir pada dasarnya adalah pola umum perbuatan pembimbing-klien dalam wujud hubungan bantuan. Pembimbing menjalankan hubungan bantuan dengan klien dalam artian bahwa ia bersedia dan berupaya menciptakan sistem lingkungan yang kondusif atau yang memfasilitasi perkembangan klien untuk :

a. memahami dan menilai dirinya, terutama yang menyangkut potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan dan cita-cita);

b. menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada pada diri dan masyarakatnya;

c. mengetahui lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta jenis-jenis pendidikan dan pelatihan yang diperlukan untuk suatu bidang tertentu;

Page 13: 02Teori Karier Holland

d. menemukan dan dapat mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya; dane. merencanakan masa depan karir dirinya.

Dalam makna strategi bimbingan karir di atas, sekaligus terkandung tujuan yang akan dicapai dan penempatan siswa sebagai pelaku karir (subjek). Dalam pernyataan lain, siswa terbantu dalam pembuatan dan pelaksanaan rencana, penilaian diri dan lingkungannya, demi mencapai kesuksesan perjalanan hidup yang bermakna horizontal (bagi sesamanya) dan vertikal (untuk Tuhannya).

2. Matra Sasaran Strategi Bimbingan KarierMakna strategi di atas menunjukkan bahwa setiap strategi bersifat situasional; atau dalam penggunaannya bergantung pada matra sasaran  (domain) perilaku siswa yang akan dikembangkan. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, pada gilirannya matra sasaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. matra sasaran diri klien dengan segala karakteristik psiko-fisiknya;b. matra sasaran nilai-nilai (values) yang berarti ide atau gagasan konseptual tentang derajat atau kadar kepentingan dalam kehidupan manusia;

c. matra sasaran lingkungan efektif yang secara potensial berpengaruh terhadap diri klien;

d. matra sasaran permasalahan, baik berupa penghambat maupun pendukung keberhasilan hidup klien dan kemungkinan penanggulangannya; dan

e. matra sasaran perencanaan dan keputusan karier yang didasarkan atas kemampuan untuk mengelola matra sasaran (a) sampai dengan

(d).

3. Jenis Strategi Bimbingan KarierUntuk mencapai tujuan bimbingan karier, setiap dosen pembimbing memiliki dan dapat menempuh strategi yang berbeda-beda; sesuai dengan latar belakang pendidikan, keahlian dan kondisi objektif klien yangdihadapinya. Namun, apabila dikelompokkan seluruh strategi yang dimaksud melingkupi: (a) strategi instruksional; (b) strategi substansial/interpersonal; dan (c) strategi permainan.

a. Strategi instruksional merupakan bentuk penyelenggaraanbimbingan karir yang diintegrasikan atau dipadukan dalam pengajaran (instruksional). Strategi ini sangat sesuai dijalankan oleh tenaga pengajar. Strategi instruksional cenderung bersifat informatif daripada pemrosesan informasi. Apabila kecenderungan yang terakhir dijadikan fokus strategi, walaupun dijalankan oleh tenaga pengajar, maka dapat diperoleh ketepatgunaannya.

Strategi ini pada dasarnya bukanlah penyelenggaraan bimbingan karier, melainkan pengajaran (instruksional) yang menerapkan prinsipprinsip bimbingan karir dan lebih terfokur pada pemberian informasi karir. Strategi bimbingan karir instruksional yang terpadu dengan pembelajaran merupakan pemrosesan informasi karir secara klasikal atau kelompok melalui penggunaan metode atau teknik-teknik pembelajaran, seperti :pengajaran unit, home room, karyawisata, ceramah tokoh/nara sumber, media audio visual, bibliografi, pelatihan kerja, career day, wawancara, dan paket bimbingan karier.

b. Strategi substansial merupakan bentuk penyelenggaraan bimbingan karier melalui hubungan interpersonal (antara pembimbing dengan klien). Strategi ini lazim dipergunakan oleh dosen pembimbing dalam bentuk wawancara konseling. Untuk mempergunakan starategi ini, diperlukan penguasaan teori dan praktik konseling, di samping

Page 14: 02Teori Karier Holland

disiplin ilmu penunjang yang terkait. Termasuk ke dalam strategi ini ialah teknik genogram dan konseling karier.

1) Teknik genogramIstilah genogram mulai dipopulerkan oleh Rae Wiemers Okiishi (1987) dalam tulisannya yang berjudul The Genogram as a Tool in CareerCounseling dimuat dalam Journal of Counselling and Development,Volume 66. Secara etimologis, genogram berarti silsilah, yaitu gambar asal-usul keluarga klien sebanyak tiga generasi. Penggunaan teknik genogram dilandasi oleh asumsi bahwa ada pengaruh dari orang lain yangberarti (significant orther) terhadap individu dalam identifikasi perencanaan dan pemilihan karir. Konselor atau pembimbing berupaya mengidentifikasi orang yang berarti bagi diri klien. Pada dasarnya penggunaan genogram ini lebih merupakan teknik awal untuk memasuki konseling karir, oleh karena itu pelaksanaannya pun bersifat individual.Namun tidak menutup kemungkinan, wawancara genogram dapat dipandang sebagai proses konseling karir manakala dalam wawancara tersebut konselor (pembimbing) menerapkan prinsip-prinsip dan teknikteknikkonseling yang terfokus pada pemecahan masalah karir klien.Penerapan teknik genogram ditempuh dalam tiga tahap, yaitu : (1) konstruksi genogram, (2) identifikasi jabatan, dan (3) eksplorasi klien. Ketiga tahap tersebut dapat dijelaskan berikut ini.

(a) Konstruksi genogramProses ini merupakan tahap pertama untuk memetakan/membuat gambar silsilah atau asal-usul keluarga klien sebanayak tiga generasi, yaitu generasi klien, generasi oarangtua klien dan generasi kakek nenek klien. Seluruh angota keluarga dari ketiga generasi yang diketahui oleh klien dibuat gambarnya; konselor membuat gambar tersebut bersama-sama dengan klien. Gambar tersebut hendaknya memberi penjelasan hal-hal  penting berkenaan dengan silsilah dari ketiga generasi klien, dengan mencantumkan tanda atau simbol tertentu yang dapat difahami oleh konselor dan klien.

(b) Identifikasi jabatanPada tahap ini konselor bersama klien berupaya menelusuri bidangbidang pekerjaan/jabatan yang ada pada anggota keluarga dari tiga generasi itu, termasuk usaha yang ditempuh untuk memperoleh pekerjaan/jabatan, tingkat keberhasilan, dan konsekuensinya dalam segala aspek kehidupan yang bersangkutan.

(c) Eksplorasi klienTahap ini memfokuskan kajian terhadap diri klien agar memperoleh pemahaman diri dan lingkungan serta dapat merencanakan karirnya. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu dianalisis selama wawancara genogram adalah: (1) isi pengamatan diri klien; (2) pemahaman lingkungan/dunia kerja; (3) proses pembuatan keputusan; modelmodel pola hidup; dan (5) model-model okupasional. Sedangkan yang perlu didiskusikan oleh dosen pembimbing dengan karyasiswa adalah : (1) keberhasilan-keberhasilan anggota keluarga; (2) mobilitas anggota keluarga; (3) pengelolaan waktu; dan (4) integritas diri.

