BAB
PERTAHANAN KEAMANAN
28
BAR 28
PERTAHANAN KEAMANAN
I. PENDAHULUAN
Tanggung jawab pertama dari pemerintahan negara adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
terhadap ancaman dari luar negeri maupun gangguan dari dalam negeri, untuk mana perlu diselenggarakan berbagai upaya di bidang pertahanan keamanan. Untuk tujuan ini, di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, telah dicantumkan beberapa pegang- an yang dapat dirumuskan kembali secara singkat sebagai ber-
ikut :
1. Pembangunan bidang pertahanan keamanan ditujukan untuk
membangun kemampuan bangsa dalam rangka menghadapi segala
ancaman dan gangguan, baik dari luar maupun dari dalam ne-
geri. Di samping itu pembangunan bidang pertahanan keaman-
an juga ditujukan untuk membangun bangsa dalam rangka men-
dukung pelaksanaan, mengamankan hasil-hasil serta menjamin
kelanjutan pembangunan nasional.
2. Pembangunan bidang pertahanan keamanan sebagai bagian in-
tegral daripada pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
bangsa dan negara.3. Prinsip ekonomi tetap dipegang teguh dalam setiap upaya
penyelenggaraan pertahanan keamanan negara. Di samping
itu efektivitas untuk menghadapi keadaan darurat harus
tetap terjamin.
4. Pertahanan keamanan negara diselenggarakan melalui upaya
471
pertahanan dan upaya keamanan untuk menjamin tetap tegak- nya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dan melindunginya terhadap setiap ancaman back dari luar maupun dari dalam negeri.
5. Hakekat pertahanan keamanan negara adalah perlawanan rak- yat semesta yang dilaksanakan berdasarkan sistem pertahan- an keamanan rakyat semesta, yang mencakup keseluruhan daya mampu bangsa dan negara.
6. Hak, kewajiban dan kehormatan untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara bagi setiap warganegara Indonesia harus dilaksanakan dengan memenuhi azas keadilan dan pemerataan menjalankan tugas pertahanan keamanan.
7. Pembinaan kemampuan penyelenggaraan pertahanan keamanan negara diusahakan dengan jalan lebih meningkatkan kemampu- an kekuatan-kekuatan di darat, laut dan udara, kemampuan menegakkan ketertiban, perlindungan dan penyelamatan ma syarakat serta unsur-unsur kemampuan lainnya.
8. Dalam rangka modernisasi penyelenggaraan pertahanan ke-amanan negara khususnya modernisasi ABRI digunakan teknik operasi manajemen, peralatan dan perlengkapan yang mema- dai, sesuai dengan tingkat kemajuan teknologi.
9 Pemeliharaan dan perawatan mempunyai peranan panting dalam menjamin kesiapan peralatan yang juga menentukan tingkat kemampuan pertahanan keamanan. Keterbatasan jumlah per-alatan yang dimiliki harus diimbangi dengan kemampuan pe-meliharaan yang tinggi.
10. ABRI di samping melaksanakan fungsi sebagai kekuatan per-
472
tahanan keamanan juga melaksanakan fungsi sebagai kekuat-
an sosial. Dalam rangka melaksanakan Dwifungsi tersebut
pembinaan kemampuan ABRI sebagai kekuatan sosial diarah-
kan agar ABRI mampu melaksanakan fungsinya untuk secara
aktif melaksanakan pembangunan nasional serta memperkokoh
ketahanan nasional.
11. Kekaryaan ABRI merupakan penjelmaan jiwa dan semangat pe-
ngabdian ABRI sebagai kekuatan sosial yang bersama dengan
kekuatan sosial lainnya memikul tugas dan tanggung jawab
perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan memperju-
angkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
12. Operasi Bhakti ABRI merupakan sumbangan pengabdian ABRI
dalam rangka memanfaatkan kemampuan ABRI untuk menunjang
pembangunan nasional.
13. Pembinaan keamanan umum dan ketenteraman masyarakat ditu-
jukan kepada usaha untuk mengembangkan sistem keamanan
umum dan ketenteraman masyarakat yang bersifat swakarya,
swadaya dan swasembada, dengan berintikan alat negara se-
bagai penegak hukum yang mahir, trampil dan berwibawa.
14. Bangsa Indonesia mencintai perdamaian, tetapi lebih lagi
mencintai kemerdekaan dan kedaulatannya. Perang sebagai
jalan pemecahan terakhir, hanya akan dilakukan dalam ke-
adaan terpaksa oleh bangsa Indonesia.Dalam tahap pembangunan sekarang prioritas pembangunan
masih tetap harus diberikan kepada upaya untuk meningkatkan taraf hidup rakyat melalui pembangunan ekonomi dan sosial bu-
daya. Meskipun demikian upaya pertahanan keamanan tidak dapat
diabaikan, karena berbagai ketidak pastian masa depan serta
tuntutan perkembangan lingkungan strategis harus kita hadapi
473
khususnya untuk kurun waktu 1984-1988. Kebutuhan pertahanan keamanan di satu pihak dan keterbatasan kemampuan ekonomi dan keuangan negara di lain pihak menuntut suatu perencanaan strategi yang baik, sehingga setiap upaya pengembangan kemam-puan Hankam/ABRI dapat diselenggarakan secara ekonomis dan efisien serta penggunaan kekuatan Hankam/ABRI dapat dilakukan secara efektif.
II. KEADAAN DAN MASALAH
Baik secara global maupun dalam lingkup kawasan Asia,
khususnya Asia Tenggara, Indonesia berada dalam suatu lingkung-
an yang ditandai dengan berbagai pertentangan. Di beberapa
kawasan pertentangan ini telah atau sewaktu-waktu dapat men-
jelma menjadi konflik bersenjata. Lingkungan hidup negara In-
donesia mengandung berbagai ancaman, gangguan dan sumber ke-
resahan yang senantiasa memaksa bangsa Indonesia untuk ber-
sikap waspada. Dari berbagai bentuk ancaman luar negeri maka
yang perlu mendapat perhatian adalah perang revolusioner. Ke-
kuatiran akan akibat perang umum maupun kemungkinan eskalasi
perang terbatas, menyebabkan makin berkembangnya suatu bentuk
perang yang sering disebut perang revolusioner. Infiltrasi,
subversi sampai pada kerusuhan dan pemberontakan bersenjata
merupakan tahap-tahap dari bentuk perang ini, yang total si-
fatnya, baik dalam obyek, subyek, maupun metoda, sehingga ti-
dak satupun aspek kehidupan bangsa yang luput dari ancaman ini. Suatu gejala lain yang perlu mendapat perhatian pula
adalah teror internasional dengan tindakan seperti pembajakan
dan penyanderaan, suatu cara baru untuk mencapai suatu tujuan
politik.
