Transcript
Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT

DI PENGADILAN AGAMA JAYAPURA (PAPUA) DAN PENGADILAN

AGAMA SITUBONDO (JAWA TIMUR) TAHUN 2016

Tesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Hukum (M.H.)

Oleh:

Hasan Abdul Rahman Asso

Nim: 21150435000010

PROGRAM STUDI MAGISTER HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440 H/2019 M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

v

ABSTRAK

Hasan Abdul Rahman Asso. Nim: 21150435000010 PERTIMBANGAN

HAKIM DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT DI PENGADILAN

AGAMA JAYAPURA (PAPUA) DAN PENGADILAN AGAMA SITUBONDO

(JAWA TIMUR) TAHUN 2016. Program Studi Magister Hukum Keluarga

Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. Tesis ini

terdiri dari xvi halaman + 141 halaman + 7 halaman lampiran.

Tesis ini bertujuan untuk mengenalisis pertimbangan hakim dalam

memutuskan perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Jayapura (Papua) dan

Pengadilan Agama Situbondo (Jawa Timur) Tahun 2016.

Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif kualitatif,

dengan didukung data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini yaitu

wawancara dengan para hakim serta dokumen putusan cerai gugat di Pengadilan

Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo. Adapun data sekunder dalam

penelitian ini berupa penelusuran referensi di perpustakaan. Adapun proses

pengumpulan data adalah mengedit, mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikan

data untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan hukum

normatif, filosofis, dan sosiologis.

Tesis ini menyimpulkan bahwa, Pertama, Pengadilan Agama Jayapura

maupun Pengadilan Agama Situbondo dalam memutuskan perkara sama-masa

menggunakan pertimbangan normatif, filosofis dan sosiologis. Namun,

Pengadilan Agama Jayapura maupun Pengadilan Agama Situbondo sama-sama

belum menggunakan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang

Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga dan Undang-undang Nomor 23

Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Kedua, tidak ada perbedaan yang

signifikan antara pertimbangan hakim Pengadilan Agama Jayapura dan

Pengadilan Agama Situbondo dalam memutus perkara cerai gugat.

Kata Kunci : Pertimbangan Hakim, Cerai Gugat, Pengadilan Agama

Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo.

Dosen Pembimbing : Dr. Khamami Zada, S.H., M.A., MDC.

Referensi : 1972 - 2017

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

vi

ABSTRACT

Hasan Abdul Rahman Asso. Student ID: 21150435000010. Consideration of

judges ini the Decision of Divorced Cases in the Jayapura (Papua) Religious and

the Situbondo (Jawa Timur) Religious Caurt ini 2016. Magister Program of

Family Law, Faculty of Shariah IN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

This thesis consists of 127 pages + 7 pages of attachments.

Thes thesis entitled “Consideration of judges in the Decision of Divorced

Cases in the Jayapura Religious Court and the Situbondo Religious Counrt in

2016” aims to analyze judges’ consideration in decidingdivorce cases ini the

Jayapura Religious Court end the Situbondo Religious Court in 2016.

This research was field research in the form of qualitative descriptive taking

places in the two location; Religious Courts in Jayapura Papua and Situbondo East

Java. The Data were collected firstly through field observation, then continued by

conducting interviews with the judges of the Religious Courts in Jayapura and

Situbondo. Other data were collected through reference searches in the library and

the researcher’s personal literature. The process of collecting data involving

editing,classifying,reducing and presenting data which to the were analyzed by

using legal normative,philosophical, and sociological approaches.

This thesis concluded that, first, in deciding cases, both the Jayapura

Religious Court and the Situbondo Religious Court were using normative,

philosophical, and sociological considerations. However, both Jayapura Religious

Court and the Situbondo Religious Court have not used Law Number 23 of 2004

concerning Elimination of Domestic Violence and Law Number 23 of 2002

concerning Child Protection. Second, there is no significant difference between

the considerations of judges in Jayapura Religious Court and Situbondo Religious

Court in deciding divorce cases.

Keywords : Consideration of judges, Divorce Cases in Jayapura RC

and Situbondo RC

Supervisor : Dr. Khamami Zada, S.H., M.A., MDC.

Reference : 1972 - 2017

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

vii

02032053222202

0202

000202020017

0202

05 0220 05

0220

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

viii

02100207

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yaitu Allah yang

selalu memberi petunjuk kepada setiap mahluk-Nya, yang atas anugrah dan

nikmat-Nya kita semua masih dalam lindungan-Nya. Sholawat serta salam

semoga selalu tercurah dan terlimpah kepangkuan Nabi kita Muhammad SAW,

keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk melengkapi sekaligus untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar magister pada konsentrasi

Hukum Keluarga (Al-Ahwalusyahsiyya) pada Pasca Sarjana Fakultas Syari’ah

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Judul yang diangkat

oleh penulis dalam tesis ini adalah“Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Perkara

Cerai Gugat di Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo

Tahun 2016”. Dengan Alasan untuk memperbandingan persamaan dan perbedaan

Majelis Hakim dalam pengambilan dasar hukum dalam pertimbangan putusan

cerai gugat di Kantor Pengadilan Agama Jayapura dan kantor Pengadilan Agama

Situbondo serta untuk memperbandingan faktor-faktor perceraian dikalangan

masyarakat Jayapura dan Situbondo.

Dan dalam penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh dukungan,

dorongan, bimbingan dan saran serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu sepatutnya penulis sampaikan banyak terimakasih kepada yang terhotmat:

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Syahrul Adam, M.Ag. dan Dr. Nahrowi, S.H., M.H., selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Magister Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Khamami Zada, SH, MA, MDC. Atas bimbingan, petunjuk dan saran-

sarannya yang diberikan baik selama bimbingan penulis tesis ini berlangsung,

juga selama dalam studi.

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

ix

5. Seluruh guru besar dan dosen Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas

Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

bimbingan dan ilmunya selama masa studi berlangsung, Prof. Dr. Drs.

Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., Prof. Dr. Atho Mudzhar, MSPD.,

Prof. Dr. Khuzaemah T. Yanggo, M.A., Prof. Dr. Abdul Gani Abdullah. S.H.,

Prof. . Dr. Masykuri Abdillah, M.A., Prof. Dr. Zaituna Subhan, Prof. Dr. M.

Arskal Salim GP, M.Ag., Dr. Ahmad Tholabi, S.H., M.A.,Dr. Khamami Zada,

SH, MA, MDC.,Dr. Yayan Sopyan, S.H., M.Ag, Dr. H. Syahrul Adam,

M.Ag., M.H., Dr. Nahrowi, S.H., M.H., Dr. Hj. Isnawati Rais, M.A., Dr. JM.

Muslimin, M.A., Dr. H. Nurul Irfan, Dr. Hj. Mesraini, Dr. Kama Rusydiana.,

Dr. Fuad Tohari, serta para dosen lainnya yang telah memberikan wawasan

dan ilmu dalam proses studi sampai selesai.

6. Kepada Ibunda yang tercinta, Mimieke Wetapo, yang selama ini memberikan

dukungan, dorongan, dalam bentuk doa maupun materi yang mana penulis

tidak bisa balas kebaikannya kecuali hanya doa.

7. Kepada ayahanda bapak H. Hisiluok Asso, yang selama ini memeberikan

dukungan, dorongan, dalam bentuk doa maupun materi yang mana penulis

tidak bisa balas kebaikannya kecuali hanya doa.

8. H. Muhammad Yudi Kotouky, yang selama ini banyak membatu dalam

bentuk moril maupun materi, semoga kebaikan bapak selalu dibalas oleh Allah

SWT, berseta stafnya.

9. Habib Dito, yang selama ini banyak membantu baik moril maupun materi,

semoga kebaikan bapak selalu dibalas oleh Allah SWT.

10. Ponto Yelipele, yang selama ini tidak bosan-bosannya memberikan arahan dan

bantuan kepada penulis selama menulis tesis maupun selama masa studi,

semoga kebaikan bapak selalu dibalas oleh Allah SWT.

11. Istriku yang tercinta, yang selalu menemani penulis dalam penulisan tesis ini,

semoga kebaikannya diterima oleh Allah SWT, dan menjadi istri yang

sholehah dalam setiap langkahnya.

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

x

12. Semua jajaran Pengadilan Agama di Jayapura dan Pengadilan Agama

Situbondo yang telah banyak memberikan masukan dan mempermudah dalam

pengambilan data dalam penulisan tesis ini.

13. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu, mereka

yang sebenarnya patut secara langsung mendapatkan ucapan terimakasi dari

penulis.

Akhirnya, dengan segala kemantapan hati, semoga apa yang telah penulis

lakukan benar-benar menjadi rahmat bagi penulis juga bagi siapapun demi

kebaikan.

Jakarta, 14 Mei 2019

Penulis

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PENGESAHAN HASIL UJIAN ................................................................... iii

LEMBARAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 4

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah 5

1. Perumusan Masalah 5

2. Pembatasan Masalah 5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

1. Tujuan Penelitian 6

2. Manfaat Penelitian 7

E. Studi Review Terdahulu 7

F. Metode Penelitian 10

G. Sistematika Penulisan 14

BAB II CERAI GUGAT DALAM PERSPEKTIF

FIKIH DAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Cerai Gugat (khulu’) dalam Perspektif Fikih

1. Pengertian Cerai Gugat (Khulu’) 16

2. Dasar Hukum Khuluk (khulu’) 20

3. Rukun Khuluk (khulu’) 23

4. Syarat-Syarat Khuluk 25

5. Alasan dan Penyebab Terjadinya Khuluk (khulu’) 28

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

xii

6. Akibat Khuluk (khulu’) 31

7. Hikmah Khuluk (khulu’) 33

B. Cerai Gugat dalam Perspektif Perundang-undangan

1. Pengertian Cerai Gugat 34

2. Akibat Hukum Cerai Gugat 35

3. Tata Cara Mengajukan Cerai Gugat 37

C. Kedudukan dan Wewenang Pengadilan Agama dalam

Perceraian

1. Kedudukan Peradilan Agama 40

2. Dasar Yuridis Peradilan Agama 41

3. Kewenangan Peradilan Agama 43

BAB III PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA CERAI

GUGAT DI PENGADILAN AGAMA JAYAPURA

A. Profil Pengadilan Agama Jayapura 48

B. Putusan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Jayapura 51

BAB IV PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA CERAI

GUGAT DI PENGADILAN AGAMA SITUBONDO

A. Profil Pengadilan Agama Situbondo 66

B. Putusan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Situbondo 69

BAB: V PERTIMBANGAN DAN PERBANDINGAN

PUTUSAN CERAI GUGAT DI PENGADILAN

AGAMA JAYAPURA DAN PENGADILAN

AGAMA SITUBONDO

A. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Cerai Gugat

di Pengadilan Agama Jayapura 81

1. Pertimbangan Normatif Hukum 82

2. Pertimbangan Sosiologis Hukum 87

3. Pertimbangan Filosofis Hukum 91

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

xiii

B. Pertimbangan Hakim Dalam Putusan Cerai Gugat

di Pengadilan Agama Situbondo 98

1. Pertimbangan Normatif Hukum 98

2. Pertimbangan Sosiologis Hukum 103

C. Persamaan dan Perbedaan Putusan Cerai Gugat

di Pengadilan Agama Jayapura dan Situbondo 106

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan 131

B. Saran 132

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 114

LAMPIRAN:

1. Surat Penunjukan Pembimbing Tesis

2. Surat Permohonnan Wawancara Pengadilan Agama Jayapura

3. Surat Permohonan Wawancara Pengadilan Agama Situbondo

4. Hasil wawancara Pengadilan Agama Jayapura

5. Hasil wawancara Pengadilan Agama Situbondo

6. Surat Balasan dari Pengadilan Agama Jayapura

7. Surat Balasan dari Pengadilan Agama Situbondo

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

xiv

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Padana Aksara

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

B. Vokal

Dalam bahasa Arab vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia

memiliki vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk

vokal tunggal atau monoftong, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب b be

ت st te

ث ṡ es (dengan titik diatas)

ج j je

ح ẖ ha (dengan garis dibawah)

خ kh ka dan ha

د d de

ذ dz de dan zet

ر r er

ز z zet

س s es

ش sy es dan ye

ص ṣ es (dengan garis dibawah)

ض ḏ de (dengan garis dibawah)

ط ṯ te (dengan garis dibawah)

ظ ẕ zet (dengan garis dibawah)

ع ʻ Koma terbalik diatas hadap kanan

غ gh ge dan ha

ف f ef

ق q ki

ك k ka

ل l el

م m em

ن n en

و w we

ه h ha

ء ʼ apostrif

ى y ye

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

xv

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fathah

I Kasrah

U Dammah

Adapun untuk vokal rangkkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya

adalah sebagai berikut:

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

D. Kata sandang

Kata sandang , yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ( ال)

, dialihaksarakan menjadi huruf “I” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

huruf qamariyyah. Misalnya:

al-ijtihâd= اإلجتهاد

al-rukhsah bukan ar-rukhsah =الرخصة

E. Tasydîd (Syaddah)

Dalal alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan mengandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini

tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata

sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya:

.al-syuf’ah, tidak ditulis asy-syuf’ah = الشفعة

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ai a dan i

au و a dan u

Harakat dan Huruf Huruf dan Tanda Nama

ىا â a dengan topi diatas

ىي î i dengan topi diatas

ىو û u dengan topi diats

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

xvi

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang

aman, tertip dan tentram. Untuk mewujudkan tata kehidupan tersebut diperlukan

adanya upayah untuk menegakan keadilan, kebenaran dan ketertiban yang

dilakukan oleh kekuasaan kehakiman.1 Suatu putusan Pengadilan dianggap baik

apabila memberi rasa keadilan kepada pihak-pihak yang berperkara, untuk

mendapatkan putusan yang baik maka harus ditangani oleh hakim yang

profesional dan berjiwa progresif agar dalam menerapkan pertimbangan hukum

dapat mengikuti perkembangan zaman. Dengan demikian putusan hakim bukan

hanya memiliki nilai yuridis (kepastian hukum), tetapi juga harus memiliki nilai

sosiologis (kemanfaatan) dan nilai filosofis (keadilan).

Oleh sebab itu pengambilan keputusan sangat diperlukan oleh hakim atas

sengketa yang diperiksa dan diadilinya. Hakim harus dapat mengolah dan

memproses data-data yang diperoleh selama proses persidangan, baik dari bukti

surat, saksi, persangkaan, pengakuan maupun sumpah yang terungkap dalam

persidangan (lihat Pasal 164 HIR).2 Sehingga keputusan yang akan dijatuhkan

dapat didasari oleh rasa tanggung jawab, keadilan, kebijaksanaan, profesionalisme

dan bersifat obyektif. Putusan adalah produk dari pemeriksaan perkara yang

dilakukan oleh hakim. Berdasarkan Pasal 178 HIR/189 RBG, setelah pemeriksaan

selesai, maka hakim karena jabatannya harus melakukan musyawarah untuk

mengambil putusan yang akan dijatuhkan. Pemeriksaan dianggap telah selesai

apabila telah melalui tahap jawaban dari Tergugat, replik dari Penggugat, duplik

dari Tergugat, pembuktian dan kesimpulan yang diajukan oleh para pihak.

Dalam memutus perkara yang terpenting adalah kesimpulan hukum atas

fakta yang terungkap dipersidangan. Untuk itu hakim harus menggali nilai-nilai,

1 H. A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Yokyakarta:

Pustaka Pelajar), 2003, hal. 8. 2 Nya Retnowulan Sutantio, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam

Teori dan Peraktek, (Bandung: Cet kesatu, 1979), hal. 61.

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

2

mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat.3 Sumber hukum yang dapat diterapkan oleh hakim dapat berupa

peraturan perundang-undangan berikut peraturan pelaksanaannya, hukum tidak

tertulis (hukum adat), putusan desa, yurisprudensi, ilmu pengetahuan maupun

doktrin atau ajaran para ahli.4 Oleh sebab itu, sesuai dengan tema di atas dalam

tesis ini akan membahas “Pertimbangan hakim Dalam Putusan Perkara cerai

gugat di Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo Tahun

2016” yang mana putusannya akan ditetapkan oleh para hakim.

Karena penelitian ini dilakukan di dua (2) daerah yang berbeda, maka perlu

dicantumkan beberapa alasan dan faktor-faktor penyabab terjadinya cerai gugat di

Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo. Faktor-faktor

penyebab terjadinya cerai gugat di wilayah Jayapura. Menurut hakim Pengadilan

Agama Jayapura dan sekaligus merangkap humas, Ismail Sunethm S.Ag. M.H,

Penyebab utama perceraian adalah karena kurangnya tangung jawab ekonomi dari

suami sehingga istri meminta gugat cerai. Dijelaskan memang tahun lalu kasus

perceraian didominasi cerai gugat atau perkara yang diajukan oleh istri yang

menggugat suaminya.5 Alasannya dalam rumah tangga sudah tidak harmonis lagi

karena dipicu dengan adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), Suami

sering minum-minuman keras, tidak bisa menafkahi istri, dan hal lainnya seperti

adanya pihak ketiga atau perselingkuhan. Menurutnya, yang banyak cerai saat ini

masyarakat perantauan dari luar Papua yang mencari nafkah di Jayapura, dan di

Jayapura hasil yang didapat suami kurang maksimal, sehingga istri tidak merasa

puas dengan penghasilan suami.6

Beberapa data carai gugat kantor Pengadilan Agama Jayapura, yakni

perkara tahun 2016 akan disebutkan dibawah ini:

3 Lihat Pasal 5 UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

4 R. Soeparmono, Hukum Acara Perdata dan Yurisprudensi, (Bandung, Mandar Maju,

2005), hal. 146. 5 Wawancara dengan Humas, Ismail Sunethm S.Ag. M.H, di Pengadilan Agama Jayapura,

(Fia Telepon), 12- Maret- 2017. 6 Wawancara Dengan Pegawai Pengadilan Agama Jayapura (Fia Telepon), 12- Maret-

2017.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

3

TABEL 1

DATA KASUS CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA JAYAPURA

TAHUN 2016.7

No Tahun 2016 Jumlah %

1 DiKabulkan 197 82,08

2 Dicabut 28 11,66

3 Ditolak 2 0,83

4 Digugurkan 6 2,5

5 Tidak diterima 1 0,41

6 Coret dari register 6 2,5

Jumlah Keseluruhan 240 Perkara 99,98

Faktor-fakto penyebab terjadianya cerai gugat di wilayah kabupaten

Situbondo. Berdasarkan data penelitian, diantara faktor-faktor terjadinya percerain

di Situbondo adalah krisis akhlak, cemburu, kawin paksa, ekonomi, tidak ada

tangung jawab, penganiayaan, ganguan pihak ketiga, tidak adanya keharmonisan

dalam rumah tangga suami istri. Sesuai data tahun 2016 Pengadilan Agama

Situbondo, sebagaimana akan disebutkan dibawahl ini:

TABEL 2

KASUS CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA SITUBONDO

TAHUN 20168

No Tahun 2016 Jumlah %

1 DiKabulkan 497 90,85

2 Dicabut 32 5,85

3 Ditolak 7 1,27

4 Digugurkan 5 0,91

5 Tidak diterima 4 0,73

6 Coret dari register 2 0,36

Jumlah Keseluruhan 547 Perkara

7 Dokumen Pengadilan Agama Jayapura, Tentang Kasus Cerai Gugat di Provinsi

Pengadilan Agama Jayapura Tahun 2016 8 Dokumen Pengadilan Agama Jayapura, Tentang Kasus Cerai Gugat di Provinsi

Pengadilan Agama Jayapura Tahun 2016

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

4

Perceraian memang sebuah tindakan hukum yang dibenarkan oleh Agama

dalam keadaan darurat, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah SAW,

bahwa perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah SWT adalah talaq.9 Dalam

kalimat lain disebutkan:

ئب أبغض اليه من الطالقشي الله باحالم

Artinya: “Tidak ada sesuatu yang dihalalkan Allah, tetapi dibencinya selain dari

pada talaq”. (HR. Abu Dawud ra).10

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, timbul beberapa permasalahn pokok

yang dapat diinvestasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Hukum Acara Peradilan Agama mengenai dasar

pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara cerai gugat di Pengadilan

Agama Jayapura (Papua) dan Pengadilan Agama Situbondo (Jawa Timur)?

2. Apa yang melatar belakangi perceraian (gugat cerai) di Pengadilan Agama

Situbondo dan Pengadilan Agama Jayapura ( Papua)?

3. Bagaimana peran hakim dalam menyikapi perkara gugat cerai di Pengadilan

Agama Situbondo (Jawa Timur) dan Pengadilan Agama Jayapura (Papua)?

4. Untuk mengetahui tingkat perceraian di Provinsi Jayapura (Papua) dan

Kabupaten Situbondo?

5. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dasar hukum yang digunakan

hakim dalam memutusakan perkara gugat cerai di Pengadilan Agama Jayapura

(Papua) dan Pengadilan Agama Situbondo (Jawa Timur)?

9 Sabiq Sayyid, Fikih Sunnah , Alih Bahasa: Drs. Muhammad Thalib, (PT. Alma’arif,

Bandung, 1997), hal. 12. 10

Sabiq Sayyid, Fikih Sunnah , Alih Bahasa: Drs. Muhammad Thalib, (PT. Alma’arif,

Bandung, 1997), hal. 13.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

5

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka dapat

dirumuskan bagaimana persamaan dan perbedaan pertimbangan hakim dalam

putusan cerai gugat di Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama

Situbondo Tahun 2016. Berdasarkan ini penulis merumuskan pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara cerai gugat di

Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan pertimbangan hakim di Pengdilan

Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo?

2. Pembatasan Masalah

Agar Penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak menimbulkan

masalah baru dan pelebaran secara meluas maka perlu memberikan batasan pada

masalah putusan hakim terhadap perkara cerai gugat di Pengadilan Agama

Jayapura dengan Pengadilan Agama Situbondo tahun 2016, di mana putusan

perbulannya akan diambil dua (2) kasus cerai gugat.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan

perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Situbondo (Jawa Timur) dan Pengadilan

Aagama Jayapura (Papua) dari Perspektif normaif hukum, filosofis hukum,

sosiologis hukum.

Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

6

a. Bagi perkembangan Hukum Acara Peradilan Agama mengenai dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan perceraian di Pengadilan

Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo.

b. Menambah referensi dan literatur kepustakaan di bidang Hukum Perdata

khususnya Hukum Perkawinan dan Hukum Acara Peradilan Agama.

c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat penelitian ini bagi Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan

Agama Situbondo terhadap penelitian ini diharapkan para hakim mampu

mengembangkan dasar hukum normatif, filosofis hukum, sosiologis

hukum, terhadap perceraian terutama dalam perkara cerai gugat dan dan

dalam penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan dan revrensi serta

bahan koreksi dalam pembelajaran dan pengembangan ilmu keperdataan,

hususnya mengenai cerai gugat.

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi para praktisi

Peradilan yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaannya, yaitu para hakim

khususnya di kota Jayapura (Papua) dan kabupaten Situbondo (Jawa Timur).

E. Studi Terdahulu

Begitu banyak Buku, Tesis, Skripsi dan Disertasi yang membahas

permasalahan tentang putusan hakim terhadap perkara perceraian, maka penulis

ingin melakukan review studi pustaka atau tinjauan kepustakaan untuk

membandingkan Tesis yang dibuat oleh penulis dengan Tesis, Disertasi, Buku,

yang sudah ada antaranya adalah:

Abd. Rasyid Wasyim dalam Tesisnya “Perkawinan dan perceraian yang

marak terjadi di kota Semarang dan sekitarnya”. Penelitian ini menjelaskan sejauh

mana Peranan BP4 kota madya Semarang dalam mengendalikan dan menekan

angka perceraian, faktor, faktor apa yang mempengaruhi peran BP4 dalam

mengendalikan perceraian. Peranan BP4 Kota Madya Daerah Tingkat II

Semarang dalam mengendalikan Perceraian dari tahun ketahun nampak ada

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

7

kemajuan, walupun masih dapat dikategorikan belum maksimal. Dan belum

maksimalnya Peranan BP4 Kota Madya Daerah Tingkat II Semarang dalam

mengendalikan perceraian karena pengaruh beberapa hambatan yang dihadapinya

hal ini meliputi antara lain: Dana yang masih sangat terbatas jumlahnya. BP4

belum ditangini secara maksimal oleh pengurus, karena merupakan tugas

sampingan dari tugas pokoknya dan belum ditopang dengan dana serta porsinil

yang memadai dan perundang-undangan yang mengikat. Keterbatasan konsultan

yang dimiliki baik kuwalitas maupun kuantitasnya, adanya perundang-undangan

yang memungkinkan para klien untuk dapat langsung ke Pengadilan Agama

dalam menyelesaikan masalahnya.11

Perbedaannya dengan penelitian ini adalah

lebih menekankan pada pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara cerai

gugat di Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo dalam

menggunakan dasar normatif hukum, filosofis hukum, sosiologis hukum serta

perbedaan dan persaman pertimbangan hukumnya.

Tutur Chundori dalam Tesisnya “studi tentang masalah perceraian di

purwokerto, yakni prosedur atau alasan Perceraian, sebab-sebab alasan perceraian

serta akibat terjadinya perceraian terhadap keluarga”. Penelitian ini menjelaskan

adanya kasus perceraian menunjukan ketidak sesuaian kedua suami istri hidup

bersama berumah tangga dan biasanya perceraian itu merupakan tahap akhir dari

serangkaian pertengkaran atau perselisihan yang terjadi. Umumnya pada

permulaan sebabnya sederhana, akan tetapi semakin lama makin komplek dan

penyebab timbulnya persoalan lain, sehingga perceraian tidak dapat dihindari.

Dengan demikian perceraian bagi mereka merupakan jalan keluarnya dari

perselisihan-perselisihan itu.12

Berbeda dengan Tutur Chundori, penelitian ini

lebih menekankan pada pertimbangan hakim dalam perkara cerai gugat dalam

11

Abd. Rasyid Wasyim, Peranan Bp4 Sebagai Lembaga Penyuluhan dan Konsultasi

Hukum Islam Dalam Mengendalikan Perceraian di Kota Madya Semarang, ( Jakarta: Universitas

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bekerja Sama Dengan Universitas Indonesia Jakarta, 1997 ),

hal. 173-174. 12

Tutur Chundori, Studi Tentang Kasus Perceraian di Purwokerto, (Jakarta: Pasca Sarjana

UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta bekerja sama dengan Universitas Indonesi Jakarta,1990) hal.

160-161.

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

8

perspektif normatif hukum dan filosofis hukum di Pengadilan Agama Jayapura

dan Pengadilan Agama Situbondo.

Hotnidah Nasution dalam Tesisnya yang membahas tentang “Pernikahan

Dini Dan Perceraian (Studi Kasus di Pengadilan Agama Jakarta Selatan)”.

Diantara kesimpulan tesis ini diterangkan bahwah: batasan usia dalam pernikahan

dini sangat variatif, ada yang berpendapat bahwa pernikahan dini adalah

pernikahan yang dilakukan dibawah usia 15 tahun, sebagian berpendapat dibawah

usia 17/18 tahun, yang lain berpendapat dibawah usia 20 tahun, sebagian pendapat

pernikahan yang dikakukan dibawah usia 24 tahun, namun jika dikaitkan dengan

UUP maka yang termasuk pernikahan dini adalah pernikahan dibawah umur yaitu

pernikahan yang dilakukan pasangan dibawah umur 19 tahun bagi pria dan

dibawah umur 16 tahun bagi istri. Faktor-faktor penyebab terjadinya perceraian

itu beragam yaitu karena poligami tidak sehat, krisis akhlak, cemburu, kawin

paksa, tidak ada tanggung jawab ekonomi, kawin dibawa umur, penganiayaan,

cacat biologi, politis, dihukum, ganguan pihak ketiga, dan tidak ada

keharmonisan.13

Berbeda dengan penelitian ini lebih menekankan pada

pertimbangan hakim dalam putusan perkara cerai gugat di Pengadilan Agama

Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo tidak hanya menggunakan sosiologis

hukum tetapi juga menggunakan normatif hukum dan filosofis hukum.

Naufal dalam Tesisnya membahas tentang “Problematika Merantau,

Perceraian Dan Upaya Mengatasinya (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Pulau

Bawean Gresik Jawa Timur Tahun 2002-2003”. Dalam penelitian ini diterangkan

bahwa merantau merupakan tradisi masyarakat Bawean, terutama dalam karangka

sosiologis, yakni untuk tujuan mencari mata pencaharian dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup keluarga, baik kebutuhan makan, pendidikan, kesehatan, maupun

perumahan, dengan demikian merantau tidak hanya sebuah tradisi, melainkan

sudah merupak tuntutan, terutama jika memperhatikan minimnya sumber daya

lokal yang dapat dimanfaatkan untuk dapat mempertahankan hidup.

13

Hotnida Nasution, Pernikahan Dini dan Perceraian (Studi Kasus di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan) Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005, hlm. 144-149.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

9

Dari aspek ekonomi, merantau banyak membawah peringatan taraf hidup

keluarga yang konstruktif. Sebab dengan merantau suami dapat memberikan

nafkah bagi istri dan anak-anaknnya. Sekalipun tujuan merantau tidak terlepas

dari keinginan mempertahankan kelangsungan rumah tangga dan keluarga, namun

ironisnya tradisi dan tuntutan hidup merantau ini justru sering dipandang sebagai

salah satu pemicu utama terjadinnya perceraian. Banyak kasus gugat perceraian

terjadi karena alasan-alasan yang dihubungkan dengan aktifitas merantau ini.

Aktifitas merantau yang memunculkan ekses perceraian ini adalah merantau yang

tidak dilibatkan pasangan suami istri, dalam arti hanya salah satu saja yang

merantau, sebentara yang lain ditinggalkan dikampung halamannya. Berbagai

proses sosiologis dan psikologis terjadi dalam keadaan suami dan istri hidup

terpisa karena salah satunya merantau. Fakto-faktor inilah yang kemudian

seringkali memberatkan, sehingga berbagai ketidak puasan muncul pada puncak

ketidak puasan, mereka akhirnya menuntut cerai ke Pengadilan dalam hal ini

Pengadilan Agama Bawean.14

Penelitian ini lebih menekankan pada pertimbangan

hakim terhadap putusan perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Jayapura dan

Pengadilan Agama Situbondo dalam perspektif normatif hukum dan filosofis

hukum serta perbedaan dan persaman dalam menggunakan dasar hukumnya.

F. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang

bersifat kualitatif dan perbandingan hukum (comparative approach).15

Kedua

metode tersebut merupakan metode yang sangat tepat digunaka dalan penelitian

ini. Adapun ciri dari metode kualitatif adalah data yang disajikan berupa

gambaran kata-kata, pendapat, ungkapan, gagasan, norma atau aturan-aturan dari

fenomena yang diteliti. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, wawancara

dan sumber data lain yang terkait dengan putusan hakim terhadap cerai gugat

dipengadilan Agama Situbondo dan Jayapura. Sedangkan metode yang bersifat

14

Naufal, Problematika Merantau, Perceraian Dan Upaya Mengatasinya (Studi Kasus di

Pengadilam Agama Pulau Bawean Gersik Jawa Timur 2002-2003. ) 2005, hal. 197-198. 15

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), Ed. I, Cet. 4, hal.

132.

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

10

komparatif adalah metode yang akan dipakai untuk menganalisis dan

membandingkan suatu permasalahan yang akan diteliti, yaitu dengan

membandingkan putusan hakim terhadap cerai gugat di Pengadilan Agama

Situbondo dan Pengadilan Agama Jayapura Tahun 2016 dari perspektif normatif

hukum, filosofis hukum, sosiologis hukum.

Untuk memperjelas penelitian ini, maka ada dua bentuk metode penelitian

yang akan diuraikan sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

Mengapa penelitian ini harus dilakukan didua daerah yang sangat berbeda

kultur sosial dan budayahnya? Karena peneliti tertarik pada struktur sosial di 2

(dua) daerah tesebut, yakni Provinsi Jayapura dan Kabupaten Situbondo.

Misalnya dari perspektif Agama di Provinsi Jayapura, bilah dilihat dari agama

yang paling banyak dianut oleh sebagian besar penduduk Provinsi Jayapura

memeluk Agama Kristen, yang berikutnya adalah Agama Katolik, Agama Islam,

Agama Hindu, Agama Budha dan yang terakhir Agama khong Hu Chu. Agama

kristen menjadi mayoritas di Provinsi Jayapura dan dihampir semua kabupaten

dan kota, sedangkan Katolik hanya beberapa daerah saja, dan Agama Islam

populasi terbesar di Kota Jayapura yang didominasi oleh transmigran. Didaerah

yang bermayoritaskan Agama selain Islam dan rendahnya tingkat pendidikan serta

sering terjadi perceraian antara suami istri didaerah ini. Sedangkan dikabupaten

Situbondo hampir 90 % adalah masyarakatnya beragama Islam, namun di daerah

ini sering terjadi perceraian antara suami istri baik cerai gugat maupun cerai tolak

karena, moral yang tidak baik, sering meninggalkan kewajiban dan terus menerus

berselisi dari ganguan pihak ketiga, tidak adanya keharmonisan dalam rumah

tangga yang menyebabkan perceraian antara suami istri. Dan akses untuk

melakukan penelitian di dua (2) daerah tersebut lebih mudah bagi peneliti karena

komunikasi dengan masyarakat dan para penjabat Pengadilan Agama setempat

sangat bagus.

2. Perbedaan dan Persamaan Antara Situbondo dan Jayapura

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

11

a. Situbondo

Situbondo adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur dengan pusat

pemerintahan dan kota Situbondo. Kabupaten ini terletak di daerah pesisir utara

pulau Jawa, dikawasan tapal kuda dan dikelilingi oleh perkebunan tebu,

tembakau, hutan lindung baluran dan lokasi usaha perkebunan. Dengan letaknya

yang strategis, ditengah jalur transportasi darat Jawa-Bali kegiatan

perekonomiannya tampak aktif. Situbondo mempunyai pelabuhan panarukan yang

terkenal sebagai ujung timur dari jalan raya Pos Anyer-Panarukan di pulau Jawa

yang di bangun oleh Daendels pra era kolonial belanda.