2) Konseling karierAda beberapa teknik/pendekatan konseling karier yang dapat diterapkan oleh dosen pembimbing. John Crites (1987) mengemukakan enam pendekatan konseling karir, yaitu: (1) trait and factor career counseling,(2) client-centered career counseling, (3) psychodynamic career counseling, (4) developmental career counseling, (5) behavioral career counseling, dan (6) comprehensive career counseling.

c. Strategi permainan, merupakan strategi alternatifpenyelenggaraan bimbingan karir. Strategi ini berlangsung melalui permainan, yang segaligus dalam setiap permainan dapat menjangkau beberapa matra sasaran. Permainan adalah suatu perbuatan atau kegiatan sukarela, yang dilakukan dalam batas-batas ruang dan waktu tertentu yang sudah ditetapkan, menurut aturan yang sudah diterima secara sukarela tapi mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya sendiri, disertai oleh perasaan tegang dan gembira, dan kesadaran lain daripada kehidupan sehari-hari (Johan Huizinga, 1990: 39).

Page 15: 02Teori Karier Holland

Definisi tersebut menyiratkan bahwa permainan memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan kegiatan dalam kehidupan yang lain. Ciri-ciri khas dimaksud adalah: (1) permainan adalah perbuatan yang bebas, artinya permainan dapat ditangguhkan atau dikesampingkan setiap saat; karena ia dilakukan tanpa  paksaan/tuntutan fisik apalagi kewajiban moral, sehingga permainan melampaui jalannya proses alami; (2)permainan bukanlah perikehidupan yang biasa atau yang sesungguhnya; ia merupakan suatu perbuatan keluar dari sesungguhnya, dalam suasana kegiatan yang sementara dengan tujuan tersendiri; (3) permainan memisahkan diri dari kehidupan biasa dalam hal tempat dan waktu, oleh karenanya ia bercirikan tertutup dan terbatas. Ia dimainkan dalam batasbatas waktu dan tempat tertentu, bermakna dan berlangsung dalamdirinya sendiri, dimulai dan berakhir pada suatu saat tententu, terdapat variasi aktifitas, serta dapat diulangi sesuai dengan kebutuhan; (4) di dalam ruang permainan berlaku tata-tertib tersendiri yang mutlak, olehkarena itu lebih bercirikan menciptakan ketertiban atau keteraturan, penyimpangan atas aturan tersebut dapat merusak proses dan nilai permainan.

Berdasarkan matra sasaran bimbingan karier yang inklusif dengan tujuan yang ingin dicapai, dapat dikelompokkan jenis-jenis permainan sebagai berikut: (1) permaianan ekspresi dan proyeksi diri; (2) permainan pilihan dan putusan nilai; (3) eksplorasi dan identifikasi lingkungan; (4) diskusi isu dan aturan; dan (5) analisis gaya hidup.

1) Permainan ekspresi dan proyeksi diriJenis permainan yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok ekspresi, adalah permainan yang berupaya mengungkapkan karakteristik, ciri atau sifat-sifat diri pribadi secara langsung, baik dalam bentuk lisan,tulisan maupun gerak-gerik isyarat. Sebagai contoh: (a) siswa menuliskan sifat-sifat dirinya yang baik dan yang buruk; (b) menuturkan keadaan dirinya bila menghadapi suatu situasi atau mengemukakan penilaian atassifat-sifat diri yang dibutuhkan untuk suatu jenis pekerjaan; (c) tebaktebakan tentang keadaan diri bersama orang lain.

Jenis permainan proyeksi diri merupakan permainan yang berupaya menyingkap tabir atau selubung yang tersembunyi di balik ungkapan. Sebagai contoh: siswa diminta pendapatnya, bila mereka mendapatkansejumlah uang, akan dipergunakan untuk apa. Di balik pendapatnya itu tersimpul nilai-nilai diri yang mendasari prioritas tindakan penggunaan uang. Dapat juga dalam bentuk karangan kepada sahabat imajiner, dan atau gambar/lukisan keadaan diri.

2) Permainan pilihan dan putusan nilaiBanyak jenis atau metode permainan ini. Namun yang menjadi prinsip utamanya, adalah bagaimana individu menentukan prioritas serta mengambil suatu keputusan tindakan, yang didasarkan atas nilai-nilai yang dimilikinya. Dalam permainan ini, klien tidak dinilai atau dievaluasi apalagi “dicap” tertentu oleh dosen  pembimbing. Permainan semata-mata dilakukan untuk menegaskan “proses” pemilihan dan mengambilkeputusan yang paling penting dalam hidupnya. Contoh jenis permainan ini: (a) pilihan objek wisata dan tempat liburan yang disenangi beserta  alasannya; (b) memilih kawan berbincang dalam suatu perjamuan; danatau (c) mengurutkan prioritas utama orang yang perlu diselamatkan dari kecelakaan, dan sebagainya.

3) Eksplorasi dan identifikasi lingkunganKelompok permainan ini mengutamakan bantuan kepada klien, agar ia mampu dan sanggup menjelajahi dan merinci lingkungan baik pendidikan maupun pekerjaan, yang secara potensial sesuai dengan karakteristik diri pribadinya. Sehingga wawasan karir di masa depan, tergambar dan dapat diambil oleh klien sebagai alternatif pilihan. Sebagai contoh: siswa diajak untuk menganalisis satu jenis pekerjaan mengenai syarat, sarana penunjang yang dibutuhkan, komposisi kelompok atau sektor kerja yang sejenis, serta penentuan manfaat lain dari adanya pekerjaan itu. Contoh lain, adalah menyimak tokoh-tokoh sukses; membandingkan perjalanan hidup tokoh teladan dengan keadaan diri klien; kuis pesona atau menembak tamu misteri tentang  pekerjaannya, berdasarkan pertanyaan tentang lingkungan kerja, peralatan yang dipergunakannya, dan sektor pekerjaan yang melingkupinya.

Page 16: 02Teori Karier Holland

4) Diskusi isu dan aturan Permainan ini dilakukan dalam bentuk diskusi, dimulai dari pemilihan dan penentuan masalah utama (isu) atau peraturan hidup yang dihadapi siswa atau manusia umumnya. Setelah ditentukan, beberapa siswa secara sukarela diminta tampil sebagai pembicara yang melontarkan pendapatnya atas isu dimaksud. Pada giliran selanjutnya ditanggapi oleh hadirin; diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umpan-balik bagi kehidupannya. Walaupun diskusi, namun masih tetap dalam kerangka permainan yang bersifat tegang atau gembira, dengan tidak melupakan ciri-ciri permainan di atas tadi.

5) Antisipasi/prediksi gaya hidupHal ini merupakan jenis permainan yang menekankan analisis atau terawangan, cita-cita yang diangankan akan masa depan kehidupan siswa, keluarga maupun pekerjaan dan keadaan dirinya, berdasarkan pengelolaan informasi diri dan lingkungan, nilai serta permasalahan yang dihadapi sekarang ini. Sebagai contoh: siswa dapat menuturkan citacitanya, kemudian ditanggapi oleh siswa lain atau dosen pembimbing. Tanggapan itu yang memungkinkan siswa penutur melakukan pertimbangan, mengungkapkan alasan keadaan dirinya sekarang. Contoh lain adalah siswa menentukan pilihan jenis serta sifat orang yang sekiranya dapat menolong dirinya di saat diperlukan dalam menghadapi kemelut hidup.

