Download - 001 Ahmad_Riduan SDLC
1
BAB I
System Development Lyfe Cycle Secara Umum
1.1 Pengertian System Development Lyfe Cycle (SDLC)
SDLC adalah tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh analis sistem
dan programmer dalam membangun sistem informasi. Langkah yang digunakan
meliputi :
1. Melakukan survei dan menilai kelayakan proyek pengembangan sistem
informasi
2. Mempelajari dan menganalisis sistem informasi yang sedang berjalan
3. Menentukan permintaan pemakai sistem informasi
4. Memilih solusi atau pemecahan masalah yang paling baik
5. Menentukan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software)
6. Merancang sistem informasi baru
7. Membangun sistem informasi baru
8. Mengkomunikasikan dan mengimplementasikan sistem informasi baru
9. Memelihara dan melakukan perbaikan/peningkatan sistem informasi baru bila
diperlukan
System Development Lyfe Cycle (SDLC) adalah keseluruhan proses dalam
membangun sistem melalui beberapa langkah. Ada beberapa model SDLC. Model
yang cukup populer dan banyak digunakan adalah waterfall. Beberapa model lain
SDLC misalnya fountain, spiral, rapid, prototyping, incremental, build & fix, dan
synchronize & stabilize.
Dengan siklus SDLC, proses membangun sistem dibagi menjadi beberapa
langkah dan pada sistem yang besar, masing-masing langkah dikerjakan oleh tim
yang berbeda.
Dalam sebuah siklus SDLC, terdapat enam langkah. Jumlah langkah SDLC
pada referensi lain mungkin berbeda, namun secara umum adalah sama. Langkah
tersebut adalah
2
1. Analisis sistem, yaitu membuat analisis aliran kerja manajemen yang sedang
berjalan
2. Spesifikasi kebutuhan sistem, yaitu melakukan perincian mengenai apa saja
yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan membuat perencanaan
yang berkaitan dengan proyek system
3. Perancangan sistem, yaitu membuat desain aliran kerja manajemen dan
desain pemrograman yang diperlukan untuk pengembangan sistem informasi
4. Pengembangan sistem, yaitu tahap pengembangan sistem informasi dengan
menulis program yang diperlukan
5. Pengujian sistem, yaitu melakukan pengujian terhadap sistem yang telah
dibuat
6. Implementasi dan pemeliharaan sistem, yaitu menerapkan dan memelihara
sistem yang telah dibuat.
Siklus SDLC dijalankan secara berurutan, mulai dari langkah pertama
hingga langkah keenam. Setiap langkah yang telah selesai harus dikaji ulang,
kadang-kadang bersama expert user, terutama dalam langkah spesifikasi
kebutuhan dan perancangan sistem untuk memastikan bahwa langkah telah
dikerjakan dengan benar dan sesuai harapan. Jika tidak maka langkah tersebut
perlu diulangi lagi atau kembali ke langkah sebelumnya.
Kaji ulang yang dimaksud adalah pengujian yang sifatnya quality control,
sedangkan pengujian di langkah kelima bersifat quality assurance. Quality control
dilakukan oleh personal internal tim untuk membangun kualitas, sedangkan
quality assurance dilakukan oleh orang di luar tim untuk menguji kualitas sistem.
Semua langkah dalam siklus harus terdokumentasi. Dokumentasi yang baik akan
mempermudah pemeliharaan dan peningkatan fungsi system.
1.2 Sejarah System Development Lyfe Cycle (SDLC)
SDLC (Systems Development Life Cycle, Siklus Hidup Pengembangan
Sistem) atau Systems Life Cycle (Siklus Hidup Sistem), dalam rekayasa sistem
dan rekayasa perangkat lunak, adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem
serta model dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem-sistem
3
tersebut. Konsep ini umumnya merujuk pada sistem komputer atau informasi.
SDLC juga merupakan pola yang diambil untuk mengembangkan sistem
perangkat lunak, yang terdiri dari tahapan: rencana (planning), analisis (analysis),
desain (design), implementasi (implementation), uji coba (testing) dan
pengelolaan (maintenance). Dalam rekayasa perangkat lunak, konsep SDLC
mendasari berbagai jenis metodologi pengembangan perangkat lunak.
Metodologi-metodologi ini membentuk suatu kerangka kerja untuk perencanaan
dan pengendalian pembuatan sistem informasi, yaitu proses pengembangan
perangkat lunak. Terdapat 3 jenis metode siklus hidup sistem yang paling banyak
digunakan, yakni: siklus hidup sistem tradisional (traditional system life cycle),
siklus hidup menggunakan prototyping (life cycle using prototyping), dan siklus
hidup sistem orientasi objek (object-oriented system life cycle).
Pada pertengahan tahun 60-an terjadi kegagalan yang sangat besar dalam
penerapan aplikasi EDP (Electronic Data Processing) untuk sistem-sistem besar,
sebagian besar disebabkan tidak adanya pengembangan sistem. Sesudah
terjadinya kegagalan tersebut pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an, kesadaran
akan pentingnya metodologi pengembangan sistem mulai tumbuh. Sejak itulah
berbagai proposal metodologi mulai dibuat dan penerapan mereka mulai
kelihatan. Para desainer dari hampir semua bidang metodologi pengembangan
sistem informasi mempunyai pandangan yang sama, yaitu: mereka telah
mengetahui bahwa proses pengembangan sistem informasi, baik yang berdasarkan
komputer atau tidak, menyerupai dengan proses pengembangan sistem
engineering.
Hubungan dengan konstruksi dan operasi berbagai jenis gedung, mesin,
peralatan kimia yang merupakan contoh perkembangan sistem informasi
engineering, kita dapat meringkas tahap-tahap proses perkembangan tersebut
sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
2. Analisis (Analysis)
3. Desain (Design)
4. Pelaksanaan (Implementation)
4
5. Perawatan (Maintenance)
Dalam tahap perencanaan, kita mengumpulkan informasi tentang
permasalahan serta persyaratannya. Kemudian kita menentukan kriteria dan
pembatasan pemecahan, serta memberikan alternatif jalan keluarnya. Dalam tahap
analisis, kita menguji alternatif pemecahan berdasarkan kriteria dan batasan-
batasan. Analisis merupakan pusat dari semua proses perkembangan. Pendidikan
engineering kebanyakan berhubungan dengan pengajaran tentang cara
menganalisis. Unsur-unsur utama pada analisis yang dilakukan oleh para insinyur
adalah hukum-hukum alam, kaidah-kaidah ekonomi dan pengetahuan umum.
Tahap berikutnya yaitu desain, dapat dikatakan sebagai hasil dari sistem baru.
Tahap desain juga dapat dikatakan sebagai pemecahan yang optimum atas
sejumlah kebutuhan penting dari suatu set pada keadaan khusus atau sebagai
kegiatan kreativitas yang meliputi pembuatan barang baru dan berguna yang
belum pernah ada sebelumnya. Sistem yang tersusun dibentuk dan dioperasikan.
Perawatan dilakukan pada tiap sistem operasional.
Istilah daur hidup (life cycle) pada suatu sistem digunakan untuk
menjelaskan tahap-tahap perkembangan sistem, serta langkah-langkah dalam
proses perkembangannya. Untuk mengetahui proses sistem informasi dan proses
sistem engineering, ktai harus membandingkan daur hidup kedua sistem tersebut.
Dengan mengetahui daur hidup sistem informasi tahun 1960 sampai dengan tahun
1983, kita akan mengetahui perbedaannya. Daur hidup sistem informasi sangat
dekat dengan daur hidup yang terjadi dalam sistem engineering; perencanaan,
analisis, desain, pelaksanaan, dan perawatan. Proses perkembangan sistem
informasi merupakan proses engineering.
