PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\\\\\\\|
PADA SISWA KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI
SUMURREJO TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi syarat
Guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
YAYUK SRI LESTARI HANDAYANI
NIM. 093111283
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yayuk Sri Lestari
NIM : 093111283
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 10 Juni 2011
Saya yang menyatakan,
Yayuk Sri Lestari Handayani
NIM: 093111283
iii
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka (Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan:
Judul : Penerapan Metode Inquiry Dalam Upaya meningkatkan Prestasi
Belajar Alquran Hadis Pada Siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Sumurrejo Tahun Ajaran 2010/2011
Nama : Yayuk Sri Lestari Handayani
NIM : 093111283
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo, dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana ilmu pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Islam
Semarang, 19 Juni 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua, Sekretaris,
Dr. Ahwan Fanani, M.Ag. Karnadi, Ph.D.
NIP : 1978 0930 200312 1001 NIP : 1968 0317 199403 1003
Penguji I, Penguji II,
Drs. Ahmad Suja’i, M.Ag. Dr. Abdul Wahib, M.Ag.
NIP : 195110051976121001 NIP : 1960 0615 199103 1004
Pembimbing
Dr. H. Syaifudin Zuhri, M.Ag.
NIP : 1958 0815 198703 1002
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang, 9 Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu „alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : Penerapan Metode Inquiry dalam Upaya Meningkatkan
Prestasi Belajar Alquran Hadis\ pada Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Tahun Ajaran
2010/2011.
Nama : Yayuk Sri Lestari Handayani
NIM : 093111283
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Dr. H Syaifudin Zuhri, M.Ag
NIP. 195808151987031002
v
ABSTRAK
Judul : Penerapan Metode Inquiry Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Alquran Hadis\\\\\\\\| Pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah
Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011
Penulis : Yayuk Sri Lestari Handayani
NIM : 093111283
Skripsi ini membahas penerapan metode inquiry pada mata pelajaran Alquran
Hadis\\\\. Kajian skripsi ini dilatarbelakangi oleh Alquran dan Hadis\\\\ merupakan dasar
utama ajaran Islam, karena dari kedua dasar tersebut dapat dikembangkan berbagai
studi Islam, seperti Tafsir, Hadis\\\\, Fiqh, Ilmu kalam, Akhlak dan lain sebagainya.
Alquran dan Hadis\\\\, merupakan pedoman hidup umat Islam, penjamin keselamatan,
baik di dunia maupun di akhirat.
Begitu pentingnya pendidikan mengenai Alquran Hadis\\\\, justru tidak seimbang
dengan metode yang digunakan. Metode yang selama ini dipakai selain
menimbulkan kebosanan siswa, juga tidak efektif memotivasi siswa untuk belajar
Alquran Hadis\\\\. Sedangkan tujuan pendidikan sekarang tidak cukup hanya
memberikan bekal pengetahuan, ketrampilan, keimanan dan ketaqwaan saja, tetapi
juga harus diupayakan melahirkan manusia kreatif, inovatif, mandiri dan produktif,
mengingat dunia masa mendatang adalah dunia kompetitif.
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah dialami, karena itu
inquiry menuntut peserta didik berfikir, metode ini menempatkan peserta didik pada
situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut
peserta didik memproses pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam
kehidupan nyata. Melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk produktif,
analisis, dan kritis.
Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Apakah penerapan
strategi pembelajaran dengan metode inquiry dapat meningkatkan efektifitas
pembelajaran Alquran Hadis\\\\\\\\? (2) Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan
metode inquiry dapat meningkatkan motivasi belajar siswa? (3) Apakah penerapan
strategi pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa?
Permasalahan tersebut dibahas melalui Penelitian Tindakan Kelas yang
dilaksanakan di kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran
2010/2011. Sekolah tersebut menjadi sumber data untuk mendapatkan potret
implementasi metode inquiry dalam pelajaran Alquran Hadis\\\\. Data diperoleh dengan
observasi tindakan kelas.
Semua data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data
kualitatif, berupa catatan lapangan dan tugas siswa. Sedangkan data kuantitatif
adalah hasil tes siswa selama kegiatan belajar mengajar dan setelah selesai materi
yang diajarkan (pre test – post test). Untuk data kualitatif, analisis yang digunakan
adalah analisis non statistik, yaitu analisis deskriptif kualitatif, analisis data yang
vi
diwujudkan bukan dalam bentuk angka-angka, melainkan dalam bentuk laporan dan
uraian deskriptif.
Kajian ini menunjukkan bahwa:
(1) Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri, pengetahuan yang mereka pelajari, dalam hal ini persoalan yang
muncul dalam surat Al Lahab. Dengan demikian proses belajar mengajar Alquran
Hadis\\\\\ menjadi lebih efektif.
(2) Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah
munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang
tinggi, dan berpikir kritis. Dengan terbangkitkan dan terpacu rasa keingintahuan
siswa, menyebabkan siswa menjadi lebih bersemangat untuk menggali lebih dalam
pengetahuannya. Rasa ingin tahu siswa memberikan motivasi bagi siswa tersebut
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya; yang tidak
lain adalah motivasi untuk belajar. Hubungan antara rasa ingin tahu akibat penerapan
metode inquiry, searah dengan motivasi belajar. Artinya semakin besar rasa ingin
tahu siswa, maka semakin besar pula motivasi belajar siswa. Dengan kata lain
penerapan metode inquiry dapat membangkitakan motivasi belajar siswa.
(3) Tingkat kondisi penerapan metode inquiry pada bidang studi Alquran Hadis\\\\\
dapat dikategorikan berhasil. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata (mean) yang
diperoleh antara pre test dan post test, terlihat jelas bahwa mean post test 75,94 >
mean pre test 53,31.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode inquiry memberikan pengaruh yang
positif terhadap prestasi belajar siswa bidang studi Alquran Hadis\ MIN Sumurrejo
Kecamatan Gunung Pati Semarang.
vii
MOTTO
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(QS. Al „Alaq 1-5)*
*Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1984, hlm. 1079.
viii
PERSEMBAHAN
Terimakasih penulis ucapkan dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya
tulis ini untuk orang yang berarti dalam hidupku:
Ayah (Moenawar) dan Ibu (Mutiah) tercinta, terima kasih atas do’a restu
serta pengorbanannya demi study anak terkasihmu.
Suamiku ( Drs. M. Munif Sirojudin ) tersayang yang selalu menjadi spirit
dalam hidupku.
Kakak dan adikku tersayang yang selalu memberi semangat dan dukungan
demi terselesaikannya skripsi ini
Anakku (M. Fajrul Falah Hammun) tercinta
Seluruh keluargaku tercinta yang senantiasa mendo’akanku.
Seluruh teman-temanku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu,
terimakasih kalian selalu memberikan dorongan dan selalu menemaniku.....
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang
mukmin yang senantiasa mengikutinya.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa
skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari
semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantu.
Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :
1. Dr. H Sujai M,Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,
beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik,
selama masa penelitian.
2. Dr. H Syaifudin Zuhri, M.Ag selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Segenap Civitas Akademika IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan
bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
4. Imron Rosyadi, S. Ag selaku Kepala MI Negeri Sumurrejo yang telah
memberikan izin riset dalam penelitian ini.
5. Eni Susiati, selaku guru kelas IV MI Negeri Sumurrejo, yang telah bersedia
memberi pengarahan.
6. Suamiku tercinta nan senantiasa mencurahkan segenap perhatian, dukungan,
serta cinta kasih tulusnya, mampu membangkitkan segala usaha demi suksesnya
istri tercinta dalam studi.
7. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi
ini.
x
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT. Penyusun mengakui kekurangan dan
keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan
skripsi ini. Akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, 11 Juni 2011
Penulis :
Yayuk Sri Lestari Handayani
NIM: 093111283
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .…………………………………………………………. i
PERNYATAAN KEASLIAN ....……………………………………………… ii
PENGESAHAN …..………...…….…………………………………………... iii
NOTA PEMBIMBING………………………………………………………... iv
ABSTRAK ……………….…………………………………………………… v
MOTTO ……………..…………...…………………………………………… vii
PERSEMBAHAN …………….…………………………………………….... viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. xi
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………. 1
B. Penegasan Istilah ……………………………………… 5
C. Rumusan Masalah ...…………………………………… 7
D. Tujuan Penelitian ……………………………………… 8
E. Manfaat Penelitian ..………………………...…………. 8
BAB II : PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS\\|\\\\ DAN METODE
INQUIRY……………………………………........................ 9
A. Kajian Pustaka…………………………………………. 9
B. Alquran Hadis\\\\ dan Metode Inquiry.…………………… 10
1. Alquran Hadis\\\\……………………………………… 10
a. Belajar Alquran Hadis\\\\…………………………. 10
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Alquran
Hadis\\\\\ …………………………………………... 15
2. Strategi Pembelajaran Inquiry……………………… 17
a. Pengertian Inquiry……………………………… 19
b. Komponen Inquiry…………….……….……….. 21
xii
c. Strategi Inquiry dan Teknik Bertanya ………….. 22
d. Langkah-langkah Inquiry ……………………….. 28
e. Keunggulan Metode Inquiry ………………….. 31
C. Hipotesis……………………………………………….. 31
BAB III : METODE PENELITIAN………………………...………… 33
A. Subyek Penelitian...…………………………………….. 33
B. Bentuk Tindakan………………………………………... 33
C. Waktu Pelaksanaan ……………………………………... 34
D. Prosedur Penelitian……………………………………… 34
E. Kerangka Teoritik ……………………………………… 37
F. Indikator Keberhasilan…………………………………. 38
G. Teknik Analisis Data…………………………………… 38
BAB IV : PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ALQURAN
HADIS\\\\\ \\\| PADA SISWA KELAS IV MADRASAH
IBTIDAIYYAH NEGERI SUMURREJO TAHUN AJARAN
2010/2011 ……………………………………................…. 41
A. Gambaran Umum MIN Sumurrejo...…………………... 41
1. Struktur Organisasi………………………………… 41
2. Keadaan guru………………………………………. 41
3. Keadaan siswa ……………………………………... 42
4. Fasilitas…………………...………………………... 42
5. Gambaran Umum GBPP Alquran Hadis\\\\ \ Madrasah
Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo……………………… 43
B. Analisis Penerapan Metode Inquiry Pada Mata Pelajaran
Alquran Hadis\\\\\\ \\\ di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo
………………………………………………………… 48
1. Siklus I …………..…...……….……... 48
a. Perencanaan .…………….……………………. 48
b. Pelaksanaan..…………………...……………… 49
xiii
c. Pengamatan.……………………………………. 52
1. Pertemuan I ………………………………... 52
2. Pertemuan II………………………………... 54
d. Refleksi ………………………………………… 56
2. Siklus II..…………………………………….……... 58
a. Perencanaan ……………......……………..……. 58
b. Pelaksanaan ..…………………...………….…… 59
c. Pengamatan …………………………………….. 60
1. Pertemuan I…………………………………... 60
2. Pertemuan II …………………………………. 61
d. Refleksi………...………………………………... 62
C. Pembahasan ……….……………………………………. 64
D. Keterbatasan Penelitian…………………………………. 67
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP..…..................... 69
A. Kesimpulan……………………………………................ 69
B. Saran……...……………………………………............... 70
C. Penutup……………………………………...................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tentang membaca Alquran bertujuan untuk mengenalkan
manusia pada peranannya di antara sesama makhluk dan tanggung jawabnya
pribadi di dalam hidup ini, mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan
tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat, mengenalkan manusia akan
alam ini dan mengajak mereka mengetahui hikmah diciptakannya serta
memberikan kemungkinan kepada mereka untuk mengambil manfaat dari alam
tersebut, serta mengenalkan manusia akan pencipta alam ini (Allah) dan
memerintahkan beribadah kepada-Nya1.
Alquran adalah mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Untuk disampaikan pada umatnya. Alquran merupakan kitab suci bagi umat Islam
dan bagian dari rukun iman. Di dalam Alquran sendiri terdapat banyak
pengetahuan baik secara duniawi maupun ukhrowi baik pengetahuan yang telah
terungkap maupun belum terungkap. Mengembangkan suatu keterampilan
membaca khususnya untuk Alquran, yang baik harus dimulai sedini mungkin2
yaitu pada masa anak-anak, dan keterampilan membaca harus pula diawali dari
rumah (keluarga), sehingga anak akan terbiasa dan memiliki keterampilan dalam
membaca Alquran.
Pendidikan sebagai suatu sistem, apabila dikaitkan dengan prestasi belajar
anak sebagai hasil pengajaran tidak hanya dipengaruhi oleh anak didik saja, tetapi
juga faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri anak maupun dari
luar diri anak. Pembelajaran dapat berhasil dengan baik jika didukung oleh faktor
keluarga dan lingkungan siswa tersebut tinggal; seperti kurangnya perhatian orang
1 Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Filsafat Pendidikan Dalam Alquran, (Surabaya: PT. Bina
Ilmu, 1986), hlm. 3. 2 Tampubolon, Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak, (Bandung:
Angkasa, 1993), hlm. 62-63.
2
tua dalam pendidikan, khususnya pendidikan agama dalam membaca dan
menghafal Alquran dan Hadis\\\\, selain alokasi waktu pembelajaran mata pelajaran
Alquran Hadis\\\\\ di sekolah sangat kurang.
Peranan keluarga sangat menentukan dalam pendidikan anak, terutama
pada tingkat prasekolah dan SD khususnya dalam perkembangan bahasa, tulis dan
membaca. Kemampuan keterampilan membaca Alquran, bagi kehidupan
masyarakat khususnya umat Islam merupakan hal yang sangat penting dan utama.
Mengembangkan keterampilan membaca yang dimulai sejak dini merupakan
salah satu usaha menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca pada anak, dan
sekaligus mempersiapkannya memasuki pendidikan dasar, sebab membaca sejak
dini adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak pra sekolah.
Permasalahan dalam pengajaran, khususnya pengajaran agama Islam
adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada siswa secara baik, sehingga
tercipta interaksi edukatif. Kurangnya perhatian guru agama terhadap variasi
penggunaan metode mengajar, membuat siswa jemu, hasilnya upaya peningkatan
mutu pengajaran tidak berjalan baik.
Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu
memberi sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan teknologi dan kesenian,
serta pada kesejahteraan bangsa pada umumnya tanpa meninggalkan nilai-nilai
keislaman. Sehubungan dengan itu pendidikan hendaknya tertuju pada
pengembangan kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan
pribadi, kebutuhan masyarakat dan negara.
Metode memang salah satu penentu dalam proses pembelajaran. Metode
pengajaran adalah suatu cara untuk menyajikan pesan pembelajaran, sehingga
pencapaian hasil belajar dapat optimal. Tanpa metode, suatu pesan pembelajaran
tidak akan dapat berproses secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar ke arah
yang dicapai. Strategi pengajaran yang tidak tepat akan menjadi penghalang
kelancaran jalannya proses belajar mengajar. Oleh karena itu metode yang
ditetapkan seorang guru akan mendapat hasil yang optimal, jika mampu
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3
Ada peserta didik yang lebih senang membaca, diskusi atau praktek
langsung. Agar dapat membantu peserta didik belajar secara maksimal,
kesenangan dalam belajar itu perlu diperhatikan. Salah satunya dengan
menggunakan variasi metode pembelajaran yang beragam dengan melibatkan
indera belajar yang banyak, karena siswa akan lebih cepat memahami pelajaran
apabila siswa dilibatkan secara aktif baik mental maupun fisik.