Mayoritas masyarakat kota Situbondo dan sekitarnya adalah terdiri dari

petani dan nelayan, tapi ada yang menarik dari kota yang disapa kota santri ini,

kenapa disapa kota santri? Karena hampir 90% masyarakatnya mayoritas

pemeluk agama Islam dan didaerah ini banyak pesantren, masjid serta hampir

setiap rumah terdapat tempat ibadah yakni musholah. Walaupun masyarakat

Situbondo terdiri dari petani dan nelayan tapi, mereka memiliki kesadaran tinggi

terhadap Pendidikan dan mempelajari ilmu agama. Oleh sebab itu, putra putri

mereka banyak yang di Pesantrenkan diberbagai pelosok Pesanren yang ada di

kabupaten Situbondo.

b. Jayapura

Jayapura adalah ibu kota Provinsi Papua. Kota ini merupakan ibu kota

Provinsi yang terletak paling timur di Indonesia. Kota ini terletak di teluk

Jayapura. Jayapura didirikan oleh Kapten Infanteri F.J.P Sachses dari kerajaan

Belanda pada tanggal 7 maret tahun 1910. Dari tahun 1910 sampai tahun 1962,

kota ini dikenal sebagai Hollandia dan merupakan ibu kota distrik dengan nama

yang sama ditimur laut pulau Papua dibagian barat. Kota ini sampai disebut kota

baru dan Sukarnopura. Pada tahun 1964 sebelum memangku nama yang sekarang

pada tahun 1968. Arti literal dari Jayapura, sebagaimana kota Jaipur di Rajasthan,

adalah “kota kemenengan” (bahasa sanskerta: jaya yang berarti “kemenangan

dan Pura berarti Kota”.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

12

Kota Jayapura terdapat sejumlah daratan dan pantai, dan juga terdapat

daerah perbukitan dan gunung-gunung, di mana terdapat 40% diantaranya tidak

layak huni karena merupakan daratan perbukitan yang terjal dengan tingkat

kemiringan 40 derajat, berawa-rawa dengan hutan lindung. Sedangkan

perekonomian di kota Jayapura termasuk berkembang. Kota Jayapura yang terus

berkembang pesat dan menjadi kota terpenting ditanah papua, karena kondisi

perekonomian di kota Jayapura sangat menjanjikan. Dan aktivitas perdagangan

warga Jayapura di pasar tradisional yang pada umumnya banyak bertumpu pada

komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan untuk pokok sehari-hari. Bila

dilihat dari besaran Agama yang paling banyak di anut di Provinsi Jayapura

adalah pemeluk Agama Kristen, yang berikutnya adalah Agama Katolik, Agama

Islam, Agama Budha dan yang terakhir Agama Khong Hu Chu. Agama Kristen

menjadi mayoritas hampir semua kabupaten dan kota, sedangkan Katolik hanya

dibeberapa daerah saja. Agama Islam dengan populasi terbesar ada dikota

Jayapura.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mengetahui dasar pertimbangan

hakim dalam menjatuhkan putusan cerai gugat maka, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul: “Pertimbangan Hakim Dalam Putusan

Perkara Cerai Gugat di Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama

Situbondo 2016”.

Oleh karena jenis penelitian ini adalah penelitian perbandingan hukum

(comparative approach),16

. Maka langkah awal dalam penelitian ini adalah

mengumpulkan sumber data dan teknik pengumpulan data. Sumber data dalam

penelitian perbandingan hukum ini diantaranya yaitu membandingkan peraturan

perundang-undangan kompilasi hukum Islam (KHI) dan undang-undang cerai

gugat, membandingkan putusan-putusan Peradilan Agama tentang cerai gugat,

mengumpulkan data-data kepustakaan yang berkaitan dengan cerai gugat.

Penelitian ini juga diperoleh dari hasil observasi atau indepth interview, yaitu

16

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), Ed. I, Cet. 4, hal.

132.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

13

wawancara dengan para pihak yang memiliki pengetahuan memadai terhadap

objek penelitian. Oleh karena itu sumber data dalam penelitian ini dapat

dibedakan menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

penulis peroleh langsung dari sumbernya, sedangkan sekunder adalah hasil tulisan

yang telah di sistematisir oleh orang lain.

Kategori dari data primer adalah bahan hukum yang bersifat (autoritatif),

artinya yang mempunyai otoritas, dan sumber utamanya diambil dari objek

penelitian, hal ini berarti bahwa pada waktu awal penelitian dimulai, data masih

belum ada, dan data tersebut baru ada setelah penelitian berlangsung. Data-data

ini diperoleh dari Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo.

Adapun yang termasuk dalam kategori sumber data sekunder adalah berupa

semua aplikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.

Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, dan komentara-kementar atas

putusan pengadilan. Dan juga berupa kumpulan perundang-undangan cerai gugat,

literatur hukum yang berkaitan dengan hukum perceraian (cerai gugat).

Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara wawancara

tak terstruktur (open-ended) dan pertanyaan bersifat lebih terbuka, sehingga

responden dapat secara bebas menjawab pertanyaan yang diajukan guna

mendapatkan informasi yang sedalam-dalamnya. Adapun yang dianggap

berkompeten untuk menjadi responden dalam penelitian ini di antaranya adalah

hakim Pengadilan Agama Jayapura Ismail Dr. Nurul Huda, S.H., M.H. dan hakim

Pengadilan Agama Situbondo Drs Usman Ismail Kilihu, S.H., M.H.

3. Teknik Analisis Data

Adapun metode analisis data adalah dengan menggunakan metode analisis

isi (content analysis), dan komparatif, yakni menganalisis putusan-putusan hakim

Pengadilan Agama tentang cerai gugat di Pengadilan Agama Jayapura dan

Pengadilan Agama Situbondo Tahun 2016, serta dilihat dari perspektif, normatif

hukum, filosofis hukum dan sosiologis hukum.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

14

D. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan persoalan yang akan dibahas dalam tesis ini

penulis sajikan dalam 6 Bab, yaitu:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini akan di jelaskan pendahuluan, yang memuat,

pendahuluan, latar belakang masalah, identifikasi masalah,

perumusan dan pembatasan masalah, rumusan masalah,

pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, studi

terdahulu, metode penelitian, pengumpulan data, metode analisis

data, sistematika penulisan.

Bab II : Cerai Gugat Dalam Perspektif Fikih dan Perundang-

Undangan

Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian cerai gugat dalam

perspektif fiqih, dasarhukum gugat cerai atau khuluk, rukun

khuluk, alasan dan penyebab terjadinya khluk, beberapa alasan

dimana istri dapat menuntut cerai melalui otoritas (wewenang)

hakim, akibat khuluk, humah khuluk, gugat cerai dalam perspektif

perundang-undangan kedudukan dan wewenang Pengadilan Agama

dalam perceraian, dasar yuridis Pengadilan Agama, kewenangan

Pengadilan Agama.

BAB III : Putusan Hakim Dalam Perkara Cerai Gugat di Pengadilan

Agama Jayapura (Papua)

Pada bab ini akan dibahas tentang profil Pengadilan Agama

Jayapura, struktur organisasi dan struktur kepala Pengadilan

Agama dari tahun ketahun sampai tahun 2016, gambaran putusan

cerai gugat Pengadilan Agama Jayapura.

Bab IV : Putusan Hakim Dalam Perkara Gugat Cerai di Pengadilan

Agama Situbondo

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

15

Pada bab ini akan dibahas tentang profil Pengadilan Agama

Situbondo, struktur ketua Pengadilan Agama Situbondo dari tahun

ketahun sampai tahun 2016, gambaran putusan gugat cerai

Pengadilan Agama Situbondo.

Bab V : Pertimbanngan dan Perbandinngan Putusan Cerai Gugat di

Pengadilan Agama Jayapura (Papua) dan Pengadilan Agama

Situbondo (Situbondo)

Pada bab ini akan dibahas tentang pertimbangan hakim dalam

dalam putusan perkerkara cerai gugat di Pengadilan Agama

Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo dalam perspektif

normatif hukum, filosofis hukum, sosiologis hukum, persamaan

dan perbedaan putusan cerai gugat di Pengadilan Agama Jayapura

dan Pengadilan Agama Situbondo.

Bab VI : Penutup

Pada bab ini sebagai Penutup tesis ini, akan dibahas tentang

kesimpulan dan saran penulis berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

16

BAB II

CERAI GUGAT DALAM PERSPEKTIF FIKIH

DAN PERUNDANG-UNDANGAN

A. Cerai Gugat (khulu’) dalam Perspektif Fikih

1. Pengertian Cerai Gugat (Khulu’)

Perceraian berdasarkan inisiatif istri dan dilakukan melalui proses

peradilan dalam kitab-kitab fikih diistilahkan dengan khuluk (khulu‟).

Khuluk disebut juga dengan istilah talak tebus, yaitu perceraian yang

diusulkan oleh istri kepada suami, serta istri sanggup membayar ganti rugi

atau tebusan kepada suami yang akan mengkhuluknya itu.

Dalam hukum Islam seorang istri meskipun tidak memiliki hak

talak untuk menceraikan suaminya, tetapi ia bisa menebus dirinya kepada

suaminya dengan nilai tebusan yang disepakati sehingga suami bersedia

mengucapkan thalak kepadanya yang dalam hal ini disebut dengan khuluk

(khulu‟) (talak tebus).1

Khuluk menurut bahasa berarti berpisahnya istri atas dasar harta

yang diambil dari pakaian, karena wanita itu pakaian pria. Menurut ilmu

fiqih khuluk adalah berpisahnya suami dengan istrinya dengan ganti yang

diperolehnya.2

Khuluk juga disebut fidya atau tebusan, karena istri meminta cerai

kepada suaminya dengan membayar sejumlah tebusan istri kepada

suaminya agar suami mau menceraikannya.3

Secara etimologi kata khuluk khuluk diambil dari kata “Khala‟a”

yang berarti (mencopot atau meninggalkan), maksudnya ialah suami

menceraikan istri dengan suatu pembayaran yang dilakukan istri atas

kehendak dan permintaan istri. Kata khuluk tersebut diistilahkan dengan

1 Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2012), hal. 141. 2 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqhul Mar‟atil Muslimah, Penerjemah Zaid Husein al-

Hamid, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hal. 87. 3 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa oleh Moh. Tholib, (Bandung: PT. A l-Ma‟arif,

1994), hal. 61.

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

17

kata “khal‟a ats-Tsauba” yang berarti meninggalkan atau melepaskan

pakaian dari badan (pakaian yang dipakai). Kata yang “dipakai” diartikan

dengan “meninggalkan istri”, karena istri adalah pakaian dari suami dan

suami adalah pakaian dari pada istri.4 Sebagaimana firman Allah SWT

dalam QS. Al-Baqara (2): 187:

Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur

dengan istri-istri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun

adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak

dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan

memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah

apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga

terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian

sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah

kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. Itulah

larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah

menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”.5

Sedangkan khuluk (khulu‟) menurut terminologi ilmu fiqih, khuluk

(khulu‟) berarti menghilangkan atau membuka buhul akad nikah dengan

kesediaan istri membayar „iwadh (ganti rugi) kepada pemilik akad nikah itu

4 As-Sho‟ani, Subulus Salam, Penerjemah, Abu Bakar Muhammad, (Surabaya: Al- Ikhlas,

1995), Jilid 3, hal. 598. Lihat juga, A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum- Hukum Allah

(Syari‟ah), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 251, Bahwa: Secara etimologi kata

Khulu‟ diambil dari kata “Khala‟a” yang berarti (mencopot atau menanggalkan), maksudnya ialah

suami menceraikan istri dengan suatu pembayaran yang dilakukan istri atas kehendak dan

permintaan istri. Kata khulu‟ tersebut dengan kata “khal‟a ats-Tsauba” yang berarti menanggalkan

atau melepaskan pakaian dari badan (pakaian yang dipakai). Kata yang “dipakai” diartikan dengan

“menanggalkan istri”, karena istri adalah pakaian dari suami dan suami adalah pakaian dari pada

istri. 5Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara

Penerjemahan al-qur‟an), 1983, hal. 29.

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

18

(suami) dengan menggunakan perkataan (cerai gugat) atau khuluk.

iwadhnya berupa pengembalian mahar oleh istri kepada suami atau

sejumlah barang, uang atau sesuatu yang dipandang mempunyai suatu nilai

yang kesemuanya itu telah disepakati oleh keduanya yaitu suami istri.6

Definisi lain menyebutkan bahwa khuluk (khulu‟) adalah suatu

perceraian dimana seorang istri membayar sejumlah uang sebagai

penganti„iwadh (ganti rugi) kepada suaminya. Keuntungan khuluk ini tidak

tergantung adanya ongkos atau biaya, dan ini masih tergantung kepada

kesediaan suami apakah ia mau untuk menerima „iwadh atau tidak. Karena

tanpa persetujuannya tidak akan terjadi khuluk.7

Dalam Islam khuluk dapat dilakukan apabila ada sebab yang

menghendakinya, seperti suami buruk akhlaknya atau suami mengganggu

istri dan tidak menunaikan haknya atau istri takut jauh dari Allah SWT

dalam bergaul dengan suami, jika tidak ada sebab yang mendorongnya,

maka khuluk dilarang.8

Dalam kedudukan suami sebagai pemimpin atau kepala rumah

tangga ia tidak boleh berbuat semena-mena terhadap istrinya. Karena dalam

pergaulan hidup berumah tangga, istri boleh menuntut pembatalan akad

nikah dengan jalan khuluk, jika dia khawatir akan kekejamannya dan

apabila suami tidak maumemberi nafkah atau tidak mampu memberi nafkah,

sedangkan istri tidak rela, atau suami berbuat serong, pemabuk dan

sebagainya.9 Firman Allah QS. An-Nisa‟ (4) 128:

6 Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan

Bintang,1974), Cet 3 hal. 181. 7 Daniel S Lev, Peradilan Agama Di Indonesia, (Jakarta: PT, Intermasa, 1986), hal. 210.

8 Selamet Abidin dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hal.

86. 9 Huzaemah T. yanggo, Hukum Keluarga dalam Islam, (Jakarta: Yamiba, 2013), hal. 33-

34.

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

19

Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak

acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan

perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi

mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu

bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz

dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui

apa yang kamu kerjakan”.10

Terdapat pula beberapa perbedaan tentang defenisi khuluk (khulu‟)

yang di kemukakan oleh para ulama:

a. Menurut pendapat mazhab Hanafi, khuluk (khulu‟) itu melepaskan

ikatan perkawinan yang tergantung kepada permintaan istri dengan lafaz

khuluk (khulu‟) atau yang semakna dengannya. “ akibat akad ini baru

berlaku apabila mendapat persetujuan istri dan mengisyaratkan adanya

ganti rugi bagi pihak suami”.

b. Mazhab Syafi‟i khuluk (khulu‟) didefenisikan dengan perceraian antara

suami istridengan ganti rugi, baik dengan lafaz thalak maupun dengan

menggunakan lafaz khuluk (khulu‟).

c. Mazhab Maliki khuluk (khulu‟) ialah mendefenisikan khuluk (khulu‟)

dengan istilah “Thalak dengan ganti rugi”, baik datangnya dari istri

maupun dari wali dan orang lain artinya aspek ganti rugi sangat

menentukan akad ini disamping lafaz khuluk (khulu‟) itu sendiri

menghendaki terjadinya perpisahan antara suami dan istri dengan

adanya ganti rugi tersebut, menurut pendapat ini apabila yang digunakan

adalah lafaz thalak, maka harus disebutkan ganti ruginya. Tetapi apabila

yang digunakan lafadz khuluk (khulu‟)maka tidak perlu disebutkan ganti

rugi, karena lafadz khuluk (khulu‟) sudah mengandung pengertian ganti

rugi.

10

Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penerjemahan Al-Qur‟an. 1983), hal. 100.

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

20

d. Mazhab Hambali mendefenisikannya dengan “tindakan suami

menceraikan istrinya dengan ganti rugi yang diambil dari istri atau orang

lain dengan menggunakan lafas khusus.

Dari defenisi yang dipaparkan diatas kiranya sudah sangat jelas,

dengan demikian penulis dapat mengambil kesimpulan dari beberapa yang

telah penulis sebutkan diatas bahwa, khuluk (khulu‟)merupakan perceraian

yang dilakukan oleh suami terhadap istrinya atas dasar kehendak istri

dengan catatan pihak istri sanggup membayar ganti rugi (iwadh) kepada

pihak suami, yang dilakukan atas dasar adanya kesepakatan dan

persetujuan antara kedua belah pihak dengan menggunakan perkataan

talak (talaq) atau khuluk (khulu) dari suaminya”. Sedangkan iwadhnya

adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai yang dapat dijadikan sebagai

uang.11

2. Dasar Hukum Khuluk (Khulu’)

Membina kelangsungan hidup berumah tangga, kehidupan suami

istri akan berlangsung dengan baik, aman, dan damai dan diliputi oleh rasa

saling cinta mencintai, kasih sayang, apabila masing-masing pihak

menjalankan hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka sebagai mana

yang telah digariskan oleh agama. Dan apabila salah seorang dari suami

atau istri atau kedua-duanyab tidak melaksanakan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban mereka, maka akan tampak akses-akses negatif yang akan

menimbulkan kesalahfahaman, perselisihan, pertengkaran, dan kebencian

yang berlarut-larut diantara mereka sehingga hal ini akan memicu

terjadinya perceraian.

Dalam hal pihak istri yang tidak melaksaanakan kewajiban-

kewajibannya maka suami dengan hak yang dipunyainya dapat mentalak

istrinya, apabila ia berpendapat bahwa ia tidak sanggup untuk

melangsungkan dan melanjutkan perkawinan dengan istrinya itu.

Kemudian sebaliknya apabila yang tidak sanggup itu adalah pihak istri,

11 Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu , ( Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid 9, hal

418-419

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

21

maka untuk melepaskan diri dari tindakan-tindakan kekejaman suami yang

tidak disenanginya dan sudah tidak dapat di tolelir lagi tindakan itu, istri

diperbolehkan dan diperkenankan oleh agama untuk meminta khuluk dari

suaminya, yaitu istri menyatakan kepada suami bahwa ia bersedia

membayar sejumlah uang atau barang kepada suaminya („iwadh) asalkan

suami berkehendak untuk mengabulkan perceraiannya.12

Sebagaimana

firman Allah SWT dalam Qs. Al-Baqarah (2): 229:

Artinya: “Talak (yang dapat dirujuk) dua kali, setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak

halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan

kepada mereka, kecuali jika keduanya khawatir tidak dapat menjalankan

hukum-hukum Allah, jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri)

tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas

keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus

dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.

Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-

orang yang zolim,”.13

Dasar hukum yang menjadi landasan khuluk yang lain dan menjadi

alasan ulama ialah sabda Rasulullah SAW:

12

Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu , (Jakarta: Gema Insani, 2011), Jilid 9, hal

418-419

13

Depertemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penerjemahan al-qur‟an), 1983, hal. 55.

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

22

Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a. Sesungguhnya istri Tsabit bin Qais datang

menghadap Nabi SAW, seraya berkata: Ya Rasulullah, Tsabit bin Qais itu

tidak ada yang saya cela Akhlaknya dan Agamanya. Akan tetapi, saya

tidak mau kufur (pertengkaran) didalam Islam. Lalu Rasulullah SAW

bersabda: Apakah kamu mau mengembalikan kebunnya (yang dahulu

diberikan sebagai mas kawin) ? dia menjawab: “Ya”, lalu Rasulullah

SAW bersabda: terimalah kebun itu dan thalak istrimu satu kali. (HR. Al-

Bukhari).15

Berdasarkan dasar hukum tersebut di atas disunahkan seorang

suami untuk mengabulkan permintaan istrinya. Tuntutan khuluk (khulu‟)

tersebut diajukan istri karena ia merasa tidak akan terpenuhi dan tercapai

kebahagaiaan dan kedamaian untuk menjalin hidup rumah tangganya

seperti sediakala yang terjadi diantara mereka sebagaimana yang

diungkapkan oleh istri Tsabit bin Qais dalam riwayat tersebut. Yakni saya

tidak mencela Agama dan Akhlaknya, tetapi saya khawatir akan muncul

suatu sikap yang tidak baik dari saya disebabkan karena pergaulannya

yang kurang baik diantara mereka. Dan saya takut jika perkawinan ini

tetap kami langsungkan membuat saya terjerumus dalam suatu perbuatan

yang mengakibatkan saya menjadi kufur, serta melakukan sesuatu yang

bertentangan dengan ajaran agama Islam seperti nusyus (pembangkangan

terhadap suami), kebencian kepada suami dan lain sebagainya.16

Pembayaran ganti rugi itu merupakan kesepakatan diantara suami

istri. Istri boleh mengembalikan semua atau sebagian dari maskawin yang

14

Abdul Azim bin Badawi, al-wajiiz Fiqh sunnah walkitabil aziiz, 2009, hal. 383. 15

Lihat, Terjemah Nailul Authar, Jili 5. Perkataan “Istri Tsabit bin Qais” itu, menurut

riwayat ibnu Abbas dan Rubayyi, namanya Jamilah dan Menurut Riwayat Abuz Zubair namanya

Zainab. Tetapi riwayat pertamalah yang lebih sah;

adapun menurut riwayat ibnu Abbas, bahwa ia adalah anak perempuan Salul, sedang

menurut riwayat Bukhari ia anak perempuan ada yang mengatakan bahwa dia itu saudara

perempuan Abdullah sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnul Atsir dan juga diikuti oleh

Imam Nawawi dan keduanya menegaskan, bahwa orang yang mengatakan dia itu anak perempuan

Abdullah adalah hanya persangkaan saja. Dan perkataan “terima kebun itu” Ibnu Hajar berkata

didalam Fat-Hul Bari: perintah itu bersifat anjuran dan ishlah bukan perinta wajib. Dan hadist ini

menunjukan, bahwa sesungguhnya suami boleh mengambil „Iwadh dari istri apabilah istri tidak

menyukai kelangsungan hidup rumah tangganya dengan dia, hal. 2350-2351. 16

As-Sho‟ani, Subulus Salam, penerjemah, Abu Bakar Muhammad, (Surabaya: Al-Ikhlas,

1995), hal 601.

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

23

telah diterima, tetapi tidak lebih dari maskawin itu. Seandainya kelebihan

itu telah dibayar atau dia mungkin membuat kesepakatan lain yang

menguntungkan pihak suami, seperti merawat anak mereka selam

menyusui dua tahun, atau memelihara anak selama masa yang ditentukan,

maka ia merupakan tanggungannya sendiri setelah anak itu diberhentikan

menyusunya.17

3. Rukun Khuluk (Khulu’)

Di dalam khuluk itu terdapat beberapa unsur yang merupakan

rukun yang menjadi karakteristik dari khuluk itu dan didalam setiap rukun

terdapat beberapa syarat yang hampir keseluruhannya menjadi

pembicaraan dikalangan ulama.18

a. Suami

Suami yang menceraikan istrinya dalam bentuk khuluk

sebagaimana yang berlaku dalam thalak adalah seorang yang

ucapannya telah dapat diperhitungkan secara syara‟ yaitu aqil baligh

dan bertindak atas kehendaknya sendiri dan dengan kesengajaan.19

Syarat-syarat dari suami yang sah khuluk-nya menurut seluruh

mazhab, kecuali Hanbali sepakat bahwa baligh dan berakal merupakan

syarat dan wajib dipenuhi oleh laki-laki yang melakukan khulu‟.

Mazhab Hanbali menyatakan bahwa khuluk itu sah apabila dilakukan

oleh orang yang mumayyiz (telah mengerti sekalipun belum baligh).

b. Istri

Khuluk baru sah apabilayang diceraikan itu dalam status istri

bukan calon istri atau bekas istri yang telah dicerai ba‟in atau istri yang

telah di thalak raj‟i yang sudah masa iddahnya.Jumhur ulama sepakat

bahwa wanita yang dapat menguasai dirinya atau cakap maka boleh

17

Abdurrahman Al-Jaziri, Kitabul Fiqhu „Ala al-Mazahibu al-Arba‟ah, (Mesir: al-

Maktabah at-Tijariyatul Qubra), hal 253. 18

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-undang Perkawinan, (Jakarta: Pustaka Grafika, 2006), hal. 234. 19

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006),

hlm. 235.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

24

melakukan khuluk (khulu‟) bagi wanita yang bodoh (safihah) walinya

yang akan mengadakan khulu‟nya. Sedangkan seorang hamba tidak

boleh mengadakan khuluk (khulu‟) untuk dirinya kecuali dengan izin

tuannya.20

c. Sighat atau Pernyataan Khuluk (Khulu‟)

Pernyataan khuluk sama dengan pernyataan akad nikah, yaitu

terjadi dari ijab dan kabul. Pernyataan boleh berbentuk ucapan, tulisan

dan isyarat. Jika ada persetujuan antara yang menebus dengan pihak

suami yang ditebus thalaknya. Sighat atau kata-kata khulu‟. Lafaz

khuluk itu terbagi dua yaitu sharih dan kinayah. Kuluk yang sharih itu

sendiri terdapat tiga lafaz yaitu:

1) Aku mengkhuluk mu (thalak‟tuki)

2) Tebusan (mufadah)

3) Memutuskan Pernikahan (fasakhtu nikahati), karena itulah yang

menjadi hakikat dari khuluk itusendiri.21

Selain itu didalam pendapat yang lebih shahih disebutkan bahwa

jika kata-kata khulu‟ dan mufadah (tebusan) itu dikaitkan dengan harta,

maka kedua kata-kata itu termasuk lafaz thalak yang shahih.Khuluk

(khulu‟) juga dapat dilakukan dengan mneggunakan lafaz kiasan

(kinayah) misalnya “Saya lepas dan menjauhlah engkau dari

sisiku”.Jika tidak dikaitkan kepada harta maka katakata itu adalah

kinayah bagi thalak, sebagaimana dalam kitab al-Raudhah.22

Hanafi mengatakan khuluk (khulu‟) boleh dilakukan dengan

menggunakan redaksi jual beli, misalnya suami mengatakan kepada

istrinya, “saya beli itu” atau suami mengatakan kepada istrinya, belilah

20

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. M. A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah,

(Semarang: as-Syifa, 1990), hal. 55-56. 21

Hasan Ayyub, Fiqih Keluarga, Penerjemah M.Abdul Ghoffar, Judul asli “Fiqih al-

Ushrah al Muslimah”, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003), hal. 319. 22

Ahmad Fuad Said, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Usna, 1994),

hal. 105.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

25

thalak (untukmu) dengan harga sekian, “lalu si istri mengatakan

“baik”, saya terima tawaranmu.23

d. Tebusan (Iwadh)

Uang tebusan atau iwadh adalah bagian yang urgen dan inti dari

khuluk (khulu‟), karena tanpa adanya iwadh maka khuluk tidak akan

terjadi. Sehingga mayoritas ulama menempatkan iwadh tersebut rukun

yang tidak boleh ditinggalkan.24

Khuluk tidak sah apabila tebusannya

berupa benda seperti khamar, babi, bangkai dan darah karena benda-

benda tersebut tidak mempunyai nilai menurut pandangan syari‟at

Islam.25

Yang boleh dijadikan adalah benda yang tidak najis zatnya,

manfaat, halal, bernilai atau jasa yang dibenarkan oleg agama. Tebusan

(iwadh) merupakan bagian yang urgen dan inti dari khuluk, karena

tanpa adanya ganti rugi (iwadh) maka khuluk tidak akan terjadi.

4. Syarat-Syarat Khuluk (Khulu’)

Untuk menenpuh suatu upaya hukum, subjek hukum dalam hal ini

istri, harus benar-benar mengerti dan menguasai tentang materi hukum

yang diperkarakan.Sebelum menempuh upaya hukum, maka istri harus

mengetahui syarat-syarat khuluk (khulu‟) tersebut.Disamping istri,

suamipun harus mengetahuinya sehingga dapat menempuh upaya hukum

khulu‟ tersebut.

Adapun syarat-syarat khuluk (khulu‟) adalah sebagai berikut:

a. Kerelaan dan persetujuan

Para fuqaha‟ telah sepakat, bahwa khuluk (khulu‟) dapat

dilakukan berdasarkan kerelaan dan persetujuan dari suami istri asal

kerelaan dan persetujuan itu tidak berakibat kerugian dipihak yang lain

(istri).Apabila suami tidak mengabulkan permintaan khuluk (khulu‟)

23

Muhammad Jawal Muqhniyah, Fiqh Lima Mazhab (Ja‟fari, Maliki, Hanafi, Syafi‟I,

Hambali), terjemahan. Masykur AB dkk, cet-1, (Jakarta: Lentera, 2002), hlm. 463. 24

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan

Undang Undang Perkawinan, (Jakarta: Pustaka Grafika, 2006), hal. 235. 25

Abdurrahman al-Jaziri, Kitabul Fiqhu „Ala al-Mazahibu al-Arba‟ah, (Mesir: al-Maktabah

at-Tijariyatul Qubra, tt), hal. 406.

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

26

istrinya, sedang pihak istri tetap merasa dirugikan haknya sebagai

seorang istri, maka dapat mengajukan gugatan untuk meminta cerai

kepada pengadilan.Hakim hendaknya memberikan keputusan

perceraian antara suami istri itu, apabila ada alat-alat bukti, alasan-

alasan yang dapat dijadikan dasar gugatan oleh pihak istri.26

b. Istri yang dapat di khuluk (khulu‟)

Fuqaha sepakat bahwa istri yang dikhuluk (khulu‟) ialah istri

yang mukallaf dan telah terikat dengan akad nikah yang sah dengan

suaminya.Adapun istri yang cakap boleh mengadakan khulukuntuk

dirinya, sedangkan bagi hamba perempuan tidak boleh mengadakan

khuluk untuk dirinya kecuali dengan minta izin kepada

tuannya.Disepakati pula istri yang safihah (bodoh) adalah bersama

walinya, yakni bagi fuqaha‟ yang menetapkan adanya pengampunan

atasnya.27

c. Uang Tebusan (Iwadh)

Uang tebusan atau (iwadh) adalah bagian yang urgen dan inti

dari khuluk (khulu‟), karena tanpa adanya iwadh maka khuluk (khulu‟)

tidak akan terjadi, sehingga mayoritas ulama menempatkan iwadh

tersebut sebagai rukun yang tak boleh ketinggalan.28

Tebusan (Iwadh)

merupakan ciri khas dari perbuatan hukum khuluk (khulu‟). Selama

iwadh belum diberikan oleh pihak istri kepada suami, maka selama itu

pula perceraiannya belum terjadi.Setelah iwadh diserahkan oleh pihak

istri kepada suami barulah terjadi perceraian. Mengenai hal ini Imam

Malik, Syafi‟i dan golongan fuqaha‟ berpendapat bahwa seorang istri

boleh melakukan khuluk (khulu‟)dengan memberikan hartanya yang

lebih dari mahar yang pernah diterimanya saat pelaksanaan akad nikah

26

Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

1974, hlm. 185. 27

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. M.A. Abdurrahman dan A.Haris Abdullah,

(Semarang: as-Syifa, 1990), hlm. 489. 28

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Terj. M.A. Abdurrahman dan A.Haris Abdullah,

(Semarang: as-Syifa, 1990), hlm. 489.

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

27

dari suaminya, jika kedurhakaan (nusyuz) datang dari pihaknya, atau

memberikan yang sebanding dengan mahar atau lebih sedikit.29

d. Waktu menjatuhkan khuluk (khulu‟)

Fuqaha‟ telah sepakat bahwa khuluk (khulu‟) boleh dijatuhkan

pada masa haid, nifas dan pada masa suci yang belum dicampuri atau

yang telah dicampur.30

Dengan demikian khuluk dapat dijatuhkan

kapan saja dan dimana saja. Rasulullah tidak menetapkan waktu

khusus sehubungan dengan khuluk istri Tsabit bin Qais. Rasulullah

juga tidak bertanya dan membicarakan keadaan istrinya, maka dari itu

khuluk pada waktu suci dan haid diperbolehkan.

e. Syarat bagi wanita yang menjatuhkan khuluk (khulu‟)

Para ulama mazhab sepakat istri yang mengajukan khuluk

(khulu‟) kepada suaminya itu wajib sudah baliq dan berakal sehat.

Mereka juga sepakat bahwa, bahwa istri yang safih (idiot) tidak boleh

mengajukan khuluk tampa izin walinya, dan mereka berbeda pendapat

tentang keabsahan khulu‟-nya manakala di izinkan oleh walinya.31

f. Syarat-syarat bagi suami yang melakukan khuluk (khulu‟)

Seluruh Mazhab, kecuali Imam Hambali, sepakat bahwa baliq

dan berakal merupakan syarat yang wajib dipenuhi oleh laki-laki atau

suami yang melakukan khuluk. Sedangkan Hambali mengatakan:

29

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih Munakahat dan

Undang Undang Perkawinan, (Jakarta: Pustaka Grafika, 2006), hal. 235. 30

Kamal Mukhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan

Bintang,1974), cet 3, hal. 172. 31

Iabid, Muhammad Jawal Muqhniyah, Fiqih Limah Mazhab. Hanafi mengatakan: apabilah

walinya itu melaksanakan pembayaran tebusan tersebut dengan harta miliknya, salahlah khulu‟

tesebut, tapi bila tidak, maka menurut salah satu dari dua riwayat yang lebih kuat, penebusan itu

batal dan talak jatuh atas istrinya. Imamiyah dan Maliki mengatakan: berdasarkan izin dari wali

untuk membayar tebusan khulu‟, maka salahlah khulu‟ tersebut, sepanjang tebusan itu diambilkan

dari hartanya sendiri dan bukan harta walinya. Syafi‟i dan Hambali mengatakan: khulu‟ yang

diajukan oleh wanita safih sama sekali tidak sah baik dengan atau tampa izin walinya, dan Syafi‟i

hanya memberikan satu pengecualian, yaitu manakala walinya khawatir bahwa suaminya akan

menguasai harta istrinya yang safih itu. Sebentara itu Syai‟i mengatakan: Tidak terjadi khulu‟ dan

tidak pula jatuh thalak kecuali suami berniat untuk menjatuhkan thalak ketika ia melakukan

khulu‟, atau khulu‟-nya diucapkan dengan redaksi talak. Hal. 460-461.

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

28

Khuluk (khulu‟) sebagaimana halnya dengan thalak, dianggap sah bila

dilakukan oleh orang yang mumayyizz (telah mengerti sekalipun

belum baliq). Seterusnya khuluk juga dinyatakan sah bilah dilakukan

dalam keadaan marah sepanjang kemarahan tersebut tidak sampai

menghilangkan maksud Khuluk tersebut. Mereka juga sepakat tentang

keabsahan khulukyang dilakukan oleh orang idiot (safih), tetapi uang

(harta) tebusan harus diserahkan kepada walinya, dan tidak boleh

diserhkan kepadanya.32

5. Alasan dan Penyebab Terjadinya Khuluk (Khulu’)

Allah SWT telah menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan

perempuan yang banyak, masing-masing mempunyai persamaan dan

perbedaan, maka perpaduan antara kedua jenis ini akan merupakan suatu

kesatuan yang harmonis dan ideal dalam melanjutkan keturunan dan

membentuk keluarga yangsakinah mawaddah dan warahmah.