Meskipun selama hampir dua puluh tahun putaran sistem informasi, yang
kurang lebih berisi langkah-langkah yang sama, namun pemberian nama dan
dukungan pada langkah-langkah tersebut belum cukup untuk mengembangkan
sistem informasi yang baik. Kekurangan tersebut adalah bahwa pada tiap
perkembangan sistem engineering terdapat beberapa peralatan dan metodologi
yang digunakan secara paralel dengan daur hidup sistem tersebut. Kegagalan
dalam menentukan tuntutan dan peran serta pemakai dalam perkembangan sistem
5
juga penyebab lain dari kegagalan sistem informasi, demikian juga masalah
sulitnya memperoleh komputer dari produsen, staf yang tidak memenuhi syarat,
batas waktu yang tidak realistis dan manajemen yang tidak memadai.
Tahun 1960
1. Analisis sistem sekarang
2. Mengembangkan model konsep
3. Tes Model
4. Petunjuk instalasi baru
5. Instalasi keseluruhan
6. Sistem baru
Tahun 1970
1. Batasan definisi
2. Studi pemgamatan
3. Pengumpulan data dan analisis
4. Sistem desain
5. Rencana pelaksanaan
6. Pengembangan
7. Pengujian
8. Interupsi
9. Perawatan
Tahun 1980
1. Pengamatan awal
2. Studi kelayakan
3. Operasi dan sistem analis
4. Permintaan pemakai
5. Pendekatan dukungan teknik
6. Desain konsep
7. Evaluasi alternatif dan pelaksanaan
8. Spesifikasi sistem teknik
9. Perkembangan dukungan teknik
10. Spesifikasi aplikasi
6
11. Program aplikasi dan pengujian
12. Prosedur pemakai dan control
13. Rencana pelaksanaan
14. Rencana konversi
15. Pengujian system
16. Pelaksanaan konversi
17. Penekanan dan pencarian
18. Pengulangan pelaksanaan yang lalu
Tahun 1983
1. Definis masalah
2. Studi kelayaka
3. Analisis
4. Sistem desain
5. Desain keseluruhan
6. Pelaksanaan
7. Perawatan
Kesalahan interpretasi mengenai tahap-tahap perkembangan sistem di atas
adalah linier. Seolah olah semua fase dan tahap terlihat berderet secara berurutan.
Tetapi sebenarnya tidak demikian. Semua tahap pada proses perkembangan sistem
tersebut mempunyai sifat dasar yang iteratif yaitu pekerjaan pada suatu tahap
sering harus diulang-ulang, dan apapun yang dikerjakan pada suatu tahap
mungkin perlu dikoreksi secara keseluruhan.
Meskipun terdapat beberapa variasi diantara masing-masing tahap, metode
sistem klasik ternyata tidak cukup untuk menghasilkan sistem informasi yang
baik, kemudian sebagai tambahan pada penamaan tahap-tahap dari suatu daur
hidup sistem, kita harus mempunyai beberapa peralatan dan teknik baku untuk
mengembangkan sistem tersebut. Pada awal 70-an, beberapa peralatan dan
metodologi dikumpulkan dengan nama metodologi terstruktur atau metodologi
perkembangan sistem terstruktur atau metodologi analisis dan desain terstruktur.
Pada dasarnya metodologi-metodologi tersebut menyajikan peralatan dan teknik
7
tambahan kepada analis sistem, disamping ide tentang daur hidup sistem
informasi.
Dengan seiringnya perkembangan jaman maka sebuah sistem tentu tidak
selamanya dapat digunakan dengan baik. Untuk itu perlu ada perubahan terhadap
sistem tersebut baik dengan cara memperbaiki sistem yang lama ataupun jika
perlu untuk mengganti sistem yang lama. Ada beberapa hal yang mendasari hal
tersebut, antara lain:
a) Ada permasalahan pada sistem yang lama
Permasalahan yang dimaksud disini seperti adanya ketidakberesan pada
sistem yang lama sehingga hasilnya pun tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Contohnya: terdapat kesalahan-kesalahan baik yang disengaja ataupun tidak yang
menyebabkan data pada suatu perusahaan tidak dapat terjamin kebenarannya,
adanya kesempatan atau peluang anggota dari sistem tersebut untuk melakukan
kecurangan. Permasalahan yang lain juga dapat disebabkan oleh pertumbuhan
organisasi tersebut. Contohnya: pada sebuah perusahaan perdagangan yang
berkembang yang sebelumnya hanya sebatas dalam kota kini hingga nasional
bahkan internasional. Pertumbuhan organisasi (perusahaan) memaksa sistem yang
dimiliki sebelumnya harus disesuaikan dengan kebutuhan kerja dari perusahaan
tersebut, misalnya transaksi yang sebelumnya bersifat konvensional kini lebih
modern dengan memanfaatkan internet.
b) Untuk meraih kesempatan (opportunities)
Sebuah sistem harus diperbaiki atau dikembangkan juga disebabkan untuk
meraih kesempatan dari suatu organisasi atau perusahaan. Misalnya pada tingkat
manajer pada sebuah perusahaan dituntut untuk cepat menghasilkan suatu
kebijakan agar perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga
perusahaan tersebut memanfaatkan Sistem Pendukung Keputusan agar kebijakan
yang didapat lebih cepat.
c) Adanya instruksi-instruksi (directives)
Sistem harus diperbaharui atau dikembangkan juga disebabkan oleh faktor
eksternal seperti pemerintah. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah memaksa
8
sebuah perusahaan menggunakan sistem yang tidak bertentangan dengan
kebijakan tersebut.
Pengembangan atau pembuatan sebuah sistem tentu tidak memakan biaya
yang sedikit, sehingga organisasi harus secara bijak menentukan apakah sistem
yang digunakan masih layak untuk dipakai atau sudah harus dikembangkan atau
diganti. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat sebuah sistem
harus diperbaiki adalah : keluhan dari pelanggan, pengiriman barang yang sering
tertunda, pembayaran gaji yang terlambat, ketidakberesan keuangan, persediaan
barang yang terlalu tinggi, investasi yang tidak efisien, dan lain sebagainya.
1.3 Proses yang berkaitan dengan SDLC (System Development Lyfe Cycle)
Metode SDLC adalah metode yang menggunakan pendekatan sistem yang
disebut pendekatan air terjun ( waterfall approach ) dimana setiap tahapan sistem
akan dikerjakan secara berurut menurun dari perencanaan, analisa, desain,
implementasi, dan perawatan ( Aji Supriyanto, 2005: 272 )
Siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle /
SDLC) merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk menggambarkan tahapan
utama dan langkah-langkah di dalam tahapan tersebut untuk proses
pengembangannya. Siklus hidup pengembangan sistem, merupakan proses
evolusioner yang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informal
berbasis komputer. SDLC dilakukan dengan pendekatan sistem secara teratur dan
dilakukan secara top-down, oleh karenanya sering disebut pendekatan air terjun
(waterfall approach) bagi pengembangan dan penggunaan sistem.
Tahap-tahap siklus hidup sistem, empat yang pertama dinamakan siklus
hidup pengembangan sistem (system developmentlife cycle-SDLC). Tahap kelima,
tahap penggunaannya yang berlangsung sampai waktunya untuk merancang
sistem itu kembali. Siklus hidup sistem yang pertama dikelola oleh manajer unit
jasa informasi, dibantu oleh manajer dari analis sistem, pemrograman dan
operasional. Kecenderungan sekarang ditangani oleh tingkat yang lebih tinggi dan
lebih rendah.
9
Saat sistem memiliki nilai strategis atau mempengaruhi seluruh organisasi,
direktur utama atau komite eksekutif mungkin memutuskan untuk mengawasi
proyek pengembangannya. Ketika lingkup sistem menyempit dan fokusnya lebih
operasional, kemungkinan besar dipegang oleh yang lebih rendah seperti wakil
direktur utama, direktur bagian administrasi dan CIO. Banyak perusahaan
membuat suatu komite khusus. Jika tujuannya memberi petunjuk, pengarahan dan
pengendalian yang berkesinambungan, komite ini disebut komite pengarah.
Komite pengarah yang mengarahkan penggunaan sumberdaya computer
perusahaan disebut komite pengarah SIM.
10
BAB II
Anggota System Development Lyfe Cycle
Anggota tetap komite pengarah SIM melibatkan eksekutif tingkat tinggi.