Daftar PustakaAmin Budiamin. (1990). Penyuluhan Karir. Bandung: Publikasi Jurusan PPBFIP IKIP.Crites, John O. (1981). Career Counseling; Models, Methods and Materials.New York: McGraw-Hill Book Com.Healy, Charles G. (1982). Career Development; Counseling Through theLife Stages. Massachusets, Atlantic Avanue, Bo

Konsep Bimbingan Karier

Ditulis Oleh ; Wahid SUharmawan Konsep bimbingan jabatan lahir bersamaan dengan konsep bimbingan di Amerika Serikat pada awal abad keduapuluh, yang dilatari oleh berbagai kondisi obyektif pada waktu itu (1850-1900), diantaranya : (1) keadaan ekonomi; (2) keadaan sosial, seperti urbanisasi; (3) kondisi ideologis, seperti adanya kegelisahan untuk membentuk kembali dan menyebarkan pemikiran tentang kemampuan seseorang dalam rangka meningkatkan kemampuan diri dan statusnya; dan (4) perkembangan ilmu (scientific), khususnya dalam bidang ilmu psiko-fisik dan psikologi eksperimantal yang dipelopori oleh Freechner, Helmotz dan Wundt, psikometrik yang dikembangkan oleh Cattel, Binnet dan yang lainnya Atas desakan kondisi tersebut, maka muncullah gerakan bimbingan jabatan (vocational guidance) yang tersebar ke seluruh negara (Crites, 1981 dalam Bahrul Falah, 1987).

Isitilah vocational guidance pertama kali dipopulerkan oleh Frank Pearson pada tahun 1908

Page 17: 02Teori Karier Holland

ketika ia berhasil membentuk suatu lembaga yang bertujuan untuk membantu anak-anak muda dalam memperoleh pekerjaan.Pada awalnya penggunaan istilah vocational guidance lebih merujuk pada usaha membantu individu dalam memilih dan mempersiapkan suatu pekerjaan, termasuk didalamnya berupaya mempersiapkan kemampuan yang diperlukan untuk memasuki suatu pekerjaan.

Namun sejak tahun 1951, para ahli mengadakan perubahan pendekatan dari model okupasional (occupational) ke model karier (career). Kedua model ini memliki perbedaan yang cukup mendasar, terutama dalam landasan individu untuk memilih jabatan. Pada model okupasional lebih menekankan pada kesesuaian antara bakat dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan. Sedangkan pada model karier, tidak hanya sekedar memberikan penekanan tentang pilihan pekerjaan, namun mencoba pula menghubungkannya dengan konsep perkembangan dan tujuan-tujuan yang lebih jauh sehingga nilai-nilai pribadi, konsep diri, rencana-rencana pribadi dan semacamnya mulai turut dipertimbangkan.

Bimbingan karier tidak hanya sekedar memberikan respon kepada masalah-masalah yang muncul, akan tetapi juga membantu memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan. Penggunaan istilah karier didalamnya terkandung makna pekerjaan dan jabatan sekaligus rangkaian kegiatan dalam mencapai tujuan hidup seseorang. Hattari (1983) menyebutkan bahwa istilah bimbingan karier mengandung konsep yang lebih luas. Bimbingan jabatan menekankan pada keputusan yang menentukan pekerjaan tertentu sedangkan bimbingan karier menitikberatkan pada perencanaan kehidupan seseorang dengan mempertimbangkan keadaan dirinya dengan lingkungannya agar ia memperoleh pandangan yang lebih luas tentang pengaruh dari segala peranan positif yang layak dilaksanakannya dalam masyarakat.

Perubahan istilah dari bimbingan jabatan (vocational guidance) ke bimbingan karier mengandung konsekuensi terhadap peran dan tugas konselor dalam memberikan layanan bimbingan terhadap para siswanya. Peran dan tugas konselor tidak hanya sekedar membimbing siswa dalam menentukan pilihan-pilihan kariernya, tetapi dituntut pula untuk membimbing siswa agar dapat memahami diri dan lingkungannya dalam rangka perencanaan karier dan penetapan karier pada kehidupan masa mendatang. Dalam perkembangannya, sejalan dengan kemajuan dalam bidang teknologi informasi dewasa ini, bimbingan karier merupakan salah satu bidang bimbingan yang telah berhasil mempelopori pemanfaatan teknologi informasi, dalam bentuk cyber counseling.

Sementara itu, dalam perspektif pendidikan nasional, pentingnya bimbingan karier sudah mulai dirasakan bersamaan dengan lahirnya gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia pada pertengahan tahun 1950-an, berawal dari kebutuhan penjurusan siswa di SMA pada waktu itu. Selanjutnya, pada tahun 1984 bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum 1984, bimbingan karier cukup terasa mendominasi dalam layanan bimbingan dan penyuluhan dan pada tahun 1994, bersamaan dengan perubahan nama bimbingan penyuluhan menjadi bimbingan dan konseling dalam Kurikulum 1994, bimbingan karier ditempatkan sebagai salah bidang bimbingan.

Sampai dengan sekarang ini bimbingan karier tetap masih merupakan salah satu bidang bimbingan. Dalam konsteks Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan diintegrasikannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) dalam kurikulum sekolah, maka peranan bimbingan karier sungguh menjadi amat penting, khususnya dalam upaya membantu siswa dalam memperoleh kecakapan vokasional (vocational skill), yang merupakan salah jenis kecakapan dalam Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education).

Terkait dengan penjabaran kompetensi dan materi layanan bimbingan dan konseling di SMTA, bidang bimbingan karier diarahkan untuk :

1. Pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.2. Pemantapan orientasi dan informasi karier pada umumnya dan karier yang hendak dikembangkan pada khususnya.3. Orientasi dan informasi terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan

Page 18: 02Teori Karier Holland

bernegara.4. Pengenalan berbagai lapangan kerja yang dapat dimasuki tamatan SMTA.5. Orientasi dan informasi terhadap pendidikan tambahan dan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan.6. Khusus untuk Sekolah Menengah Kejuruan; pelatihan diri untuk keterampilan kejuruan khusus pada lembaga kerja (instansi, perusahaan, industri) sesuai dengan program kurikulum sekolah menengah kejuruan yang bersangkutan. (Muslihudin, dkk, 2004)

oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.

Sumber :Bahrul Falah. 1987. Konstribusi Orientasi Nilai Pekerjaan dan Informasi Karier terhadap Kematangan Karier (Skripsi). Bandung : PPB-FIP IKIP Bandung.Hattari. 1983. Ke Arah Pengertian Bimbingan Karier dengan Pendekatan Developmental. Jakarta : BP3K.Muslihudin, dkk. 2004. Bimbingan dan Konseling (Makalah). Bandung : LPMP Jawa Barat.

Teori Karir Ginzberg

Ginzberg, Ginsburg, Axelrad, dan Herma (1951) pada umumnya

dipandang sebagai ahli pertama yang melakukan pendekatan terhadap

teori pilihan okupasi (occupational choice) dari sudut pandang

Page 19: 02Teori Karier Holland

perkembangan. Tim ini, yang terdiri dari seorang ekonom, seorang

psikiater, seorang sosiolog, dan seorang psikolog, melakukan pengetesan

dan mengembangkan sebuah teori pilihan okupasi.

Dalam mengembangkan teorinya, Ginzberg et al. menginvestigasi

secara empirik sejumlah sampel yang memiliki kebebasan memilih suatu

okupasi. Sampel tersebut terdiri dari laki-laki yang berasal dari kelas

menengah ke atas di daerah perkotaan, dari keluarga Protestan atau

Katolik keturunan Anglo-Saxon, yang tingkat pendidikanya berkisar dari

kelas enam hingga pasca-sarjana. Karena pemilihan sampel tersebut

sangat terbatas, maka konklusi hasil penelitian ini hanya dapat

diaplikasikan secara terbatas pula. Secara spesifik, pola perkembangan

karir perempuan dan etnik minoritas ataupun mereka yang berasal dari

daerah pedesaan dan kaum miskin tidak menjadi bahan pertimbangan.

Oleh karena itu, konklusi yang dihasilkan dari studi ini belum tentu dapat

diaplikasikan pada populasi selain dari yang diwakili oleh sampel yang

disebutkan.