Akan tetapi didalam menjalankan dan melaksanan roda kehidupan

berumah tangga antara suami dan istri ada kemungkinan terjadi kesalah

fahaman antara mereka berdua yang menyebabkan hubungan mereka

tanpak retak dan kurang harmonis. Ini disebakan salah seorang atau

keduanya tidak melaksanakan hak-hak dan kewajibannya, tidak saling

percaya mempercayai dan lain sebagainya. Seringkali terjadi kasus-kasus

penyiksaan dan perlakuan semenamena terhadap istri dikalangan kita

dimana perceraian tidak diperkenankan. Padahal betapa hati-hatinya

hukum Islam mengatur soal perceraian, kiranya tidak akan salah jika harus

mengatakan, bahwa tiada suatu agama atau peraturan manusia manapun

yang dapat menyamainya.

Walaupun demikian kenyataannya pahit menunjukkan, bahwa

hubunga suami istri tidak selamanya dapat dipelihara secara harmonis.

Cemburu yang berlebih-lebihan tidak jarang menjadi sumber melapetaka

dari timbulnya macam-macam salah faham dan menyebabkan keluarnya

32 Muhammad Jawal Muqhniyah, Fiqh Lima Mazhab (Ja‟fari, Maliki, Hanafi, Syafi‟I,

Hambali), terjemahan. Masykur AB dkk, cet-1, (Jakarta: Lentera, 2002), hlm. 462.

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

29

sifat-sifat kebengisan yang terpendam dalam hati setiap manusia dalam

berbagai bentuknya. Dengan demikian perceraian itu dianggap sebagai

suatu bencana.33

Al-qur‟an lebih jauh telah menjelaskan bahwa seorang

istri berhak menuntut khuluk (Khulu‟), seandainya merasa khawatir atas

kekejaman suaminya ini berdasarkan firman Allah QS. An-Nisa‟ (4):128:

Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak

acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan

perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi

mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu

bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz

dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui

apa yang kamu kerjakan”.

Dengan demikian bila istri merasa khawatir terhadap sikap

suaminya yang tidak menunaikan kewajiban-kewajiban terhadap istrinya.

Maka hendaknya istri dapat mengambil sikap dari sikap nusyus perbuatan

suaminya itu seperti halnya tidak melaksanakan kewajiban-kewajinannya

terhadap istrinya sebagaimana mestinya, tidak memberi nafkah, tidak

menggauli istri dengan semestinya, berkurang rasa cinta dan kasih

sayangnya dan bersikap kasar terhadap dirinya. Maka istri dapat

melepaskan diri dari ikatan perkawinan itu dengan menyerahkan kembali

seluruh atau sebagain dari harta kekayaan yang dulu ia diterima dari

suaminya yang harus dibayar oleh istri sebagai „Iwadh (ganti rugi) kepada

suaminya.34

Kemudian suami harus memberinya Khuluk kepada

istrinya,bila mereka telah melakukan hal ini, maka terjadilah perceraian

yang tidak dapat diubah lagi.

33

Bencana yang dimaksud disini adalah bencana yang dapat dibayangkan dari suatu

perceraian yang menyangkut kehidupan kedua belah pihak dan terutama yang menyangkut

kehidupan anak-anak mereka, maka dapat pula dibayangkan betapa rasa tersiksanya perasaan

seoarng istri yang kedamaian kehidupan rumah tangganya sudah tidak dapat dipertahankan lagi. 34

A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari‟ah), (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 296.

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

30

Perlu dicatat bahwa khuluk hanya dapat diminta dalam keadaan

yang sangat luar biasa. Ia tidak dapat diperkenankan dengan alasan-alasan

yang lemah, oleh sebab itu khuluk hanya dapat diperkenankan dan

diperbolehkan jika ada alasan alasan yang kuat dan benar.35

Ada beberapa

alasan dimana istri dapat menuntut cerai melalui otoritas (wewenang)

hakim. Alasan-alasan perceraian mungkin akan diberikan oleh hakim

karena beberapa hal:

a. Perlakuan yang menyakitkan yang terjadi secara terus menerus

terhadap istri.

b. Kewajiban-kewajiban dalam ikatannya dengan hubungan perkawinan

tidak terpenuhi.

c. Sakit ingatan (kejiwaan).

d. Pindah tempat tinggal tanpa sepengetahuan (provinsi) istri

e. Dan sebab-sebab lain yang menuntut pendapat hakim dapat dibenarkan

untuk bercerai.36

Ada juga alasan di Perbolehkan dan yang dilarang melakukan

khuluk (khulu‟) antara antara lain:

a. Alasan diperbolehkan khuluk (khulu‟)

1) Suami Murtad

2) Suami berbuat kekufuran atau kemusyrikan kepada Allah dengan

berbagai macam dan bentuknya dan telah disampaikan nasehat

kepadanya agar bertaubat darinya tapi tidak mendengar dan

menerima.

3) Suami melarang dan menghalangi istri untuk melaksanakan

kewajibankewajiban agama, seperti kewajiban shalat lima waktu,

kewajiban zakat, memakai hijab syar‟i, menuntut ilmu syar‟i yang

hukumnya fardhu „ain.

35

Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa oleh Moh. Tholib, (Bandung: PT. A l-Ma‟arif.

1994), jilid VIII, hlm. 101. 36

A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syari‟ah), (Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 255.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

31

4) Suami berakidah dan bermanhaj sesat dan menyesatkan dari agama

Allah yang lurus dan haq.

5) Suami bersikap kasar, keras dan berakhlak buruk.

6) Suami tidak mampu memberi nafkah wajib bagi istri.

7) Istri merasa benci dan sudah tidak nyaman hidup bersama

suaminya, bukan karena agama dan akhlaknya, tapi karena

khawatir tidak bisa memenuhi haknya.

b. Alasan khuluk (khulu‟) dilarang

1) Dari sisi suami. Apabila suami menyusahkan istri dan memutus

hubungan komunikasi dengannya atau dengan sengaja tidak

memberikanhak-haknya dan sejenisnya agar sang istri membayar

tebusan kepadanyadengan jalan gugatan cerai.

2) Dari sisi istri. Apabila seorang istri meminta cerai padahal

hubungan rumah tangganya baik dan tidak terjadi perselisihan

maupun pertengkaran serta tidak ada alasan lain yang syar‟i.37

Dalam masalah ini ulama fiqh, juga ikut mengomentari bahwa

penyebab terjadinya khuluk (khulu‟) antara lain adalah munculnya

sikap suami yang meremehkan istri dengan enggan melayani istri

hingga senantiasa membawa pertengkaran. Serta adanya rasa ketidak

senangan istri terhadap suami juga merupakan alasan yang cukup

untuk meminta khuluk (khulu‟), karena jika ketidak senangan itu

semakin berlarut-larut maka akan menambah masalah yang semakin

banyak dala kehidupan rumah tangganya. Dalam keadaan seperti inilah

Islam memberikan solusi atau jalan keluar bagi rumah tangga tersebut

dengan menempuh jalan khuluk.

6. Akibat Khuluk (khulu’)

Dalam hal akibat khuluk (khulu‟) terdapat persoalan apakah

perempuan yang menerima khuluk dapat diikuti dengan thalak atau tidak.

Imam Malik berpendapat bahwa khuluk itu tidak dapat diikuti dengan

37

Slamet Abidin, Fiqih Munakahat, Cet.ke-2, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 1999).

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

32

talak, kecuali jika pembicaraannya bersambung. Sedangkan imam Hanafi

mengatakan bahwa khuluk dapat diikuti dengan talak tampa memisahkan

antara penentuan waktunya, yaitu dilakukan dengan segera atau tidak.38

Perbedaan pendapat ini terjadi karena golongan pertama

berpendapat bahwa ia termasuk hukum talak, sedangkan Imam Abu

Hanifa berpendapat ia termasuk hukum nikah. Oleh karena itu, ia tidak

membolehkan seorang menikahi perempuan yang saudara perempuannya

masih dalam iddah dari talak ba‟in.

Fuqaha yang mengatakan bahwa ia termasuk hukum dalam

pernikahan, mereka berpendapat bahwa khuluk tersebut dapat diikuti

dengan talak. Sedangkan fuqaha yang tidak berpendapat demikian,

mengatakan bahwa khuluk tersebut tidak dapat diikuti dengan talak.39

Persoalan lain adalah, jumhur fuqaha telah sepakat bahwa suami yang

menjatuhkan khuluk tidak dapat merujuk mantan istrinya pada masa idah,

kecuali pendapat yang diriwayatkan dari sa‟id bin al-Musayyab dan Ibnu

Syihab, keduanya mengatakan bahwa apabilah suami mengenbalikan

tebusan yang diambil dari istrinya, maka ia dapat mempersaksikan

rujukannya itu.40

Para fuqaha perselisi pendapat tentang idah wanita yang di

khulukapabilah terjadi persengketaan antara suami dengan istri berkenaan

dengan kadar bilangan harta yang dipakai untuk terjadinya khuluk

(khulu‟). Imam Malik berpendapat bahwa yang dijadikan pegangan adalah

kata-kata suami jika tidak ada saksi. Sedangkan Imam Syafi‟i berpendapat

bahwa kedua suami istri saling bersumpah, dan atas istri dikenakan sebesar

mahat mitsil. Beliau mempersamakan antara dua orang yang jual beli.

38

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat (Kajian Fiqih Nikah Lengkap), (Jakarta: Pt

Raja Grafindo Persada, 2008), hal. 315. 39

Ibid, 2008, hal. 316. 40

Lihat, Ibnu Rusyd, Al-Faqih Abul Wahid Muhammad bin Ahcmad bin Muhammad ibnu

Rusyd, Bidayatul Nujtahid Wanihayatul Muqtasid (Analisis Fiqih Para Mujtahid), Jilid 2,

(Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal. 560.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

33

Adapun Imam Malik memandang istri sebagai pihak tergugat dan suami

sebagai pihak penggugat.41

7. Hikmah Khuluk (Khulu’)

Hikmah yang terkandung didalamnya sebagaimana yang telah

disebutkan adalah untuk menolak bahaya, yaitu apabilah perpecahan suami

istri telah memuncak dan dihawatirkan keduanya tidak dapat keduanya

menjaga sayarat-syarat dalam kehidupan sebagai suami istri, maka khuluk

dengan cara-cara yang ditetapkan oleh Allah SWT, merupakan penolakan

terjadinya permusuhan dan untuk menegakan hukum-hukum Allah.42

Oleh

karena itu, Allah SWT, berfirman QS. Al-Baqarah (2): 229:

Artinya: “...jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat

menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya

tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah

hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa

yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang

zolim,”.43

Adapun beberapa hikmah yang dapat kita petik adalah:

a. Menyelesaikan istri dari belenggu suami yang tidak baik khuluk

(khulu‟) terjadi karena istri membenci suaminya yang memiliki akhlak

tidak baik. Apabila rumah tangga mereka dilanjutkan maka istriakan

menderita. Maka untuk lepas dari suami, Allah memberi jalan

keluaryaitu dengan khuluk (khulu‟).

b. Menghindari dari bahaya(mudharat) atau ancaman rumah tangga yang

tidak baik.Pada masa jahiliyah, wanita tidak mempunyai hak sama

41

Ibid, 2008, hal. 317. 42

Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat, (t.t: Kencana Prenada Media Group, 2003),

hal. 227. 43

Al-Qur‟an, Al-Baqara Juz dua (2), ayat 229. Departemen Agama Republik Indonesia,

hal. 229.

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

34

sekali bahkanbayi perempuan yang lahir dikubur hidup-hidup

disebabkan merekamenganggap itu sebagai aib. Dengan datangnya

Islam, semua hal itudirubah wanita mempunyai kedudukan yang

terhormat memberikanperlindungan yang besar pada wanita. Apalagi

bila suami berlaku aniayaterhadap istri maka hal itu mengakibatkan

istri boleh mengajukan khuluk (khulu‟).

c. Penyelesaian yang baik dengan mengembalikan lagi harta suami

yangpernah diberikan pada istri.44

Selain dua hikmah diatas yang

terpenting dari khuluk (khulu‟) adalah ia merupakan solusi terbaik

terhadap perselisihan yang terjadi didalam rumah tangga yaitu dengan

mengembalikan lagi harta suami yang pernah diberikan pada istri.

B. Cerai Gugat Dalam Perspektif PerUndang-undangan

1. Pengertian Cerai Gugat

Untuk memperoleh gambaran tentang cerai gugat, maka perlu

dijelaskan terlebih dahulu mengenai perceraian. Perceraian adalah

berakhirnya hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang

perempuan yang selama ini hidup sebagai suami istri. Perceraian dibagi

menjadi dua macam yaitu cerai talak dan cerai gugat. Dalam penulisan

tesis ini penulis hanya membatasi pada masalah cerai gugat. Cerai gugat

berarti, putus hubungan sebagai istri.45

Sedangkan gugat (gugatan) berarti

suatu cara untuk menuntut hak melalui putusan Pengadilan.46

Menurut subakti istilah perceraian ialah penghapusan perkawinan

dengan putusan hakim, atau putusan oleh salah satu pihak dalam

perkawinan itu.47

Kemudian dalam kamus hukum thalak adalah perceraian

dalam hukum Islam atau kehendak suami.48

Di dalam Kompilasi Hukum

44

Ali Muhammad al-Jarjawi, Hikmah at-Tasyri‟ wa Falsafatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr,

1994), hlm. 53. 45

Sudarsono, kamus hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hal. 76. 46

Subakti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 2003), hal. 42. 47

H. Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.

81 48

Simorangkir dkk, Kamus Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), Cet. ke 12, hal. 165.

Simak juga Sudarsono, Kamus Hukum, hal. 482.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

35

Islam (KHI) Pasal 114 bahwa putusan perkawinan disebabkan karena

perceraian dapat terjadi karena talak atau gugatan perceraian.49

Menurut UUP Nomor 7 Tahun 1989, telah mengubahnya dengan

istilah baru. Istilah yang dipergunakan untuk permohonan talak disebut

“Cerai Talak”, sedang untuk gugat cerai istilahnya dibalik menjadi (cerai

gugat).50

Dengan istilah baru ini, dipertegas bentuk pemecahan

perkawinan berdasarkan Pengandilan Agama sesuai dengan aturan hukum

yang berlaku.51

Dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 132 ayat

satu (1) menyebutkan bahwa: “Gugatan Perceraian diajukan oleh istri atau

kuasanya pada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi

tempat tinggal Penggugat kecuali istri meninggalkan tempat kediaman

tampa seizin suami”.52

Dengan adanya penjelasan diatas maka dipat diambil kesimpulan

bahwa cerai gugat atau gugatan perceraian merupakan suatu istilah yang

digunakan dalam Pengadilan Agama.

2. Akibat Hukum Cerai Gugat

Cerai gugat merupakan suatu tindakan hukum yang dapat

mengakibatkan putusnya ikatan perkawinan. Oleh karena itu apabila

gugatan perceraian telah dikabulkan dan diputuskan oleh pengadilan, maka

akan menimbulkan akibat hukum. Sebagaimana yang telah dijelaskan

dalam Pasal 41 UU Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan:

a. Baik bapak atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik

anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana

49

Tim Redaksi Fokus Media, Himpunan Peraturan PerUndang-undangan Tentang

Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Fokusmedia, 2005), hal. 38. 50

Yahya Harahab, kedudukan kewenangan dan Acara Pengadilan Agama, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2003), Cet. ke-2, hal. 207. 51

Ahrum Hoerudin, Pengadilan Agama (Bahasan Tentang Pengertian, Pengajuan Perkara,

dan kewenagan Pengadilan Agama Setelah Berlakunya Undang-undang Nomor 7, Tahun 1989),

Tentang Peradilan Agama). (Bandung: PT, Aditya Bakti, 1999), hal. 20. 52

Undang-undang RI, Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum

Islam serta Perbu Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Ibdah Haji, (Surabaya: Kesindo Utama,

2012), hal. 235.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

36

ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak Pengadilan yang

memberi keputusan.

b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan

tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, penfadilan dapat

menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan menentukan sesuatu kewejiban bagi bekas istri.

Cerai gugat diatur dalam Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974

tentang perkawinan Pasal 40 disebutkan dalam putusan Pemerintah RI

Nomor 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 1974

tentang perkawinan Pasal 20-36, ditegaskan juga dalam Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada Pasal 73-88, dan

dijelaskan pada Kompilasi Hukum Islam Pasal 113-148.53

Adapun gugatan

perceraian itu dilakukan oleh istri atau kuasa hukumnya ke Pengadilan

Agama ditempat kediaman itu dilakukan oleh istri atau kuasa hukumnya

ke Pengadilan Agama ditempat kediaman penggugat,54

hal ini sesuai

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pada

Pasal 73 ayat 1, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1975

tentang pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan Pasal 20 Ayat 1, serta Kompilasi Hukum Islam Pasal 132 Ayat

1. Sedangkan alasan-alasan unntuk mengajukan cerai gugat adalah diatur

dalam penjelasan Pasal 29 Ayat 2 Undang-undang RI Nomor 1 Tahun

1974 tentang perkawinan, dijelaskan juga dalam Pasal 19 huruf a-f

Peraturan Pemerintah RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, serta

diterangkan pada Pasal 116 huruf a-h Kompilasi Hukum Islam (KHI).55

53

Samsudin, Faktor Penyebab Perceraian Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Tahun 1998-2002, Jakarta: 2003, hal.277-278. 54

Lihat Juga, Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan

Mahkamah Syari‟ah Di Indonesia, 2007, hal 12. 55

Samsudin, Faktor Penyebab Perceraian Di Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Tahun 1998-2002, Jakarta: 2003, hal.278.

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

37

3. Tata Cara Mengajukan Cerai Gugat

Tata cara untuk melangsungkan perceraian dengan gugatan ini di

atur secara terperinci dalam peraturan PerUndang-undangan Nomor 9

Tahun 1975 pada Pasal 20 sampai dengan 36 yang pada garis besarnya

dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Pengajuan gugatan

Gugatan perceraian diajukan oleh suami atau istri atau

kuasanya kepada Pengadilan Agama atau pengadilan sipil yang daerah

hukumnya meliputi tempat kediaman Tergugat. Dalam hal tempat

kediaman Tergugat tidak jelas atau tidak diketahui atau tidak

mempunyai tempat kediaman yang tetap, begitu juga kalau Tergugat

bertempat kediaman diluar negeri, maka gugatan diajukan kepada

Pengadilan ditempat kediaman Tergugat. Dalam hal gugatan

perceraian dengan alasan “salah satu pihak meninggalkan pihak lain

selama dua (2) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tampa

alasan yang benar atau karena hal lain diluar batas kemampuannya,

maka gugatan itu juga diajukan ke Pengadilan ditempat kediaman

Penggugat.56

b. Pemanggilan

Pemanggilan terhadap para pihak atau kuasanya dilakukan

setiap kali akan diadakan persidangan. Yang melakukan pemanggilan

adalah juru sita pada Pengadilan atau petugas yang ditunjuk oleh

Pengadilan Agama. Pemanggilan harus disampaikan kepada pribadi

yang bersangkutan, tetapi jika tidak dijumpai pemanggilan memalui

lurah atau kepala desa yang dipersamakan dengan itu. Pemanggilan

56

a. Lihat, Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkama

Syari‟ah Di Indonesia:

1. Gugatan Perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apanbilah penggugat dengan sengaja

meninggalkan tempat bersama tampa izin tergugat. 2. Dalam hal penggugat bertempat kediaman

diluar negeri gugatan perceraian diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi

tempat kediaman tergugat. 3. Dalam hal penggugat dan tergugat bertempat kediaman diluar negeri,

maka gugatan diajukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan

mereka dilangsungkan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat. 2005, hal. 12.

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

38

tersebut harus sudah dilakukan dan disampaikan secara patut dan

sudah diteri oleh Penggugat maupun Tergugat atau kuasa mereka

selambat-lambatnya taiga (3) hari sebelum sidang dibuka. Panggilan

kepada Tergugat harus dilampiri dengan salinan surat gugatan.

Apabilah Tergugat tidak mempunyai kediaman yang tetap atau

tidak jelas, maka pemanggilan dilakukan dengan cara menempelkan

gugatan pada papan pengumuman di Pengadilan dan mengemukakan

melaui satu atau beberapa surat kabar yang ditetapkan oleh pengadilan,

yang dilakukan sebanyak dua kali dengan tenggang waktu satu bulan

antara pengumuman pertama dan kedua. Tenggang waktu antara

panggilan kedua dengan persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya

tiga (3) bulan.57

c. Pemanggilan Persidangan

Persidangan untuk memeriksa gugatan perceraian harus

dilakukan oleh hakim selambat-lambatnya tiga puluh (30) hari setelah

diterimanya surat guggatan perceraian. Dalam menetapkan hari

persidangan ini perlu sekali diperhatikan tenggang waktu pemanggilan

dengan diterimanya panggilan tersebut oleh Penggugat maupun

Tergugat atau kuasa hukum mereka. Khusus bagi gugatan yang

Tergugatnya berada diluar negeri, persidangan ditetapkan sekurang-

kurangnya enam (6) bulan terhitung sejak dimulainya gugatan

perceraian kepanitraan Pengadilan.58

Pendaftaran, membayar biaya perkara, penetapan hari sidang,

panggilan sidang, dan mempertimbangkan hari sidang dengan jarak

tempat tinggal para pihak, diterangkan dalam Pasal 121 HIR./ R.Bg

diantaranya adalah:

57

Tutur Chundori, Studi Tentang Masalah Perceraian Di Purwokerto, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta:1990, hal. 76-78. 58

Tutur Chondori, Studi Tentang Masalah Perceraian Di Purwokerto, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta: 1990, hal. 79-80.

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

39

1) Sesudah surat gugatan atau catatan yang dibuat itu telah

didaftarkan oleh panitra didalam daftar yang disediakan untuk kita,

maka ketua penentuan hari dan waktu perkara itu akan diperiksa

dimuka Pengadilan. Ketua memerintahkan memanggil kedua belah

pihak, supaya hadir pada waktu yang telah ditentukan itu, disertai

oleh saksi yang mereka kehendaki untuk diperiksa dan dengan

membawa segala surat keterangan yang akan dipergunakan.

2) Ketika memanggil Tergugat harus diserahkan juga kepadanya

sehelai salinan surat gugatan, dengan memberitahukan kepadanya,

bahwa ia kalau mau dapat menjawab gugatan itu dengan tertulis.

3) Tentang perintah seperti yang disebut dalam ayat pertama pasal ini,

dibuat catatan dengan daftar yang tersebut dalam ayat itu, demikian

juga pada surat gugatan asal.

4) Mendaftarkan dalam daftar seperti yang dimaksud dalam ayat

pertama, tidak boleh dilakukan sebelum oleh penggugat dibayar

lebih dahulu kepada panitra sejumlah uang yang besarnya untuk

sementara diperkirakan oleh ketua Pengadilan Agama atau

Pengadilan Negeri menurut keadaan perkara, untuk ongkos kantor

panitra, ongkos melakukan panggilan serta memberitahu yang

diwajibkan kepada kedua pihak dan harga materai yang akan

dipergunakan; jumlah yang dibayar lebih dahulu itu akan

diperhitungkan kemudian.59

Pasal 122 HIR/146 R.Bg “Pada waktu menentukan hari

persidangan ketua hendaknya mempertimbangkan jarak antara tempat

tinggal atau sebenarnya berdiam para pihak dengan tempat Pengadilan

bersidang, tenggang waktu antara memanggil kedua belah pihak

59

Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata peradilan Agama Dan Mahkama Syari‟ah

Di Indonesia, (Jakarta: PT, Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 13-14.

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

40

dengan hari kerja, kecuali dalam hal yang sangat mendesak perkara itu

harus segera diperiksa; hal itu harus disebut dalam surat perintah.60

C. Kedudukan dan Wewenang Pengadilan Agama dalam Perkara

Perceraian

1. Kedudukan Peradilan Agama

Menurut Undang-undang Kekuasaan Kehakiman Kekuasaan

kehakiman diatur di dalam Pasal 24, Pasal 24A, dan Pasal 24C, Undang-

undang Tahun 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman merupakan

kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna

menegakan hukum dan keadilan ayat (1). 61

Menurut Montesque, Negara memiliki tiga kekuasaan yang antara

satu dengan yang lainnya harus berpisah. Adapun tiga (3) kekuasaan

tersebut adalah kekuasaan legislatif (legislative power), kekuasaan

Eksekutif (esxecitive power), dan kekuasaan Yudikatif (yudicative

power).62

Teori yang dikemukakan sebagai teori pemisahan kekuasaan

(separation of power teori). Legislatif mempunyai tugas dalam hal

pembuatan peraturan perUndang-undangan, eksekutif mempunyai fungsi

sebagai pelaksana peraturan perUndang-undangan, dan yudikatif

mempunyai tugas sebagai badan yang menegakan peraturan perUndang-

undangan atau hukum. Inti dari tegaknya hukum sebenarnya lebih

ditentukan pada keberadaan lembaga yudikatif.63

Artinya untuk

menciptakan sebuah negara hukum, maka indenpendensi kekuasaan

kehakiman harus benar-benar dilaksanakan.

Dalam Pasal 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang

kekuasaan kehakiman diterangkan, bahwa kekuasaan kehakiman adalah

60

Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata peradilan Agama Dan Mahkama Syari‟ah

Di Indonesia, (Jakarta: PT, Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 14. 61

Abdul Gani Abdullah, Dialog Antar Peradilan (Mahkamah Agung Republik Indonesia),

2016, hal. 151. 62

Abdul Ghafur Anshari, Peradilan Agama Di Indonesia Pasca Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006, “ Sejarah, Kewenangan, Dan Kedudukan”, (Yokyakarta: UII Perss, t.th), hal. 45. 63

Ibid, hal.34.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

41

kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna

menegakan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila, demi

terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia.64

Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal (1) dilakukan oleh Mahkama Agung dan badan-

badan Peradilan yang dibawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum,

Peradilan Agama, Peradilan Militer, Peradilan Tata Usaha Negara, dan

oleh Mahkama Konstitusi.65

2. Dasar Yuridis Peradilan Agama

Menurut Mahfudz MD, terdapat tiga (3) dasar yang dipakai sebagai

dasar pijakan Peradilan Agama di Indonesia, yaitu:66

a. Pancasila

Pancasila adalah sila Ketuhanan Yang Maha Esa didalam

Pancasila dapat dijadikan dasar bagi berlakunya hukum-hukun agama

di Indonesia. berlakunya hukum agama ini terutama sejauh berkaitan

dengan hukum Agama. Dengan demikian menurut pendapat ini bukan

hanya Peradilan Agama Islam yang dapat dilembagakan tapi agama-

agama lainpun selama diakui oleh naungan Pancasila dapat memiliki

lembaga yang lain.

Terkait dengan lembaga tersebut, perlu ditegaskan bahwa

Peradilan Agama yang diberlakukan bedasarkan Pasal (2) Peralihan

Undang-undang Dasar 1945 adalah Peradilan Agama Islam sebab

sejaka dilembagakan secara formal pada Tahun 1882 Peradilan Agama

Islamlah yang disebut Peradilan Agama. Begitu juga peraturan

perUndang-undangan yang lahir kemudian menyebut Peradilan Agama

seperti Undang-undang darurat Nomor 1 Tahun 1951 Undang-undang

64

Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata peradilan Agama Dan Mahkama Syari‟ah

Di Indonesia, (Jakarta: PT, Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 1 65

Abdul Gani Ghofur Ansori, hal. 27. 66

Mahammad Mahfudz, MD, dalam Abdul Ggofur. Peradilan Agama dan Kompilasi

Hukum Islam Dalam Tatat Hukum Indonesia, (Yokyakarta: UII Perss , 1993), hal. 19-20.

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

42

Nomor 19 Tahun 1964, dan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970,

maka yang dimaksud adalah Peradilan Agama Islam.

b. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dengan adanya dekrit Presiden 5 juli 1959, yang

memeberlakukan kembali Undang-undang Dasar 1945 menurut Prof.

Notonagoro rumusan sila pertama pancasila mendapatkan tambahan

“Bersesuaian dengan hakikat Tuhan Yang Maha Esa dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya menurut dasar

kemanusiaan yang adil dan beradap”.

c. Pasal 2 Aturan Peralihan UUD 1945

Hal ini dapat dibaca dalam Undang-undang dasar 1945 pra-

amandemen yang menyatakan bahwa “lembaga dan peraturan yang

ada masih terus berlaku selama belum dibuat lembaga dan peraturan

yang baru menurut Undang-undang dasar ini”. Peradilan Agama

mendapat pijakan hukum yang kuat, dalam arti benar-benar diakui

sebagai lembaga Peradilan di Negara Repubblik Indonesia adalah

setelah diundangkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970

tentang pokok-pokok kekuasaan kehakiman.

Hal ini dapat kita lihat dalam Pasal 10 Undang-undang Nomor

14 Tahun 1970 yang menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman

dilakukan oleh Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,

Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha

Negara.67

Kemudia ditindak lanjuti dengan adanya perUndang-

undangan Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang

didalamnya dipertegas kedudukan, susunan, dan wewenang Peradilan

67

Lihat Juga, Abdul Gani Abdullah, Dialog Antar Peradilan (Mahkamah Agung Republik

Indonesia), 2016, hal. 151: Bahwa, kekuasaan kehakiman dilekukan oleh sebuah Mahkamah

Agung dan badan peradilan yang berada dibwahnya dalam lingkungan peradilan umum,

lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkunngan peradilan tata usaha

negara, dan oleh sebuah mahkamah konstitusi (ayat (2)). Di dalam Pasal 24 ini diatur juga

mengenai badan-badan lain yang fungsing berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang diatur

oleh Undang-undang ayat (3), 20016, hal. 151.

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

43

Agama dalam rangka ikut menegakan hukum di Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Kemudian dengan adanya amandemen terhadap Undang-

undang Dasar 1945, maka Undang-undang inipun harus disesuaikan.

Sehingga pada tahun 2004 berhasil diundangkan Undang-undang

Nomor 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, yang mana ini

menjadi pijakan yang sangat kuat bagi eksistensi Peradilan Agama di

Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun 2006 Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989 mengalami amandemen Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang Peradilan Agama.

Inti dari Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 ini adalah

memberikan perluasan kewenagan Peradilan Agama untuk dapat

menerima, memeriksa, dan memutus, sengketa dibidang Ekonomi

Syariah.

3. Kewenangan Pengadilan Agama

Agar supaya suatu gugatan jangan sampai diajukan secara keliru,

maka dalam cara mengajuka gugatan harus diperhatikan benar-benar oleh

penggugat bahwa gugatan harus diajukan secara tepat kepada badan

pengadilan yang benar-benar berwenang untuk mengadili persoalan

tersebut.68

Kewenangan Peradilan Agama dalam Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006 tidak dapat lepas dari historis, artinya muncul dinamika

hukum itu tidak dapat melepaskan atau menyembunyikan dinamika sosial

dibelakangnya. Hukum tumbuh berkembang dan ambruk disebabkan oleh

dinamika masyarakat.69

Dalam hukum perdata dikenal dengan dua (2) macam kewenangan,

yaitu:

68

Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori

Dan Praktek, (Bandung: Sumber Indah, 2009), hal. 11. 69

Hasanuddin, (Menurut Satjipto Raharjo) Penyelesaian Sengketa Perbankan Syari‟ah,

Mediasi, Pengadilan Tinggi Agama Semarang, 2008, hal. 53.

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

44

a. Kewenangan relatif atau (relative competetie).

Yang dimaksud wewenang relatif Pengadilan adalah

kekuasaan dan wewenang yang diberikan antara Pengadilan dalam

lingkungan Peradilan yang sama atau wewenang yang berhubungan

dengan wilayah hukum antara Pengadilan Agama dalam lingkungan

Pengadilan.70

Bagi pembagian kekuasaan relatif ini, Pasal 4 Undang-

undang Nomor 7 1989 tentang Peradilan Agama setelah

menetapkan:“Peradilan Agama berkedudukan di kota madya atau

kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota madya atau

kabupaten”.

Selanjutnya, pada penjelasan Pasal empat (4) ayat satu (1)

menetapkan: “Pada dasarnya tempat kedudukan Pengadilan Agama

ada dikota madya atau kabupaten, yang daerah hukumnya meliputi

wilayah kota madya atau kabupaten, tetapi tidak tertutup kemungkinan

adanya pengecualian”.

Tiap Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum tertentu,

dalam hal ini meliputi satu kota madya atau satu kabupaten, atau dalam

keadaan tertentu sebagai pengecualian, mungkin lebih atau juga

mungkin kurang.71

Pasal 133 HIR/159 R.Bg, jika Tergugat dipanggil menghadap

Pengadilan, sedang menurut ketentuan Pasal 142 R.Bg/118 HIR, ia

tidak usah mengahadap Pengadilan itu, maka ia dapat mengajukan

tangkisa, supaya pengadilan menyetakan tidak berwenang untuk

mengadilinya, dengan ketentuan bahwa tangkisan itu harus diajukan

segera pada permulaan persidangan, pernyataan itu tidak akan

diperhatikan lagi, kalau tergugat telah mengemukakan jawaban atas

pokok perkara.

Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu Pengadilan Negeri

atau Pengadilan Agama mempunyai wewenang nisbi untuk menerima,

70

Abdullah Tri Wahyudi, Peradilan Agama Di Indonesia, (Jokyakarta: Pustaka Pelajar.

2004), hlm. 47. 71

Basiq Djalil, Peradilan Agama Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 138.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

45

memeriksa, dan mengadili, serta menyelesaikan perkara yang

Tergugatnya betempat tinggal didaerah hukumnya. Secara khusu dan

terperinci tentang wewenang nisbi Pengadilan Negeri diatur dalam

Pasal 118 HIR/Pasal 142 RBg, yang menetukan sebagai berikut:

1) Gugatan pertama pada tingkat pertama yang termasuk wewenang

Pengadilan Negeri diajukan kepada Pengadilan Negeri yang

didaerah hukumnya meliputi tempat tinggal Tergugat atau jika

tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat kediamannya yang

sebenarnya.