Sedangkan anggota sementara meliputi manajer yang lebih rendah dan para
konsultan selama keahliannya dibutuhkan.Tugas dan fungsi utama komite
pengarah SIM:
a) Menetapkan kebijakan, yang memastikan dukungan computer untuk
mencapai tujuan strategis perusahaan;
b) Menjadi pengendali keuangan, dengan bertindak sebagai badan yang
berwenang memberi persetujuan bagi semua permintaan dana yang
berhubungan dengan komputer;
c) Menyelesaikan pertentangan, yang timbul sehubungan dengan prioritas
penggunaan komputer.
Dengan memusatkan manajemen siklus hidup sistem dalam komite
pengarah, diperoleh dua keuntungan, yaitu semakin besar kemungkinan
penggunaan komputer untuk mendukung aspek manajerial dan operasional
perusahaan serta semakin besar kemungkinan proyek-proyek berbasis komputer
mempunyai perencanaan dan pengendalian yang lebih baik.
Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh
manajemen puncak karena manajemen menginginkan untuk meraih kesempatan-
kesempatan yang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem yang lama atau sistem
yang lamamempunyai banyak kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki
(misalnya untuk meningkatkan efektifitas manajemen, meningkatkan
produktivitas atau meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada langganan).
Partisipasi dan keterlibatan manajemen puncak masih diharapkan untuk
keberhasilan sistem yang akan dikembangkan. Untuk itu manajemen puncak
dilengkapi dengan suatu tim penasehat yang disebut dengan komite pengarah
(steering commitee) yang umumnya dibentuk dari wakil-wakil pimpinan dari
masing-masing departemen pemakai sistem seperti misalnya manajer-manajer
11
departemen atau manajer-manajer divisi. Seringkali komite ini diketuai sendiri
oleh direktur utama.
Berikut merupakan anggota dari SDLC :
1. Manajemen
2. Akuntan
3. Komite pelaksanasistem informasi
4. Tim pengembangan proyek
5. Analisi system dan programmer
6. Pemain luar
12
BAB III
Tahapan dalam System Development Lyfe Cycle
Setiap pengembang mempunyai strategi yang berlainan, namun demikian,
pada dasarnya siklus hidup pengembangan sistem informasi terdapat 5 (lima)
tahapan, yaitu :
1) Perencanaan Sistem ( Systems Planning);
2) Analisis Sistem (System Analysis);
3) Perancangan Sistem (System Design);
4) Implementasi Sistem (System Implementation);
5) Penggunaan sistem (System Utilization )
3.1.1 Tahap Perencanaan Sistem
Perencanaan sistem merupakan tahap paling awal yang memberikan
pedoman dalam melakukan langkah selanjutnya. Perencanaan sistem menyangkut
estimasi dari kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerja dan dana yang dibutuhkan
untuk mendukung pengembangan sistem ini serta untuk mendukung operasinya
setelah diterapkan.
Perencanaan sistem dapat terdiri : perencanaan jangka pendek meliputi periode 1
s.d. 2 tahun dan perencanaan jangka panjang meliputi periode sampai dengan 5
tahun.
Perencanaan sistem biasanya ditangani oleh staf perencanaan sistem, bila tidak
ada dapat juga dilakukan oleh departemen sistem.
Proses Perencanaan Sistem dapat dikelompokkan dalam 3 proses utama yaitu :
a. Merencanakan proyek-proyek sistem yang dilakukan oleh staf perencana
sistem
b. Menentukan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan dan dilakukan
oleh komite pengarah.
c. Mendefinisikan proyek-proyek sistem dikembangkan dan dilakukan oleh
analis sistem.
13
Adapun langkah-langkah dalam tahap perencanaan sistem ini dapat tahap-
tahapnya meliputi :
a. Menyadari Masalah: kebutuhan adanya proyek Sistem informasi berbasis
komputer biasanya dirasakan oleh manajer perusahaan, non manajer dan
unsur-unsur dalam lingkungan perusahaan.
b. Mendefinisikan masalah: setelah sadar akan adanya masalah, manajer harus
memahaminya dengan baik agar dapat mengatasinya.
c. Menentukan tujuan sistem: manajer dan analis sistem mengembangkan
suatu daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi ole sistem untuk memuaskan
pemakai.
d. Mengidentifikasi kendala-kendala sistem: kendala-kendala ini penting
untuk diidentifikasi sebelum sistem benar-benar mulai dikerjakan.
e. Membuat studi kelayakan: studi kelayakan adalah suatu tinjauan sekilas
pada faktor-faktor utama yang akan mempengaruhi kemampuan sistem untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Kriteria kelayakan dalam hal ini
meliputi kelayakan :
Teknis: tersediakah perangkat keras dan perangkat lunak untuk
melaksanakan pemrosesan yang diperlukan ?
Pengembalian ekonomis: dapatkah sistem yang diajukan dinilai secara
keuangan dengan membandingkan kegunaan dan biayanya?
Pengembalian non ekonomis: dapatkah sistem yang diajukan dinilai
berdasarkan keuntungan-keuntungan yang tidak dapat diukur dengan
uang?
Hukum dan etika: akankah sistem yang diajukan beroperasi dalam
batasan hukum dan etika?
Operasional: akankah rancangan sistem seperti itu akan didukun oleh
orang-orang yang menggunakannya?
Jadwal: mungkinkah menerapkan sistem dalam kendala waktu yang
ditetapkan?
14
f. Mempersiapkan usulan penelitian sistem: jika sistem dan proyek layak,
diperlukan penelitian sistem yang menyeluruh. Penelitian siste (system study)
akan memberikan dasar yang terinci untuk rancangan sistem baru. Analis
akan menyiapkan usulan penelitian sistem yan memberikan dasar bagi
manajer untuk menentukan perlu tidaknya pengeluaran untuk analis.
g. Menyetujui atau menolak penelitian proyek: manajer dan komite pengarah
menimbang pro dan kontra dari proyek dan rancangan sistem yang diusulkan,
serta menentukan apakah perlu diteruskan atau tidak.
h. Menetapkan mekanisme pengendalian: sebelum proyek dimulai perlu
ditetapkan mekanisme pengendaliannya. Jumlah waktu yang diperlukan
dinyatakan dalam orang-bulan. Setelah proyek jalan perlu dimonitor.
Berbagai teknik dokumentasi yang dapat digunakan antara lain: tabel, grafik,
diagram jaringan (network diagram: PERT dan CPM).
Proses pengembangan sistem dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Proses Pengembangan Sistem
15
Dengan telah dikembangkannya sistem yang baru, maka diharapkan akan
terjadi peningkatan-peningkatan di sistem yang baru. Peningkatan-peningkatan ini
berhubungan dengan :
Performance (kinerja), peningkatan terhadap kinerja (hasil kerja) sistem
yang baru sehingga menjadi lebih efektif. Kinerja dapat diukur dari
throughput dan response time. Throughput adalah jumlah dari pekerjaan yang
dapat dilakukan suatu saat tertentu. Response time adalah rata-rata waktu
yang tertunda diantara dua transaksi atau pekerjaan ditambah dengan waktu
response untuk menanggapi pekerjaan tersebut.
Information (informasi), peningkatan terhadap kualitas informasi yang
disajikan.
Economy (ekonomis), peningkatan terhadap manfaat-manfaat atau
keuntungankeuntungan atau penurunan-penurunan biaya yang terjadi.
Control (pengendalian), peningkatan terhadap pengendalian untuk
mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan serta kecurangan-
kecurangan yang dan akan terjadi.
Efficiency (efisiensi), peningkatan terhadap efisiensi operasi. Efisiensi
berbeda dengan ekonomis. Bila ekonomis berhubungan dengan jumlah
sumber daya yang digunakan, efisiensi berhubungan dengan bagaimana
sumber daya tersebut
3.1.2 Tahap Analisis Sistem
Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan-
kesempatan, hambatan-hambatan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan-perbaikan.