Beberapa bentuk gangguan dalam negeri yang setiap saat
474
dapat dihadapi dan perlu mendapat perhatian bidang pertahanan
keamanan antara lain : gangguan terhadap persatuan dan kesa-
tuan bangsa, gangguan keamanan wilayah laut Nusantara, gang-
guan keamanan dan ketertiban masyarakat, gangguan infiltrasi
dan subversi serta pemberontakan bersenjata yang biasanya
berkaitan dengan usaha pihak asing, gangguan kejahatan narko-
tika, dan gangguan kejahatan dengan kekerasan.
Sungguhpun perhatian lebih dipusatkan pada masalah keama-
nan dalam negeri serta rongrongan yang lebih bersifat infil-
trasi dan subversi, namun kewaspadaan nasional terhadap sega-
la bentuk ancaman, merupakan sesuatu yang mutlak, untuk meme-
lihara kelangsungan hidup bangsa dan mempertahankan kemerde-
kaan dan kedaulatan serta melaksanakan pembangunan disegala
bidang untuk mencapai ketahanan nasional yang tinggi. Ketidak
pastian dalam perkembangan lingkungan internasional dan regi-
onal, pertentangan dan konflik bersenjata yang terjadi di be-
berapa kawasan, pengaruh resesi ekonomi dan perkembangan
lingkungan hidup di dalam negeri sendiri, merupakan faktor
faktor yang perlu diperhitungkan dalam menghadapi masalah
pertahanan dan keamanan. Suasana ketidak pastian menuntut
agar bangsa Indonesia lebih menyadari kenyataan dan mening-
katkan upaya untuk memelihara daya tangkal yang efektif.Dalam rangka pembangunan nasional, pembangunan Hankam/
ABRI perlu dilanjutkan. Hankam/ABRI telah mulai mengadakan
pembenahan dirinya di sekitar tahun 1967/68, dengan keadaan
ABRI yang baru selesai dengan operasi penumpasan G-30-S/PKI
sebagai kondisi awal. Kegiatan ABRI bersifat konsolidasi ke-
kuatan yang telah dikerahkan untuk serangkaian operasi penum-
pasan sejak saat pengakuan kedaulatan. Pada saat itu usaha
dipusatkan juga pada masalah integrasi.
475
Pembangunan ABRI yang sebenarnya baru dimulai pada tahun 1974/75 yang merupakan tahun pertama Repelita II. Kegiatan yang dapat dilakukan pun masih sangat terbatas, dibandingkan dengan kebutuhan karena kondisi awal yang sangat rendah seba-gai akibat penugasan operasi yang terus menerus. Deteriorisa- si materiil serta prasarana/sarana logistik maupun pendidikan merupakan ciri keadaan. waktu itu yang sangat menonjol. Renca-na pembangunan ABRI untuk periode pertama dituangkan dalam Rencana Sasaran Strategis Hankam I (disingkat : Renstra Han-kam I) 1974-1978 yang jatuh bersamaan dengan Repelita II. Ke-giatan yang dilakukan masih tetap bersifat konsolidasi, de-ngan melaksanakan penyusunan kembali satuan (regrouping), re-
habilitasi dan rekondisi peralatan serta beberapa penggantian (replacement) secara terbatas.
Renstra Hankam II 1979-1983 jatuh bersamaan dengan Repe-lita III. Dalam periode ini sudah dimulai memperbesar lingkup kegiatan dengan memanfaatkan hasil-hasil Renstra I. Sesung-guhnya kegiatan pembangunan masih dipusatkan pada aspek manu-sia, khususnya penanganan terhadap kebutuhan dasar prajurit yang meliputi segala aspek kebutuhan kehidupannya. Penggara-pan secara lebih intensif dimulai dengan program pemantapan batalyon yang berintikan kekuatan tempur darat.
Renstra Hankam III meliputi periode 1984-1988 yang jatuh bersamaan dengan periode Repelita IV. Kegiatan untuk Repelita IV di bidang pertahanan keamanan yang menyangkut pembangunan ABRI pada dasarnya merupakan lanjutan dan penyempurnaan ha-sil-hasil dari Repelita II dan Repelita III. Diharapkan agar dalam Repelita IV dapat ditingkatkan kegiatan pembangunan, baik dalam intensitas maupun dalam ruang lingkup.
476
Di samping penilaian lingkungan strategis untuk tahun-ta-
hun mendatang, ada tiga prinsip yang saling berkaitan dan
memberi gaya pertahanan keamanan dan menentukan pengembangan
kekuatan ABRI. Ketiga prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
- Pertahanan Defensif Aktif;
- Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta;
- Wawasan Nusantara.
Prinsip defensif aktif mencerminkan falsafah dan panda-
ngan bangsa Indonesia mengenai perang dan damai. Bangsa Indo-
nesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta kemerdekaan dan
kedaulatannya dan bangsa Indonesia tidak dapat membiarkan se-
tiap usaha yang merongrong dan membahayakan kelangsungan hi-
dup bangsa dan negara.
Pertahanan keamanan pada hakekatnya adalah perlawanan rakyat
semesta yang merupakan hasil upaya total yang mengin-
tegrasikan segenap potensi dan kekuatan politik, ekonomi, so-
sial budaya dan pertahanan keamanan. Setiap manusia Indonesia
secara perorangan pada akhirnya akan merupakan subyek maupun
obyek yang utama, karenanya harus dibekali dan diperkuat un-
tuk dapat menjalankan peranannya, baik sebagai pelaku pembela
negara maupun sebagai benteng pertahanan keamanan negara. De-
ngan ideologi Pancasila dan nilai-nilai nasional sebagai be-
kal tangguh, dilengkapi dengan pengetahuan dan ketrampilan,
diharapkan timbulnya spontanitas dan militansi segenap rakyat
Indonesia dalam menghadapi setiap ancaman yang membahayakan
keamanan dan kelangsungan hidup bangsa dan negara, dengan ke-
yakinan akan kekuatan sendiri dan tidak mengenal menyerah.