2) Jika tergugat lebih dari seorang, sedang mereka tidak tinggal dalam

satu daerah hukum Pengadilan Negeri,72

gugatan diajukan kepada

Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal

salah seorang Tergugat menurut pilihan Penggugat.

3) Jika tempat tinggal dan tempat kediaman tidak diketahui, gugatan

diajukan kepada Pengadilan Negeri ditempat tinggal Penggugat

atau salah seorang Penggugat.

4) Jika gugatan itu mengenai benda tetap, gugatan diajukan kepada

Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi benda tetap itu

terletak.

5) Apabila ada suatu tempat tinggal yang dipilih dan ditentukan

bersama dalam suatu akta, Penggugat kalau ia mau dapat

mengajukan gugatannya kepada Pengadilan Negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat tinggal yang dipilih tersebut.73

Kompetensi relatif Pengadilan Negeri juga diatur secara

khusus dalam Peraturan Pemerinta Nomor (9) Tahun 1975 yang

merupakan peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor(1) Tahun

1974, yang menentukan bahwa gugatan perceraian mereka yang buat

72

Lihat Juga, Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata

Dalam Teori Dan Praktek, hal. 12-13. 73

Riduan Syahrani, Sistem Peradilan dan Hukum Acara Perdata Di Indonesia, (t.t., PT

Citra Aditya Bakti: 2016, hal. 48-49.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

46

beragama Islam diajukan kepada Pengadilan Negeri yang daerah

hukumnya meliputi tempat tinggal Tergugat (Pasal 20 ayat 1 dan Pasal

22, ayat (1).74

b. Wewenag Absolut (Mutlak)

Pasal 134 HIR/160 R.Bg, apabila persengketaan itu adalah

suatu perkara yang tidak termasuk wewenang Pengadilan Negeri atau

Pengadilan Agama untuk mengadilinya, maka pada setiap saat dalam

pemeriksaan perkara itu Tergugat dapat mengajukan tangkisan supaya

Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama menyatakan tidak

berwenang mengadili perkara itu dan Pengadilan karena jabatannya

harus pula menyatakan bahwa tidak berwenang mengadili perkara

itu.75

Kewenangan absolut atau mutlak adalah menyangkut

pembagian kekuasaan antara badan-badan Peradilan, dilihat dari

macam-macam Pengadilan menyangkut pemberian kekuasaan untuk

mengadili, dan dalam bahasa belanda disebut attributie van

rechtsmacht.76

Misalnya persoalan mengenai perceraian, bagi mereka

yang beragama Islam berdasarkan ketentuan Pasal 63 ayat (1)a

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah wewenang Pengadilan

Agama. Sedangkan persoalan warisan, sewa menyewa, utang piutang,

jual beli, gadai, hipotik adalah urusannya Pengadilan Negeri. 77

74

Ibid, Ridwan Syahrani, 2009, hal. 49. 75

Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata peradilan Agama Dan Mahkama Syari‟ah

Di Indonesia, PT, Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2005, hal. 13-14. 76

Lihat, Sulaiman Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Hal. 104.

Pasal 10 UU No. 14 tahun 1970 menetapkan empat jenis lingkungan Peradilan, dan masing-

masing mempunyai kewenagan mengadili bidang tertentu dalam kedudukan sebagai badan-badan

Peradilan tingat pertama dan tingkat banding. Untuk peradilan agama menurut Bab III Pasal 49

Undang-undang Nomor. 7 Tahun 1989 ditetapkan tugas kewengan mengadili perkara-perkara

perdata bidang; (a) Perkawinan; (b) kewarisan, wasiat, hibah yang dilakukan bedasarkan hukum

islam; (c) wakaf dan sedekah. Dengan demikin wewenag peradilan agama tersebut sekaligus

dikatkan dengan atas persoalan keislaman, yaitu yang dapat ditundukan terhadap kekuasaan

lingkungan peradilan agama yang mereka yang beragama islam. 77

Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori

Dan Praktek, Sumber Indah Bandung: 2009, hal. 11.

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

47

Wewenang mutlak meurut Undang-undang Nomor 4 Tahun

2004 tentang kekuasaan kehakiman, yang merupakan pelaksanaan

Pasal 24, Pasal 24 A, Pasal 24 B, Pasal 24 C, dan Pasal 25 Undang-

undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, kekuasaan kehakiman di

Indonesia dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan

Peradilan di bawahnya serta oleh Mahkamah Kostitusi sedangkan

badan Peradilan yang ada di bawah Mahkamah Agung meliputi badan

Peradilan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,

Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 10.78

Masing-masing badan Peradilan diatas ini mempunyai

tingkatan-tingkatan dan semua badan Peradilan tersebut berpuncak

pada Mahkamah Agung. Masing- masing badan Peradilan itu

mempunyai wewenang untuk menerima, memeriksa, dan mengadili,

serta menyelesaikan perkara-perkara yang sejenis tentu yang mutlak

tidak dapat dilakukan oleh badan Peradilan yang lain. Apa yang

menjadi wewenag badan Peradilan Umum mutlak tidak dapat

dilakukan, baik oleh Peradilan Agama maupun badan-badan Peradilan

yang lain. Apa yang menjadi wewenang badan Peradilan Agama

mutlak tidak dapat dilakukkan, baik oleh Peradilan Umum maupun

badan Peradilan lainnya.79

Tiap-tiap tingkatan Pengadilan pada masing-masing badan

Peradilan tersebut juga mempunyai wewenang sendiri-sendiri, yang

secara mutlak tidak dapat dilakukan oleh pengadilan tingkat yang lain.

Pada badan Peradilan Umum misalnya, apa yang menjadi wewenang

Pengadilan Negeri, mutlak tidak dapat dilakukan oleh Pengadilan

Tinggi dan Mahkama Agung. Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi

dan Mahkamah Agung masing-masing mempunyai wewenag sendiri

sesuai dengan ketentuan Undang-undang. 80

78

Riduan Syahrani, Sistem Peradilan dan Hukum Acara Perdata Di Indonesia, hal. 46. 79

Riduan Syahrani, Sistem Peradilan dan Hukum Acara Perdata Di Indonesia, hal. 47 80

Ibid, Riduan Syahrani, hal. 47.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

48

BAB III

PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA CERAI GUGAT

DI PENGADILAN AGAMA JAYAPURA TAHUN 2016

A. Profil Pengadilan Agama Jayapura

1. Sejarah Terbentuknya Pengadilan Agama Jayapura

Pengadilan Tinggi Agama Jayapura dibentuk dengan surat

keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 1982

tanggal 28 Oktober 1982, tentang pembentukan 5 (lima) PTA Cabang,

termasuk diantaranya Pengadilan Tingkat Atas (PTA) cabang Jayapura.

Kurang lebih satu tahun sejak terbentuknya kantor Pengadilan Tinggi

Agama Jayapura tepatnya Pada tanggal 11 februari tahun 1984, telah resmi

dibuka dan beroperasi untuk melaksanakan tugas melayani kepentingan

masyarakat para pencari keadilan khususnya umat Islam dalam bidang

keperdataan di tingkat banding dan juga sebagai kawal depan Mahkamah

Agung Republik Indonesia.

Pengadilan Tinggi Agama Jayapura semula berkantor di Kantor

Departemen Agama Kabupaten Jayapura pada tahun 1984 kemudian telah

dibangun kantor Pengadilan Tingkat Atas (PTA) di Jalan Kotaraja, yang

telah ditempati sejak tanggal 14 November Tahun 1985 sampai tahun

2010, dan gedung kantor baru Pengadilan Tinggi Agama Jayapura

berlokasi di Jalan Baru Kotaraja berdampingan dengan Kantor Badan

Kepegawaian Negara (BKN).1

Peradilan Agama Jayapura sebagai lembaga negara sekaligus

pengembang tugas kekuasaan kehakiman ditingkat pertama, selama tahun

2016 telah melaksanakan berbagai program kerja dan berupaya untuk

merealisasikan agenda pembaharuan yang sedang dilaksanakan oleh

Mahkamah Agung Republik Indonesia. Untuk mewujudkan peradilan

Indonesia modern dan badan Peradilan yang agung melalui program

Reformasi Birokrasi (RB) ini ditandai dengan adanya penetapan kebijakan

1www://.pta-jayapura.qo.id, Di Akses Pada Tanggal 25 Oktober, 2018.

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

49

umum guna merealisasikannya secara maksimal melalui (Quick

Wins)sebagai berikut:

a. Kegiatan Mahkamah Agung Republik Indonesia diimplementasikan

kepada Reformasi Birokrasi.

b. Meningkatkan pengawasan melekat tentang kedisiplinan dan integritas

aparatur Pengadilan melalui juklak-juknis KMA. 71 Tahun 2011 dan

Perma Nomor 07,08 dan 09 Tahun 2016.

c. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan tugas adminitrasi kepanitraan

oleh hakim pengawas.

2. Susunan Organisasi Pengadilan Agama Jayapura

Dalam ruanglingkup Pengadilan Agama Jayapura sesuai dengan

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, amandemen Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006, amandemen Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009

Pasal 9 ayat satu disebutkan bahwa pemangku jabatan terdiri dari pimpinan

(ketua Pengadilan Agama Jayapura), hakim, anggota, panitra, sekertaris,

dan jurusita. Berdasarkan Perma Nomor 7 Tahun 2015 struktur organisasi

Jayapura adalah sebagai berikut: 2

2Dokumen Buku Panduan Pengadilan Agama Jayapura, Tentang Struktur Organisasi

Pengadilan Agama Jayapura Tahun 2016

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

50

ISI INI ADA DI TEMPAT LAIN (bagan organisasi)

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

51

Nama Pejabat yang Pernah Menjadi Ketua Pta Jayapura3

No. Nama Jabatan Masa Jabatan

1 Drs. H. Abidin Ali Ketua PTA Jayapura 1984 s/d 1992

2 Drs. H. Khalilurrahman, SH. Ketua PTA Jayapura 1992 s/d 1995

3 Drs. H.Muh.Hasan H.M, SH.,MH. Ketua PTA Jayapura 1995 s/d 1999

4 Drs. H. Muh. Thahir, SH, MH. Ketua PTA Jayapura 1999 s/d 2003

5 Drs. H. Fachruddin Hamid, SH. Ketua PTA Jayapura 2003 s/d 2005

6 Drs. H. Aminullah Amit, SH.,MH. Ketua PTA Jayapura 2005 s/d 2009

7 Drs. H. Abdurrahman HAR, SH. Ketua PTA Jayapura 2009 s/d 2012

8 Drs. H. Abu Amar, SH., MH. Ketua PTA Jayapura 2012 s/d 2015

9 Drs. H. Marsaid, S.H., MH. Ketua PTA Jayapura 2015 s/d 2016

10

DR. H. Marwady Amien, S.H.,

M.H.I. Ketua PTA Jayapura

2016 s/d

sekarang

Sumber: http://www.pa-jayapura.go.id

B. Putusan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Jayapura

Untuk mengetahui gambaran atau putusan kasus-kasus cerai gugatdi

Pengadilan Agama Jayapura bahwa kasus yang diterima oleh hakim selama

tahun 2016 sebanyak 266 kasus, dari 266 kasus tersebut peneliti memilih

sampel 24 kasus untuk ditelitidengan rincian 2 (dua) kasus perbulan.

Berdasarkan telaah penulis, kasus-kasus perceraian (cerai gugat) meliputi

berbagai bentuk kekerasan, yakni kekerasan fisik berupa pemukulan, kekerasan

psikis berupa ancaman, hardikan dan pengusiran, pernikahan dengan pihak

kedua serta kekerasan ekonomi berupa pengabaian nafkah keluarga. Uniknya

pada beberapa kasus dapat saja terjadi multi kekerasan yakni suami melakukan

kekerasan fisik sekaligus psikis, fisik sekaligus ekonomi atau psikis sekaligus

ekonomi. Bahkan uniknya ada juga yang meliputi semua kekerasan, baik fisik,

3 Sumber Online, http://www.pa-jayapura.go.id, di Akses pada hari Rabu, tanggal 24 Juli,

Pukul 15.00 WIB. Di Jakarta, 2018.

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

52

psikis, ekonomi dan pernikahan beda agama atau pemurtadan melalui

pernikahan.

Gambaran kasus-kasus tersebut akan dipaparkan secara singkat satu

persatu di bawah ini:

1. Pada putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr. Penggugat (Nenny Rezky

Aprilyyani binti Summa), umur 23 tahun, pendidikan terahir SMK, adalah

istri sah dari Tergugat (Herdian saputra S.T. bin Chaidir Said), yang

menikah pada tanggal 24 April 2011, di KUA distrik Jayapura selatan, kota

Jayapura, sesuai dengan buku kutipan akta nikah Nomor

159/28/IV/2011tanggal 08 Mei 2013.

“Pada putusan Nomor4/Pdt.G/2016/PA Jpr. Penggugat menggugat cerai

suaminya disebabkan karena melakukan kekerasan fisik, ekonomi dan

perselingkuhan dialami oleh Penggugat berupa pemukulan setiap kali

marah, Tergugat tidak menafkahi Penggugat sejak bulan september tahun

2013, selingkuh dengan wanita lain, perselisihan dan pertengkaran sering

terjadi dan memuncak pada bulan Desember 2013 dimana Tergugat pergi

kemakasar selama dua (2) tahun dengan alasan mencari pekerjaan tanpa

izin Penggugat, Tergugat balik lagi ke Jayapura tetapi tidak berkumpul lagi

dengan Penggugat dan tidak ada lagi komunikasi antara Tergugat dan

Penggugat”.4

2. Pada putusan Nomor 5/Pdt.G/2016/PA Jpr. Penggugat (Hasnia binti

Haja),umur 29, pendidikan terakhir SD adalah istri sah dari Tergugat

(Baharuddin bin Baco Dq. Tiro), yang menikah secara Islam pada tanggal

07 Maret 2005 di Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, sesuai dengan

kutipan akta nikah Nomor. 80/06.III/2005 tanggal 07 Maret 2005 yang

dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Pada Kantor Urusan Agama

Distrik Abepura, Kota Jayapura.

4 Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr.

Tanggal 27 Januari 2016.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

53

“Padaputusan Nomor5/Pdt.G/2016/PA Jpr, Tergugat melakukan kekerasan

fisik terhadap Penggugatberupa kekerasan fisik, karena Tergugat tidak

menghargai Penggugat sebagai istri. Tergugat selingkuh dengan perempuan

lain dan telah menikahi perempuan tersebut tanpa sepengetahuan

Penggugat. Tergugat suka berkata kasar kepada Penggugat.Perselisihan dan

pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat sudah memuncak pada

tanggal 04 November 2015, dikarenakan Penggugat sudah tidak tahan

dengan sifat Tergugat yang sering berbohong dan keluarga Tergugat

memberi tahu Penggugat bahwa Tergugat telah menikah lagi dengan

perempuan lain, sehingga pada saat itu Penggugat meninggalkan rumah

sampai sekarang”.5

3. Pada putusan Nomor 2/Pdt.G/2016/PA Jpr. Penggugat (Hera Lourenza

Sepang binti Herman Sepang),umur 18 tahun, pendidikan terahir SMP

adalah istri sah dari Tergugat (Supri Mualim bin Mursalin), yang menikah

pada tanggal 09 November 2015 di Distrik Jayapura Selatan dengan buku

kutipan akta nikah Nomor Kk.26.10.2/PW. 05/490.2015 tanggal 17

Desember 2015 yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Pada

Kantor Urusan Agama distrik Jayapura selatan, kota Jayapura.

“Sebagaimana putusan Nomor2/Pdt.G/2016/PA Jpr, dalam kasus ini

Tergugat menuduh Penggugat berselingkuh dengan laki-laki lain, Tergugat

suka berkata kasar kepada Penggugat, Tergugat sering memukuli

Penggugat setiap kali ia marah, Tergugat menafkahi Penggugat namun

tidak mencukupi, Tergugat berbohong kepada Penggugat dan keluarganya

dan mengatakan bahwa ia sudah bercerai dengan istri pertamanya sebelum

menikah dengan Penggugat dan ternyata Tergugat belum bercerai secara

resmi dengan istri pertamanya.Perselisihan dan pertengkaran antara

Penggugat dan Tergugat memuncak pada bulan Desember 2015,

dikarenakan Tergugat meminta kembali semua biayah yang dikeluarkan

5 Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 5/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 27 Januari 2016.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

54

oleh Tergugat dari sejak menikah dengan Penggugat, termasuk mahar yang

diberikan saat menikah”.6

4. Pada putusan Nomor 315/Pdt.G/2016/PA Jpr. Penggugat (Amla

Labendjang Alias Ela Labendjang), umur 26 tahun, pendidikan terakhir

SMP adalah istri sah dari Tergugat (Hamillu Sultan Shabri bin H.

Baharuddin Shabri), yangmenikah pada tanggal 30 Desember 2005

Penggugat dan Tergugat melangsungkan pernikahan tercatat pada Kantor

Urusan Agama Kecamatan Sang Tombolang, Kabupaten Bolaang

Mongondow, Privinsi Sulawisi Utara. Sesuai dengan kutipan akta nikah

Nomor. 163/65/XI/2011 tanggal 28 November 2011.

“Pada kasus Nomor 315/Pdt.G/2016/PA Jpr,dalam kasus ini Tergugagat

sering berkata kasar kepada Penggugat, sering memukul anak bawaan

Penggugat tampa alasan yang jelas, Tergugat tidak jujur kepada Penggugat,

menikah lagi dengan perempuan lain tanpa sepengetahuan Penggugat,

Tergugat sudah tidak memberikan nafkah semenjak 2007. Pada bulan

Januari 2014 Penggugat meminta nafkah kepada Tergugat untuk biayah

sekolah anak Tergugat dan Penggugat namun tidak diberikan oleh Tergugat

malah Tergugat marah kepada Penggugat, semenjak itu Tergugat pergi

meninggalkan kediaman bersama tanpa ijin Penggugat dan akhirnya anak

tidak melanjudkan sekolah.Penggugat telah berusaha mencari keberadaan

Tergugat dengan menanyakan kepada keluarganya dan kerabat dekatnya

namun tidak ada yang mengetahuinya. Sudah dua(2) tahun Tergugat pergi

meninggalkan rumah dan tidak diketahui keberadaannya”.7

5. Pada putusan Nomor 67/Pdt.G/2016/PA Jpr. Penggugat (Nurdiah binti La

Sakka) adalah istri sah dari Tergugat (Herman bin Saharuddin), yang

menikah pada tanggal 15 Oktober 2015 sesuai Kutipan Aktah Nikah

364/26/X/2015 tanggal 15 Oktober 2015.

6 Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 2/Pdt.G/2016/PA Jpr.

Tanggal 02 Januari 2016. 7 Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 315/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 07 Februari 2016.

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

55

“Pada kasus Nomor 67/Pdt.G/2016/PA Jpr,motif kasus ini Tergugat tidak

dihargai sebagai istri. Selalu berkata kasar dan memukul Penggugat setiap

kali memukul Penggugat. Suka membanting barang setiap kali marah.

Tidak mencari pekerjaan. Sudah merasa tidak ada kecocokan lagi dengan

Tergugat.Sejak bulan Januari 2016, Penggugat dan Tergugat pisah ranjang

dan tidak terjadi lagi komunikasi lagi”.8

6. Pada putusan Nomor 38/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Sri Liana binti H.

Syafruddin M), adalah istri sah dari Tergugat (Danny Daniel W. Bin Frans

Dafid Wairisal), yang menikah pada tanggal 18 Januari 2005 sesuai dengan

buku kutipan akta nikah Nomor 13/13/I/2005 di Pengadilan Agama

Jayapura.

“Pada kasus Nomor 38/Pdt.G/2016/PA Jpr, Pengguggat mengajukan gugat

cerai terhadap Tergugat dengan alasan karena Tergugat suka main judi.

Suka mabuk-mabukan. Pernah dalam keadaan mabuk memukul Penggugat.

Menuduh Penggugat berselingkuh dengan laki-laki lain. Penggugat sudah

tidak tahan lagi dengan syifat Tergugat yang tidak pernah peduli dan tidak

memberikan nafkah kepada Penggugat dan anaknya”.9

7. Pada putusan Nomor 130/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Mutiara binti

Baharuddin), adalah isteri sah dari Tergugat (Isak Armin Auparay bin

Adolof W.F. Eddy Auparay), yang menikah pada tanggal 8 Desember 2011

sesuai dengan buku kutipan akta nikah Nomor 388/07/XII/2011 yang

dikeluarkan oleh pegawai pencatat nikah kantor urusan Agama distri

Jayapura selatan, kota Jayapura. “Pada kasus Nomor130/Pdt.G/2016/PA

Jpr, Penggugat mengajukan gugat cerai terhadap Tergugat dengan

alasanketahuan selingkuh dengan banyak perempuan. Telah tinggal dengan

perempuan tanpa status pernikahan sebelum menikah dengan Penggugat.

Tergugat suka mabuk-mabukan. Tergugat pernah memukul anak bawaan

8 Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 67/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 23 Maret 2016. 9 Paengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 38/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 06 April 2016.

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

56

Penggugat hanya karena masalah sepele.Tergugat telah berpisah tempat

tinggal pada tanggal 21 Maret 2016”.10

8. Pada putusan Nomor 28/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Rusmiyati binti

Arsyad Pati) adalah istri sah dari Tergugat (Abdul Rahman Gawi bin

Nurdin Asan), yang menikah pada tanggal 12 September 2010, Penggugat

dan Tergugat melakukan pernikahan secara Islam, tercatat pada kantor

Urusan Agama Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT,

sesuai dengan buku kutipan akta nikah Nomor 23/03/IX/2011.

“Pada kasus Nomor28/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat mengajukan gugat

cerai terhdapTergugatdengan alasan Tergugat tidak menghargai Penggugat

dan orang tua Penggugat. Mengucapkan kata-kata talak dan meminta untuk

bercerai dengan Penggugat namun Penggugat tidak mau, sehingga

Penggugat mengancam akan membunuh anak kandung Penggugat dan

Tergugat. Pada bulan Juli tahun 2012 terjadi pertengkaran Penggugat dan

Tergugat, kemudian setelah pertengkaran tersebut Tergugat pergi tanpa

seizin dan sepengetahuan Tenggugat, dan tidak memberi kabar kepada

Penggugat dan anak Penggugat, dan sejak saat itu pula Tergugat tidak

pernah menafkahi Tergugat dan anak Penggugat dan Tergugat sampai

sekarang. Penggugat telah berusaha mencari keberadaan Tergugat dengan

menanyakan kepada keluarganya dan kepada teman-teman dekatnya,

namun tidak ada yang mengetahuinya. Sudah 3 (tiga) tahun lebih Tergugat

pergi meninggalkan rumah dan tidak diketahui kemana perginya”.11

9. Pada putusan Nomor 170/Pdt.G/2016 PA Jpr, Penggugat (Wa Ode Herlina

binti Ode Ibrahin) adalah istri sah dari Tergugat (Jumrin Abdul Gani bin

Abdul Gani yang menikah pada tanggal 11 Agustus 2004 di Distrik

Jayapura Utara sesuai dengan buku kutipan akta nikah Nomor

10

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 130/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 18 Mei 2016. 11

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 28/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 25 Mei 2016.

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

57

182/11/VIII/2004 yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Pada

Kantor Urusan Agama Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura.

“Pada kasus Nomor 170/Pdt.G/2016 PA Jpr, Penggugat menggugat cerai

suaminya antara lain dengan alasan karena suaminyamemiliki sifat egois

dan mudah tersinggung. Tidak menghargai Penggugat sebagai istri. Sering

menghina dan berkata kasar kepada Penggugat. Sering memukul Penggugat

setiap kali marah. Suka minum-minuman keras. Sering mengucapkan kata

talak kepada penggugat. Perselisihan Penggugat dan Tergugat memuncak

pada bulan Februari 2016, dikarenakan Penggugat sudah tidak nyaman

hidup dengan Tergugat karena Tergugat selalu menuduh Penggugat

selingkuh dengan laki-laki lain. Dan setiap pulang kerja Tergugat selalu

mengajak Penggugat berhubungan badan, namun Penggugat menolak,

sehingga Tergugat memukul Penggugat sampai memar dan dengan

kejadian tersebut Tergugat pergi meninggalkan kediaman sampai

sekarang”.12

10. Pada putusan Nomor 165/Pdt.G/2016 PA Jpr, Penggugat (Ramlawati binti

Nasir Ali), adalah istri sah dari Tergugat (Adi Wahid bin Mustafa

Rahman), yang menikah secara pada tanggal 9 Agustus 2010 sesuai dengan

kutipan akta nikah Nomor 272/24/VIII/2010 yang dikeluarkan oleh kepala

kantor urusan Agama Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura.

“Pada kasus Nomor 165/Pdt.G/2016 PA Jpr, Penggugat menggugat cerai

suaminya antara lain disebabkan karena suaminya tidak menghargai

Penggugat sebagai istri. Tergugat memiliki sifat egois dan tidak perhatian

kepada Penggugat. Sering berkata kasar dan memukul Penggugat setiap

kali ia marah. suka bemain judi online. Tergugat mempunyai banyak utang

yang belum dilunasi sampai sekarang. Tergugat menafkahi Penggugat

namun tidak cukup.Pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat

memuncak pada tanggal 6 April 2016 disebabkan Penggugat sudah tidak

12

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 170/Pdt.G/2016 PA

Jpr. Tanggal 21 Juli 2016.

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

58

tahan dengan sikap dan prilaku Tergugat yang tidak berubah dan selalu

berprilaku kasar, suka memaki Penggugat, dan tidak mau membayar sewa

rumah sehingga Penggugat pergi meninggalkan rumah kediaman bersama

sampai sekarang”.13

11. Pada putusan Nomor 159/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Hapsha binti H.

Sapo Dq. Matutu) adalah istri sah dari Tergugat ( Abdul Kadir bin

Lamusa), yang menikah pada tanggal 1 November 2010 sesuai dengan

kutipan akta nikah Nomor. 308/33/XII/2010, tanggal 14 Desember 2010

yang dikeluarkan oleh pegawai pencatat nikah pada Kantor Urusan Agama

Kecamatan Maros Utara, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawisi

Selatan.“Pada kasus Nomor 159/Pdt.G/2016/PA Jpr , gugatan Penggugat

terhadap Tergugat dengan alasan tergugat sering memukul dan memaki

Penggugat dengan kata-kata kasar setiap kali bertengkar. Tergugat

memiliki sifat egois. Tergugat tidak memenuhi kebutuhan nafkah

Penggugat. Tergugat sering berbohong dan pernah mengucapkan kata-kata

talak kepada Penggugat. Tergugat memiliki sifat cemburu yang

berlebihan.Perselisihan dan pertengkaran Penggugat dan Tergugat

memuncak pada bulan Maret 2016. Pada saat itu Tergugat pulang larut

malam dari tempat kerjanya dan melihat Penggugat berkomunikasi dengan

teman laki-laki Penggugat melalui telepon sehingga Tergugat cemburu dan

terjadi pertengkaran lalu Penggugat meninggalkan Tergugat”.14

12. Pada putusan Nomor 146/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Umi Ummuhani

binti Summa) adalah istri sah dari Tergugat (Irsan bin Sakka), yang

menikah pada tanggal 19 Juli 2009 dengan Kutipan Akta Nikah Nomor

223/02/IX/2009. “Pada kasus Nomor.146/Pdt.G/2016/PA Jpr, Tergugat

sering memaki Penggugat dengan kata-kata kasar. Tergugat memiliki sifat

egois. Kurang memberi perhatian kepada Penggugat. Telah menikah lagi

13

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 165/Pdt.G/2016 PA

Jpr. Tanggal 21 Juli 2016. 14

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 159/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 02 Juni 2016.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

59

dengan perempuan lain tanpa sepengetahuan Penggugat. Sering mukul

Penggugat kalau marah. Tidak menghargai Penggugat sebagai Istri.

Tergugat tidak pernah menghormati orang tua Penggugat.Perselisihan dan

pertengkaran antara Penggugat dan Tegugat memuncak pada bulan

November 2012 dimana Penggugat ingin meminta izin pergi keacara

keluarga tapi Tergugat melarang dan marah kepada Penggugat bahkan

Tergugat membanting barang dan marah kepada Penggugat bahkan hampir

mencederai anak Penggugat dan Tergugat,suka memukul dan tidak

memberikan nafkasamapai sekarang yang membuat Penggugat sudah tidak

tahan lagi dengan sikap Tergugat”.15

13. Pada putusan Nomor 132/Pdt. G/2016. PA Jpr, Penggugat (Hj. Asma binti

H.Pabi Boli) adalah istri sah dari Tergugat (Muhammad Idrus bin Yuseng),

Penggugat dan Tergugat melangsungkan perkawinan tercatat pada kantor

urusan Agama distrik Jayapura Selatan Kota Jayapura Privinsi Papua sesuai

buku kutipan akta nikah Nomor 476/I/1995 tanggal 25 Januari 1995. “Pada

kasus Nomor132/Pdt. G/2016. PA Jpr,gugatan Penggugat terhadap

Tergugatdengan alasan karena Tergugat tidak menghargai Penggugat

sebagai istri. Tergugat memiliki sifat egois. Tergugat selingkuh dengan

perempuan lain. Tergugat suka berkata kasar. Sudah tidak menafkahi

Penggugat sejak tahun 2007.Penggugat telah berusaha mencari keberadaan

Tergugat namun tidak ada yang mengetahuinya.Sudah 6 tahun lebih

Tergugat pergi meninggalkan rumah dan tidak diketahui kemana

perginya”.16

14. Pada putusan Nomor 143/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Rasmana binti

Abdar Rahman) adalah istri sah dari Tergugat (Nurodin bin Eman) yang

menikah pada bulan Desember 1986, Penggugat dan Tergugat telah

menikah dikecamatan Singajaya, Kabupaten Garut, Provinsi Jayawa Barat,

15

Pengadilan Agama Jayapura, Gugat Cerai, Salinan Putusan Nomor 146/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 14 Juni 2016. 16

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 132/Pdt. G/2016. PA

Jpr. Tanggal 09 Agustus, 2016.

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

60

dirumah keluarga Penggugat, dan yang menikahkan adalah penghulu yang

bernama bapak Tohir, namun pernikahan tersebut tidak dicatat di Kantor

Urusan Agama.

“Pada kasus Nomor143/Pdt.G/2016/PA Jpr,gugatan Penggugat terhadap

Tergugat dengan alasanTergugat tidak menghargai Penggugat sebagai istri.

Tidak perhatian kepada Penggugat. Menafkahi Penggugat tapi tidak

mencukupi. Sering berkata kasar dan memukul Penggugat setiap kali

marah. Memiliki sifat cemburu. Dan Tergugat telah menjatuhkan talak

kepada Penggugat.Perselisihan Penggugat dan Tergugat memuncak bulan

Maret 2007 yang dikarenakan kakak Penggugat menegur Tergugat yang

malas bekerja, sehingga Tergugat marah dan tidak terima oleh perkataan

kakak Penggugat yang menyebut Tergugat tidak bertanggung jawab, dan

pada saat itu juga Tergugat pergi meninggalkan Penggugat dan tidak

memberi kabar kepada Penggugat sampai sekarang”.17

15. Pada putusan Nomor153/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Irdawati binti

Tajuddin) adalah istri sah dari Tergugat (Hendrik bin Amiruddin),

Penggugat dan Tergugat melangsungkan Pernikahan secara Islam, tercatat

pada Kantor Urusan Agama Distrik Jayapura Selatan sesuai dengan

Kutipan Akta Nikah Nomor. 199/19/VII/2009 tanggal 15 Juli 2009. “Pada

kasus Nomor 153/Pdt.G/2016/PA Jpr,gugatan Penggugat terhadap Tergugat

dengan alasan, Terggat marah dan tidak terima oleh perkataan kakak

Penggugat yang mmenyebut Tergugat tidak bertanggung jawab, dan pada

saat itu juga Tergugat pergi meninggalkan Penggugat dan tidak memberi

kabar kepada Penggugat sampai sekarang.Sudah 9 tahun lebih Tergugat

pergi meninggalkan rumah dan tidak diketahui ke mana perginya”.18

17

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 143/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 25 Agustus 2016. 18

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 153/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 08 September 2016.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

61

16. Pada putusan Nomor 169/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Uningsih binti

Dulu) adalah istri sah dari Tergugat ( Sopian bin Basir), yang menikah pada

tanggal 10 Maret 2004 Penggugat dan Tergugat melangsungkan Penikahan

di Jayapura Provinsi Papua, sesuai dengan buku kutipan kta nikah Nomor.

06/06/III/2004. “Pada kasus Nomor169/Pdt.G/2016/PA Jpr, gugatan

Penggugat terhadap Tergugata dengan alasanTergugat suka main judi.

Mabuk mabukan. Tidak menghargai Penggugat sebagai istri. Sering

berbohong. Sering memukul Penggugat dan anak bawaan Penggugat. Suka

menghancurkan barang-barang dalam rumah dan tidak memenuhi nafkah

Penggugat, Tergugat marah dan memukul anak bawaan Penggugat dan

karena membela anak bawaannya maka Penggugatpun dipukul oleh

Tergugat sehingga Penggugat menelpon kekantor polisi lalu polisi datang

untuk mengamankan Tergugat”. 19

17. Pada putusan Nomor 314/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Novita Rachman

binti Abdul Racman) adalah istri sah dari Tergugat (Harianto bin

Abdullah), yang menikah pada tanggal 17 Februari 2008 di Jayapura sesuai

dengan buku kutipan akta nikah Nomor 90/54/II/2008 tanggal 28 Februari

2008.“Pada kasus Nomor314/Pdt.G/2016/PA Jpr, dalam gugatan

Penggugat terhadap Tergugat disebabkan karena memiliki sifat egois,

sering memukul dan berkata kasar setiap kali ia marah dan bertengkar,

Tergugat tidak suka kepada keluarga Penggugat dan berusaha menjauhkan

penggugat dengan orang tua Penggugat, sering mengucapkan kata talak

setiap kali ia marah, dan selalu memaki Penggugat ditempat umum dan

membatasi Penggugat sehingga Penggugat merasa tertekan dan jauh dari

keluarga Penggugat”.20

18. Pada putusan Nomor 319/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Fitri Indriana

binti H. Laenre) adalah istri sah dari Tergugat (Mukhtar Tri Putra, SE bin

19

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 169/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 21 September 2016. 20

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 314/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 19 Oktober 2016.

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

62

H.M. Abd. Kadir), yang menikah pada tanggal 08 April 2004 di Jayapura

Selatan, Kota Jayapura. Susuai dengan buku kutipan akta nikah Nomor.