Kreativitas merupakan bakat potensial yang dimiliki oleh setiap orang,
yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat3. Salah satu
masalah yang kritis ialah bagaimana dapat menemukan dan mengenali potensi
kreatif siswa dan bagaimana dapat mengembangkannya melalui pengalaman
pendidikan dalam arti meningkatkan kemampuan membaca khususnya pada
membaca Alquran. Kreativitas itu seperti halnya potensi lain, yaitu perlu diberi
kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan untuk berkembang.
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah harus merangsang kreativitas,
memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan
mendorong kreativitas. Ini harus dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi
hingga masa sekolah, dengan menjadikan kreativitas sebagai suatu pengalaman
menyenangkan dan dihargai secara sosial.4 Bila ditinjau dari segi pendidikan
kemampuan kreatif dapat ditingkatkan,5 sehubungan dengan seorang guru harus
selalu menghormati ide-ide murid, meskipun remeh dan sederhana, agar sifat
ingin tahu yang baru bersemi itu tidak mati sebelum tumbuh, karena salah satu
syarat utama tingkah laku kreatif adalah kebebasan berkhayal, belajar dan
bergerak bebas.
Umat Islam diharapkan mengetahui dan mempelajari ilmu pengetahuan
yang terkandung dalam Alquran serta mengamalkannya, yang akan menambah
3 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1992), hlm. 12.
4 Elizabeth B. Horlock, Child Development, (Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1982), hlm.
11. 5 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT.
Gramedia, 1992), hlm. 52.
4
keimanan dan ketakwaan sebagai seorang muslim. Diharapkan pula, generasi
muda sebagai generasi tangguh dan dapat menjaga nilai-nilai ke Islaman.
Guru yang piawai, senantiasa melakukan perbaikan terhadap pembelajaran
yang dilakukannya. Jika hari ini guru kurang puas dengan proses pembelajaran,
dia berusaha memperbaikinya untuk besok, begitu seterusnya. Ketidakpuasan
guru dalam proses pembelajaran mencirikan adanya masalah. Masalah tersebut
muncul dari lingkungan kelas. Hal itu dirasakan sendiri oleh guru untuk
diperbaiki. Dengan kegiatan itu, pada hakikatnya, guru telah melakukan
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah salah satu usaha untuk
melakukan perbaikan proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan.
Metode inquiry merupakan metode baru, yang akhir-akhir ini mulai
dipergunakan di semua mata pelajaran sekolah. Metode ini lebih bervariatif
dibanding dengan model pembelajaran terdahulu. Dalam mengajar kebanyakan
guru menggunakan metode ceramah saja, sehingga peserta didik tidak tertarik
terhadap metode tersebut, akhirnya anak didik tidak faham terhadap materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Metode pembelajaran inquiry bisa digunakan sebagai metode alternatif
yang dirasa lebih bisa memahami karakteristik belajar peserta didik yang berbeda-
beda. Karena inquiry berarti keterampilan aktif untuk membangkitkan
keingintahuan peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin membuktikan kegunaan
metode inquiry melalui penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul:
“PENERAPAN METODE INQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\\\\| PADA SISWA KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYYAH NEGERI SUMUREJO TAHUN AJARAN
2010/2011”
5
B. Penegasan Istilah
1. Penerapan
Penerapan adalah proses, cara, perbuatan menerapkan, pemasangan,
pemanfaatan; perihal mempraktikkan, perbuatan menggunakan sesuatu ke
dalam obyek6.
2. Metode Inquiry
Inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk
menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin
tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan
aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk
memuaskan rasa ingin tahu
Metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah
pada siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak
belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas
untuk dipecahkan. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber
belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan
pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa
dalam pemecahan masalah harus dikurangi.7
3. Upaya
Upaya diartikan sebagai usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud;
akal; ikhtiar.
4. Peningkatan
Proses, cara pembuatan meningkatkan usaha kegiatan dan sebagainya8.
5. Prestasi Belajar
6 Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), hlm. 1180.
7 Joko Sutrisno, Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry dalam Belajar Sains terhadap
Motivasi Belajar Siswa, dalam http://www.infodiknas.com/metode-pembelajaran-inquiry, diakses 15
Maret 2011.
8 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), hal. 1060.
6
Prestasi berasal dari bahasa Belanda prestatie kemudian dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha9. Menurut pendapat lain
prestasi berarti hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau
dikerjakan.
Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu10
. Sedangkan
pengertian belajar menurut beberapa ahli: Elizabeth B. Harlock, learning is
development that comes from exercise and effort11
. belajar adalah suatu
perkembangan setelah adanya proses (latihan) dan usaha (belajar). Maksudnya
belajar di sini adalah usaha untuk mencapai aspek tingkah laku yang
menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.
Jadi yang dimaksud dengan belajar dalam penelitian ini adalah kesanggupan
atau kesungguhan belajar yang dilakukan oleh peserta didik (siswa) dalam
upaya memperoleh perubahan tingkah laku melalui prosedur latihan dan
pengalaman yang dilakukan baik di sekolah maupun di rumah.
6. Alquran Hadis\\
Alquran Hadis\\ merupakan Bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam pada Madrasah Ibtidaiyah. Pendidikan agama Islam yaitu bimbingan
jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam12
.
Alquran Hadis\\ memberikan motivasi, membimbing, mengarahkan,
pemahaman, mengembangkan kemampuan dasar dan menghayati isi yang
terkandung dalam Alquran dan Hadis\\ yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam perilaku yang memancarkan iman dan takwa kepada allah swt sesuai
dengan ketentuan Alquran dan Hadis\\.13
9 Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksional; Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991), hlm. 2.
10 Harimurti Kridalaksana, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1997), hlm. 14.
11 Elizabeth B. Horlock, Child Development, (Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1982), hlm
28.
12 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986),
hlm. 23.
13 Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Khusus Alquran Hadis\\, (Jakarta: 2003) hal.2.
7
7. Madrasah Ibtidaiyah
Perkataan madrasah berasal dari bahasa Arab, artinya tempat belajar. Padanan
kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah, lebih dikhususkan lagi
sekolah-sekolah agama Islam.
Menurut Surat Keputusan Bersama Tiga Menteri tahun 1975, menjelaskan
pengertian madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan mata
pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar yang diberikan sekurang-
kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum14
.
Madrasah itu meliputi tiga tingkatan; Pertama, Madrasah Ibtidaiyah setingkat
dengan sekolah dasar. Kedua, Madrasah Tsanawiyah setingkat dengan
sekolah menengah pertama. Ketiga, Madrasah Aliyah setingkat dengan
sekolah menengah atas15
.
Secara keseluruhan maksud dari judul ini adalah suatu penelitian yang
menguraikan tentang bagaimana usaha guru dalam mengembangkan kemampuan
dasar dan menghayati isi kandungan Alquran dan Hadis\\ yang diharapkan dapat
diwujudkan dalam perilaku yang memancarkan iman dan takwa kepada Allah
SWT sesuai dengan ketentuan Alquran dan Hadis\\ melalui prosedur latihan dan
pengalaman, yang dilakukan baik di sekolah maupun di rumah, dengan
menggunakan metode inquiry.
C. Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan metode inquiry dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa?
2. Apakah penerapan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode
inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?
14
Haidar Putra Daulay, Historis dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah,
(Yogyakarta: PT. Tiara wacana, 2001), hlm. 63.
15 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), ed. 2, (Jakarta: Bumi Aksara,
2000), hlm. 290.
8
D. Tujuan
Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi yang
kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan
gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan metode inquiry dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\\\ pada siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo tahun ajaran 2010/2011.
Tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan metode inquiry pada mata
pelajaran Alquran Hadis\\\\.
2. Untuk mengetahui prestasi siswa dalam pelajaran Alquran Hadis\\\\ dengan
menggunakan metode inquiry.
E. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya dan
secara teknis, teoritis maupun teknis, juga berguna bagi :
1. Bagi peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keintelektualan
sehingga penelitian ini bisa digunakan sebagai wahana untuk mengkaji secara
ilmiah tentang bagaimana mengupayakan penggunaan metode inquiry pada
pembelajaran Alquran Hadis\\, dalam proses kegiatan belajar mengajar dan
nantinya dapat diterapkan ketika berada di lapangan (sebagai tenaga pengajar)
2. Bagi lembaga yang terkait.
Dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk menentukan
dasar kebijaksanaan dalam upaya meningkatkan prestasi siswa, khususnya
mata pelajaran Alquran Hadis\\.
3. Bagi institusi pendidikan.
Dari penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan untuk memperkaya khususnya dalam bidang pengajaran.
4. Bagi guru.
Sebagai masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan penggunaan
metode inquiry dalam pembelajaran, khususnya mata pelajaran Alquran
Hadis\\.
BAB II
PEMBELAJARAN ALQURAN HADIS|\\\\\\\
DAN METODE INQUIRY
A. Kajian Pustaka
Sebelum membahas lebih lanjut tentang penerapan metode inquiry dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\\ pada siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo tahun ajaran 2010/2011, maka menelaah
buku-buku atau penelitian yang pernah dilakukan mutlak dilakukan, demi
menjaga orisinalitas penelitian.
Penelitian tentang mata pelajaran Alquran Hadis\\\\\ bukan pertama kalinya
dilakukan. Banyak penelitian lain yang membahas, terutama Kurikulum PAI,
meskipun pisau analisa sangat berbeda. Dari sini nantinya akan penulis gunakan
sebagai sebagai komparasi dalam mengupas berbagai masalah dalam penelitian
ini, di antaranya sebagai berikut:
1. Skripsi Saudara Fatmawati, NIM. 3100071. Berjudul “Pengembangan
Keterampilan Membaca Al-Qur’an Sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas
Anak Didik Di SD Islam Al-Azhar 25 Semarang”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui : Upaya apa dalam mengembangkan dan meningkatkan
kreativitas anak terhadap keterampilan membaca Alquran di SD Islam Al-
Azhar. Dan langkah-langkah yang ditempuh para guru SD Islam Al-Azhar 25
Semarang dalam mengatasi kesulitan-kesulitan membaca Alquran pada anak
didik, dan belum menyentuh aspek makna dan pemahaman ayat Alquran. Juga
tanpa spesifikasi bahasan metode yang dipakai.
2. Skripsi Saudara Imam Effendi, NIM. 4195060. Skripsi tersebut berjudul “Studi
Korelasi Antara Bimbingan Belajar dengan Motivasi Belajar PAI pada Siswa
Kelas I Cawu I SMU 02 Semarang Th. Ajaran 2000/2001”. Dalam skripsi
tersebut membahas tentang bimbingan belajar yang ditujukan pada motivasi
belajar anak. Bimbingan di sini khususnya diperoleh dari guru dan motivasinya
datang dari anak itu sendiri maupun dari luar, yaitu orang tua, guru, teman, dan
10
fasilitas belajar. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah metode inquiry
yang ditujukan kepada prestasi belajar.
3. Skripsi Saudari Siti Muti Amroh, NIM. 3198017. Skripsi tersebut berjudul
“Peranan Bimbingan Belajar Guru dan Orang Tua dalam Meningkatkan
Akhlaqul Karimah Siswa di MTs Sunan Kalijaga Kec. Bawang Kab. Batang”.
Skripsi tersebut membahas mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
bimbingan keteladanan dari guru dan orang tua, fungsinya membentuk
perilaku yang terpuji pada anak. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah
sebuah penelitian tindakan kelas dengan sebuah metode baru dan pengaruhnya
terhadap prestasi belajar Alquran Hadis\\\\\.
Demikianlah, beberapa kajian pustaka yang penulis temukan berkaitan.
Dari masing-masing judul skripsi tersebut, menunjukkan adanya perbedaan dalam
segi pembahasan dengan skripsi ini. Oleh sebab itu penelitian Penerapan Metode
inquiry Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Alqur‟an Hadis\\\ Pada Siswa
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011, layak
untuk dilakukan.
B. Alquran Hadis\\\\\\ dan Metode inquiry
1. Alquran Hadis\\\\\\
a. Belajar Alquran Hadis\\\\\\
Belajar merupakan satu-satunya cara untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Sedemikian pentingnya ilmu pengetahuan, sampai-sampai
dinyatakan dalam Alquran, bahwa dengan ilmu pengetahuan derajat
manusia akan ditinggikan oleh Allah. Hal ini dinyatakan dalam surat
Alquran:
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kamu dan Orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
(Q.S. Al-Mujadilah: 11).1
1 Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya. (Semarang: CV. Asy-Syifa, 1984).
hlm.910-911.
11
Dari ayat di atas dapat diambil pengertian bahwa siapa saja yang
memiliki ilmu pengetahuan tinggi disertai dengan iman, maka orang
tersebut akan memperoleh derajat (kemuliaan) lebih tinggi dibanding
orang yang pengetahuannya rendah, baik di mata manusia maupun di sisi
Allah SWT.
Beranjak dari nilai tersebut, maka Rasulullah mewajibkan kepada
orang Islam untuk menuntut ilmu. Sabda Rasulullah SAW:
“Menuntut ilmu itu wajib bagi tiap-tiap muslim”.2
Sebagai muslim, sudah tentu pembekalan ilmu pengetahuan dengan
iman merupakan sebuah keniscayaan. Tanpa iman, setinggi dan sebanyak
apapun ilmu pengetahuan, hanya mengakibatkan kesombongan belaka.
Pokok ajaran dan sumber dari segala sumber ilmu pengetahuan serta
keimanan adalah Alquran dan Hadis\\\\. Oleh sebab itu maka pembelajaran
Alquran Hadis\\\\\\ kepada anak harus ditanamkan sejak dini.
Muhibbin Syah berpendapat:
“belajar adalah key term (istilah kunci) paling vital dalam setiap
usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah
ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu
mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu. Karena
demikian pentingnya arti belajar, sebagian terbesar upaya riset dan
eksperimen pendidikan pun diarahkan pada tercapainya pemahaman
yang lebih luas dan mendalam mengenai satu proses perubahan
manusia”.3
Menurut Sholeh Abdul Aziz:
“Sesungguhnya belajar itu adalah perubahan di dalam hati (pikiran)
2 Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As Suyuthi, al Jami’ al Shagir (Indonesia: Dar Al-
Ihya Al-Kutub Al-„Arabiyah, tt.), hlm. 194.
3 Muhibbin Syah, Muhbbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. ( Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 88-89.
12
seorang pelajar yang datang atas pengetahuan lama, maka timbullah
di dalamnya perubahan yang baru”.4
Lester Crow and Alice Crow, dalam bukunya Development and
Learning, mengatakan:
“Learning is a modification of behavior accompanying growth
processes that are brought about through adjustment to tensions
initiated through sensory stimulation”.5
“Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, disertai (bersamaan)
dengan proses-proses pertumbuhan yang kesemuanya disebabkan
oleh penyesuaian terhadap keadaan, yang diawali lewat rangsangan
panca indera”.
Dari beberapa definisi belajar di atas, dapat ditarik benang merah
bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan dengan sengaja untuk
memperoleh perubahan pada diri, baik dengan pengalaman ataupun
latihan.