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta memang merupakan daya
tangkal yang dahsyat, baik terhadap ancaman dari luar negeri
maupun terhadap gangguan dari dalam negeri. Namun sehubungan
477
dengan kepentingan pembangunan nasional, maka berbagai hal
perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Dalam hubungan
ini dianut pemikiran, bahwa kemerdekaan sebagai hasil perju-
angan dan pengorbanan seluruh rakyat, disertai pembangunan
nasional yang telah menginvestasikan jerih payah dan uang
rakyat yang sedemikian besarnya, menuntut agar tidak sejeng-
kalpun dari wilayah nasional, termasuk segala kekayaan yang
terkandung didalamnya jatuh ketangan pihak asing. Untuk itu
ABRI beserta cadangan TNI sebagai komponen utama kekuatan
Hankamrata harus ditingkatkan kemampuan operasionalnya, se-
hingga memiliki kesiapsiagaan dan ketanggapsegeraan yang
tinggi dan mampu menghalau atau menghancurkan musuh yang
ingin memasuki wilayah nasional pada garis batas yang meling-
kari wilayah Nusantara serta mengatasi gangguan terhadap kea-
manan dalam negeri, dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Pandangan geo-politik bangsa Indonesia dalam mengartikan
tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi selu-
ruh wilayah dan segenap kekuatan bangsa yang mencakup poli-
tik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan adalah
Wawasan Nusantara. Karena bentuk dan letak geografis Indone-
sia merupakan suatu wilayah lautan dengan pulau-pulau di da-
lamnya serta mempunyai letak equatorial dengan segala sifat
dan corak khasnya, maka implementasi nyata dari Wawasan Nu-
santara menjadi kepentingan pertahanan keamanan harus segera
ditegakkan. Realisasi penghayatan dan pengisian Wawasan Nu-
santara di satu pihak merupakan keharusan untuk menjamin keu-
tuhan wilayah nasional dan melindungi sumber kekayaan alam
beserta pengolahannya, sedangkan di lain pihak dapat menun-
jukkan kemampuan pertahanan keamanan dalam menegakkan kedau-
latan negara Republik Indonesia. Untuk dapat memenuhi tuntut-
478
an ini dalam keadaan perkembangan dunia dewasa ini, seluruh
potensi pertahanan keamanan haruslah sedini mungkin ditata
dan diatur menjadi satu kekuatan yang utuh dan menyeluruh.
Kesatuan pertahanan keamanan mengandung arti bahwa ancaman
terhadap sebagian wilayah manapun pada hakekatnya merupakan
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH
Dengan menyadari keadaan dalam menyongsong Repelita IV
sebagai akibat dari resesi ekonomi dunia serta perkembangan
moneter internasional yang kurang menguntungkan bagi pening-
katan kemampuan keuangan negara, maka ditetapkan kebijaksana-
an dan langkah-langkah lebih lanjut berdasarkan kondisi dan
situasi tersebut. Di lain pihak fakta yang dihadapi adalah
bahwa apa yang telah dimiliki sebagai kekuatan Hankam/ABRI,
menurut ukuran konvensional dan universil, masih perlu diper-
besar dan ditingkatkan dalam rangka menghadapi gejolak-gejo-
lak di dalam negeri dan potensi ancaman dari luar. Dalam hu-
bungan ini, maka pembangunan kekuatan diarahkan pada penca-
paian suatu "kekuatan kecil yang tanggap dengan reaksi cepat
dan dapat dikembangkan dalam waktu singkat", untuk mama lebih
diutamakan peningkatan kualitas dari pada kuantitas. Dengan
demikian maka kebijaksanaan dalam rangka pembangunan ABRI un-
tuk masa Repelita IV adalah sebagai berikut:
1. Personil
Melanjutkan peningkatan pemenuhan kebutuhan prajurit da- lam rangka meningkatkan kemampuan fisik, moril dan mutu tem- pur prajurit, didasarkan pada norma yang berlaku dan disesu-aikan dengan lingkungan sosial. Usaha pemenuhan kebutuhan
479
mencakup pula lanjutan pembangunan asrama untuk menyediakan akomodasi yang wajar bagi prajurit. Dalam hal ini harus dice-
gah usaha yang menjurus pada pemanjaan yang justru akan meru-
gikan nilai tempur prajurit. Prajurit adalah modal ABRI yang
terpenting dan merupakan alat utama yang paling menentukan,
dan oleh karena itu maka upaya peningkatan kualitas prajurit
merupakan titik sentral dalam pembinaan kekuatan. Peningkatan
kualitas ini menyangkut segi profesionalisme sebagai prajurit
untuk semua kecabangan militer, dari satuan tempur, bantuan
tempur maupun bantuan administrasi. Masalah kualitas ini te-
rasa lebih mendesak lagi jika hendak mengadakan modernisasi
ABRI dalam rangka mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Meskipun baru dapat dilaksanakan dalam batas ke-
mampuan sumber daya yang tersedia, penerapan perkembangan
teknologi merupakan suatu keharusan agar supaya tidak keting-
galan. Kemajuan teknologi dan modernisasi membawa serta pemi-
kiran dan sikap yang lebih rasional, akan tetapi hal ini per-
lu diusahakan agar jangan sampai menurunkan nilai-nilai juang
TNI. Oleh sebab itu aspek lain dari peningkatan kualitas pra-
jurit adalah pemeliharaan jiwa pejuang yang didasarkan pada
Sapta Marga dan Sumpah Prajurit yang dijiwai oleh Pancasila
dan Undang-undang Dasar 1945. Latihan dan pendidikan dalam
arti yang luas akan mendapat tempat yang sangat panting dalam
program-program dalam kurun waktu Repelita IV, baik operasi
pendidikan dan latihannya sendiri maupun peningkatan guru/
instruktur, penyempurnaan cara dan metoda serta peningkatan
prasarana dan sarana pendidikan. Perhatian khusus perlu dibe-
rikan kepada Polri dalam rangka meningkatkan citra Polri da-
lam pandangan masyarakat sehingga benar-benar dapat berperi-
laku sebagai pengayom masyarakat. Keberadaan/kehadiran anggo-
480
to Polri di tengah-tengah masyarakat adalah mutlak dan tidak
bisa disubstitusikan. Tanggungjawab dan tugas anggota Polri
di tengah masyarakat memang sangat berat, apalagi jika dii-ngat bahwa petugas Polri terdepan biasanya menjalankan tugas
secara individual yang memerlukan profesionalisme yang ting-gi. Untuk ini anggota Polri harus diberi pendidikan dan lati-han yang dapat menampung tugas dan tanggungjawabnya, di sam-ping itu perlu dipikirkan penghargaan yang setimpal dengan tugas dan tanggungjawabnya. Akan diusahakan peningkatan jum-
lah anggota Polri, sedangkan organisasinya perlu disesuaikan dengan kebutuhan operasional Polri.