Kelompok Ginzberg menyimpulkan bahwa pilihan okupasional

merupakan proses perkembangan, yang pada umumnya mencakup kurun

waktu selama enam hingga sepuluh tahun, yang dimulai dari sekitar usia

11 tahun dan berakhir sesudah usia 17 atau awal masa dewasa. Terdapat

tiga periode atau tahapan dalam proses pemilihan okupasi yaitu periode

fantasy, tentative, dan realistic Dengan karakteristik sebagai berikut.

Tahapan-tahapan atau Periode dalam Studi Ginzberg Periode Usia

Karakteristik. Fantasi Masa kanak-kanak (sebelum usia 11 tahun) Murni

berorientasi bermain pada tahap awal. Menjelang akhir tahap ini bermain

menjadi berorientasi kerja. Tentatif Awal masa remaja (usia 11-17 tahun)

Proses transisi yang ditandai oleh pengenalan secara gradual terhadap

persyaratan kerja. Pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai dan

perspektif waktu. Realistik Pertengahan masa remaja (usia 17 tahun)

hingga awal masa dewasa Pengintegrasian kapasitas dan minat.

Kelanjutan perkembangan nilai-nilai. Spesifikasi pilihan okupasi. Kristalisasi

pola-pola okupasi.

Menurut Ginzberg et al., selama periode fantasi, kegiatan bermain

secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi

awal untuk jenis aktivitas tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin

dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam

dunia kerja. Periode tentatif terbagi ke dalam empat tahap:

Page 20: 02Teori Karier Holland

1. tahap minat, di mana individu membuat keputusan yang lebih definitif

tentang suka atau tidak suka.

2. Tahap kapasitas untuk menjadi sadar akan kemampuan sendiri yang

terkait dengan aspirasi vokasional.

3. Tahap nilai, yaitu masa terbentuknya persepsi yang lebih jelas tentang

gaya-gaya okupasional.

4. Tahap transisi, yaitu saat di mana individu menyadari keputusannya

tentang pilihan karirnya serta tanggung jawab yang menyertai karir

tersebut.

Periode realistic terbagi ke dalam tiga tahap.

1. Tahap eksplorasi, yang berpusat pada saat masuk ke perguruan tinggi.

Pada tahap ini, individu mempersempit pilihan karir menjadi dua atau tiga

kemungkinan tetapi pada umumnya masih belum menentu.

2. Kristalisasi, yaitu ketika komitmen pada satu bidang karir tertentu sudah

terbentuk. Jika ada perubahan arah, itu disebut “pseudo-crystallization”.

3. Tahap spesifikasi, yaitu bila individu sudah memilih suatu pekerjaan atau

pelatihan profesi untuk karir tertentu.

Kelompok Ginzberg mengakui adanya variasi individual dalam proses

pembuatan keputusan karir. Pola individual perkembangan karir yang tidak

sesuai dengan sebayanya disebut menyimpang. Terdapat dua penyebab

utama penyimpangan itu, yaitu:

1. Keterampilan okupasional yang sudah berkembang dengan baik secara dini

sering menghasilkan pola karir yang dini pula, yang menyimpang dari

perkembangan normal; dan

2. Timing untuk tahap perkembangan realistic itu mungkin secara signifikan

lebih lambat datangnya sebagai akibat dari variable-variabel tertentu

seperti instabilitas emosi, berbagai masalah pribadi, dan kekayaan

financial.

Dari penelitian ini muncul sebuah proses khas yang sistematis yang

didasarkan terutama pada pola penyesuaian diri remaja yang

mengarahkan individu ke pilihan okupasi. Pemilihan okupasi merupakan

proses bertahap yang dinilai secara subjektif oleh individu yang

bersangkutan dalam milieu sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak

hingga awal masa dewasanya. Pilihan okupasi itu dirumuskan selama

individu melalui tahapan-tahapan sebagaimana dideskripsikan dalam

Page 21: 02Teori Karier Holland

penelitian ini. Pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-

pilihan lain yang potensial dicoret.

Pada awalnya, Ginzberg et al. menyatakan bahwa proses

perkembangan pembuatan keputusan okupasional itu tidak dapat diputar

balik, yaitu bahwa individu tidak dapat kembali secara kronologis ataupun

psikologis ke masa lalu untuk mengubah keputusannya. Konklusi ini

kemudian dimodifikasinya: individu dapat mengubah keputusannya tetapi

tetap menekankan pentingnya pilihan yang dilakukan secara dini dalam

proses pembuatan keputusan karirnya.

Dalam kaji ulangnya terhadap teorinya, Ginzberg (1984)

menekankan kembali bahwa pilihan okupasional merupakan proses

pembuatan keputusan seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan

dari kerjanya. Ini berarti bahwa mereka harus senantiasa menilai ulang

bagaimana mereka dapat meningkatkan kecocokan antara perubahan

tujuan karirnya dengan realita dunia kerja.

Telah terdapat sejumlah evidensi yang mendukung prinsip utama

dari teori ini. O’Hara dan Tiedeman (1959) menginvestigasi keempat tahap

dari periode tentative (minat, kapasitas, nilai, dan transisi) dan

menemukan bahwa tahap-tahap itu memang terjadi sesuai dengan urutan

sebagaimana diteorikan, tetapi pada usia yang lebih dini. Studi oleh Davis,

Hagan, dan Strouf (1962) dan Hollender (1967) cenderung mendukung

postulat tentang konsep perkembangan vokasional, meskipun waktu dan

urutan tahap-tahap tersebut belum sepenuhnya didukung.

Konseptualisasi perkembangan proses pembuatan keputusan karir

tersebut sangat bertentangan dengan pendekatan trait-and-faktor.

Meskipun belum sepenuhnya teruji, tetapi teori ini memberikan suatu

deskripsi tentang suatu proses perkembangan untuk pola perkembangan

vokasional yang normal maupun menyimpang. Teori ini lebih bersifat

deskriptif daripada eksplanatori; artinya bahwa teori ini tidak memberikan

strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan

tentang proses perkembangannya. Tampaknya kegunaan utama dari teori

ini adalah dalam memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi

mengenai perkembangan karir.

Roida Ekayani (06104244047)

Page 22: 02Teori Karier Holland

Senin, 04 April 2011

Teori Karir Donald E. Super

Page 23: 02Teori Karier Holland

Tahapan Perkembangan Karir   Manusia

Donald Super’s Developmental Self-Concept Theory

Donald Super percaya bahwa manusia itu bisa melakukan banyak hal namun jalan ditempat dan perubahan yang terjadi pada individu itu berkelanjutan. Teori ini merupakan model perkembangan yang sangat komperehensif yang mencoba untuk menjelaskan berbagai pengaruh penting pada seseorang saat mereka mengalami peran dalam pengalaman hidup yang berbeda dan berbagai tahap kehidupan. Berikut adalah beberapa prinsip utama dari teori ini:

1. Setiap orang mempunyai potensi. Seseorang mempunyai kemampuan dan bakat yang mereka kembangkan sesuai dengan peran kehidupan yang berbeda dan membuat mereka mampu melakukan berbagai tugas dan berbagai pekerjaan.

2. Dalam membuat pilihan kejuruan, seorang individu mengekspresikan pemahaman dan konsep dirinya Orang-orang mencari kepuasan kerja melalui karir dimana mereka dapat mengekspresikan diri mereka dan menerapkan dan mengembangkan konsep-diri. Pengetahuan diri adalah kunci untuk pilihan karier dan kepuasan kerja.