Tahap analisis merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena
kesalahan didalam tahap ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap
selanjutnya
16
Langkah-langkah di dalam tahap analisis sistem hampir sama dengan
langkah-langkah yang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyek sistem
yang akan dikembangkan di tahap perencanaan sistem. Perbedaannya pada
analisis sistem ruang lingkup tugasnya lebih terinci. Didalam tahap analisis
sistem terdapat langkah-langkah dasar yang harus dilakukan oleh Analis Sistem
Yaitu :
a. Identify, yaitu mengidentifikasikan masalah, mengindentifikasikan penyebab
masalah; mengidentifikasikan titik keputusan; mengidentifikasikan personil-
personil kunci.
b. Understand, yaitu memahami kerja dari sistem yang ada, menentukan jenis
penelitian; merencanakan jadual penelitian; Mengatur jadual wawancara;
Mengatur jadual observasi; Mengatur jadual pengambilan sampel; Membuat
penugasan penelitian; Membuat agenda wawancara; Mengumpulkan hasil
penelitian
c. Analyze, Yaitu Menganalis Sistem, Menganalisis kelemahan Sistem;
Menganalisis kebutuhan Informasi pemakai / manajemen.
d. Report, Yaitu membuat laporan hasil analisis yang tujuannya : Memberi
laporan bahwa analisis telah selesai dilakukan; Meluruskan kesalah-
pengertian mengenai apa yang telah ditemukan dan dianalisis oleh analis
sistem tetapi tidak sesuai menurut manajemen; Meminta pendapat-pendapat
dan saran-saran dari pihak manajemen; Meminta persetujuan kepada pihak
manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Adapun Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya
meliputi :
a. Mengumumkan Penelitian Sistem: untuk mengurangi kekuatiran akan
adanya aplikasi komputer baru, kiranya perlu dikomunikasikan dengan cara :
alasan perusahaan melaksanakan proyek; dan bagaimana sistem baru
menguntungkan perusahaan dan para karyawan.
b. Mengorganisasikan tim proyek: sebaiknya pemimpin proyek adalah
spesialis informasi, jangan pemakai.
17
c. Mendefinisikan kebutuhan pemakai: pengumpulan informasi kebutuhan
pemakai dapat dilakukan dengan: wawancara perorangan, pengamatan,
pencarian catatan dan survei. Wawancara lebih disukai, karena: (1) adanya
komunikasi dua arah dan pengamatan terhadap bahasa tubuh; (2)
meningkatkan antusiasme pada proyek baik dari pihak spesialis, maupun
pemakai; (3) dapat menjalin kepercayaan antara pemakai dan spesialis
informasi; (4) memberi kesempatan bagi peserta proyek kalau ada perbedaan
pandangan. Dokumentasinya dapat berupa flowchart, diagram arus data (data
flow diagram), dan grafik serta penjelasan naratif dari proses dan data. Semua
dokumentasi ini yang menjelaskan sistem ini disebut kamus proyek.
d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem: setelah kebutuhan informasi
didefinisikan, langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secara tepat
kriteria kinerja sistem. Contoh, manajer pemasaran menetapkan kriteria
laporan biaya bulanan sbb: (1) laporan disiapkan dalam kertas dan tampilan;
(2) laporan disediakan tidak lebih dari tiga hari setelah akhir bulan; (3)
laporan harus membandingkan pendapatan dan biaya aktual dengan anggaran.
e. Menyiapkan usulan rancangan: analis sistem memberikan kesempatan bagi
manajer untuk membuat keputusan teruskan/hentikan untuk kedua kalinya.
Manajer harus menyetujui tahap rancangan dan dukungan bagi keputusan itu
termasuk usulan rancangan.
f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek: manajer dan komite
pengarah SIM mengevaluasi usulan rancangan dan menentukan apakah
disetujui atau tidak.
3.1.3 Tahap Perancangan Sistem
Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem telah
mendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba waktunya
sekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk sistem
tersebut. Tahap ini disebut dengan perancangan sistem (system design ). Tahap
perancangan sistem ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk memenuhi
kebutuhan kepada pemakai sistem; untuk memberikan gambaran yang jelas dan
18
rancang bangun yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik
lainnya yang terlibat. Tahap perancangan sistem merupakan tahap penentuan
proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Untuk sistem berbasis
komputer biasanya dalam rancangan ada spesifikasi jenis peralatan yang akan
digunakan.
Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya
meliputi :
a. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci: analis bekerja sama dengan
pemakai dan mendokumentasikan rancangan sistem baru dengan alat-alat
yang telah dijelaskan dalam modul teknis. Penggambaran dilakukan dari yang
besar dan secara bertahap secara rinci dengan pendekatan top-down dan ini
biasanya dilakukan untuk rancangan terstruktur (structured design).
b. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis harus
mengidentifikasikan konfigurasi (bukan merek atau model) peralatan
komputer yang akan memberikan hasil terbaik bagi sistem untuk
menyelesaikan pemrosesan.
c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis bekerja
bersama manajer mengevaluasi berbagai alternatif dan dipilih yang paling
memungkinkan subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengan kendala-kendala
yang ada.
d. Memilih konfigurasi yang terbaik: analis mengevaluasi semua konfigurasi
subsistem dengan menyesuaikan kombinasi peralatan sehingga semua
subsistem menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelah dianalisis kemudian
direkomendasikan kepada manajer untuk disetujui. Persetujuan dilakukan
oleh Komite pengarah SIM.
e. Menyetujui usulan penerapan: analisis menyiapkan usulan penerapan yang
mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harus dilakukan, keuntungan
yang diharapkan dan biayanya.
f. Menyetujui atau menolak penerapan sistem: jika keuntungan dari sistem
melebihi biayanya, penerapan akan disetujui.
19
3.1.4 Tahap Implementasi Sistem
Setelah dianalisis dan dirancang secara rinci dan teknologi telah diseleksi
dan dipilih. Tiba saatnya , sistem untuk diimplementasikan. Tahap implementasi
system merupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan.
Tahap ini termasuk juga kegiatan menulis kode program jika tidak digunakan
paket perangkat lunak aplikasi.
Implementasi sistem merupakan kegiatan untuk memperoleh dan
mengintegrasikan sumberdaya fisik dan konseptual yang menghasilkan suatu
sistem yang bekerja.
Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini meliputi :
a. Merencanakan penerapan: sebelum sistem baru digunakan, manajer dan
spesialis informasi memahami dengan baik pekerjaan yang diperlukan untuk
menerapkan rancangan sistem.
b. Mengumumkan penerapan: proyek penerapan diumumkan kepada para
pegawai dengan cara yang sama seperti penelitian sistem. Tujuannya untuk
menginformasikan pegawai mengenai keputusan untuk menerapkan sistem
baru dan meminta kerjasama pegawai.
c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras: rancangan sistem disediakan
bagi para pemasok berbagai jenis peralatan komputer yang terdapat pada
konfigurasi yang disetujui. Setiap pemasok diberikan request for proposal
(RFP).
d. Mendapatkan sumberdaya perangkat lunak: dapat membuat sendiri oleh
programmer dari dokumen yang disiapkan analis sistem atau menggunakan
perangkat lunak aplikasi jadi (prewritten application soft ware).
e. Menyiapkan database: DBA bertanggungjawab untuk semua kegiatanyang
berhubungan dengan data, dan ini mencakup persiapan database.
f. Menyiapkan fasilitas fisik: fasilitas di sini adalah lantai yang ditinggikan,
pengendalian suhu ruangan dan kelembaban khusus, keamanan, peralatan
pendeteksi api dan pemadam kebakaran, dsb.
g. Mendidik peserta dan pemakai: baik peserta (operator pemasukan data,
pegawai coding, dan administrasi) dan pemakai harus dididik tentang peran
20
mereka dalam sistem. Pendidikan sebaiknya setelah siklus hidup dimulai,
tepat sebelum bahan-bahan yang dipelajari mulai diterapkan.
h. Masuk ke sistem baru: proses menggantikan sistem lama ke sistem baru
disebut cutover. Ada 4 pendekatan dasar: percontohan (pilot project),
serentak, bertahap, dan paralel.