2. Materiil dan Fasilitas
Kemampuan sumber daya untuk Repelita IV belum memungkin-
kan investasi materiil dan fasilitas dalam skala yang besar
dalam rangka usaha modernisasi ABRI. Meskipun tidak dimaksud-
kan untuk memupuk suatu kekuatan pertahanan yang besar, usaha
untuk memperoleh sistem senjata dan peralatan yang mutakhir
sebagai hasil perkembangan teknologi akan dilakukan sampai
batas yang diperlukan untuk mengikuti perkembangan agar tidak
ketinggalan. Kemantapan deteksi, komunikasi dan kemampuan re-
aksi cepat menjadi perhatian utama dalam pengembangan kekua-
tan dalam masa Repelita IV. Investasi materiil diarahkan pada:
sistem senjata yang mempunyai urgensi tinggi dalam
rangka pemantapan satuan operasional, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan penggantian.
peralatan utama dan fasilitas pendukung operasional ba-
gi kekuatan TNI-AL dan TNI-AU yang hanya bersifat peng-isian untuk mencapai kebulatan suatu sistem senjata.
Suatu kebijaksanaan di bidang materiil yang sangat pen-
481
ting adalah usaha memperpanjang usia pakai alat utama ABRI yang belum mungkin diganti dengan alat utama jenis baru, me-lalui renovasi, rehabilitasi dan refit. Usaha di bidang fasi-litas pada dasarnya merupakan lanjutan dari kegiatan yang te-lah dimulai sejak Repelita II dan Repelita III, dan diarahkan pada:
- lanjutan penyediaan akomodasi berupa asrama, khususnya bagi satuan operasional dalam rangka memenuhi kebutuhan minimal prajurit;
- lanjutan pembangunan fasilitas markas dengan prioritas untuk komando teritorial, aparatur intelijen dan apara-tur pelaksana kepolisian sebagai usaha meningkatkan kemampuan operasional Polri;
- lanjutan pembangunan pangkalan beserta fasilitas pendu-kungnya untuk TNI-AL dan TNI-AU;
- lanjutan pembangunan fasilitas pendidikan dan latihan, agar dapat menampung kebutuhan pendidikan pembentukan maupun jenis pendidikan lainnya dalam rangka peningkat- an kualitas personil;
- lanjutan pembangunan fasilitas logistik, seperti fasi- litas pemeliharaan, pergudangan dan fasilitas kesehat- an, berdasarkan penentuan prioritas.
3. Kebijaksanaan Lain
Usaha lain yang mendukung keberhasilan penyelenggaraan pertahanan keamanan dan yang mempunyai kaitan adalah : pembi-naan kendali - komando - komunikasi - informasi, pembinaan tenaga manusia, pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembinaan doktrin, pembinaan perundang-undangan, pembinaan penelitian dan pengembangan, pembinaan materiil dan pangkal-
482
an, pembinaan industri Hankam, pembinaan prasarana/fasilitas
logistik dan pembinaan manajemen Hankam.
Adalah tidak mungkin untuk menyebarkan kekuatan pada ke-dudukan strategik di seluruh wilayah tanah air, akan tetapi dengan komando dan pengendalian yang baik kekuatan yang ter-
sedia dapat didayagunakan, untuk memberikan pukulan yang me-nentukan terhadap ancaman dari luar maupun gangguan dari da-lam negeri, yang timbul disetiap bagian wilayah nasional. Se-mua ini menuntut dukungan kemampuan pembinaan kendali koman-do, komunikasi dan informasi yang dikembangkan dengan meman-
faatkan peluang di bidang teknologi, ilmu pengetahuan dan ke-adaan lainnya secara terpadu, efisien dan efektif. Pengemba-ngan kemampuan pembinaan kendali komando, komunikasi dan in-formasi perlu dilaksanakan dengan melanjutkan investasi pera-latan, komunikasi dan fasilitas serta mengembangkan keteram-
pilan dan pengalaman personil, metoda dan prosedur yang di-perlukan Pimpinan Hankam/ABRI untuk memperoleh informasi, me-ngatur rencana pengembangan, penyebaran, pengarahan dan pe-ngendalian kekuatan untuk mencapai sasaran yang telah diten-tukan.
Kebijaksanaan tenaga manusia berpangkal pada pemikiran,
bahwa dalam keadaan damai dipelihara kekuatan siap, yang rela-tip kecil tetapi efisien, yang dalam keadaan darurat dapat diperbesar dengan cepat. Kebutuhan akan kemampuan pengembang-
an kekuatan ini menghendaki agar diatur suatu sistem cadangan yang memungkinkan pengerahan tingkat-tingkat kekuatan sesuai
dengan kebutuhan yang timbul dalam berbagai tingkat keadaan darurat. Untuk periode Repelita IV mengenai sistem cadangan masih difokuskan pada penyiapan produk legislatif dan masih berada pada tingkat proyek percobaan (pilot project).