Alquran dan Hadis\\\\ merupakan dasar utama ajaran Islam, karena dari
kedua dasar tersebut dapat dikembangkan berbagai studi Islam, seperti
Tafsir, Hadis\\\\, Fiqh, Ilmu kalam, Akhlak dan lain sebagainya. Alquran dan
Hadis\\\\, merupakan pedoman hidup umat Islam, penjamin keselamatan,
baik di dunia maupun di akhirat.
Alquran ialah wahyu yang dibukukan, diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW, sebagai suatu mukjizat, membacanya dianggap ibadat,
dan merupakan sumber utama ajaran Islam, adapun ruang lingkup
pengajaran Alquran ini lebih banyak berisi pengajaran ketrampilan khusus
yang memerlukan banyak latihan dan pembiasaan.6
Secara harfiah Alquran berarti bacaan atau yang dibaca. Pengertian
ini sejalan dengan maksud diturunkannya Alquran agar dibaca, untuk
dipahami dan diamalkan kandungannya. Sedangkan secara terminologi,
4 Sholeh Abdul Azis, Abdul Majid, At-Thuruqut Tadris, Jilid I (Mesir: Darul ma‟arif, 1968),
hlm. 168.
5 Lester Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York: American
Book Company, 1956), hlm. 215. 6 Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,
2001), hlm. 89.
13
Alquran adalah firman Allah yang diturunkan melalui Ruhul Amin (Jibril
as) dengan lafal berbahasa Arab dan maknanya benar, agar ia menjadi
hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-
undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi
sarana pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya.
Alquran itu terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surat al-Fatihah dan
diakhiri dengan surat al-Naas, disampaikan kepada kita secara mutawatir
dari satu generasi ke generasi berikutnya secara tulisan maupun lisan, dan
terpelihara dari perubahan dan pergantian. 7
Adapun Hadis\\\\ secara harfiah berarti baru, kabar atau berita.
Sedangkan dalam pengertian yang lazim digunakan, Hadis\\\\ sama dengan
assunnah yaitu segala sesuatu yang didapat dari Nabi Muhammad SAW,
baik berupa ucapan, perbuatan maupun ketetapan. Dilihat dari segi
periwayatannya, Hadis\\\\ terbagi dua, yaitu Hadis\\\\ Mutawatir dan Hadis\\\\
Ahad. Hadis\\\\ mutawatir adalah Hadis\\\\ yang benar-benar dari Nabi
Muhammad SAW, diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang mustahil
berbuat dusta melalui panca indera. Sedang Hadis\\\\ ahad setelah dilakukan
penelitian dapat dikategorikan sebagai Hadis\\\\ Shahih, Hadis\\\\ Hasan dan
Hadis\\\\ Dhaif.8
Alquran dan Hadis\\\\ dilihat dari segi sisinya berkaitan dengan dua
masalah besar yakni masalah dunia dan masalah akhirat. Masalah dunia
termasuk bidang ekonomi, sosial keluarga, politik, ilmu pengetahuan dan
teknologi, pertahanan keamanan, hubungan antara umat, moralitas dan
lain sebagainya. Sedangkan masalah keakhiratan berkaitan dengan
keimanan terhadap kehidupan akhirat, pahala dan dosa, ganjaran dan
siksaan, serta berbagai masalah kehidupan di akhirat.
Perlu ditegaskan di sini, bahwa sungguhpun Alquran berisi petunjuk
7 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 291.
8 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 292-293.
14
yang lengkap mengenai kehidupan keduniaan dan keakhiratan, namun
Alquran “bukanlah, kitab siap pakai”. Hal ini dapat dipahami karena untuk
menghubungkan suatu peristiwa dengan Alquran, mau tidak mau
memerlukan ketertiban penalaran atau ijtihad, sebagaimana dilakukan oleh
para ulama mujtahid. Alquran memerlukan penjabaran Hadis\\\\ dan
pendapat akal pikiran. 9
Dalam rangka memahami Alquran dan Hadis\\\\ tersebut diperlukan
seperangkat pengetahuan dasar sebagai berikut: 10
1) Mengetahui sejarah diturunkannya Alquran (Ashab al-Nuzul), atau
sejarah datangnya Hadis\\\\ (Ashab al-Wurud) sehingga akan diperoleh
ketepatan dalam memahami Alquran sesuai dengan konteksnya.
2) Mengetahui sifat dari dalalah ayat-ayat Alquran dan Hadis\\\\, yaitu ada
ayat dan Hadis\\\\ yang qath’i dan ada ayat dan Hadis\\\\ yang dzanni. Ayat
dan Hadis\\\\ dzanni inilah yang dapat menimbulkan perbedaan pendapat.
3) Mengetahui pula sifat ayat Alquran yang tegas (muhkam), mujmal,
mutlak dan musytarak. Untuk menjelaskan sifat-sifat ayat Alquran
tersebut diperlukan Hadis\\\\.
4) Mengetahui derajat Hadis\\\\, yakni mutawatir, ahad dan berbagai
variasinya.
5) Mengetahui bahasa Arab dengan berbagai cabangnya seperti Ilmu
Nahwu, Sharaf, Balaghah, dan Ma‟ani, sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam memahaminya.
6) Mengetahui ilmu Istimbath hukum, yaitu ilmu tentang cara
mengeluarkan dalil dari Alquran, sebagaimana diatur dalam Ilmu
Ushul Fiqh.
7) Mengetahui mana-mana saja ayat yang sudah dimansukh (dihapus
maksudnya) dan mana-mana saja ayat yang mansukh (menghapus),
9 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 293.
10 Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media), 2003, hlm. 295.
15
sebagaimana dijumpai dalam ilmu nasikh mansukh.
8) Mengetahui cara-cara menafsirkan Alquran. Seperti dengan cara
ijmali, tafsili atau maudlu’i; serta mengetahui ilmu-ilmu bantu lainnya,
seperti ilmu biologi, ilmu sejarah, ilmu sosial, ilmu ekonomi dan lain
sebagainya.
9) Disertai kejujuran dan tanggung jawab baik terhadap Allah maupun
terhadap umat manusia.
Demi kesempurnaan manusia yang tidak akan terwujud, kecuali
dengan menserasikan antara agama dan ilmu pengetahuan, maka
penanaman baik tekstual maupun kontekstual Alquran Hadis\\\\\t, idealnya
dilakukan semenjak usia dini. Pembelajaran tanpa harus memilah-milah
jenis disiplin ilmu; di mana ilmu agama menjadi terpisah dari ilmu
duniawi, yang lazim disebut ilmu pengetahuan dan teknologi.11
b. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Alquran Hadis\\\\\
Sebagai khalifah atau wakil Allah SWT di muka bumi, manusia
harus mencerminkan sifat-sifat Illahiyah dalam kehidupan dunia di muka
bumi ini, dan untuk dapat memerankannya manusia harus
mengembangkan potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya
maupun profesionalnya. Pengembangan ini tidak lain melalui proses
pendidikan.12
Setiap proses pembelajaran menginginkan capaian, menghasilkan
anak didik cerdas dan terampil dalam hidup. Proses pembelajaran dapat
dinilai berhasil, apabila dari materi yang disampaikan dalam pembelajaran
mampu mempengaruhi jiwa anak didik.
Adapun fungsi Pengajaran Alquran Hadis\\\\\\ sebagai bagian dari mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan; yaitu meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada
11
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia: 1997, Bandung, hlm. 192.
12 Chabib Thoha dan Abdul Mu‟ti (penyunting), PBM-PAI di Sekolah, (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998), hlm. 199.
16
Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
2) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki
bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
orang lain.
3) Perbaikan; yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan dalam keyakinan,
pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
4) Pencegahan; yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan
peserta didik atau dari budaya lain, yang dapat membahayakan dan
menghambat perkembangan dirinya menuju manusia indonesia
seutuhnya.
5) Penyesuaian; yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah
lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
6) Sumber nilai; yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
7) Pengajaran; yaitu untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan
fungsional.13
Tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh
potensi seseorang ke arah perkembangan sempurna, yaitu perkembangan
fisik, intelektual dan budi pekerti, pendidikan juga harus diarahkan pada
upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup di masyarakat secara
bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian sesuai dengan
bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya.14
Tujuan pendidikan sekarang tidak cukup hanya memberikan bekal
13
Marasuddin Siregar, Pengelolaan Pengajaran, Dalam Chabib Thoha (ed), PBM-PAI di
Sekolah, op.cit., hlm. 181-182.
14 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; Raja Grafindo Persada,1997), hlm.
51.
17
pengetahuan, ketrampilan, keimanan dan ketaqwaan saja, tetapi juga harus
diupayakan melahirkan manusia kreatif, inovatif, mandiri dan produktif,
mengingat dunia masa mendatang adalah dunia kompetitif.15
2. Strategi Pembelajaran Inquiry
Munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat di hampir semua lini
kehidupan, telah menggeser paradigma lama menjadi paradigma baru. Seiring
dengan itu, pendidikan mencoba merespon setiap perubahan. Dengan maksud
agar kualitas pendidikan tidak lagi dinilai kadaluwarsa dan tidak peka
terhadap perkembangan zaman.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal, kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar baru yang lebih memberdayakan siswa, sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.16
Untuk memperoleh hasil itu, perlu adanya beberapa perubahan dalam
strategi pengajaran. Pendidikan melakukan perubahan-perubahan diantaranya
dengan mengembangkan kurikulum, metode dan model pendidikan terbaru,
diantaranya menerapkan Active Learning.
Kurikulum dan metode tersebut berbeda jauh dari model lama. Model
baru ini lebih menekankan pada peran dan aktivitas peserta didik ketimbang
dominasi guru di dalam kelas. Di samping itu model baru ini lebih membawa
peserta didik pada kenyataan di sekelilingnya, ketimbang menjejali mereka
dengan teori yang “mengawang”.17
Semua materi pelajaran di sekolah atau madrasah, merupakan salah satu
15
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta; Raja Grafindo, 2001), hlm.
67.
16 Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm. 2.
17 Syamsul Ma‟arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need‟s Press), 2009, hlm.
151-152.
18
mata pelajaran yang harus mengikuti standar kurikulum baru tersebut. Dalam
rangka mencapai standar isi, artinya bahwa materi pelajaran diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati
peristiwa dalam kehidupan, yang kemudian bisa menjadi inspirasi bagi dasar
pandangan hidupnya. Melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
penggunaan pengalaman, pembiasaan dan keteladanan.18
Ada hal mendasar terkait dengan pengajaran materi di Sekolah Dasar,
yaitu kemampuan guru dalam menggali nilai, makna, aksioma, hikmah, dalil
dan teori dari fakta-fakta yang ada. Materi yang disampaikan guru hendaknya
tidak berhenti pada transfer of knowledge, tetapi juga merupakan pendidikan
nilai.
Materi dari guru harus menawarkan pengalaman belajar dan memiliki
kecakapan dalam hidup. Sehingga dalam proses belajar mengajar, diharapkan
mampu mengurai ibrah yang terkandung dalam sebuah peristiwa kehidupan.
Pengalaman belajar yang ditawarkan guru di dalam pembelajaran diperlukan
melalui berbagai kegiatan dan tugas yang menarik, menyenangkan serta
menantang.
Kegiatan-kegiatan tersebut akan melibatkan peserta didik aktif diskusi,
presentasi, wawancara, dialog, penelitian, menjelajah internet, berkunjung ke
perpustakaan dan sebagainya. Dengan melakukan kegiatan seperti itu, peserta
didik akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sekaligus
pengalaman belajar. Dari sini potensi peserta didik akan terasah, kegemaran
membaca serta melakukan analisis, penelitian juga akan terarah.
Adapun untuk mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar,
guru dapat menggunakan Pendekatan terbaru yakni metode inquiry. Strategi
tersebut menuntut aktifitas penuh peserta didik, dan guru bertindak sebagai
fasilitator.19
18
Syamsul Ma‟arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need‟s Press), 2009, hlm.
152.
19 Syamsul Ma‟arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need‟s Press), 2009, hal,
154.
19
a. Pengertian inquiry
Inquiry berasal dari bahasa Inggris, yang berarti pertanyaan,
pemeriksaan, penyelidikan20
. Strategi ini berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri.
Menemukan, merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis inquiry. Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa,
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
menemukan sendiri.
Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inquiry,
antara lain: observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan
dugaan (hipotesis), pengumpulan data (pola gathering), penyimpulan
(conclusion), sedangkan langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry)
adalah sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun).
2) Mengamati atau melakukan observasi.
3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan,
bagan, tabel dan karya lainnya.
4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca,
teman sekelas, guru atau audien lain.21
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang telah
dialami, karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir, metode ini
menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam
kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta didik memproses
pengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan
20
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 84.
21 Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm.
12.
20
nyata. Dengan demikian, melalui metode ini peserta didik dibiasakan
untuk produktif, analisis, dan kritis.22
Sebagaimana Mel Silberman menyatakan beberapa pernyataan yang
perlu direnungkan yaitu antara lain:
1) Apa yang saya dengar, saya lupa.
2) Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
3) Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan
beberapa teman lain, saya mulai faham.
4) Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan.
5) Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.23
Inquiry ini dapat melatih siswa untuk belajar mandiri, sehingga
akan menghasilkan pengetahuan dan ketrampilan yang lebih bermakna
bagi mereka daripada mengingat seperangkat fakta-fakta yang diberikan
oleh guru.
Sebagai metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-
dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran ini
siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam
memecahkan masalah.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah
yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun
dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan, dipilih oleh
siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi
siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan
guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam
pemecahan masalah harus dikurangi.
22
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2003), hlm. 235.
23 Mel Silberman, Active Learning, (Singapore: Allyn and Bacon, 1996), hlm. 2.
21
b. Komponen inquiry
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry
sangat beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat
disebutkan bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5
komponen umum24
yaitu:
a. Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka
yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa
akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang
dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan
dipecahkan oleh siswa. Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan
inti atau masalah inti yang harus dipecahkan oleh siswa. Untuk
menjawab pertanyaan ini, siswa dituntut untuk melakukan beberapa
langkah seperti evaluasi, sintesis, dan analisis. Jawaban dari
pertanyaan inti tidak dapat ditemukan misalnya di dalam buku teks,
melainkan harus dibuat atau dikonstruksi.
b. Student Engangement.
Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu
keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa
bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian
atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan
dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam
melakukan sebuah investigasi.
c. Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam
kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa
bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang diajukan
guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja semua
24
http://gurupkn.wordpress.com/2008/08/16/metode-pembelajaran- inquiry. Diakses 15 Maret
2011.
22
jawaban benar.
d. Performance Evaluation.
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk
membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya
mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini
dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain.
Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
e. Variety of Resources.
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar,
misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara dengan
ahli, dan lain sebagainya.
c. Strategi inquiry dan Teknik Bertanya
Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini adalah:25
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.
Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial
emosional.
Keterarahan kegiatan logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri
siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inquiry.
Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu
diperhatikan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa dapat ber inquiry
secara maksimal. Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi
timbulnya kegiatan inquiry bagi siswa. Kondisi tersebut ialah26
:
a. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang
siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di
dalam kelas, di mana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan
atau hambatan untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut,
atau rasa rendah diri, atau rasa malu dan sebagainya, baik terhadap
25 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 85.
26 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 85-86.