3. Pengembangan karir adalah kehidupan panjang dan terdiri dari lima tahap utama kehidupan: Growth, Exploration, Establishment, Maintenance and Disengagement. Setiap tahap memiliki seperangkat tugas unik dalam pengembangan karirnya dan penghitungan untuk perubahan dan keputusan yang orang dari karir awal hingga masa pensiun.

4. Ada lima tahapan berurutan. Seseorang melalui siklus dari masing-masing tahapan ketika mereka mulai memasuki transisi karir.

5. Seseorang memainkan peran yang berbeda sesuai dengan kehidupannya termasuk peran sebagai pekerja. Kepuasan kerja meningkat ketika self conceptnya memandang working selfnya teritegrasi dengan peran kehidupannya.

Teori ini menekankan pada pentingnya pengembangan self concept. Menurut Super, self concept berubah tiap waktu dan perkembangannya menghasilkan pengalaman baru.Super berpendapat bahwa jabatan pilihan dan kompetensi sejajar dengan situasi kehidupan sesorang, disetiap waktu dan pengalaman. Super mengembangkan konsep vocational maturaty, yang mungkin cocok atau tidak dengan chronological age : siklus ini dialami seseoarang pada saat tahapan dimana mengalamai transisi karir.Adapun pentahapan – pentahapannya sendiri menurut tahapan usia berikut karakteristiknya adalah sebagai berikut :

TahapanUsiaKarakteristik

PertumbuhanSejak lahir Pembeentukan konsep diri, mengembangkan kapasitas, sikap,

Page 24: 02Teori Karier Holland

hingga usia 14 atau 15

minat, dan kebutuhan serta membentuk sebuah pemahaman umum dari sunia kerja

Eksplorasi15 – 24 tahun”try out” melalui kelas – kelas, pengalaman kerja, hobi – hobi. Mengumpulkasn informasi yang relevan. Pilihan tentative dan pengembangan skill – skill terkait.

Memulai (establishment)

25 – 44 tahunMemasuki pembangunan skill dan stabilisasi melalui pengalaman kerja

Pemeliharaan (maintenance)

45 – 64 tahunProses penyesuaian berlanjut untuk meningkatkan posisi

Penurunan (decline)

65 tahun ke atas

Mengurangi output, menyiapkan diri untuk masa pensiun

Individu berubah seiring waktu dan pengalaman, serta mengalami kemajuan melalui tahapan perkembangan vokasional berikut ini :

VokasionalUsiaKarakteristik Umum/Tugas Perkembangan

Crysrallization14 – 18 tahunMengembangkan dan merencanakan sebuah tujuan vokasional yang mungkin untuk diraih

Spesifikasi18 – 21 tahunMenegaskan tujuan vokasional

Implementasi21 – 24 tahunPelatihan dan menghasilkan pekerjaan

Stabilisasi24 – 35 tahunBekerja dan menegaskan pilihan karir

Konsolidasi35 tahun ke atas

Peningkatan dalam karir

Walaupun sebenarnya Super menghadirkan tahapan–tahapan dan tugas–tugas dalam sebuah rangkaian, ia kemudian menambahkan bahwa kita berputar dan melakukan putaran sepanjang kehidupan kita sebagaimana kita mengadaptasi perubahan dalam diri kita sebaik trend yang juga berkembang dalam dunia kerja. Memahami usia–usia ini dan menghubungkan tahapan–tahapan dari pengembangan karir membantu fasilitator memilih respon–respon dan aktivitas yang tetap.Super dan Thompson (1979) mengidentifikasikan 6 faktor dalam kedewsaan vokasional:

1. Kesadaran akan perencanaan ke depan2. Kemampuan pembuatan keputusan3. Pengetahuan dan penggunaan sumber – sumber informasi4. Informasi karir umum5. Dunia umum dari informasi pekerjaan6. Informasi detail tentang preferensi pekerjaan

Super juga melihat pada peran berbeda yang kita mainkan sepanjang kehidupan kita dan kepentingan relatif yang kita berikan pada peran – peran ini sepanjang kehidupan kita. Singkatnya, teori konsep diri menghipotesiskan bagaimana seorang individu, secara sadar atau tidak sadar, mendefinisikan diri mereka dari sebuah istilah predisposisi konsep diri untuk mencari tipe pilihan karir.Individu yang memiliki cita-cita tentang pekerjaannya, memilih pekerjaan, menyelesaikan permasalahan masa transisi dari sekolah ke dunia kerja, proses menyesuaikan diri di dunia kerja, adalah proses-proses yang dilalui oleh individu ketika mulai masuk ke dunia kerja atau biasa disebut dengan berkarir. Donald E. Super (1957) memiliki pandangan mengenai dunia kerja atau individu yang berkarir dipengaruhi oleh rentang perkembangannya. Super memandang erat kaitannya antara

Page 25: 02Teori Karier Holland

perjalanan hidup individu dengan proses yang harus dilaluinya ketika hendak berkarir.Referensi :

Super, D.E. (1990). A life-span, life-space approach to career development. In D. Brown & L. Brooks (Eds.) Career choice and development: Applying contemporary theories to practice (2nd ed.), p. 216. San Francisco: Jossey-Bass

Teori Karir Anne Roe

Page 26: 02Teori Karier Holland

Teori Karir Anne RoePOKOK-POKOK PIKIRAN TEORI KARIR ANNE ROE

1. Teori Anne Roe didasarkan pada suatu usaha untuk menunjukkan suatu hubungan antara pilihan karir dengan perbedaan individu seperti perbedaan latar belakang, perbedaan phisik, perbedaan psikologis dan perbedaan pengalaman.2. Roe adalah pengikut aliran Humanistik, walau memiliki perbedaan-perbedaan dengan aliran Humanistik. Aliran Humanistik menyatakan bahwa ada 8 kebutuhan yaitu:a. Kebutuhan fisiologisb. Kebutuhan rasa amanc. Kebutuhan untuk memiliki dan mencintaid. Kebutuhan untuk dianggap penting, respek, harga diri dan indipendene. Kebutuhan akan informasif. Kebutuhan untuk bisa memahami dan dipahamig. Kebutunan untuk keindahanh. Kebutuhan untuk aktualisasi diri.

Dalam teorinya, Roe lebih mementingkan adanya kebutuhan untuk bisa dianggap penting, respek, harga diri dan indipenden bagi seseorang untuk dapat mengaktualisasikan diri.

3. Roe mengelompokkan 8 jenis pekerjaan sebagai berikut:a. Services: Jenis pekerjaan ini mengutamakan layanan kepada orang lain. Pelayanan yang dimaksud adalah perhatian terhadap kebutuhan dan kesejahteraan orang lain. Pekerjaan ini antara lain adalah pekerja sosial, konselor, layanan-layanan konsultasi dan lain sebagainya.b. Bussiness Contact: Jenis pekerjaan ini berhubungan dengan kegiatan tatap muka antara dua orang atau lebih yang membicarakan keuntungan, investasi, real estate. Hubungan antara dua orang sangat dibutuhkan, tetapi sebatas kegiatan persuasif dari pada pemberian bantuan

c. Organization: Jenis pekerjaan ini berbubungan erat dengan kegiatan manajerial baik di sebuah perusahaan atau lembaga-lembaga baik pemerintahan atau swasta. Jenis pekerjaan ini menutamakan efisiensi dan produktivitas sebuah lembaga, sehingga di dalamnya terdapat hubungan interpersonal yang sangat formal.

d. Technology: Jenis pekerjaan ini berkaitan erat dengan produksi barang, perawatan dan transportasi untuk mendukung layanan jasa. Hubungan interpersonal sangat kurang, karena mereka cenderung berhubungan dengan alat-alat.