483
Pemahaman perang tidak cukup dilakukan oleh ABRI sendiri,
oleh karena itu bantuan keahlian dari para ilmuwan dari ber-
bagai disiplin ilmu pengetahuan diperlukan sekali, yang seka-
ligus merupakan partisipasi dunia ilmu pengetahuan dalam upa-
ya pertahanan keamanan. Untuk itu kerjasama antara ABRI de-
ngan dunia ilmu pengetahuan perlu dipupuk. Di samping itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di luar negeri
perlu diikuti dengan seksama. Berbagai cara pengalihan tekno-
logi yang mungkin dilakukan hendaknya ditempuh, sehingga bi-
lamana ada peluang untuk menerapkannya di dalam negeri, tek-
nologi baru yang diperlukan telah tersedia.
Penyempurnaan doktrin melalui kegiatan penilaian dan pe-
ngembangan, perumusan, pengkajian dan penilaian, perlu menda-
pat perhatian agar dapat terlaksana secara teratur dan ber-
lanjut.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok
Pertahanan Keamanan Negara harus dijabarkan lebih lanjut da-
lam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah tentang Personil
ABRI Sukarela, ABRI Wajib, Cadangan TNI, Rakyat Terlatih,
Perlindungan Masyarakat, Pembinaan Sumber Daya Alam, Pembina-
an Sarana dan Prasarana Nasional untuk kepentingan pertahanan
keamanan negara, serta mobilisasi dan demobilisasi, secara
lebih terperinci. Meskipun Hankamrata menghormati dan memang
bersumber pada spontanitas dan militansi rakyat, namun untuk
menjamin adanya upaya yang terpadu di bawah pimpinan Pemerin-
tahan, pengikutsertaan rakyat dalam usaha pembelaan negara
haruslah dikembangkan berlandaskan peraturan perundang-unda-
ngan.
Penelitian dan pengembangan materiil dan bekal, umumnya
484
memerlukan dana, daya dan waktu yang sangat banyak. Oleh ka-
rena itu prioritas harus diberikan kepada kebutuhan Hankam/-
ABRI yang vital dan mendesak, serta memanfaatkan kemampuan
industri nasional dalam rangka mengembangkan kemampuan indus-
tri Hankam. Ini berarti bahwa penelitian dan pengembangan ha-
rus dilibatkan dalam proses pengadaan materiil dan bekal Han-
kam/ABRI. Penghematan dalam bidang kegiatan ini bisa dipero-
leh melalui kerjasama yang erat dengan pihak sipil dan swas-
ta. Di samping itu harus dicegah kegiatan penelitian dan pe-
ngembangan yang bersifat duplikatif. Sedang pengalihan tekno-
logi harus dilakukan secara konsepsional, dalam rangka pe-
ngembangan kemampuan industri Hankam, dengan memperhatikan
dan menstimulasikan kemampuan serta pengembangan industri na-
sional, yang mampu menyerap teknologi dari luar negeri. Penu-
gasan penelitian dan pengembangan tertentu kepada suatu lem-
baga dalam negeri yang sudah ada dan mempunyai kemampuan un-
tuk itu sering lebih ekonomis dan efisien daripada melakukan-
nya sendiri.Untuk pengadaan materiil, produksi dalam negeri harus di-
utamakan. Keharusan untuk mengurangi ketergantungan kepada
luar negeri, menuntut dikembangkannya industri Hankam yang
dapat digunakan untuk itu, setidak-tidaknya untuk memproduksi
materiil dan bekal yang paling vital. Jaminan pemeliharaan
secara berlanjut yang berupa penyediaan suku cadang dan jasa
pemeliharaan, hendaknya disertakan pada setiap pengadaan sis-
tem senjata dan peralatan utama.
Kebutuhan untuk mengembangkan pangkalan udara dan pang-
kalan kapal perondaan di luar Jawa, harus mendapatkan priori-
tas pertama dalam perencanaan pengembangan pangkalan. Sedang
kekuatan lapangan menurut sifat dan tugas khususnya masing-
485
masing, harus direncanakan untuk menempati kedudukan strate- gis yang memungkinkan dilakukannya reaksi cepat terhadap an-caman yang timbul. Daerah-daerah perbatasan, alur-alur pela-yaran dan selat-selat yang penting, perlu dinilai tingkat ke-mungkinannya menjadi alat pendekat potensial bagi berbagai bentuk ancaman, untuk kemudian digunakan sebagai dasar penen- tu kedudukan pangkalan yang sesuai. Tuntutan untuk mengenal daerah dan rakyatnya supaya operasi dapat diselenggarakan de-ngan baik, kedudukan pangkalan secara permanen pada atau di dekat arah-arah pendekat strategik, harus lebih diutamakan. Perhatian yang lebih besar harus diberikan kepada kekuatan pemukul, yang perlu mendapat latihan yang terus menerus de- ngan fasilitas yang sebaik mungkin. Daerah-daerah latihan yang cukup luas di luar pulau Jawa yang sekaligus dijadikan pangkalan bagi kekuatan pemukul strategik, perlu memperoleh prioritas yang tinggi dalam pengembangan pangkalan.
Prinsip untuk tidak menggantungkan diri kepada luar ne- geri, menghendaki agar Indonesia dapat memproduksi sendiri, paling tidak peralatan dan bahan-bahan lain yang dianggap se-bagai kebutuhan yang minimum untuk menyelenggarakan pertahan- an keamanan. Perhatian harus diberikan kepada pengembangan industri senjata ringan, bahan peledak dan amunisi, alat optik militer, alat elektronik perhubungan dan peralatan lain yang sederhana dan pasti dapat diproduksi di dalam negeri. Usaha ke arah pembangunan kemampuan produksi senjata berat dan ro- ket kendali beserta alat pengendaliannya, hendaknya juga di- mulai pada kesempatan pertama. Sementara itu, perlu pula se- gera dinilai kemungkinan memproduksi kendaraan bermotor lapa-ngan, kapal-kapal dan pesawat udara ringan untuk keperluan militer. Industri dalam negeri sudah ada yang memproduksi
486
jenis peralatan tersebut untuk keperluan umum. Hubungan serta
kerjasama yang baik dengan industri nasional sangat penting
untuk dapat menentukan kemampuan yang sudah ada atau yang se-
gera akan dimiliki industri dalam negeri. Di lain pihak kebu-
tuhan pertahanan keamanan dapat menjadi perangsang yang sa-
ngat baik untuk perkembangan industri nasional.