3.1.5 Tahap Penggunaan Sistem
Pada tahap ini terdiri dari 3 langkah , langkah – langkah penggunaan
sistem ( System Implementation ) adalah :
a. Menggunakan sistem. Pemakai menggunakan sistem untuk mencapai tujuan
yang diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
b. Audit sistem. Penelitian apakah sistem baru memenuhi kriteria kinerja. Studi
ini disebut “penelaahan setelah penerapan” (post implementation).
c. Memelihara sistem. Selama manajer menggunakan sistem, berbagai
modifikasi dibuat sehingga sistem terus memberikan dukungan yang
diperlukan. Modifikasi ini disebut pemeliharaan sistem. Ada tiga alasan
untuk pemeliharaan : Memperbaiki kesalahan; Menjaga kemutakhiran
sistemdan Meningkatkan sistem.
21
BAB IV
System Development Lyfe Cycle Model
4.1 Waterfall Model
4.1.1 Pengertian Waterfall Model
Waterfall model adalah model klasik dalam pembuatan software
engineering. model ini pertama kali di perkenalkan oleh winston royce pada
tahun 1970. model ini sering disebut dengan classic life cycle. model ini
menggunakan pendekatan yang berurutan dan sistematis sehingga proses
pengerjaannya haruslah langkah demi langkah dan harus menunggu
selesainya tahap sebelumnya.
Metode waterfall adalah suatu proses pembuatan situs web secara
terstruktur dan berurutan dimulai dari penentuan masalah, analisa
kebutuhan, perancangan implementasi, untegrasi, uji coba sistem,
penempatan situs web dan pemeliharaan. Pembuatan situs web dengan
metode ini sangat cocok dilakukan pada situs web berskala besar karena
menyangkut manajemen dan sistem yang rumit.
Metode ini membutuhkan pendekatan sistematis dan sekuensial dalam
pengembangan perangkat lunak dan biasanya disebut juga dengan classic
life cycle, dimulai dari tingkat sistem dan kemajuan melalui analisis, desain,
coding, testing dan pemeliharaan.
Tahap – tahap pengembangan waterfall model adalah :
1. Analisis dan definisi persyaratan
Pelayanan, batasan, dan tujuan sistem ditentukan melalui konsultasi
dengan user.
2. Perancangan sistem dan perangkat lunak
Kegiatan ini menentukan arsitektur sistem secara keseluruhan.
3. Implementasi dan pengujian unit
Perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian
program.
4. Integrasi dan pengujian system
22
Unit program diintegrasikan atau diuji sebagai sistem yang lengkap
untuk menjamin bahwa persyaratan sitem telah terpenuhi
5. Operasi dan pemeliharaan
Merupakan fase siklus yang paling lama. Sistem diinstall dan dipakai.
Perbaikan mencakup koreksi dari berbagai error, perbaikan dan
implementasi unit sistem dan pelayanan sistem.
4.1.2 Diagram Waterfall Model
Gambar 4.1 Diagram Waterfall Model
Penjelasan tahap-tahap waterfall model adalah sebagai berikut:
1) Perancangan Sistem (System Enginering)
Perancangan sistem sangat diperlukan, karena piranti lunak
biasanya merupakan bagian dari suatu sistem yang lebih besar.
Pembuatan sebuah piranti lunak dapat dimulai dengan melihat
dan mencari apa yang dibutuhkan oleh sistem. Dari kebutuhan
sistem tersebut akan diterapkan kedalam piranti lunak yang
dibuat.
23
2) Analisa Kebutuhan Piranti Lunak (Software Requirement
Analysis)
Merupakan proses pengumpulan kebutuhan piranti lunak. Untuk
memahami dasar dari program yang akan dibuat, seorang analisis
harus mengetahui ruang lingkup informasi, fungsi-fungsi yang
dibutuhkan, kemampuan kinerja yang ingin dihasilkan dan
perancangan antarmuka pemakai piranti lunak tersebut.
3) Perancangan (Design)
Perancangan piranti lunak merupakan proses bertahap yang
memfokuskan pada empat bagian penting, yaitu: Struktur data,
arsitektur piranti lunak, detil prosedur, dan karakteristik antar
muka pemakai.
4) Pengkodean (Coding)
Pengkodean piranti lunak merupakan proses penulisan bahasa
program agar piranti lunak tersebut dapat dijalankan oleh mesin.
5) Pengujian (Testing)
Proses ini akan menguji kode program yang telah dibuat dengan
memfokuskan pada bagian dalam piranti lunak. Tujuannya untuk
memastikan bahwa semua pernyataan telah diuji dan memastikan
juga bahwa input yang digunakan akan menghasilkan output yang
sesuai.
Pada tahap ini pengujian ini dibagi menjadi dua bagian, pengujian
internal dan pengujian eksternal. Pengujian internal bertujuan
menggambarkan bahwa semua statement sudah dilakukan
pengujian, sedangkan pengujian eksternal bertujuan untuk
menemukan kesalahan serta memastikan output yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan.
6) Pemeliharaan (Maintenance)
Proses ini dilakukan setelah piranti lunak telah digunakan oleh
pemakai atau konsumen. Perubahan akan dilakukan jika terdapat
kesalahan, oleh karena itu piranti lunak harus disesuaikan lagi
24
untuk menampung perubahan kebutuhan yang diinginkan
konsumen.
4.1.3 Karakteristik Waterfall Model
Karakteristik yang ada pada model waterfall ini adalah proses
pengembangan software akan dilakukan dengan cara berurutan (sequential)
yang diawali dari proses perencenaan, pemodelan, konstruksi software , lalu
penyerahan kepada client(user). namun ada beberapa problem yang muncul
dari waterfall model ini, dyaitu jika terjadi kesalahan maka proses tidak
akan berlanjut ke tahap selanjutnya sampai kesalahan yang terjadi telah
dibenahi dengan baik. model ini juga menjadi dasar atas terbentuknya
model-model yang lain.
4.1.4 Kelebihan Waterfall Model
1. Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan
oleh pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus
pada tahapan tertentu.
2. Document pengembangan system sangat terorganisir, karena
setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah
ke fase berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai
dokumen tertentu.
3. Metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong
kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu,
metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui
dengan baik.
4. Merupakan model pengembangan paling handal dan paling lama
digunakan.
5. Cocok untuk system software berskala besar.
6. Cocok untuk system software yang bersifat generic.
7. Pengerjaan project system akan terjadwal dengan baik dan mudah
dikontrol
25
4.1.5 Kekurangan Waterfall Model
1. Waktu pengembangan lama. hal ini dikarenakan input tahap
berikutnya adalah output dari tahap sebelumnya. Jika satu tahap
waktunya molor, maka waktu keseluruhan pengembangan juga ikut
molor.
2. Biaya juga mahal, hal ini juga dikarenakan waktu pengembangan
yang lama
3. Terkadang perangkat lunak yang dihasilkan tidak akan digunakan
karena sudah tidak sesuai dengan requirement bisnis customer. hal
ini juga dikarenakan waktu pengembangan yang lama. selain itu
dikarenakan waterfall merupakan aliran yang linear, sehingga jika
requirement berubah proses tidak dapat diulang lagi.
4. Karena tahap-tahapan pada waterfall tidak dapat berulang, maka
model ini tidak cocok untuk pemodelan pengembangan sebuah
proyek yang memiliki kompleksitas tinggi.
5. Meskipun waterfall memiliki banyak kelemahan yang dinilai cukup
fatal, namun model ini merupakan dasar bagi model-model lain
yang dikembangkan setelahnya.
6. Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak
dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk.
7. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui
sejak awal pengembangan yang berakibat pada tahapan
selanjutnya.
8. Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga
tidak dapat mengakomodasi ketidak pastian pada saat awal
pengembangan.
9. Pelanggan harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan
dimulai ketika tahap desain sudah selesai. Sedangkan pada tahap
sebelum desain bisa memakan waktu yang lama.
26
10. Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti
pada teori. Iterasi sering terjadi menyebabkan masalah baru.