23
teman, siswa, maupun terhadap guru adalah faktor-faktor yang
menghambat terciptanya suasana bebas di kelas. Kebebasan berbicara
dan penghargaan terhadap pendapat yang berbeda sekalipun pendapat
itu tidak relevan perlu selalu dipelihara dalam batas-batas disiplin yang
ada.
b. Inquiry berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada
dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran
yang bersifat mutlak. Kebenarannya selalu bersifat sementara. Sikap
terhadap pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan
demikian, maka penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi
inquiry. Apabila pengetahuan dipandang sebagai hipotesis dengan
pengajuan berbagai informasi yang relevan. Sehubungan adanya
berbagai sudut pandang yang berbeda di antara siswa, maka sedapat
mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelesaian masalah sehingga
inquiry bersifat open ended.
Inquiry bersifat open ended jika berbagai kesimpulan yang berbeda
dari siswa masing-masing dengan argumen yang benar. Di samping
inquiry terbuka dikenal pula inquiry tertutup, yaitu jika hanya ada
satu-satunya kesimpulan yang benar sebagai hasil proses inquiry.
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan
validitas dan reliabilitas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam
pengujian hipotesis dan pada umumnya.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, maka peranan guru sangat
menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan
siswa sebagai penerima informasi, sekalipun hal itu sangat diperlukan.
Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inquiry adalah sebagai
berikut27
:
1. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah
berfikir.
27
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 86-87.
24
2. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam
proses berpikir siswa.
3. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri.
4. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di
dalam kelas.
5. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan
yang diharapkan.
6. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai
dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.
Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif maka
pengenalan kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara
berpikirnya, cara mereka menanggapi, dan sebagainya.
Strategi belajar-mengajar inquiry dapat dilaksanakan dengan
berbagai metode mengajar, seperti metode tanya-jawab, diskusi, problem
solving, studi kasus, penelitian mandiri, dan sebagainya. Suatu metode
perlu didukung oleh seperangkat teknik tertentu supaya metode tersebut
dapat berjalan dengan baik. Salah satu teknik yang banyak dipakai dalam
berbagai metode mengajar ialah teknik bertanya. Karena teknik ini
digunakan secara luas, maka perlu dibicarakan secara khusus penggunaan
teknik bertanya itu dalam hubungannya dengan strategi tertentu.
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut28
: guru membagi tugas
meneliti sesuatu masalah ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang
harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas
tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka dalam kelompok
didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik.
28
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 97.
25
Akhirnya hasil kerja kelompok dilaporkan ke sidang pleno, dan
terjadilah diskusi. Dari sidang pleno-lah kesimpulan dirumuskan, sebagai
kelanjutan hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih
ada tindak lanjut yang harus dilaksanakan; hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar memiliki tujuan
agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri
pemecahan masalah. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama
dalam kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan
pendapatnya dan merumuskan kesimpulan. Juga diharapkan dapat
berdebat, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Seperti
merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisa data, menarik kesimpulan.
Menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan
sebagainya. Akhirnya dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama.
Bila siswa melakukan semua kegiatan di atas berarti siswa sedang
melakukan inquiry.
Teknik ini dapat juga berjalan sebagai berikut: guru menunjukkan
sesuatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa di kelas.
Semua siswa disuruh untuk mengamati, meraba, melihat dengan seluruh
alat inderanya. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada seluruh
siswa yang sudah siap dengan jawaban, maka ia akan mendapat giliran
mengemukakan pendapatnya. Jawaban, yang sudah dikemukakan oleh
temannya terdahulu, tidak boleh diulang. Jadi masalah itu berkembang
seperti harapan; tidak menyeleweng pada baris pelajaran yang telah
direncanakan. Murid menemukan banyak masukan (bahan-bahan) yang
berarti. Hal itu bisa terjadi, bila proses interaksi belajar mengajar ada arah
perubahan dari “teacher centered” kepada “student centered”.
Dalam proses belajar siswa memerlukan waktu untuk menggunakan
daya otaknya untuk berpikir dan memperolah pengertian tentang konsep,
prinsip dan teknik menyelidiki masalah.
26
Untuk meningkatkan teknik inquiry dapat ditimbulkan dengan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut29
:
1) Membimbing kegiatan laboratorium.
2) Modifikasi inquiry.
3) Kebebasan inquiry.
4) Inquiry pendekatan peranan.
5) Mengundang ke dalam inquiry.
6) Teka-teki bergambar.
7) Synectics lesson.
8) Kejelasan nilai-nilai.
Maksudnya yang pertama. Guru menyediakan petunjuk yang cukup
luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru.
Di mana siswa melakukan kegiatan percobaan/penyelidikan untuk
menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan
guru.
Kedua. Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah
dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah
secara perseorangan maupun kelompok. Bantuan yang bisa diberikan
harus berupa pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa dapat
berpikir menemukan cara-cara penelitian yang tepat.
Ketiga. Setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana
memecahkan suatu problema dan memperoleh pengetahuan cukup tentang
mata pelajaran tertentu; serta telah melakukan “modifikasi inquiry”, maka
siswa telah siap untuk melakukan kegiatan kebebasan inquiry. Dimana
guru dapat mengundang siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan
“kebebasan inquiry”, dari siswa dapat mengidentifikasi dan merumuskan
macam-macam masalah yang akan dipelajari.
Keempat. Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah, yang
cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasanya diikuti oleh para
29
Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar
Mengajar, PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2008, hlm. 77.
27
“ilmiawan”. Suatu undangan memberikan suatu masalah kepada siswa dan
dengan pertanyaan yang telah direncanakan dengan teliti mengundang
siswa untuk melakukan beberapa kegiatan seperti: merancang eksperimen,
merumuskan hipotesa, menetapkan pengawasan dan seterusnya.
Kelima. Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa
dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk
memecahkan masalah, masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan
yang berbeda-beda seperti: koordinator tim, penasihat teknis, merekam
data, proses penilaian. Anggota tim menggambarkan peranan-peranan di
atas, bekerjasama untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan
dengan topik yang akan dipelajari.
Keenam. Adalah salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi
dan perhatian siswa di dalam diskusi kelompok kecil/besar. Gambar,
peragaan atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk
meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa.
Ketujuh. Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif
siswa. Misalnya science dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan bahwa
emosi, efektif, dan komponen-komponen rasional kreatif pada
permulaannya adalah lebih penting dibandingkan dengan pikiran-pikiran
rasional. Pada dasarnya “synectics” memusatkan pada keterlibatan siswa
untuk membuat berbagai macam bentuk kiasan agar dapat membuka
inteligensinya dan mengembangkan daya kreativitasnya. Hal itu dapat
dilaksanakan karena “kiasan” dapat membantu dalam melepaskan “ikatan
struktural mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu masalah
sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
Kedelapan. Perlu diadakan evaluasi lebih lanjut tentang keuntungan-
keuntungan pendekatan ini, terutama yang menyangkut sikap, nilai-nilai
dan pembentukan “self-concept” siswa. Ternyata dengan teknik inquiry
siswa melakukan tugas-tugas kognitif lebih baik.
Agar teknik ini dapat dilaksanakan dengan baik memerlukan
kondisi-kondisi sebagai berikut:
28
1. Kondisi yang fleksibel, bebas untuk berinteraksi.
2. Kondisi lingkungan yang responsif.
3. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
4. Kondisi yang bebas dari tekanan.
Dalam teknik inquiry guru berperanan untuk:
1. Menstimulir dan menantang siswa untuk berpikir.
2. Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk berinisiatif dan
bertindak.
3. Memberikan dukungan untuk “ inquiry”.
4. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu
mengatasinya.
5. Mengidentifikasi dan menggunakan “teachable moment”.
Hal-hal yang perlu distimulir dalam proses belajar melalui
“inquiry”.
1. Otonomi siswa.
2. Kebebasan dan dukungan pada siswa.
3. Sikap keterbukaan.
4. Percaya pada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
5. Self-concept.
6. Pengalaman inquiry, terlibat dalam masalah-masalah.
d. Langkah-langkah inquiry
Pada strategi inquiry, kegiatan belajar-mengajar diawali dengan
menghadapkan siswa pada masalah yang merangsang. Hal ini dapat
dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal atau pengalaman nyata,
atau bisa dirancang sendiri oleh guru. Jika siswa menunjukkan reaksinya
maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal yang berbeda-
beda sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mereka
mengorganisasi stimulus itu, dan perasaan mereka. Jika siswa sudah
menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang dinyatakan oleh
reaksi mereka yang berbeda-beda, guru mengarahkan mereka untuk
merumuskan dan menyusun masalah.
29
Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi
yang dipresentasikan oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari
bahan pengajaran harus terkait dengan pengetahuan yang dimiliki oleh
siswa. Bahan ini disebut advanced organizer.
Selanjutnya siswa diarahkan pada usaha supaya mereka mampu
menganalisis, mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja, dan
melaporkan hasilnya. Akhirnya, siswa mengevaluasi sendiri
penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran ini
berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi lain atau dalam
menghadapi masalah baru di luar penyelidikan mereka.
Langkah-langkah kegiatan belajar-mengajar seperti itu dapat disusun
sebagai berikut30
:
Tahap Pertama
Menghadapi stimulus (terencana atau tidak terencana)
Tahap Kedua
Menjajaki reaksi terhadap situasi yang merangsang
Tahap Ketiga
Merumuskan tugas yang dipelajari dan mengorganisasikan kelas
(Merumuskan masalah, tugas kelas, peranan, dan sebagainya)
Tahap Keempat
Belajar menyelesaikan masalah secara independen atau kelompok
Tahap Kelima
Menganalisis proses dan kemajuan kegiatan belajar
Tahap Keenam
Evaluasi dapat juga dirinci dengan model belajar kelompok sebagai
berikut:
30 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT. Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 98.
30
Pengajaran Inquiry Dengan Model Kerja Kelompok
KEGIATAN SISWA SINTAKS
ALIRAN
KEGIATAN
KEGIATAN GURU KETERANGAN
1.1. Mengerjakan pre-tes
1.2. Menunjukkan
kebutuhan masalah
dan minta informasi
1.1 Menentukan
entry behaviour
1.2 Menjelaskan
tujuan
pengajaran
1. Guru
mempersiapkan
handouts tentang
materi dan yang
berhubungan
dengan konten
2. Mendengar,
mempertanyakan,
mengusulkan
2.1 Memberi
penjelasan
singkat dan
menyeluruh
tentang konten
dan prosedur
kerja
2. Menentukan batas
waktu
3. Masuk ke dalam
kelompok
3.1 Mengorganisasi
fasilitas dan
kelompok
3. Menjajaki cara
pembentukan
kelompok
4. Merumuskan,
mengklarifikasikan
tujuan urutan tugas
4.1 Mengamati,
membantu,
mengarahkan
5. Membaca, bertanya,
mengamati, membuat
catatan, meneliti,
mengorganisasi data
5.1 Menganjurkan
memberi
fasilitas dan
bimbingan
5. Saling membantu
antar siswa
6. Analisis data,
kesimpulan
individual
6.1 Menganjurkan
memberi
fasilitas dan
bimbingan
6. Saling membantu
antar siswa
7. Sharing penemuan,
kritik, mengambil
catatan, kesimpulan
pendahuluan
7.1 Menganjurkan
memberi
fasilitas dan
bimbingan
7. Saling membantu
antar siswa
8. Menulis laporan
kelompok antar
Siswa
8.1 Memberi
bantuan
8. Saling membantu
9. Menanggapi dan
bertanya
9.1 Memantau,
membantu
mengelola kelas
9. Memimpin
diskusi
10. Tanya-jawab, catat
10.1 Sintesis,
menyimpulkan
10. Memimpin
diskusi
11. Memberi saran
11.1 Menentukan
tindak lanjut
berdasarkan
hasil diskusi
11. Memimpin
diskusi
Menentukan
tujuan
pengajaran
Pengantar
singkat tentang
konten dan
prosedur
Membentuk
kelompok
Klarifikasi
tujuan
Kerja
individual
Laporan pada
kelompok
Diskusi
kelompok
Laporan
kelompok
Diskusi
kelas
Rangkuman
Tindak lanjut
31
e. Keunggulan Metode inquiry
Adapun teknik inquiry ini memiliki keunggulan yang dapat
dikemukakan sebagai berikut31
:
1) Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri
siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide
lebih baik.
2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesanya
sendiri.
5) Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9) Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional.
10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka
dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
C. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian
yang kebenarannya masih diuji secara empiris.32
Hipotesis ini juga diartikan sebagai suatu gambaran yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.33
31
Rostiyah NK, Strategi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar
Mengajar, PT. Rineka Cipta: Jakarta, 2008, hlm. 76-77.
32 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm.69
33 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, 1996, hlm.67
32
Jadi dari dua definisi mengenai hipotesa tersebut dapat ditarik sebuah
pemaknaan, bahwa hipotesa adalah kesimpulan yang belum final dan harus
dibuktikan kebenarannya.
Sesuai dengan judul, hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan
metode inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa
kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo Tahun Ajaran 2010/2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek yang akan dikenai tindakan ini adalah siswa kelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Sumurejo, Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang Tahun
Ajaran 2010/2011.
B. Bentuk Tindakan
Materi Pokok/Waktu Rencana Tindakan
Awal Pertengahan Akhir
Siklus I
Materi: Menjelaskan isi
kandungan surat al-Lahab
secara sederhana
Waktu: Senin 08.10-08.45
WIB dan Rabu 08.45-09.15
WIB, 14 dan 16 Maret 2011
Question
Siswa diberi
motivasi
agar siswa
bebas
berekpresi
Student
Engangement
Siswa diberi
bahan belajar
tanpa kesan
memerintah
Performance
Evaluation
Siswa diminta
mempresentasikan
pengetahuannya
Siklus II
Materi: Menarik benang
merah antara surat al Lahab
dengan silaturrahmi
Waktu: Senin 08.10-08.45
WIB dan Rabu 08.45-09.15
WIB, 21 dan 23 Maret 2011
Cooperative
Interaction
Diskusi
kelompok
Variety of
Resources
Siswa diajak
belajar dengan
berbagai
macam sumber
ilmu. (alam
sekitar)
Performance
Evaluation
Merumuskan ide
dalam bentuk
gambar
34
C. Waktu pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 1 Maret sampai
dengan 1 April 2011, di kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurejo,
Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. Jadwal
pelaksanaan Penelitian ini sebagai berikut:
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Rencana Kegiatan Waktu (minggu) ke
1 2 3 4
1. Observasi awal
2. Persiapan
Menetapkan metode
Membuat rencana pengajaran
Simulasi
Evaluasi
3. Pelaksanaan
Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
4. Penyusunan Laporan
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah dalam melaksanakan
penelitian tindakan kelas.
a. Observasi awal merupakan langkah pertama untuk mengidentifikasikan
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran. Tahap ini
dilakukan oleh peneliti bersama-sama dengan guru model
b. Perencanaan
Kegiatan ini meliputi:
35
1) Peneliti menetapkan alternatif peningkatan efektifitas pembelajaran
Alquran Hadis\\.
2) Pembuatan rencana pengajaran.
3) Simulasi pembelajaran Alquran Hadis\\ dengan metode yang dipilih.
4) Membuat lembar evaluasi.