Pengembangan kemampuan Hankam juga menuntut peningkatan
usaha pembekalan dan pemeliharaan kekuatan yang dibangun. De-
ngan bertambahnya jumlah tenaga manusia dan materiil, harus
diadakan pengembangan kemampuan prasarana pembekalan dan pe-
meliharaan materiil, serta kemampuan prasarana kesehatan. Pe-
ningkatan kemampuan prasarana pembekalan dan pemeliharaan ma-
teriil dititik beratkan pada usaha mendekatkan prasarana pada
dislokasi strategik kekuatan operasional dengan desentralisa-
si persediaan ke daerah untuk memperlancar dan mempercepat
pembekalan dan pemeliharaan materiil, terutama dalam mengha-
dapi kemungkinan terputusnya garis pembekalan melalui hubung-
an darat, laut maupun udara. Sedang peningkatan prasarana ke-
sehatan diprioritaskan pada peningkatan jumlah rumah sakit
daerah, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan prajurit dan
keluarganya.
Pengembangan kemampuan pembinaan manajemen Hankam harus
dilaksanakan dengan melanjutkan pengembangan keahlian dan ke-
mahiran personil untuk dapat secara terus-menerus menilai
kembali sistem manajemen Hankam yang diterapkan sesuai dengan
kebutuhan, kondisi dan unsur manusianya, sehingga dapat seca-
ra bertahap dan berencana menyempurnakan organisasi serta
sistem dan metoda. Penyempurnaan organisasi dititik beratkan
pada usaha pemisahan organisasi Departemen Pertahanan Keaman-
an dan Markas Besar ABRI. Hal ini disesuaikan dengan
kebutuh-
487
an untuk dapat menyelenggarakan tugas dan tanggung jawab
pembinaan upaya pertahanan keamanan negara, serta komando pe-
ngendalian dan pengelolaan kekuatan Hankam/ABRI, berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 dan Peraturan Perundang-un-
dangan lainnya serta kaidah-kaidah manajemen yang baik.
Penyempurnaan sistem dan metoda mencakup juga perbaikan
sistem informasi Hankam, sistem perencanaan strategik Hankam,
struktur program dan anggaran, sistem pengadaan, sistem pem-
binaan keuangan, sistem pembinaan personil, sistem pembinaan
logistik, sistem pengawasan dan pengendalian.
IV. PROGRAM-PROGRAMBerlandaskan pada hasil pembangunan yang lalu, serta ma-
salah-masalah pertahanan keamanan yang dihadapi dalam tahun-
tahun mendatang, maka pembangunan ABRI dalam periode Repelita
IV (Renstra Hankam III) ditujukan pada pengembangan secara
bertahap dari kemampuan pertahanan keamanan yang mencakup:
1. Pengembangan Kekuatan Operasional
Melanjutkan pengembangan operasional ABRI sebagai kekua-
tan terpadu yang berintikan tempur darat di tingkat pusat dan
wilayah, dengan meningkatkan teknologi sistem senjata yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi, meningkatkan
keterampilan dan profesionalisme keprajuritan, fasilitas
pangkalan, komando dan pengendalian serta kesiapsiagaan tem-
pur. Usaha pengembangan kekuatan operasional terdiri atas :
a. Pengembangan kemampuan untuk Bala Terpusat, yang ditujukan
pada :
(1) Kemampuan Pertahanan Udara Nasional, sehingga dapat
melakukan deteksi, identifikasi, membayangi, meng-
488
giring pendaratan atau pengusiran, serta penghancuran
sasaran udara dan benda udara asing lainnya, yang
membahayakan atau dapat membahayakan kepentingan ne-
gara Republik Indonesia, termasuk proyek-proyek pem-
bangunan dan obyek vital hasil pembangunan.
(2) Kemampuan Pemukul Strategik, sehingga dapat melakukan
pengintaian udara dan penyerangan udara strategik
yang sanggup mengawasi setiap gerak dan kegiatan mu-
suh serta penghancurkan sasaran-sasaran di darat dan
di laut, di wilayah musuh maupun disegenap penjuru
wilayah nasional yang dikuasai musuh, serta dapat me-
lakukan penyerbuan lintas udara dan penyerbuan ampibi
di segala pelosok tanah air.
(3) Kemampuan Peperangan Udara, sehingga dapat melakukan
pengintaian udara taktis terhadap setiap gerak dan
kegiatan musuh di daerah pertempuran di darat dan di
laut, pertempuran udara dalam menghancurkan sarana
udara musuh yang menyerang sasaran-sasaran di darat
dan di laut, perlindungan udara dalam melindungi ge-
rakan operasi di darat dan di laut terhadap serangan
udara musuh, serta penyekatan udara dalam mencegah
sarana udara musuh yang melindungi gerakan operasinya.
(4) Kemampuan Peperangan Laut, sehingga dapat melakukan
peperangan kapal atas air, peperangan kapal selam dan
peperangan anti kapal selam, dalam menghalau atau
menghancurkan kapal atas air dan kapal selam musuh
dan atau mencegah penggunaan laut Nusantara oleh me-
reka dan melindungi kepentingan dan penegakan kedau-
latan Negara Republik Indonesia di laut; dapat mela-
489
kukan peperangan ranjau dalam mencegah penggunaan ba-
gian-bagian tertentu dari laut Nusantara oleh pihak
lain dan atau membersihkan bagian-bagian tertentu
dari laut Nusantara yang dihalangi ranjau pihak lain.