e. Outdoor: Jenis pekerjaan ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan seperti penyemaian dan penanaman tanaman-tanama hutan, usaha-usaha pengeboran bahan mineral dan gas bumi, usaha-usaha pengumpulan hasil hutan, kegiatan yang berkaitan dengan kelautan, usaha penangkaran

Page 27: 02Teori Karier Holland

binatan liar dan lain sebagainya. Jenis pekerjaan ini menunjukkan adanya hubungan antar manusia yang minim.

f. Sience: Jenis pekerjaan ini berhubungan dengan pengembangan sebuah teori ilmu pengetahuan dan bagaimana mengaplikasikan teori ilmu pengetahuan. Hubungan antar manusia dilihat dari jenis ilmu pengetahuan apa yang sedang dikembangkan. Jika berhubungan dengan ilmu alam, maka relasi antar manusia semakin sedikit, tetapi jika berhubungan dengan ilmu sosial, maka relasi antar manusia dapat menjadi besar.

g. General Culture: Jenis pekerjaan ini lebih mengutamakan kegiatan melestarikan dan mentransmisikan budaya. Jenis pekerjaan ini memiliki perhatian terhadap aktivitas manusia sebagai suatu kelompok daripada individu. Pekerjaan ini antara lain di bidang pendidikan, jurnalistik dan bidang bahasa. Seringkali kelompok guru dikelompokkan dalam jenis pekerjaan ini.h. Arts and Entertainment: Jenis pekerjaan ini membutuhkan orang-orang yang memiliki keterampilan dalam bidang seni dan hiburan.

4. Untuk tiap jenis kelompok pekerjaan tersebut di atas, terdiri dari 6 level atau tingkatan:

a. Proffesional and managerial 1: Kelompok ini memiliki ciri Independen dan tanggungjawab. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah inovator, kreator dan berposisi sebagai pimpinan dalam hal manajerial dan administratif yang memiliki tanggungjawab terhadap bidang-bidang yang digelutinya. Kriteria mereka adalah: (1) memiliki independensi yang kuat dalam berbagai bidang, (2) memiliki kemampuan untuk membuat kebijakan, (3) memiliki pendidikan yang memadai (S1 atau yang sederajat).

b. Proffesional and managerial 2: Kelompok kedua ini memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok pertama di atas. Perbedaan yang mecolok adalah: (1) mereka memiliki kemampuan untuk menginterpretasi kebijakan, (2) memiliki kemampuan untuk melaksanakan kebijakan dan (3) memiliki pendidikan setingkat diploma.

c. Semiprofessional and smal business: Kelompok ini memiliki kriteria sebagai berikut; (1) memiliki tanggungjawab yang rendah terhadap orang lain, (2) mampu melaksanakan kebijakan untuk dirinya sendiri dan (3) memiliki pendidikan setingkat sekolah menengah.d. Skilled: Kelompok ini memerlukan magang atau pelatihan untuk dapat mengerjakan suatu kegiatan tertentu.e. Semiskilled: Kelompok ini merupakan kelompok manusia yang melaksanakan pekerjaan dengan tidak memiliki otonomi sendiri, serta ijin untuk melaksanakan tindakan didasarkan pada perintah.f. Unskilled: Kelompok ini melaksanakan tugas dengan tidak didasarkan pada keterampilan tertentu. Kelompok ini tidak membutuhkan keterampilan atau pendidikan tertentu dalam melaksanakan tugasnya.

5. Roe memberikan jenis-jenis pola asuh orang tua sebagai berikut: (a) konsentrasi emosi berpusat pada anak yang ditunjukkan dengan perilaku overprotective atau overdemanding, (b) penolakan terhadap anak dengan perilaku emotional rejection dan neglect,dan (c) penerimaan terhadap anak dengan perilaku mencintai dan menerima anak apa adanya.

6. Beberapa penelitian Roe menunjukkan adanya relasi antara pola asuh orang tua dengan orientasi pilihan karir siswa.

Page 28: 02Teori Karier Holland

7. Diagram Hipotesis yang menunjukkan relasi antara pilihan pekerjaan dan hubungan (pola asuh) orang tua:

  Seorang siswa dalam kehidupannya akan dihadapkan dengan sejumlah alternatif, baik yang berhubungan kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun kariernya. Namun, adakalanya siswa mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana yang

Page 29: 02Teori Karier Holland

seyogyanya dipilih. Salah satunya adalah kesulitan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan rencana-rencana karier yang akan dipilihnya kelak. Mereka dihadapkan dengan sejumlah pilihan dan permasalahan tentang rencana kariernya. Diantaranya, mereka mempertanyakan, dari sejumlah jenis pekerjaan yang ada, pekerjaan apa yang paling cocok untuk saya kelak setelah menamatkan pendidikan ?  Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karier akan dapat dihindari manakala siswa memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia kariernya. Untuk itulah, mereka seyogyanya dapat dibimbing guna memperoleh pemahaman yang memadai tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini, tentunya tidak cukup hanya sekedar memahami diri. Namun juga harus disertai dengan pemahaman akan kondisi yang ada dilingkungannya, seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan, serta hal-hal lainnya yang bertautan dengan dunia kerja. Sehingga pada gilirannya siswa dapat mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karier yang akan ditempuhnya kelak.   Dalam memberikan layanan informasi karier setidaknya terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu tentang : (1) materi informasi dan (2) teknik layanan informasi.  Materi Informasi. Dalam era informasi dewasa ini sesungguhnya kemudahan untuk memperoleh informasi sangat terbuka, baik melalui media cetak atau eleltronik. Terutama setelah adanya kemajuan yang menakjubkan dalam bidang teknologi komputer multi media, maka dengan mudah dan dalam waktu relatif singkat kita dapat mengakses ribuan bahkan jutaan jenis informasi melalui internet. Namun, karena begitu banyak dan beragamnya jenis informasi yang dapat diakses, sehingga tidak mustahil dapat menimbulkan kekacauan informasi. Untuk itulah, dalam upaya pemberian layanan informasi seyogyanya dibutuhkan sikap arif dan selektif dari konselor dalam memilih berbagai materi informasi, yang sekiranya benar-benar dapat memberikan manfaat besar bagi siswa. 

Materi informasi yang diberikan kepada siswa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan siswa, sehingga benar-benar dapat dirasakan lebih bermanfaat dan memiliki makna (meaningful). Pemilihan dan penetuan jenis materi informasi yang tidak didasarkan kepada kebutuhan dan masalah siswa akan cenderung tidak memiliki daya tarik, sehingga siswa akan menjadi kurang partisipatif dan kooperatif dalam mengikuti kegiatan layanan. Materi informasi yang lengkap dan akurat akan sangat membantu siswa untuk lebih tepat dalam mempertimbangkan dan memutuskan pilihan kariernya. 

Beberapa jenis materi informasi tentang karier yang mungkin dibutuhkan siswa, diantaranya:

Tugas perkembangan masa remaja tentang kemampuan dan perkembangan karier.  Perkembangan dan prospek karier di masyarakat. Kursus-kursus dalam rangka pengembangan karier.  Langkah-langkah dalam memasuki pekerjaan, jenis pekerjaan, ciri-ciri pekerjaan. Syarat-syarat pekerjaan yang dapat dimasuki setelah tamat SMA.  Kemungkinan permasalahan dalam pilihan pekerjaan, karier, dan tuntutan pendidikan

yang lebih tinggi, dan sebagainya.