5) Mendesain alat evaluasi.
c. Pelaksanaan tindakan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan
pembelajaran sebagaimana telah direncanakan dalam perencanaan penelitian.
d. Observasi
Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan
dengan menggunakan lembar evaluasi yang telah disiapkan. Selain observasi
oleh peneliti, peneliti juga meminta rekan guru untuk mengobservasi selama
peneliti terlibat dalam pembelajaran. Hal ini selain karena peneliti tidak
memungkinkan melakukannya sendiri, juga untuk menjaga obyektifitas.
e. Refleksi
Refleksi atau Evaluasi adalah tolok ukur tercapainya tujuan pembelajaran
yang di rencanakan dalam perencanaan pengajaran. Seperti halnya yang
dilakukan oleh guru, dalam pembelajaran Alquran Hadis\\\\\ diadakan pre test
dan post tes, sebagai evaluasi.
Bahan pre test sesuai dengan post test. Dengan membandingkan pre test ini
maka dapat diketahui perkembangan program yang diberikan dalam mencapai
tujuan yang kita inginkan.
Bila hasil post test sama dengan pre test berarti proses pelaksanaan belajar
mengajar belum berhasil. Bila hasil post test jauh lebih rendah dari hasil pre
test, berarti proses belajar mengajar belum berhasil. Bila hasil post test lebih
tinggi dari hasil pre test berarti kegiatan belajar mengajar sudah berhasil.
Pengolahan hasil test sebagaimana kurikulum yang berlaku, memakai sistem
dari Depdiknas:
1. Hasil tes setelah dikoreksi perlu diberi nilai (skor) 1 – 100.
36
2. Cara menghitung nilai tes dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pilihan Ganda, setiap soal diberi skor 1
b. Menjodohkan, setiap soal diberi skor 1
c. Isian, setiap soal diberi skor 2
d. Uraian, setiap soal diberi skor sesuai bobot soal. (pada test kali ini,
skor soal uraian ditetapkan 3)
Bentuk Penilaian Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo,
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
No Bentuk Soal Jumlah Soal Skor Skor Maksimal Skor Perolehan Ket.
1 Pilihan Ganda
2 Menjodohkan
3 Isian
4 Uraian
Jumlah
Nilai test dihitung dengan rumus:
100x MaksimalSkor
PerolehanSkor
Jadi nilai pre test dan post test didapatkan dengan rumus tersebut.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksi diri tentang
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dengan demikian peneliti (guru) akan
dapat mengetahui efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasar hasil refleksi ini akan diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran
yang telah dilakukan guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan
tindakan kelas pada siklus berikutnya.
37
E. Kerangka Teoritik
Kemampuan Yang Dikembangkan Dalam
Proses Inquiry1
Tahap Inkuiri Kemampuan yang dituntut
1. Merumuskan masalah 1. Kesadaran terhadap masalah
2. Melihat pentingnya masalah
3. Merumuskan masalah
2. Merumuskan jawaban
sementara (hipotesis)
1. Menguji dan menggolongkan jenis data
yang dapat diperoleh
2. Melihat dan merumuskan hubungan yang
ada secara logis
3. Merumuskan hipotesis
3. Menguji jawaban tentatif 1. Merakit peristiwa
a. Mengidentifikasikan peristiwa yang
dibutuhkan
b. Mengumpulkan data
c. Mengevaluasi data
2. Menyusun data
a. Mentranslasikan data
b. Menginterpretasikan data
c. Mengklasifikasikan
3. Analisis data
a. Melihat hubungan
b. Mencatat persamaan dan perbedaan
c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi dan
keteraturan
4. Menarik kesimpulan 1. Mencari pola dan makna hubungan
2. Merumuskan kesimpulan
5. Menerapkan kesimpulan dan
generalisasi
1 W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Grasindo: Jakarta, 2005, hlm. 95.
38
Guru: Pembelajaran
secara Konvensional
Siswa: Nilai Alquran
Hadis\\ rendah Kondisi
menerapkan
pembelajaran dengan
metode inquiry
Siklus I: Penggunaan
inquiry secara secara
individu
Siklus II:
Penggunaan inquiry
kelompok
Tindakan
Diduga melalui model
pembelajaran inquiry
dapat meningkatkan
prestasi belajar Alquran
Hadis\\
Kondisi
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah siswa mampu
memahami hikmah yang terkandung dalam surat al Lahab.
G. Teknik Analisis Data
Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi yang
kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan
gambaran yang semaksimal mungkin tentang penerapan metode inquiry dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\ pada siswa kelas IV
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo tahun ajaran 2010/2011.
Langkah akhir dari kegiatan penelitian ini adalah mendiskripsikan
manajemen kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurejo tahun ajaran
2010/2011, untuk dianalisis bagaimana pola pengembangan kreatifitas anak,
metode dan sarana penunjang yang mendukung tercapainya tujuan, disamping itu
39
N
fxMx
juga akan dianalisis kendala dan hambatan yang dihadapi oleh guru sebagai
manajer kelas untuk dicarikan solusi pemecahannya.
Data disajikan secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data
kualitatif, berupa catatan lapangan dan tugas siswa. Sedangkan data kuantitatif
adalah hasil tes siswa selama kegiatan belajar mengajar dan setelah selesai materi
yang diajarkan (pre test – post test).
Untuk data kualitatif, analisis yang digunakan adalah analisis non statistik,
yaitu analisis deskriptif kualitatif, analisis data yang diwujudkan bukan dalam
bentuk angka-angka, melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.2
Analisis ini menggunakan analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan
prestasi mata pelajaran Alquran Hadis\\ Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah
Negeri Sumurejo tahun ajaran 2010/2011. Dalam teknik ini data yang diperoleh
secara sistematis dan obyektif melalui tes akan diolah dan dianalisis sesuai
dengan karakteristik penelitian kualitatif yaitu secara induktif, suatu pengambilan
keputusan dengan menggunakan pola pikir yang berangkat dari fakta-fakta yang
sifatnya khusus, kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum.3
Analisa data untuk tujuan tindakan dilakukan dengan membandingkan isi
catatan yang dilakukan kolaborator (guru pengampu) dan peneliti dengan harapan
unsur subyektifitas dapat dikurangi.
Sedang data kuantitatif, analisisnya menggunakan statistik deskriptif
dengan penyimpulan lebih mendasarkan pada nilai rata-rata (mean). Mean dicari
dengan menggunakan rumus:4
Di mana :
Mx = Mean yang kita cari
2 Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989),
hlm. 5.
3 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
1990), hlm. 39.
4 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2009), hlm. 82-83.
40
x = Nilai / skor tes
f = Frekuensi
fx = Jumlah dari hasil perkalian antara nilai dengan frekuensinya
BAB IV
PENERAPAN METODE IQUIRY DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR ALQURAN HADIS\|\\\\\\\ PADA SISWA KELAS IV
MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI SUMURREJO
TAHUN AJARAN 2010/2011
A. Gambaran Umum MIN Sumurrejo
1. Struktur Organisasi
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo yang berasal dari Madrasah
Ibtidaiyah Swasta Al-Islam Kelurahan Sumurrejo Kecamatan Gunung Pati
Kodya Semarang berdiri pada tahun 1966, dinegerikan oleh Departemen
Agama RI dengan SK Menteri Agama No: 107 Tahun 1997. MIN Sumurrejo
memiliki luas tanah kurang lebih 2.600 m2 terletak di jalan Moedal Nomor 3
Sumurrejo Gunung Pati, Semarang ini mempunyai struktur organisasi sebagai
berikut:
Tabel 1
Struktur Organisasi Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo,
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
No Nama Jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Imron Rosyadi, S.Ag
Drs. Syamsuddin
Moh Turhamun, S.Pd.I
Drs. Arif Sumari
Yunia Iriani
Sugiharti
Sunarto
Kepala Madrasah
Komite Sekolah
Waka Sarana Prasarana
Kepala TU
Koordinator BP/BK
Bendahara
Penjaga Sekolah
2. Keadaan Guru
Tenaga pendidik atau guru di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo,
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
berjumlah 9 orang yang dapat diuraikan sebagai berikut:
42
Tabel 2
Guru-Guru Bidang Studi Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo,
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
No Nama Bidang studi NIP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Siti Daimah, S.Pd.I
Muyasaroh
A. Hadi Sulkhan, A.Ma
Eni Susiati, A.Ma
Fitriyah W, S.Pd.I
Yayuk Sri Lestari H, A.Ma
Sri Marginingsih, S.Pd.I
M. Dony Arifin, S.H.I
Muliyanto, S.Si
Guru Kelas I
Guru Kelas II
Guru Kelas III
Guru Kelas IV
Guru Kelas V
Guru Kelas VI
Bahasa Inggris
Bahasa Arab
Olahraga
196810082005012001
19780122200901004
19740428200511002
196605102006042001
198107242002122001
197111292007102001
3. Keadaan Siswa
Jumlah siswa MIN Sumurrejo Tahun Ajaran 2010-2011, yang terbagi
menjadi 6 rombongan belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Jumlah Siswa MIN Sumurrejo Tahun Ajaran 2010-2011
No. Kelas Jumlah
1. I 21 Siswa
2. II 39 Siswa
3. III 22 Siswa
4. IV 32 Siswa
5. V 37 Siswa
6. VI 27 Siswa
Jumlah 168 Siswa
4. Fasilitas
Sarana dan prasarana merupakan faktor terpenting dalam menunjang
kesuksesan dan kelancaran dalam proses belajar mengajar. Keadaan sarana
dan prasarana yang ada adalah:
Ruang belajar 6 lokal
Ruang kepala sekolah 1 lokal
Ruang guru 1 lokal
43
Ruang TU 1 lokal
Perpustakaan 1 lokal
4 kamar mandi siswa
1 kamar mandi Kepala Sekolah
1 kamar mandi guru
Laboratorium komputer
5. Gambaran Umum GBPP Alquran Hadis\ Madrasah Ibtidaiyyah Negeri
Sumurrejo
Sebagaimana Madrasah Ibtidaiyyah yang lain, MIN Sumurrejo
Semarang juga berusaha menciptakan budaya agamis dalam pelaksanaan
kurikulum sekolah. Banyak kegiatan-kegiatan yang bersifat KeIslaman,
dimeriahkan dan didukung oleh dewan guru dan kepala sekolah.
Seperti halnya Tilawatil Quran, walaupun sifatnya ekstra kurikuler akan
tetapi kegiatan ini adalah termasuk muatan khusus yang diwajibkan bagi
siswa. Melihat moral remaja (terutama siswa MIN Sumurrejo Semarang)
yang semakin sulit untuk diatur. Dengan jalan diselenggarakan Ekstra
Tilawatil Quran ini, supaya siswa mau mempelajari pedomannya Alquran.
Dengan belajar maka dengan sendirinya, sedikit demi sedikit mereka
akan mengetahui kandungan Alquran, yang di dalamnya banyak sekali ilmu-
ilmu pengetahuan, karena Alquran adalah sumber dari segala sumber ilmu
pengetahuan.
Mata pelajaran Alquran Hadis\\\\\ di Madrasah Ibtidaiyah adalah mata
pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca dan menulis
Alquran dan Hadis\\ dengan benar, serta hafalan terhadap surat-surat pendek
dalam Alquran, pengenalan arti atau makna secara sederhana dari surat-surat
tersebut dan Hadis\\-Hadis\\ tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam
pendidikan dasar adalah untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
melalui keteladanan dan pembiasaan.
44
Hal ini sejalan dengan pendidikan dasar adalah untuk: 1
1) Pengembangan potensi dan kapasitas peserta didik, yang menyangkut:
rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi dan kesadaran
diri;
2) Pengembangan kemampuan baca, hitung dan bernalar, ketrampilan hidup,
dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME;
3) Pondasi bagi pendidikan berikutnya. Di samping itu, juga
mempertimbangkan perkembangan psikologis anak, bahwa
perkembangan intelektual anak ada pada usia 6–11 tahun. Peserta didik
pada jenjang pendidikan dasar juga merupakan masa social imitation
(usia 6-9 tahun) atau masa mencontoh, sehingga diperlukan figur yang
dapat memberi contoh dan teladan yang baik dari orang-orang sekitarnya
(keluarga, guru dan teman-teman sepermainan), usia 9-12 tahun sebagai
masa second star of individualization atau masa individualisasi, dan usia
12-15 tahun merupakan masa social adjustment atau penyesuaian diri
secara sosial.
Secara substansial mata pelajaran Alquran Hadis\\\\\ memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mencintai kitab
sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan nilai-nilai yang
terkandung dalam Alquran Hadis\\\\\ sebagai sumber utama ajaran Islam dan
sekaligus menjadi pegangan dan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-
hari.
Mata pelajaran Alquran Hadis\\\\\ di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk:
a. Memberikan kemampuan dasar kepada peserta didik dalam membaca,
menulis, membiasakan, dan menggemari membaca Alquran dan Hadis\\;
b. Memberikan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-
ayat Alquran Hadis\\\\\ melalui keteladanan dan pembiasaan;
c. Membina dan membimbing perilaku peserta didik dengan berpedoman
pada isi kandungan ayat Alquran dan Hadis\\.
1 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah.
45
Ruang lingkup mata pelajaran Alquran Hadis\\\\\\ di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi: 2
a. Pengetahuan dasar membaca dan menulis Alquran yang benar dengan
kaidah ilmu tajwid.
b. Hafalan surat-surat pendek dalam Alquran dan pemahaman sederhana
tentang arti dan makna kandungannya serta pengamalannya mengambil
keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pemahaman dan pengamalan melalui keteladanan dan pembacaan
mengenai Hadis\\-Hadis\\ yang berkaitan dengan kebersihan, niat,
menghormati orang tua, persaudaraan, silaturahmi, takwa, menyayangi
anak yatim, berjamaah, ciri-ciri orang munafik, dan amal salih.
Tabel 4
Standar Kompetensi Kelas IV Semester 1
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo
STANDAR
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
1. Menghafal surat-surat
pendek secara benar
dan fasih
1.1 Membaca surat al-‘Adiyat dan surat al-
Insyiraah secara benar dan fasih
1.2 Menghafalkan surat al-‘Adiyat secara benar
dan fasih
2. Memahami arti surat-
surat pendek
2.1 Mengartikan surat an-Nashr dan surat al-
Kausar
2.2 Memahami isi kandungan surat an-Nashr
dan al-Kausar secara sederhana
3. Memahami kaidah ilmu
tajwid
3.1 Memahami hukum bacaan idhar dan ikhfa’
3.2 Menerapkan hukum bacaan idhar dan ikhfa’
2 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah.
46
Tabel 5
Standar Kompetensi Kelas IV Semester 2
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo
STANDAR
KOMPETENSI
KOMPETENSI DASAR
4. Memahami arti surat
pendek dan Hadis\\
tentang niat dan
silaturahmi
4.1 Mengartikan surat al-Lahab
4.2 Menjelaskan isi kandungan surat al-Lahab
secara sederhana
4.3 Menerjemahkan isi kandungan Hadis\\
tentang niat dan silaturahmi
4.4 Menjelaskan isi kandungan Hadis\\ tentang
niat dan silaturahmi secara sederhana
5. Menerapkan kaidah-
kaidah ilmu tajwid
5.1 Memahami hukum bacaan idqham
bighunnah, idgham bilaghunnah, dan iqlab
5.2 Menerapkan hukum bacaan idqham
bighunnah, idgham bilaghunnah, dan iqlab
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)3
Sekolah : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo
Mata Pelajaran : Alquran Hadis\
Kelas/ Semester : IV (Empat) / 2 (Genap)
Alokasi Waktu : 6 x 35 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami arti surat pendek.
B. Kompetensi Dasar
Menjelaskan isi kandungan surat Al-Lahab secara sederhana
C. Indikator
Menceritakan kisah Abu Lahab dan istrinya.