(5) Kemampuan Pemindahan Strategik, sehingga dapat mela-kukan pemindahan pasukan tempur darat lengkap dengan bantuan tempur dan bantuan administrasinya, melalui angkutan laut strategik dan angkutan udara strategik.
b. Pengembangan kemampuan untuk Bala Kewilayahan, yang ditujukan pada :
(1) Kemampuan Peperangan Darat, sehingga dapat melakukan
pengintaian darat dalam mengawasi setiap gerak dan kegiatan musuh di daerah rawan atau daerah pertempur- an, guna mencegah penyusupan dan pendadakan serta me-lakukan pertempuran darat, yang didukung oleh bantuan tempur dan bantuan administrasinya, serta bantuan
tembakan udara dan bantuan tembakan laut; melakukan pemindahan taktis pasukan tempur darat lengkap dengan bantuan tempur dan bantuan administrasinya melalui
angkutan darat, laut dan udara taktis; memberikan perlindungan terhadap penggunaan Nubika oleh musuh;
serta melakukan perang wilayah bilamana diperlukan.(2) Kemampuan Pengamatan Wilayah, sehingga dapat melaku-
kan pengamatan laut Nusantara dan Wilayah ekonomi di
luarnya serta pantai dan perairan daratannya, mene-
gakkan hukum di laut, memelihara tata tertib dan ke-
selamatan pelayaran, dengan melaksanakan perondaan
udara serta wilayah laut, perondaan perairan yuris-
diksi nasional dan perondaan pantai dan perairan da-
490
ratan; melakukan pengawasan terhadap daratan terutama
daerah rawan dan daerah perbatasan serta pemukiman dan industri, dengan melaksanakan perondaan udara atas wilayah daratan, perondaan daerah pemukiman dan industri, serta perondaan daerah rawan dan daerah perbatasan.
(3) Kemampuan Penertiban Masyarakat, sehingga dapat mela-kukan penginderaan dini kerawanan-kerawanan masyara- kat dalam mengidentifikasikan dengan teliti dan cer- mat setiap perubahan keadaan yang dapat mengakibatkan
gangguan keamanan umum dan ketertiban masyarakat; me-lakukan pemeliharaan keamanan umum dengan melaksana- kan tindakan-tindakan preventif secara terpadu dan operasional sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; melakukan pemeliharaan ketertiban masyarakat
sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku dan ber-kembang, terutama dengan mendasarkan pada kesadaran masyarakat sendiri.
(4) Kemampuan Penegakan Hukum, sehingga dapat melakukan
deteksi faktor-faktor penyebab kejahatan dalam penyi-dikan sifat dan ciri pelanggaran dan kejahatan; mela-
kukan pencegahan pelanggaran dan kejahatan dalam me-ngatur dan memberikan pelayanan, pengayoman dan per-lindungan kepada masyarakat; melakukan penindakan pe-
langgaran dan kejahatan dalam mengatasi setiap gang- guan keamanan dan ketertiban masyarakat; melakukan
penindakan kejahatan yang berkwalitas tinggi dalam mengatasi bentuk-bentuk kejahatan yang walaupun jum-lahnya sedikit, tetapi cukup meresahkan dan berkadar ancaman yang tinggi; melakukan tindakan lawan keja-
491
hatan khusus dalam menanggulangi kejahatan yang di- atur berdasarkan ketentuan khusus acara pidana; mela-
kukan penyidikan ilmiah dan pembuktian kejahatan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi dan tuntutan Hukum Acara Pidana.
(5) Kemampuan Penindakan Gangguan Keamanan, sehingga da- pat melakukan tindakan lawan kejahatan di laut dalam menanggulangi segala bentuk pelanggaran dan kejahatan
di wilayah yurisdiksi perairan Indonesia; melakukan tindakan lawan teror dalam mencegah dan menindak de-ngan cepat dan efektif segala bentuk teror; melakukan tindakan lawan kerusuhan massal dalam mencegah dan memadamkan kerusuhan massal dengan cepat disertai ke-
waspadaan terhadap kemungkinan penunggangan oleh sub-versi pihak tertentu; melakukan tindakan lawan pembe-rontakan dalam menumpas kekuatan bersenjata yang me-lakukan gangguan keamanan untuk tujuan politik ter-tentu, serta melakukan tindakan lawan gerilya dalam
menumpas kekuatan bersenjata yang melakukan kegiatan gerilya untuk tujuan politik tertentu yang menimbul- kan keresahan dan ketidak tentraman masyarakat, serta
merongrong kewibawaan pemerintah dan aparatur keaman-an.
(6) Kemampuan Penyelamatan Masyarakat, sehingga dapat me-
lakukan perlindungan masyarakat dalam menyelamatkan
jiwa-raga dan harta benda warga masyarakat, dengan
melaksanakan penanggulangan bencana kebakaran, benca-
na alam, bencana serangan udara, bencana Nubika, per-
tolongan pertama pada kecelakaan dan pengungsian ser-
ta penampungan; melakukan pencarian dan pertolongan
492
dalam menyelamatkan jiwa raga warga masyarakat yang
mengalami musibah kecelakaan pesawat udara, kapal la-
ut dan musibah kecelakaan lain yang memerlukan penca-
rian dan pertolongan, dengan melaksanakan pencarian
dan pertolongan lewat udara, lewat laut dan lewat da-
rat.
2. Pengembangan Aparatur Pembinaan Wilayah
Melanjutkan pengembangan kekuatan dan kegiatan aparatur
pembinaan teritorial, pembinaan potensi dan kekuatan keter- tiban dan penyelamatan masyarakat, pembinaan potensi dan ke-kuatan maritim dan udara nasional, serta pembinaan sosial po-litik dan kekaryaan ABRI, di semua tingkatan, dengan mening-katkan fasilitas pangkalan dan peralatan serta meningkatkan
ketrampilan dan pengalaman staf dan pelaksanaannya, yang ter-diri atas :
a. Pembinaan Teritorial
Pengembangan kemampuan pembinaan teritorial dititik be- ratkan pada peningkatan pembinaan kondisi politik, ekonomi,
sosial budaya dan Hankam dengan memanfaatkan kemampuan ABRI dalam menyelenggarakan operasi bhakti pada setiap kesempatan yang timbul guna menunjang pembangunan nasional dan membangun
desa sebagai pangkal kekuatan Hankamrata, pembinaan kekuatan rakyat terlatih serta pembinaan sarana dan prasarana terito-
rial untuk kepentingan pertahanan keamanan.
b. Pembinaan Potensi dan Kekuatan Penertiban dan Penye-lamatan Masyarakat.
Pengembangan kemampuan pembinaan potensi dan kekuatan pe-
nertiban dan penyelamatan masyarakat dititik beratkan pada
493
peningkatan pembinaan partisipasi masyarakat dalam memelihara
ketertiban masyarakat, pembinaan kekuatan perlindungan masya-rakat dan kekuatan pencarian dan pertolongan dalam usaha pe-
nyelamatan masyarakat.
c. Pembinaan Potensi dan Kekuatan Maritim serta Udara Nasional.