111/21/IV/2004 tanggal 22 April 2004 yang dikeluarkan oleh Pegawai

Pencatat Nikah pada Kantor Urusan Agama Jayapura. “Pada kasus

Nomor319/Pdt.G/2016/PA Jpr,dalam gugatan Penggugat terhadap

Tergugatdengan alasan karena Tergugat kurang memiliki rasa tanggung

jawab kepada keluarga. Tergugat tidak bisa menjadi imam yang baik bagi

keluarga. Tergugat tidak menafkahi Penggugat sejak bulan Agustus 2016.

Tergugat pernah memukul Penggugat. Tidak Menghargai dan menghormati

orangtua Penggugat. Pernah mengatakan talak kepada Penggugat. Kurang

menghargai Penggugat sebagai seorang istri.Perselisihan dan pertengkaran

memuncak bulan Mei 2016, dimana Penggugat sudah tidak tahan lagi

dengan sikap dan tingkah laku Tergugat yang kurang memiliki rasa

tanggung jawab kepada keluarga dan sering tidak mampu menahan amarah

dalam menyikapi masalah rumah tangga”.21

19. Pada putusan Nomor 317/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Sumiati binti

Mat Choiri) adalah istri sah dari Tergugat (Tasus Samsam Arafat bin

Waked Hasim), yang menikah secara Islam pada tanggal 17 Februari 2010

di KUA Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, sesuai dengan buku kutipan

akta nikah Nomor 69/24/II/2011 tanggal 17 Februari 2010. “Pada kasus

Nomor317/Pdt.G/2016/PA Jpr, dalam gugatan Penggugat terhadapTergugat

disebabkan karena sering mabuk-mabukan dan sering pulang malam.

Menafkahi Penggugat namun tidak mencukupi. Sering pergi ketempat

hiburan bersama teman-temannya.Perselisihan dan pertengkarang antara

Penggugat dan Tergugat memuncak pada bulan Juni 2016, dimana

Penggugat marah dan menegur Tergugat karena Tergugat pulang subuh

dari tempat kerja dan tidak memberi kabar kepada Penggugat sehingga

21

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 319/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 10 Oktober 2016.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

63

Penggugat merasa Tergugat sudah tidak peduli dan sudah tidak perhatian

lagi kepada Penggugat”.22

20. Pada Putusan Nomor 243/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Bastia binti la

saati) adalah istri sah dari Tergugat ( La Impala bin La Idila), yang menikah

pada tanggal 23 Juli 1998 di KUA Kecamatan Gu, Kabupaten Buton,

Provinsi Sulawisi Tenggara. Sesuai dengan kutipan akta nikah Nomor

09/09/VII/1998 Tanggal 31 Juli 1998.“Pada kasus Nomor

243/Pdt.G/2016/PA Jpr, dalam gugatan Penggugat terhadap Tergugat

dengan alasanTergugat selalu mengusir Penggugat dan berprilaku kasar

setiap kali bertengkar. Terguggat sering main judi. Tidak menghargai

Penggugat sebagai seorang istri. Sering berkata kasar kepada Pengguggat

setiap kali marah. Sering memukul dan menghina Penggugat setiap kali

bertengkar”.23

21. Putusan Nomor 330/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Wa Ode Yanti Binti

La Ode Anto) adalah istri sah dari Tergugat (Muslimin bin La Ida), yang

menikah pada tanggal 30 Juni 2014, di KUA Jayapura Utara sesuai dengan

kutipan akta nikah Nomor 174/Pdt.G/2016/PA Jpr, tanggal 30 Juni 2014 di

Jayapura.“Pada kasus Nomor330/Pdt.G/2016/PA Jpr, dalam gugatan

Penggugat terhadap Tergugat dengan alasanTergugat sering memukul

Penggugat setiap kali marah. Sering minum-minuman keras. Tidak

menafkahi Penggugat sejak bulan Januari 2016. Tidak menghargai

Penggugat sebagai seorang istri. Tidak bertanggung jawab terhadap

keadaan rumahtangga, dan tidak bisa menjadi imam yang baik untuk

keluarga.Perselisihan antara Penggugat dan Tergugat memuncak pada

bulan September 2016, pada saat itu Tergugat pulang dalam keadaan

mabuk kemudian Tergugat meminta uang kepada Penggugat untuk

22

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 317/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 02 November 2016. 23

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 243/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 02 November 2016.

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

64

membeli minuman keras namun Penggugat tidak memberinya kemudian

Tergugat marah dan memukul Penggugat sampai berdarah”.24

22. Pada putusan Nomor 320/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Irianti binti H.

Mursida), adalah istri sah dari Tergugat ( Sudirman bin Ahmad Tohir),

yang menikah pada tanggal 12 Februari 2010 di KUA Abepura, Kota

Jayapura, dengan buku kutipan aktan nikah Nomor 82/36/II/2010. “Pada

kasus Nomor320/Pdt.G/2016/PA Jpr, dalam gugatan Penggugat terhadap

Tergugat dengan alasanTergugat memiliki sifat egois, ketika marah tidak

mau bicara kepada Penggugat, setiap kali marah merusak barang-barang

yang ada didalam rumah, setiap kali marah minta upah kepada Penggugat,

sudah tidak menafkahi Penggugat lahir maupun batin”.25

23. Pada putusan Nomor 80/Pdt.G/2016/PA Jpr, Penggugat (Feby Andriana

binti Yohanis Padang), umur 31 tahun, agama Kristen Protestan,

pendidikan terakhir SMA, pekerjaan kontraktor, tempat tinggal di Jalan

Gang Nusa Indah II Perumnas I Waena RT.004/RW.007 Nomor 107

Kelurahan Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura adalah istri sah dari

Tergugat (Hendro Wibowo bin Muwage), umur 47 tahun, agama Islam,

Pendidikan terakhir S1 Informatika, pekerjaan PNS Pemda Puncak Jaya,

tempat tinggal di Jalan Gang Nusa Indah II Perumnas I Waena

RT.004/RW.007 Nomor 107 Kelurahan Waena, Distrik Heram, Kota

Jayapura, menikah secara Islam pada tanggal 05 April 2003 di KUA Distri

Abepura kota Jayapura. “Pada kasus Nomor80/Pdt.G/2016/PA Jpr,

Penggugat dan Tergugat sering terjadi pendapat yang disebabkan sering

bertengkar. Tidak ada keterbukaan saat memberikan bantuan uang kepada

keluarga Tergugat. Penggugat dan Tergugat sering berpisah tempat tinggal

selama berbulan-bulan karena Tergugat dinas diluar daerah. Penggugat

sudah merasa tidak ada kecocokan lagi dengan Tergugat dalam hal apapun.

24

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 330/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 20 Desember 2016. 25

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 320/Pdt.G/2016 .

Tanggal 13 Desember 2016.

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

65

Perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat memuncak

pada bulan Desember 2015 dimana Penggugat menyuruh Tergugat untuk

pindah dinas ke Jayapura untuk bisa hidup bersama dengan Tergugat dan

anak-anak, namun tidak direspon positif oleh Tergugat. Penggugat dan

Tergugat sering pisah karena pekerjaan Tergugat diluar daerah selama

bulan-bulan sejak tahun 2003”.

24. Pada putusan Nomor 72/Pdt.G/2016/PA Jpr. Penggugat (Prima Dwi Paulus

Kiat bin Pirno Adi Wambrauw),Umur 24 tahun. Agama Islam, pendidikan

terakhir S1 Hukum, pekerjaan karyawati PNPM, tempat tinggal di Jalan

Perumnas 1, Nomor 67, RT.003/RW.006 Kelurahan Waena, Distri Heram,

Kota Jayapura adalah istri sah dari Tergugat (Ahmad Febriani Paulus Kiat

bin Pirno Wambarouw), umur 23 tahun, agama kristen, pendidikan

terakhir SMA, pekerjaan tidak ada, tempat tinggal di Jalan perumahan BTN

Harapan Jaya, Blok A, Komplek Peternakan Nomor 16 Kelurahan Asi

Kecil, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura yang menikah pada

tanggal 14 Agustus 2011, sesuai duplikat Akta Nikah Nomor

370/23/VIII/2011 tanggal 12 Agustus 2011.

“Pada kasus Nomor 80/Pdt.G/2016/PA Jpr ini adalah Tergugat tidak pernah

menafkahi Penggugat. Tergugat tidak perhatian kepada Penggugat dan

anaknya. Penggugat sudah merasa tidak cocok lagi dengan Tergugat.

Perselisihan antara Penggugat dan Tergugat memuncak pada bulan

Desember 2015 dimana orangtua Penggugat menyuruh melalui telepon

untuk mengurus perceraian dengan Tergugat, dan selain itu Tergugat telah

kembali ke agama semulanya yaitu kristen katolik. Penggugat

menginginkan hak asuh anak dikarenakan Penggugat takut anak diasuh

oleh Tergugat dan mengikuti agama Tergugat yaitu kristen katolik”.

Demikian gambaran kasus perceraian (gugat cerai) yang peneliti

dapatkan melalui dokumentasi Pengadilan yakni putusan-putusan

Pengadilan Agama Jayapura perbulan 2 (dua) kasus dari bulan Januari

sampai dengan bulan Desember tahun 2016.

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

66

BAB IV

PUTUSAN HAKIM DALAM PERKARA CERAI GUGAT

DI PENGADILAN AGAMA SITUBONDO TAHUN 2016

A. Profil Pengadilan Agama Situbondo

1. Sejarah Terbentuknya Pengadilan Agama Situbondo

Pengadilan Agama Situbondo dibentuk dan berdiri secara

kelembagaan bersamaan dengan berdirinya Pengadilan Agama lain berdasar

keputusan kerajaan belanda tanggal 19 Januari 1882 Nomor 24, Staatsblad

1882-152. Kedudukan Pengadilan Agama semakin kuat setelah amandemen

Undang-undang dasar Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam

Pasal 24 ayat (2) yang berbunyi “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh

sebuah Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya

dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama,

lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan

oleh sebuah Mahkamah konstitusi”.

Kewenangan Pengadilan Agama secara berangsung angsur

bertambah dengan berkembangnya kehidupan bermasyarakat yang

dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957

b. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

c. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989

d. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006

Pengadilan Agama Situbondo mempunyai gedung sendiri sejak

tahun 1983 yaitu terletak di jalan Argopuro Nomor 45 Situbondo, yang

sebelumnya selalu berpindah pindah antara lain dengan menumpang di

Masjid Al-Abror, menumpang di kantor Departemen Agama, menyewa

gedung di jalan Madura. Menempati gedung di Jalan Argopuro Nomor 45

Situbondo sampai tahun 1992 dan sejak tahun 1993 pindah kantor dengan

menempati gedung milik Pengadilan Negeri Situbondo di Jalan Jaksa

Agung Suprapto Nomor 18 Situbondo.

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

67

Sesuai Keputusan Kepala Badan Urusan Administrasi Mahkamah

Agung RI tanggal 18 Oktober 2006 Nomor 30/BUA-PL/ S-KEP/X/2006

tentang pengalihan inventaris tanah dan bangunan dari Pengadilan Negeri

Situbondo ke Pengadilan Agama Situbondo ditindak lanjuti pembangunan

gedung baru dengan DIPA Tahun 2007 maka sejak hari Senin 11 Pebruari

2008 Pengadilan Agama Situbondo menempati gedung baru dengan alamat

di Jalan. Jaksa Agung Suprapto Nomor18 Situbondo.

Sebagai catatan bahwa menjelang ditempati gedung baru tersebut

pada hari Jumat 8 Pebruari 2008 sekita pukul 11.30 tengah malam kota

Situbondo tertimpa musibah banjir termasuk gedung baru Pengadilan

Agama Situbondo. Akibat banjir tersebut telah menghanyutkan beberapa

barang inventaris kantor, menjebol beberapa meter pagar dinding dan

merusak berkas serta buku-buku perpustakaan.

Pengadilan Agama Situbondo adalah Pengadilan Agama Kelas 1.B

merupakan yurisdiksi dari Pengadilan Tinggi Agama Surabaya. Pengadilan

Agama Situbondo terletak di Jalan. Jaksa Agung Suprapto Nomor. 18

Situbondo memiliki wilayah hukum terdiri 4 Kelurahan, 132 Desa, dan 17

Kecamatan, dengan luas wilayah 1.669,87 Km2 dan jumlah penduduk

753.300 jiwa.1

2. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Situbondo

Pada awal tahun 2017, struktur organisasi dan numenklatur jabatan

Pengadilan Agama Situbondo mengalami perubahan, mengacu pada

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2015 tentang organisasi dan

tata kerja kepaniteraan dan kesekretariatan Peradilan. Pada numenklatur

yang baru, jabatan panitera dan jabatan sekretaris terpisah sebagaimana

bagan struktur organisasi dibawah ini:

1 http://www.pa-situbondo.go.id/pages/sejarah-pengadilan, Di akeses pada tanggal 21

Novemver, 2018.

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

68

Struktu Organisasi Pengadilan Agama Situbondo2

Nama Ketua Pengadilan Agama Situbondo Dari Masa Ke Masa.3

No. NAMA MASA JABATAN

1 Kyai Busyairi 1963 - 1970

2 K.H. A. Chudlory NR 1970 - 1983

3 Kyai Farasdaq, S.H. 1983 - 1989

4 Drs. H. Rodlin Afif, S.H. 1990 - 1992

5 Drs. H.M. Yusuf Chotib, S.H. 1993 – 1999

6 Drs. Agus Dimyathi Hamid, S.H., M.H. 2000 - 2004

7 Drs. A. Choiri, S.H., M.H. 2004 - 2006

8 Drs. Ali Rahmat, S.H. 2006 - 2008

9 Drs. Saheruddin 2008 - 2010

10 Drs. M. Yasya, S.H. 2010 - 2012

11 H. Nahison Dasabrata, S.H.,M.Hum. 2012 – 2014

2 Dokumen, Struktur Organisasi Pengadilan Agama Situbondo (Jawa Timur) Dalam

Bentuk File PDF, Tahun Ajaran 2016. 3 http://www.pa-situbondo.go.id/pages/sejarah Pengadilan Agama Situbondo, diakses pada

tanggal 10 Maret 2017.

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

69

12 Drs. Muslim, S.H., M.H. 2014 – 2017

13 Drs. Suroso, S.H., M.Hum. 2017 – sekarang

Sumber: ttp://www.pa-situbondo.go.id/pages/sejarah

B. Putusan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Situbondo

Untuk mengetahui gambaran atau putusan kasus-kasus cerai gugat

peneliti memilih sampel kasus 24 kasus Pengadilan Agama Situbondo dengan

rincian 2 (dua) kasus perbulan. Berdasarkan telaah penulis, kasus-kasus

perceraian (cerai gugat) meliputi berbagai bentuk kekerasan, yakni kekerasan

fisik berupa pemukulan, kekerasan psikis berupa ancaman, hardikan dan

pengusiran, pernikahan dengan pihak kedua serta kekerasan ekonomi berupa

pengabaian nafkah keluarga. Uniknya pada beberapa kasus dapat saja terjadi

multi kekerasan yakni suami melakukan kekerasan fisik sekaligus psikis, fisik

sekaligus ekonomi atau psikis sekaligus ekonomi. Bahkan uniknya ada juga

yang meliputi semua kekerasan, baik fisik, psikis, ekonomi. Untuk lebih

jelasnya gambaran kasus-kasus tersebut akan dipaparkan secara singkat satu

persatu di bawah ini:

1. Pada putusan Nomor 2023/Pdt.G/2015/PA Sit, Penggugat (Sustimaulana

binti Taha) adalah istri sah dari tergugat (Supriyadi bin Zaenal), yang

menikah pada tanggal 18 Agustus 2014 dihadapan Pejabat Kantor Urusan

Agama Kecamatan banyuputih Kabupaten Situbondo dengan Akta Nikah

Nomor 023/34/VIII/2014, dengan status Penggugat janda dan Tergugat

duda.

“Pada kasus Nomor2023/Pdt.G/2015/PA Sit,dalam gugatan Penggugat

mengemukakan bahwa sejak 7 (tujuh) bulan lalu rumah tangga Penggugat

dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan

Tergugat tidak terbuka dan tidak jujur masalah keungan rumah tangga,

dimana Tergugat bekerja dan memberikan hasil kerjanya kepeda Penggugat

sebesar Rp.200.000,-s/d Rp.300.000,- setiap bulannya tetapi Tergugat masih

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

70

meminta uang bensin kepada Penggugat sehingga hasil kerja Tergugat tidak

cukup untuk memenihi kebutuhan hidup setiap harinya”.4

2. Pada putusan Nomor 2036/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Eny Febrianti

Binti Ahmadi), adalah Istri sah dari Tergugat ( Ahmad Fauzi bin Hafidi P.

Fauzi), yang menikah pada tanggal 08 Mei 2006, di hadapan Pejabat

Kantor Urusan Agama Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo dengan

Akta Nikah Nomor 115/17N/2006 tanggal 08 Mei 2006 dengan status

Penggugat perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor2036/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam gugatan Penggugat

mengemukakan bahwa sejak 4 (empat) bulan yang lalu rumah tangga

Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan percekcokan

disebabkan Tergugat mempunyai hubungan dengan wanita lain bernama Fit

tetagga desa yang berstatus bersuami sehingga Tergugat lupa akan

kewajibannya sebagai kepala rumah tangga dan Tergugat tidak peduli

terhadap istri dan anak”. 5

3. Pada putusan Nomor 0172/Pdt.G/2016.PA Sit, Penggugat (Sri Wahyuni

binti Misto) adalah istri sah dari (Agus Wandi bin Salam), yang menikah

pada tanggal 22 Mei 2011, di hadapan Pejabat Kantor Urusan Agama

Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo dengan kutipan akta nikah

Nomor 158/44/V/2011 tanggal 23 Mei 2001 dengan status Penggugat

perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor0172/Pdt.G/2016.PA Sit, dalam gugatan Penggugat

mengemukakan bahwa semajak 2 (dua) tahun yang lalu rumah tangga

Penggugat dan Tergugat telah terjadi peselisihan dan percekcokan

disebabkan Tergugat jarang memberikan nafkah lahir kepada Penggugat,

4 Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan putusan Nomor

2023/Pdt.G/2015/PA Sit. Tanggal 08 Januari 2016. 5 Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 2036/Pdt.G/2016/PA

Sit. Tanggal 11 Januari 2016.

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

71

tidak betah dirumah orang tua Penggugat, dan setiap hari Tergugat selalu

keluar rumah tanpa alasan yang jelas dan pulang larut malam”.6

4. Pada putusan Nomor 0261/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Siti Hayati binti

P. Dartik) adalah istri sah dari (Sutoyo bin P. Pur), yang menikah pada

tanggal 02 Agustus 1989 dengan status Penggugat perawan dan Tergugat

jejaka.

“Dalam kasus Nomor0261/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam gugatan Penggugat

menyatakan bahwamotif perselisihan dan percekcokan disebabkan karena

Tergugat tidak bisa mencukupi nafkah lahir sehingga Pengguggat harus

bekerja sendiri untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Tergugat saat ini

telah menikah lagi (nikah sirri) dengan perempuan lain dan sudah 2 (dua)

tahun Penggugat kumpul serumah dengan istri sirrinya tersebut.”7

5. Pada putusan Nomor0363/Pd2t.G/2016/PA Sit, Penggugat (Fita Fatima binti

Siatik) adalah Istri sah dari Tergugat (Kus Siswantoro bin Sis Parman), yang

menikah pada tanggal 24 Desember 1990 di hadapan Pejabat Kantor Urusan

Agama Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo dengan Akta Nikah Nomor

391/34/XII/1990 tanggal 24 Desember 1990 dengan status Penggugat

perawan dan Tergugat jejaka.

“Dalam kasus Nomor0363/Pd2t.G/2016/PASit, dalam gugatan Penggugat

mengemukakan bahwa motif perceraian ini adalah Penggugat menyatakan

bahwa sejak 3 (tiga) tahun lalu rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah

terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan Tergugat tidak pernah

memberi nafkah kepada Penggugat sejak anak pertama berumur 3 (tiga)

tahun, Tergugat sering marah-marah tidak jelas dan melontarkan kata-kata

6 Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 0172/Pdt.G/2016.PA

Sit. Tanggal 12 Februari 2016. 7 Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 0261/Pdt.G/2016/PA

Sit. Tanggal 26 Februari 2016.

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

72

kasar kepada Penggugat, bahkan sering dituduh selingkuh dan ingin

membunuh Penggugat secara pelan-pelan”.8

6. Pada putusan Nomor 0400/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Rindang Suci

Mulyani binti Muhammad Jufri) adalah istri sah dari Tergugat (Salehuddin

bin Mistar), yang menikah tannggal 09 November 2015 dihadapan Pejabat

Kantor Urusan Agama Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo dengan

akta nikah Nomor 0509/004/XI/2015 dengan status Penggugat perawan dan

Tergugat jejaka.

“Pada putusan Nomor 0400/Pdt.G/2016/PA Jpr, dalam kasus iniPenggugat

telah menyatakan bahwa telah terjadi perselisihan dan percekcokan

disebabkan Tergugat tidak bekerja sehingga tidak bisa memenuhi nafkah

lahir Penggugat, Pada saat Penggugat menyarankan agar Tergugat segera

mencari pekerjaan, Tergugat justru marah-marah dan emosi”.9

7. Pada Putusan Nomor 0571/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Nurus Syamsiah

binti Ahmad/P. Yus) adalah istri sah dari Tergugat (Baydawi bin

P,Man/Harmu), yang menikah pada tanggal 07 Januari 2012, dihadapan

Pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo

dengan akta nikah Nomor 10/10/I/2012 tanggal 09 Januari 2012 dengan

status Penggugat janda dan Tergugat duda mati.

“Pada kasus Nomor0571/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam gugatan Penggugat

menyatakan bahwa Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan

percekcokan disebabkan Tergugat sering keluar rumah hingga pulang larut

malam dan Tergugat mempunyai kebiasaan minum-minuman keras, bahkan

pernah melakukan kekerasan fisik terhadapa Penggugat.10

8 Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0363/Pd2t.G/2016/PA Sit. Tanggal 21 Maret 2016. 9 Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salilnan Putusan Nomor

0400/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 10 Maret 2016. 10

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0571/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 25. April 2016.

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

73

8. Pada putusan Nomor 0381/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Hosnol

Khotimah binti Sujono) adalah istri sah dari Trgugat (Musleh bin Saini),

yang menikah pada tanggal 03 Desember 2014, dihadapan Pejabat Kantor

Urusan Agama Kecamatan Besuki dengan Akta Nikah Nomor

0496/007/XII/2014 tanggal 03 Desember 2014 dengan status Penggugat

perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor0381/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam gugatan Penggugat

menyatakan bahwa sekitar 5 (lima) bulan yang lalu tepatnya bulan oktober

2015 rumah tengga kedua belah pihak telah terjadi perselisihan dan

percekcokan disebabkan penggugat sudah menuruti kemauan Tergugat

untuk bertempat tinggal dirumah Tergugat, namun Tergugat tidak mau ikut

untuk bertempat tinggal dirumah Penggugat dikarenakan merasa kesulitan

untuk bekerja, sudah berusaha menasehati agar Tergugat untuk mau ikut

kerumah Penggugat namun Tergugat selalu marah-marah dan yang

membuat Penggugat dan Tergugat bertengkar setiap harinya”.11

9. Pada putusan Nomor 0500/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Novi Amalia

binti Azrial) adalah istri sah dari Tergugat (Nur Jamil bin Hajono), yang

menikah pada tanggal 12 Desember 2010 dihadapan Pejabat Kantor Urusan

Agama Kecamatan Babelan, Kota Bekasi Jawa Barat dengan akta nikah

Nomor 1090/70/XII/2010 tanggal 13 Desember 2010 dengan status

Penggugat Perawan dan Tergugat Jejaka.

“Pada kasus Nomor0500/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwa perselisihan dan percekcokan disebabkan Tergugat

menghianati cinta dan kasih sayang Penggugat disebabkan Tergugat

memiliki wanita idaman lain, selain itu Penggugat mendapati percakapan

mesrah dengan wanita lain di kotak masuk akun facebook milik

Tergugat”.12

11

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0381/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 28 April 2018. 12

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0500/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 02 2016.

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

74

10. Pada Putusan Nomor 0577/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Lindayani binti

Nahar) adalah istri sah dari Tergugat (Sunaryadi bin Satak Rianto), yang

menikah pada tanggal 10 Maret 2002, di hadapan Pejabat Kantor Urusan

Agama Situbondo dengan kutipan akta nikah Nomor 88/28/III/2002

tanggal 11 Maret 2002 dengan status Penggugat perawan dan Tergugat

jejaka.

“Pada kasus Nomor0577/Pdt.G/2016/PA Sit,dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwaperselisihan dan percekcokan disebabkan Tergugat

lebih mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan Penggugat,

Tergugat meninggalkan Penggugat 2 (dua) hari tanpa ada alasan yang

jelas”.13

11. Pada putusan Nomor 0901/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Yunita Fitriya

Ningsi, S.T binti Sutrisno Widyantoro) adalah istri sah dari Tergugat (M.

Fatkhur Rozziq bin Naskan), yang menikah pada tanggal 23 September

2011, dihadapan Pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Besuki,

Kabupaten Situbondo dengan akta nikah Nomor 368/52/IX/2011 tanggal

23 September 2011 dengan status Penggugat perawan dan Tergugat

jejaka.

“Pada kasus Nomor0901/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwa motif perselisihan dan percekcokan disebabkan

Tergugat tidak bisa mencukupi nafkah lahir Penggugat, Tergugat sering

menjual dan menggadaikan barang-barang milik Penggugat tanpa

sepengatahuan Penggugat bahkan mas kawin 5 gram telah dijual tanpa

sepengetahuan Penggugat”.14

12. Pada putusan Nomor0801/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Hosnol

Khotimah binti Darip/P. Suci) adalah istri sah dari (Safianto bin Saniman),

13

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0577/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 04 Mai 2016. 14

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0901/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 14, Juni 2016.

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

75

yang menikah tanggal 12 Juni 2012 dengan satatus Penggugat perawan

dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor0801/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwaPenggugat dan Tergugat terjadi perselisihan dan

Percekcokan disebabkan Tergugat tidak mendapatkan pekerjaan yang

layak dengan upah kerjanya tidak mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga

yang menyebabkan Tergugat berinisiatif kerja diluar kota (merantau),

selama di perantauan semenjak akhir 2012, Tergugat sempat menghubungi

Penggugat selama 1 (satu) tahun berikutnya, namun sejak awal tahun

2014, Tergugat sudah tidak lagi menghubungi Penggugat. Bahkan, terakhir

Tergugat menyatakan via tlp agar Penggugat menikah lagi”.15

13. Pada putusan Nomor 0834/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Murniyati binti

Jubin) adalah istri sah dari Tergugat (Jalal bin P.Sarto), yang menikah

pada tanggal 11 Agustus 1997, di hadapan Pejabat Kantor Urusan Agama

Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo dengan akta nikah Nomor

47/17/VIII/1997 tanggal 11 Agustus 1997 dengan status Penggugat

Perawan dan Tergugat Jejaka.

“Pada kasus Nomor0834/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan

Tergugat mempunyai sikap cemburu yang berlebihan kepada Penggugat

dan Tergugat juga sering marah-marah dan berkata kasar serta sering

melakukan kekerasan fisik terhadap Penggugat”.16

14. Pada putusan Nomor 0862/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Alfiyatun

Nisak binti Abdul Karim) adalah istri sah dari Tergugat (Iwan Budianto

bin Tohari), yang menikah pada tanggal 03 Juli 2012, di hadapan Pejabat

Kantor Urusan Agama Kabupaten Ssitubondo dengan akta nikah Nomor

15

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Kasus Nomor 0801/Pdt.G/2016/PA

Sit. Tanggal 10 Juni 2016. 16

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0834/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 11 Juli 2016.

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

76

135/II/VII/2012 tanggal 03 Juli 2012 dengan status Penggugat perawan

dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor0862/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwa perselisihan dan percekcokan disebabkan orang tua

Tergugat sering ikut campur dalam urusan rumah tangga antara Penggugat

dan Tergugat, Tergugat sering keluar malam tanpa alasan yang jelas”.17

15. Pada putusan Nomor 1045/Pdt.G/PA Sit, Penggugat (Uswatun Hasanah

binti Hanafi) adalah istri sah dari Tergugat (Maulana Ishak bin Bodri),

yang menikah pada tanggal 09 Desember 2011, di hadapan Pejabat Kantor

Urusan Agama Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo dengan kutipan

akta nikah Nomor 507/03/XII/2011 tanggal 09 Desember 2011 dengan

status Penggugat perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor1045/Pdt.G/PA Sit, dalam putusan iniPenggugat dan

Tergugat telah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan Tergugat

tidak bertanggung jawab terhadap nafkah keluarga, sehingga Penggugat

harus kerja untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga”.18

16. Pada putusan Nomor 1041/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Siti

Rahmatillah binti Masduki) adalah istri sah dari Tergugat (Ach. Rofi bin

Sutrisno), yang menikah pada tanggal 17 Mei 2010, di hadapan Pejabat

Kantor Urusan Agama Kacamatan Situbondo, Kabupaten Situbondo

dengan akta nikah Nomor 149/25/V/2010 tanggal 17 Mei 2010 dengan

status Penggugat janda talak dan Terguat duda talak.

“Pada putusan Nomor 1041/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini

Penggugat menyatakan bahwa telah terjadi perselisihan dan percekcokan

disebabkan Penggugat dan Tergugat tidak ada kesepakatan tempat tinggal,

Penggugat tidak mau diajaka tinggal di kerumah orang tua Tergugat

karena orang tua Tergugat terlalu ikut campur didalam permasalahan

17

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0862/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 11 Juli 2016. 18

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salilnan Putusan Nomor 1045/Pdt.G/PA

Sit. Tanggal 05 Agustus 2016.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

77

rumah tangga. begitu juga sebaliknya Tergugat juga tidak mau tinggal

dirumah Penggugat karena Tergugat masih berat meninggalkan orang

tuanya dan Tergugat kurang bertanggung jawan terhadap ekonomi

keluarga”.19

17. Pada putusan Nomor 1408/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Zaini binti

Sarito/ P. Sutarjo) adalah istri sah dari Tergugat (Aton bin P. Suniwa),

yang menikah pada tanggal 24 September 1999 dihadapan Pejabat Kantor

Urusan Agama Kabupaten Situbondo dengan akta nikah Nomor

362/37/IX/1999 tanggal 01 September 2016 dengan status Penggugat

perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor1408/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwa terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan

Tergugat diketahui telah mempunyai hubungan cinta dengan wanita lain

yang masih bertetangga dari rumah kedua belah pihak, dan hal tersebut

diketahui oleh Penggugat dan warga dan bahkan sekarang Penggugat

sudah satu rumah dengan wanita tersebut”.20

18. Pada putusan Nomor 1047/Pdt.G/2016/PA Sit, Duduk perkara (sayuti binti

misli) adalah istri sah dari Tergugat (Ahmad bin Sholehuddin bin Amin

Amiruddin), yang menikah pada tanggal 07 Maret 2012, dihadapat Pejabat

Kantor Urusan Agama Kecamatan Sumbermalang kabupaten Situbondo

dengan kutipan akta nikah Nomor 37/17/III/2012 tanggal 07 Maret 2012

dengan status Penggugat perawan dan Tergugat jejaka.

“Dalam putusan Nomor1047/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini

Penggugat menyatakan bahwa telah terjadi perselisihan dan percekcokan

disebabkan Tergugat menikah lagi dengan perempuan lain tanpa ada

alasan yang jelas kepada Penggugat, Kurang bertanggug jawab dalam

19

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1041/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 Agustus 2016. 20

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1408/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 22 September 2016.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

78

masalah nafkah lahir sehingga Penggugat harus bekerja sendiri untuk

kepentingan keluarga”.21

19. Pada putusan Nomor 1551/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Anisatul

Kamilah binti Ahmad Bahri) adalah istri sah dari Tergugat (Fauzi S.Pd.I

bin Abd. Rahman) yang menikah pada tanggal 22 Mei 2012, dihadapan

Pejabat Kantor Urusan Agama Kabupaten Situbondo dengan kutipan akta

nikah Nomor 0176/25/V/2015 tanggal 22 Mei 2015 dengan status

Penggugat Perawan dan Tergugat Jejaka.

“Pada kasus Nomor1551/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwatelah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan

Tergugat jarang pulang, Tergugat lebih sering tinggal dirumah dinas dan

ketika Penggugat tanyakan maka Tergugat menyatakan lembur dan

Tergugat tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat, Tergugat juga

tidak pernah mengajak Penggugat untuk berhubungan layaknya suami

istri”.22

20. Pada putusan Nomor 1531/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Tolak Ida binti

Tawi alias P. Uwir) adalah istri sah dari Tergugat (Sutawi bin

P.Hamsuyatun), yang menikah pada tanggal 26 Juli 1983 dihadapan

Pejabat Kantor Urusan Agama Kabupaten Situbondo dengan kutipan akta

nikah Nomor 120/19/VI/1983 tanggal 26 Juli 1983 dengan status

Penggugat perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor1531/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwa telah terjadi peselisihan dan percekcokan disebabkan

Tergugat tidak pernah memberikan uang belanja untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga Penggugat dan juga anak-anak, penghasilan

21

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1047/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 September 2016. 22

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1551/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 28 2016.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

79

Tergugat tidak pernah diberikan kepada Penggugat dan hanya untuk

kebutuhan Tergugat saja yang diberikan kepada Penggugat”.23

21. Ada Putusan Nomor 1552/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Reni Dwi

Susanti binti Eko Suharsono) adalah istri sah dari Tergugat (Holis

Yuliantoro bin Sugianto), yang menikah pada tanggal 23 Agustus 2013,

dihadapan Pejabat Kantor Urusan Agama Situbondo dengan akta nikah

Nomor 0245/016/VIII/2013 tanggal 23 Agustus 2013 dengan status

Penggugat Perawan dan Tergugat Jejaka.