4.2 Iterative/Incremental Model
4.2.1 Pengertian Iterative/Incremental Model
Model incremental adalah menggabungkan elemen-elemen model
sekuensial linier (diimplementasikan secara berulang) dengan filosofi
prototype interatif. Model ini memakai urutan-urutan linier di dalam
model yang membingungkan, seiring dengan laju waktu kalender.
Setiap urutan linier menghasilkan pertambahan perangkat lunak yang
kemudian dapat disampaikan kepada pengguna.
4.2.2 Diagram Iterative/Incremental Model
Gambar 4.2 Diagram Iterative/Incremental Model
Penjelasan tahap-tahap Iterative/Incremental l model adalah sebagai
berikut:
27
1. Requirement , Requirment adalah proses tahapan awal yang
dilakukan pada incremental model adalah penentuan kebutuhan
atau analisis kebutuhan.
2. Specification, Specification adalah proses spesifikasi dimana
menggunakan analisis kebutuhan sebagai acuannya.
3. Architecture Design, adalah tahap selanjutnya, perancangan
software yang terbuka agar dapat diterapkan sistem pembangunan
per-bagian pada tahapan selanjutnya.
4. Code setelah melakukan proses desain selanjutnya ada
pengkodean.
5. Test merupakan tahap pengujian dalam model ini.
4.2.3 Karakteristik Iterative/Incremental Model
1. Cocok untuk proyek berukuran kecil (tidak lebih dari 200.000
baris coding)
2. Mungkin terjadi kesulitan untuk memetakan kebutuhan pengguna
ke dalam rencana spesifikasi masing-masing hasi increment.
4.2.4 Kelebihan Iterative/Incremental Model
1. Merupakan model dengan manajemen yang sederhana.
2. Bersifat interatif atau perulangan.
3. mampu mengakomodasi perubahan secara fleksibel.
4. prioritas tinggi pada pelayanan system adalah yang paling diuji.
5. Produk yang dihasilkan semakin lama semakin lengkap, hingga
versi akhir dari sebuah produk akan dianggap paling lengkap dan
sempurna karena mengalami perbaikan yang berkesinambungan.
6. Model ini cocok jika jumlah anggota tim pengembangan /
pembangunan software terbatas
7. Pelanggan dapat memakai inkremen yang pertama sebagai bentuk
prototype dan mendapatkan pengalaman yang dapat
menginformasikan persyaratan untuk inkremen system berikutny
28
8. Resiko untuk kegagalan proyek secara keseluruhan lebih rendah.
Walaupun masalah dapat ditemukan pada beberapa inkremen,
bias saja beberapa inkremen diserahkan dengan sukses kepada
pelanggan.
4.2.5 Kekurangan Iterative/Incremental Model
1. Inkremen harus relative lebih kecil (tidak lebih dari 20.000 baris
kode) dan setiap inkremen harus menyediakan sebagian dari
fungsional system
2. Adanya kesulitan untuk memetakan persyaratan pelanggan pada
inkremen dengan ukuran yang benar
3. Butuh waktu yang relatif lebih lama untuk menghasilkan produk
yang lengkap.
4.3 Spiral Model
4.3.1 Pengertian Spiral model
Spiral Model adalah suatu model tentang tahapan pembuatan suatu
perangkat lunak, spiral model ini adalah salah satu dari model revolusioner,
model spiral merangkai sifat interatif yaitu sifat yang ditandai yang
memungkinkan untuk mengembangkan versi dari suatu perangkat lunak
secara bertahap untuk menghasilkan perangkat lunak yang lebih lengkap
atau lebih sempurna dan terkontrol.
Model Spiral memiliki beberapa tahapan dalam proses pembuatan
perangkat lunak. Prosesnya antara lain yaitu Proses Komunikasi Pelanggan,
kemudian Proses Perencanaan, kemudian Proses Analisis Resiko, kemudian
Proses Perekayasaan, kemudian Proses Konstruksi dan Peluncuran,
kemudian Evaluasi Pelanggan dan akan berulang kembali jika pelanggan
menginginkan pengembangan untuk perangkat lunak yang dia inginkan.
29
4.3.2 Diagram Spiral model
Gambar 4.3 Diagram Spiral Model
Penjelasan tahap-tahap Spiral model adalah sebagai berikut:
1. Tahap Liason: pada tahap ini membangun komunikasi yang efektif
di antara pengembangan dan pelanggan.
2. Tahap Planning (perencanaan): pada tahap ini ditentukan sumber-
sumber informasi, batas waktu dan informasi-informasi yang dapat
menjelaskan proyek.
3. Tahap Analisis Resiko: mendefinisikan resiko, menentukan apa
saja yang menjadi resiko baik teknis maupun manajemen.
4. Tahap Rekayasa (engineering): pembuatan prototipe atau
pembangunan satu atau lebih representasi dari aplikasi tersebut
5. Tahap Konstruksi dan Pelepasan (release): pada tahap ini
dilakukan pembangunan perangkat lunak yang dimaksud, diuji,
diinstal dan diberikan sokongan-sokongan tambahan untuk
keberhasilan proyek.
6. Tahap Evaluasi: Pelanggan/pemakai/pengguna biasanya
memberikan masukan berdasarkan hasil yang didapat dari tahap
engineering dan instalasi.
30
4.3.3 Karakteristik Spiral model
1. Pada model spiral, resiko sangat dipertimbangkan.
2. Resiko adalah sesuatu yang mungkin mengakibatkan kesalahan.
3. Model spiral merupakan pendekatan yang realistik untuk PL
berskala besar.
4. Pengguna dan pembangun bisa memahami dengan baik software
yang dibangun
5. karena setiap kemajuan yang dicapai selama proses dapat diamati
dengan baik.
6. Namun demikian, waktu yang cukup panjang mungkin bukan
pilihan bagi pengguna, karena waktu yang lama sama dengan
biaya yang lebih besar.
4.3.4 Kelebihan Spiral model
1. Tim dapat bekerja pada keseluruhan daur hidup (Analisis, Desain,
Implementasi, Pengujian) daripada hanya menghabiskan bertahun
– tahun untuk sebuah aktivitas.
2. Pelanggan dapat memberikan umpan balik secara cepat dan
berkala untuk mengetahui masalah yang mungkin ada sepanjang
pengembangan.
3. Penanggulangan resiko dapat dilakukan secara dini. Iterasi yang
berisiko dapat dilakukan lebih dulu (contoh : penggunaan
teknologi baru).
4. Skala dan kompleksitas dari pekerjaan dapat diketahui lebih
dahulu.
5. Perubahan teknologi dapat disesuaikan dengan lebih mudah.
6. Rilis perangkat lunak secara berkala menaikkan moral (semangat
kerja).
7. Status dari proyek dapat diketahui dengan lebih akurat.
31
4.3.5 Kekurangan Spiral model
1. Proses ini biasanya digabungkan dengan RAD (Rapid Application
Development) yang seringkali dianggap sebagai peta hacker
(hacker’s charter).
2. Proses ini lebih sulit untuk dikelola.
4.4 V Model
4.4.1 Pengertian V model
Model ini merupakan perluasan dari model waterfall. Disebut sebagai
perluasan karena tahap-tahapnya mirip dengan yang terdapat dalam model
waterfall. Jika dalam model waterfall proses dijalankan secara linear, maka
dalam model V proses dilakukan bercabang. Dalam model V ini
digambarkan hubungan antara tahap pengembangan software dengan tahap
pengujiannya.
4.4.2 Diagram V model
Gambar 4.4 Diagram V Model
Penjelasan tahap-tahap V model adalah sebagai berikut:
1. Requirement Analysis & Acceptance Testing
Tahap Requirement Analysis sama seperti yang terdapat dalam
model waterfall. Keluaran dari tahap ini adalah dokumentasi
kebutuhan pengguna.
32
Acceptance Testing merupakan tahap yang akan mengkaji apakah
dokumentasi yang dihasilkan tersebut dapat diterima oleh para
pengguna atau tidak.