Di samping itu, materi informasi yang bersifat personal, seperti bakat, ciri-ciri kepribadian atau minat pekerjaan perlu dikuasai oleh siswa. Hanya perlu dipertimbangkan jika memang sekolah sudah dapat menyelenggarakan pemeriksaan psikologis/tes psikologis, maka penyampaian materi hasil-hasil pemeriksaan psikologis harus benar-benar dilaksanakan secara cermat dan di bawah pengawasan konselor. Karena, biasanya data hasil pemeriksaan psikologis dideskripsikan dalam bahasa/terminologis tertentu, yang tentunya tidak semua siswa dapat memaknainya sendiri. Data-data personal ini memang perlu dipahami dan dimaknai oleh siswa, karena dengan adanya pemahaman tentang diri sendiri, seperti kecerdasan, bakat, ciri-ciri kepribadian, atau minat pekerjaannya, siswa akan dapat lebih akurat lagi dalam mengambil keputusan kariernya, sesuai dengan

Page 30: 02Teori Karier Holland

karakterisitik diri yang dimikinya. 

Teknik Layanan Informasi Disamping konselor dituntut untuk banyak memahami berbagai informasi yang akan dibutuhkansiswa, juga seyogyanya dapat menguasai berbagai teknik penyampaiannya secara variatif dan menyenangkan. Tanpa didukung kekayaan informasi dan keterampilan penyampaian, layanan informasi dikhawatirkan menjadi tidak memiliki daya tarik di hadapan siswa.  Penyampaian informasi bisa dilakukan oleh konselor itu sendiri melalui teknik ekspositorik. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara meminta bantuan dari pihak lain sebagai nara sumber, misalkan dengan mengundang “tokoh karier”. Upaya pemanfatan nara sumber memiliki keunggulan tersendiri, yakni informasi yang diberikan cenderung bersifat nyata, berdasarkan hasil pengalamannya. 

Selain itu, dapat dilakukan pula melalui media “papan bimbingan”, yakni dengan menyediakan papan informasi untuk menempelkan berbagai bentuk tulisan yang mengandung nilai informasi. Untuk itu, konselor dituntut secara kreatif untuk dapat mengoleksi berbagai tulisan, keterangan, artikel, atau klipping yang berhubungan dengan karier.  Jika mengacu pada teori kontruktivisme yang saat ini sedang dikembangkan. Penggunaan teknik layanan informasi seyogyanya lebih mengedepankan aktivitas dan partisipasi siswa dalam menentukan kebutuhan, menggali dan mengolah serta menarik kesimpulan dari informasi yang diperolehnya. Misalkan, untuk memahami tentang kondisi nyata kehidupan di suatu perusahaan, dapat dilakukan dengan cara siswa diajak langsung untuk berkunjung dan melakukan pengamatan ke perusahaan tertentu. Dari hasil kunjungan, siswa akan memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan, dalam rangka menambah wawasan, yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan keputusan kariernya, sekaligus dapat membangun dan mengembangkan sikap-sikap positif dan konstruktif terhadap pekerjaan. Dalam hal ini, tentu saja dibutuhkan sosiabilitas yang tinggi dari konselor untuk dapat menjalin hubungan secara luas dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak untuk memfasilitasi siswa dalam proses penggalian informasi.  Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa sumber informasi saat ini dapat dengan mudah diakses melalui teknologi komputer multi media, maka dalam hal ini tidak salahnya konselor untuk belajar menguasai teknologi internet untuk menjelajah situs-situs yang menyediakan informasi yang berkenaan dengan dunia pekerjaan/karier.  Dengan mengenal situs-situs yang berkenaan dengan dunia pekerjaan/karier, maka di samping konselor dapat memperoleh berbagai tambahan informasi untuk dirinya, juga dapat menunjukkannya kepada siswa, agar siswa dapat belajar secara langsung menjelajah dan menggali berbagai informasi karier yang tersedia dalam internet. 

Sumber bacaan :  Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK  Depdikbud (1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV;  Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Jakarta : IPBI  Tim Instruktur Bimbingan dan Konseling Kanwil Propinsi Jawa Barat , (1997), Materi Sajian Penataran Guru Pembimbing SMU Propinsi Jawa Barat Tahun 1997, Dekdikbud Kanwil Propinsi Jawa Barat : Bandung  Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta : Gramedia

Perkembangan Karier Menurut Donal Super

Page 31: 02Teori Karier Holland

Penilaian Pengguna:  / 0

Buruk Terbaik Ditulis Oleh Ifdil    Wednesday, 18 August 2010 Perkembangan Karier Menurut Donal Super dapat dibagi menjadi 5 (lima) fase, yaitu:

 

Fase pengembangan (Growth) yang meliputi masa kecil sampai usia 14 tahun. Pada awal tahap ini, kebutuh an dan fantasi merupakan hal yang dominan. Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk melalui identifikasi terhadap figure -figur kunci dalam keluarga dan sekolah. Tahap growth terdiri dari tiga sub tahap yaitu :

o Sub Tahap Fantasi, usia 4 – 10 tahun yang ditandai dengan minat anak yang berangan -angan atau berfantasi menjadi seseorang yang diinginkan.

o Sub Tahap Minat, usia 11 – 12 tahun, tingkah laku yang berhubungan dengan karir sudah mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak.

o Sub Tahap Kapasitas, usia 13 – 14 tahun, Individu mulai mempertimbangkan kemampuan pribadi dan persyaratan pekerjaan yang ia inginkan.

Tahap Penjajagan, usia 15 – 24 tahun, Individu banyak melakukan penjajagan atau pencarian terhadap karir apa yang cocok buat dirinya. Tahap ini terdiri dari 3 sub tahap, yaitu :

o Sub Tahap Sementara, usia 15 – 17 tahun, tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengkristalisasi pilihan pekerjaan. Perkembangan karir bersifat lebih internal. Individu mulai dapat menggunakan self-preference-nya dan mulai dapat melihat bidang serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya.

o Sub Tahap Peralihan, usia 18 – 21 tahun. Perkembangan pada masa ini mengkhususkan pilihan pekerjaan.

o Sub Tahap Uji Coba, usia 22 – 24 tahun. Tugas perkembangan pada masa ini adalah mengimplementasikan pilihan pekerjaan.

Tahap Pemantapan/kemantapan, usia 25 – 44 tahun. Tahap ini ditandai dengan masuknya individu ke dalam dunia pekerjaan yang sesuai dengannya sehingga ia akan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaannya tersebut. Merupakan masa paling produktif dan kreatif. Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu :

Sub Tahap Trial with Commitment pada usia 25 - 30 tahun. Individu sudah merasa nyaman dengan pekerjaannya sehingga akan terus mempertahankannya.Tugas perkembangan pada tahap in i adalah menstabilisasi pilihan pekerjaannya.

Sub Tahap Advancement, usia 31 – 44 tahun. Ada dua tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh indvidu pada masa ini. Pertama, individu mengkonsolidasi pilihan pekerjaannya. Pada fase ini, keamanan dan kenyamanan dalam bekerja menjadi tujuan utama. Tugas kedua adalah melakukan peningkatan dalam dunia pekerjaannya.

Tahap Pemeliharaan (maintenance), usia 45 – 59 tahun. Individu telah menetapkan pilihan pada satu bidang karir sehingga mereka tinggal menjaga atau memelihara pekerjaan. Super menjelaskan bahwa ada tiga tugas perkembangan yan harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini yaitu mempertahankan, keeping -uo dan menginovasi pekerjaannya.

Tahap Penurunan (decline stage) dimulai pada usia 60 tahun. Tahap ini terdiri dari 2 sub tahap, yaitu :

o Sub tahap perlambatan, usia 60 – 64 tahun. Ada tugas perkembangan pada sub tahap ini yaitu mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif serta mulai merencanakan pension. Hal ini ditandai dengan adanya pendelegasian tugas atau kaderisasi sebagai salah satu lankah mempersiapkan diri menghadapi pension.

o Sub tahap pension, usia 70 tahun. Fase ini ditandai dengan masa pension

Page 32: 02Teori Karier Holland

dimana individu akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerjanya.