Menjelaskan isi kandungan surat Al-Lahab secara sederhana.
3 Hasil observasi terhadap guru mata pelajaran Alquran Hadis kelas IV MIN Sumurrejo (Ibu
Eni Susiati).
47
Menunjukkan contoh perilaku yang sama dengan perilaku Abu Lahab
dan istrinya.
Menyebutkan akibat orang yang berperilaku seperti perilaku Abu
Lahab dan istrinya.
D. Materi Pelajaran
Terjemahan surat Al-Lahab
E. Metode Pembelajaran
- Permodelan
- Penugasan
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
NO LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MEDIA/
SUMBER
WAKTU
1. PENDAHULUAN 10 menit
- Salam pembuka dengan cara menyapa siswa tentang
keadaan kesehatan dan kesiapan dalam menerima
pelajaran hari ini.
- Memeberikan motivasi dan penjelasan awal tentang
target yang harus dikuasai siswa setelah belajar.
- Mengadakan appersepsi melafalkan surat-surat
pendek (drill)
- Membentuk kelompok kecil maksimal 2 orang
anak.
- Mendesain kelas dalam bentuk melingkar besar
(lesehan di musola)
Teknik
pembagian
kelompok
2. KEGIATAN INTI 45 menit
- Siswa menyimak penjelasan guru tentang surat Al-
Lahab mulai dari identitas surat, pengertian surat,
nama surat, serta tempat diturunkannya surat.
- Guru memberi contoh pelafalan surat Al-lahab
dengan benar dan fasih.
- Siswa menirukan pelafalan surat Al-Lahab dengan
benar dan fasih.
- Siswa mengulang pelafalan yang dicontohkan oleh
guru tentang surat Al-Lahab
- Secara berkelompok siswa membaca arti kata surat
Al-Lahab.
- Bermain game mencocokkan arti kata dengan
penggalan kata.
- Secara berkelompok siswa mengartikan surat Al-
Lahab dari arti kata (lafdhiyah) di kertas yang
disediakan.
- Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
- Bermain adu cepat menyusun ayat dan artinya.
- Hafalan surat Al-Lahab dan artinya dengan benar
dan fasih.
Guru,
Slide, Tape
recorder,
Instrumen
kuis
3. PENUTUP 5 menit
- Secara klasikal guru mengulang kembali pelafalan Inetrumen
48
surat An-Nashr dan Surat Al-Kaustar dan diikuti
oleh siswa.
- Menyampaikan tugas untuk mengulang pelafalan
dan menghafalkan surat Al-lahab dengan benar dan
fasih dalam salat fardu.
- Memberikan penghargaan kepada siswa yang telah
mendapat penilaian maksimal
tugas
individu
G. MEDIA /SUMBER
Kartu ayat dan tafsir Al-Qur’an
H. PENILAIAN
- Tes tertulis
- Tes lisan
B. Analisis Penerapan Metode Inquiry Pada Mata Pelajaran Alquran Hadis\\\\\ di
Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo
Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan rasa penasaran siswa
adalah inquiry teaching. Dalam metode ini, siswa lebih banyak ditanya daripada
diberikan jawaban. Dengan mengajukan pertanyaan, bukan hanya pernyataan-
pernyataan, rasa penasaran siswa akan meningkat karena siswa mengalami
ketidakpastian terhadap jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut.4
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode pembelajaran inquiry sangat
beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan
bahwa pembelajaran dengan metode inquiry memiliki 5 komponen yang umum
yaitu Question, Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance
Evaluation, dan Variety of Resources.5 5 komponen ini dibagi dalam dua siklus.
Berdasarkan observasi selama 4 kali pertemuan yaitu, hari Senin, 14 dan 21
Maret 2011; Rabu, 16 dan 23 Maret 2011, menghasilkan beberapa data sebagai
berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan Pembelajaran, guru mempersiapkan segala
sesuatu yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Sudah barang
4 Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little, Brown
and Company 5 Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology
Integration Academy, hal. 54.
49
tentu tujuannya adalah agar proses pelaksanaannya dapat mencapai tujuan
yang optimal. Persiapan mengajar ini tentunya dibuat sebelum
pengajaran. Setiap guru merencanakan pengajarannya satu kali
pertemuan. Persiapan-persiapan tersebut di tuangkan dalam satuan
pelajaran (satpel).
Standar kompetensi dalam siklus I ini adalah ”Memahami arti surat
pendek dan Hadis\\ tentang niat dan silaturahmi”, dengan Kompetensi
Dasar ”Mengartikan surat al-Lahab, Menjelaskan isi kandungan surat al-
Lahab secara sederhana, yang dituangkan dalam Rencana Persiapan
Pembelajaran (RPP).
Sebagai Peneliti Tindakan Kelas, maka peneliti mengikuti
kurikulum yang dipakai oleh MIN Sumurrejo. Hasil observasi
menunjukkan bahwa proses belajar mengajar Alquran Hadis\\\\\ kelas IV
MIN Sumurrejo tengah membahas surat al Lahab dan Hadis\\ tentang niat.
Oleh sebab itu tindakan inquiry langsung diterapkan pada kompetensi
dasar tersebut.
Bahan-bahan diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan
pembelajaran Alquran Hadis\\\\\. Selain itu guru juga menyiapkan kitab
Alquran serta Hadis\\\.
b. Pelaksanaan
Dalam siklus I guru dan peneliti merencanakan 2 pertemuan.
Masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Pertemuan pertama
diselenggarakan hari Senin 14 Maret 2011, jam ketiga yaitu pukul 08.10
WIB. Pertemuan kedua diselenggarakan hari Rabu 16 Maret 2011 jam
keempat pukul 08.45 WIB.
Pada siklus pertama ini metode inquiry yang diterapkan adalah
Question, Student Engagement dan Performace Evaluation.
a. Question.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan sebuah pertanyaan
pembuka yang memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman
50
siswa akan suatu fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya,
yang dimaksudkan sebagai pengarah ke pertanyaan inti yang akan
dipecahkan oleh siswa.
Guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang
harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa
dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis,
dan analisis. Jawaban dari pertanyaan inti tidak dapat ditemukan
misalnya di dalam buku teks, melainkan harus dibuat atau
dikonstruksi.
Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry
adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif,
rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis, Jika metode inquiry
dapat mempengaruhi sikap keilmiahan siswa, maka muncul
pertanyaan apakah metode ini juga dapat mempengaruhi motivasi
belajar dalam diri siswa?
Rasa ingin tahu siswa akan memberikan motivasi bagi siswa
tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang
dihadapinya; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Dengan
sikap keilmiahan, konsep-konsep lebih mudah dipahami oleh siswa.
Begitu juga, dengan motivasi belajar yang tinggi, kegiatan
pembelajaran juga menjadi lebih mudah mencapai tujuannya.
Jadi, tampaknya ada hubungan yang kuat antara motivasi belajar
dengan sikap keilmiahan yang terbentuk sebagai akibat dari
penerapan metode inquiry.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru dapat diartikan
sebagai rangsangan atau dorongan. Adanya rangsangan dan dorongan
ini menyebabkan siswa termotivasi untuk meresponnya melalui
kegiatan ilmiah, yaitu mencari jawaban dari pertanyaan. Kegiatan
ilmiah yang dilakukan, tidak lain adalah upaya untuk mengurangi
dorongan rasa ingin tahu.
51
Dalam memberikan pertanyaan kepada siswa ada rangsangan
optimal untuk suatu aktivitas tertentu. Sebab, jika rangsangan yang
diberikan terlalu tinggi, maka motivasi siswa justru dapat turun
kembali. Harus juga dipertimbangkan “jarak” antara pengetahuan
yang telah dimiliki oleh siswa dengan jawaban yang diharapkan tidak
terlalu jauh, supaya motivasi untuk menjawab pertanyaan tersebut
besar karena jarak psikologis tersebut berbanding terbalik dengan
motivasi.
Pertanyaan-pertanyaan yang disyaratkan dalam metode
pembelajaran Inquiry, yang oleh Garton disebut sebagai pertanyaan
essential, antara lain harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: 6
1) Dapat ditanyakan berulang-ulang
2) Menunjukkan kepada siswa hubungan antara beberapa konsep
dalam sebuah subjek
3) Muncul dari usaha untuk belajar lebih jauh mengenai kehidupan,
berupa pertanyaan umum dan membuka pertanyaan-pertanyaan
lebih jauh
4) Menuntun pada konsep utama subjek tertentu, untuk menjawab
pertanyaan bagaimana kita mengetahuinya atau mengapa
5) Memberikan stimulus dan menumbuhkan minat untuk
menyelidiki; melibatkan siswa dan menimbulkan curiosity
6) Melibatkan level berpikir yang lebih tinggi
7) Tidak dapat langsung dijawab
8) Tidak dapat dijawab hanya dengan satu kalimat
Untuk menjawab pertanyaan essential tersebut. diperlukan
pertanyaan unit. Ciri pertanyaan unit antara lain: menanyakan konsep-
konsep apa saja yang terdapat dalam subjek pertanyaan essential
membantu siswa menjawab pertanyaan essential secara lebih spesifik.
Pertanyaan Essential dalam penelitian ini adalah:
6Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District, Technology
Integration Academy, hal. 60.
52
“Enak dong nampang di Alquran seperti Abu Lahab?”
Sedangkan pertanyaan unitnya adalah:
1) Siapakah Abu Lahab?
2) Apa kesalahannya?
3) Apa siksa yang bakal diterimanya?
4) Bagaimana sikap Rasulullah terhadap Abu Lahab?
5) Bolehkah kita meniru Abu Lahab?
6) Bagaimana seharusnya berlaku kepada orang lain?
7) Hikmah apa yang dapat kita ambil dari surat al Lahab?
8) Hafalkah kalian surat al Lahab beserta artinya?
Pada pertemuan pertama ini pertanyaan yang akan dilemparkan
adalah pertanyaan 1, 2 dan 3.
b. Student Engangement
Dalam metode inquiry, keterlibatan aktif siswa merupakan suatu
keharusan sedangkan peran guru adalah sebagai fasilitator. Siswa
bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian
atau menjawab soal-soal pada akhir bab sebuah buku, melainkan
dituntut terlibat dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukkan
pemahaman siswa terhadap konsep yang dipelajari atau dalam
melakukan sebuah investigasi.
c. Performance Evaluation
Dalam menjawab permasalahan, siswa diminta untuk membuat
sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya
mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini
dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain.
Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
c. Pengamatan
1. Pertemuan I
Setelah semua perangkat persiapan dibuat, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan yang telah direncanakan
sebelumnya. Dalam hal ini adalah tahap pelaksanaan kegiatan
53
pembelajaran Alquran Hadis\\\\\. Dalam proses ini kemampuan yang
dituntut adalah kemampuan guru dalam menciptakan dan
menumbuhkan proses pembelajaran sesuai metode yang telah disusun
sebelumnya.
Peneliti memasuki kelas, tepatnya hari Senin14 Maret 2011
pukul 08.10 WIB, setelah pergantian jam pelajaran. Setelah mengucap
salam guru mulai menyapa siswa.
Pada tahap perdana ini, peneliti membagikan lembar pre test,
untuk dijawab satu persatu. Hal ini dilakukan agar tujuan
pembelajaran mengena terhadap siswa.
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan pembuka yang
memancing rasa ingin tahu siswa dan atau kekaguman siswa akan
suatu fenomena.
Petanyaan essential pun dilontarkan:
“Enak ya jadi Abu Lahab, bisa nampang di Alquran?”
Setelah pertanyaan essential dilemparkan, siswa pun berebutan
untuk menjawab. Sehingga guru harus mengkondisikan kelas agar
siswa menjawab, melalui selembar kertas, yang akan dibaca dan
ditulis di papan tulis.
Dari 32 siswa, 16 siswa menjawab enak, 10 siswa menjawab
tidak enak, 3 siswa menjawab Abu Lahab sakti, 2 siswa menjawab
lebih enak jadi artis, 1 siswa menjawab kok tidak masuk you tube ya?.
Sebagaimana rumus inquiry, guru adalah fasilitator, maka
peneliti mencoba mengarahkan siswa dengan pertanyaan unit. Sebagai
langkah kedua, siswa dibagi menjadi 4 kelompok, dan tiap kelompok
diminta memecahkan pertanyaan 1-3.
1. Siapakah Abu Lahab?
2. Apa kesalahannya?
3. Apa siksa yang bakal diterimanya?
Hasil diskusi kelompok masih belum sesuai dengan fakta
sejarah. 75 % siswa belum mengetahui siapa Abu Lahab, apa salah
54
dan dosanya, serta siksa apa yang bakal diterimanya. Akhirnya
pertemuan selesai dengan persoalan “Abu Lahab” yang belum
terungkap.
Kemudian peneliti mencoba memberi bahan dengan pertanyaan.
“Kalo tidak salah Ibu dulu pernah lihat kisah Abu Lahab di
perpustakaan. Kayaknya di buku Asbabun Nuzul, atau dalam sejarah
Rasul ya? Ibu lupa coba nanti ibu ke perpustakaan lagi?
“Kira-kira orang tua kita tahu tidak ya siapa Abu Lahab?
Kemudian pelajaran pun ditutup dengan salam dan peneliti
berpamitan kepada siswa.
2. Pertemuan II
Pada pertemuan kedua, sebelum ditanya, para siswa langsung
menunjukkan jari ingin menjawab persoalan Abu Lahab yang masih
berkecamuk dalam benak mereka.
Mereka pun diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya. Kesempatan pertama diberikan kepada siswa yang
bernama, Bintang Anif.
Meski sedikit gugup, Bintang mampu menjelaskan bahwa Abu
Lahab adalah tokoh jahat yang menjerat leher Rasulullah dengan
seutas tali. Dan kelak di neraka lehernya bakal dijerat oleh Allah
dengan tali dari api neraka.
Kemudian peneliti memunculkan konflik pertanyaan “benarkah
Abu Lahab adalah paman Nabi?”
Kesempatan kedua siswa untuk mencermati kisah Abu Lahab,
diberikan kepada Ilham Wahyu. Ilham menjawab singkat:
“Abu Lahab adalah paman Nabi, Abu Lahab adalah adik dari
Abu Thalib”.
Peneliti mencoba membangkitkan diskusi kelas dengan
memutari kelas dan mendekati bangku belakang, kemudian mencoba
55
mengetes pengetahuan Ulul Absor. “Ulul kayaknya pengen bercerita
nih mengenai surat al Lahab?
Ulul pun menyambut dengan mengatakan, “Setahu saya Abu
Lahab itu orang kafir koncone (temannya) Raja Firaun, yang kejam
dan dilaknat Allah”.
Mahdum siswa mungil dan lucu ini menambahkan:
“Kemarin saya ke perpustakaan, mencari buku tentang Abu
Lahab, kata penjaga perpustakaan saya disuruh baca kitab Asbabun
Nuzul. Dan bukunya tidak boleh dipinjam. Yo wis tak catet wae (ya
udah saya catat saja)”.
Setelah diizinkan membaca catatannya, mahdum pun membaca
catatannya.
“Ketika rasulullah pertama kali dakwah secara terbuka di bukit
Shafa, dengan mengumpulkan pemuka Quraisy, dan mulai mengajak
untuk menyembah Allah, semua kaum kafir terdiam, kecuali Abu
Lahab yang mengucap “Celakalah Kau hai Muhammad, hanya untuk
ngomong begitu saja kami kau kumpulkan?”