2. System Design & System Testing
Dalam tahap ini analis sistem mulai merancang sistem dengan
mengacu pada dokumentasi kebutuhan pengguna yang sudah
dibuat pada tahap sebelumnya. Keluaran dari tahap ini adalah
spesifikasi software yang meliputi organisasi sistem secara
umum, struktur data, dan yang lain. Selain itu tahap ini juga
menghasilkan contoh tampilan window dan juga dokumentasi
teknik yang lain seperti Entity Diagram dan Data Dictionary.
3. Architecture Design & Integration Testing
Sering juga disebut High Level Design. Dasar dari pemilihan
arsitektur yang akan digunakan berdasar kepada beberapa hal
seperti: pemakaian kembali tiap modul, ketergantungan tabel
dalam basis data, hubungan antar interface, detail teknologi yang
dipakai.
4. Module Design & Unit Testing
Sering juga disebut sebagai Low Level Design. Perancangan
dipecah menjadi modul-modul yang lebih kecil. Setiap modul
tersebut diberi penjelasan yang cukup untuk memudahkan
programmer melakukan coding. Tahap ini menghasilkan
spesifikasi program seperti: fungsi dan logika tiap modul, pesan
kesalahan, proses input-output untuk tiap modul, dan lain-lain.
5. Coding
Dalam tahap ini dilakukan pemrograman terhadap setiap modul
yang sudah dibentuk.
4.4.3 Karakteristik V model
Model prosedural digunakan untuk pengembangan aplikasi oleh IT-
sistem ukuran yang paling beragam dan kompleksitas. Untuk menghasilkan
33
dengan penyelesaian proyek-proyek kecil dan menengah tidak ada
pengeluaran tambahan terlalu besar, V-model untuk kondisi proyek caper
ukuran, yang mengurangi jumlah kegiatan dan produk dengan ukuran yang
diperlukan, mendefinisikan. Satu panggilan prosedur dari adaptasi dari
model V-pada proyek-spesifik kebutuhan Menjahit.
4.4.4 Kelebihan V model
1. Bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan konsep V model
menggunakan bahasa formal. Contoh : dengan menggunakan
objek model ataupun frame-frame • Meminimalisasikan kesalahan
pada hasil akhir karena ada test pada setiap prosesnya
2. Penyesuaian yang cepat pada projek yang baru
3. Memudahkan dalam pembuatan dokumen projek
4. Biaya yang murah dalam perawatan dan modifikasinya
5. V Model sangat fleksibel. V Model mendukung project tailoring
dan penambahan dan pengurangan method dan tool secara
dinamik. Akibatnya sangat mudah untuk melakukan tailoring
pada V Model agar sesuai dengan suatu proyek tertentu dan
sangat mudah untuk menambahkan method dan tool baru atau
menghilangkan method dan tool yang dianggap sudah obsolete.
6. V Model dikembangkan dan di-maintain oleh publik. User dari V
Model berpartisipasi dalam change control board yang
memproses semua change request terhadap V Model.
4.4.5 Kekurangan V model
1. Aktifitas V-Model hanya difokuskan pada projectnya saja, bukan
pada keseluruhan organisasi. V-Model adalah proses model yang
hanya dikerjakan sekali selama project saja, bukan keseluruhan
organisasi.
34
2. Prosesnya hanya secara sementara. Ketika project selesai,
jalannya proses model dihentikan. Tidak berlangsung untuk
keseluruhan organisasi.
3. Metode yang ditawarkan terbatas. Sehingga kita tidak memiliki
cara pandang dari metode yang lain. Kita tidak memiliki
kesempatan untuk mempertimbangkan jika ada tools lain yang
lebih baik.
4. Toolnya tidak selengkap yang dibicarakan. SDE (Software
Development Environment).Tidak ada tools untuk hardware di V-
Model. Tool yang dimaksud adalah “software yang mendukung
pengembangan atau pemeliharaan / modifikasi dari system IT.
5. V Model adalah model yang project oriented sehingga hanya bisa
digunakan sekali dalam suatu proyek.
6. V Model terlalu fleksibel dalam arti ada beberapa activity dalam
V Model yang digambarkan terlalu abstrak sehingga tidak bisa
diketahui dengan jelas apa yang termasuk dalam activity tersebut
dan apa yang tidak.
4.5 Big Bang Model
4.5.1 Pengertian Big Bang model
Model Big Bang-adalah salah satu di mana kita menempatkan
sejumlah besar materi (orang atau uang) diletakkan bersama-sama, banyak
energi yang dikeluarkan - seringkali dengan kekerasan - dan keluar datang
produk software yang sempurna atau tidak. Keindahan dari model ini adalah
bahwa hal itu sederhana. Ada sedikit perencanaan, penjadwalan, atau proses
pembangunan Formal. Semua upaya yang dihabiskan mengembangkan
perangkat lunak dan menulis kode. Ini dan proses ideal jika persyaratan
produk yang tidak dipahami dengan baik dan tanggal rilis final fleksibel. Ini
juga penting untuk memiliki pelanggan yang fleksibel, juga, karena mereka
tidak akan tahu apa yang mereka mendapatkan sampai akhir.
35
Model ini merupakan model yang paling sederhana dalam bentuk. Hal
ini membutuhkan sedikit perencanaan, banyak program dan banyak dana.
Model ini dikonseptualisasikan sekitar big bang alam semesta. Sebagai
ilmuwan mengatakan bahwa setelah banyak big bang dari galaksi, planet
dan bintang berevolusi hanya sebagai acara. Demikian juga, jika kita
mengumpulkan banyak program dan dana, Anda dapat mencapai produk
perangkat lunak terbaik.
4.5.2 Diagram Big Bang model
Gambar 4.5 Diagram Big Bang Model
4.5.3 Karakteristik Big Bang model
1. Model big bang terdiri dari memfokuskan semua sumber daya
yang mungkin dalam pengembangan perangkat lunak dan coding,
dengan perencanaan yang sangat sedikit atau tidak ada.
Persyaratan dipahami dan diimplementasikan sebagai mereka
datang. Setiap perubahan yang diperlukan mungkin atau mungkin
tidak perlu merubah software lengkap.
2. Model ini sangat ideal untuk proyek-proyek kecil dengan satu
atau dua pengembang bekerja sama dan juga berguna untuk
proyek-proyek akademis atau praktek. It.s model yang ideal untuk
produk di mana persyaratan tidak dipahami dengan baik dan
tanggal rilis akhir tidak diberikan.
36
4.5.4 Kelebihan Big Bang model
Keuntungan dari Big Bang adalah bahwa big bang model sangat
sederhana dan mudah diimplementasikan. Model ini memerlukan
perencanaan yang sangat sedikit atau tidak ada. Tidak ada prosedur formal
yang diperlukan sebelum memulai proyek apapun sehingga model ini
mudah untuk dikelola. Big bang model sangat ideal untuk proyek-proyek
berulang atau kecil dengan risiko minimal.
4.5.5 Kekurangan Big Bang model
Karena tidak ada pra perencanaan diperlukan sebelum memulai
proyek tersebut maka model Big Bang adalah model yang berisiko sangat
tinggi. Selain itu jika perubahan persyaratan atau persyaratan disalahpahami
bahkan dapat menyebabkan pembalikan lengkap atau gesekan proyek.
4.6 Agile Model
4.6.1 Pengertian Agile Model
Agile Development Methods adalah sekelompok metodologi
pengembangan perangkat lunak yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang
sama atau pengembangan sistem jangka pendek yang memerlukan adaptasi
cepat dari pengembang terhadap perubahan dalam bentuk apapun. Agile
development methods merupakan salah satu dari Metodologi pengembangan
perangkat lunak yang digunakan dalam pengembangan perangkat lunak.
Agile memiliki pengertian bersifat cepat, ringan, bebas bergerak, dan
waspada. Sehingga saat membuat perangkat lunak dengan menggunakan
agile development methods diperlukan inovasi dan responsibiliti yang baik
antara tim pengembang dan klien agar kualitas dari perangkat lunak yang
dihasilkan bagus dan kelincahan dari tim seimbang.