“Pada kasus Nomor1552/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwaperselisihan dan percekcokan disebabkan Tegugat

sering memukul Penggugat ketika terjadi pertengkaran, meskipun

masalahnya hanya sepeleh, orang tua Penggugat sering ikut campur urusan

rumah tangga Penggugat dan Tergugat, sehingga Penggugat merasa sudah

tidak betah hidup berumah tangga dengan Tergugat dan memilih jalan

untuk bercerai dengan Tergugat”.24

22. Pada putusan Nomor 1556/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (Munawaroh

binti Mahmud) adalah istri sah dari Tergugat (Moh. Abdul Ghaffar bin

Abdul Ghazi), yang menikah pada tanggal 06 Juni 2016 dihadapan Pejabat

Kontor Urusan Agama Kecamatan Mendingan Kabupaten Situbondo

dengan kutipan akta nikah Nomor 0103/004/VI/2016 tanggal 06 Juni 2016

dengan status Penggugat perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor1556/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bawah telah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan

Penggugat tidak betah tinggal dirumah Tergugat, sedangkan Tergugat juga

23

Pengadilan Agama Situbodo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 531/Pdt.G/2016/PA

Sit. Tanggal 21 Oktober 2016. 24

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1552/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 18 November 2016.

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

80

tidak mau tinggal Penggugat dengan alasan kasian dirumah ibu Tergugat

karena sudah tua”.25

23. Pada putusan Nomor 1609/Pdt.G/2016/PA Sit, Penggugat (ibayati binti

Mattari) adalah istri sah dari (Lutfiyanto bin Nurwiyanto), yang menikah

pada tanggal 27 Januari 2010, dihadapan Pejabat Kontor Urusan Agama

Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo dengan status Pengguggat

perawan dan Tergugat jejaka.

“Pada kasus Nomor1609/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam kasus iniPenggugat

menyatakan bahwa, telah terjadi perselisihan dan percekcokan disebabkan

Tergugat tidak bertanggug jawab uang belanja pada Penggugat dan belanja

tiap hari dibebankan kepada orang tua Penggugat, dan selain itu Tergugat

tidak pernah datang menjengu anaknya”.26

24. Pada Putusan Nomor 1620/Pdt.G/2016.PA Sit, Penggugat (Andika Ayu

Wulandari binti Buharmi), adala istri sah dari Tergugat (Mohammad

Solikin bin Mohammad Sunari), yang menikah pada tanggal 14 juni 2014,

di hadapan Pejabat Kantor Urusan Agama Kecamatan Banyuputih

Kabupaten Situbondo dengan kutipan akta nikah Nomor 0167/33/VI/2014

tanggal 16 Juni 2014 dengan status Penggugat perawan dan Tergugat

jejaka.

“Pada kasus Nomor1620/Pdt.G/2016.PA Sit, dalam kasus ini Penggugat

menyatakan bahwakedua belah pihak terjadi perselisihan dan percekcokan

disebabkan Penggugat dan Tergugat tidak ada yang betah dirumah

bersama, Tergugat kurang bisa menghormati dan menghargai orang tua

Penggugat, sebagaimana menghormati orang tua sendiri".27

25

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1556/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 01 November 2016. 26

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1609.Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 02 Desember 2016. 27

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1620/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 Desember 2016.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

81

BAB V

PERBANDINGAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN

CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA JAYAPURA DAN

PENGADILAN AGAMA SITUBONDO

A. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Perkara Cerai Gugat di Pengadilan

Agama Jayapura

Untuk mengetahui pertimbangan hakim pada penyelesaian kasus-

kasus perceraian (cerai gugat) peneliti merangkum data-data yang diperoleh

dari Pengadilan Agama Jayapura. Dibawah ini peneliti merangkum putusan

kasus gugat cerai berdasarkan pertimbangan normatif hukum, sosiologis

hukum, dan filosofis hukum.

Ditinjau dari sisi hukum dan keprofesian hakim jelas bahwa

independensi atau kemandirian hakim pada hakikatnya diikat dan dibatasi oleh

rambu-rambu tertentu. Batasan atau rambu-rambu yang harus selalu diingat

dalam implementasi kebebasanini adalah aturan-aturan hukum itu sendiri.

Ketentuan-ketentuan hukum, baik segi prosedural/formil maupun

substansial/materiil itu sendiri sudah merupakan batasan bagi kekuasaan

kehakiman agar dalam melakukan independensinya tidak melanggar hukum

dan bertindak sewenang-wenang. Hakim adalah subordinat pada hukum dan

tidak dapat bertindak contra legem.

Namun harus disadari pula bahwa kebebasan dan independensi

tersebut diikat pula dengan pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Jadi antara

independensi dan akuntabilitas ibarat dua sisi koin yang saling melekat. Tidak

ada kebebasan mutlak tanpa tanggung jawab. Dapat dipahami bahwa konteks

kebebasan hakim haruslah diimbangi dengan akuntabilitas peradilan. Bentuk

tanggung jawab dengan berbagai macam mekanismenya namun yang paling

perlu disadari adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat karena pada

dasarnya tugas badan-badan kehakiman atau Peradilan adalah melaksanakan

pelayanan publik dalam memberikan keadilan bagi masyarakat pencari

keadilan.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

82

Oleh karena itu, untuk menilai sebuah putusan yang dibuat oleh hakim

tidak berhenti pada tataran kesesuainnya dengan norma-norma hukum semata

tetapi juga harus dilihat dalam kerangka yang lebih luas yakni terkait dengan

tugas Peradilan dalam mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

Atas dasar itu hakim dalam membuat sebuah putusan hukum harus didasarkan

pada pertimbangan-pertimbangan matang yang dapat dipertanggungjawabkan

secara normatif maupun sosiologis-filosofis.

Disinilah relevansinya dengan prinsip kemaslahatan sebagai tujuan

hukum Islam (maqashid al-syari’ah). Apalagi mengingat putusan hakim

Pengadilan merupakan salah satu dari empat produk hukum Islam di Indonesia

selain fikih, Undang-undang dan fatwa. Oleh karena itu putusan hakim

memiliki posisi yang sangat penting dan harus selalu mendapatkan perhatian

tersendiri. Dalam putusan-putusan di Pengadilan Agama Jayapura, penulis

mencermati pertimbangan-pertimbangan hakim sebagaimana telah

dipaparkan, peneliti dapat memetakan bahwa pertimbangan-pertimbangan

tersebut meliputi pertimbangan hukum (normatif, sosiologis, dan filosofis)

dibawah ini.

1. Pertimbangan Hukum Normatif

Menyangkut pertimbangan-pertimbangan normatif hukum

Pengadilan Agama Jayapura ketika memutuskan cerai gugat, majelis hakim

selalu menggunakan berbagai sumber hukum yang meliputi: Al-Qur’an

Surat Ar-Rum ayat 21, Hadist Nabi Muhammad SAW, pendapat para

ulama yang terdapat dalam kitab fiqih, dan Pasal 49 ayat (1), Pasal 73 ayat

(1) Undang-undang Nomor 7 1989,1 Pasal 149 ayat (1) RBq, Peraturan

Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tuhun 2008, Pasal 19 huruf (f) Peraturan

1 Adapun bunyi Pasal 73 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 adalah: Gugatan

perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi

tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat

kediaman bersama tanpa izin tergugat. Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun

1989 Tentang Peradilan Agama.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

83

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 172 ayat 1 angka 4 RBq,2 Pasal

308 RBq3 dan 309 RBq,

4 Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam

(KHI),5 Pasal 119 ayat (2) huruf (c),

6 Pasal 84 Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989 yang telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama,

Pasal 89 Undang-undang Nomor7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan

2 Dalam KUH Perdata bunyi Pasal 172 ayat (1) angka 4 R.Bg yang tidak boleh didengar

sebagai saksi adalah:

1. Yang mempunyai hubungan kekeluargaan dalam garis lurus karena sedara atau karena

perkawinan dengan salah satu pihak.

2. Suami atau istri salah satu pihak atau setelah mereka bercerai.

3. Anak-anak yang belum dapat dipastikan sudah berumur lima belas tahun.

4. Orang gila, meskipun ia kadang-kadang dapat menggunakan pikirannya dengan baik.

5. Keluarga sedara atau karena perkawinan dalam sengketa mengenai kedudukan para pihak atau

mengenai suatu perjanjian untuk menjadi saksi.

6. Tidak ada hak untuk mengundurkan diri sebagai saksi bagi mereka yang sudah tersebut dalam

Nomor. 1 dan 2 Pasal 174 bila mengenai sengketa yang dimaksud dalam ayat (2). (KUH

Perdata, 1910,1912;IR.145.

Lihat, Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa Dan Madura (Reglement Tot

Releging Van Het Rechtswezwn Buiten Java En Madura.(R.Bg). 3 Adapun bunyi Pasal 308 R.Bg adalah: 1. Tiap-tiap kesaksian disertai alasan mengenai

Pengetahuan Saksi. 2. Pendapat-pendapat khusus serta perkiraan-perkiraan yang disusun dengan

pemikiran bukan merupakan kesaksian, ( KUH perd.1907, IR. 171). 4 Adapun bunyi Pasal 309 RBq adalah: dalam menilai kekuatan kesaksian, hakim harus

memperhatikan secara khusus kesaksian saksi yang satu dengan yang lain; persamaan kesaksian-

kesaksian itu dengan hal-hal yang dapat ditemukan mengenai perkara yang bersangkutan dalam

pemeriksaan; alasan-alasan yang dikemukakan saksi sehingga ia dapat mengemukakan hal-hal

seperti itu; cara hidup, kesusilaan dan kedudukan saksi dan pada umunya semua yang sedikit

banyak dapat berpengaruh atas dapat tidaknya dipercaya. Lihat, Reglemen Acara Hukum Untuk

Daerah Luar Jawa Dan Madura. (Reglemen Tot Regeling Van Het Rechtswezen In De Gewesten

Buiten Java En Madura. (RBg). 5 Adapun bunya Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam Huruf (f) adalah: Antara suami dan istri

terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga. Lihat, Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam, Penerbit (Citra Umbara) Bandung, tahun 2017, hlm.

357. 6 Adapun bunyi pasal 119 ayat (2) huruf (c) adalah:

1. Talak bain shuqra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akat nikah baru dengan

bekas suaminya meskipun dalam iddah.

2. Talak bain shuqraa sebagaimana tersebut pada ayat (1) adalah:

3. Talak yang terjadi qabla al dukhul.

4. Talak dengan tebusan atau khuluk.

5. Talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.

Lihat, Undang-undang R.I. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Bandung: Citra

Umbara, 2017), hlm. 358.

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

84

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009,7 Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

Tahun 1974, Pasal 39 Ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974,

Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 49 Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989, Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam (KHI)

tentang hak asuh anak, Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 dan Pasal 139 Kompilasi Hukum Islam (KHI) tentang pemanggilan

melalui media masa (RRI), Pasal 148 RBq.

Dalam putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr,Pasal-Pasal

perundang-undangan yang selalu digunakan oleh hakim sebagai

pertimbangan hukum adalah Pasal 49 ayat (1) huruf (a) Pasal 149 ayat (1)

RBg, Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Pasal

19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, Pasal 1 Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 84 Undang-undang Nomor 7 Tahun

1989 yang dirubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

Dalam putusan Nomor 132/Pdt.G/2016/PA Jpr, pasal perundang-

undangan yang selalu digunakan oleh hakim sebagai pertimbangan hukum

adalah Pasal 149 ayat 1 R.Bg, Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 dan Pasal 139 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 39 Ayat (2)

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan 116 huruf (f) Kompilasi Hukum

Islam, Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 35 Peraturan

Pemerinntah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 84 Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989 yang dirubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006

dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama,

Pasal 89 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang diubah dengan

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama.

7 Adapun bunyi Pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7, Tahun 1989 Tentang Peradilan

Agama Republik Indonesia adalah:

a. Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada Penggugat atau Pemohon.

b. Biaya perkara penetapan atau putusan Pengadilan yang bukan merupakan penetapan atau

putusan akhir akan diperhitungkan dalam penetapan atau putusan akhir.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

85

Sedangkan Pendapat Fuqahah yang digunakan hakim dalam

putusan gugat cerai sebagaimana yang terdapat dalam putusan Nomor

4/Pdt.G/2016/PA Jpr, diantaranya sebagai berikut:

Artinya:“Barangsiapa dipanggil dipersidangan Pengadilan Agama

kemudian dia tidak memenuhinya, maka dia termasuk zhalim dan

gugurlah haknya”.8

Dan dalam kitab Al-Anwar Juz 2 halaman 55 yang berbunyi:

Artinya:“Apabila tergugat tidak hadir, baik karena melawan,

bersembunyi ataupun qhoib, maka perkara itu oleh diputuskan dengan

berdasarkan alat-alat bukti”.9

Sedangkan dalam putusan Nomor76/Pdt.G/2016/PA Jpr, hakim

menggunakan dasar hukum pendapat Fuqahah sebagaimana Pendapat

Syskh Muhyiddin dalam Kitabnya Ghayatul Muram yang diambil alih

sebagai pendapat majelis hakim bahwa:

Artinya:“Apabilah istri telah memuncak kebencian terhadap suaminya,

maka Hakim menjatuhkan talak suami kepada Istrinya itu”.

Adapun dasar Al-Qur’an yang dijadikan oleh hakim dalam semua

putusan tahun 2016 adalah firman Allah SWT, dalam Qs. Ar-Rum (30)

ayat 21:

Artinya:“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia

Menciptakan untkmu istri-istridari jenismu sendiri, supaya kamu

8 Abu, Bakar Ahmad ibn Ali ar-Razi al-Jashosh al-Hanafi, Ahkamul Qur’an, (Beirut: Dar

al-Hayait, 1992), h. 405 9 Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr.

Tanggal 27 Januari 2016. Kaidah ini terdapat dalam Yusuf ibn Ibrahim al-Ardabily, al-Anwar,

(Kuwait: dar- aldhiyai, 2006), h. 55.

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

86

cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di

antaramu rasah kasih dan sayang.”

Dan sedangkan dasar hadist Nabi Muhammad SAW. Yang berbunyi:

Artinya:“Dari Said bin Musyyab r.a. Tentang laki-laki yang tidak

mendapatkan sesuatu untuk membelanjai istrinya, ia berkata: diceraikan

suami istri itu”. 10

Sesuai data yang didapatkan oleh peneliti di Pengadilan Agama

Jayapura ada sebanyak 24 (dua puluh empat) putusan perkara gugat cerai

yang menggunakan Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 22, dan Hadist 1 (satu)

putusan seperti dalam putusan Nomor 76/Pdt.G/2016/PA Jpr.

Dibawah ini penulis akan sajikan tabel dasar pertimbangan hukum

normatif di Pengadilan Agama Jayapura tahun 2016.

Tabel 5.1

Pertimbangan Normatif Pengadilan Agama Jayapura Tahun 201611

No Dasar Hukum Pertimbangan Normatif Dalil Yabg Digunakan Hakim Dalam Putusan Jumlah %

1 Al-Qur'an

فسكى أزواجا نخسكىا إنيها وجعم أ خهك نكى ي آياحه أ وي

. )انروو: آياث نمىو يخفكرو في ذنك ن ت، إ بيكى يىدة ورح

.)٢١/٢١ 18 4,32

2 Al-Hadist

فك ه في انرجم ال يجد يا ي يسيب رضي اهلل ع سعيد ب ع

ا عهى اههه لال: يفرق بيه 1 0,2

3 Qaul Fuqohah 18 4,32

a. Qaul Fugahah

فهى يجب فهى ظانى ال ي سه حكاو ان دعى انى حاكى ي ي

حك نه

b. Kitab Al-nwar Juz II حعسز بخحسز اوحىار او غيبج جاز اثباحه بانبيت فاء

c. Kitab Qayatul Maram شخد عدو رغبت انسوجت نسوجها طهك عهيه انماضى طهمت اd. Kitab Al-Asybah wa Al-Nadhair x

4 Undang-Undang Pasal 49 ayat (1), Pasal 37 ayat (1) UU No.7 1989, Pasal-

149 ayat (1) Rbq, PP Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2008

Pasal 19 huruf (f) Peraturan No. 9 Tahun 1975

Pasal 172 ayat 1 angka 4 RBq

Pasal 308 RBq, dan 309 RBq

Pasal 116 huruf (f) Kompilasi hukum Islam (KHI)

Pasal 119 ayat (2) huruf (C)

Pasal 84 UU No. 7 Tahun 1989 yang telah dirubah dengan

UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2006

UU No. 3 Tahun 2006 dan UU No. 50 Tahun 2009 tentang

Peradilan Agama, Pasal 89 UU No.7 Tahun 1974, Pasal 29

ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974, Pasal 35 PP No. 9 Tahun 1975,

Pasal 49 UU No. 7 Tahun 1989, Pasal 156 Kompilasi Hukum

Islam (KHI) tentang hak asuh anak, Pasal 27 PP No. 9 tahun

1975, dan Pasal 139 KHI tentang pemaggilan melalui media

Masa (RRI), Pasal 148 RBq

10 Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 76/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 23 Maret 2016. 11

Dokumen Putusan Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Tahun 2016.

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

87

2. Pertimbangan Sosiologis

Kondisi sosial yang dijadikan hakim dalam memutus perkara cerai

gugat di Pengadilan Agama sebenarnya bermula dari ketidak jujuran di

antara sepasang suami istri di dalam aktifitas sehari-hari dan ketidak jujuran

kedua suami istri tersebut dapat mengakibatkan kekerasan dalam rumah

tangga.

Undang-undang Nomor 23 tentang prilaku kekerasan dalam rumah

tangga mengamanatkan sebagai berikut:

a. Kekerasan fisik, kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan

rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Dalam konteks relasi personal,

bentuk-bentuk kekerasan fisik yang dialami perempuan korban

mencakup antara lain tamparan, pemukulan, penjambakan, penginjak-

injakan, penendangan, pencekikan, lemparan benda keras, penyiksaan

menggunakan benda tajam, seperti pisau, gunting, setrika serta

pembakaran.

b. Kekerasan psikis, yaitu perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,

hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa

tidak berdaya dan atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Bentuk

kekerasan secara psikologis yang dialami perempuan mencakup makian,

penghinaan yang berkelanjutan untuk mengecilkan harga diri korban,

bentakan dan ancaman yang dimaksudkan untuk memunculkan rasa

takut.

c. Kekerasan seksual, yaitu pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan

terhadap orang yang menetap dalam rumah tangga atau pemaksaan

hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah

tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersil dan atau tujuan

tertentu.

d. penelantaran rumah tangga, yaitu seseorang tidak melaksanakan

kewajiban hukumnya terhadap orang dalam lingkup rumah tangga

berupa mengabaikan memberikan kewajiban kehidupan, perawatan atau

pemeliharaan terhadap orang tersebut. Termasuk dalam kategori

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

88

penelantaran rumah tangga adalah memberikan batasan atau melarang

seseorang untuk bekerja yang laik di dalam atau luar rumah sehingga

korban berada dalam kendali orang tersebut.

Cakupan kekerasan dalam rumah tangga lebih luas yang meliputi

kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran rumah tangga menurut

Undang-undang Nomor. 23 Tahun 2004 tentang kekerasan dalam rumah

tangga di atas cukup bisa dimaklumi karena kehidupan rumah tangga tidak

hanya terbatas dalam hubungan fisik belaka tetapi juga ikatan psikis atau

emosi serta diikat tanggung jawab yang bersifat materil dalam rangka

menjaga kelangsungan kehidupan rumah tangga tersebut. Pengabaian

terhadap berbagai bentuk tanggung jawab tersebut itulah yang berpotensi

merusak kelangsungan kehidupan sebuah rumah tangga.

Oleh sebab itu kondisi sosial yang dijadikan hakim dalam memutus

perkara cerai gugat di Pengadilan Agama Jayapura, pada kasus bulan

Januari 2016 misalnya, kekerasan fisik maupun non fisik yang menjadi

alasan perceraian pada putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr. Pada kasus ini

kekerasan fisik dan non fisik dialami oleh istri sebagai Penggugat berupa

pertengkaran, Tergugat mendengar kemauan orangtuanya dari pada

mendengar kemauan Penggugat sebagai istri, Tergugat mempunyai sifat

egois, Tergugat berprilaku kasar, Tergugat sering memukul Penggugat serta

Tergugat sering selingkuh dengan perempuan lain, Penggugat dan Tergugat

sudah pisah tempat tinggal.12

Untuk bulan Februari 2016 telah terjadi kekerasan fisik maupun

non fisik menjadi alasan perceraian pada perkara Nomor 5/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Pada kasus ini, kekerasan fisik dan non fisik dialami oleh istri sebagai

Penggugat berupa pertengkaran, pemukulan terhadap Penggugat, berbohong

kepada Penggugat, tidak memberikan nafkah kepada Penggugat, Tergugat

menuduh selingkuh dengan laki-laki lain, Tergugat sering berkata kasar,

12

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 27 Januari 2016.

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

89

Penggugat dan Tergugat sudah pisah tempat tinggal.13

Untuk bulan Maret

2016 telah terjadi kekerasan non fisik menjadi alasan perceraian pada

perkara Nomor 76/Pdt.G/2016/PA Jpr, pada kasus ini kekerasan non fisik

dialami oleh istri sebagai Penggugat berupa pertengkaran dan Tergugat

meninggalkan Penggugat sehingga terjadi pisah tempat tinggal, akibatnya

Penggugat menderita lahir batin.14

Untuk bulan April 2016 telah terjadi kekerasan non fisik yang

menjadi alasan perceraian pada perkara Nomor 72/Pdt.G/2016/PA Jpr. Pada

kasus ini, kekerasan non fisik dialami oleh istri sebagai Penggugat berupa

pertengkaran terus menerus, sengaja membiarkan Penggugat begitu saja dan

Tergugat meninggalkan rumah tampa izin serta tidak memberikan nafkah

lagi.15

Pada bulan Mei 2016 telah terjadi kekerasan non fisik menjadi yang

alasan perceraian pada perkara Nomor 72/Pdt.G/2016/PA Jpr. Pada kasus

ini kekerasan non fisik dialami oleh istri sebagai Penggugat berupa tidak

memberikan nafkah terhadap Penggugat dan anaknya, tidak menghargai

Penggugat dan orangtua Penggugat, Tergugat pergi meninggalkan tempat

tinggal bersama dan sudah tidak menafkahi Penggugat lagi serta berusaha

mencari Tergugat tapi tidak bertemu, oleh sehingga Penggugat menderita

lahir dan batin.16

Untuk bulan Juli 2016 telah terjadi kekerasan fisik dan non fisik

menjadi alasan perceraian pada perkara Nomor 170/Pdt.G/2016/PA Jpr.

Pada kasus ini kekerasan fisik dan non fisik dialami oleh istri sebagai

Penggugat berupa perselisihan dan pertengkran, tergugat minum-minuman

keras, Tergugat sering memukul Penggugat, sudah pisah tempat tinggal

13

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 2/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 02 Februari 2016. 14

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 76/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 23 Maret 2016. 15

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 72/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 06 April 2016. 16

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 28/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 25 Mei 2016.

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

90

bersama.17

Dalam putusan Nomor 315/Pdt.G/2016/PA Jpr. Majelis hakim

menemukan fakta-fakta bahwa, sejak tahun 2016 Tergugat telah menikah

lagi dengan perempuan lain tanpa sepengetahuan Penggugat, Tergugat

sering berkata kasar dan memukul Penggugat dan tidak memberikan nafkah

kepada Penggugat dan anaknya.

Menurut pengakuan seorang advokat yang sering berpraktek di

Pengadilan Agama Jayapura, kasus perceraian Cerai gugat di kota Jayapura

cukup banyak. Biasanya perceraian dilatar belakangi oleh berbagai faktor,

mulai dari faktor ekonomi, mabuk, judi, selingkuh, minggat dari rumah

bertahun-tahun, bahkan sampai ancaman pembunuhan.18

Dalam semua putusan Pengadilan Agama Jayapura tahun 2016

membuktikan bahwa setelah mencermati kondisi objektif rumah tangga para

pihak yang berperkara yang sedimikian rapuh dan tidak bisa dinasehati

dalam mediasi maupun dalam meja sidang putusan, maka menurut majelis

hakim, solusi yang terbaik adalah mengakhiri ikatan perkawinan terhadap

para pihak yang berperkara melalui jalan perceraian, karena jika tetap

dipaksakan untuk tetap hidup rukun dalam suasana rumah tangga yang

terpuruk, maka akibatnya hanya akan menjadi belenggu dan sia-sia belaka

serta melahirkan kemudaratan yang lebih besar bagi para pihak yang

berperkara dari pada maslahatnya.

Gugatan perceraian yang paling dominan pada tahun 2016 di

Pengadilan Agama Jayapura adalah karena terjadinya perselisihan dan

pertengkaran antara suami istri mencapai 100% (24 putusan). Kemudian

diantarra faktor penyebab cerai talak di Pengadilan Agama Jayapura tahun

2016 antara lain: kekerasan fisik 13 kasus, kekerasan fisikis 28 kasus,

gangguan pihak ke tiga (3) 9 kasus, ekonomi 13 kasus, orangtua ikut

17

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 170/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 21 Juli 2016. 18

Wawancara dengan Isnain Yeubun, seorang Advokat, pada tanggal 15 Januari Juli 2018

di Kantor Pengadilan Agama Kota Jayapura.

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

91

campur 1 kasus, meninggalkan rumah 5 kasus, judi 3 kasus, cemburu 4

kasus, utang 1 kasus.

Tabel 5.2

Faktor Penyebab Perceraian Pengadilan Agama Jayapura Tahun 2016

No Kekerasan Jumlah %

1 Kekerasab Fisik 13 17,3

2 Kekerasan fisikis 28 37,3

3 Gangguan pihak ketiga 9 12

4 Gangguan ekonomi 13 17,3

5 Orang tua ikut campur 1 1,3

6 Meninggalkan rumah 5 6,7

7 Main judi 4 5,3

8 Terlilit utang 1 1,3

12 Jumlah Keseluruhan 74 98,5

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Jayapura

Demikian beberapa kondisi sosial yang dijadikan hakim untuk

memutuskan perkara perceraian (cerai gugat) di Pengadilan Agama

Jayapura tahun 2016, namun dalam pertimbangan sosial ini penulis hanya

cantumkan beberapa perkara sebagai contoh, karena semua motif

perceraian adalah sama yaitu berangkat dari percekcokan dan pertengkaran

sehingga yang mengakibatkan kekerasan fisik maupun non fisik.

3. Pertimbangan Filosofis

Pada prinsipnya, dasar pertimbangan dalam aspek filosofis yang

mencerminkan keadilan sulit dicarikan tolak ukurnya bagi para pihak yang

bersengketa. Adil bagi salah satu pihak belum tentu adil bagi pihak yang

lain. Menurut John Rawls keadilan adalah kebijakan utama dalam institusi

sosial, sebagaimana kebenaran dalam sistem pemikiran.19

Hakikat keadilan

19

Jhon Rowls, Teori Keadilan: Dasar-Dasar Folsafat Politik Untuk Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial Dalam Nrgara, Uzair Hamzah dan Heru Prasetyo. (Yokyakarta: Pustaka

Pelajar, 2006), hlm. 3.

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

92

menurut Jhon Krisman, dibagi menjadi tiga (3) macam yaitu terori keadilan

retributif, terori keadilan korektif, dan teori keadilan distributif.20

Namun, secara umum teori keadialan dibagi menjadi dua macam

yaitu teori keadilan retributif dan teori keadilan distributif. Keadilan

retributif adalah keadilan yang berkaitan dengan terjadinya kesalahan.

Sedangkan keadilan distributif adalah keadilan yang berkaitan dengan

pembagian nikmat (benefits) dan beban (burdens). Adapun penerapan

keadilan dalam keputusan, yaitu harus didasarkan pada prinsip-perinsip

yang dapat dipertanggung jawaban, baik secara intuitif maupun

rasional.Prinsip keadilan merupakan solusi bagi problem utama keadilan,

yaitu perinsip kebebasan yang sama besarnya dan perinsip perbedaan.

Menurut perinsip kebebasan yang besarnya sama, tiap-tiap orang memiliki

hak yang sama atas seluruh sistem yang terbangun. Sedangkan menurut

perinsip perbedaan, perbedaan kebutuhan harus diatur agar memberikan

manfaat bagi mereka yang kurang memiliki peluang untuk mencapai

kesejahteraan dan kekuasaan dalam masyarakat.21

Hakim memegang peranan penting dalam menciptakan sebuah

keadilan yang diimpikan para pencari keadilan, sebagaimana yang

ditekankan secara eksplisit dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 58. Dengan

posisi yang sangat penting itulah Allah SWT, tetap menjanjikan kepadanya

balasan yang tinggi, sebagaimana hadist yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari atau yang lainnya.22

Oleh karena itu hakim harus mampu

20

Jhon Christman, Social and Political Philosophy, A Contemporary Introduction,

Routledge, London& New York, 2002. 21

Anil Dawan, Keadilan Sosial: “Teri Keadilan Menurut Jhon Rawls dan implementasinya

Bagi Perwujudan Keadilan Sosial di Indonesia” https:// www. Googel. Com atau teori keadilan

rawls. Pdf, diakses tanggal 16 Maret 2016. 22

Abdurrahman bin Muhammad al-Jauzi, Zad al-Masir fi‟ Ilm al-Tafsir, (Beirut: Al-

Maktab al-Islami, 1404), cet ke III, Juz. VI, hlm. 295. Dalam Literatur bahasa Arab sendiri,

kususnya disiplin Ilmu saraf suatu kata (Mufradat) bisa berubah bentuknya dalam berbagai fariasi

perubahan yaitu dengann menambahkan beberapa huruf ke kata dasar. Dan perubahan tersebut

bisa berubah juga arti kata tersebut. Dan kata “tafa’al” yaitu dengan ditambah huruf )ta( dan )alif(

yang dengan penambahan huruf tersebut sehingga berubah bbentuknya menjadi arti kedua kata

tersebut mengading makna “saling” atau dengan istilah al-Musyarakah bain istnain fa aktsara.

Lihat, Muhammad Ma‟ sum bin Ali, Al-Amtsilah al-Tafsiriyah, (Semarang): Pustaka al-

Alwiyah, t,t.), hlm. 17.

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

93

mengemban 3 (tiga) fungsi utamanya yaitu sebagai pihak yang harus

menerapkan hukum, sebagai pihak yang bertugas menemukan hukum dan

sebagai pihak yang harus mampu menciptakan hukum.23

Dengan fungsi

menerapkan, menemukan dan menciptakan hukum tersebut, pada satu sisi

hakim mempunyai kewajiban mampu menetapkan dan menemukan hukum

yang sudah ada untuk mejadikan sumber hukum pada setiap perkara yang

akan diputuskan.

Di dalam pertimbangan filosofis di Pengadilan Agama Jayapura,

ketika memutus perkara cerai gugat, dasar pertimbangan hukum yang selalu

digunakan oleh hakim adalah kaidah fiqih, sebagaimana yang terdapat

dalam putusan akala terjadi dua mudharat, maka harus diambil mudharat

yang lebih ring Nomor 146/Pdt.G/2016/PA Jpr. Mejelis hakim berpendapat

bahwa manan yaitu menceraikan Penggugat dengan Tergugat secara baik-

baik sebagaimana kaidah fiqhiya yang terdapat dalam kita Al-Asbah wa al-

Nadhair:

Artinya:“Apabila bertentanga dua mafsadat maka perhatikanlah mana

yang lebih besar mudharatnya dengan mmenarik yang lebih ringan

mudharatnya dari kenduanya”24

Adapun dalam putusan Nomor 132/Pdt.G/2016/PA Jpr,

berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dimuka sidang, majelis hakim

berpendapat bahwa keadaan rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah

sedemikian rupa sifatnya, rapuh dan pecah serta sulit untuk dipertahankan

lagi, oleh karena itu menolak kerusakan lebih bermanfaat daripada

kemaslahatan, sebagaimana kaidah fiqih menyatakan:

23

Abdul Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2006),hlm.

Xv dalam kata pengantar. 24

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 146/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 14 Juni 2016.

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

94

Artinya:“Menolak kemafsadatan lebih didahulukan dari pada menarik

kemaslahatan”.25

Juga dalam putusan ini hakim menggunakan dasar hukum kaidah fiqhiya

yang terdapat dalam kita Al-Asybah wa al-Nadhair:

Artinya:“Apabila bertentanga dua mafsadat maka perhatikanlah mana

yang lebih besar mudharatnya dengan mmenarik yang lebih ringan

mudharatnya dari kenduanya”26

Misalnya dalam salinan putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr,

bahwa: “majelis hakim berkeyakinan bahwa rumah tangga Penggugat dan

Tergugat sudah tidak ada keharmonisan lahir batin dan sudah sampai pada

puncak kritis yang sulit untuk dirukunkan kembali sebagai suami istri,

sehingga apabila perkawinan dipaksakan untuk diteruskan akan

berdampak negatif dan membawa mafsadah yang lebih besar dari pada

maslahatnya”.

Hal ini perlu dihindari sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang

menyatakan:

Artinya: “Menolak kemafsadatan lebih didahulukan dari pada menarik

kemaslahatan”.

Pertimbangan tersebut diperkuat oleh pernyataan dari hakim

Pengadilan Agama Jayapura, Nurul Huda, bahwa “Kalau sudah terjadi

25

Jalâl al-dîn, al-Suyûṯ î, al-Asybâh wa al-Naẕ âˋ ir fî Qawâʻ id wa furûʻ Fiqh al-

Syâfiʻ î, (al-Riyâd: Maktabah Nazl Mushtafa al-Bakâz, 1997), h.145. Lihat juga, Moh. Fadal

Kurdi, Kidah-kaidah fiqih, CV Artha Rvera, Business Park Kebon Jeruk Blok C 1-11 Jakarta

Barat, hlm. 58, tahun 2008. Lihat juga, Sudirman Abbas Ahmad, Dasar-Dasar Masail Fiqhiyyah,

CV Bayu Kencana Jakarta, hlm. 130, tahun 2003.

26

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor 132/Pdt.G/2016/PA

Jpr. Tanggal 09 Agustus 2016. Kaidah ini terdapat dalam Jalâl al-dîn, al-Suyûṯ î, al-Asybâh wa al-

Naẕ âˋ ir fî Qawâʻ id wa furûʻ Fiqh al-Syâfiʻ î, h.145.

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

95

perselisihan atau pertengkaran suami istri yang dihawatirkan melanggar

norma-norma agama, hakim sudah bisa menceraikan”.27

Kemudian juga pada putusan Nomor 5/Pdt.G/2016/PA Jpr, sumber

hukum kaidah fikih yang digunakan oleh majelis hakim sama pada

putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr, yakni: “majelis hakim berkeyakinan

bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada

keharmonisan lahir batin dan sudah sampai pada puncak kritis yang sulit

untuk dirukunkan kembali sebagai suami istri, sehingga apabila

perkawinan dipaksakan untuk diteruskan akan berdampak negatif dan

membawa mafsadah yang lebih besar dari pada maslahatnya”. Hal ini

perlu dihindari sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang menyatakan:

Artinya: “Menolak kemafsadatan lebih didahulukan dari pada menarik

kemaslahatan”.