“Nabi Muhammad tak dapat bicara. Tetapi kemudian turunlah
surat Al Lahab menjawab ucapan Abu Lahab tersebut”.
Satu siswa lagi ditugaskan untuk menyampaikan pendapat
tentang bagaimana sepak terjang Abu Lahab. Sofia Nur Maula Siswa
perempuan ini menyampaikan:
“Abu Lahab menyatakan tantangan keras, sehingga melebihi
kafir yang lain”. "Jangan kalian dengarkan Muhammad. Dia telah
khianat kepada agama nenek-moyangnya, dia adalah seorang
pendusta!", ucap sofia menirukan sosok Abu Lahab.
“Ke mana Nabi Muhammad pergi, dia selalu mengikuti.
Gangguan-gangguan, hinaan dan kata-kata kotor harus diterima ke
mana saja Nabi pergi”.
Peneliti kembali melemparkan pertanyaan, “Sekejam itukah
Abu Lahab kepada keponakannya sendiri?”
56
Titis Norma mengangkat tangannya, siswa perempuan ini pun
diberi kesempatan. Dia menyampaikan:
“Menurut cerita Ibu saya, pada waktu kelahiran Nabi, Abu
Lahab sangat gembira, hingga dia menyembelih sepuluh ekor unta
untuk syukuran”. Tapi ketika nabi Muhammad mulai berdakwah, Abu
Lahab marah banget. Bahkan ada wanita yang disiksa sampai mati
karena ia tidak mau meninggalkan Islam kembali”.
“Kaum Muslimin, dijotosi (dipukuli) dan dinyek (dihina). Tetapi
kaum Muslimin tak peduli, ikhlas mereka menerima siksaan itu, demi
mempertahankan akidah dan iman mereka”.
“Intine (intinya), kejahatan Abu Lahab tidak dapat merintangi
tersebarnya Islam”.
Pada akhir pertemuan kedua peneliti menyatakan bahwa
pendapat dari siswa tentang Abu Lahab semuanya benar. Kemudian
pelajaran ditutup dengan salam.
d. Refleksi
Sebagai refleksi awal dalam siklus pertama ini, dilakukan pre test
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa.
Tabel 6
Daftar Nilai Pre Test Siswa Kelas IV MIN Sumurrejo,
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
No. Nama Pre test No. Nama Pre test
1. A. Falasifa al Haq 40 17. M. Mawahib 67
2. Anis Mardiyani 52 18. M. Miftahul Huda 61
3. A. Ulul Absor 54 19. M. Inu Vemby 49
4. Arsad al-Marzuki 71 20. Panca Mulyani 57
5. Bintang Anif P 22 21. R. Fendi Prianto 55
6. C. Laely S 63 22. Safiq A. Hakim 58
7. Dewi Zulfin 56 23. Sofia Nur Maula 63
8. Desty Amris K.H. 55 24. Sinta Maisaroh 61
57
9. Fina Khoiriyah 63 25. S. Mahdum 55
10. Hamed K. Bayu 65 26. Sahilatul Masiroh 44
11. Hibatul Afifah 45 27. Titis Norma H. 39
12. Ilham Wahyu S 35 28. Widyan Arkan 29
13. Lu’luatu N. Zulfa 66 29. W. P. Septiani 47
14. M. Saeful M 65 30. W. P. Septiana 58
15. Misbahul Munir 51 31. Muhammad Arif 55
16. M. Zaky Irsyada 60 32. M. Gilang Ramadhan 45
Tabel 7
Nilai (X) Frekuensi (f) fX
71
67
66
65
63
61
60
58
57
56
55
54
52
51
49
47
45
44
40
39
35
29
22
1
1
1
2
3
2
1
2
1
1
4
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
71
67
66
130
189
122
60
116
57
56
220
54
52
51
49
47
90
44
40
39
35
29
22
Total 32=N 1706
Dari tabel 7 telah berhasil kita peroleh: E fX= 1706, sedangkan N
telah kita ketahui = 32. Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan
menggunakan rumus:
58
32
1706Mx
N
fxMx
Maka
= 53,31
Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang Surat
Al Lahab masih rendah atau di bawah rata-rata.7 Hasil pengamatan
peneliti dengan kolaborator, pada pertemuan pertama di mana
pengetahuan siswa memang belum mengetahui tentang surat Al Lahab,
menunjukkan bahwa motivasi siswa muncul. Terbukti, sebagian besar
dari mereka bersemangat dalam menjawab pertanyaan essential yang
diajukan.
Selanjutnya pada pertemuan kedua pengetahuan mereka mengenai
Abu Lahab sudah lebih baik, tanpa harus diceramahi oleh guru.
Pancingan pertanyaan yang dipakai mampu menimbulkan gairah mereka
untuk bertanya pada orang tuanya, maupun membaca buku.
Hasil diskusi antara peneliti dan kolaborator, merekomendasikan
bahwa siklus II layak untuk dilanjutkan, yakni Cooperative Interaction,
Variety of resources dan Performace Evaluation.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan Pembelajaran, guru mempersiapkan segala
sesuatu yang berkenaan dengan proses belajar mengajar. Sudah barang
tentu tujuannya adalah agar proses pelaksanaannya dapat mencapai tujuan
yang optimal. Persiapan mengajar ini tentunya dibuat sebelum
pengajaran. Setiap guru merencanakan pengajarannya satu kali
pertemuan. Persiapan-persiapan tersebut di tuangkan dalam satuan
pelajaran (satpel).
7 Hasil Rapat Dinas MIN Sumurrejo pada 5 Juli 2010, memutuskan bahwa nilai rata-rata
kelulusan siswa pada mata pelajaran Alquran Hadis| adalah 65.00.
59
Standar kompetensi dalam siklus II ini adalah ”Memahami arti surat
pendek dan Hadis\\ tentang niat dan silaturahmi”, dengan Kompetensi
Dasar ”Mengartikan surat al-Lahab, Menarik benang merah antara surat
al Lahab dengan silaturrahmi, yang dituangkan dalam Rencana Persiapan
Pembelajaran (RPP).
Sebagai Peneliti Tindakan Kelas, maka peneliti mengikuti
kurikulum yang dipakai oleh MIN Sumurrejo. Hasil observasi
menunjukkan bahwa proses belajar mengajar Alquran Hadis\\\\\ kelas IV
MIN Sumurrejo tengah membahas surat al Lahab dan Hadis\\ tentang
silaturahmi. Oleh sebab itu tindakan inquiry langsung diterapkan pada
kompetensi dasar tersebut.
Bahan-bahan diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan
pembelajaran Alquran Hadis\\\\\. Selain itu guru juga menyiapkan kitab
Alquran serta Hadis\\\.
b. Pelaksanaan
Dalam siklus II guru dan peneliti merencanakan 2 pertemuan.
Masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Pertemuan pertama
diselenggarakan hari Senin 21 Maret 2011, jam ketiga yaitu pukul 08.10
WIB. Pertemuan kedua diselenggarakan hari Rabu 23 Maret 2011 jam
keempat pukul 08.45 WIB.
Pada siklus kedua ini. metode inquiry yang diterapkan adalah
Cooperative Interaction, Variety of resources dan Performace
Evaluation.
1. Cooperative Interaction.
Siswa diminta untuk berkomunikasi, bekerja berpasangan atau dalam
kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan. Dalam hal ini, siswa
bukan sedang berkompetisi. Jawaban dari permasalahan yang
diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk, dan mungkin saja
semua jawaban benar.
Sebagai bahan diskusi akan dilemparkan pertanyaan 4- 8
60
2. Variety of Resources
Siswa dapat menggunakan bermacam-macam sumber belajar,
misalnya buku teks, website, televisi, video, poster, wawancara
dengan ahli, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, sumber belajar berupa orang tua, buku, dan alam
sekitar.
3. Performance Evaluation
Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa diminta untuk
membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan pengetahuannya
mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk produk ini
dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-lain.
Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.
Pada akhirnya siswa diminta menggambarkan pengetahuan
mereka dalam bentuk gambar. Sebagai aktualisasi diri secara bebas.
c. Pengamatan
1. Pertemuan I
Setelah semua perangkat persiapan dibuat, maka langkah
selanjutnya adalah melaksanakan yang telah direncanakan
sebelumnya. Dalam hal ini adalah tahap pelaksanaan kegiatan
pembelajaran Alquran Hadis\\\\\. Dalam proses ini kemampuan yang
dituntut adalah kemampuan guru dalam menciptakan dan
menumbuhkan proses pembelajaran sesuai metode yang telah disusun
sebelumnya.
Peneliti memasuki kelas, tepatnya hari Senin 21Maret 2011
pukul 08.10 WIB, setelah pergantian jam pelajaran. Setelah mengucap
salam guru mulai menyapa siswa.
Pada tahap ini, peneliti membuat kelompok diskusi dan
mengajak siswa berdiskusi luar kelas, yakni di halaman belakang
sekolah. Hal ini dilakukan agar tujuan pembelajaran mengena
terhadap siswa.
61
Setelah semua siswa berada di halaman belakang sekolah dan
semua sudah mendapat kelompok diskusi, pertanyaan 4 dan 5
dilontarkan.
1. Bagaimana sikap Rasulullah terhadap Abu Lahab?
2. Bolehkah kita meniru Abu Lahab?
Di halaman belakang siswa diminta untuk mendiskusikan
pertanyaan tersebut secara kelompok. Dalam waktu 20 menit, dan sisa
waktu digunakan untuk presentasi, dan menunjuk ketua kelas untuk
memimpin diskusi.
Hasil diskusi tidak disimpulkan, dibiarkan diskusi yang
memanas itu berakhir tanpa konklusi, dengan alasan jam pelajaran
habis. Kemudian siswa kembali ke kelas untuk mengikuti mata
pelajaran lainnya.
2. Pertemuan II
Dalam pertemuan ini, setelah salam siswa nampak antusias
ingin mengemukakan hasil diskusi kemarin. Sebelum membahas hasil
diskusi kemarin, peneliti kembali mencecar siswa dengan pertanyaan
nomor 6 dan 7.
1. Bagaimana seharusnya berlaku kepada orang lain?
2. Hikmah apa yang dapat kita ambil dari surat al Lahab?
Kali ini apa peneliti meminta apa yang ada di benak mereka,
dirumuskan dalam gambar. Bagaimana gambar yang tepat untuk
menjawab bagaimana seharusnya kita berlaku pada orang lain?
Hasil gambar yang dikumpulkan tanpa diberi nama ini sangat
beragam. Di antaranya ada yang mengekspresikan dirinya dengan
pohon kelapa, pohon ketela timbangan, obor, lilin, harimau serta
sungai.
Pada pertemuan terakhir ini, barulah dimunculkan pertanyaan
hafalkah kalian surat al Lahab beserta artinya? Ternyata mereka sudah
62
hafal, meskipun tanpa pernah diminta menghafal. Terakhir mereka
diminta untuk menjawab pos test.
d. Refleksi
Evaluasi dari salah satu komponen dari metode inquiry
Performance Evaluation dilakukan dengan menilai pengetahuan siswa
melalui produk gambar mereka. Hasilnya adalah:
Tabel 8
Rekapitulasi Hasil Penggambaran Diri siswa
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo,
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang
Tahun Ajaran 2010/2011
No Gambar Jumlah Makna
1. Pohon kelapa 12 Bermanfaat semua bagiannya, mulai
dari akar hingga daunnya.
2. Pohon ketela 9 Bermanfaat bagi manusia
Buahnya bisa menjadi beraneka
makanan
Murah
Mudah ditanam
3. Timbangan 5 Adil dan jujur
4. Obor 2 Menjadi penerang umat
5. Lilin 2 Rela berkorban
6. Harimau 1 Pemberani dan jantan
7. Sungai 1 Diam-diam menghanyutkan
Sebagai refleksi akhir, dilakukan post test. Dan hasilnya sebagai
berikut:
63
Tabel 9
Daftar nilai post test siswa kelas IV MIN Sumurrejo,
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
No. Nama Post test No. Nama Post test
1. A. Falasifa al Haq 75 17. M. Mawahib 80
2. Anis Mardiyani 80 18. M. Miftahul Huda 75
3. A. Ulul Absor 75 19. M. Inu Vemby 80
4. Arsad al-Marzuki 95 20. Panca Mulyani 75
5. Bintang Anif P 60 21. R. Fendi Prianto 75
6. C. Laely S 80 22. Safiq A. Hakim 75
7. Dewi Zulfin 75 23. Sofia Nur Maula 70
8. Desty Amris K.H. 65 24. Sinta Maisaroh 65
9. Fina Khoiriyah 75 25. S. Mahdum 60
10. Hamed K. Bayu 75 26. Sahilatul Masiroh 75
11. Hibatul Afifah 75 27. Titis Norma H. 70
12. Ilham Wahyu S 75 28. Widyan Arkan 80
13. Lu’luatu N. Zulfa 90 29. W. P. Septiani 75
14. M. Saeful M 95 30. W. P. Septiana 80
15. Misbahul Munir 80 31. Muhammad Arif 75
16. M. Zaky Irsyada 70 32. M. Gilang Ramadhan 80
Tabel 10
Perhitungan Untuk Mencari Mean nilai hasil post test Mata Pelajaran Alquran Hadis\
yang diikuti oleh 32 siswa kelas IV MIN Sumurrejo
Kecamatan Gunung Pati Kodya Semarang Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai (X) Frekuensi (f) fX
95
90
80
75
70
65
60
2
1
8
14
3
2
2
190
90
640
1050
210
130
120
Total 32=N 2430
64
32
2430Mx
N
fxMx
Dari tabel 10 telah berhasil kita peroleh: E fX= 2430, sedangkan N
telah kita ketahui = 32. Dengan demikian Mean dapat kita peroleh dengan
menggunakan rumus:
= 75,94
Refleksi yang penulis lakukan dengan kolaborator mengatakan
bahwa siswa sudah mampu memahami bagaimana berlaku kepada
makhluk lain. Selanjutnya adalah pengembangan dari pengetahuan
mereka agar tidak tercemar oleh berbagai macam persoalan kehidupan.
C. Pembahasan
Sistem pembelajaran yang ada di Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo
yaitu sistem pembelajaran terpadu atau terintegrasi dengan mata pelajaran yang
lain. Penggunaan lingkungan alam sekitar tidak hanya sebagai obyek observasi
saja, tetapi juga digunakan sebagai sarana dalam proses pembelajaran. Hal ini
dapat membuat proses belajar lebih berkesan dan berarti bagi siswa, karena
mereka akan merasa akrab dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan menggunakan sarana kejadian sehari-hari dapat menunjukkan pula
adanya Allah yang Maha Esa. Oleh sebab itu, hendaklah guru mengambil
kesempatan dari kejadian sehari-hari yang dapat menimbulkan perasaan
keimanan dalam hati anak-anak. Misalnya orang dapat mati tiba-tiba tanpa sakit
sedikitpun, orang kaya yang melanggar perintah Allah seperti berjudi, maka ia
menjadi miskin dan lain-lain.