37
4.6.2 Diagram Agile Model
Gambar 4.6 Diagram Agile Model
4.6.3 Karakteristik Agile Model
1. Agile didasarkan pada metode pengembangan perangkat lunak
adaptif di mana sebagai model tradisional SDLC seperti model air
terjun didasarkan pada pendekatan prediktif.
2. Agile menggunakan pendekatan adaptif di mana tidak ada
perencanaan yang rinci dan ada kejelasan tentang tugas-tugas di
masa depan hanya dalam hal fitur apa perlu dikembangkan. Ada
pengembangan fitur didorong dan tim menyesuaikan dengan
perubahan kebutuhan produk dinamis. Produk ini diuji sangat
sering, melalui iterasi rilis, meminimalkan risiko dari setiap
kegagalan besar di masa depan.
4.6.4 Kelebihan Agile Model
1. Meningkatkan kepuasan kepada klien.
2. Dapat melakukan review pelanggan mengenai software yang
dibuat lebih awal.
3. Pembangunan system dibuat lebih cepat.
38
4. Mengurangi resiko kegagalan implementasi software dari segi
non-teknis.
5. Jika pada saat pembangunan system terjadi kegagalan kerugian
dari segi materi relatif kecil.
4.6.5 Kekurangan Agile Model
1. Developer harus selalu siap dengan perubahan karena perubahan
akan selalu diterima.
2. Agile tidak akan berjalan dengan baik jika komitmen tim kurang.
3. Tidak cocok dalam skala tim yang besar (>20 orang).
4. Perkiraan waktu release dan harga perangkat lunak sulit
ditentukan.
4.7 RAD Model
4.7.1 Pengertian RAD Model
Rapid Application Development adalah seperangkat strategi yang
terintegrasi yang ada dalam suatu kerangka kerja meneyeluruh yang disebut
Information Engineering (IE).
RAD (Rapid Application Development) adalah sistem pemrograman
yang memungkinkan programmer membuat program dengan cepat. Secara
umum, Sistem RAD menyediakan sejumlah alat-bantu untuk membuat
antarmuka pengguna grafis (graphical user interfaces) yang biasanya
membutuhkan usaha dan waktu yang lama untuk membuatnya. Dua sistem
RAD yang paling populer untuk Windows adalah Visual Basic dan Delphi.
RAD Mempunyai 4 Unsur Penting : Manajemen, Manusia,
Metodologi, dan Peralatan.
RAD adalah penggabungan beberapa metode atau teknik terstruktur.
RAD menggunakan metode prototyping dan teknik terstruktur lainnya untuk
menentukan kebutuhan user dan perancangan sistem informasi.
39
4.7.2 Diagram RAD Model
Gambar 4.7 Diagram RAD Model
Penjelasan tahap-tahap RAD model adalah sebagai berikut:
1. Pemodelan bisnis (Bussiness Modelling)
Aliran informasi diantara fungsi-fungsi bisnis dimodelkan dengan
suatu cara untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
Informasi apa yang mengendalikan proses bisnis ? Kemana
informasi itu pergi? Siapa yang memprosesnya ?
2. Pemodelan data (Data Modelling)
Aliran informasi yang didefinisikan sebagai bagian dari fase
pemodelan bisnis disaring ke dalam serangkaian objek data yang
dibutuhkan untuk menopang bisnis tersebut. Karakteristik/attribut
dari masing-masing objek diidentifikasi dan hubungan antara
objek-objek tersebut didefinisikan.
3. Pemodelan proses (Process Modelling)
Aliran informasi yang didefinisikan dalam fase pemodelan data
ditransformasikan untuk mencapai aliran informasi yang perlu
40
bagi implementasi sebuah fungsi bisnis. Gambaran pemrosesan
diciptakan untuk menambah, memodifikasi, menghapus atau
mendapatkan kembali sebuah objek data.
4. Pembuatan aplikasi (Application generation)
Selain menciptakan perangkat lunak dengan menggunakan bahasa
pemrograman generasi ketiga yang konvensional, metode
pengembangan perangkat lunak RAD lebih banyak memproses
kerja untuk memakai lagi komponen program yang telah ada atau
menciptakan komponen yang bisa dipakai lagi. Pada semua kasus,
alat-alat Bantu otomatis dipakai untuk memfasilitasi kontruksi
perangkat lunak.
5. Pengujian dan pergantian (Testing and turnover)
Karena proses metode pengembangan perangkat lunak RAD
menekankan pada pemakaian kembali, banyak komponen yang
telah diuji. Hal ini mengurangi keseluruhan waktu pengujian.
Tapi komponen baru harus diuji
4.7.3 Karakteristik RAD Model
1. Model RAD berfokus pada pengiriman berulang dan inkremental
dari model bekerja untuk pelanggan. Hal ini menyebabkan
pengiriman cepat kepada pelanggan dan keterlibatan pelanggan
selama siklus pengembangan yang lengkap dari produk
mengurangi risiko non kesesuaian dengan kebutuhan pengguna
yang sebenarnya.
2. Model RAD SDLC harus dipilih hanya jika ahli domain tersedia
dengan pengetahuan bisnis yang relevan.
3. RAD harus digunakan hanya ketika sistem dapat modular yang
akan disampaikan dengan cara bertahap.
4. Pengembangan aplikasi cepat (RAD) adalah metodologi
pengembangan perangkat lunak yang menggunakan perencanaan
minimal mendukung prototyping cepat. Sebuah prototipe adalah
41
model kerja yang secara fungsional setara dengan komponen
produk.
5. Dalam model RAD modul fungsional dikembangkan secara
paralel sebagai prototipe dan terintegrasi untuk membuat produk
yang lengkap untuk pengiriman produk lebih cepat.
4.7.4 Kelebihan RAD Model
Beberapa keuntungan dalam menggunakan metode RAD adalah
sebagai berikut:
1. Membeli sistem yang baru memungkinkan untuk lebih
menghemat biaya ketimbang mengembangkan sendiri.
2. Proses pengiriman menjadi lebih mudah, hal ini dikarenakan
proses pembuatan lebih banyak menggunakan potonganpotongan
script.
3. Mudah untuk diamati karena menggunakan model prototype,
sehingga user lebih mengerti akan sistem yang dikembangkan.
4. Lebih fleksibel karena pengembang dapat melakukan proses
desain ulang pada saat yang bersamaan.
5. Bisa mengurangi penulisan kode yang kompleks karena
menggunakan wizard.
6. Keterlibatan user semakin meningkat karena merupakan bagian
dari tim secara keseluruhan.
7. Mampu meminimalkan kesalahan-kesalahan dengan
menggunakan alat-alat bantuan (CASE tools).
8. Mempercepat waktu pengembangan sistem secara keseluruhan
karena cenderung mengabaikan kualitas.
9. Tampilan yang lebih standar dan nyaman dengan bantuan
software-software pendukung.
42
4.7.5 Kekurangan RAD Model
Beberapa kerugian dalam menggunakan metode RAD adalah sebagai
berikut :
1. Dengan melakukan pembelian belum tentu bisa menghemat biaya
dibandingkan dengan mengembangkan sendiri.
2. Membutuhkan biaya tersendiri untuk membeli peralatan-peralatan
penunjang seperti misalnya software dan hardware.
3. Kesulitan melakukan pengukuran mengenai kemajuan proses.
4. Kurang efisien karena apabila melakukan pengkodean dengan
menggunakan tangan bisa lebih efisien.
5. Ketelitian menjadi berkurang karena tidak menggunakan metode
yang formal dalam melakukan pengkodean.
6. Lebih banyak terjadi kesalahan apabila hanya mengutamakan
kecepatan dibandingkan dengan biaya dan kualitas.
7. Fasilitas-fasilitas banyak yang dikurangi karena terbatasnya
waktu yang tersedia.
8. Sistem sulit diaplikasikan di tempat yang lain.
9. Fasilitas yang tidak perlu terkadang harus disertakan, karena
menggunakan komponen yang sudah jadi, sehingga hal ini
membuat biaya semakin meningkat karena harga komponen yang
lebih lengkap semakin mahal.