Kemudian pada putusan Nomor 315/Pdt.G/2016/PA Sit: “majelis

hakim berkeyakinan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah

tidak ada keharmonisan lahir batin dan sudah sampai pada puncak kritis

yang sulit untuk dirukunkan kembali sebagai suami istri, sehingga

apabilah perkawinan dipaksakan untuk diteruskan akan berdampak negatif

dan membawa mafsadah yang lebih besar dari pada maslahatnya”.Hal ini

perlu dihindari sesuai dengan kaidah fiqhiyah yang menyatakan:

Artinya:“Menolak kemafsadatan lebih didahulukan dari pada menarik

kemaslahatan”.

Sesuai data yang didapatkan oleh penelti di Pengadilan Agama

Jayapura ada sebanyak 15 (lima belas) putusan perkara gugat cerai yang

menggunakan kaidah fikih yang sama, seperti dalam yang dalam tabel

dibawah ini

27

Wawancara dengan Nurul Huda ketua Pengadilan Agama Jayapura (Papua) pada tanggal

18 Januari 3018 di Kantor Pengadi Agama Jayapuara.

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

96

Tabel 5.3

Nomor Putusan Pengadilan Agama Jayapura Tahun 2016

No. Nomor Putusan Pekara Cerai Gugat

1 putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PA Jpr

2 Putusan Nomor 5/Pdt.G/2016/PA Jpr

3 putusan Nomor 2/Pdt.G/2016/PA Jpr

4 putusan Nomor 315/Pdt.G/2016/PA Jpr

5 Putusan Nomor 80/Pdt.G/2016/PA Jpr

6 putusan Nomor 72/Pdt.G/2016/PA Jpr

7 Putusan Nomor 330/Pdt.G/2016/PA Jpr

8 Putusan Nomor 243/Pdt.G/20016/PA Jpr

9 Putusan Nomor 317/Pdt.G/2016/PA Jpr

10 Putusan Nomor 314/Pdt.G/2016/ PA Jpr

11 Putusan Nomor 143/Pdt.G/2016/PA Jpr

12 Putusan Nomor 132/Pdt.G/2016/PA Jpr

13 Putusan Nomor 146/Pdt.G/2016/PA Jpr

14 Putusan Nomor 170/Pdt.G/2016/PA Jpr

15 Putusan Nomor 28/Pdt.G/2016/PA Jpr

Sumber: Dokumen Pengadilan Agama Jayapura

Keterangan yang disampaikan oleh Nurdin Sanmas S.H.I. Sebagai

panitra bahwa penggunaan sumber yang cenderung sama total ini karena

kondisi perkaranya sama.28

Dibawah ini penulis akan sajikan tabel dasar pertimbangan hukum

normatif Pengadilan Agama Jayapura tahun 2016:

28

Wawancara dengan Panitra Nurdin Sanmas Pengadilan Agama Jayapura pada tanggal 19

Januari 2018 di Kantor Pengadilan Agama Kota Jayapura.

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

97

Tabel 5.4

Pertimbangan Filosofis Pengadilan Agama Jayapura Tahun 2016

No Nomor Putusan Pertimbangan Filosofis

1 4/Pdt.G/2016/PA Jpr وصالح درء الوفاسد هقدم على جلة ال

2 5/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

3 2/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

4 315/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

5 80/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

6 38/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

7 72/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

8 130/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

9 28/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

10 170/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

11 165/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

12 159/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

13 146/Pdt.G/2016/PA Jpr اذا تعارض هفسدتاى روعى اعظوهوا ضررا تارتكاب اخفهوا

14 132/Pdt.G/2016/PA Jpr اذا تعارض هفسدتاى روعى اعظوهوا ضررا تارتكاب اخفهوا

15 143/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

16 153/Pdt.G/2016/PA Jpr جلة الوصالح درء الوفاسد هقدم على

17 169/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

19 319/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

19 314/Pdt.G/2016/PA Jpr لوصالحدرء الوفاسد هقدم على جلة ا

20 317/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

21 243/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

22 330/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

23 320/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

24 76/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Jayapura

Berdasarkan dokumen putusan pengadilan yakni putusan-putusan

Pengadilan Agama Jayapura tahun 2016 persatu bulan 2 (dua) kasus bahwa dalam

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

98

setiap putusan dasar pertimbangan hukum filosofis yang di jadikan oleh hakim

beberapa kaidah fiqih di atas.

B. Pertimbangan Hakim dalam Putusan Perkara Cerai Gugat di Pengadilan

Agama Situbondo.

Untuk mengetahui pertimbangan hukum pada penyelesaian kasus-

kasus perceraian (cerai gugat) penulis merangkum data-data yang diperoleh

dari Pengadilan Agama Situbondo. Di bawah ini penulis merangkum putusan

kasus gugat cerai berdasarkan pertimbangan hukum normatif, sosiologis, dan

filosofis.

Oleh karena itu, untuk menilai sebuah putusan yang dibuat oleh hakim

tidak berhenti pada tataran kesesuainnya dengan norma-norma hukum semata

tetapi juga harus dilihat dalam kerangka yang lebih luas yakni terkait dengan

tugas peradilan dalam mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat.

Oleh sebab itu putusan-putusan di Pengadilan Agama Situbondo penulis

mencermati pertimbangan-pertimbangan hakim sebagaimana telah dipaparkan

peneliti dapat memetakan bahwa pertimbangan-pertimbangan tersebut

meliputi pertimbangan hukum (normatif, sosiologis, dan filosofis) dibawah

ini.

1. Pertimbangan Normatif Hukum

Di dalam pertimbangan hukum normatif hakim Pengadilan

Agama Situbondo ketika memutuskan gugat cerai, majelis selalu

menggunakan beberapa sumber hukum yang meliputi: Pendapat para

ulama yang terdapat dalam kitab fiqih, dan Pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,29

Pasal 116 Kompilasi

29

Adapun bunyi Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1975 tentang perkawinan adalah “Antara

suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup

rukun lagi dalam rumah tangga. Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Citra Umbara Bandung, hlm. 42, 2017.

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

99

Hukum Islam (KHI),30

Pasal1 Undang-undang Nomor 1 Tahun1974

tentang perkawinan,31

Pasal 39 ayat (2) pertauran Pemerintah Nomor 1

Tahun 1974 tentang perkawinan,32

Pasal84Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989 yang telah dirubah menjadi Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006 dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 35 ayat (1)

peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan SEMA RI Nomor

28/TUADA-AG/X/2002 Tanggal 22 Oktober 2002, Pasal 89 ayat 1

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 125HIR, Pasal 22 ayat (2)

Peraturan Pemerintah Nomor Tahun 1975 dan Pasal 76 (1) Undang-

undang Nomor 50 Tahun 2009. Misalnya pada putusan Nomor 2023/

Pdt.G/2015/PA Sit, Majelis berpendapat bahwa antara Penggugat dan

Tergugat telah terjadi perselisihan dan pertenngkaran yang sedemikian

rupa sebagaimana maksud Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor

9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 1

Tahun 1975 tentang perkawinan33

dan Pasal 116 huruf (f) Kompilasi

Hukum Islam. (KHI).34

Berdasarkan fakta tersebut diatas majelis

berpendapat bahwasanya antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak dapat

30

Adapun bunyi pasal 116 hurf (f) KHI Adalah: Suami dan istri terus menerus terjadi

perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam. Citra Umbara Bandung, hlm. 357, 2017. 31

Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah: Ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lihat, Amiur Nurddin dan Azhari

Akmal Tarigan, dalam bukunya “Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan

Hukum Islam Dari Fikih, UN No1/1945 Sampai KHI”. Jakarta Kencana, hlm. 42, 2006. 32

Adapun bunyi Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah: Untuk

melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun

sebagai suami istri. 33

Adapun bunyi Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1975 tentang perkawinan adalah “Antara

suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup

rukun lagi dalam rumah tangga. Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Citra Umbara Bandung, hlm. 42, 2017. 34

Adapun bunyi pasal 116 hurf (f) KHI Adalah: Suami dan istri terus menerus terjadi

perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Lihat, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan

Kompilasi Hukum Islam. (Bandung: Citra Umbara, 2017), hlm. 357, 2017.

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

100

membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera sebagaimana yang

dimaksud oleh Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan.

Padaputusan Nomor 2036/Pdt.G/2016/PA Sit. Di dalam

pertimbangan ini majelis berpendapat bahwa antara Penggugat dan

Tergugat telah telah terjadi perselisihan dan pertenngkaran yang

sedemikian rupa sebagaimana maksud Pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1975 tentang perkawinan dan Pasal 116 huruf (f)

Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Pada Putusan Nomor 0172/Pdt.G/2016/PA Sit, majelis hakim

berpendapat bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah telah terjadi

perselisihan dan pertengkaran sebagaimana Pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang peraturan pelaksanaan Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1975 tentang perkawinan dan Pasal 116 huruf (f)

Kompilasi Hukum Islam. Berdasarkan fakta tersebut diatas majelis

berpendapat bahwasanya antara Penggugat dan Tergugat sudah tidak dapat

membina rumah tangga yang bahagia dan sejahtera sebagaimana yang

dimaksud oleh Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan.35

Berdasarkan uraian tersebut diatas menjadikan alasan

gugatan Penggugat telah sesuai dengan maksud Pasal 39 ayat (2) Undang-

undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.36

Kemudian sumber hukum yang selalu diambil dalam putusan

majelis hakim terhadap kasus gugat cerai di Pengadilan Agama Situbondo

persatu bulan dua kasus tahun 2016 adalah 24 kasus diambil dari pendapat

ahli fiqih dalam kitab Ahkamul Qur’an Juz II, hal. 405.

35

Pasal 1 Undang-undang Nomor. 1 Tahun 1974 adalah: Ikatan lahir batin antara seorang

pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lihat, Amiur Nurddin dan Azhari

Akmal Tarigan, dalam bukunya “Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan

Hukum Islam Dari Fikih, UN No1/1945 Sampai KHI”. Jakarta Kencana, hlm. 42, 2006. 36

Adapun bunyi Pasal 39 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 adalah: Untuk

melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun

sebagai suami istri.

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

101

Adapun masing-masing nomor putusan tersebut akan diuruaikan

dalamtabel dibawah ini:

Tabel 5.5

Putusan Perkara Cerai Gugat Pengadilan Agama Situbondo

Tahun 2016

No NOMOR PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT

1 Putusan Nomor 2023/Pdt.G.2016/PA Sit

2 Putusan Nomor 2036/Pdt.G/2016/PA Sit

3 Putusan Nomor 0172/Pdt.G/2016/PA Sit

4 Putusan Nomor 0261/Pdt.G/2016/PA Sit

5 Putusan Nomor 0363/Pdt.G/2016/PA Sit

6 Putusan Nomor 0571/Pdt.G/2016/PA.Sit

7 Putusan Nomor 0381/Pdt.G/2016/PA Sit

8 Putusan Nomor 0500/Pdt.G/2016/PA Sit

9 Putusan Nomor 0577/Pdt.G/2016/PA Sit

10 Putusan Nomor 0901/Pdt.G/2016/PA Sit

11 Putusan Nomor 0801/Pdt.G/2016/PA Sit

12 Putusan Nomor 0834/Pdt.G/2016/PA.Sit

13 Putusan Nomor 0862/Pdt.G/2016/PA Sit

14 Putusan Nomor 1041/Pdt.G/2016/PA Sit

15 Putusan Nomor 1045/Pdt.G/2016/PA Sit

16 Putusan Nomor 1408/Pdt.G/2016/PA Sit

17 Putusan Nomor 1047/Pdt.G/2016/PA Sit

18 Putusan Nomor 1531/Pdt.G/2016/PA Sit

19 Putusan Nomor 1551/Pdt.G/2016/PA Sit

20 Putusan Nomor 1552/Pdt.G/2016/PA Sit

21 Putusan Nomor 1556/Pdt.G/2016/PA Sit

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

102

22 Putusan Nomor 1609/Pdt.G/2016/PA Sit

23 Putusan Nomor 1620/Pdt.G/2016/PA Sit

24 Putusan Nomor 0400/Pdt.G/2016.PA Sit

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Situbondo

Majelis hakim pada putusan perkara diatas menggunakan sumber

yang cenderung sama karena kondisi kasus yang diajukan sama.37

Misalnya dalam putusan Nomor 0261/Pdt.G/2016/PA Sit, majelis

hakim mengambil pendapat fiqih dalam kitab Ahkamul Qur’an Juz II, hlm.

405, yang berbunyi:

Artinya: “Barang siapa yang dipanggil oleh Hakim dipersidangan

sedangkan orang tersebut tidak memenuhi panggilan itu, maka dia

termasuk Dholim dan gugurlah Haknya”.

Pada putusan Nomor 0400/Pdt.G/2016/PA Sit, majelis hakim

berpendapat dan mengambil pendapat ulama yang terdapa dalam kitab

Ghayatul Marom yang berbunyi:

Artinya: “Diwaktu istri telah memuncak kebencian terhadap suaminya,

maka disitulah hakim diperkenankan menjatuhkan talaknya laki-laki kepada

istrinya dengang talak satu”.

Dibawah ini penulis sajikan tabel dasar pertimbangan hukum

normatif Pengadilan Agama Situbondo tahun 2016.

37

Wawancara dengan Usman, Hakim Pengadilan Agama Situbondo pada tanggal 8 Maret

2018 di Pengadilan Agama Kota Situbondo, Tahun 2018.

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

103

Tabel 5.6

Pertimbangan Normatif Pengadilan Agama Situbondo

Tahun 2016

No Dasar Hukum Normatif Dalil Yang Di Gunakan Hakim Dalam Memutuskan Perkara Jumlah %

1 Al-Qur'an

2 Hadist Nabi Muhammad SAW

3 Qaul Fuqahah:

a. Ahkamul Qur'an Juz II hal. 405 فهى يجب فهى ظانى ال حك نه ي سه حكاو ان دعى انى حاكى ي ي 23 4,14

b. Kitab Qayatul Maram فهى يجب فهى ظانى ال حك نه ي سه حكاو ان دعى انى حاكى ي ي 1 0,24

4 Undang-Undang: Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975

tentang peraturan pelaksanaan UUNo. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun1974 tentang perkawinan

Pasal 39 ayat (2) pertauran Pemerintah No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

Pasal 84 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah dirubah menjadi

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang No. 50 Tahun 2009

Pasal 35 ayat (1) peraturan pemerintah No. 9 Tahun 1975

dan SEMA RI No. 28/TUADA-AG/X/2002 Tanggal 22 Oktober 2002

Pasal 89 ayat 1 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 3 Tahun 2006 dan perubahan ke II UU No. 50 Tahun 2009, Psl 125 HIR

Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. Tahun 1975

Pasal 76 (1) Undang-Undang No. 50 Tahun 2009

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Situbondo

Berdasarkan telaah dokumen putusan gugat cerai di Pengadilan

Agama Situbondo, penulis tidak menemukan dasar pertimbangan hukum

Al-Qur’an maupun Al-Hadist.

2. Pertimbangan Sosiologis Hukum

Kondisi sosial yang dijadikan hakim dalam memutus perkara gugat

cerai di Pengadilan Agama sebenarnya bermula dari ketidak jujuran

diantara sepasang suami istri didalam aktifitas sehari-hari dan ketidak

jujuran kedua suami istri tersebut dapat mengakibatkan kekerasan dalam

rumah tangga.

Pertimbangan sosiologis yang dijadikan hakim dalam memutus

kasus gugat cerai di Pengadilan Agama Situbondo, pada sampel kasus

bulan Januari 2016 misalnya, kekerasan fisik maupun non fisik. Dalam

Putusan Nomor1047/Pdt.G/2016/PA Sit. Berdasarkan pada bukti-bikti di

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

104

persidangan kekerasan non fisik telah tejadi pada Penggugat, telah terjadi

perselisihan antara Penggugat dan Tergugat, telah pisah rumah kurang

lebih selama 2 (dua) tahun dan tidak ada harapan untuk rukun kembali.38

Kemudian Putusan Nomor 0571/Pdt.G/2016/PA Sit, berdasarkan pada

bukti-bukti di Persidangan kekerasan non fisik telah terjadi pada

Penggugat telah terjadi perselisihan, pisah rumah selama 5 (lima) bulan,

dan tidak ada harapan untuk rukun kembali.39

Dalam putusan Nomor 1620/Pdt.G/2016/PASit, majelis hakim

menemukan bukti-bukti dalam persidangan bahwa telah terjadi

perselisihan antara Penggugat dan Tergugat, telah pisah rumah selama 1

(satu) tahun, dan tidak ada harapan untuk rukun kembali.40

Pada sampel

kasus bulan Januari 2016 misalnya, kekerasan non fisik menjadi alasan

perceraian pada putusan Nomor 1408/Pdt.G/2016/PA Sit. Dalam putusan

ini, majelis hakim menemukan bukti-bukti berupa perselisihan antara

Penggugat dan Tergugat, telah pisah rumah selama 6 (enam) tahun,

Tergugat tidak pernah memberikan uang belanja pada Penggugat sebagai

istri, dan tidak ada harapan untuk rukun kembali.41

Pada putusan Nomor 1041/Pdt.G/2016/PA Sit, dalam putusan ini

majelis hakim menemukan fakta bahwa telah terjadi perselisihan antara

Penggugat dan Tergugat, pisah rumah selama 5 (lima) tahun, dan tidak ada

harapan untuk rukun kembali.42

Putusan Nomor 1556/Pdt.G/2016/PA Sit,

dalam putusan ini majelis hakim menemukan bukti-bukti dalam

persidangan bahwa telah terjadi perselisihan antara Pengggugat dan

38

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1047/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 September 2016. 39

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

0571/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 25 April 2016. 40

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1620/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 Desember 2016. 41

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1408/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 25 September 2016. 42

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1041/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 Agustus 2016.

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

105

Tergugat, pisah rumah selama 3 (tiga) bulan, dan tidak ada harapan untuk

rukun kembali.43

Salah satu hakim di Pengadilan Agama Situbondo Hasan Basri

berpendapat bahwahakim dalam memeriksa dan memutus perkara sesuai

alasan yang diajukan. Dalam pemeriksaan, yang dibuktikan adalah alasan

pokok dan rata-rata alasan pokok adalah perselisihan.44

Namun dalam penelitian ini penulis melihat dalam setiap putusan

hakim Pengadilan Agama Situbondo bahwa cerai gugat yang paling

dominan pada tahun 2016 adalah karena terjadinya perselisihan dan

pertengkaran antara suami istri mencapai 100% (24 putusan). Sedangkan

faktor penyebab perceraian di Pengadilan Agama Situbondo tahun 2016

penulis menemukan antara lain: kekerasan fisik 6 kasus, kekerasan fisikis

5 kasus, mabuk 1 kasus, judi 1 kasus, gangguan pihak ke tiga (3) 5 kasus,

ekonomi 11 kasus, meninggalkan rumah 11 kasus, tidak beta dirumah 2

kasus, pulang malam 3 kasus, egois 1 kasus, merantau 1 kasus, cemburu 1

kasus.

Tabel 5.7

Faktor Penyebab Cerai Gugat

di Pengadilan Agama Situbondo Tahun 2016

No Kekerasan Jumlah %

1 Kekerasan fisik 6 10,7

2 Kekerasan fisikis 5 8,9

3 Mabuk 1 1,7

4 Gangguan pihak ketiga 1 1,7

5 Gangguan ekonomi 5 8,9

6 Meninggalkan rumah 11 19,6

7 Tidak betah dirumah 11 19,6

8 Pulang malam 2 3,5

43

Pengadilan Agama Situbondo,Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor

1556/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 01 November 2016. 44

Wawancara dengan Hasan Basri, Hakim Pengadilan Agama Situbondo pada tanggal 12

Juni 2018 di Kantor Pengadilan Agama Kota Situbondo.

Page 123: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

106

9 Egois 3 5,4

10 Merantau 1 1,7

11 Cemburu 1 1,7

Jumlah Keseluruhan 47 82,8

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Situbondo

Inilah alasan-alasan dari hakim Pengadilan Agama Situbondo

sehingga dalam semua putusan cerai gugat selalu dikategorikan dalam

perselisihan meskipun juga kadang-kadang dalam duduk perkara

Penggugat menyatakan bahwa adanya bentuk kekerasan dalam rumah

tangga dari Tergugat.

C. Persamaan dan Perbedaan Putusan Cerai Gugat di Pengadilan Agama

Jayapura dan Situbondo

Pertimbangan atau sering juga disebut (considerans) merupakan dasar

putusan. Pertimbangan dalam putusan meliputi pertimbangan filosofis,

sosiologis, normatif. Artinya, suatu putusan Pengadilan akan bisa dikatakan

ideal apabila memenui tiga hal tersebut. Karena kalau suatu putusan

pengadilan hanya sesuai dengan nillai filosofis saja maka tersebut bagaikan

putusan yang dicita-citakan saja (ius constituendum), atau jika hanya sesuai

dengan nilai sosiologis saja (dalam arti teori kekuasaan) maka putusan

tersebut hanya akan menjadi aturan pemaksa (dwaangmatreegel), juga kalau

suatu putusan hanya sesuai dengan nilai normatif saja maka hukum tersebut

bagaikan kaidah mati (dode regel).45

Adapun yang dimaksud Folosofis adalah Peraturan-Peraturan atau

kaidah hukum haruslah memenuhi filsafat hidup yang mempunyai nilai-nilai

tinggi bagi kemanusiaan yaitu keadilan. Sedangkan yang dimaksud sosiologis

adalah hukum akan bisa diterima dengan baik dan diikuti secara nyata oleh

obyek hukum ketika sesuai dengan obyek sosial hukum tersebut. Hal ini

45

Abdul Wahabb Khallaf, Ilmu Usul al-Fiqh Dau Nusus al-Syari’ah wa Maqasidiha,

(Kuwai: Dar al-Qalam.1972), hlm. 35. Lihat juga Yusuf al-Qardawi, Al-Siyasah al-Syar’iyah fi

Dau Nusus al-Syar’ah wa Maqasidiha, (Mesir: Maktabah Wahbah, 1998), hlm. 150-156.

Page 124: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

107

terkait dengan kebutuhan nyata di dalam kehidupan masyarakat yang selalu

mengalami perubahan. Secara otamatis hukum yang ideal adalah hukum yang

sesuai dengan tata nilai yang berlaku dalam masyarat baik yang berkaitan

dengan budaya maupun agama.Adapun yang dimaksud Normatif adalah

hukum sebagai himpunan kaidah-kaidah atau peraturan-peraturan, baik dalam

bentuk Undang-undang maupun dalam bentuk perjanjian akan bisa berlaku

apabila dibuat oleh badan dan atau orang yang berwenang, dan juga haruslah

sesuai dengan peraturan Undang-undang yang berlaku.

Dibawah ini beberapa perbedaan dan persamaan landasan

pertimbangan hukum yang digunakan oleh hakim dalam memutuskan perkara

di Pengadilan Agama Jayapura maupun Pengadilan Agama Situbondo tahun

2016.Dalam pertimbangan hukum di Pengadilan Agama Situbondo hakim

selalu merujuk pada beberapa sumber hukum diantaranya adalah:

1. Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

perkawinan.

2. Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam (KHI).

3. Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun1974 tentang perkawinan.

4. Pasal 39 ayat (2) Pertauran Pemerintah Nomor1 Tahun 1974 tentang

perkawinan.

5. Pasal 84 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah dirubah menjadi

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-undang Nomor 50

Tahun 2009.

6. Pasal 35 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan SEMA

RI Nomor 28/TUADA-AG/X/2002 Tanggal 22 Oktober 2002.

7. Pasal 89 ayat 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah

diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua

dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009.

8. Pasal 125 HIR.

9. Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 50, Tahun 1975.

10. Pasal 76 (1) Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009.

Page 125: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

108

11. Kitab qayatul maram. dan

12. Kitab Ahkamu Qur’an.

Dari 11 (sebelas) dasar pertimbangan hukum yang dijadikan hakim

di Pengadilan Agama Situbondo tahun 2016 di atas, ada beberapa dasar

pertimbangan hukum yang sama digunakan oleh hakim Pengadilan Agama

Jayapura tahun 2016 antara lain yaitu:

1. Pasal 89

2. Pasal 19

3. Pasal 116 KHI

4. Pasal 84

5. Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974

6. Pasal 39

7. Pasal 35 dan

8. Pendapat Ulama dalam Kitab Qayatul Maram.

Diantara dasar pertimbangan hukum yang dijadikan hakim

Pengadilan Agama Jayapura, dan tidak digunakan sebagai dasar pertimbangan

hukum oleh hakim Pengadilan Agama Situbondo yaitu:

1. Pendapat para ulama yang terdapat dalam kitab fiqih

2. Pasal 49 ayat (1).

3. Pasal 73 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 1989.

4. Pasal 149 ayat (1) RBq, Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tuhun

2008.

5. Pasal 308 RBq dan 309 RBq.

6. Pasal 119 ayat (2) huruf (c).

7. Pasal 89 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan

Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 dan perubahan kedua dengan

Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009.

8. Pasal 49 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989.

9. Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam (KHI) tentang hak asuh anak.

10. Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

Page 126: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

109

11. Pasal 139 Kompilasi Hukum Islam (KHI) tentang pemanggilan melalui

media masa (RRI).

12. Pasal 148 RBq.

13. Kaidah Fiqih.

14. Al-Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21.

15. Hadist Nabi Muhammad SAW.Dasar normatif putusan berdasarkan

penerapan di Pengadilan Agama Jayapura, akan disajikan dalam bentuk

tabel dibawah ini:

Tabel 5.8

Dasar Normatif Putusan Pengadilan Agama Jayapura

No

Nomor

Putusan UUP PPU KHI Al-Qur'an Hadits Pendapat Ulama

1 4/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار

اثثاته تالثينة او غيثت جاز

2 5/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

هي دعى الى حاكن هي

حكام الوسلويي فلن يجة

فهى ظالن ال حق له

3 2/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

هي دعى الى حاكن هي

حكام الوسلويي فلن يجة

فهى ظالن ال حق له

4 315/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

هي دعى الى حاكن هي

حكام الوسلويي فلن يجة

حق له فهى ظالن ال

5 76/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 Ada

اى شتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه

القاضى طلقة

6 38/Pdt.G/

2016/PA Jpr X x x X x X

7 130/Pdt.G/

2016/PA Jpr X x x X x X

Page 127: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

110

8 28/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

هي دعى الى حاكن هي

حكام الوسلويي فلن يجة

فهى ظالن ال حق له

9 170/Pdt.G/

2016 PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

سوجة اى شتد عدم رغثة ال

لسوجها طلق عليه

القاضى طلقة

10 165/Pdt.G/

2016 PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

اى شتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه

القاضى طلقة

11 159/Pdt.G/

2016/PA Jpr X x x x x X

12 146/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116

Ar-Rum

21 x

اى شتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه

القاضى طلقة

13 132/Pdt. G/

2016. PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116

Ar-Rum

21 x X

14 143/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

هي دعى الى حاكن هي

حكام الوسلويي فلن يجة

فهى ظالن ال حق له

15 153/Pdt.G/

2016/PA Jpr X x x x x X

16 169/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974 x 119 x x

اوتىار فاءى تعسز تتحسز

او غيثت جاز اثثاته تالثينة

17 314/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116

Ar-Rum

21 x X

18 319/Pdt.G/

2016/PA Jpr X x x x x X

19 317/Pdt.G/ UU PP 116/119

Ar-Rum x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار

2016/PA Jpr 1/1974 9/1975

21

او غيثت جاز اثثاته

Page 128: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

111

تالثينة

20 243/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974 x 116/119

Ar-Rum

21 x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار

او غيثت جاز اثثاته تالثينة

21 330/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

اى شتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه

القاضى طلقة

22 320/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116/119

Ar-Rum

21 x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار

ثثاته تالثينةاو غيثت جاز ا

23 80/Pdt.G/

2016/PA Jpr

UU

1/1974

PP

9/1975 116

Ar-Rum

21 x X

24 72/Pdt.G/

2016/PA Jpr X X 116

Ar-Rum

21 x X

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Jayapura

Tabel 5.9

Dasar Filosofis Putusan Pengadilan Agama Jayapura

No Nomor Putusan Pertimbangan Filosofis

1 4/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

2 5/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

3 2/Pdt.G/2016/PA Jpr الوصالح درء الوفاسد هقدم على جلة

4 315/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

5 80/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

6 38/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

7 72/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

8 130/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

9 28/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

10 170/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

11 165/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

12 159/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

Page 129: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

112

13 146/Pdt.G/2016/PA Jpr

اذا تعارض هفسدتاى روعى اعظوهوا ضررا تارتكاب

اخفهوا

14 132/Pdt.G/2016/PA Jpr

اذا تعارض هفسدتاى روعى اعظوهوا ضررا تارتكاب

اخفهوا

15 143/Pdt.G/2016/PA Jpr على جلة الوصالح درء الوفاسد هقدم

16 153/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

17 169/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

19 319/Pdt.G/2016/PA Jpr ة الوصالحدرء الوفاسد هقدم على جل

19 314/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

20 317/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

21 243/Pdt.G/2016/PA Jpr الحدرء الوفاسد هقدم على جلة الوص

22 330/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

23 320/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

24 76/Pdt.G/2016/PA Jpr درء الوفاسد هقدم على جلة الوصالح

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Jayapura

Tabel 5.10

Dasar Sosiologis Putusan Pengadilan Agama Jayapura

No.

Nomor Putusan

Alasan Perceraian

Keterangan

1 4/Pdt.G/2016/PA Jpr Ekonomi, perselingkuhan,

pemukulan setiap kali marah. KDRT

2 5/Pdt.G/2016/PA Jpr

kekerasan fisik,

perselingkuhan, Tergugat

suka berkata kasar kepada

Penggugat, sering berbohong.

KDRT

3 2/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat menuduh Penggugat

berselingkuh dengan laki-laki

lain, Tergugat suka berkata

kasar kepada Penggugat,

KDRT

Page 130: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

113

Tergugat sering memukuli

Penggugat setiap kali ia

marah, Tergugat menafkahi

Penggugat namun tidak

mencukupi, Tergugat

berbohong kepada Penggugat

dan keluarganya.

4

315/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugagat sering berkata

kasar kepada Penggugat,

sering memukul anak bawaan

Penggugat tampa alasan yang

jelas, Tergugat tidak jujur

kepada Penggugat, menikah

lagi dengan perempuan lain

tanpa sepengetahuan

Penggugat, Tergugat sudah

tidak memberikan nafkah

semenjak 2007.

KDRT

5 76/Pdt.G/2016/PA Jpr

Selalu berkata kasar dan

memukul Penggugat setiap

kali memukul Penggugat.

Suka membanting barang

setiap kali marah. Tidak

mencari pekerjaan.

KDRT

6 38/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat suka main judi.

Suka mabuk-mabukan.

Pernah dalam keadaan mabuk

memukul Penggugat.

Menuduh Penggugat

berselingkuh dengan laki-laki

KDRT

Page 131: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

114

lain.

7 130/Pdt.G/2016/PA Jpr

selingkuh dengan banyak

perempuan. Telah tinggal

dengan perempuan tanpa

status pernikahan sebelum

menikah dengan Penggugat.

Tergugat suka mabuk-

mabukan. Tergugat pernah

memukul anak bawaan

Penggugat hanya karena

masalah sepele.

8 28/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat tidak menghargai

Penggugat dan orang tua

Penggugat. Mengucapkan

kata-kata talak dan meminta

untuk bercerai dengan

Penggugat namun Penggugat

tidak mau, sehingga

Penggugat mengancam akan

membunuh anak kandung

Penggugat dan Tergugat.

KDRT

9 170/Pdt.G/2016 PA Jpr

memiliki sifat egois dan

mudah tersinggung. Tidak

menghargai Penggugat

sebagai istri. Sering

menghina dan berkata kasar

kepada Penggugat. Sering

memukul Penggugat setiap

kali marah. Suka minum-

minuman keras. Sering

KDRT

Page 132: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

115

mengucapkan kata talak

kepada penggugat.

10 165/Pdt.G/2016 PA Jpr

Tergugat tidak menghargai

Penggugat sebagai istri.

Tergugat memiliki sifat egois

dan tidak perhatian kepada

Penggugat. Sering berkata

kasar dan memukul

Penggugat setiap kali ia

marah. Suka bemain judi

online. Tergugat mempunyai

banyak utang yang belum

dilunasi sampai sekarang.

KDRT

11 159/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat sering memukul dan

memaki Penggugat. Tergugat

memiliki sifat egois. Tergugat

tidak memenuhi kebutuhan

nafkah. Tergugat sering

berbohong dan pernah

mengucapkan kata-kata talak

kepada Penggugat. Tergugat

memiliki sifat cemburu yang

berlebihan.

KDRT

12 146/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat sering memaki

Penggugat dengan kata-kata

kasar. Tergugat memiliki sifat

egois. Kurang memberi

perhatian kepada Penggugat.

Telah menikah lagi dengan

perempuan lain tanpa

KDRT

Page 133: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

116

sepengetahuan Penggugat.

Sering mukul Penggugat

kalau marah. Tidak

menghargai Penggugat

sebagai Istri. Tergugat tidak

pernah menghormati orang

tua Penggugat.

13 132/Pdt. G/2016. PA Jpr

Tergugat tidak menghargai

Penggugat sebagai istri.

Tergugat memiliki sifat egois.

Tergugat selingkuh dengan

perempuan lain.

KDRT

14 143/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat tidak menghargai

Penggugat sebagai istri.

Tidak perhatian kepada

Penggugat. Menafkahi

Penggugat tapi tidak

mencukupi. Sering berkata

kasar dan memukul

Penggugat setiap kali marah.

Memiliki sifat cemburu. Dan

Tergugat telah menjatuhkan

talak kepada Penggugat.

KDRT

15 153/Pdt.G/2016/PA Jpr

Terggat marah dan tidak

terima oleh perkataan kakak

Penggugat yang mmenyebut

Tergugat tidak bertanggung

jawab.

KDRT

16 169/Pdt.G/2016/PA Jpr Tergugat suka main judi.

Mabuk mabukan. Tidak KDRT

Page 134: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

117

menghargai Penggugat

sebagai istri. Sering

berbohong. Sering memukul

Penggugat dan anak bawaan

Penggugat. Suka

menghancurkan barang-

barang dalam rumah dan

tidak memenuhi nafkah

Penggugat, Tergugat marah

dan memukul anak bawaan

Penggugat.