SUMBER: Seligman, L. (1994). Developmental career counselling and assessment (2nd ed.). London: SAGE.

 

Page 33: 02Teori Karier Holland

Teori Karier Donald Super

Donald Super mencanangkan suatu pandangan tentang perkembangan karier yang berlingkup sangat luas , karena perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup banyak faktor. Faktor tersebut untuk sebagian terdapat pada individu sendiri dan untuk sebagian terdapat dalam lingkungan hidupnya yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan bersama-sama membentuk proses perkembangan karier seseorang. Pilihan jabatan merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor pada individu sendiri seperti kebutuhan , sifat-sifat kepribadian , serta kemampuan intelektual , dan banyak faktor di luar individu , seperti taraf kehidupan sosial-ekonomi keluarga , variasi tuntutan lingkungan kebudayaan , dan kesempatan/kelonggaran yang muncul. Titik berat dari hal-hal tersebut diatas terletak pada faktor-faktor pada individu sendiri.

Donald Super menaruh perhatian pada psikologi diferensial sebagai cabang ilmu psikologi yang mempelajari perbedaan bermakna antara individu-individu , antara lain dengan menggunakan alat-alat tes untuk memperoleh data tentang berbagai ciri kepribadian yang jelas mempunyai kaitan dengan memegang suatu jabatan , seperti kemampuan intelektual , bakat khusus , minat , dan sifat-sifat kepribadian. Donald Super mengakui sumbangan positif dari teori Trait and Factor, yang untuk sebagian bergerak dalam psikologi diferensial (differential psychology). Data hasil testing psikologis (measurement, assessment) memungkinkan untuk memperoleh gambaran agak objektif tentang seseorang dalam perbandingan dengan orang lain (appraisal, evaluation).

Unsur yang mendasar dalam pandangan Donald Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan pekerjaan yang akan dilakukan dan jabatan yang akan dipegang (vocational self-concept) yang merupakart sebagian dari keseluruhan gambaran tentang diri sendiri. Data hasil penelitian memberikan indikasi yang kuat bahwa gambaran diri yang vokasional berkembang selama pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif ; perkembangan ini berlangsung melalui observasi terhadap orang-orang yang memegang jabatan tertentu , melalui identifikasi dengan orang-orang dewasa yang sudah bekerja , melalui penghayatan pengalaman hidup , dan melalui pengaruh yang diterima dari lingkungan hidup. Penyadaran kesamaan dan perbedaan di antara diri sendiri dan semua orang lain , akhirnya terbentuk suatu gambaran diri yang vokasional. Gambaran diri ini menumbuhkan dorongan internal yang mengarahkan seseorang ke suatu bidang jabatan yang memungkinkan untuk mencapai sukses dan merasa puas (vocational satisfication). Hal ini menyebabkan seseorang mampu mewujudkan gambaran diri dalam suatu bidang jabatan yang paling memungkinkan untuk mengekspresikan diri sendiri , misalnya : seorang muda yang memandang dirinya sebagai orang yang berkemampuan tinggi , berjiwa mengabdi , dan rela mcngorbankan dirinya , serta dibesarkan dalam keluarga yang telah mencetak beberapa dokter dan memperoleh kesan serba positif tentang perkembangan seorang dokter , akhirnya membentuk gambaran diri yang membayangkan dirinya sendiri sebagai seorang dokter yang ulung dan tulen.

Proses perkembangan karier dibagi atas lima tahap, yaitu :

1. Tahap Pengembangan (Growth) mulai dari saat lahir sampai umur lebih kurang 15 tahun à anak mengembangkan berbagai potensi , pandangan khas , sikap , minat , dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam struktur gambaran diri (self-concept structure)

2. Tahap Eksplorasi (Exploration) dari umur l5 sampai 24 tahun à orang muda memikirkan berbagai alternatif jabatan , tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat.

3. Tahap Pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai 44 tahun à bercirikan usaha tekun memantapkan diri melalui seluk-beluk pengalaman selama menjalani karier tertentu.

4. Tahap Pembinaan (Maintenance) dari umur 45 tahun sampai 64 tahun à orang yang sudah dewasa menyesuaikan diri dalam penghayatan jabatannya.

5. Tahap Kemunduran (Decline) à orang memasuki masa pensiun dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan jabatannya.

Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu jabatan , yang tampak dalam tugas-tugas perkembangan karier (vocational developmental tasks).

Page 34: 02Teori Karier Holland

Pada masa-masa tertentu dalam hidupnya individu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan karier tertentu , yaitu :

1. Perencanaan garis besar masa depan (Crystalization) antara 14-18 tahun yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi hidupnya.

2. Penentuan (Specification) antara umur 18-24 tahun yang bercirikan mengarahkan diri ke bidang jabatan tertentu dan mulai memegang jabatan itu.

3. Pemantapan (Establishment) antara 24-35 tahun yang bercirikan membuktikan diri mampu memangku jabatan yang terpilih.

4. Pengakaran (Consolidation) sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun yang bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas.

Berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan karier , Super mengembangkan konsep kematangan vokasional (career maturity ; vocational maturity) yang menunjuk pada keberhasilan seseorang menyelasaikan semua tugas perkemlbangan vokasional yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Indikasi relevan bagi kematangan vokasional adalah misalnya kemampuan untuk membuat rencana , kerelaan untuk memikul tanggung jawab , serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan jabatan atau memantapkan diri dalam suatu jabatan. Beraneka indikasi ini dapat dijabarkan lebih lanjut pada rnasing-masing tahap perkembangan vokasional , lebih-lebih selama masa remaja dan masa dewasa muda. Berkenaan dalam rangka meneliti dan menilai kematangan vokasional telah dikembangkan alat tes yang dikenal dengan nama Career Development Inventory , Career Maturity Test , dan Vocational Maturity Test.

Beberapa karya tulis Super yang terkenal adalah The Psychology of Careers (l957) , Work Values Inventory (1970) , Appraising Vocational Fitness by Means of Psychological Tests (1962) , Career Development: Self-Concept Theory (1963) , Measuring Vocational Maturity for Counseling and Evaluation (1974) , dan Career and Life Development (1984). Hal yang menarik perhatian ialah pernyataan Super dalam karya tulis terakhir  bahwa teori tentang self-concept adalah “Essentially a matching theory in which individuals consider both their own attributes and the attributes required by an occupation”. Gagasan ini mirip dengan teori Trait and Factor, meskipun pada Super mengandung makna yang lebih komprehensif.

Pandanga:n Super oleh banyak pakar Psikologi Vokasional dinilai sebagai teori yang paling komprehensif dan mendapat banyak dukungan dari hasil penelitian. Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan karier dan konseling karier yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pegangan bagi seorang tenaga kependidikan bila merancang program pendidikan karier dan bimbingan karier , yang membawa orang muda ke pemahaman diri dan pengolahan informasi tentang dunia kerja , selaras dengan tahap perkembangan karier tertentu.

KEPUSTAKAAN

Manrihu, Muhammad Thayeb . 1992 . Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier . Jakarta . Bumi Aksara

Osipow Samuel H . 1983 . Theories of Career Development . New Jersey . Prentice Hall, Inc . Englewood Cliffs

Winkel, W.S & Sri Hastuti . 2005 . Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan . Jakarta: PT. Grasindo

Page 35: 02Teori Karier Holland

Top Related