Menggunakan berbagai media yang tepat yang dapat memudahkan
pemahaman siswa. Dengan metode belajar yang integral memungkinkan siswa
memahami proses belajar yang lebih efektif, sistematis, integral dalam menyerap
materi pelajaran yang disampaikan. Namun dalam metode belajar yang integral
dibutuhkan alokasi waktu yang cukup dalam proses belajar mengajar. Hal ini
65
sangat bagus diterapkan karena siswa dapat mengaitkan pelajaran yang satu
dengan yang lain dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
ingatan mereka akan semakin kuat karena segala sesuatu saling terkait.
Mengacu pada tujuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo
yaitu mensinergikan kecerdasan intelektual, emosi, spiritual secara optimal
menuju generasi khoiru ummah. seluruh potensi yang ada pada peserta didik
harus dikembangkan secara komprehensif agar dalam perkembangannya
diharapkan mereka akan menjadi manusia dalam pengertian manusia seutuhnya.
Berdasarkan hal tersebut, Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo telah
mengembangkan berbagai potensi atau kecerdasan yang ada dalam diri anak
didik. Hal ini merupakan terobosan yang bagus untuk dikembangkan, karena
menilai seseorang cerdas tidak hanya dari IQ tetapi meliputi pengendalian emosi,
spiritual, dan sebagainya. Tantangannya sekarang tinggal bagaimana Madrasah
Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo mengembangkan bermacam-macam kecerdasan
tersebut dengan tidak hanya menjadikannya sebagai sebuah program atau teori,
melainkan lebih diarahkan kepada praktek atau penerapannya.
Berbagai aktifitas yang dilakukan guru dan siswa merupakan sarana untuk
mengaktifkan siswa dan meningkatkan kualitas guru. Dengan menggunakan
metode belajar aktif di mana guru betul-betul berfungsi sebagai fasilitator
sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang akan menumbuhkan kreativitas
dan kapabilitas dengan lebih optimal (student centris). Dengan demikian para
guru dapat menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dalam
diri anak sesuai dengan taraf pemikirannya.
Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk menemukan sendiri
pengetahuan yang mereka pelajari. Metode inquiry merupakan metode
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri
siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.
Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru
dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan
fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada
66
kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan
dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan
sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan
pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa
dalam pemecahan masalah harus dikurangi. 8
Selain itu dapat merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan
daya fikir, termasuk daya ingatan dan lain-lain. Guru di sini betul-betul berfungsi
sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan
barunya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan lebih berkesan bagi
siswa, karena mereka yang menemukan sendiri. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, bahwa apa yang dialami siswa akan
mudah diingat.9
Dalam pembelajaran dengan metode inquiry, ketika siswa merasa
dilibatkan oleh guru (lingkungan) dalam proses menjawab pertanyaan-pertanyaan
dan melakukan interaksi dengan sesama siswa melalui kerja kelompok, maka
perilaku dan kepribadiannya berubah ke arah yang lebih baik, yaitu ikut aktif
terlibat dalam kegiatan dan mau bekerjasama. Supaya keterlibatan dan
kerjasamanya dapat diterima oleh lingkungan, maka ia harus menyiapkan diri
sebaik mungkin, misalnya dengan membaca banyak buku teks. Artinya, motivasi
belajar siswa meningkat.
Manusia memiliki kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.
Kesempatan siswa untuk terlibat dan bekerjasama dalam sebuah pembelajaran
dengan metode inquiry dapat dikatakan sebagai kesempatan untuk memenuhi dua
kebutuhan – penghargaan dan aktualisasi diri – tersebut. Dengan demikian,
metode inquiry memberikan ruang bagi siswa untuk pemenuhan kebutuhannya,
sehingga siswa pun akan memiliki motivasi yang tinggi, tentu saja motivasi
dalam belajar.
8 Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit Alfabeta, hal
71. 9 Abu Ahmadi dan Widodo Suproyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet I,
hlm. 27.
67
Keterlibatan dan interaksi kerjasama dalam pembelajaran dengan metode
inquiry juga dapat ditinjau berdasarkan teori Social Cognition, yang menyatakan
bahwa proses pembelajaran dapat terjadi antara lain melalui attention dan
motivation.
Attention, artinya siswa memperhatikan lingkungan melalui
keterlibatannya. Motivation, artinya lingkungan memberikan konsekuensi yang
mengubah kemungkinan perilaku. Contoh konsekuensi adalah dianggap tidak
aktif terlibat dan tidak dapat bekerjasama. Untuk menghindari konsekuensi ini,
siswa termotivasi untuk belajar sehingga konsekuensi yang diperoleh adalah
konsekuensi yang positif.
Dalam pengajuan hipotesis akan dilihat nilai rata-rata (mean) pre test dan
post test, sehingga efektif atau tidaknya pembelajaran Alquran Hadis\\\\\ dengan
metode inquiry pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo
Tahun Ajaran 2010/2011 bisa terlihat.
Dari tabel 7 terlihat bahwa Mean Nilai Hasil pre test Mata Pelajaran
Alquran Hadis\ yang diikuti oleh 32 siswa kelas IV MIN Sumurrejo adalah 53,31.
Dan dari tabel 10 diperoleh Mean Nilai Hasil post test Mata Pelajaran Alquran
Hadis\ yang diikuti oleh 32 siswa kelas IV MIN Sumurrejo adalah 75,94.
Dari nilai rata-rata yang diperoleh antara pre test dan post test, terlihat jelas
bahwa mean post test 75,94 > pre test 53,31. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis yang peneliti ajukan penerapan metode inquiry dapat meningkatkan
prestasi belajar Alquran Hadis\\\\\\\ pada siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri
Sumurrejo tahun ajaran 2010/2011, “diterima”. Artinya melalui metode inquiry
siswa terpacu rasa keingintahuannya. Kondisi tersebut menyebabkan siswa
terpacu semangat untuk menggali lebih dalam pengetahuannya. Pada akhirnya
prestasi belajar pun ikut terangkat naik.
D. Keterbatasan Penelitian
Hasil apapun yang telah dilakukan secara optimal oleh peneliti, perlu
disadari bahwa ada beberapa keterbatasan. Walaupun demikian hasil penelitian
68
yang diperoleh tersebut tetap dapat dijadikan awal acuan bagi penelitian
selanjutnya.
Dalam hal ini perlu menjelaskan beberapa keterbatasan penelitian yang
dimaksudkan, antara lain: Pertama, sebagai manusia biasa tentunya penulis
mempunyai kekurangan-kekurangan yakni keterbatasan kemampuan intelektual.
Penelitian tidak bisa lepas dari teori. Oleh karena itu peneliti menyadari
keterbatasan kemampuan khususnya pengetahuan ilmiah. Tetapi peneliti
berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan peneliti dengan kemampuan
keilmuan serta bimbingan dari dosen pembimbing.
Kedua, keterbatasan waktu. Waktu yang digunakan peneliti sangat terbatas
maka peneliti hanya memiliki sesuai keperluan yang berhubungan dengan
peneliti saja. Walaupun waktu yang penulis gunakan cukup singkat akan tetapi
bisa memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ilmiah.
Ketiga, hal terpenting yang menjadi faktor penunjang suatu kegiatan
adalah biaya. Peneliti menyadari bahwa dengan biaya yang dikeluarkan yang
dapat disajikan walaupun penelitian ini dikatakan layak akan tetapi masih banyak
kekurangan. Hal ini semata-mata karena keterbatasan biaya penelitian.
Terakhir, berhubungan dengan proses penggeneralisasian. Hal ini
dikarenakan populasi yang dipilih tidak bisa secara persis mencerminkan
penerapan metode inquiry sebagai upaya peningkat prestasi belajar Alquran
Hadis\\\\\ \\pada siswa Madrasah Ibtidaiyyah secara menyeluruh.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan untuk
semua siswa di Indonesia, hanya bisa digeneralisasikan untuk penelitian saja.
Ketiga, penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan bahwa setiap hasil belajar
Alquran Hadis\\\\\ dipengaruhi oleh metode inquiry, karena walaupun hasil
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan status keilmuannya, semua yang
dihasilkan tetaplah bersifat kasuistik.
Kasuistik tersebut muncul karena keberhasilan Alquran Hadis\\\\\ tidak hanya
dipengaruhi oleh metode semata, melainkan ada pengaruh oleh faktor lain
misalnya bimbingan belajar orang tua, seperti perhatian, pola asuh, kasih sayang.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Dalam kegiatan inquiry, siswa diarahkan untuk
menemukan sendiri, pengetahuan yang mereka pelajari, dalam hal ini persoalan
yang muncul dalam surat Al Lahab. Dengan demikian proses belajar mengajar
Alquran Hadis\ menjadi lebih efektif.
Berdasarkan uraian-uraian, hasil penelitian dan analisis, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan metode inquiry mampu membangkitkan motivasi belajar Alquran
Hadis\ siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo, khususnya
pada kompetensi dasar Surat Al Lahab.
Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari metode inquiry adalah
munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu
yang tinggi, dan berpikir kritis. Dengan terbangkitkan dan terpacu rasa
keingintahuan siswa, menyebabkan siswa menjadi lebih bersemangat untuk
menggali lebih dalam pengetahuannya.
Rasa ingin tahu siswa memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul seputar surat al
Lahab; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Hubungan antara rasa
ingin tahu akibat penerapan metode inquiry, searah dengan motivasi belajar.
Artinya semakin besar rasa ingin tahu siswa, maka semakin besar pula
motivasi belajar siswa.
Dengan kata lain penerapan metode inquiry dapat membangkitkan motivasi
belajar siswa. Terbukti siswa mampu dan mau mencari tahu tentang problem
70
yang dimunculkan di dalam kelas, dengan berbagai macam cara. Ada yang
bertanya pada orang tua, guru, saudara, maupun membaca buku.
2. Tingkat kondisi penerapan metode inquiry pada bidang studi Alquran Hadis\
dapat dikategorikan berhasil. Hal ini terbukti dengan nilai rata-rata (mean)
yang diperoleh antara pre test dan post test, terlihat jelas bahwa mean post test
75,94 > mean pre test 53,31.
Dari hasil tersebut di atas, menunjukkan bahwa metode inquiry memberikan
pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa bidang studi Alquran Hadis\
MIN Sumurrejo Kecamatan Gunung pati semarang. Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis yang peneliti ajukan, yaitu penerapan metode inquiry dapat
meningkatkan prestasi belajar Alquran Hadis\\\\\\\\ pada siswa kelas IV Madrasah
Ibtidaiyyah Negeri Sumurrejo Tahun Ajaran 2010/2011, “dapat diterima”.
Penerapan Metode inquiry pada mata pelajaran Alquran Hadis terbukti
mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah
Negeri Sumurrejo.
B. Saran
Hasil dari teori dan hasil penelitian di lapangan yang penulis sampaikan di
atas, kiranya penulis dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terutama dalam menerapkan/
menggunakan metode inquiry berhasil dengan maksimal, maka pengajar harus
benar-benar kreatif mengelola kelas.
2. Dukungan dari pihak orang tua dan lingkungan masyarakat harus lebih
optimal guna membantu terwujudnya motivasi belajar pada peserta didik.
3. Agar motivasi belajar peserta didik meningkat, alangkah baiknya jika metode
inquiry ini bisa diefektifkan dengan mempertimbangkan dasar-dasar
penggunaannya.
71
C. Penutup
Dengan mengucap syukur alhamdulillah ke hadirat Allah SWT., sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, mudah-mudahan uraian tersebut dapat
memberikan manfaat kepada penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya.
Namun, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu bila ada kebenarannya itu semata-mata datangnya dari Allah SWT. dan
apabila ada yang salah itulah batas kemampuan penulis. Untuk itu penulis
berharap atas saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca yang budiman.
Akhirnya, penulis berdo’a semoga Allah SWT. senantiasa meridloi dan
menunjukkan jalan yang lurus kepada kita semua. Amin ya robbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Suproyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
1991), Cet I.
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan Pendidikan Islam di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media), 2003.
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta; Raja Grafindo,
2001).
Al-Jamaly, Muhammad Fadhil, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, Surabaya :
PT. Bina Ilmu, 1986.
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2009).
Arifin, M., Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum), ed. 2, Jakarta: Bumi
Aksara, 2000.
Arifin, Zaenal, Evaluasi Instruksional; Prinsip-Teknik-Prosedur, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1991.
Chabib Thoha dan Abdul Mu’ti (penyunting), PBM-PAI di Sekolah, (Semarang:
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998).
Conny Semiawan dkk, Pendekatan Ketrampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia
Widya Sarana Indonesia, 1992).
Daulay, Haidar Putra, Historis dan Eksistensi Pesantren, Sekolah dan Madrasah,
Yogyakarta: PT. Tiara wacana, 2001.
Departemen Agama RI, Alquran dan Terjemahannya. (Semarang: CV. Asy-Syifa,
1984).
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1997.
Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Khusus Alquran Hadis, Jakarta: 2003.
E. Mulyasa, E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2003).
Gagne, Ellen, D., 1985. The Cognitive Psychology of School Learning. Boston, Little,
Brown and Company
Garton, Janetta., 2005. Inquiry-Based Learning. Willard R-II School District,
Technology Integration Academy.
Horlock, Elizabeth B., Child Development, Tokyo: Mc. Graw-Hill Cogakusha, 1982.
http://gurupkn.wordpress.com/2008/08/16/metode-pembelajaran-inquiry. Diakses 15
Maret 2011.
Isfandi Mukhtar, Metodologi Pengajaran Agama, dalam Chabib Thoha. (ed).
Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As Suyuthi, al Jami’ al Shagir (Indonesia:
Dar Al-Ihya Al-Kutub Al-‘Arabiyah, tt.).
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001).
Kridalaksana, Harimurti, dkk., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1997.
Lester Crow and Alice Crow, Human Development and Learning, (New York:
American Book Company, 1956).
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1989).
Marasuddin Siregar, Pengelolaan Pengajaran, Dalam Chabib Thoha (ed), PBM-PAI
di Sekolah.
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
Ma’arif, 1986.
Mel Silberman, Active Learning, (Singapore: Allyn and Bacon, 1996).
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta; Raja Grafindo
Persada,1997).
Muhibbin Syah, Muhbbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995).
Munandar, Utami, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah,Jakarta :
PT. Gramedia, 1992.
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Setia: 1997, Bandung.
Nurhadi, Pendekatan Kontekstual, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002).
Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2003.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor Tahun 2008 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa
Arab Di Madrasah.
Sagala, Syaiful., 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung, Penerbit
Alfabeta.
Sholeh Abdul Azis, Abdul Majid, At-Thuruqut Tadris, Jilid I (Mesir: Darul ma’arif,
1968).
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka
Cipta, Jakarta, 1996.
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 1990).
Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2001).
Syamsul Ma’arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need’s Press),
2009.
Syamsul Ma’arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Semarang: Need’s Press),
2009.
Tampubolon, Mengembangkan Minat Dan Kebiasaan Membaca Pada Anak,
Bandung: Angkasa, 1993.
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Yayuk Sri Lestari Handayani
Tempat/tanggal lahir : Semarang, 29 November 1971
Alamat : Jl. Ciliwung Raya No. 3 Pengkol RT 01/01
Kel. Mangunsari Kec. Gunungpati Semarang
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Jenjang pendidikan :
1. SD Plalangan 1 Tahun lulus 1984
2. SMPN 24 Semarang Tahun lulus 1987
3. SMAN 12 Semarang Tahun lulus 1990
4. D2 IAIN Walisongo Semarang Tahun lulus 2001
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Semarang, Mei 2011
Penulis,
Yayuk Sri Lestari Handayani
NIM 073111283