17 314/Pdt.G/2016/PA Jpr

memiliki sifat egois, sering

memukul dan berkata kasar

setiap kali ia marah dan

bertengkar, Tergugat tidak

suka kepada keluarga

Penggugat dan berusaha

menjauhkan penggugat

dengan orang tua Penggugat,

sering mengucapkan kata

talak setiap kali ia marah, dan

selalu memaki Penggugat

ditempat umum dan

membatasi Penggugat

sehingga Penggugat merasa

tertekan dan jauh dari

keluarga Penggugat.

KDRT

18 319/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat kurang memiliki

rasa tanggung jawab kepada

keluarga. Tergugat tidak bisa

KDRT

Page 135: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

118

menjadi imam yang baik bagi

keluarga. Tergugat tidak

menafkahi Penggugat.

Tergugat pernah memukul

Penggugat. Tidak

Menghargai dan

menghormati orangtua

Penggugat. Pernah

mengatakan talak kepada

Penggugat. Kurang

menghargai Penggugat

sebagai seorang istri.

19

317/Pdt.G/2016/PA Jpr

sering mabuk-mabukan dan

sering pulang malam.

Menafkahi Penggugat namun

tidak mencukupi. Sering

pergi ketempat hiburan

bersama teman-temannya.

KDRT

20

243/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat selalu mengusir

Penggugat dan berprilaku

kasar setiap kali bertengkar.

Terguggat sering main judi.

Tidak menghargai Penggugat

sebagai seorang istri. Sering

berkata kasar kepada

Pengguggat setiap kali marah.

Sering memukul dan

menghina Penggugat.

KDRT

21 330/Pdt.G/2016/PA Jpr Tergugat sering memukul

Penggugat setiap kali marah. KDRT

Page 136: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

119

Sering minum-minuman

keras. Tidak menafkahi

Penggugat sejak bulan

Januari 2016. Tidak

menghargai Penggugat

sebagai seorang istri. Tidak

bertanggung jawab terhadap

keadaan rumah tangga, dan

tidak bisa menjadi imam yang

baik untuk keluarga.

22

320/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tergugat memiliki sifat egois,

ketika marah tidak mau

bicara kepada Penggugat,

setiap kali marah merusak

barang-barang yang ada

didalam rumah, setiap kali

marah minta upah kepada

Penggugat, sudah tidak

menafkahi Penggugat lahir

maupun batin.

KDRT

23

80/Pdt.G/2016/PA Jpr

Tidak ada keterbukaan saat

memberikan bantuan uang

kepada keluarga Tergugat.

Penggugat dan Tergugat

sering berpisah tempat

tinggal selama berbulan-

bulan karena Tergugat dinas

diluar daerah. Penggugat

sudah merasa tidak ada

kecocokan lagi dengan

KDRT

Page 137: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

120

Sumber: Dokumen Putusan Pengadilan Agama Jayapura

Tabel 5.11

Dasar normatif putusan berdasar penerapan di Pengadilan Agama Jayapura

dan Pengadilan Agama Situbondo46

No

Nomor

Putusan UUP PPUP KHI

Al-

Qur'an Hadist Pendapat Ulama

1

2023/Pdt.

G/2015/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

اى اشتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه القاضى طلقة

2

2036/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

و فاءى تعسز تتحسز اوتىار ا

غيثت جاز اثثاته تاالثينة

3

0172/Pdt.

G/2016.PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

4

0261/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار او

غيثت جاز اثثاته تاالثينة

5

0363/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار او

غيثت جاز اثثاته تاالثينة

6

0400/Pdt.

G/2016/PA

UU

1/1974

PP

9/1975 116

Ar-Rum

ayat 21 x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار او

غيثت جاز اثثاته تاالثينة

46

Dokumen Putusan Pengadilan Agama Situbondo,Tentang Kasus Cerai Gugat di

Pengadilan Agama Situbondo Tahun 2016

Tergugat dalam hal apapun.

24

72/Pdt.G/2016/PA Jpr

Ekonomi. Tergugat tidak ada

perhatian. Penggugat sudah

merasa tidak cocok lagi

dengan Tergugat.Murtad.

Penggugat menginginkan hak

asuh anak dikarenakan

Penggugat takut anak diasuh

oleh Tergugat dan mengikuti

agama Tergugat yaitu kristen

katolik.

KDRT

Page 138: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

121

Sit

7

0571/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار او

ثثاته تاالثينةغيثت جاز ا

8

0381/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

فاءى تعسز تتحسز اوتىار او

غيثت جاز اثثاته تاالثينة

9

0500/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

السوجة اى اشتد عدم رغثة

لسوجها طلق عليه القاضى طلقة

10

0577/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

اى اشتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه القاضى طلقة

11

0901/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

اى اشتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه القاضى طلقة

12

0801/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

اى اشتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه القاضى طلقة

13

0834/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

اى اشتد عدم رغثة السوجة

لسوجها طلق عليه القاضى طلقة

14

0862/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

اى اشتد عدم رغثة السوجة

وجها طلق عليه القاضى طلقةلس

15

1045/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

16

1041/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

17

1408/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

18

1047/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

19

1551/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

لويي فلن يجة فهى ظالن ال الوس

حق له

20

1531/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

21

1552/Pdt.

G/2016/PA

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

Page 139: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

122

Sit حق له

22

1556/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

له حق

23

1609/Pdt.

G/2016/PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

24

1620/Pdt.

G/2016.PA

Sit

UU

1/1974

PP

9/1975 116 x x

هي دعى الى حاكن هي حكام

الوسلويي فلن يجة فهى ظالن ال

حق له

Sumber: Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo

Tabel 5.12

Dasar Filosofis putusan berdasar penerapan di Pengadilan Agama

Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo47

No. Nomor Putusan Kaidah

1 2023/Pdt.G/2015/PA Sit X

2 2036/Pdt.G/2016/PA Sit X

3 0172/Pdt.G/2016.PA Sit X

4 0261/Pdt.G/2016/PA Sit X

5 0363/Pdt.G/2016/PA Sit X

6 0400/Pdt.G/2016/PA Sit X

7 0571/Pdt.G/2016/PA Sit X

8 0381/Pdt.G/2016/PA Sit X

9 0500/Pdt.G/2016/PA Sit X

10 0577/Pdt.G/2016/PA Sit X

11 0901/Pdt.G/2016/PA Sit X

12 0801/Pdt.G/2016/PA Sit X

13 0834/Pdt.G/2016/PA Sit X

14 0862/Pdt.G/2016/PA Sit X

15 1045/Pdt.G/2016/PA Sit X

47

Dokumen Putusan Pengadilan Agama Situbondo,Tentang Kasus Cerai Gugat di

Pengadilan Agama Situbondo Tahun 2016

Page 140: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

123

16 1041/Pdt.G/2016/PA Sit X

17 1408/Pdt.G/2016/PA Sit X

18 1047/Pdt.G/2016/PA Sit X

19 1551/Pdt.G/2016/PA Sit X

20 1531/Pdt.G/2016/PA Sit X

21 1552/Pdt.G/2016/PA Sit X

22 1556/Pdt.G/2016/PA Sit X

23 1609/Pdt.G/2016/PA Sit X

24 1620/Pdt.G/2016.PA Sit X

Sumber: Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo

Tabel 5.13

Dasar Sosiologis Putusan Pengadilan Agama Situbondo Tahun 201648

No Nomor Putusan Alasan Perceraian Keterangan

1

1

2023/Pdt.G/2015/PA Sit

Perselisihan dan percekcokan

disebabkan Tergugat tidak

terbuka dan tidak jujur masalah

keungan rumah tangga, dimana

Tergugat bekerja dan

memberikan hasil kerjanya

kepeda Penggugat sebesar

Rp.200.000, s/d Rp.300.000,

setiap bulannya tetapi Tergugat

masih meminta uang bensin

kepada Penggugat sehingga hasil

kerja Tergugat tidak cukup

untuk memenihi kebutuhan

48

Dokumen Putusan Pengadilan Agama Situbondo,Tentang Kasus Cerai Gugat di

Pengadilan Agama Situbondo Tahun 2016

Page 141: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

124

hidup setiap harinya.

2

2

2036/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat mempunyai hubungan

dengan wanita lain bernama Fit

tetangga desa yang berstatus

bersuami sehingga Tergugat

lupa akan kewajibannya sebagai

kepala rumah tangga dan

Tergugat tidak peduli terhadap

istri dan anak.

3

3

0172/Pdt.G/2016.PA Sit

Tergugat jarang memberikan

nafkah lahir kepada Penggugat,

tidak betah dirumah orang tua

Penggugat, dan setiap hari

Tergugat selalu keluar rumah

tanpa alasan yang jelas dan

pulang larut malam.

4

4

0261/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak bisa mencukupi

nafkah lahir sehingga

Pengguggat harus bekerja

sendiri untuk mencukupi

kebutuhan sehari-hari, Tergugat

saat ini telah menikah lagi

(nikah sirri) dengan perempuan

lain dan sudah 2 (dua) tahun

Penggugat kumpul serumah

dengan istri sirrinya tersebut.

5

5

0363/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak pernah memberi

nafkah kepada Penggugat sejak

anak pertama berumur 3 (tiga)

tahun, Tergugat sering marah-

Page 142: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

125

marah tidak jelas dan

melontarkan kata-kata kasar

kepada Penggugat, bahkan

sering dituduh selingkuh dan

ingin membunuh Penggugat

secara pelan-pelan.

6

6

0400/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak bekerja sehingga

tidak bisa memenuhi nafkah

lahir Penggugat, Pada saat

Penggugat menyarankan agar

Tergugat segera mencari

pekerjaan, Tergugat justru

marah-marah dan emosi.

7

7

0571/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat sering keluar rumah

hingga pulang larut malam dan

Tergugat mempunyai kebiasaan

minum-minuman keras, bahkan

pernah melakukan kekerasan

fisik terhadapa Penggugat.

8

8

0381/Pdt.G/2016/PA Sit

Penggugat sudah menuruti

kemauan Tergugat untuk

bertempat tinggal dirumah

Tergugat, namun Tergugat tidak

mau ikut untuk bertempat

tinggal dirumah Penggugat

dikarenakan merasa kesulitan

untuk bekerja, sudah berusaha

menasehati agar Tergugat untuk

mau ikut kerumah Penggugat

namun Tergugat selalu marah-

Page 143: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

126

marah dan yang membuat

Penggugat dan Tergugat

bertengkar setiap harinya.

9

9

0500/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat memiliki wanita

idaman lain, selain itu

Penggugat mendapati

percakapan mesrah dengan

wanita lain di kotak masuk akun

facebook milik Tergugat.

1

10

0577/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat lebih mementingkan

diri sendiri dari pada

kepentingan Penggugat,

Tergugat meninggalkan

Penggugat 2 (dua) hari tanpa ada

alasan yang jelas.

1

11

0901/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak bisa mencukupi

nafkah lahir Penggugat,

Tergugat sering menjual dan

menggadaikan barang-barang

milik Penggugat tanpa

sepengatahuan Penggugat

bahkan mas kawin 5 gram telah

dijual tanpa sepengetahuan

Penggugat.

1

12

0801/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak mendapatkan

pekerjaan yang layak dengan

upah kerjanya tidak mencukupi

kebutuhan ekonomi keluarga

yang menyebabkan Tergugat

berinisiatif kerja diluar kota

Page 144: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

127

(merantau), selama di

perantauan semenjak akhir 2012,

Tergugat sempat menghubungi

Penggugat selama 1 (satu) tahun

berikutnya, namun sejak awal

tahun 2014, Tergugat sudah

tidak lagi menghubungi

Penggugat.

1

13

0834/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat mempunyai sikap

cemburu yang berlebihan kepada

Penggugat dan Tergugat juga

sering marah-marah dan berkata

kasar serta sering melakukan

kekerasan fisik terhadap

Penggugat.

1

14

0862/Pdt.G/2016/PA Sit

Orang tua Tergugat sering ikut

campur dalam urusan rumah

tangga antara Penggugat dan

Tergugat, Tergugat sering keluar

malam tanpa alasan yang jelas.

1

15

1045/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak bertanggung

jawab terhadap nafkah keluarga,

sehingga Penggugat harus kerja

untuk memenuhi kebutuhan

nafkah keluarga.

1

16

1041/Pdt.G/2016/PA Sit

Penggugat dan Tergugat tidak

ada kesepakatan tempat tinggal,

Penggugat tidak mau diajaka

tinggal di kerumah orang tua

Tergugat karena orang tua

Page 145: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

128

Tergugat terlalu ikut campur

didalam permasalahan rumah

tangga. begitu juga sebaliknya

Tergugat juga tidak mau tinggal

dirumah Penggugat karena

Tergugat masih berat

meninggalkan orang tuanya dan

Tergugat kurang bertanggung

jawan terhadap ekonomi

keluarga.

1

17

1408/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat diketahui telah

mempunyai hubungan cinta

dengan wanita lain yang masih

bertetangga dari rumah kedua

belah pihak, dan hal tersebut

diketahui oleh Penggugat dan

warga dan bahkan sekarang

Penggugat sudah satu rumah

dengan wanita tersebut.

1

18

1047/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat menikah lagi dengan

perempuan lain tanpa ada alasan

yang jelas kepada Penggugat,

Kurang bertanggug jawab dalam

masalah nafkah. lahir sehingga

Penggugat harus bekerja sendiri

untuk kepentingan keluarga.

1

19

1551/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat jarang pulang,

Tergugat lebih sering tinggal

dirumah dinas dan ketika

Penggugat tanyakan maka

Page 146: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

129

Tergugat menyatakan lembur

dan Tergugat tidak pernah

memberi nafkah kepada

Penggugat, Tergugat juga tidak

pernah mengajak Penggugat

untuk berhubungan layaknya

suami istri.

2

20

1531/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak pernah

memberikan uang belanja untuk

memenuhi kebutuhan rumah

tangga Penggugat dan juga anak-

anak, penghasilan Tergugat tidak

pernah diberikan kepada

Penggugat dan hanya untuk

kebutuhan Tergugat saja yang

diberikan kepada Penggugat.

2

21

1552/Pdt.G/2016/PA Sit

Tegugat sering memukul

Penggugat ketika terjadi

pertengkaran, meskipun

masalahnya hanya sepeleh,

orang tua Penggugat sering ikut

campur urusan rumah tangga

Penggugat dan Tergugat,

sehingga Penggugat merasa

sudah tidak betah hidup berumah

tangga dengan Tergugat dan

memilih jalan untuk bercerai

dengan Tergugat.

2

22

1556/Pdt.G/2016/PA Sit Penggugat tidak betah tinggal

dirumah Tergugat, sedangkan

Page 147: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

130

Tergugat juga tidak mau tinggal

Penggugat dengan alasan kasian

dirumah ibu Tergugat karena

sudah tua.

2

23

1609/Pdt.G/2016/PA Sit

Tergugat tidak bertanggug jawab

uang belanja pada Penggugat

dan belanja tiap hari dibebankan

kepada orang tua Penggugat, dan

selain itu Tergugat tidak pernah

datang menjengu anaknya.

2

24

1620/Pdt.G/2016.PA Sit

Penggugat dan Tergugat tidak

ada yang betah dirumah

bersama, Tergugat kurang bisa

menghormati dan menghargai

orang tua Penggugat,

sebagaimana menghormati orang

tua sendiri.

Sumber: Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo

Dengan demikian, kedua Pengadilan Agama tersebut yang lebih banyak

menggunakanpertimbangan hukum normatif danfilosofis adalah majelis hakim

Pengadilan Agama Jayapura. Adapun majelis hakim Pengadilan Agama

Situbondo menurut telaah penulis hakim hanya lebih fokus pada beberapa

pertimbangan hukumnormatif berupa pasal-pasal dan pendapat ulama tanpa

melihat pertimbangan hukumfilosofisatau memperkaya dasar hukum

pertimbangan putusan dalam kasus gugat cerai. Hampir semua kasus penulis tidak

mendapati putusan Pengadilan Agama dengan dalil “Kaidah, Al-Qur’an dan Al-

Hadist” hanya dalam berita acara dan pertimbangan hakim adalah Undang-undang

dan pendapat ulama.

Page 148: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

131

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengadilan Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo dalam

memutuskan perkara menggunakan pertimbangan normatif, filosofis dan

sosiologis.

a. Pertimbangan normatif yang digunakan Pengadilan Agama Jayapura dan

Pengadilan Agama Situbondo adalah PP Nomor 1975 tentang

pelaksanaan UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Kompilasi

Hukum Islam (KHI) dan pendapat ulama fikih.

b. Pertimbangan filosofis yang digunakan Pengadilan Agama Jayapura

adalah kaidah fikih. Dan Pengadilan Agama Situbondo hakim tidak

menggunakan kaidah fikih.

c. Pertimbangan sosiologis yang digunakan Pengadilan Agama Jayapura

dan Pengadilan Agama Situbondo lebih banyak disebabkan pada

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yakni kekerasan fisik

maupun non fisik.

2. Tidak ada perbedaan yang signifikan pertimbangan hakim Pengadilan

Agama Jayapura dan Pengadilan Agama Situbondo dalam memutus perkara

cerai gugat. Kedua lembaga Peradilan ini patuh pada pertimbangan

normatif, filosofis, dan sosiologis sebagaimana yang telah diamanatkan

dalam perundang-undangan Pasal 5 ayat (1) bahwa Pengadilan mengadili

menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. Namun secara

normatif, filosofis dan sosiologis, putusan Pengadilan Agama Jayapura dan

Pengadilan Agama Situbondo perbedaannya terdapat dalam penggunaan

dasar hukum perceraian, misalnya Pengadilan Agama Jayapura lebih

banyak menggunakan dasar hukum normatif dan fillosofis serta

pertimbangan sosiologisnya. Sedangkan Pengadilan Agama Situbondo

Page 149: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

132

lebih sedikit menggunakan dasar hukum normatif dan filosofis serta

pertimbangan sosiologisnya pada setiap putusan.

A. Saran

Dengan mempertimbangkan dasar pertimbangan normatif hukum,

sosiologis hukum, dan filosofis hukum yang digunakan oleh para hakim di

Pengadilan Agama Jayapura Maupun Pengadilan Agama Situbondo tersebut

penulis memberikan masukan untuk para hakim Pengadilan Agama Jayapura

maupun Situbondo:

1. Kewenangan Peradilan Agama yang semakin luas harus diimbangi dengan

peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur Pengadilan, sarana dan

prasarana yang memadai, serta ketentuan hukum yang aplikatif. Dengan

demikian paradikma baru Peradilan Agama benar-benar dapat menjawab

tuntutan dan problem hukum yang berkembang dimasyarakat.

2. Masalah putusan hakim terhadap gugat cerai akibat murtad di Pengadilan

Agama Jayapura, berdasarkan dokumen putusan Pengadilan penulis melihat

bahwa dalam pertimbangan hukum hakim tidak mempertimbangkan tujuan

maqashid al-syari’ah dalam hukum Islam, dan dapat diselesaikan dengan

baik sehingga tidak membawa akibat buruk terhadap kemaslahatan anak-

anak.

3. Dengan mempertimbangkan efektifitas pasal-pasal, kaidah fiqhiyah, dan

pendapat ulama sebagai sumber hukum di Pengadilan Agama Situbondo

tersebut, maka penulis melihat sepatutnya status hukum perlu ditingkatkan.

Majelis hakim Pengdilan Agama Situbondo sepatutnya status dasar

pertimbangan hukum normatif, sosiologis, dan filosofis, perlu ditingkatkan dan

kondisi sosial yang dijadikan hakim dalam memutus perkara sebaiknya

disesuaikan dengan pengajuan bukti-bukti oleh para saksi, sehinggal alasan

pertimbangan hakim sesuai dengan bukti-bukti yang disampaikan para saksi

dalam sidang.

Page 150: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

133

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an

Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penerjemahan Al-Qur’an, 1983.

BUKU

Abdul, Ansori Ghafur Abdul, Peradilan Agama Di Indonesia Psca Undang-

Undang No. 3 Tahun 2006, “ Sejarah, Kewenangan, Dan Kedudukan”,

Yokyakarta.

Abdurrahman, bin Muhammad al-Jauzi, Zad al-Masir fi ‘ilm al-Tafsir, Beirut:

Al-Maktab al-Islami, 1404, cet ke III, Juz. VI.

Abidin, Selamet dan Aminuddin, Fiqh Munakahat, Bandung: Pustaka Setia,

1999.

Ali, H. Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2009.

Al-Jamal, Ibrahim Muhammad, Fiqhul Mar’atil Muslimah, Penerjemah Husein

Zaid al-Hamid, Jakarta: Pustaka Amani, 1999.

Aljaziri, Abdurrahman, Kitabul Fiqhu ‘Ala al-Mazahibu al-Arba’ah, Mesir: al-

Maktabah at-Tijariyatul Qubra.

al-Qardawi, Yusuf, Al-Siyasah al-Syar’iyah fi Dau Nusus al-Syar’ah wa

Maqasidiha, Mesir: Maktabah Wahbah, 1998.

As-Sho’ani, Subulus Salam, Penerjemah, Abu Bakar Muhammad, Surabaya: Al-

Ikhlas, 1995.

Ayyub, Hasan, Fiqih Keluarga, Penerjemah M.Abdul Ghoffar, Judul asli “Fiqih

al-Ushrah al Muslimah”, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2003.

Az- Zuhaili, Wahbah, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Badawi, bin Azim Abdul, Alwajiiz Fiqih sunnah walkitabil aziiz, 2009.

Bintania, Aris, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2012.

Page 151: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

134

Chundori, Tutur, Studi Tentang Masalah Perceraian di Purwokerto (Kasus Kota

Administratip Purwokerto), Tesis, Jakarta Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Pasca Sarjana Dan Universitas Indonesia, 1990

Depertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Yayasan

Penyelenggara Penerjemahan Al-Qur’an. 1983.

Djalil, Basiq, Peradilan Agama Di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Doi, I A Rahman . Doi, Penjelasan Lengkap Hukum- Hukum Allah (Syari’ah),

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Fadal, Kurdi Moh, Kidah-kaidah fiqih, CV Artha Rvera, Business Park Kebon

Jeruk Blok C 1-11 Jakarta Barat, tahun 2008.

Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama Dan Mahkamah

Syari’ah Di Indonesia, 2007.

Fuad, Said Ahmad, Perceraian Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka Al-Usna,

1994.

Gani, Abdullah Abdul, Dialog Antar Peradilan, Mahkamah Agung Republik

Indonesia, 2016.

Ghozali, Abdul Rahman, Fiqih Munakahat, Kencana Perenadamedia Graup,

Jakarta, 2010.

Harahab, Yahya, kedudukan kewenangan dan Acara Pengadilan Agama, Jakarta:

Sinar Grafika, 2003.

Hasanuddin, (Menurut Satjipto Raharjo) Penyelesaian Sengketa Perbankan

Syari’ah, Mediasi, Pengadilan Tinggi Agama Semarang, 2008.

Hoerudin, Ahrum, Pengadilan Agama (Bahasan Tentang Pengertian, Pengajuan

Perkara, dan kewenagan Pengadilan Agama Setelah Berlakunya

Undang-Undang No. 7, Tahun 1989), Tentang Peradilan Agama).

Bandung: PT, Aditya Bakti, 1999.

Jawal, Muqhniyah Muhammad, Fiqh Lima Mazhab (Ja’fari, Maliki, Hanafi,

Syafi’I, Hambali), terjemahan. Masykur AB dkk, cet-1, Jakarta: Lentera,

2002.

Jhon, Rowls, Teori Keadilan: Dasar-Dasar Folsafat Politik Untuk Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial Dalam Nrgara, Uzair Hamzah dan Heru Prasetyo.

Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.

Page 152: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

135

Komarusdiana dan Nahrowi, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Fakultas Syari’ah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, cet. Pertama, hlm. 89.

Ma’sum, Muhammad bin Ali”, Al-Amtsilah al-Tafsiriyah, (Semarang): Pustaka al-

Alwiyah, t,t.).

Manan, Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo,

2006),hlm. Xv dalam kata pengantar.

Marzuki, Peter Muhammad, Penelitian Hukum, ed. I, cet. IV, (Jakarta: Kencana

2005 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perorangan dan

Kekeluargaan di Indonesia, Penerbit ,Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan I,

2006.

MD, Mahammad Mahfudz, dalam Abdul Ggofur. Peradilan Agama dan

Kompilasi Hukum Islam Dalam Tatat Hukum Indonesia, Yokyakarta,

1993.

Media Tim Redaksi Fokus, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang

Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Fokusmedia, 2005.

Mudzhar, M. Atho dan Khairuddin Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam

Moderen, Jakarta: Cipta Press, 2003.

Muhammad, al-Jarjawi Ali, Hikmah at-Tasyri’ wa Falsafatuhu, Beirut: Dar al-

Fikr, 1994, hlm. 53.

Mukhtar, Kamal, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang,1974..

Nakamura, Hisako, Perceraian Orang Jawa, Studi Tentang Pemutusan Perkawinan

di Kalangan Orang Islam Jawa, Buku, Gajah Madah University Press

Nasution, Hotnidah, Pernikahan Dini Dan Peceraian (Studi Kasus Di Pengadilan

Agama Jakarta Selatan), Tesis, Progam Studi Syari’ah Pasca Sarjana

UIN Syarif Hidatayullah Jakarta. 2005

Naufal, Problematika Merantau, Perceraian dan Upaya Mengatasinya (Studi

Kasus di Pengadilan Agama Pulau Bawean Gresik Jawa Timur), Tesis,

2005

Nuruddin, Amir dan Akmal Taringan Azhari, dalam bukunya “Hukum Perdata

Islam Di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih,

UN No1/1945 Sampai KHI”. Jakarta Kencana, 2006.

Rahman, Ghazali Abdul, Fiqh Munakahat, Kencana Prenada Media Group, 2003.

Page 153: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

136

Rasyid, Abd Wasyim, Peranan BP4 Sebagai Lembaga Penyuluhan dan

Konsultasi Hukum Islam Dalam Mengendalikan Perceraian di Kota

Madya Semarang, Tesis, Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bekerjasama dengan Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia

Jakarta, 1997.

Riduan, Syahrani, Sistem Peradilan dan Hukum Acara Perdata Di Indonesia, PT

Citra Aditya Bakti: 2016.

Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Terj. M. A. Abdurrahman dan A. Haris

Abdullah, (Semarang: as-Syifa), 1990.

S, Lev Daniel, Peradilan Agama Di Indonesia, Jakarta: PT, Intermasa, 1986.

Sabiq, Sayid, Fiqh Sunnah, Alih Bahasa oleh Moh. Tholib, (Bandung: PT. A l-

Ma’arif), 1994.

Sahrani, Sahari, Tihami,Kajian Fiqih Nikah Lengkap, Jakarta: Rajawali Pers,

2014.

Simorangkir dkk, Kamus Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, Cetakan ke 12, 2008.

Sudirman, Ahmad Abbas, dalam bukunya, Qawa’id Fiqhiyyah Dalam Persfektif

Fiqh: Cetakan Pertama, 2004.

---------------, Dasar-Dasar Masail Fiqhiyyah, CV Bayu Kencana Jakarta, tahun

2003.

Sutantio, Retnowulan dan Oeripkartawinata Iskandar, Hukum Acara Perdata

Dalam Teori Dan Praktek, Sumber Indah Bandung: 2009.

Syahrani Riduan, Sistem Peradilan dan Hukum Acara Perdata Di Indonesia, PT

Citra Aditya Bakti: 2016.

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqih

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta: Pustaka Grafika,

2006.

Tihami, dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat (Kajian Fiqih Nikah Lengkap), Pt

Raja Grafindo Persada Jakarta: 2008.

Tri, Wahyudi Abdullah, Peradilan Agama Di Indonesia, Jokyakarta: Pustaka

Pelajar. 2004.

Page 154: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

137

Undang-undang Pasal 24 ini diatur juga mengenai badan-badan lain yang

fungsing berkaitan dengan kekuasaan kehakiman yang diatur oleh

undang-undang ayat (3), 20016.

Wahabb, Khallaf Abdul, Ilmu Usul al-Fiqh Dau Nusus al-Syari’ah wa

Maqasidiha, Kuwait: Dar al-Qalam. 1972.

Yanggo, T Huzaemah, Hukum Keluarga dalam Islam, Yamiba, Jakarta: 2013.

PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang RI, No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi

Hukum Islam serta Perpu Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Ibdah

Haji, Surabaya: Kesindo Utama, 2012.

Pasal 73 ayat (1) Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1989, Lihat, Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

Pasal 172 ayat (1) angka 4 R.Bg yangTidak boleh didengar sebagai saksi.

Pasal 174 Nomor. 1 dan 2, bila mengenai sengketa yang dimaksud dalam ayat (2).

(KUH Perdata, 1910,1912;IR.145.

Pasal 308 R.Bg dan ( KUH perd.1907, IR. 171).

Pasal 309 RBq, Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa Dan Madura.

(Reglemen Tot Regeling Van Het Rechtswezen In De Gewesten Buiten

Java En Madura. (RBg).

Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam Huruf (f). Undang-Undang Republik

Indonesia. Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi

Hukum Islam. Penerbit (Citra Umbara) Bandung, tahun 2017.

Pasal 119 ayat (2) huruf (c). Undang-Undang R.I. Nomor. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan, Penerbit (Citra Umbara) Bandung, tahun 2017.

Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor. 7, Tahun 1989 Tentang Peradilan

Agama Republik Indonesia.

Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor. 9 Tahun 1975 tentang peraturan

pelaksanaan undang-undang Nomor. 1 Tahun 1975 tentang perkawinan

Pasal 116 huruf (f) KHI, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor. 1 Tahun

1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Citra Umbara

Bandung, Tahun 2017.

Page 155: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

138

Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor. 9 Tahun 1975 tentang peraturan

pelaksanaan Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1975 tentang perkawinan.

Pasal 1 Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1974, Amiur Nurddin dan Azhari

Akmal Tarigan, “Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UN No1/1945 Sampai KHI”.

Jakarta Kencana, Tahun 2006.

Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

PUTUSAN PA JAYAPURA

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan putusan Nomor.

4/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 27 Januari 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

5/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 27 Januari 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

2/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 02 Januari 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

315/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 07 Februari 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

67/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 23 Maret 2016.

Paengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

38/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 06 April 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

130/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 18 Mei 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Guggat, Salinan Putusan Nomor. 8.Putusan

Nomor. 28/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 25 Mei 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

170/Pdt.G/2016 PA Jpr. Tanggal 21 Juli 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

165/Pdt.G/2016 PA Jpr. Tanggal 21 Juli 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

159/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 02 Juni 2016.

Page 156: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

139

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

146/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 14 Juni 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor. 132/Pdt.

G/2016. PA Jpr. Tanggal 09 Agustus, 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat Salinan Putusan Nomor.

143/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 25 Agustus 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

153/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 08 September 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

169/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 21 September 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

314/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 19 Oktober 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

319/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 10 Oktober 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

317/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 02 November 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

243/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 02 November 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

330/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 20 Desember 2016.

Pengadilan Agama Jayapura, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

320/Pdt.G/2016/PA Jpr . Tanggal 13 Desember 2016.

PUTUSAN PA SITUBONDO

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan putusan Nomor.

2023/Pdt.G/2015/PA Sit. Tanggal 08 Januari 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

2036/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 11 Januari 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0172/Pdt.G/2016.PA Sit. Tanggal 12 Februari 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0261/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 26 Februari 2016.

Page 157: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

140

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0363/Pd2t.G/2016/PA Sit. Tanggal 21 Maret 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salilnan Putusan Nomor.

0400/Pdt.G/2016/PA Jpr. Tanggal 10 Maret 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0571/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 25. April 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0381/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 28 April 2018.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat Salinan Putusan Nomor.

0500/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 02 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Gugat Cerai, Salinan Putusan Nomor.

0577/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 04 Mai 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0901/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 14, Juni 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Kasus Nomor.

0801/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 10 Juni 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0834/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 11 Juli 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

0862/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 11 Juli 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salilnan Putusan Nomor.

1045/Pdt.G/PA Sit. Tanggal 05 Agustus 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

1041/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 Agustus 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

1408/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 22 September 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

1047/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 September 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

1551/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 28 2016.

Pengadilan Agama Situbodo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

531/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 21 Oktober 2016.

Page 158: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45857/1/HASAN ABDUL...repository.uinjkt.ac.idAuthor: Hasan Abdul Rahman AssoPublish Year: 2019

141

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

1552/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 18 November 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat Salinan Putusan Nomor.

1556/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 01 November 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat, Salinan Putusan Nomor.

1609.Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 02 Desember 2016.

Pengadilan Agama Situbondo, Cerai Gugat Salinan Putusan Nomor.

1620/Pdt.G/2016/PA Sit. Tanggal 16 Desember 2016.

1. SUMBER ONLINE

https:// www. Googel. Com atau teori keadilan rawls. Pdf, diakses tanggal 16

Maret 2016.

www://.pta-jayapura.qo.id, Di Akses Pada Tanggal 25 Oktober, 2018.

http://www.pa-jayapura.go.id, di Akses pada hari Rabu, tanggal 24 Juli, Pukul

15.00 WIB. Di Jakarta, 2018.

http://www.pa-situbondo.go.id/pages/sejarah-pengadilan, Di akeses pada tanggal

21 Novemver, 2018.

http://www.pa-situbondo.go.id/pages/sejarah Pengadilan Agama Situbondo,

diakses pada tanggal 10 Maret 2017.

WAWANCARA

Wawancara dengan Nurul Huda ketua Pengadilan Agama Jayapura (Papua) pada

tanggal 18 Januari 3018 di Kantor Pengadi Agama Jayapuara.

Wawancara dengan Panitra Nurdin Sanmas Pengadilan Agama Jayapura pada

tanggal 19 Januari 2018 di Kantor Pengadilan Agama Kota Jayapura.

Wawancara dengan Isnain Yeubun, seorang Advokat, pada tanggal 15 Januari Juli

2018 di Kantor Pengadilan Agama Kota Jayapura.

Wawancara dengan Usman, Hakim Pengadilan Agama Situbondo pada tanggal 8

Maret 2018 di Pengadilan Agama Kota Situbondo, Tahun 2018.

Wawancara dengan Hasan Basri, Hakim Pengadilan Agama Situbondo pada

tanggal 12 Juni 2018 di Kantor Pengadilan Agama Kota Situbondo.


Top Related