Pengembangan kemampuan pembinaan potensi dan kekuatan ma-ritim serta kemampuan pembinaan potensi dan kekuatan udara nasional dititik beratkan pada peningkatan :
(1) Pembinaan kondisi lingkungan maritim, pembinaan keku-
atan maritim serta pembinaan sarana dan prasarana ma-
ritim untuk kepentingan pertahanan keamanan.
(2) Pembinaan kondisi lingkungan udara nasional, pembina- an kekuatan udara nasional serta pembinaan sarana dan
prasarana udara nasional untuk kepentingan pertahan- an keamanan.
d. Pembinaan Sosial Politik dan Kekaryaan ABRI
Pengembangan kemampuan pembinaan sosial politik dan ke-karyaan ABRI dititik beratkan pada peningkatan:
(1) Pembinaan ABRI sebagai kekuatan sosial sehingga dapat mendayagunakan kemampuannya selaku dinamisator dan
stabilisator dalam menunaikan tugas dan tanggung ja-wabnya mengamankan dan mensukseskan perjuangan mewu-
judkan tujuan nasional.
(2) Pembinaan warga besar ABRI sehingga dapat ikut serta
secara aktif dan positif memupuk dan memantapkan per-satuan dan kesatuan bangsa, dengan berperan serta da-
lam pembangunan nasional kearah terwujudnya ketahanan
494
nasional yang tangguh.
(3.) Pembinaan kemampuan kekaryaan ABRI sehingga dapat ikut serta dalam pengambilan keputusan mengenai masa-
lah kenegaraan dan pemerintahan serta pengembangan demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusional ber-dasarkan Undang-undang Dasar 1945.
3. Pengembangan Aparatur Intelijen Strategik
Melanjutkan pengembangan kekuatan dan kegiatan aparatur
intelijen dan aparatur pengamanan di semua tingkatan dengan meningkatkan teknologi dalam metoda pengumpulan intelijen yang modern serta meningkatkan ketrampilan dan pengalaman staf, termasuk juga kemampuan survei dan pemetaan topografi, hidrooceanografi dan aeronautika, sehingga dapat dihimpun
semua data sumber alam dan lingkungan hidup di darat, laut dan udara di Wilayah Nusantara dan sekitarnya, baik untuk kepentingan pertahanan keamanan maupun untuk kepentingan bidang lainnya.
4. Pengembangan Kemampuan Dukungan Umum
Melanjutkan pengembangan kemampuan dukungan umum dengan
meningkatkan kemampuan pembinaan komando, kendali, komunikasi
dan informasi, kemampuan pembinaan tenaga manusia, kemampuan
pembinaan sarana dan prasarana Hankam, serta kemampuan pembi-
naan manajemen Hankam, yang terdiri dari :
a. Pembinaan Komando, Kendali, Komunikasi dan Informasi
Pengembangan kemampuan pembinaan komando, kendali, komu-nikasi dan informasi dititik beratkan pada peningkatan ke-mampuan memelihara dan mengembangkan sistem komando, kendali,
495
komunikasi dan informasi, sehingga Pimpinan Hankam/ABRI dapat
memperoleh informasi, mengatur rencana pengembangan , penye-
baran, pengerahan dan pengendalian kekuatan Hankam/ABRI untuk
mencapai sasaran yang ditentukan.
b. Pembinaan Tenaga Manusia
Pengembangan kemampuan pembinaan tenaga manusia dititik
beratkan pada peningkatan pembinaan sumber tenaga manusia, pembinaan tingkat kekuatan tenaga manusia yang mencakup keku-atan ABRI, kekuatan Cadangan TNI, kekuatan Rakyat Terlatih dan kekuatan perlindungan masyarakat, pembinaan perawatan dan pemeliharaan personil, serta pembinaan pendidikan dan latihan.
c. Pembinaan Sarana dan Prasarana Hankam
Pengembangan kemampuan pembinaan sarana dan prasarana Hankam dititik beratkan pada peningkatan pembinaan ilmu pe-ngetahuan dan teknologi, pembinaan doktrin, pembinaan per-
aturan perundang-undangan yang menjabarkan lebih lanjut Un-dang-undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pokok-pokok Pertahan- an Keamanan Negara, pembinaan penelitian dan pengembangan, pembinaan materiil, pembinaan pangkalan, pembinaan industri Hankam dan pembinaan prasarana logistik.
d. Pembinaan Manajemen Hankam
Pengembangan kemampuan pembinaan manajemen Hankam dititik beratkan pada penyempurnaan organisasi pada usaha pemisahan
organisasi Departemen Hankam dan Markas Besar ABRI yang seca-ra bertahap dan berencana disesuaikan dengan kebutuhan untuk
dapat menyelenggarakan tugas dan tanggung jawab pembinaan upaya pertahanan keamanan negara serta komando pengendalian
496
dan pengelolaan kekuatan Hankam/ABRI berdasarkan Undang-un-
dang Nomor 20 Tahun 1982 dan peraturan perundang-undangan la-
innya serta kaidah-kaidah manajemen yang baik. Selanjutnya
pembinaan manajemen Hankam ditujukan pula kepada usaha pe-
nyempurnaan sistem dan metoda yang mencakup perbaikan sistem
informasi Hankam, sistem perencanaan strategik Hankam, struk-
tur program dan anggaran, sistem pengadaan, sistem pembinaan
keuangan, sistem pembinaan personil, sistem pembinaan logis-
tik serta sistem pengawasan dan pengendalian.
497
TABEL 28 - 1PH4BIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KEEMPAT,
1984/85 - 1988/89(dalam jutaan rupiah)
PERTAHANAN KEAMANAN
1984/85 1984/85-No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran
Pembangunan)
(AnggaranPembangunan
)
13 SEKTOR PERTAHANAN DAN KEAMANAN NASIONAL
697.761,6 5.238.900,0
13.1 Sub Sektor Pertahanan dan Keamanan 697.761,6 5.238.900,0
13.1.01 Program Kekuatan Pertahanan 477.209,3 3.157.972,0
13.1.02 Program Kekuatan Keamanan 50.908,4 482.380,0
13.1.03 Program Dukungan Umum 169.643,9 1.598.548,0
498